Anda di halaman 1dari 140

MARKAS BESAR

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA MILIK


MILIKDINAS
DINAS
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN

BAHAN AJAR (HANJAR)


MANAJEMEN KEBENCANAAN

untuk

SEKOLAH INSPEKTUR POLISI SUMBER SARJANA

untu

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

2022
IDENTITAS BUKU

MANAJEMEN BENCANA

Penyusun :

Tim Pokja Lemdiklat Polri T.A. 2022

Editor :

1. Kombes Pol Drs. Agus Salim


2. AKBP Budi Eka Takariawan
3. AKBP Henny Wuryandari S.H
4. Kompol Edwin J.A Humokor, S.H, M.H
5. Apriyuanda Giyant Bayu Pradana STP, M.Sc
6. Penata Yusdan Ibnuza Mahany, S.Pd
7. Bripda Muhamad Aditya Widicaksono

Hanjar Pendidikan Polri


Pendidikan Pembentukan Sekolah Inspektur Polisi Sumber Sarjana

Diterbitkan oleh:

Bagian Kurikulum dan Bahan Ajar Pendidikan Pembentukan


Biro Kurikulum
Lembaga Pendidikan dan Pelatihan Polri
Tahun 2022

Hak cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang menggandakan sebagian atau seluruh isi Bahan Ajar (Hanjar) Pendidikan
Polri ini, tanpa izin tertulis dari Kalemdiklat Polri.
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

DAFTAR ISI

Cover ................................................................................................................. i

Sambutan Kalemdiklat Polri .............................................................................. ii

Keputusan Kalemdiklat Polri .............................................................................. iv

Identitas Buku .................................................................................................... vi

Daftar Isi ............................................................................................................ vii

Pendahuluan ..................................................................................................... 1

Standar Kompetensi .......................................................................................... 1

HANJAR 01 PENANGGULANGAN BENCANA

Pengantar ........................................................................... 2

Kompetensi Dasar ............................................................ 2

Materi Pelajaran ................................................................ 3

Metode Pembelajaran ....................................................... 3

Alat/media, Bahan dan Sumber Belajar ............................. 4

Kegiatan Pembelajaran ...................................................... 5

Tagihan/Tugas ................................................................... 6

Lembar Kegiatan ............................................................... 6

Bahan Bacaan ....................................................................

1. Pengertian bencana dan penanggulangan bencana


7
................................................................................................

2. Jenis – Jenis Bencana .............................................. 11

3. Karakteristik bencana di indonesia ............................. 20

4. Prinsip Penanggulangan Bencana ............................. 24

5. Tahap Penanggulangan Bencana .............................. 25


6. Rangkuman ................................................................ 58
7. Latihan ....................................................................... 61

MANAJEMEN KEBENCANAAN vii


PENDIDIKAN PEMBENTUKAN SEKOLAH INSPEKTUR POLISI SUMBER SARJANA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

HANJAR 02 TEKNIK PENANGGULANGAN BENCANA

Pengantar ........................................................................... 62

Kompetensi Dasar ............................................................ 62

Materi Pelajaran ................................................................ 63

Metode Pembelajaran ....................................................... 64

Alat/media, Bahan dan Sumber Belajar ............................. 65

Kegiatan Pembelajaran ...................................................... 66

Tagihan/Tugas ................................................................... 67

Lembar Kegiatan ............................................................... 67

Bahan Bacaan .................................................................... 68

TEKNIK PENANGGULANGAN BENCANA

1. Teknik Penanggulangan Bencana Banjir ................. 68

2. Teknik Penanggulangan Benacan Gempa Bumi ..... 75

3. Teknik Penanggulangan Bencana Gunung Meletus 78

4. Teknik Penanggulangan Bencana Tsunami ............. 82

5. Teknik Penanggulangan Bencana Tanah Longsor... 86

6. Teknik Penanggulangan Bencana Kebakaran


Bangunan Dan Kebakaran Hutan ..........................
91

7. Teknik Penanggulangan Bencana Kecelakaan


Transportasi (Darat, Laut Dan Udara) ...................
101

8. Teknik Penanggulangan Bencana Wabah Penyakit 112

9. Teknik Penanggulangan Bencana Kerusuhan 117


Sosial

10. Tujuan Penanggulangan Bencana .......................... 123

11. Hak dan Kewajiban Masyarakat dalam 123


Penanggulangan Bencana ....................................

12. Organisasi Sistim Komando Pengendalian 124


MANAJEMEN KEBENCANAAN viii
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN SEKOLAH INSPEKTUR POLISI SUMBER SARJANA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Lapangan ( SKPL ) ................................................

Rangkuman ...................................................................... ..............................


133

Latihan ............................................................................. 135

MANAJEMEN KEBENCANAAN ix
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN SEKOLAH INSPEKTUR POLISI SUMBER SARJANA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

MANAJEMEN KEBENCANAAN
HANJAR

6 JP (270 menit)

Pendahuluan

Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam


dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang
disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau non alam maupun faktor
manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia,
kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.
Jika kita mencermati, maka kita mendapati tiga komponen dalam
pengertian-pengertian di atas, yaitu bencana, kejadian mengancam
(bisa alam maupun non alam), dan faktor manusia. Implikasinya adalah
bencana dan kejadian ancaman (selanjutnya disebut ancaman)
merupakan dua hal yang berbeda, ancaman dapat menjadi bencana
apabila manusia dalam kondisi rentan dan tidak memiliki kemampuan
menghadapi ancaman atau kerentanan terhadap bencana.
Setiap jenis bencana mempunyai karakteristik yang berkaitan dengan
masalah yang diakibatkannya dimana penetapannya ditentukan oleh
komponen penyebab bencana itu sendiri dan besarnya dampak
yang ditimbulkan. Secara keseluruhan karakteristik bencana di
Indonesia dipengaruhi oleh posisi geologis, posisi geografis, posisi
astronomis dan perilaku manusianya yang menghasilkan berbagai
bencana, yaitu banjir, tanah longsor, kekeringan, kebakaran hutan dan
lahan, angin badai, gelombang badai/ pasang, gempa bumi, letusan
gunung api, kegagalan teknologi, dan wabah penyakit.
Bahan Ajar (Hanjar) ini diberikan kepada peserta didik terkait materi
tentang pengertian penanggulangan bencana, teknik penanggulangan
bencana serta peran Polri dalam penanggulangan bencana.Tujuan
diberikannya Hanjar ini yaitu agar peserta didik memahami manajemen
kebencanaan.

Standar Kompetensi

Memahami manajemen kebencanaan.

MANAJEMEN KEBENCANAAN 1
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN SEKOLAH INSPEKTUR POLISI SUMBER SARJANA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

MODUL PENANGGULANGAN BENCANA


01 2 JP (90 menit)

Pengantar
Modul ini membahas materi tentang pengertian bencana dan
penanggulangan bencana, jenis-jenis bencana, karakteristik bencana
di Indonesia, prinsip penanggulangan bencana serta tahapan
penanggulangan bencana.
Tujuan diberikannya modul ini, yaitu agar peserta didik memahami
pengertian penanggulangan bencana.

Kompetensi Dasar(Copper PLATE 14)


1. Memahami penanggulangan bencana.
Indikator hasil belajar:
a. Menjelaskan Pengertian bencana dan penanggulangan
bencana.
b. Menjelaskan jenis-jenis bencana.
c. Menjelaskan karakteristik bencana di Indonesia.
d. Menjelaskan prinsip penanggulangan bencana.
e. Menjelaskan tahap penanggulangan bencana.

MANAJEMEN KEBENCANAAN 2
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN SEKOLAH INSPEKTUR POLISI SUMBER SARJANA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Materi Pelajaran
1. Pokok bahasan:
Penanggulangan bencana.
Sub Pokok Bahasan:
a. Pengertian bencana dan penanggulangan bencana.
b. Jenis-jenis bencana.
c. Karakteristik bencana di indonesia.
d. Prinsip penanggulangan bencana.
e. Tahap penanggulangan bencana.

METODE PEMBELAJARAN
1. Metode Ceramah
Metode ini digunakan untuk menyampaikan materi tentang
penanggulangan bencana.
2. Metode Brainstorming (curah pendapat)
Metode ini digunakan pendidik untuk mengeksplor pendapat peserta
didik tentang materi yang disampaikan.
3. Metode Tanya jawab
Metode ini digunakan untuk tanya jawab tentang materi yang telah
disampaikan.
4. Metode Penugasan
Metode ini digunakan untuk memberikan penugasan kepada
peserta didik untuk membuat resume.

MANAJEMEN KEBENCANAAN 3
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN SEKOLAH INSPEKTUR POLISI SUMBER SARJANA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Alat/Media, Bahan Dan Sumber Belajar


1. Alat/media:
a. White Board.
b. Laptop.
c. LCD.
d. Spidol.
e. Penghapus.
f. Papan flipchart.
g. Laserpoint.
2. Bahan
a. Kertas flipchart.
b. Alat tulis.

3. Sumber belajar:
a. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007
Tentang Penanggulangan Bencana.
b. Peraturan Kapolri Nomor 17 Tahun 2009 tentang Manajemen
Penanggulangan Bencana.
c. Buku Pedoman Latihan Kesiapsiagaan Bencana ( BNPB).
d. Modul Diklat Dasar Manajemen Bencana Pusdiklat BNPB.
e. Buku saku Tanggap Tangkas Tangguh Menghadapi Bencana
(BNPB).

MANAJEMEN KEBENCANAAN 4
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN SEKOLAH INSPEKTUR POLISI SUMBER SARJANA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Kegiatan Pembelajaran

1. Tahap awal: 10 menit


Pendidik melakukan apersepsi:
a. Membuka kelas dan memberikan salam.
b. Pendidik memperkenalkan diri secara singkat.
c. Pendidik menyampaikan tujuan dan materi yang akan
disampaikan dalam proses pembelajaran.

2. Tahap inti: 70 menit


a. Pendidik menyampaikan materi penanggulangan bencana.
b. Peserta didik memperhatikan, mencatat hal-hal penting
tentang materi yang diberikan oleh pendidik.
c. Pendidik memberi kesempatan kepada peserta didik untuk
bertanya/memberikan komentar terkait materi yang
disampaikan.
d. Peserta didik bertanya tentang materi yang belum
dimengerti/dipahami.
e. Pendidik menyimpulkan materi pelajaran yang telah
disampaikan.

3. Tahap akhir: 10 menit


a. Cek penguatan materi.
Pendidik memberikan ulasan dan penguatan materi secara
umum.
b. Cek penguasaan materi.
Pendidik mengecek penguasaan materi dengan bertanya
secara lisan dan acak kepada peserta didik.
c. Keterkaitan mata pelajaran dengan pelaksanaan tugas.
Pendidik menggali manfaat yang bisa di ambil dari materi yang
disampaikan.
d. Pendidik menugaskan peserta didik untuk membuat resume.

MANAJEMEN KEBENCANAAN 5
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN SEKOLAH INSPEKTUR POLISI SUMBER SARJANA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Tagihan/Tugas
Peserta didik mengumpulkan resume dari materi yang telah diberikan
oleh pendidik.

Lembar Kegiatanpe 14)p

Pendidik menugaskan kepada peserta didik untuk membuat resume dari


materi yang telah disampaikan.

MANAJEMEN KEBENCANAAN 6
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN SEKOLAH INSPEKTUR POLISI SUMBER SARJANA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Bahan Bacaan

PENAGGULANGAN BENCANA

1. Pengertian bencana dan penanggulangan bencana


Pengertian bencana dari beberapa ahli masih berbeda-beda
walaupun secara prinsip pengertian mengarah pada konsep yang
sama. Beberapa pengertian bencana diantaranya diungkapkan oleh
UNISDR (2002) bahwa bencana adalah :
“Suatu gangguan serius terhadap keberfungsian masyarakat,
sehingga menyebabkan kerugian yang meluas pada kehidupan
manusia dari segi materi, ekonomi atau lingkungan, dan gangguan
itu melampaui kemampuan masyarakat mengatasi dengan
menggunakan sumberdaya mereka sendiri”.
Sedangkan pengertian bencana menurut Undang - Undang No. 24
tahun 2007 tentang penyelenggaraan penanggulangan bencana
diartikan:
“Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang
mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan
masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor dan/atau faktor non-
alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya
korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda
dan dampak psikologis”.
Dari beberapa pengertian tersebut dapat diambil kata kunci dari
pengertian bencana tersebut yaitu :
a. Kejadian/peristiwa (alam dan non-alam)
b. Menyebabkan gangguan secara meluas terhadap kehidupan
dan penghidupan manusia.
c. Berdampak korban jiwa, kerugian harta-benda dan kerusakan
lingkungan.
d. Masyarakat yang terkena tidak mampu mengatasi, sehingga
membutuhkan bantuan dari luar.

a. Ancaman
Ancaman merupakan kejadian atau kondisi yang berpotensi
menimbulkan kerusakan atau kerugian dan kehilangan jiwa
manusia. Ancaman dapat disebabkan oleh alam, teknologi,
atau manusia. Ancaman berpotensi menimbulkan bencana,
tetapi tidak semua ancaman selalu menjadi bencana.
Ancaman menimbulkan bencana apabila manusia berada
dalam kondisi rentan dan tidak memiliki kemampuan untuk
MANAJEMEN KEBENCANAAN 7
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN SEKOLAH INSPEKTUR POLISI SUMBER SARJANA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

mengatasi akibat-akibat yang ditimbulkan ancaman tersebut.


Sebaliknya, ancaman tidak menjadi bencana apabila manusia
tidak dalam kondisi rentan dan mampu mengatasi akibat yang
ditimbulkannya.
Ancaman bisa dibagi sebagai berikut:
1) Semua yang disebabkan oleh alam: gempa bumi, banjir,
tanah longsor, kekeringan, angin puting beliung, dll.
2) Semua yang disebabkan oleh kekerasan: perang, konflik
senjata, serangan fisik.
3) Semua yang menyebabkan kerusakan: penurunkan
kesehatan, pendidikan dan pelayanan umum.
4) Semua yang disebabkan oleh kegagalan teknologi:
tumpahan minyak, ledakan pabrik, kebakaran,
kebocoran gas, kegagalan transportasi.

MANAJEMEN KEBENCANAAN 8
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN SEKOLAH INSPEKTUR POLISI SUMBER SARJANA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

b. Kerentanan
Manusia yang berada dalam kondisi rentan apabila berada di
lokasi yang berpotensi terpapar oleh ancaman disebut
sebagai kerentanan. Artinya, kerentanan berkaitan langsung
dengan ancaman. Misalnya ancaman gunung berapi
menghasilkan unsur awan panas, lahar, dan batu-batuan di
mana orang-orang yang berada dalam jangkauan atau
wilayahnya dilalui oleh unsur-unsur tersebut disebut dalam
kondisi rentan. Selain kerentanan secara fisik/lokasi, dapat
juga berupa kerentanan sosial karena pengetahuan yang
rendah mengenai bencana, tidak adanya dukungan terhadap
kelompok rentan terutama penyandang disabilitas.

c. Kapasitas
Kapasitas adalah kombinasi dari semua kekuatan dan
sumberdaya yang ada dalam masyarakat, kelompok, atau
organisasi yang bisa mengurangi tingkat risiko atau akibat
bencana. Kapasitas manusia dalam menghadapi akibat yang
ditimbulkan ancaman antara lain:
1) Kapasitas untuk mencegah terjadinya ancaman atau
mengurangi kekuatan/ volume ancaman. Contoh:
a) Kapasitas membuat sistem pengelolaan air dan
daerah resapan mampu mencegah banjir
(pencegahan).
b) Kapasitas membuat kanal air membuat volume air
yang membanjiri sebuah daerah berkurang
(mitigasi).
2) Kapasitas untuk mengurangi kerentanan terhadap
ancaman. Contohnya :
a) Kapasitas berenang dapat mengurangi kerentanan
terhadap ancaman banjir.
b) Penataan perumahan berada di lokasi yang aman
dari ancaman banjir
c) Kebiasaan masyarakat yang tak menghambat
perempuan naik pohon atau berenang akan
mengurangi kerentanan perempuan terhadap
ancaman tsunami.

d. Risiko
Risiko merupakan kemungkinan timbulnya kerugian pada
suatu wilayah dan kurun waktu tertentu, yang timbul karena
suatu bahaya menjadi bencana. Risiko dapat berupa
kematian, luka, sakit, hilang, jiwa terancam, hilangnya rasa
aman, mengungsi, kerusakan atau kehilangan harta dan
MANAJEMEN KEBENCANAAN 9
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN SEKOLAH INSPEKTUR POLISI SUMBER SARJANA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

gangguan kegiatan masyarakat.


Dengan pengertian diatas, ancaman dan bencana merupakan dua
hal yang berbeda, ancaman dapat menjadi bencana apabila
masyarakat sekitar dalam kondisi rentan dan kapasitas yang
rendah, atau memiliki kerentanan terhadap bencana. Sedangkan
potensi atau kemungkinan terjadinya dampak/gangguan yang
meluas sehingga menimbulkan kerusakan dan kerugian diartikan
dengan risiko.
Secara sederhana dalam memahami risiko bencana dapat
digambarkan sebagai berikut:

Gambar Konsep Dasar Risiko Bencana

e. Pengertian Penanggulangan Bencana.


Penanggulangan bencana adalah seluruh kegiatan yang
meliputi aspek perencanaan dan penanganan bencana
sebelum, saat dan sesudah terjadi bencana yang mencakup
pencegahan, pengurangan (mitigasi), kesiapsiagaan,
tanggap darurat dan pemulihan. Tujuan penanggulangan
bencana untuk melindungi masyarakat dari bencana dan
melindungi dari dampak yang ditimbulkannya.
Sistem penanggulangan bencana adalah sistem pengaturan
yang menyeluruh tentang kelembagaan, penyelenggaraan,
tata kerja dan mekanisme serta pendanaan dalam
Penanggulangan Bencana (PB). Sistem ini ditetapkan dalam
pedoman/panduan atau peraturan dan perundang-
undangan.
MANAJEMEN KEBENCANAAN 10
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN SEKOLAH INSPEKTUR POLISI SUMBER SARJANA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Di Indonesia sistem Penanggulangan Bencana (PB)


didasarkan pada kelembagaan yang ditetapkan oleh
pemerintah. Sistem Nasional Penanggulangan Bencana (PB)
berupaya untuk menuju penanggulangan bencana yang tepat
di Indonesia berdasarkan Undang-Undang Nomor 24 Tahun
2007. Dengan dikeluarkannya undang-undang tersebut telah
terjadi perubahan yang signifikan dalam pengelolaan
bencana dari tingkat nasional hingga daerah, diantaranya
dalam hal hukum, peraturan dan perundangan,
kelembagaan, perencanaan, penyelenggaraan
Penanggulangan Bencana (PB), pengelolaan sumber daya
dan pendanaan.

2. Jenis-Jenis Bencana
Bencana dapat terjadi, karena ada dua kondisi yaitu adanya
peristiwa atau gangguan yang mengancam dan merusak (hazard)
dan kerentanan (vulnerability) masyarakat. Hubungan keduanya
dapat digambarkan, bila gangguan atau ancaman tersebut muncul
kepermukaan tetapi masyarakat tidak rentan, maka berarti
masyarakat dapat mengatasi sendiri peristiwa yang mengganggu
tersebut, sementara bila kondisi masyarakat rentan tetapi tidak
terjadi peristiwa yang mengancam maka tidak akan terjadi
bencana. Bencana dibagi ke dalam tiga kategori yaitu:
a. Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh
peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh
alam, antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung
meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor.

MANAJEMEN KEBENCANAAN 11
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN SEKOLAH INSPEKTUR POLISI SUMBER SARJANA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

1) Gempa Bumi
Gempa bumi adalah getaran atau guncangan yang
terjadi di permukaan bumi akibat pelepasan energi dari
dalam secara tiba- tiba yang menciptakan gelombang
seismik. Gempa bumi biasa disebabkan oleh
pergerakan kerak bumi (lempeng bumi).
Jenis gempa bumi: Gempa bumi vulkanik; Gempa bumi
ini terjadi akibat adanya aktivitas magma, yang biasa
terjadi sebelum gunung api meletus. Apabila
keaktifannya semakin tinggi maka akan menyebabkan
timbulnya ledakan yang juga akan menimbulkan
terjadinya getaran atau goyangan pada permukaan
bumi. Biasanya untuk gempa bumi jenis ini hanya
terasa di sekitar gunung api tersebut.
Gempa bumi tektonik; Gempa bumi ini disebabkan oleh
adanya aktivitas tektonik, yaitu pergeseran lempeng
lempeng tektonik secara mendadak yang mempunyai
kekuatan dari yang sangat kecil hingga yang sangat
besar. Gempa bumi ini banyak menimbulkan
kerusakan atau bencana alam di bumi, getaran
gempa bumi yang kuat mampu menjalar keseluruh
bagian bumi. Gempa bumi tektonik disebabkan oleh
perlepasan [tenaga] yang terjadi karena pergeseran
lempengan plat tektonik seperti layaknya gelang karet
ditarik dan dilepaskan dengan tiba-tiba. Tenaga yang
dihasilkan oleh tekanan antara batuan dikenal sebagai
kecacatan tektonik.

Gambar Peta Sebaran Kejadian Gempa Bumi

2) Tsunami
Tsunami adalah serangkaian gelombang air laut besar
hingga menghantam pesisir dengan kecepatan tinggi.
MANAJEMEN KEBENCANAAN 12
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN SEKOLAH INSPEKTUR POLISI SUMBER SARJANA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Tsunami terjadi karena adanya aktivitas di dasar laut


yang disebabkan oleh lentingan lempeng di bawah laut,
letusan gunung api di bawah laut, maupun longsor yang
terjadi di dasar laut. Ciri – ciri umum terjadinya tsunami
adalah gempa bumi, letusan gunung api atau jatuhnya
meteor di dasar laut yang menimbulkan gelombang
besar menuju pesisir laut. Getaran sebelum tsunami
dapat dirasakan sebelum tsunami datang, namun juga
tidak dapat dirasakan sebelumnya atau biasanya
disebut tsunami kiriman. Di laut dalam, gelombang
tsunami dapat merambat dengan kecepatan 500-1000
km per jam setara dengan kecepatan pesawat terbang.

Gambar Sejarah Kejadian Tsunami.

3) Erupsi Gunung Api


Gunung api merupakan peristiwa yang terjadi akibat
endapan magma di dalam perut bumi yang didorong
keluar oleh gas yang bertekanan tinggi. Magma adalah
cairan pijar yang terdapat di dalam lapisan bumi
dengan suhu yang sangat tinggi, yakni diperkirakan
lebih dari 1.000 °C. Cairan magma yang keluar dari
dalam bumi disebut lava. Suhu lava yang dikeluarkan
bisa mencapai 700-1.200 °C. Letusan gunung api yang
membawa batu dan abu dapat menyembur sampai
sejauh radius 18 km atau lebih, sedangkan lavanya bisa
membanjiri sampai sejauh radius 90 km.
Tidak semua gunung berapi sering meletus. Gunung
berapi yang sering meletus disebut gunung berapi aktif.
Gunung berapi yang akan meletus dapat diketahui
melalui beberapa tanda, antara lain:
MANAJEMEN KEBENCANAAN 13
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN SEKOLAH INSPEKTUR POLISI SUMBER SARJANA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

a) Suhu di sekitar gunung naik.


b) Mata air menjadi kering.
c) Sering mengeluarkan suara gemuruh,
kadang disertai getaran (gempa).
d) Tumbuhan di sekitar gunung layu.
e) Binatang di sekitar gunung bermigrasi.

Gambar Peta Sebaran Gunung Api di Indonesia

4) Banjir
Banjir adalah peristiwa terbenamnya daratan oleh air.
Peristiwa banjir timbul jika air menggenangi daratan
yang biasanya kering.
Banjir pada umumnya disebabkan oleh air sungai yang
meluap ke lingkungan sekitarnya sebagai akibat curah
hujan yang tinggi. Kekuatan banjir mampu merusak
rumah dan menyapu fondasinya. Air banjir juga
membawa lumpur berbau yang menutup segalanya
setelah air surut. Banjir adalah hal yang rutin, setiap
tahun pasti datang. Banjir dapat menimbulkan
kerusakan lingkungan hidup berupa:
a) Rusaknya areal pemukiman penduduk.
b) Sulitnya mendapatkan air bersih.
c) Rusaknya sarana dan prasarana penduduk.

MANAJEMEN KEBENCANAAN 14
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN SEKOLAH INSPEKTUR POLISI SUMBER SARJANA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

d) Rusaknya areal pertanian.


e) Timbulnya wabah penyakit.
f) Menghambat transportasi darat.

Gambar Potensi Ancaman Banjir di Indonesia

5) Kekeringan
Kekeringan adalah keadaan kekurangan pasokan air
pada suatu daerah dalam masa yang berkepanjangan,
beberapa bulan hingga bertahun-tahun. Biasanya
kejadian ini muncul bila suatu wilayah secara terus-
menerus mengalami curah hujan di bawah rata- rata.
Musim kemarau yang panjang akan menyebabkan
kekeringan karena cadangan air tanah akan habis
akibat penguapan (evaporasi), transpirasi, ataupun
penggunaan lain oleh manusia. Kekeringan dapat
menjadi bencana alam apabila mulai menyebabkan
suatu wilayah kehilangan sumber pendapatan akibat
gangguan pada pertanian dan ekosistem yang
ditimbulkannya. Dampak ekonomi dan ekologi
kekeringan merupakan suatu proses sehingga batasan
kekeringan dalam setiap bidang dapat berbeda-beda.
Namun demikian, suatu kekeringan yang singkat tetapi
intensif dapat pula menyebabkan kerusakan yang
signifikan.

MANAJEMEN KEBENCANAAN 15
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN SEKOLAH INSPEKTUR POLISI SUMBER SARJANA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Gambar Kekeringan di Indonesia

6) Angin Topan/Angin Puting Beliung


Angin topan adalah pusaran angin kencang dengan
kecepatan 120 km/jam atau lebih yang sering terjadi di
wilayah tropis di antara garis balik utara dan selatan,
kecuali di daerah-daerah yang sangat berdekatan
dengan khatulistiwa. Angin topan disebabkan oleh
perbedaan tekanan dalam suatu sistem cuaca. Angin
paling kencang yang terjadi di daerah tropis ini
umumnya berpusar dengan radius ratusan kilometer di
sekitar daerah sistem tekanan rendah yang ekstrem
dengan kecepatan sekitar 20 km/jam.

Gambar Ilustrasi Angin Topan

MANAJEMEN KEBENCANAAN 16
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN SEKOLAH INSPEKTUR POLISI SUMBER SARJANA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

7) Tanah Longsor

Gambar Kejadian Tanah Longsor

Tanah longsor atau sering disebut gerakan tanah


longsor adalah suatu peristiwa geologi yang terjadi
karena pergerakan massa batuan atau tanah dengan
berbagai tipe dan jenis seperti jatuhnya bebatuan atau
gumpalan besar tanah. Secara umum kejadian longsor
disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor pendorong dan
faktor pemicu. Faktor pendorong adalah faktor- faktor
yang memengaruhi kondisi material itu sendiri,
sedangkan faktor pemicu adalah faktor yang
menyebabkan bergeraknya material tersebut. Meskipun
penyebab utama kejadian ini adalah gravitasi yang
memengaruhi suatu lereng yang curam, ada pula faktor-
faktor lainnya yang turut berpengaruh, yaitu:
a) Erosi yang disebabkan oleh sungai-sungai atau
gelombang laut yang menciptakan lereng-lereng
yang terlalu curam.
b) Lereng bebatuan dan tanah lemah melalui yang
diakibatkan hujan lebat.
c) Gempa bumi menyebabkan tekanan
yang mengakibatkan longsornya lereng- lereng
yang lemah.
d) Gunung berapi menciptakan simpanan debu yang
lengang, hujan lebat dan aliran debu-debu.
e) Getaran mesin, lalu lintas, penggunaan bahan-
bahan peledak, dan bahkan petir.
f) Berat yang terlalu berlebihan, misalnya dari
MANAJEMEN KEBENCANAAN 17
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN SEKOLAH INSPEKTUR POLISI SUMBER SARJANA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

berkumpulnya hujan atau salju.


b. Bencana non - alam adalah bencana yang diakibatkan oleh
peristiwa atau rangkaian peristiwa nonalam yang antara lain
berupa :
1) Kegagalan Teknologi
Kegagalan teknologi adalah semua kejadian bencana
yang diakibatkan oleh kesalahan desain,
pengoperasian, kelalaian dan kesengajaan manusia
dalam penggunaan teknologi dan/atau industri.
Penyebab kegagalan teknologi :
a) Kebakaran.
b) Kegagalan/kesalahan desain keselamatan pabrik/
teknologi.
c) Kesalahan prosedur pengoperasionalan pabrik/
teknologi.
d) Kerusakan komponen.
e) Kebocoran reaktor nuklir.
f) Kecelakaan transportasi (darat, laut, udara).
2) Gagal Modernisasi
Modernisasi pada masyarakat, tentu membawa dampak
positif dan negatif. Contoh dari peristiwa dari gagalnya
modernisasi di Indonesia yaitu peristiwa blackout di
Jakarta, Bogor, Depok, Bekasi, dan Bandung
mengalami pemadaman listrik lebih dari 6 jam yang
terjadi pada tahun 2019. Celakanya, selain pemadaman
listrik, masyarakat juga mengalami kelumpuhan
telekomunikasi baik telepon, maupun Internet. Kondisi
blackout atau kelumpuhan selama 6 jam lebih
menunjukkan ketidaksiapan pemerintah dan juga
lembaga pelayanan publik dalam menghadapi situasi
darurat yang melumpuhkan listrik dan jalur
telekomunikasi. Blackout juga bisa saja tidak hanya
disebabkan oleh bencana alam, tetapi juga bisa
disebabkan karena sabotasi, terorisme, atau perang
siber (cyber war) yang ditujukan untuk menyerang
sektor strategis seperti listrik dan telekomunikasi.
3) Epidemi
Epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang
pola penyebaran penyakit atau kejadian yang
berhubungan dengan kesehatan, beserta faktor-faktor
yang dapat mempengaruhi kejadian tersebut.

Penerapan ilmu epidemiologi dilakukan melalui


MANAJEMEN KEBENCANAAN 18
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN SEKOLAH INSPEKTUR POLISI SUMBER SARJANA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

investigasi terhadap suatu kejadian yang berhubungan


dengan kesehatan agar bisa dikendalikan, misalnya
saat terjadi wabah. Epidemiologi umumnya dilakukan
pada lingkup masyarakat tertentu, mulai dari lingkup
yang kecil hingga lingkup yang lebih besar. Misalnya,
lingkungan perumahan, sekolah, daerah, negara,
hingga dunia. Ada beberapa istilah dalam epidemiologi,
yaitu endemi, epidemi, wabah, dan pandemi. Semua
istilah tersebut berhubungan dengan penyakit-penyakit
yang bersifat serius. Berikut ini adalah penjelasannya:

a) Wabah
Wabah terjadi ketika suatu penyakit mulai
menyebar dan menulari penduduk dengan jumlah
lebih banyak daripada biasanya di dalam suatu
area atau komunitas atau saat musim-musim
tertentu. Wabah biasanya berlangsung dalam
jangka waktu lama, mulai dari hitungan hari hingga
tahun. Tidak hanya di satu wilayah, tetapi wabah
juga bisa meluas ke daerah atau negara lain di
sekitarnya.
Namun, tidak semua penyakit menular dapat
disebut sebagai wabah. Suatu penyakit dapat
dikatakan wabah ketika penyakit tersebut memiliki
kondisi sebagai berikut:
(1) Sudah lama tidak muncul dan menjangkiti
masyarakat.
(2) Datang penyakit baru yang sebelumnya tidak
diketahui.
(3) Penyakit tersebut baru pertama kali
menjangkiti masyarakat di daerah tersebut.
b) Endemi
Penyakit endemi adalah penyakit yang muncul dan
menjadi karekteristik di wilayah tertentu, misalnya
penyakit malaria di Papua. Penyakit ini akan selalu
ada di daerah tersebut, namun dengan frekuensi
atau jumlah kasus yang rendah.
c) Epidemi
Epidemi terjadi ketika suatu penyakit telah
menyebar dengan cepat ke wilayah atau negara
tertentu dan mulai memengaruhi populasi
penduduk di wilayah atau negara tersebut.
Beberapa contoh epidemi yang pernah terjadi
adalah penyakit SARS (Severe Acute Respiratory
Syndrome) pada tahun 2003 yang terjadi di
MANAJEMEN KEBENCANAAN 19
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN SEKOLAH INSPEKTUR POLISI SUMBER SARJANA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

seluruh dunia dan menelan korban ratusan jiwa,


penyakit Ebola di negara-negara Afrika, serta
penyakit yang disebabkan oleh virus Zika.
d) Pandemi
Pandemi adalah wabah penyakit yang terjadi
secara luas di seluruh dunia. Dengan kata lain,
penyakit ini sudah menjadi masalah bersama bagi
seluruh warga dunia. Contoh penyakit yang
tergolong pandemi adalah HIV/AIDS dan COVID-
19.
Tidak hanya itu, influenza yang saat ini tampak
ringan pun dahulu pernah menjadi penyakit yang
masuk ke dalam kategori pandemi dan menjadi
masalah bagi seluruh negara di dunia.
c. Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh
peristiwa atau serangkaian peristiwa yang diakibatkan oleh
manusia yang meliputi konflik sosial antar kelompok atau
antar komunitas masyarakat, dan teror.

