Anda di halaman 1dari 20

NAMA : MARIA PRISILIA D.

AGOLMEN KELAS/NO ABSEN : B/19

TUGAS 7 DRAINASE KELAS B 26102023

MAKALAH PENUH (FULL) PERTEMUAN 9

DRAINASE BAWAH PERMUKAAN (BIOPORI DAN SUMUR RESAPAN)

DOSEN :

IR. I MADE UDIANA, MT.

KELOMPOK 7

1 MARIA PRISILIA D. AGOLMEN 2006010007

2 YUNIA E.P AGUSTUS 2006010011

3 BONITRI SARCE PELLONDOU 2006010017

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2023
BAB IV

DRAINASE BAWAH PERMUKAAN

(BIOPORI DAN SUMUR RESAPAN)

4. DRAINASE BAWAH PERMUKAAN


Drainase bawah tanah (subsurface drainage) merupakan drainase yang
berfungsi untuk mengalirkan air limpasan permukaan melalui media di bawah
permukaan tanah. Drainase bawah permukaan ditunjukan untuk mencegah
masuknya air kedalam struktur jalan dan mengeluarkan air dari struktur jalan,
sehingga tidak menimbulkan kerusakan pada jalan distribusi air yang timpang
antara musim penghujan dengan musim kemarau.
a. Biopori
Biopori terdiri dari 2 suku kata, yaitu “bio” dan “pori” dimana “bio” yang
berarti hidup dan “pori” yang berarti pori-pori yang bermanfaat. Lubang resapan
biopori adalah lubang silindris yang dibuat secara vertikal ke dalam tanah sebagai
metode resapan air yang ditujukan untuk mengatasi genangan air dengan cara
meningkatkan daya resap air pada tanah.
Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 12 Tahun
2009 tentang Pemanfaatan Air Hujan, Biopori biasa juga disebut dengan lubang
resapan biopori merupakan lubang yang dibuat tegak lurus ke dalam tanah. Lubang
ini memiliki diameter antara 10-30 cm dan kedalaman 80-100 cm dan tidak
memiliki muka air tanah dangkal.
Peningkatan daya resap air pada tanah dilakukan dengan membuat lubang
pada tanah dan menimbunnya dengan sampah organik untuk menghasilkan
kompos. Sampah organik yang ditimbunkan pada lubang ini kemudian dapat
menghidupi fauna tanah, yang seterusnya mampu menciptakan pori-pori di dalam
tanah.

Gambar 4.1 Lubang Resapan Biopori

1
Sumber: Alviansyah, A., & HAR, R. (n.d.). Efektifitas Pemanfaatan Sumur
Resapan dan Biopori sebagai Artificial Recharge untuk Meresapkan Air
Hujan ke dalam Lapisan Akuifer Dangkal pada DAS Batang Kuranji Kota
Padang (Universitas Negeri Padang).
Dari https://ejournal.unp.ac.id/index.php/mining/article/view/111708

Berdasarkan SNI Nomor: 03-2453-2002 tentang Tata Cara Perencanaan


Sumur Resapan Air Hujan untuk Lahan Pekarangan, terdapat beberapa point yang
dapat diadopsi untuk perencanaan Lubang Resapan Biopori (LRB) yaitu:

1) Sumur Resapan/LRB ditempatkan pada lahan yang relatif datar.


2) Air yang masuk sumur resapan/LRB adalah air hujan yang tidak tercemar.
3) Penetapan sumur resapan/LRB air hujan harus mempertimbangkan
keamanan bangunan sekitarnya.
4) Harus memperhatikan peraturan daerah setempat.
5) Hal-hal yang tidak memenuhi ketentuan ini harus disetujui oleh instansi
yang berwenang.

Berkaitan dengan persyaratan teknis pembuatan LRB yang dapat diadopsi


dari kegiatan sumur resapan menurut Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor
12 tahun 2009 tentang Pemanfaatan Air Hujan, yaitu:

1) Kedalaman muka air tanah (water table) minimum 1,50 m pada musin
hujan;
2) Struktur tanah yang dapat digunakan harus mempunyai nilai permebilitas
tanah ≥ 2,0 cm/jam.

