Anda di halaman 1dari 12

Jurnal Teknik Pengairan: Journal of Water Resources Engineering, 2022, 13(1) pp.

63-74
____________________________________________________________________________________

Implementasi 6D Building Information Modelling (BIM) pada


Saluran Pengelak Bendungan Margatiga dengan Aplikasi
Civil 3D dan HEC-RAS 2D
Implementation 6D of Building Information Modelling (BIM) on the Diversion
Channel of Margatiga Dam with Software Civil 3D and HEC-RAS 2D

Muhammad Fahmi Fawji1*), Evi Nur Cahya1, Very Dermawan1


1
Departemen Teknik Pengairan, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya, Malang 65145, Indonesia

Article info: Abstrak


Kata kunci: Building information modelling (BIM) mulai diterapkan dalam
building information modelling; BIM; kegiatan kontruksi di Indonesia, salah satunya pada pekerjaan
Civil 3D; HEC-RAS; saluran pengelak saluran pengelak di Bendungan Margatiga. Penelitian ini bertujuan
untuk mendeskripsikan contoh penerapan BIM pada kontruksi
Keywords:
saluran pengelak bendungan yang menerapkan tingkatan BIM pada
building information modelling; BIM; level 3D BIM berupa pemodelan tiga dimensi menggunakan Civil
Civil 3D; diversion channel; HEC-RAS 3D dan 6D untuk menganalisa dampak pada lokasi kontruksi saluran
pengelak bendungan berupa aliran banjir dengan aplikasi HEC-RAS.
Dari perhitungan Q10 sebesar 789,10 m3/s menghasilkan model 3D
Article history:
Received: 17-09-2021 BIM pada Civil 3D dengan lebar saluran 31 meter, tinggi 5 meter,
Accepted: 18-04-2022 serta kemiringan talud 2. Hal tersebut dapat menahan aliran banjir
Q10 dan Q25 di Sungai Way Sekampung. Pada saluran pengelak
terjadi aliran subkritis dengan kecepatan tertinggi 2,01 m/s dan dapat
Koresponden email:
fahmifawji2@gmail.com mereduksi banjir sebesar 22% untuk Q10 dan 21% untuk Q25. Hasil
model 3D BIM tersebut selanjutnya diekstrak, kuantitas volume
pekerjaannya melalui Civil 3D sebesar 148.994 m3 untuk pekerjaan
galian tanah dan untuk 11.259 m3 untuk timbunan tanah.
Abstract
Building Information Modelling (BIM) has begun to be applied in
construction activities in Indonesia, one of which is the evasion
channel work at the Margatiga Dam. This study aims to describe the
BIM application to the diversion channel. In this study, Civil 3D and
6D were used to analyze the impact of floods running with HEC-
RAS on the construction site of the dam evasion channel. The Q10
calculation of 789.10 m3/s, produces a 3D BIM model with a channel
width of 31 meters, a height of 5 meters, and a slope of 2. It can
withstand Q10, and Q25 flood flows in the Way Sekampung River.
There is a subcritical flow in the diversion channel with the highest
speed of 2.01 m/s, which can reduce flooding by 22% for Q10 and
21% for Q25. The results of the 3D BIM model are then extracted;
the quantity of the work volume through Civil 3D is 148,994 m 3 for
earth excavation work and 11,259 m3 for soil embankment.

Kutipan: Fawji, M. F., Cahya, E. N., Dermawan, V. (2022). Implementasi 6D Building Information Modelling (BIM) pada
Saluran Pengelak Bendungan Margatiga dengan Aplikasi Civil 3D dan HEC-RAS 2D. Jurnal Teknik Pengairan: Journal
of Water Resources Engineering, 13(1), 63-74. https://doi.org/10.21776/ub.pengairan.2022.013.01.06
64

Fawji, Cahya, Dermawan: Building Information Modelling Pada Saluran Pengelak Bendungan Margatiga