3. Karakteristik Bencana di Indonesia


Secara geografis Indonesia merupakan kepulauan yang terletak
pada pertemuan empat lempeng tektonik, yaitu : Benua Asia,
Benua Australia, Lempeng samudera Hindia dan lempeng
Samudera Pasifik. Pada bagian selatan dan timur Indonesia
terdapat sabuk vulkanik (volcanic arc) yang memanjang dari
pulau Sumatera- Jawa- Nusa Tenggara – Sulawesi yan sisinya
berupa pegunungan vulkanik tua dan dataran rendah yang
didominasi rawa- rawa. Kondisi tersebut berpotensi sekaligus
rawan bencana letusan gunun berapi, gempabumi, tsunami,
banjir dan tanah longsor. Data menunjukan bahwa Indonesia
merupakan salah satu negara yang memiliki tingkat kegempaan
yang sangat tinggi di dunia, lebih dari 10 kali tingkat kegempaan
di Amerika Serikat.
Dengan mengetahui letak geografis Indonesia dan letak daerah
yang termasuk beriklim tropis dengan dua musim menjadi
pemicu semakin meningkatnya intensitas ancaman. Sehingga
pembahasan tentang karakteristik bencana di Indonesia
seringkali menyajikan kondisi geografi dan topografi Indonesia
berkaitan dengan bencana-bencana tertentu. Secara umum ini
bertujuan untuk menunjukkan bahwa Indonesia rawan bencana
ditinjau dari letak geografisnya. Namun, pendekatan ini seringkali
membuat waktu lebih banyak digunakan untuk penjelasan
bencana geologis terutama gempa bumi, tsunami, dan gunung
meletus. Akibatnya bencana-bencana lain kurang mendapatkan
perhatian. Karakteristik Bencana di Indonesia lebih berfokus

MANAJEMEN KEBENCANAAN 20
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN SEKOLAH INSPEKTUR POLISI SUMBER SARJANA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

pada identifikasi karakteristik berbagai ancaman yang terjadi di


Indonesia.

Gambar Peta Tektonik di Indonesia

Untuk mengetahui karakteristik dari berbagai ancaman, ada


beberapa indikator yang digunakan (misalnya menggunakan
banjir sebagai contoh):
a. Pemicu
Apa yang menjadi penyebab ancaman? Dalam konteks
banjir, penyebabnya adalah curah hujan yang tinggi dan
volume air yang melebihi kemampuan peresapan air oleh
tanah dan melampaui daya tampung kanal, sungai, dan
sarana penampungan lain.
b. Unsur – unsur yang mengancam
Bagian apa dari ancaman yang membahayakan bagi
manusia, hewan ternak, dan harta benda? Untuk banjir,
unsur yang mengancam antara lain derasnya aliran air,
tingginya air yang meluap, kayu dan benda lain yang
hanyut.

MANAJEMEN KEBENCANAAN 21
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN SEKOLAH INSPEKTUR POLISI SUMBER SARJANA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Gambar Contoh Jumlah Penduduk Terancam

c. Tipe, Kecepatan dan Jarak Ancaman


Apakah serangan bersifat tiba-tiba/perlahan-lahan,
seberapa cepat ancaman dapat mengenai dan berapa jarak
ancaman dari elemen-elemen berisiko? Umumnya banjir
merupakan serangan yang bersifat perlahan-lahan (dari
munculnya tanda - tanda hingga terjadinya banjir dapat
berlangsung antara beberapa hari hingga sekitar
seminggu). Aliran air yang meluap dan seberapa cepat
banjir mencapai tinggi tertentu tergantung pada tingginya
curah hujan, kemiringan tanah, dan jarak wilayah dengan
sungai. Jarak ancaman tergantung dari lokasi dari wilayah-
wilayah yang terkena banjir dari sungai.
d. Tanda - tanda
Peringatan alam atau non-alam apa saja yang menandakan
bahwa kejadian ancaman akan datang? Untuk banjir,
tanda- tanda tergantung pada kondisi di wilayah yang
terkena. Misalnya: hujan deras selama tiga hari berturut-
turut dapat menjadi tanda banjir di wilayah tertentu
sedangkan hujan sehari sudah menjadi tanda banjir di
wilayah lain. Namun demikian ada tanda-tanda umum
seperti volume air di pintu air yang sangat tinggi dan suara
aliran air yang terdengar deras di sungai.
e. Frekuensi
Berapa kali sebuah ancaman datang dalam kurun waktu
tertentu di wilayah yang terancam? Misalnya beberapa
MANAJEMEN KEBENCANAAN 22
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN SEKOLAH INSPEKTUR POLISI SUMBER SARJANA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

desa di daerah Meulaboh, Propinsi Daerah Istimewa Aceh


biasanya mengalami banjir selama dua kali dalam setahun.
f. Periode
Kapan biasanya banjir melanda sebuah wilayah? Misalnya
banjir biasanya terjadi di bulan November dan Januari di
beberapa desa di Meulaboh. Atau banjir di Jakarta
umumnya datang antara bulan Januari hingga Maret.
g. Durasi
Berapa lama biasanya ancaman tersebut melanda? Untuk
banjir, jangka waktu serangan bisa berkisar antara satu hari
hingga 1-2 minggu, tergantung dari kondisi wilayah.
h. Akibat Kerusakan
Apa kerugian atau kerusakan yang muncul? Banjir dapat
menyebabkan kematian, luka-luka, rusak dan hilangnya
harta benda, rusaknya lahan pertanian dll tergantung dari
besarnya banjir.
i. Akar Penyebab
Apa yang menjadi akar penyebab bencana (mengapa
ancaman banjir menjadi bencana bagi masyarakat yang
terkena)? Akar penyebab banjir tergantung pada dinamika
di wilayah yang terkena. Beberapa penyebab antara lain
penebangan hutan di daerah yang lebih tinggi,
penyempitan daerah aliran sungai, dan tidak adanya sistem
peringatan dini. Di wilayah lain, penyebabnya adalah
kurangnya resapan air, mampatnya gorong gorong, dan
kurangnya sarana penampungan air seperti situ dan waduk.
Karakteristik suatu ancaman tertentu di sebuah daerah tentu saja
berbeda dari daerah lain. Banjir di suatu daerah memiliki
karakteristik yang berbeda dengan daerah lain. Begitu juga
dengan ancaman-ancaman lainnya. Di sini, penting sekali bagi
pemerintah dan masyarakat untuk mengidentifikasikan
karakteristik spesifik dari ancaman di wilayahnya, dan tidak
berhenti pada memahami karakteristik dari ancaman secara
umum. Karakteristik bencana dapat diidentifikasikan dengan
mengetahui sejarah bencana di wilayah yang bersangkutan.
Pemahaman ancaman secara spesifik akan membantu
masyarakat dalam menentukan strategi-strategi pengurangan
risiko bencana di wilayahnya.

MANAJEMEN KEBENCANAAN 23
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN SEKOLAH INSPEKTUR POLISI SUMBER SARJANA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

4. Prinsip Penanggulangan Bencana.


Prinsip – Prinsip Penanggulangan Bencana berdasarkan UU No.
24 Tahun 2007 adalah sebagai berikut:
a. Cepat dan Akurat
Bahwa dalam penanggulangan bencana harus dilaksanakan
secara cepat dan tepat sesuai dengan tuntutan keadaan.
b. Prioritas
Apabila terjadi bencana, kegiatan penanggulangan harus
mendapat prioritas dan diutamakan pada kegiatan
penyelamatan jiwa manusia.
c. Koordinasi
Penanggulangan bencana didasarkan pada koordinasi yang
baik dan saling mendukung.
d. Keterpaduan
Penanggulangan bencana dilakukan oleh berbagai sektor
secara terpadu yang didasarkan pada kerja sama yang baik
dan saling mendukung.
e. Berdaya Guna
Dalam mengatasi kesulitan masyarakat dilakukan dengan
tidak membuang waktu, tenaga, dan biaya yang berlebihan.
f. Berhasil Guna
Kegiatan penanggulangan bencana harus berhasil guna,
khususnya dalam mengatasi kesulitan masyarakat dengan
tidak membuang waktu, tenaga, dan biaya yang berlebihan.
g. Transparansi
Penanggulangan bencana dilakukan secara terbuka dan
dapat dipertanggungjawabkan.
h. Akuntabilitas
Penanggulangan bencana dilakukan secara terbuka dan
dapat dipertanggungjawabkan secara etik dan hukum.
i. Kemitraan
Kerjasama antar seluruh komponen dalam menanggulangi
bencana.
j. Pemberdayaan
Peningkatan pemahaman kepada masyarakat untuk terlibat
dalam penanggulangan bencana di wilayahnya.
k. Nondiskriminasi
Negara dalam penanggulangan bencana tidak memberikan
perlakuan yang berbeda terhadap jenis kelamin, suku,
MANAJEMEN KEBENCANAAN 24
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN SEKOLAH INSPEKTUR POLISI SUMBER SARJANA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

agama, ras, dan aliran politik apa pun.


l. Nonproletisi
Dilarang menyebarkan agama atau keyakinan pada saat
keadaan darurat bencana, terutama melalui pemberian
bantuan dan pelayanan darurat bencana.

5. Tahap Penanggulangan Bencana


Dalam upaya penanggulangan bencana, dilaksanakan melalui 3
(tiga) tahapan sebagai berikut:
a. Tahap pra-bencana yang dilaksanakan ketika tidak terjadi
bencana dan terdapat potensi bencana
b. Tahap tanggap darurat yang diterapkan dan dilaksanakan
pada saat sedang terjadi bencana.
c. Tahap pasca bencana yang diterapkan setelah terjadi
bencana.
Dalam keseluruhan tahapan penanggulangan bencana tersebut,
ada 3 (tiga) manajemen yang dipakai yaitu :
3) Manajemen Risiko Bencana
1) Pengertian
Adalah pengaturan/manajemen bencana dengan
penekanan pada faktor-faktor yang bertujuan
mengurangi risiko saat sebelum terjadinya bencana.
Manajemen risiko ini dilakukan dalam bentuk :
a) Pencegahan bencana
Serangkaian kegiatan yang dilakukan sebagai
upaya untuk menghilangkan dan/atau mengurangi
ancaman bencana.
b) Mitigasi
Serangkaian upaya untuk mengurangi risiko
bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun
penyadaran dan peningkatan kemampuan
menghadapi ancaman bencana.
c) Kesiapsiagaan
Serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk
mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian
serta melalui langkah yang tepat guna dan
berdaya guna. Kesiapsiagaan ini sebenarnya
masuk manajemen darurat, namun letaknya di pra
bencana. Dalam fase ini juga terdapat peringatan
dini yaitu serangkaian kegiatan pemberian
peringatan sesegera mungkin kepada masyarakat
tentang kemungkinan terjadinya bencana pada
MANAJEMEN KEBENCANAAN 25
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN SEKOLAH INSPEKTUR POLISI SUMBER SARJANA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

suatu tempat oleh lembaga yang berwenang.


d) Pengurangan risiko bencana
Konsep dan praktek mengurangi risiko bencana
melalui upaya sistematis untuk menganalisa dan
mengurangi faktor-faktor penyebab bencana.
Mengurangi paparan terhadap bahaya,
mengurangi kerentanan manusia dan properti,
manajemen yang tepat terhadap pengelolaan
lahan dan lingkungan, dan meningkatkan kesiapan
terhadap dampak bencana merupakan contoh
pengurangan risiko bencana.
Pengurangan risiko bencana meliputi disiplin
manajemen bencana, mitigasi bencana dan
kesiapsiagaan bencana, tetapi pengurangan risiko
bencana juga merupakan bagian dari
pembangunan berkelanjutan. Agar kegiatan
pembangunan dapat berkelanjutan mereka juga
harus mengurangi risiko bencana.

Gambar Periode Frekuensi Bencana

2) Tahapan Manajemen Risiko Bencana

MANAJEMEN KEBENCANAAN 26
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN SEKOLAH INSPEKTUR POLISI SUMBER SARJANA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Manajemen risiko bencana adalah


pengaturan/manejemen bencana dengan penekanan
pada faktor-faktor yang bertujuan mengurangi risiko
saat sebelum terjadinya bencana. Manajemen risiko ini
dilakukan dalam bentuk:
a) Pencegahan bencana adalah serangkaian
kegiatan yang dilakukan sebagai upaya untuk
menghilangkan dan/atau mengurangi ancaman
bencana.
b) Mitigasi adalah serangkaian upaya untuk
mengurangi risiko bencana, baik melalui
pembangunan fisik maupun penyadaran dan
peningkatan kemampuan menghadapi ancaman
bencana.
Sebagai sebuah kegiatan yang integral dengan
semua kegiatan pembangunan, maka upaya
upaya Pencegahan dan Mitigasi memiliki
beberapa nilai strategis, seperti :
1) Mencegah/Mengurangi hilangnya nyawa,
harta benda, dan kerusakan hasil
pembangunan.
2) Mengurangi pengeluaran untuk tanggap
darurat dan pemulihan.
3) Melanggengkan pembangunan secara
berkelanjutan.
4) Mengurangi stres dan beban psikologis
kegiatan tanggap darurat dan pemulihan
c) Kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatan yang
dilakukan untuk mengantisipasi bencana melalui
pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat
guna dan berdaya guna. Kesiapsiagaan ini
sebenarnya masuk manajemen darurat, namun
letaknya di pra bencana. Dalam fase ini juga
terdapat peringatan dini yaitu serangkaian
kegiatan pemberian peringatan sesegera mungkin
kepada masyarakat tentang kemungkinan
terjadinya bencana pada suatu tempat oleh
lembaga yang berwenang.
d) Pengurangan risiko bencana adalah konsep dan
praktek mengurangi risiko bencana melalui upaya
sistematis untuk menganalisa dan mengurangi
faktor-faktor penyebab bencana. Mengurangi
paparan terhadap bahaya, mengurangi kerentanan
manusia dan properti, manajemen yang tepat
terhadap pengelolaan lahan dan lingkungan, dan
MANAJEMEN KEBENCANAAN 27
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN SEKOLAH INSPEKTUR POLISI SUMBER SARJANA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

meningkatkan kesiapan terhadap dampak


bencana merupakan contoh pengurangan risiko
bencana.
Pengurangan risiko bencana meliputi disiplin
manajemen bencana, mitigasi bencana dan
kesiapsiagaan bencana, tetapi pengurangan risiko
bencana juga merupakan bagian dari
pembangunan berkelanjutan. Agar kegiatan
pembangunan dapat berkelanjutan mereka juga
harus mengurangi risiko bencana.
3) Aktivitas Manajemen Risiko
Jadi pada intinya kita bisa melihat bahwa ada 4 (empat)
aktivitas yang harus dilakukan dalam manajemen
risiko ini:
a) Identifikasi risiko dan tingkat kerentanan.
Risiko adalah prakiraan/probabilitas potensi
kerugian yang ditimbulkan oleh bencana
padasuatu wilayah dalam kurun waktu tertentu
sepertikematian, luka, sakit, jiwa terancam,
hilangnyarasa aman, mengungsi, kerusakan atau
kehilanganharta, dan gangguan kegiatan
masyarakat.
Secara konvensional risiko dinyatakan dalam
persamaan:
R = RisikoBencana
H = Hazard(bahaya)
v = vulnerability (kerentanan)
C = Capacity (kemampuan)
Sejumlah disiplin ilmu juga mencakup konsep
keterpaparan untuk secara khusus merujuk pada
aspek kerentanan fisik. Lebih dari sekedar
mengungkapkan kemungkinan adanya kerugian
fisik, sangat penting untuk mengakui bahwa risiko-
risiko dapat bersifat melekat atau dapat diciptakan
atau ada dalam sistem-sistem sosial. Penting
untuk mempertimbangkan konteks sosial dimana
risiko terjadi dan oleh karenanya penduduk tidak
mesti mempunyai persepsi yang sama tentang
risiko dan akar-akar penyebabnya.
Risiko (risk): Kemungkinan akan kehilangan yang
bisa terjadi sebagai akibat kejadian buruk, dengan
akibat kedaruratan dan keterancaman. Bahaya
(hazard): Potensi akan terjadinya kejadian alam
atau ulah manusia dengan akibat negatif.
MANAJEMEN KEBENCANAAN 28
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN SEKOLAH INSPEKTUR POLISI SUMBER SARJANA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Keterancaman (vulnerability): Akibat yang timbul


dimana struktur masyarakat, pelayanan dan
lingkungan sering rusak atau hancur akibat
dampak kedaruratan. Adalah kombinasi mudahnya
terpengaruh (susceptibility) dan daya bertahan
(resilience). Resilience adalah bagaimana
masyarakat mampu bertahan terhadap
kehilangan, dan susceptibility adalah derajat
mudahnya terpengaruh terhadap risiko. Dengan
kata lain, ketika menentukan keterancaman
masyarakat atas dampak kedaruratan, penting
untuk memastikan kemampuan masyarakat
beserta lingkungannya untuk mengantisipasi,
mengatasi dan pulih dari bencana. Jadi dikatakan
sangat terancam bila dalam menghadapi dampak
keadaan bahaya hanya mempunyai kemampuan
terbatas dalam menghadapi kehilangan dan
kerusakan, dan sebaliknya bila kurang
pengalaman menghadapi dampak keadaan
bahaya namun mampu menghadapi kehilangan
dan kerusakan, dikatakan tidak terlalu terancam
terhadap bencana dan kegawatdaruratan.
Yang perlu diidentifikasi antara lain jenis atau sifat
bencana, lokasi, berapa besar tingkat kekuatannya
(intensitas), jangka waktu dari bencana-bencana
sebelumnya untuk bisa melihat tingkat probabilitas
atau frekuensi timbulnya ancaman atau risiko
bencana. Keadaan dan tingkat kerentanan dari
masyakarat dan sumber daya lainnya termasuk
infrastruktur juga harus diidentifikasi.
b) Mengkaji risiko dan tingkat kerentanan.
Dalam tahapan ini risiko yang ada harus dianalisa
untuk melihat berapa besar tingkat bahayanya,
begitu pula tingkat kerentanannya harus dianalisa
untuk dapat mengetahui kapasitas dari
masyarakat dan sumber daya yang tersedia untuk
mengurangi risiko atau dampak dari bencana.
Proses Perencanaan Terhadap Bencana (Risk
Assessment / Penilaian Risiko)
a) Tentukan hal yang akan direncanakan.
b) Tetapkan komite perencanaan.
c) Lakukan penilaian risiko.
d) Tentukan tujuan perencanaan.
e) Tentukan pertanggungjawaban.
f) Analisis sumberdaya.
MANAJEMEN KEBENCANAAN 29
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN SEKOLAH INSPEKTUR POLISI SUMBER SARJANA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

g) Kembangkan sistem dan prosedur.


h) Tulis rencana.
i) Latih tenaga.
j) Tes rencana, tenaga dan prosedur.
k) Tinjau ulang rencana.
l) Perbaiki rencana.
Setiap risiko yang dihadapi mempunyai 4 alternatif
penanganan yaitu:
(1) Menghindari risiko (pencegahan), dilakukan
apabila kita tidak mampu melawan risiko
yang akan terjadi, maka kita harus
menghindari dengan cara relokasi, membuat
peraturan tata ruang yang melarang berada
di tempat tersebut.
(2) Mengurangi risiko (mitigasi), dilakukan jika
risiko tersebut masih dalam batas
kemampuan untuk ditangani, maka kita
lakukan upaya mitigasi yang dapat berupa
mitigasi struktural maupun mitigasi non-
struktural.
(3) Mengalihkan risiko (transfer), dilakukan jika
risiko yang seharusnya kita terima dialihkan
pada pihak lain, hal ini untuk meringankan
beban penerima risiko. Hal ini dilakukan
dengan cara membayar asuransi.
(4) Menerima risiko (Risk Acceptance) adalah
risiko sisa yang harus kita terima setelah
upaya-upaya diatas dilaksanakan.
c) Evaluasi.
Risiko dan tingkat kerentanan tersebut harus
dievaluasi untuk menentukan risiko mana yang
memerlukan prioritas dan penanggulangan.
Kunci pendekatan berdasar risiko menghadapi
bahaya diterima dalam bentuk tingkat rasa aman
yang memadai dan secara ekonomik. Baik definisi
dari tingkat rasa aman yang memadai dan
kuantifikasi tampilan ekonomik tidak dapat dibuat
hanya oleh para ahli. Nilai dan tanggapan sosial
mungkin merupakan faktor lebih penting dalam
membentuk rasa aman dari pada risiko nyata
sendiri.
Satu masalah yang belum jelas adalah opini publik
dalam proses keputusan. Ini mungkin karena jarak
MANAJEMEN KEBENCANAAN 30
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN SEKOLAH INSPEKTUR POLISI SUMBER SARJANA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

antara ilmu sosial (termasuk proses evaluasi


publik) dan ilmu administratif atau teknik (yang
bertanggung jawab pada kebanyakan risiko
nyata). Usaha saat ini adalah menjembatani jarak
tersebut dengan mengembangkan model yang
seakurat mungkin menunjukkan persepsi dan
evaluasi publik akan risiko yang diharapkan hingga
pembuat keputusan dapat menggunakan hal ini.
Dengan kata lain, dianjurkan bahwa pandangan
publik tentang evaluasi risiko secara normatif (dari
pada emperik-deskriptif) akan memperbaiki
keputusan yang dibuat dalam pengelolaan
bencana.
d) Pelaksanaan pengurangan risiko bencana
berdasarkan evaluasi yang dibuat.
Pelaksanaan pengurangan risiko dilakukan lintas
sektor dan lintas wilayah oleh berbagai pihak
dalam pembangunan, baik pemerintah, wasta,
masyarakat, perguruan tinggi, dan organisasi
masyarakat.
4) Manajemen Kedaruratan
1) Pengertian
Adalah pengaturan upaya penanggulangan bencana
dengan penekanan pada faktor-faktor pengurangan
jumlah kerugian dan korban serta penanganan
pengungsi saat terjadinya bencana dengan fase nya
yaitu:
Tanggap darurat bencana adalah serangkaian kegiatan
yang dilakukan dengan segera pada saat kejadian
bencana untuk menangani dampak buruk yang
ditimbulkan, yang meliputi kegiatan penyelamatan dan
evakuasi korban, harta benda, pemenuhan kebutuhan
dasar, perlindungan, pengurusan pengungsi,
penyelamatan, serta pemulihan prasarana dan sarana.
Penanganan darurat bencana menjadi tiga status, yaitu:
a) Siaga Darurat, Status Siaga Darurat adalah
keadaan ketika potensi ancaman bencana sudah
mengarah pada terjadinya bencana yang ditandai
dengan adanya informasi peningkatan ancaman
berdasarkan sistem peringatan dini yang
diberlakukan dan pertimbangan dampak yang
akan terjadi di masyarakat.
b) Status Tanggap Darurat adalah keadaan ketika
ancaman bencana terjadi dan telah mengganggu
kehidupan dan penghidupan sekelompok

MANAJEMEN KEBENCANAAN 31
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN SEKOLAH INSPEKTUR POLISI SUMBER SARJANA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

orang/masyarakat.
c) Status Transisi Darurat ke Pemulihan adalah
keadaan ketika ancaman bencana yang terjadi
cenderung menurun eskalasinya dan/atau telah
berakhir, sedangkan gangguan kehidupan dan
penghidupan sekelompok orang/masyarakat
masih tetap berlangsung
2) Tujuan umum dari tanggap darurat
a) Memastikan keselamatan sebanyak mungkin
korban dan menjaga mereka dalam kondisi
kesehatan sebaik mungkin.
b) Menyediakan kembali kecukupan diri dan
pelayanan- pelayanan dasar secepat mungkin
bagi semua kelompok populasi, dengan perhatian
khusus bagi mereka yang paling membutuhkan
yaitu kelompok paling rentan baik dari sisi umur,
jenis kelamin dan keadaan fisiknya.
c) Memperbaiki infrastruktur yang rusak atau hilang
dan menggerakkan kembali aktivitas ekonomi
yang paling mudah.
d) Dalam situasi konflik kekerasan, tujuannya adalah
melindungi dan membantu masyarakat sipil
dengan memahami bentuk kekerasan yang
mungkin manifestasinya berbeda bagi korban
lelaki, perempuan dan anak-anak. Kekerasan
dalam situasi konflik yang dialami perempuan
seperti kekerasan seksual tak selalu mudah
terungkap terutama jika kaum lelaki dari kelompok
korban menyembunyikan fakta itu untuk menjaga
harga diri kelompok.
e) Dalam kasus pengungsian, tujuannya adalah
mencari solusi- solusi yang bertahan lama secepat
mungkin.
3) Proses Tanggap Darurat
Secara umum proses kegiatan tanggap darurat meliputi:
a) Pengkajian Cepat.
Tujuan utama pengkajian adalah menyediakan
gambaran situasi paska bencana yang jelas dan
akurat. Dengan pengkajian itu dapat
diidentifikasikan kebutuhan-kebutuhan seketika
serta dapat mengembangkan strategi
penyelamatan jiwa dan pemulihan dini. Oleh
karena itu tools pengkajian cepat ini harus
responsif pada kebutuhan korban yang beragam
MANAJEMEN KEBENCANAAN 32
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN SEKOLAH INSPEKTUR POLISI SUMBER SARJANA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

dari sisi umur, gender dan keadaan fisik dan


kebutuhan khususnya. Sebab pengkajian
menentukan pilihan-pilihan bantuan kemanusiaan,
bagaimana menggunakan sumber daya sebaik-
baiknya, atau mengembangkan
permintaan/proposal bantuan berikutnya. Kaji
cepat dialkukan pada umumnya dengan
menggunakan beberapa indikator diantaranya
adalah :
(1) Jumlah korban meninggal dunia dan luka-
luka.
(2) Tingkat kerusakan infrastruktur.
(3) Tingkat ketidakberfungsian pelayanan-
pelayanan dasar.
(4) Cakupan wilayah bencana.
(5) Kapasitas pemerintah setempat dalam
merespon bencana tersebut.
b) Penentuan Status Kedaruratan.
Penentuan status kedaruratan dilakukan setelah
pengkajian cepat dilakukan. Penentuan status
dilakukan oleh pemerintah (kepala daerah) setelah
berkoordinasi dengan tim pengkaji. Penentuan
status dilakukan sesuai dengan skala bencana,
dan status kedaruratan dibagi menjadi tiga:
(1) Darurat nasional.
(2) Darurat propinsi.
(3) Darurat kabupaten/kota.
Penetapan status dan tingkatan bencana memuat
indikator:
(1) Jumlah korban.
(2) Kerugian harta benda.
(3) Kerusakan prasarana dan sarana.
(4) Cakupan luas wilayah yang terkena dan
dampak sosek yang ditimbulkan.
Saat status kedaruratan ditetapkan, tindakan yang
dilakukan Badan Nasional Penanggulangan
Bencana adalah membentuk Satuan Komando
Penanganan Darurat Bencana yang dipimpin
kepala BNPB atau BPBD, atau yang ditunjuk oleh
Kepala Daerah. Penetapan status darurat sebagai
kondisi yang memberikan kemudahan akses
dalam pengerahan sumber daya manusia,
MANAJEMEN KEBENCANAAN 33
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN SEKOLAH INSPEKTUR POLISI SUMBER SARJANA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

pengerahan peralatan, pengerahan logistik,


imigrasi-cukai- karantina, izin operasi, pengadaan
barang dan jasa, pengelolaan bantuan
pengelolaan informasi, pengelolaan keuangan,
penyelamatan, komando terhadap sektor-sektor
terkait.
c) Pencarian, Penyelamatan dan Evakuasi (PPE).
Evakuasi melibatkan pemindahan
warga/masyarakat dari zona berisiko bencana ke
lokasi yang lebih aman. Perhatian utama adalah
perlindungan kehidupan masyarakat dan
perawatan segera bagi mereka yang cedera.
Evakuasi sering berlangsung dalam kejadian
seperti banjir, tsunami, konflik kekerasan, atau
longsor (yang bisa juga diawali oleh gempa bumi).
Evakuasi yang efektif dapat dilakukan jika ada:
(1) Sistem peringatan yang tepat waktu dan
akurat
(2) Identifikasi jalur evakuasi yang jelas dan
aman
(3) Identifikasi data dasar tentang penduduk
(4) Kebijakan/peraturan yang memerintahkan
semua orang melakukan evakuasi
ketika perintah diberikan.
(5) Program pendidikan publik yang membuat
masyarakat sadar tentang rencana evakuasi.
Search and rescue (SAR) adalah proses
mengidentifikasikan lokasi korban bencana yang
terjebak atau terisolasi dan membawa mereka
kembali pada kondisi aman serta pemberian
perawatan medis. Dalam situasi banjir, SAR
biasanya mencari korban yang terkepung oleh
banjir dan terancam oleh naiknya debit air. SAR
dilakukan baik dengan membawa mereka ke
tempat aman atau memberikan makanan dan
pertolongan pertama lebih dahulu hingga mereka
dapat dievakuasi. Dalam kasus setelah gempa
bumi, SAR biasanya terfokus pada orang-orang
yang terjebak atau terluka di dalam bangunan
yang roboh.
Aktivitas penyelamatan dan evakuasi dapat
dikelompokkan menjadi:
(1) Pencarian dan penyelamatan korban.
(2) Pertolongan darurat.
MANAJEMEN KEBENCANAAN 34
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN SEKOLAH INSPEKTUR POLISI SUMBER SARJANA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

(3) Evakuasi korban.