Pembuatan biopori juga memiliki tujuan agar kita memperoleh manfaat.


Berikut ini ada empat manfaat yang kita dapatkan.
1. Mengurangi sampah organik
Pembuatan lubang resapan biopori dapat mengurangi sampah
organik dari rumah kita ke TPA (Tempat Pembuangan Akhir). Karena,
ketika kita membuat lubang, salah satu proses yang harus dilakukan
adalah memasukkan sampah organik. Selain mengurangi sampah

2
organik yang akan dibuang ke TPA, pembuatan biopori juga akan
membuat masyarakat terbiasa memilah antara sampah organik dan
anorganik.
2. Menyuburkan tanah
Ketika kita memasukkan sampah organik ke dalam lubang, akan
terjadi proses biologis yang akan menjadikan sampah tersebut menjadi
pupuk kompos. Dengan terbentuknya pupuk kompos di dalam lubang,
tentu akan membuat tanah menjadi lebih subur.
3. Membantu mencegah terjadinya banjir
Saat ini, banjir sering terjadi entah itu di kota atau di kampung, dan
salah satu penyebabnya adalah sistem drainase yang tidak baik.
Biasanya di daerah padat penduduk drainasenya buruk karena
kurangnya daya serap air oleh tanah.
Dengan membuat lubang resapan biopori, dapat membantu air untuk
segera masuk ke dalam tanah. Selain itu, sampah organik yang ada di
dalam lubang merupakan makanan dari cacing tanah.
Cacing yang masuk ke dalam lubang akan membuat terowongan-
terowongan kecil di dalam tanah ketika menuju ke lubang yang berisi
sampah organik. Hal ini tentu akan membuat air lebih cepat meresap ke
dalam tanah.
4. Mempengaruhi jumlah air tanah
Terowongan-terowongan kecil yang dibuat oleh cacing tanah akan
meningkatkan luas permukaan tanah. Hal ini tentu akan membuat
kapasitas tanah untuk menampung air menjadi meningkat. Bahkan,
lubang resapan biopori ini mampu meningkatkan luas bidang resapan
menjadi 40 kali lipat.

Pembuatan biopori sebaiknya dilakukan pada area terbuka yang akan


terkena air hujan. Kita bisa membuatnya di halaman rumah, sekitar pepohonan,
sekitar tempat parkir, dan tempat terbuka lainnya.

b. Sumur Resapan
Sumur Resapan adalah lubang sumur buatan yang digunakan untuk
menampung air hujan atau aliran air permukaan untuk kemudian meresap ke dalam

3
tanah dalam jumlah banyak. Sumur resapan memiliki diameter 80 hingga 100 cm
dengan kedalaman 1,5 meter namun tidak melebihi kedalaman permukaan air
tanah. Dinding sumur diperkuat dengan buis beton atau pasangan bata atau batu
kosong tanpa diplester.
Sumur resapan berfungsi untuk menampung air pembuangan dan air hujan
kedalam tanah. Air hujan yang melimpah dan tidak dapat terserap kedalam tanah
secara langsung dan sekaligus dapat menyebabkan banjir jika tidak ditampung
kedalam sumur resapan. Air yang tertampung dalam sumur resapan tersebut
kemudian akan di resapkan kedalam tanah yang ada disekitarnya.

