untuk
untu
2022
IDENTITAS BUKU
MANAJEMEN BENCANA
Penyusun :
Editor :
Diterbitkan oleh:
Dilarang menggandakan sebagian atau seluruh isi Bahan Ajar (Hanjar) Pendidikan
Polri ini, tanpa izin tertulis dari Kalemdiklat Polri.
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI
DAFTAR ISI
Cover ................................................................................................................. i
Pendahuluan ..................................................................................................... 1
Pengantar ........................................................................... 2
Tagihan/Tugas ................................................................... 6
Pengantar ........................................................................... 62
Tagihan/Tugas ................................................................... 67
MANAJEMEN KEBENCANAAN ix
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN SEKOLAH INSPEKTUR POLISI SUMBER SARJANA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI
MANAJEMEN KEBENCANAAN
HANJAR
6 JP (270 menit)
Pendahuluan
Standar Kompetensi
MANAJEMEN KEBENCANAAN 1
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN SEKOLAH INSPEKTUR POLISI SUMBER SARJANA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI
Pengantar
Modul ini membahas materi tentang pengertian bencana dan
penanggulangan bencana, jenis-jenis bencana, karakteristik bencana
di Indonesia, prinsip penanggulangan bencana serta tahapan
penanggulangan bencana.
Tujuan diberikannya modul ini, yaitu agar peserta didik memahami
pengertian penanggulangan bencana.
MANAJEMEN KEBENCANAAN 2
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN SEKOLAH INSPEKTUR POLISI SUMBER SARJANA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI
Materi Pelajaran
1. Pokok bahasan:
Penanggulangan bencana.
Sub Pokok Bahasan:
a. Pengertian bencana dan penanggulangan bencana.
b. Jenis-jenis bencana.
c. Karakteristik bencana di indonesia.
d. Prinsip penanggulangan bencana.
e. Tahap penanggulangan bencana.
METODE PEMBELAJARAN
1. Metode Ceramah
Metode ini digunakan untuk menyampaikan materi tentang
penanggulangan bencana.
2. Metode Brainstorming (curah pendapat)
Metode ini digunakan pendidik untuk mengeksplor pendapat peserta
didik tentang materi yang disampaikan.
3. Metode Tanya jawab
Metode ini digunakan untuk tanya jawab tentang materi yang telah
disampaikan.
4. Metode Penugasan
Metode ini digunakan untuk memberikan penugasan kepada
peserta didik untuk membuat resume.
MANAJEMEN KEBENCANAAN 3
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN SEKOLAH INSPEKTUR POLISI SUMBER SARJANA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI
3. Sumber belajar:
a. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007
Tentang Penanggulangan Bencana.
b. Peraturan Kapolri Nomor 17 Tahun 2009 tentang Manajemen
Penanggulangan Bencana.
c. Buku Pedoman Latihan Kesiapsiagaan Bencana ( BNPB).
d. Modul Diklat Dasar Manajemen Bencana Pusdiklat BNPB.
e. Buku saku Tanggap Tangkas Tangguh Menghadapi Bencana
(BNPB).
MANAJEMEN KEBENCANAAN 4
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN SEKOLAH INSPEKTUR POLISI SUMBER SARJANA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI
Kegiatan Pembelajaran
MANAJEMEN KEBENCANAAN 5
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN SEKOLAH INSPEKTUR POLISI SUMBER SARJANA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI
Tagihan/Tugas
Peserta didik mengumpulkan resume dari materi yang telah diberikan
oleh pendidik.
MANAJEMEN KEBENCANAAN 6
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN SEKOLAH INSPEKTUR POLISI SUMBER SARJANA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI
Bahan Bacaan
PENAGGULANGAN BENCANA
a. Ancaman
Ancaman merupakan kejadian atau kondisi yang berpotensi
menimbulkan kerusakan atau kerugian dan kehilangan jiwa
manusia. Ancaman dapat disebabkan oleh alam, teknologi,
atau manusia. Ancaman berpotensi menimbulkan bencana,
tetapi tidak semua ancaman selalu menjadi bencana.
Ancaman menimbulkan bencana apabila manusia berada
dalam kondisi rentan dan tidak memiliki kemampuan untuk
MANAJEMEN KEBENCANAAN 7
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN SEKOLAH INSPEKTUR POLISI SUMBER SARJANA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI
MANAJEMEN KEBENCANAAN 8
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN SEKOLAH INSPEKTUR POLISI SUMBER SARJANA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI
b. Kerentanan
Manusia yang berada dalam kondisi rentan apabila berada di
lokasi yang berpotensi terpapar oleh ancaman disebut
sebagai kerentanan. Artinya, kerentanan berkaitan langsung
dengan ancaman. Misalnya ancaman gunung berapi
menghasilkan unsur awan panas, lahar, dan batu-batuan di
mana orang-orang yang berada dalam jangkauan atau
wilayahnya dilalui oleh unsur-unsur tersebut disebut dalam
kondisi rentan. Selain kerentanan secara fisik/lokasi, dapat
juga berupa kerentanan sosial karena pengetahuan yang
rendah mengenai bencana, tidak adanya dukungan terhadap
kelompok rentan terutama penyandang disabilitas.
c. Kapasitas
Kapasitas adalah kombinasi dari semua kekuatan dan
sumberdaya yang ada dalam masyarakat, kelompok, atau
organisasi yang bisa mengurangi tingkat risiko atau akibat
bencana. Kapasitas manusia dalam menghadapi akibat yang
ditimbulkan ancaman antara lain:
1) Kapasitas untuk mencegah terjadinya ancaman atau
mengurangi kekuatan/ volume ancaman. Contoh:
a) Kapasitas membuat sistem pengelolaan air dan
daerah resapan mampu mencegah banjir
(pencegahan).
b) Kapasitas membuat kanal air membuat volume air
yang membanjiri sebuah daerah berkurang
(mitigasi).
