Anda di halaman 1dari 312

KITAB PENGASUHAN

PESANTREN CAHAYA
Tanpa Marah – Tanpa Bullying –Tanpa Hukuman –
Pesantrku Surgaku
2
‫ْ‬ ‫ٰ‬ ‫ه َّ ْ‬
‫َّ‬ ‫ِب ْس ِم ِ‬
‫اّٰلل الرحم ِن الر ِحي ِم‬

‫‪3‬‬
4
PENGANTAR KITAB
Bismillahirrahmanirrahim. Segala puji bagi Allah SWT yang telah
menurunkan Al-Qur’an sebagai pedoman dan berita gembira bagi
orang yang beriman. Shalawat dan salam senantiasa tercurah untuk
sebaik-baik suri tauladan ummat manusia, Sayyidina Muhammad
SAW.
Kitab Pengasuhan yang ada di hadapan Anda saat ini, bukanlah
sebuah hal yang baru dari penyusun, apa yang terkandung padanya
sudah ada sejak seribu empat ratus tahun yang lalu ketika Al-Qur’an
diwahyukan. Bila diringkas seluruh isi kitab ini, maka cukup hanya
dengan satu ayat Al-Qur’an:
ٌ َ ْ ْ ُ ََ ٌ َ ُّ َ ََ َ ُ َُْ ٌ ُ َ ْ ََ
‫لقد جا َۤءك ْم َر ُس ْول ِم ْن انف ِسك ْم ع ِزْي ٌز عل ْيهِ َما ع ِنت ْم ح ِر ْيص عل ْيك ْم ِبال ُمؤمِ ِن ْين َر ُء ْوف َّر ِح ْي ٌم‬

“Sungguh, benar-benar telah datang kepadamu seorang rasul dari


kaummu sendiri. Berat terasa olehnya penderitaan yang kamu
alami, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu,
dan (bersikap) penyantun dan penyayang terhadap orang-orang
mukmin.” (At-Taubah/9:128)
Hanya saja, untuk memahami satu ayat ini, diawali dengan berbagai
masalah yang penyusun alami dan temukan dalam kehidupan
sehari-hari, terutama yang terjadi di pesantren tempat penyusun
berkhidmat saat ini: Pondok Pesantren Fajrul Islam Belitung.
Oleh karena menghadapi berbagai masalah itu, akhirnya penyusun
melakukan pencarian solusi baik melalui tadabbur dengan
merenungi ayat-ayat Allah atau pun melalui ta’lim dengan belajar
kepada para guru yang Allah jadikan wasilah sampainya ilmu kepada
penyusun. Semoga semua guru-guru penyusun senantiasa diberikan
kasih sayang dan taufiq oleh Allah swt di kehidupan dunia, barzakh
dan akhirat nanti. Aamiin Yaa Rabbal ‘Aalaamiin.

5
Jika ditanya kitab ini bagian dari ilmu apa? Agak sulit saya
menjawabnya dengan spesifik. Karena ia tersusun dari beberapa
cabang keilmuan, dimulai tadabbur dan tafsir Al-Qur’an, sejarah dan
hadits, hypnosis, parenting, manajemen dan neurosains.
Dalam proses penyusunannya pun tidak langsung bim salabim
seperti kitab yang ada di hadapan Anda saat ini. Mula-mula
penyusun mengajarkan ini secara sepotong-potong dengan urutan-
urutan yang belum baku kepada para santri pengasuh (naqib) di
Pondok Pesantren Fajrul Islam, kurang lebih sekitar lima bulan
lamanya. Di tengah-tengah mengajarkannya terkadang
mendapatkan lintasan pikiran untuk meletakkan bab tertentu
sebaiknya di awal, di tengah, di akhir. Dan di tengah-tengah
mengajarkannya juga—karena sambil diterapkan sedikit demi
sedikit—terkadang timbul hal-hal baru yang berangkat dari
pengalaman penyusun atau santri pengasuh di lapangan, tanya
jawab atau pun penugasan lapangan. Itu penyusun jadikan sebagai
tambahan dalam proses review kitab ini sebelum dicetak.
Kenapa disebut kitab dan tidak disebut buku saja? Itu hanya sebutan
bukan substansi, tujuannya hanya untuk mengakrabkan sebutannya
di kalangan aktifis pengasuhan pesantren. Di mana di pesantren –
sepengetahuan penyusun—lebih akrab dengan sebutan kitab dari
pada buku.
Kitab ini tidaklah baku, ia bisa saja direvisi setiap saat sesuai dengan
dinamika perkembangan zaman. Metode dan kiat-kiat harus
mengikuti setiap perubahan dan kenyataan, yang harus baku dan
konsisten hanyalah tujuan pengasuhan itu sendiri: membentuk
generasi cahaya yang bisa menjadi pelita bagi kegelapan zamannya.
Ohya, kenapa disebut “Pesantren Cahaya”? Pertama sebagai bentuk
tabarrukan dari nama Fajrul Islam yang merupakan pemberian dari
Guru Mulia penyusun Syaikh Dr. KH. Muhammad Dhiyauddin
Kuswandhi, yang berarti “cahaya fajar kebangkitan Islam”; kedua

6
sebagai simbolisasi tujuan pengasuhan yaitu membentuk pribadi
yang bermanfaat dan bisa menjadi jawaban atas berbagai masalah
keummatan dan bangsa secara universal. Agar aktifis pesantren
tidak pernah lupa dan dilupakan bahwa tujuan pesantren bukan
sekedar transfer ilmu dari otak ke otak, tapi juga transfer nilai dari
dada ke dada, dari hati ke hati. Sehingga bukan hanya akan
melahirkan generasi yang cerdas tapi kering jiwanya, tapi cerdas dan
bermanfaat serta bahagia dalam menjalani tugas-tugas khidmatul
ummah di bidang apa saja yang Allah takdirkan untuknnya.
Akhirnya, izinkanlah penyusun mengucapkan kalimat trimakasih –
yang hakikatnya tidak akan pernah mampu mewakili rasa
Terimakasih yang sebenarnya yang ada di hati penyusun—untuk
para guru—khususnya di bidang pengasuhan—yang telah menjadi
wasilah ilmu Allah hingga terwujudnya kitab ini, Abuya Syeikh. Dr.
KH.Muhammad Dhiyauddin Kuswandhi, TGH. Muhammad Fauzan
Zakaria, Lc., MSI., Guru Ahmad Al-Farisi Al-Batawi, Kiyai Muhammad
Nur Hannani, KH. Muhammad Idror Maimun Zubair, KH. Muharror
Khudori, Ibu Okina Fitriani, M.Psi, Psikolog, Mba Eti Mutia, SPsi.,
Psikolog, Ustadz Bendri Jaisyurrahman, Ayah Irwan, Ayah Fahrizal
Muhammad, Ustadz Rezha Rendy, Ustadz Muhlis Katili, Ustadz Edi
Susanto, Hj. dr. Dini Indriani (istri penyusun), dan seluruh guru yang
–dengan perasaan bersalah—tidak bisa penyusun sebutkan satu per
satu. Semoga semua guru penyusun sejak pertama penyusun belajar
hingga detik ini senantiasa diberikan kasih sayang dan taufiq oleh
Allah SWT. Aamiin Yaa Rabbal ‘Aalamiin.
Atas segala kekeliruan, baik pemahaman, kaidah penulisan, kaidah
pengutipan, dan lainnya dalam kitab ini, mohon berkenan
memaafkan kami setulus-tulusnya.
Belitung, 21 Nopember 2023
Multazam Zakaria

7
Yaa Allah, temanilah hamba dalam
membaca kitab ini, berikanlah hamba
pemahaman, berikanlah hamba petunjuk-Mu,
dan bimbinglah hamba untuk
mengamalkannya.
Hasbunallah ni’mal wakil ni’mal mawla wa
ni’mannashir. Bismillah.

8
DAFTAR ISI

9
Sudah siap?

Senyum dulu dong,


20 detik aja. 😊

10
11
PENGANTAR JILID 1
Bismillahirrahmanirrahim. Jilid pertama ini adalah pondasi utama
pengasuhan. Ini adalah bagian wajib sebelum memasuki jilid kedua
hingga keempat. Ibarat suatu tubuh, jilid pertama ini bagaikan ruh,
dan dan tiga jilid berikutnya bagaikan anggota badan.
Jilid pertama ini hendak menjelaskan potongan pertama ayat yang
telah disebutkan sebelumnya secara lengkap dalam pengantar kitab
ini:
ٌ َ ْ ْ ُ ََ ٌ َ ُّ َ ََ َ ُ َُْ ٌ ُ َ ْ ََ
‫لقد جا َۤءك ْم َر ُس ْول ِم ْن انف ِسك ْم ع ِزْي ٌز عل ْيهِ َما ع ِنت ْم ح ِر ْيص عل ْيك ْم ِبال ُمؤمِ ِن ْين َر ُء ْوف َّر ِح ْي ٌم‬

“Sungguh, benar-benar telah datang kepadamu seorang rasul dari


kaummu sendiri. Berat terasa olehnya penderitaan yang kamu
alami, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu,
dan (bersikap) penyantun dan penyayang terhadap orang-orang
mukmin.” (At-Taubah/9:128)
Dalam ayat ini konteksnya memang adalah Rasulullah SAW, akan
tetapi berlaku hal yang sama bagi siapa saja yang ingin mengikuti
jejak keberhasilannya, salah satunya pengasuh pesantren atau
asrama. Dalam kitab ini, pengasuh asrama diistilahkan dengan kata
“naqib”. Di sebagaian pesantren terkadang menggunakan istilah
Pembina, Musyrif, Mudabbir dan sejenisnya. Penggunakan kata
naqib di pesantren penyusun adalah untuk ittiba’ dan tabarrukan
pada al-Qur’an dan as-Sunnah, dimana pada keduanya istilah ini
juga digunakan.
Imam Muhammad Mutawalli asy-Sya’rawi dalam tafsirnya
mengemukakan bahwa diantara makna dari “..dari kaummu sendiri”
adalah Nabi SAW sangat mengenali kaum atau orang yang
dididiknya. Maka syarat pertama menjadi naqib yang berhasil
adalah harus mengenali dunia anak yang kita asuh, mengenali
tantangannya, metodenya, perubahan-perubahannya, dan lainnya.

12
Bukan hanya itu, naqib juga harus mengenali dirinya sendiri. Buah
dari pengenalan ini adalah munculnya sifat sabar atau tidak
gampang marah dalam mengasuh santri. Itu sebabnya jilid pertama
ini diberi judul “Pesantren Tanpa Marah.”
Maka di kitab pertama ini, akan dibahas beberapa materi sebagai
berikut:

No Materi Tujuan

1 Makna Naqib Agar Naqib memahami hakikat dirinya,


posisinya, peran utamanya dan konsekuensi
sebagai Naqib.

2 Tantangan Agar Naqib memahami relitas yang sedang di


Pengasuhan hadapi di hadapannya, sehingga tahu apa yang
harus disiapkan untuk menghadapinya serta
bagaimana harus menghadapinya.

3 Prinsip Agar Naqib memahami pondasi dasar ilmu


Pengasuhan pengasuhan yang akan menopang pemahaman
atas bagian-bagian berikutnya.

4 Kesalahan Agar Naqib memahami apa yang harus


Pengasuhan dikoreksi dan diperbaiki dalam proses
pengasuhan.

5 Menjadi Naqib Agar Naqib bisa berdamai dengan dirinya


Bahagia sendiri dalam setiap keadaan sehingga bisa
bahagia dalam proses pengasuhan sebesar apa
pun tantangannya.

13
BAB 1 PROFIL PENGASUH (NAQIB)
Hanya dengan memahami siapa diri kita, siapa dan apa yang kita
hadapi, kita akan memahami apa yang harus kita lakukan dan
bagaimana harus melakukannya. Di bagian pertama ini, naqib
dipandu untuk memahami dirinya dan tantangan apa yang ada di
hadapannya.
Istilah dan sekelumit tentang naqib sebenarnya berasal dari ayat
berikut:
ُ ُّ َ َ َ ً َ َ َ َ ْ َ ْ ُ ُ
ْ‫اّٰلل إني َم َعكم‬ َْ َََ َ َ ْ َ َ َ ُّ َ َ َ ْ َ َ َ
ِِ ‫ولقد أخذ اّٰلل ِميثاق ب ِني ِإسر ِائيل وبعثنا ِمنهم اثني عشر ن ِقيبا وقال‬
ً
ْ َ َّ ُ ُ ْ َ ْ َ َ ْ ُ ُ ُ ْ َّ َ َ ُ ُ ُ َ َ َ َ َّ ُ ُ ْ َ َ َ َ َّ ُ ُ ْ َ ْ َ
َ
‫ل ِئن أقمتم الصلاة وآتيتم الزكاة وآمنتم ِبرس ِلي وعزرتموهم وأقرضتم اّٰلل قرضا‬
َ َْ َْ ْ َ َّ َ ْ ُ ََّ ْ ُ َ ْ ُ َ َ ْ ُ َ َّ َ َ ُ َّ ً َ َ
‫ات تج ِري ِمن تح ِت َها الأن َه ُار ف َمن‬ ٍ ‫حسنا لأك ِفرن عنكم س ِيئ ِاتكم ولأد ِخلنكم ج‬
‫ن‬
َ ْ َ َ ْ ُ
َّ ‫ضَّل َس َواء‬ َ َ َ َْ َ ََ
‫يل‬ ‫ب‬
ِ ِ ‫الس‬ ‫د‬ ‫ق‬ ‫ف‬ ‫م‬ ‫نك‬‫م‬ِ ‫كفر بعد ذ ِل‬
‫ك‬

“Dan sesungguhnya Allah telah mengambil perjanjian (dari) Bani


Israil dan telah Kami angkat di antara mereka 12 orang naqib dan
Allah berfirman: “Sesungguhnya Aku beserta kalian. Sesungguhnya
jika kalian mendirikan shalat dan menunaikan zakat serta beriman
kepada Rasul-rasul-Ku dan kalian bantu mereka dan kalian
pinjamkan kepada Allah pinjaman yang baik. Sesungguhnya Aku
akan menghapuskan dosa-dosamu. Dan sesungguhnya kamu akan
Aku masukkan ke dalam syurga yang mengalir di dalamnya sungai-
sungai. Maka barangsiapa yang kafir di antara kalian sesudah itu,
sesungguhnya ia telah tersesat dari jalan yang lurus.” 1 (Al-Maidah,
5:12)

14
Ada beberapa pendekatan yang bisa dilakukan untuk memahami
makna dari kata naqib, mulai dari pendekatan bahasa, tafsir, hadits,
sejarah, dan lainnya. Hal ini sebagaimana dikemukakan Abu Abdillah
dalam Manzilatun Naqib fil Islam, akan diuraikan satu persatu
sebagaimana berikut.
a. Makna Bahasa
Secara bahasa, naqib memiliki beberapa arti, diantaranya:
1. ‫ العريف‬yang bermakna orang yang lebih tahu atau memahami
atas suatu kaum dan bahkan ia maknanya lebih tinggi dari itu2
dikatakan dalam kalimat: ‫َنقَب فالن على بني فالن فهو ينقُبُ َن ْقبً او نقابة‬
2. ‫ األمين الضامن على القوم‬yang berarti orang yang amat dipercaya dan
penjamin suatu kaum.3
3. ‫ الشاهد على قومه‬yang berarti saksi atas kaumnya, berdasarkan hadis
dari Qatadah4.
4. ‫ القائم بأمورهم الذي ينقب عنها وعن مصالحهم فيها‬، ‫ كبير القوم‬yang berarti tokoh
dan pemimpin kaum yang membela kepentingan anggotanya dan
membuat kemaslahatan urusan mereka.5
b. Tafsir Ayat
(Dan sungguh Allah telah mengambil perjanjian); Peringatan Allah
SWT bahwa pada hakikatnya perjanjian tersebut adalah perjanjian
dengan Allah SWT. Dan Allah SWT mengingatkan orang yang

15
beriman agar mereka tidak melakukan sebagaimana yang telah
dilakukan Bani Isra’il.6
(Wa ba’atsna); Bahwa pengutusan dan penugasan para naqib
tersebut adalah juga pengutusan dan penugasan dari sisi Allah SWT,
sehingga nisbahnya adalah kepada Allah SWT.
(Itsna ‘asyara naqiban); Karena demikianlah jumlah qabilah atau
kelompok yang ada, bahwa setiap kelompok ada satu naqib7. Yaitu:
Syamun bin Zakawwan (Rubil), Syafath bin Hurriy (Syam’un), Kalib
bin Yufanna (Yahwizh), Yaja’il bin Yusuf (Aten), Yusyi’ bin Nun
(Afra’im), Falth bin Rafun (Benjamin), Judea bin Sudea (Zabalon),
Judea bin Susa (Minsya bin Yusuf), Hamala’il bin Jaml (Daan), Satur
bin Malkil (Asyar), Naha bin Wafsi (Naftali), Julail bin Mikki (Jaad).8
(Minhum); Bahwa para naqib tersebut diutus dari kelompok Bani
Isra’il itu sendiri dan bukan dari kaum yang lainnya.
(Inni ma’Akum); Bahwa Allah SWT senantiasa bersama mereka
dalam pertolongan dan bantuan9 juga pencukupan.10
(La’in..); Syaratnya adalah : (1) Para naqib tersebut menegakkan
(bukan hanya melaksanakan) shalat, (2) Mengeluarkan zakat, (3)
Beriman pada para Rasul dan wahyu yang dibawanya,11 (4)
Membantu para Rasul tersebut dari musuh-musuhnya12 dan

16
menegakkan kebenaran,13 (5) Meminjamkan uang mereka demi
kepentingan perjuangan14 sang Rasul mereka tersebut yang sebaik-
baiknya yaitu ikhlas dan halal.15
(La’ukaffiranna..); Maka ganjarannya adalah : (1) Dihapuskan dosa-
dosanya, (2) Dimasukkan ke dalam Jannah.
(Faman kafara ba’da dzalika); Barangsiapa yang mengingkari
setelah perjanjian tersebut, maka sungguh ia telah sesat dari jalan
yang benar16 dan terjauhkan dari hidayah Allah SWT.17
Berkata Sayyid Quthb dalam tafsirnya:18
(Inni ma’akum..); Ini adalah janji yang amat besar, karena
barangsiapa yang Allah bersamanya maka tiada sesuatu pun yang
dapat mengalahkannya dan barangsiapa yang berusaha
melawannya maka hakikatnya bagaikan debu yang tiada artinya.
Dan barangsiapa yang Allah bersamanya maka tiada akan pernah
sesat jalannya, kerana kebersamaan dengan Allah yang Maha Suci
akan menunjukkan jalan. Dan barangsiapa yang Allah bersamanya
maka tiada akan pernah rusak atau celaka, kerana kedekatan
kepada-NYA akan selalu mententeramkan dan membahagiakan. Dan
kesimpulannya maka barangsiapa yang Allah bersamanya maka

17
akan dijamin, dicukupi dan dibahagiakan, serta tiada lagi tambahan
yang lebih tinggi dari kedudukan semulia ini.19
Namun Allah –Yang Maha Suci— tidaklah menjadikan penyertaan-
Nya kepada mereka begitu saja, dan Ia tiada akan memberikan
kemuliaan kepada seseorang tanpa memenuhi syarat-syaratnya.
Syarat-syarat tersebut adalah janji Hamba untuk:
Menegakkan shalat, tiada cukup hanya dengan melakukan shalatnya
saja, melainkan menegakkannya atas dasar hakikatnya yaitu
hubungan yang abadi antara Rabb dan ‘abd, beserta hubungan
tarbiyah dan pendidikan sesuai dengan manhaj Rabbani yang lurus,
serta pemutusan dari kekotoran dan kemungkaran, karena rasa
malu yang luar biasa saat berdiri di hadapan Allah SWT dengan
membawa kekotoran dan kemungkaran tersebut.
Lalu kemudian mengeluarkan zakat, sebagai pengakuan yang tulus
akan nikmat-Nya dalam rezeki dan segala yang dimilikinya sebagai
pemberian dari Allah dari berbagai benda dan harta, serta ketaatan
untuk mengeluarkan sebagian dari hartanya untuk merealisasikan
hak sosial sebagai salah satu dasar kehidupan masyarakat yang
beriman yang ditegakkan atas dasar agar harta tidak hanya beredar
di kalangan orang kaya saja.
Lalu menolong para Rasul, ternyata ia tidak hanya cukup dengan
menyatakan beriman saja kepada mereka, melainkan harus ada
amal nyata yang menunjukkan kebenaran iman tersebut pada
mereka, yaitu dengan pembelaan kepada mereka, maka Din Allah
tidak hanya cukup dengan i’tikad hati atau syi’ar ta’abbudi semata,

18
melainkan manhaj yang nyata dalam kehidupan serta sistem yang
mengatur seluruh hidupnya. Manhaj dan sistem tersebut
memerlukan pembelaan, dukungan dan pengorbanan supaya ia
dapat tegak, dan setelah tegak iapun perlu kepada perawatan dan
penjagaan.
Kemudian Ia – Subhanahu wa Ta’ala — selain zakat juga
menekankan adanya pinjaman yang baik, padahal Ia adalah Pemilik
harta kita dan diri kita, tetapi Ia dengan halusnya meminta pada
hati-hati hamba-Nya yang amat peka dan suci yang berkenan untuk
menambah dari yang wajib untuk “memberikan pinjaman”,
SubhanAllah Dia adalah Yang Maha Lembut lagi Maha Penyantun
pada hamba-hamba-NYA, berbahagialah mereka yang menyambut
seruan ini.”
c. Naqib dalam As-Sunnah
‫ ” ال يزال اإلسالم عزيزا‬: ‫ سمعت رسول هللا صلى هللا عليه وسلم يقول‬: ‫وعن جابر بن سمرة قال‬
‫ ” ال يزال أمر الناس ماضيا ما وليهم اثنا‬: ‫ وفي رواية‬. ” ‫إلى اثني عشر خليفة كلهم من قريش‬
‫ ” ال يزال الدين قائما حتى تقوم الساعة أو يكون‬: ‫ وفي رواية‬. ” ‫عشر رجال كلهم من قريش‬
‫ متفق عليه‬. ” ‫عليهم اثنا عشر خليفة كلهم من قريش‬
Imam Bukhari dan Muslim20 menyebutkan hadits shahih dari Jabir
bin Samurah – semoga Allah meridhoinya — berkata: “Tidak henti-
hentinya Islam ini berjaya sehingga dipimpin oleh dua belas orang
Khalifah, seluruhnya dari Quraisy.” Dalam riwayat lain: “Tidak akan
henti-hentinya urusan umat ini terbelakang sehingga mereka
dipimpin oleh dua orang. Semuanya dari Quraisy.21”
Berkata Imam Ibnu Katsir22 bahwa hadits ini merupakan kabar
gembira tentang akan datangnya dua orang khalifah yang shalih

19
setelah Nabi SAW dan telah berlalu diantara mereka lima orang,
yaitu Khalifah yang empat dan Umar bin Abdul Aziz dan yang nanti
keluar terakhir dari mereka adalah Al-Mahdi.
d. Naqib dalam Sejarah
Diriwayatkan dalam sirah bahwa saat Nabi SAW meminta perjanjian
pada kaum Anshar pada hari ‘Aqabah, maka beliau SAW pun
memilih dua belas orang naqib, tiga orang dari kabilah ‘Aus yaitu:
Usaid bin Hudhair, Sa’d bin Khaitsamah, Rifa’ah bin Abdil Mundzir;
serta sembilan orang dari kabilah Khazraj, yaitu : As’ad bin Zurarah,
Sa’d bin Rabi’, AbduLLAH bin Rawahah, Rafi’ bin Malik, Barra’ bin
Ma’rur, Ubadah bin Shamit, Sa’d bin Ubadah, Abdullah bin Amru
dan Mundzir bin Amru23 – semoga Allah SWT meridhoi mereka
semua — keduabelas orang sahabat ini kemudian dikenal dengan
gelar An-Naqib24
e. Naqib dalam Atsar
Selain para sahabat, beberapa ulama salaf juga disebut naqib, di
antaranya Abul Barakat Al-Jawaniy An-Nasabah25; Syaikh Jamaluddin
Abu Abdullah Muhammad bin Sulaiman Al-Maqdisiy Ibnun Naqib26;
Abu Ja’far Muhammad bin Abdullah Al-’Alawy An-Naqib27.

20
Profil Pengasuh (Naqib) Ideal
Berdasarkan pembahasan di atas, maka dapat kita simpulkan bahwa
seorang naqib semestinya :
1. Merupakan orang yang paling mengetahui dan memahami para
anggotanya, tidak disebut naqib jika ia tidak mengetahui secara
mendalam anggotanya baik sifat-sifat, kebiasaan,
permasalahan, kesukaan, keluarga, dsb. 28

2. Merupakan orang yang amat dipercaya oleh anggotanya, maka


tidak disebut naqib jika ia merupakan seorang tidak dipercaya
oleh anggotanya apalagi jika sampai dibenci oleh para anggota-
nya.29
3. Merupakan penjamin serta penanggungjawab para anggotanya,
maka seorang naqib hendaklah benar-benar bertanggungjawab
atas para anggotanya, jika ia lurus maka luruslah anggotanya

21
dan jika ia menyimpang maka menyimpang jugalah para
anggotanya.30
4. Merupakan saksi atas anggotanya, baik di dunia maupun di
yaumil qiyamah kelak, ingatlah bahwa setiap naqib akan
ditanya tentang yang dipimpinnya di yaumil qiyamah kelak.
5. Merupakan pemimpin dan pemuka mereka dan orang terbaik
diantara mereka, maka hendaklah ia benar-benar melaksanakan
amanah tersebut untuk memimpin, membimbing dan
menunjuki mereka ke jalan yang lurus dan benar serta
mencintai mereka lebih dari dirinya sendiri.31
Selain itu, hal yang betul-betul harus disadari dan dingat-ingat terus
oleh seorang naqib adalah:
1. Naqib telah melakukan perjanjian yang hakikatnya ia lakukan
dengan Allah SWT, maka Allah SWT akan meminta
tanggungjawab atas apa yang telah dilakukan oleh para Naqib
dalam menjalankan perintah-Nya, dan jika mereka berkhianat
maka mereka akan diazab sebagaimana para naqib Bani Isra’il.
2. Bahwa Allah SWT senantiasa bersama para naqib selama
mereka menegakkan shalat, mengeluarkan zakat, membela
para Nabi dan berinfaq.
3. Dan para naqib yang shadiq akan diampuni dan dihapuskan
dosa-dosanya oleh Allah SWT dan dimasukkan ke dalam Jannah
yang mengalir sungai-sungai dibawahnya.

22
4. Sementara para naqib yang kadzib akan disesatkan dari jalan
yang lurus.32
Naqib Harus Jadi Sumber Terpercaya
Perhatikanlah dua ayat berikut:
َ َ َ
َ َ َ َ ْ ُ َ َ َُْ َ َْ َ َّ َ ُ
َ َ ْ َّ ُ َ َ َ َ َ َّ َ َ
ِ ‫فلما بلغ معه السع َي قال يابني ِ ِإني أرى ِفي المن‬
‫ام ِأني أذبحك فانظر ماذا ترى‬

“Maka ketika anak itu sampai (pada umur) sanggup berusaha


bersamanya, (Ibrahim) berkata, ‘Wahai anakku! Sungguh Aku
bermimpi bahwa Aku menyembelihmu. Pikirkanlah bagaimana
pendapatmu!’”
َ َ َ
َّ َ ُ َّ َ َ
َ‫الصابرين‬ ُ َ َ ُ َ ُ َ ْ َ ْ َ
ِِ ‫دني ِإن شآء اّٰلل ِمن‬
ِ ‫قال ياأب ِت افعل ما تؤمر ست ِج‬
“Dia (Ismail) menjawab, ‘Wahai ayahku! Lakukanlah apa yang
diperintahkan (Allah) kepadamu; insya Allah engkau akan
mendapatiku termasuk orang yang sabar.’” (Surat As-Saffat ayat
102).
Bukankah anak Nabi Ibrahim AS juga merupakan anak-anak yang
sama dengan anak-anak kita zaman ini? Tapi kenapa dia begitu
patuh pada ayahnya pada hal yang ‘sangat merugikan’ bagi dirinya
sendiri? Bukan hal kecil, soal nyawa. Tapi ia tidak bergeming. Ia
tidak menolak. Ia tidak membantah. Apa rahasianya?

23
Anak itu menyadari betul bahwa ayahnya dituntun oleh wahyu,
ayahnya tidak mungkin menginginkan keburukan untuknya, dia
percaya semua yang berasal dari ayahnya adalah baik untuknya.
Perhatikan kalimat “Lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah)
kepadamu”. Ini kalimat kepercayaan total. Anak itu sepenuhnya
percaya kepada Ayahnya bahwa Ayahnya adalah laki-laki yang
tertuntun oleh Yang Maha Benar.
Inilah masalah terbesar kita hari ini, banyak murid tidak patuh pada
gurunya, anak tidak patuh pada orang tuanya, rakyat tidak patuh
pada pemimpinnya, bawahan tidak patuh pada atasannya. Kenapa?
Krisis kepercayaan.
Apakah itu muncul secara alami bim salabim? Itu semua ada
sebabnya, salah satunya yang paling besar adalah kurangnya
teladan. Lemahnya keteladanan adalah hal yang paling menjatuhkan
kepercayaan murid pada gurunya, santri pada pengasuhnya, anak
pada orang tuanya. Apalagi itu diiringi dengan ‘omdo’ alias hanya
bisa ngomong tapi praktek nol besar.
Guru mengajari santrinya beradab, tapi dia sendiri tidak beradab.
Guru mengajari santrinya solat malam, dia sendiri tertidur dengan
lelap di waktu malam. Guru mengajari santrinya hidup bersih, dia
sendiri kotor dan tidak bersih. Guru mengajari santrinya hidup
sederhana, dia sendiri hidup megah dan mewah. Akhirnya santri
akan meyakini dalam dirinya, “yang disampaikan guruku
nampaknya bukan kebenaran, toh dia sendiri tidak melakukannya.
Maka mungkin tak mengapa jika Aku tidak melakukannya juga.”
Maka jika naqib menginginkan anggotanya untuk patuh padanya,
tiada cara lain kecuali harus menjadi orang yang paling dipercaya,
dan agar bisa dipercaya harus bisa menjadi teladan kebaikan.
Selain itu, untuk bisa dipercaya, naqib harus memiliki ilmu yang
lebih luas dari anggotanya. Sehingga ketika anggota bertanya akan

24
sesuatu, ia bisa memberikan jawaban yang sesuai. Perlahan sang
anggota akan meyakini, “Naqibku tahu tentang diriku, tentang
pertanyaanku, tentang kehidupanku, Aku percaya padanya.”
Maka naqib harus memiliki jiwa pembelajar tanpa henti, rajin
membaca, rajin berdiskusi dan mengamati perkembangan terkini.

25
َ َ
ْ‫اء َما َجه ُلوا‬ َ ْ
ُ ‫اس أعد‬ ُ ‫ا َلن‬
ِ
Manusia cenderung akan membenci hal-hal
yang tidak mereka kuasai.
(al-Mahfuzhat)

26
BAB 2 TANTANGAN-TANTANGAN
PENGASUHAN
Mari kita kenali tantangan pengasuhan zaman ini, agar kita tahu apa
yang sedang kita hadapi , dengan demikian kita bisa menyusun
langkah-langkah cara menghadapinya.
Secara umum, tantangan pengasuhan kita saat ini ada empat, sesuai
yang disampaikan guru Saya pakar parenting dan seorang psikolog,
Ibu Okina Fitriani dalam Enligthening Parenting, yaitu: digital dan
dunia maya, dunia nyata, perubahan zaman dan kesalahan
pengasuhan orang tuanya sendiri. Karena modul ini Saya susun
untuk ruang lingkup pesantren yang rata-rata tim pengasuhan itu
umumnya—sepenetahuan penyusun—belum menikah, maka
tantangannya bertambah lagi yaitu: belum ada pengalaman
memiliki anak.
a. Digital dan Dunia Maya
Saat Saya sedang berdiskusi dengan seorang sahabat tantang
pentingnya kreatifitas seorang pendidik dalam mengasuh
disebabkan cepatnya rasa bosan menghinggapi anak-anak zaman
sekarang, tiba-tiba ia bertanya, “Kenapa ya anak zaman sekarangan
cepat bosan?”
Saya katakan padanya, diantara sebabnya adalah karena generasi
zaman sekarang sudah terbiasa sejak lahir dengan pilihan yang
beragam dan cepatnya perubahan mode terjadi.
Contoh kecil, ketika anak-anak sedang memutar video online di
youtube, setelah beberapa saat ia merasa ‘sedikit bosan’. Apa yang
dia lakukan setelah itu? Tidak sampai satu menit, ia bisa mencari
video baru yang mungkin jauh berbeda dengan video sebelumnya.
Bahkan ia tidak butuh mengetik huruf, hanya dengan menggeser

27
layar ke bawah ia menemukan banyak saran video lainnya. Ia
terbiasa dihadapkan dengan begitu banyak pilihan.
Hal seperti di atas jika terus terulangi setiap hari, maka secara sadar
atau tidak akan timbul sikap mudah bosan. Ini baru dari satu sisi.
Belum lagi dari sisi lain, seperti konten-konten negatif yang tidak
pantas dilihat baik itu kalimat kotor, berita bohong, kriminilaitas,
dan lainnya, semua menjadi filter pikiran anak, sehingga suatu
waktu saat mengambil sebuah keputusan ia akan merujuk konten
tersebut.
Seorang ayah dan ibu mendatangi Saya setelah anak nya masuk di
pesantren beberapa pekan. Ia menceritakan temuannya setelah
mengotak-atik hp anaknya yang ditinggal karena masuk pondok,
dengan sangat shock orang tuanya mengetahui kenyataan riwayat
penelusuran sang anak melalui hp-nya.
Belum lagi soal game online yang merasuki jiwa anak-anak dengan
“zat candu” yang diselipkan padanya. Betapa banyak anak rela tidak
jajan karena uang jajannya digunakan untuk top up game online,
dan sejenisnya.
Cepat atau lambat, suka atau tidak, kecanggihan dunia maya dan
teknologi menjadi tantangan terberat pengasuhan kita zaman ini.
b. Dunia Nyata
Tidak hanya di dunia maya, di dunia nyata pun tantangan
pengasuhan sangat luar biasa. Krisis keteladanan dari pemimpin
yang buruk, korup, artis dan public figure, bahkan guru, model
permainan yang berbahaya, dan iklan jalanan yang menyajikan
banyak hal yang sebagiannya belum pantas dilihat oleh anak.
Inilah zaman orang tidak malu pacaran dengan mesra di tempat
publik, tidak malu menggunakan pakaian mini di tempat publik,

28
tidak malu saling mengumbar aib, dan lainnya. Itu semua adalah
kenyataan pahit yang menambah tantangan pengasuhan zaman ini.
c. Perubahan Zaman
Dahulu meski ada pelajaran komputer atau TIK, kita mungkin hanya
melihat monitor dan bentuk keyboard dan CPU hanya beberapa jam
dalam sepekan. Berbeda dengan hari ini dimana semua serba
komputer dan hp, bahkan sebagian orang ada yang sekolah full
menggunakan komputer. Terutama sejak zaman virus covid
melanda dunia.
Dahulu jika tiba waktu Magrib dan belum pulang ke rumah, orang
tua panik mencari anaknya. Sekarang bahkan hingga tengah malam
di luar rumah sudah biasa.
Dahulu jika anak berbuat salah dan dihukum, tidak ada yang
melawan meski pun mungkin marah dalam hati. Saat ini anak-anak
dengan bangga mencela ayah dan ibunya atau gurunya saat
mendapatkan hukuman. Bahkan—dengan perasaan mengerikan
penyusun menukil kisah ini—seorang guru digebuk dan dibacok oleh
muridnya sendiri saat ditegur karena melanggar peraturan sekolah.

Gambar 1: Screenshoot Berita Google

29
Dahulu jika anak bersalah dan dihukum oleh gurunya, makaorang
tua menguatkan nasihat guru di rumah. Sekarang orang tua justru
membela sang anak dan menyalahkan gurunya. Sampai-sampai
muncul suatu satire yang berbunyi, “jika tidak mau anaknya diatur
di sekolah, didik sendiri di rumah atau bikin sekolah sendiri dan ajar
sendiri.”
Dahulu hanya orang dewasa yang memiliki hp dan kendaraan,
sekarang anak SD pun sudah ada yang membawa motor sendiri ke
sekolah.
Perubahan memang tidak dapat dihindari. Perubahan terus terjadi,
tentu ada positifnya selain ada negatifnya. Tapi diakui atau tidak,
tantangan pengasuhan kita semakin ekstrim dengan semua
perubahan ini.
d. Kesalahan Pengasuhan Masa Lalu
Mungkin Anda bergumam, “Tidak adil menyalahkan murid
sepenuhnya.” Betul dan Saya sangat setuju. Bagaimana pun, Guru—
di sekolah umum—hanya bisa membersamai murid sekitar enam
sampai delapan jam, tentu tidak bisa menyalahkan guru sepenuhnya
juga. Karakter murid saat baru mulai menjadi siswa kelas satu SD
ditentukan oleh orang tua dan lingkungannya sejak tujuh tahun
sebelum ia bertemu guru atau sekolahnya. Karakter itu tidak
mungkin bimsalabim. Maka orang tua memang tidak bisa
menyalahkan guru dan murid sepenuhnya.
Sementara itu—sadar atau tidak—pola pengasuhan yang kita
terapkan saat ini akan menyerupai pola pengasuhan yang pernah
kita rasakan dari orang tua kita. Jika dahulu kita terbiasa dibentak,
dimarahi, dicubit, diancam, bisa jadi itu akan kita gunakan lagi saat
memiliki anak atau saat mendidik santri. Saya menyaksikan pola ini
terjadi dengan mata kepala Saya sendiri dalam proses konseling
beberapa santri yang bermasalah di pesantren.

30
Belum lagi jika pola pengasuhan itu negatif dan sangat membekas
bahkan sampai menjadi trauma, ini sangat menambah tantangan
pengasuhan.
Bahkan sebagian orang tua bingung, “Kenapa saya sedikit-sedikit
marah sama anak ya? Padahal kalaa dipikir-pikir, pemicunya rata-
rata sepele.” Pola marah tersebut berarti sudah masuk ke alam
bawah sadar atau subconcious mind.
Hal ini bila tidak segera dicarikan jalan keluarnya, maka kesalahan
pengasuhan ini akan menjadi jeratan turun temurun yang akan
menghantui pengasuhan kita.
e. Belum Ada Pengalaman Memiliki Anak
Saya merasakan betul sangat pentingnya peran pengalaman dalam
pengasuhan. Dahulu sebelum Saya menikah, Saya menulis buku
tentang rumah tangga bahkan buku itu Saya jadikan mahar.
Judulnya “Istriku, Setiap
Penggal Dunia Adalah Surga”.
Setelah menyusun buku itu,
Saya merasa sudah menguasai
ilmu rumah tangga dan akan
mudah menjalaninya.
Setelah menikah, ternyata
tidak sesederhana yang ada
dalam teori. Bahkan setelah
memiliki dua anak, berbeda
dengan memiliki anak
pertama. Pengalaman itu
sangat penting untuk
menunjang kualitas
pengasuhan.
Gambar 2: Screenshoot Website Republika.com Saya menyimpulkan bahwa

31
ada banyak ilmu yang tidak ditemukan pada teori dan buku, tapi
hanya bisa didapatkan dengan pengalaman praktek lapangan.
Sementara para pembina asrama, meski tidak semuanya, umumnya
adalah santri senior yang belum berkeluarga. Menikah saja belum,
tapi sudah harus mengasuh anak. Ini tentu juga akan menjadi
tantangan sendiri yang harus dipecahkan.
Tak Ada Pilihan Lain
Banyak sekali pendidik dari berbagai lembaga yang mengeluh
kepada Saya tentang sulitnya mendidik anak zaman sekarang. Mulai
dari banyaknya pelanggaran, susahnya dinasihati, lemahnya
semangat belajar dan lainnya.
Saya memahami apa yang mereka sampaikan, karena Saya pun
merasakan itu, baik dalam mendidik dua anak kandung Saya atau
mendidik seratusan santri Saya—saat kitab ini disusun.
Bayangkan, mendidik dua anak atau tiga anak di rumah sendiri saja
terkadang begitu berat, bagaimana nasib para pembina asrama
yang belum pernah berkeluarga tapi harus mendidik puluhan hingga
ratusan anak dengan beragam keperibadiannya? Huuh.. Saya
menghela nafas saat mengetik paragraf ini.
Jika mengikuti nafsu atau bisikan negatif, mungkin kita memilih
mundur teratur, menyerah kalah, lebih baik menyibukkan diri
dengan hal lain.
Tapi izinkanlah Saya mengingatkan Anda wahai para pendidik,
mengapa kita ada di posisi saat ini? Bukankah kita ingin menjadi
para pewaris suci Nabi Muhammad SAW? Bukankah dahulu Nabi
SAW juga diutus kepada kaum jahiliah yang bahkan mengubur bayi
perempuannya? Kaum yang minuman arak dan kaum wanita
diperjualbelikan seperti memperjualbelikan biskuit?

32
Bayangkanlah jika dahulu Nabi SAW mengambil “keputus-asaan”
sebagai jalan pilihan? Akankah hari ini kita akan mengenal
kehidupan yang beradab? Akankah hari ini kita merasakan
merdunya adzan dan tentramnya solat? Tentu tidak.
Selain itu, renungkanlah firman Allah berikut:
َ ٰ ْ َ ْ َّ ‫ه‬ ۟ َ ٗ َّ
﴾ ٨٧ ‫اّٰلل ِالا الق ْو ُم الك ِف ُر ْون‬
ِ ‫﴿انه لا َيا ْي َٔـ ُس ِم ْن َّر ْو ِح‬
ِ

“Sesungguhnya tidak ada yang berputus asa dari rahmat Allah,


kecuali kaum yang kafir.” (Yusuf: 87)
Tidak pantas bagi kita yang mengaku beriman bahkan pendidik
keimanan santri kita berputus asa sebesar apa pun tantangan kita
hari ini. Karena itu, seperti judul bagian ini, kita “tidak ada pilihan
lain” selain melanjutkan dan mengemban tugas pengasuhan ini
dengan sebaik-baiknya sesuai tuntunan Nabi Muhammad SAW.
Semoga dengan itu semua, kita benar-benar layak menjadi pewaris
risalah yang suci ini. Amiin.
Upaya vs Hasil
Apa sih sebenarnya tugas utama kita? Apa sih sebenarnya yang
menjadi penilaian Allah atas kita? Upaya kita atau hasil kita?
Ingatkah Nabi Nuh as? Berapa lama ia mengasuh kaumnya? Seribu
tahun kurang lima puluh tahun? Berapa orang yang mengikuti
ajarannya dalam masa pengasuhan selama itu? Tidak sampai
seratus orang. Bahkan istri dan anaknya sendiri enggan
mengikutinya. Bahkan ia telah mencoba beragam metode
sebagiamana diceritakan dalam al-Qur’an, diam-diam dan terang-
terangan, siang dan malam. Apakah Nabi Nuh as gagal? Tentu saja
tidak. Jika Nabi Nuh AS dianggap gagal, tidak mungkin ayat-ayat
berikut Allah firmankan untuk memujinya:

33
ْ َ َ ٰ َ َّ َ َ ْٰ ُ ٰ َ ٰ ْٰ ََ َ ْ َ
‫ ِانا كذ ِلك نج ِزى‬٧٩ ‫ َسل ٌم على ن ْو ٍح ِفى العل ِم ْين‬٧٨ ۖ‫﴿ َوت َركنا عل ْيهِ ِفى الا ِخ ِر ْي َن‬
َ ْ ْ َ ٗ َّ َ ْ ْ
﴾ ٨١ ‫ ِانه ِم ْن ِع َب ِادنا ال ُمؤمِ ِن ْين‬٨٠ ‫ال ُمح ِس ِن ْين‬

“Kami mengabadikan untuknya (pujian) pada orang-orang yang


datang kemudian, “Kesejahteraan (Kami limpahkan) atas Nuh di
semesta alam.” Sesungguhnya, demikianlah Kami memberi balasan
kepada orang-orang yang berbuat kebaikan. Sesungguhnya dia
termasuk hamba-hamba Kami yang mukmin.” (As-Saffat/37:78-81)
Tugas kita hanyalah berupaya dengan upaya terbaik. Yang harusnya
kita fokuskan adalah upaya terbaik apa yang kita lakukan dalam
pengasuhan? Jangan sampai kita mengasuh ala kedarnya, sambilan,
tidak perhatian dan abai terhadap santri kita. Wajar jika hasilnya
kemudian tidak memuaskan. Tapi jika kita telah melakukan yang
terbaik, telah menggunakan beragam metode dan pendekatan, tapi
santri kita tak kunjung berubah, maka renungkanah firman Allah
berikut:
ُ ْ ُ ٰ ْ َ َ َ َ َّ َ َّ َ ْ َ
﴾ ٨٢ ‫﴿ ف ِان ت َول ْوا ف ِانما عل ْيك ال َبلغ ال ُم ِب ْين‬

“Jika mereka berpaling, sesungguhnya kewajibanmu hanyalah


(melakukan) penyampaian yang jelas.” (An-Nahl/16:82)
Ayat ini memang diturunkan untuk Nabi Muhammad SAW, tapi
bukankah kita juga sedang melanjutkan perjuangan Nabi
Muhammad SAW dalam mengasuh ummatnya? Maka ayat ini turun
untuk Anda wahai para pengasuh ummat. Renungkanlah, sabarlah,
bertahanlah, dan tersenyumlah.
Tapi, ada satu permisalan penting yang ingin Saya sampaikan
berkaitan dengan upaya.
Bayangkanlah diri Anda adalah seorang pedagang, lalu Anda
menawarkan sebuah barang kepada calon pembeli. Tentu saja ada

34
yang membeli, ada yang tidak. Bahkan tidak menutup kemungkinan
tidak ada yang membeli sama sekali.

Gambar 3: Pedagang Sedang Berjualan (Sumber: Google)

Jika Anda mengalami itu? Apa yang Anda lakukan? Akankah Anda
mendatangi calon pembeli yang tidak mau membeli dagangan Anda
sambil marah dan berkata, “Calon pembeli kurang ajar. Barang yang
saya tawarkan ini bagus loh. Kenapa kalian tidak mau membelinya.
Kalian pasti menyesal nanti. Cepat beli sekarang juga.” Atau Anda
akan berfikir ulang tentang cara Anda berdagang, berpromosi,
mengubah kemasan, membuat program beli dua gratis satu dan
sejenisnya?
Jika Anda pedagang yang waras, mustahil Anda melakukan pilihan
pertama. Tapi Anda pasti akan mengambil pilihan kedua yaitu

35
mengevaluasi dan memperbaiki upaya penjualan atau promosi
Anda.
Seorang pendidik layaknya seorang pedagang, sementara anak,
santri, adalah calon pembeli. Nilai, moral, pelajaran, yang kita
ajarkan adalah barang dagangan. Jika mereka menolak ‘membeli’,
apakah waras jika kita langsung membentaknya? Mengomelinya?
Tidak! Tapi harusnya kita fokus pada upaya apa yang harus kita
tingkatkan.

36
BAB 3 PRINSIP-PRINSIP PENGASUHAN
Ini adalah bab paling penting yang harus Anda pahami untuk
memahami jati diri santri-santri yang Anda asuh dan bagaimana
seharusnya mengasuh mereka. Jangan lewatkan bab ini, dan
janganlah terburu-buru dalam membacanya. Bacalah perlahan
dengan teliti dan renungkanlah.

Gambar 4: Prinsip-prinsip Pengasuhan

a. Manusia Lahir Fitrah, Yaitu Membawa Potensi Baik


Setiap manusia lahir dengan fitrah, itulah yang pernah disampaikan
Nabi SAW dalam haditsnya yang suci.
َ ِّ ‫ َف َأ َب َو ُاه ُي َه ِّو َدا ِن ِه َأ ْو ُي َم ِّج َس ِان ِه َأ ْو ُي َن‬،‫ُك ُّل َم ْو ُل ْود ُي ْو َل ُد َع ََل ْال ِف ْط َرة‬
‫ِّص ِان ِه‬ ِ ٍ
"Setiap anak yang lahir dilahirkan di atas fitrah (suci). Kedua orang
tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Majusi, atau Nasrani." (HR
Bukhari dan Muslim).
Fitrah adalah kesucian dan potensi-potensi terbaik. Ibarat sebuah
laptop, jika sudah sampai di tangan pembeli, laptop itu sudah

37
terinstal ragam aplikasi canggih seperti Ms. Office, Adobe Premiere,
Adobe Photoshop, dan lainnya. Tetapi aplikasi-aplikasi itu baru akan
menghasilkan karya jika dioperasikan oleh orang yang mengerti cara
menggunakannya. Yang pasti, aplikasi itu sudah terinstall, dan sang
pemilik tinggal belajar mengoptimalkannya. Sudah kebayang?
Selain itu, Allah juga menjadikan otak manusia dilengkapi dengan
bagian yang tidak dimiliki oleh makhluk mana pun yaitu Pre-Frontal
Cortex (PFC). PFC memiliki fungsi luhur akal budi, kemampuan
berbahasa, merencanakan, memecahkan masalah, pengambilan
keputusan dan fungsi kontrol.33
Nah, tugas Naqib-lah (sebagai pengganti orang tua selama anak di
pesantren) untuk membantu anggotanya agar bisa mengoptimalkan
fitrah atau aplikasi-aplikasi canggih itu. Bukan sebaliknya
mengabaikan dan merusaknya.
Apa saja fitrah itu? Guru Saya, Ibu Okina Fitriani dalam Enligtening
Parenting, menyebutkan setidaknya ada tujuh fitrah yang harus
dioptimalisasi, yaitu: iman, bertahan hidup, belajar hingga piawai,
kasih sayang, interaksi, seksualitas, tanggung jawab.

38
Tanggung
Jawab

Bertahan
Seksualiatas
Hidup

Iman

Belajar
Interaksi Hingga
Piawai

Kasih
Sayang

Gambar 5: Fitrah Manusia Sejak Lahir

1. Fitrah Iman
Iman adalah pondasi dari segala potensi baik lainnya. Ia bahkan
sudah dikrarkan sejak di alam rahim sebelum memasuki alam dunia.
Termaktub dalam firman Allah:
ُ َ ُ ُ ََ ُ ْ َ ٰٓ َ ُ َ ْ َ َ ُ ُ َٰ َ َ َ َ ْ
‫ن َب ِن ْ ْٓي اد َم ِم ْن ظ ُه ْو ِر ِه ْم ذ ِرَّيت ُه ْم َواش َهده ْم على انف ِس ِه ْمْۚ ال ْست ِب َر ِبك ْمْۗ قال ْوا‬
ْۢ ْ ‫﴿ َواِ ذ اخذ َر ُّبك ِم‬
َ ٰ َ ٰ َ َُّ َّ ْ ُ َُ ْ َ َْ َ ٰ
﴾ ١٧٢ َۙ‫َبلىۛ ش ِهدناۛان تق ْول ْوا َي ْو َم ال ِق ٰي َم ِة ِانا كنا ع ْن هذا غ ِف ِل ْين‬

“(Ingatlah) ketika Tuhanmu mengeluarkan dari tulang punggung


anak cucu Adam, keturunan mereka dan Allah mengambil
kesaksiannya terhadap diri mereka sendiri (seraya berfirman),
“Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab, “Betul (Engkau
Tuhan kami), kami bersaksi.” (Kami melakukannya) agar pada hari

39
Kiamat kamu (tidak) mengatakan, “Sesungguhnya kami lengah
terhadap hal ini,” (al-A'raf/7:172)
Berdasarkan Tafsir Kemenag, dalam ayat ini, Allah SWT
menerangkan tentang janji yang dibuat sebelum manusia dilahirkan
dari rahim ibu mereka secara turun temurun. Ayat ini menjelaskan
bahwa Allah SWT menciptakan manusia atas dasar fitrah. Allah SWT
menyuruh roh mereka untuk menyaksikan susunan kejadian diri
mereka yang membuktikan keesaan-Nya. Hal ini merupakan
keajaiban proses penciptaan dari setetes air mani hingga menjadi
manusia sempurna.
Selain itu, manusia juga diciptakan mempunyai daya tanggap indra,
dengan urat nadi dan sistem urat saraf yang mengagumkan.
Jawaban roh dalam ayat ini merupakan pengakuan manusia akan
adanya Allah Yang Maha Esa. Tiada Tuhan lain yang patut disembah
kecuali Dia. Dengan ayat ini, Allah SWT bermaksud untuk
menjelaskan kepada manusia bahwa hakikat kejadian manusia itu
didasari atas kepercayaan kepada Allah Yang Maha Esa.
Sejak manusia dilahirkan dari ibunya, ia sudah menyaksikan tanda-
tanda keesaan Allah SWT pada kejadian mereka sendiri. Allah SWT
berfirman pada ayat lain:
‫ه‬ َْ َ َ َ ََ َّ َ َ َ ْ َّ ‫ْ َ ْ ً ْ َ َ ه‬ َ َ ْ َ ْ ََ
ِ ‫اس عل ْي َها لا ت ْب ِد ْيل ِلخل ِق‬
‫اّٰلل‬ َ ‫الن‬ ‫اّٰلل ال ِتي فطر‬
ِ ‫لدي ِن ح ِنيفا ِفطرت‬
ِ ‫فا ِقم وجهك ِل‬

“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada Agama (Islam);


(sesuai) fitrah Allah disebabkan Dia telah menciptakan manusia
menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada ciptaan Allah.” (QS.
Ar Rum: 30)
Maksud fitrah Allah SWT dalam ayat ini ialah tauhid.
Agar bisa mempertahankan potensi atau fitrah iman ini, anak
membutuhkan bimbingan dari orang tua atau naqibnya agar

40
mewujud menjadi ketataan, atau ringkasnya bisa menjalankan apa
yang Allah perintahkan dan menjauhi yang Allah larang.
2. Bertahan Hidup
Manusia dikaruniai peranti dasar untuk bertahan hidup dan respons
mempertahankan diri dari kondisi yang membahayakan. Inisiasi dini
untuk menyusu pada bayi yang baru lahir adalah bukti konkret dari
potensi ini. Bayi lahir dibekali Allah dengan berbagai refleks untuk
bertahan hidup seperti refleks mengisap, refleks menggenggam,
refleks berenang, refleks menjerit ketika lapar dan lain-lain.
(Hoffman, Paris dan Hall, 1994). Tidak hanya bertahan hidup, anak-
anak juga mememiliki respons terhadap rasa cukup yang baik (Sears
dan Sears, 1993).
Bayi dan anak-anak akan segera menutup mulut jika merasa cukup
kenyang, namun seringkali alarm rasa cukup ini dirusak oleh
orangtua dengan memaksanya menghabiskan makanan meski pun
sudah kenyang.34
3. Belajar Hingga Piawai
Setiap anak adalah pembelajar tangguh sejati yang pantang
menyerah. Terbukti ketika anak baru belajar berjalan, meski berkali-
kali jatuh dan terantuk, berkali-kali pula ia akan berusaha bangun,
berdiri dan mencoba lagi.
Demikian juga ketika anak mengajukan pertanyaan terus-menerus
sampai faham dan hafal. Tidak ada anak yang tidak suka belajar
kecuali ketika fitrahnya terkubur dan tersimpangkan.
Annie M. Paul dalam bukunya, Origins, menuliskan bahwa proses
belajar telah bermula sejak dari kandungan. Potensi belajar hingga
piawai inilah yang menjadikan anak aktif bergerak dan

41
bereksplorasi, tetapi orang tua kadang justru lebih suka melihat
anak-anaknya duduk tenang dengan cara diberi gawai atau diberi
hukuman hingga akhirnya menjadi manusia yang apatis. Padahal,
aktifitas dan pengendalian diri anak bisa dikelola dengan metode
briefing dan role playing yang akan dijelaskan pada pembahasan
berikutnya.35
Saya tertarik dengan hasil penelitian DR. KH, Ahmad Nur Alam
Bakhtir, MA tentang lima terma atau sebutan manusia dalam Al-
Qur’an, salah duanya yaitu al-basyar disebutkan sebanyak tiga
puluh tujuh kali, ini mewakili manusia dari sisi basyariah atau fisik-
bilogisnya. Sementara al-insan disebutkan sebanyak enam puluh
lima kali, ini mewakili manusia dari sisi intelektualitas dan
spritualitas.
Dari sini dapat dinilai bahwa bekal intelektualitas pada diri manusia
sangat besar, dan sebab itu juga Allah memuliakan manusia jika ia
mengoptimalkan intelektual atau fungsi akalnya.
Fitrah belajar dan intelektualitas itu sudah ada sejak lahir, tapi ia
membutuhkan orang tua dan pembimbing untuk bisa
mengoptimalkannya bukan justru merusaknya.
Apa yang terjadi sekarang sangat memilukan, semangat belajar rata-
rata remaja menurun di tengah banyaknya sumber informasi yang
mudah diakses saat ini. Bisa jadi, sekali lagi, bisa jadi sebabnya
karena potensi belajar hingga piawainya telah dirusak oleh orang
tuanya atau pengasuhnya.
4. Kasih Sayang
Manusia lahir dengan fitrah kasih sayang yaitu menyayangi dan suka
disayangi. Mari kita cermati anak-anak di awal usia kehidupannya.
Ketika orangtuanya bersedih, ia akan berusaha untuk menghibur

42
atau mengelus. Bayi menunjukkan ekspresi bahagia ketika dibelai
atau disapa dengan suara lembut. Sebaliknya, akan menangis dan
takut ketika mendengar suara keras atau ekspresi yang tidak
menyenangkan.
Dr. Kristin Neff, seorang professor di University of Texas telah
melakukan studi bahwa kasih sayang berkaitan erat dengan hormon
oksitosin yang telah diberikan kepada manusia sejak lahir. Hormon
ini mengatur rasa saling percaya, ketenangan, rasa aman, keinginan
untuk menolong, keterikatan, kehangatan, kasih sayang dan
perhatian.36
5. Interaksi
Setiap manusia dilahirkan makhluk individual sekaligus makhluk
sosial yaitu saling bergantung dengan kehidupan sekitarnya.
Perhatikan bayi Anda, ia akan gembira ketika diajak berinteraksi dan
sebaliknya, bersedih jika tidak ada yang menemani. Maka pada
dasarnya setiap manusia bisa menjalin interaksi sosial dengan
manusia lain serta makhluk hidup lain. Dari hasil interaksi inilah
perilaku anak terbentuk yaitu dengan meniru perilaku orang-orang
di sekitarnya.
Anak yang menarik diri, tidak mau bergaul dan berkomunikasi bisa
dipastikan memiliki pengalaman yang dianggapnya tidak
menyenangkan dari hasil interaksi sebelumnya atau mengalami
gangguan tumbuh kembang tertentu.37
6. Fitrah Seksualitas
Manusia dilahirkan dengan jenis kelamin lelaki atau perempuan.
Kelainan fungsi alat reproduksi yang bersifat biologis yang disebut

43
interseks atau Ambigua Genitalia adalah kelainan yang bisa
dikoreksi secara medis. Pada anak perempuan akan mewujud dalam
bentuk fungsi memproduksi sel telur, mengandung, menyusui dan
merawat. Pada anak lelaki mewujud dalam peran membuahi,
melindungi dan menafkahi.
Hal ini berkaitan juga dengan fitrah tanggung jawab. Fitrah
seksualitas tumbuh sempurna bersama melalui interaksi baik
dengan ayah-ibunya maupun dengan sekitarnya sejak dalam
kandungan hingga usia balig.38
Renungkanlah firman Allah SWT:
َ ْ َّ َ َ ْ ََ َ َ َّ ْ َّ ْ ْ ُ َ َ َ ْ َّ ُ ُ ََّ ْ ُ َّ ُ َّ َ ُّ َ ٰٓ
‫احد ٍة َّوخلق ِمن َها ز ْوج َها َو َبث ِمن ُهما‬
ِ ‫﴿ يايها الناس اتقوا ربكم ال ِذي خلقكم ِمن نف ٍس و‬
ُ َ َ َ َ َ ‫َ ْ َ ْ َ َ َّ ه‬ َ ُ َ َّ ‫ه‬ َ
ْ
﴾ ١ ‫اّٰلل كان عل ْيك ْم َر ِقي ًبا‬ َ ‫ر َج ًالا كث ْي ًرا َّون َسا ًۤءْۚ َوَّات ُقوا‬
‫اّٰلل ال ِذ ْي ت َسا َۤءل ْون ِبهٖ والارحامْۗ ِان‬ ِ ِ ِ
“Wahai manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah
menciptakanmu dari diri yang satu (Adam) dan Dia menciptakan
darinya pasangannya (Hawa). Dari keduanya Allah
memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak.”
(An-Nisa'/4:1)
7. Tanggung Jawab
Masih ingatkah ketika pertama kali anak memecahkan barang?
Dengan jujur ia akan bercerita sambil berusaha membenahi.
Namun, amarah yang membahana menjadikan mereka berpikir,
ternyata jujur itu berbahaya dan tanggung jawab tak dihargai.
Hingga kemudian mereka memilih berbohong dan menyalahkan
keadaan atau orang lain karena lebih menyelamatkan hati.

44
Fitrah manusia adalah bertanggung jawab atas apa yang
dilakukannya dan laki-laki dilebihkan tanggung jawabnya daripada
perempuan dengan diberi tugas sebagai penjaga dan pemelihara.39
b. Tugas Naqib Menjadi Teladan, Mengingatkan dan
Memperbaiki
Seperti telah disampaikan di awal, ibarat laptop yang telah diinstall
aplikasi-aplikasi canggih, aplikasi itu hanya menjadi aplikasi yang
tidak akan menghasilkan karya apa pun jika yang punya laptop tidak
tahu cara menggunakannya.
Begitu juga, potensi-potensi terbaik yang Allah install dalam diri
setiap hamba-Nya tidak akan menjadi kompetensi (kemampuan
yang nyata) jika sang pemilik potensi tidak tahu cara menggunakan
potensinya. Di sinilah peran orang tua, naqib atau pengasuhnya.
Menurut guru Saya, Ibu Okina, ada tiga peran penting untuk
mengawal potensi itu menjadi kompetensi, yaitu: menjadi teladan,
mengingatkan dan memperbaiki.
1. Menjadi teladan
Tidak ada metode mendidik yang lebih hebat dari keteladanan.
Pendidik paling hebat yang kepadanya bermuara semua metode
pendidikan adalah Nabi Muhammad SAW, kenapa ia bisa berhasil
dalam mendidik sahabat yang ribuan jumlahnya itu? Karena beliau
mampu menjadi suri tauladan.
Allah ta’ala berfirman dalam Al-Qur’an:
َ ْ َ َ ْ َ ٌَ َ َ ٌَ ُْ ‫ه‬ َ َ َ ْ ََ
َ ‫اّٰلل َوال َي ْو َم ْال ٰاخ َر َو َذك َر ا ه‬
‫ّٰلل‬ َ ‫ان َي ْر ُجوا ه‬‫ك‬ ‫ن‬ ‫م‬‫ل‬ ‫ة‬‫ن‬‫س‬ ‫ح‬ ‫ة‬‫و‬ ‫س‬‫ا‬ ‫اّٰلل‬ ‫ل‬ ْ ‫ان ل ُك ْم ف ْي َر ُس‬
‫و‬ ‫﴿ لقد ك‬
ِ ِ ِ ِ ِ
َ
﴾ ٢١ ْۗ‫ك ِث ْي ًرا‬

45
“Sungguh, pada (diri) Rasulullah benar-benar ada suri teladan yang
baik bagimu, (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari Kiamat serta yang banyak mengingat Allah.” (Al-
Ahzab/33:21).
Maka pengasuh, orang tua, naqib harus memberikan contoh dan
menjadi teladan yang mencerminkan tujuh potensi baik tersebut.
Bahkan, satu contoh teladan bisa lebih berpengaruh bagi anak dari
pada seribu ceramah tanpa keteladanan.
2. Mengingatkan
Santri adalah manusia, pasti punya sifat lupa sebagaimana manusia
lainnya. Pasti pernah melakukan salah. Ketika melakukan kesalahan,
bukan berarti harus langsung dihukum, dibentak, atau dimarahi,
tidak!
Tapi hendaknya diingatkan dengan kasih saying, dengan lembut,
dengan kalimat yang diridhai Allah swt.
Sebelum mengingatkan santri, seorang naqib harus menyadari betul
bahwa yang bisa mengubah seseorang hanyalah Allah bukan dirinya.
Sehingga Ketika memberikan peringatan disertai rasa tawakkal yang
mendalam kepada Allah. Bahkan mungkin ia mengawali dengan
sholat dua raka’at, lalu mendoakan santri yang akan diingatkan,
kemudian barulah mengingatkannya.
َ ْ ْ ََْ ْ َّ َ َ َ
﴾ ٥٥ ‫الذك ٰرى تنف ُع ال ُمؤمِ ِن ْين‬
ِ ‫﴿ وذ ِك ْر ف ِان‬

“Teruslah memberi peringatan karena sesungguhnya peringatan itu


bermanfaat bagi orang-orang mukmin.” (Az-Zariyat/51:55)
Tujuan dari mengingatkan bukan mempermalukan, bukan
mengejek, bukan menyiksa, tapi semata-mata agar santri tersebut
kembali pada kesadaran fitrahnya. Bagaimana cara yag efektif?
Akan dibahas pada modul ketiga, bab kedua.

