Anda di halaman 1dari 30

ETIKA AKADEMIK

Dosen Pengampu : EKA HAYANA HASIBUAN, M.Kom

Disusun Oleh:

ANDHIKA FISRYANSAH AHLIEF PUTRA JAMBAK

(0701212181)

PROGRAM STUDI ILMU KOMPUTER - FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
2022

1
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Alhamdulillah saya panjatkan puja dan puji syukur kehadirat Allah swt yang senantiasa
melimpahkan segala rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga penyusun dapat
menyelesaikan modul ini.

Modul ini disusun untuk memenuhi tugas individu saya dalam mata kuliah Etika
Akademik.Teknik penyajian yang diangkat dilakukan secara terpadu tanpa pemilihan
berdasarkan jenjang pendidikan. Cara ini diharapkan bisa meminimalisir terjadinya
pengulangan topik berdasarkan jenjang pendidikan.

Pembahasan yang akan disampaikan pun disertai dengan soal-soal yang dapat digunakan
untuk mengukur tingkat ketercapaian dan ketuntasan. 

Penyusun menyadari bahwa di  dalam pembuatan modul masih banyak kekurangan, untuk itu
penyusun sangat membuka saran dan kritik yang sifatnya membangun. Mudah-mudahan
modul ini memberikan manfaat. 

Medan, 16 Juni 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………………………….2

MODUL 1
1. Dimensi Personal (Adab al-Nafs) Etika Seorang Mahasiswa……………………….………………4

1.1 Etika berdiskusi dalam kelas……………………………………………………………………….4


1.2 Etika berinteraksi diluar kelas……………………………………………………………………...4
1.3 Kode Etik Mahasiswa UINSU……………………………………………………………………..5

MODUL 2
2. Etika Mahasiswa dalam Kegiatan Penelitian dan Publikasi Ilmiah…………………………………6

MODUL 3
3. Etika Mahasiswa dalam Interaksi dengan Dosen…………………………………………………....8

MODUL 4
4. Etika Akademik Terkait Lingkungan dan Fasilitas Pendidikan……………………………………10

4.1 Menjaga lingkungan dan fasilitas Pendidikan…………………………………………………….10


4.2 Mengoptimalkan Fungsi…………………………………………………………………………..11
4.3 Menghargai sesame Pengguna…………………………………………………………………….13

MODUL 5
5. Etika Akademik dan Realitas Kontemporer…………………………………….…………………..14

5.1 Mengenal Paten……………………………………………………………….…………………...14


5.2 Hak atas Kekayaan Intelektual(HaKI)…………………………………………………....……….19
5.3 Merek Dagang……………………………………………………………………………………..20

MODUL 6
6. Pelanggaran Etika Akademik……………………………………………………………………….20

6.1 Studi Kasus Moralitas dan Implikasinya………………………………………………………….20


6.1.1 Ushuluddin……………………………………………………………………………...20
6.1.2 Pendidikan………………………………………………………………………………21
6.1.3 Ekonomi………………………………………………………………………………...22
6.1.4 Hukum…………………………………………………………………………………..23
6.1.5 Dakwah(Komunikasi)…………………………………………………………………..24
6.1.6 Kesehatan…………………………………………………………………………….…24
6.2 Kondisi dan Faktor – Faktor terjadinya Pelanggaran EA………………………………………....25
6.3 Bentuk – bentuk Pelanggaran EA………………………………………………………………....26
6.4 Dampak Pelanggaran EA………………………………………………………………………….27

MODUL 7
7. Mampu Memahami Pelanggaran Etika Akademik…………………………………………………28

7.1 Studi Kasus Plagiasi dan Implikasinya……………………………………………………………28

DAFTAR PUSTAKA……...…………………………………………………………………………30

3
MODUL 1
1. Dimensi Personal (Adab al-Nafs) Etika Seorang Mahasiswa

1.1 Etika Berdiskusi dalam Kelas

1. Diskusi tidak keluar dari topik yang disepakati dan tujuan


2. Menyusun setting ruang/tempat duduk yang nyaman untuk berdiskusi
3. Memilih pemimpin diskusi/moderator yang mampu mengatur jalannya diskusi
4. Memilih notulen yang mampu merekam atau mencatat jalannya diskusi
5. Sebaiknya tidak tidur agar diskusi dapat berjalan kondusif
6. Memperhatikan tata cara berpakaian yang sopan dan rapi
7. Menghargai pendapat orang lain
8. Mematikan handphone
9. Makan makanan dengan sopan ( jika ada )
10. Menggunakan bahasa yang sopan dan baik saat menyampaikan pendapat .
11. Tidak boleh memaksakan pendapat
12. Tidak melibatkan urusan pribadi (seperti rasa dendam antar peserta)
13. Sebelum menyampaikan pendapat, menunggu dipersilahkan terlebih dahulu
14. Menyampaikan pendapat dengan sopan, tidak melibatkan SARA, atau melenceng dari
topik diskusi
15. Berperan aktif dan memberi respon saat diskusi sedang berlangsung
16. Untuk pemimpin diskusi,
– Mampu bersikap objektif, adil, dan tidak memihak
– Mengatur jalannya diskusi dengan baik
– Menguasai terlebih dahulu topik dan permasalahan diskusi
– Menutup diskusi dengan memberi kesimpulan1

1.2 Etika Berinteraksi diluar kelas

1. Membangun saling percaya antar rekan mahasiswa


2. Komitmen dan disiplin yang bersifat terbuka, dan mau menerima pendapat
rekan mahasiswa lainnya
3. Saling berbagi informasi
4. Saling member dukungan dengan cara elegant dan gentle
5. Mau menerima rekan dengan tulus yang mau bersahabat
6. Terampil mengelola situasi konflik menjadi situasi problem solving
7. Menganggap rekan mahasiswa sebagai mitra belajar bukan saingan
8. Selalu menyapa rekan mahasiswa (junior-senor)
9. Saling mengingatkan ketika ada tugas

1
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/Kusmarwanti,%20SS.,%20M.Pd.,%20M.A./ETIKA
%20BERDISKUSI.pdf

4
10. Member komentar secara objective dan positif2

1.3 Kode Etik Mahasiswa UINSU

Kode Etik Mahasiswa berfungsi sebagai dasar dan pedoman bagi mahasiswa dalam
rangka menjadikan kampus sebagai lingkungan pendidikan yang Islami.

Mahasiswa berkewajiban :
1. Datang dan pulang tepat waktu
2. Melaksanakan her registrasi tepat waktu
3. Menjalankan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari;
4. Menjaga nama baik almamater Kampus
5. Memelihara sarana dan prasarana serta kebersihan, ketertiban dan keamanan di
kampus
6. Memelihara nilai-nilai moral dan agama dalam bergaul, bertutur kata, berbusana, dan
berkendaraan.
Mahasiswa mempunyai hak:
1. Memperoleh layanan akademik dan administratif dengan baik;
2. Menggunakan dan memanfaatkan fasilitas akademik dan administratif
3. Menyampaikan aspirasi dan pendapat secara santun, baik lisan dan atau tulisan;
4. Memperoleh pembelaan sesuai peraturan/ketentuan yang berlaku;
Mahasiswa dilarang:
1. Berbuat yang dapat mengganggu proses pembelajaran, keamanan, dan ketertiban;
menggunakan sarana dan prasarana tanpa izin, dan mengendarai sepeda motor   lebih
dari 2(dua) orang di area kampus;
2. Memakai kaos oblong, celana atau baju sobek, sarung, dan anting-anting.
3. Merusak sarana dan prasarana kampus
4. Memalsu tanda tangan, nilai, Stempel, Surat keterangan, dan sejenisnya, melakukan
plagiat, berjudi, minum-minuman yang memabukkan, mencuri, berkelahi, membawa
senjata tajam dan/atau senjata api, dan membawa/ memiliki narkoba, zat adiktif, dan
sejenisnya.
5. Mencemarkan nama baik orang lain, dan melakukan perbuatan yang mengarah pada
perzinaan.
6. Mengedarkan, memperdagangkan, menggunakan narkoba, zat  adiktif, dan sejenisnya,
berzina dan membunuh.

Busana Mahasiswa :
Ketentuan busana mahasiswa harus menutup aurat.
1. Busana terdiri dari :
– Atasan: Hem, Baju koko, Kaos berkrah
– Bawahan : celana panjang,

2
https://bam.stiki.ac.id/etika-dalam-lingkungan-mahasiswa/

5
2. Bahan Busana;
– Tidak Transparan / robek-robek / bolong-bolong
– Tidak Ketat
– Tidak tipis / kain kaca
Ketentuan busana mahasiswi, yakni:
1. Menutup seluruh Aurot, yaitu seluruh badan kecuali wajah dan kedua telapak
tangan
2. Bahan Busana;
– Tebal (tidak transparan/tipis/tembus pandang)
– Tidak ketat
3. Mode Busana
a. Gamis / Jubah
– Bahan tebal
– Memakai celana panjang sebagai doubelan
b. Atas dan bawah rok
– Atasan/Blouse panjang sampai bawah pantat
– Rok bawah tebal/ berfooring
c. Atas dan bawahan celana
– Atasan/Blouse panjang sampai lutut
– Celana panjang tidak ketat, bukan pensil atau legging
– Kerudung/jilbab menutup kepala, rambut, leher dan dada
– Berkaos kaki3

MODUL 2
2. Etika Mahasiswa Dalam Kegiatan Belajar

Mahasiswa dituntut untuk menjadi kaum terpelajar. Banyak hal yang harus
dikembangkan oleh mahasiswa dari kebiasaannya di tingkat sekolah menengah. Salah satu
yang menjadi penunjang perkembangan diri mahasiswa tersebut adalah persoalan etika. Etika
yang diterapkan di lingkungan kampus tentu saja berbeda dengan saat berada di sekolah
menengah, mulai dari berinteraksi dengan dosen, dengan teman, bahkan dengan
lingkungannya.

