Anda di halaman 1dari 12

Jurnal Teknik Pengairan: Journal of Water Resources Engineering, 2022, 13(1) pp.

36-47
____________________________________________________________________________________

Permodelan Sumur Resapan Inovatif untuk Konservasi Air


Tanah Permeabilitas Rendah Daerah Kota Malang
Innovative Infiltration Well Modeling for Low Permeability Groundwater
Conservation in Malang City

Yasnuar Muntaha1*), Tri Budi Prayogo1, Emma Yuliani1


1
Departemen Teknik Pengairan, Fakultas Teknik Universitas Brawijaya, Malang 65145, Indonesia

Article info: Abstrak


Kata kunci: Air merupakan kebutuhan pokok manusia yang sebagian besar
inovasi; konservasi air; permeabilitas berasal dari dalam tanah. Konservasi air tanah menggunakan sumur
rendah; sumur resapan resapan merupakan alternatif dalam menambah cadangan air tanah
pada tanah berjenis lanau-lempung seperti Kota Malang yang
Keywords:
memiliki permeabilitas tanah rendah. Dalam mencapai tujuan
Innovation; infiltration well; low tersebut dilakukan penelitian dengan metode eksperimen pembuatan
permeability; water conservation sumur resapan inovatif yang dapat memaksimalkan masuknya air ke
Article history: dalam tanah pada lokasi yang mempunyai permeabilitas rendah.
Received: 23-12-2021 Penelitian ini mengkaji, menganalisa dan membandingkan hasil
Accepted: 14-04-2022 pengujian sumur resapan konvensional dan inovatif. Analisis debit
yang dirancang menggunakan Metode Rasional. Perencanaan
*)
Koresponden email: dimensi dihitung dengan rumus Sunjoto dan desain serta model
yasnuarm@gmail.com sumur resapan yang dibuat menggunakan material paving, pasir,
semen, kerikil, pipa diameter 10 cm, penutup biopori, sampah
organik, air, dan geotekstile. Model sumur resapan inovatif
direncanakan dengan ketinggian 0,42 m dengan diameter 0,6 m. Dari
hasil analisa pengujian model sumur resapan yang sudah di terapkan
dalam skala lapangan, sumur resapan inovatif lebih efektif dari pada
sumur resapan konvensional.
Abstract
Water is a basic human need, mainly from the soil. Groundwater
conservation using infiltration wells is an alternative to increasing
groundwater reserves in silt-clay soils such as Malang City, which
has low soil permeability. In achieving this goal, research was
carried out with experimental methods of making innovative
infiltration wells that can maximize water entry into the soil in
locations with low permeability. This study examines, analyzes, and
compares the results of testing conventional and innovative
infiltration wells. Discharge analysis was designed using the
Rational Method. Dimensional planning was calculated according to
Sunjoto's formula. In addition, the design and model of the
infiltration well were made using paving, sand, cement, gravel, 10
cm diameter pipe, biopore cover, organic waste, and geotextiles. An
innovative infiltration well model was planned with a height of 0.42
m and a diameter of 0.6 m. From the analysis of the infiltration well
model testing applied on a field scale, innovative infiltration wells
are more effective than conventional infiltration wells.

Kutipan: Muntaha, Y., Prayogo, T. B., Yuliani, Emma. (2022). Pemodelan Sumur Resapan Inovatif untuk Konservasi
Air Tanah Permeabilitas Rendah Daerah Kota Malang. Jurnal Teknik Pengairan: Journal of Water Resources
Engineering, 13(1), 36-47. https://doi.org/10.21776/ub.pengairan.2022.013.01.04
37

Muntaha, Prayogo, Yuliani: Pemodelan Sumur Resapan Inovatif Konservasi Tanah Permeabilitas Rendah

