Anda di halaman 1dari 245

Memaknai Dakwah

1
2
BAB 0


Makna Dakwah

eorang aktivis dakwah kampus haruslah menyadari beban nama yang


melekat pada dirinya. Aktivis adalah titel tidak tertulis bagi seseorang yang
dalam hidupnya selalu bergerak, penuh insiatif, dan tidak pernah puas
menuntut ilmu. Dakwah adalah aktivitas yang ia lakukan. Dakwah ia jadikan
arus utama arah geraknya, serta alasan untuk menginspirasi. Kampus
adalah ruang lingkup aktivitas dakwah yang ia lakukan. Artinya, menjadi
tanggung jawab moral bagi dirinya untuk berdakwah di lingkungan
kampus.
Namun, sering kali kita temui seorang da’i yang menjalankan dakwah
tanpa dibekali pemahaman dasar yang baik sehingga muncul berbagai
bentuk disorientasi akibat kurangnya ilmu. Alhasil, proses dakwah yang
terjadi tidaklah syamil alias tidak menyeluruh. Oleh karena itu, makna
dakwah tentu menjadi suatu hal mendasar yang perlu dipahami oleh setiap
da’i atau aktivis dakwah sebelum ia menjalankan agenda dakwah karena hal
inilah yang menjadi landasan niat bagi dirinya dalam bergerak dan berjuang.
Dalam buku ini, makna dakwah akan disesuaikan dengan kondisi
dakwah di kampus. Dengan demikian, semua konteks pembahasan dalam
buku ini akan merujuk pada cara menjalankan aktivitas dakwah oleh setiap
aktivis dakwah kampus secara optimal dan harmonis.
Pada buku “Materi Tarbiyah” (Ummu Yasmin, 2002), terdapat sebuah
definisi dakwah, yakni:

3
Da’watunnaas ilallah bil hikmah wal maw ‘izhotil hasanah hatta
yakfuruu biththaaghuuti wa yu’minuu billaah wa yakhrojuu
minazulumati jahiliyyati ilaa nuuril islaam
Berdasarkan tulisan Ummu Yasmin dalam bukunya tersebut, pada
bagian pendahuluan ini saya akan menjelaskan bagaimana seorang aktivis
dakwah kampus mampu mengimplementasikan makna dakwah seoptimal
mungkin sesuai dengan kapasitas yang ia miliki. Buku ini akan mencoba
menerjemahkannya dalam bahasa aktivis dakwah kampus.

Da’watunnaas ...

S ejatinya, kita adalah seorang manusia yang mempunyai perasaan.


Tentunya berkomunikasi dengan perasaan kita sendiri adalah bukanlah
hal yang sulit dilakukan. Alangkah baiknya sebelum memulai berdakwah,
kita berkomunikasi terlebih dulu kepada diri kita. Cobalah menanyakan
sebuah pertanyaan sederhana, “Apa yang kira-kira akan saya rasakan jika
bertemu dengan orang seperti saya?“
Berdakwah kepada manusia merupakan suatu keunikan. Pada
hakikatnya setiap manusia itu berbeda. Mereka miliki taste dan preference
tersendiri. Bisa jadi setiap manusia memiliki cara sendiri pula dalam
berdakwah dan didakwahi. Artinya, setiap manusia memiliki pintu masuk
hidayah yang berbeda.

4
Bisa jadi kita menemui seseorang yang terbuka hidayahnya ketika
sedang menafakuri alam.
Bisa jadi kita menemui seorang muslimah yang berniat untuk
memakai jilbab setelah diperdengarkan sebuah ayat Al Qur’an.
Bisa jadi seseorang menjadi rajin shalat karena menerima nikmat
tanpa disangka-sangka.
Semua orang punya alasan dan sebab untuk mendapatkan hidayah
sehingga mereka berubah dengan cara yang berbeda-beda. Inilah keunikan
dakwah yang kita lakukan.
Dalam bahasa psikologi kita mengenal istilah “manusiawi”. Manusiawi
dalam berdakwah berarti cara yang harus kita perhatikan agar dalam
berdakwah kita mampu memanusiakan manusia. Objek dakwah bukanlah
benda mati yang bisa diatur dan didakwahi sesuka hati kita. Alangkah
indahnya jika sebelum berdakwah kita telah mengenal terlebih dulu objek
dakwah kita dengan baik. Bagaimana karakternya, serta apa yang ia
inginkan dan ia butuhkan. Barulah kemudian kita mulai mencoba
memformulasikan metode serta konten dakwah yang tepat untuk
disampaikan kepadanya.
Dalam bukunya yang sangat fenomenal, “Bagaimana Menyentuh Hati”,
Abbas Asy Siisiy menyatakan bahwa: Memahami apa yang dirasakan dan
diharapkan orang lain membutuhkan hati yang selalu hidup, karena hanya
hati yang bisa membaca hati. Beliau mencoba mengingatkan bahwa
pendekatan personal dengan cara yang sederhana dan sangat manusiawi
amatlah dibutuhkan.
Sementara itu, tantangan kita saat ini adalah agar bagaimana kita tetap
bisa mengelola dakwah dengan cara yang tetap manusiawi, meski jumlah
simpatisan dan pendukung bertambah banyak. Jangan sampai dikarenakan
jumlah yang bertambah, kualitas dakwah kita justru berkurang.
Saya punya sebuah cerita tentang seorang aktivis dakwah kampus
yang berniat baik, yakni mengingatkan para temannya untuk mengenakan
jilbab. Sayangnya cara yang dia gunakan kurang tepat. Ia mengirim sebuah
SMS hadits ke banyak muslimah di jurusannya:

5
“Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda yang artinya,
"Ada dua golongan penghuni neraka yang aku belum pernah
melihatnya: Laki-laki yang tangan mereka menggenggam cambuk
yang mirip ekor sapi untuk memukuli orang lain dan wanita-
wanita yang berpakaian namun telanjang dan berlenggak-lenggok.
Kepalanya bergoyang-goyang bak punuk onta. Mereka itu tidak
masuk surga dan tidak pula mencium baunya. Padahal
sesungguhnya bau surga itu bisa tercium dari jarak sekian dan
sekian." (HR Muslim)
Tidak ada yang salah dengan mengirimkan SMS hadits ini ke sesama
teman, akan tetapi, tentu tidak semua orang bisa menerima pesan dari
hadits ini begitu saja. Beberapa dari mahasiswi yang belum mengenakan
jilbab menganggap bahwa pengirim SMS telah men-judge bahwa ia tidak
akan mencium bau surga. Tentu hal ini kontraproduktif dengan dakwah.
Akibatnya terbentuklah stigma negatif terhadap Lembaga Dakwah Kampus
karena dicap terlalu menghakimi.
Berdakwah membutuhkan hati yang bersih, karena dengan hati yang
bersih pulalah apa yang kita sampaikan akan mampu menyentuh dan
membuka hati objek dakwah kita. Sesungguhnya hanya Allah-lah yang
Maha-membolak-balikkan hati. Kedekatan kita dengan Allah-lah yang akan
mampu melapangkan hati kita untuk dapat memberikan yang terbaik, dan
menerima keindahan ajaran Islam dengan sempurna.

... ilallah ...

“Dan hendaklah ada di antara kamu


segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh
kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang mungkar.
Merekalah orang-orang yang beruntung.“
(QS. Ali Imran: 104)

I slam mengajarkan kepada kita untuk berdakwah atau menyerukan nilai


Islam dengan satu prinsip utama, yakni tauhid. Mengajak objek dakwah
untuk beriman kepada Allah adalah tujuan aktivis dakwah kampus dalam

6
melakukan semua kegiatannya. Ia mengajak objek dakwah meyakini bahwa
Allahlah pemilik semesta alam, Allahlah yang mengatur masa depan, dan
Allah pula yang memberikan nikmat maupun azab. Berkat Allah semua
aktivitas manusia berjalan dengan mudah.
Cara pandang ini harus melekat pada setiap aktivis dakwah kampus.
Dengan inilah seorang aktivis dakwah mampu memiliki energi yang lebih
dalam melakukan segala aktivitasnya. Bukannya dengan membangun cara
pandang bahwa dakwah itu untuk lembaga dakwah, atau pun agar
sebanyak-banyaknya mahasiswa mengikuti mentoring dan citra lembaga
dakwah meningkat. Karena semuanya tiada arti tanpa cinta-Nya.
Perbedaan niat akan menentukan perbedaan daya tahan dan
keikhlasan aktivis dakwah. Ketika cara pandang yang dibangun adalah
berdakwah untuk lembaganya, maka jika suatu saat lembaga dakwah
mengecewakan dirinya atau lembaga dakwah tidak urung berkembang
meski ia sudah memberikan segala upaya, aktivis dakwah tersebut bisa saja
mundur dari jalan dakwah ini.
Namun jika cara pandang yang dibangun adalah berdakwah hanya
untuk Allah, seorang aktivis dakwah tidak akan memedulikan dimana ia
beraktivitas dan bagaimana kondisi lingkungan dakwahnya. Ia akan
memandang lembaga dakwah, mentoring, dan hal-hal sejenisnya hanyalah
sebagai sarana. Yaitu sarana untuk mendukung dan mempercepat
seseorang agar bisa lebih mengenal Allah.
Dalam salah satu ayat di Al Qur’an, Allah berfirman:
“Serulah (manusia) kepada jalan Rabb-mu dengan hikmah dan
nasehat yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik."
(QS. An Nahl: 125)
Dalam menjalankan tugas sebagai da’i, tentu sebagai aktivis dakwah
kita membutuhkan berbagai kebutuhan mendasar yang diharapkan dapat
menunjang kegiatan dakwah kita. Minimum threshold yang harus dimiliki
oleh seorang aktivis dakwah kampus antara lain:
Pertama, pemahaman Islam yang mendalam dan berlandaskan pada
kekuatan ilmu yang baik serta keyakinan yang kokoh. Ditopang pula dengan
penghayatan dan pendalaman terhadap Al Qur’an dan Sunnah.

7
Kedua, iman yang mendalam dan membuahkan rasa cinta kepada
Allah, rasa takut kepada-Nya, rasa mengharap kepada-Nya dan selanjutnya
mengikuti Rasulullah Muhammad dalam segala urusan kehidupannya.
Ketiga, menjadikan Allah sebagai landasan dalam segala hal,
menjadikan Allah sebagai satu-satunya cinta yang sejati. Aktivis dakwah
menjadikan Allah sebagai alasan untuk berikhtiar dan bertawakal serta
meminta petunjuk dan pertolongan.
Ketiga hal inilah yang menjadi penopang keikhlasan seorang aktivis
dakwah yang kuat dan tahan lama. Menjadikan Allah sebagai tujuan
berdakwah akan memberikan kita berkah dalam menjalankan peran kita
mentransformasi komunitas kita menjadi komunitas yang mencintai Allah
dan Allah pun mencintai kita.

... bil hikmah ...

A ktivis dakwah diharapkan dapat melakukan pendekatan dakwah


sedemikian rupa sehingga objek dakwah bersedia mengikuti
ajakannya tanpa merasa ada paksaan, tekanan, maupun konflik batin.
Dengan kata lain dakwah bil hikmah merupakan suatu metode pendekatan
komunikasi dakwah yang dilakukan atas dasar persuasif. Hal ini merupakan
sebuah konsep dakwah yang Allah siapkan dan rekayasakan kepada
Rasulullah.
Bila kita menilik kembali ke sirah nabawiyah, Muhammad kecil sudah
disiapkan dengan berbagai tempaan yang membuat dirinya matang dan
bijaksana dimulai sejak beliau kehilangan orang tuanya. Pada kejadian ini
Allah menyiapkan beliau agar menjadi seseorang yang mandiri.
Pekerjaannya membantu pamannya berdagang di usia muda membuat
beliau cakap dan memiliki kemampuan sosial yang baik. Keahlian
berdagangnya yang dikenal baik juga memberikan citra bahwa beliau
memang adalah seseorang yang bisa dipercaya. Hingga pada akhirnya, di
usia yang masih muda, Nabi Muhammad sudah diberikan gelar Al Amin oleh
kaum Quraisy Mekkah. Sebagaimana yang difirmankan Allah dalam Al
Ahzab ayat 21: “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan

8
yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.”
Allah menyiapkan rasul terakhirnya ini untuk bisa dijadikan teladan
ekstrim, atau sebaik-baiknya teladan. Beliau dijauhkan dari segala hal yang
bisa merusak dirinya maupun umat. Akan tetapi, biarpun sudah menjadi
sosok Al Amin di masyarakat Kota Mekkah, Nabi Muhammad tidak serta
merta mudah melakukan dakwah Islam. Penolakan yang beliau terima
sangatlah banyak, sampai-sampai memaksa beliau untuk memindahkan
basis dakwahnya ke Madinah.
Dalam surat Al Qalam ayat 3 dan 4 pun Allah menyampaikan firman-
Nya tentang keindahan teladan Rasulullah: “Dan sesungguhnya bagi kamu
(Muhammad) benar-benar pahala yang besar yang tidak putus-putusnya. Dan
sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.”
Dakwah bil hikmah juga bisa diartikan sebagai berdakwah dengan
keteladanan. Dengan konsep sederhana, yakni menjadi yang terbaik di
bidang yang menjadi perhatian di komunitas kita. Sebutlah untuk
berdakwah di lingkungan pengusaha, alangkah baiknya bila kita bisa
terlebih dahulu menjadi pengusaha yang sukses, baru bisa dengan mudah
berdakwah kepada sesama pengusaha lainnya. Sedangkan untuk
berdakwah di kalangan atlet, kita dituntut untuk dapat terlebih dahulu
berprestasi, barulah kita dapat berdakwah
 dengan lebih mudah.
“Tugas da’i ibarat Dalam konteks dakwah kampus, maka salah
seorang dokter. satu kebutuhan keteladanan adalah dengan
Menghayati hati dan menjadi yang terbaik di bidang akademik.
cara pikir pasien Menjadi seorang aktivis dakwah kampus yang
dan menghapus berprestasi. Menyiapkan sebanyak-banyaknya
penderitaan pasien aktivis dakwah kampus yang “terancam” cum
dengan kata-kata laude. Dengan kapasitas akademik yang baik,
dan obat yang maka ia telah menjadi teladan di kelas atau di
sesuai.” jurusannya sehingga akan sangat
-Abbas Asy Siisiy- memudahkannya dalam berdakwah.


