36-47
____________________________________________________________________________________
Kutipan: Muntaha, Y., Prayogo, T. B., Yuliani, Emma. (2022). Pemodelan Sumur Resapan Inovatif untuk Konservasi
Air Tanah Permeabilitas Rendah Daerah Kota Malang. Jurnal Teknik Pengairan: Journal of Water Resources
Engineering, 13(1), 36-47. https://doi.org/10.21776/ub.pengairan.2022.013.01.04
37
Muntaha, Prayogo, Yuliani: Pemodelan Sumur Resapan Inovatif Konservasi Tanah Permeabilitas Rendah
1. Pendahuluan
Air merupakan kebutuhan pokok manusia. Air sebagian besar berasal dari dalam tanah. Jumlah
penduduk yang semakin tinggi, mengakibatkan perumahan dan pemukiman ikut meningkat.
Kawasan resapan air dapat rusak secara tidak langsung akibat perubahan tata guna lahan, padahal
ketersediaan air tanah sangat penting bagi kawasan resapan air dan apabila air tanah berkurang maka
pasokan tanah akan berkurang juga. Disamping itu dapat terjadi banjir dan kekeringan apabila terjadi
aliran permukaan dan kurangnya air yang meresap ke dalam tanah.
Perubahan tata guna lahan pada daerah perkotaan mengakibatkan rusaknya kawasan resapan air.
Daerah tangkapan air pada Kota Malang memiliki daya resap rendah (Agustin et al. 2021). Akibat
perubahan iklim global, Indonesia akan mengalami perubahan karakteristik curah hujan. Pada
umumnya musim hujan lebih pendek, tetapi musim kemarau lebih panjang. Jumlah hari hujan
cenderung berkurang, tetapi curah hujan harian maksimum dan intensitasnya cenderung meningkat
(Suripin et al. 2016). Menutup permukaan tanah semakin meningkatkan limpasan air permukaan dan
mengurangi masuknya air ke dalam tanah (Pilon et al. 2019).
Sumur resapan digunakan untuk menampung air hujan dan membiarkannya meresap ke dalam
tanah. Air hujan yang jatuh di atap rumah tidak dialirkan ke selokan atau pekarangan, melainkan
dialirkan ke sumur melalui pipa atau saluran air untuk mengurangi jumlah limpasan yang terjadi.
Aliran permukaan yang lebih besar dari kapasitas tanah menyebabkan genangan air segera setelah
hujan. Ketidakmampuan tanah menahan air hujan menciptakan genangan air yang terus menerus
yang menyebabkan banjir. Meningkatnya limpasan permukaan akan menyebabkan banjir dan
masalah banjir (Dwi 2008).
Diperlukan teknik konservasi khusus untuk menjawab permasalahan yang ada. Sumur resapan
merupakan salah satu alternatif untuk perlindungan air tanah dan meminimalkan limpasan
permukaan, karena sumur resapan mudah diaplikasikan di pemukiman penduduk dan harus dapat
menyeimbangkan penggunaan air tanah (Werdiningsih 2012).
Berdasarkan hasil penelitian Bisri & Titah (2009) bahwa pembangunan sumur resapan merupakan
salah satu solusi perlindungan air tanah tercepat dan paling mungkin diterapkan di Kota Batu, karena
muka air tanah terus turun dari tahun ke tahun.
BPBD Kota Malang mencatat, setidaknya ada 20 titik banjir yang tersebar di wilayah Kota
Malang, di antaranya, di Jalan Bandulan, Jalan Ir Rais, Pertigaan Bandulan Barat, Jalan Candi, yang
kesemuanya berada di wilayah Kecamatan Sukun. Sementara di Kecamatan Lowokwaru, banjir
terjadi di Jalan Sarangan dan Jalan Soekarno Hatta, untuk Kecamatan Blimbing, banjir terjadi di
Jalan Raya Sulfat. Banjir di Kecamatan Kedungkandang terjadi di Jalan Danau Ranau, Jalan Danau
Maninjau Raya, Jalan Danau Toba, dan Jalan Ranugrati (Aminudin 2021).
Sehubungan dengan ini perlu adanya sumur resapan dengan tambahan konstruksi atau material
tertentu. Sumur resapan dengan konstruksi yang sederhana namum efektif akan mempermudah
masyarakat dalam pembangunan dan pemeliharaannya sehingga mendukung usaha pengurangan
risiko banjir perkotaan.
Tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah membuat dan menganalisis model sumur resapan
inovatif yang dapat memaksimalkan masuknya air ke dalam tanah dan dapat diterapkan di lokasi
yang mempunyai tanah permeabilitas rendah serta membandingkan mana yang lebih efektif antara
sumur resapan konvensional dan sumur resapan inovatif.