1. Pendahuluan
Air merupakan kebutuhan pokok manusia. Air sebagian besar berasal dari dalam tanah. Jumlah
penduduk yang semakin tinggi, mengakibatkan perumahan dan pemukiman ikut meningkat.
Kawasan resapan air dapat rusak secara tidak langsung akibat perubahan tata guna lahan, padahal
ketersediaan air tanah sangat penting bagi kawasan resapan air dan apabila air tanah berkurang maka
pasokan tanah akan berkurang juga. Disamping itu dapat terjadi banjir dan kekeringan apabila terjadi
aliran permukaan dan kurangnya air yang meresap ke dalam tanah.
Perubahan tata guna lahan pada daerah perkotaan mengakibatkan rusaknya kawasan resapan air.
Daerah tangkapan air pada Kota Malang memiliki daya resap rendah (Agustin et al. 2021). Akibat
perubahan iklim global, Indonesia akan mengalami perubahan karakteristik curah hujan. Pada
umumnya musim hujan lebih pendek, tetapi musim kemarau lebih panjang. Jumlah hari hujan
cenderung berkurang, tetapi curah hujan harian maksimum dan intensitasnya cenderung meningkat
(Suripin et al. 2016). Menutup permukaan tanah semakin meningkatkan limpasan air permukaan dan
mengurangi masuknya air ke dalam tanah (Pilon et al. 2019).
Sumur resapan digunakan untuk menampung air hujan dan membiarkannya meresap ke dalam
tanah. Air hujan yang jatuh di atap rumah tidak dialirkan ke selokan atau pekarangan, melainkan
dialirkan ke sumur melalui pipa atau saluran air untuk mengurangi jumlah limpasan yang terjadi.
Aliran permukaan yang lebih besar dari kapasitas tanah menyebabkan genangan air segera setelah
hujan. Ketidakmampuan tanah menahan air hujan menciptakan genangan air yang terus menerus
yang menyebabkan banjir. Meningkatnya limpasan permukaan akan menyebabkan banjir dan
masalah banjir (Dwi 2008).
Diperlukan teknik konservasi khusus untuk menjawab permasalahan yang ada. Sumur resapan
merupakan salah satu alternatif untuk perlindungan air tanah dan meminimalkan limpasan
permukaan, karena sumur resapan mudah diaplikasikan di pemukiman penduduk dan harus dapat
menyeimbangkan penggunaan air tanah (Werdiningsih 2012).
Berdasarkan hasil penelitian Bisri & Titah (2009) bahwa pembangunan sumur resapan merupakan
salah satu solusi perlindungan air tanah tercepat dan paling mungkin diterapkan di Kota Batu, karena
muka air tanah terus turun dari tahun ke tahun.
BPBD Kota Malang mencatat, setidaknya ada 20 titik banjir yang tersebar di wilayah Kota
Malang, di antaranya, di Jalan Bandulan, Jalan Ir Rais, Pertigaan Bandulan Barat, Jalan Candi, yang
kesemuanya berada di wilayah Kecamatan Sukun. Sementara di Kecamatan Lowokwaru, banjir
terjadi di Jalan Sarangan dan Jalan Soekarno Hatta, untuk Kecamatan Blimbing, banjir terjadi di
Jalan Raya Sulfat. Banjir di Kecamatan Kedungkandang terjadi di Jalan Danau Ranau, Jalan Danau
Maninjau Raya, Jalan Danau Toba, dan Jalan Ranugrati (Aminudin 2021).
Sehubungan dengan ini perlu adanya sumur resapan dengan tambahan konstruksi atau material
tertentu. Sumur resapan dengan konstruksi yang sederhana namum efektif akan mempermudah
masyarakat dalam pembangunan dan pemeliharaannya sehingga mendukung usaha pengurangan
risiko banjir perkotaan.
Tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah membuat dan menganalisis model sumur resapan
inovatif yang dapat memaksimalkan masuknya air ke dalam tanah dan dapat diterapkan di lokasi
yang mempunyai tanah permeabilitas rendah serta membandingkan mana yang lebih efektif antara
sumur resapan konvensional dan sumur resapan inovatif.

2. Bahan Dan Metode


2.1 Tempat Penelitian
Studi penelitian dilakukan di Malang, yaitu di Politeknik Negeri Malang bertempat di belakang
halaman Gedung Teknik Telekomunikasi. Secara administratif lokasi studi ini terletak di Kecamatan
Lowokwaru Kota Malang (Gambar 1).
38

Muntaha, Prayogo, Yuliani: Pemodelan Sumur Resapan Inovatif Konservasi Tanah Permeabilitas Rendah

Skala 1 : 100

Gambar 1. Lokasi Penelitian


Sumber: Google Earth, 2021

2.2 Pengumpulan Data


Data yang diperlukan untuk penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Data curah hujan Stasiun Ciliwung, Stasiun Dau dan Stasiun Sukun dari tahun 2008 – 2020.
2. Data Permeabilitas tanah dari pengujian Guelph Permeability Test di lokasi penelitian.
3. Data pengamatan pengujian sumur resapan konvensional dan sumur resapan inovatif.
4. Peraturan Standar Nasional Indonesia (SNI) 03 2453 2002 tentang Tata Cara Perencanaan
Teknik Sumur Resapan Air Hujan Untuk Lahan Pekarangan.

