BAB : 6
PENCACAH DAN TRANSFER DATA
REGISTER
Pendahuluan
Rangkaian-rangkaian multivibrator pada Bab-5 mempunyai banyak aplikasi didalam
sistem komputer, khususnya rangkaian bistabil multivibrator (FF). Rangkaian bistabil
digunakan untuk membangun sebuah sistem pencacah (counter) yang dipakai dalam sistem
operasi-operasi waktu pada sistem komputer umumnya.
1. Sebagai rangkaian pencacah (counter), untuk membentuk operasi Arithmatik.
2. Sebagai shift-register, digunakan untuk mentransfer data diantara dua sistem
komputer.
3. Sebagai pusat informasi, digunakan sebagai pusat penyimpanan data atau register
(storage).
Rangkaian-rangkaian astabil digunakan sebagai sumber pembangkit pulsa (clock) untuk
memberi trigger pada pengoperasian sistem komputer. Dan rangkaian monostabil dipakai
untuk membentuk lebar pulsa yang diinginkan guna memperoleh sinkronisasi dalam sistem
operasi.
168
MODUL AJAR DIGITAL PSTE SMT-1 D4
QA QB QC
J QA J QB J QC
(a)
CLOCK 1 2 3 4 5 6 7 8 9
t
QA 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1
t
QB 0 0 1 0 0 1 0
t
0 0 0 0 1 0
QC t
0 1 2 3 4 5 6 7 0
(b) RECYCLE
Yang perlu diperhatikan dalam operasi pencacah asinkron adalah sebagai berikut :
169
MODUL AJAR DIGITAL PSTE SMT-1 D4
1. Pulsa jam (clock) hanya diberikan kepada masukan-masukan clock FF-A, dan FF-A
akan toggle (berubah keadaan lawannya) setiap saat pulsa-pulsa jam melakukan transisi
menuju negatip (1 ke 0).
2. Setiap FF dari masukan-masukan J dan K dihubungkan ke +Vcc untuk memperoleh
kondisi toggle.
3. Keluaran Q normal dari setiap FF diumpankan sebagai masukan jam (clock)
berikutnya.
4. Dan Gambar 6.1b menunjukan bentuk-bentuk gelombang keluarannya yang
membuktikan urut-urutan keadaan hitungan yang diberikan oleh rangkaian tersebut.
Dimana FF-A (QA) sebagai LSB dan FF-C (QC) sebagai MSB.
5. Setelah terjadi pulsa clock ke 8, hitungan biner dari pencacah tersebut menunjukan
keadaan 111 (=7). Dan atas komando pulsa jam ke-9 keadaan hitungan menjadi 000
(=0), dengan kata lain pencacah telah menghitung dalam satu cyclus lengkap.
6. Apabila rangkaian Gambar : 6.1a diperluas jumlah bitnya misalkan menjadi 4-bit,
maka hitungan-hitungan pencacah tersebut akan dapat mencapai hingga 1111 (=15)
dan setelah hitungan itu pencacah akan recycle kembali ke hitungan awal 0000 (=0).
Gambar : 6.2a memperlihatkan susunan yang lain dari pencacah asinkron, dimana
keluaran-keluaran Q diumpankan sebagai trigger pulsa clock untuk FF berikutnya. Dan
bagaimana dengan kondisi-kondisi hitungannya untuk susunan rangkaian Gambar : 6-2
tersebut ? akan dijelaskan dalam Gambar : 6.2b.
Analisis :
Pada susunan pencacah ini keluaran-keluaran QA dan QB diumpankan sebagai pulsa
trigger pada masukan clock FF berikutnya, oleh karena itu untuk mendapatkan bentuk-
bentuk gelombang QA dan QB harus menginversikan masing-masing QA dan QB.
1. Perlu diingat, tiap-tiap FF bekerja sebagai mode toggle, yaitu setiap FF akan berubah
keadaan lawannya saat terjadi pulsa jam menuju transisi negatip (1 ke 0).
2. Keluaran pencacah tetap diambil dari masing-masing QA, QB dan QC normal.
170
MODUL AJAR DIGITAL PSTE SMT-1 D4
QA QB QC
J QA J QB J QC
(a)
CLOCK 1 2 3 4 5 6 7 8 9
t
QA 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1
t
QA 0
t
QB 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1
t
QB
0 1 1 1 1 0 0 0 0 1
QC
HITUNGAN 0 7 6 5 4 3 2 1 0 7
RECYCLE
(b)
171
MODUL AJAR DIGITAL PSTE SMT-1 D4
QA QB QC
J Q J Q J Q
(a)
QA QB QC
J Q J Q J Q
b)
172
MODUL AJAR DIGITAL PSTE SMT-1 D4
N adalah jumlah FF yang digunakan dalam susunan pencacah asinkron (Gambar : 6.1a).
Sebagai contoh , apabila disusun dalam 5 buah FF untuk pencacah asinkron, maka akan
diperoleh suatu Mod-32 counter (25). Yang berarti memiliki 32 keadaan yang berbeda ,
yakni mulai dari 00000 hingga 11111. Dan bilangan biner maksimum yang dapat
ditunjukan oleh pencacah selalu = ( 2N – 1 ), artinya apabila menggunakan 5-buah FF
angka biner yang ditunjukan adalah : 25 – 1 = 31 (10) = 11111 (2).
Jawab : Persoalan ini tidak lain menentukan jumlah FF yang digunakan dalam susunan
rangkaian penghitung (counter). Misal diambil N = 8, yang akan memberikan nilai Mod =
28 hitungan, atau 256 500, jumlah ini tidak akan cukup untuk menampilkan jumlah objek
sebanyak 500 buah. Oleh karena itu N harus = 9 atau 2 9 = 512. Angka Mod-512 ini akan
dapat menampilkan hitungan biner sampai 111111111(2) atau = 512(10). Sebenarnya boleh
saja menentukan N lebih besar dari 9 (FF), tetapi langkah ini hanya akan menambah
pemborosan flip-flop, karena setelah FF yang ke-9 aktif (hitungan ke 500) FF selebihnya
tidak akan pernah di trigger.
gelombang pada masukan clocknya. Sebagai contoh apabila frekwensi masukan clock dari
FF-A adalah 16 KHz, maka frekwensi bentuk gelombang QA akan = 8 KHz dan berturut-
turut pada QB = 4 KHz, QC = 2KHz. Jadi dapat disimpulkan bahwa pencacah Gambar :
6.1 mempunyai frekwnsi keluaran sama dengan frekwensi pulsa jam dibagi dengan angka
Mod-nya (Mod-8) atau rangkaian pencacah tersebut dapat dikatakan sebagai pencacah
pembagi-8.
174
MODUL AJAR DIGITAL PSTE SMT-1 D4
MOD-60 DISPLAY
Schmitt-Trigger
COUNTER DETIK
60 HZ 60 HZ 1 HZ
(a)
MOD-60 DISPLAY
COUNTER MENIT
1 HZ
1/60 HZ
(b)
MOD-60 DISPLAY
COUNTER JAM
1/60 HZ 1/3600 HZ
(c)
Apabila diinginkan menghitung sampai nilai biner 1001 (=9) dan kemudian berhenti (self-
stopping), maka rangkaiannya dapat dimodifikasi seperti dalam Gambar : 6.5b. Yakni
dengan menambah sebuah gerbang NAND sebagai fungsi pengendali (driver).
175
MODUL AJAR DIGITAL PSTE SMT-1 D4
QA QB QC QD
J S Q J S Q J S Q J S Q
(a)
LSB QA QB QC MSB QD
S Q S Q S S
J J J Q J Q
QA
QB
(b)
Pada masukan-masukan J dan K dari FF-A posisi terendah (LSB) untuk mendapatkan
kondisi mempertahankan (memori) harus diberikan masukan rendah (= 0). Yang diberikan
melalui keluaran gerbang Nand. Dan keseluruhan prinsip operasional dari rangkaian
Gambar : 6.5b sebagai berikut :
Pada kedudukan ini QA dan QD akan tinggi (=1), oleh karena itu gerbang NAND akan
menghasilkan keluaran rendah yang diumpankan kepada masukan-masukan J dan K
dari FF-A.