2) Kapasitas untuk mengurangi kerentanan terhadap
ancaman. Contohnya :
a) Kapasitas berenang dapat mengurangi kerentanan
terhadap ancaman banjir.
b) Penataan perumahan berada di lokasi yang aman
dari ancaman banjir
c) Kebiasaan masyarakat yang tak menghambat
perempuan naik pohon atau berenang akan
mengurangi kerentanan perempuan terhadap
ancaman tsunami.
d. Risiko
Risiko merupakan kemungkinan timbulnya kerugian pada
suatu wilayah dan kurun waktu tertentu, yang timbul karena
suatu bahaya menjadi bencana. Risiko dapat berupa
kematian, luka, sakit, hilang, jiwa terancam, hilangnya rasa
aman, mengungsi, kerusakan atau kehilangan harta dan
MANAJEMEN KEBENCANAAN 9
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN SEKOLAH INSPEKTUR POLISI SUMBER SARJANA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI
2. Jenis-Jenis Bencana
Bencana dapat terjadi, karena ada dua kondisi yaitu adanya
peristiwa atau gangguan yang mengancam dan merusak (hazard)
dan kerentanan (vulnerability) masyarakat. Hubungan keduanya
dapat digambarkan, bila gangguan atau ancaman tersebut muncul
kepermukaan tetapi masyarakat tidak rentan, maka berarti
masyarakat dapat mengatasi sendiri peristiwa yang mengganggu
tersebut, sementara bila kondisi masyarakat rentan tetapi tidak
terjadi peristiwa yang mengancam maka tidak akan terjadi
bencana. Bencana dibagi ke dalam tiga kategori yaitu:
a. Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh
peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh
alam, antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung
meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor.
MANAJEMEN KEBENCANAAN 11
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN SEKOLAH INSPEKTUR POLISI SUMBER SARJANA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI
1) Gempa Bumi
Gempa bumi adalah getaran atau guncangan yang
terjadi di permukaan bumi akibat pelepasan energi dari
dalam secara tiba- tiba yang menciptakan gelombang
seismik. Gempa bumi biasa disebabkan oleh
pergerakan kerak bumi (lempeng bumi).
Jenis gempa bumi: Gempa bumi vulkanik; Gempa bumi
ini terjadi akibat adanya aktivitas magma, yang biasa
terjadi sebelum gunung api meletus. Apabila
keaktifannya semakin tinggi maka akan menyebabkan
timbulnya ledakan yang juga akan menimbulkan
terjadinya getaran atau goyangan pada permukaan
bumi. Biasanya untuk gempa bumi jenis ini hanya
terasa di sekitar gunung api tersebut.
Gempa bumi tektonik; Gempa bumi ini disebabkan oleh
adanya aktivitas tektonik, yaitu pergeseran lempeng
lempeng tektonik secara mendadak yang mempunyai
kekuatan dari yang sangat kecil hingga yang sangat
besar. Gempa bumi ini banyak menimbulkan
kerusakan atau bencana alam di bumi, getaran
gempa bumi yang kuat mampu menjalar keseluruh
bagian bumi. Gempa bumi tektonik disebabkan oleh
perlepasan [tenaga] yang terjadi karena pergeseran
lempengan plat tektonik seperti layaknya gelang karet
ditarik dan dilepaskan dengan tiba-tiba. Tenaga yang
dihasilkan oleh tekanan antara batuan dikenal sebagai
kecacatan tektonik.
2) Tsunami
Tsunami adalah serangkaian gelombang air laut besar
hingga menghantam pesisir dengan kecepatan tinggi.
MANAJEMEN KEBENCANAAN 12
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN SEKOLAH INSPEKTUR POLISI SUMBER SARJANA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI
4) Banjir
Banjir adalah peristiwa terbenamnya daratan oleh air.
Peristiwa banjir timbul jika air menggenangi daratan
yang biasanya kering.
Banjir pada umumnya disebabkan oleh air sungai yang
meluap ke lingkungan sekitarnya sebagai akibat curah
hujan yang tinggi. Kekuatan banjir mampu merusak
rumah dan menyapu fondasinya. Air banjir juga
membawa lumpur berbau yang menutup segalanya
setelah air surut. Banjir adalah hal yang rutin, setiap
tahun pasti datang. Banjir dapat menimbulkan
kerusakan lingkungan hidup berupa:
a) Rusaknya areal pemukiman penduduk.
b) Sulitnya mendapatkan air bersih.
c) Rusaknya sarana dan prasarana penduduk.
MANAJEMEN KEBENCANAAN 14
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN SEKOLAH INSPEKTUR POLISI SUMBER SARJANA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI
5) Kekeringan
Kekeringan adalah keadaan kekurangan pasokan air
pada suatu daerah dalam masa yang berkepanjangan,
beberapa bulan hingga bertahun-tahun. Biasanya
kejadian ini muncul bila suatu wilayah secara terus-
menerus mengalami curah hujan di bawah rata- rata.
Musim kemarau yang panjang akan menyebabkan
kekeringan karena cadangan air tanah akan habis
akibat penguapan (evaporasi), transpirasi, ataupun
penggunaan lain oleh manusia. Kekeringan dapat
menjadi bencana alam apabila mulai menyebabkan
suatu wilayah kehilangan sumber pendapatan akibat
gangguan pada pertanian dan ekosistem yang
ditimbulkannya. Dampak ekonomi dan ekologi
kekeringan merupakan suatu proses sehingga batasan
kekeringan dalam setiap bidang dapat berbeda-beda.
Namun demikian, suatu kekeringan yang singkat tetapi
intensif dapat pula menyebabkan kerusakan yang
signifikan.
MANAJEMEN KEBENCANAAN 15
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN SEKOLAH INSPEKTUR POLISI SUMBER SARJANA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI
MANAJEMEN KEBENCANAAN 16
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN SEKOLAH INSPEKTUR POLISI SUMBER SARJANA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI
7) Tanah Longsor
a) Wabah
Wabah terjadi ketika suatu penyakit mulai
menyebar dan menulari penduduk dengan jumlah
lebih banyak daripada biasanya di dalam suatu
area atau komunitas atau saat musim-musim
tertentu. Wabah biasanya berlangsung dalam
jangka waktu lama, mulai dari hitungan hari hingga
tahun. Tidak hanya di satu wilayah, tetapi wabah
juga bisa meluas ke daerah atau negara lain di
sekitarnya.