9
Kekuatan keteladanan ini seringkali dilupakan oleh para aktivis
dakwah, karena mungkin mereka merasa terlalu nyaman dengan aktivitas di
dunia lembaga dakwah. Para aktivis seringkali tidak banyak berinteraksi di
kelas, memiliki nilai kuliah yang tidak layak, dan kehadirannya pun tidak
dirasakan oleh teman-teman sejurusan, seangkatan, bahkan teman-teman
sekelas. Seringkali saya amati, aktivis dakwah suka sekali mengikuti rapat,
dan rapatnya diadakan jauh dari objek dakwah. Mereka tidak berpikir untuk
masuk ke dalam lingkaran pergaulan objek dakwah, menjadi teladan bagi
mereka, dan pada akhirnya berkemungkinan mengubah nuansa keislaman
di lingkungan tersebut.
Perlu dipahami oleh seluruh aktivis dakwah, bahwa ketika seseorang
telah mendedikasikan dirinya sebagai aktivis dakwah kampus, maka hukum
majas sinekdok pars prototo berlaku pada dirinya. Ketika ia baik, maka citra
dakwah kampus akan baik, dan ketika ia buruk, maka citra dakwah kampus
bahkan citra Islam itu sendiri akan buruk. Sebagai aktivis dakwah kampus,
kita tinggal memilih apakah akan menjadikan diri kita sebagai representatif
Islam yang baik, atau tidak sama sekali.
Dengan kekuatan keteladanan ini, akan terbentuk kepercayaan objek
dakwah terhadap para aktivis dan Lembaga Dakwah Kampus. Dengan
modal inilah lembaga dakwah dapat lebih mudah menyampaikan nilai-nilai
Islam. Oleh karena itu, jika kita tidak bisa memberikan keteladanan yang
baik, maka objek dakwah pun akan menjadi ragu untuk mengikuti ajakan
ajaran Islam yang kita sampaikan.
Mari kita pikir saja secara realistis, bagaimana mungkin seorang objek
dakwah dapat percaya pada sosok aktivis dakwah kampus, jika aktivis
tersebut selalu datang terlambat ke kelas, tidur saat kuliah berlangsung,
tidak pernah mencatat materi pelajaran, dan langsung menghilang begitu
kuliah berakhir sehingga ia mendapat nilai yang buruk? Jika sikap ini
menghinggapi mayoritas aktivis dakwah kampus, maka citra Lembaga
Dakwah Kampus jelas akan menjadi tempat berkumpulnya mahasiswa-
mahasiswi yang sudah hopeless dengan nilai dan masa depannya, sehingga
mereka mentawakalkan nasibnya kepada Allah ....
Mari kita bayangkan kondisi sebaliknya. Jika mayoritas aktivis dakwah
kampus adalah mahasiswa yang rajin kuliah, rajin mencatat di kelas serta

10
catatannya sering dipinjam oleh mahasiswa lain, juga aktif bertanya dan
berdiskusi sehingga nilainya pun memuaskan, maka Lembaga Dakwah
Kampus akan bercitrakan sebagai tempat berkumpulnya mahasiswa-
mahasiswi yang baik secara akademis, oleh karena itu mereka memasuki
lembaga dakwah karena ingin mensyukuri nikmat yang telah Allah berikan.
Silakan ditentukan sendiri oleh masing-masing Lembaga Dakwah
Kampus, akan seperti apakah citra dakwah Islam yang ingin kita bangun?
Diharapkan dengan kekuatan keteladanan ini, pergerakan dakwah fardiyah
secara masif dan variatif akan bisa lebih dikembangkan. Kekuatan dakwah
fardiyah dengan keteladanan adalah modal besar untuk membangun basis
kader dakwah yang solid dan militan.

... wal maw ‘izhotil hasanah ...

S eorang mukmin adalah cermin bagi saudaranya, dan nasihat adalah


semahal-mahalnya pemberian. Akan tetapi menasihati seseorang
adalah sesuatu yang paling sulit dilakukan karena kebenaran itu pahit.
Menjelaskan kesalahan itu sama saja dengan membuka aib. Di lain pihak
sifat manusia itu sendiri suka menentang dan sangat cinta pada diri sendiri.
Jadi menurut saya suatu nasihat akan mendatangkan hasil yang baik jika
kita mampu menyampaikannya dengan cara yang baik pula.
Berdakwahlah sebaik-baiknya dengan cara yang baik. Penjelasan
mengenai value dan content dakwah kita dengan jelas dan tegas sudah
Allah turunkan melalui Al Qur’an dan Hadits. Tinggal bagaimana cara kita
sebagai aktivis dakwah kampus membahasakannnya dengan cara dan
media yang tepat. Metode yang tepat akan mempercepat proses
penyampaian hidayah. Sedangkan metode yang kurang pas bisa berdampak
kontraproduktif pada dakwah yang dilakukan.
Dalam Al Qur’an Allah telah berfirman,
“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah-
lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi
berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu.”
(QS. Ali ’Imran: 159)

11
“Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang
lemah lembut, Mudah-mudahan ia ingat atau takut.” (QS. Thaha:
44)
Dari kedua ayat ini sudah jelas bahwa memang dakwah itu harus
dilakukan dengan bahasa yang lemah lembut. Bisa juga diterjemahkan
dengan “bahasa yang tepat”. Pemilihan diksi, pemenggalan ayat, serta
media yang digunakan, haruslah benar-benar berdasarkan kebutuhan objek
dakwah, bukan berdasarkan keinginan mereka.
Proses dakwah itu pada dasarnya sama dengan proses komunikasi:

1
4 de
Enco Pesan Deco
de 3
Pengir Fasilit
Pener
2
im as ima
Pesan Pesan
Gambar tersebut mencoba memberikan gambaran bagaimana proses
dakwah berjalan, dan bagaimana cara yang baik yang dapat dilakukan
aktivis dakwah dalam melaksanakan setiap proses yang ada.

Satu: Pesan yang akan disampaikan


Cobalah betul-betul selektif dalam menentukan pesan yang akan
disampaikan kepada objek dakwah. Sering kali lembaga dakwah
memberikan konten yang terlalu “tinggi” sehingga tidak cocok dengan
kebutuhan objek dakwah saat ini. Penyesuaian pesan haruslah benar-benar
tepat. Penggunaan survei atau kuesioner sederhana untuk melihat
bagaimana kebutuhan dari objek dakwah bisa digunakan sebagai landasan
untuk menentukan isi pesan yang akan disampaikan.

Dua: Media atau fasilitas yang digunakan dalam proses dakwah

12
Apakah media dakwah yang digunakan berupa SMS, selebaran,
pamflet, baliho, poster, pemanfaatan jejaring sosial, ta’lim, outbound,
survival, travelling, atau permainan? Media dan penataan isi pesan dakwah
akan sangat menentukan keberterimaan pesan tersebut kepada objek
dakwah. Cobalah gunakan cara pandang seorang seller dan marketer yang
mampu berpikir dari sudut pandang consumer-nya (dalam hal ini objek
dakwah). Berikanlah apa yang objek dakwah butuhkan, bukan apa yang kita
—sebagai subjek dakwah—inginkan.

Tiga: Penerima pesan


Pastikan penerima pesan berada dalam keadaan siap untuk menerima
pesan. Jika mereka dalam keadaan sedang tidak ingin diganggu, atau pun
sedang tidak siap menerima dakwah, bisa jadi tindakan kita justru akan
menimbulkan masalah. Misalnya saat kita memaksa mengadakan ta’lim
sebelum waktu ujian, atau diklat panjang di jam kuliah. Kita pun bisa
memanfaatkan momen seperti bulan Ramadhan sebagai penunjang
pembentuk suasana dakwah.

Empat: Penyampai pesan


Sebagai seorang penyampai pesan, seorang aktivis dakwah perlu
menunjukkan i’tikad dan niatan yang tulus dalam berdakwah. Merujuk
kembali ke buku “Bagaimana Menyentuh Hati”, cara yang paling baik agar
seorang aktivis dakwah bisa menjalankan peran sebagai pendakwah adalah
dengan memastikan bahwa dirinya memiliki kebersihan hati. Dengan
kebersihan hati, maka seseorang akan lebih mudah berkomunikasi dengan
hati objek dakwah. Di situlah pintu hidayah akan lebih mudah dibuka.
Sebagai tambahan, seorang aktivis dakwah juga perlu memahami cara-
cara dakwah yang lemah lembut namun persuasif, serta menunjukkan
antusiasme bahwa memang ia serius dan bersungguh-sungguh mengajak
objek dakwah untuk mengikuti ajaran Islam dengan baik. Ditambah dengan
faktor keteladanan yang dimiliki oleh pendakwah, maka kombinasi ini Insya
Allah akan menghasilkan keefektifan gerakan dakwah baik secara personal
maupun komunal.

13
... hatta yakfuruu bithaghuti wa yu’minuu billah ...

D akwah bertujuan agar manusia meninggalkan thagut atau kesyirikan


dan beriman kepada Allah. Thagut pada zaman jahiliyah dikenal
dengan hubal, latta, dan uzza’. Mereka adalah spiritualis pada zamannya.
Masyarakat Mekkah memuat patung mereka sebagai media untuk berdo’a
kepada Tuhan. Pada saat Futuh Mekkah, salah satu simbol penaklukan kota
adalah merusak patung-patung tersebut. Kejadian ini menjadi simbol
kemenangan aqidah bagi masyarakat Kota Mekkah. Jelas dalam masa
kenabian Muhammad, tujuan dakwah adalah membuat masyarakat jahiliyah
meninggalkan Tuhan selain Allah azza wa jalla.
“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat:
"Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka
bumi." (QS. Al-Baqarah: 30)
"Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya
mereka menyembah-Ku." (QS. Adz-Dzariat: 5)
Pada kedua ayat diatas, jelas Allah menegaskan bahwa tiada Tuhan
selain-Nya. Prinsip tauhid inilah yang menjadi arus utama gerak dakwah
Islam. Peran kita sebagai khalifah di bumi Allah haruslah kita optimalkan
sedemikian rupa agar manfaat Islam sangat terasa di muka bumi ini.
Imam Syahid Sayyid Qutb dalam buku fenomenalnya “Petunjuk Jalan”
mengatakan, “Umat manusia sekarang ini berada di tepi jurang kehancuran.
Keadaan ini bukanlah berasal dari ancaman maut yang sedang tergantung di
atas ubun-ubunnya. Ancaman maut itu adalah satu gejala penyakit dan bukan
penyakit itu sendiri”.
Merujuk pada perkataan beliau, bentuk thagut masa kini semakin
berkembang dan lebih bervariasi. Tidak lagi sekedar berbentuk
penyembahan terhadap patung. Penyembahan thagut kini telah
berkembang menjadi samar dan menjurus pada syirik. Thagut masa kini
bisa berbentuk harta, tahta atau jabatan, wanita atau kesenangan dunia
lainnya, dan ramalan. Bahkan fasilitas jejaring sosial juga bisa menjadi
thagut bila digunakan secara berlebihan hingga manusia lalai akan
kewajibannya terhadap Allah. Sering kali memang manusia tidak sadar

14
bahwa ia telah lebih mencintai sesuatu yang ada di dunia ini sampai-sampai
“menyembah” benda itu dengan cara lebih memprioritaskannya, atau lebih
sering memikirkannya.
Dengan demikian, proses pendekatan yang perlu dilakukan dalam
aktivitas dakwah perlu menjadi semakin variatif. Aktivis dakwah kampus
harus mampu mengidentifikasi bentuk-bentuk thagut yang ada disekitar
objek dakwahnya dan membuat siasat anti-thagut yang bisa melawan
thagut semu yang merajalela itu.
Inilah tantangan dakwah kita di masa kini. Oleh karena itu dibutuhkan
pemahaman yang baik dari setiap aktivis dakwah untuk mampu
berdialektika dengan objek dakwah agar dapat memberikan pencerahan
untuk beriman kepada Allah.

H akikat beriman kepada Allah merujuk pada karya Syaikh Muhammad


ibn Sholih Al ‘Utsaimin dalam bukunya “Syarh Tsalatsatul Ushul”.
Dalam buku tersebut beliau menekankan pentingnya memahami hakikat
beriman kepada Allah agar seorang muslim tidak sekedar ikut-ikutan (taklid)
dalam beramal. Beliau menuliskan bahwa dalam keimanan kepada Allah
terkandung empat unsur yang saling berkaitan.
Pertama, keimanan kepada wujudullah (adanya Allah). Maka jelas
batillah pendapat yang mengatakan bahwa Allah tidak ada. Bahkan
keberadaan Allah jelas nyata, baik secara fitrah, akal, syar’i dan secara
indrawi.
Kedua, keimanan kepada sifat rububiyah
Allah, yaitu kita mengimani bahwa hanya

“Engkau beriman
Allah-lah rabb semesta alam dan tidak ada
kepada Allah, malaikat-
satupun sekutu bagi-Nya. Hanya bagi-Nya-lah Nya, kitab-kitab-Nya, Rasul-
hak untuk mencipta, menguasai, dan Rasul-Nya, hari akhir, dan
memerintah. Tidak ada seorang pun yang engkau beriman dengan
mengingkari sifat rububiyah Allah ini kecuali takdir, yang baik dan
orang-orang yang sombong dan meragukan yang buruk.”
perkataan mereka sendiri. -HR Muslim-

Ketiga, keimanan kepada sifat uluhiyah


Allah, yaitu mengimani bahwa hanya Allah-lah

15
yang berhak disembah dan tidak ada satu pun sekutu bagi-Nya. Allah
berfirman, “Dan Tuhanmu adalah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada Tuhan
melainkan Dia Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Baqarah:
163)
Keempat, seorang muslim wajib mengimani nama-nama dan sifat-sifat
Allah yang telah Ia tetapkan bagi diri-Nya dalam kitab-Nya atau Sunnah
Rasul-Nya, tanpa melakukan tahrif, ta’thil, takyif, tamtsil dan tafwidh. Allah
berfirman dalam surat Al-A’raaf, “Hanya milik Allah asmaa-ul husna, maka
bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asmaa-ul husna itu dan
tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam nama-
nama-Nya. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah
mereka kerjakan.” (QS. Al A’raaf: 180)

... wa yakfuruu minazulumati jahiliyati ilaa nuuril islam

P ada akhirnya tujuan dari dakwah adalah mentransformasi masyarakat


yang jahiliyah (dalam hal ini belum tersirami oleh nilai Islam secara
utuh) menuju masyarakat yang tercerahkan oleh cahaya Islam. Masyarakat
seperti ini sering kali disebut sebagai masyarakat madani. Bila berbicara
tentang masyarakat madani, kita merujuk pada tulisan KH. Mas’oed Abidin
yakni mengenai “Implementasi Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi
Kitabullah”. Beliau menerangkan bahwa madani mengandung kata
maddana al-madaina, banaa-ha (membangun) atau hadhdhara
(memperadabkan), dan tamaddana (menjadi beradab) yang nampak dalam
kehidupan masyarakat yang berilmu (rasional) serta memiliki rasa
(emosional) baik secara individu maupun kelompok, serta memiliki
kemandirian (kedaulatan/harga diri) dalam tata ruang dan peraturan-
peraturan yang saling berkaitan.
Merujuk pada referensi lain, pada tulisannya “Menuju Masyarakat
Madani”, cendikiawan muslim Nurcholish Madjid menyatakan bahwa
secara konvensional perkataan madinah memang diartikan sebagai kota.
Tetapi secara ilmu kebahasaan, perkataan itu mengandung makna
peradaban. Dalam bahasa Arab, peradaban memang dinyatakan dalam kata
madaniyah atau tamaddun, selain dalam kata hadharah.

