Anda di halaman 1dari 412

PROSIDING PERTEMUAN ILMIAH TAHUNAN 2020

PERHIMPUNAN DOKTER FORENSIK INDONESIA

Tim Editor:
Dedi Afandi
Agus Purwadianto
Budi Sampurna
Herkutanto
HM Soekry Erfan Kusuma
Ade Firmansyah Sugiharto
Ahmad Yudianto
Rika Susanti
Yoni Fuadah Syukriyani
Beta Ahlam Gizela
Mohammad Tegar Indrayana
Sigid Kirana Lintang Bhima
Yudy

Pekanbaru, 4-5 Desember 2020

Fakultas Kedokteran Universitas Riau


PROSIDING PERTEMUAN ILMIAH TAHUNAN 2020
PERHIMPUNAN DOKTER FORENSIK INDONESIA

ISBN 978-623-6595-34-3

Tim Editor:
Dedi Afandi
Agus Purwadianto
Budi Sampurna
Herkutanto
HM Soekry Erfan Kusuma
Ade Firmansyah Sugiharto
Ahmad Yulianto
Rika Susanti
Yoni Fuadah Syukriyani
Beta Ahlam Gizela
Mohammad Tegar Indrayana
Sigid Kirana Lintang Bhima
Yudy

Desain Sampul dan Tata Letak


EZE Creator

Penerbit:
Fakultas Kedokteran Universitas Riau

Redaksi:
Fakultas Kedokteran Universitas Riau
Jl. Diponegoro 1, Pekanbaru, Riau (28133)
Telp: (0761) 839264
Fax: (0761) 839265
Email: penerbit.fkur@gmail.com

Terbitan online, Oktober 2021

Hak cipta dilindungi Undang-undang


Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan cara apapun untuk tujuan komersil.
SEKAPUR SIRIH

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, Shalom, Om swastiatu, Namo


Budhaya, Salam Sejawat

Puji syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa, yang telah memberikan
nikmat dan karunia yang tak terhingga sehingga kita semua mendapatkan kesehatan
dan kesempatan untuk turut mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi di
bidang kedokteran forensik dan medikolegal.
Pertemuan Ilmiah Tahunan (PIT) PDFI tahun 2020 ini mengusung tema “Revolusi
Pelayanan Kedokteran Forensik dan Medikolegal pasca Pandemi COVID-19”. Tema yang
menunjukkan optimisme yang tinggi serta semangat untuk mencapai masa depan yang
lebih cerah. Semangat ini akan diwujudkan melalui sebuah revolusi yang berarti
pengembangan yang bukan hanya bersinambungan, namun juga menjadi sebuah batu
pijakan (milestone) bagi dunia ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran forensik dan
medikolegal di Indonesia.
Berada di tengah masa pandemi COVID-19 ternyata tidak menyurutkan semangat
menulis dan mendiseminasikan hasil-hasil penelitian dan pengembangan ilmu
kedokteran forensik dan medikolegal. Sebanyak 67 makalah dan 104 poster telah
diterima, diseleksi, dan akan dipresentasikan dalam ajang ilmiah tahunan ini. Jumlah
ini menunjukkan antusiasme dan semangat yang sangat luar biasa dari seluruh insan
forensik dari Sabang hingga Merauke.
Saya sangat menyambut baik nilai-nilai positif yang ditunjukkan oleh karya-karya
ilmiah dalam prosiding PIT PDFI 2020 ini. Semoga karya-karya ini akan mampu
memberikan atmosfir ilmiah yang kuat dalam revolusi pelayanan kedokteran forensik
dan medikolegal.
Terima kasih
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Pekanbaru, Desember 2020


Ketua Pengurus Pusat PDFI

Dr. dr. Ade Firmansyah Sugiharto, SpF

iii
SEKAPUR SIRIH

Assalammualaikum wr wb, Salam Sejahtera dan Salam Sehat bagi kita semua

Rasa syukur yang mendalam ke hadirat Allah SWT sehingga kita Kembali dipertemukan
dalam acara Pertemuan Ilmiah Tahunan Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia
2020. Pelaksanaan PIT PDFI saat kali dilaksanakan secara virtual mengingat situasi
pandemi COVID-19 yang belum berakhir. Meskipun demikian tidak akan mengurangi
maksud dan tujuan untuk diadakannya PIT PDFI sebagai ajang untuk meningkatkan
dan menambah pengetahuan kita di bidang Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal.
Ucapan terima kasih kepada Pengurus Pusat PDFI yang Kembali mempercayakan PDFI
Cabang RIAU – SUMBAR – KEPRI sebagai penyelenggara PIT tahun ini. Terima kasih
untuk seluruh panitia yang sudah bekerja keras mewujudkan kegiatan ini, terima
kasih juga kepada pihak pihak yang sudah ikut membantu menyukseskan. Salam
hormat buat seluruh pembicara dan salam hangat bagi seluruh peserta. Semoga
mendatangkan manfaat dan kemaslahatan bagi kita semua dan Indonesia.
Selamat mengikuti PIT PDFI 2020.
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Salam sehat

Pekanbaru, Desember 2020


Ketua PDFI Cabang Riau – Sumbar – Kepri

Prof. Dr. dr. Dedi Afandi, DFM, SpFM(K)

iv
SEKAPUR SIRIH

Assalamualaikum Warohmatullohi Wabarokatuh, Salam Sejawat

Kami atas nama panitia Pertemuan Iimiah Tahunan (PIT) Perhimpunan Dokter Forensik
Indonesia (PDFI) tahun 2020 mengucapkan terima kasih atas partisipasi rekan-rekan
sejawat sekalian dalam kegiatan Pertemuan Ilmiah Tahun kita dengan tema “The
Revolution of Forensic Medicine Services After Pandemic COVID-19” pada tanggal
4-5 Desember 2020 yang diselenggarakan atas Kerjasama PDFI Cabang Riau-Sumbar-
Kepri secara daring. Tema ini diambil, dilatarbelakangi bahwa pandemik COVID-19
menyerang seluruh sendi kehidupan masyarakat, dan tak terlepas juga kita sebagai
dokter yang berkiprah di bidang forensik dan medikolegal. Kondisi yang kita alami
bersama saat ini, memaksa kita untuk bisa beradaptasi dan berimprovisasi dalam
melayani masyarakat tanpa mengabaikan kesehatan kita. Adapun rangkaian kegiatan
kita ini, akan diisi oleh pembicara yang memang mumpuni di bidangnya baik dari
dalam maupun luar negeri sebagai ajang bagi kita untuk saling berbagi pengetahuan
dan pengalaman.
Tidak lupa kami juga mengucapkan terimakasih kepada Pengurus Pusat PDFI atas
dukungan dan perhatiannya demi terlaksananya acara ini. Semoga pertemuan kita ini
bisa menjadi ajang bersilaturahmi kita meskipun belum bisa bertemu secara fisik.
Terima Kasih
Wassalamualaikum Warohmatullohi Wabarokatuh.
Sugi Damar Jangan Padam
Kuah di mangkuk jangan tumpah
Dari Pekanbaru teriring salam
Untuk Indonesia penuh berkah

Pekanbaru, Desember 2020


Ketua Panitia PIT PDFI 2020

dr. Arwan, M.Ked(For), SpFM dan dr. Mohammad Tegar Indrayana, Sp.FM

v
SUSUNAN KEPANITIAAN

Surat Keputusan Pengurus Pusat PDFI Nomor: 034/PP.PDFI/IX/2020 tanggal 11 September 2020

Pelindung : Gubernur Riau


Rektor Universitas Riau
Kapolda Riau
Ketua PP Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia
Ketua Kolegium Ilmu Kodekteran Forensik Indonesia
Ketua IDI Wilayah Riau
Penasehat : Dekan FK Universitas Riau
Kabiddokkes Polda Riau
Kabiddokkes Polda Sumbar
Kabiddokkes Polda Kepri
Karumkit Bhayangkara Pekanbaru Polda Riau
Penanggung Jawab : Ketua PDFI Cabang Riau-Sumbar- Kepri
Steering Committee / : Prof. Dr. dr. Dedi Afandi, DFM, SpFM (K), Universitas Riau
Scientific Committee Prof.Dr.dr. Agus Purwadianto, SpFM (K), SH, MSi, DFM, Universitas
Indonesia
Prof. dr. Budi Sampurna, SpFM (K), SH, SpKP, DFM, Universitas
Indonesia
Prof. Dr. dr. Herkutanto, SpFM (K) , SH, LLM, Universitas Indonesia
Prof. Dr. Med. Dr. HM Soekry Erfan Kusuma, S.FM(K), Universitas
Airlangga
Dr. dr. Ade Firmansyah Sugiharto, SpFM (K),, Universitas Indonesia
Dr. dr. Ahmad Yudianto, SpFM(K), M.Kes, SH, Universitas Airlangga
Dr. dr. Rika Susanti, SpFM (K), Universitas Andalas
Dr. dr. Yoni Syukriyani Fuadah, SpFM (K), Msi, DFM, Universitas
Padjadjaran
dr. Beta Ahlam Gizela, SpFM (K), Universitas Gadjah Mada
dr. Mohammad Tegar Indrayana, SpFM, Universitas Riau
dr. Sigid Kirana Lintang Bhima, SpFM (K), Universitas Diponegoro
dr.Yudy, Sp.FM, Universitas Indonesia
Panitia Pelaksana
Ketua : dr.Arwan, M. Ked(For), SpFM
Sekretaris : Dr. dr. Rika Susanti, SpFM (K)
Bendahara : dr. Citra Manela SpFM
Seksi Ilmiah dan : dr. Mohammad Tegar Indrayana, SpFM
Acara AKBP dr. Khodijah, MM
dr. Chunin Widyaningsih, MKM
Kompol Supriyanto
dr. Nurfi Pratiwi
dr. Shabrina Maharani
dr Dela Oktadiani
Seksi Sekretariat dan : Prof. Dr. dr. Dedi Afandi, DFM, SpFM(K)
IT
dr. Taufik Hidayat, SpF
dr. Insil Pendri Hariyani, Sp.FM
dr. Leonardo, Sp.FM
dr. Yendri Suryanti, Sp.FM
Yogi Rifki Kurniawan, B. Sc
Khikam Arifudin, ST
Novendra Kurniadi, S.T
M. Jolly Fintara, S.E
Rori Wahyuni, S. Sos
Riki Chandra, S. Sos
Ekral Dehaldita, S. Ked
Muhammad Eko Prayogi, S.Ked
Zulfatta Dwi Putra, S.Ked

vi
THE ANNUAL SCIENTIFIC MEETING THE INDONESIAN ASSOCIATION OF FORENSIC MEDICINE 2020
“The Revolution of Forensic Medicine Services After Pandemic COVID-19”
DECEMBER 4-5, 2020

TIME SCHEDULE
(JAKARTA)
FRIDAY, DECEMBER 4, 2020
OPENING CEREMONY
“Tunjuk Ajar Melayu, Minangkabau Maimbau”
2.00 – 2.05 PM Opening by Host (dr. Nur Fitri Fadila)
2.05 – 2.15 PM Indonesian National Anthem
Mars PDFI Song
Performed by: The VOCAL (Voice of Medical) Choir – Medical student FM UNRI
2.15 – 2.25 PM Opening speech from Chairman of Organizing Committee
2.25 – 2.40 PM Opening speech from Chairman of the Indonesian Association of Forensic Medicine
14.40 – 14.50 Welcoming Video
Tak kan Melayu hilang di Bumi
Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah
Pulau Penyengat Negeri Gurindam Dua Belas
2.50 – 2.55 PM Prayer – Muhamad Agung Bariq Pratama (Governor of Student Board Organization–
FM UNRI)
2.55 – 3.00 PM Introduction to event rules
Virtual International Seminar (VIS)
“Challenge and Opportunity on Forensic Service amidst and after the COVID-19 Pandemic”
Moderator: Dr. dr. Maya Savira, M.Kes – Universitas Riau
Co-Moderator: dr. Nur Fitri Fadila
3.00 – 4.30 PM Session I
Prof. Dr. Ankit Shrivastava – India (30 Minutes)
“Forensic analysis of evidence: past present and future”
Mr. Richard Evans – United Kingdom (30 Minutes)
“Detection of semen, blood, and fingerprint using forensic light source”
Discussion (30 minutes)
4.30 – 6.00 PM Session II
Dr. dr. Ade Firmansyah Sugiharto, SpFM(K) – University of Indonesia (20 Minutes)
“The COVID-19 Pandemic: Challenges and Opportunities for the advancement of fore
medicine practice”
dr. Arfianti, M.Biomed, M.Sc, PhD – University of Riau (20 minutes)
“The Role of Molecular Detection on Postmortem Analysis for COVID – 19”
dr. Evi Untoro, SpFM – Indonesia (20 minutes)
“Overseas forensic medicine services protocol amidst the pandemic COVID-19”
Discussion
6.00 - Closing

vii
Hari ke 2

SABTU, 5 DESEMBER 2020


Host: dr. Nur Fitri Fadila
Simposium Nasional Peran Kedokteran Forensik Masa Pandemi COVID-19
Moderator: Prof. Dr. dr. Dedi Afandi, DFM, SpFM(K) – Universitas Riau
08.00 – 09.30 Plenary Lecture
Prof. Dr. dr. Agus Purwadianto, SpFM(K), DFM, MSi, SH – Universitas Indonesia
“Isu Etikolegal yang Harus Diwaspadai masa pandemic COVID-19”
Prof. Dr. dr. Herkutanto, SpFM(K), DFM, SH, LLM - Universitas Indonesia
“Telemedicine: Rambu-Rambu Medikolegal yang harus diperhatikan”
Prof. dr. Budi Sampurna, SpFM(K), DFM, SH, SpKP - Universitas Indonesia
“Informasi apa yg bisa kita dapatkan dari Audit Kematian?”
Brigjen Pol Dr dr Rusdianto, DFM – Kapusdokkes POLRI
“Peran Kedokteran Kepolisian Masa Pandemi COVID-19”
09.30 – 11.30 Sharing session dan Sosialisasi Protokol Tata Laksana Jenazah masa Pandemi COVID-
19
Dr. dr. Rika Susanti, SpFM(K) – Universitas Andalas (15 menit)
“Pembelajaran Kedokteran Forensik dan Medikolegal Program Profesi Dokter Masa
Pandemi”
Dr. dr. Yoni Fuadah Syukriani, M.Si., DFM., SpFM(K) – Universitas Padjadjaran (15
menit)
“Pembelajaran Sp-1 Kedokteran Forensik dan Medikolegal Masa Pandemi”
dr. Sigid Kirana Lintang Bhima, SpFM(K) – Universitas Diponegoro (15 menit)
“Pelayananan Kedokteran Forensik dan Medikolegal Masa Pandemi”
Dr. dr. Ahmad Yudianto, M.Si., SpFM(K) – Universitas Airlangga (15 menit)
“Penelitian Kedokteran Forensik dan Medikolegal Masa Pandemi”
dr. Nurul Aida Fathya, Sp.FM – Universitas Jenderal Achmad Yani (20 menit)
“Pedoman Interim Tata Laksana Jenazah masa Pandemi Covid-19”
Prof. Dr. dr. Herkutanto, SpFM(K), DFM, SH, LLM - Universitas Indonesia
“Problematika penentuan penyebab kematian: Peran analisis kausal”
Diskusi
11.30 Closing - Host
ORAL, FLYER/POSTER PRESENTATION (12.30 – END)

viii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i
SEKAPUR SIRIH iii
SUSUNAN KEPANITIAAN vi
SUSUNAN ACARA vii
DAFTAR ISI ix

PART 1: Presentasi Oral


1. Female Genital Mutilation Reviewed from Medicolegal Aspect and Islamic
Sharia-Law 1
Mohammad Tegar Indrayana, Dela Oktadiani

2. Stillbirth Concealment Case : Analysis from A Forensic and Legal


Perspective 7
Otniel Budi Krisetya, Bianti Hastuti Machroes, Intarniati Nur Rohmah, Wian Pisia
Anggreliana, Santosa

3. Toolmark Analysis of Blunt Force Trauma, A Forensic Case Report 14


Reyhan Andika Firdausi

4. Laporan Kasus Temuan Jenazah Perempuan di dalam Tandon Air 19


Kristina Uli, Daniel Umar

5. The Death Profile Of Covid-19 Confirmation Case In Southeast Sulawesi


Province 23
Raja Al Fath Widya Iswara

6. Blood Chromium Levels Of Batik Workers Related To The Status Of Liver


And Kidney Function 29
Suhartini, Hendro Widagdo, Idha Arfianti Wira Agni, IBGd. Surya Putra Pidada,
Dewanto Yusuf Priyambodo, Sri Awalia Febriana, Katharina Oginawati, Roto

7. Study Case of Illegal Abortion Deaths in the Forensic Medicine Instalation of


Dr. Sradjito Hospital, Yogyakarta 36
Yudha Nurhantari

8. Challenges of Learning Model For The Clinical Medical Students At Medical


Faculty of Sultan Agung Islamic University During Covid-19 Pandemic 40
Dian Novitasari, Setyo Trisnadi, Istiqomah

9. The Mechanical Asphyxia Caused By Strangulation 47


Setyo Trisnadi, Istiqomah, Sofwan Dahlan, Dian Novitasari

10. Cause of Death Determination in the Drowning Case – Case Report 53


Istiqomah, Setyo Trisnadi, Maryono, Dian Novitasari

11. Perlindungan Hukum Bagi Dokter Dalam Pelayanan Kedokteran Di Era


Pandemik 59
Tri Handayani, Saebani, Tuntas Danardhono, Julia Ike Haryanto, Gatot Suharto

12. Relationship Between Transaminase Levels and Liver Function In NTT


People Who Have A Habit Of Drinking Alcohol 66
Niufti Ayu Dewi Mahila, Suhartini.

13. Reliabilitas Sidik Bibir Untuk Identifikasi Manusia Pada Jenis Kelamin,
Ras Kaukasoid, Ras Negroid, Ras Mongoloid, Golongan Darah, Dan
Kepribadian Individu 73
Muhammad Yusuf Arrozhi, Martiana Suciningtyas

14. Perlindungan Hukum Terhadap Jenazah Probable Covid dan Confirm


Covid di Indonesia 83
Nurul Ummi Rofiah, Raden Panji Uva Utomo, Wian Pisia Anggreliana Santosa,
Tuntas Dhanardhono

ix
15. Hospital Regulations Post-enactment of Law Number 11 of 2020
Concerning Job Creation 90
Muhammad Afiful Jauhani

16. Cross-Sector Communication Integration in The Management of


Corpses with Covid-19 dr Saiful Anwar Hospital Malang 94
Eriko Prawestiningtyas, Muhammad Fahrul

17. Persepsi Dokter Muda terhadap Pendidikan Profesi Secara Daring Stase
Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal RSUP Dr. Sardjito
Yogyakarta 102
Dewanto Yusuf Priyambodo, Suhartini

18. Profil Demografi Penanganan Jenazah Covid-19 di Instalasi Kedokteran


Forensik RSUP DR Sardjito 105
Ainun Fahmi Yanuarti, IBG Surya Putra Pidada, Lipur Riyantiningtyas

19. Factors Affecting the Crime Level Based On Ifls Data In 2000 111
Herratri Wikan Nur Agusti, Beta Ahlam Gizela

20. Application of Forensic Microbiology: Determination of Microbiota in


Human Faeces 116
Ressy Dwiyanti, Andi Ikbal, Yosephine S,Deiby T.I. Saumana, Jaury P Sutjianto,
Indrayaty AR, Natalia Widjaya , Gebert Dundu, Indah Wulansari Susan Olfi, Afriani
Early, Mochammad Hatta , Gatot Susilo Lawrence

21. Death In Pregnancy With Hypertension 121


Natalia Widjaya,Geebert Dundu, Indah Wulan Sari, Indrayaty AR, Jaury P.
Stjianto, Yosephine Siahaan, Deiby T.I. Saumana, Afriani Early, Denny Mathius,
Gatot S. Lawrence

22. Penyelesaian Konflik Terkait Penolakan Pemulasaraan Dan Pemakaman


Jenazah COVID-19 127
Hasan Ali Afandi, R.P Uva Utomo, Gatot Suharto, Intarniati N.R, Sigid Kirana
Lintang Bhima

23. Tuduhan Malpraktik Phlebotomy oleh Petugas Unit Transfusi Darah 133
Evelyn Magdalena, Yoni Fuadah Syukriani

24. Medicolegal Review of Medical Practice Performed by A Person Without


Medical Qualification in An Area Which Has Medical and Healthcare
Personnel Shortage 139
Sony Lastianto Wibowo, Yoni Syukriani

25. Legalized Abortion for Rape Victims: An Effort to Protect Women’s


Rights in Indonesia 147
Aria Yudhistira, MD., Forensic Medicine and Medicolegal Specialist, Nadia Ulfah
Faddila, MD

26. A Medicolegal Review Of The Case Of Entrapment Of A 12 Year Old Girl


With Down Syndrome By Her Biological Father 156
Heryadi Bawono Putro dr. Julia Ike Haryanto., M.H., Sp.FM, Saebani., SKM.,
Mkes., dr. Sigid Kirana Lintang Bhima., Sp. FM(K)., dr. Intarniati Nur Rohmah.,
Sp.FM(K)., Msi.Med

27. Domestic Violence as a Result of Suspected Affair 164


Riza Mahendra Kusumo, Idha Arfianti Wira Agni

28. Characteristics of Cases and Postmortem Examination in Dr. Hasan


Sadikin Hospital Period of 1st January 2016 to 30th September 2020 172
Temmy Mahendra, Sani Tanzilah

29. Identification Process on Human Skeleton 177


Melati Suci Kusuma, Arfiani Ika Kusumawat

x
30. Slc6a4/5httlpr Gene Polymorphism Mapping On The Papua Tribe 182
Perdido, Hendro Widagdo

31. Management of the Dead (MoD) during Covid-19 Pandemic in Indonesia:


Characteristics of Forensic and Medicolegal Centers, Obstacles, and
Strategies 189
Evi Untoro, Annisa A. Muthaher, Kanina Sista, Putri D. I. Meilia, Yudy, Citra
Manela, Farah Kaurow, Sumy H. Purwanti, Berlian I. Fitrasanti, Retno Sawitri,
Naomi Yosiati, Andrew Rens Selendu, M. Zaenuri S. Hidayat, Khunti Yulianti
Aberta Karolina, C. Andryani

32. Management of Dead Bodies with COVID-19: Characteristics of


Decedents and Quality of Death Certificates (Brief Report) 200
Putri D.I Meilia, Evi Untoro, Annisa A. Muthaher, Yudy, Citra Manela, Kanina
Sista, Farah Kaurow, Sumy H. Purwanti, Berlian I. Fitrasanti9, Retno Sawitri,
Naomi Yosiati, Andrew Rens Salendu, M. Zaenuri S. Hidayat, Kunthi Yulianti,
Aberta Karolina, C. Andyani

33. Karakteristik Cedera pada Pasien Korban Penganiayaan Periode Tahun


2016-2020 211
Ali Sodikin, Sani Tanzilah

34. Identifikasi Kerangka pada Sisa-Sisa Jenazah Identification of Skeletal


in Human Remains 216
Andreas Onggo, Naomi Yosiati

35. Factors Correlate to Excessive Alcohol Consumption in Ethnic Nusa


Tenggara Timur 221
Budiatri Retno Noormaningrum, Yudha Nurhantari, Suhartini, Rusyad Adi
Suriyanto

36. Characteristics and Injury Scoring in Forensic Clinical Case of Road


Traffic Accidents at Hasan Sadikin General Hospital 2016-2020 227
Wanranto, Sani Tanzilah

37. Characteristics Of Sexual Assault Case and Forensic Clinical


Examination Time Interval In Hasan Sadikin General Hospital January
2016 - September 2020 235
Ari Sri Wulandari, Sani Tanzilah
38. Dilemma in Handling Physical Abuse and Neglect in Children 241
Noverika Windasari, Berlian Isnia Fitrasanti

39. Caring Pattern for Deceased Bodies during Covid-19 Pandemic at the
Forensic Medicine Installation of dr. Sardjito Yogyakarta General
Teaching Hospital for March–September 2020 Period 247
Lipur Riyantiningtyas, Wendi Wiradinata

40. Role of Systemic Responses to Trauma in Determining the Degree of


Injury 254
Mohammad Tegar Indrayana, Rahmi Triana Putri, Raeski Ayisha Isti, Diana Indah

41. Effects of Covid-19 Pandemic on Clinical Forensic Cases: Trends and


Adaptations in 3 Referral Hospitals in Jakarta 262
Andrew Rens Salendu, Putri Dianita Ika Meilia, Sawitri, Boge Priyo Nugroho

42. Characteristics Of Wounds In Children Violence Case And The Role Of


Health Services In Handling Case Of Violence In Children In Dr. Hasan
Sadikin Bandung Period 2016 – 2020 269
Mia Yulia Fitrianti, Berlian Isnia Fitrasanti

43. Cardiac Arrest Karena Refleks Vagal Yang Dipicu Oleh Trauma Tumpul
Pada Leher 279
Beni Ciptawan, Fahmi Arief Hakim, Berlian Isnia Fitrasanti

44. Temuan Histopatologi pada Pasien yang Meninggal Akibat Covid-19 284
Wawan Sugirman, Nita Novita

xi
45. Perbandingan Kadar Glukosa Darah dan HbA1C Postmortmen Kasus
Diabetes dan non-Diabetes 289
Citra Manela, Taufik Hidayat

46. Raising Awareness Of Autopsy In The Covid-19 Pandemic Era 296


Kristina Sihaloho, Asan Petrus, Tampak Linggom, Dewi Astuti

47. Transportation Injury And Risk Factor Of Safety Equipment Usage


Based On HEALTH DEMOGRAPHIC SURVEILLANCE SYSTEM (HDSS) 304
SLEMAN DATA 2016-2019
Beta Ahlam Gizela

48. PemeriksaanKadar Troponin Postmortem dalam Mendiagnosis


Penyebab Kematian Mendadak Akibat Infark Miokard Akut 311
Oktavinda Safitry, Airin Que

49. The Murder of One of The Twins by The Mother-Case Report 318
dr. M. Ardhian Syaifuddin, Sp.FM dan dr. G. Yoga Tohjiwa

50. Autopsy Findings of Death Due to Potassium Cyanide Poisoning,


Literature Review 324
Abigael Samsi Pagatiku. Thathit Bimo T.S. Ariyanto Wibowo Ahmad Yudianto

51. Tinjauan Etika Pengangkatan Organ Reproduksi Pada Anak


(Studi Kasus Reseksi Tumor Pada Pasien Di Bangsal Anak Rsup Dr.
Kariadi) 331
Virgagenie Maisra, Bianti Hastuti Machroes, Gatot Suharto, Tuntas Dhanardhono,
Sigid Kirana Lintang Bhima

52. Blunt Force Abdominal Trauma that Cause Intramural Intestinal


Hematoma, Hepatic Subscapular Hematoma and Hemobilia : A Case
Report 338
KOMPOL Dhiwangkoro Aji Kadarmo Sp.F DFM, dr. Stephanie Renni Anindita,
Sp.FM

53. Pemulasaran Jenazah COVID 19 di RSUD Kota Mataram NTB dalam


Menghadapi Kelompok Masyarakat Religius Konservatif 343
Arfi Syamsun

54. Death From Sharp Trauma 349


Amalan Surya HutabaraT, Edwin Parlindungan Lubis, Zulfia Retnanti Marissa,
Agustinus Sitepu

PART 2: POSTER
1. Brain Bleeding Accompanied the Fracture of the Skull As a result of
Blunt Violence 355
Edwin Parlindungan Lubis, Amalan Surya Hutabarat, Zulfia Retnanti Marissa, Mistar Ritonga

2. Death from Sharp Trauma 356


Joko Arianto,Tampak Linggom,Kristina Sihaloho,Dewi Astuti,Nasib M. Situmorang

3. Newborn Infant Death due to a Blunt Trauma (Case Report) 357


Yosephine Siahaan, Andi Iqbal Iskandar, Deiby T.I. Saumana, Indrayaty A.R. , Jaury
Prawiro Sutjianto, Natalia Widjaya, Indah Wulan Sari, Gebeert J.M.T.Dundu, Afriani
Early, Denny Mathius, Gatot S. Lawrence

4. An Autopsy Review of Mixed Alcohol Drink Intoxication: Case Report 358


Desy Martha Panjaitan, Ahmad Yudianto dan Tutik Purwanti

5. Sudden Death duet o Respiratory Disease 359


Dewi Astuti, Joko Arianto,Tampak Linggom,Kristina Sihaloho, Nasib M. Situmorang

6. Kematian Mendadak akibat Penyakit Hati (Hepatocelullar Carcinoma) 360


Roland Sanggam P Tambunan, Abdul Gafar P

xii
7. Cedera Akibat Benda Tumpul 361
Roland Sanggam P Tambunan, Abdul Gafar P

8. DNA examination of hair 362


Hastin Novia, Ahmad Yudianto, Muhammad Afiful Jauhani

9. Robbery That Led to Murder in The Midst Of The Covid-19 Pandemic 363
Tampak Linggom, Asan Petrus,Kristina Sihaloho, Dewi Astuti

10. Abortion with Birth Concealment 364


Reza Priatna, Ibnu Arizona Siregar, Agustinus Sitepu

11. Traumatic Brain Injury due to Blunt Trauma 365


Ibnu Arizona Siregar, Reza Priatna, Agustinus Sitepu

12. Death Caused by Basis Cranii Fracture 366


Binsar Lubis, Abdul Gafar P

13. Fighting Resulting in Blunt Trauma 367


Binsar Halomoan Lubis, Abdul Gafar Parinduri

14. Sudden Death Due to Acute Myocardial Infarction in a Victim with


History of Blunt Trauma: A Case Report 368
Fitri Ambar Sari, Syarifah Aulia Saadah

15. The Interpretation Forensic clinic on Bali bombing victims: a case study 369
Vernando Parlindungan, Puji Rahayu, Ahmad Yudianto

16. Description Of The Entrance Wound Caused By Ricochet (Reflection) 370


Deiby T.I. Saumana, Olfi Susan Tumbol, Geebert Dundu, Indah Wulan Sari, Natalia
Widjaya Indrayaty AR, Jaury P. Stjianto, Ressy Dwiyanti, Andi Iqbal Iskandar,
Yosephine Siahaan, Afriani Early, Denny Mathius, Gatot S. Lawrence

17. Life Threatening Stab Wound on The Right Chest (Case Report) 371
Indrayaty AR, Deiby T.I. Saumana, Yosephine Siahaan, Jaury Prawiro Sutjianto,
Natalia Widjaya, Geebert Dundu, Indah Wulan Sari, Olfi Susan Tumbol, Afriani Early,
Denny Mathius, Gatot S. Lawrence

18. Dead Infant found on the River: A Case Report of Infanticide 372
Tia Maya Affrita, Renny Sumino, Ma’rifatu Ula, Ahmad Yudianto

19. Sudden Cardiac Death in Gambler during Police Raids – A Case Report 373
Aria Yudhistira, MD and Denys P. Alim, MD

20. Forensic Toxicology Examination of Floor Cleaning Product Poisoning:


Literature Review 374
Ria Kumala1, Ariyanto Wibowo2, Ahmad Yudianto

21. Peningkatan Pengetahuan Keluarga Pasien Tentang Visum et Repertum


di RSUPH Adam Malik 375
Asan Petrus,Nasib Mangoloi S,Rahmatsyah

22. The Impact Of Violence On Women Physically And Psychically (Case


Report) 376
Andi Iqbal Iskandar, Yosephine Siahaan, Deiby T.I.Saumana, Ressy Dwiyanti,
Indrayaty A. R. , Jaury P.Sutjianto, Natalia Wijaya, Indah Wulan Sari, Gebeert J. M. T
Dundu, Olfi Susan Tumbol, Afriani Early, Denny Mathius, Gatot S. Lawrence

23. Interleukin-6 Relationship With Age Of Wounds From Sharp Trauma In


Immunohistochemical 377
Geebert Dundu, Indah W Sari, Afriani Early, Susan Tumbol, Natalia Widjaya, Indrayati,
Jaury Sutjianto, . Annisa Anwar Muthaher, , M. Husni Cangara, Berti Nelwan, Djumadi
Achmad, Gunawan Arsyadi, Gatot S. Lawrence

24. Two Step Procedure (Tsp) For Estimated Age At Death On Adult Human
Remains 378

xiii
Ma’rifatul Ula, Ahmad Yudianto

25. Criminal in the Covid 19 Pandemic Condtition 379


Jakaria Zansen, Abdul Gafar P, Asan Petrus, Roland Sanggam P T

26. Death Caused by Basilar Skull Fractures Due To Blunt Trauma 380
Jakaria Zansen, Abdul Gafar P, Roland Sanggam P Tambunan

27. Autopsy Findings in Suspected COVID- case 381


Prasillia Ramadhani, Galih Endradita, Ahmad Yudianto

28. Clinical Forensics in Chop Wound Injury of the head; A Case Report 382
Galih Endradita, Prasilia Ramadhani, Renny Sumino, Ahmad Yudianto

29. Histopathology Features In Stab Wound case 383


Edwin Tambunan, Desy Martha Panjaitan, Ahmad Yudianto

30. Qualification of Chop Wounds in Persecution Cases; Case Report 384


Edwin Tambunan, Ahmad Yudianto, Ria Kumala

31. Death Caused By Blunt Trauma To The Head 385


Zulfia Retnanti Marissa, Edwin P. Lubis, Amalan Surya Htb, Mistar Ritonga

32. Domestik Violence 386


Zulfia retnanti marissa, Edwin P lubis, Amalan surya Htb, Agustinus Sitepu

33. Genetic Polymorphism of ALDH2 in East Nusa Tenggara Alcohol


Drinkers 387
Busyra, Suhartini, Yudha Nurhantari

34. Forensic Laboratory Examination on Blood Fluids at The Crime Scene


for The Purposes of Forensic Identification 388
Puji Rahayu, Ahmad Yudianto

35. Identification And Cause Determination of Death in Burnt Building


Victims 389
Jaury Prawiro Sutjianto, Andi Iqbal Iskandar, Yosephine Siahaan, Deiby T.I. Saumana,
Ressy Dwiyanti, Indrayaty A. R., Natalia Widjaya, Geebert J. M. T. Dundu, Indah
Wulan Sari, Olfi Susan Tumbol, Afriani Early, Denny Mathius, Gatot S. Lawrence
Suriyanto

36. Death Due To Blunt Trauma: A Case Of Traffic Accidents Causing Brain
Damage 390
Eben Ezer Debora A. M Purba, Asan petrus, Abdul Gafar Parinduri

37. The Abuse of A Woman as A Victim of Domestik Violence 391


Eben Ezer Debora Purba, Asan Petrus, Nasib Mangoloi Situmorang

38. Review Of The Problem In Letter Of Request For Visum Et Repertum


(Ver) For Past Cases 392
Adhi Pratama, Yoni Fuadah Syukriani

39. Blunt Force Trauma on the Head as Result of Mistreatment (Case


Report) 393
Renny Sumino, Soekri Ervan, Ahmad Yudianto, Tia Maya

40. Haematosinus due to Stab Wound of Arrows (Case Report) 394


Indah Wulan Sari, Andi Iqbal Iskandar, Yosephine Siahaan, Deiby T.I. Saumana,
Ressy Dwiyanti, Indrayaty A.R. , Natalia Widjaya, Geebert J.M.T. Dundu, Denny
Mathius Sendana, Jerny Dase, Gatot S. Lawrence

41. Kualitas Visum et Repertum Perlukaan Korban Hidup Sebagai Dasar


Pembuatan Kebijakan di RSUP.H.Adam Malik Medan 395
Asan Petrus, Nasib Mangoloi Situmorang

42. TNI Meninggal Saat Menjalani Hukuman Disiplin 396


Asan Petrus, Nasib Mangoloi Situmorang

xiv
Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020 1
The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

Tinjauan Pustaka

Female Genital Mutilation Reviewed from Medicolegal Aspect and


Islamic Sharia-Law
Mohammad Tegar Indrayana1, Dela Oktadiani2

1Faculty of Medicine, University of Riau


2Faculty of Medicine, University of Riau

ABSTRACT
Female genital mutilation is still an act of hereditary tradition that is practiced in various countries,
including Indonesia. As a gender issue, female genital mutilation has drawn controversy between religion and
medicolegal law. The Indonesian Ulema Council (MUI) opposes the legalization of the medical ban on female
genital mutilation in a circular letter from the Director General of Community Health. According to islamic sharia-
law, female genital mutilation is not obligatory as male circumcision. The law of female genital mutilation is
makrumah, which is a form of worship that is glorified in Islam. According to the guidelines for the procedure for
female genital mutilation as stated in the MUI fatwa, the part that is circumcised is the clitoral hood or the
membrane covering the clitoris. This is also confirmed in the Minister of Health Regulation 1636 / MENKES / PER /
XII / 2010, that is scratching the skin covering the front of the clitoris without injuring the clitoris. This regulation
was finally revoked by the Minister of Health in 2014 because of a public statement (Amnesty International) in 2012
which stated that the legitimacy of all procedures for female genital mutilation, includes a form of violence and
damage to female genitalia, must be eliminated. In addition, it was also due to pressure from the United Nations
(UN) Commission on Human Rights (HAM), which asked the Indonesian government to revoke the regulation. The
classification of the procedure for female genital mutilation according to the World Health Organization (WHO) is
very different from the MUI guidelines applied in Indonesia. In the end, the Minister of Health gave the mandate to
the Health Advisory Council and Syara'k to publish guidelines for the implementation of female genital mutilation
that guaranteed the safety and health of women and did not mutilate female genitalia as intended by WHO as
stated in Minister of Health Regulation No. 6 of 2014. This paper is aimed at analyzing female genital mutilation
from a religious perspective and medicolegal law in order to straighten out the confused understanding of legality,
religious aspects and procedures for female genital mutilation in Indonesia. The results of this discussion explain
that female genital mutilation according to WHO is very different from the MUI fatwa and the Minister of Health
Regulation in Indonesia.

Keywords: female genital mutilation, islamic sharia-law, medicolegal

Korespondensi : Mohammad Tegar Indrayana email: tegar.forensik@gmail.com

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN : 978-623-6595-34-3
Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020
The Indonesian Association of Forensic Medicine
2
Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

PENDAHULUAN paradigma sunat pada perempuan ditinjau dari


Female genitale mutilation (FGM) atau perspektif agama Islam dan pandangan WHO.
praktik sunat (khitan) pada perempuan yang hingga WHO mengecam praktik sunat pada
saat ini masih menjadi isu atau topik yang perempuan di Indonesia seiring dikeluarkannya
diperdebatkan di kalangan masyarakat dunia. Dunia Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes)
internasional melalui World Health Organization 1636/MENKES/PER/XII/2010 tentang Sunat
(WHO) mengecam praktik ini karena masih Perempuan. Padahal, Permenkes ini secara prinsip
dilaksanakan di beberapa negara. Sebagian negara dibuat untuk melindungi masyarakat agar bisa
melakukan praktik ini dengan alasan merupakan mendapatkan praktik sunat pada perempuan yang
tradisi turun-temurun dan sebagian lagi melakukan sesuai syari’at sekaligus terlindungi dari aspek
praktik ini dengan alasan menjalankan perintah kesehatan.
agama yang dianutnya, seperti agama islam.
Indonesia merupakan salah satu negara yang PEMBAHASAN

memiliki pemeluk agama islam terbesar di dunia. Hukum syar’i khitan pada perempuan menurut

Selain itu, masih terdapat beberapa negara seperti Fatwa Majelis Ulama Indonesia

Mesir, Sudan, beberapa negara Arab lainnya serta Hukum secara definisi memiliki banyak

Afrika yang juga masih menerapkan praktik sunat pengertian menurut para ahli. Bahkan terdapat

pada perempuan ini.1,2 adagium Quot homines, tot sententiae, yang artinya

Apapun yang menjadi latar belakang dalam sebanyak jumlah manusia itulah banyaknya

praktik sunat pada perempuan ini, tindakan tersebut pengertian. Namun sebagai sebuah norma atau alat

masih mengundang perdebatan dalam berbagai ukur, islam menjadikan 4 pilar dalam pijakan

aspek. Hal ini dikarenakan, dalam praktik klinisnya hukumnya di dalam kehidupan umatnya, sehingga

ada yang berpendapat bahwa tindakan FGM dapat tidak bisa setiap orang berpendapat sekehendak

mencederai alat reproduksi perempuan tersebut. hatinya terkait permasalahan hukum di dalam

Dalam kacamata budaya, FGM termasuk salah satu agama. Pilar-pilar tersebut terdiri dari firman Allah

bentuk kekerasan yang sengaja dilakukan (wahyu), hadist nabi, ijma’ (kesepakatan) para ulama

dikarenakan tradisi dan tuntutan budaya yang dan ijtihad (penemuan hukum baru terkait masalah-

berkembang di masyarakat. Dalam masalah yang bersifat kontemporer). Kita akan

perkembangannya, FGM dapat mengakibatkan membahas hukum sunat pada perempuan ditinjau

penderitaan fisik, psikis, seksual karena tindakan dari aspek hukum islam.

tersebut termasuk memaksa dan mengurangi Sunat secara medis dikenal dengan istilah

kebebasan atas hak perempuan.1,3 sirkumsisi, dimana kata tersebut berasal dari bahasa

Pendapat-pendapat di atas terkait Latin circum yang berarti memutar dan caedere

ketidaksetujuan beberapa pihak terhadap sunat berarti memotong. Secara internasional, sirkumsisi

pada perempuan karena dianggap bahwa hal dikenal dengan terminologi Female Genital

tersebut merupakan suatu bentuk kekerasan, sejalan Mutilation (FGM) atau Female Genital Cutting (FGC).

dengan paradigma yang dimiliki oleh WHO. Oleh Terminologi ini digunakan untuk menggambarkan

sebab itu, artikel ini ingin menjelaskan perbedaan suatu tindakan terhadap alat kelamin yang dilakukan
pada anak-anak perempuan ataupun gadis-gadis.2

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN : 978-623-6595-34-3
Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020
The Indonesian Association of Forensic Medicine
3
Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

Sedangkan secara kaidah agama, sunat atau edaran tersebut yang akhirnya ditentang oleh MUI
sirkumsisi dikenal dengan terminologi khitan. Secara dengan alasan, khitan pada perempuan merupakan
etimologi, sunat dalam bahasa arab disebut al- syi’ar Agama Islam sekaligus bagian dari kegiatan
Khitan, diambil dari kata dasar khatana. Penjelasan ibadah yang akhirnya menyebabkan keluarnya fatwa
kata khitan menurut Ibn Manzur dijelaskan sebagai MUI tersebut.
pemotongan bagian quluf untuk laki-laki dan nawah Ketentuan tentang tata cara sunat pada
untuk perempuan. Quluf merupakan kulit yang perempuan dipertegas kembali dalam Permenkes
menutupi hashafah (alat kelamin laki-laki), Nomor 1636/MENKES/PER/XII/2010 yang
sedangkan nawah adalah kulit yang menyerupai menyatakan bahwa sunat pada perempuan
lembing ayam jantan dan terletak di atas farji (alat dilakukan dengan menggores kulit yang menutupi
kelamin perempuan). Tujuan dari sunat perempuan bagian depan klitoris tanpa melukai klitoris. Sunat
dalam kaidah agama selain dalam rangka perempuan dilarang dilakukan dengan cara :
menjalankan perintah agama, juga berfungsi untuk a) mengkauterisasi klitoris;
menstabilkan syahwat dan meminimalisir terjadinya b) memotong atau merusak klitoris baik
perbuatan zina.3 sebagian maupun seluruhnya; dan
Secara hukum Islam, hukum khitan pada c) memotong atau merusak labia minora,
laki-laki berbeda dengan perempuan. Khitan pada labia majora, hymen atau selaput dara dan
laki-laki hukumnya wajib, sedangkan hukum khitan vagina baik sebagian maupun seluruhnya.
pada perempuan di Indonesia yang tertuang dalam Adanya Permenkes ini awalnya dijadikan
Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) No. 9A pada standart operational procedure (SOP) bagi tenaga
tahun 2008 yang berbunyi: “Khitan bagi laki-laki kesehatan apabila ada permintaan dari pasien atau
maupun perempuan termasuk fitrah (aturan) dan orangtua untuk melakukan khitan pada bayi
syiar Islam. Khitan terhadap perempuan hukumnya perempuannya. Sunat pada perempuan hanya dapat
makrûmah yaitu ibadah yang dianjurkan atau dilakukan oleh tenaga kesehatan tertentu, yaitu
dimuliakan.”. Pada fatwa tersebut dijelaskan dokter, bidan dan perawat yang telah memiliki surat
pedoman tata cara sunat pada perempuan yang izin praktik atau surat izin kerja, dan tenaga
sesuai dengan kaidah islam, yaitu bagian yang kesehatan tertentu sebagaimana yang dimaksud
disunat adalah clitoral hood atau selaput yang diatas diutamakan berjenis kelamin perempuan.
menutupi klitoris. Keluarnya fatwa MUI ini Setelah disahkannya Peraturan Menteri
dilatarbelakangi adanya surat edaran dari Direktorat Kesehatan Nomor 1636/MENKES/PER/XII/2010
Jendral Bina Kesehatan Masyarakat Departemen tentang Sunat Pada Perempuan, aturan ini lantas
Kesehatan dengan Nomor HK 00.07.1.31047a mendapatkan reaksi penolakan dari berbagai elemen
tertanggal 20 April 2006 tentang Larangan masyarakat. Beberapa lembaga nasional maupun
Medikalisasi Sunat Perempuan yang menyatakan internasional menuntut agar Menteri Kesehatan di
bahwa tenaga medis tidak boleh membantu Indonesia mencabut peraturan tersebut yang
melakukan praktik tersebut sebagai upaya menurut mereka merupakan legitimasi atas segala
mendukung segala usaha untuk menghapus tindak prosedur mutilasi kelamin perempuan. Prosedur
kekerasan terhadap perempuan. Keluarnya surat tersebut mereka pandang sebagai bentuk kekerasan

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN : 978-623-6595-34-3
Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020
The Indonesian Association of Forensic Medicine
4
Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

dan perusakan terhadap alat kelamin perempuan dari aspek kesehatan dan justru dapat menimbulkan
yang harus dihapuskan. Pernyataan ini juga didukung dampak negatif berupa kerusakan pada
oleh Komisi Hak Asasi Manusia (HAM) dari genitalianya.3
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang meminta Sunat pada perempuan juga mendapat
agar pemerintah Indonesia mencabut peraturan perhatian dari WHO dengan dipublikasikannya
tersebut. Guidelines on the Management of Health
Penolakan-penolakan yang dilakukan oleh Complications from Female Genital Mutation pada
berbagai elemen masyarakat baik dari dalam tahun 2016. Selain itu, United Nation (UN) atau PBB
maupun luar negeri, hal ini didasarkan karena telah mengkategorikan tindakan sirkumsisi pada
perbedaan cara pandang terkait sunat itu sendiri. perempuan ke dalam salah satu dari 17 tujuan dari
MUI melalui fatwanya menegaskan bahwa khitan “The 2030 Agenda for Sustainable Development
bagi wanita termasuk fitrah (aturan) dan syiar Islam. Goals” untuk membebaskan perempuan dari praktik-
Khitan terhadap perempuan adalah makrumah praktik membahayakan bagi anak, pemaksaan
(bentuk pemuliaan) dan pelaksanaannya sebagai menikah usia muda, ataupun sunat perempuan.5.6
salah satu bentuk ibadah yang dianjurkan. MUI juga WHO secara tegas menyatakan sunat
menjelaskan bahwa pelarangan khitan terhadap perempuan merupakan tindakan mutilasi yang
perempuan bertentangan dengan ketentuan syariat dilarang atau yang disebut female genital mutilation
Islam. Dalam fatwanya tersebut, MUI juga telah (FGM), karena melanggar hak asasi manusia.
menjelaskan batasan atau tata cara khitan pada Pelanggaran hak asasi tersebut dijelaskan pada
perempuan. Pelaksanaan khitan terhadap International Covenant on Economic, Social and
perempuan harus memperhatikan hal-hal sebagai Cultural Rights (ICESCR) pasal 12. Pada pasal
berikut:4 tersebut terdapat penjelasan bahwa setiap orang
1. Khitan perempuan dilakukan cukup dengan berhak untuk menikmati standar tertinggi untuk
hanya menghilangkan selaput kesehatan fisik dan mentalnya, dan tindakan FGM
(jaldah/colum/preputium) yang menutupi klitoris. dengan cara menghilangkan sebagian dari anggota
2. Khitan perempuan tidak boleh dilakukan secara tubuh perempuan tersebut dapat berdampak
berlebihan, seperti memotong atau melukai terhadap kepuasan dan keamanan kehidupan seks.
klitoris (insisi dan eksisi) yang mengakibatkan WHO mengklasifikasikan FGM menjadi empat tipe
dharar (keburukan). yaitu:1,7,8
1. Klitoridektomi, yaitu pengangkatan sebagian
Pandangan World Health Organization (WHO) atau seluruh klitoris
tentang khitan pada perempuan 2. Eksisi, yaitu menghilangkan klitoris dan labia
Sirkumsisi/sunat/khitan pada perempuan 3. Infibulasi (narrowing the vaginal opening) yaitu
oleh sebagian pihak dinilai bukan merupakan suatu tindakan penyempitan liang senggama yang
tindakan medis. Penilaian ini timbul karena sunat terkadang dilakukan dengan cara penjahitan
pada perempuan dianggap dapat menimbulkan pada lubang vagina.
dampak negatif, baik secara fisik maupun psikis. 4. Tipe lainnya: segala macam bentuk FGM
Sunat pada perempuan tidak bermanfaat ditinjau lainnya yang tidak mengikuti ketiga kaidah

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN : 978-623-6595-34-3
Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020
The Indonesian Association of Forensic Medicine
5
Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

sebelumnya seperti pricking (menusuk), Kemudian pada bulan November 2012,


stretching (diregangkan), scrapping (dikikis) dan Pemerintah Indonesia mendapat surat teguran dan
diberi cairan asam (acid) permohonan informasi terkait sunat perempuan dari
Berdasarkan klasifikasi diatas, WHO Special Rapporteur on the Right of everyone to the
berpendapat perempuan yang disunat dapat enjoyment of highest attaible standart of Physical
merasakan dampak berkepanjangan seperti and mental health. Hingga pada tahun 2013,
kehilangan kepekaan yang berakibat kesakitan dikeluarkanlah List if Issue (LoI) yang dikeluarkan
dalam aktivitas seksualnya. Dampak Kesehatan yang oleh Human Rights Committee (HRC) atas laporan
selama ini ditimbulkan adalah infeksi vagina, pelaksanaan ICCPR (International Covenant on Civil
disfungsi seksual, infeksi saluran kencing, sakit and Political Rights) yang mempertanyakan perihal
kronis, kemandulan, kista kulit, kompilasi saat sunat perempuan di Indonesia dan meminta negara
melahirkan bahkan kematian.7 Indonesia untuk memberikan tanggapan terkait tidak
Konvensi PBB tentang Elimination of All Forms adanya undang-undang yang melarang praktik FGM.
of Discrimination against Women (CEDAW) dan UN Sebagai perbandingan, di Australia pada bulan Mei
Convention on the Rights of the Child (CRC) 2014 oleh badan legislatif New South Wales
merupakan langkah untuk mengakhiri praktik mengesahkan Rancangan Undang-undang (RUU)
tersebut. Ketentuan konvensi tersebut menjelaskan “Crimes Amandement Bill 2014” mengenai FGM dan
bahwa negara-negara “berkewajiban untuk menaikkan hukuman menjadi 21 tahun kepada
menghormati, memenuhi, dan melindungi” hak-hak seseorang yang bersalah karena telah melakukan
perempuan dan anak perempuan sehingga PBB FGM pada anak perempuan, gadis atau wanita.9
merasa berkewajiban untuk membebaskan anak- Berdasarkan peristiwa-peristiwa yang telah
anak perempuan dan wanita dari praktik yang dijelaskan diatas, akhirnya membuat Pemerintah
berbahaya, seperti FGM.5 Indonesia mengeluarkan Permenkes Nomor 6 Tahun
Hukum khitan pada perempuan menurut hukum 2014 yang mencabut 1636/MENKES/PER/XII/2010
positif di Indonesia tentang Sunat Perempuan. Peraturan ini pada
Berdasarkan penjelasan masing-masing intinya memberi mandat kepada Majelis
pihak terkait paradigma sunat pada perempuan baik Pertimbangan Kesehatan dan Syarak untuk
dari kacamata Fatwa MUI, Permenkes Nomor menerbitkan pedoman penyelenggaraan sunat pada
1636/MENKES/PER/XII/2010 dan WHO, maka kita perempuan yang menjamin keselamatan dan
perlu untuk mencermati bagaimana posisi hukum kesehatan perempuan yang disunat serta tidak
praktik sunat perempuan di Indonesia pada saat ini. melakukan mutilasi alat kelamin perempuan (female
Adanya desakan dunia internasional setelah genital mutilation), yang menurut penulis sudah
Pemerintah Indonesia mengeluarkan permenkes termaktub di dalam permenkes sunat perempuan
terkait sunat pada perempuan, menyebabkan pada yang sudah dicabut sebelumnya. Hingga saat ini pun,
bulan Mei 2012 Komisi HAM PBB dalam sesi pedoman penyelenggaraan sunat perempuan yang
Universal Periodical Review (UPR) meminta terbaru belum dikeluarkan Majelis Pertimbangan
Pemerintah Indonesia untuk mencabut Permenkes Kesehatan dan Syarak Kementerian Kesehatan.
No.1636 Tahun 2010 tentang Sunat Perempuan.

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN : 978-623-6595-34-3
Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020
The Indonesian Association of Forensic Medicine
6
Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

PENUTUP DAFTAR PUSTAKA


Berdasarkan uraian diatas, maka dapat 1. Erwanti MO, Rahayu, Farida E. Kajian Yuridis Female
Genital Mutilation dalam Perspektif Hak Asasi
disimpulkan bahwa sunat pada perempuan menurut
Manusia. Diponegoro Law Review. Volume 1 Nomor 4
Fatwa MUI dan Permenkes No.1636 Tahun 2010
Tahun 2012.
berbeda dengan mutilasi alat kelamin perempuan 2. Suraiya R. Sunat Perempuan dalam Perspektif Sejarah,

menurut WHO. Sunat pada perempuan menurut Medis dan Hukum Islam (Respon terhadap Pencabutan
Aturan Larangan Sunat Perempuan di Indonesia)
fatwa MUI dan permenkes menyatakan hanya
CENDEKIA: Jurnal Studi Keislaman Volume 5, Nomor 1,
menggores sedikit frenulum klitoris atau kulit yang
Juni 2019.
menutupi klitoris tanpa menyebabkan terpotongnya 3. Zamzami M. Perempuan dan Narasi Kekerasan: Analisis

klitoris, sedangkan yang dikatakan mutilasi alat Hukum dan Medis Sirkumsisi Perempuan. Jurnal Ilmu
Syari’ah dan Hukum Vol. 51, No. 1, Juni 2017.
kelamin perempuan (female genital mutilation)
4. Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) No. 9A tahun
menurut WHO adalah apabila terpotongnya
2008.
sebagian atau seluruh klitoris, dan bagian kelamin 5. WHO Guidelines on the Management of Health

wanita lainnya seperti bibir kecil kemaluan (labia Complications from Female Genital Mutilation. Swiss:
WHO Publication, 2016.
minor), bibir besar kemaluan (labia mayor), selaput
6. Sexual and Reproductive Health: New WHO Guidelines
dara (hymen), serta vagina.
to Improve Care for Millions Living with Female Genital
Bagi masyarakat sendiri, dicabutnya Mutilation” dalam www.who.int/reproductivehealth

permenkes tentang sunat perempuan menyebabkan /news/fgm/en/


7. WHO. Female Genital Mutilation, Geneva: World
perlindungan masyarakat untuk mendapatkan
Health Organization, 2001.
praktik sunat yang sesuai standar kesehatan menjadi
8. Bahraen R. Fiqih Kontemporer Kesehatan Wanita.
hilang. Sehingga potensi praktik sunat untuk Jakarta: Pustaka Imam Asy-Syafi’I, 2017. Hal 171-178.

perempuan dikerjakan oleh kalangan non-medis 9. Pratiwi YD, Widodo H. Pengaturan Sunat Perempuan
dalam Peraturan Perundang-undangan di Indonesia.
menjadi besar karena permenkes nomor 6 tahun
Jurnal Novum, Vol 3 No 2, Tahun 2016
2014 tidak ada ketentuan yang menyatakan bahwa
sunat pada perempuan merupakan praktik yang Copyright @ 2020 Authors. This is an open access article
distributed under the terms of the Creative Commons
dilarang di Indonesia. Attribution-NonCommercial 4.0 International License
(http://creativecommons.org/licenses/by-nc/4.0/), which
permits unrestricted non-commercial use, distribution, and
reproduction in any medium, provided the original author
and source are properly cited.

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN : 978-623-6595-34-3
Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020
The Indonesian Association of Forensic Medicine
7
Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

Laporan Kasus

Stillbirth Concealment Case : Analysis from A Forensic and Legal


Perspective
Otniel Budi Krisetya1, Bianti Hastuti Machroes2, Intarniati Nur Rohmah3, Wian Pisia Anggreliana3, Santosa3

1. Participants of the Forensic and Medicolegal Studies Residency Program,


Faculty of Medicine Diponegoro University / Kariadi General Hospital Semarang
2. Forensic Medicine Specialist, Kariadi General Hospital, Semarang
3. Lecturer of Forensic Medicine and Medicolegal Studies, Diponegoro University

ABSTRACT
Background : Stillbirth is the event of a baby being born in a lifeless state at a gestational age above 20 weeks. This
case can be caused by various factors, starting from disturbances during pregnancy, severe disability that occurs in
the baby's development process, infections that occur during childbirth, abnormalities that occur in the mother's
body during pregnancy such as malnutrition, chronic disease, drug consumption. - drugs that are harmful to the
fetus during pregnancy, to trauma to the birth canal during childbirth. Based on information from UNICEF, cases of
newborn death in Indonesia reached 74,000 cases in 2015, while stillborn cases in Indonesia reached 13 out of 1000
live births in 2015. The case of concealing stillbirths is quite an interesting case, considering Forensic cases that are
usually encountered are cases of infanticide, in which a baby who is born alive and survives outside the womb, has
no serious disabilities, is killed soon after birth, and is usually motivated by a motive of fear of discovery or shame.
The infanticide case is also regulated in legislation, with KUHP article 341 which discusses Kinder-Doodslag, and
KUHP article 342 which discusses Kindermoord. In some states in the United States, in the event of a stillbirth which
indicates an intention to kill the fetus in the womb, the mother may be subject to the appropriate penalty.
Cases : A case report on the discovery of a stillborn baby who was hidden and buried in front of an educational
institution in Semarang.
Discussion : Cases of stillbirths have the possibility to be caused by deliberate acts and lead to criminal acts, so the
examination that is carried out must be thorough both from a forensic and legal perspective.
Conclusion : A thorough examination of a baby who is found dead needs to be carried out, especially to prove the
presence or absence of an intentional element in the manner in which the baby died. This examination must be
carried out through the autopsy method, anatomical pathology examination, and toxicological examination of the
baby who died. If it is proven that there is an intentional element in the case of a stillborn baby, then someone who
is involved or deliberately doing this can be punished using the articles of the Criminal Code in force.
Keywords : Stillbirth, Forensic, Infanticide.

Korespondensi : Otniel Budi Krisetya ,email: dr.Otniel90@gmail.com

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN : 978-623-6595-34-3
Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020
The Indonesian Association of Forensic Medicine
8
Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

PENDAHULUAN LAPORAN KASUS


Kelahiran mati didefinisikan sebagai Pada tanggal 25 September 2020, pada
kematian janin yang terjadi selama kehamilan pada halaman depan sebuah institusi pendidikan di Kota
usia kehamilan 20 minggu atau lebih, berbeda Semarang, ditemukan sebuah gundukan tanah yang
dengan keguguran, di mana kematian janin terjadi masih baru dan tertutupi oleh bunga yang biasanya
sebelum 20 minggu.1 Di Amerika Serikat, kejadian ditemukan pada pemakaman. Penemu dari
lahir mati tahunan adalah 25.000, terhitung 60% dari gundukan tanah ini kemudian melaporkan hal
semua kematian perinatal. Angka kelahiran mati dini tersebut kepada Polisi, yang kemudian bergegas
(20-27 minggu) telah stabil sejak tahun 1990 sekitar untuk memeriksa lokasi tersebut. Setelah melakukan
3,2 per 1000 kelahiran, sedangkan angka lahir mati penggalian, ditemukan jenazah seorang bayi yang
terlambat (≥ 28 minggu) telah menurun dari 4,3 masih tersambung dengan ari-ari yang telah
menjadi 3,1 per 1000 kelahiran. Berdasarkan terkubur di tempat tersebut. Setelah itu, Polisi
informasi dari UNICEF, kasus kematian bayi baru langsung mengamankan tempat kejadian perkara
lahir di Indonesia mencapai 74.000 kasus pada tahun dan mengirimkan jenazah bayi tersebut untuk
2015, sedangkan kasus kelahiran mati di Indonesia diperiksa di Rumah Sakit Umum Pusat Dokter
mencapai 13 dari 1000 kelahiran hidup pada tahun Kariadi, Semarang.
2015.2 Pada kenyataannya, banyak kasus kelahiran Jenazah tersebut tiba sekitar pukul 09.00
mati yang tidak dilaporkan kepada WHO dan pagi di Kamar Jenazah RSUP Dr. Kariadi. Pada
pemerintah, dalam hal ini dinas kesehatan, sehingga pemeriksaan luar dari jenazah bayi tersebut,
angka-angka yang beredar tidak memiliki dasar yang ditemukan bahwa bayi tersebut sudah dalam
kuat, karena jumlahnya bisa saja lebih besar dari keadaan matur, yaitu memiliki berat badan 3500
yang tercatat, terutama pada negara-negara gram, lingkar kepala sepanjang 33 cm, lingkar lengan
berkembang atau negara terbelakang yang tidak atas sepanjang 6,5 cm, lingkar dada sepanjang 31
memiliki sistem pencatatan kesehatan yang baik.1 cm, panjang badan sekitar 50 cm, kuku sudah
Kasus penyembuyian bayi lahir mati merupakan tumbuh melewati ujung jari, serta rajah tangan serta
kasus yang cukup menarik, mengingat kasus forensik kaki sudah terbentuk setidaknya dua pertiga dari
yang biasa terjadi yang ditemui adalah kasus tangan dan kaki. Tidak ditemukan tanda-tanda
pembunuhan bayi, di mana bayi yang lahir hidup dan kekerasan pada tubuh bayi tersebut. Polisi kemudian
bertahan di luar rahim, tidak memiliki cacat serius, membuat surat permintaan visum yang pada isi
dibunuh segera setelah lahir, dan biasanya suratnya, meminta agar jenazah bayi tersebut
dimotivasi oleh motif takut ketahuan atau rasa malu. diotopsi agar mendapatkan sebab kematian yang
Pada jurnal ini akan membahas kasus pasti dari bayi tersebut.
penyembunyian bayi lahir mati ditinjau dari sudut Otopsi kemudian dilakukan pada hari
pandang forensik dan hukum. berikutnya. Proses otopsi dimulai dengan cara
melakukan insisi i dari bagian dagu jenazah,
diperpanjang hingga umbilikus, kemudian
dibelokkan ke arah kiri, melingkari umbilikus, lalu
diteruskan ke arah simfisis pubis. Irisan tersebut

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN : 978-623-6595-34-3
Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020
The Indonesian Association of Forensic Medicine
9
Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

kemudian diperdalam dan dinilai lapis demi lapis. perkembangan janin, baik disengaja ataupun tidak).
Setelah itu, organ dikeluarkan dengan metode Untuk faktor internal, tentunya secara medikolegal
Letulle (en mass), dan dinilai satu persatu. Otak kita tidak dapat mengintervensi hal ini, dikarenakan
dikeluarkan dengan metode Open Window. hal ini terjadi dengan sendirinya dan tidak disengaja
Kemudian, penilaian dilakukan terhadap seluruh oleh Ibu maupun pihak ketiga.1,3 Namun untuk faktor
organ yang dikeluarkan. Pada paru, pemeriksaan eksternal, kita harus melihat hal ini dengan cukup
Docimacia Pulmonum Hidrostatika (Tes Apung Paru) dalam.
dilakukan, dengan hasil negatif. Breslau Test juga Suatu tindakan yang dilakukan selama
dilakukan, dengan hasil yang negatif. Setelah itu kehamilan dan dapat menyakiti atau membunuh
sampel untuk pemeriksaan Laboratorium Patologi janin didalam kandungan dinamakan Gestational
Anatomi diambil, direndam dalam Formalin 10%, Harm. Hal ini dapat dilakukan baik oleh Ibu si janin
kemudian dikirimkan ke bagian Patologi Anatomi itu sendiri, atau oleh pihak ketiga, seperti Ayah dari
untuk diperiksa. Dari hasil otopsi dan pemeriksaan janin tersebut, Bidan, Perawat, maupun Dokter atau
laboratorium menyimpulkan bahwa bayi tersebut pihak lain yang terkait dengan hal ini.
adalah bayi lahir mati (Stillbirth), serta tidak Gestational harm yang dilakukan oleh Ibu
ditemukan adanya tanda-tanda kekerasan yang dapat dilakukan dengan berbagai cara, misalnya
didapatkan dari pemeriksaan yang dilakukan, baik dengan cara sengaja mencederai diri pada daerah
luar atau dalam. perut, sehingga mengharapkan janin yang
Sementara itu, Investigasi Polisi dikandungnya mengalami gangguan ataupun
menghadapi kesulitan, dimana Polisi tidak kematian. Selain itu, konsumsi obat-obatan terlarang
menemukan saksi ataupun orang yang dicurigai (narkotika), obat-obatan yang dapat menginduksi
melakukan pembuangan bayi lahir mati tersebut. persalinan (tanpa resep/indikasi yang jelas),
Kecurigaan diarahkan kepada penduduk sekitar, konsumsi alkohol berlebihan, dapat menyebabkan
namun lagi-lagi Polisi tidak menemukan adanya bukti gangguan pada perkembangan janin, bahkan hingga
yang memperkuat keberadaan dari Ibu sang Bayi kematian janin di dalam kandungan.
kecil yang naas tersebut. Gestational harm oleh pihak ketiga dapat
dilakukan dengan berbagai cara, misalnya dengan
DISKUSI
menggunakan cedera atau trauma eksternal yang
Terjadinya bayi lahir mati, seperti telah
ditujukan kepada Ibu dan janin, seperti melakukan
dibahas pada pendahuluan, merupakan kondisi
penganiayaan atau penyerangan kepada Ibu yang
dimana bayi dilahirkan sudah dalam keadaan tidak
sedang hamil, dengan tujuan menyakiti atau
bernyawa, dan dapat disebabkan oleh berbagai
membunuh janin yang sedang dikandungnya. Selain
macam faktor, dimana faktor-faktor ini dapat
itu, pemberian obat-obatan yang diketahui
disebabkan oleh baik faktor internal (kelainan yang
berbahaya bagi janin (misalnya narkotik, obat-
dialami secara kongenital selama proses kehamilan,
obatan yang bersifat teratogenik) kepada seorang
baik dari diri Ibu maupun kondisi janin), maupun
Ibu yang sedang hamil dapat menjadi sarana untuk
faktor eksternal (adanya penggunaan obat-obatan,
melakukan gestational harm. tentunya hal - hal ini
konsumsi alkohol, serta proses lain yang
tidak selalu ditujukan untuk mengganggu kehamilan
menyebabkan terjadinya gangguan pada

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN : 978-623-6595-34-3
Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020
The Indonesian Association of Forensic Medicine
10
Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

wanita tersebut. Misalnya, pada kondisi-kondisi yang ketika akan berhubungan seksual. Pemberian
mengancam nyawa Ibu, seperti pada kondisi edukasi di usia dini juga dirasa perlu, dikarenakan
Eklampsia, dimana hal ini dapat mengancam nyawa banyaknya kasus kehamilan dibawah umur yang
seorang Ibu yang sedang hamil, maka tindakan- terjadi dapat meningkatkan angka terjadinya aborsi
tindakan yang perlu dilakukan untuk menyelamatkan maupun pengakhiran kehamilan sebelum waktunya.
nyawa dari Ibu tersebut dapat berpotensi untuk Hal ini harus dipandang sebagai usaha untuk
mengakibatkan terjadinya terminasi pada memperluas pengetahuan masyarakat, bukan
kehamilannya, dimana hal ini dapat menyebabkan sebagai upaya untuk mendorong agar anak-anak
3,9
terjadinya gestational harm. dibawah umur untuk aktif secara seksual, oleh
karena itu
Penggunaan obat-obatan dan substansi tertentu
Pandangan Hukum
untuk gestational harm
Di dunia, ada dua paham yang dianut jika
Pada Ibu hamil yang melakukan
menilik masalah apakah janin di dalam kandungan
penyalahgunaan substansi tertentu seperti alkohol,
memiliki hak untuk hidup sebagaimana seorang
produk tembakau, serta obat-obatan terlarang
manusia hidup dan berkembang.
lainnya, risiko terjadinya kecacatan atau gangguan
Paham pertama adalah Paham Pro Life,
pada kehamilan meningkat secara pesat. Ditemukan
dimana paham ini menganut bahwa perkembangan
bahwa konsumsi alkohol sendiri memberikan risiko
dan kehidupan janin haruslah dilindungi
peningkatan gangguan pada perkembangan janin.
sebagaimana melindungi manusia pada umumnya,
Jika ditambahkan dengan penggunaan substansi
karena sejak di dalam kandungan, janin sudah
lainnya, seperti obat-obatan OTC (Over The Counter)
memiliki nyawa, serta dapat merasakan apa yang
atau obat-obatan narkotika seperti Kokain dapat
manusia pada umumnya rasakan, terutama rasa
menyebabkan terjadinya efek yang lebih buruk lagi
sakit.8,13 Teori ini banyak dianut pada negara-negara
terhadap janin, terlebih lagi, mekanisme interaksi
Asia, khususnya negara-negara yang mendasarkan
antara obat-obatan ini dengan alkohol belum
ideologinya berdasarkan agama yang dianut oleh
diketahui secara pasti. Konsumsi rokok atau produk
para penduduknya. Umumnya, di negara ini, Aborsi
tembakau diketahui dapat mengurangi kadar alkohol
merupakan sebuah hal yang terlarang dan dapat
di dalam darah, namun hal ini dapat menimbulkan
diganjar dengan hukum yang berlaku di negara
permasalahan baru, yaitu konsumsi alkohol yang
tersebut.
bertambah. Akibatnya, resiko terjadinya gangguan
Indonesia adalah salah satu negara yang
pada kehamilan semakin meningkat.4
menganut paham Pro Life, dengan rumusan

Pencegahan Gestational Harm secara Sengaja konsekuensi yang dihadapi jika seseorang melakukan

Perlu diperhatikan juga dalam kasus-kasus Aborsi atau terminasi kehamilan sebelum waktunya

kehamilan yang tidak diinginkan, aspek psikologis dirangkum pada KUHP pasalnya yang ke-346, 347,
maupun fisik dari Ibu yang mengandung tersebut. 348, dan 349.7 berikut bunyi dari pasal-pasal

Hal ini dapat diperkuat dengan cara memberikan tersebut:

edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya


menggunakan alat kontrasepsi yang baik dan benar

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN : 978-623-6595-34-3
Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020
The Indonesian Association of Forensic Medicine
11
Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

KUHP pasal 346 36 tahun 2009 tentang kesehatan, tepatnya pada


Seorang wanita yang sengaja menggugurkan atau pasal 75 ayat yang kedua, yang mengindikasikan
mematikan kandungannya atau menyuruh orang bahwa hal ini dapat dilakukan dalam 2 kondisi,
lain untuk itu, diancam dengan pidana penjara antara lain:
paling lama empat tahun. (1). Adanya indikasi kegawatdaruratan medis yang
KUHP pasal 347 mengancam nyawa Ibu dan/atau janin, misalnya
(1) Barang siapa dengan sengaja menggugurkan ada cacat berat maupun kelainan genetik yang
atau mematikan kandungan seorang wanita tanpa berpotensi untuk menjadikan bayi tersebut tidak
persetujuannya, diancam dengan pidana penjara dapat hidup diluar kandungan
paling lama dua belas tahun. (2). Seorang wanita yang hamil akibat adanya
(2) Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya tindakan perkosaan yang terjadi pada dirinya.
wanita tersebut diancam dengan pidana penjara Tentunya, pengecualian ini dilakukan
paling lama lima belas tahun. berdasarkan adanya konseling serta pertimbangan
KUHP pasal 348 kesehatan yang dilakukan secara menyeluruh oleh
(1) Barang siapa dengan sengaja menggugurkan para profesional pemberi asuhan, baik dari sisi legal
atau mematikan kandungan seorang wanita dengan maupun etik, dan tidak dapat dilakukan secara
persetujuannya, diancam dengan pidana penjara sembarangan.11
paling lama lima tahun enam bulan. Paham kedua adalah paham Pro Choice,
(2) Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya dimana paham ini menganut bahwa wanita berhak
wanita tersebut, diancam dengan pidana penjara menentukan apapun yang terjadi pada tubuhnya,
paling lama tujuh tahun. dimana janin yang dikandung masih
KUHP pasal 349 dipertimbangkan sebagai bagian dari tubuh wanita
Jika seorang dokter, bidan atau juru obat membantu tersebut, sehingga semua keputusan yang dilakukan
melakukan kejahatan berdasarkan pasal 346, terhadap dirinya adalah hak dan tanggung jawab
ataupun melakukan atau membantu melakukan dari wanita tersebut. Pada paham ini memberikan
salah satu kejahatan yang diterangkan dalam pasal pengertian bahwa janin di dalam kandungan
347 dan 348, maka pidana yang ditentukan dalam belumlah memiliki hak terhadap dirinya, sehingga
pasal itudapat ditambah dengan sepertiga dan semua keputusan dikembalikan kepada Ibu dari bayi
dapat dicabut hak untuk menjalankan pencarian tersebut. Paham ini dianut sebagian besar pada
dalam mana kejahatan dilakukan. negara-negara barat, seperti negara-negara di benua
Hal ini menegaskan bahwa setiap tindakan Eropa dan Amerika.13
yang dilakukan seseorang terhadap kandungan Perdebatan dari kedua paham ini
seorang wanita, baik oleh wanita tersebut, maupun merupakan salah satu perdebatan terlama di dunia,
pihak ketiga, dapat diganjar sesuai dengan peraturan dikarenakan kedua paham ini sama sekali bertolak
perundang-undangan yang berlaku. Namun, ada belakang, sehingga titik temu dari kedua paham ini
pengecualian pada kasus-kasus tertentu dimana sangat sulit untuk dicapai. Sebagai contoh kasus,
terminasi kehamilan sebelum waktunya dapat pada tahun 2015 di Negara Bagian Arkansas,
diperbolehkan, serta hal ini diatur dalam UU nomor Amerika Serikat, seorang wanita bernama Anne

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN : 978-623-6595-34-3
Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020
The Indonesian Association of Forensic Medicine
12
Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

Bynum melahirkan bayi dalam keadaan lahir mati di Selain dengan menggunakan pasal 181
rumahnya. Dalam posisinya yang sedang kalut dan KUHP, tentunya kita harus melihat bagaimana
bingung, maka dirinya membawa bayi tersebut pada sebuah kelahiran mati tersebut, terjadi. Jika memang
keesokan harinya untuk diperiksa ke Instalasi Gawat selama dalam kehamilannya, wanita tersebut rutin
Darurat, dan disana dinyatakan bahwa bayi tersebut memeriksakan kehamilannya, tidak dengan sengaja
adalah bayi lahir mati. Namun, Anne Bynum mengonsumsi substansi yang dapat membahayakan
kemudian ditangkap karena diduga dengan secara bayi yang dikandungnya, serta tidak melakukan
sengaja mengonsumsi obat-obatan yang dapat penyembunyian kehamilan, lalu hamil dengan suami
menginduksi terjadinya kelahiran, sebelum yang sah, namun pada saat kelahirannya, wanita
waktunya janin tersebut lahir. Alhasil pengadilan tersebut panik lalu menguburkan jenazah dari bayi
negara bagian Arkansas memutuskan bahwa Anne yang lahir mati tersebut, maka tentunya hal ini
Bynum bersalah dalam hal Penyembunyian hanya berkaitan dengan KUHP pasal 181 tersebut.
kehamilan serta melakukan tindakan yang dapat Namun, jika ditemukan bahwa selama
menyebabkan kematian janin di dalam kandungan, kehamilannya, wanita tersebut dengan sengaja
dan dituntut dengan 6 tahun penjara. Setelah melakukan tindakan-tindakan yang bertujuan untuk
melewati proses banding dan peradilan yang cukup mencapai terjadinya Gestational Harm, maka
melelahkan, akhirnya pada tahun 2018, Anne Bynum tentunya hal ini harus diperiksa secara lanjut,
dilepaskan dari segala tuntutan yang diajukan oleh dikarenakan hal ini berarti sudah direncanakan
negara bagian Arkansas, dan divonis bebas. Kasus ini sebelumnya, sehingga pasal yang dikenakan juga
merupakan salah satu kasus yang cukup besar dan dapat berkaitan dengan KUHP pasal 346,347,348,
mengundang perhatian dari banyak pihak, terkhusus dan 349, yang mengatur bagaimana jika adanya
para aktivis dan penggiat pro choice, dikarenakan hal tindakan yang menyebabkan matinya janin seorang
ini dinilai sebagai upaya dari pemerintah untuk wanita di dalam kandungan.7 Namun pasal-pasal ini
mengontrol bagaimana wanita dapat bertindak pada praktiknya mengacu kepada tindakan Aborsi,
untuk tubuhnya.5,6,12 dimana Aborsi sendiri menurut Hukum dan menurut
Jika dilihat dari sudut pandang hukum Medis memiliki pengertian yang berbeda. Pengertian
Indonesia, penyembunyian kelahiran mati seperti aborsi menurut hukum adalah pengguguran
yang dilakukan oleh Anne Bynum dan pada kasus kandungan sebelum waktu kandungan mencapai 20
yang ditemukan di Semarang diatur dalam pasal 181 minggu, sedangkan pengertian aborsi menurut
KUHP, dengan bunyinya: medis adalah pengeluaran janin didalam kandungan
“Barang siapa mengubur, seorang wanita sebelum waktunya lahir. Oleh karena
menyembunyikan, membawa lari atau itu, hal ini harus ditinjau dari banyak sisi, serta
menghilangkan mayat dengan maksud mengharuskan kita untuk melakukan review yang
menyembunyikan kematian atau kelahirannya, menyeluruh terkait dengan hukum yang berlaku di
diancam dengan pidana penjara paling lama Indonesia.
sembilan bulan atau pidana denda paling banyak
empat ribu lima ratus rupiah.”

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN : 978-623-6595-34-3
Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020
The Indonesian Association of Forensic Medicine
13
Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

KESIMPULAN November 2020]. Available from:


https://data.unicef.org/country/idn/
Di Negara Barat, kasus penyembunyian
3) Wilkinson D, Skene L, De Crespigny L, Savulescu J. Protecting
kehamilan dan aborsi merupakan dua kasus yang
Future Children From In-Utero Harm. Bioethics. 2016;30(6).
mengalami perdebatan yang cukup panjang dan 4) A. Chen W, Maier S. Combination Drug Use and RIsk For Fetal

cukup panas. Kasus penyembunyian kehamilan juga Harm. Alcohol Research & Health. 2011.
5) State Laws on Fetal Homicide and Penalty-enhancement for
dianggap oleh para pegiat Pro Choice sebagai kasus
Crimes Against Pregnant Women [Internet]. Ncsl.org. 2018
yang membatasi hak dari wanita, dikarenakan
[cited 27 November 2020]. Available from:
menurut pendapat penganut paham ini, keputusan https://www.ncsl.org/research/health/fetal-homicide-state-

untuk hamil dan melahirkan adalah hak seutuhnya laws.aspx


6) Martin N. A Stillborn Child, A Charge of Murder and the
dari seorang wanita. Namun, bagi negara yang
Disputed Case Law on 'Fetal Harm' [Internet]. ProPublica.
menganut paham Pro Life, hal ini merupakan
2014 [cited 30 November 2020]. Available from:
perbuatan yang terlarang dan dapat diganjar dengan https://www.propublica.org/article/stillborn-child-charge-of-

hukuman yang sesuai dengan peraturan perundang- murder-and-disputed-case-law-on-fetal-harm


7) Moeljatno, Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP),
undangan yang berlaku.
Jakarta: Bumi Aksara, Cet- 24, 2005.
Kasus penyembunyian bayi lahir mati,
8) Derbyshire S. Can Fetuses Feel Pain? NCBI. 2006.
merupakan kasus yang cukup unik, mengingat 9) ACOG Issues Guidelines for Stillbirth Management [Internet].

bahwa kasus dapat mengindikasikan banyaknya Medscape. 2020 [cited 30 November 2020]. Available from:
https://www.medscape.com/viewarticle/588889
faktor yang berperan dalam proses terjadinya,
10) Gestational Age Bans: Harmful at Any Stage of Pregnancy
seperti apakah adanya faktor kesengajaan yang
[Internet]. Guttmacher Institute. 2020 [cited 30 November
dilakukan oleh sang Ibu ataupun pihak lainnya, yang 2020]. Available from:

bertujuan untuk membuat bayi di dalam kandungan https://www.guttmacher.org/gpr/2020/01/gestational-age-


bans-harmful-any-stage-pregnancy
mengalami kecacatan berat hingga kematian
11) UU Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, Pasal 75 dan
(Gestational Harm), atau apakah hal ini hanya murni
Pasal 76.
terjadi akibat kepanikan dari sang Ibu semata, yaitu 12) Opinion | How My Stillbirth Became a Crime (Published 2018)

adanya rasa kalut dan panik yang berlebihan ketika [Internet]. Nytimes.com. 2020 [cited 30 November 2020].
Available from:
melahirkan bayi yang ternyata adalah bayi lahir mati.
https://www.nytimes.com/interactive/2018/12/28/opinion/s
Bagaimanapun, adalah penting bagi para Dokter
tillborn-murder-charge.html
Forensik maupun Penyidik untuk tetap melakukan 13) Pro-Life Reasoning: Introduction | Pro-Life Theory and

investigasi secara menyeluruh terhadap kasus-kasus Discussion Tactics [Internet]. Prolife.stanford.edu. 2013 [cited
18 November 2020]. Available from:
ini, apakah ada unsur kesengajaan dari seorang Ibu
https://prolife.stanford.edu/theory/index.html
untuk membuat anaknya mengalami kelahiran mati,
14) Rohlinger D. Pro-Life/Pro-Choice Movements. ResearchGate.
ataukah memang hal ini dilandasi oleh adanya unsur 2013;

ketidaksengajaan dan kepanikan yang mereka alami.


Copyright @ 2020 Authors. This is an open access article
DAFTAR PUSTAKA distributed under the terms of the Creative Commons
1) Saukko P, Knight B. Knight's Forensic Pathology Fourth Attribution-NonCommercial 4.0 International License
Edition. 4th ed. Boca Raton: Chapman and Hall/CRC; 2015. (http://creativecommons.org/licenses/by-nc/4.0/), which
2) Indonesia (IDN) - Demographics, Health & Infant Mortality - permits unrestricted non-commercial use, distribution, and
UNICEF DATA [Internet]. UNICEF DATA. 2020 [cited 24 reproduction in any medium, provided the original author and
source are properly cite

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN : 978-623-6595-34-3
Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020
The Indonesian Association of Forensic Medicine
14
Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

Laporan Kasus

Toolmark Analysis of Blunt Force Trauma, A Forensic Case Report


Reyhan Andika Firdausi

Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal


Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya–RSUD Dr. Saiful Anwar, Malang

ABSTRACT
Forensic pathology examination has its roles at predicting objects causing injuries. The characteristics of wounds
due to blunt trauma can be caused by the shape of the tool, object, or weapon and the biomechanics of the injury.
A scientific and objective forensic analysis is required in this field, it was called toolmark analysis. In this case
report, the authors describe the characteristics of a blunt trauma injury that indicates a blunt force injury through
toolmark analysis. The findings in this case were circular and depressed fracture of the skull, crescent-shaped
sliding abrasions on the chest and extremities, and tissue damage under the wound. The author conducted a
literature study to predict the causative object in this case. The results show that the circular and depressed
fracture of the skull is affected by intrinsic and extrinsic factors. Toolmark analysis results of the fracture of the skull
and abrasions provide an image of a heavy object with a circular surface. The prediction of the causative object was
followed by a forensic laboratory examination.

Keywords : Toolmark analysis, Blunt trauma, Depressed fracture, Crescent-shaped abrasion

Korespondensi : Reyhan Andika Firdaus,email: reyhanforensik@ub.ac.id

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN : 978-623-6595-34-3
Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020
The Indonesian Association of Forensic Medicine
15
Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

PENDAHULUAN Berikut adalah foto dari temuan di mayat :


Traumatologi adalah ilmu yang mempelajari
tentang luka dan cedera serta hubungannya dengan
berbagai kekerasan (rudapaksa).1 Pada suatu trauma
fisik yang dialami korban tindak pidana perlu
dianalisis penyebabnya agar dapat diperkirakan
tentang ciri-ciri benda penyebab dan identifikasi
benda penyebab.2
Kekerasan tumpul dapat berbentuk luka
terbuka, luka lecet, memar, dan patah tulang.
Gambaran luka dan patah tulang tulang tersebut
tergantung dari benda penyebab, bagian tubuh yang
cedera dan biomekanika yang menyertainya. Patah
tulang tengkorak merupakan salah satu patah tulang
yang sering ditemukan pada kekerasan tumpul. Jenis
patah tulang tengkorak antara lain linear, consentric,
dan depressed. Ketika tulang tengkorak terkena
benda dengan luas permukaan kecil dan dengan Gambar 1. Fraktur Depresi di Tulang Tengkorak
intensitas tekanan tertentu, seringkali patah tulang
tengkorak berbentuk depressed.3

KASUS
Mayat laki-laki berusia 22 tahun dibawa
oleh penyidik ke Instalasi Kedokteran Forensik RSUD
Dr. Saiful Anwar Malang disertai surat permintaan
visum et repertum. Pada surat tersebut disebutkan
bahwa mayat ditemukan di sebuah bengkel dan
diduga korban penganiayaan atau pembunuhan.
Pada pemeriksaan mayat ditemukan patah tulang
tengkorak, luka terbuka pada kepala, luka lecet pada
dada dan lengan atas kanan, serta memar pada dada
akibat kekerasan tumpul.

Gambar 2. Fraktur Depresi di Tulang Tengkorak (2)

Gambar 3. Tabula Interna pada Fraktur Depresi


Tulang Tengkorak

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN : 978-623-6595-34-3
Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020
The Indonesian Association of Forensic Medicine
16
Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

Gambar 4. Tabula Interna pada Fraktur depresi


Tulang Tengkorak

Gambar 6. Luka Lecet di Dada

DISKUSI
Fraktur Depresi Tulang Tengkorak
Fraktur pada tulang tengkorak terjadi saat
gaya yang bekerja pada tulang melebihi kekuatan
atau batas elastisitas calvaria. Fraktur ditentukan
oleh besar gaya, massa benda, bentuk dan
kecepatan tumbukan, struktur anatomi serta status
fisiologis tulang itu sendiri. Pada tulang tengkorak
hal tersebut dipengaruhi ketebalan tulang dan area
benturan.4
Beberapa penelitian eksperimental
menggunakan hewan coba untuk memberikan
gambaran fraktur tulang tengkorak dengan berbagai
mekanisme. (x) Patah tulang linear atau lengkung
menunjukkan kontak benda dengan tulang dimana
bendanya memiliki luas permukaan yang relatif
besar, hal ini sering terlihat pada kejadian seperti
jatuh atau terbentur. Pada kontak antara tulang
Gambar 5. Luka Lecet di Lengan Atas Kanan tengkorak dengan benda dimana bendanya memiliki
luas permukaan yang relatif kecil seperti palu
misalnya, maka kekuatan (force) akan terfokus.
Benturan seperti itu akan menyebabkan tulang
tengkorak mengalami fraktur depresi dengan
gambaran patah tulang yang terdorong ke dalam
dan terdapat beberapa potongan tulang yang
retak.3,4
Fraktur depresi pada tulang tengkorak
sebagai “tool marks”. Analisis toolmarks merupakan
area yang sulit di bidang forensik, tetapi fraktur
depresi tulang tengkorak yang disebabkan benda
tumpul memungkinkan untuk mengidentifikasi

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN : 978-623-6595-34-3
Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020
The Indonesian Association of Forensic Medicine
17
Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

benda tumpul berdasarkan lesi pada tulang. Hal crescent atau sabit. Lebih spesifik pada luka lecet di
tersebut tergantung dari bentuk benda penyebab lengan atas kanan merupakan luka lecet geser
dan permukaan yang kontak saat terjadinya dengan arah dari depan atas ke belakang bawah.
benturan. Benda seperti palu yang memiliki Berdasarkan karakteristik luka lecet tersebut dapat
permukaan rata dan luas melingkar, ketika terjadi diperkirakan :
benturan dengan tulang akan memberikan 1. Benda penyebab memiliki bagian yang luas
gambaran fraktur yang radiate dan konsentris.5,6,7 permukaannya sirkular (melingkar)
Berdasarkan penelitian tentang investigasi 2. Arah terjadinya kekerasan pada luka di
pada kekerasan yang berhubungan dengan temuan lengan atas kanan yaitu dari depan atas ke
laserasi dan patah tulang tengkorak disebutkan belakang bawah5,6
bahwa :
Pemeriksaan penunjang atau laboratorium
1. Laserasi terjadi pada 93% kekerasan dengan
Pemeriksaan penunjang yang diperlukan
benda tumpul
untuk memperkuat bukti perkiraan benda penyebab
2. Fraktur terjadi pada 75% kekerasan dengan
yaitu pemeriksaan bercak darah. Pada kasus ini,
benda tumpul
pemeriksaan bercak darah dilakukan dengan sampel
3. Benda tumpul (contoh : palu) dengan
diambil dari permukaan benda penyebab yang
diameter 2 cm memberikan kerusakan
diperkirakan dan darah mayat. Kedua sampel
tulang seluas 3,14 cm2
dilakukan analisis laboratorium dan didapatkan hasil
4. Percobaan benturan menggunakan benda
golongan darah yang sama di kedua sampel
(palu) dengan tulang tengkorak, dalam 18
tersebut. Hasil tersebut memperkuat hubungan
kali pengulangan, kekuatan antara 4,010-
antara benda penyebab dengan luka pada mayat.
8,137 N dan 1,28-2,6 kPa, menghasilkan 10
Lietratur menyebutkan pemeriksaan bercak darah
laserasi berbentuk sabit (crescent) dan
dapat membantu menghubungkan barang bukti atau
terdapat fraktur depresi. Sedangkan dengan
temuan dalam pemeriksaan forensik. Ada beberapa
benda lain (gagang pintu dari kayu, sepatu,
jenis pemeriksaan bercak darah di ilmu kedokteran
ubin kayu) menghasilkan laserasi berbentuk
forensik. pemeriksaan bercak darah untuk sampel
linear dan irregular serta fraktur separasi.4
yang sel darahnya sudah rusak dapat menggunakan
Gambaran fraktur depresi yang terjadi
cara absorpsi-elusi.1,2,5
tergantung pada faktor ekstrinsik dan intrinsik.
Faktor ekstrinsik antara lain jenis dan bentuk benda KESIMPULAN
tumpul, kekuatan benturan, dan arah benturan. Pada kasus ini, perkiraan benda penyebab
Faktor intrinsik antara lain ketebalan tulang dapat dianalisis dengan menghubungkan beberapa
tengkorak, kekenyalan (plasticity) dari tulang, dan temuan antara lain fraktur di tulang tengkorak, luka
struktur penopang di sekitarnya.3,4 lecet di lengan dan dada, serta hasil laboratorium
Patah tulang yang ditemukan pada kasus, forensik. Fraktur pada tulang kepala yang
yaitu patah tulang depresi pada calvaria tepatnya di disebabkan oleh benda tumpul telah disebutkan di
tulang parietal yang berbentuk konsentris dan beberapa literatur. Karakteristik fraktur tersebut
sirkular. Patah tulang depresi disertai dengan yaitu berupa fraktur depresi, berbentuk konsentris
beberapa patahan kecil (comminuted) di dalamnya dan kominutif. Gambaran fraktur tersebut
yang seperti retakan. Berdasarkan analisis dari dipengaruhi oleh bentuk benda penyebab dan
beberapa literatur di atas dapat diperkirakan bahwa biomekanika trauma, secara umum dapat
benda penyebab patahan adalah benda yang dikelompokkan sebagai faktor intrinsik dan
memiliki permukaan rata dan luas melingkar dan ekstrinsik. Luka lecet berbentuk sabit dapat
kemungkinan benda tersebut berat sehingga dengan menunjukkan bentuk permukaan benda penyebab
gaya yang bekerja saat benturan dapat menimbulkan yang berkontak dengan kulit. Luka lecet geser dapat
patah tulang depresi sedemikian rupa. menunjukkan arah kekerasan. Pemeriksaan
laboratorium berupa pemeriksaan bercak darah
Luka Lecet di Lengan Atas Kanan dan Dada
akan memperkuat hubungan antara benda
Temuan luka lecet pada lengan atas kanan
penyebab dan luka pada mayat.
sisi luar dan dada sisi kanan, keduanya berbentuk

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN : 978-623-6595-34-3
Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020
The Indonesian Association of Forensic Medicine
18
Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

DAFTAR PUSTAKA

1. Budiyanto, Arif., dkk. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta:


Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. 1997.
2. Sampurna B, Samsu Z. Peranan Ilmu Forensik dalam
Penegakan Hukum. Jakarta: Pustaka Dwipar. 2003.
3. Y. Delannoy et al. Skull wounds linked with blunt trauma
(hammer example), A report two depressed skull
fractures – element of biomechanicak explanation. Legal
Medicine 14 (2012) 258–262.
4. E. J. Sharkey et al. Investigation of the force assosciated
with the formation of lacerations and skull fractures.
International Journal Legal Medicine (2011).
5. Di Maio VJM. Gunshot wounds. 2nd ed. New York: CRC
Press Boca Raton; 1999.
6. Knight B. Forensic pathology. 2nd ed. New York: Oxford
University Press; 1996.
7. Thornton J, Cashman P. Glass fracture mechanism – a
rethinking. J Forensic Sci 1986;31:818–24.

Copyright @ 2020 Authors. This is an open access article


distributed under the terms of the Creative Commons
Attribution-NonCommercial 4.0 International License
(http://creativecommons.org/licenses/by-nc/4.0/), which
permits unrestricted non-commercial use, distribution, and
reproduction in any medium, provided the original author and
source are properly cited

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN : 978-623-6595-34-3
Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020
The Indonesian Association of Forensic Medicine
19
Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

Laporan Kasus

Laporan Kasus Temuan Jenazah Perempuan di dalam Tandon Air


Kristina Uli1, Daniel Umar 2

KSM Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal RSUD A.W.S. Samarinda

ABSTRACT
Forensic autopsy is an examination performed on bodies that are suspected of having died from an unusual cause.
This examination is important in addition to finding the cause of death as well as for the investigation and law
enforcement process. An autopsy was carried out on the body of a woman which was found in an empty water tank
with a capacity of 1200 liters. The investigator suspects that a crime against the victim was committed by the
victim's husband. The results of the examination of the corpse found no signs of violence, the skin of the corpse
looked blackish resembling the mummification process. In the anatomical pathology examination of the liver tissue,
there are malignant cells. This is in accordance with the history of the victim's illness who had previously been
treated at the Kutai Barat Hospital, East Kalimantan. Based on the testimony of the victim's husband, storing the
body in a reservoir is a belief and a request for the victim to always be close to family members. This case can be
linked to Article 181 of the Criminal Code regarding hiding death.
Key words: forensic autopsy, mummification, anatomical pathology, hiding death

Korespondensi : Kristina Uli,email: ku.gultom@gmail.com

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN : 978-623-6595-34-3
Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020
The Indonesian Association of Forensic Medicine
20
Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

LAPORAN KASUS
PENDAHULUAN
Seorang perempuan berumur 43 tahun
Otopsi merupakan praktik kedokteran yang
ditemukan di dalam tandon air kapasitas 1200 liter
dapat digunakan untuk penelitian ilmiah pada tubuh
dalam keadaan sudah membusuk. Korban
manusia setelah kematian. Tujuan otopsi termasuk;
dimasukkan ke dalam tandon oleh suaminya karena
evaluasi diagnosa klinis, mendeteksi dan diagnosis
pesan dari korban sendiri, saat dia meninggal
penyakit tak terduga, mempelajari penyebab
diletakkan tetap dekat oleh keluarganya. Surat
kematian, menentukan penyebab kematian,
permintaan visum dikeluarkan oleh pihak kepolisian
menentukan ketepatan diagnosa dengan pemberian
karena dicurigai adanya tindak pidana yang
terapi, memberikan informasi kepada keluarga,
dilakukan oleh suami korban. Informasi yang
dokter dan masyarakat, pendidikan dan pelatihan
didapat, korban sempat dirawat di Rumah Sakit
kedokteran. Seorang ahli forensik dalam melakukan
Umum Daerah setempat dengan diagnosa kanker
otopsi membutuhkan pengetahuan yang luas dan
hati. Kesaksian dari warga setempat korban sudah
kemampuan kinerja, terlebih dalam memberikan
beberapa hari tidak terlihat dan suami korban ada
penilaian.1
membeli sebuah tandon air kapasitas 1200 liter.
Otopsi memberikan kontribusi yang besar
Suami korban dan keluarganya sangat tertutup dan
dalam menjelaskan patogenesis penyakit. Dalam
mereka menganut kepercayaan tertentu.
pemeriksaan post mortem harus dilakukan secara
Pada pemeriksaan luar jenazah, tampak
sistematis dan lengkap agar tercapai tujuan dari
tandon air kapasitas 1200 liter, warna orange, sudah
otopsi tersebut.1,2,3
dalam keadaan terpotong memanjang (Gambar 1).
Proses mumifikasi dapat terjadi di tempat
Pada tutup tandon dan saluran keluar air dari
yang panas dan lingkungan kering dengan
tandon, tampak lilitan tali sumbu dalam keadaan
kelembaban rendah. Tubuh mengalami dehidrasi
dilem (tertutup rapat). Korban diletakkan dengan
dan proliferasi bakteri minimal. Kulit menjadi gelap,
bantal pada bagian kepala dan beberapa bantal
kering, dan kasar. Organ di bawah kulit membusuk,
lainnya di sekitar tubuh korban. Terdapat beberapa
setelah beberapa minggu organ-organ menjadi kisut
selimut yang dijadikan alas pada tubuh jenazah dan
karena dehidrasi.2,3,4
menyelimuti tubuh jenazah. Korban tidak
Pada pelaksanaan otopsi, pemeriksaan
menggunakan pakaian dan tampak kisut menyerupai
patologi anatomi sangat diperlukan untuk
mumifikasi. Kulit ari tampak mengelupas dengan
mendapatkan diagnosa dan mengambil kesimpulan
warna kehitaman (Gambar 2). Wajah korban sulit
suatu visum. Dalam pemeriksaan patologi anatomi
untuk dikenali dan rambut-rambut sudah terlepas
diperlukan teknik pengambilan jaringan yang tepat
dari permukaan kulit. Tidak ditemukan luka-luka dan
agar mendapatkan hasil yang baik.5,6 Ahli forensik
tanda-tanda kekerasan.
sangat dituntut ketelitian dan berhati-hati dalam
Pada pemeriksaan dalam organ tampak;
memberikan keterangan dan kesimpulan, terutama
otak sudah membubur, organ-organ dalam tampak
dalam mencari bahan untuk pemeriksaan patologi.3,7
melunak dan sebagian mencair, warna kehitaman.
Organ dalam yang diambil untuk pemeriksaan

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN : 978-623-6595-34-3
Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020
The Indonesian Association of Forensic Medicine
21
Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

histopatologi adalah kedua paru, jantung, kedua kelembaban rendah dan ventilasi yang sangat
ginjal, dan hati. Usus halus dan usus besar tampak minimal.2,3,4 Korban ditemukan di dalam tandon
sedikit menggembung. Tidak terdapat patah tulang. yang tertutup rapat dan keadaan suhu di tempat
kejadian perkara dapat mencapai 330 C.
Kasus ini menarik karena proses mumifikasi
yang sangat cepat terjadi. Proses mumifikasi
biasanya terjadi 6 – 12 bulan setelah kematian.
Proses waktu terpendek mumifikasi yang pernah
dilaporkan dalam literatur adalah 8 – 10 hari.4
Tsranchev dkk melaporkan kasus yang serupa
dengan proses mumifikasi yang cepat yaitu dalam
waktu kurun sebelum 16 hari. Kondisi seperti ini

Gambar 1. Korban terdapat di dalam tandon baru pertama kali dilaporkan di Kalimantan Timur.
Proses ini dapat terjadi karena suhu yang tinggi,
tidak adanya ventilasi pada tandon, dan lingkungan
yang tertutup. Kelembaban dan kecepatan angin di
tempat kejadian perkara belum diketahui.
Berdasarkan keterangan penyidik, korban
meninggal pada tanggal 10 Agustus 2020 pukul 02.30
Wita. Suami korban membeli tandon air pada pagi
harinya. Penyidik menemukan tandon air tersebut di
dalam rumah dengan posisi tertidur, pada tanggal 14
Agustus 2020, otopsi dilakukan pada tanggal 15
Gambar 2. Kulit ari tampak mengelupas dengan
Agustus pukul 15.00 Wita.
warna kehitaman
Riwayat korban pernah dirawat dengan
DISKUSI
kanker hati dibenarkan oleh pihak RSUD setempat.
Kematian korban pada kasus di atas akibat
Keluarga korban menolak perawatan lebih lanjut
adanya penyakit keganasan pada hati, hal ini
dengan alasan akan dirawat sendiri oleh keluarganya
disimpulkan berdasarkan hasil pemeriksaan
di rumah dan tidak ada yang bisa menjaga di rumah
histopatologi dengan kesan suatu hepatocelular
sakit.
carcinoma. Perkiraan waktu kematian 5 - 6 hari,
Pada pemeriksaan luar dan dalam jenazah
berdasarkan pemeriksaan luar kulit tampak
tidak didapati luka-luka dan tanda-tanda kekerasan.
menghitam dan mengelupas, wajah sulit dikenali,
Pada kasus ini pemeriksaan penunjang berupa
rambut-rambut sudah lepas dari permukaan kulit
pemeriksaan histopatologi sangat membantu untuk
dan sebagian besar organ-organ dalam sudah
menentukan penyebab kematian.
membusuk.1 Pada kasus ini tampak menyerupai
Pada kasus di atas hasil dari visum et
proses mumifikasi ditandai dengan warna kulit
repertum sangat membantu praktisi hukum dalam
kehitaman dan tampak mengering. Mumifikasi dapat
memuat terang perkara. Informasi lanjut dari
terjadi dengan kondisi cuaca yang ekstrim dengan

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN : 978-623-6595-34-3
Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020
The Indonesian Association of Forensic Medicine
22
Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

penyidik, kasus ini tidak sesuai dengan adat istiadat


yang ada di daerah tersebut dengan mengubur
jenazah dalam tandon. Pasal yang dikenakan
terhadap suami korban adalah KUHP pasal 181
tentang menyembunyikan kematian seseorang.8

DAFTAR PUSTAKA
1. Sharma, R. K. (2011): Concise Text Book Forensic Medicine
and Toxiology 3rd Edition, Global Education Consultans,
Uttar Pradesh
2. James, J.P., Jones, R., Karch, S.B., dan Manlove, J. (2011):
Simpson’s Forensic Medicine 13th Edition, Hodder &
Stoughton Ltd, London.
3. Dix, J., dan Calaluce, R. (1998): Guide to Forensic Pathology,
CRC Press
4. Tsranchev, I., Gulinac, M., dan Stoyanova, D. (2017):
Precocious Mummification of a Corpse-A Rare Forensic
Case from the City of Plovdiv Republic of Bulgaria, Journal
of Clinical Case Reports, Volume 7, Issue 11. DOI:
10.4172/2165-7920.10001046
5. Dimaio, V.J., dan Dimaio, D. (2001): Forensic Pathology
Second Edition, CRC Press LLC, Florida
6. Hamdani, N. (1992): Ilmu Kedokteran Kehakiman Edisi
Kedua, Jakarta,
7. Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia (1997): Ilmu Kedokteran Forensik,
Jakarta
8. Moeljatmo. (2003): Kitab Undang – Undang Hukum Pidana,
PT. Bumi Aksara, Jakarta.

Copyright @ 2020 Authors. This is an open access article


distributed under the terms of the Creative Commons
Attribution-NonCommercial 4.0 International License
(http://creativecommons.org/licenses/by-nc/4.0/), which
permits unrestricted non-commercial use, distribution, and
reproduction in any medium, provided the original author and
source are properly cited

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN : 978-623-6595-34-3
Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020
The Indonesian Association of Forensic Medicine
23
Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

Laporan Kasus

The Death Profile Of Covid-19 Confirmation Case


In Southeast Sulawesi Province
Raja Al Fath Widya Iswara1

Fakultas Kedokteran Universitas Halu Oleo Kendari

ABSTRACT
Background: Mortality in patients confirmed by COVID-19 in Indonesia shows a significant increase every day,
especially in Southeast Sulawesi Province with a Case Fatality Rate of 1.66%. COVID-19-related deaths increased
exponentially according to age, sex, and comorbid diseases. This study aims to determine the mortality profile of
COVID-19 confirmed cases in Southeast Sulawesi Province.
Methods: This research was a retrospective cross sectional study, with a total sampling method. Data was taken
from all confirmed COVID-19 deaths in Southeast Sulawesi Province from March to October 31, 2020.
Results: There were 82 cases of death confirmed by COVID-19 in Southeast Sulawesi Province, consisting of 48 men
(58.54%) and 34 women (41.46%), 24 people in the most age group 46-55 years ( 29.27%) and over 65 years of age
as many as 22 people (26.83%), from Kendari City as many as 34 people (41.46%), most comorbid hypertension as
many as 38 people (46.34%), and smoking habits as many as 32 people (39.02%).
Conclusion: The most deaths occurred in men, the age group 46-55 years, from Kendari City, had comorbid
hypertension and smoking habits.

Keywords: COVID-19, confirmed cases, death

Korespondensi : Raja Al Fath Widya Iswara, email : dr.rajaalfath@gmail.com

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN : 978-623-6595-34-3
Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020
The Indonesian Association of Forensic Medicine
24
Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

akibat COVID-19 melibatkan setidaknya satu


5
penyakit penyerta/komorbid.
PENDAHULUAN
METODE
World Health Organization (WHO)
Jenis penelitian ini adalah studi cross
menyatakan COVID-19 sebagai darurat kesehatan
sectional retrospektif, dengan metode total
masyarakat yang menjadi perhatian internasional,
sampling. Data diambil dari semua kasus kematian
dan kemudian menjadi pandemi pada 11 Maret
terkonfirmasi COVID-19 yang di Provinsi Sulawesi
2020. Berdasarkan data WHO pada tanggal 25
Tenggara pada bulan Maret sampai 31 Oktober
oktober 2020, terdapat penambahan jumlah
2020. Pengambilan data di Gugus Tugas COVID-19
tertinggi kasus baru COVID-19 di dunia yaitu lebih
Provinsi Sulawesi Tenggara. Kriteria Inklusi penelitian
dari 2 juta kasus baru dalam 7 hari terakhir,
ini adalah seluruh kasus kematian terkonfirmasi
sementara jumlah kematian baru sebanding dengan
COVID-19 yang di Provinsi Sulawesi Tenggara.
minggu-minggu sebelumnya. Terdapat lebih dari 42
Variabel penelitian adalah jenis kelamin, usia,
juta kasus dan 1,1 juta kematian telah dilaporkan
pekerjaan, asal kota, penyakit komorbid dan riwayat
secara global, dengan lebih dari 2,8 juta kasus baru
merokok. Penelitian dilakukan setelah mendapat ijin
dan hampir 40.000 kematian baru dilaporkan selama
dari Komite Etik Penelitian Fakultas Kedokteran
seminggu terakhir.1
Universitas Halu Oleo Kendari pada bulan November
Peningkatan jumlah kasus berlangsung
2020. Hasil ditampilkan dalam bentuk tabel dan
cukup cepat dan menyebar ke berbagai negara
narasi.
dalam waktu singkat. Indonesia melaporkan kasus
pertama pada tanggal 2 Maret 2020. Kasus
meningkat dan menyebar dengan cepat di seluruh
wilayah Indonesia.2 Sampai dengan tanggal 31
Oktober 2020 Kementerian Kesehatan melaporkan
410.088 kasus konfirmasi COVID-19 dengan 13.869
kasus meninggal.3 Peningkatan jumlah kasus COVID-
19 juga terjadi di Provinsi Sulawesi Tenggara,
berdasarkan data dari Gugus Tugas Penanganan
COVID-19 di Sulawesi Tenggara pada tanggal 31
Oktober 2020 tercatat sebanyak 4950 pasien yang
terkonfirmasi positif COVID-19.4
Kematian pada pasien yang terkonfirmasi
COVID-19 di Indonesia menunjukkan kenaikan yang
signifikan tiap harinya khususnya di Provinsi Sulawesi
Tenggara dengan Case Fatality Rate 1.66%.4
Kematian terkait COVID-19 meningkat secara
eksponensial menurut usia, jenis kelamin, maupun
penyakit komorbid. New York State Department of
Health melaporkan bahwa lebih dari 86% kematian

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN : 978-623-6595-34-3
Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020
The Indonesian Association of Forensic Medicine
25
Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

19 di Provinsi Sulawesi Tenggara dengan


karakteristik yang dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Karakteristik Penelitian
Variabel Jumlah Persentasi DISKUSI
(orang) (%) Penelitian ini menunjukkan bahwa
kematian pasien konfirmasi COVID-19 lebih banyak
Jenis Kelamin
Laki-Laki 48 58.54 pada laki-laki. Hasil tersebut sesuai data dunia
Perempuan 34 41,46 dimana terdapat 77.652 kematian pada laki-laki dan
Usia
59.591 kematian pada perempuan. Faktor pekerjaan,
17-25 Tahun 1 1.22
26-35 Tahun 8 9.76 gaya hidup (termasuk merokok dan penggunaan
36-45 Tahun 9 10.97 alkohol), komorbiditas medis, atau penggunaan
46-55 Tahun 24 29.27 obat-obatan menyebabkan laki-laki lebih berisiko
56-65 Tahun 18 21.95
terinfeksi hingga menimbulkan kematian lebih
> 65 Tahun 22 26.83
Asal Kota/Kabupaten banyak dibanding perempuan. Dalam hal ini lebih
Kendari 34 41.46 mencerminkan faktor sosial dan budaya yang
Bau-Bau 15 18.29
berkaitan dengan gender daripada biologi seks.
Muna 6 7.32
Muna Barat 1 1.22 Penjelasan genetik perlu mempertimbangkan
Buton 4 4.87 interaksi usia, jenis kelamin, dan faktor risiko yang
Buton Utara 1 1.22
disebutkan sebelumnya selama perjalanan hidup,
Buton Selatan 2 2.44
Kolaka 3 3.66 termasuk ekspresi gen dan epigenetik.6
Kolaka Utara 2 2.44 Pada penelitian ini menunjukkan usia
Kolaka Timur 1 1.22 kematian pasien konfirmasi COVID-19 lebih banyak
Konawe 6 7.32
Konawe Utara 1 1.22 di atas 45 tahun. Hal tersebut diakibatkan karena
Konawe Selatan 2 2.44 semakin meningkat usia, maka semakin meningkat
Konawe Kepulaan 1 1.22 risiko kerentanan infeksi, dan semakin banyak pula
Wakatobi 1 1.22
penyakit komorbid yang mungkin diderita sehingga
Bombana 2 2.44
Penyakit Komorbid risiko kematianpun akan meningkat. Beberapa
Hipertensi 38 46.34 penelitian di negara Jepang, Italia dan Spanyol
Diabetes Mellitus 29 35.37
menunjukkan bahwa usia lanjut sangat rentan
Hiperlipidemia 7 8.53
Penyakit Jantung 3 3.66 mengalami kematian.7
Koroner 3 3.66 Pada penelitian ini menunjukkan bahwa
Penyakit Ginjal 1 1.22 Kota Kendari merupakan daerah terbanyak kematian
Keganasan 1 1.22
PPOK pasien konfirmasi COVID-19. Hal tersebut dapat
Kebiasaan Merokok terjadi karena Kota Kendari selaku ibukota provinsi
Ya 32 39.02 menjadi pusat perekonomian dengan jumlah
Tidak 50 60.98
penduduk yang banyak dibanding Kota/Kabupaten
lainnya di Sulawesi Tenggara sehingga risiko
Selama periode Maret sampai 31 Oktober 2020
penularan sangat besar terbukti dengan jumlah
terdapat 82 kasus kematian kasus konfirmasi COVID-

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN : 978-623-6595-34-3
Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020
The Indonesian Association of Forensic Medicine
26
Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

pasien konfirmasi COVID-19 pun paling banyak Angiotensin System (RAS) pada pasien diabetes.
berasal dari Kota Kendari. Aktivasi RAS meningkat pada pasien dengan
Pada penelitian ini didapatkan penyakit diabetes. Angiotensin Converting Enzyme (ACE)
komorbid terbanyak pada kematian pasien mengubah angiotensin I menjadi angiotensin II.
konfirmasi COVID-19 adalah hipertensi. Dari Angiotensin II adalah vasokonstriktor kuat yang
beberapa penelitian menyatakan bahwa hipertensi memicu stres oksidatif, menyebabkan peningkatan
memiliki hubungan dengan COVID-19, dimana spesies oksigen reaktif. Kadar angiotensin II yang
hipertensi akan memperparah infeksi COVID-19 meningkat menyebabkan resistensi insulin, disfungsi
bahkan bisa menjadi patogenesis terjadinya infeksi endotel, proteinuria, dan tekanan darah tinggi. 10
COVID-19. Virus ini akan mengikat Angiotensin Data yang langka tentang metabolisme glukosa dan
Converting Enzyme 2 (ACE2) yang ada di paru perkembangan komplikasi akut diabetes pada pasien
kemudian penetrasi ke dalam sel, sehingga terjadi dengan COVID-19. Infeksi SARS-CoV-2 pada
kerusakan pada sel-sel alveolar, kerusakan sel-sel penderita diabetes mungkin memicu kondisi stres
alveolar dapat memicu berbagai reaksi sistemik dan yang lebih tinggi, dengan pelepasan hormon
bahkan bisa menyebakan kematian. Tingkat hiperglikemik yang lebih besar, misalnya
keparahan COVID-19 juga dikaitkan dengan glukokortikoid dan katekolamin, yang menyebabkan
penggunaan obat ACEI dan ARBs, karena peningkatan kadar glukosa darah dan variabilitas
penggunaan obat ini bisa saja meregulasi reseptor glukosa abnormal.9
ACE2. namun sampai saat ini obat ACE inhibitor dan Orang dengan diabetes tipe 1 berada pada
ARB tetap direkomendasikan untuk pasien hipertensi tiga setengah kali risiko kematian di rumah sakit
sebab belum ditemukannya bukti yang jelas bahwa dengan COVID-19, sementara orang dengan diabetes
obat-obat ini dapat memperparah pasien COVID-19.8 tipe 2 berada pada risiko dua kali lipat, dibandingkan
Selain hipertensi penyakit komorbid dengan orang tanpa diagnosis diabetes. Lebih lanjut
terbanyak pada penelitian ini adalah diabetes penyesuaian untuk komorbiditas kardiovaskular
mellitus. Diabetes dan glikemia yang tidak terkontrol yang didiagnosis melemahkan risiko ini sedikit tetapi
dilaporkan sebagai prediktor yang signifikan dari setelah penyesuaian, ada masih ada risiko tambahan
tingkat keparahan dan kematian pada pasien yang sebesar 186% untuk penderita diabetes tipe 1 dan
terinfeksi virus yang berbeda, termasuk pandemi 81% untuk penderita diabetes tipe 2 dibandingkan
influenza A (H1N1) tahun 2009, SARS-CoV dan MERS- dengan orang tanpa diabetes. Risiko semua
CoV. Dalam pandemi SARS-CoV-2 saat ini, beberapa penyebab kematian pada penderita diabetes
penelitian tidak menemukan hubungan yang jelas meningkat di bawah keadaan normal, tetapi risiko
antara diabetes dan penyakit parah. Namun, laporan berlebih yang diamati terkait dengan kematian di
lain dari China dan Italia menunjukkan bahwa pasien rumah sakit dengan COVID-19 lebih tinggi dari yang
yang lebih tua dengan penyakit kronis, termasuk dilaporkan untuk diabetes tipe 1 (148%) dan
diabetes, berisiko lebih tinggi terkena COVID-19 dan diabetes tipe 2 (50%) dalam National Diabetic Audit
kematian yang parah.9 (NDA) yang paling baru diterbitkan Komplikasi dan
Wabah penyakit virus corona 2019 (COVID- Laporan Kematian. Orang dengan diagnosis diabetes
19) sekali lagi menunjukkan pentingnya Renin-

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN : 978-623-6595-34-3
Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020
The Indonesian Association of Forensic Medicine
27
Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

lain memiliki risiko yang sama dengan penderita seperti ARDS atau miokarditis fulminan dapat
11
Diabetes tipe 2. terjadi.12
Pada penelitian ini juga didapatkan Komorbid lain pada penelitian ini adalah
kematian terkait komorbid penyakit jantung pada penyakit ginjal. Etiologi gangguan ginjal pada pasien
pasien konfirmasi COVID-19. Kematian akibat COVID-19 cenderung beragam dan multifaktorial.
penyakit coronavirus 2019 (COVID-19) sangat terkait Pertama, virus corona mungkin dapat menyebabkan
dengan penyakit kardiovaskular. Patofisiologi yang efek sitopatik langsung dari sel-sel residen ginjal. Hal
mendasari gangguan ini terkait dengan Renin- tersebut didukung dengan deteksi fragmen PCR virus
Angiotensin System (RAS). Secara khusus, aktivitas corona dalam darah dan urin pada 2003 penderita
Angiotensin-Converting Enzyme 2 (ACE2) SARS dan COVID-19. Baru-baru ini, dilaporkan bahwa
diregulasikan pada penyakit kardiovaskular, dan novel coronavirus menggunakan angiotensin
enzim ini digunakan oleh SARS-CoV-2 untuk memulai converting enzyme II (ACE2) sebagai reseptor masuk
infeksi. Penyakit kardiovaskular dan obat Renin- sel, yang identik dengan SARS-CoV pada tahun 2003.
Angiotensin System Inhibition meningkatkan kadar Data RNA-seq jaringan manusia menunjukkan bahwa
ACE2, yang dapat meningkatkan virulensi SARS-CoV- ekspresi ACE2 dalam urin organ (ginjal) jauh lebih
2 di dalam paru-paru dan jantung.12 tinggi (hampir 100 kali lipat) dibandingkan dengan
Ada tiga kemungkinan terkait ekspresi ACE2 organ pernapasan (paru-paru). Oleh karena itu,
yang dapat menjelaskan hubungan antara penyakit kerusakan ginjal mungkin disebabkan oleh virus
kardiovaskuler yang sudah ada sebelumnya dan corona yang memasuki sel melalui ACE2 yang sangat
kematian akibat COVID-19. Pertama, perbedaan banyak diekspresikan di ginjal.13
populasi dalam ekspresi atau fungsi ACE2 secara Kedua, pengendapan kompleks imun
bersamaan dapat mempengaruhi perkembangan antigen virus atau mekanisme efektor imunologi
penyakit kardiovaskuler dan memungkinan spesifik yang diinduksi virus (limfosit atau antibodi T
terjadinya atau meninngkatkan keparahan infeksi spesifik) dapat merusak ginjal. Namun, data
SARS-CoV-2. Kedua, baik penyakit kardiovaskuler itu spesimen ginjal dari pasien SARS menunjukkan
sendiri atau obat blokade RAS yang digunakan dalam histologi glomerulus normal dengan tidak adanya
penyakit kardiovaskuler dapat meningkatkan kadar deposit padat elektron, mengindikasikan
ACE2, sehingga meningkatkan substrat yang tersedia kemungkinan glomerulonefritis aktif yang
untuk infeksi SARS-CoV-2 di dalam organ tertentu diimunisasi rendah. Oleh karena itu, diperlukan
seperti paru-paru dan jantung. Memang, pemeriksaan histologi ginjal pasien COVID-19 lebih
peningkatan kadar ACE2 terlihat pada berbagai lanjut. Ketiga, sitokin atau mediator yang diinduksi
kondisi kardiovaskular dan penyakit penyerta terkait virus memiliki efek tidak langsung pada jaringan
seperti diabetes dan hipertensi. Ketiga, infeksi SARS- ginjal, seperti hipoksia, syok, rhabdomyolysis.13
CoV-2 dapat menurunkan fungsi ACE2, kemungkinan Keganasan menjadi salah satu komorbid
lebih besar pada pasien dengan penyakit pada kematian pasien konfirmasi positif COVID-19.
kardiovaskuler yang sudah ada sebelumnya. Hal ini Kondisi imunosupresif pada keganasan
dapat menyebabkan akumulasi berlebih toksik meningkatkan risiko terpapar COVID-19. Penelitian
Angiotensin II, dan beberapa gejala sisa patologis yang dilakukan oleh Assaad et al (2020)

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN : 978-623-6595-34-3
Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020
The Indonesian Association of Forensic Medicine
28
Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

menunjukkan bahwa limfopenia ekstrim dan Kota Kendari, mempunyai penyakit komorbid
peningkatan sindrom inflamasi, yang dibuktikan hipertensi dan kebiasaan merokok.
dengan kadar CRP yang tinggi, merupakan faktor
DAFTAR PUSTAKA
risiko yang diketahui untuk kematian dini pada
1. WHO. Corona virus disease (COVID-19) weekly
kanker, yang mana hal tersebut dapat dijumpai pada epidemiological update. Geneva: World Health
Organization; 2020.
pasien dengan konfirmasi COVID-19.14 2. Kemenkes RI. Pedoman pencegahan dan pengendalian
corona virus disease (COVID-19). Revisi ke 5. Jakarta:
Komorbid pada penelitian ini yang Kementerian Kesehatan Republik Indonesia; 2020.
3. https://data.kemkes.go.id/covid19/index.html.
meningkatkan risiko kematian adalah PPOK dan 4. https://dinkes.sultraprov.go.id/info-covid-19-sultra
5. Sanyaolu A, Okorie C, Marinkovic A, Patidar R, Younis K,
riwayat merokok. Mayoritas pasien PPOK memiliki
Desal P, et al. Comorbidity and its impact on patients with
berbagai penyakit penyerta yang mungkin juga COVID-19. SN Comprehensive Clinical Medicine 2020; 2 :
1069-1076.
terkait dengan mortalitas dan kondisi terkait 6. The Lancet. Sex differential in COVID-19 mortality varies
markedly by age. Lancet 2020; 396: 532-533.
mungkin tidak dilaporkan karena kesulitan 7. Omori R, Matsuyama R, Nakata Y. The age distribution of
mortality from novel coronavirus disease (COVID-19)
menemukan penyebab spesifik mortalitas. Selain itu, suggests no large diference of susceptibility by age.
Scientific Reports 2020; 10: 16642.
pada pasien dengan PPOK berat, kegagalan 8. Gunawan A, Prahasanti K, Utama MR., Airlangga MP.
Pengaruh komorbid hipertensi terhadap severitas pasien
pernafasan adalah penyebab utama kematian dan ini coronavirus disease 2019. Jurnal Implementa Husada 2020;
1(2): 136-151.
membutuhkan intervensi ICU. Ada kemungkinan 9. Hussain A, Bhowmik B, Moreira NCDV. COVID-19 and
diabetes: Knowledge in progress. Diabetes Research and
bahwa akses yang terbatas ke bantuan pernapasan
Clinical Practice 2020; 162:1-9.
sebagai bagian dari pengelolaan COVID-19 dapat 10. Cure E, Cure MC. Angiotensin-converting enzyme inhibitors
and angiotensin receptor blockers may be harmful in
berkontribusi pada kematian ini, bergantung pada patients with diabetes during COVID-19 pandemic.
Diabetes & Metabolic Syndrome: Clinical Research &
kapasitas perawatan kritis di setiap rumah sakit atau Reviews 2020; 14: 249-250.
11. Barron E, Bakhai C, Kar P, Weaver A, Bradley D, Ismail S, et
wilayah. Menurut laporan COVID-19 di Italia, al. Associations of type 1 and type 2 diabetes and COVID-19
related mortality in england: a whole population study. The
lonjakan pasien yang membutuhkan perawatan Lancet Diabetes & Endocrinology 2020; 8(10): 813-822.
12. Hanff TC, Harhay MO, Brown TS, Cohen, JB, Mohareb AM.
intensif tidak dapat dikelola, dengan 12% kasus Is there an association between COVID-19 mortality and
the renin-angiotensin aystem? A call for epidemiologic
positif memerlukan rawat ICU. Akibatnya, pasien investigations. Clinical Infectious Diseases 2020; 71: 870-
874.
sekarat karena ventilasi mekanis tidak dapat
13. Cheng Y, Luo R, Wan K, Zhang M, Wang Z, Dong L, et al.
ditawarkan, selain kekurangan akut dari dokter yang Kidney impairment is associated with in-hospital death of
COVID19 patients. medRxiv 2020.
mampu menangani pasien tersebut. Hingga saat ini, 14. Assaad S, Avrillon V, Fournier ML, Mastroianni B, Russias B,
Swalduz A, et al. High mortality rate in cancer patients with
mekanisme khusus tentang bagaimana COVID-19 symptoms ofCOVID-19 with or without detectable SARS-
COV-2 onRT-PCR. European Journal of Cancer 2020; 135:
meningkatkan keparahan dan mortalitas PPOK masih 251-259.
15. Alqahtani JS, Oyelade T, Aldhahir AM, Alghandi SM,
belum diketahui, dan tidak diragukan lagi diperlukan Almehmadi M, Alqahtani AS, et al. Prevalence, severity and
mortality associated with COPD and smoking in patients
lebih banyak penelitian untuk menemukan with COVID-19: a rapid systematic review and meta-
analysis. Plos One 2020: 1-13.
kemungkinan mekanisme yang menghubungkan
COVID-19 dan peningkatan keparahan serta
Copyright @ 2020 Authors. This is an open access article
kematian pasien PPOK.15
distributed under the terms of the Creative Commons
Attribution-NonCommercial 4.0 International License
KESIMPULAN (http://creativecommons.org/licenses/by-nc/4.0/), which
permits unrestricted non-commercial use, distribution, and
Kematian paling banyak terjadi pada jenis
reproduction in any medium, provided the original author and
kelamin laki-laki, kelompok usia 46-55 tahun, asal source are properly cited

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN : 978-623-6595-34-3
Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020
The Indonesian Association of Forensic Medicine
29
Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

Laporan Kasus

Blood Chromium Levels Of Batik Workers Related To The Status Of


Liver And Kidney Function
Suhartini1, Hendro Widagdo1, Idha Arfianti Wira Agni1, IBGd. Surya Putra Pidada1, Dewanto Yusuf Priyambodo1, Sri
Awalia Febriana2, Katharina Oginawati3, Roto4

1Department of Forensic Medicine and Medicolegal FKKMK UGM


2Department of Dermatology and Venereology, FKKMK UGM
3Environmental Engineering, Faculty of Civil and Environmental Engineering, ITB
4Department of Chemistry, Mathematics and Natural Sciences UGM

ABSTRACT
Chromium (VI) is a toxic, carcinogenic heavy metal pollutant and can enter the blood circulation through
ingestion and inhalation. The color fixators used by batik workers contain chromium. Inhalation of high levels of
chromium (VI) can cause nasal irritation, nasal ulceration, nasal bone damage, and cancer. Chromium can cause
damage to DNA chains, basal modification, and lipid peroxidation, by disrupting cellular integrity and producing
mutagenic effects. This study wanted to see the relationship between levels blood chromium on liver function (GGT,
SGPT, SGOT) and kidney function (urea, creatinine) in batik workers in Lendah District, Kulon Progo.
The results obtained, most of them were female as much as 20 (51.3%), batik workers 17 (43.6%) and control
22 (56.4%). GGT values above normal for batik and control workers (9 and 8), SGPT values above normal for batik
and control workers (10 and 3), SGOT values above normal for batik and control workers (10 and 8). Statistically,
there were differences in liver function based on SGPT values (p <0.05) between batik workers and controls. The
urea values were above normal for the batik and control workers (15 and 11), the creatinine values were above
normal for the batik and control workers (12 and 6). There were differences in renal function based on the urem
value (p <0.05) and creatinine (p <0.05). Blood chromium levels were above average, in batik and control workers
(8 and 11). Although statistically the blood chromium levels of batik workers and controls did not show a significant
difference (p> 0.05), the risk factor for chromium exposure in batik workers was 1.125 higher than that of controls.
Conclusion: there are differences in liver function based on SGPT value (p <0.05) and kidney function based on
urea (p <0.05) and creatinine (p <0.05) values between batik workers and controls. The risk factor for chromium
exposure in male batik workers was 2.063 higher than that of female batik workers.

Keywords: blood chromium, batik workers, liver and kidney function

Korespondensi : Suhartini

Pendahuluan

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN : 978-623-6595-34-3
Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020
The Indonesian Association of Forensic Medicine
30
Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

Kromium(III) terdapat secara alami diudara, air, sampling dari Kecamatan Lendah Kulon Progo,
tanah, dan bahan biologis, sementara sebagian besar terdiri 17 pembatik dan 22 bukan pembatik
kromium (VI) dihasilkan oleh aktivitas manusia (kontrol). Sampel darah diambil sebanyak 5 ml dari
terutama industri. Kromium (III) cenderung tidak setiap subjek, untuk diperiksa kadar krom (Cr)
berbahaya serta sangat sulit masuk kedalam tubuh dengan metode Inductively Coupled Plasma (ICP), di
manusia, sementara kromium (VI) dikategorikan Batan Bandung. Selain itu juga dilakukan
sebagai logam berat polutan toksik karsinogenik pemeriksaan kimia darah fungsi hati (GGT, SGPT dan
yang dapat memasuki tubuh manusia melalui proses SGOT) serta fungsi ginjal (ureum dan kreatinin) di
ingesti dan inhalasi, sehingga kromium yang terukur laboratorium Patologi Klinik FKKMK UGM.
dalam darah sebagian besar merupakan kromium
(VI) 1. Analisis data
Kromium (VI) terdapat dalam fiksator warna Analisis yang dilakukan menggunakan uji
yang digunakan oleh pekerja batik, sehingga pekerja silang tabel 2x2. Kemudian dari uji ini dapat
batik menghirup kromium (VI) secara terus menerus. dilakukan 2 uji, yang pertama adalah uji Chi-square
Inhalasi kromium (VI) kadar tinggi dapat untuk melihat kemaknaan perbedaan proporsi (p
menyebabkan Iritasi rongga hidung, ulserasi hidung, value) dan yang kedua adalah uji korelasi
kerusakan tulang hidung, hingga kanker saluran menggunakan odds ratio (OR) untuk melihat ukuran
pernapasan. Selain itu, penelitian pada hewan asosiasi paparan, dalam penelitian ini digambarkan
menunjukkan bahwa ingesti kromium (VI) dengan pekerjaan yang berisiko (pencelup dan
menyebabkan iritasi dan ulserasi pada lambung dan bukan pencelup) dengan kejadian penyakit yang
usus halus, anemia, kerusakan sperma, serta diukur dari nilai transaminase di atas atau di bawah
kerusakan organ reproduksi pria2,3. nilai tengah. P value <0,05 digunakan untuk
Kulon Progo sebagai kabupaten dengan menyatakan signifikansi secara statistik. Penelitian
industri batik terbanyak setelah Bantul dan ini menggunakan data dari penelitian payung
Yogyakarta. Pada tahun 2015 terdapat 108 industri berjudul Intervensi Kesehatan dan Lingkungan Kerja
batik di Kabupaten Kulon Progo4,5,6. Industri batik pada Pembatik sebagai Upaya Mewujudkan “Desa
dan tekstil merupakan salah satu penghasil limbah Batik Sehat” dengan nomor Ethical Clearance
cair yang berasal dari proses pewarnaan. Proses KE/FK/0737/EC/2019
pewarnaan batik merupakan salah satu tahapan
dalam proses pembuatan batik. Penggunaan bahan
pewarna sintetik meningkatkan paparan terhadap
logam berat seperti Chromium (Cr). Pada proses
pewarna batik, baik pewarna dasar ataupun
pewarna lanjut diindikasikan menggunakan
campuran kimia yang sangat beracun dan
berbahaya. Umumnya limbah batik akan langsung
dibuang ke sungai melalui drainage air hujan.
Industri batik merupakan industri yang potensial
mengandung logam berat yang merupakan limbah
berbahaya, sehingga dapat menyebabkan rusaknya
lingkungan dan dampak negatif pada kesehatan 7,8.
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui kadar krom
darah pembatik desa Lendah Kulon Progo
hubungannya dengan status fungsi hati dan ginjal.

Metode
Pada penelitian ini, menggunakan studi analitik
observasional dengan pendekatan cross sectional.
Pengambilan 39 subjek menggunakan purposive

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN : 978-623-6595-34-3
Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020
The Indonesian Association of Forensic Medicine
31
Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

Hasil
Tabel 1. Data karakteristik pembatik Lendah Kulon Progo fungsi hati
Variabel GGT SGPT SGOT Nilai p
normal normal normal OR
n (%) n (%) n (%)
Subyek
Pembatik 17 (43,6) 17 (43,6) 17 (43,6)
Kontrol 22 (56,4) 22 (56,4) 22 (56,4) 0,564
Total 39 (100) 39 (100) 39 (100)
Jenis kelamin
Laki laki 19 (48,7) 19 (48,7) 19 (48,7)
Perempuan 20 (51,3) 20 (51,3) 20 (51,3) 1.000
Total 39 (100) 39 (100) 39 (100)
Umur
< 40 th 17 (43,6) 17 (43,6) 17 (43,6)
>= 40 th 22 (56,4) 22 (56,4) 22 (56,4) 1.000
Total 39 (100) 39 (100) 39 (100)
Lama kerja
< 3.5 th 7 (41,2) 7 (41,2) 7 (41,2)
>= 3.5 th 10(58,8) 10(58,8) 10(58,8)
Total 17 (100) 17 (100) 17 (100)
Pendidikan
SD 11 (28,9) 11 (28,9) 11 (28,9)
SMP 13 (34,2) 13 (34,2) 13 (34,2)
SLTA 10 (26,3) 10 (26,3) 10 (26,3) 0,472
Akademi/S1 4 (10,5) 4 (10,5) 4 (10,5)
Total 38(100,0) 38(100,0) 38(100,0)

Karakteristik pembatik Lendah Kulon Progo, hasil nilai kimia darah fungsi hati (GGT, SGPT, SGOT) semua
dalam batas normal baik pada pembatik maupun bukan pembatik, data ditunjukkan pada Tabel 1. Nilai kimia darah
fungsi ginjal (ureum, kreatinin), ada yang melebihi batas normal, meskipun tidak ada perbedaan yang bermakna
antara pembatik dan bukan pembatik, namun risiko kerusakan ginjal pada pembatik 1,867 kali dibanding bukan
pembatik. Demikian juga umur yang >= 40 th lebih berisiko 2,250 kali dibanding < 40 th, lama kerja pembatik yang
>= 3.5 th lebih berisiko 2,500 kali dibanding < 3.5 th. Tidak terdapat perbedaan jenis kelamin, maupun pendidikan
antara pembatik dan bukan pembatik. Data ditunjukkan pada Tabel 2.

Tabel 2. Data karakteristik pembatik Lendah Kulon Progo fungsi ginjal


Variabel Ureum Nilai p; Kreatinin Nilai p;
normal tinggi OR normal tinggi OR
n (%) n (%) n (%) n (%)
Subyek
Pembatik 10 (25,6) 7 (17,9) 0,497 17 (43,6) 0 (0,0)
Kontrol 16 (41,0) 6 (15,4) 1.867 21 (53,8) 1 (2,6) 0,564
Total 26 (66,7) 13(33,3) 38 (97,4) 1 (2,6)
Jenis kelamin
Laki laki 13 (33,3) 6 (15,4) 1 19 (48,7) 0 (0,0)
Perempuan 13 (33,3) 7 (17,9) 0857 19 (48.7) 1 (2,6) 1.000
Total 26 (66,7) 13 (33,3) 38 (97,4) 1 (2,6)
Umur
< 40 th 13 (33,3) 4 (10,3) 0,318 17 (43,6) 0 (0,0)
>= 40 th 13 (33,3) 9 (23,1) 2.250 21 (53,8) 1 (2,6) 1.000
Total 26 (66,7) 13 (33,3) 38 (97,4) 1 (2,6)
Lama kerja
< 3.5 th 5 (29,4) 2 (11,8) 0,622 7 (41,2) 0 (0,0)
>= 3.5 th 5(29,4) 5(29,4) 2.500 10(58,8) 0(0,0)
Total 10 (58,8) 7 (41,2) 17 (100) 0(0,0)

Pendidikan 9 (23,7) 2(5,3) 10 (26.3) 1 (2.6)


SD 7 (18,4) 6 (15,8) 13 (34,2) 0 (0,0)

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN : 978-623-6595-34-3
Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020
The Indonesian Association of Forensic Medicine
32
Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

SMP 6 (15,8) 4 (10,5) 0,225 10 (26.3) 0 (0,0) 0,472


SLTA 4 (10,5) 0 (0,0) 4 (10,5) 0 (0,0)
Akademi/S1 26(68,4) 12(31,6) 37 (97,4) 1(2.6)
Total
Apabila dianalisis berdasarkan nilai mean ditunjukkan pada Tabel 3, terdapat perbedaan yang bermakna
kerusakan fungsi hati (SGPT) antara pembatik dan bukan pembatik dengan risiko 9.048 kali lebih besar pada
pembatik, risiko laki laki 32.571 kali lebih besar berdasar nilai SGPT dan 6,500 kali lebih besar berdasar nilai SGOT
dibanding perempuan.
Tabel 3. Data nilai mean kimia darah fungsi hati

Variabel GGT rec mean Nilai SGPT rec mean Nilai SGOT rec mean Nilai p
<= 19.46 > 19.46 p <= 11.08 > 11.08 p <= 18.74 > 18.74 OR
n (%) n (%) OR n (%) n (%) OR n (%) n (%)
Subyek
Pembatik 8 (20,5) 9(23,1) 0,30 7 (17,9) 10 0,009 7 (17.9) 10 0,284
Kontrol 14(35,9 8 (20,5) 1 19 (48.7) (25.6) 9.048 14 (25,6) 2,500
Total ) 17 1,96 26 (66,7) 3 (7,7) (35.9) 8 (20,5)
22 (43,6) 9 13 21 18
(56,4) (33,3) (53,8) (46,2)
Jenis kelamin
Laki laki 9 (23.1) 10 0,26 7 (17,9) 12 0,001 6 (15,4) 13 0,017
Perempuan 13 (25,6) 7 19 (48.7) (30.8) 32.57 15 (33.3) 6,500
Total (33.3) 7 (17,9) 2,03 26 (66,7) 1 (2,6) 1 (38.5) 5 (12,8)
22 17 6 13 21 18
(56,4) (43,6) (33,3) (53,8) (46,2)
Umur
< 40 th 8 (20,5) 9 (23.1) 0,30 11 (28.2) 6 (15,4) 1,000 9 (23.1) 8 (20,5) 1.000
>= 40 th 14 8 (20,5) 1 15 (38.5) 7 (17,9) 0,856 12 10 0,938
Total (35,9) 17 0,50 26 (66,7) 13 (30.8) (25,6)
22 (43,6) 8 (33,3) 21 18
(56,4) (53,8) (46,2)
Lama kerja
< 3.5 th 3 (17.6) 4 (23,5) 0,77 3 (17.6) 4 (23,5) 1,000 4 (23.5) 3 (17,6) 0,350
>= 3.5 th 5(29.4) 5(29.4) 2 4 (23,5) 6 (35.3) 1.125 3(17,6) 7(41,2) 3,111
Total 8 (47,1) 9 (52,9) 0,75 7 (41,2) 10 7 (41,2) 10
0 (58,8) (58,8)

Pendidikan
SD 8 (21.1) 3 (7,9) 8 (23,7) 3 (7,9) 5 (13.2) 6 (15,8)
SMP 5 (34,2) 8 (21.1) 9 (34,2) 4 (10,5) 7 (18,4) 6 (15,8)
SLTA 6 (15.8) 4 (10,5) 0,32 4 (10,5) 6 (15.8) 0,149 5 (13.2) 5 (13.2) 0,785
Akademi/S1 3 (7,9) 1 (2,6) 4 (10,5) 0 (0,0) 3 (7,9) 1 (2,6)
Total 22(57.9 16(42,1) 38(65.8) 13(34,2) 20(52.6 18(47,4)
) )

Pada Tabel 4, menunjukkan terdapat perbedaan yang bermakna kerusakan fungsi ginjal antara pembatik
dan bukan pembatik, nilai p ureum dan kreatinin berturut turut adalah 0,030 dan 0,007, dengan risiko (ureum
7,500 kali, kreatinin 6,400 kali) pada pembatik lebih besar dari pada bukan pembatik. Terdapat perbedaan jenis
kelamin yang sangat bermakna dengan nilai p=0,001, dengan risiko kerusakan ginjal berdasar nilai kreatinin pada
laki laki adalah 21.250 kali lebih besar dibanding perempuan. Terdapat perbedaan risiko kerusakan ginjal berdasar
nilai kreatinin, pada umur sama dengan dan diatas 40 tahun dibanding dibawah 40 tahun (p=0,041). Terdapat
perbedaan risiko kerusakan ginjal berdasar nilai ureum, pada tingkat pendidikan dengan p=0,005.

Tabel 4. Data nilai mean kimia darah fungsi ginjal

Variabel Ureum rec mean Nilai p kre rec mean Nilai p


<= 39.40 > 39.40 OR <= 0.7815 > 0.7815 OR

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN : 978-623-6595-34-3
Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020
The Indonesian Association of Forensic Medicine
33
Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

n (%) n (%) n (%) n (%)


Subyek
Pembatik 2 (5.1) 15 (38,5) 0,030 5 (12.8) 12 (30,8) 0,007
Kontrol 11 (28.2) 11 (28.2) 7,500 16 (41.0) 6 (15,4) 6,400
Total 13 (33,3) 26(66,7) 11 (53,6) 28 (46,2)
Jenis kelamin
Laki laki 6 (15.4) 13 (33,3) 1.0000 4 (10.3) 15 (38,5) 0,001
Perempuan 7 (17,9) 13 (33,3) 1,167 17 (43.6) 3 (7,7) 21.250
Total 13 (33,3) 26 (66,7) 21 (53.8) 18 (46,2)
Umur
< 40 th 4 (10.3) 13 (33,3) 0,318. 6 (15.4) 11(28,2) 0,041
>= 40 th 9 (23,1) 13 (33,3) 0,444 15 (38.5) 7 (17,9) 0,255
Total 13 (33,3) 26 (66,7) 21 (53.8) 18 (46,2)
Lama kerja
< 3.5 th 1 (5.9) 6 (35,3) 1.000 3 (17.6) 4 (23.5) 0,593
>= 3.5 th 1(5.9) 9(52.9) 1.500 2 (11.8) 8 (47.0) 3.000
Total 2 (11,8) 15 (88,2) 5 (29,4) 12 (70,6)
Pendidikan
SD 8 (21.1) 3(7,9) 8 (21.1) 3 (7,9)
SMP 1 (2,6) 12 (31.6) 0,005 5 (13.2) 8 (21.1) 0,234
SLTA 2 (5,3) 8 (21,1) 4 (10.5) 6 (15,8)
Akademi/S1 2 (5,3) 2 (5,3) 3 (7.9) 1 (2,6)
Total 13(34,4) 25(65,8) 20 (52.6) 18(47,4)

Pada Tabel 5, menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang bermakna kadar krom pada pembatik dan
bukan pembatik, namun pada laki laki lebih berisiko terpapar krom 2,063 kali lebih besar dari perempuan,
demikian juga yang bekerja >= 3.5 tahun lebih berisiko terpapar krom 1,333 kali dari pada yang bekerja < 3.5
tahun.

Tabel 5. Data nilai mean logam berat krom (Cr).


Variabel Cr rec mean
<= 0.00021 > 0.00021 Nilai p
n (%) n (%) OR
Subyek
Pembatik 9 (23.1) 8(20,5) 0,855
Kontrol 11(28.2) 11 (28.2) 0,889
Total 20 (51,3) 19 (48,7)
Jenis kelamin
Laki laki 8 (20.5) 11 (28,2) 0,264
Perempuan 12 (30.8) 8 (20.5) 2,063
Total 20 (51,3) 19 (48,7)
Umur
< 40 th 8 (20,5) 9 (23.1) 0,643
>= 40 th 12 (30.8) 10 (25,6) 0,741
Total 20 (51,3) 19 (48,7)
Lama kerja
< 3.5 th 4 (23,5) 3 (17.6) 0,772
>= 3.5 th 5(29.4) 5(29.4) 1,333
Total 8 (52,9) 9 (47,1)
Pendidikan
SD 6 (15.8) 5 (13.2)
SMP 9 (23,7) 4 (10,5)
SLTA 2 (5,3) 8 (21,1) 0,132
Akademi/S1 2 (5,3) 2 (5,3)
Total 19(50.0) 19(50.0)

Pembahasan yang digunakan oleh pekerja batik mengandung


Kromium(VI) adalah logam berat polutan toksik kromium. Hasil penelitian ini, kerusakan di ginjal
karsinogenik dan dapat memasuki sirkulasi darah lebih tinggi dibandingkan dengan kerusakan di hati.
melalui proses ingesti dan inhalasi. Fiksator warna Tidak terdapat perbedaan bermakna antara fungsi

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN : 978-623-6595-34-3
Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020
The Indonesian Association of Forensic Medicine
34
Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

hati pada pembatik dan bukan pembatik, semua mengalami kerusakan ginjal. Hasil penelitian ini,
dalam batas normal. Hal ini mungkin dikaitkan sesuai dengan yang dilakukan oleh Afifah et al.,
dengan kadar krom yang terdapat dalam kandungan (2020) bahwa jenis kelamin dibedakan menjadi laki-
pewarna dan lama kontak. Namun sudah terjadi laki dan perempuan dengan jumlah pada kelompok
kerusakan fungsi ginjal karena berdasar nilai ureum pencelup sebanyak 14 orang (87,5%) laki-laki dan 2
maupun kreatinin, baik pada pembatik maupun orang (12,5%) perempuan, sedangkan pada
bukan ada yang sudah melebihi batas normal. kelompok bukan pencelup sebanyak 5 orang (21,7%)
Meskipun secara statistik tidak menunjukkan laki-laki dan 18 (78,3%) orang perempuan 11. Pada
perbedaan bermakna, namun risiko kerusakan ginjal penelitian ini tidak dilakukan pengukuran hubungan
pada pembatik 1,867 kali dibanding bukan pembatik. secara statistik antara jenis kelamin dengan luaran.
Demikian juga umur yang >= 40 th lebih berisiko Pada penelitian Hastuti et al., (2018) tidak diukur
2,250 kali dibanding < 40 th, lama kerja pembatik hubungan secara statistik antara jenis kelamin
yang >= 3.5 th lebih berisiko 2,500 kali dibanding < dengan luaran12. Menurut Xu et al., (2018) pekerja
3.5 th (Tabel1). yang terpapar dan mengalami kerusakan DNA lebih
Pada manusia dan tikus, kromium yang sering terjadi pada jenis kelamin perempuan13.
diabsorpsi terdistribusi pada hampir semua jaringan, Kadar krom darah pada pembatik dan bukan
dengan konsentrasi tertinggi berada pada ginjal, pembatik tidak menunjukkan perbedaan yang
liver, dan tulang. Kromium heksavalen didalam darah bermakna, namun pada laki laki lebih berisiko
akan di-uptake oleh eritrosit, direduksi, lalu diikat terpapar krom 2,063 kali dari perempuan, demikian
dengan protein. Kromium heksavalen di dalam sel juga yang bekerja >= 3.5 th lebih berisiko terpapar
akan mengalami reduksi. Proses reduksi ini krom 1,333 kali dari yang < 3.5 th. Kenyataan
menghasilkan reactive intermediates serta protein dilapangan pada pembatik Lendah Kulon Progo,
and DNA adducts9 . bagian pencelupan dan pemelorotan dikerjakan oleh
Pada penelitian ini, apabila dianalisis laki laki, mungkin hal ini merupakan salah satu
berdasarkan nilai mean kimia darah SGPT dan SGOT alasan yang menyebabkan laki laki lebih berisiko
menunjukkan risiko kerusakan hati yang lebih tinggi terpapar krom.
dibanding nilai kimia darah GGT (Tabel 3). Nilai OR Garam kromium (+ III) tidak memiliki efek
antara pembatik dan bukan pembatik 9.048 kali racun. Kromium hexavalen dianggap toksis untuk
berdasarkan nilai SGPT, berarti pada pembatik dosis yang lebih tinggi dari 3 g untuk manusia
memiliki risiko kerusakan hati lebih tinggi 9.048 kali dewasa. Gejala pertama adalah muntah dan diare
dibanding bukan pembatik. Hal ini berbeda dengan yang menetap, setelah seminggu sering tampak
penelitian yang dilakukan oleh Kim et al., (2014), diatesis hemoragik dan epitasis. Konvulsi terjadi
yang menyatakan nilai OR GGT lebih tinggi pada tahap akhir penyakit. Pemakaian Cr heksavalen
dibandingkan dengan kedua enzim yang lain, yaitu dalam pekerjaan berulang menyebabkan perforasi
SGPT dan SGOT. Hal ini kemungkinan besar septum hidung dan ulserasi kulit. Indera penciuman
disebabkan karena GGT merupakan marker awal dan dan dermatitis iritasi akut atau dermatitis
sensitif pada keadaan stress oksidatif. GGT ekzematosa alergik sering dilaporkan dalam kasus
terdistribusi luas di tubuh manusia dan banyak paparan kronis terhadap uap asam kromat serta
terlokalisasi di membran plasma dan berperan peningkatan kejadian kanker di organ pernapasan.
penting dalam sistem pertahanan antioksidan10. Asma bronkial karena debu kromat atau asap asam
Berdasarkan nilai mean kimia darah fungsi kromat telah dialami oleh sejumlah pekerja14.
ginjal, pekerja batik lebih berisiko mengalami Kesimpulan
kerusakan ginjal antara 6,4-7,5 kali dibanding bukan Terdapat perbedaan bermakna fungsi hati (SGPT),
pekerja batik, bahkan pada pekerja batik laki-laki dan fungsi ginjal ureum, kreatinin antara pembatik
lebih berisiko mengalami kerusakan ginjal 21.250 kali dan bukan pembatik. Laki laki lebih berisiko
dibanding pekerja batik perempuan (Tabel 4). mengalami kerusakan ginjal 21.250 kali dibanding
Kenyataan dilapangan, pekerja batik laki-laki lebih perempuan.
banyak bekerja dibagian pencelupan warna dan
pemelorotan, hal ini kemungkinan yang Daftar Pustaka
1. Caglieri,A.,Goldoni,M.,Acampa,O.,Andreoli,R.,Vettori,M.V.,Corr
menyebabkan pekerja batik laki-laki lebih berisiko
adi,M., Apostoli,P.,Mutti,A.The effect of inhaled chromium on

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN : 978-623-6595-34-3
Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020
The Indonesian Association of Forensic Medicine
35
Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

different exhaled breath condensate biomarkers among Copyright @ 2020 Authors. This is an open access article
chrome-plating workers. Environ Health distributed under the terms of the Creative Commons
Perspect.114(4),pp.542-546. 2006. Attribution-NonCommercial 4.0 International License
(http://creativecommons.org/licenses/by-nc/4.0/),
2. Soemirat,J., 2008. Kesehatan which permits unrestricted non-commercial use,
lingkungan.2nded.Yogyakarta:Gadjah Mada University Press. distribution, and reproduction in any medium, provided
3.Tchounwou,P.B.,Yedjou,C.G.,Patlolla,A.K.,Sutton,D.J., 2012. the original author and source are properly cited.
Heavy metals toxicity and the environment. Exp
Suppl.101,pp.133-164.
4. United Nations Educational, Scientific, and Cultural
Organization. Indonesian batik-intangible heritage culture
sector, 2009 [Internet]. France: United Nations Educational,
Scientific, Volume 1(1) November 2018, Journal of
Community Empowerment for Health and Cultural
Organization. Available from:
http://ich.unesco.org/en/RL/indonesia-batik-00170.
5. ANTARA. 2009. Batik Indonesia resmi diakui UNESCO [Internet].
Jakarta: ANTARA; [updated 2009 Oct 2]. Available from:
http://m. antaranews.com/berita/156389/batik-indonesia-
resmi-diakui-unesco.
6. Pemerintah Kabupaten Kulon Progo 2017 [Internet]. Kulon
Progo, D. I. Yogyakarta: Pemerintah Kabupaten Kulon Progo.
Available from: http://www.kulonprogokab.go.id
7. Badan Pusat Satistik Kabupaten Kulon Progo. Kecamatan
Lendah dalam angka [Internet]. Kulon Progo, D. I. Yogyakarta,
2017. Badan Pusat Satistik Kabupaten Kulon Progo. Available
from: http://www.bps.go.id
8. Riwayati I, Hartati I, Purwanto H, Suwardiyono, 2014. Adsorpsi
logam berat timbal dan kadmium pada limbah batik
menggunakan biosorbent pulpa kopi terxanthasi. Prosiding
Seminar Aplikasi Sains dan Teknologi; 2014 Nov 15; Yogyakarta,
Indonesia. Yogyakarta.
9. International Agency for Research on Cancer. 2012. IARC
monographson 7 the evaluation of carcinogenic risks to
humans: arsenics, metals, fibr 4esanddusts. Lyon, France:
World Health Organization.
10.Kim, S. J., Han, S. W., Lee, D. J., Kim, K. M., & Joo, N. S. 2014.
Higher Serum Heavy Metal May Be Related with Higher Serum
gamma-Glutamyltransferase Concentration in Koreans:
Analysis of the Fifth Korea National Health and Nutrition
Examination Survey (KNHANES V-1, 2, 2010, 2011). Korean
journal of family medicine, 35(2), 74–80.
https://doi.org/10.4082/kjfm.2014.35.2.74
11. Afifah, R., Widagdo, H., Pidada, I., Suhartini. 2020. Pengaruh
kromium terhadap fungsi hati pada pembatik di Lendah Kulon
Progo. Skripsi. FKKMK UGM, Yogyakarta, .,
12.Hastuti, P., Sunarti, S., Prasetyastuti, P., Ngadikun, N., Tasmini,
T., Rubi, D., Sutarni, S., Harahap, I., Dananjoyo, K., Suhartini,
S., Pidada, I., Widagdo, H. and Suciningtyas, M. 2018.
Hubungan timbal dan krom pada pemakaian pewarna batik
dengan kadar hemoglobin dan jumlah sel darah pada
pengrajin batik Kecamatan Lendah Kulon Progo. Journal of
Community Empowerment for Health, 1(1).
13.Xu, J., Zhao, M., Pei, L., Zhang, R., Liu, X., Wei, L., Yang, M. and
Xu, Q. 2018. Oxidative stress and DNA damage in a long-term
hexavalent chromium-exposed population in North China: a
cross-sectional study. BMJ Open, 8(6), p.e021470.
14.Naja GM, Volesky B. Heavy metals in the environment. New
York: Humana Press; 2009. Chapter Toxicity and sources of
Pb, Cd, Hg, Cr, As, and radionuclides in the environment.

