Anda di halaman 1dari 10

DINAS KESEHATAN KABUPATEN BOGOR

PUSKESMAS CITEUREUP
Jl. Mayor Oking Kamurang RT 002/004 Kelurahan Puspanegara
Kecamatan Citeureup Bogor16810 Telp / Fax.(021) 87942859
Email:uptpuskesmasciteureup@yahoo.co.id

KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS CITEUREUP


NOMOR : 400.7.1/SK 0017-TU

TENTANG
SASARAN KESELAMATAN PASIEN

KEPALA PUSKESMAS CITEUREUP,


Menimbang : a. bahwa dalam upaya memberikan pelayanan klinis
yang bermutu perlu meningkatkan keselamatan
pasien;
b. bahwa untuk meningkatkan keselamatan pasien
perlu menetapkan sasaran–sasaran keselamatan
pasien;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan pada huruf a
dan b, perlu menetapkan Keputusan Kepala
Puskesmas CITEUREUP tentang Sasaran
Keselamatan Pasien;

Mengingat : 1. Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 36


Tahun 2009 tentang Kesehatan;
2.Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 11 Tahun 2017 Tentang Keselamatan
Pasien
3.Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 43 Tahun 2019, tentang Pusat Kesehatan
Masyarakat (PUSKESMAS);
-2-

MEMUTUSKAN

Menetapkan : KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS CITEUREUP


TENTANG SASARAN KESELAMATAN PASIEN.
Kesatu : Menentukan sasaran keselamatan pasien
sebagaimana terlampir dalam keputusan ini.
Kedua : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan
apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan dalam
penetapannya, maka akan diadakan pembetulan
sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di : CITEUREUP
Pada Tanggal :
Kepala Puskesmas CITEUREUP,

dr. NINING SUNEGSIH,MARS


NIP. 197809102008012009
-3-

LAMPIRAN :SURAT KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS CITEUREUP


NOMOR : 400.7.1/SK 0017-TU
TANGGAL :
TENTANG :SASARAN KESELAMATAN PASIEN

SASARAN KESELAMATAN PASIEN

Puskesmas mengembangkan dan menerapkan sasaran


keselamatan pasien sebagai suatu upaya untuk meningkatkan mutu
pelayanan. Untuk meningkatkan keselamatan pasien perlu dilakukan
pengukuran terhadap sasaran – sasaran keselamatan pasien. Sasaran
keselamatan pasien meliputi capaian dalam hal-hal mengidentifikasi
pasien dengan benar, meningkatkan komunikasi yang efektif,
meningkatkan keamanan obat-obatan yang harus diwaspadai,
memastikan ( lokasi pembedahan yang benar, prosedur yang benar,
pembedahan pada pasien yang benar), mengurangi resiko infeksi akibat
perawatan kesehatan dan mengurangi resiko cedera pasien akibat
terjatuh.
Indikator pengukuran sasaran keselamatan pasien seperti pada tabel
berikut ini:
Tabel 1. Indikator Sasaran Keselamatan Pasien