16
Karena itu tindakan Rasulullah mengubah nama Yastrib menjadi
Madinah pada hakikatnya adalah sebagai sebuah pernyataan niat atau
proklamasi bahwa beliau bersama para pendukungnya yang terdiri dari
kaum Muhajirin dan Anshar hendak mendirikan dan membangun
mansyarakat yang beradab.
Oleh karena itu, bisa dikatakan bahwa masyarakat madani adalah
masyarakat berbudaya dan al-madaniyyah (tamaddun) yang maju, modern,
berakhlaq dan memiliki peradaban. Mereka melaksanakan ajaran agama
(syariah) dengan benar. Agama (Islam) tidak dibatasi oleh ruang semata,
seperti masjid, langgar, pesantren atau majelis ta’lim, namun agama juga
menata gerak kehidupan nyata berupa tatanan politik pemerintahan, sosial-
ekonomi, seni budaya, hak asasi manusia, ilmu pengetahuan, dan teknologi
untuk mewujudkan masyarakat yang hidup senang dan makmur dengan
aturan atau syariah yang melindungi hak-hak pribadi, kepemilikan, dan hak-
hak sipil masyarakatnya.
Maka dapat disimpulkan bahwa masyarakat madani adalah masyarakat
kuat, berpendidikan, dan berpandangan kota, meskipun mereka mendiami
daerah pedesaan.

Seperti nampak jelas dalam tatanan masyarakat Madinah el


Munawwarah dimasa kepemimpinan Nabi Muhammad, itulah bentuk
masyarakat yang ingin dibangun di dalam kampus. Rekayasa dakwah di
kampus adalah bagaimana mewujudkan satu tata nilai Islam yang utuh di
dalam lingkungan kampus. Mewujudkan masyarakat kampus yang
menjadikan Islam sebagai petunjuk jalan bagi kehidupan. Menjadikan Islam

17
tidak hanya ada di masjid, akan tetapi juga menjadi bagian menyeluruh
dalam civitas academica. Islam berkembang di kelas, lab, kantin, studio, dan
di seluruh penjuru kampus.
Selain itu rekayasa dakwah di kampus juga mewujudkan kampus yang
menempatkan Islam sebagai referensi utama dalam rujukan sains dan
teknologi karena masyarakat kampus telah yakin bahwa Islam adalah
sumber dari segala ilmu. Kampus menjadikan agama sebagai bagian dari
keberhasilan ilmu pengetahuan dan teknologi. Tidak lagi sekuler dalam
memandang Islam dan ilmu pengetahuan. Agama telah menjadi bagian
yang melekat dalam perkembangan riset yang dilakukan dalam kampus.
Dalam konteks kemahasiswaan, rekayasa dakwah kampus adalah
mewujudkan pemimpin Islam yang kuat serta memiliki karakter. Mereka
mengisi jabatan-jabatan strategis dalam kepemimpinan kemahasiswaan di
kampus. Mereka tidak lagi berjumlah sedikit dan bergerak secara sembunyi-
sembunyi, tetapi tampak jelas, menjadi inspirasi, serta menjadi orang-orang
terdepan dalam pergerakan di kampus. Sebuah masyarakat kampus yang
dipenuhi dengan toleransi dalam beragama dan pemikiran, yang bebas
berekspresi akan tetapi tetap dalam koridor syariah. Mereka bebas
berdebat dan tetap menghormati. Mereka cerdas dan tetap rendah hati.

18
Lembaga Dakwah
yang Harmonis dan Progresif

19
20
BAB 1


START UP
LEMBAGA DAKWAH KAMPUS

P erkembangan Lembaga Dakwah Kampus (LDK) di Indonesia yang


semakin pesat menandakan pula perkembangan minat keislaman di
kalangan terpelajar, yakni mahasiswa. Tercatat sudah ada lebih dari 800
LDK tersebar di seantero Nusantara yang telah memberikan warna
tersendiri dalam perkembangan Islam. Dalam pertemuan FSLDK XV di
Universitas Pattimura Ambon silam, tercatat lebih dari 500 peserta hadir
dari berbagai penjuru tanah air, dengan jumlah peserta yang lumayan
signifikan dari Indonesia bagian timur seperti Sulawesi, Maluku, dan Papua.
Pada bagian awal buku ini, saya akan memulai dengan memberikan tips
sederhana bagi seorang aktivis dakwah kampus untuk mendirikan LDK dari
awal dalam kondisi belum mengetahui medan kampus dan belum memiliki
banyak sahabat seperjuangan yang akan bergerak bersamanya. Kondisi
seperti ini sangat sering terjadi di kampus yang belum tersentuh oleh
dakwah kampus. Tentunya menjadi sebuah tanggung jawab bagi seseorang
yang memahami dakwah di sebuah kampus untuk memulai lahirnya embrio
LDK di kampus tersebut.
Ada enam langkah perdana yang bisa kita lakukan untuk memulai
sebuah LDK. Enam langkah sederhana berikut bisa dijalankan dengan bekal
keyakinan dan konsistensi dalam berjuang.

21
Membentuk Kelompok Inisiator Awal

L angkah pertama adalah dengan membentuk kelompok kecil yang


menjadi embrio pergerakan pendirian LDK. Kelompok ini terdiri dari
beberapa orang mahasiswa dan mahasiswi yang nantinya akan bekerja
bersama dalam menyusun rencana dan strategi dakwah untuk menebarkan
nilai Islam di kampus. Anda bisa memulainya dengan mendekati teman
kuliah Anda yang tampak rajin beribadah atau memiliki perhatian lebih
terhadap Islam dan perkembangannya. Ajaklah mereka dengan cara yang
persuasif dan ramah sehingga mereka yakin bahwa dengan mengorbankan
waktu lebih untuk memikirkan Islam, mereka berarti telah mengorbankan
waktu yang mulia. Melalui kelompok inilah Anda bisa memulai perencanaan
strategi pendirian LDK di kampus Anda.
Langkah selanjutnya adalah menguatkan kelompok kecil ini agar
memiliki keeratan persaudaraan Islam dan saling memahami satu sama
lain. Langkah ini sangat perlu dilakukan karena untuk membangun sebuah
LDK dibutuhkan konsistensi dari para pelaku dakwah itu sendiri. Selain
menguatkan tali persaudaraan, kelompok kecil ini juga perlu saling belajar
dan meningkatkan kapasitas keislamannya. Rasulullah pernah
mencontohkannya saat memulai pergerakan Islam dengan para
Ashabiqunal Awwalun. Pada masa tersebut pendalaman nilai keislaman

22
langsung dilakukan oleh Rasulullah terhadap para sahabat. Dalam
penguatan awal kelompok kecil ini, proses saling menasehati atau
menyampaikan materi bisa dilakukan secara bergantian satu sama lain, atau
dengan mengundang pemateri dari luar kelompok.



Dekati Tokoh Kampus dan Rektorat

M endekati tokoh kampus merupakan suatu langkah yang perlu


dilakukan untuk meningkatkan daya tawar dan memperkokoh
posisi kelompok Islam di sebuah kampus. Dukungan dari para tokoh
kampus seperti ketua BEM, mahasiswa berprestasi, atlet mahasiswa, dan
sebagainya dapat memberikan sebuah kesan bahwa Islam bisa menjadi
bagian dari kehidupan kampus. Islam tidak terpisah dari prestasi dan
keberhasilan. Dengan cara inilah Islam bisa lebih dirasakan sebagai bagian
dari masyarakat kampus sehingga secara tidak langsung nilai-nilai Islam
telah tersebar kepada civitas academica.
Proses pendekatan kepada tokoh ini juga dilakukan oleh Rasulullah
pada fase awal dakwahnya. Beliau mendekati berbagai tokoh seperti Abu
Bakar dari kalangan bangsawan, Utsman bin Affan dari kalangan
pengusaha, Ali bin Abi Thalib dari kalangan pemuda dan Hamzah bin Abdul
Muthalib dari kalangan ahli perang. Semua ini dilakukan untuk memberikan
dampak yang lebih besar terhadap persebaran nilai Islam di masyarakat
Mekkah saat itu.
Begitu pula pada tahap awal pengembangan dakwah di kampus. Para
tokoh kampus bisa menjadi perpanjangan tangan untuk menyentuh
kalangan objek dakwah tertentu. Sebutlah ketua BEM yang dapat
menyentuh para aktivis mahasiswa, atau mahasiswa berprestasi yang dapat
memberikan citra positif pada dakwah Islam. Namun perlu diingat, jika diri
kita yang sebagai embrio LDK merupakan tokoh di kampus, maka hal ini
jauh lebih baik karena citra positif sudah melekat pada diri kita sendiri,
sehingga kita tidak perlu mengandalkan ketokohan orang lain.
Selain itu dosen dan birokrat kampus juga perlu kita dekati. Langkah
awalnya adalah dengan memperkenalkan diri terlebih dahulu agar

23
setidaknya ia mengetahui ada sekelompok kecil mahasiswa yang peduli
pada Islam di kampus Anda. Jika proses pendekatan berjalan mulus, maka
langkah selanjutnya adalah mengajak beliau untuk bergabung atau menjadi
pengisi agenda dakwah yang diselenggarakan.



Perkenalkan diri ke LDK Sewilayah

D ukungan dari kampus lain dalam mendirikan LDK sangatlah penting


terutama untuk bantuan pembinaan dan agenda syiar. Dengan
dukungan dari kampus lain, sebuah kampus yang baru berkembang dapat
meminta bantuan mentor untuk pendampingan pendirian LDK dan
pembinaan mentoring, serta mendapatkan akses ke pemateri yang
kompeten untuk mengisi acara syiar yang dilakukan.
Bergabungnya kelompok kecil ini ke dalam Forum Silaturahim
Lembaga Dakwah Kampus (FSLDK) sebagai forum antar LDK nasional akan
memberikan akselerasi tersendiri bagi LDK yang baru akan berkembang.
Pada pengalaman saya saat menjadi koordinator pusat komunikasi daerah
FSLDK Bandung Raya, saya melakukan pendampingan selama enam bulan
ke aktivis dakwah di sebuah kampus yang akan mendirikan LDK dari nol.
Beberapa langkah yang saya lakukan saat itu antara lain:
1. Menjadi mentor untuk kelompok mentoring kelompok kecil penggagas
dakwah di kampus tersebut
2. Mengadakan konsultasi rutin kepada para aktivis dakwah di kampus
tersebut hingga mereka berhasil melegalkan sebuah LDK
3. Memberikan suplai materi, contoh publikasi, hingga melatih softskill
agar para aktivis di kampus tersebut dapat berkreasi lebih banyak
4. Membantu akses jaringan ke ustadz yang berkapasitas untuk mengisi
acara syiar di kampus tersebut.
Berkat izin Allah, selama enam bulan sejak pertemuan pertama saya
dengan aktivis di kampus tersebut, ia mendirikan sebuah LDK dan
mengelola penuh masjid kampus yang juga berperan sebagai markas
dakwah di kampus tersebut. Pengalaman ini meyakinkan saya, untuk
mengajak kepada para inisiator dakwah di sebuah kampus agar

24
memperkenalkan diri ke FSLDK setempat agar dapat lebih cepat dalam
mengakselerasi dakwah di kampus anda.



Menyusun Organisasi Kerja Sederhana

K elompok kecil para penggagas dakwah kampus kemudian perlu


dikelola dengan tepat. Buatlah organisasi kerja sederhana agar gerak
dakwah yang dijalankan menjadi lebih rapi. Organisasi sederhana ini tidak
perlu rumit, cukup dengan membagi peran sederhana seperti posisi ketua,
sekretaris, bendahara, syiar dan kaderisasi. Tentunya jumlah posisi
disesuaikan dengan jumlah SDM yang ada.
Tujuan dari menyusun organisasi ini selain untuk lebih merapikan gerak
dakwah, juga untuk persiapan menuju legalisasi LDK. Dengan adanya
struktur ini, masyarakat kampus akan menilai bahwa kelompok penggagas
organisasi keislaman di kampus sudah siap untuk menjadi sebuah lembaga
dakwah kampus. Tentu organisasi sederhana ini akan menjadi daya dorong
tersendiri dalam mewujudkan eksistensi LDK di kampus.
Selain itu dengan adanya organisasi ini, kesempatan untuk mengajak
lebih banyak mahasiswa dan mahasiswi lain bergabung dalam barisan
dakwah kampus menjadi lebih terbuka. Mereka yang berhasil diajak
bergabung dapat mengikuti pembinaan rutin dan beraktivitas di dalam
kegiatan sederhana yang dibuat oleh para embrio LDK ini.



Mengadakan Kegiatan Keislaman secara Berkala

O rganisasi kerja yang telah dibuat dapat lebih mengarahkan gerak


dakwah sehingga memungkinan kita untuk mulai membuat beberapa
program pembinaan dan syiar yang berkala dan terukur. Kegiatan
pembinaan yang bisa dijalankan untuk para kader yang sudah bergabung
antara lain mentoring, mabit, ta’lim rutin dan acara kekeluargaan.
Sedangkan untuk kegiatan syiar, kita bisa mengadakan ta’lim rutin,
mengelola mading kampus, berdakwah di dunia maya, dan outbound.

25
Kesinambungan antara pembinaan dan syiar secara perlahan akan
membuat gerak dakwah kampus menemukan karakternya. Perlahan namun
pasti anda akan memahami karakter mahasiswa yang menjadi objek
dakwah di kampus Anda. Alhasil inovasi dan kreativitas baru dalam
mengembangkan dakwah kampus pun akan berkembang. Kegiatan
keislaman secara berkala ini akan memberikan sebuah pencitraan dan
pengopinian kepada masyarakat kampus tentang keberadaan lembaga
Islam dan urgensi adanya lembaga ini di sebuah kampus. Ini pula yang
dilakukan oleh Rasulullah ketika berdakwah. Beliau membangun opini
besarnya Islam terlebih dahulu pada era Mekkah. Lalu setelah 13 tahun
berdakwah di Mekkah barulah Beliau melanjutkannya dengan mendirikan
institusi Islam berupa lembaga pemerintahan saat berada di Madinah.