46
3. Memperbaiki
Ketika santri melakukan pelanggaran bahkan setelah diberikan
peringatan, harus ada upaya perbaikan yang nyata. Mengubah
memang hak preogatif Allah, tapi kitab isa mengusahakannya
dengan cara-cara yang mulia yang telah dicontohkan Nabi
Muhammad SAW. Hal ini nanti akan banyak dibahas di pemahasan
coaching di kitab keempat.
Menjaga potensi baik bukan tugas yang mudah, apalagi tugas ini
langsung diberikan oleh Yang Memberi Hidup. Anda memerlukan
tim yang solid dan berdedikasi. Jika pekerjaan di kantor yang menilai
hasilnya adalah manusia, berapa kali lipat usaha yang harus Anda
dedikasikan untuk tugas yang dinilai langsung oleh Tuhan? Tim yang
solid dimulai dari mencari pasangan hidup yang memiliki visi yang
sama. Oleh karena itu sesungguhnya pengasuhan bermula sejak
merencanakan untuk memiliki pasangan hidup, bahkan lebih jauh
lagi sejak kita menyadari tugas kita sebagai manusia. Lalu,
bagaimana jika sudah telanjur? Pasangan sudah ada di sebelah Anda
dan anak-anak sudah tumbuh besar bahkan sudah remaja.
Bukankah tidak ada kata terlambat untuk membuat perbaikan?
Seperti ketika Anda terlambat memulai lomba lari, Anda harus
berusaha lebih keras dan lebih banyak untuk sampai ke garis akhir
tepat pada waktunya.40
c. Konsisten-Kongruen, Sabar dan Kasih Sayang sebagai
Jalan
Bagaimanakah cara terbaik mengingatkan dan memperbaiki anak?
Setidaknya jangan abaikan tiga hal penting berikut ini:

47
1. Konsisten dan Kongruen
Konsisten berarti teguh dan fokus pada tujuan, sedangkan kongruen
bermakna selaras dan sebangun. Penggabungan dua kata sifat ini
bermakna bahwa naqib harus berpegang teguh pada tujuan utama
untuk menjaga potensi baik santri dengan cara menjadi teladan,
senantiasa mengingatkan serta memperbaiki.
Sebagai teladan, tentu sikap dan perilaku naqib harus kongruen
dengan nilai-nilai yang ditanamkan pada santri. Ketika Anda
melarang santri untuk mengenakan celana pendek saat bermain
bola, tapi Anda sendiri juga tidak menggunakan celana pendek saat
bermain bola. Ketika Anda meminta santri untuk membaca buku,
tentu Anda juga harus menunjukkan minat kepada buku dan gemar
membaca. Demikian pula ketika Anda menuntut santri bersikap
santun, tentu tidak kongruen jika Anda suka berteriak-teriak
menyuruh santri.
Konsisten bukan berarti kaku dan menggunakan cara yang itu-itu
saja, melainkan juga kreatif menggunakan berbagai cara untuk
mencapai suatu tujuan. Contoh konkretnya, jika Anda keluarga
muslim, Anda diberi kesempatan untuk mengajari anak salat dalam
rentang waktu 7 hingga 10 tahun, dan baru diizinkan mengingatkan
dengan pukulan pada usia 10 tahun. Artinya kita mempunyai masa:
5 waktu salat wajib dika likan 3 tahun, dikalikan 365 hari, sama
dengan 5.475 kali peluang untuk menerapkan lebih dari 5.000
strategi dan cara untuk menumbuhkan rasa cinta dan ketaatan
beribadah sebelum diperbolehkan menghukum. Jika Anda sungguh-
sungguh menggunakan 5.000 strategi yang berbeda untuk melatih
dan membiasakan anak beribadah, Anda tak perlu memukul,
bahkan mungkin Anda yang diingatkan oleh anak-anak untuk
beribadah.

48
2. Sabar
Mendidik tidak mendadak. Banyak orang mengira bahwa sabar
hanyalah sekadar menahan amarah. Lebih jauh dari itu, sabar juga
berarti tidak tergesa-gesa dalam menjalani proses mendidik santri.
Di zaman serba instan ini, banyak pesantren dan orangtua juga ingin
serba cepat jadi. Baru sebentar mengajar membaca, ingin anak
langsung bisa baca dalam satu minggu. Baru melihat di televisi ada
anak bisa menghafal Alquran, ingin anaknya langsung mau
menghafal setelah diajak nonton televisi. Baru melihat anak
tetangga pandai main piano, tampil disuatu acara dan mendapatkan
sambutan meriah, lalu berharap anaknya juga bersemangat belajar
piano seketika itu juga.
Anak dituntut cepat mandiri, cepat bicara, cepat besar, cepat rajin
beribadah, cepat pintar, cepat dewasa, dan cepat-cepat lainnya
hingga jantung rasanya mau copot dari dada. Tidak jarang anak
menjadi bahan eksploitasi untuk kepentingan pesantren dan
orangtua, demi nama baik pesantren, nama baik orangtua, atau
agar dapat dibangga-banggakan di depan umum.
Ketergesa-gesaan itu pulalah yang membuat pesantren atau
orangtua sering, sengaja atau tidak, memaksakan kehendaknya

49
pada santri. Mengedepankan nafsu ingin dituruti dan nafsu ingin
cepat tercapai keinginannya. Kadang bahkan Tuhan hanya dijadikan
alasan, "Ini kan perintah Tuhan. Ini wajib," sebagai pembenaran
melemparkan ancaman dan tindakan kekerasan untuk menutupi
ketidakmampuannya mengendalikan emosi. Nafsu dan ketergesa-
gesaan ini membuat pesantren atau orangtua menggunakan cara-
cara yang justru menimbulkan kebencian dan antipati dalam diri
anak. Mungkin masih tidak terlalu parah jika objek kebencian anak
adalah pelajaran sekolah yang dijejalkan dengan cara-cara yang
keras, tetapi bayangkan jika objek kebencian anak adalah Tuhan
yang digambarkan secara tidak proporsional oleh para orangtua
sebagai Zat yang hanya suka menghukum dan memasukkan dalam
neraka. Orangtua lupa bahwa mengancam dengan neraka kepada
anak yang belum usia balig adalah sebuah kebohongan, karena anak
yang belum balig belum menanggung dosa.
Menanamkan betapa Tuhan Maha Pengasih dan Penyayang serta
menanamkan ibadah adalah sebuah bentuk kecintaan, ketaatan,
dan kebersyukuran. Hal itu justru akan memupuk rasa cinta yang
mendalam dan kerinduan untuk selalu dekat kepada-Nya. Pada
prinsipnya, menjaga potensi baik tentulah dengan cara yang baik.
Melalui kasih sayang dan kesabaran, anak akan tumbuh menjadi
pribadi yang jiwanya penuh cinta sehingga mudah untuk
menyayangi. Menyayangi dirinya, menyayangi sesama, menyayangi
makhluk ciptaan Tuhan, dan yang terpenting mencintai Tuhannya.
Anak yang pribadi dan jiwanya kering kasih sayang, hatinya akan
menjadi keras, mudah putus asa, dan mendendam, sehingga
kepandaian dan kesuksesan justru akan berpotensi menimbulkan
kerusakan karena digunakan sebagai pelampiasan hatinya yang
keras.41

50
Tugas mendidik ini adalah tugas kerasulan. Sangat berat ujiannya.
Maka butuh kesabaran ekstra. Tapi justru karena kesabaran ini
Sebagian rasul-rasul Allah mendapat julukan kemuliaan ulul azmi.
Dan merekalah para rasul yang paling agung dari sekalian rasul yang
diutus, sebab apanya? Sebab sabarnya.
Allah ta’ala berfirman:
َّ ْ ْ َ َ َ ْ ُ ُ َ ْ َ
ُّ ‫اصب ْر ك َما َص َب َر اولوا ال َع ْزم ِم َن‬
﴾ ْۗ‫الر ُس ِل َولا ت ْستع ِجل ل ُه ْم‬ ِ ِ ‫﴿ف‬

“Maka, bersabarlah engkau (Nabi Muhammad) sebagaimana


ululazmi (orang-orang yang memiliki keteguhan hati) dari kalangan
para rasul telah bersabar dan janganlah meminta agar azab
disegerakan untuk mereka.” (al-Ahqaf/46:35)
3. Kasih Sayang
Penelitian Martin Teicher (2014), associate professor bidang
psikiatri di Harvard Medical School, mengenai sistem saraf pada bayi
dan anak-anak membuktikan bahwa dalam otak bayi terdapat
jutaan neuron yang belum tersambung. Suara keras serta perlakuan
kasar dapat menyebabkan kerusakan sistem saraf yang setara
dengan anak yang mendapatkan siksaan fisik dan pelecehan seksual.
Hal yang kurang lebih sama diungkapkan oleh Rima Shore dalam
bukunya yang berjudul Rethinking the Brain: New In-sights into Early
Development. Luar biasanya, hal ini sudah diungkapkan empat belas
abad yang lalu, bagaimana Nabi Muhammad SAW. mengingatkan
seorang ibu yang secara kasar merenggut bayi dari gendongan Nabi
lantaran sibayi buang air kecil dan membasahi pakaian beliau.
Beliaumenegur, "Pakaian yang basah ini dapat dibersihkan dengan
air. Tetapi apa yang dapat menghilangkan kekeruhan jiwa anak ini
akibat renggutan yang kasar itu?”
Dr. Abdullah Nashih Ulwan dalam bukunya yang terkenal, Tarbiyatul
Aulad Fil Islam, juga menyebutkan bahwa kelembutan dan kasih

51
sayang adalah dasar penanaman dan pembenahan akhlak anak.
Banyak ayat dan hadis yang mengajarkan keutamaan kelembutan,
berikut ini beberapa di antaranya:
“Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lembut-kanlah
suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suaraialah suara keledai.”
(Luqman: 19).
“Hendaklah kamu bersikap lembut, kasih sayang danhindarilah
sikap keras dan keji”. (HR. Bukhari).
Sesungguhnya Rasulullah SAW. berkata, "Wahai Aisyah,
sesunguhnya Allah itu Maha Lembut dan mencintai kelembutan.
Allah memberi kepada kelembutan hal-hal yang tidak diberikan
kepada kekerasan dan sifat-sifat lainnya." (HR. Bukhari,
diriwayatkan oleh Aisyah).
“Orang yang paling sempurna keimanannya adalah orang yang
paling baik akhlaknya dan yang palingramah kepada keluarganya.”
(HR. Ahmad).
Apakah Anda menyadari bahwa kepada Firaun manusia paling
zalim-saja Tuhan memerintahkan Nabi Musa as. dan Nabi Harun as.
untuk menasihati dengan lemah lembut, lalu apakah pantas kepada
anak, kita menasihati dengan nada tinggi dan kasar? Bukankah
seburuk-buruknya suara adalah suara keledai?42
d. Benih-Benih Pohon Ketaatan
Seperti yang telah disebutkan pada bagian prinsip pengasuhan,
pintu utama potensi baik adalah percaya kepada Tuhan atau iman.
Melalui iman inilah muncul motivasi internal untuk menjaga sifat
dan perilaku TAAT terhadap apa yang diperintahkan Tuhan, serta

52
muncul kegelisahan ketika memiliki sifat dan perilaku yang dilarang
Tuhan.
Ibarat sebuah pohon, ketaatan perlu akar yang kokoh berupa rasa
syukur sebagai landasan kuat dalam memaknai segala peristiwa
yang dihadapi di dunia untuk terus tumbuh dan meningkat agar
memberi manfaat baik bagi diri sendiri, orang lain dan alam
semesta. Untuk menuju pada ketaatan yang dilandasi rasa cinta
kepada Tuhan, maka benih-benih perlu disemai dan ditanamkan
untuk menghasilkan pohon yang kuat melalui tiga nilai-nilai berikut
ini:
1. Bersyukur
Syukur adalah kunci dari kesehatan mental, perisai dari
kesombongan, dan penyelamat dari rasa rendah diri. Prof.Dr.
Hamka dalam Tafsir Al-Azhar mengemukakan bahwa bersyukur
adalah mempergunakan nikmat-nikmat Allah dengan sebaik-baiknya
sehingga menjadi manusia yang bermanfaat.
Syukur adalah sumber motivasi yang memberikan harapan baik atas
setiap kejadian. Bersyukur bukan hanya Ketika mendapat nikmat
melainkan juga ketika mengalami kejadian-kejadian yang dianggap
buruk oleh manusia. Bahkan Tuhan sendiri yang telah menjamin
bahwa di balik kejadian yang dianggap buruk oleh manusia
tersimpan kebaikan. Di antaranya adalah:
• Bersyukur ketika sakit karena di dalamnya ada dosa yang
digugurkan Tuhan.
• Bersyukur atas perlakuan buruk orang lain karena di dalamnya
ada peluang doa yang dikabulkan.
Untuk pandai bersyukur diperlukan iman. Iman bahwa setiap
peristiwa yang terjadi ada yang mengatur, dan dalam mengatur
setiap kejadian, Tuhan mendahulukan kasih dan sayang-Nya

53
daripada marah-Nya. Karena itu, potensi baik terpenting yang perlu
dijaga, dipelihara, dan ditanamkan kepada anak adalah iman dan
kepekaan untuk selalu bersyukur. Ketika anak tumbuh dengan
dibimbing untuk pandai bersyukur maka jiwanya akan kuat, tidak
menjadi lemah hanya karena ejekan teman dan tidak mudah
mengeluh.
Bersyukur sekaligus menjauhkan dari rasa sombong sehingga tekun
berusaha dan mudah merendahkan kepala bersujud kepada-Nya.
Meski bersyukur ketika menerima nikmat itu dianggap mudah,
namun ternyata manusia sering kali mendustakan nikmat, sehingga
Syukur manusia sering dipertanyakan Tuhan.43
Untuk menanamkan benih Syukur di hati santri Anda, Anda bisa
merutinkan penulisan jurnal syukur setiap hari dan juga afirmasi
syukur sebelum tidur. Untuk afirmasi syukur sudah saya tuliskan
contohnya di jilid ketiga kitab ini. Untuk jurnal syukur bisa ditulis
oleh masing-masing santri di buku khusus yang dibacakan di akhir
malam sebelum tidur di hadapan teman-teman kamar. Contohnya
bisa dibuat seperti pada halaman sebelah berikut ini.

54
Jurnal Bersyukur Santri Fajrul Islam
Hari:________________, Tanggal:_________________

Hal yang Membuatku Bersyukur Hari Ini Orang yang Berjasa Hari
Ini

1. 1.
2. 2.
3. 3.
4. Dst
5.
Quote Terbaik Hari Ini
Dst

“Bukan bahagia yang


membuatku tersenyum,
tapi tersenyum yang
membuatku Bahagia”

Peristiwa Menarik Hari Ini (Kisah Hikmah)

(Pagi) (Siang) (Malam)

Gambar 6: Jurnal Bersyukur Harian

55
Ketika ini bisa Anda jalankan dengan baik, alih-alih mengeluhkan
pesantren, santri Anda justru akan sibuk bersyukur dengan beragam
nikmat yang selama ini mungkin dianggap bukan nikmat.
Untuk menguatkan ini, mari berimajinasi sejenak. Bayangkanlah
Saya memberikan Anda yang sedang membaca kitab ini uang
sejumlah seratus milyar! Apakah Anda akan berterimakasih kepada
Saya? Apakah hati Anda senang dengan Saya Ketika Anda mengingat
peristiwa Saya memberikan Anda uang serratus milyar itu?
Baik. Suatu hari, Saya memanggil Anda seraya berkata, “Tolong
cucikan mobil Saya ya.”

Gambar 7: Ilustrasi Melakukan Sesuatu dengan Syukur

Bayangkanlah sekarang, bagaimana ekspresi dan perasaan Anda


saat mencuci mobil Saya? Senang, bahagia, tersenyum, ringan? Atau
berat, sumpek, bermuka masam dan menderita? Tentu saja Anda
akan seperti poto yang saya lampirkan di atas. Kenapa bisa begitu?

56
Itulah kehebatan syukur. Begitu juga Santri Anda, jika hari-harinya
diisi oleh energi syukur, maka insyaAllah ia akan lebih bersemangat
dan lebih bahagia dalam menjalankan aktifitas pesantren yang
padat. Saya membahasnya juga di bab kelima “Menjadi Naqib
Bahagia” pada kitab pertama ini.
2. Meningkat
Meningkat berarti terus bertumbuh menjadi lebih baik. Bertumbuh
bukan untuk mengalahkan orang lain, melainkan kemauan dan
kemampuan untuk berbuat lebih baik dari pada yang sudah pernah
dilakukan dan mengalahkan kemalasan diri sendiri.
Pemahaman bahwa hari ini harus diupayakan lebih baik dari pada
kemarin dan esok lebih baik daripada hari ini. Kemauan untuk
bertumbuh dengan sendirinya akan menghasilkan pencapaian-
pencapaian baik dan menumbuhkan keinginan untuk bersinergi
karena tidak didasari oleh dorongan iri hati, dendam, dan nafsu
untuk merendahkan orang lain.44
Dalam hal ini, perlu Saya tekankan bahwa ukuran peningkatan santri
adalah bukan saat ia mampu mendahului temannya. Dan ukuran
kemunduruan dia bukan saat tertinggal dari temannya. Standar
semacam ini hanya akan menghasilkan persaingan yang tidak
produktif, kecemburuan dan melemahnya semangat.
Setiap santri bisa menjadi rangking pertama setiap saat tanpa harus
berebut rangking dengan orang lain. Di sinilah pentingnya asesmen
dan pengenalan diri santri.
Penyusun sendiri, dalam hal hafalan al-Qur’an misalnya, tidak
menetapkan target yang sama untuk setiap santri. Akan tetapi kami
melakukan uji coba seberapa kadar kemampuan santri tersebut, dan
dilanjutkan dengan coaching agar santri bisa menentukan targetnya

57
sendiri. Santri yang kemampuannya menghafal lima baris per hari,
maka dia rangking satu setiap kali mencapai target itu, meski pun
ada temannya yang mencapai sepuluh halaman atau lebih. Yang
ditekankan adalah santri bertanggungjawab dengan target yang
ditetapkannya sendiri seraya dibantu dan dimotivasi, bukan
didorong untuk mengalahkan orang lain.
3. Bermanfaat
Inilah posisi tertinggi dari hasil pengasuhan dan pendidikan yang
berfokus pada penjagaan potensi baik. Bukankah sebaik-baik
manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lain dan alam
semesta? Menumbuhkan kemauan untuk berkontribusi dalam
mengupayakan kebaikan dan menghilangkan keburukan ke dan dari
diri manusia maupun alam semesta. Di sinilah fungsi manusia
sebagai wakil Tuhan di atas muka bumi diwujudkan.
Tentu semua itu dilakukan secara bertahap, dari sedikit menjadi
banyak, dari kecil hingga dewasa, hingga terwujud pribadi-pribadi
tangguh yang berkolaborasi menjadi gemilang.45
Ada istilah yang sudah masyhur di pesantren yaitu khidmah.
Khidmah adalah melakukan suatu tugas tertentu yang memiliki
kebermanfaatan untuk orang banyak. Mulai dari merapikan sandal
jama’ah masjid, membersihkan toilet, memungut sampah, dan
lainnya.
Seorang naqib harus bisa melihat peluang-peluang khidmah yang
ada di pesantren lalu menggunakannya untuk melatih dan
menanamkan jiwa kebermanfaatan kepada anggota. Tapi perlu saya
sampaikan bahwa khidmah bukan berarti meninggalkan pelajaran,
bolos kelas dan mengabaikan target hafalan atau keilmuan. Karena
sebagian orang meyakini bahwa hanya dengan ber-khidmah ia akan

58
sukses tanpa perlu belajar, tentu saja ini keyakinan yang muncul
akibat kesalahfahaman. Ilmu akan didapat dengan belajar, tapi
khidmah akan menyempurnakannya dengan keberkahan.
Setiap Perkataan adalah Doa dan Perilaku
Menguatkannya
Kadang manusia memaknai doa secara sempit, mereka mengira doa
hanyalah kata yang diucapkan saat tangan tengadah, kepala
bersujud, atau kaki bersimpuh.
Maka tak heran meski di setiap awal pagi tangan tengadah dan
berdoa: "Jadikanlah anakku anak yang menyejukkan," tetapi di
sepanjang siang mengeluh, baik terucap maupun dalam hati, "Duh!
Ini anak susah banget sih" atau “Kamu ngeyel banget sih, Nak" atau
"Hiih! Susah deh Papa mi-kirin kamu!" Hasilnya, kesejukkan tak
kunjung datang. Meski tiap malam memohon, "Ya Tuhan, jadikanlah
Aku orangtua yang sabar dalam mendidik anak-anak," tetapi di
sepanjang hari berkata pada diri sendiri bahkan mungkin pada orang
lain, "Aku ini pemarah" atau “Aku kan nggak sabaran" atau "Susah
mau jadi orang sabar". Hasilnya, si sabar pun tak kunjung hadir.
Mana yang Anda pilih:
• Menunggu datangnya si sabar baru kemudian tidak marah-
marah, atau membiasakan berbicara lembut dan perlahan agar
doa kita untuk menjadi sabar pantas dikabulkan?
• Menunggu keajaiban anak berubah baru kemudian kita merasa
sejuk atau memantaskan diri agar doa kita diperkenankan-Nya,
yakni dengan menyejukkan hati dan membiasakan
mengucapkan kalimat yang menyejukkan agar kesejukan itu
ditiru anak-anak kita?
Pantaskah doa diminta jika kita meyakini yang sebaliknya? Sangatlah
penting menjaga keselarasan antara doa dan ucapan sehari-hari.

59
Begitu pentingnya menjaga ucapan, dalam kitab ini juga akan
dijelaskan secara detail pola-pola bahasa yang memengaruhi
pikiran. Kata-kata kita, baik yang kita ucapkan pada diri sendiri
maupun pada orang lain akan memengaruhi perilaku kita dan orang
lain, dan akan menghasilkan program bawah sadar yang berfungsi
memproduksi perilaku-perilaku spontan.
Kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan
cabangnya menjulang ke langit. Pohon itu memberikan buahnya
pada setiap musim dengan seizin Tuhannya.46

60
BAB 4 KESALAHAN-KESALAHAN
PENGASUHAN47
Banyak calon orang tua tidak sungguh-sungguh belajar dan
menambah ilmu untuk mempersiapkan diri menjadi ayah dan ibu.
Kebanyakan hanya meniru kebiasaan-kebiasaan di sekitarnya atau
bagaimana dulu orangtuanya memperlakukan dirinya. Memang
banyak hal baik yang bisa ditiru, tetapi seiring perubahan zaman,
berubah pula tantangan pengasuhan kini dan masa depan.
Berikut ini adalah beberapa kesalahan-kesalahan umum dalam
pengasuhan yang sering kali dilakukan orangtua yang berakibat
pada rusaknya fitrah anak.
a. Tidak Membiasakan Mengambil Tanggung Jawab
Mungkin Anda ingat, dahulu apabila seorang anak terjatuh dan
menangis, ayah-ibu, kakek-nenek, atau pengasuhnya akan memukul
lantai sambil berkata, “Nakal ya, lantainya! Bikin jatuh" atau “Ada
kodok lewat ya, jadi jatuh." Sekilas sepertinya ini lucu dan bisa
menghibur anak agar tidak menangis, tetapi sebenarnya di dalam
perkataan ini Anda sedang mengajarkan pada anak untuk TIDAK
BERTANGGUNG JAWAB atas peristiwa yang terjadi pada dirinya,
mencari kambing hitam, menyalahkan orang lain, dan sekaligus
berbohong. Satu peristiwa kecil yang menanamkan banyak nilai
yang salah (installing wrong beliefs).

61
Coba lihat di sekitar kita sekarang. Inilah hasil dari kesalahan
pengasuhan yang banyak terjadi di masa lalu yaitu generasi yang
sulit mengakui kesalahan dan suka mencari kambing hitam.
Padahal ucapan yang tepat juga bisa tidak kalah menghiburnya jika
dikatakan dengan nada bicara yang ceria seperti, "Ayo, Nak, berdiri!
Kita obati bagian yang sakit sambil main dokter-dokteran, yuk.
Siapa dokternya? Ibu atau kamu?" Lalu setelah tangisnya reda, anak
diajak mengevaluasi peristiwa tadi, “Menurutmu, apa yang perlu
kamu lakukan supaya tidak jatuh seperti tadi?" Mungkin dia akan
menjawab, "Aku akan berjalan pelan-pelan," atau "Hati-hati lihat ke
depan" Apa pun jawabannya, biarkan dia mengekplorasi sendiri
dengan memulai dari kata "Saya/Aku/menyebut namanya sendiri".
Dengan demikian anak terbiasa mengambil tanggung jawab atas
perilakunya sendiri. Hargai setiap jawaban sesuai dengan umurnya.
Begitu juga ayah dan ibu perlu mengevaluasi diri, ketika ditegur oleh
pasangannya apakah langsung bersedia mengakui dan minta maaf
atau mencari alasan?
Contoh lain adalah soal menghabiskan makanan. Anak harus
menghabiskan makanan yang porsinya ditentukan dan diambilkan
oleh orangtuanya. Seharusnya orangtuanyalah yang menghabiskan.
Anak yang dipaksa menghabiskan makanan meskipun sudah
kenyang, akan kehilangan alarm kenyang yang dikirim tubuh ke
otak, sehingga sampai dewasa terus-menerus muncul dorongan
untuk menghabiskan seberapa pun makanan yang dihidangkan
hingga mengalami obesitas. Anak yang alarm kenyangnya biasa
diabaikan juga akan lemah pengendalian dirinya terhadap rasa
cukup. Jika alarm rasa cukup ini rusak, ia akan tumbuh dewasa
dengan sikap tamak hingga menginginkan hak orang lain. Ajari anak
untuk menghabiskan makanan yang diambilnya sendiri; mulai dari
mengambil sedikit, jika kurang baru mengambil lagi. Ini konsep yang
benar untuk bertanggung jawab dan menghindari perilaku mubazir.

62
Alih-alih mengharuskan anak bertanggung jawab atas hasil
perbuatan orangtua.48

63
b. Menanamkan Keyakinan yang Salah
Menanamkan keyakinan yang salah bisa bermula dari berbagai
bentuk. Mulai dari pemilihan kisah-kisah untuk diceritakan kepada
anak hingga pernyataan-pernyataan yang diucapkan setiap hari.
Mendongeng memang sebuah proses pembelajaran metaforis yang
banyak manfaatnya; hikmah, pujian, dan teguran dapat diselipkan
dalam cerita. Kemampuan bermain intonasi, suara, dan gaya
bahasa, menjadikan mendongeng sebuah kegiatan belajar yang
menyenangkan. Kepiawaian orangtua, pengasuh dan pendidik
dalam memilih cerita yang penuh hikmah sangat diperlukan. Kisah
kehidupan tokoh-tokoh yang patut diteladani dan contoh perilaku
baik sehari-hari adalah pilihan cerita yang baik. Tinggalkan kisah
kancil menipu buaya, kancil menipu anjing pak Tani, dan lain-lain.
Sungguh aneh ketika keberhasilan menipu dianggap sebagai prestasi
dan tanda kecerdasan(mungkin kisah kancil ini juga yang banyak
ditiru beberapa oknum pejabat masa kini. Barangkali dulu mereka

Motivasi, Apresiasi dan


Tes Kemampuan Hafalan: Merujuk hasil Tes IQ:
Coaching: Memotivasi santri
Memberikan seluruh santri sebagai pertimbangan Musyawarah: berdiskusi
dalam proses mencapai
waktu/durasi yang sama tambahan bisa merujuk hasil dengan santri dan
target, dan jika tercapai
untuk menghafal. Hasilnya tes IQ oleh psikolog, serta menyepakati target santri
memberikan apresiasi. Jika
bisa menjadi data awal saran pengembangan dari dalam menghafal.
tidak tercapai, membantu
untuk menentukan target. psikolog.
menemukan solusi.

64
terlalu sering mendengar kisah si kancil). Kisah-kisah tentang
peperangan ataupun kisah kebaikan melawan keburukan sebaiknya
ditunda hingga menjelang balig.
Beberapa orangtua juga sering membuat pernyataan-pernyataan
yang tidak didasari oleh landasan riset maupun dalil yang benar,
misalnya, minum es membuat sakit, lari-lari membuat jatuh, hujan
menyebabkan masuk angin dan sebagainya. Akhirnya anak
mengalami ‘alergi buatan' terhadap es dan hujan, serta malas
melakukan aktivitas fisik.
Kadangkala tanpa disadari ayah ibu menularkan keyakinannya yang
tidak memberdayakan kepada anak. Misalnya dengan mengatakan,
"Ayo belajar! Matematika itu susah, lho!" Sebetulnya yang
menganggap Matematika susah itu siapa? Ayah atau ibunya, bukan?
Lalu kalau merasa susah, mengapa mengajak anak untuk meyakini
hal yang sama? Belum tentu anak meyakini hal tersebut, tetapi ka-
rena dikatakan berulang oleh orangtuanya, dia akan ikut mengakui
sisi keyakinan yang sama. Mari berhitung, berapa banyak keyakinan
keliru seperti ini yang tanpa sadar telah Anda tanamkan ke dalam
pikiran anak-anak Anda.49

65
c. Berbohong
Berbohong adalah sebuah kesalahan serius yang sering dianggap
sepele. Demi tidak ingin melihat anaknya menangis, banyak orang
tua memilih berbohong. Misalnya ketika akan pergi, ayah atau ibu
mengatakan tidak akan ke mana-mana, tetapi kemudian diam-diam
pergi. Mengatakan akan ke rumah sakit padahal pergi ke bioskop.
Contoh lain, misalnya, menyuruh anak mengatakan bahwa ayah
atau ibu tidak di rumah ketika ada tamu atau panggilan telepon
yang tidak diinginkan. Berjanji tetapi diingkari juga sebuah pelajaran
kebohongan yang akan selalu diingat anak. Yang lebih parah lagi
orangtua berbohong mengatasnamakan Tuhan. Seperti yang sudah
dicontohkan sebelumnya di bagian konsep sabar.
Suatu hari ibu memanggilku, sementara Rasulullah SAW. sedang
duduk di rumah kami. Ibu berkata, “Mari sini. Aku akan memberimu
sesuatu." Rasulullah pun bertanya kepada ibuku,“Apa yang akan
kauberikan padanya?”Ibuku menjawab, "Aku akan memberinya
kurma.” Lalu beliau berkata kepada ibu, “Seandainya engkau tidak
memberinya sesuatu, niscaya dicatat atasmu sebuah kedustaan."
(HR. Abu Dawud)50

66
d. Labeling
Labeling adalah menempelkan kata sifat tertentu sebagai identitas.
Selama ini orang mengira hanya negative labeling seperti lelet,
malas, ngeyel, dan lain-lain-yang harus dihindari, padahal positive
labelling seperti anak hebat, si pemenang, si cantik, sama
berbahayanya dengan negative labeling. Catherine Scott dalam
bukunya Learn to Teach: Teach to Learn menyebutkan bahwa
memberi label positif menyebabkan anak menjadi sombong, terlalu
fokus pada hak, dan suka menyalahkan orang lain ketika mengalami
kesulitan. Lalu bagaimana caranya jika kita ingin memuji anak? Cara
memuji yang efektif akan dijelaskanpada bagian berikutnya.
Label akan menjadi sebuah keyakinan yang menetap lama dalam
pikiran bawah sadar. Ketika menangani klien saya sering menemui
masalah psikologis yang menghambat seseorang untuk berkembang
akibat label yang dibawanya sejak kanak-kanak.51
e. Pelit Melakukan Empat Hal Ajaib
Apa saja yang dimaksud dengan empat hal ajaib? Empat hal
tersebut:
Meminta maaf: Anak yang jarang dimintai maaf juga akan sulit
meminta maaf.

67
Berterimakasih: Anak yang tidak pernah mendapatkan ucapan
terima kasih akan sulit menghargai kebaikan orang lain dan
bersyukur atas hal baik yang dialaminya.
Menunjukkan kasih sayang: Menunjukkan kasih sayang bisa dengan
ucapan, sentuhan, atau tatapan mata. Anak yang memiliki tabungan
kasih sayang yang cukup akan tumbuh dengan jiwa yang sehat,
percaya diri, dan penuh empati. Berbagai hasil penelitian
menyebutkan bahwa sentuhan dan belaian sayang membantu
stabilitas kerja saraf, meningkatkan daya tahan tubuh, dan
meningkatkan fungsi hormonal.
Memuji: Latih telinga, mata, dan rasa, untuk menjadi detektif
kebaikan. Perhatikan anak Anda saat ia melakukan kebaikan. Meski
kecil, meski sangat sederhana. Meski itu hanya berupa senyuman
saat Anda berbicara dengannya, mengucapkan doa setelah makan,
bermain dengan saudaranya dengan Akur, berangkat sekolah tanpa
mengeluh, atau sekadar menutup keran air. Sering kali orangtua
abai untuk memuji hal-hal kecil yang sehari-hari dilakukan
anak,menganggap hal itu "sudah seharusnya". Padahal bermula dari
hal-hal kecil yang sudah baik inilah muncul dorongan untuk
melakukan hal-hal baik lainnya yang sama atau lebih besar, jika
dihargai.52

68
Buatlah catatan kebaikan. Kebanyakan manusia menghapuskan
semua catatan kebaikan seseorang dalam hatinya hanya karena satu
saja keburukannya, dan tetap mengingat keburukannya meski telah
banyak kebaikan yang dilakukannya. Catatan kebaikan
memudahkan kita untuk semakin bersyukur terhadap hal-hal kecil.
Bukankah dengan bersyukur akan semakin bertambah nikmat-Nya?
Kebanyakan konflik dalam hubungan manusia (bukan hanya dengan
anak) disebabkan kita sibuk menuntut orang lain begini dan begitu,
mengeluhkan ini dan itu, tapi sangat sedikit bersyukur.
Berikan apresiasi dan pujian terhadap setiap kebaikan yang
dilakukannya. Meskipun pujian itu sangat penting, namun orang tua
perlu memuji dengan cara yang benar.
Cara Memuji yang Efektif
• Puji perilaku, usaha, dan sikapnya, bukan karakteristik
orangnya.
• Nyatakan konsekuensi positif dari perilaku itu.
• Nyatakan dalam kalimat sederhana yang mudah dipahami.
• Tanamkan keimanan untuk siapa/apa dia memelihara
perilaku baik itu.
Memuji perilaku, usaha, dan sikap, membuat anak me-rasa yakin
bahwa ia mempunyai kendali atas perilakunya.Perilaku adalah hasil
usaha, bukan sesuatu yang melekat,bersifat genetik, dan tidak bisa
diubah.
Menyatakan konsekuensi positif dari perilaku, usaha,dan sikap anak,
berarti mengajarkan kepadanya untukmemahami sebab akibat dari

69
sebuah perbuatan. Pilihlah konsekuensi yang kasatmata dan bukan
berupa janji.
Pujian yang dinyatakan dengan kalimat sederhana memberikan
pesan yang jelas, perilaku apa yang diharap.kan dan tidak
berlebihan.
Menanamkan keimanan menumbuhkan keyakinan bahwa
perbuatan baiknya bukan sekadar untuk menyenangkan orang lain
termasuk orangtuanya sendiri, tetapi sebagai bagian dari tujuan
penciptaan manusia.
Contoh Memuji yang Efektif
"Bagus sekali Kakak sudah meletakkan sepatu di raksepulang
sekolah, rumah kita jadi rapi. Allah sukapada keindahan."
“Wah! Kalian berdua bermain dengan Akur dan ber-bagi. Mama
bahagia kalian saling menghargai danmenyayangi, Tuhan
menyayangi orang yang menya-yangi sesama."
Contoh Pujian yang Tidak Efektif
"Duh! Hebatnya anak Ayah. Paling keren sedunia.Sudah besar,
pintar merapikan kamar. Jangan sepertikemarin ya, berantakan di
mana-mana, sakit mataayah melihatnya."
ADA TIGA KESALAHAN DALAM PUJIAN DI ATAS:
• Memuji karakteristik orangnya, bukan perilakunya;
• Berlebihan;
• Diikuti dengan kritikan dan mengungkit kesalahanyang telah
lalu.
Pujian yang diikuti kritikan atas perilaku yang sudah terjadi di masa
lalu akan menjadikan pujian itu kehilangan arti. Memuji karakteristik
orang, seperti pintar, cantik, hebat, sudah besar dan hal-hal lain

70
yang sifatnya membentuk konsep, akan membingungkan karena
sifat-sifat tersebut relatif. Ketika suatu saat nanti Anda dihadapkan
pada kondisi yang berbeda, Anda akan terjebak dalam sikap yang
tidak kongruen. Misalnya, ketika anak minta izin untuk menonton
film yang bukan untuk usianya di malam hari bersama teman-
temannya, Anda mungkin mengata-kan, “Masih kecil kok nonton
film remaja, malam-malampula seperti anak nakal saja." Lho, ketika
memuji kamaryang rapi, Anda bilang dia sudah besar; mengapa
ketikamau nonton filIm Anda katakan masih kecil? Jadi sebetulnya
dia sudah besar atau masih kecil? Ketika memuji,Anda mengatakan
ia anak hebat, sekarang Anda mence-lanya seperti anak nakal.
Kenapa tadi hebat dan kerensekarang jadi nakal? Bingung
sendiri,kan?
Dweck (2006), seorang profesor bidang psikologi diStanford
University, dalam penelitiannya mengenai efekmemuji, menemukan
bahwa anak yang dipuji kepintaran-nya mudah frustrasi saat
mengalami kegagalan dan tidakberani mengambil risiko. Anak-anak
yang dipuji usaha danperilakunya justru cepat bangkit saat tidak
berhasil me-nyelesaikan sebuah tugas dan mau berusaha lebih
keraspada kesempatan berikutnya. Memuji dengan kata-katayang
berlebihan akan mendatangkan rasa sombong danmenjerumuskan,
bahkan Rasulullah SAW. mengumpamakanorang yang memuji
berlebihan seperti memotong leherorang tersebut.
f. Fokus pada Kekurangan, Suka Mencela, Doyan
Mengeluh
Kekeliruan ini berkaitan erat dengan bagian sebelumnya. Ayah dan
ibu yang pelit melakukan empat hal ajaib di atas, kemudian menjadi
cenderung berfokus pada kekurangan dan menyampaikannya dalam
bentuk celaan atau keluhan. Tidak jarang konser keluhan menjadi
nyanyian favorit di rumah dengan syair sebagai berikut:

71
Ayah: "Duh! Ayah sudah capek bekerja, tambah capek melihat
rumah berantakan.”
Ibu: "Memangnya Ibu tidak capek? Pekerjaan rumah banyak,
seterikaan banyak, ini anakmu tidak mau membantu."
Anak: "Aku juga capek Ma, sekolah, banyak PR,Papa dan Mama
marah-marah terus."
Cara Mengeur Efektif
Rumah seperti ini menimbulkan rasa gerah, tidak heran jika seisi
rumah lebih suka mencari komunitas lain diluar rumah. Kalau
begitu, apakah tidak boleh menegur anak? Tentu boleh. Pada poin
sebelumnya telah dijelaskancara memuji yang efektif, berikut ini
adalah cara menegur yang efektif:
• Tegur PERILAKU-nya bukan karakteristik orangnya.
• Katakan secara tepat apa kesalahan perilakunya.
• Katakan pada anak bahwa dia mampu membuat perubahan
atau pernah bersikap lebih baik dari itu.
• Tidak mengungkit kesalahan yang lalu.
• Tetap cintai orangnya.53

72
Contoh Menegur Efektif
"Kak, karena kamu tidak menyiapkan buku sebelum tidur, PR-mu
tertinggal. Selama ini ibu mengamatibahwa kamu akan ingat
membawa PR-mu jika sebelum tidur tas sekolahmu sudah disiapkan.
Artinya, kamu BISA lebih baik dari hari ini" (disertai senyuman dan
tepukan di bahunya).
Contoh Teguran Tidak Efektif Alias Lebay
"Kak, tuh kan ... PR-mu ketinggalan lagi. Masih muda jangan pelupa
dong. Makanya siapkan tas sekolah sebelum tidur. Ingat nggak?
Minggu lalu juga gini kan? Siapa coba yang repot? Ibu, kan?! Harus
mengantar PR-mu ke sekolah. Besok-besok jangan malas dan
jangan lupa siapkan ya" (Ghrrrr! mengeluarkan suaralebah terbang,
menggerutu keluar kamar, dan belumsampai di luar kamar sudah
kembali lagi) "Ingat Iho ya, ibu nggak mau ngantar PR-mu lagi."
Menegur bukan karena benci, memuji tanpa menjadikan lupa diri.
Menegur ada caranya, memuji ada adabnya.

73
g. Ancaman Kosong
Ancaman kosong ibarat syair lagu, "Kau yang mengancam, kau yang
mengingkari." Ini salah satu kebiasaan yang dianggap tidak penting
tetapi menjadi sumber masalah besar. Tidak hanya terjadi di
keluarga tetapi juga di sekolah dan di masyarakat. Apakah Anda
pernah mendengar atau melakukan beberapa contoh berikut ini?
Saat anak sibuk dengan gadget-nya, seorang ayahmarah dan
berkata, "Berhenti main gadget! Nanti Papa buang gadget itu ke
got!" Tapi saat anak tetap main, sang ayah tidak membuang gadget
seperti yang telah diancamkannya. "Sayang dong dibuang,"
mungkin demikian pikir sang ayah).
Ketika anak-anaknya bertengkar di dalam mobil, se-orang ibu
menghardik, “Berhenti atau Mama suruh kalian jalan!" Tetapi ketika
mereka tetap bertengkar, sang ibu tidak berani menyuruh mereka
jalan kaki, hanya omelannya saja yang bertambah panjang.
Semakin sering Anda melakukan hal itu, semakin hancur nilai Anda
di mata anak. Kata-kata Anda tidak ada harganya. Mereka tumbuh
menjadi anak yang abai, tidak sopan, dan suka melanggar aturan.
Seperti menjamurnya kejahatan di sebuah negara karena hukumnya
tidak dite-gakkan.
Suka mengancam tapi tidak melakukan apa yang di-ancamkan sama
parahnya dengan berjanji dan tidak menepatinya. Sebuah kombinasi
antara berbohong, inkonsistensi, dan lalai menegakkan hukum.
Orang seperti ini akan menjadi figur yang tidak bisa dipercaya
sekaligus tidak pantas disegani.
Sebetulnya mengancam adalah perilaku yang tidak perlu dilakukan.
Perilaku mengancam pada dasarnya menunjukkan diri yang lemah
dalam perencanaan. Peraturan seharusnya disepakati di depan dan
menjadi bagian dalam aturan umum keluarga. Untuk kegiatan-
kegiatan yang bersifat insidental perlu dilakukan briefing dan role

74
playing singkat sehingga secara mental seluruh keluarga siap
menjalani kondisi yang akan dihadapi. Mengenai cara briefing dan
role playing akan dijelaskan pada bagian lain kitab ini.54
h. Suka Menakut-nakuti
Di balik sikap orang tua yang suka menakuti-nakuti anak,
sesungguhnya tersimpan rasa malas, baik malas bertindak maupun
malas berpikir kreatif. Berikut ini beberapa contoh kasus:
• Malas memikirkan cara kreatif untuk membuat anak tertarik
pada makanan sehat, orangtua lebih mudah mengancam,
“Awas kalau nggak makan, nanti sakit lalu disuntik dokter."
(Kasihan sekali dokter menjadi kambing hitam)
• Malas mengikuti anak mengeksplorasi kemampuannya
membuat ayah yang sedang asyik menonton bola memilih
meneriaki buah hatinya yang sedang memanjat kursi dengan
kata-kata, "Awas, jangan manjat-manjat, nanti jatuh!"
Ketika si anak jatuh sungguhan, sang ayah lalu berteriak lagi,
"Nah, ayah bilang juga apa. Jatuh, kan?!" (Belum lagi kalau
ditambah dengan menyentil atau memukul).
Sebenarnya ada banyak pilihan respons yang lebih memberdayakan,
seperti:
Meninggalkan aktivitas menonton dan dengan sigap menjaga sambil
mengajarkan, “Ayo Nak, tangannya pegang ini, kaki kanan ke

75
sebelah sini ya, bagus sekali. Bagaimana kalau kita memanjat
monkey bar di taman depan rumah? Lebih asyik dan lebih aman,
yuk.”
Menyingkirkan kursi-kursi yang tidak stabil dan menggantinya
dengan tikar dan bantal.
Mengalihkan perhatian kegiatan lain yang sama menariknya
misalnya bermain cat warna-warni dan menemaninya bermain cat.
(Orangtua yang malas akan berdalih: Ih! Menyediakan cat? Kalau
kotor, Aku juga yang harus membersihkan lantai. Repot ah!).
Anak yang dididik dengan cara ditakut-takuti akan tumbuh dewasa
dengan rasa takut terhadap banyak hal, yang kelak akan banyak
disesali oleh orang tuanya sendiri karena tidak mudah
memperbaikinya.
Mendidik anak memang berat, karena itulah hadiahnya peluang
surga. Jika tidak berat, mungkin hadiahnya hanya minipower bank.55
i. Disuapi Solusi
Lemahnya kemampuan melakukan parental coaching yaitu
kemampuan membimbing anak menemukan solusi dan
melakukannya, membuat para orangtua cenderung tergesa-gesa
memberikan solusi pada setiap permasalahan anak. Anak tumbuh
dewasa tanpa memiliki kemampuan memecahkan masalah. Ketika
anak mengeluh gurunya galak, orangtua tergopoh-gopoh menemui
kepala sekolah atau memberi nasihat singkat, "Sabar saja. Guru
memang begitu." Saat anak mengeluh pelajarannya sulit, orangtua
segera memanggil guru les privat. Ketika mencari sekolah, orangtua
turun langsung mulai dari antre formulir pendaftaran sampai

76
dengan mengamati pergerakan siswa. Bahkan ketika mulai masuk
kuliah pun orangtua sibuk mencarikan tempat kos yang nyaman,
menghitungkan jarak dari tempat kos ke kampus, mengira-ngira
apakah sebaiknya naik bus atau dibelikan kendaraan.
Memberi perhatian, mendukung, dan mengantarkan anak ketika
anak mencari sekolah memang hal yang baik. Tetapi, latihlah dia
untuk melakukan sendiri apa yang masih bisa dilakukannya sendiri
meskipun mungkin perlu pengawasan dari Anda. Mungkin Anda
berkata, “Tapi, ba-gaimana kalau belum-belum anak saya sudah
mengeluhdan ragu?" Mari berkaca, kebiasaan siapa yang
ditirunya?56
j. Pembiaran
Banyak kasus perilaku tidak pantas-seperti suka mengeluarkan kata-
kata kotor atau makian, merusak, mengambil hak orang lain, hingga
penyimpangan seksual yang semua itu bermula dari pembiaran
sejak pertama kali perilaku tersebut muncul. Orangtua perlu
waspada dan tidak abai ketika anak mulai mencoba-coba perilaku-
perilaku tersebut. Menegur secara tegas namun tidak perlu marah
berkepanjangan. Misalnya ketika anak bersikeras membawa pulang
mainan milik temannya, orangtua harus dengan tegas meminta
anak mengembalikan mainan tersebut meskipun si anak meraung-
raung. Kadang-kadang karena merasa sungkan orangtua teman akan
menga-takan: "Tidak apa-apa bawa saja." Situasi ini mungkin
membuat canggung, tetapi secara santun ucapkan apresiasi Anda

77
atas kebaikan mereka; dan jika mereka ingin menghadiahkannya
pada anak Anda, sebaiknya hal itu dilakukan pada kesempatan lain
agar tidak membentuk kebiasaan baru, yaitu meminta dengan
meraung-raung.57
k. Fokus pada Dunia
Meskipun diletakkan di bagian terakhir dari contoh-contoh
kesalahan pengasuhan, bukan berarti masalah ini kurang penting
dibandingkan yang lain. Justru fokus pada duniaadalah salah satu
kekeliruan paling mendasar yang menyusup tanpa disadari. Banyak
orang tahu bahwa kehidupan akhirat lebih penting dan utama,
tetapi kebanyakan baru sampai pada tataran tahu sehingga belum
menjadi bagian dari jiwa yang terpancar melalui sikap, perbuatan,
dan ucapan. Berikut ini contoh kata dan perbuatan yang
mencerminkan fokus pada dunia:
“Mau jadi guru? Guru kan gajinya kecil, jadi insinyur saja, Nak."
(Kalaupun Anda ingin memotivasi anak menjadi insinyur, bukan
karena gajinya lebih besar tetapi mungkin karena jumlah insinyur di
kota itu masih sangat sedikit sehingga lebih bermanfaat bagi orang
banyak).
"Ayah sudah banting tulang untuk menghidupi kalian."
(Lupa bahwa yang menjamin rezeki itu Tuhan, Tuhan menitipkan
rezeki itu pada sang ayah. Jangan-jangan rezeki anak itu lebih besar
dan ayahnya justru "numpang" dari rezeki anak).

78
"Kamu diejek? Balas ejek saja. Itu baru adil.”
(Menegakkan kebenaran dan keadilan memang baik, tetapi
menitikberatkan bahwa balasan sebuah perbuatan harus terjadi di
dunia adalah pemahaman yang keliru. Kadang balasan itu sesuai
namanya, datang di hari pembalasan).
Sibuk membangunkan anak pada hari sekolah karena takut
terlambat, tetapi permisif membiarkan anak tidur hingga lewat
waktu subuh di hari libur dengan alasan, "Kasihan dia lelah, Allah
Maha Tahu anakku lelah."
Bagaimana kita akan berhasil menjaga fitrah, jika ayah-ibunya
sendiri yang justru membelokkan cara pandangnya dari memandang
hidup sebagai jalan mencari bekal untuk kehidupan akhirat, menjadi
berfokus pada dunia?58

79
80
BAB 5 MENJADI NAQIB BAHAGIA
a. Bahagia Membahagiakan
Secara ringkas, bab ini ini berusaha memaknai satu hadits singkat
yang lahir dari pertanyaan Jariyah Ibnu Qudamah tatkala ia berkata
kepada Rasulullah SAW, “Berilah Aku wasiat”. Beliau menjawab,
“Engkau jangan marah!” Orang itu mengulangi permintaannya
berulang-ulang, kemudian Nabi SAW bersabda: “Engkau jangan
marah!”
Dalam hadits yang lain disebutkan, “Jangan marah, bagimu syurga.”
Kita telah maklum bahwa santri yang belajar dalam kondisi mood
yang baik, dan jiwa yang bahagia, akan lebih mudah memahami
atau menghafal pelajaran. Bahkan sebagian orang berkata,
“Kebahagiaan adalah kunci ilmu.”
Maka tugas seorang guru, mu’allim, naqib sebelum mengajarkan
ilmu dan nilai moral kepada santrinya yaitu membahagikan mereka
terlebih dahulu dan membantu mereka mendapatkan mood yang
baik dan siap untuk belajar.
Tapi, bisakah Anda membahagiakannya jika setiap saat Anda
memarahinya, membentaknya, mengkritiknya? Jangankan
membahagiakannya, Anda bahkan tidak bisa membahagiakan diri
Anda sendiri dalam keadaan tersebut. Sebab orang yang tidak
bahagia, bagaimana bisa membahagiakan orang lain? Orang yang
tidak memiliki, bagaimana bisa memberi?
Ketika Jariyah Ibnu Qudamah bertanya berkali-kali, lalu Nabi SAW
menjawabnya berkali-kali dengan jawaban yang sama “engkau
jangan marah!”, ini merupakan sebuah kode atau rahasia bahwa
dalam jawaban tersebut terkandung banyak hal. Artinya, ketika
seseorang marah, ia tidak hanya marah semata, tapi itu bisa

81
berdampak dengan urusan pekerjaannya, ibadahnya, makan
minumnya, interaksinya, keputusannya bahkan kesehatannya.

Setan membisiki manusia bahwa dengan marah ia menjadi kuat,


padahal hakikatnya ia akan melemah baik fisik atau pun jiwanya.
Tidak ada seorang pemarah pun yang kuat! Maka renungkanlah
sabda suci Nabi SAW:
‫ب‬ َ َ‫سهُ ِع ْن َد ْالغ‬
ِ ‫ض‬ َ ‫شدِي ُد الَّذِي َي ْم ِلكُ َن ْف‬
َّ ‫ إِ َّن َما ال‬،ِ‫عة‬
َ ‫ص ْر‬ َ ‫لَي‬
َّ ‫ْس ال‬
ُّ ‫شدِي ُد ِبال‬
"Orang yang kuat itu bukanlah yang pandai bergulat, tetapi yang
dapat menguasai diri di kala ia marah" (HR. Ahmad dan Ibnu
Hibban).
Artinya, ketika Anda marah, Anda akan menjadi lemah, kehilangan
kekuatan, tidak produktif, tidak bisa berfikir jernih. Ketika Anda
lemah dan kehilangan kekuatan dan produktifitas Anda, jangankan
menguatkan dan menghebatkan orang lain, Anda bahkan tidak
mampu menguatkan dan menghebatkan diri Anda, jangankan
membahagikan orang lain, Anda bahkan tidak bisa membahagiakan
diri Anda sendiri, kecuali Anda ingin berubah dan mau
menyelesaikan emosi marah Anda.
Para ilmuwan di Universitas Harvard—sebagaimana dipublikasikan
halodoc(dot)com—menemukan pada orang sehat, bahwa hanya
meminta mereka untuk mengingat pengalaman marah dari masa

82
lalu, dapat menyebabkan penurunan selama enam jam dalam kadar
antibodi imunoglobulin A, yaitu garis pertahanan pertama sel
melawan infeksi.
Dilansir dari Harvard Health Publishing, penelitian menunjukkan
bahwa dalam dua jam setelah ledakan amarah, seseorang berisiko
lebih tinggi mengalami nyeri dada (angina), serangan jantung, atau
risiko irama jantung.
Hal ini karena kemarahan menyebabkan keluarnya hormon stres
seperti adrenalin yang membuat jantung berdetak lebih cepat dan
tekanan darah naik. Kemarahan juga membuat darah Anda lebih
mungkin menggumpal, yang sangat berbahaya bila arteri Anda
menyempit oleh plak yang mengandung kolesterol.
Akhirnya, bagaimana agar cita-cita mulia Anda menghebatkan santri
Anda tercapai? Bahagiakanlah ia terlebih dahulu. Bagaiamana Anda
bisa membahagiakannya? Jadilah orang yang bahagia, karena hanya
orang bahagia yang bisa membahagiakan orang lain. Bagaimana
agar Anda bahagia? Setidaknya, selesaikanlah emosi amarah Anda.
Bagaimana amarah itu bisa selesai? Itulah yang akan coba
dituturkan dalam kalimat-kalimat setelah ini dalam bab ini.
Bismillah.
b. Minyak Wangi dan Antena
Pernahkah Anda mendengar hadits tentang minyak wangi dan
pandai besi? Hadits ini sangat penting sekali kaitannya dengan
pengendalian emosi. Mari simak haditsnya:
‫ب‬ َ ‫ال َي ْع َد ُمكَ مِ ْن‬
ِ ِ‫صاح‬ َ ، ‫ِير ْال َحدَّا ِد‬ ِ ‫ َوك‬، ِ‫ب ْالمِ سْك‬ ِ ِ‫صاح‬ َ ‫ِيس الس َّْوءِ َك َمثَ ِل‬ ِ ‫ِح َو ْال َجل‬ ِ ‫صال‬
َّ ‫ِيس ال‬ ِ ‫َمثَ ُل ْال َجل‬
ً‫ِير ْال َحدَّا ِد يُحْ ِر ُق َب َدنَكَ أ َ ْو ثَ ْو َبكَ أ َ ْو ت َِج ُد مِ ْنهُ ِري ًحا َخ ِبيثَة‬
‫ك‬
ُ َ ‫و‬ ، ُ ‫ه‬ ‫ح‬ ‫ي‬ ‫ر‬ ‫د‬
ُ ‫َج‬
َ ِ ِ ْ ِ ِ ‫ت‬ ‫و‬ َ ‫أ‬ ، ‫ه‬ ‫ي‬ ‫َر‬ ‫ت‬ ْ
‫ش‬ َ ‫ت‬ ‫ْالمِ سْكِ ِإ َّما‬
“Seseorang yang duduk (berteman) dengan orang sholih dan orang
yang jelek adalah bagaikan berteman dengan pemilik minyak misk
dan pandai besi. Jika engkau tidak dihadiahkan minyak misk
olehnya, engkau bisa membeli darinya atau minimal dapat baunya.

83
Adapun berteman dengan pandai besi, jika engkau tidak mendapati
badan atau pakaianmu hangus terbakar, minimal engkau dapat
baunya yang tidak enak.” (HR. Bukhari no. 2101, dari Abu Musa)
Simak juga perkataan Al Fudhail bin ‘Iyadh berikut ini,
َ ‫َظ ُر ال ُمؤْ مِ ِن ِإلَى ال ُمؤْ مِ ِن َيجْ لُو القَ ْل‬
‫ب‬ ْ ‫ن‬

“Pandangan seorang mukmin kepada mukmin yang lain akan


mengilapkan hati.” Maksud beliau adalah dengan hanya
memandang orang sholih, hati seseorang bisa kembali tegar. Oleh
karenanya, jika orang-orang sholih dahulu kurang semangat dan
tidak tegar dalam ibadah, mereka pun mendatangi orang-orang
sholih lainnya.
‘Abdullah bin Al-Mubarok mengatakan, “Jika kami memandang
Fudhail bin ‘Iyadh, kami akan semakin sedih dan merasa diri penuh
kekurangan.”
Hadits dan perkataan ini menunjukkan bahwa emosi seseorang itu
bisa menular kepada orang di sekitarnya. Baik itu emosi positif
seperti semangat, bahagia, keshalihan dan lainnya. Begitu pun
halnya emosi negatif seperti iri dengki, marah, kemalasan, dan
lainnya.
Jika Anda sendiri tidak bisa menyelesaikan emosi Anda, lalu Anda
menjadi pemarah, pemalas dan lain sebagainya, maka jangan heran
jika santri Anda melakukan hal yang sama.
Jika Anda ingin Santri Anda bahagia, rajin, bersemangat, maka
install-lah emosi positif itu pada diri Anda, cepat atau lambat ia akan
mengalir merasuki jiwa santri Anda.
Coba Anda perhatikan kembali hadits tentang minyak wangi dan
pandai besi di atas. Saya urai pelan-pelan dalam beberapa poin
berikut:

84
• Penjual minyak wangi mempengaruhi orang yang
menemaninya sehingga orang yang menemaninya itu
menjadi wangi. Artinya sang penjual minyak wangi
memberikan manfaat kepada temannya itu.
• Setelah temannya menjadi wangi, apa yang akan didapatkan
sang penjual minyak wangi darinya? Sang penjual minyak
wangi bisa mencium aroma wangi dari temannya sehingga ia
senang dengannya. Artinya, sang penjual minyak wangi
memberikan manfaat dengan mewangikan temannya,
sekaligus setelah itu ia mendapat manfaat dari temannya
berupa bau wangi itu sendiri.
• Sang pandai besi memberikan bau tidak enak kepada
temannya, artinya sang pandai besi memberikan mudharat
untuknya.
• Setelah temannya itu berbau tidak enak, apa yang didapat
oleh pandai besi? Ia mendapatkan mudharat yang sama,
yaitu aroma bau dari temannya tersebut. Artinya, sang
pandai besi memberikan mudharat sekaligus menerima
mudharat juga.
Lalu bayangkanlah sebuah router wifi dengan dua antena. Seperti
itulah manusia. Ia memiliki dua antena, satunya berfungsi sebagai
pemancar emosi, satu lagi sebagai penangkap emosi.

Pemancar Pemancar
Penangkap
Penangkap

Santri
Mu’allim/naqib

Gambar 8: Poto Router dari Freepik

85
Ketika Anda memancarkan emosi positif, misalnya kebahagiaan,
kepada orang sekitar Anda, maka mereka menangkap emosi positif
Anda dengan antena penangkap yang mereka miliki. Setelah ia
menyimpan emosi positif Anda itu dalam jiwanya, ia
memancarkannya kembali dengan antena pemancarnya kepada
Anda, dan Anda mendapatkannya dengan antena penangkap yang
Anda miliki.
Begitu pula sebaliknya, jika yang Anda pancarkan emosi negatif,
maka emosi negatif itu juga yang akan kembali kepada Anda.
Itulah kira-kira yang Saya fahami dari firman Allah,
َ َ ُْ َ ْ َ ْ ُ َُْ ْ ُ ْ َ ْ َ ْ ُ ْ َ ْ َ ْ
ْۗ‫ْۗواِ ن ا َسأت ْم فل َها‬
‫ِان احسنتم احسنتم ِلانف ِسكم‬

“Jika kamu berbuat baik, (berarti) kamu telah berbuat baik untuk
dirimu sendiri. Jika kamu berbuat jahat, (kerugian dari kejahatan)
itu kembali kepada dirimu sendiri.” (QS. Al-Isra: 7)

c. Kenapa Orang Marah?


Pernahkah Anda melihat dua orang yang mengalami kejadian yang
sama, tapi memiliki respon yang berbeda? Untuk lebih
memahaminya, mari kita perhatikan cerita ilustrasi berikut:

86
Andi, remaja berusia 14 tahun di suatu pagi yang cerah pergi ke
pasar bersama pamannya, yang biasa dipanggil Om Amran. Om
Amran dibonceng Andi dengan motor baru dibeli dua belas hari
yang lalu.
“Wessssss!!!” suara mobil tiba-tiba menyalip dengan kencang
mengagetkan Andi yang sedang asyik melihat bangunan-bangunan
toko di sepanjang jalan dari atas motornya.
“Kurang ajar! Nyalip tidak pake klakson dan lampu sen. Mobil aja
mahal, akhlak ga ada!!!” Teriak Andi spontan mengutuki
pengendara mobil yang sudah hilang dari pandangannya dalam
beberapa saat.
“Huss, Andi. Gaboleh begitu.” Suara om Amran menenangkannya.
“Andi kaget Om, orang itu kurang ajar soalnya. Sombong mentang-
mentang pake mobil, nyalip seenaknya!” Keluh Andi.
“Justru Om kasian sama dia, dia sedang panik, kemungkinan ia
sedang terburu-buru mengantar istrinya ke dokter untuk bersalin.
Mungkin istrinya sedang menjerit kesakitan di dalam mobil karena
hendak melahirkan.” Nasihat Om Amran penuh pengertian.
“Kok bisa kepikiran begitu?” Tanya Andi penasaran.
“Iya, dulu Om pernah mengalami seperti itu juga. Saat tantemu mau
melahirkan anak Om yang pertama, dia menjerit kesakitan, malah
sampe keluar plek darah di rumah, om pun panik dan langsung
ngebut pakai mobil agar tantemu segera ditangani dokter.
Melahirkan itu taruhannya nyawa tantemu dan nyawa anak om
sekaligus.” Ceritanya disertai senyuman penuh arti di wajahnya.
***

87
Poin dan Istilah:
Dari cerita di atas, berikut beberapa poin dan istilah yang penting
dipahami:
• Kejadian mobil menyalip tiba-tiba itu disebut realitas
eksternal.
• Tuduhan sombong dari Andi dan dugaan sedang membawa
istrinya yang melahirkan dari Om Amran namanya persepsi
atau realitas internal.
• Pengalaman Om Amran membawa istrinya saat hendak
melahirkan namanya filter.
• Reaksi marahnya Andi dan empatinya Om Amran itu
namanya state emosi.
Tahapannya seperti ini:
Pengalaman
“Lagi buru-buru
membawa istri
melahirkan tuh”
melahirkan

Pengalaman “Pasti orang


melihat orang sombong nih”
sombong

REALITAS FILTER REALITAS


EKSTERNAL INTERNAL

EMPATI MARAH!

STATE EMOSI

Jadi, kita sebenarnya bisa memilih state emosi kita sendiri, apakah
kita memilih marah, empati, bersedih, atau lainnya dengan cara
mengatur realitas internal kita. Ralitas internal ini bisa dipengaruhi
oleh sejumlah hal, bisa pengalaman, ilmu, bahasa, nilai-nilai,

88
keyakinan, kebiasaan, keputusan, niat, dan lainnya. Itulah yang
disebut dengan filter atau saringan.
Semakin baik filter kita, maka akan semakin baik realitas internal
yang kita ciptakan, dan semakin baik juga state emosi yang kita
hasilkan.
Cerita Andi dan Om Amran tadi misalnya, filternya menggunakan
pengalaman. Bisa juga filternya diganti dengan filter nilai atau
keyakinan. Misalnya dalam Islam ada ajaran Husnuzhan (baik
sangka). Setiap kali kita menemukan kejadian atau realitas eksternal
yang tidak sesuai dengan harapan kita, maka kita filter dengan nilai
keislaman yaitu husnuzhan. Sehingga nanti akan muncul realitas
internal yang baik-baik, “Oh, mungkin begini, mungkin begitu..”.
Karena realitas internalnya baik, maka state emosi yang dihasilkan
juga menjadi baik.
Jadi, jika Anda bertanya lagi “Kenapa orang marah?” karena realitas
internalnya buruk, kenapa realitas internalnya buruk? Karena
filternya buruk? Kenapa filternya buruk? Karena pengalaman,
keyakinan, nilai, bahasa, pengetahuan, dan lainnya buruk.

Inilah maksud dari sekian banyak dalil tentang pentingnya menjaga


pandangan, memilih teman pergaulan, memakan hanya yang baik-

89
baik dan halal, anjuran berkumpul bersama orang-orang baik,
urgensi menuntut ilmu dan mengamalkannya, dan lain-lain
sebagainya, itu semua intinya adalah agar filter kita menjadi baik.
Lakukan langkah-langkah aksi berikut sebelum Anda melanjutkan ke
bab-bab berikutnya.

