Anda di halaman 1dari 41

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TERHADAP KANKER

SERVIKS DENGAN PERILAKU PERSONAL HYGIENE ORGAN


GENITALIA EKSTERNA MAHASISWI KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JAMBI 2019/2020

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan Oleh:

Amerta Putri Handjojo

G1A118091

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS JAMBI
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TERHADAP KANKER
SERVIKS DENGAN PERILAKU PERSONAL HYGIENE ORGAN
GENITALIA EKSTERNA MAHASISWI KEDOKTERAN UNIVERSITAS
JAMBI 2019/2020

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan Oleh:

Amerta Putri Handjojo

G1A118091

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS JAMBI
PERSETUJUAN SKRIPSI
HALAMAN PENGESAHAN
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TERHADAP KANKER
SERVIKS DENGAN PERILAKU PERSONAL HYGIENE ORGAN
GENITALIA EKSTERNA MAHASISWI KEDOKTERAN UNIVERSITAS
JAMBI 2019/2020

Disusun Oleh :
Amerta Putri Handjojo

G1A118091

Telah dipertahankan dan dinyatakan lulus


di depan Tim Penguji pada :
Hari/Tanggal : Senin / 21 Desember 2020
Pukul : 11.00 WIB - Selesai

Tempat : Via Zoom


Pembimbing I : dr. Erny Kusdiyah, M.Kes

Pembimbing II : dr. Esa Indah Ayudia Tan, M.Biomed

Penguji I : Dr.dr. Herlambang, Sp.Og, KFM

Penguji II : dr. Budi Justitia, Sp.OT, M.Kes

KEASLIAN TULISAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
LAMPIRAN
RIWAYAT PENULIS
ABSTRAK
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kanker serviks atau kanker leher rahim adalah keadaan dimana terjadinya
pertumbuhan sel-sel yang abnormal pada jaringan leher rahim. Sel – sel epitel
leher rahim akan mengalami perubahan sifat dan penggandaan.1 Kanker
serviks adalah kanker yang menempati posisi ke- empat terbanyak diantara
wanita diseluruh dunia. Penyakit ini sering menyerang wanita usia 33-44
tahun. Menurut Surveillance Epidemiology and End Results US National
Cancer Institute, Angka kasus baru kanker serviks adalah 7,4 per 100.000
wanita per tahun berdasarkan kasus 2013 sampai 2017, dengan angka
kematian adalah 2,2 per 100.000 wanita per tahun berdasarkan tahun 2014
sampai 2018. Pada tahun 2020, di Amerika Serikat diperkirakan terdapat
13,800 kasus baru dengan angka kematian mencapai 4,290. Persentase
kematian akibat kanker serviks tertinggi didapati pada wanita berusia 55-64
tahun. Untuk membantu ilmuwan mengatasi tantangan seperti meningkatkan
skrining atau menemukan perawatan yang lebih baik, perlu dilakukan
pelacakan kasus baru, pelacakan kasus kematian dan survival over time (tren).
Dengan menggunakan model statistik untuk analisis berdasarkan umur, kasus
baru kanker serviks telah stabil selama 2008-2017. Tingkat kematian
berdasarkan usia telah turun rata-rata 0,7% setiap tahun selama 2009-2018
2
dengan 5-Year Relative Survival 66,1% pada 2010-2016. Sementara di
Indonesia kanker serviks merupakan kanker terbanyak kedua setelah kanker
payudara dengan angka kejadian 42,1 per 100.000 dengan rata-rata kematian
13,9 per 100.000 penduduk, Jumlah wanita deteksi dini kanker serviks dengan
IVA positif pada Kota Jambi sendiri pada tahun 2019 adalah 7 kasus. 3

Infeksi oleh human papillomavirus (HPV) adalah penyebab paling sering


dari kanker serviks, meskipun tidak semua infeksi HPV akan berkembang
menjadi kanker serviks. Penelitian saat ini melaporkan bahwa pada sebagian
besar orang yang aktif secara seksual terinfeksi HPV dibeberapa titik selama
hidup mereka. Telah ditemukan lebih dari 130 jenis HPV dan terdapat 20 jenis
HPV yang diidentifikasi terkait dengan kanker. HPV 16 dan 18 merupakan
HPV yang paling sering ditemui pada kanker serviks invasive. Penelitian telah
menunjukkan bahwa infeksi HPV pada serviks wanita berusia kurang dari 25
tahun sebagian besar dapat sembuh sendiri. Kendati demikian orang dengan
koinfeksi lebih kecil kemungkinannya untuk mengalami pembersihan spontan
dan berujung menjadi kanker. Faktor risiko dari kanker serviks sendiri
meliputi usia pertama kali melakukan hubungan seksual, personal hygiene
yang buruk, berganti-ganti pasangan seksual, merokok, HIV, herpes simpleks,
koinfeksi dengan penyakit menular seksual lain serta penggunaan kontrasepsi
oral. HPV dapat ditularkan melalui kontak kulit ke kulit termasuk selama
berhubungan seksual, dapat juga terjadi akibat kontak tangan ke organ genital,
dan juga seks oral.4

Modalitas paling efektif untuk mengurangi beban keperawatan dan jumlah


kematian yang disebabkan oleh kanker servix adalah pencegahan dan skrining
primer. Sebagian besar upaya tersebut mengarah pada identifikasi awal lesi
human papillomavirus (HPV) pada orang-orang berisiko tinggi melalui
pengujian IVA dan pap smear. Penyakit kanker serviks ini adalah penyakit
yang dapat dicegah bahkan pada wanita yang aktif secara seksual dengan cara
melakukan vaksin human papilloma virus (HPV) dini. Sejak tahun 2006,
vaksin HPV telah tersedia bagi para wanita yang ingin melakukan pencegahan
terhadap kanker serviks.5