(4) Prioritas pada korban luka parah dan
kelompok rentan.
Dalam kasus bencana yang terjadi perlahan-lahan
seperti kekeringan parah, perpindahan orang dari
wilayah berisiko ke tempat yang lebih aman,
proses evakuasi ini disebut sebagai migrasi akibat
krisis. Perpindahan ini biasanya tidak terorganisasi
dan dikoordinasi oleh otoritas tetapi respon
spontan dari para migran untuk mencari jalan
keluar di tempat lain.
d) Pemenuhan Kebutuhan Dasar (Response and
Relief)
Rujukan standar pemenuhan kebutuhan dasar
diatur dengan Peraturan Kepala BNPB Nomor 7
Tentang Pedoman Tata Cara Pemberian Bantuan
Pemenuhan Kebutuhan Dasar. Standar- standar
pemenuhan kebutuhan dasar dan layanan sesuai
dengan standar International Sphere Project
(Humanitarian Charter and Minimum Standards in
Disaster Response).
Response and relief harus berlangsung sesegera
mungkin. penundaan tidak bisa dilakukan dalam
situasi ini. Oleh karena itu, sangat penting untuk
memiliki rencana kontinjensi sebelumnya.
Relief adalah pengadaan bantuan kemanusiaan
berupa material dan perawatan medis yang
dibutuhkan untuk menyelamatkan dan menjaga
keberlangsungan hidup. Relief juga memampukan
keluarga-keluarga untuk memenuhi kebutuhan-
kebutuhan dasar seperti tempat tinggal, pakaian,
air, makanan, dan medis. Perhatikan kebutuhan
khusus bagi bayi, perempuan yang baru
melahirkan/sedang mentsruasi atau perempuan
manula.
Kebutuhan dasar juga harus mempertimbangkan
hal-hal yang terkait dengan keamanan dan
kenyamanan. Penyediaan bantuan atau layanan
biasanya bersifat gratis pada hari-hari atau
minggu-minggu sesudah terjadinya bencana.
Dalam situasi darurat yang perlahan-lahan namun
sangat merusak dan meningkatkan pengungsian
populasi, masa pemberian bantuan darurat dapat
diperpanjang.
e) Perlindungan terhadap Kelompok Rentan

MANAJEMEN KEBENCANAAN 35
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN SEKOLAH INSPEKTUR POLISI SUMBER SARJANA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Prinsip ini mengendepankan prinsip-prinsip


keadilan dan kesetaraan dalam setiap komponen
penyelengaraan penanggulangan bencana.
Tujuannya adalah demi terwujudnya perlindungan
dan pemenuhan hak-hak perempuan, lansia, dan
anak-anak, termasuk kaum dengan disabilitas/
difabilitas
Upaya perlindungan terhadap kelompok rentan
dilakukan dengan memberikan prioritas kepada
korban bencana yang mengalami luka parah dan
kelompok rentan berupa penyelamatan, evakuasi,
pengamanan, pelayanan kesehatan, dan
psikososial. Terdapat kelompok yang dianggap
lebih rentan dibandingkan kelompok lainnya
karena kekurangmampuan untuk menghindari
ancaman, lebih mudah terkena ancaman, dan
kekurangmampuan untuk beradaptasi dengan
dampak, yaitu :
(1) Anak-anak
(2) Perempuan
(3) Penyandang Disabilitas
Washington Group menggunakan
pendekatan disabilitas menurut ICF diatas.
Kelompok ini merumuskan 6 pertanyaan
yang berhubungan dengan kefungsian antara
lain, melihat, mendengar, bergerak,
memahami, merawat diri, dan komunikasi
(a) Memiliki kesulitan melihat.
(b) Memiliki kesulitan mendengar.
(c) Memiliki kesulitan bergerak, berjalan
atau naik turun tangga.
(d) Memiliki kesulitan dalam mengingat
atau berkonsentrasi.
(e) Memiliki kesulitan dalam melakukan
kegiatan rawat diri, seperti mandi atau
berpakaian secara mandiri.
(f) Memiliki kesulitan berkomunikasi,
misalnya dalam memahami atau
dipahami lawan bicara, meskipun ketika
sedang berkomunikasi dengan
menggunakan bahasa sehari-hari
(4) Manusia Lanjut Usia

MANAJEMEN KEBENCANAAN 36
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN SEKOLAH INSPEKTUR POLISI SUMBER SARJANA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

f) Pemulihan segera sarana dan prasarana vital


Pemulihan sarana dan prasarana vital bertujuan
agar berfungsinya sarana dan prasaran vital
dengan segera, agar kehidupan masyarakat dapat
berlangsung. Sarana tersebut diantaranya sarana
dan prasarana transportasi, komunikasi, energi,
air, kesehatan, pendidikan, pemerintahan.
Beberapa minggu sesudah berlangsungnya
tanggap darurat, pengkajian yang lebih mendalam
tentang kondisi masyarakat korban bencana harus
dilakukan. Langkah ini berkaitan dengan
identifikasi kebutuhan pemulihan masyarakat.
Fokus pengkajian bergeser ke hal-hal vital yang
dibutuhkan masyarakat supaya mereka mampu
melakukan kegiatan sehari-hari secara normal.
Instrumen pengkajian itu harus cukup lengkap
dalam mengidentifikasi kebutuhan yang sangat
beragam.

4) Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan Selama Tanggap


Darurat
a) Logistik dan suplai.
Pemberian bantuan darurat membutuhkan fasilitas
dan
kapasitas logistik. Pelayanan suplai yang
terorganisasi dengan baik sangat penting dalam
menangani pengadaan barang atau tanda terima,
penyimpanan/gudang, pengaturan. Layanan
pasokan yang terorganisasi dengan baik sangat
penting untuk menangani pengadaan,
penerimaan dan penyimpanan. Demikian halnya
komunikasi untuk pengaturan suplai bantuan yang
didistribusikan kepada korban.
b) Manajemen informasi dan komunikasi.
Semua aktivitas di atas tergantung pada
komunikasi. Ada dua aspek komunikasi dalam
bencana. Pertama adalah alat komunikasi untuk
penyaluran informasi seperti radio, telepon, dan
sistem pendukung seperti satelit, listrik, charger
dan jalur transmisi. Kedua adalah manajemen
informasi yaitu protokol untuk mengetahui siapa
memberikan informasi apa kepada siapa, prioritas
apa yang diberikan dalam komunikasi, bagaimana
informasi disebarkan dan ditafsirkan.
c) Respon dan kemampuan korban.
MANAJEMEN KEBENCANAAN 37
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN SEKOLAH INSPEKTUR POLISI SUMBER SARJANA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Dalam situasi tergesa-gesa untuk merencanakan


dan melakukan operasi bantuan, sangat mungkin
terjadi kurangnya perhatian pada kebutuhan dan
sumber daya riil para korban. Untuk itulah
pengkajian harus mempertimbangkan mekanisme
kearifan lokal yang sudah ada yang mungkin dapat
memberdayakan masyarakat dan tak terlalu
bergantung kepada bantuan luar. Di sisi lain, para
korban mungkin memiliki kebutuhan-kebutuhan
khusus dan baru dalam pelayanan sosial untuk
menyesuaikan diri dengan trauma dan gangguan
akibat bencana. Partisipasi anggota dan
organisasi masyarakat dalam tanggap darurat
penting bagi proses pemulihan dini.
d) Keamanan.
Keamanan seringkali tidak menjadi isu utama
sesudah bencana. Namun, potensi bahaya setelah
bencana bisa muncul kapan saja. Keamanan
dapat ditinjau dari dua hal. Pertama, keamanan
yang berkaitan dengan kejadian bencana lanjutan
seperti gempa susulan atau robohnya bangunan
yang rapuh. Kedua, keamanan yang berkaitan
dengan kejahatan yang dilakukan semasa tanggap
darurat misalnya pencurian, penjarahan,
pencegatan bantuan secara liar, dll. Khusus dalam
isu kekerasan etnis atau konflik SARA, bentuk
keamanan yang harus diwaspadai adalah
penyerangan kepada kelompok lawan dengan
memanfaatkan kerentanan kaum perempuan
hingga terjadi perkosaan oleh kelompok yang lebih
kuat. Kegiatan keamanan dapat menciptakan
situasi yang lebih kondusif bagi proses tanggap
darurat. Beberapa kegiatan keamanan antara lain:
(1) Perintah larangan kembali ke daerah asal
atau masuk bangunan yang belum aman dari
bencana.
(2) Patroli atau penjagaan pencegahan menuju
daerah yang belum aman.
(3) Patroli keamanan oleh polisi dan petugas
keamanan desa yang terorganisir.
(4) Hindari penggunaan organisasi para-militer
yang tidak netral atau memihak ke salah satu
kelompok yang bertikai (dalam kasus konflik
SARA). Jika mereka mendesak, berilah tugas
- tugas yang tidak terkait langsung dengan
masyarakat korban tetapi dengan

MANAJEMEN KEBENCANAAN 38
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN SEKOLAH INSPEKTUR POLISI SUMBER SARJANA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

infrastruktur seperti membersihkan puing


atau membangun tenda dll.

5) Hambatan-hambatan dalam Tanggap Darurat


Pelaksanaan operasi tanggap darurat seringkali
mengalami hambatan. Akibatnya, tanggap darurat
tidak dapat berjalan dengan cepat dan lancar. Ini
menyebabkan bantuan kemanusiaan mengalami
penundaan atau keterlambatan, pemberian bantuan
yang tidak sesuai dengan kebutuhan, atau bahkan
pemberian bantuan yang tidak tepat sasaran/bukan
kepada yang berhak. Lebih jauh, para korban akan
mengalami peningkatan kerentanan.
Hambatan-hambatan yang mungkin muncul antara lain:
a) Kekurangsiapan atau kegagapan dalam
memberikan bantuan.
b) Informasi tidak akurat atau tidak lengkap dan
cenderung membingungkan.
c) Terputusnya komunikasi dan transportasi
sedangkan pemulihan/ fasilitasi komunikasi dan
transportasi darurat tidak bisa segera dilakukan.
d) Sasaran/target pemberian bantuan yang tidak
jelas.
e) Ketidakamanan dan tidak adanya jaminan
perlindungan sedangkan fasilitasi keamanan
belum bisa diciptakan secara cepat.
f) Hambatan politis dan administratif/birokrasi yang
lambat.
g) Tidak seimbangnya kebutuhan/permintaan dari
lapangan dan persediaan bantuan.
h) Cakupan wilayah terlalu luas dan sulit terjangkau
sehingga bantuan tidak memadai.
i) Petugas lapangan, relawan, mengalami kelelahan
akibat tugas/ hal yang harus dikerjakan terlalu
banyak dan terus menerus sedangkan waktu
sangat terbatas.
j) Ketidakpuasan atau ketidaksabaran korban karena
bantuan terlambat datang.
Pemenuhan kebutuhan darurat perlu memperhatikan
kebutuhan kelompok rentan. Hal ini penting supaya
mengurangi dampak yang lebih besar terhadap
kelompok rentan. Dalam hal ini, pemerintah dan

MANAJEMEN KEBENCANAAN 39
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN SEKOLAH INSPEKTUR POLISI SUMBER SARJANA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

masyarakat paling sering merespon kebutuhan


perempuan dan anak-anak. Ini sesuatu yang baik,
namun kurangnya pemahaman dan perhatian terhadap
kelompok-kelompok lain yang rentan di masyarakat
membuat pemenuhan kebutuhan kelompok-kelompok
tersebut terabaikan. Misalnya, bagaimana kebutuhan
sanitasi orang-orang yang mengalami keterbatasan
fungsi melihat, mendengar, bergerak, dan
berkomunikasi.
Pada saat penanganan darurat, pemenuhan hak-hak
dan kebutuhan dasar disabilitas dan kelompok rentan
diutamakan dengan menyediakan akses dan layanan
berupa desain dan lokasi pengungsian yang ramah,
fasilitas penampungan yang dapat diakses, penyediaan
air bersih dan sanitasi, layanan kesehatan dan
pendidikan darurat yang memenuhi standar dan dapat
diakses. Penjangkauan bagi warga yang tidak dapat
mengungsi diperlukan untuk memberikan layanan
kesehatan dan makanan.
Standar minimal pemenuhan kebutuhan pengungsi
pada situasi darurat hingga pemulihan, dengan
memperhatikan aspek-aspek penting pada setiap
bidang penanganan, yaitu

PEMENUHAN
ASPEK PENTING
KEBUTUHAN

• Fasilitas, terutama pusat kesehatan dan


jamban, harus aman (misalnya
pencahayaan cukup dan terkunci) dan
dapat diakses sepenuhnya untuk orang-
orang dengan kemampuan dan
kebutuhan yang berbeda. Fasilitas /
tempat pengungsian yang landai dan
air, dan rata, pengangan tangan dan pintu yang
sanitasi lebih lebar dipasang untuk pengguna
kursi roda

• Minimal 15 % air tersedia bagi


kebutuhan penyandang disabilitas dan
orang tua
• Penyediaan sistem antrian untuk
mengakses air minum dan air bersih
untuk mengurangi waktu tunggu

MANAJEMEN KEBENCANAAN 40
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN SEKOLAH INSPEKTUR POLISI SUMBER SARJANA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

• Menyediakan lantai yang landai,


pegangan tangan dan akses terpandu
(misalnya string yang menandai jalan
bagi orang dengan gangguan visual).

• Adaptasi jamban yang ada untuk


digunakan oleh orang-orang dengan
keterbatasan mobilitas fisik atau visual
dengan prinsip akomodasi / penyesuaian
yang wajar. Menyediakan toilet khusus
atau fasilitas sanitasi / barang yang
dibutuhkan, misal toilet dengan kursi
permanen atau kursi yang dapat
dilepas, bed pans, potties / commodes
• Menyediakan fasilitas cuci tangan yang
mudah diakses (misalnya fasilitas yang
rendah dan keran yang mudah
digunakan), yang dekat dengan kakus
yang mudah dijangkau.
• Pastikan wanita dan anak perempuan
dari segala umur, termasuk wanita yang
lebih tua dan penyandang disabilitas
dapat mengakses ruang pribadi untuk
mandi, untuk mencuci dan
mengeringkan pakaian dan kain
bernoda yang digunakan untuk
perawatan menstruasi, dan untuk
membuang bahan sanitasi.

MANAJEMEN KEBENCANAAN 41
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN SEKOLAH INSPEKTUR POLISI SUMBER SARJANA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

• Menilai kebutuhan kesehatan untuk


menentukan intervensi yang tepat dan
memastikan penyandang disabilitas
dalam respon kesehatan terpadu,
termasuk layanan rehabilitasi,
kesehatan mental, dan pengobatan
penyakit kronis.
• Memastikan akses fasilitas kesehatan
(misalnya memfasilitasi transportasi,
memasang lantai landai, dll) dan
layanan penting pada fasilitas
kesehatan (misalnya jamban dan area
menyusui), termasuk layanan
penjangkauan kesehatan.
Kesehatan • Menyusun jadwal khusus untuk
penyandang disabilitas dan orang tua
untuk mengakses layanan medis atau
konsultasi keperawatan.
• Menyediakan alat bantu mobilitas yang
sesuai (kursi roda, kruk, dll) dan alat
bantu lainnya (alat bantu pendengaran,
kacamata, dll).
• Mengidentifikasi dan mengatasi
hambatan sosial yang signifikan
mempengaruhi akses untuk kelompok
ini, termasuk diskriminasi dan stigma
• Rujuk orang-orang dengan luka serius
ke fasilitas medis bedah dan medis
khusus, termasuk operasi darurat /
korektif jika perlu, apapun usia atau
keterbatasan fungsi mereka.
• Memastikan bahwa transportasi ke
fasilitas perawatan tersedia untuk orang
yang terluka dan penyandang
disabilitas.
• Pastikan anak-anak penyandang
disabilitas telah mendapatkan akses
penuh terhadap perawatan medis yang
diperlukan, termasuk obat-obatan untuk
mengobati epilepsi dan diabetes anak.
program pencegahan dan pengobatan.
dan pelayanan nutrisi, imunisasi,

MANAJEMEN KEBENCANAAN 42
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN SEKOLAH INSPEKTUR POLISI SUMBER SARJANA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

• Penyandang disabilitas dan orang tua


memiliki akses penuh pada kesehatan
seksual dan layanan kesehatan
reproduksi.
• Minimal 15 persen tempat
penampungan dapat diakses oleh
semua.
• Menentukan tempat pengungsian bagi
mereka yang memiliki keterbatasan
fungsi visual atau mobilitas terbatas,
dekat dengan fasilitas dan layanan
Hunian penting, rute yang aman dan yang
Pengungsian terang.
• Mengadaptasi atau membangun tempat
pengungsian yang dapat digunakan
oleh orang dengan keterbatasan
mobilitas (misalnya akses mudah, lantai
dengan warna gelap dengan kombinasi
warna terang, lebar pintu cukup untuk
kursi roda, pegangan tangan, grab bar,
tali pemandu, lantai non-slip)
• Meminimalkan resiko eksploitasi
seksual melalui konsultasi, monitoring
dan pengorganisasian bantuan
pembangunan tempat tinggal jika
diperlukan.
• Menyediakan perlengkapan yang sesuai
(misalnya alat bantu mobilitas atau
popok orang dewasa) dan disediakan
dalam paket yang lebih kecil untuk
Sandang /
memudahkan transportasi bagi orang-
Non-Food Item
orang dengan tantangan mobilitas.
• Distribusi harus dapat diakses: antrian
terpisah untuk mengurangi waktu
tunggu, bantuan tersedia untuk
pengumpulan / transportasi,
menyediakan layanan penjangkauan
sehingga orang-orang yang tinggal di
rumah atau orang-orang yang tidak dapat
mengakses distribusi tidak dikecualikan.

MANAJEMEN KEBENCANAAN 43
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN SEKOLAH INSPEKTUR POLISI SUMBER SARJANA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

• Memastikan penyandang disabilitas dan


kelompok rentan lain dapat dengan
mudah mengakses sumber makanan,
baik langsung atau melalui transfer
tunai dan voucher. Makanan harus
mudah dikonsumsi dan memenuhi
protein tambahan dan persyaratan
mikronutrien terutama bagi yang
Nutrisi dan mengalami gangguan atau kerentanan
Makanan tertentu, dan mereka yang terkena
penyakit tidak menular dengan
manajemen diet spesifik.
• Adanya distribusi makanan dan nutrisi
bagi penyandang disabilitas yang
berada di hunian yang mengalami
keterbatasan mobilitas ke pengungsian
dengan layanan adanya
outreach/penjangkauan.
• Menyediakan nutrisi yang cukup dan
sesuai dan akses terhadap makanan
yang sesuai, seperti makanan rendah
sodium untuk penderita diabetes,
suplemen untuk nutrisi mikro dan
makanan yang mudah dikunyah untuk
anak-anak dengan cerebral palsy atau
untuk orang tua.
• Merancang kegiatan pemulihan awal
Pemulihan yang sesuai dan tidak diskriminatif,
awal termasuk pelatihan keterampilan,
intervensi mata pencaharian, dan
pemrograman keuangan mikro untuk
mendukung kemandirian.
• Penyediaan dukungan bagi anak-anak
dan remaja penyandang disabilitas
(misalnya meja dan kursi yang
disesuaikan di sekolah, transportasi ke
dan dari sekolah, alat bantu belajar atau
alat bantu pendengaran).
• Pastikan aksesibilitas gedung sekolah
Pendidikan dan fasilitas untuk anak-anak dan
Darurat remaja penyandang disabilitas.
Menyediakan alat bantu mobilitas
(misalnya kursi roda) dan alat bantu
(misalnya alat bantu dengar dan
baterai) sesuai kebutuhan. Pastikan
aksesibilitas jamban (yang terpisah
untuk anak laki-laki dan perempuan).
MANAJEMEN KEBENCANAAN 44
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN SEKOLAH INSPEKTUR POLISI SUMBER SARJANA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

• Pastikan bahwa kegiatan belajar


mengajar dapat diakses oleh anak-anak
dan remaja penyandang disabilitas,
dengan pelatihan staf, metode
pengajaran, kurikulum dan dukungan
tambahan, dan penyesuaian tempat
termasuk ruang ramah anak untuk
memaksimalkan pendidikan anak pada
kondisi darurat, termasuk anak-anak
dengan gangguan sensorik, intelektual,
mental atau fisik.

5) Manajemen Pemulihan
1) Rehabilitasi Pasca Bencana
Rehabilitasi adalah perbaikan dan pemulihan
semuaaspek pelayanan publik atau masyarakat sampai
tingkat yang memadai pada wilayah pasca bencana
dengan sasaran utama untuk normalisasi atau
berjalannya secara wajar semua aspek pemerintahan
dan kehidupan masyarakat pada wilayah pasca
bencana.
Rehabilitasi dilakukan melalui kegiatan perbaikan
lingkungan daerah bencana, perbaikan prasarana dan
sarana umum, pemberian bantuan perbaikan rumah
masyarakat, pemulihan sosial psikologis, pelayanan
kesehatan, rekonsiliasi dan resolusi konflik, pemulihan
sosial ekonomi budaya, pemulihan keamanan dan
ketertiban, pemulihan fungsi pemerintahan, dan
pemulihan fungsi pelayanan publik.
Dalam penentuan kebijakan rehabilitasi prinsip dasar
yang digunakan adalah sebagai berikut:
a) Menempatkan masyarakat tidak saja sebagai
korban bencana, namun juga sebagai pelaku aktif
dalam kegiatan rehabilitasi.
b) Kegiatan rehabilitasi merupakan rangkaian
kegiatan yang terkait dan terintegrasi dengan
kegiatan prabencana, tanggap darurat dan
pemulihan dini serta kegiatan rekonstruksi.
c) “Early recovery” dilakukan oleh “Rapid
Assessment Team” segera setelah terjadi
bencana.
d) Program rehabilitasi dimulai segera setelah masa
tanggap darurat (sesuai dengan Perka BNPB
Nomor 15 Tahun 2011 tentang Pengkajian
MANAJEMEN KEBENCANAAN 45
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN SEKOLAH INSPEKTUR POLISI SUMBER SARJANA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Kebutuhan Pasca Bencana) dan diakhiri setelah


tujuan utama rehabilitasi tercapai.
2) Ruang Lingkup Pelaksanaan Rehabilitasi:
a) Perbaikan Lingkungan Daerah Bencana
Perbaikan lingkungan fisik meliputi kegiatan
perbaikan lingkungan fisik untuk kawasan
pemukiman, kawasan industri, kawasan usaha
dan kawasan gedung. Indikator yang harus dicapai
pada perbaikan lingkungan adalah kondisi
lingkungan yang memenuhi persyaratan teknis,
sosial, ekonomi, dan budaya serta ekosistem.
b) Perbaikan Prasarana dan Sarana Umum
Prasarana dan sarana umum adalah jaringan
infrastruktur dan fasilitas fisik yang menunjang
kegiatan kehidupan sosial dan perekonomian
masyarakat. Prasarana umum atau jaringan
infrastruktur fisik disini mencakup jaringan jalan/
perhubungan, jaringan air bersih, jaringan listrik,
jaringan komunikasi, jaringan sanitasi dan limbah,
dan jaringan irigasi/ pertanian. Sarana umum atau
fasilitas sosial dan umum mencakup fasilitas
kesehatan, fasilitas perekonomian, fasilitas
pendidikan, fasilitas perkantoran pemerintah, dan
fasilitas peribadatan.
c) Pemberian Bantuan Perbaikan Rumah Masyarakat
Yang menjadi target pemberian bantuan adalah
masyarakat korban bencana yang rumah/
lingkungannya mengalami kerusakan struktural
hingga tingkat sedang akibat bencana, dan
masyarakat korban berkehendak untuk tetap
tinggal di tempat semula. Kerusakan tingkat
sedang adalah kerusakan fisik bangunan
sebagaimana Pedoman Teknis (Deppu, 2006)
dan/ atau kerusakan pada halaman dan/ atau
kerusakan pada utilitas, sehingga mengganggu
penyelenggaraan fungsi huniannya. Untuk
bangunan rumah rusak berat atau roboh diarahkan
untuk rekonstruksi. Tidak termasuk sasaran
pemberian bantuan rehabilitasi adalah rumah/
lingkungan dalam kategori:
(1) Pembangunan kembali (masuk dalam
rekonstruksi).
(2) Pemukiman kembali (resettlement dan
relokasi).
(3) Transmigrasi ke luar daerah bencana.
MANAJEMEN KEBENCANAAN 46
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN SEKOLAH INSPEKTUR POLISI SUMBER SARJANA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

d) Pemulihan Sosial Psikologis


Pemulihan sosial psikologis adalah pemberian
bantuan kepada masyarakat yang terkena dampak
bencana agar dapat berfungsi kembali secara
normal. Sedangkan kegiatan psikososial adalah
kegiatan mengaktifkan elemen-elemen
masyarakat agar dapat kembali menjalankan
fungsi sosial secara normal. Kegiatan ini dapat
dilakukan oleh siapa saja yang sudah
terlatih.Pemulihan sosial psikologis bertujuan agar
masyarakat mampu melakukan tugas sosial
seperti sebelum terjadi bencana, serta tercegah
dari mengalami dampak psikologis lebih lanjut
yang mengarah pada gangguan kesehatan
mental.
e) Pelayanan Kesehatan
Pemulihan pelayanan kesehatan adalah aktivitas
memulihkan kembali segala bentuk pelayanan
kesehatan sehingga minimal tercapai kondisi
seperti sebelum terjadi bencana.Pemulihan sistem
pelayanan kesehatan adalah semua usaha yang
dilakukan untuk memulihkan kembali fungsi sistem
pelayanan kesehatan yang meliputi SDM
Kesehatan, sarana/prasarana kesehatan,
kepercayaan masyarakat.
f) Rekonsiliasi dan Resolusi Konflik
Kegiatan rekonsiliasi adalah merukunkan atau
mendamaikan kembali pihak-pihak yang terlibat
dalam perselisihan, pertengkaran dan konflik.
Sedangkan kegiatan resolusi adalah
memposisikan perbedaan pendapat, perselisihan,
pertengkaran atau konflik dan menyelesaikan
masalah atas perselisihan, pertengkaran atau
konflik tersebut. Rekonsiliasi dan resolusi ditujukan
untuk membantu masyarakat di daerah bencana
untuk menurunkan eskalasi konflik sosial dan
ketegangan serta memulihkan kondisi sosial
kehidupan masyarakat.
g) Pemulihan Sosial Ekonomi Budaya
Pemulihan sosial ekonomi budaya adalah upaya
untuk memfungsikan kembali kegiatan dan/ atau
lembaga sosial, ekonomi dan budaya masyarakat
di daerah bencana. Kegiatan pemulihan sosial,
ekonomi, dan budaya ditujukan untuk
menghidupkan kembali kegiatan dan lembaga
sosial, ekonomi dan budaya masyarakat di daerah
MANAJEMEN KEBENCANAAN 47
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN SEKOLAH INSPEKTUR POLISI SUMBER SARJANA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

bencana seperti sebelum terjadi bencana.


h) Pemulihan Keamanan dan Ketertiban
Pemulihan keamanan adalah kegiatan
mengembalikan kondisi keamanan dan ketertiban
masyarakat sebagaimana sebelum terjadi
bencana dan menghilangkan gangguan
keamanan dan ketertiban di daerah bencana.
Pemulihan keamanan dan ketertiban ditujukan
untuk membantu memulihkan kondisi keamanan
dan ketertiban masyarakat di daerah bencana
agar kembali seperti kondisi sebelum terjadi
bencana dan terbebas dari rasa tidak aman dan
tidak tertib.
i) Pemulihan Fungsi Pemerintahan
Indikator yang harus dicapai pada pemulihan
fungsi pemerintahan adalah:
a) Keaktifan kembali petugas pemerintahan.
b) Terselamatkan dan terjaganya dokumen -
dokumen negara dan pemerintahan.
c) Konsolidasi dan pengaturan tugas pokok dan
fungsi petugas pemerintahan.
d) Berfungsinya kembali peralatan pendukung
tugas-tugas pemerintahan.
e) Pengaturan kembali tugas - tugas
instansi / lembaga yang saling terkait.
j) Pemulihan Fungsi Pelayanan Publik
Pemulihan fungsi pelayanan publik adalah
berlangsungnya kembali berbagai pelayanan
publik yang mendukung kegiatan/ kehidupan
sosial dan perekonomian wilayah yang terkena
bencana.Pemulihan fungsi pelayanan publik ini
meliputi: pelayanan kesehatan, pelayanan
pendidikan, pelayanan perekonomian, pelayanan
perkantoran umum/pemerintah, dan pelayanan
peribadatan.
3) Rekonstruksi Pasca Bencana
Rekonstruksi adalah perumusan kebijakan dan usaha
serta langkah-langkah nyata yang terencana baik,
konsisten dan berkelanjutan untuk membangun kembali
secara permanen semua prasarana, sarana dan sistem
kelembagaan, baik di tingkat pemerintahan maupun
masyarakat, dengan sasaran utama tumbuh
berkembangnya kegiatan perekonomian, sosial dan
MANAJEMEN KEBENCANAAN 48
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN SEKOLAH INSPEKTUR POLISI SUMBER SARJANA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

budaya, tegaknya hukum dan ketertiban, dan


bangkitnya peran dan partisipasi masyarakat sipil dalam
segala aspek kehidupan bermasyarakat di wilayah
pasca bencana.
Rencana Rekonstruksi adalah dokumen yang akan
digunakan sebagai acuan bagi penyelenggaraan
program rekonstruksi pasca- bencana, yang memuat
informasi gambaran umum daerah pasca bencana
meliputi antara lain informasi kependudukan, sosial,
budaya, ekonomi, sarana dan prasarana sebelum
terjadi bencana, gambaran kejadian dan dampak
bencana beserta semua informasi tentang kerusakan
yang diakibatkannya, informasi mengenai sumber daya,
kebijakan dan strategi rekonstruksi, program dan
kegiatan, jadwal implementasi, rencana anggaran,
mekanisme/ prosedur kelembagaan pelaksanaan.
Pelaksana Rekonstruksi adalah semua unit kerja yang
terlibat dalam kegiatan rekonstruksi, di bawah
koordinasi pengelola dan penanggungjawab kegiatan
rehabilitasi dan rekonstruksi pasca bencana pada
lembaga yang berwenang menyelenggarakan
penanggulangan bencana di tingkat nasional dan
daerah.
a) Lingkup Pelaksanaan Rekonstruksi
Program Rekonstruksi adalah tindakan untuk
memulihkan kondisi fisik melalui pembangunan
kembali secara permanen prasarana dan sarana
permukiman, pemerintahan dan pelayanan
masyarakat (kesehatan, pendidikan dan lain-lain),
prasarana dan sarana ekonomi (jaringan
perhubungan, air bersih, sanitasi dan drainase,
irigasi, listrik dan telekomunikasi dan lain-lain),
prasarana dan sarana sosial (ibadah, budaya dan
lain-lain) yang rusak akibat bencana, agar kembali
ke kondisi semula atau bahkan lebih baik dari
kondisi sebelum bencana. Cakupan kegiatan
rekonstruksi fisik mencakup, tapi tidak terbatas
pada, kegiatan membangun kembali sarana dan
prasarana fisik dengan lebih baik dari hal-hal
berikut:
(1) Prasarana dan sarana
(2) Sarana sosial masyarakat.
(3) Penerapan rancang bangun dan penggunaan
peralatan yang lebih baik dan tahan
bencana.

MANAJEMEN KEBENCANAAN 49
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN SEKOLAH INSPEKTUR POLISI SUMBER SARJANA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

b) Program Rekonstruksi Non Fisik


Rekonstruksi non fisik adalah tindakan untuk
memperbaiki atau memulihkan kegiatan pelayanan
publik dan kegiatan sosial, ekonomi serta
kehidupan masyarakat, antara lain sektor
kesehatan, pendidikan, perekonomian, pelayanan
kantor pemerintahan, peribadatan dan kondisi
mental/sosial masyarakat yang terganggu oleh
bencana, kembali ke kondisi pelayanan dan
kegiatan semula atau bahkan lebih baik dari
kondisi sebelumnya. Cakupan kegiatan
rekonstruksi non-fisik di antaranya adalah:
(1) Kegiatan pemulihan layanan yang
berhubungan dengan kehidupan sosial dan
budaya masyarakat.
(2) Partisipasi dan peran serta
lembaga/organisasi kemasyarakatan, dunia
usaha, dan masyarakat.
(3) Kegiatan pemulihan kegiatan perekonomian
masyarakat.
(4) Fungsi pelayanan publik dan
pelayanan utama dalam masyarakat.
(5) Kesehatan mental masyarakat.
4) Prinsip-Prinsip Pemulihan
Berdasarkan Peraturan Kepala Badan Nasional
Penanggulangan Bencana Nomor 17 Tahun 2010
Tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan
Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pasca Bencana, maka
prinsip dasar penyelenggaraan rehabilitasi dan
rekonstruksi pasca bencana adalah:
a) Merupakan tanggung jawab Pemerintah Daerah
dan Pemerintah
b) Membangun menjadi lebih baik (build back better)
yang terpadu dengan konsep pengurangan risiko
bencana dalam bentuk pengalokasian dana
minimal 10% dari dana rehabilitasi dan
rekonstruksi
c) Mendahulukan kepentingan kelompok rentan
seperti lansia, perempuan, anak dan penyandang
cacat
d) Mengoptimalkan sumberdaya daerah
e) Mengarah pada pencapaian kemandirian
masyarakat, keberlanjutan program dan kegiatan
MANAJEMEN KEBENCANAAN 50
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN SEKOLAH INSPEKTUR POLISI SUMBER SARJANA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

serta perwujudan tatakelola pemerintahan yang


baik
f) Mengedepankan keadilan dan kesetaraan gender.
5) Pengkajian Kebutuhan Pasca Bencana
Pengkajian kebutuhan Pascabencana (JITUPASNA)
adalah suatu rangkaian kegiatan pengkajian dan
penilaian akibat, analisis dampak, dan perkiraan
kebutuhan, yang menjadi dasar bagi penyusunan
rencana aksi rehabilitasi dan rekonstruksi. Pengkajian
dan penilaian melip uti identifikasi dan penghitungan
kerusakan dan kerugian fisik yang menyangkut aspek
pembangunan manusia, perumahan atau pemukiman,
infrastruktur, ekonomi, sosial dan lintas sektor. Analisis
dampak melibatkan tinjauan keterkaitan dan nilai
agregat (total) dari akibat bencana dan implikasi
umumnya terhadap aspek aspek fisik dan lingkungan,
perekonomian, psikolosial, budaya, politik dan tata
pemerintahan. Perkiraan kebutuhan adalah
penghitungan biaya yang diperlukan untuk
menyelenggarakan kegiatan rehabilitasi dan
rekonstruksi.
Pengkajian kebutuhan pasca bencana penting
dilakukan karena:
a) Berfungsi sebagai catatan mengenai kerusakan
yang disebabkan oleh bencana yang sudah terjadi
b) Memberikan perkiraan kerugian untuk digunakan
pada proses penghitungan kebutuhan rehabilitasi
dan rekonstruksi
c) Memberikan gambaran atau bukti, manfaat yang
akan didapat dari kegiatan mitigasi
d) Memberikan informasi bagi (stakeholder)
masyarakat yang rentan atau berpotensi menjadi
korban
JITUPASNA bertujuan agar pemulihan pasca bencana
berorientasi pada pemulihan harkat dan martabat
manusia secara utuh. Komponen-komponen dalam
JITUPASNA diatas memiliki hubungan dalam rangka
memandu proses penyusunan rancana aksi rehabilitasi
dan rekonstruksi maupun untuk melakukan upaya
pemulihan pascabencana.
Perkiraan kebutuhan pemulihan dalam JITUPASNA
berorientasi pada pemetaan kebutuhan untuk
pemulihan awal pada rehabilitasi dan rekonstruksi yang
mengacu pada kebutuhan pemulihan awal, yaitu
rangkaian kegiatan mendesak yang harus dilakukan
MANAJEMEN KEBENCANAAN 51
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN SEKOLAH INSPEKTUR POLISI SUMBER SARJANA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

saat berakhirnya masa tanggap darurat dalam bentuk


pemulihan fungsi-fungsi dasar kehidupan
bermasyarakat menuju tahap rehabilitasi dan
rekonstruksi. Kebutuhan pemulihan awal ini dapat
berupa kebutuhan fisik dan non fisik. Pemenuhan
kebutuhan pemulihan awal harus berorientasi pada
pembangunan yang berkelanjutan. Pemenuhan
kebutuhan ini misalnya penyediaan kebutuhan pangan,
penyediaan sekolah sementara, pemulihan pelayanan
pengobatan di Puskesmas dengan melibatkan dokter
dan Paramedik di Puskesmas tersebut sehingga
pemulihannya bisa lebih cepat termasuk penyediaan
layanan psikososial.
Prinsip-Prinsip Dasar Dalam Penilaian Kebutuhan
Pasca Bencana
Prinsip dasar dalam pengkajian kebutuhan pasca
bencana adalah sebagai berikut:
a) Pendekatan partisipatif dengan melibatkan para
pihak berkepentingan dalam prosesnya
b) Pendekatan berbasis bukti, mengutamakan
pengamatan terhadap akibat dan dampak
bencana serta kebutuhan pemulihan yang
berbasis bukti
c) Pendekatan pengurangan resiko bencana,
menggunakan cara pandang pengurangan resiko
bencana dalam analisisnya sehingga JITUPASNA
dapat mendukung rehabilitasi dan konstruksi yang
dapat membangun yang lebih baik
d) Pendekatan hak-hak dasar, menggunakan cara
pandang berbasis hak hak dasar sehingga
pengkajian terhadap akibat dan dampak bencana
berorientasi pada Pemulihan hak-hak dasar
tersebut
e) Menjunjung tinggi akuntabilitas dalam proses
maupun pelaporan hasil kajian sebagai bentuk
tanggungjawab terhadap masyarakat berdampak
bencana.
Secara umum penilaian dalam pengkajian akibat dan
dampak bencana dikelompokkan terhadap lima sektor,
yaitu:
a) Sektor Pemukiman.
b) Sektor Infrastruktur.
c) Sektor Ekonomi Produktif.
d) Sektor Sosial
MANAJEMEN KEBENCANAAN 52
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN SEKOLAH INSPEKTUR POLISI SUMBER SARJANA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

e) Sektor lainnya (Pemerintahan, lingkungan.