2.3 Curah Hujan Rancangan


Hujan Rancangan adalah curah hujan tertinggi yang mungkin terjadi di suatu daerah dengan
probabilitas tertentu. Metode desain analisis hujan dipilih berdasarkan kecukupan parameter statistik
dari data yang bersangkutan atau pertimbangan teknis lainnya. (Andawayanti 2019). Prosedur
pengolahan data dilakukan dengan perhitungan curah hujan rencana (R24). Analisis curah hujan
memproses data curah hujan mentah, diolah menjadi data yang siap dipakai untuk perhitungan debit
aliran. Data curah hujan yang akan dianalisis berupa kumpulan data selama 10 tahun pengamatan.
Kejadian hujan merupakan proses stokastik, sehingga untuk keperluan analisa dan menjelaskan
proses stokastik tersebut digunakan teori probabilitas dan analisa frekuensi (Upomo 2016). Untuk
menentukan curah hujan rancangan hal pertama yang dilakukan yaitu Uji Konsistensi terhadap data
hujan yang sudah didapatkan menggunakan metode dan rumus Kurva Massa Ganda, kemudian
dilakukan perhitungan curah hujan rancangan dengan metode distribusi frekuensi Log-Person Tipe
III.

2.4 Debit Rencana Sumur Resapan


Debit rencana yang didapat untuk sumur resapan yaitu dari atap rumah, dan untuk menghitung
debit rencana sumur resapan diperlukan luasan atap yang teraliri oleh air hujan. Perhitungan debit
tersebut digunakan untuk menentukan ukuran sumur resapan dan tinggi sumur resapan sesuai
perencanaan dengan menggunakan Metode Rasional (Suripin 2004).

𝑄 = 𝐶. 𝐼. 𝐴 (1)

Dimana :
Q = debit banjir maksimum (m3/det)
C = koefisien pengaliran/limpasan
I = intensitas curah hujan rata-rata (mm/jam)
A = luas daerah pengaliran (Ha)
39

Muntaha, Prayogo, Yuliani: Pemodelan Sumur Resapan Inovatif Konservasi Tanah Permeabilitas Rendah

2.5 Dimensi Sumur Resapan


Dalam Sunjoto (2011) penentuan dimensi didapatkan dari perhitungan debit rencana yang dapat
ditampung sumur resapan dengan melihat tinggi sumur.

𝑄 −𝐹.𝐾.𝑇
𝐻= [1 − 𝑒 ] (2)
𝐹.𝐾 𝜋.𝑅 2

Dimana :
H = tinggi muka air dalam sumur (m)
F = adalah factor geomterik (m)
Q = debit air masuk (m3/s)
T = waktu pengaliran (detik)
K = koefisien permeabilitas tanah (m/dt)
R = jari-jari sumur (m)

2.6 Variabel Penelitian


Adapun variabel yang digunakan dalam penelitian ini dijelaskan pada Tabel 1.

Tabel 1. Variabel Penelitian


Variabel Keterangan
Variabel Tetap - Dimensi sumur Resapan
- Debit Air
Variabel Bebas - Dinding Sumur (paving)
- Lubang Pori
- Geotekstile
Variabel - Qresapan (debit resapan)
Menggantung - V (kapasitas)
- T (waktu)

2.7 Pembuatan Sumur Resapan


Pembuatan model sumur resapan inovatif perlu memperhatikan rancangan struktural serta
rancangan fungsional. Dari segi rancangan struktural perlu memperhatikan perencanaan yang matang
terhadap jenis bahan, dimensi, dan peletakan posisi model sumur resapan yang bertujuan untuk
menunjang rancangan fungsional yang diinginkan. Bahan material yang digunakan dalam proses
pembuatan model sumur resapan ini yaitu paving, pasir, semen, kerikil, pipa diameter 10 cm, penutup
biopori, sampah organik, air, dan geotekstile.