  Etika sendiri secara sederhana adalah pandangan yang melihat baik dan buruknya
suatu hal. Dengan melihat dari sudut pandang tersebut, mahasiswa harus bisa memilah dan
bertindak sesuai dengan kondisi yang sedang dihadapinya.
Berikut adalah beberapa contoh etika yang harus dimiliki oleh mahasiswa :

1. Berpakaian Rapi
Pada dasarnya, pola pikir bisa dilihat dari cara seseorang berpakaian. Maka dari itu,
mahasiswa harus bisa berpakaian rapi dan sopan sebagai simbol bahwa dirinya adalah kaum
terpelajar. Paling tidak, mahasiswa harus menggunakan pakaian yang bersih dan layak
3
https://stituwjombang.ac.id/kode-etik-mahasiswa/#:~:text=Kode%20Etik%20Mahasiswa%20berfungsi
%20sebagai,sebagai%20lingkungan%20pendidikan%20yang%20Islami.&text=Kode%20Etik%20Mahasiswa
%20bertujuan%20untuk,membentuk%20mahasiswa%20yang%20berakhlak%20karimah

6
dimanapun ia berada. Terlebih lagi, jika sedang berada di lingkungan akademis, seperti saat
belajar di ruang kelas, bahkan saat sidang akhir. Cara mahasiswa berpakaian memperlihatkan
penghormatan dirinya terhadap situasi yang dihadapinya saat itu. Jangan memberikan citra
buruk bahwa mahasiswa tidak peduli terhadap penampilannya. Paling tidak, penampilan yang
baik adalah bentuk mahasiswa menghormati dirinya sendiri 

2. Menaati Peraturan
Lingkungan kampus pasti memiliki aturan-aturan yang diterapkan agar tercipta ketertiban
umum. Mahasiswa sebagai kaum terpelajar harus bisa menaati peraturan-peraturan tersebut
sebagai tanda penghormatan dirinya terhadap lingkungan kampus. Jika dirinya melanggar
tata tertib yang diterapkan di kampus, apalagi dengan penuh kesadaran, maka dirinya telah
mencoreng nama mahasiswa sebagai kaum terpelajar.
Tetapi, bukan berarti mahasiswa tidak bisa kritis pada suatu aturan. Sebagai mahasiswa yang
harus memiliki sikap kritis terhadap sesuatu, jika terdapat suatu aturan yang melenceng dari
norma, mahasiswa harus mempertanyakannya. Tentu saja sikap kritis mahasiswa tersebut
harus tetap berada dalam koridor yang benar. 

3. Bertutur Kata Baik


Terdapat satu ungkapan bahwa ‘teko hanya mengeluarkan isi teko, jika isi teko adalah air,
yang dikeluarkannya adalah air pula’. Ungkapan ini adalah analogi terhadap perkataan orang.
Artinya, perkataan yang diucapkan merupakan cerminan dari dirinya sendiri. 
Maka dari itu, sebagai kaum terpelajar, mahasiswa harus bisa bertutur kata yang
mencerminkan intelektualitasnya. Paling tidak, apa yang dikatakan bukanlah suatu yang tidak
bisa dibuktikan. Apa yang dikatakan harus berdasarkan suatu pemikiran yang mendalam.
Tentu saja dirinya harus melihat situasi untuk menyesuaikan dengan perkataan yang
diucapkan.
Paling tidak, penjelasan di atas adalah hal-hal yang penting yang harus diperhatikan oleh
mahasiswa. Hal ini tidak berarti semua mahasiswa harus seperti itu. Hal-hal di atas adalah
sesuatu yang harus dilatih agar menjadi mahasiswa dengan pribadi dan etika yang lebih baik.4

MODUL 3
3. Etika Mahasiswa dalam Interaksi dengan Dosen

4
https://masoemuniversity.ac.id/berita/etika-yang-harus-dimiliki-oleh-mahasiswa.php

7
Bertemu dan berinteraksi dengan guru bukan lagi hal yang baru. Iya, kita sudah
terbiasa berinteraksi dengan guru selama bersekolah. Tapi bagaimana dengan dosen? Dosen
memang berperan sebagai guru kita saat kuliah, tapi intensitas interaksi mahasiswa dan dosen
secara umum berbeda dari interaksi siswa dan guru.

Itulah sebabnya kita perlu mengetahui tentang etika interaksi dengan dosen. Eitts,
bukan berarti etika ini tidak bisa diterapkan dengan guru, ya! Tips berikut ini dapat
diterapkan kapanpun kita berinteraksi dengan orang lain.

1. Perhatikan Apa yang Diinginkan Dosen

Pada pertemuan pertama di kelas, biasanya dosen menyampaikan poin-poin penting


apa saja yang perlu diperhatikan selama perkuliahan. Bila dosen menyampaikan dengan jelas
bagaimana beliau lebih suka dihubungi atau diperlakukan, perhatikan dan usahakan untuk
mengikuti petunjuk tersebut.

Misalnya, ada dosen yang lebih suka dihubungi via email, ada pula yang tak
keberatan bercakap pesan melalui aplikasi ponsel pintar. Sementara itu, ada pula dosen yang
tak menyebutkan secara eksplisit bagaimana cara komunikasi dengan mahasiswa yang
diinginkan. Maka, kita sendiri yang harus pandai-pandai mempelajari preferensi dosen
tersebut.

2. Selalu Perkenalkan Diri Terlebih Dulu

Bagi kita sebagai mahasiswa, dosen yang kita temui terbatas sesuai dengan jumlah
matakuliah dan berbagai keperluan akademis yang lain. Bagi dosen, apalagi yang sudah
mengajar bertahun-tahun, jumlah mahasiswa yang dihadapinya sudah tak dapat dihitung lagi.

Bila berinteraksi secara langsung, mungkin dosen sudah mengenali wajah kita. Tapi
bila komunikasi dilakukan melalui email, message, atau telpon, wajib bagi kita untuk
menyebutkan identitas. Secara umum, awali dengan mengucapkan salam kemudian sebutkan
nama, jurusan atau prodi, dan tahun angkatan.

Misalnya, "Selamat pagi, Bapak. Nama saya Putra, mahasiswa Teknik Informatika
angkatan 2019, semester ini mengambil matakuliah Pengantar Teknologi Informasi dikelas
Bapak."

3. Waktu adalah Sesuatu yang Berharga

Every one of us has something to do. Maka ketika ada interupsi, wajar bila kita
merasa terganggu. Begitu pula dengan dosen. Adalah bagian dari etika ketika kita
menyampaikan permohonan maaf seperti "Mohon maaf mengganggu waktu Bapak/ Ibu."

8
Untuk alasan yang sama, kita lebih beretika ketika membuat janji temu dengan dosen
– alih-alih mendadak menyita waktu beliau semau kita. Bahkan, lebih baik bila kita dapat
menerapkan etika ini kepada semua orang. Karena bagi masing-masing kita, waktu adalah
sesuatu yang berharga.

4. Berhati-Hati dengan Komunikasi Tak Langsung

Untuk membuat janji temu, kita bisa menggunakan berbagai kanal komunikasi seperti
email, message, maupun telepon. Karena kita hanya bisa menerka-nerka bagaimana situasi
atau keadaan dosen, ada baiknya kita bersikap lebih hati-hati. Semakin besar kemungkinan
interupsi yang kita lakukan, semakin besar pula sebaiknya sikap kehati-hatian kita.

Contohnya, telepon lebih berpotensi menginterupsi kegiatan daripada email. Bila kita
dapat mengirim email jam 9 malam, misalnya, telepon berpeluang besar lebih mengganggu
pada jam yang sama. Pesan singkat atau message juga sebaiknya ditulis tanpa singkatan dan
menggunakan bahasa formal yang baik.

Gaya bahasa juga perlu diperhatikan. Sampaikan keperluan kita dengan jelas tanpa bernada
menentukan atau memerintah. Misalnya, "Saya ingin menyerahkan daftar kelompok yang
sudah dibentuk untuk kelas Bapak/ Ibu. Kapan saya dapat menemui Bapak/ Ibu untuk
menyerahkan daftar tersebut?"

5. Pastikan Segala Keperluan Sudah Disiapkan

Pada contoh diatas, pastikan untuk datang menemui dosen dengan membawa daftar
kelompok yang dimaksud. Jangan menyita waktu dosen dengan mendadak mengerjakan
sesuatu yang seharusnya sudah disiapkan sebelumnya. In fact, just don't take anyone's time
as much as you want.

Akhiri setiap interaksi dengan dosen dengan mengucapkan terima kasih. Baik dalam
komunikasi langsung maupun tak langsung, ucapan terima kasih menjadi penutup interaksi
yang sopan. Tak ada ruginya mengucapkannya, bukan?

  Pada dasarnya, etika seperti ini dapat diterapkan dalam interaksi kita dengan setiap
orang: selalu perkenalkan diri terlebih dahulu, bertenggang rasa karena telah menyita waktu
atau menginterupsi kegiatan orang lain, tidak bernada memerintah, dan ucapkan terima kasih.
Rumus yang mudah untuk diikuti kan, Sobat?5

MODUL 4
4. Etika Akademik Terkait Lingkungan dan Fasilitas Pendidikan

5
https://akupintar.id/info-pintar/-/blogs/5-etika-dasar-berinteraksi-dengan-dosen

9
4.1 Menjaga Lingkungan dan Fasilitas Pendidikan

Etika lingkungan menjadi konsep yang perlu untuk dipahami, karena etika lingkungan
merupakan kajian baru yang membahas hubungan antara ilmu filsafat dan biologi pada
umumnya dan lingkungan pada khususnya contohnya pembahasan tentang paradigma filsafat
etika lingkungan dalam menentukan arah politik hukum lingkungan (Said & Nurhayati,
2020).

Etika ini mengusahakan mengusahakan keseimbangan antara kepentingan individu


dengan kepentingan keseluruhan dalam ekosistem. Perumusan prinsip-prinsip etika
lingkungan bertujuan supaya dapat digunakan sebagai pegangan dan tuntunan bagi perilaku
manusia saat berhadapan dengan alam. Terdapat sembilan prinsip dalam etika lingkungan
(Keraf, 2010), yaitu:

1) Sikap hormat terhadap alam. Alam berhak untuk dihormati karena manusia termasuk
bagian dari alam. Manusia berkewajiban menghargai semua hak makhluk hidup di alam
untuk hidup, tumbuh dan berkembang secara alamiah sesuai dengan tujuan penciptaannya
dengan cara memelihara, merawat, menjaga, melindungi, dan melestarikan alam beserta
seluruh isinya;

2) sikap tanggung jawab. Prinsip tanggung jawab dilakukan secara bersama-sama oleh semua
orang yang dituntut dan terpanggil untuk bertanggung jawab memelihara alam semesta ini
sebagai milik bersama dengan rasa kepemilikan yang tinggi. Jika alam dihargai manusia
sebagai sesuatu yang bernilai bagi dirinya maka rasa tanggung jawab akan muncul dengan
sendirinya dalam diri manusia meskipun yang dihadapinya adalah milik Bersama.

