Anda di halaman 1dari 38

Peran Perawat

Pelaksanaan Sasaran Keselamatan Pasien


Standar Akreditasi Rumah Sakit, KMK 1128.”

Prof. Dr. Rr. Tutik Sri Hariyati,


SKp.,MARS,FISQUa
MENGENAL LEBIH DEKAT
ALAMAT EMAIL: rrtutik@yahoo.comm
HP: 085782088101, channel youtube: Ruang Sharing
Keperawatan_RR.Tutik Alamat web: sistemkeperawatan.co.id

▪ Staf Pengajar FIK UI 1999-sekarang


▪ Surveior & Pembimbing KARS 2014-sekarang
▪ Ketua Sub Kredensial Komite Keperawatan RSUI 2019-sekarang ▪
Ketua Senat Akademik Fakultas Ilmu Keperawatan UI, 2020-sekarang ▪
Kompartemen Mutu dan Tata Kelola Klinis 2021-sekarang
▪ Kompartemen Keperawatan PERSI 2013-2-2-
▪ Skretaris Kolegium Manajemen Keperawatan Indonesia 2011- sekarang ▪
Manajer Umum (SDM, Keuangan, Fasilitas & Umum) FIK UI 2014- 2017 ▪ Tim
Pengembangan Jenjang Karir Keperawatan Indonesia-JICA 2013-2017 ▪ Staf
Ahli Riset DRPM UI 2007-2012

TUJUAN DAN PEMBAHASAN


Peserta mampu merancang perencanaan
implementasi Standar Keselamatan Pasien, KMK 1128
Tahun 2022

Tema Hari SKP dalam KMK


Keselamatan Pasien 1128, 2022
LATAR BELAKANG
MEDICATION SAFETY

https://www.who.int/campaigns/world-patient-safety-day/2022
Hanum, F, 2020

Incident Report
• The cost associated with medication
errors has been estimated at $42 billion USD

Factor
Associated:
• medication
systems
• human factors
such as fatigue
• staff shortages
affect prescribing,
• poor environmental conditions
• transcribing,
• dispensing,
• Administration • monitoring practices
https://www.who.int/initiative s/medication-without-harm

KESELAMATAN PASIEN PMK 11 TAHUN 2017

• Setiap faskes Wajib menyelenggarakan PASAL 5, AYAT 2


Keselamatan
• Pebentukan Sistem pelayanan menerapkan:
• Standar keselamatan pasien • Sasaran
PASAL 5, AYAT 1 keselamatan pasien • Tujuh langkah menuju
keselamatan pasien
Standar Sasaran Keselamatan Pasien, KMK 1128 Tahun 2022
SKP Jumlah EP SKP1 Ketepatan Identifikasi Pasien 3 SKP 2 Komunikasi efektif 3 SKP 3
Meningkatkan keamanan penggunaan obat (high alert
3
medication)

SKP 3.1 Elektronit Konsentrat Tinggi 3 SKP 4 Memastikan Sisi yang Benar,
Prosedur yang Benar, Pasien yang
4
Benar Pada Pembedahan
SKP 5 Mengurangi Risiko Infeksi Akibat Perawatan Kesehatan 2 SKP 6
Mengurangi Risiko Cedera Pasien Akibat Jatuh 2 SKP 6.1 Rumah sakit
menerapkan proses untuk mengurangi risiko
3
cedera pasien akibat jatuh di rawat inap.
Tujuan Sasaran Keselamatan Pasien KMK
1128, Tahun 20222

TUJUAN
mendorong rumah sakit
melakukan perbaikan-perbaikan
yang menunjang tercapainya
keselamatan pasien
pasien menggunakan minimal 2 (dua) identitas,
SKP 1 dapat memenuhi tujuan identifikasi pasien dan
sesuai dengan ketentuan RS

SKP1
RS Menerapkan
proses untuk
menjamin ketepatan identifikasi pasien
a. RS telah menetapkan regulasi terkait Sasaran
keselamatan pasien meliputi poin 1 – 6 pada
gambaran umum. c. Pasien telah diidentifikasi menggunakan
minimal dua jenis identitasmeliputi poin 1) - 4)
b. RS telah menerapkan proses identifikasi
dalam maksud dan tujuan e. RS memastikan pasien teridentifikasi dengan
tepat pada situasi khusus, dan penggunaan label
seperti tercantum dalam maksud dan tujuan
SKP 1 RS telah menetapkan regulasi terkait Sasaran keselamatan pasien meliputi poin 1
– 6 pada gambaran umum.

