Anda di halaman 1dari 17

KHOTMIL QUR'AN SDI ATTAUBAH 2012

ACARA KHOTMIL AL-QUR’AN SD ISLAM AT-TAUBAH

PULOMAS
K.H. Ismael Hassan, SH selaku Ketua Bidang Pendidikan
Yayasan Pendidikan At-Taubah Pulo Mas  menyampaikan
appresiasi kepada siswa yang telah khatam Qur’an, "bahkan ada
yang lebih dari satu kali khatam membaca Al-Qur’an" demikian
dikatakannya pada acara Khotmil Qur'an SD Islam At-Taubah.

Pada Hari Jum’at 30 Rabi'ul Akhir 1433 H, bertepatan tanggal 23


Maret 2012, di Masjid Baabut-Taubah Pulo Mas diselenggarakan
acara Khotmil Qur’an Siswa-siswi SD Islam At-Taubah Pulo Mas.
Ibu Yeni Fawisma selaku Kepala Sekolah memberikan kata
pengantar, ”Bahwa pelaksanaan Khotmil Qur’an Tahun Ajaran
2011 – 2012 ini adalah merupakan Program Tahunan Sekolah
untuk pendidikan siswa terhadap pembinaan agama, saat ini
kegiatan Khotmil Qur’an dilaksanakan oleh siswa kelas 6 SD Islam
At-Taubah dengan jumlah siswa sekitar 131 orang”. 

 
K.H. Ismael Hassan, SH., dalam sambutannnya juga
menyampaikan, "sebagaimana sabda RasulAllah SAW., bahwa
Barang siapa yang membaca satu huruf Al-Qur’an insyaAllah akan
mendapat 1 kebajikan dengan 10 kali pahala kebaikannya yang
diberikan Allah Yang Maha Rahman dan Maha Rahim, misalnya
dengan membaca Alif Lam Miim saja maka akan memperoleh 30
kali pahala kebaikan yang diperolehnya". Selanjutnya
disampaikan beliau ”Bahwa menurut Para Ulama bahwa isi Al-
Qur’an itu mempunyai sekitar 325.345 huruf, jadi betapa besarnya
pahala kebaikan yang telah diperoleh siswa yang khatam Al-
Qur’an”.
Buya Ismael sebutan akrab beliau juga mengingatkan akan
pentingnya membaca Al-Qur’an sebagai pelita kehidupan,
diharapkan agar orangtua siswa dapat pula membaca Al-Qur’an
dengan baik sehingga dapat memberikan semangat kepada putra-
putrinya untuk memahami dan melaksanakan makna dan isi Al-
Qur’an untuk membentuk kepribadian anak yang berkarakter
sesuai ajaran Islam.

”Selamat kepada Siswa dan Orangtua Murid, serta Majelis Guru


yang telah memberikan bimbingan kepada siswa SD Islam At-
Taubah sehingga dapat melaksanakan khatam Al-Qur’an, disaat
para siswa akan menghadapi pelaksanaan Ujian Nasional yang
insyaAllah bacaan Al-Qur’an para siswa tersebut dapat
memberikan semangat dan kekuatan dalam menghadapi Ujian
Nasional Sekolah Dasar, dan Semoga Allah Yang Maha Kuasa
memberikan kemudahan kepada siswa dalam menjawab soal
ujian nantinya, Amin”. Demikian sambutan akhir Buya KH Ismael
Hassan, SH.

