Anda di halaman 1dari 6

RESUME BUKU LA TAHZAN: JANGAN BERSEDIH!

TUGAS MANDIRI
Dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia
yang diampu oleh Meriana Candra Kurniasari, S.Pd, M.Pd

Oleh:
RUDY SEPTYANTO
20211770104

P2K PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA
Setiap ucapan baik, doa yang tulus, rintihan yang jujur, air mata yang
menetes penuh keikhlasan, dan semua keluhan yang menggundahgulanakan hati
adalah hanya pantas di tujukan ke hadirat-Nya. Pikirkanlah dan Syukurilah,
artinya ingatlah setiap nikmat yang Allah anugerahkan kepada kita. Karena Dia
telah melipatkan nikmat-Nya dari ujung rambut di atas kepala hingga ke bawah
kedua telapak kaki.
Mengingat dan mengenang masa lalu, kemudian bersedih atas nestapa dan
kegagalan di dalamnya merupakan tindakan bodoh dan gila. Itu sama saja artinya
dengan membunuh semangat, memupuskan tekad dan mengubur masa depan yang
belum terjadi. Jangan pernah mendahului sesuatu yang belum terjadi! Hari esok
adalah sesuatu yang belum nyata dan dapat diraba, belum berwujud, dan tidak
memiliki rasa dan warna.

Hari esok ada dalam alam gaib dan belum turun ke bumi. Maka tidak
sepantasnya kita menyeberangi sebuah jembatan sebelum sampai diatasnya.
Berbuat baik terhadap orang lain, melapangkan dada. Kebajikan itu sebajik
namanya, keramahan itu seramah wujudnya, dan kebaikan itu sebaik rasanya.
Orang-orang yang pertama kali akan dapat merasakan manfaat dari semua itu
adalah mereka yangmelakukannya. Mereka akan merasakan «buah»nya seketika
itu juga dalam jiwa, akhlak, dan nurani mereka. Sehingga, mereka pun selalu
lapang dada, tenang, tentram dan damai. Isi waktu luang dengan berbuat! orang-
orang yang banyak menganggur dalam hidup ini, biasanya akan menjadi penebar
isu dan desas desus yang tak bermanfaat. Itu karena akal pikiran mereka selalu
melayang-layang tak tahu arah.
Qhada’ dan Qadar. Apa yang membuat kita benar, maka tak akan
membuat kita salah. Sebaliknya, apa yang membuat kita salah, maka tak akan
membuat kita benar. Jika keyakinan tersebut tertanam kuat pada jiwa kita dan
kukuh bersemayam dalam hati kita, maka setiap bencana akan menjadi karunia,
setiap ujian menjadi anugerah, dan setiap peristiwa menjadi penghargaan dan
pahala. Karena itu, jangan pernah merasa gundah dan bersedih dikarenakan suatu
penyakit, kematian yang semakin dekat, kerugian harta, atau rumah terbakar.
Betapapun, sesungguhnya Sang Maha Pencipta telah menentukan segala
sesuatunya dan takdir telah bicara. Usaha dan upaya dapat sedemikian rupa, tetapi
hak untuk menentukan mutlak milik Allah. Pahala telah tercapai, dan dosasudah
dihapus. Maka, berbahagialah orang-orang yang tertimpa musibah atas kesabaran
dan kerelaan mereka terhadap Yang
Maha Mengambil, Maha Pemberi, Maha Mengekang lagi Maha Lapang. Bersama
kesulitan ada kemudahan.

Mereka yang terpaku pada waktu yang terbatas dan pada kondisi yuang sangat
kelam, umumnya hanya akan merasakan kesusahan, kesengsaraan, dan
keputusasaan dalam hidup mereka. Itu karena merekahanya menatap dinding-
dinding kamar dan pintu-pintu rumah mereka. Betapapun, shalat mampu
meniupkan ketulusan iman dan kejernihan iman ke dalam relung hati, sehingga
hati pun selalu ridha dengan apa saja yang telah ditentukan Allah. Lain halnya
dengan orang yang lebih senang menjauhi masjid dan meninggalkan shalat.
Mereka niscaya akan hidup dari satu kesusahan ke kesusahan yang lain, dari
guncangan jiwa yang
lain, dan dari kesengsaraan yang satu ke sengsaraan yang lain.
Menyerahkan tiap perkara kepada Allah, bertawakal kepadaNya, percaya
sepenuhnya terhadap janji-janji_nya, ridha dengan apa yang dilakukan-Nya,
berbaik sangka kepada-Nya, dan menunggu dengan sabar pertolongan dari-Nya
merupakan buah keimanan yang paling agung dan sifat yang paling mulia dari
seorang mukmin.