Ketertiban dan keamanan, Perbankan)
6) Penilaian Akibat dan Kerugian
Penilaian akibat pasca bencana pada lima sektor
diatas, memuat komponen-komponen akibat, kerugian,
gangguan akses, gangguan fungsi, dan meingkatnya
risiko. Pengkajian akibat merupakan pengkajian atas
akibat langsung dan tidak langsung kejadian bencana
terhadap seluruh aspek penghidupan manusia.
Sedangkan untuk penilaian kerugian, maka seluruh
perkiraan biaya yang ditimbulkan sebagai akibat tidak
langsung dari terjadinya bencana dimasukkan dalam
kelompok ini. Khusus asumsi perhitungan sebaiknya
dilakukan oleh tenaga teknis yang sesuai dengan
bidang ilmu/keahliannya.
Penilaian kerugian meliputi hal-hal sebagai berikut:
a) Biaya tambahan yang dikeluarkan seseorang
untuk transport akibat jalan/jembatan terputus
b) Biaya tambahan yang dikeluarkan seseorang
untuk sewa rumah akibat rumahnya rusak/hancur.
Ketentuan mengenai unsur-unsur yang membangun
komponen akibat bencana dapat dilihat dalam tabel
dibawah ini:

KOMPONEN URAIAN
Perubahan bentuk pada aset fisik dan
infrastruktur milik pemerintah,masyarakat,
keluarga dan badan usaha sehingga
Kerusakan terganggu fungsinyasecara parsial atau
total sebagai akibat langsung dari suatu
bencana.
Misalnya, kerusakan rumah, sekolah, pusat
kesehatan, pabrik, tempat usaha, tempat
ibadah dan lain-lain dalam kategori tingkat
kerusakanringan, sedang dan berat.
Meningkatnya biaya kesempatan atau
hilangnya kesempatan untuk memperoleh
keuntungan ekonomi karena kerusakan aset
Kerugian milik pemerintah, masyarakat, keluarga dan
badan usaha sebagai akibat tidak langsung
dari suatu bencana.
Misalnya, potensi pendapatan yang
berkurang, pengeluaran yang bertambah
selama periode waktu hingga aset
dipulihkan.
MANAJEMEN KEBENCANAAN 53
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN SEKOLAH INSPEKTUR POLISI SUMBER SARJANA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Hilang atau terganggunya akses individu,


keluarga dan masyarakat terhadap
pemenuhan kebutuhan dasarnya akibat
suatu bencana. Misalnya, rumah yang rusak
atau hancur karena bencana
Gangguan mengakibatkan orang kehilangan akses
Akses terhadap naungan sebagai kebutuhan
dasar.
Rusaknya rumah sakit atau fasilitas layanan
kesehatan mengakibatkan orang
kehilangan akses terhadap pelayanan
kesehatan sebagai kebutuhan dasar.
Kerusakan sarana produksi pertanian
membuat hilangnya akses keluarga petani
terhadap hak atas pekerjaan.
Hilang atau terganggunya fungsi
kemasyarakatan dan pemerintahan akibat
Gangguan suatu bencana. Misalnya, rusaknya suatu
Fungsi gedung pemerintahan mengakibatkan
terhentinya fungsi-fungsi administrasi
umum, penyediaan keamanan, ketertiban
hukum dan pelayanan-pelayanan dasar.
Demikian juga bila proses-proses
kemasyarakatan dasar terganggu, seperti
proses musyawarah, pengambilan
keputusan masyarakat, proses
perlindungan masyarakat, proses-proses
sosial dan budaya.
Meningkatnya kerentanan dan atau
menurunnya kapasitas individu, keluarga
dan masyarakat sebagai akibat dari suatu
Meningkat bencana.
nya Risiko
Misalnya, bencana mengakibatkan
perburukan terhadap kondisi aset, kondisi
kesehatan, kondisi pendidikan dan kondisi
kejiwaan sebuah keluarga, dengan
demikian kapasitas keluarga semakin
menurun atau kerentanannya semakin
meningkat bila terjadi bencana berikutnya.

7) Penilaian Dampak
Komponen pengkajian dampak meliputi pengkajian
dampak bencana terhadap aspek- aspek ekonomi-
fiskal, sosial-budaya- politik, pembangunan manusia
dan infrastruktur lingkungan secara agregat (total).
Pengkajian dampak bencana merupakan pengkajian
yang bersifat jangka menengah dan jangka panjang.
MANAJEMEN KEBENCANAAN 54
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN SEKOLAH INSPEKTUR POLISI SUMBER SARJANA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Pengkajian dampak bencana berguna untuk memandu


agar pengkajian kebutuhan pemulihan pascabencana
memiliki orientasi strategis dalam jangka menengah dan
jangka panjang.
Penjelasan mengenai dampak pasca bencana
dijelaskan pada tabel berikut:
KOMPONEN URAIAN

Dampak ekonomi adalah penurunan


kapasitas ekonomi masyarakat di
tingkat kabupaten/kota setelah terjadi
bencana yang berimplikasi terhadap
Ekonomi dan produksi domestik regional bruto.
Fiskal
Kapasitas ekonomi masyarakat
tersebut meliputi tingkat inflasi, tingkat
konsumsi masyarakat, tingkat
kesenjangan pen dapatan, tingkat
pengangguran, angka kemiskinan dan
lain-lain. Penurunan terhadap investasi,
impor serta ekspor juga dapat
diidentifikasi sebagai dampak bencana
terhadap perekonomian.
Dampak fiskal adalah penurunan
terhadap kapasitas keuangan
pemerintah pusat dan pemerintah
daerah sebagai dampak bencana dalam
jangka pendek hingga menengah.
Kapasitas keuangan pemerintah
meliputi kapasitas pendapatan yang
bersumber dari pajak, retribusi dan
pendapatan bagi hasil atas kekayaan
negara yang dipisahkan. Penurunan
kapasitas ini berimplikasi pada
menurunnya kemampuan anggaran
pemerintah untuk menjalankan fungsi
alokasi, distribusi dan stabilisasinya.

MANAJEMEN KEBENCANAAN 55
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN SEKOLAH INSPEKTUR POLISI SUMBER SARJANA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Dampak budaya adalah perubahan


sistem nilai, etika dan norma dalam
masyarakat setelah bencana. Contoh
dampak terhadap budaya adalah
menurunnya kegiatan-kegiatan
kebudayaan, berubahnya standar nilai
dalam masyarakat dan lain-lain.
Dampak budaya berimplikasi pada
perubahan struktur sosial dalam jangka
Sosial, menengah dan panjang. Perubahan ini
Budaya mencakup perubahan cara dan perilaku
dan Politik kehidupan sosial di masyarakat setelah
bencana.
Meningkatnya masalah-masalah sosial
setelah bencana dapat menjadi tolok
ukur adanya dampak sosial akibat
bencana. Misalnya meningkatnya
konflik sosial, meningkatnya kekerasan
berbasis gender, meningkatnya jumlah
pekerja anak dan meningkatnya
perceraian.
Dampak politik adalah perubahan
struktur kuasa dan perilaku politik
dalam jangka menengah dan panjang
setelah terjadi bencana. Contoh
dampak politik adalah bencana
berimplikasi pada peningkatan konflik
berbasis politik karena perebutan
sumber daya setelah bencana. Atau
menurunnya kepercayaan publik
terhadap pemimpin yang dipilih secara
demokratis karena salah kelola dalam
penanganan bencana.
Dampak pembangunan manusia
adalah dampak bencana terhadap
kualitas kehidupan manusia dalam
jangka menengah dan jangka panjang
yang diukur melalui Indeks
Pembangunan Manusia, Indeks
Ketimpangan Gender dan Indeks
Pembangunan Kemiskinan Multidimensional.
Kualitas pembangunan manusia diatas
dapat diprediksi dari indikator-indikator
jumlah anak yang bisa bersekolah,
jumlah perempuan dan laki-laki yang
bisa bekerja, jumlah keluarga yang
memiliki akses terhadap air bersih
serta tingkat akses terhadap pelayanan
MANAJEMEN KEBENCANAAN 56
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN SEKOLAH INSPEKTUR POLISI SUMBER SARJANA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

dasar seperti pendidikan, kesehatan,


kependudukan dan lain-lain.

Dampak terhadap lingkungan adalah


penurunan kualitas lingkungan yang
berpengaruh terhadap kehidupan
Lingkungan manusia dan membutuhkan pemulihan
dalam jangka menengah dan jangka
panjang. Penurunan ini misalnya
penurunan ketersediaan sumber air
bersih, kerusakan hutan dan kerusakan
daerah aliran sungai serta kepunahan
spesies spesies langka setelah
bencana.

MANAJEMEN KEBENCANAAN 57
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN SEKOLAH INSPEKTUR POLISI SUMBER SARJANA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Rangkuman
1. Pengertian bencana dari beberapa ahli masih berbeda-beda
walaupun secara prinsip pengertian mengarah pada konsep yang
sama. Beberapa pengertian bencana diantaranya diungkapkan oleh
UNISDR (2002) bahwa bencana adalah :
“Suatu gangguan serius terhadap keberfungsian masyarakat,
sehingga menyebabkan kerugian yang meluas pada kehidupan
manusia dari segi materi, ekonomi atau lingkungan, dan gangguan
itu melampaui kemampuan masyarakat mengatasi dengan
menggunakan sumberdaya mereka sendiri”.
2. Penanggulangan bencana adalah seluruh kegiatan yang meliputi
aspek perencanaan dan penanganan bencana sebelum, saat dan
sesudah terjadi bencana yang mencakup pencegahan,
pengurangan (mitigasi), kesiapsiagaan, tanggap darurat dan
pemulihan. Tujuan penanggulangan bencana untuk melindungi
masyarakat dari bencana dan melindungi dari dampak yang
ditimbulkannya.
3. Ancaman merupakan kejadian atau kondisi yang berpotensi
menimbulkan kerusakan atau kerugian dan kehilangan jiwa
manusia. Ancaman dapat disebabkan oleh alam, teknologi, atau
manusia. Ancaman berpotensi menimbulkan bencana, tetapi tidak
semua ancaman selalu menjadi bencana. Ancaman menimbulkan
bencana apabila manusia berada dalam kondisi rentan dan tidak
memiliki kemampuan untuk mengatasi akibat-akibat yang
ditimbulkan ancaman tersebut. Sebaliknya, ancaman tidak menjadi
bencana apabila manusia tidak dalam kondisi rentan dan mampu
mengatasi akibat yang ditimbulkannya.
4. Manusia yang berada dalam kondisi rentan apabila berada di lokasi
yang berpotensi terpapar oleh ancaman disebut sebagai
kerentanan. Artinya, kerentanan berkaitan langsung dengan
ancaman. Misalnya ancaman gunung berapi menghasilkan unsur
awan panas, lahar, dan batu-batuan di mana orang-orang yang
berada dalam jangkauan atau wilayahnya dilalui oleh unsur-unsur
tersebut disebut dalam kondisi rentan. Selain kerentanan secara
fisik/lokasi, dapat juga berupa kerentanan sosial karena
pengetahuan yang rendah mengenai bencana, tidak adanya
dukungan terhadap kelompok rentan terutama penyandang
disabilitas.
5. Kapasitas adalah kombinasi dari semua kekuatan dan sumberdaya
yang ada dalam masyarakat, kelompok, atau organisasi yang bisa
mengurangi tingkat risiko atau akibat bencana. Kapasitas manusia
dalam menghadapi akibat yang ditimbulkan ancaman antara lain:
6. Risiko merupakan kemungkinan timbulnya kerugian pada suatu

MANAJEMEN KEBENCANAAN 58
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN SEKOLAH INSPEKTUR POLISI SUMBER SARJANA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

wilayah dan kurun waktu tertentu, yang timbul karena suatu bahaya
menjadi bencana. Risiko dapat berupa kematian, luka, sakit, hilang,
jiwa terancam, hilangnya rasa aman, mengungsi, kerusakan atau
kehilangan harta dan gangguan kegiatan masyarakat.
7. Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa
atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam, antara lain
berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan,
angin topan, dan tanah longsor.
8. Bencana non - alam adalah bencana yang diakibatkan oleh
peristiwa atau rangkaian peristiwa nonalam.
9. Secara geografis Indonesia merupakan kepulauan yang terletak
pada pertemuan empat lempeng tektonik, yaitu : Benua Asia,
Benua Australia, Lempeng samudera Hindia dan lempeng
Samudera Pasifik. Pada bagian selatan dan timur Indonesia
terdapat sabuk vulkanik (volcanic arc) yang memanjang dari pulau
Sumatera- Jawa- Nusa Tenggara – Sulawesi yan sisinya berupa
pegunungan vulkanik tua dan dataran rendah yang didominasi
rawa- rawa. Kondisi tersebut berpotensi sekaligus rawan bencana
letusan gunun berapi, gempabumi, tsunami, banjir dan tanah
longsor. Data menunjukan bahwa Indonesia merupakan salah satu
negara yang memiliki tingkat kegempaan yang sangat tinggi di
dunia, lebih dari 10 kali tingkat kegempaan di Amerika Serikat.
10. Prinsip – Prinsip Penanggulangan Bencana berdasarkan UU No. 24
Tahun 2007 adalah sebagai berikut:
a. Cepat dan Akurat
Bahwa dalam penanggulangan bencana harus dilaksanakan
secara cepat dan tepat sesuai dengan tuntutan keadaan.
b. Prioritas
Apabila terjadi bencana, kegiatan penanggulangan harus
mendapat prioritas dan diutamakan pada kegiatan
penyelamatan jiwa manusia.
c. Koordinasi
Penanggulangan bencana didasarkan pada koordinasi yang
baik dan saling mendukung.
d. Keterpaduan
Penanggulangan bencana dilakukan oleh berbagai sektor
secara terpadu yang didasarkan pada kerja sama yang baik
dan saling mendukung.
e. Berdaya Guna
Dalam mengatasi kesulitan masyarakat dilakukan dengan
tidak membuang waktu, tenaga, dan biaya yang berlebihan.
f. Berhasil Guna

MANAJEMEN KEBENCANAAN 59
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN SEKOLAH INSPEKTUR POLISI SUMBER SARJANA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Kegiatan penanggulangan bencana harus berhasil guna,


khususnya dalam mengatasi kesulitan masyarakat dengan
tidak membuang waktu, tenaga, dan biaya yang berlebihan.
g. Transparansi
Penanggulangan bencana dilakukan secara terbuka dan
dapat dipertanggungjawabkan.
h. Akuntabilitas
Penanggulangan bencana dilakukan secara terbuka dan
dapat dipertanggungjawabkan secara etik dan hukum.
i. Kemitraan
Kerjasama antar seluruh komponen dalam menanggulangi
bencana.
j. Pemberdayaan
Peningkatan pemahaman kepada masyarakat untuk terlibat
dalam penanggulangan bencana di wilayahnya.
k. Nondiskriminasi
Negara dalam penanggulangan bencana tidak memberikan
perlakuan yang berbeda terhadap jenis kelamin, suku,
agama, ras, dan aliran politik apa pun.
l. Nonproletisi
Dilarang menyebarkan agama atau keyakinan pada saat
keadaan darurat bencana, terutama melalui pemberian
bantuan dan pelayanan darurat bencana.
11. Dalam upaya penanggulangan bencana, dilaksanakan melalui 3
(tiga) tahapan sebagai berikut:
a. Tahap pra-bencana yang dilaksanakan ketika tidak terjadi
bencana dan terdapat potensi bencana
b. Tahap tanggap darurat yang diterapkan dan dilaksanakan
pada saat sedang terjadi bencana.
c. Tahap pasca bencana yang diterapkan setelah terjadi
bencana.
12. Dalam keseluruhan tahapan penanggulangan bencana tersebut,
ada 3 (tiga) manajemen yang dipakai yaitu :
a. Manajemen Risiko Bencana
b. Manajemen Kedaruratan
c. Manajemen Pemulihan

MANAJEMEN KEBENCANAAN 60
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN SEKOLAH INSPEKTUR POLISI SUMBER SARJANA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Latihan
1. Jelaskan pengertian bencana dan penanggulangan bencana !
2. Jelaskan jenis-jenis bencana !
3. Jelaskan karakteristik bencana di Indonesia !
4. Jelaskan prinsip penanggulangan bencana nasional!
5. Jelaskan tahap penanggulangan bencana!

MANAJEMEN KEBENCANAAN 61
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN SEKOLAH INSPEKTUR POLISI SUMBER SARJANA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

MODUL TEKNIK PENANGGULANGAN BENCANA


02 4 JP (180 menit)

Pengantar
Dalam Hanjar ini dibahas materi tentang teknik penanggulangan
4 bencana alam dan non alam meliputi teknik penanggulangan bencana
banjir, teknik penanggulangan bencana gempa bumi, teknik
penanggulangan bencana gunung meletus, teknik penanggulangan
bencana tsunami, teknik penanggulangan bencana tanah longsor,
teknik penanggulangan bencana kebakaran bangunan dan kebakaran
hutan, teknik penanggulangan bencana kecelakaan transportasi
(darat, laut dan udara), teknik penanggulangan bencana wabah
penyakit, teknik penanggulangan bencana kerusuhan sosial, tujuan
penanggulangan bencana, hak dan kewajiban masyarakat dalam
penanggulangan bencana, organisasi Sistim Komando Pengendalian
Lapangan ( SKPL ).
Tujuan diberikannya Hanjar ini agar peserta didik menerapkan teknik
penanggulangan bencana dan memahami peran Polri dalam
penanganan bencana.

Kompetensi Dasar(Copper PLATE 14)


1. Memahami teknik penanggulangan bencana.
Indikator hasil belajar:
a. Menjelaskan teknik penanggulangan bencana banjir.
b. Menjelaskan teknik penanggulangan bencana gempa bumi.
c. Menjelaskan teknik penanggulangan bencana gunung
meletus.
d. Menjelaskan teknik penanggulangan bencana tsunami.
e. Menjelaskan teknik penanggulangan bencana tanah longsor.
a. Menjelaskan teknik penanggulangan bencana kebakaran
bangunan dan kebakaran hutan.
f. Menjelaskan teknik penanggulangan bencana kecelakaan
transportasi (darat, laut dan udara).

MANAJEMEN KEBENCANAAN 62
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN SEKOLAH INSPEKTUR POLISI SUMBER SARJANA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

g. Menjelaskan teknik penanggulangan bencana wabah


penyakit.
h. Menjelaskan teknik penanggulangan bencana kerusuhan
sosial.
2. Memahami peran Polri dalam penanganan bencana.
Indikator hasil belajar:
a. Menjelaskan tujuan penanggulangan bencana.
b. Menjelaskan hak dan kewajiban masyarakat dalam
penanggulangan bencana.
c. Menjelaskan Organisasi Sistim Komando Pengendalian
Lapangan ( SKPL ).

Materi Pelajaran
1. Pokok Bahasan :
Teknik penanggulangan bencana.
Subpokok Bahsan :
a. Teknik penanggulangan bencana banjir.
b. Teknik penanggulangan bencana gempa bumi.
c. Teknik penanggulangan bencana gunung meletus.
d. Teknik penanggulangan bencana tsunami.
e. Teknik penanggulangan bencana tanah longsor.
f. Teknik penanggulangan bencana kebakaran bangunan dan
kebakaran hutan.
g. Teknik penanggulangan bencana kecelakaan transportasi
(darat, laut dan udara).
h. Teknik penanggulangan bencana wabah penyakit.
i. Teknik penanggulangan bencana kerusuhan sosial.
2. Pokok Bahasan :
Peran Polri dalam penanganan bencana.
Subpokok Bahasan:
a. Tujuan penanggulangan bencana
b. Hak dan kewajiban masyarakat dalam penanggulangan
bencana
c. Organisasi Sistim Komando Pengendalian Lapangan (SKPL)

MANAJEMEN KEBENCANAAN 63
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN SEKOLAH INSPEKTUR POLISI SUMBER SARJANA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Metode Pembelajaran
1. Metode Ceramah
Metode ini digunakan untuk menyampaikan materi tentang teknik
penanggulangan bencana dan peran Polri dalam penanganan
bencana.

2. Metode Brainstorming (curah pendapat)


Metode ini digunakan pendidik untuk mengeksplor pendapat peserta
didik tentang materi yang disampaikan.
3. Metode Tanya jawab
Metode ini digunakan untuk melakukan tanya jawab tentang materi
yang telah disampaikan.
4. Metode Penugasan
Metode ini digunakan untuk memberikan penugasan kepada
peserta didik, yaitu pembutan resume.

MANAJEMEN KEBENCANAAN 64
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN SEKOLAH INSPEKTUR POLISI SUMBER SARJANA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Alat/Media, Bahan Dan Sumber Belajar


1. Alat/media:
a. White Board.
b. Laptop.
c. LCD.
d. Spidol.
e. Penghapus.
f. Papan flipchart.
g. Laserpoint.
h. Alat yang digunakan sesuaikan dengan materi praktik.
2. Bahan
a. Kertas flipchart.
b. Alat tulis.
3. Sumber belajar:
a. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007
Tentang Penanggulangan Bencana.
b. Peraturan Kapolri Nomor 17 Tahun 2009 tentang Manajemen
Penanggulangan Bencana.
c. Buku Pedoman Latihan Kesiapsiagaan Bencana ( BNPB).
d. Modul Diklat Dasar Manajemen Bencana Pusdiklat BNPB.
Buku saku Tanggap Tangkas Tangguh Menghadapi Bencana
(BNPB).

MANAJEMEN KEBENCANAAN 65
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN SEKOLAH INSPEKTUR POLISI SUMBER SARJANA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Kegiatan Pembelajaran
1. Tahap awal: 10 menit
Pendidik melaksanakan apersepsi:
a. Pendidik melakukan overview (penyampaian materi kembali
secara sepintas) materi sebelumnya.
b. Pendidik menyampaikan tujuan pembelajaran.

2. Tahap inti: 160 menit


a. Pendidik menyampaikan materi pelajaran.
b. Peserta didik memperhatikan, mencatat hal-hal penting
tentang materi yang diberikan oleh pendidik.
c. Pendidik memberi kesempatan kepada peserta didik untuk
bertanya/memberikan komentar terkait materi yang
disampaikan.
d. Peserta didik bertanya tentang materi yang belum
dimengerti/dipahami.
e. Pendidik menyimpulkan materi pelajaran yang telah
disampaikan.

3. Tahap akhir: 10 menit


a. Cek Penguatan materi.
Pendidik memberikan ulasan dan penguatan materi secara
umum.
b. Cek penguasaan materi.
Pendidik mengecek penguasaan materi dengan bertanya
secara lisan dan acak kepada peserta didik.
c. Keterkaitan mata pelajaran dengan pelaksanaan tugas.
Pendidik menggali manfaat yang bisa di ambil dari materi yang
disampaikan.
d. Pendidik menugaskan peserta didik untuk membuat laporan
resume.

MANAJEMEN KEBENCANAAN 66
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN SEKOLAH INSPEKTUR POLISI SUMBER SARJANA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Tagihan/Tugas
Peserta didik mengumpulkan laporan hasil praktik sesuai materi yang
diberikan oleh pendidik.

Lembar Kegiatanpe 14)p

Pendidik menugaskan kepada peserta didik untuk membuat resume dari


materi yang telah disampaikan.

MANAJEMEN KEBENCANAAN 67
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN SEKOLAH INSPEKTUR POLISI SUMBER SARJANA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Bahan Bacaan

POKOK BAHASAN I
TEKNIK PENANGGULANGAN BENCANA

Pulau-pulau di Indonesia secara geografis terletak pada pertemuan 3


lempeng tektonik dunia, yaitu lempeng Australasia, lempeng Pasiik,
lempeng Eurasia serta Filipina. Hal ini menyebabkan Indonesia rentan
secara geologis. Di samping itu, kurang lebih 5.590 daerah aliran sungai
(DAS) yang terdapat di Indonesia, yang terletak antara Sabang dan
Merauke, mengakibatkan Indonesia menjadi salah satu negara yang
berisiko tinggi terhadap ancaman bencana gempa bumi, tsunami,
deretan erupsi gunung api (129 gunung api aktif), dan gerakan tanah.
Selain itu, iklim di Indonesia sangat dipengaruhi oleh lokasi dan
karakteristik geograis yang membentang antara Samudra Pasiik dan
Samudra Hindia. Indonesia memiliki 3 pola iklim dasar: monsunal,
khatulistiwa, dan sistem iklim lokal yang menyebabkan perbedaan pola
curah hujan yang dramatis. Kondisi tersebut semakin kompleks lantaran
tantangan dampak pemanasan global dan pengaruh perubahan iklim,
seperti kenaikan suhu temperatur dan permukaan air laut pada wilayah
Indonesia yang berada di garis khatulistiwa. Hal ini cenderung
menimbulkan tingginya potensi terjadi berbagai jenis bencana
hidrometeorologi, seperti banjir, banjir bandang, kekeringan, cuaca
ekstrem, gelombang ekstrem, abrasi, serta kebakaran hutan dan lahan
(Karhutla).
1. Teknik Penanggulangan Bencana Banjir

Banjir merupakan peristiwa ketika air menggenangi suatu wilayah


yang biasanya tidak digenangi air dalam jangka waktu tertentu.
Banjir biasanya terjadi karena curah hujan turun terus menerus
dan mengakibatkan meluapnya air sungai, danau, laut atau
drainase karena jumlah air yang melebihi daya tampung media
penopang air dari curah hujan tadi.

MANAJEMEN KEBENCANAAN 68
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN SEKOLAH INSPEKTUR POLISI SUMBER SARJANA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Di seluruh Indonesia, tercatat 5.590 sungai induk dan 600 di


antaranya berpotensi menimbulkan banjir. Daerah rawan banjir
yang dicakup sungai-sungai induk ini mencapai 1,4 juta hektar.
Dari berbagai kajian yang telah dilakukan, banjir yang
melanda daerah- daerah rawan, pada dasarnya disebabkan
tiga hal.
a. Pertama, kegiatan manusia yang menyebabkan terjadinya
perubahan tata ruang dan berdampak pada perubahan
alam.
b. Kedua, peristiwa alam seperti curah hujan sangat tinggi,
kenaikan permukaan air laut, badai, dan sebagainya.
c. Ketiga, degradasi lingkungan seperti hilangnya tumbuhan
penutup tanah pada catchment area, pendangkalan
sungai akibat sedimentasi, penyempitan alur sungai dan
sebagainya.
Banjir bukan hanya menyebabkan sawah tergenang sehingga
tidak dapat dipanen dan meluluhlantakkan perumahan dan
permukiman, tetapi juga merusak fasilitas pelayanan sosial
ekonomi masyarakat dan prasarana publik, bahkan menelan
korban jiwa. Kerugian semakin besar jika kegiatan ekonomi
dan pemerintahan terganggunya, bahkan terhentinya. Meskipun
partisipasi masyarakat dalam rangka penanggulangan banjir
sangat nyata. terutama pada aktivitas tanggap darurat, namun
banjir menyebabkan tambahan beban keuangan negara,
terutama untuk merehabilitasi dan memulihkan fungsi
parasana publik yang rusak.
Terjadinya serangkaian banjir dalam waktu relatif pendek dan
terulang tiap tahun, menuntut upaya lebih besar
mengantisipasinya, sehingga kerugian dapat diminimalkan.
Berbagai upaya pemerintah yang bersifat struktural (structural
approach), ternyata belum sepenuhnya mampu menanggulangi
masalah banjir di Indonesia. Penanggulangan banjir, selama
ini lebih terfokus pada penyediaan bangunan fisik
pengendali banjir untuk mengurangi dampak bencana.
Selain disebabkan faktor alami, yaitu curah hujan yang tinggi,
banjir juga terjadi karena ulah manusia. Contoh, berkurangnya
kawasan resapan air karena alih fungsi lahan, penggundulan
hutan yang meningkatkan erosi dan mendangkalkan sungai, serta
perilaku tidak bertanggung jawab seperti membuang sampah di
sungai dan mendirikan hunian di bantaran sungai.
Kejadian bencana banjir sangat bersifat lokal. Satu daerah bisa
terlanda banjir dan daerah lainnya aman. Oleh sebab itu, informasi
mengenai banjir yang resmi biasanya berasal dari institusi di
daerah yang bertanggung jawab, seperti BPBD.
Kendati sifatnya bencana lokal, namun terkadang banjir juga dapat

MANAJEMEN KEBENCANAAN 69
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN SEKOLAH INSPEKTUR POLISI SUMBER SARJANA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

meluas dan melumpuhkan kehidupan perkotaan seperti yang


pernah terjadi di Jakarta. Oleh sebab itu, langkah antisipasi harus
dilakukan baik sebelum, saat, dan pascabencana banjir.
Penanggulangan banjir dilakukan secara bertahap, dari
pencegahan sebelum banjir (prevention), penanganan saat banjir
(response/intervention), dan pemulihan setelah banjir (recovery).
Tahapan tersebut berada dalam suatu siklus kegiatan
penanggulangan banjir yang berkesinambungan. Kegiatan
penanggulangan banjir mengikuti suatu siklus (life cycle),
yang dimulai dari banjir, kemudian mengkajinya sebagai
masukan untuk pencegahan (prevention) sebelum bencana
banjir terjadi kembali. Pencegahan dilakukan secara menyeluruh,
berupa kegiatan fisik seperti pembangunan pengendali banjir di
wilayah sungai (in-stream) sampai wilayah dataran banjir (off-
stream), dan kegiatan non-fisik seperti pengelolaan tata guna
lahan sampai sistem peringatan dini bencana banjir.

