dendam, pernah terlintas dalam alam fikiranku. Ternyata mengganggu mental dan menjadikan kondisi fisik tidak nyaman. Tiba-tiba sakit seluruh tubuh, malas bertemu orang dan segala macam energi negatif menempel padaku. Entahlah kenapa di setiap tempat selalu saja ada manusia- manusia yang suka iri dengki. Melontarkan kalimat yang kurang baik dan menyisakan luka. Jika kuingat, kusimpan terus menerus akan membikin pikiran kacau dan menghambat aktivitasku. Kita tidak mampu menyenangkan semua orang, namun yang mampu kita perbuat adalah berbuat baik kepada semua orang. Terkadang kita sering mendholimi diri sendiri, karena kecewa dengan sikap orang lain terhadap kita, maka sasarannya tubuh tak tarawat, merusak rencana sendiri dan hidup jadi kacau. Ibarat penenun, setiap hari memintal benang setelah menjadi kain, kita guntingi lagi dan tak bisa digunakan. Karena peristiwa kurang menyenangkan ini berulangkali maka seiring waktu, pengetahuan mulai bertambah, pikiran semakin mengalami evolusi, hati mulai bisa menyaring dengan baik. Karena efek dari ketidaknyamanan ini akan menjadi pribadi yang tidak produktif. Mulai berjanji dengan diri sendiri bahwa pikiran perbuatan diri maupun orang lain adalah manifestasi dari pikirannya. Jika pikirannya positif tentu memproduksi action yang positif pula.
Allah sudah mencontohkan dalam alqur'an, kisah
perjalanan nabi Muhammad saat diajak Allah healing dari Masjidil harom ke masjidil aqso, dari masjidil aqso ke sidrotu muntaha dengan memakai kendaraan Buroq bersama malaikat Jibril. Jika Allah berkehendak apapun keinginan kita dari fikiran dan hati yang jernih akan dipenuhi, kun fayakun. Atas keyakinan akan kekuatan Allah untuk menolong hambany inilah aku sering mengingatkan diriku sendiri. Dalam do'a saat aku sendiri menyepi mengatakan pada diriku. " Wahai diri, ihlaskan semua yang terjadi padamu, kembalikan urusanmu kepada Allah karena janji Allah itu pasti.
Adapun terapis saat hati ini muncul perasaan yang
kurang enak yaitu,
1. Dengan membaca istighfar setiap saat
2. Membaca sholawat nabi
3. Khusu' saat sholat
4. Membaca Alqur'anul karim
5. Bertemu dan berdialoq dengan orang sholih.
Sedangkan untuk mengantisipasi kejadian
menyakitkan agar tidak terjerumus lagi pada hal-hal yang tidak produktif yaitu 1. Memilih komunitas yang dinamis
2. Memilih teman yang mengingatkan kebenaran
3. Menjadi kutu buku
4. Membiasakan aktivitas yang bermakna
Jika lingkungan yang mengitari kita sehat pikiran juga
mencerahkan. Di lingkunganku saat ini masyarakatnya heterogen, ada yang profesinya pengrajin, pendidik, PNS, pengusaha UMKM dll. Mereka kurang peduli satu dengan lainnya, egonya tinggi sehingga jika tak bertegur sapa rasanya biasa saja. Aku berusaha untuk memahami dan menikmati dengan tentu saja tak ikut larut dengan ketidakpedulian.
Perlulah aku dan keluargaku healing dengan cara
yang menurut kami mampu menambah wawasan, merefresh aktivitas, menjaga hati yaitu dengan cara,
1. Bersilaturrohim ke keluarga dekat
2. Bersedekah sesuai kemampuan
3. Menjaga sikap dan tutur kata yang menyakitkan.
Sehingga Healing Time bagiku cukup banyak cara,
ketika bertemu saudara saat bersilaturrohim ada interaksi yang tentu positif untuk saling menceritakan pengalaman. Bisa jadi sharing antar saudara menjadi imun hati pikiran kita yang lagi kacau. Dengan saling berkunjung juga makin mempererat hubungan silaturrohim, sehingga tumbuh rasa cinta kasih.
Healing time yang paling dalam maknanya bagiku
selain berhubungan baik dengan sesama adalah memperbaiki hubungan kita dengan sang pencipta. Menyerahkan segala urusan hati kepada sang kholiq menjadi imun hati. Keadaan seruwet apapun jika tetap melibatkan Allah pasti semuanya bisa terurai dengan baik.
Sehingga menumbuhkan rasa cinta terhadap sesama,
dan meningkatkan kecintaan kita pada Allah zat yang memberi nyawa akan memudahkan hati kita untuk selalu ingat, bahwa jiwa raga kita selalu dalam dekapNya.
Sedalam apapun kekesalan hati ini jika selalu
condong atas ketentuan Allah maka keihlasan menjalani hidup akan selalu ada.
Banyak hal yang patut disyukuri saat menumbuhkan
cinta ini kita biasakan, kita akan mampu mengembalikan energi negatif ke energi positif. Sebagai ilustrasi saat luka hati yang mungkin disebabkan hubungan yang kurang baik dengan sesama, maka secara tidak langsung hati kita mengabaikan rahman rahimnya Allah. Allah saja selalu memaafkan semua hambanya asal mau bertaubat, kenapa jiwa kita yang miliknya Allah susah untuk memaafkan. Kehadiran rahman rahimnya Allah ini akan terpancar dari perilaku kita. Healing yang sebenar-benarnya healing menurutku adalah ketika kita mampu mengembalikan seluruh jiwa ini kepada Allah, mengihlaskan ketentuannya dan menjadikan diri ini makin dekat dengaNya. Bionarasi
Khusnatul Mawaddah, lahir di Bojonegoro suka menulis
cerita nyata untuk kehidupan yang lebih baik. Suka dengan komunitas penulis, aktif di beberapa organisasi yaitu Muhammadiyah, Aisyiyah, dan Himpaudi PKG