1. Pendahuluan
Seiring dengan berjalannya waktu teknologi semakin maju, revolusi industri 4.0 membuat
semuanya berubah. Penanganan serba manual mulai ditinggalkan dimulai dengan komputerisasi
sampai dengan kecerdasan buatan telah merubah tatanan hidup semua orang, perkembangan
teknologi dibidang kontruksi ikut berevolusi dengan lahirnya Building Information Modelling
(BIM).
Pekerjaan konstruksi berkembang menjadi lebih kompleks dan penanganan manajemen
pengerjaannya sudah semakin rumit, salah satu alasannya karena sulitnya komunikasi antar satu
insinyur dengan insinyur lainnya. Maka lahirlah Building Information Modelling (BIM) sebagai
jawaban atas tantangan kontruksi pada zaman sekarang, kolaborasi antar kepentingan dalam sebuah
pekerjaan kontruksi dapat dimasukkan kedalam BIM seperti arsitek, sipil, mekanikal, serta
stakeholder dapat bergabung didalam platform ini. Melalui teknologi BIM dapat meningkatkan
efisiensi desain proyek, mendorong alur kerja desain terintegrasi, dan mengurangi kesalahan dalam
proses desain, sehingga kolaborasi dapat terjalin sangat baik sehingga jalannya kontruksi dapat
dilaksanakan dengan lancar.
Indonesia melalui Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat mulai menerapkan
teknologi BIM dengan mewajibkan pekerjaan kontruksi melalui Peraturan Menteri PUPR No. 22
Tahun 2018 (Indonesia 2018) dan sesuai dengan UU. No.2 Tahun 2017 tentang jasa konstruksi pasal
5 ayat (5) bahwa “Pemerintah pusat memiliki kewenangan mengembangkan standar material dan
peralatan konstruksi serta inovasi teknologi konstruksi” (Indonesia 2017), dengan penerapan ini
diharapkan dapat memudahkan serta meminimalisir kesalahan dalam pengerjaan konstruksi serta
memudahkan perubahan desain, selain itu pekerjaan konstruksi bendungan juga diwajibkan
menggunakan teknologi ini.
Penelitian lain menunjukan bahwa penerapan BIM pada kegiatan konstruksi dapat mempermudah
koordinasi, mengefisienkan waktu, serta mampu mendeteksi kendala pada pekerjaan sehingga
menyisihkan pekerjaan tambahan (Berlian et al. 2016). BIM juga dapat mengurangi biaya akhir
pekerjaan konstruksi, mencegah adanya keterlambatan waktu, serta meningkatkan siklus hidup aset
melalui peningkatan aspek keberlanjutan ekonomi, lingkungan dan sosial (Zhabrinna et al. 2018).
Building Information Modelling (BIM) juga dapat mensimulasikan konsumsi energi,
mensimulasikan visual, serta menentukan kebutuhan biaya (Zhang et al. 2013). Bendungan sebagai
Proyek Strategis Nasional mulai menerapkan teknologi BIM dalam pengerjaan pembangunannya,
dari penelitian Sari bahwa penerapan BIM dimungkinkan untuk diterapkan pada proyek bendungan
di Indonesia (Sari, Wahyuningrum, and Kresnanto 2020).
Berbagai aspek pekerjaan konstruksi bendungan, saluran pengelak merupakan salah satu
pekerjaan dengan porsi yang penting dalam kegiatan kontruksi bendungan. Pada perencanaan saluran
pengelak secara konvensional membuat potongan melintang dan memanjangnya dengan cara manual
pada computer aided design (CAD) dan untuk menghitung volume dengan cara antar pias, hal
tersebut tentunya sangat rumit dilaksanakan dengan waktu yang cukup lama. Apalagi terjadi
perubahan desain dikarenakan faktor keadaan dilapangan yang cukup sulit dalam menghadapi
perubahan, hal tersebut menambah nilai minus untuk metode konvensional pada pekerjaan tanah
sebuah bendungan.
Kurangnya artikel jurnal internasional menggambarkan bahwa kajian Building Information
Modelling di Indonesia belum matang dalam implementasinya (Telaga 2018), pendidikan sebagai
faktor utama kurangnya pemahaman BIM di Indonesia, perlu adanya adopsi BIM pada kurikulum
saat ini (Agirachman et al. 2018). Oleh sebab itu penelitian Implementasi 6D Building Information
Modelling (BIM) pada saluran pengelak Bendungan Margatiga dengan aplikasi Civil 3D Dan HEC-
RAS 2D ini bertujuan sebagai contoh penerapan Building Information Modelling di Indonesia
terutama pada bidang sumber daya air. Lingkup kajian pada penelitian ini berupa pemodelan 3D
Building Information Modelling saluran pengelak menggunakan aplikasi Autodesk Civil 3D
selanjutnya dikaji dampak serta energi yang dihasilkan dari saluran pengelak menggunakan HEC-
RAS 2D sehingga didapatkan aliran banjir pada kala ulang yang telah ditetapkan sebagai acuan
keberlanjutaan model Building Information Modelling pada level 6D.
65