Gambar 4.2: Sumur Resapan

4
Sumber: Sumur Resapan – Kebijakan Konservasi Air. (2016). Dari
https://newberkeley.wordpress.com/2016/01/23/sumur-resapan-
kebijakan-konservasi-air/

1. Persyaratan Sumur Resapan


Ketika merencanakan membuat sumur resapan, ada beberapa hal yang
menjadi standar secara nasional. SNI No: 03-2453-2002 merupakan Standar
Nasional Indonesia yang berisi tentang Tata Cara Perencanaan Sumur Resapan
Air Hujan untuk Lahan Pekarangan. Di dalam SNI tersebut terdapat persyaratan
teknis dan persyaratan umum dalam membuat sumur resapan.
Persyaratan umum dalam membuat sumur resapan harus memenuhi hal-hal
berikut ini:
- Air yang masuk kedalam sumur resapan adalah air yang tidak tercemar.
- Sumur resapan untuk air hujan berada pada lahan yang cukup datar.
- Keamanan bangunan sekitar harus menjadi pertimbangan ketika
membuat sumur resapan.
- Tidak bertentangan dengan peraturan daerah setempat.
- Hal-hal yang tidak memenuhi ketentuan ini harus mendapatkan
persetujuan dari instansi yang berwenang.
Selain persyaratan umum, terdapat persyaratan teknis yang harus dipenuhi,
diantaranya adalah:
- Kedalaman tanah pada musim hujan minimal 1,50 meter.
- Keadaan struktur tanah yang dapat digunakan untuk membangun sumur
resapan adalah nilai permebilitas tanah minimal 2.0 cm/jam
- Jarak antara sumur resapan dengan sumur air bersih adalah 3 meter,
jarak antara sumur resapan dengan septictank adalah 5 meter, dan jarak
sumur resapan dengan pondasi bangunan rumah adalah 1 meter.

2. Jenis dan Bentuk Sumur Resapan


Sumur resapan merupakan bangunan yang dibuat dengan tujuan tertentu.
Fungsi dari konstruksi ini adalah bagaimana agar air di atas tanah dapat masuk
ke dalam penampungan sumur resapan, kemudian dapat terserap secara cepat
ke tanah yang ada di sekitarnya. Agar fungsi ini berjalan sebagaimana
5
mestinya, maka bangunan sumur resapan harus disesuaikan dengan kondisi
tanah dan lingkungan sekitar. Terdapat 4 jenis dan bentuk sumur resapan yaitu:
a) Sumur dengan menggunakan susunan batu bata atau batu kali pada
dinding sumur, bagian dasar sumur diisi dengan batu belah dan ijuk
diatas batu belah.
b) Sumur tanpa pasangan batu pada dinding sumur, dasar sumur tidak diisi
batu belah dan ijuk.
c) Sumur tanpa pasangan batu pada dinding sumur dan bagian dasar sumur
diisi batu belah dan ijuk diatas batu belah.
d) Sumur menggunakan beton sebagai dinding sumur dan dasar sumur
tidak diisi batu belah dan ijuk.

Masing-masing bentuk sumur tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan.


Memilih bentuk sumur resapan yang tepat harus mempertimbangkan keadaan
tanah dan batuan di lokasi sekitar sumur yang akan dibuat. Pada keadaan tanah
yang relatif stabil bisa dipilih bentuk sumur dengan tanpa pasangan batu pada
dinding sumur sedangkan pada tanah yang labil sebaiknya dipilih bentuk sumur
dengan pasangan batu pada dinding dan bagian dasar di beri batu belah dan
ijuk.

3. Manfaat Sumur Resapan


Sumur resapan memiliki manfaat yang sangat besar bagi kehidupan manusia
dan lingkungan sekitar. Berbagai manfaat sumur resapan diantaranya adalah:
a) Mencegah terjadinya banjir
Meningkatnya curah hujan mengakibatkan volume air yang ada
diatas tanah menjadi banyak. Apabila air tersebut tidak dapat diserap
langsung oleh tanah maka air tersebut menjadi tergenang dan dapat
mengakibatkan banjir. Adanya sumur resapan maka air tersebut
kemudian dapat di tampung dalam sumur yang kemudian akan di serap
oleh tanah.
b) Meningkatkan dan mempertahankan ketinggian permukaan air tanah

