Xdocs - PL - Gnagnktumor Wilmskel 6 Wilmslp Askep Kelompok Wilms Tumor
Xdocs - PL - Gnagnktumor Wilmskel 6 Wilmslp Askep Kelompok Wilms Tumor
Di Susun Oleh :
Farizka A. Aisyah (195070209111005)
Agresia L. puspita (195070209111008)
Bella Nove K (195070209111010)
Bella G. Pratitis (195070209111014)
Alvin F. Hendika (195070209111025)
Inggit F. Ashari (195070209111026)
Pesta Marni Silaban (195070209111040)
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis bisa menyelesaikan
tugas Konsep Wilms Tumor/Nefroblastoma Dan Asuhan Keperawatan Wilms
Tumor sebagai salah satu tugas untuk mata kuliah Keperawatan Anak.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ns. Nurona Azizah, S.Kep, M.Biomed
selaku koordinator mata kuliah ini serta kepada pihak-pihak yang telah
membantu penulis selama proses pembuatan makalah ini, sehingga penulis
dapat menyelesaikan makalah
Sebagai manusia yang dhaif, apapun yang ada dan tertera pada makalah
ini tentunya memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari teman-teman semua agar
kedepannya penulis bisa lebih baik lagi dan meningkatkan pengetahuan serta
pengalaman dalam menyelesaikan makalah selanjutnya.
Atas kritik dan sarannya penulis mengucapkan terima kasih. Semoga ilmu
yang tertuang dalam makalah ini bisa mendatangkan manfaat bagi saya
terutama sebagai penulis dan bagi teman-teman semua yang membacanya.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................ii
DAFTAR ISI...............................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN..............................................................................................4
1.1 Latar belakang........................................................................................4
1.2 Rumusan masalah...................................................................................4
1.3 Tujuan.....................................................................................................4
BAB 2 LANDASAN KEPUSTAKAAN............................................................................5
2.1 Laporan Pendahuluan.............................................................................5
2.1.1 Definisi............................................................................................5
2.1.2 Etiologi...........................................................................................5
2.1.3 Faktor Resiko..................................................................................5
2.1.4 Epidemologi...................................................................................6
2.1.5 Patofisiologi....................................................................................6
2.1.6 Manifestasi Klinis...........................................................................8
2.1.7 Klasifikasi........................................................................................9
2.1.8 Pemeriksaan Diagnostik.................................................................9
2.1.9 Tatalaksana Medis.......................................................................10
2.2 Askep Teori...........................................................................................11
2.2.1 Pengkajian....................................................................................11
2.2.2 Diagnosa Keperawatan................................................................13
2.2.3 Konsep Rencana Keperawatan....................................................14
2.2.4 Implementasi Keperawatan.........................................................18
2.2.5 Evaluasi Keperawatan..................................................................19
BAB 3 Penutup.......................................................................................................20
3.1 Kesimpulan...........................................................................................20
3.2 Saran.....................................................................................................20
Daftar pustaka........................................................................................................21
iii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
4
BAB 2 LANDASAN KEPUSTAKAAN
Tumor ginjal tumbuh di embrional primitif sering ditemukan pada bayi dan anak.
Penampakan makroskopis ginjal akan tampak membesar dan keras, sedangkan pada
gambaran histopatologi menunjukkan pembentukan dari abortif glomelurus, gambaran
otot polos, otot serat lintang, tulang rawan dan tulang.
Wilm’s Tumor umumnya terjadi pada anak yang berusia 3-5 tahun. Prognosis dari
anak laki-laki maupun perempuan sama dari semua ras. Biasanya bersifat unilateral dan
bilateral sebanyak 3-10%. Wilms’ Tumor dapat bermetastase ke paru, hati, ginjal sisi
yang lain dan jarang terjadi ke tulang. Tumor tersebut dapat menghasilkan eritopoetin
menyebabkan polisitemia, hiperkalasemia sekunder.
2.1.2 Etiologi
Gambaran umum yang terjadi pada Wilm’s tumor adalah berkaitan dengan
anomali kongenital yang paling umum anomali urogenital (4,4%), hemihipertrofi (2,9%),
dan aniridia sporadik (1,1%).
1. Usia
2. Gen
5
3. Ras
2.1.4 Epidemologi
Terjadinya tumor Wilms di Amerika Serikat dan di seluruh dunia adalah sebagai berikut:
Tumor Wilms mempengaruhi sekitar 10 anak-anak dan remaja per 1 juta
sebelum usia 15 tahun.
