DISUSUN OLEH:
Daffa Ardhika Hidayat
KELAS:
9.C
Daftar Isi
i. Bab I
- Pendahuluan
ii. Bab II
- Pembahasan
iii. Bab III
- Penutup
Bab I
Pendahuluan
1.1 LATAR BELAKANG
Pemanfaatan sumber daya alam yang berupa tanah dan air sebagai salah satu modal dasar
pembangunan nasional, harus dilaksanakan sebaik-baiknya berdasarkan azas kelestarian,
keserasian dan azas pemanfaatan yang optimal, yang dapat memberikan manfaat ekonomi,
ekologi dan sosial secara seimbang.
Penggunaan pemanfaatan tanah dan lahan yang tidak sesuai dengan kaidah-kaidah
konservasi dan melampaui kemampuan daya dukungnya, akan menyebabkan terjadinya lahan
kritis. Disamping itu perilaku masyarakat yang belum mendukung pelestarian tanah dan
lingkungan menyebabkan terjadinya bencana alam banjir pada musim penghujan.
Untuk menghindari hal tersebut di atas perlu dilakukan upaya pelestarian lahan kritis, dan
pengembangan fungsi biopori terus ditingkatkan dan disempurnakan. Biopori pada lahan kritis
dimaksudkan untuk memulihkan kesuburan tanah, melindungi tata air, dan kelestarian daya
dukung lingkungan.
Dalam rangka pemanfaatan sumber daya alam baik berupa tanah dan air perlu
direncanakan dan dikelola secara tepat melalui suatu sistem pengelolaan Lubang Resapan
Biopori (LRB). Salah satu upaya pokok dalam pengelolaan LRB adalah berupa pengaturan
keseimbangan pada lingkungan yang kurang daerah peresapan.
Dari aspek perencanaan ditempuh melalui penyempurnaan pembuatan biopori di
lingkungan sekitar masyarakat. Di akspek inilah diharapkan akan dapat menjadi acuan
pelaksanaan pembuatan biopori oleh semua kalangan masyarakat. Biopori secara umum, dapat
mengurangi resiko bahaya banjir di daerah yang kurang lahan peresapan air. Tidak hanya sebagai
pencegah banjir, penerapan biopori yang secara rutuin akan menghasilkan pupuk kompos yang
sangat bermanfaat.
Bab II
Pembahasan
Pembuatan lubang biopori merupakan solusi teknologi ramah lingkungan untuk
mengatasi ketersediaan air tanah dengan memanfaatkan sampah organik melalui lubang kecil
dalam tanah. Air dan sampah adalah dua hal yang tidak akan lepas dari kehidupan makhluk
hidup, termasuk manusia. Setiap manusia setiap hari menghasilkan sampah dari aktifitas
hidupnya. Terkadang sampah menjadi sumber masalah pencemaran lingkungan, padahal sampah
mempunyai potensi besar dalam menyelamatkan lingkungan, jika diperlakukan secara arif dan
bijaksana. Sementara air, sangat penting bagi makhluk hidup. Tanpa air, makhluk hidup akan
mati. oleh karena itu, perlu dilakukan pengolahan air dan sampah untuk melangsungkan
kehidupan.
Pembuatan biopori dapat dilakukan dimana saja, dengan ketersediaan tanah yang tidak
terlalu luas. Teknologi yang dikembangkan oleh Kamir (2006) ini sangat cocok diterapkan di
wilayah perkotaan yang tanahnya penuh bangunan sehingga penyerapan air menjadi minim.
Dengan memanfaatkan lubang kecil dan sampah organik maka wilayah perkotaan yang terlihat
kering dan gersang akan berubah menjadi wilayah yang ramah lingkungan. Disamping itu,
sampah organik yang tersimpan didalam lubang, dapat dijadikan sebagai sumber penghasil
kompos yang dapat digunakan untuk menyuburkan tanaman.