Mempersiapkan Legalisasi

L angkah terakhir dalam mendirikan LDK adalah mempersiapkan langkah


legalisasi LDK di kampus. Legalisasi ini adalah bukti pengakuan secara
formal yang memberikan banyak kesempatan dan kemudahan dalam
berdakwah. Status legal ini akan memberikan kita kemudahan
menggunakan nama kampus untuk mengadakan kegiatan atau mencari
dana dakwah. Gerak dakwah di kampus pun menjadi lebih nyaman dan
bebas karena telah mendapat status yang legal dan jelas.
Langkah untuk legalisasi tentunya harus merujuk pada peraturan di
kampus masing-masing. Syarat standar yang sering diperlukan antara lain
adalah kriteria jumlah anggota, adanya bentuk organisasi sederhana, profil
lembaga, serta memiliki dosen pembina. Usahakan untuk memenuhi syarat-
syarat yang dibutuhkan di kampus Anda. Kemudian mulailah mengurus
secara administrasi pelegalan LDK Anda. Dengan demikian setelah legal LDK
akan siap untuk bergerak lebih harmonis.
In harmonia progressio.

26
BAB 2


DASAR-DASAR PERENCANAAN
DAKWAH KAMPUS
“Kejahatan yang terorganisir dapat mengalahkan kebaikan
yang tidak terorganisir.”
Ali bin Abi Thalib

P erkembangan aktivitas dakwah di kampus yang semakin terbuka,


dinamis, dan progresif membutuhkan kejelian dan kecerdasan
tersendiri di dalam diri para kader dakwah yang melaksanakannya.
Pergolakan demi pergolakan, langkah maju maupun mundur dari sebuah
gerakan dakwah, sangat dipengaruhi oleh sejauh mana para kader
mempersiapkan agenda dakwah dengan matang. Jangan sampai kader
bergerak sporadis dengan modal semangat saja, yang pada akhirnya hanya
menerima hasil yang tidak sebanding dengan potensi yang dimiliki.
Pernah saya jumpai sebuah LDK yang tidak mengalami perubahan yang
signifikan dari tahun ke tahun. LDK ini hanya menjalankan agendanya
seperti rutinitas biasa yang tidak terarah. Terkadang para kadernya telah
cukup puas dengan keberhasilan sesaat pada tahun tersebut sehingga
kebijakan yang diambil untuk tahun mendatang sekedar meng-copy-paste
agenda tahun sebelumnya dengan harapan bisa menuai hasil yang serupa.
Apakah kita menghendaki LDK yang kita kelola hanya mengulang
kesuksesan yang ada? Mungkin secara kasat mata, akan ada pemikiran
bahwa mengulang kesuksesan yang sama tahun lalu adalah sebuah
kebaikan atau suatu hal yang dikehendaki. Akan tetapi sejatinya pemikiran
tersebut bukanlah pemikiran yang baik. Sebuah LDK harus bisa membuat
perubahan dari tahun ke tahun. Sebuah LDK harus berani bereksperimen

27
dari tahun ke tahun. Sebuah LDK harus mampu mengalami eskalasi skala
dan kualitas dakwah setiap tahunnya.
Untuk itu semua, diperlukan sebuah perencanaan dakwah dalam skala
tertentu, mulai dari perencanaan tahunan, tiga tahunan, enam tahunan,
atau jika memungkinkan hingga satu dekade mendatang.



P erencanaan adalah suatu bagian yang tidak terpisahkan dalam hidup


ini. Begitu pula bagi sebuah LDK. LDK memerlukan perencanaan dalam
penyusunan agenda dakwahnya. Seorang bijak pernah berkata,
“Perencanaan masa depan hanya bisa dipikirkan untuk orang dengan level
ekonomi menengah ke atas, akan tetapi untuk level ekonomi rendah hanya
bisa merencakan hidup mereka di hari esok”. Maksudnya adalah sebuah
LDK yang masih muda biasanya sulit memikirkan rencana jangka panjang,
maka cukuplah dengan merencanakan agenda dakwah untuk tahun
berikutnya. Sedangkan LDK yang sudah stabil memiliki potensi untuk
merencanakan agenda dakwahnya bahkan hingga lebih dari dua tahun
berikutnya.
Akan tetapi, perlu dipahami bersama, setelah saya melihat kembali
beberapa data tentang perkembangan LDK di Indonesia, LDK bisa memiliki
perencanaan jangka panjang bersama. Perencanaan dari LDK yang sudah
stabil bisa digunakan untuk LDK muda dengan sedikit penyesuaian. Oleh
karena itu, bijak kiranya bagi kita semua untuk saling berbagi mengenai
perencanaan dakwah yang dilaksanakan di LDK kita masing-masing.
Perlu diperhatikan pula bahwa dalam melakukan perencanaan tidak
perlu dibuat kompleks dan detail sekali. Yang terpenting adalah arah dan
jalur yang digunakan. Biarkan perencanaan itu berkembang dalam
pelaksanaannya, karena banyak sekali variabel yang mungkin terjadi dalam
perjalanan implementasi perencanaan tersebut. Dengan menggunakan
bahasa perencanaan yang global, para penerus kita juga bisa banyak
berkreasi tanpa terkotak-kotak dengan pemikiran kita yang belum tentu
cocok dengan kondisi mereka di masa yang akan datang.


28
B agian berikut akan memaparkan bagaimana proses perencanaan
dakwah kampus yang baik berdasarkan literatur dan pengalaman yang
saya alami. Perencanaan yang baik akan menghasilkan keberhasilan dan
kegagalan akan sebuah tujuan selalu disebabkan oleh kegagalan dalam
perencanaan. Rasulullah selalu mengajarkan untuk melakukan perencanaan
yang matang sebelum menjalankan perjuangan, sebagaimana contoh yang
dikenal luas saat di Perang Uhud dan Perang Khandak saat pasukan Islam
berhasil membuat taktik perang yang jitu.

Data Akurat

Siklus Perencanaan Dakwah

Mengumpulkan Data

S eperti tampak pada skema di atas, data memiliki peran pada semua
tahapan perencanaan, sebab datalah yang membuat proses
pengambilan kebijakan menjadi ilmiah dan dapat dipertanggungjawabkan.
Namun di budaya kita data tampaknya belum dijadikan sebuah hal yang
berharga. Sering kali data hanya menjadi suatu dokumen lewat yang tidak

29
bermanfaat. Sebetulnya bukannya data itu tidak bermanfaat, kita sajalah
yang kurang mengerti akan arti dari data itu sendiri.
Keberadaan data sangat berguna dalam pengambilan kebijakan.
Ketiadaan data yang layak membuat rapat LDK sering kali memanfaatkan
asumsi yang salah. Pada sebuah contoh kasus, seorang pemimpin dakwah
mencetuskan bahwa banyak sekali mahasiswa muslim yang tidak suka pada
LDK. Akhirnya pembahasan rapat berkutat untuk menyelesaikan masalah
tersebut. Setelah diambil data beberapa waktu kemudian, ternyata yang
tidak suka pada LDK hanya 1% dari mahasiswa muslim. Jumlah yang sangat
sedikit jika dibandingkan dengan 99% mahasiswa muslim yang senang pada
LDK. Asumsi yang salah kerap kali membuat kebijakan dakwah kita kurang
tepat.
Oleh karena itu mulai dikembangkan di LDK saya suatu biro yang
khusus menangani data. Mengenai bentuk data yang dikumpulkan, akan
saya coba bagi menjadi dua jenis yakni data rutin dan data eksidental.

 Data Rutin
Data rutin diperlukan LDK untuk mengetahui perkembangan sebuah
keadaan. Data rutin ini diperbaharui pada setiap periode yang telah
ditentukan. Isi data rutin bersifat pasti. Contohnya, jumlah mahasiswa
muslim yang ikut mentoring, peserta ta’lim rutin program studi, jumlah kas
lembaga dakwah, jumlah mahasiswi muslim yang berjilbab, dan lain
sebagainya. Hasilnya bisa dirangkum ke dalam buku data LDK. Data
tersebut dapat dimanfaatkan di rapat LDK agar proses pengambilan
kebijakan lebih tepat.

 Data Eksidental
Data eksidental adalah data yang berbasiskan kebutuhan yang diambil
sesuai dengan momen tertentu. Data eksidental berperan dalam
pengambilan kebijakan jangka pendek. Contohnya, penentuan tema buletin
bulanan, tema ta’lim yang diharapkan, daya keberterimaan LDK di kampus,
dan lain sebagainya.
Setelah mengenal jenis data, berikut akan saya jelaskan dua metode
pengambilan data yang dapat kita lakukan, yakni metode sensus dan survei.

30
 Sensus
Pada konsepnya sensus adalah pengambilan data secara menyeluruh,
dengan melibatkan semua populasi untuk memberikan datanya. Pada jenis
metode sensus ini, data yang dihasilkan berupa data kuantitatif. Sering kali
pula metode ini digunakan untuk mengumpulkan data rutin karena pihak
pengelola data harus memeriksa satu per satu kondisi responden.
Kerjasama semua lapisan dakwah dibutuhkan di metode jenis ini.
Di LDK saya, GAMAIS ITB, data sensus dirangkum dalam sebuah buku
data yang kemudian diberikan kepada pengurus lembaga dakwah program
studi. Selanjutnya mereka mengisi data tersebut secara detail. Pada proses
pengambilan data sensus ini, seluruh mahasiswa betul-betul terlibat di
dalamnya. Contohnya pada data jumlah mahasiswa muslim yang ikut
mentoring, tentunya kita harus mengidentifikasi siapa saja yang muslim, lalu
memeriksa mahasiswa mana yang ikut mentoring.

 Survei
Survei adalah metode pengambilan data dengan menggunakan
sampel. Data eksidental biasanya didapat melalui metode survei karena
memang yang menjadi sasarannya adalah pengambilan sampel. Sampel
berarti sumber data atau responden yang hanya berasal dari sebagian
anggota populasi. Pada pelaksanaan survei ini ada dua hal penting yang
harus kita perhatikan, yakni jenis pertanyaan yang akan diajukan serta
teknik pengambilan sampelnya.
Penyusunan kata demi kata dalam kalimat pertanyaan adalah hal yang
utama. Kita perlu memberikan pertanyaan yang friendly dan mudah
dipahami agar jawaban yang diberikan juga tepat. Pemilihan jumlah
pertanyaan juga harus sesuai agar tidak ada pertanyaan yang mubazir atau
tidak berguna dalam pengelolaan data nantinya.
Sedangkan pada teknik pengambilan sampelnya, ada banyak metode
yang bisa digunakan. Untuk memahami dengan lebih komprehensif, saya
merekomendasikan buku “Statistical Analysis” karangan Sam Kash
Kachigan.

31
Pada dasarnya metode sampling ini sangat mudah konsepnya. Hanya
saja terkadang aplikasinya sering kali melanggar prinsip yang ada. Sebagai
contoh, pada sebuah program studi yang berjumlah 400 mahasiswa, Anda
bermaksud mengadakan sebuah ta’lim dengan sebelumnya mengambil
sampel untuk menentukan temanya. Anda telah membuat pertanyaan dan
akan melakukan sampling.
Bagaimana melakukannya?
Dalam sampling, angka 10% dari populasi sudah bisa menunjukkan
keterwakilan dan kelayakan data. Maka, 10% dari 400 adalah 40 orang. Anda
bagi 40 orang ini dengan jumah angkatan yang ada. Biasanya ada 4
angkatan yang masih aktif di sebuah program studi. Hasilnya akan
didapatkan angka 10 orang untuk setiap angkatan. Selanjutnya Anda bisa
menggunakan dua metode untuk menentukan siapa yang akan Anda mintai
mengisi kuesioner.
Pertama, Anda punya undian bertuliskan Nomor Induk Mahasiswa
(NIM). Undi saja 10 orang untuk setiap angkatan. Siapa yang NIM-nya
muncul akan jadi sampel untuk mengisi kuesioner Anda. Cara lain bisa pula
dengan menentukan mahasiswa dengan NIM kelipatan 10 (10, 20, 30, dst)
akan mendapatkan hak untuk mengisi kuesioner.
Dapat Anda nilai bahwa pada contoh tersebut setiap mahasiswa
memperoleh kesempatan yang sama untuk mengisi kuesioner. Jangan
sampai sampling itu hanya diberikan secara acak namun hanya kepada
orang-orang terdekat saja sehingga objektivitas tidak bisa
dipertanggungjawabkan.



Menganalisis Kondisi Internal dan Eksternal

P ada perencanaan tahap pertama, kita perlu melihat potensi dan


kelemahan LDK kita (dilihat dari segi internal), serta menilai daya
dukung dan tantangan yang datang dari luar (dari segi eksternal). Istilahnya
oleh para ahli manajemen adalah pengidentifikasian SWOT (Strength,
Weakness, Opportunity, Threat).

32
Dalam tahapan ini kita harus mampu melihat potensi yang dimiliki LDK
kita, seperti jumlah kader yang banyak, LDK sudah legal, atau dana dakwah
yang mencukupi. Selain itu juga melihat kelemahan yang ada. Tentunya
dengan harapan bisa diperbaiki di masa yang akan datang, sehingga LDK
bisa membuat kebijakan yang lebih tepat. Sebagai contoh, kader banyak
yang belum memiliki pemahaman dakwah yang komprehensif, atau adanya
kelompok yang antipati terhadap LDK.
Setelah memperhatikan keadaan internal, maka LDK perlu
memperhatikan keadaan eksternal berupa daya dukung dari luar, misalnya
seperti adanya Forum Silaturahim Lembaga Dakwah Kampus (FSLDK) yang
siap mengakselerasi LDK. Selain itu juga dengan memperhatikan hambatan
dan tantangan dari luar, seperti tuntutan akademis yang semakin tinggi.
Perlu diingat kembali, bahwa semua tinjauan ini harus disertai dengan data
dan fakta yang jelas.



Perumusan Grand Design Dakwah

G rand Design Dakwah (GDD) adalah gambaran umum mengenai pola


dan arah gerak LDK di beberapa tahun mendatang. Lamanya tahun
yang direncanakan sesuai dengan kemampuan LDK masing-masing. Bentuk
penyusunannya bermula dari konsep yang meliputi keseluruhan gerak

33
umum LDK dengan penentuan visi, misi, sistem, alur, dan sebagainya.
Kemudian dilanjutkan dengan penyusunan yang lebih bersifat khusus,
tergantung dengan sektor-sektor yang ada di LDK.
Yang saya ketahui, LDK yang sudah pernah membuat GDD belum
terbilang banyak. Sebutlah GAMAIS ITB yang memiliki Blue Print GAMAIS
ITB 2008-2013, serta SALAM UI yang memiliki Manajemen Mutu SALAM UI
(MMS SALAM UI). Perumusan GDD ini bertujuan agar ada pembangunan
yang berkelanjutan (sustainable development) dari LDK kita sehingga para
penerus di masa yang akan datang bisa melanjutkan perjuangan kader-
kader sebelumnya.