3. Keadaan masukan-masukan J = K = 0 (FF-A) membuat FF-A menjadi kondisi
mempertahankan (memori) dan tidak terpengaruh oleh adanya pulsa clock yang masih
aktif diberikan. Karena FF-A tidak dapat berubah keadaan, maka demikian halnya
terhadap FF-B, FF-C dan FF-D, sehingga pencacah tetap berada pada hitungan 1001
(=9). Keadaan ini akan tetap bertahan sampai FF-A dan FF-D direset (Clearing) pada
kondisi = 0, hal ini dapat dilakukan dengan memberi pulsa rendah sesaat kepada
masukan asinkron DC-Clear dan pencacah siap menghitung ulang dari awal hitungan
0000 sampai 1001.
Jadi self-stopping counter digunakan dalam pemakaian-pemakaian dimana diperlukan pada
hitungan tertentu dengan hanya menambah sebuah gerbang NAND untuk mengubah level-
level logika tertentu itu sebagai pengendali pada masukan J dan K dari FF-A (LSB), agar
diperoleh kondisi mempertahankan (memory).
Cara lain untuk memperoleh setiap sembarang angka Mod dapat memanfaatkan fasilitas
Reset/Clear yang ada pada FF tersebut (DC-set atau DC-clear). Gambar : 6.6 menunjukan
sebuah 4-bit pencacah asinkron. Dengan mengabaikan fungsi gerbang Nand untuk
sementara, dapat dilihat bahwa pencacah tersebut merupakan sebuah Mod-16 binary
counter, yang secara normal akan menghitung nilai 0000 sampai 1111.
Tetapi dengan adanya gerbang NAND yang dihubungkan sedemikian rupa, maka pencacah
akan mengubah urut-urutan hitungan seperti yang dijelaskan dalam Gambar : 6.6b.
Analisis :
1 Keluaran gerbang NAND dihubungkan ke masukan DC Clear-DC Clear setiap FF
(masukan asinkron). Selama keluaran NAND = tinggi tidak akan memberi pengaruh
kepada aktifitas pencacah, tetapi apabila keluaran NAND menuju keadaan rendah,
maka akan mereset semua FF. Sehingga pencacah segera berubah ke kedudukan awal
hitungan (=0000).
2. Msukan-masukan NAND adalah keluaran dari FF-A dan FF-C, sehingga keluaran
NAND akan menuju rendah apabila keluaran dari FF-A dan FF-C = tinggi. Keadaan ini
akan dicapai saat pencacah berubah dari 1001 menuju ke keadaan 1010 (pulsa masukan
177
MODUL AJAR DIGITAL PSTE SMT-1 D4
ke-10). Harga rendah (=0) pada keluaran NAND akan segera meng-clear pencacah
pada kedudukan awal 0000, sekali semua FF di-clear, keluaran-keluaran NAND akan
kembali menuju tinggi (=1) . Karena kedudukan QB dan QD = tinggi terjadi hanya
sesaat.
3. Dan urut-urutan hitungannya dapat ditulis dalam tabel kebenaran (Tabel : 6.1) Pada
hitungan ke-10 terjadi hanya sesaat (± ns), sehingga semua keluaran FF seolah-olah
tidak akan pernah terjadi kedudukan 1010 (decimal sepuluh), dan pencacah hanya
menampilkan hitungan maksimumnya 1001 (decimal sembilan) kemudian recycle ke
0000. Jadi pada prinsipnya dapat dikatakan bahwa pencacah ini dapat menghitung
mulai dari 0000 (=0) sampai dengan 1001 (=9) kemudian recycle ke 0000. Hitungan-
hitungan selebihnya 1010 sampai 1111 oleh pencacah dilompati (skipping). Sehingga
sistem pencacah tersebut dikatakan sebagai Mod-10 atau sebagai pembagi-10.
LSB MSB
QA QB QC QD
S Q S S S
J J Q J Q J Q
QB
QD
(a)
178
MODUL AJAR DIGITAL PSTE SMT-1 D4
CLOCK 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
t
QA 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1
t
QB 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0
t
QC 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0
t
QD 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0
t
Pulsa
Reset t
Hitungan 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1
Reset sesa’at
(b)
Gambar : 6.6 Diagram Waktu Pencacah naik Mod-10 Counter dengan J/K-FF
a). Rangkaian Logika Mod-10 counter
b). Diagram Waktu Mod-10 counter
Hitungan QD QC QB QA
0 0 0 0 0
1 0 0 0 1
2 0 0 1 0
3 0 0 1 1
4 0 1 0 0
RECYCLE
5 0 1 0 1
6 0 1 1 0
7 0 1 1 1
8 1 0 0 0
9 1 0 0 1
POSISI
10 1 0 1 0 RESET
179
MODUL AJAR DIGITAL PSTE SMT-1 D4
LSB MSB
QA QB QC QD
S S S S
J Q J Q J Q J Q
QC
QD
Jawab :
Susunan rangkaian pencacah Gambar 6.7 merupakan sebuah 4-bit biner dimana dalam
kondisi normal (tanpa reset) akan menghitung 0000 sampai 1111.
Masukan-masukan NAND adalah keluaran dari QC dan QD yang akan recycle ke 0000
apabila dicapai hitungan 1100 (desimal 12). Jadi sesungguhnya pencacah tsb mempunyai
12 kedudukan stabil dari 0000 sampai 1111. Oleh karena itu rangkaian pencacah ini
merupakan sebuah Mod-12 counter. Apabila frekwensi masukkannya = 30 KHz, maka
frekwensi keluaran QD = 30 KHz dibagi dengan 12 = 2,5 KHz.
desimal terbesar (=6) ditampilkan, maka pada posisi angka selanjutnya (sesaat) harus
direset, dan set (recycle) kepada posisi angka awal. Dan rangkaiannya dapat
dikonstruksi dalam Gambar : 6.7a. Dan Gambar : 6.7b menunjukan penjelasan dari
diagram waktunya.
QA QB QC
LSB MSB
S Q S S
J J Q J Q
(a)
Clock
QA
LSB 1 1 1 0 1 1
QB
0 1 1 1 1 1
QC
MSB
0 1 1 1
Set/
Reset
0 1 2 3 4 5 6 1 2 3 dst
recycle
(b)
181
MODUL AJAR DIGITAL PSTE SMT-1 D4
0 0 0 0
1 0 0 1
2 0 1 0
Recycle
3 0 1 1
4 1 0 0
5 1 0 1
Kedudukan 6 1 1 0
sesa’at utk 7 1 1 1
Set/Reset
182
MODUL AJAR DIGITAL PSTE SMT-1 D4
2. Cara ke-2 untuk memperoleh Mod-60 (pembagi-60) counter dapat dikonstruksi dari
sebuah Mod-10 dan Mod-6 yang diserialkan. Dimana frekwensi 60 Hz diumpankan
kepada masukan Mod-10 counter (FF-LSB) dan FF-terakhir (FF-D) akan memiliki
frekwensi keluaran sebesar 60/10 = 6 Hz.. Dan pulsa dengan Frekwensi = 6 Hz
kemudian diumpankan kepada masukan Mod-6 counter yang akan membagi frekwensi
ini dengan 6, diperoleh frekwensi keluaran seluruhnya = 1 Hz.
Meskipun cara ini memerlukan FF seluruhnya 7-buah (bit) dibandingkan dengan cara
pertama (yang hanya 6-buah/bit), namun cara ke-2 ini sering menjadi alternatif pilihan
karena hanya membutuhkan pengawatan yang relatif sedikit. Dan secara umum untuk IC-
IC pembagi (Mod) dibawah 16 secara komersial sudah tersedia dipasaran.