90
d. Selesaikan Diri Anda
Pada bab sebelumnya Anda dapat menyimpulkan bahwa semua
tergantung diri Anda sendiri, apakah Anda memilih untuk marah
atau tidak. Maka, penting sekali Anda untuk menyelesaikan emosi
diri sendiri. Ada banyak langkah-langkah praktis menyelesaikan
emosi diri sendiri, beberapa diantaranya yang diajarkam guru-guru
saya: senyum, mendoakan kebaikan, bersyukur, self distance,
limiting beilief, reframing, anchor, perceptual position, bad
memories healing, cuci otak cuci hati. Beberapa diantaranya akan
Saya sampaikan pada bab ini.
1. Tersenyumlah
Ingatkah Anda dengan beberapa kalimat pembuka dalam pengantar
kitab ini di awal? Iya, disana saya sebutkan tantang sosok teladan
paling mulia untuk kita tiru yaitu Nabi Muhammad SAW. Seorang
manusia paling banyak masalah dan ujian menyertai langkahnya,
tapi ia tetap stabil dalam mengendalikan emosinya. Apa rahasianya?
Salah satunya adalah ia selalu tersenyum.
Beliau tersenyum ketika bertemu dengan sahabatnya. Saat beliau
menahan amarah atau ketika beliau berada di majelis peradilan
sekalipun.
‫صلى هللا عليه‬- ‫ ما َح َجبني رسو ُل هللا‬:-‫كما في الصحيحين‬- ‫ يقول‬-‫رضي هللا عنه‬- ‫فهذا جرير‬
.‫ وال رآني إال تَ َبسَّم في وجهي‬، ُ‫ منذُ أسملت‬-‫وسلم‬
Diriwayatkan dari Jarir dalam sahih Bukhari dan Muslim, berkata,
“Sejak Aku masuk Islam, Rasulullah SAW tidak pernah menghindar
dariku. Dan beliau tidak melihatku kecuali beliau pasti tersenyum
kepadaku.”
Dalam hadist sahih yang diriwayatkan Bukhari Muslim, Sahabat Anas
Bin Abdul Malik menceritakan:

91
‫كان يمشي فأدركه أعربي فجذبه جذبا شديدا وكان عليه برد نجرني غليلظ الحاشيه قال أنس‬
‫ حتى إلى عنق رسول هللا صلى هللا عليه وسلم قد أثر فيه حاشية البرد من شدة‬: ‫رضي هللا عنه‬
‫ ثم أمر‬،‫ فلتفت إليه رسول هللا وضحك‬،‫ يا محمد هب لى من مال هللا الذي عندك‬:‫ فقال‬،‫جذبه‬
)‫ متفق عليه من حديث أنس‬:‫بإعطائه (الحديث‬
“Pada suatu hari Nabi Muhammad Saw berjalan bersama Sahabat
Anas Bin Abdul Malik. Kemudian seorang Badui mendekat kepada
Nabi dan langsung menarik kain yang dikenakan Nabi di leher,
dengan tarikan yang amat keras. Kemudian Anas berkata, "Aku
melihat di leher Rasul ada luka bekas tarikan lalu orang Badui itu
berkata, 'Hai Muhammad berilah aku dari hata Allah yang ada
padamu." Mendengar permintaan itu, Nabi menoleh dan tertawa
sambil memberikan kain yang ia kenakan.”
َ ُ‫سلَّ ْمت‬
‫علَ ْي ِه‬ َ ‫ فَ ِج ْئتُهُ فَلَ َّما‬:‫ بعد أن ذكر اعتذار المنافقين وحلفهم الكاذب‬-‫رضي هللا عنه‬- ‫يقول كعب‬
.‫ فَ ِج ْئتُ أ َ ْمشِي َحتَّى َجلَسْتُ َبيْنَ َي َد ْي ِه‬. »َ‫ ث ُ َّم قَا َل «تَ َعال‬،‫ب‬ َ ‫تَ َبس ََّم تَ َبس َُّم ْال ُم ْغ‬
ِ ‫ض‬
Ka’ab ra berkata setelah mengungkapkan alasan orang-orang
munafik dan sumpah palsu mereka: “Saya mendatangi Nabi
Muhammad SAW, ketika saya mengucapkan salam kepadanya,
beliau tersenyum, senyuman orang yang marah. Kemudian beliau
berkata, “Kemari. Maka saya mendekati beliau dan duduk di depan
beliau.”
Suatu ketika Nabi Muhammad SAW melintasi masjid yang di
dalamnya ada beberapa sahabat yang sedang membicarakan
masalah-masalah jahiliyah terdahulu, beliau lewat dan tersenyum
kepada mereka.
Beliau tersenyum dari bibir yang lembut, mulia nan suci, sampai
akhir detik-detik hayat beliau.
‫صلِي‬ َ ُ‫اإل ْث َني ِْن َوأَبُو َب ْك ٍر ي‬
ِ ‫صالَةِ ْالفَجْ ِر مِ ْن َي ْو ِم‬
َ ‫ بينما ْال ُم ْس ِل ُمونَ في‬:-‫كما في الصحيحين‬- ‫يقول أنس‬
َ َ َ
‫ فَ َنظ َر إِل ْي ِه ْم َوهُ ْم‬،‫شة‬َ ‫عا ِئ‬
َ ِ‫جْرة‬ ْ
َ ‫َف ِست َر ُح‬ َ ‫ قَ ْد َكش‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ‫َّللا‬ ِ َّ ‫سو ُل‬ ُ ‫َب ُه ْم لَ ْم َي ْف َجأْهُ ْم إِالَّ َر‬
ْ ‫ ث ُ َّم تَ َبس ََّم َي‬.ِ‫صالَة‬
! ُ‫ض َحك‬ َّ ‫صفُوفِ ال‬ ُ ‫فِي‬

92
Anas bin Malik berkata diriwayatkan dalam sahih Bukhari dan
Muslim, “Ketika kaum muslimin berada dalam shalat fajar, di hari
Senin, sedangkan Abu Bakar menjadi imam mereka, ketika itu
mereka dikejutkan oleh Nabi Muhammad SAW yang membuka hijab
kamar Aisyah. Beliau melihat kaum muslimin sedang dalam shaf
shalat, kemudian beliau tersenyum kepada mereka!”
Hanya dengan tersenyum yang tidak membutuhkan biaya itu, Anda
akan mendapatkan banyak manfaat, baik bagi kebaikan emosi Anda
sendiri bahkan bagi kebaikan hubungan Anda dengan santri,
pasangan atau orang lain. Beberapa manfaatnya adalah:
• Senyum adalah ibadah, jika diniatkan mencontoh sunnah
Rasulullah SAW. Sehingga hanya dengan tersenyum Anda
akan mendapatkan pahala. Nabi SAW bersabda, “Senyummu
di depan saudaramu adalah sedekah.” At Tirmidzi dalam
sahihnya.
• Senyum bisa memperbaiki emosi Anda. Loretta Graziano
Breuning, PhD meniliti bahwa senyum bisa mengeluarkan
empat hormon yang baik bagi stabilitas emosi seseorang,
yaitu: serotonin yang membantu memperbaiki mood,
dopamine yang bisa menciptakan sensasi kebahagian,
oxytocin yang menginstall perasaan cinta, dan endhorpin
yang dapat membantu meredekan nyeri.59
• Menguatkan hubungan dengan pasangan dan orang lain.
Dale Carnegie dalam bukunya yang terkenal, “Bagaimana
Anda Mendapatkan Teman dan Mempengaruhi Manusia”
menceritakan:
“Wajah merupakan cermin yang tepat bagi perasaan hati
seseorang. Wajah yang ceria, penuh senyuman alami,

93
senyum tulus adalah sebaik-baik sarana memperoleh teman
dan kerja sama dengan pihak lain. Senyum lebih berharga
dibanding sebuah pemberian yang dihadiahkan seorang pria.
Dan lebih menarik dari lipstik dan bedak yang menempel di
wajah seorang wanita. Senyum bukti cinta tulus dan
persahabatan yang murni.”
Ia melanjutkan, “Saya minta setiap mahasiswa saya untuk
tersenyum kepada orang tertentu sekali setiap pekannya.
Salah seorang mahasiswa datang bertemu dengan pedagang,
ia berkata kepadanya, “Saya pilih tersenyum kepada istriku,
ia tidak tau sama sekali perihal ini. Hasilnya adalah saya
menemukan kebahagiaan baru yang sebelumnya tidak saya
rasakan sepanjang akhir tahun-tahun ini. Yang demikian
menjadikan saya senang tersenyum setiap kali bertemu
dengan orang. Setiap orang membalas penghormatan
kepada saya dan bersegera melaksanakan khidmat -
pelayanan- kepada saya. Karena itu saya merasakan hidup
lebih ceria dan lebih mudah.”
Kegembiraan meluap ketika Carnegie menambahkan,
“Ingatlah, bahwa senyum tidak membutuhkan biaya
sedikitpun, bahkan membawa dampak yang luar biasa. Tidak
akan menjadi miskin orang yang memberinya, justeru akan
menambah kaya bagi orang yang mendapatkannya. Senyum
juga tidak memerlukan waktu yang bertele-tele, namun
membekas kekal dalam ingatan sampai akhir hayat. Tidak
ada seorang fakir yang tidak memilikinya, dan tidak ada
seorang kaya pun yang tidak membutuhkannya.”

94
95
2. Mendoakan Kebaikan
Ketika marah, biasanya seseorang secara spontan mengeluarkan
kalimat-kalimat buruk seperti umpatan, cercaan atau laknat.
Sebentar. Berhenti sebentar. Apa yang kita inginkan sebenarnya
ketika marah? Ingin mengubah keadaan menjadi lebih baik sehingga
sesuai dengan keinginan kita kan? Iya, kan?
Lantas, apakah dengan mengumpat, mencerca, melaknat, keinginan
kita itu akan tercapai? Tidak! Sekali-kali tidak!
Mengapa kita melakukannya? Itulah bisikan setan dan nafsu. Ia
tidak senang jika kita meraih kebaikan dan mendapatkan kondisi
baik yang kita inginkan.
Lagi pula, bukankah setiap ucapan bisa menjadi do’a? artinya
dengan memarahi orang dengan ucapan buruk, sebenarnya kita
sedang mendoakan keburukan untuknya, dan itu semakin
menjauhkan kita dari apa yang kita harapkan.
Misalnya, seorang anak tidak sengaja menyenggol piring ibunya lalu
menjadi pecah. Sang ibu pun menghardiknya penuh amarah, “Dasar
teledor! Kamu buta! Kalau jalan ga pernah hati-hati!”
Hmm.. Sebentar..
Apa sebenarnya yang diingankan ibu tersebut kepada anaknya? Ia
ingin anaknya menjadi orang yang hati-hati, dan memperhatikan
sekitarnya ketika berjalan. Betul, kan?
Lantas kenapa ia menyumpahinya dengan ucapan atau do’a
sebaliknya? Itulah bisikan setan dan nafsu.
Maka cara terbaik merubah ini adalah dengan membiasakan
mendoakan kebaikan ketika kita hendak marah. Banyak sekali
untungnya jika Anda melakukannya, diantaranya:

96
Bisa jadi ucapan Anda dikabulkan Allah, dan orang tersebut betul-
betul sesuai dengan harapan anda.
Itu akan meredam emosi negatif Anda, sehingga Anda tidak jadi
marah. Dan itu sangat baik bagi kesehatan mental dan fisik Anda.
Anda mendapatkan pahala karena doa adalah ibadah.
Anda terhindar dari penyesalan yang akan muncul di akhir amarah,
atau beberapa saat setelahnya, yang itu juga akan memicu depresi
bagi Anda jika terus terjadi berulang-ulang.
Dan banyak lagi yang lainnya.
Mari kita meraup hikmah dari kisah manusia terbaik yang saya sebut
namanya di pengantar buku ini yaitu Nabi Muhammad SAW dan
sahabatnya Umar bin Khattab.
Ketika Rasulullah SAW pertama kali berdakwah, Umar bin Khattab
adalah salah seorang yang sangat keras dalam melawan Islam dan
sering melakukan penyiksaan terhadap kaum Muslimin. Pada suatu
saat, Umar berketetapan untuk membunuh Muhammad shalAllahu
‘alayhi wasallam. Saat mencarinya, ia berpapasan dengan Nu’aim
bin Abdullah, seorang laki-laki dari Bani Zuhrah. Nu’aim adalah
seorang Muslim.
Nu’aim berkata kepada Umar, “Mau kemana wahai Umar?”
Umar bin Khattab menjawab, “Aku akan membunuh Muhammad.”
Nu’aim kembali berkata, “Bagaimana engkau akan aman dari Bani
Hasyim dan Bani Zuhrah, kalau engkau membunuh Muhammad?”
Maka Umar menjawab, “Tidaklah Aku melihatmu melainkan engkau
telah meninggalkan agama nenek moyangmu.”
Nu’aim menimpali, “Maukah Aku tunjukkan yang lebih
mencengangkanmu, hai Umar? Sesugguhnya adik perempuanmu
dan iparmu telah meninggalkan agama yang kamu yakini.”

97
Mendengar itu, Umar murka.
Kemudian dia bergegas mendatangi adiknya yang sedang belajar Al
Qur’an. Saat itu, sang adik sedang mengajarkan Surat Thaha kepada
Khabab bin al Arat. Tatkala mendengar Umar bin Khattab datang,
maka Khabab bersembunyi. Umar bin Khattab masuk rumahnya dan
menanyakan suara yang didengarnya.
Kemudian adik perempuan Umar bin Khattab dan suaminya berkata,
“Kami tidak sedang membicarakan apa-apa.”
Umar bin Khattab menimpali, “Sepertinya kalian telah keluar dari
agama nenek moyang kalian.”
Iparnya menjawab, “Wahai Umar, apa pendapatmu jika kebenaran
itu bukan berada pada agamamu?”
Mendengar ungkapan tersebut, Umar bin Khattab memukulnya
hingga terluka dan berdarah. Karena tetap saja saudaranya itu
mempertahankan agama Islam yang dianutnya, Umar bin Khattab
berputus asa dan menyesal melihat darah mengalir pada iparnya.
Umar bin Khattab berkata, “Berikan kitab yang ada pada kalian
kepadAku, Aku ingin membacanya.”
Maka adik perempuannya berkata, “Engkau itu kotor. Tidak boleh
menyentuh kitab itu kecuali orang yang bersuci. Mandilah terlebih
dahulu!”
Lantas Umar bin Khattab mandi dan mengambil kitab yang ada pada
adik perempuannya. Ketika dia membaca Surat Thaha, dia memuji
dan memuliakan isinya, kemudian minta ditunjukkan keberadaan
Rasulullah.
Tatkala Khabab mendengar perkataan Umar bin Khattab, dia muncul
dari persembunyiannya dan berkata, “Aku akan beri kabar gembira
kepadamu, wahai Umar! Aku berharap engkau adalah orang yang
didoakan Rasulullah pada malam Kamis, ‘Ya Allah, muliakan Islam

98
dengan Umar bin Khatthab atau Abu Jahl (Amru) bin Hisyam.’Waktu
itu, Rasulullah ShalAllahu alaihi wasallam berada di sebuah rumah
di daerah Shafa.”
Umar bin Khattab mengambil pedangnya dan menuju rumah
tersebut, kemudian mengetuk pintunya. Ketika ada salah seorang
melihat Umar bin Khattab datang dengan pedang terhunus dari
celah pintu rumahnya, dikabarkannya kepada Rasulullah. Lantas
mereka berkumpul.
Hamzah bin Abdul Muthalib bertanya, “Ada apa kalian?”
Mereka menjawab, “Umar datang!”
Hamzah bin Abdul Muthalib berkata, “Bukalah pintunya. Kalau dia
menginginkan kebaikan, maka kita akan menerimanya, tetapi kalau
menginginkan kejelekan, maka kita akan membunuhnya dengan
pedangnya.”
Kemudian Rasulullah shalAllahu ‘alayhi wasallam menemui Umar
bin Khattab dan berkata kepadanya, “Ya Allah, ini adalah Umar bin
Khattab. Ya Allah, muliakan Islam dengan Umar bin Khattab.” Dan
dalam riwayat lain, “Ya Allah, kuatkanlah Islam dengan Umar.”
Seketika itu pula Umar bin Khattab bersyahadat, dan orang-orang
yang berada di rumah tersebut bertakbir dengan keras. Menurut
pengAkuannya dia adalah orang yang ke-40 masuk Islam.
Abdullah bin Mas’ud berkomentar, “Kami senantiasa berada dalam
kejayaan semenjak Umar bin Khattab masuk Islam.”
Umar adalah salah seorang yang ikut pada peristiwa hijrah ke
Yathrib (Madinah) pada tahun 622 Masehi. Ia ikut terlibat pada
perang Badar, Uhud, Khaybar serta penyerangan ke Syria. Pada
tahun 625, putrinya (Hafsah) menikah dengan Nabi Muhammad.
Adakah santri Anda ‘sebengis’ Umar sebelum masuk Islam? Adakah
santri Anda pernah ingin membunuh Anda? Atau Anak Anda pernah

99
ingin membunuh Anda? Atau murid Anda pernah ingin membunuh
Anda? Jika jawabannya tidak, maka apa alasan Anda menghardiknya
dan melaknatnya dengan do’a keburukan? Jika jawabannya tidak,
apa yang mencegah Anda mendoakan kebaikan untuknya saat ia
tidak sesuai harapan Anda?

100
3. Bersyukur
Jika Anda bermimpi dikejar binatang buas, lalu dalam mimpi itu
Anda lari sekencang-kencangnya, lalu binatang buas itu ternyata lari
lebih cepat dari Anda, hingga ia hendak menerkam Anda. Anda pun
berteriak sangat keras dan kemudian terbangun dengan teriakan
Anda sendiri disertai perasaan cemas. Pernahkah Anda mengalami
itu atau yang serupa dengan itu?

Gambar 9: Dikejar Anjing (Sumber: Timesofindia)

Kenapa Anda cemas dan berteriak bahkan setelah Anda tersadar


dari mimpi Anda? Itulah yang disebut dengan pengaruh subconcious
mind (alam bawah sadar). Mimpi biasanya terjadi pada gelombang
otak theta, gelombang alam bawah sadar yang sangat dalam.
Jika di alam bawah sadar Anda berisi hal-hal negatif, Anda bisa saja
akan melakukan hal negatif secara sadar dan spontan. Jika hal itu
tidak sesuai dengan norma dan ilmu yang anda ketahui, Anda pun
akan menyesal setelah melakukannya, tapi kemudian Anda bisa
melakukannya kapan saja selama Anda tidak mengganti apa yang
terinstall di alam bawah sadar Anda.

101
Jika di alam bawah sadar Anda terinstall hal-hal baik, maka Anda
akan melakukan hal-hal baik bahkan tanpa diperintah, diupah,
apalagi dipaksa orang lain. Dalam kondisi paling sulit sekali pun,
Anda akan secara spontan melakukan hal-hal baik.
Sampai disini dapat difahami, bahwa respon Anda terhadap suatu
masalah atau kejadian, apakah Anda akan marah, bersabar,
gembira, memuji, mengutuk, sangat ditentukan oleh apa yang
terinstall di alam bawah sadar Anda.
Pertanyaannya, bagaimanakah cara menginstall sesuatu di alam
bawah sadar? Para ahli mengatakan, diantara caranya adalah
repitition (pengulangan).
Ketika Anda berulang-ulang menyebut hal-hal baik yang Anda
terima dari Allah, maka alam bawah sadar Anda perlahan akan
meyakini bahwa Anda adalah orang yang beruntung, orang yang
disayang, orang yang dilimpahi karunia, orang yang diperhatikan,
orang yang dijaga dan disayang oleh Allah. Jiwa Anda pun menjadi
tenang. Ketika jiwa Anda tenang, Anda semakin bijak merespon
suatu kejadian, dan bahkan Anda selalu menemukan sisi keindahan
dari kejadian tersebut.
Bukankah ini yang disebut dengan ‘syukur’ dalam Islam? Iya. Inilah
konsep syukur itu.
“Jika engkau bersyukur, Aku pasti menambah nikmat-Ku” janji Allah.
Para peniliti menyimpulkan, satu kesyukuran akan melahirkan
kesyukuran berikutnya. Karena semakin tenang jiwa seseorang,
akan semakin ia mampu mamandang nikmat yang bahkan tidak
terlihat oleh orang biasa, sehingga semakin bertambah syukurnya,
bertambah bahagianya.
Jika Anda diliputi perasaan bahagia yang luar biasa besarnya?
Bagaimana mungkin Anda akan membentak seseorang? Atau
menghardiknya? Atau melaknatnya? Justru yang ada adalah

102
sebaliknya, kebahagiaan hati Anda akan terpancar-secara
sederhana-laksana sinyal wifi, lalu orang sekitar Anda bagai gawai
yang menangkap sinyal itu dan merasakan jaringan atau koneksi
yang sama dengan Anda.
Jika Anda yang sedang berbahagia, dan dikelilingi oleh orang-orang
yang bahagia seperti itu? Bagaimana Anda akan marah? Yang ada
justru senyuman, dan senyuman itu bahkan akan bekerja sebagai
produsen kebahagiaan bagi Anda dan orang lain, sehingga Anda
mungkin akan terheran-heran, “kenapa Aku sebahagia ini?”.
“Jika engkau kufur (tidak bersyukur), maka adzab-Ku sangat pedih.”
Ancam Allah dalam lanjutan ayat tadi.
Orang yang kufur artinya orang yang mengulang-ulang menyebut
dan mengingat hal-hal buruk dan melupakan kebaikan Allah
atasnya, sehingga terinstall dalam alam bawah sadarnya, “Aku
orang sial”, “Aku orang menderita”, “Aku dimurkai tuhan”, “Aku
diabaikan tuhan”, dan seterusnya.
Orang semacam ini, tanpa mengalami kejadian buruk sekali pun, ia
bahkan telah menderita. Setidak-tidaknya, saat mengalami hal-hal
sepele bagi orang lain, akan cepat tersulut penderitaan dalam
hatinya, mudah tersinggung, dengki, dendam. Sehingga
pelampiasannya adalah kemarahan, cacian, laknat, kutukan dan
sejenisnya.
Sampai disini Anda bisa memahami bahwa syukur memiliki peran
yang sangat penting dalam menyelesaikan emosi negatif Anda, dan
menambah kebahagiaan Anda.
Saking pentingnya syukur ini, Nabi SAW sampai mengajarkan
kepada kita do’a agar kita senantiasa menjaga kesyukuran dalam
kehidupan kita. Doanya adalah: “Ya Allah, tolonglah Aku agar selalu
mengingat-Mu dan mensyukuri-Mu dan berbuat baik dalam
menyembah-Mu.”

103
Bahkan sebagian ulama menempatkan syukur sebagai pencapaian
tertinggi seorang hamba dalam menyembah Allah. Berdasar hadits
Nabi SAW ketika istrinya melihat kakinya bengkak karena lamanya
berdiri dalam shalat, “Bukankah surga telah dijamin untukmu, dosa
telah diampuni untukmu. Mengapa engkau melakukan sampai
seperti ini?” Maka Nabi SAW menjawab, “Tidak bolehkah Aku
menjadi hamba yang bersyukur?”
Syukur bahkan memiliki daya magis yang sangat kuat, yang bisa
membuat orang lemah sekali pun menjadi kuat, bahkan
menyembuhkan orang yang sakit.
Dari uraian di atas, ringkasnya manfaat syukur adalah:
Menjaga stabilitas emosi Anda.
Menghilangkan, setidaknya meminimalisir emosi negatif Anda.
Bernilai pahala karena syukur adalah ibadah kepada Allah.
Syukur adalah akhlak mulia yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad
SAW.

104
4. Self Distance
Lag-lagi Saya mengutip guru Saya, Ibu Okina Fitriani dalam
Enlightening Parenting, menulis:
Respon-respons yang tidak memberdayakan seperti omelan,
teriakan, pilihan kata yang buruk terjadi karena manusia terjerat
dalam kondisi emosi sehingga sulit untuk berpikir jernih.
Ibarat sepotong wortel yang berada dalam mangkuk sup sayuran,
sang wortel sulit memetakan letak potongan-potongan wortel yang
lain, berapa banyak brokoli atau daun sup yang hadir, bagaimana
interaksi antar sayuran karena sang wortel sendiri sudah tenggelam
didalamnya dan sayuran yang lain berputar di sekeliling-nya. Hal ini
akan sangat berbeda jika sang wortel berdiri di tepi mangkuk dan
mengamati dari luar.
Mungkin Anda sering mendengar istilah "helicopter view" yaitu
bagaimana seseorang melihat sebuah masalah dalam konteks yang
lebih luas, melepaskan diri dan menjadi pengamat sehingga mudah
melakukan analisa. Proses keluar dari mangkuk sup adalah proses
melepaskan diri dari emosi atau disebut disosiasi.
Ketika Anda berada dalam situasi yang emosional seperti melihat
santri sedang bertengkar, melihat asrama berantakan, atau santri
Anda menolak saran Anda dengan wajah menantang, Anda dapat
dengan mudah melakukan disosiasi dengan beberapa teknik berikut
ini:
Mundur 1-2 langkah dan bayangkan diri Anda tertinggal di tempat di
mana tadi Anda pertama kali berdiri. Dengan demikian Anda dapat
melihat diri Anda secara imajinatif dan melihat santri Anda beserta
kondisi sekitar Anda sekaligus. Anda berfungsi sebagai pengamat,
amati situasi itu, lalu lihat diri Anda yangada di depan Anda lalu
berikan saran kepadanya,sebaiknya bagaimana ia bersikap
dalam situasi ini.

105
Lalu bagaimana jika situasi itu terjadi dalam keadaan Anda sedang
duduk sehingga tidak memungkinkan mundur? Bayangkan Anda
terbang, dan mengamati situasi itu dari atas. Kemungkinan lain
adalah berpindah tempat duduk. Ketika Anda sudah piawai
melakukan ini, Anda bahkan tidak perlu bergerak ke manapun untuk
mampu mengamati diri Anda sendiri saat berhadapan dengan
sebuah peristiwa dalam konteks yang lebih luas.
Inilah yang disebut “self distance”, atau mengambil jarak dengan diri
sendiri.
Pernahkah Anda mendengar hadits Nabi SAW berikut:
‫ط ِج ْع‬ ْ ‫ َوإِالَّ فَ ْل َي‬، ُ‫ضب‬
َ ‫ض‬ َ َ‫ع ْنهُ ْالغ‬ ْ ‫ب أ َ َح ُد ُك ْم َوه َُو قَا ِئ ٌم فَ ْل َيجْ ل‬
َ ‫ فَإِ ْن ذَه‬،‫ِس‬
َ ‫َب‬ ِ ‫إِذَا غ‬
َ ‫َض‬
“Bila salah satu di antara kalian marah saat berdiri, maka duduklah.
Jika marahnya telah hilang (maka sudah cukup). Namun jika tidak
lenyap pula maka berbaringlah.” (HR. Abu Daud, no. 4782. Al-Hafizh
Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini shahih).
Ada juga hadits lain,
ْ‫ب أ َ َح ُد ُك ْم فَ ْل َي ْس ُكت‬ ِ ‫َو إِذَا غ‬
َ ‫َض‬
“Jika salah seorang di antara kalian marah, diamlah.” (HR. Ahmad,
1: 239. Syaikh Syu’aib Al-Arnauth mengatakan bahwa sanad hadits
ini hasan lighairihi)
Ada juga hadits lain,
‫ب أ َ َح ُد ُك ْم‬
َ ‫ض‬
ِ ‫غ‬ ُ ‫طفَأ ُ ال َّن‬
َ ‫ار ِب ْال َماءِ فَإِذَا‬ ْ ُ ‫ار َو ِإ َّن َما ت‬ َ ‫ش ْي‬
ِ ‫طانَ ُخلِقَ مِ ْن ال َّن‬ َّ ‫ان َو ِإ َّن ال‬
ِ ‫ط‬َ ‫ش ْي‬
َّ ‫ب مِ ْن ال‬ َ َ‫ِإ َّن ْالغ‬
َ ‫ض‬
ْ ‫فَ ْل َيت ََوضَّأ‬

“Sesungguhnya amarah itu dari setan dan setan diciptakan dari api.
Api akan padam dengan air. Apabila salah seorang dari kalian
marah, hendaknya berwudhu.” (HR. Abu Daud, no. 4784. Al-Hafizh
Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan)

106
Bukankah hadits ini sebenarnya telah menginspirasi kita untuk
melakukan self distance? Dan ini telah disabdakan 1400an tahun
lalu oleh sang tauladan kita Nabi Muhammad SAW.
Self distance selain mengambil jarak ruang dengan diri sendiri, juga
bisa berfungsi untuk mengambil jarak waktu. Dan ini sama
efektifnya dalam mengendalikan emosi. Seorang guru Saya pernah
berkata, “Keinginan marah-marah itu akan hilang setelah 90 detik
berlalu.” Artinya, bahkan ketika kita belum mampu menemukan
alasan untuk tidak marah ketika mengambil jarak ruang, marah itu
akan lenyap dengan jarak waktu 90 detik yang kita ambil. Bukankah
perintah untuk diam dan berwudhu saat akan marah itu waktu yang
juga membutuhkan sekitar 90 detik?
Hal ini senada dengan riset ilmuwan otak Harvard, Dr. Jill Bolte
Taylor. “Saat seseorang bereaksi terhadap sesuatu di
lingkungannya,” katanya, “ada proses kimia selama 90 detik yang
terjadi di dalam tubuh; setelah itu, respons emosional apa pun yang
tersisa hanyalah orang yang memilih untuk tetap berada dalam
lingkaran emosional tersebut.”
Sebenarnya, self distance ini adalah dalam rangka menarik diri dari
lingkaran emosi menuju lingkaran logika. Karena emosi dan logika
hubungannya seperti timbangan. Bila emosi naik, logika turun dan
sebaliknya ketika logika naik, emosi turun. Sementara saat saat
emosi naik, seseorang tidak bisa mengakses pilihan-pilihan lain yang
memberdayakan selain marah-marah.
Praktek Self Distance
Dua Kondisi Pada Teknik Self Distance
• Asosiasi: Kondisi dimana diri sendiri mengalami sebuah
kejadian, sehingga bisa melihat, mendengar dan merasakan
langsung. Kalau diibaratkan sebuah film, maka asosiasi
adalah keadaan ketika menjadi bintang filmnya.

107
• Disosiasi: Kondisi dimana diri sendiri melihat sebuah kejadian
sebagai observer/pihak ketiga yang tidak terlibat dengan
kejadian itu. Kalau diibaratkan film, maka disosiasi adalah
keadaan ketika menjadi penonton film.

Gambar 10: Praktek Self Distance (Englightening Parenting)

5. Mengubah "Limiting Belief'


Allah swt telah menciptakan manusia dengan sebaik-baiknya
penciptaan, yang itu semua harusnya menjadi modal dasar manusia
bisa menjadi lebih baik dari makhluk-makhluk lainnya.
َ َ َْ ْ َ ْ َ َ ْ َ َ
ْ َْ َ ْ
ۖ‫لقد خلقنا ال ِانسان ِف ْ ْٓي احس ِن تق ِوي ٍم‬

“Sungguh, Kami benar-benar telah menciptakan manusia dalam


bentuk yang sebaik-baiknya.” (QS. At-Tin: 4)

108
Tetapi tak jarang justru manusia itu sendiri yang membatasi dirinya
atau memasung dirinya dengan beragam label keterbatasan,
sehingga ia tidak bisa keluar darinya.
Beberapa contohnya adalah:
“Saya ini orangnya pemarah.”
“Saya ini memang sudah dari sananya tidak kreatif.”
“Saya tidak bisa berkomunikasi dengan anak-anak.”
Atau kita memberikan label kepada orang lain seperti:
“Pasanganku tidak pernah mendengarkanku.”
“Anakku yang ketiga memang lambat dan lelet.”
“Orang-orang selalu menilaiku sebagai ayah/ibu yang buruk.”
Kalimat-kalimat ini mungkin tidak kita ucapkan, tapi ia terlintas
dalam dialog internal kita, atau biasa disebut dengan self talk. Itu
artinya ia sudah menjadi keyakinan yang masuk ke alam bawah
sadar.
Berhati-hatilah memasukkan keyakinan dalam alam bawah sadar
kita, karena itu sangat mendorong hal yang diyakini itu menjadi
sebuah kenyataan. Karena ucapan yang diyakini adalah merupakan
do’a level tertinggi, yang pengabulannya juga bisa jadi disegarakan
oleh Allah.
Renungkanlah firman Allah dalam hadits qudsi-Nya:
َ ‫ع ْبدِي ِبي َوأَنَا َمعَهُ إِذَا َد‬
‫عانِي‬ َ ‫َّللا َيقُو ُل أَنَا ِع ْن َد‬
َ ‫ظ ِن‬ َ َّ ‫سلَّ َم إِ َّن‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ ُ َّ ‫صلَّى‬
َ ‫َّللا‬ َ ‫َّللا‬ ُ ‫قَا َل َر‬
ِ َّ ‫سو ُل‬
“Aku sesuai dengan prasangka hamba-Ku terhadap-ku, Aku akan
bersamanya jika ia berdoa kepada-Ku." (HR. Muslim no. 4849)
Ada cerita ringan tentang Ayam dan Elang. Tentu saja cerita ini tidak
sungguhan terjadi, tapi ini hanya media ilustrasi untuk memahami
pentingnya memiliki keyakinan yang baik.

109
--------***--------
Pada suatu hari, seorang petani yang sedang memanen buah kopi
menemukan sebuah sarang burung di atas sebuah pohon. Petani itu
memanjat pohon dan mendapati beberapa butir telur burung elang
yang masih hangat, kemungkinan telur itu sedang dierami oleh
induknya.

Karena di sarang tersebut tidak ada induk elang, sang petani


mengambil satu telur dan membawanya ke rumah. Telur itu
ditempatkan ke dalam sebuah kandang ayam yang sedang bertelur
dan mengerami telur-telurnya. Hingga beberapa hari kemudian,
anak elang tersebut menetas bersamaan dengan anak ayam yang
lain.

Induk ayam memperlakukan anak elang seperti anaknya sendiri, dan


si anak elang mempelajari semua hal yang dilakukan oleh para
ayam. Dia mematuk-matuk cacing di tanah, memakan biji-bijian dan
tidak pernah mencoba untuk tebang, seperti layaknya ayam pada
umumnya. Begitu terus hingga dia tidak menyadari siapa dirinya.
Sang elang betul-betul meyakini bahwa dirinya adalah sekor ayam
yang tidak bisa terbang.

110
Saat sang elang sudah tua, ada sekumpulan elang yang terbang di
atas langit. Kemudian elang yang tidak sadar akan jati dirinya hanya
menatap ke langit sambil berkata, "Seandainya Aku adalah elang."
--------***--------
Pelabelan diri dengan keterbatasan itulah yang disebut dengan
limiting belief. Jika Anda memilikinya, maka tugas kita di sini adalah
menggugurkannya agar kita bisa terlepas dari jeratan emosi negatif.
Contohnya, jika Anda memiliki limiting belief “Saya memang
orangnya pemarah”, mari kita awali dengan mengumpulkan
beberapa data tentang itu.
Tanyakan pada diri sendiri, "Berapa kali dalam satu minggu Aku
marah?”
Andaikan terjadi setiap hari, "Berapa jam dalam satu hari Aku
marah?"
Anggaplah Anda marah-marah selama 2 jam penuh setiap hari
(terbayang, ya, marah-marah selama 2 jam penuh).
Jika dinyatakan dalam persen, berarti Aku marah sebanyak 2 per 24
jam atau 8% dari seluruh waktuku dalam sehari. Artinya, 92% dari
waktuku digunakan tidak untuk marah-marah, bahkan jika dikurangi
waktu tidurku sebanyak 8 jam pun, waktuku marah hanya 12.5%.
Jadi sebetulnya mudah saja bagiku untuk tidak marah, toh Aku
sudah bisa tidak marah di sebagian besar waktuku.
Ternyata selama ini keyakinanku salah dan ternyata sangat
mungkin bagiku untuk sabar. Tinggal Aku melakukannya lebih sering
lagi. Mudah bukan?
6. Reframing
Sebelum lanjut membaca, Saya ingin Anda mereview kembali
“Mengapa Orang Marah” di bagian awal buku ini.

111
Jika Anda telah melakukannya, Anda akan memahami bahwa
hakikatnya setiap peristiwa itu netral, tidak membawa makna
kecuali setelah kita melekatkan makna padanya. Respons Anda
terhadap peristiwa tergantung makna yang Anda pilih sendiri.
Tak dapat dipungkiri bahwa ada beberapa peristiwa yang sudah
dilekatkan padanya sebuah makna. Seperti anak tidak mau
mengerjakan PR dilekatkan makna “dia anak pemalas” sehingga
respon kita bisa marah, mengomel dan sejenisnya.
Reframing adalah proses memaknai ulang sebuah peristiwa yang
sebelumnya sudah terlanjur dilekatkan dengan makna yang negatif
seperti di atas.
Contohnya seperti berikut:

Peristiwa Makna Lama (Negatif) Makna Baru (Reframing)

Anak tidak “Dasar Anak pemalas” “Kasian anakku, mungkin dia


mengerjakan kelelahan.”
Responnya: marah dan ngomel,
PR
anak ikutan emosi negatif. Responnya: empati, buatin jus
Kalau pun mengerjakan PR buah, emosi anak menjadi
setelah diomeli, tidak dengan positif. Dan lebih
gembira dan sungguh-sungguh. memungkinkan mencapai
tujuan.

Jadi saat Anda berupaya menghadirkan sebuah makna baru yang


positif dalam suatu peristiwa, sebenarnya Anda sedang
memperbaiki respons Anda, dan memperbaiki respons artinya
memperbaiki hasil Anda.
Dalam Islam, ini sangat sesuai dengan konsep “Husnuzhan” atau
baik sangka. Ini sangat dianjurkan. Sebaliknya, Islam sangat
melarang “Suuzhan” atau buruk sangka. Perhatikan beberapa dalil
berikut:

112
“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari
prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa.”
(QS. Al-Hujurat [49]:12)
“Sekali- kali janganlah engkau berburuk sangka karena
sesungguhnya berburuk sangka itu adalah perkataan yang paling
bohong.” (HR. Bukhari dan Muslim)
“Berbaik sangka adalah termasuk kebaikan ibadah”. (HR Ibnu
Hibban dan Abu Daud).
Menarik untuk kita simak nasihat Imam Bakr bin Abdullah Al-Muzani
dalam kitab Hilyah al-Auliyâ wa Thabaqat al-Ashfiyâ’, Imam Abu
Na’im al-Ashbahânî (330-430 H). Berikut riwayatnya:
Abu Bakar bin Malik bercerita kepada kami, ia berkata: Abdullah bin
Ahmad bin Hanbal menceritakan, (ia berkata): ayahku menceritakan
kepadaku, Husein bin Muhammad menceritakan, ia berkata: Sahl
bin Aslam bercerita, ia berkata: “Ketika Bakr bin Abdullah (al-
Muzani) melihat orang (yang lebih) tua (darinya), ia berkata: “Orang
ini lebih baik dariku. Ia telah menyembah (beribadah kepada) Allah
lebih dulu dariku.” Ketika ia melihat orang (yang lebih) muda, ia
berkata: “Orang ini lebih baik dariku. Aku telah berbuat dosa lebih
banyak darinya.”
(Kemudian) Bakr bin Abdullah al-Muzani berkata: “Berpeganglah
kalian pada perkara (amal) yang jika kalian benar, kalian
mendapatkan pahala, dan jika kalian salah, kalian tidak
mendapatkan dosa. Berhati-hatilah dengan setiap perkara yang jika
kalian benar, kalian tidak mendapatkan pahala, dan jika kalian
salah, kalian mendapatkan dosa.”
Seseorang bertanya (kepada Bakr al-Muzani): “Apa itu?” Bakr al-
Muzani menjawab: “Prasangka buruk (su’udhan) terhadap manusia.
Karena sesungguhnya, meskipun kalian benar, kalian tidak akan
mendapatkan pahala, dan jika kalian salah, kalian mendapatkan

113
dosa.” (Imam Abu Na’îm al- al-Ashbahânî, Hilyah al-Auliyâ wa
Thabaqat al-Ashfiyâ’, Kairo: Dar al-Hadits, 2009, juz 2, h. 120)
Jika nasihat Imam Bakr Al-Muzani diatas kita masukkan dalam tabel
reframing, kira-kira hasilnya seperti ini:

Peristiwa Makna Lama (Negatif/Suuzhan) Makna Baru


(Reframing/Husnuzhan) ala Imam
Bakr Al-Muzani

Melihat “Orang tua ini hanya umurnya “Orang ini lebih baik dariku. Ia
Orang saja yang tua, tapi bodoh telah menyembah (beribadah
Lebih Tua karena tidak pernah belajar.” kepada) Allah lebih dulu
dariku.”
Responnya: merendahkan,
tidak sopan kepadanya. Responnya: hormat dan
Sehingga orang tua tersebut beradab kepadanya, sehingga
juga tertular emosi negatif itu, orang tua tersebut menjadi
lalu ia tidak senang dan senang dan menyaynginya.
menyayanginya.

Melihat “Anak muda ini tidak punya “Orang ini lebih baik dariku.
Orang pengalaman kecuali sedikit, Aku telah berbuat dosa lebih
Lebih tidak sepertiku.” banyak darinya.” Responnya:
Muda Sopan, menyayangi dan
Responnya: merendahkan,
berbuat baik kepadanya.
mengentengkan, tidak berbuat
Sehingga orang yang lebih
baik padanya. Sehingga orang
muda itu pun hormat
yang lebih muda itu pun tidak
kepadanya.
menghormatinya.

Gimana? Lebih enak baik sangka atau buruk sangka? Hehe. Baik
sangka dong. Pertanyaannya, bagaimana cara agar bisa baik sangka
dalam setiap kejadian? Rujuk lagi ke bab “Kenapa Orang Marah” di
awal buku ini.
Tapi pada intinya, makna yang Anda berikan tergantung filter yang
Anda gunakan. Filter Anda tergantung apa yang Anda lihat, dengar
dan lakukan.

114
Lihat yang baik-baik, dengar yang baik-baik, lakukan yang baik-baik,
maka filter Anda jadi baik, makna yang Anda dapatkan jadi baik, lalu
respons Anda pun menjadi baik. Itulah Husnuzhan.
Contoh lainnya adalah saat seorang ibu menghadapi peristiwa
anaknya menutup mulut saat disuapi seperti gambar di bawah. Jika
sang ibu tidak melakukan reframing dan tetap dengan makna awal
maka sang ibu akan marah, kecewa, dan sejenisnya.

Gambar 11: Reframing (Enligthening Parenting)

Tapi ketika ia melakukan reframing misalnya “mungkin kebanyakan


garam” atau “mungkin bentuknya membosankan” atau “mungkin
wajahku menAkutkan”, maka sang ibu akan menemukan ide-ide
kreatif dan respons positif atas kejadian tersebut.

115
7. Forgivness
Banyak orang tua yang dahulu juga tumbuh besar dengan metode
pengasuhan yang keliru, pernah mengalami kekerasan sehingga
menjadi bagian dari rantai kesalahan pengasuhan. Metode
pengasuhan yang keliru di masa lalu sering kali menjadi rantai
kesalahan yang terus ditiru. Oleh karena itu sangat penting bagi
para orang tua untuk memaafkan kejadian masa lalu karena tidak
semua orangtua di zaman dulu memahami ilmu pengasuhan. Maka,
cara-cara yang mereka lakukan dahulu adalah cara terbaik yang
mereka tahu atau juga ada kekurangan di sana-sini. Memaafkan
adalah untuk kepentingan diri sendiri. Memaafkan membuat hidup
Anda ke depan semakin tenang dan bersyukur bahwa sekarang
Anda tahu serta memiliki peluang untuk belajar. Bukankah ketika
kita banyak bersyukur maka akan makin ditambahnikmat oleh-Nya?
Seberapa banyak kita perlu memaafkan? Sebanyak ampunan yang
kita butuhkan di pengadilan-Nya kelak.60
Bacalah tentang “Memaafkan” di kitab ketiga agar Anda lebih
memahami manfaat forgivness ini bagi kebahagiaan jiwa Anda.

116
117
PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim. Kitab kedua ini merupakan salah satu dari
pemahaman yang tertadabburi dari potongan surat at-Taubah ayat
128 yang kedua:
ٌ َ ْ ْ ُ ََ ٌ َ ُّ َ َ َ ْ َ ْ ُ َُْ ْ ٌ ْ ُ َ ْ ُ َ ْ َ َ
‫ز ٌز عل ْيهِ َما ع ِنت ْم ح ِر ْيص عل ْيك ْم ِبال ُمؤمِ ِن ْين َر ُء ْوف َّر ِح ْي ٌم‬
‫لقد جا َۤءكم رسول ِمن انف ِسكم ع ِ ي‬

“Sungguh, benar-benar telah datang kepadamu seorang rasul dari


kaummu sendiri. Berat terasa olehnya penderitaan yang kamu
alami, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu,
dan (bersikap) penyantun dan penyayang terhadap orang-orang
mukmin.” (At-Taubah/9:128)
Seorang naqib merasakan apa yang dirasakan oleh anggotanya,
termasuk rasa sakit yang dialami. Oleh sebab itu ia amat sangat
melindungi anggotanya dari sesuatu yang akan menyakitinya dalam
bentuk apa pun.
Sejauh pengamatan Saya di lapangan, saat ini tidak ada yang lebih
menyakiti seorang santri melebihi bullying baik yang berbentuk
ucapan, sikap atau pun fisik. Bahkan—dengan penuh kedukaan—
bullying di pesantren ini ada yang hingga merenggut nyawa. Wal
‘iyadu billah min dzaalik.
Karena itu, pada kitab kedua ini secara khusus membahas tentang
bagaimana seorang naqib menjadi pelopor dalam pencegahan dan
perlawanan pada bullying untuk melindungi anggotanya dari bahaya
bullying.
Pada kitab kedua ini akan dibahas tiga bab yaitu:

Bab Tujuan

Mengenal dan Mencegah Bullying Agar naqib memahami definsi,

118
bentuk dan dampak bullying.
Agar naqib memahami apa yang
harus dilakukan oleh santri saat
menjadi korban atau saksi bullying.

Risalah Yaa Akhii Agar naqib bisa melakukan


penyuluhan pencegahan dan
perlawanan terhadap bullying dari
sudut pandang Islam.

Mengikis Bullying Dari Akarnya Agar naqib memahami konsep


Dengan Ukhuwwah ukhuwwah dan penerapannya di
lapangan.

119
BAB 1 MENGENAL DAN MENGHADAPI
BULLYING
Berikut beberapa poin yang harus kita pahami tentang bullying. Ada
banyak sumber atau buku panduan tentang hal ini, akan tetapi kami
nukilkan dari Buku Panduan Melawan Bullying yang disusun
Komunitas SudahDong.
a. Mengenal Bullying
1. Apa itu Bullying?
Bullying (dikenal sebagai “penindasan/risak” dalam bahasa
Indonesia) merupakan segala bentuk penindasan atau kekerasan
yang dilakukan dengan sengaja oleh satu atau sekelompok orang
yang lebih kuat atau berkuasa terhadap orang lain, bertujuan untuk
menyakiti dan dilakukan secara terus menerus.
2. Bentuk Bullying
Sebagian orang menduga bahwa bullying hanya berbentuk ejekan
dengan ucapan, padahal tidak demikian. Setidaknya bullying bisa
dikelompokkan menjadi tiga, yaitu:
• Verbal: Berupa celaan, fitnah, atau penggunaan kata-kata yang
tidak baik untuk menyakiti orang lain.
• Fisik: Berupa pukulan, menendang, menampar, meludahi atau
segala bentuk kekerasan yang menggunakan fisik.
• Relasional: Berupa pengabaian, pengucilan, cibiran dan segala
bentuk tindakan untuk mengasingkan seseorang dari
komunitasnya.
3. Apa Dampak Bullying?
Bullying Menimbulkan Ketakutan dan Gangguan Psikologi

120
Penelitian National Association of School Psychologist
menyampaikan bahwa setiap hari di Amerika Serikat ada 160.000
murid yang bolos sekolah karena takut di-bully.
1 dari 10 murid pindah sekolah karena takut dibully.
Penelitian yang diterbitkan jurnal Psychological Science menemukan
bahwa orang yang di-bully lebih mungkin mengalami kesulitan
dalam lingkungan pekerjaan.
Jurnal yang sama melaporkan orang yang di-bully mengalami
kesulitan dalam menjaga persahabatan jangka panjang dan
hubungan baik dengan orang tua mereka.
Penilitian yang dipimpin Melissa Holt dari Boston University
menyoroti bahwa mereka yang ditindas dapat melakukan bullying
terhadap diri sendiri sehingga membahayakan diri sendiri.
4. Bullying Membahayakan Nyawa
Berikut beberapa kisah memilukan yang diakibatkan oleh bullying:
• Inilah kisah memilukan dari Fikri, Mahasiswa di Malang.
Sebagai mahasiswa baru, Fikri mengikuti kegiatan kemah
pada Oktober 2013 lalu. Menurut beberapa keterangan
saksi, Fikri mengalami tindak kekerasan fisik dari seniornya.
Kemudian saat mengikuti rangkaian acara acara tersebut,
Fikri sempat mengeluh sesak nafas dan akhirnya dilarikan ke
puskesmas terdekat. Namun, nyawa Fikri sudah tak tertolong
lagi. Anak berusia 11 tahun ini meninggal dunia karena
dianiaya oleh kakak kelasnya.
• Renggo, siswa kelas 5 SD di Jakarta Timur ini mengalami
tindak bullying hanya karena menyenggol si pelaku bullying.
Tak sengaja menyenggol, makanan milik pelaku pun terjatuh.
Si kakak kelas itu pun memarahi Renggo dan meminta ganti
rugi. Tak hanya sampai disitu, Renggo pun mendapat

121
kekerasan fisik. Setelah itu, Renggo sempat tidak masuk
sekolah karena mengalami demam dan kejang hingga
akhirnya meninggal dunia.
• Amanda, Canada. Gadis asal Vancouver ini menghabisi
nyawanya sendiri karena merasa dilecehkan dan diintimidasi
oleh teman-temannya. Sebelum bunuh diri, dia memberikan
pesan agar tidak ada lagi korban bullying seperti dirinya.
• Afriand, Afriand (Aca) adalah siswa SMA di Jakarta Selatan
yang sedang mengikuti kegiatan pengenalan alam di
Tangkuban Perahu bagi calon anggota ekstrakulikuler
pecinta alam di sekolahnya. Dalam kegiatan tersebut, Aca
mendapat kekerasan fisik dari senior-seniornya. Aca
meninggal dunia setelah beberapa hari mendapatkan
perawatan dari rumah sakit. Pihak rumah sakit menemukan
kejanggalan atas kematian Aca, setelah menemukan luka
lebam pada bagian perut dan pipi sebelah kanannya.
Kisah-kisah diatas merupakan sebagian kecil dari kisah memilukan
para korban bullying yang meregang nyawa karena ketakutan akibat
bullying. Pernahkah kalian berpikir bahwa mungkin teman kalian
akan menjadi korban berikutnya apabila kalian tidak menghentikan
bullying?
5. Hukuman Bullying
Bullying di sekitar kita terkadang sering dianggap sepele dan
dianggap menjadi hal yang biasa saja. Padahal, seperti yang kita
lihat sebelumnya, bullying telah banyak memakan korban. Tahukah
kamu, bahwa bullying sebenarnya merupakan tindakan pelanggaran
hak asasi manusia yang dapat dikenakan hukuman oleh undang-
undang negara kita?
• Aspek Hukum Perlindungan Anak: Undang-undang
Perlindungan Anak Pasal 76C UU No. 35 Th. 2014 Setiap

122
orang dilarang menempatkan membiarkan, melakukan,
menyuruh melakukan, atau turut serta melakukan kekerasan
terhadap Anak.
• Pasal 80 (1) UU No. 35 Th. 2014 Setiap Orang yang
melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
76C, dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga)
tahun 6 (enam) bulan dan/atau denda paling banyak
Rp72.000.000,00 (tujuh puluh dua juta rupiah)
• Pasal 54 UU Nomer 35 tahun 2014 Anak di dalam dan di
lingkungan satuan pendidikan wajib mendapatkan
perlindungan dari tindak kekerasan fisik, psikis, kejahatan
seksual, dan kejahatan lainnya yang dilakukan oleh pendidik,
tenaga kependidikan, sesama peserta didik, dan/atau pihak
lain.
Sekarang, sudah mengerti kan bahwa bullying merupakan tindak
kriminal serius yang bisa dijerat hukuman oleh undang-undang?
Semoga informasi ini membuat kita semua semakin berhati-hati
dalam bertindak dan terjauh dari segala bentuk tindakan bullying.
6. Ciri-Ciri Anak Rentan di-Bully
• Anak yang cenderung sulit bersosialisasi, sehingga sering
dianggap ‘culun’.
• Anak yang fisiknya berbeda dengan yang lain (kelebihan
berat badan, bentuk fisik yang berbeda misalnya berkuping
caplang, atau berbibir tebal.
• Anak yang cenderung berbeda dengan yang anak-anak yang
lain (berasal dari keluarga berkecukupan, sangat sukses atau
sangat payah dalam suatu bidang tertentu)

123
7. Ciri-Ciri Anak Suka Mem-Bully
• Anak yang cemburu karena merasa gagal dalam hal
akademik atau non akademik
• Anak yang mengalami masalah dalam keluarga
• Keluarga yang hubungan rumah tangga orang tuanya tidak
harmonis dan diperlihatkan kepada anak.
• Keluarga yang memiliki komunikasi yang kurang.
• Anak yang terlalu dimanja di rumah
• Anak yang ingin mendapat pengakuan, biasanya karena di
rumah kurang dapat perhatian
• Anak yang sakit hati karena secara psikologis merasa kalah
bersaing dengan sang calon korban bullying
b. Menghadapi Bullying
1. Lima Langkah Jika Kamu Dibully
• Tetap percaya diri dan hadapi tindakan bullying dengan
berani
• Simpan semua bukti bullying yang bisa kamu laporkan
kepada orang yang dekat dan kamu percaya seperti guru,
orang tua, ataupun langsung kepada Polisi (khususnya cyber
bullying).
• Berbicara dan laporkanlah
• Berbaurlah dengan teman-teman yang membuat kalian
percaya diri dan selalu berpikir positif
• Tetap berpikir positif. Tidak ada yang salah dengan dirimu,
selama kamu tidak merugikan orang lain. Tetaplah jadi diri
sendiri dan lawan rasa takutmu dengan percaya diri.

124
2. Lima Langkah Jika Kamu Melihat Bullying
• Jangan Diam!
• Cobalah untuk melerai dan mendamaikan
• Dukunglah korban bullying agar dapat mengembalikan
kepercayaan dirinya dan menuntunnya untuk bertindak
positif
• Bicaralah dengan orang terdekat pelaku bullying agar
memberikan perhatian dan pengertian
• Laporkan kepada pihak yang bisa menjadi penegak hukum di
lingkungan terjadi bullying seperti kepala sekolah dan guru
(di sekolah), tokoh masyarakat, akun penegak hukum seperti
kepolisian (jika terjadi di dunia maya)
3. Jika Kamu Mengalami Trauma Bullying
• Meskipun pengalaman bully sudah kita lalui, tapi terkadang
masih sulit untuk melupakannya. Hal ini dikarenakan efek
bullying bisa mempengaruhi mental seseorang dalam waktu
lama. Tapi jangan biarkan hal ini terus membayangi diri kita.
Berikut, ada lima langkah penting yang perlu untuk
mengatasi trauma bullying. Tanamkan orientasi waktu yang
jelas. Yaitu bahwa bullying tersebut terjadi DULU dan kita
berada di masa SEKARANG. Jadi, sepahit apapun
pengalaman tersebut, kini kita tidak mengalaminya lagi.
Jangan pernah sekalipun merasa diri kita layak dibully.
• Memaafkan. Tentu memaafkan orang yang pernah berbuat
jahat terhadap kita memang tidak mudah. Tetapi, ini
merupakan salah satu proses penting dalam “penyembuhan”
diri. Menyibukkan diri dalam kegiatan positif. Untuk itu,
jangan terpengaruh dengan provokasi dan hinaan yang
dilakukan orang lain.

125
• Jangan lakukan hal ini (bullying) kepada orang lain.
Membully orang lain sebagai wujud balasan atas perilaku
bullying yang pernah kita terima bukanlah langkah
penyebuhan trauma akibat dibully.

126
BAB 2 RISALAH YAA AKHII
Risalah (pesan singkat) ini mewakili isi hati korban bullying yang
sedang berusaha melawan perlakuan bullying dengan mentadabburi
dalil-dalil dari Al-Qur’an dan hadits. Kami menuliskan risalah ini
sebagai salah satu modul penyuluhan anti bullying di pesantren.
Risalah ini seluruhnya berisi sebelas (11) risalah.
Risalah Pertama: Yaa Akhii (Wahai Saudaraku), Aku
Saudaramu
Allah SWT berfirman:
َ َ ُ ُ َّ َ َ َ ‫ه‬ ُ َّ ُ َ َ َ ُ ْ َ َ ٌ ْ َ ُ ْ ْ َ َّ
‫اّٰلل لعلك ْم ت ْرح ُم ْون‬ ‫ِانما ال ُمؤ ِمن ْون ِاخ َوة فاص ِلح ْوا َب ْين اخ َو ْيك ْم َواتقوا‬

“Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, karena itu


damaikanlah antara kedua saudaramu (yang berselisih) dan
bertakwalah kepada Allah agar kamu mendapat rahmat.” (QS. Al-
Hujurat: 10)
Seorang mukmin dengan mukmin yang lainnya adalah saudara
(akh), hal ini disebabkan dua hal:
Nasab: semua orang mukmin memiliki nasab yang sama yaitu
tersambung dengan nabi Adam ‘alaihissalam.
Iman: Allah menjadikan iman sebagai ikatan persaudaraan terkuat.
Dikatakan para ahli hikmah, “Alangkah banyak saudaramu (akh)
yang tidak lahir dari rahim ibumu.”
Bahkan saat seseorang di jalan mengalami suatu musibah ia akan
spontan berkata, “akh”, seakan-akan fitrahnya berkata bahwa
saudaranya sangat dekat dan akan membantunya.

127
Risalah Kedua: Yaa Akhii, Setan Memiliki Dendam
Kepada Ayah Kita
Allah SWT berfirman:
ْ َ ُ َّ ُ ْ ْ َْ َ ْ ْ َ َ َ َ ْ ُ ُ َ ْ َ َ ْ ُّ ْ َ ُ ٰ ْ َّ ُ ْ ُ َ َّ
‫اوة َوال َبغضا َۤء ِفى الخ ْم ِر َوال َمي ِس ِر َو َيصدك ْم ع ْن ِذك ِر‬ ‫ِانما ي ِريد الشيطن ان يو ِقع بينكم العد‬
َ َ ْ ُ ْ َ ْ َ ٰ َّ َ َ ‫ه‬
‫وة ف َهل انت ْم ُّمنت ُه ْون‬
ِ ‫اّٰلل وع ِن الصل‬
ِ

“Dengan minuman keras dan judi itu, setan hanyalah bermaksud


menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu, dan
menghalang-halangi kamu dari mengingat Allah dan melaksanakan
salat, maka tidakkah kamu mau berhenti?” (QS. Al-Maidah, 91)
Keinginan untuk bermusuhan dan saling membenci adalah tipuan
dari setan durjana. Hendaknya setaip Akhii menyadari ini, dan tidak
menjadikan dirinya anak buah setan yang bekerja memenuhi
keinginan setan.
Ingatlah bahwa kita adalah putra Nabi Adam as, dimana iblis
memiliki dendam kepadanya. Iblis pun berjanji untuk menyesatkan
putra-putra Adam as agar terjerumus ke dalam neraka. Maka
janganlah jadikan diri kita termasuk orang yang terjerumus itu.

128
Risalah Ketiga: Yaa Akhii, Ukhuwwah adalah Nikmat
Allah
Allah SWT berfirman:
َ َ
َ ْ َ َ َّ َ ً َ ْ ْ ُ ُ ْ ْ ُ ْ َ َ َّ َ َ ْ ۟ ُ ُ ْ َ ۟ ُ َّ َ َ َ َ ً َ َّ ْ َ ۟ ُ َ ْ َ
‫ّٰلل عليكم ِإذ كنتم أعدآْء فألف بين‬ ِ ‫ّٰلل ج ِميعا ولا تفرقواْۚ وٱذكروا ِنعمت ٱ‬ ِ ‫وٱعت ِصموا ِبحب ِل ٱ‬
َ ُ َ ُ َ
ُ َ َٰ ْ َ َ َ َّ ْ ُ َ َ َ َ ُ ً ْ ْ ُ ْ ْ َ ُ ُُ
‫وبك ْم فأص َبحتم ِب ِنع َم ِتهِ ۦْٓ ِإخ َٰونا َوكنت ْم عل ٰى شفا حف َرةٍ ِم َن ٱلن ِار فأنقذكم ِمن َهاْۗ كذ ِلك ُي َب ِين‬ِ ‫قل‬
َ ُ َ َ ُ ََ َّ َ
ُ َّ
‫ّٰلل لك ْم َء َٰاي ِتهِ ۦ لعلك ْم ت ْهتدون‬
ُ ‫ٱ‬

“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan


janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah
kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-
musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah
kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu
telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu
dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya
kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.” (QS. Ali Imran: 103)
Ukhuwwah (persaudaraan) Islam adalah nikmat dan anugerah yang
suci dari Allah SWT, ia adalah cahaya yang terpancar dan menghiasi
hati para hamba yang shalih nan ikhlas.
Permusuhan adalah lawan dari ukhuwwah, ia yang telah menjadikan
orang-orang jahiliyyah terancam berada di tepi jurang neraka, tapi
karena sayangnya Allah kepada kita, Allah berikan ukhuwwah
sebagai jalan keselamatan.

129
Risalah Keempat: Yaa Akhii.. Seperti Ini Harusnya Kita
Bersaudara
Allah SWT berfirman:
َ َ َ ْ َ َْ ُ َ ْ ْ َُ
ُ َ ََ ْ ُ ُ ْ ُ ََ ُ َ َ َ
‫َمثل ال ُمؤمِ ِنين ِفي ت َو ِاد ِه ْم َوت َراح ِم ِه ْم َوتعاط ِف ِه ْم َمثل الج َس ِد ِإذا اشتكى ِمنه عض ٌو تداعى له‬
ُْ ْ
َّ ‫َسائ ُر ال َج َسد ب‬
‫الس َه ِر َوالحَّمى‬ ِ ِ ِ

“Perumpamaan orang-orang yang beriman dalam hal saling


mencintai, mengasihi, dan menyayangi di antara mereka adalah
ibarat satu tubuh. Apabila ada salah satu anggota tubuh yang sakit,
maka seluruh tubuhnya akan ikut terjaga (tidak bisa tidur) dan
panas (turut merasakan sakitnya)." (HR. Muslim)
Karena seorang mukmin dengan mukmin lainnya terikat dengan tali
nasab dan keimanan, maka mereka menjadi satu kesatuan.
Laksana tubuh, Ketika kaki terluka, mata mengalirkan air, kepala
merasakan pusing dan tubuh merasakan demam.
Maka janganlah seorang mukmin menyakiti saudaranya, sebab bila
melakukannya itu sama saja dengan seorang yang dengan sengaja
menusuk kakinya dengan tangannya sendiri, tiada yang merasakan
kesakitan kecuali dirinya sendiri.
Sebaliknya, hendaknya orang mukmin saling menjaga agar jangan
ada bagian anggota ‘tubuh’ nya yang terluka.

130
Risalah Kelima: Yaa Akhii, Tidak Seharusnya Kita Begini
Allah SWT berfirman:
َ ُ ُ ْ َ َّ َ َ
َ ْ
‫ان َّيك ْون ْوا خ ْي ًرا ِمن ُه ْم َولا ِن َسا ٌۤء ِم ْن ِن َسا ٍۤء‬ ٰٓ َ ْ َ ْ ٌ ْ َ َ َ َ ْ ُ َ ٰ َ ْ
‫يٰٓايُّها ال ِذين امنوا لا ي ْسخ ْر قوم ِمن قو ٍم عسى‬
ُ ُْ ْ
ْ ‫َو َلا تَ َن َاب ُز ْوا ب ْال َال َقاب ب ْئ َس ال‬
ُ َُْ َْ َ ْ َ ُ ْ َ َ
‫اس ُم الف ُس ْوق‬ ِ ِ ْۗ ِ ِ ‫ع ٰٓسى ان َّيكَّن خ ْي ًرا ِمن ُهَّنْۚ َولا تل ِم ُز ْ ْٓوا انف َسك ْم‬
َ ‫ه‬ ُ َ ٰۤ ُ َ ُ َّ َ ْ ْ َ َْ
‫انْۚ َو َم ْن ل ْم َيت ْب فاول ِٕىك ه ُم الظ ِل ُم ْون‬ِ ‫بعد ال ِاي‬
‫م‬

“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah suatu kaum


mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang
diperolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok) dan
jangan pula perempuan-perempuan (mengolok-olokkan)
perempuan lain (karena) boleh jadi perempuan (yang diperolok-
olokkan) lebih baik dari perempuan (yang mengolok-olok).
Janganlah kamu saling mencela satu sama lain dan janganlah saling
memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk
panggilan adalah (panggilan) yang buruk (fasik) setelah beriman.
Dan barangsiapa tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang
yang zalim.” (QS. Al-Hujurat: 11)
Tidak pantas seseorang yang mengaku akhi mengolok akhi-nya,
tidak pantas juga mencelanya, apalagi memanggilnya dengan
panggilan yang buruk. Siapa saja yang masih melakukan ini padahal
ia telah mengetahui hukumnya, sungguh ia telah mendapatkan gelar
“Zhalim” dari Allah SWT yang telah menciptakan, merawat dan
memberikannya beragam kenikmatan dan anugerah tanpa henti.
Seorang akhii jika melihat kekurang atau aib saudaranya, dia akan
menutupi dan menyempurnakannya, bukan mencela dan
menyebarkannya.
Renungkanlah sabda suci Nabi kita berikut ini:
‫ش ِر أ َ ْن يَ ْحق َِر أَخَاهُ ْال ُم ْسل َِم‬
َّ ‫ئ مِ نَ ال‬
ٍ ‫ب ا ْم ِر‬
ِ ‫بِ َح ْس‬

131
“Cukuplah seseorang (dianggap) berbuat keburukan jika dia
merendahkan saudaranya sesama muslim.” (HR. Muslim).
َ ‫سل َِم ْال ُم ْس ِل ُمونَ مِ ْن ِل‬
‫سانِ ِه َويَدِه‬ َ ‫ا َ ْل ُم ْس ِل ُم َم ْن‬
“Seorang muslim adalah orang yang muslim lainnya merasa
selamat dari gangguan lisan dan tangannya.” (HR. Bukhari).
‫ َوقِتَالُهُ ُك ْف ٌر‬،‫وق‬
ٌ ‫س‬ُ ُ‫ِسبَابُ ْال ُم ْسل ِِم ف‬
“Mencela seorang muslim adalah kefasikan (dosa besar), dan
memerangi mereka adalah kekafiran.” (HR. Bukhari no. 48 dan
Muslim no. 64)

132
Risalah Keenam: Yaa Akhii, Jangan Lihat Aku Tapi
Lihatlah Penciptaku
Allah SWT berfirman:
َ ْ ُ ْ َ َّ ُ ََ َ َ ُ ُ ُ ْٰ َ َ ٰ ُْ َ َ ُ ٰ ْ َ َ َّ َّ َ ُّ َ ٰٓ
‫اس ِانا خلقنك ْم ِم ْن ذك ٍر َّوانثى َوجعلنك ْم شع ْوبًا َّوق َباۤىِٕل ِلتع َارف ْواْۚ ِان اك َر َمك ْم ِعند‬ ُ ‫الن‬ ‫يايها‬
َ ُ
َ َ ‫ه ْ ٰ ْ َّ ه‬ َ
‫اّٰلل ع ِل ْي ٌم خ ِب ْي ٌر‬ ‫ْۗان‬
ِ ‫اّٰلل اتقىكم‬ِ

“Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari


seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan
kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling
mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi
Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha
Mengetahui, Mahateliti.” (QS. Al-Hujurat: 13)
Semua makhluk adalah ciptaan Allah. Siapa yang mengejek suatu
ciptaan, hakikatnya ia mengejek Penciptanya. Alangkah malang dan
durhakanya seorang hamba, yang telah menikmati beragam
pemberian Allah lalu berani mengejek ciptaan Allah?!

133
Risalah Ketujuh: Yaa Akhii, Inilah Fokus Utama Kita
Allah SWT berfirman:
ُ ‫ْس بِ َخي ٍْر مِ ْن أ َ ْح َم َر َوالَ أَس َْو َد إِالَّ أ َ ْن تَ ْف‬
‫ضلَهُ بِت َ ْق َوى‬ ُ ‫ا ْن‬
َ ‫ظ ْر فَإِنَّكَ لَي‬
“Lihatlah, engkau tidaklah akan baik dari orang yang berkulit merah
atau berkulit hitam sampai engkau mengungguli mereka dengan
takwa.” (HR. Ahmad, 5: 158)
Banyak orang kaya mencela orang miskin, orang berkulit putih
mencela orang berkulit hitam, orang berkaki sempurna mencela
orang berkaki (maaf) cacat, dan celaan-celaan zahir lainnya.
Oh, kita telah salah fokus. Nabi SAW telah bersabda, “Sesungguhnya
Allah tidak melihat pada rupa dan harta kalian. Namun yang Allah
lihat adalah hati dan amalan kalian.” (HR. Muslim no. 2564).
Selama kita mencela saudara kita, artinya kita sedang terlena pada
hal-hal yang tidak penting dan melupakan sesuatu yang paling
penting dan utama yaitu ketaqwaan kepada Allah swt.
Seseorang yang kakinya hanya sebelah saja dan cara berjalannya
tidak sama dengan kita, bila taqwanya lebih besar dari kita maka dia
lebih mulia dari kita. Maka pantaskah kita mencela seseorang yang
lebih mulia di sisi Allah dari pada kita?