 
Acara pelaksanaan khatam Al-Qur’an ini dilanjutkan pula
pembacaan Asmaul Husna yang dipandu oleh Bapak Abdus
Syahit selaku guru pendidikan agama SD Islam At-Taubah
Pulomas. Pada acara ini juga dihadiri oleh Para Orangtua Murid
kelas 6, Sekretaris dan Pengawas Bidang Pendidikan, Para Guru
dan Undangan lainnya.
”Semoga pelaksanaan Khatam Al-Qur’an yang dilakukan di Masjid
Baabut-Taubah Pulo Mas dapat memberikan manfaat terhadap
perilaku dan tata kehidupan siswa SD Islam At-Taubah dimasa
yang akan datang sesuai dengan isi dan kandungan Al-Qur’an
yang telah selesai siswa baca”, demikian Sekretaris Bidang
Pendidikan Widya Sananda menyatakan kepada Orangtua dan
Panitia Pelaksana Kegiatan Khatam Al-Qur’an SD Islam At-
Taubah Tahun Ajaran 2011 – 2012.  (sesbid-2012)
ْ‫صحْ ِب ِه َو َمنْ َوااَل هُ َوَأ ْش َه ُد َأن‬ َ ‫هللا َو َعلَى آلِ ِه َو‬ ِ ‫صاَل ةُ َوال َّساَل ُم َعلَى َس ِّي ِد َنا م َُح َّم ٍد َرس ُْو ِل‬ َّ ‫هلل َوال‬ِ ‫اَ ْل َح ْم ُد‬
‫ك لَ ُه َوَأ ْش َه ُد َأنَّ َس ِّي َد َنا م َُح َّم ًدا َع ْب ُدهُ َو َرس ُْولُ ُه اَل َن ِبيَّ َبعْ دَ هُ ـ َأمَّا َبعْ ُد َفِإ ِّني‬
َ ‫اَّل ِإل َه ِإاَّل هللاُ َوحْ َدهُ اَل َش ِر ْي‬
‫ َوِإ ْذ َتَأ َّذ َن َر ُّب ُك ْم لَِئن َش َكرْ ُت ْم‬:‫اِئل فِيْ مُحْ َك ِم ِك َت ِاب ِه‬ ِ ‫ُأ ْوصِ ْي ُك ْم َو َن ْفسِ يْ ِب َت ْق َوى‬
ِ ‫هللا ْال َعلِيِّ ْال َق ِدي ِْر ْال َق‬
‫َأَل ِزي َد َّن ُك ْم ۖ َولَِئن َك َفرْ ُت ْم ِإنَّ َع َذ ِابى لَ َشدِي ٌـد‬

Sebuah keniscayaan bagi kita selaku hamba Allah yang telah


dianugerahi nikmat yang tidak bisa dihitung, untuk senantiasa
memanjatkan rasa syukur kepada Allah subhanahu wata’ala.
Syukur yang selalu kita ungkapkan ini, insyaallah akan menjadi
pemicu untuk ditambahkannya nikmat-nikmat Allah yang
lainnya. Jangan sampai kita menjadi orang yang kufur nikmat,
karena Allah telah menegaskan bahwa azab Allah sangat pedih
bagi orang-orang yang tidak mensyukuri nikmat-Nya. Allah
berfirman:  
‫ َوِإ ْذ َتَأ َّذ َن َر ُّب ُك ْم لَِئن َش َكرْ ُت ْم َأَل ِزي َد َّن ُك ْم ۖ َولَِئن َك َفرْ ُت ْم ِإنَّ َع َذ ِابى لَ َشدِي ٌـد‬ 
“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan;
"Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan
menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari
(nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih" (QS
Ibrahim: 7).
Maasyiral Muslimin rahimakumullah,
Di antara banyaknya nikmat Allah yang telah dianugerahkan
kepada kita adalah nikmat bisa menghirup udara kebebasan
dan kemerdekaan. Dengan kondisi merdeka ini kita dapat
beraktivitas dengan tenang dan nyaman. Kita pun dapat
beribadah kepada Allah dengan khusyuk, tanpa terusik oleh
kecamuk peperangan yang menyengsarakan. Kita tidak bisa
membayangkan bagaimana saudara-saudara kita yang hidup
dan berada di wilayah konflik peperangan di berbagai penjuru
dunia saat ini. Mereka tentu sangat susah mencapai
kekhusyukan dalam beribadah. Ibadah-ibadah mereka harus
diiringi kecemasan akan keselamatan diri di tengah desingan
peluru dan ancaman bom yang bisa datang sewaktu-waktu.  
Kondisi serupa juga pernah dirasakan oleh para pahlawan
yang merebut kemerdekaan dari para penjajah. Situasi perang
telah mengganggu ketenangan berbagai aktivitas mereka,
termasuk beribadah. Mereka mengorbankan jiwa dan raga
untuk mewujudkan kemerdekaan agar kehidupan bisa normal
dan ibadah pun bisa lebih khusyuk. Oleh karenanya kita perlu
sadar bahwa kenikmatan dan kenyamanan kita dalam
beribadah dan beraktivitas saat ini adalah karunia Allah
subhanahu wata'ala melalui wasilah dan andil para pejuang
dan pahlawan bangsa kita. Ini patut kita renungkan dan
syukuri.