QA QB QC QD QE QF
J S QA J S QB J S QC J S QD J S QE J S QF
OUTPUT
CLK CLK CLK CLK CLK CLK Freq = 1 Hz
CLOCK
INPUT K Q K Q K Q K Q K Q K Q
R R R R R R
Freq = 60 Hz
QC
QD
QE
QF (a)
(b)
183
MODUL AJAR DIGITAL PSTE SMT-1 D4
tertentu. Tetapi bagaimanapun juga pencacah ini masih memiliki suatu kelemahan, yang
disebabkan oleh prinsip operasinya, yakni setiap FF ditrigger oleh FF didepannya. Dan
setiap FF juga memiliki waktu perambatan operasi (propagation delay time), yang
dinotasikan sebagai Tpd. Ini berarti FF berikutnya tidak akan respon sampai waktu Tpd
setelah FF didepannya menerima masukan clock, begitu juga seterusnya dalam pemakain
sejumlah N-bit. Sehingga dalam pemakain N-bit untuk mewujudkan pencacah asinkron
akan dibutuhkan waktu total operasi sebesar : N x Tpd. Dengan kata lain penundaan
perambatan dari sejumlah FF akan berakumulasi sehingga FF yang ke-N tidak dapat
berubah keadaan sampai waktu yang ke N x Tpd setelah terjadi pulsa jam. Gambar : 6.10
menunjukan bentuk-bentuk gelombang yang terjadi dalam pemakain N = 3-bit.
T= 1000ns
1 2 3 4 5 6
0 1 0 1 0 1 0
50ns
0 0 1 1 0 0 1
100ns
0 0 0 0 1 1 1
150ns
Hitungan 0 1 2 3 4 5 6
(a)
184
MODUL AJAR DIGITAL PSTE SMT-1 D4
T= 100ns
1 2 3 4 5 6 7
0 1 0 1 0 1 0
50ns
0 0 1 1 0 0 0
100ns
0 0 0 0 ? 1 1
150 ns
Hitungan 0 1 2 3 ? 5 4
(b)
Gambar : 6.10a menunjukan situasi dimana pulsa masukan clock terjadi setiap 1000 ns (T
= 1000 ns). Diasumsikan bahwa setiap FF mempunyai penundaan perambatan sebesar 50
ns (Tpd = 50 ns).
185
MODUL AJAR DIGITAL PSTE SMT-1 D4
Misal akan direncanakan suatu pencacah asinkron dengan 3-buah FF (3-bit) dan Tpd dari
FF diberikan 50 ns, maka betas frekwensi clock maksimum adalah :
F = 1 / (3 x 50 ns ) = 6,67 MHz
Jelaslah bahwa apabila jumlah pemakain FF dari suatu pencacah asinkron diperbesar,
maka penundaan perambatan total rangkaian tersebut juga akan semakin bertambah,
sehingga frekwensi maksimumnya akan semakin rendah.
186
MODUL AJAR DIGITAL PSTE SMT-1 D4
QA QB QC QD
+Vcc
J S QA J S QB J S QC J S QD
K Q K Q K Q K Q
R R R R
CLOCK
INPUT
187
MODUL AJAR DIGITAL PSTE SMT-1 D4
3. FF-C akan toggle apabila QA = 1 dan QB = 1, yaitu pada saat terjadi hitungan ke-3
dan ke-4 dari pulsa jam.
4. Demikian halnya dengan FF-D akan toggle apabila QA = 1, QB = 1 dan QC = 1.
Jawab :
1). Penundaan total yang diperbolehkan antara pulsa-pulsa jam adalah : Tpd FF + Tpd-
gerbang AND. Jadi : T-jam 50 ns 20 ns = 70 ns. Sehingga pencacah paralel
tersebut mempunyai, F maks = 1 / 70 n s = 14,3 MHz. (untuk pencacah paralel).
Dan untuk Mod-16 serial counter menggunakan 4-buah FF (bit), dengan Tpd = 50 ns
tiap FF. Jadi Frek-maksimum adalah : F maks = 1 / 4 x 50 n s = 5 MHz. (untuk
pencacah serial).
2). Untuk Mod-32, maka FF ke-5 harus ditambahkan karena 25 = 32, masukan clock dari
FF ini harus disambungkan secara paralel. Masukan J dan K diberikan dari 4-masukan
gerbang-NAND yang diambilkan dari keluaran QA, QB, QC dan QD.
3). Frekwensi maksimum tetap menggunakan prinsip pada jawaban a., berapapun jumlah
FF yang digunakan dalam rangkaian pencacah peralel ini, yakni = 14,3 MHz.
Dan perlu diingat bahwa untuk merencanakan sebuah pencacah paralel lebih baik
menggunakan FF tipe M/S-FF (Master/Slave), karena masukan J dan K dari suatu FF
kadangkala akan merespon saat bersamaan dengan pemberian masukan clock saat transisi
menuju negatip. Dengan memakai jenis M/S-FF akan meniadakan kemungkinan terjadinya
kondisi berpacuan atau saling mendahului (race problem).
188
MODUL AJAR DIGITAL PSTE SMT-1 D4
Input-FF Output-FF
J K Q Q
0 0 Memory Memory
0 1 = 0 (Reset) =1
1 0 = 1 (Set) =0
1 1 Toggle Toggle
189
MODUL AJAR DIGITAL PSTE SMT-1 D4
Output-FF Input-FF
Kondisi Kondisi
lama baru
J K
Q=0 Q=0 0 X
Q=0 Q=1 1 X
Q=1 Q=0 X 1
Q=1 Q=1 X 0
B BC
0 1 00 01 11 10
A A
0 AB AB 0 ABC ABC ABC ABC
A = MSB A = MSB
B = LSB C = LSB
(a) (b)
190
MODUL AJAR DIGITAL PSTE SMT-1 D4
CD
00 01 11 10
AB 0 1 3 2
00 ABCD
4 5 7 6
01 ABCD
12 13 15 14
11 ABCD
8 9 11 10
10 ABCD
A = MSB
D = LSB
(C)
Gambar : 6.12a merupakan bentuk peta dengan 2-variabel mempunyai 4-kombinasi yang
mungkin, dan bentuk persamaannya ditulis sebagai :
X = A . B + A B + A B + AB ……….……….……………… (6.4).
Dan tiap-tiap suku term dari ekspresi tersebut dilukiskan dalam baris-kolom pada peta
Karnaugh atau dengan kata laian setiap suku term dilukiskan dalam kotak yang beralamat.
Dalam beberapa hal ekspresi Boolean (2-3) dapat ditulis dalam bentuk lain yakni :
X = m ( 0, 1, 2, 3 ) ……………………………………………... (6.5).
Dengan cara yang sama ekspresi Boolean Gambar : 6.13b secara lengkap dapat ditulis
sebagai :
X = m ( 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7 ) ……………….………………....... (6.6).
Demikian pula untuk ekspresi Gambar : 6-13c akan dapat ditulis seperti persamaan (6.6)
191
MODUL AJAR DIGITAL PSTE SMT-1 D4
.
Langkah penting dalam pengelompokan :
Untuk 2-variabel.
1. Pengelompokan dengan dua kotak (suku term) akan diperoleh satu variabel.
2. Pengelompokan dengan 4-kotak (suku term) akan diperoleh nilai tinggi =1 (+Vcc).
Untuk 3-variabel :
1. Pengelompokan dengan dua-kotak (suku term) akan diperoleh dua variabel.
2. Pengelompokan dengan empat-kotak akan diperoleh satu variabel.
3. Pengelompokan dengan delapan kotak akan diperoleh nilai tinggi = 1 (+Vcc).
Untuk 4-variabel :
1. Pengelompokan dengan dua kotak akan diperoleh tiga-variabel.
2. Pengelompokan dengan empat-kotak akan diperoleh dua-variabel.
3. Pengelompokan dengan delapan-kotak akan diperoleh satu-variabel.
4. Pengelompokan dengan 16-kotak akan diperoleh nilai tinggi = 1 (+Vcc).
Dan syarat-syarat yang harus dipenuhi didalam pengelompokan adalah sebagai berikut :
1. Pengelompokan berlaku 2N N = bilangan bulat positip.
2. Pengelompokan dilakukan secara simetri dalam baris maupun kolom.
3. Pengelompokan tidak berlaku dalam posisi diagonal.
4. Dalam melakukan pengelompokan diusahakan mengelompokan jumlah term (kotak)
sebanyak mungkin mengacu pada persyaratan point : 1, 2 dan 3.