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN : 978-623-6595-34-3
Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020
The Indonesian Association of Forensic Medicine
36
Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

Laporan Kasus

Study Case of Illegal Abortion Deaths in the Forensic Medicine


Instalation of Dr. Sradjito Hospital, Yogyakarta
Yudha Nurhantari

Department of Forensic Medicine and Medico legal, Faculty of Medicine, Public Health And Nursing, Universitas Madjah Mada

ABSTRACT
Introduction: Learning Illegal abortion is like an iceberg phenomena, which is actually has many incidents,
however, only small cases are known. This condition, illegal abortion is difficult to be eradicated. The aim of this
study is to explain autopsy results of three illegal abortion cases examined in the Forensic Medicine Installation of
Dr Sardjito Hospital, Yogyakarta.
Methods: three cases of illegal abortion were obtained from autopsy record of the Installation of Forensic Medicine
of Dr Sardjito Hospital. Medicolegal autopsy was performed with a case of exhumation; blood and internal organ
samples were taken for toxicological and histopathological examination.
Results: All of the victims were unmarried, two of them were students, and the other was a widowed. Bleeding due
to uterine rupture was found in all the victims and may have caused their death. One victim died after taking
medicine from a paramedical staff, and the others had never visited a doctor or paramedical staff.
Conclusions: Uterine rupture was found as a source of bleeding and may have caused their death. Free sexual may
result in unwanted pregnancy and lead the victim to commit illegal abortion.
Keywords: illegal abortion; uterine rupture; bleeding, unmarried; Yogyakarta

Korespondensi : Yudha Nurhantari,email: yudhanurhantari@ugm.ac.id

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN : 978-623-6595-34-3
Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020
The Indonesian Association of Forensic Medicine
37
Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

masyarakat umum. Artikel ini ditulis untuk mengkaji


kematian akibat aborsi illegal, yang diperiksa di
Pendahuluan Instalasi Kedokteran Forensik RSUP Dr. Sarjito.
Aborsi adalah prosedur medis yang
dilakukan oleh suatu tim ginekolog profesional, yang Kasus
seharusnya menghormati standar keamanan yang Kasus pertama adalah seorang perempuan
sesuai dan pedoman yang diakui secara berusia 15 tahun, pelajar SMP. Perempuan tersebut
internasional.1,2 Aturan perundang-undangan memberitahukan kepada pacarnya, bahwa ia
tentang abortus masih menjadi masalah mengalami keterlambatan haid. Pacarnya
kontroversial di seluruh dunia, dengan berbagai menyarankan agar perempuan tersbut banyak
etika, budaya dan implikasi agama. Legislasi tentang memakan nanas muda. Kejadian bermula saat
aborsi berbeda dalam negara lain. Secara global, ada korban berada di rumah pacarnya, dan mengeluh
61 negara dimana aborsi diperbolehkan dalam batas tidak enak badan, sakit perut seperti masuk angin.
waktu tertentu. Namun, ada juga beberapa negara Korban dikeroki dan diolesi minyak kayu putih oleh
(El Salvador, Malta, Nicaragua, Vatican City) di mana pacarnya, namun karena tampak semakin kesakitan,
aborsi tidak diperbolehkan dalam keadaan apa pun, selanjutnya korban dibawa oleh pacarnya ke tabib
bahkan dalam kasus yang berisiko serius bagi terdekat. Oleh tabib, korban diberi minum air putih
kesehatan ibu.3 Di antara dua keadaan ekstrem ini, dan suplemen klorofil, namun korban malah
ada banyak negara, yang mewakili sebagian besar muntah-muntah dan tidak sadarkan diri. Akhirnya
kasus, yang melindungi hak untuk menghentikan korban meninggal dunia saat dalam perjalanan
kehamilan secara sukarela, tergantung pada risiko menuju ke puskesmas. Korban kemudian dikirim
kesehatan ibu, dalam kasus kelainan bentuk bawaan oleh penyidik ke RSUP dr Sardjito untuk dilakukan
janin, dalam kasus pemerkosaan atau keadaan otopsi forensik.
ekonomi yang sulit.4 Pada pemeriksaan luar didapatkan kulit
Kebebasan seksual yang terjadi di tampak pucat dan konjungtiva anemis. Tidak
masyarakat tidak mengenal tingkat pendidikan didapatkan tanda-tanda akibat kekerasan tajam
maupun tingkat social. Kebutuhan biologi yang tumpul. Pada pemeriksaan dalam, didapatkan
natural tersebut selalu muncul pada perempuan dan perdarahan intraabdominal terukur kira-kira 1500
pria, setelah menunjukkan tanda pubertas. Agama ml. Uterus tampak membesar dan terdapat robekan
dan budaya yang kuat dapat mengendalikan hasrat pada bagian fundusnya. Pada pembukaan uterus
akan kebutuhan biologis tersebut, dan hanya didapatkan konsepsi yang masih utuh dengan
dilakukan dalam ikatan perkawinaan. Namun, akibat panjang 5,3 cm ukuran dan berat 14 gram.
pengaruh lingkungan, dan perkembangan sistem Pemeriksaan racun atas arsen dan sianida hasilnya
informasi, memungkinkan setiap orang dapat negatif. Pemeriksaan histopatologi jaringan uterus
dengan mudah mengakses gambar atau video pada bagian fundus yang mengalami ruptur
pronografi. Hal ini dapat merupakan salah satu menunjukkan adanya sebukan sel-sel radang.
faktor yang menyebabkan semakin maraknya Kasus kedua adalah seorang mahasiswi
kebebasan seksual bahkan kekerasan seksual. yang ditemukan oleh penjaga kost telah meninggal
Akibat hubungan seksual diluar ikatan pernikahan dunia dikamar kostnya. Korban ditemukan karena
tersebut adalah kehamilan yang tidak diinginkan. adanya bau busuk menyengat dari dalam kamar
Karena tidak diinginkan, maka akan mendorong koban. Saat pintu kamar kost dibuka korban dalam
untuk melakukan aborsi illegal. Berbagai metode kedaan terlentang bersimbah darah, dalam keadaan
aborsi telah banyak diketahui, dari yang sederhana membusuk bersama bayinya yang berada diantara
hingga yang terkini. Tidak hanya secara sembunyi- kedua kaki korban (lihat gambar 1). Korban dikirim
sembunyi, banyak pula klinik-klinik yang melayani oleh penyidik ke RSUP Dr Sardjito untuk dilakukan
jasa aborsi, meskipun tanpa adanya ini indikasi otopsi forensik.
medis. Layaknya fenomena gunung es, kejadian Pada pemeriksaan luar didapatkan bahwa
aborsi yang sebenarnya banyak terjadi di tubuh telah mengalami pembusukan, dan tidak
masyarakat, namun tidak terdeteksi, dan hanya didapatkan adanya tanda-tanda akibat kekerasan
sebagin kecil saja yang muncul diketahui oleh tajam atau tumpul. Orok mempunyai ukuran

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN : 978-623-6595-34-3
Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020
The Indonesian Association of Forensic Medicine
38
Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

panjang 42 cm, berat 1700 kg dengan tali pusat yang penyidik menulis surat permintaan ke RSUP dr
masih utuh. Pada pemeriksaan dalam didapatkan Sardjito untuk melakukan ekshumasi.
robekan pada uterus yang menyebabkan Hasil otopsi menunjukkan adanya prolapsus
perdarahan. Pemeriksaan histopatologi pada uteri dengan adanya robekan pada cervix uterus.
jarIngan uterus yang robek menunjukkan adanya Pada pemeriksaan histopatologis, didapatkan
sebukan sel radang. Pemeriksaan racun sianida sebukan sel radang pada jaringan uterus yang
menunjukkan hasil negative. mengalami robekan. Hasil pemeriksaan racun sianida
menunjukkan hasil negatif.

Diskusi
Kebebasan seksual yang terjadi di
masyarakat tidak mengenal tingkat pendidikan
maupun tingkat sosial. Kebutuhan biologi yang
natural tersebut selalu muncul pada perempuan dan
pria, setelah menunjukkan tanda pubertas. Agama
dan budaya yang kuat dapat mengendalaikan hasrat
akan kebutuhan biologis tersebut, dan hanya akan
dilakukan dalam ikatan perkawinan. Namun, akibat
pengaruh lingkungan, dan perkembangan sistem
informasi yang tidak terkendali, memungkinkan
Gambar 1. Korban ditemukan di kamar kost bersama setiap orang dapat dengan mudah mengakses
bayi diantara kedua kakinya5 gambar atau video pornografi. Hal ini dapat
merupakan salah satu faktor yang menyebabkan
Kasus ketiga adalah kasus seorang janda
semakin maraknya kebebasan seksual bahkan
yang hamil akibat berhubungan badan dengan
kekerasan seksual.
pacarnya. Mereka berusaha menggugurkan
Tidak ada data epidemiologi resmi tentang
kandungan bayi tersebut dengan cara mengunjungi
aborsi kriminal dalam literatur; ada beberapa data
paramedis. Paramedis tersebut memberikan obat
tentang aborsi tidak aman. Oleh karena itu, ini
berupa pil kepada korban yang harus segera
adalah fenomena yang dalam banyak kasus tetap
diminum. Korban juga diberi tahu oleh paramedis
tidak diketahui dan episode yang dilaporkan hanya
tersebut bahwa sekitar 6 jam setelah minum obat,
mewakili puncak gunung es.4 Dari sudut pandang
perut akan terasa sakit, dan kandungan akan keluar
epidemiologis, aborsi klandestin adalah kenyataan
dengan sendirinya. Setelah minum obat yang
yang menyedihkan di banyak negara. Analisis yang
diberikan paramedis tersebut, sekitar tengah malam,
diterbitkan oleh WHO pada tahun 2012 melaporkan
koban merasakan nyeri hebat pada perutnya dan
bahwa sekitar 42 juta perempuan melakukan aborsi
mengalami perdarahan pervaginam. Korban menuju
setiap tahun. Dari jumlah tersebut, sekitar 20 juta
ke kamar mandi, dan berusaha untuk menarik
adalah aborsi tidak aman. Konsekuensi bagi
jaringan yang keluar dari vaginanya. Karena
kesehatan ibu cukup besar, dengan risiko cacat
perdarahan semakin banyak, korban menjadi lemas,
sementara atau permanen, dan juga kematian.
selanjutnya oleh putra korban, diantar ke klinik
Menurut WHO, aborsi tidak aman menyebabkan
paramedis yang telah memberikannya obat. Namun
sekitar 13% kematian ibu. Telah dihitung bahwa,
karena perdarahan yang tidak segera berhenti, oleh
setiap tahun, sekitar 47.000 orang di dunia
paramedis tersebut korban di kirim ke rumah sakit,
meninggal karena aborsi yang tidak aman.6 Ada
namun akhirnya meninggal saat dalam perjalanan
banyak cara untuk melakukan aborsi yang tidak
menuju ke rumah sakit. Selanjutnya korban dibawa
aman: dengan memasukkan instrumen bedah yang
pulang dan dikuburkan. Beberapa waktu kemudian,
tidak sesuai ke dalam rahim; dengan menelan obat-
putra korban merasakan adanya keganjilan terkait
obatan berbahaya atau dosis yang tidak tepat;
kematian ibunya tersebut, dan menduga adanya
dengan prosedur yang dilakukan oleh staf yang tidak
malpraktek yang telah dilakukan oleh paramedis. Hal
dipersiapkan secara memadai; dan dengan tidak
ini kemudian dilaporlan kepada polisi, selanjutnya
mematuhi kondisi higienis. Komplikasi kesehatan

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN : 978-623-6595-34-3
Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020
The Indonesian Association of Forensic Medicine
39
Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

bagi ibu termasuk infeksi (yang paling ekstrim adalah Copyright @ 2020 Authors. This is an open access article
distributed under the terms of the Creative Commons
sepsis), perdarahan dan trauma dengan berbagai Attribution-NonCommercial 4.0 International License
tingkat keparahan pada anatomi alat kelamin (http://creativecommons.org/licenses/by-nc/4.0/), which
permits unrestricted non-commercial use, distribution, and
wanita, termasuk rahim (yaitu, dalam kasus reproduction in any medium, provided the original author and
perforasi) tetapi juga serviks dan vagina, atau source are properly cited.
bahkan organ perut.7,8
Distribusi geografis aborsi tidak aman
terkonsentrasi di negara-negara terbelakang. Benua
dengan angka tertinggi adalah Afrika, terutama
Afrika Timur, tetapi wilayah geografis lain di dunia
juga memiliki angka prevalensi yang sangat tinggi,
seperti Amerika Selatan dan Tengah dan Asia
Tenggara. Di wilayah ini, kematian akibat prosedur
yang tidak aman jauh lebih tinggi dibandingkan di
negara lain. Namun, 54% kematian terkait aborsi
tidak aman terjadi di Afrika.9

Daftar Pustaka

1. ESHRE Capri Workshop Group. Induced abortion. Hum


Reprod 2017;32:1160–9. 10.1093/humrep/dex071
2. Bryant AG, Regan E, Stuart G. An overview of medical
abortion for clinical practice. Obstet Gynecol
Surv 2014;69:39–45. 10.1097/OGX.0000000000000017
3. The World’s Abortion Laws
2017. http://worldabortionlaws.com/map/ (accessed
11 Dec 2017).
4. Aquila I, Ricci P, Mocciaro R, Gratteri S. A case of
suspected illegal abortion: how clinicians may assist
the forensic pathologist. BMJ Case Rep. 2018 Jul
3;2018:bcr2017220577. doi: 10.1136/bcr-2017-220577
5. http://berita-kilat.blogspot.com/2015/07/mahasiswi-
tewas-bersama-bayinya-di-kos.html
6. WHO. Safe abortion: technical and policy guidance for
health systems. Second
edition. http://www.who.int/reproductivehealth/publi
cations/unsafe_abortion/9789241548434/en/
7. Sama CB, Aminde LN, Angwafo FF. Clandestine
abortion causing uterine perforation and bowel
infarction in a rural area: a case report and brief
review. BMC Res Notes 2016;9:98 10.1186/s13104-
016-1926-5
8. Naqvi KZ, Edhi MM. The horror of unsafe abortion:
case report of a life threatening complication in a 29-
year old woman. Patient Saf Surg 2013;7:33
10.1186/1754-9493-7-33
9. Shah I, Ahman E. Unsafe abortion: global and regional
incidence, trends, consequences, and challenges. J
Obstet Gynaecol Can 2009;31:1149–58.
10.1016/S1701-2163(16)34376-6.

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN : 978-623-6595-34-3
Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020
The Indonesian Association of Forensic Medicine
40
Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

Artikel Penelitian

Challenges of Learning Model For The Clinical Medical Students At


Medical Faculty of Sultan Agung Islamic University During Covid-19
Pandemic
Dian Novitasari1, Setyo Trisnadi1, Istiqomah1

1Departemen Forensik dan Medikolegal, Fakultas Kedokteran, Universitas Islam Sultan Agung Semarang

ABSTRACT
The COVID-19 pandemic is a global emergency that occurs due to COVID-19 infection around the world.
This pandemic has certainly affected various aspects of life, one of which is in the field of education. Challenges in
coping with this impact require massive and disruptive adjustments in medical education and the health profession
by balancing aspects of health service and education. The clinical part is an important component for students,
because there are many opportunities to improve their skills through direct interaction with patients. However,
during the Covid-19 pandemic, almost all educational institutions, including those in the medical faculty, conducted
distance learning or online learning according to the recommendations issued by the government. However,
students of the medical study program certainly have a need to continue to gain learning experience in handling
patients, while promoting personal safety and implementing health protocols. Learning models using mannequins,
making case simulation videos, and virtual case discussions serve as solutions to bridge this gap. Limiting the
number of students and the duration of health service is also an alternative. The strict application of health
protocols during health service, tutorial, and examination as an evaluation of learning must be an important
concern by lecturers, students, and all parties in the learning process.

Keywords: covid-19, clinical part, pandemic, health protocol

Korespondensi : Dian Novitasari, email: dr.diannovitasari@unissula.ac.id

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN : 978-623-6595-34-3
Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020
The Indonesian Association of Forensic Medicine
41
Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

PENDAHULUAN atau perguruan tinggi untuk menjangkau pelajar dan


Penularan corona virus disease atau COVID- mahasiswa dari jarak jauh. Sekitar 96 negara telah
19 yang terus meningkat merupakan kondisi membuka platform berupa perpustakaan online,
pandemi global yang harus menjadi perhatian siaran edukasi di televisi, video simulasi, serta
penting oleh seluruh negara. Berdasarkan data program online lainnya.5 Penutupan sarana
WHO, pada 29 November 2020 sudah tercatat pendidikan yang lama dan karantina di rumah
sebanyak 61.869.330 kasus terkonfirmasi COVID-19 mungkin memiliki efek negatif pada kesehatan fisik
dengan angka kematian mencapai 1.448.896 orang dan mental.6 Hal ini juga patut dipertimbangkan
di 220 negara.1 Pada hari yang sama, tercatat dalam penetapan kebijakan alternative sistem
sebanyak 534.266 kasus positif yang dilaporkan pendidikan yang akan dipakai. Hal ini dikarenakan
dengan angka kematian mencapai 16.815 orang adanya penutupan sarana pendidikan tersebut
berdasarkan data KPCPEN Covid-19 Indonesia.2 menyebabkan hilangnya rutinitas sehari-hari dan
Kejadian pandemi COVID-19 ini telah mampu koneksi sosial yang terbatas. Mahasiswa dapat
melumpuhkan aktivitas semua kalangan masyarakat mengalami gejala kecemasan, yang berkorelasi
yang dilakukan di luar rumah, salah satunya telah positif dengan meningkatnya kekhawatiran akan
mempengaruhi sistem pendidikan. Kebijakan keterlambatan akademik. Adanya Pembatasan Sosial
pemerintah untuk melakukan penutupan sekolah Berskala Besar (PSBB) yang diterapkan pemerintah
hingga universitas tentunya memberiksan dampak menjadi salah satu kendala selama proses
pada sistem pembelajaran yang biasa dilakukan pendidikan pada mahasiswa kepaniteraan klinik
secara tatap muka antara pengajar dan peserta fakultas kedokteran. Kepaniteraan klinik merupakan
didik. Terhitung pada akhir bulan November, sekitar salah satu syarat yang harus dipenuhi oleh setiap
224.068.338 siswa terkena dampak tersebut sebagai mahasiswa kedokteran sebagai bagian untuk
respons terhadap semakin meningkatnya jumlah mendapatkan gelar dokter. Selama masa
penularan di masa pandemi. Menurut pemantauan kepaniteraan ini, mahasiwa sebagai dokter muda
UNESCO, 23 negara saat ini masih menerapkan atau co-ass diwajibkan untuk mengikuti modul-
penutupan total berskala nasional walaupun di modul stase di rumak sakit, termasuk stase
beberapa negara lain telah melakukan penutupan kepaniteraan forensik dan medikolegal. Interaksi
sebagian. Pandemi ini berdampak pada sekitar 98.5% antara dokter muda dengan pasien menjadi wahana
populasi siswa di dunia.3 Kondisi ini memaksa banyak penerapan keilmuan yang diterima oleh dokter
negara termasuk Indonesia untuk membuat langkah muda yang disupervisi oleh staf pendidik. Dengan
kebijakan dengan meliburkan seluruh aktivitas adanya PSBB tersebut dan rekomendasi pemerintah
pendidikan, membuat pemerintah dan lembaga untuk mengubah sistem pendidikan melalui program
terkait harus menghadirkan alternatif proses jarak jauh, maka pembatasan tersebut berpengaruh
pendidikan bagi mahasiswa yang tidak bisa pada interaksi tersebut.
melaksanakan proses pendidikan pada lembaga
pendidikan. Alternatif perubahan sistem METODE PENELITIAN
pembelajaran ini diharapkan tetap mampu Bentuk penelitian yang digunakan
memenuhi sasaran belajar dan kompetensi yang merupakan penelitian deskriptif-analitik untuk
seharusnya dicapai. memperoleh gambaran tentang kondisi sampel dan
Banyak universitas di seluruh dunia telah apa yang ada dalam situasi tersebut. Data-data yang
menunda atau membatalkan berbagai kegiatan diperoleh dalam penelitian ini merupakan hasil
seperti campus event, seminar, konferensi, pengamatan, hasil wawancara, hasil belajar dalam
kompetisi olahraga dan kegiatan lainnya. Universitas bentuk video maupun ujian online, cuplikan tertulis
telah bergerak cepat untuk mentransisikan berbagai dari dokumen dan catatan lapangan. Selanjutnya
program agar pembelajaran tetap berlangsung, penulis berusaha menemukan relevansi alternative
diantaranya dengan melakukan pembelajaran sistem pembelajaran terhadap peningkatan mutu
daring.4 Menanggapi hal tersebut pula, UNESCO dalam pencapaian kompetensi dokter muda pada
merekomendasikan penggunaan program kepaniteraan klinik forensik dan medikolegal.
pembelajaran jarak jauh dan membuka aplikasi serta Pengamatan dilakukan sejak periode kepaniteraan
platform pendidikan yang dapat digunakan sekolah

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN : 978-623-6595-34-3
Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020
The Indonesian Association of Forensic Medicine
42
Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

bulan Maret hingga November 2020 di Kepaniteraan daring, kecuali untuk kegiatan prioritas yaitu
Klinik Forensik dan Medikolegal FK UNISSULA. aktivitas pembelajaran kritis yang tidak dapat
tergantikan dengan pembelajaran lain untuk
DISKUSI mencapai Capaian Pembelajaran Lulusan dan
Saat ini dunia menghadapi penyebaran mempengaruhi kelulusan mahasiswa atas
Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) sehingga pertimbangan tertentu yang ditetapkan oleh
World Health Organization (WHO) menetapkan Ka.Prodi sepanjang tidak melanggar ketentuan
sebagai status pandemi. Saat ini, penyebaran COVID- protokol kesehatan panduan ini.
19 di Indonesia semakin meluas dan menjangkau 2. Untuk memaksimalkan pencapaian Capaian
hampir seluruh wilayah. Berdasarkan Keputusan Pembelajaran Mata Kuliah (CPMK) dapat
Presiden Nomor 12 Tahun 2020 ditetapkan dilakukan penguatan berupa pembekalan umum
penyebaran COVID-19 sebagai Bencana Nasional. atau pelatihan.
Sebagai upaya percepatan penanggulangan 3. Untuk jadwal pembelajaran didahulukan mata
penyebaran COVID-19 dilaksanakan Pembatasan kuliah knowledge base dan dimaksimalkan
Sosial Berskala Besar (PSBB) berdasarkan Peraturan menggunakan daring, baru kemudian
Pemerintah Nomor 21 Tahun 2020. Pasca dilaksanakan pembelajaran skill.
pemberlakuan PSBB dalam kondisi pandemi yang 4. Untuk semua mata kuliah skill base yang
belum berakhir, pemerintah memberi arahan untuk membutuhkan pembelajaran atau ujian di
melakukan adaptasi kebiasaan baru dalam berbagai laboratorium skill dapat dilakukan dengan
tatanan kehidupan berkampus. Sebagai tindak lanjut mengikuti panduan ini dan tetap melaksanakan
dari arahan pemerintah tentang adanya bentuk protokol kesehatan untuk mencegah
adaptasi kebiasaan baru, UNISSULA juga membentuk perkembangan dan penyebaran COVID-19
Tim Task Force Pengawalan Pembelajaran dalam dengan memenuhi persyaratan yaitu mahasiswa
Masa Darurat COVID-19. telah mengisi form kesediaan mengikuti
Tim yang dibentuk bertugas mengkaji dan pembelajaran di Kampus UNISSULA dengan
mempersiapkan segala hal yang berkenaan dengan menjalankan protokol kesehatan diketahui oleh
pelaksanaan kegiatan akademik dan non akademik di orang tua/wali.
UNISSULA dalam kondisi pandemi bekerja sama 5. Penjadwalan pembelajaran skill dapat
dengan Tim Taks Force Penanggulangan COVID-19 dimaksimalkan 8-10 jam sehari dan terbagi
UNISSULA. Universitas Islam Sultan Agung Semarang dalam beberapa shift untuk beberapa kelompok
merupakan Universitas Islam Swasta terbesar di mahasiswa dengan tetap memenuhi physical
Jawa Tengah dan memiliki komitmen untuk distancing disesuaikan dengan rasio ruang, alat,
memberikan kontribusi dalam mewujudkan instruktur serta kondisi keuangan.
Semarang Sehat termasuk berperan serta aktif 6. Untuk menghindari padatnya kapasitas dalam
dalam upaya pengendalian penyebaran COVID-19 di Kampus UNISSULA, bila perlu dapat dilakukan
Provinsi Jawa Tengah. Dalam ajaran agama Islam, penjadwalan kehadiran ke Kampus secara
ada lima tujuan pokok hukum Islam (maqashid berkala oleh Unit Kerja masing-masing.
syari’ah) yang harus dijaga keberlangsungannya oleh 7. Apabila mahasiswa yang berhalangan hadir
umat Islam, yakni memelihara agama, jiwa, akal, dalam pembelajaran secara luring dikarenakan
harta, dan keturunan. Dalam memelihara jiwa sakit, maka dapat dilakukan penguatan skill
(hifdzun nafs), umat Islam berkewajiban untuk secara khusus oleh Program Studi berupa kuliah
menjaga keselamatan dan kesehatan diri sendiri dan susulan.
orang lain. Intinya, jiwa manusia harus selalu 8. Pelaksanaan ujian (UTS/UAS) dapat dilakukan
dihormati. Manusia diharapkan saling menyayangi secara daring dan bertahap (knowledge base
dan berbagi kasih sayang dalam bingkai ajaran Islam terlebih dahulu dan disusul ujian skill setelah
sebagaimana yang dicontohkan oleh Nabi semua CPMK selesai diajarkan) dengan tetap
Muhammad SAW. Adaptasi kebiasaan baru bidang menjaga kualitas ujian.
pendidikan yang diterakan oleh perguruan tinggi 9. Untuk semua mata kuliah skill base yang
diantaranya7 : membutuhkan wahana praktik/klinik di
1. Memaksimalkan pembelajaran dilakukan secara masyarakat, dikoordinasikan secara intensif oleh

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN : 978-623-6595-34-3
Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020
The Indonesian Association of Forensic Medicine
43
Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

program studi dengan pihak-pihak terkait pendidik klinik. Tujuan pendidikan klinik tidak
dengan mengikuti kebijakan setempat dan tetap terbatas pada penerapan keterampilan klinik seperti
melaksanakan protokol kesehatan untuk kemampuan anamnesis, pemeriksaan fisik,
mencegah perkembangan penyebaran COVID- interpretasi hasil pemeriksaan penunjang dan
19. keterampilan prosedur medis saja, tetapi juga
10. Pelaksanaan pembelajaran diluar kampus mencakup kemampuan mengintegrasikan
(wahana klinik/praktik) dapat dilaksanakan pengetahuan, ketrampilan klinik, dan perilaku
dengan metode synchronous (tatap muka virtual professional dalam mengatasi masalah pasien,
atau langsung) dan asynchronous (tidak secara meningkatkan kemampuan penalaran klinik,
langsung dalam waktu bersamaan) pada capaian menginternalisasi identitas profesi dokter dan
pembelajaran skill tertentu yang ditentukan mengembangkan rasa percaya diri sehingga
oleh program studi. membentuk pribadi yang mandiri. Berdasarkan pada
11. Mahasiswa dapat mengikuti kegiatan acuan atau pedoman adaptasi baru dalam proses
pembelajaran praktik di wahana klinik/praktik pembelajaran tersebut, maka kepaniteraan klinik
apabila telah memenuhi persyaratan sebagai Forensik dan Medikolegal telah menerapkan metode
berikut : pembelajaran alternatif dalam upaya pencapaian
a. Program studi telah mendapatkan sasaran belajar dan pencampaian keterampilan
persetujuan dari pemerintah daerah kompetensi sesuai SKDI. Pada masa sebelum
ataupun dinas kesehatan bagi program pandemi covid-19 terjadi, setiap peserta didik
studi kesehatan dan dinas/institusi lain yang selama mengikuti kepaniteraan Kedokteran Forensik
terkait dimana mahasiswa akan berpraktik. dan Medikolegal harus dapat memanfaatkan
b. Wajib membuat surat pernyataan sebagian besar waktunya untuk berinteraksi
kesediaan untuk mengikuti praktik tersebut langsung dengan pasien dan keluarganya baik di
sesuai tatanan baru UNISSULA maupun Instalansi Gawat darurat, Poliklinik, dan Kamar
ketentuan yang ada di wahana praktik serta Jenazah. Pengalaman yang didapatkan saat
diketahui oleh orang tua/wali. berinteraksi dengan pasien dan keluarganya
c. Sebelum melaksanakan praktik di wahana sesegera mungkin didokumentasikan untuk dikaji
klinik telah melakukan karantina mandiri berdasarkan literatur ilmiah secara mandiri. Pada
selama 14 hari sebelum praktik akhir kepaniteraan klinik Kedokteran Forensik dan
dilaksanakan di Semarang atau di daerah Medikolegal, peserta didik diharapkan memiliki
praktik. Selanjutnya diatur dalam panduan kompetensi untuk menangani berbagai masalah
pencegahan dan pengendalian Covid 19 pada kedokteran forensik dan medikolegal di
Program Studi. Indonesia. Peserta didik harus dapat menjalin
12. Penjadwalan kegiatan harian pembelajaran hubungan dengan pasien dan keluarganya,
di wahana praktik dapat dimaksimalkan 6-8 melakukan pemeriksaan pada pasien, merencanakan
jam sehari atau disesuaikan dengan pemeriksaan lain untuk menunjang penegakan
ketentuan wahana praktik dengan diagnosis, dan merencanakan pengelolaan, serta
meminimalisir jumlah mahasiswa dalam membuat visum et repertum.
satu kegiatan praktik. Kepaniteraan klinik prodi profesi dokter
13. Pelaksanaan pembelajaran praktik/klinik bertujuan untuk mencapai kompetensi dengan level
wajib menggunakan prinsip protokol “does” pada piramida milier, yang merupakan
kesehatan dalam pencegahan integrasi ranah kognitif, psikomotor dan afektif
perkembangan penyebaran COVID-19 menggunakan setting klinis. Untuk mencapai tujuan
seperti ketentuan dalam ketentuan tersebut, strategi pembelajaran dalam kepaniteraan
program studi maupun ketentuan di klinik didasarkan pada pengalaman klinis atau
wahana praktik/klinik. Experiential Learning. Penerapan experiential
Program Pendidikan Profesi Dokter learning dalam pembelajaran tahap profesi adalah
merupakan tahap pendidikan klinik dimana melalui proses sebagai berikut 9 :
mahasiswa belajar melalui interaksi secara langsung
dengan pasien di bawah pengawasan dokter

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN : 978-623-6595-34-3
Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020
The Indonesian Association of Forensic Medicine
44
Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

1. Mengalami pengalaman konkrit dalam


melakukan observasi atau pengalaman klinis
pasien
2. Refleksi pengalaman diterapkan dalam
bentuk laporan kasus Bersama dengan
pembimbing klinik
3. Terbentuknya konseptualisasi sebagai hasil
analisis kasus nyata yang dapat menjadi
dasar dalam peningkatan kompetensi dalam
penanganan pasien selanjutnya (future
performance).
Selanjutnya teori experiential learning
tersebut diaplikasikan dalam konsep pembelajaran
klinik. Berdasarkan teori tersebut, pada setiap
stase kepaniteraan, metode pembelajaran
dilakukan berdasarkan kasus klinis, seperti bedside
teaching, laporan kasus, tinjauan pustaka dan
journal reading yang difasilitasi oleh
preceptor/pembimbing klinik. Peserta didik dalam Gambar 1. Simulasi anamnesa pada orangtua
4 minggu masa stase Forensik diwajibkan untuk korban dan Simulasi pemeriksaan forensik klinik
mengikuti penguatan materi di Rumah Sakit pada kasus kekerasan terhadap anak
Pendidikan Utama yaitu RS Islam Sultan Agung
Semarang selama 2 minggu dan dilanjutkan 2. Diskusi Kasus / referat (Case Based
dengan kegiatan pembelajaran di Rumah Sakit Discussion)
Presentasi kasus merupakan metode
Jejaring yaitu di Rumah Sakit Bhayangkara Prof
pembelajaran dengan kasus nyata yang
Awaloedin Djamin Semarang selama 2 minggu
membandingkan kasus nyata denga teori-teori
berikutnya. Ada beberapa metode pembelajaran
berdasarkan evidence based medicine. Tujuan dari
pada pendidikan profesi dokter atau kepaniteraan
case based discussion adalah meningkatkan
forensik dan medikolegal di FK UNISSULA yang
kemampuan berfikir kritis dan kemampuan clinical
diadaptasikan dalam kondisi pandemi covid ini
reasoning para dokter muda dalam proses
diantaranya :
pengelolaan pasien. Diskusi kasus kompleks
1. Bed side teaching
Bed side teaching (BST) merupakan metode merupakan presentasi kasus panjang, terutama
pembelajaran yang melibatkan peserta didik secara ditujukan untuk mengkaji kasus jarang yang
aktif di samping pasien. Metode ini digunakan didapat selama menjalani kepaniteraan atau
untuk tujuan: (1) Mengembangkan kemampuan melalui rekaman medik. Seperti halnya presentasi
anamnesis dan pemeriksaan fisik, (2) kasus tujuannya adalah meningkatkan kemampuan
mengintepretasikan data hasil anamnesis, berfikir kritis dan kemampuan clinical reasoning
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang, (3) para dokter muda dalam konteks masalah pasien
melatih keterampilan klinik prosedural, (4) yang sulit didapat. Keretbatasan akses dokter
mengembangkan kemampuan komunikasi dan muda terhadap pasien, dijembatani dengan diskusi
kerjasama tim. Langkah yang dilakukan antara lain kasus simulasi secara virtual. Media yang
briefing, pelaksanaan, debriefing, refleksi. Dengan digunakan berupa zoom atau google meet. Peserta
adanya pembatasan interaksi peserta didik ke didik membuat simulasi kasus dengan menyusun
pasien sehingga metode pembelajaran dilakukan tinjauan pustaka hingga pembuatan visum
dengan cara peserta didik membuat video simulasi bayangan.
kasus yang menampilkan ketrampilan-ketrampilan 3. Mengkritisi jurnal (Journal Reading)
Metode journal reading dilakukan pada setiap
terkait pemeriksaan forensik klinik maupun
stase kepaniteraan klinik yakni dengan
forensik patologi seperti pada Gambar 1. pembehasan jurnal terbaru mengenai riset klinis
yang berkaitan dengan rotasi klinik tersebut10.

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN : 978-623-6595-34-3
Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020
The Indonesian Association of Forensic Medicine
45
Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

Kegiatan ini dibimbing oleh dosen pembimbing langka yang didapatkan dari kasus nyata atau rekam
klinik secara daring menggunakan zoom atau medik berbasis masalah/gejala utama pasien.
google meet. Mahasiswa mengkaji mulai dari patofisiologi geja
4. Metode evaluasi Mini Clinical Evaluation dan tanda, pathogenesis penyakit, diagnosis,
Exercise (Mini-CEX) diagnosis banding, penatalaksanaan, prognosis
Metode evaluasi yang didesain untuk mengukur masing-masing penyakit pada diagnosis/diagnosis
performance mahasiswa dalam tahap klinik yang banding berdasarkan evidence-based medicine.
dilakukan dengan cara penguji mengobservasi 8. Multiple Choice Question (MCQ) menggunakan
mahasiswa dalam interaksi langsung dengan Komputer (Computer Based Test)
pasien kemudian penguji memberikan feedback Computer based test dengan menggunakan soal
konstruktif kepada mahasiswa terhadap pilihan ganda (MCQ) adalah suatu evaluasi
pencapaiannya. Evaluasi meliputi keterampilan pembelajaran dimana mahasiswa diberi
komunikasi terapeutik, keterampilan pemeriksaan pertanyaan dengan pilihan jawaban lebih dari
fisik, profesionalisme klinis, membuat intervensi satu. Soal dan jawaban berada pada program
penatalaksaan, konsultasi atau pendidikan computer sehingga mahasiswa langsung
kesehatan, organisasi/efisiensi, dan kompetensi mengerjakan soal dengan menggunakan computer.
klinis secara umum. Kegiatan ini dilakukan secara Peserta didik hadir pada ruang CBT Fakultas
daring menggunakan zoom atau google meet. Kedokteran dengan menerapkan protokol kesehatan
5. Metode evaluasi Direct Observation of yang ketat seperti pada Gambar 2.
Procedural Skill (DOPS)
Metode evaluasi ini bertujuan untuk menilai
keterampilan prosedural yang dilakukan oleh
mahasiswa secara langsung pada pasien. Metode
evaluasi ini meliputi tahapan observasi dan
feedback positif dari pembimbing secara daring
menggunakan zoom atau google meet.
6. Metode evaluasi Objective Structural Clinical
Examinations (OSCE)
Metode evaluasi untuk menilai kompetensi
klinik yang menggunakan beberapa langkah untuk
menilai keterampilan anamnesis, keterampilan
pemeriksaan fisik, keterampilan prosedural,
keterampilan diagnosis, keterampilan intepretasi
hasil pemeriksaan penunjang, edukasi pasien dll.
Setiap metode evaluasi yang digunakan pembimbing
juga harus menekankan evaluasi pada aspek nilai-
nilai spiritual termasuk nilai-nilai luhur dalam Islam
seperti mengucap basmalah sebelum melakukan
tindakan, keluhuran akhlak seperti mengucap
salam diawal interaksi dengan pasien,
berpedoman pada keluasan ilmu dan mengajarkan
tentang kematangan profesional, terutama saat
berhadapan dengan pasien. Untuk kegiatan ini Gambar 2. (Kiri) Peserta wajib cuci tangan dan dicek
sementara tidak dilakukan selama pandemi. suhu badan. (Kanan) Peserta mengerjakan ujian
secara berjarak di ruang CBT

KESIMPULAN
7. Penugasan Studi Pustaka
Penugasan studi pustaka merupakan metode Kepaniteraan klinik merupakan salah satu
evaluasi hasil pembelajaran dengan menitik syarat yang wajib dilalui oleh peserta didik dalam
beratkan kemampuan penulisan karya ilmiah. Kasus menempuh pendidikan di Fakultas Kedokteran.
yang digunakan dalam study pustaka adalah kasus Dengan adanya pandemi covid-19 ini, tentunya

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN : 978-623-6595-34-3
Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020
The Indonesian Association of Forensic Medicine
46
Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

menjadi tantangan tersediri dalam bidang


pendidikan dalam upaya menyelenggarakan
pendidikan yang berkualitas serta tetap
mengedepankan upaya penanggulangan dan
pencegahan penularan penyakit covid-19.

DAFTAR PUSTAKA

1. World Health Organization [database on the Internet].


Coronavirus Disease (COVID-19) pandemic. Last update : 29
November 2020. 10:21 pm GMT+7. Available from :
https://www.who.int/emergencies/diseases/novelcoronavir
us2019?gclid=Cj0KCQiAqo3BRDoARIsAE5vnaKeV71ztxKks4e
NU3SEdNnJAJMMHSBp54cnp5JBxjsk2mt83a5Iv_0aAnNSEAL
w_wcB
2. Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi
Nasional. Data Sebaran. Update terakhir : 29 November
2020. Diakses dari : https://www.covid19.go.id
3. UNESCO Institute for Statistics data [database on the
Internet]. Covid19 Impact on Education. Last update: 28
November 2020. Available from :
https://en.unesco.org/covid19/educationresponse
4. Gewin V. Five tips for moving teaching online as COVID-19
takes hold. Pubmed.gov 2020 Apr;580(7802):295-296. DOI:
10.1038/d41586-020-00896-7.
5. Basilaia, G., et al. (2020). ‘Replacing the Classic Learning
Form at Universities as an Immediate Response to the
COVID-19 Virus Infection in Georgia’, International Journal
for Research in Applied Science & Engineering Technology
(IJRASET), 8(III), 101-108.
6. Brazendale K, et al. Understanding differences between
summer vs. school obesogenic behaviors of children: The
structured days hypothesis. December 2017. International
Journal of Behavioral Nutrition and Physical Activity 14(1).
DOI: 10.1186/s12966-017-0555-2
7. Tim Satgas Penanggulangan Covid-19 UNISSULA. 2020. Buku
Panduan Adaptasi kebiasaan Baru. Diakses dari :
www.unissula.ac.id
8. Suhoyo Y. 2018. Penilaian Dalam Pendidikan Klinik. Sarana
Komunikasi Civitas Akademika FK UGM. Diakses dari :
https://www.researchgate.net/profile/Yoyo_Suhoyo/publica
tion/319483114_Penilaian_dalam_Pendidikan_Klinik/links/5
9ae7baeaca272f8a167ae8c/Penilaian-dalam-Pendidikan-
Klinik.pdf
9. PPPD FK UNISSULA. 2020. Buku Panduan Kepaniteraan
Klinik.
10. Fakhruddin A. 2018. Reading Journal as a Way to Improve
Students’ Reading Comprehension.
DOI: 10.26877/eternal.v8i2.2824. Diakses dari :
https://www.researchgate.net/publication/327702654_Rea
ding_Journal_as_a_Way_to_Improve_Students'_Reading_Co
mprehension

Copyright @ 2020 Authors. This is an open access article


distributed under the terms of the Creative Commons
Attribution-NonCommercial 4.0 International License
(http://creativecommons.org/licenses/by-nc/4.0/),
which permits unrestricted non-commercial use,
distribution, and reproduction in any medium, provided
the original author and source are properly cited.

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN : 978-623-6595-34-3
Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020
The Indonesian Association of Forensic Medicine
47
Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

Laporan Kasus

The Mechanical Asphyxia Caused By Strangulation


Setyo Trisnadi1, Istiqomah2, Sofwan Dahlan1, Dian Novitasari1

1Departemen Forensik dan Medikolegal, Fakultas Kedokteran, Universitas Islam Sultan Agung Semarang
2Departemen Forensik dan Medikolegal, Rumah Sakit Bhayangkara Semarang

ABSTRACT
INTRODUCTION. Asphyxia is a condition in which the body lacks a heavy supply of oxygen due to failure of normal
breathing. In terms of etiology, asphyxia can be caused by natural causes, mechanical trauma, and material
poisoning that causes depression of the respiratory center. Strangulation as a part of mechanical trauma.
CASE REPORT. The investigator sent a woman's body and a medical report requesting letter to to the Loekmono
Hadi Hospital at Kudus. From the results of the examination, it was concluded that the body of a woman was less
than seventeen years old. There were wounds caused by blunt force in the form of strangulation on the neck,
abrasions on the neck and bruises on the right shoulder and signs of suffocation. The victim died allegedly due to
injury to the neck which caused pressure on the wall of the upper airway and caused suffocation
DISCUSSION. In the strangulation case, the strength of it comes from the pull at both ends of the rope. This force
will compress the veins and airway resulting in disruption of blood and air flow. When the entrapment process
occurs, the death that occurs may be due to anoxia or hypoxia due to a closed airway, brain anoxia due to closed
veins, vagal reflexes, or closed carotid blood vessels so that the brain tissue lacks blood supply.
CONCLUSION. External examination, internal examination, and investigations that are accurate and thorough in
cases of entrapment are needed in determining a cause of death. The pattern of rope lesions as well as the
presence of signs of intravitality of the wound indicates that the lesions formed during antemortem were
associated with asphyxia in the remains.

Keywords: antemortem, asphyxia, strangulation, mechanical trauma

Korespondensi : Setyo Trisnadi

PENDAHULUAN

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN : 978-623-6595-34-3
Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020
The Indonesian Association of Forensic Medicine
48
Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

Kata asfiksia berasal dari bahasa Yunani, “a” pneumotoraks bilateral, sumbatan atau halangan
berarti “tanpa” dan “sphygmos” yang berarti pada saluran napas dan sebagainya. (3) Keracunan
“denyut”. Istilah ini digunakan untuk keadaan atau bahan yang menimbulkan depresi pusat pernafasan,
kondisi dimana tubuh kekurangan suplai oksigen misalnya barbiturat, narkotika.
yang berat akibat kegagalan pernapasan secara Asfiksia mekanik merupakan asfiksia yang
normal. Asfiksia menyebabkan oksigen dalam darah disebabkan oleh obstruksi saluran pernapasan akibat
berkurang (hipoksia) yang disertai dengan berbagai kekerasan (mekanik) misalnya
peningkatan kadar karbondioksida (hiperkapnea) pembekapan, penyumpalan, jeratan, cekikan dan
sehingga organ dalam tubuh mengalami kekurangan gantung. Asfiksia mekanik ini merupakan jenis
oksigen yang dapat menyebabkan kematian.1 asfiksia paling sering ditemukan pada kasus tindak
Asfiksia merupakan salah satu kasus penyebab pidana yang menyangkut nyawa manusia.4 Menurut
kematian terbanyak yang ditemukan dalam kasus database kasus kematian Centers for Disease Control
kedokteran forensik. Mekanisme kematian akibat (CDC) pada 1999-2004, sekitar 20.000 kasus
asfiksia terjadi sangat cepat, dalam 40 detik asfiksia kematian di Amerika Serikat, baik yang disengaja
dapat menyebabkan penurunan kesadaran dan maupun yang tidak disengaja berkaitan dengan
dalam beberapa menit dapat menyebabkan berbagai jenis kasus tipe asfiksia mekanik, yaitu
kematian pada korban.2 Dari segi etiologi, asfiksia tenggelam, gantung diri, jeratan, dan pembekapan.5
dapat disebabkan oleh beberapa hal berikut ini3,4: (1) Di Indonesia, kematian akibat asfiksia berada
Penyebab alamiah, misalnya penyakit yang pada urutan ke-3 sesudah kecelakaan lalu lintas (KLL)
menyumbat saluran pernafasan seperti laringitis dan trauma mekanik.6 Penelitian yang dilakukan
difteri, tumor laring, asma bronkiale, atau tahun 2007-2012 di Instalasi Kedokteran Forensik
menimbulkan gangguan pergerakan paru seperti RSUP Dr. Sardjito dari 904 rekam medis, diperoleh
fibrosis paru, pneumonia, COPD. (2) Trauma data sejumlah 72 kasus kematian akibat asfiksia
mekanik, yang menyebabkan asfiksia mekanik, mekanik. Prevalensi kelompok usia 21-40 tahun
misalnya trauma yang mengakibatkan emboli, merupakan yang tertinggi yaitu 35 kasus (46,47%).
Kasus terbanyak ialah kasus obstruksi jalan
nafas oleh benda asing sebanyak 32 kasus
(42,67%). Prevalensi terbanyak kasus yang
ditemukan memiliki ciri yang sama pada kasus
bunuh diri sebanyak 27 kasus (36%). 7 Pada artikel
ini dipaparkan sebuah kasus mati lemas akibat
asfiksia mekanik berupa penjeratan yang
menyebabkan obstruksi saluran napas atas.

LAPORAN KASUS
Seorang jenazah perempuan dikirim oleh
Gambar 1. Keadaan umum jenazah
penyidik disertai dengan Surat Permintaan Visum
et Repertum ke Rumah Sakit Umum Daerah dr. Pada pemeriksaan luar ditemukan data
Loekmono Hadi Kudus, Provinsi Jawa Tengah pada pemeriksaan sebagai berikut : jenis kelamin
hari Kamis tanggal 8 Oktober 2020. Ditemukan perempuan, umur kurang dari 17 tahun, panjang
seorang perempuan tidak sadarkan diri dengan badan 155 cm, kulit kuning langsat, rambut warna
luka akibat kekerasan tumpul berupa jejas jerat hitam lurus dan tidak ada cacat fisik. Pada kepala
pada leher, luka lecet pada leher dan luka memar tampak bintik perdarahan pada hampir seluruh
pada bahu kanan serta didapatkan tanda-tanda permukaan wajah (Gambar 2).
mati lemas. Korban dibawa ke RSUD dr. Loekmono
Hadi Kudus pada tanggal 8 Oktober 2020 pukul
21.00. Korban meninggal dunia diduga akibat jejas
pada leher yang menyebabkan penekanan dinding
saluran nafas bagian atas dan menyebabkan mati
lemas. Kemudian dilakukan otopsi berupa
pemeriksaan luar dan dalam pada jenazah setelah
diterima atas izin penyidik ( Gambar 1 ).

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN : 978-623-6595-34-3
Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020
The Indonesian Association of Forensic Medicine
49
Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

Gambar 2. Bintik perdarahan pada wajah Gambar 3. Jejas jerat pada leher

Pada leher terdapat beberapa luka lecet Pada bahu terdapat sebuah luka memar di
pada leher, luka lecet terbesar pada leher sisi bahu kanan, bentuk tidak teratur, ukuran panjang
kiri, bentuk tidak teratur, ukuran panjang lima sentimeter lebar satu sentimeter, batas tidak
empat sentimeter, lebar satu sentimeter, tegas, warna kebiruan. (Gambar 4)
batas tidak tegas, warna kemerahan. Luka
lecet terkecil pada leher sisi kanan, bentuk
tidak teratur, ukuran panjang nol koma empat
sentimeter, lebar nol koma dua sentimeter,
batas tidak tegas, warna kemerahan. Selain
itu, terdapat sebuah jejas yang melingkari
leher secara penuh. Pada leher bagian depan
dengan batas teratas enam sentimeter di
bawah dagu dan batas terbawah dua belas
sentimeter di bawah dagu.
Pada leher bagian samping kanan dengan
batas teratas tujuh sentimeter di bawah
lubang telinga kanan dan batas terbawah dua
belas sentimeter di bawah lubang telinga
kanan, pada leher bagian samping kiri dengan
batas teratas sepuluh sentimeter di bawah
lubang telinga kiri, dan batas terbawah
sebelas sentimeter di bawah lubang telinga
kiri, pada leher bagian belakang dengan batas
teratas tiga sentimeter di bawah batas bawah
tumbuh rambut dan batas terbawah delapan
sentimeter di bawah batas bawah tumbuh
rambut. Panjang lingkar jejas tiga puluh enam
sentimeter, lebar sisi kanan lima sentimeter,
lebar sisi depan enam sentimeter, lebar sisi
kiri satu sentimeter, lebar sisi belakang lima
sentimeter. Batas tidak tegas, tepi tidak rata,
dasar kulit ari, warna merah kecoklatan, pada Gambar 4. Luka memar di bahu
perabaan kasar, disekitar luka terdapat
memar dan bintik perdarahan. (Gambar 3) Pada dada tidak ada tanda kekerasan.
Pada punggung terdapat bintik perdarahan
(Gambar 5) Pada pinggang terdapat bintik
perdarahan. Pada perut tidak ada tanda
kekerasan. Pada bokong tampak bintik
perdarahan. Pada dubur tidak ada tanda

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN : 978-623-6595-34-3
Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020
The Indonesian Association of Forensic Medicine
50
Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

kekerasan. Pada anggota gerak atas dan bawah


tampak kebiruan pada jaringan di bawah kuku.
Gambar 5. Bintik perdarahan di punggung

Pada selaput kelopak mata tampak Gambar 6. Bercak perdarahan pada mata
pelebaran pembuluh darah pada kedua selaput
kelopak mata. Pada selaput biji mata terdapat Otak kecil berwarna putih, permukaan
bercak perdarahan pada kedua selaput biji mata licin, perabaan lunak, berat seratus delapan
(Gambar 6). Pada lubang hidung tampak cairan belas gram, panjang tiga belas sentimeter, lebar
berwarna merah menyerupai darah pada lubang enam koma lima sentimeter, tinggi dua
hidung kiri. Di bagian mulut, pada bagian bibir dan sentimeter, pada pengirisan tidak ada kelainan.
selaput lendir mulut tampak kebiruan. Pada Pada batang otak berwarna putih, permukaan
keempat sisi rahang masing- masing terdapat 7 licin, perabaan lunak, berat tiga puluh delapan
buah gigi. gram, panjang sepuluh sentimeter, lebar lima
Pada pemeriksaan dalam didapatkan temuan sentimeter, tinggi satu koma lima sentimeter,
sebagai berikut : pada pengirisan tidak ada kelainan.
Pada bagian kulit kepala bagian dalam tampak Pada leher bagian dalam terdapat sebuah
resapan darah pada kulit kepala bagian dalam sisi resapan darah pada otot leher, bentuk tidak
kanan, bentuk tidak teratur, panjang tujuh teratur, ukuran panjang sepuluh sentimeter
sentimeter lebar empat sentimeter, batas tidak lebar delapan sentimeter, batas tidak tegas,
tegas, warna merah kehitaman. Otak besar warna kemerahan. Pada rongga dada
berwarna putih, permukaan licin, perabaan lunak, diadapatkan temuan-temuan sebagai berikut :
berat seribu enam puluh gram, panjang sembilan paru tidak didapatkan tanda- tanda kekerasan,
belas sentimeter, lebar delapan belas sentimeter, paru kanan terdiri dari satu baga, permukaan
tinggi empat sentimeter. Terdapat sebuah resapan licin, perabaan seperti spons, warna merah
darah pada otak besar sisi kanan, bentuk teratur, kehitaman, berat tiga ratus sembilan puluh lima
ukuran panjang enam sentimeter, lebar empat gram, panjang lima belas sentimeter, lebar dua
sentimeter, batas tidak tegas, warna merah belas sentimeter, tinggi empat sentimeter. Pada
kehitaman. Pada pengirisan tampak bintik pengirisan tidak ada kelainan. Paru kiri terdiri
perdarahan. dari dua baga, permukaan licin, perabaan
seperti spons, warna merah kehitaman, berat
empat ratus tujuh puluh satu gram, panjang
enam belas sentimeter, lebar tiga belas
sentimeter, tinggi empat sentimeter. Pada
pengirisan tidak ada kelainan.
Jantung berwarna kemerahan, perabaan
kenyal, berat jantung dua ratus dua puluh satu
gram, panjang dua belas sentimeter, lebar
sepuluh sentimeter, tinggi empat sentimeter.
Kandung jantung terdapat cairan kandung
jantung berwarna kekuningan sebanyak dua
belas mililiter. Jantung kanan pada katup antara
serambi dan bilik kanan terdiri dari tiga buah
katup, ukuran panjang lingkar katup jantung
kanan sepuluh sentimeter, tebal otot jantung

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN : 978-623-6595-34-3
Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020
The Indonesian Association of Forensic Medicine
51
Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

kanan satu sentimeter, katup pembuluh nadi penekanan dinding saluran nafas bagian atas
paru terdiri dari tiga buah katup dengan ukuran dan menyebabkan mati lemas.
panjang lingkar katup lima sentimeter. Jantung
kiri pada katup antara serambi dan bilik kiri DISKUSI
terdiri dari dua buah katup, ukuran panjang Traumatologi adalah ilmu yang
lingkar katup jantung kiri sepuluh sentimeter, mempelajari semua aspek yang berkaitan
tebal otot jantung kiri satu koma tujuh dengan kekerasan terhadap jaringan tubuh
sentimeter. Katup pembuluh nadi utama terdiri manusia yang masih hidup.9 Luka adalah suatu
dari tiga buah katup dengan ukuran panjang keadaan ketidaksinambungan jaringan tubuh
lingkar katup enam sentimeter. Hati berwarna akibat kekerasan.8 Kekerasan mengenai tubuh
merah kehitaman, permukaan licin, perabaan seseorang dapat menimbulkan efek pada fisik
kenyal, berat seribu empat ratus empat puluh maupun psikisnya. Efek fisik berupa luka-luka,
gram, panjang dua puluh delapan sentimeter, yang kalau diperiksa dengan teliti akan dapat
lebar dua puluh sentimeter, tinggi delapan diketahui jenis penyebabnya, yaitu benda-benda
sentimeter, pada pengirisan tidak ada kelainan. mekanik, benda-benda fisik, kombinasi mekanik-
Limpa berwarna kemerahan, permukaan licin, fisik dan zat-zat kimia korosif. Dari hasil
konsistensi kenyal, berat sembilan puluh lima pemeriksaan medik kasus di atas didapatkan
gram, panjang tiga belas sentimeter, lebar enam luka berupa jejas jerat pada leher, luka lecet dan
sentimeter, tinggi dua sentimeter, pada memar pada bagian bahu kanan, diduga akibat
pengirisan tidak ada kelainan. kekerasan benda tumpul. Kekerasan benda
Lambung berwarna kemerahan, tumpul dapat mengakibatkan berbagai macam
permukaan licin, berat lambung beserta isi dua jenis luka, antara lain 9 :
ratus empat puluh tujuh sentimeter, panjang
1. Memar (kontusi), ditandai dengan kerusakan
lengkung besar tiga puluh satu sentimeter,
jaringan tanpa disertai diskontinuitas
panjang lengkung kecil sebelas sentimeter,
permukaan kulit. Kerusakan disebabkan oleh
lambung berisi cairan. Pankreas : warna merah
pecahnya kapiler sehingga darah keluar dan
kecokelatan, permukaan licin, perabaan lunak,
meresap ke jaringan sekitarnya sehingga pada
berat lima puluh dua gram panjang enam belas
awal luka akan tampak warna merah kebiruan,
sentimeter, lebar lima sentimeter, tinggi satu
setelah 4-5 hari akan berubah menjadi kuning
sentimeter. Pada pengirisan tidak ada kelainan.
kehijauan dan apabila sudah melewati
Ginjal kanan berwarna merah kecoklatan,
seminggu akan tampak kekuningan.
perabaan kenyal, permukaan licin, simpai
2. Luka lecet (abrasi), ditandai dengan rusaknya
mudah dilepas, ukuran panjang sepuluh
lapisan luar kulit dengan ciri sebagai berikut:
sentimeter, lebar lima sentimeter, tinggi dua
(a) berbentuk tidak teratur, (b) batas luka tidak
sentimeter, berat enam puluh dua gram, pada
teratur, (c) tepi tidak teratur, (d) terkadang
pengirisan tidak ada kelainan. Ginjal kiri
disertai sedikit perdarahan, (e) permukaan luka
berwarna merah kecoklatan, permukaan licin,
tertutup oleh krusta, (f) warna coklat
perabaan kenyal, simpai mudah dilepas, dengan
kemerahan, (g) tampak bagian yang masih
ukuran panjang sepuluh sentimeter, lebar lima
ditutupi epitel dan reaksi jaringan pada
sentimeter, tinggi dua sentimeter, berat enam
pemeriksaan mikroskopis. Bentuk luka lecet
puluh satu gram, pada pengirisan tidak ada
(gores, tekan, serut dan geser) dapat memberi
kelainan. Sebagai pemeriksaan tambahan, telah
gambaran mengenai benda yang
dilakukan pengambilan sampel organ berupa,
mengakibatkan luka.
otak besar, otak kecil, batang otak, otot leher
3. Luka robek (laserasi), merupakan luka yang
dalam, hati, jantung, kelenjar lidah perut, limpa,
disebabkan karena kontak dengan benda
paru – paru, dan ginjal untuk dilakukan
tumpul dengan kekuatan yang mampu
pemeriksaan patologi anatomi.
merobek seluruh lapisan kulit dan jaringan di
Dari hasil pemeriksaan didapatkan
bawahnya. Luka robek umumnya memiliki ciri
kesimpulan, jenazah seorang perempuan, umur
sebagai berikut: (a) batas luka tidak teratur, (b)
kurang dari tujuh belas tahun. Didapatkan luka
tepi luka tidak rata, (c) bila kedua tepi
akibat kekerasan tumpul berupa jejas jerat pada
ditautkan tidak rapat (oleh karena sebagian
leher, luka lecet pada leher dan luka memar
yang hancur), (d) tebing luka tidak rata dan
pada bahu kanan serta didapatkan tanda-tanda
kadang disertai jembatan jaringan, (e) terdapat
mati lemas. Korban meninggal dunia diduga
memar sekitar batas luka, (f) lokasi pada
akibat jejas pada leher yang menyebabkan
daerah yang dekat dengan tulang.

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN : 978-623-6595-34-3
Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020
The Indonesian Association of Forensic Medicine
52
Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

Luka memar pada korban masih berwarna tinggi kedua ujung jejas jerat berbeda. Selain itu,
kebiruan sehingga dapat disimpulkan terdapat lecet atau memar. Pada peristiwa
kemungkinan terjadi kekerasan tumpul tidak lama pembunuhan sering ditemukan adannya lecet atau
sebelum korban meninggal. Terdapat tanda-tanda memar di sekitar jejas yang disebabkan karena
korban mati lemas akibat jeratan yang terdapat usaha korban untuk membuka jeratan 10.
pada leher korban. Pemeriksaan luar dan dalam
menunjukkan warna bibir tampak kebiruan, warna KESIMPULAN
selaput bibir tampak kebiruan, jaringan bawah Hasil laporan kasus yang didapatkan cukup
kuku tampak kebiruan, terdapat resapan darah menarik. Data yang diketahui terdapat beberapa
pada otak besar dan didapatkan bercak luka pada tubuh korban disertai tanda-tanda mati
perdarahan pada selaput biji mata. Menurut teori, lemas. Berdasarkan data-data tersebut,
pada jenazah yang mengalami asfiksia akan disimpulkan bahwa korban meninggal dunia akibat
mengalami beberapa tanda sebagai berikut: asfiksia karena penjeratan. Penelitian tentang
1. Ditemukan sianosis pada bagian-bagian asfiksia dan kematian perlu ditelusuri lebih lanjut
tertentu pada tubuh
2. Perbendungan sistemik maupun pulmoner
DAFTAR PUSTAKA
dan dilatasi jantung kanan
3. Terdapat busa halus pada hidung dan mulut 1. Vincent Dimaio. 2001. Forensic Pathology 2nd
Edition. CRC Press: USA.
4. Gambaran perbendungan pada mata berupa
2. Arun M. 2006. Methods of suicide: A medicolegal
pelebaran pembuluh konjungtiva bulbi dan perspective. JIAFM. 2006;28 (1):22-6.
palpebra. 3. Muhammad Al Fatih II. 2007. Asfiksia dalam
Forensik Klinik
Pada peristiwa penjeratan seperti kasus di 4. Budiyanto A. 1997. Kematian Akibat Asfiksia
atas, kekuatan jerat berasal dari tarikan pada Mekanik dalam Ilmu Kedokteran Forensik Edisi I.
kedua ujung jerat. Kekuatan tersebut akan Jakarta. Bagian Kedokteran Forensik Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
menekan pembuluh vena dan jalan napas yang 5. Michael AG, Denton JS, editors. 2016. Pathology of
mengakibatkan gangguan aliran darah dan udara. Asphyxial Death. Epidemiolgy.
Tali yang dipakai seringkali disilangkan ataupun 6. Tasmono H. 2007. Distribusi kasus kematian akibat
diberi simpul agar mencegah jeratan mengendur. asfiksia di Malang Raya yang diperiksa di Instalasi
Kedokteran Forensik RSSA Tahun 2006-2007.
Jeratan pada leher bagian depan seringkali Malang: Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya.
melewati membrane yang menghubungkan tulang 7. Prabowo KN. 2013. Gambaran kasus asfiksia
rawan hyoid dan tulang rawan thyroid. Jeratan mekanik yang ditangani di Instalasi Kedokteran
sering tidak meninggalkan jejas apabila tali yang Forensik RSUP Dr. Sardjito Tahun 2007-2012.
Universitas Gajah Mada.
digunakan dalam penjeratan berasal dari bahan 8. Budiyanto, A. 1997. Ilmu Kedokteran Forensik.
lembek dan halus atau sesudah mati ikatan Jakarta : Bagian Kedokteran Forensik. Jakarta :
menjadi longgar. Saat terjadi proses perjeratan, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
kematian yang terjadi kemungkinan disebabkan 9. Dahlan, S., Trisnadi, S., 2019. Ilmu Kedokteran
Forensik Pedoman Bagi Dokter dan Penegak
oleh karena : Hukum Edisi Ke-5. Cetakan Revisi. Semarang: Badan
1. Anoksia atau hipoksia karena tertutupnya Penerbit Fakultas Kedokteran Univesitas Islam
jalan napas. Sultan Agung
2. Anoksia otak disebabkan karena 10. Purwanti T. Apuranto H. 2014. Kasus Hanging
dengan Posisi Duduk Bersandar di Kursi Sofa.
tertutupnya vena Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan
3. Vagal reflek Medikolegal FK Unair – RSUD Dr Soetomo
4. Tertutupnya pembuluh darah carotis Surabaya. Jurnal Kedokteran Forensik Indonesia,
sehingga jaringan otak kekurangan suplai Vol. 16
darah Copyright @ 2020 Authors. This is an open access
Selain itu pada tubuh jenazah dengan yang article distributed under the terms of the Creative
meninggal dunia akibat jeratan dapat ditemukan Commons Attribution-NonCommercial 4.0
International License
kelainan sebagai berikut: Pada leher ditemukan (http://creativecommons.org/licenses/by-nc/4.0/),
jejas jerat dengan ciri tidak sejelas jejas gantung, which permits unrestricted non-commercial use,
arahnya horizontal, kedalamannya regular, namun distribution, and reproduction in any medium,
apabila terdapat simpul atau tali yang disilangkan provided the original author and source are properly
cited
maka jejas tersebut akan terlihat lebih dalam,

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN : 978-623-6595-34-3
Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020 53

Tinjauan Pustaka

Cause of Death Determination in the Drowning Case – Case Report


Istiqomah1, Setyo Trisnadi2, Maryono2, Dian Novitasari2

1Departemen Forensik dan Medikolegal, Rumah Sakit Bhayangkara Semarang


2Departemen Forensik dan Medikolegal, Fakultas Kedokteran, Universitas Islam Sultan Agung Semarang

ABSTRACT
Introduction. Drowning is a condition of suffocation due to asphyxia due to the entry of fluids into the respiratory
tract. The process of drowning begins with respiratory distress either because a person's airway is below the
surface of the liquid (submersion) or the water only covers the face (immersion).
Case report. Investigators brought a male corpse and a medical report requesting letter to Brebes Regional
Hospital, allegedly dead due to drowning. From the results of external examination, there were signs of
decomposition, signs of blunt force to the head leading to fracture of the skull base of the right and left sides, and
signs of drowning.
Discussion. Drowning death can be caused by the vagal reflex, laryngeal spasm, and the influence of entering
water into the lungs. The victim also got blunt force in the form of a linear fracture at the base of the skull which
could be associated with bleeding in the brain, where the bleeding can lead to neurological problems that are fatal.
Conclusion. The results of the case reports were quite interesting. Data that are known to contain signs of
drowning, decomposition and fracture of the skull base requires a detailed examination to determine the cause of
death in the body. Further research into drowning deaths needs to be done.

Keywords: drowning, force, immersion, submersion, vagal reflex

Korespondensi : Istiqomah,email: dr.istiqomah@gmail.com

Pekanbaru, 4-5 Desember 2020


ISBN : 978-623-6595-34-3 PDFI
Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020 54
The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

PENDAHULUAN sehingga air akan ditarik dari sirkulasi pulmoner ke


Drowning atau tenggelam merupakan kondisi interstitial paru yang menyebabkan edema
mati lemas dikarenakan asfiksia akibat masuknya pulmoner, hipovolemi, kenaikan kadar magnesium
cairan ke dalam saluran pernapasan1. Pada peristiwa dalam darah, payah jantung dan kematian dalam 8-9
tenggelam, seluruh tubuh tidak harus berada di menit1. Insiden paling banyak terjadi pada negara
dalam air. Asal lubang hidung dan mulut berada di berkembang, terutama pada anak-anak berumur
dalam air maka peristiwa tersebut sudah dikatakan kurang dari 5 tahun. Selain umur, faktor resiko lain
tenggelam2. Pengertian terbaru yang diadopsi World yang berkontribusi meningkatkan terjadinya kasus
Health Organization (WHO) tahun 2002 menyatakan tenggelam di antaranya jenis kelamin terutama laki-
bahwa tenggelam merupakan suatu proses kejadian laki yang memiliki angka kematian dua kali lipat
gangguan pernapasan akibat perendaman terhadap perempuan, penggunaan alkohol atau
(submersion) atau pencelupan (immersion) dalam penyalahgunaan obat pada 50% kasus yang
cairan. Proses kejadian tenggelam diawali dengan melibatkan remaja maupun dewasa, anak-anak
gangguan pernapasan baik karena jalan nafas tanpa pengawasan saat berada di air, perburukan
seseorang berada di bawah permukaan cairan dari kondisi medis sebelumnya (kejang, sakit
(submersion) ataupun air hanya menutupi bagian jantung, pingsan), dan percobaan bunuh diri 3.
wajahnya saja (immersion)3. Berdasarkan data WHO
pada tahun 2016, terdapat sekitar 320.000 orang LAPORAN KASUS
kehilangan nyawa akibat tenggelam dan 60% korban Seorang jenazah laki-laki dikirim oleh penyidik
berumur kurang dari 30 tahun. Tenggelam disertai dengan Surat Permintaan Visum et
merupakan penyebab kematian ketiga pada anak- Repertum ke Rumah Sakit Umum Daerah Brebes di
anak dan 90% kematian karena tenggelam terjadi Jalan Jendral Sudirman Nomor 181, Kecamatan
pada negara berkembang seperti Indonesia. Brebes, Kabupaten Brebes, Provinsi Jawa Tengah
Prevalensi kejadian tenggelam di Indonesia itu pada hari Kamis tanggal 8 Oktober 2020. Ditemukan
sendiri menurut Badan Nasional Penanggulangan jenazah seorang laki-laki dengan luka akibat
Bencana (BNPB) angka kematian tenggelam kekerasan tumpul di kepala yang menyebabkan
sebanyak 44 orang pada tahun 2013. patah tulang basis cranii kanan dan kiri, serta
Berdasarkan data RSUP Sanglah tahun 2010- ditemukan tanda-tanda tenggelam. Korban dibawa
2012, dari 97 kasus tenggelam didapatkan sebanyak ke Rumah Sakit Umum Daerah Brebes pada tanggal 8
84,5% korbaannya berjenis kelamin laki-laki4. Oktober 2020 pukul 15.00 WIB. Korban meninggal
Terdapat berbagai istilah drowning, seperti wet dunia diduga akibat tenggelam. Kemudian dilakukan
drowning yaitu keadaan dimana cairan masuk ke otopsi berupa pemeriksaan luar dan dalam pada
saluran napas setelah korban tenggelam; dry jenazah setelah diterima atas izin penyidik (Gambar
drowning yaitu keadaan dimana cairan tidak masuk 1).
ke dalam saluran pernapasan dikarenakan spasme Pada pemeriksaan luar ditemukan data sebagai
laring; secondary drowning yaitu keadaan dimana berikut: Seorang jenazah laki-laki, panjang badan
korban meninggal setelah beberapa hari tenggelam 162 cm, warna kulit tak dapat dinilai, rambut warna
(sudah diangkat dari air) dan mengalami komplikasi, hitam lurus pendek dan tidak ada cacat fisik.
serta immersion syndrome dimana korban meninggal Didapatkan 10 buah tato pada tubuh korban. Pada
akibat refleks vagal setelah tenggelam pada air kepala, di daerah berambut ditemukan tanda-tanda
dingin1. pembusukan dan telur lalat pada rambut kepala sisi
Korban tenggelam dapat berada dalam air tawar belakang. Pada bagian wajah terdapat tanda-tanda
maupun air asin, pada korban tenggelam dalam air pembusukan (Gambar 2).
tawar akan ditemukan absorbsi cairan yang masif Pada leher, bahu, dada, punggung, pinggang,
dikarenakan konsentrasi elektrolit air tawar lebih perut, bokong, dan anus tidak ada tanda-tanda
rendah daripada konsentrasi darah, pada tubuh akan kekerasan. Lingkaran dubur dan liang dubur
terjadi hemodelusi atau pengenceran darah lalu air melemas. Pada anggota gerak atas kanan dan kiri
akan masuk ke kapiler alveoli yang nantinya akan didapatkan temuan bahwa telapak tangan tampak
menyebabkan hemolisis. Selain itu, pengenceran basah dan keriput, kuku dan jaringan di bawah kuku
darah juga memaksa tubuh untuk melepaskan ion tampak biru gelap. Pada anggota gerak bawah kanan
kalium dari serabut jantung yang mengakibatkan dan kiri didapatkan temuan bahwa telapak kaki
ketidakseimbangan ion yang menyebabkan fibrilasi tampak basah dan keriput, ujung jari kaki dan
ventrikel dan penurunan tekanan darah yang dapat jaringan bawah kuku tampak pucat. (Gambar 3)
berujung kematian dalam 5 menit akibat anoksia
otak. Berbeda halnya dengan korban yang
tenggelam dalam air asin, dimana korban mengalami
hemokonsentrasi karena konsentrasi elektrolit air
asin lebih tinggi dari konsentrasi elektrolit darah

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN : 978-623-6595-34-3
Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020 55
The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

Gambar 1. Keadaan umum jenazah

Gambar 4. Resapan darah pada kulit kepala bagian


dalam
Otot kepala tidak ada kelainan. Pada tulang
tengkorak terdapat patah tulang pada basis cranii
kanan dengan ukuran panjang empat sentimeter dan
lebar tiga sentimeter (Gambar 5).

Gambar 2. Tanda pembusukan pada wajah

Gambar 5. Patah tulang basis cranii kanan

Terdapat patah tulang pada basis cranii kiri


dengan ukuran panjang lima sentimeter dan lebar
dua sentimeter Selaput otak tidak ada kelainan. Otak
tampak membubur (Gambar 6). Leher bagian dalam
tidak ada kelainan. Pada tulang dada, kulit dada,
tulang-tulang iga, dan dinding dada tidak ada
kelainan.

Gambar 3. Telapak kaki basah dan keriput

Pada alis mata terdapat tanda pembusukan


berupa telur lalat di kedua alis. Kelopak mata tampak
pucat, tidak ada tanda kekerasan. Selaput bening
mata tampak keruh. Bibir berwarna pucat, tidak ada
tanda kekerasan. Selaput lendir mulut tampak
kebiruan. Pada kantung pelir terdapat dua buah biji Gambar 6. Patah tulang basis cranii kiri
pelir dalam kantung pelir, tampak menggembung.
Pada pemeriksaan dalam ditemukan data Paru kanan terdiri dari tiga bagian, permukaan
sebagai berikut: Pada kulit kepala bagian dalam licin, perabaan seperti spons, tidak tampak bintik
terdapat resapan darah pada kulit bagian dalam kehitaman, dengan berat lima ratus empat puluh
semua sisi dengan ukuran panjang dua puluh delapan gram, dengan ukuran panjang dua puluh
sembilan sentimeter dan lebar dua puluh sentimeter satu sentimeter, lebar dua belas sentimeter, tinggi
(Gambar 4) dua sentimeter. Paru kiri terdiri dari dua bagian,

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN : 978-623-6595-34-3
Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020 56
The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

permukaan licin, perabaan seperti spons, tidak (immersion). Pada kejadian tenggelam dapat
tampak bintik kehitaman, dengan berat tiga ratus menyebabkan terjadinya komplikasi pada korban
sembilan puluh tujuh gram, dengan ukuran panjang tenggelam yang selamat dapat terjadi komplikasi
tujuh belas sentimeter, lebar dua belas sentimeter, acute respiratory distress syndrome (ARDS),
tinggi tiga sentimeter. Selaput pembungkus paru pneumonia (12%), kerusakan neurologis permanen,
berwarna merah tua. Berat jantung dua ratus sepsis, koagulasi intravascular diseminata (KID).
sembilan puluh lima gram dengan ukuran panjang Korban dengan gangguan pernapasan merupakan
tiga belas sentimeter, lebar sebelas sentimeter, keadaan darurat yang sesegera mungkin diberikan
tinggi tiga sentimeter, panjang lintang katup kanan pertolongan. Gangguan pernapasan dimana
tiga belas sentimeter, jumlah katup tiga, tebal otot ketidakmampuan sistem pernapasan untuk
nol koma lima sentimeter, panjang jantung lingkar mempertahankan oksigen dengan normal, akibat
katup kiri sepuluh sentimeter, tebal jantung kiri satu penumpukan cairan pada paru-paru, terjadinya
sentimeter, panjang katup aorta enam sentimeter, infeksi serta perdarahan menurut riset yang
cairan kandung jantung kering. Tidak terdapat massa dibuktikan hal tersebut yang mengakibatkan
pada bilik kanan dan bilik kiri. terjadinya penurunan kesadaran pada korban
Pada rongga perut didapatkan hasil pemeriksaan tenggelam bahkan terjadi kematian. Hasil
berupa kulit perut bagian dalam, rongga perut, tirai pemeriksaan medik dari otopsi pada kasus tersebut
usus, usus besar, usus halus tidak ada kelainan. Hati didapatkan tanda-tanda tenggelam, tanda- tanda
berwarna mozaik, permukaan licin, perabaan kenyal, pembusukan, dan tanda-tanda kekerasan tumpul
berat seribu dua ratus empat puluh satu gram, yang menyebabkan patah tulang basis cranii kanan
dengan ukuran panjang dua puluh dua sentimeter, dan kiri . Sebab kematian adalah asfiksia karena
lebar tujuh belas sentimeter, tinggi lima sentimeter tenggelam. Menurut pengertiannya sendiri,
pada pengirisan warna coklat kehitaman. Limpa seseorang dikatakan tenggelam apabila lubang
memiliki berat dua puluh tujuh gram, panjang hidung dan mulut berada di bawah permukaan air.
sebelas sentimeter, lebar dua koma lima sentimeter, Jumlah air yang mematikan jika dihirup oleh paru-
tinggi dua sentimeter, pada pengirisan tidak paru orang dewasa sekitar 2 liter. Kematian pada
ditemukan kelainan. Lambung kosong dengan peristiwa tenggelam dapat disebabkan oleh2:
ukuran panjang lingkar besar tiga puluh tujuh 1. Vagal reflek, disebut juga tenggelam kering (dry
sentimeter, panjang lingkar kecil sebelas sentimeter, drowning) dikarenakan pada saat pemeriksaan
berat seratus delapan puluh satu. post mortem tidak ditemukan adanya tanda-
Ginjal kanan berwarna merah kecoklatan, tanda asfiksia ataupun air dalam paru-paru.
konsistensi kenyal, tampak, simpai mudah dilepas. 2. Spasme laring, disebabkan karena rangsangan
Ukuran ginjal panjang sebelas sentimeter, lebar air yang masuk ke laring. Pada pemeriksaan post
tujuh sentimeter, berat tujuh puluh lima, pada mortem biasa ditemukan tanda-tanda asfiksia,
pengirisan tidak terdapat kelainan. Ginjal kiri tetapi paru-paru tidak terisi air. Kematian akibat
berwarna merah kecoklatan, konsistensi kenyal, spasme laring ini sangat jarang terjadi.
simpai mudah dilepas. Ukuran ginjal panjang sebelas 3. Pengaruh air yang masuk ke dalam paru, jika
sentimeter, berat sembilan puluh delapan gram, korban tenggelam di air tawar maka akan terjadi
lebar delapan sentimeter, pada pengirisan tidak anoksia, hemodilusi dan hemolisis disertai
terdapat kelainan. Kandung kemih tidak ada gangguan elektrolit, sedangkan jika di air asin
kelainan. Dilakukan pemeriksaan tambahan berupa akan menyebabkan anoksia dan
pengambilan sampel organ berupa hati, resapan otot hemokonsentrasi tanpa gangguan elektrolit.
kepala, apeks jantung, ginjal kiri, ginjal kanan, paru, Pada pemeriksaan post mortem akan ditemukan
limpa, dan otot dada untuk dilakukan pemeriksaan tanda-tanda asfiksia, buih, dan benda-benda air
patologi anatomi. pada paru-paru.
Dari hasil pemeriksaan didapatkan kesimpulan, Pada kelainan post mortem akibat tenggelam,
jenazah seorang laki-laki, umur diantara 20 tahun biasanya ditemukan tanda-tanda berikut:
sampai 30 tahun. Didapatkan tanda-tanda 1. Pemeriksaan luar, pada pemeriksaan luar
pembusukan, tanda-tanda kekerasan tumpul di biasanya ditemukan pakaian basah dan kadang
kepala yang menyebabkan patah tulang basis cranii disertai lumpur, kulit basah, keriput, dan kadang
kanan dan kiri dan ditemukan tanda-tanda seperti kulit angsa, washer woman hands, lebam
tenggelam. Sebab kematian diduga karena mayat terutama pada kepala dan leher, tanda-
tenggelam. tanda asfiksia, cadaveric spasm, dan buih halus
yang merupakan petunjuk kuat dari peristiwa
DISKUSI tenggelam
Tenggelam (drowning) adalah proses terjadinya 2. Pemeriksaan dalam, ditemukan buih pada
gagguan pernapasan akibat jalan napas terendam air saluran napas, paru-paru membesar dan pucat,
(submersion) atau terguyur di seluruh wajah lebih berat dan basah dibandingkan dengan

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN : 978-623-6595-34-3
Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020 57
The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

paru-paru penderita asma, terdapat gambaran diatomnya dapat secara pasif masuk ke saluran
marmer dan akan keluar buih pada pengirisan udara selama jenazah tenggelam. Oleh karena itu,
(emphysema aquosum), ditemukan air, butir- harus ditekankan bahwa untuk diagnosis kematian
butir pasir dan algae di dalam lambung dan karena tenggelam, jumlah plankton yang ditemukan
esofagus dan bercak-bercak hemolisis pada di organ dan organ.10 Pada korban sendiri ditemukan
dinding aorta apabila terjadi hemolisis. kedua telapak tangan dan kaki tampak basah,
Temuan pemeriksaan luar dalam kasus kematian keriput, kuku dan jaringan di bawah kuku tampak
akibat tenggelam bervariasi. Beberapa temuan pucat yang menunjukkan adanya peristiwa
hanyalah indikasi durasi perendaman dimana telah tenggelam.Pada korban juga ditemukan kekerasan
terjadi kontak dengan air dalam waktu yang cukup akibat benda tumpul yang mengakibatkan patah
menyebabkan perubahan yang terlihat. Karakteristik tulang basis cranii kanan dan kiri. Patah tulang basis
interval submersi post mortem (PMSI) seperti suhu cranii merupakan sebuah fraktur linier yang terjadi
dan arus air, waktu yang telah berlalu antara pada dasar tulang tengkorak.8 Fraktur pada tulang
pemulihan dan otopsi, intervensi medis, dan waktu tengkorak berhubungan dengan perdarahan pada
bertahan hidup di rumah sakit merupakan faktor otak, dimana perdarahan sebanyak 35-100 mL dapat
yang mempengaruhi apa yang mungkin terlihat atau mengakibatkan gangguan neurologis yang dapat
tidak pada saat dokter forensik melakukan menyebabkan kejadian fatal 5. Pada korban,
pemeriksaan. Semakin lama PMSI, temuan akan perdarahan otak tidak dapat dinilai akibat keadaan
semakin kurang menonjol atau berpotensi lebih otak yang sudah membubur. Kekerasan tumpul
membingungkan pada saat otopsi dilakukan.7 sendiri dapat menyebabkan berbagai macam jenis
Termoneutral adalah istilah untuk suhu air di luka, diantaranya:
mana kehilangan panas sama dengan produksi 1. Memar (kontusi), kerusakan jaringan tanpa
panas. Kebanyakan peristiwa tenggelam pada air disertai diskontinuitas permukaan kulit. Memar
panas, terjadi di air suhu di bawah titik ditandai dengan bentuk yang tidak beraturan,
termoneutralitas, yaitu 35 ° C + 0,5. Namun, batas tidak tegas, warna merah kebiruan, setelah
beberapa kasus tenggelam terjadi di bak air panas, 4-5 hari menjadi kuning kehijauan dan ≥ 7 hari
sambil menuangkan air panas di atas kepala, atau akan tampak kekuningan.
selama menyelam atau pertandingan berenang di air 2. Luka Lecet (abrasi), rusaknya lapisan luar kulit
hangat. Di sisi lain, kasus tenggelam terjadi di air yang ditandai dengan bentuk tidak teratur, batas
yang lebih dingin dari suhu termoneutral, sehingga luka tidak teratur, tepi tidak teratur, kadang
tubuh memulai respons fisiologis yang terkait disertai sedikit perdarahan, permukaan luka
dengan pendinginan. Dalam air dingin, respon yang tertutup oleh krusta, warna coklat kemerahan,
bertindak sebagai prekursor tenggelam disebabkan dan tampak bagian yang masih ditutupi epitel
oleh pendinginan kulit (syok dingin), kemudian dan reaksi jaringan pada pemeriksaan
pendinginan saraf dan otot superfisial masuk mikroskopis.
anggota badan, dan akhirnya mendinginkan jaringan 3. Luka robek (laserasi), disebabkan karena kontak
tubuh bagian dalam (hipotermia). Air yang dihirup dengan benda tumpul dengan kekuatan yang
masuk ke paru-paru di alveolar ruang yang merusak mampu merobek seluruh lapisan kulit dan
surfaktan yang menyebabkan edema daerah paru jaringan di bawahnya yang ditandai dengan batas
dengan transudasi cairan protein di ruang alveolar. luka tidak teratur, tepi luka tidak rata, bila kedua
Hal ini menyebabkan hipoksemia sekunder akibat tepi ditautkan tidak bias membentuk garis lurus,
non-oksigenasi darah mengalir melalui bagian paru- tebing luka tidak rata dan kadang disertai
paru yang kurang ventilasi. Untuk mengetahui jembatan jaringan, terdapat memar sekitar batas
penyebab kematian pada jenazah yang ditemukan di luka, lokasi pada daerah yang dekat dengan
air tersebut menantang. Hanya setelah penyelidikan tulang.
kematian menyeluruh dan otopsi lengkap, ahli
patologi menyatakan kematian sebagai makhluk Pembusukan (dekomposisi) terbentuk oleh dua
hidup dari asfiksia karena tenggelam, karena proses yaitu autolisis (penghancuran sel dan organ
merupakan diagnosis pengecualian. Namun oleh enzim intraseluler) dan putrefaction
meskipun utilitas terbukti dari file otopsi untuk (disebabkan oleh bakteri dan fermentasi). Dimana
prosedur medis dan peradilan, prosedurnya jarang hal tersebut akan tampak kira-kira 24 jam pasca
diminta bahkan ketika diindikasikan.9 Kehadiran kematian, berupa warna kehijauan pada perut kanan
plankton menunjukkan bahwa ketika cairan yang bawah, secara bertahap akan menyebar ke seluruh
tenggelam memenuhi paru-paru, aktivitas perut dan dada serta menimbulkan bau busuk.
kardiosirkulasi efektif, memungkinkan pengangkutan Menurut hukum Casper, media tempat mayat
bahan ini, melalui sirkulasi darah, ke dalam organ berada juga berperan dalam proses pembusukan.
dalam. Penemuan diatom hanya di paru-paru Perbandingan kecepatan pembusukan mayat yang
memiliki nilai diagnostik yang kecil karena air beserta berada dalam udara, air, dan tanah adalah 1:2:8. 1,6

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN : 978-623-6595-34-3
Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020 58
The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

Pada korban tanda pembusukan yang ditemukan


berupa kulit berwarna kehijauan dari bagian dada
sampai paha, kulit ari terkelupas, rambut mudah
dicabut, wajah menggembung, bibir tebal, serta
ditemukan telur lalat pada belakang kepala.

KESIMPULAN
Hasil laporan kasus yang didapatkan cukup
menarik. Data yang diketahui terdapat tanda-tanda
tenggelam dan pembusukan serta patah tulang basis
cranii. Berdasarkan data-data tersebut, korban
diduga meninggal dunia akibat tenggelam. Penelitian
tentang kematian akibat tenggelam perlu diteliti
lebih lanjut lagi.

DAFTAR PUSTAKA
1. Budiyanto, A. 1997. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: Bagian
Kedokteran Forensik. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.
2. Dahlan, S., Trisnadi, S., 2019. Ilmu Kedokteran Forensik
Pedoman Bagi Dokter dan Penegak Hukum Edisi Ke-5.
Cetakan Revisi. Semarang: Badan Penerbit Fakultas
Kedokteran Univesitas Islam Sultan Agung.
3. World Health Organization. 2016. Drowning Section.
4. Usaputro R. Yulianti K. 2014. Karakteristik Serta Faktor Resiko
Kematian Akibat Tenggelam Berdasarkan Data Bagian Ilmu
Kedokteran Forensik Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah 2010
– 2012. Vol 3 No 5 (2014): e-Jurnal Medika Udayana
5. Bardale, R. 2011. Principle of Forensic Medicine and
Toxicology. New Delhi: Jaypee Brothers Medikal Publishers (P)
LTD.
6. DiMaio DJ, DiMaio VJ. 2001. Forensic Pathology 2nd Edition.
New York: CRC Press LLC.
7. Armstrong, Erskine. 2018. Investigation Of Drowning Deaths.
Academic Forensic Pathology: The Official Publication of The
National Association of Medical Examiners.
8. Academic Forensic Pathology International. Available from:
www.afpjournal.com
9. Bierens J.L.M et al. 2016. Physiologi of Drowning: A Review.
PHYSIOLOGY 31: 147–166, 2016. Published February 17,
2016; doi:10.1152/physiol.00002.2015
10. Sugatha M. Parwathi K. 2019. Analysis of Deaths due to
Drowning – a Retrospective Study. Volume 6 Issue 4.
Internationla Journal of Contemporary Medical Research.
11. Marella GL, et al. 2019. Diagnosis of drowning, an everlasting
challenge in forensic medicine: review of the literature and
proposal of a diagnostic algorithm. DOI: 10.19193/0393-
6384_2019_2_140. Available from:
https://www.researchgate.net/publication/332093281_Diagn
osis_of_drowning_an_everlasting_challenge_in_forensic_me
dicine_review_of_the_literature_and_proposal_of_a_diagnos
tic_algorithm.

Copyright @ 2020 Authors. This is an open access article


distributed under the terms of the Creative Commons
Attribution-NonCommercial 4.0 International License
(http://creativecommons.org/licenses/by-nc/4.0/), which
permits unrestricted non-commercial use, distribution, and
reproduction in any medium, provided the original author and
source are properly cited.

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN : 978-623-6595-34-3
Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020 59
The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

Artikel Penelitian

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI DOKTER DALAM PELAYANAN


KEDOKTERAN DI ERA PANDEMIK

Tri Handayani1, Saebani2, Tuntas Danardhono2, Julia Ike Haryanto2, Gatot Suharto2
1Peserta Program Pendidikan Dokter Spesialis 1, Ilmu Kedokteran Forensik dan Studi Medikolegal, Fakultas Kedokteran
Universitas Diponegoro/ RSUP Dr. Kariadi Semarang
2Staff Pengajar Bagian Forensik dan Medikolegal dan Studi Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro/RSUP Dr.

Kariadi Semarang

ABSTRACT
Introduction Doctors are a profession that is at the forefront of dealing directly with Covid-19 in helping patients
heal. As of August 30, 2020, the Executive Board of the Indonesian Doctors Association published that even 100
(one hundred) doctors had died due to Covid-19. In dealing with this, the Indonesian government issued several
policies to reduce the spread of the Covid-19 outbreak.
Methods The approach method used is a normative juridical approach, which is to conduct a study or study of the
facts found based on their legal aspects related to legal protection for doctors in medical services in the pandemic
era.
Results To minimize the risk, guidelines such as Medical Professional Standards, Informed Consent, and Medical
Records are required. In addition, there is also a need for legal protection for doctors in carrying out their
professional services, including according to the Law of the Republic of Indonesia Number 29 of 2004 concerning
Medical Practice Article 50 letter (a) which states that, "Doctors or Dentists in carrying out medical practice have
the right obtain legal protection as long as they carry out their duties in accordance with professional standards
and standard operating procedures. "
Conclusion In carrying out his practice, a doctor is inseparable from his rights and obligations in providing services,
especially in this pandemic era, therefore there is a need for legal protection in accordance with professional
standards, service standards and standard operating procedures.

Keywords: Covid-19, Doctor, Legal protection, Service, Pandemic

Korespondensi : Tri Handayani, email: tri_forensik@yahoo.com

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN : 978-623-6595-34-3
Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020 60
The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

PENDAHULUAN Penetapan Kedaruratan Kesehatan Masyarakat


Pada 31 Desember 2019, WHO China Country Corona Virus Disease 2019 (COVID-19). Keputusan
Office di Kota Wuhan melaporkan kasus pneumonia Presiden tersebut menetapkan COVID-19 sebagai
yang tidak diketahui penyebabnya dan pada tanggal jenis penyakit yang menimbulkan Kedaruratan
7 Januari 2020, mengumumkan bahwa penyebab Kesehatan Masyarakat (KKM) dan menetapkan KKM
kasus tersebut adalah Corona virus jenis baru yang COVID-19 di Indonesia yang wajib dilakukan upaya
kemudian diberi nama SARS-CoV-2. penanggulangan sesuai ketentuan peraturan
Pada tanggal 30 Januari 2020 WHO perundang-undangan. Selain itu, atas pertimbangan
menetapkan COVID-19 sebagai Kedaruratan penyebaran COVID-19 berdampak pada
Kesehatan Masyarakat Yang Meresahkan meningkatnya jumlah korban dan kerugian harta
Dunia/Public Health Emergency of International benda, meluasnya cakupan wilayah terdampak,
Concern (KKMMD/PHEIC). Sampai dengan 9 Agustus serta menimbulkan implikasi pada aspek sosial
2020, secara global dilaporkan 19.847.798 kasus ekonomi yang luas di Indonesia, telah dikeluarkan
konfimasi di 72 negara dengan 730.371 kematian juga mengeluarkan Keputusan Presiden Republik
(CFR 3,4%). Beberapa negara dengan jumlah kasus Indonesia Nomor 12 Tahun 2020 Tentang
terkonfirmasi terbanyak adalah Amerika (5 juta Penetapan Bencana Nonalam Penyebaran Corona
kasus, 160 ribu kematian), Brazil (3 juta kasus, 100 Virus Disease 2019 (COVID-19) Sebagai Bencana
ribu kematian), India (2 juta kasus, 43 ribu Nasional. Dimana penyebaran COVID-19 telah
kematian), Rusia (800 ribu kasus, 14 ribu kematian), berdampak meningkatnya jumlah korban dan
Afrika Selatan (500 ribu kasus, 10 ribu kematian) kerugian harta benda, serta menimbulkan implikasi
dan Indonesia menduduki peringkat ke-23 untuk pada aspek sosial ekonomi yang luas di Indonesia.
jumlah kasus terkonfirmasi terbanyak. Per tanggal 1 Pemerintah Indonesia telah mengeluarkan beberapa
September 2020, Satuan Tugas Penanganan COVID- kebijakan untuk menekan penyebaran wabah
19 pemerintah melaporkan 174.796 kasus COVID-19, adapun upaya penanggulangannya
konfirmasi COVID-19, tertinggi di Asia, dengan 7.417 tercantum dalam Undang-Undang Republik
kasus meninggal yang tersebar di 34 provinsi dengan Indonesia Nomor 4 Tahun 1984 Tentang Wabah
rentang usia 45 - 54 tahun dan paling sedikit terjadi Penyakit Menular pasal 5 (1) yang menyatakan
pada usia 0 - 5 tahun. Angka kematian tertinggi bahwa “Upaya penanggulangan wabah meliputi: a.
ditemukan pada pasien dengan usia 55 - 64 tahun. penyelidikan epidemiologis; b. pemeriksaan,
Diantara kasus tersebut, sudah ada beberapa dokter pengobatan, perawatan, dan isolasi penderita,
yang dilaporkan terinfeksi. termasuk tindakan karantina; c. pencegahan dan
Dilihat dari situasi penyebaran COVID-19 yang pengebalan; d. pemusnahan penyebab penyakit; e.
sudah hampir menjangkau seluruh wilayah provinsi penanganan jenazah akibat wabah; f. penyuluhan
di Indonesia dengan jumlah kasus dan/atau jumlah kepada masyarakat; g. upaya penanggulangan
kematian semakin meningkat dan berdampak pada lainnya.” Banyaknya pasien COVID-19 menyebabkan
aspek politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan Dokter dan sejumlah infrastruktur Rumah Sakit
dan keamanan, serta kesejahteraan masyarakat di menjadi kebingungan. Dokter merupakan profesi
Indonesia, Pemerintah Indonesia telah menetapkan yang berada di garis terdepan yang berhadapan
Keputusan Presiden Nomor 11 Tahun 2020 tentang

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN : 978-623-6595-34-3
Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020 61
The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

langsung dengan COVID-19 dalam membantu pada sekret yang tinggi. Orang yang terinfeksi dapat
kesembuhan Pasien COVID-19. langsung menularkan hingga 48 jam sebelum timbul
Adakalanya Dokter harus mengorbankan gejala dan sampai dengan 14 hari setelah ada
jiwanya demi melindungi masyarakat dari gejala.
persebaran COVID-19. Berdasarkan data yang telah Berdasarkan studi epidemiologi dan virologi
dipublikasikan oleh Pengurus Besar Ikatan Dokter saat ini membuktikan bahwa COVID19 utamanya
Indonesia (PB IDI) per tanggal 10 November 2020 ditularkan dari orang yang bergejala ke orang lain
ada 159 Dokter yang meninggal dunia akibat Covid- yang berada jarak dekat melalui droplet. Droplet
19. IDI mencatat jumlah kematian Dokter terbanyak merupakan partikel berisi air dengan diameter >5 -
di Jawa Timur yakni sebanyak 36 dokter, kemudian 10 μm. Penularan droplet terjadi ketika seseorang
DKI Jakarta sebanyak 26 dokter, Sumatera Utara berada pada jarak dekat (dalam 1 meter) dengan
sebanyak 24 dokter dan paling sedikit di daerah seseorang yang memiliki gejala pernapasan
Papua Barat, Sumatera Barat, Bengkulu sebanyak 1 (misalnya, batuk atau bersin) sehingga droplet
dokter. berisiko mengenai mukosa (mulut dan hidung) atau
konjungtiva (mata). Penularan juga dapat terjadi
METODE melalui benda dan permukaan yang terkontaminasi
Metode yang digunakan dalam kajian ini droplet di sekitar orang yang terinfeksi. Transmisi
menggunakan metode yuridis normatif yaitu melalui udara dapat terjadi dalam keadaan khusus
melakukan telaah atau pengkajian terhadap fakta- misalnya prosedur atau perawatan suportif yang
fakta yang ditemukan berdasarkan aspek hukumnya. menghasilkan aerosol seperti intubasi endotrakeal,
Peneliti menggunakan metode penelitian bronkoskopi, suction terbuka, pemberian
kepustakaan yaitu penelitian hukum yang dilakukan pengobatan nebulisasi, ventilasi manual sebelum
dengan cara meneliti dan mengadakan penelusuran intubasi, mengubah pasien ke posisi tengkurap,
literature hukum serta menganalisa data sekunder, memutus koneksi ventilator, ventilasi tekanan
tujuan untuk memperoleh data-data atau kebenaran positif non-invasif, trakeostomi, dan resusitasi
yang akurat sesuai dengan peraturan yang berlaku kardiopulmoner. Meskipun demikian, transmisi
guna mendapatkan kepastian hukum yang melalui udara masih membutuhkan penelitian yang
berhubungan dengan perlindungan hukum bagi lebih lanjut.
dokter dalam pelayanan kedokteran di era
pandemik. Perlindungan hukum bagi dokter dalam pelayanan
kedokteran
PEMBAHASAN Profesi Dokter adalah profesi yang mulia.
COVID 19 Sebagai manusia dokter juga memiliki hak atas
COVID-19 adalah penyakit yang disebabkan kehidupannya, menurut Undang-Undang Dasar RI
oleh virus SARS-CoV-2 (Severe Acure Respiratory 1945 Pasal 28A “Setiap orang berhak untuk hidup
Syndrome Coronavirus 2). Masa inkubasi rata-rata 5- serta berhak mempertahankan hidup dan
6 hari dengan masa inkubasi terpanjang 14 hari. kehidupannya.” dan juga memiliki hak atas
Risiko penularan tertinggi diperoleh di hari-hari perlindungan untuk kehidupannya, Undang-Undang
pertama penyakit disebabkan oleh konsentrasi virus Dasar RI 1945 Pasal 28D ayat 1 menyatakan bahwa

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN : 978-623-6595-34-3
Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020 62
The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

“Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, Tenaga Kesehatan Pasal 4 huruf (c)“ Pemerintah dan
perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta Pemerintah Daerah bertanggungjawab terhadap
perlakuan yang sama dihadapan hukum. “ dan perlindungan terhadap tenaga kesehatan dalam
Undang – Undang No 39 Tahun 1999 tentang Hak menjalankan praktek.“ Pasal 57 menyatakan bahwa
Asasi Manusia Pasal 3 ayat 2 “Setiap orang berhak “Tenaga Kesehatan dalam menjalankan praktik
atas pengakuan, jaminan, perlindungan dan berhak memperoleh pelindungan hukum sepanjang
perlakuan hukum yang adil serta mendapat melaksanakan tugas sesuai dengan Standar Profesi,
kepastian hukum dan perlakuan yang sama di depan Standar Pelayanan Profesi, dan Standar Prosedur
hukum.” Operasional.”
Dokter sebagai garda terdepan dalam 1. Standar Prosedur Operasional sebagai Pedoman
peperangan melawan COVID-19 menyebabkan Bagi Dokter
dokter memiliki risiko yang sangat tinggi dalam Bertindak secara teliti dan hati-hati adalah
terpajan patogen COVID-19. Tidak hanya itu, melihat unsur utama yang harus diperhatikan oleh dokter
banyaknya korban tenaga medis akibat COVID-19, khususnya di masa pandemi COVID-19 ini, dimana
maka diperlukan pedoman untuk meminimalisir dalam memberikan pelayanannya standar prosedur
risiko dalam melindungi keselamatan dan kesehatan operasional sebagai pedoman bagi dokter terhadap
kerja seperti Standar Profesi Kedokteran, Informed pengobatan pasien COVID-19 di rumah sakit harus
Consent, dan Rekam Medis. Undang-Undang diterapkan, diantaranya :
Republik Indonesia Nomor 29 tahun 2004 tentang a. Dokter harus senantiasa mengutamakan
Praktik Kedokteran pasal 50 huruf (a) yang melakukan physical distancing
menyatakan bahwa “Dokter atau dokter gigi dalam Kemungkinan Dokter tidak menyadari
melaksanakan praktik kedokteran mempunyai hak bahwa Pasien yang sedang ditangani merupakan
memperoleh perlindungan hukum sepanjang carier COVID-19, oleh karena itu hindari kontak fisik
melaksanakan tugas sesuai dengan standar profesi secara langsung terhdapa pasien.
dan standar prosedur operasional.” Pasal 51 huruf b. Mempergunakan Alat Pelindung Diri (APD)
(a) menyatakan bahwa, “Dokter atau Dokter Gigi Dalam kondisi pandemi COVID-19 seperti
dalam melaksanakan praktik kedokteran sekarang ini, ketersediaan APD bagi dokter
mempunyai kewajiban memberikan pelayanan merupakan salah satu unsur wajib yang harus
medis sesuai dengan standar profesi dan standar dipenuhi agar unsur safety dokter dapat terpenuhi
prosedur operasional serta kebutuhan medis sesuai standar prosedur operasional. Pada saat
pasien.” Untuk menjamin dalam melaksanakan melakukan tindakan medis, dokter wajib
pelayanan di era pandemi ini baik bagi rumah sakit meggunakan Alat Pelindung Diri (APD) sebagai mana
ataupun dokter mendapatkan perlindungan hukum yang di sebutkan dalam Undang-Undang Kesehatan
seperti yang diuraikan dalam Undang – Undang No Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan Bab
44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit Pasal 30 huruf kesepuluh mengenai pelayanan kesehatan pada
(f) yang menyatakan bahwa “ Rumah Sakit bencana Pasal 83 (1) menyatakan bahwa “Setiap
mempunyai hak mendapatkan perlindungan hukum orang yang memberikan pelayanan kesehatan pada
dalam melaksanakan pelayanan kesehatan.“ dan bencana harus ditujukan untuk penyelamatan
Undang – Undang No 36 Tahun 2014 tentang nyawa, pencegahan kecacatan lebih lanjut, dan

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN : 978-623-6595-34-3
Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020 63
The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

kepentingan terbaik bagi pasien.” Pasal 83 (2) yang akhirnya tertular COVID-19. Dokter mempunyai
menyatakan bahwa “Pemerintah menjamin hak untuk memperoleh informasi kesehatan serta
perlindungan hukum bagi setiap orang sebagaimana riwayat penyakit yang lengkap dan jujur dari pasien
dimaksud pada ayat (1) sesuai dengan kemampuan atau keluarganya. Hal ini ditegaskan dalam
yang dimiliki.”APD merupakan hak dokter yang Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
harus dipenuhi demi keselamatan dan agar dapat 290/MENKES/PER/III/2008 tentang Persetujuan
bekerja sesuai dengan standar sebagaimana Tindakan Kedokteran Pasal 2 ayat (1) menyatakan
diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 29 bahwa “Semua tindakan kedokteran yang akan
Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran Pasal 50 dilakukan terhadap pasien harus mendapat
huruf (b) yang menyatakan bahwa “Dokter atau persetujuan.” pasal 2 ayat (2) menyatakan bahwa
Dokter Gigi dalam melaksanakan Praktik Kedokteran “Persetujuan dimaksud pada ayat (1) dapat
mempunyai hak untuk memberikan pelayanan diberikan secara tertulis lisan.” Peraturan Menteri
medis menurut standar profesi dan standar Kesehatan Republik Indonesia Nomor 11 tahun 2017
prosedur operasional. tentang Keselamatan Pasien Pasal 7 ayat (2) huruf
c. Menjaga kesehatan. (a) menyatakan bahwa “Kriteria Standar pendidikan
Seringkali dokter yang mengabaikan kondisi kepada pasien dan keluarga sebagaimana dimaksud
kesehatannya. Undang-Undang Kesehatan No. 36 pada ayat (1) mewajibkan Pasien dan keluarganya
Tahun 2009 tentang kesehatan Pasal 11 meyatakan untuk memberikan informasi yang benar, jelas,
bahwa “Setiap orang berkewajiban berperilaku lengkap dan jujur.” Undang-Undang Nomor 29
hidup sehat untuk mewujudkan, mempertahankan, Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran Pasal 50
dan memajukan kesehatan yang setinggi-tingginya.” huruf (c) yang menyatakan bahwa “Dokter atau
Bekerja sesuai standar bukan hanya hak yang harus Dokter Gigi dalam melaksanakan praktik kedokteran
dipenuhi bagi setiap Dokter namun juga merupakan mempunyai hak memperoleh informasi yang
kewajiban yang harus dilaksanakan. Hal ini lengkap dan jujur dari pasien atau keluarganya.”
ditegaskan dalam Undang-Undang Nomor 29 Tahun Undang-undang Kesehatan No. 36 Tahun 2014
2004 tentang Praktik Kedokteran Pasal 45 ayat 1 tentang Tenaga kesehatan pasal 68 ayat (1)
yang menyatakan bahwa “Setiap tindakan menyatakan bahwa “Setiap tindakan pelayanan
kedokteran atau kedokteran gigi yang akan kesehatan perseorangan yang dilakukan oleh Tenaga
dilakukan oleh dokter atau dokter gigi terhadap Kesehatan harus mendapat persetujuan.”
pasien harus mendapat persetujuan.” Kode Etik 3. Rekam Medis
Kedokteran Indonesia Pasal 16 menyatakan bahwa Menurut standar pelayanan kedokteran di
“Setiap dokter haris memelihara kesehatannya, tempat praktek maupun Rumah Sakit, Dokter
supaya dapat bekerja dengan baik.” membuat catatan mengenai berbagai informasi
2. Informed Consent mengenai Pasien dalam suatu berkas yang dikenal
Ketidakjujuran pasien dalam menceritakan sebagai Rekam Medis atau Dokumen Medis.
riwayat kontak dan riwayat penyakitnya Pengaturan mengenai Rekam Medis terdapat dalam
menyebabkan dokter tidak mengetahui pasien yang Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang
sedang dirawat merupakan pasien positif COVID-19 Praktik Kedokteran Pasal 46 ayat (1) yang
atau carier COVID-19. Akibatnya, banyak dokter menyatakan bahwa “Setiap dokter atau dokter gigi

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN : 978-623-6595-34-3
Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020 64
The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

dalam menjalankan praktik kedokteran wajib protokol kesehatan dalam melakukan pelayanan
membuat rekam medis”. Peraturan Menteri kesehatan khususnya bagi dokter sudah dilakukan
Kesehatan Republik Indonesia Nomor namun hal tersebut tidak akan berjalan bila tidak
269/Menkes/Per/III/2008 tentang Rekam Medis adanya peran dari masyarakat, Jika ada pihak-pihak
Pasal 5 ayat (1) menyatakan bahwa “Setiap dokter yang tidak mengindahkan imbauan tersebut, maka
atau dokter gigi dalam menjalankan praktik pihak tersebut dapat dianggap tidak berperan serta
kedokteran wajin membuat rekam medis.” dalam penanggulangan wabah virus corona. Adapun
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan sanksi-sanksinya tertuang dalam Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 52 tahun 2018 tentang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1984 Tentang
Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Di Fasilitas Wabah Penyakit Menular Pasal 14 ayat (1)
Pelayanan Kesehatan Pasal 1 ayat 2 menyatakan menyatakan Bahwa “Barang siapa dengan sengaja
bahwa “Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Fasilitas menghalangi pelaksanaan penanggulangan wabah
Pelayanan Kesehatan yang selanjutnya disebut K3 di sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini,
Fasyankes adalah segala kegiatan untuk menjamin diancam dengan pidana penjara selama-lamanya 1
dan melindungi sumber daya manusia fasilitas (satu) tahun dan/atau denda setinggi-tingginya Rp
pelayanan kesehatan, pasien, pendamping pasien, 1.000.000,- (satu juta rupiah).” Pasal 14 ayat (2)
pengunjung, maupun masyarakat di sekitar meyatakan Bahwa “Barang siapa karena
lingkungan Fasilitas Pelayanan Kesehatan agar sehat, kealpaannya mengakibatkan terhalangnya
selamat, dan bebas dari gangguan kesehatan dan pelaksanaan penanggulangan wabah sebagaimana
pengaruh buruk yang diakibatkan dari pekerjaan, diatur dalam Undang-Undang ini, diancam dengan
lingkungan, dan aktivitas kerja”, oleh karena itu shift pidana kurungan selama-lamanya 6 (enam) bulan
kerja harus memperhatikan durasi kerja yang sesuai dan/atau denda setinggi-tingginya Rp 500.000,- (lima
dengan peraturan yaitu 40 jam seminggu dengan ratus ribu rupiah).” Pasal 14 ayat (3) menyatakan
waktu kerja harian 7-8 jam dan tidak melebihi 12 bahwa “Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam
jam. Shift kerja dapat dibagi menjadi 3 shift (8 jam ayat (1) adalah kejahatan dan tindak pidana
sehari) atau 2 shift (12 jam sehari). Waktu kerja lebih sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) adalah
pendek diijinkan pada kondisi tekanan pekerjaan pelanggaran.”
tidak normal atau risiko tinggi, seperti misalnya
ketika tenaga medis harus memakai hazmat terus KESIMPULAN
menerus sepanjang shift. Shift pendek lebih COVID-19 adalah penyakit yang disebabkan oleh
disarankan dibandingkan shift panjang dan hindari virus SARS-CoV-2 (Severe Acure Respiratory
kerja malam terus menerus. Hal ini dapat membantu Syndrome Coronavirus 2). Dokter sebagai garda
melindungi dari risiko kelelahan mental dari beban terdepan dalam menghadapi COVID-19
kerja yang berat, kelelahan fisik, lingkungan ekstrem, menyebabkan dokter memiliki risiko yang sangat
atau paparan dari bahaya kesehatan lainnya. tinggi dalam terpajan patogen COVID-19, maka
Terwujudnya tingkat kesehatan khususnya di diperlukan pedoman untuk meminimalisir risiko
era pandemik merupakan salah satu bagian dari seperti Standar Profesi Kedokteran, Informed
tujuan pembangunan nasional. Upaya karantina, Consent, dan Rekam Medis. Dalam menjalankan
pembatasan sosial berskala besar hingga penerapan prakteknya seorang dokter tidak terlepas dari hak

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN : 978-623-6595-34-3
Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020 65
The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

dan kewajibannya dalam memberikan pelayanan, 18. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 269/Menkes/Per/III/2008 tentang Rekam
oleh karena itu dikeluarkan peraturan-peraturan Medis
19. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
yang melindungi dokter dalam melakukan pelayanan No. 52 tahun 2018 tentang Keselamatan Dan
Kesehatan Kerja Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
dan membagi jam kerjanya untuk menciptakan 20. Kode Etik Kedokteran Indonesia

kondisi yang sehat, aman, selamat, dan nyaman bagi


Copyright @ 2020 Authors. This is an open access article
tenaga kesehatan khususnya dokter yang sesuai
distributed under the terms of the Creative Commons
dengan standar profesi, standar pelayanan profesi Attribution-NonCommercial 4.0 International License
dan standar prosedur operasional. (http://creativecommons.org/licenses/by-nc/4.0/), which
permits unrestricted non-commercial use, distribution, and
reproduction in any medium, provided the original author and
DAFTAR PUSTAKA source are properly cited.
1. Karthikeyan P. Iyengar, Pranav Ish, dan Vijay Kumar
Jain. 2020. COVID-19 dan kematian pada
dokter.https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/P
MC7470789/pdf/main.pdf. Diakses pada tanggal 11
November 2020. Pukul 22.45 WIB
2. Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19.
2020. Available from: https://COVID-19.go.id/peta-
sebaran, Diakses pada tanggal 11 November 2020.
Pukul 21.00 WIB
3. COVID-19 Coronavirus Pandemic [Internet].
Worldometers. 2020. Available from:
https://www.worldometers.info/coronavirus/,
Diakses pada tanggal 11 November 2020. Pukul
21.15 WIB
4. Tria Sutrisna, Kilas Balik :Yang Terjadi di DKI
Setelah Kasus Pertama Covid-19 Diumumkan....”
https://megapolitan.kompas.com/read/2020/05/3
1/09431801/kilas-balik-yang-terjadi-didki-setelah-
kasus-pertamacovid-19-diumumkan?page=all ,
diakses pada tanggal 14 November 2020 pukul 0:05
5. COVID-19 Coronavirus Pandemic [Internet].
Worldometers. 2020. Available from:
https://www.worldometers.info/coronavirus/,
Diakses pada tanggal 11 November 2020. Pukul
20.15 WIB
6. Tim Mitigasi Dokter Dalam Pandemi Covid-19 Pb Idi.
2020. Pedoman standar perlindungan dokter di era
covid-19.
7. Dian Rosita. 2020. Jurnal Perlindungan Hukum Bagi
Dokter Terhadap Pengobatan Pasien Covid-19 Di
Rumah Sakit. Available from:
http://journal.umpo.ac.id/index.php/LS/article/vie
w/3101/1596, Diakses pada tanggal 11 November
2020. Pukul 21.15 WIB
8. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 12
Tahun 2020 Tentang Penetapan Bencana Nonalam
Penyebaran Corona Virus Disease 2019 (Covid-19)
Sebagai Bencana Nasional
9. Undang-Undang Dasar RI 1945
10. Undang – Undang No 39 Tahun 1999 tentang Hak
Asasi
11. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun
1984 Tentang Wabah Penyakit Menular
12. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29
tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran

13. Undang – Undang No 44 Tahun 2009 tentang Rumah


Sakit
14. Undang – Undang No 36 Tahun 2014 tentang Tenaga
Kesehatan
15. Undang-Undang Kesehatan No. 36 Tahun 2009
tentang kesehatan
16. PMK No. 290 Th 2008 ttg Persetujuan Tindakan
Kedokteran
17. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 11 tahun 2017 tentang Keselamatan Pasien

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN : 978-623-6595-34-3
Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020 66
The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

Artikel Penelitian

Relationship Between Transaminase Levels and Liver Function In NTT


People Who Have A Habit Of Drinking Alcohol
Niufti Ayu Dewi Mahila1, Suhartini.2

1Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta / RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta

ABSTRACT
Introduction: According to data from the Indonesian Ministry of Health through the results of the 2018 Riskesdas, it
was found that the age group> 10 years in the province of East Nusa Tenggara (NTT) was ranked 2nd among other
provinces, which was around 14% in 2017 and 15% in 2018 who have a habit of consuming alcohol. There is a
relationship between liver function damage in humans that occurs due to alcohol consumption. Objective: Aimed to
identify transaminase levels in the NTT ethnic community and their relationship with alcohol drinkers and liver
function in the NTT community. Method: This type of research is cross sectional analytic. The research subjects
were NTT ethnic communities in NTT, both drinkers and non-drinkers of alcohol. The research sample consisted of
55 NTT ethnic samples with 2 original NTT ethnic lineages. The sample is venous blood that is inserted into a blood
tube, and the transaminase enzyme level is measured. Data processing to determine the relationship between
alcohol drinkers and non-drinkers with impaired liver function will be carried out using the Chi Square Test and the
SPSS method. Results: The 37 drinkers, 36 were male and 1 female. Of the 37 subjects who drank alcohol, there
were 19 subjects (51.4%) who consumed alcohol excessively, and all of these subjects were male. Obtained
bivariate analysis of alcohol drinking habits on transaminase levels and liver function p> 0.05. It means that there is
no significant relationship between drinking alcohol and transaminase levels and liver function. Conclusion: The
pattern of alcohol consumption is not related to transaminase levels and liver function in NTT people who have a
habit of drinking alcohol

Keywords: ALT, AST, GGT, Liver function, NTT, Transaminase Enzyme.,

Korespondensi : Niufti Ayu Dewi Mahila, email: suhartini@ugm.ac.id

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN : 978-623-6595-34-3
Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020 67
The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

LATAR BELAKANG khususnya pada kasus sirosis hepatis. Sirosis hepatis


Alkohol merupakan salah satu zat aktif yang merupakan jenis cidera liver yang berkarakteristik
sering disalahgunakan di masyarakat dan dengan hilangnya fibrous tissue bands (septa) secara
menyebabkan adanya sifat adiktif atau difuse (menyebar) dan atau mikronodular. Hal
ketergantungan bahkan memiliki potensi untuk tersebut dapat menjadi faktor penting terjadinya
menyebabkan keracunan yang dapat penyakit sirosis hepatis, salah satu efek akut dan
membahayakan tubuh manusia. Di negara kronik pada kebiasaan konsumsi minuman
berkembang konsumsi alkohol secara berlebih berlakohol3.
menjadi masalah yang cukup besar bagi negara Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
tersebut. Berdasarkan data WHO yang diperoleh dari mengetahui hubungan kadar transaminase dan
world bank pada tahun 2010 total populasi fungsi hati pada masyarakat NTT yang memiliki
masyarakat Indonesia adalah 240.000.000, 70% kebiasaan minum alkohol.
diantaranya adalah kategori usia diatas 15 tahun.
dan berdasarkan data yang ada di jelaskan bahwa di METODE
dapatkan 9,4% pria dan 1,7% wanita indonesia pada Desain Penelitian
kelompok usia diatas15 tahun per kapita memiliki Penelitian ini menggunakan desain
1
kebiasaan mengkonsumsi alkohol . penelitian potong lintang (Cross Sectional) analitik,
Pada sebagian kelompok masyarakat di dimana penelitian ini mengkaji dinamika korelasi
Indonesia konsumsi alkohol dianggap sebagai tradisi, antara kadar transaminase dan fungsi hati pada
ataupun hal yang wajar dilakukan karena faktor masyarakat NTT yang memiliki kebiasaan minum
kebiasaan dilingkungannya. Menurut data dari alkohol.
Depkes melalui hasil data Riskesdas tahun 2018, Tempat dan Waktu Penelitian
didapatkan hasil bahwa pada kelompok usia >10 Penelitian di lakukan di Laboratorium
tahun di provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) Biokimia, Laboratorium Patologi Klinik, Laboratorium
menduduki peringkat ke- 2 di antara provinsi- Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan
provinsi yang lainnya yaitu sekitar 14% pada tahun Medikolegal Fakultas Kedokteran Kesehatan
2017 dan 15% pada tahun 2018 yang memiliki Masyarakat dan Keperawatan Universitas Gadjah
kebiasaan mengkonsumsi alkohol. Didapatkan juga Mada.
data bahwa NTT menjadi provinsi yang menduduki
peringkat ke-1 yaitu 3,2% pada tahun 2018 yang Populasi Sampel Penelitian
memiliki kebiasaan mengonsumsi alkohol berlebih di Populasi dalam penelitian ini dibagi kedalam
bandingkan dengan provinsi-provinsi lain di 2 grup, yaitu grup sampel dari masyarakat etnik NTT
indonesia2. peminum alkohol dan grup sampel dari masyarakat
Sesuai penelitian kesehatan mengkonsumsi etnik NTT yang bukan peminum alkohol sebagai grup
alkohol dalam jumlah banyak dan terus menerus kontrol.
dapat mengakibatkan cidera pada liver, jantung dan Subjek penelitian merupakan sukarelawan
otot abdomen. Ethanol adalah suatu substansi yang yang bersedia dilakukan pemeriksaan dan memiliki
mengakibatkan kerusakan irreversible pada liver kriteria sesuai dengan kriteria inklusi. Sampel diambil
terutama dari hasil observasi patologi klinik, berdasarkan metode Consecutive sampling.

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN : 978-623-6595-34-3
Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020 68
The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

Besar Sampel Penelitian Melalui perhitungan dengan rumus


Penelitian menggunakan perbandingan 2 tersebut, maka di dapatkan jumlah sampel n = 47,9
data proporsi. Dengan demikian besar sampel atau setara dengan 48 sampel jika dibulatkan.
dihitung menggunakan rumus perhitungan besar Dengan asumsi adanya dropout dari responden
sampel cross sectional study yang dilakukan pada sebanyak 20%, maka penulis mengambil sampel
jenis data kategorik tidak berpasangan sebagai sebanyak 57,6 sampel atau setara dengan 58 sampel
berikut : jika dibulatkan.
n= {Zα √2PQ+Zβ P1Q1+ P2Q2} Kriteria Subjek Penelitian
P1- P2 1. Kriteria Inklusi
Dengan besar : 1. Orang NTT dengan dua garis keturunan
1. Zα/Nilai standar alpha 5% yaitu 1,96 Etnis NTT asli
2. Zβ/Nilai standar beta 10% yaitu 1,28 2. Berusia 17 tahun atau lebih.
3. P1 = proporsi ALDH2 Wild type 0,46 (nilai P 3. Peminum alkohol.
didapatkan dari penelitian sebelumnya yang 4. Bukan Peminum alkohol (masukkan
dilakukan oleh Novianto, 2018). kedalam kontrol).
4. P2 = proporsi polimorfisme ALDH2 0,18 5. Sehat.
5. Q1 = 1 – P1 = 1 – 0,46 = 0.54 6. Menandatangani lembar persetujuan atau
6. Q2 = 1 - P2 = 1 – 0,18 = 0,82 informed consent.
7. P1 - P2 = 0,46 – 0,18 = 0,28 2. Kriteria Eksklusi
8. P = (P1 + P2) / 2 = (0,46 + 0,18) / 2 = 0.64/2 = 0,32 1. Membatalkan keikutsertaan
9. Q = 1 - P = 1 – 0,32 = 0,68 2. Dalam kondisi sakit waktu pengambilan
Maka jika angka-angka tersebut dimasukkan sampel darah.
ke dalam rumus, didapatkan alur perhitungan Identifikasi Variabel Penelitian
berikut : Variabel dalam penelitian ini meliputi
variabel bebas, variabel tergantung dan variabel
n= {1,96 √2.0,32.0,68+1,28 √0,46.0,54+0,18. 0,82}2 yang berpengaruh dalam pengukuran. Variabel
0,46-0,18 bebas dalam penelitian ini adalah kadar
transaminase dan fungsi hati, variabel tergantung
2
= {1,96 x √0,44+1,28 x √0,25} adalah kebiasaan minum alkohol. Variabel yang
0,28 berpengaruh dalam penelitian ini antara lain :
1. Pengambilan sampel (meliputi pengambil
= {(1,96 x 0,66)+(1,28 x0,5)}2 sampel serta alat dan bahan yang
0,28 digunakan)
2. Pengolahan sampel (meliputi pengolah
= {1,30+0,64}2 sampel serta alat dan bahan yang
0,28 digunakan)
3. Pemeriksaan sampel (meliputi pemeriksa
=6,92 x 6,92 = 47,9 =48 sampel serta alat dan bahan yang
digunakan)

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN : 978-623-6595-34-3
Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020 69
The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

Cara Penelitian 3. Alat dan bahan yang digunakan untuk


Pengambilan sampel darah vena dilakukan pemeriksaan sampel menggunakan spuit
pada setiap sampel yang memenuhi kriteria inklusi baru untuk mengambil darah, dan langsung
dan eksklusi pada penelitian ini. Waktu pengambilan disimpan ke dalam tabung EDTA.
sampel adalah Bulan Agustus hingga September 4. Alat dan bahan yang digunakan untuk
2019. Setiap sampel diambil darahnya untuk pemeriksaan sampel merupakan alat yang
diperiksa fungsi hati (sgot, sgpt,ggt). terstandarisasi dan diperiksa kelayakannya.
Analisis data dilakukan dengan analisis 5. Proses pengambilan, pengolah, pemeriksa
kategorik tidak berpasangan (uji Chi Square) antara sampel, orang yang terlibat dalam
pada golongan peminum dan bukan peminum yang pengambilan, proses pengolahan dan
dihubungkan dengan kadar transaminase dan fungsi pemeriksaan sampel dalam penelitian ini
hati. Cara kerjanya adalah sebagai berikut : adalah tenaga ahli yang terlatih sesuai
1. Subyek dipilih menggunakan metode dengan bidangnya masing-masing .
consecutive sampling. Etika Penelitian
2. Tiap subyek diambil darahnya sebanyak 3- Penelitian ini melibatkan Subyek penelitian
5cc dari vena cubiti setelah dilakukan dari masyarakat etnis NTT yang langsung diambil di
pengambilan informed consent. Darah daerah Kupang Provinsi Nusa Tenggara Timur. Pada
dimasukkan ke dalam tabung EDTA dan subyek penelitian dilakukan pengambilan sampel
darah beku, kemudian dilakukan ekstraksi berupa darah vena yang sebelumnya dilakukan
dan pengukuran kadar transminase dan sosialisasi terlebih dahulu kepada seluruh subyek
fungsi hati. penelitian dan dilanjutkan dengan adanya informed
Analisa Data consent.
Data dianalisis dengan statistik deskriptif Jika dalam proses informed consent atau
kemudian dilanjutkan dengan statistik analitik Uji pemberian informasi subyek penelitian tidak
hipotesis yang digunakan adalah uji non parametrik bersedia dan menolak, maka peneliti tidak akan
karena data dalam skala kategorikal memasukkannya kedalam subyek penelitian (kriteria
(nominal/ordinal), tidak berpasangan dan lebih dari eksklusi). Dalam penelitian ini tidak ada efek medis
2 kelompok, yaitu Chi Square Test yang dilakukan apapun terhadap kondisi pasien, dan identitas
dengan menggunakan metode SPSS. Uji Chi Square seluruh subyek penelitian akan dirahasiakan.
Test dikatakan bermakna jika p< 0,05 (Hipotesis nol Penelitian ini merupakan bagian dari
ditolak, Hipotesis alternatif diterima), artinya penelitian payung yang berjudul “Hubungan Antara
terdapat perbedaan antara variabel yang di uji. Polymorphism gen-gen ADH2, CYP450EI, dan ALDH2
Pengendalian Penyimpangan Protokol dengan Kadar Enzim Liver pada Peminum Alkohol
1. Sampel yang digunakan adalah orang orang Papua dan Nusa Tenggara Timur” dan telah
dengan latar belakang etnis NTT yang mendapat persetujuan (Ethical Clearance) dari
tinggal di NTT. Komite Etik FKKMK Universitas Gajah Mada
2. Sampel yang digunakan adalah peminum Yogyakarta dengan Ref. No.: KE/FK/0830/EC/2019.
dan bukan peminum alkohol. HASIL
Karakteristik Subjek

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN : 978-623-6595-34-3
Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020 70
The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

Didapatkan sampel sejumlah 51 orang Hubungan Kadar Transaminase dan Fungsi Hati
memenuhi kriteria inklusi dan di luar kriteria dengan Kebiasaan Minum Alkohol
eksklusi. Sampel terdiri dari 40 laki-laki dan 11 Untuk mengetahui adakah perbedaan kadar
perempuan. Sejumlah 37 orang atau 72,5% transaminase dan fungsi hati pada peminum dan
merupakan peminum alkohol. Dari 37 peminum, 36 bukan peminum, dilakukan analisis bivariat dari
adalah laki-laki dan 1 orang perempuan. kebiasaan minum alkohol terhadap masing-masing
Pola Konsumsi Alkohol ALT25, ALT50, ALT75, AST25, AST50, AST75, GGT25,
Jenis alkohol terbanyak yang dikonsumsi GGT50, dan GGT75. Dimana didapatkan semuanya
adalah sopi, bir, moke, dan semua jenis minuman dengan nilai p= 1, 0,562, 0,735, 0,754, 0,386, 0,303,
beralkohol. Frekuensi konsumsi alkohol bervariasi, 0,336, 0,376, dan 0,773 (p>0,05). Berarti didapatkan
mulai dari satu kali per tahun hingga 3 kali per hari. hubungan yang tidak bermakna antara kebiasaan
Sedangkan durasi konsumsi alkohol antara 1-30 minum alkohol dengan kadar transaminase dan
tahun. Jumlah minuman beralkohol yang dikonsumsi fungsi hati (Lampiran 2).
mulai dari 1 sloki per hari hingga 2 botol per hari. Pada penelitian ini, subjek didominasi oleh
Rata-rata, median, dan modus frekuensi serta durasi kelompok usia muda. Selain faktor usia yang
konsumsi alkohol (Lampiran 1). memengaruhi status fungsi hati, durasi konsumsi
Lampiran 1. Tabel data deskriptif frekuensi dan alkohol masih relatif pendek, dengan rata-rata
durasi konsumsi alkohol 7.11±1.094 tahun dan median 5 tahun, sehingga efek
Frekuensi konsumsi Durasi konsumsi konsumsi alkohol kronis mungkin belum muncul.
alkohol (kali/bulan) alkohol (tahun) Di NTT, konsumsi alkohol menjadi bagian

N 37 37 dari tradisi dan budaya Berdasarkan data usia dan

Mean 16.25±3.102 7.11±1.094 durasi konsumsi alkohol, dapat diketahui bahwa


pada penelitian ini, terdapat subjek yang sudah
Median 4.00 5.00
mengonsumsi alkohol sejak remaja, bahkan anak-
Modus 28 1
anak. Dengan demikian, terdapat faktor-faktor lain
Standar 18.871 6.653
selain genetik yang berkontribusi terhadap perilaku
deviasi
konsumsi alkohol pada masyarakat NTT.

Dikatakan konsumsi minuman beralkohol


DISKUSI
yang berlebihan atau heavy drinking jika konsumsi
Didapatkan sampel sejumlah 51 orang yang
sebanyak ≥5 satuan standar pada laki-laki dan ≥4
memenuhi kriteria inklusi dan di luar kriteria
satuan standar pada perempuan pada satu waktu,
eksklusi. Sampel terdiri atas 40 laki-laki dan 11
atau ≥15 kali dalam seminggu pada laki-laki dan ≥8
perempuan. Sejumlah 37 orang atau 72,5% dari
kali dalam seminggu pada perempuan4. Dari 37
keseluruhan sampel merupakan peminum alkohol.
subjek peminum alkohol, terdapat 19 subjek (51,4%)
Secara umum, laki-laki cenderung lebih banyak
yang mengonsumsi alkohol secara berlebihan, dan
mengonsumsi alkohol daripada perempuan. Di
semua subjek tersebut adalah laki-laki.
samping itu, status sosial dan ekonomi juga
berpengaruh terhadap perilaku konsumsi alkohol. Di
negara dengan pendapatan tinggi, perempuan yang

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN : 978-623-6595-34-3
Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020 71
The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

mengonsumsi alkohol relatif lebih banyak, begitu liver, Acute alcoholic hepatitis, Alcoholic liver
pula dengan risiko penyalahgunaan alkohol1. cirrhosis dan Hepatocellular carcinoma8.
Pada orang yang memiliki kebiasaan minum Metabolisme alkohol terutama terjadi
alkohol akan terjadi akumulasi dari lemak dihati, didalam hati. Jika alkohol diminum dalam dosis yang
hiperlipiddemia dan sirosis hepatis. Ada bukti yang rendah alkohol dipecah oleh enzim alkohol
kuat mengenai adanya peningkatan sintesis dehidrogenase menjadi asetaldehida (hampir 95%
trigliserol hepatik, penurunan oksidasi asam lemak etanol dalam tubuh akan teroksidasi menjadi
dan adanya penurunan aktivitas siklus asam sitrat, asetaldehid dan asetat, sedangkan 5% sisanya akan
yang terjadi akibat adanya suatu proses oksidasi diekskresi bersama urin)9.
etanol di dalam sitosol hepatik oleh enzim alcohol
dehydrogenase sehingga timbul produksi baru KESIMPULAN
Nicotinamide adenine dinucleotide (NADH) yang Kebiasaan minum atau pola konsumsi
berlebihan5 alkohol tidak berhubungan dengan kadar
Didapatkan hubungan antara alkohol transaminase dan fungsi hati pada masyarakat NTT
dengan tindak kriminal tetapi penyebab langsung yang memiliki kebiasaan minum alkohol
dari kedua kondisi ini masih terus diperdebatkan,
meskipun demikian alkohol di bidang ilmu Ucapan Terima Kasih
kedokteran forensik juga di anggap memiliki Kami ingin mengucapkan terima kasih khususnya
hubungan dengan aktivitas kriminal. Pemahaman kepada DR. Dra. Suhartini, Apt., S.U. dan seluruh
mengenai mekanisme metabolisme, efek samping guru di Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan
dan hal-hal yang disebabkan karena adanya Medikolegal Universitas Gadjah Mada atas
kebiasaaan konsumsi alkohol sangat penting bagi bimbingan dan dukungannya dalam penerbitan
seorang dokter, khususnya dokter di bidang ilmu ulasan ini.
6
kedokteran forensik dan medikolegal .
Minuman alkohol tradisional biasanya Pendanaan
merupakan hasil fermentasi dengan kadar alkohol Ulasan ini menggunakan pendanaan penelitian
sekitar 10% akan terlihat keruh, sedang yang hasil payung.
sulingan 30% akan terlihat jernih. Di Nusa Tenggara
Timur dan di Sulawesi Utara, yang tidak disuling Bagian Ketersediaan Data dan Material
disebut dengan laro dan saguer, sedangkan yang Kumpulan data yang dikumpulkan dan ditunjukkan
disuling dinamakan sopi dan cap tikus, pada dalam ulasan ini tersedia sebagai data akses terbuka
umumnya masyarakat akan memilih mengkonsumsi sebagaimana dikutip dalam referensi kami.
minuman beralkohol yang telah disuling, karena
dianggap lebih tahan lama dan rasa yang dihasilkan Kontribusi Penulis
lebih mantap7. NADM dan S mendesain arah diskusi,
Penyakit hati yang disebabkan oleh alkohol mengumpulkan semua data dan Menyusun naskah.
atau biasa disebut dengan Alcohol liver disease Semua penulis mengambil bagian dalam penulisan
memiliki beberapa jenis penyakit yang masuk dan menyetujui naskah akhir.
kedalam kategori tersebut, diantaranya adalah Fatty Izin Penerbitan

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN : 978-623-6595-34-3
Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020 72
The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

Tak diterapkan

Persetujuan Etika dan Persetujuan Berpartisipasi


Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian
payung yang berjudul “Hubungan Antara
Polymorphism gen-gen ADH2, CYP450EI, dan ALDH2
dengan Kadar Enzim Liver pada Peminum Alkohol
orang Papua dan Nusa Tenggara Timur” dan telah
mendapat persetujuan (Ethical Clearance) dari
Komite Etik FKKMK Universitas Gajah Mada
Yogyakarta dengan Ref. No.: KE/FK/0830/EC/2019.

DAFTAR PUSTAKA
1. WHO. Global status report on alcohol 2014, alcohol
consumption : level and patterns in indonesia 1961-
2010. 2015.
2. Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
https://www.depkes.go.id/resources/download/profil/
PROFIL_KES_PROVINSI_2015/19_NTT_2015.pdf. 2016.
3. Suhartini, et al. Analysis of effect of aldehyde
dehydrogenase 2 (ALDH2) gene polymorphism on liver
function status of alcohol drinkers in indonesia, AIP
conference proceedings. 2019.
4. Badan pusat statistik provinsi
ntt.https://ntt.bps.go.id/dynamictable/2016/08/03/32
1/banyaknya-kecamatan-menurut-kabupaten-kota-di-
provinsi-nusa-tenggara-timur-2014-2018.htmnusa-
tenggara-timur-2016-2018.html. 2018.
5. Murray. Biokimia Harper. Edisi 25, 264,
http://www.cdc.gov/mmwr/preview/mmwrhtml/mm5
54 8a2htm. 2000.
6. Stark, M.M., Norfolk, G. Clinical Forensic Medicine A
Physician’s Guide 2nd ed.Humana Press.New Jersey. pp
305-316. 2005.
7. Suhardi. Preferensi Peminum Alkohol Di Indonesia
Menurut RISKESDAS 2007. Pusat Teknologi Terapan
Kesehatan dan Epidemologi Klinik. 2011.
8. He, Lei, et al. Aldehyde dehydrogenase 2 (ALDH2)
polymorphism and the risk of alcoholic liver cirrhosis
among east Asians : a meta-analysis, Yonsei medical
journal. 2016.
9. Musaffa. metabolisme alkohol dalam tubuh,
www.scribd.com.

Copyright @ 2020 Authors. This is an open access article


distributed under the terms of the Creative Commons
Attribution-NonCommercial 4.0 International License
(http://creativecommons.org/licenses/by-nc/4.0/), which
permits unrestricted non-commercial use, distribution, and
reproduction in any medium, provided the original author and
source are properly cited.

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN : 978-623-6595-34-3
Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020 73
The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

Tinjauan Pustaka

Reliabilitas Sidik Bibir Untuk Identifikasi Manusia Pada Jenis Kelamin,


Ras Kaukasoid, Ras Negroid, Ras Mongoloid, Golongan Darah, Dan
Kepribadian Individu
Muhammad Yusuf Arrozhi1, Martiana Suciningtyas2
1Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta / RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta

ABSTRAK
Latar belakang: Cheiloscopy adalah suatu teknik odontologi forensik yang berhubungan dengan identifikasi
manusia berdasarkan sidik bibir karena keunikannya. Tujuan: Untuk meninjau pustaka secara sistematis pada pola
cetakan bibir dalam membantu identifikasi manusia dari jenis kelamin, ras kaukasoid,ras negroid, ras mongoloid,
golongan darah, dan kepribadian individu. Metode: Tinjauan sistematis dirancang menurut Item Pelaporan Pilihan
Untuk Tinjauan Sistematis. Sepuluh database elektronik dicari sebagai sumber informasi utama. Hasil: Pencarian
sistematis menghasilkan 279 penelitian, hingga dipilih sebanyak enam penelitian untuk dianalisis. Sidik bibir
melalui analisis statistik secara signifikan dapat mengidentifikasi jenis kelamin, ras kaukasoid, ras negroid, dan ras
mongoloi, namun tidak signifikan dalam mengidentifikasi golongan darah dan kepribadian individu. Kesimpulan:
Cheiloscopy mencatat kesan bibir atas dan bawah seseorang, sehingga catatan antemortem dapat digunakan
untuk mencocokkan sidik bibir dengan catatan postmortem untuk identifikasi manusia Mayoritas sidik bibir
dianalisis menggunakan klasifikasi Suzuki dan Tsuchihashi. Maka tidak ada dua sidik bibir yang identik, bahkan
pada individu kembar identik. Dengan demikian, sidik bibir bersifat unik, namun hanya dapat digunakan sebagai
metode tambahan atau alternatif dalam identifikasi manusia.

Kata kunci: Cheiloscopy, Identifikasi Manusia, Sidik Bibir,

Korespondensi : Muhammad Yusuf Arrozhi,email: annadaryanto@gmail.com

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN : 978-623-6595-34-3
Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020 74
The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

PENDAHULUAN Kriteria Kelayakan


Odontologi forensik adalah ilmu yang Hanya studi tentang akurasi sidik bibir untuk
berhubungan dengan identifikasi pribadi identifikasi manusia pada jenis kelamin, ras
berdasarkan bukti dari struktur gigi dan mulut. kaukasoid, ras negroid, ras mongoloid, golongan
Kerutan pada mukosa labial disebut sulci labiorum darah, dan kepribadian individu yang dimasukkan.
yang membentuk pola khas disebut dengan sidik Batasan tahun, Bahasa, dan jenis publikasi tidak
bibir. Orang yang pertama menggambarkan diterapkan. Kriteria eksklusi 1) penelitian tidak
fenomena biologis dari kertan dan garis pada bagian terkait dengan penggunaan sidik bibir; 2) surat
merah bibir manusia adalah seorang antropolog R. editor, pendapat pribadi, buku ajar, abstrak, dan
Fischer tahun 1902. Cheiloscopy merupakan dari laporan kasus; 3) studi deskriptif yang tidak dengan
bahasa Yunani, cheilos yaitu bibir dan skopein yaitu jelas bertujuan menyelidiki sidik bibir untuk
pemeriksaan. Sehingga cheiloscopy adalah suatu identifikasi manusia; 4) penelitian yang
teknik odontologi forensik yang berhubungan menggunakan sampel individu yang mengalami
dengan identifikasi manusia berdasarkan sidik bibir malformasi bibir atau palatal; 5) penelitian
karena keunikannya1. menggunakan sampel individu dengan lesi inflamasi
Mengidentifikasi identitas individu atau traumatis dengan maloklusi.
merupakan hal yang sangat penting pada proses
Kedokteran Forensik dan Medikolegal atau Sumber Informasi dan Pencarian
Kedokteran Kehakiman baik perdata maupun Sumber informasi menggunakan PubMed
pidana9. Diketahuinya identitas merupakan suatu (termasuk Medline), Scopus, LILACS, SciELO, Science
prasyarat untuk sertifikasi kematian serta untuk Direct, Clinical Key, Research Gate, Europe PMC,
keperluan pribadi, sosial, ansuransi, dan atau OATD, dan Open Grey digunakan untuk mencari
hukum10. literatur, menseleksi, dan meminimalkan bias
Kepribadian didefinisikan sebagai publikasi.
perbedaan individu dalam pola karakteristik berpikir, Medical Subject Headings (MeSH),
merasakan, dan berperilaku seperti yang dijelaskan Descriptor in Health Science (DeCS), Embase Subject
oleh Asosiasi Psikologis Amerika. Klasifikasi Headings (Emtree) dan operator Boolean “AND” dan
kepribadian menggunakan Costa dan McRaedi bagi “OR” digunakan untuk membangun strategi
23
disebut “The Big Five” . pencarian di setiap basis data (Tabel 1). Pencarian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk sistematis dilakukan pada bulan November 2020.
meninjau pustaka secara sistematis pada pola Penelitian yang didapat, disaring dan
cetakan bibir dalam membantu identifikasi manusia dihapus secara manual, dan diketik pada Microsoft
dari jenis kelamin, ras, golongan darah, dan WordTM 2019 (MicrosoftTM Ltd, Washington, AS).
kepribadian individu.

BAHAN DAN METODE


Protokol dan Registrasi
Tinjauan sistematis dirancang menurut Item
Pelaporan Pilihan untuk Tinjauan Sistematis8.

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN : 978-623-6595-34-3
Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020 75
The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

Tabel 1.Rancangan Strategi Dalam Mencari Basis Pada bagian kedua, abstrak dibaca secara oleh
Data penguji. Abstrak yang di luar lingkup penelitian
Basis Data Rancangan Hasil (kriteria penyaringan #2). Pada bagian ketiga,
Strategi (Juni-
dilakukan pembacaan seluruh isi jurnal penelitian
Juli 2020)
oleh penguji dan pemeriksa. Jika pada penelitian
PubMed “LIP PRINT” 15
tidak menyebutkan secara detail individu, maka akan
http://pubmed.ncbi.nlm AND “HUMAN
.nih.gov/ IDENTIFICATION dikeluarkan (kirteria kelayakan #3). Sehingga

didapatkan penelitian yang diambil berdasarkan
Scopus “LIP PRINT” 17
http://www.scopus.com AND “HUMAN kriteria kelayakan dan termasuk dalam analisis
/ IDENTIFICATION
kuantitatif sebanyak enam jurnal penelitian (kriteria

LILACS “LIP PRINT” 3 yang dimasukkan #4).
http://lilacs.bvsalud.org. AND “HUMAN
/ IDENTIFICATION
” HASIL
SciELO “LIP PRINT” 1
Seleksi Studi
http://www.scielo.org/ AND “HUMAN
IDENTIFICATION Pencarian sistematis di 10 database

elektronik menghasilkan 279 studi, yang tersisa
Science Direct “LIP PRINT” 17
http://sciencedirect.co AND “HUMAN Setelah menghapus duplikat, maka 69 penelitian
m/ IDENTIFICATION
tetap dilanjutkan untuk pembacaan judul. Setelah

Clinical Key “LIP PRINT” 17 menghapus penelitian yang tidak terkait topik, maka
http://www.clinicalkey.c AND “HUMAN
25 penelitian tetap dilanjutkan untuk pembacaan
om/ IDENTIFICATION
” abstrak. Setelah mengapus penelitian yang tidak
Research Gate “LIP PRINT” 50
terkait dengan tujuan penelitian maka 10 penelitian
http://researchgate.net/ AND “HUMAN
IDENTIFICATION dimasukkan dalam pembacaan teks lengkap. Setelah

menghapus penelitian yang tidak menyebutkan
Europe PMC “LIP PRINT” 59
http://europepmc.org/ AND “HUMAN secara detail metode sidik bibir yang digunakan,
IDENTIFICATION
maka 6 penelitian diambil berdasarkan kriteria

OpenGrey “LIP PRINT” 0 kelayakan. Tersisa 6 penelitian dipilih untuk ekstraksi
http://opengrey.eu/ AND “HUMAN
data (Gambar 1).
IDENTIFICATION

Open Access Theses and “LIP PRINT” 100
Dissertation (OATD) AND “HUMAN
http://oatd.org/ IDENTIFICATION

Total 279

Seleksi Studi
Proses pemilihan penelitian dibagi menjadi
tiga bagian. Yang pertama terdiri dari kalibrasi
dimana kriteria kelayakan dibahas antara penguji. Gambar 1. Diagram yang diadaptasi dari PRISMA
Judul di luar ruang lingkup tinjauan literatur yang menunjukkan proses seleksi penelitian8
sistematis ini akan dikeluarkan (kriteria eksklusi #1).

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN : 978-623-6595-34-3
Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020 76
The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

Karakteristik Sampel spatula, alginate, dan sendok cetak (custom tray)


Tabel 2 menunjukkan karakteristik utama (Gambar 3). Keunggulannya adalah dapat
dari penelitian sebagai analisis tinjauan pustaka menghasilkan cetakan tiga dimensi, hasil cetakan
sistematis. Studi dilakukan di India (Kumar, Laliytha tahan lama, dan bahan alginate mudah didapatkan,
Bijai, et al. 2016 dan George, Rosamma dan Shree, sedangkan kelemahannya adalah kurang praktis,
Javya. 2017), Brazil (Caputo, Ismara G. C. C., et al. waktu cetak lama (<30 menit), dan tidak optimal jika
2018), Malaysia (Sergius, Sue Sandra, et al. 2018), subjek yang akan diambil sidik bibirnya banyak atau
Gujarat (Dixit, Anirudha, jain, Ujaala, Ahuja, Pooja. massal19.
2019), dan Gornji Vakuf-Uskoplje (Vildana, Pengambilan sidik bibir polyvinyl siloxane,
Karamustafic, et al. 2020) dan diterbitkan antara menghasilkan sidik bibir yang detail. Bahannya
2016 hingga 2020. Dalam sebagian besar penelitian, mangkuk karet, spatula, polyvinyl siloxane, dan
sidik bibir dinilai menggunakan Metode Suzuki & sendok centong perorangan (custom tray), vaselin,
Tsuchihashi. dan applicating gun (Gambar 4). Keunggulannya
adalah menghasilkan cetakan tiga dimensi yang
DISKUSI akurat dan cetakannya tahan lama, sedangkan
Komposisi Bibir kelemahannya adalah kurang praktis, mahal, Dapat
Bibir adalah dua lipatan mukokutan yang dilakukan menggunakandua metode yaitu metode
bergerak dan sensitif yang terdiri dari kulit, otot, single motion dan metode Prabhu.Metode single
kelenjar sebaseus, dan selaput lendir, membentuk motion dibutuhkan bahan antara lain lipstik
batas anterior rongga mulut. Bibir atas memanjang berwarna merah, selotip transparan lebar 0,9cm,
dari septum hidung ke komisura dan di zona gunting, kertas putih polos, kaca pembesar, dan
tengahnya dan memiliki sebuah cekungan disebut kertas tissue (Gambar 2). Sedangkan metode Prabhu
sulkus nasolabial. Pada bibir bawah, garis tengah diperlukan bahan kertas putih, lipstik, glass plate,
sulkus mentolabial dibatasi antara bibir kulit dan dan kaca pembesar18. Keunggulan metode ini adalah
mentum. Terdapat vermilion area yang merupakan alat dan bahan sederhana, tidak mahal, mudah,
area penting untuk mempelajari kesan bibir, dan praktis dalam aplikasinya, namun kelemahannya
terdapat alur yang menentukan pola labial12. adalah belum terdapat standar warna baku dari
lipstik yang digunakan dan tidak semua subjek setuju
Metode Pengambilan dan Pendokumentasian Sidik diaplikasikan lipstik, terutama laki-laki19.
Bibir 2. Metode penggunaan bahan cetak gigi
Tersangka yang diduga sebagai orang yang Menggunakan bahan cetak kedokteran gigi
meninggalkan sidik bibir, harus diperiksa dan seperti alginate, dan elastomer (polyvinyl siloxane).
dianalisis sidik bibirnya. Pengambilan dan Hasilnya cukup detail sehingga mudah dianalisa dan
pendokumentasian dilakukan secara langsung. bertahan lama. Bahan berupa mangkuk karet,
1. Metode lipstick spatula, alginate, dan sendok cetak (custom tray)
Menggunakan bahan cetak kedokteran gigi (Gambar 3). Keunggulannya adalah dapat
seperti alginate, dan elastomer (polyvinyl siloxane). menghasilkan cetakan tiga dimensi, hasil cetakan
Hasilnya cukup detail sehingga mudah dianalisa dan tahan lama, dan bahan alginate mudah didapatkan,
bertahan lama. Bahan berupa mangkuk karet, sedangkan kelemahannya adalah kurang praktis,

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN : 978-623-6595-34-3
Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020 77
The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

waktu cetak lama (<30 menit), dan tidak optimal jika


subjek yang akan diambil sidik bibirnya banyak atau
massal19.
Pengambilan sidik bibir polyvinyl siloxane,
menghasilkan sidik bibir yang detail. Bahannya
mangkuk karet, spatula, polyvinyl siloxane, dan
sendok centong perorangan (custom tray), vaselin,
dan applicating gun (Gambar 4). Keunggulannya
adalah menghasilkan cetakan tiga dimensi yang Gambar 2. Bahan dan prosedur pengambilan sidik

akurat dan cetakannya tahan lama, sedangkan bibir metode lipstick18.

kelemahannya adalah kurang praktis, mahal, waktu


cetak lama (+ 45 menit), dan tidak optimal jika
diaplikasikan pada subjek banyak19.
3. Metode fotografi
Metode ini menggunakan foto konvensional
maupun foto digital. Penggunaan foto digital lebih
banyak digunakan karena dapat dilakukan Gambar 3. Bahan dan prosedur pencetakan sidik
pengambilan berulang kali jika hasilnya kurang bibir menggunakan alginate19.
bagus, hasil dapat langsung dilihat, dan dapat
disimpan lama. Keunggulan metode ini adalah hasil
dapat bertahan lama sehingga dapat digunakan
untuk second opinion di kemudian hari, praktis, tidak
butuh waktu lama, dan dapat diaplikasikan pada
subjek massal, sedangkan kelemahannya adalah
belum ada SOP dari teknik fotografi, jika hasil foto Gambar 4. Bahan yang digunakan pada metode
kurang maksimal akan menyulitkan dalam proses pencetakan menggunakan polyvinyl siloxane19.
analisa, alat dan bahan yang mahal20.
4. Metode penggunaan bahan bubuk sidik jari Klasifikasi Kesan Bibir
Sidik bibir dapat tertinggal pada sebuah Sepanjang sejarah, terdapat berbagai
benda dan dapat divisualisasikan menggunakan klasifikasi kesan bibir diantaranya klasifikasi Martin
bantuan bubuk sidik jari serta bahan pewarna Santos, Suzuki dan klasifikasi Tsuchihashi (yang
seperti lysochome dye yang optimal jika diaplikasikan paling banyak digunakan), klasifikasi Renaud
pada benda berporusitas seperti kain, kertas tisu. klasifikasi, klasifikasi José Maria Dominguez,
Bahan berupa kuas, bubuk sidik jari atau bahan klasifikasi dari Afchar Bayat dan klasifikasi Oviedo
pewarna lysochome dye18. Keunggulan metode ini dan Meira13.
adalah dapat memvisualisasikan sidik bibir laten, 1. Klasifikasi Martin Santoz
sehingga dapat didokumentasikan dan dianalisis, Klasifikasi ini pertama kali digunakan pada
sedangkan kekurangannya adalah harga bubuk tahun 1967, dimana membagi alur labial menjadi
mahal dan kurang praktis dalam penggunaannya26. dua kelompok yaitu sederhana dan majemuk.