Muntaha, Prayogo, Yuliani: Pemodelan Sumur Resapan Inovatif Konservasi Tanah Permeabilitas Rendah
Skala 1 : 100
𝑄 = 𝐶. 𝐼. 𝐴 (1)
Dimana :
Q = debit banjir maksimum (m3/det)
C = koefisien pengaliran/limpasan
I = intensitas curah hujan rata-rata (mm/jam)
A = luas daerah pengaliran (Ha)
39
Muntaha, Prayogo, Yuliani: Pemodelan Sumur Resapan Inovatif Konservasi Tanah Permeabilitas Rendah
𝑄 −𝐹.𝐾.𝑇
𝐻= [1 − 𝑒 ] (2)
𝐹.𝐾 𝜋.𝑅 2
Dimana :
H = tinggi muka air dalam sumur (m)
F = adalah factor geomterik (m)
Q = debit air masuk (m3/s)
T = waktu pengaliran (detik)
K = koefisien permeabilitas tanah (m/dt)
R = jari-jari sumur (m)
Muntaha, Prayogo, Yuliani: Pemodelan Sumur Resapan Inovatif Konservasi Tanah Permeabilitas Rendah
Data curah hujan tersebut kemudian diolah dengan analisa distribusi frekuensi menggunakan
metode Log-Person Tipe III untuk menentukan curah hujan rancangan. Dari hasil analisa diperoleh
hujan rancangan dengan kala ulang 5 tahun sebesar 126,344 mm/hari.
𝐻 = 0,70 𝑚
41
Muntaha, Prayogo, Yuliani: Pemodelan Sumur Resapan Inovatif Konservasi Tanah Permeabilitas Rendah
Debit dan dimensi yang dipakai dalam pengujian sumur resapan yaitu menggunakan skala 1 : 0.6.
Diketahui :
Diameter Sumur (L) = 1 m (ukuran model)
Tinggi Sumur (h) = 0,7 m (ukuran model)
Diameter Sumur (L) = 0,6 m (ukuran prototipe)
Tinggi Sumur (h) = 0,42 m (ukuran prototipe)
Debit Sumur (Q) = 0,0102 m3/dtk (ukuran model)
Ditanya : Q Prototipe ?
𝑢𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛 𝑑𝑖 𝑝𝑟𝑜𝑡𝑜𝑡𝑖𝑝𝑒 𝐿𝑝
𝑛1 = =
𝑢𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛 𝑑𝑖 𝑚𝑜𝑑𝑒𝑙 𝐿𝑚
0.6 𝐿𝑝
𝑛𝐿 = 1 = 𝐿 = 0,6
𝑚
0.42 ℎ𝑝
𝑛ℎ = 0.7
= ℎ = 0,6
𝑚
𝑛ℎ = 𝑛𝐿
𝑄 𝑛3 𝑛𝐿2 𝑛ℎ
𝑛𝑄 = 𝑄 𝑝 = 𝑛𝐿 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑛𝑇
𝑚 𝑇
Q = A.V = b.h.V
nQ = nL. nh . nV
= nL . nL . nL1/2 = nL5/2
= 0,6 5/2
nQ = 0,2788
𝑄𝑝
𝑛𝑄 =
𝑄𝑚
𝑄𝑝
0.2788 =
0.0102
𝑄𝑝 = 0,27788 . 0,0102
𝑄𝑝 = 0,002833 m3/dtk
Tabel 3 merupakan rekapan hasil perhitungan sumur resapan pada ukuran asli dan skala.
Tinggi (H) cm 70 42
Muntaha, Prayogo, Yuliani: Pemodelan Sumur Resapan Inovatif Konservasi Tanah Permeabilitas Rendah
Geotekstil juga memiliki sifat permeabilitas tinggi, yang memungkinkan air mengalir melalui
bahan geotekstil. Dalam penerapannya, aliran air membawa partikel-partikel tanah, sehingga di sini
geotekstil berperan sebagai penyaring dimana air masih dapat mengalir tetapi partikel-partikel tanah
tidak menembus bahan geotekstil. (Geotextile dan Fungsinya Secara Umum 2021).