Jawaban :
Langkah pertama harus menyediakan bentuk peta dengan 2N ! ( N = jumlah variabel).
Karena hitungan (angka terbesar) adalah = 7, maka 2 N = 7. N 3. Demikian pula pada
persoalan (b) yakni : 2N = 6, diperoleh N 3, sehingga bentuk mapnya dapat
digambarkan seperti dalam Gambar : 6.13.
192
MODUL AJAR DIGITAL PSTE SMT-1 D4
BC BC
00 01 11 10 00 01 11 10
A A
0 0 0 1 1 0 1 0 0 1
1 0 0 1 1 1 1 0 0 1
X=B X=C
(a) (b)
Jawab :
1. Langkah pertama adalah menentukan jumlah bit dengan bilangan terbesar = 3,
sehingga : 2N = 3. diperoleh N = 2 (2-bit).
2. Menuliskan tabel kebenaran untuk 2-variabel. (Gambar : 6.14a)
3. Menganalisis kemungkinan-kemungkinan untuk setiap bit FF apabila keluarannya
diberikan seperti dalam persoalan yang diinginkan, kemudian memasukan kedalam
peta Karnaugh. (Gambar : 6.14b)
4. Mengelompokan variabel yang mungkin dengan persyaratan yang ditetapkan, sehingga
diperoleh bentuk ekspresi sederhana.
5. Menggambar rangkaian hasil penyederhanaan dengan ekspresi Boolean (Gambar :
6.14c)
193
MODUL AJAR DIGITAL PSTE SMT-1 D4
HITUNGAN
(STAGE)
QB QA
Awal
0 0 0 hitungan
1 0 1
2 1 0
3 1 1 Recycle
0 0 0 ke “0”
(a)
QA QA
0 1 0 1
QB 0 1
QB 0 1
0 1 X 0 X 1
2 3 2 3
1 1 X 1 X 1
JA = 1 KA = 1
QA QA
0 1 0 1
QB 0 1
QB 0 1
0 0 1 0 X X
2 3 2 3
1 X X 1 0 1
JB = QA KB = QA
(b)
QA QB
(LSB) (MSB)
J S QA J S QB
CLK CLK
K Q K Q
R R
+Vcc
CLOCK
INPUT
(c)
Gambar : 6.14 Mod-4 Pencacah Paralel.
194
MODUL AJAR DIGITAL PSTE SMT-1 D4
HITUNGAN
(STAGE)
QC QB QA
Awal
0 0 0 0 hitungan
1 0 0 1
2 0 1 0
3 0 1 1 Recycle
4 1 0 0 ke “0”
5 1 0 1
Don’t
6 1 1 0 care
7 1 1 1 =X
(a)
195
MODUL AJAR DIGITAL PSTE SMT-1 D4
BA BA
00 01 11 10 00 01 11 10
C C
0 1 X X 1 0 X 1 1 X
1 0 X X X 1 X X X X
JA = C KA = 1
BA BA
00 01 11 10 00 01 11 10
C C
0 0 1 X X 0 X X
X 1
1 0
1 0 X X X 1 X X X X
JB = A KB = A
BA BA
00 01 11 10 00 01 11 10
C C
0 0 0 1 0 0 X X X X
1 X X X X 1 1 X X X
JC = AB KC = 1
(b)
QA QB QC
LSB MSB
+Vcc
J S QA J S QB J S QC
K Q K Q K Q
R R R
196
MODUL AJAR DIGITAL PSTE SMT-1 D4
START RESET
Frek yang tak diketahui
PENCACAH
t1 t2 (COUNTER)
t1 t2
Frek. sampling
DECODER
&
DISPLAY
Contoh : 6.10
Frekwensi yang diukur adalah 3792 Hz. Counter di reset pada kedudukan nol sebelum t1.
Tentukan penunjukkan frekwensi setelah diberikan sampling interval : a). 1 detik; b). 0,1
detik dan c). 10 milli detik ?
Jawaban :
197
MODUL AJAR DIGITAL PSTE SMT-1 D4
a). Dalam suatu sampling interval 1 detik (sec) akan ada 3792 pulsa-pulsa masuk ke dalam
counter, sehingga setelah t2 isi dari counter akan menunjuk 3792.
b). Dengan suatu sampling interval 0,1 detik (sec) jumlah pulsa yang lewat melalui
3792 pulsa
ANDGate masuk kedalam counter akan ada : x 0,1 det ik 379,2 pulsa .
det ik
Ini berarti jumlah pulsa yang manapun akan dihitung, adalah angka : 379 atau 380.
(tidak ada nilai dibelakang koma), tergantung kepada t1 pada bagian cycle pulsa yang
mana saat mulai terjadi penyamplingan.
c). Dengan sampling interval 10 m-detik (m-sec) = 0,01 sec, counter akan menunjukkan
salah satu angka dari 37 atau 38.
Kecermatan dari cara ini hampir sepenuhnya tergantung kepada panjang gelombang
pulsa sampling interval yang harus dikontrol dengan sangat cermat. Cara yang paling
banyak digunakan untuk memperoleh pulsa-pulsa sample yang sangat cermat ditunjukkan
dalam Gambar : 6.17. Sebuah oscillator yang dikontrol oleh kristal (crystal controlled
oscillator) digunakan untuk menghasilkan suatu bentuk gelombang yang sangat stabil
yakni 100 KHz , dibentuk menjadi pulsa-pulsa bujur-sangkar dan diberikan kepada
sederetan decade-counter atau pembagi 10 (Mod-10) digunakan berturut-turut untuk
membagi frekwensi 100 KHz. Frekwensi-frekwensi keluaran hasil bagi dengan pembagi-
10 adalah secermat /sestabil frekwensi kristal. Switch selektor digunakan untuk memilih
salah satu dari output-output counter pembagi-10 yang diberikan ke sebuah FF tunggal
untuk dibagi dengan-2 . Misalnya pada posisi switch-1, maka pulsa-pulsa 1 Hz akan
diberikan ke FF Q, yang bekerja sebagai sebuah toggle FF sehingga output-nya
merupakan gelombang bujur-sangkar dengan periode T = 2 sec dan panjang gelombangnya
adalah tp = T/2 = 1 sec. Panjang pulsa (pulse duration) ini adalah sampling interval = 1
sec yang dikehendaki. Pada posisi-2 sampling intervalnya adalah : 0,1 sec, dan seterusnya
sama prinsipnya untuk posisi-posisi yang lain.
198
MODUL AJAR DIGITAL PSTE SMT-1 D4
100 KHz
10 KHz 10 Hz 2
10 Hz +Vcc
1
1 Hz
PEMBAGI PEMBAGI
: 10 : 10
1 KHz
1 Hz
Contoh: 6.11
Misalkanlah bahwa counter pada Gambar : 6.16 dibuat dari tiga kaskade BCD counter dan
display-display yang melengkapinya. Apabila frekwensi input yang akan diukur berada
dalam rentang 1 – 10 KHz, manakah yang merupakan penempatan terbaik untuk posisi
switch dalam Gambar : 6.17.
Jawaban :
Dengan 3-digit BCD counter kapasitas hitungan total dari counter adalah 999. Apabila
digunakan sampling interval : 0,1 sec, frekwensi 10 KHz akan menghasilkan hitungan
maks 1000. Agar supaya menggunakan kapasitas penuh dari counter, maka posisi switch
harus ditempatkan pada posisi-2. Apabila digunakan sampling interval 1 sec, kapasitas
counter akan selalu terlampaui untuk frekwensi-frekwensi dalam rentang : 1 – 10 KHz.
Apabila digunakan interval yang lebih rendah, counter hanya akan menghitung antara : 0
hingga 99, hal ini akan memberikan penunjukkan hanya untuk dua-angka signifikan yang
merupakan suatu pemborosan kapasitas counter.
