63-74
____________________________________________________________________________________
Kutipan: Fawji, M. F., Cahya, E. N., Dermawan, V. (2022). Implementasi 6D Building Information Modelling (BIM) pada
Saluran Pengelak Bendungan Margatiga dengan Aplikasi Civil 3D dan HEC-RAS 2D. Jurnal Teknik Pengairan: Journal
of Water Resources Engineering, 13(1), 63-74. https://doi.org/10.21776/ub.pengairan.2022.013.01.06
64
Fawji, Cahya, Dermawan: Building Information Modelling Pada Saluran Pengelak Bendungan Margatiga
1. Pendahuluan
Seiring dengan berjalannya waktu teknologi semakin maju, revolusi industri 4.0 membuat
semuanya berubah. Penanganan serba manual mulai ditinggalkan dimulai dengan komputerisasi
sampai dengan kecerdasan buatan telah merubah tatanan hidup semua orang, perkembangan
teknologi dibidang kontruksi ikut berevolusi dengan lahirnya Building Information Modelling
(BIM).
Pekerjaan konstruksi berkembang menjadi lebih kompleks dan penanganan manajemen
pengerjaannya sudah semakin rumit, salah satu alasannya karena sulitnya komunikasi antar satu
insinyur dengan insinyur lainnya. Maka lahirlah Building Information Modelling (BIM) sebagai
jawaban atas tantangan kontruksi pada zaman sekarang, kolaborasi antar kepentingan dalam sebuah
pekerjaan kontruksi dapat dimasukkan kedalam BIM seperti arsitek, sipil, mekanikal, serta
stakeholder dapat bergabung didalam platform ini. Melalui teknologi BIM dapat meningkatkan
efisiensi desain proyek, mendorong alur kerja desain terintegrasi, dan mengurangi kesalahan dalam
proses desain, sehingga kolaborasi dapat terjalin sangat baik sehingga jalannya kontruksi dapat
dilaksanakan dengan lancar.
Indonesia melalui Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat mulai menerapkan
teknologi BIM dengan mewajibkan pekerjaan kontruksi melalui Peraturan Menteri PUPR No. 22
Tahun 2018 (Indonesia 2018) dan sesuai dengan UU. No.2 Tahun 2017 tentang jasa konstruksi pasal
5 ayat (5) bahwa “Pemerintah pusat memiliki kewenangan mengembangkan standar material dan
peralatan konstruksi serta inovasi teknologi konstruksi” (Indonesia 2017), dengan penerapan ini
diharapkan dapat memudahkan serta meminimalisir kesalahan dalam pengerjaan konstruksi serta
memudahkan perubahan desain, selain itu pekerjaan konstruksi bendungan juga diwajibkan
menggunakan teknologi ini.
Penelitian lain menunjukan bahwa penerapan BIM pada kegiatan konstruksi dapat mempermudah
koordinasi, mengefisienkan waktu, serta mampu mendeteksi kendala pada pekerjaan sehingga
menyisihkan pekerjaan tambahan (Berlian et al. 2016). BIM juga dapat mengurangi biaya akhir
pekerjaan konstruksi, mencegah adanya keterlambatan waktu, serta meningkatkan siklus hidup aset
melalui peningkatan aspek keberlanjutan ekonomi, lingkungan dan sosial (Zhabrinna et al. 2018).
Building Information Modelling (BIM) juga dapat mensimulasikan konsumsi energi,
mensimulasikan visual, serta menentukan kebutuhan biaya (Zhang et al. 2013). Bendungan sebagai
Proyek Strategis Nasional mulai menerapkan teknologi BIM dalam pengerjaan pembangunannya,
dari penelitian Sari bahwa penerapan BIM dimungkinkan untuk diterapkan pada proyek bendungan
di Indonesia (Sari, Wahyuningrum, and Kresnanto 2020).
Berbagai aspek pekerjaan konstruksi bendungan, saluran pengelak merupakan salah satu
pekerjaan dengan porsi yang penting dalam kegiatan kontruksi bendungan. Pada perencanaan saluran
pengelak secara konvensional membuat potongan melintang dan memanjangnya dengan cara manual
pada computer aided design (CAD) dan untuk menghitung volume dengan cara antar pias, hal
tersebut tentunya sangat rumit dilaksanakan dengan waktu yang cukup lama. Apalagi terjadi
perubahan desain dikarenakan faktor keadaan dilapangan yang cukup sulit dalam menghadapi
perubahan, hal tersebut menambah nilai minus untuk metode konvensional pada pekerjaan tanah
sebuah bendungan.
