Anda di halaman 1dari 9

Ikhlas

Oleh: Indo Esse

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Puji syukur selalu kita ucapkan kepada Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-Nya kita bisa
berkumpul di sini dalam keadaan sehat wal afiat. Kali ini, izinkanlah saya memberikan sepatah dua
patah kata tentang sikap ikhlas. 

Rasulullah SAW dalam sebuah hadits berkata, ”Allah tidak menerima amal kecuali dilakukan dengan
ikhlas untuk mencari ridha Allah semata.”

Oleh karena itulah, segala hal yang kita lakukan harus dengan sikap ikhlas. Pasalnya, Allah SWT
tidak akan menerima perbuatan apapun yang kita lakukan tanpa didasari rasa ikhlas.

Mulai sekarang, mari kita bersama-sama terus memupuk sikap ikhlas, terlebih ketika beramal. Tak
perlu pamrih, biar Allah SWT yang menilai segala yang kita lakukan. Ingat selalu, kata kuncinya
adalah ikhlas. 

Demikian ceramah saya pada kali ini, semoga saya dan teman-teman sekalian bisa mengambil makna
dari ceramah ini dan mengimplementasikannya di dunia nyata.

Wassalamualaikum wr. wb.

 
Oleh: Nurhikma Ramadhani

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Hadirin yang saya hormati, mari kita ucapkan puji syukur kepada Allah SWT  yang hingga detik ini
masih mengaruniai hidup dan kesehatan.

Perlu kita ingat saudara-saudara bahwa sudah hampir setahun pandemi Covid-19 melanda seluruh
dunia. Pada situasi ini, mari kita belajar untuk sabar menghadapi musibah ini. Sabar menghadapi
musibah ini. 

Dalam surat Al-Baqarah ayat 153, “Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sholat dan sabar
sebagai pelindungmu, sesungguhnya Allah SWT senantiasa bersama orang-orang yang sabar.”

Allah SWT senantiasa mengingatkan kita untuk sabar, salah satunya melalui ayat tersebut. Dengan
sabar, kita akan terlindung dari segala emosi buruk yang justru memperkeruh suasana. . Dengan
demikian, kita harus sabar menunggu situasi menjadi lebih baik salah satunya dengan terus
menerapkan protokol kesehatan.

Demikian sedikit yang dapat saya sampaikan. Mohon maaf bila ada salah kata atau ucapan yang
kurang berkenan.

Wassalamualaikum wr.wb.

 
Oleh: Nurul Anggriani

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Hadirin yang dirahmati Allah SWT,

Sudahkah teman-teman sekalian bersyukur hari ini? Syukur selain membawa ketenangan batin jika
terus diterapkan akan membawa kenikmatan dalam hidup. Hal ini karena bersyukur mempunyai
peranan yang penting dalam mengatur tindakan yang berangkat dari hati.

Jika kita melihat berbagai peristiwa yang terjadi akhir-akhir ini, kita akan menyadari salah satu akar
masalahnya adalah kurang bersyukur. Rasa kurang bersyukur yang dimiliki oleh manusia ini
membawa banyak kekacauan. Oleh karena itu, dengan bersyukur yang benar pasti akan melahirkan
perilaku yang baik dan tepat.

Mengenai sikap bersyukur ini, Allah SWT berfirman dalam surat Al-Baqarah ayat 152 dan 172,
artinya seperti ini, “Maka ingatlah kepada-Ku, Aku pun akan ingat kepadamu. Bersyukurlah kepada-
Ku dan janganlah kamu ingkar.”

Dalam ayat satunya Allah berfirman yang artinya, “Wahai orang-orang yang beriman! Makanlah dari
rezeki yang baik yang Kami berikan kepada kamu dan bersyukurlah kepada Allah jika kamu hanya
menyembah kepada-Nya”

Dua ayat diatas jelas memerintahkan kita untuk bersyukur atas apa saja yang Allah SWT berikan
kepada kita.

Selain itu, Rasulullah SAW bersabda, “Sungguh menakjubkan urusan seorang mukmin, semua
urusannya adalah baik baginya. Hal ini tidak didapatkan kecuali pada diri seorang mukmin. Apabila
mendapatkan kesenangan, dia bersyukur, maka yang demikian itu merupakan kebaikan baginya.
Sebaliknya apabila tertimpa kesusahan, dia pun bersabar, maka yang demikian itu merupakan
kebaikan pula baginya.” (HR. Muslim)

Saya kira cukup sampai di sini kita membahas pentingnya rasa syukur ini, semoga kita bisa
mengamalkannya secara terus menerus dalam hidup ini.