Disaster Risk Management and Mitigation Circle

MANAJEMEN KEBENCANAAN 70
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN SEKOLAH INSPEKTUR POLISI SUMBER SARJANA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Kegiatan dalam Siklus Penanggulangan Banjir

a. Kegiatan Pencegahan ( Prevention)


1) Upaya - upaya Struktural
a) Upaya di dalam badan Sungai ( In-Stream)
b) Upaya di luar badan Sungai ( Off- Stream)
2) Upaya - upaya Non-Struktural
a) Upaya pencegahan banjir jangka panjang.
b) Upaya pengelolaan keadaan darurat banjir dalam
jangka pendek.
3) Kegiatan yang didapat dilaksanakan
a) Mengetahui istilah-istilah peringatan yang
berhubungan dengan bahaya banjir, seperti Siaga
I sampai dengan Siaga IV dan langkah-langkah
apa yang harus dilakukan.
b) Mengetahui tingkat kerentanan tempat tinggal,
apakah berada di zona rawan banjir.
c) Mengetahui cara-cara untuk melindungi rumah
dari banjir.
d) Mengetahui saluran dan jalur yang sering dilalui air
banjir dan apa dampaknya untuk rumah .
e) Melakukan persiapan untuk evakuasi, termasuk
memahami rute evakuasi dan daerah yang lebih
tinggi.
f) Membicarakan dengan anggota masyarakat
MANAJEMEN KEBENCANAAN 71
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN SEKOLAH INSPEKTUR POLISI SUMBER SARJANA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

mengenai ancaman banjir dan merencanakan


tempat pertemuan apabila anggota masyarakat
saling terpencar-pencar.
g) Mengetahui bantuan apa yang bisa diberikan
apabila ada anggota masyarakat yang terkena
banjir.
h) Mengetahui kebutuhan-kebutuhan khusus anggota
masyarakat apabila banjir terjadi.
i) Membuat persiapan untuk hidup mandiri selama
sekurangnya tiga hari, misalnya persiapan tas
siaga bencana, penyediaan makanan dan air
minum.
j) Mengetahui bagaimana mematikan air, listrik, dan
gas.
k) Mempertimbangkan asuransi banjir.
l) Berkaitan dengan harta dan kepemilikan, maka
bisa membuat catatan harta,
mendokumentasikannya dalam foto, dan simpan
dokumen tersebut di tempat yang aman.
m) Menyimpan berbagai dokumen penting di tempat
yang aman.
n) Hindari membangun di tempat rawan banjir kecuali
ada upaya penguatan dan peninggian bangunan
rumah.
o) Perhatikan berbagai instrumen listrik yang dapat
memicu bahaya saat bersentuhan dengan air
banjir.
p) Turut serta mendirikan tenda pengungsian dan
pembuatan dapur umum.
q) Melibatkan diri dalam pendistribusian bantuan.
r) Menggunakan air bersih dengan efisien.
Pada tahap pra bencana, partisipasi masyarakat berupa
keikutsertaan mereka dalam berbagai kegiatan, seperti
sosialisasi berbagai peraturan, membangun atau
membersihkan saluran drainase lingkungan secara swadaya,
memprakarsai lomba kebersihan, menjaga dan memantau
kondisi lingkungan. Di samping itu aspirasi masyarakat
belum dikelola dalam bentuk kelompok/organisasi
kemasyarakatan, namun hanya memanfaatkan
kelembagaan RT/RW.

MANAJEMEN KEBENCANAAN 72
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN SEKOLAH INSPEKTUR POLISI SUMBER SARJANA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

b. Kegiatan Penanganan ( Intervention/ Response)


1) Pemberitahuan dan penyebaran informasi
prakiraan banjir.
2) Reaksi cepat dan bantuan penanganan darurat banjir.
3) Perlawanan terhadap banjir.
Setelah pencegahan dilaksanakan, dirancang pula
tindakan penanganan (response/intervention) pada saat
bencana banjir terjadi. Tindakan penanganan bencana
banjir, antara lain pemberitahuan dan penyebaran informasi
tentang prakiraan banjir (flood forecasting information and
dissemination), tanggap darurat, bantuan peralatan
perlengkapan logistik penanganan banjir (flood
emergency response and assistance), dan perlawanan
terhadap banjir (flood fighting).
Ketika terjadi banjir kegiatan yang dapat dilaksanakan
meliputi :
1) Apabila banjir akan terjadi, maka simaklah informasi
dari berbagai media mengenai informasi banjir untuk
meningkatkan kesiapsiagaan.
2) Apabila terjadi banjir, segeralah evakuasi ke tempat
yang lebih tinggi.
3) Waspada terhadap arus bawah, saluran air, kubangan,
dan tempat-tempat lain yang tergenang air.
4) Ketahui risiko banjir dan banjir bandang, misalnya banjir
bandang dapat terjadi dengan atau tanpa peringatan
pada saat hujan biasa atau deras.
5) Apabila harus bersiap untuk evakuasi: amankan rumah.
Apabila masih tersedia waktu, tempatkan perabot di luar
rumah atau di tempat yang aman dari banjir. Barang
yang lebih berharga diletakan pada bagian yang lebih
tinggi di dalam rumah.
6) Matikan semua jaringan listrik apabila ada instruksi dari
pihak berwenang. Cabut alat-alat yang masih
tersambung dengan listrik. Jangan menyentuh
peralatan yang bermuatan listrik apabila berdiri di
atas/dalam air.
7) Jika ada perintah evakuasi dan harus meninggalkan
rumah, jangan berjalan di arus air. Beberapa langkah
berjalan di arus air dapat mengakibatkan Anda jatuh.
8) Apabila harus berjalan di air, berjalanlah pada pijakan
yang tidak bergerak. Gunakan tongkat atau sejenisnya
untuk mengecek kepadatan di tempat berpijak.
9) Jangan mengemudikan mobil di wilayah banjir. Apabila
MANAJEMEN KEBENCANAAN 73
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN SEKOLAH INSPEKTUR POLISI SUMBER SARJANA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

air mulai naik, abaikan mobil dan keluarlah ke tempat


yang lebih tinggi. Apabila hal ini tidak dilakukan,
kemungkinan akan dapat tersapu arus banjir dengan
cepat.
10) Bersihkan dan siapkan penampungan air untuk berjaga-
jaga seandainya kehabisan air bersih.
11) Waspada saluran air atau tempat melintasnya air yang
kemungkinan akan dilalui oleh arus yang deras karena
kerap kali banjir bandang tiba tanpa peringatan
c. Pemulihan ( Recovery)
1) Bantuan segera kebutuhan hidup sehari-hari dan
perbaikan sarana dan prasarana
a) Pembersihan dan rekonstruksi pasca banjir
b) Rehabilitasi dan pemulihan kondisi fisik dan non-
fisik
2) Penilaian kerusakan/kerugian dan asuransi bencana
banjir.
3) Kajian penyebab terjadinya bencana banjir.
Pemulihan setelah banjir dilakukan sesegera mungkin,
untuk mempercepat perbaikan agar kondisi umum
berjalan normal. Tindakan pemulihan, dilaksanakan mulai
dari bantuan pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari,
perbaikan sarana-prasarana (aftermath assistance and
relief), rehabilitasi dan adaptasi kondisi fisik dan non-fisik
(flood adaptation and rehabilitation), penilaian kerugian
materi dan non-materi, asuransi bencana banjir (flood
damage assessment and insurance), dan pengkajian
cepat penyebab banjir untuk masukan dalam tindakan
pencegahan (flood quick reconnaissance study).
Kegiatan yang dapat dilaksanakan pasca bencana banjir
meliputi :
1) Hindari air banjir karena kemungkinan kontaminasi zat-
zat berbahaya dan ancaman kesetrum.
2) Waspada dengan instalasi listrik.
3) Hindari air yang bergerak.
4) Hindari area yang airnya baru saja surut karena jalan
bisa saja keropos dan ambles.
5) Hindari lokasi yang masih terkena bencana, kecuali jika
pihak yang berwenang membutuhkan sukarelawan.
6) Kembali ke rumah sesuai dengan perintah dari pihak
yang berwenang.

MANAJEMEN KEBENCANAAN 74
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN SEKOLAH INSPEKTUR POLISI SUMBER SARJANA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

7) Tetap di luar gedung/rumah yang masih dikelilingi air.


8) Hati-hati saat memasuki gedung karena ancaman
kerusakan yang tidak terlihat seperti pada fondasi.
9) Perhatikan kesehatan dan keselamatan keluarga
dengan mencuci tangan menggunakan sabun dan air
bersih jika Anda terkena air banjir.
10) Buang makanan yang terkontaminasi air banjir.
11) Dengarkan berita atau informasi mengenai kondisi air,
serta di mana mendapatkan bantuan
perumahan/shelter, pakaian, dan makanan.
12) Dapatkan perawatan kesehatan di fasilitas kesehatan
terdekat.
13) Bersihkan tempat tinggal dan lingkungan rumah dari
sisa-sisa kotoran setelah banjir.
14) Lakukan pemberantasan sarang nyamuk
Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN).
15) Terlibat dalam kaporitisasi sumur gali.
16) Terlibat dalam perbaikan jamban dan Saluran
Pembuangan Air Limbah (SPAL).
2. Teknik Penanggulangan Bencana Gempa Bumi

Gempa bumi adalah peristiwa berguncangnya bumi yang


disebabkan oleh tumbukan antar lempeng bumi, aktivitas sesar
(patahan), aktivitas gunung api, atau runtuhan batuan. Jenis
bencana ini bersifat merusak, dapat terjadi setiap saat dan
berlangsung dalam waktu singkat. Gempa bumi dapat
menghancurkan bangunan, jalan, jembatan, dan sebagainya
dalam sekejap.
Sampai saat ini, belum ada ahli dan institusi yang mampu
memprediksi kapan terjadinya gempa bumi. Institusi yang
berwenang untuk mengeluarkan informasi kejadian gempa bumi
adalah BMKG. Anda dapat mengetahui informasi dari berbagai
parameter mengenai besaran suatu gempa bumi, titik pusat
MANAJEMEN KEBENCANAAN 75
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN SEKOLAH INSPEKTUR POLISI SUMBER SARJANA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

gempa bumi, kedalaman, dan potensi tsunami dari laman


(www.bmkg. go.id) atau pun aplikasi gawai BMKG berbasis
android atau IOS.
a. Pra-bencana
1) Menyiapkan rencana untuk penyelamatan diri apabila
gempa bumi terjadi.
2) Melakukan latihan yang dapat bermanfaat dalam
menghadapi reruntuhan saat gempa bumi, seperti
merunduk, perlindungan terhadap kepala, berpegangan
ataupun dengan bersembunyi di bawah meja.
3) Menyiapkan alat pemadam kebakaran, alat
keselamatan standar, dan persediaan obat-obatan.
4) Membangun konstruksi rumah yang tahan terhadap
guncangan gempa bumi dengan fondasi yang kuat.
Selain itu, bisa merenovasi bagian bangunan yang
sudah rentan.
5) Memperhatikan daerah rawan gempa bumi dan aturan
seputar penggunaan lahan yang dikeluarkan oleh
pemerintah.

b. Saat Terjadi Bencana


1) Di dalam bangunan, seperti rumah, sekolah ataupun
bangunan bertingkat:
a) Guncangan akan terasa beberapa saat. Selama
jangka waktu itu, upayakan keselamatan diri
dengan cara berlindung di bawah meja untuk
menghindari dari benda-benda yang mungkin jatuh
dan jendela kaca. Lindungi kepala dengan bantal
atau helm, atau berdirilah di bawah pintu. Bila
sudah terasa aman, segera lari keluar rumah.
b) Jika sedang memasak, segera matikan kompor
serta mencabut dan mematikan semua peralatan
yang menggunakan listrik untuk mencegah
terjadinya kebakaran.
c) Bila keluar rumah, perhatikan kemungkinan
pecahan kaca, genteng, atau material lain. Tetap
lindungi kepala dan segera menuju ke lapangan
terbuka, jangan berdiri dekat tiang, pohon, atau
sumber listrik atau gedung yang mungkin roboh.
d) Jangan gunakan lift apabila sudah terasa
guncangan. Gunakan tangga darurat untuk
evakuasi keluar bangunan. Apabila sudah di
dalam elevator, tekan semua tombol atau gunakan
MANAJEMEN KEBENCANAAN 76
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN SEKOLAH INSPEKTUR POLISI SUMBER SARJANA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

interphone untuk panggilan kepada pengelola


bangunan.
e) Kenali bagian bangunan yang memiliki struktur
kuat, seperti pada sudut bangunan.
2) Di dalam mobil:
a) Saat terjadi gempa bumi besar, akan kehilangan
kontrol terhadap mobil.
b) Jauhi persimpangan, pinggirkan mobil di kiri bahu
jalan dan berhentilah.
c) Ikuti informasi dengan memperhatikan lingkungan
sekitar atau melalui alat komunikasi lainnya seperti
radio atau gawai.
Apabila mendengar peringatan dini tsunami, segera lakukan
evakuasi menuju ke tempat tinggi, seperti bukit dan
bangunan tinggi.

c. Pasca bencana
1) Tetap waspada terhadap gempa bumi susulan.
2) Ketika berada di dalam bangunan, evakuasi diri setelah
gempa bumi berhenti. Perhatikan reruntuhan maupun
benda-benda yang membahayakan pada saat evakuasi.
3) Jika berada di dalam rumah, tetap berada di bawah
meja yang kuat.
4) Periksa keberadaan api dan potensi terjadinya bencana
kebakaran.
5) Berdirilah di tempat terbuka jauh dari gedung dan
instalasi listrik dan air. Apabila di luar bangunan dengan
tebing di sekeliling, hindari daerah yang rawan longsor.
6) Jika di dalam mobil, berhentilah tetapi tetap berada di
dalam mobil. Hindari berhenti di bawah atau di atas
jembatan atau rambu-rambu lalu lintas.
Setiap terjadi bencana, kita tahu masyarakat yang menjadi
korban tidak hanya puluhan, tetapi ratusan dan bahkan
ribuan jiwa menjadi korban. Dalam kasus tsunami yang
menerjang Aceh pada Desember empat belas tahun silam,
jumlah korban bahkan mencapai ratusan ribu jiwa. Dalam
tragedi tsunami yang melanda kawasan Selat Sunda 22
Desember 2018 dilaporkan paling tidak jumlah korban
meninggal mencapai 300 jiwa lebih. Ini belum termasuk
korban yang hilang, terluka, dan berbagai bangunan yang
luluh-lantak.
Masyarakat dan wilayah yang menjadi korban bencana

MANAJEMEN KEBENCANAAN 77
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN SEKOLAH INSPEKTUR POLISI SUMBER SARJANA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

sudah barang tentu perlu secepatnya direhabilitasi dan


dilakukan rekonstruksi. Lebih dari sekadar menyediakan
tenda-tenda penampungan di tempat pengungsian,
masyarakat yang menjadi korban bencana, terutama yang
kehilangan harta benda dan aset produksinya, mereka tentu
membutuhkan uluran tangan dari pemerintah untuk
memastikan kemungkinan bangkit kembali dari keterpurukan.
Masyarakat korban bencana yang perahunya hilang karena
terseret tsunami, rumahnya hancur diterjang air laut yang
menggunung, sawahnya rusak diterjang banjir, toko atau
warung miliknya tak lagi berbekas karena luapan air laut, dan
lain sebagainya, tentu tidak mungkin mereka dapat bangkit
kembali dengan cepat bila tidak memperoleh uluran tangan
dari pemerintah.
Kegiatan rehabilitasi pasca-terjadinya bencana selain
dilakukan dalam bentuk perbaikan lingkungan, juga bantuan
perbaikan rumah korban bencana, pemulihan sosial-
ekonomi-budaya, pemulihan pelayanan publik, anak-anak
kembali ke sekolah, dan lain-lain, yang bertujuan agar
masyarakat segera dapat kembali beraktivitas secara normal
dalam kehidupan sehari-hari.
Sedangkan, kegiatan rekonstruksi dilakukan melalui
pembangunan kembali prasarana dan sarana, penerapan
rancang bangun yang tepat dan penggunaan peralatan yang
lebih baik dan tahan bencana, revitalisasi kembali partisipasi
dan peran serta lembaga dan organisasi kemasyarakatan,
dunia usaha, dan masyarakat, serta peningkatan kondisi
sosial, ekonomi, dan budaya pasca-terjadinya bencana.
Sejauh mungkin harus dihindari terjadinya kekosongan dalam
layanan publik dan tanggung jawab pemerintah memberikan
perlindungan serta pelayanan yang terbaik bagi masyarakat
di berbagai bidang.
3. Teknik Penanggulangan Bencana Gunung Meletus.

Bahaya erupsi gunung api memiliki dua jenis bahaya berdasarkan

MANAJEMEN KEBENCANAAN 78
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN SEKOLAH INSPEKTUR POLISI SUMBER SARJANA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

waktu kejadian, yaitu bahaya primer dan sekunder. Berikut ini


bahaya dari erupsi gunung api :
a. Awan panas adalah aliran material vulkanik panas yang
terdiri atas batuan berat, ringan (berongga) lava masif dan
butiran klastik yang pergerakannya dipengaruhi gravitasi dan
cenderung mengalir melalui lembah. Bahaya ini merupakan
campuran material erupsi antara gas dan bebatuan (segala
ukuran) yang terdorong ke bawah akibat densitas tinggi.
Suhu material bisa mencapai 300 – 700°C, kecepatan awan
panas lebih dari 70 km/jam.
b. Aliran lava adalah magma yang meleleh ke permukaan bumi
melalui rekahan, suhunya >10.000°C dan dapat merusak
segala bentuk infrastruktur.
c. Gas beracun adalah gas vulkanik yang dapat mematikan
seketika apabila terhirup dalam tubuh. Gas tersebut antara
lain CO2, SO2, Rn, H2S, HCl, HF, H2SO4. Gas tersebut
biasanya tidak berwarna dan tidak berbau.
d. Lontaran material (pijar). Lontaran material terjadi ketika
letusan magmatic berlangsung. Suhu mencapai 200°C,
diameter lebih dari 10 cm dengan daya lontar ratusan
kilometer.
e. Hujan abu. Material abu tampak halus dan bergerak sesuai
arah angin.
f. Lahar Letusan, lahar letusan terjadi pada gunung berapi yang
mempunyai danau kawah, terjadi bersamaan saat letusan.
Air bercampur material lepas gunung berapi mengalir dan
bentuk banjir lahar.
Mitigasi bencana letusan gunung api adalah “proses pencegahan
bencana letusan gunung api atau pengurangan dampak bahaya
letusan gunung api” untuk meminimalkan:
a. Jatuhnya korban jiwa
b. Kerugian harta benda
c. Rusaknya lingkungan dan Terganggunya roda perekonomian
masyarakat.
d. Mitigasi Bencana Gunung api
Beberapa hal yang perlu diketahui mengenai ancaman bahaya
erupsi gunung api yaitu tingkat status gunung api (level) dan
Kawasan Rawan Bencana (KRB).

MANAJEMEN KEBENCANAAN 79
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN SEKOLAH INSPEKTUR POLISI SUMBER SARJANA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Berikut ini penjelasan mengenai Kawasan Rawan Bencana (KRB)

a. Pra-Bencana
1) Dilakukan pemantauan gunung api.
2) Penyediaan peta kawasan rawan bencana gunung api,
peta zona risiko bahaya gunung api.
3) Pemantapan protap tingkat kegiatan gunung api.
4) Pembimbingan dan informasi gunung api.

MANAJEMEN KEBENCANAAN 80
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN SEKOLAH INSPEKTUR POLISI SUMBER SARJANA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

5) Penerbitan peta geologi gunung api.


6) Penyelidikan geologi, geofisika dan geokimia.
7) Peningkatan sumberdaya manusia dan pendukungnya.
8) Perhatikan arahan dari PVMBG dan perkembangan
aktivitas gunung api.
9) Siapkan masker dan kacamata pelindung untuk
mengatasi debu vulkanik.
10) Mengetahui jalur evakuasi dan shelter yang telah
disiapkan oleh pihak berwenang.
11) Menyiapkan skenario evakuasi lain jika dampak letusan
meluas di luar prediksi ahli.
12) Siapkan dukungan logistik, antara lain makanan siap
saji, lampu senter dan baterai cadangan, uang tunai
yang cukup serta obat-obatan khusus sesuai pemakai.

b. Saat Terjadi Bencana


1) Mengirimkan tim tanggap darurat.
2) Meningkatkan pengamatan.
3) Melaporkan tingkat kegiatan sesuai alur.
4) Memberikan rekomendasi kepada Pemda sesuai
Protap.
5) Tidak berada di lokasi yang direkomendasikan untuk
dikosongkan.
6) Tidak berada di lembah atau daerah aliran sungai.
7) Hindari tempat terbuka. Lindungi diri dari abu letusan
gunung api.
8) Gunakan kacamata pelindung.
9) Jangan memakai lensa kontak.
10) Gunakan masker atau kain basah untuk menutup mulut
dan hidung.
11) Kenakan pakaian tertutup yang melindungi tubuh
seperti, baju lengan panjang, celana panjang, dan topi.

c. Pasca Bencana
1) Kurangi terpapar dari abu vulkanik.
2) Hindari mengendarai mobil di daerah yang terkena
hujan abu vulkanik sebab bisa merusak mesin
kendaraan.

MANAJEMEN KEBENCANAAN 81
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN SEKOLAH INSPEKTUR POLISI SUMBER SARJANA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

3) Bersihkan atap dari timbunan debu vulkanik karena


beratnya bisa merobohkan dan merusak atap rumah
atau bangunan.
4) Waspadai wilayah aliran sungai yang berpotensi
terlanda bahaya lahar pada musim hujan.
5) Menurunkan tingkat kegiatan saat terjadi bencana
gunung api sesuai protap.
6) Menginventarisir data letusan, termasuk sebaran dan
volume bahan letusan.
7) Mengidentifikasi daerah yang terancam bahaya
sekunder.
8) Memberikan saran teknis penanggulangan bahaya
sekunder.
9) Pengurangan Resiko Bencana.
10) Melakukan identifikasi, kajian dan pemantauan resiko
bencana dan memperkuat sistem peringatan dini
11) Menggunakan pengetahuan, inovasi dan pendidikan
untuk membangun suatu budaya aman dan ketahanan
terhadap bencana di semua tingkatan
12) Memperkuat kesiapsiagaan terhadap bencana untuk
menjamin pelaksanaan tanggap darurat yang efektif.

4. Teknik Penanggulangan Bencana Tsunami

Tsunami terdiri dari rangkaian gelombang laut yang mampu


menjalar dengan kecepatan mencapai lebih dari 900 km/jam
atau lebih di tengah laut. Jenis bencana ini disebabkan oleh
beberapa faktor, antara lain gempa bumi yang terjadi di dasar laut,
runtuhan di dasar laut, atau karena letusan gunung api di laut.
Saat mencapai pantai yang dangkal, teluk, atau muara sungai,
MANAJEMEN KEBENCANAAN 82
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN SEKOLAH INSPEKTUR POLISI SUMBER SARJANA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

kecepatan gelombang tsunami akan menurun, namun ketinggian


gelombang akan meningkat puluhan meter dan bersifat merusak.
Seperti gempa bumi, belum ada ahli dan institusi yang mampu
memprediksi dengan tepat kapan tsunami akan terjadi. Anda
dapat mengenali suatu wilayah yang berpotensi terdampak
tsunami dengan rambu peringatan bahaya tsunami.
Ketika gempa besar yang memicu tsunami terjadi di dekat pesisir
pantai, warga hanya punya waktu 10 hingga 30 menit untuk
menyelamatkan diri, demikian arahan Badan Meteorologi,
Klimatologi, dan Geofisika (BMKG). Inilah yang dikenal dengan
istilah waktu emas (golden time). Keputusan dan tindakan apa
yang diambil dalam rentang waktu yang sempit inilah yang akan
menentukan hidup dan mati. Oleh karena itu, pengetahuan
tentang evakuasi dini dan siaga bencana idealnya harus dimiliki
setiap orang.
Tingginya aktivitas kegempaan terjadi karena wilayah nusantara
yang merupakan pertemuan tiga lempeng tektonik.
Hampir semua daerah pesisir tergolong rawan, termasuk wilayah
yang langsung berbatasan dengan Samudera Hindia, pantai
Kalimantan sebelah barat, seluruh pantai Sulawesi, Maluku,
Papua, dan pulau-pulau kecil di antaranya.

Peta potensi tsunami di seluruh wilayah Indonesia.

Data BMKG dari 1991 hingga 2010 menunjukan sedikitnya ada 10


bencana tsunami di Indonesia, sembilan di antaranya
menimbulkan banyak korban jiwa, termasuk tsunami Flores 1992
dengan lebih dari 2.000 korban jiwa, tsunami Aceh yang menelan
lebih dari 200.000 korban, dan gempa Mentawai 2010.
Belajar dari tsunami Aceh, sistem peringatan dini BMKG terus
diperbaiki dan sudah mampu menyampaikan peringatan lebih
cepat kepada warga.
Berikut ini beberapa hal yang dapat dilakukan untuk menghadapi

MANAJEMEN KEBENCANAAN 83
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN SEKOLAH INSPEKTUR POLISI SUMBER SARJANA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

bencana tsunami, yaitu :


a. Pra bencana
1) Ketahui tanda-tanda sebelum tsunami terjadi, terutama
setelah gempa bumi (intensitas gempa bumi lama dan
terasa kuat, air laut surut, bunyi gemuruh dari tengah
lautan, banyak ikan menggelepar di pantai yang airnya
surut, dan tanda-tanda alam lain).
2) Memantau informasi dari berbagai media resmi
mengenai potensi tsunami setelah gempa bumi terjadi.
3) Cepat berlari ke tempat yang tinggi dan berdiam diri di
sana untuk sementara waktu setelah satu gempa bumi
besar mengguncang.
4) Segera menjauhi pantai dan tidak perlu melihat
datangnya tsunami atau menangkap ikan yang
terdampar di pantai karena air surut.
5) Mengetahui tingkat kerawanan tempat tinggal akan
bahaya tsunami dan jalur evakuasi tercepat ke dataran
yang lebih tinggi.

b. Saat Terjadi Bencana


Lima menit setelah gempa, BMKG biasanya akan
mengeluarkan peringatan dini di beberapa wilayah jika ada
potensi tsunami. Peringatan diberikan dalam tiga kategori
berbeda, yaitu :
1) AWAS: Tinggi tsunami diperkirakan bisa mencapai
lebih dari tiga meter. Warga diminta segera melakukan
evakuasi menyeluruh ke arah tegak lurus dari pinggir
pantai. Pemerintah daerah harus menyediakan
informasi jelas tentang jalur dan tempat evakuasi
terdekat.
2) SIAGA: Tinggi tsunami berada dikisaran 0,5 meter
hingga tiga meter. Pemerintah daerah diharapkan bisa
mengerahkan warga untuk melakukan evakuasi.
3) WASPADA: Tinggi tsunami kurang dari 0,5 meter.
Walau tampak kecil, warga tetap diminta menjauhi
pantai dan sungai.
Tindakan yang dapat dilakukan saat terjadinya bencana
tsunami meliputi :
1) Setelah gempa bumi berdampak pada rumah, jangan
berupaya untuk merapikan kondisi rumah. Waspada
gempa bumi susulan!
2) Jika berada di rumah, usahakan untuk tetap tenang dan

MANAJEMEN KEBENCANAAN 84
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN SEKOLAH INSPEKTUR POLISI SUMBER SARJANA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

segera membimbing keluarga untuk menyelamatkan diri


ke tempat yang lebih tinggi dan aman.
3) Tidak semua gempa bumi memicu tsunami. Jika
mendengar sirine tanda bahaya atau pengumuman dari
pihak berwenang mengenai bahaya tsunami, perlu
segera menyingkir dari daerah pantai. Perhatikan
peringatan dan arahan dari pihak berwenang dalam
proses evakuasi.
4) Jika telah sampai di daerah tinggi, bertahanlah disana
karena gelombang tsunami yang kedua dan ketiga
biasanya lebih besar dari gelombang pertama serta
dengarkan informasi dari pihak yang berwenang melalui
radio atau alat komunikasi.
5) Jangan kembali sebelum keadaan dinyatakan aman
oleh pihak berwenang.
6) Tsunami tidak datang sekali, tetapi bisa sampai lima
kali. Oleh karena itu, sebelum ada pengumuman dari
pihak berwenang bahwa kondisi telah aman, janganlah
meninggalkan tempat evakuasi karena seringkali
gelombang yang datang kemudian justru lebih tinggi
dan berbahaya.
7) Hindari jalan melewati jembatan dianjurkan untuk
melakukan evakuasi dengan berjalan kaki.
8) Bagi yang melakukan evakuasi menggunakan
kendaraan dan terjadi kemacetan, segera kunci dan
tinggalkan kendaraan serta melanjutkan evakuasi
dengan berjalan kaki.
9) Apabila berada di kapal atau perahu yang tengah
berlayar, upayakan untuk tetap berlayar dan
menghindari wilayah pelabuhan.
c. Pasca Bencana
1) Tetap utamakan keselamatan dan bukan barang-
barang. Waspada dengan instalasi listrik dan pipa gas.
2) Kembali ke rumah setelah keadaan dinyatakan aman
dari pihak berwenang.
3) Jauhi area yang tergenang dan rusak sampai ada
informasi aman dari pihak berwenang.
4) Hindari air yang menggenang karena kemungkinan
kontaminasi zat-zat berbahaya dan ancaman tersengat
aliran listrik.
5) Hindari air yang bergerak karena arusnya dapat
membahayakan.
6) Hindari area bekas genangan untuk menghindari
MANAJEMEN KEBENCANAAN 85
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN SEKOLAH INSPEKTUR POLISI SUMBER SARJANA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

terperosok atau terjebak dalam kubang.


7) Jauhi reruntuhan di dalam genangan air karena sangat
berpengaruh terhadap keamanan perahu penyelamat
dan orang-orang di sekitar.
8) Bersihkan sarang nyamuk dan serangga lainya.
9) Berpartisipasi dalam kaporisasi sumber-sumber air
bersih, perbaikan jamban dan saluran pembuangan air
limbah.
10) Hindari lokasi yang masih terkena bencana, kecuali jika
pihak berwenang membutuhkan relawan.
11) Tetap di luar gedung yang masih dikelilingi genangan
air.
12) Hati-hati saat memasuki gedung karena ancaman
kerusakan yang tidak terlihat seperti pada fondasi.
13) Perhatikan kesehatan dan keselamatan keluarga
dengan mencuci tangan menggunakan sabun dan air
bersih jika terkena air genangan tsunami.
14) Buanglah makanan yang terkontaminasi air genangan.
15) Dengarkan berita atau informasi mengenai kondisi air,
serta di mana mendapatkan bantuan tenda darurat,
pakaian, dan makanan.
16) Apabila ada masyarakat yang terluka, segera evakuasi
untuk mendapatkan perawatan kesehatan di pos
kesehatan terdekat.
5. Teknik Penanggulangan Bencana Tanah Longsor.