Kurangnya artikel jurnal internasional menggambarkan bahwa kajian Building Information
Modelling di Indonesia belum matang dalam implementasinya (Telaga 2018), pendidikan sebagai
faktor utama kurangnya pemahaman BIM di Indonesia, perlu adanya adopsi BIM pada kurikulum
saat ini (Agirachman et al. 2018). Oleh sebab itu penelitian Implementasi 6D Building Information
Modelling (BIM) pada saluran pengelak Bendungan Margatiga dengan aplikasi Civil 3D Dan HEC-
RAS 2D ini bertujuan sebagai contoh penerapan Building Information Modelling di Indonesia
terutama pada bidang sumber daya air. Lingkup kajian pada penelitian ini berupa pemodelan 3D
Building Information Modelling saluran pengelak menggunakan aplikasi Autodesk Civil 3D
selanjutnya dikaji dampak serta energi yang dihasilkan dari saluran pengelak menggunakan HEC-
RAS 2D sehingga didapatkan aliran banjir pada kala ulang yang telah ditetapkan sebagai acuan
keberlanjutaan model Building Information Modelling pada level 6D.
65
Fawji, Cahya, Dermawan: Building Information Modelling Pada Saluran Pengelak Bendungan Margatiga
2.1. Bahan
Fawji, Cahya, Dermawan: Building Information Modelling Pada Saluran Pengelak Bendungan Margatiga
2.2. Metode
Pemerintah mulai mewajibkan penggunaan Building Information Modelling sebagai inovasi
teknologi konstruksi. Kompleksnya pekerjaan pada pembangunan konstruksi bendungan membuat
penanganan manajemen pengerjaannya, salah satu hal terpenting dalam pembangunan bendungan
urugan adalah mengalihkan aliran sungai (Sosrodarsono and Takeda 2016). Terdapat beberapa cara
dalam mengalihkan aliran sungai, hal tersebut harus menyesuaikan keadaaan tempat calon
bendungan. Namun terdapat beberapa cara yang lazim digunakan pada pembangunan bendungan
urugan salah satunya saluran pengelak, aliran sungai eksisting dialihkan ke saluran terbuka dengan
debit perencanaan merupakan periode perulangan antara 10 tahun sampai 20 tahun.
Building Information Modelling berimplikasi memberi perubahan, mendorong pertukaran model
3D antara disiplin ilmu yang berbeda, sehingga proses pertukaran informasi menjadi lebih cepat dan
berpengaruh terhadap pelaksanaan konstruksi (Estman et al. 2011). Tidak hanya sebatas model 3D,
dengan menggunakan BIM juga dapat diperoleh 4D, 5D, 6D dan bahkan sampai 7D. Dimana 3D
berbasis obyek pemodelan parametric, 4D adalah urutan dan penjadwalan material, pekerja, luasan
area, waktu, dan lain-lain, 5D merupakan estimasi biaya dan part lists-nya, 6D mempertimbangkan
dampak lingkungan termasuk analisis energi dan deteksi konflik, serta 7D untuk fasilitas manajemen
(MacCool and Hardin 2015).
Dimensi Building Information Modelling pada penelitian ini adalah perpaduan antara model 3D
BIM yang dikaji dampak energi dengan model 6D BIM, penggunaan tersebut agar hasil dari model
Building Information Modelling yang dibuat dapat menghasilkan model kontruksi yang
berkelanjutan.
BIM 3D adalah Model 3D bangunan yang sudah berisi parameter informasi, komponen yang lebih
detail dan bisa diintegrasikan ke berbagai platform serta dapat ditingkatkan ke dimensi selanjutnya
(Estman et al. 2011). 3D Building Information Modelling pada penelitian ini adalah pemodelan
saluran pengelak menggunakan aplikasi Autodesk Civil 3D 2022, saluran pengelak dimodelkan
dengan bentuk 3D yang selanjutnya hasil model tersebut diekstrak dengan hasil berupa digital
elevation model (DEM).