Di Indonesia secara nasional untuk seluruh Fasilitas pelayanan Kesehatan, diberlakukan


Sasaran Keselamatan Pasien Nasional yang terdiri dari:

• Sasaran 1 mengidentifikasi pasien dengan benar;


• Sasaran 2 meningkatkan komunikasi yang efektif;
• Sasaran 3 meningkatkan keamanan obat-obatan yang harus diwaspadai; • Sasaran 4
memastikan sisi yang benar, prosedur yang benar, pasien yang benar pada
pembedahan/tindakan invasif;
• Sasaran 5 mengurangi risiko infeksi akibat perawatan kesehatan;
dan • Sasaran 6 mengurangi risiko cedera pasien akibat jatuh.

SKP 1
RS telah menerapkan proses identifikasi pasien menggunakan minimal 2
(dua) identitas, dapat memenuhi tujuan identifikasi pasien dan sesuai
ketentuan RS

“menggunakan minimal 2 (dua) identitas yaitu nama lengkap dan tanggal


lahir/bar code, dan tidak termasuk nomor kamar atau lokasi pasien”

Tindakan intervensi / Penyajian Makanan darah. Asi


Tindakan Tindakan
terapi diagnostik Label obat sampel,
c.SITUASI KHUSUS, PASIEN KOMA, BAYI BARU LAHIR, KONDISI GAWAT

DARURAT TANGGUNG JAWAB DAN KEWENANGAN

a. Rumah sakit telah menerapkan komunikasi


SKP 2SKP2 saat menerima instruksi melalui telepon
RS menerapkan proses untuk
meningkatkan efektivitas komunikasi lisan
dan/atau telepon di antara para b. Rumah sakit telah menerapkan komunikasi
saat pelaporan hasil kritis pemeriksaan
profesional pemberi asuhan (PPA), proses penunjang diagnostic melalui telepon
pelaporan hasil kritis pada pemeriksaan
diagnostic termasuk POCT dan proses
komunikasi saat serah terima (hand over c. Rumah sakit telah menerapkan komunikasi
saat serah terima sesuai dengan jenis serah
terima meliputi poin 1) - 3)
SKP 2
a.Rumah sakit telah menerapkan komunikasi saat menerima
instruksi melalui telepon
“menulis/menginput ke komputer - membacakan - konfirmasi kembali”
(writedown, read back, confirmation) kepada pemberi instruksi.
Konfirmasi harus dilakukan saat itu juga melalui telpon untuk
menanyakan apakah “yang dibacakan” sudah sesuai dengan instruksi
yang diberikan”

TULBAKON
SBAR
metode komunikasi saat melaporkan/menyampaikan kondisi
pasien kepada DPJP dapat menggunakan metode

TANGGUNG JAWAB DAN KEWENANGAN

SKP 2
b. Rumah sakit telah menerapkan komunikasi saat pelaporan hasil
kritis pemeriksaan penunjang diagnostic melalui telepon
“menulis/menginput ke komputer - membacakan - konfirmasi kembali”
(writedown, read back, confirmation) kepada pemberi instruksi.
Konfirmasi harus dilakukan saat itu juga melalui telpon untuk
menanyakan apakah “yang dibacakan” sudah sesuai dengan instruksi
yang diberikan”
Laboratori Pencitraan / Diagnostik Point of Care
um Radiologi Jantung Testing
/POCR
Rentang waktu pelaporan hasil kritis ditentukan kurang dari 30
menit sejak hasil di verifikasi oleh PPA yang berwenang di unit
pemeriksaan penunjang diagnostik.
TANGGUNG JAWAB DAN KEWENANGAN

SKP 2
c. Metode komunikasi saat serah terima distandarisasi pada jenis
serah terima yang sama misalnya serah terima antar ruangan di
rawat inap
“menulis/menginput ke komputer - membacakan - konfirmasi kembali”
(writedown, read back, confirmation) kepada pemberi instruksi.
Konfirmasi harus dilakukan saat itu juga melalui telpon untuk
menanyakan apakah “yang dibacakan” sudah sesuai dengan instruksi
yang diberikan”