Selain melakukan vaksinasi, diperlukan upaya setiap individu untuk


menghindari faktor-faktor risiko lainnya, salah satunya dengan menjaga
personal hygiene terutama pada organ reproduksi. Organ reproduksi yang
sehat adalah organ reproduksi yang bukan hanya saja semata-mata terbebas
dari penyakit dan kecacatan terkait dengan sistem reproduksi secara fungsi
dan proses namun juga organ reproduksi harus sejahtera secara fisik, mental
dan sosial secara utuh. Salah satu faktor penting dalam mencegah infeksi
adalah dengan menjaga kebersihan diri (personal hygiene), sedangkan infeksi
dapat menyebabkan keputihan dan kanker leher rahim. Wanita yang memiliki
personal hygiene yang buruk dilaporkan memiliki risiko kanker serviks
19,386 kali lebih besar dari wanita yang memiliki personal hygiene yang
baik.6

Jihan Sylvia Lolita Sari menyebut di dalam penelitiannya bahwa wanita


yang mempunyai personal hygiene yang kurang baik, sebagian besar
menderita kanker serviks (66,7%). Sehingga berujung pada kesimpulan bahwa
terdapat hubungan antara perilaku hygiene genitalia dengan kejadian kanker
serviks. Disebut juga wanita dengan personal hygiene yang kurang baik
memiliki risiko terkena kanker serviks 5,57 lipat lebih tinggi dibandingkan
dengan wanita yang memiliki personal hygiene yang baik.7

Penelitian lain mengatakan dalam upaya pencegahan kanker serviks


wanita diperlukan mengganti celana dalam secara teratur minimal 2 kali
sehari. Hal tersebut dinilai cukup penting untuk menjaga dan mempertahankan
kesehatan reproduksi. Disebutkan juga bahwa dengan personal hygiene yang
buruk dapat menyebabkan berbagai penyakit dan infeksi yang dapat
meningkatkan risiko kanker serviks sebesar 102,8. Selain itu juga penting
untuk tetap waspada ketika menggunakan toilet di kantor, pasar dan tempat
umum lainnya karena diperkirakan bahwa HPV juga dapat menempel pada
mulut WC sehingga dapat secara tidak sadar tertular.6

Organ reproduksi memerlukan perawatan khusus, dan untuk itu


dibutuhkan pengetahuan sehingga dapat melakukan perawatan dengan baik.
Namun pembicaraan mengenai kebersihan organ reproduksi masih menjadi
hal yang tabu untuk dibicarakan di Indonesia, karena terkesan jorok dan
kurang nyaman untuk dibicarakan.8
Berdasarkan latar belakang dan fenomena di atas maka peneliti tertarik
ingin mengetahui hubungan tingkat pengetahuan terhadap kanker serviks
dengan personal hygiene organ genitalia eksterna mahasiswi kedokteran
Universitas Jambi 2021.

1.2 Perumusan Masalah


Apakah ada hubungan tingkat pengetahuan terhadap kanker serviks
dengan perilaku personal hygiene organ genitalia eksterna mahasiswi
kedokteran Universitas Jambi 2021?

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan terhadap kanker serviks
dengan personal hygiene organ genitalia eksterna mahasiswi kedokteran
Universitas Jambi 2021
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan mahasiswi kedokteran
Universitas Jambi terhadap kanker serviks.
2. Untuk mengetahui perilaku personal hygiene organ genitalia
eksterna mahasiswi kedokteran Universitas Jambi.
3. Untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan terhadap
kanker serviks dengan personal hygiene organ genitalia eksterna
mahasiswi kedokteran Universitas Jambi 2021.

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Bagi Peneliti
1. Dapat menambah wawasan dan pengalaman langsung dalam
melakukan sebuah penelitian, serta sarana untuk mengasah cara
berpikir.
2. Memberikan pengetahuan tentang mengetahui hubungan tingkat
pengetahuan terhadap kanker serviks dengan personal hygiene
organ genitalia eksterna mahasiswi kedokteran Universitas Jambi
2021.
3. Sebagai syarat kelulusan untuk memperoleh gelar sarjana
kedokteran.
1.4.2 Bagi Instasi Kesehatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai tambahan
informasi mengenai pentingnya personal hygiene dalam pencegahan
kanker serviks.
1.4.3 Bagi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai tambahan
informasi bagi pendidik maupun peserta didik mengenai hubungan
tingkat pengetahuan terhadap kanker serviks dengan personal hygiene
organ genitalia eksterna mahasiswi kedokteran Universitas Jambi 2021.
1.4.4 Bagi Masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan
masyarakat mengenai hubungan tingkat pengetahuan terhadap kanker
serviks dengan personal hygiene organ genitalia eksterna.
1.4.5 Bagi Peneliti Selanjutnya
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai referensi
untuk melakukan penelitian dengan topic atau judul yang sama
dikemudian hari.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kanker Serviks


2.1.1. Definisi Kanker Kanker Serviks
Kanker serviks adalah tumor ganas yang berasal dari sel epitel
serviks. Penyakit ini diawali dari suatu proses displasia. Proses tersebut
diawali dari perubahan epitel skuamokolumnar, yaitu merupakan daerah
pergantian dari epitel torak di kanalis endoserviks dengan epitel
skuamosa yang terletak pada bagian porsio dan serviks. Kanker serviks
juga dapat diartikan sebagai keganasan yang terjadi di leher rahim yang
adalah sepertiga bagian bawah uterus, menonjol, berbentuk silindris dan
terhubung dengan vagina melalui ostium uteri eksternum.9
2.1.2. Epidemiologi Kanker Serviks
Terdapat sekitar 570.000 kasus baru dan 311.000 kasus kematian
yang terjadi akibat penyakit kanker serviks pada tahun 2018. Kanker
serviks menempati urutan paling banyak ke empat pada wanita setelah
kanker payudara dengan 2.1 juta kasus, diikuti dengan kanker
kolorektal 0.8 juta dan kanker paru-paru dengan 0.7 juta. Insiden kanker
serviks berdasarkan usia diperkirakan 13.1 per 100.000 wanita
diseluruh dunia dan sangat bervariasi antar negara. Kanker serviks
merupakan penyebab utama kematian terkait kanker pada wanita di
timur, barat maupun tengah serta Afrika Selatan. Insiden tertinggi
diperkirakan di Eswatini dengan sekitar 6.5% wanita didiagnosa kanker
serviks sebelum usia 75 tahun. Lebih dari sepertiga global cervical
burden berasal dari Cina dan India, Terdapat 106.000 kasus di Cina
dengan jumlah kematian 48.000 dan 97.000 kasus demgan 60.000 kasus
kematian di India. Secara global, rata-rata kanker serviks terdiagnosis
pada wanita berusia 53 tahun, dimulai dari 44 tahun hingga 68 tahun
dengan rara-rata kematian tertinggi tercatat pada wanita berusia 59
tahun. 10
Di Indonesia sendiri penyakit kanker serviks terdapat sekitar 100
kasus per 100.000 penduduk atau 200.000 kasus terdiagnosis per
tahunnya. 70% kasus kanker serviks di diagnosis sudah pada keadaan
stadium lanjut. Penyakit kanker serviks yang baru terdiagnosis saat
stadium lanjut lebih sering menyebabkan kematian dalam jangka waktu
yang relative cepat.