Fawji, Cahya, Dermawan: Building Information Modelling Pada Saluran Pengelak Bendungan Margatiga

2. Bahan dan Metode

2.1. Bahan

2.1.1. Lokasi Studi


Lokasi studi ini terletak di Kecamatan Margatiga Kabupaten Lampung Timur. Secara geografis
Kabupaten Lampung Timur terletak diantara pada posisi 4o 37’–5o 37’ Lintang Selatan dan 105o 15’–
106o 20’ Bujur Timur dengan luas wilayah 5.325,03 km2. Kabupaten Lampung Timur juga dialiri
Sungai Way Sekampung, seperti pada Gambar 1 letak bendungan ini berada ditengah antara dua
dusun yang disebelah kanan merupakan Dusun Negeri Jemanten dan dikiri merupakan Dusun Mekar
Mulya.
Sungai Way Sekampung dimanfaatkan warga untuk bahan baku air, pertanian serta industri,
ketika intensitas curah hujan cukup tinggi sering terjadinya genangan air pada daerah-daerah tertentu.
Bendungan Margatiga merupakan salah satu bendungan yang membendung aliran Sungai Way
Sekampung, bendungan ini bertipe bendungan urugan dengan spillway berada di tengah. Bendungan
ini diharapkan akan meningkatkan indeks pertanaman hingga 250 persen, pereduksi banjir dihilir
bendungan, sumber air baku, pusat konservasi air, serta tempat pariwisata baru di Kabupaten
Lampung Timur. Kegiatan kontruksi Bendungan Margatiga ini merupakan salah satu Proyek
Strategis Nasional.

Gambar 1. Lokasi rencana kontruksi Bendungan Margatiga

2.1.2. Data penelitian


Berikut ini merupakan data-data yang diperlukan:
1. Data debit banjir Sungai Way Sekampung.
2. Peta topografi Bendungan Margatiga.
3. Detail tata letak Bendungan Margatiga.
66

Fawji, Cahya, Dermawan: Building Information Modelling Pada Saluran Pengelak Bendungan Margatiga

Gambar 2. Denah rencana kontruksi Bendungan Margatiga

2.2. Metode
Pemerintah mulai mewajibkan penggunaan Building Information Modelling sebagai inovasi
teknologi konstruksi. Kompleksnya pekerjaan pada pembangunan konstruksi bendungan membuat
penanganan manajemen pengerjaannya, salah satu hal terpenting dalam pembangunan bendungan
urugan adalah mengalihkan aliran sungai (Sosrodarsono and Takeda 2016). Terdapat beberapa cara
dalam mengalihkan aliran sungai, hal tersebut harus menyesuaikan keadaaan tempat calon
bendungan. Namun terdapat beberapa cara yang lazim digunakan pada pembangunan bendungan
urugan salah satunya saluran pengelak, aliran sungai eksisting dialihkan ke saluran terbuka dengan
debit perencanaan merupakan periode perulangan antara 10 tahun sampai 20 tahun.
Building Information Modelling berimplikasi memberi perubahan, mendorong pertukaran model
3D antara disiplin ilmu yang berbeda, sehingga proses pertukaran informasi menjadi lebih cepat dan
berpengaruh terhadap pelaksanaan konstruksi (Estman et al. 2011). Tidak hanya sebatas model 3D,
dengan menggunakan BIM juga dapat diperoleh 4D, 5D, 6D dan bahkan sampai 7D. Dimana 3D
berbasis obyek pemodelan parametric, 4D adalah urutan dan penjadwalan material, pekerja, luasan
area, waktu, dan lain-lain, 5D merupakan estimasi biaya dan part lists-nya, 6D mempertimbangkan
dampak lingkungan termasuk analisis energi dan deteksi konflik, serta 7D untuk fasilitas manajemen
(MacCool and Hardin 2015).
Dimensi Building Information Modelling pada penelitian ini adalah perpaduan antara model 3D
BIM yang dikaji dampak energi dengan model 6D BIM, penggunaan tersebut agar hasil dari model
Building Information Modelling yang dibuat dapat menghasilkan model kontruksi yang
berkelanjutan.
BIM 3D adalah Model 3D bangunan yang sudah berisi parameter informasi, komponen yang lebih
detail dan bisa diintegrasikan ke berbagai platform serta dapat ditingkatkan ke dimensi selanjutnya
(Estman et al. 2011). 3D Building Information Modelling pada penelitian ini adalah pemodelan
saluran pengelak menggunakan aplikasi Autodesk Civil 3D 2022, saluran pengelak dimodelkan
dengan bentuk 3D yang selanjutnya hasil model tersebut diekstrak dengan hasil berupa digital
elevation model (DEM).
67