Namun, tidak semua penyakit menular dapat
disebut sebagai wabah. Suatu penyakit dapat
dikatakan wabah ketika penyakit tersebut memiliki
kondisi sebagai berikut:
(1) Sudah lama tidak muncul dan menjangkiti
masyarakat.
(2) Datang penyakit baru yang sebelumnya tidak
diketahui.
(3) Penyakit tersebut baru pertama kali
menjangkiti masyarakat di daerah tersebut.
b) Endemi
Penyakit endemi adalah penyakit yang muncul dan
menjadi karekteristik di wilayah tertentu, misalnya
penyakit malaria di Papua. Penyakit ini akan selalu
ada di daerah tersebut, namun dengan frekuensi
atau jumlah kasus yang rendah.
c) Epidemi
Epidemi terjadi ketika suatu penyakit telah
menyebar dengan cepat ke wilayah atau negara
tertentu dan mulai memengaruhi populasi
penduduk di wilayah atau negara tersebut.
Beberapa contoh epidemi yang pernah terjadi
adalah penyakit SARS (Severe Acute Respiratory
Syndrome) pada tahun 2003 yang terjadi di
MANAJEMEN KEBENCANAAN 19
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN SEKOLAH INSPEKTUR POLISI SUMBER SARJANA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI
MANAJEMEN KEBENCANAAN 20
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN SEKOLAH INSPEKTUR POLISI SUMBER SARJANA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI
MANAJEMEN KEBENCANAAN 21
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN SEKOLAH INSPEKTUR POLISI SUMBER SARJANA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI
MANAJEMEN KEBENCANAAN 23
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN SEKOLAH INSPEKTUR POLISI SUMBER SARJANA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI
MANAJEMEN KEBENCANAAN 26
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN SEKOLAH INSPEKTUR POLISI SUMBER SARJANA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI
MANAJEMEN KEBENCANAAN 31
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN SEKOLAH INSPEKTUR POLISI SUMBER SARJANA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI
orang/masyarakat.
c) Status Transisi Darurat ke Pemulihan adalah
keadaan ketika ancaman bencana yang terjadi
cenderung menurun eskalasinya dan/atau telah
berakhir, sedangkan gangguan kehidupan dan
penghidupan sekelompok orang/masyarakat
masih tetap berlangsung
2) Tujuan umum dari tanggap darurat
a) Memastikan keselamatan sebanyak mungkin
korban dan menjaga mereka dalam kondisi
kesehatan sebaik mungkin.
b) Menyediakan kembali kecukupan diri dan
pelayanan- pelayanan dasar secepat mungkin
bagi semua kelompok populasi, dengan perhatian
khusus bagi mereka yang paling membutuhkan
yaitu kelompok paling rentan baik dari sisi umur,
jenis kelamin dan keadaan fisiknya.
c) Memperbaiki infrastruktur yang rusak atau hilang
dan menggerakkan kembali aktivitas ekonomi
yang paling mudah.
d) Dalam situasi konflik kekerasan, tujuannya adalah
melindungi dan membantu masyarakat sipil
dengan memahami bentuk kekerasan yang
mungkin manifestasinya berbeda bagi korban
lelaki, perempuan dan anak-anak. Kekerasan
dalam situasi konflik yang dialami perempuan
seperti kekerasan seksual tak selalu mudah
terungkap terutama jika kaum lelaki dari kelompok
korban menyembunyikan fakta itu untuk menjaga
harga diri kelompok.
e) Dalam kasus pengungsian, tujuannya adalah
mencari solusi- solusi yang bertahan lama secepat
mungkin.
3) Proses Tanggap Darurat
Secara umum proses kegiatan tanggap darurat meliputi:
a) Pengkajian Cepat.
Tujuan utama pengkajian adalah menyediakan
gambaran situasi paska bencana yang jelas dan
akurat. Dengan pengkajian itu dapat
diidentifikasikan kebutuhan-kebutuhan seketika
serta dapat mengembangkan strategi
penyelamatan jiwa dan pemulihan dini. Oleh
karena itu tools pengkajian cepat ini harus
responsif pada kebutuhan korban yang beragam
MANAJEMEN KEBENCANAAN 32
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN SEKOLAH INSPEKTUR POLISI SUMBER SARJANA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI
MANAJEMEN KEBENCANAAN 35
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN SEKOLAH INSPEKTUR POLISI SUMBER SARJANA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI
MANAJEMEN KEBENCANAAN 36
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN SEKOLAH INSPEKTUR POLISI SUMBER SARJANA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI
MANAJEMEN KEBENCANAAN 38
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN SEKOLAH INSPEKTUR POLISI SUMBER SARJANA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI
MANAJEMEN KEBENCANAAN 39
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN SEKOLAH INSPEKTUR POLISI SUMBER SARJANA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI
PEMENUHAN
ASPEK PENTING
KEBUTUHAN
MANAJEMEN KEBENCANAAN 40
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN SEKOLAH INSPEKTUR POLISI SUMBER SARJANA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI
MANAJEMEN KEBENCANAAN 41
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN SEKOLAH INSPEKTUR POLISI SUMBER SARJANA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI
MANAJEMEN KEBENCANAAN 42
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN SEKOLAH INSPEKTUR POLISI SUMBER SARJANA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI
MANAJEMEN KEBENCANAAN 43
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN SEKOLAH INSPEKTUR POLISI SUMBER SARJANA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI
5) Manajemen Pemulihan
1) Rehabilitasi Pasca Bencana
Rehabilitasi adalah perbaikan dan pemulihan
semuaaspek pelayanan publik atau masyarakat sampai
tingkat yang memadai pada wilayah pasca bencana
dengan sasaran utama untuk normalisasi atau
berjalannya secara wajar semua aspek pemerintahan
dan kehidupan masyarakat pada wilayah pasca
bencana.
Rehabilitasi dilakukan melalui kegiatan perbaikan
lingkungan daerah bencana, perbaikan prasarana dan
sarana umum, pemberian bantuan perbaikan rumah
masyarakat, pemulihan sosial psikologis, pelayanan
kesehatan, rekonsiliasi dan resolusi konflik, pemulihan
sosial ekonomi budaya, pemulihan keamanan dan
ketertiban, pemulihan fungsi pemerintahan, dan
pemulihan fungsi pelayanan publik.