DARI RUANG
ANTAR & INTER SKP3
ANTAR UNIT Rumah sakit
PPA
menerapkan proses untuk meningkatkan
keamanan penggunaan obat yang
TANGGUNG JAWAB DAN KEWENANGAN memerlukan kewaspadaan tinggi (high
PERAWATAN KE UNIT PELAYANAN alert medication)
DIAGNOSITIK termasuk obat Look - Alike Sound Alike
(LASA)
SKP 3
a. RS menetapkan daftar obat c. RS mengevaluasi dan memperbaharui daftar
kewaspadaan tinggi (High Alert) obat High-Alert dan obat LASA yang sekurang
termasuk obat LASA kurangnya 1 th sekali berdasarkan laporan
insiden lokal, nasional dan internasional.

b. RS menerapkan pengelolaan obat


SKP 3.1
kewaspadaan tinggi (High Alert) termasuk obat
LASA secara seragam di seluruh area RS untuk
mengurangi risiko dan cedera
SKP 3.1
Rumah sakit menerapkan proses u
meningkatkan keamanan penggunaan
elektrolit konsentrat
a. RS menerapkan proses penyimpanan elektrolit
konsentrat tertentu hanya di Instalasi Farmasi,
kecuali diunit pelayanan dengan pertimbangan c. Rumah sakit menetapkan dan menerapkan
protokol koreksi hipokalemia, hiponatremia,
klinis
hipofosfatemia..
b. Penyimpanan elektrolit konsentrat di luar
Instalasi Farmasi diperbolehkan hanya dalam
untuk situasi yang ditentukan sesuai dalam
maksud dan tujuan
Obat high alert
Obat high alert mencakup:
a)Obat risiko tinggi, yaitu obat dengan zat aktif yang dapat menimbulkan kematian
atau kecacatan bila terjadi kesalahan (error) dalam penggunaannya (contoh: insulin,
heparin atau sitostatika).
b)Obat yang terlihat mirip dan kedengarannya mirip (Nama Obat Rupa dan Ucapan
Mirip/NORUM, atau Look Alike Sound Alike/LASA)
c) Elektrolit konsentrat contoh: kalium klorida dengan konsentrasi sama atau lebih
dari 1 mEq/ml, natrium klorida dengan konsentrasi lebih dari 0,9% dan magnesium
sulfat injeksi dengan konsentrasi sama
PENATAAN
PENYIMPANAN

PELABELAN

DOUBLE CHEK

PEMBATASAN AKSES PENERAPAN PEDOMAN


atau lebih dari 50% CONTOH dopamin dan dobutamin
TANGGUNG JAWAB DAN KEWENANGAN
Obat dengan nama dan rupa yang TANGGUNG JAWAB DAN KEWENANGAN

mirip (look-alike/sound-alike, LASA)


PENATAAN
PENYIMPANAN
a)obat yang memiliki tampilan dan nama
yang serupa dengan obat lain, baik saat
PELABELAN
ditulis maupun diucapkan secara lisan
b)Obat yang terlihat mirip dan
kedengarannya mirip (Nama Obat Rupa DOUBLE CHEK
dan Ucapan Mirip/NORUM, atau Look
Alike Sound Alike/LASA)
TULBAKON
PENERAPAN PEDOMAN
[sama dengan 50% atau lebih pekat].
Elektrolit Konsentrat

TANGGUNG JAWAB DAN KEWENANGAN


a)pemberian elektrolit konsentrat PENATAAN
yang tidak disengaja (misalnya, PENYIMPANAN

kalium/potasium klorida [sama


dengan 1 mEq/ml atau yang lebih PELABELAN

pekat), kalium/potasium fosfat


[(sama dengan atau lebih besar dari DOUBLE CHEK
3 mmol/ml)],
natrium/sodium klorida [lebih pekat
dari 0.9%], dan magnesium sulfat TULBAKON
ORIENTASI STAF PENERAPAN PEDOMAN