3) Solidaritas kosmis. Prinsip ini mendorong manusia untuk menyelamatkan lingkungan dan
semua kehidupan di alam yang memiliki nilai yang sama dengan kehidupan manusia.
Solidaritas kosmis berfungsi untuk mengontrol perilaku manusia dalam batas-batas
keseimbangan serta mendorong manusia untuk mengambil kebijakan yang berpihak pada
alam dan lingkungan;

4) Kasih sayang dan kepedulian pada alam. Ini merupakan prinsip moral satu arah yang
artinya manusia melakukan suatu tindakan tanpa mengharapkan suatu balasan serta tidak
didasarkan pada pertimbangan kepentingan pribadi tetapi semata-mata untuk kepentingan
alam. Diharapkan semakin mencintai dan peduli terhadap alam akan membuat manusia
semakin berkembang menjadi manusia yang matang dengan karakteristik mental dan spiritual
yang kuat.6

Kampus yang bersih dan rapi adalah dambaan semua warga kampus. Dengan
lingkungan kampus yang bersih dan sehat maka mahasiswa maupun dosen dapat beraktifitas 
dengan suasana yang menyenangkan, dosen juga dapat mengajar dengan nyaman. Kebersihan
lingkungan kampus merupakan tanggung jawab bersama, bukan hanya tnggung jawab
petugas kebersihan. Oleh karena itu, dibutuhkan kesadaran masing-masing dari semua warga
kampus. Ada banyak cara untuk menjaga lingkungan kampus yang bersih dan sehat, misalnya
6
Jurnal Filsafat Indonesia, Vol 3 No 1 Tahun 2020 ISSN: E-ISSN 2620-7982, P-ISSN: 2620-7990

10
membuang sampah pada tempatnya, tidak merokok di sembarang tempat, menyiram kembali
setelah menggunakan toilet kampus, dll. Hal-hal kecil tersebut memang mudah dilakukan,
namun banyak sekali yang masih enggan untuk melakukannya. Kesadaran warga kampus
masih perlu ditingkatkan, agar lingkungan kampus juga bisa terjaga. Mahasiswa merupakan
generasi muda yang paling berperan besar terhadap perubahan suatu lingkungan. Mahasiswa
dianggap agent of change, dimana meraka menjadi seseorang yang membawa perubahan dan
di contoh oleh masyarakat. Mereka harus mempengaruhi orang lain untuk melakukan hal
baik yang bisa berdampak untuk Negara lain, dapat dimulai dengan hidup bersih dari sampah.
Yang dimaksud disini, bukan berarti kita tidak boleh memakai dan menghasilkan sampah, 

Peran mahasiswa disini adalah sadar terhadap lingkungan dan menjaga kebersihan
lingkungan kampus. Sebagai mahasiswa harus bisa menjadi contoh yang baik untuk adik
tingkatnya, serta masyarakat, agar ikut mendukung tercapainya tujuan dalam menjaga
kebersihan lingkungan dari sampah, supaya tidak menyebabbkan penyakit ataupun hal-hal
yang tidka diingkan di masa depan.7

4.2 Mengoptimalkan Fungsi

Fasilitas sekolah masih termasuk salah satu aspek yang perlu diperhatikan di lembaga
pendidikan di Indonesia. Di beberapa sekolah tertentu, fasilitas sekolah masih belum ikut
berkembang dengan kemajuan teknologi, bahkan di pedesaan masih banyak fasilitas sekolah
yang jauh dari kata layak.

Padahal, fasilitas sekolah peranannya sangat penting dalam mendukung kegiatan


belajar mengajar (KBM). Fasilitas sekolah yang dimaksud adalah sarana dan prasarana yang
digunakan oleh semua pihak yang ada di sekolah, baik guru, murid, kepala sekolah, maupun
TU. Jadi bukan hanya untuk guru dan murid saja, fasilitas sekolah bisa berpengaruh terhadap
kualitas sekolah dan pembelajaran. Prasarana adalah alat yang secara tidak langsung
membantu untuk mencapai tujuan dalam pendidikan, seperti lokasi, gedung sekolah,
lapangan olahraga, uang dan lain-lain.

Sementara sarana artinya alat langsung untuk mencapai tujuan pendidikan, misalnya;
papan tulis, buku, laboratorium, perpustakaan dan lain-lain.

Nah, sekarang langsung saja mari kita bahas apa saja peran fasilitas sekolah terhadap proses
berlangsungnya pembelajaran.

1. Membantu siswa untuk bisa lebih fokus dalam belajar

Terkadang beberapa konsep dan pelajaran perlu dijelaskan dengan menggunakan alat
bantu. Gambaran sederhananya, guru yang menerangkan konsep rumus matematika tentunya
akan lebih mudah menyampaikan materi dibandingkan guru yang menjelaskan rumus
matematika hanya secara lisan. Sebab, salah satu peranan fasilitas sekolah adalah membantu

7
http://metala.ukm.ums.ac.id/2020/09/peran-penting-mahasiswa-dalam-menjaga.html

11
guru untuk menjelaskan konsep yang abstrak secara konkrit. Dengan begitu, para siswa akan
lebih bisa menangkap materi pelajaran dan bisa lebih fokus dalam mendengarkan pelajaran.

2. Meningkatkan pengalaman belajar siswa

Selain membuat siswa menjadi lebih fokus dalam belajar, fasilitas sekolah yang baik
juga dapat meningkatkan pengalaman belajar siswa. Misalnya saja seperti dengan alat
teknologi informasi dan komunikasi, guru dapat menjelaskan obyek yang terlalu besar, terlalu
berbahaya, dan obyek lainnya yang sulit untuk dibawa ke lingkungan belajar.

3. Meningkatkan efisiensi waktu dan ruang

Fasiltas sekolah dapat membantu guru, siswa, maupun anggota sekolah lainnya untuk
mengakses atau menyediakan informasi belajar secara bersamaan tanpa hambatan waktu
ataupun ruang. Selain itu, dengan bantuan fasillitas sekolah, siswa dapat belajar dengan lebih
cepat karena bisa menerima pelajaran dengan lebih baik. 

4. Mendukung siswa untuk mengasah potensinya

Potensi siswa tentunya perlu diolah dan diasah secara terus menerus agar bisa
berkembang. Nah, dalam proses ini, fasilitas sekolah sangat berperan penting. Fasilitas
seperti kolam renang, lapangan basket, lapangan futsal, bisa memudahkan siswa untuk
mengasah skill olahraganya. Sementara fasiltias seperti laboratorium bisa mendukung siswa
untuk lebih mendalami kemampuan sainsnya. 

5. Membuat lingkungan belajar menjadi lebih nyaman

Tak bisa dipungkiri, fasilitas sekolah bisa mempengaruhi lingkungan belajar, baik
untuk siswa, guru, staff administrasi, dan pengurus-pengurus sekolah lainnya. Semakin baik
dan lengkap sarana dan prasarana sekolah, maka lingkungan belajar akan semakin nyaman
dan kondusif. Contohnya, ruangan kelas yang bersih dan ber-AC tentunya akan lebih
mendukung KBM, sebab guru dan murid bisa lebih nyaman dan fokus melakukan kegiatan
belajar mengajar. Lingkungan yang nyaman secara tidak langsung juga akan memengaruhi
motivasi siswa untuk belajar. Dengan fasilitas belajar yang memadai, siswa bisa belajar
banyak hal baru dengan cara yang lebih menarik. Untuk itu penting sekali untuk
memerhatikan kondisi dan kelengkapan fasilitas sekolah.8

4.3 Mengahargai Sesama Pengguna

Dalam pendidikan dan pengajaran dosen harus memperhatikan, hal-hal berikut.

a. Melakukan tatap muka di kelas sesuai jadwal yang telah ditetapkan dan
mengajar berdasarkan silabus dan rencana program pembelajaran yang telah
ditentukan dan tidak dibenarkan 10 memanipulasi kehadiran mengajar;
b. Memberikan jadwal bimbingan akademik/perwalian, bimbingan proposal,
skripsi, dan tugas lain sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati;

8
https://pintek.id/blog/fasilitas-sekolah-jangan-diabaikan-ini-5-perannya-dalam-pembelajaran/

12
c. Memperlakukan mahasiswa secara adil tanpa memandang status sosial,
agama, dan ras;
d. Terbuka dalam menyampaikan keilmuan di bidangnya dan menghargai
perbedaan yang terjadi dalam proses belajar mengajar, dan menghindari hal-
hal yang memicu pertentangan antarpribadi dalam proses belajar mengajar;
e. Bebas menyampaikan pikiran, pendapat yang terkait dengan pendidikan dan
pengembangan ilmu pengetahuan secara mandiri dan bertanggung jawab
sesuai dengan kebebasan mimbar akademik;
f. Berdedikasi tinggi dan memiliki integritas dalam mengevaluasi hasil ujian dan
bentuk penugasan lain yang telah disyaratkan dalam ketentuan yang berlaku
dan menetapkan hasil prestasi mahasiswa secara objektif, transparan, dan
akuntabel
g. Memiliki kepedulian yang tinggi terhadap pengembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi;
h. Tidak merokok dalam ruangan kelas dan ruangan kerja di lingkungan kerja
atau di lingkungan kampus;
i. Tidak menggunakan fasilitas kampus tanpa seizin yang berwenang dan
berhemat dalam penggunaan telepon, air, dan listrik yang merupakan
tanggung jawab kampus

Etika yang harus diperhatikan mahasiswa, sebagai berikut.