2.8 Pengujian Sumur Resapan


Setelah model sumur resapan konvensional dan inovatif telah selesai dibuat dapat dilakukan
percobaan dan pengamatan. Sumur resapan di uji sebanyak 8 kali dengan kondisi kering dan basah.
Percobaan dan pengamatan dilakukan untuk mengetahui waktu air penuh (Tp2), waktu air habis (Th),
debit total yang meresap (Qtotal), dan kapasitas total air yang meresap ke dalam sumur (Vtotal).

3. Hasil Dan Pembahasan


3.1 Perhitungan Curah Hujan Rancangan
Untuk mendapatkan hasil yang relevan, analisa hidrologi mengunakan data curah hujan stasiun
hujan terdekat selama 13 tahun terakhir, yaitu tahun 2008 hingga 2020 pada stasiun hujan Ciliwung,
Dau dan Sukun. Data hujan tersebut di rekap menjadi data curah hujan harian menjadi data curah
hujan harian maksimum tahunan. Kemudian dari data tersebut dilakukan uji konsistensi untuk
mendapatkan tingkat kebenarannya dan di rata-rata dengan hasil seperti yang terdapat pada Tabel 2.
40

Muntaha, Prayogo, Yuliani: Pemodelan Sumur Resapan Inovatif Konservasi Tanah Permeabilitas Rendah

Tabel 2. Curah Hujan Harian Maksimum Tahunan


Stasiun Ciliwung, Dau dan Sukun Terkoreksi
Stasiun Hujan
Tahun Rata -rata
Ciliwung Dau Sukun
2020 95,0 72,0 85,0 84,0
2019 73,0 84,0 84,0 80,3
2018 186,0 110,0 178,0 158,0
2017 113,0 85,0 101,0 99,7
2016 138,0 97,0 125,0 120,0
2015 93,0 85,0 101,0 93,0
2014 125,0 100,0 134,0 119,7
2013 138,1 65,0 170,0 124,4
2012 90,2 75,0 75,0 80,1
2011 146,5 105,0 132,0 127,8
2010 136,7 95,0 93,6 108,4
2009 115,5 93,0 134,4 114,3
2008 111,3 79,0 124,4 104,9

Data curah hujan tersebut kemudian diolah dengan analisa distribusi frekuensi menggunakan
metode Log-Person Tipe III untuk menentukan curah hujan rancangan. Dari hasil analisa diperoleh
hujan rancangan dengan kala ulang 5 tahun sebesar 126,344 mm/hari.

3.2 Perhitungan Debit Rencana dan Dimensi Sumur Resapan


Debit rencana untuk sumur resapan merupakan air hujan berasal dari atap rumah dengan rencana
analisa dan pengujian sumur resapan menggunakan data daerah penelitian dengan luas atap rencana
(A) = 60 m2, dengan intensitas hujan (I) = 0,0001882 m/detik dan koefisien aliran (C) = 0,9, diketahui
factor geometri (F) = 2,75 dan nilai permeabilitas tanah (K) = 0,00000589 m/detik. Maka debit
rencana dan dimensi sumur resapan:
1. Debit Rencana
Q= 𝐶 ×𝐼×𝐴
Q = 0,9 × 0,0001882 × 60
Q = 0,0102 𝑚 3 ∕ 𝑑𝑡𝑘
2. Kedalaman rencana sumur resapan
Diameter Sumur = 1 m (rencana peneliti)
𝐹𝐾𝑇
𝑄
𝐻= 𝐹𝐾
(1 − 𝑒 𝜋𝑅2 )
2,75×0,0000058×0,986
0,00168 1
𝜋×( )2
𝐻= (1 − 𝑒 2 )
2,75×0,0000058

𝐻 = 0,70 𝑚
41

Muntaha, Prayogo, Yuliani: Pemodelan Sumur Resapan Inovatif Konservasi Tanah Permeabilitas Rendah

Debit dan dimensi yang dipakai dalam pengujian sumur resapan yaitu menggunakan skala 1 : 0.6.
Diketahui :
Diameter Sumur (L) = 1 m (ukuran model)
Tinggi Sumur (h) = 0,7 m (ukuran model)
Diameter Sumur (L) = 0,6 m (ukuran prototipe)
Tinggi Sumur (h) = 0,42 m (ukuran prototipe)
Debit Sumur (Q) = 0,0102 m3/dtk (ukuran model)
Ditanya : Q Prototipe ?
𝑢𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛 𝑑𝑖 𝑝𝑟𝑜𝑡𝑜𝑡𝑖𝑝𝑒 𝐿𝑝
𝑛1 = =
𝑢𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛 𝑑𝑖 𝑚𝑜𝑑𝑒𝑙 𝐿𝑚
0.6 𝐿𝑝
 𝑛𝐿 = 1 = 𝐿 = 0,6
𝑚
0.42 ℎ𝑝
 𝑛ℎ = 0.7
= ℎ = 0,6
𝑚
𝑛ℎ = 𝑛𝐿
𝑄 𝑛3 𝑛𝐿2 𝑛ℎ
 𝑛𝑄 = 𝑄 𝑝 = 𝑛𝐿 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑛𝑇
𝑚 𝑇

