Pola asuh yang diberikan keluarga adalah hal penting dan utama dari perkembangan
anak (Singh & Rani, 2013). Perlakukan baik maupun buruk pada anak bisa berkaitan dengan
banyak hal di lingkungan anak yang kebanyakan disebabkan oleh pola asuh dari orang tua
(Sari et al., 2020). Perkembangan emosi sosial yang dipengaruhi pola asuh pada anak
mempunyai dua perilaku yang berlawanan yaitu perilaku negatif dan perilaku positif (Zarra-
Nezhad et al., 2020). Perilaku negatif yang dihasilkan dari pola asuh orang tua yang keras
cyberbullying (Horner, Asher, & Fireman, 2015 dalam Martínez et al., 2019). Pada ranah
pendidikan, pola asuh orang tua sangat mempengaruhi prestasi anak dan remaja, terutama
pola asuh authoritative (Adimora et al., 2015). Hal itu terjadi karena perbedaan perlakuan
pada anak mempengaruhi tingkat pemahaman dan cara berpikir anak dalam pembelajaran
(Carlo et al., 2018). Selain perilaku dan kepribadian anak berubah, secara tidak langsung pola
asuh dari orang tua dapat mempengaruhi kesehatan mental pada anak yaitu fobia dan anxiety
disorder (Parenteau et al., 2020). Tujuan tinjauan ini adalah untuk mengetahui gambaran
pengaruh pola asuh orang tua pada pembentukan perilaku, kepribadian, dan kesehatan mental
Pola asuh adalah proses yang berjalan untuk mendukung perkembangan fisik, sosial, intelek,
dan perkembangan pada anak dari kecil sampai dewasa (Adimora et al., 2015). Pola asuh orang tua
merupakan faktor penting yang mempengaruhi perkembangan pada anak dan remaja (Singh & Rani,
2013). Pola asuh orang tua secara umum terbagi dua yaitu terlibat dan tidak terlibat, lalu pada pola
asuh terlibat terdapat tiga yang telah teridentifikasi, yaitu authoritative, permisif, dan authoritarian
Kita mengenal pola asuh yang biasa diterapkan kepada anak, masing masing pola asuh
mempunyai gambarannya. Authoritative adalah pola asuh yang ditandai dengan adanya pengawasan
ketat dan dukungan tinggi pada anak secara demokratis (Singh & Rani, 2013). Permisif adalah pola
asuh yang memiliki kebebasan tertinggi, jenis pola asuh ini tidak mempunyai kontrol ketat dan anak
diharapkan mandiri dalam hal apapun (Adimora et al., 2015). Authoritarian adalah pola asuh yang
cenderung paling ketat dan hampir tidak bersikap supportif kepada anaknya serta anak diberi tuntutan
tinggi dalam hal apapun (Carlo et al., 2018). Lalu yang terakhir adalah pola asuh yang tidak terlibat,
pola asuh ini tidak mempunyai kontrol dan dukungan kepada anak karena tidak ikut mencampuri
Perilaku dan kepribadian seorang anak adalah cerminan dari perkembangan emosional yang
terjadi di dalam dirinya. Perkembangan emosional itu merupakan pengontrolan, pengawasan dan
pengolahan emosi yang dimiliki individu agar dapat merespons setiap kondisi yang memunculkan
emosi (Sari et al., 2020). Terdapat hubungan antara perkembangan emosional dan sosial pada anak
dengan pola asuh dari orang tua dimana pola asuh dapat mengontrol dan merangsang psikologis anak
serta perilaku mandiri pada anak (Zarra-Nezhad et al., 2020). Perilaku dan kepribadian anak dalam
pola asuh permisif cenderung menghasilkan pribadi yang mandiri dan sensitif, pola asuh authoritative
menghasilkan pribadi yang perfeksionis dan taat aturan, lalu pada pola asuh authoritarian
menghasilkan pribadi yang beremosi stabil dan kaku, lalu pada pola asuh tidak terlibat menghasilkan
pribadi yang terlalu bebas dan egois (Singh & Rani, 2013).
