Anda di halaman 1dari 3

BERSYUKURLAH DAN BERBAHAGIALAH

Judul Buku : La Tahzan (Jangan Bersedih)


Penulis : DR. ‘Aidh Al-Qarni
Penerjemah : Samson Rahman
Penerbi : Qisthi Press
Cetakan ke/Tahun Terbit : Ke-35 Mei 2007
Tebal buku : xxviii + 572 halaman

Setelah membaca buku ini, menurut saya buku ini mengulas tentang
sesuatu yang membuat siapa saja yang senantiasa merasa hidup dalam bayangan-
bayangan kegelisahan, kesedihan dan kecemasan. Lalu dengan buku ini, perasaan-
perasaan tersebut hilang dan buku ini mengajak Anda untuk senantiasa
Berbahagia. Dalam buku ini, penulis sengaja menukil ayat-ayat Allah, bait-bait
syair, pengalaman, catatan peristiwa dan hikmah, serta berbagai perumpamaan
dan kisah-kisah yang dijadikan oleh penulis sebagai penawar hati yang lara,
penghibur jiwa yang tercabik, dan pelipur diri yang sedang dirundung duka cita.
  Pikirkanlah dan Syukurilah artinya ingatlah setiap nikmat yang Allah
anugerahkan kepada kita. Karena Dia telah melipatkan nikmat-Nya dari ujung
rambut di atas kepala hingga ke bawah kedua telapak kaki.Mengingat dan
mengenang masa lalu, kemudian bersedih atas kesedihan dan kegagalan di
dalamnya merupakan tindakan bodoh dan gila. Itu sama saja artinya dengan
membunuh semangat, memupuskan tekad dan mengubur masa depan yang belum
terjadi.
Apa yang membuat kita benar, maka tak akan membuat kita salah.
Sebaliknya, apa yang membuat kita salah, maka tak akan membuat kita benar.
Jika keyakinan tersebut tertanam kuat pada jiwa kita dan kukuh bersemayam
dalam hati kita, maka setiap bencana akan menjadi karunia, setiap ujian menjadi
anugerah, dan setiap peristiwa menjadi penghargaan dan pahala. Karena itu,
jangan pernah merasa gundah dan bersedih dikarenakan suatu penyakit, kematian
yang semakin dekat, kerugian harta, atau rumah terbakar. Betapapun,
sesungguhnya Sang Maha Pencipta telah menentukan segala sesuatunya .Usaha
dan upaya dapat sedemikian rupa, tetapi hak untuk menentukan mutlak milik
Allah. Pahala telah tercapai, dan dosasudah dihapus. Maka, berbahagialah orang-
orang yang tertimpa musibah atas kesabaran dan kerelaan mereka terhadap Yang
Maha Mengambil, Maha Pemberi, Maha Mengekang lagi Maha Lapang.
Bersama kesulitan ada kemudahan. Mereka yang terpaku pada waktu yang
terbatas dan pada kondisi yang sangat kelam, umumnya hanya akan merasakan
kesusahan, kesengsaraan, dan keputusasaan dalam hidup mereka. Itu karena
merekahanya menatap dinding-dinding kamar dan pintu-pintu rumah mereka.
Padahal, mereka seharusnya menembuskan pandangan sampai kebelakang tabir
dan berpikir lebih jauh tentang hal-hal yang berada diluar pagar rumahnya. Maka
dari itu, jangan pernah merasa terhimpit sejengkalpun, karena setiap keadaan pasti
berubah. Dan sebaik-baik ibadah adalah menanti kemudahan dengan sabar.
Sebaiknya kita selalu melihat sisi lain dari kesedihan itu. Sebab, belum
tentu semuanya menyedihkan, pasti ada kebaikan, secercah harapan, jalan keluar
serta pahala. Betapapun, kita harus selalu melihat dan yakin bahwa di balik
musibah terdapat ganti dan balasan dari Allah yang akan selalu berujung pada
kebaikan kita.
Menyerahkan semua perkara kepada Allah, bertawakal kepada_nya,
percaya sepenuhnya terhadap janji-janji_nya, ridha dengan apa yang dilakukan-
Nya, berbaik sangka kepada-Nya, dan menunggu dengan sabar pertolongan dari-
Nya merupakan buah keimanan yang paling agung dan sifat yang paling mulia
dari seorang mukmin. Dan ketika seorang hamba tenang bahwa apa yang akan
terjadi itu baik baginya, dan ia menggantungkan setiap permasalahannya hanya
kepada Rabb-nya, maka ia akan mendapatkan pengawasan, perlindungan,
pencukupan serta pertolongan dari Allah.
Jika kita ingin bahagia, maka terimalah dengan rela hati bentuk perawakan
