Anda di halaman 1dari 7

Karena Kita Punya Allah

Oleh: Aisyah Sitti Fa’izah

Setiap kita pada dasarnya pasti tahu bahwa


semua ikhtiar dan perjuangan yang kita lakukan sejatinya
adalah salah satu bentuk nilai kebaikan dan bernilai
pahala yang besar di sisi Allah ta’ala. Entah bagaimana
cara kita memandangnya, apakah dari sudut pandang
sebelah mata ataukah dari pandangan ketulusan dan
keikhlasan layaknya hati yang sudah bermentalkan baja.
Kita sebagai manusia sepatutnya tahu, bahwa tujuan
akhir hidup adalah membawa bekal kebaikan yang cukup
menuju Negeri Akhirat. Lain daripada itu, semuanya
sudah pasti tak terlepas dari rahmat-Nya, yang akan
mengantarkan kita menuju Surga. Maka dari itu, kita
diperintahkan untuk selalu berserah, pasrah, dan tunduk
pada segala ketetapan dan ketentuan yang Allah berikan
kepada kita. Kita takkan pernah tahu, sampai mana batas
usia yang Allah hadirkan kepada kita. Kita takkan pernah
tahu, sampai mana orang tua akan menemani dan
membimbing kita. Kita takkan pernah tahu sampai kapan
keluarga yang kita cintai akan membersamai kita.
Sesungguhnya kita tidak akan pernah tahu karena kita
bukan pemilik kehidupan, bukan pula pemilik dunia ini.
Kita hanyalah makhluk kecil tiada daya yang tak punya
kuasa apapun di hadapan Sang Rabb, pencipta kita.

Semua untaian-untaian kalimat yang kurangkai


patah patah itu, ku hadirkan bukan semata-mata karena
aku anak yang kuat, bukan pula karena aku anak yang
hebat. Melainkan karena aku tahu bahwa aku bukan
siapa-siapa. Aku hanyalah satu dari sekian ribu bahkan
jutaan manusia yang menyampaikan pesan bermakna ini
untuk pengingat diri sendiri, dan sebagai bentuk
muhasabah yang harus selalu kuingat dalam bayanganku
sendiri, dan harus selalu ku hadirkan dalam setiap detik
do’a dan setiap waktu salatku. Setiap datang pesan
kebaikan, entah melalui lisan seseorang yang berhadapan
denganku atau melalui jaringan komunikasi media
sosial, semua otomatis menjadi tamparan bagi diriku
sendiri yang seringkali aku lalai lantas mengabaikannya.
Astaghfirullah hal’adziim..ampuni segala khilaf dan
dosaku selama ini Ya Allah.. Engkau yang Maha
Pengampun, Sungguh Besar Ampunan-Mu..maka
lembutkankanlah hatiku agar selalu mau menerima
segala limpahan kebaikan yang Engkau berikan
kepadaku.. dan jadikanlah aku termasuk golongan-
golongan orang-orang yang sabar.. aamiin yaa robbal
‘aalamiin…

Pagi itu, suara anak-anak riuh memenuhi ruangan


Aula. Bukan suara ramai teriakan dan canda gurau yang
kudengar, melainkan lantunan suara ayat-ayat Al-Qur’an
yang dibacakan bersama-sama dalam kelompoknya
masing-masing. Setiap dari kelompok itu dipimpin oleh
seorang guru atau biasa menyebutnya dengan ustazah.
Salah satu diantara kelompok itu adalah aku bersama
santri-santriku, yang jumlahnya tiga belas orang.
Kebetulan hari ini hari jum’at, hari dimana setiap pagi
kami mengadakan agenda rutinan yaitu membaca Surah
Al-Kahfi. Hari Jum’at adalah hari paling indah dan
paling berkah, hari dimana setiap umat muslim saling
berlomba memberikan sedekah terbaiknya kepada orang-
orang membutuhkan yang berada di sekitar
lingkungannya, hari dimana seluruh amal kebaikan kita
akan dilipat gandakan dan diberi ganjaran yang lebih
besar di sisi Allah ta’ala, serta hari dimana setiap do’a
yang kita panjatkan akan mudah di ijabah oleh Allah
ta’ala dan di-aminkan para malaikat- malaikatNya.