Fawji, Cahya, Dermawan: Building Information Modelling Pada Saluran Pengelak Bendungan Margatiga

BIM 6D merupakan analisis energi pada suatu konstruksi, tujuannya adalah untuk mengetahui
berapa besar rencana penggunaan energi suatu bangunan melalui model digital. 6D Building
Information Modelling pada penelitian ini adalah analisa dampak aliran dari adanya bangunan
saluran pengelak menggunakan aplikasi HEC-RAS 2D, model 3D saluran pengelak yang telah dibuat
dipadukan dengan aplikasi HEC-RAS 2D untuk mendapatkan luasan banjir, kecepatan aliran banjir,
serta reduksi debit banjir dari adanya saluran pengelak yang dibuat pada Sungai Way Sekampung.

2.3. Pemodelan 3D BIM Saluran Pengelak Pada Autodesk Civil 3D


Autodesk Civil 3D merupakan versi terbaru pengembangan AutoCAD Land Desktop, dimana di
dalam software Autodesk Civil 3D sudah menggunakan konsep Dynamic Modelling (Davenport and
Voiculescu 2015). Yaitu suatu konsep integrasi proses desain, ketika melakukan perubahan desain
maka secara otomatis akan memperbaharui ke seluruh proses desain yang berkaitan. Autodesk Civil
3D pada teknologi BIM digunakan untuk membuat pemodelan 3 dimensi pekerjaan tanah atau
pekerjaan yang linear. Sebagai contoh memodelkan saluran irigasi, bendungan, revetment, jalan dan
lain-lain. Melalui Civil 3D dapat menghitung secara cepat dan akurat kebutuhan volume pekerjaan.
Dasar model 3 dimensi pada Autodesk Civil 3D dimulai dengan merubah topografi eksisting
menjadi permukaan jaringan tak beraturan triangulasi dengan setiap bidang segitiga berbagi satu sisi
dengan yang permukaan lain yang kontinyu. Dalam Civil 3D ketika merubah suatu parameter model
maka secara otomatis tergambarkan pada objek terkait pada keseluruhan perencanaan tanpa perlu
mengedit satu persatu kembali. Desain kontruksi membutuhkan desain tipikal, dalam Autodesk Civil
3D tipikal dibuat dari subassemblies seperti tipikal saluran pengelak dan daylight berupa galian atau
timbunan menyesuaikan surface, subassemblies perlu dipadukan menjadi satu berupa assemblies.
Penggabungan geometri horizontal, geometri vertikal profil, dan geometri penampang dari suatu
assembly menghasilkan model tiga dimensi yang disebut dengan corridor. Model desain tersebut
dapat digabungkan dengan surface dasar sehingga didapatkan model tiga dimensi saluran pengelak
yang telah digabung dengan topografi eksisting yang selanjutnya dapat analisa pada proses lanjutan
pada dimensi BIM.

2.4. Pemodelan 6D BIM Saluran Pengelak Pada HEC-RAS 2D


6D BIM dalam penelitian ini merupakan analisa energi aliran banjir banjir kala ulang tertentu
akibat efek adanya saluran pengelak menggunakan aplikasi HEC-RAS 6.0, dalam versi ini terdapat
fitur untuk memodelkan hidrodinamika simulasi aliran dengan 2 dimensi. Kemampuan pemodelan
2D HEC-RAS menggunakan simulasi 2 dimensi dalam arah X dan Y melalui metode diffusion wave
dan rumus Saint Venant (Brunner 2016). Pada simulasi 2 dimensi kecepatan aliran dan kedalaman
air dapat bervariasi di seluruh lebar saluran, hasil model aliran 2 dimensi lebih detail meliputi
kedalaman aliran dan variasi kecepatannya (Sutapa 2020).
Hasil pemodelan 3D BIM saluran pengelak kemudian diekstrak pada Ras Mapper di aplikasi
HEC-RAS, kemudian disimulasikan aliran debit Q10 dan Q25 pada saluran pengelak. Simulasi
tersebut menghasilkan simulasi banjir sebelum dan sesudah adanya kontruksi saluran pengelak
sehingga dampak kontruksi tersebut dapat dianalisa sebelum pembangunannya, simulasi ini
menghasilkan luasan banjir, kecepatan aliran pada saluran, nilai froude pada saluran pengelak akibat
aliran banjir, dan reduksi banjir dari saluran pengelak. Hasil simulasi tersebut disatukan menjadi
sebuah keputusan dari dampak adanya saluran pengelak serta penanganan keamanan tempat rencana
kontruksi dari aliran sungai.