43
Muntaha, Prayogo, Yuliani: Pemodelan Sumur Resapan Inovatif Konservasi Tanah Permeabilitas Rendah
Muntaha, Prayogo, Yuliani: Pemodelan Sumur Resapan Inovatif Konservasi Tanah Permeabilitas Rendah
35.000
30.000 SR
25.000 KONVENSI
20.000 ONAL
KERING
15.000 SR
10.000 KONVENSI
5.000 ONAL
0.000 BASAH
Gambar 4. Grafik Tinggi dan Waktu Sumur Resapan Konvensional dan Inovatif
Tabel 4. Rata-Rata Waktu Penuh, Waktu Habis, Debit Resap dan Kapasitas Sumur Resapan
Prototipe
No Sumur Resapan Tp2 (detik) Th (menit) Qtotal (m3/detik) Vtotal (m3)
1 Konvensional kering 87,62 93,14 0,00286 0,2483
2 Konvensional basah 86,45 131,40 0,00285 0,2450
3 Inovatif kering 121,57 39,75 0,00289 0,3445
4 Inovatif basah 120,43 54,36 0,00287 0,3413
Hasil dari pengujian sumur resapan diatas merupakan hasil dari sumur resapan prototipe. Untuk
mengetahui hasil perhitungan sumur resapan model konvensional dan inovatif perlu dilakukan
penyesuaian dengan menggunakan skala. Berikut contoh perhitungan dalam menentukan skala
panjang, debit, volume, dan waktu :
1. Skala Panjang
Diketahui :
Diameter sumur resapan model = 1 m
Diameter sumur resapan prototipe = 0,6 m
Maka :
𝑢𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛 𝑑𝑖 𝑝𝑟𝑜𝑡𝑜𝑡𝑖𝑝𝑒 𝐿
𝑛𝐿 = = 𝑝
𝑢𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛 𝑑𝑖 𝑚𝑜𝑑𝑒𝑙 𝐿𝑚
0.6 𝐿𝑝
𝑛𝐿 = = = 0,6
1 𝐿𝑚
2. Skala Debit
5/2
𝑛𝑄 = 𝑛𝐿
𝑛𝑄 = 0,65/2 = 0,2778
𝑄𝑝
Persamaan skala debit : 𝑛𝑄 =
𝑄𝑚
3. Skala Volume
𝑛𝑉 = 𝑛𝐿3
𝑛𝑉 = 0,63 = 0,261
𝑉
Persamaan skala Volume : 𝑛𝑉 = 𝑉𝑝
𝑚
4. Skala Waktu
𝑛 𝑇 = √𝑛𝐿
𝑛 𝑇 = √0,6 = 0,774
𝑇𝑝
Persamaan skala Volume : 𝑛 𝑇 =
𝑇𝑚
45
Muntaha, Prayogo, Yuliani: Pemodelan Sumur Resapan Inovatif Konservasi Tanah Permeabilitas Rendah
Setelah diketahui skala untuk debit, volume, dan waktu, maka langkah selanjutnya yaitu
menentukan hasil perhitungan debit, volume, waktu dan penyesuaian skala model sumur resapan
menggunakan persamaan diatas dengan hasil yang ditulis pada Tabel 5.
Keterangan :
TP2 = waktu penuh sumur resapan
TP1 = waktu rencana pengisian sumur resapan
T = waktu air meresap ketika pengisian sumur resapan
TH = waktu air habis sumur resapan setelah penuh
Q1 = debit air meresap ketika pengisian sumur resapan
Q2 = debit air meresap sumur resapan setelah penuh
V1 = volume air meresap ketika pengisian sumur resapan
V2 = volume air meresap sumur resapan setelah penuh
Qtotal = debit total air yang meresap kedalam sumur resapan
Vtotal = volume total air yang meresap kedalam sumur resapan
Muntaha, Prayogo, Yuliani: Pemodelan Sumur Resapan Inovatif Konservasi Tanah Permeabilitas Rendah
Tabel 7. Hasil Perhitungan Dimensi Rencana Sumur Resapan Perumahan Skay Hill
Luas Diameter Tinggi
Debit Permeabilitas
Atap Sumur Sumur
No
Resapan
(A) m2 (Q) m3/dtk (K) m/dtk (H) m
(D) m
1 40 0,0069 1 0,00000589 0,5
2 50 0,0086 1 0,00000589 0,7
3 83 0,0143 1 0,00000589 1
3.6 Penerapan Sumur Resapan Konvensional dan Inovatif untuk Perumahan Skay Hill
Nilai efektifitas dari hasil pengujian sumur resapan konvensional sebesar 2 dan untuk sumur
resapan konvensional sebesar 2,9 maka untuk mengetahui kemampuan sumur resapan meresapkan
air hujan yaitu dari hasil kapasitas (V) sumur resapan rencana dikalikan dengan nilai efektifitas. Hasil
penggunaan sumur resapan sesuai hasil pengujian pada Perumahan Skay Hill dapat dilihat pada Tabel
8 dan Tabel 9.
Dari hasil analisa sumur resapan diatas menunjukkan perbedaan antar sumur resapan
konvensional dan sumur resapan inovatif yang di terapkan pada perumahan Skay Hill. Total volume
air yang diserapkan melalui sumur resapan inovatif lebih besar dari pada sumur resapan
konvensional.
4. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengujian sumur resapan inovatif yang ditambahkan lubang biopori untuk
dasar sumur resapan, dengan dinding permukaan sumur resapan dibuat dengan pemasangan paving
yang diberi jarak dan setiap dua lapis dari pasangan paving tersebut diberikan geotekstile lebih efektif
dibandingan dengan sumur resapan konvensional dengan waktu pengisian sumur resapan inovatif >
sumur resapan konvensional, waktu habis sumur resapan inovatif < sumur resapan konvensional,
debit yang meresap untuk sumur resapan inovatif > sumur resapan konvensional, dan volume atau
kapasitas sumur resapan inovatif > sumur resapan konvensional.
Sumur resapan inovatif dapat diterapakan sebagai salah satu alternatif dalam menunjang
konservasi air di daerah dengan tanah yang mempunyai permeabilitas rendah.
47
Muntaha, Prayogo, Yuliani: Pemodelan Sumur Resapan Inovatif Konservasi Tanah Permeabilitas Rendah
Dari hasil perhitungan kapasitas sumur resapan konvensional dan sumur resapan inovatif yang
diterapkan pada Perumahan Skay Hill Karangploso menunjukkan perbedaan yang signifikan, total
kapasitas atau volume air yang dapat diresapkan melalui sumur resapan konvensional sebesar 95,77
m3 dalam 1 kali hujan, sedangkan untuk sumur resapan inovatif sebesar 138,867 m3 dan dapat di
simpulkan bahwa sumur resapan inovatif lebih efektif dibandingkan dengan sumur resapan
konvensional.
Daftar Pustaka
Agustin, Hapsari, dan Charits. 2021. Rancangan Sumur Resapan Sebagai Usaha Konservasi Air di
Kampus Politeknik Negeri Malang. JOS - MRK Volume 2, Nomor 2.
Aminudin, M., 2021. BPBD Kota Malang Sebut Ada 20 Titik Longsor dan 14 Lokasi Banjir. [online]
detiknews. Diambil dari: https://news.detik.com/berita-jawa-timur/d-5340348/bpbd-kota-
malang-sebut-ada-20-titik-longsor-dan-14-lokasi-banjir [Diakses pada tanggal 18 September
2021].
Andawayanti, U. 2019. Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Terintegrasi. UB Press. Malang
Badan Standarisasi Nasional. 2002. SNI: 03-2453-2002.Tata Cara Perencanaan Sumur Resapan Air
Hujan untuk Lahan Pekarangan. Jakarta: Badan Standarisasi Nasional.
Bisri, M., dan Prastya, T.A.N. 2009. Imbuhan Air Tanah Buatan Untuk Mereduksi Genangan (Studi
Kasus di Kecamatan Batu Kota Batu). Malang: Jurnal
Dwi T, Sabariah M, M Baharudin R. 2008. A study on artificial recharge well as a part of the
drainage system and water supply in UHTM. National Seminar on Environment, Development
& Sustainability. Selangor (MY).1 : 106111.
Pandu Equator | Jual Geotextile Terbaik di Indonesia. 2021. Apa itu Geotextile dan Fungsinya Secara
Umum. [online] Diambil dari: (https://jualgeotextile.com/apa-itu-geotextile-dan-fungsinya-
secara-umum/) [Diakses 18 November 2021].
Pilon, S. B., Tyner, S. J., Yoder, C. D., & Buchanan, R. J. 2019. The Effect of Pervious Concrete on
Water Quality Parameters: A Case Study. Water , Vol. 11.
Sunjoto. 2011. Teknik Drainase Pro-Air.Yogyakarta: Universitas Gajah Mada
Suripin. 2004. Pelestarian Sumber Daya tanah dan Air. Yogyakarta: Andi
Suripin. 2004. Sistem Drainase Perkotaan yang Berkelanjutan. Yogyakarta: Andi
Suripin, S., & Kurniani, D. 2016. Pengaruh Perubahan Iklim terhadap Hidrograf Banjir di Kanal
Banjir Timur Kota Semarang. MEDIA KOMUNIKASI TEKNIK SIPIL; Volume 22, Nomor
2, DESEMBER 2016 DO - 10.14710/Mkts.V22i2.12881
Upomo TC, Kusumawardani R. 2016. “Pemilihan distribusi probabilitas pada analisa hujan dengan
metode goodness of fit test.” Jurnal Teknik Sipil dan Perencanaan. 18(2):139-148.
Werdiningsih dan Suprayogi, S. 2012. Rancangan Dimensi Sumur Resapan Untuk Konservasi Air
Tanah Dikompleks Tambakbayan. Sleman Diy: Jurnal.