Q = A.V = b.h.V
nQ = nL. nh . nV
= nL . nL . nL1/2 = nL5/2
= 0,6 5/2
nQ = 0,2788
𝑄𝑝
 𝑛𝑄 =
𝑄𝑚
𝑄𝑝
0.2788 =
0.0102
𝑄𝑝 = 0,27788 . 0,0102
𝑄𝑝 = 0,002833 m3/dtk

Tabel 3 merupakan rekapan hasil perhitungan sumur resapan pada ukuran asli dan skala.

Tabel 3. Hasil Perhitungan Dimensi Sumur Resapan


Ukuran
Data
Asli Skala

Debit (Q) m3/dtk 0,0102 0,00283

Diameter (D) cm 100 60

Tinggi (H) cm 70 42

Volume (V) m3 0,549 0,11869

3.3 Desain Sumur Resapan Inovatif


Sumur resapan inovatif (Gambar 2) tersebut dibuat dengan desain yang berbeda dengan sumur
konvensional (Gambar 3), yaitu lantai dasar tanah dari sumur resapan ditambahkan lubang biopori
yang bertujuan untuk menambah daya resap air yang ada di dasar sumur resapan, dinding permukaan
sumur resapan dibuat dengan pemasangan paving yang diberi jarak dan setiap dua lapis dari pasangan
paving tersebut diberikan geotekstile agar air juga dapat meresap melalui dinding permukaan sumur
resapan dan menambah daya resap air dengan adanya tambahan bahan geotekstile.
42

Muntaha, Prayogo, Yuliani: Pemodelan Sumur Resapan Inovatif Konservasi Tanah Permeabilitas Rendah

Gambar 2. Sumur Resapan Inovatif

Geotekstil juga memiliki sifat permeabilitas tinggi, yang memungkinkan air mengalir melalui
bahan geotekstil. Dalam penerapannya, aliran air membawa partikel-partikel tanah, sehingga di sini
geotekstil berperan sebagai penyaring dimana air masih dapat mengalir tetapi partikel-partikel tanah
tidak menembus bahan geotekstil. (Geotextile dan Fungsinya Secara Umum 2021).
43

Muntaha, Prayogo, Yuliani: Pemodelan Sumur Resapan Inovatif Konservasi Tanah Permeabilitas Rendah

Gambar 3. Sumur Resapan Konvensional

3.4 Hasil Pengujian Sumur Resapan


Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui waktu air penuh (Tp), waktu air habis (Th), debit total
yang meresap (Qtotal), dan kapasitas total air yang meresap ke dalam sumur (Vtotal). Pada pengujian
sumur resapan ini dilakukan sebanyak 4 kali dalam konsisi kering dan 4 kali dalam kondisi basah
dengan debit sebesar 0,00283 m3/detik. Perbandingan waktu air habis setelah sumur resapan diisi air
dengan tinggi sumur resapan, perbandingan volume debit yang meresap terhadap sumur resapan
konvensional dan sumur resapan inovatif dapat di lihat pada Gambar 4 dan Tabel 4.
44

Muntaha, Prayogo, Yuliani: Pemodelan Sumur Resapan Inovatif Konservasi Tanah Permeabilitas Rendah

Perbandingan Grafik Tinggi & Waktu


T (MENIT)
0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00
50.000 SR
45.000 INOVATIF
40.000 KERING
TINGGI AIR (CM)