Gambar : 6.16 menunjukkan bahwa sebuah pulsa reset diberikan kepada rangkaian counter
sebelum memulainya sampling interval pada t1, sehingga setiap pengukuran, counter
memulainya dari nol (start). Dan Gambar : 6.18 menunjukkan rangkain rekwensi counter,
termasuk fasilitas resetting (clear). Bentuk timming diagram gelombang tiap segmen
rangkaian selengkapnya ditunjukkan dalam Gambar : 6.18b.
199
MODUL AJAR DIGITAL PSTE SMT-1 D4
RESETTING
(CLEAR)
RANGKAIAN
COUNTER
PULSA SAMPLING
DEKODER
&
DISPLAY
Q X J
OS T Clk
X K
Tp = 100 usec
+Vcc
(a)
PULSA
INPUT t
PULSA 1 1 1 1 1
t
SAMPLING t1 t2 t3 t4 t5 t6 t7 t8 t9
FF X
t
CLEAR COUNTER
OUTPUT-Q
OS 1 1
t
OUTPUT
AND t
(b)
200
MODUL AJAR DIGITAL PSTE SMT-1 D4
4. Pada saat t3 pulsa sample ke-2 akan meng-enable (=”1”) AND-Gate (karena saat ini X
pada kondisi “1”) sehingga memungkinkan masuknya pulsa-pulsa input (frekwensi)
yang akan diukur ke dalam counter untuk dicacah/dihitung sampai waktu t4.
5. Pada saat t4 pulsa sample kembali posisi “RENDAH” dan akan men-toggle X menjadi
“0” bersamaan dengan itu juga akan men-disable AND-Gate. Sehingga counter berhenti
menghitung.
6. Antara waktu t4 dan t6 counter telah menyimpan hasil proses hitungannya kemudian
mendisplaykan saat waktu t4 . Perhatikan bahwa saat terjadi pulsa sample ke-3 tidak
meng-enable AND-Gate karena FF-X pada kondisi “RENDAH”.
7. Pada saat t6 sisi turun dari pulsa sample akan men-toggle FF-X menuju ke kondisi
“TINGGI”. Selanjutnya urutan kerjanya akan sama dengan langkah ke-2 yaitu saat
waktu t2.
Kemudian frekwensi counter bekerja menurut hituingan mengulang (recycle), menyimpan
(hold) dan mendisplaykan, resetting ke “0” dan seterusnya. Kelemahan metode ini adalah
bahwa display akan menampakkan aksi reset kemudian menghitung kembali dalam waktu
relative cepat, sehingga tampak menimbulkan kedipan cepat yang dapat mengganggu mata.
Untuk menanggulangi persoalan ini biasanya ditambahkan komponen “LATCHING”
menggunakan D-FF.
(a)
Pertama, menyelidiki bentuk pulsa tersebut, dengan menentukan posisi satu siclus lengkap
(periode) kemudian memanipulasinya dalam jumlah bit yang bersesuaian seperti pada
langkah Gambar : 6-16c. Dalam persoalan ini terdapat 6 tingkat (state) yang diperlukan
untuk kembali mengulang (recycle), karena itu dapat dipenuhi dalam 3-bit (FF).
periode recycle
1 0 0 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1
(a)
0 2 1 3 4 5 0
A 0 0 0 0 1 1 1 1
B 0 0 1 1 0 0 1 1
C 0 1 0 1 0 1 0 1
JA 0 0 0 1 XXXX = BC
KA XXX X 01XX = C
JB 1 1X X 00XX = A
KB X X1 1 X XX X = 1
JC 0 X 1X 1XXX = A+B
KC X 0 X1 X1XX = A+B
Proses penyederhanaan
( c)
Gambar : 6.16 Prosedur Penyelesaian Pembangkit Pulsa
202
MODUL AJAR DIGITAL PSTE SMT-1 D4
Dan diagram rangkaiannya diperlihatkan dalam Gambar : 6.17, dimana keluaran pulsa
dibangkitkan melalui FF-C (QC) pada posisi LSB.
BC
A+B
(MSB)
QA QB QC (OUTPUT)
S QA S QB S QC (LSB)
J J J
K Q K Q K Q
R R R
membangkitkan pulsa digital. Dan tambahan gerbang dasar berfungsi sebagai pendeteksi
tingkat logika apabila keluaran berlogika tinggi, seperti digambarkan dalam diagram blok
Gambar : 6.18.
COUNTER
GATE LOGIKA
KOMBINATORIAL
KELUARAN
203
MODUL AJAR DIGITAL PSTE SMT-1 D4
T (sec)
Penyelesaian :
1. Menyelidiki bentuk pulsa yang akan direncanakan, yakni menentukan posisi satu siklus
lengkap (recycle), dan diperoleh 5-tingkatan logika (Gambar : 6.19a).
2. Menentukan keluaran pembangkit yang disebut sebagai keluaran G (Gambar : 6.19b)
3. Menggabungkan rangkaian pencacah yang diperoleh dari analisis peta Karnaugh
dengan gerbang kombinatorial.
PERIODE
1 1 0 1 0
t (sec)
(a)
A 0 0 0 0 1 1 1 1
B 0 0 1 1 0 0 1 1
C 0 1 0 1 0 1 0 1
JA 0 0 0 1 X X X X = BC
KA X XXX 1 XXX = 1
JB 0 1 XX 0 XXX = C
KB X X0 1 X XXX = C
JC 1 X 1X 0 XXX = A
KC
X 1X 1 X XXX = A
G 1 1 0 1 0XXX = A.B+ C
(b)
BC
00 01 11 10
A
0 1 X
1 1
1 0
1 0 X X X
G = AB + C
204
MODUL AJAR DIGITAL PSTE SMT-1 D4
(c)
BC
(MSB) (LSB)
J S QA J S QB S QC
J
K Q K Q K Q
R R R
Logika Kombinatorial
(d)
205
MODUL AJAR DIGITAL PSTE SMT-1 D4
+Vcc
Display
a b c d e f g LED
Data BCD
Dekoder
(a)
10 9 8 7 6
a
a
b
f
c
d g
e
e
c
f
g
d
1 2 3 4 5
(b)
Gambar : 6.20 Model Tampilan 7-segment
a. Pola Saklar Pengubah BCD.
b. Pola 7-segment
Sebagai contoh data BCD = 0100 (desimal 4), maka segment-segment LED yang
menyala (=tinggi) adalah : b, c, f dan g, sedangkan segmen-segmen yang mati adalah : a,
d, dan e (Gambar : 6.20b). Bentuk IC terintegrasi dekoder ke 7-segment yang populair saat
ini adalah 74LS47 dari keluarga TTL,. Gambar 6.21 menunjukan sebuah rangkaian
dekoder ke 7-segment IC-74LS47, keluaran-keluaran 74LS47 adalah aktif rendah sehingga
akan sesuai (compatible) dengan penggunaan jenis LED anoda bersama (common anoda)
dan dipasang pembatas arus dari R = 330 . . Lamp test (LT) dari kaki-3 merupakan
fasilitas untuk memeriksa 7-segment, pada keadaan tidak dioperasikan LT harus
dipertahankan “tinggi”, dan apabila dioperasikan harus dihubungkan ke tanah (grounded),
untuk mengetahui komponen dalam keadaan baik/buruk. Apabila baik semua segment akan
aktif menyala membentuk angka delapan. Fasilitas-fasilitas lain dari 74LS47 adalah Ripple
Blanking Input (RBI) dan Ripple Blanking Output (RBO) digunakan untuk mengontrol
pemakain 7-segment, misal lebar tampilan adalah 5- digit, sementara yang akan
ditampilkan hanya 3-digit, yakni angka “347”, maka tampilan yang terbaca adalah
“00347”, apabila diinginkan hanya menampilkan 347 saja maka RBI harus diaktifkan
206
MODUL AJAR DIGITAL PSTE SMT-1 D4
(=low). Apabila akan mengkaskade (memperluas) 74LS47, maka RBO dari LSD harus
dihubungkan dengan RBI dari MSD berikutnya.
a
+Vcc 330
13 12 11 10 9 15 14
a b c d e f g
16
3 Lamp
74LS47 Test
8
A B C D RBI RBO
7 1 2 6 5 4
INPUT RIPPLE
BCD BLANKING
Fasilitas-fasilitas 74LS90A.
a. Ro (1) dan R0 (2) digunakan untuk mereset pencacah kembali ke hitungan awal, dan
aktif pada logika “1”.
b. R9 (1) dan R9 (2) digunakan mempreset pada kedudukan 1001.
c. B-input (1) digunakan untuk memodifikasi 74LS90 sebagai pencacah Mod-5 (input).
d. Apabila QA dihubungkan terhadap B-input, maka pencacah akan bekerja normal
sebagai pencacah Mod-10 (decade counter), seperti yang ditunjukkan dalam Gambar :
6.22.