2.5. Volume pekerjaan dan perubahan dinamis pada Building Information Modelling
Menurut penelitian dari Rosida pemodelan tiga dimensi dengan menggunakan AutoCad Civil 3D
mendekati keadaan asli di lapangan (Rosida et al. 2013),volume pekerjaan dalam model Building
Information Modelling dapat diesktrak dengan mudah karena model sudah berbasis 3 dimensi, dalam
Autocad Civil 3D menggunakan perintah Quantity take off dapat mengeluarkan volume seperti galian
atau timbunan dengan otomatis, dibandingkan dengan metode konvensional yang perlu menghitung
area dan jarak antar pias untuk menghitung volume desain. Perhitungan volume terikat dengan
parameter pada geometri model, sehingga apabila terjadi perubahan geometri dapat secara langsung
menghitung volume desain tersebut secara cepat.
68

Fawji, Cahya, Dermawan: Building Information Modelling Pada Saluran Pengelak Bendungan Margatiga

Ketika terjadi perubahan geometri pada model Building Information Modelling, perubahan
tersebut terikat satu sama lain tanpa kita perlu merubah secara manual antar sesi konstruksi.
Perubahan tersebut terikat antar ruas meringankan beban kerja ketika perubahan desain konstruksi
mengikuti kondisi yang ada, ketika aliran debit banjir sungai tidak dapat ditampung pada geometri
saluran rencana kita hanya perlu merubah parameter model lalu memulai kembali simulasi tersebut
secara berulang sehingga didapatkan geometri saluran pengelak terbaik.

3. Hasil dan Pembahasan


Periode perulangan yang digunakan untuk debit perencanaan saluran pengelak pada bendungan
biasanya antara 10 sampai 20 tahun (Sosrodarsono and Takeda 2016), dalam penelitian ini
menggunakan debit banjir kala ulang 10 tahun sebagai dasar desain saluran pengelak dengan tinggi
jagaan dapat menahan aliran debit banjir kala ulang 25 tahun, pemodelan saluran pengelak pada
penelitian ini berbasis berkelanjutan Building Information Modelling melalui aplikasi Civil 3D serta
HEC-RAS.

3.1. 3D BIM pada Autodesk Civil 3D


Model dimensi saluran pengelak didasarkan pada debit Q10 = 789,10 m3/s, dari hasil perhitungan
menggunakan rumus Manning didapatkan lebar = 31 meter, tinggi = 4 meter, kemiringan talut = 2,
dengan kemiringan dasar saluran = 0,0037.

Daylight bench
Layout mode
Layout mode

Gambar 3. Detail Model Assembly

Pada Autodesk Civil 3D dasar geometri perencanaan berupa assembly, model geometri pada
Gambar 3 merupakan penggabungan objek perakitan serta mengelola kumpulan subassemblies yang
digunakan untuk membentuk struktur dasar model koridor. Pada penelitian ini pada awalnya dicoba
menggunakan lebar saluran 25 meter namun karena hasil simulasi aliran banjir pada aplikasi HEC-
RAS yang menunjukan aliran banjir meluap ke area pekerjaan pada kondisi Q25, maka lebar saluran
dicoba dengan lebar 31 meter dengan hasil baik dengan tidak meluapnya aliran banjir ke area
pekerjaan, perubahan tersebut hanya membutuhkan perubahan pada parameter lebar dasar pada
Gambar 3.

(a) Corridor b) Surface


Gambar 4. Grafik Assemblies saluran pengelak

Assemblies yang telah dibuat selanjutnya digabungkan menjadi sebuah corridor dengan
mengikuti elevasi dari alignment yang telah ada, selanjutnya corridor tersebut perlu dirubah menjadi
sebuah surface, proses tersebut dapat dilihat pada Gambar 4. Selanjutnya menggabungkan antara
surface saluran pengelak rencana dengan surface topografi eksisting. Hasil pemodelan 3D BIM
69

Fawji, Cahya, Dermawan: Building Information Modelling Pada Saluran Pengelak Bendungan Margatiga

pada Civil 3D dapat terlihat pada Gambar 5, model tersebut digabungkan dengan kondisi surface
topografi eksisting yang selanjutnya dianalisa menggunakan HEC-RAS.