Selain itu pola asuh juga mempengaruhi tindak kriminal seorang anak, hal ini di cerminkan
melalui perilaku merundung dan dirundung. Hal ini dibuktikan oleh penelitian yang dilakukan
Martinez dan kawan kawannya (2019) dimana para pelaku perundungan kebanyakan mempunyai pola
asuh orang tua yang keras, ketat, dan kurang memperhatikan (authoritarian) sedangkan para korban
kebanyakan anak yang dimanja dan sangat bergantung pada orang tua (authoritative).
Dari pembuktian di atas dapat diketahui bahwa perilaku seorang individu ketika dewasa sangat
dipengaruhi oleh pola asuh orang tuanya sejak kecil. Maka dari itu para orang tua bisa diedukasi
negatif dan positifnya pola asuh yang mereka gunakan dan tetap berkonsultasi pada yang ahli agar
tidak ada kesalahan tindakan yang mempengaruhi pribadi anak kedepannya (Adimora et al., 2015).
Kesehatan Mental
Kesehatan mental merupakan sesuatu hal yang serius dan genting namun sering dikesampingkan
karena tidak terlihat secara langsung (Eun et al., 2018). Definisi kesehatan mental sendiri adalah
kesehatan yang berasal dalam diri berupa kemampuan mengetahui potensi diri dan ketenangan hati dalam
melakukan sesuatu hal (Adibsereshki et al., 2018). Dikutip dari Goldman dan kawan kawannya (2006)
gangguan kesehatan mental adalah masalah utama yang menimpa dunia, kebanyakan jenisnya gangguan
ini memengaruhi jiwa seseorang, pikiran, perilaku, dan hati seorang pengidapnya.
Sama seperti perilaku, kesehatan mental seorang anak juga dipengaruhi oleh pola asuh orang tua.
Seperti hasil penelitian dari Paranteu dan kawan kawannya (2020) anak-anak yang mempunyai pola asuh
yang sangat mendukung dan tidak mempunyai tuntutan cenderung memiliki tingkat kecemasan yang
rendah dibandingkan pola asuh yang menuntut dan kurang mendukung. Kerasnya tuntutan yang diberikan
oleh orang tua tidak hanya membuat tingkat kecemasan meningkat, namun juga bisa menyebabkan
ADHD (attention deficit hyperactivity disorder) yang membuat fokus pada diri anak menurun drastic
(Adimora et al., 2015). Tingkat kecemasan dan fobia pada anak dipengaruhi oleh pola asuh orang tua
yang berbeda seperti pola asuh permisif yang membuat anak cemas merasa aturan di luar rumahnya
sangat kompleks dan ketat sedangkan pola asuh authoritarian tidak menimbulkan fobia pada anak tapi
tetap meningkatkan tingkat kecemasan karena individu yang mendapat pola asuh ini cenderung
ketergantungan dengan orang tuanya (Adibsereshki et al., 2018). Khusus pada kesehatan mental, pola
asuh dari ibu dan ayah menghasilkan gangguan mental yang berbeda-beda karena perbedaan tindakan saat
adanya kejadian tidak biasa pada anak walau jenis pola asuh sama yang menyebabkan perbedaan juga ke
Hal-hal di atas menunjukan bahwa pola asuh sangat mempengaruhi kesehatan mental pada anak
terutama pada Anxiety disorder dan ADHD. Namun kontrol emosi anak dan kesehatan mentalnya dapat
dilakukan juga melalui pola asuh ini sendiri, dengan cara menggabungkan pola asuh dan mencari
tindakan yang tepat dari masing masing jenisnya (Parenteau et al., 2020).
Kesimpulan
Ringkasan
Perilaku, kepribadian, dan ilmu kesehatan mental tidak didapat saat lahir namun saat proses
perkembangan (Bowes et al., 2009). Proses itu sangat dipengaruhi lingkungan tempat ia berkembang
terutama orang tua. Pola asuh orang tua yang berbeda-beda sangat menghasilkan perilaku yang berbeda
juga baik dari ayah maupun ibu. Jadi, orang tua perlu diberikan edukasi tentang pola asuh dan anak
diberikan edukasi tentang maksud dari pola asuh yang dilakukan orang tuanya.