134
Risalah Kedepalan: Yaa Akhii, Jangan Biarkan Kami
Terjatuh Ke Dalam Jurang Neraka
Allah SWT berfirman:
ُ َ َ ْ ُْ َ َ َ ُ ٰ ْ ْ ََ ْ َ َ ُ ََْ ْ ُ ْ َ َ ْ َُ َ ْ َْ ْ ُْ َ ٰ َ َ ْ
‫ىهما على الاخ ٰرى فق ِاتلوا‬ ‫ن بغت ِاحد‬ ْۢ ‫َواِ ن طاۤىِٕفت ِن ِمن المؤمِ ِنين اقتتلوا فاص ِلحوا بينهماْۚ ف ِا‬
َ ْ ْ ‫َّالت ْي َت ْبغ ْي َح هتى َتف ْ ۤي َء الٰٓى َا‬
َ ‫ۖفا ْن َفا َۤء ْت َف َا ْصل ُح ْوا َب ْي َن ُه َما بال َع ْدل َوا ْقس ُط ْواْۗاَّن ه‬
‫اّٰلل‬
َ ‫ه‬
‫اّٰلل‬
ِ ‫ر‬ ‫م‬
ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ
َ ْ ْ ُ
‫ي ُّب ال ُمق ِس ِط ْين‬
ِ‫ح‬

“Dan apabila ada dua golongan orang-orang mukmin berperang,


maka damaikanlah antara keduanya. Jika salah satu dari keduanya
berbuat zalim terhadap (golongan) yang lain, maka perangilah
(golongan) yang berbuat zalim itu, sehingga golongan itu kembali
kepada perintah Allah. Jika golongan itu telah kembali (kepada
perintah Allah), maka damaikanlah antara keduanya dengan adil,
dan berlakulah adil. Sungguh, Allah mencintai orang-orang yang
berlaku adil.” (QS. Al-hujurat: 9)
Seorang Akhii tidak sepatutnya rela melihat saudaranya terjatuh ke
dalam jurang neraka, sebagaimana ia tidak menginginkan itu pada
dirinya sendiri. Maka jika ia melihat ada diantara saudaranya
mengalami pertikaian atau pun kezaliman, ia tidak akan diam, ia
akan segera melerainya, mendamaikannya. Bila ia tidak mampu,
maka ia akan segera melapor kepada orang atau pihak yang
berwenang dan mampu melakukannya.
Jika ada seorang Akhii membiarkan saudaranya berada dalam
konflik dan pertikaian, maka ia telah rela melihat saudaranya
terjatuh ke dalam jurang neraka. Masih pantaskan disebut Akhii?

135
136
Risalah Kesembilan: Yaa Akhii, Api Ini Membakar Kami,
Beri Kami Air
Allah SWT berfirman:
ٌ َ ٌ َ ٰۤ ََ ُ َ ْ َ َّ َ ُ ْ ُ َّ ً َ ْ ُ ْ ْ َ َ ْ ُ َ ُ ْ َ ْ ُ ْ ُ َ ٰ َ ْ َّ َ ُّ َ ٰٓ
‫ال ج َارة عل ْي َها َملىِٕكة ِغلاظ‬ ُ ‫الن‬
ِ‫اس و ح‬ ‫يايها ال ِذين امنوا قوْٓا انفسكم واه ِليكم نارا وقودها‬
َ ْ َ ُ َ ْ ُ َ َ ‫َ ٌ َّ َ ْ ُ ْ َ ه‬
‫اّٰلل َمآْ ا َم َره ْم َو َيفعل ْون َما ُيؤ َم ُر ْون‬ ‫ِشداد لا يعصون‬

“Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan


keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia
dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, dan keras,
yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia
perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang
diperintahkan.” (QS. At-Tahrim: 6)
Dua orang atau kelompok yang bermusuhan sesungguhnya sedang
berada dalam kobaran api amarah dan nafsu. Tidak ada yang
selamat dari keduanya, semuanya ikut terbakar dalam api tersebut.
Jika api pertikaian itu tidak dipadamkan di dunia, sungguh ia akan
menghantar kepada api neraka akhirat yang bahan bakarnya adalah
manusia dan batu.
Sebenarnya mereka ingin untuk segera padamkan api yang ada pada
diri mereka, tapi lihatlah, itu sungguh berat, api yang sedang
berkobar dan bertanding itu hanya akan padam bila seseorang
datang membawa air lalu menyiramnya.
Seorang Akhii semestinya pembawa air tersebut, bukan justru
membawa angin agar api itu semakin besar.

137
138
Risalah Kesepuluh: Yaa Akhii, Stop!
Rasulullah SAW bersabda:
ْ ‫ظا ِل ًما أَ ْو َم‬
‫ظلُو ًما‬ َ َ‫ص ْر أَخَاك‬
ُ ‫ا ْن‬
“Tolonglah saudaramu yang berbuat zalim dan yang dizalimi.”
ُ ‫ْف أَ ْن‬
‫ص ُرهُ قَا َل‬ َ ‫ظا ِل ًما َكي‬ ْ ‫ص ُرهُ ِإذَا َكانَ َم‬
َ َ‫ أَفَ َرأَيْتَ ِإذَا َكان‬، ‫ظلُو ًما‬ ُ ‫َّللا أ َ ْن‬ ُ ‫فَقَا َل َر ُج ٌل يَا َر‬
ِ َّ ‫سو َل‬
»ُ‫ص ُره‬ َ َّ َ ْ
ْ َ‫ فإِن ذلِكَ ن‬، ‫« ت َ ْح ُج ُزهُ أ َ ْو ت َ ْمنَعُهُ مِ نَ الظل ِم‬
ُّ
“Kemudian ada seseorang bertanya tentang bagaimana cara
menolong orang yang berbuat zalim?
Beliau menjawab, “Kamu cegah dia dari berbuat zalim, maka
sesungguhnya engkau telah menolongnya.” (HR. Bukhari, no. 6952;
Muslim, no. 2584)
Berarti kita hanya menolong orang yang dizalimi atau disakiti,
seperti dipukul dan dirampok. Namun orang yang menzalimi juga
ditolong yaitu mencegah ia dari berbuat jahat berarti sudah
menolongnya dari berbuat dosa.

139
Risalah Kesebelas: Ya Akhii, Aku Tidak Akan
Membalasmu
Rasulullah SAW bersabda:
‫علَ ْي ِه‬
َ َ‫عي ََّركَ ِب َما َي ْعلَ ُم فِيكَ فَالَ ت ُ َع ِي ْرهُ ِب َما ت َ ْعلَ ُم فِي ِه فَإِنَّ َما َو َبا ُل ذَلِك‬
َ ‫شت َ َمكَ َو‬
َ ‫َو ِإ ِن ا ْم ُر ٌؤ‬
“Jika ada seseorang yang menghinamu dan mempermalukanmu
dengan sesuatu yang ia ketahui ada padamu, maka janganlah
engkau membalasnya dengan sesuatu yang engkau ketahui ada
padanya. Akibat buruk biarlah ia yang menanggungnya.” (HR. Abu
Daud no. 4084 dan Tirmidzi no. 2722)
Jika mendapatkan bullying dari seseorang, jangan balik melakukan
hal yang sama atau pun lebih besar dari pada itu. Kalau kita
melakukan hal yang sama, lantas apa bedanya kita dengan pelaku?
Kita memang harus membela diri, menghentikan perbuatan bullying
tersebut, tapi bukan dengan cara membully balik. Sebab jika kita
melakukannya, sungguh kita dengan sukarela menjadi karyawan
setan dan membantunya mencapai tujuannya.

140
BAB 3 MENGIKIS BULLYING DARI
AKARNYA DENGAN UKHUWWAH
Ukhuwwah atau persaudaraan adalah salah satu hal paling penting
dalam mencegah atau melawan bullying. Jika kumpulan santri
memiliki ukhuwah Islamiyah yang kuat, maka mustahil mereka akan
melakukan tindakan bullying kepada akhii-nya.
a. Lima Tahapan Ukhuwwah
1. Ta’aruf (Saling Mengenal)
Ta’aruf atau saling mengenal adalah tingkatan pertama yang paling
dasar, biasanya kita lakukan saat pertama kali bertemu dengan
seseorang dengan saling berkenalan namanya, bagaimana
perawakan, wajah, dan hal lain yang bisa mata kita tangkap. Hal ini
disebut juga dengan pengenalan fisik atau jasadiyah.
Setelah mengenali saudara kita dari segi fisiknya, tentu perkenalan
itu akan berlanjut dengan saling berdialog membicaraan seputar
permasalahan umum yang terjadi disekitar untuk berbasa-basi atau
sebagai topik yang menarik perhatian, dengan interaksi ini kita akan
mengenali saudara kita dari segi pemikiranya dan tahap ini disebut
dengan fikriyah. Setelah terjadi dialog hal terakhir di tahap ta’aruf
ini adalah dengan mengenali emosi atau karakter saudara kita, serta
tingkah lakunya.
2. Tafahum (Saling Memahami)
Setelah mengenali tiga aspek dalam ta’aruf kita akan berlanjut ke
tahap tafahum secara otomatis. Dalam tahap ini kita akan mulai
mengenali apa yang saudara kita sukai dan apa yang tidak saudara
sukai, atau hal yang ditakuti. Dan disinilah adanya ujian untuk bisa
menerima kekurangan serta kelebihan yang saudara kita miliki.

141
3. Ta’awun (Saling Menolong)
Pemahaman yang baik akan menghasilkan ta’awun dalam ukhuwah
kita, dengan kita yang paham apa yang menjadi kekurangan serta
kelebihan saudara kita, maka kita akan tahu hal apa yang bisa kita
lakukan untuk meringankan beban saudara kita jika memang dia
dalam keadaan yang butuh dibantu. Selain membantu dengan
amalan kita juga bisa membantunya dengan mendo’akannya.
Sudahkah kita mendo’akan saudara kita hari ini?
4. Takaful (Saling Menanggung)
Tidak selesai dengan hanya menolong dan mendo’akan saudara kita
saja, tapi kemudian bagaimana cara kita juga memunculkan sebuah
empati besar merasakan apa yang dirasakan saudara kita.
Merasakan kesedihan yang sama karena memang hati yang terikat
itu menyalurkan emosi yang sedang dirasakan oleh saudara kita.
Begitu juga saat teman kita sedang berbahagia, hendaknya kita juga
menampakkan rasa bahagia. Saat kita memiliki makanan,
hendaknya saudara kita juga bisa merasakan makanan tersebut.
5. Itsar (Mendahulukan Orang Lain)
Tingkatan tertinggi sebuah ukhuwah yang kita sering menjumpainya
dalam kisah para sahabat Rasulullah, yang mereka mencintai
saudaranya melebihi dirinya sendiri. Dengan selalu mengedepankan
kepentingan orang lain atas dasar cinta karena keterikatan aqidah.
b. Amalan Praktis Menguatkan Ukhuwah Dan Melawan
Bullying
Berikut beberapa amalan praktis yang akan menguatkan
persaudaraan santri yang akan berdampak pada pencegahan
bullying:

142
1. Hadza Akhii Books
Hadza Akhii adalah friend’s books yang berisi Kumpulan biodata
teman meliputi data pribadinya, kelebihan dan kekurangannya,
kesukaan dan ketidaksukaannya, dan lainnya. Setiap akhii
menulisnya sendiri dengan tangannya sendiri setelah melakukan
rangkaian tahapan ukhuwwah di atas.
Berikut contoh format Hadza Akhii Books sederhana:

HADZA AKHII BOOKS

Nama Asli/ Panggilan Yang Disukai

Muhammad Fauzan/Akhii Fauzan

Tempat, Tanggal Lahir

Belitung, 31 Desember 2002

Nama Orang Tua

Ayah: Abi Taufiq, Ibu: Ummi Aisyah

Alamat Asal/Alamat Sekarang

Palembang/ RT 01 RW 03, Aik Kelubi, Desa Aik Raya, Kec. Tanjungpandan, Kabupaten
Belitung

Pekerjaan Orang Tua

Ayah: Petani, Ibu: Ibu Rumah Tangga

Kesukaan (Panggilan, Pelajaran, Olahraga, Makanan, Warna, Tokoh, Dll)

(Muhammad, Fauzan), (Bahasa Arab, Hadits dan Fiqh), (Bulutangkis, Beranang, Sit Up),
(Gangan, Es Krim, Apel, Menggale Guring, Kopi, Jus Alpokat), (Biru dan Hijau), (Habib
Umar bin Hafiz, Khalifah Umar bin Abdul Aziz)

143
Ketidaksukaan (Panggilan, Pelajaran, Olahraga, Makanan, Warna, Dll)

(Mamat, Ojan, Power ranger), (Matematika, Fisika), (Futsal), (Duren, Terong, Soda,
sambel terasi), (Merah), (Tidak suka kekotoran dan ketidakrapian kamar, tidak suka
kegaduhan di saat tidur, tidak suka dll)

Kelebihan Diri

Mudah bergaul dengan orang baru, percaya diri saat pidato, kuat angkat beban, pandai
berenang, pandai nanam menggale, pandai pelihara lele, cepat dalam menghafal.

Kekurangan Diri

Banyak bicara yang tidak perlu, kurang dalam kerja kelompok, mudah tersinggung jika
ditegur, cepat kecewa/frustasi jika target tidak tercapai.

Kalimat Motivasi Diri

“Selelah-lelahnya aku dalam belajar, jauh lebih Lelah orang tuaku yang melahirkan,
membesarkan dan menafkahiku.”

Jika Sedang Tidak Bersemangat, Apa Yang Bisa Saya Bantu?

Menasihati di tempat sepi, do’akan, dan jangan jauhi.

Tentu saja format ini tidak baku, bisa dikembangkan sesuai


kebutuhan di lapangan. Yang jelas, semakin seorang akhii mengenal
dan memahami akhii-nya, semakin besar kemungkinan ia bisa
berempati kepadanya.
2. Menebarkan Salam
Setiap santri dan seluruh warga pesantren harus dianjurkan,
dibiasakan dan diprogram untuk menebarkan salam.
Hal ini Nampak sangat sederhana, tapi sungguh ini benar-benar
dapat menguatkan ukhuwwah antar santri.

144
3. Berbagi Makanan
Setiap santri harus dibiasakan, diteladankan dan deprogram untuk
berbagai makanan. Mulailah dari skala yang paling kecil yaitu;
teman sekamar, teman sehalaqah, teman seasrama, dan
seterusnya.
4. Shalat Malam
Shalat malam memiliki dampak yang sangat besar bagi ketentraman
hati seseorang. Hati yang tentram sangat mudah untuk berkasih
sayang. Maka santri harus dibiasakan, diteladankan dan
diprogramkan untuk qiyamullail atau shalat malam.
5. Menolong saat kesulitan
Pertolongan jika diberikan saat kurang butuh, akan berdampak tapi
tidak signifikan. Tapi jika diberikan saat sedang sangat butuh,
dampaknya sangat besar dalam menumbuhkan kasih sayang dan
menguatkan persaudaraan.
Maka santri harus diprogramkan untuk mencari teman yang sang
membutuhakan sesuatu lalu menolongnya. Hal ini mungkin tidak
terasa dampaknya di awal-awal prakteknya, tapi dalam jangka
panjang ini sangat bermanfaat baik bagi yang menolong atau yang
ditolong.
6. Meminta Maaf
Meminta maaf adalah sifat terpuji. Terkadang seseorang tidak mau
memaafkan orang yang berbuat salah kepadanya dan
menyimpannya menjadi dendam, karena ia menunggu pelaku
meminta maaf. Akhirnya lama kelamaan merusak kasih sayang dan
persaudaraan.
Maka santri harus dilatih dan diprogramkan untuk meminta maaf.
Hal ini akan meminimalkan dendam yang dapat merusak
persaudaraan.

145
7. Berterimakasih
Berterimakasih adalah hal yang mudah jika dilihat secara sepintas.
Tapi ia menajdi sesuatu yang sulit bagi yang tidak terbiasa
melakukannya. Padahal mengucapkan terimakasih dapat
meningkatkan kasih sayang dan rasa persaudaraan. Karena ia
mengandung pengahargaan kepada orang lain. Dimana setiap orang
senang bila dihargai.
Maka santri harus dilatih, diteladankan dan diprogram untuk
menumbuhkan kebiasaan berterimakasih.
8. Tugas Bersama
Senasib sepenanggungan memiliki dampak yang besar terhadap
kekompakan dan persaudaraan. Maka penting bagi santri untuk
memiliki tugas-tugas kelompok, tentu saja dengan pengawasan yang
memadai dan pencegahan terjadinya bullying dalam kelompok
tersebut.
9. Mendoakan saudara
Hal ini nampaknya sederhana, tapi ini sangat kuat menanamkan
kasih sayang dan persaudaraan.
Maka santri harus dilatih, diteladankan dan deprogram untuk
menumbuhkan kebiasaan mendoakan saudara.
10. Rihlah Bersama
Rihlah atau rekreasi bersama teman-teman asrama sangat penting
untuk menyegarkan fikiran santri, hal ini juga bisa menguatkan
persaudaraan santri bila dikemas dengan baik dalam bentuk
outbond, dan sejenisnya
11. Saling mendahulukan
Ini adalah tingkatan yang sangat tinggi. Meski demikian, santri harus
dilatih untuk dapat melakukannya. Meski pun di awal mungkin

146
dengan keterpaksaan dan tidak rela hati, tapi lambat laun hal ini
akan menumbuhkan kasih sayang dan persaudaraan yang sangat
kuat.

Amaln-amalan diatas bisa diprogramkan setiap hari dan dievaluasi


secara berkala, baik harian, pekanan, dan bulanan. Sehingga santri
lebih bersungguh-sungguh dalam melakukannya.
Contoh format evaluasinya sebagai berikut:
Hari
No Amalan
Ahad (Contoh) Senin Selasa Rabu Kamis Jum’at Sabtu

Alhamdulillah, hari ini Saya


menebar salam kepada Gozi,
1 Menebar Salam
Andes, Farizqo, Jonatan, dan setiap
kali masuk kamar.

Alhamdulillah, hari ini Saya berbagi


2 Berbagi Makanan sambal kepada Fauzan dan Naqib
Favian.

Alhamdulillah, hari ini Saya shalat


3 Shalat Malam tahajjud 8 raka’at dan witir tiga
raka’at.

Alhamdulillah, hari ini Saya


Menolong Saat meminjami polpen kepada Faqih
4
Kesulitan yang tinta polpennya habis saat
belajar.

Alhamdulillah, hari ini Saya minta


maaf kepada Husein dan Meldi
5 Meminta Maaf
karena Saya terlambat piket
kelompok.

Alhamdulillah, hari ini Saya


berterimakasih kepada Naqib
6 Berterimakasih
Khaizuran karena menasihati saya
di tempat sepi.

Alhamdulillah, hari ini Saya


mendoakan kebaikan dan ampunan
7 Mendoakan Akhii
untuk seluruh anggota kamar dan
guru-guru serta orang tua Saya.

8 Tugas Bersama Hari ini tidak ada tugas Bersama.

147
Alhamdulillah, hari ini saya
Mendahulukan
9 mendahulukan Galih saat makan
Akhii (Itsar)
siang.

c. Penanganan Bullying dengan Coaching


Coaching sangat penting dalam menangani kasus bullying yang
terlanjur terjadi di pesantren, baik bagi pelaku atau pun korban
bullying. Agar tidak berulang, bab coaching ini kami bahas di modul
keempat, kiranya Anda bisa merujukan disana.

148
Introduction

TANPA MARAH – TANPA BULLYING –


TANPA HUKUMAN – PESANTRKU
SURGAKU
MULTAZAM ZAKARIA
FAJRUL ISLAM | Belitung

149
PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim. Kitab ketiga ini bertujuan agar Naqib bisa
mewujudkan asrama yang penuh keceriaan, karena dikatakan
bahwa “keceriaan adalah pintu ilmu”. Santri akan mudah
memahami pelajaran, mengaplikasikan adab yang baik, jika hatinya
ceria. Jika pada modul pertama dibahas bagaimana agar naqib ceria
dan bahagia, maka modul ini bagaimana agar naqib bisa membuat
asrama yang ceria.
Ini sebagai salah satu pemahaman dari tadabbur potongan ketiga
ayat 128 surat at-Taubah:
ٌ َ ْ ْ ُ ََ ٌ َ ُّ َ ََ َ ُ َُْ ٌ ُ َ ْ ََ
‫لقد جا َۤءك ْم َر ُس ْول ِم ْن انف ِسك ْم ع ِزْي ٌز عل ْيهِ َما ع ِنت ْم ح ِر ْيص عل ْيك ْم ِبال ُمؤمِ ِن ْين َر ُء ْوف َّر ِح ْي ٌم‬

“Sungguh, benar-benar telah datang kepadamu seorang rasul dari


kaummu sendiri. Berat terasa olehnya penderitaan yang kamu
alami, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu,
dan (bersikap) penyantun dan penyayang terhadap orang-orang
mukmin.” (At-Taubah/9:128)
Ceria dalam modul ini disimbolkan dengan surga, karena surga
adalah lambang keceriaan tertinggi dalam Islam, tiada kesedihan
dan beban di dalamnya. Maka modul ini bertujuan membimbing
Naqib agar bisa mensurgakan asramanya.
Dalam modul kedua ini ada tiga bab, yaitu:

Bab Tujuan

Sepuluh Kriteria Pesantrenku Agar naqib bisa menduplikasi


Surgaku (meniru) kriteria itu untuk
dihadirkan di lingkup yang lebih
kecil yaitu asrama.

150
24 Jam Bersama Rasulullah SAW Tak dirgaukan lagi bahwa Nabi
Muhammad SAW adalah penghuni
surga tertinggi. Maka mencontoh
amalannya dalam sehari semalam
adalah cara cepat mencapai surga.
Ringkasnya, bab ini mencoba
menghadirkan aplikasi harian
amalan surgawi mulai dari bangun
tidur hingga tidur kembali yang bisa
diterapkan di dalam lingkup
asrama.

Manajemen Asrama Agar naqib memahami langkah


menyusun program atau visi misi
asrama surgawi. Bagaimana agar
semua anggota asrama terlibat
dalam penyusunan setiap program,
sehingga lebih menguatkan rasa
kepemilikan dan tanggungjawab
terhadap program yang disusun.

151
BAB 1 SEPULUH KRITERIA PESANTRENKU
SURGAKU
Betapa bahagianya jika asrama betul-betul penuh dengan aura
surgawi, terpancar padanya keceriaan, senyuman, gelak tawa penuh
kesyukuran dan kasih sayang karena keimanan.
Pertanyaannya, siapakan orang yang pantas mewujudkan atau yang
pantas tinggal dalam susana surgawi itu? Rasa-rasanya secara
singkat akan kita temukan jawabannya dalam ayat berikut:
َ ُ ٰ ُ ََّ ْ ٰ ْ َ َ ٰۤ ُ ٰ ‫ه‬ ُ َ ُ ٰ َ ْ َّ
﴾ ٨٢ ࣖ ‫﴿ َوال ِذين ا َمن ْوا َوع ِملوا الص ِلح ِت اول ِٕىك اصح ُب الجن ِةْۚ ه ْم ِف ْي َها خ ِلد ْون‬

“Adapun orang-orang yang beriman dan beramal saleh, mereka


itulah penghuni surga. Mereka kekal di dalamnya.” (Al-
Baqarah/2:82)
َ َ ْ َ َ ََّ ْ َ ُ ُ ْ َ ٰۤ ُ َ ْ ُ ٰ ُْ َ َ َ ٰ ‫ه‬ ْ ْ
‫﴿ َو َم ْنَّيع َمل ِم َن الص ِلح ِت ِم ْن ذك ٍر ا ْو انثى َوه َو ُمؤمِ ٌن فاول ِٕىك َيدخل ْون الجنة َولا ُيظل ُم ْون‬
َ
﴾ ١٢٤ ‫ن ِق ْي ًرا‬

“Siapa yang beramal saleh, baik laki-laki maupun perempuan,


sedangkan dia beriman, akan masuk ke dalam surga dan tidak
dizalimi sedikit pun.” (An-Nisa'/4:124)
َّ َ َ
َْ ْ ْ ْ َ ُ ْ َ ْ ُُ ْ َ ْ َ َ ْ ‫ه‬ ْ ُ َٰ َْ َّ
ِ‫اّٰلل َواعتص ُموا ِبهٖ ف َس ُيد ِخله ْم ِف ْي َرحم ٍة ِمنه َوفض ٍلَۙ َّو َيه ِدي ِه ْم ِاليه‬
ِ ‫﴿ فاما ال ِذين امنوا ِب‬
ً َ ً
﴾ ١٧٥ ْۗ‫ِص َراطا ُّم ْست ِق ْيما‬

“Adapun orang-orang yang beriman kepada Allah dan berpegang


teguh pada (agama)-Nya, maka Allah akan memasukkan mereka ke
dalam rahmat dan karunia dari-Nya (surga) serta menunjukkan
mereka jalan yang lurus kepada-Nya.” (An-Nisa'/4:175)

152
ُ َ َ َ ْ ُ‫َََ ْ َ َ َ ه‬
ُ ‫اق َبن ْي ا ْس َراۤء ْي َلْۚ َو َب َع ْث َنا م ْن ُه ُم ْاث َن ْي َع َش َر َنق ْي ًباْۗ َو َق َال ه‬
ْۗ‫اّٰلل ِ ِان ْي َمعك ْم‬ ‫﴿ ۞ ولقد اخذ اّٰلل ِميث‬
ِ ِ ِ ِ ْٓ ِ
ً َ ً َ َ ‫َ ْ َ َ ْ ُ ُ َّ ٰ َ َ ٰ َ ْ ُ ُ َّ َ َ َ ْ ُ ْ ُ ُ ْ َ َ َّ ْ ُ ُ ْ ُ ْ َ ْ َ ْ ُ ُ ه‬
َ ٰ ٰ
‫اّٰلل ق ْرضا ح َسنا‬ ‫لىِٕن اقمتم الصلوة واتيتم الزكوة وامنتم ِبرس ِلي وعزرتموهم واقرضتم‬
َ ٰ َ ْ َ َ َ َْْ َْ ْ َ ‫َ ُ ْ ََّ ُ َ ه‬ ُ ٰ ُ ْ َ َّ َ ُ َّ
‫لاك ِف َرن عنك ْم َس ِيا ِتك ْم َولاد ِخلنك ْم جن ٍت تج ِر ْي ِم ْن تح ِت َها الان ٰه ُرْۚ ف َم ْن كف َر َبعد ذ ِلك‬
َ ْ َ َ ْ ُ ْ
َّ ‫ضَّل َس َوا َۤء‬
﴾ ١٢ ‫الس ِب ْي ِل‬ ‫ِمنكم فقد‬

“Sungguh, Allah benar-benar telah mengambil perjanjian dengan


Bani Israil dan Kami telah mengangkat dua belas orang pemimpin di
antara mereka. Allah berfirman, “Aku bersamamu. Sungguh, jika
kamu mendirikan salat, menunaikan zakat, beriman kepada rasul-
rasul-Ku dan membantu mereka, serta kamu meminjamkan kepada
Allah pinjaman yang baik, pasti akan Aku hapus kesalahan-
kesalahanmu dan akan Aku masukkan kamu ke dalam surga yang
mengalir di bawahnya sungai-sungai. Maka, siapa yang kufur di
antaramu setelah itu, sungguh dia telah tersesat dari jalan yang
lurus.” (Al-Ma'idah/5:12)
ََّ ْ ٰ ْ َ َ ٰۤ ُ ٌ َّ َ ٌ َ َ َ ُ ُ َ ََ ٌ َ َ َ ٰ ْ ُْ ُ ْ َ َ ْ َّ
‫ْۗولا َي ْرهق ُوج ْوه ُه ْم قتر َّولا ِذلةْۗاول ِٕىك اصح ُب الجن ِة‬‫﴿ ۞ ِلل ِذين اح َسنوا الحسنى و ِزيادة‬
َ ُ ٰ ُ
﴾ ٢٦ ‫ه ْم ِف ْي َها خ ِلد ْون‬

“Bagi orang-orang yang berbuat baik (ada pahala) yang terbaik


(surga) dan tambahannya (kenikmatan melihat Allah). Wajah-wajah
mereka tidak ditutupi debu hitam dan tidak (pula diliputi) kehinaan.
Mereka itulah para penghuni surga. Mereka kekal di dalamnya.”
(Yunus/10:26)
َ َ َ َ َ ْ ُ ْ ُ ْ َّ ُ ََّ ْ َ ْ
﴾ ٦٣ ‫ادنا َم ْن كان ت ِق ًّيا‬
ِ ‫﴿ ِتلك الجنة ال ِتي نو ِرث ِمن ِعب‬

“Itulah surga yang akan Kami wariskan kepada hamba-hamba Kami


yang selalu bertakwa.” (Maryam/19:63)

153
ُ َ ْ َ ‫َ ه َ ْ ْ ْ َ ْ َ ْ َ ْ ٰ َّ ه‬ ٰ ‫ه‬ ُ َ ُ ٰ َ ْ َّ ُ ْ َ ‫َّ ه‬
‫اّٰلل َيفعل‬ ‫اّٰلل ُيد ِخل ال ِذين ا َمن ْوا َوع ِملوا الص ِلح ِت جن ٍت تج ِري ِمن تح ِتها الانه ُرْۗ ِان‬ ‫﴿ ِان‬
ُ
﴾ ١٤ ‫َما ُي ِر ْيد‬

“Sesungguhnya Allah akan memasukkan orang-orang yang beriman


dan beramal saleh ke dalam surga-surga yang mengalir di
bawahnya sungai-sungai. Sesungguhnya Allah melakukan apa yang
Dia kehendaki.” (Al-Hajj/22:14)
َّ ‫َ ه‬ ٰ ‫ه‬ ُ َ ُ ٰ َ ْ َّ َ َ ْ ُ ْ َ ‫ه‬ ُ ْ َْ
﴾ ٥٦ ‫ّٰللْۗيحك ُم َبين ُه ْمْۗ فال ِذين ا َمن ْوا َوع ِملوا الص ِلح ِت ِف ْي جن ِت الن ِع ْي ِم‬
ِ ِ ‫﴿ ال ُملك َي ْو َمى ٍِٕذ‬

“Segala kekuasaan pada hari itu hanya milik Allah. Dia memberi
keputusan di antara mereka. Orang-orang yang beriman dan
beramal saleh berada di dalam surga-surga Na‘im (yang penuh
kenikmatan).” (Al-Hajj/22:56)
ْ َّ َ ُ َ ْ َّ َ ُ ٰ َ َ ُ َ ْ َّ َ ُ ْ ْ َ َ َْ ْ َ
‫ َوال ِذين ه ْم ع ِن اللغ ِو‬٢ ‫ ال ِذين ه ْم ِف ْي صل ِات ِه ْم خ ِشع ْون‬١ َۙ‫﴿ قد افلح ال ُمؤ ِمن ْون‬
ٰٓ َ َّ َ ُ ٰ ُ ُ َ ْ َّ َ ُ ٰ ٰ َّ ْ ُ َ ْ َّ َ َ ْ ُ ْ ُ
‫ ِالا على‬٥ َۙ‫ َوال ِذين ه ْم ِلف ُر ْو ِج ِه ْم ح ِفظ ْون‬٤ َۙ‫وة ف ِعل ْون‬ ِ ‫ وال ِذين هم ِللزك‬٣ َۙ‫مع ِرضون‬
ُ َ ٰۤ ُ َ َ ٰ َٰ َ َ ُ َ ُ َّ َ ُ ُ َ َ ْ َ َ َ َ
َ ‫ا ْز‬
‫ ف َم ِن ْابتغى َو َرا َۤء ذ ِلك فاول ِٕىك ه ُم‬٦ ْۚ‫اج ِه ْم ا ْو َما َملكت ا ْيمانه ْم ف ِانه ْم غ ْي ُر َمل ْومِ ْين‬ ِ ‫و‬
َ ْ ُ َ ُ ْ ٰ َ َ ٰ َ ْ ُ َ ْ َّ َ َ ْ ُ َ ْ َ ٰ َ ُ َْ َّ َ ُ َْ
ۘ‫ وال ِذين هم على صلو ِت ِهم يح ِافظون‬٨ َۙ‫ َوال ِذين ه ْم ِلا ٰمن ِت ِه ْم َوع ْه ِد ِهم راعون‬٧ ْۚ‫العاد ْون‬
َ ُ ٰ ُ َ ْ َ ُ َ ْ َّ َ ُ ْ ُ َ ٰۤ ُ
﴾ ١١ ‫ ال ِذين َي ِرث ْون ال ِف ْرد ْو َسْۗ ه ْم ِف ْي َها خ ِلد ْون‬١٠ َۙ‫ اول ِٕىك ه ُم ال ٰو ِرث ْون‬٩

“Sungguh, beruntunglah orang-orang mukmin. (Yaitu) orang-orang


yang khusyuk dalam salatnya, orang-orang yang meninggalkan
(perbuatan dan perkataan) yang tidak berguna, orang-orang yang
menunaikan zakat, dan orang-orang yang menjaga kemaluannya,
kecuali terhadap istri-istri mereka atau hamba sahaya yang mereka
miliki. Sesungguhnya mereka tidak tercela (karena menggaulinya).
Maka, siapa yang mencari (pelampiasan syahwat) selain itu, mereka
itulah orang-orang yang melampaui batas. (Sungguh beruntung
pula) orang-orang yang memelihara amanat dan janji mereka serta

154
orang-orang yang memelihara salat mereka. Mereka itulah orang-
orang yang akan mewarisi. (Yaitu) orang-orang yang akan mewarisi
(surga) Firdaus. Mereka kekal di dalamnya.” (Al-Mu'minun/23:1-11)
َْ ٰ َْْ َْ ْ َ ً ُ ََّ ْ ََّ ُ َ ٰ ‫ه‬ ُ َ ُ ٰ َ ْ َّ
‫﴿ َوال ِذين ا َمن ْوا َوع ِملوا الص ِلح ِت لن َب ِوئن ُه ْم ِم َن الجن ِة غ َرفا تج ِر ْي ِم ْن تح ِت َها الان ٰه ُر خ ِل ِدين‬
َ ْٰ ْ َ ْ
﴾ ٥٨ ۖ‫ِف ْي َهاْۗ ِنع َم اج ُر الع ِم ِل ْين‬

“Orang-orang yang beriman dan beramal saleh benar-benar akan


Kami tempatkan mereka pada tempat tinggal yang mulia di dalam
surga. Mengalir di bawahnya sungai-sungai (dan) mereka kekal di
dalamnya. Itulah sebaik-baik balasan bagi orang-orang yang
beramal (saleh).” (Al-'Ankabut/29:58)
َ َ ْ ُّ َ َ ٰ ‫ه‬ ُ َ ُ ٰ َ ْ َّ َ َ
﴾ ١٥ ‫﴿ فاَّما ال ِذين ا َمن ْوا َوع ِملوا الص ِلح ِت ف ُه ْم ِف ْي َر ْوض ٍة يحب ُر ْون‬

“Adapun orang-orang yang beriman dan beramal saleh, mereka


bergembira di dalam taman (surga).” (Ar-Rum/30:15)
َّ ُ ‫َ ه‬ َ ٰ ‫ه‬ ُ َ ُ ٰ َ ْ َّ َّ
﴾ ٨ َۙ‫﴿ ِان ال ِذين ا َمن ْوا َوع ِملوا الص ِلح ِت ل ُه ْم جنت الن ِع ْي ِم‬

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan


kebajikan, baginya surga-surga yang penuh kenikmatan.”
(Luqman/31:8)
َ ٌ ْ ٌ ْ َ َ ٰۤ ُ ٰ ‫ه‬ ُ َ ُ ٰ َ ْ َّ ْ
﴾ ٤ ‫﴿ ِل َيج ِز َي ال ِذين ا َمن ْوا َوع ِملوا الص ِلح ِتْۗ اول ِٕىك ل ُه ْم َّمغ ِف َرة َّو ِرزق ك ِر ْي ٌم‬

“Supaya Dia memberi balasan kepada orang-orang yang beriman


dan beramal saleh. Mereka itulah orang-orang yang memperoleh
ampunan dan rezeki yang mulia.” (Saba'/34:4)
َ َ ٰۤ ُ َ ً َ َ َ ٰ َّ ٰ ْ ُ َ َ ْ ُ َ ُ َّ ُ ُ َ َ َ ُ ُ َ
‫﴿ َو َمآْ ا ْم َوالك ْم َول ْٓا ا ْولادك ْم ِبال ِت ْي تق ِر ُبك ْم ِعندنا زلفىْٓ ِالا َم ْن ا َم َن َوع ِمل ص ِالحاَۙ فاول ِٕىك ل ُه ْم‬
َ ُ ٰ ٰ ُْ ُ ُ َ َ ْ ُ َ َ
﴾ ٣٧ ‫الضع ِف ِبما ع ِمل ْوا َوه ْم ِفى الغ ُرف ِت ا ِمن ْون‬ ِ ‫جزاۤء‬

155
“Bukanlah harta atau anak-anakmu yang mendekatkan kamu
kepada Kami sedekat-dekatnya, melainkan orang yang beriman dan
beramal saleh. Mereka itulah yang memperoleh balasan yang
berlipat ganda atas apa yang mereka kerjakan. Mereka aman
sentosa di tempat-tempat yang tinggi (dalam surga).” (Saba'/34:37)
Dari ayat-ayat di atas di atas (masih banyak ayat lainnya yang belum
dicantumkan), dapat dipahami bahwa surga adalah tempat tinggal
ahli amal shalih dan ahli iman. Maka jika seorang ingin menjadikan
asrama serasa surga, penghuni asrama tersebut harus bersepakat
untuk memenuhi asramanya dengan amal shalih dan keimanan.
Hanya dengan itu sebuah asrama bisa menjadi surga. Itulah harga
mati untuk mensurgakan asrama. Siap?
Apa saja amalan penduduk surga yang bisa ditiru untuk
mensurgakan asrama? Tentu saja ada banyak sekali, diantaranya
akan dijelaskan berikut ini.
a. Taat Ibadah Ritual
Sebelum yang lain-lainnya, ini menjadi ciri utama manusia surga
sebagaimana banyak dalil yang telah Saya nukilkan sebelumnya.
Artinya, pesantren yang akan bernuansa surga adalah pesantren
yang penuh dengan amalan-amalan ritual yang menghubungkan
atau mendekatkan seorang hamba dengan Pencipta Surga yaitu
Allah SWT.
Maka tugas Naqib yang pertama adalah Menyusun Kegiatan santri
24 jam penuh dengan ibadah kepada Allah. Dan ini kami berikan
gambarannya dengan nyaris sempurna dan secara khusus dibahas
dalam satu bab lengkap yaitu pada bab dua setelah ini.
b. Wajahnya Berseri Penuh Senyuman
Perhatikanlah beberapa ayat berikut:

156
َ ُ ٰ ُ ‫َ ََّ َّ ْ َ ْ َ َّ ْ ُ ُ ْ ُ ُ ْ َ ْ َ ْ َ ه‬
﴾ ١٠٧ ‫اّٰللْۗ ه ْم ِف ْي َها خ ِلد ْون‬
ِ ‫﴿ واما ال ِذين ابيضت وجوههم ف ِفي رحم ِة‬

“Adapun orang-orang yang berwajah putih berseri, mereka berada


dalam rahmat Allah (surga). Mereka kekal di dalamnya.” (Ali
'Imran/3:107)
ٌ َّ َ ْ َّ ٌ ْ ُ ُ
﴾ ٢٢ َۙ‫اض َرة‬
ِ ‫﴿ وجوه يومى ٍِٕذ ن‬

“Wajah-wajah (orang mukmin) pada hari itu berseri-seri.” (Al-


Qiyamah/75:22)
Jika ingin mensurgakan asrama, inilah amalan pertama yang harus
dilakukan. Tidaklah penghuni asrama saling memandang kecuali ia
mensedekahkan senyuman untuk orang yang memandangnya.
Mulai sejak bangun tidur, setiap hari, setidaknya setiap penghuni
asrama harus tersenyum dua puluh detik tanpa alasan.
Berkaitan dengan senyuman, berikut Saya nukilkan Kembali apa
yang sudah Saya tulis di modul pertama tentang senyuman.
Nabi Muhammad SAW adalah seorang manusia paling banyak
masalah dan ujian menyertai langkahnya, tapi ia tetap stabil dalam
mengendalikan emosinya. Apa rahasianya? Salah satunya adalah ia
selalu tersenyum.
Beliau tersenyum ketika bertemu dengan sahabatnya. Saat beliau
menahan amarah atau ketika beliau berada di majelis peradilan
sekalipun.
‫صلى هللا‬- ‫ ما َح َجبني رسو ُل هللا‬:-‫كما في الصحيحين‬- ‫ يقول‬-‫رضي هللا عنه‬- ‫فهذا جرير‬
.‫ وال رآني إال تَبَسَّم في وجهي‬، ُ‫ منذُ أسملت‬-‫عليه وسلم‬
“Diriwayatkan dari Jabir dalam sahih Bukhari dan Muslim, berkata,
“Sejak aku masuk Islam, Rasulullah SAW tidak pernah menghindar
dariku. Dan beliau tidak melihatku kecuali beliau pasti tersenyum
kepadaku.”

157
Suatu ketika Nabi Muhammad SAW didatangi seorang Arab Badui61,
dengan serta merta ia berlaku kasar dengan menarik selendang Nabi
Muhammad SAW, sehingga leher beliau membekas merah. Orang
Badui itu bersuara keras, “Wahai Muhammad, perintahkan
sahabatmu memberikan harta dari Baitul Maal!” Nabi Muhammad
SAW menoleh kepadanya seraya tersenyum. Kemudian beliau
menyuruh sahabatnya memberi harta dari baitul maal kepadanya.
Ketika beliau memberi hukuman keras terhadap orang-orang yang
terlambat dan tidak ikut serta dalam perang Tabuk, beliau masih
tersenyum mendengarkan alasan mereka.
‫ فَ ِجئْتُهُ فَلَ َّما‬:‫ بعد أن ذكر اعتذار المنافقين وحلفهم الكاذب‬-‫رضي هللا عنه‬- ‫يقول كعب‬
.‫ فَ ِجئْتُ أ َ ْمشِي َحتَّى َجلَسْتُ بَيْنَ يَ َد ْي ِه‬. »َ‫ ث ُ َّم قَا َل «ت َ َعال‬،‫ب‬ َ ‫علَ ْي ِه تَبَس ََّم تَبَس َُّم ْال ُم ْغ‬
ِ ‫ض‬ َ ُ‫سلَّ ْمت‬
َ
“Ka’ab ra berkata setelah mengungkapkan alasan orang-orang
munafik dan sumpah palsu mereka: “Saya mendatangi Nabi
Muhammad SAW, ketika saya mengucapkan salam kepadanya,
beliau tersenyum, senyuman orang yang marah. Kemudian beliau
berkata, “Kemari. Maka saya mendekati beliau dan duduk di depan
beliau.”
Suatu ketika Nabi Muhammad SAW melintasi masjid yang di
dalamnya ada beberapa sahabat yang sedang membicarakan
masalah-masalah jahiliyah terdahulu, beliau lewat dan tersenyum
kepada mereka.
Beliau tersenyum dari bibir yang lembut, mulia nan suci, sampai
akhir detik-detik hayat beliau.

158
ِ ‫صالَةِ ْالفَ ْج ِر مِ ْن يَ ْو ِم‬
‫اإلثْنَي ِْن َوأَبُو بَ ْك ٍر‬ َ ‫ بينما ْال ُم ْس ِل ُمونَ في‬:-‫كما في الصحيحين‬- ‫يقول أنس‬
،َ‫شة‬ َ ِ‫َف ِستْ َر حُجْ َرة‬
َ ِ‫عائ‬ َ ‫ قَ ْد َكش‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ِ‫َّللا‬ َّ ‫سو ُل‬ُ ‫صلِي بَ ُه ْم لَ ْم يَ ْف َجأْهُ ْم إِالَّ َر‬َ ُ‫ي‬
ُ َّ ‫صفُوفِ ال‬
ْ َ‫ ث َّم تَبَس ََّم ي‬.ِ‫صالَة‬
! ُ‫ض َحك‬ ُ ‫ظ َر إِلَ ْي ِه ْم َوهُ ْم فِي‬ َ َ‫فَن‬
“Anas bin Malik berkata diriwayatkan dalam sahih Bukhari dan
Muslim, “Ketika kaum muslimin berada dalam shalat fajar, di hari
Senin, sedangkan Abu Bakar menjadi imam mereka, ketika itu
mereka dikejutkan oleh Nabi Muhammad SAW yang membuka hijab
kamar Aisyah. Beliau melihat kaum muslimin sedang dalam shaf
shalat, kemudian beliau tersenyum kepada mereka!”
Hanya dengan tersenyum yang tidak membutuhkan biaya itu, Anda
akan mendapatkan banyak manfaat, baik bagi kebaikan emosi Anda
sendiri bahkan bagi kebaikan hubungan Anda dengan pasangan,
pasangan atau orang lain. Beberapa manfaatnya adalah:
1. Senyum adalah ibadah, jika diniatkan mencontoh sunnah
Rasulullah SAW. Sehingga hanya dengan tersenyum Anda akan
mendapatkan pahala. Nabi SAW bersabda:
ٌ‫ص َدقَة‬
َ َ‫س ُمكَ فِى َو ْج ِه أَخِ يكَ لَك‬
ُّ ‫ت َ َب‬
“Senyummu di hadapan saudaramu (sesama muslim) adalah
(bernilai) sedekah bagimu.” (HR Tirmidzi).
2. Senyum bisa memperbaiki emosi Anda. Loretta Graziano
Breuning, PhD meniliti bahwa senyum bisa mengeluarkan empat
hormon yang baik bagi stabilitas emosi seseorang, yaitu:
serotonin yang membantu memperbaiki mood, dopamine yang
bisa menciptakan sensasi kebahagian, oxytocin yang menginstall
perasaan cinta, dan endhorpin yang dapat membantu
meredekan nyeri.
3. Menguatkan hubungan dengan pasangan dan orang lain. Dale
Carnegie dalam bukunya yang terkenal, “Bagaimana Anda
Mendapatkan Teman dan Mempengaruhi Manusia”
menceritakan:

159
“Wajah merupakan cermin yang tepat bagi perasaan hati
seseorang. Wajah yang ceria, penuh senyuman alami, senyum
tulus adalah sebaik-baik sarana memperoleh teman dan kerja
sama dengan pihak lain. Senyum lebih berharga dibanding
sebuah pemberian yang dihadiahkan seorang pria. Dan lebih
menarik dari lipstik dan bedak yang menempel di wajah seorang
wanita. Senyum bukti cinta tulus dan persahabatan yang murni.”
Ia melanjutkan, “Saya minta setiap mahasiswa saya untuk
tersenyum kepada orang tertentu sekali setiap pekannya. Salah
seorang mahasiswa datang bertemu dengan pedagang, ia
berkata kepadanya, “Saya pilih tersenyum kepada istriku, ia tidak
tau sama sekali perihal ini. Hasilnya adalah saya menemukan
kebahagiaan baru yang sebelumnya tidak saya rasakan
sepanjang akhir tahun-tahun ini. Yang demikian menjadikan saya
senang tersenyum setiap kali bertemu dengan orang. Setiap
orang membalas penghormatan kepada saya dan bersegera
melaksanakan khidmat -pelayanan- kepada saya. Karena itu saya
merasakan hidup lebih ceria dan lebih mudah.”
Kegembiraan meluap ketika Carnegie menambahkan, “Ingatlah,
bahwa senyum tidak membutuhkan biaya sedikitpun, bahkan
membawa dampak yang luar biasa. Tidak akan menjadi miskin
orang yang memberinya, justeru akan menambah kaya bagi
orang yang mendapatkannya. Senyum juga tidak memerlukan
waktu yang bertele-tele, namun membekas kekal dalam ingatan
sampai akhir hayat. Tidak ada seorang fakir yang tidak
memilikinya, dan tidak ada seorang kaya pun yang tidak
membutuhkannya.”
Hal pertama yang harus naqib lakukan adalah menginstall
kebiasaan senyum pada seluruh anggota asrama setiap hari,
minimal 20 detik tanpa alasan.

160
c. Segera Bertaubat
Perhatikanlah beberapa ayat berikut:
َ َّ ْ ْ َّ ُ ُ َ ْ ُ ُ ْ َ َّ َ َ ْ ُ َّ ْ َ ْ َ ٰ ْ ُ َ َ
﴾ َۙ‫الس ٰم ٰوت َوالا ْرضَۙ ا ِعدت ِلل ُمت ِق ْين‬
َّ ‫ض َها‬ ‫﴿ وس ِارعوْٓا ِالى مغ ِفرةٍ ِمن ر ِبكم وجن ٍة عر‬

“Bersegeralah menuju ampunan dari Tuhanmu dan surga (yang)


luasnya (seperti) langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang
yang bertakwa” (Ali 'Imran/3:133)
ْ ُُ َ َْ ْ َ َ‫ه‬ َ َ َُْ َ َ َ ً َ َ ْ ُ َ َ َ َ ْ َّ َ
‫استغف ُر ْوا لِذن ْو ِب ِه ْمْۗ َو َم ْن َّيغ ِف ُر‬ ‫احشة ا ْو ظل ُم ْوْٓا انف َس ُه ْم ذك ُروا اّٰلل ف‬ِ ‫﴿ وال ِذين ِاذا فعلوا ف‬
َ ُ َ
َ ْ ُ َ َ ٰ َ
﴾ ١٣٥ ‫ص ُّر ْوا على َما فعل ْوا َوه ْم َيعل ُم ْون‬ ُ ْ َ ُ ‫ُّ ُ ْ َ َّ ه‬
ِ ‫الذنوب ِالا اّٰللْۗ ولم ي‬

“Demikian (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan


keji atau menzalimi diri sendiri,62 mereka (segera) mengingat Allah
lalu memohon ampunan atas dosa-dosanya. Siapa (lagi) yang dapat
mengampuni dosa-dosa selain Allah? Mereka pun tidak meneruskan
apa yang mereka kerjakan (perbuatan dosa itu) sedangkan mereka
mengetahui(-nya).” (Ali 'Imran/3:135)
Yang membuat seorang itu sumpek, gelisah, tidak tenang, pikiran
kacau, adalah karena banyaknya mengikuti hawa nafsu dan
melakukan dosa. Karena itu para pendosa tempatnya adalah neraka.
Jika anggota asrama doyan melakukan dosa dan tidak mau
bertaubat kepada Allah, tidak segera kembali kepada Allah, maka
asrama akan berubah menjadi neraka yang tiada ketenangan di
dalamnya.
Perhatikanlah firman Allah berikut:

161
َ َّ َ ْ ْ ْ َ َ َ
﴾ ٧٧ ۖ‫﴿ قال فاخ ُرج ِمن َها ف ِانك َر ِج ْي ٌم‬

“(Allah) berfirman, “Keluarlah darinya (surga) karena sesungguhnya


kamu terkutuk.” (Sad/38:77)
Kenapa iblis terusir dari surga? Karena ia melakukan dosa dan tidak
mau bertaubat.
Lalu perhatikanlah ayat berikut:
ْٰ َ ُ ََ َ َ َ ََ ْ َ َّ ْ َ ُ ْ َ َ َ َ َ َّ َ َ
﴾ ٢٣ ‫﴿ قالا َربنا ظل ْمنآْ انف َسنا َواِ ن ل ْم تغ ِف ْر لنا َوت ْرح ْمنا لنك ْونَّن ِم َن الخ ِس ِر ْي َن‬

“Keduanya berkata, “Ya Tuhan kami, kami telah menzalimi diri kami
sendiri. Jika Engkau tidak mengampuni kami dan tidak merahmati
kami, niscaya kami termasuk orang-orang yang rugi.” (Al-A'raf/7:23)
Nabi Adam karena kekhilafannya (bukan dosa) juga akhirnya keluar
dari surga dengan hikmah Allah SWT. Agar menjadi ibrah63 bagi kita
semua. Nabi Adam as diampuni dan ditinggikan derajatnya oleh
Allah sebab ia mau bertaubat dan meminta ampun kepada Allah.
Dunia ini hakikatnya sesuatu yang bersifat netral, jika kita
mengisinya dengan amalan kebaikan maka ia akan menjadi surga
ruhani yang menghembuskan kebahagiaan ke dalam jiwa, tapi jika
kita mengisinya dengan dosa atau kemaksiatan maka akan berubah
menjadi neraka duniawi yang akan menghembuskan hawa neraka
dan penderitaan ke dalam jiwa.
Allah ta’ala berfirman:
‫ه‬
َ ‫اب َم ْن َد هس‬
﴾ ١٠ ْۗ‫ىها‬ َ ‫﴿ َق ْد َا ْف َل َح َم ْن َزك‬
َ ‫ َو َق ْد َخ‬٩ ۖ‫ىها‬

“Sungguh beruntung orang yang menyucikannya (jiwa itu) dan


sungguh rugi orang yang mengotorinya.” (Asy-Syams/91:9-10)

162
Maka mengevaluasi kesalahan diri setiap hari lalu mengistigfarinya,
mentaubatinya, itu adalah salah satu cara mensurgakan kehidupan
kita. Perhatikanlah sabda Nabi SAW berikut:
ِ‫َّللا‬ َ ‫سلَّ َم يَقُو ُل‬
َّ ‫و‬: َ ُ‫صلَّى هللا‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َ ِ‫َّللا‬
َّ ‫سو َل‬ ُ ‫سمِ ْعتُ َر‬ َ :َ‫ع ْنهُ قَال‬ َ ‫َّللا‬
ُ َّ ‫ي‬ َ ‫ض‬ ِ ‫ع ْن أبي ه َُري َْرة َ َر‬ َ ‫و‬
َ ‫َّللا َوأَتُوبُ إِلَ ْي ِه فِي اليَ ْو ِم أ ْكث َ َر مِ ْن‬
ً ‫س ْبعِينَ َم َّرة‬ َ ََّ ‫إِنِي َأل َ ْست َ ْغف ُِر‬
“Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhubeliau berkata: Aku telah
mendengar Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:Demi
Allâh aku sungguh beristighfar dan bertaubat kepada Allâh setiap
harinya lebih dari tujuh puluh kali.” [HR. Al-Bukhari]
Jika Nabi SAW yang terlindung dari maksiat saja beristigfar tujuh
puluh kali setiap hari, bagaimana dengan kita? Semestinya jauh
berlipat lebih banyak dari itu.
Ketika ummat Nabi Nuh as membangkang, terus melakukan dosa,
maka Allah berikan mereka kekeringan serta perempuan-
perempuan mereka mandul selama empat puluh tahun, sawah
ladang dan perkebunan gagal. Mereka pun menjadi menderita. Lalu
perhatikanlah apa yang dikatakan Nabi Nuh as yang Allah abadikan
dalam Al-Quran:
ُ ْ ُ ََ َ َ َ ٗ َّ ْ ُ ََّ ْ ُ ْ َ ْ ُ ْ ُ َ
ْ َّ ‫ ُّي ْرسل‬١٠ َۙ‫ان َغَّف ًارا‬
‫ َّو ُي ْم ِددك ْم‬١١ َۙ‫السما َۤء عل ْيك ْم ِمد َر ًارا‬ ‫﴿ فقلت استغ ِفروا ربكم ِانه ك‬
ِ ِ
َ ُ َّ ْ ‫َ َ ْ َ ْ َّ ُ َ ه‬
ْ َ َْ
﴾ ١٢ْۗ‫ال َّو َب ِن ْين َويجعل لك ْم جن ٍت َّويجعل لك ْم ان ٰه ًرا‬ َ ‫ب َا ْم‬
‫و‬
ٍ ِ
“Lalu, aku berkata (kepada mereka), “Mohonlah ampun kepada
Tuhanmu. Sesungguhnya Dia Maha Pengampun. (Jika kamu
memohon ampun,) niscaya Dia akan menurunkan hujan yang lebat
dari langit kepadamu, memperbanyak harta dan anak-anakmu,
serta mengadakan kebun-kebun dan sungai-sungai untukmu.”
(Nuh/71:10-12)

163
Meski telah diberikan jalan untuk keluar dari penderitaan itu dengan
beristigfar, sayangnya ummat Nabi Nuh as tetap ingkar dan akhirnya
Allah binasakan mereka dengan banjir bandang.
Maka jika ingin mensurgakan asrama, naqib harus membimbing
seluruh anggota agar menjadi ahli istigfar setiap hari. Ini bisa
menjadi program harian, baik secara sendiri-sendiri atau bersama-
sama. Dalam Al-Qur’an sering disebutkan istigfar dilakukan di waktu
Sahar atau sebelum subuh. Naqib bisa membuat program “Curhat
Time with Allah” misalnya, yang dimana itu dilakukan seusai
tahajjud bersama, berupa intropseksi diri dan meminta ampun
kepada Allah.
Bisa juga bentuknya program istigfar dalam jumlah tertentu,
misalnya 1000 istigfar setiap hari. Kemudian direkap setiap hari oleh
Naqib. Bentuk rekapnya bisa secara lisan dengan ditanya satu-satu
sebelum tidur, atau bisa didokuemntasikan dengan catatan dalam
bentuk tabel seperti berikut.
Rekap Istigfar Harian Anggota

Hari/Tanggal Nama Santri Jumlah Istigfar

Rabu, 01 Nop 2023 Ahmad 1000x

Fauzan 1200x

Abdul Qodir 1500x

K[amis, 01 Nop 2023 Ahmad 1100x

Fauzan 1000x

Abdul Qodir 1300x

164
Dari rekapitulasi harian ini, Naqib bisa mengevaluasi peningkatan
dan penurunan istigfar anggota. Bagi yang meningkat, bisa diberikan
apresasi baik dengan ucapan atau pun barang, bagi yang menurun
bisa diberikan motivasi baik dengan ucapan atau pun barang.
d. Sangat Suka Memberi
Perhatikanlah lanjutan ayat surat Ali Imran sebelumnya tentang ciri
penghuni surga:
َّ َّ َ ْ ُ ْ ُ َ ْ َّ
﴾ ١٣٤ ‫ۤاء َوالضَّر ِۤاء‬
ِ ‫ر‬َّ
‫الس‬ ‫ى‬ ‫ف‬
ِ ‫﴿ ال ِذين ين ِفقو‬
‫ن‬

“(yaitu) orang-orang yang selalu berinfak, baik di waktu lapang


maupun sempit” (Ali 'Imran/3:134)
Seorang akan merasakan penderitaan bukan saat ia tidak memiliki
dunia, tapi saat hatinya terbelenggu oleh dunia. Sehingga akan
muncul sifat mudah cemas, pelit dan sejenisnya. Ia merasa dirinya
yang memiliki dunia, atas usahanya, dan atas kehebatan pribadinya.
Padahal semua yang dimiliki saat ini tidak lebih hanya titipan dari
Allah swt. Jika setiap orang menyadarinya, maka ia tidak akan
pernah takut untuk berinfaq.
Ketika seseorang berinfaq maka ia telah membahagian orang lain,
ketika orang itu bahagia, kebahagiaan itu juga dirasakan oleh orang
yang berinfaq. Masih ingat bahwa energi itu memancar? Jika
anggota asrama bisa saling membahagiakan dengan berinfaq, maka
bayangkanlah besarnya pancaran energi kebahagiaan surgawi yang
tercipta dalam asrama tersebut. Entah kenapa, Saya merasa
terdorong untuk menukil sebuah sub bab dari Serial Cinta-nya Anis
Matta yang berjudul “Seni Memperhatikan”. Berikut Saya nukilkan
selengkapnya:
------***------

165
Kalau intinya cinta adalah memberi, maka pemberian pertama
seorang pecinta sejati adalah perhatian. Kalau kamu mencintai
seseorang, kamu harus memberi perhatian penuh kepada orang itu.
Perhatian yang lahir dari lubuk hati yang paling dalam, dari
keinginan yang tulus untuk memberikan apa saja yang diperlukan
orang yang kamu cintai untuk menjadi lebih baik dan berbahagia
karenanya.
Perhatian adalah pemberian jiwa; semacam penampakan emosi
yang kuat dari keinginan baik kepada orang yang kita cintai. Tidak
semua orang memiliki kesiapan mental untuk memperhatikan.
Tidak juga semua orang yang memiliki kesiapan mental memiliki
kemampuan untuk terus memperhatikan.
Memperhatikan adalah kondisi di mana kamu keluar dari dalam
dirimu menuju orang lain yang ada di luar dirimu. Hati dan
pikiranmu sepenuhnya tertuju kepada orang yang kamu cintai. Itu
tidak sesederhana yang kita bayangkan. Mereka yang bisa keluar
dari dalam dirinya adalah orang-orang yang sudah terbebas secara
psikologis. Yaitu bebas dari kebutuhan untuk diperhatikan. Mereka
independen secara secara emosional: kenyamanan psikologis tidak
bersumber dari perhatian orang lain terhadap dirinya. Dan itulah
musykil-nya. Sebab sebagian besar orang lebih banyak terkungkung
dalam dirinya sendiri. Mereka tidak bebas secara mental.
Mereka lebih suka diperhatikan daripada memperhatikan. Itu
sebabnya mereka selalu gagal mencintai.
Itulah kekuatan para pecinta sejati: bahwa mereka adalah
pemerhati yang serius. Mereka memperhatikan orang-orang yang
mereka cintai secara intens dan menyeluruh. Mereka berusaha
secara terus menerus untuk memahami latar belakang kehidupan
sang kekasih, menyelidiki selukbeluk persoalan hatinya, mencoba
menemukan karakter jiwanya, mendefinisikan harapan-harapan

166
dan mimpi-mimpinya, dan mengetahui kebutuhan-kebutuhannya
untuk sampai kepada harapan harapan itu.
Para pemerhati yang serius biasanya lebih suka mendengar
daripada didengarkan. Mereka memiliki kesabaran yang cukup
untuk mendengar dalam waktu yang lama. Kesabaran itulah yang
membuat orang betah dan nyaman menumpahkan isi hatinya
kepada mereka. Tapi kesabaran itupula yang memberi mereka
peluang untuk menyerap lebih banyak informasi tentang sang
kekasih yang mereka cintai.
Tapi di sini juga tersimpan sesuatu yang teramat agung dari rahasia
cinta. Rahasia tentang pesona jiwa para pecinta. Kalau kamu
terbiasa memperhatikan kekasih hatimu, secara berlahan-lahan dan
tanpa ia sadari ia akan tergantung dengan perhatiannmu. Secara
psikologis ia akan sangat menikmati saat-saat diperhatikan itu. Bila
suatu saat perhatian itu hilang, ia akan merasakan kehilangan yang
sangat. Perhatian itu niscaya akan menyiksa jiwanya dengan rindu
saat kamu tidak berada di sisinya. Mungkin ia tidak akan
mengatakannya. Tapi ia pasti merasakannya.
------***------
Sampai di sini, jika Anda bertanya “Apa yang akan kuinfaqkan
kepada anggotaku?” Perhatian! Itulah infaq jiwa. Itulah nafkah jiwa.
Betapa banyak anak yang tidak kekurangan nafkah harta, bahkan
bereka bertabur emas dan permata, tapi rumah jiwanya hambar,
keluarganya luluh lantak, sebab apa? Sebab ia miskin perhatian.
Perhatikanlah anggota Anda, jika Anda menemukan kelebihannya,
apresiasilah ia. Bila Anda menemukan kekurangannya,
sempurnakanlah ia.
Jika Anda betul-betul memperhatikan anggota Anda, Anda akan
memahami hakikat dirinya. Jika Anda memahami hakikat dirinya,
Anda akan membahagiakannya dengan cara yang benar. Ketika

167
Anda membahagiakannya seperti itu, ia akan berambisi
membahagiakan Anda lebih dari kebahagiaan yang yang dia
rasakan. Saat itulah anda akan terheran, “Inikah surga itu?”
Sebelum Anda melanjutkan membaca bagian ini, berhentilah
sejenak. Anda bisa meminum kopi atau mengambil air wudhu
sambil melenturkan kembali badan Anda. Lalu ambil secarik kertas
dan pulpen. Mulailah tulis daftar kelebihan atau kebaikan anggota
Anda. Anda bisa juga menulisnya dalam bentuk tabel seperti
berikut.
Daftar Kebaikan dan Kelebihan Anggota Saya

Nama Santri Kelebihan

Abdullah 1. Suka berbagi jajan dengan kawan, memiliki sifat dermawan.

2. Cepat menghafal.

3. Selalu semangat kalau gotong royong.

Umar 1. Pintar dalam menyampaikan ulang pelajaran Ustadz.

2. Jago pidato dan public speaking.

3. Hebat dalam mempenagruhi teman-temannya.

Husein 1. Badannya besar dan kuat, suka bantu angkat barang-barang berat temannya.

2. Suaranya bagus saat adzan, sangat merdu

3. Sering tersenyum dan salam kalau ketemu.

*Tulis sebanyak-banyaknya kelebihan anggota.

Menulis kebaikan ini bisa Anda terapkan untuk setiap anggota.


Tugas Anda membimbing mereka agar bisa menulis kebaikan satu
sama lain. Semakin anggota tenggelam dalam meneyelami kebaikan
anggota lainnya, akan semakin mudah ia berbuat baik dan berkasih
sayang kepadanya.
Takut Miskin dan Bisikan Setan
Ciri utama orang yang bertaqwa yang Allah siapkan untuknya
kehidupan surgawi sebagaimana dalam ayat di atas adalah berinfaq

168
(yunfiqun) dalam keaadan lapang mau pun sempit. Inilah langkah
penting menjadi manusia surgawi: berinfaq. Tanpanya, bagaimana
mungkin Anda meraih derajat taqwa?
Berinfaq berarti memberi. Tugas utama kehidupan adalah tentang
memberi. Siapa yang pelit memberi sesungguhnya ia sedang lupa
bahwa hidup dan kehidupannya adalah sebuah pemberian.
Tanpa pekerjaan memberi maka hidup belum disebut hidup. Jangan
heran jika kita saksikan mereka yang gemar memberi masih tetap
hidup meski telah mati. Dan mereka yang takut memberi,
sesungguhnya telah mati sebelum mati.
Berkali-kali Allah menyebutkan tentang infak di dalam Al-Qur’an.
Misalnya seperti ayat berikut:
ُ ْ ََْ َ
َ َ َ ‫﴿ ُق ْل اَّن َرب ْي َي ْب ُس ُط الر ْز َق ل َم ْن يَّ َشا ُۤء م ْن ع َباده َو َي ْقد ُر ل ٗه‬
‫ْۗو َمآْ انفقت ْم ِم ْن ش ْي ٍء ف ُه َو‬ ِ ِٖ ِ ِ ِ ِ ِ ِ
َ ‫ْۚو ُه َو َخ ْي ُر ه‬
﴾ ٣٩ ‫الر ِز ِق ْين‬ َ ‫ُيْخل ُف ٗه‬
ِ

“Katakanlah (Nabi Muhammad), “Sesungguhnya Tuhanku


melapangkan rezeki kepada siapa yang Dia kehendaki di antara
hamba-hamba-Nya dan menyempitkannya.” Suatu apa pun yang
kamu infakkan pasti Dia akan menggantinya. Dialah sebaik-baik
pemberi rezeki.” (Saba'/34:39)
Syaikh Ibnu Asyur mengomentari ayat di atas, “yang dimaksud
dengan infaq di sini adalah infaq yang dianjurkan dalam agama.
Seperti berinfaq kepada orang-orang faqir dan berinfaq di jalan
Allah untuk menolong agama.”64

169
Imam Ar-Razi juga mengomentari ayat tersebut, “ayat tersebut
adalah realisasi dari sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam :
“Tidaklah para hamba berada di pagi hari, melainkan pada pagi itu
terdapat dua malaikat yang turun. Salah satunya berdoa, ‘Ya Allah,
berikanlah ganti kepada orang yang berinfaq’, sedang yang lain
berkata, ‘Ya Allah, berikanlah kebinasaan (harta) kepada orang
yang menahan (hartanya)….”
Bukankah semua yang kita miliki pada hakikatnya adalah milik
Allah? Rumah, uang, kendaraan dan semua yang kita miliki, bahkan
diri kita sendiri. Semua yang kita miliki adalah pinjaman dari-Nya.
Janganlah bakhil dan perhitungan dengan anggota Anda hanya
karena Anda takut kehabisan harta lalu jatuh miskin. Renungkanlah
ayat Allah berikut:
ُ
َ ُ ‫َ ه ُ َ ُ ْ َّ ْ َ ً ْ ُ َ َ ْ ً َ ه‬ َ ْ َ ْ ْ ُ ُ ُ ْ َ َ َ ْ َ ْ ُ ُ ُ َ ُ ٰ ْ َّ َ
‫اس ٌع‬
ِ ‫﴿ الشيطن ي ِعدكم الفقر ويأمركم ِبالفحشا ِۤءْۚ واّٰلل ي ِعدكم مغ ِفرة ِمنه وفضلاْۗ واّٰلل و‬
َ
﴾ ٢٦٨ ۖ‫ع ِل ْي ٌم‬

“Setan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu kemiskinan dan


menyuruh kamu berbuat keji (kikir), sedangkan Allah menjanjikan
kamu ampunan dan karunia-Nya. Allah Maha Luas lagi Maha
Mengetahui.” (Al-Baqarah/2:268)
Ketika menafsirkan ayat di atas, Ibnu Abbas ra berkata : “Dua hal
dari Allah, dua hal dari setan. ‘Setan menjanjikan (menakut-nakuti)
kamu dengan kemiskinan’. Setan itu berkata, ‘Jangan kamu
infakkan hartamu, peganglah untukmu sendiri karena kamu
membutuhkannya’. “Dan menyuruh kamu berbuat kejahatan
(kikir)”.
Jadi mengapa seseorang masih takut miskin karena berinfaq?
Silahkan dijawab sendiri berdasar ayat di atas.