Wabillahi taufiq wal hidayah, Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh 

 
Oleh: Nur Afrilia Salsabila

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Para hadirin, tak lupa selalu kita panjatkan puji syukur kepada Allah SWT. Atas limpahan karunia-
Nya lah kita bisa berkumpul di sini dalam keadaan sebaik-baiknya.

Kesempatan ini biarkan lah saya memanfaatkannya untuk memberikan sepatah dua patah kata tentang
kematian. 

Para hadirin, apa yang paling dekat dengan kita? Bukan orang-orang yang kita cintai, bukan pula
kekayaan. Perlu kita sadari, apa yang paling dekat dengan kita adalah kematian.

Surat Ali Imran ayat 185 telah menjelaskan bahwa kematian pasti akan menghampiri setiap manusia
yang hidup di dunia. Soal waktu kapan datangnya, tidak ada satupun manusia yang mengetahui. Tidak
ada manusia di bumi ini yang mengetahui kapan ajalnya menjemput. 

Oleh karena itu, marilah kita mulai memupuk kebaikan dan amalan untuk bekal di akhirat kelak.
Tidak ada yang bisa menolong diri kita sendiri, selain amal perbuatan baik. 

Sekian ceramah tentang kematian dari saya. Semoga kita semua selalu terlindung dari siksa api
neraka. 

Wassalamualaikum Warahmatullahi wabarakatuh.

 
Oleh: A.Fitria Hapsari

Bapak-bapak dan ibu-ibu yang saya hormati,

Sebentar lagi kita akan sampai pada hari yang sangat bersejarah, yaitu tanggal 10 November atau
yang disebut dengan Hari Pahlawan. Pada hari itu kita seluruh bangsa Indonesia akan mengenang
kembali peristiwa besar sebagai momentum sejarah yang terjadi di Surabaya pada tanggal 10
November 1945.

Pertempuran hebat telah terjadi pada saat itu antara para patriot bangsa yang gagah berani melawan
tentara Sekutu. Betapapun lengkap senjata tentara Sekutu, tetapi tidak sedikitpun bangsa Indonesia
merasa takut dan kecil hati. Padahal pada waktu itu senjata yang kita miliki sebagian besar hanyalah
bambu runcing. Sementara itu, pihak musuh telah menggunakan senjata-senjata berat dan modern.
Akan tetapi, dengan bekal semangat yang menggelora serta keyakinan yang kuat, tak setapakpun
mereka mundur bahkan terus maju menantang maut.

Hadirin yang berbahagia,

Kita yakin bahwa para pejuang yang gugur di medan pertempuran di Surabaya tanggal 10 November
1945 melawan tentara sekutu yang angkuh dan angkara murka itu mati syahid. Oleh sebab itu, sudah
sewajarnyalah jika kita bangsa Indonesia menghormati jasa mereka dengan memanjatkan doa kepada
Allah agar arwah mereka diterima-Nya dengan kemuliaan yang setinggi-tingginya. Semoga mereka
diampuni segala dosanya dan dilimpahi rahmat yang sebanyak-banyaknya.

Di samping itu perlu kita ketahui bahwa menghormati jasa para pahlawan bukan saja kita harus
mendoakan mereka, tetapi yang lebih penting lagi ialah meneladani mereka dengan penuh semangat
serta meneruskan perjuangan mereka dengan tekad yang bulat. Barangkali akan menyesallah mereka
jika para generasi muda tidak berani menegakkan kebenaran dan keadilan serta tidak berani
menyirnakan kemungkaran.

Saudara-saudaraku yang berbahagia,

Bukanlah bangsa yang besar, jika kita tidak bisa menghormati para pahlawan yang telah gugur
mendahului kita. Keberanian dan tekad mereka, kita jadikan cermin pemandu yang dapat
membimbing kita menuju kepada keutamaan amal dan menyemangati kita untuk berjuang dalam
usaha membangun negara dan bangsa yang aman, tenteram, dan sentosa.
Akhirnya, marilah kita panjatkan doa semoga arwah para pahlawan kita diterima di sisi Allah dengan
kemuliaan yang setinggi-tingginya. Kemudian, semoga kita dan anak cucu kita bisa mengambil suri
teladan untuk diamalkan dalam membangun negara yang aman, sentosa, adil, dan makmur.

Penggunaan Bahasa Antar Pelajar

Oleh: Muh. Imran

Saudara-saudara yang baik hati, suatu ketika saya melihat beberapa orang siswa asyik berjalan di
depan sebuah kelas dengan langkahnya yang cukup membuat orang di sekitarnya merasa bising.
Terdengar percakapan di antara mereka yang kira-kira begini, “Punya gua kemarin hilang.” Terdengar
pula sahutan salah seorang mereka, “Lho, kalau punya gua, sama elu kemanain?”