Oleh karena itu, kanker ini menyumbang 6-7% dari semua kanker anak di
Amerika Utara.
Akibatnya, sekitar 450-500 kasus baru didiagnosis setiap tahun di benua ini.
Tumor Wilms tampaknya relatif lebih umum di Afrika dan paling jarang di Asia
Timur.
Tumor Wilms relatif lebih umum pada orang kulit hitam daripada pada orang
kulit putih dan jarang terjadi di Asia Timur.
Diperkirakan 6-9 kasus per juta orang-tahun pada orang kulit putih, 3-4 kasus
per juta orang-tahun di Asia Timur dan lebih dari 10 kasus per juta orang-tahun
di antara populasi kulit hitam.
Di antara pasien dengan tumor Wilms unilateral yang terdaftar di semua
protokol NWTSG, rasio pria-wanita adalah 0,92: 1
2.1.5 Patofisiologi
blastoma, stromal, dan turunan epitel. Ada mutasi gen WT1 pada kromosom 11 dan
nefroblastematosis (persistensi blastema ginjal dalam jaringan ginjal. Tumor terdiri dari
tumor komponen epitel (tubulus abortif dan glomeruli) yang dikelilingi oleh
metanephric blastema dan tumor stroma sel spindle yang belum matang. Stroma
mungkin termasuk dibedakan (otot, tulang rawan, tulang, jaringan lemak, jaringan
fibrosa) atau elemen anaplastik. Tumor menekan parenkim ginjal normal. Tumor Wilms
ini terjadi pada parenkim ginjal. Tumor tersebut tumbuh dengan cepat di lokasi yang
dapat unilateral atau bilateral. Pertumbuhan tumor tersebut akan meluas atau
6
menyimpang ke luar renal. Mempunyai gambaran khas berupa glomerulus dan tubulus
yang primitif dan abortif dengan ruangan bowman yang tidak nyata, dan tubulus abortif
oleh sel tumor. Tumor ini pada sistem memperlihatkan warna yang putih atau keabu –
abuan homogen, lunak dan encepaloid. Tumor tersebut akan menyebar hingga ke
abdomen dan dikatakan sebagai suatu massa abdomen. Akan teraba pada abdominal
dengan dilakukan palpasi. Wilms Tumor seperti pada retinoblastoma disebabkan oleh
dua trauma mutasi pada gen supresor tumor. Mutasi pertama adalah inaktivasi alel
pertama dari gen supressor tumor yang menyangkut aspek prozigot dan postzigot.
Mutasi kedua inaktivasi alel kedua dari gen tumor supresor spesifik. Munculnya tomor
wilms sejak dalam perkembangan embrio dan akan tumbuh dengan cepat setelah lahir.
Pertumbuhan tumor akan mengenai ginjal atau pembuluh vena renal dan menyembur
7
Pathway
8
Massa tersebut halus kenyal. Ukuran bervariasi, dalam satu seri diamter
rata-rata mencapai 11 cm, massa pada abdomen rata-rata diketahui orang tua
pada saat pemeriksaan rutin. Kira-kira sebanyak 50% anak mengalami nyeri
perut dan muntah. Umumnya, kondisi pada klien dengan wilm’s tumor sedikit
lebih tua dan tampak lebih sakit daripada klien yang menderita neuroblastoma.
Sekitar 60% penderita mengalami hipertensi hal tersebut dikarenakan
dampak dari iskemia ginjal, biasanya cenderung disebabkan oleh iskemia ginjal,
hipertensi yang berat dan lama menyebabkan klien mengalami gagal jantung.
Pada klien dengan Wilms’ Tumor cenderung memiliki keluhan utama
berupa benjolan pada perut. Jarang mengalami nyeri perut dan hematuria, nyeri
perut dapat timbul pada klien dengan Wilms’ Tumor apabila telah bermetastase
pada ginjal, sedangkan terjadi hematuria apabila tumor tersebut menembus
sistem palveokalises. Kondisi demam seringkali terjadi pada klien dengan Wilms’
Tumor dikarenakan sebagai reaksi analfilaksis tubuh terhadap protein tumor,
lebih dari 50% kasus disertai hipertensi yang sebabnya belum diketahui.
2.1.7 Klasifikasi
Tahap 1.