170
Semoga kita tidak termasuk orang yang Allah sebutkan dalam ayat
berikut ini:
َ َ ٰٓ َ ََّ َ َ َ ُ َ ُ ْ ُ َ ََ ْ ْ َ َ ُ ٰ َْ ُ َْ
‫﴿ َوان ِفق ْوا ِم ْن َّما َرزقنك ْم ِم ْن ق ْب ِل ان َّي ِأت َي احدك ُم ال َم ْوت ف َيق ْول َر ِب ل ْول ْٓا اخ ْرت ِن ْ ْٓي ِالى اج ٍل‬
َ ٌ ْ َ ُ ‫َ َ ْ ُّ َ َ ه ُ َ ْ ً َ َ َ َ َ ُ َ َ ه‬ َْ ‫ه‬ ُ َ َ َّ َّ َ َ َ
َ
‫ ولن يؤ ِخر اّٰلل نفسا ِاذا جاۤء اجلهاْۗ واّٰلل خ ِبي ْۢر ِبما‬١٠ ‫ق ِر ْي ٍبْۚ فاصدق َواكن ِمن الص ِل ِحين‬ ْ

َ ُ َْ
﴾ ١١ ࣖ ‫تع َمل ْون‬

“Infakkanlah sebagian dari apa yang telah Kami anugerahkan


kepadamu sebelum kematian datang kepada salah seorang di
antaramu. Dia lalu berkata (sambil menyesal), “Ya Tuhanku,
sekiranya Engkau berkenan menunda (kematian)-ku sedikit waktu
lagi, aku akan dapat bersedekah dan aku akan termasuk orang-
orang saleh. Allah tidak akan menunda (kematian) seseorang
apabila waktu kematiannya telah datang. Allah Maha Teliti
terhadap apa yang kamu kerjakan.” (Al-Munafiqun/63:10-11)
Untuk menerapkan ini dalam asrama Anda, Anda bisa membuat
program “Start with Senyum and Sodaqoh”, misalnya. Yaitu santri
dibimbing untuk tersenyum saat baru bangun tidur dan kemudian
melakukan sedekah harian, misalnya seribu rupiah sehari di
kencleng yang sudah disediakan.
Hikmah Dalam Cerita: ‘Siramilah Kebun Si Fulan’ 65
Suatu waktu, seorang laki-laki berada di suatu tanah lapang dari bumi
ini, tiba-tiba ia mendengar suara dari awan, “Siramilah kebun si fulan!”.
Maka awan itu bergerak menjauh dan menuangkan airnya di areal
tanah yang penuh dengan batu-batu hitam. Di sana ada aliran air yang
menampung air tersebut.

171
Lalu orang itu mengikuti ke mana air itu mengalir. Tiba-tiba dia melihat
seorang laki-laki yang berdiri di kebunnya. Ia mendorong air tersebut
dengan sekopnya ke dalam kebunnya.
Kemudian ia bertanya, “Wahai hamba Allah! siapa namamu?” Ia
menjawab, “Fulan”, yakni nama yang didengar di awan. Ia balik
bertanya, “Wahai hamba Allah! kenapa engkau menanyakan namaku ?”
Ia menjawab, “Sesungguhnya aku mendengar suara di awan yang
menurunkan air ini. Suara itu berkata, ‘Siramilah kebun si fulan! Dan
itu adalah namamu. Apa sesungguhnya yang engkau lakukan ?”
Ia menjawab, “Jika itu yang engkau tanyakan, maka sesungguhnya aku
memperhitungkan hasil yang didapat dari kebun ini, lalu aku bersedekah
dengan sepertiganya, dan aku makan beserta keluargaku sepertiganya
lagi, kemudian aku kembalikan untuk menanam lagi sepertiganya”
Cerita Abuya66: Kasih Tanpa Pamrih
Suatu hari, Kakek pulang dari kebon dengan memanggul sekeranjang
buah mangga, di perjalanan pulang berjumpa seorang pemuda bernama
Lukito yang baru saja menangkap seekor kupu-kupu di genggamannya.
Pemuda ini menantang Kakek saya, "Hei kakek gimana kalau kita
taruhan?"
"Gimana taruhannya ?" tanya Kakek.
"Coba tebak kupu-kupu dalam genggamanku ini, hidup atau mati ? Kalau
kamu kalah, sekeranjang buah itu jadi milik ku." jawab Lukito sang
pemuda.
Kakek setuju, lalu ia menebak, "Kupu-kupu dalam genggamanmu itu mati."
Sang pemuda ketawa ngakak, "kamu Salah." sambil membuka
genggamnya, kupu-kupu itu pun terbang pergi.
Kakek berkata, "baiklah, buah ini milikmu."

172
Setelah itu Kakek menaruh keranjang buahnya dan pergi dengan
gembira.
Lukito tidak mengerti kenapa sang kakek begitu gembira. Ia pun juga
gembira mendapat sekeranjang buah dan membawanya pulang.
Setelah pemuda itu pergi, Saya memberanikan diri bertanya kepada
kakek kenapa ia memilih, menjawab kupu itu mati sehingga kakek kalah
dan pemuda itu menang. Dan mengapa kakek justru gembira padahal
kalah dan kehilangan sekeranjang buah?
“Ya cucuku, kenapa aku bilang bahwa kupu dalam gemggamannya itu
mati? Agar pemuda itu membuka genggamannya dan melepas serta
membiarkan kupu yg indah itu terbang bebas, dan ia merasa menang.
Kalau saya menjawab kupu itu hidup maka ia pasti demi
kemenangannya akan meremas kupu dalam genggamannya sampai
mati. Aku sudah tahu kelicikan sifat pemuda itu. Aku membiarkan diriku
kalah dan kehilangan sekeranjang buah tapi bisa memenangkan KASIH
demi kehidupan kupu. Itulah yg membuatku gembira cucuku”
Ketahuilah, cinta kasih yang sejati hanya memikirkan kebahagian semua
makhluk tanpa pamrih, akan tetapi orang yang egois hanya memikirkan
keuntungan diri piribadinya sendiri. (*)

e. Pandai Mengendalikan Amarah


Perhatikanlah lanjutan ayat surat Ali Imran di atas tentang ciri
penghuni surga:
َ َْ َ ٰ ْ
﴾ ‫﴿ َوالك ِظ ِم ْين الغ ْيظ‬

“orang-orang yang mengendalikan kemurkaannya” (Ali


'Imran/3:134)
Amarah adalah api yang akan membakar jiwa Anda. Siapa yang tidak
mampu memadamkan api amarahnya di dunia tidak akan selamat
dari kobaran api neraka.

173
Asrama yang penuh amarah adalah neraka dunia sebelum neraka
akhirat. Maka pengendalian amarah setiap anggota asrama harus
menjadi perhatian besar seorang naqib.
Tak dapat dipungkiri, Anda sangat berkeinginan membahagiakan
anggota Anda, orang di sekitar Anda. Benar, kan?
Tapi, bisakah Anda membahagiakannya jika setiap saat Anda
memarahinya, membentaknya, mengkritiknya? Jangankan
membahagiakannya, Anda bahkan tidak bisa membahagiakan diri
Anda sendiri dalam keadaan tersebut. Orang yang tidak bahagia,
bagaimana bisa membahagiakan orang lain? Orang yang tidak
memiliki, bagaimana bisa memberi?
Ketika Jariyah Ibnu Qudamah meminta wasiat berkali-kali, lalu Nabi
SAW menjawabnya berkali-kali dengan jawaban yang sama “engkau
jangan marah!”, ini merupakan sebuah kode atau rahasia bahwa
dalam jawaban tersebut terkandung banyak hal. Artinya, ketika
seseorang marah, ia tidak hanya marah semata, tapi itu bisa
berdampak dengan urusan pekerjaannya, ibadahnya, makan
minumnya, interaksinya, keputusannya bahkan kesehatannya.
Benarlah seorang bijak bestari saat ia berkata:
‫ب ُجنُ ْو ٌن َوآخِ ُرهُ نَ َد ٌم‬ َ َ‫أ َ َّو ُل الغ‬
ِ ‫ض‬
“Awal kemarahan adalah kegilaan (kurangnya kesadaran), dan
akhirnya adalah penyesalan.”
Itu sebabnya kita dilarang mengambil keputusan saat sedang marah,
karena akhirnya adalah penyesalan.
Setan membisiki manusia bahwa dengan marah ia menjadi kuat,
padahal hakikatnya ia akan melemah baik fisik atau pun jiwanya.
Tidak ada seorang pemarah pun yang kuat! Maka renungkanlah
sabda suci Nabi SAW:
‫ب‬ َ َ‫سهُ ِع ْن َد ْالغ‬
ِ ‫ض‬ َ ‫شدِي ُد الَّذِي يَ ْم ِلكُ نَ ْف‬
َّ ‫ إِنَّ َما ال‬،ِ‫عة‬
َ ‫ص ْر‬ َ ‫لَي‬
َّ ‫ْس ال‬
ُّ ‫شدِي ُد بِال‬

174
"Orang yang kuat itu bukanlah yang pandai bergulat, tetapi yang
dapat menguasai diri di kala ia marah" (HR. Ahmad dan Ibnu
Hibban).
Artinya, ketika Anda marah, Anda akan menjadi lemah, kehilangan
kekuatan, tidak produktif, tidak bisa berfikir jernih. Ketika Anda
lemah dan kehilangan kekuatan dan produktifitas Anda, jangankan
menguatkan dan menghebatkan orang lain, Anda bahkan tidak
mampu menguatkan dan menghebatkan diri Anda, jangankan
membahagikan orang lain, Anda bahkan tidak bisa membahagiakan
diri Anda sendiri, kecuali Anda ingin berubah dan mau
menyelesaikan emosi marah Anda.
Para ilmuwan di Universitas Harvard menemukan pada orang sehat,
bahwa hanya meminta mereka untuk mengingat pengalaman marah
dari masa lalu, dapat menyebabkan penurunan selama enam jam
dalam kadar antibodi imunoglobulin A, yaitu garis pertahanan
pertama sel melawan infeksi.
Dilansir dari Harvard Health Publishing, penelitian menunjukkan
bahwa dalam dua jam setelah ledakan amarah, seseorang berisiko
lebih tinggi mengalami nyeri dada (angina), serangan jantung, atau
risiko irama jantung.
Hal ini karena kemarahan menyebabkan keluarnya hormon stres
seperti adrenalin yang membuat jantung berdetak lebih cepat dan
tekanan darah naik. Kemarahan juga membuat darah Anda lebih
mungkin menggumpal, yang sangat berbahaya bila arteri Anda
menyempit oleh plak yang mengandung kolesterol.
Akhirnya, bagaimana agar cita-cita mulia Anda menghebatkan
anggota Anda tercapai? Bahagiakanlah ia terlebih dahulu.
Bagaiamana Anda bisa membahagiakannya? Jadilah orang yang
bahagia, karena hanya orang bahagia yang bisa membahagiakan
orang lain. Bagaimana agar Anda bahagia? Setidaknya, selesaikanlah

175
emosi amarah Anda. Bagaimana amarah itu bisa selesai? Itu telah
dibahas di modul pertama.
Hendaknya Anda dan seluruh anggota kamar untuk mempelajarinya
dengan baik dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-sehari.
Untuk memulainya, setidaknya mulailah dari sekarang mendata apa
saja yang selama ini sering membuat amarah Anda tersulut, lalu
susunlah upaya yang akan Anda lakukan jika itu terjadi lagi. Ini akan
membantu Anda berfikir lebih logis saat peristiwa itu terjadi.
Susunlah hal itu seperti contoh berikut:
No Peristiwa Penyulut Upayaku
Amarahku

1 Santri tidak piket


1. Mendoakan kebaikan: “Ya Allah, semoga yang piket hari ini jadi ahli
kebersihan kebersihan Zahir dan batin.”
2. Reframing: “Mungkin dia kelupaan piket karena terlalu fokus
menghafal Qur’an, akan saya ingatkan dengan cara santun.”
3. Khidmat: “Mungkin saatnya saya khidmat, saya yang harus
membersihkan ini semua untuk mengikis ego saya.”

2 Santri Tidak Setoran


1. Mendoakan kebaikan: “Ya Allah, semoga Allah jadikan anak ini
Hafalan ualama Al-Qur’an yang hafal, faham dan mengamalkan AL-Qur’an.
Semoga kelak dia yang nolong Saya di akhirat.
2. Reframing: “Mungkin dia lagi kurang sehat sehingga tidak fokus.
Mungkin terlalu letih muroja’ah. Butuh istirahat dan refreshing.”
“Mungkin lagi banyak fikiran dan masalah keluarga, akan ditanya
baik-baik dan carikan solusinya.”
3. Memotivasi: “MasyaAllah,kemarin-marin Antum setoran lancer dan
jos. insyaAllah Antum isa seperti kemarin lagi. Semoga Allah
mudahken.”

Terus data dengan detail peristiwa-peristiwa itu dan tentukan


Upaya-upaya pengendalian emosi yang akan Anda lakukan, sesuai
yang telah dijelaskan di modul pertama.

176
f. Mudah Memaafkan
Perhatikanlah lanjutan ayat surat Ali Imran di atas tentang ciri
penghuni surga:
َّ َ َ ْ َ ْ َ
﴾ ْۗ‫اس‬
ِ ‫الن‬ ‫﴿ والع ِافين ع ِن‬

“dan orang-orang yang memaafkan (kesalahan) orang lain.” (Ali


'Imran/3:134)
Dalam tafsir Asy-Sya’rawi diterangkan bahwa makna Al-‘Aafin itu
adalah seperti adanya bekas tapak kaki di padang pasir, kemudian
datang angin bertiup sehingga bekas tapak kaki itu hilang.
Siapa yang harus Anda maafkan? Siapa saja yang berbuat salah
kepada Anda. Mulai dari memaafkan diri sendiri, pasangan, orang
tua, guru, sahabat, dan siapa pun yang pernah menyakiti kita.
Mulailah menghitung mundur, mulai dari setahun ke belakang,
ingatlah siapa saja yang pernah menyakiti Anda, maafkan
semuanya. Termasuk jika Anda pernah mengambil keputusan yang
keliru, maafkan juga diri Anda. Lalu mundur lima tahun ke belakang,
hingga masa kecil yang mampu Anda ingat.
Dendam hanya akan mengotori istana surga Anda, ia tidak pantas di
hati Anda yang mendambakan surga di dunia bahkan di akhirat
kelak. Renungkanlah firman Allah berikut:
َ ‫َْ ُ ه‬ ُ َ َْ ْ ْ ْ َ
َ َ ٰ َ
ْۗ‫ّٰلل ال ِذ ْي هدىنا ِل ٰهذا‬ ْٰ ْ ْ ُ ُ َ َ ْ ََ
ِ ِ ‫َونزعنا ما ِف ْي صد ْو ِر ِه ْم ِمن ِغ ٍل تج ِري ِمن تح ِت ِه ُم الانه ُرْۚ َوقالوا الح ْمد‬
ُ َ َْ ُ ْ ْ َ ُ ُ َْ َ ُ ْ َ ْ ََ ُ ‫َ َ ُ َ َ ْ َ َ َ َْ َ ْ َ ٰ َ ه‬
‫اّٰللْۚ لقد جا َۤءت ُر ُسل َر ِبنا ِبالح ِقْۗ َون ْود ْ ْٓوا ان ِتلك ُم الجنة‬ ‫وما كنا ِلنهت ِدي لولآ ان هدىنا‬
َ ُ َْ ُْ ُ َ َ ُْ ُ
.‫ا ْو ِرثت ُم ْوها ِبما كنت ْم تع َمل ْون‬

“Dan Kami mencabut rasa dendam dari dalam dada mereka, di


bawahnya mengalir sungai-sungai. Mereka berkata, "Segala puji
bagi Allah yang telah menunjukkan kami ke (surga) ini. Kami tidak

177
akan mendapat petunjuk sekiranya Allah tidak menunjukkan kami.
Sesungguhnya Rasul-rasul Tuhan kami telah datang membawa
kebenaran." Diserukan kepada mereka, "Itulah surga yang telah
diwariskan kepadamu, karena apa yang telah kamu kerjakan." (QS
Al-A'raf: 43).
ُ َ ُ ‫َ ْ َ ْ ُ ْ َ ْ َ ْ َ ُ ْ َ َ ُ ُّ ْ َ َ ْ َّ ْ َ ه ُ َ ُ ْ َ ه‬
‫اّٰلل غف ْو ٌر َّر ِح ْي ٌم‬ ‫ت بون ان يغ ِفر اّٰلل لكمْۗو‬ ِ‫وليعفوا وليصفحواْۗ الا ح‬

“Hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu


tidak suka bahwa Allah mengampunimu? Allah Maha Pengampun
lagi Maha Penyayang.” (QS. An-Nur/24:22)
Rasullah SAW bersabda:
ً ‫عبْدا ً ب َع ْف ٍو ِإالَّ عِزا‬
َ ‫هللا‬
ُ ‫َو َما زا َد‬
“Dan tidaklah Allah ta'ala menambah kepada seorang hamba
dengan sifat pemaaf kecuali kemuliaan.” (HR Muslim)
Penelitian Tentang Forgivness (memaafkan)
1. Pemaafan baik untuk kesehatan jantung
Penelitian ini melibatkan partisipan sebanyak 108 mahasiswa yang
terdiri dari 44 laki-laki dan 64 perempuan. Para peserta
diwawancarai sebanyak dua kali, satu kali perihal perlakuan buruk
keluarga dan satu kali perihal perlakuan buruk teman atau kekasih.
Selama proses tersebut peneliti kemudian mengukur tingkat
pemaafan sekaligus melihat kondisi detak jantung serta stres yang
dialami partisipan. Hasilnya, partisipan yang cenderung pemaaf
memperlihatkan penurunan detak jantung dan tekanan darah serta
menghilangkan stres. Ini dapat memperlihatkan manfaat kesehatan
jangka panjang bagi jantung dan kesehatan Anda secara
menyeluruh. Penelitian ini berjudul A change of heart:
cardiovascular correlates of forgiveness in response to interpersonal
conflict. Penelitian ini berasal dari para ilmuwan asal University of

178
Tennessee, di antaranya Lawler KA, Younger JW, Piferi RL, Billington
E, Jobe R, Edmondson K, dan Jones WH.
2. Pemaafan berhubungan dengan 5 masalah kesehatan
Sebuah penelitian kemudian menemukan pemaafan berhubungan
positif dengan lima ukuran kesehatan: gejala fisik, penggunaan
obat-obatan, kualitas tidur, kelelahan, dan keluhan somatik.
Penelitian ini melibatkan 81 orang dewasa (19 laki-laki dan 62
perempuan) yang mendapatkan wawancara dan diminta mengisi
kuesioner. Hasil penelitian menjelaskan bahwa orang-orang dengan
kemampuan memaafkan memiliki kondisi kesehatan yang lebih
baik, tidak menggunakan obat-obatan dan kualitas tidur yang lebih
baik. Penelitian ini berjudul The Unique Effects of Forgiveness on
Health: An Exploration of Pathways yang dipublikasikan oleh Journal
of Behavioral Medicine.
3. Pemaafan memberikan pengaruh pada orang lain
Penelitian ketiga, yang diterbitkan dalam Buletin Kepribadian dan
Sosial Psikologi, menemukan bahwa pemaafan tak hanya
memulihkan pikiran, perasaan, dan perilaku positif tetapi mampu
memberikan pengaruh positif pada perilaku orang lain. Pemaafan
membuat orang lebih dekat dengan sikap sukarela, berdonasi, dan
perilaku altruistik lainnya.
Kesalahan yang orang perbuat kepada diri kita laksana sampah yang
bau dan penuh bakteri buruk, bila kita menyimpannya di dalam jiwa
kita, maka jiwa yang tadi wangi dan bersih seperti surga berubah
menjadi kotor dan busuk seperti neraka.
Satu-satunya cara untuk membersihkannya kembali adalah dengan
maafkan orang yang berbuat salah kepada kita.
Asrama yang penghuninya penuh dendam dan sulit memaafkan
orang, tak ubahnya seperti tempat penampungan sampah yang
busuk dan kotor. Tapi jika anggota asrama adalah orang yang

179
mudah memaafkan, maka asrama itu akan Kembali memancarkan
aura surgawinya.
Maka tugas Naqib jika ingin mensurgakan asramanya adalah
menjadi pribadi pemaaf dan membimbing setiap anggotanya
menjadi pribadi-pribadi yang mudah memaafkan orang lain.
Untuk menerapkan hal ini dalam program harian, Anda bisa
membuat program “Cuci Otak Cuci Hati (COACH)”, misalnya.
Bentuknya adalah afirmasi positif untuk memaafkan orang lain.
Naqib memandu anggota untuk mengucapkan susuan kalimat yang
akan membuat anggota lebih mudah memaafkan orang lain.
Susunan kalimatnya bisa seperti ini (Dibaca Naqib, diikuti oleh
semua anggota dalam posisi siap tidur):

180
g. Ihsan: Membalas Keburukan dengan Kebaikan
Perhatikanlah lanjutan ayat surat Ali Imran di atas tentang ciri
penghuni surga:
َ ْ ْ ُ ُ‫ه‬
﴾ ١٣٤ ْۚ‫ي ُّب ال ُمح ِس ِن ْين‬ ِ‫﴿ َواّٰلل ح‬

“Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebaikan.” (Ali


'Imran/3:134)
Jika memaafkan dapat membersihkan kotoran yang menempel pada
jiwa, maka ihsan adalah mewangikan jiwa setelah bersih. Berbuat
baik kepada orang yang menyakiti kita ini sangat berat, tapi jiwa
yang terbimbing akan mampu melakukannya. Dan inilah akhlak yang
telah dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW.
Sebuah pemahaman yang indah diutarakan Syaikh Sya’rawi tentang
“muhsinin” tersebut. Kurang lebih penjelasan beliau adalah: Semua
manusia adalah ciptaan Allah dan keluarganya Allah. Bayangkan
dalam suatu keluarga, jika salah seorang anak disakiti oleh
saudaranya, maka sang ibu akan mendekati anak yang disakiti
tersebut, membelanya, lalu memberikan kasih sayang kepadanya,
menghiburnya, dan memberinya sesuatu yang menyenangkannya.
Nah, begitu halnya jika seorang hamba disakiti oleh keburukan
hamba lainnya, maka Allah akan mendekatinya, membelanya,
memberikan kasih sayang kepadanya dan memberikannya sesuatu
yang menyenangkannya.
Artinya orang yang telah menyakiti Anda tersebut berjasa kepada
Anda, dia telah mendekatkan Anda kepada Allah, sehingga Anda
mendapatkan kasih sayang dari Allah. Maka selayaknya Anda
membalasnya dengan kebaikan, bukan justru memusuhinya.

181
Maka tugas Naqib jika ingin mensurgakan asramanya adalah
menjadi muhsin dan membimbing setiap anggotanya menjadi
pribadi-pribadi yang memiliki sifat ihsan.
Sifat ihsan ini intisari permata Islam, karena itu tidak bisa
mencapainya kecuali dengan kesungguhan yang sempurna.
Setidaknya, lima amalan sebelum ini diistiqomahkan terlebih
dahulu, dengan izinNya, Dia sendiri yang akan menyampaikan kita
kepada sifat ihsan ini, insyaAllah.
Tapi secara praktis, Anda bisa meniru apa yang dilakukan para
masyayikh dan guru-guru kita dalam hal ini, terutama saat bulan
suci Ramadhan. Mereka mendatangi orang-orang yang pernah
menyakitinya sambil mebawakan hadiah baik berupa sembako,
pakaian atau pun uang. Ini bisa diterapkan juga dalam lingkup
kehidupan pesantren.
h. Tiada Perkataan Sia-sia
Perhatikanlah firman Allah berikut:
ً ٰ َّ ْ َ َ ُ َ َ
ْۗ‫لا ي ْس َمع ْون ِف ْي َها لغ ًوا ِالا َسلما‬

“Mereka tidak mendengar perkataan yang tak berguna di dalam


syurga, kecuali ucapan salam.” (Maryam: 62)
َْ َ ْ َ َّ ْ َ َ ُ َ ََ
‫َيتنازع ْون ِف ْي َها كأ ًسا لا لغ ٌو ِف ْي َها َولا تأ ِث ْي ٌم‬

“Di dalam surga mereka saling memperebutkan piala (gelas) yang


isinya tidak (menimbulkan) kata-kata yang tidak berfaedah dan
tiada pula perbuatan dosa.” (ath-Thur: 23)
ْ َْ
ً َ َ َ ُ َ َ
َۙ‫لا ي ْس َمع ْون ِف ْي َها لغ ًوا َّولا تأ ِث ْيما‬

“Mereka tidak mendengar di dalamnya perkataan yang sia-sia dan


tidak pula perkataan yang menimbulkan dosa.” (al-Waqi’ah: 25)

182
َّ َ َْ َ ُ َ َ
‫لا ي ْس َمع ْون ِف ْي َها لغ ًوا َّولا ِكذ ًابا‬

“Di dalamnya mereka tidak mendengar perkataan yang sia-sia dan


tidak (pula) perkataan dusta.” (an-Naba: 35)
ً َ َ ْ ُ َ َّ
ْۗ‫اغ َية‬ َ ْ
ِ ‫لا تسمع ِفيها ل‬

“tidak kamu dengar di dalamnya perkataan yang tidak berguna.”


(al-Ghasyiyah: 11)
Dengan kata-kata seorang bisa melukai hati seseorang tanpa harus
membuatnya berdarah. Kata-kata menjadi lebih menyakitkan
daripada tertusuk duri. Saking pentingnya menjaga perkataan maka
Nabi SAW memerintah agar diam saja jika tidak bisa berkata-kata
baik.
ْ ‫َو َم ْن َكانَ يُؤْ مِ ُن بِاهللِ َو ْاليَ ْو ِم اْآلخِ ِر فَليَــقُ ْل خَــــي ًْرا أ َ ْو ِليَـصـــ ُم‬
‫ــت‬
“Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah dia
berkata yang baik atau diam.” [HR Bukhari]
Jika anggota asrama masih sering mengungkapkan kata-kata yang
sia-sia, kata-kata yang menyakiti hati anggota lainnya, janganlah
berharap asrama akan menjadi surga.
Tugas seorang naqib jika ingin mensurgakan asramanya adalah
menjauhkan perkataan sia-sia ataupun perkataan kotor dari
anggotanya.
Kebiasaan berkata sia-sia atau pun perkataan yang buruk biasanya
karena penagaruh lingkungan, baik di rumah, di sekolah atau
sekitarnya. Terkadang ada orang yang sampai level otomatis berkata
buruk Ketika ada suatu kejadian saking kuatnya ingatannya pada
kata-kata tersebut. Alias sudah tertanam dalam otak.
Maka secara praktis, jika Anda menemukan santri atau anggota
Anda yang berkata buruk, itu karena memeori otaknya sudah

183
menyimpan kalimat itu,mungkins sejak tahunan bahwakan belasan
tahun lalu. Maka Anda perlu menindih kalimat buruk tersebut
dengan kalimat baik. Misalnya, jika ada santri yang mengucapkan
(maaf) “bangsat!”, Anda tidak perlu membentak atau memarahinya.
Cukup Anda tindih kaliamt negative itu dengan kalimat baik,
misalnya setiap 1 kaliamt buruk harus ditindah 1000 pengulangan
kalimat baik. Anda bisa meminta santri tersebut membaca, misalnya
“Astagfirullah” sebanyak 1000x setiap kali ia berkata buruk.
Perlahan, nanti Ketika ia ingin mengucapkan Kembali kalimat buruk
tersebut, ia akan ingat istigfar dan bisa jadi ia tidak jadi berkata
buruk bahkan akan mengucapkan “astagfirullah.” Itu salah satu
contohnya secara praktis.
i. Rapi dan Bersih
Perhatikanlah firman Allah berikut:
ً ََ ْ َ َ ُ َ َّ َ ْ
﴾ ٣١ ࣖ ‫ابْۗ َوح ُسنت ُم ْرتفقا‬ ‫ِٕكْۗ ِنعم الثو‬ َ َ ْ َ َ َ ْ َ ْ َّ ُّ
ِ ‫﴿ مت ِكـِٕين ِفيها على الاراۤى‬

“Mereka duduk-duduk sambil bersandar di atas dipan-dipan yang


indah. (Itulah) sebaik-baik pahala dan tempat istirahat yang indah.”
(Al-Kahf/18:31)
Barang-barang yang tersusun rapi jika dipandang akan memasukkan
kebahagiaan ke dalam jiwa, sementara sebaliknya jika berantakan
maka akan membuat sumpek jiwa seseorang yang memandangnya.
Kebersihan dan kerapian mutlak harus ada dalam sebuah asrama
yang bercita-cita merasakan aura surgawi dalam asramanya.
Bahkan bukan hanya rapi dan bersih, tapi juga harus wangi dan
indah. Bisa dengan memanfaatkan dekorasi atau kreatifitas anggota
untuk menghias asrama agar menjadi indah.

184
Inilah salah satu tugas terpenting seorang Naqib, memastikan
asramanya bersih, rapi dan indah. Sehingga setiap orang akan
bahagia tinggal di dalamnya.
Secara praktis, Anda bisa memulai dengan mendata barang atau
tempat mana saja yang harus dibersihkan dan rapikan beserta
skalanya. Misalnya seperti tabel berikut:

No Nama Tindakan Skala

1 Sandal dan Sepatu Dirapikan Sebelum Tidur dan Setelah Zuhur

2 Kamar Dibersihkan Pagi dan Sore

3 Baju di Gantungan Dirapikan Pagi dan Sore

4 Halaman Kamar Dibersihkan Pagi dan Sore

5 Kasur Dirapikan Saat bangun tidur pagi dan qailulah

6 Pakaian pribadi Dicuci Maksimal setelah 2 hari pakai

Lalu setelah itu susunlah prosedur pelaksanaannya, misalnya mana


yang perlu jadwal piket, seperti apa standar rapi dan bersih, dan
seterusnya. Hal ini, bisa diperdalam pada bab 3.
j. Banyak Tumbuhan
Saya melakukan pencarian sederhana kata ‫ جنة‬dan ‫ جنات‬melalui
Qur’an Android di HP Saya, Saya menemukan total jumlahnya
ternyata mencapai seratus lima puluh enam (156). Kata ini Allah
gunakan untuk menyebut surga. Apa sebenarnya makna kata ini?
Hampir di seluruh kamus Bahasa arab kita akan menjumpai
maknanya adalah kebun atau taman.
Ulama mengatakan bahwa surga dinamakan dengan kata itu karena
di dalam surga terdapat banyak tumbuhan dan pepohonan. Secara

185
sederhana kita bayangkan (meski pun surga yang asli tidak dapat
dibayangkan) bahwa surga itu lingkungannya sangat alami sekali.
Allah ta’ala berfirman:
َ ْ َّ ْ ُ َ ْ ُّ َ ُُ ُ َْْ َْ ْ َ َ ُ َّ ْ َ َّ ََّ ْ ُ َ
‫۞ َمثل الجن ِة ال ِت ْي ُو ِعد ال ُمتق ْونْۗ تج ِر ْي ِم ْن تح ِت َها الان ٰه ُرْۗ اكل َها داۤى ٌِٕم َّو ِظل َهاْۗ ِتلك عق َبى ال ِذين‬
َّ ٰ ْ ْ ُ َّ ْ َ َّ
‫ۖوعق َبى الك ِف ِر ْي َن الن ُار‬ ‫اتقوا‬

"Perumpamaan surga yang dijanjikan kepada orang-orang yang


bertakwa (ialah seperti taman), mengalir di bawahnya sungai-
sungai, senantiasa berbuah dan teduh. Itulah tempat kesudahan
bagi orang-orang yang bertakwa. Sedangkan tempat kesudahan
bagi orang-orang kafir ialah neraka." (QS Ar-Ra'd: 35)
Sebagian situs psikologi mengemukakan manfaat hidup atau tinggal
di lingkungan yang bernuansa alam. Sedikitnya disebutkan lima
manfaatnya sebagai berikut:
1. Menghilangkan stres dalam sekejap
Orang yang tinggal di daerah kota cenderung memiliki tingkat stres
yang lebih tinggi, khususnya mereka yang sering menghabiskan
waktu di depan komputer dan gadget. Sudah lebih dari 100
penelitian yang menemukan bahwa suasana alam dapat
menenangkan otak dan menjernihkan pikiran.
Lebih spesifiknya, lebih dekat dengan alam dapat mengurangi
hormon stress, mengurangi tekanan darah, ketegangan otot, serta
menstabilkan detak jantung. Kamu akan menjadi lebih rileks,
merasa lebih bahagia, dan juga meningkatkan kesehatan mental.
2. Meningkatkan kemampuan berfokus
Dengan mendekatkan diri dengan alam, seseorang akan lebih
mudah fokus terhadap prioritas, baik dalam belajar, bekerja,
maupun mengerjakan hal-hal yang melelahkan atau membosankan.

186
Ketika bersama alam, manusia akan secara alami berfokus
menikmati pemandangan, pepohonan dan bunga, serta hewan-
hewan di sekitarnya. Dari pengalaman ini, tingkat kemampuan
berfokus kamu akan semakin terlatih dan meningkat.
3. Meningkatkan kesehatan fisik dan mempercepat pemulihan
Berdasarkan hasil penelitian Roger S. Ulrich, PhD di Universitas
Texas AdanM, pasien cenderung lebih cepat pulih setelah selesai
operasi, menghabiskan waktu rawat inap yang lebih singkat, serta
membutuhkan pelayanan kesehatan yang lebih sedikit ketika
jendela kamar pasien mengarah ke pemandangan alam hijau,
seperti taman dan pepohonan.
Manusia memang diciptakan untuk mendekatkan diri dengan alam.
Ketika mendekatkan diri dengan alam, tubuh kita akan serasa
kembali ke ‘rumah’ yang asri dan tenteram.
Fokus pada alam hijau sangat efektif mengalihkan rasa sakit dan
ketidaknyamanan yang sedang dialami pasien sehingga proses
pemulihan menjadi lebih cepat. Membantu menyembuhkan yang
sakit, menyehatkan yang sehat.
4. Meningkatkan kepercayaan diri
Psikologi membuktikan bahwa melakukan aktivitas yang berkaitan
dengan alam bisa membantu meningkatkan kepercayaan diri
seseorang. Setelah otak merasa “segar”, pola pikir positif pun
meningkat dan membuat seseorang bisa lebih menghargai diri
sendiri.
5. Mendekatkan sesama manusia
Menurut penelitian oleh Kuo dan Coley dalam Laboratorium
Penelitian Manusia-Lingkungan, mendekatkan diri dengan alam
dapat memperkuat hubungan sesama manusia.

187
Hal ini juga didukung hasil penelitian Universitas Illinois, dimana
warga yang tinggal di perumahan yang dikelilingi pepohonan dan
padang rumput cenderung lebih saling kenal, akrab, dan peduli
antar sesama. Hal itu terjadi karena ketika manusia “dekat” dengan
alam, ia akan mengalami peningkatan rasa empati dan kasih sayang.
Berbeda dengan ketika tinggal di daerah kota yang padat, otak akan
memberi sinyal takut dan gelisah sehingga membuat seseorang
menjadi frustrasi dan lebih cuek dengan orang lain.
Maka salah satu tugas Naqib adalah menciptakan nuansa alami di
asarama masing-masing, apakah dengan kegiatan menanam
bersama, merawat bunga, membuat taman halaman, dan
sejenisnya.

188
BAB 2 24 JAM BERSAMA NABI SAW
Tidak diragukan lagi bahwa Nabi Muhammad SAW adalah manusia
terbaik yang akan menghuni surga tertinggi. Siapa pun yang
mengharapkan kehidupan surgawi haruslah mencontoh apa yang
dilakukan olehnya.
Asrama surgawi akan terwujud bila mana anggota asrama itu
menghidupkan sunnah dalam kehidupannya sehari-hari, bukan
sebatas dipelajari atau pun dibahas dalam kitab-kitab.
Bab ini menuntun aktifitas harian yang ideal dan sesuai dengan
sunnah Rasulullah SAW, bila dilakukan dengan istiqomah dan
keikhlasan oleh anggota asrama, tentulah Allah membahagiakannya
sebagaimana Dia telah dan selalu membahagiakan Nabi Muhammad
SAW.
Berikut contoh Aktifitas Harian 24 Jam yang disusun Tim
Pengasuhan Fajrul Islam, jadwal ini bisa Anda sesuaikan sesuai
kebutuhan di lapangan.
a. Bangun Tidur-Zuhur
Duduk, Mengusap Wajah dan Berdo’a
Ketika Nabi Rasulullah SAW bangun tidur, Beliau mengusap wajah
dengan tangan kanannya, lalu membaca doa bangun tidur. Doa ini
berbunyi,
‫ور‬
ُ ‫ش‬ ِ َّ ِ ‫ْال َح ْم ُد‬
ُ ُّ‫َلِل الَّذِي أ َ ْحيَانَا بَ ْع َد َما أ َ َماتَنَا َوإِلَ ْي ِه الن‬
“Segala puji bagi Allah yang menghidupkan kita setelah mematikan
kita dan kepada-Nya kita akan kembali.”
Pada fase ini, Anda bisa melakukan afirmasi positif dan diikuti oleh
seluruh anggota kamar. Contoh rangkaian lengkap membangunkan
tidur seperti berikut:

189
1. Naqib bangun lebih dahulu lalu segera membaca do’a tidur dan
berdo’a, “Ya Allah, bangunkankan semua anggota hamba
dengan cara-Mu yang paling menggembirakan hati mereka. Dan
bimbinglah hamba dalam membangunkan mereka.”
2. Naqib membangunkan dengan suara normal sambil menggerak-
gerakkan pelan tubuh santri. Pada tahap ini Naqib sudah bisa
memasukkan sugesti positif kepada santri melalui ucapan,
seperti, “MasyaAllah, sudah saatnya calon para penghuni surga
bangun dan tahajjud. Alhamdulillah, calon-calon orang sukses
sangat mudah dibangunkan tahajjud, masyaAllah calon
pengahfal Al-Qur’an sangat bersemangat bangun tahajjud.
Banguuun.. bangun… Allaah.. Allah.. Allaah.. Allahumma Shalli
wa Sallim ‘Ala Sayyidina Muhammad wa ‘ala Aalih.”
3. Naqib saat melakukan poin (2) harus betul-betul dengan hati
yang yaqin, syafaqah, dan tawakkal kepada Allah.
4. Ketika santri sudah bangun semua, maka semua berdiri. Dan
diminta tersenyum 20 detik tanpa alasan.
5. Dan naqib memandu afirmasi dengan mengucapkan kalimat
afirmasi sepotong-potong yang diikuti semua anggota. Contoh
kalimat afirmasi: “Alhamdulillah, alladzii ahyaanii ba’da ma
amatanii wa ilaihinnusyuur. Ya Allah, segala puji bagi-Mu,
Engkau izinkan Kembali hamba bangun hari ini dengan segala
nikmat-Mu. Selama tidur, Kaujaga kaki hamba hingga sekarang
bisa tegak berdiri, Kaujaga tangan hamba hingga bisa
mengangkatnya berdo’a kepada-Mu saat ini, Kaujaga suara
hamba hingga bisa mengucapkan kalimat do’a saat ini, Kaujaga
akal dan hati hamba hingga memahami setiap ucapan dan
merasakan kebahagiaan. Ya Rabb… tak kan cukup waktuku bile
hendak menyebut semua nikmat yang Kauberikan padauk. Ya
Allah.. ya Tuhanku.. hamba mohon.. bimbinglah hamba
sepanjang hari ini, jadikanlah hariku penuh kebahagiaan,

190
mudahkan aku dalam setiap pelajaran dan tugasku, lapangkan
dadaku, lancarkan lisanku, dan berkahi setiap detik hidupku.
Sekarang izinkanlah aku merasakan mesranya air wudhu, dan
izinkanlah wajahku menghadap pada keagungan dan
kemurahanMu Duhai tuhanku yang Maha Pengasih, Maha
Penyang, Maha Pengampun, Maha Pelindung, Hasbunallah
ni’mal wakil, ni’mal mawla wa ni’mannashiir.”
6. Setelah itu santri dipandu untuk wudhu hingga sholat tahajjud.
Berwudhu dan Bersiwak
Ketika bangun tidur, rasa kantuk dan malas biasanya masih terasa.
Dianjurkan untuk membaca dzikir ketika bangun tidur, segera
berwudhu dan bersiwak dan selanjutnya menuju shalat, untuk
menghilangkan rasa kantuk dan malas.
Sholat Tahajjud
Tujuan dari Sholat Tahajud sendiri adalah untuk membangun
hubungan yang lebih dekat dan intim dengan Allah SWT, memohon
ampunan-Nya, serta meminta pertolongan dan hidayah dalam
setiap aspek kehidupan.
Tujuan sholat tahajud ini mencerminkan kesungguhan seseorang
untuk mencari ketenangan jiwa, meraih pahala, serta meningkatkan
keimanan dan ketaqwaannya kepada Sang Pencipta.
Selanjutnya menutup Tahajjud dengan berdo’a kepada Allah.
Dari Jabir Radhiyallahu anhu, ia berkata, aku mendengar Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
َ ‫ ِإالَّ أَ ْع‬،‫هللا َخي ًْرا مِ نَ ال ُّد ْن َيا َواْآلخِ َر ِة‬
ُ‫طاه‬ َ ‫ الَ ي َُوا ِفقُ َها َر ُج ٌل ُم ْس ِل ٌم َيسْأ َ ُل‬،ً‫عة‬ َ ‫سا‬ َ َ‫ِإ َّن فِي اللَّ ْي ِل ل‬
.‫ َوذَلِكَ ُك َّل لَ ْيلَ ٍة‬،ُ‫إِيَّاه‬
“Sesungguhnya di malam hari terdapat suatu waktu, yang apabila
seorang muslim memohon kepada Allah kebaikan dunia dan akhirat

191
bertepatan dengan waktu itu, Allah pasti mengabulkannya dan
waktu itu ada di setiap malam.” (HR. Muslim)
Membaca Al-Qur’an
Setelah Tahajjud bisa dilanjutkan dengan membaca, mengahafal
baru atau muraja’ah hafalan lama Al-Qur’an. Allah ta’ala berfirman:
ََ ْ َ ً َ ُ ْ ْ ُْ َ ٗ َ ْ ً َ َّ َ َّ ُ ُ ْ َ َ
‫ ا ْو ِزد عل ْيهِ َو َرت ِِل‬٣ َۙ‫ ِنصف ْٓه ا ِو انقص ِمنه ق ِل ْيلا‬٢ َۙ‫ ق ِم ال ْيل ِالا ق ِل ْيلا‬١ َۙ‫﴿ يٰٓايُّها ال ُمَّز ِمل‬
ً َ َ ٰ ُْ
﴾ ٤ ْۗ‫الق ْران ت ْرت ِْيلا‬

“Wahai orang yang berkelumun (Nabi Muhammad), bangunlah


(untuk salat) pada malam hari, kecuali sebagian kecil, (yaitu)
seperduanya, kurang sedikit dari itu, atau lebih dari (seperdua) itu.
Bacalah Al-Qur’an itu dengan perlahan-lahan.” (Al-
Muzzammil/73:1-4)
Rasulullah SAW bersabda: “Sebaik-baiknya ibadah umatku adalah
membaca Al-Qur'an.” (HR Baihaqi)
Tidur Setelah Tahajud
Disunnahkan bagi seorang mukmin setelah melakukan shalat
Tahajjud untuk tidur. Yaitu pada waktu sahur dan inilah salah satu
tuntunan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
‘Aisyah Radhiyallahu anhuma berkata, “Aku tidak mendapati
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pada waktu Sahur di
rumahku atau di dekatku melainkan dalam keadaan tidur.”
[Muttafaqun ‘Alaih]
‘Abdul Qadir al-Jailani al-Hanbali, seseorang yang hidup zuhud pada
masanya berkata, “Disunnahkan bagi orang yang melakukan shalat
Tahajjud untuk tidur pada akhir malam karena dua hal: (1) Hal itu
dapat melenyapkan rasa kantuk di pagi hari; (2) Tidur di akhir
malam dapat menghilangkan warna kekuningan di wajah. Karena

192
bila seseorang kelelahan dan tidak tidur maka akan ada warna
kekuningan di wajahnya. Seyogyanya seseorang menghilangkannya,
karena itu merupakan pintu yang samar dan termasuk bentuk
popularitas yang tersembunyi serta termasuk syirik yang samar.
Sebab ia akan mendapat acungan jempol (dipuji orang) dan akan
dikira sebagai orang yang shalih yang senantiasa bergadang (untuk
beribadah), berpuasa dan takut kepada Allah karena ada warna
kekuningan di wajahnya. Kita berlindung kepada Allah dari
perbuatan syirik dan riya’ serta hal-hal yang membawa kepadanya.”
[Lihat al-Ghunyah li Thaalibil Haqi, karya ‘Abdul Qadir al-Jailani (hal.
62)]
Sholat Subuh Berjama’ah
Salat 5 waktu mengandung banyak keutamaan, begitu pun dengan
salat Subuh. Waktu Subuh dan Isya dikatakan ibadah paling berat
bagi orang-orang munafik.
Nabi Muhammad SAW bersabda, "Salat terberat bagi orang-orang
munafik adalah salat Isya dan Subuh. Padahal seandainya mereka
mengetahui pahala pada kenya salat tersebut, tentunya mereka
akan mendatanginya walaupun harus merangkak." (HR Ahmad)
Dzikir Pagi
Allah ta’ala berfirman:
َ َ
ً ً ْ ُ ُ َ َ ً َ ً ْ ََّ ُ ْ ُ َ َ
‫وه ُبك َرة َوأ ِصيلا‬ ‫ وس ِبح‬.‫َيا أ ُي َها ال ِذين آ َمنوا اذك ُروا اّٰلل ِذكرا ك ِثيرا‬

“Hai orang-orang yang beriman, berdzikirlah (dengan menyebut


Nama) Allah dzikir yang sebanyak-banyaknya. Dan bertasbihlah
kepada-Nya di waktu pagi dan petang.” [Al-Ahzab/33: 41-42].
ِ َ ‫ )أ‬artinya, waktu
Al-Jauhari (seorang ahli bahasa Arab) berkata: (ً‫صيال‬
antara ‘Ashar sampai Maghrib.”

193
َ ْ َْ َ َ ْ َ َ َْ ْ َ ٌ َ َ َ ْ َ َ ْ ْ َ
‫استغ ِف ْر لِذ ِنبك َو َس ِبح ِبح ْم ِد َر ِبك ِبالع ِشي َوال ِإ ْبك ِار‬ ‫اّٰلل حق و‬
ِ ‫فاص ِبر ِإن وعد‬
ِ
“Maka bersabarlah kamu, karena sesungguhnya janji Allah itu
benar, dan mohonlah ampunan untuk dosamu dan bertasbihlah
seraya memuji Rabb-mu pada waktu petang dan pagi.” [Al-
Mu’min/40: 55]
Selanjutnya lanjutkan dengan jalsah shalawatan, ilmu, atau amal
shalih lainnya sampai tiba waktu syuruq.
Sholat Syuruq
Dari Anas bin Malik, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,
ْ ‫صلَّى َر ْكعَتَي ِْن كَان‬
ُ‫َت لَه‬ َ ‫س ث ُ َّم‬ َّ ‫َّللا َحتَّى ت َْطلُ َع ال‬
ُ ‫ش ْم‬ َ َّ ‫ع ٍة ث ُ َّم قَعَ َد يَ ْذ ُك ُر‬ َ ‫صلَّى ْالغَ َداة َ فِى َج َما‬
َ ‫« َم ْن‬
»‫ « تَا َّم ٍة تَا َّم ٍة تَا َّم ٍة‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ‫َّللا‬ ِ َّ ‫سو ُل‬ ‫ر‬
ُ َ َ َ ‫ل‬ ‫ا‬ َ ‫ق‬ ‫ل‬ ‫ا‬ َ ‫ق‬ .» ٍ َ ْ ُ َ َّ ‫َكأ َ ْج ِر َح‬
‫ة‬ ‫ر‬ ‫م‬ ‫ع‬ ‫و‬ ‫ة‬
ٍ ‫ج‬
“Barangsiapa yang melaksanakan shalat shubuh secara berjama’ah
lalu ia duduk sambil berdzikir pada Allah hingga matahari terbit,
kemudian ia melaksanakan shalat dua raka’at, maka ia seperti
memperoleh pahala haji dan umroh.” Beliau pun bersabda, “Pahala
yang sempurna, sempurna dan sempurna.” (HR. Tirmidzi)
Olahraga
Kenapa harus olahraga? Karena Mu’min yang kuat lebih dicintai
Allah SWT, sebagaimana yang disabakan Nabi Muhammad SAW:
ُّ ‫ اَ ْلـ ُمؤْ مِ ُن ْالقَـ ِو‬: ‫سلَّ َم‬
‫ي‬ َ ‫علَ ْي ِه َو‬ ُ ‫صلَّى‬
َ ‫هللا‬ َ ِ‫س ْو ُل هللا‬ ُ ‫ قَا َل َر‬:َ‫ع ْنهُ قَال‬ َ ‫هللا‬
ُ ‫ي‬ َ ‫ض‬ ِ ‫ع ْن أ َ ِب ْي ه َُري َْرة َ َر‬
َ
َ‫عـلـى َما يَـ ْنـفَـعُـك‬ َ َ ‫ص‬ ْ ‫ِحْـر‬
ِ ‫ ا‬، ‫ْـر‬ ٌ ‫ َوفِـ ْي ُكـ ٍل خَـي‬، ِ‫ض ِعيْف‬ ْ
َّ ‫خَـي ٌْر َوأ َ َحبُّ إِلَـى هللاِ مِ نَ الـ ُمؤْ مِ ِن ال‬
، ‫ لَ ْو أَنِـ ْي فَ َع ْلتُ َكانَ َكذَا َوكَـذَا‬:‫صا َبكَ شَـ ْي ٌء فَ َـال تَقُ ْل‬ َ َ ‫ َو ِإ ْن أ‬، ‫ـز‬ ْ ‫َوا ْستَع ِْن ِباهللِ َو َال ت َـ ْع َج‬
‫ان‬ َ َ ‫ فَإِ َّن ل ْو ت َـفـت َـ ُح‬،َ‫ قَـ َد ُر هللاِ َو َما شَا َء فَعَل‬:‫َولَـك ِْن قُ ْل‬
َّ ‫ع َم َل ال‬
ِ ‫ش ْيط‬ ْ َ
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu , beliau berkata, Rasûlullâh
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Mukmin yang kuat lebih
baik dan lebih dicintai Allâh Azza wa Jalla daripada Mukmin yang
lemah; dan pada keduanya ada kebaikan. Bersungguh-sungguhlah

194
untuk mendapatkan apa yang bermanfaat bagimu dan mintalah
pertolongan kepada Allâh (dalam segala urusanmu) serta janganlah
sekali-kali engkau merasa lemah. Apabila engkau tertimpa musibah,
janganlah engkau berkata, Seandainya aku berbuat demikian, tentu
tidak akan begini dan begitu, tetapi katakanlah, Ini telah ditakdirkan
Allâh, dan Allâh berbuat apa saja yang Dia kehendaki, karena
ucapan seandainya akan membuka (pintu) perbuatan syaitan.”
Apa saja olahraga yang dicintai oleh Nabi Muhammad SAW?
• Berjalan cepat
Dari Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu beliau berkata:
‫ب‬ ُّ ‫إذا مشَى تكفَّأ تكفُّ ًؤا كأنَّما ين َح‬
ٍ َ‫ط من صب‬
“Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam jika berjalan menghentakkan
kakinya seakan-akan ia turun dari tempat yang tinggi”
Ali Al-Qari menjelaskan makna hadits tersebut dengan mengatakan:
َ‫ َوه َُو َما يَ ْن َحد ُِر مِ ن‬،‫ُور‬ُ ‫صبَبُ ْال ُحد‬ َّ ‫ ال‬:ِ‫سنَّة‬ ُّ ‫ح ال‬
ِ ‫ َوفِي ش َْر‬.‫س ِريعًا‬ َ ‫َو ْال َم ْعنَى يَ ْمشِي َم ْشيًا قَ ِويًّا‬
‫ض َر ْفعًا بَائِنًا َال َك َم ْن يَ ْمشِي‬ِ ‫ض ي ُِري ُد لَهُ أَنَّهُ َكانَ يَ ْمشِي َم ْشيًا قَ ِويًّا يَ ْرفَ ُع ِرجْ لَ ْي ِه مِ نَ ْاأل َ ْر‬ِ ‫ْاأل َ ْر‬
َ ُ
‫اربُ خطاهُ تَنَعُّ ًما‬ َ ً َ‫ا ْختِي‬
ِ ‫اال َويُق‬
“Maknanya, beliau berjalan dengan jalan yang kuat dan cepat.
Dalam Syarhus Sunnah, ash-shabab artinya al-hudur, yaitu jalan
yang digunakan untuk turun dari suatu tempat. Maksudnya, beliau
berjalan dengan jalan yang kuat, dengan benar-benar mengangkat
kakinya dari tanah, bukan seperti jalannya orang yang sombong
atau seperti orang yang santai-santai” .
• Berlari
Olahraga lari termasuk dalam kategori olahraga yang sempurna. Di
mana ketika malakukan olahraga lari, seseorang dapat membakar
banyak lemak, paru-paru dipaksa menghirup banyak oksigen, otot-
otot jantung terlatih, termasuk bisa meredakan stres yang dialami.

195
dalam sejarahnya ternyata pernah melakukan olahraga lari. Hal ini
terdokumentasikan dengan baik dalam sebuah riwayat yang
bersumber dari ‘Aisyah RA, sebagai berikut:
: ‫ص َحابِ ِه‬ْ َ ‫سلَّ َم َوأنا َخفِيفَةُ اللَّ ْح ِم فَنَزَ ْلنَا َم ْن ِزالً فَقَا َل أل‬ َ ‫علَ ْي ِه َو‬ ُ َّ ‫صلَّى‬
َ ‫َّللا‬ َ ِ‫سو ِل هللا‬ ُ ‫خ ََر ْجتُ َم َع َر‬
‫ َوقَ ْد‬، ‫سف ٍَر آخ ََر‬ ُ
َ ‫سبَ ْقتُهُ ث َّم خ ََرجْ تُ َمعَهُ فِي‬ َ َ‫سابَقَنِي ف‬َ َ‫سابِقَكِ ف‬ ُ
َ ‫ تَعَالَ ْي َحتَّى أ‬: ‫تَقَ َّد ُموا ث ُ َّم قَا َل لِي‬
‫سا َبقَنِي‬ َ ُ ‫ تَ َعالَ ْي أ‬: ‫ تَقَ َّد ُموا ث ُ َّم قَا َل لِي‬: ‫ص َحا ِب ِه‬
َ َ‫سا ِبقُكِ ف‬ ْ َ ‫َح َم ْلتُ اللَّ ْح َم فَنَزَ ْلنَا َم ْن ِزالً فَقَا َل أل‬
ْ
. َ‫ َه ِذ ِه بِتِلك‬: ‫ب بِيَ ِد ِه َكتِفِي َوقَا َل‬ َ َ‫سبَقَنِي ف‬
َ ‫ض َر‬ َ َ‫ف‬
“Aku (‘Aisyah) pernah keluar bersama Rasulullah SAW., dan saat itu
aku masih kurus. Ketika kami telah sampai di suatu tempat, beliau
berujar kepada para sahabatnya: “Pergilah kalian terlebih dahulu!”
Kemudian beliau menantangku untuk berlari, “Ayo kesinilah! aku
akan berlomba denganmu!” kemudian beliau berlomba denganku,
namun akhirnya aku memenangkan lomba tersebut. Pada lain
kesempatan, aku kembali keluar bepergian bersama beliau, dan
saat itu badanku semakin besar, ketika kami berada di suatu
tempat, Rasulullah SAW kembali berkata kepada para sahabatnya:
“Pergilah kalian terlebih dahulu!” Kemudian beliau menantangku
untuk berlari, “Ayo kesinilah! aku akan berlomba denganmu!”
Kemudian beliau berlomba denganku, tetapi akhirnya beliau
memenangkan lomba tersebut. Beliau mengatakan bahwa ini
adalah balasan dari kekalahan beliau sebelumnya sembari memukul
pundakku.”
• Renang, Berkuda dan Memanah
Kalau kita telusuri memang ada beberapa hadits Nabi SAW yang
menyinggung masalah berenang ini. Di antara hadits itu adalah
hadits berikut ini :
َّ ُ‫الر ُج ِل ا ْم َرأَتَهُ َوتَأْ ِديْب‬
‫الر ُج ِل‬ َ َ‫ْس فِ ْي ِه ِذ ْك ُر هللاِ فَ ُه َو لَ ْه ٌو َولَعِبٌ ِإالَّ أ َ ْر َب ٌع ُمال‬
َّ ُ‫ع َبة‬ َ ‫ش ْئ ٍلَي‬َ ‫ُك ُّل‬
َ‫السبَا َحة‬ َّ ‫ضي ِْن َوت َ ْع ِل ْي ُم‬
ِ ‫الر ُج ِل‬ ْ
َ ‫سهُ َو َم ْشيُهُ بَيْنَ الغ َْر‬
َ ‫فَ َر‬
“Dari Jabir bin Abdillah radhiyallahuanhu bahwa Rasulullah SAW
bersabda,"Segala sesuatu yang di dalamnya tidak mengandung

196
dzikrullah merupakan perbuatan sia-sia, senda gurau, dan
permainan, kecuali empat (perkara), yaitu senda gurau suami
dengan istrinya, melatih kuda, berlatih memanah, dan mengajarkan
renang.”
Perkataan di atas lebih tepat untuk dinisbatkan kepada Umar bin Al-
Khattab radhiyallahuanhu. Sebab kalau dinisbatkan kepada
Rasulullah SAW, banyak para ulama hadits yang menentangnya.
Atsar dari Umar ini sampai kepada kita lewat jalur Bakr bin Abdillah,
dari Abdullah Al-Anshari dan Jabir bin Abdillah, Abu Rafi' dan Ibnu
Umar, yang diriwayatkan secara marfu'.
Hadits sejenis juga ada, yaitu yang menyebutan keharusan
mengajarkan anak kita berenang. Namun para ulama mengatakan
bahwa hadits itu bermasalah. Hadits itu adalah :
‫الولَ ِد‬
َ ‫ نَعَ ْم َح ُّق‬: ‫علَ ْي ِه ْم ؟ قا َ َل‬ َ ‫سو َل هللاِ أَل ِْل َولَ ِد‬
َ َ ‫علَ ْينَا َح ٌّق َك َح ِقنا‬ ُ ‫ يَا َر‬: ُ‫ع ْن أَبِي َراف ِِع قَا َل قُ ْلت‬ َ
‫ي‬
َ ‫م‬ْ ‫الر‬
َّ ‫و‬َ َ ‫ة‬ ‫ح‬
َ ‫ا‬ ‫ب‬
َ ‫س‬
ِ ‫ال‬ ‫و‬
َ َ ‫ة‬ ‫ب‬
َ ‫َا‬ ‫ت‬‫ك‬ِ ‫ال‬ ُ ‫ه‬ ‫م‬ ‫ل‬
ِ
َ َ ‫ع‬ُ ‫ي‬ ْ
‫ن‬ َ ‫أ‬ ‫د‬
ِ ‫ل‬
ِ ‫ا‬ ‫الو‬ ‫لى‬
َ َ َ ‫ع‬
“Dari Abi Rafi', dia bertanya,"Ya Rasulullah, apadaha ada kewajiban
atas kita terhadap anak kita, sebagaimana kewajiban anak kepada
kita?". Rasulullah SAW menjawab,"Ya, hak anak atas ayahnya
adalah diajarkan membaca, berenang dan memanah".
Bersih-bersih
Kenapa Harus Bersih?
1. Dikutip dari dikutip dari Kitab Ihya' Ulumiddin karya Imam Al
Ghazali, Nabi SAW menjadikan kebersihan separuh dari
keimanan. Beliau bersabda:
ْ ‫ور ش‬
ِ ْ ‫َط ُر‬
‫اإلي َمان‬ ُّ
ُ ‫الط ُه‬
"Kesucian itu adalah setengah dari iman."
2. Rasulullah SAW berkata untuk mebersihkan segala sesuatu
karena Islam dibangun atas kebersihan,

197
َ‫ظافَ ِة َولَ ْن يَ ْد ُخ َل ْال َجنَّةَ اِال‬
َ َ‫علَي الن‬
َ ‫هللا ت َ َعالَي بَنَي ا ِال ْسالَ َم‬ َّ َ‫تَن‬
َ َ ‫ظفُ ْوا بِ ُك ِل َما اِ ْست‬
َ َ‫ط ْعت ُ ْم فَاِن‬
ٍ‫ُك ُّل نَظِ يْف‬
"Bersihkanlah segala sesuatu semampu kamu. Sesungguhnya
Allah ta'ala membangun Islam ini atas dasar kebersihan dan
tidak akan masuk surga kecuali setiap yang bersih."
3. Melansir dari Fiqih Thaharah karya Ibnu Abdullah, Rasulullah
mengatakan bahwa Allah SWT menjanjikan surga bagi yang
membersihkan dahan pohon di jalanan,
َ ‫َّللا َألُنَحِ َي َّن هذَا‬
‫ع ِن ْال ُم ْسلِمِ يْنَ َال‬ ِ َّ ‫ َو‬: ‫ق فَقَا َل‬ َ ‫ظ ْه ِر‬
ٍ ‫ط ِر ْي‬ َ ‫علَى‬
َ ‫ش َج َر ٍة‬ َ ‫ص ِن‬ ْ ُ‫مر ر ُج ٌل ِبغ‬ َّ
َ‫ فَأ ُ ْدخِ َل ْال َجنَّة‬،‫يُؤْ ِذ ْي ُه ْم‬
"Ada seorang lelaki yang membuang dahan pohon yang
menghalani jalan, lalu ia berkata, "Demi Allah, aku akan
singkirkan dahan ini agar tidak mengganggu dan menyakiti kaum
muslimin," maka Allah pun memasukkannya ke surga."
4. Riwayat lainnya tentang membersihkan halaman rumah yang
bisa diterapkan untuk membersihkan lapangan sekolah atau
koridor kelas. Berikut haditsnya,
َ ُ ‫ فَإِ َّن ْال َي ُهو َد َال ت‬، ‫ط ِه ُروا أ َ ْف ِن َيت َ ُك ْم‬
"‫ أخرجه الطبراني في "المعجم األوسط‬. " ‫ط ِه ُر أ َ ْف ِن َيت َ َها‬ َ
"‫ وحسنه الشيخ األلباني في "السلسلة الصحيحة‬، )4057(
"Bersihkan halaman kamu, karena sesungguhnya orang Yahudi
tidak membersihkan halamannya."
Apa yang harus dibersihkan? Kebersihan akan selalu manjadi
daya tarik tersendiri dalam suatu objek, baik itu tempat ataupun
orang, sebagaimana yang dikatakan : “Sesuatu yang sangat
megah dan indah apabila tak terurus dan kotor hanya akan
menjadi sebuah tempat yang kumuh dan tak ubah rupanya
seperti tempat sampah, namun tempat yang biasa namun
terjaga dan bersih keadaannya, maka orang-orang takkan bisa

198
membedakan antara kamar santri dengan sebuah istana yang
megah”
Mandi
Mengapa Harus Mandi? Mandi merupakan sebuah aktivitas
membersihkan diri dari kotoran yang menempel. Selain itu mandi
juga dapat membuat tubuh menjadi lebih segar.
Dalam agama Islam, seorang Muslim diwajibkan untuk mandi
apabila apabila dirinya terkena hadis besar, seperti keluar mani
pada laki-laki maupun berhubungan badan antara suami dan istri.
Allah SWT berfirman:
َّ ً ُ ُ َ َ َ ُ ُ َ َ
ُ
َ ْ َ َّ َ َ َ ُ ْ ُ ْ َ َ َ َ َّ ُ َ ْ َ َ ُ َ َ َ َّ َ ُّ َ َ
‫يا أيها ال ِذين آمنوا لا تقربوا الصلاة وأنتم سكارى حتى تعلموا ما تقولون ولا جنبا ِإلا‬
ُ َ ْ َ َّ َ َ َ
‫يل حتى تغت ِسلوا‬ ٍ ‫ع ِاب ِري س ِب‬
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan
shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku,
dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua
mata kaki, dan jika kamu junub maka mandilah.” (QS. Al-Maidah:6)
Meskipun tidak ada batasan waktu, namun terdapat waktu-waktu
tertentu yang dianjurkan untuk mandi dalam agama Islam.
Sebagaimana yang dikutip dari buku Fiqih Islam wa Adilatuhu Jilid 2
karya Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili (2021:479), waktu mandi menurut
madzhab Syafi’i adalah pertengahan malam. Sedangkan menurut
madzhab Maliki pada seperenam terakhir malam dan dianjurkan
setelah shalat Subuh. Di sisi lain, madzhab Hanafi dan Hambali
memerintahkan untuk melakukan mandi setelah shalat shalat
subuh.