a. Dalam proses belajar mengajar (kuliah, asistensi, laboratorium, perpustakaan, ujian,


konsultasi dengan dosen pembimbing, dan kegiatan akademik lainnya yang bersifat
akademis) tidak diperkenankan memakai t-shirt/baju tanpa kerah, celana pendek,
celana robek, sandal atau tanpa alas kaki;
b. Menggunakan jaket almamater dan rok yang sopan (bagi wanita) atau celana panjang
(bagi pria) pada saat kegiatan yang mensyaratkannya, baik di dalam maupun di luar
kampus;
c. Dalam mengikuti ujian seminar usulan/proposal penelitian, diwajibkan berapakaian
rapi, berjaket almamater, dan bersepatu;
d. Dalam mengikuti ujian sidang skripsi diwajibkan berpakaian lengkap (fulldress untuk
laki-laki, blazer untuk perempuan), sopan serta bersepatu; dan
e. Tidak diperkenankan menggunakan aksesoris yang mencolok dan tidak sopan ketika
berada dalam lingkungan kampus dan tempat lain ketika berperan atau bertindak
sebagai utusan dari fakultas atau universitas9

MODUL 5
5. Etika Akademik dan Realitas Kontemporer

9
https://matematika.unsil.ac.id/wp-content/uploads/2020/09/Etika-Akademik-FKIP-2019.pdf

13
5.1 Mengenal Paten

Apakah paten itu:


Paten adalah hak eksklusif yang diberikan oleh negara kepada inventor atas hasil invensinya
di bidang teknologi untuk jangka waktu tertentu melaksanakan sendiri invensi tersebut atau
memberikan persetujuan kepada pihak lain untuk melaksanakannya.

Apa itu Invensi:


Invensi adalah ide inventor yang dituangkan ke dalam suatu kegiatan pemecahan masalah
yang spesifik di bidang teknologi berupa produk atau proses, atau penyempurnaan dan
pengembangan produk atau proses.

Siapakah inventor itu:


Inventor adalah seorang atau beberapa orang yang secara bersama-sama melaksanakan ide
yang dituangkan ke dalam kegiatan yang menghasilkan Invensi.

Siapakah pemegang paten?


Pemegang Paten adalah Inventor sebagai pemilik Paten, pihak yang menerima hak atas Paten
tersebut dari pemilik Paten, atau pihak lain yang menerima lebih lanjut hak atas Paten
tersebut yang terdaftar dalam daftar umum Paten.

Apa itu lisensi?


Lisensi adalah izin yang diberikan oleh Pemegang Paten, baik yang bersifat eksklusif maupun
non-eksklusif, kepada penerima lisensi berdasarkan perjanjian tertulis untuk menggunakan
Paten yang masih dilindungi dalam jangka waktu dan syarat tertentu.

Apakah itu Royalti dan Imbalan?


Royalti adalah imbalan yang diberikan untuk penggunaan hak atas Paten.
Imbalan adalah kompensasi yang diterima oleh pihak yang berhak memperoleh Paten atas
suatu Invensi yang dihasilkan, dalam hubungan kerja atau Invensi yang dihasilkan baik oleh
karyawan maupun pekerja yang menggunakan data dan/atau sarana yang tersedia dalam
pekerjaannya sekalipun perjanjian tersebut tidak mengharuskannya untuk menghasilkan
Invensi atau Pemegang Paten atas Invensi yang dihasilkan oleh Inventor dalam hubungan
dinas atau Pemegang Paten dari Penerima Lisensi-wajib atau Pemegang Paten atas Paten
yang dilaksanakan. oleh Pemerintah.

Paten merupakan kekayaan intelektual yang diberikan oleh negara kepada inventor
atas hasil invensinya di bidang teknologi yang mempunyai peranan strategis dalam
mendukung pembangunan bangsa dan memajukan kesejahteraan umum;

Bahwa peningkatan pelindungan paten sangat penting bagi inventor dan pemegang
paten karena dapat memotivasi inventor untuk meningkatkan hasil karya, baik secara
kuantitas maupun kualitas untuk mendorong kesejahteraan bangsa dan negara serta
menciptakan iklim usaha yang sehat;

Jenis perlindungan Paten meliputi:

1. Paten, yang diberikan kepada diberikan untuk Invensi yang baru, mengandung
langkah inventif, dan dapat diterapkan dalam industri.
2. Paten sederhana yang diberikan untuk setiap Invensi baru, pengembangan dari produk
atau proses yang telah ada, dan dapat diterapkan dalam industri.

14
Paten sederhana diberikan untuk Invensi yang berupa produk yang bukan sekadar berbeda
ciri teknis-nya, tetapi harus memiliki fungsi/kegunaan yang lebih praktis daripada Invensi
sebelumnya yang disebabkan bentuk, konfigurasi, konstruksi, atau komponennya yang
mencakup alat, barang, mesin, komposisi, formula, penggunaan, senyawa, atau sistem.

Paten hanya diberikan kepada invensi yang dianggap baru. Invensi dianggap baru jika
pada Tanggal Penerimaan, Invensi tersebut tidak sama dengan teknologi yang diungkapkan
sebelumnya.

Teknologi yang diungkapkan sebelumnya merupakan teknologi yang telah diumumkan di


Indonesia atau di luar Indonesia dalam suatu tulisan, uraian lisan atau melalui peragaan,
penggunaan, atau dengan cara lain yang memungkinkan seorang ahli untuk melaksanakan
Invensi tersebut sebelum:
a. Tanggal Penerimaan; atau
b Tanggal prioritas dalam hal Permohonan diajukan dengan Hak Prioritas.

Pembahasan mengenai Langkah Inventif


Invensi mengandung langkah inventif jika Invensi tersebut bagi seseorang yang mempunyai
keahlian tertentu di bidang teknik merupakan hal yang tidak dapat diduga sebelumnya (minta
tolong diresapi, karena menurut saya ini jadi kata kunci).

Hal yang tidak dapat diduga sebelumnya (non-obvious), misal Permohonan Paten
sikat gigi dengan kepala sikatnya bisa dilepas sehingga dapat dipasang dengan kepala pisau
cukur sehingga dapat difungsikan untuk mencukur. Invensi ini tidak dapat diduga oleh orang
yang ahli dibidangnya.

Untuk menentukan suatu Invensi merupakan hal yang tidak dapat diduga sebelumnya
sebagaimana harus dilakukan dengan memperhatikan keahlian yang ada pada saat
Permohonan diajukan atau yang telah ada pada saat diajukan permohonan pertama dalam hal
Permohonan itu diajukan dengan Hak Prioritas.

Pembahasan terkait Invesi yang dapat diterapkan dalam  industri.


Invensi dapat diterapkan dalam industri jika Invensi tersebut dapat dilaksanakan dalam
industri sebagaimana diuraikan dalam Permohonan.

Invensi berupa produk yang dapat diterapkan dalam industri harus mampu dibuat secara
berulang-ulang (secara massal) dengan kualitas yang sama, sedangkan jika Invensi berupa
proses maka proses tersebut harus mampu dijalankan atau digunakan dalam praktek.

Apakah  semua invensi dapat diberi paten?


Ternyata tidak semua  invensi yang tidak dapat diberi Paten.

Invensi yang tidak data diberi paten, meliputi:

1. proses atau produk yang pengumuman, penggunaan, atau pelaksanaannya


bertentangan dengan peraturan perundang-undangan, agama, ketertiban umum, atau
kesusilaan;
2. metode pemeriksaan, perawatan, pengobatan dan/atau pembedahan yang diterapkan
terhadap manusia dan/atau hewan;

15
metode pemeriksaan merupakan metode diagnosa.
metode perawatan merupakan metode perawatan untuk medis.

Dalam hal pemeriksaan, perawatan, pengobatan, dan pembedahan tersebut menggunakan


peralatan kesehatan, ketentuan ini hanya berlaku bagi Invensi metodenya saja, sedangkan
peralatan kesehatan termasuk alat, bahan, maupun obat, tidak termasuk dalam ketentuan ini.

 teori dan metode di bidang ilmu pengetahuan dan matematika;


 makhluk hidup, kecuali jasad renik; atau

Makhluk hidup mencakup manusia, hewan, atau tanaman, sedangkan jasad renik adalah
makhluk hidup yang berukuran sangat kecil dan tidak dapat dilihat secara kasat mata
melainkan harus dengan bantuan mikroskop, misalnya amuba, ragi, virus, dan bakteri.

 proses biologis yang esensial untuk memproduksi tanaman atau hewan, kecuali proses
nonbiologis atau proses mikrobiologis.

Proses biologis yang esensial untuk memproduksi tanaman atau hewan adalah proses
penyilangan yang bersifat konvensional atau alami, misalnya melalui teknik stek, cangkok,
atau penyerbukan yang bersifat alami

Proses non- biologis atau proses mikrobiologis untuk memproduksi tanaman atau hewan
adalah proses memproduksi tanaman atau hewan yang biasanya bersifat transgenik/ rekayasa
genetika yang dilakukan dengan menyertakan proses kimiawi, fisika, penggunaan jasad renik,
atau bentuk rekayasa genetika lainnya.

Pembahasan mengenai Subjek Paten


Pihak yang berhak memperoleh Paten adalah Inventor atau Orang yang menerima lebih lanjut
hak Inventor yang bersangkutan.

Orang yang menerima lebih lanjut hak Inventor yang bersangkutan misalnya adalah anak dari
Pemegang Paten melalui pewarisan. Jika Invensi dihasilkan oleh beberapa orang secara
bersama-sama, hak atas Invensi dimiliki secara bersama-sama oleh para Inventor yang
bersangkutan.

Kecuali terbukti lain, pihak yang dianggap sebagai Inventor adalah seorang atau beberapa
orang yang untuk pertama kali dinyatakan sebagai Inventor dalam Permohonan berikut kita
akan bahas mengenai Siapa Pemegang Paten dikaitkan dengan Hubungan Kerja dan
Bagaimana Hak Inventor.

Pemegang Paten atas Invensi yang dihasilkan oleh Inventor dalam hubungan kerja
merupakan pihak yang memberikan pekerjaan, kecuali diperjanjikan lain. Ketentuan juga
berlaku terhadap Invensi yang dihasilkan, baik oleh karyawan maupun pekerja yang
menggunakan data dan/atau sarana yang tersedia dalam pekerjaannya. Inventor berhak
mendapatkan imbalan berdasarkan perjanjian yang dibuat oleh pihak pemberi kerja dan
Inventor, dengan memperhatikan manfaat ekonomi yang diperoleh dari invensi dimaksud.