SKP 4
SKP 4
RS menetapkan proses untuk melaksanakan verifikasi pra operasi, penandaan
lokasi
operasi dan proses time-out yang
dilaksanakan sesaat sebelum tindakan
pembedahan/invasif dimulai serta proses sign-out yang dilakukan setelah tindakan
selesai.
a. RS telah melaksanakan proses verifikasi pra operasi dengan daftar tilik untuk memastikan benar
pasien, benar tindakan dan benar sisi.

b. RS telah menetapkan dan menerapkan tanda yang seragam, mudah dikenali dan tidak
bermakna ganda untuk mengidentifikasi sisi operasi / tindakan invasif.
c. RS telah menerapkan penandaan sisi operasi atau tindakan invasif (site marking) dilakukan oleh
dokter operator/dokter asisten yang melakukan operasi atau tindakan invasif dengan melibatkan
pasien bila memungkinkan.

d. RS telah menerapkan proses Time-Out menggunakan “surgical check list” (Surgical Safety
Checklist dari WHO terkini pada tindakan operasi termasuk tindakan medis invasif.

SKP 4
a. RS telah melaksanakan proses verifikasi pra operasi dengan
daftar tilik untuk memastikan benar pasien, benar tindakan
dan benar sisi.

Protokol umum (universal protocol) untuk pencegahan salah sisi,


salah prosedur dan salah pasien pembedahan meliputi:
1 Verifikasi sebelum operasi.
2.
Penandaan
sisi operasi. 3. Time-out 4.Sign-out TANGGUNG JAWAB DAN KEWENANGAN

1. Proses verifikasi sebelum operasi. yang benar;


❖melakukan verifikasi terhadap sisi yang ❖memastikan bahwa semua dokumen,
benar, prosedur yang benar dan pasien foto hasil radiologi atau pencitraan, dan
pemeriksaan yang terkait operasi telah 2. Penandaan sisi operasi.
tersedia, sudah diberi label dan di ❖Penandaan sisi operasi dilakukan
siapkan; ❖melakukan verifikasi bahwa dengan melibatkan pasien
produk darah, peralatan medis khusus ❖tanda yang tidak memiliki arti ganda,
dan/atau implan yang diperlukan sudah tidak pakai tanda X
tersedia. ❖Penandaan lokasi tindakan
operasi/invasif dilakukan oleh PPA yang
TANGGUNG JAWAB DAN KEWENANGAN akan melakukan tindakan tersebut
❖semua kasus yang memiliki dua sisi kiri
dan kanan (lateralisasi), struktur multipel
(jari tangan, jari kaki, lesi), atau multiple
level (tulang belakang).
❖semua kasus yang melibatkan tindakan dimulai dan dihadiri semua
lateralitas, struktur ganda (jari tangan, jari anggota tim yang akan melaksanakan
kaki, lesi), atau tingkatan berlapis (tulang tindakan operasi
belakang) ❖Time-out dilakukan di tempat di mana
tindakan akan dilakukan dan melibatkan
TANGGUNG JAWAB DAN KEWENANGAN
secara aktif seluruh tim bedah
a)Benar identitas pasien.
b)Benar prosedur yang akan dilakukan.
3. Time-out c)Benar sisi operasi/tindakan invasif.
dilakukan sesaat sebelum memulai
tindakan
❖Time-out dilakukan sesaat sebelum TANGGUNG JAWAB DAN KEWENANGAN
4.Sign-out
❖Time-out dilakukan di tempat di mana tindakan akan dilakukan
❖ Perawat sebagai anggota tim melakukan konfirmasi secara lisan untuk komponen
sign-out
• Nama tindakan operasi/invasif yang dicatat/ditulis. • Kelengkapan perhitungan
instrumen, kasa dan jarum (bila ada).
• Pelabelan spesimen (ketika terdapat spesimen selama proses sign-out, label
dibacakan dengan jelas, meliputi nama pasien, tanggal lahir).
• Masalah peralatan yang perlu ditangani (bila ada). TANGGUNG JAWAB DAN KEWENANGAN