207
MODUL AJAR DIGITAL PSTE SMT-1 D4
OUTPUT BCD
COUNT
Pulsa Inp A
14 13 12 11 10 9 8
Inp A NC QA QD GND QB QC
SN74LS90A
Count
reset
208
MODUL AJAR DIGITAL PSTE SMT-1 D4
COMMON ANODA
a
330
+Vcc
13 12 11 10 9 15 14 +Vcc
a b c d e f g
16
3 Lamp
74LS47 Test
8
A B C D RBI RBO
7 1 2 6 5 4
RIPPLE
+Vcc BLANKING
12 9 8 11
QA QB QC QD
5 Clock
14 Input
7490
10 (BCD Counter) 2
3
12 1 10 8 7 Pulsa
220 reset
+Vcc
Apabila masukan clock dari pencacah BCD diambil dari nilai-nilai fisis (tranducer/sensor)
yang terlebih dahulu dikonversi kedalam besaran digital, umumnya antara dekoder
dengan pencacah BCD ditambahkan rangkaian penahan (Latching), yang berfungsi sebagai
penahan data sementara (memori) agar hasil tampilan dapat diamati. Pemakaian komponen
latching ini biasanya digunakan D-type FF IC-74LS75 dari keluarga TTL dan hubungan
rangkaiannya diperlihatkan dalam Gambar : 6.24. Latch 74LS75 adalah quad-latch yang
tersusun dalam 2 x 2D-type FF masing-masing dikontrol oleh sinyal strobe. Sebuah latch
adalah berisi sebuah D-type FF yang masukan clocknya adalah strobe, apabila strobe =
tinggi, maka keluaran Q akan berisi data dari masukan D.
209
MODUL AJAR DIGITAL PSTE SMT-1 D4
COMMON ANODA
a
all 330
+Vcc
13 12 11 10 9 15 14 +Vcc
a b c d e f g
16
3 Lamp
74LS47 Test
8
A B C D RBI RBO
7 1 2 6 5 4
RIPPLE
+Vcc BLANKING
16 15 10 9
5
74LS75 13
12 (LATCH) 4
Inp BCD
A B C D
2 3 6 7 STROBE
+Vcc
12 9 8 11
QA QB QC QD
5 Clock
14 Input
74LS90
10 (BCD Counter) 2
3
12 1 10 8 7 Pulsa
220 reset
+Vcc
Dalam hal ini masukan D adalah keluaran dari pencacah BCD yang ditransfer ke keluaran
74LS75. Apabila diinginkan jumlah digit diperlebar, maka rangkaian Gambar : 6.24 dapat
dikaskade (serial) seperti ditunjukkan dalam Gambar : 6.25. Namun seri 74LS75
digantikan dengan seri 74LS100 yang berisi 2 x 74LS75 untuk memperoleh hitungan
satuan (100) dan puluhan (101).
210
MODUL AJAR DIGITAL PSTE SMT-1 D4
a
PULUHAN SATUAN
24 4 5 19 20 9 8 18 17
23
74LS100
7 (LATCH) 12
A B C D A B C D
3 2 22 21 10 11 15 16
ENABLE
BCD BCD
INPUT(101) INPUT(100)
Dan Gambar : 6.26 merupakan rangkaian kaskade dari pencacah BCD 74LS90 dalam tiga
digit, yang dapat menampilkan hitungan-hitungan : satuan (100), puluhan (101), dan
ratusan (102). Pulsa masukan clock diinjeksikan melalui kaki-14 dari digit satuan dan
keluaran pencacah satuan (kaki-11) dihubungkan ke masukan kaki-14 dari digit puluhan,
dan kaki-11 dari puluhan dihubungkan pada kaki-14 untuk memperoleh digit ratusan dst.
Apabila diinginkan pengawatan (hard-ware) yang lebih efisien, maka rangkaian
BCD-counter Gambar : 6.24 dapat diganti dengan sebuah piranti (IC) SN74LS143/144
yakni “4-Bit Decade Counter/Latch/Seven-Segment Decoder”.
211
MODUL AJAR DIGITAL PSTE SMT-1 D4
11 8 9 12 11 8 9 12 11 8 9 12
D C B A D C B A D C B A
14 14 14
SN74LS90 SN74LS90 SN74LS90 CLOCK
BCD COUNTER 2 BCD COUNTER 2 BCD COUNTER 2 INPUT
3 3 3
12 1 5 10 6 7 12 1 5 10 6 7 12 1 5 10 6 7
Pulsa Inp A
14 13 12 11 10 9 8
Inp A NC QA QB GND QC QD
SN74LS92A
COUNT
RESET
diprogram untuk memulai menghitung pada setiap kedudukan yang diinginkan dengan
cara mempreset. Gambar : 6.28 memperlihatkan sebuah 54 / 74193 presetable up/down
counter yang memiliki kemampuan pemasukan data secara paralel, yakni dari masukan-
masukan : PA, PB, PC dan PD.
15 1 10 9
11
PL P A PB PC PD
UP 13 UP
BORROW 5 MODE
OUTPUT 74LS193 KONTROL
DWN DWN INPUT
CARRY 4
12
16 8
QA QB QC QD
3 2 6 7
+Vcc DATA
OUTPUT
(a)
0 1 2 3 4
15 5
UP
14 DOWN 6
13 7
12 11 10 9 8
(b)
Gambar : 6-28 Presetable Up/Down Counter 74LS193
a. Diagram Rangkaian 74LS193.
b. Keadaan Hitungan Up / Down.
Apabila masukan-masukan preset-load (PL) adalah rendah (“0”) sesaat, maka data
yang terdapat pada register PA, PB, PC dan PD akan ditransfer ke masukan-masukan PA,
PB, PC dan PD dan apabila preset-load (PL) kembali ke kondisi tinggi, maka pencacah
mulai menghitung dengan hitungan awal seperti data yang diberikan pada masukan PA,
PB, PC dan PD. Misal, apabila masukan PA, PB, PC dan PD diset pada kedudukan 1001
(desimal 9) kemudian pulsa preset-load (PL) diberikan sesaat menuju rendah, maka
pencacah mulai menghitung naik hingga kedudukan 1111 (desimal 15) dan apabila
213
MODUL AJAR DIGITAL PSTE SMT-1 D4
diinginkan recycle ke kedudukan awal (1001), maka keluaran QA, QB, QC dan QD harus
ditambah dekoder malalui Gerbang-NAND untuk mendekodekan keadaan-keadaan
keluaran pencacah sebagai umpan balik ke masukan preset-load (PL), seperti dalam
Gambar : 6.29a
DATA INPUT
LOAD
15 1 10 9
11
PL PA PB PC PD
UP 13 UP CLOCK
BORROW 5
74LS193
DWN DWN
CARRY 4
12
16 8
QA QB QC QD
+Vcc
3 2 6 7
+Vcc
(a)
0 1 2 3 4
15 5
14 6
13 7
12 11 10 9 8
(b)
214
MODUL AJAR DIGITAL PSTE SMT-1 D4
Didalam mentransfer (menggeser) suatu data, terdapat dua metoda dasar yang umum
digunakan, yakni :
1. Yang berhubungan dengan pergeseran data (informasi) ke dalam register secara serial
(deret) dan disebut sebagai serial-shift-register.