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN : 978-623-6595-34-3
Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020 78
The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

Pertama ditentukan oleh satu bentuk dan kedua


dibentuk dua atau lebih bentuk yang berbeda.
Klasifikasi ini mengacu pada kode alfanumerik
kuadran (Tabel 3)14.
Gambar 5. Skema sidik bibir Suzuki dan Tsuchiha16.

Tabel 3. Adaptasi klasifikasi sidik bibir Martin


Santos14. Tabel 5. Hasil penelitian hubungan alur sidik bibir

Sederhana Gabungan dengan jenis kelamin17.


Tipe I, I’, dan III Pola dominan Perempuan
Straight grooves (R-1) Bifurcated (B-5)

Curved grooves (C-2) Trifurcated grooves (T-6) Tipe III dan IV Pola dominan Laki-laki

Tipe V Pola variable Laki-laki


Angular grooves (A-3) Anomalous (Na-7)

Sinusoidal grooves (S-4)


3. Klasifikasi Renaud
Klasifikasi ini dianggap yang terlengkap,
2. Klasifikasi Suzuki dan Tsuchihashi
membagi bibir atas dan bawah menjadi sisi kanan
Klasifikasi ini muncul pertama kali tahun
dan kiri dan menjadi empat kuadran. Renaud
1970, berdasar bentuk dan jalur labial menggunakan
menjelaskan sepuluh bagian, dengan huruf alfabet,
dua sumbu, satu vertikal, dan satu horizontal (Tabel
dimana huruf besar menunjukkan bibir atas dan
4)15. Klasifikasi ini merupakan yang paling umum
huruf kecil menunjukkan bibir bawah (Gambar 6 dan
digunakan karena memiliki deskripsi jelas dari pola
Tabel 6)15.
alur bibir. Bibir dibagi menjadi empat kuadran,
kuadran atas disebut Y dan Y’, kuadran bawah
disebut dengan X dan X’. Setiap kuadran dibagi
menjadi empat bagian pembacaan (Gambar 5)16.
Terdapat sebuah penelitian bahwa jenis kelamin Gambar 6. Divisi bagian atas dan bawah bibir menurut
17
dapat ditentukan melalui klasifikasi ini (Tabel 5) . klasifikasi Renaud15.

Tabel 4. Adaptasi klasifikasi sidik bibir Suzuki dan Tabel 6. Klasifikasi Renaud15.
15
Tscuchiha . Tipe Tipe alur

Tipe Tipe alur A/a Alur vertical lengkap

I Alur vertical sempurna B/b Alur vertical tidak lengkap

II Alur vertical tidak sempurna C/c Alur dua cabang lengkap

III Alur bercabang D/d Alur dua cabang tidak lengkap

IV Alur menyilang E/e Alur cabang lengkap

V Alur reticulated F/f Alur cabang tidak lengkap

G/g Reticulated grooves

H/h Alur bentuk X

I/i Alur horizontal

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN : 978-623-6595-34-3
Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020 79
The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

J/j Bentuk lain (elips, oval, segitiga, dan dengan longitudinal


mikroskop)
Sebagian di konvergen atau
luar divergen ke
labial
4. Klasifikasi José Maria Dominguez
comissure
Klasifikasi ini muncul pertama kali tahun
Sebagian di Alur superfisial
1975 dengan mempertahankan semua jenis pola, dalam dalam
kecuali tipe II. Cabang dari bibir atas dan bawah hubungan
silang
disebut sebagai tipe II15. Alur di tautkan
5. Klasifikasi Afchar-Bayat silang

Klasifikasi ini muncul tahun 1979, Hubungan Sidik Bibir Dengan Jenis Kelamin
didasarkan atas klasifikasi Suzuki dan Tsuchihashi, Menurut penelitian Randhawa, et al. (2011)
namun terdapat perbedaan penjelasan garis dan pola bibir yang paling dominan pada perempuan
15
lekukan bibir (Tabel 7) . adalah tipe I diikuti tipe II dan tipe III, sedangkan lak-
laki tipe III, diikuti oleh tipe I dan tipe IV6. Menurut
Tabel 7. Tipe alur Afchar-Bayat15. Jaishankar (2010) terdapat pola unik pada anak
Tipe Tipe Alur
kembar dan unik setiap individu. Setiap individu
A1 Alur vertical lengkap
memiliki kombinasi pola berbeda di semua kuadran.
A2 Alur vertical tidak lengkap Bahkan, tidak ada pola tertentu yag spesifik untuk
B1 Alur cabang lurus jenis kelamin atau kuadran manapun atau usia
B2 Alur cabang melingkar berapapun7.

C Alur berkumpul Pada penelitian Kumar, et al. (2016)

D Reticulated grooves terhadap 90 subjek laki-laki Mongoloid umumnya


memiliki tipe IV dan perempuan dominan pola tipe I.
E Alur bentuk lain
Mereka menggunakan analisis statistik ANOVA, dima
membandingkan tigas ras yaitu ras Afrika, Dravida,
6. Klasifikasi Oviedo dan Meira
dan Mongoloid pada laki-laki dan perempuan
Klasifikasi ini muncul pertama kali tahun
ditemukan signifikan p=0,000492 (p<0,05)3.
1988, juga berdasarkan klasifikasi Suzuki dan
Menurut Sergius, et al. (2018),
Tsuchihashi, namun terdapat penjelasan kedalaman
mengemukakan bahwa sidik bibir paling umum pada
alur yang dibagi menjadi dangkal dan dalam (Tabel
laki-laki dan wanita adalh tipe I. Tipe IV juga
8)15.
merupakan pola umum pada laki-laki. Menurut
statistiknya bahwa tidak ada hubungan signifikan
Tabel 8. Klasifikasi sidik bibir Oviedo dan Meira
antara jenis kelamin dan sidik bibir24.
(diadaptasi dari Pereira)15.
Alur Alur dengan Alur dalam bentuk
transversal lobus bouffled yang Hubungan Sidik Bibir Dengan Ras Kaukasoid
pada bibir berasal dari Menurut Dixit, Jain, dan Ahuja (2019), pada
punggungan
internal laki-laki kaukasoid didapatkan lebih banyak pada tipe

Total Alur sebagian I bagian bibir kiri atas, tipe I kiri bawah, tipe I kanan
atau total atas, dan tipe II kanan bawah. Sedangkan pada

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN : 978-623-6595-34-3
Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020 80
The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

perempuan didapatkan lebih banyak pada tipe I tidak ada hubungan signifikan antara sidik bibir
bagian bibir kiri atas, tipe I’ kiri bawah, tipe II kanan dengan beberapa kepribadian, kecuali terdapat hasil
atas, dan tipe I kanan bawah. Berarti sidik bibir dapat signifikan hubungan antara sidik bibir tipe II degan
digunakan untuk membedakan jenis kelamin dan sifat keterbukaan terhadap pengalaman24.
ras25.
Hubungan Sidik Bibir Dengan Ras Negroid KESIMPULAN
Menurut Dixit, Jain, dan Ahuja (2019), pada Cheiloscopy mencatat kesan bibir atas dan
laki-laki negroid didapatkan lebih banyak pada tipe I’ bawah seseorang, sehingga catatan antemortem
bagian bibir kiri atas, tipe I kiri bawah, tipe I’ dan II dapat digunakan untuk mencocokkan sidik bibir
kanan atas, dan tipe I’ kanan bawah. Sedangkan dengan catatan postmortem untuk identifikasi
pada perempuan didapatkan lebih banyak pada tipe manusia. Berdasarkan penelitian oleh ilmuan Jepang,
I bagian bibir kiri atas, tipe II kiri bawah, tipe II kanan Tsuchihashi dan T. Suzuki ditemukan bahwa pola
atas, dan tipe II kanan bawah. Berarti sidik bibir garis dan lekukan pada bibir manusia itu unik setiap
dapat digunakan untuk membedakan jenis kelamin manusia. Mayoritas sidik bibir dianalisis
dan ras25. menggunakan klasifikasi Suzuki dan Tsuchihashi.
Hubungan Sidik Bibir Dengan Ras Mongoloid Maka tidak ada dua sidik bibir yang identik, bahkan
Menurut Kumar, et al. (2016) pada individu kembar identik.
mengemukakan bahwa terdapat hubungan signifikan Seluruh sampel penelitian yang diambil
menurut analisis satistik (ANOVA) antara sidik bibir memiliki keterbatasan metodologi dan terdapat
dengan tiga ras (Afrika, Dravida, dan Mongoloid) dan heterogenitas sampel. Maka, hasil ini harus
jenis kelamin p=0,0000492 (p<0,05). Pada ras ditafsirkan dengan penuh perhatian dalam
mongoloid jenis kelamin laki-laki memiliki mayoritas pelaksanaannya di kedokteran forensik dalam
sidik bibir tipe IV dan perempuan tipe I3. indentifikasi
Hubungan Sidik Bibir Dengan Golongan Darah manusia. Lebih khusus lagi, chelioscopy
Pada penelitian George dan Shree (2017), walau dapat dilakukan dengan mudah, tidak invasiv,
mengungkapkan bahwa analisis golongan darah A namun belum banyak ahli forensik atau dokter gigi
Rh+ (33%) adalah golongan darah umum pada atau kepolisian memiliki keahlian yang cukup dalam
populasi penelitian, diikuti golongan darah B Rh + dan menilainya.
+
O Rh . Korelasi pola bibir dan golongan darah tipe IV
dan tipe II terlihat pada hampir semua individu Ucapan Terima Kasih
+ -
bergolongan darah kecuali pada AB Rh dan B Rh . Kami ingin mengucapkan terima kasih khususnya
Pola tipe I terlihat pada golongan darah Rh positif kepada dr.Martiana Suciningtyas, M.Sc., Sp.FM,
saja (AB Rh+, A Rh+, dan B Rh+). Melalui analisis Rusyad Adi S., S.Sos., M.Hum dan seluruh guru di
statistic, didapatkan hasil tidak signifikan hubungan Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan
antara sidik bibir dan golongan darah22. Medikolegal Universitas Gadjah Mada atas
Hubungan Sidik Bibir Dengan Kepribadian bimbingan dan dukungannya dalam penerbitan
Menurut Sergius, et al. (2018), ulasan ini.
mengemukakan antara etnis dan kepribadian
menunjukkan sebuah hubungan signifikan. Namun

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN : 978-623-6595-34-3
Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020 81
The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

DAFTAR PUSTAKA 17. Vahanwala S, Nayak C, Pagare S. Study of Lip-Prints as


1. Kasprzak J. Possibilities of cheiloscopy. Forensic Sci Int. Aid for Sex Determination. Medico-Legal Update. 2005;
1990; 46:145–51 5(3):93‒98.
2. Tsuchihashi Y. Studies on personal identification by 18. Prabhu RV. Collection of lip prints as a forensic evidence
means of lip prints Forensic Sci. PubMed. 1974; 3:233–48. at the crime scene – an insight. J Oral Health Research.
3. Kumar, Laliytha Bijai, et al. Reliability of lip prints in 2010; 1(4).
personal identification: An inter-racial pilot study. Journal 19. Vorghese DJ. Application of cheiloscophy in determining
of Forensic Dental Science. PMC. 2016; DOI: individuality-a crossectional study: Rajiv Gandhi
10.4103/0975-1475.195115. University. 2005.
4. Augustine J, Barpande SR, Tupkari JV. Cheiloscopy as an 20. Tsuchihashi Y. Studies on personal identification by
adjunct to forensic identification: A study of 600 means of lip prints. J Forensic Sci. 1974; 3: 233-48.
individuals. J Forensic Odontostomatol. PubMed. 2008; 21. Preethi Sharma, SusmitaSaxena and VanithaRathod.
26:44–52. Cheiloscopy: The study of lip prints in sex identification.
5. Ball J. The current status of lip prints and their use for J Forensic Dent Sci. 2009; Vol 1(1):24-27
identification. J Forensic Odontostomatol. PubMed. 2002; 22. George, Rosamma dan Shree, Kavya. Lip Prints And
20:43–6. Blood Groups, Among Two South Indian Population An
6. Randhawa K, Narang RS, Arora PC. Study of the effect of In Vivo Study. International Journal of Dental Research &
age changes on lip print pattern and its reliability in sex Dvelopment. 2017; Vol 7, Issue 4.
determination. J Forensic Odontostomatol. PubMed. 23. De Raad, B. and Perugini, M Big Five Assessment. Seattle,
2011; 29:45–51. WA: Hogrefe and Huber. 2002.
7. Jaishankar S. Lip prints in personal identification. JIADS. 24. Sergius, Sue Sandra, et al. The association Between Lip
2010; 1:23 Print, Gender, Ethnicity and Personality Among Young
8. Liberati, A., Altman, D. G., Tetzlaff, J., Mulrow, C., Adults in University Setting: A Cross-Sectional Study.
Gøtzsche, P. C., Ioannidis, J. P. A.,et al. The PRISMA American Institute of Science. Public Health and
statement for reporting systematic reviews and Preventive Medicine. 2018; Vol. 4, No.4, pp. 111-119.
metaanalyses of studies that evaluate healthcare 25. Dixit, Anirudha, Jain, Ujaala, dan Ahuja, Pooja.
interventions: Explanation and elaboration. PLoS Cheiloscopy Aiding in Sex and Race Determination: A
Medicine. 2009; 6, e1000100. Pilot Study. Institute of Forensic Science. Gujarat
9. Reddy L. Lip Prints: An Overview in Forensic Dentistry. Forensic Sciences University. 2019.
Journal of Advanced Dental Research. 2011; 2(1):17‒20. 26. Atmaji, M., Yuni, M., Atmadja D. S. Metode pengambilan
10. Narang R, Arora P, Randhawa K. Cheiloscopy as an Aid to sidik bibir untuk kepentingan identifikasi individu.
Forensic Methodology. Indian Journal of Comprehensive Jurnal PDGI. Jakarta-Indonesia. 2013; Vol 62, No. 3.
Dental Care. 2011; 1(1):57‒60. 27. Caputo, Ismara G. C., et al. Cheiloscopy in the human
11. Figini AR L, Silva JR L, Jobim LF, et al. Identificação identification. Forensic Research & Criminology
Humana. Campinas. Mellennium. 2003. International Journal. Brazil. 2018 Volume 6 Issue 5.
12. Sharma P, Saxena S, Rathod V. Cheiloscopy: The Study of 28. Dineshshankar, Janardhanam, et al. Lip prints: Role in
Lip Prints in Sex Identification. Journal of Forensic forensic odontology. Journal of Pharmacy and Bioethics
Dental Sciences. 2009; 1(1):24‒27 Sciences. India. 2013; Vol 5 Supplement 1.
13. Costa V dan Caldas I. Morphologic Patterns of Lip Prints 29. Kasprzak J. Possibilities of cheiloscopy. Forensic Sci Int.
in a Portuguese Population: A Preliminary Analysis. 1990; 46:145–51
Journal of Forensic Sciences. 2012; 57(5):1318‒1322. 30. Septadiana, Indri S. Identifikasi Individu dan Jenis
14. Domiaty M, Al-Gaidi AS, Elayat AA, et al. Morphological Kelamin Berdasarkan Pola Sidik Bibir. Jurnal Kedokteran
Patterns Of Lip Prints In Saudi Arabia At Almadinah dan Kesehatan. Bagian Anatomi Fakultas Kedokteran
Almonawarah Province. Forensic Science International. Universitas Sriwijaya. Palembang. 2015; Vol. 2, No. 2:
2010; 200(1):179 ‒179 231-236.
15. Pereira C. Medicina Dentária Forense. Lisboa, Lidel. 31. Vildana, Karamustafic, et al. Forensic Cheiloscopy in the
2012. Process of Individual Identification.Acta Scientific Dental
16. Pueyo V, Garrido B, Sánchez J. Odontológia Legal Y Sciences. Gornji Vakuf-Uskoplje. 2020; Vol. 4 Issue 3.
Forense. Barcelona, Masson. 1994.

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN : 978-623-6595-34-3
Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020 82
The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

Copyright @ 2020 Authors. This is an open access article


distributed under the terms of the Creative Commons
Attribution-NonCommercial 4.0 International License
(http://creativecommons.org/licenses/by-nc/4.0/), which
permits unrestricted non-commercial use, distribution, and
reproduction in any medium, provided the original author and
source are prop

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN : 978-623-6595-34-3
Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020 83
The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

Artikel Penelitian

Perlindungan Hukum Terhadap Jenazah Probable Covid dan Confirm Covid


di Indonesia
Nurul Ummi Rofiah1* Raden Panji Uva Utomo2 Wian Pisia Anggreliana3 Santosa4 Tuntas Dhanardhono5
1 Mahasiswa Program Pendidikan Dokter Spesialis Forensik dan Medikolegal Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia
2,3,4,5 Dosen Program Pendidikan Dokter Spesialis Forensik dan Medikolegal Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia

ABSTRACT
The case of rejection of probable and confirmed Covid-19 bodies has made a social issue which is one of the
stigmatizing problems in the midst of the Covid-19 pandemic for the community and is interesting to observe from
a legal point of view, considering that the funeral process has been regulated by law. Several cases broke out over
the rejection of probable and confirmed Covid-19 bodies and even resulted in the demolition of the tomb. This study
aims to analyze legal protection through claims of rights or objectivity theory in court against the burial of probable
and confirmed Covid-19 patients. The research method is normative juridical. This study uses 3 kinds of approaches,
namely the statutory approach (statute approach), the conceptual approach (conceptual approach), and the case
approach (case approach). This research is descriptive analysis, descriptive means an attempt to present the
symptoms completely in the aspects being investigated to make clear the circumstances and conditions related to
the burial of the probable and Covid-19 confirmed patient's body. The results of the study examined the legal
protection of probable and confirmed Covid-19 bodies from criminal, civil and human rights perspectives. The
conclusion of this paper is that there are legal protections that regulate the funeral of probable and confirmed
Covid-19 bodies in several legally binding criminal and civil regulations. Good communication and socialization
between stakeholders is needed so that the funeral can run smoothly according to the SPO and without community
rejection.

Keywords: burial Refusal, Legal protection, probable and confirmed Covid-19,

Korespondensi : Nurul Ummi Rofiah,email: nurulrofiah.nr@gmail.com

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN : 978-623-6595-34-3
Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020 84
The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

PENDAHULUAN terkonfirmasi Covid-19 sudah semestinya memiliki


Di masa pandemi seperti saat ini (Pandemi perlindungan hukum.
Covid-19), terdapat beberapa isu sosial yang Kenyataan di lapangan memiliki suatu dilema
mengemuka sebagai kajian penelitian awal terhadap dengan dinamikanya dan dalih perlindungan serta
kependudukan dan kebencanaan. Salah satu kewaspadaan masyarakat dalam mencegah
topiknya adalah mengenai permasalahan seputar penularan Covid-19. Dalih tersebut mendorong
perlawanan atas stigma sosial negatif yang terbentuk adanya stigmatisasi yang kemudian berujung pada
di masyarakat ditinjau dari sudut pandang hukum. penolakan pemakaman jenazah pasien probable dan
Stigma sosial yang dimaksud adalah pemberian label, terkonfirmasi Covid-19. Fenomena stigmatisasi
stereotip, didiskriminasi, diperlakukan secara tersebut telah terjadi di beberapa daerah, salah satu
terpisah, dan mengalami kehilangan status bagi kasus yang sempat muncul adalah penolakan
seseorang karena ia memiliki riwayat penyakit. jenazah terkonfirmasi Covid-19, yaitu NK salah satu
Pemberian label tersebut, juga berdampak terhadap tenaga Medis dari RSUP Dr. Kariadi Semarang Jawa
keluarga dan status yang didapatkan oleh pasien Tengah, di mana proses pemakaman yang semula
probable dan terkonfirmasi Covid-19 , bahkan jika direncanakan di TPU Sewakul ditolak oleh ketua RT
pasien tersebut meninggal dunia. dan warga dengan dalih melindungi warga atas
Beberapa isu penolakan terhadap jenazah bahaya penularan Covid-19. Secara kongkrit lebih
probable dan terkonfirmasi Covid-19 menjadikan mendalam, penolakan muncul akibat ketidak
suatu isu sosial yang menarik untuk ditinjau dari sisi percayaan masyarakat atas protokol kesehatan yang
hukum, mengingat proses pemakaman telah diatur diterapkan dalam proses penguburan jenazah pasien
oleh Undang-Undang, sebagaimana dalam dasar di probable dan terkonfirmasi Covid-19 dapat
UUD 1945 pasal 34 ayat 3 mengenai jaminan negara menjamin tidak dapat menularkan. Pada akhirnya,
atas terselenggaranya pelayanan umum dan penolakan jenazah NK berujung pemindahan TPU di
pelayanan kesehatan. Selain itu, perundangan atas TPU Bergota, Semarang setelah melalui intervensi
proses pemakaman jenazah sejatinya juga telah dari Pemerintah Kota Semarang. Selain itu, di tempat
tertuang dalam Pasal 178 Kitab Undang-Undang lain Banyumas, Jawa Tengah sempat terjadi
Hukum Pidana jo. Pasal 3 Peraturan Mahkamah pembongkaran makam sekalipun jenazah telah
Agung Nomor 2 Tahun 2012, di mana dalam pasal dimakamkan di lokasi tanah milik Pemkab, bahkan
tesebut tidak diperkenankan dengan sengaja pembongkaran tersebut melibatkan bupati
merintangi proses pemakaman. Secara spesifik, juga Banyumas. Dalih dari pembongkaran makam
dikeluarkan Surat Edaran dari kementrian Agama tersebut adalah bahwa jenazah dipindahkan karena
guna memperkuat proses perlindungan atas khawatir akan berdampak terhadap kesehatan
stereotip dari jenazah pasien probable dan masyarakat sekitar.
terkonfirmasi Covid-19, di mana di atur dalam Surat Kasus penolakan jenazah tersebut merupakan
Edaran Dirjen BIMAS Islam P-003/2020 dan SE Dirjen salah satu contoh kasus dari suatu dilematis dalam
BIMAS Kristen B-512/2020 di mana keduanya keadaan masa pandemi Covid-19. Kajian awal atas
mengatur tentang proses pemakaman terkait masalah sosial yang terfokus terhadap stigma sosial
darurat Covid-19. Dari dasar tersebut, maka proses penolakan jenazah pasien probable dan
pemakaman bagi kasus jenazah pasien probable dan terkonfirmasi Covid-19, memiliki kaitan erat dengan

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN : 978-623-6595-34-3
Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020 85
The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

pemberitaan atas mudahnya virus Covid-19 berbagai aturan hukum yang berlaku di Indonesia
menyebar dan kepanikan dari masyarakat sendiri selama darurat pandemi Covid-19 guna menjadi
yang mana segala hal yang berkenaan dengan virus dasar sentral untuk penelitian. Di samping itu,
Covid-19 akan dianggap sebagai sumber penyakit penelitian ini juga menggunakan pendekatan berupa
yang harus dijauhi. Bahkan, tidak hanya sampai pada statute approach, historical approach, dan
penolakan jenazah pasien probable dan comparative approach.
terkonfirmasi Covid-19, hal tersebut juga sampai Penelitian ini bersifat deskriptif analisis,
menurun ke tingkat kerabat keluarga dan orang deskriptif berarti usaha mengemukakan gejala-gejala
terdekatnya yang kemudian membuat tidak dapat secara lengkap di dalam aspek yang diselidiki agar
bersosialisasi dengan orang lain bahkan tidak dapat jelas keadaan dan kondisinya dalam menyikapi
hidup normal kembali seperti sebelumnya. perlindungan hukum atas pemakaman jenazah
Penolakan pemakaman dalam sudut pandang pasien probable dan terkonfirmasi Covid-19. Proses
social dapat menjadi suatu urgensi masalah untuk mendapatkan dan mengelola data untuk menunjang
diberikan strategi penyelesaiannya bersama-sama hasil penelitian dilakukan melalui tahapan studi atas
karena termasuk pelanggaran hak asasi manusia. referensi dan undang-undang yang berlaku serta
Oleh karenanya, diperlukan analisa beberapa teori temuan yang memiliki relevansi erat dengan proses
hukum yang bisa dijadikan bahan acuan untuk penelitian.
menghasilkan suatu penyelesaian masalah pada
PEMBAHASAN
peristiwa pemakaman jenazah pasien probable dan
Berdasarkan temuan lapangan atas suatu
terkonfirmasi Covid-19. Penyelesaian permasalahan
permasalahan berupa penolakan pemakaman
dapat ditinjau secara hukum yang berlaku di
jenazah pasien probable dan terkonfirmasi Covid-19,
Indonesia sebagai aturan yang mengikat dan kuat
kemudian akan diuraikan beberapa aturan yang
untuk menata masyarakat. Sehingga rumusan
mengikat atas hukum guna melindungi kedudukan
masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana
jenazah dan ahli waris (keluarga) yang terlibat dan
kedudukan hukum dalam melindungi hak dari
ditinggalkan. Diharapkan analisis ini juga
pemakaman jenazah pasien probable dan
memperkuat untuk memberikan suatu pemahaman
terkonfirmasi Covid-19?. Tujuan penelitian ini untuk
dari masyarakat tentang mekanisme dan prosedur
menganalisa perlindungan hukum melalui tuntutan
pemakaman jenazah probable dan terkonfirmasi
hak atau teori objektivitas dalam pengadilan
Covid-19 sudut pandang hukum.
terhadap pemakaman jenazah pasien probable dan
Penyakit Covid-19 merupakan pandemi baru
terkonfirmasi Covid-19.
yang belum dikenali dan menjangkiti banyak negara
dalam waktu yang bersamaan, sehingga setiap
METODE PENELITIAN
negara perlu mengkaji dasar hukum yang berlaku di
Dalam penelitian ini, maka akan
tingkat nasional sampai ke tingkat daerah.
menggunakan metode yuridis normatif. Adapun
Berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945 pasal 34
penelitian normatif adalah memeriksa dan
ayat 3, di mana negara bertanggung jawab atas
mempelajari penerapan kaidah atau norma dalam
penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan
hukum positif. Peneliti menggunakan pendekatan
fasilitas pelayanan umum yang layak. Dalam hal ini,
perundang-undangan karena penelitian ini mengkaji

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN : 978-623-6595-34-3
Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020 86
The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

maka penyelangaraan pemakaman atas jenazah untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu yang
Covid-19 dan keamanan warga sekitar memiliki merupakan hak asasi.
suatu kedudukan hukum. Penolakan pemakaman jenazah probable
Undang-Undang No. 4 Tahun 1984 Pasal 5 Covid-19 atau terkonfirmasi Covid-19 juga melanggar
tentang Wabah Penyakit Menular, maka dilakukan hak asasi manusia dari jenazah tersebut. Jenazah
upaya pemerintah untuk mengatur penanggulangan probable Covid-19 atau terkonfirmasi Covid-19
atas penyebaran virus Covid-19. Mengacu perspektif mempunyai hak yang sama dengan jenazah lainnya,
hukum pidana, proses pemakaman jenazah dapat yaitu berhak untuk mendapatkan pemakaman yang
dikaji dengan Undang-Undang No. 4 Tahun 1984 layak sebagai penghormatan terakhir. Selain hak
pasal 212 dan 214 tentang Penanggulangan Wabah terhadap jenazah, keluarga jenazah juga mempunyai
yang berisi “Barang siapa dengan kekerasan atau hak untuk mendapat ketenangan lahir dan batin
dengan ancaman kekerasan melawan serang pejabat tanpa adanya penolakan pemakaman yang bisa
yang sedang menjalankan tugas yang sah, atau orang menjadikan psikis keluarga terganggu. Dimana
yang waktu itu menurut kewajiban undang-undang proses pemakaman yang dianut di Indonesia
atau atas permintaan pejabat yang bersangkutan merupakan proses Agama dan Budaya. Hak Asasi
sedang membantunya, diancam karena melawan Manusia yang ada dalam kasus ini sesuai dengan
pejabat dengan pidana penjara paling lama satu teori hukum Negara kesejahteraan (Welfare State).
tahun empat bulan”. Pemakaman terhadap jenazah Dimana negara berkewajiban untuk memastikan
pasien positif Covid-19 masuk dalam kategori setiap warga negara mendapatkan hak–haknya
pelaksanaan tugas oleh petugas/pejabat yang sah tanpa memandang perbedaan status, kelas ekonomi,
dan sesuai prosedur. Di mana tidak diperkenankan dan perbedaan lainnya termasuk dalam
merintangi dengan sengaja atas proses penghormataan terakhir dalam proses pemakaman.
pengangkutan mayat ke kuburan. Berdasarkan hal Kekhawatiran masyarakat atas penularan
tersebut aparat dari lembaga hukum dan penegak Covid-19 sejatinya dapat dibantu melalui penjelasan
hukum untuk dapat melakukan tindakan walaupun secara medis berupa sosialisasi . Aturan yang
tanpa adanya pengaduan. Proses pemakaman pertama kali dikeluarkan dari Surat Keputusan
jenazah pasien probable dan terkonfirmasi Covid-19 Kepala BNPB Nomor 9.A. Tahun 2020 tentang
telah memiliki perizinan dari negara, sehingga proses penetapan status keadaan tertentu darurat bencana
tersebut patut diselenggarakan dan siapapun yang wabah penyakit akibat virus corona di indonesia
menolak pemakaman dan melakukan provokasi yang di tetapkan pada 28 Januari 2020. Setelah itu
tersebut dapat dianggap dengan sengaja merintangi dikeluarkan Pedoman Pencegahan dan pengendalian
dan/atau mempersulit proses pemakaman dapat Covid-19 oleh Kementerian Kesehatan pada tanggal
dijerat dengan pidana. 27 Januari 2020 yang selanjutnya di revisi menjadi
Undang-Undang Dasar Negara RI Tahun 1945 Pedoman Pencegahan dan pengendalian Covid-19
Pasal 28G ayat (1) , di mana disebutkan bahwa setiap oleh Kementerian Kesehatan revisi 2 yang
orang berhak atas perlindungan diri pribadi, dikeluarkan pada tanggal 17 Februari 2020.
keluarga, kehormatan, martabat, dan harta benda Dilanjutkan dengan Revisi 3 dikeluarkan pada tanggal
yang dibawah kekuasaannya, serta berhak atas rasa 1 Maret 2020 selanjutnya direvisi kembali pada
aman dan perlindungan dari ancaman ketakutan tanggal 27 Maret 2020. Buku Pedoman Pencegahan

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN : 978-623-6595-34-3
Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020 87
The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

dan pengendalian Covid-19 yang kemudian menjadi pemakaman jenazah yang berasal dari masyarakat
dasar bagi Kementrian Kesehatan untuk tersebut membuat keluarga korban jenazah covid-19
mengeluarkan pedoman pemulasaran dan kehilangan kepercayaan di mata masyarakat dan
penguburan jenazah akibat Covid-19 di masyarakat publik atas anggapan menularkan virus ke
yaitu revisi 5 pada tanggal 28 Juli 2020 yang komunitas. Aspek perdata lainnya adalah syarat
digunakan sampai saat ini. Dalam panduan tersebut, untutan ganti rugi berdasarkan perbuatan melanggar
proses pemakaman jenazah telah diatur dan hukum (onrechtmatigedaad) diatur didalam
memiliki Standar operasional prosedur (SOP) KUHPerdata pasal 1365 ada 5. Yang pertama Adanya
tersendiri. Panduan tersebut dikembangkan dalam perbuatan, didalam kasus ini adanya tindakan
rangka untuk mencegah penyebaran infeksi Corona penolakan masyarakat terhadap pemakaman
Virus-19 terhadap komunitas. jenazah probable Covid-19 atau terkonfirmasi Covid-
Peraturan menurut SE Dirjen BIMAS Islam P- 19. Ke-2 Perbuatan itu melanggar hukum,
002/2020 Bagian Keempat huruf c jo. Bagian Kedua perundang-undangan, kebiasan dan kesusilaan,
SE Dirjen BIMAS Islam P-003/2020 yang mengatur kasus ini melanggar Undang-Undang No. 4 Tahun
protokol pemakaman jenazah dilakukan setelah 1984 pasal 212 dan 214 tentang Penanggulangan
semua prosedur jenazah dilaksanakan dengan baik, Wabah. Syarat yang ke-3 ada kerugian, jelas dalam
maka keluarga dapat turut dalam penguburan kasus ini mendapat kerugian secara materiil dan
jenazah dan penguburan jenazah dapat dilaksanakan immateriil. Yang ke-4 ada hubungan sebab akibat
di tempat pemakaman umum. Hal tersebut antara perbuatan dengan kerugian yaitu karena
menunjukkan bahwa tidak perlu dilakukan adanya penolakan dari warga untuk pemakaman
penolakan dari masyarakat. Mengingat protokol jenazah probable Covid-19 atau terkonfirmasi Covid-
tersebut dapat mematahkan asumsi masyarakat 19 yang dapat mendapatkan kerugian bagi jenazah,
tentang informasi bahwa jenazah korban covid-19 keluarga jenazah, dan juga masyarakat disekitar.
yang sudah meninggal dapat menularkan Yang terakhir adalah adanya unsur kesalahan yang
virus. Faktanya proses penguburan harus segera nantinya akan dibuktikan.
dilakukan mengingat potensi munculnya resiko lain Dalam Hukum Acara Perdata mengenal dua
yang bukan berasal dari jenazah probable Covid-19 jurisdictie, yakni (tertuang dalam Pasal 118 HIR/142
atau terkonfirmasi Covid-19. Melainkan dari RBg)) permohonan (voluntaire jurisdictie) dan
banyaknya orang yang berkerumun dalam proses gugatan (contentiosa jurisdictie). Pada voluntaire
pemakaman. Protokol kesehatan sendiri dibuat guna jurisdictie perkara perdata yang diajukan adalah
memastikan keamanaan dalam proses pemakaman permohonan yang ditandatangani oleh pemohon
jenazah. atau kuasanya diperuntukkan pada ketua Pengadilan
Ditinjau melalui perspektif hukum perdata, di Negeri, sedangkan contentiosa jurisdictie adalah
mana jenazah memiliki keluarga dan ahli waris yang suatu sengketa/perselisihan dua pihak atau lebih .
dapat berpotensi memiliki kerugian secara materiil Berkenaan dengan penolakan pemakaman jenazah
dan immateriil akibat penolakan tersebut. Kerugian pasien probable dan terkonfirmasi Covid-19, maka
materiil dapat dilihat dari biaya persiapan proses keluarga atau ahli waris dari jenazah dapat
pemakaman, diliat dari penggalian makam dan memperoleh perlindungan hukum yang diberikan
sebagainya. Kerugian Immateriil dari penolakan oleh pengadilan untuk mencegah eigenrichting.

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN : 978-623-6595-34-3
Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020 88
The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

Tuntutan hak-hak keperdataan yang dirugikan antar pihak yang bertanggung jawab kepada
adalah alasan diajukannya contentiosa jurisdictie ke masyarakat berupa permohonan maaf atau
pengadilan yang merupakan pelaksanaan hukum pernyataan dengan maksud memulihkan kembali
konkrit. Keluarga juga dapat mengajukan contentiosa nama baik dari keluarga atau kerabat yang
jurisdictie ke pengadilan atas dasar adanya dugaan ditinggalkan dari jenazah pasien probable dan
perbuatan melawan hukum sebagaimana diatur terkonfirmasi Covid-19.
dalam Pasal 1365 KUH Perdata yang menyatakan: Meninjau perlindungan hukum secara pidana
“Tiap Perbuatan Melawan Hukum yang membawa dan perdata tersebut dan tentang Hak – hak Asasi
kerugiam kepada orang lain, mewajibkan orang manusia mengatur tentang perlindungan hukum
yang karena kelalaian menerbitkan kerugian itu, terhadap jenazah pasien probable dan terkonfirmasi
mengganti kerugian tersebut”. Covid-19 telah diatur di setiap tingkatan, dari tingkat
Tuntutan lain yang dapat diajukan adalah nasional hingga ke daerah. Pemerintah daerah dapat
pengajuan permohonan restitusi dari pihak keluarga mengeluarkan kebijakan yang memiliki tujuan utama
jenazah pasien probable dan terkonfirmasi Covid-19 yaitu melindungi pemerintah dan rakyat dalam
yaitu ganti kerugian yang diberikan pada korban atau penularan virus Covid-19 dan memberantas pandemi
keluarganya oleh pelaku atau pihak ketiga, dapat Covid-19 agar cepat berakhir.
berupa ganti rugi atas kerugian atas kehilangan
kekayaan, penderitaan sebagai akibat dari tindakan SIMPULAN
provokasi, dan penggantian biaya. Permohonan Berdasarkan analisa di atas, maka sudah ada
restitusi harus secara tertulis dalam bahasa perlindungan hukum yang mengatur jenazah pasien
Indonesia yang diberi cap materai oleh keluarga probable dan terkonfirmasi Covid-19 telah diatur
korban, atau kuasa hukumnya pada pengadilan. secara lugas oleh Undang-Undang baik secara pidana
Meskipun dalam perkara perdata tidak dan perdata. Proses pemakaman harus dijalankan
diperkenankan memberatkan antara kedua belah sesuai dengan protokol kesehatan guna melindungi
pihak. Di mana kerugian tersebut harus sesuai masyarakat dan pemerintah atas penularan Covid-
dengan dasar tuntutan yang diajukan dan 19. Melalui kewenangan pemerintah daerah telah
berdasarkan kemampuan kedua belah pihak. Hal menetapkan perizinan proses pemakaman dengan
tersebut sesuai Pasal 1365 KUH Perdata dan Pasal penyediaan lahan jenazah pasien probable dan
1371 dan Pasal 1372 KUH Perdata. KUH Perdata terkonfirmasi Covid-19. Selain itu, aturan dari
hanya membahas ganti rugi yang bersifat materiil, perundangan menjelaskan pula bahwa perlindungan
namun beberapa para ahli hukum mendukung terhadap keluarga, kerabat dan ahli waris dari
pemberian ganti rugi terhadap kerugian immateriil, adanya penolakan proses pemakaman jenazah
dalam hal ini kerugian yang dimaksud untuk pasien probable dan terkonfirmasi Covid-19.
dikabulkan tuntutan hak ganti rugi dari keluarga Jika dicermati, maka Komunikasi dan
korban penolakan pemakaman jenazah covid-19 sosialisasi atas perlindungan hukum bagi setiap
adalah karena terhalangnya proses pemakaman elemen, termasuk proses pemakaman jenazah
yang membuat keluarga korban menjadi terganggu pasien probable dan terkonfirmasi Covid-19
ketenangan dan kenyamanan. Pada Umumnya dianggap penting di tengah pandemik Covid-19 di
kerugian immateriil dilakukan dengan komunikasi Indonesia. Sehingga diperlukan komunikasi dan

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN : 978-623-6595-34-3
Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020 89
The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

sosialisasi yang baik antara stakeholder agar 14. Hesti Armiwulan. (2019). Peningkatan Pemahaman
Hak Konstitusional Warga Negara Bagi
pemakaman jenazah dapat berjalan lancar sesuai Perkumpulan Penyandang Disabilitas Indonesia.
Mahkamah Konstitusi RI.
SPO dan tanpa penolakan masyarakat. 15. Andersen, J,G. Welfare States And Welfare State
Theory, Centre For Comparative Wlfare Studies.
Working Paper, 2012
16. Surat Keputusan Kepala BNPB Nomor 9.A. Tahun
UCAPAN TERIMA KASIH 2020 tentang Penetapan Status Keadaan Tertentu
Darurat Bencana Wabah Penyakit akibat Virus
Sebagai bagian dari penulisan artikel ilmiah ini, maka Corona di Indonesia
17. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2020).
penulis berapresiasi penuh terhadap beberapa pihak Pedoman Pemulasaran dan Penguburan Jenazah
Akibat Covid-19 di Masyarakat.
yang telah mewujudkan isu di masyarakat dalam 18. M. Yahya Harahap. (2011). Hukum Acara Perdata
Tentang Gugatan, Persidangan, Penyitaan,
perspektif hukum terkait perlindungan hukum bagi Pembuktian, dan Putusan Pengadilan. Jakarta : Sinar
Grafik
jenazah pasien probable dan terkonfirmasi Covid-19. 19. Rosa Agustina. (2003). Perbuatan Melawan Hukum.
Jakarta: Pasca Sarjana FHUI.
DAFTAR PUSTAKA 20. Mudzakir. (2010). Tindak Pidana Terhadap Agama
Dalam Kitab Undangundang Pidana (Kuhp) Dan
1. WHO. (2020). A guide to preventing and addressing Undang-Undang Nomor 1/Pnps/1965 Tentang
social stigma. Social Stigma associated with COVID- Pencegahan Penyalahgunaan Dan/Atau Penodaan
19. Agama (Kajian Terhadap Praktek Penegakan Hukum
2. UUD 1945 pasal 34 ayat 3 menyebutkan bahwa Dan Prospek Pengaturannya Dalam Hukum Positif
Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas Indonesia). Pusat Perencanaan Pembangunan
pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum Hukum Nasional Badan Pembinaan Hukum Nasional
yang layak. Kementerian Hukum Dan Hak Asasi Manusia.
3. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Pasal 178 jo. 21. Pujirahmi. (2017). Teori-Teori Hukum Yang
Pasal 3 Peraturan Mahkamah Agung Nomor 2 Tahun Menyangkut Hukum Acara Perdata. Bandung: FH
2012 tentang Penyesuaian Batasan Tindak Pidana Unpas.
Ringan dan Jumlah Denda 22. KUH Perdata Pasal 1371 menyatakan bahwa yang
4. Surat Edaran Direktur Jenderal Bimbingan menyatakan bahwa “untuk menuntut penggantian
Masyarakat Islam Nomor P- kerugian ini dinilai menurut kedudukan dan
003/DJ.III/HK.00.7/04/2020 Tahun 2020 tentang kemampuan kedua belah pihak dan menurut
Perubahan atas Surat Edaran Direktur Jenderal keadaan”
Bimbingan Masyarakat Islam 23. KUH Perdata Pasal 1372 menyatakan bahwa “Dalam
5. Surat Imbauan Direktur Jenderal Bimbingan menilai satu sama lain, hakim harus memperhatikan
Masyarakat Kristen Nomor B- kasar atau tidaknya penghinaan, begitu pula
512/DJ.IV/Dt.IV.I/BA.01.1/3/2020 Tahun 2020 pangkat, kedudukan dan kemampuan kedua belah
tentang Pelayanan Pemberkatan Nikah dan pihak dan keadaan”
Penguburan, terkait darurat COVID-19
6. CNN Indonesia. (2020). Kisah Pilu dari Penolakan
Jenazah Perawat Corona di Semarang, diakses pada Copyright @ 2020 Authors. This is an open access article
Hari Sabtu 17 Oktober 2020 pukul 21:32 dari distributed under the terms of the Creative Commons
https://www.cnnindonesia.com/nasional/2020041 Attribution-NonCommercial 4.0 International License
0174518-20-492451/kisah-pilu-dari-penolakan- (http://creativecommons.org/licenses/by-nc/4.0/), which
jenazah-perawat-corona-di-semarang. permits unrestricted non-commercial use, distribution, and
7. Rachmawati. (2020). Duduk Perkara Penolakan reproduction in any medium, provided the original author and
Pemakaman Pasien Covid-19 di Banyumas, Bupati source are properly cited.
Minta Maaf dan Pimpin Pembongkaran Makam.
Diakses pada hari Sabtu 17 Oktober 2020 pukul
21.00 dari https://regional.kompas.com/read/
2020/04/03/06070011/duduk-perkara-penolakan-
pemakaman-pasien-covid-19-di-banyumas-bupati-
minta?page=all.
8. Dirgantara, R. A. (2020). Bebas dari Karantina,
Warga Gunungwuled Hadapi Stigma Buruk Covid-19
. Diakses dari Liputan 6: Liputan
liputan6.com/regional/read/4225347/bebas-dari-
karantina-warga-gunungwuled-hadapi-stigma-
buruk-covid-19
9. Laurensius. (2018). Perlindungan Hukum Bagi Anak
Dalam Perspektif Pancasila Dan Bela Negara.
Unifikasi: Jurnal Ilmu Hukum, Volume 5 Nomor 01.
10. Fitria Devi Navisa, dkk. (2020). Perlindungan
Hukum Terhadap Keluarga Jenazah Yang Terkena
Dampak Covid-19 Atas Penolakan Pemakaman.
Yurispruden Volume 3, Nomor 2, Juni 2020,
Halaman 137-149
11. Undang-Undang Dasar 1945 pasal 34 ayat 3
12. Undang-Undang No. 4 Tahun 1984 Pasal 5 tentang
Wabah Penyakit Menular
13. Undang-Undang Dasar Negara RI Tahun 1945 Pasal
28G ayat (1)

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN : 978-623-6595-34-3
Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020 90
The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

Tinjauan Pustaka

Hospital Regulations Post-enactment of Law Number 11 of 2020


Concerning Job Creation
Muhammad Afiful Jauhani1
1Fakultas
Kedokteran Universitas Jember
Dept Kedokteran Forensik & Medikolegal RSD dr. Soebandi

ABSTRACT
Definition of medicolegal according to Merriam-Webster Dictionary is of or relating to both medicine and
law. From there, medicolegal can be further divided into two sectors, medical law and medical jurisprudence.
Medical law focuses mostly on the legal implications of practicing medicine while medical jurisprudence is the
scientific field that applies medical knowledge to legal problems. Medical services are closely related to hospital
regulations. The Job Creation Law has been officially ratified and signed on November 2nd, 2020, becoming Law
Number 11 of 2020 concerning Job Creation. The Job Creation Law amends several previously implemented
regulations, including Law Number 44 of 2009 concerning Hospitals. This study is a normative juridical literature
review by statue approach and conseptual approach about comparison hospital regulations before and after
enactment of Law Number 11 of 2020 concerning Job Creation. There are ten articles of Law number 44 of 2009
concerning hospitals which are amended by Law number 11 of 2020, these are article 17, article 24, article 25,
article 26, article 27, article 28, article 29, article 40, article 54, and article 62; regarding the determination of
hospital classification, the change in attributive authority of ministerial regulations to government regulations, the
central role of the central government in determining the criteria for granting hospital licenses and establishing
accreditation institutions, and expanding administrative sanctions accompanied by limitations in imposing criminal
sanctions.

Keywords: Hospital, Job Creation, Law, Regulation

Korespondensi : Muhammad Afiful Jauhani,email: afifuljauhani.fk@unej.ac.id

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN : 978-623-6595-34-3
Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020 91
The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

PENDAHULUAN Undang Cipta Kerja yang populer sebagai Omnibus


Definisi medikolegal (medicolegal) menurut Law berisi 11 klaster yang menggabungkan 79
Merriam-Webster Dictionary adalah “of or relating to undang-undang yang di dalamnya menyangkut
both medicine and law” yang apabila diterjemahkan aturan tentang ketenagakerjaan, penyederhaan
berarti segala sesuatu yang berkaitan dengan bidang perizinan, persyaratan investasi, hingga administrasi
kedokteran dan hukum.1 Makna “berkaitan dengan pemerintahan, termasuk aspek kesehatan dan
bidang kedokteran dan hukum” dapat diartikan rumah sakit.4
bahwa medikolegal secara garis besar melingkupi
dua sektor, yaitu pengetahuan di bidang hukum METODE
terkait isu-isu praktik pelayanan kedokteran dan Permasalahan dikaji menggunakan metode
penerapan ilmu kedokteran terkait persoalan di literature review dengan pendekatan peraturan
2
bidang hukum. Pelayanan kedokteran sangat erat perundang-undangan (statute approach) dan
kaitannya dengan hukum dan peraturan tentang pendekatan konseptual (conseptual approach).
rumah sakit. Rumah sakit merupakan institusi yang Pendekatan perundangan-undangan dilakukan
kompleks, sehingga rumah sakit harus berada di dengan menelaah semua undang-undang yang
bawah payung regulasi yang tepat. bersangkut paut dengan isu yang dikaji. Dalam
Dalam sejarah penyelenggaraan rumah sakit pendekatan konseptual, permasalahan akan ditinjau
di Indonesia sebelum tahun 2009, pengaturan dari aspek konsep-konsep yang
hukum dalam penyelenggaraan rumah sakit diatur melatarbelakanginya, atau bahkan dapat dilihat dari
melalui berbagai bentuk peraturan teknis seperti nilai-nilai yang terkandung dalam penormaan sebuah
peraturan menteri, keputusan menteri, pedoman- peraturan kaitannya dengan konsep-konsep yang
3
pedoman, dan sebagainya. Sementara pada saat itu digunakan.5
Undang-Undang yang menjadi dasar konsideransnya
adalah Undang-Undang Nomor 23 tahun 1992 HASIL
tentang Kesehatan. Perkembangan Rumah Sakit Terdapat sepuluh pasal Undang-Undang
yang terus berjalan mengikuti dinamika Rumah Sakit yang telah diubah dengan Undang-
perkembangan masyarakat yang menjadi basis Undang Cipta Kerja, yaitu Pasal 17, Pasal 24, Pasal
pelayanannya, maka sejatinya diperlukan 25, Pasal 26, Pasal 27, Pasal 28, Pasal 29, Pasal 40,
pengaturan yang memiliki kekuatan hukum yang Pasal 54 , dan pasal 62. Penjelasan secara rinci akan
lebih khusus, sehingga pada tahun 2009 disajikan dalam tabel 1.
diberlakukan Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009
tentang Rumah Sakit (selanjutnya disebut Undang- DISKUSI
Undang Rumah Sakit).3 Rumah sakit dalam pelaksanaan tujuan,
Undang-Undang Cipta Kerja telah resmi tugas, fungsi, dan perannya memerlukan bentuk
disahkan dan ditandatangani pada tanggal 2 pengaturan yang jelas. Banyaknya unsur-unsur yang
November 2020 menjadi Undang-Undang Nomor 11 terkandung di dalam penyelenggaraan Rumah Sakit
Tahun 2020 tentang Cipta Kerja (selanjutnya disebut terutama terkait dengan tugas utamanya dalam
Undang-Undang Cipta Kerja). Undang-Undang Cipta pelayanan publik yakni melakukan pelayanan
Kerja terdiri atas 15 bab dan 186 pasal. Undang- kesehatan, maka membutuhkan perangkat hukum

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN : 978-623-6595-34-3
Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020 92
The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

yang memadahi. Hal tersebut dimaksudkan agar sesuai kelasnya, saat ini diberikan oleh pemerintah
penyelenggaraanya sungguh-sungguh dapat sesuai pusat dan pemerintah daerah sesuai
dengan kedudukan peran dan fungsinya, serta kewenangannya dengan norma, standar, prosedur,
terutama untuk dapat memenuhi amanat konstitusi dan kriteria yang ditentukan oleh pemerintah pusat.
6
yaitu mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Beberapa hal yang awalnya menjadi otonomi daerah
Tujuan Undang-Undang Rumah Sakit saat ini kembali mengalami proses sentralisasi.
disusun salah satunya adalah menjadi “jiwa” dan Selain terkait pemberian izin berusaha, kewenangan
tujuan bagi penyelenggaraan rumah sakit sebagai pemerintah pusat juga semakin dominan karena
salah satu subsistem dalam pelayanan kesehatan, lembaga independen terkait akreditasi rumah sakit
untuk andil dalam pembangunan kesehatan yang yang awalnya ditetapkan oleh menteri saat ini
tujuan akhirnya adalah terwujudnya derajad berpindah menjadi ditetapkan oleh pemerintah
kesehatan yang setinggi-tingginya bagi masyarakat. pusat. Pemerintah pusat beranggapan hal ini akan
Pada Undang-Undang Cipta Kerja, klasifikasi memotong birokrasi dan potensi adanya korupsi.
Rumah Sakit didasarkan pada kemampuan Perizinan Berusaha adalah produk
pelayanan dan sarana prasarana, dan tidak lagi administrasi, sehingga sebagai produk administratif,
menerapkan model rujukan berjenjang berdasarkan pelanggaran perizinan berusaha merupakan
kemapuan pelayanan medik spesialis dan pelanggaran administratif yang seharusnya
subspesialis. Hal ini cukup berpotensi menimbulkan sanksinya pun berupa sanksi administratif.9
polemik karena sebelumnya untuk mencapai kelas Ketentuan sanksi pidana pada klaster Undang-
tertinggi, rumah sakit harus melengkapi pelayanan Undang Rumah Sakit dalam Undang-Undang Cipta
medik spesialis dan subspesialis. Norma ini Kerja terkait perizinan rumah sakit diberikan hanya
menguatkan apa yang telah diatur dalam Permenkes saat pelanggaran tersebut mengakibatkan timbulnya
Nomor 3 tahun 2020 tentang Perizinan dan korban/kerusakan terhadap kesehatan,
7
Klasifikasi Rumah Sakit. keselamatan, dan atau lingkungan, hal ini sesuai
Peraturan pelaksana mengenai perubahan dengan karakter sanksi pidana sebagai ultimum
ketentuan pada beberapa pasal dala Undang- remedium, yaitu pidana harus digunakan hanya
Undang Cipta Kerja akan diatur melalui Peraturan sebagai upaya terakhir.10
Pemerintah. Hal ini lebih sesuai dengan hierarki
peraturan perundang-undangan dalam Undang- SIMPULAN
Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Dalam Undang-Undang Cipta Kerja terdapat
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, sepuluh pasal Undang-Undang Rumah Sakit yang
karena sebelumnya Undang-Undang Rumah Sakit berubah, yaitu Pasal 17, Pasal 24, Pasal 25, Pasal 26,
lebih banyak memberikan kewenangan atributif Pasal 27, Pasal 28, Pasal 29, Pasal 40, Pasal 54 , dan
pada Peraturan Menteri.8 pasal 62. Pokok-pokok perubahan ketentuan antara
Undang-Undang Cipta Kerja mengukuhkan lain terkait penentuan klasifikasi rumah sakit,
peran pemerintah pusat dalam menentukan bergantinya kewenangan atributif peraturan menteri
perizinan berusaha. Perizinan rumah sakit yang menjadi peraturan pemerintah, peran sentral
awalnya diberikan oleh menteri, pemerintah pemerintah pusat dalam menentukan kriteria untuk
provinsi, dan pemerintah daerah kabupaten kota pemberian izin rumah sakit serta penetapan

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN : 978-623-6595-34-3
Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020 93
The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

lembaga akreditasi, dan perluasan sanksi


administratif yang disertai limitasi dalam pemberian
sanksi pidana.

DAFTAR PUSTAKA

1. Merriam-Webster Dictionary. Merriam-Webster


Dictionary. Merriam-Webster Dictionary. 2014.
2. Payne-James J, Wal I, Dean P. Medicolegal essentials in
healthcare, second edition.
3. Medicolegal Essentials in Healthcare, Second Edition.
2004.
4. Yustina EW. Mengenal Hukum Rumah Sakit. Bandung:
Keni Media; 2012.
5. CNN Indonesia. UU Cipta Kerja Resmi Berlaku Terhitung
2 November 2020 [Internet]. 2020 [cited 2020 Nov
30].Available
from:https://www.cnnindonesia.com/nasional/202011
03153739-32-565384/uu-cipta-kerja-resmi-berlaku-
terhitung-2-november-2020
6. Marzuki PM. Penelitian Hukum. Edisi Revisi. Jakarta:
Kencana Prenada Media; 2016.
7. Carmi A. Hospital Law. 7th ed. Berlin: Springer-Verlag;
2008.
8. Biro Hukum KeMenkes RI. Penjelasan Klasifikasi Dan
Perizinan Rumah Sakit berdasarkan permenkes nomor 3
tahun 2020. In: Implementation Science. 2014.
9. Febriansyah FI. KONSEP PEMBENTUKAN PERATURAN
PERUNDANG-UNDANGAN DI INDONESIA. Perspektif.
2016;
10. Ridwan HR. Hukum administrasi negara [Internet].
RajaGrafindo Persada; 2006. Available from:
https://books.google.co.id/books?id=6ohGAAAACAAJ
11. Chazawi A. Pelajaran hukum pidana [Internet].
RajaGrafindo Persada; 2002. Available from:
https://books.google.co.id/books?id=_9rYAAAACAAJ

Copyright @ 2020 Authors. This is an open access article


distributed under the terms of the Creative Commons
Attribution-NonCommercial 4.0 International License
(http://creativecommons.org/licenses/by-nc/4.0/), which
permits unrestricted non-commercial use, distribution, and
reproduction in any medium, provided the original author and
source are properly cited.

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN : 978-623-6595-34-3
Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020 94
The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

Laporan Kasus

Cross-Sector Communication Integration in The Management of


Corpses with Covid-19 dr Saiful Anwar Hospital Malang
Eriko Prawestiningtyas1, Muhammad Fahrul2
1Departemen/Instalasi Kedokteran Forensik dan Medikolegal
2Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya / RSUD dr. Saiful Anwar Malang

ABSTRACT
According to the health ministry's emerging infection page, as many as 216 countries and territories in the
world including Indonesia are facing a global pandemic due to Covid-19 disease short for Coronavirus Disease 2019.
The disease appeared in late 2019 in China's Hubei Province Wuhan and has spread almost worldwide, until finally
the World Health Organization (WHO) designated it as a public health emergency.In Indonesia, the disease has
spread throughout the provinces of Indonesia, with conditions as of November 11, indicating that Covid-19 has
spread in 34 provinces, 503 districts/cities with conditions still there is an increase in trends, not only confirmation
patient trends, but also an increase in the trend of patients dying and also the trend of patients recovering.
Although statistics show that more cases have been recovered than deaths, it remains an obligation for all parties
to actively participate in reducing the spread of Covid-19. There is a fact that there are problems related to the
management and burial of corpses with Covid-19. Based on the results of several media reports related to the
rejection of the funeral, In this case reported 2 cases of different the location of the domicile (case 1.
Kedungkandang, Malang city; case 2. Bangil, Pasuruan district) with clinical diagnose confirm COVID-19, with
similar problems namely denial of treatment and funeral according to protocol but managed through a much
different settlement process. However, there are similarities in the coordination process in terms of communication
and cross-sector integration. This is influenced by several factors, namely cultural, spiritual and easy coordination
and optimization of decision-making roles and strategic strengths of the security sector. By using effective and open
communication techniques that take into account the element of the existence of a communion in its entirety as a
recipient of information, educational background, age, occupation, religion, culture, and customs should always be
adjusted as part of the integration of communication across sectors ( health workers, security personnel,
transportation personnel, deliberations of regional leaders -Muspika- and families) related to what and how the
management of corpses with or suspected Covid-19. implementation is carried out with the main purpose is to
provide understanding as well as maintain the health and safety of the community.

Keywords: communication, cross sector, covid-19, integration, management of corpse

Korespondensi : Eriko Prawestiningtyas,email: ep_4n6@yahoo.co.id

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN : 978-623-6595-34-3
Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020 95
The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

PENDAHULUAN COVID19 telah tersebar ke 219 negara yang


Pada abad ke dua puluh satu ini, muncul terjangkit, sedang yang dilaporkan terjadi transmisi
penyakit-penyakit baru yang menjadi perhatian lokal sebanyak 178 negara, termasuk Negara
seluruh dunia, khususnya di bidang Kesehatan Kesattuan Republik Indonesia. Di dalam Indonesia,
Masyarakat, mulai dari severe acute respiratory telah menyebar ke 34 Provinsi, 306 kota/kabupaten
syndrome (SARS) hingga avian influenza (H7N9). dilaporkan terjadi transmisi lokal, dan sebanyak 505
Penyakit ini menarik perhatian, karena selain kota/kabupaten terdampak COVID 19. Kasus
menyebabkan jumlah kematian dalam jumlah besar, konfirmasi positif dilaporkan telah mencapai 534.266
juga membawa dampak ekonomi dan sosial secara kasus, dengan prosentasi kesembuhan 83,4 %. Kasus
global, baik pada negara-negara maju maupun pada kematian dilaporkan sebanyak 16.815 kasus, dengan
negara-negara berkembang. Penyakit-penyakit ini prosentase 3,1% dari kasus konfirmasi. Dan masih
digolongkan dengan nama emerging infectious terjadi tren peningkatan baik kasus konfirmasi positif
disease (EID), yang berarti penyakit yang muncul dan maupun kasus kematian karena COVID 19.1
menyerang pertama kali pada suatu populasi; atau Kementrian Kesehatan telah mengeluarkan
penyakit yang telah ada namun terjadi peningkatan Pedoman Pencegahan dan Pengendalian COVID 19,
yang sangat cepat dalam jumlah kasus baru dalam dengan tujuan untuk mengendalikan dan
suatu populasi atau peningkatan penyebaran ke menurunkan penyebaran penyakit ini, dengan
daerah populasi yang lain. Jika penyakit yang sudah berbagai protocol Kesehatan termasuk salah satunya
ada, namun muncul dengan bentuk klinis yang baru, adalah protocol Kesehatan dalam kasus kematian
dan lebih berat, dikenal dengan nama penyakit re- COVID 19.
emerging. Dalam tiga puluh tahun terakhir ini, telah
dilaporkan muncul tiga puluh penyakit emerging Pedoman Pencegahan dan Pengendalian
infectious disease.1 COVID 19, memerlukan peran serta aktif semua
Perkembangan penyakit emerging lapisan masyarakat, untuk mengendalikan penyakit
infectious disesase yang saat ini terjadi dimulai pada ini. Peran aktif masyarakat diharapkan dalam
tanggal 31 Desember 2019, WHO China country mematuhi protocol yang sudah dibuat mulai tingkat
office melaporkan di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif maupun
suatu kasus pneumonia yang tidak diketahui pada penanganan kasus kematian karena COVID 19.
etiologinya; dan pada tanggal 7 Januari 2020, China Khususnya pada penanganan kasus kematian, fakta
mengidentifikasi kasus tersebut sebagai coronavirus dan data menunjukkan masyarakat masih banyak
jenis baru. WHO menetapkan kasus tersebut sebagai yang menolak mamatuhi protocol yang telah ada.
Coronavirus Disease 2019 (COVID19) yang menjadi Terjadi kasus-kasus pengambilan jenazah secara
Public Health Emergency of International Concern paksa oleh keluarga atau menghalangi proses
(PHEIC) / Kedaruratan Kesehatan Masyarakat yang pemakaman oleh satuan tugas COVID 19. Dalam
Meresahkan Dunia (KKMMD) pada tanggal 30 makalah ini dilaporkan 2 kasus jenazah diagnosis
Januari 2020, serta menetapkan kasus tersebut klinis terkait COVID-19, dengan permasalahan
sebagai pandemic pada tanggal 11 Maret 2020.2 serupa yakni penolakan perawatan dan pemakaman
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia sesuai protocol.
melaporkan dalam laman resminya Pandemi

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN : 978-623-6595-34-3
Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020 96
The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

KASUS perawatan dan pemakaman


jenazah.
1. Tn. W. H. / 28 tahun
Serta koordinasi dengan Dinas
Pasien domisili di Kecamatan Kedung kandang Kota Kesehatan Kota Malang dan
Polresta Kota Malang, untuk proses
Malang yag merupakan salah satu zona merah di
pemakaman jenazah.
Jawa Timur, dengan diagnosis Suspek Pneumonia 6. 26-07- Dilakukan perawatan jenazah sesuai
2020, protocol covid 19.
Covid berat + Lung TB on OAT fase lanjutan bulan ke
4 + HIV, dengan gejala awal sesak, hasil radiologi
2. Ny. F. W. / 39 tahun
mengarah pada pneumonia viral, rapid antibodi non
Pasien domisili di kecamatan Bangil Kabupaten
reaktif; swab PCR satu hari setelah MRS hasil negatif.
Pasuruan yang merupakan salah satu zona merah di
Terjadi perburukan dalam perawatan dan pasien
Jawa Timur, rujukan dari rumah sakit swasta, dengan
meninggal dunia, dengan diagnosis kematian
diagnosis G9 P6006 Ab200 28-29 minggu, hasil
probable Covid 19 berdasarkan klinis. Keluarga
laboratorium hematologi dan radiologis mengarah
melakukan penolakan terkait status Covid serta
pada Pneumonia Covid 19, sedang rapid antibodi
perawatan dan pemakaman sesuai protocol covid.
dan rapid antigen non reaktif. Terjadi perburukan
Secara kronologis dapat dilihat dalam table 1.
kondisi janin IUFD, dan perburukan pasien dan
meninggal dunia di IGD Incovit RSSA. Dilakukan swab
Tabel 1. Kronologis penanganan jenazah Tn. W. H.
postmortem didapatkan hasil PCR positif, dan
No Waktu Keterangan
diagnosis kematian ditegakkan Pneumonia COVID
1 25-07- Pasien MRS dengan diagnosis PDP
2020, covid + pneumonia, dengan gejala 19. Keluarga melakukan penolakan terkait status
08.00 awal sesak sejak 3 hari SMRS.
Covid serta proses perawatan dan pemakaman
WIB Riwayat penyakit dahulu TB paru
dalam pengobatan sejak Maret jenazah sesuai protocol covid. Secara kronologis
2020.
dapat dilihat dalam table 2.
Pada pemeriksaan rapid antibodi
non reaktif, radiologis ditemukan
gambaran pneumonia viral, dan
Tabel 2. Kronologis penanganan jenazah Ny. F.W.
dirawat di ruang Incovit RSSA
dengan diagnosis suspek No Waktu Keterangan
pneumonia covid berat. 1 11-11- Pasien dikonsulkan oleh RS swasta di
2. 26-07- Swab PCR (-) 2020, Malang melalui Hotline Pinere RSSA,
2020, 00.58 dengan diagnosis G9 P6006 Ab200,
16.00 WIB suspek pneumonia Covid 19, hasil lab
WIB hematologic dan radiologis
3. 26-07- Terjadi perburukan dan pasien mengarah, rapid antigen dan
2020, dinyatakan meninggal dunia. antibodi non reaktif.
18.30 Petugas Incovit menelpon petugas 2. 12-11- Perawat MPP melaporkan kepada
WIB kamar jenazah, dengan menyatakan 2020, dokter jaga Forensik, bahwa pasien
negatif Covid. 00.44 meninggal dunia pukul 00.10 WIB,
4. 26-07- Perawat MPP melaporkan kepada WIB dengan diagnosis G9 P6006 Ab200 +
2020, dokter jaga forensik, pasien IUFD + Respiratory failure ec.
19.43 meninggal dengan status non covid, Pneumonia COVID 19 di ruang IGD
WIB serta memberitahukan kepada Incovit RSSA; dengan menyertakan
Dinas Kesehatan Kota Malang dan surat keterangan yang menyatakan:
keluarga dengan status non covid. gejala sesak (+), rapid tes (+).
5. 26-07- Dilakukan koordinasi ulang antara Radiologis pneumonia viral (+), dan
2020, DPJP klinis, MPP dan dokter jaga swab PCR (+)
20.00 forensik, untuk menentukan status Petugas IGD Incovit menelepon ke
WIB terakhir pasien terkait dengan kamar jenazah untuk

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN : 978-623-6595-34-3
Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020 97
The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

memberitahukan pasien meninggal efektif dan efisien, harus dilaksanakan koordinasi


dunia.
dengan lintas sektor.4 Dengan ditetapkannya infeksi
Keluarga melakukan penolakan saat
mendapatkan KIE oleh DPJP klinis Novel Coronavirus sebagai penyakit yang
dan perawat tentang status Covid
menimbulkan wabah, maka berlaku upaya
serta protokol perawatan dan
pemakaman covid. penanggulangan wabah sebagaimana yang
3. 12-11- Keluarga diarahkan menuju ke kamar
tercantum dalam Undang-undang nomor 4 tahun
2020, jenazah untuk mendapatkan KIE
02.30 proses perawatan dan pemakaman 1984 tentang Wabah Penyakit Menular. Salah satu
WIB jenazah oleh dokter jaga forensik.
upaya penanggulangan wabah yakni penanganan
Keluarga tetap menolak dan
memaksa untuk mengambil jenazah. jenazah akibat wabah. Dalam hal terdapat upaya-
Pihak dokter jaga forensik
upaya dalam menghalangi penanggulangan wabah,
menghubungi kepolisian untuk
pengamanan di RSSA, baik di IGD maka seseorang dapat diancam dengan pidana
Incovit maupun di kamar jenazah.
penjara atau denda.5
Perawat MPP menghubungi pihak
Dinas Kesehatan Kab. Pasuruan Juga, dengan ditetapkannya penyebaran
untuk protokol pemakaman jenazah
Covid 19 sebagai bencana nasional, maka dalam
Covid 19
4. 12-11- Dilakukan perawatan jenazah penanganannya berlaku pula Undang-undang no 24
2020, dengan protokol covid, dibawah tahun 2007 tentang Penanggulanngan Bencana.
04.30 pengamanan kepolisian.
WIB Keluarga menolak perawatan Dalam UU tersebut, dicantumkan hak setiap orang
jenazah yang dilakukan oleh tim untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan
pemulasara (satu Muslimah dan dua
muslim), yang menurut agama tidak terhadap kegiatan penanggulangan bencana,
sah jika perawatan jenazah dilakukan khususnya yang berkaitan dengan diri dan
oleh lawan jenis.
5. 12-11- Dinas Kesehatan Kab. Pasuruan komunitasnya; bersanding dengan kewajiban setiap
2020, menjemput jenazah untuk orang untuk menjaga kehidupan sosial masyarakat
08.00 pemakaman sesuai protokol covid
WIB 19. yang harmonis dan kewajiban melakukan kegiatan
penanggulangan bencana. Sedangkan tanggung
DISKUSI jawab Pemerintah Daerah dalam upaya
Pemerintah melalui Keputusan Presiden penanggulangan bencana salah satunya
nomor 12 tahun 2020, menetapkan penyebaran adalah perlindungan masyarakat dari dampak
Covid 19 sebagai bencana nasional non alam. Dalam bencana.6
keputusan tersebut penanggulangan bencana Sesuai dengan Panduan Pencegahan dan
dilaksanakan oleh Gugus Tugas Percepatan Pengendalian COVID 19 Kementrian Kesehatan RI,
Penanganan COVID 19, yang diketuai oleh Gubernur, kriteria jenazah yang harus ditatalaksana dengan
3
Walikota atau Bupati di masing-masing daerah. protocol covid adalah jenazah suspek dari dalam
Sebelumnya melalui Keputusan Menteri Kesehatan rumah sakit sebelum keluar hasil swab, jenazah
RI, nomor HK.01.07/MENKES/104/2020, pemerintah pasien dari dalam rumah sakit yang telah ditetapkan
menetapkan infeksi Novel Coronavirus sebagai sebagai kasus probable/konfirmasi COVID 19,
penyakit yang menimbulkan wabah dan memerlukan jenazah dari luar rumah sakit dengan Riwayat yang
upaya penanggulangan terhadap wabah. Dalam memenuhi kriteria probable/konfirmasi COVID 19,
keputusan tersebut juga ditetapkan bahwa, untuk termasuk DOA (death on arrival) rujukan dari rumah
penanggulangan infeksi Novel Coronavirus yang sakit lain. Jenazah harus ditatalaksana dengan etis

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN : 978-623-6595-34-3
Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020 98
The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

dan layak sesuai agama, nilai, norma dan budaya. 4. Dokter jaga Forensik dan atau Petugas
Perawatan jenazah covid diselenggarakan dengan pemulasaraan jenazah memberikan informasi
prinsip kewaspadaan standart untuk seluruh petugas kepada keluarga pasien tentang prosedur
dan didukung dengan sarana prasarana yang pemulasaraan jenazah yang sesuai dengan
2
memadai. peraturan yang berlaku dan dikelola secara etis
Dalam hal pemakaman, dilaksanakan dan layak sesuai dengan agama, nilai, norma dan
sesegera mungkin, minimal dengan melibatkan pihak budaya yang dianut;
RS dan Dinas Pertamanan yang mengelola UPT 5. MPP menghubungi Dinkes sesuai domisili pasien
Pemakaman.2 Menurut Pedoman Pemulasaraan dan untuk melaporkan kasus kematian terkait covid
Penguburan Jenazah akibat COVID 19 di Masyarakat, 19 dan meminta penjemputan dan/atau
yang disusun oleh Direktur Promosi Kesehatan dan pendampingan pemakaman jenazah, serta
Pemberdayaan Masyarakat Kementrian Kesehatan pemakaman dilakukan oleh masyarakat
RI, dalam proses pemakaman jenazah harus didampingi oleh Dinkes/Muspida setempat.
dipastikan Camat wilayah setempat atau tokoh Prosedur pemakaman jenazah terkait
masyarakat didampingi oleh petugas dari Puskesmas COVID 19 di Kota Malang, telah ditetapkan oleh
setempat, telah memberikan penjelasan secara bijak Pemerintah Kota Malang melalui kebijakan Dinas
kepada masyarakat tentang proses pemakaman Kesehatan, yang menunjuk Public Service Center
jenazah Covid 19.7 (PSC) 119 sebagai koordinator proses pemakaman
Di RSUD dr. Saiful Anwar Malang, dalam COVID Kota Malang. Dalam proses pemakaman
penanganan pasien terkait COVID 19 yang meninggal jenazah COVID 19, dilaksanakan sebagai berikut9:
dunia, mengacu pada Standar Prosedur Operasional 1. Sebelum pemberangkatan jenazah, dipastikan
“Penatalaksanaan Jenazah Pasien Probable atau Perangkat Wilayah (Camat atau Lurah) setempat
Konfirmasi Positif COVID 19”. Terdapat pembagian atau bersama tokoh masyarakat telah
8
tugas yang jelas dalam SPO tersebut yakni, memberikan penjelasan secara bijak kepada
1. Dokter Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP) masyarakat tentang tempat penguburan;
menyatakan pasien meninggal dunia dan 2. Pengangkutan jenazah dilakukan oleh PSC 119
melakukan konfirmasi atas jenazah tersebut dan mendapat pengawalan /pendampingan
termasuk dalam kriteria covid negatif, suspek, unsur-unsur terkait (Kepolisian Resort Kota
probable atau konfirmasi positif sesuai dengan Malang Kota, Komando Distrik Mililter Kota
regulasi yang ada; Malang TNI AD, Satuan Polisi Pamong Praja dan
2. Perawat menghubungi Manager Pelayanan Bakesbangpol) dan pihak keluarga dari lokasi
Pasien (MPP) dan Instalasi Kedokteran Forensik pemulasaran sampai dengan tempat
untuk menginformasikan data pasien yang pemakaman/tempat kremasi yang telah
meninggal tersebut; serta menghubungi keluarga dipersiapkan dengan mempertimbangkan faktor
pasien yang akan diberikan informasi tentang keamanan dan kecepatan dan ketepatan waktu
kematian pasien tersebut; pemakaman;
3. DPJP dan perawat memberikan informasi yang 3. Dinas Lingkungan Hidup, yang membawahi UPT
adekuat kepada keluarga pasien tentang Tempat Pemakaman Umum, menyiapkan
penyebab kematian pasien tersebut;

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN : 978-623-6595-34-3
Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020 99
The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

penggalian makam dan membantu proses Covid-19. Jenazah dengan Covid-19 memiliki hak
pemakaman. untuk dilakukan tatalaksana sesuai agama dan
4. Proses pemakaman secara keagamaan, kepercayaannya, demikian pula keluarga dipahami
dikoordinir oleh Bagian Kesra dan rasa emosi kehilangannya, disinilah pentingnya
Kemasyarakatan atau Camat masing-masing edukasi serta komunikasi lintas sector untuk
wilayah; memahamkan apa yang sesungguhnya telah terjadi
5. Dalam hal proses pemakaman telah selesai dan dilakukan pada jenazah dengan Covid-19 atau
dilaksanakan, dilakukan desinfeksi pada seluruh dugaan Covid-19.10 Dengan masyarakat paham maka
permukaan tempat dan personil yang terlibat diharapkan masyarakat tidak semena-mena,
kontak aktif pada proses pemakaman oleh Badan menjauhkan stigma bahkan juga turut membuat
Penanggulangan Bencana Daerah Kota Malang. suasana hubungan tenaga kesehatan, rumah sakit
Dengan adanya system yang telah dibentuk dan keluarga jenazah menjadi harmonis dan layanan
oleh institusi institusi tersebut, untuk bisa akan cepat terselesaikan. Perlu keahlian semua pihak
dilaksanakan secara sistematis dan tepat sasaran yang terkait dalam fungsi kolaboratif untuk
maka diperlukan kolaborasi yang solid, dinamis dan melakukan teknik komunikasi efektif yang
akurat. Kolaborasi tersebut dapat dilaksanakan mempertimbangkan unsur keberadaan seorang
dengan mengoptimalkan jalur komunikasi secara komunikan secara utuh sebagai seorang penerima
efektif, transparan, serta cepat dan akurat. Cepat informasi, latar belakang pendidikan, usia,
dan akurat disini disesuaikan dengan urgensi dari pekerjaan, agama, kultur, adat istiadat dan
masing-masing kasus dalam hal ini penanganan kebiasaan harus senantiasa disesuaikan antar
jenazah suspek, probable, maupun confirmed penerima informasi satu dengan yang
COVID-19 dengan mempertimbangkan segala aspek, lain. Harapannya komunikasi yang baik dapat
tidak hanya aspek medis klinis namun juga sosial, menciptakan persepsi yang sama antara tenaga
ekonomi, agama, budaya serta latar belakang kesehatan di RS dan di tempat pemakaman yang
pendidikan dan pekerjaannya. akan dituju sehingga ketakutan atau kekhawatiran
Didalam aktivitas komunikasi terselip itu tidak ada.
didalamnya fungsi edukasi. Edukasi tentang Pada kasus pertama (1), permasalahan
kematian pada jenazah itu sendiri merupakan bagian ditimbulkan akibat adanya perbedaan persepsi
dari manajemen krisis dan perencanaan kontingensi. istilah negative dalam pemeriksaan PCR jenazah.
Adanya ketidakpahaman masyarakat dan informasi Persepsi negatif diterima oleh jenazah bahwa pasien
simpang siur membuat masyarakat abai, ragu dan tersebut bukanlah dengan diagnnosa COVID-19
khawatir tentang mekanisme perawatan bahkan (confirmed), namun keluarga pasien juga harus
pemakaman jenazah, sehingga membuat mereka dipahamkan tentang istilah suspek maupun
sanggup untuk melanggar nilai kemanusiaan dalam probable, yang berarti klinis menunjukkan adanya
hal ini adalah nilai untuk menjaga kesehatan gejala yang sesuai dengan kriteria COVID-19
bersama dan mencegah penyebaran agar tidak meskipun laboratorium belum menunjukkan hasil
semakin massif di masyarakat. Inilah poin yang serupa dan ketiga istilah tersebut disepakati
dimana masalah etika ikut campur dalam dalam prosedur perawatan jenazah sesuai Prosedur
permasalahan pada kasus meninggal pada jenazah yang telah ditetapkan melalui Perhimpunan dokter

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN : 978-623-6595-34-3
Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020 100
The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

Forensik Indonesia dan Kementerian Kesehatan seorang perempuan dimandikan oleh lawan jenis.
adalah tetap dilakukan dengan protocol kesehatan Dalam hal ini, koordinasi dengan pihak kepolisian
yang berlaku. Penjelasan yang sejalan antar tenaga dan TNI segera dilakukan, untuk mengamankan
kesehatan dari hulu hingga hilir, dengan proses perawatan jenazah sesuai protocol dan sesuai
mengedepankan kesabaran, sopan dan santun, dengan syariat agama. Pihak kepolisian dan TNI
sinergi dengan dinas Kesehatan serta Pengamanan mengawal mulai dari transportasi jenazah dari ruang
(TNI-Polri) sangat dibutuhkan dengan cepat, hal ini perawatan, hingga penatalaksanaan jenazah sesuai
juga harus disesuaikan dengan suasana emosi protocol Kesehatan. Manajer Pelayanan Pasien juga
keluarga jenazah. Dalam kasus ini dapat diselesaikan mengupayakan berkoordinasi dengan Dinas
dengan menjelaskan melalui analogi sederhana Kesehatan Kabupaten Pasuruan, untuk menyiapkan
“probabilitas lemparan uang koin”, bila kita bertaruh pemakaman dan melakukan pendampingan, serta
kesehatan keluarga jenazah dengan melakukan menjemput jenazah di RSUD dr. Saiful Anwar. Pihak
kontak pada jenazah dengan suspek atau probable Kepolisian, dalam hal ini Polresta Malang Kota, juga
COVID maka ada dua kemungkinan yang dapat berkoordinasi dengan pihak Kepolisian Resort
terjadi, yakni akan tetap sehat atau mungkin akan Pasuruan untuk mengawal pemakaman jenazah.
muncul gejala. Faktor kebaikan untuk kemaslahatan Factor komunimasi lintas sector yang cepat dan
umat ditonjolkan dalam komunikasi dan diperkuat efektif menjadi kunci utama dalam pelaksanaan
dengan komunikasi aktif dengan rangkulan pihak perawatan jenazah COVID, dengan tujuan akhir
kepolisian yang selalu ada mendampingi keluarga melindungi Kesehatan masyarakat secara luas.
jenazah dengan selalu mengedepankan jargon Dengan melaksanakan komunikasi yang
keluarga besar daerah dan keluarga besar tidak akan tepat disertai dengan kolaborasi yang baik dengan
meninggalkan keluarga yang lain sehingga ketakutan beberapa sector bahkan lintas sector maka akan
keluarga yang semula menolak perawatan dengan diharapkan akan mampu: 1) menciptakan
protocol karena takut dikucilkan bisa terhindar. masyarakat yang tenang, dan paham apa yang
Kasus kedua (2), permasalahan ditimbukan karena mereka harus lakukan bagi lingkungan terdekatnya;
hasil rapid tes berbeda antara rumah sakit yang 2) Membangun persepsi masyarakat bahwa
merujuk, meskipun tes swab postmortem pemerintah, negara yang dalam hal ini diwakili oleh
menunjukkan hasil PCR positif. Keluarga sudah pihak terkait dalam stakeholder pelayanan
diberikan informasi oleh DPJP klinis, tetapi tetap kesehatan dan pengamanan setempat hadir dan
melakukan penolakan terkait status Covid dari tanggap dalam mengendalikan situasi krisis yang
pasien. Keluarga juga sudah diberikan penjelasan terjadi.11 Sehingga, penanggulangan bencana sesuai
terkait prosedur perawatan jenazah secara protocol dengan Undang-undang akan terlaksana dengan
dan sesuai syariat agama, namun keluarga tetap bersama-sama untuk: a. Memberikan perlindungan
menolak, dan memaksa untuk membawa pulang kepada masyarakat dari ancaman bencana; b.
secara paksa dan dirawat jenazah sendiri oleh Menyelaraskan peraturan perundang-undangan
keluarga. Penolakan pemulasaraan jenazah karena yang sudah ada; c. Menjamin terselenggaranya
keluarga dengan latar belakang agama yang kuat, penanggulangan bencana secara terencana, terpadu,
menganggap petugas pemulasara jeanzah tidak terkoordinasi dan menyeluruh; d. Menghargai
kompeten secara syariat agama dan tidak sah jika budaya lokal; e. Membangun partisipasi dan

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN : 978-623-6595-34-3
Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020 101
The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

kemitraan publik serta swasta; f. Mendorong hukor.kemkes.go.id/uploads/produk_hukum/KMK_No__H


K_01_07-MENKES-104-2
semangat gotong royong, kesetiakawanan dan 020_ttg_Penetapan_Infeksi_Novel_Coronavirus_Penyakit_Y
ang_Dapat_Menimbulkan_Wabah.pdf
kedermawanan serta; g. Menciptakan perdamaian 5. Presiden Republik Indonesia. Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 4 Tahun 1984 Tentang Wabah Penyakit
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan Menular. Available from:
https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/46973/uu-no-
bernegara.6 4-tahun-1984
6. Presiden Republik Indonesia. Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan
Bencana. Available from:
KESIMPULAN https://bnpb.go.id/ppid/file/UU_24_2007.pdf
7. Direktur Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan
Dukungan kolaborasi lintas sector melalui Masyarakat, Kementerian Kesehatan RI. Pedoman
Pemulasaraan dan Penguburan Jenazah Akibat Covid 19 di
komunikasi yang efektif, cepat dan akurat sangat Masyarakat. 2020. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI:
2020. Available from:
diperlukan untuk dilakukan sebagai bukti nyata http://www.promkes.kemkes.go.id/pub/files/files547914
May_Guidebook%20Jenazah_Kemenkes.pdf
respon terhadap situasi pandemic terkait 8. RSUD dr Saiful Anwar, Pemerintah Provinsi Jawa Timur.
Standar Prosedur Operasional Penatalaksanaan Jenazah
permasalahan penolakan perawatan jenazah COVID- Pasien Probable Atau Konfirmasi Positif Covid 19. 2020.
Malang: Instalasi Pengendali Mutu RSUD dr Saiful Anwar,
19. Disain yang telah diciptakan dapat diaplikasikan 2020.
9. Dinas Kesehatan Kota Malang. Alur Narasi Pemulasaran
didalam RS serta berkerjasama dengan institusi Dan Pemakaman Pasien Terinfeksi/Probable Covid-19.
2020. Malang.
layanan kesehatan lain bahkan institusi lain terkait 10. APA. Practice for Knowledge Acquisition (Not Drill and
Kill). 2018. Available
yang bersama-sama melaksanakan pelayanan di from: https://www.apa.org/education/k12/practice-
acquisition).
dalam area geografis yang sama dan tetap dengan
11. Penanganan covid-19, Protokol komunikasi publik ,
mempertimbangan beberapa aspek dalam http://covid19.kemkes.go.id/
12. The hastings center.org. Responding to Covid-19 as a
berkehidupan. Regional Public Health Challenge. Preliminary Guidelines
for Regional Collaboration Involving Hospitals. 2020.
Kolaborasi regional lintas sector merupakan bentuk Available from:
https://www.thehastingscenter.org/ethicalframeworkcovi
praktek yang menjanjikan untuk mendukung d19/

keberhasilan tujuan demi untuk kebaikan dan


Copyright @ 2020 Authors. This is an open access article
kesehatan bersama, semua masyarakat, terutama distributed under the terms of the Creative Commons
Attribution-NonCommercial 4.0 International License
mencegah penyebaran COVID-19. 12
(http://creativecommons.org/licenses/by-nc/4.0/), which
permits unrestricted non-commercial use, distribution, and
reproduction in any medium, provided the original author and
DAFTAR PUSTAKA source are properly cited.
1. Infeksiemerging.kemkes [homepage on the internet].
Jakarta: Kementerian Kesehatan RI, Direktorat Jenderal
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi, Direktorat
Surveilan dan Karantina Kesehatan, Sub Direktorat
Penyakit Infeksi Emerging; c2019 [update 2020 November
30]. Available from: https://infeksiemerging.kemkes.go.id
2. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Panduan
Pencegahan dan Pengendalian Coronavirus disease (COVID
19). 2020. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI, 2020.
Available from: https://covid19.kemkes.go.id/protokol-
covid-19/kmk-no-hk-01-07-menkes-413-2020-ttg-
pedoman-pencegahan-dan-pengendalian-covid-
19/#.X8UAzc7ivb1
3. Presiden Republik Indonesia. Keputusan Presiden
Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2020 Tentang
Penetapan Bencana Nonalam Penyebaran Corona Virus
Disease 2019 (Covid-19) Sebagai Bencana Nasional.
Available from:
https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/135718/keppr
es-no-12-tahun-2020
4. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Keputusan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
Hk.01.07/Menkes/104/2020 Tentang Penetapan Infeksi
Novel Coronavirus (Infeksi 2019-Ncov) Sebagai Penyakit
Yang Dapat Menimbulkan Wabah Dan Upaya
Penanggulangannya. Available from: http://

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN : 978-623-6595-34-3
Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020 102
The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

Artikel Penelitian

Persepsi Dokter Muda terhadap Pendidikan Profesi Secara Daring


Stase Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal RSUP Dr.Sardjito
Yogyakarta
Dewanto Yusuf Priyambodo1, Suhartini2

1Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan
2UniversitasGadjah Mada/Instalasi Kedokteran Forensik Rumah Sakit Umum Pusat Dr.Sardjito Yogyakarta

ABSTRAK
Pendahuluan Pandemi covid 19 yang masih berlangsung membuat pendidikan profesi dokter muda
mengalami banyak keterbatasan. Solusi terbaik pendidikan profesi untuk saat ini adalah pendidikan
secara daring atau semi daring. RSUP Dr.Sardjito dan Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan
Medikolegal FKKMK UGM menyelenggarakan pendidikan dengan metode daring penuh.
Metodologi Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif berdasar data dari kuesioner daring yang
diisikan dokter muda saat ujian daring.
Kesimpulan Metode pendidikan secara daring merupakan yang paling optimal untuk dilakukan di masa
pandemi. Sebagian besar dokter muda menyatakan puas dengan penyelenggaraan stase. Pendidikan
dengan metode daring juga memiliki beberapa kelemahan dan akan terus diperbaiki.

Kata kunci: Pembelajaran daring, covid 19, pendidikan profesi

Korespondensi : Dewanto Yusuf Priyambodo dan Suhartini email: drdewanto@gmail.com

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN : 978-623-6595-34-3
Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020 103
The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

PENDAHULUAN Penulis menggunakan metodologi potong


Pandemi covid 19 yang masih terus lintang dengan pengambilan data menggunakan
berlangsung hingga artikel ini ditulis menyebabkan kuesioner daring yang diisikan setelah ujian
gangguan yang mengharuskan perubahan dalam berlangsung. Kuesioner ini merupakan evaluasi oleh
berbagai aspek (1,2). Beberapa kebijakan dokter muda (koasisten) periode stase bulan
pemerintah untuk menangani covid 19 juga Agustus-November 2020 berupa pendapat,kritik,
memberikan dampak terhadap dokter muda yang maupun saran terhadap pembelajaran daring selama
menjalani pendidikan profesi. Pemerintah pusat dan 4 minggu. Data disajikan secara deskriptif terkait
daerah menetapkan beberapa kebijakan untuk demografi responden dan persepsi mereka terhadap
mencegah persebaran covid 19 seperti pembatasan pendidikan daring. Responden dokter muda
sosial berskala besar (PSBB) di beberapa daerah, sebanyak 144 orang.
isolasi mandiri untuk penduduk yang datang dari Persepsi, menurut kamus besar bahasan
daerah zona merah, dan pembatasan jumlah Indonesia (KBBI) diartikan sebagai : tanggapan
manusia dalam satu ruangan termasuk di antaranya (penerimaan) langsung dari sesuatu atau proses
peserta didik (dokter muda) di dalam rumah sakit seseorang mengetahui beberapa hal melalui
(3,4,5). pancaindranya (11).
Pendidikan profesi kedokteran adalah salah Hasil
satu aspek pendidikan yang terdampak cukup berat. Karakteristik N = 144
Proses pendidikan berupa rotasi klinik dokter muda demografi Frekuensi Presentase
harus terus berjalan tanpa menambah masa studi, Usia (rerata : 23,7
namun harus dilaksanakan dengan melaksanakan tahun) 123 85,4 %
protokol kesehatan untuk menghindari penularan 15-25 tahun 21 14,6 %
covid 19 (6,7,8). Tenaga kesehatan dan >25 tahun
pendukungnya yang bekerja di fasilitas pelayanan Jenis Kelamin
kesehatan termasuk dokter muda merupakan Laki-laki 55 38,2 %
populasi yang rawan tertular covid 19 (10). Perempuan 89 61,8%
Dekan Fakultas Kedokteran di beberapa Asal universitas
negara menyatakan bahwa mereka mengalami Negeri 45 31,2%
hambatan yang sama dalam pendidikan profesi Swasta 99 68,8%
kedokteran (10). Perubahan harus cepat dilakukan Evaluasi dokter
untuk memenuhi kompetensi mahasiswa profesi muda
tanpa menambah paparan terhadap mereka. Persepsi
Berbagai inovasi dilakukan termasuk menggunakan Puas/Baik 78 54,1 %
pembelajaran jarak jauh dengan metode daring Dengan 48 33,3 %
(online). Fakultas Kedokteran, Kesehatan catatan/Kritik 18 12,5%
Masyarakat, dan Keperawatan Universitas Gadjah Tidak mengisi
Mada (FKKMK UGM) sendiri telah menetapkan untuk Kriteria ketidak
melakukan pembelajaran daring maupun semi puasan 22 45,8%
daring untuk seluruh stase di rotasi klinik (6). Kendala 26 54,2%
Pendidikan rotasi klinik Stase Ilmu teknis
Kedokteran Forensik dan Medikolegal di RSUP Pemenuhan
Dr.Sardjito berlangsung selama 4 minggu secara kompetensi
online/daring. Peserta rotasi klinik adalah dokter
muda dari universitas negeri maupun swasta. Rotasi
klinik bertujuan untuk memenuhi kompetensi dokter DISKUSI
muda sesuai dengan SKDI 2012. Pada minggu Responden merupakan dokter muda yang
pertama, dokter muda menjalani bimbingan dokter mengisi kuesioner dan berusia rerata 23,7 tahun
muda. Minggu kedua dan ketiga, dokter muda dengan usia tertua 26,9 tahun dan termuda 20,93
menyelesaikan bed side teaching, refleksi tahun. Mayoritas mereka adalah adalah golongan
kasus,tutorial,dan pengamatan langsung Gen Z, yaitu merupakan populasi yang lahir pada
pemeriksaan forensik (PLPF). Ujian dokter muda akhir 1990 sampai 2009 dan kami menggunakan
secara tulis dan lisan dilaksanakan pada minggu batas usia 25 tahun untuk membedakannya. Sisanya
keempat. Dokter muda juga melaksanakan merupakan generasi milenial (12). Kedua generasi ini
presentasi kasus setiap minggunya dan pertemuan memiliki paparan internet dan teknologi yang sangat
dengan dosen pembimbing klinik (DPK) minimal 2 intens, dan kepemilikan gawai yang sangat tinggi
kali selama rotasi klinik berlangsung (6). (12). Mereka juga merupakan manusia pembelajar
METODOLOGI mandiri dan cepat. Banyaknya akses informasi yang

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN : 978-623-6595-34-3
Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020 104
The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

masuk dan kemudahan mencari sumber KESIMPULAN


pembelajaran merupakan pendukung pembelajaran Pendidikan profesi dokter muda dengan sistem
dengan sistem daring (12,13,14). daring merupakan yang terbaik yang bisa dilakukan
Ciri khas ini juga menjadikan tantangan bagi di masa pandemi. Seluruh responden merupakan
para pendidik untuk lebih kreatif dan adaptif karena dokter muda berusia di bawah 25 tahun dan
Gen Z dan millenial memiliki karakter kreatif dan sebagian besar merasa puas dengan pembelajaran
mudah bosan, karena ekspektasi mereka yang tinggi profesi dengan sistem daring. Pendidikan profesi
(13,14). dengan sistem daring memiliki kelemahan dan
Sebagian besar dokter muda yang mengisi tantangan yang harus diperbaiki untuk kebaikan
kuesioner online menyatakan puas dengan metode bersama.
pembelajaran daring ini. Beberapa komentar
tambahan menyebutkan bahwa mereka merasa
dibimbing dengan baik dan informatif. Dokter muda DAFTAR PUSTAKA
1. Covid-19 Coronaavirus Pandemic.
tersebut aktif bertanya kepada dosen terkait hal Https://Www.Worldometers.Info/Coronavirus/?
yang belum mereka pahami. Tim rotasi klinik 2. Direktorat Jenderal Pencegahan Dan Pengendalian
mengusahakan pembelajaran yang lebih menarik Penyakit Maret 2020. Pedoman Pencegahan Dan
secara visual dan bersifat interaktif. Pengendalian Coronavirus Disease (Covid 19).
3. Permenkes 9 Tahun 2020 Tentang Pedoman Psbb Dalam
Walaupun pendidikan profesi dengan Rangka Percepatan Penanganan Covid-19
sistem daring merupakan cara terbaik yang bisa 4. Direktorat Pelayanan Kesehatan Rujukan Direktorat
dilakukan untuk kondisi pandemi yang masih Jenderal Pelayanan Kesehatan Kementerian Kesehatan
Ri 2020. Panduan Teknis Pelayanan Rumah Sakit Pada
berlangsung hingga artikel ini ditulis, namun bukan Masa Adaptasi Kebiasaan Baru.
berarti tidak ada kelemahan yang dialami oleh para 5. Konsil Kedokteran Indonesia (Indonesian Medical
dokter muda. Pendidikan daring membuat paparan Council. Jakarta 2012. Standar Kompetensi Dokter
Indonesia (Skdi) 2012
terhadap pasien menjadi berkurang, bahkan mereka 6. Panduan Pembelajaran Dan Penilaian Di Pendidikan
sama sekali tidak bertemu dengan pasien. Kendala Profesi Dokter Di Situasi Bencana Non Alam. Tim
terkait pemenuhan kompetensi muncul karena kasus Koordinasi Program Profesi Dokter Fk-Kmk Ugm. 2020
7. Firman , Rahman, S.R.. Pembelajaran Online Di Tengah
yang diberikan hanya berupa kasus virtual.
Pandemi Covid-19. Indonesian Journal Of Educational
Pemeriksaan kaku jenazah, lebam jenazah dan Science (Ijes). Volume 02, No 02 Maret 2020
mengukur kedalaman luka sulit dilakukan jika hanya 8. Firman, F. And Rahayu, S. (2020) ‘Pembelajaran Online
dengan melihat gambar kasus virtual. Skills terkait Di Tengah Pandemi Covid-19’, Indonesian Journal Of
Educational Science (Ijes). Doi: 10.31605/Ijes.V2i2.659.
pengambilan sampel, walaupun cukup sederhana 9. Rose, Suzanne. Medical Student Education In The Time
dan tidak banyak juga akan berkurang karena Of Covid-19. Jama. 2020;323(21):2131-2132.
penjelasan hanya dengan video/penjelasan dengan Doi:10.1001/Jama.2020.5227
10. 19 Dean Vs Covid.
pertemuan daring dan sulit dilakukan di tempat Https://Www.Youtube.Com/Watch?V=Feapcld83rg
tinggal masing-masing karena tidak adanya 11. Anonim, Https://Kbbi.Web.Id/Persepsi
manekin(5). 12. Schwieger D, Ladwig C. Reaching And Retaining The Next
Generation: Adapting To The Expectations Of Gen Z In
Kelemahan berupa keluhan teknis
The Classroom. Department Of Accounting Southeast
dikeluhkan oleh beberapa dokter muda. Missouri State University Cape Girardeau, Mo 63701,
Penjadwalan yang seringkali berbenturan dengan Usa. 16 (3) Issn: 1545-679x June 2018. Information
jadwal lain membuat bimbingan dengan dosen Systems Education Journal (Isedj)
tertunda dan tidak maksimal. Ruang pertemuan Copyright @ 2020 Authors. This is an open access article
daring yang terbatas juga terkadang membuat distributed under the terms of the Creative Commons
pembelajaran tidak maksimal karena pembelajaran Attribution-NonCommercial 4.0 International License
(http://creativecommons.org/licenses/by-nc/4.0/),
menjadi terbatas oleh waktu. Seluruh dokter muda which permits unrestricted non-commercial use,
yang menjalani rotasi klinik sudah memiliki akses distribution, and reproduction in any medium, provided
internet yang memadai untuk melakukan the original author and source are properly cited.
pembelajaran di tempat tinggalnya. Namun
demikian, sebagian kecil mahasiswa mengalami
sinyal internet yang tidak stabil atau putus sama
sekali pada saat pertemuan daring berlangsung.
Rerata kecepatan internet di Indonesia sebesar
13,83 Mbps tergolong kecepatan terendah
dibandingkan negara-negara lain di seluruh dunia
Rerata kecepatan internet kabel dunia adalah
sebesar 54,3 Mbps. Sementara itu, penetrasi
jaringan internet juga baru mencakup 66 persen
wilayah Indonesia dan sebagian besar terpusat di
daerah perkotaan(15).

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN : 978-623-6595-34-3
Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020 105
The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

Laporan Kasus

Profil Demografi Penanganan Jenazah Covid-19


di Instalasi Kedokteran Forensik RSUP DR Sardjito
Ainun Fahmi Yanuarti1, IBG Surya Putra Pidada2, Lipur Riyantiningtyas3

1Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal FKKMK UGM/


2InstalasiKedokteran Forensik RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta
3Alamat korespondensi: Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal FKKMK UGM

ABSTRAK
Pandemi COVID-19 adalah peristiwa menyebarnya penyakit corona virus di seluruh dunia. Penyakit ini
disebabkan oleh corona virus jenis baru yang diberi nama SARS-CoV-2. Wabah COVID-19 ini pertama kali dideteksi
di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Tiongkok pada bulan Desember 2019, dan ditetapkan sebagai pandemi oleh
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada 11 Maret 2020. Di Indonesia kasus ini pertama kali ditemukan di Depok,
Jawa Barat awal Maret 2020. Kemudian kasus yang positif Covid-19 bertambah terus dan data hingga Minggu, 17
Mei 2020 jumlah warga yang dinyatakan positif terkena virus corona sudah mencapai lebih dari tujuh belas ribu,
sembuh lebih dari empat ribu dan lebih dari seribu meninggal dunia. Pengelolaan jenazah dilakukan di rumah sakit
sesuai protokol dan dilakukan oleh petugas yang sudah terlatih, sehingga dapat segera dimakamkan.Penelitian
dilakukan menggunakan metode deskriptif observasional dengan desain cross sectional. Penelitian dilakukan di
Instalasi Kedokteran Forensik, Medikolegal dan Kerohaniaan RSUP DR. Sardjito pada bulan Juli tahun 2020,
mengambil data dari bulan Maret hingga Juni 2020. Sample penelitian dilakukan secara total sampling, yakni
seluruh jenazah Covid-19 yang ditangani di bulan tersebut, yakni 47 jenazah. Total jenazah yang ditangani adalah
47 jenazah, 2 jenazah berstatus konfirmasi dan 45 (95,7%) lainnya berstatus suspek. Dari jenazah tersebut, 57,4%
diantaranya adalah laki-laki, dan paling banyak berasal dari luar Yogyakarta (31,9%), diikuti Sleman (29,8%).
Jenazah terbanyak berada pada kelompok umur 46-55 tahun yakni sebanyak 29,8%, diikuti kelompok umur 56-65
tahun sebanyak 27,7%. Dari segi pekerjaan, terbanyak pada kelompok tidak bekerja (38,3%) dan dari segi
pendidikan terbanyak tamat sekolah dasar (23,4%), diikuti tidak sekolah (21,3%). Lama waktu tunggu jenazah di
Instalasi Kedokteran Forensik RSUP Dr. Sardjito bervariasi, dengan rata-rata 6 jam 9 menit. Dari penelitian ini,
dapat dilihat ciri khas demografi yang menonjol yakni kebanyakan pasien adalah laki-laki dan berada di usia lansia
awal dan lansia akhir. Diperlukan studi lanjutan untuk menelaah apakah kedua hal ini menjadi faktor risiko
kematian akibat Covid-19, khususnya di Yogyakarta.

Kata Kunci: demografi, pandemi, jenazah covid-19.

Korespondensi : Ainun Fahmi Yanuarti, email: ainunfahmi17@gmail.com

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN : 978-623-6595-34-3
Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020 106
The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

PENDAHULUAN
yang ditangani di Instalasi Kedokteran Forensik,
Pandemi corona virus disease 2019 (COVID-
Medikolegal dan Kerohaniaan RSUP Dr. Sardjito
19) adalah peristiwa menyebarnya penyakit corona
bulan Maret hingga Juni tahun 2020 serta gambaran
virus di seluruh dunia. Penyakit ini disebabkan oleh
lama waktu tunggu jenazah di instalasi forensik.
corona virus jenis baru yang diberi nama SARS-CoV-
2. Wabah COVID-19 ini pertama kali dideteksi di Kota METODE
Wuhan, Provinsi Hubei, Tiongkok pada bulan Penelitian ini merupakan penelitian
Desember 2019, dan ditetapkan sebagai pandemi deskriptif observasional dengan rancangan potong
oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada 11 lintang (cross sectional). Penelitian dilakukan di
Maret 2020. Hal ini disebabkan karena sudah lebih Instalasi Kedokteran Forensik, Medikolegal dan
dari 210 negara yang terkena penyakit corona virus. Kerohaniaan RSUP DR. Sardjito pada bulan Juli tahun
Di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), 2020, mengambil data dari bulan Maret hingga Juni
walaupun sudah dilakukan upaya pencegahan, 2020. Sample penelitian dilakukan secara total
akhirnya tetap juga ada warganya yang terkonfirmasi sampling, yakni seluruh jenazah Covid-19 yang
positif covid-19. Awalnya dinyatakan ada yang ditangani di kurun waktu tersebut, yakni 47 jenazah.
terkonfirmasi positif pada bulan maret 2020.
Kemudian kasusnya mengalami peningkatan terus, HASIL
yang sampai pada pertengahan bulan Mei 2020 Pada penelitian ini didapatkan pasien yang
didapatkan kasus 199, dan yang meninggal sebanyak ditangani di Instalasi Kedokteran Forensik,
30 kasus. Jika dibandingkan dengan Jakarta, Jawa Medikolegal dan Kerohanian RSUP DR.Sardjito
barat, Jawa tengah dan Jawa timur, baik kasus yang selama bulan Maret hingga Juni 2020 sebanyak 47
positif dan meninggal masih lebih rendah. subjek penelitian. Karakteristik korban didapatkan
sebagai berikut:
Terkait dengan kasus yang meninggal,
tentunya perlu dilakukan pengelolaan dengan
protokol standar yang dianjurkan baik dari World
Health Organization (WHO), Kementerian Kesehatan,
Kementerian Agama dan Fatwa Majelis Ulama
Indonesia (MUI). Dari semua protokol tersebut
diharapkan pengelolaan jenasah dilakukan di rumah
sakit dan dilakukan oleh petugas yang sudah terlatih.
Jenazah covid-19 yang sudah ditangani di rumah
sakit untuk segera dimakamkan. Pengelolaan
jenazah covid-19 ini dilakukan dengan protokol
covid-19 karena diharapkan tidak terjadi penularan
dari jenasah baik ke petugas pemulasaraan jenasah
maupun ke masyarakat.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui


gambaran karakteristik demografi jenazah Covid-19

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN : 978-623-6595-34-3
Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020 107
The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

Tabel 1. Karakteristik Demografi Status


Pasien Covid-19 bulan Maret-Juni 2020 • Positif COVID 2 4,3%
Terkait lama tunggu jenazah (lamanya jenazah • Pasien Dalam 45 95,7%
Covid-19 di IKFMR sampai diambil untuk Pengawasan 47 100%
pemakaman), durasi tersingkat adalah 1 jam 5 menit (PDP)
dan terlama adalah 69 jam 30 menit. Rata-rata lama Total
penanganan jenazah adalah 6 jam 9 menit.

Karakteristik Jumlah % PEMBAHASAN


Jenis kelamin
• Laki-laki 28 59.6% Pada penelitian ini pasien dengan jenis
• Perempuan 19 40,4% kelamin laki-laki didapatkan lebih banyak daripada
Total 47 100%
pasien perempuan. Hasil ini sejalan dengan
Usia
• Balita (0-5 tahun) 2 4.3% penelitian oleh Cruz et al yang mengambil populasi
• Kanak-kanak (6- 1 2.1%
di Hong Kong, dengan rentang waktu penelitian
11 tahun) 1 2.1%
• Remaja awal (12- 4 8.5% Januari 2020 – April 2020. Dari total 1,017 kasus
16 tahun) 0 0%
COVID-19, populasi laki-laki mencakup 54% dari total
• Remaja akhir 2 4.3%
(17-25 tahun) 10 21.3% keseluruhan populasi sedangkan populasi
• Dewasa awal 14 29,8%
perempuan mencakup 47%1. Hasil serupa juga
(26-35 tahun) 13 27,7%
• Dewasa akhir didapatkan oleh Jin et al , dimana jumlah pasien laki-
(36-45 tahun) 47 100%
laki mencapai 2,4 kali lebih banyak dibandingkan
• Lansia awal (46-
55 tahun) perempuan. Waluapun laki-laki dan perempuan
• Lansia akhir (56- memiliki kerentanan yang sama terdadap COVID-19,
65 tahun)
• Manula (> 65 namun laki-laki lebih rentan meninggal dibandingkan
tahun) perempuan. Hal ini dihubungkan dengan rerata usia
Total
harapan hidup pada populasi laki-laki yang lebih
Pekerjaan
• PNS 4 8,5% rendah dibandingkan perempuan2.
• Karyawan swasta 9 19.1%
Selain itu, SARS-Cov menyerang sel melalui
• Tidak bekerja 18 38,3%
• Lain-lain 16 34% reseptor ACE2. Adanya reseptor ACE2 yang lebih
Total 47 100%
tinggi pada suatu organ tubuh menyebabkan organ
Tempat tinggal
• Sleman 14 29,8% tubuh tersebut lebih rentan mengalami kerusakan
• Kota Yogya 10 21,3% akibat COVID-19. Jumlah reseptor ACE2 pada laki-
• Bantul 6 12,8%
• Kulon Progo 1 2,1% laki lebih tinggi dibanidngkan pada perempuan. Hal
• Gunung Kidul 1 2,1% ini menyebabkan laki-laki lebih rentan terkena
• Luar DIY 15 31,9%
47 100% kerusakan organ akibat COVID-19 dibandingkan
Total
Pendidikan perempuan. Esterogen juga memiliki peran dalam
• Di bawah umur 1 2,1% mengaktivasi respon imun dan menekan replikasi
• Tidak sekolah 10 21,3%
• SD 11 23,4% virus SARS-CoV melalui sistem renin-angiotensin.
• SMP 8 17%
Faktor hormonal serta genetik inilah yang
• SMA/SMK 7 14,9%
• S1 8 17% menyebabkan perempuan lebih imun terhadap
• D3 1 2,1%
kerusakan organ dalam akibat COVID-19
• Profesor / S3 1 2,1%
47 100% dibandingkan laki-laki3.
Total

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN : 978-623-6595-34-3
Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020 108
The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

ditemukan, meninggal 0,2%, dan sembuh 0,08%.


Selain itu penelitian oleh Wulandari et al
Angka yang ditemukan ini tentu bukan merupakan
pada tahun 2020 menunjukkan jenis kelamin
angka final mengingat fenomena gunung es yang
perempuan cenderung memiliki pengetahuan yang
terjadi di masyarakat (2). Social distancing yang
lebih baik tentang pencegahan Covid-19 jika
dilakukan saat ini diketahui memiliki efek negatif
dibandingkan dengan laki-laki. Hal ini disebabkan
pada lansia dan dianggap sebagai masalah kesehatan
karena masyarakat dengan jenis kelamin perempuan
masyarakat yang serius karena risiko tinggi masalah
memiliki lebih banyak waktu untuk membaca atau
kardiovaskular, autoimun, neurokognitif, dan
berdiskusi dengan lingkungannya terkait pencegahan
kesehatan mental yang dapat muncul pada lansia7.
Covid-19. Rendahnya pengetahuan masyarakat
Kebijakan untuk isolasi mandiri tidak bisa
dengan jenis kelamin laki-laki tentang pencegahan
diterapkan pada lansia yang bergantung pada orang
Covid-19 akan mendukung meningkatkan angka
lain (sanak famili atau pengasuh). Banyak lansia yang
kejadian Covid-194.
memiliki kondisi mental dan fisik yang lemah, serta
Ditinjau dari segi umur, tampak usia lansia
keterbatasan akses ke fasilitas kesehatan. .Lansia
awal dan lansia akhir memiliki angka terbanyak dari
seringkali tidak diikutsertakan dalam pelayanan
pasien Covid-19. Hasil penelitian ini sejalan dengan
kesehatan yang dapat diakses maupun dalam
penelitian oleh Liu et al, dimana tingkat keparahan
memilih layanan kesehatan sesuai keinginannya dan
gejala infeksi Covid-19 lebih tinggi pada pasien
hal ini sangat berpengaruh dengan kepatuhan
berusia lebih dari 60 tahun. Lama gejala juga
lansia7.
didapatkan lebih tinggi pada pasien berusia lebih
Dilihat dari pekerjaan, subjek yang tidak
dari 60 tahun. Hal ini berhubungan dnegan ko-infeksi
bekerja dan lain-lain memiliki angka tertinggi.
yang lebih tinggi terjadi pada pasien berusia di atas
Penelitian oleh Lan et al meneliti jumlah kasus
60 tahun. Pasien berusia lebih tua memiliki kadar
Covid-19 pada populasi dengan pekerjaan y ang
limfosit yang lebih rendah. Kadar limfosit yang
tidak diketahui jumlah kontak dengan orang lain tapi
rendah menyebabkan peningkatan keparahan gejala
dengan lingkungan pekerjaan yang beresiko tinggi
infeksi Covid-19. Pasien dengan usia lebih tua juga
(ct. supir taksi bandara, pramuniaga, pembantu
memiiki indeks serologis (kadar albumin, blood urea
rumah tangga, pemuka agama dan pemandu wisata)
nitrogen, laktat dehidrogenase dan indikator
di 6 negara (Hong Kong, Jepang, Singapura, Taiwan,
inflamasi) yang lebih rendah5.
Thailand dan Vietnam). Pekerjaan-pekerjaan
Daoust (2020) pada publikasi ilmiahnya juga
tersebut merupakan pekerjaan dengan angka
menunjukkan usia berhubungan erat dengan tingkat
8
transmisi yang tinggi .
keparahan infeksi Covid-19, dikarenakan
Ditinjau dari segi pendidikan, pasien dengan
ketidaksediaan untuk mengikuti himbauan tindakan
tingkat pendidikan setara sekolah dasar dan tidak
preventif. Masyarakat berusia lebih dari 60 tahun
sekolah menempati urutan terbanyak insiden Covid-
lebih tidak bersedia untuk melakukan tindakan
19. Hingga kini belum ada publikasi ilmiah yang
preventif seperti pembatasan sosial, penggunaan
mengaitkan hubungan antara tingkat pendidikan dan
masker dan pembersih tangan6. Di Indonesia,
insiden Covid-19. Penelitian oleh Yanti et al
persentase harian jumlah penderita lansia dalam
mengenai pengetahuan, sikap dan perilaku
perawatan mencapai rerata 1,7% dari kasus yang
masyarakat terhadap kebijakan jaga jarak sebagai

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN : 978-623-6595-34-3
Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020 109
The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

kelembaban tinggi justru menurunkan resiko infeksi


cara pencegahan penularan covid-19 di Indonesia,
Covid-1912.
rata-rata masyarakat memiliki pengetahuan yang
baik mengenai pembatasan sosial (social
9
distancing) . Walau demikian, publikasi ilmiah oleh
Finch menyebutkan hubungan yang erat antara
kemiskinan dan tingginya insidens Covid-19 di
Amerika Serikat. Dalam hal ini, angka kemiskinan
berhubungan dengan mobilitas pekerjaan orang
dengan tingkat pendidikan yang tinggi dikarenakan
keharusan untuk bekerja di luar rumah. Individu
pada kelompok ini harus memilih antara isolasi
mandiri dan tidak mendapat penghasilan atau pergi
bekerja dengan risiko tinggi terpapar virus Covid-19 Gambar 1. Persebaran Covid-19 di Daerah
tapi mendapat penghasilan. Selain itu masyarakat Istimewa Yogyakarta (Juni 2020)
pada kelompok ini juga memiliki akses terbatas pada
Pada penelitian ini, angka pasien dalam
fasilitas kesehatan10.
pengawasan (PDP) lebih tinggi dibandingkan pasien
Sebagaimana kita ketahui, pemerintah
yang positif. Pengertian PDP adalah pasien dnegan
Indonesia menetapkan pembatasan sosial berskala
gejala demam dan asluran pernapasan tapi tidak /
besar (PSBB) sehingga banyak kantor baik
belum menunjukkan hasil pemeriksaan yang
pemerintah maupun swasta memberlakukan skema
mengonfirmasi infeksi coronavirus. Salah satu faktor
bekerja dari rumah. Tidak semua lapangan pekerjaan
yang menyebabkan rendahnya angka pasien dengan
dapat menerapkan skema bekerja dari rumah ini.
positif Covid-19 yang tercatat adlaah terbatasnya
Berdasarkan data dari PEMDA DIY, data
sumber daya untuk memeriksa pasien. Kurangnya
sebaran kasus Covid-19 terbanyak didapatkan di
petugas di lapangan yang terlatih, minimnya reagen
Sleman (100) kasus. Namun pada penelitian ini,
untuk pemeriksaan PCR dan ketidaksiapan
angka tertinggi adalah pasien dengan domisili di luar
laboratorium rujukan untuk memeriksa sampel
Yogyakarta. Berdasaran peneltiian oleh Yustanti et al
merupakan 3 permasalahan utama yang
mengenai klastering persebaran pandemi Covid-19
menyebabkan kurang efektifnya uji PCR untuk Covid-
di Jawa Timur, umumnya suatu klaster dengan angka
19 di Indonesia13.
ODP dan PDP yang tinggi merupakan daerah dengan
Terkait lama penanganan jenazah, rata-rata
fasilitas kesehatan yang sulit terjangkau oleh
lama penanganan jenazah adalah 6 jam 9 menit. Hal
penduduk, jumlah pekerja dengan mobilitas tinggi
ini berlawanan dengan protokol Covid-19 yang telah
yang banyak serta kelembapan udara yang tinggi11.
dikeluarkan oleh KEMENKES. Jenazah tidak boleh
Sleman merupakan daerah dengan kelebapan yang
disemayamkan lebih dari 4 jam14. Di rumah sakit,
tinggi (94%). Walau demikian, temuan ini
hal-hal yang mengakibatkan jenazah tertahan di
berlawanan dengan publikasi ilmiah oleh Maecenas
kamar jenazah antara lain keluarga yang tidak
et al yang menunjukkan bahwa suhu tinggi dan
bersedia/ragu-ragu untuk mengizinkan jenazah
dilakukan tes swab dan stigma negatif terhadap

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN : 978-623-6595-34-3
Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020 110
The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

DAFTAR PUSTAKA
jenazah yang terduga positif Covid-19 sehingga
1. Erwanti MO, Rahayu, Farida E. Kajian Yuridis Female
terjadi penolakan di berbagai pemakaman. Dalam
Genital Mutilation dalam Perspektif Hak Asasi
hal ini, diperlukan edukasi dari pihak yang Manusia. Diponegoro Law Review. Volume 1 Nomor

berwenang untuk menghindari kekeliruan persepsi 4 Tahun 2012.


2. Suraiya R. Sunat Perempuan dalam Perspektif
terkait penatalaksanaan jenazah Covid-19.
Sejarah, Medis dan Hukum Islam (Respon terhadap
Pencabutan Aturan Larangan Sunat Perempuan di
Indonesia) CENDEKIA: Jurnal Studi Keislaman
Volume 5, Nomor 1, Juni 2019.
3. Zamzami M. Perempuan dan Narasi Kekerasan:
Analisis Hukum dan Medis Sirkumsisi Perempuan.
Jurnal Ilmu Syari’ah dan Hukum Vol. 51, No. 1, Juni
2017.
4. Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) No. 9A tahun
2008.
5. WHO Guidelines on the Management of Health
Complications from Female Genital Mutilation.
Swiss: WHO Publication, 2016.
6. Sexual and Reproductive Health: New WHO
Guidelines to Improve Care for Millions Living with
Female Genital Mutilation” dalam
www.who.int/reproductivehealth /news/fgm/en/
7. WHO. Female Genital Mutilation, Geneva: World
Health Organization, 2001.
8. Bahraen R. Fiqih Kontemporer Kesehatan Wanita.
Jakarta: Pustaka Imam Asy-Syafi’I, 2017. Hal 171-
178.
9. Pratiwi YD, Widodo H. Pengaturan Sunat
Perempuan dalam Peraturan Perundang-undangan
di Indonesia. Jurnal Novum, Vol 3 No 2, Tahun 2016

Copyright @ 2020 Authors. This is an open access article


distributed under the terms of the Creative Commons
Attribution-NonCommercial 4.0 International License
(http://creativecommons.org/licenses/by-nc/4.0/),
which permits unrestricted non-commercial use,
distribution, and reproduction in any medium, provided
the original author and source are properly cited.

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN : 978-623-6595-34-3
Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020 111
The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

Artikel Penelitian

FACTORS AFFECTING THE CRIME LEVEL BASED ON IFLS DATA IN 2000


Herratri Wikan Nur Agusti1, Beta Ahlam Gizela2

Departemen Forensik dan Medikolegal, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta 1,2


Herratri.wikan.n.a@mail.ugm.ac.id

ABSTRACT
Introduction : The recession in 1997 due to the global monetary crisis that was still felt until 2000, resulted
in various kinds of conflicts ranging from the individual scale to the national scale. One of these conflicts can lead to
crime. Crime is influenced by several factors, it can be social factors, situational factors, personal factors or all
overlapping. This study is aims to measure the correlation between the crime rate according to respondents and
the impact felt by respondents and the surrounding community, the level of satisfaction with the respondent's
economy and government intervention in these changes. Methods : Data comes from IFLS (Indonesian family life
survey) 3 data in 2000. Variables in the form of age, gender, education level, length of stay, crime level according to
respondents, impact felt by respondents and the surrounding community also government intervention in handling
crime according to respondents. Result : Due to missing data, samples that meet the criteria vary between 186-
2409 samples depending on the variables seen. The Age, the gender, the length of stay, the level of education, the
opinion regarding the changes of crime level effect respondent welfare, the community changes in the last 2 years,
the satisfaction level of respondent's economy, and the government intervention at the sub-district, district / city
and provincial levels are related to the crime level according to respondents in the last 2 years. Conclusion : the age,
the length of stay, the opinion regarding the changes of crime level effect respondent welfare, the government
intervention at the sub-district level has a significant effect on the crime level according to respondents in the last 2
years.

Keywords: crime level, government intervention, IFLS 3, satisfaction level.

Korespondensi : Herratri Wikan Nur Agusti, email: Herratri.wikan.n.a@mail.ugm.ac.id

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN : 978-623-6595-34-3
Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020 112
The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

PENDAHULUAN penelitian menyimpulkan bahwa sebanyak 53.9%


Tahun 1998 merupakan puncak resesi responden merasa khawatir dan 25.3% merasa
ekonomi yang terjadi tidak hanya di Indonesia sangat khawatir bahwa suatu saat menjadi korban
namun hingga skala dunia. Resesi ini masih dirasakan tindak kejahatan. Hal ini menunjukkan bahwa
hingga tahun 2000 dan menimbulkan dampak sosial persepsi masyarakat terhadap suatu tindak
dari skala kecil hingga nasional yang salah satunya kejahatan berhubungan dengan tingkat kepuasan
adalah peningkatan tindak kejahatan dan dislokasi hidup masyarakat itu sendiri5. Tingkat kepuasan
sosial lainnya1. rendah terutama dalam bidang perekonomian,
dapat mendorong seseorang berbuat tindak kriminal
Kejahatan merupakan aktifitas manusia yang terutama didaerah urban. Peningkatan tingkat
sangat menyimpang dari norma sosial dan tidak kepuasan dapat menurunkan kekerasan, pencurian
dapat ditolerir oleh suatu populasi. Kejahatan yang dan perampokan. Tingkat kepuasan memiliki
dilakukan sering merupakan kejahatan berulang. variabel yang kompleks dan luas. Untuk
Banyak penelitian kesulitan menyimpulkan faktor- mendeksripsikan bahwa salah satu tingkat kepuasan
faktor yang menyebabkan kejahatan terjadi seperti berhubungan dengan tingkat kejahatan itu sulit6.
pengangguran, penurunan secara ekonomi,
kepadatan penduduk, budaya anak muda, institusi Sebab terjadinya kejahatan sudah banyak
sosial, urbanisasi, legitimasi politik, strategi dikemukakan oleh para ahli, ada yang melihat dari
penegakan hukum dan juga sistem keadilan sosial. sisi individu, sisi sosial, dan pengaruhnya terhadap
Faktor-faktor tersebut merupakan faktor yang lingkungan individu tersebut. Hal ini tetap akan
mempengaruhi tren kejahatan saat ini. Namun dipelajari karena sebab kejahatan akan berkembang
kejahatan tidak hanya terjadi akibat satu faktor saja, seiring dengan perkembangan zaman. Oleh karena
beberapa faktor yang berkesinambungan itu, pada penelitian ini akan menganalisis sejumlah
memerankan peran penting dalam terjadinya faktor yang dapat mempengaruhi tingkat kejahatan
kejahatan2. di Indonesia yaitu tingkat kepuasan terhadap
pendapatan, kepuasan hidup, dan terhadap
Kriminalitas atau kejahatan secara yuridis- kepemimpinan.
formis adalah perbuatan seseorang yang dapat
diancam hukuman berdasarkan KUHP atau undang- METODE PENELITIAN
undang serta peraturan lainnya yang berlaku di Artikel ini disusun berdasarkan penelitian
Indonesia. Secara sosiologis yaitu segala bentuk dengan menggunakan data Indonesian Family Life
ucapan, perbuatan, dan tingkah laku yang secara Survey (IFLS). Data yang digunakan adalah murni
ekonomi, politis, dan sosiopsikologis sangat data sekunder yang didapat dari data IFLS periode 3.
merugikan masyarakat, melanggar norma-norma Data IFLS 3 merupakan terbuplikasi dalam website
susila dan menyerang keselamatan warga RAND (the research and development) corporation.
masyarakat. Perbuatan yang mengarah kepada Responden yang digunakan berasal dari keluarga di
tindakan kriminal tidak serta muncul, ada banyak 13 provinsi di Indonesia yang mewakili 83% populasi
faktor yang mempengaruhi3. di Indonesia. IFLS 3 diikuti oleh 39.000 individu dan
10.400 keluarga.
Menurut separovic, faktor yang berpengaruh Karakteristik responden secara deskriptif
terhadap tindakan kejahatan dibagi menjadi faktor meliputi variable usia, jenis kelamin, tingkat
sosial, faktor personal, dan faktor situasional. Faktor pendidikan, lama tinggal dalam hitungan tahun,
personal mencakup faktor biologis yaitu umur, jenis pendapat mengenai perubahan kondisi masyarakat
kelamin, genetik, ciri fisik dan lain sebagainya3,4. selama 2 tahun terakhir, mengenai pengaruh tindak
Faktor sosial mencakup faktor imigran, minoritas dan kejahatan terhadap kesejahteraan responden,
pekerjaan. Sedangkan faktor situasional mencakup tingkat kepuasan responden terhadap
situasi konflik, tempat dan waktu4. perekonomian responden, terhadap dan opini
mengenai intervensi pemerintah baik di tingkat
Kejahatan adalah perbuatan yang dapat
provinsi, kabupaten/kota maupun kecamatan
menimbulkan keresahan dan masalah dalam
kepada masyarakat. Karakteristik lainnya yang dilihat
masyarakat. Tingkat kejahatan menempati peringkat
adalah jenis kejadian yang terjadi dan mungkin
atas dalam survey kepuasan hidup. Sebuah

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN : 978-623-6595-34-3
Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020 113
The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

dianggap penting. Penilaian nilai P dan analisa Pembangunan infrastruktur merupakan salah satu
pengaruh dengan uji korelasi spearman karena data kunci dari perkembangan ekonomi. Di negara-negara
merupakan numerik dengan distribusi tidak normal asia, fokus utama pembangunan biasanya lebih ke
dan tidak memenuhi syarat parametrik. Keseluruhan kuantitas dibandingkan kualitas. Meskipun begitu
analisis hasil menggunakan software IBM SPSS pembangunan infrastruktur berdampak pada
Statistics versi 25. peningkatan produktifitas dan mampu menurunkan
beban ekonomi secara nasional7. Pembangunan
HASIL infrastruktur di mata masyarakat berhubungan
Responden merupakan follow up dari dengan ekspektasi terhadap gaya hidup masyarakat
responden IFLS yang pertama, oleh karena itu dan sejalan dengan peningkatan kesejahteraan.
terdapat data yang hilang akibat responden yang Apabila kesejahteraan meningkat maka akan
drop out. Data yang hilang tidak dapat dieksklusi mendorong penurunan konflik di masyarakat dan
karena variabel hilang antar variabel berbeda-beda menurunkan tingkat kejahatan yang terjadi di
sehingga saat eksklusi dengan menggunakan regresi masyarakat itu sendiri6. Persepsi masyarakat
multivariat tidak muncul angka. Total data hilang mengenai pembangunan lebih positif dibanding
mencapai 96.4% kejadian bencana. Hal ini menandakan bahwa
Dalam survey ini didapatkan persepsi masyarakat cenderung berpikir positif dan nyaman
responden mengenai hal-hal yang dianggap penting dengan situasi dan kondisi saat itu yang dapat
dan memiliki dampak besar pada kehidupan diartikan juga bahwa kesejahteraan responden dan
responden dalam 3 tahun terakhir (1998-2000) yang masyarakat sekitar responden cukup baik.
dirangkum dalam tabel 1. Tabel 1 menunjukkan Berdasarkan tipe wilayah, wilayah Indonesia
bahwa kejadian yang dianggap terpenting menurut dapat dibedakan menjadi wilayah perkotaan (urban)
responden adalah pembangunan infrastruktur dan pedesaan (rural). Ciri wilayah perkotaan adalah
berupa jalan baru. jumlah penduduk berdiam yang semakin banyak,
kepadatan penduduk serta struktur perekonomian
Hasil tidak signifikan didapatkan dari tipe area
yang berkembang pesat. Akibat dari perkembangan
responden yang dibandingkan dengan tingkat
penduduk yang pesat memicu daya saing yang tinggi
kejahatan dengan nilai p sebesar 0.6, sehingga dapat
antar penduduk sehingga muncul tindak kejahatan 8.
disimpulkan bahwa tipe area tidak memiliki
Dalam penelitian ini, jenis wilayah tidak memiliki
pengaruh terhadap tingkat kejahatan. Hasil ini
pengaruh terhadap tingkat kejahatan. Hal ini
diperjelas pada gambar 1.
mungkin terjadi seperti yang dijelaskan pada sebuah
Variabel responden yang menampilkan penelitian di kediri dimana perpindahan penduduk
berbagai opini responden mengenai tingkat yang semakin mudah sehingga memudahkan warga
kejahatan selama dua tahun terakhir (tabel 2). Tabel kota lain melakukan tindak kejahatan tidak
ini menampilkan missing value yang berbeda beda didaerahnya sendiri, banyaknya pembukaan
antar variabel dan telah dilakukan transformasi data lapangan kerja sehingga menurunkan rasa khawatir
sebelumnya. Tabel 2 menunjukkan bahwa usia, lama dalam masyarakat atau akibat karakteristik dari
tinggal responden, pendapat mengenai tingkat masyarakat itu sendiri dimana kelompok masyarakat
kejahatan berpengaruh terhadap kesejahteraan didalamnya masih saling berkomunikasi, saling
responden dan intervensi pemerintahan di tingkat mengenal dan bekerjasama dalam suatu kegiatan
kecamatan memiliki pengaruh terhadap tingkat kemasyarakatan sehingga memiliki kondisi sosial
kejahatan menurut responden dalam 2 tahun yang stabil dan terkontrol8.
terakhir.
Persepsi masyarakat mengenai tingkat
PEMBAHASAN kejahatan lingkungan sekitar dilihat dari tingkat
Kompleksitas faktor yang mempengaruhi kepuasan hidup yang salah satunya mencakup rasa
kejahatan masih menjadi momok dalam suatu aman dari komunitas tersebut. Tingkat kepuasan
populasi. Banyaknya interaksi antar faktor inilah hidup umumnya dihubungkan dengan puasnya
yang membuat keterbatasan dalam suatu penelitian. terhadap pendapatan yang dimiliki, pekerjaan yang
Salah satunya adalah persepsi mengenai dimiliki, keadilan, jam kerja, ekspektasi terhadap
pembangunan dalam bidang ekonomi. kehidupan, tingkat perceraian, polusi dan tingkat

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN : 978-623-6595-34-3
Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020 114
The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

kekerasan yang berhubungan dengan kejahatan 5,6. sama antara satu sama lain. Diperlukan opini lebih
Dalam penelitian ini tingkat kejahatan lanjut dari responden yang berjenis kelamin
mempengaruhi tingkat kesejahteraan responden perempuan agar terjadi normalitas data.
sedangkan kepuasan terhadap pendapatan dan
perekonomian keluarga tidak berpengaruh pada Pendidikan berhubungan dengan tingkat
tingkat kejahatan. Namun tingkat kejahatan memiliki kriminalitas karena risiko untuk tidak mendapatkan
pengaruh terhadap kesejahteraan responden. faktor pekerjaan lebih tinggi pada yang memiliki pendidikan
yang mempengaruhi tindak kejahatan adalah hal rendah. Namun pendidikan tinggi juga berhubungan
yang komplek dimana penyebab tindak tersebut dengan beban ekonomi yang lebih tinggi sehingga
tidak hanya satu faktor saja melainkan dari berbagai menurunkan tingkat kepuasan hidup9. Dalam
macam faktor baik internal maupun eksternal1. penelitian ini, pendidikan responden tidak memiliki
hubungan dengan tingkat kejahatan. Hal ini mungkin
Opini responden mengenai kondisi komunitas karena responden terbanyak merupakan pendidikan
dalam 2 tahun terakhir ternyata tidak berpengaruh tinggi yaitu lulusan sarjana/diploma sehingga tidak
dengan tingkat kriminalitas. Hal ini mungkin terjadi terdistribusi normal. Pendidikan tinggi cenderung
akibat ketidaktauan responden bahwa terdapat memiliki tingkat kepuasan terhadap perekonomian,
hubungan antara kondisi komunitas dengan tindak sosial dan politik lebih tinggi dibandingkan tingkat
kejahatan6. pendidikan yang lebih rendah.

Lama tinggal berpengaruh terhadap tindak Kebijakan pemerintah dalam tindak kejahatan
kejahatan di masyarakat. Semakin lama masyarakat berpengaruh pada persepsi masyarakat dan
tinggal di suatu tempat memiliki pengaruh terhadap kestabilan sosial secara umum terutama di skala
pemahaman masyarakat terhadap wilayah itu kecamatan. Pemerintah di skala kecamatan memiliki
sendiri. Masayarakat yang paham akan wilayahnya kedekatan dengan masyarakat dibandingkan
mengetahui sisi positif dan sisi negatif dari pemerintah di skala kabupaten/kota ataupun skala
kehidupan bermasyarakat yang salah satunya adalah provinsi. Sehingga kepercayaan masyarakat
tindak kejahatan. Daerah yang rentan terhadap terhadap pemerintah di tingkat kecamatan lebih
suatu kejahatan dan orang yang mungkin melakukan tinggi dibandingkan tingkat diatasnya.
tindak kejahatan dapat diketahui oleh masyarakat
yang lebih lama tinggal di suatu wilayah. Limitasi
Dari sisi metodologi, penelitian ini hanya
Usia berpengaruh dengan tingkat kriminalitas. melihat dari sisi persepsi masyarakat, bahkan untuk
Pada penelitian lain usia muda dihubungkan dengan tingkat kejahatan pun dari opini masyarakat. Perlu
rendahnya pendapatan dan jam kerja yang lebih data empiric (statistic) untuk mengetahui faktor yang
panjang dibandingkan usia tua sehingga tingkat terjadi dan menganalisanya lebih detail lagi
kepuasan hidup lebih rendah. Hal ini memicu usia mengingat bahwa faktor yang mempengaruhi
muda untuk mudah keluar dari pekerjaannya dan terjadinya tidak kejahatan sangat komplek.
meningkatkan risiko tindak kejahatan di Penelitian ini memiliki data hilang yang besar yang
masyarakat9. tidak dapat dieksklusikan dengan regresi
multivariate. Penelitian ini juga belum mengkaji
Laki-laki dan perempuan memiliki perbedaan mengenai sejumlah faktor dengan jenis tindak
pandangan terhadap kejahatan dimana pendapat kejahatan serta motif kejahatan itu sendiri.
tersebut juga dipengaruhi oleh kepercayaan dan
lingkungan sekitar. Perempuan lebih emosional dan SIMPULAN
cenderung berpikir secara psikologis. Sedangkan laki- Faktor yang mempengaruhi kejahatan masih
laki lebih memiliki konsep, bertindak otonom, sangat kompleks. Dalam penelitian ini faktor umur,
memiliki kognitif atau emosi yang kurang dan lebih lama tinggal di suatu tempat, efek kejahatan
percaya diri dan mengerti akan dirinya sendiri10. terhadap kesejahteraan warga dan intervensi
Pada penelitian ini, mayoritas responden berjenis pemerintah di tingkat kecamatan memiliki pengaruh
kelamin laki-laki dan tidak memiliki pengaruh dengan tingkat kejahatan yang terjadi terutama
terhadap persepsi terjadinya tidak kejahatan, dalam 2 tahun terakhir dari survey ini. Diperlukan
sehingga pandangan mengenai kejahatan mungkin

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN : 978-623-6595-34-3
Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020 115
The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

pengkajian lebih lanjut masing-masing faktor untuk


mengehui lebih detail dari faktor-faktor tersebut.

Ucapan terima kasih


Terima kasih kepada RAND corporation yang telah
menyediakan data secara cuma-cuma yang diakses
melalui https://www.rand.org/well-being/social-
and-behavioral-policy/data/FLS/IFLS.html

DAFTAR PUSTAKA
1. Karmelli E., Fatimah S. Krisis Ekonomi Indonesia.
Journal of Indonesian Applied Economics. 2008;vol
2(2):164-173
2. Perc M., Donnay K., Helbing D. Understanding
Recurrent Crime as System-Immanent Collective
Behaviour. PLoS ONE. 2013. 8(10): e76063
3. BPS. Statistik Kriminal 2014. Katalog BPS;
2014:4401002
4. Hardianto FN. Analisis Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Tingkat Kriminalitas di Indonesia
Dari Pendekatan Ekonomi. Bina Ekonomi. 2009;Vol
13(2):28-41
5. Cohen A.M. The Effect of Crime on Life Satisfaction.
Vanderbilt University Law School Working Paper
number 08-08. Available at
http://ssrn.com/abstract=1091542 (accesed : 28
November 2020).
6. Purwanti E.Y, Widyaningsih E. Analisis Faktor
Ekonomi yang Mempengaruhi Kriminalitas di Jawa
Timur. Jurnal Ekonomi-QU. 2019;Vol 9(2):154-177
7. Ismail, N. W., and J. M. Mahyideen. The Impact of
Infrastructure on Trade and Economic Growth in
Selected Economies in Asia. ADBI Working Paper
553. Tokyo: Asian Development Bank Institute.
2015. Available:
http://www.adb.org/publications/impact-
infrastructure-trade-and-economic-growth-
selected-economies-asia/.
8. Lasmiati. Tingkat Kriminalitas di Area Perumahan
Kota Kediri dan Kabupaten Sumbawa Barat
berdasarkan Crime Prevention Through
Environmental Design. Theses. Universitas
Airlangga. 2015. ID: 4668-13405-1-SM
9. Boyce C.J., Delaney L., Wood A.M. The Great
Recession and Subjective Well-being: How Did the
Life Satisfaction of People Living in the United
Kingdom Change Following the Financial Crisis?.
PLoS ONE. 2018. 13(8): e0201215.
https://doi.org/10.1371/journal.pone.0201215

Copyright @ 2020 Authors. This is an open access article


distributed under the terms of the Creative Commons
Attribution-NonCommercial 4.0 International License
(http://creativecommons.org/licenses/by-nc/4.0/),
which permits unrestricted non-commercial use,
distribution, and reproduction in any medium, provided
the original author and source are properly cited.

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN : 978-623-6595-34-3
Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020
The Indonesian Association of Forensic Medicine
116
Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

Artikel Penelitian

Application of Forensic Microbiology: Determination of Microbiota in


Human Faeces
Ressy Dwiyanti1, Andi Ikbal1, Yosephine S1,Deiby T.I. Saumana1, Jaury P Sutjianto1, Indrayaty AR1, Natalia Widjaya1 ,
Gebert Dundu1, Indah Wulansari1, Susan Olfi1, Afriani Early1, Mochammad Hatta2 , Gatot Susilo Lawrence1

1Department of Department of Forensic and Medicolegal, Faculty of Medicine, Hasanuddin University, Makassar,
Indonesia
2Molecular Biology and Immunology, Laboratory, Faculty of Medicine, Hasanuddin University, Makassar, Indonesia

ABSTRACT
Forensic microbiology investigate infectious disease outbreaks, emerging pathogens responsible, and the
trace to the origin of the outbreak.
Forensic microbiological investigations can be used to determine the etiology, origin of a particular
organism, who is responsible, and identify the etiological agent. A number of these microbiota can affect human
diseases and animals can pollute the environment for decades or can transform into new microbiota species.
This Aim of the study was to identify the microbiota in humans feces and to determine the profile of
microbiota each individual samples, and compared it with previous literature searches.
Ten fresh feces of healthy individuals was collect and identified using gram staining, conventional culture,
and biochemical test to determine bacteria species in these samples.
All of healthy individuals feces samples were found 27 (47.4%) positive Gram isolate and 30 (52.6%)
negative Gram isolate. In human feces was identify the Escherichia coli (100%), Bacteroides sp (90%), Lactobacillus
sp (90%), Enterococcus faecalis (80%), Staphylococcus aureus (70%), Klebsiella sp. (50%), Proteus sp (30%),
Staphylococcus epidermidis (20%), Pseudomonas sp. (20%), Citrobacter sp (10%), Clostridium sp (10%), respectively.
None Corynebacterium sp, Streptococcus pyogenes, and Bifidobacterium bifidum were identify in all samples.
Furthermore, this study showed there was no similar pattern of microbiota profile among 10 samples of feces.
Previous studies have shown that there are more microbiota variations in humans feces compared this
study and this is due to the different conditions of the study subjects and the specific genotype of each microbiota
species.
The conclusion of this study is the identification of the microbiota profile that is different for every
individual may be useful to determine the time, the cause of death (drowning), ethnicity, disease, background and
habits of suspects and sources of microorganisms.