Imbalan dapat dibayarkan berdasarkan:

1. jumlah tertentu dan sekaligus;


2. persentase;
16
3. gabungan antara jumlah tertentu dan sekaligus dengan hadiah atau bonus; atau
4. bentuk lain yang disepakati para pihak.

Dalam hal tidak terdapat kesesuaian mengenai cara perhitungan dan penetapan besarnya
Imbalan, para pihak dapat mengajukan gugatan ke Pengadilan Niaga.

Ketentuan hak atas imbalan tidak menghapuskan hak Inventor untuk tetap dicantumkan
namanya dalam sertifikat Paten. Pencantuman nama Inventor dalam sertifikat pada dasarnya
adalah lazim. Hal itu dikenal sebagai hak moral (moral rights).

Pembahasan Pemegang Paten dalam Hubungan Dinas


Pemegang Paten atas Invensi yang dihasilkan oleh Inventor dalam hubungan dinas dengan
instansi pemerintah adalah instansi pemerintah dimaksud dan Inventor, kecuali diperjanjikan
lain.

Inventor dalam hubungan dinas adalah Aparatur Sipil Negara (ASN).


Instansi pemerintah adalah instansi pemerintah pusat dan instansi pemerintah daerah.

Setelah Paten dikomersialkan, Inventor berhak mendapatkan Imbalan atas Paten yang
dihasilkannya dari sumber penerimaan negara bukan pajak. Dalam hal instansi pemerintah
sebagai Pemegang Paten tidak dapat melaksanakan Patennya, Inventor atas persetujuan
Pemegang Paten dapat melaksanakan Paten dengan pihak ketiga. Terhadap pelaksanaan
Paten, selain Pemegang Paten, Inventor memperoleh Royalti dari pihak ketiga yang
mendapatkan manfaat ekonomi dari komersialisasi Paten tersebut. Paparan diatas  tidak
menghapuskan hak Inventor untuk tetap dicantumkan namanya dalam sertifikat Paten. Setiap
Pemegang Paten atau penerima Lisensi Paten wajib membayar biaya tahunan.

Yang dimaksud dengan biaya tahunan (annual fee) adalah biaya yang harus
dibayarkan oleh Pemegang Paten secara teratur untuk setiap tahun. Istilah itu dikenal juga di
beberapa Negara sebagai biaya pemeliharaan (maintenance fee).

Jangka Waktu Perlindungan Paten


Paten diberikan untuk jangka waktu 20 (dua puluh) tahun terhitung sejak Tanggal
Penerimaan.

Jangka waktu tersebut tidak dapat diperpanjang.


Tanggal mulai dan berakhirnya jangka waktu Paten dicatat dan diumumkan melalui media
elektronik dan/atau media non-elektronik.

Dicatat adalah dicatat dalam daftar umum Paten.


Media elektronik adalah media yang menggunakan elektronik atau energi elektro mekanis
untuk mengakses kontennya, misalnya situs internet.

Media non-elektronik berupa penempatan dalam berita resmi Paten yang diterbitkan secara
berkala oleh Menteri, penempatan pada media khusus yang dengan mudah serta jelas dapat
dilihat oleh masyarakat, antara lain cetakan berkala yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal
Kekayaan Intelektual dan/atau papan pengumuman di kantor Menteri.

Paten sederhana diberikan untuk jangka waktu 10 (sepuluh) tahun terhitung sejak
Tanggal Penerimaan. Secara umum produk atau alat yang dilindungi, diperoleh dalam waktu
yang relatif singkat, dengan cara yang sederhana, dengan biaya yang relatif murah, dan secara

17
teknologi juga bersifat sederhana sehingga jangka waktu pelindungan selama 10 (sepuluh)
tahun dinilai cukup untuk memperoleh manfaat ekonomi yang wajar.

Jangka waktu tersebut tidak dapat diperpanjang.


Tanggal mulai dan berakhirnya jangka waktu Paten sederhana dicatat dan diumumkan
melalui media elektronik dan/atau media non-elektronik.

Sebagai hak eksklusif, Paten dapat dialihkan oleh Inventornya atau oleh yang berhak
atas Invensi itu kepada perorangan atau kepada badan hukum. Dapat beralih atau dialihkan
hanya hak ekonomi, sedangkan hak moral tetap melekat pada diri Inventor. Pengalihan Hak
atas Paten harus dilakukan secara notaril (akta otentik).

Hak atas Paten dapat beralih atau dialihkan baik seluruhnya maupun sebagian karena:

1. pewarisan;
2. hibah;
3. wasiat;
4. wakaf;
5. perjanjian tertulis; atau
6. sebab lain yang dibenarkan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Sebab lain yang dibenarkan oleh peraturan perundang-undangan misalnya pemilikan Paten
karena pembubaran badan hukum yang semula merupakan Pemegang Paten.

Pengalihan hak atas Paten harus disertai dokumen asli Paten berikut hak lain yang berkaitan
dengan Paten.

Pengalihan hak tidak menghapus hak Inventor untuk tetap dimuat nama dan identitasnya
dalam sertifikat Paten.10

5.2 Hak atas Kekayaan Intelektual(HaKI)

1. Administrasi Hak Kekayaan Intelektual

Secara institusional, pada saat ini telah ada Direktorat Jendral Hak Kekayaan
Intelektual yang tugas dan fungsi utamanya adalah menyelenggarakan administrasi hak cipta
paten, merek, desain industri, dan desain tata letak sirkuit terpadu. Direktorat Jenderal Hak
Kekayaan Intelektual (semula disebut Direktorat Jenderal Hak Cipta, Paten dan Merek)
dibentuk pada thaun 1998.

Direktorat Jendral Hak Kekayaan Intelektual yang baik sebagaimana yang diharapkan
oleh masyarakat, baik yang berasal dari dunia industri dan perdagangan, maupun dari institusi
yang bergerak di bidang penelitian dan pengembangan. Sejauh ini pegawai di lingkungan
Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual berjumlah 450 orang. Dibandingkan dengan
yang ada di beberapa negara yang telah maju. Direktorat Jendral HaKI merupakan institusi

10
https://yuridis.id/mengenal-paten/

18
yang relatif masih muda/naru. Oleh sebab itu, dapat dimaklumi seandainya dalam
pelaksanaan tugasnya, masih dijumpai berbagai macam kendala. Walaupun demikian,
melalui berbagai program pelatihan yang intensif telah ada beberapa staf yang
memilikipengetahuan yang cukup memadai guna mendukung peningkatan sistem hak
kekayaan intlektual sebagaimana diharapkan

2. Penegakan Hukum Hak Kekayaan Intelektual

Sebagaimana telah dikemukakan diatas, keterlibatan berbagai pihak secara


terkoordinasi dan intensif sangat diperlukan untuk menjamin terlaksananya sistem hak
kekayaan intelektual yang diharapkan. Sesuai dengan Keputusan Presiden Nomor 189 Tahun
1998, Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia cq. Direktorat Jenderal Hak Kekayaan
Intelektual telah ditugasi melakukan koordinasi dengan semua instansi Pemerintah yang
berkompeten mengenai segala kegiatan dan permasalahan di bidang hak kekayaan
intelektual.

3. Perlindungan hak kekayaan intelektual di bidang indikasi geografis

Article 22, Article 23, Article 24 dari Persetujuan TRIPS sebagaimana pada lampiran
2, mengatur mengenai perlindungan hak kekayaan intelektual di bidang indikasi geografis.
Bila dalam Article 22 diatur ketentuan yang mencakup berbagai produk, dalam Article 23
diatur ketentuan spesifik mengenai perlindungan dalam bentuk indikasi geografis bagi wines
and spirits. Padahal, sebagaimana dimaklumi, ada berbagai hasil alam dan produk hasil
olahan yang dapat diperoleh dari berbagai negara.

Demikian pula halnya dengan Indonesia. Ada beraneka ragam hasil alam dan produk
hasil olahannya yang khas berasal dari Indonesia dan dapat dikategorikan masuk dalam
perlindungan indikasi geografis, baik dalam bentuk hasil pertanian, hasil pemrosesan produk
pertanian, hasil kerajinan tangan, atau hasil industri lain. Oleh karena itu, sehubungan dengan
Article 23, beberapa negara (termasuk Indonesia) telah mengajukan proposal untuk merevisi
ketentuan tersebut sehingga cakupan produk yang dilindungi dapat lebih luas dan tidak hanya
terbatas pada kedua produk tersebut (wines and spirits).11

5.3 Merek Dagang

Apa itu Merek Dagang?