Menentukan Parameter Keberhasilan

P arameter keberhasilan ini diharapkan bisa menjadi pedoman kuantitatif


maupun kualitatif target keberhasilan di setiap periode. Jika
perencanaan dibuat untuk tiga tahun, maka perlu ada target pencapaian
per satu tahun. Berikut ini adalah contoh parameter keberhasilan yang
digunakan di GAMAIS ITB.

Tabel Parameter Keberhasilan


Kader LDK GAMAIS ITB
Aspek 2008 2009 2010
Kualitas dan a. 50% mahasiswa a. 60% a. 70% mahasiswa
Kuantitas Kader muslim S1 ITB mahasiswa muslim S1 ITB
adalah kader muslim S1 ITB adalah kader
mula adalah kader mula
b. 45% kader mula mula b. 60% kader
menjadi kader b. 50% kader mula menjadi
muda mula menjadi kader muda
c. 40% kader kader muda c. 40% kader
muda menjadi c. 40% kader muda menjadi
kader madya muda menjadi kader madya
kader madya

34
Aspek 2008 2009 2010
Kualitas dan d. 30% kader d. 35% kader d. 35% kader
Kuantitas Kader madya menjadi madya madya menjadi
kader purna menjadi kader kader purna
purna

Tabel Parameter Keberhasilan Tim


Pelatihan Manajemen LDK GAMAIS ITB

No Parameter 2008 2009 2010


1 Jumlah Trainer 10 20 30
Membuka SPMN
2 Mampu melayani Menjadi lembaga
SPMN TC branch di seluruh
seluruh LDK profesional
PUSKOMDA
Memproduksi Menerbitkan
Memproduksi buku tentang 1000 buku
3 Buku buku tentang pemikiran referensi gerakan
manajemen LDK mahasiswa dan mahasiswa dan
isu kontemporer dakwah kampus
4 Wilayah Kerja Nasional ASEAN ASEAN
Perangkat
5 Tim khusus dan Sekretariat,
Perangkat Manajemen
solid Legalitas lembaga
Lengkap

Dari contoh ini saya rasa sudah bisa dipahami bagaimana


pembuatannya. Dalam pola pemikirannya dimulai dari memahami Grand
Design Dakwah dan menentukan kriteria keberhasilan. Lalu diturunkan
kembali ke parameter yang diharapkan. Dengan adanya parameter ini, LDK
bisa mempunyai target yang jelas di setiap periode untuk menilai
keberhasilan kinerjanya.



35
Menetapkan Alternatif Program dan Proyek Dakwah

P ertama saya ingin menjelaskan perbedaan antara program dan proyek.


Program dalam konteks ke-LDK-an adalah segala kegiatan yang
berhubungan dengan kepanitiaan, seperti program idul Qurban, program
PMB, program Ramadhan, dan sebagainya. Sedangkan proyek adalah
segala kegiatan yang berhubungan dengan tim khusus. Outputnya biasanya
berupa sebuah kebijakan tertentu, seperti proyek legalisasi LDK, proyek
penyusunan konsep kaderisasi dan sebagainya.
Pada tahapan ini kita mulai menyusun dan membuat strategi program
dan proyek yang sekiranya cocok dan tepat untuk memenuhi parameter
keberhasilan yang telah dirancang. Brainstorming ide dan inovasi program
dan proyek diharapkan dapat berkembang di tahap ini. Perlu dilakukan juga
pengambilan data dari objek dakwah untuk melihat preference dan taste
mereka agar penentuan program dan proyek ini bisa tepat sasaran. Satu hal
yang ingin saya ingatkan, give them what they need, don’t give them what
we need. Dalam penentuan agenda dakwah kita perlu memperhatikan
preference dari objek dakwah. Jangan hanya melihat apa yang kita
butuhkan.
Tahap penentuan program dan proyek dakwah dirangkum dalam
program kerja (proker) tahunan. Biasanya program kerja dibuat oleh setiap
departemen di LDK Dalam penyusunan proker tahunan perlu diperhatikan
juga aspek detail seperti dana yang dibutuhkan, deskripsi agenda,
parameter keberhasilan, waktu yang direncanakan dan penanggung jawab
agenda dakwah. Dengan sistematika seperti ini disamping memudahkan
eksekusi agenda, penerus kita juga akan dapat memahami dokumen
peninggalan kita ketika mempelajarinya kelak.
Setelah penentuan proker ada dua tahap lagi yang perlu kita lakukan
sebelum proker dieksekusi.
Pertama, auditing dana. Setiap kegiatan butuh dana. Terkadang dana
yang ada di LDK terbatas sehingga diperlukan adanya auditing keuangan
agar setiap proker mendapatkan hak yang proporsional. Setiap departemen
perlu menentukan prioritas proker, sehingga dapat diketahui proker mana

36
yang membutuhkan dana lebih besar dibandingkan proker lainnya. Dengan
adanya auditing ini, departemen bisa konsisten dalam mengelola dana.
Kedua, sinkronisasi timeline. Proker yang berjalan paralel di setiap
departemen terkadang membuat jadwal agenda kita bentrok satu sama
lain. Oleh karena itu diperlukan sinkronisasi timeline, agar semua kegiatan
dapat berjalan dengan baik, tidak bertubrukan dengan jadwal agenda
dakwah yang lain.
Setelah dua hal ini dilakukan, maka kita sudah bisa mengeksekusi
proker dakwah yang telah disusun.



Eksekusi Program dan Proyek Dakwah

K arena LDK mendidik kita untuk menjadi kader yang produktif dalam
beramal, maka tahap pelaksanaan ini adalah tahap yang paling penting
dalam dakwah.
Pada tahap ini terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu:
a) Keadaan ruhiyah kader. Jangan sampai karena beramal terlalu banyak,
dia semakin jauh dari Allah
b) Keadaan nuansa kekeluargaan di dalam LDK. Inilah yang membuat
kader bertahan lama di LDK. Nuansa kekeluargaan membuat kader
merasa nyaman dan produktif. Saya pernah berkata kepada mahasiswa
baru di masa awal mereka masuk ke GAMAIS ITB, “Selamat datang di
GAMAIS ITB. Selamat datang para putra-putri terbaik bangsa. Mulai
saat ini GAMAIS adalah keluarga baru untuk kalian. Teman Anda di
sebelah kanan dan kiri adalah anggota keluarga kita juga, dan saya
adalah kepala keluarga dakwah ini. Selamat datang di keluarga baru,
tempat kita akan senang dan sedih bersama.”
c) Kondisi akademik kader. Jangan sampai pula agenda dakwah yang
disusun membuat kondisi akademik kader menurun. Karena kuliah
merupakan tugas utama mahasiswa, maka memastikan IP kader baik-
baik saja adalah tugas seorang pemimpin.


37
Monitoring dan Evaluasi

M onitoring berfungsi untuk memastikan program kerja berjalan


dengan baik, dan parameter keberhasilan yang sudah direncanakan
seusai dengan target. Melalui monitoring ini pula LDK dapat menjalankan
fungsi evaluasi berkala agar penyimpangan dan kesalahan yang ada bisa
segera diantisipasi. Kegiatan ini dapat dilakukan oleh tim Steering Comitee
yang punya peran sangat penting dalam memonitor agenda dakwah dan
kader yang ada di dalamnya. Karena orientasi beberapa agenda dakwah
berbasiskan pada kegiatan rekrutmen kader, maka tim Steering Comitee
perlu merumuskan juga bagaimana caranya agar agenda dakwah yang
dilakukan tetap dapat produktif.
Pada tahap evaluasi, terdapat beragam bentuk pendekatan. Mulai dari
pendekatan dari segi agenda dakwah itu sendiri dengan menilai sudahkah
agenda tersebut memenuhi parameter keberhasilan? Lalu pendekatan dari
segi kader yang terkait dengan hasil rekrutmen kader setelah pelaksanaan
suatu agenda dakwah. Terakhir adalah pendekatan dari segi objek dakwah
yang terkait dengan tanggapan mereka terhadap agenda dakwah LDK.
Evaluasi untuk LDK biasanya termaktub dalam laporan
pertanggungjawaban tahunan. Evaluasi ini sangat penting untuk dilakukan
karena sekaligus memberikan rekomendasi terhadap rencana dakwah pada
tahun mendatang. Dengan adanya evaluasi yang baik yang didukung oleh
data yang kuat, perencanaan dakwah ke depannya akan tergambar dengan
lebih jelas.



L DK tidak mengenal akhir dari siklus perencanaan dakwah. Tahapan-


tahapan pada siklus tersebut harus terus berulang karena tuntutan
kondisi kampus yang juga terus berubah. Siklus ini pun bisa kita modifikasi
sesuai kebutuhan, sebutlah untuk perencanaan kegiatan kepanitiaan. Jadi
tidak hanya bisa digunakan untuk proses perencanaan dakwah. Dengan
memahami siklus ini, kita berharap akan terwujud suatu sustainable
development dalam keberjalanan LDK kita.

38
T
t
ti
i
M
p
b
h
r
u
o
k
g
n
e
d
m
a
l
s
I
c TAHAPAN PENGEMBANGAN
LEMBAGA DAKWAH KAMPUS

Membangun
Membang
Membang
bangunan
kampus secara
un basis
keseluruhan
BAB 3


ahapan dakwah bisa diibaratkan sebagai anak-anak tangga yang


tersusun menuju ke sebuah hasil. Berpegang pada tahapan ini

dengan konsep
kader
institusi
massainti
membuat segala yang kita lakukan menjadi terarah. Tahapan ini tidak
dibatasi oleh waktu, bisa saja dalam menyelesaikan salah satu tahapnya
setiap LDK membutuhkan waktu yang berbeda-beda. Namun tentunya

Islam
dalam menyelesaikan setiap tahap yang ada, LDK harus memenuhi kriteria-
kriteria yang diperlukan sebelum dapat mulai melangkah ke tahap
selanjutnya.
Apa saja tahapan dakwah yang ada?
Dalam tulisan ini saya akan mencoba memaparkan empat tahap yang
bisa dilalui.

39
Tahap Pertama: Membangun Basis Kader Inti

D alam risalah dakwah yang Rasulullah ajarkan, sebagaimana kita


ketahui ada golongan yang pertama masuk Islam. Mereka kita kenal
dengan sebutan Ashabiqunal Awwalun. Golongan pertama ini dibina
dengan intens oleh Rasulullah dalam rangka menguatkan fondasi paling
dasar dari bangunan Islam. Mereka memperoleh pembinaan selama 10
tahun, atau hampir setengah dari masa kenabian Rasul. Sebagaimana yang
beliau lakukan terhadap binaannya, LDK pun melakukan hal yang sama,
tentunya dengan waktu yang harus lebih cepat karena kondisi dakwah
kampus relatif singkat.
Kaderisasi yang dilakukan pada kader inti ini bersifat khusus dan
terbatas, sehingga segala yang dibutuhkan untuk dakwah kedepannya
diharapkan betul-betul dimiliki oleh kader inti ini.
Hal–hal apa sajakah yang harus dimilki oleh seorang kader inti?
Berikut akan saya jelaskan tiga hal yang menjadi kebutuhan utama
yang perlu dimiliki oleh kader inti suatu LDK:
 Kepribadian seorang muslim
Kepribadian ini meliputi karakter-karakter yang diperlukan seseorang
dalam kehidupannya. Dengan ini berarti ia mengamalkan ajaran Islam dan
bisa mengajarkannya kepada orang lain. Seorang kader inti harus memiliki
aqidah yang bersih, ibadah yang benar, akhlak yang baik, tubuh yang sehat,
kuat kemampuan finansialnya, pikiran yang intelek, bersungguh-sungguh
dan tekun dalam segala hal, memiliki manajemen diri yang baik, disiplin
terhadap waktu serta mempunyai paradigma untuk selalu bermanfaat bagi
orang lain. Dengan adanya kepribadian ini, diharapkan seorang kader inti
bisa menjadi teladan, bisa menjadi guru, dan diterima di kalangan
masyarakat luas.
 Kredibilitas dan moralitas pemimpin
Islam mendidik para umatnya untuk menjadi pemimpin bagi dirinya
sendiri dan bagi kalangannya. Dalam hal ini, seorang kader inti diharapkan
bisa menjadi pemimpin di mana pun dia berada untuk mengubah kondisi

40
umat yang dipimpinnya menjadi lebih baik, bukan demi kekuasaan semata.
Oleh karena itu paradigma berdakwah dan paradigma memberikan cahaya
Islam di muka bumi harus tertanam dengan baik di hati kader inti.
Menjadi pemimpin adalah sebuah keniscayaan bagi seorang muslim.
Sehingga dalam tahap ini seorang kader inti harus dididik menjadi
pemimimpin yang kuat dan bertanggung jawab, seorang pemimpin yang
bisa mengayomi seluruh umatnya, maupun seorang pemimpin yang bisa
menjadi ulama sekaligus umara dalam waktu yang bersamaan.
 Kemampuan khusus lainnya
Setiap manusia dilahirkan dengan potensi, minat, dan bakat yang
berbeda-beda. Ada seseorang yang ahli di bidang seni, ada yang mahir
berdagang—saat ini kita kenal sebagai entrepreneur—ada yang ahli
berolahraga, dan lain sebagainya. Kemampuan khusus ini haruslah
dikembangkan secara bijak dan tepat, karena mengasah potensi seseorang
akan menghasilkan perkembangan yang jauh lebih pesat ketimbang
memperbaiki kelemahannya.
Rasulullah pun mendidik para sahabat dengan cara memaksimalkan
kemampuan khusus mereka. Sebutlah Ali bin Abi Thalib yang cerdas dan
gemar menuntut ilmu, Umar bin Khattab yang ahli bermain pedang, Mushaf
bin Umair yang merupakan seorang pedagang sukses, serta sahabat-
sahabat lainnya. Potensi besar dalam diri mereka dimanfaatkan dengan baik
untuk kebutuhan dakwah Islam.
Para kader inti LDK juga memiliki kekhasannya masing-masing. Mereka
yang ahli di bidang seni bisa menjadi kekuatan dalam mengemas dakwah
menjadi lebih menarik dan komunikatif. Mereka yang gemar berolahraga
bisa dikembangkan potensinya untuk menjadi duta dakwah di kalangan
masyarakat yang gemar berolahraga. Mereka yang gemar berbisnis bisa
didukung kegiatan bisnisnya agar mampu menyokong aktivitas dakwah di
kampus.
Pendidikan kader inti ini menjadi tahapan pertama yang menjadi
fondasi penopang agenda dakwah ke depannya. Oleh karena itu perlu
dicermati dan ditelaah juga berapa banyak kader inti yang ada dan akan
dibina. Pembinaan yang akan dilakukan harus bersifat komprehensif dan

41
dilaksanakan pada waktu yang tepat, sehingga diharapkan bisa menjadi
core dalam membangun basis massa simpatisan.