Keywords: Feces, Forensic Microbiology, Humans, Microbiota

Korespondensi : Ressy Dwiyanti, email: ressy_chan@yahoo.co.id

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN : 978-623-6595-34-3
Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020
The Indonesian Association of Forensic Medicine
117
Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

PENDAHULUAN dapat memberikan bukti kuat kematian karena


Forensik mikrobiologi adalah disiplin ilmu tenggelam [8,9].
baru yang muncul dari analisa forensik yang Berdasarkan hal diatas maka dilakukan identifikasi
didefinisikan sebagai deteksi variasi molekuler yang mikrobiota pada feses manusia dan dilihat profil
ditentukan dengan tepat diantara strain mikroba dan mikrobiota yang ditemukan dari masing-masing
digunakan untuk menyimpulkan asal, hubungan atau sampel individu. Selanjutnya dilakukan
rute transmisi dari isolat tertentu [1]. Dalam
perbandingan hasil identifikasi bakteri dengan
beberapa tahun terakhir, forensik mikrobiologi telah
ditetapkan sebagai disiplin ilmu baru dalam rangka penelusuran literatur sebelumnya. Dari hasil
menunjang respon penegakan hukum khususnya penelitian ini diharapkan identifikasi dan profil
dalam peristiwa bioterorisme [2]. Pada keadaan mikrobiota yang ada pada feses dapat dipakai
melanggar hukum maka mikroorganisme dapat sebagai petanda untuk keperluan identifikasi kasus
digunakan sebagai agen perang biologis, kejahatan forensik yang berbasis mikrobiologi.
biologi dan agro terorisme.
Mikroorganisme memiliki potensi untuk
METODELOGI PENELITIAN
digunakan sebagai alat bukti fisik pada kasus-kasus
Pengumpulan sampel feses pada orang sehat
forensik karena mikroorganime dapat ditemukan di
Sampel dikumpul dari feses segar pada 10
mana-mana dan memiliki sistim ekologi yang dapat
orang sehat dan dimasukkan kedalam pot khusus
diprediksi. Dengan dapat dideteksinya mikrorganime
untuk feses (volume sekitar 10 gram feses basah)
secara konvensional dan ditemukannya teknologi
dengan penutup skru. Proses pengambilan specimen
molekuler biologi yang dapat menentukan
feses berdasarkan protocol CDC, USA [10]
microbiome maka memungkinkan pengembangkan
Pengumpulan sampel dilakukan pada pagi
cara baru untuk kepentingan kasus forensik yang
hari untuk menghindari perubahan profil bakteri
berbasis mikrobiologi [3].
setelah melakukan kegiatan dan makan/minum.
Salah satu pendekatan yang menjanjikan
Sampel selanjutnya kurang dari 1 jam dibawa ke
adalah penggunaan jenis mikroba selama proses
laboratorium Mikrobiologi, FK UNHAS, Makassar
ekologi dekomposisi untuk memperkirakan waktu
untuk dilakukan identifikasi dan pewarnaan dan tes
kematian, atau interval postmortem (PMI). Waktu
biokimia.
kematian mikroba ini dikembangkan secara model
regresi dengan menggunakan data mikrobioma yang
Identifikasi Bakteri dengan pewarnaan Gram,
dikumpulkan dari sampel postmortem yang dapat
Kultur dan tes biokimia [11]
berasal dari kulit, mulut, tangan dan urin, feses,
Spesimen feses segar dilarutkan dalam NaCl
Selanjutnya, mikroba yang teridentifikasi akan
dan disentrifus 200x selama 2 menit. Dan
dicocokkan dengan titik pada waktu kematian
supernatan dioleskan pada object glass dengan
tertentu [4,5]. Disamping itu lingkungan akan
menggunakan sengkelit. Selanjutnya dilakukan
mempengaruhi kehidupan dan kematian
pewarnaan Gram (setiap sampel dilakukan
mikroorganisme, dimana setelah kematian maka
duplicate). Sebagian feses di masukkan dalam
lingkungan inang akan berubah karena dekomposisi
enrichment medium dan diinkubasi selama 24 jam.
dan pelepasan komponen dari mikroorganisme
Kultur untuk identifkasi bakteri dilakukan
dalam jaringan sekitarnya.
dengan menggunakan medium selective ialah
Ada beberapa peristiwa yang terjadi setelah
Mannitol Salt Agar (MSA), Citrate Azide Tween
seseorang meninggal yang mengarah pada replikasi
Carbonate Agar (CATC), Mac Conkey, Streptococcus
jenis mikroorganisme tertentu, termasuk perubahan
Selective Agar (SSA), Bacteroides Bile Esculin Agar
dan kematian mikroorganis [6] dan studi tentang
(BBEA), Bifidobacterium Selective Agar (BIFIDO),
thanatomicrobiome menunjukkan bahwa organ
Lactobacillus MRS/ deMan, Rogosa, and Sharpe Agar
dalam dan darah tidak secara langsung dipengaruhi
(LMRS), Clostrisel Agar, dan Oral Corynebacterium
oleh factor lingkungan abiotik misalnya pH dan suhu
species (OCM).
dan faktor biotik misalnya aktivitas serangga dan
Pewarnaan Gram dilakukan dengan
pemulung yang disebabkan oleh nekrobioma dan
menggunakan kristal violet sebagai zat warna utama
jenis thanatomicrobiome akan berbeda diantara
dan safranin sebagai counterstaining.
organ [7].
Pewarnaan Gram yang kedua dilakukan
Demikian pula identifikasi mikoorganisme
pada saat setelah kultur pada selective medium dan
dapat pula dipakai untuk memperkirakan penyebab
akan dilakukan tes biokimia dari masing-masing
kematian, misal pada kasus mati tenggelam.
koloni yang ditemukan. Sejumlah sampel feses
Penelitian terdahulu mengungkapkan bahwa
ditambahkan aquades untuk pengenceran. Inokulasi
ditemukannya faecal coliforms dan faecal
20 μL sampel yang dilarutkan secara garis lurus pada
streptococci pada korban ditemukan di dalam air

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN : 978-623-6595-34-3
Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020
The Indonesian Association of Forensic Medicine
118
Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

permukaan media selective dan inkubasi plat pada ditemukan jenis bakteri yang dominan ialah E.coli.
suhu 37oC selama 24 jam. Namun bila dilihat dari umur subjek maka
Setiap koloni yang tumbuh diamati berdasarkan penelitian lain menunjukkan bakteri
morfologi koloninya secara makroskopis dan dominan pada feses newborn sehat ialah jenis
mikroskopis dan kemudian dilanjukan dengan tes Lactobacillus sp. [13] dan bakteri jenis
biokimia. Medium selektif yang digunakan sesuai Bifidobacterium sp dan Enterococcus sp merupakan
dengan protokol standar pembuatan dan kegunaan bakteri dominan pada feses neonatus sehat yang
selective medium pada Tabel 1. berumur 6 hari [14]. Belum diketahui apakah jenis
Evaluasi profil mikrobiota dari masing individu kelamin juga mempunyai hubungan dengan jenis
dilakukan dengan mewarnai hasil tes biokimia mikrobiota pada feses, karena kemungkinan juga
terhadap setiap spesies baik yang positif dan negatif. jenis dan jumlah mikrobiota akan dipengaruhi oleh
faktor hormonal dari manusia.
Penulusuran literatur sebagai pembanding Bakteri Streptococcus sp and
Pencarian literatur yang komprehensif Staphylococcus sp dapat ditemukan hanya sekitar
dilakukan di database PubMed (NIH), Scopus, 34.8% dari semua sampel feses neonates sehat [14].
EMBASE, dan Google Scholar menggunakan Bila dibandingkan dengan penelitian ini ditemukan
kombinasi kata kunci dari judul subjek medis (MeSH) sekitar 70% bakteri Staphylococccus aureus dan 20%
dari "Forensic microbiology", “Microbiota”, ”Feces” S. epidemidis. Dari hasil penelitian ini dan
dan "Human" dan daftar referensi yang relevan juga dibandingkan dengan beberapa hasil penelitian
dicari secara manual. Semua artikel yang relevan dari terdahulu maka dapat disimpulkan bahwa jenis
setiap desain studi yang diterbitkan dari tahun 1990 bakteri yang dominan pada feses tergantung dengan
hingga Juni 2020. umur subjek. Dari hasil penelitian ini mungkin dapat
Setelah hasil pencarian literatur dianalisa, digunakan mikrobiologi forensik dengan identikasi
termasuk microbiota yang ditemukan pada mikrobiota pada feses untuk menentukan umur dari
lingkungan, kondisi dan penyebab kematian pada suspek dalam suatu kasus.
kasus forensic yang berbeda dengan subject Demikian pula akan jenis bakteri dominan
penelitian ini dan akan berbeda secara nyata bila dilihat dari subjek
Hasil akan ditampilkan secara deskriptif dari manusia dan binatang lain misalnya mencit. Pada
masing masing spesies bakteri dan ditentukan penelitian terdahulu menunjukkan bahwa bakteri
microbiota yang dominan. Selanjutnya dibandingkan yang dominan pada mencit sehat ialah Anaerostipes
dengan penulusuran literatur. dan Parabacteroides; dimana hal ini tidak ditemukan
pada manusia [15]. Hal ini juga dapat dipakai dalam
HASIL DAN DISKUSI identikasi awal suatu suspek dalam kasus forensik.
Dari hasil penelitian ini dapat diidentifikasi Menurut penelitian sebelumnya diet
bakteri pada subjek orang sehat ialah Escherichia coli seseorang mempengaruhi jenis bakteri dominan
(100%), Bacteroides sp (90%), Lactobacillus sp (90%), dalam feses dimana pada penelitian ini menemukan
Enterococcus faecalis (80%), Staphylococcus aureus jenis Clostridium sp, Bacteroides sp, Bifidobacterium
(70%), Klebsiella sp. (50%), Proteus sp (30%), sp, Lactobacillus sp, Staphylococcus sp, Enterococcus
Staphylococcus epidermidis (20%), Pseudomonas sp. sp, coliform, Bifidobacterium bifidum, B. longum, B.
(20%), Citrobacter sp (10%), Clostridium sp (10%), adolescentis, Lactobacillus rumiis dari feses orang
dimana microbiota E. coli Bacteriodes sp dan sehat dengan mengkonsumsi makan seperti
Lactobacillus sp. merupakan microbiota yang kebiasaannya dan dilakukan difollow up secara terus
dominan (Table 2). Hasil pewarnaan Gram pada menerus selama 15 hari [16]. Ini menunjukkan
sampel feses orang sehat ditemukan isolat Gram bahwa pola makanan yang sama akan
positif 27 (47.4%) dan Gram negatif 30 (52.6%). memungkinkan untuk menemukan jenis bakteri
Selanjutnya hasil identifikasi bakteri dengan dominan yang sama pula pada individu sehat [17].
kultur dan tes biokimia dapat terlihat pada table 2, Pada manusia dengan diet tinggi serat maka akan
dimana ditemukan 11 dari 14 genus dan spesies ditemukan bakteri dominan ialah Bacteroides sp, C.
(78.57%) yang diperiksa. Tidak ditemukan leptum dan E. rectalede, Sedangkan pada manusia
Streptococcus pyogenes, Bifidobacterium bifidum dengan diet tinggi karbohidrat akan ditemukan jenis
dan Corynebacterium sp dari sampel feses penelitian bakteri dominan ialah Bifidobacteria sp dan
ini. Prevotella sp.
Berdasarkan penelitian sebelum Pada penelitian terdahulu juga
menunjukkan bahwa E.coli merupakan bakteri menunjukkan bahwa jenis bakteri dominan pada
dominan yang ada pada feses orang sehat manusia dengan diet tinggi lemak ialah delta-
berdasarkan kelompok umur dewasa dan orang usia proteabacteria spp, Bilophila wadsworthia [18]. Dari
lanjut [12]. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian ini segi mikrobiologi forensik ini mungkin dapat dipakai
dimana umur subjek antara 18 sampai 61 tahun, dan

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN : 978-623-6595-34-3
Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020
The Indonesian Association of Forensic Medicine
119
Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

sebagai petunjuk awal berdasarkan diet dari suspek pelacakan genotyping 16sRNA adalah cara yang
dalam suatu kasus. terbaik untuk identifikasi microbiome dan
Penyakit juga mempengaruhi jenis bakteri thanatomicrobiom. [7, 27,28,29].
dominan pada feses, ini dapat dijelaskan dengan Pada penelitian ini menujukkan adanya
penelitian sebelumnya dimana, misalnya dalam perbedaan jenis mikrobiota diantara 10 sampel dan
keadaan obstruksi usus maka jenis bakteri yang hasil ini dimungkinkan faktor diet dan kebiasaan dari
ditemukan pada feces jauh lebih banyak dengan masing masing individu tersebut yang berbeda. Hal
jenis bakteri yang dominan ialah E coli, Clostrodium ini ditunjang dengan penelitian sebelumnya yang
welchi, Bacteroides sp, Streptococcus faecalis dan mengtakan bahwa jenis dan jumlah bakteri pada
Proteus mirabilis [19]. Demikian juga dapat feses berhubungan dengan diet, habitat, ethnis,
ditemukan perbedaan jenis dan jumlah bakteri pada umur, penyakit. Dan pada kasus kematian maka jenis
feces dengan malnutrisi, infeksi, kanker, penyakit dan jumlah microbiota berhubungan dengan waktu
metabolik, status sistim imun yang menurun atau kematian san penyebab kematian. Selanjutnya
saat pemberian antibiotik [20]. Hal ini mungkin dengan pelacakan genotyping dari microbiome dan
dapat digunakan sebagai informasi tambahan dalam thanatomicrobiom akan meningkatkan akurasi dan
mengidentifikasi suspek dalam kasus forensik. hubungan microbiome tersebut dengan sampel
Pada penelitian ini ditemukan jenis bakteri feses dari suspek pada kasus forensic [30].
dominan ialah E.coli (100%), Lactobacillus sp (90%),
Bacteroides sp (90%) dan Enterococcus fecalis (80%). KESIMPULAN:
Hal yang sama ditemukan pada intestin orang sehat Pada penelitian ini ditemukan profil
yang dilakukan operasi ginekologi, dimana bakteri identifikasi mikrobiota dari feses berbeda pada
yang dominan ialah Lactobacillus sp dan Bacteriodes setiap individu, dimana memungkinkan dapat
sp [21]. Sedangkan berdasarkan penelitian terdahulu bermanfaat untuk kepentingan forensik dalam
jenis bakteri bakteri tersebut masih dapat ditemukan menentukan waktu kematian/ postmortem interval
pada 9 cadaver setelah kurang dari 2 jam kematian, (PMI), penyebab kematian (tenggelam), suku,
dimana jenis bakteri yang dominan ialah L. penyakit, umur, latar belakang, dan kebiasaan
acidophilus dan L. fermenti [22]. Salah satu tersangka dan sumber mikroorganisme.
pendekatan yang menjanjikan adalah penggunaan
jenis mikroba selama proses ekologi penguraian SARAN:
untuk memperkirakan waktu kematian, atau Perlu dilakukan genotyping dari setiap
postmortem interval (PMI). Waktu kematian mikrobiota yang ditemukan, dengan metode PCR
mikroba ini dikembangkan dengan menggunakan sederhana misalnya Restriction Fragment Length
model regresi dari data mikrobioma yang Polymorphisms (RFLP), Random amplified
dikumpulkan dari sampel postmortem, misalnya Polymorphisms DNA (RAPD), Variabel Number
feses, sehinga dapat diketahu PMI suatu suspek Tandem repeated (VNTR) PCR atau deteksi 16sRNA.
dalam kasus forensik [23]. Pada penelitian
sebelumnya telah diketahui bahwa adanya DAFTAR PUSTAKA
perubahan dari microbiota pada intestine manusia
1. Cummings CA, Relman DA. Genomics and microbiology.
maupun binatang mencit setelah kematian atau Microbial forensics--"cross-examining pathogens".
postmortem [24]. Science. 2002 Jun 14;296(5575):1976-9. doi:
Berdasarkan beberapa penelitian terdahulu 10.1126/science.1073125.
2. Budowle B, Schutzer SE, Einseln A, Kelley LC, Walsh AC,
maka jenis dan jumlah mikrobiota dapat pula Smith JA, et al. Public health. Building microbial
ditemukan pada kematian akibat tenggelam [8, forensics as a response to bioterrorism. Science. 2003
25,26]. Hal ini memungkinkan identifikasi Sep 26;301(5641):1852-3. doi:
10.1126/science.1090083.
berdasarkan mikrobiota pada kematian akibat
3. Metcalf JL. Estimating the postmortem interval using
tenggelam dapat dipakai sebagai salah satu petunjuk microbes: Knowledge gaps and a path to technology
untuk menentukan penyebab kematian dari suspek adoption. Forensic Sci Int Genet. 2019 Jan; 38:211-8. doi:
dalam bidang forensik. 10.1016/j.fsigen.2018.11.004.
4. Megyesi MS, Nawrocki SP, Haskell NH, Using
Pada penelitian ini identifikasi mikrobiota accumulated degree-days to estimate the postmortem
dengan menggunakan kultur dan tes biokimia interval from decomposed human remains, J. Forensic
dimana tentu mempunyai tingkat sensitifitas dan Sci. 2005; 50(3): 1-9.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/15932096.
spesifitas yang lebih rendah dibandingkan dengan 5. Belk A, Xu ZZ, Carter DO, Lynne A, Bucheli S, Knight R, et
menggunakan metode Polymerase Chain Reaction al. Microbiome data accurately predicts the postmortem
(PCR). Saat ini telah banyak dilakukan tehnik PCR interval using random forest regression models. Genes.
2018; 9(104):1-13.
untuk mengidentifikasi microbiome dan
https://doi.org/10.3390/genes9020104.
thanatomicrobiome pada suspek dalam bidang 6. Vass AA, Barshick SA, Sega G, Caton J, Skeen JT, Love JC,
forensik. Genotyping 16sRNA merupakan gen yang et al. Decomposition chemistry of human remains: a new
sangat bervariasi pada mikroorganisme, sehingga

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN : 978-623-6595-34-3
Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020
The Indonesian Association of Forensic Medicine
120
Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

methodology for determining the postmortem interval. J generation sequencing and unweighted UniFrac-based
Forensic Sci. 2002 May;47(3):542-53. PCoA. Int J Legal Med 134, 2149–2159 (2020).
7. Zhou W, Bian Y. Thanatomicrobiome composition https://doi.org/10.1007/s00414-020-02358-1
profiling as a tool for forensic investigation. Forensic Sci 26. Giuseppe P, Davide DB, Ilaria A, Francesco P, Rosario F,
Res. 2018 May 31;3(2):105-10. doi: Raffaele I, et al. Diagnosis of Drowning and the Value of
10.1080/20961790.2018.1466430. the Diatom Test in Veterinary Forensic Pathology.
8. Oliveira M, Amorim A. Microbial forensics: new Frontiers in Veterinary Science. 2019; 6 : 404.
breakthroughs and future prospects. Appl Microbiol DOI=10.3389/fvets.2019.00404
Biotechnol. 2018; 102:10377–91. 27. Bartosch S, Fite A, Macfarlane GT, McMurdo ME.
https://doi.org/10.1007/s00253-018-9414-6 Characterization of bacterial communities in feces from
9. Lucci A, Cirnelli A. A microbiological test for the healthy elderly volunteers and hospitalized elderly
diagnosis of death by drowning, Forensic Sci Int. patients by using real-time PCR and effects of antibiotic
2006;168 (1): 34-6. treatment on the fecal microbiota. Appl Environ
https://doi.org/10.1016/j.forsciint.2006.06.050. Microbiol. 2004 Jun;70(6):3575-81. doi:
10. https://www.cdc.gov/dpdx/diagnosticprocedures/stool 10.1128/AEM.70.6.3575-3581.2004. PMID: 15184159;
/specimencoll.html. Access: 18102019 PMCID: PMC427772.
11. Cruickshank R. Medical Microbiology: A Guide to the 28. Nakanishi H, Shojo H, Ohmori T, Hara M, Takada A,
Laboratory Diagnosis and Control of Infection. Adachi N, Saito K. Identification of feces by detection of
Edinburgh:E & S Livingstone Ltd; 1968 Bacteroides genes. Forensic Sci Int Genet. 2013
12. Hopkins MJ, Macfarlane GT. Changes in predominant Jan;7(1):176-9. doi: 10.1016/j.fsigen.2012.09.006.
bacterial populations in human faeces with age and with 29. Matsuki T, Watanabe K, Fujimoto J, Miyamoto Y, Takada
Clostridium difficile infection. J Med Microbiol. 2002 T, Matsumoto K, et al. Development of 16S rRNA-gene-
May;51(5):448-454. doi: 10.1099/0022-1317-51-5-448. targeted group-specific primers for the detection and
13. Medjaoui I, Rahmani B, Talhi M, Mahammi FZ, Moghtit identification of predominant bacteria in human feces.
FZ, Mehtar N, et al. Isolation and Characterization of Appl Environ Microbiol. 2002 Nov;68(11):5445-51. doi:
Lactic Acid Bacteria from Human Milk and Newborn 10.1128/aem.68.11.5445-5451.2002. Walker, A.W.,
Feces. J Pure Appl Microbiol. Dec. 2016; 10(4): 2613-20. Martin, J.C., Scott, P. et al. 16S rRNA gene-based profiling
http://dx.doi.org/10.22207/JPAM.10.4.17. of the human infant gut microbiota is strongly
14. Rotimi VO, Duerden BI. The development of the bacterial influenced by sample processing and PCR primer choice.
flora in normal neonates. J Med Microbiol. 1981 Microbiome 3, 26 (2015).
Feb;14(1):51-62. doi: 10.1099/00222615-14-1-51. https://doi.org/10.1186/s40168-015-0087-4
15. Wang J, Tao L, Jian S, Juanjuan D, Ling T, Xingpeng W.
Core Gut Bacteria Analysis of Healthy Mice. Frontiers in Copyright @ 2020 Authors. This is an open access article
Microbiology. 2019;10:887. distributed under the terms of the Creative Commons
DOI=10.3389/fmicb.2019.00887. Attribution-NonCommercial 4.0 International License
16. Delgado S, Suárez A, Otero L, Mayo B. Variation of (http://creativecommons.org/licenses/by-nc/4.0/), which
microbiological and biochemical parameters in the permits unrestricted non-commercial use, distribution, and
faeces of two healthy people over a 15 day period. Eur J reproduction in any medium, provided the original author and
Nutr. 2004 Dec;43(6):375-80. doi: 10.1007/s00394- source are properly cited.
004-0485-z.
17. Sugawara M, Suzuki K, Endo K, Tashiro Y, Nakamura K,
Suzuki K, et al. Effect of dietary fat and fiber on fecal
flora, bacterial metabolites, and fecal properties in
Japanese volunteers. J Nutr Sci Vitaminol. 1992
Aug;38(4):317-28. doi: 10.3177/jnsv.38.317.
18. Bibbò S, Ianiro G, Giorgio V, Scaldaferri F, Masucci L,
Gasbarrini A, et al. The role of diet on gut microbiota
composition. Eur Rev Med Pharmacol Sci. 2016
Nov;20(22):4742-4749.
19. Bishop RF, Allcock EA. Bacterial flora of the small
intestine in acute intestinal obstruction. Br Med J. 1960
Mar 12;1(5175):766-70. doi: 10.1136/bmj.1.5175.766.
20. Simon GL, Gorbach SL. Intestinal flora in health and
disease. Gastroenterology. 1984 Jan;86(1):174-93.
PMID: 6357937.
21. Cregan J, Hayward NJ. The bacterial content of the
healthy human small intestine. Br Med J. 1953 Jun
20;1(4824):1356-9. doi: 10.1136/bmj.1.4824.1356.
PMID: 13042256; PMCID: PMC2016674.
22. Reuter G. The Lactobacillus and Bifidobacterium
microflora of the human intestine: composition and
succession. Current Issues in Intestinal Microbiology.
2001 Sep;2(2):43-53.
23. Metcalf JL. Estimating the postmortem interval using
microbes: Knowledge gaps and a path to technology
adoption. Forensic Sci Int Genet. 2019 Jan;38:211-18.
doi: 10.1016/j.fsigen.2018.11.004.
24. Heimesaat MM, Boelke S, Fischer A, Haag L-M,
Loddenkemper C, Kühl AA, et al. Comprehensive
Postmortem Analyses of Intestinal Microbiota Changes
and Bacterial Translocation in Human Flora Associated
Mice. PLoS ONE. 2012. 7(7): e40758.
https://doi.org/10.1371/journal.pone.0040758
25. Wang, LL., Zhang, FY., Dong, WW. Wang CL, Liang XY,
Suo LL, et al. A novel approach for the forensic diagnosis
of drowning by microbiological analysis with next-

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN : 978-623-6595-34-3
Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020
The Indonesian Association of Forensic Medicine
121
Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

Laporan Kasus

Death In Pregnancy With Hypertension

Natalia Widjaya1,Geebert Dundu1, Indah Wulan Sari1, Indrayaty AR1, Jaury P. Stjianto1, Yosephine Siahaan1, Deiby
T.I. Saumana1, Afriani Early1, Denny Mathius1,3, Gatot S. Lawrence1,2
1 Departemen Kedokteran Forensik & Medikolegal,
2 Departemen Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Makassar,
3 Instalasi Forensik RS Polri Bhayangkara Mappa Oudang Makassar.

ABSTRACT
Introduction Hypertensive complications of pregnancy are among the top three causes of maternal death
worldwide, accounting for more than 14% of all maternal deaths. More than 99% of maternal deaths can be
avoided, including many of them caused by Hypertensive Disorders of Pregnancy (HDP).
Case An autopsy was performed on one pregnant woman's body at Bhayangkara Hospital, Makassar. The body
was found dead in a boarding house in Makassar.
Results On external examination, the corpse's stomach was enlarged with a belly circumference of 96 cm, Fundus
Uterine Height (TFU) 31 cm. On internal examination, it was found that the fetus in the uterus was male, weighing
two thousand (2000) grams, and length fifty-one (51) centimeters.
Discussion On external examination, it appears that the body is currently pregnant, but the cause of death has not
been able to determine, so it is necessary to carry out several supporting examinations in the form of laboratory
and histopathological examinations. In the urine test results obtained protein +3 (positive 3), erythrocytes +1
(positive 1), while on blood tests found the creatinine level of 2.1 mg / dl. On the histopathological examination of
the lungs, there was vascular congestion and chronic pulmonary edema accompanied by pulmonary interstitial
fibrosis. In the brain tissue, vascular tissue congestion and brain edema are seen. Heart there is congestion of
cardiac vascular tissue. The kidneys have membranopholiferative glomerulonephritis and renal tubular necrosis. In
the uterus there is fibrinoid congestion and necrosis in the uterine blood vessel tissue, and on the placenta there is a
sclerosis of the thickened decidual arteriolar wall which corresponds to maternal underperfusion / pre-eclampsia.
Conclusion The results of the urine examination found high urine protein (+3), and in the blood the creatinine level
was 2.1 mg / dl. From the results of histopathological examination, it shows congestion and edema in the brain,
membranopfoliferative histopatological feature of glomerulonephritis and renal tubular necrosis which shows a
history of hypertension during his life, and there is fibrinoid congestion and necrosis in the uterine blood vessel
tissue, and the placenta shows sclerosis on the walls of the decidual arteriole. a thickened fit of maternal
underperfusion / pre-eclampsia.

Keywords: Death, death in pregnancy, eclampsia, hypertension, hypertension in pregnancy, pregnancy

Korespondensi : Natalia Widjaya,email: forensik.medikolegal@gmail.com,


nwidjaya2412@gmail.com

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN : 978-623-6595-34-3
Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020
The Indonesian Association of Forensic Medicine
122
Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

PENDAHULUAN delapan belas koma lima (18,5) sentimeter, lebar


Kehamilan secara fisiologis ditandai dengan dua belas koma lima(12,5) sentimeter, tinggi satu
perubahan metabolik dan hemodinamik yang koma sembilan (1,9) sentimeter. Tampak paru
signifikan yang dimulai pada awal masa gestasi.(1) berwarna merah kehitaman, kenyal dan tampak
Kematian ibu dalam kehamilan sangat tinggi. busa saat dilakukan peremasan. Di dalam uterus
Perkiraan untuk tahun 2017 menunjukkan bahwa terdapat janin berjenis kelamin laki-laki dengan
sekitar 810 wanita di seluruh dunia meninggal setiap berat dua ribu (2000) gram, panjang lima puluh satu
hari akibat komplikasi terkait kehamilan atau (51) sentimeter, seluruh tubuh ditutupi mekonium
persalinan. Pada 2017, 295.000 wanita meninggal dengan warna kuning kehijauan, tanda mature
selama / setelah kehamilan dan persalinan.(2) Empat sudah ada, tampak kuku jari tangan sianosis dan
komplikasi utama yang menyebabkan 80% kematian panjang. Tanda maserasi sudah ada pada pantat.
ibu adalah perdarahan hebat (kebanyakan Plasenta berwarna merah kehitaman dengan berat
perdarahan setelah melahirkan), infeksi (biasanya empat ratus sembilan puluh (490) gram.(Gambar 1)
setelah melahirkan), tekanan darah tinggi selama
kehamilan (pre-eklamsia dan eklamsia), dan aborsi
yang tidak aman.(2)
Hipertensi kehamilan adalah komplikasi yang
paling umum di seluruh dunia, terhitung lebih dari
14% dari semua kasus kematian dalam
kehamilan.(3),(4) Hipertensi juga dikaitkan dengan
morbiditas dan mortalitas yang signifikan pada ibu
dan janin.(1)

KASUS
Pada kasus ini dilakukan autopsi terhadap satu
jenazah perempuan dewasa di RS Bhayangkara Gambar 1. Foto Bayi di dalam uterus
Makassar yang ditemukan telah meninggal di sebuah
kamar kost tanpa tanda-tanda trauma.
Pada pemeriksaan luar tampak perut yang HASIL PEMERIKSAAN
membesar dengan lingkar perut 96 cm dan tinggi Pada pemeriksaan laboratorium, didapatkan protein
fundus uteri (TFU) 31 cm. Pada sklera kedua bola urine +3 (positif tiga) (Gambar 2) dan kadar kreatinin
mata tampak bintik perdaraham (petekia), di kuku dalam darah sebesar 2,1 mg/dL (n = 0,5-1,2 mg/dL).
jari-jari tangan dan kaki tampak pucat berwarna Gambaran mikroskopik jaringan otak menunjukkan
keunguan. Kaku mayat ditemukan rahang, kedua gambaran sebaran sel-sel neuron yang diantaranya
siku, panggul, lutut, pergelangan dan jari-jari tangan tampak sel-sel neuroglia. Pembuluh darah di
dan kaki. Terdapat lebam mayat yang tidak hilang permukaan otak tampak dilatasi dengan lumen yang
dengan penekanan pada dada atas kanan dan kiri, berisi sel-sel eritrosit yang padat. Stroma jaringan
punggung kanan dan kiri, pinggang kanan dan kiri, pada permukaan otak tampak udem yang
bokong dan paha bagian belakang. Tanda-tanda diantaranya tampak vakuola-vakuola jernih.
pembusukan belum ada. Tidak ditemukan tanda- Di jaringan paru tampak gambaran beberapa
tanda trauma. struktur alveoli paru yang terisi penuh dengan massa
Pada pemeriksaan dalam, paru kanan terdiri dari koloid yang eosinofilik disertai beberapa sel-sel
tiga lobus, berat empat ratus dua puluh (420) gram, eritrosit diantaranya. Septa-septa jaringan ikat
panjang dua puluh satu (21) sentimeter, lebar lima interalveolar tampak menebal dan jaringan vaskular
belas (15) sentimeter, tinggi lima (5) sentimeter, diantaranya tampak berdilatasi dengan lumen yang
warna merah kecoklatan dengan bintik antrakosis. berisis sel-sel eritrosit yang padat. Pada1-2 fokus
Pada pemisahan lobus paru tampak busa, saat tampak area proliferasi fibroblast yang padat dan
dilakukan penekanan teraba kenyal dan ada berbatas tegas.(Gambar 3)
krepitasi. Paru kiri terdiri dari dua lobus, dengan
berat tiga ratus enam puluh (360) gram, panjang

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN : 978-623-6595-34-3
Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020
The Indonesian Association of Forensic Medicine
123
Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

gambaran massa eosinofilik yang difus (nekrosis


fibrinoid), dan pada pewarnaan Masson Trichrome
tampak gambaran sklerosis pada dinding pembuluh
darah yang menebal.
Dengan pewarnaan HE pada jaringan plasenta
menunjukkan gambaran struktur villi chorialis yang
sebagian besar tampak nekrosis dengan permukaan
yang tidak tampak lagi sel-sel trofoblast. Pada villi
chorialis yang masih intak tampak gambaran
peningkatan syncytial knots (simpul
Gambar 3. Gambaran mikroskopis paru dengan syncytial).(Gambar 4) Jaringan pembuluh darah
kongesti vaskular, udem paru kronik & interstitial arteriola desidua tampak menebal dengan gambaran
fibrosis paru massa eosinifilik yang difus (nekrosis fibrinoid) pada
dinding vaskuler, dan pada pewarnaan Masson
Gambaran sel-sel hepatosit yang tersusun Trichrom tampak gambaran sklerosis pada dinding
trabekuler ke arah vena sentralis tampak pada pembuluh darah arteriola desidua yang menebal.
jaringan hati. Pada 1-2 fokus terlihat area berbatas
tegas yang terdiri dari sel-sel hepatosit dengan
sitoplasma bervakuola kecil dan besar (mikro dan
makro vesikuler). Pada fokus lainnya tampak area
nekrosis dengan struktur sel-sel hepatosit yang tidak
dapat dikenali lagi dan berupa massa homogen yang
tidak berinti.
Periksaan histopatologi ginjal (pewarnaan HE)
terlihat gambaran struktur glomerulus yang sebagian
tampak membesar (glomerulomegali), dan terdiri
dari proliferasi anyaman kapiler pembuluh darah dan
proliferasi sel-sel mesangial dan penebalan
Gambar 4. Gambaran mikroskopis plasenta dengan
membran basalis. Struktur tubulus ginjal sebagian
villi chorialis dengan peningkatan Synctial knots
besar tampak nekrosis dengan pola arsitektur
tubulus tetap utuh dan masih bisa dikenali namun
Penyebab Kematian (Multiple Cause of Death)
tidak berinti lagi dengan sitoplasma yang sangat
Penyebab kematian langsung (I-a) : Kegagalan
eosinifilik. Dinding jaringan vaskular tampak
pernapasan (ICD-10. J96.91)
menebal. Di daerah interstitial tampak infiltrasi sel-
Penyebab antara (I-b) : Gangguan pertukaran
sel radang limfosit yang ringan. Dengan pewarnaan
udara di paru-paru
Masson Trichome tampak gambaran sklerosis pada
Penyebab antara (I-c) : Udema paru (ICD-10.
glomerulus dan dinding pembuluh darah yang
J81)
menebal.
Penyebab dasar kematian (I-d) : Kerusakan sistem
Pada jaringan jaringan asal uterus terlihat
pembuluh darah pada organ paru-paru, otak,
gambaran lapisan miometrium yang terdiri dari sel-
jantung, hati, limpa, ginjal, rahim (uterus), ari-ari
sel otot polos yang tersusun padat dan diantaranya
(plasenta) yang diakibatkan oleh hipertensi dalam
tampak beberapa struktur jaringan vaskuler yang
kehamilan (Pre-eklampsia) (ICD-10. O14.93)
tampak berdilatasi dengan lumen yang berisi sel-sel
darah merah.
DISKUSI
Jaringan pembuluh darah rahim (pewarnaan HE)
Pengertian mati mendadak atau sudden
menunjukkan jaringan dengan gambaran lapisan sel-
unexpected natural death yang didalamnya
sel otot polos yang tersusun padat dan diantaranya
terkandung kriteria penyebab yaitu natural (alamiah,
tampak beberapa struktur jaringan vaskuler yang
wajar). Mendadak disini diartikan sebagai kematian
tampak berdilatasi dengan lumen yang berisi sel-sel
yang datangnya tidak terduga dan tidak
eritrosit yang padat. Tampak 1-2 jaringan pembuluh
diharapkan.(5) Kematian mendadak sering terjadi
darah besar dengan dinding yang menebal dengan

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN : 978-623-6595-34-3
Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020
The Indonesian Association of Forensic Medicine
124
Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

secara tiba-tiba sehingga tidak ada yang tangan dan kaki. Pada pemeriksaan dalam uterus
menyaksikan atau tidak sempat mendapat terdapat janin berjenis kelamin laki-laki dengan
pertolongan apapun. Sedangkan kehamilan berat dua ribu (2000) gram, panjang lima puluh satu
merupakan suatu keadaan yang ditandai dengan (51) sentimeter. (Gambar 1) Berat badan bayi yang
perubahan metabolik dan hemodinamik yang rendah menunjukkan adanya hambatan
signifikan yang dimulai pada awal masa gestasi.(1) pertumbuhan janin pada kasus ini. Sedangkan pada
Pada kasus ini akan dibahas mengenai penemuan pemeriksaan laboratorium, didapatkan protein urine
jenazah seorang wanita yang sedang hamil yang mati +3 (positif tiga) dan kadar kreatinin yang meningkat
mendadak didalam sebuah kamar kost di kota dalam darah sebesar 2,1 mg/dL (n = 0,5-1,2 mg/dL).
Makassar , sedangkan wanita tersebut tidak memiliki (Gambar 2)
data-data klinis pemeriksaan antenatal selama masa
kehamilannya.
Ini seringkali mendatangkan kecurigaan baik bagi
penyidik maupun masyarakat umum; khususnya bila
kematian tersebut menimpa orang yang cukup
dikenal oleh masyarakat, kematian di rumah tahanan
dan di tempat-tempat umum, seperti di hotel,
penginapan, atau motel. Oleh karena itu untuk
setiap kasus kematian mendadak, pemeriksan
forensik perlu dilakukan untuk mengetahui
penyebab pasti kematiannya.(6)
Empat komplikasi utama yang menyebabkan 80%
kematian dalam kehamilan adalah perdarahan hebat
(kebanyakan perdarahan setelah melahirkan), infeksi
(biasanya setelah melahirkan), tekanan darah tinggi
selama kehamilan (pre-eklamsia dan eklamsia), dan
aborsi yang tidak aman.(2) Gambar 2. Hasil Laboratorium
Komplikasi hipertensi kehamilan termasuk di
antara tiga penyebab utama (selain sepsis dan
Pada gambaran histopatologi paru tampak
perdarahan) kematian ibu di seluruh dunia, terhitung
kongesti vaskuler dan udem paru kronik disertai
lebih dari 14% dari semua kasus kematian ibu.(3) Pre-
interstitiel fibrosis paru.(Gambar 3)
eklamsia bertanggung jawab untuk kasus yang paling
Patofisiologi pada pre-eklamsia termasuk respon
parah dari morbiditas ibu dan janin, termasuk
vaskular ibu yang tidak adekuat terhadap plasentasi,
eklamsia, edema paru, sindrom HELLP (hemolisis,
disfungsi endotel, angiogenesis abnormal, dan
peningkatan enzim hati dan trombosit rendah), dan
respon inflamasi yang berlebihan dengan hasil
cedera ginjal.(4) Pre-eklamsia adalah kondisi umum
vasospasme umum, aktivasi trombosit dan
kehamilan yang ditandai dengan timbulnya
hemostasis abnormal.(10) Makrofag dan sel dendritik
hipertensi dan proteinuria.(7),(8) Diagnosis klinis
adalah antigen presenting sel yang utama di dalam
biasanya didasarkan pada pengukuran tekanan
rahim dan yang memfasilitasi adaptasi respon imun
darah yang lebih besar dari 140/90mmHg pada dua
untuk mencegah penolakan terhadap embrio.
kesempatan terpisah, dan ekskresi protein urin
Beberapa studi penelitian telah menemukan
melebihi 300 mg/hari. Namun, dengan tidak adanya
peningkatan yang signifikan secara statistik dari
proteinuria yang signifikan, hipertensi dengan
makrofag, sel dendritik, dan sitokin pada pre-
adanya kerusakan organ akhir, seperti gangguan
eklampsia dibandingkan pada kehamilan yang
fungsi hati, trombositopenia, insufisiensi ginjal,
normal.(11) Kadar TNF-α pada wanita dengan pre-
edema paru, atau gangguan otak, cukup untuk
eklampsia lebih tinggi. TNF-α dapat mengganggu
membuat diagnosis.(8),(9) Pada pemeriksaan luar
stimulasi insulin, menghambat lipo-protein lipase,
jenazah tampak ditemukan tanda-tanda asfiksia
menginduksi PAI-1, dan secara langsung
seperti petechiae pada sklera kedua bola mata,
berkontribusi terhadap disfungsi endotel maka
kebiruan pada bibir, dan ujung-ujung kuku kedua
sitokin terlibat dalam patogenesis pre-eklampsia dan

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN : 978-623-6595-34-3
Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020
The Indonesian Association of Forensic Medicine
125
Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

sitokin juga berkaitan dengan kardiovaskular dan ginjal, hanya pembuluh darah glomerulus yang
disfungsi ginjal.(11) Bukti terbaru menunjukkan tampaknya terpengaruh. Selain itu, ekspresi VEGF
bahwa pre-eklamsia adalah kelainan endotel.(12) dalam glomerulus manusia sangat tinggi, sehingga
Dengan demikian, pada beberapa pasien, penyakit sangat rentan terhadap tingginya kandungan zat
ini dapat memberikan gambaran dalam bentuk anti-VEGF yang menyebabkan cedera (endoteliosis),
kebocoran kapiler, hambatan pertumbuhan janin, dan ikatan ligan akan mengurangi unsur-unsur
berkurangnya cairan ketuban, atau spektrum tes tersebut dalam aliran darah arteriol eferen. Selain
laboratorium abnormal dengan disfungsi beberapa itu, cedera berkas glomerulus itu sendiri akan
organ.(10) Berkurangnya perfusi uterus selama mengurangi aliran darah arteriol eferen. Dengan
kehamilan mengakibatkan terjadinya hipoksia demikian, kombinasi pengikatan ligan dan
plasenta yang merupakan awal mula terjadinya pre- pengurangan aliran darah glomerulus secara teoritis
eklampsia. Hipoksia yang terjadi pada pre-eklampsia berfungsi untuk melindungi jaringan ginjal. Lebih
berkontribusi terhadap peningkatan produksi lanjut, penurunan aliran darah glomerulus
antagonis flt-1 (sflt-1) yang menekan mengurangi transportasi tubular dan kebutuhan
angiogenesis.(11) IgE pada wanita dengan pre- oksigen yang sesuai, sehingga meningkatkan
eklampsia melalui aktivasi reseptor angiostensin II ketersediaan oksigen untuk mempertahankan
tipe I (AT1) di vili dan sel trofoblas plasenta turut parenkim ginjal.(12) Pada pemeriksaan histopatologi
merangsang sintesis dan sekresi sflt-1.(11) Penelitian jaringan ginjal dalam kasus ini tampak gambaran
terbaru menunjukkan bahwa flt-1 dihasilkan oleh membranoproliferative glomerulonephritis dan
plasenta ke dalam sirkulasi ibu dan berkontribusi nekrosis tubular ginjal.
terhadap terjadinya hipertensi, protenuria, dan Sedangkan pada jaringan plasenta, tampak
disfungsi sel endotel. Antagonis flt-1 (sflt-1) gambaran syncytial knots (simpul syncytial) yang
mengikat VGEF (Vascular Endothelial Growth Factor) sangat luas. (Gambar 4) Pada kehamilan normal,
dan PIGF (Plasenta Growth Factor) di dalam sirkulasi simpul ini jarang terlihat sebelum usia kehamilan 20
dan mencegah interaksi dengan reseptor minggu, dan frekuensinya meningkat seiring dengan
endogennya. VEGF adalah endotelial spesifik berlanjutnya kehamilan. Mereka terutama
mitogen yang memainkan peranan penting untuk ditemukan pada plasenta postmatur. Pembentukan
terjadinya angiogenesis. VEGF menstabilkan endotel simpul syncytial meningkat di plasenta dari
di dalam pembuluh darah matur. PIGF juga kehamilan yang bermasalah. Simpul syncytial hadir
merupakan growth factor angiogenik yang diduga di hampir semua vili terminal di plasenta
menguatkan signal VEGF dengan memindahkan preeklamsia, sedangkan di plasenta normal hanya
VEGF dari reseptor flt-1 dan memungkinkannya 10% sampai 15% saja. Peningkatan simpul telah
untuk mengikat ke domain insert kinase yang lebih dikaitkan dengan penuaan dini pada plasenta
aktif. VEGF dan PIGF dapat menyebabkan terjadinya sebagai bagian dari patofisiologi preeklamsia. (14)
perubahan terhadap keseimbangan
(11),(13)
angiogenik. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian Hecth JL et al, Pre-eklamsia dan eklampsia adalah penyakit
eklampsia tidak mempengaruhi semua organ secara khusus kehamilan yang ditandai dengan hipertensi
seragam. Cedera biasanya melibatkan area onset baru dan proteinuria setelah 20 minggu
pembuluh darah dengan endotel fenestrated, kehamilan yang dapat berkembang menjadi
menyebabkan perdarahan di otak, adrenal, dan hati. kerusakan organ akhir yang parah pada ginjal, hati,
Lapisan vaskular di organ-organ ini diketahui sensitif dan otak. Ini adalah penyebab utama morbiditas dan
terhadap efek faktor pertumbuhan endotel vaskular mortalitas ibu dan janin di seluruh dunia.(12) Namun,
(VEGF) untuk pemeliharaan fenestrasi dan bila proteinuria tidak memungkinan untuk dinilai,
homeostasis endotel.(12) Ini cocok dengan gambaran maka adanya kerusakan organ akhir, seperti
histologi otak dan hati pada jenazah dalam kasus ini, gangguan fungsi hati, trombositopenia, insufisiensi
di mana terlihat kerusakan pada endotel pembuluh ginjal, edema paru, atau gangguan otak, cukup untuk
darah dan memberikan gambaran nekrosis jaringan. membuat diagnosis.(8),(9) Dengan demikian, pada
Salah satu manifestasi klinis pertama yang dapat beberapa pasien penyakit ini dapat memberikan
dikenali dari preeklamsia adalah proteinuria. Di gambaran kebocoran kapiler, hambatan

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN : 978-623-6595-34-3
Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020
The Indonesian Association of Forensic Medicine
126
Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

pertumbuhan janin, berkurangnya cairan ketuban, 12. Hecht JL, Ordi J, Carrilho C, Ismail MR, Zsengeller ZK,
Karumanchi SA, et al. The pathology of eclampsia: An
atau spektrum tes laboratorium abnormal dengan
autopsy series. Hypertens Pregnancy [Internet].
disfungsi beberapa organ.(10) Simpul syncytial hadir 2017;36(3):259–68. Available from:
di hampir semua vili terminal di plasenta https://doi.org/10.1080/10641955.2017.1329430
13. Geraldo J, Ramos L, Sass N, Hofmeister S, Costa M.
preeklamsia, sedangkan di plasenta normal hanya
Preeclampsia: Definitions of Hypertensive States during
10% sampai 15% saja. Peningkatan simpul telah Pregnancy Pathophysiological Foundations. Rev Bras
dikaitkan dengan penuaan dini pada plasenta Ginecol Obs [Internet]. 2017;39:496–512. Available
sebagai bagian dari patofisiologi pre-eklamsia.(14) from: https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/28793357/
14. Fogarty NME, Ferguson-Smith AC, Burton GJ. Syncytial
knots (Tenney-parker changes) in the human placenta:
DAFTAR PUSTAKA Evidence of loss of transcriptional activity and oxidative
1. Peres G, Mariana M, Cairrão E. Pre-Eclampsia and
damage. Am J Pathol [Internet]. 2013;183(1):144–52.
Eclampsia: An Update on the Pharmacological Treatment
Available from:
Applied in Portugal. J Cardiovasc Dev Dis [Internet].
http://dx.doi.org/10.1016/j.ajpath.2013.03.01
2018; Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC58723
Copyright @ 2020 Authors. This is an open access article
51/ distributed under the terms of the Creative Commons
2. WHO. Maternal mortality Evidence brief. Matern Mortal Attribution-NonCommercial 4.0 International License
[Internet]. 2019;(1):1–4. Available from: (http://creativecommons.org/licenses/by-nc/4.0/), which
https://apps.who.int/iris/bitstream/handle/10665/329 permits unrestricted non-commercial use, distribution, and
886/WHO-RHR-19.20-eng.pdf?ua=1 reproduction in any medium, provided the original author and
3. Say L, Chou D, Gemmill A, Tunçalp Ö, Moller AB, Daniels source are properly cited.
J, et al. Global causes of maternal death: A WHO
systematic analysis. Lancet Glob Heal [Internet].
2014;2(6):1–11. Available from:
https://www.thelancet.com/journals/langlo/article/PII
S2214-109X(14)70227-X/fulltext
4. Townsend R, Khalil A. Hypertension in Pregnancy
[Internet]. Maternal-Fetal and Neonatal Endocrinology:
Physiology, Pathophysiology, and Clinical Management.
Elsevier Inc.; 2020. 455–483 p. Available from:
http://dx.doi.org/10.1016/B978-0-12-814823-5.00026-
X
5. Bhaskara DSM, Mallo JF, Tomuka D. HASIL AUTOPSI
SEBAB KEMATIAN MENDADAK TAK TERDUGA DI
BAGIAN FORENSIK BLU RSUP. PROF. DR. R. D. KANDOU
MANADO TAHUN 2010-2012. 2012;3–8.
6. Oliva A, Brugada R, D’Aloja E, Boschi I, Partemi S,
Brugada J, et al. State of the art in forensic investigation
of sudden cardiac death. Am J Forensic Med Pathol
[Internet]. 2011;32(1):1–16. Available from:
https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/20083991/
7. Bartsch E, Medcalf KE, Park AL, Ray JG, Al-Rubaie ZTA,
Askie LM, et al. Clinical risk factors for pre-eclampsia
determined in early pregnancy: Systematic review and
meta-analysis of large cohort studies. BMJ [Internet].
2016; Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC48372
30/
8. Sircar M, Thadhani R, Karumanchi SA. Pathogenesis of
preeclampsia. Curr Opin Nephrol Hypertens [Internet].
2015; Available from:
https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/25636145/
9. Vest AR, Cho LS. Hypertension in Pregnancy. Cardiol Clin
[Internet]. 2013;30(3):407–23. Available from:
https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/22813366/
10. Sibai BM. Preeclampsia. 2015;329–39. Available from:
https://doi.org/10.1002/9781119001256.ch39
11. Vitoratos N, Hassiakos D, Iavazzo C. Molecular
mechanisms of preeclampsia. J Pregnancy [Internet].
2012;2012. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC33171
14/

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN : 978-623-6595-34-3
Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020
The Indonesian Association of Forensic Medicine
127
Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

Laporan Kasus

Penyelesaian Konflik Terkait Penolakan Pemulasaraan Dan


Pemakaman Jenazah COVID-19
Hasan Ali Afandi1, R.P Uva Utomo2, Gatot Suharto3, Intarniati N.R3, Sigid Kirana Lintang Bhima3
1Peserta Program Pendidikan Dokter Spesialis I Kedokteran Forensik dan Studi Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas
Diponegoro/ RSUP dr. Kariadi Semarang.
2Dokter Spesialis Kedokteran Forensik RSUP dr. Kariadi Semarang
3Staff Pengajar Bagian Ilmu Kedokteran Forensik Dan Studi Medikolegal Program Pendidikan Dokter spesialis 1 Universitas

Diponegoro.

Abstrak
Latar Belakang : Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh Severe
Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV-2). Peningkatan jumlah kasus berlangsung cukup cepat, dan
menyebar ke berbagai negara dalam waktu singkat. Data sampai tanggal 1 November 2020 WHO melaporkan
45.916.151 kasus, kasus baru dalam 14 hari terakhir bertambah 6.099.745 dan 1.193.070 kematian di seluruh
dunia.
Kasus : Sebuah laporan kasus tentang keluarga jenazah pasien COVID-19 yang menolak untuk dilakukan
pemulasaraan dan pemakaman sesuai protokol COVID-19 di RSUP dr. Kariadi.
Pembahasan dan Diskusi : Jenazah pasien dengan COVID-19 perlu dikelola dengan etis dan layak sesuai dengan
agama, nilai norma dan budaya. Penolakan keluarga untuk di lakukan pemulasaraan dan pemakaman jenazah
sesuai protokol covid-19 terjadi di beberapa wilayah di Indonesia, termasuk di Provinsi Jawa Tengah. Hal ini
dikarenakan ketidak tahuan masyarakat terhadap virus Corona dan bagaimana cara pemulasaraan hingga
pemakaman jenazah pasien terdiagnosa covid-19. Peran dokter spesialis forensik di RSUP dr. Kariadi dalam
melakukan edukasi penanganan jenazah COVID-19 kepada keluarga dan masyarakat sangat diperlukan karena
jenazah dilakukan pemulasaraan dan pemakaman sesuai protokol COVID-19, selain itu juga dokter spesialis
forensik berperan dalam kerja sama lintas sektor untuk berkoordinasi apabila ada penolakan dan pengawasan
hingga pemakaman.
Kesimpulan : Dokter forensik mempunyai tugas utama di bidang forensik tapi dapat melakukan peran ganda
dalam melakukan penyelesaian konflik tentang pemulasaraan dengan cara melakukan edukasi kepada keluarga
dan masyarakat terkait dengan pemulasaraan hingga pemakaman jenazah COVID-19 dan berkoordinasi dengan
bebagai lintas sektor dalam penanganan jenazah COVID-19.

Kata kunci : covid-19, dokter forensic, pemulasaraan dan pemakaman jenazah.

Korespondensi : Hasan Ali Afandi, email: hasanaliafandi@gmail

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN : 978-623-6595-34-3
Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020
The Indonesian Association of Forensic Medicine
128
Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

PENDAHULUAN (Covid-19) di Provinsi Jawa Tengah, tertanggal 27


Pandemi COVID-19, yang sedang berlangsung Maret 2020. Ganjar menjelaskan, pihaknya
yang disebabkan oleh sindrom pernapasan akut menimbang penetapan status mengingat wabah
parah coronavirus 2 (SARS-CoV-2), pertama kali penyakit COVID-19 yang telah melanda Indonesia
diidentifikasi pada Desember 2019 di Wuhan, Cina. dan Provinsi Jawa Tengah telah mengakibatkan
Organisasi Kesehatan Dunia menyatakan wabah banyak orang terinfeksi/tertular, menyebabkan
sebagai Kesehatan Masyarakat Darurat Masalah kematian. 3
Internasional pada Januari 2020 dan pandemi pada Wabah covid terjadi sudah lebih dari 10 bulan
Maret 2020, hingga saat ini kasusnya masih tapi masih banyak muncul isu di media sosial bahwa
meningkat secara signifikan dan menimbulkan pihak Rumah Sakit (RS) sengaja mengcovidkan
banyak korban kematian di lebih dari 150 negara. jenazah pasien. Kabar ini membuat masyarakat tidak
Indonesia menjadi salah satu negara dengan kasus percaya dengan RS karena khawatir akan ikut
COVID-19 yang tinggi dan ditetapkan sebagai dicovidkan meski sesungguhnya tidak terinfeksi virus
bencana non alam berupa wabah penyakit oleh Corona. Selain itu karena kurangnya informasi
BNPB yang tersebar di 34 Provinsi.1 Sampai saat ini masyarakat tentang apa itu COVID-19, bagaimana
belum ada tanda tanda bahwa covid ini akan cara penanganannya dan apabila meninggal
berakhir dan malah terjadi peningkatan yang bagaimana cara pemulasaraan hingga
menyebabkan beberapa negara melakukan pemakamannya, maka disitulah peranan penting
lockdown kedua. Pada tanggal 1 November 2020 dokter forensik dalam melakukan edukasi kepada
WHO melaporkan 45.916.151 kasus, kasus baru keluarga pasien dan masyarakat, untuk menjelaskan
dalam 14 hari terakhir bertambah 6.099.745 dan apa itu COVID-19, bagaimana cara pemulasaraan
1.193.070 kematian di seluruh dunia. hingga pemakaman jenazah.
Berkaitan dengan kebijakan penanggulangan
wabah penyakit menular, Indonesia telah memiliki KASUS
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1984 tentang LAPORAN KASUS
Wabah Penyakit Menular, Peraturan Pemerintah Nama : ny. X
Nomor 40 Tahun 1991 tentang Penanggulangan Umur : 57 tahun
Wabah Penyakit Menular, dan Peraturan Menteri Tanggal masuk : 31 Oktober 2020
Kesehatan Nomor 1501/Menkes/Per/X/2010 Tanggal meninggal : 16 November 2020
tentang Jenis Penyakit Menular Tertentu yang dapat Alamat : Kel. Prambatan Lor, Kec.
menimbulkan wabah dan upaya penanggulangan. Kaliwungu, Kudus
Untuk itu dalam rangka upaya penanggulangan dini
wabah COVID-19, Menteri Kesehatan telah
mengeluarkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor Pukul Kronologis
HK.01.07/MENKES/104/2020 tentang penetapan 11.32 Pasien meninggal
11.33 Perawat menginformasikan kepada keluarga
Infeksi Novel Coronavirus (Infeksi 2019-nCov)
bahwa pasien meninggal
sebagai Jenis Penyakit Yang Dapat Menimbulkan
11.50 Bagian Forensik dihubungi oleh perawat ICU
Wabah dan Upaya Penanggulangannya. Penetapan untuk melakukan edukasi pemulasaraan dan
didasari oleh pertimbangan bahwa infeksi Novel pemakaman jenazah
Coronavirus (Infeksi 2019-nCoV) telah dinyatakan 12.00 Dokter Forensik melakukan edukasi kepada
WHO sebagai Kedaruratan Kesehatan Masyarakat anak pasien (usia 27 tahun), suami pasien
yang Meresahkan Dunia (KKMMD) / Public Health sedang dalam perjalanan dari Kudus menuju
RSUP Dr. Kariadi. Anak pasien mengaku
Emergency of International Concem (PHEIC).2
belum mengetahui jika pasien (ibunya)
Pemerintah Provinsi Jawa Tengah menetapkan terdiagnosa konfirmasi Covid-19, karena
status tanggap darurat bencana Corona Virus menurut anaknya pihak ruang ICU tidak
Desease (Covid-19). Hal itu ditetapkan di Semarang pernah menginformasikan hasil swab pasien
oleh Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, dalam kepada pihak keluarga. Kemudian dokter
keputusan Gubernur Jawa Tengah Nomor forensik memutuskan untuk menunggu
360/3/Tahun 2020 tentang Penetapan Status suami pasien datang.
12.30- Suami pasien tiba di ruang ICU bersama
Tanggap Darurat Bencana Corona Virus Desease
14.15 menantunya. dokter Forensik bersama

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN : 978-623-6595-34-3
Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020
The Indonesian Association of Forensic Medicine
129
Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

kepala ruang ICU dan perawat penanggung timbulnya gejala, rata-rata 5-6 hari, tetapi bisa
jawab pasien melakukan edukasi kembali selama 14 hari.9
kepada suami pasien, menantu, dan anak Stabilitas SARS-CoV-2 pada benda mati tidak
pasien. Suami pasien mengatakan bahwa
berbeda jauh dibandingkan SARS-CoV. Eksperimen
pasien (istrinya) dirawat karena akan
yang dilakukan Van Doremalen, dkk.10 menunjukkan
dilakukan tindakan operasi, dan sebelumnya
tidak menderita COVID-19, menurut suami SARS-CoV-2 lebih stabil pada bahan plastik dan
pasien, karena operasi gagal sehingga pasien stainless stell (> 72 jam) dibandingkan tembaga (4
dinyatakan Covid. dokter forensik jam) dan kardus (24 jam). Studi lain di Singapura
menjelaskan mengenai protocol pemulasaan menemukan pencemaran lingkungan yang ekstensif
dan pemakaman COVID-19, tetapi suami pada kamar dan toilet pasien COVID-19 dengan
pasien dan anaknya menolak dengan alasan
gejala ringan. Virus dapat dideteksi di ganggang
bahwa jenazah wajib dimandikan sebelum
dikubur, dan ingin dimandikan di pintu, dudukan toilet, tombol lampu, jendela, lemari,
rumah. dokter Forensik menjelaskan, hingga kipas ventilasi, namun tidak pada sampel
meskipun keluarga menandatangani lembar udara.11
penolakan, namun sesuai prosedur RS, Pengujian COVID-19 pada spesimen swab post-
jenazah dijemput di ICU hingga diantar ke mortem dipertimbangkan untuk dugaan kasus
pemakaman harus sesuai protokol COVID-19 COVID-19, SARS-CoV-2 RNA masih dapat dideteksi
Kemenkes.
hingga 3 hari post-mortem dan mungkin lebih lama
14.20 Bagian Forensik melakukan koordinasi
dengan tim satgas COVID-19 Kudus, sehingga berdasarkan data yang tersedia dari pengalaman
ada pengawalan ketika dilakukan dengan MERS-CoV dan SARS-CoV, namun sensitifitas
pemakaman. dapat dikurangi dengan interval post-mortem yang
lebih lama, dan durasi penyakit mungkin perlu
PEMBAHASAN DAN DISKUSI dipertimbangkan dalam menafsirkan hasil negative.
1. Covid-19 12

Coronavirus adalah virus RNA strain tunggal 2. Penanganan Jenazah Covid-19


positif, berkapsul dan tidak bersegmen. Coronavirus COVID-19 telah dinyatakan pandemi oleh WHO.
tergolong dari ordo Nidovirales, famili Coronaviridae Mempertimbangkan bahwa jenazah penderita
dan secara luas pendistribusiannya melalui manusia COVID-19 adalah jenazah yang terinfeksi penyakit
dan mamalia lainnya. Coronaviridae dibagi dua menular atau diduga terinfeksi penyakit menular dan
subfamili yang dibedakan berdasarkan serotype dan harus ditangani secara khusus.1 Jenazah COVID-19
karakteristik genom. Terdapat empat genus yaitu dapat infeksius apabila memperoleh perlakuan
alpha coronavirus, betacoronavirus, delta tertentu, terutama keluarnya cairan/aerosol dari
4
coronavirus, dan gamma coronavirus. saluran nafas dan paru atau percikan lain. Kesehatan
Coronavirus (CoV) dapat menyebabkan penyakit dan keselamatan setiap orang di dekat jenazah
mulai dari gejala ringan sampai berat. Ada adalah prioritas. Mereka harus memperhatikan
setidaknya dua jenis coronavirus yang diketahui kebersihan tangan, jarak dengan jenazah dan jarak
menyebabkan penyakit yang dapat menimbulkan antar individu, dan alat perlindungan diri (APD). 13
gejala berat seperti Middle East Respiratory Dasar hukum penanganan jenazah COVID-19
Syndrome (MERS) dan Severe Acute Respiratory adalah sebagai berikut
Syndrome (SARS).5 SARS-Cov-2 masuk ke dalam 1. Undang – Undang No. 24 Tahun 2007 tentang
tubuh melalui port de entry. Virus ini kemudian Penanggulangan Bencana.
masuk ke dalam sel dan memicu infeksi melalui 2. Peraturan Presiden Nomor 17 Tahun 2018
reseptor ACE2.6 ACE2 adalah protein di tubuh yang tentang Penyelenggaraan Penanggulangan
memiliki banyak fungsi. Peran fisiologis utama dari Bencana dalam Keadaan Tertentu.
ACE2 adalah mengkonversi enzim angiotensin yang 3. Surat Keputusan Kepala BNPB Nomor 9.A
merupakan peptida yang memproteksi Tahun 2020 tentang Penetapan Status Keadaan
kardiovaskular.7 SARS-Cov-2 menyebar utamanya Tertentu Darurat Bencana Wabah Penyakit
melalui saluran pernafasan dalam bentuk droplet, akibat Virus Corona di Indonesia.
sekresi dari saluran nafas atau aerosol, dan kontak 4. Surat Keputusan Kepala BNPB Nomor 13.A
langsung.8 Masa inkubasi COVID-19, yang Tahun 2020 tentang Perpanjangan Status
merupakan waktu antara paparan virus dan

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN : 978-623-6595-34-3
Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020
The Indonesian Association of Forensic Medicine
130
Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

Keadaan Tertentu Darurat Bencana Wabah 4. Petugas ruang jenazah membungkus tubuh
Penyakit akibat Virus Corona di Indonesia. jenazah dengan bahan kedap air (plastik) dan
5. Fatwa MUI Nomor 14 Tahun 2020 tentang mengikatnya sehingga kedap udara kemudian
Penyelenggaraan ibadah dalam situasi terjadi menyemprotkan cairan klorin 0,5% keseluruh
wabah COVID-19. tubuh jenazah.
6. Fatwa MUI No. 18 Tahun 2020 tentang 5. Petugas ruang jenazah membungkus kembali
Pedoman Pengurusan Jenazah Muslim yang tubuh jenazah dengan bahan kedap air (plastik)
Meninggal Karena COVID-19. sebagai lapis ketiga dan mengikatnya sehingga
7. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian kedap udara, sehingga tubuh jenazah
COVID-19 Kementrian Kesehatan. terbungkus oleh 3 lapis bahan kedap air
Jenazah pasien dengan COVID-19 perlu dikelola (plastik) dan kedap udara kemudian kembali
dengan etis dan layak sesuai dengan agama, nilai, disemprot dengan cairan klorin 0,5% keseluruh
norma dan budaya. Pelayanan jenazah untuk pasien tubuh jenazah.
yang terinfeksi COVID-19 : persiapan petugas yang 6. Petugas memindahkan jenazah yang sudah
menangani jenazah, pasien yang terinfeksi dengan dikafani ke dalam kereta dorong, kemudian
COVID-19, petugas yang mempersiapkan jenazah dibawa dengan kereta dorong jenazah ke
harus menerapkan PPI (Pencegahan dan kamar jenazah, kemudian menyemprotkan
pengendalian infeksi ), pastikan petugas yang cairan klorin 0,5% ke seluruh permukaan kereta
berinteraksi dengan jenazah menggunakan APD dorong jenazah.
sesuai resiko, pastikan petugas telah mengikuti 7. Petugas ruang jenazah melepaskan APD
pelatihan penggunaan APD.2 lengkap, yang terdiri atas baju hazmat, gaun
Pemulasaraan Jenazah dari dalam RSUP Dr. lengan panjang sekali pakai dan kedap air,
Kariadi 14: sarung tangan panjang, kacamata/google,
1. Pensucian Jenazah : dilakukan di ruang isolasi penutup kepala, pelindung wajah, masker N95,
RS, dilakukan dengan penyemprotan, celemek (apron), dan sepatu boot dengan tetap
menggunakan campuran air dan klorin, air suci memakai sarung tangan non steril dan masker
mensucikan untuk jenazah muslim. bedah.
2. Pakaian Jenazah : jenazah non muslim dilapisi Beberapa ketentuan dalam pemakaman 2:
bahan kedap air (plastik) kemudian dikenakan 1. Pemakaman jenazah dilakukan segera mungkin
pakaian yang diberikan oleh keluarga, jenazah dengan melibatkan pihak RS dan dinas
muslim dilapisi bahan kedap air (plastik) pertamanan.
kemudian dikenakan kain kafan. 2. Pelayat yang menghadiri pemakaman tetap
Tindakan pemulasaraan jenazah di RSUP Dr. Kariadi menjaga jarak sehingga jarak aman minimal 2
14
: meter.
1. Petugas ruang jenazah menyemprotkan cairan 3. Penguburan dapat dilakukan di pemakaman
klorin 0,5% keseluruh tubuh jenazah dan sekitar umum.
tubuh jenazah terlebih dahulu sebelum 4. Penguburan beberapa jenazah dalam satu liang
memulai tindakan memandikan jenazah. kubur dibolehkan dalam kondisi darurat.
2. Petugas ruang jenazah mewudhukan jenazah 5. Pemakaman dapat dihadiri oleh keluarga dekat
dengan cara menyemprotkan air yang bersifat dengan tetap memperhatikan physical
suci dan mensucikan secara merata ke seluruh distancing dengan jarak minimal 2 meter.
tubuh dengan membaca niat mewudhukan, 6. Jenazah yang menggunakan peti, harus
kemudian petugas ruang jenazah dipastikan peti tersebut telah ditutup dengan
menyemprotkan air yang bersifat suci dan kuat.
mensucikan kembali dengan maksud 7. Penguburan jenazah dengan cara memasukkan
memandikan setelah itu, tubuh jenazah jenazah bersama peti ke dalam liang kubur
disemprot cairan klorin 0,5% kembali. tanpa harus membuka peti, plastic dan kain
3. Petugas ruang jenazah memasukkan kapas kafan.
yang telah dibasahi cairan klorin 0,5% ke dalam
lubang hidung dan mulut serta telinga.

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN : 978-623-6595-34-3
Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020
The Indonesian Association of Forensic Medicine
131
Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

8. Petugas pemakaman harus menggunakan APD yang paling tidak melibatkan dua pihak atau
standar terdiri dari masker bedah dan sarung lebih16.
tangan tebal. Peningkatan jumlah kematian akibat COVID-19
juga disertai dengan konflik keluarga dengan rumah
sakit untuk dilakukan pemulasaraan jenazah sesuai
protokol COVID-19 yang terjadi di beberapa wilayah
di Indonesia, termasuk di Provinsi Jawa Tengah. Hal
tersebut dikarenakan ketidaktahuan keluarga yang
sudah percaya isu-isu tentang COVID-19 yang ada di
rumah sakit, pemulasaraan jenazah yang tidak sesuai
syariat dan mereka belum paham bagaimana dengan
penatalaksanaan COVID-19 sesuai kemenkes.
Adapun peran dokter forensik RSUP Dr. Kariadi
dalam menangani jenazah COVID-19 (status suspect,
Gambar 2. Petugas ruang jenazah membungkus status probable, dan status konfirmasi COVID-19)
tubuh jenazah dengan plastik di ruang isolasi. adalah 14 :
1. Melakukan pemulasaraan jenazah dengan baik
Berdasarkan Surat Edaran Gubernur Jawa Tengah dan benar sesuai dengan panduan Kemenkes.
Nomor : 443.5/0007222, mengenai tata cara 2. Melakukan pelatihan secara tatap muka dan
pengurusan jenazah terinfeksi COVID-19, praktek langsung maupun webinar terhadap :
dicantumkan mengenai pedoman menguburkan petugas yang melakukan pemulasaraan
jenazah yang terpapar COVID-19 : jenazah; petugas terkait pada RS rujukan
1. Dilakukan sesuai dengan ketentuan syariah dan COVID-19 tingkat I,II dan III ; modin ; relawan
protokol medis. COVID-19.
2. Jenazah dihantarkan dengan mobil jenazah 3. Melalukan edukasi kepada keluarga pasien
khusus ke tempat pemakaman umum. mengenai pemulasaran dan pemakaman
3. Pada saat proses pemakaman peti jenazah jenazah menurut protokol COVID-19 kemenkes.
tidak boleh dibuka. 4. Membuat laporan harian kepada bagian
4. Untuk pemakaman jenazah terinfeksi COVID-19 Yanmed RSUP Dr. Kariadi tentang jumlah
dapat dilakukan pada tempat pemakaman jenazah terkait COVID-19 yang ditangani setiap
umum dengan kedalaman seperti umumnya hari.
yaitu 2 meter. 5. Melakukan koordinasi lintas sektor, seperti
5. Pemakaman dilakukan dengan cara Polsek se Jawa Tengah, Bhabinkamtibmas.
memasukkan jenazah bersama petinya ke 6. Turut serta dalam melakukan edukasi dan
dalam liang kubur tanpa harus membuka peti, sosialisasi kepada masyarakat terkait COVID-19
plastik, dan kafan.
6. Penguburan beberapa jenazah dalam satu liang
kubur dibolehkan karena darurat sebagaimana
diatur dalam Fatwa MUI nomor 34 tahun 2004
tentang pengurusan jenazah dalam keadaan
darurat.

PERAN DOKTER FORENSIK


Dalam kehidupan sosial manusia, di mana saja
dan kapan saja, tidak pernah lepas dari apa yang
disebut konflik (Chandra, 1992; Lauer, 1993). Istilah
konflik secara etimologis berasal dari bahasa Latin
con yang berarti bersama dan fligere yang berarti
benturan atau tabrakan. Dengan demikian
konflik dalam kehidupan sosial berarti benturan
kepentingan, keinginan, pendapat, dan lain-lain Gambar 2. Dokter forensik melakukan edukasi

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN : 978-623-6595-34-3
Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020
The Indonesian Association of Forensic Medicine
132
Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

Pada kasus ini saat terjadi penolakan 5. Fehr AR, Perlman S. Coronaviruses: An overview of their
replication and pathogenesis. In: Coronaviruses:
pemulasaraan jenazah yang terkena virus COVID-19
Methods and Protocols. 2015
oleh keluarga. Dokter forensik melakukan edukasi 6. Walls AC, Park YJ, Tortorici MA, Wall A, McGuire AT,
secara langsung kepada keluarga yang hadir saat Veesler D. Structure, Function, and Antigenicity of the
SARS-CoV-2 Spike Glycoprotein. Cell 2020.
penolakan tersebut terjadi. Dokter forensik
https://doi.org/10.1016/j.cell.2020.02.058
menjelaskan bagaimana cara melakukan 7. Santos RAS, Sampaio WO, Alzamora AC, Motta-Santos D,
pemulasaraan, selain itu dokter forensik juga Alenina N, Bader M, Campagnole-Santos MJ. The
mendengarkan apa keinginan dari keluarga selama ACE2/Angiotensin-(1-7)/MAS Axis of the Renin-
Angiotensin System: Focus on Angiotensin-(1-7). Physiol
tidak bertentangan dengan panduan protokol Rev 2018;98(1):505-553.
pemulasaraan, karena keluarga sudah di jelaskan https://doi.org/10.1152/physrev.00023.2016
dan tetap memaksa untuk membawa pulang 8. Wu Y. Compensation of ACE2 Function for Possible
Clinical Management of 2019-nCoV-Induced Acute Lung
jenazah. Dalam penyelesaian masalah ini kita
Injury. Virol Sin 2020. https://doi.org/10.1007/s12250-
berkoordinasi dengan Bhayangkara bina keamanan 020-00205-6
dan ketertiban masyarakat (Bhabinkamtibmas) 9. World Health Organization (WHO). Transmission Of
SARS-CoV-2: Implications For Infection Prevention
terdekat untuk membantu dalam edukasi dan
Precautions. Scientific Brief : 2020
pengawalan di rumah sakit selain itu kita juga 10. Van Doremalen N, Bushmaker T, Morris DH, Holbrook
berkoordinasi dengan pihak tim satgas COVID-19 MG, Gamble A, Williamson BN, et al. Aerosol and Surface
Kudus, sehingga ada pengawalan sampai dilakukan Stability of SARS-CoV-2 as Compared with SARS-CoV-1.N
Engl J Med. 2020
pemakaman di daerah Kudus. 11. Ong SWX, Tan YK, Chia PY, Lee TH, Ng OT, Wong MSY, et
Berdasarkan data RSUP dr. Kariadi dari bula al. Air, Surface Environmental, and Personal Protective
september-November dokter forensik telah Equipment Contamination by Severe Acute Respiratory
Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV-2) From s
melakukan edukasi terhadap kasus probable dan
Symptomatic Patient. JAMA. 2020
kasus confirm sebanyak 70 jenazah, dan yang 12. Collection and Submission of Postmortem Specimens
melakukan penolakan sebanyak 28,5% dengan From Deceased Persons With Known or Suspected
COVID-19. Interim Guidance : 2020.
alasan terbanyak hasil swab belum ada. Namun hal
https://www.cdc.gov/coronavirus/2019-
ini tetap dilakukan pemulasaraan sesuai protokol ncov/hcp/guidance-postmortem-specimens.html
covid dengan tetap berkoordinasi dengan lintas 13. Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia. Pencegahan
sektor. Penularan COVID-19 dan Perlindungan Masyarakat
Penanganan Jenazah COVID-19 atau Jenazah PDP yang
Menunggu Hasil Lab RT-PCR.
KESIMPULAN File:///C:/Users/User/Downloads/Pedoman%20Pemul
Dokter forensik mempunyai tugas utama di asaraan%20Jenazah%20covid19Kemenkes.pdf
14. KSM Forensik dan Medikolegal RSUP Dr. Kariadi.
bidang forensik tapi dapat melakukan peran ganda Pemulasaran Jenazah dan Transportasi Jenazah COVID-
dalam melakukan penyelesaian konflik tentang 19. 2020
pemulasaraan dengan cara melakukan edukasi 15. Dahlan Sofwan, Setyo Trisnadi. Ilmu Kedokteran
Forensik. Fakultas Kedokteran Unissula : 2019
kepada keluarga dan masyarakat terkait dengan
16. http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/salam/article/vie
pemulasaraan hingga pemakaman jenazah COVID-19 w/2236
dan berkoordinasi dengan bebagai lintas sektor
dalam penanganan jenazah COVID-19. Copyright @ 2020 Authors. This is an open access article
distributed under the terms of the Creative Commons
Attribution-NonCommercial 4.0 International License
DAFTAR PUSTAKA (http://creativecommons.org/licenses/by-nc/4.0/), which
permits unrestricted non-commercial use, distribution, and
1. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman reproduction in any medium, provided the original author and
Pencegahan dan Pengendalian Coronavirus Disease source are properly cited.
(COVID-19). 5rd ed. Jakarta: Direktorat Jenderal
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit; 2020
2. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman
Pemulasaran Dan Penguburan Jenazah Akibat Covid-19
Di Masyarakat. Jakarta: Germas; 2020
3. Portal Berita Pemerintah Provinsi Jawa Tengah.
http://humas.jatengprov.go.id.
4. Richman DD, Whitley RJ, Hayden FG, eds. Clinical
virology, 4th edn. Washington: ASM Press, 2016

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN : 978-623-6595-34-3
Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020
The Indonesian Association of Forensic Medicine
133
Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

Laporan Kasus

Tuduhan Malpraktik Phlebotomy oleh Petugas Unit Transfusi Darah


Evelyn Magdalena1, Yoni Fuadah Syukriani2
Departemen Ilmu Kedokteran Forensik & Medikolegal, Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran/
RSUP dr. Hasan Sadikin Bandung

ABSTRACT
Medical malpractice can be interpreted as an error in carrying out medical practice resulting in the loss of the
patient. According to Regulation of the Minister of Health No. 83 of 2014 on Blood Transfusion Units, Hospital
Blood Banks, and Blood Transfusion Service Networks, blood retrieval (phlebotomy) is carried out by health workers
who have the qualifications of blood transfusion technicians with a minimum educational background diploma in
Blood Transfusion Technology; health workers with a background in education Diploma of Three Health Experts
who have a certificate of knowledge and skills on processing, storage, blood distribution, with scope of work in the
infection screening laboratory in the Blood Transfusion Unit (UTD); and/or health workers with a background in
Diploma Three Nursing education for the scope of work on donor recruitment, donor selection, and blood retrieval.
In addition, the health personnel have authority, both in the form of practice permits from the City/District Health
Office, as well as clinical authority (assignment).
This paper discusses the alleged medical malpractice in phlebotomy at UTD carried out by health workers who do
not have additional clinical authority and occurs in the circumstances that all officers are on strike so that there is a
shortage of health workers. Health workers can be said to have committed medical malpractice if all of the problem
elements are fulfilled, namely duty( obligation), damage (loss), dereliction of duty (negligent to liability), and direct
causation (causal relationship). The case study showed that the officer only fulfilled one element of the problem,
namely duty, while the assessment of health workers in carrying out phlebotomy actions other than competence as
well as clinical authority. If it does not have SIP and or does not have additional clinical authority, then the
healthcare personnel can be said to be in violation of the administrative aspect. The health facility and the head of
UTD are responsible for employing health workers whose SIP is no longer valid and not in accordance with its
clinical authority. Therefore, it can be concluded that the medical malpractice element cannot be met, and this case
is merely an administrative matter. In addition, there is an employee strike situation that causes a shortage of
health workers to be considered, as UTD services are indispensable to meet blood needs. Local governments are
responsible for meeting the needs of health workers and are obliged to provide standard phlebotomy action
training.

Keywords: blood transfusion units; health workers; medical malpractice; phlebotomy

Korespondensi : Evelyn Magdalena, email: evelynmagdalena@gmail.com

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN : 978-623-6595-34-3
Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020
The Indonesian Association of Forensic Medicine
134
Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

PENDAHULUAN golongan darah, pengukuran suhu dan tekanan


Penyediaan tenaga kesehatan di Indonesia darah. Setelah memenuhi syarat untuk menjadi
merupakan cara untuk mendukung peningkatan pendonor, lalu akan dilakukan pengambilan darah,
taraf kesehatan masyarakat Indonesia sesuai dengan namun saat itu Tn. AD tidak bersedia dan kemudian
cita-cita bangsa. Tenaga kesehatan meliputi dokter melaporkan pengurus Palang Merah Indonesia (PMI)
(tenaga medis), bidan (tenaga kebidanan). Sebagai ke Polres setempat dengan alasan lantaran pengurus
bagian dari tenaga kesehatan tidak menutup PMI mempekerjakan orang tidak sesuai dengan
kemungkinan bidan melakukan kesalahan baik keahliannya. Bidan EM mempunyai STR (Surat Tanda
karena kelalaiannya maupun karena Registrasi) dan sudah mendapatkan pelatihan untuk
kesengajaannya, dalam dunia medis lebih dikenal tindakan phlebotomy dan telah diberikan
dengan sebutan “Malpraktik Medis”. Permasalahan kewenangan klinis tambahan untuk melakukan
yang sering dihadapi adalah sulitnya dalam tindakan phlebotomy.
membuktikan apakah benar telah terjadi PEMBAHASAN
malpraktik atau tidak, hal ini dikarenakan belum Kewenangan bidan sebagaimana yang tercantum
adanya aturan yang mengatur tentang malpraktik Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
lebih rinci khususnya bagi bidan dan perawat. No. 28 Tahun 2017 tentang Izin dan
Bidan yang berada dalam naungan Ikatan Bidan Penyelenggaraan Praktik Bidan pada pasal 23
Indonesia (IBI) tidak memiliki dasar aturan yang kewenangan memberikan pelayanan berdasarkan
tegas baik dalam Undang-Undang Tenaga Kesehatan, penugasan dari pemerintah sesuai kebutuhan
Undang-Undang Kebidanan, serta KUHP yang dapat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 huruf a,
digunakan sebagai dasar dalam menindak bidan terdiri atas kewenangan berdasarkan program
yang terduga melakukan malpraktik. Berdasarkan pemerintah; dan huruf b, terdiri atas kewenangan
teori medikolegal tentang malpraktik tenaga karena tidak adanya tenaga kesehatan lain di suatu
kesehatan, seorang tenaga kesehatan dapat wilayah tempat bidan bertugas dan pada pasal 2
disimpulkan telah melakukan malpraktik jika yaitu kewenangan sebagaimana dimaksud pada
terpenuhi semua dari 4 (empat) unsur yang sering ayat (1) diperoleh bidan setelah mendapatkan
disingkat 4D yaitu duty (kewajiban), damage pelatihan.3,4
(kerugian), dereliction of duty (lalai terhadap Kewenangan bidan sebagaimana tercantum
kewajiban), dan direct causation (hubungan sebab dalam Pasal 62 ayat 1 mengatakan bahwa tenaga
akibat).1,2 kesehatan dalam menjalankan praktek harus
dilakukan sesuai dengan kewenangan yang
LAPORAN KASUS didasarkan pada kompetensi yang dimilikinya.
Pada tanggal 18 Mei 2020 pada pukul sepuluh Menurut penjelasan Pasal 62 ayat (1) huruf c
Waktu Indonesia Timur, Tn. AD mengunjungi UTD Undang-Undang RI No. 36 Tahun 2014 tentang
(Unit Transfusi Darah) dan akan melakukan donor tenaga kesehatan, yang dimaksud dengan
sukarela. Pada saat itu, semua petugas UTD sedang "kewenangan berdasarkan kompetensinya" adalah
mogok, yang ada hanya staff administrasi dan bidan kewenangan untuk melakukan pelayanan kesehatan
EM, kemudian Tn. AD mengisi blanko data, sesuai dengan lingkup dan tingkat
pemeriksaan HB, pengukuran berat badan, jenis kompentensinya.5,6

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN : 978-623-6595-34-3
Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020
The Indonesian Association of Forensic Medicine
135
Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

Jika bidan tidak melaksanakan ketentuan dalam Malpraktik Pidana terjadi apabila pasien meninggal
Pasal 62 ayat (1) Undang-Undang RI No. 36 Tahun dunia atau mengalami cacat akibat tenaga kesehatan
2014 tentang tenaga kesehatan, ia dikenai sanksi kurang hati-hati atau kurang cermat dalam
administratif. Ketentuan sanksi ini diatur dalam Pasal melakukan upaya perawatan terhadap pasien yang
82 ayat (1) Undang-Undang RI No. 36 Tahun 2014 meninggal dunia atau cacat tersebut. Malpraktik
tentang tenaga kesehatan. Sanksi yang dikenal pidana ada tiga bentuk yaitu:11
dalam Undang- Undang RI No. 36 Tahun 2014 Malpraktik pidana karena kesengajaan, tenaga medis
tentang tenaga kesehatan adalah sanksi tidak melakukan pertolongan pada kasus gawat
administratif, yakni sanksi ini dijatuhkan jika bidan padahal diketahui bahwa tidak ada orang lain yang
yang bersangkutan dalam menjalankan praktiknya bisa menolong, serta memberikan surat keterangan
tidak sesuai dengan kompetensi yang dimilikinya. yang tidak benar. Contoh melakukan aborsi tanpa
Dengan kata lain, jika memang memberikan sanksi tindakan medis. 12
yang berlaku padanya adalah sanksi administratif Malpraktik pidana karena kecerobohan, misalnya
bukan sanksi pidana.6,7 melakukan tindakan yang tidak lege artis atau tidak
Soedjatmiko membedakan malpraktik yuridis ini sesuai dengan standar profesi serta melakukan
menjadi tiga bentuk, yaitu malpraktik perdata (civil tindakan tanpa disertai persetujuan tindakan medis.
malpractice), malpraktik pidana (criminal Contoh kurang hati-hatinya perawat dalam
malpractice) dan malpraktik administratif memasang infus yang menyebabkan tangan pasien
9,10
(administrative malpractice). membengkak karena terinfeksi.13
Malpraktik Perdata (civil malpractice) terjadi apabila Malpraktik pidana karena kealpaan, misalnya terjadi
terdapat hal-hal yang menyebabkan tidak cacat atau kematian pada pasien sebagai akibat
terpenuhinya isi perjanjian (wanprestasi) didalam tindakan tenaga kesehatan yang kurang hati- hati.
transaksi terapeutik oleh tenaga kesehatan, atau Contoh seorang bayi berumur 3 bulan yang jarinya
terjadinya perbuatan melanggar hokum sehingga terpotong pada saat perawat akan melepas bidai
menimbulkan kerugian kepada pasien. Dalam yang dipergunakan untuk memfiksasi infus.
malpraktik perdata yang dijadikan ukuran dalam Malpraktik Administratif terjadi apabila tenaga
melpraktek yang disebabkan oleh kelalaian adalah kesehatan melakukan pelanggaran terhadap hukum
kelalaian yang bersifat ringan (culpa levis). Apabila administrasi negara yang berlaku, misalnya
terjadi adalah kelalaian berat (culpa lata) maka menjalankan praktek bidan tanpa lisensi atau izin
seharusnya perbuatan tersebut termasuk dalam praktek, melakukan tindakan yang tidak sesuai
malpraktik pidana. Contoh dari malpraktik perdata, dengan lisensi atau izinnya, menjalankan praktek
misalnya seorang dokter yang melakukan operasi dengan izin yang sudah kadaluarsa, dan menjalankan
ternyata meninggalkan sisa perban didalam tubuh si praktek tanpa membuat catatan medik.
pasien. Setelah diketahui bahwa ada perban yang Pengaturan mengenai malpraktik medis secara
tertinggal kemudian dilakukan operasi kedua untuk umum dapat dilihat dari ketentuan yang tercantum
mengambil perban yang tertinggal tersebut. Dalam dalam Undang-Undang No. 23 Tahun 1992 tentang
hal ini kesalahan yang dilakukan oleh dokter dapat Kesehatan, Undang-Undang No. 29 Tahun 2004
diperbaiki dan tidak menimbulkan akibat negatif tentang Praktik Kedokteran, Undang-Undang No. 36
yang berkepanjangan terhadap pasien.2 Tahun 2009 tentang Kesehatan, serta Undang-

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN : 978-623-6595-34-3
Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020
The Indonesian Association of Forensic Medicine
136
Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

Undang No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, RI No. 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan
serta Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang dikatakan bahwa yang dimaksud "keadaan
Perlindungan Konsumen memberikan dasar bagi tertentu" yakni suatu kondisi tidak adanya tenaga
pasien untuk mengajukan upaya hukum. Peraturan kesehatan yang memiliki kewenangan untuk
lain yang berkaitan dengan malpraktik medis antara melakukan tindakan pelayanan kesehatan yang
lain Peraturan Menteri Kesehatan No. dibutuhkan serta tidak dimungkinkan untuk dirujuk.
269/Menkes/Per/III/2008 tentang Rekam Medis, Tenaga Kesehatan yang dapat memberikan
Peraturan Menteri Kesehatan No. pelayanan di luar kewenangannya, antara lain
512/MenKes/Per/IV/2007 tentang Izin Praktik dan adalah:6,16
Pelaksanaan Praktik Kedokteran, Peraturan Menteri Perawat atau bidan yang memberikan pelayanan
Kesehatan No. 585/MenKes/Per/IX/1989 Tentang kedokteran dan/atau kefarmasian dalam batas
14,1,15
Persetujuan Tindakan Medik. tertentu; atau
Malpraktik dapat diartikan sebagai praktik buruk Tenaga teknis kefarmasian yang memberikan
dari seseorang yang memegang suatu profesi, dalam pelayanan kefarmasian yang menjadi kewenangan
arti umum. Dalam arti lain malpraktik adalah sikap apoteker dalam batas tertentu.
tindak professional yang salah dari seseorang yang Undang-undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang
berprofesi seperti dokter, perawat, bidan, ahli tenaga kesehatan menyebutkan bahwa
hukum, akuntan, dokter gigi, dokter hewan. pemerintah bertanggung jawab dalam perencanaan,
Malpraktik yang dilakukan oleh profesional di dunia pengadaan dan pendayagunaan dengan
kedokteran/kesehatan sering juga dikenal dengan melakukan pemerataan, pemanfaatan dan
istilah malpraktik medis. Berdasarkan beberapa pengembangan tenaga kesehatan. Ketenagaan
pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kesehatan saat ini menghadapi berbagai masalah
malpraktik dipandang telah terjadi jika: kecukupan, distibusi, mutu dan pengembangan
Seorang profesional kesehatan melakukan sesuatu profesi. Jumlah tenaga kesehatan belum mencapai
yang seharusnya tidak dilakukan oleh seorang jumlah yang diinginkan, distribusinya kurang merata,
professional kesehatan. kompetensi tenaga yang kurang memadai dan
Seorang profesional melalaikan kewajiban atau tidak pengembangan profesi yang masih belum sesuai
melakukan apa yang seharusnya dilakukan harapan. Pemerintah Daerah perlu memberikan
berdasarkan profesinya. perhatian khusus dalam sistim perencanaan dan
Perbuatannya melanggar ketentuan atau peraturan pengadaan tenaga kesehatan dan keadaan ini perlu
perundangundangan yang berkaitan dengan diperbaiki antara lain melalui perumusan kebijakan
profesinya ketenagaan kesehatan yang meliputi perencanaan
Mengenai tenaga kesehatan (bidan) dapat kebutuhan tenaga, pendidikan dan pelatihan serta
memberikan pelayanan di luar kewenangannya juga pendayagunaan tenaga.16
diatur dalam Pasal 63 ayat (1) Undang- Undang RI
No. 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan.
Dalam keadaan tertentu tenaga kesehatan dapat
memberikan pelayanan di luar kewenangannya.
Dalam penjelasan Pasal 63 ayat (1) Undang-Undang

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN : 978-623-6595-34-3
Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020
The Indonesian Association of Forensic Medicine
137
Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

ANALISIS KASUS dari penanggung jawab fasilitas kesehatan /


Pada laporan kasus dugaan adanya malpraktik supervisor.
tersebut, bahwa tindakan pengambilan darah
(phlebotomy) untuk keperluan donor darah bukan KESIMPULAN
kompetensi standar bagi bidan, tetapi jika bidan Peran dokter forensik pada dugaan malpraktik
tersebut telah menjalani pelatihan terstandar dan dengan menilai terpenuhinya semua dari unsur 4D.
diberi kewenangan oleh fasilitas kesehatan yang Pada laporan kasus tersebut dinilai tidak terpenuhi
memperkerjakannya, maka yang bersangkutan dapat keempat unsur malpraktik (4D), sehingga tidak dapat
memiliki kewenangan tersebut. Jika dinilai sulit dapat dikatakan melakukan tindakan malpraktik.
mendapatkan tenaga kesehatan dengan kualifikasi Pada kasus tersebut bahwa tindakan pengambilan
formal yang sesuai, maka dapat pada tenaga darah (phlebotomy) bukan kompetensi standar bagi
kesehatan dengan kualifikasi lain harus diberikan bidan, tetapi diperbolehkan jika telah menjalani
pelatihan yang terstandar sehingga dapat diyakini pelatihan terstandar dan diberi kewenangan
orang tersebut kompeten melakukannya. Untuk tambahan. Pada daerah dengan kondisi terbatasnya
selanjutnya, kepada siapapun tenaga kesehatan yang tenaga kesehatan yang kompeten dalam melakukan
dipekerjakan fasilitas kesehatan tersebut harus tindakan phlebotomy, maka dapat memanfaatkan
secara kontinyu memberi pelatihan sebagai tenaga kesehatan yang ada dan diberikan pelatihan
refreshing, mengawasi kinerja, dan melakukan phlebotomy yang sesuai standar.
17
supervisi untuk menekan kemungkinan kesalahan.
Dari kasus tersebut, dinilai tidak terpenuhi keempat DAFTAR PUSTAKA

unsur malpraktik (4D), sehingga tidak dapat dapat 1. Taufani A. Tinjauan Yuridis Malpraktek Medis dalam
Sistem Hukum Indonesia. 2011;
dikatakan melakukan tindakan malpraktik. Unsur- 2. Soedjatmiko H. Masalah Medik dalam Malpraktik
Yuridik. In: Kumpulan Makalah Seminar Tentang Etika
unsur yang tidak terpenuhi adalah:9 dan Hukum Kedokteran. 2001.
Damage (kerugian), karena tidak jelas apa kerugian, 3. Tresnawati A. Tanggung Jawab Bidan di Rumah Sakit
Umum yang Melakukan Tindakan Vacum Ekstraksi
khususnya kerugian fisik, yang dialami pelapor. Menurut Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014
Tentang Tenaga Kesehatan dan Permenkes Nomor
Dereliction of duty (kelalaian dalam menjalankan 1464/Menkes/Per/X/2010 Tentang Izin dan
Penyelenggaraan Praktek Bidan dan Kewenangan Bi.
kewajiban), karena belum ada bukti bahwa
2016;
melanggar Standar Prosedur Operasional 4. Menkes Ri. Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia No. 28 Tahun 2017 Tentang Izin dan
pengambilan darah (phlebotomy) untuk keperluan Penyelenggaraan Praktek Bidan. 2017.
5. Indonesia P. Standar Kompetensi Bidan Indonesia.
donor darah. Kesesuaian tindakan dengan standar
Jakarta Ibi. 2014;
harus dikonfirmasi oleh ahli dalam tindakan 6. Indonesia R. Undang-Undang Ri No. 36 Tahun 2014
Tentang Tenaga Kesehatan. Jakarta: Sekretariat Negara;
tersebut. 2014.
7. Dewi S. Penyelesaian Hukum dalam Malpraktik Medik. J
Direct causation (hubungan sebab akibat), karena Ilm Huk Dan Din Masy. 2016;12(1).
tidak ada kerugian yang secara langsung disebabkan 8. Yulihartin E. Bekerja Sebagai Bidan. PT. Penerbit
Erlangga Mahameru; 2008.
oleh kelalaian dalam melakukan tindakan 9. Sulikah R. Tinjauan Hukum Terhadap Tindakan Medis
Yang Dikategorikan Malpraktek. Skripsi.
pengambilan darah. 2014;1(271409147).
10. Hasanah U, Mhum Sh. Malpraktik di Kalangan
Duty, karena tidak ada bukti bahwa melakukan
Profesional Hukum Sebagai Bentuk Pelanggaran Dari
tindakan medis yang tidak sesuai dengan penugasan Kode Etik Profesi Hukum.

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN : 978-623-6595-34-3
Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020
The Indonesian Association of Forensic Medicine
138
Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

11. Diputra IGI, Griadhi Nmay. Pertanggungjawaban Pidana


Terhadap Dokter yang Melakukan Tindakan Malpraktek
Dikaji Dari Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
Indonesia. Kertha Negara J Ilmu Huk.
12. Karuniawan SA. Pertanggungjawaban Pidana Terhadap
Malpraktek yang Dilakukan Oleh Bidan. Universitas
Muhammadiyah Palembang; 2016.
13. Ilahi W. Resiko Medis dan Kelalaian Medis dalam Aspek
Pertanggungjawaban Pidana. J Huk Volkgeist.
2018;2(2):170–86.
14. Bawono BT. Kebijakan Hukum Pidana Dalam Upaya
Penanggulangan Malpraktik Profesi Medis. J Huk.
2020;25(1):453–73.
15. Rahim DH. Persetujuan Tindakan Medis (Informed
Consent) dan Perlindungan Hukum Bagi Dokter
Informed Consent and Legal Protection for Doctor
(Penelitian Hukum Normatif Terhadap UUPK No.
29/2004 Dan Permenkes Ri No. 585/Men.
Kes/Per/Ix/198). Magister Hukum Kesehatan
Universitas Katolik Soegijapranata Semarang; 2007.
16. Manusia DBSD, Nasional KBPP. Kajian Kebijakan
Perencanaan Tenaga Kesehatan.
17. Carmelite V. Tanggungjawab Hukum Rumah Sakit yang
Mempekerjakan Bidan Tanpa Surat Tanda Registrasi di
Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Penajam Paser
Utara Kalimantan Timur dan Rumah Sakit Umum Dinda
Tangerang. Unika Soegijapranata; 2017.

Copyright @ 2020 Authors. This is an open access article


distributed under the terms of the Creative Commons
Attribution-NonCommercial 4.0 International License
(http://creativecommons.org/licenses/by-nc/4.0/), which
permits unrestricted non-commercial use, distribution, and
reproduction in any medium, provided the original author and
source are properly cited.

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN : 978-623-6595-34-3
Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020
The Indonesian Association of Forensic Medicine
139
Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

Laporan Kasus

Medicolegal Review of Medical Practice Performed by A Person


Without Medical Qualification in An Area Which Has Medical and
Healthcare Personnel Shortage
Sony Lastianto Wibowo1, Yoni Syukriani2
Departemen/KSM Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal, Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran/
RSUP dr. Hasan Sadikin Bandung

ABSTRACT
A medical procedure is a procedure in the form of prevention, diagnostic, therapeutic, or rehabilitation,
which is carried out by medical personnel. Medical personnel are medical doctors, specialists, dentists, and dental
specialists who graduated from a local or foreign school of medicine or dentistry, which are recognized by the
government by regulations. Medical procedures can only be performed by competent and authorized medical
personnel. Competence is defined as a person's capacity to perform various tasks in a job, which is determined by
factors of intellectual and physical ability. Medical competence can only be obtained after a person has gone
through medical education. Suppose medical procedures are carried out by people who do not have medical
competence, there is a risk of causing harm to the patient due to incorrect handling and inaccurate judgment, in
the form of worsening illness, disability, or even death. Authority is the right and power to take action, make
decisions, rule, and delegate responsibilities to others. Authority is granted through administrative and credentials
processes at health care institutions.
In 2020, in District X, it has been reported a case of alleged medical malpractice committed by a person
that performed medical practice without any medical background. It the medical practice he performed blood
pressure measurement, administering drugs orally and through injection. There had been a risk of harm to the
patient in the form of repeated use of injection needles which can be a medium for disease transmission. On the
other hand, District X is located in a province that still has a shortage of medical personnel. Data shows that the
ratio of medical personnel per hundred thousand population in District X in 2018 was 26.6 for doctors (standard:
40) and for dentists was 3.23 (standard: 11). This paper aims to examine this case by reviewing literature and
legislation that govern medical service and medical personnel. In addition, the role of forensic and medicolegal
specialists (Sp.FM) in helping to resolve such alleged malpractice case will be examined. Study shows that even
though in remote areas, the government is still obliged to control the minimum qualification of health workers.
Medical Practice Law No. 29 year 2004 mandates that the development of the health sector is aimed to increase
awareness, willingness, and ability to live a healthy life for everyone, to achieve an optimal degree of health as an
element of welfare. The act of the person who performed the medical procedure without proper training can be
considered as violating the Health Law no. 36 year 2009 and the Criminal Code concerning fraud. In a case like this,
an Sp.FM can assist investigators in resolving this case by providing views on violations of laws regulating health
services, especially those related to alleged medical malpractice. It can be concluded that there has been a violation
of the law and regulations regarding health services in the form of medical procedure performed by a person who
does not have medical competence. In addition, governments in remote areas need to be more proactive in making
efforts to meet the needs for health and medical personnel to support health services in their jurisdiction

Keywords: forensics; medical malpractice; medical treatment; medical personnel; medicolegal;

Korespondensi : Sony Lastianto Wibowo,email: f yoni.fuadah@unpad.ac.id

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN : 978-623-6595-34-3
Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020
The Indonesian Association of Forensic Medicine
140
Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

PENDAHULUAN kelompok tenaga medis terdiri atas dokter, dokter


Ada berbagai definisi pelayanan kesehatan gigi, dokter spesialis, dan dokter gigi spesialis
diantaranya, menurut A.A Maulana, pelayanan
kesehatan adalah suatu sistem yang terdiri dari: LAPORAN KASUS
Promotif, atau memelihara dan meningkatkan Telah dilaporkan oleh dr.Y selaku penanggung
kesehatan hal ini sangat dibutuhkan seperti pada jawab pelayanan kesehatan di PT.XY yang bergerak
peningkatan gizi.1 Kuratif adalah penyembuhan di bidang perkebunan sawit, kepada pihak yang
suatu penyakit, dan rehabilitasi adalah proses berwenang tentang adanya dugaan pelayanan
memulihkan dan proses mengobati.2 Sedangkan kesehatan yang dilakukan oleh terduga an. AX, di
Lavey dan Loomba mendefinisikan pelayanan wilayah kerja PT.XY. Berdasarkan hasil pemeriksaan
kesehatan merupakan tiap-tiap upaya baik yang Kepolisian, tersangka diduga sejak bulan Desember
diselenggarakan sendiri ataupun dengan bersama- 2019 sampai dengan juli 2020, melakukan praktek
sama dalam suatu organisasi untuk dapat medis berupa pengukuran tekanan darah
meningkatkan serta memelihara kesehatan, menggunakan alat tensimeter, stetoskop dan
mencegah penyakit, mengobati penyakit dan juga memberikan obat-obatan kepada pasien berupa
memulihkan kesehatan yang ditujukan terhadap super tetra, paracetamol, ampicillin/amoksilin, serta
3
perseorangan, kelompok serta juga masyarakat. menggunakan jarum suntik yang di gunakan secara
Pelayanan kesehatan menurut Hodgetts dan Casio berulang kali. Sehubungan dengan praktek
membagi pelayanan kesehatan menjadi pelayanan pengobatan yang di lakukan tersebut, telah
kedokteran (medical services) dan pelayanan dilakukan pemeriksaan pada karyawan yang pernah
kesehatan masyarakat (public health services), yang berobat sekitar 70 orang yang terdiri atas:
pelaksanaannya dilakukan oleh dokter, dokter 1. 44 (empat puluh empat) pasien berobat
spesialis, perawat, bidan dan petugas kesehatan yang oleh terduga diberikan obat per oral
3
lingkungan. saja.
Tindakan medis yang dilakukan oleh dokter atau 2. 26 (dua puluh enam) pasien berobat dan
dokter gigi terhadap pasien dapat berupa tindakan oleh terduga dilakukan tindakan
preventif, diagnostik, teurapeutik atau rehabilitatif. penyuntikan dengan jarum suntik yang di
Setiap tindakan medis juga harus mendapat pergunakan secara berulang kali kepada
persetujuan dari pasien atau wali pasien kecuali orang yang berbeda.
dalam situasi tertentu mengacu kepada PMK No. 290 Dari perbuatan tersangka tersebut pihak
tahun 2008 tentang persetujuan tindakan medik dan kepolisian selaku penyidik berkonsultasi mengenai
Undang-Undang Republik Indonesia No. 36 Tahun perundangan apa saja yang dapat diterapkan kepada
2009 Tentang Kesehatan. Tenaga Kesehatan adalah tersangka dalam kasusnya
setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang
kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau PEMBAHASAN
keterampilan melalui pendidikan di bidang Berdasarkan UU No. 29 tahun 2004 tentang
kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan Praktik Kedokteran, pasal 1(1): “Praktik Kedokteran
kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan. adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
Jenis Tenaga Kesehatan yang termasuk dalam dokter dan dokter gigi terhadap pasien dalam

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN : 978-623-6595-34-3
Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020
The Indonesian Association of Forensic Medicine
141
Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

melaksanakan upaya Kesehatan”. Salah satu bagian tenaga-tenaga psikologi klinis, keperawatan,
penting dalam Praktik Kedokteran adalah Tindakan kebidanan, kefarmasian, kesehatan masyarakat,
Medis. Sesuai dengan Penjelasan UU No. 29 tahun kesehatan lingkungan, tenaga gizi, keterapian fisik,
2004 tentang Praktik Kedokteran, bagian Umum, keteknisian medis, teknik biomedika, kesehatan
paragraf 3, Tindakan Medis harus berlandaskan ilmu tradisional, dan tenaga Kesehatan lain. Profesi
pengetahuan, teknologi, dan kompetensi yang Tenaga Kesehatan diatur oleh UU No. 36 tahun 2014
dimiliki, yang diperoleh melalui pendidikan dan tentang Tenaga Kesehatan4.
pelatihan. Pemberian obat, termasuk tindakan Dokter/dokter gigi adalah lulusan pendidikan
penyuntikan dengan jarum suntik termasuk ke dalam kedokteran atau kedokteran gigi baik di dalam
kategori Tindakan Medis, yang hanya boleh maupun di luar negeri yang diakui oleh Pemerintah
dilaksanakan oleh orang dengan kualifikasi Republik Indonesia sesuai dengan peraturan
dokter/dokter gigi atau tenaga Kesehatan yang telah perundang-undangan. Profesi dokter/dokter gigi
diberi pelimpahan wewenang sesuai Pasal 32 UU No. diatur oleh UU No. 29 tahun 2004 tentang Praktek
38 tahun 2014 tentang Keperawatan. Jika ada orang Kedokteran. UU No. 36 tahun 2014 tentang Tenaga
yang tidak memiliki kualifikasi tersebut di atas Kesehatan, Pasal 11(1) huruf (a) dan Pasal 11(2)
melakukan pemberian obat dan atau tindakan menyatakan bahwa Tenaga Medis (dokter/dokter
penyuntikan, maka sesuai dengan Penjelasan UU No. gigi) termasuk ke dalam kategori Tenaga Kesehatan,
29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran, bagian selain tenaga Kesehatan lain. Namun, berdasarkan
Umum, paragraf 4, dapat digolongkan ke dalam Amar Putusan Mahkamah Konstitusi No. 82/PUU-
tindak pidana. Orang tanpa kualifikasi tersebut di XIII/2015 dinyatakan bahwa UU No. 36 tahun 2014
atas, yang melakukan tindakan medis berupa tentang Tenaga Kesehatan, Pasal 11(1) huruf (a) dan
memberi obat (terutama obat yang seharusnya Pasal 11(2) adalah bertentangan dengan Undang-
hanya dapat diperoleh melalui resep) dan melakukan undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945
tindakan penyuntikan dengan jarum suntik dapat dan tidak memiliki kekuatan hukum yang mengikat5.
menimbulkan kesan seolah-olah sebagai Terdapat perbedaan latar belakang pendidikan
dokter/dokter gigi atau tenaga Kesehatan yang antara dokter dengan perawat, yang mengakibatkan
diberi pelimpahan wewenang. adanya perbedaan kompetensi. Konsekuensi dari
Perbedaan antara tenaga Kesehatan dengan perbedaan kompetensi adalah adanya perbedaan
tenaga medis (dokter) adalah sebagai berikut: kewenangan dalam pekerjaan, kewenangan dokter
Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang adalah melakukan praktik kedokteran (medis),
mengabdikan diri dalam bidang Kesehatan serta sedangkan perawat melakukan asuhan keperawatan.
memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan Menurut UU No. 29 tahun 2004 tentang Praktik
melalui pendidikan di bidang Kesehatan yang untuk Kedokteran, Pasal 35, kewenangan dokter adalah:5
jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk a) mewawancarai pasien;
melakukan upaya Kesehatan, selain dokter/dokter b) memeriksa fisik dan mental pasien;
gigi. Pendidikan bagi Tenaga Kesehatan minimal c) menentukan pemeriksaan penunjang;
diploma 3, sedangkan untuk Asisten Tenaga d) menegakkan diagnosis;
Kesehatan dapat di bawah level tersebut. Yang e) menentukan penatalaksanaan dan pengobatan
termasuk ke dalam Tenaga Kesehatan adalah pasien;

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN : 978-623-6595-34-3
Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020
The Indonesian Association of Forensic Medicine
142
Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

f) melakukan tindakan kedokteran atau kesehatan harus memastikan perawat tersebut


kedokteran gigi; kompeten setelah mendapat pelatihan dan supervisi.
2,4,6
g) menulis resep obat dan alat kesehatan;
h) menerbitkan surat keterangan dokter atau Demikian pula dokter/dokter gigi, meskipun
dokter gigi; memiliki pengetahuan mengenai asuhan
i) menyimpan obat dalam jumlah dan jenis yang keperawatan, tetapi tidak mempelajari secara
diizinkan; dan mendalam tentang hal tersebut, serta tidak
j) meracik dan menyerahkan obat kepada pasien, mendapat pelatihan untuk memiliki kemampuan
bagi yang praktik di daerah terpencil yang tidak praktek asuhan keperawatan. Berdasarkan UU No.
ada apotek. 20 tahun 2013 tentang Pendidikan Kedokteran dan
Adapun kewenangan perawat diatur dalam UU No. UU No. 38 tahun 2014 tentang Keperawatan,
6
38 tahun 2014 tentang Keperawatan, Pasal 29 yaitu: masing-masing profesi memiliki jalur pendidikan
a) pemberi Asuhan Keperawatan; tinggi dan pengembangan ilmu tersendiri, sehingga
b) penyuluh dan konselor bagi Klien masing-masing memiliki pendidikan kesarjanaan,
c) pengelola Pelayanan Keperawatan; profesi, spesialisasi tersendiri. Perawat yang telah
d) peneliti Keperawatan; mencapai tingkat pendidikan sarjana dapat pula
e) pelaksana tugas berdasarkan pelimpahan menjalankan pendidikan di jalur akademik (berbeda
wewenang; dan/atau dengan pendidikan profesi) hingga setingkat master
f) pelaksana tugas dalam keadaan keterbatasan dan doktor.6
tertentu. Sesuai dengan UU No. 36 tahun 2014 tentang
Perawat dapat melakukan tindakan kedokteran Tenaga Kesehatan jo Putusan Mahkamah Konstitusi
(medis) jika dilimpahi wewenang oleh dokter sesuai No. 82/PUU-XIII/2015, yang termasuk ke dalam
dengan dasar kompetensi, pelatihan, atau adanya kualifikasi profesi Tenaga Kesehatan adalah:7
keterbatasan tenaga. Meskipun memiliki irisan yang 1. Tenaga psikologi klinis, adalah sarjana psikologi
cukup banyak, tetapi ada perbedaan signifikan yang telah lulus pendidikan psikologi klinis
antara bidang ilmu dan praktek antara kedokteran setingkat master yang bekerja di bidang
dan keperawatan. Misalnya, meskipun perawat psikologi klinis.
mempelajari anatomi, penyakit, maupun obat- 2. Tenaga keperawatan, adalah lulusan
obatan, namun berbeda dengan tingkat pendidikan keperawatan setingkat sekolah
pembelajaran yang dilakukan dokter. menengah kejuruan, diploma 3, sarjana, profesi
Konsekuensinya perawat tidak dapat menegakkan (ners), hingga spesialis keperawatan tertentu
diagnosis medis (pasien menderita penyakit apa) (ners spesialis) yang bekerja sebagai perawat.
maupun menentukan obat apa yang harus diberikan 3. Tenaga kebidanan, adalah lulusan pendidikan
dan berapa dosisnya. Meskipun perawat melakukan kebidanan setingkat diploma 3, hingga diploma
pemberian obat atau menyuntik, namun pada 4, yang bekerja sebagai bidan.
dasarnya pekerjaan tersebut adalah karena 4. Tenaga kefarmasian, adalah lulusan sekolah
menjalankan instruksi atau mendapat pelimpahan menegah kejuruan, sarjana farmasi yang lulus
wewenang dari dokter. Dalam melaksanakan pendidikan profesi (apoteker), yang bekerja di
wewenang yang dilimpahkan, dokter dan fasilitas pelayanan kefarmasian.

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN : 978-623-6595-34-3
Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020
The Indonesian Association of Forensic Medicine
143
Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

5. Tenaga kesehatan masyarakat, adalah lulusan Konstitusi No. 82/PUU-XIII/2015. Hal yang menarik
pendidikan Kesehatan masyarakat setingkat ditemui di masyrakat adalah ditemukannya
diploma 3, hingga sarjana, yang bekerja di pengobatan oleh orang yang tidak memiliki latar
sektor Kesehatan masyarakat. belakang pendidikan kesehatan yang mengaitkannya
6. Tenaga kesehatan lingkungan, adalah lulusan sebagai pengobatan tradisional, hal yang menjadi
pendidikan Kesehatan lingkungan setingkat perhatian dalam permasalahan ini adalah bahwa
diploma 3, hingga sarjana, yang bekerja di telah diatur oleh UU No. 36 tahun 2014 tentang
sektor Kesehatan lingkungan. Tenaga Kesehatan pada point 11, mengenai Tenaga
7. Tenaga gizi, adalah lulusan sekolah menengah kesehatan tradisional, adalah lulusan pendidikan
kejuruan bidang gizi, diploma 3, hingga sarjana, setara minimum diploma 3 yang memiliki body of
yang bekerja di bidang pelayanan gizi. knowledge dan bekerja di bidang Kesehatan
8. Tenaga keterapian fisik, adalah lulusan diploma tradisional [Penjelasan UU No. 36 tahun 2014
3 bidang keterapian fisik, yang bekerja di tentang Tenaga Kesehatan, Pasal 11].7
pelayanan keterapian fisik. Pengobatan tradisional sendiri diatur dalam PP
9. Keteknisian medis, adalah lulusan diploma No. 103 Tahun 2014 Tentang Pelayanan Kesehatan
bidang keteknisian medis (misalnya bidang Tradisional, dalam pelaksanannya pengobatan
teknik elektromedik), yang bekerja di sektor tradisional harus bersifat empiris, sehingga
keteknisian medis. dikatakan sebagai pelayanan kesehatan tradisional
10. Teknik biomedika, adalah lulusan sarjana empiris
Teknik biomedik yang bekerja dalam pelayanan Dalam pelaksanaanya pelayanan kesehatan
yang menunjang pelayanan kesehatan tradisonal empiris juga terikat dengan aturan seperti
11. Tenaga kesehatan tradisional, adalah lulusan pelayanan kesehatan lainnya, bahwa setiap
pendidikan setara minimum diploma 3 yang pelakunya harus memiliki Surat Terdaftar Penyehat
memiliki body of knowledge dan bekerja di Tradisional (STPT), Surat Tanda Registrasi Tenaga
bidang Kesehatan tradisional [Penjelasan UU Kesehatan Tradisional (STRTKT), Surat Izin Praktik
No. 36 tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan, Tenaga Kesehatan Tradisional (SIPTKT).
Pasal 11(l)] Pelayanan kesehatan tradional sebagai bagian
12. Tenaga Kesehatan lain. (adalah tenaga dari pelayanan kesehatan sesuai dengan PP no 103
kesehatan yang ditentukan sendiri oleh menteri Tahun 2014 tentang Pelayanan Kesehatan
dan perizinannya diatur oleh Majelis Tenaga Tradisional pada pasal 23 bahwa pelaku pelayanan
Kesehatan Indonesia dengan tujuan kesehatan tradisonal hanya boleh menggunakan alat
pengembangan kesehatan di Indonesia)8 yang memang dinyatakan aman dan mendapat
perizinan dari kementerian mengenai penggunaan
Berdasarkan uraian di atas telah dijelaskan alat tersebut dan digunakan sesuai dengan metode
secara gamblang mengenai pemisahan tenaga medis keilmuannya. Dalam aturan ini juga disebutkan
dalam hal ini dokter yang diatur dalam UU No. 29 bahwa pelaku pelayanan kesehatan tradisional tidak
Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran, dan tenaga dibenarkan menggunakan alat kedokteran ataupun
kesehatan yang diatur dalam UU No. 36 tahun 2014 alat penunjang kesehatan. Pada pasal 24 bahwa
tentang Tenaga Kesehatan jo Putusan Mahkamah pelaku pelayanan kesehatan tradisional juga dilarang

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN : 978-623-6595-34-3
Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020
The Indonesian Association of Forensic Medicine
144
Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

memberikan atau menggunakan obat bebas, obat khususnya UU No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik
bebas terbatas, obat keras, narkotika dan Kedokteran di pasal 78. Hal ini dikarenakan
psikotropika serta bahan berbahaya, radiasi, dan perbuatan yang dilakukan, yaitu memutuskan obat
invasif, dilarang menggunakan tumbuhan, hewan, yang diberikan dan memberikan obat melalui
mineral, yang penggunaanya dilarang oleh undang- suntikan berdasarkan keputusan sendiri, adalah
undang, dan dalam penggunaan sediaan tradional perbuatan yang distandarkan untuk dilaksanakan
yang digunakan wajib memiliki ijin edar.9 oleh dokter dalam praktik kedokteran dan bukan
Dari uraian mengenai pengobatan tradisonal perbuatan yang distandarkan untuk tenaga
berdasarkan perundangan, bahwa tindakan kesehatan.
penggunaan sarana alat-alat medis atau pun obat Perawat dengan kualifikasi tertentu diberi
yang tidak tergolong dalam obat tradisonal. Sehingga kewenangan melakukan praktik perawat mandiri
pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh orang sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan No. 26
yang tidak memiliki latar belakang pendidikan tahun 2019, dan praktik yang boleh dilaksanakan
kesehatan atau pun latar pendidikan pengobatan adalah praktik asuhan keperawatan sesuai
tradisional dan tidak memiliki STPT, STRTKT), SIPTKT, kompetensinya, bukan melakukan diagnosis,
tidak dibenarkan melakukan praktek pelayanan menentukan obat dan teknik pemberian obat yang
10,11
kesehatan. merupakan praktik kedokteran. Walaupun demikian
Sesuai dengan aspek pendidikan yang ditempuh sebagai pelaksana tugas berdasarkan pelimpahan
oleh dokter spesialis forensik berdasarkan wewenang dapat berupa pelimpahan wewenang
Keputusan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan untuk melakukan tindakan medis dari dokter dan
Tinggi Republik Indonesia Nomor 257/M/KPT/2017 evaluasi pelaksanaannya; atau dalam rangka
Tentang Nama Program Studi Pada Perguruan Tinggi pelaksanaan program pemerintah, jenis tindakan
yakni menjadi Program Spesialis Kedokteran medis dalam pelimpahan wewenang secara mandat
Forensik dan Studi Medikolegal (Forensic Medicine dapat berupa: memberikan terapi parenteral;
and Medicolegal Studies), sehingga selain menjahit luka; dan tindakan medis lainnya sesuai
permasalahan medis dokter forensik harus dapat dengan kompetensi Perawat, jenis tindakan medis
menimbang permasalahan medis tersebut dalam pelimpahan wewenang secara delegatif dapat
berdasarkan perundangan yang berlaku(sebagai berupa : pemasangan infus; menyuntik; c. imunisasi
aspek medikolegal) baik secara hukum umum (lex dasar; dan tindakan medis lainnya yang dilakukan
generalis) atau hukum kesehatan (lex spesialis), sesuai dengan kompetensi Perawat.6
selain itu dokter spesialis forensik dan medikolegal Pemerintah telah berusaha agar pelayanan
juga harus dapat mempertimbangkan apakah kesehatan yang merata dan terpadu di seluruh
didalam permasalahan medis tersebut terdapat wilayah Indonesia dapat tercapai melalui PP No. 67
unsur pelanggaran disiplin atau etik dalam bidang tahun 2019 tentang Pengelolaan Tenaga Kesehatan.
kesehatan.12,13 Peraturan tersebut pada dasarnya mengatur
peranan kepala daerah dalam usaha pemerataan
ANALISIS KASUS pelayanan kesehatan adalah dengan melakukan
Pada laporan kasus di atas tampak bahwa Tn. Y pemetaan tentang kebutuhan tenaga kesehatan,
dapat diduga melanggar perundang-undangan, sarana dan prasarana kesehatan yang diperlukan,

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN : 978-623-6595-34-3
Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020
The Indonesian Association of Forensic Medicine
145
Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

melakukan perencanaan; pengadaan; KESIMPULAN


pendayagunaan; dan pembinaan dan pengawasan Bahwa pada kasus yang dilaporkan oleh dr.XY
terhadap tenaga kesehatan yang ada di wilayahnya. dapat ditarik kesimpulan telah adanya tindak pidana
Peranan pemerintah pusat sendiri dalam upaya yang dilakukan oleh terduga an. AX sesuai dengan
pemenuhan tenaga kesehatan yang diajukan oleh pasal 378 KUHP dan UU No. 29 Tahun 2004 tentang
pemerintah daerah adalah melalui program-program Praktik Kedokteran di pasal 78, selain itu terduga
yang direncanakan diantaranya adalah penempatan dapat dikenakan juga UU No. 36 tahun 2014 tentang
Tenaga Kesehatan dengan status pegawai negeri sipil tenaga kesehatan pasal 64 jo pasal 83.16
dan penempatan Tenaga Kesehatan dengan status
prajurit Tentara Nasional Indonesia/anggota DAFTAR PUSTAKA
1. Maulana AA. Sistem Pelayanan Kesehatan, Tujuan
Kepolisian Negara Republik Indonesia; penempatan Pelayanan Kesehatan. Jakarta: EGC;2015.
Tenaga Kesehatan dengan status pegawai 2. Undang-Undang Republik Indonesia No 36 Tahun 2009
Tentang Kesehatan. Kementerian Kesehatan Republik
pemerintah dengan perjanjian kerja;penugasan Indonesia; 2009. Available from:
https://jdih.setkab.go.id/PUUdoc/16799/UU0362009.ht
khusus Tenaga Kesehatan; wajib kerja Tenaga m; diakses tanggal 30 Oktober 2020.
3. Saudi NDS. Efisiensi dan Pandangan Etis Terhadap
Kesehatan; ikatan dinas Tenaga Kesehatan; atau
penggunaan Teknologi Modern Dalam
pemindahtugasan Tenaga Kesehatan.14 Menunjang Pelayanan Kesehatan, Jurnal MKMI, Vol 6
No2, April 2010, hal 117-122 2010;
Atas dasar kewajiban pemerintah sebagai Available from:
https://media.neliti.com/media/publications/27393-ID-
pengawas dan pembinaan tenaga kesehatan maka
efisiensi-dan- pandangan-etis-terhadap-penggunaan-
pemerintah bertanggung jawab terhadap baik teknologi-modern-dalam-menunjan.pdf; diakses
tanggal 30 Oktober 2020.
tidaknya pelayanan kesehatan diwilayahnya karena 4. Undang-Undang Republik Indonesia No 36 Tahun 2014
Tentang Tenaga Kesehatan 2014. Available from:
itu sinergitas antara Pemerintah pusat dan http://gajiroum.kemkes.go.id/data/UU_NO_36_2014.pdf
pemerintah daerah, dapat melakukan pengawasan ; diakses tanggal 30 Oktober 2020
5. Undang-Undang Republik Indonesia No 29 Tahun 2004
melalui konsil masing-masing Tenaga Kesehatan, dan Tentang Praktik Kedokteran. 2004. Available from:
https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/40752/uu-
organisasi profesi sesuai dengan kewenangan no-29-tahun-2004; diakses tanggal 30 Oktober
masing-masing, melalui: sertifikasi Tenaga 2020.
6. Undang-undang (UU) No. 38 Tahun 2014 Tentang
Kesehatan; registrasi Tenaga Kesehatan; pemberian Keperawatan. 2014. Available from:
https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/38782/uu-
izin praktik Tenaga Kesehatan; dan pelaksanaan no-38-tahun-2014; diakses tanggal 30 Oktober 2020.
7. Putusan Pengujian Undang-Undang No 36 Tahun 2014
praktik Tenaga Kesehatan. Jika dalam pelaksanaanya
tentang Tenaga Kesehatan.2015. Available from:
ditemukan permasalahan maka dapat dilakukan https://peraturan.bpk.go.id/Home/DownloadUjiMateri/
17/82_PUU- XIII_2015.pdf; diakses tanggal 30 Oktober
pemeriksaan yang melibatkan konsil tenaga 2020.
8. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No
kesehatan, dalam pengawasan dan penindakan 317/MENKES/PER/III/2010 Tentang
suatu permasalahan pelayanan kesehatan pendayagunaan Tenaga Kesehatan Warga Negara
Asing Di Indonesia. 2010. Available from:
diperlukan peran dokter spesialis forensik untuk http://kebijakankesehatanindonesia.net/sites/default/fi
les/file/2011/kepmenkes/KMK No. 317 ttg Tenaga
memberikan pertimbangan terhadap pelanggaran Kesehatan Asing.pdf; diakses tanggal 28 November
yang terjadi kepada masing-masing konsil tenaga 2020.
9. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 103 Tahun
kesehatan apakah pelanggaran yang terjadi 2014 Tentang Pelayanan Kesehatan
Tradisional.Available from:
merupakan pelanggaran disiplin, etik atau https://pelayanan.jakarta.go.id/download/regulasi/per
15 aturan-pemerintah-nomor-103-tahun-2014-tentang-
medikolegal.
pelayanan-kesehatan-tradisional.pdf; diakses tanggal 30
Oktober 2020.

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN : 978-623-6595-34-3
Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020
The Indonesian Association of Forensic Medicine
146
Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

10. I Nyoman Arsana1, I Putu Sudiartawan2 NLGS, I Made


Agus Gelgel Wirasuta 4, Pande Made Nova Armita5
NKW, Ni Made Widi Astuti7 IWMS, Ida Bagus
Wiryanatha9, Putu Lakustini Cahyaningrum10
IBPS. Pengobatan Tradisional Bali Usadha Tiwang. Jurnal
Bali Membangun Bali. Vol 1 Nomor 2, Agustus 2020.
2020; diakses tanggal 30 Oktober 2020
11. Yulianti, Sulsalman Moita .Konstruksi sosisal Dalam
Praktek Pengobatan Oleh Dukun Dan Medis
(Studi di Kecamatan Lakudo Kabupaten Buton Tengah)
Oleh: Neo Soc Vol 3; No 2; 2018. 2018;
12. Standar Pendidikan Dokter Spesialis Forensik Dan
Medikolegal Indonesia 2019, 2019.Kolegium Ilmu
Kedokteran Forensik Dan Medikolegal 2109.
13. Atmadja I.P, Sagung Putri M.E. PurwaniT. Aspek
Medikolegal Dalam Pelayanan Masyarakat.2018
Available
From:https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian
_1_dir/357ecbce600e05c82799007f4a0b36 52.pdf;
diakses tanggal 30 Oktober 2020.

Copyright @ 2020 Authors. This is an open access article


distributed under the terms of the Creative Commons
Attribution-NonCommercial 4.0 International License
(http://creativecommons.org/licenses/by-nc/4.0/), which
permits unrestricted non-commercial use, distribution, and
reproduction in any medium, provided the original author and
source are properly cited.

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN : 978-623-6595-34-3
Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020
The Indonesian Association of Forensic Medicine
147
Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

Laporan Kasus

Legalized Abortion for Rape Victims: An Effort to Protect Women’s


Rights in Indonesia
Aria Yudhistira, MD., Forensic Medicine and Medicolegal Specialist 1
Nadia Ulfah Faddila, MD.2
1 Lecturer in Department of Forensic Medicine and Medicolegal Cipto Mangunkusumo Hospital, University of Indonesia, Jakarta,
Indonesia
2Resident doctor in Department of Forensic Medicine and Medicolegal Cipto Mangunkusumo Hospital, University of Indonesia,

Jakarta, Indonesia.

ABSTRACT
Introduction : The practice of abortion in Indonesia is considered legal under two conditions, namely abortion on
the indication of medical emergencies and pregnancy due to rape which can cause psychological trauma for the
victim. Although it is legally permissible, the implementation is more like a forlorn hope for the victims.
Case Illustration: A 26-year-old female came to our hospital admitting that she had been raped about 51 hours
before examination. On forensic examination, we found signs of assaults both in genital and other body parts. The
result of pregnancy rapid test was negative. Levonorgestrel was given by obstetry and gynecology specialist at a
dose of 150 mcg per 12 hours. She refused to be consulted with a psychiatrist. About three weeks after
examination, the victim came back to the hospital, claiming that she was 5 weeks pregnant. She said that she had
taken the contraception pills as recommended. She felt confused and frustrated about the pregnancy because she
did not want it and that she wanted to have an abortion.
Discussion: Rape is a crime against women’s rights. The government is obliged to protect women’s rights,
especially those who have been victims of criminal acts, including the right of victims to obtain health services.
Since 2009, through the Health Law which was strengthened by the 2014 government regulation, the Indonesian
government has granted rape victims the right to have an abortion with certain conditions, i.e the abortion is
performed at less than 6 weeks of gestation by competent health personnels at health facilities appointed by the
government and the presence of psychological trauma experienced by the victim. In practice, these requirements
are difficult to meet. Generally, women only find themselves pregnant at four or five weeks of gestation. On the
other hand, because the practice of abortion is basically contrary to the oath, health facilities might need more
than 2 weeks to form a team of integrated health personnels, who will then examine the victim both physically and
psychologically, as well as analyze the ethical and medicolegal aspects of the case. These facts show that in
practice, legalized abortion as an effort to protect the rights of rape victims is still difficult to implement.
Conclusion: The Indonesian government has made efforts to protect women’s rights. However, its implementation
still needs to be improved in order to achieve progressive realisation of human rights.

Keywords: Abortion; Legal; Pregnancy; Rape victim; Rights

Korespondensi : Aria Yudhistira, email: nadiaulfahf@yahoo.com

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN : 978-623-6595-34-3
Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020
The Indonesian Association of Forensic Medicine
148
Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

PENDAHULUAN Ironisnya, meskipun praktik aborsi telah


Aborsi adalah terjadinya kematian janin atau menyebabkan banyak kematian pada perempuan,
keluarnya hasil konsepsi sebelum usia kehamilan 20 pelarangan terhadap praktik aborsi itu juga
minggu. Dalam pandangan ilmu kedokteran, aborsi bertanggung jawab terhadap tingginya angka
dapat terjadi baik secara spontan karena penyakit kematian dan kesakitan perempuan yang tidak dapat
atau kondisi gangguan kesehatan ibu atau janin, melakukan aborsi ilegal yang aman. Sehingga, mulai
maupun terinduksi atau disebut juga pengguguran tahun 1900an, aturan hukum tentang pengecualian
kandungan (abortus provocatus). Dalam hukum larangan aborsi mulai digaungkan. Negara pertama
positif yang berlaku di Indonesia, tindakan yang melakukan reformasi terhadap aturan hukum
pengguguran kandungan dilarang karena melanggar tentang aborsi adalah Uni Soviet, yang diprakarsai
sumpah dokter yang menyatakan bahwa dokter akan oleh seorang feminis bernama Alexandra Kollantai,
menghormati setiap hidup insani mulai saat melalui dekrit pelayanan kesehatan perempuan di
pembuahan, yakni sejak terjadinya pertemuan bulan Oktober 1920.1 Sejak saat itu, reformasi aturan
antara sel sperma dan sel telur. hukum terkait praktik aborsi terus berkembang
Aturan hukum di hampir seluruh negara dengan dua alasan pokoknya adalah melindungi
melarang praktik aborsi sejak abad ke-16 hingga kesehatan masyarakat dan hak asasi manusia.
akhir abad ke-19, yang dapat dikategorikan menjadi Sejarah Hak Asasi Manusia (HAM) sendiri
tiga aturan hukum utama, yakni hukum adat bermula sejak dikeluarkannya Magna Charta di
(common law) yang berlaku di Inggris dan koloni- Inggris pada tahun 1215 untuk membatasi monarki
koloninya, hukum sipil (civil law) yang berlaku di kerajaan Inggris.2 Sejak saat itu, konsep tertulis HAM
sebagian besar negara Eropa, dan hukum Islam universal terus digaungkan hingga dikeluarkannya
(Islamic law) yang berlaku di kawasan dengan Bill of Rights pada tahun 17893 hingga pemicu
mayoritas penduduk muslim, termasuk Indonesia.1 puncaknya adalah pidato Presiden Amerika Serikat
Ada tiga alasan utama praktik aborsi dilarang oleh Franklin Delano Roosevelt pada tanggal 6 Januari
hukum, yaitu:1 1941 yang menekankan 4 macam kebebasan
manusia yakni: kebebasan untuk berbicara dan
1. Praktik aborsi sangat berbahaya dan telah mengemukakan diri, kebebasan setiap orang untuk
menyebabkan banyak perempuan kehilangan beribadah kepada Tuhan dengan caranya sendiri
nyawa karena merasa tidak memiliki pilihan dimana pun di dunia, kekebasan dari kekurangan
lain, sehingga hukum mengambil peran untuk dan kebebasan dari rasa takut.4 Di Indonesia, aturan
melindungi kesehatan perempuan. tertulis tentang HAM secara khusus terdapat di
2. Aborsi dianggap sebagai dosa dan pelanggaran dalam TAP MPR Nomor XVII/MPR/1998 tentang
terhadap nilai moral, sehingga hukum HAM5 dan Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999
mengambil peran sebagai pencegah dan tentang HAM6. Bahkan, Undang-Undang Dasar 1945
penghukum para pelanggar moral. amandemen keempat tahun 2002 Pasal 28 telah
3. Aborsi dilarang untuk melindungi keselamatan memuat HAM secara tersendiri dalam BAB X A. 7
jiwa janin dalam kondisi apapun. Larangan hukum tentang aborsi di Indonesia
dimuat dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
(KUHP) Pasal 346 yang menyatakan: Seorang wanita

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN : 978-623-6595-34-3
Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020
The Indonesian Association of Forensic Medicine
149
Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

yang sengaja menggugurkan atau mematikan KASUS


kandungannya atau menyuruh orang lain untuk itu, Seorang wanita berusia 26 tahun datang ke
diancam dengan pidana penjara paling lama empat RS.XXX diantar oleh penyidik membawa surat
tahun.8 Aturan hukum ini tidak memberi ruang permintaan visum dari Kepolisian Resort Metro
legalitas sedikit pun kepada wanita yang ingin wilayah setempat atas dugaan kasus perkosaan yang
melakukan aborsi, apapun alasannya. terjadi sekitar 51 jam sebelum pemeriksaan. Pelaku
Legalisasi praktik aborsi di Indonesia mulai adalah seorang laki-laki dewasa yang baru dikenal
berlaku sejak adanya Undang-Undang RI Nomor 36 korban saat kejadian di sebuah kafe. Setelah minum-
Tahun 2009 tentang Kesehatan. Pasal 75 UURI minum bersama teman-teman korban dan pelaku di
tentang Kesehatan memberikan pengecualian kafe tersebut sebanyak sekitar 3-4 gelas kecil,
terhadap larangan aborsi pada dua kondisi, yaitu korban tidak sadarkan diri hingga pelaku membawa
kedaruratan medis yang dideteksi sejak usia dini korban ke sebuah ruangan di bagian belakang kafe.
kehamilan, baik yang mengancam nyawa ibu Korban baru sadar ketika pelaku membuka celana
maupun janin, dan kehamilan akibat perkosaan yang dan celana dalamnya. Kemudian korban ditindih
dapat menyebabkan trauma psikologis bagi korban.9 badannya, ditekan bahunya, dibekap mulutnya,
Aturan ini semakin diperkuat oleh Peraturan dicium leher dan bibirnya, diremas payudaranya, dan
Pemerintah Nomor 61 Tahun 2014 tentang kemaluan korban dimasuki oleh kemaluan pelaku.
Kesehatan Reproduksi Pasal 31 ayat (1) yang Pada saat kejadian, pelaku tidak mengenakan
menyatakan bahwa tindakan aborsi hanya dapat kondom dan riwayat ejakulasi tidak diketahui. Pelaku
dilakukan berdasarkan indikasi kedaruratan medis menghentikan perbuatannya ketika dilerai oleh dua
dan kehamilan akibat perkosaan.10 Lebih lanjut, orang teman korban yang datang ke dalam ruangan
dalam Pasal 34 sampai 37 PP No. 61 Tahun 2014 ini tersebut.
diatur pula tentang persyaratan-persyaratan Pada pemeriksaan forensik, kami menemukan
dilakukannya aborsi pada kehamilan akibat adanya tanda-tanda kekerasan pada area genitalia
perkosaan untuk menjamin keamanan medis dari dan bagian tubuh lain seperti payudara dan anggota
tindakan aborsi yang dilakukan demi keselamatan gerak atas dan bawah yang sesuai dengan perlakuan
jiwa ibu. yang dialami korban. Pemeriksaan penyaring
Pada praktiknya, persyaratan-persyaratan kehamilan menunjukkan hasil negatif dan kami
tersebut sulit untuk dipenuhi sehingga aturan mengkonsultasikan korban kepada Spesialis Obstetri
pengecualian larangan aborsi yang berlaku di dan Ginekologi untuk dilakukan pemeriksaan
Indonesia masih merupakan harapan yang ultrasonografi dan pemberian kontrasepsi darurat
menyedihkan bagi para korban perkosaan. berupa levonorgestrel 150 mcg per 12 jam. Korban
juga kami rencanakan untuk konsultasi kepada
Spesialis Psikiatri, namun korban menolak.
Sekitar 3 minggu setelah pemeriksaan, korban
datang kembali ke RS. XXX dan mengatakan sedang
hamil 5 minggu. Korban mengaku sudah melakukan
4 kali pemeriksaan uji cepat penyaring kehamilan
secara mandiri dengan 4 alat uji cepat yang berbeda,

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN : 978-623-6595-34-3
Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020
The Indonesian Association of Forensic Medicine
150
Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

seluruhnya didapatkan hasil positif. Korban tubuh khususnya untuk menaklukan korban hingga
mengatakan bahwa ia sudah meminum pil korban menyerah.13 Perlindungan dan pemenuhan
kontrasepsi sebagaimana yang dianjurkan dokter HAM/ HAP di Indonesia utamanya merupakan
dan ia merasa bingung serta frustrasi karena tidak tanggung jawab pemerintah, sebagaimana
menginginkan kehamilan tersebut dan meminta tercantum dalam Pasal 8 UURI Nomor 39 Tahun
untuk dapat dilakukan aborsi. 1999 tentang HAM yang menyatakan bahwa
perlindungan, pemajuan, penegakan, dan
DISKUSI pemenuhan hak asasi manusia terutama menjadi
Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang tanggung jawab Pemerintah.6
melekat pada hakikat dan keberadaan manusia Dalam hal ini, Pemerintah RI telah melakukan
sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan upaya perlindungan dan pemenuhan HAP dengan
merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, diberlakukannya pengecualian larangan aborsi bagi
dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh negara, hukum, korban perkosaan dalam UURI Nomor 36 Tahun
Pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan 2009 tentang Kesehatan PP Nomor 61 Tahun 2014
serta perlindungan harkat dan martabat manusia.6 tentang Kesehatan Reproduksi sebagaimana yang
Rumusan formal tentang Hak Asasi Perempuan telah dipaparkan dalam bagian Pendahuluan. Dalam
(HAP) sebagai bagian terintegrasi dari HAM universal UURI Nomor 36 Tahun 2009 dan PP 61 Tahun 2014
dimulai pada The Vienna Declaration and Pemerintah juga telah menyusun persyaratan
11
Programme of Action (1983) yang dikukuhkan lagi pelaksanaan aborsi pada kehamilan akibat
dalam Deklarasi Beijing 199512 sebagai berikut: perkosaan untuk menjamin keamanan medis dari
“Hak asasi perempuan dan anak perempuan tindakan aborsi yang dilakukan demi keselamatan
adalah bagian yang menyatu, tak terasingkan, dan jiwa ibu. Persyaratan-persyaratan tersebut adalah
tak terpisahkan dari hak asasi manusia universal. sebagai berikut:9,10
Partisipasi penuh dan kesetaraan perempuan dalam
kehidupan politik, pribadi, ekonomi, sosial dan
kebudayaan di tingkat nasional, regional, dan
internasional dan pemberantasan semua bentuk
diskriminasi atas dasar jenis kelamin adalah tujuan
utama masyarakat internasional.”11,12
Perkosaan tergolong pelanggaran berat HAM/
HAP (gross violence of human rights) sekaligus
kejahatan terhadap kemanusiaan dan disertai
kekerasan atau penyiksaan korban yang berbuntut
luka berat atau bahkan kematian. Pada pidana
perkosaan, pelaku menginvasi tubuh secara sengaja
tanpa persetujuan perempuan-korban. Invasi
tersebut dapat atau tidak didahului oleh
pengancaman, pelemahan dengan atau tanpa obat-
obatan atau zat aktif lainnya, juga penganiayaan

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN : 978-623-6595-34-3
Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020
The Indonesian Association of Forensic Medicine
151
Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

Peraturan Isi materi

UU Kehamilan akibat perkosaan PP 61/2014 Apabila perempuan hamil


Kesehatan menyebabkan trauma psikologis bagi sebagaimana ayat (2) huruf c tidak
korban perkosaan. Pasal 35 (3) dapat memberikan persetujuan,
Pasal 75
persetujuan aborsi dapat diberikan
(2)
oleh keluarga yang bersangkutan.

UU Aborsi dilakukan sebelum kehamilan


PP 61/2014 Dokter yang melakukan aborsi harus
Kesehatan berumur 6 minggu dihitung dari hari
mendapatkan pelatihan oleh
pertama haid terakhir. Pasal 36 (1) penyelenggara pelatihan yang
Pasal 76
dan (2) terakreditasi dan bukan merupakan
dokter yang memberikan surat
Aborsi akibat perkosaan hanya dapat keterangan usia kehamilan.
dilakukan pada usia kehamilan paling
PP 61/2014 lama 40 hari sejak hari pertama haid
terakhir. PP 61/2014 Tindakan aborsi hanya dapat dilakukan
Pasal 31 (2)
setelah melalui konseling yang
PP 61/2014 Kehamilan akibat perkosaan Pasal 37 (1) dilakukan oleh konselor, meliputi
dibuktikan dengan usia kehamilan dan (2) konseling pra tindakan dan pasca
Pasal 34 sesuai dengan kejadian perkosaan tindakan
(2) yang dinyatakan oleh surat keterangan
dokter; dan keterangan penyidik,
Persyaratan-persyaratan di atas tentunya
psikolog, dan/ atau ahli lain mengenai
disadari sangat dibutuhkan untuk menjamin
adanya dugaan perkosaan.
dilakukannya tindakan medis yang aman dan
PP 61/2014 Aborsi dilakukan secara aman, bermutu bagi korban perkosaan. Selain itu, tindakan
bermutu, dan bertanggung jawab, aborsi itu sendiri pada dasarnya bertentangan
Pasal 35 (1) yaitu: dengan sumpah dokter sehingga pelaksanaannya
dan (2)
harus dilakukan dengan penuh kehati-hatian dan
a) Dilakukan oleh dokter sesuai
tanggung jawab. Secara embriologi, 6 minggu atau
standar
40 hari adalah periode dimana jantung sudah
b) Dilakukan di fasilitas pelayanan
memiliki bentuk anatomi yang matur menyerupai
kesehatan yang memenuhi syarat
jantung sebenarnya.14 Berfungsinya jantung
yang ditetapkan oleh Menteri
seringkali digunakan secara umum untuk
c) Atas permintaan atau
menandakan adanya kehidupan, sehingga waktu ini
persetujuan perempuan hamil
juga menjadi batasan seorang janin dianggap sebagai
yang bersangkutan
manusia utuh dan harus dihormati hak-hak asasinya.
d) Tidak diskriminatif, dan
Indonesia termasuk negara yang sangat ketat
e) Tidak mengutamakan imbalan
mengatur larangan aborsi, sebagian besar atas

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN : 978-623-6595-34-3
Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020
The Indonesian Association of Forensic Medicine
152
Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

alasan pelanggaran terhadap nilai agama dan moral, itu, RS dan fasyankes tempat korban memeriksakan
terlebih lagi pada kehamilan akibat perkosaan yang diri memiliki kewajiban untuk melaksanakan amanah
secara fisik tidak memiliki dampak kegawatdaruratan undang-undang di atas.
medis bagi perempuan hamil yang bersangkutan. Serangkaian pemeriksaan yang dilakukan mulai
Berbeda dengan pengecualian larangan aborsi pada dari konseling oleh konselor, pemeriksaan fisik dan
indikasi kegawatdaruratan medis yang berpotensi penunjang oleh dokter untuk menentukan usia
membahayakan fisik dan keselamatan ibu hamil kehamilan, penentuan adanya perkosaan oleh
yang bersangkutan, sehingga dari segi waktu penyidik/ psikolog/ ahli lainnya, pemeriksaan
pelaksanaannya tidak dibatasi hanya sampai usia psikologis untuk menentukan adanya trauma
kehamilan 6 minggu. psikologis pada korban, serta pengkajian mengenai
Pada umumnya, perempuan korban perkosaan dampak etis dan medikolegal terhadap kasus ini,
baru akan menyadari kehamilannya setelah usia 4 hingga dilakukannya aborsi oleh dokter selain yang
sampai 5 minggu dihitung sejak hari pertama haid menentukan usia kehamilan tentunya harus
terakhir karena inilah waktu dimana korban dilakukan oleh tim yang terintegrasi. Seluruh
terlambat haid hingga akhirnya melakukan test pemeriksaan tersebut juga membutuhkan waktu
kehamilan secara mandiri dengan alat uji cepat yang panjang untuk memutuskan dapat atau
kehamilan yang dijual di pasaran. Hal ini tidaknya dilakukan tindakan aborsi terhadap korban.
menyebabkan korban hanya memiliki waktu kurang Sebagai contoh, salah satu kategori gangguan psikis
dari 2 minggu untuk mendapatkan perlindungan akibat perkosaan adalah Post Traumatic Rape
hukum apabila ingin melakukan aborsi. Setelah Syndrome (PTRS) atau Rape Trauma Syndrome (RTS)
mengetahui kehamilan melalui alat uji cepat ini, yang merupakan salah satu ragam dari Post
korban baru akan mencari pertolongan medis Traumatic Stress Disorder (PTSD).12 Diagnosis PTSD
berupa tindakan aborsi ke rumah sakit atau fasilitas ditegakkan apabila memenuhi 6 kriteria yang secara
pelayanan kesehatan lain, dengan catatan korban formal ditetapkan dalam DSM-5 (Diagnostic and
tidak berlarut-larut berada dalam kondisi bingung Statistical Manual of Mental Disorder edisi kelima)15,
dan frustasi mengenai kehamilannya yang yang secara singkat terdiri dari:
mengakibatkan korban semakin lama mencari
pertolongan medis. Ketika datang ke RS atau A. Orang yang terpapar kejadian traumatik
fasyankes untuk mendapat pertolongan medis B. Kejadian traumatik berulang dialami secara
berupa tindakan aborsi, korban akan menjalani persisten
serangkaian pemeriksaan fisik dan penunjang serta C. Penghindaran persisten terhadap stimulus
pemeriksaan psikologis untuk ditetapkan dapat atau terkait dengan trauma dan kematirasaan daya
tidaknya dilakukan tindakan aborsi. Berdasarkan tanggap umum yang tak ditemukan sebelum
aturan yang berlaku, seluruh pemeriksaan dan kejadian
tindakan aborsi harus dilakukan oleh dokter yang D. Gejala persisten minimal 2 (atau lebih) dari 5
sudah mengikuti pelatihan di fasilitas pelayanan gejala guncangan hebat jiwa yang belum
kesehatan yang memenuhi syarat dan ditetapkan pernah dialami, yakni: kesulitan ingin atau lelap
oleh Menteri, namun sampai ini belum ada tidur, mudah atau ledakan marah, sulit
fasyankes sebagaimana yang dimaksud. Oleh sebab berkonsentrasi, waspada atau ketelitian

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN : 978-623-6595-34-3
Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020
The Indonesian Association of Forensic Medicine
153
Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

berlebihan, dan respon tersendat berat atau pengecualian larangan aborsi pada kehamilan akibat
ketergopoh-gopohan perkosaan yang dalam konteks perlindungan HAM/
E. Lamanya gangguan (gejala B, C, dan D) HAP memiliki arti bahwa upaya pemerintah dalam
berlangsung lebih dari sebulan melindungi hak asasi perempuan korban perkosaan
F. Gangguan menyebabkan hendaya dan distress/ mengalami stagnansi.
tekanan klinis bermakna pada wilayah fungsi Pengecualian larangan aborsi pada kehamilan
sosial, okupasional, atau hal penting lainnya akibat perkosaan yang dikaji dalam tulisan ini
termasuk dalam perlindungan dan pemenuhan Hak
Seperti diketahui, beberapa bukti yang Ekonomi, Sosial, dan Budaya (ekosob). Hak ekosob
menyangkut gangguan kejiwaan, ancaman adalah hak-hak yang berhubungan dengan
kekerasan dan penderitaan perempuan-korban pekerjaan, keamanan sosial, hidup berkeluarga,
mustahil tercantum dalam “deskripsi pemberitaan” partisipasi budaya, dan akses terhadap perumahan,
visum et repertum (VeR) karena secara positivistik makanan, air, pelayanan kesehatan, dan pendidikan.
bukti-bukti tersebut tidak dapat diverifikasikan Hak hidup berkeluarga meliputi hak untuk menikah
secara empirik. Hingga kini dengan instrumen tanpa dipaksa, hak perlindungan kepada ibu dan
canggih sebagai kepanjangan operasionalisme ayah, serta hak perlindungan anak dari eksploitasi
teknologi dan ilmu pengetahuan kedokteran masih ekonomi dan sosial. Sedangkan hak kesehatan
menganggap psychiatric/psychological evidences meliputi hak terhadap akses pelayanan kesehatan
merupakan subyektivitas perempuan-korban belaka dan hak yang relevan terhadap kesehatan seksual
dan bukan sesuatu yang ilmiah.13 dan reproduksi.16
Bukti atau fakta gangguan kejiwaan seperti PTRS Pemenuhan hak-hak ekosob di setiap negara
atau PTSD sebagai fakta obyektif “tersisa” yang berdasarkan pada konsep progressive realization
seharusnya dapat diwujudkan melalui kesaksian-diri sesuai perjanjian HAM PBB. Konsep progressive
perempuan korban dan kesaksian ahli pihak di realization menggambarkan aspek sentral dari
“lingkaran dalam” korban masih dinegasikan oleh kewajiban negara terkait dengan hak ekosob di
sistem pembuktian medikolegal yang berlaku saat bawah perjanjian HAM internasional. Intinya adalah
ini. Sistem pembuktian tersebut masih dikuasai oleh kewajiban untuk mengambil tindakan yang tepat
positivisme. Dalam dunia modern, bekal ilmu menuju realisasi penuh hak ekosob secara maksimal
pengetahuan dan teknologi kedokteran betapapun dari sumber daya yang tersedia dan hanya dapat
akurat, obyektif, efisien dan universalnya ketika dicapai dalam jangka waktu tertentu. Konsep
masih berselingkuh dengan positivisme legal akan progressive realization terkadang disalahartikan
membentuk benteng kokoh sistem medikolegal seolah-olah Pemerintah tidak harus melindungi hak
pembuktian hukum perkosaan yang menambah ekosob sampai tersedia sumber daya yang cukup.
jeritan perempuan-korban pencari keadilan.13 Sebaliknya, perjanjian itu memberlakukan kewajiban
Hal-hal di atas menjadi gambaran betapa sulitnya segera untuk mengambil langkah-langkah yang tepat
persyaratan-persyaratan untuk dilakukan tindakan menuju realisasi penuh hak ekosob. Negara harus
aborsi pada kehamilan akibat perkosaan dipenuhi. menunjukkan bahwa mereka melakukan segala
Lebih lanjut lagi, persyaratan-persyaratan tersebut upaya untuk meningkatkan perlindungan terhadap
justru menjadi alasan sangat sulitnya implementasi

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN : 978-623-6595-34-3
Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020
The Indonesian Association of Forensic Medicine
154
Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

hak-hak ekosob terlepas dari cukup tidaknya sumber KESIMPULAN


daya.16,17 Pemerintah Indonesia telah melakukan upaya-
Aturan mengenai pengecualian larangan aborsi upaya perlindungan hak asasi bagi perempuan,
pada kehamilan akibat perkosaan telah diberlakukan khususnya perempuan korban perkosaan. Namun,
di Indonesia sejak 11 tahun yang lalu, namun sampai kajian-kajian mendalam dan kebijakan teknis terkait
saat ini implementasinya masih sulit dilakukan dan implementasi upaya tersebut harus segera dilakukan
belum tampak adanya upaya lanjutan untuk agar dapat mewujudkan tanggung jawab Pemerintah
mewujudkan progressive realization. Sebagai salah dalam memenuhi perlindungan hak asasi setiap
satu wujud tanggung jawab terhadap perjanjian warga negara serta unutk memenuhi progressive
HAM internasional, perlu dilakukan kajian realization sesuai perjanjian HAM internasional.
menyeluruh terhadap undang-undang dan peraturan
DAFTAR PUSTAKA
yang berlaku dan/ atau disusunnya sebuah kebijakan
1. Berer M. Abortion Law and Policy Around the World: In
teknis yang dapat berperan untuk mewujudkan
Search of Decriminaliation. Health and Human Rights
perlindungan bagi korban perkosaan. Journal. 2017;19:13-27.
2. Stefanovska V. The Legacy of Magna Carta and The Rule
Kajian-kajian mendalam dan kebijakan teknis yang of Law in The Republic of Macedonia. South East
European University Review. 2015;11:197-205.
diperlukan misalnya mengenai:
3. Kaur S. Historical Development of Human Rights. Journal
a) Tenggat waktu maksimal dibolehkannya of Social Sciences Research. 2014;6:996-99.
4. Marks SP. Human Rights: A Brief Introduction. Boston:
dilakukan aborsi pada kehamilan akibat Harvard School of Public Health; 2014. hal.1-18.
5. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat RI Nomor
perkosaan, XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi Manusia.
b) Perlunya penegakkan diagnosis trauma 6. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun
1999 tentang Hak Asasi Manusia.
psikologis pada korban perkosaan, 7. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945,
Amandemen ke-4 Tahun 2002.
c) Pihak yang berwenang dan mekanisme yang 8. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 tentag Kitab
perlu dilakukan untuk menentukan adanya Undang-Undang Hukum Pidana Republik Indonesia.
9. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun
kejadian perkosaan, 2009 tentang Kesehatan.
10. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 61
d) Pelatihan aborsi bagi dokter pelaksana aborsi, Tahun 2014 tentang Kesehatan Reproduksi.
11. The Vienna Declaration and Programme of Action
mengingat aborsi yang aman dan bermutu
(1983).
sudah menjadi bagian dari kompetensi standar 12. Beijing Declaration and Platform of Action (1995).
13. Purwadianto, A. Perkosaan sebagai pelanggaran hak
Spesialis Obstetri dan Ginekologi, asasi manusia: kajian filosofis metodologi pembuktian
hukum [disertasi]. [Jakarta]: Universitas Indonesia;
e) Penetapan fasilitas pelayanan kesehatan yang 2003.
dapat melaksanakan aborsi oleh Menteri. 14. Klosel B, DiNardo JA, Body SC. Cardiac Embriology and
Molecular Mechanisms of Congenital Heart Disease – A
Kajian mengenai hal-hal tersebut dan kebijakan yang Primer for Anesthesiologist. Anest
Analg.2016;123(3):551-69.
perlu ditetapkan tentunya membutuhkan proses 15. American Psychiatric Association. Diagnostic and
panjang, namun hal ini perlu dilakukan sebagai statistical manual of mental disorders, fifth edition.
Arlington: American Psychiatric Association; 2013.
wujud tanggung jawab Pemerintah terhadap warga 16. United Nations High Commissioner for Human Rights.
Frequently asked questions on economic, social, and
negaranya dalam memenuhi progressive realization cultural rights. Geneva: United Nations; 2008. hal. 1-14.
17. Young KG.Waiting for rights: Progressive realization and
sesuai perjanjian HAM internasional.
lost time. Cambridge University Press. 2019;(21):1-30.

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN : 978-623-6595-34-3
Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020
The Indonesian Association of Forensic Medicine
155
Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

Copyright @ 2020 Authors. This is an open access article


distributed under the terms of the Creative Commons
Attribution-NonCommercial 4.0 International License
(http://creativecommons.org/licenses/by-nc/4.0/), which
permits unrestricted non-commercial use, distribution, and
reproduction in any medium, provided the original author and
source are properly cited.

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN : 978-623-6595-34-3
Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020
The Indonesian Association of Forensic Medicine
156
Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

Laporan Kasus

A Medicolegal Review of The Case of Entrapment of A 12 Year Old Girl


with Down Syndrome by Her Biological Father
Heryadi Bawono Putro2, Julia Ike Haryanto1, Saebani1, Sigid Kirana Lintang Bhima1, Intarniati Nur Rohmah1
1Staf Pengajar Bagian Ilmu Kedokteran Forensik dannsik dan Studi Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro /
RSUP Dr. Kariadi Studi Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro / RSUP Dr. Kariadi Semarang.
2Peserta Program Pendidikan Dokter Spesialis Ilmu Kedokteran Forensik Semarang.

ABSTRACT
Background: Persons with disabilities have the same seats, rights and obligations as well as protection as other
normal people. In Undang-undang Nomor 8 Tahun 2016 Tentang Penyandang Disabilitas, it is an umbrella form of
legal protection and fulfillment of the rights granted to persons with disabilities. But in reality, in the handling of
legal handling, it often happens that it is not in accordance with Equality Before The Law, because perpetrators of
violence against children with disabilities often find light sanctions that are released to the perpetrators.
Methods: A medicolegal review of the case of entrapment of a 12 year old girl with Down Syndrome by her
biological father
Results: From the results of the case report and discussion, there were injuries caused by blunt force in the form of
bruises on the right shoulder; blisters on the neck; Snare marks on neck. There are signs of suffocation. The cause of
death is a lesion on the neck which causes compression of the upper airway wall which causes suffocation. In this
case the suspect who is his biological father is linked to a criminal offense regulated in Pasal 80 Undang-undang
nomor 35 tahun 2014 tentang perlindungan anak pasal 3: “In the event that the child as referred to in ayat (2) dies,
the perpetrator will be sentenced to imprisonment for a maximum of 15 (fifteen) years and / or a maximum fine of
Rp. 3,000,000,000.00 (three billion rupiah). "
Conclusion: In public life there is a perception stating that if the victim of a crime is a child with a disability, the
sanctions imposed by the judge will be heavier. However, until now there has been no law that specifically
regulates violence experienced by children with disabilities.

Keywords: anak penyandang disabilitas, down sindrom, medicolegal

Korespondensi : Heryadi Bawono Putro

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN : 978-623-6595-34-3
Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020
The Indonesian Association of Forensic Medicine
157
Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

LATAR BELAKANG Pada kehidupan bermasyarakat dapat


Negara Indonesia adalah negara hukum dilihat bahwa tidak semua orang dilahirkan
dimana hukum dijadikan panglima tertinggi untuk sempurna banyak sekali yang dilahirkan dengan
mewujudkan suatu kebenaran dan keadilan di kekurangan dimana sering kita kenal dengan istilah
Indonesia. Berdasarkan Undang – Undang Dasar difabel atau disabilitas. Menurut Undang-Undang
1945 yang menjunjung tinggi hak dan kewajiban bagi Nomor 19 Tahun 2011 Tentang Pengesahan Hak-hak
warga negaranya untuk ,menegakkan dan menjamin Penyandang Disabilitas, penyandang disabilitas yaitu
kepastian hukum. Hukum adalah suatu rangkaian orang yang memiliki keterbatasan fisik, mental,
teguran atau peraturan yang menguasai tingkah laku intelektual atau sensorik dalam jangka waktu lama
dan perbuatan tertentu dari hidup manusia dalam yang dalam berinteraksi dengan lingkungan dan
hidup bermasyarakat.1 sikap masyarakatnya dapat menemui hambatan
Perlindungan hukum di Indonesia diberikan yang menyulitkan untuk berpartisipasi penuh dan
kepada setiap warga negaranya karena setiap warga efektif berdasarkan kesamaan hak.5
negara memiliki kesamaan hak dan kewajiban serta Penyandang disabilitas memiliki kedudukan,
kedudukan yang sama di dalam hukum. Terkhusus hak dan kewajiban yang sama dengan masyarakat
kepada anak dan perempuan yang diberikan Non disabilitas. Keberadaan penyandang disabilitas
perlindungan hukum secara ekstra mengingat anak haruslah mendapatkan tempat dan perlindungan
dan perempuan rentan sekali menjadi korban secara khusus, dalam lingkungan terdekat seperti
kejahatan. Perlindungan hukum adalah segala upaya orang tua, keluarga, dan masyarakat sekitar agar
pemenuhan hak dan pemberian bantuan untuk penyandang disabilitas tetap merasa memiliki
memberikan rasa aman kepada saksi dan/atau tempat dan kedudukan yang sama sebagai warga
korban, perlindungan hukum korban kejahatan negara Indonesia.
sebagai bagian dariperlindungan masyarakat, dapat Pada Pasal 1 ayat (2) Undang-undang
diwijudkan dalam berbaagai bentuk, seperti melalui Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak
pemberian restitusi, kompensasi, pelayanan medis, menyatakan Perlindungan anak adalah segala
dan bantuan hukum.2 kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan
Anak merupakan generasi penerus bangsa hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang,
indonesia yang mempunyai hak dan kewajiban ikut dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan
serta membangun negara dan bangsa indonesia. harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat
Anak juga merupakan modal pembangunan yang perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.6
akan memelihara dan mempertahankan serta Pada Pasal 1 ayat (16) Undang-undang
mengembangkan hasil pembangunan bangsa.3 Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak
Mengingat pentingnya peran anak dalam negara ini, menyatakan kekerasan adalah setiap perbuatan
hak anak secara tegas diatur dalam undang – terhadap anak yang berakibat timbulnya
undang, bahwa negara menjamin setiap anak berhak kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, psikis,
atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang seksual dan/atau penelantaran, termasuk ancaman
serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan untuk melakukan perbuatan, pemaksaan, atau
4
diskriminasi. perampasan kemerdekaan secara melawan hukum.7

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN : 978-623-6595-34-3
Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020
The Indonesian Association of Forensic Medicine
158
Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

Pada Pasal 5 ayat (3) huruf a Undang- a. Penutup pertama, sebuah kain, warna
Undang Nomor 8 Tahun 2016 Tentang Penyandang putin, bahan katun, tanpa merek,
Disabilitas menyatakan anak penyandang disabilitas ukuran panjang seratus lima puluh
memiliki hak mendapatkan perlindungan khusus dari tujuh sentimeter, lebar seratus empat
diskriminasi, penelantaran, pelecehan, eksploitasi, belas sentimeter.
serta kekerasan seksual.8 b. Penutup kedua, sebuah selimut, warna
Sindrom down adalah suatu kelainan hijau, bahan katun, tanpa merek,
genetik yang dimasukan di dalam kriteria disabilitas. ukuran panjang seratus tujuh puluh
Sindrom down sering dikenal dengan kelainan sembilan sentimeter, lebar seratus dua
9
trisomi dimana ada tambahan pada kromosom 21. puluh satu sentimeter, motif beruang
Kelainan ini sering menyebabkan adanya gangguan dan kupu-kupu.
pada pertumbuhan dan perkembangan anak, Pakaian :
kelainan strukutur anatomi, keidakmampuan dalam a. Sebuah baju lengan pendek tanpa
belajar, hingga sampai menyebabkan penyakit kerah, warna biru, bahan katun, tanpa
keganasan.10 Kelainan ini sama sekali tidak merk, ukuran “XL”.
berhubungan dengan ras, negara, agama, maupun b. Sebuah celana pendek, warna biru,
status sosial ekonomi sehingga ketika berada di bahan katun, tanpa merek, ukuran
hadapan hukum diharapkan semua mendapatkan “XL”.
perlakuan yang sama. c. Sebuah celana dalam warna putih,
Dalam upaya penanganan hukum sering kali bahan katun, tanpa merek, ukuran
terjadi ketidaksetaraan sehingga tidak sesuai dengan “XL”.
Equality Before The Law (Persamaan di hadapan
hukum), karena pelaku pada kekerasan terhadap 3. Fakta Yang Berkaitan Dengan Waktu
anak penyandang disabilitas sering ditemukan sanksi Terjadinya Kematian

yang ringan yang dijatuhkan kepada pelaku. Lebam Mayat: terdapat pada tengkuk,
punggung, pinggang, bokong dan anggota gerak

LAPORAN KASUS bawah, warna merah keunguan hilang dengan

1. Identitas Umum Jenazah penekanan.

Umur : kurang dari tujuh belas Kaku Mayat: terdapat pada kelopak mata,

tahun rahang bawah, anggota gerak atas dan bawah,

Panjang badan : seratus lima puluh lima dapat dilawan.

sentimeter Pembusukan: tidak ada.