Gambar 5. Model 3D corridor dan surface saluran pengelak

3.2. Analisa 6D BIM Pada HEC-RAS 2D


Hasil pemodelan 3D BIM pada Civil 3D kemudian dikoneksikan dengan aplikasi HEC-RAS
untuk menganalisa dampak yang diakibatkan dari adanya rencana saluran pengelak pada lokasi
kontruksi Bendungan Margatiga, sehingga model saluran pengelak yang telah dibuat dapat
mengamankan lokasi dari aliran banjir Sungai Way Sekampung selama kegiatan konstruksi
berlangsung. Model dasar pada HEC-RAS dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Hasil penggabungan model saluran pengelak dengan surface


70

Fawji, Cahya, Dermawan: Building Information Modelling Pada Saluran Pengelak Bendungan Margatiga

Gambar 7. Dampak luasan banjir saluran pengelak pada Q25

Terlihat pada Gambar 7 pengelakan aliran debit banjir Q25 saluran pengelak Bendungan
Margatiga, berdampak menggenangi 3 kecamatan dengan luasan banjir 14,26 km2. Melalui overlay
hasil pengamatan citra satelit genangan aliran tersebut tidak berdampak pada area permukiman
warga. Namun sebagian besar genangan tersebut menggenangi area ladang pertanian di Kecamatan
Margatiga serta Kecamatan Sekampung, karena adanya genangan akibat pengelakan aliran banjir
pada ladang pertanian maka pemangku kebijakan perlu berkoordinasi dengan pemilik lahan yang
terdampak sehingga menghindari konflik ketika kegiatan berlangsung, selain itu hasil model ini bisa
menjadi acuan untuk mitigasi bencana ketika terjadinya banjir pada Q 25.

Gambar 8. Kondisi hidrolik kecepatan aliran pada saluran pengelak


71

Fawji, Cahya, Dermawan: Building Information Modelling Pada Saluran Pengelak Bendungan Margatiga

Gambar 9. Kondisi hidrolik froude aliran pada saluran pengelak

Pada Gambar 9 menjelaskan kondisi hidrolik aliran banjir kala ulang 25 tahun kondisi pada
saluran pengelak, kecepatan aliran pada saluran pengelak bervariasi dari inlet saluran sampai ke akhir
saluran hal tersebut terjadi karena proses simulasi yang digunakan berbasis 2D dengan kecepatan
aliran dan kedalaman air dapat bervariasi di seluruh lebar saluran dalam model 2D. Kecepatan
maksimum aliran pada saluran pengelak adalah 2,10 m/s yang terpusat pada saluran utama. Selain
itu dapat terlihat Gambar 9 nilai Froude pada saluran pengelak digambarkan berwarna hijau cerah
yang berarti dibawah nilai 1 (Fr 1 = warna jingga), sehingga saluran tersebut cukup aman dari
gerusan. Namun pada hilir saluran pengelak terdapat nilai Froude diatas 2, perlu adanya penelitian
lebih lanjut terhadap lokasi tersebut untuk menghindari gerusan pada saluran pengelak.

(a) Flood Routing Q10 b) Flood Routing Q25

Gambar 10. Grafik Flood Routing

Hasil plot time series flow pada HEC-RAS didapatkan debit outflow dari saluran pengelak pada
Q10 = 621,29 m3/detik sedangkan untuk Q25 = 762,31 m3/detik, selain berhasil mengalihkan aliran
Sungai Way Sekampung saluran pengelak yang direncanakan dapat mereduksi aliran banjir 213,79
m3/detik (22%) pada kala debit kala ulang 25 tahun dan 167,81 m3/detik (21%) pada kala debit kala
ulang 10 tahun.
72

Fawji, Cahya, Dermawan: Building Information Modelling Pada Saluran Pengelak Bendungan Margatiga

3.3. Volume pekerjaan dan perubahan dinamis


Metode perhitungan volume pada Autodesk Civil 3D dalam penelitian ini menggunakan metode
melintang rata-rata dengan dasar perhitungan persamaan melintang rata-rata, untuk menghitung
volume pekerjaan pada Building Information Modelling kita hanya perlu mengekstrak hasil model
tiga dimensi BIM, pada penelitian ini model tersebut diekstrak menggunakan menggunakan sample
line dari data surface yang telah dibangkitkan melalui corridor dengan hasil seperti pada Gambar 11,
selanjutnya dengan menggunakan generate volume report keseluruhan volume dapat diekstrak
secara otomatis. Total kuantitas pekerjaan pada saluran pengelak Bendungan Margatiga adalah
148.994 m3 untuk pekerjaan galian tanah, sedangkan untuk timbunan tanah 11.259 m3.