Dan ketika seorang hamba tenang bahwa apa yang akan terjadi itu baik baginya,
dan ia menggantungkan setiap permasalahannya hanya kepada Rabb-nya, maka ia
akan mendapatkan pengawasan, perlindungan, pencukupan serta
pertolongan dari Allah. Manusia tidak akan pernah mampu melawan setiap
bencana, menaklukan setiap derita, dan mencegah setiap malapetaka dengan
kekuatannya sendiri. Sebab, manusia adalah makhluk yang sangat lemah. Mereka
akan mampu menghadapi semua itu dengan baik hanya bila bertawakal kepada
Rabb-nya, percaya sepenuhnya kepada Perlindungnya, dan menyerahkan semua
perkara kepada-Nya. Karena, jika tidak demikian, jalan keluar mana lagi yang
akan ditempuh manusia yang lemah tak berdaya ini saat menghadapi ujian dan
cobaan?.
Di antara perkara yang dapat melapangkan dada dan melenyapkan awan
kesedihan adalah berjalan menjelajah negeri dan membaca «buku penciptaan»
yang terbuka lebar ini untuk menyaksikan bagaimana pena-pena kekuasaan
menuliskan tanda-tanda keindahan di atas lembaran-lembaran kehidupan.
Mengurung diri dalam kamar yang sunyi bersama kekosongan yang
membahayakan merupakan cara ampuh untuk bunuh diri. Kamar kita bukanlah
alam semesta. Dan kita bukan manusia satu-satunya di alam semesta. Karena itu,
mengapa kita harus menyerahkan diri kepada «pembisik-pembisik» kesusahan
dan kesedihan? Tidakkah kita sebaiknya menyatukan pandangan, pendengaran
dan hati untuk menyeru kepada diri kita sendiri.

Menjelajahi pelosok-pelosok negeri merupakan kegiatan yang sangat


menyenangkan. Bahkan, para dokter sudah banyak merekomendasikan kepada
mereka yang sedang stress menghadapi sesuatu persoalan dan tertekan oleh
beratnya hidup, agar melepaskan semua itu dengan berjalan ke tempat-tempat
indah yang tak pernah ia kunjungi. Karena iut, marilah sesekali kita berjalan
menjelajah pelosok negeri untuk mencari ketenangan, bergembira, berpikir, dan
sekaligus menghayati ciptaan Allah yang sangat luas ini.Sabar itu Indah, bersabar
diri merupakan ciri orang-orang yang menghadapi pelbagai kesulitan dengan
lapang dada, kemauan yang keras, serta ketabahan yang besar. Bersabarlah karena
Allah ! Dan sebaiknya kita bersabar sebagaimana kesabaran orang yang yakin
akan datangnya kemudahan, mengetahui tempat kembali yang baik, mengharap
pahala, dan senang mengingkari kejahatan. Seberapa pun besar permasalahan
yang kita hadapi, tetaplah bersabar. Karena kemenangan itu sesungguhnya akan
datang bersama dengan kesabaran. Jalan keluar datang bersama kesulitan. Dan,
dalam setiap kesulitan itu ada kemudahan. Letakkanlah setiap persoalan sesuai
dengan ukuran, bobot dan kadarnya.

Janganlah sekali-kali kita melakukan kezaliman dan melampaui batas.


Abaikanlah hal-hal sepele yang tak penting. Mengapa demikian? Tak lain, karena
kesedihan hanya memiliki daya yang menghentikan dan bukan menggerakkan.
Dan itu artinya sama sekali tidak bermanfaat bagi hati. Bahkan, kesedihan
merupakan satu hal yang paling disenangi setan. Maka dari itu, setan selalu
berupaya agar seorang hamba bersedih untuk menghentikan setiap langkah dan
niat baiknya.
Kesedihan adalah teman akrab kecemasan. Adapun perbedaanya antara keduanya
adalah manakala suatu hal yang tidak disukai hati itu berkaitan dengan hal-hal
yang belum terjadi, ia akan membuahkan kecemasan. Sedangkan bila berkaitan
dengan persoalan masa lalu, maka ia dapat melemahkan semangat dan kehendak
hati untuk berbuat suatu kebaikan. Kesedihan dapat membuat hidup menjadi
keruh. Ia ibarat racun berbisa bagi jiwa yang dapat menyebabkan lemah semangat,
krisis gairah, dan galau dalam menghadapi hidup ini.

Dan itu, akan berujung pada ketidakacuhan diri pada kebaikan, ketidak
pedulian pada kebajikan, kehilangan semangat untuk meraih kebahagiaan, dan
kemudian akan berakhir pada pesimisme dan kebinasaan diri yang tiada tara.
Meski demikian, pada tahap tertentu kesedihan memang tidak dapat dihindari dan
seorang terpaksa harus bersedih karena suatu kenyataan. Berkenaan dengan ini,
disebutkan bahwa para ahli surga ketika memasuki surga akan berkata, «Segala
puji bagi Allah yang telah menghilangkan duka cita dari kami». Ini menandakan
bahwa ketika di dunia mereka pernah bersedih sebagaimana mereka tentu saja
pernah ditimpa musibah yang terjadi di luar ikhtiar mereka. Hanya, ketika
kesedihan itu harus terjadi dan jiwa tidak lagi memiliki cara untuk
menghindarinya, maka kesedihan itu justru akan mendatangkan pahala. Itu terjadi,
karena kesedihan yang demikian merupakan bagian dari musibah atau cobaan.

Maka dari itu, ketika seorang hamba ditimpa kesedihan hendaknya ia


senantiasa melawannya dengan doa-doa dan sarana-sarana lain yang
memungkinkan untuk mengusirnya. Kesedihan yang terpuji yakni yang dipuji
setelah terjadi adalah kesedihan yang disebabkan oleh ketidakmampuan
menjalankan suatu ketaatan atau dikarenakan tersungkur dalam jurang
kemaksiatan. Dan kesedihan seorang hamba yang disebabkan oleh kesadaran
bahwa kedekatan dan ketaatan dirinya kepada Allah sangat kurang. Maka, hal itu
menandakan bahwa hatinya hidup dan terbuka untuk menerima hidayah dan
cahaya-Nya.

Anda mungkin juga menyukai