2.1.3. Etiologi Kanker Serviks


Banyak studi yang menyebutkan bahwa lebih dari 90% penyakit
kanker serviks berhubungan dengan infeksi Human Papilloma virus.
Sebagian besar jenis HPV dapat bermanifestasi sebagai kutil pada
kulit, seperti di lengan, dada, tangan, atau kaki. Jenis lain dapat
ditemukan pada selaput lendir tubuh. Selaput lendir sendiri merupakan
lapisan permukaan lembab yang melapisi organ dan bagian tubuh yang
terbuka ke luar, seperti vagina, anus, mulut, dan tenggorokan. Jenis
HPV yang ditemukan pada selaput lendir disebut HPV genital. Jenis
HPV sendiri dibagi menjadi 2 kelompok berkaitan dengan hubungannya
terhadap kanker serviks, yaitu
1) Tipe HPV risiko rendah
Tipe 6, 11, 42, 43, 44 menyebabkan pembentukan lesi jinak
seperti kutil berbentuk jengger ayam, jarang berkembang
menjadi kanker. HPV tipe ini disebut juga tipe non-onkogenik..
2) Tipe HPV risiko tinggi
Tipe 16, 18, 31, 35, 39, 45, 51, 56, 58, 59, 68 berhubungan
dengan diplasia yang berat, jarang ditemukan regresi dan
biasanya progresif menjadi karsinoma in situ bila infeksi tidak
terdeteksi ataupun tidak diterapi. Disebut juga tipe onkogenik.
1,11

2.1.4. Faktor Risiko


Faktor risiko adalah hal yang meningkatkan kemungkinan
seseorang terkena penyakit seperti kanker., namun setiap kanker
memiliki faktor risiko yang berbeda. Misalnya pada kanker kulit faktor
risiko yang paling sering ditemukan adalah paparan sinar matahari yang
kuat. Contoh lain adalah merokok yang merupakan faktor risiko dari
banyak jenis kanker. Namun, ketika sesorang memiliki satu atau bahkan
beberapa faktor risiko bukan berarti orang itu akan terkena penyakit
tersebut. Selain infeksi yang disebabkan oleh HPV ada beberapa faktor
risiko lain menurut American Cancer Society yang meningkatkan
kemungkinan seseorang terkena kanker serviks.1,12,13,14
a. Riwayat seksual
Aktif secara seksual di usia muda (terutama di bawah 18
tahun), Memiliki banyak pasangan seksual atau memiliki satu
pasangan yang dianggap berisiko tinggi (seseorang dengan
infeksi HPV atau yang memiliki banyak pasangan seksual).
b. Merokok
Rokok mengandung lebih dari 4.000 zat kimia berbahaya dan
50 diantaranya beracun dan karsinogenik. Beberapa zat kimia
yang terkandung dalam rokok antara lain acetone, ammonia,
arsen, benzene, formalin, tar, nikotin, karbon monoksida dan
hydrogen sianida. Zat-zat tersebut selain menjadi penyebab dari
kanker paru juga dapat diserap dan dibawa melalui aliran darah
keseluruh tubuh. Beberapa penelitian mencatat bahwa zat
tersebut ditemukan juga pada lendir serviks sehingga peneliti
percaya bahwa zat dalam rokok dapat merusak DNA sel serviks
dan ikut berkontribusi dalam perkembangan kanker serviks.
Selain itu, merokok juga dapat menurunkan sistem kekebalan
terhadap infeksi HPV. Wanita yang merokok dilaporkan
memiliki kemungkinan dua kali lebih tinggi terkena kanker
serviks dibandingkan wanita bukan perokok.
c. Imunosupresi
Infeksi oleh Human immunodeficiency Virus (HIV) dapat
menyebabkan seseorang mengalami penurunan sistem
kekebalan tubuh sehingga seseorang memiliki risiko lebih
tinggi terinfeksi HPV. Selain mencegah infeksi dari HPV,
sistem kekebalan tubuh manusia juga berperan dalam
menghancurkan sel kanker dan memperlambat pertumbuhan
serta penyebaranya. Pada wanita dengan HIV, lesi prakanker
serviks berkembang menjadi kanker invasif lebih cepat dari
biasanya. Kelompok lain yang berisiko tinggi terkena kanker
serviks adalah wanita yang menggunakan obat penekan sistem
kekebalan tubuh, seperti pada wanita yang mengalami penyakit
autoimun (keadaan dimana sistem kekebalan tubuh menyerang
jaringan tubuh sendiri) dan membutuhkan obat imunusupresan,
atau wanita yang pernah mengalami tranplantasi organ.
d. Infeksi klamidia
Infeksi klamidia adalah suatu penyakit menular seksual. Infeksi
yang disebabkan oleh bakteri Chlamydia Trachomatis ini
umummnya bersifat asimptomatik dan cukup relatif umum
menginfeksi sistem reproduksi. Wanita yang terinfeksi
klamidia seringkali tidak tahu bahwa mereka terinfeksi sama
sekali. Infeksi ini dapat menyebabkan radang panggul dan
menyebabkan infertilitas. Beberapa penelitian menyimpulkan
bahwa risiko kanker serviks lebih tinggi pada wanita yang
pernah atau sedang mengalami infeksi klamidia. Studi lain juga
menunjukan bahwa bakteri Chlamydia dapat membantu
perkembangan HPV pada serviks.
e. Penggunaan kontrasepsi oral jangka panjang
Penggunaan kontrasepsi oral jangka panjang dapat
meningkatkan risiko terkena kanker serviks. Semakin lama
penggunaan kontrasepsi oral, semakin tinggi risikonya. Tetapi
risikonya kembali turun setelah OC dihentikan dan kembali
normal setelah beberapa tahun berhenti.
f. Paritas
Wanita yang telah mengandung cukup bulan sebanyak 3 kali
atau lebih memiliki risiko terkena kanker serviks lebih tinggi,
berhubungan dengan peningkatan risiko terpapar HPV melalui
kontak seksual. Studi juga menyebutkan bahwa pada wanita
hamil, terjadi perubahan hormon yang menyebabkan serviks
menjadi lebih rentan terhadap HPV atau perkembangan kanker.
Disebutkan juga sistem imun pada wanita hamil lebih lemah.
Hamil diusia muda juga diyakini dapat meningkatkan risiko
terkena kanker serviks dari pada wanita yang hamil di usia 25
atau lebih.
g. Status Ekonomi
Banyak wanita berpenghasilan rendah tidak memiliki akses
mudah ke layanan perawatan kesehatan yang memadai,
termasuk skrining kanker serviks dengan tes Pap Smear dan tes
HPV.
h. Diet rendah buah dan sayur
Wanita yang pola makannya tidak menyertakan cukup buah
dan sayuran mungkin berisiko lebih tinggi terkena kanker
serviks.