Dalam penentuan kebijakan rehabilitasi prinsip dasar
yang digunakan adalah sebagai berikut:
a) Menempatkan masyarakat tidak saja sebagai
korban bencana, namun juga sebagai pelaku aktif
dalam kegiatan rehabilitasi.
b) Kegiatan rehabilitasi merupakan rangkaian
kegiatan yang terkait dan terintegrasi dengan
kegiatan prabencana, tanggap darurat dan
pemulihan dini serta kegiatan rekonstruksi.
c) “Early recovery” dilakukan oleh “Rapid
Assessment Team” segera setelah terjadi
bencana.
d) Program rehabilitasi dimulai segera setelah masa
tanggap darurat (sesuai dengan Perka BNPB
Nomor 15 Tahun 2011 tentang Pengkajian
MANAJEMEN KEBENCANAAN 45
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN SEKOLAH INSPEKTUR POLISI SUMBER SARJANA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI
MANAJEMEN KEBENCANAAN 49
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN SEKOLAH INSPEKTUR POLISI SUMBER SARJANA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI
KOMPONEN URAIAN
Perubahan bentuk pada aset fisik dan
infrastruktur milik pemerintah,masyarakat,
keluarga dan badan usaha sehingga
Kerusakan terganggu fungsinyasecara parsial atau
total sebagai akibat langsung dari suatu
bencana.
Misalnya, kerusakan rumah, sekolah, pusat
kesehatan, pabrik, tempat usaha, tempat
ibadah dan lain-lain dalam kategori tingkat
kerusakanringan, sedang dan berat.
Meningkatnya biaya kesempatan atau
hilangnya kesempatan untuk memperoleh
keuntungan ekonomi karena kerusakan aset
Kerugian milik pemerintah, masyarakat, keluarga dan
badan usaha sebagai akibat tidak langsung
dari suatu bencana.
Misalnya, potensi pendapatan yang
berkurang, pengeluaran yang bertambah
selama periode waktu hingga aset
dipulihkan.
MANAJEMEN KEBENCANAAN 53
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN SEKOLAH INSPEKTUR POLISI SUMBER SARJANA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI
7) Penilaian Dampak
Komponen pengkajian dampak meliputi pengkajian
dampak bencana terhadap aspek- aspek ekonomi-
fiskal, sosial-budaya- politik, pembangunan manusia
dan infrastruktur lingkungan secara agregat (total).
Pengkajian dampak bencana merupakan pengkajian
yang bersifat jangka menengah dan jangka panjang.
MANAJEMEN KEBENCANAAN 54
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN SEKOLAH INSPEKTUR POLISI SUMBER SARJANA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI
MANAJEMEN KEBENCANAAN 55
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN SEKOLAH INSPEKTUR POLISI SUMBER SARJANA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI
MANAJEMEN KEBENCANAAN 57
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN SEKOLAH INSPEKTUR POLISI SUMBER SARJANA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI
Rangkuman
1. Pengertian bencana dari beberapa ahli masih berbeda-beda
walaupun secara prinsip pengertian mengarah pada konsep yang
sama. Beberapa pengertian bencana diantaranya diungkapkan oleh
UNISDR (2002) bahwa bencana adalah :
“Suatu gangguan serius terhadap keberfungsian masyarakat,
sehingga menyebabkan kerugian yang meluas pada kehidupan
manusia dari segi materi, ekonomi atau lingkungan, dan gangguan
itu melampaui kemampuan masyarakat mengatasi dengan
menggunakan sumberdaya mereka sendiri”.
2. Penanggulangan bencana adalah seluruh kegiatan yang meliputi
aspek perencanaan dan penanganan bencana sebelum, saat dan
sesudah terjadi bencana yang mencakup pencegahan,
pengurangan (mitigasi), kesiapsiagaan, tanggap darurat dan
pemulihan. Tujuan penanggulangan bencana untuk melindungi
masyarakat dari bencana dan melindungi dari dampak yang
ditimbulkannya.
3. Ancaman merupakan kejadian atau kondisi yang berpotensi
menimbulkan kerusakan atau kerugian dan kehilangan jiwa
manusia. Ancaman dapat disebabkan oleh alam, teknologi, atau
manusia. Ancaman berpotensi menimbulkan bencana, tetapi tidak
semua ancaman selalu menjadi bencana. Ancaman menimbulkan
bencana apabila manusia berada dalam kondisi rentan dan tidak
memiliki kemampuan untuk mengatasi akibat-akibat yang
ditimbulkan ancaman tersebut. Sebaliknya, ancaman tidak menjadi
bencana apabila manusia tidak dalam kondisi rentan dan mampu
mengatasi akibat yang ditimbulkannya.
4. Manusia yang berada dalam kondisi rentan apabila berada di lokasi
yang berpotensi terpapar oleh ancaman disebut sebagai
kerentanan. Artinya, kerentanan berkaitan langsung dengan
ancaman. Misalnya ancaman gunung berapi menghasilkan unsur
awan panas, lahar, dan batu-batuan di mana orang-orang yang
berada dalam jangkauan atau wilayahnya dilalui oleh unsur-unsur
tersebut disebut dalam kondisi rentan. Selain kerentanan secara
fisik/lokasi, dapat juga berupa kerentanan sosial karena
pengetahuan yang rendah mengenai bencana, tidak adanya
dukungan terhadap kelompok rentan terutama penyandang
disabilitas.
5. Kapasitas adalah kombinasi dari semua kekuatan dan sumberdaya
yang ada dalam masyarakat, kelompok, atau organisasi yang bisa
mengurangi tingkat risiko atau akibat bencana. Kapasitas manusia
dalam menghadapi akibat yang ditimbulkan ancaman antara lain:
6. Risiko merupakan kemungkinan timbulnya kerugian pada suatu
MANAJEMEN KEBENCANAAN 58
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN SEKOLAH INSPEKTUR POLISI SUMBER SARJANA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI
wilayah dan kurun waktu tertentu, yang timbul karena suatu bahaya
menjadi bencana. Risiko dapat berupa kematian, luka, sakit, hilang,
jiwa terancam, hilangnya rasa aman, mengungsi, kerusakan atau
kehilangan harta dan gangguan kegiatan masyarakat.
7. Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa
atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam, antara lain
berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan,
angin topan, dan tanah longsor.
8. Bencana non - alam adalah bencana yang diakibatkan oleh
peristiwa atau rangkaian peristiwa nonalam.
9. Secara geografis Indonesia merupakan kepulauan yang terletak
pada pertemuan empat lempeng tektonik, yaitu : Benua Asia,
Benua Australia, Lempeng samudera Hindia dan lempeng
Samudera Pasifik. Pada bagian selatan dan timur Indonesia
terdapat sabuk vulkanik (volcanic arc) yang memanjang dari pulau
Sumatera- Jawa- Nusa Tenggara – Sulawesi yan sisinya berupa
pegunungan vulkanik tua dan dataran rendah yang didominasi
rawa- rawa. Kondisi tersebut berpotensi sekaligus rawan bencana
letusan gunun berapi, gempabumi, tsunami, banjir dan tanah
longsor. Data menunjukan bahwa Indonesia merupakan salah satu
negara yang memiliki tingkat kegempaan yang sangat tinggi di
dunia, lebih dari 10 kali tingkat kegempaan di Amerika Serikat.
10. Prinsip – Prinsip Penanggulangan Bencana berdasarkan UU No. 24
Tahun 2007 adalah sebagai berikut:
a. Cepat dan Akurat
Bahwa dalam penanggulangan bencana harus dilaksanakan
secara cepat dan tepat sesuai dengan tuntutan keadaan.
b. Prioritas
Apabila terjadi bencana, kegiatan penanggulangan harus
mendapat prioritas dan diutamakan pada kegiatan
penyelamatan jiwa manusia.
c. Koordinasi
Penanggulangan bencana didasarkan pada koordinasi yang
baik dan saling mendukung.
d. Keterpaduan
Penanggulangan bencana dilakukan oleh berbagai sektor
secara terpadu yang didasarkan pada kerja sama yang baik
dan saling mendukung.
e. Berdaya Guna
Dalam mengatasi kesulitan masyarakat dilakukan dengan
tidak membuang waktu, tenaga, dan biaya yang berlebihan.
f. Berhasil Guna
MANAJEMEN KEBENCANAAN 59
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN SEKOLAH INSPEKTUR POLISI SUMBER SARJANA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI
MANAJEMEN KEBENCANAAN 60
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN SEKOLAH INSPEKTUR POLISI SUMBER SARJANA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI
Latihan
1. Jelaskan pengertian bencana dan penanggulangan bencana !
2. Jelaskan jenis-jenis bencana !
3. Jelaskan karakteristik bencana di Indonesia !
4. Jelaskan prinsip penanggulangan bencana nasional!
5. Jelaskan tahap penanggulangan bencana!
MANAJEMEN KEBENCANAAN 61
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN SEKOLAH INSPEKTUR POLISI SUMBER SARJANA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI
Pengantar
Dalam Hanjar ini dibahas materi tentang teknik penanggulangan
4 bencana alam dan non alam meliputi teknik penanggulangan bencana
banjir, teknik penanggulangan bencana gempa bumi, teknik
penanggulangan bencana gunung meletus, teknik penanggulangan
bencana tsunami, teknik penanggulangan bencana tanah longsor,
teknik penanggulangan bencana kebakaran bangunan dan kebakaran
hutan, teknik penanggulangan bencana kecelakaan transportasi
(darat, laut dan udara), teknik penanggulangan bencana wabah
penyakit, teknik penanggulangan bencana kerusuhan sosial, tujuan
penanggulangan bencana, hak dan kewajiban masyarakat dalam
penanggulangan bencana, organisasi Sistim Komando Pengendalian
Lapangan ( SKPL ).
Tujuan diberikannya Hanjar ini agar peserta didik menerapkan teknik
penanggulangan bencana dan memahami peran Polri dalam
penanganan bencana.
MANAJEMEN KEBENCANAAN 62
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN SEKOLAH INSPEKTUR POLISI SUMBER SARJANA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI
Materi Pelajaran
1. Pokok Bahasan :
Teknik penanggulangan bencana.
Subpokok Bahsan :
a. Teknik penanggulangan bencana banjir.
b. Teknik penanggulangan bencana gempa bumi.
c. Teknik penanggulangan bencana gunung meletus.
d. Teknik penanggulangan bencana tsunami.
e. Teknik penanggulangan bencana tanah longsor.
f. Teknik penanggulangan bencana kebakaran bangunan dan
kebakaran hutan.
g. Teknik penanggulangan bencana kecelakaan transportasi
(darat, laut dan udara).
h. Teknik penanggulangan bencana wabah penyakit.
i. Teknik penanggulangan bencana kerusuhan sosial.
2. Pokok Bahasan :
Peran Polri dalam penanganan bencana.
Subpokok Bahasan:
a. Tujuan penanggulangan bencana
b. Hak dan kewajiban masyarakat dalam penanggulangan
bencana
c. Organisasi Sistim Komando Pengendalian Lapangan (SKPL)
MANAJEMEN KEBENCANAAN 63
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN SEKOLAH INSPEKTUR POLISI SUMBER SARJANA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI
Metode Pembelajaran
1. Metode Ceramah
Metode ini digunakan untuk menyampaikan materi tentang teknik
penanggulangan bencana dan peran Polri dalam penanganan
bencana.
MANAJEMEN KEBENCANAAN 64
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN SEKOLAH INSPEKTUR POLISI SUMBER SARJANA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI
MANAJEMEN KEBENCANAAN 65
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN SEKOLAH INSPEKTUR POLISI SUMBER SARJANA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI
Kegiatan Pembelajaran
1. Tahap awal: 10 menit
Pendidik melaksanakan apersepsi:
a. Pendidik melakukan overview (penyampaian materi kembali
secara sepintas) materi sebelumnya.
b. Pendidik menyampaikan tujuan pembelajaran.
MANAJEMEN KEBENCANAAN 66
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN SEKOLAH INSPEKTUR POLISI SUMBER SARJANA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI
Tagihan/Tugas
Peserta didik mengumpulkan laporan hasil praktik sesuai materi yang
diberikan oleh pendidik.