Bencana tanah longsor seringkali dipicu karena kombinasi dari


curah hujan yang tinggi, lereng terjal, tanah yang kurang padat
serta tebal, terjadinya pengikisan, berkurangnya tutupan vegetasi,
dan getaran. Bencana longsor biasanya terjadi begitu cepat
sehingga menyebabkan terbatasnya waktu untuk melakukan
evakuasi mandiri. Material longsor menimbun apa saja yang

MANAJEMEN KEBENCANAAN 86
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN SEKOLAH INSPEKTUR POLISI SUMBER SARJANA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

berada di jalur longsoran.


a. Pra bencana
1) Mengurangi tingkat keterjalan lereng permukaan
maupun air tanah. (Perhatikan fungsi drainase adalah
untuk menjauhkan air dari lereng, menghindari air
meresap ke dalam lereng atau menguras air ke dalam
lereng ke luar lereng. Jadi drainase harus dijaga agar
jangan sampai tersumbat atau meresapkan air ke
dalam tanah).
2) Pembuatan bangunan penahan, jangkar (anchor) dan
pilling.
3) Hindarkan daerah rawan bencana untuk pembangunan
pemukiman dan fasilitas utama lainnya.
4) Terasering dengan sistem drainase yang tepat
(drainase pada teras - teras dijaga jangan sampai
menjadi jalan meresapkan air ke dalam tanah).
5) Penghijauan dengan tanaman yang sistem
perakarannya dalam dan jarak tanam yang tepat
(khusus untuk lereng curam, dengan kemiringan lebih
dari 40 derajat atau sekitar 80% sebaiknya tanaman
tidak terlalu rapat serta diseling-selingi dengan tanaman
yang lebih pendek dan ringan, di bagian dasar ditanam
rumput).
6) Mendirikan bangunan dengan fondasi yang kuat.
7) Melakukan pemadatan tanah di sekitar perumahan.
Pengenalan daerah rawan longsor.
8) Pembuatan tanggul penahan untuk runtuhan batuan
(rock fall).
9) Penutupan rekahan di atas lereng untuk mencegah air
masuk secara cepat ke dalam tanah.
10) Pondasi tiang pancang sangat disarankan untuk
menghindari bahaya liquefaction (infeksi cairan).
11) Utilitas yang ada di dalam tanah harus bersifat fleksibel.
12) Dalam beberapa kasus relokasi sangat disarankan.
Menanami kawasan yang gersang dengan tanaman
yang memiliki akar kuat, banyak dan dalam seperti
nangka, durian, pete, kaliandra dan sebagainya.
13) Tidak mendirikan bangunan permanen di daerah tebing
dan tanah yang tidak stabil (tanah gerak).
14) Membuat selokan yang kuat untuk mengalirkan air
hujan.
15) Waspada ketika curah hujan tinggi.
MANAJEMEN KEBENCANAAN 87
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN SEKOLAH INSPEKTUR POLISI SUMBER SARJANA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

16) Mengajak masyarakat untuk tidak menggunduli hutan


dan menebang pohon sembarangan.

b. Saat terjadi Bencana


1) Selalu terjaga
Selalu terjaga dan waspada. Banyak kasus kematian
dari tanah longsor diakibatkan karena korban sedang
lelap tertidur. Ketika curah hujan semakin deras dan
tanah semakin terasa ganjil, dapat memberlakukan
sistem shift jaga malam.
2) Dengarkan suara-suara ganjil.
Dengarkan suara-suara ganjil seperti pohon retak atau
batu-batu besar yang berjatuhan dan bergesekan. Jika
mendengar sesuatu, langsung kabari yang lain.
3) Menjauh dari jalur longsoran secepat mungkin.
Jalur longsoran sangat berbahaya. Jalur longsoran
membawa reruntuhan rumah, pohon, kendaraan,
bahkan bebatuan besar. Menjauh dari jalur longsoran
secepat mungkin.
4) Hindari lembah sungai dan daerah dataran rendah.
Lembah sungai dan daerah dataran rendah adalah
tempat muara akhir dari hasil longsoran tanah.
Menjaulah dari daerah tersebut.

c. Pasca Bencana
1) Hindari wilayah longsor karena kondisi tanah yang labil.
2) Apabila hujan turun setelah longsor terjadi, antisipasi
longsor susulan.
3) Jauhi daerah longsoran.
Walaupun tanah longsor sudah selesai, bukan tidak
mungkin jika longsoran kedua dan ketiga tidak akan
terjadi. Karena itu, jauhi daerah longsoran dan tetap
berada di tempat pengungsian.
4) Jauhi kabel yang terputus atau menggantung
Kabel yang terputus atau menggantung masih
mengandung arus listrik yang aktif yang bisa
mencelakakan.
5) Tindakan pasca longsor
a) Relokasi
Prinsip-prinsip relokasi pengungsi adalah
MANAJEMEN KEBENCANAAN 88
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN SEKOLAH INSPEKTUR POLISI SUMBER SARJANA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

menjauhkan masyarakat dari bencana dan juga


mempertimbangkan keinginan dari masyarakat
luas yaitu tempat yang aman dari bencana.
Relokasi korban bencana adalah pilihan bukan
kewajiban, dan dapat dimaknai sebagai pilihan
terakhir yang dapat tempuh ketika daerah atau
kawasan dimaksud tidak dapat digunakan atau
berbahaya untuk beraktivitas. Namun pasca erupsi
Merapi, relokasi seolah menjadi keharusan atau
kewajiban yang harus ditempuh. Keharusan
tersebut dicarikan daya pengabsah agar warga
diwilayah yang ditentukan dapat direlokasi. Hukum
menjadi alat legitimasi, dan alat rekayasa untuk
mengosongkan wilayah yang ditentukan sebagai
kawasan tertentu.
b) Rehabilitasi
Pelaksanaan kegiatan-kegiatan pemulihan -
rehabilitasi dan rekonstruksi pasca bencana harus
dilaksanakan dalam kerangka pengurangan risiko
bencana yang akan datang. Mengingat bahwa
ancaman bahaya bencana akan selalu ada maka
sejak awal upaya-upaya mengurangi kerentanan
fisik, sosial, dan ekonomi masyarakat harus
dilakukan. Kegiatan antara lain meliputi:
(1) Melakukan rencana tata ruang dan wilayah
(RTRW) berdasarkan analisis resiko
bencana. Ini termasuk rencana struktur, pola
ruang wilayah, dan penetapan kawasan
dengan mempertimbangkan potensi resiko
bencana yang telah ditetapkan lembaga
berwenang.
(2) Melaksanakan kegiatan pelatihan dan
bantuan modal usaha untuk mengurangi
ketergantungan masyarakat kepada sumber
mata pencarian yang tidak aman dan rawan
bahaya.
(3) Meningkatkan kemampuan masyarakat pada
pasca bencana untuk membangun kembali
dan memperbaiki rumah, gedung dan
bangunan sejenisnya yang memenuhi
standar teknis tata bangunan (arsitektur)
dengan mempertimbangkan potensi resiko
bencana yang telah ditetapkan lembaga
berwenang serta sesuai dengan rencana tata
ruang dan wilayah (RTRW). Hal ini dilakukan
berdasarkan analisis resiko bencana, yang

MANAJEMEN KEBENCANAAN 89
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN SEKOLAH INSPEKTUR POLISI SUMBER SARJANA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

antara lain meliputi rencana struktur dan pola


ruang wilayah serta penetapan kawasan
dengan mempertimbangkan potensi resiko
bencana yang telah ditetapkan lembaga
berwenang.
(4) Mengajak masyarakat pada pasca bencana
untuk:
(a) Tidak membangun kembali rumah dan
sejenisnya di tepi tebing, di kaki bukit, di
lereng gunung berapi, di tepi sungai dan
di pinggir pantai.
(b) Tidak menggantungkan kembali sumber
mata pencariannya pada kegiatan yang
tidak aman dan rawan bahaya, seperti:
membuka lahan dengan cara
membakar, menambang batu/ pasir dan
bahan tambang lain, membuang
sampah di sungai atau saluran air dan
melakukan pembalakan/ penebangan
liar.

c) Rekonstruksi
Penguatan bangunan-bangunan infrastruktur di
daerah rawan longsor tidak menjadi pertimbangan
utama untuk mitigasi kerusakan yang disebabkan
oleh tanah longsor, karena kerentanan untuk
bangunan-bangunan yang dibangun pada jalur
tanah longsor hampir 100%.
Ada beberapa tindakan perlindungan dan
perbaikan yang bisa ditambah untuk tempat-
tempat hunian, antara lain:
(1) Perbaikan drainase tanah (menambah
materi-materi yang bisa menyerap).
(2) Modifikasi lereng (pengurangan sudut lereng
sebelum pem-bangunan).
(3) Vegetasi kembali lereng-lereng.
(4) Beton-beton yang menahan tembok mungkin
bisa menstabilkan lokasi hunian.

MANAJEMEN KEBENCANAAN 90
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN SEKOLAH INSPEKTUR POLISI SUMBER SARJANA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

6. Teknik Penanggulangan Bencana Kebakaran Bangunan Dan


Kebakaran Hutan
a. Bencana Kebakaran Bangunan

1) Pengertian – pengertian yang terkait dengan Kebakaran


bangunan.
a) Bangunan Gedung
Wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang
menyatu dengan tempat kedudukannya,
sebagian atau seluruhnya berada di atas
dan/atau di dalam tanah dan/atau air, yang
berfungsi sebagai tempat manusia melakukan
kegiatannya, baik untuk hunian atau tempat
tinggal, kegiatan keagamaan, kegiatan usaha,
kegiatan sosial, budaya, maupun kegiatan
khusus.
b) Evakuasi
Pemindahan orang/penghuni dari satu tempat
yang berbahaya ketempat yang lebih aman.
c) Keadaan darurat
Setiap peristiwa atau kejadian pada bangunan dan
lingkungan sekelilingnya yang memaksa
dilakukannya suatu tindakan segera. Dengan
perkataan lain, keadaan darurat adalah suatu
situasi yang terjadi mendadak dan tidak
dikehendaki yang mengandung ancaman terhadap
kehidupan, aset dan operasi perusahaan, serta
lingkungan, dan oleh karena itu memerlukan
tindakan segera untuk mengatasinya.
d) Pemilik bangunan gedung
Orang, badan hukum, kelompok orang, atau
perkumpulan, yang menurut hukum sah sebagai
pemilik bangunan gedung
e) Pengguna bangunan gedung
MANAJEMEN KEBENCANAAN 91
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN SEKOLAH INSPEKTUR POLISI SUMBER SARJANA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Pemilik bangunan gedung dan/atau bukan


pemilik bangunan gedung berdasarkan
kesepakatan dengan pemilik bangunan gedung,
yang menggunakan dan/atau mengelola
bangunan gedung atau bagian bangunan gedung
sesuai dengan fungsi yang ditetapkan
f) Proteksi aktif
Kemampuan peralatan dalam mendeteksi dan
memadamkan kebakaran, pengendalian asap, dan
sarana penyelamatan kebakaran.
g) Proteksi pasif
Kemampuan stabilitas struktur dan elemennya,
konstruksi tahan api, kompartemenisasi dan
pemisahan, serta proteksi pada bukaan yang ada
untuk menahan dan membatasi kecepatan
menjalarnya api dan asap kebakaran.
h) Rencana tindak darurat kebakaran
Suatu Rencana atau Plan yang memuat prosedur
yang mengatur SIAPA harus berbuat APA pada
saat terjadi keadaan darurat dalam satu
bangunan gedung dalam hal ini kebakaran,
dimana tiap bangunan akan berbeda bentuk
RTDK nya sesuai dengan situasi dan kondisi
masing-masing.
i) Orang dengan kemampuan mobilitas terbatas atau
memiliki mobilitas terbatas/difabled
Seseorang dengan kelemahan fisik, mental atau
mengalami gangguan pada bagian panca indera
baik secara tetap atau sementara, yang
membutuhkan bantuan saat evakuasi keadaan
darurat.
2) Potensi bahaya dan lokasi yang perlu diperhatikan
Potensi bahaya didasarkan kepada kemungkinan
ancaman bahaya dari suatu proses atau bahan yang
digunakan. Dapat pula ditinjau dari segi kepentingan
atas manusia atau objek yang harus dilindungi.
Pada bangunan gedung potensi yang
menimbulkan bahaya (kebakaran) yang perlu
diperhatikan antara lain:
a) Ruang dapur restoran, termasuk tabung gas LPG.
b) Ruang komputer dan pemrosesan data,.
c) Gudang penyimpanan bahan.

MANAJEMEN KEBENCANAAN 92
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN SEKOLAH INSPEKTUR POLISI SUMBER SARJANA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

d) Ruang mesin, genset dan ruang panel.


e) Basement dan lantai parkir,
f) Ruang penampungan sampah,
g) Lokasi lain yang perlu diperhatikan adalah
ruang ruang fungsional, ruang rapat,
koridor/jalan terusan, tangga kebakaran dan ruang
kontrol.
3) Sistem proteksi kebakaran
Sistem proteksi kebakaran yang dapat dipergunakan
meliputi :
a) Sistim deteksi dan alarm kebakaran
(1) Sistem deteksi kebakaran otomatis:
(a) Detektor asap/smoke detector
Alat ini akan mengaktifkan alarm
apabila ada asap yang masuk ke alat.
(b) Detektor panas/heat detector
Alat ini akan mengaktifkan alarem
apabila ada panas yang cukup
mengaktifkan sensor.
(c) Sistem sprinkler
Alat ini akan mengaktifkan alarem,
apabila ada panas yang dapat
memecahkan sensor panasnya (lebih
kurang 68O C atau 154O F) dan
mengakibatkan alat menyemburkan
air dan terjadi aliran air di instalasi
yang mendorong katup Flow switch
sebagai pemicu tanda alarm.
(2) Sistem deteksi kebakaran manual/alarm
kebakaran:
(a) Setiap kotak (Box) Fire Hydrant yang
ada selalu dilengkapi dengan Lampu
darurat (Flash light emergency),
(b) Alarm Bell dan Manual Push Button
(Break Glass).
(c) Flash Light (Visual Coverage), akan
menyala apabila terjadi alarem.
(d) Alarm Bell (Audible Coverage), akan
berbunyi apabila terjadi alarem.
(e) Break Glass (Manual Push Button),
berupa kotak logam berwarna merah
MANAJEMEN KEBENCANAAN 93
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN SEKOLAH INSPEKTUR POLISI SUMBER SARJANA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

yang pada kacanya tertulis Break


Glass, yang akan mengaktifkan
alarem apabila kacanya dipecahkan.
Apabila kaca salah satu kotak alarm tersebut
dipecahkan, bel tanda bahaya kebakaran
akan berbunyi. Panel pengontrol tanda
bahaya kebakaran di ruang kontrol
akan menunjukkan daerah kebakaran
tersebut, dan satuan pengaman
gedung/building security akan segera
menyelidikinya.
Bel tanda bahaya kebakaran tersebut juga
akan berbunyi apabila heat detector, smoke
detector atau sprinkler bekerja.
b) Sistem pemadam kebakaran otomatis dan manual
(1) Sistem hydrant.
Untuk hydrant, di setiap box dilengkapi
dengan hose rack dan nozzle serta
selangnya.
(2) Sistem sprinkler.
Sprinkler dilengkapi dengan gate valve &
flow switch terdapat di instalasi dalam
ruang Air Handling Unit.
(3) Tabung alat pemadam api.
2 (dua) macam tabung alat pemadam api.
Jenis halon, CO2 dan dry powder,
c) Sarana penyelamatan dan kelengkapannya
(1) Tangga darurat
Koridor tiap jalan keluar menuju tangga
darurat dilengkapi dengan pintu darurat
yang tahan api (lebih kurang 2 jam) dan
panic bar sebagai pegangannya sehingga
mudah dibuka dari sebelah dalam dan akan
tetap mengunci kalau dibuka dari sebelah
tangga (luar) untuk mencegah masuknya
asap kedalam tangga darurat.
Tiap tangga darurat dilengkapi dengan kipas
penekan/pendorong udara yang dipasang di
atap (Top). Udara pendorong akan keluar
melalui grill di setiap lantai yang terdapat di
dinding tangga darurat dekat pintu darurat.
Rambu-rambu keluar (exit signs) ditiap lantai
dilengkapi dengan tenaga baterai darurat
MANAJEMEN KEBENCANAAN 94
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN SEKOLAH INSPEKTUR POLISI SUMBER SARJANA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

yang sewaktu-waktu diperlukan bila sumber


tenaga utama padam.
(2) Lift
Pada saat keadaan darurat:
(a) Hanya lift service (barang) yang
dapat digunakan sebagai lift
kebakaran (Fire Lift), karena lift
tersebut telah dirancang untuk keadaan
darurat.
(b) Lift - lift lainnya, sama sekali tidak
boleh digunakan, karena ada resiko
tinggi akan macet saat kebakaran.
(3) Alat komunikasi (public address)
2 (dua) macam sarana komunikasi, sebagai
berikut:
(a) Fire intercom system.
(b) Paging line system.
4) Pra Bencana
a) Tindakan pencegahan
Usaha pencegahan kebakaran seperti tersebut
di bawah ini setiap saat harus diindahkan oleh
semua penghuni gedung :
(1) Apabila meninggalkan kantor, teliti bahwa
semua peralatan yang menggunakan listrik
telah diputus hubungannya (komputer, mesin
hitung, mesin stensil/foto copy, mesin tulis
dan sebagainya).
(2) Pastikan bahwa tidak ada lagi puntung
rokok atau tembakau yang masih
membara tertinggal didalam kantor.
(3) Jangan menyimpan barang yang mudah
terbakar di dalam kantor.
(4) Beritahu dengan segera kepada
Pengelola Gedung Manager Teknik bila
terdapat gangguan atau kerusakan pada
instalasi listrik, plugs, kabel listrik dan
sebagainya.
(5) Jangan membebani suatu titik
sambungan listrik secara berlebihan
dengan menggunakan adaptor/stekker
kombinasi.
(6) Jangan masukkan kabel lepas ke dalam
MANAJEMEN KEBENCANAAN 95
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN SEKOLAH INSPEKTUR POLISI SUMBER SARJANA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

wall socket, gunakanlah plug (stekker)


yang semestinya,
(7) Jangan membiarkan perabotan kantor atau
timbunan sampah di dalam atau dekat kantor
anda dan sekali-kali jangan di tangga darurat
atau koridor.
(8) Jangan membolehkan memasak makanan
dalam lingkungan anda atau di tempat umum
kecuali seperti di ruangan pantry.
Hal yang seharusnya dilakukan dan yang dilarang
dalam pencegahan kebakaran
a) Hindarkan ruang kerja dari tumpukan benda-
benda tak terpakai.
b) Laporkan mengenai kondisi kurang aman kepada
atasan/supervisor anda.
c) Hati-hati bekerja dengan peralatan listrik.
d) Hati-hati dengan burner gas dan peralatan api
lainnya.
e) Ekstra hati-hati bila bekerja dengan gas-gas dan
cairan mudah terbakar.
f) Pelajari lokasi alat pemadam api dan cara
penggunaannya,
g) Ketahui dimana lokasi eksit dan jalur ke luar,
h) Hindari tumpukan barang-barang yang tidak
terpakai pada tangga.
i) Bersikap ceroboh dalam merokok dan
menggunakan korek api.
j) Menutup jalan ke luar dengan peralatan atau
barang tak berguna.
k) Merusak peralatan listrik, kabel dan sekring.
l) Membiarkan sampah menumpuk di tempat kerja.
m) Menaruh kain berminyak di lemari atau kabinet.
5) Saat Terjadi Bencana
a) Menutup wajah
(1) Saat terjadi kebakaran, sebaiknya segera
menutup wajah dengan baju atau handuk
basah, teman-teman.
(2) Baju atau handuk basah ini bisa membantu
agar asap pekat kebakaran tidak terhirup
hidung dan masuk ke paru-paru. Karena
MANAJEMEN KEBENCANAAN 96
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN SEKOLAH INSPEKTUR POLISI SUMBER SARJANA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

asap pekat itu bisa menganggu pernapasan.


Kemudian, bisa mencari jalan keluar dari
ruangan.
b) Berjalan merunduk atau merangkak
(1) Saat keluar, bergerak dengan cara
merangkak.
(2) Berjalan merunduk atau merangkak di lantai
bisa membantu menghindari asap dan uap
panas yang cepat naik memasuki seluruh
ruangan.
(3) Berjalan merunduk atau merangkaklah
dengan hati-hati dan hindari wilayah yang
terkena api.
c) Berguling Jika pakaian terbakar
(1) Jika pakaian yang dikenakan terkena api,
sebaiknya segera melepas pakaian itu.
(2) Apabila situasinya tidak memungkinkan, bisa
memadamkan api yang menyambar pakaian
dengan berguling-guling di lantai.
d) Fokus untuk menyelamatkan diri
(1) Jika terjadi kebakaran, fokus untuk
menyelamatkan diri sendiri terlebih dahulu.
(2) Menyelamatkan barang berharga saat
kebakaran terjadi bisa membahayakan diri.
Ini akan memperlambat penyelamatan diri
sendiri dan api akan semakin membesar.
(3) Sebaiknya yang pertama dicari saat terjadi
kebakaran adalah celah untuk mengeluarkan
diri dari ruangan.
e) Menghubungi pemadam kebakaran
Saat sudah berhasil menyelamatkan diri, sesegera
mungkin minta pertolongan orang lain untuk
menelepon petugas pemadam kebakaran.
6) Pasca Bencana
Setelah kebakaran berhasil dipadamkan oleh petugas
damkar, jangan langsung masuk ke bangunan yang
baru saja terbakar. Perhatikan beberapa hal berikut ini
sebelum memutuskan masuk ke dalam bangunan.
a) Pertama, pastikan api telah padam sepenuhnya
dan minta persetujuan petugas sebelum masuk ke
dalam bangunan.
b) Kedua, tingkatkan kewaspadaan saat masuk ke
MANAJEMEN KEBENCANAAN 97
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN SEKOLAH INSPEKTUR POLISI SUMBER SARJANA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

bangunan yang baru terbakar, sebab langit-langit


atau dinding dapat runtuh sewaktu-waktu.
c) Ketiga, gunakan sepatu karet dan pelindung
kepala ketika masuk ke bangunan yang baru
terbakar. Terakhir, bantu tetangga yang
membutuhkan pertolongan terlebih dahulu
sebelum masuk mengamankan harta benda.
Selain hal-hal penting yang telah disebutkan di atas,
perhatikan pula beberapa larangan berikut saat akan
masuk ke bangunan yang baru saja terbakar.
a) Pertama, jangan menyalakan lampu atau
peralatan elektronik yang berhubungan dengan
aliran listrik.
b) Kedua, jangan menginjak genangan air karena
ada kemungkinan air masih teraliri listrik.
c) Ketiga, saat malam hari jangan menggunakan api
atau lilin untuk penerangan, sebaiknya gunakan
lampu senter. Terakhir, jangan masuk bila masih
terdapat bau gas atau zat kimia yang menyengat
dari dalam bangunan.
b. Kebakaran Hutan

Kebakaran hutan adalah peristiwa dimana wilayah yang


terdapat banyak pohon, semak, paku-pakuan, dan rumput
mengalami perubahan bentuk yang disebabkan pembakaran
yang besar-besaran. Kebakaran hutan menyebabkan hutan
dilanda api sehingga membuat hutan lenyap dimakan api.
Dampak yang disebabkan kebakaran hutan dapat berupa
positif dan negatif tetapi dampak negatif melebihi dampak
positif.
Penyebab terjadinya kebakaran hutan ada dua macam yaitu
faktor alam dan faktor ulah manusia. Kebakaran hutan yang
disebabkan oleh faktor alam bisa berupa kekeringan, musim
panas yang berkepajangan, dan sambaran petir. Terjadinya
angin yang kencang juga bisa menyebabkan kebakaran
MANAJEMEN KEBENCANAAN 98
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN SEKOLAH INSPEKTUR POLISI SUMBER SARJANA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

hutan. Apabila dua batang pohon bergesekan karena tertiup


angin kencang maka bisa menyulut api kecil yang menajadi
besar.
Kebakaran hutan yang disebabkan oleh faktor ulah manusia
yaitu pembakaran hutan secara sengaja untuk membuka
lahan baru, membuang sembarangan putung rokok, dan
membakar sampah di dekat hutan. Faktor ulah manusia
sebagai penyebab kebakaran hutan melebihi dari pada faktor
alam. Sebagai contoh 95 persen kebakaran hutan di
Indonesia disebabkan oleh ulah manusia.
Akibat dari terjadinya kebakaran hutan memberikan dampak
yang besar untuk lingkungan yaitu kabut asap, matinya
pepohonan, binatang tidak mempunyai tempat tinggal, dan
menjadi penyebab dari terjadinya banjir dan tanah longsor.
Untuk mengurangi dampak dari kebakaran hutan marilah kita
bersama-sama menjaga hutan.
1) Pra bencana
a) Memberikan peringatan. Masih banyak warga
yang tinggal disekitar hutan yang masih belum
mempunyai pengetahuan yang memadai tentang
hutan dan menyebabkan kerusakan ekosistem
yang fatal. Masih banyak warga yang membakar
rumput
b) Saat musim kemarau yang disertai angin kencang.
Sehingga penyebaran api akan mudah dan
meluas. Sehingga memang perlu memberikan
pemahaman kepada masyarakat di sekitar hutan
untuk tidak membakar rumput dan puing puing.
c) Melakukan aktivitas pembakaran minimal dengan
jarak yang telah ditentukan Seperti diketahui,
Jarak minimal yang harus diperhatikan untuk
melakukan pembakaran terhadap sampah atau
puing-puing adalah minimal 50 kaki dari bangunan
dan 500 kaki dari hutan. Hal tersebut harus bisa
diterapkan oleh warga yang ingin membakar
rumput di area hutan.
d) Pastikan api sudah mati. Sebelum warga pergi
meninggalkan tempat pembakaran, sangat
disarankan untuk membersihkan area tersebut dari
bahan bahan yang mudah terbakar.
e) Hindari membakar ketika cuaca berangin. Angin
kencang menjadi faktor utama kebakaran hutan
semakin meluas. Api akan semakin kencang dan
besar dan tentu ini sangat berbahaya.
2) Saat terjadi bencana
MANAJEMEN KEBENCANAAN 99
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN SEKOLAH INSPEKTUR POLISI SUMBER SARJANA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

a) Apabila tidak memiliki kepentingan, jangan keluar


rumah.
b) Tinggal di dalam rumah. Tutup segala akses udara
berasap yang bisa masuk ke dalam rumah dan
jaga udara dalam ruangan sebersih mungkin.
c) Nyalakan Air Conditioner (AC) atau filtrasi udara.
Jika tidak memiliki AC dan terlalu pengap untuk
tinggal di dalam rumah, carilah perlindungan di
pusat.
d) Segera periksa ke dokter bila memiliki gangguan
jantung atau paru-paru.
e) Cukupi asupan air putih, buah dan makanan
bergizi.
f) Lindungi lubang pernafasan dengan masker/kain
setiap kali beraktivitas di luar ruangan. Gunakan
masker N95 untuk perlindungan lebih baik. Cuci
tangan dan wajah sesudah beraktivitas di luar
ruangan. Bila api terus menjalar, segera laporkan
kepada Posko Kebakaran atau pihak terkait.
3) Pasca Bencana
a) Rehabilitasi
Sebelum dilakukan tindakan rehabilitasi di lahan
bekas terbakar perlu dilakukan survei untuk
mengetahui hal-hal yang berpengaruh terhadap
keberhasilan tindakan rehabilitasi (topografi,
penutupan vegetasi, kondisi genangan, kondisi
tanah gambut, potensi permudaan dan bahan
tanaman serta potensi sumber daya manusia) dan
eksplorasi hambatan-hambatan yang
kemungkinan terjadi. Melalui survei ini dapat
ditentukan tindakan silvikultur yang tepat.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
kegiatan rehabilitasi di lahan gambut:
(1) Hindari tanaman eksotik.
(2) Sesuaikan sistem penanaman dengan
kondisi lahan dan tanaman.
(3) Libatkan masyarakat
Mengingat kondisi rawa gambut yang khas,
yaitu adanya genangan, maka untuk
tanaman yang tidak tahan genangan seperti
Meranti dan Ramin, sistem gundukan
(mound system) merupakan salah satu
alternatif yang dapat diterapkan. Sistem
MANAJEMEN KEBENCANAAN 100
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN SEKOLAH INSPEKTUR POLISI SUMBER SARJANA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

gundukan ini dilakukan dengan cara


membuat gundukan buatan dari tanah
gambut disekitar titik tanam yang
disekelingnya ditahan dengan kayu, atau
bahan lainnya agar tidak longsor.
b) Upaya yuridikasi
Investigasi pasca kejadian kebakaran harus
segera dilakukan untuk mengetahui siapa
penyebab kejadian kebakaran, bagaimana
prosesnya dan berapa besar kerugian yang
diakibatkan dan selanjutnya melakukan upaya
yuridikasi untuk menuntut si pelaku ke muka
pengadilan. Dalam upaya yuridikasi ini perlu
koordinasi yang terkait antara polisi, penyidik
pegawai negeri sipil, LSM, dan para ahli. Para ahli
kebakaran, tanah dan lingkungan dapat
mendukung upaya penyidikan dalam
pengumpulan bukti-bukti serta hasil-hasil analisa
yang dapat mengungkapkan bahwa kebakaran
yang terjadi berasal dari penggunaan api yang
ceroboh atau kebakaran tersebut dilakukan secara
sengaja untuk tujuan tertentu.

7. Teknik Penanggulangan Bencana Kecelakaan Transportasi


(Darat, Laut Dan Udara).
a. Teknik Penanggulangan Bencana Kecelakaan
Transportasi Darat

Kecelakaan (accident) adalah peristiwa hokum


pengangkutan berupa kejadian atau musibah, yang tidak
dikehendaki oleh pihak-pihak, terjadi sebelum, dalam
waktu atau sesudah penyelenggaraan pengangkutan
karena perbuatan manusia atau kerusakan alat
pengangkutan sehingga menimbulkan kerugian material,

MANAJEMEN KEBENCANAAN 101


PENDIDIKAN PEMBENTUKAN SEKOLAH INSPEKTUR POLISI SUMBER SARJANA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

fisik, jiwa, atau hilangnya mata pencaharian bagi pihak


penumpang, bukan penumpang, pemilik barang, atau
pihak pengangkut. Kecelakaan transportasi adalah
peristiwa atau kejadian pengoperasian sarana
transportasi yang mengakibatkan kerusakan sarana
transportasi, seperti korban jiwa dan / atau kerugian harta
benda.
Di jalan raya, banyak ditemukan kesemrawutan lalu lintas.
Prasarana lalu lintas yang belum memadai ditambah
arogansi pengendara yang menimbulkan kegaduhan makin
menambah potensi bencana transportasi di tanah air. Jalan
raya masih menjadi pembunuh mematikan bagi pengendara.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kecelakaan, yaitu :
1) Faktor Manusia
Faktor manusia merupakan faktor yang paling
dominan dalam kecelakaan. Hampir semua kejadian
kecelakaan didahului dengan pelanggaran rambu-
rambu lalu lintas. Pelanggaran dapat terjadi karena
sengaja melanggar, ketidaktahuan terhadap arti
aturan yang berlaku ataupun tidak melihat
ketentuan yang diberlakukan atau pula pura-pura tidak
tahu.
2) Faktor Kendaraan
Faktor kendaraan yang paling sering adalah
kelalaian perawatan yang dilakukan terhadap
kendaraan. Untuk mengurangi factor kendaraan
perawatan dan perbaikan kendaraan diperlukan,
di samping itu adanya kewajiban untuk melakukan
pengujian kendaraan bermotor secara regular.
3) Faktor Jalan dan Lainnya
Faktor jalan terkait dengan kecepatan rencana
jalan, geometric jalan, pagar pengaman di daerah
pegunungan, ada tidaknya median jalan, jarak
pandang dan kondisi permukaan jalan. Jalan yang
rusak/berlobang sangat membahayakan pemakai
jalan terutama bagi pemakai sepeda dan sepeda
terbang.
4) Faktor Cuaca
Hari hujan juga memengaruhi unjuk kerja kendaraan
seperti jarak pengereman menjadi lebih jauh, jalan
menjadi lebih licin, jarak pandang juga terpengaruh
karena penghapus kaca tidak bisa bekerja secara
sempurna atau lebatnya hujan mengakibatkan
jarak pandang menjadi lebih pendek. Asap dan
kabut juga bisa mengganggu jarak pandang,
MANAJEMEN KEBENCANAAN 102
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN SEKOLAH INSPEKTUR POLISI SUMBER SARJANA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

terutama di daerah pegunungan.


