Anda di halaman 1dari 6

SURAT KEPUTUSAN PIMPINAN KLINIK RAWAT INAP ELISA

NOMOR : 440/SK/C/IV/182/I/2022
TENTANG
PERUBAHAN ATAS SURAT KEPUTUSAN NOMOR :
440/SK/C/IV/182/I/2022 TENTANG SASARAN KESELAMATAN PASIEN
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PIMPINAN KLINIK RAWAT INAP ELISA,

Menimbang : a. bahwa dalam upaya peningkatan mutu layanan klinis Klinik


Rawat Inap Elisa perlu ditetapkan ukuran-ukuran mutu layanan
klinis yang menjadi sasaran peningkatan layanan klinis.
b. bahwa sesusungguhnya dengan bukti a tersebut diatas
ditetapkan sasaran-sasaran keselamatan pasien di Klinik Rawat
Inap Elisa.
c. bahwa berdasarkan pertimbangan point a dan b, maka
ditetapkan Surat Keputusan Pimpinan Klinik Rawat Inap Elisa
tentang Sasaran Keselamatan Pasien.
Mengingat : 1. Undang - Undang Nomor 36 Tahun 2009, tentang Kesehatan;
2. Undang-undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik
Kedokteran;
3. Peraturan Menteri Kesehatan No 14 Tahun 2021 tentang
Standar Kegiatan Usaha dan Produk Penyelenggaraan
Perizinan Berbasis Risiko Sektor Kesehatan;
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1691/MENKES/viii/2011 tentang Keselamatan Pasien Rumah
Sakit;

MEMUTUSKAN

Menetapkan: KEPUTUSAN PIMPINAN KLINIK RAWAT INAP ELISA TENTANG


PERUBAHAN ATAS SURAT KEPUTUSAN NOMOR :
440/SK/C/IV/182/I/2022 TENTANG SASARAN KESELAMATAN
PASIEN
Kesatu : Menentukan sasaran-sasaran keselamatan pasien seperti yang
tertera dalam lampiran keputusan ini.
Kedua : Surat keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, peraturan
tentang SK Nomor : 440/SK/C/IV/182/IX/2019 tentang Sasaran
Keselamatan tidak berlaku semenjak Surat Keputusan ini
ditetapkan.

Ditetapkan di : Malang
Pada tanggal : 14 Januari 2022
Pimpinan Klinik Rawat Inap Elisa,

Yolenta Andika Bintani


LAMPIRAN SURAT KEPUTUSAN PIMPINAN
KLINIK RAWAT INAP ELISA NOMOR:440/SK/C/IV/182/I/2022
TENTANG : SASARAN KESELAMATAN PASIEN

SASARAN-SASARAN KESELAMATAN PASIEN

Penetapan sasaran keselamatan oasien memiliki tujuan untuk


mendorong perbaikan spesifik dalam keselamatan pasien. Sasaran yang
ditetapkan merupakan bagian yang riskan terjadinya permasalahan dalam
pelayanan kesehatan dan menjelaskan buku serta solusi dari konsensus
berbasis bukti dan keahlian dalam masalah ini. Sasaran keselamatan pasien
berikut ditetapkan berdasarkan maksud dan tujuan pengukuran mutu
layanan klinis dan sasaran keselamatan pasien.

1. Tidak terjadinya kesalahan identifikasi pasien

Kesalahan karena keliru dalam mengidentifikasi pasien


dapat terjadi dihampir semua aspek/ tahapan diagnosis dan
pengobatanj. Sasaran ini bermaksud untuk melakukan dua kali
pengecekan, yakni:

a. Identifikasi pasien sebagai individu yang akan menerima


pelayanan atau pengobatan
b. Kesesuaian pelyanan atau pengobatan terhadap individu
tersebut

Ketepatan identifikasi sedikitnya melalui dua cara untuk


mengidentifikasi seorang pasien yakni nama pasien, nomor rekam
medis, tanggal lahir, alamat rumah, dan lain-lain. Pengukuran
sasaran dilakukan dengan cara menghitung jumlah pasien yang
teridentifikasi dengan tepat dibandingkan jumlah seluruh pasien
yang dilayani dalam kurun waktuyang ditentukan.

Jumlah pasien yang teridentifikasi tepat  100 %

Jumlah seluruh pasien yang dilayani


2. Tidak terjadinya kesalahan pemberian obat

Bila obat-obatan menjadi bagian dari rencana pengobatan


pasien, maka petugas kesehatan secara kritis memastikan
keselamatan pasien. Obat-obatan yang pelru diwaspadai adalah obat
yang sering menyebabkan terjadi kesalaan / kesalahan serius; obat
yang berisiko tinggi menyebabkan dampak yang tidak diinginkan
seperti obat0obatan yang terlihat mirip atau kedengarannya mirip.
Sebelum diberikan kepada pasien, petugas harus memastikan
keseuaian pengobatan terhadap individu. Pengukuran sasaran
dilakukan kesesuaian pengobatan terhadap individu. Pengukuran
sasaran dilakukan dengan cara menghitung jumlah pasien yang
teridentifikasi tepat dalam pemberian obat yang dibandingkan dengan
jumlah seluruh pasien yang mendapatkan pelayanan obat dalam
kurun waktu yang ditentukan.