MANAJEMEN KEBENCANAAN 67
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN SEKOLAH INSPEKTUR POLISI SUMBER SARJANA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI
Bahan Bacaan
POKOK BAHASAN I
TEKNIK PENANGGULANGAN BENCANA
MANAJEMEN KEBENCANAAN 68
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN SEKOLAH INSPEKTUR POLISI SUMBER SARJANA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI
MANAJEMEN KEBENCANAAN 69
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN SEKOLAH INSPEKTUR POLISI SUMBER SARJANA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI
MANAJEMEN KEBENCANAAN 70
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN SEKOLAH INSPEKTUR POLISI SUMBER SARJANA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI
MANAJEMEN KEBENCANAAN 72
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN SEKOLAH INSPEKTUR POLISI SUMBER SARJANA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI
MANAJEMEN KEBENCANAAN 74
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN SEKOLAH INSPEKTUR POLISI SUMBER SARJANA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI
c. Pasca bencana
1) Tetap waspada terhadap gempa bumi susulan.
2) Ketika berada di dalam bangunan, evakuasi diri setelah
gempa bumi berhenti. Perhatikan reruntuhan maupun
benda-benda yang membahayakan pada saat evakuasi.
3) Jika berada di dalam rumah, tetap berada di bawah
meja yang kuat.
4) Periksa keberadaan api dan potensi terjadinya bencana
kebakaran.
5) Berdirilah di tempat terbuka jauh dari gedung dan
instalasi listrik dan air. Apabila di luar bangunan dengan
tebing di sekeliling, hindari daerah yang rawan longsor.
6) Jika di dalam mobil, berhentilah tetapi tetap berada di
dalam mobil. Hindari berhenti di bawah atau di atas
jembatan atau rambu-rambu lalu lintas.
Setiap terjadi bencana, kita tahu masyarakat yang menjadi
korban tidak hanya puluhan, tetapi ratusan dan bahkan
ribuan jiwa menjadi korban. Dalam kasus tsunami yang
menerjang Aceh pada Desember empat belas tahun silam,
jumlah korban bahkan mencapai ratusan ribu jiwa. Dalam
tragedi tsunami yang melanda kawasan Selat Sunda 22
Desember 2018 dilaporkan paling tidak jumlah korban
meninggal mencapai 300 jiwa lebih. Ini belum termasuk
korban yang hilang, terluka, dan berbagai bangunan yang
luluh-lantak.
Masyarakat dan wilayah yang menjadi korban bencana
MANAJEMEN KEBENCANAAN 77
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN SEKOLAH INSPEKTUR POLISI SUMBER SARJANA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI
MANAJEMEN KEBENCANAAN 78
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN SEKOLAH INSPEKTUR POLISI SUMBER SARJANA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI
MANAJEMEN KEBENCANAAN 79
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN SEKOLAH INSPEKTUR POLISI SUMBER SARJANA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI
a. Pra-Bencana
1) Dilakukan pemantauan gunung api.
2) Penyediaan peta kawasan rawan bencana gunung api,
peta zona risiko bahaya gunung api.
3) Pemantapan protap tingkat kegiatan gunung api.
4) Pembimbingan dan informasi gunung api.
MANAJEMEN KEBENCANAAN 80
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN SEKOLAH INSPEKTUR POLISI SUMBER SARJANA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI
c. Pasca Bencana
1) Kurangi terpapar dari abu vulkanik.
2) Hindari mengendarai mobil di daerah yang terkena
hujan abu vulkanik sebab bisa merusak mesin
kendaraan.
MANAJEMEN KEBENCANAAN 81
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN SEKOLAH INSPEKTUR POLISI SUMBER SARJANA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI
MANAJEMEN KEBENCANAAN 83
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN SEKOLAH INSPEKTUR POLISI SUMBER SARJANA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI
MANAJEMEN KEBENCANAAN 84
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN SEKOLAH INSPEKTUR POLISI SUMBER SARJANA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI
MANAJEMEN KEBENCANAAN 86
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN SEKOLAH INSPEKTUR POLISI SUMBER SARJANA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI
c. Pasca Bencana
1) Hindari wilayah longsor karena kondisi tanah yang labil.
2) Apabila hujan turun setelah longsor terjadi, antisipasi
longsor susulan.
3) Jauhi daerah longsoran.
Walaupun tanah longsor sudah selesai, bukan tidak
mungkin jika longsoran kedua dan ketiga tidak akan
terjadi. Karena itu, jauhi daerah longsoran dan tetap
berada di tempat pengungsian.
4) Jauhi kabel yang terputus atau menggantung
Kabel yang terputus atau menggantung masih
mengandung arus listrik yang aktif yang bisa
mencelakakan.
5) Tindakan pasca longsor
a) Relokasi
Prinsip-prinsip relokasi pengungsi adalah
MANAJEMEN KEBENCANAAN 88
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN SEKOLAH INSPEKTUR POLISI SUMBER SARJANA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI
MANAJEMEN KEBENCANAAN 89
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN SEKOLAH INSPEKTUR POLISI SUMBER SARJANA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI
c) Rekonstruksi
Penguatan bangunan-bangunan infrastruktur di
daerah rawan longsor tidak menjadi pertimbangan
utama untuk mitigasi kerusakan yang disebabkan
oleh tanah longsor, karena kerentanan untuk
bangunan-bangunan yang dibangun pada jalur
tanah longsor hampir 100%.
Ada beberapa tindakan perlindungan dan
perbaikan yang bisa ditambah untuk tempat-
tempat hunian, antara lain:
(1) Perbaikan drainase tanah (menambah
materi-materi yang bisa menyerap).
(2) Modifikasi lereng (pengurangan sudut lereng
sebelum pem-bangunan).
(3) Vegetasi kembali lereng-lereng.
(4) Beton-beton yang menahan tembok mungkin
bisa menstabilkan lokasi hunian.