Warna kulit : kuning langsat


Ciri rambut :warna hitam, lurus,
distribusi merata

2. Identitas Khusus Jenazah


Penutup jenazah : terdapat dua buah penutup
jenazah

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN : 978-623-6595-34-3
Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020
The Indonesian Association of Forensic Medicine
159
Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

4. Pemeriksaan Luka samping kiri dengan batas teratas sepuluh


sentimeter di bawah lubang telinga kiri, dan batas
terbawah sebelas sentimeter di bawah lubang
telinga kiri, pada leher bagian belakang dengan batas
teratas tiga sentimeter di bawah batas bawah
tumbuh rambut dan batas terbawah delapan
sentimeter di bawah batas bawah tumbuh rambut.
Panjang lingkar jejas tiga puluh enam sentimeter,
lebar sisi kanan lima sentimeter, lebar sisi depan
enam sentimeter, lebar sisi kiri satu sentimeter,
lebar sisi belakang lima sentimeter. Batas tidak
tegas, tepi tidak rata, dasar kulit ari, warna merah
kecoklatan, pada perabaan kasar, disekitar luka
terdapat memar dan bintik perdarahan.

Pemeriksaan organ
Terdapat beberapa luka lecet pada leher, luka
lecet terbesar pada leher sisi kiri, bentuk tidak
teratur, ukuran panjang empat sentimeter, lebar
satu sentimeter, batas tidak tegas, warna
kemerahan. Luka lecet terkecil pada leher sisi kanan,
bentuk tidak teratur, ukuran panjang nol koma
empat sentimeter, lebar nol koma dua sentimeter,
batas tidak tegas, warna kemerahan
Kanan :terdiri dari satu baga, permukaan licin,
perabaan seperti spons, warna merah kehitaman,
berat tiga ratus sembilan puluh lima gram, panjang
lima belas sentimeter, lebar dua belas sentimeter,
tinggi empat sentimeter. Pada pengirisan tidak ada
kelainan

PEMBAHASAN
Terdapat sebuah jejas yang melingkari leher
Penjeratan (Strangulation by Ligature)
secara penuh. Pada leher bagian depan dengan
Strangulasi adalah bentuk kematian karena
batas teratas enam sentimeter di bawah dagu dan
asfiksia yang disebabkan oleh penekanan pada leher
batas terbawah dua belas sentimeter di bawah dagu,
dengan menggunakan alat penjerat atau apapun
pada leher bagian samping kanan dengan batas
tanpa menangguhkan berat badan korban. Pada
teratas tujuh sentimeter di bawah lubang telinga
strangulasi disebabkan oleh adanya penekanan
kanan dan batas terbawah dua belas sentimeter di
eksternal oleh tangan, tali, ikat pinggang, dan
bawah lubang telinga kanan, pada leher bagian
lainnya.11

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN : 978-623-6595-34-3
Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020
The Indonesian Association of Forensic Medicine
160
Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

Pada ilmu kedokteran forensik jika Bambang Putranto, retardasi mental dapat terjadi
dibedakan antara gantung dan jerat, penjeratan akibat beberapa faktor atau kondisi sebagai berikut:
biasanya terjadi pada kasus-kasus pembunuhan. a. Prenatal (Sebelum Lahir) dapat terjadi
Namun beberapa kejadian, penjeratan bisa terjadi sewaktu bayi masih berada di dalam
pada kasus bunuh diri dan beberapa kasus terjadi kandungan, adapun beberapa
akibat ketidaksengajaan, terbanyak pada anak- penyebabnya, antara lain campak, virus
anak.12 tokso.Selain itu, kondisi ibu hamil yang
Pada pemeriksaan kasus penjeratan, fokus kekurangan gizi, gemar memakai obat-
pemeriksaan ada pada sifat dan tekstur pada obatan terlarang, serta suka merokok juga
luka.Saat penjerat masih pada posisinya dan belum dapat memicu tunagrahita pada bayi.
dilepaskan saat tubuh diperiksa, mungkin alat b. Natal(Sewaktu Lahir) Proses melahirkan
penjerat akan terlihat tampak tertanam dalamkulit, yang terlalu lama dapat mengakibatkan
terkadang bisa hampir tidak terlihat, dan saat alat kekurang oksigen pada bayi. Selain itu, jika
penjerat dilepas dapat terlihat jejas yang cukup tulang pinggul ibu terlalu kecil maka 20 hal
dalam dan terlihat di kulit. Pada sekitar jejas, tersebut dapat menyebabkan otak bayi
khususnyadi atas pengikat bisa didapatkan terjepit sehingga terjadi pendarahan
12
gambaran luka memar. jejas pada kasus penjeratan (anoxia).
terlihat melingkari leher secara horizontal.13 c. Post Natal (Sesudah Lahir) Pertumbuhan
bayi yang kurang baik, seperti gizi buruk,
busung lapar, demam tinggi disertai kejang-
kejang, kecelakaan, serta radang selaput
otak (meningitis) dapat menyebabkan
seorang anak sampai beranjak dewasa
menjadi tunagrahita (keadaan
keterbelakangan mental, keadaan ini
Gambar 1. Gambaran luka pada kasus penjeratan13 dikenal juga retardasi mental (mental
retardation)).15
Disabilitas Menurut Undang-Undang Nomor 19 Tahun
Pengertian disabilitas berdasarkan pada 2011 Tentang Pengesahan Hak-Hak Penyandang
penjelasan buku Akhmad Soleh adalah orang yang Disabilitas, penyandang disabilitas yaitu orang yang
memiliki keterbatasan fisik, mental, intelektual, atau memiliki keterbatasan fisik, mental, intelektual atau
sensorik, dalam jangka waktu lama di mana ketika sensorik dalam jangka waktu lama yang dalam
berhadapan dengan berbagai hambatan hal ini berinteraksi dengan lingkungan dan sikap
menghalangi partisipasi penuh dan efektif mereka masyarakatnya dapat menemui hambatan yang
dalam masyarakat berdasarkan kesetaraan dengan menyulitkan untuk berpartisipasi penuh dan efektif
14
yang lainnya. berdasarkan kesamaan hak.16
Beberapa faktor menjadi penyebab Pada Pasal 26 huruf b Undang-Undang
terlahirnya seseorang dengan keterbatasan. Nomor 8 Tahun 2016 Tentang Penyandang
Menurut penyelidikan para ahli dalam bukunya Disabilitas menyatakan hak bebas dari diskriminasi,

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN : 978-623-6595-34-3
Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020
The Indonesian Association of Forensic Medicine
161
Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

penelantaran, penyiksaan, dan eksploitasi untuk kromosom. Mereka mempunyai tiga kromosom 21
penyandang disabilitas meliputi hak : b. dimana orang normal hanya mempunyai dua saja.
Mendapatkan perlindungan dari segala bentuk Kelebihan kromosom ini akan mengubah
kekerasan fisik, psikis, ekonomi, dan seksual.17 keseimbangan genetik tubuh dan mengakibatkan
Anak perubahan karakteristik fisik dan kemampuan
Pada Pasal 1 ayat (1) Undang-undang intelektual, serta gangguan dalam fungsi fisiologi
Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak, tubuh.18
definisi anak adalah seseorang yang belum berusia Anak dengan Sindrom Down sering disertai
18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dengan kelainan di bidang medis, sering terjadi
6
dalam kandungan. kelainan jantung dan pembuluh darah, kegagalan
Pada Pasal 1 ayat (7) Undang-undang pembentukan organ, gangguan indera, hingga
Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak, keganasan.19
Anak Penyandang Disabilitas adalah Anak yang Embriologi paru-paru20
memiliki keterbatasan fisik, mental, intelektual, atau Pembentukan trakea dan paru-paru
sensorik dalam jangka waktu lama yang dalam berkaitan dengan saluran pencernaan. Pada usus
berinteraksi dengan lingkungan dan sikap depan di perbatasan faring dan esofagus terjadi
masyarakatnya dapat menemui hambatan yang evaginasi endoderm ke arah ventral membentuk
menyulitkan untuk berpartisipasi penuh dan efektif lekuk laringotrakea. Lekuk laringotrakea memanjang,
6
berdasarkan kesamaan hak. kemudian memisahkan diri dari usus depan dan akan
Di Indonesia anak merupakan aset bangsa, tumbuh ke arah posterior sebagai trakea yang
yang harus dijaga. Di Undang-undang sangat jelas terletak di sisi ventral esofagus.
diatur bahwa Setiap Orang dilarang menempatkan, Endoderm yang berasal dari usus depan
membiarkan, melakukan, menyuruh melakukan, membentuk bagian epitel trakea, sedangkan tulang
atau turut serta melakukan Kekerasan terhadap rawan, jaringan ikat dan ototnya berasal dari
Anak.6 mesenkim disekitarnya. Sementara memanjang,
Pada Undang-undang Nomor 35 Tahun kedua ujung trakea menggelembung lalu menjadi
2014 Tentang Perlindungan Anak sangat jelas diatur tunas paru-paru. Mesoderm akan menginduksi tunas
tentang hukuman pidana bagi orang yang melakukan paru-paru untuk terus tumbuh dan membentuk
tindak kekerasan pada anak. Pada Pasal 80 ayat (3) percabangan bronkus dan bronkiolus. Di akhir
Undang-undang Nomor 35 Tahun 2014 Tentang percabangan, epitel akan menipis dan terbentuklah
Perlindungan Anak, Dalam hal Anak sebagaimana alveolus. Epitel bronkus sampai dengan alveolus
dimaksud pada ayat (2) mati, maka pelaku dipidana terbentuk dari endoderm, demikian pula dengan
dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas) kelenjar-kelenjarnya; sedangkan jaringan ikat dan
tahun dan/atau denda paling banyak otot pada paru-paru terbentuk dari mesenkim.Pleura
Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah).6 yang membungkus paru-paru berasal dari mesoderm
Down Sindrom splanknik.
Sindrom Down merupakan kelainan genetik Abnormalitas pada pembentukan paru
yang dikenal sebagai trisomi, karena individu yang antara lain :
mendapat sindrom Down memiliki kelebihan satu a. Sindrom respiratory distress

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN : 978-623-6595-34-3
Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020
The Indonesian Association of Forensic Medicine
162
Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

b. Hypoplasia paru 15 (lima belas) tahun dan/atau denda paling banyak


c. Congenital diaphragmatic hernia Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah).

KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKA


Dari laporan kasus dan pembahasan, pada
1. Bambang Purnomo , 1978, Asas-AsasHukum Pidana,
korban anak perempuan umur kurang dari tujuh Ghalia Indonesia, Jakarta , hlm.13
2. Soerjono Soekanto, 1984, Pengantar Penelitian
belas tahun, didapatkan luka akibat kekerasan Hukum, Ui Press, Jakarta, hlm 133
tumpul berupa luka lecet pada leher; Jejas jerat pada 3. Arif Gosita,1985, Masalah Perlindungan Anak,
Akademika Pressindo, Jakarta, hlm.123
leher.Sebab kematian adalah jejas pada leher yang 4. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945.
menyebabkan penekanan dinding saluran nafas 5. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2011 Tentang
Pengesahan Hak-Hak Penyandang Disabilitas,
bagian atas yang menyebabkan mati lemas.
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011
Berdasarkan definisi menurut Undang-undang Nomor 107, Tamabahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5251)
Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak 6. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang
Perubahan Atas UndangUndang Nomor 23 Tahun
bahwa setiap orang yang berusia dibawah 18 tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak, (Lembaran
dimasukkan dalam kategori anak. Dijelaskan pada Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 297,
Tambahan Lembar Negara Republik Indonesia
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2011 Tentang Nomor 5606)
7. Pasal 1 ayat 16 Undang-Undang Nomor 35 Tahun
Pengesahan Hak-Hak Penyandang Disabilitas, 2014 tentang Perubahan Atas UndangUndang
penyandang disabilitas yaitu orang yang memiliki Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak,
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014
keterbatasan fisik, mental, intelektual atau sensorik Nomor 297, Tambahan Lembar Negara Republik
Indonesia Nomor 5606)
dalam jangka waktu lama yang dalam berinteraksi 8. Pasal 5 ayat 3 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016
tentang Penyandang Disabilitas, (Lembaran Negara
dengan lingkungan dan sikap masyarakatnya dapat
Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 69,
menemui hambatan yang menyulitkan untuk Tambahan Lembar Negara Republik Indonesia
Nomor 5871)
berpartisipasi penuh dan efektif berdasarkan 9. Shin M, Besser LM, Kucik JE, Lu C, Siff el C, Correa A.
Prevalence of Down syndrome among children and
kesamaan hak, anak dengan kondisi down sindrom adolescents in 10 regions of the United States.
masuk dalam ketegori disabilitas karena down Pediatrics. 2009; 124: 1565–71.
10. Asim A, Kumar A, Muthuswamy S, Jain S, Agarwal S.
sindrom mengakibatkan perubahan karakteristik fisik Down syndrome: an insight of the disease. J Biomed
Sci. 2015
dan kemampuan intelektual. Dari peraturan 11. Bardale, Rajesh. Principles of Forensic Medicine &
perundang-undangan yang berlaku di Indonesia, Toxicology. Jaypee Brothers Medical Publishers;
London. 2011
tidak ada hukum yang mengatur secara spesifik 12. Knight, Bernard., Sukko, Pekka. Knight’s Forensic
Pathology. 4th Ed. USA : CRC Press – Taylor and
tentang penambahan masa hukuman pada pelaku Francis Group. 2016.
13. Shepherd R. Simpson’s forensic medicine. 14 th Ed.
kekerasan pada anak disabilitas. Pada kasus
London : Arnold. 2019
penjeratan seorang anak perempuan umur kurang 14. Akhmad Soleh. 2016. Aksebilitas Penyandang
Disabilitas . Yogyakarta:LKis Pelangi Aksara,
dari 17 tahun dengan Down Sindrom oleh ayah halaman 24.
15. Bambang Putranto, Op.Cit., halaman 210.
kandung, pelaku didakwa sesuai dengan Pasal 80
16. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2011 Tentang
ayat (3) Undang-undang Nomor 35 Tahun 2014 Pengesahan Hak-Hak Penyandang Disabilitas,
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011
Tentang Perlindungan Anak, Dalam hal Anak Nomor 107, Tamabahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5251)
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mati, maka 17. Pasal 26 huruf b Undang-Undang Nomor 8 Tahun
pelaku dipidana dengan pidana penjara paling lama 2016 tentang Penyandang Disabilitas, (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 69,

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN : 978-623-6595-34-3
Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020
The Indonesian Association of Forensic Medicine
163
Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

Tambahan Lembar Negara Republik Indonesia


Nomor 5871).
18. Pathol, J. C., 2003. Down's Syndrome Screening Is
Unethical: Views Of Today's Research Ethics
Committees.
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/12663637
Dikutip tanggal 16 November 2020
19. Genetics C, College CM, Christian R, College M,
Srivastava VM. Comorbid medical conditions in
Indian children with Down syndrome. IJ AR. 2016;
6(9): 5–7
20. Sadler TW . Embriologi kedokteran langman.
Jakarta: EGC; 2012

Copyright @ 2020 Authors. This is an open access article


distributed under the terms of the Creative Commons
Attribution-NonCommercial 4.0 International License
(http://creativecommons.org/licenses/by-nc/4.0/), which
permits unrestricted non-commercial use, distribution, and
reproduction in any medium, provided the original author and
source are properly cited.

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN : 978-623-6595-34-3
Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020
The Indonesian Association of Forensic Medicine
164
Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

Laporan Kasus

Domestic Violence as a Result of Suspected Affair


Riza Mahendra Kusumo1, Idha Arfianti Wira Agni1
1Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal FKKMK UGM, RSUP dr. Sardjito, Sleman, Indonesia

ABSTRACT
Introduction. Domestic violence is increasing from year to year. Responding to the increasing cases of domestic
violence against women, the authors conducted a case study of one incidence of domestic violence and provided
suggestions based on the findings.
Case and Investigation Illustrations. This paper is a case study. A 46 year old female came to the Emergency Room
XXX Hospital on October 17, 2020 for an examination. The patient had experienced physical violence by her
husband.
Check up result. On the forensic examination, there was pain in the upper right chest, a group of bruises on the
right forearm in the front, a group of bruises and sliding blisters on the right palm, the joint of the thumb of the
right hand felt painful when moved. In the psychiatric examination, it was concluded that at the time of the
examination, there were no significant psychopathological signs.
Conclusions. It is recommended to have an extension program for husband and wife that can help reduce cases of
domestic violence. Furthermore, harsh punishment is recommended for perpetrators of domestic violence, both
women and men.

Keywords: Domestic Violence, Physical Violence, Violence.

Korespondensi : Riza Mahendra Kusumo,email:rizasimen@gmail.com

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN : 978-623-6595-34-3
Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020
The Indonesian Association of Forensic Medicine
165
Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

PENDAHULUAN atau penderitaan secara fisik, seksual, psikologis,


Kekerasan adalah sesorang atau invasi terhadap dan/atau penelantaran rumah tangga termasuk
fisik maupun integritas mental psikologi sesorang. ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan,
Kekerasan terhadap sesama manusia pada dasarnya atau perampasan kemerdekaan secara melawan
berasal dari berbagai sumber, namun salah satu hukum dalam lingkup rumah tangga.4
kekerasan terhadap salah satu jenis kelamin tertentu WHO menyatakan bahwa 1 dari 3 wanita (35%)
yang disebabkan oleh anggapan gender. Kekerasan wanita di dunia pernah mengalami kekerasan fisik
yang disebabkan bias gender ini di sebuat dan/atau seksual baik yang dilakukan oleh suami
genderrelatedviolence. Pada dasarnya kekerasan maupun pihak yang memiliki relasi intim
5
gender di sebabkan oleh ketidak setaraan kekuatan dengannya. Faktor yang melatarbelakangi
yang ada dalam masyarakat.1 terjadinya KDRT adalah ekonomi, perselingkuhan,
Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) semakin sosial, budaya, dan jumlah anak.6,7,8,9
meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2001 Oleh karena itu, saat ini KDRT merupakan salah
tercatat sebanyak 258 kasus KDRT, kemudian 226 satu jenis kekerasan yang menjadi masalah
kasus pada tahun 2002, 272 kasus pada tahun 2003, kesehatan global, karena kejadian KDRT dapat
328 kasus pada tahun 2004, 455 kasus pada tahun menyebabkan peningkatan morbiditas, mortalitas,
2
2005, dan terus meningkat hinggasekarang. dan tidak menutup kemungkinan akan
Berdasarkan data Komnas Perempuan, angka mempengaruhi kesehatan mental pada korban.10,11
pelaporan kasus kekerasan terhadap wanita di Kasus KDRT yang tidak ditangani secara tuntas akan
Indonesia terus menunjukkan peningkatan setiap menimbulkan “lingkaran kekerasan”. Pola kekerasan
tahunnya sejak tahun 2010. Peningkatan yang cukup ini akan terus berulang, bahkan korban kekerasan
signifikan terjadi pada tahun 2011-2012 yaitu suatu saat dapat menjadi pelaku kekerasan.10
sebesar 35%. Pada tahun 2015, terjadi peningkatan
sebesar 9% dari tahun 2014. Berdasarkan Catatan ILUSTRASI KASUS DAN PEMERIKSAAN
Tahunan (CATAHU) yang diterbitkan oleh Komnas Seorang berjenis kelamin perempuan berusia 46
Perempuan, terdapat 321.752 kasus kekerasan tahun (tanggal lahir pasien adalah 30 Oktober 1973
terhadap perempuan sepanjang tahun 2015.3 berdasarkan dari Rekam Medis) datang ke Instalasi
Kekerasan terutama kekerasan dalam rumah Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit Umum Pusat XXX
tangga merupakan pelanggaran hak asasi manusia pada tanggal 17 Oktober 2020 untuk dilakukan
dan kejahatan terhadap martabat kemanusiaan serta pemeriksaan. Pasien datang sendirian. Pemeriksaan
merupakan bentuk diskriminasi. Kekerasan dalam dilakukan oleh bagian forensik dan bagian psikiatri.
bentuk apapun dan dilakukan dengan alasan apapun Saat pemeriksaan, dari tanya jawab dengan
merupakan bentuk kejahatan yang tidak dapat pasien, didapatkan informasi bahwa pasien
dibenarkan. Oleh karena itu, sekecil apapun mengalami kekerasan fisik oleh suaminya. Kejadian
kekerasan yang dilakukan dapat dilaporkan sebagai pukul 07.30 tanggal 17 Oktober 2020 di rumah.
tindak pidana yang dapat di proses hukum. Pasien merasakan nyeri pada bahu kanan bagian
Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) adalah setiap depan, lengan bawah kanan, dan ibu jari tangan
perbuatan terhadap seseorang terutama kanan.
perempuan, yang berakibat timbulnya kesengsaraan

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN : 978-623-6595-34-3
Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020
The Indonesian Association of Forensic Medicine
166
Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

Pasien sudah menikah dengan suaminya selama


21 tahun. Dikaruniai 2 anak. Anak pertama berjenis
kelamin laki-laki umur 20 tahun, anak kedua berjenis
kelamin wanita umur 11 tahun. Suami pasien status
sebagai pegawai di sebuah universitas negeri XXX di
Propinsi XXX. Suami pasien mempunyai selingkuhan
yang bekerja di sebuah rumah sakit pemerintah di
propinsi XXX. Mereka sudah menjalani
perselingkuhan selama 2 tahun 6 bulan, masih
sampai sekarang. Pertengkaran yang menyebabkan
kekerasan fisik oleh suami kepada istrinya ini terjadi A. Tampak depan
disebabkan karena sang istri yang memegang bukti
perselingkuhan di handphone dan kartu memori
milik sang suami, direbut oleh sang suami, karena
sang istri mengancam akan melaporkan
perselingkuhan sang suami kepada pihak berwajib.
Selama perselingkuhan 2 tahun tersebut,
sebenarnya istri sudah mengetahuinya, dan sang
suami pernah melakukan pernyataan tidak akan
selingkuh diatas materai, namun ternyata sang
suami tetap selingkuh, sehingga sang istri berniat
melaporkan perselingkuhan suami ke pihak
berwajib, lalu terjadilah kekerasan fisik suami
B. Tampak samping
terhadap istrinya.
Pada saat pemeriksaan, pakaian yang digunakan
Gambar 1. Gambar pasien tampak depan(A) dan
pasien bagian luar ialah jaket biru lengan panjang
tampak samping(B)
bahan katun, bagian dalam ialah kaos warna putih
berlengan pendek bahan katun, bagian bawah
Pemeriksaan di IGD korban dalam keadaan
menggunakan celana panjang berbahan jeans warna
sadar penuh, tanda vital dengan hasil tekanan darah
hitam, sandal berwarna coklat berbahan kulit
125/81 mmHg, frekuensi nadi 89x/menit, frekuensi
sintetis. Lain lain, pasien membawa tas cangklong,
pernapasan 20x/menit dan suhu tubuh 36,1ºC.
warna krem, bahan kulit sintetis. Pasien
Pasien merasakan nyeri pada 11cm dari sumbu
menggunakan masker kain berbahan katun warna
tengah tubuh bagian depan kearah kanan, 10cm
putih. Gambar pasien saat pemeriksaan
dibawah puncak bahu kanan, tak tampak adanya
menggunakan pakaian lengkap dapat dilihat pada
luka, dapat dilihat pada Gambar 2. Pada lengan
Gambar 1.
bawah kanan bagian depan, 20cm dibawah lipatan
siku, terdapat sekumpulan luka memar, warna

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN : 978-623-6595-34-3
Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020
The Indonesian Association of Forensic Medicine
167
Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

kemerahan, kondisi bersih, berukuran 14cmx5cm, A. Telapak tangan kanan


dapat dilihat pada Gambar 3.

B. Jempol tangan kanan

Gambar 3. Luka di lengan bawah kanan bagian


depan.

Pada telapak tangan kanan, 5cm dari pergelangan


tangan, terdapat sekumpulan luka memar dan lecet
geser, luka lecet geser bentuk tak beraturan, arah
tak beraturan, warna kemerahan, kondisi bersih.
Tepat pada persendian jempol tangan kanan, terasa
nyeri jika digerakkan sendiri, tak tampak adanya
luka. Perlukaan pada telapak tangan kanan dan nyeri
di persendian jempol tangan kanan dapat dilihat Gambar 4. Luka di telapak tangan kanan(A) dan

pada Gambar 4. Nyeri di persendian jempol tangan kanan(B)

Pada pemeriksaan bagian psikiatri, menyimpulkan


pada saat diperiksa tidak ditemukan tanda
psikopatologi bermakna.

DISKUSI
Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004,
tindak kekerasan terhadap isteri dalam rumah
tangga dibedakan kedalam 4 (empat) macam, yaitu4 :

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN : 978-623-6595-34-3
Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020
The Indonesian Association of Forensic Medicine
168
Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

1) Kekerasan Fisik komentar-komentar yang menyakitkan atau


Kekerasan fisik adalah perbuatan yang merendahkan harga diri, mengisolir isteri
mengakibatkan rasa sakit, jatuh sakit atau dari dunia luar, mengancam atau menakut-
luka berat. Perilaku kekerasan yang nakuti sebagai sarana memaksakan
termasuk dalam golongan ini antara lain kehendak. Kekerasan psikologis ini lebih
adalah menampar, memukul, meludahi, berdampak pada kejiwaan dan umumnya
menarik rambut (menjambak), menendang, pemulihannya tidaklah mudah, bahkan
menyulut dengan rokok, memukul/melukai dapat melampaui waktu yang cukup lama.
dengan senjata dan sebagainya. Biasanya 3) Kekerasan Seksual
perlakuan ini akan nampak seperti bilur- Kekerasan jenis ini meliputi
bilur, muka lebam, gigi patah atau bekas pengisolasian (menjauhkan) isteri dari
lainnya. Kekerasan fisik sangat bervariasi kebutuhan batinnya, memaksa melakukan
atau bermacam-macam bentuknya, baik hubungan seksual, memaksa selera seksual
yang dialami oleh isteri dan atau anak sendiri, tidak memperhatikan kepuasan
sebagai korban. Kekerasan fisik yang pihak isteri.
dimaksudkan disini tidak semata-mata 4) Kekerasan Ekonomi
berkaitan dengan fisik dalam pengertian Setiap orang dilarang menelantarkan
tubuh korban, seperti melakukan kekerasan orang dalam lingkup rumah tangganya,
fisik (penganiayaan) seperti: ditampar, padahal menurut hukum yang berlaku
dipukul menggunakan alat, ditinju, baginya atau karena persetujuan atau
ditendang, membanting ke lantai, perjanjian ia wajib memberikan kehidupan,
membenturkan kepala ke tembok rumah perawatan atau pemeliharaan kepada
dan ada juga yang menginjak perut korban orang tersebut. Contoh dari kekerasan jenis
serta ada juga yang mengancam dengan ini adalah tidak memberi nafkah isteri,
menggunakan parang tetapi juga yang bahkan menghabiskan uang isteri.
berhubungan dengan material/property Dari empat macam tindakan kekerasan terhadap
yang dimiliki keluarga. Hal mana dapat istri dalam rumah tangga, pada kasus ini pasien
disebutkan bahwa pelaku melakukan mengalami Kekerasan Fisik saja.
tindakan menghancurkan, memecahkan Ada beberapa pasal dalam Kitab Undang-Undang
atau merusak barang–barang yang ada. Hukum Pidana (KUHP) yang mengandung pengertian
2) Kekerasan Psikologis kekerasan, yakni12 :
Kekerasan psikologis atau emosional a) Pasal 170
adalah perbuatan yang mengakibatkan Penyerangan dengan tenaga bersama
ketakutan, hilangnya rasa percaya diri, menggunakan kekerasan terhadap orang
hilangnya kemampuan untuk bertindak, atau barang, diancam pidana penjara paling
rasa tidak berdaya dan/atau penderitaan lama 5 (lima) tahun 6 (enam) bulan. Jika
psikis berat pada seseorang. Perilaku menghancurkan barang atau jika
kekerasan yang termasuk penganiayaan mengakibatkan luka-luka, pidana penjara
secara emosional adalah penghinaan, paling Iama 7 (tujuh) tahun. Jika luka berat,

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN : 978-623-6595-34-3
Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020
The Indonesian Association of Forensic Medicine
169
Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

pidana penjara paling lama 9 (sembilan) i) Pasal 333


tahun. Jika mengakibatkan maut, pidana Perampasan kemerdekaan orang lain
paling lama 12 (dua betas) tahun. dengan kekerasan dipidana dengan pidana
b) Pasal 211 penjara paling lama 9 (sembilan) tahun.
Kekerasan memaksa seorang pegawai j) Pasal 335
negeri untuk melakukan perbuatan atau Kekerasan memperlakukan orang lain
tidak melakukan perbuatan jabatan yang dengan tidak menyenangkan diancam
sah, pidana penjara paling lama 4 (empat) dengan pidana penjara paling lama 1 (satu)
tahun. tahun atau denda paling banyak Rp.
c) Pasal 212 4.500,00.
Dengan kekerasan melawan seorang k) Pasal 336
pegawai negeri yang sedang melaksanakan Mengancam dengan kekerasan
kewajibannya yang sah, dipidana penjara 1 terhadap orang atau barang secara terang-
(satu) tahun 4 (empat) bulan atau denda terangan dengan tenaga bersama, dipidana
paling banyak Rp. 4.500, 00. dengan pidana penjara paling lama 2 (dua)
d) Pasal 285 tahun 8 (delapan) bulan.
Dengan kekerasan memaksa seorang l) Pasal 351
perempuan bersetubuh dengan dia di luar Penganiayaan diancam pidana penjara
perkawinan, dipidana penjara paling lama paling lama 2 (dua) tahun 8 (delapan) bulan
12 (dua belas) tahun. atau denda paling banyak Rp. 4.500,00. Jika
e) Pasal 289 korban luka berat, yang bersalah dipidana
Kekerasan memaksa seorang anak penjara paling lama 5 (lima) tahun, jika
melakukan perbuatan cabul, pidana penjara korban mati, dikenakan pidana penjara
paling lama 9 (sembilan) tahun. paling lama 7 (tujuh) tahun.
f) Pasal 300 m) Pasal 353
Memaksa seseorang dengan kekerasan Penganiayaan dengan rencana, diancam
untuk minum-minuman yang memabukkan, pidana penjara paling lama 4 (empat)
dipidana penjara paling lama 1 (satu) tahun tahun. Jika korban luka berat, dipidana
atau denda paling banyak Rp. 4.000,00. penjara paling lama 7 (tujuh) tahun. Jika
g) Pasal 330 korban mati, dipidana penjara paling lama 9
Kekerasan menarik anak yang belum (sembilan) tahun.
cukup umur dari orang tua dijatuhkan
pidana penjara paling lama 9 (sembilan) n) Pasal 354
tahun. Penganiayaan berat, diancam pidana
penjara paling lama 8 (delapan) tahun. Jika
h) Pasal 332 mengakibatkan kematian, pidana penjara
Melarikan perempuan dengan paling lama 10 (sepuluh) tahun.
menggunakan kekerasan, diancam penjara
paling lama 9 (sembilan) tahun.

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN : 978-623-6595-34-3
Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020
The Indonesian Association of Forensic Medicine
170
Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

o) Pasal 355 tangga dibandingkan jika menggunakan


Penganiayaan berat dengan rencana, KUHP.
dipidana penjara paling lama 12 (dua belas) 2. Peranan seorang dokter dalam
tahun. Jika mengakibatkan kematian, pengumpulan bukti selama pemeriksaan
pidana penjara paling lama 15 (lima belas) medis forensik memiliki hubungan langsung
tahun. dengan keberhasilan penuntutan kasus.
Ketentuan pidana dalam Undang-Undang Nomor 3. Interval waktu pemeriksaan forensik
23 Tahun 2004 diatur dalam Bab VIII, yakni4: terhadap korban kekerasan dan saat
a) Pasal 44 untuk kekerasan fisik : kejadian sangat mempengaruhi hasil
Pidana penjara paling lama 5 (lima) pemeriksaan.
tahun atau denda paling banyak Rp. 4. Disarankan untuk memiliki Program
15.000.000, 00. Jika korban sakit atau luka Penyuluhan untuk Suami Istri yang dapat
berat, pidana penjara paling lama 10 membantu mengurangi kasus kekerasan
(sepuluh) tahun atau denda paling banyak dalam rumah tangga.
Rp. 30.000.000, 00. Jika korban mati, pidana 5. Hukuman keras disarankan bagi pelaku
penjara paling lama 15 (lima betas) tahun, kekerasan dalam rumah tangga baik itu
atau denda paling banyak Rp.45.000.000, wanita maupun pria.
00.
b) Pasal 45 untuk kekerasan psikis : DAFTAR PUSTAKA
Dipidana penjara paling lama 3 (tiga) 1. Fakih, Mansour. Analisis Gender dan Transformasi
Sosial. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012.
tahun atau denda paling banyak Rp. 2. Pangemaran DR. Tindakan kekerasan terhadap
perempuan dalam keluarga di Jakarta. Jakarta:
9.000.000, 00. Program Studi Kajian Wanita Program Pasca Sarjana
c) Pasal 46 untuk kekerasan seksual : Universitas Indonesia; 2005.
3. Komnas Perempuan.2016. Lembar Fakta Catatan
Pidana penjara paling lama 12 (dua Tahunan (CATAHU) 2016.
http://www.komnasperempuan.go.id/catatan-
belas) tahun atau denda paling banyak Rp. tahunan-2016-kekerasan-terhadap-perempuan-
meluas-negara-urgen-hadir-hentikan-kekerasan-
36.000.000, 00. terhadap-perempuan-di-ranah-domestik-
komunitas-dan-negara/.
d) Pasal 49 untuk penelantaran rumah tangga 4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang
Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (UU
: PKDRT).
5. World Health Organization. 2016. Violence Against
Pidana penjara paling lama 3 (tiga) Women.
http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs239
tahun atau denda paling banyak Rp /en/.
6. Sutrisminah, Emi.2004. Dampak Kekerasan Dalam
15.000.000,00. Rumah Tangga Terhadap Kesehatan Reproduksi.
Penelitian Staff Pengajar D3 Kebidanan FIK Unissula.
SIMPULAN 7. Arfa,Nys.2014, 1 Maret.Penanggulangan Kekerasan
Dalam Rumah Tangga di Kota Jambi. Majalah Forum
1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 Hukum Akademika,Vol 25 no.1. Tersedia: online-
journal.unja.ac.id/index.php/ForAk/article/view/21
tentang Penghapusan Kekerasan Dalam 67.
8. World Health Organization.2016. Infertility
Rumah Tangga merupakan produk hukum Definitions and Terminology.
http://www.who.int/reproductivehealth/topics/inf
yang khusus mengatur kekerasan yang ertility/definitions/en/.
9. Ardabily, Hasan E. et al. 2010. Prevalence and Risk
terjadi dalam lingkup rumah tangga, Factor for Domestic Violence Against Infertile
Women in an Iranian Setting. Article in International
sehinnga lebih sempurna digunakan untuk Journal of gynaecology and obstetrics: the official
organ of the International Federation of
menjerat pelaku kekerasan dalam rumah Gynaecology and Obstetrics.

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN : 978-623-6595-34-3
Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020
The Indonesian Association of Forensic Medicine
171
Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

10. World Health Organization. WHO multi country


study on women’s health and domestic violence
against women: summary report ofinitial results on
prevalence, health outcomes, and women’s
responses. Geneva: WHO; 2005.
11. Komisi Nasional Perempuan. Teror dan kekerasan
terhadap perempuan: hilangnya kendali negara,
catatan ktp tahun 2010. Jakarta: Komnas
Perempuan; 2011.
12. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana pada BAB V
tentang Kejahatan Terhadap Ketertiban Umum.

Copyright @ 2020 Authors. This is an open access article


distributed under the terms of the Creative Commons
Attribution-NonCommercial 4.0 International License
(http://creativecommons.org/licenses/by-nc/4.0/), which
permits unrestricted non-commercial use, distribution, and
reproduction in any medium, provided the original author and
source are properly cited.

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN : 978-623-6595-34-3
Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020 172
The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

Artikel Penelitian

Characteristics of Cases and Postmortem Examination in Dr. Hasan


Sadikin Hospital Period of 1st January 2016 to 30th September 2020
Temmy Mahendra1, Sani Tanzilah1
1Departemen/ KSM Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal
Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran - RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung

ABSTRACT
Introduction: Postmortem examinations can be carried out on several indications, including requests from the
police or other agencies for investigation, as well as other interests requiring data on the cause of death. This study
was conducted to determine the postmortem examination characteristics in the Forensic Department of Dr. Hasan
Sadikin Hospital from 1st January 2016 to 30th September 2020. It was also aiming percentage of postmortem
examination reports which were taken by investigators.
Methods: This research is a descriptive, cross-sectional study. The data derived from 815 medical records of
deceased were examined at Dr. Hasan Sadikin Hospital for the period 1 st January 2016 to 30th September 2020.
Data are proceeded by Microsoft Excel, then are presented in tables.
Result: Of all of 815 cases, most of them were traffic accidents (39,18%). For most of the examination, the victim's
identity was known. The most common type of examination was an external examination (85,20%). The reports
which were taken by the investigators was 17.41% of all.
Conclusion: Road traffic injury still is a leading cause of death. Basic data about forensic pathology was needed and
could be used by epidemiology concerns. Only a few of all reports were taken.

Keywords: Autopsy report, forensic pathology, postmortem examination, visum et repertum.

Korespondensi : Sani Tanzilah, email:sani.tanzilah@unpad.ac.id

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN :
173

Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020


The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

PENDAHULUAN
laporan otopsi adalah yang sangat diperlukan. Selain
Pemeriksaan postmortem adalah prosedur medis
itu laporan otopsi juga akan dibaca oleh peneliti
terhadap jenazah yang terdiri atas pemeriksaan
ataupun klinisi. Laporan otopsi di Indonesia dapat
bagian luar tubuh hingga pemeriksaan organ dalam
berbentuk laporan Visum Et Repertum (VeR).
tubuh. Terminologi lain dari pemeriksaan
Laporan otopsi secara umum adalah laporan yang
postmortem adalah otopsi. Secara etimologi otopsi
dibuat berdasarkan hasil pemeriksaan otopsi, namun
terdiri dari 2 kata yaitu auto yang artinya sendiri dan
Visum Et Repertum memiliki kekhususan ketika
opsis melihat sehingga otopsi berarti pemeriksaan
laporan yang dibuat berdasarkan otopsi atas
yang dilakukan sendiri untuk melihat korban. Kedua
permintaan kepolisian.7,8
terminologi tersebut bersubstitusi satu dengan
Tindakan pemeriksaan jenazah baik pemeriksaan
lainnya.1,2 Secara umum otopsi terbagi menjadi 2
luar atau otopsi dilakukan oleh seorang dokter
yaitu (1) otopsi forensik (medicolegal autopsy), yang
spesialis forensik. Otopsi yang dilakukan secara
dilakukan atas permintaan kepolisian, dan (2) otopsi
lengkap mampu menjelaskan penyebab kematian,
klinis (clinical atau academic autopsy) yang dilakukan
namun berbeda dengan pemeriksaan luar yang tidak
oleh keluarga kedua otopsi tersebut bertujuan
dapat menjelaskan penyebab kematian. Kedua
mencari penyebab kematian.3
metode pemeriksaan postmortem tersebut dapat
Tujuan dari pemeriksaan postmortem adalah
menghasilkan data yang dapat digunakan sebagai
mencari penyebab kematian, mengetahui
data epidemiologi.9,10
postmortem interval, identifikasi jenazah, berapa
lama jenazah bertahan dengan luka tersebut,
Metode
mekanisme kematian, identifikasi alat yang diduga
Pada penelitian ini, data yang digunakan
dipakai dalam suatu kejadian, menentukan jumlah
merupakan data sekunder yang berasal dari register
pelaku, mengetahui diantara luka yang ada signifikan
dan 804 rekam medis jenazah yang disertai surat
terhadap penyebab kematian, mengetahui apakah
permintaan Visum et Repertum, dan diperiksa di
jenazah ditemukan pada tempat yang
Instalasi Kedokteran Forensik RSUP Dr. Hasan Sadikin
sama.4Terdapat terminologi lain dalam pemeriksaan
Bandung. Dari rekam medis tersebut diperoleh
jenazah, yaitu postmortem external examination,
informasi mengenai identitas korban, jenis kasus
atau pemeriksaan luar jenazah yang merupakan
berdasarkan keterangan lisan dari penyidik, jenis
pemeriksaan fisik luar yang dilakukan terhadap
pemeriksaan, serta informasi pengambilan laporan
jenazah dalam mencari petunjuk mengenai
pemeriksaan atau Visum et Repertum oleh pihak
kematian.5,6
yang mengajukan permintaan pemeriksaan jenazah.
Setelah dilakukan tindakan otopsi maka semua
Data identitas korban diklasifikasikan menjadi (1)
hasil pemeriksaan termasuk pemeriksaan penunjang,
korban yang diketahui identitasnya, dan (2) korban
akan dilaporkan dalam bentuk laporan. Laporan
yang tidak dikenal identitasnya. Jenis kasus
otopsi adalah dokumen resmi yang akan digunakan
diklasifikasikan berdasarkan keterangan penyidik
oleh bukan hanya praktisi hukum, keluarga korban,
dan dugaan awal terkait kasus. Klasifikasi ini secara
pihak asuransi, yang kurang atau tidak mengerti
garis besar dibuat menjadi 10, yaitu, gantung,
bahasa medis oleh karena itu kejelasan mengenai

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN
174

Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020


The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

kematian bayi, kecelakaan kereta api, kecelakaan


Tabel 1 Karakteristik Kasus dan Pemeriksaan Jenazah
lalu lintas, kematian mendadak, dugaan
pembunuhan, dugaan keracunan, jatuh dari Jumla Persentas
ketinggian, tenggelam, klasifikasi kasus lainnya. Parameter Uraian h e
Hanging 12 1,49%
Klasifikasi terakhir yaitu kasus lain bervariasi namun
Infantisid 54 6,72%
jumlahnya relatif sedikit sehingga tidak dibuat dalam
Kecelakaan
klasifikasi tersendiri. Kasus ini terdiri atas KA 42 5,22%
pemeriksaan kerangka, kecelakaan pada saat KLL 315 39,18%
Kematian
bekerja, aborsi, dugaan komplikasi medis,
mendadak 292 36,32%
ekshumasi, sakit, dugaan bunuh diri, luka bakar, Dugaan
Jenis kasus
tersengat listrik. Pembunuha
n 36 4,48%
Jenis pemeriksaan yang dilakukan diklasifikasikan Dugaan
menjadi 2, yaitu (1) hanya dilakukan pemeriksaan keracunan 4 0,50%
luar, dan (2) dilakukan pemeriksaan luar serta
Jatuh dari
ketinggian 3 0,37%
pemeriksaan dalam (otopsi); sesuai dengan surat
Tenggelam 23 2,86%
permintaan visum et repertum. Lain-lain 23 2,86%
Informasi pengambilan laporan hasil
pemeriksaan dikategorikan menjadi (1) laporan Ada
Identitas 560 69,65%
sudah diambil dan (2) laporan belum diambil hingga Identitas
Tidak ada
periode waktu pengambilan data selesai. identitas 244 30,35%
Data-data tersebut diinput ke dalam spreadsheet,
Jenis Pemeriksaa
diklasifikasikan berdasarkan tahun dan variabel. n luar 685 85,20%
pemeriksaa
Selanjutnya data-data tersebut diolah menggunakan n Otopsi 119 14,8%
Microsoft Excel, dan disajikan dalam bentuk tabel.
Pengambila Diambil 140 17,41%
n laporan Belum
HASIL otopsi diambil 644 82,59%
Total pemeriksaan jenazah di Instalasi
Kedokteran Forensik RSUP Dr. Hasan Sadikin tahun Jenis Laki-laki 661 82,21%
2016-2020 berjumlah 804 kasus. Tabel 1 kelamin Perempuan 143 17,79%
menunjukkan deskripsi dan persentase masing-
Jumlah terbanyak pemeriksaan jenazahdilakukan
masing kategori pada tiap variabel yang diteliti.
terhadap jenazah korban kecelakaan lalu lintas,
diikuti oleh kasus mati mendadak. Sedangkan untuk
tren kasus, jumlah terbanyak terjadi pada tahun
2016, setelahnya perubahan tren terjadi secara
fluktuatif (gambar 1).

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN
175

Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020


The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

menunjukan hal sebaliknya, korban yang ditemukan


lebih banyak tidak ditemukan identitas atau
pengenal..12
Jenis pemeriksaan yang dilakukan di Departemen
Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal, tertinggi
adalah pemeriksaan luar, diikuti oleh otopsi forensik,
kemudian otopsi anatomi dan otopsi klinis. Secara
legal otopsi adalah rangkaian pemeriksaan luar yang
Gambar 1. Jumlah Pemeriksaan Jenazah tahun
diikuti oleh pemeriksaan dalam dan bila dibutuhkan
2016-2020
adalah pemeriksaan penunjang, akan tetapi di
Dari seluruh pemeriksaan, 560(69,65%)
Indonesia masih banyaknya keluarga korban atau
diantaranya diketahui identitasnya, dansebanyak
ahli waris lainnya yang menolak dilakukan tindakan
244(30,35%) lainnya tanpa identitas. Jumlah tiap
pemeriksaan dalam. Menolaknya keluarga untuk
tahun berfluktuatif namun tidak terlalu signifikan.
dilakukan pemeriksaan dalam dapat membuat
Selama periode tersebut, jumlah kasus dengan
penentuan penyebab kematian terhambat karena
identitas lebih banyak mendominasi dibandingkan
hanya pemeriksaan luar yang dilakukan terhadap
kasus tanpa identitas.
jenazah. Penolakan seperti ini juga terjadi di negara
Berdasarkan jenis pemeriksaan,sebagian besar
lain. Disebutkan beberapa faktor yang dapat menjadi
jenazah hanya dilakukan pemeriksaan luar, dan
penyebab penolakan antara tingkat pengetahuan,
dilakukanterhadap otopsi sebanyak 14,8% jenazah
cara pandang, dan kemampuan forensik patolog
yang diperiksa. Setelah pemeriksaan dan laporan
dalam memberikan pemahaman tentang tindakan
selesai, tidak semua laporan diambil oleh penyidik.
otopsi.13,14 Jika dibandingkan dengan data lain,
Mayoritas laporan belum diambil oleh penyidik
menyebutkan bahwa otopsi forensik adalah tindakan
hingga pengambilan data dilaksanakan.
yang cukup sering dilakukan, namun angkanya
mengalami penurunan dikarenakan adanya
DISKUSI
perkembangan teknologi pencitraan.15
Berdasarkan data yang didapatkan maka kasus
yang paling banyak adalah kasus kecelakaan lalu
SIMPULAN
lintas. Hal tersebut sejalan dengan data penelitian di
Peran kedokteran forensik sangat penting
Bulgaria yaitu penyebab kematian pada kasus-kasus
dalam mencari sebab pasti kematian. Pemeriksaan
forensik disebabkan oleh trauma diikuti oleh
postmortem yang dilakukan dapat memberikan
kematian karena penyakit.11
informasi penyebab kematian. Pemeriksaan luar
Korban yang datang terbagi menjadi korban yang
yang dilakukan secara tersendiri mempunyai
disertai dengan identitas dan tanpa identitas. Data
signifikan terhadap penentuan gambaran atau pola
menunjukan bahwa korban dengan identitas lebih
luka. Kasus yang paling banyak ditangani oleh
banyak dibandingkan dengan tanpa identitas. Pada
forensik patolog adalah kasus trauma akibat
salah satu data yang diambil di Afrika Selatan oleh
kecelakaan lalu lintas. Selain untuk aspek
Athi Baliso, Chandra Finaughty, Victoria E. Gibbon,

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN
176

Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020


The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

medicolegal, data dasar yang didapatkan dalam Copyright @ 2020 Authors. This is an open access article
distributed under the terms of the Creative Commons
pemeriksaan postmortem dapat digunakan untuk Attribution-NonCommercial 4.0 International License
kepentingan epidemiologis. (http://creativecommons.org/licenses/by-nc/4.0/), which
permits unrestricted non-commercial use, distribution, and
reproduction in any medium, provided the original author and
source are properly cited.
DAFTAR PUSTAKA

1. Wong A, Osborn M, Waldmann C. Autopsy and critical


care. J Intensive Care Soc. 2015;16(4):278–81.
2. Dogan KH, Demirci S. Introductory Chapter: An
Overview of Post-Mortem Examination and Autopsy.
Post Mortem Exam Autops - Curr Issues From Death
to Lab Anal. 2018;
3. Knight B, Saukko P. Knight’s Forensic Pathology. 4th
ed. New York: CRC Press; 2016. 277 p.
4. Verma V, Sankhla MS, Kumar R, Verma SK.
Medicolegal Autopsy and Postmortem Examination in
Female Victims of Crime : When and Why Medicolegal
Autopsy and Post-Mortem Examination in Female
Victims of Crime : When and Why. 2020;(January).
5. Madea B, Rothschild M. The Post Mortem External
Examination. Dtsch Arztebl. 2010;107(33):575–88.
6. Behrens LM, Sperhake JP, Püschel K, Schröder AS. The
postmortem examination prior to cremation: Still a
necessary safety measure? Leg Med.
2020;43(November 2019):101664.
7. Knudsen PJT, Thomsen JL, Ampanozi G, Thali MJ.
Autopsy. Handb Forensic Med. 2014;(July 2018):138–
60.
8. Hutchins GM, Berman JJ, Moore GW, Hanzlick R, Shin
C. Practice guidelines for autopsy pathology: Autopsy
reporting. Arch Pathol Lab Med. 1999;123(11):1085–
92.
9. Mucheleng’anga L, Himwaze C. The role of forensic
pathology in the COVID-19 pandemic in Zambia.
Forensic Sci Int Reports. 2020;2(October):100147.
10. Lathrop SL. Forensic Pathology and Epidemiology,
Public Health and Population-Based Research. Acad
Forensic Pathol. 2011;1(3):282–7.
11. Dekov DP, Ivanov IN, Kostadinov SD, Popovska SL,
Lisaev PI, Dorovski PD. Statistical Analysis of the
Forensic Autopsies, Performed in the Department of
Forensic Medicine of University Hospital Pleven for
the Period 2009-2013 (A Preliminary Report). J
Biomed Clin Res. 2016;9(1):30–6.
12. Baliso A, Finaughty C, Gibbon VE. Identification of the
deceased: Use of forensic anthropology at Cape
Town’s busiest medico-legal laboratory. Forensic Sci
Int Reports. 2019;1(October):100042.
13. Stempsey WE. The penetrating gaze and the decline
of the autopsy. AMA J Ethics. 2016;18(8):833–8.
14. Kaoje A, Mohammed U, Abdulkarim A, Raji M, Ango U,
Magaji B. Knowledge, Attitude, and Perception of
Postmortem Examination among Doctors and Nurses
in a Tertiary Hospital of Sokoto, Nigeria. J Forensic Sci
Med. 2016;2(2):78–84.
15. Schmidt U, Oramary D, Kamin K, Buschmann CT,
Kleber C. Synergistic Effects of Forensic Medicine and
Traumatology: Comparison of Clinical Diagnosis
Autopsy Findings in Trauma-Related Deaths. World J
Surg. 2020;44(4):1137–48.

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN
177

Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020


The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

Laporan kasus

Identification Process on Human Skeleton


Putu Melati Suci Kusuma1, Arfiani Ika Kusumawati1
1Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal,
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia - RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo

ABSTRACT
Introduction: Identification of human remains is an important process because every human deserves to be buried
with regards to their identities.
Case Illustration: Unknown human remain was received by Cipto Mangunkusumo National Hospital’s Morgue in
form of the skeleton without any soft tissues and total disarticulation of the joints. The human skeleton was still
fully dressed in woman clothes. Skull examinations reveal Inca Island on occipital, teeth in shovel shape, soft and
small skull, skull suture examination, in general, reveals obliteration on sutures and 10 point score on Lovejoy and
Mendl criteria. Pelvic examination findings are platypelloid shaped with a pubic bone angle greater than 90 0 and
wide greater sciatic notch. Femur bone length is 38 centimeters used for stature estimation using Trotter-Glesser
formula for Mongoloid. No traumas were found on the skeleton.
Discussion: Inca Island on occipital and shovel-shaped teeth concluded the skeleton as mongoloid race. Soft and
small skull with platypelloid shaped pelvis and wide greater sciatic notch reveal the skeleton gender as a woman.
Ten points in sutures examination using Lovejoy and Mendl criteria obtained from 5 sutures, which are bregma, mid
coronal, pterion, sphenofrontal, and superior sphenotemporal, showed the skeleton age estimation was between
39 until 69 years old. The stature estimation using Trotter-Glesser formula based on femur bone length showed
stature between 152.6 to 159 centimeters.
Conclusion: Forensic identification process using multiple approaches and methods holds significant roles in an
attempt to reveal their identities in respect of their human right.
Keywords: Forensic; Identification; Skeleton

Korespondensi : Arfiani Ika Kusumawati,email: arfiani.arfiani@gmail.com

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN
178

Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020


The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

PENDAHULUAN
dalam sebuah rumah daerah Penjaringan Jakarta
Identifikasi merupakan upaya yang sangat
Utara. Dari surat permintaan visum yang dikirimkan
penting dalam membantu mengenali seseorang yang
disertakan keterangan bahwa jenazah merupakan
sudah meninggal. Undang – undang Republik
seorang perempuan berusia sekitar 62 tahun,
Indoensia No 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
meninggal sekitar 9 bulan lalu dugaan sakit. Saat
pasal 118 menyebutkan bahwa Mayat yang tidak
sampai di RSCM, jenazah berupa tulang belulang
dikenal harus dilakukan upaya identifikasi. Pada
mengenakan pakaian lengkap berwarna merah
dasarnya identifikasi adalah membandingkan data
berada di dalam kantong jenazah berwarna oranye.
ante mortem dan post mortem. Namun pada
Jenazah tersebut dibungkus dengan satu helas
kenyataannya, seringkali kita mendapatkan jenazah
potongan seprai berbahan katun berwarna coklat
yang tidak utuh, bahkan hanya tulang belulang. Ada
dengan motif bunga-bunga dengan kombinasi warna
beberapa metode yang bisa digunakan dalam upaya
merah, abu-abu, dan putih. Jenazah berlumuran
proses identifikasi, yakni identifikasi primer (sidik
tanah dan pasir. Selain itu, di sekitar tulang
jari, gigi, dan DNA) dan identifikasi sekunder
tengkorak, terdapat beberapa helai rambut ikal
(meliputi deskripsi personal, temuan medis, tato,
berwarna coklat beruban dengan panjang 24
dan segala pakaian maupun aksesoris yang
sentimeter. Pakaian jenazah terdiri dari 3 helai
ditemukan pada jenazah untuk mendukung metode
sweater berbahan wol, berwarna merah tanpa merk
identifikasi lainnya).1
dan ukuran, 3 helai calana panjang, berbahan katun,
Antropologi merupakan salah satu cabang
berwarna merah, tanpa merk ukuran, pada paha kiri
spesifik antropologi biologi yang berbasis pada
terdapat border ADIDAS berwarna hitam,, pada
osteologi dan anatomi manusia dengan tujuan untuk
bagian depan celana terdapat 2 buah kantong tanpa
mengidentifikasi individu untuk kepentingan hukum
isi. Selanjutnya 3 buah celana panjang berbahan wol,
dan peradilan.2 Tulang merupakan bagian tubuh
berwarna merah, tanpa merk dan ukuran. Pada
manusia yang paling bertahan lama post mortem
bagian paha kiri terdapat bordir “NIKE” berwarna
dan dapat digunakan untuk mengidentifikasi ras,
hitam dan pada bagian depan terdapat 2 buah
jenis kelamin, perkiraan usia, dan perkiraan tinggi
kantong tanpa isi serta 1 helai celana dalam
badan dengan berbagai metode, selain itu dapat
berbahan katun berwarna abu-abu. Benda di
dilihat apakah ada identitas khusus atau tanda-tanda
samping jenazah terdiri dari satu buah masker kain
kekerasan pada tulang.
berwarna merah dan satu buah kantong plastik
“Mini Outlet” yang berisikan potongan tulang.
METODE
Metode penulisan ini berupa laporan kasus
dan analisis kasus yang merujuk pada berbagai
literatur.
LAPORAN KASUS
Jenazah tidak dikenal dikirimkan ke Instalasi
Kamar Jenazah RSCM dalam kondisi berupa tulang
Gambar 1. Kondisi awal kerangka
belulang. Menurut polisi, jenazah ditemukan di

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN
179

Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020


The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

menampakkan bagian porosnya.3 Kesan kasus ini,


Setelah disisihkan, dibersihkan, dan disusun
temuan yang ditemukan adalah tulang manusia
sesuai letak anatomis, tulang-tulang tersebut
karena secara makroskopik, teksturnya berbeda
dilakukan identifikasi. Jenazah tersebut merupakan
dengan yang bukan tulang (misalnya ranting,
kerangka1 kerangka manusia dengan bagian-bagian
atau kayu).3
yang ditemukan adalah 1 buah tulang tengkorak
2. Membedakan Tulang Hewan dan Bukan Hewan
utuh, 1 buah tulang rahang bawah utuh, sepasang
Membedakan tulang hewan dari tulang manusia
klavikula, Iga kanan kiri masing-masing 12 buah,
sangat penting. Jika tulang hewan dan manusia
sepasang tulang scapula, sepasang tulang radius dan
diletakkan bersama, maka akan tampak
ulna, tulang belakang terdiri dari 7 ruas tulang leher
perbedaannya. Pada tulang hewan yang sudah
(cervical), 12 ruas tulang punggung (torakal), 5 ruas
dewasa, akan tampak bahwa semua lempeng
tulang pinggang (lumbal), 5 ruas tulang kelangkang
epifisis sudah menyatu, sedangkan pada tulang
(sacrum) yang menjadi 1, serta 4 ruas tulang tulang
manusia, belum tentu semua lempeng epifisis
ekor (coxae) yang juga menjadi 1. Sepasang tulang
menyatu bahkan mungkin sudah ada bagian yang
panggul, sepasang tulang femur, sepasang tulang
hilang. Struktur anatomisnya pun berbeda.
patella, sepasang fibula dan tibia, dan tulang-tulang
Manusia adalah bipedi, yakni berdiri di atas dua
penyusun tangan dan kaki dengan kesan tidak
kaki, sedangkan hewan yang paling banyak
lengkap.
berada di sekitar manusia adalah hewan berkaki
empat (quadriplegi), hal ini sangat
PEMBAHASAN
mempengaruhi bentuk struktur tulang. Panggul
Pada pemeriksaan jenazah ini, dapat dianalasis
manusia mengikuti poros persendian sebagai
beberapa hal sebagai berikut. :
konsekuensi bipedi yakni cenderung memendek
1. Membedakan tulang dan bukan tulang
dan melebar. Dibanding dengan hewan berkaki
Saat menemukan rangka yang diduga
empat, panggul akan lebih meninggi. 3,4 Kesan
manusia/hewan, hal yang harus diingat adalah
dalam kasus ini merupakan tulang manusia
bahwa bisa jadi temuan tersebut bermakna dan
dikarenakan struktur anatomisnya
mengandung informasi. Bisa jadi rangka tersebut
menggambarkan ciri-ciri bipedi.
tercampur dengan benda lain yang menyerupai
3. Ras
rangka atau bahkan tulang hewan. Dalam aspek
Salah satu index pengukuran yang berperan
forensik, pemeriksaan tersebut harus lebih teliti,
penting dalam penentuan Ras adalah index
Ubelaker (1998, dalam Byers, 2008)
cepahalic, dengan rumus sebagai berikut :4
memyebutkan bahwa untuk memastikan temuan
Head Breadth
tersebut tulang atau bukan, dengan Cepahalic Index = x 100%
𝐻𝑒𝑎𝑑 𝑙𝑒𝑛𝑔𝑡ℎ

menggunakan mikroskop dengan pembesaran. Dimana dalam kasus ini, lebar tengkorak : 13,5
Tulang, jika dilihat di bawah mikroskop, maka cm, panjang tengkorak 16,4 cm, maka jika
akan tampak penampang yang kompak dan dimasukkan dalam rumus, didapatkan hasil 82,3
padat. Sebaliknya, pada benda yang bukan yang berarti masuk dalam kriteria
tulang, strukturnya tidak konsisten dan brachiocephalic index

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN
180

Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020


The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

didapatkan Ischiopubic Index > 114% (lebih dari 94%)


kemudian untuk karakterikstik tulang panggul, dalam
kasus ini ukurannya lebih kecil dan halus, bentuk
pubis lebar dan bundar, lubang jalan lahir bulat atau
elips (lonjong), sudut sub pubis berbentuk “U”,
foramen obtrurator kecil dan cenderung berbentuk
Selain analisis metric (pengukuran), bisa
segitiga, ischaitic notch yang lebar, dan bentuk
juga digunakan analisis non metric yang
sacrum yang rendah dan lebar.
merupakan observasi ciri-ciri tengkorak
(morphoscopic). Hal yang digunakan di sini
adalah adanya inca island, memiliki gigi insisivus
yang berbentuk shovel shape, gigi molar 4 cusp,
palatum berbentuk ellipsoid/rounded, dan sutura
palatum yang lurus. Kesan ras : mongoloid.

Gambar 3. Tulang panggul


Penentuan jenis kelamin melalui tulang
tengkorak ditemukan permukaan tengkorak lebih
halus, angulus mandibular >90%, tonjolan atas
tepi lubang mata (arkus supra orbita) datar.
Lubang tulang hidung (fossa pyriformis) yang
berbentuk oval. Tulang belakang telinga
Gambar 2. Lengkung palatum dan Inca Island
(prosesus mastoideus) yang halus. Permukaan
tulang tengkorak belakang (protuberantia
4. Jenis Kelamin
occipitalis eksterna) yang tidak terlalu menonjol,
Pelvis atau tulang panggul, adalah
dan dagu meruncing.
parameter tersering yang digunakan untuk perkiraan
jenis kelamin, karena pelvis adalah bagian dari tulang
yang sangat dipengaruhi oleh aktivitas melahirkan.
Dalam menentukan jenis kelamin biasanya dilakukan
2 metode, antroposkopi dan antropometri.
Antroposkopi lebih menekankan kepada
karakterisktik yang bersifat kualitatif, non metris,
lebih menekankan pada bentuk. Sedangkan karakter
metris ditentukan melalui metode pengukuran.
Gambar 4. Tulang tengkorak
Metode metris yang paling sering digunakan adalah
menghitung indeks ischio – pubis. Dalam kasus ini

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN
181

Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020


The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

Selain tulang tengkorak dan tulang panggul, ada


SIMPULAN
beberapa parameter yang juga bisa digunakan
Pada pemeriksaan jenazah yang sudah berupa
untuk penentuan jenis kelamin. Panjang scapula :
kerangka dengan bagian ruas – ruas jari tangan yang
16,5 cm, Diameter kaput humerus 30 mm,
tidak lengkap ini ditemukan perkiraan ras mongoloid,
diameter kaput femur 36 mm. Kesan jenis
berjenis kelamin perempuan, dengan perkiraan usia
kelamin : perempuan.
47 – 61 tahun, perkiraan tinggi badan 152 – 165 cm.
5. Perkiraan Usia
selain itu tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan
Perkiraan usia dilihat dari persambungan kepala
pada tulang. Sebab mati tidak dapat ditentukan
(sutura). Titik yang digunakan adalah 5 titik. Yaitu
karena adanya kekerasan pada permukaan tubuh
Bregma, Midcoronal, Pterion, Sphenofrontal, dan
maupun pada organ-organ dalam tidak dapat
Superior Sphenotemporal didapatkan nilai 10,
disingkirkan pada kasus ini.
menunjukkan perkiraan usia 39-69 tahun. Dari
pemeriksaan odontology forensik, didapatkan
DAFTAR PUSTAKA
perkiraan usia 47 – 58 tahun . 1. Budiyanto A, Widiatmaka S, Atmaja D.S. Identifikasi
Forensik. Dalam Ilmu Kedokteran Forensik. Bagian Ilmu
Perkiraan usia juga dapat dilihat dari simfisis Kedokteran Forensik dan Medikolegal Fakultas
pubis menggunakan metode Brooks & Suchey, Kedokteran Universitas Indonesia : Jakarta. 1999.
2. Indriati, E. Antropologi Forensik. Gajah Mada University
didapatkan perkiraan usia 61 tahun. Press : Yogyakarta. 2010.
3. Byers, S. Introduction to Forensic Anthropology. Pearson :
6. Perkiraan Tinggi Badan Boston. 2008.
Dengan menggunakan metode rangka utuh 4. DiGangi, E.A & Hefner, J.T., Ancestry Estimation: In Research
Methods in Human Skeleton Biology. New York : Academic
dengan cara menjumlahkan ukuran vertical Press.2013.
5. Christensen, A.M., Passalacqua, N.V. & Barterlink, E.J.,
seluruh tulang, yang menopang tinggi badan Forensic Anthropology: Current Methods and Practice,
Oxford : Elsevier Inc. 2014.
manusia dengan nilai koreksi jaringan lunak,
didapatkan hasil 154.5 cm + 10,5 cm = 165 cm. Copyright @ 2020 Authors. This is an open access article
distributed under the terms of the Creative Commons
Selain itu perkiraan tinggi badan juga bisa Attribution-NonCommercial 4.0 International License
(http://creativecommons.org/licenses/by-nc/4.0/), which
melihat dari tulang-tulang panjang dan permits unrestricted non-commercial use, distribution, and
reproduction in any medium, provided the original author and
memasukkannya ke dalam beberapa metode, source are properly cited.

seperti Pearson dan Totter Glesser. Dalam kasus


ini, didapatkan panjang tulang femur 38 cm,
Fibula 31 cm, Tibia 32 cm, Humerus 26,5 cm,
Radius 20 cm, dan Ulna 22 cm. maka jika kita
masukkan dalam rumus Trotter Glesser
didapatkan perkiraan tinggi badan jenazah 152 –
159 cm.5
7. Tidak ditemukan adanya tanda-tanda kekerasan
maupun identifikasi khusus pada tulang.

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN
182

Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020


The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

Tinjauan Pustaka

Slc6a4/5httlpr Gene Polymorphism Mapping On The Papua Tribe


1
Perdido, 2Hendro Widagdo
1,2Department of Forensic Medicine and Medicolegal, Faculty of Medicine, Public Health and Nursing Universitas Gadjah Mada

ABSTRACT
Aggressive behavior occurs because of many factors. Genetics is one of the internal factors that are responsible for
aggressive behavior in addition to disagreement, conflict of interests, and ideology. SLC6A4/5-HTTLPR gene
polymorphisms are responsible for aggressive behavior. Historically and biologically these gene polymorphism
allegedly influenced neurotransmitter levels of serotonin in the synaptic cleft. Papuans are often misunderstood,
their open, respectful, dynamic, courageous, and high-pitched dialect make them considered aggressive, whereas
the results of psychological tests on several previous studies indicated that the Papuan Tribe is not an aggressive
tribe. In this literature review, we focused on the relationship between genes which encode serotonin transporter
with emergence of aggressive behavior and the results of the previous studies. The mapping of this gene in
Croatia, China, and Russia have shown various results. It is important to conduct research on this gene
polymorphism to improve the understanding of The Papua Tribe, in addition to economic, political, and cultural
approaches, therefore the peace and prosperity can be realized throughout Indonesia.

Keywords : Aggressive, Papua, Polymorphism, 5-HTTLPR

Korespondensi : Perdido, email: edoinneremedizin@gmail.com

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN
183

Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020


The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

maupun rangsangan situasional. Gen adalah salah


PENDAHULUAN
satu faktor internal yang bertanggung jawab
Penelitian telah berhasil memetakan
terhadap perilaku agresif. Tinjauan pustaka ini
kandidat gen yang mempengaruhi perilaku agresif
bertujuan untuk mengetahui pentingnya pemetaan
pada hewan, hal ini menjadi dasar dilakukannya
gen SLC6A4/5-HTTLPR pada populasi Suku Papua
penelitian serupa pada manusia, polimorfisme pada
sehingga kita mengetahui peranan polimorfisme gen
gen Solute Carrier Family 6 Member 4 (SLC6A4 / 5-
SLC6A4/5-HTTLPR ini terhadap perilaku agresif
HTTLPR) pada kromosom nomor 17, yaitu gen yang
sehingga diharapkan dapat meningkatkan
mengkode transporter serotonin, dianggap
pemahaman kita terhadap Suku Papua. Selanjutnya
bertanggung jawab terhadap menurunnya kadar
terbuka juga kesempatan untuk melakukan
serotonin di dalam celah sinaps, sehingga
pemetaan serupa pada semua suku di Indonesia.
memunculkan perilaku agresif. Di Indonesia,
Hasil penelitian mengenai topik ini bisa memperkaya
khususnya di Provinsi Papua, sampai saat ini masih
kazanah ilmu pengetahuan pada umumnya,
dianggap sebagai daerah yang rawan konflik
mengetahui konsistensi hasil penelitian sebelumnya,
kekerasan. Di provinsi ini pertikaian antar sesama
seperti yang sudah dilakukan di Kroasia, China,
orang Papua atas dasar kepentingan adat/suku
maupun Rusia, serta memberikan bantuan kecil
maupun sebab lain masih banyak terjadi dan sering
dalam melakukan pendekatan terhadap konflik yang
diliput baik oleh media nasional maupun media
terjadi di Papua selain dari pendekatan ekonomi,
internasional (1). Kerawanan ini masih ditambah lagi
politik, dan kultural tetapi juga secara genetik.
oleh keinginan untuk merdeka yang digagas oleh
sebagian kalangan elit dan mahasiswa Papua. Para Polimorfisme Gen SLC6A4
penggagas kemerdekaan ini seringkali melakukan Polimorfisme adalah mutasi / variasi pada
aksi-aksi yang provokatif sehingga berujung pada gen yang tidak menyebabkan perubahan struktur
kekerasan selain itu banyaknya berita yang protein melainkan hanya mengakibatkan variasi
melaporkan agresifitas mahasiswa Papua saat pada fungsi protein. Polimorfisme terdapat > 1 %
berada di dalam maupun di luar Papua yang terlibat populasi. Polimorfisme diturunkan sehingga
dalam aksi demonstrasi yang berakhir dengan frekuensi polimorfisme pada setiap etnis dapat
kericuhan maupun bertikai dengan warga sekitar berbeda-beda (Rahmadhayanti, et al., 2014). Kajian
karena persoalan sepele menambah kesan bahwa mengenai polimorfisme pada gen SLC6A4 terhadap
suku Papua adalah suku yang agresif, akan tetapi dua perilaku agresi sudah mulai giat dilakukan di luar
penelitian sebelumnya dalam ranah psikologi negeri walaupun belum banyak. Suatu Review yang
menunjukkan bahwa Suku Papua bukan merupakan dilakukan oleh Veroude et al pada tahun 2016
suku yang Agresif (2–4). Konflik yang bernuansa berhasil mengumpulkan banyak gen kandidat yang
kekerasan seperti ini terjadi karena adanya berhubungan dengan perilaku agresif, menurut
perbedaan pemahaman, kepentingan, dan ideologi mereka gen SLC6A4 berhubungan dengan agresi,
di antara para pelakunya (1). Selain itu perilaku kemarahan, dan tindak krimininal (6).
kekerasan diduga juga terjadi karena hasil interaksi Polimorfisme pada gen SLC6A4 terdiri dari
antara kondisi internal, eksternal, stresor lingkungan, Variable Numbers of Tandem Reapeats (VNTR) dan

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN
184

Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020


The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

Single Nucleotide Polymorphism (SNP). Pada VNTR


mengungkap hubungan gen-gen terkait
terdapat dua alel, yaitu: alel panjang L dan alel
neurotransmiter serotonin terhadap perilaku agresif
pendek S. Alel L (16 ulangan) cenderung
hewan coba (Waltes, et al , 2016), hasil penelitian ini
meningkatkan transkripsi daripada alel S (14
memudahkan penelitian pada manusia dalam
ulangan). Baik pada alel L maupun alel S bisa
mencari kandidat-kandidat gen yang berhubungan
terdapat polimorfisme SNP. Pada SNP ini nukleotida
dengan agresi, contohnya adalah gen Solute Carrier
adenin tergantikan menjadi nukleotida guanin (A>G).
Family 6 Member 4 (SLC6A4) (18).
Alel pada polimorfisme ini adalah alel LA, LG, SA, dan
Perilaku Agresif
SG (Wendland et al., 2006; Odgerel et al., 2013;
Menurut teori psikologi yang dikemukakan
Zhang et al., 2017; Cherepkova, et al., 2018).
oleh Sigmund Freud (1915), perilaku agresif adalah
Penelitian yang dilakukan di Kroasia, China, dan
insting yang melekat pada diri manusia. Evolusionis,
Russia menunjukkan bahwa polimorfisme pada gen
Charles Darwin mengemukakan bahwa perilaku
SLC6A4 ini dipengaruhi oleh suku bangsa. Penelitian
agresif adalah suatu tindakan manusia untuk
pada 1804 orang Kroasia, Rusia, Tatar, dan Bashkir
bertahan hidup agar tetap dapat menjaga dan
menemukan bahwa frekuensi alel-alel gen 5-HTTLPR
mengembangkan kemanusiawiannya maupun
di antara populasi itu bervariasi karena rendahnya
membangun dan mengembangkan komunitasnya.
frekuensi alel S dan genotipe S/S (12). Penelitian di
Miller dan John Dollard (1941), mengemukakan
Tiongkok menemukan hal yang sama bahwa orang
suatu teori yang menyatakan bahwa perilaku agresif
Han memiliki frekuensi alel S lebih tinggi
merupakan hasil belajar yang dijadikan sebagai
dibandingkan dengan frekuensi alel S orang
respon, teori ini kemudian disempurnakan oleh
kaukasia, sedangkan orang kaukasia memiliki
Bandura (1959) dan
frekuensi alel L lebih tinggi dibandingkan orang Han
Walters (1963). Mereka berpendapat bahwa sikap
(13). Penelitian serupa juga dilakukan oleh
agresif didapatkan dari meniru perilaku model atau
Butovskaya dan kawan-kawan dengan
dengan kata lain, perilaku agresif adalah sesuatu
membandingkan frekuensi antara alel polimorfisme
yang dipelajari dan bukan perilaku yang dibawa sejak
gen 5-HTTLPR antara suku-suku di Tanzania (suku
lahir (19,20).
Hadza, Datoga) dengan orang Rusia, didapatkan hasil
Sikap agresif sebagai suatu perilaku primitif
bahwa alele LA suku Datoga memiliki frekuensi
yang pada awalnya berguna untuk bertahan hidup di
paling tinggi (14).
alam liar, tetapi sekarang digunakan untuk merusak,
Gen Solute Carrier Family 6 Member 4
melukai, dan menyengsarakan suatu obyek tertentu
(SLC6A4) adalah gen yang mengkode protein
dijelaskan oleh Hastuti (2018). Xiang et al., (2019)
membran integral yang disebut transporter
juga menjelaskan hal yang sama, perilaku agresif
serotonin. Gen ini terletak pada kromosom ke-17
sebagai keinginan untuk melukai, merusak, atau
(17q11.2) (Fanelli dan Serretti, 2019). Transporter ini
mencederai orang lain (21). Banyak sekali definisi
bertanggung jawab untuk mengambil kembali
yang menerangkan mengenai apa sebenarnya agresi
serotonin pada celah presinaps dan memainkan
itu, tetapi semuanya menunjukkan suatu kesamaan,
peranan penting dalam pengaturan serotonin (16).
Penelitian selama berpuluh-puluh tahun berhasil

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN
185

Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020


The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

yaitu tindakan dengan tujuan untuk melukai atau


Khaninah et al (2016). Susantyo (2011)
merusak milik orang lain.
mengemukakan pendekatan model terintegrasi
Menurut Khaninah dan Widjanarko (2016)
dalam menjelaskan munculnya perilaku agresif. Pada
agresi memiliki dua komponen, yaitu agresi fisik
perilaku agresif terdapat hubungan saling
maupun agresi verbal yang muncul karena adanya
mempengaruhi antara kondisi eksternal manusia
rangsangan lingkungan. Contoh dari agresi verbal
(keluarga, rekan sebaya, tetangga, dan sekolah),
adalah mencaci maki, mengumpat, mengancam,
stressor lingkungan (kebisingan, keramaian, suhu,
sehingga terjadi luka secara psikis, sedangkan agresi
kualitas udara, dan lingkungan yang buruk), stimulus
fisik contohnya adalah berbagai macam tindak
situasional (efek senjata, alkohol, media masa, dan
kekerasan fisik maupun seksual yang dilakukan
provokasi), serta kondisi internal (genetik, hormon,
dengan menggunakan bagian tubuh atau benda
kimia darah, insting, stress, emosi, frustasi, dan
keras untuk mengakibatkan luka fisik. Teori klasik
konsep diri).
dari Crick dan Grotpeter yang dikemukakan pada
Dalam pandangan biologis perilaku agresif
tahun 1995 menerangkan bahwa agresi mempunyai
disebabkan oleh kadar serotonin yang rendah
tiga komponen yaitu agresi fisik, agresi verbal, dan
(Rahim et al ., 2016). Neurotransmitter serotonin
agresi relasional. Contoh dari agresi relasional adalah
adalah suatu molekul purba, yang mengatur respon
membicarakan orang lain, menjauhi secara sosial,
seseorang untuk menghindari interaksi sosial yang
dan menyindir yang berbau suku, ras, agama, dan
berbahaya (25). Neurotransmitter serotonin juga
antar golongan. Penelitian mengenai kuesioner
bertugas mengatur pola perilaku yang rumit.
agresifitas Buss-Perry menunjukkan bahwa agresi
Penelitian oleh Seo et al., (2008) menunjukkan
terdiri dari empat komponen yaitu agresi fisik, agresi
bahwa neurotransmiter serotonin mempunyai efek
verbal, kemarahan (respon dari seseorang yang
inhibisi di otak (Seo et al., 2008). Serotonin bertugas
menunjukkan marah dan frustasi), dan permusuhan
mengatur emosi dan tingkah laku termasuk
(perasaan curiga kepada orang lain dengan tujuan
menghambat perilaku agresi (27). Kadar produk
melindungi diri sendiri dari bahaya) (Hastuti, 2018;
metabolisme serotonin pada cairan otak berbanding
Hardoni, et al., 2019). Sedangkan perilaku agresif
terbalik dengan perilaku agresif. Studi pada hewan
dibagi menjadi lima kelompok oleh para klinisi, yaitu:
rubah menunjukkan bahwa rubah yang memiliki
impulsivity (aksi cepat tanpa berpikir), affective
tingkat agresifitas rendah mempunyai kadar
instability (aksi menyerang dengan sedikit
serotonin yang lebih tinggi (28). Percobaan pada
provokasi), anxiety (tindakan agresif karena rasa
hewan tikus yang agresif menunjukkan kadar
cemas dan frustasi yang berlebihan), cognitive
serotonin yang rendah (29). Dari penelitian yang
disorganization (tindakan agresif yang
dilakukan oleh Karalis et al., (2019) ketika
membingungkan dan tidak terorganisasi), dan
neurotransimiter serotonin aktif, manusia merasa
predatory / planned aggression (tindakan agresif
nyaman dan puas sehingga mereka menjadi tenang.
yang direncanakan) (23).
Ketika neurotransmiter serotonin menjadi inaktif
Munculnya perilaku agresif disebabkan oleh
atau berada dalam kadar yang rendah, manusia
bermacam-macam sebab, tidak hanya berasal dari
menjadi depresif, agresif, dan impulsif. Kebanyakan
lingkungan saja seperti yang dikemukakan oleh

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN
186

Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020


The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

manusia yang menunjukkan perilaku agresif adalah


pemain yang memiliki kadar dopamin yang rendah
anak-anak, para prajurit muda, dan para kriminal
menjadi frustasi dan agresif (33).
yang bertanggung jawab terhadap suatu kejahatan
tertentu (Karalis et al., 2019).
Hubungan antara Polimorfisme Gen SLC6A4 dengan
Peran dopamin pada perilaku agresif belum
Perilaku Agresif
sepenuhnya diketahui. Kiranadi (2010) dalam
Alel L pada gen SLC6A4 disebutkan memiliki
artikelnya “Love and Neurotransmitter” menjelaskan
ekspresi 3 kali lebih tinggi dari alel S akan tetapi
bahwa kadar neurotransmiter dopamin yang
adanya alel G menyebabkan berkurangnya ekspresi
berlebih menyebabkan perilaku agresif (31). Hal ini
alel L sehingga alel LG akan mempunyai ekspresi
didukung pada penelitian yang dilakukan oleh
seperti alel S (34). Peningkatan transkripsi pada alel L
Marinho et al., (2019) pada hewan tikus yang di
menyebabkan menurunnya konsentrasi serotonin
knock out transporter dopaminnya, tikus itu
pada celah sinaps dan dihubungkan dengan perilaku
menunjukkan bahwa reseptor dopamin yang sudah
agresi dan antisosial, sedangkan pengurangan
berkurang jumlahnya mengalami peningkatan
transkripsi karena alel S juga dihubungkan dengan
ekspresi, tingkat agresifitasnya menjadi tinggi, dan
perilaku antisosial disertai agresi, impulsifitas, dan
kadar dopamin ekstraseluler yang tinggi (32).
penggunaan bahan-bahan psikoaktif. Penelitian
Penelitian yang dilakukan oleh Seo et al., (2008)
menunjukkan bahwa genotip L/L lebih sering
memperlihatkan hubungan antara sistem dopamin
didapatkan pada ras kaukasia pelaku tindak kriminal
dan serotonin. Gangguan pada sistem serotonergik
(pembunuh dan pencuri) dibandingkan dengan
dan defisiensinya menyebabkan peningkatan
kontrol yang tidak punya catatan kriminal sedangkan
aktifitas dari sistem dopamin, sehingga
alel S lebih sering ditemukan pada kelompok
menyebabkan impulsivitas dan agresifitas. Sehingga
kriminal pada ras asia (35). Penelitian oleh Beaver et
peningkatan fungsi dopamin disebabkan karena
al., (2007) memperlihatkan orang-orang yang
penurunan fungsi serotonin (Seo et al., 2008). Kadar
membawa alel S banyak melakukan tindak kriminal
Dopamin yang rendah berhubungan dengan
dan agresif pada waktu remaja maupun dewasa
penurunan tingkah laku agresif. Akan tetapi
(Cherepkova et al., 2018). Penelitian yang dilakukan
penelitian-penelitian tersebut bertolak belakang
oleh Soares et al.,(2013) menunjukkan bahwa
dengan penelitian terbaru. Penelitian yang dilakukan
tingkat agresifitas pada pembawa alel S
oleh Schlutter et al., (2013), ini melibatkan 18 orang
berhubungan dengan jenis kelamin, subyek
berumur 20 tahun yang sehari-hari bermain
penelitian yang berjenis kelamin laki-laki memiliki
permainan komputer berhadiah uang. Subyek
skor agresifitas lebih tinggi daripada pada
penelitian diberi penjelasan bahwa musuh mereka di
perempuan (34)
kamar sebelah boleh berlaku curang untuk merebut
hadiah. Pengukuran dopamin dilakukan
KESIMPULAN
menggunakan PET SCAN. Ketika permainan sedang
Penelitian yang dilakukan di negara Kroasia,
berjalan dan pemain yang diberitahu bahwa mereka
China, dan Rusia, sudah berhasil menemukan pola
sedang dicurangi musuh mereka di kamar sebelah,
frekuensi alel-alel gen SLC6A4/5-HTTLPR pada suku

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN
187

Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020


The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

bangsa tertentu akan tetapi penelitian serupa yang Institute of Mental Health’s Collaborative Center for
Genomic Studies. Transl Psychiatry [Internet].
mencoba mencari hubungan antara frekuensi alel- 2013;3(9):e307-6. Available from:
alel tersebut dengan sifat agresif di antara suku-suku http://dx.doi.org/10.1038/tp.2013.80
9. Cherepkova E V., Maksimov V V., Aftanas LI.
bangsa belum banyak dilakukan. Hasil dari Polymorphism of serotonin transporter gene in male
subjects with antisocial behavior and MMA fighters.
penelitian hubungan polimorfisme gen SLC6A4/5- Transl Psychiatry [Internet]. 2018;8(1). Available
from: http://dx.doi.org/10.1038/s41398-018-0298-0
HTTLPR dengan perilaku agresif di negara barat 10. Amaral G, Bushee J, Cordani UG, KAWASHITA K,
Reynolds JH, ALMEIDA FFMDE, et al. No 主観的健康
berbeda dengan yang sudah dilakukan di negara 感を中心とした在宅高齢者における 健康関連指標
に関する共分散構造分析Title. J Petrol [Internet].
Asia. Penelitian di negara barat menunjukkan bahwa 2013;369(1):1689–99. Available from:
http://dx.doi.org/10.1016/j.jsames.2011.03.003%0A
alel tertentu lebih dominan pada populasi agresif di https://doi.org/10.1016/j.gr.2017.08.001%0Ahttp:/
/dx.doi.org/10.1016/j.precamres.2014.12.018%0Aht
negara itu, daripada alel yang dominan pada tp://dx.doi.org/10.1016/j.precamres.2011.08.005%0
Ahttp://dx.doi.org/10.1080/00206814.2014.902757
populasi agresif di negara Asia Timur. Oleh karena %0Ahttp://dx.
11. Zhang Y, Min Q Sen, Yi JY, Wang X, Chai QL, Yao SQ.
banyaknya berita mengenai berbagai tindak Gene-gene-environment interactions of serotonin
transporter, monoamine oxidase a and childhood
kekerasan yang melibatkan Suku Papua di Indonesia maltreatment predict aggressive behavior in chinese
adolescents. Front Behav Neurosci.
mulai dari demo mahasiswa yang anarkis, 2017;11(February):1–10.
12. Noskova T, Pivac N, Nedic G, Kazantseva A, Gaysina D,
peperangan antar suku, hingga serangan kelompok Faskhutdinova G, et al. Ethnic differences in the
serotonin transporter polymorphism (5-HTTLPR) in
separatis, maka penting dilakukan penelitian yang several European populations. Prog Neuro-
Psychopharmacology Biol Psychiatry.
serupa mengenai gen-gen tersebut atau gen
2008;32(7):1735–9.
kandidat lain terhadap perilaku agresif pada Suku 13. Li S, Zou Q, Li J, Li J, Wang D, Yan C, et al. 5-HTTLPR
polymorphism impacts task-evoked and resting-state
Papua dan menyusul suku-suku lain di Indonesia, activities of the amygdala in han Chinese. PLoS One.
2012;7(5):1–10.
sehingga kita bisa memahami dan melakukan 14. Butovskaya ML, Butovskaya PR, Vasilyev VA,
Sukhodolskaya JM, Fekhredtinova DI, Karelin D V., et
pendekatan berbeda secara genetik terhadap suku al. Serotonergic gene polymorphisms (5- HTTLPR,
5HTR1A, 5HTR2A), and population differences in
Papua demi mewujudkan keamanan dan aggression: Traditional (Hadza and Datoga) and
industrial (Russians) populations compared. J Physiol
kesejahteraan bersama. Anthropol. 2018;37(1):1–11.
15. Fanelli G, Serretti A. The influence of the serotonin
transporter gene 5-HTTLPR polymorphism on
suicidal behaviors: a meta-analysis. Prog Neuro-
DAFTAR PUSTAKA Psychopharmacology Biol Psychiatry. 2019;88(July
2018):375–87.
1. Taum YY. Kekerasan dan konflik di papua: akar 16. Çarkaxhiu Bulut G, Rodopman Arman A, Güney İ,
masalah dan strategi mengatasinya 1. J Penelit. Gültepe P. Evaluation of 5-HTTLPR gene
2015;19(1):1–13. polymorphism and resilience components on the
2. Rumandjo KR. Hubungan Deprivasi Kolektif Dan development of psychopathology in adolescent sexual
Agresivitas. Pers Psikol Indones. 2015;4(1). abuse cases. Noropsikiyatri Ars. 2017;54(3):234–8.
3. Noor F. Analysis of Government Policy on Separatism 17. Waltes R, Chiocchetti AG, Freitag CM. The
of Papua. J Univ Pertahanan. 2016;6(3):19–45. neurobiological basis of human aggression: A review
4. Kamarea LB. Kontrol Diri dan Agresifitas Orang Jawa on genetic and epigenetic mechanisms. Am J Med
dan Orang Papua. 2018; Genet Part B Neuropsychiatr Genet.
5. Rahmadhayanti E, Hayati L, Saleh M. Hubungan 2016;171(5):650–75.
Polimorfisme Gen Reseptor Angiotensin II Tipe 1 18. Zhang-James Y, Fernàndez-Castillo N, Hess JL, Malki
1166 A/C Dengan Kejadian Preeklampsia. Maj Kedokt K, Glatt SJ, Cormand B, et al. An integrated analysis of
Sriwij. 2014;46(1):52–8. genes and functional pathways for aggression in
6. Veroude K, Zhang-James Y, Fernàndez-Castillo N, human and rodent models. Mol Psychiatry [Internet].
Bakker MJ, Cormand B, Faraone S V. Genetics of 2019;24(11):1655–67. Available from:
aggressive behavior: An overview. Am J Med Genet http://dx.doi.org/10.1038/s41380-018-0068-7
Part B Neuropsychiatr Genet. 2016;171(1):3–43. 19. Susantyo B. MEMAHAMI PERILAKU AGRESIF : Sebuah
7. Wendland JR, Martin BJ, Kruse MR, Lesch KP, Murphy Tinjauan Konseptual. Informasi. 2011;16(03):189–
DL. Simultaneous genotyping of four functional loci of 202.
human SLC6A4, with a reappraisal of 5-HTTLPR and 20. Hastuti LW. Kontrol Diri dan Agresi : Tinjauan Meta-
rs25531. Mol Psychiatry. 2006;11(3):224–6. Analisis. Bul Psikol. 2018;26(1):42–53.
8. Odgerel Z, Talati A, Hamilton SP, Levinson DF, 21. Xiang C, Liu S, Fan Y, Wang X, Jia Y, Li L, et al. Single
Weissman MM. Genotyping serotonin transporter nucleotide polymorphisms, variable number tandem
polymorphisms 5-HTTLPR and rs25531 in European- repeats and allele influence on serotonergic enzyme
and African-American subjects from the National modulators for aggressive and suicidal behaviors: A

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN
188

Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020


The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

review. Pharmacol Biochem Behav [Internet].


2019;180(September 2018):74–82. Available from:
https://doi.org/10.1016/j.pbb.2019.03.008
22. Hardoni Y, Neherta M, Sarfika R. Karakteristik
Perilaku Agresif Remaja Pada Sekolah Menengah the
Aggressive Behavior Characteristic of Adolescent At
Vocational High School. 2019;7(3):257–66.
23. Novia J, Maria A, Sakit R, Pusat U, Denpasar S. Peran
Atypical Antipsychotic Dalam Menurunkan Perilaku
Agresif Pada Pasien Skizofrenia The Role Of Atypical
Antipsychotic Decreasing Aggresiveness In
Schizophrenia. 2013;
24. Rahim RS, Homdidjah OS, Heryati E. Pengaruh
Penggunaan Aromaterapi Cendana dengan Teknik
Vaporizer terhadap Prilaku Agresif Anak Tunagrahita.
Jassi Anakku. 2016;13(1):1–7.
25. Yang Y, Peng X, Ying P, Tian J, Li J, Ke J, et al.
AWESOME: A database of SNPs that affect protein
post-translational modifications. Nucleic Acids Res.
2019;47(D1):D874–80.
26. Seo D, Patrick CJ, Kennealy PJ. Role of serotonin and
dopamine system interactions in the neurobiology of
impulsive aggression and its comorbidity with other
clinical disorders. Aggress Violent Behav.
2008;13(5):383–95.
27. Duke AA, Bègue L, Bell R, Eisenlohr-moul T. Duke et al
(2013). 2014;139(5):1148–72.
28. Wang X, Pipes L, Trut LN, Herbeck Y, Vladimirova A
V., Gulevich RG, et al. Genomic responses to selection
for tame/aggressive behaviors in the silver fox
(Vulpes vulpes). Proc Natl Acad Sci U S A.
2018;115(41):10398–403.
29. Mosienko V, Bert B, Beis D, Matthes S, Fink H, Bader
M, et al. Exaggerated aggression and decreased
anxiety in mice deficient in brain serotonin. Transl
Psychiatry [Internet]. 2012;2(5):e122-9. Available
from: http://dx.doi.org/10.1038/tp.2012.44
30. Karalis D. Biology and Criminal Behavior :
Neurotransmitters , Neurohormones and. 2019;60–6.
31. Kiranadi B. 245054-cinta-dan-neurotransmiter-
2800acaf.pdf. Bogor: Hemera Zoa Majalah Ilmu
Kehewanan Indonesia; 2010. p. 10.
32. Marinho FVC, Pinto GR, Oliveira T, Gomes A, Lima V,
Ferreira-Fernandes H, et al. The SLC6A3 3′-UTR
VNTR and intron 8 VNTR polymorphisms association
in the time estimation. Brain Struct Funct [Internet].
2019;224(1):253–62. Available from:
http://dx.doi.org/10.1007/s00429-018-1773-3
33. Schlüter T, Winz O, Henkel K, Prinz S, Rademacher L,
Schmaljohann J, et al. The impact of dopamine on
aggression: An [18F]-FDOPA PET study in healthy
males. J Neurosci. 2013;33(43):16889–96.
34. Soares A, Alvarez M, Wasterlain SN, Manco L, Slca T. A
study of 5-HTT ( SLC6A4 ) gene polymorphisms and
antisocial behaviour in a population sample of young
Portuguese adults. 2013;2013.
35. Toshchakova VA, Bakhtiari Y, Kulikov A V., Gusev SI,
Trofimova M V., Fedorenko OY, et al. Association of
Polymorphisms of Serotonin Transporter (5HTTLPR)
and 5-HT2C Receptor Genes with Criminal Behavior
in Russian Criminal Offenders. Neuropsychobiology.
2018;75(4):200–10.

Copyright @ 2020 Authors. This is an open access article


distributed under the terms of the Creative Commons
Attribution-NonCommercial 4.0 International License
(http://creativecommons.org/licenses/by-nc/4.0/), which
permits unrestricted non-commercial use, distribution, and
reproduction in any medium, provided the original author and
source are properly cited.

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN
189

Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020


The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

Artikel Penelitian

Management of the Dead (MoD) during Covid-19 Pandemic in


Indonesia: Characteristics of Forensic and Medicolegal Centers,
Obstacles, and Strategies
Evi Untoro1, Annisa A. Muthaher2, Kanina Sista3, Putri D. I. Meilia4, Yudy5, Citra Manela6, Farah Kaurow7, Sumy H.
Purwanti8, Berlian I. Fitrasanti9, Retno Sawitri10, Naomi Yosiati11, Andrew Rens Salendu12, M. Zaenuri S. Hidayat13,
Kunthi Yulianti14, Aberta Karolina15, C. Andryani16

1Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti, Jakarta, 2Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin, Makassar, 3RSUP dr. Soeradji
Tirtonegoro, Klaten, 4RSUP Persahabatan, Jakarta,5RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta, 6RSUP dr. M.Djamil, Padang, 7RSU
Bhayangkara Tk. I R. Said Sukanto, Jakarta, 8RSU Bhayangkara Tk. I R. Said Sukanto, Jakarta, 9RSUP dr. Hasan Sadikin, Bandung,
10RSUP Fatmawati, Jakarta, 11RSUP dr. Hasan Sadikin, Bandung, 12RSUP Persahabatan, Jakarta, 13Fakultas Kedokteran

Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto, 14RSUP Sanglah, Denpasar, RSUD dr. H. Abdul Moeloek, 15Bandar Lampung, RSUD
dr. Bob Bazar, Kalianda, Lampung Selatan

ABSTRACT
Introduction: Since WHO announced the outbreak of SARS-COV-2 as a pandemic, international, national, and local
protocols have been implemented for the management of the dead (MoD). This study aims to determine the local
situation and the characteristics of the forensic and medicolegal centers that are involved in MoD in Indonesia. The
obstacles that they face in implementing MoD protocols and the strategies used to overcome those obstacles will
also be discussed.
Method: We asked forensic and medicolegal specialists managing dead bodies with COVID-19 in Indonesia to fill
an online questionnaire. We also conducted follow-up interviews asking them to elaborate certain interesting
points regarding obstacles and strategies in implementing COVID-19 MoD protocols.
Result: Most respondents work in Class A hospitals, most of which are linked to universities. Many centers use
more than one MoD protocols, in conjunction with religious believes and local culture. Special duties of forensic
specialists related to COVID-19 MoD include training and supervising forensic technician, taking post-mortem
swabs, providing consultations in diagnosing the cause of death, developing local standard operational procedures,
educating families of the deceased, and directly performing MoD. Although almost all centers coordinate with
other stakeholders in performing MoD, around 81% experience obstacles and rejection from the family and
community.
Conclusion: Each forensic and medicolegal center in Indonesia has its own characteristics and unique experience
regarding the management of dead bodies with COVID-19. Collaboration with other stakeholders is strongly
encouraged. Obstacles can be overcome by providing adequate information, education, and communication (IEC)
and psychological support.

Keywords: COVID-19 pandemic; management of the dead (MoD),Indonesian forensic and medicolegal center
,information, education, and communication (IEC)

Korespondensi : Putri D.I. Meilia,email: antalya22ftf@gmail.com

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN
190

Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020


The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

PENDAHULUAN
Populasi target dari penelitian ini adalah semua
Pada bulan maret 2020, sejak diumumkannya
sentra kedokteran forensik dan medikolegal yang
Virus Corona (SAR-COV-2) adalah Pandemi oleh
melakukan tatalaksana jenazah sesuai pedoman
Badan Kesehatan Dunia (WHO), maka di
khusus untuk jenazah dengan COVID-19.Sementara
implementasikan Tatalakasana Jenazah Covid-19
itu, populasi terjangkau adalah semua sentra
baik dari protokol Internasional, Nasional maupun
1-4 kedokteran forensik dan medikolegal yang
Lokal . Penatalaksanaan Jenazah di Indonesia
melakukan tatalaksana jenazah sesuai pedoman
merupakan lingkup pekerjaaan dari Dokter Spesialis
khusus untuk jenazah dengan COVID-19, yang dapat
Forensik dan Medikolegal (dr. Sp.FM) yang tersebar
dikontak melalui sarana surat elektronik (email) pada
di beberapa sentra Forensik dan Medikolegal dari
bulan Mei – Oktober 2020.
ujung Sabang hingga Merauke, namun karena tidak
Sebelum dilakukan pengumpulan data, peneliti
merata dan jumlah yang belum memadai untuk
terlebih dahulu membuat lembar informasi
mencakup seluruh wilayah baik kota, kabupaten
penelitian dan persetujuan serta formulir-formulir
maupun kecamatan, maka dari studi ini untuk
pencatatan. Formulir pencatatan dibuat dalam
terlihat situasi lokal dan karakteristik dari tiap sentra
Google Sheet. Selain itu, dilakukan pengumpulan dan
forensik dan medikolegal dalam tatalaksana
pendataan sumber data sekunder yang akan
jenazah. Pada studi ini juga untuk melihat hambatan
digunakan.
dan strategi penanganan masalah di lapangan oleh
Data dianalisis dengan menggunakan software
para dokter Sp.FM. Penatalaksaan Jenazah pada
statistik SPSS® versi 21.0. Analisis data terdiri dari
masa Pandemi Covid-19 juga termasuk di dalamnya
6-10 analisis deskriptif (data kategorik dan numerik). Data
pelayanan kedukaan dengan beragamnya agama
kategorik disajikan dalam gambar maupun tabel
dan kepercayaan maupun budaya yang dianut oleh
yang sesuai sebagai bilangan absolut, frekuensi, dan
jenazah, keluarga yang ditinggalkan dan komunitas
proporsi, sedangkan data numerik disajikan dengan
lingkungannya membuat Sp,FM harus mengerti
menggunakan median dan rentang interkuartil.
memahami situasi, kondisi dan dapat segera
Aspek etika yang terdapat pada penelitian ini adalah
mengatasi hal yang di tolak dan bertentangan
sebagai berikut: (1) Penelitian telah lolos kaji etik
dengan keadaan setempat dengan sigap, tegas dan
dari Komisi Etik Penelitian Kedokteran (KEPK), (2)
berwibawa maupun bermusyawarah mufakat
Identitas responden dirahasiakan dan tidak
dengan keluarga dan masyarakat.
dicantumkan dalam hasil penelitian maupun
METODE
pembahasan hasil, dan (4) Data mentah dan formulir
Penelitian dilakukan di sentra-sentra kedokteran
pengambilan data dalam bentuk berkas elektronik
forensik dan medikolegal di seluruh Indonesia.
(softcopy) disimpan dalam laptop yang diberi kata
Penelitian ini menggunakan desain deskriptif potong
sandi (password).
lintang (cross-sectional). Penelitian dilaksanakan
HASIL
pada bulan April sampai Desembertahun 2020.
Situasi lokal dan karakteristik sentra forensik dan
Makalah ini memaparkan hasil sementara sampai
medikolegal yang melakukan penatalaksanaan
akhir bulan Juli.
jenazah dengan COVID-19 Sebanyak 49 responden

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN
191

Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020


The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

mengisi survei yang telah disebarkan melalui link


3. Sesuai landasan hukum dan dapat
Google Form.
dipertanggungjawabkan (kepastian
Karakteristik fasilitas layanan kesehatan
hukum)
Tabel 1. Asal provinsi 4. Mengikuti pedoman internasional
Responden sebanyak 55,10% bekerja di RS tipe A. dan nasional
Gambar 1 5. Aman dilakukan
Mayoritas dokter Spesialis forensic dan Medikolegal 6. Sesuai pedoman ilmu dan
( Dr. Sp.FM) 77,55% RS berafiliasi dengan tuntunan agama
Universitas 7. Pedoman cukup lengkap dan runut
Gambar 2 8. Mengikuti pedoman dari
Karakteristik daerah pusat/sesuai arahan pusat
Setiap komunitas masyarakat pada propinsi di 9. Pedoman yang pertama keluar lalu
Indonesia memiliki karakteristik tersendiri dengan disesuaikan dengan versi terbaru
budaya, kepercayaan dan mayoritas agama yang di Peran SpFM dalam penatalaksanaan jenazah
anutnya. Di sinilah keunikan Standar Prosedur Di Indonesia, sebaran tenaga kesehatan untuk
Operasional (SPO) yang akan disusun dan profesi Spesialis Forensik- Medikolegal masih jauh
dilaksanakan oleh Sentra Pelayanan Forensik dan dari rasio kebutuhan untuk setiap Propinsi bahkan
Medikolegal dalam melakukan Penatalaksaan masih ada Propinsi yang belum memiliki tenaga
Jenazah Pandemik Covid-19. spesialis Forensik- Medikolegal. Saat ini jumlah

Pedoman penatalaksanaan jenazah Spesialis Forensik Medikolegal di seluruh Indonesia

Jumlah pedoman masih berjumlah 232 orang. Angka ini masih jauh

Mayoritas sentra menggunakan lebih dari satu dari rasio kebutuhan untuk pelayanan Forensik-

pedoman (67,3%). Medikolegal setiap wilayah per Propinsi minimal


satu setiap wilayah dan penyebaran distribusi ini
Nama pedoman belum merata salah satunya dipengaruhi jumlah
1. WHO kasus forensik-Medikolegal setiap daerah berbeda
2. Kemenkes sehingga ada beberapa tenaga Spesialis Forensik-
3. PDFI Medikolegal menumpuk untuk beberapa daerah
4. Fatwa MUI perkotaan besar. Seperti yang terlihat pada data
5. ST KaPOLRI diatas jumlah SpFM dan persentasenya pada
6. Dinas Kesehatan Provinsi pelayanan jenazah Covid 19. Pada bagan jumlah
7. Surat Edaran Gubernur Sp.FM terbanyak 11 orang, dalam suatu Rumah Sakit
yang berhubungan dengan Institusi Pendidikan
Alasan pemilihan
sebanyak 2,041%. 8,163% sebanyak 4 orang Sp.FM
1. Sesuai kondisi lapangan dan rata rata 32,65% Rumah Sakit dengan Sentra
2. Mudah dipahami dan Pelayanan Forensik dan Medikolegal yang hanya
diimplementasikan/mampu memiliki 1 orang Sp.FM.
laksana

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN
192

Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020


The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

Pembagian tugas
7. Mempertimbangkan jumlah kasus Covid 19
1. Pelayanan Forensik Medikolegal di RS makin hari makin meningkat termasuk
rujukan sebagai pusat rujukan mayoritas terjadinya kematian, sehingga Spesialis
sentra didapatkan data 67,3% dengan Forensik-Medikolegal memberikan
pembagian tugas antara SpFM dengan pelatihan dan mensupervisi kepada tenaga
tenaga kesehatan yang terlatih. Bentuk kesehatan di Instalasi kamar jenazah baik
pembagian tugas tersebut meliputi secara langsung maupun tidak langsung
beberapa catatan penting diantaranya: 8. Jumlah Spesialis Forensik-Medikolegal yang

2. Semua tenaga kesehatan yang ada di sentra jumlahnya masih terbatas untuk setiap

tersebut ikut terlibat, pembagian tugas daerah, secara prosedur standar

yang sudah dibuat dilaksanakan sesuai pengambilan swab terhadap jenazah yang

jadwal yang telah ditentukan (mayoritas) probable Covid 19 dilakukan pengambilan

3. Keterlibatan tenaga Spesialis Forensik Swab untuk pemeriksaan tes PCR sebagai

Medikolegal terhadap pelayanan langsung diagnosis terkonfirmasi Covid 19,

pada pelayanan Covid 19 ini berdasarkan Buku Pedoman Pencegahan

mempertimbangkan aspek umur. Umur dan Pengendalian Corona Virus Disease

tenaga Spesialis Forensik Medikolegal diatas (COVID-19) kementerian kesehatan RI, Juli

60 tahun tidak terlibat langusng namun 2020 revisi 05 dilakukan oleh Spesialis

memberikan pengawasan kepada junior Forensik Medikolgal meskipun kewenangan

yang ikut terlibat, langsung pada pelayanan ini secara standar lebih kepada dokter

Covid 19. Hal ini mempertimbangkan faktor pemeriksa pasien di ruang rawat.

rentan terhadap penyakit Covid 19 9. Spesialis Forensik Medikolegal sebagai

dan memiliki resiko komorbid yang tinggi. konsultan untuk menentukan ketepatan

4. Sementara data lain diatas menunjukkan diagnosis penyebab kematian

beberapa sentra pelayanan rujukan utama 10. Tidak ada tindakan khusus kedokteran

tidak ada pembagian tugas, disebabkan forensik (hanya pemulasaraan jenazah).

beberapa alasannya: Kegiatan

5. Jumlah tenaga kesehatan Spesialis Forensik- 1. Menyusun Standar Prosedur Operasional


Medikolegal hanya satu, dan untuk (SPO)
beberapa daerah keadaan seperti ini sekitar
2. Melakukan edukasi ke keluarga, tidak
32,65% kondisinya terbanyak seperti ini.
semua dilakukan oleh tenaga spesialis
6. Yang melakukan proses pelayanan jenazah
Forensik Medikolegal terutama daerah-
covid 19 adalah petugas terlatih di instalasi
daerah yang tidak memiliki sumber daya
kamar jenaxah, terbanyak bukan dokter
manusia tenaga spesialis Forensik-
penanggung jawab pemeriksa (DPJP)
Medikolegal.
langsung

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN
193

Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020


The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

3. Ikut melakukan perawatan jenasah, banyak Penyusunan SPO local


dilakukan oleh tenaga Spesialis Forensik-
Mayoritas sentra (85,7%) membuat SPO lokal
Medikolegal, meskipun masih ada juga
dengan mengacu pada pedoman nasional dan
beberapa daerah dilakukan staf instalasi
internasional.
kamar jenazah yang terlatih di luar tenaga
spesialis Forensik Medikolegal.
Proses penyusunannya, umumnya berjalan
4. Memantau dan bertanggung jawab sebagai berikut: Draf SPO disusun oleh
terhadap penyelenggaraan kepala instalasi, lalu dibahas dalam diskusi/rapat
penatalaksanaan jenazah COVID-19. dan meminta masukan teman sejawat dan petugas,
draf kemudian diajukan ke direksi, dan disesuaikan
5. Melatih teknisi dan tim pemulasara untuk
dengan kemampuan fasilitas layanan kesehatan
daerah-daerah yang tidak memiliki Spesialis
untuk implementasi pedoman.
Foresnik- Medikolegal

6. Pengantaran Jenazah COVID -19, masih Koordinasi


sedikit dilakukan oleh spesialis Forensik-
1. Mayoritas sentra (91,8%)
Medikolegal hingga sampai ditahap ke
melakukan koordinasi dengan
tempat pemakaman, hal ini disebabkan
pihak lain. Bentuk koordinasi:
karena masih ada tugas selanjutnya untuk
2. Internal/unit ruang rawat:
penatalaksanaan jenazah COVID -19
penyiapan jenazah di ruangan,
7. Sama halnya kegiatan di tahap transportasi internal
menempatkan jenazah di liang lahat dan 3. Dinas Pertamanan/Pemakaman,
menguburkan juga masih sedikit, BNPB: untuk transportasi dan
pelaksanaannya oleh tenaga Spesialis pemakaman
Forensik-Medikolegal 4. Gugus Tugas: penyediaan APD,
penyediaan peti, dan beberapa
8. Koordinasi Spesialis Foresnik- Medikolgal
koordinasi lainnya, misalnya
dengan Gugus tugas Covid dan BPBD untuk
keluarga pasien jenazah COVID-
pemakaman jenazah juga belum maksimal.
19 yang menolak prosesi
Hal ini disebabkan beberapa alasan
protokoler jenazah COVID-19
diantaranya yang terbanyak factor
5. Dinas kesehatan: koordinasi
komunikasi.
dengan beberapa RS yang
9. Pengambilan swab postmortem terhadap
berdekatan
pasien meninggal dan belum sempat
6. Satpol PP/TNI/POLRI: penegakan
dilakukan swab, hanya sedikit dilakukan
protokol kesehatan dan
oleh Tenaga Spesialis Forensik-
pemulasaraan jenazah dan
Medikolegal.
pengamanan terhadap pihak-pihak

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN
194

Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020


The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

yang menolak protokol • Masyarakat takut penularan limbah


pemulasaraan dan pemakaman. infeksius dari jenazah COVID-19 pada tanah
kuburan yang dekat dengan pemukiman
Hambatan, strategi mengatasihambatan, dan
mereka,
pengalaman (lesson learned)
• Sebagian masyarakat menolak jika
Hambatan
mendiang, yang merupakan orang
• Mayoritas sentra (81,6%) mengaku
kepercayaan/pembesar daerah, dilakukan
mengalami hambatan dalam pelaksanaan
penguburan di tempat yang telah
tatalaksana jenazah. Bentuk hambatan:
disediakan pemerintah,
• Penolakan dari keluarga (terbanyak)
• Sebagian masyarakat tidak menerima jika
• Penolakan dari masyarakat (beberapa) COVID -19 itu ada, sangat infeksius dan
dapat menularkan kepada mereka.
• Fasilitas kurang memadai (sedikit)
• Karena fasilitas kurang memadai baik dari
• Jumlah petugas pemulasara kurang (sedikit)
kasus meninggal di lapangan, rumah dan
• Diagnosis kurang jelas dari klinisi (sedikit) rumah sakit tempat pasien dirawat, berupa

• Koordinasi di lapangan kurang lancar alat test untuk konfirmasi terinfeksinya

(sedikit) seseorang oleh COVID-19, sehingga


diagnosis kurang jelas dari klinisi maupun
• Penolakan dari keluarga ada beberapa
dokter Sp.FM yang memeriksa, dan fasilitas
faktor:
Alat Perlindungan Diri (APD), peti mati,
• Karena mendiang maupun pihak keluarga sumber daya tenaga pemulasara yang
sudah memiliki penguburan keluarga dan kurang, koordinasi dengan beberapa Dinas
menolak penguburan yang disiapkan terkait yang kurang lancar menambah
pemerintah dengan alasan jauh untuk dapat hambatan dalam pelaksanaan jenazah
dikunjungi dan didoakan di masa COVID-19 di seluruh daerah terdampak
mendatang, pandemik COVID 19 di Indonesia.

• Keluarga ingin melaksanakan upacara Strategi mengatasi hambatan


persemayaman jenazah dengan agama,
1. Komunikasi, informasi, edukasi
kepercayaan dan budaya yang dianut sesuai
kepada keluarga, baik saat pasien
tatacara yang selama ini dilakukan,
meninggal (terbanyak)
• 3. Keluarga tidak menerima jika penyakit
2. Koordinasi dengan gugus tugas,
COVID-19 ini ada, sangat infeksius dan
termasuk kepolisian/TNI setempat
berbahaya bagi mereka.
(banyak)
• Sementara itu, penolakan dari masyarakat
3. Koordinasi dengan tim di RS untuk
timbul karena:
mulai melakukan komunikasi-
informasi-edukasi (KIE) tentang

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN
195

Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020


The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

pemulasaraan sejak pasien masuk


terlatihnya kesabaran dalam melaksanakan KIE
RS (beberapa)
kepada keluarga maupun masyarakat, adanya
4. Koordinasi dengan tokoh
konfirmasi diagnosis yang dilaksanakan oleh internal
masyarakat setempat (sedikit)
Rumah Sakit dan pelaksanaan swab yang dilakukan
5. Menambah jumlah SDM/tenaga sebelum pemulasaraan jenazah, adanya pembuatan
pemulasara (sedikit) SPO yang dipahami dan dilaksanakan oleh semua
pihak, perekrutan relawan untuk pemulasaraan
6. Membentuk WhatsApp Group
jenazah, keamanan bagi personil Rumah Sakit dan
lintas unit dan lintas instansi (1)
kamar jenazah apabila terjadi ancaman baik dari
Pengalaman
pihak keluarga maupun masyarakat yang menolak
1. Penggunaan APD yang tepat dan tatalaksana penanganan jenazah pandemic COVID-
dengan cara yang benar 19.

2. Koordinasi erat dengan dan saling


DISKUSI
menghargai antara semua
stakeholder, baik pihak internal Pada tanggal 11 Maret 2020, Organisasi

maupun eksternal RS Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan Coronavirus


disease-19 (COVID-19) sebagai pandemi dan sejak
3. Kesabaran dalam melakukan KIE
saat itu kasus COVID-19 masih terus bertambah,
yang baik dengan keluarga
termasuk di Indonesia. Dalam penanganan kasus
(komunikasi efektif), tidak terbawa
COVID-19 diperlukan prosedur penatalaksaan
emosi
terhadap pasien, termasuk penatalaksaaan jenazah
4. Pembuatan SOP dan alur jika pasien COVID-19 meninggal dunia yang
tatalaksana jenazah yang harus bertujuan untuk memutuskan rantai penularan.
dipahami oleh semua pihak terkait Pedoman penatalaksaan jenazah telah dikeluarkan

5. Rekrutmen relawan oleh beberapa organisasi internasional dan nasional


yang memberikan panduan penanganan umum
6. KIE sejak awal masuk RS
terhadap jenazah dimulai saat meninggal dunia
7. Swab sudah harus dilakukan hingga pemakaman. Untuk mengetahui pelaksanaan
sebelum pemulasaraan jenazah prosedur tersebut maka dilakukan survey terhadap

8. Keamanan petugas karena ada 49 responden yang merupakan dokter spesialis

ancaman forensik dan berasal dari berbagai daerah di


Indonesia.
9. Diagnosis yang jelas dari klinisi
Sebagian besar responden berada di fasilitas
Pengalaman dalam menangani jenazah pada
layanan kesehatan rumah sakit tipe A (55,10%) dan
pandemic COVID-19 ini membuat Sp.FM mengerti
rumah sakit tipe B (28,57%), hal dimungkinkan
tatacara penggunaan APD yang tepat dan benar,
karena pelayanan kedokteran forensik
terbentuknya komunikasi, koordinasi dengan semua
dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 56
Dinas terkait baik secara internal maupun eksternal,

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN
196

Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020


The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

Tahun 2014 tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah


67,3% menerapkan pembagian tugas. Terdapat dua
Sakit, berada pada rumah sakit tipe A dan B.
tipe pembagian tugas yang ada, yaitu pertama
Sebanyak 77,55% rumah sakit responden memiliki
adalah semua dokter spesialis forensik menjalankan
hubungan kerja dengan institusi pendidikan, hal ini
tugas sesuai jadwal yang telah ditentukan dan tipe
dimungkinkan karena sejak diberlakukannya
kedua adalah kondisi dimana dokter spesialis
program Sistem Jaminan Sosial Nasional, maka
forensik yang berusia lebih tua atau yang memiliki
kebutuhan akan fasilitas pelayanan kesehatan
komorbid tidak dilibatkan dalam penatalaksaan
sebagai penyelenggara pelayanan kesehatan
jenazah COVID-19. Hal ini disebabkan oleh karena
semakin meningkat.
reaksi tubuh terhadap COVID-19 pada setiap orang
Mayoritas daerah menggunakan lebih dari satu
berbeda-beda, ada yang mengalami gejala ringan
pedoman penatalaksanaan jenazah COVID-19 hal ini
sampai sedang dimana tidak membutuhkan
dikarenakan COVID-19 merupakan penyakit baru
perawatan di rumah sakit, tetapi ada pula orang
yang masih terus diteliti sehingga sumber atau
yang mengalami gejala berat hingga berisiko
pedoman yang digunakan juga harus mengikuti
berujung kematian. Mengutip dari CDC, pada kasus
perkembangan penyakit tersebut. Pedoman yang
COVID-19 bahwa semakin tua seseorang, akan
digunakan berasal dari organinsasi internasional
semakin berisiko untuk mengalami sakit yang lebih
seperti Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), dan
parah karena penurunan sistem imun dan memiliki
nasional seperti Kementerian kesehatan,
penyakit penyerta lainnya.
Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia (PDFI),
Terdapat sentra yang tidak melakukan
Fatwa Majelis Ulama Indonesia, Surat Telegram
pembagian tugas, dengan penyebab terbanyak
Kepala Kepolisian RI, serta pedoman dari daerah
adalah tidak terdapat dokter spesialis forensik lain di
yaitu dari Dinas kesehatan Provinsi dan Surat Edaran
sentra tersebut. Penyebab lain adalah bahwa dalam
Gubernur. Pemilihan penggunaan pedoman yang
penatalaksaan COVID-19, dokter spesialis forensik
digunakan mengikuti pedoman dari nasional yang
tidak secara langsung melakukan pemulasaraan
sesuai dengan landasan hukum, pedoman ilmu dan
jenazah COVID-19. Dokter spesialis forensik lebih
tutunan agama. Variasi pedoman dari daerah
banyak memberikan pelatihan dan supervisi atau
merupakan upaya menyesuaikan dengan kondisi di
melakukan pengambilan swab atau sebagai
lapangan yang tidak menyimpang dari landasan
konsultan dalam penentuan ketepatan diagnosis
hukum yang ada. Sebagian besar daerah tempat
penyebab kematian korban.
responden bekerja hanya terdapat satu orang
spesialis forensik (32,65%) hal ini dapat disebabkan Di Indonesia, semua dokter spesialis forensik
karena jumlah dokter spesialis forensik yang masih melakukan tugas seperti menyusun SPO di sentra
terbatas. Berdasarkan data yang dimiliki oleh PDFI, masing-masing. Hal ini perlu dilakukan sebagai
saat ini terdapat 234 orang spesialis forensik yang landasan yang sah dalam melakukan
tersebar di seluruh Indonesia. penatalaksanaan jenazah COVID-19. Hampir semua
dokter spesialis forensik melakukan edukasi ke
Pada sentra yang memiliki dokter spesialis
keluarga dan banyak yang membantu perawatan
forensik lebih dari satu, di sentra tersebut sekitar
jenazah. Beberapa dokter memantau dan

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN
197

Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020


The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

bertanggung jawab terhadap penatalaksanaan


dalam koordinasi pada level negara, pemerintah
jenazah COVID-19. Terdapat beberapa dokter yang
seharusnya membuat gugus kerja yang ditujukan
melakukan pelatihan teknisi dan tim pemulasara
untuk mengurangi dampak langsung maupun tidak
jenazah. Peran lain yang dilakukan oleh dokter
langsung. Selain di level negara, koordinasi tentu
spesialis forensik adalah melakukan pengambilan
harus dilakukan sampai ke level terbawah sesuai
swab postmortem terhadap pasien meninggal dan
kebutuhan. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian ini
belum sempat dilakukan swab serta berkoordinasi
dimana sebagian besar sentra (91,8%) melakukan
dengan pihak lain yang berkepentingan.
koordinasi dengan pihak lain.
Dari tugas diatas, sedikit banyak memiliki
Mayoritas sentra (81,6%) mengaku mengalami
kesamaan dengan peran dokter spesialis forensik di
hambatan dalam pelaksanaan tatalaksana jenazah.
Zambia yang melakukan pelatihan bagi staf kamar
Adapun hambatannya meliputi: (1) Penolakan dari
jenazah untuk melakukan swab dan melakukan
keluarga merupakan kasus paling banyak dan
manajemen data survailance terkait COVID-19
alasannya adalah keluarga memiliki tingkat
13.Peran yang berbeda adalah dokter spesialis
pengetahuan yang rendah tentang Covid-19, selain
forensik di Zambia bertugas mengembangkan alat
itu penatalaksanaan jenazah Covid-19 secara kultural
skrining untuk mendeteksi kasus yang dicurigai
dianggap tidak layak. Hal tersebut dikarenakan
COVID-19.
metode penanganan jenazah masih dianggap baru
Sebagian besar sentra membuat SOP lokal
dengan budaya yang ada di masyarakat sehingga
(85,7%) dengan mengacu pada pedoman nasional
pelaksanaan tatalaksana jenazah dianggap tidak
dan internasional. Pedoman merupakan aturan
layak[16].Sebagai contoh, jenazah dikafankan
dasar untuk melaksanakan suatu tugas, seringkali
kemudian dilapisi plastik dan dikubur di dalam peti.
berasal dari protokol sedangkan SOP merupakan
Itu semua untuk mencegah keluarnya cairan dari
rincian tentang bagaimana proses tersebut dilakukan
dalam tubuh yang berpotensi membawa virus dan
dalam konteks lokal, termasuk sumber daya, orang,
menyebar. (2) Serupa dengan penolakan dari
waktu, dan lain-lain.SOP sendiri berisi tentang
keluarga, penolakan dari masyarakat juga
pedoman yang diimplementasikan pada masing-
berdasarkan ketidaktahuan akan pandemi yang
masing rumah sakit. Pedomannasional dalam
dihadapi sehingga masyarakat beramai-ramai
menangani penanganan jenazah bisa jadi sama
menolak pelaksanaan tatalaksana jenazah[5].Adapun
namun SOP yang dimiliki pada masing-masing rumah
pendekatan untuk mengatasi kedua masalah ini
sakit bisa berbeda dalam pelaksanaannya. Adapun
adalah petugas mengkomunikasikan segala sesuatu
yang membuat SOP unik adalah SOP sendiri khusus
yang berkaitan jenazah kepada keluarga serta
dirancang dan dikembangkan khusus pada sebuah
mengedukasi keluarga dan massyarakat. Kedua,
organisasi dan pada saat-saat tertentu pula[14].
pihak yang menangani jenazah mengkoordinasikan
Koordinasi merupakan proses menyamakan seluruh masalah kepada gugus tugas, termasuk
tujuan dan rencana kerja. Dalam pandemi COVID-19, kepolisisan dan TNI. Terakhir, mengkoordinasikan
United Nations Office for the Coordination of dengan tokoh masyarakat karena masalah yang
Humanitarian Affairs (OCHA)[15]yang menyarankan

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN
198

Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020


The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

dihadapi bukan hanya masalah structural, namun Gambar 1. Tipe Fasyankes Dr. SpFM bekerja
kultural.

SIMPULAN
Setiap sentra forensik dan medikolegal di
Indonesia memiliki karakteristik tersendiri dan
pengalaman yang unik di dalam tatalaksana jenazah
pada masa pandemic covid-19. Pada Sentra Forensik
dan Medikolegal yang hanya memiliki satu dokter
forensic, tatalaksana jenazah di delegasikan kepada
teknisi forensic dan kolaborasi dengan komunitas
dan satuan tugas maupun pihak luar sangat di
dorong dan di butuhkan. Hambatan dan strategi
dalam menghadapi penolakan tatalaksana jenazah
dari keluarga dan komunitas dilakukan dengan
melakukan komunikasi, pemberian informasi yang
lengkap, dan edukasi kepada mereka (KIE) maupun
dukungan dan pendampingan psikologis. Kolaborasi
dengan pihak kepolisian, Tentara Nasional Indonesia
(TNI), dan pemimpin keagamaan diperlukan untuk
suksesnya penatalaksanaan jenazah pandemic covid-
19 di Indonesia.

KonflikKepentingan
Tidak ada.

UcapanTerima Kasih Gambar 2. Jenis fasilitas layanan kesehatan


Kami mengucapkan terima kasih kepada semua
dan hubungan dengan institusi pendidikan
responden yang sudah berpartisipasi dalam
penelitian".

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN
199

Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020


The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

Tabel 1 Asal propinsi 5. 5. World Health Organization (WHO). International


guidelines for certification and classification
Provinsi Jumlah (coding) of COVID-19 as cause of death. 2020.
6. Majelis Ulama Indonesia. Fatwa Majelis Ulama
NAD 1 Indonesia No. 18/2020 tentang pedoman pengurusa
njenazah (tajhiz al-jana’iz) muslim yang terinfeksi
Sumatra Barat 3 COVID-19. 2020.
7. Oikumene. Panduan pelayanan& ibadah
Riau 1 perkabungan warga gereja positif COVID-19. 2020.
8. Protokol pengurusan jenazah Katolik.
Kepulauan Riau 1 9. Tata cara mendoakan jenazah COVID Budha.
10. Parisada Hindu Dharma Indonesia Pusat. Pedoman
Bangka Belitung 1
perawatan jenazah dan upacara Pitra Yajna bagi
DKI Jakarta 9 jenazahpasien COVID-19. 2020.
11. Lestari G. Bhinnekha tunggal ika: khasanah
Jawa Barat 5 multikultural Indonesia di tengah kehidupan SARA.
Jurnal Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan.
Banten 1 2015;28(1):31–17.
12. Lund Research. Total population sampling
Jawa Tengah 8 [Internet]. Laerd Dissertation. 2012 [cited 2017 May
15]. Available from:
DI Yogyakarta 3 http://dissertation.laerd.com/total-population-
sampling.php
Jawa Timur 3 13. Mucheleng’anga L, Himwaze C. The role of forensic
pathology in the COVID-19 pandemic in Zambia.
Bali 1 Forensic Science International: Reports. Elsevier
B.V.; 2020;2:100147.
NTB 2 14. . dellaMea V, Pittaro M, Roberto V. Knowledge
management and modelling in health care
Kalimantan Tengah 1 organizations: The standard operating procedures.
Lecture Notes in Artificial Intelligence (Subseries of
Kalimanta Selatan 1 Lecture Notes in Computer Science).
2004;3035:120–30.
Kalimantan Timur 2 15. 15.. United Nations Office for the Coordination of
Humanitarian Affairs (OCHA). Global humanitarian
Kalimantan Utara 1
response plan COVID-19 third edition. 2020.
Sulawesi Utara 1 16. Mohammad Bernie. Mengapa mereka tak ingin
keluarga dikubur dengan protokol COVID-19? -
Sulawesi Tenggara 1 Tirto.ID [Internet]. Tirto.id. 2020 [cited 2020 Nov 6].
p. 1–23. Available from: https://tirto.id/mengapa-
Sulawesi Selatan 1 mereka-tak-ingin-keluarga-dikubur-dengan-
protokol-covid-19-fGiG
Maluku 1 17. Putri RD. Mengapa warga tak seharusnya menolak
jenazah pasien COVID-19? [Internet]. Tirto.id. 2020
Papua 1 [cited 2020 Nov 6]. Available from:
https://tirto.id/mengapa-warga-tak-seharusnya-
Total 49 menolak-jenazah-pasien-covid-19-eKsj
Copyright @ 2020 Authors. This is an open access article
distributed under the terms of the Creative Commons
DAFTAR PUSTAKA Attribution-NonCommercial 4.0 International License
(http://creativecommons.org/licenses/by-nc/4.0/), which
permits unrestricted non-commercial use, distribution, and
1. WHO Interim Guidance. Infection prevention and
reproduction in any medium, provided the original author and
control for the safe management of a dead body in source are properly cited.
the context of COVID-19. Journal of Hospital
Infection. 2020;104(3):246–51.
2. ICRC Forensic Unit. Covid-19 general guidance for
the management of the dead. 2020. p. 1–15.
3. 3.Kemenkes RI. PedomanPencegahan dan
Pengendalian Coronavirus Disease (COVID-19).
Germas. 2020.
4. 4.Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia (PDFI).
Panduan penatalaksanaan jenazah suspek COVID-
19. 2020.

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN
200

Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020


The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

Artikel Penelitian

Management of Dead Bodies with COVID-19: Characteristics of


Decedents and Quality of Death Certificates (Brief Report)
Putri D.I Meilia , Evi Untoro , Annisa A. Muthaher , Yudy , Citra Manela , Kanina Sista , Farah Kaurow , Sumy H.
1 2 3 4 5 6 7

Purwanti , Berlian I. Fitrasanti , Retno Sawitri , Naomi Yosiati , Andrew Rens Salendu , M. Zaenuri S. Hidayat ,
8 9 10 11 12 13

Kunthi Yulianti , Aberta Karolina , C. Andyani


14 15 16

1RSUP
Persahabatan, Jakarta
2Fakultas
Kedokteran Universitas Trisakti, Jakarta
3Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin, Makassar
4Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta
5Fakultas Kedokteran Universitas Andalas/RSUP M. Djamil, Padang
6RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro, Klaten
7RSU Bhayangkara Tk. I R. Said Sukanto, Jakarta
8Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran/RSUP dr. Hasan Sadikin, Bandung
9RSUP Fatmawati, Jakarta
10Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran/RSUP dr. Hasan Sadikin, Bandung
11RSUP Persahabatan, Jakarta
12Fakultas Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto
13Fakultas Kedokteran Universitas Udayana/RSUP Sanglah, Denpasar
14Fakultas Kedokteran Universitas Lampung/RSUD dr. H. Abdul Moeloek, Bandar Lampung
15RSUD dr. Bob Bazar, Kalianda, Lampung Selatan

ABSTRACT
Introduction: The COVID-19 pandemic has significantly affected death care so that various protocols have been
implemented. This study aims to determine the characteristics of the deceased managed according to the COVID-
19 protocols in Indonesia and the quality of their death certificates.
Methods: This is a descriptive, cross-sectional study. Secondary data of deaths with COVID-19 were taken from
death registries and death certificates from hospitals and funeral homes in several cities in Indonesia. This paper
describes the interim results of the study until July.
Results: 422 dead bodies were managed according to the COVID-19 protocols in 4 hospital in Jakarta, Bandung,
and Padang. The majority were male, Muslim, with a mean age of 50.2 years. Most of them were treated in non-
intensive isolation wards, had co-morbidities, with pending PCR result at the time of death. Almost all were
managed compliant with the full protocol and most were buried at a government-appointed cemetery. Data from
391 death certificates from 3 hospitals in Jakarta, Padang, and Klaten showed that there were still deficiencies in
the quality of the death certificates. “COVID-19” was mentioned in only 52.7% of the cases, with a wide variety of
terms and spelling. In most there were discrepancies between the three types of causes of death of the multiple
causes of death (MCoD) system.
Conclusion: The varied characteristics of the deceased managed using the COVID-19 protocol reflects the
Indonesian population. To improve the quality of death certificates of deaths with COVID-19, continuous
improvement efforts should be made.

Keywords: COVID-19 death, dead body management, death certification, multiple causes of death (MCoD)

Korespondensi : Putri D. I. Meilia,email: antalya@gmail.com

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN
201

Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020


The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

PENDAHULUAN
dan golongan sehingga menjadikan Indonesia salah
Penyakit yang disebabkan oleh virus corona
satu negara multikultural terbesar di dunia.11 Oleh
(coronavirus disease 2019/COVID-19) telah
karena itu, tatalaksana jenazah dengan COVID-19
menyebar ke hampir seluruh dunia sejak bulan
pun harus mempertimbangkan keberagaman
Desember 2019. Pandemi COVID-19 tidak hanya
tersebut. Makalah ini memaparkan tentang jumlah
dirasakan dampaknya dalam bidang kesehatan,
dan karakteristik jenazah yang ditatalaksana sesuai
namun juga dalam banyak aspek kehidupan lainnya,
pedoman penatalaksanaan jenazah dengan COVID-
termasuk dalam tatalaksana jenazah atau death
19 di berbagai daerah di Indonesia. Selain itu, tingkat
care. Penularan virus corona di Indonesia
ketepatan dan kelengkapan pengisian surat
terkonfirmasi sejak awal Maret 2020 dan jumlah
kematian/SMPK jenazah dengan COVID-19 di
kasus COVID-19 sampai hari ini masih terus
berbagai daerah di Indonesia juga akan dipaparkan.
bertambah, baik di Indonesia maupun seluruh dunia.
Dengan diketahuinya karakteristik jenazah yang
Untuk membantu penanganan wabah
ditatalaksana sesuai protokol COVID-19 dan kualitas
COVID-19, dilakukan prosedur penatalaksanaan
SMPK yang dibuat, maka penyusunan kebijakan
khusus terhadap jenazah. Terdapat berbagai
terkait tatalaksana jenazah dengan COVID-19 di
pedoman penatalaksanaan jenazah dengan COVID-
Indonesia diharapkan dapat lebih tepat sasaran.
19, baik yang dikeluarkan oleh organisasi
METODE
internasional maupun nasional.1–4 Pedoman-
Penelitian ini merupakan penelitian
pedoman tersebut memberikan panduan tentang
multisenter yang dilakukan di sentra-sentra
penanganan umum terhadap jenazah yang terduga
kedokteran forensik dan medikolegal di seluruh
COVID-19, mulai dari saat awal meninggal sampai ke
Indonesia. Penelitian ini menggunakan desain
pemakaman, termasuk cara pencantuman penyebab
deskriptif potong lintang (cross-sectional). Penelitian
kematian terkait COVID-19 dalam surat
dilaksanakan pada bulan April sampai Desember
kematian/sertifikat medis penyebab kematian
tahun 2020. Makalah ini memaparkan hasil
(SMPK).5 Selain dari segi medis, beberapa organisasi
sementara sampai akhir bulan Juli.
keagamaan di Indonesia juga mengeluarkan
Populasi target dari penelitian ini adalah
pedoman penatalaksanaan jenazah terkait syariat
semua jenazah yang ditatalaksana sesuai pedoman
agama maupun kebutuhan layanan kedukaan
khusus untuk jenazah dengan COVID-19. Sementara
keluarga dan kerabat.6–10 Di Indonesia,
itu, populasi terjangkau adalah semua jenazah yang
penatalaksanaan terhadap jenazah termasuk domain
ditatalaksana sesuai pedoman khusus untuk jenazah
praktik Kedokteran Forensik dan Medikolegal. Sentra
dengan COVID-19, yang datanya dapat diakses pada
Kedokteran Forensik dan Medikolegal, dan dokter
bulan Mei – Oktober 2020. Sampel penelitian berupa
spesialis Forensik dan Medikolegal (SpFM), tersebar
data sekunder kasus kematian dengan COVID-19
di berbagai daerah. Hal ini merupakan salah satu
yang diambil dari register kematian dan SMPK di
kekhasan praktik kedokteran forensik di Indonesia.
beberapa rumah sakit dan rumah duka di Indonesia.
Indonesia merupakan negara kepulauan
Karena penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan
dengan lebih dari 17 ribu pulau yang memiliki
gambaran umum tentang current practice
keragaman budaya, ras, suku, adat-istiadat, agama

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN
202

Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020


The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

penatalaksanaan jenazah yang dijalankan maka


HASIL
dilakukan total sampling terhadap seluruh populasi
1. Jumlah dan karakteristik jenazah yang
terjangkau yang memenuhi kriteria.12
ditatalaksana sesuai pedoman
Sebelum dilakukan pengumpulan data,
penatalaksanaan jenazah dengan COVID-19
peneliti terlebih dahulu membuat lembar informasi
Hingga tanggal 31 Juli 2020 terkumpul 422 data
penelitian dan persetujuan serta formulir-formulir
jenazah dengan COVID-19 dari 4 rumah sakit, yaitu
pencatatan. Formulir pencatatan dibuat dalam
RSUP Persahabatan Jakarta, RSUPN Dr. Cipto
Google Sheet. Selain itu, dilakukan pengumpulan dan
Mangunkusumo Jakarta, RSUP Dr. Hasan Sadikin
pendataan sumber data sekunder yang akan
Bandung, dan RSUP Dr. M. Djamil Padang.
digunakan. Data yang dikumpulkan terdiri dari 2
Karakteristik jenazah yang ditatalaksana sesuai
bagian, yaitu data karakteristik jenazah dan data
pedoman penatalaksanaan jenazah dengan COVID-
SMPK. Karakteristik jenazah yang diteliti meliputi
19 tersebut adalah sebagai berikut:
usia, jenis kelamin, agama, status perawatan
Jenis kelamin
(sempat dirawat di rumah sakit/tidak) dan ruang
Mayoritas jenazah yang meninggal dengan COVID-19
tempat perawatan (jika sempat dirawat), status
berjenis kelamin laki-laki (61,8%) dan sisanya
COVID-19 saat meninggal, komorbiditas, jenis
berjenis kelamin perempuan.
tindakan pemulasaraan, serta jenis pemakaman.
Usia
Data SMPK mencakup ketepatan dan kelengkapan
pengisian data, mulai dari data administratif,
identitas jenazah, dan informasi penyebab
kematian.
Data dianalisis dengan menggunakan software
statistik SPSS® versi 21.0. Analisis data terdiri dari
analisis deskriptif (data kategorik dan numerik). Data
kategorik disajikan dalam gambar maupun tabel
yang sesuai sebagai bilangan absolut, frekuensi, dan
proporsi, sedangkan data numerik disajikan dengan Gambar 1 Distribusi Kelompok Usia
menggunakan median dan rentang interkuartil.
Aspek etika yang terdapat pada penelitian ini adalah
Berdasarkan data yang diperoleh sampai tanggal 31
sebagai berikut: (1) Penelitian telah lolos kaji etik
Juli 2020 diperoleh median usia jenazah adalah 55,0
dari Komisi Etik Penelitian Kedokteran (KEPK) di
tahun, dengan rentang interkuartil 31 – 79 tahun.
tempat-tempat pengambilan data, (2) Sumber data
Kelompok usia terbanyak adalah pada usia 51 – 65
penelitian berupa data sekunder, (3) Identitas
tahun sebanyak 38,1% sedangkan sebaran usia
jenazah dirahasiakan dan tidak dicantumkan dalam
terendah adalah pada usia 6 – 10 tahun (Gambar 1).
hasil penelitian maupun pembahasan hasil, dan (4)
Data mentah dan formulir pengambilan data dalam
bentuk berkas elektronik (softcopy) disimpan dalam
laptop yang diberi kata sandi (password).

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN
203

Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020


The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

Agama
Dari total jenazah yang meninggal dengan COVID-19,
Dari semua jenazah, 81,3% beragama Islam
94,1% jenazah dilakukan pemulasaraan jenazah
sedangkan sisanya beragama Kristen (16,8%) dan
lengkap sesuai protokol COVID-19, sekitar 5%
Budha (1,9%).
dilakukan pemulasaraan jenazah tidak sesuai sesuai
Status perawatan
protokol COVID-19, dan 0,2% tidak diperoleh
Mayoritas (99,3%) jenazah berasal dari pasca
keterangan apakah dilakukan dilakukan sesuai
perawatan di rumah sakit dan sisanya berasal dari
protokol COVID-19 ataupun tidak.
luar rumah sakit. Dari jenazah yang berasal dari
Jenis pemakaman
ruang perawatan di rumah sakit, sebagian besar
(37,4%) dirawat di ruang isolasi biasa, 30,3% berasal
dari IGD, 30,1% berasal dari ruang rawat intensif,
1,7% berasal dari ruang perawatan lainnya selain
ruang isolasi, IGD, dan ruang rawat intensif, dan
0,5% tidak ada keterangan tempat perawatannya.
Status COVID

Gambar 3 Tempat Pemakaman dengan COVID-19


Ternyata tidak semua jenazah dimakamkan di
tempat pemakaman khusus yang ditunjuk
pemerintah. Data sebaran jenis pemakaman pada
penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3 di atas.

2. Tingkat ketepatan dan kelengkapan


pengisian surat kematian/SMPK jenazah
Gambar 2 Status COVID-19 Saat Meninggal
dengan COVID-19
Berdasarkan Gambar 2, pada Sebagian besar jenazah
Hingga tanggal 31 Juli 2020 terkumpul 391 data
sudah dilakukan tes covid namun hasilnya belum
SMPK jenazah dengan COVID-19 yang terisi lengkap
keluar sampai pasien tersebut meninggal dan hanya
dari 3 rumah sakit, yaitu RSUP Persahabatan Jakarta,
sekitar 14% jenazah meninggal dengan status
RSUP Dr. M. Djamil Padang, dan RSUD Dr. Soeradji
terkonfirmasi positif COVID-19 dari hasil
Tirtonegoro Klaten.
pemeriksaan PCR.
Distribusi kasus berdasarkan kelompok penyebab
Komorbiditas
kematian
Berdasarkan data diketahui bahwa 77,2% jenazah
Pada mayoritas (98%) SMPK sudah benar dilingkari
memiliki penyakit komorbid, 10.2% tidak memiliki
kelompok “Penyakit Menular”. Namun, pada 2%
komorbid, dan 12,6% tidak diketahui apakah jenazah
SMPK tidak ada kelompok penyebab kematian yang
tersebut memiliki komorbid atau tidak.
dilingkari.
Pemulasaraan
Tingkat Kelengkapan Pengisian Unsur-unsur SMPK

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN
204

Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020


The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

Untuk setiap unsur yang terdapat dalam SMPK, Kelompok 23,8 10,5 65,7
tingkat kelengkapan pengisiannya dapat dilihat pada Penyebab
Tabel 1 berikut ini: Kematian
Tabel 1. Kelengkapan Pengisian Unsur SMPK Tanggal 2,0 0,0 98,0
Variabel Tida Diisi, tapi Diisi dengan Pengisian
k tidak lengkap/tep SMPK
Diisi lengkap/sal at (%) (lembar 1)
(%) ah (%) Nama Jelas 0,5 0,0 99,5
Nama 0,0 0,0 100 Dokter yang
lengkap Menerangka
No. Induk 50,1 5,4 44,5 n (lembar 1)
Kependuduk Tandatangan 66,2 0,0 33,8
an (NIK) Dokter yang
No. Kartu 4,1 3,1 92,8 Menerangka
Keluarga (KK) n (lembar 1)
Jenis Kelamin 1,0 21,2 77,7 Jabatan & 11,0 5,1 83,9
Tempat 0,5 5,6 94,1 Cap Instansi
Tanggal Lahir (lembar 1)
Agama 0,3 0,5 99,2 Nama Jelas 72,6 5,1 22,3
Alamat 8,2 5,1 86,7 Pihak yang
Tempat Menerima
Tinggal Hubungan 30,2 7,1 62,7
Status 16,9 5,1 78,0 dengan
Kependuduk Almarhum/a
an h
Hubungan 0,5 1,0 98,5 Penyebab 29,6 8,9 61,6
dengan Langsung (a)
Kepala Penyebab 34,4 35,5 30,2
Rumah Antara (b, c)
Tangga Penyebab 32,2 13,9 54,0
Waktu 4,3 0,0 95,7 Dasar (d)
Meninggal Kondisi lain 34,4 65,4 0,3
Umur Saat 1,8 0,0 98,2 yang
Meninggal berkontribusi
Tempat 94,1 5,1 0,8 tapi tidak
Meninggal terkait
Dasar 44,8 54,5 0,8 dengan a – d
Diagnosis Selang waktu 35,5 0,0 64,5

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN
205

Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020


The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

mulai
kematian dasar, antara, dan langsung) sedangkan
terjadinya
selebihnya tidak sesuai.
penyakit
Beberapa masalah yang sering ditemui terkait
sampai
penyebab kematian yang tercantum dalam SMPK
meninggal
yang diteliti adalah sebagai berikut:
ICD-10 33,5 0,0 66,5
• Kolom penyebab kematian dasar tidak diisi
(kosong),
Pencantuman COVID sebagai penyebab kematian • Lebih dari satu kondisi/penyakit dicantumkan
sebagai penyebab kematian dasar pada satu
kasus (contohnya, “DM tipe 2” dan
Gambar 4 Pencantuman COVID-19 sebagai Penyebab
“pneumonia” dan “hipertensi”, “infeksi COVID”
Kematian
dan “ARDS”, dan “AKI DD/ acute on CKD, PDP,
malnutrisi”),
• Urutan pencantuman penyebab kematian
terbalik-balik (contohnya, “PDP COVID”
dicantumkan sebagai penyebab antara
sedangkan “asfiksia”, yang dapat disebabkan
oleh COVID, justru dicantumkan sebagai
penyebab dasar),
• Penyebab kematian yang dicantumkan tidak
sejalur (i.e. bukan merupakan satu rantai
Gambar 4 menunjukkan variasi pencantuman patofisiologis) antara penyebab kematian dasar,
“COVID-19” sebagai salah satu penyebab kematian. penyebab kematian antara, dan penyebab
Terdapat variasi penulisan terkait diagnosis COVID- kematian langsung (misalnya, “gagal napas tipe
19 di SMPK mencakup PDP, suspek COVID-19, PDP 2” (penyebab langsung) – “Ca ovarium, end
COVID-19, PDP pneumonia COVID-19, pneumonia stage tumor” (penyebab antara) – “pneumonia
COVID-19, COVID-19, pneumonia viral (PDP COVID), PDP” (penyebab dasar) dan “aspirasi”
PDP probable COVID-19, pneumonia DD viral COVID- (penyebab langsung) – “PDP COVID, SIDA, TB
19, pneumonia suspek COVID-19, pneumonia paru” (penyebab antara) – “asfiksia” (penyebab
terduga COVID-19, pneumonia PDP, confirmed dasar)),
COVID-19, pneumonia ec COVID-19, pneumonia ec • Istilah yang digunakan tidak baku, tidak lazim,
suspek COVID-19, pneumonia viral ec COVID-19, menggunakan istilah campuran antara bahasa
pneumonia virus (PDP), dan COVID-19 (positif rapid Indonesia, bahasa Inggris, dan istilah medis,
test). dan/atau tidak ada dalam ICD-X (contohnya,
Tingkat kesesuaian ketiga jenis penyebab kematian “end stage tumor”, “Riwayat ketosis DM”,
Selanjutnya, hanya pada 17,6% terdapat kesesuaian “COVID-19 (positif rapid test)”, “tekanan darah
antara ketiga jenis penyebab kematian (penyebab tinggi dalam…?”, dan “edem pulmo”),

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN
206

Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020


The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

• Ejaan yang digunakan bervariasi dan tidak baku


signifikan.15 Peran jenis kelamin masih menjadi
(contohnya, penulisan “sepsis ireversibel”,
perdebatan karena ada penelitian yang
“sepsis irreversibel”, “sepsis irreversible” dan
mendapatkan bahwa pasien laki-laki umumnya
“pnemoni”, “pneumonia”, “pneumonia”),
memiliki gejala lebih berat dan luaran yang lebih
Kondisi yang dicantumkan sebagai penyebab
buruk dibandingkan pasien perempuan,13–18 namun
kematian terlalu mendasar dan tidak menjelaskan
ada juga penelitian yang menemukan bahwa
mengapa pasien meninggal saat ini (contohnya, jika
perbandingan jenis kelamin pasien yang bergejala
hanya dicantumkan “hipertensi” sebagai penyebab
berat dan meninggal adalah sekitar 1:1.19
dasar hal ini tidak menjelaskan mengapa pasien
Pada penelitian ini, jenazah dengan COVID-19
meninggal saat ini karena ada penderita hipertensi
mayoritas beragama Islam dan selebihnya beragama
yang dapat berumur panjang, seharunya dapat
Kristen (16,82%) dan Budha (1,9%). Setiap agama di
dicantumkan kondisi berat yang disebabkan oleh
Indonesia memiliki panduan tatalaksana jenazah
hipertensi yang menyebabkan pasien meninggal saat
sesuai protokol COVID-19.6,7,9,10 Mayoritas agama di
ini seperti “infark miokard akut” atau “hypertensive
Indonesia adalah Islam dimana panduan rujukannya
heart disease”).
terdapat dalam Fatwa MUI no.18 tahun 2020
DISKUSI
tentang Pedoman pengurusan jenazah muslim yang
Sampai makalah ini disusun, terkumpul 422 data
terinfeksi COVID-19.
jenazah yang ditatalaksana sesuai protokol COVID-19
Status jenazah yang ditangani mayoritas telah
dari 4 rumah sakit di Jakarta, Bandung, dan Padang.
dilakukan tes PCR atau rapid tetapi hasilnya belum
Berdasarkan jenis kelamin, maka mayoritas jenazah
ada (59%), sedangkan jenazah yang sudah
berjenis kelamin laki-laki dengan usia rata-rata
terkonfirmasi positif dari PCR hanya sebanyak
sekitar 55 tahun. Median usia ini ternyata lebih
14,93%. Kendala yang dialami di Indonesia adalah
muda dari yang ditemukan berdasarkan penelitian di
hasil PCR yang cukup lama keluar sehingga menjadi
Wuhan, Cina, dimana pasien COVID-19 yang
kendala dalam diagnosis dan tatalaksana jenazah jika
meninggal memiliki usia rata-rata 69 tahun dengan
pasien meninggal. Tapi dari penelitian ini didapatkan
rentang interkuartil 63 – 76 tahun.13 Pemantauan di
bahwa walaupun hasil swab PCR belum keluar
Italia bahkan menemukan bahwa mayoritas pasien
mayoritas jenazah ditatalaksana sesuai panduan
COVID-19 yang meninggal memiliki umur rata-rata
jenazah dengan COVID-19.
80 tahun dengan rentang interkuartil 74 – 88
Sebanyak 77,25% jenazah pada penelitian ini
tahun.14 Data penelitian di Cina didapatkan dari 154
diketahui memiliki penyakit komorbid, 12,56% tidak
orang dari 26 provinsi, usia tetap menjadi faktor
diketahui, dan 10,19% tidak ada komorbid sejauh
risiko kematian utama di antara pasien geriatri dari
yang diketahui. Berdasarkan penelitian di Italia
berbagai usia. Sementara jenis kelamin tampaknya
sebanyak 40% pasien COVID-19 disertai komorbid
bukan menjadi faktor resiko kematian karena tidak
dengan penyakit yang tersering adalah hipertensi,
terdapat perbedaan yang signifikan dalam proporsi
penyakit jantung, diabetes mellitus, riwayat
laki-laki antara kelompok yang meninggal dengan
keganasan, penyakit paru, hepatitis kronik, dan
yang masih hidup, namun usia memainkan peranan
penyakit ginjal kronik.16,20 Hasil penelitian lainnya
yang penting dimana terdapat perbedaan yang

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN
207

Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020


The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

menyebutkan bahwa studi tentang hubungan antara


lengkap/tidak tepat. Unsur-unsur tersebut baik
kondisi komorbiditas dan mortalitas/keparahan
berupa data administratif maupun data medis.
penyakit pada pasien COVID-19 di Cina dari segala
Ketidaklengkapan atau ketidaktepatan pengisian
usia menunjukkan hasil yang beragam. Dalam
unsur administratif dapat menimbulkan
sebuah penelitian yang melibatkan 140 pasien yang
permasalahan dari segi pencatatan sipil sehingga
dirawat di Rumah Sakit No. 7 di Wuhan, tidak ada
perlu diatasi.21–24 Selanjutnya, apabila jabatan dan
perbedaan signifikan dalam proporsi pasien dengan
cap instansi dokter yang menerangkan tidak
hipertensi, diabetes dan penyakit jantung koroner
dicantumkan dengan lengkap maka dapat
yang diamati antara pasien parah dan tidak parah.19
menyulitkan apabila ada hal yang perlu dikonfirmasi.
Namun, hal sebaliknya diamati antara 54 orang yang
Di Indonesia, sebagian besar orang hanya
meninggal dan 137 pasien yang selamat yang
menggunakan nama depan sehingga dapat tertukar,
dirawat di Rumah Sakit Jinyintan dan Rumah Sakit
terutama jika namanya tergolong umum. Data
Paru Wuhan.13 Perbedaan proporsi penderita
tentang hubungan penerima SMPK dengan
hipertensi, diabetes dan penyakit jantung koroner
almarhum/almarhumah pun tidak kalah penting
antara kedua kelompok bermakna.
untuk dicantumkan. Selain sebagai bukti bahwa yang
Mayoritas jenazah (94,08%) pada penelitian ini
menerima SMPK adalah orang yang betul-betul
ditatalaksana lengkap sesuai protokol jenazah
berhak (ahli waris atau keluarga terdekat), data ini
COVID-19. Namun, ada 5,6% jenazah yang tidak
dapat membantu apabila ada keperluan untuk
ditatalaksana lengkap sesuai protokol dan 0,23%
menghubungi keluarga di kemudian hari.
tidak ada data tentang penatalaksanaannya.
Dari data medis, semua unsur masih banyak yang
Sedangkan untuk jenis pemakaman sebanyak
tidak diisi atau diisi dengan tidak lengkap dan tepat,
72,27% dimakamkan di TPU yang ditunjuk
baik unsur penyebab kematian (langsung, antara,
pemerintah, 12,8% di TPU selain pemerintah, 8,057%
dasar), kondisi lain yang berkontribusi tapi tidak
selain TPU, 5,924% tidak diketahui, dan 0,948% di
terkait dengan penyebab kematian, maupun selang
kremasi. Perlu dilakukan pencatatan secara lebih
waktu mulai terjadinya penyakit sampai meninggal.
detil tentang alasan pemilihan prosedur tatalaksana
Hal ini mungkin disebabkan oleh barunya fenomena
dan pemakaman, terutama apabila tidak sesuai
COVID-19 ini sehingga masih banyak yang belum
dengan protokol yang lengkap.
diketahui tentang patofisiologi penyakitnya yang
Salah satu unsur esensial dari pengisian SMPK adalah
berujung pada kematian.25–36
pencantuman penyebab kematian secara lengkap
Kebingungan/ketidakjelasan ini juga tampak dari
dan tepat. Penulisan penyebab kematian yang tepat,
bervariasinya istilah yang digunakan untuk
terutama penyebab kematian dasar, memiliki
pencantuman COVID-19 sebagai penyebab
manfaat yang luas, baik medis maupun bagi
kematian. Selain itu, terdapat inkonsistensi dalam
kesehatan masyarakat.
penentuan jenis penyebab kematian terkait COVID-
Berdasarkan tingkat kelengkapan pengisian unsur-
19 dan kaitannya dengan kondisi-kondisi lain yang
unsur dalam SMPK, sebagian besar unsur umumnya
diduga menjadi/berkontribusi sebagai penyebab
terisi. Namun, terdapat beberapa unsur yang masih
kematian.
sering tidak diisi sama sekali atau diisi namun tidak

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN
208

Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020


The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

Penentuan selang waktu mulai terjadinya penyakit


dituliskannya penyebab kematian yang medically
sampai meninggal sebetulnya dapat membantu
acceptable, dituliskannya beberapa penyebab
dalam penentuan penyebab kematian serta
kematian dasar yang bersaing, penyebab kematian
pemilahannya menjadi penyebab kematian dasar,
langsung, antara, dan dasar dituliskan dalam urutan
antara, maupun langsung.5,37 Singkatnya, penyebab
yang salah, dan hanya dituliskan penyebab kematian
kematian dasar tentunya timbul lebih dahulu
langsung tanpa disertai penulisan penyebab
dibandingkan penyebab kematian antara dan
kematian dasar.
langsung. Oleh karena itu, suatu kondisi yang akan
Penelitian ini memiliki beberapa kelebihan. Pertama,
dipilih sebagai penyebab kematian dasar seharunya
besar sampel yang diambil cukup besar dan bersifat
memiliki selang waktu yang terpanjang sejak mulai
multisenter. Dengan demikian diharapkan bahwa
terjadinya penyakit sampai meninggal. Misalnya,
hasil yang diperoleh dapat representatif terhadap
pada pasien dengan “PDP COVID” yang
kondisi riil di lapangan. Kedua, variabel penelitian
menyebabkan “sepsis” dengan komplikasi “syok
yang diteliti juga cukup banyak sehingga
sepsis ireversibel” sehingga pasien meninggal dunia.
pembahasan dapat dilakukan dengan lebih
Pada kasus ini, PDP COVID memiliki selang waktu
mendalam. Selanjutnya, analisis data kuantitatif juga
satu minggu sejak diagnosis sampai meninggal
dilengkapi dengan konteks praktis yang lebih luas,
(penyebab dasar), sepsis baru timbul tiga hari
yang diperoleh dari keterangan tambahan dari para
sebelum pasien meninggal (penyebab antara),
dokter forensik. Selain itu, khusus terkait data
sedangkan komplikasi syok sepsis yang ireversibel
tentang SMPK, analisis tidak hanya dilakukan
baru terjadi satu hari sebelum pasien meninggal
terhadap kelengkapan dan ketepatan pengisian
(penyebab langsung). Oleh karena itu, penulisan
SMPK, tapi juga terhadap kesesuaian antar unsur-
urutan waktu dengan jelas dapat membantu proses
unsur (i.e. antar ketiga jenis penyebab kematian).
kognitif dokter dalam mengisi penyebab kematian
Di sisi lain, terdapat beberapa kekurangan dari
dan mencegah tertukar-tukarnya penulisan masing-
penelitian ini. Penelitian ini memiliki desain potong
masing jenis penyebab kematian.
lintang (cross-sectional) sehingga hanya
Demikian pula tingkat kesesuaian antar jenis-jenis
menggambarkan kondisi sesaat dan bukan tampilan
penyebab kematian. Nampaknya masih terdapat
kondisi sebelum dan setelah dilakukan suatu
kebingungan dalam penentuan penyakit/kondisi apa
intervensi. Data jenazah yang diambil juga hanya
yang menjadi penyebab kematian dan dalam
berasal dari data yang terdapat dalam register
menentukan penyakit/kondisi tersebut tergolong
kematian di masing-masing sentra kedokteran
jenis penyebab kematian yang mana (i.e. apakah
forensik dan data SMPK secara as is dan tidak
penyebab kematian langsung, antara, atau dasar).
dilakukan konfirmasi ke/perbandingan dengan data
Pada lebih dari 80% SMPK, terdapat ketidaksesuaian
lengkap yang terdapat dalam rekam medis. Oleh
antara ketiga jenis penyebab kematian. Hal ini
karena itu, terdapat beberapa data yang tidak
tergolong kesalahan mayor karena dapat
tercatat dan tidak dapat dilakukan analisis tentang
mempengaruhi koding yang akurat dari penyebab
ketepatan diagnosis/pemilihan penyebab kematian
dasar kematian.5 Semua jenis kesalahan mayor
berdasarkan data medis yang sesungguhnya
ditemukan dalam penelitian ini, yaitu tidak

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN
209

Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020


The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

terdapat pada pasien, sesuai yang terdokumentasi and without co-morbidities. Oxford University Press for
the Infectious Diseases Society of America. 2020;1–40.
dalam rekam medis yang lengkap. 17. Wu C, Chen X, Cai Y, Xia J, Zhou X, Xu S, et al. Risk factors
associated with acute respiratory distress syndrome and
death in patients with Coronavirus Disease 2019
SIMPULAN pneumonia in Wuhan, China. JAMA Internal Medicine.
2020;E1–10.
Karakteristik jenazah yang ditatalaksana 18. Yang X, Yu Y, Xu J, Shu H, Xia J, Liu H, et al. Clinical course and
outcomes of critically ill patients with SARS-CoV-2
menggunakan protokol COVID-19 bervariasi sesuai pneumonia in Wuhan, China: a single-centered,
retrospective, observational study. The Lancet Respiratory.
karakteristik penduduk Indonesia. Untuk 2020;8(5):475–81.
19. Wang K, Zuo P, Liu Y, Zhang M, Zhao X, Xie S, et al. Clinical
meningkatkan kualitas SMPK pada kematian dengan and laboratory predictors of in-hospital mortality in 305
Patients with COVID-19: A cohort study in Wuhan, China.
COVID-10, upaya perbaikan harus dilakukan secara Oxford University Press for the Infectious Diseases Society
of America. 2020;
terus-menerus. 20. London Business School, European Research Council,
Wheeler Institute for Business and Development. How
many people really die from Covid-19? Lessons from Italy
and some international evidence. 2020.
21. Kambey GSAY, Tomuka D, Mallo JF. Aspek Medikolegal
DAFTAR PUSTAKA Tatalaksana Kematian Di Kota Manado. Jurnal e-Biomedik.
2013;1(1):111–7.
1. WHO Interim Guidance. Infection prevention and control 22. Rosenberg HM. Cause of death as a contemporary problem.
Journal of the History of Medicine and Allied Sciences.
for the safe management of a dead body in the context of
1999;54(2):133–53.
COVID-19. Journal of Hospital Infection. 2020;104(3):246–
23. Knight B. The cause of death. Journal of the Royal Society of
51.
Medicine. 1986;79(4):191–2.
2. ICRC Forensic Unit. Covid-19 general guidance for the
24. Kotabagi RB, Chaturvedi RK, Banerjee A. Medical
management of the dead. 2020. p. 1–15.
certification of cause of death. Medical Journal Armed
3. Kemenkes RI. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian
Forces India. 1999;60(3):261–72.
Coronavirus Disease (COVID-19). Germas. 2020.
25. Dhont S, Derom E, van Braeckel E, Depuydt P, Lambrecht BN.
4. Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia (PDFI). Panduan
The pathophysiology of “happy” hypoxemia in COVID-19.
penatalaksanaan jenazah suspek COVID-19. 2020.
Respiratory research. 2020;21(1):198.
5. World Health Organization (WHO). International guidelines
26. Siripanthong B, Cantab BA, Nazarian S, Muser D, Deo R,
for certification and classification (coding) of COVID-19 as
Santangeli P, et al. Recognizing COVID-19–related
cause of death. 2020.
myocarditis: The possible pathophysiology and proposed
6. Majelis Ulama Indonesia. Fatwa Majelis Ulama Indonesia
guideline for diagnosis and management. Heart Rhythm.
No. 18/2020 tentang pedoman pengurusan jenazah (tajhiz
2020;
al-jana’iz) muslim yang terinfeksi COVID-19. 2020.
27. Varga Z, Flammer AJ, Steiger P, Haberecker M, Andermatt R,
7. Oikumene. Panduan pelayanan & ibadah perkabungan
Zinkernagel AS, et al. Endothelial cell infection and
warga gereja positif COVID-19. 2020.
endotheliitis in COVID-19. The Lancet.
8. Protokol pengurusan jenazah Katolik.
2020;395(10234):1417–8.
9. Tatacara mendoakan jenazah COVID Budha.
28. Kuck KH. Arrhythmias and sudden cardiac death in the
10.Parisada Hindu Dharma Indonesia Pusat. Pedoman
COVID-19 pandemic. Herz. 2020;45(4):325–6.
perawatan jenazah dan upacara Pitra Yajna bagi jenazah
29. Shirazi S, Mami S, Mohtadi N, Ghaysouri A, Tavan H, Nazari
pasien COVID-19. 2020.
A, et al. Sudden cardiac death in COVID-19 patients, a
11.Lestari G. Bhinnekha tunggal ika: khasanah multikultural
report of three cases. Future Cardiology. 2020;fca-2020-
Indonesia di tengah kehidupan SARA. Jurnal Pendidikan
0082.
Pancasila dan Kewarganegaraan. 2015;28(1):31–17.
30. Pomara C, Volti GL, Cappello F. COVID-19 deaths: are we
12.Lund Research. Total population sampling [Internet]. Laerd
sure it is pneumonia? Please, autopsy, autopsy, autopsy!
Dissertation. 2012 [cited 2017 May 15]. Available from:
Journal of Clinical Medicine. 2020;9(5):1259.
http://dissertation.laerd.com/total-population-
31. Calabrese F, Pezzuto F, Fortarezza F, Hofman P, Kern I,
sampling.php
Panizo A, et al. Pulmonary pathology and COVID-19:
13.Zhou F, Yu T, Du R, Fan G, Liu Y, Liu Z, et al. Clinical course
lessons from autopsy. The experience of European
and risk factors for mortality of adult inpatients with
Pulmonary Pathologists. Virchows Archiv.
COVID-19 in Wuhan, China: a retrospective cohort study.
2020;477(3):359–72.
The Lancet. 2020;395(10229):1054–62.
32. Meissner K, Scherschel K, Kirchhof P, Escher F, Schultheiss
14.SARS-CoV-2 Surveillance Group. Characteristics of SARS-
H. Association of cardiac infection with SARS-CoV-2 in
CoV-2 patients dying in Italy Report based on available
confirmed COVID-19 autopsy cases. JAMA
data on November 18th, 2020 [Internet]. 2020. Available
Cardiology.2020;E1–5.
from:
33. Polat V, Bostancı Gİ. Sudden death due to acute pulmonary
https://www.epicentro.iss.it/en/coronavirus/bollettino/R
embolism in a young woman with COVID-19. Journal of
eport-COVID-2019_21_may_2020.pdf
Thrombosis and Thrombolysis. 2020;50(1):239–41.
15. Wang D, Hu B, Hu C, Zhu F, Liu X, Zhang J, et al. Clinical
34. Su H, Yang M, Wan C, Yi LX, Tang F, Zhu HY, et al. Renal
characteristics of 138 hospitalized patients with 2019
histopathological analysis of 26 postmortem findings of
novel Coronavirus–infected pneumonia in Wuhan, China.
patients with COVID-19 in China. Kidney International.
JAMA - Journal of the American Medical Association.
2020.
2020;E1–9.
35. Lodigiani C, Iapichino G, Carenzo L, Cecconi M, Ferrazzi P,
16. Falasca L, Nardacci R, Colombo D, Lalle E, di Caro A, Nicastri
Teresa M, et al. Venous and arterial thromboembolic
E, et al. Post-mortem findings in Italian patients with
complications in COVID-19 patients admitted to an
COVID-19 – a descriptive full autopsy study of cases with
academic hospital in Milan, Italy. Thrombosis Research.
2020;191:9–14.