NO INDIKATOR SASARAN KESELAMATAN PASIEN TARGET

1. Ketepatan Identifikasi Pasien 100%

2. Ketepatan Komunikasi yang Efektif 100%

3. Ketepatan Pemberian Obat yang perlu diwaspadai 100%

Ketepatan
4. Keperawatan Prosedur Tindakan Medis da 100%
n

5. Pencegahan Resiko Infeksi ( Hand Hygiene ) ≥ 85%

6. Tidak Terjadinya Pasien Jatuh 100%


-4-

1. Ketepatan Identifikasi Pasien


Salah identifikasi pasien dapat terjadi di Puskesmas baik pada
proses pelayanan sebagai akibat dari kelalaian petugas, kondisi
kesadaran pasien, perpindahan tempat tidur, dan kondisi lain yang
menyebabkan terjadinya salah identitas.
Kebijakan dan prosedur identifikasi pasien perlu disusun
termasuk identifikasi pasien pada kondisi tertentu, misalnya pasien
tidak dapat menyebutkan identitas, penurunan kesadaran, koma,
gangguan jiwa, datang tanpa identitas yang jelas, dua atau lebih
pasien mempunyai nama yang sama atau mirip.
Identifikasi harus dilakukan minimal dengan dua cara yang
relatif tidak berubah, antara lain : nama lengkap tanggal lahir, nomor
rekam medis, dan nomor induk kependudukan, dan tidak boleh
menggunakan nomor kamar atau lokasi pasien dirawat.
Proses identifikasi dengan benar harus dilakukan mulai dari
skrining, pada saat pendaftaran, setiap akan melakukan prosedur
diagnostik, prosedur tindakan, pemberian obat dan pemberian diit.
Pengukuran indikator dilakukan dengan cara menghitung
jumlah pasien yang teridentifikasi dengan tepat terhadap jumlah seluruh
pasien yang dilayani.

2. Peningkatan Komunikasi Yang Efektif


Kesalahan pembuatan keputusan klinis, tindakan, dan
pengobatan dapat terjadi akibat komunikasi yang tidak efektif dalam
proses asuhan pasien. Komunikasi yang efektif, tepat waktu, akurat,
lengkap, jelas, dan dapat dipahami penerima, mengurangi kesalahan dan
menghasilkan perbaikan keselamatan pasien.
Komunikasi yang rentan terjadi kesalahan antara lain:
1) terjadi pada saat pemberian perintah secara verbal
2) pemberian perintah verbal melalui telepon,
3) penyampaian hasil kritis pemeriksaan penunjang diagnosis,
4) serah terima antar shift,
5) pemindahan pasien dari unit yang satu ke unit yang lain.
Kebijakan dan prosedur komunikasi efektif perlu disusun dan
diterapkan dalam penyampaian pesan verbal, pesan verbal lewat telpon,
penyampaian nilai kritis hasil pemeriksaan penunjang diagnosis, serah
terima pasien pada serah terima jaga maupun serah terima dari unit
yang satu ke unit yang lain, misalnya untuk pemeriksaan penunjang,
dan pemindahan pasien ke unit yang lain.
-5-

Pelaporan kondisi pasien dalam komunikasi verbal atau lewat


telepon antara lain dapat dilakukan dengan menggunakan teknik SBAR
(Situation, Background, Assessment, Recommendation)
Pelaksanaan serah terima pasien dilakukan dengan teknik SBAR,
memperhatikan kesempatan untuk bertanya dan memberi penjelasan
(readback, repeat back), menggunakan formulir yang baku, dan berisi
informasi kritikal yang harus disampaikan antara lain : tentang
status/kondisi pasien, pengobatan, rencana asuhan, tindak lanjut yang
harus dilakukan, adanya perubahan status/kondisi pasien yang
signifikan, dan keterbatasan maupun resiko yang mungkin dialami oleh
pasien.
Pelaksanaan komunikasi efektif verbal atau lewat telepon
ditulis lengkap (T), dan dibaca ulang oleh penerima perintah (B), dan
konfirmasi kepada pemberi perintah (K).
Nilai kritis hasil pemeriksaan penunjang yang berada diluar
rentang angka normal secara mencolok harus ditetapkan dan segera
dilaporkan oleh tenaga kesehatan yang bertanggungjawab dalam
pelayanan penunjang kepada dokter penanggung jawab pasien sesuai
dengan ketentuan waktu yang ditetapkan oleh Puskesmas.
Pengukuran indikator :
-6-