Tumor terbatas pada ginjal dan sepenuhnya direseksi; kapsul ginjal utuh; tumor
tidak pecah atau dibiopsi sebelum diangkat; pembuluh sinus ginjal tidak terlibat,
dan tidak ada bukti tumor hadir pada atau di luar batas reseksi.
Tahap 2.
Tumor sepenuhnya direseksi; tidak ada bukti tumor pada atau di luar batas
reseksi dicatat; dan tumor melampaui ginjal (penetrasi kapsul ginjal,
keterlibatan sinus ginjal).
Tahap 3.
Sisa, tumor nonhematogen hadir setelah operasi dan terbatas pada perut;
kelenjar getah bening positif di perut atau panggul dicatat; penetrasi melalui
permukaan peritoneum diamati; hadir implan peritoneum; tumor kotor atau
mikroskopis tetap pasca operasi, termasuk margin positif reseksi; dicatat adanya
tumpahan tumor, termasuk biopsi; tumor diobati dengan kemoterapi pra
operasi; dan tumor diangkat dalam lebih dari 1 bagian.
9
Tahap 4.
Metastasis hematogen (mis., Metastasis paru, hati, tulang, otak) atau kelenjar
getah bening di luar perut atau panggul dicatat.
Tahap 5.
Keterlibatan ginjal bilateral oleh tumor hadir saat diagnosis
10
yang berpengalaman. kemoterapi setelah menentukan stadium
penyakit dan biopsi dapat menurunkan ukuran tumor dan
trombus, sehingga menurunkan pula insidens komplikasi bedah
hingga 25%.
b. Tumor-tumor yang tidak dapat dioperasi (inoperable). Tumor-
tumor yang berukuran besar dan melibatkan struktur-struktur
vital membuat reseksi menjadi sulit, insidens komplikasinya tinggi
dan insidens pecahnya tumor juga tinggi. Walaupun demikian,
ukuran tumor dapat diperkecil dengan kemoterapi sehingga
insidens pecahnya tumor dapat diturunkan hingga 50%.
2. Terapi ajuvan Protokol kemoterapi dan radioterapi pasca operasi yang dilakukan
berdasarkan penentuan stadium saat operasi. Terapi radiasi pada tumor Wilms
11
dilakukan dalam kurun waktu dua minggu setelah dilakukannya nefrektomi. Radiasi
lokal, tumor bed dan kelenjar paraaorta dengan batas 1 cm menjadi bagian dalam
Clinical Target Volume (CTV). Dosis yang dianjurkan adalah 10,8 Gy dalam 6 fraksi.
Dalam kasus dimana terjadi ruptur pre operasi, penyebaran ke peritoneum, atau
pecahnya tumor pada saat operasi, keseluruhan abdomen harus diradiasi dengan
dosis 10,5 Gy dalam 7 fraksi. Lapangan radiasi keseluruhan abdomen ini harus
mengikutsertakan seluruh vertebra untuk mencegah terjadinya scoliosis.(Hartanto,
2014).
2.2.1 Pengkajian
a. Identitas Klien
b. Riwayat penyakit sekarang : Klien mengeluh kencing berwarna seperti cucian
daging, bengkak sekitar mata dan seluruh tubuh. Tidak nafsu makan, mual ,
muntah dan diare. Badan panas hanya satu hari pertama sakit
c. Riwayat kesehatan dahulu : Apakah klien pernah mengeluh kelainan pada
ginjal sebelumnya, atau gejala-gejala tumor wilms.
e. Pengkajian Perpola
Suhu badan normal hanya panas hari pertama sakit. Klien mudah
mengalami infeksi karena adanya depresi sistem imun. Adanya mual , muntah
dan anoreksia menyebabkan intake nutrisi yang tidak adekuat.
12
penyerapan kembali air dan natrium pada tubulus yang tidak mengalami
gangguan yang menyebabkan oliguria sampai anuria ,proteinuri, hematuria.
