INDONESIA
“ LA TAHZAN”
DI SUSUN
O
L
E
H
EDNOVA DWI ANGGRAENI
KELAS
(XI)
PEMBINA :
DESI FITRIYANI
Judul Buku La Tahzan, Jangan Bersedih
ISBN 979-3715-05-7
Blurb:
Sebaiknya, Anda selalu melihat sisi lain dari kesedihan itu. Sebab, belum tentu
semuanya menyedihkan, pasti ada kebaikan, secercah harapan, jalan keluar serta
pahala. (halaman 21)
Ketika musibah dan bencana datang silih berganti menimpa Anda, berzikirlah
kepada-Nya, sebutlah nama-Nya, mohonlah pertolongan-Nya, dan mintalah jalan
keluar dari-Nya. (halaman 22)
Allah tidak pernah mencabut sesuatu dari Anda, kecuali dia menggantikannya
dengan yang lebih baik. Tetapi, itu terjadi apabila Anda bersabar dan tetap ridha
dengan segala ketetapan-Nya. (halaman 24)
Salah satu nikmat Allah yang paling besar—jika mau berpikir—adalah bahwa
shalat wajib lima wkatu dalam sehari semalam dapat menebus dosa-dosa kita dan
mengangkat derajat kita di sisi Rabb kita. Bahkan, shalat lima waktu juga dapat
menjadi obat paling mujarab untuk mengobati pelbagai kekalutan yang kita
hadapi dan obat yang sangat manjur untuk berbagai macam penyakit yang kita
derita. Betapapun shalat mampu meniupkan ketulusan iman dan kejernihan iman
ke dalam relung hati, sehingga hati pun selalu ridha dengan apa saja yang telah
ditentukan Allah. (halaman 35)
Kekurangannya :
Menurut saya buku nya terlalu tebal sehingga sulit untuk di bawa kemana-mana.
Banyak kutipan favorit saya di buku ini, berikut di antara kutipan-kutipan
favorit saya:
1. Senyuman tidak akan ada harganya bila tidak terbit dari hati yang tulus dan tabiat
dasar seorang manusia. (halaman 57)
2. Hati yang cabar; lemah tekad, rendah semangat, dan selalu gelisah tak ubahnya
dengan gerbong kereta yang mengangkut kesedihan, kecemasan, dan
kekhawatiran. Oleh sebab itu, barangsiapa membiasakan jiwanya bersabar dan
tahan terhadap segala benturan, niscaya goncangan apa pun dan tekanan dari mana
pun akan terasa ringan. (halaman 69)
3. Emosi yang tak terkendali hanya akan melelahkan, menyakitkan, dan meresahkan
diri sendiri. Sebab, ketika marah misalnya, , maka kemarahannya akan meluap dan
sulit dikendalikan. (halaman 74)
4. Hiduplah dalam batasan hari ini saja. Jangan mengingat-ingat masa lalu, dan
jangan pula was-was dengan masa yang akan datang. (halaman 82)
5. Hendaklah kamu senantiasa bergerak, bekerja mencari, membaca al-Qur’an,
bertasbih, menulis atau mengunjungi sahabat. Gunakan waktu sebaik-baiknya, dan
jangan biarkan ada satu menit pun terbuang siia-sia! (halaman 97)
6. Berbuat baiklah hanya untuk Yang Maha Esa, sebab hanya Dia-lah yang akan
memberikan pahala. Dia lah yang akan memberi karunia. Allah lah yang akan
menjatuhkan sanksi, membalas setiap amal. Dan, Dia yang akan meridhai dan juga
murka. Maha Suci dan Maha Tinggi Allah. (Halaman 98)
7. Selama Allah masih melihat dan mengetahui kebaikan yang Anda lakukan, serta
mengetahui keutamaan yang Anda ulurkan, maka janganlah mengharapkan pujian
dari orang lain. (Halaman 99)
8. Jangan bersedih dengan keruwetan hidup, sebab memang demikianlah kehidupan
diciptakan. Pada dasarnya kehidupan ini adalah susah payah dan bercapek-capek.
(Halaman 404)
9. Seandainya dunia ini bukan tempat ujian, pastilah di dalamnya tidak ada sakit dan
keruwetan. Dan, para nabi serta orang-orang terpilih, tidak akan tertekan dalam
kehidupan yang sengsara. (Halaman 405)
10.Kesadaran seperti ini harus benar-benar dipahami oleh seorang anak ketika orang
tuanya sedang marah, atau seorang istri ketika suaminya sedang marah. Biarkanlah
dia marah dengan sendirinya, dan jangan meresponnya (halaman 436)
11.Satu hal yang membuat Anda dicintai orang lain adalah motivasi dalam diri Anda
untuk mengembangkan potensi yang ada, wujud perhatian Anda kepada mereka,
dan sikap Anda yang selalu terbuka menerima mereka (halaman 504)
12.Berilah perhatian terhadap orang lain, ungkapkan rasa terima kasih Anda terhadap
hasil karya orang lain, dan pujilah pemandangan yang bagus, bau yang
menyegarkan, perbuatan yang baik, sifat yang terpuji, qhasidah yang terpuji, dan
buku yang bermanfaat, agar nama Anda dicatat dalam daftar orang-orang yang bisa
membalas budi dan jujur sebagai orang yang berkepribadian (halaman 507