6
Kandungan air dalam tanah apabila tidak mendapat suplai yang
memadai maka semakin lama akan semakin berkurang. Banyaknya
bangunan dan infrastruktur pengerasan jalan serta sedikitnya kawasan
hijau menjadi penghalang air meresap kedalam tanah. Air dapat
langsung mengalir ke sungai yang selanjutnya akan diteruskan ke laut.
Dengan adanya sumur resapan, maka air tidak langsung ke sungai tetapi
masuk kedalam sumur yang kemudian akan diserap oleh tanah yang ada
disekitarnya. Hal ini dapat tetap mempertahankan ketinggian permukaan
air didalam tanah.
c) Mencegah penurunan tanah
Tanah yang memiliki kadar air rendah dan permukaan air tanah yang
rendah menjadikan tanah bagian atas tandus dan keropos. Tanah
kemudian akan mengalami pemampatan kebawah sehingga mengalami
penurunan. Dengan sumur resapan maka kadar air dalam tanah menjadi
terjaga.
d) Mengurangi konsentrasi pencemaran air tanah
Kandungan air yang banyak didalam tanah akan dapat mengurangi
konsentrasi pencemaran air tanah. Sumur resapan membantu menjaga
kandungan air dalam tanah agar tetap banyak.
e) Mencegah erosi dan sedimentasi
Erosi terjadi karena derasnya aliran air di atas tanah. Jika air di atas
tanah tidak dapat terserap dengan cepat kedalam tanah maka air akan
mengalir ke area yang lebih rendah. Kecepatan laju aliran air ini dapat
menyebabkan erosi. Dengan adanya sumur resapan maka aliran air ini
menjadi berkurang sehingga potensi erosi juga berkurang.

f) Memberikan cadangan air dalam jangka panjang


Air yang ada dalam sumur resapan ini secara terus-menerus akan
diserap oleh tanah yang ada disekitarnya. Kandungan air dalam tanah
tersebut merupakan cadangan bagi masa depan. Air tersebut nantinya
dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan manusia dan makhluk hidup
lainnya.

7
4. Sistem Kerja Sumur Resapan
Sumur resapan agar dapat berfungsi sebagaimana mestinya memerlukan
beberapa komponen tambahan berupa bak kontrol, saluran masukan dan
keluaran, dan talang air. Sistem kerja dari sumur resapan ini adalah air yang ada
diatas tanah akan masuk kedalam bak kontrol melalui talang. Talang ini
menjadi penghubung antara talang air rumah dengan bak kontrol. Bak kontrol
kemudian dihubungkan ke sumur resapan melalui saluran masuk sumur
resapan. Dari sumur resapan kemudian diberikan saluran pembuangan keluar
yang terhubung dengan tanah.

4.1 INFILTRASI DAN PERMEABILITAS TANAH


4.1.1 Infiltrasi Tanah
a. Pengertian Infiltrasi Tanah
Menurut Asdak (2010), infiltrasi adalah aliran air masuk kedalam
tanah sebagai akibat gaya kapiler (gerakan air ke arah lateral) dan
gravitasi (gerakan air ke arah vertikal). Setelah lapisan tanah bagian
atas jenuh, kelebihan air tersebut mengalir ke tanah yang lebih dalam
sebagai akibat gravitasi bumi dan dikenal sebagai proses perkolasi.
Laju maksimal gerakan air masuk kedalam tanah dinamakan
kapasitas infiltrasi. Kapasitas infiltrasi terjadi ketika intensitas hujan
melebihi kemampuan tanah menyerap kelembapan tanah. Sebaliknya,
apabila intensitas hujan lebih kecil daripada kapasitas infiltrasi, maka
laju infiltrasi sama dengan laju curah hujan. Laju infiltrasi umumnya
dinyatakan dalam satuan yang sama dengan satuan intensitas curah
hujan, yaitu milimeter per jam (mm/jam) (Asdak, 2010:229).
Infiltrasi adalah aliran air ke dalam tanah melalui permukaan
tanah. Di dalam tanah, air mengalir dalam arah lateral, sebagai aliran
antara (interflow) menuju mata air, danau, sungai, atau secara vertikal
yang dikenal dengan perkolasi (percolation) menuju air tanah. Gerak
air didalam tanah melalui pori-pori tanah dipengaruhi oleh gaya
gravitasi dan gaya kapiler (Triatmodjo, 2009). Klasifikasi laju
infiltrasi tanah dapat dilihat pada Tabel 4.1.