MANAJEMEN KEBENCANAAN 90
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN SEKOLAH INSPEKTUR POLISI SUMBER SARJANA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI
MANAJEMEN KEBENCANAAN 92
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN SEKOLAH INSPEKTUR POLISI SUMBER SARJANA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI
5) Pasca Bencana
Proses tata laksana pasca terjadi bencana diatur
serta dilaksanakan oleh KNKT.
c. Teknik Penanggulangan Bencana Kecelakaan
Transportasi Udara
pesawat.
d) D check
Pemeriksaan ini merupakan yang paling luas dan
paling berat bagi sebuah pesawat. Pemeriksaan
ini dilakukan kira-kira setiap enam tahun.
Pemeriksaan ini membuat hampir semua bagian
pesawat dibongkr untuk inspeksi dan diteliti.
Bahkan cat harus benar-benar dikelupas untuk
inspeksi lebih lanjut pada bagian dinding lambung.
Pemeriksaan ini membutuhkan hingga 50000 jam
kerja dan 2 bulan untuk selesai, tergantung jenis
pesawat dan jumlah personil yang terlibat.
Pemeriksaan ini juga membutuhkan tempat yang
paling luas sehingga harus dilakukan di basis
perawatan yang tepat. Sulitnya persyaratan dan
besarnya usaha yang dibutuhkan membuat
pemeriksaan ini menjadi yang paling mahal,
dengan biaya penyelenggaraan sekali D check
menghabiskan dana hingga puluhan miliar rupiah.
Karena kondisi dan biaya pemeriksaan ini,
sebagian besar maskapai terutama yang memiliki
armada besar harus merencanakan D check bagi
pesawatnya setahun sebelumnya. Sering kali
pesawat yang lebih tua pada beberapa maskapai
tertentu akan disimpan atau dibesituakan sebelum
mencapai D check berikutnya, karena besarnya
biaya bila dibandingkan dengan nilai pesawat.
Rata-rata, sebuah pesawat komersial akan
menjalani tiga D check sebelum dimusnahkan.
Banyak bengkel perawatan, perbaikan, dan
pembongkaran menyatakan sulit memperoleh D
check yang menguntungkan di beberapa negara
tertentu, sehingga hanya sedikit bengkel yang bisa
melakukannya.
Karena waktu yang dibutuhkan untuk
pemeriksaan, banyak maskapai menggunakan
kesempatan pemeriksaan ini untuk juga
melakukan modifikasi kabin yang cukup besar di
pesawat, yang juga membutuhkan waktu banyak
sebelum boleh diterbangkan. Hal ini juga meliputi
penggantian kursi, sistem hiburan, dan karpet.
2) Saat terjadi bencana
a) Pertama, dengarkan baik-baik petunjuk
keselamatan yang diperagakan awak pesawat dan
ingat untuk membaca kartu keselamatan. Poin ini
MANAJEMEN KEBENCANAAN 110
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN SEKOLAH INSPEKTUR POLISI SUMBER SARJANA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI
a. Pra Bencana
Secara lebih rinci upaya pengurangan bencananya antara
lain:
1) Menyiapkan masyarakat secara luas termasuk aparat
pemerintah khususnya di jajaran kesehatan dan lintas
sektor terkait untuk memahami risiko bila wabah terjadi
serta bagaimana cara-cara menghadapinya bila suatu
wabah terjadi melalui kegiatan sosialisasi yang
berkesinambungan.
2) Menyiapkan produk hukum yang memadai untuk
6) Flu burung
Flu burung disebabkan oleh virus influenza tipe A
(Varian H5N1). Laporan di Indonesia terjadi pertama
kali pada Agustus 2003. Jalur transmisi melalui unggas
ke unggas, unggas ke manusia, maupun melalui udara
yang tercemar virus H5N1. Untuk mengatasi dampak
akibat flu burung, Departemen Kesehatan Indonesia
telah mengambil beberapa tindakan mulai dari
investigasi para pekerja, penjual dan penjamah produk
ayam pada beberapa daerah di Indonesia hingga
meningkatkan upaya penyuluhan kesehatan
masyarakat agar tetap waspada dan tidak panik.
7) SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome)
Kasus ini pada awalnya berasal dari Guangdong pada
November 2002, April 2003, diketahui penyebabnya
adalah corona virus. Berbagai upaya telah dilakukan
oleh Departemen Kesehatan saat itu dengan
mengupayakan public awareness, pemantauan kasus
secara epidemiologi berdasarkan informasi masyarakat,
menyiapkan rumah sakit baik sarana maupun
prasarana, serta meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan petugas. Di Indonesia, sejak 17 Maret –
10 April 2003, 24 orang dicurigai mengidap penyakit
SARS. Dari jumlah tersebut, satu orang dinyatakan
kasus, delapan orang dalam tahap observasi, dan
sisanya dinyatakan negatif.
8) Spanish flu
Pandemi ini terjadi pada tahun 1918 – 1920, asal
terjadinya pandemi ini tidak diketahui, namun menurut
catatan sejarah, virus H1N1 sebagai penyebabnya
masuk ke Indonesia pertama kali dibawa oleh seorang
penumpang kapal dari Malaysia dan Singapura dan
menyebar lewat Sumatera Utara.
Di Indonesia sendiri, diperkirakan angka kematian
mencapai 1,5 juta kasus. Namun, dengan adanya
perhitungan yang baru, diperkirakan terdapat
peningkatan angka kasus kematian menjadi 4,26 – 4,37
juta hanya di pulau Jawa. Kurangnya sarana dan
prasarana kesehatan, serta fokus yang terpecah
terhadap penyakit lainnya juga menjadi masalah pada
saat itu.
9) Flu babi (swine flu)
Terjadi pada tahun 2009, flu babi ditemukan pertama
kali di Amerika Serikat dan disebabkan oleh virus
influenza H1N1 jenis baru. Sehingga hal ini membuat
segala arah.
b) Jauhi juga tempat-tempat yang dapat terbakar
dengan mudah seperti bangunan yang didominasi
oleh material kayu.
6) Jangan Melawan
a) Tanpa bisa kita pungkiri, saat kerusuhan sedang
terjadi, tingkat amarah seseorang terkadang dapat
membuat mereka bertindak tidak sewajarnya.
b) Jika keadaan sudah semakin parah, kamu
tergiring ke dalam kumpulan masa yang ditahan
oleh pihak polisi, jangan melawan.
c) Tingkah yang agresif tidak akan berujung baik
apabila dilawan dengan amarah.