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN
210

Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020


The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

36. Fox SE, Akmatbekov A, Harbert JL, Li G, Brown JQ.


Pulmonary and cardiac pathology in Covid-19: the first
autopsy series from New Orleans. medRxiv. 2020.
37. World Health Organization (WHO). Medical certification,
ICD mortality coding, and reporting mortality associated
with COVID-19. Vol. 19. 2020.

Copyright @ 2020 Authors. This is an open access article


distributed under the terms of the Creative Commons
Attribution-NonCommercial 4.0 International License
(http://creativecommons.org/licenses/by-nc/4.0/), which
permits unrestricted non-commercial use, distribution, and
reproduction in any medium, provided the original author and
source are properly cited.

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN
211

Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020


The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

Artikel Penelitian

Karakteristik Cedera pada Pasien Korban Penganiayaan


Periode Tahun 2016-2020
Ali Sodikin , Sani Tanzilah
1 1

1Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran – Rumah Sakit (RSUP)
Dr. Hasan Sadikin Bandung

ABSTRACT
Introduction: Violence is a problem that often occurs in social life both in Indonesia and in the world. The act of
mistreatment can result in minor injuries, serious injuries, and even death. This study aimed to describe the profile
of the victim and perpetrator, nature, and location of violence. Methodology: This study was descriptive, cross-
sectional in design. Data were derived from medical records of physical violence victims who were assessed and
treated in Dr. Hasan Sadikin Hospital in the period from 1st January 2016 to 30th September 2020. Data were
proceeded by Microsoft Excel and presented in diagrams and tables.Results: Of all 187 patients, 93.58% of them
are male. Most of the violence had been done by an unknown perpetrator (86.63%). The majority vulnerable age
group is between the ages of 21-30 years. The most common nature of violence occurred was sharp force trauma
(62.00%). The body region impacted in the majority is the head.Conclusion: The results of a doctor's examination in
a case of violence have legal implications for the investigation process. The epidemiological data in terms of
victims' profile and nature of the injury can be useful in medical and legal interest.

Keywords: assault, clinical forensic, violence, wounds

Korespondensi : Sani Tanzilah, email: sani.tanzilah@unpad.ac.id

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN
212

Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020


The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

PENDAHULUAN
Penganiayaan merupakan salah satu Trauma tumpul dapat menyebabkan tiga macam
masalah penting bagi kesehatan masyarakat di luka yaitu luka memar (contusion), luka lecet
seluruh dunia. Penganiayaan dapat merupakan hal (abrasion) dan luka robek (vulnus laceratum).
yang cukup serius karena dapat menimbulkan Trauma tajam dikenal dengan tiga bentuk pula yaitu
masalah baik jangka panjang maupun jangka luka iris atau luak sayat (vulnus scissum), luka tusuk
pendek. Berdasarkan data WHO, diperkirakan (vulnus punctum) atau luka bacok (vulnus caesum)
terdapat 475.000 kematian pada tahun 2012 akibat Trauma tajam dikenal dengan tiga bentuk pula yaitu
1
penganiayaan. Penelitian di Victoria luka iris atau luak sayat (vulnus scissum), luka tusuk
mengungkapkan bahwa 11 korban dalam rentang (vulnus punctum) atau luka bacok (vulnus caesum).5
usia 15 – 34 tahun meninggal setiap tahunnya dan Dalam hukum di Indonesia menyatakan bahwa
5.000 korban dirawat di rumah sakit karena luka penganiayaan termasuk tindak pidana. Hal itu sesuai
yang disebabkan penganiayaan pada tahun 2000 dengan Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP)
hingga 2011.2 (1958) bab XX mengenai penganiayaan.Terdapat
Penganiayaan adalah penggunaan kekuatan berbagai pasal yang menyatakan bahwa tindakan
fisik, baik dalam kondisi terancam atau tidak pada penganiayaan ini dapat menyebabkan luka-luka, baik
seseorang, kelompok, atau komunitas yang dapat luka yang tidak menimbulkan halangan dalam
menyebabkan trauma, kematian, trauma psikologis, menjalankan pekerjaan jabatan sebagai akibat dari
gangguan perkembangan, dan kerugian.1 Tindakan tindak pidana penganiayaan ringan (pasal 352
penganiayaan dapat menimbulkan dampak pada KUHP), hingga menyebabkan luka berat (pasal 351
tubuh manusia, baik luka ringan, luka berat, hingga (2) atau 353(2)) atau akibat penganiayaan berat
kematian.Luka merupakan akibat sering dari (pasal 354 (1) atau 355(1)”. Perbuatan tersebut
tindakan penganiayaan.Luka menyebabkan lebih dari disertai ancaman (sanksi) bagi yang melanggar dan
5 juta orang meninggal setiap tahun jumlah ini diperlukan penegakan hukum.6
mencapai 9% dari jumlah kematian di seluruh dunia, Jumlah tindakan penganiayaan berfluktuasi di
hamper 1,7 kali lipat dari jumlah total kematian yang Indonesia selama periode tahun 2014–2016. Catatan
diakibatkan dari HIV/AIDS,tuberculosis dan malaria. pada Biro Pengendalian Operasi, Mabes Polri
Jadi, setiap 6 detik seseorang di dunia meninggal memperlihatkan jumlah tindakan penganiayaan
akibat luka.3 pada tahun 2011 sebanyak 35.800 kasus dengan
Luka adalah hilang atau rusaknya kategori penganiayaan ringan dan berat, menurun
kontuinitas dari jaringan tubuh. Keadaan inidapat menjadi sebanyak 30.901 kasus pada tahun 2016
disebabkan oleh trauma benda tajam atau benda dan meningkat kembali pada tahun 2013 menjadi
tumpul, perubahan suhu, zatkimia, ledakan, 35.153 kasus.7
sengatan listrik atau gigitan hewan.4 Dalam Pada ilmu kedokteran forensik, aspek
prakteknya nanti seringkali terdapat kombinasi penting yang diperlukan adalah penilaian, klasifikasi,
trauma yang disebabkan oleh satu jenis penyebab, dan dokumentasi dari setiap perlukaan. Tenaga
sehingga klasifikasi trauma ditentukan oleh alat medis terutama dokter diharuskan dapat
penyebab dan usaha yang menyebabkan trauma. mendokumentasikan bentuk perlukaan dengan baik

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN
213

Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020


The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

agar dapat dipahami dan diinterpretasikan oleh


penurunan secara jumlah kasus forensik klinik
pihak terkait.8 Seorang dokter dapat membantu
penganiayaan, seperti terlihat pada Gambar 1.
pihak penegak hukum dengan membuat laporan
hasil medis pemeriksaan, antara lain Visum et
Repertum.
METODE
Metode penelitian ini berupa penelitian
deskriptif, dengan desain potong lintang. Data
penelitian ini merupakan data sekunder yang berasal
dari rekam medis pasien diduga korban kasus
penganiayaan di RSUP Dr. Hasan Sadikin periode Gambar 1. Pola jumlah kasus penganiayaan dari

tahun 2016-2020. Metode pengambilan sampel yang tahun ke tahun

digunakan adalah total sampling terhadap rekam


medis pasien kasus penganiayaan yang ditangani Jumlah kasus penganiayaan dari tahun 2016

selama Januari 2016-September 2020 di RSUP Dr. hingga tahun 2018 cenderung meningkat, namun

Hasan Sadikin, dan disertai surat permintaan Visum mengalami penurunan hingga tahun 2020. Tabel 1

et repertum atau permintaan pembukaan rekam menunjukkan distribusi dan persentase berdasarkan

medis. masing-masing variabel yang diteliti.

Variabel yang diteliti adalah jenis kelamin, Tabel 1. Distribusi karakteristik


Jumlah
usia, waktu kejadian, kaitan pelaku dengan korban, Frekuensi
No. Karakteristik orang
jenis kekerasan, bagian tubuh yang mengalami (%)
(n)
cedera. Jenis kelamin diklasifikasikan menjadi laki- 1. Jenis kelamin
• Perempuan 12 6
laki dan perempuan. Variabel usia pada data
• Laki-laki 175 94
dikategorikan menjadi usia 0-10 tahun, 11-20 tahun, 2. Usia
21-30 tahun, 31-40 tahun, 41-50 tahun, 51-60 tahun, • 0-10 tahun
• 11-20
> 60 tahun. Klasifikasi jenis kekerasan dikategorikan
tahun
menjadi kekerasan tumpul dan kekerasan tajam • 21-30
Kaitan korban dan pelaku diklasifikasikan tahun
berdasarkan informasi dari keterangan • 31-40 1 0,53
tahun 52 27,81
lisan/anamnesis, apakah pelaku merupakan orang • 41-50 69 36,90
yang dikenal oleh korban atau merupakan orang tahun 32 17,11
tidak dikenal • 51-60 21 11,23
tahun 7 3,74
HASIL
3. Waktu
Jumlah sampel yang didapatkan penelitian kejadian
ini adalah 187 kasus. Selama tahun 2016 hingga • 00.00-
06.00
2018, jumlah kasus mengalami peningkatan,
• 06.00- 76 41
sementara pada tahun 2019 dan 2020, terjadi 12.00 17 9
• 12.00- 26 14
18.00 68 36

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN
214

Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020


The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

• 18.00-
kasus penganiayaan bisa dikaitkan dengan tingginya
24.00
4. Kaitan korban aktivitas diluar rumah, dan karena faktor ekonomi,
dengan pelaku penyalah gunaan zat adiktif/narkoba dan alkohol.10
• Dikenal
Risiko lebih tinggi pada laki-laki muda yang
• Tidak 25 13
dikenal 162 87 mengalami penganiayaan oleh karena salah satu
5. Jenis karena faktor emosional tidak stabil.10 Pada
kekerasan
penelitian ini trauma yang paling banyak karena
• Tajam 116 62
• Tumpul 67 36 trauma tajam sesuai dengan penelitan meskipun ada
• Senjata api 2 1 penelitian oleh Barbosa (2014) di Brazil mengatakan
• Lain-lain 2 1
bahwa jenis terbanyak adalah trauma tumpul.9
6. Bagian tubuh
yang cedera Berdasarkan hasil data penelitian yang
• Kepala- didapat, usia korban yang mengalami penganiayaan
leher 160 53 terbanyak pada usia produktif yaitu kelompok usia
• Dada 50 16
• Abdomen 21 7 21 tahun sampai 30 tahun. Hasil yang sama dengan
• Ekstremitas 72 24 penelitian oleh Schumar (2014) di Afrika Selatan.
10
Hasil studi ini menunjukan bahwa angka
Jenis kelamin korban penganiayaan penganiayaan tertinggi pada kelompok usia
didominasi oleh laki-laki yaitu sebanyak 94% (175 produktif yang sesuai dengan penelitian.10
kasus). Korban kasus penganiayaan paling banyak Distribusi lokasi luka pada korban kasus
pada usia produktif yaitu 21-30 tahun sebanyak 69 penganiayaan yang diperiksa pada penelitian ini,
kasus (37%). Waktu kejadian terbanyak ternyata adalah pada kepala-leher,ekstremitas dan dada
pada tengah malam menuju pagi yaitu pukul 00.00- meskipun pada jurnal lain menyatakan bahwa urutan
06.00 sebanyak 76 kasus (41%), dan kasus paling daerah tubuh tersering mengalami penganiayaan
sedikit terjadi pada pagi hari menuju siang yaitu adalah ektremitas, kepala-leher dan dada di
pukul 06.00-12.00 sebanyak 17 kasus (9%). Pelaku karenakan usaha korban dalam proses pertahanan
penganiayaan banyak dilakukan oleh orang tidak diri. 11
dikenal sebanyak 162 kasus (87%). Jenis kekerasan KESIMPULAN
terbanyak pada kasus penganiayaan adalah Distribusi karakteristik kasus penganiayaan
kekerasan benda tajam. Berdasarkan tabel 1, cedera terbanyak adalah jenis kelamin laki-laki, usia
terbanyak akibat penganiayaan paling banyak produktif 21-30 tahun, waktu pukul 00.00-06.00,
ditemukan pada regio kepala-leher (53%). pelaku tidak dikenal, jenis kekerasan benda tajam,
PEMBAHASAN regio tubuh kepala.
Dari 187 subjek penelitian, didapatkan Karakteristik kasus penganiayaan ini
korban berjenis kelamin laki-laki lebih banyak dari berguna bagi dokter umum maupun dokter forensik
pada perempuan dengan perbandingan sekitar 16:1. serta penelitian selanjutnya. Menilai,
Hal ini sesuai dengan acuan pustaka yang mendokumentasikan dan menafsirkan berbagai
menyatakan korban laki-laki lebih banyak karakteristik luka tergantung pada pengetahuan
dibandingkan perempuan.9 Dominasi laki-laki dalam

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN
215

Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020


The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

dokter. Saran untuk penelitian selanjutnya,


menambah variabel derajat luka, jenis luka agar
semakin lengkap karakteristik yang diteliti.

DAFTAR PUSTAKA

1. Global T, Nations U, Programme D, Office UN. The Global


Status Report On Violence Prevention 2014.
2014;(December):2012–4.
2. Cassell, Erin; Reid, Nicolas; Clapperton, Angela; Houy-
Prang, Khic; Kerr E. Assault-related injury among young
people aged 15-34 years that occured in public places:
deaths and hospital treated injury. Hazard [Internet].
2011;73(73). Available from:
https://www.monash.edu/__data/assets/pdf_file/0003/
218442/haz73.pdf
3. World Health Organization. Injuries and Violence The
Fact. Geneva World Heal Organ [Internet]. 2014;20.
Available from:
http://www.who.int/violence_injury_prevention/media
/news/2015/Injury_violence_facts_2014/en/
4. Sjamsuhidajat R, Jong W De. Buku Ajar Ilmu Bedah. 2nd
ed. Jakarta: EGC; 2004.
5. Satyo AC, Criminales K. Aspek Medikolegal Luka pada
Forensik Klinik. Maj Kedokt Nusant [Internet].
2006;39(4):430–2. Available from:
http://repository.usu.ac.id/bitstream/ 123456789/
15636/1/mkn-des2006- (9).pdf
6. Solahuddin S. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana,
Acara Pidana & Perdata: KUHP, KUHAP & KUHPdt.
2008;589.
7. Badan Pusat Statistik. Statistik Kriminal 2019. Badan
Pus Stat. 2019;1–218.
8. James JP, Jones R. Simpson’s Forensic Medicine. 4th ed.
London: CRC Press; 2020.
9. Barbosa KGN, Walker BB, Schuurman N, Cavalcanti SD
avil. LB, Ferreira E Ferreira E, Ferreira RC.
Epidemiological and spatial characteristics of
interpersonal physical violence in a Brazilian city: A
comparative study of violent injury hotspots in familial
versus non-familial settings, 2012-2014. PLoS One.
2019;14(1):1–19.
10. Schuurman N, Cinnamon J, Walker BB, Fawcett V, Nicol
A, Hameed SM, et al. Intentional injury and violence in
Cape Town, South Africa: An epidemiological analysis of
trauma admissions data. Glob Health Action.
2015;8(1):1–9.
11. Anderson JC, Stockman JK, Sabri B, Campbell DW,
Campbell JC. Injury Outcomes in African American and
African Caribbean Women: The Role of Intimate Partner
Violence. Natl Institutes Heal [Internet]. 2012;23(1):1–7.
Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC36247
63/pdf/nihms412728.pdf

Copyright @ 2020 Authors. This is an open access article


distributed under the terms of the Creative Commons
Attribution-NonCommercial 4.0 International License
(http://creativecommons.org/licenses/by-nc/4.0/), which
permits unrestricted non-commercial use, distribution, and
reproduction in any medium, provided the original author and
source are properly cited.

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN
216

Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020


The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

Laporan Kasus

Laporan Kasus - Identifikasi Kerangka pada Sisa-Sisa Jenazah

Identification of Skeletal in Human Remains – A Case Report


Andreas Onggo1, Naomi Yosiati1
1Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal
Universitas Padjadjaran RSUP. Dr. Hasan Sadikin Bandung

ABSTRAK
Pemeriksaan sisa-sisa jenazah manusia merupakan situasi yang menantang bagi para ahli forensik dalam
identifikasi manusia rutin. Studi ini melaporkan identifikasi kasus kerangka pada sisa-sisa jenazah manusia. Setelah
melakukan investigasi TKP, jenazah dikirim oleh polisi setempat untuk dilakukan identifikasi. Pemeriksaan yang
dilakukan antara lain: pemeriksaan tengkorak, tulang panjang dan panggul. Peralatan yang digunakan: kaliper
lengkung, kaliper geser, penggaris, dan meteran kain. Hasil pemeriksaan memberikan informasi tentang profil
antropologis korban yaitu perkiraan jenis kelamin, umur, ras dan tinggi badan. Hasil: seorang perempuan, umur
sekitar 50-60 tahun, ras Mongoloid, tinggi badan sekitar 145-155 cm. Selain itu juga ditemukan beberapa kelainan
antemortem dan anomali tulang.

Kata kunci: Identifikasi kerangka, profil antropologis, sisa-sisa jenazah manusia

ABSTRACT
Examination of humain remains is a challenging situation for forensic experts in routine human
identification. This study reports a case identification of skeletal in humain remains. After carry out crime scene
investigation, the remains were sent by the local police for human identification. Examinations carried out include:
examination of the skull, long bones and pelvis. Equipment used: curved caliper, slide caliper, ruler, and metric
rope. The results of the examination provide information about the anthropological profile of the victim, containing
estimation of sex, age, race and stature. Result: a female, about 50-60 years old, Mongoloid race, stature about
145-155 cm. In addition, several antemortem abnormalities and bone anomalies were also found.

Keywords: anthropological profile, human remains, Identification of skeletal

Korespondensi : Andreas Onggo,email: andreasonggo@gmail.com

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN
217

Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020


The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

PENDAHULUAN
Antropologi forensik merupakan penerapan HASIL DAN DISKUSI

ilmu dan metodologi antropologi, khususnya Pada pemeriksaan kerangka kami

antropologi biologi dan arkeologi, terhadap menggunakan alat berupa kaliper lengkung, kaliper

persoalan mediko-legal. Secara tradisional, praktik geser, penggaris, dan meteran kain. Kaliper lengkung

antropologi forensik berfokus pada recovery dan digunakan untuk mengukur lebar tengkorak (cranial

analisis sisa-sisa jenazah manusia.(1) Pemeriksaan breadth) dari euryon kanan ke euryon kiri dan untuk

sisa-sisa jenazah manusia merupakan situasi yang mengukur panjang tengkorak (cranial length) dari

menantang bagi ahli forensik dalam identifikasi glabella ke opisthocranion. Kaliper geser dan

manusia rutin. Estimasi profil biologis sisa-sisa penggaris digunakan untuk mengukur tulang-tulang

jenazah manusia seperti jenis kelamin, usia saat panjang, sedangkan meteran kain digunakan apabila

meninggal, ras dan tinggi badan merupakan terdapat kesulitan dalam pengukuran menggunakan

komponen yang penting dikarenakan profil tersebut penggaris dikarenakan fleksibilitasnya.

dapat digunakan untuk mencari orang hilang yang Adapun beberapa hasil pengukuran dapat

mungkin cocok dengan sisa-sisa tersebut.(2,3) dilihat pada tabel 1. Selain itu kami juga melakukan
pengamatan terhadap morfologi dari pada kerangka,

KASUS adapun hasilnya dapat dilihat pada tabel 2.

Sebuah kantong jenazah berisi sisa-sisa Bagian yang diukur Dalam cm


jenazah manusia dibawa ke bagian Forensik RSUP Dr.
Cranial breadth 13,5
Hasan Sadikin Bandung pada tanggal 3 Desember
2019 diantar oleh Polisi (penyidik) dengan membawa Cranial length 16,8
Surat Permintaan Visum dari POLRI DAERAH JAWA
Humerus kanan 27,5
BARAT RESOR CIMAHI SEKTOR XXX.
Sehari sebelumnya seorang warga Ulna kanan 22
menemukan sekumpulan sisa-sisa jenazah yang
dicurigai jenazah manusia di lereng gunung xxx. Ulna kiri 22,5

Warga kemudian melapor ke polisi setempat dan


Radius kanan 23
keesokan harinya polisi melakukan olah Tempat
Kejadian Perkara (TKP). Setelah olah TKP polisi Radius kiri 24

kemudian membawa sisa-sisa jenazah tersebut ke


Femur kanan dan kiri 39
bagian Forensik RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung.
Di bagian forensik sisa-sisa jaringan lunak Tibia kanan dan kiri 34
yang masih menempel pada kerangka dan kotoran
Fibula kanan dan kiri 33
berupa tanah dan dedaunan dibersihkan sehingga
hanya menyisakan kerangka. Kerangka-kerangka Tabel 1. Hasil Pengukuran
tersebut kemudian disusun berdasarkan posisi
anatomi dan kemudian dilakukan identifikasi. Penentuan jenis kelamin perempuan
didapatkan dari pengamatan pada morfologi pelvis

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN
218

Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020


The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

dan tengkorak. Adapun morfologi pada pelvis yang


dikonversikan pada tabel estimasi usia berdasarkan
diamati adalah pelvic inlet bulat, os pubic
sutura kubah tengkorak dengan estimasi usia 51,5
panjang/lebar, ramus ischio-pubic lengkung, sciatic
tahun.(4,5) (Lihat gambar 2.)
notch lebar, sakrum lebar, korpus tidak menonjol,
preauricular sulcus jelas dan sudut subpubic yang
lebar. Sedangkan morfologi pada tengkorak yang
diamati adalah nuchal crest sedikit menonjol,
prosesus mastoideus kecil, margin supra orbital
tajam, glabella yang tegak dan sedikit menonjol, dan
Gambar 2. (atas) morfologi estimasi usia pada
mentale yang runcing dan kecil.(4,5) (Lihat gambar simpisis pubis, (bawah) morfologi estimasi usia pada
1.) sutura kubah tengkorak

Penentuan ras didapatkan dengan


mengamati beberapa morfologi pada tengkorak.
Pada hidung tampak nasal spine yang kecil, lower
border yang datar, dan ukuran yang medium.
Prosesus zigomatikus yang menonjol merupakan ciri
khas ras Asia. Penonjolan prosesus zigomatikus ini
menyebabkan lower eye border ikut menonjol. Selain
itu pengamatan pada palatal tampak bentuk palatal
yang elliptikal.(4,5)
Gambar 1. (atas) morfologi estimasi jenis kelamin
pada pelvis, (bawah) morfologi estimasi jenis
kelamin pada tengkorak Tabel 2. Morfologi Kerangka
Bagian kerangka Morfologi
Penentuan usia didapatkan dari
Tengkorak
pengamatan terhadap permukaan simpisis pubis dan
Hidung
perhitungan terhadap penjumlahan poin obliterasi
• Spine Kecil
sutura kubah tengkorak. Permukaan simpisis pubis
akan mengalami perubahan seiring dengan • Lower border Flat
bertambahnya usia. Metode yang digunakan adakah
• Width Medium
metode Suchey-Brooks. Dari pengamatan
permukaan simpisis pubis, morfologi Zigomatik Projecting
memperlihatkan fase ke-6 dengan estimasi usia Lower eye border Projecting
sekitar 50-60 tahun. Obliterasi sutura pada kubah Palatal Elliptical
tengkorak berdasarkan tingkat penyatuannya. Sutura Supra orbital ridge/ Sedikt menonjol,
yang tertutup/ terobliterasi/ menyatu dengan glabella tegak
sempurna mengindikasikan usia dewasa. Dari Prosesus mastoideus Kecil
penjumlahan poin 7 titik pada sutura kubah Nuchal crest Sedikit menonjol
tengkorak, didapatkan jumlah 19 poin. Poin tersebut Margin supra orbital Tajam

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN
219

Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020


The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

tajam
ini juga dapat dijadikan informasi tambahan yang
Mentale Kecil, runcing
penting untuk identifikasi khusus pada korban.
Sutura kubah tengkorak Rata-rata derajat 2-3
Selain itu kami juga menjumpai adanya anomali pada
Pelvis
fossa olecranii berupa bolongan. Hal ini bukan
Pelvic inlet Bulat
merupakan suatu patologi. Hal serupa dapat juga
Os pubic Panjang/ lebar
dijumpai pada sternum dan tempat-tempat lainnya.
Ramus ischio-pubic Lengkung
(7,8)
Sciatic notch Lebar
Sakrum Lebar, korpus tidak
KESIMPULAN
menonjol
Dari hasil pemeriksaan didapatkan
Preauricular sulcus Ada, jelas
sekumpulan sisa-sisa jenazah manusia setidaknya
Sudut subpubic Lebar
berasal dari satu individu dengan profil antropologis
Permukaan simpisis Tampak aus
yaitu seorang perempuan, berusia sekitar 50-60
pubis
tahun, ras Mongoloid dan tinggi badan sekitar 145-
Humerus kiri Deformitas, Callus
155 cm. Selain itu ditemukan adanya tanda patah
Fossa olecranii kiri Anomali
tulang antemortem yang sudah mengalami
penyembuhan pada humerus kiri dan adanya
Selanjutnya, tinggi badan didapatkan
anomali pada fossa olecranii kiri.
dengan memasukkan panjang tulang-tulang panjang
Untuk pemeriksaan lebih lanjut dapat
ke dalam perhitungan dengan menggunakan formula
dilakukan pemeriksaan facial reconstruction,
Mahakkanukrauh. Formula ini kami nilai paling
superimposisi dan pemeriksaan DNA untuk
representatif untuk perhitungan tinggi badan di
mendapatkan identitas yang lebih spesifik.
Indonesia dikarenakan persamaan letak geografis
dan morfologi masyarakatnya tidak jauh berbeda.
DAFTAR PUSTAKA
Kami melakukan perhitungan terhadap semua tulang 1. Ubelaker DH. A History of forensic Anthropology.
panjang yang ada, namun dari berbagai sumber American Journal of Physical Anthropology. 2017.
DOI: 10.1002/apja.23306.
disebutkan bahwa tulang femur adalah tulang
2. Austin D, King RE. The Biological Profile of
panjang yang paling representatif untuk menentukan Unidentified Human Remains in Forensic Context.
tinggi badan. Dikarenakan estimasi jenis kelamin Academic Forensic Pathology. 2016. DOI:

adalah perempuan, maka rumus yang digunakan 10.23907/2016.039


3. Corrieri B, Grant NM. What do Bones Tell Us? The
adalah S = (2,778 x Fem (max) + 40,602) ± 5,21. dari
Study of Human Skeletons From the Perspective of
perhitungan didapatkan estimasi tinggi badan adalah Forensic Anthropology. Science Progress. 2015.

143,734 – 154,154 cm (~ 145 – 155 cm). (6) DOI:10.3184/003685015X14470674934021


4. White TD, Black MT, Folkens PA. Human Osteology.
Pada pemeriksaan kami juga menemukan
3rd ed. Academic Press; 2011.
adanya deformitas pada humerus kiri disertai 5. Byers SN. Introduction to Forensic Anthropology.
pembentukan callus. Hal ini memberikan informasi 5th ed. London and New York: Routledge; 2017.
6. Mahakkanukrauh P, Khanpetch P, Prasitwattanseree
bahwa humerus kiri pernah patah semasa korban
S, Vichairat K, Case DT. Stature estimation from long
masih hidup dan sudah mengalami remodeling. Hal

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN
220

Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020


The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

bone lengths in a Thai population. Forensic Science


International 210 (2011) 279.e1–279.e7.
7. Marsell R, Einhorn TA. The Biology of Fracture
Healing. Injury. 2011; 42(6): 551–555.
doi:10.1016/j.injury.2011.03.031.
8. Dittmer KE, Firth EC. Mechanisms of Bone Response
to Injury. Journal of Veterinary Diagnostic
Investigation. 2017. DOI
10.1177/1040638716679861.

Copyright @ 2020 Authors. This is an open access article


distributed under the terms of the Creative Commons
Attribution-NonCommercial 4.0 International License
(http://creativecommons.org/licenses/by-nc/4.0/), which
permits unrestricted non-commercial use, distribution,
and reproduction in any medium, provided the original
author and source are properly cited.

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN
221

Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020


The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

Artikel Penelitian

Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Konsumsi Alkohol


Berlebihan pada Etnis Nusa Tenggara Timur

Factors Correlate to Excessive Alcohol Consumption in Ethnic Nusa


Tenggara Timur
Budiatri Retno Noormaningrum1, Yudha Nurhantari1, Suhartini1,Rusyad Adi Suriyanto1
1Departemen Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan Universitas Gadjah
Mada, Yogyakarta

ABSTRAK
Pendahuluan: Konsumsi alkohol berlebihan terbukti berbahaya bagi kesehatan, berkaitan dengan perilaku agresi,
bahkan kejahatan. Nusa Tenggara Timur (NTT) merupakan wilayah dengan tingkat konsumsi alkohol berlebihan
tertinggi di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mencari faktor-faktor yang berhubungan dengan konsumsi
alkohol berlebihan pada etnis NTT, sehingga diharapkan dapat memberikan informasi mengenai usaha-usaha
pendekatan yang efektif terkait pencegahan konsumsi alkohol berlebihan di masyarakat.
Metode: Penelitian ini merupakan sebuah penelitian potong lintang yang dilakukan terhadap 76 subyek etnis asli
NTT. Pengambilan data pada subyek dilakukan dengan wawancara, pengukuran, serta pengambilan darah untuk
identifikasi genotype alcohol dehydrogenase 1C (ADH1C). Identifikasi genotype ADH1C dilakukan dengan metode
polymerase chain reaction-restriction fragment length polymorphism (PCR-RFLP) menggunakan enzim restriksi
endonuclease SspI. Hubungan antara faktor-faktor yang dicurigai berkorelasi dengan konsumsi alkohol berlebihan
dianalisis dengan chi-square.
Hasil: Faktor yang berhubungan secara signifikan dengan tingkat konsumsi alkohol berlebihan pada etnis NTT
adalah jenis kelamin (p=0,031) dan kebiasaan merokok (p=0,006), sedangkan faktor yang tidak berhubungan
adalah usia (p=0,958), genotype ADH1C (p=0,897) dan Indeks Massa Tubuh (IMT) (p=0,851).
Simpulan: Kecenderungan untuk minum alkohol berlebihan ditemukan pada etnis NTT dengan jenis kelamin laki-
laki dan memiliki kebiasaan merokok.

Kata kunci: alkohol, alkoholisme, etnis NTT.

ABSTRACT
Introduction: Excessive alcohol consumption is proven to be harmful to the human body. It could lead to aggressive
behavior, moreover, alcohol-related crimes. Nusa Tenggara Timur (NTT) is a province with the highest rate of
excessive alcohol consumption in Indonesia. This study aims were to find factors that correlate to excessive alcohol
consumption in ethnic NTT. Thus, could give us valuable information on alcohol preventative measures in society.
Methods: We conducted this cross-sectional study on 76 natives ethnic NTT. Data collected by subjects’ interviews,
measurements and blood withdrawn for the alcohol dehydrogenase 1C (ADH1C) genotyping process. We
genotyped ADH1C by polymerase chain reaction-restriction fragment length polymorphism (PCR-RFLP) method
using restriction endonuclease SspI. The association of factors correlated with excessive alcohol consumption was
analyzed using chi-square.
Results: Factors that significantly correlated to excessive alcohol consumption in ethnic NTT were sex (p=0,031) and
smoking habit (p=0,006). We found no association with age (p=0,958), ADH1C genotype (p=0,897), and Body Mass
Index (BMI) (p=0,851).
Conclusions: the probability of excessively consume alcohol in ethnic NTT is increased in males and smokers.

Keywords: alcohol, alcoholism, ethnic NTT.

Korespondensi : Budiatri Retno Noormaningrum ,email: retno_noormaningrum@ugm.ac.id

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN
222

Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020


The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

PENDAHULUAN
berlebihan akan memberikan gambaran mengenai
Meskipun konsumsi alkohol dalam jumlah
pendekatan yang sesuai dalam usaha mencegah
terbatas dapat memberikan manfaat seperti
konsumsi alkohol berlebihan di masyarakat.
mengurangi risiko penyakit diabetes mellitus tipe 2,
dan penyakit kardiovaskuler (1,2), konsumsi alkohol
METODE
secara berlebihan dan kronis terbukti meningkatkan
Penelitian ini merupakan penelitian
risiko terjadinya penyakit hati, pankreatitis, serta
observasional analitik komparatif tidak berpasangan
berbagai kanker (3–5). Selain merugikan bagi
dengan metode potong lintang. Pengambilan sampel
kesehatan, konsumsi alkohol ternyata berhubungan
penelitian dilakukan di kota Kupang pada periode
juga dengan perilaku agresi (6), serta kejahatan dan
waktu 15 hingga 18 Oktober 2019, dengan metode
kecelakaan lalu lintas (7). Pada tahun 2016,
purposive sampling. Subyek penelitian merupakan
konsumsi alkohol berkaitan dengan lebih dari 3 juta
etnis asli NTT yang dibuktikan dengan 2 generasi di
kematian di seluruh dunia. Hal ini lebih tinggi dari
atasnya, ditambah dengan dirinya sendiri secara
kematian akibat tuberculosis, HIV/AIDS dan diabetes
turun menurun hidup di NTT, berusia 18 tahun atau
mellitus (8).
lebih dan dalam kondisi sehat. Setiap subyek telah
Alkoholisme atau gangguan penyalahgunaan
menerima informasi lengkap mengenai penelitian
alkohol merupakan suatu masalah kejiwaan dengan
yang akan dilakukan dan telah menandatangani
gejala berupa keinginan yang besar untuk
lembar informed consent penelitian. Persetujuan etik
mengonsumsi, toleransi dan gangguan putus obat
(ethical clearance) telah didapat dari Komisi Etik
akibat alkohol. Hal ini mendorong seseorang untuk
Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan
terus menerus mengonsumsi alkohol dalam jumlah
Keperawatan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
yang semakin bertambah (9). Alkoholisme
nomor KE/FK/0830/EC/2019.
disebabkan oleh interaksi yang rumit antara faktor
Informasi terkait demografi, kebiasaan
biologis dan lingkungan. Faktor lingkungan yang
minum alkohol dan merokok didapatkan dari
memberikan pengaruh besar salah satunya adalah
wawancara subyek. Kebiasaan minum alkohol dan
faktor sosiokultural (10). Alkohol bernilai penting
merokok didasarkan pada riwayat dalam 6 bulan
dalam tradisi etnis Nusa Tenggara Timur (NTT),
terakhir sebelum dilakukannya penelitian. Kebiasaan
menjadi bagian dari banyak ritual kebudayaan, dan
minum alkohol dikelompokkan menjadi: tidak
mudah diperoleh sebagai produk dari industri rumah
minum alkohol, konsumsi ringan-sedang (pada laki-
tangga (11). Data Riskesdas 2018 menunjukkan
laki <210 g/minggu, pada perempuan <140
wilayah NTT sebagai daerah dengan konsumsi
g/minggu), tinggi (pada laki-laki 210-420 g/minggu,
alkohol berlebihan tertinggi di Indonesia (12).
pada perempuan 140-280 g/minggu), dan sangat
Tingginya konsumsi alkohol berlebihan di NTT
tinggi (pada laki-laki >420 g/minggu, pada
mendorong penulis untuk mencari faktor-faktor di
perempuan >280 g/minggu). Konsumsi alkohol
luar sosiokultural yang turut memberikan andil
dikategorikan menjadi berlebihan apabila berada
dalam tingginya konsumsi alkohol berlebihan pada
dalam kriteria tinggi atau sangat tinggi. Pada subyek
populasi tersebut. Pengetahuan mengenai faktor-
dilakukan pengukuran tinggi dan berat badan untuk
faktor yang berhubungan dengan konsumsi alkohol

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN
223

Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020


The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

menentukan Indeks Massa Tubuh (IMT) yang


syaratnya terpenuhi. Alternatif dari chi-square
dikategorikan menjadi: kurang (<18,5 kg/m2), normal
adalah uji Fisher exact atau Kruskal-Wallis.
(18,5-24,9 kg/m2) dan lebih (>25 kg/m2).
Darah diambil dalam tabung dengan
HASIL
antikoagulan ethylenediaminetetraacetic acid
Mayoritas subyek penelitian ini adalah laki-
(EDTA). Isolasi DNA dilakukan dengan Wizard®
laki (75%) dengan median usia 24 tahun. Usia
Genomic DNA Purification Kit (Promega, Inc.).
termuda pada subyek adalah 18 tahun dengan usia
Identifikasi genotype ADH1C dilakukan dengan
tertua adalah 85 tahun. Kebanyakan subyek memiliki
metode PCR-RFLP sesuai dengan penelitian yang
IMT normal (54%) dengan hanya 19,7% subyek
telah dilakukan sebelumnya dengan modifikasi (13).
memiliki IMT kurang, dan 26,3% subyek mempunyai
Primer yang digunakan adalah ADH3321 (5’-
IMT lebih. Frekuensi distribusi genotype ADH1C
GCTTTAAGAGTAAATATTCTGTCC-3’) untuk forward
didominasi oleh alel heterozigot polimorfik
dan ADH3351 (5’-AATCTACCTCTTTCCAGAGC-3’)
(ADH1C*1/*2) sebesar 51,3%, diikuti oleh alel
sebagai reverse. PCR menggunakan volume
homozigot polimorfik (ADH1C*2/*2) 47,4% dan
campuran 30 𝜇𝑙 yang terdiri dari 3 𝜇𝑙 DNA yang telah
hanya 1,3% dari subyek memiliki alel tipe liar
diisolasi, 15 𝜇𝑙 master mix, 8 𝜇𝑙 air dan 2 𝜇𝑙 dari
(ADH1C*1/*1). Kebiasaan merokok ditemukan pada
masing-masing primer. Proses PCR melibatkan
59,2% subyek. Kebiasaan minum minuman
denaturasi awal pada 950C selama 5 menit, diikuti
beralkohol pada subyek kebanyakan berada dalam
dengan 34 siklus denaturasi, annealing dan elongasi,
kategori ringan/sedang (39,5%), dengan proporsi
masing-masing pada pada 940C selama 1 menit, 550C
konsumsi alkohol tinggi didapatkan pada 17,1%
selama 1 menit dan 720C selama 1 menit. Tahap
subyek, dan sangat tinggi pada 15,8% subyek.
terakhir adalah elongasi akhir pada 720C selama 10
Sebanyak 27,6% subyek menyatakan bahwa dirinya
menit. Produk PCR kemudian didigesti menggunakan
tidak minum minuman beralkohol.
FastDigest SspI kit (Thermo Fisher USA) dengan
Faktor-faktor yang secara statistik memiliki
lokasi pengenalan pada 5’…AAT*ATT…3’ untuk
hubungan yang signifikan dengan konsumsi alkohol
primer forward dan 3’…TTA*TAA…5’ untuk reverse.
berlebihan adalah jenis kelamin (p=0,031) dan
Inkubasi dilakukan pada 370C selama 20 menit. Hasil
kebiasaan merokok (p=0,006). Jenis kelamin laki-laki
akhir dari PCR-RFLP kemudian dilakukan
memiliki kekuatan hubungan dengan konsumsi
elektroforesis selama 25 menit dan hasil dilihat pada
alkohol berlebihan berupa odds ratio sebesar 4,958
cahaya ultra violet. Genotype ADH1C*1/*1
jika dibandingkan dengan jenis kelamin perempuan
menunjukkan pita yang tidak terdigesti pada 146
(IK 95%=1,041-23,616). Sedangkan kebiasaan
base pair (bp), ADH1C*1/*2 menunjukkan 3 pita
merokok memiliki odds ratio sebesar 4,933 (IK
pada 146, 83 dan 63 bp, dan ADH1C*2/*2
95%=1,478-16,463). Faktor-faktor lain terbukti tidak
menunjukkan 2 pita pada 83 dan 63 bp.
memiliki hubungan yang signifikan secara statistik
Hubungan antara faktor demografi, genotype
dengan konsumsi alkohol berlebihan. Faktor-faktor
ADH1C, kebiasaan merokok dan IMT dengan
tersebut adalah usia (p=0,958), genotype ADH1C
konsumsi alkohol berlebihan dianalisis dengan chi-
(p=0,897) dan IMT (p=0,851).
square pada interval kepercayaan 95% apabila

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN
224

Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020


The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

DISKUSI
konsumsi alkohol secara berlebihan yang hampir
Pada penelitian ini, kebanyakan subyek
serupa dengan kelompok usia <24 tahun.
berjenis kelamin laki-laki, dan hal tersebut terbukti
Beberapa penelitian menunjukkan adanya
berhubungan dengan konsumsi alkohol berlebihan di
hubungan antara polimorfisme ADH1C dengan
etnis NTT. Berjenis kelamin laki-laki memiliki
alkoholisme, suatu masalah kejiwaan yang
kecenderungan hingga hampir 5 kali lipat untuk
berhubungan dengan konsumsi alkohol secara
mengonsumsi alkohol secara berlebihan jika
berlebihan. Penelitian pada etnis Elunchun di Cina
dibandingkan dengan perempuan. Hal ini sesuai
dan etnis di Trinidad dan Tobago menunjukkan efek
dengan data dari Riskesdas dan WHO yang
protektif alel ADH1C*1 terhadap alkoholisme
menunjukkan bahwa baik di Indonesia maupun di
(16,17). Hasil yang berkebalikan ditunjukkan oleh
dunia, mayoritas peminum alkohol, termasuk yang
penelitian pada populasi Polandia, yaitu alel
mengonsumsi secara berlebihan, adalah laki-laki
ADH1C*1 terbukti meningkatkan risiko alkoholisme
(8,12). Pada penelitian di Inggris ditemukan bahwa
(18). Temuan yang dapat menyatukan kontroversi
laki-laki memiliki kecenderungan urgensi negatif
dari penelitian-penelitian sebelumnya tidak dapat
dibandingkan perempuan. Urgensi negatif adalah
ditemukan pada penelitian ini karena tidak adanya
perilaku impulsif saat mengalami emosi negatif, dan
perbedaan yang bermakna secara signifikan pada
manifestasi dari perilaku impulsif ini salah satunya
kelompok genotype ADH1C terhadap konsumsi
adalah minum alkohol secara berlebihan (14).
alkohol berlebihan. Tidak adanya hubungan yang
Kecenderungan laki-laki untuk mengonsumsi alkohol
signifikan ditemukan juga pada penelitian sejenis
juga dipengaruhi oleh faktor genetik. Hal ini
pada populasi Eropa dan Amerika (19–21).
diperkirakan berhubungan dengan berkurangnya
Selain jenis kelamin, faktor yang juga
ekspresi mRNA gen Fragile Mental Retardation 1
berhubungan secara signifikan dengan konsumsi
(FMR1) yang ditemukan spesifik pada laki-laki
alkohol secara berlebihan di NTT adalah perilaku
dengan gangguan penyalahgunaan alkohol (15).
merokok. Orang dengan kebiasaan merokok
Pada penelitian ini digunakan batas usia 24
memiliki kecenderungan hampir 5 kali lipat untuk
tahun untuk melihat adanya hubungan antara usia
minum alkohol secara berlebihan dibandingkan
dengan perilaku minum alkohol secara berlebihan.
dengan orang yang tidak merokok. Hubungan ini
Usia 24 tahun merupakan median dari usia subyek
serupa dengan hasil penelitian di Finlandia yang
penelitian, dan data dari WHO menunjukkan bahwa
menunjukkan bahwa kebiasaan merokok tidak hanya
di dunia, proporsi konsumsi alkohol secara
berhubungan dengan perilaku minum namun juga
berlebihan paling banyak adalah pada kelompok usia
dengan tingkat konsumsi alkohol (6). Sehingga,
remaja (15-19 tahun) dan dewasa muda (20-24
pendekatan untuk mencegah perilaku konsumsi
tahun), dibandingkan dengan usia yang lebih tua.
alkohol berlebihan perlu untuk dilakukan
Namun, ternyata tidak ditemukan hubungan yang
berbarengan dengan edukasi mengenai bahaya
signifikan antara batas usia tersebut dengan
merokok.
konsumsi alkohol yang berlebihan pada etnis NTT.
Variabel terakhir yang dianalisis terkait
Usia yang lebih tua ternyata memiliki proporsi
hubungannya dengan konsumsi alkohol berlebihan

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN
225

Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020


The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

adalah IMT. Penelitian sebelumnya menunjukkan


merokok cenderung untuk mengonsumsi alkohol
adanya hubungan antara konsumsi alkohol yang
secara berlebihan. Sehingga, pendekatan untuk
tinggi dengan perilaku makan berlebihan sebagai
pencegahan dapat dilakukan dengan lebih terarah
bagian dari urgensi negatif (14). Hasil yang berbeda
dan tepat sasaran.
ditunjukkan pada penelitian di Brazil yang
menemukan bahwa konsumsi alkohol berlebih
KONFLIK KEPENTINGAN
berkaitan dengan masa otot yang rendah dan
Tidak terdapat konflik kepentingan pada
malnutrisi (22). Hal ini disebabkan karena alkohol
penelitian ini. Dana penelitian didapatkan dari
mengandung kalori yang cukup tinggi. Apabila
Kementerian Riset dan Teknologi Republik Indonesia.
seseorang minum alkohol sebagai tambahan dari
makanan yang dikonsumsi maka terdapat risiko
DAFTAR PUSTAKA
untuk memiliki berat badan berlebih. Namun, pada 1. Knott C, Bell S, Britton A. Alcohol consumption and
the risk of type 2 diabetes: A systematic review and
pengguna alkohol kronis seseorang cenderung Dose-Response Meta-analysis of more than 1.9
million individuals from 38 observational studies.
minum alkohol sebagai pengganti kalori makanan, Diabetes Care. 2015;38(9):1804–12.
2. Bell S, Daskalopoulou M, Rapsomaniki E, George J,
sehingga berisiko malnutrisi (23). Sayangnya, Britton A, Bobak M, et al. Association between
clinically recorded alcohol consumption and initial
penelitian ini tidak dapat menunjukkan adanya presentation of 12 cardiovascular diseases:
Population based cohort study using linked health
hubungan yang bermakna antara konsumsi alkohol records. BMJ. 2017;356:1–7.
3. Hagström H. Alcohol consumption in late teens can
berlebihan dengan IMT. lead to liver problems in adulthood. J Hepatol.
2018;68:505–10.
Hasil penelitian yang gagal dalam 4. Vonlaufen A, Wilson JS, Pirola RC, Apte M V. Role of
alcohol metabolism in chronic pancreatitis. Alcohol
menunjukkan adanya hubungan antara faktor-faktor Res Heal. 2007;30(1):48–54.
5. de Menezes RF, Bergmann A, Thuler LCS. Alcohol
yang diteliti dengan konsumsi alkohol berlebihan consumption and risk of cancer: A systematic
literature review. Asian Pacific J Cancer Prev.
bisa jadi disebabkan karena memang tidak terdapat 2013;14(9):4965–72.
6. Kivimäki P, Kekkonen V, Valtonen H, Tolmunen T,
hubungan antara variabel-variabel tersebut. Namun, Honkalampi K, Tacke U, et al. Alcohol use among
adolescents, aggressive behaviour, and internalizing
hal itu juga bisa terjadi karena pengambilan data problems. J Adolesc. 2014;37(6):945–51.
7. Petrie DJ, Doran CM, Shakeshaft AP, Sanson-Fisher R.
secara wawancara tidak bisa menjamin kebenaran The relationship between risky alcohol
consumption, crime and traffic accidents in
informasi yang diberikan oleh subyek penelitian. Australian rural communities. Addict Behav
[Internet]. 2010;35(4):359–62. Available from:
Kurangnya kejujuran subyek atau kegagalan dalam http://dx.doi.org/10.1016/j.addbeh.2009.10.022
8. Hammer JH, Parent MC, Spiker DA, World Health
mengingat informasi yang akurat untuk menjawab
Organization. Global status report on alcohol and
pertanyaan (recall bias) bisa menjadi salah satu health 2018 [Internet]. Vol. 65, Global status report
on alcohol. 2018. 74–85 p. Available from:
penyebab hasil penelitian yang tidak seperti yang http://www.who.int/substance_abuse/publications
/global_alcohol_report/msbgsruprofiles.pdf%0Ahtt
diharapkan. Penyebab lain adalah jumlah sampel p://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/29355346
9. Association AP. Desk Reference to the Diagnostic
yang kurang besar sehingga gagal untuk Criteria from DSM-5. American Psychiatric
Association; 2013.
menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan di 10. Panduro A, Rivera-Iñiguez I, Ramos-Lopez O, Roman
S. Genes and Alcoholism: Taste, Addiction, and
antara kelompok variabel penelitian. Metabolism. Neurosci Alcohol. 2019;483–91.
11. Salesman F, Juraman SR, Lette A, Gobang YGD,
Rengga MPE. The controversy between the
indonesian government policy and manggarai’s
SIMPULAN culture value about “sopi” liquor. J Drug Alcohol Res.
2018;7(74).
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa 12. Laporan Nasional Riskesdas [Internet]. Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. 2018.
pada etnis NTT berjenis kelamin laki-laki dan Available from:
http://labdata.litbang.kemkes.go.id/images/downlo

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN
226

Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020


The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

ad/laporan/RKD/2018/Laporan_Nasional_RKD201
8_FINAL.pdf
13. Suhartini, Mustofa, Nurhantari Y, Rianto BUD. The
analysis of polymorphism of Alcohol dehydrogenase
3 (ADH3) gene and influence of liver function status
in Indonesia. Kobe J Med Sci. 2016;62(4):E107–13.
14. Ralph-Nearman C, Stewart JL, Jones KA. The role of
negative urgency in risky alcohol drinking and
binge-eating in United Kingdom male and female
students. Addict Behav Reports [Internet].
2020;11(September 2019):100274. Available from:
https://doi.org/10.1016/j.abrep.2020.100274
15. Krasteva M, Koycheva Y, Racheva R, Taseva T,
Raycheva T, Simeonova S, et al. Decreased FMR1
mRNA levels found in men with substance use
disorders. Heliyon [Internet]. 2020;6(10):e05270.
Available from:
https://doi.org/10.1016/j.heliyon.2020.e05270
16. Shen Y, Fan J, Edenberg HJ, Li T, Cui Y, Wang Y, et al.
Polymorphism of ADH and ALDH Genes among Four
Ethnic Groups in China and Effects upon the Risk for
Alcoholism. 1997;21(7):1272–7.
17. Montane-Jaime K, Moore S, Shafe S, Joseph R, Crooks
H, Carr L, et al. ADH1C*2 allele is associated with
alcohol dependence and elevated liver enzymes in
Trinidad and Tobago. Alcohol. 2006;39(2):81–6.
18. Cichoz-Lach H, Partycka J, Nesina I, Celiński K,
Słomka M, Wojcierowski J. Genetic polymorphism of
alcohol dehydrogenase 3 in alcohol liver cirrhosis
and in alcohol chronic pacreatitis. Alcohol Alcohol.
2006;41(1):14–7.
19. Borràs E, Coutelle C, Rosell A, Fernández-Muixi F,
Broch M, Crosas B, et al. Genetic polymorphism of
alcohol dehydrogenase in Europeans: The ADH2*2
allele decreases the risk for alcoholism and is
associated with ADH*3. Hepatology.
2000;31(4):984–9.
20. Latella MC, Di Castelnuovo A, de Lorgeril M, Arnout J,
Cappuccio FP, Krogh V, et al. Genetic variation of
alcohol dehydrogenase type 1C (ADH1C), alcohol
consumption, and metabolic cardiovascular risk
factors: Results from the IMMIDIET study.
Atherosclerosis. 2009;207(1):284–90.
21. Ehlers CL, Liang T, Gizer IR. ADH and ALDH
polymorphism and alcohol dependence in Mexican
and Native Americans. Am J Drug Alcohol Abuse.
2012;38(5):389–94.
22. Coelho MPP, Diniz KGD, Bering T, Ferreira L dos SA,
Vieira DA, Castro MRC, et al. Skeletal muscle mass
index and phase angle are decreased in individuals
with dependence on alcohol and other substances.
Nutrition. 2020;71.
23. Seitz HK, Mueller S. Alcohol: Metabolism, Toxicity
and Its Impact on Nutrition [Internet]. Third Edit.
Reference Module in Biomedical Sciences. Elsevier;
2014. 1–13 p. Available from:
https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/
B9780128012383002294

Copyright @ 2020 Authors. This is an open access article


distributed under the terms of the Creative Commons
Attribution-NonCommercial 4.0 International License
(http://creativecommons.org/licenses/by-nc/4.0/), which
permits unrestricted non-commercial use, distribution, and
reproduction in any medium, provided the original author and
source are properly cited.

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN
227

Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020


The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

Artikel Penelitian

Karakteristik dan Skoring Cedera pada Kasus Forensik Klinik


Kecelakaan Lalu Lintas di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung Periode
Tahun 2016 – 2020

Characteristics and Injury Scoring in Forensic Clinical Case of Road Traffic


Accidents at Hasan Sadikin General Hospital 2016-2020
Busyra Wanranto1, Sani Tanzilah1
1Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran – Rumah Sakit (RSUP) Dr.
Hasan Sadikin Bandung

ABSTRAK
Pendahuluan: Cedera akibat kecelakaan lalu lintas merupakan salah satu penyebab utama kematian, kecacatan,
dan kerugian harta benda di seluruh dunia. Di Indonesia, kecelakaan lalu lintas menempati peringkat ke-12 sebagai
penyebab utama kematian. Diperlukannya penilaian karateristik dan skoring cedera pada korban kecelakaan lalu
lintas, dengan harapan dapat membantu menilai keparahan cedera, menilai kemungkinan kecacatan dan kematian
pada korban, untuk meningkatkan sistem perawatan, membantu penyidik dalam menentukan kualifikasi derajat
cedera sesuai dengan KUHP, serta meningkatkan sistem kesehatan dan keselamatan jalan yang lebih baik.
Tujuan: Mengidentifikasi gambaran cedera pada kasus kecelakan lalu lintas terhadap kecacatan dan kematian yang
terjadi. Memberikan data yang cukup untuk mengidentifikasi penyebab dan memilih intervensi yang sesuai
terhadap kasus kecelakaan. Membantu proses penyidikan.
Metode: Penelitian deskriptif dengan desain potong lintang (cross-sectional) menggunakan data sekunder yang
berasal dari Rekam Medis kasus kecelakaan lalu lintas di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung selama kurun waktu
Januari 2016 sampai September 2020.
Hasil: Dari penelitian didapatkan 242 kasus kecelakaan lalu lintas selama 5 tahun, dengan korban terbanyak laki-
laki sebanyak 76.45 % dibandingkan perempuan 3:1. Rentan usia terbanyak kasus antara umur 21 – 30 tahun dan
waktu terjadinya lebih sering pada malam hari hingga dini hari. Status pengguna jalan yang tersering mengalami
kecelakaan adalah pengemudi kendaraan dan jenis kecelakaan yang paling umum pada pengguna sepeda motor
adalah tabrakan dengan kendaraan lain sebanyak 69%. Cedera pada wajah, menjadi dampak tersering mengalami
cedera diikuti cedera pada ekstremitas sebanyak 29% dan kepala sebanyak 19% dari keseluruhan kasus. Cedera
ringan hingga sedang merupakan skor trauma tertinggi pada penelitian ini.
Kesimpulan: Karakteristik luka dan skor trauma dapat digunakan sebagai penentuan derajat luka untuk menilai
kemungkinan kecacatan dan kematian pada korban kecelakaan lalu lintas.

Kata Kunci : Derajat luka, Karakteristik cedera, Kecelakaaan lalu lintas, Skor cedera.

ABSTRACT
Introduction: Road traffic accidents (RTAs) injury is one of the leading causes of death, disability, and property loss
worldwide. In Indonesia, RTAs rank as the 12th leading cause of death. Assessing the injury characteristics and
trauma score in RTAs victims is necessary. It can determine the injury degree, assess disability and death possibility,
improve the treatment system, assist investigators in determining the degree of injury qualification following the
Criminal Code, and improve the health and safety system in a better way. The results are looked forward to
identifying the description of injuries in road traffic accidents against disabilities and deaths that occur, providing
sufficient data to identify the causes, choosing appropriate interventions for accident cases, and assisting the
investigation process.
Methodology: This study was a descriptive study with a cross-sectional design using secondary data from medical records of
road traffic accident cases at Hasan Sadikin General Hospital from January 2016 until September 2020.
Results: From 242 RTAs cases in five years, 76.45% male victims compared to 3:1 woman. The most vulnerable are between the
ages of 21-30 years and the time of occurrence is more often at night to early morning. The status of road users who most often
experience accidents are vehicle drivers. The most common type of accident for motorcycle users is collisions with other vehicles

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN
228

Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020


The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

as much as 69%. Injuries to the face were the most common cause of injury, followed by injuries to the extremities in 29% and
the head in 19% of the total cases. Mild to moderate injuries was the highest injury score in this study.
Conclusion: The injury characteristics and the injury score can determine the injury degree to assess the disability and death
probability in RTAs victims.

Keywords: Degree of injury, Injury characteristic, Injury score, Road traffic accidents (RTAs).

Korespondensi : Sani Tanzilah, email: sani.tanzilah@unpad.ac.id

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN
229

Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020


The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

PENDAHULUAN
informasi korban kecelakaan lalu lintas dikhususkan
Cedera akibat kecelakaan lalu lintas
bagi praktisi kesehatan masyarakat untuk
merupakan salah satu penyebab utama kematian,
memahami situasi keselamatan pengguna jalan dari
kecacatan, dan kerugian harta benda di seluruh
perspektif kesehatan masyarakat, lalu untuk
dunia. Menurut World Health Organization (WHO)
mengidentifikasi penyebab kejadian dan intervensi
dalam The Global Status Report on Road Safety
yang tepat bagi pembuat kebijakan.2 Berdasarkan
2018, lebih dari 1,35 juta orang meninggal dunia
karakteristik cedera yang timbul dari kecelakaan lalu
akibat kecelakaan lalu lintas dan lebih dari jutaan
lintas, dapat ditentukan derajat keparahan luka yang
lainnya menderita luka serius hingga hidup dengan
mengacu pada pasal 90 KUHP (Kitab Undang-Undang
konsekuensi kesehatan jangka panjang yang
Hukum Pidana) tentang mortalitas dan disabilitas
merugikan.1 Kecelakaan lalu lintas adalah penyebab
korban, sehingga dapat membantu penyidik dalam
utama kematian pada anak-anak dan dewasa muda
menentukan pasal yang terkait penyidikan.6
antara umur 5 hingga 29 tahun. Di Indonesia,
Mengingat kejadian cedera yang cukup
kecelakaan lalu lintas menempati peringkat ke-12
tinggi maka diperlukan suatu sistem penilaian atau
sebagai penyebab utama kematian.2 Berdasarkan
skoring yang dapat mengubah kualitas trauma ke
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang lalu
dalam bentuk nilai/angka. Penggunaan sistem
lintas dan angkutan jalan, kecelakaan lalu lintas
skoring Injury Severity Score (ISS) adalah suatu
adalah suatu peristiwa di jalan yang tidak diduga dan
sistem penilaian cedera berdasarkan cedera
tidak disengaja melibatkan kendaraan dengan atau
anatomis, yang dapat memberikan skor secara
tanpa pengguna jalan lain yang mengakibatkan
keseluruhan untuk pasien dengan multipel cedera. 7,8
korban manusia dan/atau kerugian harta benda.3
Injury Severity Score (ISS) merupakan pilihan sistem
Dari sudut pandang medis, kecelakaan lalu
skoring yang mudah digunakan dan tersering
lintas menimbulkan cedera pada tubuh atau
digunakan dalam beberapa artikel penelitian trauma.
hilangnya fungsi tubuh dari ringan hingga berat
Semakin tinggi nilai skoring, semakin besar tingkat
bahkan dapat menyebabkan kematian. Setiap cedera
keparahan pasien dan konsekuensinya, serta
atau luka memiliki pola tertentu yang dapat
mortalitasnya akan menjadi lebih tinggi.7–9 Penelitian
menentukan mekanisme terjadinya hingga
ini dirancang untuk menilai karakteristik cedera yang
keparahan yang ditimbulkan.4 Menilai karakteristik
terjadi karena kecelakaan lalu lintas dengan skor
cedera untuk menentukan derajat luka berdasarakan
trauma ISS.
skor trauma memiliki peran penting dalam
memperkirakan prognosis dari cedera, untuk
METODE
meningkatkan sistem perawatan cedera, sehingga
Penelitian ini merupakan penelitian
menghemat waktu, biaya perawatan kesehatan,
deskriptif dengan desain potong lintang (cross-
sampai penentuan kemungkinan kematian dan
sectional) menggunakan data sekunder yang berasal
kecacatan korban dalam menjalankan aktivitas
rekam medis kasus kecelakaan lalu lintas di RSUP Dr.
setelah terjadi trauma.2,5
Hasan Sadikin Bandung selama kurun waktu Januari
Pendekatan epidemiologi dan penilaian
2016 sampai September 2020. Populasi pada
karakteristik luka dapat membantu penyediaan data

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN
230

Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020


The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

penelitian ini adalah data kasus kecelakaan lalu lintas


HASIL
di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung yang memenuhi
Pada gambar 1, menampilkan kasus
kriteria inklusi, seperti: Rekam medis pasien korban
kecelakaan lalu lintas selama periode 1 Januari 2016
kecelakaan lalu lintas yang disertai Surat Permintaan
sampai dengan 30 September 2020, terdapat 242
Visum et Repertum (SPV) atau surat permintaan
kasus kecelakaan lalu lintas yang memenuhi kriteria
pembukaan rekam medis, dan dikonsulkan ke KSM
inklusi. Pada penelitian ini didapatkan jumlah korban
Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal RSUP Dr.
kasus kecelakaan lalu lintas didominasi oleh laki-laki
Hasan Sadikin Bandung. Kriteria eksklusi dari
dengan 185 orang dan korban perempuan sebanyak
penelitian ini adalah data rekam medis yang tidak
57 orang (Tabel 1). Pada distribusi umur korban
tersedia saat kurun waktu pengambilan data.
terbanyak berkisar antara 21 tahun sampai 30 tahun
Metode sampel yang digunakan pada penelitian ini
dengan rata-rata usia korban 32 tahun (Tabel 1).
adalah metode total sampling. Variabel yang diteliti
Hampir lebih dari 60% kasus kecelakaan lalu lintas
pada penelitian ini adalah tren kasus kecelakaan lalu
terjadi pada waktu malam hingga pagi hari (Tabel 1).
lintas, jenis kelamin, umur, waktu kejadian,
kendaraan yang terlibat, karakteristik luka, dan skor
trauma.
Skor trauma yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Injury Severity Score (ISS) yang
digunakan untuk menilai tingkat keparahan cedera.
Untuk menghitung ISS, setiap cedera diklasifikasikan
menurut daerah tubuh (kepala atau leher, wajah,
dada dan punggung, perut dan panggul, ekstremitas
atas dan bawah) dan tingkat keparahan, yang Gambar 1. Tren kasus kecelakaan lalu lintas selama 5
didasarkan pada skala cedera/the Abbreviated Injury tahun.
Scale (AIS) (1=minor; 2=sedang; 3=parah tidak
mengancam jiwa; 4=parah mengancam jiwa, Menurut penyebab jenis kendaraan yang
kemungkinan bertahan hidup; 5=kritis, kelangsungan paling sering terlibat dalam kasus kecelakaan adalah
hidup tidak pasti; dan 6=cedera fatal). Selanjutnya, sepeda motor sebanyak 167 kasus, dengan korban
skor dari tiga wilayah dalam urutan tingkat tersering sebagai pengemudi kendaraan (Tabel 1).
keparahan cedera tertinggi dikuadratkan dan Distribusi bagian tubuh yang sering mengalami
dijumlahkan. Keparahan cedera dalam penelitian ini cedera dari kasus kecelakaan lalu lintas adalah
diklasifikasikan berdasarkan skor ISS: cedera ringan cedera pada wajah sebanyak 154 kasus, diikuti
(< 9 poin), cedera sedang (9-15 poin), cedera parah cedera pada ekstremitas dan cedera pada kepala
(16-25 poin), cedera serius hingga kritis (>25 (Tabel 1).
8,10
poin).

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN
231

Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020


The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

untuk bekerja sehingga risiko lebih tinggi pada laki-


laki yang mengalami cedera. 2,12–14
Berdasarkan hasil data penelitian yang
didapat, usia korban yang mengalami kecelakaan lalu
lintas terbanyak pada kelompok usia 21 tahun
sampai 30 tahun. Hasil yang sama dengan penelitian
di negara lain, seperti: Pakistan, Iran, Kamerun dan
Korea, bahwa rerata korban berusia remaja dan
dewasa muda.8,14–16 Hal ini seringkali dikaitkan
dengan usia produktif secara ekonomi sebagai
tenaga kerja, prilaku pengguna jalan yang tidak baik
dan mobilitas kelompok usia ini lebih tinggi, sehingga
beresiko mengalami kecelakaan. 2,13–15,17
Berdasarkan waktu kejadian kasus
kecelakaan lalu lintas paling sering terjadi antara
malam hari hingga menjelang pagi hari, sesuai
Dalam penentuan derajat keparahan cedera
dengan laporan penelitian Bandung Road Safety
menggunakan Injury Severity Score (ISS) di dapatkan
Annual Report (2018) dan penelitian oleh Maryam et
korban dengan nilai ISS <9 (cedera ringan) sebanyak
al (2019) mengenai pola dan karakteristik cedera
79 orang (33%), nilai ISS antara 9-15 (cedera sedang)
pada kecelakaan lalu lintas di rumah sakit tersier di
sebanyak 62 korban (26%), diikuti nilai ISS 16-24
Lahore-Pakistan, bahwa sebagian besar kecelakaan
(cedera parah) sebanyak 58 korban (24%), serta nilai
terjadi pada malam hari hingga pagi hari.2,15 Hal
ISS > 25 (cedera serius hingga kritis) sebanyak 43
tersebut dapat dikaitkan dengan faktor-faktor
korban (18%) (Tabel 2).
penyebab kejadian kecelakaan lalu lintas, yaitu:
faktor manusia, faktor kendaraan dan faktor
PEMBAHASAN
lingkungan fisik.17,18
Dalam penelitian ini terdapat 242 pasien
Hasil studi ini menunjukkan bahwa angka
yang mengalami kecelakaan lalu lintas di RSUD dr.
kecelakaan lalu lintas tertinggi terjadi pada
Hasan Sadikin Bandung yang memenuhi kriteria
kelompok pengendara sepeda motor. Pengendara
inklusi selama 5 tahun. Dari 242 subjek penelitian,
sepeda motor merupakan kelompok yang paling
didapatkan korban berjenis kelamin laki-laki lebih
rentan menjadi korban kecelakaan, karena
banyak dari pada perempuan (23.55%) dengan
kendaraan yang digunakan tidak sesuai standar,
perbandingan sekitar 3:1. Hal ini sesuai dengan
penggunaan alat keselamatan diri yang diabaikan,
acuan pustaka yang menyatakan korban laki-laki
perilaku pengemudi yang tidak patuh terhadap
lebih banyak dibandingkan perempuan.1,2,11–13
aturan, sehingga tingkat resiko timbulnya cedera
Dominasi laki-laki dalam kasus kecelakaan lalu lintas
meningkat dan membahayakan nyawa pengguna
biasa dikaitkan tingginya aktivitas diluar rumah
jalan lain.2,12,14 Temuan ini juga sebanding dengan

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN
232

Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020


The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

penelitian yang dilakukan di Tanzania, Iran dan


dan cedera ringan yang terjadi di wilayah tubuh lain
beberapa negara lainnya, tentang meningkatnya
dimasukkan dalam perhitungan atas cedera yang
kasus kecelakaan sepeda motor pada beberapa
lebih serius di wilayah tubuh yang sama.8,9 Dengan
tahun terakhir.12,14,15 Perilaku pengemudi sepeda
keterbatasan tersebut, namun hasil dari penelitian
motor yang ceroboh, berkontribusi terhadap
ini dapat memberikan gambaran objektif hubungan
timbulnya cedera sebesar 31% dan 35% berakibat
dari skor ISS terhadap tingkat keparah cedera dan
pada kematian.2 Berdasarkan hal tersebut,
tingkat mortalitas pada korban kecelakaan lalu
penggunaan helm bagi pengendara dan penumpang
lintas.
sepeda motor yang baik dan benar dapat
Cedera akibat kecelakaan lalu lintas
menurunkan risiko kematian sampai 40% dan
mengakibatkan kerugian secara pribadi maupun
menurunkan risiko cedera parah sampai 70%.2
sosial, kualitas hidup korban yang menurun dan
Distribusi lokasi luka pada korban kasus
gangguan fungsional tubuh yang berimbas pada
kecelakaan lalu lintas yang diperiksa pada penelitian
menurunnya produktifitas kerja, serta masalah
ini adalah pada wajah, ekstremitas, dan kepala-leher.
psikologis korban.8 Berdasarkan hal tersebut,
Hasil ini berbeda dengan penelitian lain yang
diperlukannya penentuan kualifikasi atau derajat
menyatakan cedera pada bagian ekstremitas
keparahan luka (severity of Injury) yang mengacu
merupakan cedera tertinggi, dikuti cedera pada
pada Undang-undang Republik Indonesia Nomor 22
kepala-leher dan pada wajah.9,15,19 Distribusi lokasi
Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
luka pada korban kecelakaan lalu lintas dapat
untuk mempermudah pengambilan keputusan oleh
bergantung pada jenis kendaraan yang terlibat
para penegak hukum dalam proses peradilan. Pada
sehingga setiap kejadian distribusi lokasinya akan
pasal 229, dijelaskan kecelakaan lalu lintas yang
berbeda-beda.
mengakibatkan luka pada korban dari luka ringan
Melihat tingkat keparahan cedera,
hingga berat. Penjelasan yang dimaksud dengan luka
menunjukkan data skor ISS terbanyak pada
ringan adalah luka yang mengakibatkan korban
kelompok cedera ringan dan cedera sedang, lalu
menderita sakit yang tidak memerlukan perawatan
dikuti kelompok cedera parah dan kelompok serius
inap di rumah sakit atau selain yang di klasifikasikan
hingga kritis. Dalam penelitian ini, korban dengan
dalam luka berat, sedangkan yang dimaksud dengan
nilai ISS >25 yang meninggal sebanyak 19 orang dari
luka berat adalah luka yang mengakibatkan korban
45 orang yang meninggal. Hubungan nilai skor ISS
meninggal dunia atau luka yang mengakibatkan
>25 dan mortalitas, semakin tinggi nilai ISS maka
korban: (i). Jatuh sakit dan tidak ada harapan
tingkat keparahan cedera dan mortalitasnya akan
sembuh sama sekali atau menimbulkan bahaya
menjadi lebih tinggi. Hasil penelitian ini berbeda
maut; (ii). Tidak mampu terus-menerus untuk
dengan beberapa penelitian lain yang menyimpulkan
menjalankan tugas jabatan atau pekerjaan; (iii).
bahwa peningkatan skor ISS berhubungan terbalik
Kehilangan salah satu pancaindra; (iv). Menderita
dengan angka mortalitas.11 Kelemahan paling
cacat berat atau lumpuh; (v). Terganggu daya pikir
penting dari skor ISS adalah hanya
selama 4 (empat) minggu lebih; (vi). Gugur atau
memperhitungkan satu cedera di setiap wilayah
matinya kandungan seorang perempuan; atau (vii).
tubuh. Hal ini menyebabkan cedera lain terabaikan

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN
233

Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020


The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

Luka yang membutuhkan perawatan di rumah sakit follow-up study from a tertiary care centre of India. Int J
3
lebih dari 30 (tiga puluh) hari. Hal serupa tentang Community Med Public Heal [Internet].

definisi luka berat juga dijelaskan pada pasal 90 Kitab 2017;4(November). Available from:
http://www.ijcmph.com
Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP).6 Dalam
6. Himpunan Kitab Undang-Undang Hukum Indonesia
mengambil keputusan penentuan derajat luka setiap (KUHPer, KUHP, KUHAP). Jakarta: Kompas Gramedia;

dokter mungkin akan berbeda, namun diharapkan 2019.


7. Rapsang AG, Chowlek D. Scoring Systems of Severity in
dari penentuan derajat luka atau kualifikasi luka ini
Patients with Multiple Trauma. Cir Esp. 2015;3:213–21.
dapat diinterpretasikan menjadi kalimat yang mudah 8. Lee JS, Kim YH, Yun JS, Jung SE, Chae CS, Chung MJ.
dimengerti oleh aparat penegak hukum. Characteristics of patients injured in road traffic
accidents according to the new injury severity score. Ann
Rehabil Med. 2016;40(2):288–93.
KESIMPULAN 9. Javali RH, Krishnamoorthy, Patil A, Srinivasarangan M,
Kecelakaan lalu lintas masih menjadi Suraj, Sriharsha. Comparison of injury severity score,
new injury severity score, revised trauma score and
masalah yang harus dihadapi seluruh elemen
trauma and injury severity score for mortality prediction
masyarakat dan dapat mengakibatkan cedera hingga
in elderly trauma patients. Indian J Crit Care Med.
kematian. Pada penelitian ini jenis kelamin laki–laki 2019;23(2):73–7.

merupakan korban terbanyak. Kelompok usia 21–30 10. Bolorunduro OB, Villegas C, Oyetunji TA, Haut ER,
Stevens KA, Chang DC, et al. Validating the injury
tahun adalah kelompok usia yang lebih rentan
severity score (ISS) in different populations: ISS predicts
mengalami kecelakaan lalu lintas. Kerentanan mortality better among hispanics and females. J Surg Res
berkaitan pula dengan jenis kendaraan, terlihat dari [Internet]. 2011;166(1):40–4. Available from:
http://dx.doi.org/10.1016/j.jss.2010.04.012
sepeda motor sebagai kendaraan yang sering
11. Ranti JSR, Sapan HB, Kalesaran LTB. Aplikasi revised
mengalami kecelakaan. Berdasarkan derajat trauma score, injury severity score, dan trauma and
keparahan luka cedera ringan hingga sedang injury severity score dalam memrediksi mortalitas pada
pasien multitrauma di IRDB BLU RSUP Prof. Dr. R. D.
mendominasi keparahan luka.
Kandou Manado. J Biomedik. 2016;8(2):30–5.
Data mengenai karakteristik korban dan
12. Boniface R, Museru L, Kiloloma O, Munthali V. Factors
keparahan dapat menjadi dasar bagi seorang dokter associated with road traffic injuries in Tanzania. Pan Afr

dalam memberikan informasi terkait kepentingan Med J. 2016;23:1–7.


13. Ibeanusi S, Diamond T. Traffic related injuries from a
medikolegal yang menyertai kasus kecelakaan lalu
trauma registry: Pattern and outcome. Niger J Orthop
lintas. Trauma. 2018;17(1):22.
14. Rakhshani T, Rakhshani F, Asadi ZS, Hadiabasi M,
DAFTAR PUSTAKA Khorramdel K, Zarenezhad M. Study of the pattern of
1. World Health Organization. Global Status Report on mortality caused by traffic accidents (TAs) in the south
Road Safety. 2018;(September). of Iran. J Pak Med Assoc. 2016;66(6):644–9.
2. BIGRS Bandung, Bappelitbang Kota Bandung. Bandung 15. Ikram M, Fatima R, Ikram A, Shahid F, Rafiq M, Nisar T.
Road Safety Annual Report 2018. 2019; Patterns and characteristics of injuries encountered in
3. Republik Indonesia. Undang-Undang Republik Indonesia road traffic accidents and effect of pre-hospital care on
Nomor 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan their outcome: a tertiary-hospital study in Lahore,
Jalan. 2009. Pakistan. Int J Community Med Public Heal.
4. Vij K. Textbook of Forensic Medicine and Toxicology. 2019;6(7):2755.
India: Elsevier; 2011. 16. Fokam PG, Njock R. International Journal of Surgery
5. Chauhan A, Ahmed N, Singh JV, Singh VK, Singh A, Kumar Open Injury patterns in road traffic victims comparing
S. Disability and mortality following road traffic injury : a road user categories : Analysis of 811 consecutive cases

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN
234

Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020


The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

in the emergency department of a level I institution in a.


2018;10:30–6.
17. Hidayati A, Hendrati LY. Analisis Risiko Kecelakaan Lalu
Lintas Berdasar Pengetahuan, Penggunaan Jalur, dan
Kecepatan Berkendara. J Berk Epidemiol.
2016;4(2):275–87.
18. Saputra AD. Studi Tingkat Kecelakaan Lalu Lintas Jalan
di Indonesia Berdasarkan Data KNKT (Komite Nasional
Keselamatan Transportasi) dari Tahun 2007-2016. War
Penelit Perhub. 2018;29(2):179.
19. Yadollahi M, Kashkooe A, Rezaiee R, Jamali K, Niakan
MH. A Comparative Study of Injury Severity Scales as
Predictors of Mortality in Trauma Patients: Which Scale
Is the Best? Bull Emerg Trauma. 2019;8(1):27–33.

Copyright @ 2020 Authors. This is an open access article


distributed under the terms of the Creative Commons
Attribution-NonCommercial 4.0 International License
(http://creativecommons.org/licenses/by-nc/4.0/), which
permits unrestricted non-commercial use, distribution, and
reproduction in any medium, provided the original author and
source are properly cited.

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN
235

Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020


The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

Artikel Penelitian

Karakteristik Kasus dan Waktu Pemeriksaan Forensik Klinik Korban


Kejahatan Seksual di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung Periode 2016 -
2020
Characteristics of Sexual Assault Case and Forensic Clinical
Examination Time Interval in Hasan Sadikin General Hospital January
2016 – September 2020

Ari Sri Wulandari1, Sani Tanzilah1


1Departemen/ KSM Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal
Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran - RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung

ABSTRAK
Kejahatan seksual adalah sebuah bentuk pelanggaran atas kesusilaan yang bukan saja menjadi masalah
hukum nasional suatu negara melainkan sudah menjadi masalah hukum secara global. Pemeriksaan forensik
memiliki peran penting dalam membuktikan terjadinya kejahatan seksual dan sebaiknya dilakukan sesegera
mungkin. Pelaporan yang tertunda berdampak terhadap keutuhan barang bukti, keterbatasan fasilitas
pemeriksaan, serta pembiayaan yang belum terjamin. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar
pertimbangan tindakan pencegahan kekerasan seksual dan upaya pendidikan untuk pelaporan segera jika terjadi.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif cross-sectional, dengan data berasal dari 57 rekam medik
pasien yang diduga korban kejahatan seksual dan diperiksa di RSUP Dr. Hasan Sadikin periode 1 Januari 2016 – 30
September 2020. Data direkapitulasi, diolah dengan menggunakan Microsoft Excel, lalu disajikan dalam bentuk
diagram dan tabel.
Di antara 57 korban, rentang usia korban yang diketahui adalah 2 hingga 33 tahun, dan 61,4% adalah anak
di bawah umur. Sekitar 71,93% pelaku kejahatan seksual dikenal oleh korban. Waktu pelaporan berkisar dari ≤24
jam hingga 5 hari, dan 42,11% melaporkan lebih dari lima hari setelah kejadian. Hanya 38,10% dari semua rekam
medis yang memasukkan alasan pelaporan melebihi 24 jam setelah kejadian.
Dari perspektif waktu penyembuhan luka dan temuan tanda-tanda persetubuhan, interval yang lebih lama
antara kejadian dan waktu pemeriksaan dapat mempengaruhi temuan. Edukasi menjadi hal penting agar
masyarakat segera melapor apabila kejadian tersebut terjadi.

Kata kunci: kejahatan seksual, kekerasan seksual, waktu pelaporan

ABSTRACT
Sexual assault is a decency violation that affects a global legal problem. The role of forensic examination is
crucial to confirm sexual assault and should be follow through as soon as possible. Delayed reporting has an impact
on the integrity of evidence, inspection, and unsecured financing. The results are looked forward to being the basis
for consideration of preventive measures for sexual assault and educational efforts for immediate reporting if it
occurs.
This study was a descriptive, cross-sectional study, with data derived from 57 medical records of patients
suspected of being victims of sexual assault and assessed in Hasan Sadikin General Hospital from January 1st, 2016
to September 30th, 2020. Data were recapitulated, proceed by Microsoft Excel, and presented in diagrams and
tables.
Among the 57 victims, the age range of victims was 2 to 33 years, and 61.4% were minors. Around 71.93%
of sex offenders are known to the victims. The reporting time was starting ≤24 hours to 5 days, and 42.11% of them
reported more than five days after the incident. Only 38.1% of all medical records included reasons for reporting
beyond 24 hours after the incident.
From the perspective of wound healing time and finding signs of intercourse, the longer interval between
occurrence and time may influence the findings. It is necessary to educate the community and victims to report the
assault as soon as possible.

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN
236

Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020


The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

Keywords: report time, sexual abuse, sexual assault.

Korespondensi : Sani Tanzilah, email: sani.tanzilah@unpad.ac.id

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN
237

Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020


The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

PENDAHULUAN
mengonfirmasi usia, identitas pelaku (dikenal atau
Kejahatan seksual adalah sebuah bentuk
tidak dikenal oleh korban), serta rentang waktu
pelanggaran atas kesusilaan yang bukan saja menjadi
antara kejadian dengan pelaporan.
masalah hukum nasional suatu negara melainkan
Usia pasien
sudah menjadi masalah hukum secara global, baik
Informasi usia pasien didapatkan dari tanggal
pada negara-negara berpenghasilan rendah,
lahir yang tercantum dalam rekam medis,
menengah, atau tinggi.1,2 Peran pemeriksaan
selanjutnya dibagi menjadi 4 klasifikasi, yaitu:
forensik sangat penting untuk membuktikan
i. kurang dari 12 tahun,
terjadinya kejahatan seksual melalui beberapa
ii. 12 tahun sampai 15 tahun,
pemeriksaan, termasuk mengumpulkan bukti dan
iii. 16 tahun hingga 18 tahun, dan
menghasilkan laporan medikolegal. Dokter medis
iv. lebih dari 18 tahun.
memperoleh riwayat kekerasan, melakukan
Identitas pelaku
pemeriksaan fisik, mendokumentasikan temuan
Identitas pelaku didapatkan dari data
pemeriksaan, mengumpulkan bukti, dan
anamnesis dalam rekam medis, lalu diklasifikasikan
menginterpretasikan dan menganalisis temuan.3
sebagai berikut:
Tujuan dari pemeriksaan forensik adalah untuk
i. Dikenal baik oleh korban
menggambarkan prevalensi cedera genital akibat
ii. Dikenal hanya dari sosial media
kekerasan seksual serta membahas peran cedera
iii. Tidak dikenal oleh korban
dalam sistem peradilan pidana.4
iv. Tidak ada informasi, jika dalam bagian
Pemeriksaan kejahatan seksual sebaiknya
anamnesis tidak terdapat informasi mengenai
dilakukan sesegera mungkin. Hambatan dalam
pelaku.
pembuatan Visum et Repertum diantaranya adalah
Rentang antara waktu kejadian dengan pelaporan
pelaporan yang tertunda sehingga berdampak
beserta alasan bila pelaporan >24 jam setelah
terhadap keutuhan barang bukti, keterbatasan
kejadian
fasilitas pemeriksaan, serta pembiayaan yang belum
Rentang antara waktu kejadian dengan pelaporan
terjamin.2,5 Untuk itu, maka perlu dilakukan
diklasifikasikan menjadi:
penelitian tentang pelaporan yang terlambat kasus
i. ≤24 jam
kejahatan seksual, khususnya di Kota Bandung.
ii. >24 jam-3 hari
iii. 4-5 hari
METODE
iv. Lebih dari 5 hari
Pada penelitian ini, data yang digunakan
Apabila lebih dari 24 jam, pencantuman alasan
merupakan data sekunder yang berasal dari 57
pelaporan terlambat diklasifikasikan menjadi:
rekam medis pasien diduga korban kejahatan
i. Ada
seksual dan disertai permintaan Visum et Repertum,
ii. Tidak ada
yang diperiksa di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung.
Data tersebut di-input ke dalam spreadsheet
Dari rekam medis tersebut, diperoleh informasi dari
dan diklasifikasikan berdasarkan tahun dan variabel.
anamnesis, pemeriksaan fisik dan penunjang berupa
Selanjutnya, dilakukan rekapitulasi data berdasarkan
usia pasien, pemeriksaan yang dilakukan untuk

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN
238

Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020


The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

variabel serta deskripsi umum mengenai sosial media


karakteristik pasien diduga korban kejahatan seksual Tidak dikenal 11 19,30%
yang diperiksa di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung. Tidak ada informasi 1 1,75%

HASIL
a. Usia pasien diduga korban kejahatan seksual Sebagian besar pelaku kejahatan seksual
(Tabel 1) (71,93%) merupakan orang yang dikenal oleh
Tabel 1. Gambaran Korban Berdasarkan Kelompok korban, dan 10,53% diantaranya merupakan orang
Usia yang diakui sebagai pasangan korban, 28,07%
Usia Jumlah Persentase merupakan teman korban. Sementara itu, pelaku
< 12 tahun 17 29,82% kejahatan seksual yang dikenal korban dari sosial
12-15 tahun 18 31,58% media sebesar 7.02%.
16-18 Tahun 9 15,79%
>18 tahun 13 22,81% c. Rentang antara waktu kejadian dengan
pelaporan (Tabel 3)
Pasien diduga korban kejahatan seksual yang Tabel 3. Rentang antara waktu kejadian dengan
diperiksa di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung periode pelaporan serta pencantuman alasan pelaporan
2016-2010 sebagian besar masih di bawah umur <24 jam
(87,19%). Rentang waktu Jumlah Persentase
Berdasarkan kelompok usia, pasien diduga ≤ 24 jam 15 26,32%
korban kejahatan seksual yang diperiksa di RSUP Dr. >24 jam-3 hari 12 21,05%
Hasan Sadikin Bandung periode 2016-2010 sebagian 4-5 hari 6 10,53%
besar masih di bawah umur (61,4%). Jumlah >5 hari 24 42,11%
terbanyak ada pada rentang usia 12-15 tahun Informasi Alasan Jumlah Persentase
(31,58%). Tercantum 16 38,10%
b. Hubungan antara korban dengan pelaku
Tidak tercantum 26 61,90%
(Tabel 2)
Tabel 2. Gambaran Hubungan Korban dengan Pelaku
Sekitar 42,11% pasien melapor lebih dari 5 hari
Hubungan Korban dan Jumlah Persentase
setelah waktu kejadian, namun ada pula di
Pelaku
antaranya yang melapor dalam rentang waktu
Dikenal baik 41 71,93% kurang dari 24 jam setelah kejadian (10,53%).
● Pacar/ 6 10,53% Hanya 38,10% dari rekam medis kasus kejahatan
pasangan 4 7,02% seksual mencantumkan informasi mengenai alasan
saat ini 16 28,07% mengapa pelaporan kasus kejahatan seksual lebih
● Keluarga 15 26,32% dari 24 jam dari waktu kejadian pada anamnesis,
● Teman sementara sisanya (61,90%) tidak mencantumkan
● Lain-lain
alasan.
Dikenal hanya dari 4 7,02%

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN
239

Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020


The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

PEMBAHASAN
mencantumkan alasan terlambat pelaporan lebih
Pemeriksaan usia merupakan salah satu hal
dari 24 jam pada rekam medis, sementara alasan
yang perlu dilakukan dokter saat memeriksa korban
tersebut dapat dijadikan analisis antara hubungan
kejahatan seksual. Klasifikasi usia pada penelitian ini
korban dan pelaku terkait dengan rentang waktu
merujuk pada pasal 287 ayat (1) dan (2) KUHP
pelaporan. Pemeriksaan kejahatan seksual sebaiknya
tentang hubungan seksual dengan perempuan di
dilakukan sesegera mungkin karena pelaporan yang
bawah umur, yaitu usia 15 tahun sebagai batas di
tertunda sehingga berdampak terhadap keutuhan
bawah umur dan usia 12 tahun sebagai batas
barang bukti dan keterbatasan fasilitas pemeriksaan,
pelaporan tanpa pengaduan.6 Pada hasil penelitian
sehingga dampaknya akan berpengaruh pada
ini tampak bahwa jumlah terbanyak pada kelompok
pencantuman hasil pemeriksaan dengan barang
usia 12-15 tahun (31,58%). Hal ini berbeda dengan
bukti yang tidak utuh pada Visum et Repertum.2,5,12
penelitian yang dilakukan oleh Rape, Abuse, & Incest
Pelaporan yang tertunda juga dapat mempengaruhi
National Network (RAINN) pada tahun 2019 di
pembiayaan yang belum terjamin.2,5 Dari hal-hal
Amerika Serikat yang menyatakan bahwa korban
yang diuraikan di atas, edukasi kepada masyarakat
kejahatan seksual paling banyak pada kelompok usia
untuk melapor segera bila kasus kejahatan seksual
18-34 tahun (54%).7 Pemeriksaan mengenai estimasi
terjadi dinilai sangat penting.
usia pun penting, terutama bagi yang tidak bisa
memberikan dokumen yang menyatakan tentang
KESIMPULAN DAN SARAN
tentang tanggal lahir.8 Metode penentuan estimasi
Penentuan usia korban kasus kejahatan seksual
usia pada orang hidup, estimasi usia dilakukan
terkait dengan pasal 287 KUHP ayat 1 dan ayat 2
dengan metode pemeriksaan luar, dental estimation
sebagai aspek medikolegal. Sebagian besar korban
of age, pemeriksaan skeletal, dan pemeriksaan
kejahatan seks mengenal pelakunya, sehingga perlu
tanda-tanda seksual sekunder menggunakan Tanner
dikaji apakah hubungan antara korban dan pelaku
staging.9,10
terkait dengan rentang waktu pelaporan dengan
Hubungan pelaku dengan korban juga
kejadian sehingga sebaiknya ditulis di dalam kolom
merupakan variabel yang cukup penting. Pada
anamnesis. Interval yang lebih lama antara kejadian
penelitian ini, sebagian besar korban mengenal baik
dan waktu pemeriksaan dapat mempengaruhi
pelaku; baik pasangan saat ini, teman, ataupun
temuan pada pemeriksaan. Melihat dari hal
keluarga. Penelitian yang dilakukan oleh Getwirtz-
tersebut, edukasi kepada masyarakat agar melapor
Meydan A, dkk. (2019) yang menyatakan hal serupa
segera bila kasus kejahatan seksual terjadi menjadi
bahwa 41-68% pelaku kejahatan seksual dikenal baik
hal yang sangat penting dalam pembuktian kasus
oleh korban.11 Hal ini dapat menjadi poin edukasi
kejahatan seksual.
masyarakat sekitar bahwa kejahatan seksual dapat
dilakukan oleh orang terdekat korban.
Temuan pemeriksaan akan berkaitan dengan DAFTAR PUSTAKA
1. Afandi D. Visum et Repertum Perlukaan : Aspek
rentang waktu kejadian dengan pelaporan. Pada
Medikolegal dan Penentuan Derajat Luka. Maj
penelitian ini, 42,11% melapor lebih dari 5 hari
Kedokt Indones. 2010;60(4):188.
setelah kejadian dan hanya 38,10% yang 2. Adzanti F, Saebani, Bhima SKL, Dhanardhono T.

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN
240

Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020


The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

Visum et repertum quality of sexual violence cases Copyright @ 2020 Authors. This is an open access article
distributed under the terms of the Creative Commons
in semarang city. Indones Forensic Leg Med J.
Attribution-NonCommercial 4.0 International License
2019;1(1):27. (http://creativecommons.org/licenses/by-nc/4.0/), which
permits unrestricted non-commercial use, distribution, and
3. Afandi D. Medicolegal study of sexual violence
reproduction in any medium, provided the original author and
cases in Pekanbaru, Indonesia: prevalence, source are properly cited.
pattern, and Indonesian legal framework. 2018;
4. Song SH, Fernandes JR. Comparison of Injury
Patterns in Consensual and Nonconsensual Sex: Is
It Possible to Determine if Consent was Given?
Acad Forensic Pathol. 2017;7(4):619–31.
5. Dhanardhono T, Bhima SKL. Analisa Faktor
Penghambat Bantuan Ahli dalam Kasus Kekerasan
Seksual. Pros Pertem Ilm. 2017;
6. Direktori Undang-Undang Republik Indonesia.
Himpunan Tiga Kitab Utama Undang-Undang
Hukum Indonesia (KUHPer, KUHP, KUHAP).
Ketiga. Tim Redaksi Grasindo, editor. Jakarta:
Grasindo; 2019.
7. National Sexual Assault Hotline. Victim of Sexual
Violence: Statistics [Internet].
https://www.rainn.org/statistics/victims-sexual-
vi. 2020 [cited 2020 Nov 10]. Available from:
https://www.rainn.org/statistics/victims-sexual-
vi
8. Balla SB, Venkat Baghirath P, Hari Vinay B, Vijay
Kumar J, Babu DBG. Accuracy of methods of age
estimation in predicting dental age of
preadolescents in South Indian children. J
Forensic Leg Med. 2016 Oct;43:21–5.
9. Ludes B, Geraut A, Väli M, Cusack D, Ferrara D,
Keller E, et al. Guidelines examination of victims of
sexual assault harmonization of forensic and
medico-legal examination of persons. Int J Legal
Med. 2018;132(6):1671–4.
10. Payne-James J, Jones R, Karch SB, Manlove J.
Simpson’s Forensic Medicine. 14th ed. London:
Hodder Arnold; 2020.
11. Gewirtz-Meydan A, Finkelhor D. Sexual Abuse and
Assault in a Large National Sample of Children and
Adolescents. Child Maltreat [Internet]. 2019 Sep
16;25(2):203–14. Available from:
https://doi.org/10.1177/1077559519873975
12. Puspitasari RD. Pemeriksaan Fisik Dan Aspek
Medikolegal Kekerasan Seksual Pada Anak Dan
Remaja. Lampung: Bagian Obstetri dan Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung; 2017.

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN
241

Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020


The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

Laporan Kasus

Dilema Penanganan Kekerasan Fisik dan Penelantaran pada Anak


Dilemma in Handling Physical Abuse and Neglect in Children
Noverika Windasari1, Berlian Isnia Fitrasanti1
1BagianForensik Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Padang
2KSM Kedokteran Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran/RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung

ABSTRACT
Introduction, Child abuse is a serious problem around the world. Abused victims would have an impact on their
future, both in health and psychological development.
Methods, This is a case report about handling a physical abuse and neglected patient, a seven-year-old child, who
was escorted by his parents to Emergency Room Hospital with a loss of consciousness that started with seizures.
Result, The examination showed several signs of blunt force trauma on his body with varying degrees of healing.
The team of doctors found irregularities when carrying out anamnesis related to his injuries. A team with
multidisciplinary doctors then coordinated with various related government agencies to prove allegations of
physical abuse and neglect by his biological parents. The child's poor health condition and non-cooperative
response from biological parents made the management initially only focused on medical aspects rather than later
handling the legal and psychosocial factors.
Conclusion, good coordination between the team of doctors, family, and various related institutions plays a crucial
role in the fast and appropriate physical abuse management and neglect victims in children. The government is
responsible for protecting child abuse victims.

Keywords: child, handling victims, neglected, physical abuse

Korespondensi : Noverika Windasari,email: windasari@med.unand.ac.id

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN
242

Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020


The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

PENDAHULUAN
berisiko mengalami gangguan pertumbuhan dan
Child abuse merupakan masalah kesehatan yang
perkembangan), disabilitas, serta anak dengan
serius di seluruh dunia.1 World Health Organization
masalah perilaku/emosi.6
memperkirakan 1 dari 2 anak atau 1 miliar anak
Meningkatnya kasus child abuse akan berdampak
mengalami kekerasan setiap tahunnya.2 Di
bagi masa depan anak, tidak hanya bagi kesehatan
Indonesia diperkirakan 1 dari 2 anak laki-laki dan 1
anak tetapi juga bagi perkembangan psikologis anak,
dari 6 anak perempuan mengalami kekerasan
serta mengganggu rasa kenyamanan, ketenteraman,
fisik/seksual/emosional sebelum usia 18 tahun.3
keamanan dan ketertiban masyarakat.3,8
Istilah child abuse syndrome juga dikenal dengan
istilah battered baby atau non-accidental injury in
LAPORAN KASUS
childhood.4 Indonesia menggunakan istilah
Penelitian ini merupakan laporan kasus tentang
kekerasan pada anak. Menurut Peraturan Menteri
penanganan pasien seorang anak laki-laki usia 7
Kesehatan RI No. 68 tahun 2013, kekerasan anak
tahun yang diduga mengalami kekerasan fisik dan
meliputi kekerasan fisik, psikis, seksual, dan
penelantaran. Korban diantar oleh kedua orang
penelantaran.5, 6
tuanya ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) rumah sakit
Fenomena child abuse sebagian besar tidak
dengan penurunan kesadaran yang diawali dengan
terdokumentasi dan tidak dilaporkan dengan
kejang. Pada tubuh korban terdapat beberapa luka.
berbagai alasan. Beberapa fakta yang ditemukan
Tim dokter melakukan pemeriksaan yang
bahwa beberapa bentuk kekerasan terhadap anak
komprehensif dalam membuktikan dugaan adanya
dapat diterima secara sosial, dimaafkan atau bahkan
kekerasan fisik dan penelantaran pada korban.
tidak dianggap sebagai kekerasan. Ketika korban
Korban merupakan anak kelima dari tujuh
mengungkapkan kasus kekerasan yang menimpanya,
bersaudara. Pada saat itu ibu kandung korban
sistem hukum sering kali gagal merespon dalam
sedang hamil anak ke-8 (usia kehamilan 7 bulan).
memberikan layanan perlindungan anak.7
Ayah kandung bekerja sebagai buruh harian lepas
Terjadinya child abuse dapat dipicu oleh tiga
dan merupakan mantan pengguna narkoba. Dari
faktor, yaitu faktor sosial, orang tua (situasi keluarga)
anamnesis kepada beberapa pendamping korban
dan faktor anak. Yang termasuk faktor sosial di
selama dirawat di rumah sakit diketahui kronologis
antaranya tingkat kriminalitas yang tinggi,
sebagai berikut:
kemiskinan dan tingkat pengangguran yang tinggi,
1. Anamnesis dari orang tua kandung
dan adat istiadat mengenai pola asuh anak (budaya
Sejak usia 18 hari - usia 6 tahun, korban dirawat ibu
memberikan pendisiplinan secara fisik pada anak).
angkat (yang merupakan bibi dari ayah kandung
Faktor orang tua meliputi riwayat mengalami
korban). Karena ibu angkat korban sakit, maka
kekerasan pada masa kecil, imaturitas emosi,
korban tinggal dengan orang tua kandung sejak 4
kurangnya kemampuan merawat anak, dukungan
bulan terakhir. Korban tampak sehat dan
sosial yang rendah, dan harapan orang tua yang
berinteraksi normal. Setelah 1 bulan bersama orang
terlalu tinggi tanpa mengetahui batas kemampuan
tua kandung, korban mulai berperilaku aneh. Korban
anak. Dari faktor anak di antaranya riwayat lahir
sering mencubit dirinya hingga terluka. Selain itu,
prematur atau berat badan lahir rendah (lebih

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN
243

Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020


The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

korban sering buang air besar di celana kemudian


bibir, dada dan tungkai. Pemeriksaan CT Scan kepala
memakan dan mengoleskan feces ke tubuhnya. Ayah
menunjukkan adanya perdarahan subarachnoid
kandung beberapa kali mengikat kedua tangan
kronis kiri dan kanan, serta lesi di otak besar.
korban ke belakang pada malam hari untuk
Kelainan-kelainan tersebut sesuai dengan
mencegah korban melumuri tubuhnya dengan feces,
karakteristik akibat kekerasan tumpul dengan usia
dan tubuh korban baru dibersihkan pada pagi
luka yang berbeda-beda.
harinya (cara ini dianggap cukup berhasil). Ayah
Korban dirawat selama 58 hari, kondisi korban
kandung sering memukul korban sebagai bentuk
mengalami perbaikan, namun akibat perdarahan
disiplin kepada anak. Dua bulan sebelum masuk
subdural kronis yang luas menyebabkan korban
rumah sakit, kepala korban bengkak akibat
mengalami kelumpuhan permanen.
membentur tabung gas elpiji saat bermain, korban
masih aktif. Satu bulan sebelum masuk rumah sakit,
kepala korban membentur tempat tidur. Bengkak di
kepala yang sebelumnya pecah, korban sering
tertidur dan sulit dibangunkan. Ibu angkat sempat
meminta merawat korban kembali, namun ayah
kandung tidak mengizinkan karena merasa korban
sudah dikembalikan kepadanya.
2. Anamnesis dari ibu angkat (a) (b)
Setelah 1 bulan dititipkan kepada orang tua Gambar 1. Kondisi korban: (a) saat tinggal bersama
kandung, orang tua angkat telah datang sebanyak 2 ibu angkat, (b) saat tinggal bersama orang tua
kali ke rumah orang tua kandung korban untuk kandung.
menjemput korban kembali, namun tidak diizinkan
orang tua kandung korban. Pada kunjungan
pertama, orang tua angkat sempat melihat ada luka
di kepala korban yang berdarah dan dikerumuni
lalat, namun tidak diobati, diketahui akibat terbentur
gas elpiji. Pada kunjungan kedua, ibu angkat tidak
diizinkan menemui/melihat korban. Selama tinggal
bersama ibu angkat, korban terlihat sehat dan
bertingkah laku seperti anak lain.
Pemeriksaan Fisik Gambar 2. Kondisi korban saat di IGD rumah sakit
Kondisi korban saat tiba di IGD dengan Beberapa langkah penanganan terhadap dugaan
penurunan kesadaran (GCS 8), peningkatan frekuensi child abuse pada korban sesuai pada tabel di bawah
napas, suhu febris, dan gizi buruk (indeks massa ini.
tubuh -5,62 SD). Terdapat beberapa luka terbuka, Tabel 1. Tatalaksana dugaan child abuse pada
luka memar dan luka lecet pada tubuh korban. korban
Selain itu, juga terdapat jaringan parut pada kepala, Waktu Kegiatan Pihak Hasil

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN
244

Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020


The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

yang korban korban.


terlibat Pembahasa
Selama Penanganan Internal Adanya n rencana
korban di oleh tim RS, terdiri dugaan tindak
rawat di dokter dari KSM kekerasan lanjut
RS (multidisipli Anak, fisik dan korban.
n) bedah penelantar
plastik, an
Mata,
bedah
mulut,
bedah
saraf, ilmu
kedoktera Gambar (a)
n fisik dan
rehabilitas
i, forensik,
dan
kedoktera
n jiwa.
Minggu Pertemuan Tim Tim P2TP2A
ke-3 koordinasi dokter RS akan
perawata (joint case) dengan melakukan
n P2TP2A investigasi Gambar (b)

Provinsi ke tempat
tinggal
korban.
Pasca Pertemuan P2TP2A, Investigasi
investiga P2TP2A tim terhadap
si oleh lintas dokter, tetangga
P2TP2A sektoral Pihak sekitar Gambar (c)
Polda, memperku
instansi at bukti
pemerinta adanya
h daerah kekerasan
di lokasi fisik dan
tempat penelantar
Gambar (d)
tinggal an pada

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN
245

Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020


The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

Gambar 3. Beberapa tanda-tanda kekerasan tumpul


pada tubuh korban: (a) Jaringan parut pada bibir
bawah, (b) luka pada bokong, (c) luka pada tungkai
kiri bawah, (d) bercak pada tungkai kanan bawah
dan pergelangan kaki kanan.
Hasil kesepakatan tim medis (multidisiplin) di
rumah sakit, kemudian berkoordinasi dengan tim
P2TP2A Provinsi untuk penanganan non-medis
terhadap korban. Hasil penelusuran tim P2TP2A ke
lingkungan tempat tinggal korban, yang didukung
oleh jajaran pimpinan desa setempat, dinas sosial
dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), semakin Gambar 4. Lokasi kelainan-luka pada tubuh korban.
memperkuat adanya indikasi bahwa adanya Adanya penelantaran dibuktikan dengan kondisi
kekerasan fisik dan penelantaran di keluarganya. Tim korban yang gizi buruk dan tidak terawat, serta luka
P2TP2A kemudian membuat laporan ke Kepolisian yang tidak segera diobati.5,6 Pada kasus
Daerah. Setelah mendapatkan surat permintaan penelantaran, orang tua tidak memperlihatkan
visum dari Polda, dibuatkan Visum et Repertum kepedulian yang memadai sesuai dengan beratnya
korban. trauma pada anak.6,9 Anak yang mengalami
penelantaran akan mengalami gangguan pada
DISKUSI kesehatan fisik, mental, spiritual, dan sosial.10
Kecurigaan tim dokter tentang adanya kekerasan Beberapa faktor yang memicu terjadinya
fisik yang dilakukan oleh orang tua kandung korban kekerasan fisik pada korban yaitu riwayat ayah
diawali oleh anamnesis terhadap kedua orang tua pengguna narkoba, faktor ekonomi, memiliki banyak
kandung yang cenderung berubah-ubah dan tidak anak, budaya pola asuh orang tua kandung yang
sesuai. Hal ini didukung dengan temuan hasil memberikan hukuman sebagai bentuk disiplin, serta
pemeriksaan fisik dan penunjang yang menunjukkan anak yang terbiasa menjadi prioritas (saat tinggal
terdapatnya perdarahan kronis di kepala dan bersama ibu angkat).
beberapa kelainan dan luka akibat kekerasan tumpul Salah satu upaya pemerintah dalam melindungi
pada tubuh korban yang sesuai dengan area cedera anak dari korban kekerasan tertulis dalam Undang-
kulit pada kasus child abuse. Selain itu, adanya luka Undang Nomor 35 tahun 2014.11 Penanganan korban
dengan usia yang berbeda-beda menunjukkan secara hukum berjalan perlahan disebabkan kondisi
kecenderungan korban mengalami kekerasan yang medis korban yang cukup serius, ditambah orang tua
9
berulang. kandung cenderung kurang kooperatif. Oleh karena
itu, petugas harus sangat berhati-hati dalam
informasi untuk membuktikan adanya dugaan
kekerasan fisik dan penelantaran. Selain itu,
penuntutan secara pidana bagi tersangka yang
merupakan orang orang tua kandung korban harus

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN
246

Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020


The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

dipertimbangkan, karena tersangka memiliki banyak


Penanganan kasus child abuse harus dilakukan
anak yang harus diasuh. Penyidik harus
secara multidisiplin dan lintas sektoral sehingga
berkoordinasi lintas sektoral terlebih dahulu
korban dapat ditangani secara lebih komprehensif.
sebelum memutuskan penahanan tersangka.
Setiap dokter yang menangani pasien diharapkan
Kesejahteraan dan keselamatan korban dan
dapat mengidentifikasi adanya kecurigaan child
saudaranya adalah tanggung jawab pemerintah pada
abuse sejak awal perawatan berdasarkan hasil
kasus child abuse ini.
anamnesis dan pemeriksaan yang dilakukan,
Oleh karena itu, upaya perlindungan dan
sehingga korban dapat ditangani dengan cepat tidak
penanganan child abuse membutuhkan adanya
hanya dari aspek medis saja. Koordinasi yang baik
sinergi antara keluarga, masyarakat dan negara.11
antara tim dokter, keluarga, dan berbagai instansi
Sistem pelaporan pada kasus child abuse dapat
terkait sangat penting dalam manajemen
dilakukan oleh korban sendiri (self-report), informasi
penanganan korban kekerasan fisik dan
dari individu/professional maupun komunitas, atau
penelantaran. Pemerintah bertanggung jawab dalam
melalui organisasi/lembaga hukum.12 Penanganan
melindungi anak dari tindak kekerasan dan
yang bersifat holistik dan terintegrasi, baik dari sisi
penelantaran.
medis, sisi individu, aspek hukum dan sosial sangat
DAFTAR PUSTAKA
diperlukan dalam tatalaksana korban kekerasan dan 1. World Report on Violence and Health. Edisi.
11 Geneva: World Health Organization; 2002. hlm.
penelantaran pada anak. Menurut Miyuki Ishii dkk, 59-80.
2. Global Status Report on Preventing Violence
ada 3 faktor utama yang berperan dalam Against Children 2020. Geneva: 2020. Licence: CC
pencegahan child abuse, yaitu:13 BY-NC-SA 3.0 IGO.
3. Kurniasari A, Widodo N, Husmiati, Susantyo B,
a. Faktor interaksional, meliputi aspek etika Wismayanti YF, Irmayani. Prevalensi Kekerasan
terhadap Anak laki-laki dan Anak Perempuan di
(adannya hubungan kepercayaan dan saling Indonesia. Sosio Konsepsia. 2017;6(3):287-99.
4. Saukko P, Knight B. Knight's Forensic Pathology
menghargai antara orang tua-anak), Fourth Edition. Edisi. Boca Raton: CRC Press;
2016. hlm. 475-92.
tanggung jawab yang jelas akan peran 5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonnesia
No. 68 Tahun 2013 tentang Kewajiban Pemberi
orang tua terhadap anak, komunikasi aktif, Layanan Kesehatan untuk Memberikan Informasi
atas Adanya Dugaan Kekerasan terhadap Anak.
kerjasama dan pengalaman. 6. Modul TOT Pelayanan Kesehatan Bagi Korban
Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak (KtP/A)
b. Faktor organisasi, mencakup peran dan Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO).
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia; 2019.
pemerintah dan manajemen sistem 7. UNICEF. Hidden in plain sight: A statistical
analysis of violence against children. 2014.
informasi kekerasan pada anak 8. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2016 tentang
c. Faktor sistemik, meliputi aspek hukum, Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.
pendidikan dan kebijakan. 9. Tsokos M. Diagnostic Criteria for Cutaneous
Injuries in Child Abuse: Classification, Findings,
Seluruh faktor-faktor tersebut harus saling and Interpretation. Forensic Science Medicine and
Pathology. 2015;11(2):235-42.
terintegrasi dalam proses penanganan kekerasan 10. Krug E, Dahlberg L, Mercy J, Zwi A, Lozano R.
World report on violence and health. 2002.
dan penelantaran pada anak.
Copyright @ 2020 Authors. This is an open access article
distributed under the terms of the Creative Commons
KESIMPULAN Attribution-NonCommercial 4.0 International License
(http://creativecommons.org/licenses/by-nc/4.0/),
Dalam kasus ini dapat disimpulkan bahwa kasus which permits unrestricted non-commercial use,
distribution, and reproduction in any medium, provided
child abuse yang dilakukan oleh anggota keluarga the original author and source are properly cited.
korban sendiri cenderung tidak segera dilaporkan.

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN
247

Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020


The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

Artikel Penelitian

Caring Pattern for Deceased Bodies during Covid-19 Pandemic at the


Forensic Medicine Installation of dr. Sardjito Yogyakarta General
Teaching Hospital for March–September 2020 Period
Lipur Riyantiningtyas1, Wendi Wiradinata2
1Head
of Medical Staff Group for Forensic Medicine Installation of dr. Sardjito Yogyakarta General Teaching Hospital, Staff of
Forensic Medical Science of Faculty of Medicine, Public Health, and Nursing, Universitas Gadjah Mada,
2Medical Residence Program-1 of Forensic Medical Science of Faculty of Medicine, Public Health and Nursing Universitas

Gadjah Mada Yogyakarta

ABSTRACT
Background: SARS-COV2 virus can sustain inside a deceased body for ± 9 hours after death. On top of that, Tang et
al. have mentioned in a study that viruses can still be detected in the tissues of lung and small intestine 90–150
hours after death. The application of Covid-19 protocol during the caring of deceased bodies is crucial to prevent a
wider impact, especially at the Forensic Medicine Installation. This means, the pattern of Covid-19 protocol
application needs to be observed throughout the past 6 months of pandemic so that we are able to evaluate and
plan the management at the Forensic Medicine Installation in the future.
Method: This is a descriptive study that analyses the existing medical records at the Forensic Medicine Installation
at the dr. Sardjito Yogyakarta General Teaching Hospital throughout the March–September 2020 period.
Result and Conclusion: Throughout the pandemic, 218 (14%) deceased bodies underwent Covid-19 protocol, the
highest is on September 2020 with 44 (23%) cases. Out of the deceased bodies cared using the Covid-19 protocol,
138 (63%) of whom are male. In addition, the age group of 46–65 years mostly makes up the cases cared with
Covid-19 protocol, which amounts to 100 (46%) cases.

Keywords: deceased body care, covid-19 protocol, medical record

Korespondensi : Lipur Riyantiningtyas,email: siwe0001@mail.ugm.ac.id

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN
248

Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020


The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

PENDAHULUAN
COVID-19 merupakan masalah kesehatan yang serius saat ini di berbagai negara di dunia dan juga di
Indonesia. Organisasi kesehatan dunia, WHO telah mencanangkan COVID-19 sebagai pandemi dan pemerintah
Indonesia juga sudah mengatakan COVID-19 sebagai bencana nasional.1
COVID-19 yang juga disebut SARS-CoV2 disebabkan oleh coronavirus subgenus betacoronavirus yang
sama seperti virus SARS namun berbeda. Covid-19 menggunakan reseptor Angiotensin-Converting Enzyme 2
(ACE2) sebagai tempat masuk ke dalam sel. Secara umum SARS-CoV2 ditularkan melalui droplet respirasi yang
secara langsung menginfeksi saluran pernafasan atas dan saluran pernafasan bawah, terutama silia hidung dan sel
epithelial alveoli. Selain di paru, ACE2 juga terdapat berbagai jaringan tubuh seperti usus halus, ginjal, jantung,
tiroid, testis, dan jaringan lemak. Hal ini bisa digunakan sebagai indikasi bahwa organ lain bisa terinfeksi saat
terjadi viremia.1,5
SARS-CoV2 ini bersifat obligat intraseluler dimana virus ini membutuhkan sel untuk tetap hidup. Namun
beberapa sumber menyatakan virus ini mampu bertahan beberapa saat diluar sel, termasuk udara dan permukaan
benda. Di udara SARS-CoV2 mampu bertahan 3 jam, bahkan pada plastik dan stainless stell bisa bertahan 72 jam.3,4
Pada jenazah, setelah seseorang dinyatakan meninggal, terjadi kematian somatis dimana sistem saraf,
pernafasan, dan kardiovaskuler telah berhenti, namun sel masih hidup karena adanya metabolisme anaerob.
Kematian somatis ini terjadi selama ± 4 jam sebelum terjadi kematian seluler, sehingga virus masih ada pada
jenazah. Bahkan pada penelitian; Tang,dkk; virus masih mampu bertahan pada jaringan tubuh antara 90-175 jam
setelah kematian.4,5,7
Melihat data-data di atas, perlu adanya protokol khusus penanganan jenazah COVID-19 terutama di
Instalasi Kedokteran Forensik Rumah Sakit. Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia (PDFI), dimana salah satu
tugasnya mengelola Instalasi Kedokteran Forensik mengeluarkan Panduan Penatalaksanaan Jenazah Suspek
COVID-19. Panduan ini mengatur penatalaksanaan jenazah COVID-19 mulai dari pemindahan dan penjemputan
jenazah, desinfeksi jenazah di kamar jenazah, pemeriksaan mayat dan/atau bedah mayat, tindakan pemulasaraan
jenazah, desinfeksi lingkungan, hingga penetapan Langkah-langkah hand hygiene.2
Melihat kondisi pandemi COVID-19 ini, Instalasi Kedokteran Forensik Rumah Sakit juga harus berbenah
untuk menghindari dampak dan ikut memutus rantai penularan. Salah satu caranya adalah dengan melakukan
perencanaan dan perubahan regulasi pelayanan di Instalasi kedokteran Forensik. Untuk melakukan perencanaan
dan perubahan regulasi di Instalasi Kedokteran Forensik, perlu dilakukan penelitian dampak pandemi COVID-19
pada Instalasi kedokteran Forensik. Sebagai dasar, perlu dilakukan penelitian awal untuk melihat perubahan pola
pelayananan Instalasi Kedokteran Forensik selama pandemi beberapa bulan terakhir.
Penelitian pola pelayanan Instalasi Kedokteran Forensik ini dilakukan dengan melihat rekam medis yang
masuk di instalasi kedokteran forensik. Seperti diketahui bersama, bahwa rekam medis adalah berkas yang
berisikan catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan, dan pelayanan lain
yang telah diberikan kepada pasien. Penyelenggaraan rekam medis merupakan proses kegiatan yang dimulai pada
saat diterimanya pasien di fasilitas kesehatan, diteruskan kegiatan pencatatan data medik pasien selama pasien itu

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN
249

Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020


The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

mendapatkan pelayanan medik di fasilitas kesehatan dan dilanjutkan dengan penanganan berkas rekam medis
yang meliputi penyelenggaraan penyimpanan serta pengambilan kembali berkas rekam medis apabila
dibutuhkan.8
Diharapkan dengan mengambil data di rekam medis bisa diketahui pola pelayanan Instalasi Kedokteran
Forensik RSUP dr. Sardjito Yogyakarta selama pandemi Covid-19. Serta bisa dijadikan dasar untuk perencanaan dan
penatalaksanaan pelayanan Instalasi Kedokteran Forensik di masa depan agar bisa meminimalkan dampak COVID-
19 ini terutama bagi staff pelayanan Instalasi Kedokteran Forensik RSUP dr. Sardjito Yogyakarta serta bisa
membantu memutus mata rantai penularan COVID-19.

METODE
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan cara mengambil data rekam medis yang masuk di
Instalasi kedokteran Forensik RSUP dr. Sardjito Yogyakarta selama pandemi mulai bulan maret hingga September
2020. Data yang diambil adalah umur, jenis kelamin, dan tindakan pulasara jenazah menggunakan protokol COVID-
19 atau menggunakan protokol Non-COVID.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Selama periode Maret hingga September 2020, Instalasi Kedokteran Forensik RSUP dr. Sardjito
Yogyakarta telah melakukan pemulasaran jenazah sebanyak 1567 kasus, dengan rincian pada bulan Maret
sebanyak 261 kasus, April 195 kasus, Mei 203 kasus, Juni 205 kasus, Juli 255 kasus, Agustus 257 kasus, dan
September sebanyak 191 kasus.
Dari 1567 jenazah, sebanyak 218 kasus (14%) menggunakan protokol COVID-19 dan 1349 kasus (86%)
menggunakan protokol non-COVID. Pada bulan Maret, sebanyak 20 kasus (8%) menggunakan protokol COVID-19.
Bulan April 38 kasus (19%) menggunakan protokol COVID-19, bulan Mei 31 kasus (15%) menggunakan protokol
COVID, bulan Juni sebanyak 22 kasus (14%), bulan Juli 23 kasus (9%) menggunakan protokol COVID, bulan Agustus
sebanyak 40 kasus (16%) penggunaan protokol COVID, dan bulan September penggunaan protokol COVID
sebanyak 44 kasus (23%).
Dari pemulasaraan jenazah yang menggunakan protokol COVID didominasi jenis kelamin laki-laki
sebanyak 138 kasus (63%) sedangkan perempuan sebanyak 80 kasus (37%). Jika dilihat dari kelompok umur,
didapatkan penggunaan protokol COVID mulai yang tertinggi sampai yang terendah adalah kelompok umur 46-65
tahun sebanyak 100 kasus (46%), umur diatas 66 tahun sebanyak 52 kasus (24%), umur 26-45 tahun sebanyak 45
kasus (21%), umur 12-25 tahun 11 kasus (5%), umur 6-11 bulan 4 kasus (2%), umur 5-11 tahun 3 kasus (1%), umur
0-5 bulan 2 kasus (1%), dan kelompok umur 24-59 bulan sebanyak 1 kasus (0,5%).
Dari data diatas bisa diambil kesimpulan bahwa selama pandemi ini penggunaan protokol COVID pada
jenazah yang masuk ke Instalasi Kedokteran Forensik RSUP dr. Sardjito Yogyakarta selama periode bulan Maret
hingga September 2020 didominasi jenazah laki-laki. Selain itu, kelompok umur 45-65 tahun paling rentan terjadi

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN
250

Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020


The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

kematian. Dan juga, terjadi peningkatan kasus pada bulan Agustus dan September yang mungkin diakibatkan mulai
longgarnya PSBB, untuk itu perlu dilakukan penelitian lebih lanjut

Protokol Covid Protokol Non-


Total
L P Total Covid
Maret 15 5 20 241 261
April 23 15 38 157 195
Mei 19 12 31 172 203
Juni 15 7 22 183 205
Juli 16 7 23 232 255
Agustus 24 16 40 217 257
September 26 18 44 147 191
Total 138 80 218 1349 1567
Tabel 1. Penggunaan Protokol Covid-19 di Instalasi Kedokteran Forensik RSUP dr. Sardjito Yogyakarta

0-5 6-11 12-23 24-59 5-11 12-25 26-45 46-65 >66


Tota
Bulan Bulan Bulan Bulan Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun
l
L P L P L P L P L P L P L P L P L P
Maret 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 2 8 1 5 1 20
April 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 3 2 11 4 6 7 38
Mei 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 1 5 3 10 6 2 2 31
Juni 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 3 4 8 2 3 0 22
Juli 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 3 0 6 5 4 1 23
Agustus 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 4 6 14 6 6 2 40
Septembe
r 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3 6 3 12 7 7 6 44
Total 2 0 3 1 0 0 1 0 1 2 3 8 25 20 69 31 33 19 218
Tabel 2. penggunaan Protokol Covid-19 di Instalasi Kedokteran Forensik RSUP dr. Sardjito Yogyakarta berdasar
Kelompok Umur

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN
251

Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020


The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

Protokol
300 Covid
261 255 257 14%
250
203 205
195 191
200

150

100

50 Protokol Non-
Covid
0 86%

Protokol Covid Protokol Non-Covid

Gambar 3. Proporsi Metode Pulasara Jenazah


Gambar 1. Jumlah jenazah IKF RSUP dr. Sardjito
Periode Maret-September 2020
periode maret-september 2020

Protokol
300 Covid
8%
Protokol
250 241
232
217

200 183
172
157
147
150
Protokol Covid Protokol Non-Covid

100
Gambar 4. Proporsi metode pulasara jenazah bulan
38 40 44
50 31
20 22 23 maret 2020

0
Protokol
Covid
19%

Protokol Covid Protokol Non-Covid

Gambar 2. Perbandingan metode pulasara jenazah


periode maret-september 2020 Protokol Non-
Covid
81%

Protokol Covid Protokol Non-Covid

Gambar 5. Proporsi metode pulasara jenazah bulan


April 2020

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN
252

Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020


The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

Protokol Protokol
Covid Covid
15% 16%

Protokol Non-
Covid
85%

Protokol Covid Protokol Non-Covid


Protokol Non-
Gambar 6. Proporsi metode pulasara jenazah bulan Covid

mei 2020
Protokol Covid Protokol Non-Covid

Gambar 9. Proporsi metode pulasara jenazah bulan


Protokol
Covid agustus 2020
14%

Protokol
Covid
Protokol Non- 23%
Covid

Protokol Covid Protokol Non-Covid


Protokol Non-

Gambar 7. Proporsi metode pulasara jenazah bulan Protokol Covid Protokol Non-Covid

juni 2020
Gambar 10. Proporsi pulasara jenazah bulan
Protokol September 2020
Covid
9%

30 24 26
23
25 19 18
20 15 15 15 16 16
12
15 7 7
10 5
5
0

Protokol Non-
Covid
91% Laki Perempuan

Protokol Covid Protokol Non-Covid Gambar 11. Penggunaan protokol covid-19 berdasar
jenis kelamin

Gambar 8. Proporsi metode pulasara jenazah bulan


juli 2020

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN
253

Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020


The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

DAFTAR PUSTAKA
1. Erlina Burhan, Agus Dwi Susanto, Sally A Nasution, dkk.
Perempuan PROTOKOL TATALAKSANA COVID-19. Jakarta : s.n.,
37%
2020.
2. Panduan Penatalaksanaan Jenazah Suspek Covid-19.
Laki-Laki
63% Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia. Jakarta :
s.n., 2020.
3. Aerosol and Surface Stability of SARS-CoV-2 as Compared
Laki-Laki Perempuan
with SARS-CoV-1. Massachusetts Medical Society.
Massachusetts : nejm.org, April 16, 2020, Vol. n engl j
med 382;16.

Gambar 12. Proporsi penggunaan protokol covid-19 4. TATALAKSANA JENAZAH PADA KONDISI PANDEMI
COVID-19 PERHIMPUNAN DOKTER FORENSIK
berdasar jenis kelamin
INDONESIA (PDFI). Budi Sampurna, Ade Firmansyah
Sugiharto. Jakarta : s.n., 8 April 2020.
25 5. Mary Kathryn Bohn, Alexandra Hall, et al.
20 Pathophysiology of COVID-19 : Mechanisms
19
20
16 Underlying Disease Severity and Progression.
15
15 13 13 PHYSIOLOGY 35: 288–301. doi:10.1152/, 2020, Vol.
11
10 10
99 physiol.00019.2020.
10 8 8
7
6 6. Autopsy in suspected COVID-19 cases. Hanley B, et al.
5 5
5 3 33 3
4
3 s.l. : jcp.bmj, 20 March 2020, Vols. jclinpath-2020-
2 2
1 1 11 11 1 11 1 1 206522.
0 00 00 0 00 0000000 0000 00 00 00 0 0
0 7. Quantitative Temporal-Spatial Distribution of Severe
0-5 6-11 12-23 24-59 5-11 12-25 26-45 46-65 >66
Bulan Bulan Bulan Bulan Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Acute Respiratory Syndrome-Associated Coronavirus
(SARS-CoV) in Post-Mortem Tissues. Julian W. Tang, et
Maret April Mei Juni Juli Agustus September
al. 1245-1253, China : Journal of Medical Virology,
2007, Vol. 79.
Gambar 13. Penggunaan protokol covid-19 berdasar 8. TINJAUAN HUKUM PEMBUKAAN REKAM MEDIK DARI
SUDUT PANDANG ASURANSI KESEHATAN. Aditya
kelompok umur
Hans Suwignjo, Mufid. No. 1, Semarang : Jurnal

24-59 Spektrum Hukum, 2019, Vol. Vol. 16.


12-23
6-11 Bulan Bulan 5-11
Bulan 0% 0% Tahun Copyright @ 2020 Authors. This is an open access article
2% 1%
0-5 Bulan distributed under the terms of the Creative Commons
12-25
1% Tahun Attribution-NonCommercial 4.0 International License
5% (http://creativecommons.org/licenses/by-nc/4.0/), which
permits unrestricted non-commercial use, distribution, and
>66 reproduction in any medium, provided the original author and
Tahun source are properly cited.
24% 26-45
Tahun
46-65 21%
Tahun
46%

Gambar 14. Proporsi penggunaan protokol covid-19


berdasar jenis kelamin

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN
254

Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020


The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

Laporan Kasus

Peranan Respon Sistemik Terhadap Trauma dalam Penentuan Derajat


Luka
Role of Systemic Responses to Trauma in Determining the Degree of
Injury
Mohammad Tegar Indrayana1, Rahmi Triana Putri1, Raeski Ayisha Isti1, Diana Indah1
1Kelompok Jabatan Fungsional Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas Riau

ABSTRACT
Background: Traumatology derived from two words trauma and logos. Trauma means violence against living
tissue, while logos means knowledge. So, the definition of traumatology is a branch of medical science that studies
trauma or injuries, injuries and their relationship with various types of violence that cause abnormalities in the body
with or without tissue discontinuity. According to the World Health Organization (WHO) in 2014, 9% of deaths in
the world were caused by trauma. Meanwhile, according to Riskesdas in 2018, the prevalence of injury in Indonesia
reached 9.2%. The systemic responses of traumatic injury are consist of neurohormonal response, shock,
hyperdynamic response, sepsis, coagulopathy, metabolism, intracellular biochemistry, acute respiratory failure,
gastroduodenal ulceration, myocardial depression, and acute renal failure.
Result: A 20 years old male victim came to the emergency room of Bhayangkara Hospital Pekanbaru, Riau,
claiming to have been stabbed in the back, hands and legs using a machete, and then the victim was thrown at
head and back area using stones, one time each, by more than one unknown people. The victim comes with a
moderate illness, good consciousness, and vital signs results in increasing blood pressure, 158/94 mmHg, increasing
heart rate, 125 times per minute, the respiratory rate is 20 times per minute, body temperature is 36.5 °C, and GCS
15. On physical examination, there were several wounds, which are bruises on the left side of the forehead, several
abrasions and scratches on the upper left arm on the outer side, abrasions on the left palm parallel to the thumbs,
several open wounds on the left side of the chest, the left side of the back, the inside of lower left arm, the back of
the left middle finger on the third knot, and the outer side of left thigh. The victim got a medical treatment of
suturing the wound total as 60 stitches. The victim was given several pharmacotherapy, which are anti-tetanus
serum injection, pain medication,
antibiotics, and Ringer Lactate IVFD as 20 drops per minute, and the victim was hospitalized in Emergency Room for
6 hours on July 21, 2020 at Bhayangkara Hospital Pekanbaru.
Conclusion: The mechanism for the systemic response that found in the victim is a neurohormonal response. Based
on the examination results, also a consideration of serious degree injuries that based on Criminal Code Section 90
and the systemic response's role that was found in this case, the conclusion is that the victim was in the category of
serious degree injuries.

Keywords: Neurohormonal response, systemic response, traumatology .

Korespondensi : Mohammad Tegar Indrayana email: tegar.forensik@gmail.com

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN
255

Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020


The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

PENDAHULUAN sehingga menyebabkan terjadinya sepsis dan


Ilmu tentang trauma di bidang ilmu forensik pengaktifan respon inflamasi destruktif.6 Dalam
termasuk ke dalam bab traumatologi, yang berasal aspek medikolegal perlukaan akibat trauma
dari kata trauma dan logos. Trauma berarti merupakan bukti untuk membantu penegakan
kekerasan atas jaringan tubuh yang masih hidup, hukum pada suatu peristiwa pidana penganiayaan.
sedangkan logos berarti ilmu. Sehingga pengertian Sehingga dokter forensik mempunyai tugas untuk
traumatologi adalah cabang ilmu kedokteran yang melakukan pemeriksaan terhadap jenis perlukaan
mempelajari tentang trauma atau perlukaan, cedera beserta akibatnya dan segala sesuatu yang berkaitan
serta hubungannya dengan berbagai kekerasan yang dengan perkara pidananya.7
menyebabkan kelainan pada tubuh dengan atau Trauma dapat menyebabkan timbulnya
tanpa diskontinuitas jaringan.1 Literatur lain ada respon inflamasi yang merupakan respon adaptif
yang mendefinisikan trauma sebagai kerusakan yang tubuh untuk mengeliminasi jaringan yang rusak. 8
terjadi pada setiap tubuh manusia yang diakibatkan Sebagian besar pasien yang mengalami trauma
oleh kekuatan mekanik.2 dapat pulih dengan cepat tanpa menyisakan
Berdasarkan World Health Organization kerusakan. Namun tidak semua pasien yang
(WHO) pada tahun 2014 sebanyak 9% kematian di mengalami trauma dapat memberikan hasil
dunia diakibatkan oleh trauma. Trauma dapat terjadi perbaikan yang sama. Sehingga, meskipun telah
pada semua kelompok usia, tetapi sebagian besar diberikan program perawatan yang intensif, proses
terjadi pada usia remaja dan dewasa awal, yaitu perbaikan pada setiap pasien dapat berlangsung
pada usia 15-29 tahun. Pada usia tersebut kematian selama berhari-hari hingga berminggu-minggu.9
tertinggi disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas.3 Dalam konteks hukum pidana di Indonesia, pada
Sedangkan menurut Riskesdas tahun 2018 prevalensi kasus perlukaan setiap dokter dibebani kewajiban
cedera di Indonesia mencapai 9,2%. Berdasarkan hukum untuk memeriksa pasien atau korban dan
proporsi kecacatan fisik permanen akibat dari cedera menuangkannya ke dalam Visum et Repertum.
yaitu sebanyak 0,5% panca indra tidak berfungsi, Visum et Repertum (VeR) merupakan salah satu
0,6% kehilangan sebagian anggota badan, dan 9,2% bantuan yang sering diminta oleh pihak penyidik
bekas luka permanen.4 Menurut Riskesdas tahun (polisi) kepada dokter menyangkut perlukaan pada
2013 proporsi jenis cedera di Indonesia didominasi tubuh manusia.
oleh luka lecet atau memar sebanyak 70,9%, Salah satu yang harus diungkapkan dalam
sedangkan luka robek sebanyak 23,2%.5 kesimpulan sebuah VeR perlukaan adalah derajat
Cedera akibat trauma menyebabkan luka atau kualifikasi luka. Hukum pidana Indonesia
timbulnya respon neurohormonal, syok, respon mengenal delik penganiayaan yang terdiri dari tiga
hiperdinamik, sepsis, koagulopati, metabolisme, tingkatan dengan hukuman yang berbeda yaitu
biokimia intraseluler, gagal napas akut, ulserasi penganiayaan ringan (pidana maksimum 3 bulan
gastroduodenal, depresi miokardial, dan gagal ginjal penjara), penganiayaan (pidana maksimum 2 tahun
akut. Pada trauma berat respon sistemik berkaitan 8 bulan), dan penganiayaan yang menimbulkan luka
dengan kemampuan melawan infeksi yang rendah berat (pidana maksimum 5 tahun). Ketiga tingkatan

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN
256

Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020


The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020
penganiayaan tersebut diatur dalam pasal 352 (1) Pada pemeriksaan fisik ditemukan luka-luka
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) untuk sebagai berikut: 1) Memar pada dahi sisi kiri; 2)
penganiayaan ringan, pasal 351 (1) KUHP untuk Beberapa luka lecet gores pada lengan kiri atas sisi
penganiayaan, dan pasal 351 (2) KUHP untuk luar 3) Luka lecet pada telapak tangan kiri sejajar ibu
7
penganiayaan yang menimbulkan luka berat. jari 4) Beberapa luka terbuka pada dada sisi kiri,
Laporan kasus ini akan memaparkan punggung sisi kiri, lengan kiri bawah sisi dalam,
peranan respon sistemik tubuh terhadap trauma punggung jari tengah tangan kiri tepat pada ruas
dalam penentuan derajat luka. Harapan dari ketiga, dan paha kiri sisi luar. Sehingga total jumlah
pemaparan kasus ini dapat berbagi dalam rangka luka pada korban berjumlah 11 luka. Pada korban
menambah cakrawala pengetahuan untuk dilakukan tindakan medis mutlak berupa penjahitan
pertimbangan para dokter dalam penentuan derajat luka sebanyak 60 simpul. Korban diberikan terapi
luka dalam praktik sehari-hari. berupa injeksi anti tetanus serum, obat anti nyeri,
antibiotik, dan pemasangan infus dengan
KASUS menggunakan cairan Ringer Laktat sebanyak 20 tetes
Pada Tanggal 21 Juli 2020, pukul 17.00 WIB per menit, serta korban dirawat selama 6 jam pada
bertempat di Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah tanggal 21 Juli 2020 di Instalasi Gawat Darurat
Sakit Bhayangkara Pekanbaru telah dilakukan Rumah Sakit Bhayangkara Pekanbaru.
pemeriksaan terhadap seorang laki-laki berusia 20
tahun. Dasar dilakukan pemeriksaan adalah atas
permintaan tertulis dari Kepolisian Sektor Tampan
Resor Kota Pekanbaru, dengan nomor surat:
VER/130/VII/2020 tertanggal 21 Juli 2020.
Pemeriksaan dilakukan sekitar 30 menit setelah
kejadian.
Berdasarkan pengakuan korban, korban
mengaku dibacok pada daerah punggung, tangan, Gambar 1. Luka terbuka pada dada sisi kiri
dan tungkai dengan menggunakan parang, masing-
masing sebanyak 1 kali. Kemudian, korban dilempar
pada daerah kepala dan punggung dengan
menggunakan batu masing-masing sebanyak 1 kali,
oleh lebih dari 1 orang yang tidak dikenal. Korban
datang ke Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit
Bhayangkara Pekanbaru dengan keadaan tampak
sakit sedang, kesadaran baik, dan tanda-tanda vital,
Gambar 2. Luka terbuka pada lengan kiri atas
didapatkan tekanan darah meningkat yaitu 158/94
mmHg, nadi meningkat yaitu 125 kali per menit,
frekuensi pernafasan 20 kali permenit, suhu tubuh
36,5 oC, dan GCS 15.