Tak menyangka, salah seorang siswa di samping saya juga memperhatikan percakapan mereka. Ia
kemudian nyeletuk, “Gua apa: Gua Selarong atau Gua Jepang?”

Beberapa siswa yang mendengarnya tertawa kecil. Di antara mereka ada yang berbisik, “Serasa di
Terminal Kampung Rambutan, ye…?”

Peristiwa tersebut menggambarkan bahwa ada dua kelompok siswa yang memiliki sikap berbahasa
yang berbeda di sekolah tersebut. Kelompok pertama adalah mereka yang kurang memiliki
kepedulian terhadap penggunaan bahasa yang baik dan benar. Hal ini tampak pada ragam bahasa yang
mereka gunakan yang menurut sindiran siswa kelompok kedua sebagai ragam bahasa Kampung
Rambutan. Bahasanya orang-orang Betawi.

Dari komentar-komentarnya, kelompok siswa kedua memiliki sikap kritis terhadap kaidah
penggunaan bahasa temannya. Mereka mengetahui makna gua yang benar dalam bahasa Indonesia
adalah ‘lubang besar pada kaki gunung’. Dengan makna tersebut, kata gua seharusnya ditujukan untuk
penyebutan nama tempat, seperti Gua Selarong, Gua Jepang, Gua Pamijahan, dan seterusnya; dan
bukannya pengganti orang (persona).

Sangat beruntung, sekolah saya itu masih memiliki kelompok siswa yang peduli terhadap penggunaan
bahasa Indonesia yang baik dan benar. Padahal kebanyakan sekolah, penggunaan bahasa para
siswanya cenderung lebih tidak terkontrol. Yang dominan adalah ragam bahasa pasar atau bahasa
gaul. Yang banyak terdengar adalah pilihan kata seperti elu-gua.

Bapak-bapak dan Ibu-ibu, prasangka baik saya waktu itu bukannya mereka tidak memahami akan
perlunya ketertiban berbahasa di lingkungan sekolah. Saya berkeyakinan bahwa doktrin tentang
“berbahasa Indonesialah dengan baik dan benar” telah mereka peroleh jauh-jauh sebelumnya, sejak
SMP atau bahkan sejak mereka SD. Saya melihat ketidakberesan mereka berbahasa, antara lain,
disebabkan oleh kekurangwibawaan bahasa Indonesia itu sendiri di mata mereka.

Ragam bahasa Indonesia ragam baku mereka anggap kurang “asyik” dibandingkan dengan bahasa
gaul, lebih-lebih dengan bahasa asing, baik itu dalam pergaulan ataupun ketika mereka sudah masuk
dunia kerja. Tuntutan kehidupan modern telah membelokkan apresiasi para siswa itu terhadap
bahasanya sendiri. Bahasa asing berkesan lebih bergengsi. Pelajaran bahasa Indonesia tak jarang
ditanggapi dengan sikap sinis. Mereka merasa lebih asyik dengan mengikuti pelajaran bahasa Inggris
atau mata kuliah lainnya.

Dalam kehidupan masyarakat umum pun, kinerja bahasa Indonesia memang menunjukkan kondisi
yang semakin tidak menggembirakan. Setelah Badan Bahasa tidak lagi menunjukkan peran aktifnya,
bahasa Indonesia menunjukkan perkembangan ironis. Bahasa Indonesia digunakan seenaknya sendiri;
tidak hanya oleh kalangan terpelajar, tetapi juga oleh para pejabat dan wakil rakyat.

Seorang pejabat negara berkata dalam sebuah wawancara televisi, “Content undang-undang tersebut
nggak begitu, kok. Ada dua item yang harus kita perhatikan di dalamnya.” Pejabat tersebut tampaknya
merasa dirinya lebih hebat dengan menggunakan kata content daripada kata isi atau kata item
daripada kata bagian atau hal.

Penggunaan bahasa yang acak-acakan juga banyak dipelopori oleh kalangan pebisnis. Badan usaha,
pemilik toko, dan pemasang iklan kian pandai menggunakan bahasa asing. Seorang pengusaha salon
lebih merasa bergaya dengan nama usahanya yang berlabel Susi Salon daripada Salon Susi atau
pengusaha kue lebih percaya diri dengan tokonya yang bernama Lutfita Cake daripada Toko Kue
Lutfita. Akan terasa aneh terdengarnya apabila kemudian PT Jasa Marga ikut-ikutan menamai jalan-
jalan di Bandung dan di kota-kota lainnya, misalnya, menjadi Sudirman Jalan, Kartini Jalan,
Soekarno-Hatta Jalan.