Tahap Kedua: Membangun Basis Massa

S etelah terbentuk kader inti, tahapan dakwah akan masuk ke tahap


selanjutnya, yaitu membangun basis massa. Kurang lebih bentuk basis
massa yang akan kita bangun seperti simpatisan, tetapi tidak hanya sekedar
massa yang mengatakan mendukung, tapi juga massa yang senantiasa
mengikuti pembinaan yang kita lakukan. Tujuan dari membangun basis
massa ini adalah untuk memperkenalkan Islam, dan menjadikan Islam
sebagai way of life yang komprehensif dan merupakan solusi dari setiap
persoalan dalam kehidupan.
Ada dua metode utama yang dapat kita gunakan dalam
memperkenalkan Islam, yakni:

1) Dakwah dengan melayani


Menilik sirah nabawiyah, proses yang Allah berikan kepada Nabi
Muhammad SAW adalah menjadikan beliau Al Amin, kemudian
mengangkatnya sebagai Rasul. Dalam hal ini bisa kita ambil kesimpulan
bahwa Rasulullah telah terlebih dahulu sukses “melayani” kota Mekah
sehingga beliau memperoleh gelar tersebut, barulah kemudian beliau
berdakwah. Pelayanan dahulu, baru dakwah.
Pelayanan adalah memberikan apa yang umat butuhkan. Memang
perlu kita sadari bahwa kebutuhan umat sangat bervariasi. Akan tetapi
justru di situlah seni bagaimana kita bisa membuktikan bahwa Islam bisa
menjadi solusi dalam segala permasalahan yang ada. Jika kita
membicarakan dakwah kampus, maka yang kita berikan haruslah sesuai
dengan kebutuhan objek dakwah. Misalkan, menyediakan informasi tempat
tinggal yang murah dan nyaman, memberikan pelayanan fotokopi buku
atau bahkan menyediakan buku kuliah dan catatan kuliah, menyediakan
tempat bertanya terkait Islam dan syariatnya, memberikan informasi
tentang kampus atau kota tempat tinggal dalam bentuk booklet, dan
sebagainya.

42
Pelayanan ini bisa sangat variatif pula bentuknya, sehingga semakin
banyak yang memikirkan ini akan semakin banyak pula varian metode
dakwah yang bisa digunakan.

2) Dakwah dengan memimpin


Jika konsep dakwah sebelumnya bertipikal menyentuh grass root,
dakwah dengan memimpin adalah konsep pendekatan sebaliknya, yakni
yang lebih struktural. Walau sebenarnya tidak sekaku itu dalam
pelaksanaanya.
Berdakwah dengan memimpin bisa dimulai dengan memimpin dalam
sebuah kelompok. Mulai dari kelompok kecil seperti ketua kelompok tugas,
ketua kelas, ketua lomba riset, hingga ketua kelompok yang lebih besar
seperti ketua himpunan mahasiswa, ketua panitia dan sebagainya. Dengan
memimpin seorang kader bisa menunjukkan bagaimana etos kerja yang
dimilkinya mampu membawa kelompok ke arah keberhasilan dan ke arah
yang lebih baik.
Dalam memimpin seorang kader juga bisa berdakwah secara kecil-
kecilan sekaligus menanamkan kultur Islam di dalam kelompok. Seperti
membiasakan anggotanya shalat tepat waktu, memulai segala sesuatu
dengan niat dan do’a, membiasakan berdo’a kepada Allah dalam setiap
keadaan, dan memberikan nilai-nilai Islami lainnya kepada objek dakwah.
Dengan demikian akan timbul personal trust dari orang-orang yang terlibat
kepada kita. Mereka akan menilai bahwa kader kita adalah orang yang kuat
dan bertanggung jawab, serta mulai meyakini bahwa pola hidup atau way
of life yang dilakukan dan dianut oleh kader kita adalah sebuah pemahaman
yang baik.
Diharapkan ke depannya akan timbul suatu kepercayaan di hati
masyarakat terhadap kader kita. Kemudian ketika kader kita menyampaikan
risalah Islam, tidak akan terjadi penolakan dari masyarakat. Bisa dikatakan
bahwa objek dakwah kita menerima apa yang kita sampaikan.



S etelah menjalani dua varian metode ini, dakwah juga butuh sebuah
wadah yang bisa menampung para simpatisan untuk mengikuti

43
pembinaan dan menjadi bagian dari massa kita. Wadah ini diharapkan bisa
menjadi media yang tepat dalam mengembangkan potensi simpatisan agar
selanjutnya bisa menjadi kader dakwah pula. Sistem permentoringan yang
dalam istilah lain dikenal dengan usrah atau liqo’ atau halaqoh menjadi
wadah yang sangat tepat untuk menampung dan membina para objek
dakwah ini.
Mentoring adalah proses transfer nilai antara mentor dan binaanya.
Dalam proses mentoring ini seorang mentor diharapkan bisa membina 7-10
orang adik mentor (binaanya) dan memberikan ilmunya serta pemikiran
yang ada untuk membuat frame berpikir yang Islami. Proses mentoring ini
tidak hanya sampai pada tahapan memberikan ilmu. Lebih lanjut, kelompok
mentoring ini bisa menjadi sebuah keluarga kecil bagi para anggotanya.
Oleh karena itu, seorang mentor diharapkan bisa memilki beberapa
fungsi, antara lain:
 Guru, seorang guru yang memberikan ilmu kepada muridnya,
 Pemimpin, seorang pemimpin yang bisa mengarahkan binaanya
menuju masa depan yang sesuai dengan koridor yang benar,
 Kakak/sahabat, sebagai tempat mencurahkan isi hati dikala susah dan
butuh bantuan,
 Da’i, seorang mentor tidak hanya memberikan ilmu, akan tetapi juga
menyiapkan binaanya untuk menjadi calon mentor di masa yang akan
datang.
Kader inti yang telah dibina sebelumnya sebisa mungkin disiapkan
menjadi mentor utama dan diharapkan bisa mengembangkan cabang dan
ranting kelompok mentoringnya hingga berjumlah tak terbatas. Dalam hal
inilah dibutuhkan penguatan basis massa. Basis massa yang kuat akan
menopang dakwah ini dan memudahkan langkah kita untuk membuat
gerakan dakwah lebih terbuka dan masif.



44
Tahap Ketiga: Membangun Basis Institusi

P ada tahap ini dakwah yang dilakukan di kampus mulai terlembagakan


secara formal dan wajar dalam suatu instansi dakwah bernama
Lembaga Dakwah Kampus. LDK dibangun atas dasar memenuhi kebutuhan
dan tuntutan dari basis massa yang ada. Bagaimanapun juga, sekelompok
orang atau komunitas yang mempunyai tujuan, perlu dilembagakan secara
formal agar geraknya menjadi lebih mudah dan legal. Demikian pula dengan
para aktivis dakwah yang membutuhkan suatu lembaga legal untuk
memudahkan geraknya. Dengan mengikuti tahapan pengembangan ini,
LDK akan terbangun bukan hanya dalam rangka untuk legalitas saja, akan
tetapi LDK juga dibangun atas adanya kesadaran dan kebutuhan dari
masyarakat kampus itu sendiri.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam memulai pelegalan
dan pendirian LDK ini.

1) Basis Massa yang Setia


Dalam membuat sebuah lembaga di kampus, biasanya diperlukan
kuota minimal untuk mendirikannya. Kuota minimal ini selain untuk
memenuhi syarat birokrasi, juga berfungsi untuk memastikan adanya
regenerasi aktivis dakwah kelak.
Bassis massa yang ada diharapkan terdiri dari berbagai angkatan yang
ada di kampus. Selanjutnya basis massa inilah yang akan membentuk
bangunan yang kokoh dalam mengembangkan LDK di masa yang akan
datang.

2) Birokrasi Kampus yang Mendukung


Perlu dipahami bahwa keberadaan LDK tidak bisa terlepas dari kampus
dan tata tertib serta birokrasi yang ada di dalamnya. Pendekatan personal
ke pihak rektorat, dosen, dan birokrat kampus lainnya adalah sebuah
tuntutan yang perlu kita penuhi agar proses legalisasi ini bisa berjalan
mulus. Pendekatan ini dilakukan sejak kita mempunyai basis massa, agar
ketika jumlah massa yang dimiliki telah cukup, pendirian LDK bisa menjadi
lebih mudah.

45
3) Bentuk Lembaga Dakwah Kampus
Berikut adalah beberapa bentuk yang bisa diajukan sebagai wadah
legal formal LDK. Keterangan lebih jelasnya bisa dilihat pada bab
selanjutnya.
 LDK sebagai unit kerohanian pada unit kegiatan mahasiswa
 LDK berbentuk Dewan Kesejahteraan Masjid
 LDK di bawah departemen kerohanian Badan Eksekutif Mahasiswa
 LDK berbasis di setiap fakultas
 Infiltrasi ke LDK yang telah ada
Setelah lembaga ini terbentuk, perlu dipenuhi beberapa syarat
kelengkapan lembaga agar fungsi lembaga dakwah ini bisa optimal.
Kelengkapan lembaga ini antara lain:
Pertama, adanya tata organisasi yang sesuai, seperti ketua, sekretaris,
bendahara, dan ketua departemen. Untuk LDK mula, departemen yang
dibutuhkan antara lain: departemen kaderisasi, departemen syiar dan
pelayanan kampus, serta departemen dana. Tiga departemen ini bisa
dikatakan sebagai kebutuhan pokok sebuah LDK. Dengan
mempertimbangkan jumlah SDM yang terbatas, adanya tiga departemen ini
seharusnya sudah cukup untuk bisa menjalankan fungsi LDK dengan baik.
Dalam perkembangannya, sebuah LDK diharapkan bisa memenuhi
beberapa fungsi lainnya yang menjadi fungsi pokok yang diturunkan dari
sektor dakwah ke dalam bentuk departemen/divisi, yakni:
a. Sektor Internal (Kaderisasi, Mentoring, Rumah Tangga)
b. Sektor An Nisaa/Kemuslimahan
c. Sektor Syiar dan Pelayanan Kampus (Media, Event)
d. Sektor Keuangan
e. Sektor Jaringan (Humas)
f. Sektor Akademik dan Profesi
g. Sektor Kesekretariatan (Administrasi, Litbang)
Tujuh sektor ini adalah representasi dari bentuk serta fungsi yang harus
dipenuhi LDK dalam kondisi ideal. Memang butuh waktu dalam
membangun LDK hingga tahap ini, akan tetapi bisa saja dalam proses

46
perkembangan LDK, dua fungsi digabungkan ke dalam satu departemen.
Hal ini tergantung pada jumlah dan kapasitas kader yang ada.
Kedua, diperlukannya sebuah tata nilai dan tata hukum atau pedoman
dakwah yang diberlakukan di LDK. Pedoman yang dibutuhkan antara lain:
Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga, visi dan misi, serta
perangkat sederhana lainnya yang bisa mengarahkan gerak dakwah kader
kita.
Seiring berjalannya waktu, sebuah LDK juga perlu memiliki pedoman
dakwah yang lebih advance. Contohnya saudara kita di SALAM UI yang
mempunyai Manajemen Mutu SALAM UI (MMS UI) yang memuat berbagai
aturan dan norma, serta standardisasi yang digunakan dalam pengelolaan
LDK. Selain di UI, kawan-kawan di UNDIP memiliki sebuah komitmen
bersama antara lembaga dakwah pusat dan lembaga dakwah fakultasnya
sehingga gerak dakwah menjadi sinergis. Sedangkan di GAMAIS ITB, gerak
dakwah kami berpedoman pada Pedoman Lembaga Dakwah Kampus
GAMAIS ITB (PLDK GAMAIS ITB), yang memuat: blue print GAMAIS ITB
2007-2013, Rencana Strategis Jangka Panjang 2008-2010, dan Panduan Fiqih
Praktis Aktivis Dakwah.
Berbagai bentuk pedoman yang ada disesuaikan tergantung
kebutuhan dari LDK. Semakin besar LDK, semakin detail pula aturan yang
ada, karena dalam tahapan kemandirian LDK, sistemlah yang akan
dibangun. Sistem yang kuat akan menghasilkan kader yang kompeten di
masa yang akan datang.
Ketiga, adanya mekanisme kaderisasi berkelanjutan bagi kadernya.
LDK adalah sebuah lembaga kaderisasi. Fungsi kaderisasi atau membina
kader menjadi fungsi yang utama pada sebuah LDK. Kaderisasi ini harus
senantiasa menjadi dinamo yang berkelanjutan, tanpa henti. Sebagai
lembaga yang baik, kaderisasi di LDK haruslah dapat memberikan manfaat
bagi para kadernya dengan meningkatkan kapasitas dan keilmuan yang bisa
menunjang aktivitas mereka baik di LDK maupun di kehidupan sehari-hari.
Hal ini menjadi syarat yang mutlak agar LDK bisa memastikan sistem
regenerasinya berjalan, dan dakwah di kampus bisa bertahan lama.


47
Tahap

L
Keempat: Membangun Bangunan Kampus secara
Keseluruhan dengan Konsep Islam

w
k
a
D
je
b
O
egalitas LDK memudahkan gerak dakwah kita menjadi lebih dinamis
dan bebas. Kekuatan formal lembaga ini memberikan banyak
kemudahan bagi kita untuk dapat berbuat lebih di kampus. Pada tahap
keempat ini varian metode dan objek dakwah semakin luas, bisa dikatakan
tidak terbatas. Semua tergantung pada manajemen kreativitas dan inovasi
dari kader LDK.
Lingkup dakwah pertama yang harus dipenuhi adalah civitas academica
di kampus kita. Selanjutnya bisa meningkat menjadi lingkup kota, nasional,
dan akhirnya internasional. Pada proses pendekatan dakwah terhadap
komunitas di lingkup civitas academica ini terdapat beberapa pihak yang
bisa kita dekati.

Mahasiswa, objek utama dalam dakwah kampus kita. Ketika lembaga


sudah ada, metode dakwah pun bisa kian variaif, seperti pembuatan event
syiar dengan ta’lim, tabligh, outbound, kajian, olahraga bareng atau
mungkin mabit. Media LDK juga bisa semakin terbuka, contohnya pamflet,
poster, spanduk, baliho, atau perangkat multimedia lainnya.