Sebagai hamba yang tahu diri, sudah selayaknya kita


mensyukuri kondisi ini dengan senantiasa menjaga agar
kemerdekaan ini bisa terus dirasakan oleh anak cucu kita
selanjutnya. Jangan sampai kita sendiri yang menjadi pemicu
permusuhan antar sesama sehingga dapat mengakibatkan
peperangan, baik antarbangsa Indonesia maupun dengan
negara lain. Para pahlawan sudah memberikan contoh
bagaimana berjuang untuk kemerdekaan. Saatnya juga kita
harus berjuang untuk mempertahankan kemerdekaan.  

Maasyiral Muslimin rahimakumullah,


Dalam berjuang untuk mempertahankan kemerdekaan yang
telah diwariskan oleh para pahlawan ini, kita bisa mencontoh
nilai-nilai dan semangat yang mereka miliki dan kita aplikasikan
dalam kehidupan kita sehari-hari. Nilai-nilai itu di antaranya
adalah pertama, keteguhan dalam memegang prinsip. Para
pahlawan kita oleh Allah dikaruniai keteguhan dan kekuatan
hati untuk senantiasa istiqamah berjuang dan tidak mudah
terpengaruh oleh propaganda dan iming-iming dari para
penjajah. Nilai ini selaras dengan firman Allah:

َ ُ‫ك َواَل َت ْط َغ ْوا ۚ ِإ َّن ُه ِب َما َتعْ َمل‬


‫ون بَصِ ي ٌر‬ َ ْ‫ َفاسْ َتقِ ْم َك َما ُأمِر‬  “
َ ‫ت َو َمن َت‬
َ ‫اب َم َع‬
Maka tetaplah kamu pada jalan yang benar, sebagaimana
diperintahkan kepadamu dan (juga) orang yang telah tobat
beserta kamu dan janganlah kamu melampaui batas.
Sesungguhnya Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan“ (QS
Hud: 112).  

Sikap ini harus kita tiru di era modern saat ini dengan tidak
mudah terombang-ambing oleh banjirnya informasi yang ada
di berbagai media, khususnya media sosial. Jangan kita mudah
terprovokasi oleh informasi-informasi yang bisa memunculkan
perselisihan dan selanjutnya mengakibatkan tidak stabilnya
kondisi lingkungan dan masyarakat kita.   Bukan hanya terkait
dengan informasi-informasi umum saja, berbagai informasi
terkait ilmu agama juga harus kita waspadai jika bersumber
dari tempat yang tidak jelas. Kita harus benar-benar
memegang ilmu yang telah diberikan oleh para ulama-ulama
dan guru-guru kita yang sudah jelas silsilah keilmuannya.
Jangan sampai kita terprovokasi oleh segelintir kelompok yang
gemar menyebarkan paham, yang jika kita tidak teguh dalam
berpegang maka akan dapat terperosok kepada lembah
kejahiliahan. Sebagai sebuah ikhtiar batin, marilah kita banyak
membaca doa yang sangat masyhur dan termaktub dalam Al-
Qur’an Surat Ali Imran ayat 8:  
َ ‫ك َأ‬
ُ‫نت ْٱل َوهَّاب‬ َ ‫ َر َّب َنا اَل ُت ِز ْغ قُلُو َب َنا َبعْ َد ِإ ْذ َه َد ْي َت َنا َو َهبْ لَ َنا مِن لَّ ُدن‬ 
َ ‫ك َرحْ َم ًة ۚ ِإ َّن‬
"Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong
kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami,
dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau;
karena sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi (karunia)."  

Maasyiral Muslimin rahimakumullah,


Nilai kedua yang harus kita contoh dari para pahlawan kita
adalah keberanian. Pada masa dulu, yang membuat gentar
para penjajah adalah keberanian para pejuang kita dalam
memperjuangkan kemerdekaan. Walau bermodal hanya
bambu runcing, sementara para penjajah menggunakan
peralatan senapan sampai dengan meriam dan tank baja,
namun para pejuang kita tidak mundur setapak pun.   Sikap
berani ini harus kita warisi juga dalam mempertahankan dan
mengisi kemerdekaan ini dengan optimis dan berani
menghadapi masa depan dengan menjadi jiwa yang kuat.
Allah berfirman dalam QS Ali Imran ayat 139:  
َ ‫ َواَل َت ِه ُنوا َواَل َتحْ َز ُنوا َوَأن ُت ُم اَأْلعْ لَ ْو َن ِإن ُكن ُتم مُّْؤ ِمن‬ 
‫ِين‬
“Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu
bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi
(derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman.”  