3. Ketepatan Pemberian Obat yang perlu diwaspadai


Pemberian obat pada pasien perlu dikelola dengan baik dalam
keselamatan pasien. Kesalahan penggunaan obat-obat yang
diwaspadai dapat menimbulkan cedera pada pasien.
Obat yang perlu diwaspadai (high alert) adalah obat-obat yang
dalam penggunaannya sering menyebabkan kesalahan dan/ atau
kejadian sentinel, beresiko tinggi untuk penyalahgunaan, antara lain :
obat-obatan dengan rentang terapi yang sempit, insulin, anti
koagulan, kemoterapi, obat-obatan psikoterapi, narkotika, dan obat-
obatan dengan nama dan rupa mirip. Kesalahan pemberian obat dapat
juga terjadi akibat adanya obat dengan nama dan rupa obat mirip
(look alike sound alike)
Perlu ditetapkan dan dilaksanakan kebijakan dan prosedur
pengelolaan obat yang perlu diwaspadai dan obat dengan nama dan
rupa mirip, meliputi : penyimpanan, penataan, peresepan, pelabelan,
penyiapan, penggunaan, evaluasi penggunaan obat-obat yang perlu
diwaspadai termasuk obat psikotropika, narkotika, dan obat dengan
nama atau rupa mirip.
Pengukuran indikator :

4. Ketepatan Prosedur Tindakan Medis dan Keperawatan


Terjadinya cedera dan kejadian tidak diharapkan dapat
diakibatkan oleh salah orang, salah prosedur, salah sisi pada
pemberian tindakan invasif atau tindakan pada pasien.
Puskesmas harus menetapkan tindakan operatif, tindakan invasif
dan prosedurnya, yang meliputi semua tindakan yang meliputi sayatan /
insisi atau tusukan, pengambilan jaringan,pencabutan gigi, pemasangan
implan, dan tindakan atau prosedur invasif yang lain yang menjadi
-7-

kewenangan puskesmas sebagai fasilitas pelayanan kesehatan tingkat


pertama.

Puskesmas harus mengembangkan suatu sistem untuk memastikan


benar pasien, benar prosedur, benar sisi jika melakukan tindakan dengan
menerapkan Protokol Umum ( Universal Protocol ), yang meliputi :

a) Proses verifikasi sebelum dilakukan tindakan


b) Penandaan sisi yang akan dilakukan tindakan / prosedur,
dan c)Time Out yang dilakukan segera sebelum dimulainya
prosedur.
Proses verifikasi sebelum dilakukan tindakan bertujuan untuk verifikasi
benar orang, benar prosedur, benar sisi, memastikan semua dokumen,
persetujuan tindakan medis, rekam medis, hasil pemeriksaan
penunjang tersedia dan diberi label, memastikan obat-obatan, cairan
intravena, jika ada produk darah yang diperlukan, peralatan medis atau
implant tersedia dan siap digunakan.
Penandaan sisi yang akan dilakukan tindakan / prosedur melibatkan
pasien jika memungkinkan dan dilakukan dengan tanda yang langsung
dapat dikenali dan tidak membingungkan. Tanda harus dilakukan secara
seragam dan konsisten. Penandaan dilakukan pada semua organ yang
mempunyai lateralitas (kanan lawan kiri, seperti salah satu dari dua
anggota badan, satu dari sepasang organ) beberapa struktur (seperti jari,
jari kaki, lesi), atau beberapa tingkat (tulang belakang). Untuk tindakan di
poli gigi, seperti pencabutan gigi, penandaannya bila perlu, menggunakan
hasil rontgen gigi atau odontogram. Penandaan harus dilakukan oleh
operator/orang yang akan melakukan tindakan yang akan melakukan
seluruh prosedur dan tetap bersama pasien selama prosedur berlangsung.
Penandaan sisi dapat dilakukan kapan saja sebelum prosedur dimulai
selama pasien terlibat secara aktif dalam penandaan sisi dan tanda.
Adakalanya pasien tidak memungkinkan untuk berpartisipasi, misalnya:
pasien anak, atau ketika pasien tidak kompeten membuat keputusan
tentang perawatan kesehatan.
Jeda / Time Out merupakan peluang untuk menjawab semua
pertanyaan yang belum terjawab atau meluruskan kerancuan. Jeda
-8-

dilakukan di lokasi tempat prosedur akan dilakukan, tepat sebelum


memulai prosedur, dan melibatkan seluruh tim yang akan melakukan
tindakan operasi atau invasif.
Pengukuran indikator :