2. Pergeseran (transfer) semua data atau informasi secara serentak disebut sebagai
paralel-shift-register.
QA QB QC QC
LSB MSB
S S S S
D Q D Q D Q D Q
Q Q Q Q
R R R R
215
MODUL AJAR DIGITAL PSTE SMT-1 D4
CLOCK
1 2 3 4 5 6 7 8
QA 1 0 0 0 1 0 0
QB 0 1 0 0 0 1 0
QC 0 0 1 0 0 0 1
QD 0 0 0 1 0 0 0 1
(b)
CLOCK
QA QB QC QD
Ke
1 0 0 0 1
0 1 0 0 2
0 0 1 0 3
0 0 0 1 4
1 0 0 0 5
0 1 0 0 6
0 0 1 0 7
0 0 0 1 8
. . . . dst
(c)
Gambar : 6.30 4-Bit Ring-Counter dan Tabel Kebenrannya.
Bentuk gelombang dan tabel urutan kerja dari Gambar : 6.30 menunjukan keadaan-
keadaan FF pada saat pulsa jam diberikan, dengan mengasumsikan keadaan awal QA = 1
dan QB = QC = QD = 0. Setelah pulsa clock pertama diberikan, keadaan QA = 1 akan
bergeser ke QB (QB = 1) dan berturut-turut selama pulsa jam diberikan nilai QB bergeser
ke QC. Dan pada pulsa ke-4 kondisi semua keluaran FF akan kembali semula.
tingkat pertama (FF-A) dan K-inp merupakan komplemen dari datanya. Pada susunan ini
pulsa geser (clock) diberikan serentak melalui tiap tingkatan, apabila clock diberikan ,maka
data masukan akan bergeser ke tingkat berikutnya, yakni ke arah kiri. Untuk memperoleh
(memasukan) data ke setiap tingkat dapat dilakukan dengan cara presetting (setting) FF.
Contoh : Apabila dimisalkan kondisi awal pada setiap tingkat dari register diset = 1111
(QA = QB = QC = QD = 1), dan pulsa geser pertama diberikan, maka keadaan keluaran
register akan = 1110 (QD = QC = QB = 1 dan QA = 0). Berturut-turut untuk pulsa geser
berikutnya diberikan menyebabkan keluaran register seperti dalam Gambar : 6.31b.
QD QC QB QA
MSB LSB
S S
Q J Q S J Q J S
Q J DATA INPUT
CLK CLK CLK CLK
Q K Q K Q K Q K
R R R R
Pulsa ke QD QC QB QA
1 1 1 1 1
2 1 1 1 0
3 1 1 0 0
4 1 0 0 0
5 0 0 0 0
(b)
217
MODUL AJAR DIGITAL PSTE SMT-1 D4
Clock 1 2 3 4 5 6
QA 1
QB 1 1
QC 1 1 1
QD
1 1 1 1
(c)
Gambar : 6.31 Register Geser Kiri (shift-left register).
a. Diagram Rangkaian
b. Table Kebenaran.
c. Diagram Waktu
Apabila keluaran dari rangkaian Gambar : 6.31a pada tingkat akhir (QD) dihubungkan ke
masukan dari tingkat pertama (J dan K) FF-A, maka susunan tersebut akan sama fungsinya
dengan Gambar : 6.30a, namun susunan ini disebut sebagai register lingkar geser kiri
(shift-left, shift arround) seperti yang diberikan dalam Gambar : 6.32a.
QD QC QB QA
MSB LSB
S S S S
Q J Q J Q J Q J DATA
CLK CLK CLK CLK
Q K Q K Q K Q K
R R R R
CLOCK
INPUT
(a)
Cloc 1 2 3 4 5 6 7 8
k
1 0 0 0
QA
0 1 0 0
QB
0 0 1 0
QC
0 0 0 1
QD
218
MODUL AJAR DIGITAL PSTE SMT-1 D4
(b)
Pulsa ke QD QC QB QA
1 0 0 0 1
2 0 0 1 0
3 0 1 0 0
4 1 0 0 0
5 0 0 0 1 Recycle
6 0 0 1 0
( c)
Gambar : 6.32 Register Lingkar Geser Kiri (shift-left, shift arround)
a. Diagram Rangkaian
b. Diagram Waktu
c. Tabel Kebenaran.
K Q K Q K Q K Q
R R R R
CLOCK
INPUT
(a)
219
MODUL AJAR DIGITAL PSTE SMT-1 D4
QA QB QC QD
LSB MSB
DATA S Q S S S
J J Q J Q J Q
INPUT
CLK CLK CLK CLK
K Q K Q K Q K Q
R R R R
CLOCK
INPUT
(b)
Semua register yang dibahas diatas merupakan susunan yang berhubungan dengan
pergeseran data (informasi) secara serial (serial shift register). Data yang ditransfer dari
setiap tingkatan akan dibutuhkan satu pulsa geser (clock), apabila susunan dari tingkat-
tingkat itu adalah sejumlah N-bit, maka akan dibutuhkan sejumlah N-buah pulsa geser.
A B C D
SN7474 SN7474
LSB
S S Q S S
D Q D D Q D Q
Q Q Q Q
R R R R
PULSA
TRANSFER A B C D
DATA
OUTPUT PARALEL
(a)
220
MODUL AJAR DIGITAL PSTE SMT-1 D4
DATA
INPUT PARALEL
A B C D
SN7475
LSB
S S Q S S
D Q D D Q D Q
Q Q Q Q
R R R R
PULSA
TRANSFER A B C D
DATA
OUTPUT PARALEL
(b)
8 -Tingkat (Bit)
A(12) (13)
S QA S QB S QC S QH QH
B(11)
CLK CLK CLK CLK
R Q R Q R Q R Q QH
(14)
221
MODUL AJAR DIGITAL PSTE SMT-1 D4
QH
SN 7491A
EXT INPUT
8-BIT SERIAL REGISTER
QH
(b)
L X L H
SN7491A
X L L H
H = High, L = Low
X = Don’t Care
1 2 3 4 5 6 7 tn = Reference bit time (clock low)
tn+8 = Bit time after 8 clock
NC NC NC NC VCC NC NC transition low-to-high
(c)
222
MODUL AJAR DIGITAL PSTE SMT-1 D4
CLEAR
(9)
GND = Kaki (7)
Vcc = Kaki (14)
(8) CLOCK
INPUT
A(1) C C C Q C Q
R Q R Q R R QH
B(2)
CLK CLK CLK CLK
SERIAL INPUT
DATA S QA S QB S QC QH
S QH
L X X X L L L
H L X X QAo QBo QHo
SN74164A H ! H H H QAn QGn
H ! L X L QAn QGn
H ! X L X QAn QGn
H = High Level, L = Low Level
1 2 3 4 5 6 7 X = Don’t Care
QA0, QB0, QH0 = Level QA, QB
A B QA QB QC QD GND atau QH sebelum kondisi steady-
state pada input
Qan, QGn = Level QA atau QB
SERIAL IN PARALEL sebelum transisi clock positip
DATA OUT DATA
(b)
Data masukan melalui masukan A atau B dari gerbang NAND secara serial dan salah
satu dari masukan A atau B dapat dibuat kondisi tinggi (atau open). Dan setelah terjadi
pulsa clock ke-8 semua tingkat keluaran dari susunan tersebut akan berisi data penuh,
keadaan-keadaan keluaran yang demikian ini disebut sebagai penempatan data secara
parallel seperti ditunjukkan dalam Gambar : 6.36a, dan Gambar : 6.36b menunjukkan
fungsi kaki-kaki dan table kebenaran. Pemakaian seri 74164 ini merupakan kompatibel
dari seri 74165 (PISO).