35.000
30.000 SR
25.000 KONVENSI
20.000 ONAL
KERING
15.000 SR
10.000 KONVENSI
5.000 ONAL
0.000 BASAH

Gambar 4. Grafik Tinggi dan Waktu Sumur Resapan Konvensional dan Inovatif

Tabel 4. Rata-Rata Waktu Penuh, Waktu Habis, Debit Resap dan Kapasitas Sumur Resapan
Prototipe
No Sumur Resapan Tp2 (detik) Th (menit) Qtotal (m3/detik) Vtotal (m3)
1 Konvensional kering 87,62 93,14 0,00286 0,2483
2 Konvensional basah 86,45 131,40 0,00285 0,2450
3 Inovatif kering 121,57 39,75 0,00289 0,3445
4 Inovatif basah 120,43 54,36 0,00287 0,3413

Hasil dari pengujian sumur resapan diatas merupakan hasil dari sumur resapan prototipe. Untuk
mengetahui hasil perhitungan sumur resapan model konvensional dan inovatif perlu dilakukan
penyesuaian dengan menggunakan skala. Berikut contoh perhitungan dalam menentukan skala
panjang, debit, volume, dan waktu :
1. Skala Panjang
Diketahui :
Diameter sumur resapan model = 1 m
Diameter sumur resapan prototipe = 0,6 m
Maka :
𝑢𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛 𝑑𝑖 𝑝𝑟𝑜𝑡𝑜𝑡𝑖𝑝𝑒 𝐿
 𝑛𝐿 = = 𝑝
𝑢𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛 𝑑𝑖 𝑚𝑜𝑑𝑒𝑙 𝐿𝑚
0.6 𝐿𝑝
𝑛𝐿 = = = 0,6
1 𝐿𝑚
2. Skala Debit
5/2
 𝑛𝑄 = 𝑛𝐿
𝑛𝑄 = 0,65/2 = 0,2778
𝑄𝑝
Persamaan skala debit : 𝑛𝑄 =
𝑄𝑚
3. Skala Volume
 𝑛𝑉 = 𝑛𝐿3
𝑛𝑉 = 0,63 = 0,261
𝑉
Persamaan skala Volume : 𝑛𝑉 = 𝑉𝑝
𝑚
4. Skala Waktu
 𝑛 𝑇 = √𝑛𝐿
𝑛 𝑇 = √0,6 = 0,774
𝑇𝑝
Persamaan skala Volume : 𝑛 𝑇 =
𝑇𝑚
45

Muntaha, Prayogo, Yuliani: Pemodelan Sumur Resapan Inovatif Konservasi Tanah Permeabilitas Rendah

Setelah diketahui skala untuk debit, volume, dan waktu, maka langkah selanjutnya yaitu
menentukan hasil perhitungan debit, volume, waktu dan penyesuaian skala model sumur resapan
menggunakan persamaan diatas dengan hasil yang ditulis pada Tabel 5.

Tabel 5. Hasil Perhitungan Skala Model Sumur Resapan


Sumur Resapan Prototipe Sumur Resapan Model
No Uraian SR SR SR
SR Konvensional
Inovatif Konvensional Inovatif
1 TP2 (detik) 87,03 121,00 112,36 156,21
2 TP1 (detik) 41,89 41,89 54,08 54,08
3 T (detik) 45,15 79,11 58,28 102,13
4 TH (menit) 112,27 47,05 144,94 60,74
5 Q1 (m3/detik) 0,00283 0,00283 0,0102 0,0102
6 Q2 (m3/detik) 0,00002 0,00005 0,00007 0,00016
7 V1 (m3) 0,12793 0,22417 0,5923 1,0378
8 V2 (m3) 0,11869 0,11869 0,5495 0,5495
9 Qtotal (m3/detik) 0,00285 0,00288 0,01023 0,01032
10 Vtotal (m3) 0,24662 0,34286 1,14175 1,58733

Keterangan :
TP2 = waktu penuh sumur resapan
TP1 = waktu rencana pengisian sumur resapan
T = waktu air meresap ketika pengisian sumur resapan
TH = waktu air habis sumur resapan setelah penuh
Q1 = debit air meresap ketika pengisian sumur resapan
Q2 = debit air meresap sumur resapan setelah penuh
V1 = volume air meresap ketika pengisian sumur resapan
V2 = volume air meresap sumur resapan setelah penuh
Qtotal = debit total air yang meresap kedalam sumur resapan
Vtotal = volume total air yang meresap kedalam sumur resapan

3.5 Analisis Konservasi Air Pada Perumahan Skay Hill


Jumlah rumah pada perumahan tersebut untuk masing-masing tipe sangat beragam, tipe 36
terdapat 9 rumah, tipe 45 terdapat 25 rumah, sedangkan untuk tipe 65 terdapat 7 rumah dan jenis
tanah pada perumahan tersebut yaitu geluh – lanau dengan luas atap untuk tipe 36 sebesar 40 m2, tipe
45 sebesar 50 m2, dan tipe 65 sebesar 83 m2.
Untuk menentukan debit rencana dan dimensi sumur resapan dari perumahan tersebut dapat
dilakukan dengan langkah seperti pada bagian sebelumnya. Hasil perhitungan dapat dilihat pada
Tabel 6 dan Tabel 7.