4. Jhon Herf (2008) dalam blognya menuliskan sepuluh manfaat dari biopori, diantaranya adalah:
a. Memelihara cadangan air tanah.
b. Mencegah terjadi keamblesan (subsidence) dan keretakan tanah.
c. Menghambat intrusi air laut.
e. Mengubah sampah organik menjadi kompos.
f. Meningkatkan kesuburan tanah.
g. Menjaga keanekaragaman hayati dalam tanah.
h. Mengatasi masalah yang ditimbulkan oleh adanya genangan air seperti demam berdarah,
malaria, kaki gajah.
i. Mengurangi masalah pembuangan sampah yang mengakibatkan pencemaran udara dan perairan.
j. Mengurang emisi gas rumah kaca (CO2 dan metan).
k. Serta mengurangi banjir, longsor, dan kekeringan.
2.3 PERENCANAAN LOKASI
Dalam hal perancangan pembuatan biopori, agar kinetik kerja biopori lebih maksimal
perlu tempat-tempat yang khusus dan tepat. Jika kita menempatkan biopori ditempat yang tepat,
maka biopori tersebut akan lebih leluasa dalam segi kinerjanya dan hasil yang kita terima pun
akan lebih maksimal. Oleh karena itu, perlu perhatikan secara cermat untuk memilih lokasi
pemasangan biopori. Dalam sub-sub bab ini, penulis akan menjelaskan pemilihan tempat
perancangan biopori dari beberapa sumber, yaitu:
1. Sumber pertama menurut Perpus Online (2008) dalam penjelasannya ada tiga
lokasi yang disarankan dan ketiga lokasi itu juga disertai gambar yang mendukung. Inilah ketiga
lokasi tersebut :
1. Pada alas saluran air hujan di sekitar rumah, kantor, sekolah, dsb.
2. Di sekeliling pohon.
3. Pada tanah kosong antar tanaman atau batas tanaman.
2. Adapun Persyaratan Lokasi menurut Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia /Nomor :
P. 32/MENHUT-II/2009 /Tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Teknik Rehabilitasi Hutan
dan Lahan Daerah Aliran Sungai (RTkRHL-DAS), menyebutkan untuk setiap 100 lahan
idealnya Lubang Resapan Biopori (LRB) dibuat sebanyak 30 titik dengan jarak antara 0,5 - 1 m.
Dengan kedalam 100 cm dan diameter 10 cm setiap lubang bisa menampung 7,8 liter sampah.
Sampah dapur dapat menjadi kompos dalam jangka waktu 15-30 hari, sementara sampah kebun
berupa daun dan ranting bisa menjadi kompos dalam waktu 2-3 bulan.
2.4 PERENCANAAN PEMBUATAN
Setelah kita mengetahui pemahaman tentang biopori, manfaat apa saja yang dapat kita
peroleh dari penerapannya, dan lokasi perencanaan yang tepat untuk biopori. Maka langkah
terakhir yaitu kita tinggal mempraktekkan bagaimnan cara pembuatan biopori yang disarankan
oleh para ahli. Dari sinilah kita bisa tahu cara pembuatannya secara langsung, karena penulis
tidak hanya menggunakan kata atau bahkan kalimat saja untuk menjelaskan cara pembuataannya.
Tapi juga dengan gambar, diharapkan dengan adanya gambar ini pembaca tidak terlalu
mengalami kesulitan dalam memahaminya, berikut beberapa sumber tentang perencanaan
pembuatan biopori:
1. Proses pembuatan biopori (http://mengenal-dan-memanfaatkan-lubang-biopori.html/ diakses 31
Desember 2009), dibagi dalam 2 tahap, yaitu
a. Tahap pembuatan
Membuat lubang biopori bukan pekerjaan susah, hanya memang memerlukan daya
yang cukup besar. Kedalaman lubang yang disarankan adalah 80-100 cm, kedalaman yang
memungkinkan organisme pengurai bekerja dengan optimal. Sedangkan diameter yang
disarankan adalah 10-30 cm. Karena membuat di halaman rumah, maka 10 cm lebih
proporsional. Lalu menggali lubang-lubang secara manual menggunakan peralatan sederhana
seperti pipa paralon, bambu, dan linggis. Jika ketemu lapisan batu penggalian dialihkan ke titik
lain. Jika tanah terlalu keras dasar lubang diairi secukupnya dan penggalian diteruskan setelah air
meresap. Sebenarnya IPB menyediakan alat bor tapi pada saat itu saya belum berpikir untuk
berinvestasi. Setelah lima hari, jadilah sebanyak 34 lubang silinder dan empat lubang
memanjang. Meskipun angka ini sebenarnya terlalu banyak, tapi saya tidak menyesalinya.