Meskipun faktor-faktor risiko diatas dapat meningkatkan


kemungkinan seseorang terkena kanker serviks, banyak juga wanita
yang memiliki faktor risiko tersebut dan tidak mengembangkan
penyakit ini.

Selain itu ada juga beberapa faktor yang tidak dapat dirubah seperti:

a. Diethylstilbestrol (DES).
b. Riwayat kanker serviks keluarga
Jika ibu atau saudara perempuan menderita kanker serviks,
kemungkinan seseorang terkena penyakit ini lebih tinggi. Beberapa
peneliti menduga bahwa kanker serviks juga berhubungan dengan
kelaianan genetik yang menyebabkan wanita lebih rentan terhadap
HPV.

2.1.5. Pencegahan
a. Pencegahan primer (vaksinasi human papillomavirus)
Ada tiga jenis vaksin bervariasi berdasarkan jenis HPV yang
dikandung:
1) Vaksin HPV quadrivalent (Gardasil®) menargetkan HPV tipe
6, 11, 16 dan 18.
2) Vaksin 9-valent (Gardasil 9®) menargetkan tipe HPV yang
sama dengan vaksin quadrivalent (6, 11, 16 dan 18) dan juga
tipe 31, 33, 45, 52 dan 58.
3) Vaksin bivalen (Cervarix ®) menargetkan HPV tipe 16 dan 18.

Kelompok sasaran vaksinasi yang direkomendasikan oleh WHO


adalah anak perempuan berusia 9 sampai 14 tahun yang belum
aktif secara seksual. Karena telah terbukti bahwa mereka memiliki
respons imun yang lebih baik terhadap vaksin dibandingkan remaja
fase akhir(18-24 tahun). Pilihan vaksin akan tergantung pada
ketersediaan dan biaya. Biasanya, dua dosis vaksin HPV harus
diberikan pada 0 dan 6 bulan tetapi untuk mereka yang berusia di
atas 15 tahun membutuhkan tiga dosis, dosis terakhir pada 12
bulan.

b. Pencegahan sekunder (skrining kanker serviks)

Tujuan skrining adalah untuk menurunkan mortalitas kanker


serviks melalui deteksi dini penyakit pada tahap awal atau melalui
pendeteksian lesi prekursor, yaitu CIN serviks. Secara historis,
inspeksi visual serviks tanpa pembesaran adalah metode skrining
serviks pertama. Saat ini, ada tiga jenis tes yang dapat dilakukan:

1) Pap smear konvensional (atau sitologi) dan sitologi berbasis


cairan.
2) Inspeksi visual dengan Asam Asetat (VIA) atau dengan lugol
iodine (VILI).
3) Pengujian HPV untuk jenis HPV risiko tinggi (misalnya, jenis
16 dan 18).

American Cancer Society merekomendasikan tes Pap smear mulai


dilakukan sejak 3 tahun setelah aktivitas seksual dimulai, tidak
lebih tua dari usia 21 tahun.1 National Comprehensive Cancer
Network menganjurkan skrining menggunakan tes Pap smear dan
pemeriksaan fisik setiap 3 bulan pada tahun pertama, setiap 4 bulan
pada tahun ke dua, kemudian setiap 6 bulan sampai tahun ke lima.
Setelah itu, tes Pap smear harus dilakukan setiap tahun.

setelah usia 65 tahun skrining kanker serviks dapat dihentikan jika:

1) Tidak terdapat riwayat kanker serviks sedang atau berat atau sel
serviks abnormal, dan
2) Hasil tes Pap negatif 3 kali berturut-turut atau dua hasil co-test
negatif berturut-turut dalam 10 tahun terakhir, dengan tes
terbaru dilakukan dalam 5 tahun terakhir.15