Tabel 6. Hasil Perhitungan Debit Sumur Resapan Perumahan Skay Hill


Luas Intensitas Koefisien
Debit
Atap Hujan Aliran
No
(Q)
(A) m2 (I) m/dtk (C)
m3/dtk
1 40 0,0001939 0,9 0,0069
2 50 0,0001924 0,9 0,0086
3 83 0,0001920 0,9 0,0143
46

Muntaha, Prayogo, Yuliani: Pemodelan Sumur Resapan Inovatif Konservasi Tanah Permeabilitas Rendah

Tabel 7. Hasil Perhitungan Dimensi Rencana Sumur Resapan Perumahan Skay Hill
Luas Diameter Tinggi
Debit Permeabilitas
Atap Sumur Sumur
No
Resapan
(A) m2 (Q) m3/dtk (K) m/dtk (H) m
(D) m
1 40 0,0069 1 0,00000589 0,5
2 50 0,0086 1 0,00000589 0,7
3 83 0,0143 1 0,00000589 1

3.6 Penerapan Sumur Resapan Konvensional dan Inovatif untuk Perumahan Skay Hill
Nilai efektifitas dari hasil pengujian sumur resapan konvensional sebesar 2 dan untuk sumur
resapan konvensional sebesar 2,9 maka untuk mengetahui kemampuan sumur resapan meresapkan
air hujan yaitu dari hasil kapasitas (V) sumur resapan rencana dikalikan dengan nilai efektifitas. Hasil
penggunaan sumur resapan sesuai hasil pengujian pada Perumahan Skay Hill dapat dilihat pada Tabel
8 dan Tabel 9.

Tabel 8. Kapasitas Sumur Resapan Konvensional Perumahan Skay Hill


Kapasitas Kapasitas
Tipe Debit Jumlah Total Volume
Sumur Efektifitas Sumur Hasil
Rumah Resapan (m3)
Rumah (Q) m3/dtk V (m3) Uji V (m3)
36 0,0069 0,3925 2 0,785 9 7,065
45 0,0086 0,5495 2 1,099 45 49,455
75 0,0143 0,785 2 1,57 25 39,25
Total Volume Air yang Meresap 1 Perumahan 95,77

Tabel 9. Kapasitas Sumur Resapan Inovatif Perumahan Skay Hill


Kapasitas Kapasitas
Tipe Debit Jumlah Total Volume
Sumur Efektifitas Sumur Hasil
Rumah Resapan (m3)
Rumah (Q) m3/dtk V (m3) Uji V (m3)
36 0,0069 0,3925 2,9 1,13825 9 10,244
45 0,0086 0,5495 2,9 1,59355 45 71,709
75 0,0143 0,785 2,9 2,2765 25 56,912
Total Volume Air yang Meresap 1 Perumahan 138,867

Dari hasil analisa sumur resapan diatas menunjukkan perbedaan antar sumur resapan
konvensional dan sumur resapan inovatif yang di terapkan pada perumahan Skay Hill. Total volume
air yang diserapkan melalui sumur resapan inovatif lebih besar dari pada sumur resapan
konvensional.

4. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengujian sumur resapan inovatif yang ditambahkan lubang biopori untuk
dasar sumur resapan, dengan dinding permukaan sumur resapan dibuat dengan pemasangan paving
yang diberi jarak dan setiap dua lapis dari pasangan paving tersebut diberikan geotekstile lebih efektif
dibandingan dengan sumur resapan konvensional dengan waktu pengisian sumur resapan inovatif >
sumur resapan konvensional, waktu habis sumur resapan inovatif < sumur resapan konvensional,
debit yang meresap untuk sumur resapan inovatif > sumur resapan konvensional, dan volume atau
kapasitas sumur resapan inovatif > sumur resapan konvensional.
Sumur resapan inovatif dapat diterapakan sebagai salah satu alternatif dalam menunjang
konservasi air di daerah dengan tanah yang mempunyai permeabilitas rendah.
47