Itu sebabnya mengapa mitigasi bencana transportasi teramat
penting untuk diedukasi kepada masyarakat luas. Mitigasi
bencana transportasi sebelum peristiwa melalui pengetatan
pengamanan dan perbaikan sarana prasarana transportasi
setidaknya akan mengurangi angka korban.
1) Pra bencana
a) Melakukan edukasi kepada masyarakat agar lebih
peka dan responsive terhadap kasus kecelakaan
pada saat terjadi harus sesegera mungkin
digalakkan agar masyarakat bisa menjadi savior
bagi korban.
b) Membatasi jumlah penumpang.
c) Memberlakukan pelarangan siswa membawa
kendaraan bermotor.
d) Melakukan perbaikan sarana prasarana lalu lintas.
e) Hati - hati dalam berkendara, baik di darat, laut
maupun udara.
f) Cek kondisi mesin saat akan melakukan
perjalanan, agar dapat terhindar dari kecelakaan
transportasi yang disebabkan oleh kondisi mesin
kendaraan yang tidak layak jalan.
g) Patuhi peraturan lalu lintas yang berlaku di jalan,
baik di darat, laut maupun udara.
h) Jaga kondisi tubuh dan mental pengemudi agar
dapat mengemudi dengan benar.
i) Persiapkan perjalanan sebaik mungkin,
sehingga dapat meminimalisir terjadinya
kecelakaan transportasi.
2) Saat Terjadi Bencana
a) Pengemudi Kendaraan Bermotor yang terlibat
Kecelakaan Lalu Lintas, wajib:
(1) Menghentikan Kendaraan yang
dikemudikannya.
(2) Memberikan pertolongan kepada korban.
(3) Melaporkan kecelakaan kepada Kepolisian
Negara Republik Indonesia terdekat.
(4) Memberikan keterangan yang terkait dengan
kejadian kecelakaan.
Pengemudi Kendaraan Bermotor, yang karena
keadaan memaksa tidak dapat melaksanakan
MANAJEMEN KEBENCANAAN 103
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN SEKOLAH INSPEKTUR POLISI SUMBER SARJANA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

tindakan pada point di atas maka harus segera


melaporkan diri kepada Kepolisian Negara
Republik Indonesia terdekat.
b) Setiap orang yang mendengar, melihat, dan/atau
mengetahui terjadinya Kecelakaan Lalu Lintas
wajib:
(1) Memberikan pertolongan kepada korban
Kecelakaan Lalu Lintas.
(2) Melaporkan kecelakaan tersebut kepada
Kepolisian Negara Republik Indonesia.
(3) Memberikan keterangan kepada Kepolisian
Negara Republik Indonesia.
3) Pasca Bencana
a) Evaluasi dan perbaikan sistem serta pengetatan
regulasi
b) Keikutsertaan masyarakat sebagai laskar peduli
transportasi agar dapat meminimalisir jumlah
korban.

b. Teknik Penanggulangan Bencana Kecelakaan


Transportasi Laut

1) Berbagai penyebab tejadinya musibah di atas kapal


antara lain karena:
a) Kesalahan manusia (human error).
b) Kerusakan permesinan kapal.
c) Faktor eksternal dan internal, misalnya kejadian
kebakaran dan tubrukan.
d) Faktor alam atau cuaca.
MANAJEMEN KEBENCANAAN 104
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN SEKOLAH INSPEKTUR POLISI SUMBER SARJANA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

e) Gabungan dari seluruh penyebab tersebut.


2) Pada umumnya, musibah yang mungkin terjadi pada
kapal adalah akibat:
a) Bertubrukan (collision) dengan kapal lain.
b) Kandas (stranded / grounded).
c) Tenggelam akibat cuaca buruk (bedweather).
d) Terbakar (fire).
e) Kerusakan mesin (engine black out/breakdown).
f) Kapal bersenggolan dengan kapal lainnya.
3) Pra Bencana
Kecelakaan kapal susah diprediksi dan dapat terjadi
dimana saja. Oleh sebab itu untuk menghadapi
musibah di tengah laut sebelum kapal meninggalkan
pelabuhan, Kapal wajib melaksanakan persiapan-
persiapan dan persyaratan sebagai berikut:
a) Mengikuti peraturan International Manajemen code
(ISM code).
b) Pengetesan cara operasinya kemudi darurat,
(emergency Rudder).
c) Pengecekan beroperasinya GPS (Global
Potitioning System).
d) Cek kelaikan sekoci (David) penolong diturunkan
dan dinaikan.
e) Cek Jangkar dan rantai jangkar dalam keadaan
baik.
f) Persiapan penerimaan Pilot (pandu),dan
menurunkan Pilot.
g) Cek smoke detector di anjungan untuk
mengantisipasi kebakaran di palka-palka.
h) Sebelum berlayar Peta-peta mulai dari tempat tolak
sampai ketempat tujuan sudah dikoreksi dan up
date.
i) Pemeriksaan generator, tes running atau tidak.
j) Pengecek lampu-lampu jalan dan lampu-lampu
darurat,
k) Mengetes darurat mesin Induk.
l) Hasil Internal audit dan Manajemen review.
m) Pengopersian Oil Water sparator (OWS).
n) Menengecek tutup palka dan peralatan bongkar
MANAJEMEN KEBENCANAAN 105
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN SEKOLAH INSPEKTUR POLISI SUMBER SARJANA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

muat juga alat elektronik.


4) Saat Terjadi Bencana
Persiapan penanganan kecelakaan adalah sebagai
berikut :
a) Observasi
Observasi ini dimaksudkan untuk
mengumpulkan dan mancatat informasi yang
dapat dilihat dan berguna pada saat penanganan.
Sasaran yang perlu di observasikan adalah :
(1) Posisi / Lokasi Kapal.
(2) Kegiatan kapal.
(3) Jenis Kapal.
(4) Tanda-tanda di lambung Kapal.
(5) Kondisi Kapal.
(6) Bendera Kapal / Kebangsaan.
(7) Haluan dan kecepatan Kapal.
(8) Elektronik yang dimiliki.
(9) Jenis dan kondisi kelengkapan.
(10) Jumlah awak Kapal.
b) Tingkat Resiko dan ancaman
Semua penanganan dapat mengakibatkan resiko
bagi awak Kapal penolong. Penentuan tingkat
resiko dibuat untuk menentukan cara
bertindak dalam mengantisipasi kemungkinan
resiko yang akan terjadi. Beberapa hal yang
menentukan tingkat resiko, meliputi :
(1) Konfigurasi Kapal yang mengalami
kecelakaan.
(2) Kebangsaan awak Kapal yang mengalami
kecelakaan.
(3) Reaksi awak Kapal terhadap kehadiran
Kapal patroli Polri.
(4) Keadaan cuaca.
(5) Waktu ( siang/malam ).
c) Bunyikan alarm di Kapal penolong sebagai tanda
adanya laka laut, maka komandan Kapal beserta
ABK segera menuju Pos masing-masing yang
telah ditentukan di atas kapal patroli Polri
dengan memperhatikan ketentuan-ketentuan
MANAJEMEN KEBENCANAAN 106
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN SEKOLAH INSPEKTUR POLISI SUMBER SARJANA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

berpakaian dan perlengkapannya.


d) ABK Kapal penolong yang pertama kali melihat
atau mengetahui adanya laka laut, segera
berteriak “ KECELAKAAN LAUT” di posisi ( posisi
laka tersebut terjadi atau dilihat ) secara
berulang, kemudian menginformasikan kejadian
tersebut kepada perwira jaga Kapal.
e) Kecepatan laju kapal penolong segera dikurangi
dan haluan diarahkan kelokasi laka yang terjadi
dan diusahakan posisi lokasi laka senantiasa pada
posisi lambung dari kapal penolong.
f) Komandan kapal penolong menuju salah satu
abk kapal untuk selalu mengawasi posisi laka.
g) Merapatkan kapal penolong ke lokasi laka
dengan memperhatikan posisi yang aman bagi
kapal patroli.
h) Olah gerak kapal penolong dilakukan sedemikian
rupa sehingga tidak menggangu korban yang
sedang berusaha menyelamatkan diri.
i) Pada malam hari, lampu sorot kapal
penolong seluruhnya dinyalakan dan diarahkan
pada lokasi kecelakaan.
j) Dalam hal penangan terhadap korban melakukan
tindakan tindakan antara lain:
(1) Bilamana ada korban yang jatuh kelaut
usahakan dalam melempar pelampung ke
arah korban yang jatuh kelaut harus
memperhatikan arus laut, agar korban dapat
menjangkau pelampung.
(2) Anggota Tim Penolog agar diterjunkan kelaut
dengan maksud memberikan pertolongan
harus sudah memakai baju penyelamat
(life jacket) atau alat pengamanlainnya.
(3) Dalam hal penangan korban luka berat dan
luka ringan diusahakan diberikan tempat
yang terbuka dan/atau terdapat sirkulasi
udara diatas kapal.
(4) Segera memberikan tindakan
pertama terhadap korban dengan
mempergunakan alat kesehatan yang
berada diatas kapal penolong sebelum
mendapatkan perawatan yang intensif dari
pihak rumah sakit.

MANAJEMEN KEBENCANAAN 107


PENDIDIKAN PEMBENTUKAN SEKOLAH INSPEKTUR POLISI SUMBER SARJANA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

5) Pasca Bencana
Proses tata laksana pasca terjadi bencana diatur
serta dilaksanakan oleh KNKT.
c. Teknik Penanggulangan Bencana Kecelakaan
Transportasi Udara

Bepergian menggunakan pesawat terbang saat ini adalah


sebuah keniscayaan. Apalagi kita tinggal disebuah Negara
kepulauan yang dipisahkan oleh lautan sehingga sarana
transportasi udara adalah salah satu solusi jitu untuk
berpindah dari satu kota ke kota lain.
1) Pra bencana
Pemeriksaan perawatan pesawat adalah inspeksi
periodik yang harus dilakukan pada seluruh pesawat
terbang sipil/komersial setelah batas waktu atau
penggunaan yang telah ditentukan sebelumnya.
Pesawat terbang militer umumnya juga melakukan
program perawatan tertentu yang serupa dengan yang
dilakukan oleh operator penerbangan sipil. Maskapai
penerbangan dan operator komersial lainnya yang
memiliki pesawat besar atau bertenaga turbin mengikuti
program inspeksi berkelanjutan yang disetujui oleh
Federal Aviation Administration (FAA) di Amerika
Serikat, atau oleh otoritas penerbangan sipil lainnya
seperti Direktorat Jenderal Perhubungan Udara di
Indonesia atau European Aviation Safety Agency
(EASA).
Di bawah pengawasan setiap otoritas penerbangan
sipil, setiap operator harus menyiapkan Dokumen
Perencanaan Perawatan dan disetujui menjadi
Continuous Airworthiness Maintenance Program
(CAMP) sebagai acuan perawatan pesawat oleh
operator. CAMP meliputi inspeksi rutin dan detail.
Maskapai dan otoritas penerbangan sipil umumnya
menjelaskan ispeksi detail sebagai "check", biasanya
dengan nama sebagai berikut: A check, B check, C
check, atau D check. A dan B check merupakan
pemeriksaan yang lebih ringan, sedangkan C dan D

MANAJEMEN KEBENCANAAN 108


PENDIDIKAN PEMBENTUKAN SEKOLAH INSPEKTUR POLISI SUMBER SARJANA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

dianggap sebagai pemeriksaan yang lebih berat.


a) A check
Pemeriksaan ini dilakukan setiap 400 - 600 jam
terbang atau 200 - 300 pergerakan (lepas landas
dan mendarat dianggap sebagai satu pergerakan
pesawat), tergantung jenis pesawatnya.
Pemeriksaan ini membutuhkan sekitar 150 - 180
jam kerja dan umumnya dilakukan di hangar
sedikitnya selama 10 jam. Pelaksanaan
sebenarnya bergantung dengan jenis pesawat,
jumlah pergerakan, atau jumlah jam terbang
setelah pemeriksaan terakhir. Pemeriksaan dapat
ditunda oleh maskapai apabila beberapa kondisi
yang ditentukan sebelumnya terpenuhi.
b) B check
Pemeriksaan ini dilakukan setiap 6-8 bulan.
Pemeriksaan membutuhkan 160 - 180 jam kerja,
bergantung pada jenis pesawat, dan umumnya
selesai dalam waktu 1 - 3 hari di hangar.
Pemberlakuan jadwal yang sama bisa dilakukan
kepada A dan B check. Selain itu, B check juga
bisa digabungkan dalam A check yang
berkelanjutan, seperti: pemeriksaan A1 hingga
A10 menyelesaikan seluruh item B check.
c) C check
Pemeriksaan ini dilakukan kira-kira setiap 20 - 24
bulan atau pada jumlah jam terbang tertentu
seperti yang ditetapkan oleh pembuat pesawat.
pemeriksaan perawatan ini jauh lebih luas
dibandingkan B check, mengharuskan sebagian
besar komponen pesawat untuk diperiksa.
Pemeriksaan ini membuat pesawat tidak bisa
terbang hingga penyelesaiannya. karena pesawat
dilarang meninggalkan tempat pemeriksaan
sebelum selesai. Pemeriksaan ini juga
membutuhkan tempat yang lebih luas
dibandingkan A dan B check. Pemeriksaan ini
umumnya dilakukan di hangar tembat basis
perawatan berada.
Waktu yang dibutukan untuk pemeriksaan ini
antara 1 -2 minggu dan membutuhkan tenaga
hingga 6000 jam kerja. Jadwal pemeriksaan
tergantuk pada banyaknya faktor dan komponen
yang diperiksa, dan bergantung pada jenis

MANAJEMEN KEBENCANAAN 109


PENDIDIKAN PEMBENTUKAN SEKOLAH INSPEKTUR POLISI SUMBER SARJANA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

pesawat.
d) D check
Pemeriksaan ini merupakan yang paling luas dan
paling berat bagi sebuah pesawat. Pemeriksaan
ini dilakukan kira-kira setiap enam tahun.
Pemeriksaan ini membuat hampir semua bagian
pesawat dibongkr untuk inspeksi dan diteliti.
Bahkan cat harus benar-benar dikelupas untuk
inspeksi lebih lanjut pada bagian dinding lambung.
Pemeriksaan ini membutuhkan hingga 50000 jam
kerja dan 2 bulan untuk selesai, tergantung jenis
pesawat dan jumlah personil yang terlibat.
Pemeriksaan ini juga membutuhkan tempat yang
paling luas sehingga harus dilakukan di basis
perawatan yang tepat. Sulitnya persyaratan dan
besarnya usaha yang dibutuhkan membuat
pemeriksaan ini menjadi yang paling mahal,
dengan biaya penyelenggaraan sekali D check
menghabiskan dana hingga puluhan miliar rupiah.
Karena kondisi dan biaya pemeriksaan ini,
sebagian besar maskapai terutama yang memiliki
armada besar harus merencanakan D check bagi
pesawatnya setahun sebelumnya. Sering kali
pesawat yang lebih tua pada beberapa maskapai
tertentu akan disimpan atau dibesituakan sebelum
mencapai D check berikutnya, karena besarnya
biaya bila dibandingkan dengan nilai pesawat.
Rata-rata, sebuah pesawat komersial akan
menjalani tiga D check sebelum dimusnahkan.
Banyak bengkel perawatan, perbaikan, dan
pembongkaran menyatakan sulit memperoleh D
check yang menguntungkan di beberapa negara
tertentu, sehingga hanya sedikit bengkel yang bisa
melakukannya.
Karena waktu yang dibutuhkan untuk
pemeriksaan, banyak maskapai menggunakan
kesempatan pemeriksaan ini untuk juga
melakukan modifikasi kabin yang cukup besar di
pesawat, yang juga membutuhkan waktu banyak
sebelum boleh diterbangkan. Hal ini juga meliputi
penggantian kursi, sistem hiburan, dan karpet.
2) Saat terjadi bencana
a) Pertama, dengarkan baik-baik petunjuk
keselamatan yang diperagakan awak pesawat dan
ingat untuk membaca kartu keselamatan. Poin ini
MANAJEMEN KEBENCANAAN 110
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN SEKOLAH INSPEKTUR POLISI SUMBER SARJANA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

seringkali dianggap remeh oleh penumpang


padahal sangat membantu dalam upaya
penyelamatan.
Harus mengingat pintu keluar terdekat, termasuk
jarak dari baris tempat duduk ke pintu keluar.
Kemampuan mengingat ini diperlukan karena
Anda dapat terjebak dalam keadaan gelap atau
asap tebal di dalam pesawat. Info penyelamatan
ketika terjadi kecelakaan udara penting diketahui
sebagai dasar bertahan hidup.
b) Kedua, beberapa penelitian secara implisit juga
mendorong penumpang memilih kursi deretan
belakang supaya lebih aman. “Mereka yang duduk
enam baris dari pintu keluar, lebih kecil
kemungkinannya untuk bertahan hidup,” ungkap
hasil studi Universitas Greenwich, seperti ditulis
Telegraph.
Majalah Popular Mechanics juga menganalisis
kecelakaan udara setelah tahun 1971 hingga
tahun 2007. Ulasan media ini menyimpulkan kursi
belakang yang berada di belakang sayap
merupakan tempat paling aman. Penumpang yang
duduk di sana memiliki tingkat ketahanan hidup
sebesar 69 persen, dibandingkan 56 persen
penumpang di kursi atas sayap dan 49 persen
penumpang bagian depan.
c) Ketiga, tempatkan tubuh serendah mungkin (posisi
brace) untuk mengurangi efek benturan dan risiko
terhirup asap. Posisikan kaki di belakang lutut,
letakkan tas tangan di bawah kursi depan, dan
pergunakan sebagai pelindung tambahan kepala.
Singkirkan benda-benda berbahaya di sekitar
seperti pensil, pulpen, atau gigi palsu.
Pertahankan posisi ini sampai pesawat berhenti.
d) Keempat, kenakan sabuk pengaman dengan
benar dan pelajari cara melepasnya di saat yang
tepat. Pada saat panik, orang cenderung bingung
melepas sabuk pengaman.
e) Kelima, jika terjebak dalam kondisi berasap,
sebisa mungkin cari penutup hidung, basahi dulu
dengan air, atau urine. Asap dapat menyebabkan
kesadaran hilang, sehingga perlu mengurangi
kadar hirupan asap menggunakan kain basah.
Lalu ingatlah untuk meninggalkan barang karena
benda-benda tersebut akan membatasi gerak
penyelamatan.

MANAJEMEN KEBENCANAAN 111


PENDIDIKAN PEMBENTUKAN SEKOLAH INSPEKTUR POLISI SUMBER SARJANA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

f) Terakhir, meski sulit, usahakan tetap tenang,


mendengarkan, dan mengikuti instruksi awak
pesawat pesawat. Pilot dilatih untuk mengatasi
prosedur darurat. Mereka akan memberikan
informasi keputusan kepada Air Traffic Services
(pelayanan lalu lintas udara) yang sedang
berjalan. Ketika kondisi sudah genting mereka
dapat menggunakan Frequency Emergency
121.50. Semua lalu lintas pesawat dapat
mendengarkan informasi yang disampaikan pilot.
Namun, apabila awak pesawat ikut panik atau
tertegun saat harus memandu, maka penumpang
diperbolehkan membuat keputusan penyelamatan
mandiri. Periode emas untuk menyelamatkan diri
hanya berlangsung sekitar dua menit.
3) Pasca Bencana
Proses tata laksana pasca terjadi bencana diatur
serta dilaksanakan oleh KNKT.

8. Teknik Penanggulangan Bencana Wabah Penyakit

a. Pra Bencana
Secara lebih rinci upaya pengurangan bencananya antara
lain:
1) Menyiapkan masyarakat secara luas termasuk aparat
pemerintah khususnya di jajaran kesehatan dan lintas
sektor terkait untuk memahami risiko bila wabah terjadi
serta bagaimana cara-cara menghadapinya bila suatu
wabah terjadi melalui kegiatan sosialisasi yang
berkesinambungan.
2) Menyiapkan produk hukum yang memadai untuk

MANAJEMEN KEBENCANAAN 112


PENDIDIKAN PEMBENTUKAN SEKOLAH INSPEKTUR POLISI SUMBER SARJANA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

mendukung upaya-upaya pencegahan, respon cepat


serta penanganan bila wabah terjadi.
3) Menyiapkan infrastruktur untuk upaya penanganan
seperti sumberdaya manusia yang profesional, sarana
pelayanan kesehatan, sarana komunikasi, transportasi,
logistik serta pembiayaan operasional.
4) Upaya penguatan surveilans epidemiologi untuk
identifikasi faktor risiko dan menentukan strategi
intervensi dan penanganan maupun respon dini di
semua jajaran.

b. Saat Terjadi Bencana


Sebelum pandemi COVID-19, Indonesia telah menghadapi
wabah penyakit lain. Kenyataan ini menjadi angin segar di
tengah semakin bertambahnya kasus positif Covid-19.
Dengan keberhasilan Indonesia menghadapi wabah
terdahulu, harapannya, pandemi Covid-19 juga bisa teratasi
dengan baik. Yang diperlukan adalah kerjasama apik antara
pemerintah dan masyarakat.
Berikut ini beberapa penyakit yang pernah mewabah di
Indonesia dan upaya yang dilakukan pemerintah untuk
mengatasinya :
1) Cacar
Berasal dari “Isle de France”, pada tahun 1804 masuk
ke Batavia. Pengembangan vaksinasi cacar telah
dilakukan sejak tahun 1811 dan disempurnakan pada
tahun 1926 oleh Dr. L. Otten. Tahun 1948, wabah cacar
kembali melanda Indonesia. Upaya pencegahan
penyakit terus dilakukan dengan pencacaran massal.
Akhirnya pada tahun 1972, pemerintah Indonesia
berhasil membasmi penyakit ini dan oleh WHO
dinyatakan bebas cacar pada tahun 1974.
2) Malaria
Laveran pada tahun 1882 menemukan Plasmodium
malariae sebagai penyakit malaria, dengan penularan
melalui nyamuk. Upaya pemberantasan malaria sudah
mulai dilakukan sejak tahun 1911 dengan pemantauan
jenis nyamuk dan jentik, pencegahan berkembangnya
jentik di sarang-sarang, pembunuhan nyamuk dewasa
dengan asap, obat nyamuk, penggunaan kelambu/kasa
nyamuk, serta pencegahan kontak antara manusia dan
nyamuk.
Hingga saat ini malaria (terutama di wilayah endemis)
menjadi momok bagi masyarakat sehingga upaya
MANAJEMEN KEBENCANAAN 113
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN SEKOLAH INSPEKTUR POLISI SUMBER SARJANA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

pencegahan perlu terus dilakukan.


3) Demam berdarah (DBD)
Demam berdarah banyak ditemukan di Indonesia dan di
Asia Tenggara. Banyak dilaporkan kejadian epidemi
penyakit ini, namun kasus pandemi terjadi pada 1998
dengan lebih dari 1,2 juta kasus yang dilaporkan ke
WHO. Pada saat itu, setiap tahunnya terjadi 72.133
kasus dan 1.414 kematian dengan angka rata-rata
kematian 2 persen.
Sama seperti malaria, demam berdarah juga masih
menjadi momok bagi masyarakat, terutama di wilayah
endemis. Maka itu, masyarakat perlu rutin melakukan
pencegahan demam berdarah dengan 3M+,
diantaranya:
a) Menaburkan bubuk larvasida pada tempat
penampungan air.
b) Menggunakan obat nyamuk/obat anti nyamuk.
c) Menggunakan kelambu saat tidur.
d) Memelihara ikan pemangsa jentik nyamuk.
e) Menanam tanaman pengusir nyamuk.
f) Mengatur cahaya dan ventilasi dalam rumah.
g) Menghindari kebiasaan menggantung pakaian di
dalam rumah.
4) Sampar (penyakit pes)
Kasus pertama terjadi di Malang pada Maret 1911 dan
meluas ke daerah lain. Jalur penyebaran diduga melalui
kapal yang mengangkut beras dan di atas kapal juga
berkeliaran tikus-tikus yang terjangkit penyakit pes.
Selama kurang lebih 40 tahun, penyakit ini telah
menyerang 240 ribu orang di Pulau Jawa. Upaya
pencegahan dan pemberantasan penyakit dilakukan
dalam berbagai cara, termasuk vaksinasi dan “DDT
Spraying”. Sejak tahun 1961, tidak ditemukan lagi kasus
ini.
5) Penyakit kolera
Kolera mulai dikenal tahun 1821, saat itu sifatnya belum
dikenali, tetapi vaksinasi massal dan penyuluhan
kebersihan selalu diadakan saat wabah terjadi.
Meskipun telah ditemukan vaksin, penyakit ini masih
terus berjangkit di Indonesia hingga tahun 2003 dengan
kejadian wabah terakhir pada tahun 1927 di Tanjung
Priok.

MANAJEMEN KEBENCANAAN 114


PENDIDIKAN PEMBENTUKAN SEKOLAH INSPEKTUR POLISI SUMBER SARJANA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

6) Flu burung
Flu burung disebabkan oleh virus influenza tipe A
(Varian H5N1). Laporan di Indonesia terjadi pertama
kali pada Agustus 2003. Jalur transmisi melalui unggas
ke unggas, unggas ke manusia, maupun melalui udara
yang tercemar virus H5N1. Untuk mengatasi dampak
akibat flu burung, Departemen Kesehatan Indonesia
telah mengambil beberapa tindakan mulai dari
investigasi para pekerja, penjual dan penjamah produk
ayam pada beberapa daerah di Indonesia hingga
meningkatkan upaya penyuluhan kesehatan
masyarakat agar tetap waspada dan tidak panik.
7) SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome)
Kasus ini pada awalnya berasal dari Guangdong pada
November 2002, April 2003, diketahui penyebabnya
adalah corona virus. Berbagai upaya telah dilakukan
oleh Departemen Kesehatan saat itu dengan
mengupayakan public awareness, pemantauan kasus
secara epidemiologi berdasarkan informasi masyarakat,
menyiapkan rumah sakit baik sarana maupun
prasarana, serta meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan petugas. Di Indonesia, sejak 17 Maret –
10 April 2003, 24 orang dicurigai mengidap penyakit
SARS. Dari jumlah tersebut, satu orang dinyatakan
kasus, delapan orang dalam tahap observasi, dan
sisanya dinyatakan negatif.
8) Spanish flu
Pandemi ini terjadi pada tahun 1918 – 1920, asal
terjadinya pandemi ini tidak diketahui, namun menurut
catatan sejarah, virus H1N1 sebagai penyebabnya
masuk ke Indonesia pertama kali dibawa oleh seorang
penumpang kapal dari Malaysia dan Singapura dan
menyebar lewat Sumatera Utara.
Di Indonesia sendiri, diperkirakan angka kematian
mencapai 1,5 juta kasus. Namun, dengan adanya
perhitungan yang baru, diperkirakan terdapat
peningkatan angka kasus kematian menjadi 4,26 – 4,37
juta hanya di pulau Jawa. Kurangnya sarana dan
prasarana kesehatan, serta fokus yang terpecah
terhadap penyakit lainnya juga menjadi masalah pada
saat itu.
9) Flu babi (swine flu)
Terjadi pada tahun 2009, flu babi ditemukan pertama
kali di Amerika Serikat dan disebabkan oleh virus
influenza H1N1 jenis baru. Sehingga hal ini membuat

MANAJEMEN KEBENCANAAN 115


PENDIDIKAN PEMBENTUKAN SEKOLAH INSPEKTUR POLISI SUMBER SARJANA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

vaksin influenza musiman A dan B yang tersedia tidak


bermanfaat, dan untuk mencegah penyebaran virus
baru ini diperlukan vaksin influenza A baru.
Selain berbagai pandemi yang pernah terjadi di
Indonesia, penyakit-penyakit lain yang pernah menjadi
wabah/endemi di negara Indonesia adalah HIV/AIDS,
difteri, campak, tetanus, rabies, leptospirosis,
tuberkulosis, polio, dan berbagai penyakit lainnya.
10) Virus Corona (Covid-19)
Korona virus atau corona virus (istilah populernya:
virus korona, atau virus Corona ) adalah sekumpulan
virus dari subfamili Orthocorona virinae dalam keluarga
Corona viridae dan ordo Nidovirales. Kelompok virus ini
yang dapat menyebabkan penyakit pada burung dan
mamalia (termasuk manusia).
Pada manusia, korona virus menyebabkan infeksi
saluran pernapasan yang umumnya ringan, seperti
pilek, meskipun beberapa bentuk penyakit seperti
SARS, MERS, dan Covid-19 sifatnya lebih mematikan.
Manifestasi klinis yang muncul cukup beragam pada
spesies lain: pada ayam, korona virus menyebabkan
penyakit saluran pernapasan atas, sedangkan pada
sapi dan babi menyebabkan diare. Belum ada vaksin
atau obat antivirus untuk mencegah atau mengobati
infeksi korona virus pada manusia.
c. Pasca Bencana
Kebijakan di bidang kesehatan, antara lain:
1) Penanggung jawab kesehatan dalam penanganan
bencana di tingkat Pusat adalah Menteri Kesehatan.
2) Penanggung jawab kesehatan dalam penangangan
bencana di tingkat Provinsi adalah Kepala Dinas
Kesehatan Provinsi.

Kegiatan yang dilakukan dalam pengelolaan bantuan, antara


lain:
1) Penerimaan bantuan baik dari masyarakat umum,
masyarakat internasional, instansi pemerintah,
pemerintahan negara sahabat, lembaga swadaya
masyarakat dalam dan luar negeri serta organisasi non
pemerintah (NGO).
2) Penyimpanan bantuan sebelum disalurkan, penilaian
bantuan, konversi bantuan dan eliminasi nilai bantuan.
3) Penyaluran bantuan dari donor kepada masyarakat

MANAJEMEN KEBENCANAAN 116


PENDIDIKAN PEMBENTUKAN SEKOLAH INSPEKTUR POLISI SUMBER SARJANA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

korban bencana harus sesuai dengan sasaran.