Mengutip Otoritas Jasa Keuangan (OJK) merek dagang adalah lambang yang dipakai
oleh pedagang besar bukan produsen untuk barang yang dibeli dari produsen tanpa lambang
dagang. Sementara itu, bedasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 Tentang Merek
dan Indikasi Geografis, merek dagang adalah merek yang digunakan pada barang yang
diperdagangankan oleh seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama atau badan
hukum untuk membedakan dengan barang sejenis lainnya. Meneruskan catatan Direktorat
Jenderal Kekayaan Intelektual Kementerian Hukum & HAM.
11
Direktorat Jenderal Industri Kecil Menengah Departemen Perindustrian

19
Merek dagang adalah tanda yang dapat ditampilkan secara grafis berupa gambar,
logo, nama, kata, huruf, angka, susunan, warna, dalam bentuk dua atau tiga dimensi, suara,
hologram, atau kombinasi dari dua atau lebih unsur tersebut untuk membedakan barang atau
jasa yang diproduksi oleh orang atau badan hukum dalam kegiatan perdagangan barang
dan/atau jasa.12

MODUL 6
6. Pelanggaran Etika Akademik

6.1 Studi Kasus Moralitas dan Implikasinya

6.1.1 Ushuluddin

Kehidupan identik dengan kumpulan hukum-hukum. Hukum-hukum ini mengatur


semua unsur yang terdapat dalam kehidupan alam semesta. Relasi dan interaksi yang
mengikat di antara berbagai unsur dalam kehidupan alam, merupakan bukti adanya
keterikatan satu sama lain di antara mereka. Manusia sebagai bagian dari unsur alam, dengan
segala kelebihan yang dimilikinya, di samping harus membangun relasi dengan unsur-unsur
di luar dirinya, manusia juga melakukan interaksi dengan sesamanya. Pada saat itu, setiap
tingkah laku manusia akan diidentifikasikan dengan suatu nilai tertentu, yaitu baik dan buruk,
atau benar dan salah. Inilah yang dikenal dengan nilainilai moral, etika, atau akhlak.13
Jika seseorang manusia sekali melakukan kebaikan dan kejahatan, maka kesempatan
untuk mengulangi perbuatan yang serupa semakin bertambah, dan untuk melakukan kebaikan
semakin berkurang. Jika terus menerus melakukan kebaikan atau kejahatan, maka seorang
manusia hampir tidak dapat melakukan perbuatan yang berlawanan. Bahkan hanya sekedar
memikirkannya, karena jika manusia melakukan kejahatan maka hati dan matanya tertutup.14

6.1.2 Pendidikan

Moral berasal dari bahasa latin “mores” yang berarti tata cara, kebiasaan, dan adat.
Perilaku moral berarti perilaku yang sesuai dengan kode moral kelompok sosial. Perilaku tak
bermoral adalah yang tidak sesuai dengan harapan masyarakat. perilaku demikian bukan
disebabkan ketidakacuhan akan harapan masyarakat, melainkan ketidaksetujuan dengan
standar sosial atau kurang adanya perasaan wajib menyesuaikan diri.

Implikasi Perkembangan moral terhadap Pendidikan beberapa strategi yang mungkin


dapat dilakukan guru disekolah dalam membantu perkembangan moral dan spiritual peserta
didik, yaitu :

12
https://katadata.co.id/safrezi/berita/62149d8cb2ced/merek-dagang-adalah-pengertian-dan-cara-
mendaftarkannya
13
Ajat Sudrajat, Pendidikan Moral dalam Perspektif Islam, (Yogyakarta: UNY, 2008), 3.
14
Fazlur Rahman, Tema-Tema Pokok al-Qur’an (Pustaka: Bandung, 1996), 30.

20
1. Memberikan pendidikan moral dan keagamaan melalui kurikulum tersembunyi, yakni
menjadi sekolah sebagai atmosfer moral dan agama secara keseluruhan. Atmosfer
disini termasuk peraturan sekolah dan kelas, sikap terhadap kegiatan akademik dan
ekstra kurikuler, orientasi moral yang dimiliki guru dan pegawai serta materi teks
yang digunakan. Terutama guru dalam hal ini harus mampu menjadi model tingkah
laku yang mencerminkan nilai-nilai moral dan agama. Tanpa adanya model tingkah
laku yang baik dari guru, maka pendidikan moral dan agama yang diberikan disekolah
tidak akan efektif menjadi peserta didik yang moralis dan religius.
2. Memberikan pendidikan moral langsung, yakni pendidikan moral dengan pendekatan
pada nilai dan juga sifat selama jangka waktu tertentu, atau menyatukan nilai-nilai
dan sifat-sifat tersebut kedalam kurikulum. Dalam pendekatan ini, intruksi dalam
konsep moral tertentu dapat mengambil bentuk dalam contoh dan definisi, diskusi
kelas dan bermain peran, atau memberi penghargaan kepada siswa yang berperilaku
secara tepat.
3. Memberikan pendekatan moral melalui pendekatan klarifikasi nilai, yaitu pendekatan
moral tidak langsung yang berfokus pada upaya membantu siswa memperoleh
kejelasan mengenai tujuan hidup mereka dan apa yang berharga untuk dicari. Dalam
klarifikasi nilai, siswa diberikan pertanyaan dan mereka diharapkan untuk memberi
tanggapan, baik secara individual maupun secara kelompok.tujuannya adalah untuk
menolong siswa menentukan nilai mereka sendiri dan menjadi peka terhadap nilai
yang di dapat oleh orang lain.15

6.1.3 Ekonomi

Dua data berikut ini barangkali menarik disandingkan untuk membingkai pola
pembangunan ekonomi nasional. Forbes (2012) baru saja melansir kekayaan para taipan
Indonesia dan memperkirakan harta 40 orang terkaya mencapai Rp 850 triliun. Jumlah
kekayaan itu kira-kira setara 10% PDB (produk domestik bruto) dan 60% APBN-P 2012.
Pada 1993 silam, ekonomi nasional juga sempat heboh karena kekayaan 300 konglomerat
paling top di Indonesia setara 75% APBN (saat itu). Data berikutnya, presiden
mengumumkan pendapatan per kapita juga terus meningkat, di mana pada 2011 mencapai
US$ 3450, meningkat lagi menjadi US$ 5000 pada 2015, dan naik 6 kali lipat pada 2030
menjadi US$ 30.000. Kedua data itu mewartakan berita bahagia: pembangunan ekonomi
terus melaju sehingga memproduksi orang-orang dengan kekayaan yang luar biasa. Tapi, data
itu juga menyimpan bara: ketimpangan pendapatan yang tak terperi.

Menyusun Anak Tangga


Secara teoritis dan empiris telah disampaikan argumen fakta pertumbuhan kesejahteraan
ekonomi nasional yang diiringi dengan ketimpangan pendapatan tersebut. Pandangan yang
15
https://www.inspira.my.id/2021/12/perkembangan-moral-teori-dan.html

21
paling terkenal, globalisasi dan liberalisasi ekonomi menghasilkan kesempatan baru dan luas
sehingga terbuka lebar bagi pelaku ekonomi untuk mengambil aneka peluang ekonomi
tersebut. Liberalisasi dipandang telah menghancurkan tembok pembatas yang menghalangi
individu masuk ke pasar sehingga seluruh potensi ekonomi dapat dioptimalisasikan. Dengan
begitu, liberalisasi dianggap sebagai instrumen paling ampuh untuk mewujudkan ekualisasi
(persamaan) kesempatan bagi seluruh warga berpartisipasi dalam kegiatan ekonomi dan
menjadi sumber penting pertumbuhan ekonomi. Namun, akibat perbedaan yang sangat besar
dalam derajat pengetahuan, kepemilikan kapital, dan intensitas prakarsa antarindividu
menyebabkan hanya warga paling kompetitif yang dapat meraup berkah liberalisasi ekonomi.

Dunia yang Terpisah


Di luar pilihan strategi dan kebijakan pembangunan, kebijakan ekonomi sebetulnya juga
diukur dan dihidupi oleh imperatif moral. Moralitas ekonomi mengangkat kepatutan sosial
atas pilihan-pilihan kebijakan yang diambil. Di AS hari ini muncul keprihatinan yang luar
biasa soal pemusatan aset dan kekayaan ekonomi kepada segelintir orang akibat kebijakan
ekonomi sesat maupun moral hazard yang tak bisa dibendung. Salah satu sumber pemusatan
itu berasal dari praktik kebijakan penggajian pada level korporasi. Pada 1970-an, rata-rata
pembayaran 100 CEO (chief executive officer) paling top di AS hanya 40 kali dari rata-rata
pekerja, namun pada 2000 rata-rata pembayaran CEO itu melesat menjadi 1000 kali lipat!
Secara ekonomis kenyataan itu absah, tapi sesungguhnya secara moral telah bangkrut.
 Itulah yang kemudian mengilhami Jeffrey Sachs (2012) menggunakan istilah “the
devided workplace” (dunia yang terpisah) untuk menjelaskan keganjilan fenomena
ekonomi tersebut.16

6.1.4 Hukum

Positivisme hukum melakukan pemisahan antara hukum dan moralitas. Para


penggagas positivisme hukum memisahkan antara domain hukum dan domain moral. Para
ahli positivisme menetapkan bahwa sifat esensial hukum terlepas dari moral dan tidak
melihat apakah moralitas dipahami berbeda dengan immoralitas, bijaksana atau factual17

Hukum dalam institusi moral berhubungan dengan perilaku manusia yang baik.
Hukum bagaikan mengajukan persyaratan bahwa kehidupan hukum yang baik tercipta dari
anggota masyarakat yang hidup dengan baik pula. Akan tetapi apabila hukum telah menjadi
teknologi maka persyaratan tersebut tidak lagi diperlukan, bergantung pada penggunaan
hukum sebagai teknologi itu dengan baik dan berhasil18

Pada dasarnya dalam positivisme hukum terdapat nilai (values) tetapi hal tersebut
dianggap telah selesai pada saat nilai yang terintegrasi dalam norma telah menjadi hukum
positif. Pemikiran positivisme hukum dengan masih mengakui nilai sebagai bagian dari

16
https://ahmaderani.com/moralitas-ekonomi.html
17
Mathew H.Kramer, Where Law and Moralite Meet, First (United States: Oxford University Press Inc, 2004).
18
Satjipto Rahardjo, Hukum Dan Perilaku (Jakarta: Kompas Media Nusantara, 2009).