Maasyiral Muslimin rahimakumullah,


Nilai ketiga adalah kesabaran dalam meraih tujuan. Kita perlu
menyadari bahwa para pahlawan menghabiskan waktu
mereka berjuang meraih kemerdekaan bukan hanya dalam
hitungan satu atau dua tahun saja. Mereka membutuhkan
ratusan tahun, dari satu generasi ke generasi berikutnya,
dengan tidak ada rasa putus asa dan lelah untuk meraih
kemerdekaan ini.   Nilai-nilai kesabaran ini bisa kita aplikasikan
dalam perjuangan kita mengisi kemerdekaan melalui
kesabaran belajar bagi para generasi muda, kesabaran dalam
bekerja bagi para orang tua, dan kesabaran dalam
menghadapi berbagai tantangan perubahan zaman oleh
seluruh elemen masyarakat.   Kesabaran bisa diibaratkan
seperti obat atau jamu. Pahit rasanya saat baru mencicipi,
namun, lama kelamaan akan berbuah manis. Pahitnya obat
hanya terasa di mulut, namun manis dan khasiatnya akan
menjalar ke seluruh tubuh. Begitu juga dengan sifat sabar, ia
akan terasa sangat pahit di permulaannya, namun akan manis
di akhirnya. Sungguh beruntung orang-orang yang bisa
menahan gejolak jiwanya dan bersabar dalam setiap usaha
yang dilakukannya dan takdir yang menimpa.   Jika kita bisa
menjadi sosok yang sabar, Allah subhanahu wata’ala sudah
menegaskan bahwa kita akan menjadi hamba yang dicintainya.
Firman Allah subhanahu wata’ala dalam QS Ali Imran: 146
ّ ٰ ‫ َوهّٰللا ُ ُيحِبُّ ال‬ 
  ‫ص ِب ِريْن‬
“Dan Allah mencintai orang-orang yang sabar”  
Maasyiral Muslimin rahimakumullah,
Keteguhan, keberanian, dan kesabaran inilah yang bisa kita
contoh dari nilai-nilai perjuangan yang dilakukan oleh para
pahlawan bangsa kita. Tentu, masih banyak nilai-nilai positif
lainnya yang bisa kita contoh dan menjadi modal kita dalam
mempertahankan dan mengisi kemerdekaan ini. Semoga kita
bisa mengamalkannya. amin

َ ‫اص ْوا ِب ْٱل َح ِّق َو َت َو‬


  ‫اص ْوا‬ َّ ٰ ‫ِين َءا َم ُنوا َو َعمِلُوا ٱل‬
ِ ‫صل ٰ َِح‬
َ ‫ت َو َت َو‬ َ ٰ ‫َو ْٱل َعصْ ِر ِإنَّ ٱِإْل‬
َ ‫نس َن لَفِي ُخسْ ٍر ِإاَّل ٱلَّذ‬
‫صب ِْر‬
َّ ‫ِبٱل‬

‫ َأقُ ْو ُل َق ْولِي‬.‫الذ ْك ِر ْال َح ِكي ِْم‬ِّ ‫ت َو‬ ِ ‫آن ْال َعظِ ي ِْم َو َن َف َعنِي َوِإيَّا ُك ْم ِب َما فِ ْي ِه م َِن اآل َيا‬
ِ ْ‫ك هللاُ لِي َولَ ُك ْم فِي ْالقُر‬
َ ‫ار‬
َ ‫َب‬
‫ب َفاسْ َت ْغفِر ُْوهُ ِإ َّن ُه ه َُو ْال َغفُ ْو ُر الرَّ ِح ْي ُم‬
ٍ ‫اِئر ْالمُسْ لِ ِمي َْن مِنْ ُك ِّل َذ ْن‬ ‫َأ‬
َ ‫ ه َذا َو سْ َت ْغفِ ُر‬ 
ِ ‫هللا لِي َولَ ُك ْم َولِ َس‬