48
Dengan adanya lembaga yang legal, agenda syiar pun seharusnya akan
mendapat respons lebih dari massa kampus. Akan tetapi walaupun sudah
ada lembaga yang formal, metode dakwah dengan pelayanan, dakwah
dengan memimpin, serta wadah mentoring yang ada harus tetap dijalankan
karena metode-metode ini merupakan metode klasik yang masih bisa
digunakan sampai kapanpun.
Dosen, dakwah ke dosen butuh pendekatan yang lebih persuasif. Cara
berdakwah ke dosen bukanlah dengan menceramahinya, tetapi dengan
memberikan kesempatan kepada beliau untuk menjadi pembicara di acara-
acara LDK sesuai dengan kompetensinya masing-masing. Dapat pula
dengan melibatkan dosen dalam kegiatan, seperti menjadi penasihat atau
tempat konsultasi. Selain itu, memberikan sedikit kenang-kenangan kepada
dosen berupa buku, bisa menjadi media dakwah yang tepat karena dosen
biasanya gemar membaca. Dengan adanya keterlibatan ini, dosen akan
mempunyai sense of belonging terhadap LDK dan akan lebih peduli
terhadap gerak dakwah kita dan LDK kita.
Birokrat kampus, pendekatan ke birokrat kampus hampir sama dengan
pendekatan ke dosen. Tetapi bisa ditambah dengan silaturahim rutin dalam
rangka meningkatkan kedekatan dan kepercayaan antara kader LDK dan
birokrat kampus. Dengan kedekatan dan kepercayaan yang dapat
ditimbulkan ini, gerak dakwah kita akan lebih didukung dan bisa lebih cepat
berkembang.
Karyawan kampus, karyawan kampus berasal dari berbagai elemen,
seperti bagian administrasi, satpam dan penjaga kantin. Mereka merupakan
bagian dari kampus yang juga perlu kita dakwahi. Keteladanan, budi
pekerti, akhlak yang baik, serta citra kita sebagai mahasiswa yang bermoral
dapat menjadi modal dakwah di sini. Dukungan dari para karyawan kampus
ini biasanya juga akan mendukung gerak dakwah secara umum dikarenakan
jumlah mereka yang banyak, dan adanya peran penting mereka di kampus.
Selain itu, pengadaan ta’lim khusus karyawan atau pemberian bingkisan
untuk mereka di momen tertentu bisa juga semakin mempererat kedekatan
kita dengan mereka.



49
S aya menilai bahwa tidak ada metode dakwah yang terbaik di antara
berbagai metode dakwah kampus. Yang ada hanyalah metode dakwah
yang tepat. Setiap kampus mempunyai kekhasan tersendiri, dan menjadi
tanggung jawab bagi kita untuk bisa memformulasikan metode dakwah
yang paling tepat untuk kampus kita. Berpegang pada tahapan ini, akan
sangat membantu paradigma berpikir kita dalam mengembangkan
Lembaga Dakwah Kampus.

50
O

it
n
jh
s
a
IT
P
R
r
U
D
M
S
B
K
ti
ld
g
k
.w
E
m
o
u
e
p PROSES LEGALISASI
LEMBAGA DAKWAH KAMPUS
BAB 4


“Sebagai agama dakwah ternyata Islam dan sejarahnya


telah memberikan informasi sehingga berhasil membangun
realitas sosial baru, yakni terbentuknya masyarakat Islami yang
berperadaban tinggi dalam berbagai dimensinya.”

Mahbub Fauzie

rganisasi dibentuk dalam rangka memudahkan dan memformalkan


kelompok untuk mencapai sebuah tujuan. Dalam amal jama’i, adanya
wajihah atau organisasi atau lembaga bertujuan agar dakwah yang
dilakukan lebih diakui dan memiliki kekuatan dan pengakuan oleh objek
dakwah. Pada tahap lanjut dari dakwah kampus, pembuatan sebuah
organisasi formal terkait dakwah adalah sebuah tuntutan tersendiri.

51
Pada tulisan ini saya akan mencoba memberikan sedikit gambaran
bagaimana cara melegalkan LDK. Tulisan ini saya coba paparkan setelah
diskusi dengan para kader LDK yang telah berhasil melegalkan LDK-nya.
Ada empat tahap yang akan kita lalui dalam pelegalan LDK, dan
keempat tahap ini tidak dibatasi oleh waktu. Lama tidaknya waktu yang
diperlukan untuk melegalkan LDK sangat ditentukan oleh kondisi internal
kampus masing-masing.

Tahap Persiapan

P ada tahap persiapan ini ada dua langkah yang perlu dilakukan, yakni
pembentukan tim inti dan penyaringan massa simpatisan. Tim inti
merupakan kelompok terkecil yang akan berperan sebagai founding fathers,
konseptor, dan berperan sebagai sumbu berputarnya roda dakwah.
Anggota tim inti berasal dari orang-orang yang peduli dan ingin melakukan
dakwah denagan perngorbanan maksimal. Pada kondisi dimana LDK belum
ada, mungkin akan sulit untuk menemukan banyak orang yang mau berpikir
tentang dakwah. Adanya tim inti yang kecil ini diharapkan bisa
memudahkan langkah awal dalam menyusun rencana dakwah.
Komposisi dari tim ini sebetulnya bebas jumlahnya, akan tetapi sebisa
mungkin diusahakan sesuai dengan komposisi mahasiswa di sebuah
kampus. Sebutlah di ITB yang didominasi oleh pria, jumlah tim inti LDK kami
adalah 3 ikhwan dan 2 akhawat. Pada kampus lain yang jumlah
perempuannya lebih banyak, bisa jadi komposisi tim inti ini terdiri dari 2
ikhwan dan 3 akhawat.
Selain mempertimbangkan jumlah, anggota tim inti diharapkan juga
bisa mewakili kompetensi-kompetensi tertentu. Sebutlah di tim ini ada
seorang yang ahli manajemen, ada seorang yang ahli Al Qur’an, ada yang
ahli dalam berdiplomasi dan sebagainya.
Komposisi berdasarkan karakter juga perlu diperhatikan. Menurut
buku “Personality Plus”, ada empat tipikal manusia, yaitu koleris,
melankolis, sanguinis, dan plegmatis. Jika memungkinkan, komposisi tim
inti sebaiknya terdiri dari orang-orang yang berbeda karakter agar
keseimbangan dan dinamisasi pemikiran dan kebijakan bisa berjalan.

52
Setelah tim inti ada dan telah aktif baik pembinaan maupun konsolidasi
dakwahnya, tim ini perlu melebarkan sayapnya dengan menghimpun orang-
orang yang sekiranya mau bergabung dengan barisan dakwah. Saya sering
menyebutnya dengan istilah “Ring Dua”. Ring Dua ini adalah orang-orang
yang akan mendukung pergerakan dakwah kita di kampus.
Karena dakwah ini masih dalam tahap awal dan belum stabil, namun
diyakini akan terus bergerak ke depan, maka Ring Dua dari barisan dakwah
ini perlulah terdiri dari orang-orang yang memiliki keahlian tertentu.
Sebagaimana di zaman Rasulullah, dalam barisan beliau ada seorang ahli
perang seperti Hamzah bin Abdul Muthalib, ada seorang pemimpin ulung
sekaliber Umar bin Khattab, ada seorang yang cerdas seperti Ali bin Abi
Thalib, dan ada seorang yang kaya raya seperti Mushaf bin Umair. Dalam
konteks saat ini, kita perlu orang yang pandai berorganisasi, cerdas dan
berwawasan, berbakat seni dan desain, dan menguasai softskill lainnya.
Selain kompetensi, diperlukan juga adanya orang-orang yang
berpengaruh di dalam barisan dakwah ini. Pada zaman Rasulullah, Abu
Bakar Ash-Shiddiq adalah seseorang yang ternama, Utsman bin Affan
adalah seseorang yang dikenal khalayak luas, dan Khalid bin Walid adalah
seorang jendral besar. Orang-orang yang berpengaruh ini akan menguatkan
barisan dakwah kita. Pengaruh yang mereka miliki akan bisa menarik
simpatisan objek dakwah yang lain.
Selain menyiapkan Ring Dua, kita juga perlu mendefinisikan orang-
orang yang sekiranya simpatik dengan apa yang kita lakukan. Maksud dari
simpatik ini adalah mendukung kegiatan kita, akan tetapi masih belum
bersedia aktif. Dakwah juga membutuhkan orang-orang yang siap
mendukung agenda dakwah kita, minimal dengan menghadiri agenda yang
kita adakan.



Tahap Eksistensi

P ada tahap ini barisan kader dakwah mulai menunjukkan keberadaanya


di kampus agar bisa mendapat dukungan dari banyak pihak untuk
memudahkan legalisasi LDK, ada dua cara yang bisa kita lakukan.

53
Pertama, sebagai teladan di kampus. Teladan dan idola dalam banyak
hal. Biasanya yang mudah untuk dilakukan adalah menjadi teladan di bidang
akademik dengan menunjukkan bahwa kita bisa berprestasi dengan IP yang
sangat memuaskan. Dapat juga dengan prestasi memenangi kompetisi yang
bergengsi, atau berprestasi di bidang olahraga. Dengan banyaknya teladan
serta prestasi yang dilakukan, gerak dakwah ke depannya akan menjadi
lebih mudah karena citra positif dan inklusif dapat dibentuk dengan
memanfaatkan kader kita sebagai marketer dakwah kita.
Kedua, melalui agenda agenda kecil dan medioker yang bersifat rutin.
Hal yang paling mudah adalah menyelenggarakan kajian atau ta’lim serta
membuat media cetak seperti buletin atau mading. Agenda yang dilakukan
adalah agenda yang tidak memerlukan legalisasi dari kampus sehingga kita
bebas melaksanakannya dengen leluasa. Dengan agenda rutin ini massa
kampus yang juga adalah objek dakwah kita akan menyadari bahwa ada
sekelompok orang yang peduli dengan Islam di sekitarnya.
Dengan kedua metode pendekatan di atas, diharapkan kelompok
barisan dakwah kita bisa mulai dikenal dengan citra positif tentunya,
sehingga ketika tahap legalisasi melalui birokasi dimulai, kita sudah bisa
mendapatkan dukungan dari banyak orang.


“Islam Minhaj At-taghyiir.
Secara makro, eksistensi dakwah Islam senantiasa
bersentuhan dengan realitas sosio-kultural yang
melingkupinya. Ini berperan sangat signifikan
terhadap lingkungan masyarakatnya, yakni
memberikan dasar filosofis, arah, dorongan dan
pedoman perubahan masyarakat sampai terwujudnya
realitas sosial yang baru dan sangat maju di zamannya.
Fenomena inilah yang secara faktual pernah diaktualisasikan
oleh Nabi Muhammad saw.”

Didin Hafidhuddin

54
Tahap Birokrasi

S ecara umum ada dua pendekatan yang perlu dilakukan dalam tahap
akhir (legalisasi birokrasi), yakni pendekatan terhadap birokrasi kampus
dan birokrasi mahasiswa. Pada beberapa kampus, diperlukan legalisasi
kampus untuk mengesahkan sebuah LDK. Sedangkan pada kampus lain
cukup hanya dengan legalisasi dari badan legislatif mahasiswa sudah bisa
mengesahkan sebuah LDK. Pada bagian ini akan saya coba paparkan
mengenai keduanya.

 Pendekatan terhadap birokrasi kampus


Birokrasi kampus yang dimaksud di sini adalah pihak yang berwenang
dalam menentukan kebijakan terkait urusan kemahasiswaan.
Pendekatan pertama yang perlu dilakukan adalah melalui dosen. Dosen
diperlukan sebagai pembina dari sebuah LDK. Walaupun sebuah LDK belum
legal, kita juga memerlukan keberadaan dosen pembimbing dengan
harapan bisa menjadi pendukung aktivitas LDK kita di kalangan dosen
lainnya. Dosen bisa memberikan dukungan moril kepada LDK, yang
tentunya sangat diharapkan. Selain itu, dosen juga bisa memberikan kita
tips terkait apa yang perlu dilakukan untuk melegalkan dan memajukan
LDK. Semakin banyak dosen yang terlibat akan semakin baik untuk
perjungan kita.
Pendekatan selanjutnya adalah kepada wakil rektor bidang
kemahasiswaan. Biasanya wakil rektor bidang kemahasiswaan adalah
pengambil kebijakan dalam hal yang berhubungan dengan kegiatan
mahasiswa. Pendekatan kepada beliau adalah langkah strategis yang perlu
dilakukan. Yakinkan beliau bahwa adanya lembaga dakwah di kampus
adalah sebuah hal yang positif.
Ada beberapa trik yang bisa kita gunakan untuk melakukan
pendekatan ke pihak birokrasi kampus ini, antara lain:
Silaturahim dan diskusi. Kunjungilah beliau dalam rangka memberikan
gambaran tentang pemikiran kita. Perlu juga bagi kita untuk memahami
bagaimana pola pikir seorang dosen atau pihak birokrat kampus lainnya

55
sehingga kita bisa merencanakan langkah-langkah pendekatan selanjutnya
sesuai dengan pola pikir mereka
Melibatkan dalam agenda kita. Melibatkan dalam hal ini, tidak hanya
sebatas sebagai peserta, akan tetapi juga sebagai pemateri atau pengisi dari
agenda yang kita adakan. Dengan mengikuti agenda kita, harapannya beliau
bisa memperoleh manfaat serta merasakan rasa memiliki barisan dakwah
kita
Menunjukkan data dan fakta. Dalam kampus yang serba ilmiah,
diperlukan data penunjang yang bisa meyakinkan pihak birokrat bahwa
kampus kita butuh LDK. Data pendukung ini bisa berupa survei, seperti
survei tingkat ketepatan shalat wajib mahasiswa, angka moralitas
mahasiswa, dan sebagainya. Data yang valid, akan memudahkan proses
diplomasi kita dalam melegalkan LDK.
Melalui pendekatan ke birokrasi ini diharapkan pemegang kebijakan di
kampus bisa melegalkan LDK dan memberikan fasilitas yang layak serta
dukungan moril dan materil.

 Pendekatan terhadap birokrasi mahasiswa


Selain pendekatan ke birokrasi kampus, diperlukan juga pendekatan ke
birokasi mahasiswa. Yang dimaksud dalam hal ini adalah senat mahasiswa
atau kongres mahasiswa, yang berada di posisi legislatif dalam organisasi
kemahasiswaan.
Pendekatan ke badan legislatif mahasiswa ini membutuhkan proses
yang tidak bisa dipastikan karena terkadang sangat bergantung pada siapa
yang berada di posisi legislatif tersebut. Pada dasarnya mekanisme
diskusilah yang dapat dijalankan. Biasanya legalisasi ini bisa dilakukan
melalui sidang kongres mahasiswa. Oleh karena itu kita juga perlu
bersilaturahim dengan seluruh anggota kongres mahasiswa, serta ketua-
ketua organisasi mahasiswa lainnnya, agar apa yang kita perjuangankan
dapat memperoleh dukungan dari mereka.