67
Fawji, Cahya, Dermawan: Building Information Modelling Pada Saluran Pengelak Bendungan Margatiga
BIM 6D merupakan analisis energi pada suatu konstruksi, tujuannya adalah untuk mengetahui
berapa besar rencana penggunaan energi suatu bangunan melalui model digital. 6D Building
Information Modelling pada penelitian ini adalah analisa dampak aliran dari adanya bangunan
saluran pengelak menggunakan aplikasi HEC-RAS 2D, model 3D saluran pengelak yang telah dibuat
dipadukan dengan aplikasi HEC-RAS 2D untuk mendapatkan luasan banjir, kecepatan aliran banjir,
serta reduksi debit banjir dari adanya saluran pengelak yang dibuat pada Sungai Way Sekampung.
2.5. Volume pekerjaan dan perubahan dinamis pada Building Information Modelling
Menurut penelitian dari Rosida pemodelan tiga dimensi dengan menggunakan AutoCad Civil 3D
mendekati keadaan asli di lapangan (Rosida et al. 2013),volume pekerjaan dalam model Building
Information Modelling dapat diesktrak dengan mudah karena model sudah berbasis 3 dimensi, dalam
Autocad Civil 3D menggunakan perintah Quantity take off dapat mengeluarkan volume seperti galian
atau timbunan dengan otomatis, dibandingkan dengan metode konvensional yang perlu menghitung
area dan jarak antar pias untuk menghitung volume desain. Perhitungan volume terikat dengan
parameter pada geometri model, sehingga apabila terjadi perubahan geometri dapat secara langsung
menghitung volume desain tersebut secara cepat.
68
Fawji, Cahya, Dermawan: Building Information Modelling Pada Saluran Pengelak Bendungan Margatiga
Ketika terjadi perubahan geometri pada model Building Information Modelling, perubahan
tersebut terikat satu sama lain tanpa kita perlu merubah secara manual antar sesi konstruksi.
Perubahan tersebut terikat antar ruas meringankan beban kerja ketika perubahan desain konstruksi
mengikuti kondisi yang ada, ketika aliran debit banjir sungai tidak dapat ditampung pada geometri
saluran rencana kita hanya perlu merubah parameter model lalu memulai kembali simulasi tersebut
secara berulang sehingga didapatkan geometri saluran pengelak terbaik.
Daylight bench
Layout mode
Layout mode
Pada Autodesk Civil 3D dasar geometri perencanaan berupa assembly, model geometri pada
Gambar 3 merupakan penggabungan objek perakitan serta mengelola kumpulan subassemblies yang
digunakan untuk membentuk struktur dasar model koridor. Pada penelitian ini pada awalnya dicoba
menggunakan lebar saluran 25 meter namun karena hasil simulasi aliran banjir pada aplikasi HEC-
RAS yang menunjukan aliran banjir meluap ke area pekerjaan pada kondisi Q25, maka lebar saluran
dicoba dengan lebar 31 meter dengan hasil baik dengan tidak meluapnya aliran banjir ke area
pekerjaan, perubahan tersebut hanya membutuhkan perubahan pada parameter lebar dasar pada
Gambar 3.
Assemblies yang telah dibuat selanjutnya digabungkan menjadi sebuah corridor dengan
mengikuti elevasi dari alignment yang telah ada, selanjutnya corridor tersebut perlu dirubah menjadi
sebuah surface, proses tersebut dapat dilihat pada Gambar 4. Selanjutnya menggabungkan antara
surface saluran pengelak rencana dengan surface topografi eksisting. Hasil pemodelan 3D BIM
69
Fawji, Cahya, Dermawan: Building Information Modelling Pada Saluran Pengelak Bendungan Margatiga
pada Civil 3D dapat terlihat pada Gambar 5, model tersebut digabungkan dengan kondisi surface
topografi eksisting yang selanjutnya dianalisa menggunakan HEC-RAS.
Fawji, Cahya, Dermawan: Building Information Modelling Pada Saluran Pengelak Bendungan Margatiga
Terlihat pada Gambar 7 pengelakan aliran debit banjir Q25 saluran pengelak Bendungan
Margatiga, berdampak menggenangi 3 kecamatan dengan luasan banjir 14,26 km2. Melalui overlay
hasil pengamatan citra satelit genangan aliran tersebut tidak berdampak pada area permukiman
warga. Namun sebagian besar genangan tersebut menggenangi area ladang pertanian di Kecamatan
Margatiga serta Kecamatan Sekampung, karena adanya genangan akibat pengelakan aliran banjir
pada ladang pertanian maka pemangku kebijakan perlu berkoordinasi dengan pemilik lahan yang
terdampak sehingga menghindari konflik ketika kegiatan berlangsung, selain itu hasil model ini bisa
menjadi acuan untuk mitigasi bencana ketika terjadinya banjir pada Q 25.