SKP 5
SKP 5
Rumah sakit menerapkan kebersihan b. Terdapat proses evaluasi terhadap
tangan (hand hygiene) untuk pelaksanaan program kebersihan tangan di
rumah sakit serta upaya perbaikan yang
menurunkan risiko infeksi terkait layanan dilakukan untuk meningkatkan pelaksanaan
kesehatan program..
a. Rumah sakit telah menerapkan kebersihan
tangan (hand hygiene) yang mengacu pada
standar WHO terkini TANGGUNG JAWAB DAN KEWENANGAN

SKP 5
SKP 6
SKP 6
Rumah sakit menerapkan proses untuk
mengurangi risiko cedera pasien akibat
jatuh.
a. Rumah sakit telah melaksanakan skrining
pasien rawat jalan pada kondisi, diagnosis,
situasi atau lokasi yang dapat menyebabkan SKP 6.1
pasien berisiko jatuh, dengan menggunakan alat
bantu/metode skrining yang ditetapkan rumah Rumah sakit
sakit menerapkan proses untuk mengurangi
risiko cedera pasien akibat jatuh di rawat
inap..
a. Rumah sakit telah melakukan pengkajian risiko
b. Tindakan dan/atau intervensi dilakukan untuk jatuh untuk semua pasien rawat inap baik
mengurangi risiko jatuh pada pasien jika hasil dewasa maupun anak menggunakan metode
skrining menunjukkan adanya risiko jatuh dan pengkajian yang baku sesuai dengan ketentuan
hasil skrining serta intervensi didokumentasikan. rumah sakit.

SKP 6.1
b. Rumah sakit telah melaksanakan pengkajian
ulang risiko jatuh pada pasien rawat inap karena
adanya perubahan kondisi, atau memang sudah
mempunyai risiko jatuh dari hasil pengkajian..
c. Tindakan dan/atau intervensi untuk mengurangi risiko jatuh pada pasien rawat inap
telah dilakukan dan didokumentasikan

SKP 6
a. RS telah melaksanakan proses verifikasi pra operasi dengan
daftar tilik untuk memastikan benar pasien, benar tindakan
dan benar sisi.

Risiko jatuh pada pasien rawat jalan berhubungan:


lokasi yang
diagnosis
kondisi, situasi TANGGUNG JAWAB DAN KEWENANGAN
menyebabkan risiko jatuh

Skrining penyakit Parkinson ❖ situasi misalnya pasien


Risiko Jatuh yang mendapatkan sedasi atau pasien dengan
❖ kondisi pasien misalnya pasien geriatri, riwayat tirah baring/perawatan
dizziness, vertigo, gangguan keseimbangan, ❖ lokasi misalnya area-area yang berisiko pasien
gangguan penglihatan, penggunaan obat, sedasi, jatuh, yaitu tangga, area yang penerangannya
status kesadaran dan atau kejiwaan, konsumsi kurang atau
alkohol. ❖ mempunyai unit pelayanan dengan peralatan
❖ diagnosis, misalnya pasien dengan diagnosis parallel bars, freestanding staircases seperti unit
rehabilitasi medis. TANGGUNG JAWAB DAN KEWENANGAN

Skrining
Risiko Jatuh
❖ Rumah sakit dapat menentukan bagaimana
proses skrining
❖ skrining dapat dilakukan oleh petugas
registrasi, atau pasien dapat melakukan skrining secara mandiri
❖ mempunyai unit pelayanan dengan peralatan parallel bars, freestanding staircases seperti unit
rehabilitasi medis.
TANGGUNG JAWAB DAN KEWENANGAN

Asesmen Risiko Jatuh


❖ Pasien dewasa maupun anak harus dilakukan pengkajian risiko jatuh
❖ Metode pengkajian yang baku sesuai ketentuan rumah saki
❖ Harus didokumentasikan dalam rekam medis pasien
❖ Perubahan risiko: tindakan pembedahan dan/atau anestesi, perubahan mendadak pada
kondisi pasien, dan penyesuaian obat-obatan yang diberikan PERLU pengkajian ulang jatuh selama
dirawat inap dan paska pembedahan.

TANGGUNG JAWAB DAN KEWENANGAN


https://id.postermywall.com/index.php/art/template/af9ad704
3474a3755369b0c52c16874f/patient-safety-day-design
template#.YuvPC-xBxQI

Anda mungkin juga menyukai