Pencegahan kanker serviks juga dapat dilakukan dengan cara


menurunkan faktor risiko, yaitu dengan:

a. menghindari hubungan seksual di usia muda


b. Selalu menjaga kebersihan, terutama kebersihan organ genitalia
c. Mengkonsumsi buah dan sayur
d. Menggunakan kondom saat melakukan hubungan seksual yang
dianggap berisiko
1,11,13,16
e. Menghentikan kebiasaan merokok

2.1.6. Klasifikasi dan Staging


Kanker ginekologi diklasifikasikan menurut sistem International
Federation of Gynecology and Obstetrics (FIGO). Meskipun sistem
TNM parallel untuk kanker ginekologi telah dikeluarkan oleh
American Joint Committee on Cancer, klasifikasi menggunakan
sistem FIGO terus mendominasi di seluruh dunia dalam praktik klinis
maupun pelaporan data basis kanker. Sistem klasifikasi yang pertama
dikemukakan oleh FIGO pada pergantian abad ke-20 dan diterapkan
pada karsinoma serviks uteri (kanker yang paling sering menyerang
wanita dinegara maju). Revisi terbaru dari sistem klasifikasi FIGO
diumumkan pada tahun 2018.17
Table 2.1 Stadium Kanker Serviks Menurut FIGO 2018.
Stadium Deksripsi

I Karsinoma hanya terbatas pada serviks

IA Karsinoma invasif yang hanya dapat didiagnosis dengan


mikroskop, dengan kedalaman maksimum invasi <5 mm.

IA1 Invasi ke stroma dengan kedalaman < 3 mm dan lebar


horizontal lesi < 7 mm.

IA2 Invasi ke stroma ≥ 3 mm tetapi < 5 mm dan


perluasanhorizontal lesi < 7 mm.

IB Invasi ke stroma > 3 mm tetapi < 5 mm dan


perluasan horizontal lesi < 7 mm.

IB1* Lesi yang tampak < 2 cm dari dimensi terbesar.

IB2* Lesi yang tampak < 2 cm tetapi < 4cm dari dimensi
terbesar.

IB3* Lesi yang tampak ≥ 4 cm dari diameter terbesar.

II Karsinoma telah menginvasi di luar uterus, tetapi belum


mengenai dinding panggul atau sepertiga distal bawah
vagina.

IIA Terbatas pada dua pertiga bagian proksimal vagina tanpa


keterlibatan parametrium.

IIA1 Tumor berukuran < 4cm dari dimensi terbesar.

IIA2 Tumor berukuran ≥4cm dari dimensi terbesar.

IIB Sudah menginvasi parametrium namun belum mencapai


dinding panggul.

III Tumor telah meluas ke dinding panggul dan


mengenai sepertiga bawah vagina, menyebabkan
hidronefrosis atau gagal ginjal.

IIIA Tumor telah meluas ke sepertiga bawah vagina distal


tanpa perluasan ke dinding panggul.

IIIB Tumor telah meluas sampai dinding panggul


menyebabkan hidrpnefrosis atau gagal ginjal.

IIIC Keterlibatan kelenjar getah bening panggul dan/ para-aorta


terlepas dari ukuran tumor dan luasnya.

IIIC1* Metastasis kelenjar getah bening panggul saja.

IIIC2* Metastasis kelenjar getah bening para-aorta.

IV Karsinoma telah melampaui panggul atau telah mencapai


mukosa kandung kemih atau rectum (dibuktikan dengan
biopsi)

IVA Menyebar ke organ pelvic yang berdekatan.

IVB Menyebar ke organ yang jauh.

2.1.7. Gejala dan Tanda

Tidak semua orang yang mengidap kanker serviks merasakan


gejala yang sama, pada lesi prakanker sampai karsinoma in situ belum
menunjukan gejala karena proses penyakitnya masih di dalam lapisan
epitel dan belum menimbulkan perubahan yang nyata dari serviks.11
ketika sel abnormal ini berkembang menjadi kanker serviks, barulah
muncul gejala-gejala dari kanker serviks berupa keputihan yang sulit
sembuh dengan volume yang berlebihan dan disertai bau akibat infeksi
dan nekrosis jaringan. munculnya rasa tidak nyaman, sakit (dispareunia)
dan perdarahan saat berhubungan seksual (contact bleeding). Pada
stadium dini keadaan umum penderita masih baik, tetapi pada stadium
lanjut keadaan umum sudah mulai mengalami perubahan. Penderita
akan tampak kurus dan pucat, nafsu makan menurun, keputihan terus
menerus disertai darah, infiltrasi sel tumor ke serabut saraf
menyebabkan nyeri panggul, nyeri pinggang dan pinggul. Gejala lain
yang mungkin ditemukan adalah sering berkemih, buang air kecil atau
buang air besar yang sakit, perdarahan vagina yang tidak normal seperti
perdarahan di luar siklus menstruasi, perdarahan di antara periode
menstruasi yang regular, periode menstruasi yang lebih lama dan lebih
banyak dari biasanya, perdarahan setelah menopause, kadang juga dapat
dijumpai edema kaki unilateral akibat pembendungan pembuluh darah
balik dapat juga terjadi infiltrasi tumor ke ureter sebelum memasuki
kandung kemih yang menyebabkan obstruksi total berujung pada
kegagalan faal ginjal.18,19,20

2.2 Personal Hygiene Organ Genitalia Eksterna


2.2.1 Anatomi Organ Genitalia

Organ reproduksi wanita terbagi atas organ genitalia eksterna dan organ
genitalia interna. Organ genitalia eksterna berfungsi untuk bersenggama.
Organ genitalia interna berfungsi pada saat ovulasi, tempat pembuahan sel
telur, tumbuh kembang janin, dan lain-lain.