199
Dari penjelasan 4 madzhab di atas, dianjurkan untuk untuk mandi
pada pagi hari, baik setelah tengah malam maupun setelah shalat
shubuh. Mengapa demikian?
Pada waktu tersebut, kandungan ozon pada air sangatlah tinggi.
Hasilnya adalah tubuh serasa lebih segar dan meningkatkan daya
tubuh.
Gimana adab-adab di Kamar Mandi?
1. Mendahulukan kaki kiri ketika hendak masuk ke toilet/jamban
dan mendahulukan kaki kanan ketika keluar.
2. Jangan membawa sesuatu yang di dalamnya adala Asma Allah
dan Nabi/Rasulnya.
3. Hendaknya masuk dalam kondisi kepala memakai penutup
(kopiah atau sejenisnya) dan memakai alas kaki.
4. Ketika hendak masuk (di depan pintu toilet) membaca doa
berikut ini:
‫الر ِجي ِْم‬
َّ ‫ان‬ َ ‫ش ْي‬
ِ ‫ط‬ ِ ‫ث ْالنُ ْخ ِب‬
َّ ‫ث ال‬ ِ ‫ْس ْال َخ ِب ْي‬
ِ ‫ْس النَّج‬ ِ َ‫ِبس ِْم هللاِ أَع ُْوذُ ِباهللِ مِ ن‬
ِ ‫الرج‬
“Dengan menyebut nama Allah aku berlindung kepada Allah
dari kotoran yang menjijikkan dan keburukan yang
menjatuhkan manusia dalam keburukan yaitu Syaitan yang
terkutuk.”
5. Ketika hendak keluar membaca doa berikut (dalam hati):
‫عنِى َماي َُؤ ِذنِى َوأ َ ْبقَى فِ ْي َما يَ ْنفَعُنِى‬ َ ‫غ ْف َرانَكَ ْال َح ْم ُد هللِ الَّذِى أ َ ْذه‬
َ ‫َب‬ ُ
“Aku memohon ampunan kepadamu ya Allah dengan dengan
sifat maha pengamounmu. Segala puji hanya milik Allah yang
telah menghilangkan sesuatu yang berbahaya dariku dan
menyisakan apa yang bermanfaat bagiku.”
6. Hendaknya (tidak wajib) menyediakan (membawa) 3 (tiga) batu
sebagai alat istinja (cebok) sebelum menggunakan air. Mungkin

200
batu adalah alat yang digunakan di masa itu. Masa ketika Imam
Al-Ghazali menulis kitabnya. Namun untuk saat ini mungkin bisa
diganti dengan tisu sebagaimana kebiasaan orang barat. Hanya
saja, jika kebiasaan orang barat adalah menggunakan kertas tisu
saja, maka Islam menganjurkan penggunaan air setelah
menggunakan batu atau tisu untuk istinja.
7. Tidak boleh beristinja (cebok) di dalam tempat air (bak mandi)
tempat istinja’ melainkan harus disiram di luar bak mandi.
8. Menuntaskan buang air (kecil) dengan berdehem 3 (tiga) kali
dan memijat kemaluan 3 (tiga) kali. Maksudnya untuk
memastikan dan supaya semua kotoran keluar dari tubuh.
9. Menggunakan tangan kiri untuk membersihkan kotoran pada
kemaluan. Dan menggunakan tangna kanan untuk
menyiramkan air.
Berpakaian yang Rapi
Berikut beberapa adab berpakaian yang harus diperhatikan santri:
1. Menutup aurat
2. Tidak menampakan tubuh
3. Pakaian tidak ketat. Tujuannya adalah supaya tidak kelihatan
bentuk tubuh badan yang merangsang lawan jenis untuk
bermaksiat.
4. Tidak menimbulkan perasaan riya
5. Lelaki dan perempuan berbeda. Maksudnya pakaian yang khusus
untuk lelaki tidak boleh dipakai oleh wanita, begitu juga
sebaliknya.
6. Larangan laki-laki memakai sutra. Islam mengharamkan kaum
lelaki memakai sutera.

201
7. Memanjangkan pakaian. Contohnya seperti kerudung yang
seharusnya dipakai sesuai syari’at yaitu bagi wanita menutupi
kepala dan rambut, tengkuk atau leher dan juga dada.
8. Larangan memakai emas. Termasuk dalam etika berpakaian di
dalam Islam ialah barang-barang perhiasan emas seperti rantai,
cincin dan sebagainya,bentuk perhiasan seperti ini umumnya
dikaitkan dengan wanita namun pada hari ini ramai antara para
lelaki cenderung untuk berhias seperti wanita sehingga ada yang
sanggup bersubang dan berantai.
9. Mulailah dengan sebelah kanan. Apabila memakai baju,celana
atau seumpamanya, mulailah dari sebelah kanan.
10. Berdoa. Doa Memakai Pakaian
َ ‫سانِي َما أ ُ َو ِاري بِ ِه‬
َ ‫ َوأَت َ َج َّم ُل بِ ِه فِي َحيَاتِي ث ُ َّم‬،‫ع ْو َرتِي‬
‫ع َم َد إِلَى‬ ِ َّ ِ ‫ْال َح ْم ُد‬
َ ‫َلِل الَّذِي َك‬
َ‫ب الَّذِي َخلُق‬ ِ ‫الث َّ ْو‬
“Segala puji bagi Allah yang telah memberi saya pakaian untuk
menutupi aurat saya dan untuk memperindah penampilan dalam
hidup saya.”
Doa Melepas Pakaian
( ‫ (رواه ابن السني‬.‫َّللا الذي ال ِإلهَ إالَّ ه َُو‬
ِ َّ ‫بِس ِْم‬
“Dengan nama Allah yang tiada Tuhan selain Dia”
Sholat Duha
Ada beberapa hadits yang menjelaskan keutamaan sholat dhuha.
Termasuk di antaranya yakni menjadi ibadah sunnah yang
mengundang rezeki serta jadi amalan penghapus dosa.
Sholat dhuha adalah ibadah yang dikerjakan pagi hari. Waktu
pengerjaan sholat dhuha dapat dilakukan setelah matahari terbit
sampai menjelang waktu dzuhur.
Beberapa keutamaan sholat Duha:

202
1. Dicukupi kebutuhan hidupnya
2. Diampuni dosanya
3. Ibadah bernilai sedekah
4. Amalan sunnah cadangan para ahli hisab
5. Dibangunkan istana disurga
Hadits keutamaan sholat dhuha lainnya berasal dari Anas bin Malik
yang mengatakan bahwa Rasulullah SAW bersabda,
‫َمن صلَّى الضحى ثِ ْنت َ ْي عشرة ركعة بَنى هللا له قَصرا من ذَهب في الجنَّة‬
"Barang siapa sholat dhuha dua belas rakaat, maka Allah akan
membangun baginya istana dari emas di surga."
Belajar
Tiap muslim baik laki-laki maupun perempuan dikenai kewajiban
akan hal itu. Hal ini mengindikasikan, ilmu dalam pandangan Islam
dianggap sebagai sebuah kebutuhan untuk mengetahui kebenaran
dan ditempatkan pada posisi yang tinggi.
Melansir buku Agar Menuntut Ilmu Jadi Mudah karya Abdul Hamid
M Djamil, Lc, ilmu berasal dari bahasa Arab, ‫ الع ِْلـ ُم‬yang artinya
mengetahui. Kata ‫ الع ِْلـ ُم‬merupakan masdar dari kata ‫ يَ ْعلَ ُم‬- ‫عل َِم‬
َ . Orang
yang berilmu disebut ‘alimun (mengetahui).
Sebab itu, kata ‘alimun menjadi panggilan kehormatan bagi orang-
orang yang sangat pandai. Seorang pakar tata bahasa Arab Imam
Sibawaihi pernah menyebutkan bahwa seseorang tidak akan
dinamakan ulama bila tidak benar-benar alim.
Beberapa adab belajar yang perlu diperhatikan seorang santri:
1. Memperbaiki Niat

203
Dalam menuntut ilmu, seorang muslim sebaiknya berniat untuk
mendapatkan keridhaan Allah SWT. Sebab dengan ridha Allah maka
ilmu akan mudah diterima.
Pentingnya niat telah diingatkan Rasulullah SAW kepada para
umatnya dalam hadits yang berbunyi,
ُ‫سو ِل ِه فَ ِه ْج َرتُه‬ ِ َّ ‫َت هِجْ َرتُهُ إلَى‬
ُ ‫َّللا َو َر‬ ْ ‫ فَ َم ْن كَان‬،‫ئ َما ن ََوى‬ ٍ ‫ َو ِإنَّ َما ِل ُك ِل ا ْم ِر‬،ِ‫إنَّ َما ْاأل َ ْع َما ُل ِبالنِيَّات‬
َ َ َ
‫ُصيبُ َها أ ْو ا ْم َرأةٍ يَ ْن ِك ُح َها فَ ِه ْج َرتُهُ إلى َما هَا َج َر‬
ِ ‫َت ِه ْج َرتُهُ ِل ُد ْنيَا ي‬ ْ ‫ َو َم ْن كَان‬،ِ‫سو ِله‬ ِ َّ ‫إلَى‬
ُ ‫َّللا َو َر‬
‫إلَ ْي ِه‬
"Sebuah perbuatan dinilai berdasarkan motivasinya (niyyah), dan
tiap orang mendapatkan apa yang diniatkan. Mereka yang hijrah
karena Allah dan RasulNya maka Allah SWT dan RasulNya akan
membalas orang tersebut, namun mereka yang hijrah karena hal
yang bersifat duniawi atau wanita yang akan dinikahi maka dia
akan mendapatkan hal tersebut."
2. Bersungguh-sungguh
Setelah berniat karena Allah SWT, seorang muslim harus
bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu. Usaha terbaik (ihsan)
akan memberikan hasil yang baik pula sesuai hadits Rasulullah SAW,
ِ ‫ش ْيءٍ فَإِذَا قَت َْلت ُ ْم فَأ َ ْح ِسنُوا ْال ِقتْلَةَ َو ِإذَا ذَ َبحْ ت ُ ْم فَأَحْ ِسنُوا‬
َ‫الذ ْب َحة‬ َ ‫علَى ُك ِل‬ َ َ‫سان‬ َ ْ‫اإلح‬ ِ ‫َب‬ َ َّ ‫ِإ َّن‬
َ ‫َّللا َكت‬
ْ ْ
ُ‫شف َرتَهُ َولي ُِر ْح ذَبِي َحتَه‬َ ‫َو ْليُحِ َّد أ َح ُد ُك ْم‬
َ
"Sungguh Allah SWT telah menetapkan ihsan dalam segala hal. Jika
kalian berperang maka lakukanlah yang terbaik. Jika sedang
menyembelih hewan maka lakukan juga usaha terbaik. Salah satu
dari kalian mengasah pisaunya, sedangkan yang lain menenangkan
hewan yang akan disembelih."
3. Tawakal
Setelah berusaha dengan sungguh-sungguh, seorang muslim
sebaiknya tawakal. Syekh Shahhat bin Mahmud Ash Shawi

204
mengatakan tawakal artinya percaya sepenuhnya kepada Allah
SWT.
Apapun yang ditetapkan Allah SWT atas usaha dalam mencari ilmu,
seorang muslim sudah sepatutnya menerima hal itu dengan ikhlas.
Sebab, semua yang dikehendaki Allah SWT pasti mengandung
hikmah di baliknya.
4. Menjauhi Maksiat
Dalam menuntut ilmu, seorang muslim harus menjauhi perbuatan
maksiat agar ilmu yang didapatkan bermanfaat dan berkah. Maksiat
juga membuat seseorang sulit berkonsentrasi sehingga ilmu sulit
dimengerti.
َ ‫ قَا َل « ِإ َّن ْال َع ْب َد ِإذَا أ َ ْخ‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ‫َّللا‬
ً‫طأ َ خَطِ يئَة‬ ُ ‫ع ْن َر‬
ِ َّ ‫سو ِل‬ َ َ‫ع ْن أ َ ِبى ه َُري َْرة‬ َ
َّ
‫عا َد ِزي َد فِي َها َحتى‬ ْ
َ ‫س ِق َل قَلبُهُ َوإِ ْن‬ُ ‫َاب‬َ ‫ع َوا ْست َ ْغف ََر َوت‬ َ ‫َت فِى قَ ْلبِ ِه نُ ْكتَة‬
َ َ‫س ْو َدا ُء فَإِذَا ه َُو نَز‬ ٌ ْ ‫نُ ِكت‬
») َ‫علَى قُلُو ِب ِه ْم َما كَانُوا َي ْك ِسبُون‬َ َ‫َّللا ( َكالَّ َب ْل َران‬ َّ ‫ت َ ْعلُ َو قَ ْل َبهُ َوه َُو‬
ُ َّ ‫الرانُ الَّذِى ذَك ََر‬
Dari Abu Hurairah, dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam,
beliau bersabda, "Seorang hamba apabila melakukan suatu
kesalahan, maka dititikkan dalam hatinya sebuah titik hitam.
Apabila ia meninggalkannya dan meminta ampun serta bertaubat,
hatinya dibersihkan. Apabila ia kembali (berbuat maksiat), maka
ditambahkan titik hitam tersebut hingga menutupi hatinya. Itulah
yang diistilahkan "ar raan" yang Allah sebutkan dalam firman-Nya
(yang artinya), 'Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang
selalu mereka usahakan itu menutupi hati mereka'."
5. Berdoa
Dalam mencari ilmu, seorang muslim sebaiknya selalu berdoa
supaya terhindar dari rasa malas dan kesulitan dalam menuntut
ilmu. Berikut doanya:
‫غلَبَ ِة‬ َ ‫س ِل َو ْالب ُْخ ِل َو ْال ُجب ِْن َو‬
َ ‫ضلَعِ ال َّدي ِْن َو‬ َ ‫اللَّ ُه َّم إِنِي أَعُوذُ بِكَ مِ ْن ْال َه ِم َو ْال َحزَ ِن َو ْالعَ ْج ِز َو ْال َك‬
‫الر َجا ِل‬ ِ

205
"Ya Allah, aku berlindung kepadamu dari kecemasan dan kesedihan,
kelemahan dan kemalasan, sesat dan pengecut, beban hutang dan
dari penguasaan manusia."
Jika menemui kesulitan, doa ini bisa dibaca untuk memohon
bantuan dari Allah SWT
ً‫س ْهال‬ َ ُ‫س ْه َل ِإالَّ َما َج َع ْلتَه‬
َ َ‫س ْهالً َوأَ ْنتَ تَجْ َع ُل ال َح ْزنَ ِإذَا ِشئْت‬ َ َ‫اللَّ ُه َّم ال‬
"Ya Allah, tidak ada kemudahan kecuali Kau buat mudah. Dan
engkau menjadikan kesedihan (kesulitan), jika Engkau kehendaki
pasti akan menjadi mudah."
6. Berprasangka Baik
Seorang muslim diharapkan selalu berprasangka baik atas ketetapan
Allah SWT. Meskipun hasil dan proses pembelajaran yang telah
dilakukan tidak sesuai dengan yang direncanakan.
َ ْ ُ َّ َ ْ ُ َ َ َ ُ َ ً ْ َ ُّ ُ ْ َ َ َ َ ْ ُ َ ٌ ْ َ َ ُ َ ً ْ َ ُ ْ َ ْ
َ
َ َ
‫اّٰلل َيعل ُم‬ ‫ت بوا شيئا وهو ش ٌّر لكمْۗ و‬ ِ‫َوعس ٰى أن تك َرهوا شيئا وهو خير لكمۖ وعس ٰى أن ح‬
َ َ َْ َ َُْ
‫َوأنت ْم لا تعل ُمون‬

"Tetapi boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik
bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak
baik bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui."
7. Memperhatikan Materi
Agar mendapatkan ilmu dengan mudah, maka konsentrasi dengan
memperhatikan guru saat menjelaskan. Hal tersebut sesuai dengan
firman Allah SWT.
ُ ُ َّ َّ َ َٰٓ ُ َ َ َ َّ
َٰ َ ْ ُ ُ َ َٰٓ ُ ‫ك ٱلذ َين َه َد ٰى ُه ُم ٱ‬ ُ ُ ََّ َ َ َ َ ُ َ َ َ
‫ّٰلل َوأ ْول ِئك همۡ أ ْولوا ٱلۡألۡب ِب‬ ِ ‫ٱل ِذين يسۡت ِمعون ٱلۡقوۡل فيت ِبعون أح َۡسن ۥْٓه أ ْول ِئ‬

“yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik


di antaranya. Mereka itulah orang-orang yang telah diberi Allah
petunjuk dan mereka itulah orang-orang yang mempunyai akal.”

206
8. Jangan Ragu Bertanya
Banyak bertanya seputar ilmu yang tidak dapat dipahami termasuk
adab dalam mencari ilmu. Dalam Al Quran sendiri mengisyaratkan
bahwa bertanya dianjurkan bagi yang tidak mengetahui saat
menuntut ilmu.
Allah berfirman dalam surat An Nahl ayat 43,
َ َ َْ َ ُْ ُ ْ ْ َ ْ َ َُ ْ َ
‫الذك ِر ِإن كنت ْم لا تعل ُمون‬
ِ ‫فاسألوا أهل‬

"maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan


jika kamu tidak mengetahui.
9. Hormati Gurumu
Seorang muslim dalam menuntut ilmu harus bisa menghormati dan
memuliakan guru. Mengerjakan perintah guru dan tidak
mmendebatnya apalagi mencelanya jika terjadi perbedaan
pendapat
10. Mengamalkan Ilmu yang Dimiliki
Seorang muslim yang telah menuntut ilmu, dianjurkan untuk
mengamalkannya. Sebab, jika tidak diamalkan maka Anda termasuk
golongan orang-orang yang celaka.
Hal tersebut sebagaimana sabda Rasulullah SAW:
"Celakalah orang yang tidak berilmu, dan celaka (pula) orang yang
berilmu namun tidak mengamalkannya,"
Qoilullah
Qailulah secara bahasa artinya tidur pada pertengahan siang.
Karena artinya “tidur siang”, sebagian besar orang menyangka
qailulah merupakan “tidur siang” dalam arti sebenarnya, yaitu
benar-benar tidur. Pada nyatanya, qailulah tidak harus tidur,
istirahat pada siang hari juga sudah termasuk qailulah.

207
Ash-Shan’ani rahimahullah berkata, yang artinya, “Qailulah adalah
istirahat pada pertengahan siang walaupun tidak tidur.”
Maka, qailulah berarti tidur atau istirahat yang dilaksanakan pada
siang hari. Waktunya sekitar 20-30 menit sebelum dhuhur.
Al-Munawi rahimahullah berkata, “Qailulah adalah tidur di
pertengahan siang ketika zawal (waktu dhuhur) atau mendekati
waktu zawal sebelum atau sesudahnya.”
Shalat Zuhur berjama’ah
Hendaknya melaksanakan shalat zuhur berjama’ah disertai dengan
shalat sunnah qabliyah dan ba’diyahnya.
b. Makan Siang-Tidur
Makan Siang
Beberapa adab makan yang harus diamalkan santri:
1. Makan secara berjama’ah
2. Mencuci tangan sebelum makan
3. Makan tidak sambil bersandar
4. Duduk sebagaimana rasulullah saw duduk ketika makan
5. Membaca basmalah dan doa makan
6. Bila memungkinkan menggunakan 3 jari (tengah, telunjuk,
jempol)
7. Makan dengan tangan kanan
8. Tidak meniup-niup makanan
9. Mulai dari yg terdekat
10. Berbagi atau menawari orang lain
11. Berdo’a setelah makan

208
12. Menjilati bekas-bekas makan
13. Membereskan sisa-sisa tempat makan
14. Bubar dari kumpulan/halaqah makan dengan mengucapkan
do’a kaffaratul majlis
Minum Setelah Makan
Beberapa adab minum yang harus diamalkan santri:
1. Memulai dengan basmalah
2. Menggunakan tangan kanan
3. Dengan 3x tegukan
4. Minum dengan duduk
Tidur Siang
Beberapa adab tidur yang harus diamalkan santri:
1. Berwudhu sebelum tidur
2. Membaca doa sebelum tidur
3. Menghadap kesamping kanan
4. Meletakkan telapak tangan di pipi
Bangun Tidur
1. membaca doa bangun tidur
2. duduk dan mengusap wajah
3. berwudhu
Persiapan Mandi
Mandi disore hari memiliki beberapa manfaat diantaranya, mandi
sore membuat tubuh dan pikiran Anda rileks, dan jika dilakukan

209
pada waktu yang tepat, mandi malam juga dapat membuat Anda
tidur lebih nyenyak.
Beberapa adab di kamar mandi yang harus diamalkan santri:
1. Berniat Yang Baik. Adab pertama yang harus diperhatikan ialah
berniat yang benar. Entah itu untuk membersihkan diri,
menyembuhkan penyakit, dan lain sebagainya.
2. Membaca Doa. Selanjutnya membaca bismillah. Menyebut
nama Allah sebelum masuk ke kamar mandi termasuk ke dalam
adab, sebab dengan bacaan itu maka pandangan jin untuk
melihat aurat kita akan terhalang.
Menukil dari buku Fiqih Islam wa Adillatuhu susunan Prof
Wahbah az-Zuhaili, berikut bacaan doa masuk kamar mandi.
ِ ِ‫ث َو ْال َخبَائ‬
‫ث‬ ِ ‫اللَّ ُه َّم إنِي أَعُوذُ بِك من ْال ُخ ْب‬
“Sesungguhnya aku memohon perlindungan kepada-Mu dari
(godaan) setan laki-laki dan setan perempuan"
Doa Keluar Kamar Mandi
َ ‫عنى اْالَذَى َو‬
‫عافَا ِن ْى‬ َ ‫َب‬ ْ ‫غ ْف َرانَكَ ْال َح ْم ُد ِهللِ الَّ ِذ‬
َ ‫ى اَ ْذه‬ ُ
"Dengan mengharap ampunan-Mu, segala puji milik Allah yang
telah menghilangkan kotoran dari badanku dan yang telah
mensejahterakan"

3. Masuk Kamar Mandi dengan Mendahulukan Kaki Kiri. Adab


lainnya yaitu menggunakan kaki kiri ketika masuk kamar mandi.
Dalam sebuah hadits, disebutkan bahwa Rasulullah SAW
menggunakan kaki kiri ketika masuk ke dalam kamar mandi.
4. Tidak Berlama-lama di Kamar Mandi. Jika sudah selesai mandi
atau keperluan lainnya di dalam, sebaiknya langsung keluar.
Jangan berlama-lama di dalam kamar mandi.

210
5. Keluar dengan Mendahulukan Kaki Kanan. Terakhir ialah keluar
dengan mendahulukan kaki kanan. Ketika masuk, kaki kiri yang
didahulukan, sebaliknya ketika keluar.
Wirid Petang
ُ َ
ْ ‫الن‬ ُ ُ َ ْ ُ َ ْ ُ ٗ ُ َ ٰۤ َ َ ْ ُ ْ َ َ
ٰ ‫الظل‬ ْ َ ُ ْ َ َ ُ ًْ ََ ً َ ْ ُ ُْ ُ َ َ
‫ر‬
ِْۗ ‫و‬ ‫ى‬ ‫ل‬‫ا‬ ‫ت‬
ِ ِ ‫م‬ ‫ن‬ ‫م‬
ِ ‫م‬ ‫ك‬‫ج‬ ‫ر‬‫خ‬‫ي‬
ِ ِ‫ل‬ ‫ه‬ ‫ت‬ ‫ِٕك‬ ‫ى‬ ‫ل‬‫م‬ ‫و‬ ‫م‬ ‫ك‬‫ي‬‫ل‬‫ع‬ ‫ي‬ ‫ل‬
ِ ‫وس ِبحوه بكرة وا ِصيلا هو ال ِذي ي‬
‫ص‬
ً َ ْ ْ َ َ
‫َوكان ِبال ُمؤمِ ِن ْين َر ِح ْيما‬

“Dan bertasbihlah kepada-Nya diwaktu pagi dan sore. Dialah yang


memberi rahmat kepadamu dan malaikat-Nya (memohonkan
ampunan untukmu), supaya Dia mengeluarkan kamu dari kegelapan
kepada cahaya (yang terang). Dan adalah Dia Maha Penyayang
kepada orang-orang yang beriman” (QS. Al-Ahzab: 42-43).
َ ُ ْ ُ َ َ ُ َ ‫ه‬ ٰ َ
‫اّٰلل ِح ْين ت ْم ُس ْون َو ِح ْين تص ِبح ْون‬
ِ ‫ف ُس ْبح َن‬

“Maka bertasbihlah kepada Allah di waktu kamu berada di sore hari


dan waktu kamu berada di waktu pagi hari” (QS. Ar-Rum: 17).
Berdzikir mengingat dan menyebut nama Allah SWT, selain untuk
menambah pahala dan mendekatkan diri kepada-Nya, juga
bermanfaat untuk memohon pengampunan dosa.
Ada pun manfaat dzikir yang dijelaskan Allah ‫ﷻ‬, di dalam Al Quran
dan hadis Rasulullah ‫ ﷺ‬adalah sebagai berikut:
1. Menghindari kita dari perbuatan keji dan munkar
Dengan selalu mengingat asma Allah ‫ ﷻ‬di setiap pekerjaan yang kita
lakukan khususnya dalam shalat, Allah ‫ ﷻ‬senantiasa akan selalu
melindungi kita dari perbuatan keji dan munkar. Sebagaimana Allah
‫ ﷻ‬jelaskan dalam QS Al Ankabut ayat 45 yang bunyinya sebagai
berikut:

211
َ ُ
َ ْ ْ
ُ َ َ ْ َْ َ ٰ َ َْ َ َ َ َ َ َ َ َ َ ْ َ َ َْ َ َ ُْ
‫ى‬
ْۗ‫اب وأ ِق ِم الصلاةۖ ِإن الصلاة تنه ع ِن الفحش ِاء والمنك ِر‬ِ ‫وحي ِإليك ِمن ال ِكت‬ِ ‫اتل ما أ‬
َ ُ َ ْ َ َ ُ َ ْ َ َُّ َ ُ َ ْ َ َ ُ ْ َ َ
‫اّٰلل أكبرْۗ واّٰلل يعلم ما تصنعون‬ ِ ‫ول ِذكر‬

“Bacalah Kitab (Alquran) yang telah diwahyukan kepadamu


(Muhammad) dan laksanakanlah sholat. Sesungguhnya sholat itu
mencegah dari (perbuatan) keji dan mungkar. Dan (ketahuilah)
mengingat Allah itu lebih besar (keutamaannya dari ibadah yang
lain). Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
2. Selau Diingat Allah ‫ﷻ‬
Seperti yang dijelaskan di atas bahwa dzikir adalah cara kita
mengingat Allah ‫ ﷻ‬Saat kita mengingat Allah ‫ ﷻ‬maka senantiasa pun
Allah akan mengingat hamba-Nya tersebut.
Dalam QS Al Baqarah ayat 152 dijelaskan:
ْ َ ُ ْ ُ ُ َ ُ ْ َ
‫ون‬ ُ ‫اشك ُروا لي َولا َتك ُف‬
‫ر‬ َ ‫اذك ُروني أ ْذك ْرك ْم‬
‫و‬ ‫ف‬
ِ ِ ِ
“Maka ingatlah kepada-Ku, Aku pun akan ingat kepadamu.
Bersyukurlah kepada-Ku dan janganlah kamu ingkar kepada-Ku”.
3. Diampuni segala dosanya
Allah ‫ ﷻ‬akan mengampuni hamba-Nya yang selalu berdzikir, sebagai
mana Allah ‫ ﷻ‬mengampuni Nabi Yunus Alaihissalam ketika di dalam
perut ikan paus.
َ ُ َ َ ْ َ ََ َ ْ َ َ ََُ َ َ َ
‫لل ِبث ِفي َبط ِنهِ ِإل ٰى َي ْو ِم ُي ْبعثون‬.‫فل ْولا أنه كان ِم َن ال ُم َس ِب ِحين‬

“Maka sekiranya dia tidak termasuk orang yang banyak berdzikir


(bertasbih) kepada Allah, niscaya dia akan tetap tinggal di perut
(ikan itu) sampai hari Berbangkit.” (QS Ash Shaffat ayat 143-144).
4. Menghidupkan Jiwa

212
Dalam sebuah hadis, Abu Musa Al Asy’ari meriwayatkan bahwa Nabi
bersabda, “Persamaan seseorang yang mengingat Tuhannya dan
seseorang yang tidak mengingatnya adalah seperti orang hidup dan
mati.” (HR Al Bukhari)
5. Mendapatkan Seribu Kebaikan
Manfaat dzikir selanjutnya adalah mendapatkan seribu kebaikan
seperti yang dijelaskan di dalam suatu hadis berikut: Dari Saad bin
Abi Wawash RA, dia berkata, “Suatu saat kami bersama Rasulullah
SAW, beliau bersabda, “Apakah seseorang di antara kamu tidak
mampu mendapatkan seribu kebaikan tiap hari?” Salah seorang di
antara yang duduk bertanya, “Bagaimana di antara kita bisa
memperoleh seribu kebaikan (dalam sehari)?” Rasul bersabda,
“Hendaklah dia membaca seratus tasbih (subhanallah), maka ditulis
seribu kebaikan baginya atau seribu kejelekannya dihapus.” (HR
Muslim)
6. Ibadah ringan tapi pahala besar
Dari ‘Abdullah bin Busr RA bahwa ada seorang lelaki berkata,
“Wahai Rasulullah, sesungguhnya syariat Islam ini telah banyak
bagiku, maka beritahulah kepadaku sesuatu yang bisa aku pegang
selalu.” Beliau menjawab, “Hendaklah lisanmu selalu basah karena
berdzikir kepada Allah.” (HR Tirmidzi).
7. Bagian dari sifat orang mukmin
Berdzikir adalah salah satu sifat dari orang mukmin. Hal ini
dijelaskan oleh Allah ‫ﷻ‬, dalam QS An-Nur ayat 36-38 yang bunyinya
sebagai berikut:
َ ٌ َ َ ْ َ ُ ُْ َ
َ
ُ ُ َُ ُ ُ ْ َ َ
َ ْ
ُ َ َ َ ْ ُ ْ َ َُّ َ َ ُُ
‫رجال لا‬.ِ ‫ال‬ ِ ‫وت أ ِذن اّٰلل أن ترفع ويذكر ِفيها اسمه يس ِبح له ِفيها ِبالغد ِو والآص‬ ٍ ‫ِفي بي‬
َ َََ ًْ َ ُ َ َ ََ َ َ َ َ َ َ َ ْ َ َ ٌ َ ُْ
ِ‫اء الزك ِاةَۙ يخافون َيوما تتقل ُب ِفيه‬
ِ ‫ام الصل ِاة و ِإيت‬ ِ ‫يه ْم ِتج َارة َولا َب ْي ٌع ع ْن ِذك ِر‬
ِ ‫اّٰلل و ِإق‬ ِ ِ ‫ت‬
‫ه‬ ‫ل‬

213
َ
َُّ َ
ُ‫اّٰلل َي ْر ُز ُق َم ْن يَ َشاء‬ ْ َ ْ ْ ُ َ َ َ ُ َ َ َ َ ْ َُّ ُ ُ َ ْ َ ُ َ ْ َ ْ َ ُ ُ ُ ْ
‫ليج ِزيهم اّٰلل أحسن ما ع ِملوا وي ِزيدهم ِمن فض ِل ِهْۗ و‬.ِ ‫القلوب والأبصار‬

‫اب‬ َ ْ َ
ٍ ‫ِبغي ِر ِحس‬

“(Cahaya itu) di rumah-rumah yang di sana telah diperintahkan


Allah untuk memuliakan dan” menyebut nama-Nya, di sana
bertasbih (menyucikan) nama-Nya pada waktu pagi dan petang.
Orang yang tidak dilalaikan perdagangan dan jual-beli dari
mengingat Allah, melaksanakan salat, dan menunaikan zakat.
Mereka takut kepada hari ketika hati dan penglihatan menjadi
guncang (hari Kiamat), (Mereka melakukan itu) agar Allah memberi
balasan kepada mereka dengan yang lebih baik daripada apa yang
telah mereka kerjakan, dan agar Dia menambah karunia-Nya
kepada mereka. Dan Allah memberi rezeki kepada siapa saja yang
Dia kehendaki tanpa batas.”
Shalat Maghrib Berjama’ah
Hendaknya santri shalat Maghrib berjama’ah dan ditutup dengan
shalat ba’diyah.
Kultum Maghrib
Ketika ada yang menyampaikan kultum, hendaknya santri
memperhatikan adab-adab berikut:
1. Mendengarkan dengan baik
2. Duduk dan merapatkan tempat duduk ketika dimajelis
3. Memandang siapa saja yang berbicara didepannya
4. Khusyu’ mendengarkan dan memperhatikan apa yang
disampaikan
5. Tidak berbicara kepada teman pada saat majelis

214
Makan Malam
Beberapa adab makan yang harus diamalkan santri:
1. Makan dan minum dari sesuatu yang halal
2. Mencuci kedua tangan
3. Berdo’a sebelum makan dan minum
4. Makan dan minum menggunakan tangan kanan
5. Tidak makan dan minum sambil berdiri
6. Tidak meniup makanan dan minuman yang masih panas
7. Tidak makan dan minum secara berlebihan
8. Menyegerakan makan ketika sudah dihidangkan
9. Tidak mencela makanan dan minuman
10. Mengambil makanan yang telah jatuh
11. Mengakhiri makan dengan doa
Membaca Surah Al-Mulk
Surah al-mulk adalah salah satu surat dalam Al-Qur’an yang
mengandung banyak keutamaan. Dari Abu Hurairah radhiyallahu
‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Satu surat dalam al-Qur’an (yang terdiri dari) tiga puluh ayat (pada
hari kiamat) akan memberi syafa’at (dengan izin Allah Ta’ala) bagi
orang yang selalu membacanya (dengan merenungkan artinya)
sehingga Allah mengampuni (dosa-dosa)nya, (yaitu surat al Mulk):
“Maha Suci Allah Yang di tangan-Nyalah segala
kerajaan/kekuasaan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu”.
Dalam riwayat lain: “…sehingga dia dikeluarkan dari neraka dan
dimasukkan ke dalam surga.”
Diantara keutamaan-keutamaan membaca surah al-mulk adalah :

215
1. Dijauhkan dari Maksiat
Seperti yang dijelaskan oleh Syaikh As Sa’di: “Mereka takut kepada
Allah dalam setiap keadaan sampai-sampai pada keadaan yang
tidak ada yang mengetahui amalan mereka kecuali Allah. Mereka
tidak melakukan maksiat dalam kesunyian. Mereka pun tidak
mengurangi ketaatan mereka ketika itu.”
Dalam Surat Al-Mulk ayat 12 Allah berfirman yang artinya:
“Sesungguhnya orang-orang yang takut kepada Tuhannya Yang
tidak nampak oleh mereka, mereka akan memperoleh ampunan dan
pahala yang besar.”
Berdasarkan kedua dalil di atas, jelas bahwa orang yang taat kepada
Allah akan tetap taat meskipun saat melakukan ibadah tidak ada
orang yang melihatnya. Orang yang beriman akan tetap taat kepada
Allah meski dalam kesunyian malam dan takut melakukan
perbuatan maksiat.
2. Disayang oleh Rasulullah SAW
Keutamaan membaca surat Al-Mulk bagi umat muslim, salah
satunya disayang oleh Rasulullah SAW. Beliau sangat menyayangi
hambanya, yang gemar bersholawat serta membaca dan
mengamalkan surat Al-Mulk. Selain itu, surat Al-Mulk mampu
membawa ketenangan hati bagi para pembaca dan penghafalnya.
Rasulullah SAW bersabda, “Saya gemari supaya surat ini
(Tabarakalladzi biyadihil mulk) terdapat di setiap hati orang
mukmin.” (HR. Al Hakim)
3. Diberikan pahala berkali lipat
Dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata bahwa Rasulullah
bersabda, “Barangsiapa membaca satu huruf dari Kitab Allah
(Alquran), maka baginya satu hasanah (kebaikan) dan satu hasanah
itu sama dengan sepuluh kali lipatnya. Aku tidak mengatakan alif

216
lam mim itu satu huruf, tetapi alif satu huruf, lam satu huruf dan
mim satu huruf.” (HR at-Tirmidzi)
Dengan rajin membaca surat Al-Mulk, Allah SWT akan
melipatgandakan pahalanya sampai 10 kali bagi siapapun yang Dia
kehendaki. Tidak hanya membaca Al-Mulk, saat kita membaca
Alquran, Allah SWT akan memberikan 1 huruf 10 ganjaran kebaikan.
4. Selamat dari siksa kubur dan siksa neraka
Membaca surat Al-Mulk sebelum tidur memiliki keutamaan yang
sangat luar biasa yaitu bisa menghindarkan diri seorang muslim dari
siksa kubur dan siksa neraka yang pedih.
Hal ini seperti hadis dari Abdullah bin Mas’ud mengatakan:
“Barangsiapa membaca surat Tabarokalladi bi yadihil mulk setiap
malam, maka Allah ‘azza wa jalla menghindarkannya dari azab
kubur, dan dahulu kami (para sahabat) di saat Rasulullah-
shallallahu alaihi wasallam- (masih hidup) menamainya “ al-
Mani’ah” (penghindar/penghalang). Sungguh surat tersebut ada
dalam Kitabullah, barangsiapa membacanya dalam suatu malam,
maka ia telah banyak berbuat kebaikan.” (HR. AN-Nasa’i)
5. Mendapatkan syafaat dan diampuni dosanya
Keutamaan membaca surat Al-Mulk yang pertama akan datangnya
pertolongan dari Allah SWT. Kelak di hari kiamat, Allah SWT akan
memberikan syafaat yang berarti pertolongan kepada hambanya
melalui Rasulullah SAW.
Dari Abu Hurairah, Rasulullah bersabda, “Bahwasanya suatu surat di
dalam Al-Qur’an mempunyai 30 ayat, yang memberikan syafaat
kepada pembacanya sehingga diampuni oleh Allah dosa orang itu,
yaitu: Tabarakallazi bi yadihil mulk, Maha Suci Allah yang di tangan-
Nyalah segala kerajaan.” (HR Abu Dawud).

217
Membaca Al-Ikhlas dan Al-Mu’awwidzatain
Keutamaan Surat Al-Ikhlas dan Al-Mu'awwidzatain:
1. Menjaga dari Suatu Keburukan
Mengutip dari buku Keutamaan Al Qur'anul 'Adzim oleh Ahmad
Abdul Jawwad, membaca surah al Muawwidzatain dapat menjaga
dari suatu keburukan. Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah:
"Bacalah 'Qul huwallaahu ahad' (Al-Ikhlaash) dan Al-
Mu'awwidzatain (An-Naas dan Al-Falaq) di sore hari dan pagi hari
sebanyak 3 kali, niscaya engkau akan terjaga dari segala sesuatu
(keburukan)." (HR. Ahmad, Tirmidzi dan Nasa'i dari 'Abdullah bin
Khubaib)
2. Sebagai Bacaan Doa Dzikir Pagi dan Petang
Hal ini disandarkan berdasarkan cerita Abdullah ibnu Khubaib yang
mengutip sabda Rasulullah SAW: "Kami keluar di suatu malam yang
sedang turun hujan dan hari sangat gelap untuk mencari Nabi
Muhammad SAW untuk mengimami sholat kami. Kami menjumpai
beliau dan beliau bersabda, 'Katakanlah!' Aku tidak mengucapkan
apapun, kemudian Beliau (Rasulullah) bersabda lagi, 'Katakanlah!'
Aku tidak mengatakan sesuatu apa pun, lalu beliau bersabda
kembali, 'Katakanlah!' Maka aku bertanya, 'Wahai Rasulullah,
apakah yang harus aku ucapkan?' Beliau Rasulullah bersabda,
'Bacalah surat Al Ikhlas dan Mu'awwidzatain ketika sore hari dan
pagi hari sebanyak tiga kali, hal itu akan mencukupimu dari segala
sesuatu." (HR Tirmidzi dan Nasa'i).
3. Sebagai Bacaan Doa untuk Kesembuhan
Mengutip Sunnah Rasulullah Sehari-hari oleh Syaikh Abdullah bin
Hamoud Furaih, dari riwayat Bukhari, 'Aisyah radhiyallahu 'anha
berkata,

218
"Apabila Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam hendak tidur,
Beliau akan meniupkan ke telapak tangannya sambil membaca 'Qul
huwallahu ahad..' (surat Al-Ikhlas) dan surat Al Falaq dan An-Nas
(surah Al Mu'awwidzatain) seluruhnya, kemudian Beliau mengusap
dengan kedua tangan Beliau itu wajahnya dan bagian jasadnya
yang dapat dijangkau oleh kedua tangan Beliau."
4. Bacaan Doa Sebelum Tidur
Diceritakan oleh Aisyah RA, bahwa Rasulullah SAW menyatukan
kedua telapak tangannya ketika berada di tempat tidur setiap
malam. Lalu keduanya ditiup dengan lembut kemudian
membacakan pada keduanya surah Al Ikhlas dan surah Al
Mu'awwidzatain Setelah itu kemudian Rasul mengusapkan kedua
telapak tangan tadi pada anggota tubuh yang mampu dijangkau
dimulai dari kepala, wajah, dan tubuh bagian depan sebanyak tiga
kali.
Hal ini bisa dipadukan juga dengan afirmasi COACH yang telah
dibahas pada bab pertama.
Shalat taubat
Beberapa manfaat shalat taubat:
1. Membantu memperkuat hubungan dengan Allah SWT
Dengan melakukan salat Taubat, seseorang dapat mempererat
hubungannya dengan Allah SWT dan memperbaiki hubungan
spiritualnya.
2. Membantu memperbaiki diri
Salat Taubat dapat membantu seseorang memperbaiki dirinya dan
meningkatkan kesadaran akan kesalahan yang telah dilakukan
sebelumnya.
3. Membantu memohon ampunan dan pengampunan dosa

219
Dalam salat Taubat, seseorang membaca doa taubat dan memohon
ampunan atas dosa-dosanya. Dengan demikian, salat Taubat dapat
membantu seseorang untuk mendapatkan pengampunan dari Allah
SWT.
4. Mendapatkan rasa tenang dan damai
Dengan melakukan salat Taubat, seseorang dapat merasa tenang
dan damai karena telah memohon ampunan dari Allah SWT dan
merasa lega karena telah memperbaiki diri.
5. Mendapatkan pahala
Salat Taubat merupakan shalat sunnah, sehingga seseorang yang
melakukannya akan mendapatkan pahala dari Allah SWT.
6. Menjaga diri dari melakukan dosa yang sama di masa depan
Dengan melakukan salat Taubat dan merenungkan kesalahan yang
telah dilakukan, seseorang dapat belajar dari kesalahannya dan
berusaha untuk tidak mengulangi dosa yang sama di masa depan.
Dalam hadis, Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya Allah
senang menerima taubat hamba-Nya selama hamba itu tidak mati
ketika sedang dalam keadaan kafir." Oleh karena itu, sangat penting
bagi kita untuk selalu berusaha memperbaiki diri dan melakukan
salat Taubat sebagai bentuk taubat dan penyesalan atas dosa-dosa
yang telah dilakukan.
Bersiwak dan berwudhu
Bersiwak hukumnya sunnah dilakukan pada setiap waktu
berdasarkan keumuman dalam hadits ‘Aisyah, bahwasanya Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda,
‫ب‬ َ ‫ط َه َرة ٌ ل ِْلف َِم َم ْر‬
َّ ‫ضاة ٌ ل‬
ِ ‫ِلر‬ ْ ‫الس َِواكَ َم‬
“Siwak membuat bersih mulut dan mendatangkan ridho Allah” (H.R
Ahmad, shahih)

220
Bersiwak merupakan sunnah para rasul-rasul terdahulu. Yang
pertama kali bersiwak adalah Nabi Ismail ‘alaihi sallam. Terdapat
lebih dari hadits yang menjelaskan tentang siwak dan motivasi
untuk melakukannya. Ini menunjukkan bahwa siwak adalah sunnah
yang sangat ditekankan untuk diamalkan. (Al Mulakhos al Fiqhy)
Imam Nawawi rahimahullah berkata, “Siwak hukumnya sunnah dan
tidak wajib dalam keadaaan apapun, baik ketika hendak sahlat
maupun dalam kondisi lain” (Syarah Shahih Muslim)
Wudhu sebelum tidur termasuk amalan sunnah yang bisa dikerjakan
umat Islam. Menurut sebuah hadits, malaikat akan mendoakan
orang yang tidur dalam keadaan suci.
Hal tersebut dijelaskan dalam Kitab Fiqih Sunnah karya Sayyid Sabiq
melalui hadits yang berasal dari al-Barra' bin 'Azib RA. Ia berkata,
Rasulullah SAW bersabda,
‫ اللَّ ُهم‬:‫ش َّلكَ األ َ ْي َم ِن ث ُ َّم قُل‬
َ ‫علَى‬ َ ‫ط ِج ْع‬ َ ‫ض‬ َّ ‫ضأ َ ُوضُو َءكَ لِل‬
ْ ‫ص َال ِة ث ُ َّم ا‬ ْ ‫إذا أَنتَ َم‬
َّ ‫ض َج َعكَ فَ َو‬
ً ‫ظ ْه ِري إِلَيْكَ َر ْغبَةً َو َر ْهبَةً إِلَيْكَ َال ملحا‬ َ ُ‫أ َ ْسلَ ْمتُ َو ْج ِهي إِلَيْكَ َوفَ َّوضْتُ أ َ ْم ِري إِلَيْكَ َوال َحات‬
َ‫س ْلت‬
َ ‫وال منجا منك إال إلَيْكَ اللهم انت بكتابك الَّذِي أَنزَ ْلتَ َو َب ِيكَ الَّذِي أ َ ْر‬
"Jika kamu hendak tidur, hendaknya kamu berwudhu sebagaimana
kamu berwudhu ketika hendak mengerjakan salat. Kemudian,
berbaringlah ke arah sebelah kanan dan bacalah doa berikut: "Ya
Allah, aku serahkan diriku kepada-Mu, aku hadapkan wajahku
kepada-Mu, aku serahkan segala urusanku kepada-Mu, aku
sandarkan punggungku kepada-Mu dengan rasa senang dan takut
kepada-Mu. Tidak ada tempat perlindungan dan keselamatan
melainkan hanya berharap kepada-Mu. Ya Allah aku beriman
kepada kitab-Mu yang telah Engkau turunkan, dan kepada nabi-Mu
yang telah Engkau utus."
Sayyid Sabiq menjelaskan, jika seseorang ditakdirkan mati pada
malam itu, maka ia dalam keadaan bersih (dari dosa). Sayyid Sabiq

221
menganjurkan untuk menjadikan doa tersebut sebagai akhir bacaan
menjelang tidur.
Kemudian, dalam hadits lain, dari Ibnu Umar RA, Rasulullah SAW
bersabda,
َ‫ فَإِنَّهُ بَات‬،‫ظ ِإ َّال قَا َل اللَّ ُه َّم ا ْغف ِْر ِلعَ ْبدِكَ فَ َال ٍن‬
ُ ‫ فَلَ ْم يَ ْست َ ْي ِق‬، ٌ‫ار ِه َملَك‬ َ ‫َم ْن بَات‬
ِ َ‫ بَاتَ فِي ِشع‬،‫طاه ًِرا‬
َ
‫طاه ًِرا‬
"Barang siapa tidur di malam hari dalam keadaan suci (berwudhu)
maka malaikat akan tetap mengikuti, kemudian pada saat ia
bangun niscaya malaikat itu akan berucap: 'Ya Allah ampunilah
hamba-Mu si fulan, karena ia tidur di malam hari dalam keadaan
selalu suci.'" (HR Ibnu Hibban)
Rizem Aizid dalam buku Mukjizat 13 Sunnah Harian Nabi turut
menjelaskan mengenai manfaat menjaga wudhu sebelum tidur.
Pertama, ketika sebelum tidur berwudhu terlebih dahulu maka
dapat merilekskan otot-otot sebelum beristirahat. Meskipun tidak
terlalu banyak penjelasan mengenai hal ini, namun dalam ilmu
kedokteran bahwa percikan air yang dikarenakan wudhu itu
merupakan suatu metode atau cara mengendurkan otot-otot yang
kaku karena lelahnya dalam beraktivitas.
Kedua, wudhu dapat mencerahkan kulit wajah. Wudhu dapat
mencerahkan kulit wajah karena dengan berwudhu berarti
menghilangkan noda dan kotoran yang menempel pada kulit wajah.
Rasulullah SAW pernah bersabda,"Sesungguhnya, umatku akan
dipanggil pada hari kiamat nanti dalam keadaan dahi, kedua
tangan dan kaki mereka bercahaya karena bekas wudhu." (HR
Bukhari dan Muslim)
Ketiga, akan didoakan malaikat yang akan senantiasa memberikan
doa perlindungan kepada umat muslim. Hal ini sebagaimana sabda
Rasulullah SAW, yang disebutkan dalam shahihain dari sahabat al-
Bara'bin Azib RA, "Apabila kamu hendak mendatangi pembaringan

222
(tidur). Maka hendaklah berwudhu terlebih dahulu sebagaimana
wudhu mu untuk melakukan salat." (HR Bukhari dan Muslim)
Tidur
Beberapa adab menjelang tidur yang harus diamalkan santri:
1. Tidur dalam keadaan wudhu.
Umat muslim disarankan untuk wudhu dulu setiap kali hendak tidur.
Dari Al Baro bin Azib, Rasulullah SAW bersabda, “jika engkau
mendatangi tempat tidurmu maka wudhulah seperti wudhu untuk
sholat, lalu berbaringlah pada sisi kanan badanmu.” (HR. Bukhari
dan Muslim).
2. Berbaring pada sisi kanan.
Tidur dalam posisi ini dikatakan sebagai posisi terbaik dan
menjauhkan diri dari segala godaan setan selama tidur.
3. Membaca surah al ikhlas dan muawwidzatain
meniup telapak tangan sambil membaca surah Al-Ikhlas, Al-Falaq
dan surat An-Naas masing-masing sekali. Setelah itu usapkan kedua
telapak tangan ke wajah
4. Membaca ayat kursi.
Melantunkan ayat suci bertujuan agar kita terhindar dari bujuk rayu
setan. Dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda, “jika engkau
hendak berbaring di atas tempat tidurmu bacalah ayat Al-Kursi
karena dengannya engkau selalu dijaga oleh Allah Ta’ala dan setan
tidak akan bisa mendekatimu sampai pagi. Benar yang dikatakannya
padahal dia itu pendusta. Dia itu setan.” (HR. Bukhari).
5. Membaca doa sebelum tidur.
Doa tersebut adalah sebagai berikut, “Bismika allahumma amuutu
wa ahya (Dengan nama-Mu, Ya Allah aku mati dan aku hidup).”

223
6. Tidur di awal malam.
Pastikan untuk mendirikan sholat isya’ terlebih dahulu sebelum
tidur dan hindari begadang apalagi untuk hal-hal yang tidak
bermanfaat.

224
BAB 3 MANAJEMEN ASRAMA
a. Pentingnya Manajemen Asrama
Inti dari manajemen adalah keteraturan untuk mencapai sebuah
tujuan bersama yang disebut dengan visi. Umumnya manajemen
digambarkan dengan istilah POACE yaitu Planing (perencanaan),
organizing (pengaturan), Actuating (Tindakan), Controlling
(pengawasan) dan Evaluating (evaluasi).
Maka manajemen asrama adalah seperangkat aturan yang
direncanakan, diatur, dilaksanakan, diawasi, dan dievaluasi demi
terwujudnya tujuan bersama yaitu Asrama Surgawi.
Manajemen ini sangat penting sekali, perhatikanlah firman Allah
berikut:
Dalam surah al-Shaff ayat 4 dikemukakan:
ٌ ُ ٌ ْ ُ ََّ َ ًّ َ َ ُ َ َ َّ ُ َ َّ َّ
‫ي ُّب ال ِذين ُيق ِاتلون ِفي َس ِبي ِل ِه صفا كأنه ْم ُبن َيان َم ْرصوص‬ ِ‫ِإن اّٰلل ح‬

“Sesungguhnya Allah menyukai orang yang berperang dijalan-Nya


dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu
bangunan yang tersusun kokoh.”
Bisakah suatu bangunan itu kokoh jika batu pondasi diletakkan di
atap, atap dijadikan tiang, pintu diletakkan dilantai? Tentu tidak.
Maka keteraturan itu menjadi pokok terwujudnya ‘bangunan kokoh’
yang dicintai Allah tersebut.
Renungkanlah kalimat yang terinspirasi dari Sayyidina Ali kw berikut:
َ ِ‫اَ ْل َح ُّق بِالَ ن‬
َ ِ‫ظ ٍام يَ ْغ ِلبُهُ اْلبَاطِ ُل بِالن‬
‫ظ ِام‬
“Kebenaran yang tidak diorganisir dapat dikalahkan oleh kebatilan
yang diorganisir.”

225
Manajemen asrama mutlak adanya jika menginginkan asrama
surgawi yang menggembirakan.
b. Kepemimpinan Asrama
Kepemimpinan dalam asrama adalah hal yang fundamental dalam
manajemen asrama, tanpa adanya kepemimpinan rasanya sulit
menerapkan manajemen asrama. Renungkanlah hadits Nabi SAW
berikut:
‫سف ٍَر فَ ْلي َُؤ ِم ُروا‬
َ ‫ إِذَا َكانَ ثَالَثَةٌ فِى‬:َ‫ قَال‬-‫سلَّ َم‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ ُ َّ ‫صلَّى‬
َ ‫َّللا‬ ُ ‫ع ْن أَبِى ه َُري َْرةَ أَ َّن َر‬
ِ َّ ‫سو َل‬
َ - ‫َّللا‬ َ
)‫(أبو داود‬.‫أَ َح َدهُ ْم‬
“Dari Abi Huroiroh, sesungguhnya Rosululloh SAW bersabda : ketika
ada tiga orang dalam bepergian maka hendaklah mereka
menjadikan salah satu mereka (sebagai) amir/pemimpin.”
Jika tiga orang saja diperintah untuk memilih pemimpin, maka
bagaimana dengan asrama yang umumnya lebih dari tiga orang.
Maka hal pertama yang harus dilakukan dalam manajemen asrama
adalah menyepakati kepemimpinan.
Kepemimpinan memiliki banyak sekali jenis dan level sesuai dengan
kondisinya, untuk kepemimpinan asrama secara sederhana
setidaknya dibutuhkan seorang ketua, juru tulis (sekretaris), dan
juru keuangan (bendahara). Berikut contoh jobdesc-nya:

Ketua Sekretaris Bendahara

1. Merencanakan program 1. Mencatat dan 1. Mengatur keuangan


asrama mendokumentasikan asrama seperti iuran,
program asrama infaq atau lainnya.
2. Mengarahkan anggota
untuk menjalankan 2. Mencatat dan 2. Mencatat setiap
program mendokumentasikan hasil pengeluaran dan
rapat asrama pemasukan asrama.
3. Mengawasi jalannya
program asrama 3. Mencatat dan 3. Menyusun laporan
mendokumentasikan keuangan asrama setiap
4. Mengevaluasi program
momen-momen penting

226
asrama asrama. 6 bulan sekali.
5. berkoordinasi dengan 4. Mewakili ketua dalam
ketua asrama lain bila pertemuan jika ketua
dibutuhkan berhalangan.
6. Berkoordinasi dengan 5. Menyusun rekap administrasi
atasan bila dibutuhkan. asrama 6 bulan sekali.
7. Menyusun laporan 6. Membantu ketua Menyusun
pertanggungjawaban laporan pertanggungjawaban
asrama 6 bulan sekali. asrama 6 bulan sekali.

Mekanisme Pemilihan Kepemimpinan


Dalam menentukan kepemimpinan asrama, Naqib berperan sebagai
pengarah sekaligus mengadakan musyawarah asrama. Ada pun
tahapan-tahapannya kurang lebih seperti berikut:
1. Naqib mengumumkan kepada seluruh anggota asrama bahwa
akan diadakan pemilihan kepemimpinan asrama
2. Naqib memberitahukan bahwa akan ada ketua, sekretaris dan
bendahara yang dipilih.
3. Naqib mengarahkan anggota asrama yang ingin
mengembangkan diri untuk mengajukan diri atau mengajukan
orang lain jika dipandang ada yang lebih layak.
4. Proses pengajuannya menggunakan kertas dan sifatnya rahasia.
5. Naqib menganalisa aspirasi enggota asrama melalui kertas
pengajuan.
6. Naqib menganalisa kepantasan anggota yang mendapat suara
terbanyak dengan melihat catatan keseharian atau menanyakan
teman dekatnya. Jika dirasa pantas, maka ditetapkan sebagai
kandidat pemimpin kamar.
7. Selanjutnya Naqib melakukan wawancara kandidat untuk
menggali minat, kemampuan dan motivasi internal kandidat.

227
8. Naqib merumuskan hasil wawancara lalu menawarkannya
kepada musyawarah asrama. Jika disepakati, maka sahlah
kepemimpinan asrama. Jika tidak, maka dilakukan proses lobi.
9. Setelah selesai semua asrama menagadakan pemilihan
kepemimpinan, maka pengurus pondok menyelenggarakan
acara pelantikan kepemimpinan asrama secara serentak.
10. Selesai dan dilanjutkan dengan Menyusun program asrama.
Planning: Penyusunan Program Asrama
Penyusunan program asrama harus dilandaskan pada visi dan misi
yang jelas. Sehingga program asrama relevan dengan tujuan yang
disepakati.

VISI
MISI
CITA-CITA JANGKA
PANJANG, TUJUAN PROGRAM KERJA
FOKUS DAN
UTAMA YANG SPESIFIKASI TUJUAN CARA MENCAPAI
MENGINSPIRASI.
TUJUAN

1. Visi adalah gambaran atau cita-cita jangka panjang tentang masa


depan yang diinginkan oleh organisasi asrama. Visi
mencerminkan tujuan utama dan arah yang ingin dicapai. Visi
memberikan inspirasi, membimbing keputusan, dan memberi
fokus pada upaya organisasi. Visi harus mencakup aspirasi yang
tinggi dan bersifat menginspirasi.
Cara Menyusun Visi:

228
a. Pertimbangkan tujuan jangka panjang asrama
b. Bayangkan masa depan ideal yang ingin dicapai.
c. Sederhanakan visi dalam kalimat atau ungkapan yang kuat dan
menginspirasi.
2. Misi adalah pernyataan yang menjelaskan tujuan inti dan fungsi
organisasi asrama. Misi menjawab pertanyaan: "Apa yang kita
lakukan?" Misi memberi gambaran konkret tentang tugas dan
tanggung jawab organisasi asrama dalam mencapai visi. Misi
mengarahkan kegiatan sehari-hari organisasi dan menentukan
fokus operasional.
Cara Menyusun Misi:
a. Identifikasi tujuan inti organisasi asrama.
b. Tentukan nilai-nilai utama yang akan membimbing tindakan
dan keputusan.
c. Sederhanakan misi dalam pernyataan yang jelas, ringkas, dan
mudah dimengerti.
3. Program kerja adalah rencana aksi konkret yang merinci langkah-
langkah yang akan diambil untuk mencapai misi. Program kerja
mencakup kegiatan, proyek, inisiatif, dan strategi yang akan
dijalankan oleh organisasi asrama untuk mencapai tujuan dan
memenuhi misi. Program kerja dapat mencakup jadwal,
anggaran, sumber daya yang diperlukan, serta metode evaluasi
dan pemantauan.
Cara Menyusun Program Kerja:
a. Identifikasi tujuan yang lebih spesifik yang mendukung misi.
b. Rencanakan langkah-langkah konkret untuk mencapai tujuan
tersebut.

229
c. Tentukan sumber daya yang diperlukan, termasuk waktu,
anggaran, dan personel.
d. Susun jadwal atau rencana waktu yang menguraikan langkah-
langkah yang akan diambil.
e. Tetapkan indikator kinerja dan metode evaluasi untuk
memantau kemajuan.
Penting untuk mencatat bahwa visi, misi, dan program kerja
haruslah saling terkait dan sejalan. Visi memberi arah umum, misi
memberikan fokus spesifik, dan program kerja merinci cara
mencapainya. Selain itu, proses penyusunan harus melibatkan
stakeholder terkait untuk memastikan bahwa semua aspek
organisasi atau proyek dipertimbangkan dengan baik.
Contoh Visi, Misi dan Program Kerja Asrama

Visi Misi (Rincian Visi) Proker (Cara Mencapai Misi)

Menjadi Mewujudkan Senyum 20 Detik Tanpa Alasan


Asrama Asrama Yang
Surgawi Penuh Senyuman Bertemu 3S (Senyum Salam Sapa)

Mewujudkan Istigfar harian


Asrama Yang
Penuh Nilai Infaq Subuh
Ketaqwaan
Daurah Anti Marah

MMM (Malam-malam Memaafkan)

Air Tuba Dibalas Air Susu

Mewujudkan Membuat jadwal piket kebersihan

230
Asrama Yang harian dan pekanan
Bersih dan Rapi
Gerakan Lipat Kasur Setelah Tidur

Gerakan Asrama Wangi

Membuat Mading Asrama yang Indah

Mewujudkan Menguatkan penerapan adab-adab


Asrama Yang berbicara dan larangannya.
Penuh perkataan
Baik Program coaching untuk yang berkata
kotor

Cerita Hikmah

Mewujudkan Membuat Daftar Larangan


Asrama Yang
Disiplin Membuat Jadwal Harian

Membuat Jadwal Pakaian

Program Coaching bagi yang melanggar

Organizing
Jika penyusunan program kerja asrama sudah selesai maka sudah
terlaksanalah perangkat manajemen yang pertama yaitu planning
(perencanaan), berikutnya adalah organizing (pengaturan).
Di tahap ini, program kerja diatur sedemikian rupa agar dapat
dilaksanakan dengan baik. Misalnya, program kerja
“Menyelenggarakan program rutin pembersihan dan perawatan
fasilitas asrama/kamar.” Agar dapat terlaksana maka harus ada
jadwal piket kebersihan. Maka ketua asrama harus mengatur siapa
saja anggota yang akan piket di hari tertentu, area mana saja

231
piketnya, jam berapa piketnya dan sejenisnya. Ini semua adalah
proses organizing.
Actuating
Setelah perencanaan dan pengaturan dilaksanakan, berikutnya
adalah pelaksanaan. Ketua asrama mengupayakan agar program
tersebut terlaksana sesuai perencanaan yang telah dibuat.
Sebelum proses pelaksanaan ini, ketua asrama harus melakukan
briefing yang jelas dan detail agar anggota bisa melaksanakan
program dengan baik.
Dengan briefing yang baik maka anggota akan melaksanakan
program tanpa menunggu diperintah setiap hari, tujuannya adalah
membentuk kebiasaan dengan kesadaran diri.
Controlling
Selama waktu pelaksanaan program, ketua asrama harus melakukan
pengawasan untuk memastikan pelaksanaannya sesuai dengan
briefing.
Evaluating
Setelah program dilaksanakan maka Langkah akhir adalah dengan
melakukan evaluasi. Jika pelaksanaan sesuai briefing maka ketua
asrama bisa memberikan apresiasi yang efektif kepada anggota, tapi
jika sebaliknya maka harus dicari solusinya.
Solusi tidak harus dari ketua asrama, solusi terbaik adalah jika
muncul dari anggota itu sendiri, sehingga anggota akan merasa lebih
bertanggungjawab untuk melaksanakannya. Ini bisa dilakukan
dengan proses coaching yang akan dibahas di modul advance,
insyaAllah.
Selain itu, bagian dari evaluating adalah evaluasi dalam bentuk
catatan atau dokumentasi yang biasa dikenal dengan form evaluasi

232
harian, atau form mutaba’ah harian, atau jurnal harian. Ini sangat
penting diadakan untuk melakukan dokumentasi perkembangan
anggota dalam pekan, bulan, atau periode tertentu.

233
234
235
PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim. Kitab keempat ini merupakan salah satu
dari pemahaman yang tertadabburi dari potongan surat at-Taubah
ayat 128 yang keempat:
ٌ َ ْ ْ ُ ََ ٌ َ ُّ َ ََ َ ُ َُْ ٌ ُ َ ْ ََ
‫لقد جا َۤءك ْم َر ُس ْول ِم ْن انف ِسك ْم ع ِزْي ٌز عل ْيهِ َما ع ِنت ْم ح ِر ْيص عل ْيك ْم ِبال ُمؤمِ ِن ْين َر ُء ْوف َّر ِح ْي ٌم‬

“Sungguh, benar-benar telah datang kepadamu seorang rasul dari


kaummu sendiri. Berat terasa olehnya penderitaan yang kamu
alami, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu,
dan (bersikap) penyantun dan penyayang terhadap orang-orang
mukmin.” (At-Taubah/9:128)
Seorang Naqib harus bisa meneladani kasih sayang Nabi SAW dalam
mengasuh santrinya, karena tugas seorang naqib hakikatnya adalah
sebagai pelanjut tugas kenabian dan kerasulan dalam mengasuh
ummat ini.
Sebagian orang salah memahami maksud dari “Tanpa Hukuman”,
oleh sebab itu bab pertama dalam kitab keempat ini akan
menerangkan prinsip-prinsipnya sehingga tidak lagi disalahpahami.
Dalam kitab keempat ini ada lima bab, yaitu:

Bab Tujuan

Prinsip Pesantren Tanpa Hukuman Agar naqib mengetahui secara


mendasar maksud dari tanpa
hukuman dan tidak keliru dalam
menerapkannya.

Strategi Pemerograman Nilai-nilai Agar naqib bisa memanfaatkan


dan Kebiasaan setiap potensi untuk menanamkan
kesadaran tanpa paksaan pada jiwa
santri.

236
Menembus Bawah Sadar dengan Agar naqib bisa menyentuk bagian
Komunikasi Efektif paling mendalam dari jiwa santri
sehingga setiap ucapan memiliki
dampak yang signifikan.

Enam Pola Komunikasi Efektif Agar naqib memahami dan bisa


Dalam Al-Qur’an mempraktekkan pola-pola
komunikasi efektif ala Al-Qur’an
dalam mendidik dan mengasuh
santri.

Membimbing Santri Menasihati Agar naqib bisa membantu santri


Dirinya Sendiri dalam menemukan solusi atas
setiap problem yang dihadapi.

Setelah semua bab ini, di bagian akhir akan ada epilog sebagai
penyempurna semua materi dari awal-akhir. Bismillah!