8
Tabel 4.1 Klasifikasi Infiltrasi Tanah

Deskripsi Infiltrasi (mm/jam)

Sangat Lambat 1

Lambat 1–5

Sedang Lambat 5 – 20

Sedang 20 – 65

Sedang cepat 65 – 125

Cepat 125 – 250

Sangat cepat 25

b. Proses Terjadinya Infiltrasi

9
Gambar 4.3 Ilustrasi Infiltrasi Tanah

Sumber: VectorMine. (n.d.). Ilustrasi vektor infiltrasi. Berlabel pembersihan air


curah hujan. Dari https://www.istockphoto.com/id/vektor/ilustrasi-
vektor-infiltrasi-berlabel-air-curah-hujan-alami-bersih-
gm1180348179-330639743

Ketika air hujan menyentuh permukaan tanah, sebagian atau


seluruh air hujan tersebut masuk ke dalam tanah melalui pori-pori
permukaan tanah. Proses masuknya air hujan ke dalam tanah
disebabkan oleh potensial gravitasi dan potensial matriks tanah. Laju
air infiltrasi yang dipengaruhi oleh potensial gravitasi dibatasi oleh
besarnya diameter pori-pori tanah. Di bawah pengaruh potensial
gravitasi, air hujan mengalir tegak lurus ke dalam tanah melalui profil
tanah. Pada sisi yang lain, potensial matriks bersifat mengalirkan air
tersebut tegak lurus ke atas, ke bawah, dan ke arah horizontal.
Potensial matriks tanah ini bekerja nyata pada tanah dengan pori-pori
relatif kecil, pada tanah dengan pori-pori besar potensial ini dapat
diabaikan pengaruhnya dan air mengalir ke tanah yang lebih dalam
oleh pengaruh gravitasi. Dalam perjalanannya, air juga mengalami
penyebaran ke arah lateral akibat tarikan gaya kapiler tanah, terutama
ke arah tanah dengan pori-pori yang lebih kecil (Asdak, 1995).

c. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Infiltrasi


Banyaknya air yang terinfiltrasi dalam satuan waktu disebut laju
infiltrasi. Besarnya laju infiltrasi (f) dinyatakan dalam mm/jam atau
mm/hari. Laju infiltrasi akan sama dengan intensitas hujan (I), bila
laju infiltrasi tersebut lebih kecil dari daya infiltrasinya. Jadi f ≤ fp dan
f ≤ I (Seyhan, 1990).
Menurut Triatmodjo (2008: 92-94) faktor yang mempengaruhi
infiltrasi yaitu:
1) Kedalaman genangan dan tebal tipis lapis jenuh,
2) Kelembaban tanah,
3) Pemampatan oleh hujan,
10
4) Penyumbatan oleh butir halus,
5) Tanaman penutup,
6) Topografi,
7) Intensitas hujan

4.1.2 Permeabilitas Tanah


a. Pengertian Permeabilitas Tanah
Salah satu sifat fisik tanah yang penting adalah kemampuan untuk
meloloskan aliran air melalui ruang pori yang disebut dengan
permeabilitas tanah. Permeabilitas adalah kualitas tanah untuk
meloloskan air atau udara yang diukur berdasarkan besarnya aliran
melalui satuan tanah yang telah dijenuhi terlebih dahulu per satuan
waktu tertentu (Susanto, 1994).
Permeabilitas tanah memiliki lapisan atas dan bawah. Lapisan atas
berkisar antara lambat sampai agak cepat (0,20 – 9,46 cm/jam),
sedangkan di lapisan bawah tergolong agak lambat sampai sedang
(1,10 -3,62 cm/jam) (N. Suharta dan B. H Prasetyo.2008)
Pengukuran permeabilitas tanah sangat penting untuk beberapa
kepentingan di bidang pertanian, misalnya masuknya air ke dalam
tanah, gerak air ke akar tanaman, aliran air drainase, evaporasi air
pada permukaan tanah, kesemuanya itu dapat dipengaruhi oleh
permeabilitas tanah yang mana berkaitan pula dengan peranan

konduktivitas hidroliknya. (Soepardi, 1975).