Penggalian lubang dilakukan pertengahan Februari ketika Bogor sedang mengalami
puncak musim hujan. Waktu yang lebih baik tentu saja ketika hujan tidak sedang turun. Saya
memilih loster sebagai penutup lubang. Loster biasanya digunakan sebagai lubang angin yang
dipasang di dinding WC atau dinding rumah yang menghadap keluar. Satu buah loster dipotong
untuk dua lubang. Untuk memperkuat kedudukan loster sekeliling mulut lubung disemen
sehingga cukup kokoh jika kita berjalan di atasnya. Dengan ditutupnya lubang kaki tidak akan
kejeblos, apalagi anak saya masih kecil-kecil dan senang bermain-main di halaman.
b. Tahap pengisian
Sekarang waktunya membuang sampah, maksudnya mengisi lubang biopori. Tapi
sebelum dimasukkan pilahlah terlebih dahulu sampah organik dan sampah non-organik. Karena
melalui fermentasi sampah organik dengan bantuan aktivator EM4 dapat menghasilkan pupuk
biokasi. Agar tidak bingung dalam memilah sampah, maka sediakan dua tempat sampah, sebut
saja S (sampah) dan B (biopori), yang masing-masing diberi kantong plastik. Pada prinsipnya
semua bahan dari makhluk hidup masuk dalam kategori organik. Namun untuk mengisi tempat
sampah B hanya untuk bahan-bahan yang lebih mudah terurai seperti sisa sayur dan potongan
tempe/daging/ikan yang tidak terpakai. Juga sisa makanan yang tidak habis dimakan, sisa
makanan lain seperti roti dan cemilan, ampas kopi, dan kantung teh celup, masuk ke B.
Tulang ayam dan tulang sapi, bonggol jagung, serta kulit telur walaupun masuk
kategori organik, dimasukkan ke tempat sampah S. Di tempat sampah ini bergabung kertas, besi,
plastik, kayu, kain, dan benda-benda lain yang tidak mungkin atau sulit terurai. Kantong plastik
juga disatukan ke tempat sampah S yang selanjutnya di tempatkan di bak sampah luar rumah.
Sesekali waktu, bila ada sampah yang berasal tumbuhan, misalnya setelah merapikan
tanaman dengan memotong daun, bunga yang mulai layu, sulur yang kepanjangan, atau
memotong rumput dan ranting pohon seperlunya. Sampah yang dihasilkan dari proses ini
langsung dimasukkan ke lubang-lubang terdekat. Agar merapat ke dasar, bumbungan sampah
hijau ini didorong dengan tongkat.
2. Cara Pembuatan Lubang Biopori Resapan Air ada empat tahap yaitu:
a. Membuat lubang silindris di tanah dengan diameter 10-30 cm dan kedalaman 30-100 cm serta
jarak antar lubang 50-100 cm.
b. Mulut lubang dapat dikuatkan dengan semen setebal 2 cm dan lebar 2-3 sentimeter serta
diberikan pengaman agar tidak ada anak kecil atau orang yang terperosok.
c. Lubang diisi dengan sampah organik seperti daun, sampah dapur, ranting pohon, sampah
makanan dapur non kimia, dsb. Sampah dalam lubang akan menyusut sehingga perlu diisi
kembali dan di akhir musim kemarau dapat dikuras sebagai pupuk kompos alami.
d. Jumlah lubang biopori yang ada sebaiknya dihitung berdasarkan besar kecil hujan, laju resapan
air, dan wilayah yang tidak meresap air dengan rumus = intensitas hujan (mm/jam) x luas
bidang kedap air (meter persegi) / laju resapan air perlubang (liter / jam).