9. Teknik Penanggulangan Bencana Kerusuhan Sosial.

Kerusuhan atau Konflik Sosial adalah suatu kondisi dimana terjadi


huru-hara/kerusuhan atau perang atau keadaan yang tidak aman
di suatu daerah tertentu yang melibatkan lapisan masyarakat,
golongan, suku, ataupun organisasi tertentu.
Indonesia sebagai negara kesatuan pada dasarnya dapat
mengandung potensi kerawanan akibat keanekaragaman suku
bangsa, bahasa, agama, ras dan etnis golongan, hal tersebut
merupakan faktor yang berpengaruh terhadap potensi timbulnya
konflik. Dengan semakin marak dan meluasnya konflik akhir-akhir
ini, merupakan suatu pertanda menurunnya rasa nasionalisme di
dalam masyarakat.
Kondisi seperti ini dapat terlihat dengan meningkatnya konflik yang
bernuansa SARA, serta munculya gerakan-gerakan yang ingin
memisahkan diri dari NKRI akibat dari ketidakpuasan dan
perbedaan kepentingan. Apabila kondisi ini tidak dikelola dengan
baik akhirnya akan berdampak pada disintegrasi bangsa.
Permasalahan ini sangat kompleks sebagai akibat akumulasi
permasalahan ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya dan
keamanan yang saling tumpang tindih, apabila tidak cepat
dilakukan tindakan-tindakan bijaksana untuk menanggulangi
sampai pada akar permasalahannya maka akan menjadi problem
yang berkepanjangan.
Kekhawatiran tentang perpecahan (disintegrasi) bangsa di tanah
air dewasa ini yang dapat digambarkan sebagai penuh konflik dan
pertikaian, gelombang reformasi yang tengah berjalan
menimbulkan berbagai kecenderungan dan realitas baru. Segala
hal yang terkait dengan Orde Baru termasuk format politik dan
paradigmanya dihujat dan dibongkar. Bermunculan pula aliansi
ideologi dan politik yang ditandai dengan menjamurnya partai-
partai politik baru. Seiring dengan itu lahir sejumlah tuntutan

MANAJEMEN KEBENCANAAN 117


PENDIDIKAN PEMBENTUKAN SEKOLAH INSPEKTUR POLISI SUMBER SARJANA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

daerah-daerah diluar Jawa agar mendapatkan otonomi yang lebih


luas atau merdeka yang dengan sendirinya makin menambah
problem, manakala diwarnai terjadinya konflik dan benturan antar
etnik dengan segala permasalahannya.
Penyebab timbulnya disintegrasi bangsa juga dapat terjadi karena
perlakuan yang tidak adil dari pemerintah pusat kepada
pemerintah daerah khususnya pada daerah-daerah yang memiliki
potensi sumber daya/kekayaan alamnya berlimpah/ berlebih,
sehingga daerah tersebut mampu menyelenggarakan
pemerintahan sendiri dengan tingkat kesejahteraan masyarakat
yang tinggi.Sebelumnya
Selain itu disintegrasi bangsa juga dipengaruhi oleh
perkembangan politik dewasa ini. Dalam kehidupan politik sangat
terasa adanya pengaruh dari statemen politik para elit maupun
pimpinan nasional, yang sering mempengaruhi sendi-sendi
kehidupan bangsa, sebagai akibat masih kentalnya bentuk-bentuk
primodialisme sempit dari kelompok, golongan, kedaerahan
bahkan agama. Hal ini menunjukkan bahwa para elit politik secara
sadar maupun tidak sadar telah memprovokasi masyarakat.
Keterbatasan tingkat intelektual sebagian besar masyarakat
Indonesia sangat mudah terpengaruh oleh ucapan-ucapan para
elitnya sehingga dengan mudah terpicu untuk bertindak yang
menjurus ke arah terjadinya kerusuhan maupun konflik antar
kelompok atau golongan.
a. Pra Bencana
Adapun kebijakan yang diperlukan guna memperkukuh
upaya integrasi nasional adalah sebagai berikut :
1) Membangun dan menghidupkan terus komitmen,
kesadaran dan kehendak untuk bersatu.
2) Menciptakan kondisi yang mendukung komitmen,
kesadaran dan kehendak untuk bersatu dan
membiasakan diri untuk selalu membangun konsensus.
3) Membangun kelembagaan (Pranata) yang berakarkan
nilai dan norma yang menyuburkan persatuan dan
kesatuan bangsa.
4) Merumuskan kebijakan dan regulasi yang konkret,
tegas dan tepat dalam aspek kehidupan dan
pembangunan bangsa, yang mencerminkan keadilan
bagi semua pihak, semua wilayah.
5) Upaya bersama dan pembinaan integrasi nasional
memerlukan kepemimpinan yang arif dan efektif.
b. Saat Terjadi Bencana
1) Pastikan berada di daerah aman
Entah itu kunjungan ke suatu daerah yang sering
MANAJEMEN KEBENCANAAN 118
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN SEKOLAH INSPEKTUR POLISI SUMBER SARJANA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

menimbulkan banyak kegaduhan untuk bepergian


semata, atau di daerah tempat tinggal memang ada di
area tersebut ada baiknya apabila sudah mengenal
seluk beluk daerah tersebut sehingga tahu kemana
mesti berlindung ketika kericuhan terjadi.
Apabila daerah tersebut termasuk daerah yang masih
awam, selalu bawa map lokal untuk membantu
menavigasikan arah jalan.
2) Selalu waspada akan lingkungan sekitar
a) Selalu pastikan bahwa tahu perkembangan berita
ter-update tentang daerah tempat tinggal atau
tempat bepergian.
b) Apabila mendengar adanya aksi demo yang
sedang berlangsung, hindari daerah tersebut dan
pilihlah jalur akomodasi yang berbeda dengan
biasanya.
c) Hindari tempat-tempat dimana kumpulan polisi dan
masa sedang berkumpul.
3) Pastikan terlihat netral
a) Jika tidak sengaja terjebak di antara kerusuhan
demonstrasi, usahakan terlihat senetral-netralnya.
b) Jangan membuat diri sendiri terlihat seperti salah
satu demonstran.
c) Jauhi kumpulan demonstran dengan cara berjalan
ke arah tempat yang tidak ramai.
4) Jangan panik dan tergesa
a) Saat sedang berlindung, usahakan untuk bisa
mengontrol emosi dan ekspresi diri sendiri.
b) Jangan terlihat tergesa-gesa karena hal tersebut
akan memancing tingkah agresi dan perhatian dari
sebuah pihak yang tidak diinginkan.
c) Tunjukkan sikap tenang, netral, dan tidak mau
terlibat dalam kerusuhan tersebut dengan jalan
perlahan-lahan saat menghindari kumpulan orang-
orang yang sudah rusuh.
5) Jauhi tempat berkaca atau sumber api
a) Ketika sedang berlindung dari aksi demo yang
rusuh, jauhi tempat-tempat yang kelihatannya
mudah ambruk seperti bangunan-bangunan
berkaca, karena akan lebih mudah terluka di
tempat ini dibandingkan dengan kerumunan besar
karena jumlah barang yang berterbangan ke

MANAJEMEN KEBENCANAAN 119


PENDIDIKAN PEMBENTUKAN SEKOLAH INSPEKTUR POLISI SUMBER SARJANA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

segala arah.
b) Jauhi juga tempat-tempat yang dapat terbakar
dengan mudah seperti bangunan yang didominasi
oleh material kayu.
6) Jangan Melawan
a) Tanpa bisa kita pungkiri, saat kerusuhan sedang
terjadi, tingkat amarah seseorang terkadang dapat
membuat mereka bertindak tidak sewajarnya.
b) Jika keadaan sudah semakin parah, kamu
tergiring ke dalam kumpulan masa yang ditahan
oleh pihak polisi, jangan melawan.
c) Tingkah yang agresif tidak akan berujung baik
apabila dilawan dengan amarah.
7) Tetap Tenang
a) Membalas perlakuan seseorang yang sedang
ricuh dengan amarah tidak akan menyelesaikan
masalah karena akan memancing lebih banyak
emosi.
b) Tarik napas dan cobalah untuk tenang.
c) Ikuti jalur masa ketika gerombolan memang sudah
tidak bisa ditembus lagi, dan setelah melihat celah
untuk kamu berjalan keluar dari kerumunan,
lakukanlah dengan segera.
8) Ketika kerusuhan aksi demo terjadi dan tidak sengaja
terjebak di tengah-tengah keramaian tersebut, cari
tempat aman dan tutupi kepala sampai leher dengan
keadaan tertelungkup. Dengan begini dapat melindungi
wajah dan bagian depan leher yang sangat akan fatal
bila terluka.
9) Jika terbawa arus masa, buat sedikit ruang di antara diri
sendiri dengan menggenggam pergelangan tangan dan
bentangkan sikut ke arah samping. Ini akan
memberikan sedikit ruang untuk bernapas.
10) Ketika tidak sengaja terdorong massa dan terjatuh,
bungkukkan badan dan bergulinglah ke arah yang
aman. Tutupi bagian kepala sampai leher sambil
berjongkok sampai masa selesai lewat. Ingat, jangan
melawan.
11) Ketika tindakan penembakan sudah terdengar,
berlututlah dan letakkan kedua tangan dibelakang
kepala seakan-akan sudah menyerah. Apabila keadaan
semakin parah, jatuhkan badanmu dengan keadaan
tertelungkup dan tutupi kepala sampai leher
MANAJEMEN KEBENCANAAN 120
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN SEKOLAH INSPEKTUR POLISI SUMBER SARJANA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

menggunakan tas atau barang yang ada.

Saat Terjebak dalam Mobil


1) Matikan mesin dan segeralah berlindung dibalik jok atau
ke dalam area peristirahatan kaki.
2) Jika masa kumpulan kegaduhan masih jauh namun
terlihat mendekat, mundurkan mobil atau belok ke arah
berlawanan secara perlahan. Ingat, jangan memancing
perhatian.
3) Jika tidak bisa menghindari kericuhan, parkirkan mobil,
lalu tinggalkan saja di sisi jalan. Tindakan keji
membakar mobil sudah tidak asing lagi terjadi saat
kericuhan. Pikirkan keselamatan dibandingkan dengan
keadaan kendaraan.

c. Pasca Bencana
Adapun strategi yang digunakan dalam penanggulangan
disintegrasi bangsa antara lain :
1) Menanamkan nilai-nilai Pancasila, jiwa sebangsa dan
setanah air dan rasa persaudaraan, agar tercipta
kekuatan dan kebersamaan di kalangan rakyat
Indonesia.
2) Menghilangkan kesempatan untuk berkembangnya
primodialisme sempit pada setiap kebijaksanaan dan
kegiatan, agar tidak terjadi KKN.
3) Meningkatkan ketahanan rakyat dalam menghadapi
usaha-usaha pemecahbelahan dari anasir luar dan kaki
tangannya.
4) Penyebaran dan pemasyarakatan wawasan
kebangsaan dan implementasi butir-butir Pancasila,
dalam rangka melestarikan dan menanamkan kesetiaan
kepada ideologi bangsa.
5) Menumpas setiap gerakan separatis secara tegas dan
tidak kenal kompromi.
6) Membentuk satuan sukarela yang terdiri dari unsur
masyarakat, TNI dan Polri dalam memerangi separatis.
7) Melarang, dengan melengkapi dasar dan aturan hukum
setiap usaha untuk menggunakan kekuatan massa.
Untuk mendukung terciptanya keberhasilan suatu
kebijaksanaan dan strategi pertahanan disarankan :
1) Penyelesaian konflik vertikal yang bernuansa
separatisme bersenjata harus diselesaikan dengan
MANAJEMEN KEBENCANAAN 121
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN SEKOLAH INSPEKTUR POLISI SUMBER SARJANA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

pendekatan militer terbatas dan professional guna


menghindari korban dikalangan masyarakat dengan
memperhatikan aspek ekonomi dan sosial budaya serta
keadilan yang bersandar pada penegakan hukum.
2) Penyelesaian konflik horizontal yang bernuansa SARA
diatasi melalui pendekatan hukum dan HAM.
3) Penyelesaian konflik akibat peranan otonomi daerah
yang menguatkan faktor perbedaan, disarankan
kepemimpinan daerah harus mampu meredam dan
memberlakukan reward and punishment dari strata
pimpinan diatasnya.
4) Guna mengantisipasi segala kegiatan separatisme
ataupun kegiatan yang berdampak disintegrasi bangsa
perlu dibangun dan ditingkatkan institusi inteligen yang
handal.

MANAJEMEN KEBENCANAAN 122


PENDIDIKAN PEMBENTUKAN SEKOLAH INSPEKTUR POLISI SUMBER SARJANA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

POKOK BAHASAN II
PERAN POLRI DALAM PENANGANAN BENCANA

Peran Polri dalam penanganan bencana sesuai dengan peraturan


Kapolri nomor 17 Tahun 2009, yaitu :
1. Tujuan Penanggulangan Bencana
a. Memberikan perlindungan kepada masyarakat dari ancaman
bencana.
b. Menyelaraskan peraturan perundang-undangan yang sudah
ada.
c. Menjamin terselenggaranya penanggulangan bencana
secara terencana, terpadu, terkoordinasi, dan menyeluruh.
d. Menghargai budaya lokal.
e. Membangun partisipasi dan kemitraan publik serta swasta.
f. Mendorong semangat gotong royong, kesetiakawanan, dan
kedermawanan dan menciptakan perdamaian dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
2. Hak dan Kewajiban Masyarakat dalam Penanggulangan
Bencana
a. Setiap orang berhak:
1) Mendapatkan perlindungan sosial dan rasa aman,
khususnya bagi kelompok masyarakat rentan bencana.
2) Mendapatkan pendidikan, pelatihan, dan ketrampilan
dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana.
3) Mendapatkan informasi secara tertulis dan/atau lisan
tentang kebijakan penanggulangan bencana.
4) Berperan serta dalam perencanaan, pengoperasian,
dan pemeliharaan program penyediaan bantuan
pelayanan kesehatan termasuk dukungan psikososial.
5) Berpartisipasi dalam pengambilan keputusan terhadap
kegiatan penanggulangan bencana, khususnya yang
berkaitan dengan diri dan komunitasnya.
6) Melakukan pengawasan sesuai dengan mekanisme
yang diatur atas pelaksanaan penanggulangan
bencana.
7) Setiap orang yang terkena bencana berhak
mendapatkan bantuan pemenuhan kebutuhan dasar.
8) Setiap orang berhak untuk memperoleh ganti kerugian

MANAJEMEN KEBENCANAAN 123


PENDIDIKAN PEMBENTUKAN SEKOLAH INSPEKTUR POLISI SUMBER SARJANA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

karena terkena bencana yang disebabkan oleh


kegagalan konstruksi.
b. Kewajiban Masyarakat (UU no 24/2007 Pasal 27)
Setiap orang berkewajiban:
1) Menjaga kehidupan sosial masyarakat yang harmonis,
memelihara keseimbangan, keserasian, keselarasan,
dan kelestarian fungsi lingkungan hidup.
2) Melakukan kegiatan penanggulangan bencana.
3) Memberikan informasi yang benar kepada publik
tentang penanggulangan bencana.
3. Organisasi Sistim Komando Pengendalian Lapangan ( SKPL )

1) Tugas dan Tanggung Jawab Organisasi dalam SKPL


Kepala Komando Pengendalian Lapangan (KA KPL)
a) Tugas :
(1) Mendirikan pos KPL.
(2) Menilai situasi darurat yang terus berubah.
(3) Menugaskan staf yang diperlukan.
(4) Menetapkan pilihan bagian-bagian dari
sistem KPL untuk dioperasionalkan.
(5) Mengendalikan operasional bagian-bagian

MANAJEMEN KEBENCANAAN 124


PENDIDIKAN PEMBENTUKAN SEKOLAH INSPEKTUR POLISI SUMBER SARJANA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

dari sistem KPL.


(6) Memberikan pengarahan atau briefing awal
dan memulai proses perencanaan
berdasarkan analisis fakta yang ditemukan.
(7) Menyetujui semua rencana antara lain
rencana kegiatan, rencana kebutuhan
sumber daya, rencana press release, dan
rencana demobilisasi.
(8) Memastikan koordinasi tindakan dan
kegiatan para staf.
b) Tanggung jawab:
Kepala KPL dalam pelaksanaan tugasnya
bertanggung jawab kepada Kasatker masing-
masing kesatuan.
2) Staf Komando Pengendalian Lapangan
a) Petugas informasi publik/humas :
(1) Mendirikan pusat informasi yang terpisah dari
segala aktivitas lainnya.
(2) Mengatur ruang kerja, materiil, dan
penempatan staf.
(3) Menyiapkan rangkuman informasi awal dan
memelihara arsip semua rangkuman
berikutnya.
(4) Mendapatkan persetujuan Kepala KPL untuk
press release.
(5) Mengumumkan berita-berita yang sudah
disetujui ke pers dan memasang di pos KPL.
(6) Mengatur pertemuan antar personel KPL
dengan pers.
(7) Menyediakan pelayanan pendampingan pers
dan VIP.
(8) Memperhatikan batasan-batasan
penyampaian berita yang ditetapkan oleh
Kepala KPL.
(9) Membuat catatan harian unit humas.
b) Petugas Pengamanan Keselamatan
(1) Memonitor dan menilai situasi yang berbahaya
dan tidak aman.
(2) Mengembangkan tindakan yang diperlukan
untuk memastikan keamanan para personel.

MANAJEMEN KEBENCANAAN 125


PENDIDIKAN PEMBENTUKAN SEKOLAH INSPEKTUR POLISI SUMBER SARJANA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

(3) Menghentikan semua kegiatan yang tidak


aman pada penanggulangan bencana yang
dianggap berada di luar lingkup rencana
kegiatan kejadian darurat.
c) Petugas Penghubung (LO) :
(1) Mendapatkan pengarahan dari Kepala KPL.
(2) Menyediakan contact person bagi perwakilan
instansi atau bantuan bersama yang
membantu.
(3) Mengidentifikasi perwakilan instansi dari
setiap instansi termasuk penghubung
komunikasi dan lokasi mereka.
(4) Menanggapi permintaan personel
penanggulangan bencana untuk kontak antar
organisasi.
(5) Memonitor operasi penanggulangan bencana
untuk mengidentifikasi apa yang berpotensi
menjadi masalah antar organisasi.
(6) Menyediakan informasi dan menjalin
hubungan dengan penghubung instansi
pemerintah lainnya.
(7) Membuat catatan harian unit.
d) Tugas dan Tanggung Jawab Staf Umum Komando
(1) Tugas dan Tanggung Jawab Bagian
Operasional
(a) Menerima pengarahan/briefing dari
Kepala KPL.
(b) Memberi pengarahan dan pengendalian
atas kegiatan operasional yang tengah
berlangsung sesuai dengan rencana
kegiatan penanggulangan bencana.
(c) Melakukan kegiatan pertolongan dan
penyelamatan korban bencana.
(d) Melakukan supervisi.
(e) Mengkoordinasikan kegiatan bagian
operasi dengan semua staf bagian
lainnya.
(f) Memberikan masukan kepada Kepala
KPL berkaitan dengan lokasi kegiatan
pendukung, sumber daya, dan
perkembangan situasi taktis.
(g) Memastikan laporan ke bagian logistik
MANAJEMEN KEBENCANAAN 126
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN SEKOLAH INSPEKTUR POLISI SUMBER SARJANA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

bahwa jumlah sumber daya, persediaan


makanan, persediaan barang, dan
tempat tinggal, sudah mencukupi sesuai
kebutuhan.
(h) Membuat catatan harian unit.
Bagian operasional dipimpin oleh Kepala
Bagian Operasional (Kabagops) dan dalam
pelaksanaan tugasnya bertanggung jawab
kepada Kepala KPL.
(2) Tugas dan Tanggung Jawab Bagian
Perencanaan
(a) Menerima pengarahan/briefing dari
Kepala KPL.
(b) Mengumpulkan semua informasi yang
berkaitan dengan penanggulangan
bencana.
(c) Menganalisis dan mengevaluasi
informasi yang diperoleh.
(d) Menentukan rencana kebutuhan semua
sumber daya yang dibutuhkan.
(e) Memetakan lokasi bencana.
(f) Menyusun rencana kegiatan.
(g) Membuat perkiraan cepat (Kirpat)
terhadap perubahan-perubahan
signifikan yang terjadi atas status
penanggulangan bencana.
(h) Membuat catatan harian unit.
Bagian perencanaan dipimpin oleh Kepala
Bagian Perencanaan (Kabagren), dan dalam
pelaksanaan tugasnya bertanggung jawab
kepada Kepala KPL.
(3) Tugas dan Tanggung Jawab Bagian Logistik
(a) Menerima pengarahan/briefing dari
Kepala KPL.
(b) Merencanakan dan mengkoordinasikan
kegiatan logistik serta melakukan
supervisi terhadap personel yang
ditugaskan.
(c) Mengusulkan lokasi pangkalan aju
kepada Kepala KPL.
(d) Mengangkat personel sebagai anggota

MANAJEMEN KEBENCANAAN 127


PENDIDIKAN PEMBENTUKAN SEKOLAH INSPEKTUR POLISI SUMBER SARJANA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

bagian logistik sesuai kebutuhan.


(e) Mengantisipasi dan merencanakan
bantuan logistik yang diperlukan.
(f) Mendata dan menjalin kerja sama
dengan potensi sumber daya yang ada.
(g) Menyediakan, memelihara, dan
mengendalikan sumber daya yang
berupa peralatan, fasilitas tertentu, dan
jasa komersil.
(h) Mengkoordinasikan dan memproses
permintaan penambahan sumber daya.
(i) Mempersiapkan rencana kegiatan
penanganan penanggulangan bencana.
(j) Memastikan bahwa permintaan
peralatan komunikasi penanganan
penanggulangan bencana terpenuhi.
(k) Mengusulkan pelepasan sumber daya
selaras dengan rencana demobilisasi.
Bagian logistik dipimpin oleh Kepala Bagian
logistik (Kabaglog) dan dalam pelaksanaan
tugasnya bertanggung jawab kepada Kepala
KPL.
(4) Tugas dan Tanggung Jawab Bagian
Administrasi dan Keuangan
(a) Menerima pengarahan atau briefing dari
Kepala KPL.
(b) Memberikan masukan semua
perencanaan keuangan dan analisis
biaya.
(c) Memastikan persediaan dan kebutuhan
bagian administrasi/ keuangan.
(d) Memastikan catatan waktu kerja
personel dikirimkan ke kesatuan asal
sesuai dengan perjanjian atau
kebijakan.
(e) Mendukung semua rencana kegiatan
demobilisasi/penarikan kembali.
(f) Memastikan penyiapan semua
dokumen pertanggungjawaban
keuangan dalam penanggulangan
bencana.
(g) Membuat catatan harian unit.
MANAJEMEN KEBENCANAAN 128
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN SEKOLAH INSPEKTUR POLISI SUMBER SARJANA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Bagian administrasi dan keuangan dipimpin


oleh Kepala Bagian Administrasi/Keuangan
(Kabagminku), dan dalam pelaksanaan
tugasnya bertanggung jawab kepada Kepala
KPL.
3) Fasilitas dan sumber daya kejadian darurat
a) Jenis-jenis Fasilitas Kejadian Darurat
(1) Pos Komando Pengendalian Lapangan (Pos
KPL).
(2) Pangkalan Aju .
(3) Pangkalan Kejadian.
(4) Pangkalan Helikopter.
(5) Helispot.
b) Penggunaan Sumber Daya Kejadian Darurat.
Sumber daya yang dikerahkan ke suatu kejadian
darurat dikelola dengan cara sebagai berikut:
(1) Sumber Daya Tunggal (Single Resources)
mencakup personel maupun peralatan yang
mereka perlukan/digunakan.
(2) Satuan Tugas adalah gabungan sumber
daya tunggal yang jenis dan tipenya berbeda.
Satuan Tugas ini dibentuk untuk suatu
kebutuhan taktis tertentu, menggunakan
komunikasi bersama dan seorang pemimpin.
Satuan Tugas dapat ditetapkan sebelumnya
atau dibentuk di tempat kejadian darurat dari
berbagai sumber daya tunggal yang tersedia.
Satuan Tugas ditentukan berdasarkan
kebutuhan operasionalnya. Misalnya, satuan
tugas yang digunakan oleh suatu jurisdiksi
dalam suatu kerusuhan kota mungkin
meliputi:
(a) Satu unit patroli Polisi.
(b) Tiga mobil dinas pemadam kebakaran.
(c) Satu unit pelayanan medis.
(3) Tim Gerak Cepat/Regu/Satuan Lapangan
Bergerak -Sumber daya ini adalah gabungan
sumber daya tunggal dengan jenis dan tipe
yang sama.
Menggunakan komunikasi bersama dan satu
pimpinan. Jumlah sumber daya yang akan
MANAJEMEN KEBENCANAAN 129
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN SEKOLAH INSPEKTUR POLISI SUMBER SARJANA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

digunakan didasarkan pada apa yang


dibutuhkan untuk melakukan fungsi tersebut.
Panduan rentang kendali hendaknya
digunakan. Semua sumber daya ini dapat
ditentukan sebelumnya atau dibentuk di
tempat kejadian darurat dari berbagai
sumber daya tunggal yang tersedia.
Penggunaan Satuan Tugas dan sumber-
sumber daya lainnya:
(a) Memaksimalkan penggunaan sumber
daya yang efektif/sarana melipat
gandakan kekuatan.
(b) Mengurangi rentang kendali.
(c) Mengurangi lalu lintas komunikasi.
(4) Sumber daya taktis yang dikerahkan ke
suatu kejadian darurat akan selalu berada
dalam salah satu dari ketiga keadaan berikut.
(a) Ditugaskan/ditempatkan adalah sumber
daya yang melaksanakan tugas
aktif/tindakan taktis.
(b) Tersedia adalah sumber daya yang siap
untuk ditempatkan/dikerahkan (berada
di Pangkalan Aju).
(c) Tidak dapat dipakai adalah sumber
daya yang tidak ditugaskan atau tidak
tersedia.
4) Langkah-langkah penting dalam membuat Rencana
Kegiatan Kejadian Darurat (RKKD)
a) Pahami Situasi
Dalam memahami situasi perlu dijawab:
(1) Apa yang telah terjadi?
(2) Kemajuan apa yang sudah dicapai?
(3) Seberapa baik rencana saat ini?
(4) Bagaimana potensi perkembangan kejadian
darurat?
(5) Apa sumber daya yang ada saat ini dan di
masa depan, serta bagaimana kemampuan
organisasi?
b) Tetapkan Sasaran dan Strategi Kejadian Darurat
(1) Sasaran, yaitu sehubungan dengan apa yang
ingin dicapai Kepala KPL selama operasi.
Tujuan yang ingin dicapai dalam suatu
MANAJEMEN KEBENCANAAN 130
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN SEKOLAH INSPEKTUR POLISI SUMBER SARJANA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

periode operasi tertentu.


(2) Sasaran kejadian darurat hendaknya
memiliki karakteristik sebagai berikut:
(a) Dapat dicapai
Sasaran-sasaran tersebut harus dapat
dicapai dengan sumber daya yang
dapat dialokasikan oleh kesatuan (dan
instansi-instansi yang membantu) untuk
kejadian darurat, walaupun mungkin
membutuhkan beberapa Periode
Operasi untuk mencapainya.
(b) Dapat diukur
Pernyataan sasaran hendaknya
memungkinkan untuk melakukan
laporan akhir tentang apakah sasaran
tersebut berhasil dicapai atau tidak.
(c) Fleksibel
Sasaran hendaknya cukup luas
sehingga memungkinkan pertimbangan
alternatif-alternatif strategis dan taktis.
(d) Strategi, yaitu memberi arahan tindakan
secara keseluruhan yang akan
dilaksanakan selama operasi.
Berbagai strategi untuk mencapai
sasaran hendaknya melalui pengujian
kriteria berikut:
 Masuk akal (dapat dikerjakan,
praktis, dan cocok).
 Berada dalam aturan-aturan
keamanan yang dapat diterima.
 Berbiaya efektif.
 Sesuai dengan praktik lingkungan
yang baik.
c) Kembangkan arahan dan penugasan taktis
(1) Taktis, yaitu memberi tugas-tugas spesifik
kepada unsur-unsur atau individu-individu
untuk mendukung konsep keseluruhan
(strategi dari operasi terebut). Dalam
penjabaran taktis ditetapkan siapa, yang
akan melakukan apa, kapan, dimana dan
dengan sumber daya apa.
(2) Arah taktis termasuk menentukan taktik dan
MANAJEMEN KEBENCANAAN 131
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN SEKOLAH INSPEKTUR POLISI SUMBER SARJANA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

operasi yang diperlukan untuk strategi yang


dipilih, dan menentukan serta menempatkan
sumber daya yang tepat. Arah taktis
dikembangkan di sekitar Periode Operasi
dan harus memiliki hasil yang dapat diukur.
d) Siapkan rencana
Dalam kejadian darurat yang lebih kecil, yang tidak
membutuhkan Rencana Kegiatan Kejadian
Darurat (RKKD) tertulis, urutan langkah-langkah
untuk APP yang disampaikan Kepala Komando
Pengendalian Lapangan kepada Staf umum
adalah:
(1) Menyebutkan sasaran.
(2) Menjelaskan strategi (satu atau lebih).
(3) Menjelaskan taktik spesifik.
(4) Melakukan penempatan sumber daya.
Bagian Perencanaan memiliki tanggung jawab
utama untuk mendokumentasikan Rencana
Kegiatan Kejadian Darurat, selain untuk
menyusun, mencetak, dan mendistribusikannya.
5) Implementasi
Dalam kejadian darurat kecil, Kepala KPL bertanggung
jawab sepenuhnya dalam menerapkan Rencana
Kegiatan Kejadian Darurat. Bila tidak ada Rencana
Kegiatan Kejadian Darurat tertulis, Kepala KPL akan
memberikan instruksi lisan kepada bawahannya.
Formulir Brifing Kejadian Darurat (SKPL 201) dan
formulir perencanaan SKPL 215 dan 215A dapat
memberikan kerangka kerja yang berguna untuk brifing
apabila Rencana Kegiatan Kejadian Darurat tertulis
tidak dibutuhkan.
Kejadian Darurat yang lebih besar membutuhkan
Rencana Kegiatan Kejadian Darurat tertulis. Masing-
masing Staf umum akan memikul tanggung jawab untuk
menerapkan bagian mereka masing-masing dalam
Rencana Kegiatan Kejadian Darurat.

MANAJEMEN KEBENCANAAN 132


PENDIDIKAN PEMBENTUKAN SEKOLAH INSPEKTUR POLISI SUMBER SARJANA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Rangkuman
1. Banjir merupakan peristiwa ketika air menggenangi suatu wilayah
yang biasanya tidak digenangi air dalam jangka waktu tertentu.
Banjir biasanya terjadi karena curah hujan turun terus menerus dan
mengakibatkan meluapnya air sungai, danau, laut atau drainase
karena jumlah air yang melebihi daya tampung media penopang air
dari curah hujan tadi.
2. Gempa bumi adalah peristiwa berguncangnya bumi yang
disebabkan oleh tumbukan antar lempeng bumi, aktivitas sesar
(patahan), aktivitas gunung api, atau runtuhan batuan. Jenis
bencana ini bersifat merusak, dapat terjadi setiap saat dan
berlangsung dalam waktu singkat. Gempa bumi dapat
menghancurkan bangunan, jalan, jembatan, dan sebagainya dalam
sekejap.
3. Mitigasi bencana letusan gunung api adalah “proses pencegahan
bencana letusan gunung api atau pengurangan dampak bahaya
letusan gunung api” untuk meminimalkan:
a. Jatuhnya korban jiwa
b. Kerugian harta benda
c. Rusaknya lingkungan dan Terganggunya roda perekonomian
masyarakat.
d. Mitigasi Bencana Gunung api
4. Tsunami terdiri dari rangkaian gelombang laut yang mampu
menjalar dengan kecepatan mencapai lebih dari 900 km/jam
atau lebih di tengah laut. Jenis bencana ini disebabkan oleh
beberapa faktor, antara lain gempa bumi yang terjadi di dasar laut,
runtuhan di dasar laut, atau karena letusan gunung api di laut. Saat
mencapai pantai yang dangkal, teluk, atau muara sungai, kecepatan
gelombang tsunami akan menurun, namun ketinggian gelombang
akan meningkat puluhan meter dan bersifat merusak
5. Bencana tanah longsor seringkali dipicu karena kombinasi dari
curah hujan yang tinggi, lereng terjal, tanah yang kurang padat serta
tebal, terjadinya pengikisan, berkurangnya tutupan vegetasi, dan
getaran. Bencana longsor biasanya terjadi begitu cepat sehingga
menyebabkan terbatasnya waktu untuk melakukan evakuasi
mandiri. Material longsor menimbun apa saja yang berada di jalur
longsoran.
6. Kebakaran hutan adalah peristiwa dimana wilayah yang terdapat
banyak pohon, semak, paku-pakuan, dan rumput mengalami
perubahan bentuk yang disebabkan pembakaran yang besar-
besaran. Kebakaran hutan menyebabkan hutan dilanda api
sehingga membuat hutan lenyap dimakan api. Dampak yang
MANAJEMEN KEBENCANAAN 133
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN SEKOLAH INSPEKTUR POLISI SUMBER SARJANA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

disebabkan kebakaran hutan dapat berupa positif dan negatif tetapi


dampak negatif melebihi dampak pofitif.
7. Kecelakaan (accident) adalah peristiwa hokum pengangkutan
berupa kejadian atau musibah, yang tidak dikehendaki oleh
pihak-pihak, terjadi sebelum, dalam waktu atau sesudah
penyelenggaraan pengangkutan karena perbuatan manusia atau
kerusakan alat pengangkutan sehingga menimbulkan kerugian
material, fisik, jiwa, atau hilangnya mata pencaharian bagi pihak
penumpang, bukan penumpang, pemilik barang, atau pihak
pengangkut. Kecelakaan transportasi adalah peristiwa atau
kejadian pengoperasian sarana transportasi yang
mengakibatkan kerusakan sarana transportasi, seperti korban
jiwa dan / atau kerugian harta benda.
8. Sebelum pandemi COVID-19, Indonesia telah menghadapi wabah
penyakit lain. Kenyataan ini menjadi angin segar di tengah semakin
bertambahnya kasus positif Covid-19.
Dengan keberhasilan Indonesia menghadapi wabah terdahulu,
harapannya, pandemi Covid-19 juga bisa teratasi dengan baik.
Yang diperlukan adalah kerjasama apik antara pemerintah dan
masyarakat.
9. Kerusuhan atau Konflik Sosial adalah suatu kondisi dimana terjadi
huru-hara/kerusuhan atau perang atau keadaan yang tidak aman di
suatu daerah tertentu yang melibatkan lapisan masyarakat,
golongan, suku, ataupun organisasi tertentu.
10. Tujuan Penanggulangan Bencana
a. Memberikan perlindungan kepada masyarakat dari ancaman
bencana.
b. Menyelaraskan peraturan perundang-undangan yang sudah
ada.
c. Menjamin terselenggaranya penanggulangan bencana secara
terencana, terpadu, terkoordinasi, dan menyeluruh.
d. Menghargai budaya lokal.
e. Membangun partisipasi dan kemitraan publik serta swasta.
f. Mendorong semangat gotong royong, kesetiakawanan, dan
kedermawanan dan menciptakan perdamaian dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

MANAJEMEN KEBENCANAAN 134


PENDIDIKAN PEMBENTUKAN SEKOLAH INSPEKTUR POLISI SUMBER SARJANA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Latihan

1. Jelaskan teknik penanggulangan bencana banjir !


2. Jelaskan teknik penanggulangan bencana gempa bumi !
3. Jelaskan teknik penanggulangan bencana gunung meletus !
4. Jelaskan teknik penanggulangan bencana tsunami !
5. Jelaskan teknik penanggulangan bencana tanah longsor !
6. Jelaskan teknik penanggulangan bencana kebakaran bangunan
dan kebakaran hutan !
7. Jelaskan teknik penanggulangan bencana kecelakaan
transportasi (darat, laut dan udara) !
8. Jelaskan teknik penanggulangan bencana wabah penyakit !
9. Jelaskan teknik penanggulangan bencana kerusuhan sosial !
10. Jelaskan peran Polri dalam penanganan bencana !

MANAJEMEN KEBENCANAAN 135


PENDIDIKAN PEMBENTUKAN SEKOLAH INSPEKTUR POLISI SUMBER SARJANA

Anda mungkin juga menyukai