5. Pencegahan Resiko Infeksi ( Hand Hygiene )


Kebersihan tangan diterapkan untuk menurunkan resiko infeksi
yang terkait dengan pelayanan kesehatan. Puskesmas harus menerapkan
kebersihan tangan yang terbukti menurunkan resiko infeksi yang terjadi
pada fasilitas kesehatan.
Prosedur kebersihan tangan perlu disusun dan disosialisasikan,
serta ditempel pada tempat yang mudah dibaca. Tenaga medis, tenaga
kesehatan, dan karyawan Puskesmas perlu diedukasi tentang
kebersihan tangan. Sosialisasi kebersihan tangan perlu juga dilakukan
untuk pasien, dan keluarga pasien.
Kebersihan tangan merupakan kunci efektif pencegahan dan
pengendalian infeksi. Setiap karyawan Puskesmas harus memahami 6
(enam) langkah dan 5 (lima) kesempatan melakukan kebersihan
tangan dengan benar.
Puskesmas wajib menyediakan perlengkapan dan peralatan untuk
melakukan kebersihan tangan antara lain :
1. Fasilitas cuci tangan meliputi air mengalir, sabun, tisu pengering,
tangan / handuk sekali pakai
2. Hand rubs berbasis alkohol yang ketersediaannya harus terjamin di
Puskesmas.
Pengukuran indikator :
-9-

6. Mengurangi Resiko Pasien Jatuh


Cedera pada pasien dapat terjadi karena jatuh di fasilitas
kesehatan. Risiko jatuh dapat terjadi pada pasien dengan riwayat
jatuh, penggunaan obat, minum-minuman beralkohol, gangguan
keseimbangan, gangguan visus, gangguan mental, dan sebab yang
lain.
Penapisan dilakukan untuk meminimalkan terjadinya resiko
jatuh pada pasien rawat jalan dan rawat inap di puskesmas.
Penapisan resiko jatuh dilakukan pada pasien di rawat jalan dengan
mempertimbangkan :
1. Kondisi pasien, contoh : pasien geriatri, dizziness, vertigo,
gangguan keseimbangan, gangguan penglihatan, penggunaan obat,
sedasi, status kesadaran dan atau kejiwaan, konsumsi alkohol.
2. Diagnosis, contoh : pasien dengan diagnosis penyakit parkinson.
3. Situasi, contoh : pasien yang mendapatkan sedasi atau pasien
dengan riwayat tirah baring lama yang akan dipindahkan untuk
pemeriksaan penunjang dari ambulans, perubahan posisi akan
meningkatkan resiko jatuh.
4. Lokasi, contoh : hasil identifikasi area-area di Puskesmas yang
beresiko terjadi pasien jatuh, antara lain lokasi yang dengan
kendala penerangan atau mempunyai barrier/ penghalang yang
lain, misalnya tempat pelayanan fisioterapi, tangga. Kriteria untuk
melakukan penapisan kemungkinan terjadinya resiko jatuh harus
ditetapkan baik untuk pasien rawat inap maupun pasien rawat
jalan, dan dilakukan upaya untuk mencegah atau meminimalkan
kejadian jatuh di fasilitas kesehatan.
-
10-

Alat untuk melakukan penapisan pada pasien rawat jalan dengan


menggunakan get up and go test.
Pengukuran indikator :

KEPALA PUSKESMAS CITEUREUP,

dr. NINING SUNEGSIH, MARS


NIP. 197505262008012001

Anda mungkin juga menyukai