237
BAB 1 PRINSIP PESANTREN TANPA
HUKUMAN
Sebagian orang mengernyitkan dahi atau memandang dengan
sebelah mata konsep pesantren tanpa hukuman, itu terjadi hanya
karena mereka belum memahami maksud yang sebenarnya. Berikut
kami jelaskan tujuh prinsip pesantren tanpa hukuman, dengan
memahaminya insyaAllah Anda akan setuju untuk menerapkannya.
a. Bertanggungjawab Bukan Menyakiti
Pesantren tanpa hukuman bukan berarti membiarkan santri
melanggar tanpa adanya konskuensi. Jika yang terjadi seperti ini,
justru yang terjadi adalah kekacauan.
Pesantren tanpa hukuman adalah mengganti pandangan negatif
yang selama ini dilekatkan pada hukuman yaitu siksaan,
mempermalukan, dan sejenisnya.
Pesantren tanpa hukuman adalah meluruskan pandangan tentang
hukuman bahwa hukuman bukan siksaan tapi pertanggungjawaban.
Santri dibiasakan untuk bertanggungjawab dengan perbuatannya
jika melanggar kesepakatan.
Persis dengan firman Allah SWT:
ً َ َ َ َْ ْ ْ ً َ َ َ َْ ْ ْ َ
‫ف َمن َيع َمل ِمثقال ذَّرةٍ خ ْيرا َي َر ُه َو َمن َيع َمل ِمثقال ذَّرةٍ شرا َي َر ُه‬

“Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun,


niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang
mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya dia akan
melihat (balasan)nya pula” (QS. Al Zalzalah :7-8)
Akan tetapi, sebelum balasan itu diberikan, Allah swt memberikan
kesempatan untuk bertaubat sehingga tidak mendapatkan
hukuman. Itulah maksud firman Allah:

238
َ َْ َ ُ ُ َ َ ُ‫ََ َ َ ه‬
‫اّٰلل ُمع ِذبه ْم َوه ْم ي ْستغ ِف ُر ْون‬ ‫وما كان‬

“Dan tidaklah (pula) Allah akan menghukum mereka, sedang


mereka (masih) memohon ampunan.”
Jadi sebenarnya yang Allah inginkan adalah kesadaran hamba-Nya
sehingga ia memberikan sekian banyak peluang untuk menyadari
kesalahannya hingga ia dibebaskan dari siksaan.
Dan bagi mereka yang sudah bertaubat atas dosa-dosanya,
dianjurkan ia untuk menghapus jejak masa lalunya dengan
kebaikan-kebaikan. Itulah maksud dari firman Allah:
َ ٰ َ ْ َ َٰ
َ ‫لذاكر‬ َ َ َْ ُْ َ َ َْ َ
‫ين‬ ِِ ‫اتْۚ ذ ِلك ِذكرى ِل‬
ِ ‫ات يذ ِهبن الس ِيئ‬
ِ ‫ِإن الحسن‬

“Sesungguhnya perbuatan-perbuatan baik itu menghapus berbagai


kesalahan. Itulah peringatan bagi orang-orang yang selalu
mengingat (Allah).” (QS. Hud: 114).
Maka pondok tanpa hukuman adalah pondok yang jika ada
santrinya melakukan pelanggaran maka diajarkan untuk menyadari
kesalahannya dengan lembut, serta diajarkan bertanggungjawab
dengan melakukan kebaikan-kebaikan yang bermanfaat untuk
dirinya atau pun untuk orang lain.
b. Fokus pada tujuan
Jika ditanya kenapa seorang itu menghukum santrinya? Umumnya
jawabannya adalah agar dia sadar, agar dia jera, agar dia berubah
lebih baik.
Izinkanlah Saya bertanya, jika seorang santri misalnya melakukan
pelanggaran berupa telat masuk kelas, lalu dihukum dengan
pukulan di depan santri lainnya, atau berdiri di depan kelas
sepanjang Pelajaran dan dilihat oleh santri lainnya, atau disuruh
keliling pondok sambil membawa poster “aku si tukang telat”, atau

239
dibentak-bentak di depan santri lainnya, saya ingin Anda
membayangkan jika Anda adalah santri tersebut, apa yang Anda
rasakan? Apakah Anda akan semakin bersemangat untuk menjadi
lebih baik atau Anda semakin tidak menyukai Pelajaran atau guru
Pelajaran tersebut?
Sekali lagi, bayangkanlah dan rasakanlah nafas jiwa generasi zaman
ini yang sedang dididik di pesantren-pesantren.
Saya keluar sedikit dari pembahasan, Saya ingin bertanya,
pernahkah Anda melihat manusia teladan kita Nabi Muhammad
SAW menghukum sahabatnya seperti itu? Beliau patokan kita kan?
Hadits beliau SAW yang kita ajarkan di pesantren, kan? Hukum
syariat yang beliau bawa yang kita ajarkan di pesantren, kan? Lalu
kenapa seakan kita lupa kepada beliau SAW saat ada santri yang
tergelincir melakukan pelanggaran? Apa yang akan kita jawab jika
suatu saat nanti Rasulullah SAW bertanya pada kita, “Aku telah
disakiti dengan ragam jenis oleh ummatku, dan aku tidak menyiksa
mereka dan mempermalukan mereka. Bagaimana denganmu yang
katanya melanjutkan risalahku, apakah engkau melakukan hal yang
sama denganku?” Renungkanlah!
Hendaknya kita fokus pada tujuan, apa tujuan kita? Persis dengan
jawaban di atas, agar santri semakin sadar, semakin baik, dan
semakin semangat belajar.
Maka jangan sekali-kali menghukum dengan amarah dan kebencian,
karena itu akan membuat kita lupa dengan tujuan utama kita.
Sehingga kita akan memberikan hukuman bukan karena agar santri
berubah lebih baik, tapi karena ego untuk ditaati, dihormati,
didengar, atau ego merasa berjasa.
Jika kita fokus pada tujuan, maka kita akan menemukan banyak
alternatif lain selain membentak, mempermalukan, memukul,
menyakiti, jika ada santri yang melanggar kesepakatan.

240
Bagaimana agar bisa tetap fokus pada tujuan dan tidak tersulut
emosi pada saat melihat kondisi santri tidak sesuai yang diinginkan?
Ini telah dibahas di modul pertama bab ketiga. Selalulah
mengulanginya dan mempraktekkannya setiap saat.
Sebelum kita mengakhiri pembahasan ini, mari kita simak kembali
kisah sahabat Rasulullah SAW Sayyiduna Anas bin Malik RA:
Bertahun-tahun melayani Nabi Muhammad, ujar Anas bin Malik,
belum pernah ia mendapati kata-kata kasar keluar dari mulut Sang
Nabi itu. Bahkan, muka yang masam tak pernah ditunjukkan
kepadanya, apalagi memukul. Nabi Muhammad memperlakukan
khadimnya, Anas, dengan lemah lembut.
Sayyidah Aisyah menjadi saksi. Menurut dia, Rasulullah SAW tak
pernah memukul dengan tangannya sama sekali, kecuali ketika
berjihad di jalan Allah. "Beliau pun tak pernah memukul pembantu
dan perempuan," ujarnya dalam hadis yang diriwayatkan Muslim.
Kisah manis khadim Nabi Muhammad SAW pun berlanjut. Anas
menuturkan, ketika ia tak sepenuhnya mampu mengerjakan apa
yang diminta, junjungannya itu mau memakluminya. Pernah
saudaranya memarahi Anas dan diketahui Nabi Muhammad SAW.
Lalu, Nabi Muhammad akan segera membela Anas.
"Biarkan dia. Seandainya mampu, dia tentu akan mengerjakannya,"
ujar suami Sayyidah Khadijah ini seperti diuraikan dalam buku
Manajemen Cinta Sang Nabi karya Sopian Muhammad.
Suatu hari, ungkap Anas, ia diminta untuk menyelesaikan sebuah
urusan. Namun, ia melakukan kekhilafan. Anas malah bermain-main
di pasar bersama sejumlah anak. Tiba-tiba, Nabi yang mulia itu
muncul dan memegang bajunya dari belakang. Anas melihat wajah
Nabi Muhammad. Bukan amarah yang terlihat, melainkan senyum
yang menghias bibirnya.

241
Dengan lembut, Nabi Muhammad SAW berkata, "Anas pergilah ke
tempat yang aku perintahkan." Uqbah bin Amir Juhani, khadim
lainnya, juga merasakan kelemahlembutan putra Abdullah tersebut.
Meski hanya berstatus sebagai khadim rumah tangga, Rasul tak
menginginkan Uqbah menderita.
Menurut Uqbah, dalam sebuah perjalanan, Rasul meminta dirinya
untuk bergantian menunggangi keledai yang dijadikan kendaraan.
Sebab, ia tak ingin Uqbah kelelahan berjalan kaki. Sopian
Muhammad mengatakan, Rasul bukan sekadar seorang tuan bagi
khadimnya.
Beliau, ujar dia, adalah sosok teladan yang ditiru oleh khadim yang
ikut dengannya. Abu Hurairah mengatakan, tak seorang pun
shalatnya mirip Rasulullah, kecuali putra Ummu Sulaim, yaitu Anas
bin Malik.
Tsaubah, salah seorang khadimah Rasul, sangat jatuh cinta
kepadanya. Ia mengadu kepada Rasul bahwa ia merasa hampa jika
tak bersamanya. Ia khawatir jika di akhirat kelak tak bertemu. Tak
lama setelah penuturan Tsaubah, turun wahyu Allah yang
menyatakan bahwa siapa saja yang menaati Allah dan Rasul-Nya,
mereka akan bersama orang-orang yang diberi nikmat Allah. Yaitu
para nabi, shidiqqin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang
yang saleh.
Lihatlah, apa yang dilakukan Nabi Muhammad SAW Ketika
‘santri’nya Anas bin Malik ‘melanggar’. Ia tersenyum seraya berkata,
"Anas pergilah ke tempat yang aku perintahkan." Nabi fokus kepada
tujuan yaitu Anas bisa melaksanakan tugas. Andai saat itu Nabi
membentaknya, memarahinya di depan teman-temannya, bisa jadi
tujuan itu tidak terlaksana.
Alangkah mulia akhlakmu wahai Rasulullah!

242
c. Mengganti paksaan menjadi kesadaran
Umumnya, setiap hal yang dipaksa tidak membahagiakan. Maka
Ketika hukuman hanya bersumber dari sebelah pihak, maka kesan
keterpaksaannya sangat kuat Ketika santri menjalankannya. Tapi
hendaknya Ketika ada santri yang melanggar diajak musyawarah,
tentang pertanggungjawaban apa yang akan ia lakukan atas
pelanggarannya.
Renungkanlah firman Allah berikut:
ُ ْ َ َ َ ۟ ُّ َ َ ْ َ ْ َ َ ًّ َ َ ُ َ َ َ َّ َ ْ َ َ
‫ِم ْن ح ْو ِلكۖ فٱعف‬ ‫ّٰلل ِلنت ل ُه ْمۖ َول ْو كنت فظا غ ِليظ ٱلقل ِب لٱنفضوا‬ ِ ‫ف ِبما َرحم ٍة ِم َن ٱ‬
ُ َ َّ َّ َّ َ َ ْ َّ َ َ َ َ َ َ َ ْ ُ َ َ ْ َُ ْ َْ ْ َ ْ ُ ْ َ
‫ي ُّب‬ ِ‫ّٰللْۚ ِإن ٱّٰلل ح‬
ِ ‫ٱ‬ ‫او ْره ْم ِفى ٱلأ ْم ِرۖ ف ِإذا ع َز ْمت فت َوكل على‬
ِ ‫عنهم وٱستغ ِفر لهم وش‬
َ َ ْ
‫ٱل ُمت َو ِك ِلين‬

“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah


lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi
berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu.
Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka,
dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu.
Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka
bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-
orang yang bertawakkal kepada-Nya.” (Surat Ali ‘Imran Ayat 159)
Ayat ini turun sebagai petunjuk untuk Nabi Muhammad saw tentang
bagaimana bersikap kepada ‘santrinya’ yang melanggar pada perang
Uhud. Bacalah berulang-ulang ayat ini, renungilah dengan membaca
tafsir para ulama, sungguh sangat jelas kaidah yang ada padanya
untuk kita tiru di zaman ini.

243
d. Kesepakatan yang jelas
Allah tidak menghukum sebelum diutusnya seorang Rasul. Karena
para Rasul-lah yang menerangkan apa larangan dan perintah Allah
SWT, serta apa konskuensinya.
Maka tidak ada hukuman tanpa ada kesepakatan yang jelas. Maka
membuat aturan yang jelas dan detail adalah salah satu kunci
penting.
Pengurus Asrama harus menyepakati dengan santri apa saja yang
menjadi larangan yang jika dilakukan maka harus
dipertanggungjawabkan dan siap menerima konskuensinya dengan
rela.
Sebaik apa pun aturan, kesepakatan akan larangan jika tidak
tersampaikan dengan baik maka tidak akan optimal untuk
meningkatkan kualitas santri.
Maka briefing atau sosialisasi secara detail aturan asrama sangatlah
penting. Naqib harus memastikan semua anggota asrama
memahami aturan dan cara melakukan setiap aturan.
Contohnya, aturan tentang tilawah setelah sholat tanpa perintah.
Sang naqib berkata, “Abis solat semua tilawah dua halaman ya.”
Ternyata begitu selesai solat, banyak santri yang tidak tilawah. Atau
tilawah tapi disuruh-suruh dulu. Lalu naqib marah-marah dan
langsung menghukum. Begitu ditanya apa sebabnya, ternyata
Sebagian besarnya belum mengerti seperti apa yang harus dilakukan
setelah solat walau pun dia tahu ada perintah tilawah. Ini contoh
briefing yang kurang optimal.
Harusnya, briefingnya sekira seperti ini: “Santri sekalian yang
disayang Allah, setelah doa nanti, langsung solat ba’diyah dua
raka’at ya, setelah itu langsung ambil qur’an tanpa perlu diperintah,
lalu baca Al-Qur’an dua halaman sesuai batas tilawah sebelumnya.”

244
Selain itu, meminta santri untuk mengulangi apa yang sudah
disampaikan dalam briefing sangat penting. Contohnya, “Coba,
fulan, setelah doa apa yang harus dilakukan?” Jika santri sudah bisa
menjelaskan sesuai briefing, maka kemungkinan besar ia akan bisa
menjalankannya.
Namanya manusia, terkadang ada saatnya lupa atau lalai. Maka
perlu juga dievaluasi pelaksanaan Kegiatan apakah masih sesuai
briefing atau tidak. Jika ternyata ada yang tidak sesuai, maka
lakukan lagi pengulangan atau penguatan briefing. Namun jika
ketidaksesuaian itu karena sengaja melanggar, maka diproses
dengan cara yang telah dijelaskan pada poin ketiga.
f. Kasih sayang dan keteladanan adalah kunci
Dalam menjalankan semua Kegiatan pengasuhan termasuk
pemerosesan pelanggaran, hendaknya dilakukan penuh dengan
kasih sayang. Sebagaimana dalil yang telah dicantumkan pada poin
ketiga.
Karena energi itu memancar, jika Naqib berinteraksi dengan santri
dengan kasih sayang, santri akan bisa merasakan aura ketulusan itu
yang akan membuat dia semakin memungkinkan menerima
masukan atau pun pertanggungjawaban.
Sebaliknya, jika Naqib berinteraksi dengan santri penuh dengan
kemarahan, nafsu dan ego, santri juga akan bisa merasakannya. Hal
ini telah dibahas di modul pertama tentang minyak wangi dan
antena.
Selain kasih sayang, tidak ada metode pengajaran yang lebih ampuh
dari pada keteladanan. Dikatakan bahwa Cahaya memiliki kecepatan
yang lebih dari pada suara. Orang akan lebih cepat bisa belajar dan
mengamalkan dengan melihat langsung Naqibnya, dibanding hanya
sekedar nasihat kata-kata saja. Maka keteladanan ini adalah kunci
paling penting.

245
g. Pengawasan adalah Bentengnya
Meski sudah diprogram sedemikian rupa, Namanya anak-anak akan
mudah tergoda untuk melanggar jika tidak diawasi.
Bila diibaratkan menanam benih padi, tugas seorang petani bukan
hanya mempupuk benihnya, tapi juga menjaga padinya dari
serangan burung dan hama.
Program sebaik apa pun, bila tanpa pengawasan yang bagus, tidak
akan mengahasilkan apa-apa.
Sistem pengawasan terbaik (ada banyak sesuai dengan pengalaman
setiap orang) menurut saya adalah sistem usrah (keluarga).
Santri dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil (5-10 orang).
Setiap usrah diberikan nama (yang bagus, seperti nama para
sahabat), lalu santri yang paling dewasa ditunjuk sebagai kakak
tertua atau mentor atau menggunakan istilah “Naqib”.
Naqib berperan paling penting, mengawasi dan mengontrol amalan
harian anggota usrahnya setiap akhir hari, memberikan motivasi dan
peringatan sekaligus jika dibutuhkan.
Naqib juga harus memiliki kedekatan yang baik dengan setiap
anggotanya, yang berperan bukan hanya mengarahkan, tapi juga
mendengarkan cerita dan curahan hati anggotanya.
Setiap anggota usrah harus saling memanggil dengan panggilan
“Yaa Akhii” atau “Yaa Akhiil Kabiir” untuk anggota usrah yang lebih
tua.
Program-program pengasuhan dan pembinaan diatur sedemikian
rupa agar lebih banyak berbasis usrah, untuk menguatkan hubungan
persaudaraan antar anggota.
Beberapa contoh program yang bisa diatur berbasis usrah adalah:

246
• Wirid Al-Mulk sebelum tidur malam.
• Diskusi Buku
• Muthala’ah malam
• Rihlah
• Majalah Dinding
• Kewirausahaan
• Tamrinul Muhadharah
• Kemah
• Buka puasa bersama
h. Komunikasi adalah Kunci
Untuk menerapkan pesantren tanpa hukuman, komunikasi memiliki
peran yang sangat penting. Maka kemampuan seorang Naqib dalam
berkomunikasi sangat menentukan keberhasilan program ini. Saking
pentingnya, tiga bab setelah ini Sebagian besarnya membahas
tentang komunikasi.

247
BAB 2 STRATEGI PEMEROGRAMAN NILAI-
NILAI DAN KEBIASAAN
Bukankah modul ini untuk mewujudkan pesantren tanpa hukuman,
mengapa yang dibahas adalah strategi pemerograman nilai-nilai dan
kebiasaan?
Betul sekali, tapi mari kita bertanya kembali, apa yang paling banyak
menyebabkan seseorang diberikan hukuman? Melanggar peraturan.
Seperti apa? Membuang sampah sembarang, contohnya. Kenapa
dia membuang sampah sembarangan? Karena ia belum memiliki
nilai kebersihan yang kuat dalam dirinya atau belum terbiasa
menjaga kebersihan. Jika sudah terbiasa, akankah dia
melakukannya? Kecil kemungkinan. Jika dia tidak melakukannya,
akankah dia dihukum? Tidak. Bukankah itu yang kita inginkan dalam
modul ini?
Jadi, bab Kedua ini adalah upaya pencegahan agar pelanggaran itu
tidak terjadi. Setidaknya ada tiga tahapan yang harus dilakukan
yaitu: mempersiapkan filter, mengisi dan mengganti dan
mengoreksi.

Mempersiapkan Mengganti dan


Mengisi
Filter Mengoreksi

a. Mempersiapkan Filter
Sebuah nilai atau kebiasasan yang akan terbangun pada diri
seseorang tergantung filter orang tersebut. Bisa dikatakan, filter ini
ibarat akarnya. Jika Anda masih ingat mekanismen state emosi pada
modul pertama, Anda akan mudah memahami ini.

248
Saya berikan ilustrasi sederhana, ini dari pengalaman Saya di dunia
pengasuhan. Ada seorang yang punya kebiasaan berkata kotor jika
emosinya sedang tidak baik. Saya pun nyaris tidak percaya saat
mengetahui kosa kata-kosa kata yang keluar dari lisannya. Saya
mencoba melakukan penggalian informasi, di antaranya tentang
sumber awal kata-kata tersebut.
“Saya dulu sering dibilang begitu sama teman-teman Saya.”
Demikian kurang lebih ungkapnya. Rupanya anak ini korban bullying
dulu saat masih sekolah dasar, dan ia dibully dengan kata-kata kotor
tersebut. Karena sering mendengar kaliamat kotor, maka kalimat itu
menjadi filter dalam otak bawah sadarnya. Semakin sering, semakin
kuat. Dari filter inilah kemudian lahir kebiasaan berkata kotor. Jelas?
Maka langkah awal proses menanamkan nilai atau kebiasaan pada
santri Anda Anda dengan mempersiapkan filternya.
Contohnya Anda ingin menanam kebiasaan hidup bersih, maka
Anda harus mempersiapkan filter kebersihan. Anda harus
merencanakan dengan apa filter kebersihan itu Anda bangun. Bisa
jadi dengan menerangkan pentingnya kebersihan, mencontohkan
bagaimana hidup bersih, mengajak merasakan kenyamanan
lingkungan yang bersih, dan lainnya.
Dalam konteks asrama surgawi, nilai-nilai yang Anda ingin bangun
sudah jelas, tinggal Anda mempersiapkan Pembangunan filternya.
Contohnya dalam tabel berikut:

No Nilai/Kebiasaan Persiapan Filter


Surgawi yang Akan
Dibangun

1 Taat Ibadah • Memberitahukan pentingnya ibadah


harian.
• Menyusun jadwal harian 24 jam.

249
• Memberitahukan keutamaan setiap ibadah
yang tertera dalam jadwal.
• Dll

2 Tersenyum • Membiasakan senyum 20 detik setiap


sebelum dan setelah tidur
• Menceritakan manfaat senyum dari sisi
psikologis.
• Memberitahukan pentingnya senyum
dalam Islam.
• dll

3 Segera bertaubat • Memberitahukan bahaya dosa


• Menceritakan contoh orang yang hobi
melakukan dosa dan tidak mau bertaubat.
• Meyakinkan bahwa Allah mencintai
hambaNya yang bertaubat.
• Membiasakan solat taubat sebelum tidur.
• Membiasakan istigfar setiap hari.
• Dll

4 Sangat • Memberitahukan manfaat sedekah


Suka
Memberi
• Membiasakan sedekah subuh
• Membiasakan khidmat.
• Dll

5 Pandai • Memberitahukan bahaya amarah dan


Mengendalikan celaan agama atasnya
Amarah
• Memberitahukan manfaat mengendalikan

250
amarah.
• Mengajari Teknik-teknik mengendalikan
amarah.
• Dll

6 Mudah Memaafkan• Memberitahukan manfaat memaafkan dan


bahaya dendam.
• Melatihkan cuci otak cuci hati sebelum
tidur.
• Dll

7 Ihsan • Memberitahukan manfaat ihsan dan


keutamannya.
• Melatih ihsan dengan program “Air Tuba
dibalas Air Susu”
• Dll

8 • Memberitahukan bahaya lisan


Tiada perkataan sia- dan
sia. pentingnya waspada atasnya.
• Mencontohkan berucap kebaikan.
• Membiasakan wirid kalimah thayyibah.
• Dll

9 Bersih dan rapi • Memberitahukan penting dan manfaat


a. Pada diri kerapian dan kebersihan.

b. Pada kamar • Membiasakan dengan jadwal piekt harian,


gotong royong dan lainnya.
c. Pada lingkungan
sekitar • Melatih hidup bersih dengan program
‘LISA’ (Lihat Sampah Ambil)

251
• Dll

10 Banyak Tumbuhan • Memberitahukan manfaat tumbuhan


secara psikologis
• Memberitahukan pentingnya tumbuhan
dalam Islam.
• Membuat program penghijuan atau
naturalisasi.
• Dll

b. Mengisi
Jika perencanaan Pembangunan filter sudah dilakukan, selanjutnya
adalah mengisinya ke ‘ruang alam bawah sadar’.
Untuk bisa sampai ke ruang alam bawah sadar, Allah menyiapkan
setidaknya ada tiga pipa yang utama. Yang pipa ini sebenarnya Allah
sampaikan dalam Al-Qur’an Surat Al-Isra ayat 36. Oleh para aktifis
Pembelajaran ia disebut sebagai pengelompokan gaya belajar: visual
(dominan dengan penglihatan), auditori (dominan dengan
pendengaran) dan kinestetik (dominan dengan gerakan dan
perasaan).
Setiap anak memiliki tiga gaya belajar (yang saya sebut pipa
pengisian) ini sekaligus. Maka tidak terlalu penting (menurut saya)
mebeda-bedakan anak dengan tiga pengelompokan ini, karena
ketiga-tiganya bisa dimaksimalkan sekaligus.
Saya akan ringkas cara-cara Anda bisa melakukan pengisian dengan
memanfaatkan 3 pipa pengisian tersebut dalam bagan berikut.

252
3 Pipa Pengisian

Visual Auditori Kinestetik

Jadilah Role Memanfaatkan


Metafora/Cerita
Model kejadian

Afirmasi Sentuhan Rasa

Hypnosleep Role Playing

Briefing

1. Jadilah Role Model


Go First! Lakukan terlebih dahulu. Jadikan diri sendiri teladan. Anak-
anak adalah peniru ulung. Ketika anak secara visual melihat contoh
perilaku nyata secara rutin, konsisten, dan kongruen antara nasihat
dan perilaku Anda, maka ia akan meniru (Okina Fitriani, Enlightening
Parenting).

253
2. Metafora
Memberikan nasihat melalui kisah, dongeng, dan perum-pamaan,
lebih mudah diterima karena kita berbicara dengan bawah sadar
anak. Ketika mereka menyetujui perilaku baik tokoh dalam kisah itu,
sesungguhnya ia juga sedang menambah lapisan keyakinan atas
nilai-nilai positif dalam hidup. Demikian pula ketika dia tidak setuju
dengan si tokoh jahat dalam kisah itu, terbentuklah filter yang akan
menjadi jaring pengaman di bawah sadarnya. Tahan diri untuk tidak
merusak proses yang sudah baik ini dengan kalimat-kalimat seperti,
“Tuh kan ... coba kamu seperti itu." atau “Makanya jadi orang
jangan seperti si jahat itu". Niat Anda untuk memberi penekanan
kadang justru kontraproduktif, terutama jika dibarengi dengan nada
tinggi. Nada tinggi menimbulkan rasa tidak nyaman yang berpeluang
lebih besar untuk memancing anak mempertahankan dirinya.
Gunakan suara yang bervariasi sesuai dengan karakter tokoh dalam
cerita itu sehingga lebih mengena (Okina Fitriani, Enlightening
Parenting).
3. Afirmasi
Afirmasi adalah kalimat yang diucapkan secara rutin atau berulang-
ulang. Bisa berbentuk do’a, pujian atau apresiasi.
Misalnya setiap kali hendak belajar selalu mengulang do’a, “Yaa
Allah, berikanlah kami ilmu yang bermanfaat, yang barokah. Yang
bisa kami amalkan, bisa kami ajarkan untuk orang lain. Dan
membuat senyum Sayyiduna Muhammad SAW.” Jika do’a ini terus
diulang-ulang maka ia bisa menjadi pondasi orientasi belajar santri,
sehingga ia akan semangat mengamlkan ilmunya dalam kehidupan
sehari-hari.
Atau Anda bisa baca kembali afirmasi menjelang tidur dan saat
bangun tidur yang telah saya tuliskan sebelumnya di modul kedua.

254
4. Hypnosleep
Untuk memahami hypnosleep, kita perlu tahu dulu tentang
gelombang otak manusia. Secara umum sering disebutkan: beta,
alpa, teta, delta.
Gelombang otak manusia berputar-putar di empat gelombang ini.
Masing-masing gelombang ini memiliki fungsinya masing-masing.
Keadaan normal dan sadar, biasanya menunjukkan Anda sedang
pada gelombang otak beta. Begitu Anda merasakan relaksasi dan
rasa nyaman yang sanga membahagiakan, itu pertanda Anda sedang
berada pada gelombang alpa. Begitu Anda tidak sadar tapi masih
bisa menangkap peristiwa dan kalimat yang terdengar, artinya Anda
sedang pada gelombang teta. Ketika Anda tertidur lelap tanpa
mimpi apa pun, Anda sedang berada pada gelombang delta.
Gelombang terbaik untuk menanmkan nilai atau keyakinan adalah
alpa dan teta.
Saya akan contohkan siklus perubahan gelombang otak ini secara
lebih sederhana dalam proses bangun dan tidur.

perasaan tenang
Aktifitas Biasa
sebelum tidur
(beta)
(alpa)

beraktifitas dalam
kondisi khusyu
tidur tapi belum
seperti baca
lelap (teta)
quran, solat
malam, dll (alpa)

bangun tidur tapi


belum sadar total tidur lelap (delta)
(teta)

255
Nah, Anda bisa memanfaatkan gelombang alpa dengan afirmasi
sebelum dan setelah tidur. Ada pun hypnosleep adalah afirmasi
yang Anda berikan Ketika sudah tidur tapi belum lelap, atau saat
bangun tidur tapi belum sadar total (biasanya sudah bisa menyahut
atau membuka mata).
Sekali lagi, coba baca Kembali SOP membangunkan tidur yang sudah
saya tuliskan di modul kedua, insyaAllah Anda akan lebih
memahami maksud Saya pada pembahasan ini.
Selain kondisi-kondisi dalam diagram di atas, biasanya gelombang
alpa juga akan Anda dapati sebelum dan sesudah melaksanakan
solat, saat dan sesudah menyantap jamuan makan. Maka kondisi-
kondisi ini bisa Anda manfaatkan untuk menanamkan nilai dan
keyakinan ke alam bawah sadar santri Anda.
5. Briefing
Briefing adalah proses yang sangat penting. Secara sederhana
briefing adalah saat Anda memberitahukan apa yang harus
dilakukan dan tidak boleh dilakukan anak, bagaimana cara
melakukannya dan menyepakati apa konsekuensi bila tidak sesuai
dengan aturan tersebut. Tidak ada konskeuensi tanpa diawali
briefing.
Contoh saat ingin menanamkan kebiasaan membaca Al-Qur’an
sebelum dan sesudah sholat. Prosesnya seperti berikut:
Pertama: Susunlah poin-poin briefing secara detail, semakin detail
semakin bagus. Contohnya:
1. Setiap kali hendak solat Fardhu, tepatnya setelah melaksanakan
solat sunnah qobliah, hendaknya langsung mengambil mushaf
di rak mushaf tanpa menunggu perintah dari siapa pun.
2. Setelah itu mulailah memabaca Al-Qur’an dua halaman sesuai
bacaan pemimpin tilawah yang menggunakan mikrofon.

256
3. Saat membaca harus dengan suara yang jelas, tidak samar-
samar, berbisik, apalagi dalam hati.
4. Setelah itu letakkanlah al Qur-an Kembali di tempatnya tanpa
disuruh, tanpa berkata-kata dan berinteraksi dengan siapa pun.
5. Lalu laksanakan solat jama’ah. Lanjutkan dengan solat ba’diyah.
6. Setelah itu lakukanlah tilawah seperti tilawah sebelum sholat
Fardhu tadi.
Kedua: Setelah menyampaikan poin-poin briefing ini, pastikan santri
memahaminya dengan sempurna. Cara mengeceknya ada beberapa
cara, diantaranya meminta santri untuk menjelaskan ulang poin-
poin tersebut.
Ketiga: Jika santri sudah faham, jangan lupa berterimakasih dan
mengapresiasinya karena sudah mau mendengarkan dan
memahami dan siap melaksanakannya.
Jika belum faham, ulangi lagi proses briefing yang pertama.
Keempat: sepakati dengan santri apa konskuensi yang siap dia
lakukan jika tidak sesuai dengan briefing. Sebisa mungkin
koneskuensi tersebut berasal dari santri, tidak disuapi oleh Naqib.
Sehingga santri merasa lebih bertanggungjawab sekaligus dihargai
karena idenya didengarkan.
Contoh dialognya:
Naqib: “Jika kamu tidak melakukan tadi, menurutmu apa
konsekuensi yang ingin kamu lakukan?”
Santri: “Saya akan membersihkan kamar mandi selama sepekan
Ustadz.”
Naqib: “Baik, Terimakasih ya. Saya bahagia kamu bersedia
melakukannya. Saya yakin kamu bisa melakukannya dengan

257
sungguh-sungguh, dan kalau pun ternyata kamu melanggarnya,
kamu sudah menetapkan konskuensi yang harus kamu lakukan.”
Santri: “Siap Ustadz.”
6. Memanfaatkan Kejadian (Moment Utilization)
Perhatikan sekeliling Anda. Sebuah acara pertandingan bola bisa
dijadikan kesempatan untuk memotivasi dalam berbuat yang
terbaik. Bertemu seorang pemulung tua di jalan bisa menjadi
peluang belajar sedekah, melatih kemauan berusaha, dan
menghormati yang tua. Perjalanan liburan sekaligus bisa menjadi
sarana belajar untuk menyadari akan kuasa Tuhan dalam
menciptakan alam, dan masih banyak lagi kegiatan yang bisa
dimanfaatkan. Tentu saja dalam mengajarkan dan membimbing
anak Anda, Anda tidak dianjurkan menggunakan pendekatan
berbentuk nasihat dengan kalimat yang panjang membosankan,
tetapi pendekatan itu perlu dikemas dengan linguistik yang bijak
dengan muatan kasih sayang.
Contoh:
Ketika seorang pemain bola menyarangkan bola kegawang lawan,
jangan hanya meneriakkan “Gol!" sambil loncat-loncat, tetapi
dijadikan bahan diskusi seperti ini:
Ayah: “Wah! Kegigihannya mengingatkan Ayah padakegigihanmu
saat bertanding tenis bulan lalu. Apayang kau rasakan saat
mencetak angka, Nak?”
Anak: “Senang dong,Yah.”
Ayah: “Ternyata keberhasilan itu memerlukan kegigihan ya,Nak.”
Anak: “Iya.”

258
Ayah: “Alhamdulillah, pemain bola itu diberi Allah kakiyang lengkap
dan kamu juga diberi tangan yanglengkap.Kalian mensyukurinya
dengan gigihmelakukan hal yang bermanfaat.”
Berhati-hatilah dalam memanfaatkan kesempatan ini.Jika salah
langkah justru akan membuat anak menjadi tidaknyaman dan
menjauh, seperti contoh berikut ini.
Ayah: “Gol! Nah liat itu! Pemain itu gigih sekali ya. Harusseperti itu
hidup ini, Nak. Gigih!”
Anak: “Memangnya aku nggak gigih selama ini? Ayahmemang suka
membanding-bandingkan!”
Nah, tidak tercapai kan tujuannya? Yang ada malah ngambek dan
marah.
Di mana letak perbedaannya? Kan sama-sama mena-sihati tentang
kegigihan? Tentu saja berbeda. Contoh pertama mengajak anak
mengingat keberhasilan yang pernah ia lakukan meskipun kecil,
sehingga di dalam dirinya muncul rasa bahwa ia mampu melakukan
hal itu, serta memanggil kembali perasaan gembiranya sehingga
orang tua mudah menanamkan keyakinan. Contoh kedua justru
memancing emosi anak karena ia merasa dibandingkan dan tidak
dihargai usahanya di waktu lalu (Okina Fitriani, Enlightening
Parenting).
7. Sentuhan Rasa
Pelukan, elusan, sentuhan, dan pijatan, selain menunjukkan kasih
sayang juga membantu fungsi saraf. Biasakan lidah anak-anak untuk
memakan makanan yang sehat, halal,dan baik. Pengalaman visual
maupun auditif sebenarnya secaratidak langsung juga mengaktifkan
bagian kinestetik, teru-tama jika Anda piawai menggunakan pola
bahasa persuasive yang akan dibahas setelah ini. (Okina Fitriani,
Enlightening Parenting).

259
8. Role Playing
Sederhananya adalah bermain peran. Merasakan langsung seakan-
akan benar-benar terjadi. Misalnya Anda telah melakukan briefing
memabca Al-Qur’an sebelum dan sesudah solat. Setelah itu Anda
memandu santri Anda mempraktekkannya langsung saat itu juga,
meski pun itu bukan waktu solat.
Ada yang berperan sebagai muazzin, lalu setelah itu memerankan
atau memeragakan solat qobliah, lalu memeragakan mengambil
mushaf, dan seterusnya sampai akhir.
Role playing ini sangat penting untuk menanamkan nilai dan
kebiasaan pada diri seseorang. Role playing ini bisa Anda lakukan
dalam Kegiatan-kegiatan yang Anda susun, dan harus diawali
dengan briefing.
9. Menembus Bawah Sadar
Alfa dan Teta, (sebagaimana telah dibahas dalam hypnosleep) yaitu
gelombang otak yang dicapai dalam kondisi trance dalam proses
hipnosis. Kondisi yang mudah disugesti. Karena itu memasukkan
sugesti pada kondisi ini tidak memerlukan proses hipnosis formal.
Selama anak percaya sepenuhnya dan merasa nyaman dengan
Anda, sugesti bisa dilakukan kapan saja.
Ada kekeliruan dalam memahami hipnosis. Banyak orang mengira
bahwa seseorang harus dalam kondisi tidur untuk mencapai trance,
padahal ketika Anda terhanyut dalam kisah sebuah film sehingga
ikut sedih dan marah, atau ketika Anda asyik mengerjakan hobi
Anda sehinggatidak menyadari kehadiran orang lain, itu juga bisa
disebut sedang memasuki tahap trance. Trance adalah kesadaran
alter, yaitu kondisi fokus sepenuhnya. Kondisi ini bisa diciptakan
dengan sengaja dengan proses relaksasi atau dengan kisah yang
menghanyutkan. Kondisi trance juga ditemukan secara natural
seperti saat menjelang tidur tetapi belum sepenuhnya lelap.

260
Memanfaatkan kondisi saat menjelang tidur untuk memasukkan
sugesti secara populer disebut hypno sleep. (Okina Fitriani,
Enlightening Parenting).
c. Mengganti dan Mengoreksi
Tidak jarang dalam proses mempersiapkan filter dan mengisi,
orangtua atau naqib melakukan kesalahan atau mungkin anak-anak
menerima “program” yang keliru selama interaksinya dengan
lingkungan baik di dalam rumah maupun diluar rumah. Oleh karena
itu, kemampuan orangtua dan naqib untuk melakukan koreksi
menjadi sangat penting (Okina Fitriani, Enlightening Parenting).
Contoh sederhana, santri yang terbiasa
mengucapkan kalimat kotor, artinya
dalam alam bawah sadarnya sudah
terinstall sebagai kebiasaan. Anggaplah
itu sebagai sebuah coretan di dinding.
Anda tidak menyukai coretan itu. Bagaimana caranya agar coretan
itu hilang? Anda harus mengoreksinya. Anda harus menindihnya
dengan cat lain yang lebih tebal. Jika Anda ingin tembok Anda
berwarna putih sempurna, maka Anda harus menyiapkan cat putih
yang memadai dan mulai menegcat coretan di tembok tersebut
sampai hilang.
Nah, Kembali kepada santri yang terbiasa berkata kotor. Jika Anda
ingin mengoreksinya, tidak tepat jika Anda memberikannya
konskuensi berupa pekerjaan fisik misalnya membersihkan toilet.
Tetapi yang dia butuhkan adalah cat putih. Yang dia butuhkan
adalah lebih banyak berkata baik. Contohnya, setiap kali ia
mengatakan ‘kalaimat kotor’ satu kali, dia harus mengatakan
kalimat baik seribu kali. Contoh kalimat baiknya bisa dzikir, bisa
istigfar, bisa apa pun yang bisa berperan sebagai cat putih.

261
Setelah memahami bab kedua ini, kitab isa menyimpulkan bahwa
jika ada santri yang melanggar artinya dia tidak punya kebiasaan
baik, itu disebabkan karena ia tidak memiliki filter yang baik,
filternya tidak baik karena yang masuk melalui pipa pengisiannya
(visual, auditori, dan kinestetik) hal yang tidak baik. Bisa jadi
bentuknya tidak adanya teladan, nasihat disertai amarah, briefing
dan aturan yang tidak jelas, pelit apresiasi, afirmasi yang diabaikan,
dan lain sebagainya.
Jika Anda telah menyadari hal ini, niscaya Anda juga akan
mengetahui bagaimana cara memperbaikinya.

262
BAB 3 MENEMBUS BAWAH SADAR DENGAN
KOMUNIKASI PERSUASIF67
Pola bahasa persuasif adalah pola bahasa yang mampu menembus
lapisan kritis sehingga memengaruhi bawah sadar penerimanya.
Bermanfaat memberi sugesti, menanamkan keyakinan, membangun
kesepakatan, mewadahi perbedaan pendapat, dan membenamkan
informasi ke bawah sadar. Pola bahasa yang penulis sajikan pada
bab ini adalah hasil modifikasi dari Milton Model yang dirumuskan
oleh Richard Bandler dan John Grinder dari seorang psikiater yang
ahli dalam bidang psiko terapis dan hypnosis terkenal bernama
Milton Erickson, yang dipadu dengan teknik-teknik yang digunakan
Connirae Andreas Ph.D., seorang pakar komunikasi anak.
Hasil modifikasi ini telah diujikan dalam berbagai kasus yang
ditangani oleh penulis dan telah dipraktikkan efektivitasnya.
a. Satu Tujuan Banyak Pilihan (Using "Choice" to Reach
Your Goal)
Tentukan tujuan komunikasi Anda. Alih-alih memberi perintah,
berikan pilihan agar anak merasa ikut dalam proses pengambilan
keputusan. Selain membuat anak merasa memiliki keputusan
sendiri, hal ini juga mengajarkan berpikir yang menghasilkan solusi,
meskipun sebetulnya Anda sudah menentukan tujuannya.
Tujuan: Memasang seatbelt.
Cara komunikasi: Kakak mau pasang seatbelt sendiri atau dibantu
Mama?

263
Tujuan: Makan sayur.
Cara komunikasi: Adik mau makan sayur satu sendok atau satu
mangkok? (Ingat prinsip bersabar dengan prosesnya, makan sayur
satu sendok artinya dia mau makan sayur bukan? Perlahan-lahan
naikkan kriteria.)
Pastikan suara Anda netral dan tidak terkesan menekan. Jangan lupa
memberikan pujian setelah dia melakukan pilihannya. Dengan
demikian anak akan merasa bahwa pilihannya dihargai dan
melaksanakan apa yang sebetulnya diperintahkan dengan hati yang
ringan.68
b. Visualisasikan Hasil yang Diinginkan
Memotivasi anak dengan menggambarkan hasil yang buruk justru
mempersiapkan sistem sarafnya untuk menuju kegagalan.
Eksperimen terhadap Rebecca Owen penerima medali perak dalam
Common wealth Games mengenai efek visualisasi ketika ia belajar
Ginga Salto, dan hasil penelitian Feltz dan Landers tentang efek
latihan secara mental kepada para atlet menunjukkan bahwa
visualisasi hasil yang diinginkan mempersiapkan sistem saraf dalam
otak untuk membuat jembatan menuju perilaku tersebut sehingga
hasil yang diharapkan lebih mudah dicapai.
Contoh:

264
“Mama penasaran, akan seperti apa ya, permainan piano lagu Für
Elise kamu di panggung nanti?”
“Ayah ingin tahu, gimana rasanya ya, kalau kamu mendapat nilai 9
lagi di ujian matematika?”
“Yuk, kita lihat video bagaimana caranya bermain sepatu roda
dengan benar sebelum kita mulai belajar melakukannya.”69

c. Positif Alternatif
Sering kali orangtua melarang tanpa memberikan alternatif solusi.
Mereka berasumsi bahwa anak sudah tahu. Larangan tanpa
alternatif tidak memberi arah. Contohnya ketika Anda mengatakan,
“Jangan menghadap ke barat,” Anda belum memberi tahu apakah
Anda menginginkan dia menghadap ke utara, timur, selatan, atau
yang lainnya.
Larangan sebaiknya dilakukan saat kejadian berlangsung, misalnya
saat anak akan melempar batu ke jendela, bukan pada saat dia
duduk manis, karena larangan yang dilakukan bukan saat kejadian
justru membuat anak membayangkan untuk melakukannya. Ketika

265
ia menemukan sensasi menyenangkan saat membayangkan, maka
akan muncul motivasi untuk melakukan. Contohnya seperti
sekarang ini, saya mengatakan kepada Anda, "Jangan
membayangkan mobil berwarna merah.” Apa yang terjadi?
Bayangan mobil berwarna merah itu muncul walaupun hanya
sekilas, bukan? Lalu, bagaimana jika saya mengatakan, “Jangan
membayangkan mobil berwarna merah, coba yang berwarna hitam
saja,lebih elegan.” Apa yang terjadi?
Jika dalam beberapa artikel di internet Anda membaca rentang
perdebatan kata “jangan", kini Anda sudah tahu cara kerja pikiran
dan bagaimana menggunakannya dengan tepat.
Contoh:
"Sudah,yuk! Berhenti nonton TV. Kita main menyusun pesawat
terbang model terbaru dengan Ayah."
"Berhenti teriak, Nak. Kakakmu tentu lebih suka mendengar kamu
bicara dengan nada yang menyenangkan. Kita coba,yuk.”
“Jangan menaikkan nada suara jika bicara. Ren-dahkan dan
lunakkanlah suaramu seperti ini”(sambil diberi contoh)
Contoh salah:
“Awas ya, jangan main handphone Ayah!”
"Berhenti main game. Kerjakan sesuatu yang bermanfaat gitu lho."
(Padahal kita sendiri bingung yang bermanfaat itu apa). 70

266
d. Menyisipkan "Setelah" dan “Sementara”
Menyisipkan kata “setelah" dan “sementara”selain membuat
sebuah perintah menjadi lembut dan santun juga menggiring pikiran
bawah sadar untuk setuju melakukannya. Teknik ini menjadi lebih
menarik jika Anda tahu hal apa yang disukainya. Pola bahasa ini juga
mencegah anak untuk berorientasi pada reward, karena reward
yang didapatkan seolah-olah sebagai peristiwa biasa.
Contoh:
“Setelah Abang meletakkan sepatu dan tas di tempatnya, kita
istirahat di kebun sambil menikmati es krim cokelat kesukaanmu,
yuk."
“Sementara mengerjakan PR, Kakak mau dibikinkan apa? Jus jeruk
atau roti bakar?”71

e. Bertanya, Bukan Memerintah


Mengganti perintah dengan pertanyaan agar anak merasa bahwa itu
adalah idenya sendiri. Dengan demikian anak tidak menganggap
ayah dan ibunya tukang perintah-perintah.
Contoh:
“Siapa belum gosok gigi?”
“Hmm.Setelah makan, piring ditaruh di mana ya?”
“Bisakah membantu menutup pintu?”
“Sebelum salat, apa yang perlu dilakukan dulu?”72

267
Dalam menggunakan pola bahasa ini, perlu memperhatikan
intonasi. Jika intonasi Anda sinis karena dilandasi rasa marah setelah
perintah Anda tidak dituruti, dengan cara ini pun tujuan Anda
mungkin tetap tidak tercapai.
f. Letakkan Makna
Pola ini menghubungkan dua atau lebih kondisi faktual dan
menghubungkannya dalam ikatan sebab-akibat dan makna. Pola ini
bermanfaat untuk menanamkan keyakinan di level bawah sadar.
Kunci dari pola ini adalah “jika - maka","karena", dan "artinya".
Semakin berlapis-lapis semakin baik.
Contoh:
"Karena kamu rajin menghafal Al Qur'an artinya menghafal
pelajaran insyaallah mudah saja untukmu,Nak.”
"Karena seluruh makhluk perlu air dan hujan itu isinya air, artinya
hujan itu sangat bermanfaat. Maka, mari kita syukuri dan jangan
mengeluh ketika hujan turun."
Jenis pola bahasa ini bisa menjadi lebih menarik lagi jika disajikan
dalam bentuk menggiring pada jawaban “Ya” yang berurutan (Yes
Set). Pastikan Anda menggiring ke pertanyaan yang jawabannya
“Ya” karena memang kenyataannya seperti itu.
Contohnya ketika Anda ingin meyakinkan anak untuk berani
mengikuti acara perkemahan di sekolah.

268
“Abang suka warna merah?" (dijawab "Ya" atau anggukan)
“Warna merah itu kalau di bendera negara kita artinya
berani,kan,Bang?”("Ya" kedua.)
“Abang juga sudah tidur di kamarnya sendiri,kan?”(Ya)
“Artinya, Abang juga akan berani berkemah di sekolah,apalagi
bersama teman-teman.”
Cara ini lebih menyusup halus ke bawah sadar daripada nasihat
panjang lebar yang justru memicu jawaban-jawaban defensif.73
g. Menggunakan Rujukan
Menggunakan rujukan adalah pola yang cocok bagi anak-anak yang
sudah mulai banyak membaca dan terpapar banyak informasi.
Rujukan yang kompeten memperkuat
keyakinan yang diterima secara umum. Cara berkomunikasi dengan
rujukan dapat digunakan ketika Anda ingin meya-kinkan anak
terhadap sesuatu hal.
Contoh:
"Dari buku-buku sains yang Ayah baca..."(Lan-jutkan dengan
pernyataan yang Anda ingin sampaikan misalnya, “Mendengarkan

269
musik meng-gunakan headphone selama lebih dari satu jam bisa
merusak selaput gendang telinga.")
“Kita sama-sama tahu bahwa Al Qur'an itu firman Allah Yang Maha
Benar kan, Nak? Yuk kita buka surah....ayat.... Nah, di sini
disebutkan bahwa....”74
Kepiawaian Anda menggunakan pola bahasa persuasif yang
berbeda-beda jenisnya kemudian digabungkan satu dengan yang
lainnya akan menghasilkan komunikasi yang semakin halus dan kuat
tertanam sebagai program bawah sadar. Tidak ada satu pola yang
berlaku untuk semua situasi, maka semakin kreatif Anda
menggabungkan dan mengubah strategi dari pola satu ke pola
lainnya, akan semakin baik hasilnya.

270
BAB 4 ENAM POLA KOMUNIKASI EFEKTIF
DALAM AL-QUR’AN
Bab ini bisa juga disebut ‘Qulu Qaulan’. Karena ini merupakan
Sebagian pemahaman setelah mentadabburi kalimatv Tadabbur
terhadap kalimat "‫ "قولوا قوال‬dalam Al-Qur’an. Hal ini sebenarnya
terlintas begitu saja di kelas Ngopi Pagi Mu’allim dan Naqib Fajrul
Islam, yang biasa kami selenggarakan jam delapan hingga jam
sembilan pagi. Saya pun menoleh ke rak di ruang perpustakaan
tempat kami belajar, dan mata Saya tertuju pada Kitab Tafsir
Sya’rawi. Saya pun menurunkan jilid yang Saya butuhkan dengan
bantuan santri.
Dengan bantuan Qur’an Android, Saya menemukan ada enam pola
kalimat ‘Qulu Qaulan’ atau yang semakna dalam Al-Qur’an. Saya
mengumpulkan ayat-ayatnya dengan bantuan Qur’an Word
Kemenag, lalu menyusunnya perlahan agar mudah difahami
pembaca dalam serial sederhana ini.
‘Qulu Qaulan’ artinya ‘Ucapakanlah ucapan’. Kata perintah dalam
Al-Qur’an untuk mengucapkan ucapan dengan latar dan sasaran
yang berbeda. Saya terjemah menjadi “6 Pola Komunikasi Efektif
dalam Al-Qur’an.”
Saya pun berusaha memahaminya dengan mengacu pada Tafsir
Sya’rawi, disertai sedikit perluasan dan tambahan contoh-
contohnya. Saya tulis untuk membantu santri muthala’ah atas apa
yang telah Saya sampaikan di ruang kelas, tapi bila ternyata risalah
ini bermanfaat untuk orang banyak, alangkah bahagianya hamba
yang faqir ini.
Karena, disadari atau tidak, kebanyakan masalah di zaman ini
sebagian besarnya ditimbulkan karena komunikasi yang tidak
efektif. Semoga dengan adanya catatan sederhana ini, bisa

271
meningkatkan kemampuan komunikasi efektif ummat ini. Amiin Ya
Rabb.
Semoga Allah mencurahkan rahmat dan anugerahnya untuk Syaikh
Sya’rawi yang telah banyak mencerahkan Saya melalui kitab
tasfirnya. Amiin ya Rabb.
Ada enam Qulu Qaulan dalam Al-Qur’an, terangkum dalam diagram
berikut:

ً َ
‫ق ْولا‬
ً ْ
‫َّمع ُر ْوفا‬

ً َّ ً َ ً ً َ
‫ق ْولا ل ِينا‬ ‫ق ْولا ْۢ َب ِل ْيغا‬

‫قولوا‬
ْ ً َ ً ً َ
‫ق ْولا َّمي ُس ْو ًرا‬ ‫ق ْولا َس ِد ْيدا‬

ً َ ً َ
‫ق ْولا ك ِر ْيما‬

Ini enam Qulu Qaulan yang diperintahkan dalam Al-Qur’an.


Sebenarnya ada qaulan-qaulan lainnya, tapi bukanlah qaulan yang

272
yang diperintahkan untuk dilakukan, melainkan hanya informasi
atau khabar saja.
Berikut ulasan 6 Qulu Qaulan tersebut satu per satu. Bismillah.
a. Qaulan Ma’rufa
1. Jumlah dan Letak Penyebutan
Diprintahkan empat kali, tersebar di Al-Baqarah:235, An-Nisa:5, An-
Nisa: 8, Al-Ahzab: 32.
ً ْ ً َ ُ ُ َ ْ َ َّ ُ ُ ُ َّ ٰ
ْۗ‫َول ِك ْن لا ت َو ِاعد ْوهَّن ِس ًّرا ِال ْٓا ان تق ْول ْوا ق ْولا َّمع ُر ْوفا ە‬

“Akan tetapi, janganlah kamu berjanji secara diam-diam untuk


(menikahi) mereka, kecuali sekadar mengucapkan kata-kata yang
patut (sindiran).” (Al-Baqarah/2:235)
ً ْ ً َ َ ُ ُ ُ ْ ُ ُُ
‫َّو ْارزق ْوه ْم ِف ْي َها َواك ُس ْوه ْم َوق ْول ْوا ل ُه ْم ق ْولا َّمع ُر ْوفا‬

“Berilah mereka belanja dan pakaian dari (hasil harta) itu dan
ucapkanlah kepada mereka perkataan yang baik.” (An-Nisa'/4:5)
ً ْ ً َ َ ُ ُ ُ ْ ُ ُُ َ ُ ْ َْٰ ٰ ُْ ُ ُ َ ْ َ َ َ
‫َواِ ذا حض َر ال ِق ْس َمة اولوا الق ْربى َواليت ٰمى َوال َم ٰس ِك ْين ف ْارزق ْوه ْم ِمنه َوق ْول ْوا ل ُه ْم ق ْولا َّمع ُر ْوفا‬

“Apabila (saat) pembagian itu hadir beberapa kerabat anak-anak


yatim, dan orang-orang miskin, berilah mereka sebagian dari harta
itu) dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang baik.” (An-
Nisa'/4:8)
َّ َْ
ً ْ ً َ ُْ ٌ َْ ْ َ ْ َ ْ َ َ َ
ْۚ‫فلا تخضع َن ِبالق ْو ِل ف َيط َم َع ال ِذ ْي ِف ْي قل ِبهٖ َم َرض َّوقل َن ق ْولا َّمع ُر ْوفا‬

“Maka, janganlah kamu merendahkan suara (dengan lemah lembut


yang dibuat-buat) sehingga bangkit nafsu orang yang ada penyakit
dalam hatinya dan ucapkanlah perkataan yang baik.” (Al-
Ahzab/33:32)

273
2. Latar dan Sasaran
• Wanita75 yang ingin dinikahi (bagi laki-laki)
• Lelaki dewasa (bagi wanita)76
• Anak-anak, kerabat, anak yatim dan faqir miskin (secara
umum).77
3. Makna dan Manfaatnya
a) Indah, Baik dan Romantis
Hendaknya mengucapkan kalimat yang indah, baik dan santun
kepada perempuan, karena itu dapat menyenangkan hatinya. Dalam
konteks ayat contohnya adalah: “Alangkah bahagianya lelaki yang
bisa memilikimu.” Bukan dengan kalimat yang memiliki kesan
paksaan seperti: “Tidak ada yang boleh menikahimu selain aku.”
Atau “Kamu harus menikah denganku.”
Menurut kami, pola komunikasi indah dan romantis ini bisa diadopsi
secara umum untuk semua perempuan diperintahkan untuk
berkasih sayang dengannya, seperti ibu, anak perempuan, adik
perempuan, istri, dan lainnya.
Contohnya:
Ucapan untuk ibu: “Alangkah beruntungnya aku memiliki ibu yang
sangat dermawan, apalagi jika ia membelikan buku yang sedang
kuinginkan.”

274
Ucapan untuk istri: “Alangkah beruntungnya aku memiliki istri
sebaik engkau, engkau mengurusi rumahku, mendidik anak-anakku,
menyiapkan makananku, semoga Allah membhagiakanmu seperti
engkau telah membahagiakanku.”
Bahkan Nabi SAW memanggil istrinya dengan panggilan yang indah
dan romantis seperti “Yaa Humaira” yang bermakna “wahai
perempuan yang berkulit putih kemerah-merahan (cantik)”.
Pola komunikasi semacam ini bila diterapkan bisa menimbulkan
tambahan kasih sayang satu sama lain, yang itu semua semakin
menambah kebahagiaan mereka.
b) Tidak Mendayu-dayu
Hendaknya seorang perempuan tidak mendayu-dayukan atau
membuat-buat suaranya menjadi merdu dan indah saat
berkomunikasi dengan lawan jenis yang tidak halal untuknya.
Karena itu akan menjadi sumber fitnah yang besar bagi laki-laki
tersebut. Menurut kami, hendaknya seorang perempuan dalam
kondisi tersebut mengaskan pembicaraannya dan tidak berbicara
lebih dari sekedar hajatnya.
Maka renungkanlah hadits-hadits Nabi saw berikut:
ِ‫ساء‬ ِ ‫علَى‬
َ ِ‫الر َجا ِل مِ نَ الن‬ َ َ ‫اس فِتْنَةً أ‬
َ ‫ض َّر‬ ِ َّ‫َما ت ََر ْكتُ بَ ْعدِي فِي الن‬
“Aku tidak meninggalkan fitnah yang lebih besar bagi laki-laki selain
dari perempuan,” (HR Al-Bukhari)
‫سا َء‬ ِ ‫أ َ َال فَاتَّقُوا ال ُّد ْن َيا َواتَّقُوا‬
َ ‫الن‬
“Ketahuilah, takutlah kalian terhadap dunia dan para wanita,” (HR
At-Tirmidzi, Abu Dawud, Ahmad, Ibnu Majah).
Ketika menafsirkan surat At-Taghabun ayat 15, Prof Qurais Shihab
menukil pendapat Imam Thāhir ibn Asyūr tentang makna fitnah. Ia
mengartikan fitnah sebagai “keguncangan hati serta kebingungan

275
akibat adanya situasi yang tidak sejalan dengan siapa yang
menghadapi situasi itu.” Dalam al-Mu’jam al-Wasith, secara bahasa
fitnah diartikan cobaan, kekaguman pada sesuatu dan menjadi
bodoh karenanya hilang akal karena sesuatu; atau azab.
Pola komunikasi semacam ini bila diterapkan akan menjaga
perempuan dari berbagai bentuk pelecehan dan bisa meninggikan
martabat dan kehormatan perempuan tersebut.
c) Doa
Hendaknya ketika berkomunikasi dengan kerabat, anak-anak, begitu
juga halnya dengan yatim dan faqir miskin, lebih banyak
mendoakannya, baik doa tambahan rezeki, harta, anak, dan lainnya.
Contohnya:
Saat berkomunikasi dengan kerabat: “Mudah-mudahan Allah
semakin menambah dan memberkahi rezekimu, anak-anak jadi
makin soleh solehah.”
Saat berkomunikasi dengan anak-anak: “Mudah-mudahan Allah
mudahkan semua kegiatan beajarmu, cepat faham pelajaran dan
bisa diamalkan dan diajarkan.”
Bahkan Rasulullah saw pun telah memberikan contoh tentang hal
ini, salah satunya saat Ia mendoakan Ibnu Abbas saat ia masih kecil,
Rasulullah saw berdo’a:
‫ع ِل ْمهُ التَّأْ ِو ْي َل‬
َ ‫اَللَّ ُه َّم فَ ِقهُّ فِي ال ِدي ِْن َو‬
“Ya Allah, berilah kefahaman kepadanya dalam urusan agama dan
ajarkannya Takwil (tafsir al-Quran).”
Kelak kemduian orang-orang menyaksikan do’a itu menjadi nyata,
hingga Ibnu Abbas dijuluki Turjumanul Qur’an (Ahli Tafsir Al-Qur’an).
Pola komunikasi semacam ini bila diterapkan bisa menambah kasih
sayang dalam kekerabatan serta rasa saling memiliki atau

276
persaudaraan, begitu pula dapat menimbulkan rasa optimis bagi
anak-anak, yatim dan fuqara.
b. Qaulan Baligha
1. Jumlah dan Letak Penyebutan
Disebutkan satu kali dalam An-Nisa: 63.
َُْ َّ ْ ُ ُُ َّ َ ٰۤ ُ
ً ً َ ْ ْ َ ْ ََْ ُ ‫ك الذيْ َن َي ْع َل ُم ه‬
‫اّٰلل َما ِف ْي قل ْو ِب ِه ْم فاع ِرض عن ُه ْم َو ِعظ ُه ْم َوقل ل ُه ْم ِف ْ ْٓي انف ِس ِه ْم ق ْولا ْۢ َب ِل ْيغا‬ ‫اول ِٕى‬
ِ

“Mereka itulah orang-orang yang Allah ketahui apa yang ada di


dalam hatinya. Oleh karena itu, berpalinglah dari mereka,
nasihatilah mereka, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang
membekas pada jiwanya.” (An-Nisa'/4:63)
2. Latar dan Sasaran
Dalam konteks ayat ini maksudnya saat berkomunikasi dengan
orang-orang munafiq pada zaman itu. Tapi pada zaman ini, pola
komunikasi ini bisa kita gunakan saat berkomunikasi dengan orang
yang “tidak baik” yang memiliki ciri-ciri munafik: berdusta dalam
bicara, ingkar dalam janji dan berkhianat dalam amanah.
3. Makna dan Manfaatnya
a) Membekas
Kalimat paling sederhana yang dapat mewakili makna membekas
adalah ancaman. Ancaman disini dibutuhkan untuk menekankan
pentingnya pembicaraan tersebut sehingga langsung menusuk ke
hati lawan bicara. Tapi ancaman tidak boleh hanya ancaman kosong
seperti: “Kalau ga berhenti nonton tv sekarang, tv-nya ayah buang
ya.” Itu tidak mungkin secara nalar sehat. Ketika anak tidak mau
berhenti, lalu sang anak melihat ternyata tv-nya tetap seperti biasa,
tidak dibuang, maka sang anak akan menyimpulkan bahwa ancaman
ayahnya hanya kebohongan. Sehingga semakin hancur kepercayaan

277
sang anak pada ayahnya. Ini justru pola komunikasi yang tidak
efektif.
Perhatikanlah seorang sahabat Nabi, Abdullah bin Amir ra
bercerita:
َ‫ت هَا تَعَا َل أُعْطِ يك‬ ْ َ‫سلَّ َم قَا ِع ٌد فِي بَ ْيتِنَا فَقَال‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ ُ َّ ‫صلَّى‬
َ ‫َّللا‬ َ ‫َّللا‬ِ َّ ‫سو ُل‬ ُ ‫عتْنِي أُمِ ي يَ ْو ًما َو َر‬ َ ‫َد‬
‫ت أعْطِ ي ِه ت َْم ًرا فَقَا َل لَ َها‬ ُ ْ َ‫ت أَ ْن تُعْطِ ي ِه قَال‬
ِ ‫سلَّ َم َو َما أ َ َر ْد‬ َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َُّ ‫صلَّى‬
َ ‫َّللا‬ َ ِ ‫َّللا‬
َّ ُ
‫ل‬ ‫و‬‫س‬ُ ‫ر‬ ‫ا‬ ‫ه‬َ
َ َ ‫فَقَا‬ ‫ل‬ ‫ل‬
َ
ٌ‫علَيْكِ ِك ْذبَة‬ ْ ُ
َ ‫ش ْيئا كتِبَت‬ً ُ َ َ َّ
َ ‫سل َم أ َما إِنكِ ل ْو ل ْم تعْطِ ِه‬ َ َّ َ ‫عل ْي ِه َو‬َ َ ‫َّللا‬
ُ َّ ‫صلى‬ َّ ِ َّ ‫سو ُل‬
َ ‫َّللا‬ ُ ‫َر‬
"Suatu hari ibuku memanggilku, sementara Rasulullah saw duduk di
dalam rumah kami. Ibuku berkata, “Hai kemarilah, aku akan
memberimu sesuatu.” Rasulullah saw pun bertanya kepada ibuku,
“Apa yang akan engkau berikan kepadanya?” Ibuku menjawab,
“Aku akan memberinya kurma.” Rasulullah saw pun bersabda
kepada ibuku, “Ketahuilah, jika engkau tidak jadi memberikan
sesuatu kepadanya, maka itu akan dicatat atasmu sebagai
kebohongan.” (HR. Abu Daud)
Berkata Imam Abu Thayyib Muhammad Syamsul Haq:
ٍ ‫طفَا ِل ِع ْند ْالبُكَاء َمثَ ًال بِ َك ِل َما‬
َ ‫ت ه َْز ًال أ َ ْو َك ِذبًا بِإِ ْع‬
ِ‫طاء‬ ْ َ ‫َوفِي ْال َحدِيث أ َ َّن َما يَتَف ََّوه بِ ِه النَّاس ل ِْْل‬
ْ
‫ش ْيء َح َرام دَاخِ ل فِي ال َكذِب‬ َ ‫ش ْيء أ َ ْو بِت َ ْخ ِويفٍ مِ ْن‬ َ
"Dalam hadits ini terdapat penjelasan bahwa apa yang diucapkan
oleh orang-orang dengan bergurau atau bohong kepada anak-anak
tatkala menangis, misalnya akan memberi sesuatu atau menakut-
nakuti dari sesuatu (padahal tidak ada) adalah haram dan termasuk
dusta." (Aunulma'bud juz 11 hal. 27)
Ancaman di sini maksudnya adalah mengingatkan lawan bicara pada
konsekuensi logis yang akan diterima jika melakukan suatu
perbuatan sehingga ia terdorong untuk menjauhinya.
Misalnya kalimat seorang Ibu pada anaknya yang beberapa kali
teledor dengan buku pelajarannya sehingga ketinggalan di rumah.
Jika itu terjadi, maka ia mendapat hukuman di sekolah. Maka ia

278
meminta ibunya untuk mengantarkannya setiap kali ketinggalan.
Jika hal ini terus terjadi, sang anak tidak akan merubah perilaku
“negatif” ini dan akan terus teledor seperti itu sampai ia tumbuh
besar nanti. Maka suatu hari karena sudah capek bolak-balik
sekolah, sang ibu pun ‘mengancam’nya dengan kalimat:
“Nak, sebelum berangkat sekolah tolong siapkan buku pelajaranmu
ya. Kalau ada yang ketinggalan lagi, Mama tidak akan
mengantarkannya ke sekolah.”
Ketika mendengar kalimat itu, hati sang anak langsung terhentak
dan terbayang hukuman yang akan diterima jika masih
melakukannya.
Dan ketika sang anak ternyata mengulangi lagi, sang ibu harus
konsisten dengan kalimatnya yaitu tidak akan mengantarkannya. Itu
akan semakin meningkatkan perhatian sang anak pada hal tersebut,
dan diharapkan ia bisa lebih baik setelahnya.
b) Disampaikan di tempat sepi bukan di keramaian
Ketika komunikasi ini dilakukan di tempat sepi, lawan bicara lebih
merasa disayangi diripada dibenci. Berbeda jika itu disampaikan di
tempat keramaian, lawan bicara merasa dipermalukan, alih-alih
akan berubah justru ia akan melawan atau membenci orang yang
menasihatinya.
Bahkan dikatakan bahwa Imam Syafi’i pernah berkata:
‫تغمد نى بنصحك في انفرا دي وجنبني النصيحة في الجما عة فإ ن النصح بين الناس نوع‬
‫من التو بيخ ال أر ضى استماعه وإن خالفتني وعصيت قولي فال تجزع إذا لم تعط طاعة‬
"Sampaikan nasihatmu kepadaku saat aku sendirian. Dan jangan
katakan nasihat itu kala banyak orang karena memberi nasihat di
kalangan banyak orang adalah salah satu bentuk dari pelecehan,
aku tidak senang mendengarnya. Apabila saran dan ucapanku ini

279
tidak kau perhatikan. Janganlah menyesal jika sekiranya nasihatmu
tidak ditaati."
Bagi seorang guru yang ingin melakukan pola ini di keramaian
misalnya saat ceramah, bisa saja dilakukan dengan syarat tidak
menyebut nama tertentu. Agar yang dinasihati tidak merasa
dipermalukan dan orang lain bisa mendapatkan manfaat dari
nasihat itu juga.
c) Disampaikan dengan kelembutan dan santun
Hendaknya orang yang melakukan pola komunikasi ini memastikan
nada bicaranya lembut, tenang dan dalam penuh cinta. Lawan
bicara bisa merasakan energi orang di dekatnya, apakah orang
tersebut sedang mencintainya atau justru dengan marah dan benci
kepadanya. Nada bicara dan ekspresi wajah dapat mewakili
perasaan di dalam hati, apakah kemarahan ataukah cinta kasih yang
tulus.
Komunikasi yang didasari cinta tentu saja lebih mudah diterima dan
lebih memungkinkan alwan bicara bisa berubah menjadi lebih baik.
Renungkanlah dua ayat berikut:
َ َ ُّ َ َ ْ َ ْ َ َ ًّ َ َ ُ َ َ َ َّ َ َ ْ َ َ
‫اّٰلل ِلنت ل ُه ْمۖ َول ْو كنت فظا غ ِليظ القل ِب لانفضوا ِم ْن ح ْو ِلك‬
ِ ‫ف ِبما َرحم ٍة ِمن‬

“Dengan sebab rahmat Allah kamu berlaku lemah-lembut terhadap


mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentu
mereka menjauh dari sekelilingmu” [Ali Imran/3 : 159]
َ
ٌ ُ َ َ
ٌ‫وف َّرحيم‬ ْ ُْ ُ ََْ ٌ َ ْ ُّ َ َ ْ َ َ ٌ َ ْ ُ ُ ْ ٌ ُ َ ْ ُ َ َ ْ َ َ
ِ ‫لقد جاءكم رسول ِمن أنف ِسكم ع ِزيز عليهِ ما ع ِنتم ح ِريص عليكم ِبالمؤمِ ِنين رء‬

“Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu


sendiri, yang berat memikirkan penderitaanmu, sangat
menginginkan kamu (beriman dan selamat), amat belas kasihan lagi
penyayang terhadap orang-orang mu’min” [At-Taubah/9 : 128]

280
c. Qaulan Sadida
1. Jumlah dan Letak Penyebutan
Diperintahkan dua kali di An-Nisa: 9 dan Al-Ahzab: 70.
ً َ ُ ُ ْ َ‫ه‬ ُ ََّ ْ َ ََ ُ َ ً ٰ ً ُ ْ َ ُ َ َ َ ْ َّ َ ْ ْ
‫اّٰلل َول َيق ْول ْوا ق ْولا‬ ‫َول َيخش ال ِذين ل ْو ت َرك ْوا ِم ْن خل ِف ِه ْم ذ ِرَّية ِضعفا خاف ْوا عل ْي ِه ْمۖ فليتقوا‬
ً
‫َس ِد ْيدا‬

“Hendaklah merasa takut orang-orang yang seandainya (mati)


meninggalkan setelah mereka, keturunan yang lemah (yang)
mereka khawatir terhadapnya. Maka, bertakwalah kepada Allah
dan berbicaralah dengan tutur kata yang benar (dalam hal menjaga
hak-hak keturunannya).” (An-Nisa'/4:9)
ً ً َ ُ ُ َ‫ه‬ ُ َّ ُ ٰ َ ْ َّ َ َ
َۙ‫اّٰلل َوق ْول ْوا ق ْولا َس ِد ْيدا‬ ‫يٰٓايُّها ال ِذين ا َمنوا اتقوا‬

“Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah


dan ucapkanlah perkataan yang benar.” (Al-Ahzab/33:70)
2. Latar dan Sasaran
Dalam konteks ayat yang pertama adalah saat berkomunikasi
dengan anak yatim. Dalam cakupan yang lebih luas, pola ini bisa
digunakan saat berkomunikasi dengan anak-anak atau orang yang
belum matang pemikirannya dan masih membutuhkan banyak
bimbingan.
Ada pun pada ayat kedua konteksnya lebih umum, yaitu kepada
siapa saja.
3. Makna dan Manfaatnya
a) Perkataan yang tidak menyakiti

281
Perkataan yang menyakiti diantaranya seperti celaan, cacian,
mengumbar aibnya atau aib orang tuanya dan sejenisnya. Zaman
sekarang lebih akrab dikenal dengan istilah Bullying.
Banyak sekali dalil yang menerangkan tentang larangan hal ini,
diantaranya:
َ ُ ُ ْ َ َّ َ َ
َ ْ
‫ان َّيك ْون ْوا خ ْي ًرا ِمن ُه ْم َولا ِن َسا ٌۤء ِم ْن ِن َسا ٍۤء‬ ٰٓ َ ْ َ ْ ٌ ْ َ َ َ َ ْ ُ َ ٰ َ ْ
‫يٰٓايُّها ال ِذين امنوا لا ي ْسخ ْر قوم ِمن قو ٍم عسى‬
ُ ُْ ْ
ْ ‫َو َلا تَ َن َاب ُز ْوا ب ْال َال َقاب ب ْئ َس ال‬
ُ َُْ َْ َ ْ َ ُ ْ َ َ
‫اس ُم الف ُس ْوق‬ ِ ْۗ
ِ ِ ِ ‫ع ٰٓسى ان َّيكَّن خ ْي ًرا ِمن ُهَّنْۚ َولا تل ِم ُز ْ ْٓوا انف َسك ْم‬
َ ‫ه‬ ُ َ ٰۤ ُ َ ُ َّ َ ْ ْ َ َْ
‫انْۚ َو َم ْن ل ْم َيت ْب فاول ِٕىك ه ُم الظ ِل ُم ْون‬ِ ‫بعد ال ِايم‬
“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum
mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang
diolok-olokkan itu) lebih baik daripada mereka (yang mengolok-
olok) dan jangan pula perempuan-perempuan (mengolok-olok)
perempuan lain (karena) boleh jadi perempuan (yang diolok-olok
itu) lebih baik daripada perempuan (yang mengolok-olok).
Janganlah kamu saling mencela dan saling memanggil dengan
julukan yang buruk. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan)
fasik78 setelah beriman. Siapa yang tidak bertobat, mereka itulah
orang-orang zalim.” (Al-Hujurat/49:11)
‫ش ِر أ َ ْن يَ ْحق َِر أَخَاهُ ْال ُم ْسل َِم‬
َّ ‫ئ مِ نَ ال‬
ٍ ‫ب ا ْم ِر‬
ِ ‫بِ َح ْس‬
“Cukuplah seseorang (dianggap) berbuat keburukan jika dia
merendahkan saudaranya sesama muslim.” (HR. Muslim).
َ ‫سل َِم ْال ُم ْس ِل ُمونَ مِ ْن ِل‬
‫سا ِن ِه َو َيدِه‬ َ ‫ا َ ْل ُم ْس ِل ُم َم ْن‬
“Seorang muslim adalah orang yang muslim lainnya merasa
selamat dari gangguan lisan dan tangannya.” (HR. Bukhari).