‫ َأ ْش َه ُد‬.‫صلِّيْ َوُأ َسلِّ ُم َعلَى َس ِّي ِد َنا م َُح َّم ٍد ْالمُصْ َط َفى َو َعلَى آلِ ِه َوَأصْ َح ِاب ِه َأهْ ِل ْال َو َفا‬ َ ‫هلل َو َك َفى َوُأ‬
ِ ‫اَ ْل َح ْم ُد‬
‫ْك لَ ُه َوَأ ْش َه ُد َأنَّ َس ِّي َد َنا م َُحم ًَّدا َع ْب ُدهُ َو َرس ُْولُ ُه َأمَّا َبعْ ُد َف َيا َأ ُّي َها‬
َ ‫َأنْ اَّل ِإل َه ِإاَّل هللاُ َوحْ َدهُ اَل َش ِري‬
‫هللا ْال َعلِيِّ ْال َعظِ ي ِْم َواعْ لَم ُْوا َأنَّ هللاَ َأ َم َر ُك ْم ِبَأمْ ٍر َعظِ ي ٍْم َأ َم َر ُك ْم‬ ِ ‫ْالمُسْ لِم ُْو َن ُأ ْوصِ ْي ُك ْم َو َن ْفسِ يْ ِب َت ْق َوى‬
‫ِين آ َم ُنوا‬ َ ‫ون َعلَى ال َّن ِبيِّ َيا َأ ُّي َها الَّذ‬ َ ‫ ِإنَّ هَّللا َ َو َماَل ِئ َك َت ُه ي‬:‫صاَل ِة َوال َّساَل ِم َعلَى َن ِب ِّي ِه ْال َك ِري ِْم َف َقا َل‬
َ ُّ‫ُصل‬ َّ ‫ِبال‬
َ َ ‫صلي‬َّ َ َ
َ ‫آل َس ِّي ِدنا م َُح َّم ٍد ك َما‬ َ َ َ ّ ٰ َ َ ِّ
َ ‫صلُّوا َعل ْي ِه َو َسلمُوا تسْ لِيمًا الل ُه َّم‬
َ
‫ْت َعلى‬ ِ ‫ص ِّل َعلى َس ِّي ِدنا م َُح َّم ٍد َو َعلى‬ َ
‫ت‬ ‫ار ْك َ‬ ‫آل َس ِّي ِد َنا م َُح َّم ٍد َك َما َب َ‬ ‫اركْ َعلَى َس ِّي ِد َنا م َُح َّم ٍد َو َعلَى ِ‬ ‫َس ِّي ِد َنا ِإب َْرا ِه ْي َم َو َعلَى ِ‬
‫آل َس ِّي ِد َنا ِإب َْرا ِه ْي َم َو َب ِ‬
‫اغفِرْ ل ِْلمُسْ لِ ِمي َْن‬ ‫ٰ‬
‫ك َح ِم ْي ٌد َم ِج ْي ٌد‪ .‬اَللّ ُه َّم ْ‬‫آل َس ِّي ِد َنا ِإب َْرا ِه ْي َم فِيْ ْال َعالَ ِمي َْن ِإ َّن َ‬‫َعلَى َس ِّي ِد َنا ِإب َْرا ِه ْي َم َو َعلَى ِ‬
‫ت اللهم ْاد َفعْ َع َّنا ْال َباَل َء َو ْال َغاَل َء َو ْال َو َبا َء‬ ‫ت اَأْلحْ َيا ِء ِم ْن ُه ْم َواَأْلمْ َوا ِ‬ ‫والمُْؤ ِم ِني َْن َو ْالمُْؤ ِم َنا ِ‬
‫ت ْ‬ ‫َو ْالمُسْ لِ َما ِ‬
‫ف ْالم ُْخ َتلِ َف َة َوال َّشدَاِئ َـد َو ْالم َِح َن َما َظ َه َر ِم ْن َها َو َما َب َط َن مِنْ َبلَ ِد َنا‬ ‫َو ْال َفحْ َشا َء َو ْال ُم ْن َك َر َو ْال َب ْغ َي َوال ُّسي ُْو َ‬
‫هللا َيْأ ُم ُر ِب ْال َع ْد ِل‬
‫هللا إنَّ َ‬ ‫ك َعلَى ُك ِّل َشيْ ٍء َق ِد ْي ٌر عِ َبادَ ِ‬ ‫َان ْالمُسْ لِ ِمي َْن َعام ًَّة ِإ َّن َ‬ ‫َه َذا َخاص ًَّة َومِنْ ب ُْلد ِ‬
‫ِظ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم َت َذ َّكر ُْو َن‪َ .‬فاذ ُكرُوا‬ ‫ان َوِإ ْي َتا ِء ذِي ْالقُرْ َبى و َي ْن َهى َع ِن ال َفحْ َشا ِء َو ْال ُم ْن َكر َوال َب ْغي َيع ُ‬ ‫َواإْل حْ َس ِ‬
‫ِ‬ ‫ِ‬
‫هللا َأ ْك َب ُر‬ ‫ْ‬
‫هللا ْال َعظِ ْي َم َيذ ُكرْ ُك ْم َولَ ِذ ْك ُر ِ‬ ‫َ‬
‫‪Meningkatkan Iman dan Amal Shalih di Awal Bulan‬‬