tubuh yang diciptakan Allah untuk kita, apapun kondisi keluarga kita,
bagaimanapun suara kita, seperti apapun kemampuan daya tangkap dan
pemahaman kita, serta seberapapun penghasilan kita. Bahkan, kalau ingin
meneladani para guru sufi yang zuhud, maka sesungguhnya mereka telah
melakukan sesuatu yang lebih dari sekadar apa yang di sebutkan itu.
Manusia yang paling sengsara adalah dia yang menjalani kehidupan ini
dengan hanya mengikuti hawa nafsu dan menuruti setiap dorongan emosi serta
keinginan hatinya. Pada kondisi yang demikian itu, manusia akan merasa setiap
peristiwa menjadi sedemikian berat dan sangat membebani, seluruh sudut
kehidupan ini menjadi semakin gelap gulita, dan kebencian, kedengkian serta
dendam kesumat pun mudah bergolak di dalam hatinya.
Kesedihan adalah teman akrab kecemasan. Adapun perbedaanya antara
keduanya adalah manakala suatu hal yang tidak disukai hati itu berkaitan dengan
hal-hal yang belum terjadi, ia akan membuahkan kecemasan. Sedangkan bila
berkaitan dengan persoalan masa lalu, maka ia dapat melemahkan semangat dan
kehendak hati untuk berbuat suatu kebaikan.
Kesedihan dapat membuat hidup menjadi keruh. Ia ibarat racun berbisa
bagi jiwa yang dapat menyebabkan lemah semangat, krisis gairah, dan galau
dalam menghadapi hidup ini. Dan itu, akan berujung pada ketidakacuhan diri pada
kebaikan, ketidakpedulian pada kebajikan, kehilangan semangat untuk meraih
kebahagiaan, dan kemudian akan berakhir pada pesimisme dan kebinasaan diri
yang tiada tara.
Kesedihan yang terpuji – yakni yang dipuji setelah terjadi – adalah
kesedihan yang disebabkan oleh ketidakmampuan menjalankan suatu ketaatan
atau dikarenakan tersungkur dalam jurang kemaksiatan. Dan kesedihan seorang
hamba yang disebabkan oleh kesadaran bahwa kedekatan dan ketaatan dirinya
kepada Allah sangat kurang. Maka, hal itu menandakan bahwa hatinya hidup dan
terbuka untuk menerima hidayah dan cahaya-Nya.
Jangan bersedih. Karena rasa sedih sama dengan menentang qadha’ dan
menyesali sesuatu yang pasti. Kesedihan membuat kita jauh dari sikap lembut,
juga benci terhadap nikmat.Jangan bersedih, sebab rasa sedih tidak akan pernah
mengembalikan sesuatu yang hilang dan semua yang telah pergi. Tidak pula akan
membangkitkan orang yang telah mati. Tidak mampu menolak takdir, serta tidak
mendatangkan manfaat.Jangan bersedih, karena rasa sedih itu datangnya dari
setan. Kesedihan adalah rasa putus asa yang menakutkan, kefakiran yang
menimpa, putus asa yang berkelanjutan, depresi yang harus di hadapi, dan
kegagalan yang menyakitkan.
Tulisan dikemas dengan gaya yang sangat variatif. Hal ini membuat buku
La Tahzan lebih enak dibaca dan tidak membosankan. Bacaan memiliki banyak
manfaat. Banyak sekali tulisan dan tips yang dirangkum menjadi tulisan yang
begitu terasa khasiatnya saat dibaca. Sumber – sumber bacaan sangat variatif.
Buku disertai penanda halaman sehingga akan memudahkan bagi pembaca dalam
meneruskan bacaan yang belum terselesaikan.

Namun, buku ini tidak memiliki ringkasan, sehingga para pembaca merasa
kesulitan dalam meringkas materi. Buku ini terlalu banyak materi dan tidak
tersusun dalam bab-bab tidak seperti kebanyakan buku-buku. Ini menyulitkan
pembaca dalam memahami semua materi. Tidak disertakan daftar pustaka. Serta
dimensi buku ini terlalu tebal sehingga kurang praktis untuk di bawa dalam
perjalanan.

Saya menyarankan Sahabat semua untuk membaca buku ini. Bukan hanya
bagi mereka yang bersedih, namun juga bagi semua orang yang ingin selalu dekat
kepada-Nya. Bukan hanya bagi mereka yang telah kehilangan semangat, namun
juga bagi semua orang yang ingin selalu menjaga semangatnya.

Nama : Ajiguna wijaya


Kelas : XI-4

Anda mungkin juga menyukai