Hadirin yang berbahagia, kalangan terpelajar dengan julukan hebatnya sebagai “tulang punggung
negara, harapan masa depan bangsa” seharusnya tidak larut dengan kebiasaan seperti itu. Para siswa
justru harus menunjukkan kelas tersendiri dalam hal berbahasa.

Intensitas para siswa dalam memahami literatur-literatur ilmiah sesungguhnya merupakan sarana
efektif dalam mengakrabi ragam bahasa baku. Dari literatur-literatur tersebut mereka dapat
mencontoh tentang cara berpikir, berasa, dan berkomunikasi dengan bahasa yang lebih logis dan
tertata.

Namun, lain lagi ceritanya kalau yang dikonsumsi itu berupa majalah hiburan yang penuh gosip.
Forum gaulnya berupa komunitas dugem; literatur utamanya koran-koran kuning, jadinya ya…, gitu
deh…. Ragam bahasa elu-gue, oh-yes… oh-no.... yang bisa jadi akan lebih banyak mewarnai.
 

Pergaulan Bebas

Oleh: Andi Putri Aulia M

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Segala puji kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala nikmat-Nya yang telah diberikan kepada
kita semua. Shalawat serta salam tak lupa kita sanjungkan keharibaan nabi besar Muhammad SAW.

Bapak-bapak, ibu-ibu, dan teman-teman sekalian. Sekarang ini, kita berada di zaman kebebasan, yaitu
zaman di mana nilai-nilai keagamaan yang kita anut sudah tidak lagi menjadi bingkai kita dalam
berperilaku. Pergaulan bebas merupakan sesuatu yang marak terjadi saat ini. Hal ini merupakan
penyakit yang menyerang pribadi-pribadi labil, seperti para remaja. Mereka mencoba hal apapun,
tanpa mempedulikan batasan yang sudah ditetapkan oleh agama, lingkungan soial, dan hukum.

Pergaulan bebas sendiri diartikan sebagai suatu pergaulan yang tidak memiliki batasan, mengabaikan
norma-norma agama, maupun masyarakat. Oleh karena itu, pergaulan bebas cenderung mengarah ke
hal yang negatif, seperti seks bebas, pemaiakan narkoba, dan lain-lain.

Remaja-remaja kita yang merupakan generasi penerus bangsa telah dibutakan dengan


pergaulan tanpa adanya batasan. Mereka tidak lagi mengenal mana yang benar dan mana yang salah.
Oleh karena itu, banyak sekali remaja-remaja yang masih sekolah sudah kehilangan kehormatannya.
Lemahnya iman dan kurangnya pemahaman agama bagi remaja juga dapat menjadi salah satu
penyebab terjadinya pergaulan bebas.

Sesungguhnya Islam telah mengatur etika pergaulan bagi remaja. Perilaku tersebut merupakan
batasan-batasan yang dilandasi nilai-nilai agama. Oleh karena itu, sudah seharusnya para remaja
memperhatikan dan melaksanakan etika-etika pergaulan dalam pandangan Islam untuk mencegah
terjadinya sesuatu yang dilarang Allah SWT. Perilaku yang menjadi batasan dalam pergaulan di
antaranya:

1. Menutup Aurat

Islam telah mewajibkan laki-laki dan perempuan untuk menutup aurat demi menjaga kebersihan diri
dan kehormatan hati. Aurat merupakan anggota tubuh yang harus ditutupi dan tidak boleh
diperlihatkan kepada orang yang bukan mahramnya. Disamping menutup aurat, pakaian yang
dikenakan juga tidak boleh ketat, sehingga memperhatikan lekuk anggota tubuh, dan juga tidak boleh
tipis atau transparan.

2. Menjauhi Perbuatan Zina

Pergaulan antara laki-laki dengan perempuan diperbolehkan selama masih ada batas dan tidak
membuka peluang terjadinya perbuatan dosa. Islam adalah agama yang menjaga kesucian. Pergaulan
di dalam Islam dilandasi oleh nilai-nilai kesucian. Dalam pergaulan dengan lawan jenis harus dijaga
jarak, sehingga tidak ada kesempatan terjadinya kejahatan seksual yang dapat merugikan diri pelaku,
keluarga, dan masyarakat sekitar.

Pergaulan bebas dilarang karena menyebabkan terjadinya perbuatan yang tidak terpuji, bahkan akan
berakhir dengan suatu hal yang lebih buruk. Oleh karena itu, sebagai orang yang beragama, kita harus
menjauhi perbuatan zina, dan membatasi pergaulan terhadap orang yang bukan mahramnya.
Demikian saya akhiri ceramah pada hari ini, semoga bapak, ibu, dan teman-teman sekalian bisa
mendapat pelajaran. Kurang lebihnya saya mohon maaf.

Wabilahi taufik wal hidayah, wasalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

 
 

Anda mungkin juga menyukai