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN
257

Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020


The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

salah satu dari 11 mekanisme respon terhadap


trauma, yaitu respon neurohormonal. Respon
neurohormonal yang muncul saat terjadi trauma
mirip dengan respon fright and flight yang diatur
oleh sistem saraf otonom melalui pelepasan hormon
simpatik. Responnya berupa peningkatan denyut
jantung, tekanan darah, dan frekuensi napas.10
Namun, pada korban frekuensi napasnya masih
Gambar 3. Luka terbuka pada lengan sisi kiri dalam kategori normal.
Dalam kasus ini, pada pasien ditemukan
peningkatan tekanan darah dan frekuensi nadi.
Kondisi tersebut kemungkinan merupakan respon
tubuh terhadap perdarahan yang terjadi pada
pasien, yang disebut dengan respon bifasik. Respon
bifasik terjadi pada kasus yang bersifat simple
haemorrhage dan ditandai dengan adanya
peningkatan frekuensi nadi dan tekanan darah,
sesaat setelah terjadinya perdarahan. Hal ini
Gambar 4. Luka terbuka pada paha kiri sisi luar
merupakan fase awal dari mekanisme kompensasi
tubuh dalam mempertahankan tekanan arteri.
DISKUSI
Peningkatan tekanan darah merupakan respon
Respon sistemik terhadap trauma terdiri atas
kardiovaskuler terhadap trauma untuk
11 mekanisme, yaitu berupa respon neurohormonal,
meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer.
syok, respon hiperdinamik, sepsis, koagulopati,
Respon tersebut pada fase awal (fase pertama)
metabolisme, biokimia intraseluler, gagal napas
ditandai dengan peningkatan frekuensi nadi
akut, ulserasi gastroduodenal, depresi miokardial,
(takikardia) dan peningkatan tahanan vaskular untuk
dan gagal ginjal akut. Pada pasien ini, hanya dijumpai
mempertahankan tekanan arterial. Kemudian diikuti
1 dari 11 mekanisme respon sistemik terhadap
ke dalam fase dekompensasi (fase kedua), yaitu
trauma, yaitu respon neurohormonal. Respon
ditandai dengan terjadinya hipotensi dan bradikardi.
neurohormonal tersebut ditandai dengan
Pada kasus ini, pasien masih bisa diselamatkan
peningkatan denyut jantung, tekanan darah, dan
nyawanya karena adanya resusitasi cairan yang
frekuensi napas.10 Mekanisme lainnya tidak dapat
adekuat pada fase dekompensasi (bradikardi). Hal ini
dinilai, oleh karena tindakan pemeriksaan yang
sejalan dengan teori yang menyatakan bahwa tidak
dilakukan dalam kasus ini tidak lengkap.
ada pasien yang meninggal pada fase bradikardi.
Hasil pemeriksaan pada korban didapatkan
Namun apabila resusitasi ini terlambat diberikan,
tekanan darah meningkat yaitu 158/94 mmHg, nadi
maka dapat jatuh ke dalam syok yang bersifat
meningkat yaitu 125 kali per menit, frekuensi
pernafasan 20 kali permenit. Hal ini sesuai dengan

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN
258

Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020


The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

irreversible akibat peningkatan aktivitas saraf


Banyaknya luka yang terdapat pada korban,
simpatis.11
terutama luka terbuka, menyebabkan perdarahan
Pada pemeriksaan fisik ditemukan beberapa
yang banyak, sehingga korban dapat jatuh dalam
luka pada korban yaitu, memar berwarna
keadaan syok. Berdasarkan literatur, syok muncul
kemerahan dengan ukuran 0,5 cm x 0,5 cm pada
diawali dengan hilangnya volume darah akibat
dahi sisi kiri. Memar diakibatkan oleh trauma
trauma yang terjadi. Pada kondisi saat tubuh
tumpul, dimana terjadi kerusakan di jaringan tanpa
kehilangan darah secara eksternal (perdarahan
disertai diskontinuitas pembuluh darah yang dapat
akibat laserasi jaringan kulit), respon tubuh yang
menyebabkan ektravasasi (kebocoran) di sekitar
muncul adalah penyempitan pembuluh darah dan
jaringan.1 Beberapa luka lecet gores pada lengan kiri
pembentukan gumpalan darah sehingga perdarahan
atas sisi luar dengan ukuran masing-masing 8 cm x
dapat berhenti atau meminimalisir kehilangan
0,1 cm, 7 cm x 0,1 cm, dan 5 cm x 0,1 cm, serta luka
darah.10
lecet pada telapak tangan kiri sejajar ibu jari dengan
Syok hipovolemik adalah terganggunya
ukuran 3 cm x 0,5 cm. Luka lecet atau abrasi adalah
sistem sirkulasi akibat dari volume darah dalam
luka yang disebabkan oleh rusaknya atau lepasnya
pembuluh darah yang berkurang. Syok hipovolemik
lapisan luar kulit, akibat garukan atau gesekan
didiagnosis ketika ditemukan tanda berupa
permukaan kulit atau bersentuhan dengan benda
ketidakstabilan hemodinamik dan ditemukan adanya
yang memiliki permukaan kasar.12,13
sumber perdarahan. Perdarahan akan menurunkan
Luka terbuka pada dada sisi kiri dengan
tekanan pengisian pembuluh darah rata-rata dan
ukuran 4 cm x 2 cm dan bila dirapatkan membentuk
menurunkan aliran darah balik ke jantung.14 Pada
garis sepanjang 5 cm, beberapa terbuka pada
korban sudah terjadi perubahan tanda-tanda vital,
punggung sisi kiri dengan ukuran masing-masing
yang sudah dijelaskan sebelumnya. Berdasarkan
12,5 cm x 2,5 cm, bila dirapatkan membentuk garis
data dari kasus tersebut, pasien kemungkinan sudah
sepanjang 18 cm dan 11 cm x 3,5 cm, bila dirapatkan
kehilangan darah sebesar 15-30% dan dapat
membentuk garis 11 cm. Selanjutnya, luka terbuka
dikategorikan kedalam syok hipovolemik derajat II.
pada lengan kiri bawah sisi dalam dengan ukuran 4
Namun, melihat tingkat keparahan luka yang didapat
cm x 0,5 cm dan bila dirapatkan membentuk garis 5
oleh pasien, kemungkinan pasien tersebut sudah
cm, luka terbuka pada punggung jari tengah tangan
masuk ke kategori syok derajat III. Hanya saja tidak
kiri tepat pada ruas ketiga dengan ukuran 2 cm x 1
dapat dipastikan karena tidak dilakukan pemeriksaan
cm, bila dirapatkan membentuk garis 2,5 cm, serta
durasi pengisian kapiler (CRT), tekanan arteri rata-
luka terbuka pada paha kiri sisi luar dengan ukuran
rata (MAP), dan pemeriksaan output urin, yang
7,5 cm x 1 cm dan bila dirapatkan membentuk garis
merupakan indikator penentuan antara syok derajat
sepanjang 6 cm. Pada korban, semua luka terbuka
II dan III.15
yang ditemui memiliki karakteristik tepi rata, sudut
Tubuh orang dewasa yang sehat dapat
lancip, tidak terdapat jembatan jaringan, dan dasar
mengkompensasi kehilangan 10% volume darah
luka adalah otot. Luka-luka tersebut
total, dengan melakukan mekanisme kompensasi
menggambarkan ciri-ciri luka terbuka akibat
berupa vasokonstriksi pembuluh darah. Mekanisme
kekerasan benda tajam.1

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN
259

Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020


The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

vasokonstriksi ini diperantarai oleh sistem saraf


inflamasi desktruktif. Trauma berat biasanya
simpatis. Akan tetapi jika terjadi kehilangan 20 – 25
berhubungan dengan systemic inflammatory
% volume darah total secara cepat, tubuh tidak
response syndrome (SIRS), yaitu respon tubuh yang
mampu mempertahankan mekanisme kompensasi,
muncul 30 menit setelah trauma berat dan
sehingga terjadi sindroma klinis syok, yang mana
merupakan respon inflamasi terhadap perdarahan
menyebabkan curah jantung menurun dan
dan kerusakan jaringan yang dapat menimbulkan
hipotensi.16 Syok hipovolemik merupakan respon
infeksi. Monosit dan endotelium yang ada di sekitar
syok yang sering sekali muncul pada pasien yang
jaringan yang rusak mengeluarkan sitokin
mengalami trauma. Kondisi syok hemoragik memiliki
proinflamasi, berupa IL-1-β, TNF-α, IL-6, IL-8, dan
hubungan erat dengan syok hipovolemik,
IFN-γ. Sitokin yang pertama kali disekresikan sesaat
dikarenakan sebagian besar pasien dengan syok
terjadinya trauma adalah TNF-α dan IL-1, yang mana
hemoragik mengalami kondisi hipovolemia.17
menstimulasi sel imunologi, menghambat sekresi,
Pada pasien ini tidak dijumpai tanda-tanda
sitokin proinflamasi (IL-6 dan IL-8), dan sitokin anti
respon stase hiperdinamis, dibuktikan dengan tidak
inflamasi (IL-10). Jika respon pro-inflamasi terhadap
adanya penurunan tekanan darah. Pada pasien ini
trauma bekerja berlebihan, SIRS dapat muncul pada
juga tidak dapat ditentukan terjadinya sepsis atau
pasien dan meningkatkan risiko terjadinya disfungsi
tidak, dikarenakan tidak dilakukan pemeriksaan
organ. SIRS muncul akibat pelepasan faktor endogen
penunjang yaitu berupa pemeriksaan darah rutin
damage-associated molecular patterns (DAMPs)
lengkap.10,17 Penurunan tekanan darah dapat
atau alarmins yang merupakan hasil sekresi akibat
menyebabkan kerusakan lapisan mukosa saluran
dari pengaktifan sel imun (neutrofil) atau dilepaskan
cerna yang mana dapat mengakibatkan terjadinya
dari sel nekrotik.17,18
sepsis. Lapisan mukosa saluran cerna sangat sensitif
Selanjutnya terkait tatalaksana yang
terhadap perubahan tekanan oksigen dalam aliran
diberikan kepada pasien ini adalah cairan ringer
darah, sehingga jika terjadi penurunan tekanan
laktat, obat injeksi anti tetanus, anti nyeri, dan
darah minimal 15% dari total darah di tubuh sudah
antibiotik. Tindakan ini sudah tepat dilakukan,
dapat menyebabkan penurunan tekanan oksigen
karena tatalaksana yang harus segera diberikan pada
sebesar 40%. Hal ini dapat menyebabkan hilangnya
pasien syok adalah terapi cairan kristaloid secara
fungsi lapisan mukosa saluran cerna sebagai barier,
intravena. Jika terapi cairan tidak memberikan
sehingga menyebabkan perpindahan flora normal di
respon perbaikan, dapat dipertimbangkan
dalam traktus gastrointestinal masuk kedalam
pemberian transfusi darah pada pasien syok.
sirkulasi darah dan menyebabkan sepsis.11
Namun, pada ilustrasi kasus diatas, tidak dilakukan
Respon sistemik terhadap trauma berat
pemeriksaan darah rutin, sehingga tidak dapat dinilai
melibatkan interaksi antara sistem hemostasis,
apakah pasien tersebut memerlukan transfusi darah
inflamasi, endokrin, dan saraf. Pada saat trauma,
atau tidak.15
endothelium teraktivasi dan mengeluarkan mediator
Pada manajemen dan tatalaksana awal
sitokin inflamasi untuk memperbaiki jaringan yang
untuk pasien trauma belum dilakukan dengan baik,
rusak dan mencegah infeksi yang dapat
dikarenakan tidak dilakukan observasi tingkat
menyebabkan sepsis dan aktivasi lanjutan respon

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN
260

Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020


The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

kesadaran, tanda-tanda vital, maupun output urin,


rontgen dan sebagainya) serta meninjau trauma dari
dalam masa penyembuhan dan follow up pada
perspektif respon sistemik tubuh, akan memberikan
pasien. Pada pasien juga sudah direncanakan untuk
tingkat asesmen yang lebih akurat dan lebih fair
dilakukan rawat inap, namun pasien menolak
untuk pasien. Pada kasus ini, meskipun dengan data
dikarenakan terhalang biaya. Sehingga pada pasien
medis yang tidak terlalu lengkap disebabkan faktor
hanya dilakukan rawat inap selama 6 jam di IGD
teknis di lapangan maupun sosial-ekonomi dari
Rumah Sakit. Setelah keadaan pasien dinilai stabil,
pasien, seorang dokter tetap dituntut untuk mampu
pasien dipulangkan. Namun, tidak terdapat data
memberikan penilaian yang terbaik agar keadilan
yang menjadi indikator untuk menentukan tingkat
bagi pasien sebagai korban penganiayaan dapat
kestabilan pasien tersebut.
tercapai.
Berdasarkan pembahasan diatas, kasus ini
UCAPAN TERIMAKASIH
masuk ke dalam kriteria luka berat. Kriteria luka
Penulis mengucapkan terimakasih kepada
berat diatur dalam pasal 90 KUHP yaitu: (1) jatuh
Rumah Sakit Bhayangkara Pekanbaru atas data-data
sakit atau mendapat luka yang tidak memberi
yang diberikan untuk melengkapi informasi pada
harapan akan sembuh sama sekali atau yang
laporan kasus ini.
menimbulkan bahaya maut; (2) tidak mampu terus
menerus untuk menjalankan tugas jabatan atau
DAFTAR PUSTAKA
pekerjaan pencaharian, (3) Kehilangan salah satu 1. Aflanie I, Nirmalasari N, Arizal M. Ilmu Kedokteran
Forensik dan Medikolegal. 2nd ed. Depok: Rajawali
pancaindera, (4) Mendapat cacat berat, (5)
Pres; 2019. p. 91–135.
Menderita sakit lumpuh, (6) Terganggunya daya pikir 2. Bernard K, Saukko P. The Pathology of Wound in:
selama empat minggu lebih dan terakhir (7) Gugur Knight’s Forensic Pathology 4th Edition. Boca Raton:
CRC Press, 2016. p. 133–165.
atau matinya kandungan seorang perempuan.
3. Organization, W. H.(2014). INJURIES VIOLENCE THE
Trauma pada pasien tersebut masuk ke dalam FACTS The magnitude and causes of injuries. Geneva:
kategori luka berat poin pertama, yaitu World Health Organization, 20.

menimbulkan bahaya maut. Hal ini didasarkan http://www.who.int/violence_injury_prevention/m


edia/news/2015/Injury_violence_facts_2014/en/
karena jika penanganan pada pasien terlambat atau
4. Kementerian Kesehatan RI Badan Penelitian dan
bahkan tidak mendapatkan penanganan atas trauma Pengembangan. Hasil Utama Riset Kesehatan Dasar.

yang dialaminya, maka pasien tersebut dapat Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2018. p.
125–127.
kehilangan nyawanya yang secara teori dapat jatuh
5. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.
kepada fase syok yang bersifat irreversible. Riset Kesehatan Dasar 2013. Ris Kesehat Dasar
2013. p. 68.
6. Lord JM, Midwinter MJ, Chen YF, Belli A, Brohi K,
SIMPULAN Kovacs EJ, et al. The systemic immune response to
Penilaian klinis secara komprehensif trauma: An overview of pathophysiology and
treatment. Lancet [Internet]. 2014;384(9952):1455–
terhadap pasien dengan kasus penganiayaan
65. Available from:
berperan penting dalam pengambilan keputusan
http://dx.doi.org/10.1016/S0140-6736(14)60687-
seorang dokter dalam menentukan derajat luka pada 5.

kasus penganiayaan. Data medis yang lengkap 7. Afandi D. Visum et Repertum : Tatalaksana dan
Teknik Pembuatan Edisi Kedua. Pekanbaru: Fakultas
(seperti pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan
Kedokteran Universitas Riau; 2017. p. 1–6.

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN
261

Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020


The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

8. Rao N. Textbook of Forensic Medicine and


Toxicology. Textbook of Forensic Medicine and
Toxicology. 2010. p. 221.
9. Budiyanto A, Widiyatmaka W, Sudiono S, Mun’im W,
Sidhi, Hertian S, et al. Ilmu Kedokteran Forensik.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
p. 37.
10. Tedeschi LG. Systemic response to trauma. In
Forensic medicine: a study in trauma and
environmental hazards. 1977. p. 386-402.
11. Foëx BA. Systemic responses to trauma. British
Medical Bulletin. 1999. p. 726–743.
12. Prahlow J, Byard R. Atlas of Forensic Pathology. Atlas
of Forensic Pathology. New York: Springer Science;
2012. p. 389.
13. Biswas G. Review of Forensic Medicine and
Toxicology Third Edition. New Delhi: Jaypee
Brothers Medical Publishers; 2012. p. 189–197.
14. Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam
Indonesia (PAPDI). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam
Jilid III. Imu Penyakit Dalam. Jakarta:
InternaPublishing. 2015. p. 4124.
15. Crerar‐Gilbert A. Advanced trauma life support. Vol.
48, Anaesthesia. American College of Surgeons;
2018. p. 7–52.
16. Isselbacher, Braunwald, Wilson, Martin, Fauci,
Kasper. Harrison Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit
Dalam. Jakarta: EGC; 2014. p. 218–221.
17. Brøchner AC, Toft P. Pathophysiology of the systemic
inflammatory response after major accidental
trauma. Scand J Trauma Resusc Emerg Med.
2009;17(1):1–10.
18. Lord JM, Midwinter MJ, Chen YF, Belli A, Brohi K,
Kovacs EJ, et al. The systemic immune response to
trauma: An overview of pathophysiology and
treatment. Lancet [Internet]. 2014;384(9952):1455–
65. Available from:
http://dx.doi.org/10.1016/S0140-6736(14)60687-5

Copyright @ 2020 Authors. This is an open access article


distributed under the terms of the Creative Commons
Attribution-NonCommercial 4.0 International License
(http://creativecommons.org/licenses/by-nc/4.0/), which
permits unrestricted non-commercial use, distribution, and
reproduction in any medium, provided the original author and
source are properly cited.

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN
262

Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020


The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

Artikel Penelitian

Efek Pandemi Covid-19 pada Kasus Forensik Klinik : Tren dan Adaptasi
di 3 Rumah Sakit
Effects of Covid-19 Pandemic on Clinical Forensic Cases: Trends and
Adaptations in 3 Referral Hospitals in Jakarta
Andrew Rens Salendu1, 2 Putri Dianita Ika Meilia1, Sawitri2, Boge Priyo Nugroho3
1RSUP Persahabatan
2RSUPFatmawati
3RSUD Tarakan Jakarta

ABSTRACT
Introduction: The Covid-19 pandemic brought with it changes in many aspects, including in the number of criminal
acts all over the world. Forensic medical practice also needs to adapt to the effects of the Covid-19 pandemic,
including in Indonesia. This paper discusses the statistics and trends of clinical forensic cases in 3 referral hospitals
in Jakarta (RSUP Persahabatan, RSUP Fatmawati, and RSUD Tarakan) and adaptations introduced to clinical
forensic practice.
Methods: We compiled statistics from March to September 2020, based on demographics (age and gender), case
types and correlation between the acts and large-scale social distancing restriction that was implemented in
Jakarta. The overall quantity is then compared to the preceding six months, while the statistics during the first six
months of the pandemic is tabulated. We also listed the modifications performed in the clinical forensic medicine
practice to adapt to the pandemic in the 3 hospitals.
Results: The overall trend shows a decrease in the number of cases in the first 6 months of the pandemic, compared
to the preceding 6-month period. The most significant decrease occurred in RSUP Persahabatan, which is the
national referral hospital for Covid-19 cases. RSUP Fatmawati shows an increase of 0,04%, while RSUD Tarakan
shows an increase of 28%. The cases encountered range across various age demographics and include assault,
traffic accidents, and occupational injury.
Discussion: Only an insignificant number of cases show a correlation between the act and the government-ruled
social distancing restriction. For infection prevention and control purposes, practice modifications were
implemented.

Keywords: Covid-19, pandemic, clinical forensic medicine, practice modification, infection prevention and control

Korespondensi : Andrew Rens Salendu,email: andysalendu@gmail.com

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN
263

Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020


The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

PENDAHULUAN
tertinggi adalah perampokan (termasuk perampokan
Kasus pertama novel Corona virus dilaporkan di
dengan kekerasan), pencurian kendaraan bermotor,
Wuhan pada November 20191. Dalam sembilan
dan penyalahgunaan narkoba9.
bulan berikutnya, virus tersebut telah menginfeksi
Salah satu tindakan yang mengalami
lebih dari 33 juta orang dan menyebabkan lebih dari
peningkatan di seluruh dunia adalah kekerasan
1 juta kematian2. Pada tanggal 30 Januari 2020,
dalam rumah tangga, karena meningkatnya tekanan
World Health Organization mengumumkan keadaan
dalam keamanan, kesehatan dan keuangan,
darurat kesehatan masyarakat secara global3.
ditambah kondisi kehidupan yang padat dan
Indonesia mengumumkan kasus pertama positif
terbatas10. Efek jangka panjang dari kemiskinan dan
Covid-19 pada 2 Maret 20204, sementara
pengangguran akibat periode pandemi yang
pembatasan sosial berskala besar pertama di DKI
berkepanjangan juga cukup besar11. Di Indonesia,
Jakarta diberlakukan oleh pemerintah pada 10 April.
keengganan untuk melaporkan kejadian kekerasan
Dengan deklarasi tersebut di atas ditetapkan aturan
sangat terlihat, dan banyaknya kasus yang
tertentu yang mempengaruhi kehidupan dan
dilaporkan tidak mencerminkan kejadian yang
aktivitas sehari-hari secara umum. Himbauan untuk
sebenarnya terjadi. Hal ini dapat disebabkan oleh
social/physical distancing dan karantina
norma-norma masyarakat (“menyelesaikan masalah
menyebabkan menurunnya interaksi antar
secara pribadi dan kekeluargaan”) atau karena
masyarakat dalam komunitas. Global Initiative
mandat karantina mempersulit proses dan
Against Transnational Organized Crime menyatakan
pelaporan insiden dengan cara yang efektif dan
bahwa meskipun sulit untuk menentukan dampak
efisien.
pandemi dalam jangka panjang, namun ada
Dari sudut pandang tenaga medis, yang paling
beberapa hal yang nampak jelas, yaitu terjadi
rentan terhadap pajanan Covid-19, lonjakan kasus
penurunan berbagai kegiatan kejahatan terorganisir,
menyebabkan pemakaian alat pelindung diri menjadi
meskipun hal tersebut juga menimbulkan peluang di
suatu keharusan ketika memeriksa pasien yang tidak
daerah lain6. Penelitian yang menunjukkan
menunjukkan gejala terkait Covid-19 dan juga
penurunan aktivitas kriminal dilakukan oleh Shayegh
membuat perlunya beberapa inovasi dalam prosedur
dan Malpede, di mana terjadi perubahan signifikan
sehari-hari, bahkan membuat prosedur baru untuk
di kota San Fransisco (43%) dan Oakland (50%),
mengakomodasi perlunya perlindungan baik bagi
setelah pemerintah daerah memberlakukan aturan
pasien maupun petugas medis yang terlibat.
jarak sosial, dimulai 16 Maret 20207. Di Australia,
Makalah ini bertujuan untuk mendeskripsikan
hasil penelitian Payne dan Morgan menunjukkan
demografi kasus forensik klinik yang diperiksa
bahwa tindak pidana pada Maret 2020 tidak
selama beberapa bulan pertama pandemi, jenis
menunjukkan perubahan yang signifikan, meskipun
kasus dan apakah ada hubungan antara tindakan dan
mereka juga mengakui bahwa data tersebut
pandemi. Kami juga menjelaskan perubahan
diperoleh dari beberapa minggu pertama dimulainya
prosedural untuk mengakomodasi kesehatan dan
penelitian8.
keselamatan baik untuk pemeriksa maupun
Di Jadetabek, statistik kriminal meningkat 10%
korban/pasien.
dari Maret hingga April 2020, di mana angka

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN
264

Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020


The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020
Kategori Cakupan

1. Assault Kekerasan fisik berupa Data yang dikumpulkan terdiri dari

aniaya atau karakteristik pasien atau korban yang dikonsulkan ke

pengeroyokan, termasuk dokter spesialis forensik pada bulan Maret sampai

kekerasan fisik terhadap September 2020. Karakterisitik meliputi usia, jenis

anak dan perempuan. kelamin, jenis kasus, adanya surat permintaan visum

2. Sexual abuse/assault Kekerasan seksual berupa serta apakah adanya hubungan kasus dengan

pencabulan dan penetapan protokol serta Pembatasan Sosial

persetubuhan, termasuk Berskala Besar berkaitan Covid-19 yang dinilai pada

konsultasi dari disiplin lain kasus-kasus yang dilakukan pemeriksaan sejak

mengenai kecurigaan mulainya peraturan tersebut berlaku (tanggal 10

terkait adanya kekerasan April 2020 di Provinsi DKI Jakarta). Formulir

seksual. pencatatan dibuat dalam bentuk Google Sheet.


Karena laporan ini dibatasi untuk kasus forensik
3. Kecelakaan lalu lintas Kecelakaan yang berkaitan
klinik maka kasus-kasus konsultasi pasien dead-on-
dengan lalu lintas dan
arrival dilakukan eksklusi.
kendaraan bermotor, baik
Selain dari RSUP Persahabatan, laporan ini
yang melibatkan
juga mencantumkan data-data dari dua rumah sakit
pengemudi, penumpang
lain (RSUP Fatmawati dan RSUD Tarakan) untuk
ataupun pejalan kaki
memberikan gambaran yang lebih luas tentang efek
4. Occupational/work- Kecelakaan yang berkaitan
pandemi di berbagai daerah di DKI Jakarta.
related injury dengan pekerjaan korban,
lingkungan pekerjaan
HASIL
korban atau kegiatan
1. RSUP Persahabatan
korban sehari-hari yang
Jumlah kasus di RSUP Persahabatan selama
tidak melibatkan lalu lintas
pandemi secara keseluruhan sejumlah 190 kasus
atau kendaraan bermotor
(Secara total sejumlah 198 kasus dengan 8 kasus
5. Others Kasus-kasus lain yang
merupakan konsultasi pasien dead-on-arrival,
meliputi:
dilakukan eksklusi). Jumlah mengalami penurunan
1. Percobaan bunuh diri,
sebesar 78 % dari jumlah kasus keseluruhan 6 bulan
termasuk menyakiti diri
sebelumnya yaitu 915 kasus).
sendiri dengan sengaja
Pada saat anamnesis, kami menanyakan korban
2. Konsumsi/intoksikasi
mengenai latar belakang penyebab kekerasan. Dari
serta kecurigaan
seluruh kasus forensik klinik dalam rentang waktu
konsumsi/intoksikasi
yang ditentukan, hanya dua kasus menyebutkan
NAPZA
mandat pemerintah sebagai latar belakang
3. Kecelakaan lainnya
kekerasan:

METODE

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN
265

Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020


The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

1. Seorang anggota Satpol PP yang berusaha


yang dilakukan pemeriksaan forensik klinik kembali
menghentikan mobil yang dikemudikan orang yang
dilakukan pemeriksaan suhu dengan menggunakan
tidak menggunakan masker, yang secara sengaja lalu
thermogun.
menyerempet anggota Satpol PP tersebut.
Dokter spesialis forensik yang melayani juga
2. Seorang Ibu Rumah Tangga golongan lansia yang
dijadwalkan untuk dilakukan pemeriksaan swab
terkena lemparan benda tumpul saat pertikaian
secara rutin.
antara pelaku dengan keluarga korban. Konflik
5. Personal Protective Equipment (Protect the
disebabkan korban sebelumnya menegur pelaku
worker with Personal Protective Equipment)
karena tidak memakai masker.
Pada kasus forensik klinik, alat pelindung diri yang
Upaya untuk pengendalian risiko dalam pelayanan
digunakan adalah level 2, sesuai rekomendasi dari
forensik dilakukan dengan prinsip hirarki
Komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah
pengendalian, termasuk di dalamnya:
Sakit RSUP Persahabatan. Untuk visite di bangsal
1. Elimination (physically removing the hazard)
bagi korban yang dirawat inap, yang berstatus
Dekontaminasi ruang pemeriksaan dilakukan secara
suspek/probable/terkonfirmasi Covid-19, digunakan
rutin dengan cairan disinfektan tiap kali selesai
alat pelindung diri level 3.
dilakukan pemeriksaan korban.
Tabel 1. Jenis Kasus Maret-September 2020 – RSUP
2. Substitution
Persahabatan
Pada pemeriksaan korban, dalam mengukur tanda
Jenis Kasus dalam Periode Jumlah
kekerasan menggunakan penggaris kertas yang
Assault 109
bersifat sekali pakai serta dilakukan pengusulan
untuk alih media untuk pencatatan dan pengarsipan KLL 69

kasus. Occupational / Workplace Injury 6

3. Engingeering Controls (isolate people from the Sexual Abuse/assault 2

hazard) Lain-lain

Meja pemeriksaan diletakkan pada posisi yang 1. Intentional Self Harm 2

memiliki aliran udara yang terbuka dan dilapisi • Suspicion of Drug Abuse 1

barrier yang terbuat dari akrilik transparan. • Suspicion of intoxication 1

4. Administrative Controls (change the way people Total 190


work)
Secara internal, dilakukan dengan pembuatan 2. RSUP Fatmawati
panduan praktek klinis pelayanan forensik untuk era Jumlah kasus di RSUP Fatmawati selama pandemi
pandemi Covid-19. Secara eksternal, koordinasi secara keseluruhan sejumlah 130 kasus (mengalami
dengan pihak Polisi dilakukan untuk menghindari peningkatan dari jumlah kasus keseluruhan 6 bulan
adanya kebutuhan tindakan medis darurat yang sebelumnya yaitu 125 kasus).
perlu dilakukan di Instalasi Gawat Darurat. Sebelum Dari 129 kasus selama periode Maret sampai
diarahkan ke Rumah Sakit, para korban telah September 2020 didapatkan 44,9% merupakan kasus
dilakukan skrining suhu di kantor polisi saat kekerasan fisik berupa aniaya atau keroyok, 44,9%
melakukan pelaporan/pengaduan. Setiap korban merupakan kasus Kecelakaan Lalu Lintas dan 10%

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN
266

Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020


The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

merupakan kasus kejahatan asusila, meliputi


mengakomodir keperluan untuk perawatan pasien
pencabulan dan persetubuhan di bawah umur.
Covid-19, dengan ruang trauma/kamar sayat
Tabel 2. Jenis Kasus Maret-September 2020 – RSUP
dialihkan fungsi sebagai ruangan
Fatmawati
konsultasi/informasi dan edukasi dan ruang
Jenis Kasus dalam Periode Jumlah
pemeriksaan kekerasan terhadap perempuan/anak
Assault 57
beralih fungsi menjadi ruang rawat kebidanan dan
KLL 58
kandungan.
Sexual Abuse/Assault 14
2. Jumlah kasus terbanyak yang dikonsulkan ke
Total 129
dokter spesialis forensik dan medikolegal sebelum

3. RSUD Tarakan pandemi berjenis kecelakaan, baik kecelakaan lalu

Dari 71 Kasus selama periode Maret sampai lintas maupun kecelakaan berkaitan dengan kerja.

September 2020, didapatkan 23 kasus merupakan Adanya peraturan pembatasan sosial mengakibatkan

jenis kasus kekerasan fisik, termasuk didalamnya turunnya arus lalu lintas dan perubahan dalam

pengeroyokan, penganiayaan, dan kekerasan fisik peraturan pekerjaan, dengan demikian jumlah kasus

terhadap perempuan dan anak, 1 kasus kecelakaan kecelakaan secara keseluruhan menurun.

lalu lintas dan 1 kasus kecelakaan kerja, sedangkan Penurunan ini belum tentu mencerminkan

46 kasus merupakan kasus kekerasan seksual. Hal ini realita menurunnya kasus yang membutuhkan

justru mencerminkan adanya peningkatan jumlah expertise forensik di daerah tersebut. Untuk

kasus bila dibandingkan dengan periode enam bulan penelitian lebih lanjut dapat diusulkan untuk

sebelum mulainya pandemi (September 2019 - dilakukan pengambilan data dari rumah sakit lain di

Februari 2020 sejumlah 51 kasus). kawasan yang sama yang melayani permintaan

Tabel 3. Jenis Kasus Maret-September 2020 – RSUD Visum et Repertum.

Tarakan Jakarta Pada dua rumah sakit lain yang

Jenis Kasus dalam Periode Jumlah menyumbangkan data, tidak didapatkan perubahan

Assault 23 jumlah kasus yang signifikan bila dibandingkan

KLL 1 dengan enam bulan sebelum terjadinya pandemi.

Occupational/Workplace Injury 1 Hal ini dapat berkaitan dengan status rumah sakit
sebagai rujukan pasien Covid-19.
Sexual Abuse/Assault 46
Total 71
Koordinasi dengan pihak kepolisian
Keterbatasan pelayanan medis di RSUP
DISKUSI
Persahabatan untuk korban yang membutuhkan
Di RSUP Persahabatan, jumlah kasus yang dilayani
tindakan gawat darurat atau yang membutuhkan
mengalami penurunan yang signifikan. Hal ini dapat
pemeriksaan penunjang untuk menentukan derajat
disebabkan beberapa hal:
luka membuat perlunya ada koordinasi yang baik
1. RSUP Persahabatan ditetapkan sebagai Rumah
dengan pihak kepolisian. Adanya koordinasi akan
Sakit rujukan untuk pasien Covid-19 sejak 10 Maret
memberikan gambaran mengenai kondisi umum
2020. Instalasi Gawat Darurat direnovasi untuk

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN
267

Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020


The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020
korban sehingga apabila dinilai membutuhkan
tindakan gawat darurat seperti penjahitan luka maka Gambar 1. Form yang digunakan dalam pendataan
korban akan diarahkan ke fasilitas kesehatan yang
masih membuka pelayanan trauma non-Covid.

Jenis kelamin
Perbandingan korban berjenis kelamin laki-laki dan
perempuan di RSUP Persahabatan selama rentang
waktu yang ditentukan lebih banyak berjenis Gambar 2. Penggunaan Alat Pelindung Diri dalam
Pelayanan Kasus Forensik
kelamin laki-laki (67%). Hal ini tidak menunjukkan
keselarasan bila dibandingkan dengan keterangan
dari P2TP2A (yang menunjukkan bahwa kekerasan
terhadap perempuan dan kekerasan dalam rumah
tangga meningkat selama pandemi). Hal ini dapat
disebabkan keengganan pihak korban untuk
DAFTAR PUSTAKA
melaporkan ke pihak yang berwajib setelah 1. Bryner J. 1st known case of coronavirus traced
back to November in China [Internet]. LiveScience.
mengalami tindakan kekerasan. Purch; 2020 [cited 2020Nov8]. Available from:
https://www.livescience.com/first-case-
coronavirus-found.html
2. Kim S. As coronavirus deaths pass 1 million, these
Usia are the countries worst affected [Internet].
Newsweek. Newsweek; 2020 [cited 2020Nov8].
Usia korban yang diperiksa di RSUP Persahabatan Available from:
https://www.newsweek.com/coronavirus-global-
selama rentang waktu yang ditentukan sebagian
death-toll-one-million-covid-19-pandemic-
besar berada dalam usia produktif (15 tahun-64 1533340
3. COVID-19 Public Health Emergency of
tahun, 94%), dengan 5 orang korban berada di International Concern (PHEIC) Global research
and innovation forum [Internet]. World Health
rentang usia 0-14 tahun dan 1 korban di atas 65 Organization. World Health Organization; [cited
2020Nov8]. Available from:
tahun. https://www.who.int/publications/m/item/covid
-19-public-health-emergency-of-international-
concern-(pheic)-global-research-and-innovation-
forum
SIMPULAN 4. The Jakarta Post. BREAKING: Jokowi announces
Indonesia's first two confirmed COVID-19
Pandemi Covid-19 menunjukkan adanya penurunan cases [Internet]. The Jakarta Post. [cited
2020Nov8]. Available from:
jumlah kasus forensik khususnya pada rumah sakit https://www.thejakartapost.com/news/2020/03
/02/breaking-jokowi-announces-indonesias-first-
yang ditetapkan menjadi rujukan utama. Penurunan two-confirmed-covid-19-cases.html
5. Hardiyanto S. PSBB Jakarta Mulai Berlaku, Apa
jumlah kasus ini perlu diteliti lebih lanjut sebab Saja Bantuan yang Didapatkan Warga? [Internet].
KOMPAS.com. Kompas.com; 2020 [cited
dasarnya. Seiring dengan berlangsungnya pandemi 2020Nov8]. Available from:
https://www.kompas.com/tren/read/2020/04/1
maka diperlukan inovasi dalam pelayanan forensik 0/090200265/psbb-jakarta-mulai-berlaku-apa-
saja-bantuan-yang-didapatkan-warga-
dengan tujuan untuk melindungi tenaga medis dan 6. COVID-19: How has the pandemic affected
organized crime? [Internet]. Global Initiative. 2020
menjaga standar pemeriksaan. [cited 2020Nov8]. Available from:
https://globalinitiative.net/analysis/crime-
contagion-impact-covid-crime/
7. Shayegh, S., & Malpede, M. (2020, April 03).
Staying Home Saves Lives, Really! Retrieved
November 30, 2020, from
https://papers.ssrn.com/sol3/papers.cfm?abstrac
t_id=3567394

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN
268

Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020


The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

8. Usher K, Bhullar N, Durkin J, Gyamfi N, Jackson D.


Family violence and COVID‐19: Increased
vulnerability and reduced options for support
[Internet]. Wiley Online Library. John Wiley &
Sons, Ltd; 2020 [cited 2020Nov8]. Available from:
https://onlinelibrary.wiley.com/doi/full/10.1111
/inm.12735
9. Bimantara JG. Dalam Sebulan, Kriminalitas Naik 10
Persen di Jadetabek [Internet]. Kompas.id. 2020
[cited 2020Nov8]. Available from:
https://kompas.id/baca/metro/2020/04/27/dala
m-sebulan-kriminalitas-naik-10-persen-di-
jadetabek/
10. Yulika NC. KDRT Meningkat Saat Pandemi COVID-
19, Akibat Faktor Ekonomi? [Internet].
liputan6.com. Liputan6; 2020 [cited 2020Nov8].
Available from:
https://www.liputan6.com/news/read/4275984/
kdrt-meningkat-saat-pandemi-covid-19-akibat-
faktor-ekonomi
11. Fajar T. Angka Pengangguran dan Kemiskinan RI
Meningkat Imbas Covid-19, Berikut Faktanya :
Okezone Economy [Internet].
https://economy.okezone.com/. 2020 [cited
2020Nov8]. Available from:
https://economy.okezone.com/read/2020/04/17
/320/2200550/angka-pengangguran-dan-
kemiskinan-ri-meningkat-imbas-covid-19-berikut-
faktanya

Copyright @ 2020 Authors. This is an open access article


distributed under the terms of the Creative Commons
Attribution-NonCommercial 4.0 International License
(http://creativecommons.org/licenses/by-nc/4.0/), which
permits unrestricted non-commercial use, distribution,
and reproduction in any medium, provided the original
author and source are properly cited.

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN
269

Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020


The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

Artikel Penelitian

Karakteristik Luka pada Kasus Kekerasan pada Anak dan Peranan


Pelayanan Kesehatan dalam Penanganan Kasus Kekerasan pada Anak
di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung Periode 2016 – 2020

Characteristics of Wounds in Children Violence Case and The Role of


Health Services in Handling Case of Violence in Children in Dr. Hasan
Sadikin Bandung Period 2016 – 2020

Mia Yulia Fitrianti1, Berlian Isnia Fitrasanti1


1 Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal, Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran/RSUP Hasan Sadikin
Bandung

ABSTRAK
Pendahuluan. Kekerasan pada anak sering terjadi dan tanpa intervensi yang tepat, dapat mengakibatkan
kematian. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pola karakteristik cedera kekerasan terhadap anak (KtA) dan
peran pelayanan kesehatan di RSUP Dr. Hasan Sadikin dalam memberikan informasi tentang dugaan kekerasan
pada anak yang ditemukan selama pemeriksaan. KtA kekerasan seksual sudah lapor polisi pada saat ke rumah sakit
sehingga tidak terdapat dilema etik bagi dokter. Dokter sudah memahami apa yang menjadi tanggung jawab
pelayanan termasuk pembuatan Visum et Repertum. Dilema terjadi bila dugaan kekerasan ditemukan dari hasil
pemeriksaan dengan curiga pelaku orang terdekat. Apa yang harus dilakukan oleh dokter setelah
kegawatdaruratan teratasi. Apakah dokter melaporkan ke UPTD PPA/KPAI, polisi atau keduanya dan bagaimana
perlindungan terhadap korban anak KtA.
Metode. Penelitian deskriptif retrospektif dengan menggunakan sumber data sekunder berupa data medik KtA
RSUD Dr. Hasan Sadikin Bandung periode 2016 - 2020. Kriteria inklusi: data medik kasus KtA dengan korban
berumur kurang dari 18 tahun. Kriteria eksklusi: rekam medis yang tidak lengkap.
Hasil. didapatkan jumlah kasus 57 dugaan korban KtA, 54 kasus kekerasan seksual, dan 3 kasus kekerasan fisik.
Kekerasan seksual terbanyak pada tahun 2016 (37%), berjenis kelamin perempuan, dengan usia rentan 15-18
tahun, cedera kelamin (87%), kehamilan (6%), dan ditemukan sperma (11%) dari total kasus. Kasus kekerasan fisik
terbanyak pada tahun 2019 (2 kasus), berjenis kelamin laki-laki, rentan usia 5-9 tahun, dengan ciri luka sesuai
dengan dugaan KtA, hasil akhir 1 meninggal dunia di RSHS, 2 meninggal dirumah setelah perawatan di rumah.
Kesimpulan. Karakteristik KtA terbanyak adalah kekerasan seksual (95%) dan kekerasan fisik (5%), dan kekerasan
fisik merupakan kasus yang ditemukan oleh dokter sebagai pemberi layanan. Peran penyedia layanan dan tenaga
kesehatan saat menemukan dugaan kekerasan, selain menangani situasi darurat, juga harus memastikan
kepentingan terbaik bagi anak yang diduga mengalami kekerasan fisik dengan berkoordinasi dengan KPAI / UPTD
PPA.

Kata kunci: kekerasan pada anak, peranan dokter, UPTD PPA

ABSTRACT
Introduction. Violence against children often occurs and without proper intervention it can lead to death. This
study was conducted to determine the pattern of characteristics of violent injury to children and the role of health
services in Dr. Hasan Sadikin Hospital in providing information about the alleged child abuse that was found during
the examination. Violence against sexual children has been reported to the police prior to going to the hospital so
that there is no ethical dilemma for the doctor. The doctor already understands what the doctor is responsible for,
including the reporting of Visum et Repertum. The dilemma arises when allegations of child abuse are found during
an examination with the suspicion of a parent, what should be done by a doctor after the emergency is resolved,
report to the UPTD PPA / KPAI, the police, or both, and how to protect victims of child abuse.

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN
270

Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020


The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

Research method. A retrospective descriptive study using secondary data sources in the form of medical data on
child abuse in RSUD Dr. Hasan Sadikin Bandung for the period 2016 - 2020. Inclusion criteria: medical data for cases
of child abuse aged less than 18 years. Exclusion criteria: incomplete medical record.
Results. There were 57 cases of violence against children, 54 cases of sexual violence, and 3 cases of physical
violence. Most sexual violence in 2016 (37%), female gender, vulnerable age 15-18 years, characteristics of genital
injuries (87%), pregnancy (6%), and sperm (11%) of the total cases of sexual violence. Most cases of physical
violence in 2019 (2 cases), male gender, vulnerable aged 5-9 years, characteristics of injuries in accordance with
allegations of violence against children, victim 1 died at RSHS, 2 died at home after treatment at home.
Conclusion. Most of the characteristics of are sexual violence (95%) and physical violence (5%), Physical violence
cases, are cases found by doctors as service providers. The role of service providers and health workers when
finding allegations of violence, in addition to handling emergency situations, must also ensure the best interests of
children suspected of experiencing physical violence in coordination with KPAI / UPTD PPA.

Keywords: violence in children, the role of doctors, UPTD PPA

Korespondensi : Berlian Isnia Fitrasanti,email: isnia.fitrasanti@unpad.ac.id

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN
271

Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020


The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

PENDAHULUAN
darurat dan sampai september 2020 tercatat 65
Tindakan kekerasan terhadap perempuan dan anak
kasus. Data Simfoni-PPA dari Januari hingga 17 Juni
pada dasarnya bukan suatu bentuk perbuatan
2020, terdapat 3.928 kasus KtA, dari data tersebut
kejahatan yang baru dan selalu ada kasus yang
55% kasus adalah kekerasan seksual. Data tersebut
terjadi. Tanpa intervensi yang tepat, kejadian
merupakan data yang dilaporkan karena fakta jauh
penganiayaan anak dapat mengakibatkan kematian.
lebih banyak dari yang diketahui. Upaya
Hal ini menjadi keprihatian dokter pediatrik, begitu
perlindungan terhadap anak dapat tercapai dengan
pula dengan dokter spesialis forensik yang akan
baik apabila antar sektor saling bekerja sama seperti
selalu terlibat dalam penangan kasus Kekerasan
yang tertuang dalam Undang-Undang 35 tahun 2014
terhadap Anak (KtA).1,2,3 KtA merupakan masalah
tentang perlindungan anak. 6,7
global yang berhubungan dengan hak asasi manusia,
Adanya temuan dugaan kekerasan pada anak
menimbulkan dampak negatif bagi kesehatan dan
yang ditemukan oleh dokter pediatrik di RSUP Dr.
masa depan anak. Pemerintah Indonesia telah
Hasan Sadikin (RSHS) secara tidak langsung pada
meratifikasi Konvensi Hak Anak (KHA) Perserikatan
saat pemeriksaan fisik di Instalasi Gawat Darurat,
Bangsa-bangsa (PBB) melalui Keputusan Presiden
timbul pertanyaan dokter ke mana harus
No. 36 tahun 1990, selanjutnya diperkuat dengan
melaporkan dan bagaimana mekanisme
pengesahan Undang-undang No. 23 tahun 2002
perlindungan terhadap korban. Bila dokter salah
tentang Perlindungan Anak dan telah mengalami
mengutarakan langsung, orang tua atau wali akan
perubahan menjadi Undang-undang Nomor 35
merasa terancam dan membawa korban tanpa
Tahun 2014. Atas dasar tersebut, negara memiliki
penanganan kegawataruratannya, dan bila tidak ada
kewajiban melakukan perlindungan bagi anak karena
penolakan oleh orang tua atau wali, siapa yang akan
mereka merupakan kelompok yang rentan
menjamin penanganan anak tersebut.
mengalami kekerasan ataupun eksploitasi.4,5
Hal ini yang menjadi dilema dokter dalam
Menurut undang-undang perlindungan anak
menangani kasus KtA yang belum terlapor. Pada
(UUPA) pasal 1 anak adalah seseorang yang belum
kasus kekerasan seksual tidak terdapat dilema yang
berusia 18 tahun, termasuk anak yang masih dalam
dirasakan oleh dokter, karena kasus tersebut sudah
kandungan. Perlindungan Anak adalah segala
dilaporkan polisi. Pada kasus yang diduga adanya KtA
kegiatan untuk menjamin dan melindungi Anak dan
fisik bagaimana sikap dokter dalam menangani kasus
hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang,
tersebut, bagaimana perlindungan hukum pada
dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan
korban KtA dan perlindungan dokter yang
harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat
melaporkan. Di Indonesia sudah dibuat Undang –
perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Hak
Undang yang mengatur hal tersebut, yaitu
Anak adalah bagian dari hak asasi manusia yang
PERMENKES 68 tahun 2013 pada pasal 2, walaupun
wajib dijamin, dilindungi, dan dipenuhi oleh orang
terdapat penolakan oleh orang tua atau wali
tua, keluarga, masyarakat, negara, pemerintah, dan
pemberi layanan wajib memberikan informasi. Hal
pemerintah daerah.4
ini yang belum tersosialisasikan kepada dokter
Data KPAI tahun 2011 sampai 2020 terdapat total
pemberi layanan. Tujuan penelitian ini adalah untuk
kasus 1929 kasus sosial dan anak dalam situasi

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN
272

Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020


The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

mengetahui karakteristik kasus KtA dan peranan


pemberi layanan dalam penanganan kasus
kekerasan pada anak sesuai dengan PERMENKES 68
jumlah kasus Kekerasan
tahun 2013 di RSHS.
terhadap Anak
10
METODE 5 2016
0

10-14…

15-18…

10-14…

15-18…
2017
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif

0-4 thn

5-9 thn

0-4 thn

5-9 thn
2018
retrospektif dengan menggunakan sumber data
2019
sekunder kekerasan pada anak di RSUP dr Hasan Perempuan Laki-Laki

Sadikin Bandung periode 2016 – 2020. Kriteria inklusi Grafik 1. Jumlah kasus kekerasan terhadap anak
penelitian ini adalah data medis kasus kekerasan Grafik 2 menjelaskan kasus terbanyak terjadi pada
dengan usia kurang dari 18 tahun. Kriteria ekslusi: tahun 2016 dengan karakteristik luka lecet pada alat
kasus kekerasan dengan usia kurang dari 18 tahun kelamin sebanyak 87%, ditemukan sperma pada saat
dengan pengisian rekam medis tidak lengkap. pemeriksaan 11% dan kehamilan 6%.
Variabel penelitian dependen kekerasan pada anak
Karakteristik kasus kekerasan
dan peranan pelayanan kesehatan, variabel
2019 seksual
Perempuan Laki-Laki

Sum of rasa nyeri


independen terdiri dari jenis kelamin, usia korban, 2017
atau perdarahan
pada vagina
pelaku dikenal atau tidak, jenis perlukaan, 2020
pendampingan atau pelaporan kepada UPTD/PPA, 2018 Sum of
ditemukannya
pendampingan psikologi/ dokter jiwa. Data yang 2016 sperma

tercatat diolah secara univariat dan bivariat dengan 0 5 10 15 20


8,9,10
menggunakan perangkat lunak excel.
Grafik 2. Karakteristik kasus kekerasan seksual

HASIL Pada grafik ke 3 dapat disimpulkan semua kasus

Peneliti membagi usia berdasarkan Undang- kekerasan anak terbanyak jenis kelamin laki- laki,

Undang Nomor 23 tahun 2002 tentang perlindungan jumlah kasus terbanyak 2019 (67%), karakteristik

anak dan pembagian umur berdasarkan KEMENKES luka sesuai dengan kekerasan terhadap anak dengan

2013 0-4 tahun, 5-9 tahun, 10-14 tahun, 15-19 usia luka bervariasi yang menunjukan luka

tahun. Hasil penelitian menunjukkan jumlah kasus didapatkan berulang.

57 korban yang diduga kekerasan anak, 54 kasus


Karakteristik Kekerasan fisik
kekerasan seksual dan 3 kasus kekerasan fisik (hasil
Anak
penelitian tertera pada grafik 1,2,3 terlampir). Pada
Peremp…
2
Laki-… Peremp…
Sum of memar
grafik 1 diketahui kasus terbanyak berjenis kelamin
1
Laki-… Peremp… Sum of luka lecet
perempuan pada tahun 2016 (37%) dengan rentang 0
Laki-… Peremp…
usia 15 – 18 tahun (32%), sedangkan pada kekerasan Sum of luka
Laki-… Peremp… bakar
fisik semua kasus berusia 5-9 tahun (100%).

Grafik 3. Karakteristik kekerasan fisik anak

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN
273

Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020


The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

Pada semua kasus KtA fisik didampingi oleh UPTD


mengkambinghitamkan, mengancam, menakut–
PPA, sedangkan KtA seksual tidak mendapatkan
nakuti, mendiskriminasi, mengejek, menertawakan
pendampingan UPTD PPA, walau ditemukan adanya
anak, penolakan atau perlakuan kasar lainnya.
gangguan psikologis yang bersifat sementara pada
Kekerasan seksual adalah perlibatan anak dalam
kasus KtA seksual dan korban bisa melanjutkan
kegiatan seksual, yang ia sendiri tidak sepenuhnya
aktivitas seperti sediakala setelah dilakukan
memahami atau tidak mampu memberi persetujuan,
konsultasi.
yang ditandai dengan adanya aktivitas seksual antara
anak dengan orang dewasa atau anak lain dengan
DISKUSI
tujuan untuk memberikan kepuasan bagi orang
Menurut Undang-Undang Nomor 35 tahun 2014
tersebut. Pada korban kekerasan seksual dapat
kekerasan terhadap anak adalah setiap perbuatan
diduga dengan ditemukannya riwayat dan/atau
terhadap anak yang berakibat timbulnya
tanda penetrasi, persetubuhan, pengakuan adanya
kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, psikis,
pelecehan seksual atau bentuk kekerasan seksual
seksual dan/atau penelantaran, termasuk ancaman
lainnya.12
untuk melakukan perbuatan, pemaksaan atau
Penelantaran anak adalah kegagalan dalam
perampasan kemerdekaan dengan cara melawan
menyediakan segala sesuatu yang dibutuhkan untuk
hukum.4,2,11 Termasuk di dalamnya adalah perbuatan
tumbuh kembang anak yang bukan disebabkan oleh
yang mengakibatkan atau dapat mengakibatkan
karena keterbatasan sumber daya. Adanya
cedera/kerugian nyata terhadap kesehatan anak,
penelantaran pada anak dapat diduga dengan
kelangsungan hidup anak, tumbuh kembang anak
ditemukannya riwayat dan/atau tanda
atau martabat anak12,13
penelantaran.12
Terdapat empat jenis kekerasan terhadap anak
Karakteristik perlukaan kekerasan pada anak, adalah
meliputi kekerasan fisik: merupakan kekerasan yang
sebagai berikut:2
mengakibatkan cedera fisik nyata atau potensial
a. Memar pada kulit yaitu terdapat lokasi predileksi
terhadap anak sebagai akibat dari interaksi atau
memar yang dapat membantu menguatkan
tidak adanya interaksi yang layaknya ada dalam
diagnosis kekerasan seperti pada anggota gerak
kendali orang tua atau orang dalam hubungan posisi
terutama pergelangan tangan, lengan, paha, dan
tanggung jawab, kepercayaan atau kekuasaan. Luka
pada bayi pergelangan kaki, bokong, wajah
atau cedera yang ditemukan pada anak bukan
terutama pipi dan mulut akibat tamparan, dahi
merupakan ciri-ciri, letak dan sifat akibat kecelakaan
dan telinga, memar pada dada, perut dan leher
sehingga dokter dapat mencurigai adanya dugaan
yang sering akibat tekanan jari. Memar pada
kekerasan terhadap anak.12
perut sering berhubungan dengan cedera organ
Kekerasan psikis merupakan perbuatan terhadap
dalam. Usia memar beragam yang
anak yang dapat mengakibatkan atau sangat
mengindikasikan rangkaian kejadian cedera
mungkin akan mengakibatkan gangguan kesehatan,
waktu bervariasi.
perkembangan fisik, mental, spiritual, moral dan
b. Pada korban bayi sering ditemukan fraktur
sosial. Kekerasan fisik dapat berupa pembatasan
multipel dengan lebam pada kepala dan leher,
gerak, sikap meremehkan, mencemarkan,

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN
274

Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020


The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

fraktur tempurung kepala. Karena tempurung


Kasus kekerasan fisik sulit sekali diungkap karena
kepala anak lebih tipis dibanding dewasa dengan
ketidakjujuran pengantar baik dia sebagai pelaku
berat otak lebih besar, dengan gaya lebih kecil
atau terdapat ketakutan bila dilaporkan, dia akan
dapat menyebabkan patahan. Patah tulang
mendapat perlakuan buruk. Dari hasil penelitian,
anggota gerak dengan penyembuhan yang
satu kasus kekerasan fisik anak dibawa ke rumah
berbeda-beda14
sakit setelah mendapat aduan masyarakat kepada
c. Guncangan yang kuat dapat memecahkan
LSM yang berkolaborasi dengan UPTD PPA. Namun
pembuluh darah di subdural. Pada bayi, kepala
keadaan pasien sudah dalam keadaan lemah,
relatif besar dan berat dan otot leher belum
sehingga pada saat ditangani kegawatdaruratan
berkembang dan seringkali hipotonik. Oleh
pasien meninggal di rumah sakit. Kemudian dua
karena itu, goncangan tubuh yang berulang-ulang
kasus ditemukan oleh dokter pada saat pemeriksaan
sering kali dengan cara menggenggam bawah
di IGD. Adanya ketidak jujuran orang tua
ketiak dapat menyebabkan fleksi dan ekstensi
mengharuskan dokter untuk dengan bijak
kepala yang tidak terkendali dengan gerakan
memberitahu secara tersirat dan perlahan untuk
rotasi dari hemisfer serebri yang relatif berat
mendapat kepercayaan korban atau orang tua untuk
terhadap tengkorak2
menceritakan keadaan korban. Terhadap kedua
d. Luka bakar yang beragam sebagai tindakan
kasus tersebut RSUP Dr. Hasan Sadikin mengedukasi
disengaja dan sadis. Paling sering luka bakar
keluarga pasien dan atau pendamping pasien,
akibat sundutan rokok pada kulit yang tidak
memberikan informasi ke UPTD PPA. Selanjutnya
tertutup pakaian seperti leher, lengan dan
UPTD PPA melaporkan kepada pihak berwajib.
kepala. Luka bekas gigitan dapat ditemukan
Peneliti juga mendapatkan informasi keadaan akhir
dimana saja, paling sering ditemukan pada
korban kekerasan anak tersebut 1 kasus meninggal
lengan, punggung tangan, pipi, bahu, bokong dan
di RSUP Dr. Hasan Sadikin dan 2 kasus setelah
perut. Berbagai macam luka, beberapa di
dilakukan perujukan ke rumah sakit di bawah
antaranya sangat janggal dan sadis, terjadi dari
fasilitas RSUP Dr. Hasan Sadikin pasien diizinkan
waktu ke waktu pada anak-anak korban
pulang dan meninggal dalam perawatan di rumah.
kekerasan lainnya.15
Semua pelaku kekerasan fisik pada kasus yang diteliti
Hasil penelitian kasus terbanyak adalah
adalah orang tua atau wali korban. Penelitian lain
kekerasan seksual sebanyak 54 kasus (95%), sesuai
yang dilakukan di Manado tahun 2013, KtA yang
dengan laporan yang diperoleh dari SIMFONI PPA,
ditemukan berupa penganiayaan sebesar 66% dan
pada 1 Januari – 19 Juni 2020 telah terjadi 3.087
kekerasan seksual sebesar 34% dengan pola pelaku
kasus kekerasan terhadap anak, di antaranya 852
sama dengan peneliti yaitu orang yang dikenal
kekerasan fisik, 768 psikis, dan 1.848 kasus
(orangtua/wali). Penelitian tersebut juga mempunyai
kekerasan seksual. Rentang usia terbanyak
pola karakteristik cedera yang sama dengan peneliti
berdasarkan data tersebut adalah 13-17 tahun. Data
yaitu pada kepala disertai memar pada persarafan
tersebut serupa dengan hasil penelitian ini, pada
tulang leher (100%), memar dan lecet pada anggota
kasus kejahatan seksual, yaitu usia 15 -18 tahun
sebagai rentang usia terbanyak.16,

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN
275

Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020


The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

gerak dan patah tulang berulang (67%) pada kasus


mengizinkan polisi untuk melakukan penyelidikan.
kekerasan fisik.17
Semua kasus KtA anak di seluruh negara membuat
Adanya PERMENKES Nomor 68 Tahun 2013
keputusan yang sulit tapi harus. Pertama
pemberi layanan kesehatan memiliki kewajiban
penanganan melaporkan kepada lembaga
untuk memberikan informasi atas adanya dugaan
perlindungan anak sama seperti di Indonesia melalui
kekerasan terhadap anak pasal 1, pasal 2 dan pasal 4
UPTD PPA/KPAI, dilakukan penyelidikan dan
yang mengatur kewajiban tersebut. Bila kita
diputuskan berdasarkan beberapa bukti yang
memiliki informasi adanya dugaan kekerasan anak
18
ditemukan.
memberikan informasi dan keterangan kepada
Terdapat beberapa poin yang umumnya
kepolisian setempat secara lisan maupun tulisan
berkontribusi pada keputusan mereka tentang
bertujuan untuk melindungi anak yang diduga
melaporkan ke perlindungan anak seperti: hubungan
menjadi korban kekerasan dan pemberi layanan
dengan keluarga, melihat keakraban dan riwayat
kesehatan dalam memberikan informasi. Walau
temuan yang menjadi tolak ukur pelaporan, kedua
adanya penolakan dari pihak keluarga kita sebagai
pola cedera, keterlambatan mencari perawatan dan
pemberi layanan kesehatan wajib melaporkan.12
kurangnya penjelasan yang mengenai perlukaan.
Pada pasal 5 PERMENKES 68 tahun 2013
Ketiga sumber daya manusia yang tersedia, dokter
menyatakan pemberi layanan kesehatan dapat
yang melaporkan melakukan diskusi dengan sesama
melakukan rujukan dan menggunakan pendekatan
dokter terhadap dugaan kasus KtA. Pengalaman
multidisiplin yang meliputi pelayanan kesehatan,
masa lalu dokter mengenai keterlibatan
medikolegal, pendampingan psikososial dan bantuan
perlindungan anak memberi pengaruh positif atau
hukum, dan dalam hal yang diduga pelaku berada di
negatif terhadap kasus atau keluarga cenderung
tempat tinggal anak, korban dapat dipindahkan ke
tidak melaporkan.18
rumah aman atau dirawat di fasilitas pelayanan
Dokter sebaiknya pada kasus KtA menjadi
kesehatan dengan pengamanan pihak kepolisian.12,13
keterangan ahli, bukan keterangan saksi bila dia
Pertanyaan yang sering timbul di benak dokter
melakukan pelaporan terhadap dugaan KtA. Dokter
apabila dokter yang melaporkan tindakan pidana
tidak bisa diposisikan sebagai saksi karena pada saat
adalah apakah dokter punya keyakinan adanya
kejadian dia tidak berada di tempat, dan dokter
pidana. Namun bagaimana bila dia tidak
hanya menemukan kasus berdasarkan karakteristik
melaporkannya. Keputusan untuk melaporkan
perlukaan atas tindakan dugaan KtA. Seperti yang
dipersulit oleh budaya pendisiplinan anak yang
tertera pada pasal 8 PERMENKES no 68 2013,
mempersulit keputusan untuk melaporkan, karena
pemberi layanan kesehatan yang memberikan
sulit membedakan kekerasan fisik dengan disiplin
informasi adanya dugaan anak korban KtA
fisik. Memukul anak adalah salah satu perilaku
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7,
pengasuhan yang dapat masuk ke dalam arena abu-
berkedudukan sebagai pemberi informasi bukan
abu tersebut. Bukan tanggung jawab dokter untuk
sebagai saksi pelapor. Dokter sebagai pemberi
menentukan maksud orang tua atau pengasuh
informasi mendapat perlindungan hukum. Informasi
dalam tindakan tersebut. Tanggung jawab mereka
adalah melaporkan kecurigaan mereka dan

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN
276

Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020


The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

yang diterima akan ditindaklanjuti oleh kepolisian


seberapa parah akibat kekerasan tersebut, atau
guna kepentingan penyidikan.12
pada kasus kekerasan seksual dapat pula
Dokter mempunyai kewajiban terutama bila dia
menjelaskan apakah telah terjadi persetubuhan
juga sebagai pegawai negeri sipil berkewajiban
ataukah penetrasi. Bahkan dengan teknik mutakhir
memberikan informasi kepada pihak lain seperti
saat ini (pemeriksaan DNA) secara praktis dapat
UPTD PPA sesuai dengan PERMENKES Nomor 68
menunjuk siapa pelaku kekerasan seksual tersebut.12
tahun 2013 pasal 4 dari pemberi pertolongan
Di Australia tepatnya di Victoria terdapat badan
pertama, konseling, membuatan Visum et Repertum
perlindungan anak di bawah departemen kesehatan
sampai memberikan informasi kepada polisi. Atas
dan layanan kemanusiaan yang berpusat pada anak
dasar tersebut ditambah dengan KUHP pasal 108
yang bertugas untuk melindungi anak-anak dan
dan undang – undang perlindungan anak no 35
remaja dari pelecehan atau penelantaran dalam
tahun 2014 tentang perubahan tas UU no 23 tahun
keluarga. Badan tersebut akan melakukan evaluasi
2002 sehingga kasus dugaan kekerasan pada anak
dan penyelidikan dengan tetap menghormati orang
baik fisik maupun seksual dapat tertangani dengan
tua korban bila diyakini tidak akan membahayakan
baik.12,19
keselamatan anak atau membahayakan
Pertanyaan berikutnya adalah kenapa harus
perlindungan anak dan bila perlu dilakukan
adanya koordinasi atau pelaporan kepada pihak lain.
21
penyelidikan oleh kepolisian. Begitu pula di
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Depok dan
Malaysia memiliki 3 buah Undang-Undang yang
diterbitkan tahun 2020, penelitian tersebut
mengatur mengenai perlindungan anak korban
menjelaskan kurangnya ketersediaan bukti yang
kekerasan yaitu the Juvenile Court Act 1947, Child
menguatkan untuk mendukung kesaksian korban
Protection Act and Women and Girls Protection Act
anak. Jaksa penuntut sering kali memutuskan tidak
1973, dan Konversi Hak Anak 1991 yang isinya sama
melakukan penuntutan karena kualitas pembuktian
dengan yang berlaku di Indonesia Undang- Undang
yang rendah.20
no 35 tahun 2014, permasalahan yang sama timbul
Berdasarkan KUHAP pasal 183 penuntutan bisa
yang membuat tiap negara memiliki badan khusus
dilakukan bila kita memiliki dua alat bukti seperti
dan Undang-Undang karena hukum merupakan
ungkapan tersangka, saksi yang menguatkan,
komponen penting dalam penanganan KtA.22
pernyataan pengungkapan dan keterangan terdakwa
Dokter forensik mempunyai kewajiban dan
(misalnya muncul atau ditemukan korban lain
keyakinan atas Visum et Repertum (VeR) yang dibuat
setelah penyelidikan) bisa dilakukan penuntutan
dalam membantu proses peradilan, karena kejelasan
dibanding hanya berdasarkan pernyataan korban
dan kelengkapan serta temuan yang spesfisik dalam
saja. Peranan forensik berhubungan dengan
VeR dapat diinterpretasikan sebagai bukti yang
medikolegal korban adalah dokumentasi seluruh
definitif di pengadilan. Walau bukti medis bukan
hasil temuan pemeriksaan medis pada korban yang
menjadi salah satu komponen dalam pembuktian
kemudian dituangkan dalam sebuah keterangan
adanya KtA yang berhubungan dengan pidana.
yang di Indonesia disebut sebagai Visum et
Pemeriksaan Tempat Kejadian Perkara (TKP),
Repertum (VeR). Keterangan tersebut memberikan
kesaksian, dan pemeriksaan barang bukti lain
bukti bahwa benar telah terjadi kekerasan dan

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN
277

Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020


The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

memiliki nilai yang sama sebagai alat bukti yang sah


pemberi layanan, dan mengedukasi keluarga untuk
namun banyak kasus yang tidak dilakukan
mengungkap siapa pelaku tindak kekerasan tersebut
penuntutan karena tidak tersedianya bukti yang
serta berkordinasi dengan UPTD PPA/KPAI agar hak
relevan untuk digunakan.12,20
anak korban kekerasan dapat terlindungi. Peran
Seperti penelitian sebelumnya penuntutan terhadap
pemberi pelayanan dan tenaga kesehatan apabila
pelaku kekerasan pada anak secara khusus
menemukan dugaan kekerasan, selain penanganan
menggunakan rujukan undang-undang perlindungan
kegawatdaruratan juga harus memastikan
anak Pasal 76C UU 35/2014 yang berbunyi:
kepentingan yang terbaik untuk anak yang diduga
Setiap Orang dilarang menempatkan, membiarkan,
mengalami kekerasan fisik dengan cara berkordinasi
melakukan, menyuruh melakukan, atau turut serta
dengan KPAI/ UPTD PPA.
melakukan Kekerasan terhadap Anak.
Bila kita menggunakan undang-undang perlindungan
CONFLICT OF INTEREST
anak seperti dijelaskan di atas kasus KtA lebih
Penulis mendeklarasikan bahwa tidak ada konflik
banyak bisa dibuktikan dibandingkan bila
kepentingan dalam penulisan penelitian ini.
menggunakan KUHP dalam penanganan kasus KtA.
Bila ditambah dengan pengakuan tersangka pada
DAFTAR PUSTAKA
saat investigasi berbasis bukti, maka akan diperoleh 1. Taufiq. Pena Justisia : Media Komunikasi dan Kajian
bukti yang objektif dan jujur dari pengakuan Hukum Sanksi Hukum Terhadap Pelaku Tindak Kekerasan
Terhadap Perempuan dan Anak. 2017;17(1):47–55.
tersangka. Pada saat ini praktek investigasi berbasis
2. R et all. Child abuse and neglect by parents and other
bukti belum lazim dan belum diterapkan di
caregivers. In: World Health organization. World Health
Indonesia. Bukti dari pengakuan tersangka dan bukti organization: World Report on Violence and Health; 2002. p.

medikolegal berupa VeR dalam menghukum pelaku, p.57-86.


3. Bernard K. Sauko P. Knight’s Forensic Pathology. Fourth
dapat meningkatkan kepercayaan korban atas
Edition. CRC Press: Boca Raton; 2016.
ketidakadilan yang terjadi, sehingga korban bisa 4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun
beraktivitas seperti sediakala. 4,20 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak.
https://www.kpai.go.id/files/2013/09/uu-nomor-35-
SIMPULAN tahun-2014-tentang-perubahan-uu-pa.pdf; 2014. p. 1–43.
Penanganan kasus kekerasan pada anak tidaklah 5. Rumokoy A, Donald MF. Pengantar Ilmu Hukum. Jakarta:
Raja Grafindo Persada; 2014.
mudah, perlu dilakukan secara komprehensif mulai
6. Reiny D. Kemen PPPA: Dua dari Tiga Anak Pernah Alami
dari tingkat masyarakat, rumah sakit, UPTD PPA
Kekerasan. In Jakarta; 2020. Available from:
bahkan pemerintah. Oleh karena itu pemulihan https://republika.co.id/berita/qdv0c3414/kemen-pppa-

korban kekerasan dapat dibantu agar korban bisa dua-dari-tiga-anak-pernah-alami-kekerasan


7. World Health Organization. Child maltreatment. In.
kembali beraktivitas seperti sediakala dan harkat
Available from: https://www.who.int/news-room/fact-
martabat korban dapat terlindungi. Karakteristik sheets/detail/child-maltreatment

kekerasan terhadap anak di rumah sakit yang diteliti 8. Diana JK, editor. Metodologi Penelitian Biomedis. Edisi 2.
Bandung: PT. Dana Martha Sejahtera Utama; 2008. 61–67
terbanyak kekerasan seksual (95%) dan kekerasan
p.
fisik (5%), dari kekerasan fisik yang dilayani 9. Sopiyudin D. M, DR ME. Langkah-Langkah Membuat
merupakan kasus ditemukan oleh dokter sebagai Proposal Penelitian Bidang Kedokteran dan Kesehatan.

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN
278

Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020


The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

Seri 3 Edisi. Jakarta: Sagung Seto; 2012. 55–79 p. https://doi.org/10.1080/10538712.2020.1801930


10. Sugiyono prof. D. Metode Penelitian Kuantitatif-Kualitatif 21. California Department of Education. Child abuse reporting
dan R&D. Bandung: Penerbit Alfabeta; 2013. 205–277 p. procedures. 2015;1–3. Available from:
11. Kirschner RH. Wilson H. Pathology of fatal child abuse. In: http://www.cde.ca.gov/ls/ss/ap/childabusereporting.asp
Reece RM, Ludwig S, eds. Child abuse: medical diagnosis and 22. Abas Ahmad A. Child Abuse in Malaysia : Legal Measures for
the. Int J Soc Sci Humanitary Study [Internet]. 2012;4(2):1–
management. 2nd ed. Philadelphia: Lippincott Williams &
10. Available from:
Wilkins; 2001. 467–516 p. https://www.unafei.or.jp/publications/pdf/RS_No100/No
100_IP_Malaysia.pdf
12. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
68 Tahun 2013 Tentang Kewajiban Pemberi Layanan
Kesehatan Untuk Memberikan Informasi Atas Adanya Copyright @ 2020 Authors. This is an open access article
Dugaan Kekerasan Terhadap Anak. Vol. 1. 2013. distributed under the terms of the Creative Commons
Attribution-NonCommercial 4.0 International License
13. Tim Penyusun badan Diklat Kejaksaan R.I. Pendidikan dan (http://creativecommons.org/licenses/by-nc/4.0/), which
Pelatihan Pembentukan Jaksa 2019. Modul Kedokteran permits unrestricted non-commercial use, distribution, and
reproduction in any medium, provided the original author and
Forensik. Jakarta: Badan Pendidikan dan Pelatihan source are properly cited.
Kejaksaan Republik Indonesia; 2019. 1–61 P.
14. Hughes-Roberts Y et all. Post-mortem skeletal surveys in
suspected non-accidental injury. Clinical Radiology.
2012;868–76.
15. Ocviyanti D, Budiningsih Y, Khusen D, Dorothea M. Peran
Dokter dalam Menangani Pelecehan Seksual pada Anak di
Indonesia. 2014;
16. Angka Kekerasan Terhadap Anak Tinggi Di Masa Pandemi,
Kemen Pppa Sosialisasikan Protokol Perlindungan Anak.
In: Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak Republik Indonesia [Internet].
Available from:
https://www.kemenpppa.go.id/index.php/page/read/29/
2738/angka-kekerasan-terhadap-anak-tinggi-di-masa-
pandemi-kemen-pppa-sosialisasikan-protokol-
perlindungan-anak
17. Janise CL, Kristanto EG, Siwu JF. Pola Cedera Kasus
Kekerasan Fisik Pada Anak Di Rumah Sakit. Bhayangkara
Manado Periode Tahun 2013. J Biomedik. 2015;7(1).
18. Shanley JR, Shropshire D, Bonner BL. To report or not
report: A physician’s dilemma. Virtual Mentor.
2009;11(2):141–5.
19. Kemenpppa. Bentuk UPTD PPA. Negara Tingkatkan
Layanan Bagi Korban Kekerasan. Publikasi dan Media
Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan
Anak [Internet]. 2019; Available from:
https://www.kemenpppa.go.id/index.php/page/read/29/
2352/bentuk-uptd-ppa-negara-tingkatkan-layanan-bagi-
korban-kekerasan
20. Sumampouw N et all. The Relevance of Certain Case
Characteristics in the Successful Prosecution of Child Sexual
Abuse Cases in Indonesia The Relevance of Certain Case
Characteristics in the Successful Prosecution of Child Sexual
Abuse Cases in Indonesia. J Child Sex Abus [Internet].
2020;00(00):1–20. Available from:

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN
279

Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020


The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

Laporan Kasus

Cardiac Arrest karena Refleks Vagal yang Dipicu oleh Trauma Tumpul
pada Leher

Beni Ciptawan1, Fahmi Arief Hakim2, Berlian Isnia Fitrasanti1


1Program Studi Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal Universitas Padjadjaran KSM Kedokteran Forensik RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung

2Instalasi kamar jenazah Rumah Sakit Umum Dokter Slamet Garut.

ABSTRAK
Pendahuluan. Refleks vagal yang dihasilkan oleh adanya perangsangan terhadap nervus vagus. Perangsangan saraf vagus
akan menyebabkan pelepasan asetilkolin pada ujung saraf vagus yang dapat menurunkan irama nodus sinus dan menurunkan
eksitabilitas serabut-serabut penghubung nodus AV sehingga akan menghambat penjalaran impuls jantung yang menuju
ventrikel. Hormon asetilkolin juga akan meningkatkan permeabilitas membran terhadap ion kalium, sehingga akan
mempermudah terjadinya kebocoran kalium yang cepat dari serabut konduksi yang akan mengakibatkan hiperpolarisasi dan
menyebabkan penurunan denyut jantung dan terjadinya cardiac arrest.
Kasus. Pada tanggal tujuh Januari dua ribu dua puluh, terhadap Tn. J M 49 tahun, sesuai dengan surat permintaan
penyidik untuk dilakukan pemeriksaan luar dan dalam untuk menentukan penyebab kematian orang tersebut. Menurut
pengakuan saksi, korban ditampar dari belakang dan dipukul pada bagian muka korban sehingga korban terjatuh dan tidak
sadarkan diri.
Hasil. Temuan hasil pemeriksaan luar terdapat luka lecet pada kepala serta luka memar pada leher bagian kanan dan kiri
bagian luar serta terdapat luka memar pada otot leher bagian kanan dan kiri, temuan hasil pemeriksaan dalam, pada kedua
paru ditemukan pembendungan pembuluh darah dan pembengkakkan, pada hati, ginjal dan pankreas terdapat
pembendungan pembuluh darah dan pada hati juga ditemukan peradangan organ hati lama (hepatitis kronis) dan pada
pemeriksaan histopalogi forensik menunjukkan hasil pada jantung tampak bagian-bagian yang mengalami pengerasan
(fibrosis) pada sel otot jantung, ditemukan penyempitan dan pengerasan (aterosklerosis) pada sebahagian pembuluh nadi
jantung.
Kesimpulan. Sebab mati orang ini akibat kekerasan tumpul pada daerah leher yang mengakibatkan terangsangnya/stimulasi
vagal refleks yang menyebabkan terjadinya gangguan dan kegagalan fungsi jantung.

Kata kunci: henti jantung, trauma tumpul, refleks vagal.

ABSTRACT
Purpose. This case report recounts a death case due to blunt trauma to the neck, resulting in the vagal reflex
stimulation leading to sudden death, which is revealed in the autopsy.
Case description. On January 7th, 2020, according to the investigator's request for an internal and external examination to
determine the cause of death of Mr. JM, 49-years-old. According to the witness testimony, the victim was slapped from behind
and hit on the face then the victim fell unconscious.
Results. The external examination findings were abrasions on the head and bruises on the outer right and left neck and there
were bruises on the right and left neck muscles. The internal examination findings were: (1) both lungs found blocked blood
vessels and swelling, (2) in the liver, kidneys, and pancreas have blocked blood vessels, (3) the liver is also found with old liver
inflammation (chronic hepatitis). The histopathological examination showed the hardened parts (fibrosis) in the heart and the
muscle cells are found narrowing and hardening (atherosclerosis) in most of the heart arteries.
Conclusion. The cause of death was blunt force in the neck area which resulted in the vagal reflex stimulation which led to
cardiac dysfunction.

Keywords: Blunt trauma, Vagal reflex, Cardiac arrest.

Korespondensi : Beni Ciptawan,email: beniciptawan.bcs@gmail.com

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN
280

Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020


The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

PENDAHULUAN
teratur, warna merah kehitaman, ukuran 1 cm x
Saraf vagus adalah saraf kranial terpanjang. Saraf
1cm.
ini berisi serat motorik dan sensorik melewati leher
- Tepat di alis kanan, lima sentimeter dari garis
dan dada sampai ke perut, memiliki distribusi terluas
tengah, ditemukan luka lecet, bentuk tidak
di tubuh. Ini mengandung serat aferen somatik dan
teratur, warna merah kehitaman, ukuran 0,5 cm
visceral, serta serat eferen visceral umum dan
x 0.5 cm.
khusus. Vagus berasal dari kata Latin yang berarti
- Pada pelipis kiri, 8,5 cm dari garis tengah, 0,5 cm
wandering atau mengembara, karena saraf vagus
dari atas alis, ditemukan luka memar, bentuk
mengembara dari otak ke organ di dalam perut,
tidak teratur, warna merah kehitaman, ukuran
dada, dan leher.1,2
3,5 cm x 2 cm.
- Pada pipi kanan, 5 cm dari garis tengah, 3 cm di
bawah alis, ditemukan luka lecet, bentuk tidak
teratur, warna merah kehitaman, ukuran 2,5 cm
x 2 cm.
- Pada leher bagian kiri, 4 cm dari garis tengah, 3
cm dari rahang bawah, ditemukan luka memar,
bentuk tidak teratur, warna merah kehitaman,
ukuran 1,5 cm x 1 cm.
- Pada leher bagian kanan, 3,5 cm dari garis
tengah, 3 cm dari rahang bawah, ditemukan luka
Gambar 1. Tempat jalannya nervus vagus, apabila memar, bentuk tidak teratur, warna merah
ditekan dapat merangsang refleks vagal kehitaman, ukuran 1 cm x 1 cm.
KASUS
Dilakukan pemeriksaan luar dan dalam
sesuai surat permintaan dari penyidik terhadap Tn.
J.M sekitar 49 tahun yang menjadi korban
penganiayaan. Menurut pengakuan saksi, korban
ditampar dari belakang dan dipukul pada bagian muka
korban sehingga korban terjatuh dan tidak sadarkan diri.
Maka pada tanggal 7 Januari 2020, pukul 14:00 Waktu Gambar 2. Luka lecet pada kepala

Indonesia Bagian Barat, bertempat di ruang instalasi


kamar jenazah rumah sakit umum dr. Slamet Garut Dari pemeriksaan dalam pada jaringan ikat di bawah

dilakukan pemeriksaan luar dan dalam. kulit daerah leher dan otot leher bagian kiri terdapat

Dari pemeriksaan luar didapatkan: resapan darah, ukuran 3 cm x 2 cm.

- Pada dahi bagian kanan 5 cm dari garis tengah, 4


cm di atas alis, ditemukan luka lecet bentuk tidak

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN
281

Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020


The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

jalur aferen untuk tindakan refleks. dan melewati saluran


lateral sumsum tulang belakang, efek koneksi refleks lokal
di atas segmen tulang belakang dan kemudian melakukan
perjalanan ke nukleus vagus di otak. Inti vagus memiliki
hubungan dengan korteks serebral sensorik dan thalamus,
Gambar 3. terdapat resapan darah pada jaringan selain medula spinalis. Eferen kemudian berasal dari sana
ikat di bawah kulit daerah leher dan otot leher dan mempengaruhi jantung melalui cabang-cabang
bagian kiri dan kanan terkait.3,4

Pemeriksaan histopalogi forensik Refleks vagal memiliki implikasi hubungan dengan


menunjukkan hasil pada jantung tampak bagian- tekanan atau pukulan di leher. terkadang disebut
bagian yang mengalami pengerasan (fibrosis) pada ‘penghambatan vagal’, ‘syok vasovagal’ atau ‘refleks henti
sel otot jantung, ditemukan penyempitan dan jantung, serangan jantung yang cepat dapat terjadi lebih
pengerasan (aterosklerosis) pada sebahagian dahulu sebelum tanda kongestif atau 'asfiksia',
pembuluh nadi jantung. Pada kedua paru ditemukan menyebabkan kematian segera atau dalam hitungan
pembendungan pembuluh darah dan detik, atau kapan saja sesudah trauma pada leher.5
pembengkakan. Pada hati, ginjal dan pankreas Mekanisme Refleks vagal ini masih menjadi
terdapat pembendungan pembuluh darah dan pada perselisihan, apakah refleks ini dapat menyebabkan
hati juga ditemukan peradangan organ hati lama serangan jantung segera atau apakah ada harus menjadi
(hepatitis kronis). periode pelambatan jantung yang ditandai dengan curah
Dari pemeriksan otopsi dapat disimpulkan jantung yang dapat diabaikan atau apakah aritmia seperti
sebab mati orang tersebut akibat kekerasan tumpul fibrilasi ventrikel mendahului arrest. Mungkin kombinasi
pada daerah leher yang mengakibatkan apa pun dapat terjadi, tetapi merupakan fakta yang tak
terangsangnya / stimulasi vagal refleks yang terbantahkan bahwa collapse dan kematian yang nyata
menyebabkan terjadinya gangguan dan kegagalan dapat terjadi segera pada penerapan tekanan terhadap
fungsi jantung (heart failure). leher. Stimulasi berlebihan ujung saraf di sinus karotis atau
selubung arteri yang berdekatan dapat disebabkan oleh
HASIL DAN PEMBAHASAN
tekanan langsung dari jari, atau dari ligatur selama
Refleks vagal yang dihasilkan oleh adanya
pencekikan atau gantung atau dari pukulan yang
perangsangan terhadap nervus vagus. juga dikenal sebagai
diarahkan sisi leher termaksud nyeri hebat, seperti
serangan vasovagal, refleks henti jantung, apnea saraf,
pukulan pada laring atau alat kelamin, bisa juga memicu
kematian fisiologis sesaat atau sinkop dengan eksitus
'respons vagal'.3–5
sesaat atau syok neurogenik primer. Keadaan ini ditandai
Kematian tersebut terjadi dengan tiba-tiba yang
dengan berhenti tiba-tiba jantung setelah stimulasi refleks
dramatis dalam hitungan detik atau paling banyak dalam
saraf vagus. Nervus vagus memiliki jaringan luas sensorik
beberapa menit. Hilangnya kesadaran biasanya terjadi
ke kulit, faring, laring, pleura, peritoneum yang meliputi
secara instan dan kematian segera terjadi sesudahnya.
organ perut atau meluas ke korda spermatika, serviks
Akibatnya, mobilitas dapat diabaikan dan korban
uterus, uretra, dll. Ujung saraf reseptor ini membentuk
kemungkinan akan ditemukan dalam posisi/posisi di mana

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN
282

Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020


The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

ia berada pada saat kematian. Oleh karena itu, kondisi ini


2. Pukulan tiba-tiba pada perut atau skrotum, laring
ditandai oleh kegagalan sirkulasi yang dapat disebabkan
atau organ genital.
oleh refleks yang memperlambat/terhentinya jantung,
3. Selama intubasi, atau dari impaksi makanan /
vasodilatasi refleks yang menyebabkan penurunan
beberapa bahan lainnya ke dalam laring.
tekanan darah yang sangat besar atau kombinasi yang
4. Selama prosedur bedah minor yang melibatkan
bervariasi dari kedua mekanisme.3,5
penetrasi pleura atau peritoneum untuk peregangan
Perangsangan saraf vagus akan menyebabkan
kantung peritoneum, dilatasi uretra atau otot
pelepasan asetilkolin pada ujung saraf vagus yang dapat
sfingter dan dilatasi serviks pada aborsi.
menurunkan irama nodus sinus dan menurunkan
5. Benturan keras secara tiba-tiba pada kepala atau
eksitabilitas serabut-serabut penghubung nodus AV
pukulan di belakang leher.
sehingga akan menghambat penjalaran impuls jantung
6. Perendaman tubuh dalam air dingin secara tiba-tiba.
yang menuju ventrikel. Hormon asetilkolin juga akan
Di sini, penghambatan vagal dapat bertindak dalam
meningkatkan permeabilitas membran terhadap ion
beberapa cara, yaitu aliran air dingin yang tiba-tiba
kalium, sehingga akan mempermudah terjadinya
ke nasofaring atau laring, pukulan air secara tiba-tiba
kebocoran kalium yang cepat dari serabut konduksi yang
pada perut seperti masuk secara horizontal ke dalam
akan mengakibatkan hiperpolarisasi. Hiperpolarisasi ini
air.
akan dapat menyebabkan penurunan denyut jantung.6
7. Kematian mendadak juga dapat dilihat sebagai
Table cause of death7
terjadi dengan intens ketakutan, emosi, dari
Part I A. Terjadinya gangguan fungsi jantung
pandangan atau bau yang sangat tidak
Oleh karena atau konsekuensi dari:
menyenangkan / mengerikan.
B. Terangsangnya nervus vagus sehingga
8. Refleks yang diakibatkan oleh kondisi emosional
terjadinya respons vagal
yang tinggi ketegangan dan juga dalam banyak
Oleh karena atau konsekuensi dari:
kondisi yang menurunkan kontrol otak atas respons
C. Trauma tumpul pada leher bagian
refleks, seperti keracunan alkohol ringan, beberapa
depan sisi kiri
tingkat hipoksia atau narcosis parsial karena anestesi
Part II -
yang tidak lengkap.
Aritmia dapat timbul karena aktivitas yang
Berbagai keadaan dicurigai sebagai faktor pemicu berlebihan sistem saraf simpatik, atau setelah
refleks vagal, sebagaimana diuraikan di bawah ini:3,8,9 pergeseran cepat antara efek simpatis dan
1. Tekanan tiba-tiba di leher, terutama di atas wilayah parasimpatis. Telah didokumentasikan bahwa
sinus karotis seperti kasus pencekikan dan gantung perubahan degeneratif myofibrillar pada miosit
(sinus karotid adalah bagian yang melebar dari jantung terjadi pada individu yang meninggal karena
dinding arteri karotis dan mengandung banyak ujung serangan, tetapi tidak ada cedera fisik fatal yang
saraf dari saraf glossopharyngeal dan jelas.8,9
menghubungkan dengan pusat kardiovaskular dan
nukleus motorik dorsal vagus di otak, terkait dengan
kontrol tekanan darah dan regulasi aktivitas
jantung).

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN
283

Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020


The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

KESIMPULAN
1. Saraf vagus adalah saraf kranial terpanjang.
Ini berisi serat motorik dan sensorik
melewati leher dan dada sampai ke perut,
memiliki distribusi terluas di tubuh.
2. Refleks vagal merupakan yang dihasilkan oleh
adanya perangsangan terhadap nervus vagus.
Juga dikenal sebagai serangan vasovagal, refleks
henti jantung, apnea saraf, kematian fisiologis
sesaat atau sinkop dengan eksitus sesaat atau
syok neurogenik primer.
3. Refleks vagal apabila terangsang akan
mengakibat akivasi saraf parasimpatis yang
sangat berbahaya karena dapat memicu
kegagalan fungsi jantung sehingga terjadi
henti jantung.

DAFTAR PUSTAKA
1. Andrew G. THE VAGUS NERVE Understanding it’s
Physiology & Full Healing Potentials. 2020;63.
Available from: https://www.m-
culture.go.th/mculture_th/download/king9/Gloss
ary_about_HM_King_Bhumibol_Adulyadej’s_Funer
al.pdf
2. Richard C, Griessenauer CJ. Anatomy of the Vagus
Nerve. In Birmingham, Alabama, USA: Elsevier Ltd;
2015. p. 385–97.
3. Vij K. Text book of forensic medicine andd
toxicology. Principles and practice. fifth edit. 2011.
107–109 p.
4. Howland RH. Vagus Nerve Stimulation. Curr Behav
Neurosci Reports. 2014;1(2):64–73.
5. Saukko P, Bernard K. KNIGHT’S FORENSIC
PATHOLOGY. FOURTH EDI. CRC Press; 2016.
6. Barret KE, Barman SM, Boitano S, Brooks HL.
Ganong,Wf - Review of Medical Physiology
[Internet]. T WENT Y-F. Deutsche Medizinische
Wochenschrift. New York; 2016. 1807 p. Available
from: file://a19668307700017
7. Hanzlick R. Cause of Death and the Death
Certificate Cer tificate. Illinois; 2006. 10–21 p.
8. Concise Textbook of Forensic Medicine &
Toxicology - R.K.Sharma 3rd Ed.pdf.
9. JAMES, JASON PAYNE JR. Simpson’s Forensic
Medicine. Fourteenth. Notes and Queries. London:
Taylor & Francic GrouP, LLC; 2020.

Copyright @ 2020 Authors. This is an open access article


distributed under the terms of the Creative Commons
Attribution-NonCommercial 4.0 International License
(http://creativecommons.org/licenses/by-nc/4.0/),
which permits unrestricted non-commercial use,
distribution, and reproduction in any medium, provided
the original author and source are properly cited.

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN
284

Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020


The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

Tinjauan Pustaka

Temuan Histopatologi pada Pasien yang Meninggal Akibat Covid-19

Wawan Sugirman1, Nita Novita1


1Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal
Universitas Padjadjaran RSUP. Dr. Hasan Sadikin Bandung.

ABSTRAK
Sebuah outbreak yang disebabkan oleh mutasi dari infeksi virus corona (Severe acute respiratory syndrome
coronavirus 2, SARS-CoV 2) dilaporkan di Wuhan, Cina. Dan secara cepat menyebar di banyak negara di dunia.
Manifestasi klinis dari penyakit ini dilaporkan dapat menyerang pernapasan yang akan ditandai dengan gejala
menyerupai flu, demam, dan batuk. Pada kondisi berat akan terjadi pneumonia yang akan berakibat pada
kemungkinan terjadinya gagal napas. Walaupun kejadian dari epidemi ini sudah berlangsung selama hampir satu
tahun, namun data yang menjelaskan perubahan histopatologi secara utuh belum dapat ditemukan baku emasnya.
Hal ini terjadi dikarenakan banyaknya variasi perubahan patologis pasien ditambah ketidakcukupan data yang
dimiliki untuk membentuk suatu acuan dari penyakit ini. Pada studi literatur ini kami mencari beberapa penelitian
yang membahas variasi perubahan histopatologi yang meninggal disebabkan oleh COVID-19. Temuan terbanyak
dari studi literatur ini mengatakan bahwa kebanyakan pasien yang meninggal baik dengan komorbid maupun
tanpa komorbid mengalami kerusakan pada organ pernapasan dengan adanya temuan diffuse alveolar damage
serta infiltrasi mediator inflamasi pada sel. Untuk mendukung temuan yang ada diperlukan lebih banyak hasil
otopsi pasien yang meninggal karena COVID-19 agar dapat dijadikan sebuah pemahaman yang utuh dari penyakit
ini.

Kata kunci: Coronavirus, Covid-19, Diffuse Alveolar Damage

ABSTRACT
An outbreak caused by a new corona virus infection ( severe acute respiratory syndrome coronavirus 2,
SARS CoV 2) disease was reported, in Wuhan, China and rapidly spreading in many countries all over the world. The
Clinical Spectrum of SARS-CoV2 diseases (COVID-19) is reported to include mild asymptomatic infection, mild upper
respiratory disease with fever and cough, and severe pneumonia that can lead to Acute respiratory distress
syndrome (ARDS). Although the epidemic outbreak started at the end of the last year, Physician still does not know
a complete histopathological changing in patients with COVID 19 completely. It happened because there is not
enough data to make good guidelines in studying these diseases. We investigated studies that reported
histopathological changes from died patient caused by COVID-19 with or without comorbid. Patients with COVID-19
mainly have severe diseases onset or result in death due to proceeded lung injury with massive alveolar damage
and organ injury. However, the detailed mechanism that caused pathological changing is still unclear. In summary,
COVID-19 can affect many organs, but the typical and most common changing occurred in the lung with the finding
of diffuse alveolar damager and inflammatory changing. We still need many complete autopsy to gain a better
understanding of pathophysiological changes in SARS-CoV 2 Infections.

Keyword: Coronavirus, Covid- 19, Diffuse Alveolar Damage

Korespondensi : Wawan Sugirman, email: wsugirman@gmail.com

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN
285

Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020


The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

PENDAHULUAN
TEMUAN OTOPSI
Sejak akhir Desember 2019, sebuah
Gambaran paru pada pasien COVID-19
kejadian outbreak dari penyakit yang disebabkan
memberikan tampilan bervariasi mulai dari
oleh novel corona virus (COVID-19; 2019-nCov atau
konsolidasi difus sampai dengan gambaran
“Sever acute respiratory syndrome corona virus 2”
4
suppuratif berat. Bentukan konsolidasi memiliki
SARS-CoV-2) dilaporkan di Wuhan, Cina. Selanjutnya,
bentuk pola yang tersebar dan memberikan
pada 11 maret 2020 WHO menetapkan status
konsistensi paru yang memiliki jaringan tegas dan
pandemi pada penyakit tersebut. Per bulan Oktober
4
tampak rapuh. Terdapat peningkatan berat paru
2020 jumlah pasien yang terinfeksi adalah
pada pasien COVID 19, dimana pada orang normal
38.364.319 orang sedangkan angka kematiannya
paru-paru memiliki berat 840 gram ( pada laki-laki )
mencapai 1.090.800 orang. Infeksi COVID-19 dapat
atau 639 gram (pada perempuan) meningkat
menimbulkan gejala ringan, sedang, atau berat. 1,2
menjadi rata-rata berat 2088 gram.5 Pada penelitian
Manifestasi klinis dari penyakit SARS-Cov 2
yang dilakukan oleh Christine, ditemukan
dilaporkan dapat bersifat asimptomatik maupun
pembesaran ukuran paru dimana ditemukan cairan
simptomatik. Keluhan pada saluran napas biasa
serous pada kedua paru sejumlah 50 ml.6 Pada paru
dirasakan pada saat seseorang terinfeksi. Pasien
akan terdapat sumbatan dan gambaran bercakan
akan merasakan adanya demam, batuk, nyeri
dari nekrosis hemoragik. 7
tenggorokan, dan bahkan gejala berat seperti sesak,
penurunan kesadaran, sampai dengan gagal napas
(Acute Respiratory distress syndrome) yang
menyebabkan kematian pada penderita SARS-Cov 2.3
Patofisiologi dari COVID-19 saat ini belum diketahui
secara lengkap dan masih dalam proses penelitian.
Hal ini menyebabkan studi terhadap perubahan
fisiologi dari organ tubuh karena infeksi virus ini
dianggap penting mengingat belum ditemukannya
gambaran utuh dari perubahan secara histopatologi
pasien yang menderita COVID-19.3
Gambar 1. Tampakan paru menunjukkan adanya
Makalah ini berupa studi literasi pada
sumbatan dimana ada temuan nekrosis hemoragi
beberapa pemeriksaan histopatologi post mortem
terutama pada bagian luar paru , bronkus membesar
pasien terkonfirmasi COVID, baik dengan adanya
dan ditutup dengan eksudasi hemoragik.6
komorbid maupun tidak. Berdasarkan tujuannya
maka perlu dibahas lebih lanjut bagaimana
GAMBARAN HISTOPATOLOGI
pataofisiologinya yang terjadi pada pasien yang
Pemeriksaan histopatologi menunjukkan
terinfeksi SARS-CoV2 dilihat dari temuan
adanya kerusakan alveolar difus (Diffuse alveolar
histopatologinya.
damage – DAD) disertai dengan gambaran deskuama
dari pneumosit yang memiliki nuclei yang besar,

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN
286

Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020


The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

pembentukan membrane hialin, pelebaran dari


interstitial yang menandakan adanya tahapan awal
Gambar 3. a. gambaran dari paru yang mengalami
dari gagal napas (Acute respiratory distress
difuse alveolar damage, b. gambaran edema paru,
syndrome).1,8 (gambar 2 dan 3) Selain itu terdapat
hemoragik, dan deposisi fibrin.6
adanya intraalveolar makrofag yang mengisi ruang
pada semua lobus saat dilakukan pemeriksaan
dengan stain CD68.6 Terdapat intraalveolar
hemoragik, kluster atau pembentukan plug yang
disebabkan oleh akumulasi dari fibrin.3 Serta
degradasi hialin membrane pada beberapa alveoli,
hyperplasia dari pneumosit tipe II, serta infiltasi
intraalveolar yang dapat menyebabkan
bronkopneumonia pada pasien yang terinfeksi.3,8

Gambar 4. Perubahan histopatologi paru pada


pasien COVID-19 a)infiltrasi pada jaringan paru oleh
sel inflamasi mononuclear dengan adanya
Gambar 2. Tampakan sel paru yang mengalami DAD
deskuamasi epitel dan pembentukan sel hialin b)
dengan eksudat fibromiksoid.8
Pembentukan membrane hialin tanpa adanya
infiltrasi sel inflamasi c) hiperplasia epitel alveolar
Pada bronkus akan terdapat perubahan
tipe 2 d) RBC pada lumen alveolar yang
epitelium dengan adanya nuclei yang membesar dan
menyebabkan sumbatan pada paru e) Hiperplasia
peningkatan aktifitas mitosis serta peningkatan
dari epitel alveolar tipe 2 dan terdapat nekrosis
mediator inflamasi seperti limfosit dan monosit .
vascular f) Infiltasi banyak mediator dan sel
Peningkatan jumlah megakariosit intravascular dan
inflamasi.3
sel limfosit intrastitial juga dapat ditemukan.6’2
(gambar 4). Saluran paru akan mengalami edema
Pada pemeriksaan immunohistokimia dapat
dan penyumbatan dengan ditemukan adanya
ditemukan infiltrat dari CD3 positif T limfosit didalam
fibrinoid nekrosis pada saluran kecil serta terdapat
septa alveolar dengan CD20 limfosit B positif. CD 8
peningkatan jumlah komplemen pada jaringan
positif sel T jumlahnya melebihi CD4 positif sel T.1
mikrovaskular.3
Pada pemeriksaan darah perifer untuk analisis flow
citometri ditemukan penurunan jumlah CD4 dan CD8
sel T dengan kondisi hiperaktif.8 Terdapat
peningkatan konsentrasi pada proinflamasi CCR4+
CCD6+ Th 17 pada CD4 sel T. Kondisi overaktif dari
sel T menunjukkan adanya peningkatan Th 17 dan

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN
287

Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020


The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

sitotoksis tinggi dari CD 8 yang menunjukkan adanya


host. Berikut siklus dari Coronavirus setelah
cidera berat pada pasien. 8
menemukan sel host sesuai tropismenya. Pertama,
penempelan dan masuk virus ke sel host
diperantarai oleh Protein S yang ada dipermukaan
virus. Protein S penentu utama dalam menginfeksi
spesies host-nya serta penentu tropisnya. Pada studi
SARS-CoV protein S berikatan dengan reseptor di sel
host yaitu enzim ACE-2 (angiotensin- converting
enzyme 2). ACE-2 dapat ditemukan pada mukosa
oral dan nasal, nasofaring, paru, lambung, usus
halus, usus besar, kulit, timus, sumsum tulang,
limpa, hati, ginjal, otak, sel epitel alveolar paru, sel
Gambar 5. (A)gambaran DAD dengan inflamasi
enterosit usus halus, sel endotel arteri vena, dan sel
minimal dan bercak kronik inflamasi Limfosit T
otot polos. Setelah berhasil masuk selanjutnya
tampak jelas pada pewarnaan immunohistokimia
translasi replikasi gen dari RNA genom virus.
untuk CD3(B) CD4 (C) dan CD8 (D).1
Selanjutnya replikasi dan transkripsi dimana sintesis
virus RNA melalui translasi dan perakitan dari
Pada hati akan ditemukan gambaran
kompleks replikasi virus. Tahap selanjutnya adalah
makrovesikular steatosis, akumulasi nuklear glikogen
perakitan dan rilis virus. Setelah terjadi transmisi,
pada hepatosit, banyaknya sel limfosit pada saluran
virus masuk ke saluran napas atas kemudian
portal.3 Gambaran ini dapat mengindikasikan adanya
bereplikasi di sel epitel saluran napas atas
kemungkinan bahwa organ yang diserang pada kasus
(melakukan siklus hidupnya). Setelah itu menyebar
COVID-19 tidak hanya pernapasan.1,5,7 Hal ini
ke saluran napas bawah. Pada infeksi akut terjadi
diperkuat bahwa terdapat ekspresi reseptor ACE 2
peluruhan virus dari saluran napas dan virus dapat
pada hepatosit.3 Namun, temuan ini dapat juga
berlanjut meluruh beberapa waktu di sel
disebabkan oleh adanya faktor penggunaan obat
gastrointestinal setelah penyembuhan. Masa
hepatotoksik saat proses medikasi sakit yang
inkubasi virus sampai muncul penyakit sekitar 3-7
disebabkan karena COVID-19, penyakit liver sebelum
hari. Studi pada SARS menunjukkan virus bereplikasi
terinfeksi, atau reaksi hebat inflamasi yang secara
di saluran napas bawah diikuti dengan respons
tidak langsung akan menyebabkan cedera sel
sistem imun bawaan dan spesifik. Faktor virus dan
hepatic.3,9 Pada pembuluh darah ditemukan adanya
sistem imun berperan penting dalam patogenesis.
sel inflamasi dan apoptotic bodies pada sel endotel.
Pada tahap pertama terjadi kerusakan difus alveolar,
Terdapat adanya perubahan struktural pada kapiler
makrofag, dan infiltrasi sel T dan proliferasi
dilihat dari adanya temuan firin dan netrofil. 3
pneumosit tipe 2. Pada rontgen toraks diawal tahap
infeksi terlihat infiltrat pulmonar seperti bercak-
DISKUSI
bercak. Pada tahap kedua, organisasi terjadi
Coronavirus hanya bisa memperbanyak diri
sehingga terjadi perubahan infiltrat atau konsolidasi
melalui sel host-nya. Virus tidak bisa hidup tanpa sel

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN
288

Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020


The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

luas di paru. Infeksi tidak sebatas di sistem in Patients With COVID-19. Ann Intern Med.
pernapasan tetapi virus juga bereplikasi di enterosit 2020;173(4):268-277.

sehingga menyebabkan diare dan luruh di feses, juga 6. Suess C, Hausmann R. Gross and histopathological
pulmonary findings in a COVID-19 associated
urin dan cairan tubuh lainnya.10
death during self-isolation. Int J Legal Med.
Gambaran histopatologi yang ditemukan 2020;134(4):1285-1290.

pada pasien COVID-19 memiliki kesamaan pada 7. walter Vasques-bonilla, Roberto Orozco, Victor
Argueta, Manuel Sierra, Lysien I. Zambranno F. A
kasus SARS-COV1 dan MERS CoV. Temuan data
review of the main histopatological finding in
menunjukkan adanya kerusakan pada jaringan paru coronavirus disease 2019. Elsevier. 2020;(July):1-
dan respon inflamasi terhadap infeksi virus. 2,3 10.
8. Xu Z, Shi L, Wang Y, et al. Pathological findings of
Gambaran dari pembentukan membrane hialin yang
COVID-19 associated with acute respiratory
menandakan adanya DAD pada fase akut dapat distress syndrome. Lancet Respir Med.
disebabkan dari berbagai faktor diantaranya proses 2020;8(4):420-422.
9. Menter T, Haslbauer JD, Nienhold R, et al.
infeksi dari penyakit COVID 19, kerusakan yang
Postmortem examination of COVID-19 patients.
disebabkan adanya toksisitas oksigen atau proses
Histopathology. 2020;77(2):198-209.
pemasangan alat, sepsis, toksik inhalan, trauma 10. Burhan, E., Isbaniah, F., Susanto, A. D., Aditama, T.

berat, dan eksaserbasi dari pneumonia.1,7 Y., Soedarsono, Sartono, T. R., Agustin, H. (2020).
Diagnosis dan Penatalaksanaan Pneumonia
SARS-CoV2 memiliki reseptor yang sama
COVID-19. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 1
dengan ACE 2 yang dapat diekspresikan pada sel - 67.
alveolar, epitel bronkial, dan endotel vascular.1 Oleh
karena itu infeksi SARS CoV2 dapat menyebabkan Copyright @ 2020 Authors. This is an open access article
distributed under the terms of the Creative Commons
adanya edema paru dan kerusakan jaringan paru.5 Attribution-NonCommercial 4.0 International License
Temuan kerusakan jaringan pada pasien yang (http://creativecommons.org/licenses/by-nc/4.0/), which
permits unrestricted non-commercial use, distribution, and
meninggal karena SARS-CoV 2 juga dapat reproduction in any medium, provided the original author and
source are properly cited.
dipengaruhi oleh proses medikasi dan penanganan
pada pasien saat berada di rumah sakit.1

DAFTAR PUSTAKA
1. Barton LM, Duval EJ, Stroberg E, Ghosh S,
Mukhopadhyay S. COVID-19 Autopsies, Oklahoma,
USA. Am J Clin Pathol. 2020;153(6):725-733.
2. Nasr A, Rossi RS, Pellegrinelli A, Zerbi P.
Pulmonary post-mortem findings in a large series
of COVID-19 cases from Northern Italy. 2020:1-11.
3. Deshmukh V, Motwani R, Kumar A, Kumari C, Raza
K. Histopathological observations in COVID-19: a
systematic review. J Clin Pathol. 2020:jclinpath-
2020-206995. 5
4. Hanley B, Lucas SB, Youd E, Swift B, Osborn M.
Autopsy in suspected COVID-19 cases. J Clin
Pathol. 2020;73(5):239-242.
5. Wichmann D, Sperhake J-P, Lütgehetmann M, et al.
Autopsy Findings and Venous Thromboembolism

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN
289

Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020


The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

Artikel Penelitian

Perbandingan Kadar Glukosa Darah dan HbA1C Postmortmen Kasus


Diabetes dan Non Diabetes
Citra Manela1, Taufik Hidayat2
1Bagian Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Andalas, Padang
2Bagian Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Andalas, Padang

ABSTRAK
Latar Belakang. Diabetes adalah penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia dan kegagalan untuk
mengatur kadar insulin dalam tubuh. Diabetes mellitus telah menjadi penyebab utama kematian di seluruh dunia
dan ketoasidosis diabetik adalah penyebab kematian yang paling umum. Komplikasi akut diabetes melitus sebagai
penyebab kematian mungkin sulit untuk didiagnosis karena tidak adanya temuan makroskopis dan mikroskopis
yang khas. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan kadar glukosa darah postmortem dan kadar HbA1c pada
jenazah yang terdiagnosis saat rawatan dengan diabetes mellitus dan yang tidak terdiagnosis dengan diabetes.
Metode. Penelitian ini adalah studi analitik untuk melihat perbedaan kadar glukosa darah dan HbA1c
postmortem pada jenazah yang saat rawatan terdiagnosis dengan diabetes dan non diabetes. Data dianalisis
dengan analisis statistik bivariat dengan uji T tidak berpasangan.
Hasil. Pada penelitian ini jenazah dengan riwayat diabetes melitus paling banyak ditemukan pada rentang usia 41-
60 tahun berjenis kelamin laki-laki. Rata-rata kadar glukosa darah postmortem dengan riwayat diabetes melitus
adalah 227,9 ± 134,4 mg/dl sedangkan yang tidak memiliki riwayat diabetes melitus adalah 201,6 ± 130,8 mg / dl.
Rata-rata kadar HbA1c jenazah dengan riwayat diabetes melitus adalah 7,28 ± 24% sedangkan pada jenazah tanpa
riwayat diabetes melitus adalah 4,8 ± 1,4%. Terdapat perbedaan yang signifikan pada kadar HbA1c postmortem
pada kelompok diabetes dan non diabetes. Sedangkan kadar glukosa darah postmortem antara kedua kelompok
tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan.
Kesimpulan. HbA1c dapat digunakan sebagai modalitas diagnostik untuk otopsi pada kasus diabetes.

Kata kunci: glukosa darah postmortem, HbA1c, diabetes mellitus

ABSTRACT
Background. Diabetes is a metabolic disease with characteristics of hyperglycemia and failure to regulate high or
low-level of insulin in the body. Diabetes mellitus has become a major cause of death worldwide and diabetic
ketoacidosis is the most common cause of death. Acute complications of diabetes mellitus as causes of death may
be difficult to diagnose due to missing characteristic macroscopic and microscopic findings. In this study, the aim is
to compare the postmortem blood glucose and HbA1c levels in the bodies diagnosed with diabetic and
nondiabetic.
Methods. This is an analytical study to look at differences in postmortem blood levels and HbA1C in diabetic and
non diabetic patients. Data were analyzed by bivariate statistical analysis with unpaired T test.
Results. In this study, the bodies with diabetes mellitus history found mostly in the age range of 41-60 years, male
sex. The average postmortem blood glucose levels with diabetes mellitus history was 227.9 ±134,4 mg / dl whereas
those without diabetes mellitus history was 201.6 ±130,8 mg / dl. The average HbA1c levels of body with diabetes
mellitus history was 7.28±24 % while the body without diabetes mellitus history was 4,8±1,4%. There was a
significant difference in postmortem HbA1c between both cases.
Conclusion HbA1c may use as diagnostic modality for autopsy in diabetic cases.

Keyword: postmortem blood glucose, HbA1c, diabetes mellitus

Korespondensi : Citra Manela, email: citramanela@med.unand.ac.id

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN
290

Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020


The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

PENDAHULUAN
Diabetes mellitus saat ini menjadi salah satu pada kadar HbA1c.7 Jumlah HbA1c dalam darah

ancaman kesehatan global. Diabetes mellitus tergantung pada rata-rata kadar glukosa selama 8-12

menjadi salah satu penyakit kronis yang paling minggu sebelum pengukuran, hal ini karena HbA1c

umum di banyak negara. Menurut data federasi terakumulasi dalam sel darah merah selama 120 hari

diabetes internasional ada 425 juta orang berusia umur sel darah merah, oleh karena itu pengukuran

20-79 tahun dengan diabetes di dunia pada tahun HbA1c berguna untuk menentukan kontrol glukosa

2017, dan satu dari dua orang dewasa dengan darah jangka panjang pada diabetes mellitus.8

diabetes tidak terdiagnosis (212 juta).1 Prevalensi Penegakan diagnosis diabetes mellitus

diabetes mellitus di Indonesia menurut laporan hasil berdasarkan temuan morfologi sangat sulit pada

Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2018 oleh banyak kasus, hal ini menyebabkan tidak

Departemen Kesehatan, terjadi peningkatan terdiagnosisnya penyakit ini saat autopsi. Pada

prevalensi menjadi 8,5%.2 penelitian ini peneliti ingin membandingkan kadar

Diagnosis postmortem dari gangguan gula darah dan HbA1c postmortem jenazah yang

metabolisme glukosa termasuk terjadinya komplikasi telah didiagnosis diabetes dan dibandingkan dengan

akut seperti pada kasus diabetes mellitus bisa sulit yang non diabetes mellitus.

dilakukan dan tidak jelas karena kurangnya temuan


morfologi yang khas mengenai penyebab kematian METODE PENELITIAN

oleh penyakit ini. Komplikasi diabetes ini sering Penelitian ini merupakan penelitian analitik

terlibat dalam penyebab kematian mendadak atau komparatif untuk melihat perbedaan kadar glukosa

penyebab kematian lain, diagnosis diabetes mellitus darah dan HbA1C postmortem pada jenazah yang

postmortem penting dalam otopsi forensik rutin.3 sudah terdiagnosis diabetes saat rawatan dan

Seharusnya diagnosis diabetes dapat ditentukan jenazah yang tidak terdiagnosis diabetes di rawatan.

dengan pemeriksaan kadar glukosa darah, namun Penelitian dilakukan di kamar jenazah Rumah Sakit

kadar glukosa darah postmortem dapat mengalami M. Djamil, Padang. Sampel penelitian adalah 12

penurunan karena terjadinya metabolisme yang jenazah yang sudah terdiagnosis diabetes mellitus

terus berlanjut. Metabolisme glukosa dapat dari ruang rawatan dan 12 orang jenazah yang tidak

dievaluasi dari hasil hemoglobin terglikalasi yang terdiagnosis diabetes mellitus saat rawatan.

tidak kuat pengaruhnya oleh metabolisme glukosa Persetujuan etik penelitian diminta ke komite etik

postmortem.3,4,5 penelitian Rumah Sakit M. Djamil Padang

Hemoglobin A1c (HbA1c) atau glycated


haemoglobin merupakan salah satu indikator kadar Prosedur Penelitian

glukosa dalam tubuh. Meningkatnya kadar HbA1c 1. Setiap jenazah yang terdiagnosis dengan diabetes

postmortem menunjukkan kondisi hiperglikemia mellitus saat rawatan yang masuk ke kamar jenazah

antemortem yang tidak terkontrol.6 Namun, RS M Djamil akan diambil darahnya sebanyak 3 ml.

konsentrasi HbA1c hanya dipengaruhi oleh Sebelumnya dilakukan inform consent terlebih

hiperglikemia jangka panjang untuk minimum 12 dahulu dengan keluarga. Jika keluarga setuju maka

jam, hiperglikemia jangka pendek tidak berpengaruh diambil darah sebanyak 3 ml dari arteri femoralis.

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN
291

Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020


The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

Begitu juga sebaliknya untuk jenazah yang tidak


tidak terdapat perbedaan rerata kadar gula darah
terdiagnosis diabetes di ruang rawatan.
postmortem yang bermakna antara jenazah yang
2. Darah yang sudah diambil dimasukkan ke dalam
memiliki riwayat diabetes mellitus dan yang tidak
tabung EDTA kemudian dikirim ke laboratorium
memiliki riwayat diabetes mellitus. Sedangkan untuk
untuk diperiksa kadar glukosa darah dan HbA1C.
HbA1c, terdapat perbedaan rerata HbA1c
HASIL
postmortem yang bermakna antara jenazah yang
Diagram 1. Usia jenazah dengan riwayat diabetes
memiliki riwayat diabetes mellitus dan yang tidak
Pada penelitian ini jenazah dengan riwayat diabetes
memiliki riwayat diabetes mellitus.
terbanyak pada rentang usia 41-60 tahun dan laki-
laki lebih banyak dibanding perempuan.
DISKUSI
7 Diabetes mellitus merupakan sebuah
6 penyakit yang kejadiannya cukup sering ditemukan
5 diantara penyakit kronis lainnya dan merupakan
4 salah 1 dari 10 penyakit penyebab kematian
3 terbanyak. Diagnosis postmortem dari gangguan
2 metabolisme glukosa akan sulit, dikarenakan
1 sedikitnya temuan morfologis yang dapat ditelusuri.9
0 Dalam ilmu forensik patologi, analisis biokimia
< 20 tahun 21 - 40 41 - 60 > 60 tahun
tahun tahun
postmortem direkomendasikan untuk investigasi
saat perubahan patofisiologis tidak dapat diketahui
Tabel 1. Hasil pemeriksaan gula darah dan HbA1c dengan metode morfologi (histologi dan
post mortem imunohistokimia). Analisis biokimia ini salah satunya
No Riwayat Rerata kadar Rerata Kadar p diterapkan dalam menentukan kematian pada
gula darah HbA1c diagnosis postmortem ketoasidosis akibat
postmertem postmortem diabetes.10
(mg/dl) (%) Kondisi utama yang menyebabkan kematian
1 Diabetes 227,9 7,28 0,36 pada kontrol glikemik yang terganggu adalah
2 Non 187,8 5,12. 0,01 diabetik ketoasidosis dan keadaan hiperglikemik
Diabetes hiperosmolar. Kedua kondisi tersebut merupakan
akibat dari kekurangan insulin, peningkatan produksi
Rata-rata kadar gula darah post mortem
glukosa hati dan kurangnya pemanfaatan glukosa
jenazah yang mempunyai riwayat diabetes mellitus
dalam jaringan perifer yang menyebabkan keadaan
adalah 227,9 mg/dl sedangkan yang tidak memiliki
hiperglikemia yang berpotensi fatal.11 Terdapat
riwayat diabetes mellitus sebelumnya adalah 187,8
faktor yang mempengaruhi kadar glukosa
mg/dl. Rata-rata kadar HbA1c jenazah dengan
postmortem. Faktor-faktor tersebut dapat
riwayat diabetes mellitus adalah 7,28 % sedangkan
meningkatkan kadar glukosa darah setelah kematian
jenazah yang tidak mempunyai riwayat diabetes
mellitus adalah 5,12%. Uji statistik menunjukkan

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN
292

Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020


The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

adalah glikogenolisis oleh hepar dan bakteri yang


glukosa darah pada jam pertama setelah kematian
melisis karbohidrat di saluran cerna dan jaringan.
sekitar 13 mg/dL sedangkan kadar asam laktat dalam
Faktor yang menyebabkan penurunan kadar
darah meningkat 15 mg/dL selama 10 jam
glukosa darah postmortem adalah glikolisis oksidatif
berikutnya setelah kematian .13
oleh sel yang masih hidup, glikolisis anaerobic oleh
Untuk menentukan kematian secara khusus
sel yang mati dan enzim bebas dan glikolisis
disebabkan oleh hiperglikemia, analisis biokimia
anaerobik oleh bakteri.12,13
perlu dilakukan untuk melengkapi temuan otopsi
Pada praktek klinik hal yang paling penting
forensik.15 Analisis biokimia, termasuk HbA1c,
dalam menentukan penyakit diabetes mellitus
fruktosamin dan anhydroglucitol, dapat melengkapi
adalah menilai kadar glukosa darah dan HbA1c.
penyelidikan postmortem dan memberikan
Berdasarkan ilmu forensik patologi, pemeriksaan
informasi yang berguna untuk menentukan
kadar gula darah post mortem tidak bisa digunakan
penyebab kematian bahkan pada mayat dengan
untuk menegakkan diagnosis karena hasilnya yang
pembusukan lanjut.8
berfluktuasi. Hasil penelitian yang dilakukan pada 14
Diagnosis postmortem pada hiperglikemia
pasien post mortem rata-rata gula darahnya
memiliki tantangan disebabkan oleh perubahan
meningkat pada jam pertama paska kematian. Dari
kadar pada darah dan jaringan lainnya. Pemeriksaan
hasil penelitian tersebut dapat diambil kesimpulan,
HbA1c dapat dilakukan dengan menggunakan darah
yaitu terjadi perubahan kadar gula darah post
atau cairan vitreous humor. Pemeriksaan HbA1c
mortem. Pada pasien post mortem hanya sedikit
pada darah dilakukan karena kadar HbA1c pada
yang mengalami peningkatan kadar gula darah pada
postmortem bertahan dari 4 hingga 36 jam atau
jam pertama sampai jam ke tiga setelah kematian.
setidaknya selama 72 jam atau lebih setelah
Rata-rata semua pasien yang diteliti mengalami
kematian.8 Pemeriksaan glukosa dan HbA1c dengan
penurunan kadar gula darah paska kematian. Selain
vitreous humor dapat dilakukan karena proses
itu diambil juga kesimpulan bahwa pasien dengan
postmortem terlalu mempengaruhi glukosa pada
diagnosis penyakit diabetes mellitus kebanyakan
vitreous humor. Hal itu disebabkan terbatasnya
mengalami peningkatan kadar gula darah saat awal
jumlah sel yang mengonsumsi glukosa setelah
kematian pada pengukuran jam pertama lalu akan
terjadinya kematian.15
menurun drastis pada jam kedua dan ketiga.14
Hemoglobin terglikasi (HbA1c) terbentuk
Dalam bidang patologi forensik, level
ketika glukosa ditambahkan secara non-enzimatis ke
glukosa postmortem tidak selalu merupakan
hemoglobin. Dalam konteks postmortem, kadar
indikator diabetes mellitus yang memadai, karena
HbA1c berguna untuk membedakan ketoasidosis
telah terjadi degradasi postmortem dan
diabetik (DKA) dari ketoasidosis alkoholik (AKA), dan
kemungkinan peningkatan level glukosa yang
untuk mengungkap diabetes yang tidak terdiagnosis
diinduksi stres selama proses kematian. Setelah
atau tidak terkelola dengan baik.4 Selain itu, karena
fungsi kardiorespirasi berhenti, masih ada beberpa
komplikasi diabetes ini sering terlibat dalam
sel yang masih melakukan aktivitas metabolisme dan
penyebab kematian mendadak atau penyebab
juga terjadinya glikolisis secara spontan akibat
kematian lain, diagnosis diabetes mellitus
penurunan cepat kadar glukosa darah.5,13 Penurunan

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN
293

Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020


The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

postmortem penting dalam otopsi forensik rutin.


otopsi, keadaan kematian, dan riwayat medis
HbA1c dalam darah berguna untuk menyelidiki tidak
jenazah.16
hanya gangguan metabolisme fatal yang terjadi pada
Meskipun HbA1c tidak selalu
diabetes mellitus tetapi juga proses kematian akibat
mencerminkan tingkat glukosa pada saat kematian,
sebab lain.8
melainkan pada periode 1–2 bulan sebelumnya.
Untuk memastikan validitas analisis HbA1c
HbA1c merupakan penanda yang sangat stabil dan
dalam sampel postmortem, penelitian dari Kaltenen
dapat diandalkan dalam sampel postmortem.
et al. mengevaluasi tiga metode berbeda untuk
Namun, hasil dalam biokimia postmortem secara
menganalisis HbA1c. Kesimpulan dari penelitian
umum tidak memiliki nilai absolut, dan harus
tersebut, seperti yang dilaporkan sebelumnya juga
diinterpretasikan dalam konteks temuan patologis
oleh Goulle et al.3, adalah bahwa EDTA adalah
dan keadaan kematian, serta dengan informasi dari
pengawet pilihan untuk sampel darah postmortem
berbagai marker, untuk memaksimalkan nilai
dan juga disimpulkan bahwa HPLC adalah metode
diagnostiknya. Sayangnya, riwayat sampel tidak
yang paling reliable untuk mengidentifikasi
selalu diketahui di laboratorium. Misalnya, interval
peningkatan dan penurunan palsu kadar HbA1c yang
postmortem dan kondisi yang dialami jenazah
disebabkan oleh perubahan postmortem, karena
sebelum otopsi tidak selalu diketahui oleh
tervisualisasikan dan terdistorsi dalam kromatogram.
laboratorium. Manfaat yang jelas dari penggunaan
Selain itu, Kaltenen et al. merekomendasikan bahwa
metode kromatografi adalah kerusakan sampel
HbA1c harus selalu dianalisis secara rutin dengan
dapat divisualisasikan.4
glukosa, laktat, dan keton dalam menentukan
Kadar HbA1C > 6% umumnya berhubungan
kemungkinan gangguan dalam metabolisme
dengan riwayat diabetes. Ini juga dapat menjadi
karbohidrat.16
diagnostik diabetes melitus postmortem.
Diagnosis hiperglikemia postmortem
Peningkatan kadar HbA1C postmortem, dalam
merupakan tantangan dalam kedokteran forensik.
kombinasi dengan peningkatan kadar glukosa dalam
Hemoglobin terglikasi (HbA1c) dianggap sebagai
cairan vitreus humor dan/atau urin, dapat
salah satu penanda yang memberikan alternatif
mendukung penentuan gangguan medis/
untuk penentuan konsentrasi glukosa postmortem.
ketidakmampuan dalam kecelakaan transportasi.
Di sisi lain, albumin terglikasi dapat ditentukan
Kadar HbA1C stabil dalam specimen darah utuh
dalam kasus kesulitan dalam menentukan HbA1c.
klinis yang disimpan pada suhu kamar selama 52 hari
Dalam penelitiannya, Nowak et al. gagal
dan tampak stabil dalam darah utuh nekropsi yang
mengadaptasi metode untuk menentukan albumin
disimpan hingga 84 hari. Temuan ini konsisten
terglikasi dalam bahan otopsi menggunakan UHPLC-
dengan laporan awal tentang HbA1C pada seluruh
QqQ-MS /MS namun berhasil menerapkan metode
darah postmortem.17
untuk menentukan hemoglobin terglikasi dalam
HbA1c relatif stabil untuk menganalisi
whole blood postmortem menggunakan UHPLC-
sampel postmortem dan berkorelasi baik dengan
QqQ-MS/MS. Mereka juga merekomendasikan untuk
sampel klinis. HbA1c dalam darah berguna untuk
membandingkan kadar HbA1c postmortem dengan
menyelidiki tidak hanya gangguan metabolisme fatal
marker hiperglikemia lainnya, tes toksikologi, hasil

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN
294

Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020


The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

yang terjadi pada diabetes mellitus tetapi juga


berguna untuk menyelidiki tidak hanya gangguan
proses kematian akibat sebab lain. Menurut Chen et
metabolisme fatal yang terlibat dalam diabetes
al. hiperglikemia sering terdeteksi pada asfiksia
mellitus tetapi juga proses kematian karena
mekanis, tenggelam di air asin, penyakit
penyebab lain. Karena komplikasi diabetes sering
serebrovaskular, penyakit jantung iskemik dan
terlibat dalam penyebab kematian mendadak atau
sengatan listrik.8
penyebab lainnya, diagnosis postmortem diabetes
Memastikan diagnosis diabetes mellitus
mellitus dengan melakukan pemeriksaan kadar
berdasarkan temuan morfologi sangat sulit pada
HbA1c adalah penting dalam otopsi forensik rutin.
banyak kasus hal ini menyebabkan tidak
terdiagnosisnya penyakit ini. Oleh karena itu, dalam
UCAPAN TERIMAKASIH
menilai gangguan metabolisme glukosa postmortem
Terimakasih penulis ucapkan kepada Direktur Rumah
pada diabetes mellitus penting untuk menentukan
Sakit M Djamil Padang atas izin penelitian yang
apakah nilai HbA1c dipengaruhi oleh konkomitan
diberikan dan kepada Dekan Fakultas Kedokteran
lainnya, penyakit selain diabetes atau penyebab
Universitas Andalas. Penelitian ini didanai oleh
kematian karena penyebab luar (cedera). Untuk
Kementrian Riset dan Teknologi melalui dana BNPB
mengungkap diabetes yang tidak terdiagnosis atau
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas tahun 2018
tidak terkelola dengan baik dalam bedah mayat,
Nomor Kontrak 99/BBPT/PNP/FK-Unand-2018.
kadar HbA1c berguna untuk membedakan
Terimakasih juga penulis ucapkan kepada semua
ketoasidosis diabetik dari kelaparan atau
dokter muda bagian forensik yang sudah membantu
ketoasidosis alkoholik, mengungkap kematian akibat
penelitian ini.
hiperglikemik hiperosmolar menyatakan dan
mendiagnosis koma diabetes yang fatal. HbA1c
DAFTAR PUSTAKA
dianggap lebih dapat diandalkan daripada kadar
1. Konsensus Pengelolahan dan Pencegahan Diabetes
glukosa postmortem dan memberikan panduan
Militus tipe 2 di Indonesia. PERKENI. 2019.
dalam mendiagnosis kematian setelah kematian 2. International Diabetes Federation. Diabetes atlas. 8th
mendadak akibat diabetes melitus.8 ed. Brussels: International Diabetes Federation; 2017.
Available from: http://www.diabete satlas.org/
3. Goullé JP, Lacroix C, Bouige D. Glycated hemoglobin: a
KESIMPULAN
useful post-mortem reference marker in determining
Seharusnya diagnosis diabetes dapat diabetes. Forensic Sci Int. 2002 Aug 14;128(1-2):44-9.
ditentukan dengan pemeriksaan kadar glukosa doi: 10.1016/s0379-0738(02)00152-4. PMID:
12208021.
darah, namun kadar glukosa darah postmortem
4. Keltanen T, Sajantila A, Valonen T, et al. HbA1c method
dapat mengalami penurunan karena terjadinya
evaluation for postmortem samples. Forensic Sci Med
metabolisme yang terus berlanjut sehingga tidak Pathol. 2015;11:35–39.
dapat menjadi indikator diabetes mellitus yang 5. Palmiere C. Postmortem diagnosis of diabetes mellitus
and its complications. Croat Med J. 2015;56:181–193.
memadai. Pengukuran kadar HbA1c merupakan
6. Na JY. Point-of-care hemoglobin A1c testing in
sebuah metode yang telah terbukti sebagai kontrol
postmortem examination. Forensic Sci Med Pathol.
glukosa pada penatalaksanaan rutin pada pasien 2018;14(3):322-26.
dengan diabetes melitus. HbA1c dalam darah

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN
295

Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020


The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

7. Hess C, Wöllner K, Musshoff F, Madea B. Detection of Attribution-NonCommercial 4.0 International License


(http://creativecommons.org/licenses/by-nc/4.0/), which
diabetic metabolism disorders post-mortem – forensic permits unrestricted non-commercial use, distribution, and
case reports on cause of death hyperglycaemia. Drug reproduction in any medium, provided the original author and
source are properly cited.
Test Analysis. 2018;5:795-801.
8. Lepik D, Tõnisson M, Kuudeberg A, Väli M. Glycated
haemoglobin (HbA1c) for postmortem diagnosis of
diabetes. Forensic Sci Res. 2018;3(2):170-177.
Published 2018 Apr 18.
doi:10.1080/20961790.2018.1452354
9. Fekete JF, Kerenyi NA. Postmortem blood sugar and
blood urea nitrogen determination. Canad Med Ass J.
1965;92:970-973.
10. Hess C, Musshoff F, Madea B. Disorders of glucose
metabolism- post mortem analyses in forensic cases:
Part I. Int J Legal Med. 2011;125:165- 70.
11. Walz L, Jönsson AK, Zilg B, Östgren CJ, Druid H. Risk
factors for fatal hyperglicaemia confirmed by forensic
postmortem examination- A nationwide cohort in
Sweden. PloS ONE. 2016;11(10):1-15.
12. Zilg B. Postmortem analysis of viterous fluid.
Stockholm: Karolinska Institute. 2015;10-28
13. Lukočiūtė G, Ginčienė K, Chmieliaustas S, Laima S,
Stasiūnienė J, Fomin D, et al. The post-mortem
evaluation of glucose concentration in blood and its
diagnostical value. International Conference on
Innovations in Science and Education. 2019 March 20-
22;Prague, Czech Republic.766-70.
14. Sraun Y, Tomuka D, Kristanto E. Perubahan Kadar Gula
Darah Post Mortem. Manado: Bagian Ilmu Kedokteran
Forensik RSUP. Prof.Dr.R.D Kandou Manado. Fakultas
Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado; 2014.
15. Walz L, Jönsson AK, Zilg B, Östgren CJ, Druid H. Risk
factors for fatal hyperglicaemia confirmed by forensic
postmortem examination- A nationwide cohort in
Sweden. PloS ONE. 2016;11(10):1-15.
16. Nowak K, Jurek T, Zawadzki M. Postmortem
Determination of Short-Term Markers of
Hyperglycemia for the Purposes of Medicolegal
Opinions. Diagnostics (Basel). 2020;10(4):236.
Published 2020 Apr 19.
doi:10.3390/diagnostics10040236
17. White L, dkk. 2001. Association of Postmortem Blood
Hemoglobin A1c Levels With Diabetic Conditions in
Aviation Accident Pilot Fatalities. Office of Aerospace
Medicine Washington, DC.

Copyright @ 2020 Authors. This is an open access article


distributed under the terms of the Creative Commons

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN
296

Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020


The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

Laporan Kasus

Raising Awareness Of Autopsy


In The Covid-19 Pandemic Era
Kristina Sihaloho, Asan Petrus, Tampak Linggom, Dewi Astuti
Department of Forensics and Medicolegal
Faculty of Medicine of North Sumatra University

ABSTRACT
Background: In an atmosphere of the Covid-19 pandemic where people are currently worried about their
family members being infected with the corona virus, the State and society are focusing on prevention with various
policies, both national and local, which must be obeyed by the community. On the other hand, it turns out that
crime has actually increased as reported in online news: The Indonesian National Police (POLRI) stated that the
crime rate has increased during the corona pandemic. Head of the Public Information Bureau (Karopenmas) of the
National Police Headquarters (Mabes Polri), Police Brigadier General Argo Yuwono stated that the crime rate
increased by 19.72 percent from the pre-pandemic period: “In February 2020 there were 17,411 cases. In March
2020 there were 20,845 cases” (Police Brigadier General Argo Yuwono, 13/4/20). The increase in the crime rate is
partly due to the fact that many people are economically affected in the midst of the pandemic. They finally chose a
shortcut by committing crimes. Agus also stated that criminals take advantage of situations of social restriction
that make the neighborhood quiet to carry out their actions. (Inspector General Agus Andrianto, 20/4/2020). In the
midst of the corona pandemic, the most common crimes in Jakarta are theft, mugging, and robbery of minimarkets
(Police Commissioner Yusri Yunus, 2020), including drug trafficking and abuse.
Case Report: A case was reported in which a man with the initials A.S. is suspected of being a dead victim
of a criminal act and an external examination is carried out, and examination is based on the investigator's request
letter on the same day.
Results: In the victim's corpse, bruises were found that did not disappear with pressure, stiff corpses were
difficult to resist, blue color was found on the lips, fingertips and toes, bleeding spots were found on the eyelids and
on the lungs, bruises and abrasions were found in the neck, upper limbs, lower limbs, and there is blood absorption
in the scalp. The results of the anatomical pathology examination: Lung tissue has been damaged by a long disease
process, it was found that the liver tissue was damaged which was dominated by fatty tissue. Toxicology
examination indicated: Methamphetamine substance was found in the stomach.
Conclusion: From the results of external and internal examinations as well as supporting examinations, it
was concluded that the cause of death of the victim was suffocation due to lung disease which had been suffered
by the victim for a long time.

Keywords: sudden death, lung disease

Korespondensi : Kristina Sihaloho,email: kristinarsmh@gmail.com

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN
297

Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020


The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

PENDAHULUAN
tubuh mayat. Perubahan itu akan terjadi dari mulai
Kematian merupakan akibat suatu proses
terhentinya suplai oksigen. Manifestasinya akan
yang dapat dikenal secara klinisi pada seseorang
dapat dilihat setelah beberapa menit, jam, dan
melalui pengamatan terhadap terjadinya perubahan
seterusnya. Setelah beberapa waktu, timbul
pada tubuh mayat. Dimana manifestasinya dapat
perubahan pasca mati yang jelas memungkinkan
dilihat setelah beberapa menit, jam dan seterusnya.
diagnosis kematian lebih pasti.1,2
Penyebab kematian dapat juga akibat terhentinya
Sedangkan mendadak merupakan kata yang
suplai oksigen itu sendiri yang disebabkan karena
berkaitan dengan waktu yang cepat atau seketika
adanya hambatan masuknya oksigen ke dalam
terhadap munculnya suatu kejadian atau peristiwa.
sistem respirasi, dan juga menyebabkan
Mendadak kaitannya dengan kematian dapat
terganggunya pengeluaran karbon dioksida dari
bersifat mutlak ataupun relatif. Dilihat dari
tubuh sehingga kadarnya dalam darah meningkat.
perjalanan waktu kata mendadak dapat diartikan
Suatu keadaan yang mana terjadinya gangguan
seketika, saat itu juga. Mendadak juga dapat
dalam pertukaran udara pernafasan yang normal
dirasakan bagi orang yang sempat bertemu dengan
disebut dengan asfiksia, salah satunya dijumpai
korban saat masih sehat dan sangat terkesan dengan
karena penyakit.1,2
pertemuan tersebut.1,2
Kematian mendadak pada system respirasi
Etiologi
melalui mekanisme perdarahan, asfiksia, dan atau
Penyebab mati mendadak dapat
pneumothoraks. Perdarahan dapat terjadi pada
diklasifikasikan menurut sistem tubuh, yaitu sistem
tuberkulosis paru, kanker paru, bronkiektasis, abses,
kardiovaskular, sistem pernapasan, sistem susunan
dan sebagainya. Sedangkan asfiksia terjadi pada
saraf pusat, sistem gastrointestinal, sistem
pneumonia, spasme saluran napas, asma, dan
haemopoietik dan sistem endokrin. Dari sistem-
penyakit paru obstruktif kronis, aspirasi darah atau
sistem tersebut, yang paling banyak menjadi
tersedak.11
penyebab kematian adalah sistem kardiovaskular
dan system respirasi.6
TINJAUAN PUSTAKA
Kematian mendadak pada Sistem Respirasi
Definisi WHO untuk kematian mendadak
dikarenakan tidak masuknya oksigen ke sirkulasi oleh
adalah kematian yang terjadi pada 24 jam sejak
karena penyakit pada paru- paru itu sendiri .11
gejala-gejala timbul, namun pada kasus-kasus
forensik, sebagian besar kematian terjadi dalam
LAPORAN KASUS
hitungan menit atau bahkan detik sejak gejala
Dilaporkan sebuah kasus korban laki-laki,
pertama timbul. Kematian mendadak tidak selalu
inisial A.S yang di duga meninggal akibat tindak
tidak terduga, dan kematian yang tak diduga tidak
pindana, Korban diantar polisi ke RSUP.H. Adam
selalu terjadi mendadak, namun amat sering
Malik Medan bersama surat permintaan
keduanya ada bersamaan pada suatu kasus.1
pemeriksaan luar dan dalam sesuai permintaan
Kematian adalah suatu proses yang dapat
Nomor B/4030/IX/2020.
dikenal secara klinis pada seseorang melalui
pengamatan terhadap perubahan yang terjadi pada

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN
298

Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020


The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

Pemeriksaan Umum
Dijumpai sesosok mayat laki-laki berkhitan,
dikenal, inisial A.S panjang badan seratus tujuh
puluh sentimeter, perawakan gemuk, warna kulit
sawo matang, rambut hitam, lurus, berkumis tipis
dan berjenggot, memakai celana dalam bahan kaos
berwarna abu abu berukuran XL, kebangsaan
Indonesia, dijumpai tahi lalat dibawah bibir
sebelah kanan ,berwarna hitam bentuk menonjol,
bentuk bulat, berambut dengan ukuran garis
tengah nol koma lima sentimeter dari garis tengah Anggota gerak Atas:
tubuh dan nol koma lima sentimeter dari sudut  Dijumpai luka lecet pada lengan bawah
mulut kanan. dengan ukuran panjang tiga sentimeter
lebar satu sentimeter dengan jarak dua
puluh dua sentimeter dari pergelangan
tangan, tiga puluh sentimeter dari puncak
bahu
 Dijumpai luka lecet pada punggung tangan
dengan ukuran panjang nol koma lima
sentimeter dan lebar nol koma lima
sentimeter dengan jarak tujuh sentimeter
dari pergelangan tangan, delapan
PEMERIKSAAN LUAR :
sentimeter dari ujung jari kelingking
Mata: Mata terutup, dijumpai bintik pendarahan,
 Dijumpai luka lecet pada pergelangan
teleng mata keruh, tidak dijumpai tanda tanda
tangan kiri sisi dalam, panjang Sembilan
kekerasan.
sentimeter dan lebar nol koma satu
Hidung: Simetris, dijumpai keluar darah dari kedua
sentimeter. Jarak dari lipatan siku kiri dua
lubang hidung,pada perabaan tidak dijumpai tanda
puluh lima sentimeter dan jarak dari ujung
tanda patah tulang hidung.
jari jempol kiri empat belas sentimeter
Mulut: Mulut tertutup, dijumpai kedua bibir
.
berwarna kebiruan, dijumpai keluar darah dari
mulut.

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN
299

Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020


The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

Anggota gerak Bawah


 Dijumpai luka lecet pada pergelangan
tangan bentuk setengah lingkaran dengan
ukuran panjang Sembilan sentimeter lebar
nol koma satu sentimeter dengna jarak dua
puluh lima sentimeter dari lipat siku dan KEPALA: Pada pembukaan kulit kepala: dijumpai

empat belas sentimeter dari ujung jempol resapan darah pada kulit kepala sebelah kiri

 Dijumpai ujung-ujung berwarna biru, tidak belakang dengan ukuran panjang enam koma lima

dijumpai tanda tanda patah tulang sentimeter dan lebar enam sentimeter dengan
jarak sepuluh sentimeter dari garis tengah tubuh,
sepuluh sentimeter dari telinga kiri, tidak dijumpai
patah tulang tengkorak kepala
Pada pembukaan selaput tebal otak: Dijumpai
pembuluh darah melebar

PEMERIKSAAN DALAM

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN
300

Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020


The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

Dada: Pada pembukaan kulit dada tebal lemak


satu koma lima sentimeter, pada pembukaan Pemeriksaan Penunjang

tulang dada dijumpai resapan darah pada tulang Hasil pemeriksaan Patologi Anatomi: Jaringan paru –

dada sebelah atas dengan ukuran panjang satu paru mengalami kerusakkan oleh proses penyakit

sentimeter lebar satu sentimeter. yang sudah lama, dijumpai jaringan hati mengalami
kerusakkan yang didominasi jaringan lemak .

Paru-paru: Kongesti, tanda asfiksia disertai tanda-


Paru-paru: Pada pengangkatan paru dijumpai paru tanda proses radang kronik, kurang khas adanya
berwarna coklat kehitaman, teraba seperti spons, tanda-tanda asthma.
dijumpai bintik perdarahan, pada pemotongan
tidak dijumpai kelainan, pada perabaan rongga
dada tidak dijumpai perlengketan.

Hati: Fatty Liver

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN
301

Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020


The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

Pemeriksaan Toksikologi: Dijumpai Zat


permintaan pemeriksaan luar dan dalam.
Metamfetamina pada lambung.
Berdasarkan hasil penyelidikan dan penyidikan polisi b
dan hasil wawancara denga keluarga diketahui
terhadap korban ini sudah pernah dilakukan
penangkapan kasus kepemilikan senjata api illegal
pada sekitar bulan april 2020, di masukkan ke dalam
lembaga pemasyaratan selama 1,5 bulan namun pihak
keluarga korban saat itu mengajukan permohonan
penangguhan penahanan karena korban menderita
penyakit sesak nafas (asma), penangguhan di
kabulkan.
HASIL PEMERIKSAAN: Awal September petugas mengungkap kasus
Telah diperiksa sesosok mayat laki-laki berkhitan, narkoba yang melibatkan oknum polisi dan dilakukan
dikenal, Inisial A.S panjang badan seratus tujuh introgasi tersangka oknum polisi mengakui jika barang
puluh sentimeter, perawakan gemuk, warna kulit bukti narkoba yang ditemukan adalah miliknya yang
sawo matang, rambut hitam, lurus, berkumis tipis diperoleh dari korban A.S, berdasarkan keterangan
dan berjenggot, dijumpai lebam mayat yang tidak tersangka oknum polisi tersebut maka dilakukan
hilang dengan penekanan, kaku mayat yang sulit pengembangan dan mengarah kepada penangkapan
dilawan, dijumpai warna biru pada bibir, ujung jari korban maka korban kemudian menjadi target
tangan ujung jari kaki, bintik pendarahan pada selanjutnya untuk di tangkap.
kelopak mata dan bintik pendarahan pada paru- Pada Jumat tanggl 11 September 2020 sekitar
paru, dijumpai memar dan luka lecet di leher, pukul 02.00 WIB petugas kepolisian berhasil
anggota gerak atas, anggota gerak bawah dan menangkap korban berikut barang bukti 1 paket sabu
resapan darah di kulit kepala dan tulang dada bagian dikemas plastic klip transparan ditaksir seberat 113
atas akibat trauma tumpul dan dijumpai Zat gram, namun pada saat korban A.S ditangkap korban
Metamfetamina pada lambung. Dari hasil melakukan perlawanan dan sempat terjatuh, namun
pemeriksaan luar dan dalam serta pemeriksaaan akhirnya petugas kepolisian berhasil mengamankan
tambahan disimpulkan sebab kematian korban korban dan kemudian di masukkan ke dalam
adalah mati lemas akibat penyakit paru yang sudah mobil,tidak berapa lama namun tiba tiba korban A.S
lama diderita korban. tampak lemas dan akhirnya tidak sadar,oleh petugas
dibawa ke IGD RSUP H. Adam Malik Medan, oleh
PEMBAHASAN petugas IGD korban dinyatakan sudah meninggal, oleh
Dilaporkan sebuah kasus korban laki-laki, pihak kepolisian korban dibawa ke RS Bhayangkara
inisial AS meninggal, di duga tindak pindana. Korban untuk dilakukan autopsy.
diantar polisi ke RSUP.H. Adam Malik Medan dan Setelah keluarga mengetahui keberadaan
dilakukan pemeriksaan berdasarkan surat korban di RS Bhayangkata , keluarga menduga
permintaan Visum et Repertum, dengan jenis kematian korban akibat tindak pidana dan polisi

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN
302

Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020


The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

mengajukan untuk di lakukan pemeriksaan forensik


1. Barang siapa dengan sengaja melukai
namun keluarga keberatan dan meminta untuk
berat orang lain, dihukum karena
dilakukan pemeriksaan forensic di RSUP H.Adam Malik
menganiaya berat, dengan hukuman
Medan.
penjara selama-lamanya delapan tahun.
Terkait dengan situasi pandemic covid – 19
2. Jika perbuatan itu menjadikan kematian
saat ini di departemen Forensik dan medikolegal RSUP
orangnya, sitersalah dihukum penjara
H. Adam Malik Medan tetap melakukan pelayanan dan
selama-lamanya sepuluh tahun .
pemeriksaan forensik tanpa terkecuali dengan
Pasal 355 KUHP
meningkatan kewaspadaan dengan menggunakan
1. Penganiayaan berat yang dilakukan
Alat Pelindung diri (APD) Tingkat III untuk tenaga
dengan direncanakan terlebih dahulu ,
kesehatan dan pendukung antara lain dengan jenis
dihukum penjara selama-lamanya dua
APD yaitu masker N95 atau ekuivalen, Coverall/
belas tahun .
Gown,Boots/Sepatu karet dengan pelindung sepatu,
2. Jika perbuatan itu menyebabkan
pelindung mata, face shield, sarung tangan bedah
kematian orangnya, dihukum penjara
karet steril sekali pakai, headcap, apron.
selama-lamanya lima belas tahun.
Pada pemeriksaan luar dijumpai kekerasan berupa
memar dan luka lecet serta tanda tanda asfiksia,
KESIMPULAN
pada pemeriksaan dalam juga dijumpai tanda tanda
Dari hasil pemeriksaan luar dan dalam serta
asfiksa, pemeriksaaan tambahan dijumpai penyakit
pemeriksaan penunjang disimpulkan bahwa
paru yang kronis, dari hasil pemeriksaan luar dan
penyebab kematian korban adalah mati lemas akibat
dalam serta pemeriksaan penunjang disimpulkan
penyakit paru yang sudah lama diderita korban.
sebab kematian korban adalah mati lemas akibat
Mekanisme kematian bahwa pada saat terjadi
penyakit paru yang sudah lama diderita korban.
proses penangkapan tersebut terjadi peningkatan
Kekerasan yang dijumpai pada beberapa area tubuh
kebutuhan oksigen yang tidak terpenuhi akibat
korban diduga terjadi akibat dari proses
penyakit paru yang dideritanya sehingga
penangkapan korban.
menyebabkan korban lemas kemudian meninggal
dunia.
TINJAUAN HUKUM
Berdasarkan hasil anamnesa keluarga,
SARAN
penyidik dan pemeriksaan autopsy serta
Di Era Pandemic covid 19 ini seluruh petugas medis
pemeriksaan penunjang, maka korban mengalami
dalam melakukan pemeriksaan forensic klinis
kekerasan, penulis sampai saat ini belum mendapat
maupun forensik patologis agar meningkatkan
keterangan perihal tentang itu namun jika itu suatu
kewaspadaan menggunakan Alat Pelindung diri (APD)
penganiayaan maka terdapat beberapa pasal dari
Tingkat III untuk tenaga kesehatan dan pendukung
hukum pidana (KUHP) yang mungkin dapat
antara lain dengan jenis APD yaitu masker N95 atau
dikenakan pada tersangka/pelaku seperti:
ekuivalen,Coverall/Gown,Boots / sepatu karet dengan
a. Tentang penganiayaan
Pasal 354 KUHP

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN
303

Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020


The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

pelindung sepatu, pelindung mata, face shield, sarung


17. Parikh C.K, : Parikhs textbook of Medical Jurisprudence
tangan bedah karet steril sekali pakai, headcap, apron. and Toxicology, Medical Publication, Bombay –
India;1979:pp.126–8
18. Arif Budiyanto, dkk. Ilmu kedokteran forensik. Jakarta:
Bagian Kedokteran Forensik FKUI, 1997; hlm.2, 214-
218
19. Gonzales TA, et al. Legal medicine : pathology and
toxicology. Appleton Centuries Crofts, Inc : New York,
1996 : hlm 122-124, 132-133

20. Dahlan S. Ilmu kedokteran forensik : pedoman bagi


dokter dan penegak hukum. Badan Penerbit
Universitas Diponegoro. Semarang, 2000 : 48
th
21. Sheperd, Richard. Simpson's forensic medicine. 12
editionm. Greaat Britain: Arade Publisher, 2003; page
120, 124-125
22. Hall & Guyton. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9.
Jakarta, 1997 : EGC ; hlm. 706-707
23. Knight. B, forensic Pathology. Second edition. Oxford
university press, inc : New York, p 506 - 507
24. Mardjono Mahar Prof. DR dan Sidharta Priguna.
Prof.DR. Neurologi Klinis Dasar. Edisi 6. Dian Rakyat :
Jakarta, 2007 : 439
25. DiMaio, Vincent, Dominick DiMaio. Forensic pathology.
2nd edition. New York:CRC Press LLC, 2001

Copyright @ 2020 Authors. This is an open access article


distributed under the terms of the Creative Commons
Attribution-NonCommercial 4.0 International License
(http://creativecommons.org/licenses/by-nc/4.0/),
which permits unrestricted non-commercial use,
DAFTAR PUSTAKA distribution, and reproduction in any medium, provided
the original author and source are properly cited.
10. Amir A, : Kapita Selekta Kedokteran Forensik, FK–USU,
Medan;1995:pp.57-62.
11. Chadha P.V, : Ilmu Forensik dan Toksikologi , Alih
bahasa Johan Hutauruk, Widya Medika,
Jakarta;1975:pp.
12. Hamdani N, : Ilmu Kedokteran Kehakiman, Edisi Kedua,
PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta;1992:p.44–7.
13. Idries AM, : Pedoman Ilmu Kedokteran Forensic, Edisi
Pertama, PT. Binarupa Aksara, Jakarta, 1989, pp.254 –
6.
14. Knight B, Arnold, : Simsons Forensic Medicine, 11th
Edition, Oxford university Press. Inc, New York –
USA;1997:p.19.
15. ModiNJ, : Medical Jurisprudence and Toksikologi, 18 th
Edition, Bombay – India, 1972, pp.88–90.
16. Nandy A, : Principles of Forensic Medicine, New
General Book Agency (P) Ltd, Calcuta –
India;1995:p.184.

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN
304

Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020


The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

Laporan Kasus

Transportation Injury and Risk Factor of Safety Equipment Usage


Based on Health Demographic Surveillance System (HDSS) Sleman
Data 2016-2019
Beta Ahlam Gizela
Departemen Forensik dan Medikolegal, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

ABSTRACT
Introduction: A road transportation accident can cause injury, and may reduce quality of life. Detection of injury in
the community is very important as the base of policy in community health management, so promotive and
preventive approach can be done properly to lower the prevalence.
Method: This article based on secondary data from Health Demographic Surveillance System (HDSS) Sleman 2016-
2019.
Result: Data of injury taken from cycles 2, 3, and 5 HDSS Sleman (2016, 2017, and 2019). Road transportation
injury is the highest prevalence in injury case every year. Majority of case is motorcyclist, and twenty percent of
them suffer from head injury. Otherwise, the usage of safety equipment always above 70 percent in motorcyclists.
Active age, education, history of hypertension, and site of accident contribute to people wearing helmet. Helmet as
safety equipment significantly contribute to head injury.
Conclusion: We need to keep more attention on transportation accident as the priority in management of
community health due to injury.

Keywords: transportation, injury, safety equipment

Korespondensi : Beta Ahlam Gizela,email: betagizela@ugm.ac.id

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN
305

Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020


The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

PENDAHULUAN
(MHREC) Fakultas Kedokteran, Kesehatan
Kecelakaan dapat mengakibatkan cedera,
Masyarakat, dan Keperawatan Universitas Gadjah
dan dapat menurunkan kualitas hidup manusia.
Mada dengan nomor surat: KE/FK/ 0593/EC/2020.
Cedera akibat kecelakaan lalu lintas adalah salah
satu masalah kesehatan yang sangat serius di dunia.
Data dianalisis dengan menggunakan STATA
World Health Organization (WHO) tahun 2015
Versi 16. Proses analisis menggunakan pendekatan
mempublikasikan The Global Report on Road Safety
deskriptif dan analisis regresi logistik tunggal dan
yang menyatakan, sekitar 1,25 juta orang di dunia
berganda dengan Odds Ratio (OR) untuk melihat
meninggal akibat kecelakaan lalu lintas, dan angka
kemungkinan risiko
ini berada di kisaran sama sejak tahun 2007 hingga
2013.1
Cedera akibat kecelakaan lalu lintas di Hasil
Indonesia adalah penyebab utama kematian dan Penelitian ini adalah penelitian multi tahun.
2
disabilitas secara umum. Riset Kesehatan Dasar HDSS Sleman telah melakukan pengambilan data
(Riskesdas) pada tahun 2018 mendapatkan sejak tahun 2015. Saat ini telah selesai dilakukan
prevalensi cedera yang terjadi di Indonesia sebesar pendambilan data sebanyak 5 siklus. Siklus 1
9,2% dengan urutan penyebab cedera terbanyak dilakukan tahun 2015, siklus 2 dilakukan tahun 2016,
adalah kecelakaan sepeda motor sebesar 45%. siklus 3 dilakukan tahun 2017, siklus 4 dilakukan
Proporsi cedera yang disebabkan kecelakaan lalu tahun 2018, dan siklus 5 dilakukan tahun 2019.
lintas di daerah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Pengambilan data dilakukan berdasarkan modul
menyumbang urutan ke-9 tertinggi setelah yang dipersiapkan. Pengambilan data dengan modul
3
Kalimantan Utara. Identifikasi faktor risiko pada cedera dilakukan pada siklus 2, 3, dan 5. Dengan
cedera akibat kecelakaan lalu lintas penting demikian, data yang dipergunakan dalam penelitian
dilakukan dalam kedokteran komunitas agar dapat ini adalah data tahun 2016, 2017, dan 2019.
disusun langkah promotif dan preventif, sehingga Diperoleh data kasus cedera sebanyak 1676. Cedera
diharapkan makin menurun kejadiannya, khususnya akibat kecelakaan transportasi darat menempati
cedera kepala. Penelitian ini, juga mencari faktor urutan tertinggi yaitu berjumlah 62% (Gambar1).
risiko terkait penggunaan helm standard.
100%
80%
62%
60% 54%
Metode 40%
35%
40% 29% 31%

20% 13,6% 8,8%


Artikel ini disusun berdasarkan penelitian 4,3%
1,7%2,0%
0,8%0,4%
0,3% 2,9%
2,1%
1,8%4,0%
0,0% 0,9%2,4%
0,6% 2,8%
0,0%
0%
dengan menggunakan data sekunder dari Health 2016 2017 2019
Demographic Surveillance System (HDSS) Sleman Transportasi Jatuh Benda Tajam
tahun 2016-2019. Data HDSS Sleman merupakan Terbakar Tergigit Kejatuhan Lem
data multi tahun hasil penelitian longitudinal. Keracunan Lainnya
Penelitian ini telah mendapat kelaikan etik dari
Medical and Health Research Ethics Committee

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN
306

Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020


The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

Gambar 1. Cedera berdasarkan penyebab menurut


modul HDSS 100%
78% 73% 76%
Pada kecelakaan lalu lintas, didapatkan 80%
60%
tahun 2107 terjadinya cedera (OR=1,6, p<0.05)
40%
dibandingkan dengan tahun 2019, usia dewasa 17% 20% 17%
20% 6,5%
3,7%
0,7% 0,5% 0,0% 0,0% 0,7% 3,8%
2,0%
(OR=2,1, p<0.001) dan pendidikan tinggi (OR=2,541, 0%
p<0.001) dan lokasi cedera di jalanan (OR=2.9, 2016 2017 2019

p<0.001) memiliki kemungkinan mengalami cedera Helm Standar Terkancing

transportasi lebih tinggi dibandingkan kelompok Helm Standar Tidak Terkancing


Helm Tidak Standar
lainnya. Kelompok usia dewasa dalam penelitian ini
Tidak Pakai Helm
adalah usia 21 tahun hingga 59 tahun. Sebanyak 81%
Tidak Tahu
kasus cedera transportasi terjadi pada pengguna
Gambar 2. Pemakaian helm standar pada pengguna
sepeda motor (Tabel 1).
Tabel 1. Faktor yang berkontribusi terhadap cedera transportasi darat sepeda motor.
Bukan
Sepeda Sepeda Dua puluh satu persen dari 1276 kasus cedera
Total Motor Motor Chi Unadjusted Adjusted
Variabel n n % n % p OR p OR p transportasi mengalami cedera kepala. Faktor
Tahun 2016 484 405 84% 79 16% 0 1.522 0.015 1.585 0.017
Tahun 2017 412 341 83% 71 17% 1.426 0.047 1.291 0.186
Tahun 2019 380 293 77% 87 23% 1 1
demografi, faktor penyakit sebelumnya dan lainnya
Umur
Lainnya 605 433 72% 172 28% 0 1 tidak mempunyai perbedaan terkait dengan cedera
Dewasa 667 603 90% 64 10% 3.743 0 2.135 0
Pendidikan kepala. Hanya satu faktor yang mempengaruhi yaitu
Dasar 538 380 71% 158 29% 0 1
Tinggi
Pekerjaan
704 635 90% 69 10% 3.826 0 2.541 0
penggunaan alat pelindung diri berupa helm standar
Di rumah 347 272 78% 75 22% 0.421 1
Kerja di luar 929 767 83% 162 17% 1.042 0.42 memiliki kecenderungan lebih rendah mengalami
Frekuensi Cedera
dalam 1 tahun cedera kepala (OR=0,499, p<0.001) dibandingkan
>1 kali 131 99 76% 32 24% 0.078 1
1 Kali 1145 940 82% 205 18% 1.482 0.07
Jenis Kelamin
yang tidak menggunakan helm standar dan tidak
Perempuan 574 465 81% 109 19% 0.73 1
Laki-laki 702 574 82% 128 18% 1.051 0.73 menggunakan helm (Tabel 2).
Cedera Kepala
Tidak 1010 829 82% 181 18% 0.248 1
Ya 266 210 79% 56 21% 0.819 0.243
Hipertensi
Tidak 1099 903 82% 196 18% 0.083 1
Ya 118 89 75% 29 25% 0.666 0.075
Diabetes Mellitus
Tidak 1179 962 82% 217 18% 0.684 1
Ya 38 30 79% 8 21% 0.846 0.679
Stroke
Tidak 1208 986 82% 222 18% 0.287 1
Ya 9 6 67% 3 33% 0.45 0.262
Jumlah Anak
>2 anak 87 76 87% 11 13% 0.206 1
<2 anak 494 405 82% 89 18% 0.659 0.224
Lokasi
Kecelakaan
Non Jalan 228 137 60% 91 40% 0 1
Jalan 1048 902 86% 146 14% 4.104 0 2.937 0

Penggunaan helm standar secara benar berkisar 73-


78% pada pengguna sepeda motor. Penggunaan
helm standar secara tidak benar, tidak dimasukkan
dalam kriteria helm standar (Gambar 2).