22
hukum didasarkan pada pemikiran berbasis filsafat rasionalisme dan empirisme sebagaimana
diajarkan oleh Hans Kelsen.19

Ilmu hukum sendiri sebagai ilmu normatif sekaligus ilmu praktis yang dalam
praktiknya, manusia tidak hanya “berolah seni hukum” tetapi juga “berolah ilmu hukum”.
Manusia tidak sekedar menjalankan praktik hukum tetapi praktik hukum dan hukum positif
diamati, dihimpun, disistematisasi, dijelaskan, disimpulkan dan pada akhirnya menghasilkan
pengetahuan (ilmu) tentang praktik hukum dan hukum positif yang kemudian digunakan
dalam praktik hukum. Walaupun ilmu hukum menjelaskan tetapi dalam perkembangannya
menjadi material bagi ilmu hukum untuk dianalisis lebih lanjut yang kemudian menjadi
material bagi praktik hukum. Demikian seterusnya sehingga membentuk hukum secara
berkesinambungan20

Membahas kedudukan nilai-nilai moral dalam ilmu hukum dan implikasi dalam
penegakannya perlu melihat terlebih dahulu hubungan hukum dengan moral yang pada
hakikatnya memiliki hubungan erat dengan 5 (lima) keterhubungan erat di antaranya21

1. Hukum membutuhkan moral;


2. Hukum dikodifikasikan dan lebih objektif dibandungkan dengan moralitas yang tidak
tertulis;
3. Hukum terkait dengan perbuatan lahiriah sedangkan moral menyangkut terkait
batiniah seseorang;
4. Moralitas adalah “isi minuman hukum”. Norma hukum dan norma moral sama-sama
berisi aturan yang dijadikan pedoman bagi manusia untuk berperilaku, dan;
5. Hukum menyangkut normatif dan batiniah yang mengikat secara moral apabila
diyakini dalam hati, sedangkan moralitas hanya berkaitan dengan sikap batin manusia
(Immanuel Kant). Immanuel Kant mengemukakan bahwa pembentukan hukum
sebagai bagian dari tuntutan moral yang bersifat imperative (setiap orang harus hidup
sesuai dengan prinsipprinsip moral dan undang-undang yang adil22

6.1.5 Dakwah

Dakwah islamiyah merupakan proses transformasi nilai ajaran yang bertujuan untuk
merubah paradigma dan perilaku umat. Untuk itu diperlukan suatu sistem yang jelas
khususnya dalam menyerasikan pesan yang disampaikan dengan tolak ukur hubungan
interaksi komunikasi antar pelaku komunikasinya.23Oleh sebab itu perlu ada kebijakan khusus
terkait dengan aspek keserasian antara pesan yang dikirimkan dengan suasana saling
menerima dan saling menguntungkan, menghindari prasangka akibat hubungan komunikasi
dan melahirkan perilaku yang Islam. Perhatian pada tata nilai ajaran Islam menjadi fokus
19
Samekto, Pergeseran Pemikiran Hukum Dari Era Yunani Menuju Postmodernisme.
20
Sudikno Mertokusumo, Teori Hukum, Pertama (Yogyakarta: Maha Karya Pustaka, 2019).
21
Dimyati, Khudzaifah, Etos Hukum Dan Moral
22
Eman Sulaeman, Delik Perzinaan Dalam Pembaharuan Hukum Pidana Di Indonesia, 1st ed. (Semarang:
Walisongo Press, 2008).
23
(Amin, 2009: 113).

23
utama dalam kajian ini karena untuk dapat mempengaruhi pola perilaku seseorang, menurut
ajaran Islam perlu dibingkai dalam sistem komunikasi yang memberikan efek rasa aman,
nyaman dan tenang, sehingga proses dakwah islamiyah bisa berjalan secara efektif dan
efisien.24

Sistem pers dakwah tentu harus selalu menghadirkan semangat filosofis, nilai dan
idiologi ajara Islam, pers dakwah harus melayani kepentingan umat Islam khususnya dalam
internaliasai, transmisi, difusi dan transformasi ajaran Islam. Sistem pers dakwah merupakan
wujud tanggung jawab sosial artinya pers bertanggung jawab dalam meningkatkan ketahanan
moral, menjaga kesalehan sosial serta membebaskan umat dari degradasi moral.
Menyebarkan dan menginformasikan semangat ketuhanan dan pelaksanaan perbuatan yang
beretika luhur. Artinya pers sebagai media dakwah harus mengembangkan dan menjaga
moralitas dan etika kehidupan masyarakat yang sesuai dengan tuntunan Islam25

6.1.6 Kesehatan

Pengertian Hukum Kesehatan menurut berbagai sumber yaitu :

1. UU RI NO. 23/1992 tentang Kesehatan Hukum Kesehatan adalah semua ketentuan hukum
yang berhubungan langsung dengan pemeliharaan/pelayanan kesehatan. Hal tersebut
menyangkut hak dan kewajiban menerima pelayanan kesehatan (baik perorangan dan lapisan
masyarakat) maupun dari penyelenggaraan pelayanan kesehatan dalam segala aspeknya,
organisasinya, sarana, standar pelayanan medik dan lain-lain.

2. Anggaran Dasar Perhimpunan Hukum Kesehatan Indonesia (PERHUKI) Hukum kesehatan


adalah semua ketentuan hukum yang berhubungan langsung dengan pemeliharaan atau
pelayanan kesehatan dan penerapannya. Hal ini menyangkut hak dan kewajiban baik dari
perorangan dan segenap lapisan masyarakat sebagai penerima pelayanan kesehatan maupun
dari pihak penyelenggara pelayanan kesehatan dalam segala aspek-aspeknya, organisasi,
sarana, pedoman standar pelayanan medic, ilmu pengetahuan kesehatan dan hukum serta
sumber-sumber hukum lainnya. Hukum kesehatan mencakup komponen–komponen hukum
bidang kesehatan yang bersinggungan satu dengan lainnya, yaitu Hukum
Kedokteran/Kedokteran Gigi, Hukum Keperawatan, Hukum Farmasi Klinik, Hukum Rumah
Sakit, Hukum Kesehatan Masyarakat, Hukum Kesehatan Lingkungan dan sebagainya26

3. Prof.H.J.J.Leenen Hukum kesehatan adalah semua peraturan hukum yang berhubungan


langsung pada pemberian pelayanan kesehatan dan penerapanya pada hukum perdata, hukum
administrasi dan hukum pidana. Arti peraturan disini tidak hanya mencakup pedoman
internasional, hukum kebiasaan, hukum yurisprudensi, namun ilmu pengetahuan dan
kepustakaan dapat juga merupakan sumber hukum.27
24
(Ilahi, 2010: 98)
25
Hasyim Hasanah Vol. 4, No. 1 Juni 2016
26
(Konas PERHUKI, 1993)

27
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_pendidikan_dir/03b7efe3b657eb67d4d28815d4e5cabb.pdf

24
6.2 Kondisi dan Faktor -Faktor terjadinya Pelanggaran EA

Faktor yang mempengaruhi pelanggaran etika ,yaitu:

1. Kebutuhan individu 
Misal : cara berpakaiaan yang tidak sopan,melanggar lalu lintas demi kebutuhan
yang mendesak.      
2. Tidak ada pedoman
Misal: seseorang individu tidak mengetahui aturan yang berlaku di sekitarnya
3. Perilaku kebiasaan individu
Misal:Kebiasaan buruk sering dibawa-bawa kedalam kehidupan sehari-hari
4. Lingkungan tidak etis
Misal: lingkungan yang tercemar.
5. Perilaku orang yang ditiru.
Misal: mengikuti gaya bertato dan tindik di telinga bagi laki-laki.28

6.3 Bentuk – Bentuk Pelanggaran EA

Jenis Pelanggaran Akademik

 Pelanggaran Akademik Ringan :

1. Penyontekan dan/ atau perbuatan curang. Adalah perbuatan dengan


sengaja atau tidak, menggunakan atau mencoba menggunakan bahan-
bahan informasi atau alat bantu studi lainnya tanpa izin dari dosen yang
bersangkutan dalam kegiatan akademik.
2. Perbantuan atau percobaan perbantuan Pelanggaran Akademik Ringan.
Adalah perbuatan dengan sengaja atau tidak, membantu atau mencoba
membantu menyediakan sarana atau prasarana yang dapat menyebabkan
terjadinya pelanggaran akademik ringan.
3. Penyertaan dalam Pelanggaran Akademik Ringan. Adalah perbuatan
dengan sengaja atau tidak, bekerjasama atau ikut serta melakukan atau
menyuruh melakukan perbuatan-perbuatan yang menyebabkan terjadinya
pelanggaran akademik ringan.

 Pelanggaran Akademik Sedang :

28
https://rizkiadiputra08.blogspot.com/2012/10/faktor-faktor-yang-mempengaruhi.html

25
1. Perjokian. Adalah perbuatan dengan sengaja atau tidak, menggantikan
kedudukan atau melakukan tugas atau kegiatan untuk kepentingan orang
lain, atas permintaan orang lain atau kehendak sendiri, dalam kegiatan
akademik.
2. Pengulangan atas pelanggaran akademik ringan
3. Perbantuan atau percobaan perbantuan pelanggaran akademik sedang.
Adalah perbuatan dengan sengaja atau tidak, membantu atau mencoba
membantu menyediakan sarana atau prasarana yang dapat menyebabkan
terjadinya pelanggaran akademik sedang.
4. Penyertaan dalam Pelanggaran Akademik Sedang. Adalah perbuatan
dengan sengaja atau tidak, bekerjasama atau ikut serta melakukan atau
menyuruh melakukan perbuatan-perbuatan yang menyebabkan terjadinya
pelanggaran akademik sedang.

 Pelanggaran Akademik Berat :

1. Plagiat. Adalah perbuatan secara sengaja atau tidak sengaja


dalam memperoleh atau mencoba memperoleh kredit atau nilai
untuk suatu karya ilmiah, dengan mengutip sebagian atau
seluruh karya dan/ atau karya ilmiah pihak lain yang diakui
sebagai karya ilmiahnya, tanpa menyatakan sumber secara tepat
dan memadai.
2. Pemalsuan. Adalah perbuatan secara sengaja atau tidak sengaja,
tanpa izin yang berwenang mengganti atau mengubah/
memalsukan nama, tanda tangan, nilai atau transkrip akademik,
ijazah, kartu tanda mahasiswa, tugas-tugas, laporan praktikum,
keterangan, atau laporan dalam lingkup kegiatan akademik.
3. Penyuapan. Adalah perbuatan secara sengaja atau tidak
sengaja, mempengaruhi atau mencoba mempengaruhi orang
lain dengan cara membujuk, memberi hadiah atau ancaman
dengan maksud mempengaruhi penilaian terhadap prestasi
akademiknya.
4. Penghinaan. Adalah perbuatan secara sengaja atau tidak
sengaja, menyampaikan perkataan, tulisan atau dalam bentuk
apapun yang pada pokoknya merendahkan martabat kedudukan
sesama mahasiswa, dosen, staf administrasi maupun pejabat di
lingkungan Universitas Diponegoro.
5. Tindak  pidana  yang  diancam  hukuman  penjara  1  (satu)
tahun  atau  lebih  berdasarkan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
6. Pengulangan atas pelanggaran akademik sedang.
7. Pelanggaran administrasi dan tata tertib berat. Adalah
perbuatan secara sengaja atau tidak sengaja, baik sendiri
maupun kerjasama melakukan perbuatan yang bertentangan
dengan ketentuan tata tertib dan administrasi yang dikeluarkan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.
8. Perbantuan atau percobaan perbantuan Pelanggaran Akademik
Berat. Adalah perbuatan secara sengaja atau tidak sengaja,
membantu atau mencoba membantu menyediakan sarana atau

26
prasarana yang dapat menyebabkan terjadinya Pelanggaran
Akademik Berat.
9. Penyertaan dalam Pelanggaran Akademik Berat. Adalah
perbuatan secara sengaja atau tidak sengaja, bekerjasama atau
ikut serta melakukan atau menyuruh melakukan perbuatan-
perbuatan yang menyebabkan terjadinya Pelanggaran
Akademik Berat.