Aku semakin menyadari bahwa semakin hari


berlalu dan terlewati serta semakin berkurangnya
umurku, masih belum cukup bekal yang kukumpulkan
untuk bisa memberatkan timbangan kebaikanku di Hari
Perhitungan nanti. Mungkin bisa jadi, ada perbuatan
terselip selama ini yang menyakiti orang-orang di
sekitarku yang bahkan aku lupa jika aku pernah
melakukannya atau mungkin pula ada amal kebaikan
yang selama ini ku lakukan namun aku tak sadar pernah
melakukannya. Teringat dari kisahku ini, salah satu
kutipan surah pendek, yaitu Surah Az-Zalzalah yang
menyatakan bahwa, “Maka barang siapa mengerjakan
kebaikan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat
(balasan) nya, dan barang siapa mengerjakan kejahatan
seberat zarrah, niscaya dia akan melihat (balasan) nya.
Kutipan ayat ini menjadi pelajaran penting dalam
hidupku bahwa setiap tingkah laku dan perbuatan kita
akan selalu diawasi oleh Allah dan dicatat para malaikat
yang berada di sisi kanan kiri kita. Terkadang disaat
kondisi iman mulai turun, perbuatan yang aku lakukan
seakan baik-baik saja seolah yakin bahwa hidupku masih
panjang. Astaghfirullah..padahal aku tahu bahwa setiap
kita yang diciptakan pasti akan merasakan mati. Perkara
waktu itu adalah misteri, hanya Allah yang tahu.

Begitu baiknya Allah, begitu sayangnya Allah


kepadaku dan kepada kita semua. Ketika terpuruk dalam
keadaan yang menyedihkan, mungkin sahabat terdekat
atau keluarga kita akan datang merangkul dan
menenangkan diri kita. Namun ketika kita tak memiliki
semua itu, ketika tak ada lagi orang-orang yang peduli
dan sayang kepada kita, satu-satunya harapan yang
selalu hadir dalam segala kondisi entah baik ataupun
buruk, entah bahagia ataupun terluka adalah Allah ta’ala.
Kapanpun dan dimanapun ia selalu siap siaga menjaga
kita dan memberikan sinyal kepada setiap diri kita agar
kembali datang pada-Nya. Begitu Maha Pemurah dan
Maha Pemaafnya Allah, tidak pernah membandingkan
dan menghitung sudah berapa kali kita berbuat dosa
kepada-Nya. Maka hanya ungkapan rasa syukur dan
terima kasih tak terbilang yang mampu ku ucapkan di
sela-sela lisanku menyebut keagungan dalam do’a
do’aku. Terima kasih Ya Allah, sampai detik ini aku
masih bisa merasakan kasih sayang dan cintamu, terima
kasih Ya Allah, aku bisa sedikit demi sedikit mulai
menanam kebaikan yang Engkau ajarkan kepadaku.
Terima kasih Ya Allah…

Mungkin kita merasa jatuh, mungkin kita merasa


terpuruk. Tapi kita harus tahu bahwa Allah akan selalu
ada membersamai diri kita dalam segala kondisi apapun.
Maka, selalu semangat dalam menebar kebaikan
dimanapun berada.

Bionarasi:
Namanya Aisyah Sitti Fa’izah, lahir dan besar di Probolinggo
pada tanggal 4 Desember. Sejak dari SD kelas 4 sudah
merantau jauh dari kota kelahiran. Begitu pula saat duduk di
bangku SMP dan SMA.
Ketika SMA, mengenyam pendidikan di sebuah pondok
pesantren Tahfidz di Kota Bekasi. Dilanjutkan kuliah di
sebuah kampus Negeri, Universitas Negeri Malang.
Saat ini kesibukannya adalah sebagai Pengajar Al Qur’an
disebuah Sekolah Islam di Pasuruan, Jawa Timur.
Aisyah sedari SMP sangat menyukai dunia kepenulisan dan
senang membaca. Karya tulis ini adalah karya yang pertama
kalinya. Semoga pembaca senang membaca tulisan ini.

Anda mungkin juga menyukai