1) Organ genitalia eksterna


a. Vulva
Vulva meliputi seluruh struktur eksternal yang dapat dilihat mulai dari
pubissampai perineum, yaitu mons veneris, labia mayora dan labia
minora, klitoris, selaput darah (himen), vestibulum, muara uretra,
berbagai kelenjar dan struktur vaskular.
b. Mons veneris (mons pubis)
Bagian yang menonjol di bagian depan simfisis. Terdiri dari jaringan
lemak dan sedikit jaringan ikat. Setelah pubertas bagian ini akan
ditutupi oleh rambut.
c. Labia mayora
Merupakan kelanjutan dari mons veneris yang terdiri atas bagian kanan
dan kiri, lonjong mengecil ke bawah. Berisi jaringan lemak seperti
mons veneris. Di bagian bawah bibir kiri dan kanan bertemu dan
membentuk perineum.
d. Labia minora
Lipatan kulit yang kecil, terletak di bagian dalam labia mayora tanpa
rambut.Permukaan labia minora sama dengan mukosa vagina yaitu
merah muda dan basah.
e. Klitoris
Ukurannya kira-kira sebesar biji kacang hijau. Klitoris memiliki
jaringan yang penuh dengan ujung saraf sehingga sangat sensitif.
f. Himen
Jaringan yang menutupi lubang vagina.

2) Organ genitalia interna


a. Vagina
Vagina merupakan penghubung antara introitus vagina dan uterus.
Ukuran panjang bagian depan 6,5 cm dan dinding belakang 9 cm.
Bagian dalam vagina terdapat lipatan-lipatan yang disebut rugae.
b. Serviks
Dikenal juga sebagai mulut rahim. Serviks merupakan bagian yang
menonjol dan letaknya terdepan dari rahim sehingga berhubungan
dengan vagina.
c. Rahim (uterus)
Berbentuk seperti buah pir yang terletak di antara kandung kemih dan
anus dengan ukuran sebesar telur ayam dan memiliki rongga.
Dindingnya terdiri atas otot polos. Uterus memiliki 3 lapisan yaitu
endometrium, miometrium, dan perimetrium. Pada saat menstruasi
terjadi peluruhan bagian endometrium.
d. Saluran telur (tuba falopii)
Tuba falopii merupakan saluran jalan ovum dari ovarium menuju
rongga uterus dengan panjang 12 cm.
e. Indung telur (Ovarium)

Perempuan pada umumnya memiliki 2 indung telur yaitu kanan dan


kiri. Mesovarium menggantung ovarium di bagian belakang
ligamentum latum kiri dan kanan. Ovarium berukuran kurang lebih
sebesar ibu jari tangan. Sejak pubertas, ovarium secara bergantian
melepas satu ovum melalui tuba falopii ke uterus.

2.2.2 Definisi Personal Hygiene Organ Genitalia Eksterna


Personal hygiene organ genitalia eksterna adalah perilaku memelihara
alat kelamin bagian luar (vulva) yang bertujuan untuk
mempertahankan kebersihan dan kesehatan alat kelamin, dan juga
untuk mencegah terjadinya infeksi.21 Mumpuni menyebut dalam
penelitiannya bahwa organ reproduksi wanita memang membutuhkan
perhatian khusus. Karena bentuknya yang terbuka, kuman menjadi
lebih mudah masuk melalui mulut vagina. Tubuh dan organ genitalia
yang sehat juga di yakini dapat meningkatkan kepercayaan diri
seseorang.22
2.2.3 Konsep Personal Hyigene Organ Genitalia Eksterna
memelihara kebersihan alat kelamin dapat dilakukan dengan cara :
1) Mencuci tangan sebelum menyentuh vagina agar alat kelamin tidak
terkontaminasi oleh bakteri yang ada pada tangan.
2) Membasuh vagina dari depan ke belakang. Cara membasuh
vagina seperti ini dapat mencegah bakteri di sekitar anus ikut
masuk ke dalam vagina .
3) Membersihkan vagina setiap buang air kecil (BAK) dan buang air
besar (BAB) dengan menggunakan bersih, yaitu air mengalir
langsung dari keran dan juga membersihkan sekitar alat kelamin
(selangkangan) yang berkeringat.
4) Selalu menjaga agar vagina tetap kering dan tidak lembab, karena
pada keadaan lembab bakteri pathogen lebih mudah berkembang
biak. Gunakan tisu atau handuk bersih, dan hindari memakai
handuk milik orang lain, Handuk yang digunakan bersamaan
dapat menularkan bakteri dari individu ke individu lain.
5) Hindari penggunaan bedak pada vagina dan sekitarnya, karena
bedak tersebut akan menggumpal di sela-sela lipatan vagina yang
sulit terjangkau tangan untuk dibersihkan sehingga mempermudah
berkembangnya bakteri pathogen.
6) Hindari penggunaan cairan pembersih organ kewanitaan karena
dapat merusak keasaman vagina. Keasaman vagina ini berfungsi
untuk mencegah pertumbuhan bakteri pathogen yang masuk.
Hindari juga penggunaan sabun mandi pada alat kelamin karena
dapat menyebabkan kekeringan dan iritasi kulit atau gatal.
7) Mengganti celana dalam minimal 2 kali sehari untuk mencegah
vagina lembab, celana dalam yang dianjurkan adalah celana dalam
berbahan katun yang dapat menyerap keringat. Hindari
penggunaan celana dalam yang ketat karena mudah menyebabkan
berkeringat
8) Mengganti pembalut 2-3 kali dalam sehari atau setiap 4 jam sekali
secara teratur saat menstruasi. Gumpalan darah yang banyak di
pembalut akan menjadi tempat tumbuh dan berkembangnya jamur
ataupun bakteri. Pilih pembalut berbahan lembut yang dapat
menyerap dengan baik serta tidak mengandung bahan yang
memicu alergi seperti parfum atau gel.
9) Penggunaan pantyliner sebaiknya dibatasi hanya dua sampai tiga
jam. Penggunaan pantyliner dapat menyebabkan daerah
kewanitaan makin lembab dan juga dapat menganggu flora
normal yang berfungsi sebagai sistem pertahanan. 21–23

2.3 Kerangka Teori


Faktor yang
mempengaruhi
Faktor Predisposisi
pengetahuan
1. Pengetahuan Lingkungan: fisik,
terhadap kanker sosial, biologis
serviks:
Pengertian kanker
serviks
Faktor penyebab Personal Hygiene Kesehatan sistem
organ genitalia reproduksi wanita
kanker serviks
eksterna
Gejala kanker serviks
Faktor risiko kanker
serviks
Faktor pendukung:
Pencegahan kanker
serviks 1. Ketersediaan Faktor penguat:
pelayanan
kesehatan: Sikap dan perilaku
Accessibility, petugas, peraturan,
acceptability, undang-undang, dll
2. sikap

3. kepercayaan

4. tradisi

5. nilai-nilai

Bagan 2.1 Kerangka Teori

Keterangan:

Variabel yang diteliti.