‫ِإ َّن ْال َح ْم َد هَّلِل ِ نَحْ َم ُدهُ َونَ ْستَ ِع ْينُهُ َونَ ْستَ ْغفِ ُرهُ َونَعُوْ ُذ بِاهللِ ِم ْن ُشرُوْ ِر َأ ْنفُ ِسنَا‬
‫ي لَهُ ‪.‬‬ ‫ض َّل لَهُ َو َم ْن يُضْ لِلْ فَالَ هَا ِد َ‬ ‫ت َأ ْع َمالِنَا َم ْن يَ ْه ِد ِه هللاُ فَالَ ُم ِ‬ ‫َو َسيَّئا ِ‬
‫ص ّل َو َسلّ ْم‬ ‫َوَأ ْشهَ ُد َأ ْن الَ ِإلهَ ِإالّ هللاُ َوَأ ْشهَ ُد َأ ّن ُم َح ّمدًا َع ْب ُدهُ َو َرسُوْ لُهُ اَللَّهُ ّم َ‬
‫ال‬‫عَلى ُم َح ّم ٍد َوعَلى آلِ ِه ِوَأصْ َحابِ ِه َو َم ْن تَبِ َعهُ ْم بِِإحْ َسا ٍن ِإلَى يَوْ ِم ال ّديْن‪ .‬قَ َ‬
‫ق تُقَاتِ ِه َوالَ تَ ُموْ تُ ّن ِإالّ َوَأ ْنتُ ْم‬
‫هللا تَ َعالَى‪ :‬يَاَأيّهَا الّ َذ ْينَ آ َمنُوْ ا اتّقُوا هللاَ َح ّ‬
‫س‬‫ال هللا تَ َعالَى‪ :‬يَا َأيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا َربَّ ُك ُم الَّ ِذي َخلَقَ ُك ْم ِم ْن نَ ْف ٍ‬ ‫ُم ْسلِ ُموْ نَ ‪َ .‬وقَ َ‬
‫ث ِم ْنهُ َما ِر َجااًل َكثِيرًا َونِ َسا ًء َواتَّقُوا هَّللا َ الَّ ِذي‬ ‫ق ِم ْنهَا زَ وْ َجهَا َوبَ َّ‬ ‫اح َد ٍة َو َخلَ َ‬
‫َو ِ‬
‫‪.‬تَ َسا َءلُونَ بِ ِه َواَأْلرْ َحا َم ِإ َّن هَّللا َ َكانَ َعلَ ْي ُك ْم َرقِيبًا‬
‫صلّى هللا َعلَ ْي ِه‬ ‫ى ُم َح ّم ٍد َ‬ ‫ى هَ ْد ُ‬‫ث ِكتَابُ هللاِ‪َ ،‬و َخي َْر ْالهَ ْد ِ‬ ‫ق ْال َح ِد ْي ِ‬ ‫فَِأ ّن َأصْ َد َ‬
‫ضالَلَةً‪َ ،‬و ُك ّل‬ ‫َو َسلّ َم‪َ ،‬و َش ّر ْاُأل ُموْ ِر ُمحْ َدثَاتُهَا‪َ ،‬و ُك ّل ُمحْ َدثَ ٍة بِ ْد َعةٌ َو ُك ّل بِ ْد َع ٍة َ‬
‫ضالَلَ ِة فِي النّ ِ‬
‫ار‬ ‫َ‬
‫‪Jamaah Jum’at yang dirahmati Allah.‬‬

‫‪Tiada kata yang indah yang patut kita ungkapkan di siang hari ini‬‬
‫‪selain rasa syukur kita kehadirat Allah Subhanahu wata’ala atas‬‬
‫‪segala limpahan rahmat, taufik dan hidayahnya sehingga kita‬‬
‫‪mampu melangkahkan kaki memenuhi panggilan Illahi Rabby‬‬
‫‪untuk menunaikan shalat Jum’at di siang hari kini.‬‬
Sebagai wujud dari rasa syukur tersebut marilah kita senantiasa
meningkatkan kualitas keimanan dan ketaqwaan dengan sebenar-
benarnya takwa dalam pengertian dengan semaksimal mungkin
menjalankan apa yang menjadi perintah Allah dan menjauhi apa
yang menjadi larangan Allah.