7) Tetap Tenang
a) Membalas perlakuan seseorang yang sedang
ricuh dengan amarah tidak akan menyelesaikan
masalah karena akan memancing lebih banyak
emosi.
b) Tarik napas dan cobalah untuk tenang.
c) Ikuti jalur masa ketika gerombolan memang sudah
tidak bisa ditembus lagi, dan setelah melihat celah
untuk kamu berjalan keluar dari kerumunan,
lakukanlah dengan segera.
8) Ketika kerusuhan aksi demo terjadi dan tidak sengaja
terjebak di tengah-tengah keramaian tersebut, cari
tempat aman dan tutupi kepala sampai leher dengan
keadaan tertelungkup. Dengan begini dapat melindungi
wajah dan bagian depan leher yang sangat akan fatal
bila terluka.
9) Jika terbawa arus masa, buat sedikit ruang di antara diri
sendiri dengan menggenggam pergelangan tangan dan
bentangkan sikut ke arah samping. Ini akan
memberikan sedikit ruang untuk bernapas.
10) Ketika tidak sengaja terdorong massa dan terjatuh,
bungkukkan badan dan bergulinglah ke arah yang
aman. Tutupi bagian kepala sampai leher sambil
berjongkok sampai masa selesai lewat. Ingat, jangan
melawan.
11) Ketika tindakan penembakan sudah terdengar,
berlututlah dan letakkan kedua tangan dibelakang
kepala seakan-akan sudah menyerah. Apabila keadaan
semakin parah, jatuhkan badanmu dengan keadaan
tertelungkup dan tutupi kepala sampai leher
MANAJEMEN KEBENCANAAN 120
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN SEKOLAH INSPEKTUR POLISI SUMBER SARJANA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI
c. Pasca Bencana
Adapun strategi yang digunakan dalam penanggulangan
disintegrasi bangsa antara lain :
1) Menanamkan nilai-nilai Pancasila, jiwa sebangsa dan
setanah air dan rasa persaudaraan, agar tercipta
kekuatan dan kebersamaan di kalangan rakyat
Indonesia.
2) Menghilangkan kesempatan untuk berkembangnya
primodialisme sempit pada setiap kebijaksanaan dan
kegiatan, agar tidak terjadi KKN.
3) Meningkatkan ketahanan rakyat dalam menghadapi
usaha-usaha pemecahbelahan dari anasir luar dan kaki
tangannya.
4) Penyebaran dan pemasyarakatan wawasan
kebangsaan dan implementasi butir-butir Pancasila,
dalam rangka melestarikan dan menanamkan kesetiaan
kepada ideologi bangsa.
5) Menumpas setiap gerakan separatis secara tegas dan
tidak kenal kompromi.
6) Membentuk satuan sukarela yang terdiri dari unsur
masyarakat, TNI dan Polri dalam memerangi separatis.
7) Melarang, dengan melengkapi dasar dan aturan hukum
setiap usaha untuk menggunakan kekuatan massa.
Untuk mendukung terciptanya keberhasilan suatu
kebijaksanaan dan strategi pertahanan disarankan :
1) Penyelesaian konflik vertikal yang bernuansa
separatisme bersenjata harus diselesaikan dengan
MANAJEMEN KEBENCANAAN 121
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN SEKOLAH INSPEKTUR POLISI SUMBER SARJANA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI
POKOK BAHASAN II
PERAN POLRI DALAM PENANGANAN BENCANA
Rangkuman
1. Banjir merupakan peristiwa ketika air menggenangi suatu wilayah
yang biasanya tidak digenangi air dalam jangka waktu tertentu.
Banjir biasanya terjadi karena curah hujan turun terus menerus dan
mengakibatkan meluapnya air sungai, danau, laut atau drainase
karena jumlah air yang melebihi daya tampung media penopang air
dari curah hujan tadi.
2. Gempa bumi adalah peristiwa berguncangnya bumi yang
disebabkan oleh tumbukan antar lempeng bumi, aktivitas sesar
(patahan), aktivitas gunung api, atau runtuhan batuan. Jenis
bencana ini bersifat merusak, dapat terjadi setiap saat dan
berlangsung dalam waktu singkat. Gempa bumi dapat
menghancurkan bangunan, jalan, jembatan, dan sebagainya dalam
sekejap.
3. Mitigasi bencana letusan gunung api adalah “proses pencegahan
bencana letusan gunung api atau pengurangan dampak bahaya
letusan gunung api” untuk meminimalkan:
a. Jatuhnya korban jiwa
b. Kerugian harta benda
c. Rusaknya lingkungan dan Terganggunya roda perekonomian
masyarakat.
d. Mitigasi Bencana Gunung api
4. Tsunami terdiri dari rangkaian gelombang laut yang mampu
menjalar dengan kecepatan mencapai lebih dari 900 km/jam
atau lebih di tengah laut. Jenis bencana ini disebabkan oleh
beberapa faktor, antara lain gempa bumi yang terjadi di dasar laut,
runtuhan di dasar laut, atau karena letusan gunung api di laut. Saat
mencapai pantai yang dangkal, teluk, atau muara sungai, kecepatan
gelombang tsunami akan menurun, namun ketinggian gelombang
akan meningkat puluhan meter dan bersifat merusak
5. Bencana tanah longsor seringkali dipicu karena kombinasi dari
curah hujan yang tinggi, lereng terjal, tanah yang kurang padat serta
tebal, terjadinya pengikisan, berkurangnya tutupan vegetasi, dan
getaran. Bencana longsor biasanya terjadi begitu cepat sehingga
menyebabkan terbatasnya waktu untuk melakukan evakuasi
mandiri. Material longsor menimbun apa saja yang berada di jalur
longsoran.
6. Kebakaran hutan adalah peristiwa dimana wilayah yang terdapat
banyak pohon, semak, paku-pakuan, dan rumput mengalami
perubahan bentuk yang disebabkan pembakaran yang besar-
besaran. Kebakaran hutan menyebabkan hutan dilanda api
sehingga membuat hutan lenyap dimakan api. Dampak yang
MANAJEMEN KEBENCANAAN 133
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN SEKOLAH INSPEKTUR POLISI SUMBER SARJANA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI
Latihan