Fawji, Cahya, Dermawan: Building Information Modelling Pada Saluran Pengelak Bendungan Margatiga
Pada Gambar 9 menjelaskan kondisi hidrolik aliran banjir kala ulang 25 tahun kondisi pada
saluran pengelak, kecepatan aliran pada saluran pengelak bervariasi dari inlet saluran sampai ke akhir
saluran hal tersebut terjadi karena proses simulasi yang digunakan berbasis 2D dengan kecepatan
aliran dan kedalaman air dapat bervariasi di seluruh lebar saluran dalam model 2D. Kecepatan
maksimum aliran pada saluran pengelak adalah 2,10 m/s yang terpusat pada saluran utama. Selain
itu dapat terlihat Gambar 9 nilai Froude pada saluran pengelak digambarkan berwarna hijau cerah
yang berarti dibawah nilai 1 (Fr 1 = warna jingga), sehingga saluran tersebut cukup aman dari
gerusan. Namun pada hilir saluran pengelak terdapat nilai Froude diatas 2, perlu adanya penelitian
lebih lanjut terhadap lokasi tersebut untuk menghindari gerusan pada saluran pengelak.
Hasil plot time series flow pada HEC-RAS didapatkan debit outflow dari saluran pengelak pada
Q10 = 621,29 m3/detik sedangkan untuk Q25 = 762,31 m3/detik, selain berhasil mengalihkan aliran
Sungai Way Sekampung saluran pengelak yang direncanakan dapat mereduksi aliran banjir 213,79
m3/detik (22%) pada kala debit kala ulang 25 tahun dan 167,81 m3/detik (21%) pada kala debit kala
ulang 10 tahun.
72
Fawji, Cahya, Dermawan: Building Information Modelling Pada Saluran Pengelak Bendungan Margatiga
Pada Building Information Modelling setiap parameter geometri terikat satu sama lain pada
sebuah model, dalam penelitian ini berupa model saluran pengelak. Ketika perubahan elevasi hulu
dan hilir dasar saluran pada alignment atau merubah geometri saluran pada assembly, maka model
mengikuti perubahan tersebut secara otomatis. Keputusan yang akan diambil oleh pemangku
kebijakan dalam menentukan perubahan dari desain yang tersedia dengan kesesuaian dilapangan
akan diputuskan lebih cepat dan presisi, hal tersebut memberikan dampak pada percepatan
pembangunan kontruksi karena keterikatan parameter satu dengan lainnya dalam bentuk model
Building Information Modelling.
Fawji, Cahya, Dermawan: Building Information Modelling Pada Saluran Pengelak Bendungan Margatiga
4. Kesimpulan
Penerapan Building Information Modelling (BIM) telah berhasil dengan baik, dimana BIM
diaplikasikan pada saluran pengelak menggunakan program lunak Autodesk Civil 3D sebagai basis
3 dimensi pada BIM, selanjutnya dampak saluran pengelak tersebut dianalisa menggunakan program
lunak HEC-RAS sebagai kelanjutan dimensi 6D BIM. Dari hasil pemodelan Building Information
Modelling desain terbaik saluran pengelak untuk mengalihkan aliran Sungai Way Sekampung
dengan lebar saluran b = 31 m, tinggi saluran h = 5 meter, dengan kemiringan talut = 2. Dimensi
saluran pengelak tersebut dapat mengalihkan aliran debit banjir Q10 = 789,10 m3/s dan Q25 = 976,10
m3/s aliran banjir Sungai Way Sekampung, area konstruksi pekerjaan bendungan aman dari aliran
banjir, serta saluran pengelak aman dari gerusan. Keterikatan satu sama lain dalam parameter model
pada Building Information Modelling pada 3D dan 6D menghasilkan kecepatan perubahan model
karena hasil volume pekerjaan dapat mempercepat keputusan yang diambil pada pelaksanaan
konstruksi.