Keterbatasan
Meskipun sudah banyak penilitian tentang pola asuh orang tua, namun banyak penelitian
dilakukan berdasarkan kuisioner yang diisi oleh salah satu pihak saja (Adibsereshki et al., 2018). Hasil
dan pembahasan pada penilitian tidak ditarik kesimpulan berdasarkan observasi langsung dan
menyebabkan banyak hasil penelitian yang bias (tidak representatif sepenuhnya terhadap populasi)
(Martínez et al., 2019). Penelitian tentang gangguan mental itu juga tidak mempunyai detail hubungan
sebab-akibat walau sudah bisa dibuktikan pola asuh dan gangguan mental berjalan secara timbal-balik
(Azman et al., 2021). Partisipan remaja Amerika, India, Indonesia dan Meksiko cenderung
memperlihatkan hasil yang bervariasi (Adimora et al., 2015; Carlo et al., 2018; Eun et al., 2018; Sari et
al., 2020).
Penelitian lanjutan
Sedikit harapan untuk riset kedepan adalah dilakukannya observasi langsung dalam penelitian
untuk memastikan teori dan penilitian yang ada. Lalu riset kedepan harus jadikan penelitian sebelumnya
sebagai acuan dalam bertindak dan melengkapi apa yang salah dalam metodenya (Singh & Rani, 2013).
Daftar Pustaka
Adibsereshki, N., Abdollahzadeh Rafi, M., Hassanzadeh Aval, M., & Tahan, H. (2018). Looking
into some of the risk factors of mental health: The mediating role of maladaptive schemas in
mothers’ parenting style and child anxiety disorders. Journal of Public Mental Health,
Adimora, D. E., Nwokenna, E. N., Omeje, J. C., & Umeano, E. C. (2015). Parenting styles and
adolescents in Enugu State, Nigeria. Procedia - Social and Behavioral Sciences, 205(May),
702–708. https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2015.09.110
Azman, Ö., Mauz, E., Reitzle, M., Geene, R., Hölling, H., & Rattay, P. (2021). Associations
between parenting style and mental health in children and adolescents aged 11-17 years:
https://doi.org/10.3390/children8080672
Bowes, L., Arseneault, L., Maughan, B., Taylor, A., Caspi, A., & Moffitt, T. E. (2009). School,
neighborhood, and family factors are associated with children’s bullying involvement: A
nationally representative longitudinal study. Journal of the American Academy of Child and
Adolescent Psychiatry, 48(5), 545–553. https://doi.org/10.1097/CHI.0b013e31819cb017
Carlo, G., White, R. M. B., Streit, C., Knight, G. P., & Zeiders, K. H. (2018). Longitudinal
Relations Among Parenting Styles, Prosocial Behaviors, and Academic Outcomes in U.S.
https://doi.org/10.1111/cdev.12761
Eun, J. D., Paksarian, D., He, J. P., & Merikangas, K. R. (2018). Parenting style and mental
Goldman, H. H., & Grob, G. N. (2006). Defining “mental illness” in mental health policy. Health
Martínez, I., Murgui, S., Garcia, O. F., & Garcia, F. (2019). Parenting in the digital era:
Protective and risk parenting styles for traditional bullying and cyberbullying victimization.
https://doi.org/10.1016/j.chb.2018.08.036
Parenteau, A. M., Alen, N. V., Deer, L. K., Nissen, A. T., Luck, A. T., & Hostinar, C. E. (2020).
Parenting matters: Parents can reduce or amplify children’s anxiety and cortisol responses
https://doi.org/10.1017/S0954579420001285
Sari, P. P., Sumardi, S., & Mulyadi, S. (2020). Pola asuh orang tua terhadap perkembangan
https://doi.org/10.17509/jpa.v4i1.27206
Singh, R., & Rani, S. (2013). Personality correlates of parenting styles. Indian Journal of Health
Zarra-Nezhad, M., Viljaranta, J., Sajaniemi, N., Aunola, K., & Lerkkanen, M. K. (2020). The
https://doi.org/10.1080/03004430.2020.1835879