11
Gambar 4.4 Permeabilitas Tanah

Sumber: Fadlyfauzie, B. (2012). Permeabilitas dan aliran air dalam tanah.


Dari https://fadlyfauzie.wordpress.com/2012/02/29/permeabilitas-
dan-aliran-air-dalam-tanah/

Permeabilitas tanah penting untuk:


1) Mengevaluasi jumlah rembesan (seepage) yang melalui
bendungan dan tanggul sampai ke sumur air.
2) Mengevaluasi gaya angkat atau gaya rembesan di bawah
struktur hidrolik untuk analisis stabilitas.
3) Menyediakan kontrol terhadap kecepatan rembesan sehingga
partikel tanah berbutir halus tidak tererosi dari massa tanah.
4) Studi mengenai laju penurunan (konsolidasi) di mana
perubahan volume tanah terjadi pada saat air tersingkir dari
rongga tanah pada saat proses terjadi pada suatu gradien
energi tertentu.
5) Mengendalikan rembesan dari tempat penimbunan bahan
limbah dan cairan sisa yang mungkin berbahaya bagi
manusia.

b. Koefisien Permeabilitas Menurut Hukum Darcy


Koefisien permeabilitas tanah (k) (satuan: cm/det atau m/det)
digunakan untuk mengetahui besarnya rembesan pada permasalahan
bendungan, saluran irigasi, tanggul utama, sumur resapan dan lainnya.
Koefisien permeabilitas tanah bergantung pada berbagai faktor.
Setidaknya, ada enam faktor utama yang memengaruhi permeabilitas
tanah, yaitu:
1. Viskositas cairan, semakin tinggi viskositasnya, koefisien
permeabilitas tanahnya akan semakin kecil.
2. Distribusi ukuran pori. Semakin merata distribusi ukuran
porinya, koefisien permeabilitasnya cenderung semakin
kecil.

12
3. Distibusi ukuran butiran, semakin merata distribusi ukuran
butirannya, koefisien permeabilitasnya cenderung semakin
kecil.
4. Rasio kekosongan (void), semakin besar rasio
kekosongannya, koefisien permeabilitas tanahnya akan
semakin besar.
5. Kekasaran partikel mineral, semakin kasar partikel
mineralnya, koefisien permeabilitas tanahnya akan semakin
tinggi.
6. Derajat kejenuhan tanah, semakin jenuh tanahnya, koefisien
permeabilitas tanahnya akan semakin tinggi.

Harga koefisien rembesan untuk tiap-tiap tanah adalah berbeda-


beda. Beberapa harga koefisien rembesan yang telah diteliti oleh
peneliti terdahulu diberikan pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.2 Nilai k (koefisien) Tanah Sesuai dengan Jenisnya

Jenis Tanah k (cm/det) Nama


Kerikil > 10-1 Permeabilitas tinggi (High permeability)
Permeabilitas menengah (Medium
Kerikil halus / pasir 10-1 - 10-3
permeability)
Pasir sangat halus
Pasir lanau 10-3 - 10-5 Permeabilitas rendah (Low permeability)
Lanau tidak padat
Lanau padat
Permeabilitas sangat rendah (Very low
Lanau lempung 10-5 - 10-7
permeability)
Lanau tidak murni
Lempung < 10-7 Rapat air (Impervious)
Sumber: fadlyfauzi, 2008

Nilai k tanah untuk bahan drainase:

13
- k > 10-4 cm/s ; Drainase baik (good drainage)
- 10-6 < k < 10-4 cm/s ; Drainase buruk (poor drainage)
- k < 10-6 cm/s ; Rapat air (impervious)
Hukum Darcy menjelaskan tentang kemampuan air mengalir pada
rongga-rongga (pori) dalam tanah dan sifat-sifat yang
memengaruhinya. Ada dua asumsi utama yang digunakan dalam
penetapan hukum Darcy ini. Asumsi pertama menyatakan bahwa
aliran fluida/cairan dalam tanah bersifat laminar. Sedangkan asumsi
kedua menyatakan bahwa tanah berada dalam keadaan jenuh.
v=k x i .....................................................................................(4.1.1)
Q
v= .......................................................................................(4.1.2)
At
∆h
i= .......................................................................................(4.1.3)
L

Sehingga hukum Darcy dirumuskan sebagai:

(k x A x t x ∆ h)
Q= .................................................................(4.1.4)
L

dimana:

v = Kecepatan aliran (m/s atau cm/s)

k = Koefisien permeabilitas

I = Gradien hidrolik

A = Luas penampang aliran (m2 atau cm2)

T = Waktu tempuh fluida sepanjang L (detik)

∆ h = Selisih ketinggian (m atau cm)

L = Panjang daerah yang dilewati aliran (m atau cm)

c. Uji Permeabilitas di Laboratorium

14
Pengujian permeabilitas tanah dilakukan di laboratorium
menggunakan metode Constant Head Permeameter dan Variable/
Falling Head Permeameter
1. Constant Head Permeameter
Uji ini digunakan untuk tanah yang memiliki butiran kasar
dan memiliki koefisien permeabilitas yang tinggi.

Rumus:

Q=k x A x i x t ....................................................................(4.1.5)

(Q x L)
k= .....................................................................(4.1.6)
(h x A x t)

dimana:

Q = Debit (cm3)

k = Koefisien permeabilitas (cm/detik)

A = Luas penampang (cm2)

L = Panjang/tinggi sampel (cm)

h
i = Koefisien hidrolik =
L

t = Waktu (detik)

Contoh soal:

Suatu contoh tanah pasir dengan luas = 35 cm 2, panjang 20 cm,


dipergunakan untuk pemeriksaan permeabilitas dengan constant
head permeameter. Dalam keadaan kering, contoh tanah tersebut
beratnya = 1105 gram, apabila head = 50 cm dan selama 5 menit
banyaknya air yang mengalir sebanyak = 105 cc, maka diminta
tentukan angka permeabilitas tanah asli/tanah yang diuji.

Penyelesaian:

15
Qx L 105 x 20 −3
k= = =4 x 10 cm/detik
h x A x t 50 x 35 x (5 x 60)

2. Variable/Falling Head Permeameter


Uji ini digunakan untuk tanah yang memiliki butiran halus
dan memiliki koefisien permeabilitas yang rendah.

Rumus:

(a x L) (h1 )
k =2,303 x x log ............................................(4.1.7)
( A x L) (h2 )

dimana:

K = Koefisien permeabilitas (cm/detik)

a = Luas penampang pipa (cm2)

L = Panjang/tinggi sampel (cm)

A = Luas penampang sampel tanah (cm2)

t = Waktu pengamatan (detik)

h1 = Tinggi awal (cm)

h2 = Tinggi akhir (cm)

d. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Permeabilitas Tanah


1. Tekstur tanah
Tekstur tanah adalah perbandingan antara pasir, liat, dan
debu yang menyusun suatu tanah. Tekstur sangat berpengaruh
pada permeabilitas. Apabila teksturnya pasir maka permeabilitas
tinggi, karena pasir mempunyai pori-pori makro. Sehingga
pergerakan air dan zat-zat tertentu bergerak dengan cepat.
2. Struktur Tanah
Struktur tanah adalah agregasi butiran primer menjadi
butiran sekunder yang dipisahkan oleh bidang belah alami.
Tanah yang mempunyai struktur mantap maka permeabilitasnya
rendah, karena mempunyai pori-pori yang kecil. Sedangkan