6.4 Dampak Pelanggaran EA

a. Sanksi Akademik terhadap Mahasiswa

 Sanksi terhadap Pelanggaran Akademik Ringan

1. Peringatan keras secara lisan oleh petugas atau tertulis oleh pimpinan fakultas/ ketua
jurusan/ program studi/ ketua bagian.
2. Pengurangan nilai ujian dan/ atau pernyataan tidak lulus pada matakuliah atau
kegiatan akademik dilaksanakan oleh dosen pengampu yang bersangkutan baik atas
permintaan pimpinan fakultas/ ketua jurusan maupun tidak.

 Sanksi terhadap Pelanggaran Akademik Sedang. Dicabut hak/izin mengikuti kegiatan


akademik untuk sementara oleh pimpinan Universitas Diponegoro paling lama 2 (dua)
semester.
 Sanksi terhadap Pelanggaran Akademik Berat. Setinggi-tingginya pemecatan atau
dikeluarkan (dicabut status kemahasiswaannya secara permanen) oleh pimpinan
Universitas Diponegoro.

b. Sanksi terhadap dosen dan atau tenaga administrasi yang terlibat dalam pelanggaran
akademik ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.29

MODUL 7
7. Mampu Memahami Pelanggaran Etika Akademik

7.1 Studi Kasus Plagiasi dan Implikasinya

Secara etimologis plagiat berasal dari bahasa Inggris Plagiarism yang apabila dirunut
sebenarnya berasal dari bahasa Yunani yaitu Plagiarius berarti penculik atau pencuri karya
tulis. Kemudian di kamus Longman Dictionary of English Language and Culture, plagiarism
didefinisikan sebagai pengambilan gagasan dari karya orang lain kemudian menggunakan
gagasan tersebut dalam karyanya sendiri tanpa memberi penghargaan terhadap penulis
aslinya. Plagiat merupakan tindakan dilarang karna hal itu termasuk kedalam hak pencurian
milik orang lain. Dalam bukunya Soelistyo (2011:99) mengatakan bahwasanya konsep
plagiasi terbagi menjadi dua yaitu auto plagiat dan tradisional plagiat. Autoplagiat (penipuan
daur ulang) adalah perbuatan dengan menggunakan kembali sebagian atau seluruh karya
ilmiah sendiri tanpa menyebutkan bahwa karya tersebut sudah pernah dipublikasikan. Secara
etika keilmuan tidak menyalahi apabila hak cipta dari karya sebelumnya masih sama. Penulis

29
https://www.undip.ac.id/akademik/pelanggaran-akademik?amp=1

27
autoplagiat yang bersangktuan, dianggap ilegal (melanggar) apabila hak cipta dari karya
sebelumnya sudah dialihkan ke pihak lain.

Biasanya sebuah artikel yang separuh isinya mengambil dari karya yang sudah pernah
dipublikasikan bila ketahuan akan ditolak penerbit. Para mitra bestari (peer review) juga
selalu berusaha mengecek unsur “daur ulang” sebelum suatu karya ilmiah atau hasil
penelitian diloloskan dan mereka memiliki takaran penilaian sampai berupa % masih
diijinkan (lazimnya tak lebih 10%). Contoh autoplagiat: satu hasil penelitian dipublikasikan
di dua event seminar yang berbeda.

Perlu dicatat bahwa pemahaman mengenai tindakan plagiat yang perlu diperlakukan
bukan sebagai tindak pelanggaran hukum semata. Sebab, tindakan seperti itu, khususnya
yang dengan sengaja tidak mencantumkan identitas pengarang dalam tulisan yang dikutip,
merupakan contoh nyata bentuk pelanggaran Hak Moral. Konsep Hukum Hak Cipta, Hak
Moral mewajibkan pengutipan ciptaan orang lain dilengkapi dengan catatan mengenai
sumbernya. Bila seseorang mengingkari kewajiban itu, ia melakukan tindak yang oleh UU
Hak Cipta dianggap sebagai pelanggaran hukum. Ancaman pidananya penjara maksimum 2
tahun dan denda paling banyak Rp. 150 juta.

Pengertian ini serupa dengan definisi yang dikutip dari Kamus Besar Bahasa
Indonesia bahwa plagiasi adalah pengambilan karangan (pendapat) orang lain dan
menjadikannya seolah-olah karangan (pendapat) sendiri, misalnya menerbitkan karya tulis
orang lain atas nama dirinya sendiri. Kamus Besar Bahasa Indonesia membedakan secara
tegas istilah plagiat dengan plagiarisme. Plagiariseme ini diartikan sebagai penjiplakan yang
melanggar Hak Cipta. Pelanggaran hak cipta (Copyright infringement), lebih menekankan
aspek hukum. Apakah seseorang dikatakan melanggar copyright atau tidak, tergantung jenis
ijin yang dipegang oleh pemegang hak (penemu/ pembuat aslinya). Sedangkan plagiat
(plagiarism), seperti yang telah disebutkan sebelumnya, lebih menekankan aspek etika
(ethic). Secara sederhana, plagiat diartikan sebagai mengambil atau meniru karya orang lain,
lalu mengakuinya sebagai karya sendiri. Meniru karya orang lain tanpa mencantumkan
sumber aslinya, sama saja dengan mengakui karya orang lain sebagai karya sendiri, yang
disebut plagiat. Plagiat tidak hanya sebatas meminta izin, mendapatkan izin dari pencipta atau
sebatas mencantumkan sumbernya.

Menurut Julissar seperti dikutip (Soelistyo, 2011 : 34) menyimpulkan beberapa


definisi plagiat, atau plagiarisme berdasarkan dari hasil penelitiannya, yaitu:

1. Penggunaan ide tau gagasan orang lain yang tercantum dalam 20 karya tulis tanpa
mencantumkan identitas sumber aslinya.
2. Menggunakan ataupun mengutip kata-kata, kalimat, dan paragraf milik orang lain
dalam sebuah karya tulis tanpa memberi tanda kutip dan/atau mencantumkan sumber
aslinya.
3. Menggunakan ungkapan, uraian, dan penjelasan orang lain dalam sebuah karya tulis
tanpa memberi tanda kutip dan/atau mencantumkan sumber aslinya.
4. Menggunakan fakta berupa data dan informasi milik orang lain yang merupakan hasil
penelitiannya yang dituangkan dalam suatu karya tulis tanpa mencantumkan identitas
sumber aslinya.
5. Mengganti identitas penulis/pencipta dari karya tulis orang lain dengan identitas
sendiri sehingga karya tersebut seolah-olah menjadi karyanya sendiri.

28
Faktor yang mempengaruhi perilaku plagiasi Sebuah perilaku tentu mempunyai latar
belakang tertentu yang menyebabkannya. Demikian juga halnya dengan perilaku plagiarisme.
Tentu ada sebab-sebab tertentu yang menyebabkan perilaku ini muncul. Joe Afaraby (2016 :
56) menyebutkan beberapa hal yang menyebabkan seseorang melakukan plagiarisme, yaitu:

1. Tidak kreatif.
2. Adanya anggapan keliru bahwa semua yang ada di internet dapat dengan bebas
dikutip maupun direproduksi tanpa perlu ijin dari pengarang selama tidak ada
copyright announcement serta beranggapan bahwa pembaca tidak mungkin
mengetahui bahwa hasil karyanya adalah jiplakan.
3. Tergiur untuk menulis dan mempublikasikannya meskipun didapat dari hasil
menjiplak
4. Kurangnya sopan santun penulis.30

DAFTAR PUSTAKA

http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/Kusmarwanti,%20SS.,
%20M.Pd.,%20M.A./ETIKA%20BERDISKUSI.pdf

https://bam.stiki.ac.id/etika-dalam-lingkungan-mahasiswa/

Eman Sulaeman, Delik Perzinaan Dalam Pembaharuan Hukum Pidana Di


Indonesia, 1st ed. (Semarang: Walisongo Press, 2008).

Amin, 2009: 113)

(Ilahi, 2010: 98)

Hasyim Hasanah Vol. 4, No. 1 Juni 2016

30
https://dspace.uii.ac.id/bitstream/handle/123456789/27681/13422133%20Inayah%20Nurtriani.pdf?
sequence=1&isAllowed=y

29
https://www.undip.ac.id/akademik/pelanggaran-akademik?amp=1

file:///C:/Users/ZeroNine/Downloads/2910-9753-1-SM.pdf

Mathew H.Kramer, Where Law and Moralite Meet, First (United States: Oxford
University Press Inc, 2004).

Satjipto Rahardjo, Hukum Dan Perilaku (Jakarta: Kompas Media Nusantara,


2009).

Samekto, Pergeseran Pemikiran Hukum Dari Era Yunani Menuju


Postmodernisme.

Sudikno Mertokusumo, Teori Hukum, Pertama (Yogyakarta: Maha Karya


Pustaka, 2019).

Dimyati, Khudzaifah, Etos Hukum Dan Moral

Farelya, Gita dan Nurrobikha. 2015. Etikolegal dalam Pelayanan Kebidanan.


Yogyakarta: Deepublish

Hanafiah, Jusuf M. dan Amri, Amir. 1999. Etika Kedokteran dan Hukum
Kesehatan. Jakarta: EGC

https://akupintar.id/info-pintar/-/blogs/5-etika-dasar-berinteraksi-dengan-dosen

30

Anda mungkin juga menyukai