Gambar 11. Hasil Pembuatan Cross Section View

Pada Building Information Modelling setiap parameter geometri terikat satu sama lain pada
sebuah model, dalam penelitian ini berupa model saluran pengelak. Ketika perubahan elevasi hulu
dan hilir dasar saluran pada alignment atau merubah geometri saluran pada assembly, maka model
mengikuti perubahan tersebut secara otomatis. Keputusan yang akan diambil oleh pemangku
kebijakan dalam menentukan perubahan dari desain yang tersedia dengan kesesuaian dilapangan
akan diputuskan lebih cepat dan presisi, hal tersebut memberikan dampak pada percepatan
pembangunan kontruksi karena keterikatan parameter satu dengan lainnya dalam bentuk model
Building Information Modelling.

3.4. Keberlanjutan level dan dimensi Building Information Modelling


Model Building Information Modelling pada Autodesk Civil 3D dapat diekstrak menjadi data IFC
(Industry Foundation Classes), data tersebut dapat digunakan untuk penerapan Open BIM sebagai
pendekatan universal untuk desain kolaboratif, realisasi, dan operasi bangunan berdasarkan standar
terbuka dan alur kerja terbuka, pertukaran informasi proyek satu sama lain menggunakan format file
netral yang tidak eksklusif (Juan and Zheng 2014). Penerapan Building Information Modelling pada
saluran pengelak Bendungan Margatiga telah memposisikan pada level 2 BIM, pada level ini BIM
sudah dapat digunakan dalam kolaborasi antar disiplin ilmu. Saluran pengelak merupakan bagian
dari beberapa pekerjaan bendungan, pada Gambar 2 dijelaskan bahwa Bendungan Margatiga
direncanakan terdapat kontruksi spillway direncanakan terletak ditengah tubuh bendungan, maka
dengan BIM model dapat dikerjakan secara terpisah kemudian digabungkan dengan model BIM
kontruksi tubuh bendungan serta spillway dalam satu wadah yang terkonsolidasi.
Keterbukaan format yang ada dapat digunakan untuk keberlanjutan tahapan dimensi Building
Information Modelling, model data yang ada selanjutnya dapat dianalisa untuk BIM 4D dengan
menghubungkan kegiatan konstruksi dalam perencanaan model 3D bangunan untuk mensimulasikan
proses konstruksi dari waktu ke waktu (Hartmann et al. 2008). Serta BIM 5D untuk perhitungan
biaya agar memberikan kemampuan menghasilkan penghematan dan efisiensi dan mendorong biaya
untuk bangunan, infrastruktur, atau pengembangan lahan ke arah yang diinginkan (Mitchell 2012).
73

Fawji, Cahya, Dermawan: Building Information Modelling Pada Saluran Pengelak Bendungan Margatiga

4. Kesimpulan
Penerapan Building Information Modelling (BIM) telah berhasil dengan baik, dimana BIM
diaplikasikan pada saluran pengelak menggunakan program lunak Autodesk Civil 3D sebagai basis
3 dimensi pada BIM, selanjutnya dampak saluran pengelak tersebut dianalisa menggunakan program
lunak HEC-RAS sebagai kelanjutan dimensi 6D BIM. Dari hasil pemodelan Building Information
Modelling desain terbaik saluran pengelak untuk mengalihkan aliran Sungai Way Sekampung
dengan lebar saluran b = 31 m, tinggi saluran h = 5 meter, dengan kemiringan talut = 2. Dimensi
saluran pengelak tersebut dapat mengalihkan aliran debit banjir Q10 = 789,10 m3/s dan Q25 = 976,10
m3/s aliran banjir Sungai Way Sekampung, area konstruksi pekerjaan bendungan aman dari aliran
banjir, serta saluran pengelak aman dari gerusan. Keterikatan satu sama lain dalam parameter model
pada Building Information Modelling pada 3D dan 6D menghasilkan kecepatan perubahan model
karena hasil volume pekerjaan dapat mempercepat keputusan yang diambil pada pelaksanaan
konstruksi.
Sehingga dapat disimpulkan penerapan Building Information Modelling pada saluran pengelak
Bendungan Margatiga dapat mempercepat pembuatan serta perubahan model dengan dilandasi
dampak akibat kontruksi tersebut sehingga perencanaan yang berkelanjutan, selain itu hasil volume
pekerjaan dapat diperoleh dengan cepat sehingga mempercepat keputusan yang diambil pada
pelaksanaan kontruksi.