16
tanah yang berstruktur lemah, mempunyai pori besar sehingga
permeabilitanya tinggi.
3. Porositas
Permeabilitas tergantung pada ukuran pori-pori yang
dipengaruhi oleh ukuran partikel, bentuk partikel, dan struktur
tanah. Semakin kecil ukuran partikel, maka semakin rendah
permeabilitas.
4. Viskositas cairan
Viskositas merupakan kekentalan dari suatu cairan. Semakin
tinggi viskositas, maka koefisien permeabilitas tanahnya akan
semakin kecil.
5. Gravitasi
Gaya gravitasi berpengaruh pada kemampuan tanah untuk
mengikat air. Semakin kuat gaya gravitasinya, maka semakin
tinggi permeabilitasnya.

e. Faktor – Faktor yang Dipengaruhi Permeabilitas Tanah


1. Infiltrasi
Infiltrasi berkaitan dengan kemampuan tanah menghantar
partikel. Jika permeabilitas tinggi maka infiltrasi tinggi.
2. Erosi
Erosi perpindahan massa tanah, jika permeabilitas tinggi
maka erosi rendah.
3. Drainase
Drainase adalah proses menghilangnya air yang berkelebihan
secepat mungkin dari profil tanah. Mudah atau tidaknya air
hilang dari tanah menentukan kelas drainase tersebut. Air dapat
menghilang dari permukaan tanah melalui peresapan ke dalam
tanah. Pada tanah yang berpori makro proses kehilangann airnya
cepat, karena air dapat bergerak dengan lancar. Dengan
demikian, apabila drainase tinggi, maka permeabilitas juga
tinggi.
4. Konduktifitas

17
Konduktifitas didapat ketika menghitung kejenuhan tanah
dalam air (satuan nilai), untuk membuktikan permeabilitas cepat
atau tidak. Konduktifitas tinggi maka permeabilitas tinggi.
5. Run off
Run off merupakan air yang mengalir di atas permukaan
tanah. Sehingga, apabila run off tinggi maka permeabilitas
rendah.
6. Perkolasi
Perkolasi merupakan pergerakan air di dalam tanah. Pada
tanah yang kandungan litany tinggi, maka perkolasi rendah.
Sehingga, apabila perkolasi rendah maka permeabilitasnya pun
rendah.

DAFTAR PUSTAKA

Lingkungan Hidup, Dinas. (2016). Biopori., dari https://dlh.blitarkab.go.id/biopori/


Pada 27 September 2023 diakses Pukul 13.20

KLHK, Direktor Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim. (2017). Peresapan Air Biopori.
Dari http://ditjenppi.menlhk.go.id/kcpi/index.php/inovasi/198-peresapan-air-dan-
bangunan-terjunan-air-bta pada 27 September 2023 dikakses pukul 13.50 WITA

Geografi, Ilmu. (2016). Sumur Resapan: Pengertian, Jenis dan Manfaatnya. Dari
Sumur Resapan: Pengertian, Jenis dan Manfaatnya - IlmuGeografi.com Pada 27
September 2023 diakses pukul 14.10 WITA

18
Hadiman, Benny. (2016). Tinjauan Pustaka. Infiltrasi Adalah Gerakan Air Permukaan
Tanah Masuk Ke Dalam. dari https://adoc.pub/tinjauan-pustaka-infiltrasi-adalah-
gerakan-air-permukaan-tan.html Pada 27 September 2023 diakses pukul 14.30
WITA

Putra, Adhe Mareta. (2017). Kajian Empiris Terhadap Lubang Resapan Pada
Beberapa Jenis Tanah. Tugas Akhir. Semarang: Universitas Semarang., dari
https://repository.usm.ac.id/files/skripsi/C11A/2014/C.131.14.0011/
C.131.14.0011-05-BAB-II-20180726030218-Kajian-Empiris-Terhadap-
Lubang-Resapan-Pada-Beberapa-Jenis-Tanah-.pdf Pada 27 September 2023
diakses pukul 14.50 WITA

19

Anda mungkin juga menyukai