Sumber informasi:Organisasi.Org Komunitas & Perpustakaan Online Indonesia.com.
3. Jika menurut TIM Biopori dari IPB(2007), menyeburkan cara pembuatan biopori sangat mudah
sekali untuk diterapkan di lingkungan sekitar. Pembuatan biopori ada lima tahap, yaitu:
a. Buat lubang silindris secara vertikal ke dalam tanah dengan diamter 10 cm. Kedalaman kurang
lebih 100 cm atau tidak sampai melampaui muka air tanah bila air tanahnya dangkal. Jarak antar
lubang antara 50 - 100 cm.
b. Mulut lubang dapat diperkuat dengan semen selebar 2 - 3 cm dengan tebal 2 cm di sekeliling
mulut lubang.
c. Isi lubang dengan sampah organik yang berasal dari sampah dapur, sisa tanaman, dedaunan, atau
pangkasan rumput.
d. Sampah organik perlu selalu ditambahkan ke dalam lubang yang isinya sudah berkurang dan
menyusut akibat proses pelapukan.
e. Kompos yang terbentuk dalam lubang dapat diambil pada setiap akhir musim kemarau
bersamaan dengan pemeliharaan lubang resapan.
4. Cara pemuatan biopori menurut Salman (2009) bisa dilakukan dilorong samping rumah. Ini
tentu sangat menguntungkan sekali bagi para warga yang tidak mempunyai lahan luas untuk
biopori. Dalam hal ini Salman, menjelaskan cara pembuatan biopori yang dilakukan di lorong
samping rumahnya beserta gambarnya. Langkah-langkah pembuatannya adalah
a. Persiapan bahan-bahan yang diperlukan.
- Paralaon
- Kasa nyamuk
- Biopori
b. Cara pembuatan
- Lokasi lubang pertama, dipilihlah halaman belakang yang tanahnya hanya berukuran 140 x 40
cm, tapi menjadi tempat lewat air hujan dan pancuran air tempat mencuci macam-
macam. Cukup untuk menjadi 2 buah lubang dengan jarak 100 cm.
- Persiapan awal, batu-batu gosok yang menutupi tanah dikumpulkan dan dibersihkan dulu,
supaya tidak ikut jatuh ke lubang.
- Mata bor memudahkan penggalian dan pengangkatan tanah galian, dan mencetak lubang
berdiameter 10cm. Dengan bor khusus ini, kita bisa dengan mudah membuat lubang dengan
diameter 10 cm dan kedalaman 100 cm.
- Untuk menggali, putar bor searah jarum jam, jangan dibalik. Demikian pula pada saat
mengangkat tanah galian, tetap searah jarum jam hanya sedikit demi sedikit diangkat ke atas.
- Hasil galian pertama Tampungan tanah liat
- Menggali lubang kedua yang berjarak 100 cm dari lubang pertama
- Selanjutnya memotong paralon sepanjang 20 cm, untuk dijadikan penahan dinding lubang
supaya tanah di atasnya tidak mudah jatuh/turun.
- Kedalaman dinding paralon tidak usah terlalu dalam, karena fungsinya hanya untuk menahan
tanah jatuh
- Lubang biopori kan kadang-kadang harus dibuka untuk diisi limbah, dan supaya baunya tidak
menyeruak ke atas, juga harus ditutup dan ditimbuni batu sedikit.
- Syarat lain adalah air di atasnya harus tetap bisa mengalir masuk.
- Biopori sudah selesai. Seperti bukan lubang peresapan
6. Cara pembuatan bopori menurut Oasezam weblog.htm (2009) hampir sama dengan konsep
Salman (2009), yang membedakan hanyalah dalam segi metode peralatannya saja. Kalau
Oaezam menggunakan metode yang modern, tapi Salman menggunakan metode yang sederhana.