Hadirin Jamaah Jum’at yang dirahmati Allah.

Pada suatu ketika Rasulullah saw berdialog dengan para sahabat,


“siapa mahluk Allah yang paling menakjubkan imannya ?” tanya
beliau kepada para sahabat. “Malaikat ya Rasulullah” jawab
sahabat, “bukan, kata Rasulullah, bagaimana malaikat tidak
beriman padahal mereka pelaksana perintah Allah”. “Kalau begitu
para Nabi, ya Rasulullah” sambung para sahabat, “juga bukan, kata
Rasulullah, bagaimana para Nabi tidak beriman padahal mereka
menerima wahyu dari Allah”. “Kalau begitu kami ini para sahabat-
sahabatmu ya Rasulullah” sambung para sahabat kembali, “bukan,
kata Rasulullah -bagaimana para sahabatku tidak beriman padahal
mereka menyaksikan mukjizat Nabi, hidup bersama dengan Nabi
dan melihat Nabi dengan mata kepala mereka sendiri. Orang yang
paling menakjubkan imannya adalah orang-orang yang datang
sesudah kalian. Mereka beriman- kepadaku tetapi tidak melihatku,
mereka membenarkanku tanpa pernah melihatku. Mereka
menemukan tulisan dan beriman kepadaku, mereka mengamalkan
apa yang ada dalam tulisan itu, mereka membela seperti kalian
membelaku. Alangkah inginnya aku berjumpa dengan ikhwanku
itu”. (HR. Thabrany dari Ibnu Abbas).
Hadirin Jamaah Jum’at yang dirahmati Allah.

Orang yang hidup sepeninggal Rasulullah adalah yang dimaksud


oleh beliau sebagai golongan orang yang paling menakjubkan
imannya. Kita adalah termasuk orang yang dimaksudkan oleh
Rasulullah saw tersebut. Namun demikian janganlah membuat
kita bangga terlebih dulu disebut sebagai golongan orang yang
paling menakjubkan imannya, karena iman saja belum cukup,

iman yang kita yakini dalam qolbu dan diikrarkan pada lisan
namun selanjutnya yang lebih penting lagi adalah diwujudkan
dengan perbuatan (amal shalih).

Antara iman dan amal shalih adalah dua hal yang tak dapat kita
pisahkan satu sama lainnya, ibarat seperti 2 (dua) sisi mata uang
yang tidak dapat kita pisahkan satu sama lain, kalau tidak ada
salah satunya maka tidak akan berarti keberadaannya. Begitu juga
dengan iman dan amal shalih apabila tidak ada salah satunya
maka tidak akan berarti apa-apa (nonsense) atau dengan kata lain
tidak menjadi “fungsional”. Oleh karena itulah Allah SwT dalam
beberapa ayat Al-Qur’an selalu mengaitkan antara iman dan amal
shalih.

Ketika Allah SwT menyatakan penciptaan manusia dalam bentuk


yang sebaik-baiknya (paling sempurna), kemudian Allah
mengembalikan ke tempat yang paling rendah (neraka), maka
yang selamat dari keadaan itu semua adalah orang-orang yang
beriman dan beramal shalih yang akan mendapatkan pahala yang
tidak terputus (Qs. At-Tin: 4-6).

Karena orang yang beriman dan beramal shalih adalah sebaik-baik


makhluk Allah (Al Bayyinah : 7).

Dalam kaitannya dengan penghargaan waktu, Allah bersumpah


dengan waktu, bahwa sesungguhnya manusia sungguh akan
berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan
beramal shalih serta saling mengingatkan dalam kebaikan dan
kesabaran (Qs. Al Ashr : 1 -3

Begitu juga dalam beberapa ayat yang lain Allah menyatakan akan
menjadikan orang yang beriman dan beramal shalih berkuasa di
muka bumi (Qs. An-Nuur : 55), dengan menempatkan pada
tempat-tempat yang tinggi dan mulia (Qs. Thoha: 75). Karena Allah
senantiasa menutupi kesalahan-kesalahan dan menghapuskan
dosa-dosa mereka. Dengan memberikan ampunan, pahala yang
besar tidak putus-putus dan kehidupan yang baik serta
memasukkan mereka ke dalam surga (Firdaus) yang mengalir
dibawahnya sungai-sungai (Qs. Al-Fath : 29. At-Talaq : 11).