282
ُ ُ‫ِسبَابُ ْال ُم ْسل ِِم ف‬
‫ َوقِت َالُهُ ُك ْف ٌر‬،‫سو ٌق‬
“Mencela seorang muslim adalah kefasikan (dosa besar), dan
memerangi mereka adalah kekafiran.” (HR. Bukhari no. 48 dan
Muslim no. 64)
‫َّللا َي ْو َم ْال ِق َيا َم ِة‬ َ ‫ع ْبدًا فِي ال ُّد ْن َيا ِإ َّال‬
ُ َّ ُ‫ست ََره‬ َ ‫َال َي ْست ُ ُر‬
َ ‫ع ْب ٌد‬
“Tidaklah seseorang menutupi aib orang lain di dunia, melainkan
Allah akan menutupi aibnya di hari kiamat kelak.” (HR. Muslim)
Imam Nawawi berkata:
.‫وتفقوا العلماء على تحريم تلقيب االنسان بما يكره سواء كان له صفة كاالعمش واالعرج‬
‫او كان صفة البيه او المه او غير ذالك مما يكره‬
“Sepakat para ulama atas haram hukumnya memanggil seseorang
dengan panggilan yang ia benci. Meskipun panggilan tersebut
memang disifati oleh orang yang dipanggil tersebut. Seperti
panggilan “Si buta” atau “Si Pincang”. Atau panggilan tersebut
merupakan sifat yang menempel pada orang tua atau panggilan
lain yang dibenci oleh orang yang dipanggil dengan nama tersebut.”
b) Dengan Adab dan Sopan Santun
Berkomunikasi dengan adab dan sopan santun disenangi oleh
semua orang, apalagi jika itu dilakukan kepada anak-anak. Mereka
akan meniru hal itu hingga mereka pun bisa beradab dalam bicara.
Termasuk adab dalam berbicara dengan anak dengan
memanggilnya dengan panggilan yang baik atau panggilan
kesayangan, seperti dicontohkan oleh Rasulullah SAW.
‫ي ِإذَا َجا َء ِإلَى أ ُ ِم‬ ُ ‫ط ْل َحةَ يُ ْكنَى أ َ َبا‬
ُّ ‫ َو َكانَ النَّ ِب‬,‫ع َمي ٍْر‬ َ ‫ي أل َ ِب ْي‬ ٌّ ‫ َكانَ َب ِن‬: ‫ قَا َل‬t ٍ‫ع ْن أَن َِس ب ِْن َمالِك‬ َ
ِ‫س ْو َل هللا‬ُ ‫ َماتَ يَا َر‬: ‫ع َمي ٍْر َح ِز ْينًا؟ فَقَالُ ْوا‬ ُ ‫ َما بَا ُل أَبِ ْي‬: ‫ فَ َد َخ َل فَ َرآهُ َح ِز ْينًا فَقَا َل‬,ُ‫سلَي ٍْم َمازَ َحه‬ ُ
:‫س‬ ٌ َ‫ع َمي ٍْر َما فَعَ َل النُّغَي ُْر ؟ قَا َل أَن‬ ُ ‫ أَبَا‬: ‫س ْو ُل هللاِ يَقُ ْو ُل‬ ُ ‫ِ فَ َجعَ َل َر‬,‫ي َكانَ يَ ْلعَبُ بِه‬ ْ ‫نُغَي ُْرهُ الَّ ِذ‬
ِ‫س ْو ِل هللا‬ُ ‫َف َر‬ ْ َ ُّ
ِ ‫ش ْيئًا قَط ُخ َّزة ً َو الَ َح ِري َْرة ً أليَنَ مِ ْن ك‬ َ ُ‫سسْت‬ َ ‫َو َما َم‬

283
“Dari Anas bin Malik berkata: Abu Tholhah memiliki anak yang
berkunyah Abu Umair. Nabi apabila dating kepada Ummu Sulaim
mencandainya, suatu saat Nabi melihatnya sedih, maka beliau
bersabda: Mengapa saya lihat Abu Umair sedih? Mereka
mengatakan: Wahai rasulullah, burung kecilnya mainannya mati,
kemudian Rasulullah bersabda: ’Wahai Abu Umair, apa yang sedang
dilakukan oleh nughair?! Anas berkata: Saya tidak pernah
menyentuh sesuatupun baik khuzzah (kain yang terbuat dari wol
dan sutra) dan kain sutra yang lebih halus daripada telapak tangan
Rasulullah.”
ُّ ِ‫علِي ِ َو ِع ْن َدهُ األ َ ْق َرعُ ْب ُن َحا ِب ٍس التَّمِ يْم‬
‫ي‬ َ َ‫سنَ بْن‬ َ ‫ ْال َح‬r ِ‫س ْو ُل هللا‬ ُ ‫ قَبَّ َل َر‬: ‫ع ْن أ َ ِب ْي ه َُري َْرة َ قَا َل‬ َ
ُ‫ ث َّم‬r ِ‫س ْو ُل هللا‬
ُ ‫ظ َر إِلَ ْي ِه َر‬ َ ْ ْ
َ َ‫ فَن‬,‫ َما قَبَّلتُ مِ ْن ُه ْم أ َحدًا‬,ِ‫ع ْش َرة ً مِ نَ ال َولَد‬َ ِ ‫ إِ َّن لي‬: ُ‫ فَقَا َل األ َ ْق َرع‬,‫سا‬ ً ‫َجا ِل‬
‫ َم ْن الَيَ ْر َح ُم الَ ي ُْر َح ُم‬: ‫قَا َل‬
“Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu berkata, “Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam mencium al-Hasan bin Ali sedang Aqra’
bin Habis duduk di sisinya. Aqra’ mengatakan, “Saya mempunyai
sepuluh anak, belum pernah saya mencium seorang pun di antara
mereka.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memandangnya
seraya berkata, “Barangsiapa yang tidak menyayangi maka tidaklah
disayang.” (HR. Bukhari 5997, Muslim 2318).
َ‫ي ُح ْم َرة‬ َّ ‫علِي ٍ فَيَ َرى ال‬
ُّ ِ‫صب‬ َ ‫س ِن ب ِْن‬
َ ‫سانَهُ ِل َح‬ ُ ‫ َكانَ َر‬: ‫ قَا َل‬t َ ‫ع ْن أَبِي ه َُري َْرة‬
َ ‫س ْو ُل هللاِ لَيُ ْد ِل ُع ِل‬ َ
‫ش ِإلَ ْي ِه‬ ‫ه‬‫ب‬
ُ َ َْ ‫ي‬َ ‫ف‬ ‫ة‬
ِ ‫ن‬
ِ ‫ا‬ ‫س‬
َ ‫ِل‬
“Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu berkata, “Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam menjulurkan lidahnya kepada Hasan
bin Ali sehingga anak kecil itu melihat warna merah lidah beliau lalu
mengulurkan tangan untuk meraihnya.” (HR. Abu Syaikh dalam
Akhlaq Nabi r hal. 90, al-Baghawi dalam Syarh Sunnah 13/180/3603
dengan sanad hasan sebagaimana dikatakan al-Iraqi).

284
Dan Nabi saw juga bercanda dengan anak kecil, dengan candaan
untuk menghiburnya yang tidak disertai dusta sedikit pun, seperti
digambarkan dalam hadits-hadits di atas.
ْ ُ ‫ع ْنهُ َد ْينًا أَ ْو ت‬
‫ط ِع َمهُ ُخب ًْزا‬ َ ‫ي‬
َ ‫ض‬ ُ ‫علَى أَخِ يْكَ ْال ُمؤْ مِ ِن‬
ِ ‫س ُر ْو ًرا أ َ ْو تَ ْق‬ َ ‫ض ُل األ َ ْع َما ِل أ َ ْن ت ُ ْدخِ َل‬
َ ‫أ َ ْف‬
“Amalan yang paling utama adalah engkau memasukkan
kegembiraan kepada saudaramu yang beriman atau membayarkan
hutang atau memberikan makanan roti padanya.” (HR. Ibnu Abi
Dunya dan ad-Dailami)
c) Disampaikan dengan kelembutan
Hal ini telah kami paparkan di pola komunikasi sebelumnya.
Anak-anak yang mendapatkan pola komunikasi seperti ini dari orang
sekitarnya akan tumbuh lebih percaya diri, tidak mudah depresi,
belajar kebaikan dengan meniru, dan tentu saja lebih bahagia.
d) Jujur
Semua orang telah mengetahui bahwa jujur adalah sebab terbesar
mendapatkan kepercayaan. Dan semua orang telah mengetahui
betapa tidak ada orang normal yang menyukai perkataan dusta.
d. Qaulan Karima
1. Jumlah dan Letak Penyebutan
Diperintahkan satu kali pada Al-Isra: 23.
َ َ ُ ُ ََ َ ْ َ َ ْ َُ ً ْ ْ َ ْ َّ ُ ْ َ ََّ َ ٰ َ
‫۞ َوقضى َر ُّبك الا تع ُبد ْ ْٓوا ِال ْٓا ِاَّي ُاه َو ِبال َوالِدي ِن ِاح ٰسناْۗ ِاَّما َي ْبلغَّن ِعندك ال ِكب َر احدهمآْ ا ْو‬
ً َ ً َ َ َّ ْ ُ َ ُ ْ َ َ ُ َ َّ ْ ُ َ َ َ َ ٰ
‫ِكل ُهما فلا تقل ل ُهمآْ ا ٍف َّولا تن َه ْرهما َوقل ل ُهما ق ْولا ك ِر ْيما‬

“Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah


selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah
seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia
lanjut dalam pemeliharaanmu, sekali-kali janganlah engkau

285
mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah
engkau membentak keduanya, serta ucapkanlah kepada keduanya
perkataan yang baik.” (Al-Isra'/17:23)
2. Latar dan Sasaran
Dalam konteks ayat ini adalah saat berkomunikasi dengan orang
tua, terutama yang sudah sepuh. Dalam makna yang lebih luas bisa
digunakan untuk orang yang banyak berjasa dalam kehidupan kita,
baik itu kakek, nenek, guru pembimbing, dan lainnya.
3. Makna dan Manfaatnya
a) Bukan Sekedar Sopan
Qaulan Karima bukan sekedar pola komunikasi sopan santun. Tapi
lebih dari itu, yaitu memberikan kata-kata yang baik kepada
seseorang yang baru saja melakukan kesalahan sehingga ia tidak
merasa rendah.
Contohnya Ketika orang tua melakukan sebuah kesalahan, misalnya
saat berkunjung ke rumah anaknya ia tidak senagaja menyenggol
sebuah piring yang langka hingga pecah. Jika sang anak mengatakan
padanya:
“Mengapa mama tidak berhati-hati” dengan wajah cemberut dan
nada yang tinggi atau datar. Maka tentu saja orang tuanya akan
sangat merasa bersalah dan merasa tidak dihormati.
“Gapapa Ma, Mama ga terluka kan? Maaf ya Ma, Saya kelupaan
naruh piringnya di tempat yang aman.” Atau “Gapapa Ma, Mama
baik-baik aja kan? Makasih ya Ma, ini tandanya Allah mau kasih
yang baru. Hehe.” Dengan nada rendah dan ekspresi wajah
bersalah. Tentu saja sang Ibu tidak akan merasa rendah, justru ia
bahagia karena anaknya tidak menyalahkannya.
Kenapa sih sampai perlu kita berkomunikasi seperti ini kepada orang
tua?

286
Karena sebesar apa pun kesalahan orang tua kita, itu tidak seberapa
dibanding jasanya kepada kita. Dan tidak ada orang tua yang
meminta diganti semua yang telah diberikan kepada kita, andai pun
ia memintanya, kita tidak akan mampu membalas bahkan satu
teriakannya saat kesakitan melahirkan kita.
Itu sebabnya, tidak pantas bagi kita menyalahkannya hanya karena
sedikit kesalahan dan melupakan semua jasanya.
Renungkan beberapa hadits Nabi Muhammad saw berikut:
‫عن عبد هللا بن مسعود رضي هللا عنه سألتُ رسو َل هللاِ صلى هللا عليه وسلم قلتُ يَا رسو َل‬
‫ي قال‬ ٌّ َ ‫ض ُل قال الصالة ُ على مِ يْقاتِها قُ ْلتُ ث ُ َّم أ‬
ٌّ َ‫ي قال ث ُ َّم ِب ُّر الوا ِل َدي ِْن قلتُ ث ُ َّم أ‬ َ ‫ي العم ِل أف‬ ُّ َ ‫هللا أ‬
ِ‫الجها ُد في سبي ِل هللا‬ ِ
“Dari sahabat Abdullah bin Mas’ud ra, ia bertanya kepada
Rasulullah, ‘Wahai Rasulullah, apakah amal paling utama?’ ‘Shalat
pada waktunya,’ jawab Rasul. Ia bertanya lagi, ‘Lalu apa?’ ‘Lalu
berbakti kepada kedua orang tua,’ jawabnya. Ia lalu bertanya lagi,
‘Kemudian apa?’ ‘Jihad di jalan Allah,’ jawabnya,” (HR Bukhari dan
Muslim).
‫ع ْن ُه َما يَقُو ُل َجا َء َر ُج ٌل ِإلَى النَّ ِب ِى صلى هللا‬
َ ‫َّللا‬
ُ َّ ‫ى‬ َ ‫ض‬ِ ‫اص َر‬ ِ ‫ع ْم ِرو ب ِْن ْال َع‬َ َ‫َّللا بْن‬ ِ َّ ‫عبْد‬ َ ‫عن‬
َ
‫ى َوا ِلدَاكَ ؟ قا َل‬ َ
ٌّ ‫َّللا صلى هللا عليه وسلم أ َح‬ ِ َّ ‫سو ُل‬ َ َ َ ْ َ ْ َ
ُ ‫عليه وسلم فا ْست َأذنَهُ فِى ال ِج َها ِد فقا َل لهُ َر‬
‫نَ َع ْم قَا َل فَفِي ِه َما فَ َجا ِه ْد‬
“Dari sahabat Abdullah bin Amr bin Ash ra, seorang sahabat
mendatangi Rasulullah saw lalu meminta izin untuk berjihad.
Rasulullah saw bertanya, ‘Apakah kedua orang tuamu masih hidup?’
‘Masih,’ jawabnya. Rasulullah saw mengatakan, ‘Pada (perawatan)
keduanya, berjihadlah,’” (HR Muslim, Abu Dawud, At-Tirmidzi, An-
Nasa’i, dan Ibnu Majah).
‫َّللاِ صلى هللا عليه وسلم‬ ُ ‫ع ْن ُه َما قَا َل َجا َء َر ُج ٌل إِلَى َر‬
َّ ‫سو ِل‬ َ ‫َّللا‬
ُ َّ ‫ى‬َ ‫ض‬ َ ‫َّللاِ ب ِْن‬
ِ ‫ع ْم ٍرو َر‬ َ ‫ع ْن‬
َّ ‫ع ْب ِد‬ َ
َ َ
‫ار ِج ْع فَأضْحِ ْك ُه َما َك َما أ ْب َك ْيتَ ُه َما‬
ْ ‫ان فَقَا َل‬ َ ْ
َّ ‫علَى ال ِه ْج َرةِ َوت ََر ْكتُ أبَ َو‬
ِ َ‫ى يَ ْب ِكي‬ ُ
َ َ‫فَقَا َل ِجئْتُ أبَايِعُك‬
“Dari sahabat Abdullah bin Amr ra, ia bercerita, seorang sahabat
mendatangi Rasulullah saw dan mengatakan, ‘Aku datang

287
kepadamu untuk berbaiat hijrah dan kutinggalkan kedua
orangtuaku dalam keadaan menangis. Rasul menjawab, ‘Pulanglah,
buatlah keduanya tertawa sebagaimana kau membuat mereka
menangis,’’” (HR Abu Dawud).
،‫ي صلى هللا عليه وسلم‬ َّ ‫ع ْنهُ أَت َى النَّ ِب‬
َ ‫َّللا‬
ُ َّ ‫ي‬ َ ‫ض‬ ِ ‫ أ َ َّن َجا ِه َمةَ َر‬،ِ‫سلَمِ ي‬
ُّ ‫ع ْن ُم َعا ِويَةَ ب ِْن َجا ِه َمةَ ال‬ َ
ْ َ َ َ ُ ْ َ
،‫ِيركَ قا َل ه َْل لكَ مِ ن أ ٍم؟ قا َل نَعَ ْم قا َل فالزَ ْم َها‬َ َ ْ ْ َ َ
ُ ‫فَقا َل إِنِي أ َردْتُ أن أغز َو َمعَكَ َو ِجئتُ أ ْستَش‬
ُ ْ َ َ
‫فَإِ َّن ْال َجنَّةَ تَحْتَ ِرجْ ِل َها‬
“Dari Muawiyah bin Jahimah As-Sulami, Jahimah ra mendatangi
Nabi Muhammad saw dan berkata, ‘Aku ingin berperang
bersamamu dan aku datang untuk meminta petunjukmu.’ Rasul
bertanya, ‘Apakah kamu mempunyai ibu?’ ‘Ya,’ jawabnya.
‘Lazimkanlah ibumu karena surga berada di bawah telapak
kakinya,’” (HR An-Nasa’i, Ibnu Majah, dan Al-Hakim).
‫ وإِ َّن ِأمي تَأْ ُم ُرنِي‬،ً‫ فقال إِ َّن لِي امرأة‬،‫أن رجالً أتاه‬ َّ ‫عن أبي الدرداء رضي هللا عنه‬
ُ‫سط‬ َ ‫ فقال له أبو الدرداء سمعتُ رسو َل هللا صلى هللا عليه وسلم يقول الوا ِل ُد أو‬،‫ط َالقِها‬ َ ِ‫ب‬
ُ‫َظه‬ْ ‫اب أو احْ ف‬ ‫ب‬‫ال‬ ‫ل‬‫ذ‬ ‫ع‬
َ َ َ‫ِ ِ تَ ِ ْ ِك‬ ‫فأض‬ ْ ‫ئ‬‫ش‬ ْ
‫ن‬ ‫إ‬ ‫ف‬ ،ِ
‫ة‬ َّ ‫ن‬ ‫ج‬ ‫ال‬
َ ِ ‫ب‬‫أبوا‬
“Dari sahabat Abu Darda ra, seseorang mendatanginya dan
berkata, ‘Aku mempunyai seorang istri, tetapi ibuku memintaku
untuk menceraikannya.’ Abu Darda ra berkata, ‘Aku mendengar
Rasulullah saw bersabda, ‘Orang tua adalah pintu surga paling
tengah. Jika mau, kau boleh menyia-nyiakan pintu tersebut atau kau
boleh merawatnya,’’” (HR At-Tirmidzi dan Ibnu Majah).
،ِ‫سلَّ َم َم ْن أ َ َحبَّ أَ ْن يُ َم َّد فِي ع ُْم ِره‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ ُ َّ ‫صلَّى‬
َ ‫َّللا‬ َ ِ‫سو ُل هللا‬ ُ ‫ قَا َل قَا َل َر‬، ٍ‫ع ْن أَن َِس ب ِْن َمالِك‬ َ
ُ‫ص ْل َرحِ َمه‬ ‫ي‬‫ل‬
ِ َ َْ ‫و‬ ،ِ
‫ه‬ ‫ي‬
ْ ‫د‬
َ ‫ل‬
ِ ‫ا‬ ‫و‬ ‫ر‬
َّ
َ ََ ‫ب‬‫ي‬‫ل‬ْ َ ‫ف‬ ،ِ
‫ه‬ ‫ق‬
ِ ْ
‫ز‬ ‫ر‬
ِ ‫ِي‬ ‫ف‬ ‫د‬
َ ‫ا‬ َ‫ُز‬ ‫ي‬ ‫َو‬
“Dari sahabat Anas bin Malik ra, Rasulullah bersabda, ‘Siapa saja
yang ingin dipanjangkan umurnya dan bertambah rezekinya,
hendaklah ia berbakti kepada kedua orang tuanya dan
menyambung silaturahim,’” (HR Ahmad).

288
e. Qaulan Maisura
1. Jumlah dan Letak Penyebutan
Diperintahkan satu kali pada Al-Isra: 28.
ْ ً َ َّ ْ ُ َ َ ُ َ َ ْ َ ْ َ َ ُْ
‫َواَِّما تع ِرضَّن عن ُه ُم ْاب ِتغا َۤء َرح َم ٍة ِم ْن َّر ِبك ت ْرج ْوها فقل ل ُه ْم ق ْولا َّمي ُس ْو ًرا‬

“Jika (tidak mampu membantu sehingga) engkau (terpaksa)


berpaling dari mereka untuk memperoleh rahmat dari Tuhanmu
yang engkau harapkan, ucapkanlah kepada mereka perkataan yang
lemah lembut.” (Al-Isra'/17:28)
2. Latar dan Sasaran
Digunakan saat menolak permintaan tolong dari orang lain karena
ketidakmampuan kita.
3. Makna dan Manfaatnya
a) Tidak Menyakiti Tapi Berterimakasih
Ketika ada orang datang meminta tolong sementara kita belum
mampu menolongnya, kemungkinan orang itu akan balik dengan
kekecewaan jika kita tidak berhati-hati dalam berbicara.
Maka sebaiknya kita bersyukur kepada Allah dalam hati karena telah
menjadikan kita orang yang dimintai tolong, bukan orang yang
kesusahan hingga meminta tolong.
Lalu kita ucapkan terimakasih kepada orang tersebut karena telah
berbaik sangka kepada kita hingga ia percaya meminta tolong
kepada kita.
Contohnya: “Terimakasih ya teman sudah baik sangka dan minta
tolong sama saya. Saya sangat ingin menolongmu.”
b) Tunjukkan Rasa Bersalah disertai Do’a

289
Jangan berhenti pada terimakasih, tapi lanjutkan dengan meminta
maaf dan tunjukkanlah rasa bersalah karena belum dapat
membantunya dengan nada yang lemah lembut.
Contohnya: “... Tapi Saya betul-betul meminta maaf, saat ini Saya
betul-betul tidak memiliki apa yang kamu butuhkan. Saya do’akan
semoga Allag segera memberikanmu pertolongan dengan cara
terbaik menurut-Nya.”
Hal ini pernah dicontohkan oleh para sahabat Nabi saw yang tidak
dapat membeantu Nabi dalam jihad, tergambar dalam Al-Qur’an:
َ ْ ُ ْ ُ َ ْ ُ َ ََّ ً َ َ ْ َّ َ ُ ْ َ ْ ُ ُ ُ ْ َ َّ ْ ََّ َ
ْۗ‫تولوا واعينهم ت ِفيض ِمن الدم ِع حزنا الا ِيجدوا ما ين ِفقون‬

“Mereka pergi dengan bercucuran air mata karena sedih sebab


tidak mendapatkan apa yang akan mereka infakkan (untuk ikut
berperang).” [At-Taubah: 92)
Jika kita menerapkan pola komunikasi ini, ini lebih memungkinkan
dapat menjaga hubungan baik kita dengan orang yang meminta
tolong tersebut. Sehingga persahabatan atau persaudaraan tidak
terganggu akrena penolakan tersebut.
f. Qaulan Layyina
1. Jumlah dan Letak Penyebutan
Diprintahkan satu kali pada Thaha: 44.
ٰ ْ َ َ َّ َ َ ٗ َّ َ َّ ً َّ ً ْ َ ٗ َ َ ْ ُ َ
‫فقولا له قولا ل ِينا لعله َيتذك ُر ا ْو يخشى‬

“Berbicaralah kamu berdua kepadanya (Fir‘aun) dengan perkataan


yang lemah lembut, mudah-mudahan dia sadar atau takut.”
(Taha/20:44)

290
2. Latar dan Sasaran
Dalam kontek ayat ini digunakan saat berkomunikasi dengan
Fir’aun. Dalam makna yang lebih luas bisa digunakan saat
berkomunikasi dengan orang yang banyak melakukan kesalahan
atau pelanggaran.
Sungguh, jika Fir’aun yang Allah sebut Thaga — saking besar dan
banyaknya penyimpangannya—masih berhak mendapatkan qaulan
layyina, maka suami, istri, anak, kerabat, dan orang di sekitar kita
hari ini jauh lebih berhak darinya. Maka janganlah menghapus hak
mereka mendapatkan qaulan layyina dari lisan kita dengan omelan,
bentakan, dan sejenisnya.
3. Makna dan Manfaatnya
a) Seperti Obat
Seseorang yang melakukan pelanggaran atau kemaksiatan karena
dia merasa nikmat atau lezat dengan hal itu hingga ia senang
melakukannya.
Untuk dapat mengeluarkannya dari hal itu harus dengan cara yang
disenangi juga. Jika tidak, ia menjauh dan menghindar sehingga
tidak tercapai tujuan kita atasnya.
Renungkanlah kembali firman Allah:
َ َ ُّ َ َ ْ َ ْ َ َ ًّ َ َ ُ َ
‫َول ْو كنت فظا غ ِليظ القل ِب لانفضوا ِم ْن ح ْو ِلك‬

“Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentu mereka


menjauh dari sekelilingmu” [Ali Imran/3 : 159]
Contohnya seperti memberikan obat kepada anak yang sakit,
tujuannya adalah kesembuhan. Tapi anak-anak pada umumnya
tidak menyukai rasa pahit, maka obatnya harus dicampuri sesuatu
hingga menjadi rasa yang disenangi anak (manis) sehingga ia pun
meminumnya lalu tercapai tujuan yaitu kesembuhan.

291
Salah satu tekniknya bisa dengan menawarkan alternatif, contohnya
ketika kita ingin anak kita berhenti dari menonton tivi karena sudah
over time dan itu tidak baik baginya.
Ayahnya hendaknya mengingatkannya dengan menawarkannya
alternatif:
“Nak, nonton tv-nya sudah ya. Ayo ayah bacain buku cerita.”
Kemungkinan sang anak akan segera mengikutinya, karena ia juga
senang dengan cerita.
b) Dialog logis dan diarahkan menemukan solusinya sendiri
Selain memberikan terutama jika lawan bicara adalah orang yang
sudah matang berfikirnya.
Contohnya ketika anak tidak disiplin belajar dan malas-malasan,
berikut simulasi percakapan Ayah dengan anaknya:
Ayah: “Nak, Ayah lihat kamu 1 pekan ini telat pergi ke sekolah.”
Anak: “Iya, Ayah. Saya ngantuk sekali soalnya”.
Ayah: “Bagaimana ya caranya agar kamu ga ngantuk pagi-pagi”
Anak: “Tidurnya lebih cepat Ayah.”
Ayah: “Oh gitu, selain itu, ada lagi ga?”
Anak: “Bobo siang Ayah.”
Ayah: “Wah, anak ayah sudah bisa mememecahkan masalahnya
sendiri. Sekarang, gimana ya caranya biar kamu tidur lebih cepat?”
Anak: “Abis magrib makan dulu Ayah, dan dibacain cerita sampe
isya. Abis isya matikan lampu kamar lalu bersiap tidur deh.”
Ayah: “Wah.. kren. Apa yang Ayah bisa bantu ya?”
Anak: “Ayah bantu baca cerita ya.”
Ayah: “Siap, kapan nih mulainya?”

292
Anak: “Besok malam aja Ayah.”
Ayah: “Okee deeh.”
Jika kita menerapkan pola komunikasi ini, kita bahkan tidak perlu
lelah memikirkan solusi agar lawan bicara berhenti dari
pelanggarannya, karena ia bahkan bisa menemukan solusinya
sendiri. Sehingga ia bisa lebih bertanggungjawab atas hal tersebut.
Kesimpulan
Jika kita perhatikan enam pola komunikasi di atas, apa pun
namanya, semuanya mensyaratkan adanya kesantunan, lemah
lembut dan tidak merendahkan.
Sangat benar sekali jawaban Ummul Mukminin ketika ditanya
tentang akhlaknya Nabi saw, “Akhlaknya adalah Al-Qur’an.”
Kesemua pola komunikasi itu akan kita temukan melekat pada sosok
Nabi saw jika kita mengkaji sirah beliau yang mulia. Kita akan
mengetahui sabarnya, senyumnya, manis tuturnya, indah
perangainya dan jujurnya lisannya. Semoga kita dapat mewarisi
semua akhlak mulia tersebut di akhir zaman ini. Dan Allah berkenan
memperbaiki keadaan kita hari ini. Amiin ya Rabb.

293
BAB 5 MEMBIMBING SANTRI MENASIHATI
DIRINYA SENDIRI (COACHING)79
Sering kali anak datang kepada kita menceritakan masalah. Banyak
orangtua mengambil jalan mudah dengan langsung memberi
nasihat dan solusi. Ada dua risiko dari kebiasaan ini. Pertama, ketika
nasihatnya tidak diterima apalagi dipatuhi, akhirnya orangtua
menjadi marah dan terjadi perdebatan panjang. Ketika anak sudah
menganggap orangtuanya sebagai “lawan” maka anak akan
cenderung defensif. Kedua, kebiasaan ini menyebabkan anak
menjadi tidak memiliki kemampuan membuat solusi atas masalah
yang dihadapinya, mudah frustrasi, dan tergantung pada orang lain.
Kebiasaan menyuapkan solusi adalah salah satu kesalahan dalam
pola pengasuhan yang akibatnya cukup fatal. Maka orangtua
semestinya bertindak sebagai coach dan melakukan parental
coaching untuk melatih anak secara bertahap mampu
menyelesaikan masalahnya sendiri.
Kemampuan berpikir anak yang terbatas sering kali membuat
mereka berfokus pada masalah, yaitu ingin menghilangkan hal-hal
yang tidak diinginkannya, bukan pada mencapai hasil yang
diinginkan. Melabuhkan diri pada masalah-masalah dan keinginan
untuk lepas dari masalah, tetapi tidak menggerakkan perilaku pada
tujuan yang sesungguhnya. Oleh karena itu, anak-anak, remaja
bahkan orang dewasa pun masih banyak yang memerlukan
bimbingan untuk fokus pada solusi atau disebut sebagai Solution-
Focused Coaching. Mengapa penting?
• Solusi selalu melibatkan tindakan dan proses belajar.

294
• Fokus pada masalah membuat makin tenggelam ke dalam
masalah dan sibuk menyalahkan keadaan dan orang lain.
• Fokus pada solusi memperluas wawasan dan membuka banyak
alternatif penyelesaian.
• Anak akan mampu menasihati dirinya. Nasihat yang berasal dari
diri sendiri, seberapa pun kerasnya lebih mudah diterima oleh
diri.
• Meningkatkan konsep diri dan kemandirian.
• Tidak mudah terbawa arus.
• Orangtua tidak perlu menjadi polisi dan pusat solusi sepanjang
hidup.
a. Proses Membimbing untuk Mengatasi Keluhan dan
Masalah
Kalimat keluhan dan masalah biasanya mempunyai ciri-ciri sebagai
berikut:
1. Generalisasi: Menggunakan kata selalu, tidak pernah, semua,
tidak seorang pun, dan tidak bisa. Contoh:
“Ayah selalu marah.”
“Temanku nakal semua.”
“Aku tidak bisa menggambar.”
2. Informasi Tidak Lengkap atau Terhapus (Deletion): Tidak jelas
tepatnya siapa, kapan, di mana, apa, dan dibandingkan dengan
apa. Contoh:
“Ini sulit.”
“Aku nggak suka.”

295
3. Distorsi: Sebuah kejadian diberi makna sendiri yang kadang
tidak berhubungan atau mengalami perubahan makna.
“Guruku matanya besar. Galak.”
“Temanku, kalau aku tanya tidak menjawab, pasti dia tidak
suka padaku.”
“Lagi-lagi aku hanya dapat nilai 5, aku memang bodoh dan
tidak berbakat di pelajaran matematika."
Berikut ini beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam proses
mengurai masalah dan mengatasi keluhan.
1. Alihkan fokus dari masalah menuju solusi.
Gunakan kata tanya Apa dan Bagaimana untuk mengubah focus.
Contoh kalimatnya adalah sebagai berikut.
“Menurutmu, apa yang bisa kamu lakukan supaya itu tidak terjadi
lagi?”
“Apa yang terjadi jika masalah itu selesai?”
"Bagaimana agar di kesempatan lain hasilnya lebih baik?”
2. Selesaikan Emosinya
Ayah dan ibu harus mampu mengelola emosinya sendiri terlebih
dahulu. Kondisi emosi ayah dan ibu menular kepada anak.
Selesaikan emosi anak dengan memahami dulu perasaannya.
Tunjukkan bahwa Anda mengerti.
Jangan menyepelekan masalahnya, jangan pula membesar-
besarkannya. Contoh kalimat memahami:
"Mama mengerti kamu merasa...”
"Memang tidak enak ketika berada dalam kondisi....”

296
3. Hati-hati menggunakan kata "mengapa" atau "kenapa" dalam
mencari solusi.
Ada dua risiko dalam penggunaan kata “mengapa/kenapa”.
1. Kata itu akan dianggap kebenaran oleh bawah sadar. Misalnya
pertanyaan “Kenapa kamu nggak pernah dengerin Mama?”atau
“Kenapa sih, kamu malas banget?” Ketika anak Anda menjawab
“KARENA”, artinya mereka menyetujui bahwa mereka tidak
pernah mendengarkan Anda atau sangat malas dan diyakini oleh
bawah sadarnya sehingga sulit diyakinkan bahwa ia bisa berubah.
2. Memancing pembenaran dan alasan. Misalnya jika seseorang
ditanya “Mengapa kamu terlambat?” maka dia akan
membeberkan sekian banyak alasan dan semakin yakin bahwa ia
berhak untuk terlambat. Ketika tidak menemukan alasan yang
tepat maka anak cenderung akan mengarang cerita. Masalah
yang dilengkapi dengan cerita akan menjadi penguat emosi
negatif. Akan berbeda hasilnya jika pertanyaannya diubah
menjadi “Apa yang bisa kamu lakukan agar besok bisa datang
tepat waktu?" Jawabannya berupa solusi kan?
Pertanyaan “kenapa/mengapa" sangat baik diajukan ketika masalah
sudah selesai dan Anda melakukan proses evaluasi untuk membuat
perbaikan atau menemukan bagian-bagian yang perlu ditingkatkan.
4. Lengkapi informasi yang hilang dengan bertanya.
Proses ini disebut klarifikasi dan mencacah informasi agar dapat
ditemukan kembali apa yang terhapus, terdistorsi, atau
tergeneralisasi. Ketika bertanya, perhatikan nada bicara dan intonasi
Anda sehingga tidak berkesan menghakimi, menguliti, atau
memojokkan. Pertanyaan untuk melengkapi informasi meliputi:
“Apa”, “Siapa”, "Kapan", "Di mana", "Bagaimana tepatnya", "Jika
dibandingkan dengan apa”.

297
b. Contoh Dialog
Berikut ini contoh dialog lengkap untuk mengurai masalah menuju
solusi.
1. Menemukan Solusi
“Aku kesal! Hari ini ujian matematika hanya dapat 5. Lagi-lagi dapat
5. Aku memang tidak bisa matematika.”
“Mendapat 5 itu artinya 50% sudah bisa dikerjakan dengan baik kan
Nak? Sini duduk sini, sambil minum jus dingin kita review hasil exam
kamu. Bagian mana saja yang sudah kamu jawab dengan benar?”
“Kalau yang aritmatika sih, aku benar semua. Tapi yang menghitung
luas dan isi hampir semuanya salah.”
“Artinya, kamu sudah bisa yang bagian arimatika ya. Jadi apa yang
perlu kamu lakukan untuk memperbaiki kemampuan menghitung
luas dan isi?"
“Ya aku perlu belajar geometri lebih banyak."
(Ups, tahan diri ya ... Jangan mentang-mentang ada tanda-tanda
Insaf lalu Anda sambar dengan pernya-taan, “Nah kan...Ayah/Ibu
kan udah bilang ...” Sabar, tenang, dan ikuti prosesnya.)
“Apakah sebelum ujian kemarin kamu belum mempelajarinya?”
“Sudah sih, tapi aku masih belum ngerti-ngerti juga."
“Menurutmu, apa saja solusi yang bisa membantumu untuk lebih
mengerti?”
“Ayah dong jelaskan ke aku. Guruku nggak jelas ngajarinnya.”
“Apalagi?” online.”
“Apalagi?”
“Nonton di YouTube tentang geometric math.”

298
“O ya? Coba tunjukkan pada Ayah.
Ayah malah belum pernah lihat."
(Mengambil tablet dan menunjukkannya kepada Ayah, lalu
menunjukkan video pelajaran geometri).
(Tangkap kesempatan ini untuk berdiskusi tentang geometri sambil
orangtua memberikan soal-soal dan cara-cara pemecahannya).
Tanpa disadari, anak sudah menemukan solusi bahkan saat itu juga
langsung belajar. Mudah dan menyenangkan bukan? Parenting
tanpa suara melengking.
2. Memotivasi untuk Melakukan Hal yang Sudah Pernah Bisa
Dilakukan tetapi Tidak Yakin Bisa Melakukannya Lagi
“Kakak disuruh presentasi minggu depan. Kakak takut ah. Tidak
berani.”
"Kapan terakhir Kakak berani?”
“Tiga bulan lalu.”
"Coba ingat-ingat dan perhatikan perasaanmu saat bisa itu.”
“Ya, senang sih.”
“Artinya pernah berani dan bisa ya, Kak?”
“Iya tapi waktu itu beda, Kakak punya waktu dua minggu untuk
mempersiapkan.”
“Menurut Kakak bagaimana caranya agar bisa siap dengan waktu
yang lebih singkat?”
“Latihannya lebih sering dan lebih lama setiap hari.”
“Kapan Kakak akan mulai?”
“Hari ini.”

299
“Wah, bagus sekali. Apa yang Mama bisa bantu,Kak?"
“Mama duduk di situ, lihat Kakak latihan ya.”
Asyik, kan? Kita tidak perlu menjadi orangtua yang serba tahu dan
ikut panik.
3. Memotivasi untuk Mempelajari Keahlian Baru
"Aku nggak bisa berenang. Malu. Teman-teman bisa.”
“Apakah kamu ingin bisa?”
“Iya,tapi takut.”
“Sampai seberapa berani kamu di dalam air?”
“Berendam aja.”
“Tepatnya apa yang kamu takutkan?”
“Tenggelam kalau di tempat dalam.”
"Di mana tepatnya tempat dalam itu?”
“Kalau kakiku tidak bisa menginjak lantai kolam.”
“Artinya, kalau di tempat yang bisa menginjak lantai,kamu berani?”
“Hmmm.Mungkin iya.”
“Coba kita bayangkan dulu, belajar berenang di tempat dangkal.
Kamu meluncur dan kapan pun kamu mau tinggal
berdirilagi.Bagaimana rasanya?” (Visualisasi)
“Hmmm.Nggak papa.”
(Ulangi proses visualisasi ini beberapa kali.Kuatkan dengan kata-
kata, "Ya betul, makin kita ulangi, makin yakin, makin terasa berani
di tubuh-mu sekarang, ya, seperti itu, artinya kamu penasaran ingin
mencoba.")

300
"Asyik ya, belajar di tempat yang aman? Kamu ingin
membuktikannya?”
“Ya.”
"Alangkah sayangnya jika perasaan yakin itu kita sia-siakan, kapan
kita buktikan?"
"Sekarang.Tapi dijagain,ya”
"Tentu dong, Sayang."
Proses diskusi ini tentu ada kemungkinan jawaban yang berbeda-
beda, jika anak defensif biasanya karena pilar ketiga atau proses
membangun kedekatan dengan anak masih perlu diperbaiki. Untuk
dapat melakukan proses bimbingan ini, selesaikan dulu masalah
utamanya, yaitu kedekatan dan keyakinan anak terhadap Anda.
Seperti yang telah dijelaskan di awal, kreativitas Anda dalam
menyusun pertanyaan dan keluwesan linguistik Anda menentukan
keberhasilan proses komunikasi untuk menemukan solusi.
Demikianlah segala rahasia pengasuhan yang mencerahkan telah
disampaikan. Di bagian kedua buku ini, Anda akan menikmati
sharing pengalaman dari para penulis dalam mengaplikasikan
rahasia perubahan diri. Harapan-nya,Anda dapat mengambil ibrah,
memodel, serta mengaplikasikannya langsung dalam kehidupan
Anda dan orang-orang yang Anda sayangi. Silakan menikmati kisah-
kisah inspiratif berikut ini dan bersama-sama menyambut keha-
diran generasi yang lebih baik.
c. Penolakan Tanda Tak Dekat
Penolakan adalah tanda bahwa kedekatan dan kepercayaan tidak
terbangun dengan baik. Maka saat terjadi penolakan dalam proses
coaching maka Anda perlu mengevaluasi kedekatan Anda dengan
santri yang Anda bimbing.

301
Berikut beberapa cara membangun kedekatan dengan santri:
1. Fokus pada Hal Baik
Perbanyak memuji dan hilangkan mencela atau menegur yang tidak
efektif.
2. Ikuti Nada Suara
Jika anak bersemangat, tanggapi dengan semangat.
3. Ungkapkan Emosi dengan Benar
Banyak orangtua yang mempunyai hambatan menyatakan emosi
dengan tepat.
Contohnya:
Ketika seorang ibu ketakutan melihat anaknyamenyeberang jalan
tanpa memperhatikan kondisijalan, reaksi ibu adalah marah dan
membentak,bukannya mengatakan, “Ibu takut melihat
kamumenyeberang, karena ibu takut kehilangan kamu,Nak.”
Ketika anak tidak lulus ujian, si ibu yang merasasedih dan
mengkhawatirkan masa depannya bere-aksi dengan marah dan
mengomel, bukannyaberempati dan menunjukkan rasa kasihan
bahwaanaknya harus bekerja keras lagi, mengulang di kelasyang
sama.
4. Gorilla Unconditional Love
Membangun kedekatan tanpa kata-kata. Hadirkan diri Anda
sepenuhnya.
• Datangi anak remaja Anda yang sedang mengerjakan tugas. Beri
tepukan ringan di bahunya tanpa komentar.
• Temani anak Anda makan dengan senyuman tanpa banyak
bertanya.

302
• Berikan pelukan dan doa sebelum ia berangkat sekolah.
5. Aku Hanya Untukmu
Sediakan waktu 15 sampai 30 menit setiap hari khusus untuk salah
satu anak Anda, tanpa gangguan apa pun dan siapapun. Bermain
berdua saja, pergi makan es krim berdua saja.Lakukan bergantian,
jadwalkan dan tinggalkan gadget Anda.
6. Mendengarkan dengan Tulus
Mungkin beberapa orang tua mengeluh bahwaanak-anak mereka
tidak mau bercerita danterbuka kepada mereka. Coba bayangkan
Anda menjadi anak-anak yang setiap kali bercerita selalu berakhir
dengan dibombardir nasihat panjang lebar. Bagaimana perasaan
Anda? Tentu saja mereka kapok bercerita. Karena itu, berlatihlah
menjadi pendengar, sesekali bertanya, mengikuti keseruannya.
Bagaimana jika Anda menemukanhal yang “tidak beres" yang perlu
diluruskan?
Rapport terbaik adalah kepercayaan atau trust, yaitu apakah
pendengar yakin bahwa komunikator adalah orang yang pantas
dipercaya melalui perilaku yang terlihat, terdengar, dan terasa.
Secanggih apa pun teknik rapport Anda, jika informasi yang
disampaikan kemudian “terkhianati", selesai sudah Riwayat
komunikasi Anda. Ibarat menjual sebuah produk buruk dengan
teknik komunikasicanggih yang kemudian membuat konsumen
membeliproduk Anda, namun mereka akhirnya menemukan
bahwaproduk tersebut buruk kualitasnya dan tidak sesuai dengan
“janji-janji". Konsumen tidak hanya tidak akan membeli lagi, tetapi
juga menobatkan sang penjual sebagai penipu. Demikian pula pada
anak-anak. Rapport terbaik adalahmenjadikan diri Anda sebagai
sumber yang tepercaya. Jika Anda menasihati tentang berpikir
positif tetapi sehari-hari ia mendengar Anda membicarakan
keburukan orang lain. Apa kira-kira yang sedang Anda ajarkan?

303
EPILOG
Bismillahirrahmanirrahim. Segala puji bagi Allah SWT, akhirnya –
dengan izin-Nya—tibalah kita di akhir buku ini. Mulai dari bab
pertama pada kitab pertama hingga bab terakhir pada kitab
keempat ini merupakan penjelasan secara rinci dan ilmiah serta
buah dari pengalaman atas satu ayat yang telah disebutkan pada
kalimat pengantar kitab ini yaitu surat at-Taubah ayat 128.
ٌ َ ْ ْ ُ ََ ٌ َ ُّ َ َ َ ْ َ ْ ُ َُْ ْ ٌ ْ ُ َ ْ ُ َ ْ َ َ
‫زي ٌز عل ْيهِ َما ع ِنت ْم ح ِر ْيص عل ْيك ْم ِبال ُمؤمِ ِن ْين َر ُء ْوف‬ َ
ِ ‫﴿ لقد جاۤءكم رسول ِمن انف ِسكم ع‬
﴾ ١٢٨ ‫َّر ِح ْي ٌم‬

“Sungguh, benar-benar telah datang kepadamu seorang rasul dari


kaummu sendiri. Berat terasa olehnya penderitaan yang kamu
alami, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu,
dan (bersikap) penyantun dan penyayang terhadap orang-orang
mukmin.” (At-Taubah/9:128)
Semua yang telah kita bahas ini hanyalah wasilah, usaha, metode,
yang bisa jadi akan berhasil, tapi bisa juga tidak sesuai harapan. Tapi
alangkah indah Al-Qur’an itu sebagai mu’jizat, Dia susulkan satu ayat
lagi (ayat terakhir) setelah ayat 128 surat at-Taubah sekaligus
sebagai penutup surat at-Taubah.
َْ َْ ُ ُ ْ َّ َ َ َ ُ َّ َ ٰ َ ُ ‫َ ْ َ ََّ ْ َ ُ ْ َ ْ َ ه‬
﴾ ١٢٩ ࣖ ‫اّٰلل ل ْٓا ِاله ِالا ه َوْۗ عل ْيهِ ت َوكلت َوه َو َر ُّب الع ْر ِش الع ِظ ْي ِم‬ ‫﴿ ف ِان تولوا فقل حسبي‬
ِ
“Jika mereka berpaling (dari keimanan), katakanlah (Nabi
Muhammad), “Cukuplah Allah bagiku. Tidak ada tuhan selain Dia.
Hanya kepada-Nya aku bertawakal dan Dia adalah Tuhan pemilik
‘Arasy (singgasana) yang agung.” (At-Taubah/9:129)
Seakan-akan Dia berbisik dengan lembut pada kita, “Sekeras apa
pun engkau berusaha, sehebat apa pun metode yang kaulakukan,
pada akhirnya itu semua akan terjadi bila Aku izinkan. Dan sesulit

304
apa pun keadaanmu, sebesar apa pun masalah santri yang
kauhadapi, akan menjadi mudah dan kecil bila Aku izinkan. Maka
jadikanlah rasa cukupmu hanya pada-Ku, dan serahkanlah
urusanmu hanya pada-Ku, karena Akulah yang menggenggam hati
semua manusia. Engkau tidak akan bisa mengubah siapa pun
kecuali Aku yang menghendakinya untuk berubah. Jangan Tuhankan
usaha, upaya dan ikhtiarmu wahai hamba-Ku. Katakanlah dengan
lisan dan hatimu yang penuh harap dan bergantung pada-Ku:
Hasbiyallahu Laa Ilaha Illa Huwa ‘Alaihi Tawakkaltu wa Huwa
Rabbul ‘Arsyil Azhiim. Cukuplah Engkau bagiku ya Allah, tiada tuhan
selain-Mu. Kepada-Mu aku gantungkan segala upaya dan
urusanku.”
Inilah epilog kitab ini, tentang kepasrahan dan tawakkal total yang
menjadi teman setia setiap ikhtiar dan usaha terbaik yang kita
lakukan.
Atas segala yang tertuang dalam kitab ini, Yaa Rabb, dengan dada
gemetar hamba meminta, ampunilah segala kekeliruan hamba yang
faqir ini, terimalah ini sebagai amal jariah hamba, orang tua hamba
dan guru-guru yang telah membimbing hamba, serta seluruh orang
yang belajar dari hamba.
Hanya dengan nikmat-Mu, akan sempurna segala amalan.
Walhamdulillahirabbil ‘alamin.

Yang Sangat Berharap Ampunan dan Kasih Sayang Rabb-nya,


Multazam Zakaria

305
REFERENSI
Al-Qur’anul Karim
Tafsir Asy-Sya’rawi, Imam Muhammad Mutawalli Asy-Sya’rawi
Enligtening Parenting, Okina Fitriani
Panduan Melawan Bullying, SudahDong
Materi Guru Hebat, Edi Susanto
Serial Cinta, Anis Matta
Sejumlah website online.

306
PROFIL PENYUSUN
1. Orang Tua dan Kelahiran
Nama Saya adalah Multazam, anak ketujuh (terakhir) dari Ayah dan
Ibu Saya H. Zakaria dan (almarhumah) Musta'ah. Berdasar catatan
sipil pemerintah, Saya lahir 31 Desember 1994. Cerita dari kakak
Saya, tanggal itu ditetapkan saat mendaftarkan Saya di Madrasah
Ibtidaiyah. Sebenarnya ia tidak tahu persis tanggalnya, karena itu
ditetapkan saja tanggal dan bulan terakhir.
Saya lahir di sebuah kampung yang asri dengan persawahan, sungai
dan bukit mengelilinginya. Namanya Lengkok Orang Bukal, Desa
Mamben Lauk, Kecamatan Wanasaba, Kabupatan Lombok Timur,
Propinsi Nusa Tenggara Barat, Indonesia.
2. Madrasah Ibtidaiyah
Saya dimasukkan sekolah dasar di Madrasah Ibtidaiyah
Mi'rajusshibyan Nahdhatul Wathan Lengkok Lendang, lokasinya
tepat berada di atas kampung Saya. Untuk menuju kesana, Saya
melewati jalan bukit yang menghubungkan kampung Saya dengan
kampung Lengkok Lendang.
Disana Saya belajar sebagaimana umumnya murid-murid lain seusia
Saya. Secara umum Saya bukanlah murid yang berprestasi dan tidak
menonjol saat itu. Kecuali di kelas akhir, nampak rangking Saya
mulai naik meski tidak masuk tiga besar.
Saya menempuh pendidikan di sini selama enam tahun. Dan
bersyukur Alhamdulillah, dengan bersekolah di Madrasah ini, Saya
bisa menyaksikan Maulana Syeikh TGKH. Zainuddin Abdul Majid
pada suatu hari saat acara pengajian besar. Semoga Allah senantiasa
merahmati beliau. Beliau adalah Tuan Guru yang saat ini murid-
muridnya telah menjadi para Tuan Guru. Syaikhnya para Masyayikh.

307
3. Belajar Al-Qur-an
Semasa kecil hingga lulus Madrasah Ibtidaiyah, Saya belajar
membaca Al-Qur-an dari orang tua Saya sendiri, Al-Walid H. Zakaria.
Beliau mengajari Saya mulai dari Buku Iqro hingga Al-Qur-an.
Dalam mengajar Al-Quran, beliau lebih menekankan praktek dari
teori. Maka beliau membimbing dan mengoreksi bacaan Saya huruf
demi huruf, ayat demi ayat. Selama Saya belajar bersama beliau,
beliau tidak pernah membentak atau pun memarahi Saya.
Beliau tidak hanya mengajari Saya seorang, tapi sejumlah anak-anak
sekampung Saya juga ikut belajar kepada beliau. Kami belajar pada
waktu setelah solat Magrib-Isya di Mushalla yang beliau bangun
sendiri dengan hartanya sendiri di tanah sendiri.
Seusai salah satu Kakak lelaki Saya menyelesaikan pendidikan di
Pondok Pesantren Islahuddiny Kediri Lombol Barat, Ustadz Abdul
Hayyi Zakaria, Beliau mengganti Al-Walid mengajar Al-Qur-an di
mushalla. Dari beliaulah Saya belajar ilmu tajwid secara teori dan
praktek. Mulai menghafal Hukum Nun Sukun dan Tanwin, Hukum
Mim Sukun, dan Hukum Mad.
4. Pendidikan Pesantren
Setelah tamat Madrasah Ibtidiyah di tahun 2006, Saya masuk
sekolah negeri tepatnya SMPN1 Wanasaba. Di saat yang sama Saya
mondok di Pondok Pesantren Al-Madani sebagai santri angkatan
pertama.
Al-Madani didirikan oleh Kakak lelaki Saya TGH. Fauzan Zakaria
sepulangnya belajar dari Al-Azhar Kairo Mesir. Sebelum ke Mesir,
beliau juga dulu mondok di Ishlahuddiny Kediri dan mengkhatamkan
hafalan Al-Quran disana.
Saat kelas 8 SMP, Saya tidak lagi sekolah sekolah negeri, dan
sepenuhnya mondok di Al-Madani.

308
Di Al-Madani Saya mempelajari Bahasa Arab dari beberapa Guru,
diantaranya: Ustadz Husni Mubarok, KH. Muammar Khafadi, Ustadz
Jamiluddin, Ustadz Kholil Madura, Ustadz Hanif Abdurrahman
Kudus, dan Ustadz-ustadz lainnya. Bahasa Arab yang Saya pelajari
lebih banyak menggunakan kitab Durusullugoh Gontor, dan lebih
banyak percakapan dan kosa kata.
Selain Bahasa Arab, di Al-Madani Saya juga menghafal Al-Qur-an
dan mentasmi'kan hafalan langsung kepada TGH. Fauzan Zakaria
dan KH. Muammar Khadafi.
TGH. Fauzan Zakaria juga mengajari Saya Kitab Ta'limul Muta'allim
Syaikh Zarnuji di bidang adab.
KH. Muammar Khadafi mengajari Saya Kitab Arba'in Nawawi dan
kepada Beliau pula Saya menyetorkan hafalan hadits Arba'in
Nawawi.
Saat di Al-Madani juga Saya memulai perkenalan dengan dunia
Tasawwuf, tepatnya saat awal mula kedatangan Abuya Murabbi
Ruhina Syeikh KH. Muhammad Dhiyauddin. Kitab Tasawwuf yang
sering Saya baca saat itu adalah Haqaiq Tasawwuf Syeikh Abdul
Qodir Isa qs.
Saat di Al-Madani juga, Saya bertemu dengan Maulana Prof. Syeikh
Muhyiddin Reik Al-Bakhur Al-Hasani Lebanon bersama Syeikh
Rohimuddin Nawawi Al-Banteni. Saat itu Syeikh Muhyiddin meminta
Saya ikut dan belajar di Lebanon, tapi almarhumah ummi khawatir
tidak bisa bertemu lagi dengan Saya, sehingga Saya tidak jadi
berangkat.
Saya menyelesaikan pendidikan di Al-Madani selama enam tahun.

309
5. Perguruan Tinggi
Setelah lulus pesantren, Saya mendapat beasiswa sarjana dari
Sekolah Tinggi Ekonomi Islam SEBI sebagai angkatan pertama
jurusan Manajemen Bisnis Syariah yang baru dibuka tahun itu, 2012.
Selama 4 tahun di SEBI, Saya mempelajari Ushul Fiqh, Qawaid
Fiqhiyyah, Fiqih Muamalah, dan Fiqih Keuangan Kontemporer dari
beberapa Ustadz-ustadz kami. Pimpinan SEBI saat itu sampai
sekarang adalah Ustadz kami yang bersahaja Ustadz Sigit Pramono,
PhD.
Di kampus inilah Saya berkenalan dengan ilmu manajemen yang
diajarkan para dosen.
Saya melanjutkan mempelajari ilmu manajemen dengan
melanjutkan Pendidikan formal Magister Manajemen Pendidikan
Islam yang sedang berlangsung saat ini.
6. Talaqqi
Usai sarjana, Saya hijrah ke Belitung yang diawali pernikahan Saya
dengan dr. Hj. Dini Indriani. Lalu mulai berdakwah di Belitung.
Semakin lama berdakwah, semakin merasa kurang ilmu.
Akhirnya setiap tahun memutuskan untuk meluangkan waktu
belajar kepada para Guru di luar pulau Belitung.
Pertama kali Saya belajar kepada Syaikhuna Guru Ahmad Al-Farisi di
Pondok Beliau Markazul Lugoh, Kalibata, Jakarta Selatan.
Pada Beliau, Saya mempelajari Ilmu Nahwu menggunakan kitab
Beliau Nahwu Tathbiqi. Juga pada beliau Saya mempelajari Kitab
Adabul Insan. Ini dua kitab yang betul-betul Saya tekuni pada Beliau
saat itu. Ada pun kitab-kitab lainnya hanya sebagai tambahan.

310
Sejak belajar pada Beliau, Saya jatuh cinta pada kitab, dan mulai
membeli kitab-kitab saat itu. Sekarang semuanya terkumpul di
Perpustakaan Pondok Pesantren Fajrul Islam.
Setelah itu, Saya datang dan belajar kepada Syaikhuna Abah KH.
Muhammad Idror Maimun Zubair di pondok Beliau Al-Anwar
Sarang, Jawa Tengah. Alhamdulillah, dengan Beliau Al-Faqir
mengikuti kajian dan periwayatan Kitab Shahih Bukhari dari
halaman awal sampai akhir (khatam).
Setelah itu, Saya datang dan belajar kepada Syaikhuna KH. Muharror
Khudori di pondok Beliau Al-Mubarok Al-Arba'in. Pada Beliau Saya
belajar Ilmu Nahwu Shorof Lugoh menggunakan kitab Beliau Al-
Arba'in Finnahwi Wa Sharfi Wallughoh. Juga kepada Beliau Saya
mempelajari Kitab Ihya Ulumiddin Imam Ghazali.
Selain para Masyayikh di atas, Saya juga mempelajari Ilmu Tajwid
kepada beberapa Guru, diantaranya Syaikh TGH. Muhammad Azwar
Anas Kitab Muqaddimah Jazariyah di Pesantren Baitul Quran Putri
Belitung, Syeikh Abu Ezra Al-Fadhli Syarah Tajwidul Huruf dan
Manzhumah An-Tanbihat di Saung Dolken Bogor, Gus Muhammad
Abid Muaffan Kitab Tuhfatul Athfal di Pesantren Dar El Wihdah
Belitung.
Saya juga mempelajari Ilmu Aqidah atau Ilmu Tauhid kepada Al-
Habib Ahmad Mujtaba bin Syihab, dengan Kitab Durus Tauhid Habib
Muhammad bin Salim bin Hafiz. Dan Saya mengumpulkan
penjelasan beliau dalam buku Ta'liqat Durus Tauhid berbahasa
Indonesia.
Saya juga mempelajari Fiqh Madzhab Syafi'i kepada Kiyai
Muhammad Nur Hannani Lirboyo. Saya banyak berdiskusi dengan
Beliau dalam banyak hal yang isykal dalam kasus-kasus yang terjadi
di kehidupan masyarakat, terutama sekali dalam masalah Fiqh.

311
Saya juga mempelajari ilmu jiwa, ilmu otak dan ilmu pengasuhan
(parenting) dari beberapa guru, diantaranya Ayah Fahrizal
Muhammad, Ustadz Bendri Jaisyurrahman, Ayah Irwan, Ibu Okina
Fitriani (psikolog), Ibu Eti Mutia (psikolog) dan Ustadz Edi Susanto.
7. Penutup
Inilah perjalan Saya sejak kecil hingga tahun 2023. Saya catatkan
sebagai informasi khsususnya untuk santri Saya dan siapa saja yang
mengambil ilmu dari Saya. Ada pun riwayat dan sanad tidak Saya
sebutkan di sini, karena inti ilmu di zaman ini adalah talaqqi,
pertemuan, pemahaman dan bimbingan.
Semoga semua Guru-guru Saya, baik yang tersebut atau tidak
tersebut namanya dalam tulisan ini, dirahmati Allah dunia akhirat,
dan semoga semua ilmu beliau-beliau menjadi amal jariyah yang
membahagiakan beliau-beliau. Amiin Ya Rabb.

Ttd
Alfaqir Multazam Zakaria

312

Anda mungkin juga menyukai