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN
307

Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020


The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

Tabel 2. Faktor yang berkontribusi terhadap cedera kepala pada kecelakaan Tabel 3. Faktor yang berkontribusi pada penggunaan helm standar oleh pengendara
transportasi darat sepeda motor
Cedera Tidak Cedera Helm Bukan Helm
Total Kepala Kepala Chi Unadjusted Adjusted Total Standar Standar Chi Unadjusted Adjusted
Variabel N n % n % P OR P OR P
Variabel N n % n % P OR P OR P
Tahun 2016 405 315 78% 90 22% 0 1.099 0.605
Tahun 2016 405 85 21% 320 79% 0 1.149 0.471
Tahun 2017 341 250 73% 91 27% 0.862 0.42
Tahun 2017 341 70 21% 271 79% 1.118 0.58 Tahun 2019 293 223 76% 70 24% 1
Tahun 2019 293 55 19% 238 81% 1 Umur
Umur Lainnya 433 288 67% 145 33% 0 1
Lainnya 433 88 20% 345 80% 0.971 1 Dewasa 603 497 82% 106 18% 2.361 0 1.572 0.008
Dewasa 603 122 20% 481 80% 0.994 0.971 Pendidikan
Pendidikan Dasar 380 224 59% 156 41% 0 1
Tinggi 635 545 86% 90 14% 4.217 0 3.591 0
Dasar 380 82 22% 298 78% 0.398 1 Pekerjaan
Tinggi 635 123 19% 512 81% 0.873 0.396 Di rumah 272 187 69% 85 31% 0.002 1
Pekerjaan Kerja di luar 767 601 78% 166 22% 1.646 0.002
Di rumah 272 62 23% 210 77% 0.221 1 Frekuensi Cedera
Kerja di luar 767 148 19% 619 81% 0.81 0.218 dalam 1 tahun
>1 kali 99 75 76% 24 24% 0.984 1
Frekuensi 1 Kali 940 713 76% 227 24% 1.005 0.984
Cedera dalam 1
Jenis Kelamin
tahun
Perempuan 465 345 74% 120 26% 0.264 1
>1 kali 99 15 15% 84 85% 0.174 1 Laki-laki 574 443 77% 131 23% 1.176 0.264
1 Kali 940 195 21% 745 79% 1.466 0.19 Hipertensi
Jenis Kelamin Tidak 903 677 75% 226 25% 0.128 1
Perempuan 465 103 22% 362 78% 0.162 1 Ya 89 73 82% 16 18% 1.523 0.142 1.827 0.048
Laki-laki 574 107 19% 467 81% 0.805 0.162 DM
Hipertensi Tidak 962 726 75% 236 25% 0.561 1
Ya 30 24 80% 6 20% 1.3 0.57
Tidak 903 181 20% 722 80% 0.968 1
Stroke
Ya 89 18 20% 71 80% 1.011 0.968 Tidak 986 746 76% 240 24% 0.622 1
Diabetes Ya 6 4 67% 2 33% 0.643 0.612
Mellitus Jumlah Anak
Tidak 962 194 20% 768 80% 0.63 1 >2 anak 76 59 78% 17 22% 0.947 1
Ya 30 5 17% 25 83% 0.792 0.638 < 2 anak 405 313 77% 92 23% 0.98 0.947
Stroke Lokasi Kecelakaan
Non Jalan 137 73 53% 64 47% 0 1
Tidak 986 196 20% 790 80% 0.101 1
Jalan 902 715 79% 187 21% 3.352 0 2.771 0
Ya 6 3 50% 3 50% 4.031 0.089
Jumlah Anak
>2 anak 76 13 17% 63 83% 0.461 1 Diskusi
< 2 anak 405 84 21% 321 79% 1.268 0.469
Penggunaan
Helm Penelitian yang dilakukan menunjukkan
Tidak standar 251 74 29% 177 71% 0 1
Standar 788 136 17% 652 83% 0.499 0 0.499 0 kecelakaan transportasi darat atau kecelakaan lalu
Lokasi
Kecelakaan
Non Jalan 137 27 20% 110 80% 0.874 1 lintas menempati urutan tertinggi kasus cedera
Atau bila tanpa helm standar atau tidak berdasarkan data HDSS Sleman. Kecelakaan lalu
menggunakan helm kemungkinan cederanya lintas adalah kecelakaan yang terjadi atau berasal
menjadi 2 kalinya dibandingkan yang menggunakan
dari jalan lalu lintas umum yang menghasilkan satu
helm standard. atau lebih orang terbunuh atau terluka, dan
Tabel 3 menyajikan faktor yang setidaknya satu kendaraan yang bergerak terlibat.4
mempengaruhi penggunaan helm standar. Kecelakaan lalu lintas menjadi penyebab utama
Didapatkan usia dewasa (OR=1,572, p<0,01), tingkat peningkatan beban kesehatan di seluruh dunia
pendidikan tinggi (OR=3,591, p<0,001), riwayat
terkait trauma akibat cedera pada satu atau lebih
hipertensi (OR=1,9, p<0.05), dan lokasi kecelakaan di bagian tubuh hingga dapat berujung pada kematian.5
jalan (OR=2,8, p<0.001) memiliki kecenderungan Riskesdas tahun 2018 melaporkan bahwa cedera
memakai helm standar lebih tinggi dibanding akibat KLL menyumbang proporsi 31,4% dari seluruh
kelompok lainnya. kasus cedera yang terjadi di Indonesia.3 Kecelakaan
lalu lintas adalah fenomena kompleks yang
disebabkan oleh kombinasi nonlinier beberapa
faktor resiko. Interaksi antara faktor manusia, faktor
kendaraan, faktor jalan dan kondisi alam dapat
saling mempengaruhi satu sama lain dalam
6
menimbulkan kejadian ini.

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN
308

Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020


The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

Penelitian ini juga mendapatkan kelompok usia


keadaan kepala diam dibentur oleh benda yang
dewasa memiliki kecenderungan lebih besar
bergerak, kepala yang tidak dapat bergerak dibentur
mengalami kecelakaan lalu lintas dibanding
oleh benda yang begerak (kepala tegencet), atau
kelompok usia lainnya. Temuan ini sesuai dengan
kepala yang bergerak membentur benda yang
beberapa penelitian lain meskipun batas usia
diam.12
dewasa sedikit berbeda. Sepanjang tahun 2010-
WHO menyampaikan bahwa cedera di kepala dan
2014, telah dilaporkan bahwa di Indonesia korban
leher merupakan penyebab utama kematian dan
kecelakaan lalu lintas terbanyak yakni pada
cedera berat dan cacat pada pengguna sepeda
kelompok usia 16-65 tahun.4 Riskesdas tahun 2018
motor dan sepeda. Cedera kepala berkontribusi
melaporkan penduduk usia 15-70 tahun adalah usia
sebanyak 75% dari total kematian di lingkungan
yang paling sering mengalami cedera akibat KLL.3
pengguna sepeda motor dan sepeda di negara-
Penelitian ini mendapatkan 81% kasus cedera
negara Eropa. Namun pada beberapa negara
transportasi terjadi pada pengguna sepeda motor.
berpendapatan rendah dan menengah cedera kepala
Temuan ini sejalan dengan temuan beberapa
diperkirakan sebesar 88% dari total kematian di
peneliti lain. Djaja (2016) melaporkan berdasarkan
jalan.13
jenis kendaraan yang terlibat, angka kejadian
Penelitian ini mendapatkan penggunaan alat
terbanyak kecelakaan adalah kendaraan sepeda
pelindung diri berupa helm standar memiliki
motor, diikuti dengan mobil penumpang, dan kereta
kecenderungan lebih rendah mengalami cedera
api.4 Global Status Report on Road Safety 2018
kepala dibandingkan yang tidak menggunakan helm
menyampaikan bahwa kematian tertinggi terjadi
standar dan tidak menggunakan helm. Temuan ini
pada pengendara/penumpang kendaraan bermotor
sejalan dengan penelitian Chang, et al. (2016) yang
roda dua atau tiga sebanyak 43% di negara Asia
menyebutkan faktor penyebab cedera parah
Tenggara dan Pasifik Barat.7 Singh et al. (2015) juga
pengendara sepeda motor antara lain berkendara
melaporkan korban kecelakaan lalu lintas tertinggi
tanpa helm, selain penggunaan alcohol, kecepatan
pada kelompok pengendara sepeda motor (89.1%).8
berkendara, jenis kendaraan motor besar.14
Penelitian ini mendapatkan 21% kasus kecelakaan
Peneliti lain mendapatkan implementasi aturan
mengalami cedera kepala. Temuan ini berbeda
penggunaan helm menurunkan angka kematian
dengan temuan Peter (2018) yang mendapatkan
kecelakaan lalu lintas pengendara sepeda motor dan
mayoritas (42%) korban kecelakaan lalu lintas pada
cedera kepala secara signifikan di Vietnam.15
pengguna sepeda motor mengalami cedera kepala9,
Penelitian Kang Ming Sun (2016) mendapatkan
serta Seid (2015) dan Carrasco, et al. (2012) yang
penggunaan helm menurunkan kecenderungan
mendapatkan cedera kepala sebagai kasus terbanyak
mengalami cedera kepala berat (OR reduction 79%)
pada kecelakaan lalu lintas.10,11 Tingginya
dan cedera kepala ringan (OR reduction 41%). Helm
penggunaan helm standar secara benar dalam
dalam penelitian Kang Ming Sun yang memiliki daya
penelitian yang mencapai 73-78% menjelaskan
proteksi adalah helm dengan penutup rahang (full
rendahnya kasus cedera kepala ini.
face helmet) dan helm yang menutup kepala penuh
Cedera kepala dapat terjadi akibat benturan yang
sampai samping (open face helmet). Pengunaan
cukup kuat. Benturan pada kepala dapat terjadi pada

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN
309

Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020


The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

helm selain kedua tipe tersebut dikelompokkan


dan 20% di antaranya mengalami cedera kepala.
menjadi 1 dengan tidak menggunakan helm. Artikel
Helm standar digunakan oleh lebih dari 70%
ini juga merekomendasikan upaya legislatif untuk
pengguna sepeda motor.
mengeliminasi penggunaan helm yang tidak
Faktor yang mempengaruhi cedera kepala adalah
standar.16 Kriteria helm ini sama dengan kriteria
penggunaan helm standar secara bermakna. Faktor
helm standar yang digunakan oleh peneliti. Peneliti
lainnya tidak memberikan kontribusi secara
mengelompokkan helm standar yang digunakan
bermakna terhadap cedera kepala.
terkancing sebagai penggunaan helm standar.
Usia aktif, pendidikan, riwayat penyakit hipertensi
Penelitian yang dilakukan oleh Thomas (2016)
dan lokasi kecelakaan memberikan kontribusi orang
mendapatkan risk ratio cedera kepala pada
untuk menggunakan helm. Perlu usaha promosi
penggunaan helm sebesar 0.40 (95% CI 0.31–0.52).
dengan memperhatikan keempat faktor tersebut
Artikel ini menggarisbawahi temuannya bahwa
sebagai bahan media promosi.
penggunaan helm memiliki proteksi yang kuat dalam
Perlu penelitian lebih lanjut terkait
mencegah cedera kepala.17 Temuan serupa
penggunaan data HDSS sebagai longitudinal studi
didapatkan oleh Peter (2018) yang menyatakan
untuk melihat kontribusi faktor di tahun
penggunaan helm memiliki daya proteksi terhadap
sebelumnya, maupun melihat dampak dari cedera
cedera kepala ringan sampai berat pada pengguna
kepala sebagai bagian kecelakaan lalu lintas
sepeda motor yang mengalami kecelakaan lalu
termasuk penyebab kematian atau disabilitas.
lintas.9
DAFTAR PUSTAKA
Penelitian ini mendapatkan usia dewasa dan tingkat
1. Nastiti, F. A. Hubungan antara Kepemilikan SIM C dan
pendidikan tinggi memiliki kecenderungan memakai
Keikutsertaan dalam Tes Pembuatan SIM dengan
alat pelindung diri berupa helm standar lebih tinggi Pengetahuan Berkendara dan Kecelakaan Lalu Litas di
dibanding kelompok lainnya. Pendidikan tinggi dapat Kabupaten Sidoarjo. The Indonesian Journal of Public
Health. 2017. 12(2), 167-178
dipahami menjadi faktor protektif terhadap
2. Mariana, A. T. and Dewi, F. S. T. Cedera Akibat
kepatuhan penggunaan helm standar mengingat
Kecelakaan Lalu Lintas di Sleman : Data HDSS 2015 dan
kemampuan pemahaman atas informasi lebih baik 2016. Journal of Community Medicine and Public
dibanding dengan kelompok pendidikan di Health. 2018. 34(6), 230-235.
3. Kementrian Kesehatan RI. Laporan Nasional RISKESDAS
bawahnya. Penurunan kepatuhan penggunaan helm
2018. Sekretariat Badan litbang Kesehatan Kementrian
pada usia tua menarik untuk diteliti lebih lanjut.
Kesehatan RI @2018 www.litbang.kemkes.go.id. 2018.
Demikian juga dengan temuan individu dengan 4. Djaja, S. et al. Description of Traffict Accident in
riwayat hipertensi yang memiliki kecenderungan Indonesia, Year 2010-2014. Health Ecology Journal.
2016. 15(1), 30-42.
menggunakan helm standar lebih tinggi dibanding
5. Ahmed, S. et al. Frequency and Nature of Road Traffic
individu tanpa hipertensi.
Injuries: Data of More Than 10.000 Patients From Ha'il
KESIMPULAN Saudi Arabia. Cureus Journal. 2019. 11(1), 1-9.
Kecelakaan lalu lintas merupakan urutan 6. Mitra, S. S. (2018). Road Traffic Injuries: A Study on
Severity and Outcome among Inpatients of a Tertiary
pertama dari kasus kecelakaan berdasarkan data
Care Level Hospital of West Bengal, India. Journal of
HDSS 2016, 2017 dan 2019. Sebanyak 81%
Emergencies, trauma, and Shock. 2018. 11(4), 247-252.
merupakan kecelakaan menggunakan sepeda motor

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN
310

Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020


The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

7. World Health Organization. Global Status Report on Observational Study. Biomed Res Int. 2016; 2016:
Road Safety 2018. 2018. [Online] Available at: 1849134.
https://www.who.int/violence_injury_prevention/road 17. Thomas M. Rice, Lara Troszak, James V. Ouellet, Taryn
_safety_status/ 2018/en/ Erhardt, Gordon S. Smith, and Bor-Wen Tsai.
8. Singh, S. K., Nasution, I. S. & Hayati, L. Angka Kejadian Motorcycle helmet use and the risk of head, neck, and
Korban Kecelakaan Lalu Lintas Berdasarkan fatal injury: Revisiting the Hurt Study. Accid Anal Prev.
Pemeriksaan Luar Visum Et Repertum di RSUP Dr. 2016 Jun; 91: 200–207.
Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2011-2013.
Copyright @ 2020 Authors. This is an open access article
2015. MKS, 47(2), pp. 105-109.
distributed under the terms of the Creative Commons
9. Peter Kiteywo Sisimwo and Geoffrey Mose Onchiri. Attribution-NonCommercial 4.0 International License
(http://creativecommons.org/licenses/by-nc/4.0/),
Epidemiology of head injuries and helmet use among which permits unrestricted non-commercial use,
motorcycle crash injury: a quantitative analysis from a distribution, and reproduction in any medium, provided
the original author and source are properly cited.
local hospital in Western Kenya. Pan Afr Med J. 2018;
31: 70.
10. Seid, M. et al. Injury Characteristics and Outcome of
Road Traffic Accident among Victims at Adult
Emergency Departement of Tikur Anbessa Specialized
Hospital, Addis Ababa, Etopia: a Prospective Hospital
Based Study. 2015. BioMed Central Emergency
Medicine, 1-9. doi:DOI 10.1186/s12873-015-0035-4.
11. Carrasco, C. E., Godinho, M., Barros, M. B. de, Rizoli, S.,
Fraga, P. G. Fatal motorcycle crashes : a serious public
health problem in Brazil. World Journal of Emergency
Surgey. 2012. 7(S5), pp. 1-6.
12. Aflanie, I., Nirmalasari, N. & Arizal, M. H. Ilmu
Kedokteran Forensik & Medikolegal. 1 ed. Depok: PT
Raja Grafindo Persada. 2017.
13. World Health Organization. Helm: Manual keselamatan
jalan untuk pengambil keputusan dan praktisi. 2016.
[Online] Available
https://apps.who.int/iris/bitstream/handle/10665/432
61/ 9241562994_ind.pdf?s equence=52
14. Chang, F., Li, M., Xu, P., Zhou, H., Haque, Md. M.,
Huang, H. Injury Severity of Motorcycle Riders Involved
in Traffic Crashes in Hunan, China: A Mixed Ordered
Logit Approach. International Journal of Environmental
Research and Public Health. 2016. 13(714), pp. 1-15.
15. Ha, N. T., Ederer, D., Vo, V. A. H., Pham, A. V., Mounts,
A., Nolen, L. D., Sugerman, D. Changes in motorcycle-
related injuries and deaths after mandatory
motorcycle helmet law in a district of Vietnam. Traffic
Injury Prevention. 2018. 19(1), pp. 75-80.
16. Kang-Min Sung, Jennifer Noble, Sang-Chul
Kim, Hyeok-Jin Jeon, Jin-Yong Kim, Han-Ho Do et all.
The Preventive Effect of Head Injury by Helmet Type in
Motorcycle Crashes: A Rural Korean Single-Center

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN
311

Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020


The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

Artikel Penelitian

Post-mortem examination of bodies suspected of dying from acute


myocardial infarction
Oktavinda Safitry1, Airin Que2
1,2Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia / RSUPN DR.
Ciptomangunkusumo

ABSTRACT
Introduction: Post-mortem examination of bodies suspected of dying from acute myocardial infarction remains a
challenge because the possibility of autopsy and histopathological findings in some autopsy results can be non-
specific. In clinical practice, cardiac troponin testing is generally used as the "gold standard" for diagnosing acute
myocardial infarction and may also be applied as a supporting tool for diagnosing sudden death from acute
myocardial infarction.
Objective: To determine whether post-mortem troponin levels can diagnose the cause of sudden death due to
acute myocardial infarction when compared with autopsy or histopathological examination.
Methods: Literature search through some online databases and critical review was carried out using
standardized Diagnostic Study Appraisal Worksheets from the Centre for Evidence-based Medicine, University of
Oxford 2010.
Result: From the article search process, there were 3 articles about diagnostic studies that filled the inclusion
and exclusion criteria. Three articles show that the examination of troponin levels, has a sensitivity from 50% -
100%, a specificity from 40% -67%, a positive predictive value from 36% -89%, a negative predictive value from
14% -100%, and a post-test probability for positive results from 37%
-98%.
Conclusion: Examination of troponin levels in blood and post-mortem pericardial fluid are not a good diagnostic
tool for diagnosing causes of sudden death from acute myocardial infarction, but can be used as a screening tool
for sudden death suspected of acute myocardial infarction.

Keywords: Acute Myocardial Infarction, Troponin, Sudden Death

Korespondensi : Airin Que, email:airinque92@yahoo.com

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN
312

Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020


The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

LATAR BELAKANG
mengeluh mual dan rasa tidak enak pada dada
Infark miokard akut (IMA) merupakan
kirinya. Istri pasien yakin suaminya meninggal
suatu kondisi yang ditandai dengan adanya cedera
akibat serangan jantung.
pada miokardium yang bersifat ireversibel
Untuk memastikan penyebab kematian,
sehingga terjadi nekrosis pada sebagian besar
harus dilakukan otopsi, keluarga pasien setuju
miokardium. Keadaan akut yang dimaksud adalah,
untuk diotopsi. Saat dilakukan otopsi, dokter tidak
kondisi infark yang terjadi dalam kurun waktu
menemukan gambaran morfologi khas menonjol
kurang dari 3-5 hari.1
ke arah kematian akibat infark miokard akut
Hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2018
(IMA), dokter forensik memikirkan untuk
menunjukkan bahwa penderita penyakit jantung
melakukan pemeriksaan tambahan, yaitu
di Indonesia mencapai 1,5% atau 15 dari 1000
pemeriksaan kadar Troponin yang merupakan
penduduk.2 Kematian mendadak akibat serangan
pemeriksaan gold standard menentukan IMA
jantung dapat disebabkan oleh infark miokard
pada pasien hidup.
akut.3
Pemeriksaan post mortem pada jenazah
yang dicurigai meninggal akibat infark miokard
PERTANYAAN KLINIS
akut (IMA), tetap menjadi sebuah tantangan
karena kemungkinan temuan otopsi non-spesifik Apakah kadar troponin pada pasien yang
dalam beberapa hasil otopsi kasus. Pemeriksaan meninggal mendadak dapat digunakan untuk
troponin jantung sensitif tinggi umumnya mendiagnosis penyebab kematian akibat infark
digunakan dalam praktik klinis sebagai "gold miokard akut?
standard" untuk mendiagnosis infark miokard, dan
mungkin juga diterapkan sebagai alat pendukung METODE
untuk evaluasi post-mortem.4 Dilakukan pencarian literatur dengan
strategi pencarian dilakukan di basis data
SKENARIO KLINIS
elektronik: Pubmed/MEDLINE, Scopus, Proquest,
serta Cochrane Library,, ScienceDirect, Mendeley,
Seorang laki- laki berusia 43 tahun datang
Wiley Library Online pada tanggal 24 Februari
ke IGD pukul 5 dini hari diantar istrinya dalam
2020. Kami tidak membatasi tahun publikasi.
keadaan tidak sadar sejak kurang lebih 30 menit
Strategi pencarian memasukan kata-kata dalam
sebelum masuk IGD. Pasien dinyatakan telah
judul, abstrak, full text dengan kata kunci:
meninggal dunia ketika sudah tiba IGD setelah
(“troponin” OR “cardiac marker”) AND (“post
dokter melakukan pemeriksaan.
mortem”) AND (“sudden death”) AND
Istri pasien ingin mengetahui penyebab
(“myocardial infarction”). Penyaringan artikel
kematian suaminya karena sebelumnya dikatakan
yang didapat dilakukan berdasarkan kriteria
suami pasien dalam keadaan sehat dan tidak
inklusi: adanya evaluasi kadar troponin pada
pernah dikatakan menderita suatu penyakit
jenazah yang dilakukan otopsi dan pemeriksaan
apapun. Namun belakangan ini, suaminya sering
histopatologi, penelitian menggunakan desain

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN
313

Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020


The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

studi potong lintang (cross-sectional), systematic


review / meta analysis, studi yang menggunakan
bahasa Inggris. Kriteria eksklusi pada pencarian
literatur ini adalah laporan kasus, bukan
merupakan penelitian, seperti artikel ulasan, data
kadar troponin tidak lengkap.
Telaah kritis dilakukan dengan
menggunakan Diagnostic Study Appraisal
Worksheet dari Centre for Evidence-based
Medicine, University of Oxford, 2010 yang telah
terstandarisasi. Telaah dilakukan oleh dua orang
penulis, dan bila didapatkan perbedaan hasil
telaah, dilakukan diskusi untuk mencapai
kesimpulan. Strategi pencarian disimpulkan dalam
Tabel 1.
HASIL
Dari proses pencarian artikel, didapatkan 3
buah artikel mengenai studi diagnostik yang
memenuhi kirteria inklusi dan eksklusi. Tidak
ditemukan systematic review atau meta analysis.
Telaah kritis dilakukan oleh 2 reviewer yaitu
penulis dan PPDS Ilmu Kedokteran Forensik dan
Medikolegal (TJ). Hasil dari karakteristik penelitian
ditampilkan dalam Tabel 2 dan hasil telaah kritis
ditampilkan dalam Tabel 3.

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN
314

Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020


The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

diukur kadar troponin T. Subjek dibagi menjadi


dua kelompok, yakni kematian mendadak akibat
jantung(n=15) dan kematian bukan akibat
jantung(n=15). Penyebab kematian ditentukan
oleh hasil otopsi dan histopatologi yang dilakukan
pada kedua kelompok subjek dengan pengukuran
kadar troponin T dan mendapat cut-off point
sebesar 25 ng/mL. Dari 30 subjek penelitian, 16
subjek memiliki kadar troponin T ≥25 ng/mL dan
14 subjek memiliki kadar troponin T <25 ng/mL.
Dengan sensitivitas dan spesifisitas masing-masing
sebesar 100% dan 66% %, positive predictive value
sebesar 56%, negative predictive value sebesar
100%, positive likelihood ratio 3, negative
likelihood ratio 0, pre-test probability sebesar
30%, post-test probability untuk hasil positif
56,25%, dan post-test probability untuk hasil
negatif adalah 0%.
Penelitian Han et al6 bertujuan untuk
evaluasi sensitifitas dan spesifisitas pemeriksaan
Troponin dalam mendeteksi kematian akibat IMA
pada otopsi. Penelitian ini dilakukan di Ireland
dengan menggunakan data hasil otopsi 207 kasus
dari tahun 2007 hingga 2010. Tidak disebutkan
apakah 207 kasus yang diotopsi merupakan kasus
dengan kematian mendadak. Setiap kasus
5
Penelitian Khalifa et al bertujuan untuk dilakukan otopsi dan pemeriksaan histopatologi
menilai efektivitas peningkatan kadar Troponin T untuk menentukan penyebab kematian disertai
post mortem pada kematian mendadak. dengan pengambilan darah dari pembuluh darah
Penelitian ini dilakukan di Tunisia dengan femoral. 11 kasus dari 207 kasus di eksklusi karena
menggunakan data yang diambil berdasarkan hasil darahnya mengalami hemolisis. Hasil otopsi,
otopsi dari tahun 2002-2004 dengan post mortem histopatologi dan dengan pengukuran kadar
interval antara 6-20 jam. Didapatkan 39 subjek troponin T menggunakan alat the Roche Elecsys
dengan penyebab kematian yang berbeda, Diagnostics™ System dan mendapat cut-off point
dilakukan otopsi dan pemeriksaan histopatologi sebesar 0.03 mg/mL. Dari hasil otopsi dan
pada semua subjek dan dilakukan pengambilan histopatologi ditemukan 72 kasus dengan
darah dari arteri subclavia. Namun karena terjadi penyebab kematian IMA dari 196 kasus yang ada
hemolisis, hanya 30 sampel darah yang dapat

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN
315

Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020


The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

(36.7%). Penyebab kematian dibagi menjadi 8


50% dan 40%, positive predictive value sebesar
kelompok besar dengan hasil terjadi peningkatan
80%, negative predictive value sebesar 14.2%,
kadar troponin pada 66 kasus IMA dan 117 kasus
positive likelihood ratio 0.83, negative likelihood
penyebab kematian selain IMA Dengan
ratio 1,25, pre-test probability sebesar 82,7%,
sensitivitas dan spesifisitas masing-masing sebesar
post- test probability untuk hasil positif 80%, dan
92% dan 56%, positive predictive value sebesar
post-test probability untuk hasil negatif adalah
36%, negative predictive value sebesar 53.8%,
85%. Hasil troponin cairan perikardium
positive likelihood ratio 0,97, negative likelihood
menunjukkan sensitivitas dan spesifisitas masing-
ratio 1,47, pre-test probability sebesar 36,7%,
masing sebesar 89% dan 50%, positive predictive
post-test probability untuk hasil positif 36%, dan
value sebesar 89%, negative predictive value
post-test probability untuk hasil negatif adalah
sebesar 50%, positive likelihood ratio 1.79,
46%.
negative likelihood ratio 0.20, pre-test probability
Penelitian Herrera et al7 di Spanyol,
sebesar 82,7%, post-test probability untuk hasil
bertujuan untuk menilai sensitivitas kadar
positif 89%, dan post-test probability untuk hasil
troponin dalam darah dan cairan perikardium
negatif adalah 50%.
jenazah untuk menilai viabilitas dalam menilai
penyebab kematian akibat penyakit jantung.
DISKUSI
Penelitian ini dilakukan dengan mengambil sampel
Khalifa et al menilai kadar troponin pada
dari 58 jenazah yang diketahui post mortem
kematian akibat IMA dan bukan akibat IMA.
intervalnya, serta diketahui penyebab
Penelitian ini memiliki validitas yang kurang baik
kematiannya yang ditegakkan melalui otopsi dan
karena pada pemilihan subjek penelitian, karena
pemeriksaan histopatologi. Penyebab kematian
pada pemilihan subjek penelitian kelompok
dibagi menjadi 4 kelompok yakni: kematian
kematian bukan akibat jantung, belum disebutkan
jantung mendadak, trauma multipel, asfiksia
apakah subjek yang terpilih merupakan kasus
mekanik, dan kematian alamiah yang lain.
kematian mendadak, namun data hasil
Pemilihan subjek penelitian disebutkan secara
penelitiannya lengkap, sehingga dapat dilakukan
spesifik melalui mekanisme kamatiannya.
telaah kritis. Hasil penelitian menunjukkan
Pemilihan sampel penelitian sudah dilakukan
sensitivitas yang sangat tinggi yakni sebesar 100%
blinding yaitu dengan mengambil seluruh kasus
yang berpengaruh terhadap nilai negative
kematian mendadak yang dilakukan otopsi.
likelihood ratio yaitu 0 yang menujukkan bahwa
Pengambilan sampel darah diambil dari vena
hasil uji negatif kuat. Dari hasil ini menunjukkan
femoralis dan pengambilan cairan perikardium
bahwa pemeriksaan kadar troponin post mortem
diambil saat melakukan otopsi. Cut off point kadar
dapat dijadikan alat screening yang baik untuk
troponin T dalam darah untuk menentukan
menentukan penyebab kematian akibat IMA. Pada
penyebab kematian akibat kematian jantung
penelitian ini, pre-test probability sebesar 30%,
mendadak adalah 250ng/L dan cairan perikardium
post-test probability untuk hasil positif 56,25%,
3200ng/L. Hasil troponin T darah menunjukkan
menjadi cukup bermakna secara klinis namun
sensitivitas dan spesifisitas masing-masing sebesar

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN
316

Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020


The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

tidak mampu menegakkan diagnosis dengan pasti.


hasil positive likelihood ratio dan negative
Penelitian Han et al menilai kadar troponin
likelihood ratio yang hanya mampu menunjukkan
pada kematian akibat IMA dan bukan akibat IMA.
probabilitas tidak bermakna secara statistik. Hasil
Penelitian ini memiliki validitas yang kurang baik
pre-test probability dan post- test probability
karena pada pemilihan subjek penelitian belum
untuk hasil positif juga menunjukkan penurunan
disebutkan apakah subjek yang terpilih
bukan peningkatan. Hasil troponin cairan
merupakan kasus kematian mendadak, namun
perikardium menunjukkan sensitivitas tinggi dan
data hasil penelitiannya lengkap sehingga dapat
spesifisitas yang rendah. Nilai positive likelihood
dilakukan telaah kritis. Hasil penelitian
ratio yang tidak bermakna. Nilai negative
menunjukkan sensitivitas dan spesifisitas yang
likelihood ratio 0.20 menghasilkan perubahan
tinggi pada pemeriksaan kadar troponin.
yang kecil, namun dapat berperan dalam
Penelitian ini memiliki validitas dan hasil yang
probabilitas. Nilai pre-test probability sebesar
baik, dan juga dapat ditelaah dan digunakan untuk
82,7%, post-test probability untuk hasil positif
menjawab pertanyaan klinis. Dengan sensitivitas
89% menunjukkan angka sama tinggi yang
dan spesifisitas masing-masing menunjukkan
menunjukkan tidak terdapat perbedaan bermakna
angka sebesar 92% dan 56%. Dengan nilai
secara klinis.
sensitivitas yang tinggi, memiliki arti bahwa alat ini
Untuk penerapan dan penggunaan dari
mampu mendeteksi kadar troponin dengan baik,
pemeriksaan kadar troponin berdasarkan 3
namun spesifisitas yang rendah (diakibatkan oleh
penelitian yang telah ditelaah kritisi, pemeriksaan
tingginya angka false positif) berdampak pada
ini dapat digunakan dan diulang dalam skenario
positive likelihood ratio yang rendah juga sehingga
klinis di rumah sakit karena metode dan alat
pemeriksaan kadar troponin tidak disarankan
dalam penelitian ini dapat diperoleh. Namun,
menjadi alat diagnosis. Pada penelitian ini, pre-
pada praktik klinis, sesungguhnya pemeriksaan ini
test probability sebesar 36,7%, post-test
tidak dapat menjadi sebuah alat diagnostik dalam
probability untuk hasil positif 36% menjadi tidak
penegakkan diagnosis penyebab kematian
bermakna secara klinis.
mendadak akibat Infark Miokard Akut.
Penelitian Herrera et al, dilakukan
penelitian untuk mencari cut off point kadar
KESIMPULAN
troponin T dalam darah dan cairan perikardium
Pada telaah kritis mengenai pemeriksaan
untuk menentukan apakah kasus kematian
kadar troponin post mortem dalam mendiagnosis
mendadak diakibatkan oleh kematian jantung
penyebab kematian akibat IMA, memiliki validitas
mendadak. Dalam penelitian ini, memiliki validitas
yang baik. Dari hasil penelitian, menunjukkan bahwa
yang kurang baik karena pada pemilihan subjek
pemeriksaan kadar troponin dalam darah dan cairan
penelitian belum disebutkan apakah subjek yang
perikardium ini bukanlah alat diagnostik yang baik
terpilih merupakan kasus kematian mendadak,
untuk mendiagnosis penyebab kematian akibat IMA,
namun masih dapat dilakukan telaah kritis. Hasil
namun dapat digunakan menjadi alat screening pada
troponin T darah menunjukkan sensitivitas dan
kematian mendadak yang dicurigai akibat IMA.
spesifisitas yang rendah, demikian pula dengan

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN
317

Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020


The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

Penegakan diagnosis penyebab kematian mendadak


akibat IMA tetap dengan menggunakan gold
standard yakni otopsi dan atau pemeriksaan
histopatologi.

DAFTAR PUSTAKA
1. Burke AP. Pathology of Acute Myocardial Infarction
[Internet]. 26 October. 2015. p. 1. Available from:
https://emedicine.medscape.com /article/1960472-
overview
2. RISKESDAS. Hasil Utama Riset Kesehatan Dasar.
Kementrian Kesehat Republik Indones [Internet].
2018;1–100. Available from:
http://www.depkes.go.id/resources/download/info-
terkini/hasil-riskesdas-2018.pdf
3. Adabag AS, Therneau TM, Gersh BJ, Weston SA,
Roger VL. Sudden death after myocardial infarction.
JAMA - J Am Med Assoc. 2008;300(17):2022–9.
4. PS L, MM N. Correlation of Troponin T Levels in the
Cardiac Sudden Death Cases at Hospital Kuala
Lumpur. Int J Forensic Sci Pathol. 2017;5(6):376–83.
5. Khalifa A Ben, Najjar M, Addad F, Turki E, Mghirbi T.
Cardiac troponin T (cTnT) and the postmortem
diagnosis of sudden death. Am J Forensic Med Pathol.
2006;27(2):175–7.
6. K H, R F. Troponin T as a Diagnostic Marker in the
Detection of Acute Myocardial Infarction at Autopsy.
Int J Forensic Sci Pathol. 2014;2:28–9.
7. González-Herrera L, Valenzuela A, Ramos V, Blázquez
A, Villanueva E. Cardiac troponin T determination by a
highly sensitive assay in postmortem serum and
pericardial fluid. Forensic Sci Med Pathol.
2016;12(2):181–8.

Copyright @ 2020 Authors. This is an open access article


distributed under the terms of the Creative Commons
Attribution-NonCommercial 4.0 International License
(http://creativecommons.org/licenses/by-nc/4.0/), which
permits unrestricted non-commercial use, distribution, and
reproduction in any medium, provided the original author
and source are properly cited.

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN
318

Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020


The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

Laporan Kasus

The Murder of One of The Twins by The Mother - Case Report


M. Ardhian Syaifuddin1, dr. G. Yoga Tohjiwa2
1Forensic and Medicolegal Department, Cipto Mangunkusumo National Hospital.
2Medical Faculty University of Indonesia

ABSTRACT
Introduction: Physical violence against children is still common, according to the Ministry of Women's
Empowerment and Child Protection in Indonesia from January to June 2020 there were 892 cases, but there is no
data regarding physical violence against twins, and whether a difference in treatment between one and others.
Case presentation: One of the twins of the 2-year-old girl was allegedly killed by her biological mother while her
sister did not. The results of external examination found 42 wounds with different ages of wounds and 33 scars,
indicating repeated violence against the victim. There was hemorrhage found on the scalp, fat tissue and
muscles of the neck, esophagus and trachea, chest, left lung, and liver due to blunt force. On the trachea there
was foam and the organs in the body appear pale. Histopathological examination showed hemorrhage at sub
arachnoid layer and neck muscles.
Discussion: A murder of one of the twins is extremely rare, moreover the perpetrator being the victim's biological
parent. Forensic doctors must be able to determine physical violence against children and if the violence leads to
death, whether the cause of death is related to the physical violence that occurred or not. Further studies are
needed to find the reasons for the physical abuse against one of the twins.
Conclusion: The cause of death of two-year-old girl who was one of the twins is blunt force to the neck. The
multiple injuries found on her body may indicated child abuse.

Keywords: Biological Children, Forensics, Twin, Murder

Korespondensi : Korespondensi : G. Yoga Tohjiwa,email: ardhi.forensik@gmail.com; yogathoji@gmail.com

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN
319

Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020


The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

PENDAHULUAN Ilustrasi Kasus


Kekerasan terhadap anak salah satunya
Pada tanggal 18 Oktober 2020 sekitar pukul
adalah kekerasan fisik, diatur dalam Undang-
19.00 WIB mayat seorang anak kembar perempuan
Undang nomor 35 tahun 2014 yang telah diperbarui
berusia 2 tahun dikirim oleh Kepolisian Polsek Kebon
dalam Undang-Undang nomor 17 tahun 2016
Jeruk Jakarta Barat untuk dilakukan pemeriksaan dalam,
tentang perlindungan anak. Selain diatur dalam
karena adanya dugaan tindak pidana pembunuhan
Undang-Undang perlindungan anak, aturan terkait
terhadap anak yang dilakukan oleh pelaku yang
kekerasan terhadap anak diatur juga dalam
merupakan ibu kandung korban. Sedangkan menurut
Peraturan Mentri Kesehatan nomor 68 tahun 2013,
keterangan polisi saudara kembar perempuannya tidak
menyebutkan pemberi pelayanan kesehatan yang
mendapat kekerasan oleh pelaku.
dalam melakukan pelayanan kesehatan
Dari pemeriksaan luar ditemukan 42 buah luka
menemukan adanya dugaan kekerasan terhadap
yaitu, luka-luka lecet pada wajah, leher, dada, perut,
anak wajib memberitahukan kepada orang tua
punggung, dan ke-empat anggota gerak, serta memar-
dan/atau pendamping anak tersebut, dan
memar pada seluruh tubuh akibat kekerasan tumpul
meneruskannya kepada kepolisian.1-3
dengan usia luka yang berbeda-beda dan 33 buah
Kasus kekerasan terhadap anak umumnya
jaringan parut yang terdapat pada kepala, wajah, leher,
masih sering terjadi dan cenderung meningkat.
dada, perut, punggung, dan ke-empat anggota gerak
Menurut Kementrian Pemberdayaan Perempuan
yang sebab kekerasannya sudah tidak dapat ditentukan
dan Perlindungan Anak di Indonesia sejak bulan
dengan gambaran luka yang berbeda-beda. Memar-
Januari hingga bulan Juni 2020 telah terjadi
memar pada punggung tangan kiri (gambar 1a.) dan
sebanyak 892 kasus. Di Rumah Sakit Umum Pusat
jaringan parut pada dada serta lengan bawah kanan
Negeri Cipto Mangunkusumo dalam 3 tahun
(gambar 1b dan 1c) yang dari pola dan gambarannya
terakhir tercatat sebanyak 1077 kasus yang
sesuai dengan bekas gigitan.
ditangani terkait dengan kekerasan terhadap anak,
baik kasus kekerasan fisik maupun kekerasan
seksual terhadap korban hidup atau mati. Salah
satunya pemeriksaan terhadap korban kasus
kekerasan fisik terhadap salah satu dari anak
kembar hingga menyebabkan korban mati, di
Indonesia tidak ada yang menyebutkan berapa
jumlah pasti terkait kekerasan fisik terhadap anak
kembar, dan apakah ada perbedaan perlakuan
antara anak kembar satu dan lainnya.4,5

PDFI
320

Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020


The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

Karena pada pemeriksaan luar ditemukan melakukan, menyuruh melakukan, atau turut serta
adanya jejas pada leher (gambar 2a, 2b, dan 2c.), melakukan kekerasan terhadap Anak”. Ancaman
sehingga pemeriksaan dalam dilakukan dengan hukuman bagi yang melanggar hingga menyebabkan
menggunakan teknik khusus leher. Ditemukan korban meninggal dunia diancam dengan pidana
adanya resapan darah pada jaringan lemak dan penjara maksimal 15 tahun dan masa hukuman
otot-otot leher mulai dari lapis pertama hingga lapis ditambah sepertiganya jika dilakukan oleh orang tua
terdalam, kerongkongan, batang tenggorok, kulit korban.1,2
kepala bagian dalam, selaput pembungkus tulang Selain diatur dalam Undang-Undang
tengkorak, jaringan lemak dada, tulang iga ke-4 kiri perlindungan anak, aturan terkait kekerasan
sisi depan, paru kiri baga atas sisi depan, dan selaput terhadap anak diatur juga dalam Peraturan Mentri
pembungkus hati. Selanjutnya adanya busa halus Kesehatan nomor 68 tahun 2013 pasal 7, ayat 1
pada batang tenggorok, dan organ- organ dalam yang menyebutkan, pemberi pelayanan kesehatan
yang tampak pucat. yang dalam melakukan pelayanan kesehatan
menemukan adanya dugaan kekerasan terhadap
anak wajib memberitahukan kepada orang tua
dan/atau pendamping anak tersebut. Serta pada
ayat 2 yang menyebutkan, pemberitahuan
sebagaimana dimaksud pada ayat 1 disertai anjuran
untuk melaporkan dugaan kekerasan terhadap anak
Diskusi
tersebut kepada kepolisian. Sehingga tenaga
Kasus kekerasan terhadap anak hingga kesehatan yang melakukan pemeriksaan terhadap
menyebabkan kematian pada salah satu anak anak, dalam kondisi hidup ataupun mati diharapkan
kembar dengan pelaku merupakan orang tua
mengetahui gambaran kekerasan terhadap anak
kandung korban sangat jarang terjadi. Tenaga dan dapat memberikan informasi tersebut kepada
kesehatan khususnya dokter spesialis forensik dan
orang tua dan meneruskannya kepada kepolisian.3
medikolegal, perlu mengetahui bagaimana Mengenai gambaran dan pola luka
gambaran kekerasan fisik terhadap anak terlebih kekerasan terhadap anak, mulai dari awal
bila kekerasan tersebut hingga menimbulkan
pemeriksaan anamnesis, pemeriksaan fisik, maupun
kematian, apakah penyebab kematiannya pemeriksaan penunjang ada beberapa hal yang
berhubungan dengan kekerasan fisik yang terjadi
mendapat perhatian khusus. Pada anamnesis dapat
atau tidak. Karena hal tersebut diatur dalam ditemukan waktu kejadian dengan usia luka
Undang- Undang nomor 35 tahun 2014 yang telah berbeda, perbedaan antara luka hingga berat
diperbarui dalam Undang-Undang nomor 17 tahun
ringannya luka dengan kejadian yang diceritakan,
2016 tentang perlindungan anak, menyatakan setiap kronologi kejadian yang berbeda-beda atau
anak berhak mendapatkan perlindungan salah
berubah-ubah, dan lainnya hingga keterangan yang
satunya terhadap kekerasan baik fisik maupun tidak masuk akal seperti anak terjatuh saat berlari
mental, yang tercantum pada pasal 76C “Setiap
padahal anak belum dapat berjalan dengan baik.
Orang dilarang menempatkan, membiarkan,

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN
321

Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020


The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

Serta pengamatan pada saat anamnesis terkait


khusus leher, pertama dilakukan pengeluaran otak
hubungan pengantar dengan anak tidak
dengan penilain kulit kepala bagian dalam, tulang
memperlihatkan keperdulian, interaksi komunikasi
tengkorak, selaput keras otak (epidural), dan otak.
dengan anak kurang, perilaku anak cenderung takut
Kemudian dilakukan pengeluaran jantung, dengan
atau hanya diam, dan pencarian pertolongan medis
penilaian terhadap tulang dada (sternum), kandung
terkesan lambat sejak kejadian. Dari pemeriksaan
jantung (pericardium), dan jantung terlebih dahulu.
fisik umum terhadap anak dalam kasus ini
Setelah dilakukan pengeluaran otak dan jantung,
pemeriksaan luar jenazah harus dilakukan secara
selanjutnya ganjalan penilaian terhadap organ-
teliti dan lebih hati-hati, mengingat luka atau bekas
organ dalam leher dimulai dari jaringan lemak
luka dapat saja berada pada bagian tubuh yang
daerah leher, otot-otot leher kemudian dibuka lapis
tertutup contohnya pada bibir bagian dalam, hingga
terluar hingga lapis terdalam (platysma,
kemaluan tidak boleh terlewat pada saat
sternocleidomastoideus, sternothyroideus,
pemeriksaan. Gambaran luka ataupun bekas luka
sternohyoideum, dan omohyoideus) selanjutnya
yang khas juga dapat membantu memberikan
otopsi dilanjut seperti biasa. Otopsi menggunakan
gambaran kekerasan yang dilakukan, seperti luka
teknik khusus leher pada anak tidak jauh berbeda
yang berbentuk bulat dengan diameter kurang lebih
dengan teknik khusus leher pada dewasa.9,10
1 sentimeter dapat disebabkan karena sundutan
rokok, luka akibat gigitan manusia akan memberikan
gambaran luka berbentuk setengah lingakran yang
sejajar dengan jarak antar keduanya dan
membentuk lingkaran, luka akibat panas karena
diseterika, direndam atau disiram air panas, memar
yang sejajar (marginal hemorrhage) dapat Hasil pemeriksaan ditemukan adanya
memberikan gambaran benda penyebabnya apakah resapan darah pada jaringan lemak dan otot- otot
akibat sabuk, hanger, tongkat dan lainnya. leher mulai dari lapis pertama hingga lapis terdalam
Sedangkan temuan dari luka dengan usia luka yang (platysma, sternocleidomastoideus, sternothyroideus,
berbeda-beda dan dengan penyebaran yang hampir sternohyoideum, dan omohyoideus), kerongkongan,
ditemukan pada seluruh tubuh, menandakan batang tenggorok, yang menandakan adanya
adanya kekerasan berulang yang terjadi terhadap kekerasan pada leher hingga menyebabkan obstruksi
korban.6-8 jalan napas. Adanya busa halus pada batang
Pada kasus ini, dari hasil pemeriksaan luar tenggorok, juga menandakan adanya usaha napas
ditemukan adanya jejas pada leher, sehingga karena terjadinya obstrusi jalan napas tersebut.
pemeriksaan dalam dilakukan dengan menggunakan Selanutnya resapan darah yang ditemukan pada kulit
teknik khusus leher. Tujuannya agar darah yang kepala bagian dalam, selaput pembungkus tulang
berada pada pembuluh-pembuluh darah daerah tengkorak, jaringan lemak dada, tulang iga ke-4 kiri
leher tidak mengganggu proses pemeriksaan, sisi depan, paru kiri baga atas sisi depan, dan selaput
sehingga penilaian kelaianan pada daerah leher pembungkus hati, menandakan kekerasan yang
dapat dilakukan dengan lebih baik. Untuk teknik tersebut dilakukan dengan kekuatan yang besar,

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN
322

Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020


The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

sehingga menyebabkan kelainan hingga organ


Pemeriksaan lebih lanjut diperlukan untuk mencari
dalam.11,12
alasan kekerasan fisik yang terjadi terhadap salah
satu dari pasangan anak kembar ini.

Kesimpulan
Sebab kematian pada kasus ini akibat
kekerasan tumpul pada leher yang menyebabkan
terhalangnya jalan nafas dengan mekanisme
kematian berupa asfiksia. Luka-luka dan jaringan
Pemeriksaan histopatologi forensik dari
parut pada tubuh korban menandakan adanya
sampel otak kecil, batang otak, kedua paru, dan
kekerasan yang berulang. Walaupun bukan
kerongkongan (esophagus), ditemukan adanya
kewenangan dokter terkait pelaku, perlu koordinasi
perdarahan yang cukup luas pada bagian antara
dengan penyidik mengenai tersangka, motivasi, serta
lapisan paling luar (serosa) dan lapisan otot
menjawab keunikan dari kasus ini yaitu kenapa
(mukularis propria) disertai kelainan yang bermakna
hanya salah satu anak kembar saja yang menderita
pada selaput lendir kerongkongan (gambar 5a.);
kekerasan.
ditemukan perdarahan di bawah selaput lunak
(piamater) otak kecil, tidak ditemukan adanya tanda-
DAFTAR PUSTAKA
tanda perdarahan atau tanda- tanda kematian
1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 35 tahun
jaringan pada batang otak, ditemukan
2014 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor
perbendungan pada pembuluh- pembuluh darah
23 tahun 2002. 2014.
disertai keluarnya sel-sel darah merah disekitar 2. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 17 tahun

pembuluh darah dan sedikit pembengkakan pada 2016 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang
Nomor 23 tahun 2OO2. 2016.
jaringan batang otak dan otak kecil ditemukan
3. Peraturan Menteri Kesehatan Repubik Indonesia
(gambar 5b); dan ditemukan perbendungan
Nomor 68 tahun 2013 tentang Kewajiban Pemberi
pembuluh darah dengan perdarahan yang cukup luas Layanan Kesehatan untuk Memberikan Informasi Atas

dan pembengkakan pada daerah antar jaringan Adanya Dugaan Kekerasan Terhadap Anak. 2013. 1–27
p.
(intersisial) disertai migrasi sel radang yang
4. PPPA. Peta Sebaran Jumlah Kasus Kekerasan Menurut
berlebihan (overinsufflation) pada sebagian ruang
Provinsi, Tahun 2020 [Internet]. 2020. Available from:
10-
udara kecil (alveoli) pada kedua paru (gambar 5c). https://kekerasan.kemenpppa
12 .go.id/admin/home/gender/2
5. Puspa A. 3.087 Kasus Kekerasan Anak Terjadi Selama
Pandemi Covid-19. mediaindonesia.com [Internet].
2020; Available from: https://tirto.id/kemen-pppa-
catat- 3000-kasus-kekerasan-anak-selama-pandemi-
covid-19-fK3j
6. Medise BE, Sekartin R. Child Abuse and Neglect:
Kecurigaan dan Tata Laksana. In: Pendidikan
Kedokteran Berkelanjutan XI: Practical Management In
Pediatrics. Ikatan Dokter Anak Indonesia Cabang DKI
Jakarta; 2014. p. 16–27.

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN
323

Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020


The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

7. Marc B, Barthès A, Marne-la-vallée C De. Children :


Physical Abuse. 2016;1:363–72.
8. Brown CL, Yilanli M, Rabbitt AL, Children N. Child
Physical Abuse And Neglect. 2020;
9. Autopsi pada kasus dengan kelainan pada leher. In:
Teknik Autopsi Forensik. Departemen Ilmu Kedokteran
Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia;
2000. p. 51.
10. Budiyanto A, Widiatmaka W, Sudiono S, Munim A,
Sidhi, Hertian S, et al. Kematian akibat Asfiksia
Mekanik. In: Ilmu Kedokteran Forensik. p. 55–70.
11. Shkrum MJ, Ramsay DA. Asphyxia. In Forensic Science
and Medicine: Forensic Pathology of Trauma: Common
Problems for the Pathologist; p. 65–179.
12. Knight B, Saukko P. Knight’s Forensic Pathology Fourth
Edition. In: Knight’s Forensic Pathology Fourth Edition.
2016. p. 353–68.

Copyright @ 2020 Authors. This is an open access article


distributed under the terms of the Creative Commons
Attribution-NonCommercial 4.0 International License
(http://creativecommons.org/licenses/by-nc/4.0/), which
permits unrestricted non-commercial use, distribution, and
reproduction in any medium, provided the original author
and source are properly cited.

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN
324

Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020


The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

Tinjauan Pustaka

Autopsy Findings of Death Due to Potassium Cyanide Poisoning,


Literature Review
Abigael Samsi Pagatiku1, Thathit Bimo T.S1., Ariyanto Wibowo1, Ahmad Yudianto2
1Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal, Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, Instalasi Kedokteran
Forensik dan Medikolegal RSUD Dr. Soetomo Surabaya
2Instalasi Kedokteran Forensik dan Medikolegal RSUD Dr. Soeroto Ngawi

ABSTRACT
Potas is a common name of a chemical called Potassium Cyanide (KCN) for industrial use which is often
misused in fishing. It is a colourless crystalline salt. When dissolved, it is clear, colorless and odorless. Potassium
Cyanide poisoning often occurs either due to accidents, suicide, or murder.
Ingestion of potassium cyanide (KCN) results in release of cyanide (HCN) in the stomach. Cyanide is a
potent inhibitor of cellular respiration. Cyanide binds with iron in cytochrome c-oxidase, preventing electron
transport in cytochrome. This block oxidative phosphorylation and ATP production. Resulting in intracellular oxygen
utilization ceased. Cells are forced into anaerobic metabolism, resulting in buildup of lactic acid which will lead to
metabolic acidosis. Poisoning can occur within a few minutes with initial symptoms are weakness and confusion,
headache and dizziness, loss of consciousness, seizures, coma and even death. At autopsy, bluish pink cherry-like
discoloration post mortem livid and cyanosis establish on the body. Alkaline burn in the gastrointestinal tract along
with asphyxia sign establish on internal examination. Toxicology examination of gastric contents, blood and urine
should be performed to find any cyanide.
In cases of death due to potas in Indonesia, it is rarely autopsied because it is assumed as considered to an
accident or suicide. The duty of the forensic doctor is to determine the cause of death while determining the
manner of death is the investigator task. Potassium cyanide is easily accessed. Enforcement of regulations and
educations should be carried out by the government to prevent misused and poisoning of potassium cyanide.

Keywords: Potassium cyanide, Cyanide, Alkaline burn

Korespondensi : Abigael Samsi Pagatiku, email: abigaelpagatiku@gmail.com

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN
325

Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020


The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

PENDAHULUAN
Potas adalah nama pasaran dari Potasium meminum air yang sudah tercampur potas dalam

Sianida (KCN), berbentuk serbuk berwarna putih, botol mineral yang dianggap sebagai air mineral

mirip gula halus atau bubuk deterjen, dipergunakan biasa. Hampir pada semua kasus ditemukan mulut

dalam laboratorium kimia, pertambangan, yang berbusa. Pada kasus yang ditemukan sesaat

elektroplating, dan fotografi. Di Indonesia, Filipina, setelah minum potas, umumnya mengalami kejang-

dan Karibia, Potasium Sianida (KCN) banyak kejang sebelum jatuh dan tidak sadarkan diri. Pada

digunakan secara ilegal dalam penangkapan ikan kasus kematian akibat potas jarang dilakukan

khususnya ikan hias yang biasa bersembunyi di pemeriksaan dalam. Dari olah TKP umumnya

terumbu karang.1 Potasium Sianida (KCN) mudah ditemukan barang bukti berupa minuman yang

didapatkan baik melalui toko online maupun melalui mengandung potas.

toko kimia.2,13 Salah satu dari kasus tersebut diatas adalah

Potassium Sianida mudah larut dalam air kematian Ny. R, 37 tahun yang ditemukan meninggal

dan tidak berwarna. Dalam bentuk garam tidak dunia pada tanggal 17 Oktober 2020.6,7 Jenazah

berbahaya akan tetapi jika tertelan Potasium Sianida tersebut dibawah ke Rumah Sakit Dr. Soeroto Ngawi

tercampur dengan cairan dan asam lambung untuk dilakukan Pemeriksaan Visum Jenazah dengan

menghasilkan Hidrogen Sianida (HCN) yang dapat Nomor SPVR R/18/X/2020/Reskrim tertanggal 18

mengakibatkan kematian mendadak.3 Dalam kondisi Oktober 2020 akan tetapi keluarga menolak untuk

perut kosong dapat mengakibatkan kematian yang dilakukan pemeriksaan dalam. Pada pemeriksaan

cepat dalam hitungan detik, sementara jika perut luar ditemukan lebam mayat berwarna merah

terisi makanan maka kematian terjadi dalam keunguan pada punggung dan tungkai atas sisi

hitungan menit hingga jam.4 belakang. Rahang kaku dan sulit dibuka, bibir

Kematian akibat sianida sebagian besar berwarna merah muda, keluar darah berwarna

(70%) akibat menelan Sodium Sianida maupun merah dari sudut bibir, dalam rongga mulut

Potassium Sianida.3 Pada kasus yang dicurigai akibat ditemukan darah berwarna merah kehitaman, gusi

keracunan hanya sebagian yang dapat ditegakkan tampak merah kebiruan. Ditemukan luka lecet pada

dengan pemeriksaan dalam, oleh karena itu bibir kanan bawah. Ditemukan bintik perdarahan

diperlukan pemeriksaan toksikologi untuk dan pelebaran pembuluh darah pada kedua mata.

menegakkan sebab kematian. Penentuan cara Ujung-ujung jari dan kuku tampak kebiruan.

kematian dan sebab kematian dapat berbeda jika


dilakukan pemeriksaan toksikologi. Pemeriksaan METODE

dalam dan pemeriksaan toksikologi saling Pada literature review ini akan dibahas

melengkapi.5 tentang kematian akibat Potassium Sianida, temuan

Dari penelusuran yang kami lakukan lewat otopsi dan pemeriksaan penunjang yang diperlukan.

mesin pencari di internet, kami menemukan 19


kematian akibat potas antara kurun waktu 2019-
2020, tiga diantaranya akibat kelalaian sementara 16
lainnya akibat bunuh diri. Kelalaian terjadi akibat

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN
326

Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020


The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

PEMBAHASAN
aerobik dapat menyebabkan kematian akibat
Potasium Sianida (KCN) berbentuk tablet,
anoksia histotoksik.9
pelet, butiran ataupun kristal berwarna putih,
Hidrolisa potasium sianida dalam air
mudah larut dalam air dan dapat menyerap air dari
bersifat basa kuat yang dapat bereaksi dengan asam
udara (bersifat higroskopis). Nama umum adalah
dan bersifat korosif.8,10 Kerusakan pada jaringan
Potassium Salt of Hydrocyanic Acid.8 Nama lain
tidak selalu berbanding lurus dengan kerusakan pada
garam sianida, kalium sianida, potas, putas.
tingkat seluler.3 Aborbsi potassium sianida pada
Potasium Sianida dalam bentuk padat cukup stabil.
lambung diperlambat oleh lambung yang berisi
Apabila tercampur air akan terhidrolisa, dapat
makanan atau wine dalam jumlah yang banyak.10
membentuk HCN melalui reaksi: KCN + H2O 🡪 HCN +
Dosis fatal sianida dalam darah adalah >2,5
KOH
mg/L. Dosis fatal KCN adalah 200-300 mg. Fatal
Sianida (CN-) menghambat pengambilan
periode KCN 30 menit.9 Efek paparan menghirup gas
oksigen dalam sel melalui ikatan yang bersifat
hidrogen sianida yang dilepaskan dari potasium
ireversibel dengan sitokrom c oksidasi di dalam
sianida memberikan gejala dalam hitungan menit
mitokondria. Ikatan sianida (CN-) dengan ion ferri
sampai detik. Kematian dapat terjadi dalam
(Fe3+) pada sitokrom oksidasi akan menghambat
beberapa menit.8 Cyanide antidote kit yang
enzim pada respirasi seluler, rantai transport
disarankan oleh WHO terdiri dari amyl nitrite,
elektron dan proses oksidasi fosforilasi. Sitokrom c
sodium nitrite dan sodium thiosulfate. Untuk kasus
oksidasi berperan penting dalam mereduksi oksigen
keracunan KCN terapi ditambahkan dengan
menjadi air melalui proses oksidasi fosforilasi.9,10,3
Hydroxocobalamin (Vit B12) 4-5 g IV selama 15
Gangguan pada proses oksidasi fosforilasi akan
menit. Crystalloid dan vasopressor untuk hipotensi.
menghambat sintesis ATP dan respirasi seluler.
NaHCO3 untuk asidosis (1 mEq/kg IV).9
Suplai ATP yang rendah akan menyebabkan
Gejala-gejala yang muncul akibat menelan
mitokondria tidak mampu untuk mengekstraksi dan
potasium sianida: Iritasi dan korosi pada mulut,
menggunakan oksigen sehingga walaupun kadar
esofagus dan lambung. Mual, muntah, sakit perut,
oksigen dalam darah normal tidak mampu digunakan
efek sistemik berupa sakit kepala, bingung, cemas,
untuk menghasilkan ATP. Akibatnya terjadi
pusing lemas dan kehilangan kesadaran. Sesak nafas
pergeseran metabolisme dari metabolism aerobik ke
diikuti depresi nafas dan henti napas. Jantung
anaerobik. Penghentian metabolisme aerobik
berdebar, disritmia dan kolaps kardiovaskular.
menyebabkan akumulasi oksigen dalam vena
Keringat dingin, lembab, kulit berwarna merah muda
sedangkan metabolisme anaerobik menyebabkan
atau merah bata. Pada olah TKP 2 indikator yang
peningkatan glikolisis anaerobik yang mengakibatkan
sering digunakan sebagai dasar untuk menegakkan
penumpukan asam laktat sehingga terjadi asidosis
kematian akibat keracunan sianida adalah adanya
metabolisme yang berat.11,9 Selain menghambat
bau bitter-almond dan adanya lebam mayat
fosforilasi oksidatif, sianida menghambat enzim
berwarna cherry red.8,9
karbonik anhidrase yang akan memperparah kondisi
metabolik asidosis. Berhentinya metabolisme

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN
327

Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020


The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

Temuan-Temuan pada Pemeriksaan Post Mortem:9


Kerusakan pada usus halus jarang ditemukan karena
kematian akibat sianida berlangsung dalam waktu
1. Pemeriksaan luar:
yang cepat. Kerusakan pada oesofagus khususnya
Pada mulut dan lambung akan tercium bau seperti
pada 1/3 bawah bersifat post mortem akibat
bitter-almond akan tetapi tidak semua orang dapat
relaksasi spinkter yang menyebabkan regurgitasi isi
mencium bau tersebut. Dilaporkan sekitar 10%
lambung.3 Tidak ditemukan perubahan spesifik pada
populasi tidak dapat mencium bau bitter-almond
organ-organ lain. Diagnose ditegakkan dengan
karena pengaruh genetik.3,4,12 Pada wajah, bibir dan
anamnesis, bau khas, organ dalam yang berwarna
permukaan kulit ditemukan bintik-bintik berwarna
kemerahan dan warna pada kulit.3,9
merah muda, kadang disertai sianosis. Apabila
terjadi muntah, muntah berwarna kehitaman
3. Pemeriksaan Toksikologi:
disertai dengan luka bakar basa pada kulit sekitar
Kadar sianida dapat ditedeksi pada darah, isi
mulut dan bibir.3,4 Lebam yang berwarna merah bata
lambung, muntahan, jaringan dan urin. 3,9 Sianida
karena oxyhaemoglobin dan cyanmethaemoglobin,
cepat menguap sehingga jaringan untuk
berwarna merah muda atau merah terang karena
pemeriksaan toksikologi harus disimpan dalam botol
oxyhaemoglobin, pada beberapa kasus lebam
yang kedap udara. Paru-paru diawetkan dan
tampak kebiruan akibat paralisis otot pernafasan
dimasukkan kedalam kantong nilon yang kedap
yang menyebabkan tidak adanya oksigenasi pada sel
udara. Limpa merupakan spesimen terbaik untuk
darah merah. Busa halus dalam mulut dan lubang
pemeriksaan keracunan akibat sianida karena
hidung, kadang bercampur darah. Mata tampak
adanya sel darah merah (RBC).9 Perlu penanganan
menonjol dengan dilatasi pupil. Kaku mayat lebih
khusus pada pengambilan dan pengiriman sampel.
cepat . Rahang menutup kuat.9
Sampel diberi tanda khusus bahwa mengandung
sianida. Sampel harus dikirim dan diperiksa secepat
2. Pada pemeriksaan dalam:
mungkin untuk menghindari postif palsu.3 Sampel
Apabila ada kecurigaan keracuna sianida, rongga
disimpan pada suhu 4°C. Pada kasus kecurigaan
kepala harus dibuka terlebih dahulu untuk mencari
keracunan yang berat, sampel disimpan pada suhu -
bau bitter almond pada otak. Otak dan selaput otak:
20°C.
tampak kemerahan, ditemukan edema otak. Tampak
Pemeriksaan Lee Jones test:9 tambahkan
iritasi pada mukosa mulut, lambung tampak erosi
kristal ferrous sulfat ke dalam 5 ml cairan aspirasi
dan berwarna kehitaman akibat terbentuknya
lambung, kemudian ditambahkan 4-5 tetes larutan
alkaline hematin, tampak perdarahan dari mukosa
NaOH 20% untuk presipitasi iron. Larutan didihkan
yang iritasi. Pada kasus yang lebih ringan, pada
kemudian dibiarkan dingin. Tambahkan 10 tetes HCl
permukaan lambung tampak garis-garis striae
10%. Akan terbentuk endapan berwarna biru
berwarna merah kehitaman, erosi pada rugae. Isi
kehijauan (ferricyanide) menunjukkan adanya
lambung tampak bercak darah.3,4 Busa kemerahan
sianida.
pada trakea dan bronki. Hemoragi peteki pada
Untuk membuktikan adanya tidaknya
pleura dan pericardium. Pada pemeriksaan dalam
sianida dapat dilakukan dengan colorimetric test
dapat ditemukan organ dalam berwarna kemerahan.

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN
328

Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020


The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

yang dilanjutkan dengan pemeriksaan analisa


kedalam tubuh melalui oral. 92 kasus dipastikan
laboratorium dengan gas chromatography-mass
menggunakan garam sianida dengan ditemukannya
spectrometry (GC-MS). Untuk memastikan adanya
serbuk putih pada TKP, 51 kasus menggunakan
sianida dilakukan dengan mengekstraksi dan
potasium sianida dan 41 kasus menggunakan sodium
mengukur kadar hydrogen sianida (HCN) dari
sianida. 248 kasus (97,3%) akibat bunuh diri, 4 kasus
sampel. Waktu paruh sianida cukup singkat sehingga
akibat kelalaian dan 2 kasus akibat pembunuhan.28
pemeriksaan harus dilakukan dalam beberapa jam
Hal ini sejalan dengan 19 kasus kematian akibat
setelah terpapar. Pemeriksaan laboratorium terbaru
potas yang kami kumpulkan lewat mesin pencari, 16
meneliti penggunaan ACTA (2-aminothiazoline-4-
kasus akibat bunuh diri dan 3 kasus akibat kelalaian.
carboxylic acid) sebagai biomarker pada keracunan
sianida. Pada sampel hati pasien keracunan sianida
KESIMPULAN
ditemukan peningkatan biomarker ACTA secara
1. Pemeriksaan dalam pada kematian akibat
signifikan. ACTA terbentuk ketika sianida berekasi
potassium sianida tidak ditemukan kelainan
dengan sistein.14
yang spesifik selain iritasi pada mukosa mulut
Sianida dapat ditemukan pada jaringan dan
dan lambung. Diagnosa ditegakkan dengan
cairan tubuh yang sudah mengalami pembusukan
anamnesis, bau khas, organ dalam yang
akibat dari aksi mikroba. Embalming dapat
berwarna kemerahan dan warna lebam mayat
menyebabkan hilangnya sianida.9
pada kulit.
Tindakan Khusus dalam Penanganan
2. Kematian akibat sianida paling banyak terjadi
Jenazah: Dokter forensik dan petugas kamar jenazah
akibat bunuh diri. Potassium sianida mudah
harus berhati-hati pada penanganan jenazah yang
ditemukan di pasaran. Diperlukan penegakan
meninggal karena sianida. Otopsi harus dilakukan
aturan dan regulasi oleh pemerintah serta
dalam ruangan isolasi bertekanan negatif dengan
edukasi kepada masyarakat tentang bahaya
APD yang memadai. Lambung merupakan organ
penyalahgunaan potassium sianida (potas).
yang sangat berbahaya pada saat otopsi karena
potasium sianida yang bereaksi dengan asam
lambung akan menghasilkan hydrogen sianida yang
mudah menguap. Lambung harus dibuka dalam
lemari asam kimia (chemical fume hood). Kontak
dengan uap sianida (pada saat otopsi) dapat
menyebabkan keracunan pada personel yang
melakukan otopsi.3,9,12
Kematian akibat sianida paling banyak
terjadi akibat kecelakaan dan bunuh diri, jarang
terjadi pada pembunuhan kecuali pada pembunuhan
massal.3 Pada penelitian yang dilakukan di Korea
antara tahun 2005-2010 ditemukan 255 kasus
kematian akibat sianida, 98,8% sianida masuk

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN
329

Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020


The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

Konflik Kepentingan
8. (NIOSH), The National Institute for Occupational Safety
Dengan ini kami menyatakan bahwa tidak ada and Health. Potasium Sianida. Center for Disease

konflik kepentingan dalam penulisan ini Control and Prevention. [Online] 2020. [Cited: 11 20,
2020.]
https://www.cdc.gov/niosh/ershdb/emergencyrespons
Ucapan Terima Kasih
ecard_29750037.html.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada: Dr. H. 9. Hydrocyanic Acid. [book auth.] Satish K. Verma George

Ahmad Yudianto, dr, SpF, SH, M.Kes selaku Paul. Review of Forensic Medicine and Toxicology. New
Delhi : Jaypee Brother Medical, 2015.
Pembimbing dan KPS Ilmu Kedokteran Forensik dan
10. Miscellaneous Poisons. [book auth.] Richard Jones,
Studi Medikolegal FK UNAIR atas bimbingannya. dr.
Steven B Karch, John Manlove Jason Payne-James.
Thatit Bimo T.S., SpFM, M.H. selaku Kepala Instalasi Simpson's Forensic Medicine, 13th Edition. London :

Kedokteran Forensik dan Medikolegal RSUD Dr. Hodder & Stoughton Ltd, 2011.
11. Keracunan Akut Sianida. Putu Nita Cahyawati, Izal
Soeroto Ngawi atas supportnya.
Zahran, Ikhsan Jufri, Novianni. 1, Yogyakarta :
Wicaksana, Jurnal Lingkungan & Pembangunan, 2017,
DAFTAR PUSTAKA Vol. 1. ISSN 2597-7555.
1. AB. Berita Satu. [Online] 2 18, 2016. [Cited: 11 23, 12. Autopsy Biosafety. [book auth.] Philips C. Ursell,
2020.] https://www.beritasatu.com/anselmus- Richard L. Davis Walter E. Finkbeiner. Autopsy
bata/kesehatan/349970/bahaya-dan-manfaat-sianida- Pathology A Manual and Atlas, 2nd Edition.
komersial. Philadelphia : Saunders Elsevier, 2009.
2. Sitepu, Ardi Winata. Sianida Gampang Didapat. Media 13. Berita Industri. Perketat Jual Beli Sianida.
Indonesia. [Online] 2 9, 2016. [Cited: 11 24, 2020.] Kemenperin.go.id. [Online] Kementrian Perindustrian
https://m.mediaindonesia.com/read/detail/27895- Republik Indonesia, 02 10, 2016. [Cited: 11 27, 2020.]
sianida-gampang-didapat. https://kemenperin.go.id/artikel/14358/Perketat-Jual-
3. Pekka Saukko, Bernard Knight. Corrosive and Metallic Beli-Sianida.
Poisoning. Knight's Forensic Pathology, Fourth Edition. 14. LC-MS/MS analysis of 2-aminothiazoline-4-carboxylic
Boca Raton : CRC Press, 2016. acid as a forensic biomarker for cyanide poisoning. Jorn
4. Asphyxia. [book auth.] Dominick DiMaio Vincent J. CC Yu, Sarah Martin, Jessica Nasr, Katelyn Stafford,
DiMaio. Forensic Pathology, Second Edition. Florida : David Thompson, Ilona Petrikovics. PMCID:
CRC Press, 2001. PMC4145562, s.l. : Word J Methodol, 2012, Vols. 2012
5. Gill, James R. Practical Toxicology for the Forensic Oct 26; 2(5): 33–41. DOI
Pathologist. [book auth.] Michael Tsoko. Rorensic https://dx.doi.org/10.5662%2Fwjm.v2.i5.33.
Pathology Reviews, Vol. 2. New Jersy : Humana Press, 15. 15. Cyanide Poisoning Death Detected at the National
2005, pp. 243-262. Forensic Service Headquarters in Seoul of Korea: A Six
6. Jalil, Abdul. Punya Pacar Gelap, Ibu Rumah Tangga Year Survey (2005-2010). Sang Ki Lee. Jong Sook Rhee,
Nekat Minum Racun Hingga Meninggal. Solopos. Hye Sun Yun. 3, Seoul : Official Journal of Korean
[Online] 10 18, 2020. [Cited: 10 20, 2020.] Society of Toxicology, 2012, Vol. 28. pISSN: 1976-8257
https://www.solopos.com/punya-pacar-gelap-ibu- eISSN: 2234-2753.
rumah-tangga-nekat-minum-racun-hingga-meninggal-
1087085.
7. Purwanto. Sebelum Minum Racun di Rumah PIL,
Rumanti Sempat Tebar Ancaman. Kantor Berita RLOM
Jatim. [Online] 10 19, 2020. [Cited: 10 20, 2020.]
https://www.rmoljatim.id/2020/10/19/sebelum-
minum-racun-di-rumah-pil-rumanti-sempat-tebar-
ancaman.

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN
330

Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020


The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

Copyright @ 2020 Authors. This is an open access article


distributed under the terms of the Creative Commons
Attribution-NonCommercial 4.0 International License
(http://creativecommons.org/licenses/by-nc/4.0/),
which permits unrestricted non-commercial use,
distribution, and reproduction in any medium, provided
the original author and source are properly cited.

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN
331

Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020


The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

Laporan Kasus

Tinjauan Etika Pengangkatan Organ Reproduksi pada Anak (Studi


Kasus Reseksi Tumor pada Pasien di Bangsal Anak RSUP dr. Kariadi)
Virgagenie Maisra1, Bianti Hastuti Machroes2, Gatot Suharto3
1 Mahasiswa Program Pendidikan Dokter SpesialisKedokteran Forensik dan Studi Medikolegal
Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, Semarang
2 Dosen Program Pendidikan Dokter SpesialisKedokteran Forensik dan Studi Medikolegal

Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, Semarang

ABSTRACT
Pendahuluan: pengangkatan organ reproduksi pada anak merupakan masalah yang membutuhkan telaah dari
berbagai pihak, termasuk tim komite etik dan hukum Rumah Sakit, karena anak masih mengalami tahap
pertumbuhan dan perkembangan.
Metode: metode yang digunakan pada makalah ini adalah studi kasus. Studi kasus tinjauan etika pada anak 3
tahun dan dilakukan tindakan reseksi tumor yang berisiko terangkatnya organ reproduksi.
Hasil: kasus pasien di bangsal anak RSUP Dr. Kariadi, anak “A”, usia 3 tahun, diagnosa impending obstruksi, soft
tissue tumor regio anoperineal curiga ganas sarcoma, tumor intraabdomen regio pelvis curiga sarcoma, pasca
eksisi 4 kali di RS “X”, kemudian dirujuk ke RSUP Dr.Kariadi. Terapi yang direncanakan di RSUP Dr. Kariadi adalah
tindakan laparotomi eksplorasi tumor dengan risiko ikut terangkatnya organ reproduksi. Dari segi aspek etika,
tindakan laparotomi eksplorasi pengangkatan tumor dengan risiko ikut terangkatnya organ reproduksi yaiu uterus,
vagina serta ovarium kanan dan kiri dilihat dari kajian etika umum (basic ethics) dapat dibenarkan, mengingat :
telah mempertimbangkan kebaikan dan keuntungan bagi pasien sehingga tidak melanggar prinsip beneficence;
tujuannya tidak untuk mencelakai pasien sehingga tidak melanggar prinsip nonmeleficence; dilakukan dengan
menghormati keinginan pasien serta keluarga dan tanpa paksaan sehingga tidak melanggar prinsip autonomy;
mempertimbangkan risiko dan keuntungannya sehingga tidak melanggar prinsip justice.
Kesimpulan:.dalam melakukan tindakan pengangkatan tumor dengan risiko ikut terangkatnya organ reproduksi
diperlukan telaah dari segi aspek etika dan hukum untuk perlindungan hukum terhadap pihak yang melakukan
tindakan.

Kata kunci: aspek etika, anak, pengangkatan organ

Korespondensi : Virgagenie Maisra,email: vini_ptk@yahoo.com

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN
332

Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020


The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

PENDAHULUAN
Etik (Ethics) berasal dari Bahasa Yunani adalah suatu etika prkatis yang dikembangkan untuk

ethos, yang berarti akhlak, adat kebiasaan, watak, Rumah Sakit sebagai suatu institusi, dan ada pada

perasaan, sikap, yang baik, yang layak. Menurut waktu yang hampir bersamaan dengan kehadiran

Kamus Umum Bahasa Indonesia, etika adalah ilmu etika biomedis. Atau dapat juga dikatakan etika

pengetahuan tentang asas akhlak. Sedangkan institusional Rumah Sakit adalah pengembangan dari

menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia dari etika biomedika (bioetik), karena masalah-masalah

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, etika atau dilemma yang baru sama sekali sebagai dampak

adalah:1 atau akibat dari penerapan kemajuan pesat ilmu dan

1. Ilmu tentang apa yang baik, apa yang buruk teknologi biomedis justru terjadi di Rumah Sakit.4

dan tentang hak dan kewajiban moral. Perawatan dan penanganan pasien di Rumah Sakit

2. Kumpulan atau seperangkat asas atau nilai mencakup semua usia, termasuk anak. Anak

yang berkenaan dengan akhlak. berbeda dengan dewasa karena anak masih

3. Nilai yang benar dan salah yang dianut mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan

suatu golongan atau masyarakat. pada tubuhnya. Pengangkatan organ reproduksi

Menurut Kamus Kedokteran, etika adalah pada anak merupakan masalah yang membutuhkan

pengetahuan tentang perilaku yang benar dalam telaah dari berbagai pihak, termasuk tim komite etik

satu profesi.1 dan hukum Rumah Sakit, karena anak masih

Etik profesi kedokteran merupakan mengalami tahap pertumbuhan dan perkembangan.

seperangkat perilaku para dokter dan dokter Berikut adalah bagan Komite Etik dan Hukum Rumah

gigidalam hubungan dengan pasien, keluarga, Sakit:3

masyarakat, teman sejawat dan mitra kerja. Prinsip


umum etik kedokteran berdasarkan pada 4 prinsip
etik biomedis menurut Beuchamp dan Childress,
sebagai berikut: respect for autonomy, beneficence,
nonmaleficence, justice1.
Rumah Sakit dalam melakukan pelayanan
terhadap pasien, perlu menetapkan komite/tim atau
bentuk organisasi lainnya untuk mengelola program
peningkatan mutu dan keselamatan pasien agar
mekanisme koordinasi pelaksanaan program
peningkatan mutu dan keselamatan pasien dapat
berjalan lebih baik.2 Dalam penanganan pasien di
Rumah Sakit, ada beberapa kasus yang
membutuhkan telaah dari tim komite etik dan
hukum Rumah Sakit, sebagaimana diatur dalam METODE

Permenkes Nomor 42 Tahun 2018 tentang Komite Metode penelitian pada makalah ini adalah

Etik dan Hukum Rumah Sakit.3 Etika rumah sakit studi kasus. Studi kasus dimana menggunakan kasus
yang ada yaitu kasus di bangsal anak RSUP Dr.

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN
333

Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020


The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

Kariadi. Penelitian terhadap bahan pustaka ini


penanganan lebih lanjut. Keluhan pasien masuk
dilakukan dengan memilih secara selektif bahan
RSUP Dr. Kariadi adalah terdapat benjolan di anus
pustaka yang diperlukan, guna mendapatkan
dan susah buang air besar. Pasien dilakukan operasi
landasan teori berupa peraturan-peraturan,
dan biopsy pada tanggal 17 September 2020. Hasil
pendapat-pendapat atau penemuan-penemuan para
pemeriksaan patologi anatomi, berdasarkan
ahli yang berhubungan erat dengan penelitian.5
gambaran morfologi dan profil imunohistokimia
menyokong diagnosa embryonal
HASIL
rhabdomyosarcoma botryoid type. Pada tanggal 02
Seorang pasien anak “A”, perempuan,
Oktober 2020 dilakukan operasi untuk mengambil
berusia 3 tahun, berat badan 11 kg, panjang badan
benjolan yang berada di dalam vagina, dan masih
89 cm, merupakan anak pertama dari dua
terdapat benjolan besar di lipat paha kiri. Diagnosis
bersaudara, tinggal satu rumah bersama ayah (36
pada pasien tersebut adalah impending obstruksi,
tahun) dan ibunya (31 tahun) di Semarang. Lahir
soft tissue tumor regio anoperineal curiga ganas
secara section caesarea di Rumah Sakit karena
curiga sarcoma, tumor intraabdomen ekstralumen
terdapat mioma pada rahim ibu, usia kehamilan
region pelvis curiga sarcoma, pasca eksisi 4x, pasca
cukup bulan, berat badan lahir 3 kg, lahir dalam
colonoscopy dan eksisi tumor. Selanjutnya, pasien
kondisi sehat. Menurut ibu pasien, selama hamil
direncanakan tindakan laparotomy eksplorasi
sehat dan tidak pernah mengkonsumsi obat-obatan.
pengangkatan tumor dengan risiko ikut terangkatnya
Sejak berusia 1 tahun 6 bulan (bulan Januari 2019)
organ reproduksi yaitu uterus, vagina dan ovarium
terdapat benjolan keluar dari anus sebesar kacang
kanan dan kiri. Dokter penanggung jawab pasien
tanah, tidak berdarah, nyeri saat buang air besar,
melakukan konsultasi kepada PPA (Profesional
buang air kecil normal, nafsu makan nomal, tidak
Pemberi Asuhan) dan tim etik dan hukum Rumah
ada demam. Pada bulan Februari 2019 dilaksanakan
Sakit sebelum melakukan tindakan operasi
operasi di Rumah Sakit “X” dan didiagnosa anal
penangkatan tumor tersebut. Tim etik dan hukum
polip. Pada bulan Juli 2019 terdapat benjolan lagi di
Rumah Sakit melakukan tindak lanjut dengan
anus, dilakukan operasi kembali di Rumah Sakit “X”
melakukan telaah terhadap kasus tersebut dan
dan dilakukan biopsi dengan hasil papiloma ani
mengeluarkan kajian komite etik dan hukum.
disertai proses radang. Pada bulan Desember 2019
Adapun kajian komite etik dan hukum Rumah Sakit
terdapat benjolan lagi di anus, dilakukan operasi
terhadap kasus tersebut dari segi aspek etik, sebagai
kembali di Rumah Sakit “X”, dan dilakukan biopsi
berikut: tindakan laparotomy eksplorasi
dengan hasil polip recti disertai radang non spesifik.
pengangkatan tumor dilihat dari kajian etka umum
Pada bulan April 2020 muncul benjolan kembali di
(basic ethics) dapat dibenarkan, mengingat:
anus, dilakukan operasi di Rumah Sakit “X” dan
1. Telah mempertimbangkan kebaikan dan
biopsi dengan hasil fibroepitellial polip. Setelah
keuntungannya bagi pasien sehingga tidak
melakukan 4x operasi di Rumah Sakit “X”, menurut
melanggar prinsip beneficence;
ibu pasien, berat badan anak mulai turun, karena
2. Tujuan tidak untuk mencelakai pasien sehingga
nafsu makan mulai berkurang. Pasien kemudian
tidak melanggar prinsip nonmeleficence;
dirujuk ke RSUP Dr. Kariadi untuk mendapat

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN
334

Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020


The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

3. Dilakukan dengan menghormati keinginan pasien


anak di bawah usia 6 tahun. Biasanya, embryonal
dan keluarga dan tanpa paksaan sehingga tidak
rhabdomyosarcoma tumbuh di area kepala, leher,
melanggar prinsip autonomy;
kandung kemih, dan alat kelamin. Jenis
4. Mempertimbangkan risiko dan keuntungannya
rhabdomyosarcoma ini cepat menyebar, tetapi
sehingga tidak melanggar prinsip justice.
merespon pengobatan dengan baik. Etiologi dan
Tindakan tersebut dilihat dari kajian etika klinik
faktor risiko spesifik untuk rhabdomyosarcoma
(clinical ethics) juga dapat dibenarkan, mengingat:
sebagian besar tidak diketahui, namun terdapat
a. Sesuai dengan indikasinya (medical indication);
peningkatan risiko rhabdomyosarcoma sekunder
b. Sesuai dengan keinginan pasien (patient
akibat paparan radiasi in utero, status social
preferences) dan keluarga;
ekonomi rendah, dan orang tua menggunakan obat-
c. Dapat mengingatkan kualitas hidup (quality of
obatan selama kehamilan. Prognosis
life) dari pasien;
rhabdomyosarcoma secara umum pada orang
d. Tidak ada faktor-faktor kontektual (contextual
dewasa memiliki kelangsungan hidup 5 tahun lebih
features) yang menghalangi dilakukannya
buruk secara keseluruhan jika dibandingkan dengan
intervensi medis.
anak-anak (27% berbanding 61%).6
Kajian terhadap etik dan hukum Rumah
Sakit tersebut disampaikan kembali kepada Dokter
b. Organ Reproduksi Wanita
penanggung jawab pasien. Selanjutnya Dokter
Berdasarkan letaknya, organ reproduksi
penanggung jawab pasien memberi edukasi kepada
wanita dibagi menjadi 2 yaitu organ genital bagian
orang tua pasien terkait dengan tindakan yang akan
luar (ekstena) dan organ reproduksi bagian dalam
dilakukan beserta permintaan persetujuan tindakan
(interna). Organ genital bagian luar yang lebih
berupa lembar informed concent yang berisi
berperan untuk senggama, meliputi mons veneris
identitas pasien, diagnosa, dasar diagnosa, tindakan
(mons pubis), labia mayora, labia minora, clitoris,
yang akan dilakukan, indikasi tindakan, tata cara,
vestibulum, hymen. Sedangkan organ reproduksi
tujuan, risiko, komplikasi, prognosis, alternative, dan
bagian dalam berperan sebagai tempat untuk
lain-lain, serta mencantumkan nama dokter
ovulasi, pembuahan sel telur, implantasi
penanggung jawab pasien beserta tanda tangan, dan
(melekatkan janin), tumbuh kembang janin. Organ
nama orang tua pasien beserta tanda tangan. Pasien
reproduksi terdiri dari vagina, serviks, uterus, tuba
tidak bias menandatangani lembar informed concent
falopi, ovarium.7
karena masih berusia 3 tahun. Setelah lembar
informed concent ditandatangani dan persyaratan
c. Pembahasan Kasus
operasi terpenuhi, kemudian pasien dijadwalkan
Pada kasus, pasien berusia 3 tahun, dimana
untuk tindakan operasi.
pada usia tersebut organ reproduksi bagian dalam
sudah terbentuk tetapi belum berfungsi. Diagnosis
DISKUSI
pada pasien tersebut adalah impending obstruksi,
a. Embryonal Rhabdomyosarcoma
soft tissue tumor regio anoperineal curiga ganas
Embryonal rhabdomyosarcoma adalah jenis
curiga sarcoma, tumor intraabdomen ekstralumen
rhabdomyosarcoma yang paling sering menyerang

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN
335

Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020


The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

region pelvis curiga sarcoma, pasca eksisi 4x, pasca


tindakan yang akan dilakukan, yakni pada usia 3
colonoscopy dan eksisi tumor. Direncanakan
tahun, organ reproduksi belum berfungsi
tindakan laparotomy eksplorasi pengangkatan tumor
sehingga jika dilakukan pengangkatan organ
dengan risiko ikut terangkatnya organ reproduksi
reproduksi saat usia tersebut tidak akan
yaitu uterus, vagina dan ovarium kanan dan kiri.
berdampak terhadap pasien saat ini.
Terangkatnya organ reproduksi pada pasien tersebut
Pengangkatan organ reproduksi vagina, dapat
akan berdampak pada hilangnya fungsi organ
ditindaklanjuti dengan melakukan tindakan
reproduksi pada pasien tersebut.
vaginoplasty. Pengangkatan organ reproduksi
Dokter penanggung jawab pasien dalam
tersebut juga didasarkan pada penjalaran tumor,
mengambil keputusan terhadap tindakan yang akan
karena posisi anatomi dari tumor dan organ
dilakukan terhadap pasien melakukan koordinasi
reproduksi berdekatan.9 Tindakan operasi
dengan tim etik dan hukum Rumah Sakit agar dapat
laparotomy akan dilakukan sesuai dengan
dilakukan telaah terlebih dahulu. Tim etik dan
Standar Operasional Prosedur yang telah ada dan
hukum menindaklanjuti permohonan telaah tersebut
sesuai dengan Praktek Panduan Klinis yang
dengan melakukan rapat koordinasi tim secara
diterapkan di RSUP Dr. Kariadi, dan dilakukan
virtual, sesuai dengan protokol kesehatan pada era
oleh tenaga dokter profesional yang
pandemi Covid-19. Setelah telaah kasus dilakukan,
berkompetensi di bidang tersebut.
tim etik dan hukum mengeluarkan dokumen kajian
2. Nonmeleficence
komite etik dan hukum yang ditandatangani oleh
Tujuan dari tindakan laparotomy eksplorasi
ketua komite etik dan hukum RSUP Dr. Kariadi.
pengangkatan tumor dengan risiko ikut
terangkatnya organ reproduksi tidak untuk
Aspek Etik
mencelakai pasien. Keputusan yang diambil
Seperangkat prinsip moral yang sangat
sudah berdasarkan rapat koordinasi dari tim PPA
penting yang berfungsi sebagai kerangka analisis dari
(Profesional Pemberi Asuhan).
norma umum, meliputi:8 respect for autonomy
3. Autonomy
(sebuah norma untuk menghormati dan mendukung
Dokter penanggung jawab menjelaskan kepada
keputusan yang otonom), nonmaleficence (suatu
pasien dan keluarga pasien (orang tua) mengenai
norma untuk menghindari sebab akibat dari
diagnosa dan rencana tindakan yang akan
kerugian), beneficence (norma yang berkaitan untuk
dilakukan terhadap pasien. Dokter menghargai
mencegah bahaya dan memberi manfaat terhadap
hak pasien dan keluarga dalam memberi
risiko dan biaya), justice (sekelompok norma yang
keputusan terhadap rencana tindakan yang akan
berkaitan dengan manfaat, risiko dan biaya yang
dilakukan. Tindakan tersebut dilakukan dengan
cukup).
menghormati keinginan pasien dan keluarga
Aspek etik pada kasus di atas :
tanpa paksaan. Hal tersebut didokumentasikan
1. Beneficence
dalam lembar edukasi dan informed concent
Tim PPA (Profesional Pemberi Asuhan) pada
persetujuan tindakan.
kasus tersebut telah mempertimbangkan
4. Justice
kebaikan dan keuntungan terhadap pasien atas

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN
336

Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020


The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

Tindakan dilakukan sesuai denga standar


Republik Indonesia No. 29 Tahun 2004 tentang
prosedur operasional. Mempertimbangkan risiko
Praktik Kedokteran; Undang-Undang Republik
dan keuntungan dari tindakan yang akan
Indonesia No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah
dilakukan. Risiko pada kasus tersebut adalah
Sakit, serta Peraturan Menteri Kesehatan
terangkatnya organ reproduksi, sehingga pasien
Republik Indonesia No.
yang berjenis kelamin perempuan tersebut tidak
290/MENKES/PER/III/2008 tentang persetujuan
mempunyai organ reproduksi. Organ reproduksi
tindakan kedokteran.10,11
pada perempuan mempunyai fungsi salah
satunya adalah untuk melajutkan keturunan
Setelah dilakukan kajian tentang tindakan
melalui proses kehamilan. Sedangkan
laparotomy eksplorasi pengangkatan tumor dengan
keuntungan dari tindakan tersebut adalah untuk
risiko ikut terangkatnya organ reproduksi, tim
memghambat proses penyebaran dari tumor,
komite etik dan hukum memberikan rekomendasi
dimana efek dari proses penjalaran tumor
sebagai berikut :
tersebut dapat berdampak yang merugikan
1. Rencana tindakan laparotomy eksplorasi
kepada pasien.
pengangkatan tumor dengan risiko ikut
terangkatnya organ reproduksi pada pasien dapat
Aspek Hukum
dilakukan.
1. Tindakan laparotomy eksplorasi pengangkatan
2. Family conference untuk menjelaskan prosedur
tumor dengan risiko ikut terangkatnya organ
tindakan, risiko tindakan, alternatif tindakan,
reproduksi dilakukan atas dasar pengobatan dan
serta kemungkinan-kemungkinan yang dapat
terapi, sehingga tidak melanggar Undang-Undang
terjadi saat pre-operasi, intra-operasi, pasca
Republik Indonesia No. 36 Tahun 2009 tentang
operasi.
Kesehatan; Undang-Undang Republik Indonesia
3. Dokumentasi kegiatan family conference meliputi
No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran;
foto saat dilakukan family conference, daftar
serta Undang-Undang Republik Indonesia No. 44
hadir, dan notulen yang memuat kesimpulan
Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.10
kegiatan family conference.
2. Tindakan tersebut dilakukan oleh tenaga
4. Informed concent khusus yang dapat
kesehatan yang berkompeten sehingga tidak
menggambarkan proses tindakan, risiko tindakan
melanggar Undang-Undang Republik Indonesia
jangka panjang, serta pemahaman wali pasien
No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan; Undang-
terhadap persetujuan tindakan tersebut.
Undang Republik Indonesia No. 29 Tahun 2004
5. Pendampingan bagian hukum RSUP Dr. Kariadi
tentang Praktik Kedokteran; serta Undang-
selama proses tatalaksana pasien.
Undang Republik Indonesia No. 44 Tahun 2009
tentang Rumah Sakit.10
KESIMPULAN
3. Dilakukan setelah mendapat persetujuan
Dalam melakukan tindakan pengangkatan tumor
tindakan kedokteran, sehingga tidak melanggar
dengan risiko ikut terangkatnya organ reproduksi
Undang-Undang Republik Indonesia No. 36 Tahun
diperlukan telaah dari segi aspek etika dan hukum
2009 tentang Kesehatan; Undang-Undang

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN
337

Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020


The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

untuk perlindungan hukum terhadap pihak yang


melakukan tindakan.

DAFTAR PUSTAKA
26. Hanafiah, M.Jusuf dan Amri Amir. Etika Kedokteran
dan Hukum Kesehatan. Jakarta : EGC, 2018.
27. Komisi Akreditasi Rumah Sakit. Standar Nasional
Akreditasi Rumah Sakit Edisi 1. Jakarta : 2018.
28. M. Endradita, Galih; Ganis Irawan; M.Afiful Jauhani.
https://galihendradita.wordpress.
com/2020/01/06/komite-etik-dan-hukum-di-
indonesia-permenkes-no-42-tahun-2018/
29. M.Endradita,Galih.
https://galihendradita.wordpress.com/2018/12/24/ko
mite-etik-dan-hukum-rumah-sakit/
30. Soerjono, Soekanto. Pengantar Penelitian Hukum.
Jakarta : Universitas Indonesia, 2014.
31. Kaseb, Hatem. et al. Rhabdomyosarcoma. Up date July,
2020. https:// www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK
507721/
32. Hoffman, et.al. Williams Gynecology. Second Edition.
Mc. Grow Hill Companies, 2012.
33. Beauchamp, Tom L and James F. Childress. Principles
Of Biomedical Ethics. Seventh Edition. New York :
Oxford University Press, 2013.
34. Berek, Jonathan S. Berek & Novak’s Gynocology.
Fifteenth Edition. California : Wolters Kluwer, 2012.
35. Undang-Undang Republik Indonesia.
36. Peraturan Menteri Kesehatan.

Copyright @ 2020 Authors. This is an open access article


distributed under the terms of the Creative Commons
Attribution-NonCommercial 4.0 International License
(http://creativecommons.org/licenses/by-nc/4.0/),
which permits unrestricted non-commercial use,
distribution, and reproduction in any medium, provided
the original author and source are properly cited.

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN
338

Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020


The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

Laporan Kasus

Blunt Force Abdominal Trauma that Cause Intramural Intestinal


Hematoma, Hepatic Subscapular Hematoma and Hemobilia : A Case
Dhiwangkoro Aji Kadarmo1, Stephanie Renni Anindita2
1Kepala bagian Instalasi Forensik dan Medikolegal Rumah Sakit Bhayangkara Polda DIY
2 Dokter spesialis forensik di Instalasi Forensik dan Medikolegal Rumah Sakit Bhayangkara Polda DIY

ABSTRACT
16 year old boy suddenly fell down during martial arts training at school. Before the incidence, the victim
had time to warm up by running for about thirty minutes around the school and then following body resistance
training by being hit in the chest and stomach. The victim fell when he was hit in the stomach and complained that
his stomach hurt before he was unconscious. The victim was taken to the public health center which is
approximately fifteen minutes from theschool, but the victim had already died when he arrived at the public health
center The victim’s body was then taken to the Bhayangkara Polda Yogyakarta Hospital for an autopsy. On external
examination of the victim there were blunt force injury wound on the form of bruises on the left cheek, right upper
arm and right waist. Internal examination revealed hematoma on the esophagus, right kidney, bile, liver,
duodenum and small intestine. The cause of death of the victim was blunt force on the right hip, which resulted in
bleeding in the right kidney, liver, gallbladder, duodenum and small intestine, which resulted in severe bleeding.
The incidence of hematoma of the duodenum and small intestine is rare. A duodenum hematoma is difficult to
diagnose because the symptoms don’t feel too bothersome. According to scientific publications, the symptoms
experienced in victims include abdominal pain and hematemesis. This is the case with subscapular hematoma of
the liver, wherein these patients had more than 50% of the hematoma on the surface of the liver (Grade III on the
American
Association for the Surgery of Trauma liver injury scale). Bleeding in the bile (Hemobilia) is a complication
of injury to the liver. This situation is rare and usually occurs in children aged victims with a history of severe
trauma to the abdomen. The presence of a hematoma in the right kidney without laceration of the renal
parenchyma tissue (Grade I on the Asutralian State of Victoria Renal Injury Scale). This type of injury can be life
threatening if accompanied by aceration of the renal parenchyma or avulsion of the renal hilum.

Keywords: blunt force abdominal trauma, hematoma, hemobilia

Korespondensi : Stephanie Renni Anindita, email: stephie.forensik@gmail.com

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN
339

Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020


The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

PENDAHULUAN
Kekerasan tumpul pada perut dapat terjadi Ilustrasi Kasus

pada seluruh kelompok usia. Kekerasan tumpul pada Pada hari Selasa tanggal sembilan Juni

abdomen memiliki angka morbiditas yang tinggi, tahun dua ribu dua puluh pukul sembilan titik nol nol

khususnya jika daya trauma cukup kuat untuk waktu Indonesia bagian Barat, Instalasi Forensik dan

menyebabkan kerusakan pada organ dalam dan Medikolegal RS Bhayangkara POLDA DIY menerima

menyebabkan perdarahan, hematoma atau cedera jenazah seorang laki-laki berusia enam belas tahun

pada usus besar, limpa, hepar dan usus halus. dengan riwayat kekerasan tumpul pada perut.

Sebagian besar kasus kekerasan tumpul pada perut Menurut keterangan penyidik, kurang lebih tiga

yang dengan angka mortalitas yang tinggi belas jam sebelum masuk ke Instalasi Forensik dan

disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas. Organ yang Medikolegal RS Bhayangkara POLDA DIY, korban

sering tekrena cedera adalah limpa (53%), hepar sedang berlatih bela diri di sekolahnya. Saat itu

(35%) dan usus halus (17%). Oleh sebab itu maka korban menjalani latihan ketahanan fisik dengan

prosedur penatalaksanaan yang paling sering cara dipukul menggunakan tangan kosong pada

dilakukan pada kekerasan tumpul abdomen adalah bagian dada, perut dan punggung. Kurang-lebih tiga

splenektom, splenorraphy dan hepatetktomi.1-2 puluh menit setelah latihan dimulai, korban

Mekanisme kematian yang sering terjadi mengeluh perutnya sakit dan kemudian korban

pada kasus kekerasan tumpul pada abdomen adalah terjatuh dengan posisi wajah korban membentur

perdarahan dan infeksi. Biasanya perdarahan yang tanah. Pelaku (pelatih korban) sempat memberikan

terjadi adalah perdarahan intraperitoneal sehingga pertolongan dengan memberi minum korban, tapi

menyebabkan syok hipovolemik dengan awitan korban muntah-muntah. Korban kemudian tidak

cepat. Walau demikian pada beberapa kasus dimana sadarkan diri dan dilarikan ke PUSKESMAS yang

perdarahan terjadi secara interstisial, gejala yang berjarak tiga puluh menit perjalanan naik mobil dari

ditemukan dapat tidak spesifik. Gejala yang biasa sekolah korban. Ketika sampai di PUSKESMAS,

ditemukan pada kekerasan tumpul pada abdomen korban dinyatakan sudah meninggal dunia.

dengan hematoma organ antara lain nyeri perut, Pada pemeriksaan luar atas jenazah,

mual dan muntah. Hematemesis tidak selalu didapatkan tanda kekerasan tumpul berupa luka

ditemukan pada pasien dengan hematoma pada memar pada tonjolan tulang pipi kiri berwarna

organ abdomen. Hal ini yang menyebabkan kebiruan, luka memar pada sudut bibir kiri warna

perdarahan interstisial pada organ dalam seperti kebiruan, luka memar pada lengan atas kanan sisi

limpa, hepar dan duodenum seringkali memiliki dalam warna kebiruan, serta luka memar pada

angka mortalitas yang tinggi karena penderita tidak pinggang kanan berwarna kebiruan. Didapatkan

memperhatikan gejala-gejala tersebut.3-4 tanda-tanda mati lemas berupa jaringan di bawah

Pada laporan kasus ini akan dipaparkan kuku tangan dan kaki berwarna kebiruan.

mengenai kekerasan tumpul pada abdomen yang


menyebabkan hematoma organ multipel pada
abdomen.

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN
340

Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020


The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

Gambar 3. (a) perdarahan pada usus dua belas jari


hingga usus halus; dan (b) perdarahan pada dinding
Gambar 1. Temuan pada pemeriksaan luar (a)
dalam usus halus.
memar pada tonjolan tulang pipi kiri (b) memar pada
Sebab kematian orang ini adalah kekerasan tumpul
sudut bibir kiri (c) memar pada lengan atas kanan sisi
pada pinggang kanan yang menyebabkan
dalam dan (d) memar pada pinggang kanan
perdarahan pada ginjal kanan, hati, kandung
empedu, usus dua belas jari dan usus halus sehingga
Pada pemeriksaan dalam ditemukan adanya
mengakibatkan perdarahan hebat.
resapan darah pada hati yang meliputi lebih dari lima
puluh persen permukaan, ersapan darah pada usus
Pembahasan
dua belas jari, resapan darah pada usus halus,
Kekerasan tumpul pada abdomen yang
reaspan darah pada ginjal kanan dan resapan darah
mengakibatkan kerusakan organ dalam memiliki
pada kandung empedu. Kandung empedu berisi
angka mortalitas yang tinggi. Organ dalam yang
cairan berwarna merah kehitaman.
sering tekrena cedera adalah limpa (53%), hepar
(35%) dan usus halus (17%). Terjadinya ruptur pada
organ abdomen akan menimbulkan perdarahan
hebat dengan onset cepat hingga tejradi syok
hipovolemik. Gejala yang sering tampak adalah nyeri
abdomen hebat, hipotensi, penurunan urin dan
kegagalan organ multipel. Perdarahan organ dalam
abdomen secara interstisial memiliki angka
mortalitas yang lebih tinggi dikarenakan tanda dan
gejalanya yang seringkali tidak spesifik. Nyeri
Gambar 2. Temuan pada pemeriksaan dalam (a)
abdomen yang dikeluhkan oleh penderita biasanya
resapan darah pada ginjal kanan (b) resapan darah
tidak spesifik dan seirngkali tidak disadari. Mual dan
pada lebih dari 50% permukaan hati (c) resapan
muntah tidak selalu dilaporkan pada kasus
darah pada kandung empedu dan (d) resapan darah
hematoma organ dalam abdomen. Pada saat yang
pada usus dua belas jari hingga usus halus
bersamaan, perdarahan terus terjadi sehingga
seringkali syok terlambat didiagnosis.4

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN
341

Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020


The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

Pada kasus ini, dilaporkan korban


pada hepar biasanya disebabkan oleh syok
mengalami kekerasan tumpul berupa pukulan
hemoragik, koagulopati, sepsis (disebabkan oleh
dengan tangan kosong pada bagian dada dan perut.
abses pada hepar), kebocoran empedu serta
Kurang-lebih tiga puluh menit kemudian, korban
hematobilia akibat rputurnya arteri hepatik. Temuan
mengeluhkan nyeri perut sebelum terjatuh. Korban
lain yang didapatkan pada otopsi adalah resapan
sempat diberi minum namun korban muntah-
darah pada kandung empedu. Cedera pada kandung
muntah. Setelah korban tidak sadarkan diri, korban
empedu biasanya berhubungan dengan cedera
segera dibawa ke PUSKESMAS yang berjarak tiga
viseral hati. Dibandingkan dengan organ lain, insiden
puluh menit menggunakan mobil dari lokasi tempat
cedera kandung empedu termasuk lebih jarang
kejadian perkara tapi korban dinyatakan telah
antara 1.9% - 2.1% dari keseluruhan kasus. Hal ini
meninggal begitu korban sampai di PUSKESMAS.
disebabkan oleh lokasi kandung empedu yang
Pada pemeriksaan luar didapatkan tanda
tersembunyi di balik hati.6-7
kekerasan tumpul berupa luka memar pada tonjolan
Kandung empedu memiliki dinding yang
tulang pipi kiri berwarna kebiruan, luka memar pada
tipis. Adanya keadaan yang membuat kandung
sudut bibir kiri warna kebiruan, luka memar pada
empedu membesar beresiko tinggi terjadi perforasi.
lengan atas kanan sisi dalam warna kebiruan, serta
Perdarahan pada kandung empedu biasanya
luka memar pada pinggang kanan berwarna
ditandai dengan jaundice, nyeri perut atas kanan dan
kebiruan. Pada kasus dimana terjadi perdarahan
perdarhaan saluran cerna bagian atas, tapi ketiga
aktif akibat ruptur organ dalam, biasanya didapatkan
gejala ini ditemukan bersama-sama hanya pada 22%-
adanya memar yang meluas di sekitar pusat atau di
35% kasus. Hematobilia dapat juga ditandai dengan
salah satu sisi perut. Gejala yang menandakan
hematemesis, melena atau hematochezia.
terjadinya syok hipovolemik lebih cepat dikenali
Selain sulit untuk didiagnosis dari gejala
sehingga korban akan lebih cepat mendapat
klinis, hematoma pada duodenum memiliki angka
pertolongan.5
mortalitas yang tinggi. Hematoma pada duodenum
Pemeriksaan dalam didapati resapan darah
biasanya disebabkan oleh kekerasan tumpul dengan
pada hati yang meliputi lebih dari lima puluh persen
daya yang tinggi seperti kecelakaan kendaraan
permukaan, ersapan darah pada usus dua belas jari,
bermotor. Duodenum merupakan organ yang rentan
resapan darah pada usus halus, reaspan darah pada
terkena dampak kekerasan pada abdomen
ginjal kanan dan resapan darah pada kandung
dikarenakan seidkitnya jaringan mesenterika dan
empedu. Kandung empedu berisi cairan berwarna
letaknya yang berada di depan tulang punggung.
merah kehitaman.
Terlebih duodenum memiliki vaskularisasi yang
Resapan darah pada hati yang meliputi
tinggi pada lapisan subserosanya sehingga
lebih dari lima puluh persen permukaan atau ruptur
perdarahan terjadi secara perlahan dari pembuluh-
kapsular 1-3 cm kedalaman parenkim dengan
pembuluh darah di duodenum. Angka mortalitas
panjang kurang dari sepuluh sentimeter menurut
hematoma duodenum bervariasi antara 6% hingga
Liver Injury Scale dari American Association for the
25% dengan angka morbiditas 30%-60%.8-9
Surgery of Trauma termasuk dalam grade III dengan
angka mortalitas 3,8%. Kematian akibat hematoma

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN
342

Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020


The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

Adanya cedera ginjal pada kasus ini


Ther. 2012 Aug;7(4):448-51. PMID: 22893864; PMCID:
termasuk dalam grade I dari American Association PMC3414076.

for the Surgery of Trauma (AAST), dimana terjadi 6. Rogers & Devera. The Forensic Pathology of Liver
Trauma. Acad Forensic Pathol. 2018. 8(2): 184-191.
hematoma subskapular tanpa disertai laserasi.
7. Jaggard, JOhal & Choudry. Blunt Abdominal Trauma
Penatalaksanaan keadaan ini tidak memerlukan
Resulting in Gallbladder Injury: A Review With
tindakan bedah dan prognosisnya cukup baik jika Emphasis on Pediatrics. The Journal of Trauma. 2011.

tidak disertai dengan komplikasi lian seperti infeksi, 70(4).


8. Ha & Chung. Delayed Manifestation of Isolated
perdarahan masif, hipertensi atau urinoma.10
intramural Hematoma of the Duodenum Resulting
from Blunt Abdominal Trauma. Journal of Trauma and
Kesimpulan Injury. 2020. 33(1): 53-58.

Hematoma pada organ-organ intrabdominal yang 9. Pandey S, Niranjan A, Mishra S, Agrawal T, Singhal BM,
Prakash A, Attri PC. Retrospective analysis of duodenal
dialami oleh korban memiliki prognosis yang baik
injuries: a comprehensive overview. Saudi J
jika ditangani secara segera dan tepat. Akan tetapi,
Gastroenterol. 2011 Mar-Apr;17(2):142-4. doi:
gejalanya yang tidak spesifik mengakibatkan korban 10.4103/1319-3767.77247. PMID: 21372354; PMCID:

terlambat ditangani sehingga menyebabkan PMC3099062.


10. Erlich T, Kitrey ND. Renal trauma: the current best
kematian pada korban.
practice. Ther Adv Urol. 2018 Jul 10;10(10):295-303.
doi: 10.1177/1756287218785828. PMID: 30186367;
DAFTAR PUSTAKA PMCID: PMC6120183.
1. O'Rourke MC, Landis R, Burns B. Blunt Abdominal
Copyright @ 2020 Authors. This is an open access article
Trauma. [Updated 2020 Nov 16]. In: StatPearls
distributed under the terms of the Creative Commons
[Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; Attribution-NonCommercial 4.0 International License
(http://creativecommons.org/licenses/by-nc/4.0/),
2020 Jan-. Available from: which permits unrestricted non-commercial use,
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK431087/ distribution, and reproduction in any medium, provided
the original author and source are properly cited.
2. Mehta et al. An experience with Blunt Abdominal
Trauma: Evaluation, Management and Outcome.
Clinics and Practice. 2014. 4(599).
3. Sugathat & Kumar. Assessment of the Forensic
Autopsies due to Blunt Injury Abdomen among the
Patients Admitted to the Hospital – A retrospective
Study. International Journal of Contemporary Medical
Research. 2019. 6(4).
4. Bordoni Polyanna Helena Coelho, Santos Daniela
Magalhães Moreira Dos, Teixeira Jaísa Santana,
Bordoni Leonardo Santos. Deaths from abdominal
trauma: analysis of 1888 forensic autopsies. Rev. Col.
Bras. Cir. [Internet]. 2017 Dec [cited 2020 Nov 30]
; 44 (6): 582-595. Available from:
http://www.scielo.br/scielo.php?script=sci_arttext&pi
d=S0100-
69912017000600582&lng=en. https://doi.org/10.1590
/0100-69912017006006.’
5. Barrett C, Smith D. Recognition and management of
abdominal injuries at athletic events. Int J Sports Phys

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN
343

Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020


The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

Artikel Penelitian

Pemulasaran Jenazah COVID 19 di RSUD Kota Mataram NTB dalam


Menghadapi Kelompok Masyarakat Religius Konservatif
Arfi Syamsun 1
1Bagian Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas Mataram/RSUD Kota Mataram

ABSTRACT
Latar belakang: Penolakan terhadap pelaksanaan protocol jenazah COVID-19 terjadi secara massif di kelompok
masyarakat khususnya kelompok religious konservatif meskipun telah terbit fatwa resmi lembaga keagamaan
tentang tata cara pemulasaran jenazah menurut agama yang ada di Indonesia. Selain itu, berdasarkan protocol
WHO maupun Kementerian kesehatan RI, penanganan jenazah harus mempertimbangkan factor risiko penularan
virus, budaya dan agama almarhum. Dengan demikian aspek pencegahan penularan virus harus tetap parallel
dengan pelaksanaan budaya atau agama almarhum.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian observasional retrospektif untuk mendata jumlah pasien Propable
dan Confirmed COVID-19 yang telah mendapatkan pemulasaran di Instalasi Pemulasaran Jenazah RSUD Kota
Mataram dari Bulan Maret 2020 sampai dengan Agustus 2020.
Hasil: terdapat 110 jenazah COVID-19 yang terdiri 83 (75,5%) mendapatkan penanganan lengkap dan 27 (24,5%)
tidak mendapatkan penanganan lengkap. Penanganan lengkap meliputi penjemputan jenazah ke ruang isolasi,
pemandian, penyuntikan formalin atau desinfeksi permukaan, pembungkusan, pemetian dan penguburan jenazah.
Penyediaan kamar pemandian jenazah bertekanan negative dan pemberian kesempatan keluarga berpartisipasi
dalam prosesi pemulasaran jenazah memperlancar tugas pemulasaran COVID 19.
Simpulan: Pemulasaran jenazah dengan protokol yang humanis dan memenuhi kebutuhan pelaksanaan ritual
agama meredakan penolakan pemulasaran jenazah COVID-19
Kata kunci: COVID-19, penanganan jenazah, religious konservatif

Korespondensi : Arfi Syamsun, email: arfiforensikunram@gmail.com

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN
344

Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020


The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

PENDAHULUAN
mortuary room yang bertekanan negative. Ruangan
Protocol penanganan jenazah dari WHO
pemulasaran infeksius ini bermanfaat mengurangi
dan Kementerian kesehatan RI menjelaskan bahwa
potensi penularan infeksi virus dengan cara
jenazah suspek dan propable covid 19 harus
mengatur aliran udara ruangan dari blower ke
ditatalaksana sesuai denagn standar untuk
hepafilter, membunuh mikroorganisme, dan
menghindari penularan penyakit.1,2 Dari pengamatan
mengalirkan udara bersih ke lingkungan luar
peneliti, masyarakat menginginkan kepastian status
ruangan.
infeksi virus agar penanganan jenazah tetap
mengikuti kaidah agama dan budaya serta
Metode
kewaspadaan penularan penyakit.
Penelitian ini merupakan penelitian
Individu yang religios konservatif cenderung
observasional retrospektif yang dilaksanakan pada
menekankan penerapan aturan dan tradisi
tanggal 25 Bulan Mei 2020 sampai dengan tanggal
agamanya secara ketat sebagai bentuk ketaatan
31 Bulan Agustus 2020 di Rumah Sakit Daerah Kota
sehingga tidak membuka ruang penafsiran baru
3 Mataram, dan 6 rumah sakit swasta lainnya serta 10
dalam segala bidang kehidupan. Menurut
puskesmas di kota Mataram NTB. Jumlah sampel
pengamatan peneliti, salah satu contoh
yang terkumpulm adalah 110 jenazah yang mana
konservatifisme beragama adalah penerapan seluruh
kelurga terdekat jenazah telah memberikan
ritual pada jenazah covid 19 seperti biasa tanpa
persetujuan atau penolakan terhadap perosedur
dibatasi oleh protocol tertentu. Meskipun fatwa
penanganan jenazah covid 19.
resmi Lembaga keagamaan seperti Majelis Ulama
Setiap keluarga terdekat dari jenazah
Indonesia, Parisada Hindu dharma, Persekutuan
probable dan confirmed covid 19 diberikan
Gereja Indonesia telah memberikan kemudahan dan
penjelasan tentang prosedur penanganan jenazah
kelonggaran pelaksanaan pemulasaran jenazah.4,5,6
berdasarkan fatwa lembaga keagamaan dan Standar
Disisi lainnya penerapan protocol kesehatan sangat
operasional procedure rumah sakit. Penerimaan
penting untuk menghindari penularan virus dari
atau penolakan protocol dilakukan secara tertulis.
jenazah kepada orang-orang yang menangani
7 Status religious konservatif dinilai berdasarkan
jenazah covid 19. Atas alasan tersebut, upaya
alasan penolakan terhadap penjelasan baik secara
mempercepat diagnosis confirmed covid 19 dengan
lisan maupun tertulis yang dituangkan dalam
TCM dan pemulasaran jenazah seperti biasa dengan
formulir penolakan protocol covid 19.
penyediaan mortuary room bertekanan negative
sangat penting dilakukan sebagai salah satu metode
Hasil penelitian
agar keluarga menerima protocol penanganan
Penelitian ini dilakukan di Mortuary Room
jenazah covid 19.
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Mataram Nusa
Protocol penanganan jenazah covid 19 juga
Tenggara Barat pada periode 25 Maret 2020 hingga
akan lebih mudah diterima jika ritual-ritual agama
31 Agustus 2020. Pada periode tersebut diperoleh
yang biasa dilakukan masyarakat dapat diakomodasi
8,9 110 jenazah. yang terdiri dari 52 (47,27%) jenazah
dalam proses pemulasaran jenazah. Hal ini dapat
confirmed covid 19 dan 58 (52,72%) jenazah
dikerjakan jika rumah sakit menyediakan fasilitas

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN
345

Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020


The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

probable Covid 19. Dari jumlah jenazah probable


(44,54%), selengkapnya dapat dilihat pada gambar 1
Covid 19 tersebut, 33 (56,89%) dari 58 jenazah
berikut ini:
dilakukan swab postmortem dan pemeriksaan TCM.
Tabel. Karakteristik jenazah probable dan confirmed
covid 19
The Implementation of RMT
Karakteristik jenazah Periode Jumlah and Nasopharyngeal swab
25 Maret 1 Juni 2020-
2020-31 31 Agustus
Swab was not done
Mei 2020 2020
Status Swab and RMT were done
jenazah
Probable covid 19 16 (14,54%) 42 (38,18%) 58 PCR was done
(52,72%)
Confirmed covid 3 (2,72%) 49 (44,54%) 52 Total
19 (47,27%)

Jenis kelamin
Laki 11 (10%) 51(46,36%) 62
91
(56,36%)
Perempuan 8 (7,27%) 40 (36,36%) 48
(43,63%)
Usia 49
0-10 tahun 3 (2,72%) 1 (0,9%) 4 (3,63%) 33
11-20 tahun 1 (0,9%) 3 (2,72%) 4 (3,63%)
21-30 tahun 0 3 (2,72%) 3 (2,72%)
19
16
9
31-40 tahun 1 (0,9%) 8 (7,27%) 9 (8,18%) 3
0
41-50 tahun 3 (2,72%) 10 (9%) 13
(11,81%) March-Mei 2020 June-August 2020
51-60 tahun 8 (7,27%) 21 (19,09%) 29
(26,36%)
Lebih dari 60 3 (2,72% 45 (40,90%) 48 43,63%)
tahun
Komorbid
Pelaksanaan pemulasaran jenazah dapat
Hiperetensi dan 1 (0,9%) 7 (6,36%) 8 (8,18%)
gagal jantung dijelaskan sebagai berikut: penanganan lengkap
COPD 0 2 (1,81%) 2(1,81%)
TBC 1 (0,9%) 0 1 (0,9%) pada 83 (75,5%) jenazah dan penaganan jenazah
Dengue fever 1 (0,9%) 0 1 (0,9%)
Diabetes mellitus 2(1,81%) 3 (2,72%) 5 (4,54%)
HIV 0 1 (0,9%) 1 (0,9%)
yang tidak lengkap 27 (24,5%) jenazah. Selanjutnya
Chronik kidney 0 4(3,63%) 4(3,63%)
disease dapat dijabarkan dalam piegram berikut ini:
obesitas 0 1 (0,9%) 1(0,9%)
Usia tua 2 (1,81%) 35 (31,81%) 37
(33,63%)
Lainnya 1(0,9%) 1(0,9%) 1(0,9%)
Tidak ada 11 (10%) 38 (34,54%) 49
komorbiditas (44,54%)
Alamat
Urban/kota 11 (10%) 66 (60%) 77 (70%)
Rural/luar kota 8 (7,27%) 25 (22,72%) 33 (30%)

Distribusi pelaksanaan swab postmortem


dan TCM adalah sebagai berikut: pada periode
Maret-Mei 2020 belum dilakukan swab nasofaring
postmortem dan RMT, namun pengambilan swab
nasofaring dan pemeriksaan PCR telah dilakuakan
sebelum pasien meninggal dunia yaitu: 3 (2,72%)
pasien. Sementara itu 16 (14,54%) pasien tidak
Diskusi
dilakukan swab. Selanjutnya pada periode Juni-
Kriteria diagnosis covid 19 terdiri dari
Agustus 2020 telah dilakukan swab postmortem dan
suspek, probable dan confirmed covid 19. Kriteria
RMT pada 33 (30%) pasien, pengambilan swab
suspek covid 19 jika terpenuhi salah satu kriteria
antemortem dan pemeriksaan PCR pada 49
yaitu seseorang yang menderita pneumonia berat

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN
346

Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020


The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

atau ISPA berat yang belum diketahui penyebabnya


Penulis berpendapat bahwa jenazah covid
namun memiliki gambaran klinis covid 19 sehingga
19 perlu dilakukan swab postmortem untuk alasan
membutuhkan perawatan di rumah sakit, seseorang
social mengingat swab tersebut tidak diwajibkan
yang menderita salah satu keluhan ISPA dan
dalam protocol penanganan covid 19. Alasan social
mempunyai riwayat kontak dengan propable atau
yang dimaksudkan adalah agar status jenazah
confirmed covid 19 dalam 14 hari sebelum timbul
semakin jelas sehingga keluarga dapat menerima
gejala ISPA, atau seseorang yang mempunyai salah
protocol penanganan jenazah infeksius. Dengaan
satu keluhan infeksi saluran pernafasan akut dan
demikian, hasil TCM dapat menjadi bahan negosiasi
mempunyai riwayat perjalanan atau tinggal didaerah
penanganan jenazah covid 19 dengan keluarga dan
yang melaporkan adanya transimisi local dalam 14
masyarakat local agar menghindari pengambilan
hari sebelum timbul gejala ISPA.8, 12
paksa jenazah.
Probable covid 19 adalah seseorang yang
Secara umum religious konservatif dapat
menderita ISPA berat atau Acute respiratory distress
diartikan sebagai pemahaman dan praktik beragama
syndrome dengan gambaran klinis covid 19 yang
yang konservatif, dengan karakteristiknya, yaitu :
khas dan belum ada hasil laboratorium RT PCR.
berpegang secara ketat pada kitab suci, menganut
Confirmed covid 19 adalah seseorang yang
faham ortodok, menjalankan tradisi keberagamaan
mempunyai gejala atau tidak mempunyai gejala ISPA
yang dianggap sebagai paling benar dan menolak
dengan didapatkannya hasil positif pada
pemahaman, penafsiran, ataupun pembaruan
pemeriksaan RT PCR.8, 12
pemikiran dan praktik agama berdasarkan
Pemeriksaan specimen swab nasofaring
18,19
perkembangan modern tertentu. Dampak
atau swab orofaring menggunakan Reverse-
negativenya di era pandemic ini adalah
transcription Polymerase Chain Reaction (RT PCR)
ketidakpatuhan terhadap fatwa yang dikeluarkan
dan Tes Cepat Molekuler (TCM) untuk meningkatkan
oleh otoritas keagamaan di Indonesia, seperti
kemampuan diagnosis covid 19.13, 14,15
Pengamatan
Nahdlatul Ulama (NU), Muhammadiyah, Majelis
penulis di Kota Mataram menemukan bahwa Tes RT-
Ulama Indonesia (MUI), Parisada Hindu Dharma, dll
PCR mempunyai keterbatasan antara lain adalah
dalam hal menjalankan ibadah dan menangani
hasil tes paling cepat diketahui setelah 24 jam dan
jenazah covid 19. 20
running PCR dilakukan setelah jumlah sampel
Pada penelitian ini didapatkan beberapa
minimal telah terpenuhi agar menghemat
alasan penolakan penanganan jenazah covid 19 pada
penggunaan reagen maupun bahan habis pakai
trimester pertama, yaitu sebagai berikut : keluarga
lainnya. TCM mempunyai beberapa kelebihan yaitu
tidak percaya bahwa almarhum meninggal karena
akurasi yang sama dengan RT PCR dalam mendeteksi
covid 19, pemulasaran jenazah tidak memenuhi
asam nukleat virus, hasil tes dapat diperoleh 1-2 jam,
standar sesuai dengan syariat agama dan adanya
dan peralatan ini tersedia di banyak kabupaten/kota
stigma negative jenazah covid berbentuk
di Indonesia yang mana telah digunakan dalam
kekhawatiran akan dijauhi oleh tetangga dan
program pemeriksaan diagnosis tuberculosis selama
keluarga. Peneliti menggarisbawahi alasan agama
ini. 13,16, 17
sebagai dasar penolakan protocol. Pada masyarakat

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN
347

Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020


The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

yang religious konservatif, ketentuan/tafsir hukum


mengurangi pengambilan paksa jenazah pada
baru terkait penanganan jenazah infeksius sangat
kelompok religious konservatif
sulit untuk diterima sehingga menimbulkan konflik
social antara masyarakat dengan rumah sakit. Konflik
DAFTAR PUSTAKA
yang tidak bisa ditangani akan berakhir pada
1. World Health Organization (WHO). Infection Prevention
pengambilan paksa jenazah di rumah sakit.
and Control for the safe management of a dead body in
Pada penelitian ini juga didapatkan alasan
the context of COVID-19. J Hosp Infect. 2020;104(3):246-
penolakan penanganan jenazah covid 19 pada 251. doi:10.1016/j.jhin.2020.01.022
trimester kedua, yaitu: ketidakpercayaan keluarga 2. Kemenkes RI. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian
Coronavirus Disease (COVID-19). Germas. Published
atas diagnosis covid 19. Peneliti mengamati bahwa
2020. https://www.google.com/search?client=firefox-b-
hal ini kemungkinan besar dipengaruhi oleh kabar
d&q=pedoman+penvcegahan+coronavirus+revisi+ketiga
falsu atau hoax yang menyebar seputar wabah covid 3. Hirsh JB, Walberg MD, Peterson JB. Spiritual Liberals and
19 seperti menyebarnya teori konspirasi covid 19, Religious Conservatives. Soc Psychol Personal Sci.
2013;4(1):14-20. doi:10.1177/1948550612444138
dugaan bisnis penanganan jenazah covid 19 dan
4. MUI. Fatwa MUI jenasah covid. Published 2020.
dugaan bisnis tes covid 19 yang mana prasangka
https://covid19.go.id/p/protokol/fatwa-majelis-ulama-
negative ini menyebabkan ketidakpercayaan pada indonesia-nomor-18-tahun-2020
diagnosis covid 19 itu sendiri. 5. Pusat P.
312_PEDOMAN_PERAWATAN_JENAZAH_DA.pdf.
Meskipun protocol penanganan jenazah
Published 2020.
covid 19 menganjurkan untuk menghormati agama,
https://phdi.or.id/uploads/312_PEDOMAN_PERAWATA
budaya dan adat istidat setempat, penanganan N_JENAZAH_DA.pdf
jenazah dirumah tidak dianjurkan karena potensi 6. InfoPublik - Begini Cara Islam, Katolik, Kristen Urus
Jenazah Covid-19. http://infopublik.id/kategori/sorot-
penularan virus sangat tinggi terutama pada
sosial-budaya/445674/begini-cara-islam-katolik-kristen-
beberapa jam setelah kematian. 2 Rumah sakit dapat
urus-jenazah-covid-19
menyediakan ruangan infeksius bertekanan negative 7. Dijkhuizen LGM, Gelderman HT, Duijst WLJM. Review:
agar seluruh ritual pemandian dan pembungkusan The safe handling of a corpse (suspected) with COVID-
19. J Forensic Leg Med. 2020;73:101999.
jenazah serta doa dapat dilaksanakan seperti biasa.
doi:10.1016/j.jflm.2020.101999
Seluruh proses tersebut dapat diikuti oleh
8. Kemenkes RI. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian
perwakilan keluarga dengan menggunakan pakaian Coronavirus Disease. Published 2020.
APD level 3. Inovasi ini merupakan alternative yang https://covid19.go.id/storage/app/media/Protokol/REV-
05_Pedoman_P2_COVID-19_13_Juli_2020.pdf
bisa diterima oleh sebagian besar kelompok religious
9. Covid-19 Interim Guidance for the Management of the
konservatif.
Dead in Humanitarian Settings. Published 2020.
https://reliefweb.int/report/world/covid-19-interim-
Simpulan guidance-management-dead-humanitarian-settings-
july-2020
Pemulasaran jenazah yang humanis dengan
10. Families snatch dead bodies of COVID-19 patients from
mengikutsertakan keluarga dalam proses
hospitals for burial - National - The Jakarta Post.
pemulasaran jenazah dan penyiapan kamar jenazah https://www.thejakartapost.com/news/2020/06/09/fa
yang standar infeksius secara umum dapat milies-snatch-dead-bodies-of-covid-19-patients-from-
hospitals-for-burial.html
11. Corpses kidnapped in Indonesia as traditions clash with

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN
348

Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020


The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

virus protocol. Copyright @ 2020 Authors. This is an open access article


distributed under the terms of the Creative Commons
https://www.deccanchronicle.com/world/asia/090720/ Attribution-NonCommercial 4.0 International License
corpses-kidnapped-in-indonesia-as-traditions-clash- (http://creativecommons.org/licenses/by-nc/4.0/),
which permits unrestricted non-commercial use,
with-virus-protocol.html distribution, and reproduction in any medium, provided
12. WHO. Coronavirus Disease Situation Report World the original author and source are properly cited.

Health Organization. World Heal Organ.


2020;19(May):1-17. https://www.who.int/docs/default-
source/searo/indonesia/covid19/who-situation-report-
18.pdf?sfvrsn=9fd5302_2
13. Mesin TCM- TB untuk Covid-19 Sudah Bisa Digunakan -
Sehat Negeriku.
http://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/rilis-
media/20200504/5333823/mesin-tcm-tb-covid-19-
sudah-digunakan/
14. Jumlah Kasus Positif COVID-19 Naik 1.
https://covid19.go.id/p/berita/jumlah-kasus-positif-
covid-19-naik-1574-meninggal-76-dan-sembuh-1295-
orang
15. Afzal A. Molecular diagnostic technologies for COVID-19:
Limitations and challenges. J Adv Res. Published online
2020. doi:10.1016/j.jare.2020.08.002
16. Fda. Coronavirus Testing Basics. 2020;2019(July):2019-
2021. www.fda.gov
17. GeneXpert. Xpert ® Xpress SARS-CoV-2. Published 2020.
https://www.fda.gov/media/136314/download
18. Van Bruinessen M. Introduction: Contemporary
developments in Indonesian Islam and the “conservative
turn” of the early twenty-first century. Contemp Dev
Indones Islam Explain “Conservative Turn.”
2013;(December):1-20.
https://www.researchgate.net/publication/291768219_
Introduction_Contemporary_developments_in_Indonesi
an_Islam_and_the_conservative_turn_of_the_early_tw
enty-first_century
19. TEMPO. Manfaat dan Bahaya Konservatisme Agama -
Opini - majalah.
https://mediaindonesia.com/read/detail/299238-
konservatisme-agama-dan-penyebaran-korona
20. Muthmainnah Y. Konservatisme Agama dan Penyebaran
Korona.
https://mediaindonesia.com/read/detail/299238-
konservatisme-agama-dan-penyebaran-korona
21. Long C, Xu H, Shen Q, et al. Diagnosis of the Coronavirus
disease (COVID-19): rRT-PCR or CT? Eur J Radiol.
2020;126(February):108961.
doi:10.1016/j.ejrad.2020.108961

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN
349

Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020


The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

Laporan Kasus

Death from Sharp Trauma


Amalan Surya Hutabarat1, Edwin Parlindungan Lubis1, Zulfia Retnanti Marissa1, Agustinus Sitepu1
1Departemen Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara – RS. H. Adam Malik Medan

ABSTRACT
Background: In the doctor’s servise, the most frequently encountered in post mortem et repertum are victims who
have experienced trauma (injury), whether it is alive or dead. Clarity is needed regarding the type of trauma, the
tools used, the causal relationship, the age of the wound, and in the dead plus the determination of the cause,
manner and mechanism of death.
Case Report: Reportedly a case of the corpse of a woman known by the initials “L” was found by the community
dead on the street of the mosque with stab wounds to the body on Sunday, 10 February 2019 at 11.00 AM, the
victim was taken by investigators to the Djoelham Binjai Regional Hospital in February 10, 2019, 15.10 PM, the an
external examination was carried out at 17.41 PM, and continued with an internal examination at 18.10 PM.
Result: On examination there were several stab wounds in the neck area and several stab wounds in the neck area,
both the eyeballs were cloudy and there were bleeding spots and the tips of the fingers looked bluish. In the
examination, found a very wide blood infiltration in the neck area opposite the cut wound.
Conclusion: From the results of external and internal examinations, it can be concluded that the victim died due to
profuse bleeding due to sharp trauma.

Keywords: Sharp Trauma, Stab Wounds.

Korespondensi : Amalan Surya Hutabarat,email: surya.amalan@yahoo.com

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN
350

Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020


The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

PENDAHULUAN
Dalam pelayanan dokter yang paling banyak LAPORAN KASUS

dijumpai dalam visum et repertum adalah korban Dilaporkan sebuah kasus, korban sesosok

yang mengalami trauma (cedera), baik itu masih jenazah perempuan berinisial “L” meninggal dunia

hidup ataupun mati. Diperlukan kejelasan mengenai diduga akibat korban penganiayaan. Jenazah dibawa

jenis trauma, alat yang digunakan, hubungan sebab – ke Rumah sakit untuk di lakukan pemeriksaan luar

akibat, umur luka serta derajat kualifikasi luka, dan dan dilanjutkan pemeriksaan dalam berdasarkan

pada orang mati ditambah dengan penentuan sebab, surat permintaan Visum et Repertum.

cara dan mekanisme kematian.


Traumatologi adalah cabang ilmu Pemeriksaan Luar

kedokteran yang mempelajari tentang trauma atau a. Label jenazah tidak dijumpai

perlukaan, cedera serta hubungannya dengan b. Pembungkus jenazah, berwarna orange

berbagai kekerasan (rudapaksa) yang kelainannya bertuliskan” Identifikasi POLRI”

terjadi pada tubuh karena adanya diskontinuitas c. Pakaian jenazah baju kaos lengan pendek

jaringan akibat kekerasan yang menimbulkan jejak. berwarna putih dan celana panjang

Adapun jenis trauma berdasarkan etiologinya berbahan kain berwarna hitam.

terbagi atas:1 d. Pada jenazah dijumpai lebam mayat pada

1. Trauma Mekanik daerah dada dan kedua paha yang tidak

• Trauma Tumpul hilang pada penekanan. Kaku mayat

Luka memar ( bruise , contusion ), Luka dijumpai pada seluruh tubuh yang mudah

Lecet ( abrasion ), Luka Robek ( laceration), dilawan, dan tidak dijumpai tanda- tanda

Patah tulang, pergeseran sendi ( fracture, pembusukan.

dislocation) e. Jenazah berjenis kelamin perempuan,

• Trauma Tajam dengan panjang badan 164 cm,perawakan

Luka sayat ( incise wound ), Luka tusuk / sedang, kulit berwarna kuning langsat,

tikam ( punctured wound ), Luka bacok rambut panjang.

(chopped wound ) f. Dijumpai kedua mata berwarna keruh dan

• Luka Tembak terdapat bintik- bintik perdarahan.

2. Trauma Fisik g. Dijumpai luka tusuk dileher dengan panjang

• Temperatur suhu tinggi atau rendah 1 cm, lebar 0,5 cm, kedalaman 4 cm dengan

• Akibat kekerasan auditorik jarak 4 cm dari sumbu tubuh dan 3 cm dari


sumbu telinga kiri, dijumpai luka tusuk pada
• Akibat kekerasan oleh arus listrik / petir
leher bagian depan dengan panjang 1 cm,
• Akibat kekerasan dari radiasi
lebar 0,5 cm, kedalaman 3 cm dengan jarak
3. Trauma Kimiawi
6 cm dari pertengahan tubuh bagian depan,
• Zat asam kuat
7 cm dari sudut telinga kiri.
• Zat basa kuat
• Intoksikasi
4. Trauma Kombinasi Benda Mekanik dan Fisik

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN
351

Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020


The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

b. Pembukaan kulit leher dijumpai resapan


darah yang sangat luas setentang luka
bacok dengan panjang 10 cm, dan luas 4
cm. Dijumpai resapan darah pada leher kiri
dengan panjang 8 cm, dan lebar 5 cm.
Dijumpai pembuluh darah leher terputus.

Gambar 1. Luka tusuk di leher

h. Dijumpai luka bacok pada leher depan


dengan panjang 6 cm, kedalaman 4 cm,
lebar 1 cm setentang garis tengah tubuh
Gambar 3. Resapan Darah Setentang Luka Bacok
dengan jarak 12 cm dari sudut telinga kiri.
Dijumpai luka bacok pada dada depan
a. Saluran nafas bagian atas : dijumpai buih
dengan panjang 4,5 cm, lebar 2 cm,
halus pada saluran nafas bagian atas
kedalaman 4 cm dengan jarak 2 cm dari
b. Pembukaan kulit dada dijumpai resapan
garis tengah tubuh dan 6 cm dari payudara
darah pada otot dada kiri dengan panjang 9
kiri.
cm dan lebar 6 cm.
c. Pembukaan rongga perut: lambung, hati,
limpa, pancreas, usus halus dan usus besar
dan ginjal tidak dijumpai kelainan dan
tanda- tanda kekerasan.
PEMBAHASAN
Dari hasil pemeriksaan jenazah dijumpai
Gambar 2. Luka Tusuk dan Luka Bacok tanda- tanda pasti kematian. Dimana hal ini sangat
membantu dalam menentukan perkiraan lama
i. Anggota gerak Atas : kematian korban. Perkiraan waktu kematian yang
• Dijumpai kedua ujung jari tangan mendekati adalah melalui pertimbangan semua data
tampak pucat investigasi, termasuk pemeriksaan korban, awal
j. Anggota gerak bawah : timbulnya lebam mayat, kaku mayat dan post
• Dijumpai kedua ujung jari kaki mortem lainnya2. Lebam mayat biasanya timbul
tampak pucat dengan warna ungu kebiruan atau merah kebiruan,
Pemeriksaan Dalam hal ini terjadi akibat akumulasi darah yang menetap
a. Pembukaan kulit kepala hingga tengkorak di pembuluh darah bagian kecil3,4,5. Lebam mayat
kepala tidak dijumpai kelainan dan tanda- mulai tampak 30 menit setelah kematian, dan akan
tanda kekerasan. menetap setelah 6 sampai 12 jam, dan tidak akan

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN
352

Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020


The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

hilang pada penekanan setelah 6 sampai 12 jam.


cenderung sama panjang serta dibarengi dengan
Dalam kasus ini dijumpai lebam mayat yang
adanya kerusakan parah pada organ bawahnya
berwarna keunguan yang tidak hilang pada
(seperti tulang dan organ) disebabkan oleh
penekanan pada daerah dada dan kedua paha. Hal
mekanisme tekanan dan kecepatan yang sangat kuat
ini menunjukkan perkiraan kematian korban antara 6
dari permukaan benda tajam.7,8.
sampai 12 jam. Dijumpai kaku mayat pada daerah
Pada pembukaan kulit leher dijumpai
seluruh tubuh yang mudah dilawan. Kaku mayat
resapan darah dan pembuluh darah leher yang
muncul 2 jam setelah kematian dimulai dari otot-
terputus akibat luka tusuk. Hal ini menyebabkan
otot kecil menjalar ke otot besar seperti leher,
hilangnya suplai darah keseluruh tubuh yang dapat
bagian atas tubuh, dada, perut dan bawah tubuh.
menyebabkan mati lemas akibat terjadinya asfiksia.
Setelah 12 jam kaku menjadi lengkap dan
Asfiksia adalah suatu keadaan berupa berkurangnya
dipertahankan 12 jam kemudian6. Dalam hal kasus
kadar oksigen (O2) dan berlebihnya kadar karbon
ini kaku mayat sudah lengkap akan tetapi belum
dioksida (CO2) secara bersamaan dalam darah dan
dipertahankan yang dibuktikan dengan kaku mayat
jaringan tubuh akibat gangguan pertukaran antara
mudah dilawan, ini menunjukkan perkairaan
oksigen (udara) dalam alveoli paru-paru dengan
kematian dibawah 12 jam sebelum pemeriksaan.
karbon dioksida dalam darah kapiler paru-paru.
Dalam kasus ini juga tidak dijumpai tanda- tanda
Kekurangan oksigen disebut hipoksia dan kelebihan
pembusukan yang berarti perkiraan kematian tidak
karbon dioksida disebut hiperkapnia.1,8,9
lebih dari 24 jam.
Asfiksia terbagia atas 4 yaitu :
Dari pemeriksaan luar dijumpai luka tusuk
• Hipoksik - hipoksia ( anoxic anoxia )
dan luka bacok pada leher dan dada yang
Keadaan dimana oksigen tidak dapat masuk
disebabkan oleh kekerasan trauma tajam. Trauma
aliran darah atau tidak cukup dalam mencapai
tajam adalah suatu ruda paksa yang mengakibatkan
aliran darah.
luka pada permukaan tubuh oleh benda- benda
• Anemik - hipoksia ( anemic anoxia )
tajam. Trauma tajam dikenal dalam tiga bentuk,
Dimana tidak cukup hemoglobin untuk membawa
yaitu luka sayat(vulnus scissum) yang memiliki
oksigen. Ini didapatkan pada anemi berat dengan
gambaran terputusnya jaringan berpinggiran rata
pendarahan yang tiba - tiba.
dengan sisi panjang luka lebih besar dari lebar serta
kedalaman luka disebabkan oleh mekanisme • Stagnan - hipoksia ( stagnant circulatory anoxia )

pergesekan dan penekanan dari sisi benda tajam. Tidak lancarnya sirkulasi darah yang membawa

Luka tusuk (vulnus punctum) yang memiliki oksigen. Ini bisa karena gagal jantung, syok, dan

gambaran terputusnya jaringan berpinggiran rata sebagainya.

dengan sisi kedalaman luka lebih besar dari panjang • Histotoksik - hipoksia ( histotoxic tissue anoxia )

serta lebar luka disebabkan oleh mekanisme tekanan Gangguan terjadi di dalam jaringan sendiri,

dan kecepatan yang kuat dari permukaan paling kecil sehingga jaringan atau tubuh tidak dapat

benda tajam, dan luka bacok (vulnus caesum) yang menggunakan oksigen secara efektif.10

memiliki gambaran terputusnya jaringan Berdasarkan teori diatas, dalam kasus ini korban

berpinggiran rata dengan sisi kedalaman luka meninggal akibat mati lemas oleh karena asfiksia

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN
353

Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020


The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

golongan anemik anoksia akibat perdarahan yang


diancam karena pembunuhan dengan rencana,
banyak karena trauma tajam. Luka bacok merupakan
dengan pidana mati atau pidana penjara seumur
salah satu bagian dari trauma tajam, dimana jenis
hidup atau selama waktu tertentu, paling lama
luka ini merupakan luka kurang lebih sama dengan
dua puluh tahun.
panjang luka akibat kekerasan yang arahnya miring
terhadap kulit, luka bacok merupakan luka akibat
KESIMPULAN
alat yang berat dengan mata tajam yang terjadi
Berdasarkan kepustakaan dan laporan kasus
dengan suatu ayunan disertai tenaga besar.11
dan pembahasan diatas, pada kasus ini diperkirakan
Dalam kasus ini jelas terlihat ciri- ciri luka bacok
waktu kematian korban antara 6 sampai 12 jam
dijumpai pada korban tersebut. Pada pembukaan
sebelum dilakukan pemeriksaan luar berdasarkan
kulit dada dijumpai resapan darah pada otot dada
lebam mayat, kaku mayat dan tanda- tanda
setentang dengan luka bacok. Hal ini juga
pembusukan. Dari hasil analisa kasus diatas sifat
membuktikan bawah perdarahan yang banyak juga
kematian korban tidak wajar, Hal ini dibuktikan
didapati pada daerah luka bacok di dada.
berdasarkan hasil pemeriksaan luar dan dalam serta
kepustakaan sebab kematian pada kasus ini
ASPEK MEDIKOLEGAL
diakibatkan perdarahan yang banyak. Mekanisme
Dasar hukum yang digunakan untuk kasus
yang menyebabkan adalah terputusnya pembuluh
ini adalah:
darah leher dikarenakan oleh perlukaan benda
1. Pasal 338 KUHP
tajam.
Barang siapa dengan sengaja merampas
nyawa orang lain, diancam karena pembunuhan
DAFTAR PUSTAKA
dengan pidana penjara paling lama lima belas
1. Amri A, Ilmu Kedokteran Forensik, Edisi Kedua,
tahun.
Ramadhan, Medan, 2006.
2. Pasal 339 KUHP 2. Dolinak D, Matshes E W, Lew E O. Forensic Pathology
Pembunuhan yang diikuti, disertai atau Principles and Practice. Elsevier Inc. USA, 2005.p 528-
553
didahului oleh suatu delik, yang dilakukan
3. Eng, V dan Oktavinda S. Tanalogi dalam Kapita Selekta
dengan maksud untuk mempersiapkan atau
Kedokteran edisi. Jakarta : Media Aesculapius. 2014
mempermudah pelaksanaannya, atau untuk 4. Thanos C.A, Djemi T dan Nola T.S.M Livor Mortis pada
melepaskan diri sendiri maupun peserta lainnya Keracunan insektisida golongan organofosfat di kelinci.
Jurnal e- Clinic (eCI), Volume 4, Nomor 1, Januari – Juni
dari pidana dalam hal tertangkap tangan ataupun
2016
untuk memastikan penguasaan barang yang
5. Bardale, R. Principle of Forensic Medicine and
diperolehnya secara melawan hukum, diancam Toxicology: Jaypee Brother Medical Publisher. New
dengan pidana penjara seumur hidup atau Delhi, 2011
6. Budiyanto A, Widiatmaka W, Sudiono S, et al. Ilmu
selama waktu tertentu, paling lama dua puluh
Kedokteran Forensik. Bagian Kedokteran Universitas
tahun.
Indonesia. 1997
3. Pasal 340 KUHP 7. Satyo A.C. Aspek Medikolegal padaForensik Klinik.
Barang siapa dengan sengaja dan rencana Majalah Kedokteran Nusantara. 2006 : Volume 39,
No.4
terlebih dahulu merampas nyawa orang lain,

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN
354

Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020


The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

8. Idries AM, Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik,


Binarupa Aksara, Jakarta. 2013
9. Knight B, Forensic Pathology, Second Edition,
OxfordUniversity Press, Inc, New York 1996, Hal 379-
385.
10. Budianto A, dkk, Ilmu Kedokteran Forensik, Edisi
Pratama, Cetakan Kedua, FK UI, 1997, Hal 61- 63
11. Malarante Andrew et al; Angka kejadian luka bacok di
RSUP DR. R. D Kandaou manado; Jurnal e- Biomedik
(eBM); Vol. 1 No.1 hal 135- 139

Copyright @ 2020 Authors. This is an open access article


distributed under the terms of the Creative Commons
Attribution-NonCommercial 4.0 International License
(http://creativecommons.org/licenses/by-nc/4.0/),
which permits unrestricted non-commercial use,
distribution, and reproduction in any medium, provided
the original author and source are properly cited.

PDFI
Pekanbaru, 4-5 Desember 2020
ISBN
Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020 355
The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

Pekanbaru, 4-5 Desember 2020 PDFI


ISBN : 978-623-6595-34-3
Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020 356
The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

Pekanbaru, 4-5 Desember 2020 PDFI


ISBN : 978-623-6595-34-3
Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020 357
The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

Pekanbaru, 4-5 Desember 2020 PDFI


ISBN : 978-623-6595-34-3
Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020 358
The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

Pekanbaru, 4-5 Desember 2020 PDFI


ISBN : 978-623-6595-34-3
Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020 359
The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

Pekanbaru, 4-5 Desember 2020 PDFI


ISBN : 978-623-6595-34-3
Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020 360
The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

Pekanbaru, 4-5 Desember 2020 PDFI


ISBN : 978-623-6595-34-3
Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020 361
The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

Pekanbaru, 4-5 Desember 2020 PDFI


ISBN : 978-623-6595-34-3
Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020 362
The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

Pekanbaru, 4-5 Desember 2020 PDFI


ISBN : 978-623-6595-34-3
Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020 363
The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

Pekanbaru, 4-5 Desember 2020 PDFI


ISBN : 978-623-6595-34-3
Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020 364
The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

Pekanbaru, 4-5 Desember 2020 PDFI


ISBN : 978-623-6595-34-3
Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020 365
The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

Pekanbaru, 4-5 Desember 2020 PDFI


ISBN : 978-623-6595-34-3
Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020 366
The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

Pekanbaru, 4-5 Desember 2020 PDFI


ISBN : 978-623-6595-34-3
Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020 367
The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

Pekanbaru, 4-5 Desember 2020 PDFI


ISBN : 978-623-6595-34-3
Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020 368
The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

Pekanbaru, 4-5 Desember 2020 PDFI


ISBN : 978-623-6595-34-3
Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020 369
The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

Pekanbaru, 4-5 Desember 2020 PDFI


ISBN : 978-623-6595-34-3
Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020 370
The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

Pekanbaru, 4-5 Desember 2020 PDFI


ISBN : 978-623-6595-34-3
Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020 371
The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

Pekanbaru, 4-5 Desember 2020 PDFI


ISBN : 978-623-6595-34-3
Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020 372
The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

Pekanbaru, 4-5 Desember 2020 PDFI


ISBN : 978-623-6595-34-3
Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020 373
The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

Pekanbaru, 4-5 Desember 2020 PDFI


ISBN : 978-623-6595-34-3
Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020 374
The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

Pekanbaru, 4-5 Desember 2020 PDFI


ISBN : 978-623-6595-34-3
Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020 375
The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

Pekanbaru, 4-5 Desember 2020 PDFI


ISBN : 978-623-6595-34-3
Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020 376
The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

Pekanbaru, 4-5 Desember 2020 PDFI


ISBN : 978-623-6595-34-3
Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020 377
The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

Pekanbaru, 4-5 Desember 2020 PDFI


ISBN : 978-623-6595-34-3
Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020 378
The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

Pekanbaru, 4-5 Desember 2020 PDFI


ISBN : 978-623-6595-34-3
Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020 379
The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

Pekanbaru, 4-5 Desember 2020 PDFI


ISBN : 978-623-6595-34-3
Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020 380
The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

Pekanbaru, 4-5 Desember 2020 PDFI


ISBN : 978-623-6595-34-3
Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020 381
The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

Pekanbaru, 4-5 Desember 2020 PDFI


ISBN : 978-623-6595-34-3
Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020 382
The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

Pekanbaru, 4-5 Desember 2020 PDFI


ISBN : 978-623-6595-34-3
Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020 383
The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

Pekanbaru, 4-5 Desember 2020 PDFI


ISBN : 978-623-6595-34-3
Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020 384
The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

Pekanbaru, 4-5 Desember 2020 PDFI


ISBN : 978-623-6595-34-3
Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020 385
The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

Pekanbaru, 4-5 Desember 2020 PDFI


ISBN : 978-623-6595-34-3
Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020 386
The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

Pekanbaru, 4-5 Desember 2020 PDFI


ISBN : 978-623-6595-34-3
Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020 387
The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

Pekanbaru, 4-5 Desember 2020 PDFI


ISBN : 978-623-6595-34-3
Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020 388
The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

Pekanbaru, 4-5 Desember 2020 PDFI


ISBN : 978-623-6595-34-3
Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020 389
The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

Pekanbaru, 4-5 Desember 2020 PDFI


ISBN : 978-623-6595-34-3
Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020 390
The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

Pekanbaru, 4-5 Desember 2020 PDFI


ISBN : 978-623-6595-34-3
Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020 391
The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

Pekanbaru, 4-5 Desember 2020 PDFI


ISBN : 978-623-6595-34-3
Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020 392
The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

Pekanbaru, 4-5 Desember 2020 PDFI


ISBN : 978-623-6595-34-3
Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020 393
The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

Pekanbaru, 4-5 Desember 2020 PDFI


ISBN : 978-623-6595-34-3
Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020 394
The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

Pekanbaru, 4-5 Desember 2020 PDFI


ISBN : 978-623-6595-34-3
Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020 395
The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

Pekanbaru, 4-5 Desember 2020 PDFI


ISBN : 978-623-6595-34-3
Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2020 396
The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2020

Pekanbaru, 4-5 Desember 2020 PDFI


ISBN : 978-623-6595-34-3

Anda mungkin juga menyukai