Muntaha, Prayogo, Yuliani: Pemodelan Sumur Resapan Inovatif Konservasi Tanah Permeabilitas Rendah

Dari hasil perhitungan kapasitas sumur resapan konvensional dan sumur resapan inovatif yang
diterapkan pada Perumahan Skay Hill Karangploso menunjukkan perbedaan yang signifikan, total
kapasitas atau volume air yang dapat diresapkan melalui sumur resapan konvensional sebesar 95,77
m3 dalam 1 kali hujan, sedangkan untuk sumur resapan inovatif sebesar 138,867 m3 dan dapat di
simpulkan bahwa sumur resapan inovatif lebih efektif dibandingkan dengan sumur resapan
konvensional.

5. Ucapan Terima Kasih


Ucapan terimaksih kami sampaikan sebesar-besarnya kepada keluarga besar serta sahabat yang
selalu mendoakan dan memberi semangat selama penyusunan dan penyelesaian penelitian ini. Serta
kepada pihak-pihak yang membantu, mendukung dan tempatnya digunakan dalam penelitian ini
(Politeknik Negeri Malang). Juga kepada rekan-rekan mahasiswa Magister Teknik Pengairan
Angkatan 2017.

Daftar Pustaka
Agustin, Hapsari, dan Charits. 2021. Rancangan Sumur Resapan Sebagai Usaha Konservasi Air di
Kampus Politeknik Negeri Malang. JOS - MRK Volume 2, Nomor 2.
Aminudin, M., 2021. BPBD Kota Malang Sebut Ada 20 Titik Longsor dan 14 Lokasi Banjir. [online]
detiknews. Diambil dari: https://news.detik.com/berita-jawa-timur/d-5340348/bpbd-kota-
malang-sebut-ada-20-titik-longsor-dan-14-lokasi-banjir [Diakses pada tanggal 18 September
2021].
Andawayanti, U. 2019. Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Terintegrasi. UB Press. Malang
Badan Standarisasi Nasional. 2002. SNI: 03-2453-2002.Tata Cara Perencanaan Sumur Resapan Air
Hujan untuk Lahan Pekarangan. Jakarta: Badan Standarisasi Nasional.
Bisri, M., dan Prastya, T.A.N. 2009. Imbuhan Air Tanah Buatan Untuk Mereduksi Genangan (Studi
Kasus di Kecamatan Batu Kota Batu). Malang: Jurnal
Dwi T, Sabariah M, M Baharudin R. 2008. A study on artificial recharge well as a part of the
drainage system and water supply in UHTM. National Seminar on Environment, Development
& Sustainability. Selangor (MY).1 : 106111.
Pandu Equator | Jual Geotextile Terbaik di Indonesia. 2021. Apa itu Geotextile dan Fungsinya Secara
Umum. [online] Diambil dari: (https://jualgeotextile.com/apa-itu-geotextile-dan-fungsinya-
secara-umum/) [Diakses 18 November 2021].
Pilon, S. B., Tyner, S. J., Yoder, C. D., & Buchanan, R. J. 2019. The Effect of Pervious Concrete on
Water Quality Parameters: A Case Study. Water , Vol. 11.
Sunjoto. 2011. Teknik Drainase Pro-Air.Yogyakarta: Universitas Gajah Mada
Suripin. 2004. Pelestarian Sumber Daya tanah dan Air. Yogyakarta: Andi
Suripin. 2004. Sistem Drainase Perkotaan yang Berkelanjutan. Yogyakarta: Andi
Suripin, S., & Kurniani, D. 2016. Pengaruh Perubahan Iklim terhadap Hidrograf Banjir di Kanal
Banjir Timur Kota Semarang. MEDIA KOMUNIKASI TEKNIK SIPIL; Volume 22, Nomor
2, DESEMBER 2016 DO - 10.14710/Mkts.V22i2.12881
Upomo TC, Kusumawardani R. 2016. “Pemilihan distribusi probabilitas pada analisa hujan dengan
metode goodness of fit test.” Jurnal Teknik Sipil dan Perencanaan. 18(2):139-148.
Werdiningsih dan Suprayogi, S. 2012. Rancangan Dimensi Sumur Resapan Untuk Konservasi Air
Tanah Dikompleks Tambakbayan. Sleman Diy: Jurnal.

Anda mungkin juga menyukai