Berikut ini adalah cara pembuatan menurt oaezam adalah
a. Buatlah lubang sedalam 80 – 100 cm dengan diameter 10 – 30 cm.
b. Masukkan daun daunan kering ke dalam lubang
c. Tutuplah dengan Loster
Sebagai contoh, untuk daerah dengan intensitas hujan 50 mm/jam (hujan lebat), dengan
laju peresapan air perlubang 3 liter/menit (180 liter/jam) pada 100 m 2 bidang kedap perlu dibuat
sebanyak (50 x 100) / 180 = 28 lubang.
Bila lubang yang dibuat berdiameter 10 cm dengen kedalaman 100 cm, maka setiap
lubang dapat menampung 7.8 liter sampah organik. Ini berarti bahwa setiap lubang dapat diisi
dengan sampah organik selama 2-3 hari. Dengan demikian 28 lubang baru dapat dipenuhi
dengan sampah organik yang dihasilkan selama 56 - 84 hari. Dalam selang waktu tersebut
lubang yang pertama diisi sudah terdekomposisi menjadi kompos sehingga volumenya telah
menyusut. Dengan demikian lubang-lubang ini sudah dapat diisi kembali dengan sampah organik
baru dan begitu seterusnya.
Bab III
Penutup
3.1 KESIMPULAN
Lubang Resapan Biopori (LRB) secara umum adalah lubang-lubang di dalam tanah yang
terbentuk akibat berbagai aktivitas organisme di dalamnya, seperti cacing, perakaran tanaman,
rayap dan fauna tanah lainnya. Lubang - lubang yang terbentuk akan terisi udara dan akan
menjadi tempat berlalunya air di dalam tanah. LBR ini merupakan salah satu upaya strategis
untuk meminimalisir terjadinya bencana banjir. Salah satu penyebab bencana banjir adalah
karena kurangnya lahan untuk peresapan air, bila air hujan turun secara berlebihan maka air
tersebut tidak bisa menyerap ke dalam tanah seluruhnya. Untuk menghindari hal itu, maka perlu
kebijakan terbaru untuk menerepkan pengembangan biopori di lingkungan. Dalam aspek
penerapan biopori tidaklah terlalu menghabiskan biaya yang terlalu banyak dan cara
pembuatannya pun cukup sederhana. Cukup membuat beberapa lubang di sekitar lingkungan,
kemudian lubang tersebut dapat diisi dengan sampah organik. Tapi dalam memasukkan sambah
organik jangan terlalu rapat, beri celah-celah udara agar organisme tanah bisa mencerna sampah
tersebut. Baru setelah itu tutup lubang biopori. Bila dilihat dari segi manfaatnya, biopori
memiliki banyak keuntungan, yaitu bisa mencegah banjir, menyuburkan tanah, menghasilkan
pupuk kompos, dan sebagainya. Oleh karena itu, masyarakat dihimbau untuk segara menerapkan
biopori di lingkungan masing-masing. Jika sebagian besar masyarakat telah banyak yang
menerapkan biopori, maka kita tidak perlu khawatir lagi pada musim penghujan.
3.2 SARAN
Makalah ini membahas seluruh aspek dari biopori, yaitu definisi, manfaat, lokasi
pembuatan, cara pembuatan, jumlah yang disarankan, biaya pembuatan, dan pemiliharaannya.
Dan makalah ini sangat cocok untuk seluruh masyarakat yang ingin menerapkan lubang resapan
biopori (LRB). Tapi tidak menutup kemungkinan, yang hanya sekedar ingin tahu lebih jelas
tentang biopori juga sangat dianjurkan untuk membaca makalah ini. Karena dengan membaca,
kita akan mendapatkan wawasan. Dan wawasan tersebut, dapat kita sampaikan kepada teman-
teman yang belum mengetahui tentang biopori dan juga sekaligus sebagai upaya untuk
mensukseskan penerapan biopori di Indonesia ini. Karena akhir-akhir ini banyak terjadi banjir
yang menggenangi kota-kota di Indonesia, khususnya di kota-kota yang lahannya kritis.
Daftar Pusaka
Prana, Y. 2009. Lubang Resapan Biopori. (Online). (http://Yayasan-Prana-Nasional-
Indonesia.wordpress.com, diakses 31 Desember 2009).