Jumlah pasien yang teridentifikasi tepat dalam pemberian obat  100%

Jumlah seluruh pasien yang mendapat pelayanan obat

3. Tidak terjadinya kesalahan prosedur tindakan medis dan


keperawatan
Terjadinya kesalahan prosedur tindakan medis dan
keperawatan dapat terjadi akibat komunikasi yang tidak efektif,
assesmen pasien yang tidak adekuatan penelaahan rekam
medis yang tidak adekuat, budaya yang tidak mendukung
komunikasi terbuka. Untuk menghindari terjadinya keslaagan
prosedur tindakan medis dan keperawatan sesuai dengan
standar operasional prosedur yang telah ditetapkan. Identifikasi
pasien yang sebelum dilakukan tindakan medis dan keperawatan
perlu dilakukan untuk mencegah terjadinya kesalahan dalam
pemberian prosedur. Pengukuran sasaran dilakukan dengan
cara menghitung jumlah tindakan medis dan keperawatan yang
dilaksanakan sesuai standar operasional prosedur (SOP)
dibandingkan dengan jumlah seluruh tindakan medis dan
keperawatan yang dilaksanakan.

Jumlah tindakan medis dan keperawatan yang dilaksanakan sesuai SOP  100%

Jumlah seluruh tindakan medis dan keperawatan yang dilaksanakan


4. Pengurangan terjadinya risiko infeksi di fasilitias kesehatan
Pencegahan dan pengendalian infeksi merupakan tantangan
terbesar dalam tatanan pelayanan kesehatan. Infeksi biasanya
dijumapi dalam semua bentuk pelayanan kesehatan termasuk
infeksi salurah kemih, infeksi pada aliran darah, da infeksi pada
saluran pernapasan. Pusat eliminasi infeksi ini maupiun infeksi
lainnya adalahh cuci tangan (hand hygiene) yang tepat. Petugas
medis harus melaksanakan cuci tangan menggunakan air
mengalir dan sabun atau menggunakan handrub. Mencuci
tangan dilakukan pada lima keadaan yaitu:
a. Sebelum kontak
dengan pasien
b. Setelah kontak dengan
pasien
c. Sebelum tindakan
aseptik
d. Setelah kontak dengan
cairan tubuh pasien
e. Setelah kontak dengan
lingkungan sekitar pasien

Cuci tangan dilakukan dengan menerapkan 6 langkah, yaitu:

a. Mencui kedua telapak tangan


b. Mencuci punggung dan sela-sela jari tangan
c. Mencuci kedua telapak tangan dans sela-sela jadi tangan
d. Mencuci punggung jari tangan dengan posisi saling mengunci
e. Mencuci kedua ibu jari tangan
f. Mencuci ujung-ujung jari tangan

Pengukuran terjadinya risiko infeksi dilakukan dengan cara


mengitung jumlah petugas yang melakukan 6 langkah cuci
tangan pada 5 keadaan (hand hygiene) dibandingkan dengan
semua jumlah petugas pelayanan klinis.

5. Tidak terjadinya pasien jatuh


Jumlah kasuh jatuh cukup bermakna sebagai penyebab cedera
bagi pasien rawat inap. Dalam konteks populasi/masyarakat
yang dilayani, pelayanan yang disediakan, dan fasilitasnya,
fasilitas kesehatan perlu mengevaluasi risiko pasien jatuh dan
mengambil tindakan untuk mengurangi risiko cedera bila sampai
jatuh. Evaluasi risiko jatuh mencakup riwayat jatuh, obat, dan
telaah terhadap konsumsi alkohol, gaya jalan, dan
keseimbangan, serta alat bantu berjalan yang digunakan oleh
pasien. Intervensi kepada pasien yang berisiko dapat dilkukan
dengan memberikan lingkungan yang aman. Pengukuran
terhadap tidak terjadinya pasien jatuh dilakukan dengan cara
menghitung
Jumlah jumlah
pasien pasien
yaang tidakyang tidak jatuh
jatuh 100%dibandingkan jumlah
semua pasien yang dirawat.
Jumlah seluruh pasien dirawat

Penentuan nilai target capaian masing-masing sasaran berdasarkan pada:

1. Sentinel event (kejadian luar biasa, serious undesirable and often


avoidable process or outcome) indikator: target 0, misal lokasi
pembedahan pada sisi yang salah.
2. Rate based indicator, dilakukan pengumpulan data untuk periode
waktu tertentu, kemudian dihitung mean dan standar deviasi data, dan
menetapkan simpangan yang paling bisa diterima.
3. Rujukan (referensi) sebagai konsensus nasional atau konsensus
profesi.
4. Jika rate based indicator belum bisa ditetapkan maka dapat ditetapkan
nilai target capaian/ threshold secara konsesus pada tahun pertama.
5. Bila threshold tidak bisa ditetapkan, penilaian ditetapkan berdasarkan
trend naik atau turunnya data.

Ditetapkan di Malang
Pada tanggal 14 Januari 2022
Pimpinan Klinik Rawat Inap Elisa,

Yolenta Andika Bintani

Anda mungkin juga menyukai