Variabel yang tidak diteliti.

Hubungan yang diteliti.

Hubungan yang tidak diteliti.

2.4 Kerangka Konsep

Variabel Bebas Variabel Terikat

Pengetahuan
Perilaku Personal
Mahasiswi
Hygiene Organ
Terhadap Kanker
Genitalia Eksterna
Serviks
2.5 Hipotesis
Ada hubungan tingkat pengetahuan terhadap kanker serviks dengan
perilaku personal hygiene organ genitalia eksterna mahasiswi kedokteran
Universitas Jambi.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian


Penelitian ini menggunakan motode observasional analitik dengan
menggali hubungan antar variable faktor risiko dan efek analisisnya untuk
menentukan ada tidaknya hubungan antar variabel tersebut.

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilakukan di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Jambi pada bulan Mei – September 2020.
3.3. Populasi dan Sampel Penelitian
3.1.1 Populasi Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah mahasisiwi angkatan 2020 Prodi
Kedokteran Universitas Jambi yang berjumlah 50 orang.
3.1.2 Sampel Penelitian
3.1.2.1 Kriteria Inklusi
a. Mahasiswi hadir saat pengambilan data.
b. Bersedia menjadi responden.
3.1.2.2 Kriteria Ekslusi
a. Mahasiswi terinfeksi penyakit menular seksual akut maupun kronis.
b. Mahasiswa tidak dapat memberikan jawaban dengan baik akibat stress
fisik maupun psikologis seperti ujian, masalah keluarga dan lain-lain.
3.1.2.3 Besar Sample
Besar sample minimal pada penelitian ini dihitung menggunakan rumus
analitik korelatif:

[ ]
{ }

Keterangan:
n = Besar sampel
Zα = nilai Z untuk α (Kesalahan tipe I) , apabila α = 0,05 maka Zα = 1,96
Zβ = nilai Z untuk β (Kesalahan tipe II), apabila β = 0,2 maka Zβ = 0,842
r =koefisien korelasi = 0,946. Didapatkan dari hasil penelitian sebelumnya.
Ln = logaritma natural
Dengan demikian, besar sampel minimal yang dibutuhkan dalam
penelitian ini adalah :
[ ]
{ }

Jadi, besar sampel minimal yang diperlukan adalah

3.4 Metode Pengumpulan Data


3.4.1 Jenis Data
Prosedur pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan data
primer. Data primer diperoleh dari objek penelitian secara langsung dari
pengisian angket. Angket yang diberikan berisi kuesioner mengenai
pengetahuan tentang kanker serviks dan perilaku personal hygiene organ
genitalia eksterna.

3.4.2 Teknik Pengumpulan Data


Teknik sampling dalam penelitian ini adalah probability sampling dengan
jenis simple random sampling. Teknik ini memungkinkan semua anggota
populasi memiliki kesempatan yang sama dalam menjadi sampel penelitian.

Teknik pengumpulan data meliputi :

1. Semua sampel penelitian diberikan penjelasan tentang


tujuan serta manfaat dari penelitian secara tertulis.
2. Peneliti membagikan lembar kuisioner dengan menggunakan google
form.
3. Responden menjawab pertanyaan yang ada pada kuisioner dengan
lengkap.
4. Semua data yang telah diambil selanjutnya dikumpulkan, diolah,
ditabulasi dan dianalisis.
36

3.5 Definisi Operasional Variabel


3.5.1 Variabel Penelitian
1) Variabel Independent (Variabel bebas)
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pengetahuan tentang
kanker serviks. Pengetahuan tentang kanker serviks adalah
pengetahuan responden berdasarkan hasil jawaban pada angket
pengetahuan.
2) Variabel Dependent (Variabel terikat)
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah perilaku personal
hygiene organ genitalia eksterna.

3.5.2 Definisi Operasional


Tabel 3.1 Definisi operasional
Variabel Definisi operasional Alat ukur Skala Kriteria ukur

ukur
Variabel Segala sesuatu yang diketahuo Kuesioner Ordinal Baik:
bebas: responden mengenai kanker serviks Jika benar 76-100%
Pengetah yang meliputi aspek-aspek berikut: dari seluruh
uan 1. Pengertian kanker serviks pertanyaan
tentang 2. Faktor penyebab kanker serviks Cukup:
kanker 3. Gejala kanker serviks Jika benar 56-75%
serviks 4. Faktor risiko kanker serviks dari seluruh
5. Pencegahan kanker serviks pertanyaan
Kurang:
Jika benar <56% dari
seluruh pertanyaan
37

Variabel Perilaku personal hygiene organ Kuesioner Ordinal Baik:


terikat: genitalia eksterna yang dilakukan Jika benar 76-100%
Perilaku responden, yaitu: dari seluruh
personal 1. Personal hygiene organ pertanyaan
hygiene genitalia eksterna yang baik Cukup:
organ 2. Cara berpakaian yang Jika benar 56-75%
genitalia menunjang kesehatan organ dari seluruh
eksterna reproduksi pertanyaan
3. Menghindari penggunaan alat Kurang:
dan bahan yang bersifat Jika benar <56% dari
abrasive seluruh pertanyaan
4. Pencegahan perilaku seksua
berisiko

3.6 Pengolahan dan Analisis Data


3.6.1 Pengolahan Data
Dalam tahap pengolahan data dilakukan :
1) Editing, upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh
misalkan ada data yang isinya meragukan/kurang jelas sebelum data diolah.
2) Coding, merupakan kegiatan merubah data berbentuk huruf menjadi data
berbentuk angka/bilangan.
3) Processing merupakan kegiatan memproses data agar data yang sudah di
entry dapat dianalisis.
4) Cleaning, merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang sudah di
entry, apakah ada kesalahan atau tidak.