Sehingga dapat disimpulkan penerapan Building Information Modelling pada saluran pengelak
Bendungan Margatiga dapat mempercepat pembuatan serta perubahan model dengan dilandasi
dampak akibat kontruksi tersebut sehingga perencanaan yang berkelanjutan, selain itu hasil volume
pekerjaan dapat diperoleh dengan cepat sehingga mempercepat keputusan yang diambil pada
pelaksanaan kontruksi.
Daftar Pustaka
Agirachman, Fauzan Alfi, Ilham Fajar Putra, and Adam Angkawijaya. 2018. “Initial Study on
Building Information Modeling Adoption Urgency for Architecture Engineering and
Construction Industry in Indonesia.” MATEC Web of Conferences 147: 0–5.
Berlian, Cinthia Ayu, Randy Putranto Adhi, Arif Hidayat, and Hari Nugroho. 2016. “Perbandingan
Efisiensi Waktu, Biaya, Dan Sumber Daya Manusia Antara Metode Building Information
Modelling (BIM) Dan Konvensional (Studi Kasus : Perencanaan Gedung 20 Lantai).” Karya
Teknik Sipil 5(2): 220–29.
Brunner, G W. 2016. Davis, CA HEC-RAS 5.0 2D Modeling User’s Manual.
Davenport, Cyndy, and Ishka Voiculescu. 2015. Mastering AutoCAD Civil 3D 2016: Autodesk
Official Press.
Estman, Chuck, Paul Teicholz, Rafael Sack, and Kathleen Liston. 2011. John Wiley & Sons, Inc,
Hoboken BIM Handbook, a Guide to Building Information Modelling 2nd Ed.
Hartmann, Timo, Ju Gao, and Martin Fischer. 2008. “Areas of Application for 3D and 4D Models
on Construction Projects.” Journal of Construction Engineering and Management 134(10):
776–85.
Indonesia, Republik. 2017. “Peraturan Perundang-Undangan Nomor 2 Tahun 2017.”
Indonesia, Republik. 2018. “Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat Republik
Indonesia Nomor 22/PRT/M/2018.”
Juan, Du, and Qin Zheng. 2014. “Cloud and Open BIM-Based Building Information Interoperability
Research.” Journal of Service Science and Management 07(02): 47–56.
MacCool, Dave, and Brad Hardin. 2015. BIM and Construction Management: Proven Tools,
Methods, and Workflows. 2nd ed. John Wiley & Sons.
Mitchell, David. 2012. “5D BIM : Creating Cost Certainty and Better Buildings.” 2012 RICS Cobra
Conference.
Rosida, A., S. Kahar, and M. Awaluddin. 2013. “Perbandingan Ketelitian Perhitungan Volume
Galian Menggunakan Metode Cross Section Dan Aplikasi Lain (Studi Kasus: Bendungan
Pandanduri Lotim).” Jurnal Geodesi Undip 2(3): 81896.
Sari, Yunitta Chandra, Catur Ayu Wahyuningrum, and Nindyo Cahyo Kresnanto. 2020. “Building
Information Modeling (BIM) for Dams-Literature Review and Future Needs.” Journal of the
Civil Engineering Forum 6(1): 61.
74
Fawji, Cahya, Dermawan: Building Information Modelling Pada Saluran Pengelak Bendungan Margatiga
Sosrodarsono, Suyono;, and Kensaku Takeda. 2016. Pradnya Paramita Bendungan Type Urugan.
Sutapa, Teguh Indera Rahmawan. 2020. “Studi Perbandingan Permodelan Banjir Sunga Dolog
Dengan Simulasi 1D Dan 2D Menggunakan Software HEC-RAS.”
Telaga, Abdi Suryadinata. 2018. “A Review of BIM (Building Information Modeling)
Implementation in Indonesia Construction Industry.” IOP Conference Series: Materials
Science and Engineering 352(1).
Zhabrinna, Richard J. Davies, M. Mirza Abdillah Pratama, and Muhammad Yusuf. 2018. “BIM
Adoption towards the Sustainability of Construction Industry in Indonesia.” MATEC Web of
Conferences 195: 1–8.
Zhang, Sijie et al. 2013. “Building Information Modeling (BIM) and Safety: Automatic Safety
Checking of Construction Models and Schedules.” Automation in Construction 29: 183–95.
http://dx.doi.org/10.1016/j.autcon.2012.05.006.