Daftar Pustaka
Agirachman, Fauzan Alfi, Ilham Fajar Putra, and Adam Angkawijaya. 2018. “Initial Study on
Building Information Modeling Adoption Urgency for Architecture Engineering and
Construction Industry in Indonesia.” MATEC Web of Conferences 147: 0–5.
Berlian, Cinthia Ayu, Randy Putranto Adhi, Arif Hidayat, and Hari Nugroho. 2016. “Perbandingan
Efisiensi Waktu, Biaya, Dan Sumber Daya Manusia Antara Metode Building Information
Modelling (BIM) Dan Konvensional (Studi Kasus : Perencanaan Gedung 20 Lantai).” Karya
Teknik Sipil 5(2): 220–29.
Brunner, G W. 2016. Davis, CA HEC-RAS 5.0 2D Modeling User’s Manual.
Davenport, Cyndy, and Ishka Voiculescu. 2015. Mastering AutoCAD Civil 3D 2016: Autodesk
Official Press.
Estman, Chuck, Paul Teicholz, Rafael Sack, and Kathleen Liston. 2011. John Wiley & Sons, Inc,
Hoboken BIM Handbook, a Guide to Building Information Modelling 2nd Ed.
Hartmann, Timo, Ju Gao, and Martin Fischer. 2008. “Areas of Application for 3D and 4D Models
on Construction Projects.” Journal of Construction Engineering and Management 134(10):
776–85.
Indonesia, Republik. 2017. “Peraturan Perundang-Undangan Nomor 2 Tahun 2017.”
Indonesia, Republik. 2018. “Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat Republik
Indonesia Nomor 22/PRT/M/2018.”
Juan, Du, and Qin Zheng. 2014. “Cloud and Open BIM-Based Building Information Interoperability
Research.” Journal of Service Science and Management 07(02): 47–56.
MacCool, Dave, and Brad Hardin. 2015. BIM and Construction Management: Proven Tools,
Methods, and Workflows. 2nd ed. John Wiley & Sons.
Mitchell, David. 2012. “5D BIM : Creating Cost Certainty and Better Buildings.” 2012 RICS Cobra
Conference.
Rosida, A., S. Kahar, and M. Awaluddin. 2013. “Perbandingan Ketelitian Perhitungan Volume
Galian Menggunakan Metode Cross Section Dan Aplikasi Lain (Studi Kasus: Bendungan
Pandanduri Lotim).” Jurnal Geodesi Undip 2(3): 81896.
Sari, Yunitta Chandra, Catur Ayu Wahyuningrum, and Nindyo Cahyo Kresnanto. 2020. “Building
Information Modeling (BIM) for Dams-Literature Review and Future Needs.” Journal of the
Civil Engineering Forum 6(1): 61.
74

Fawji, Cahya, Dermawan: Building Information Modelling Pada Saluran Pengelak Bendungan Margatiga

Sosrodarsono, Suyono;, and Kensaku Takeda. 2016. Pradnya Paramita Bendungan Type Urugan.
Sutapa, Teguh Indera Rahmawan. 2020. “Studi Perbandingan Permodelan Banjir Sunga Dolog
Dengan Simulasi 1D Dan 2D Menggunakan Software HEC-RAS.”
Telaga, Abdi Suryadinata. 2018. “A Review of BIM (Building Information Modeling)
Implementation in Indonesia Construction Industry.” IOP Conference Series: Materials
Science and Engineering 352(1).
Zhabrinna, Richard J. Davies, M. Mirza Abdillah Pratama, and Muhammad Yusuf. 2018. “BIM
Adoption towards the Sustainability of Construction Industry in Indonesia.” MATEC Web of
Conferences 195: 1–8.
Zhang, Sijie et al. 2013. “Building Information Modeling (BIM) and Safety: Automatic Safety
Checking of Construction Models and Schedules.” Automation in Construction 29: 183–95.
http://dx.doi.org/10.1016/j.autcon.2012.05.006.

Anda mungkin juga menyukai