Hadirin Jamaah Jum’at yang dirahmati Allah.

Dari beberapa ayat yang dipaparkan tersebut maka jelas dapat kita
fahami bahwa bagaimana kita bisa mewujudkan itu semuanya
sebagaimana yang yang dicita-citakan tidak lain adalah dengan
menyatukan antara iman dan amal shalih untuk diaktualisaikan
dan diwujudkan dalam diri setiap muslim dalam kehidupan sehari-
hari.

Iman memegang peranan penting dalam kehidupan seseorang,


yang memberikan arah dan membantu kita memberikan makna
terhadap berbagai peristiwa yang kita hadapi, iman adalah rujukan
mutlak yang memberikan kepada kita kepastian, tanpa iman
seorang akan terombang-ambing dalam gelombang kehidupan, ia
akan menjadi orang yang relatifis, oportunis dan pragmatis dalam
menghadapi persoalan kehidupan ini karena tidak mempunyai
pegangan yang enunjukkan jalannya.

Sedangkan amal shalih adalah perwujudan atau aktualisasi dari


keimanan seseorang dengan berbuat baik (amal shalih), baik yang
berhubungan dengan Allah (hablum min Allah) berupa ibadah-
ibadah mahdhah (ritual) maupun yang berhubungan dengan
manusia (hablum min Annas) berupa ibadah-ibadah ghairu
mahdhah (sosial).

Kita sering memaknai amal shalih dengan memberikan batasan


pada ibadah-ibadah mahdhah (ritual) saja, sehingga terasa ada

ketimpangan dalam praktiknya karena kurang seimbangnya dalam


pelaksanaan kehidupan sehari-hari antara ibadah ritual dan ibadah
sosial. Maka tidaklah heran kalau kita melihat ada saudara kita
yang sudah melakukan puasa wajib dan bahkan puasa sunnah
senin dan kamispun telah diamalkannya namun dia dibenci oleh
orang-orang disekitarnya karena akhlaknya yang tidak baik, suka
bergunjing dan membicarakan aib tetangganya.

Begitu juga pada kesempatan yang lain kita dapati ada saudara
kita yang sudah menunaikan rukun Islam yang kelima alias sudah
berhaji namun dia tidak disukai oleh orang-orang disekitarnya
karena sangat kikir dan tidak mempunyai kepedulian sosial
terhadap orang-orang yang lemah ekonominya, padahal
tetangganya adalah orang-orang yang fakir, miskin dan anak-anak
yatim.

Hadirin Jamaah Jum’at yang dirahmati Allah.

Praktik amal saleh yang senantiasa menyeimbangkan antara


ibadah ritual dan ibadah sosial itulah yang benar dan idealnya dari
perwujudan iman yang ada dalam diri seseorang, sehingga
sebagai mahluk Allah yang terbaik dan sempurna, akan berkuasa
dan menempati tempat yang tinggi dan mulia di muka bumi serta
janji Allah yang lain akan mendapatkan pahala yang tiada
putusnya, serta diampuni dosa dan kesalahan dan dimasukkan
dalam surga-Nya akan dapat kita raih. Insya Allah.

َ ‫ت َو الذ ِْك ِر‬


ْ‫الح ِكي ِْم َو َت َق َّب َل ِم ِّني‬ ِ ‫ َو َن َف َعنِيْ َوِإ َيا ُك ْم ِب َما فِ ْي ِه م َِن اآل َيا‬,‫آن ال َعظِ ي ِْم‬
ِ ْ‫ار َكاهللُ لِيْ َولَ ُك ْم فِيْ القُر‬
َ ‫َب‬
‫الر ِح ْي ُم‬َ ‫ر‬ ُ ‫و‬ ْ ُ ‫ف‬ َ
‫الغ‬ ‫ُو‬
َ ‫ه‬ ‫ه‬
ُ َّ
‫ن‬ ‫إ‬ ‫ه‬
ُ َ
‫ت‬ ‫و‬
َ ‫اَل‬ ‫ت‬
ِ ‫م‬
ْ ُ
‫ك‬ ْ
‫ن‬ ‫م‬
ِ ‫و‬
َ .
6

Anda mungkin juga menyukai