3.6.2 Analisis Data


Dalam analisis data digunakan analisis data univariat dan analisis data bivariat.
38

a. Analisis univariat
Analisa Univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik
setiap variable penelitian.
b. Analisa Bivariat
Analisa bivariat yang dilakukan menggunakan uji chi square dengan tingkat
kepercayaan (α=0,05). Analisa bivariat adalah analisis yang digunakan untuk
mengetahui hubungan anatara variabel bebas dengan variabel terikat, yaitu
hubungan status.

DAFTAR PUSTAKA

1. The American Cancer Society medical and editorial content team. What Is
Cervical Cancer? | Types of Cervical Cancer [Internet]. American Cancer
Society . 2020. Available from: https://www.cancer.org/cancer/cervical-
39

cancer/about/what-is-cervical-cancer.html#written_by

2. National Cancer Institute. Cervical Cancer - Cancer Stat Facts [Internet].


SEER Cancer Stat Facts: Cervical Cancer. 2017. p. 1. Available from:
https://seer.cancer.gov/statfacts/html/cervix.html

3. Prabhakara G, Prabhakara G. Health Statistics (Health Information


System). Short Textbook of Preventive and Social Medicine. 2019.

4. Manini I, Montomoli E. Epidemiology and prevention of Human


Papillomavirus. Ann Ig. 2018;30(4 Supple 1):28–32.

5. Fowler, JR, Jack B. Cervical Cancer. [Updated 2021 Jan 6]. In: StatPearls
[Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2021 Jan-.
Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK431093/

6. Dianti NR, Isfandiari MA, Epidemiologi D, Kesehatan F, Universitas M,


Surabaya KCM. PERBANDINGAN RISIKO CA SERVIKS
BERDASARKAN PERSONAL HYGIENE PADA WANITA USIA
SUBUR DI YAYASAN KANKER WISNUWARDHANA SURABAYA
CERVICAL CANCER RISK DIFFERENCE BASED ON PERSONAL
HYGIENE AMONG CHILDBEARING AGE WOMEN AT YAYASAN
KANKER. 2015;

7. HUBUNGAN ANTARA PERILAKU HYGIENE GENETALIA DENGAN


KEJADIAN KANKER SERVIKS PADA WANITA YANG PAP SMEAR
YAYASAN KANKER WISNUWARDHANA SURABAYA - UNUSA
Repository.

8. Prawiroharjo S. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Sarwono


Prawirohardjo; 2012.

9. Isnaeni, Ana Pertiwi, And Iriantom A and A. Poltekkes Kemenkes


Yogyakarta | 9. J Kesehat [Internet]. 2012;6(6):9–33. Available from:
http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/1134/4/4. Chapter 2.pdf
40

10. Arbyn M, Weiderpass E, Bruni L, Sanjosé S De, Saraiya M, Ferlay J, et al.


Articles Estimates of incidence and mortality of cervical cancer in 2018 : a
worldwide analysis. 2020;191–203.

11. Dessy WPRNDIEK. Hubungan Dukungan Keluarga Terhadap


Keikutsertaan Ibu Dalam Deteksi Dini Ca Serviks Dengan Metode Inspeksi
Visual Asam Asetat (Iva) Di Kelurahan Kedungmundu Kota Semarang.
2017;11–45.

12. Kashyap N, Krishnan N, Kaur S, Ghai S. Risk Factors of Cervical Cancer:


A Case-Control Study. Vol. 6, Asia-Pacific Journal of Oncology Nursing.
2019. p. 308–14.

13. Ngoma M, Autier P. Cancer prevention: Cervical cancer. Vol. 13,


Ecancermedicalscience. 2019.

14. Martin B. What Are the Risk Factors for [Internet]. Psych Central. 2020. p.
1–9. Available from: https://psychcentral.com/lib/what-are-the-risk-factors-
for-depression/

15. Cervical Cancer Screening _ ACOG.

16. Cervical Cancer Prevention (PDQ®) - PDQ Cancer Information Summaries


- NCBI Bookshelf.

17. 2018 FIGO Staging System for Uterine Cervical Cancer_ Enter Cross-
sectional Imaging _ Radiology.

18. Tamara P. 2017. GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG


PENCEGAHAN KANKER SERVIKS PADA MAHASISWI TINGKAT I
JURUSAN KEPERAWATAN POLTEKKES KEMENKES KENDARI.
Skripsi. Tidak Diterbitkan.Ilmu Keperawatan.Poltekkes:Kendari. 2017;

19. R A. HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG KANKER


SERVIKS DENGAN SIKAP TERHADAP PEMERIKSAAN PAP
SMEAR PADA WUS DI DUSUN PANCURAN BANTUL TAHUN 2017.
41

Poltekkes; 2017.

20. Anwar, Mochamad B& PR. Ilmu Kandungan. 3rd ed. Jakarta: Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.; 2017.

21. Darma M. Hubungan Pengetahuan, Vulva Hygiene, Stres, Dan Pola Makan
Dengan Kejadian Infeksi Flour Albus (Keputihan) Pada Remaja Siswi Sma
Negeri 6 Kendari 2017. 2017.

22. Permatasari NZ. PRAKTIK VULVA HYGIENE PADA REMAJA PUTRI


DI PONDOK PESANTREN PUTRI NURUL BURHANY I MRANGGEN
KABUPATEN DEMAK. UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SEMARANG; 2017.

23. Wilkinson, J. M., & Aherrn NR. Buku Saku Diagnosis Keperawatan.
jakarta: EGC. 2012;7–32.

Anda mungkin juga menyukai