Salman. 2008. Biopori Pertama di Rumah. (Online). (http://Perempuan-Banget!.wordpress.com,
diakses 31 Desember 2009).
Herf, Jhon. 2008. Biopori sebagai Peresapan Air yang Mengatasi Banjir dan Sampah. (Online).
(http://jhonherf.wordpress.com, diakses 31 Desember 2009).
Griya. 2008. Mengenal dan Memanfaatkan Lubang Biopori. (Online). (http://kumpulaninfo.com,
diakses 31 Desember 2009).
Yusuf, Muhammad. 2009. Solusi Banjir dengan Membuat Biopori. (Online). (http://OaseZam-
WeBloG.com, diakses 31 Desember 2009).
Biopori, TIM IPB. 2007. Biopori Teknologi Tepat Guna Ramah Lingkungan-Alat dan Pemesanan
Alat. (Online). (http://biopori.com, diakses 31 Desember 2009).
Anonim. 2007. Mencegah banjir Lewat Lubang Serapan Biopori. Suara Merdeka, (Online),
(http://Nules-Nules.wordpress.com, diakses 31 Desember 2009).
R, Kamir Brata. 2009. Lubang Resapan Biopori untuk Mitigasi Banjir, Kekeringan dan Perbaikan.
Prosiding Seminar Lubang Biopori (LBR) dapat Mengurangi Bahaya banjir di Gedung BPPT
2009. Jakarta.
Anonim. 2008. Pengertian Biopori dan Cara Membuat Lubang Resapan Biopori Air (LRB) pada
Lingkungan Sekitar Kita. (Online). (http://organisasi.org.com, diakses 29 Desember 2009).
Anonim. 2008. Biopori. (Online). (http://wikipedia-bahasa-Indonesia-ensiklopedia-bebas.com, diakses
29 Desember 2009).
Biopori, TIM IPB. 2007. Biopori Teknologi Tepat Guna Ramah Lingkungan-Pengantar. (Online).
(http://biopori.com, diakses 29 Desember 2009).
San. 2008. Biopori di Halaman Rumah. (Online). (http://titik-mol.wordpress.com, diakses 29
Desember 2009).
Anonim. 2009. Jakarta Butuh 76 Juta Lubang Biopori. Republika, (Online), (http://diglib-AMPL.com,
diakses 29 Desember 2009).
Biopori, TIM IPB. 2007. Biopori Teknologi Tepat Guna Ramah Lingkungan-Jumlah LRB yang
disarankan. (Online). (http://biopori.com, diakses 29 Desember 2009).
Biopori, TIM IPB. 2007. Biopori Teknologi Tepat Guna Ramah Lingkungan-Keunggulan dan
Manfaat. (Online). (http://biopori.com, diakses 29 Desember 2009).
Biopori, TIM IPB. 2007. Biopori Teknologi Tepat Guna Ramah Lingkungan-Lokasi Pembuatan.
(Online). (http://biopori.com, diakses 29 Desember 2009).
Biopori, TIM IPB. 2007. Biopori Teknologi Tepat Guna Ramah Lingkungan-Peringati hari Bumi,
Bogor buat 5250 Biopori. (Online). (http://biopori.com, diakses 29 Desember 2009).
Biopori, TIM IPB. 2007. Biopori Teknologi Tepat Guna Ramah Lingkungan-Cara Pembuatan.
(Online). (http://biopori.com, diakses 29 Desember 2009).
Biopori, TIM IPB. 2007. Biopori Teknologi Tepat Guna Ramah Lingkungan-Jumlah LRB yang
disarankan. (Online). (http://biopori.com, diakses 29 Desember 2009).
Biopori, TIM IPB. 2007. Biopori Teknologi Tepat Guna Ramah Lingkungan-Lubang Resapan Biopori
(LBR). (Online). (http://biopori.com, diakses 29 Desember 2009).
Tirza, Pratama. 2009. Ada yang Baru. Plasa Teen, 20 Maret, hlm. 6-7.