Klien tidak dapat tidur terlentang karena sesak dan gatal karena adanya
uremia. keletihan, kelemahan malaise, kelemahan otot dan kehilangan tonus
6]. Persepsi diri : Anak berharap dapat sembuh kembali seperti semula
13
7]. Hubungan peran : Anak tidak dibesuk oleh teman – temannya karena
jauh dan lingkungan perawatann yang baru serta kondisi kritis menyebabkan
anak banyak diam.
f. Pengkajian fisik
14
2.2.3 Konsep Rencana Keperawatan
15
Diagnosa Keperawatan No. 2
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual dan muntah
Tujuan :
setelah dilakukan tindakan x24 jam diharapkan kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria Hasil :
NOC: Status nutrisi NIC
Skala outcome 1 2 3 4 Konseling nutrisi (5246)
Asupan makanan 1. Anjurkan keluarga untuk mendampingi anak pada saat makan
2. Pantau adanya mual dan muntah
Energy 3. Timbang BB setiap hari
4. Berikan informasi pada keluarga tentang diet klien TKTP
Resiko BB/TB
5. Berikan makanan sedikit tapi sering
6. Berkolaborasi dengan ahli gizi untuk diet klien
Asupan gizi
Keterangan penilaian
1: sangatberat/tidak pernah menunjukkan
2: berat/jarang menunjukkan
3: cukup/ kadang menunjukkan
4: Ringan/sering menunjukkan
5: Tidakada/konsisten
16
Diagnosa Keperawatan No. 3
Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan
Tujuan :setalah dilakukan tindakan x24 jam diharapkan mampu melakukan aktivitas sesuai kemampuan
Kriteria Hasil :
NOC: toleransi terhadap aktivitas NIC
Skala outcome 1 2 3 4 Manajemen energi (0180)
Saturasi O2 ketika beraktivitas 1. Pertahankan tirah baring awal bila terjadi edema hebat
2. Seimbangkan istrahat dan aktivitas bila ambulasi
Frekuensi nadi ketika 3. Rencanakan dan berikan aktivitas tenang
beraktivitas 4. Instruksikan anak untuk istirahat bila ia mulai merasa lelah
17
Diagnosa Keperawatan No. 4
Resiko kekurangan volume cairan ditandai dengan hematuria
Tujuan : setalah dilakukan tindakan 2 x24 jam diharapkan tidak terjadi kekurangan cairan
Kriteria Hasil :
NOC: Keseimbangan Cairan NIC
Skala outcome 1 2 3 4 Pencegahan Perdarahan (4010)
tekanan darah
1. Monitor dengan ketat resiko terjadinya perdarahan pada pasien
2. Catat nilai HB dan hematokrit
denyut nadi radial
3. Monitor TTV Ortostatik
keseimbangan intake dan 4. Pertahankan agar pasien tetap tirah baring jika terjadi perdarahan aktif
output 24 jam 5. Beritahu keluarga pasien untuk pencegahan tindakan invasif
turgor kulit 6. Kolaborasi pemberian tranfusi trombosit (TC) atau plasma segar beku
(FFP)
hematokrit
Pusing
Keterangan penilaian
1: sangatberat/tidak pernah menunjukkan
2: berat/jarang menunjukkan
18
3: cukup/ kadang menunjukkan
4: Ringan/sering menunjukkan
5: Tidakada/konsisten
Implementasi keperawatan merupakan langkah ke empat dalam tahap proses keperawatan dengan melaksanakan berbagai
strategi keperawatan yang telah direncanakan dalam perencanaan. Tahap tindakan keperawatan :
a. Persiapan
b. Pelaksanaan
c. Dokumentasi
19
2.2.5 Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan cara melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari
rencana keperawatan. Jenis evaluasi :
1. Evaluasi formatif
Merupakan evaluasi yang dilakukan pada saat memberikan intervensi
2. Evaluasi sumatif
Merupakan rekapitulasi dan hasil observasi dan analisis status pasien pada waktu tertentu berdasarkan tujuan yang direncanakan
pada tahap perencanaan.
20
BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Tumor Wilms (Nefroblastoma) adalah tumor ginjal yang tumbuh dari sel
embrional primitive diginjal. Tumor Wilms biasanya ditemukan pada anak-anak
yang berumur kurang dari 5 tahun, tetapi kadang ditemukan pada anak yang
lebih besar atau orang dewasa. Tumor Wilms merupakan tumor ginjal padat
yang sering dijumnpai pada anak dibawah umur 10 th dan merupakan kira-kira
10% keganasan pada anak. Paling sering dijumpai pada umur tiga tahun dan
kira-kira 10% merupakan lesi bilateral
3.2 Saran
Demikian saran dari kami semoga apa yang kami suguhkan dapat bermanfaat
bagi kami khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya
21
Daftar pustaka
Behrman, Kliegman & Arvin Nelson, Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak, Jakarta:EGC
22