223
MODUL AJAR DIGITAL PSTE SMT-1 D4
8 -Tingkat (Bit)
S S S S
S QA S QB S QC S QH QH(9)
OUTPUT
CLK CLK CLK CLK
SERIAL SERIAL
INPUT (10) R Q R Q R Q R Q
C C C C QH(7)
SHIFT
LOAD (1)
CLOCK
INPUT (2) GND = Kaki (8)
Vcc = Kaki (16)
CLOCK
INHIBIT (15)
(a)
PARALEL
INPUT DATA
CLK SERIAL OUTPUT
VCC INHIBIT D C B A INPUT QH
16 15 14 13 12 11 10 9
SN74165A
1 2 3 4 5 6 7 8
(b)
224
MODUL AJAR DIGITAL PSTE SMT-1 D4
SERIAL SN74164
IN DATA REG-1 (8-BIT)
QA QB QH
CLK
SERIAL
CLK A B H OUTPUT
INHIBIT DATA
SN74165
REG-2 (8-BIT)
SHIFT/
LOAD
CONTROL
225
MODUL AJAR DIGITAL PSTE SMT-1 D4
A B C H
INPUT SERIAL
GESER KANAN
A B H
INPUT SERIAL
SN74198 GESER-KIRI
S0 (8-BIT) REG SERBAGUNA
MODE
CONTROL
S1
OUTPUT DATA
PARALEL
(a)
S0 S1 OPERASI
L L Clock inhibit (tak berpengaruh)
L H Geser-kiri (positip edge trigger)
H L Geser-kanan (positip edge trigger)
H H Paralel load
(b)
Gambar : 6. 39 a. Register Serbaguna 8-Bit SN74198
b. Mode Operasi (kontrol)
226
MODUL AJAR DIGITAL PSTE SMT-1 D4
227
MODUL AJAR DIGITAL PSTE SMT-1 D4
6.23 Jelaskan perbedaan pemakain LED 7-segmen jenis anoda bersama dengan katoda
bersama ?
6.24 Gambar : 6.40 berikut menunjukkan bagaimana sebuah presettable (dapat dipreset)
down-counter yang dapat digunakan dalam sebuah rangkaian programmable (dapat
deprogram) timer. Frekwensi jam input adalah stabil 1 Hz yang berasal dari frekwensi
jala-jala PLN 60 Hz setelah dibagi dengan ÷60. Switch-switch SW1 – SW4 digunakan
untuk mempreset counter pada hitungan awal yang dikehendaki apabila sebuah pulsa
“PRESET LOAD” sesaat diberikan. Bekerjanya timer diawali dengan menekan tombol
“START”. FF-Z digunakan untuk menghilangkan efek pemantulan (bouncing) pada start
switch. OS digunakan untuk memberikan pulsa yang sangat sempit kepada input
“PRESET LOAD”. Output dari FF-X merupakan bentuk gelombang yang berada pada
kondisi “TINGGI” sesaat setelah switch tersebut dipreset.
Pertanyaan :
(a) Misalkanlah bahwa semua FF dan counter berada pada kondisi awal = “0” dan
analisislah kemudian jelaskan bekerjanya rangkaian tersebut, dengan menunjukkan
bentuk gelombang apabila diperlukan, untuk kasus dimana SW1 - SW2 = “0” dan
Sw3 – SW4 = “1” beserta penjelasan fungsi dari FF-X ?
(b) Mengapa output timer tidak dapat diambil dari output OR-Gate ?
(c) Mengapa START switch tidak dapat digunakan untuk mer-triogger OS secara
langsung ?
(d) Apakah yang akan terjadi apabila START switch ditekan kebawah terlalu lama ?
Tambahkanlah komponen logika yang diperlukan untuk menjamin agar pada saat
lama menekan ke bawah START switch tidak akan mempengaruhi bekerjanya timer
?
228
MODUL AJAR DIGITAL PSTE SMT-1 D4
+Vcc
CLOCK
PRESET PD PC PB PA
LOAD 1 Hz
PRESETTABLE
CLK
DOWN-COUNTER
AKTIF
LOW
MSB LSB
A
+Vcc DC
J CLR X
B OUTPUT
C CLK TIMER
D
K X
Y Z J
OS T CLK
DC +Vcc
Y Z SET K
3K3
Tp = 100 nsec START
+Vcc SWT
6.25 Frekwensi counter Gambar: 6.41 mempunyai kelemahan pada display yang selalu
berkedip. Hal ini dapat diperbaiki dengan menggunakan Flip-flop type-D, yang
berfungsi untuk menyimpan data (isi) counter pada akhir dari perhitungan internalnya
(t3 – t4 Gambar ; 6.18) dan menahannya (latching) sampai akhir perhitungan internal
berikutnya (t7 –t8). Gambar berikut menunjukkan rangkaian frekwensi counter yang
telah dimodifikasi yakni dengan menambahkan D-FF antara BCD counter dengan
decoder / display. Setiap output FF counter diberikan ke input D-FF. Output-output
D-FF mengendalikan decoder/display. Analisislah rangkain ini dan tentukanlah
perbedaan operasinya dengan Gambar : 6.18, khusus yang berkenaan dengan
penunjukkan displaynya ?
229
MODUL AJAR DIGITAL PSTE SMT-1 D4
DD DC DB DA
SUSUNAN YG SAMA
7475
SEPERTI DIGIT
LATCH D-FF
SATUAN Q X J
QD QC QB QA
OS T Clk
X K
D C B A
DECODER
Tp = 100 usec
DISPLAY +Vcc
0-9
6.26 Self stopping counter Gambar 6.42a menghitung hingga 9 (1001) kemudian berhenti
(stop). Rangkaian tersebut dapat dimodifikasi sehingga dapat diprogram untuk
berhenti pada setiap hitungan yang dikehendaki dari “0” sampai “15”, seperti yang
ditetapkan oleh posisi ke-4 toggle switch (Gambar : 6.42b). Gambar tersebut
menunjukkan susunan dari switch-switch yang dimaksud. Output NAND dihubungkan
ke J dan K input dari FF-A seperti Gambar 7.42a.
Pertanyaan :
Rencanakan modifikasi rangkaian tersebut agar dapat deprogram berhenti pada
hitungan yang dikehendaki, yakni : dari “0” hingga “15”.
a). Pada hitungan berapa counter akan berhenti apabila semua switch pada posisi naik
(+Vcc) kecuali SW-3 ?
b). Ulangi untuk switch SW-1 dan SW-3 pada posisi naik (+Vcc) dan SW-2 – SW-4
turun ?
c). Ulangi untuk semua switch = turun
d). Ulangi untuk semua switch = naik (=+Vcc)
230
MODUL AJAR DIGITAL PSTE SMT-1 D4
QD QC QB QA
QD J QC J QB J QA J Pulsa
Clock
Clk Clk Clk Clk
D K C K B K A K
(a)
+Vcc
SW1
QA
SW2 Ke Input J dan K
QB dari FF-A
OUTPUT-
OUTPUT FF SW3
QC
SW4
QD
(b)
6.27 Rencanakan sebuah MOD counter variable yang dapat deprogram untuk setiap angka
MOD hingga MOD-15 dengan mengatur kedudukan ke-4 toggle switch seperti pada
persoalaan no. 1.26 (Gambar : 7.42b).
6.28 Rencanakan suatu rangkaian pencacah sebagai pembangkit pulsa digital (direct-
logic) berikut ini ?
6.29 Rencanakan suatu rangkaian pencacah sebagai pembangkit pulsa digital (indirect-
logic) berikut ini ?
231
MODUL AJAR DIGITAL PSTE SMT-1 D4
(a)
t
(b)
t
6.31 Apabila diketahui rangkaian pencacah Gambar :6.43 berikut dibawah ini, adalah :
a. Jenis pencacah apa rangkaian tersebut ?
b. Gambarkan bentuk-bentuk gelombang QA, QB dan QC ?
c. Berapa frekwensi keluaran pada QC ?
QC QB QA
Pulsa Clock
QC J QB J QA J frek = 120 KHz
Clk Clk Clk
C K B K A K
______
232