56
Tahap Penyesuaian Bentuk

T ahap terakhir setelah LDK dilegalkan baik melalui birokrasi kampus


maupun birokrasi mahasiswa, kita perlu menentukan bentuk LDK yang
sesuai. Ada beberapa bentuk LDK yang pernah saya amati ada di Indonesia.
Pertama, LDK sebagai unit kegiatan mahasiswa, yang berupa unit
kerohanian. Ini adalah bentuk yang ideal dan paling diharapkan bisa
terbentuk di kampus. Contohnya seperti LDK GAMAIS ITB, SALAM UI dan Al
Hurriyah IPB.
Kedua, LDK dengan bentuk Dewan Kesejahteraan Masjid. Bentuklah
LDK seperti ini jika ternyata sudah ada LDK lain di kampus, atau pihak
birokrasi ternyata tidak setuju dengan dibentuknya LDK. Contohnya DKM
UNPAD dan Jamaah Masjid Manarul Ilmi UNAIR.
Ketiga, LDK berada di bawah Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM). LDK
ini berada di bawah Departemen Kerohanian di BEM.
Keempat, LDK berada di bawah kongres mahasiswa atau legislatif
mahasiswa, di bawah Komisi Ketuhanan Yang Maha Esa.
Kelima, jika ternyata sudah ada LDK lain yang kuat, pergerakan dakwah
ini bisa dengan membangun basis lembaga dakwah di fakultas, dengan
bentuk LDF. Perlu disadari bahwa massa real yang ada di kampus berada di
fakultas, sehingga dengan adanya lembaga di fakultas ini daya rangkul
kader kita akan lebih optimal. Contohnya seperti FKDF UNPAD.
Keenam, jika ternyata di kampus sudah ada LDK lain, yang mungkin
kurang begitu aktif, dan pihak birokrat kampus tidak mengizinkan adanya
LDK lagi, maka proses infiltrasi ke LDK yang sudah ada menjadi pilihan.
Dengan basis massa yang sudah kuat dan setia, kader kita bisa saja secara
bertahap mengisi pos-pos yang ada di LDK tersebut hingga suatu saat posisi
ketua beserta jajaran tim inti LDK tersebut diisi oleh kader kita yang punya
pemikiran dan gerak dakwah yang sesuai. Memang butuh waktu lama, akan
tetapi pola ini lebih “cantik” dan “apik” dibandingkan pola lainnya.
Contohnya ada pada LDK UNHAS.

57
Pada kondisi bisa memilih, bentuk LDK sebagai unit kegiatan
mahasiswa merupakan bentuk yang telah terbukti ideal. Akan tetapi pada
kondisi yang tidak memungkinkan untuk memilih, maka sebetulnya tidak
jadi masalah bagaimana posisi atau bentuk LDK kita. Tinggal bagaimana
nanti kita bisa mengoptimalkan peran LDK sebaik mungkin agar fungsinya
dalam melayani kebutuhan mahasiswa dapat terus berjalan.



K ebutuhan untuk melegalkan LDK menjadi sebuah kebutuhan untuk


membuat gerak dakwah menjadi legal, formal, dan wajar. Selain itu
dengan legalnya lembaga dakwah akan memberikan sebuah keyakinan
kepada objek dakwah bahwa lembaga dakwah di kampus adalah wadah
yang aman dan tepat sebagai tempat pengembangan diri dan
meningkatkan pemahaman keislaman .
Menentukan waktu yang tepat untuk melegalkan lembaga dakwah
juga perlu dipertimbangkan. Sebagaimana Rasulullah saat membangun
dakwah Islam, yang mana beliau baru membuat institusi dakwah saat Islam
sudah hijrah ke Madinah. Di sana pulalah lembaga atau institusi Islam dalam
bentuk negara dibangun oleh Rasulullah.
Seperti yang dikisahkan dalam sejarah, sejak adanya legalisasi
kelembagaan Islam, ekspansi Islam berkembang pesat sehingga dapat
menginspirasi masyarakat luas tidak hanya di jazirah Arab, tetapi juga
wilayah Eropa, Afrika dan Asia. Dengan adanya institusi legal, gerakan
dakwah dapat lebih bebas dan dipercayai masyarakat.
Untuk itulah aktivis dakwah di kampus perlu menyiapkan waktu yang
tepat untuk melegalkan lembaga dakwahnya. Dengan persiapan yang
matang dan strategi yang tepat, dakwah kampus akan memiliki posisi
tersendiri dalam membangun opini ketinggian Islam di kampus.

58
BAB 5


SINERGISME INTERNAL
LEMBAGA DAKWAH KAMPUS

S eiring berjalannya waktu, proses perkembangan dakwah terus


berlanjut. Dalam perkembangannya, sering kali kita melihat bahwa LDK
tidak bisa menampung seluruh kader dakwah yang ada dan menyentuh
massa kampus secara langsung. Pada kondisi saat kedua hal ini terjadi,
sering kali timbul stagnansi dakwah yang berakibat pada lemahnya proses
dinamisasi dakwah ke arah yang lebih baik.
Hakikatnya memang dakwah ini bisa menyentuh semua lapisan
masyarakat kampus. Bahkan LDK pun seharusnya bisa memahami dengan
baik bagaimana ciri dan kebutuhan objek dakwah yang dihadapi. Di sinilah
tantangan yang pernah GAMAIS hadapi sekitar dua tahun silam.
Kemapanan LDK tidak didukung dengan kekuatan dan sinergisme dari
lembaga dakwah program studi terhadap lembaga dakwah pusat.
Rencana perubahan pun digulirkan dengan tema “Revitalisasi Struktur
Lembaga Dakwah Kampus”. Analogi yang kami gunakan saat itu adalah
dakwah itu adalah perang. Dengan hanya mengandalkan lembaga dakwah
pusat kita menggunakan satu bom atom. Dampaknya adalah ada yang mati
dan banyak yang luka-luka. Sedangkan dengan adanya lembaga dakwah di
wilayah (program studi dan fakultas) kita bisa menembak musuh dari jarak
dekat cukup dengan menggunakan senjata yang sederhana.

59
Oleh karena itu, kami memikirkan bagaimana agar dakwah yang
dilakukan bisa berbasis di program studi yang notabene lebih dekat dengan
massa kampus. Tambahan lagi, dengan berbasis di program studi kita bisa
mengenal lebih dalam karakteristik objek dakwah kita. Namun segala hal ini
perlu disinergikan dengan agenda dakwah di LDK. Maka muncullah istilah
LDP-LDF-LDPS yakni: Lembaga Dakwah Pusat, Lembaga Dakwah Fakultas
dan Lembaga Dakwah Program Studi. Ketiga elemen ini adalah sebuah
kesatuan yang disebut dengan LDK atau Lembaga Dakwah Kampus.
Sistematika pembagian yang dilakukan adalah: LDP sebagai sebuah
lembaga dakwah yang mencakupi keseluruhan kampus; LDF sebagai
sebuah lembaga dakwah yang mencakupi fakultas; LDPS sebagai sebuah
lembaga dakwah yang mencakupi program studi atau jurusan. Dengan
adanya pembagian dakwah yang jelas serta sinergisme gerak di dalamnya,
agenda dakwah ini dapat lebih mengena sasaran dan pada akhirnya sesuai
dengan tujuan.



Pengembangan Lembaga Dakwah Wilayah

P ada proses pengembangan dakwah wilayah (LDF dan LDPS)


dibutuhkan langkah dakwah yang jelas dan terstruktur. Peran LDP
sebagai core aktivitas dakwah perlu dilakukan dalam rangka mewujudkan
keseimbangan pengembangan dakwah wilayah. Dalam konteks
pengembangan dakwah wilayah ini, saya akan menggunakan konsep
community development dengan berbasiskan community capacity building,
yakni pengembangan komunitas berbasis pembangunan kapasitas
komunitas.
Dalam Teori Community Development ada empat strategi utama yang
bisa dilakukan untuk pengembangan dakwah wilayah, yakni:

 Pengembangan Kepemimpinan
Pengembangan kepemimpinan berfokus pada keahlian, komitmen,
keikutsertaan, dan keefektifan individu dalam proses pengembangan
komunitas. Pada strategi ini kita mencoba membentuk kepemimpinan di

60
fakultas dan program studi yang kuat dan berpengaruh. Dengan adanya
pemimpin yang kuat dan dalam jumlah yang banyak, sebuah komunitas
akan punya kekuatan lebih untuk berkembang ke depannya. Strategi ini
bisa dengan membentuk pemimpin yang berasal dari fakultas atau program
studi, atau dengan menyuplai kader dari LDP yang pemahaman Islam dan
dakwahnya telah terbentuk.

 Pengembangan Organisasi
Pengembangan organisasi bertujuan agar komunitas dapat bekerja
dengan lebih baik atau bekerja dengan aturan yang baru. Komunitas dalam
konteks ini adalah kumpulan para aktivis dakwah di sebuah program studi
atau fakultas. Proses pengembangan organisasi ini bisa diartikan sebagai
pendirian sebuah lembaga dakwah. Dengan adanya lembaga yang formal
dan legal, aktivitas dakwah akan lebih mudah dilakukan.
Bentuk dari lembaga dakwah ini bisa bermacam-macam, sebuah LDF
bisa saja berada di bawah senat mahasiswa fakultas, atau berada langsung
dibawah koordinasi LDP. Sedangkan LDPS biasanya berada di bawah
koordinasi LDF, atau dalam beberapa kasus, inheren dengan himpunan
mahasiswa program studi.
Dalam membangun sinergisme dakwah yang terpenting adalah pola
dan struktur terkoordinasi dengan LDP. Pada kampus ITB, LDF dan LDPS
berada dalam satu panji dakwah GAMAIS ITB.

 Menata Komunitas
Strategi ketiga adalah dengan menata potensi dari individu yang ada
dalam sebuah wadah LDK agar gerak dakwah lebih terarah serta setiap
individu mampu mengaktualisasikan potensinya dengan baik untuk
dakwah kampus. Setelah sebuah lembaga dakwah didirikan, barulah
lembaga dakwah bisa melakukan aktivitas dakwah ke para objek dakwah
supaya bisa lebih mengenal Islam. Dalam tahapan ini, komunitas yang
dikembangkan tidak hanya sebatas komunitas para aktivis dakwah Islam,
melainkan juga sampai pada tahapan pengembangan massa fakultas dan
program studi.

61
 Kolaborasi antar-Organisasi
Strategi terakhir ini bertujuan untuk membangun infrastruktur
komunitas yang meliputi pengembangan hubungan dan kerjasama dalam
level organisasi. Tahap ini merupakan tahap lanjut dalam proses
pengembangan dakwah wilayah. Lembaga dakwah diharapkan sudah
memiliki legitimasi di masyarakat kampus yang menjadi tanggung
jawabnya, dan mulai mengibarkan sayap dakwahnya ke luar fakultas atau
program studi.
Bentuk aplikasi dari tahap ini adalah adanya hubungan dan koordinasi
antara LDF dan LDPS yang dikomandoi oleh LDP. Dengan adanya gerak
yang sinergis dan harmonis antara lembaga dakwah ini, pergerakan
dakwah akan jadi lebih kuat dan tujuan dakwah akan lebih mudah tercapai.
Empat strategi di atas adalah sebuah tahapan umum dalam
membangun dakwah fakultas dan program studi. Penjelasan ini diharapkan
bisa dipahami bagi LDK yang ingin membangun LDF dan LDPS dengan
kondisi telah ada LDP terlebih dahulu.


Pengoptimalan Peran Lembaga Dakwah Pusat

S etelah kita memahami bagaimana pengembangan dakwah wilayah,


saya akan mencoba menjelaskan bagaimana LDP dapat berperan dalam
pendirian dan penguatan LDF dan LDPS. Pada Teori Community Capacity
Building, untuk membangun sebuah komunitas ada tiga hal yang bisa
dilakukan oleh organisasi eksternal dari komunitas tersebut. Dalam kasus ini
artinya adalah bagaimana kita bisa mengoptimalkan peran LDP terhadap
pembangunan komunitas LDF dan LDPS.
Tiga strategi yang bisa dilakukan adalah:

1) Technical assistant atau pendampingan.


Metode yang paling sering dilakukan dan masih dilakukan oleh hampir
semua LDK yang memiliki LDF, yakni pendampingan dengan berbasis
penyelesaian masalah. Cara ini sebetulnya tetap memaksimalkan peran

62
internal fakultas atau program studi, akan tetapi jika menemui masalah LDP
dituntut untuk cepat tanggap memberikan solusi atas kendala yang
dihadapi di lapangan.
Proses pendampingan ini dilakukan dengan mengidentifikasi masalah,
mengenal medan dakwah, dan mendorong pihak internal fakultas untuk
menyelesaikan masalah secara mandiri dengan dukungan dari pihak LDP.
Sebagai contoh, sebuah LDF mengalami kendala dari segi supply mentor
untuk mengisi mentoring di fakultasnya. Maka, LDK diharapkan bisa
berkoordinasi dengan LDF lain yang memiliki jumlah mentor lebih banyak
untuk diamanahkan mengisi di LDF yang kekurangan mentor.

2) Self-help atau mandiri.


Cara ini lebih mengandalkan kemandirian dan potensi lokal dari kader
di fakultas dan program studi. Karena memang pada dasarnya kader di
sebuah fakultas lebih memahami kondisi medan dakwah di fakultasnya,
tentunya diharapkan mereka bisa membuat strategi dakwah yang lebih
tepat dan sesuai sasaran. Fungsi LDP dalam strategi ini adalah membangun
basis kepemimpinan yang kuat di fakultas tersebut dan memberikan
arahan berupa koridor serta standar ideal bagi LDF dan LDPS.

3) Advokasi.
Advokasi merupakan sebuah cara yang dilakukan oleh LDP untuk
membangun LDF dan LDPS dengan lebih mengedepakan proses hukum.
Biasanya hal ini dibutuhkan pada proses legalisasi dan legitimasi LDF dan
LDPS. Kita harus bisa mendukung dan memberikan alasan kuat yang bisa
meyakinkan bahwa sebuah LDF bisa terbentuk. Cara paling sederhana
untuk memberikan kekuatan hukum legal formal kepada LDF dan LDPS
adalah dengan menempatkan mereka sebagai bagian dari LDK sehingga
kekuatan payung hukum LDF dan LDPS bisa ditanggung oleh LDK.



J ika digambarkan dalam bentuk matriks, hubungan antara Teori


Community Development dan Community Capacity Building adalah
sebagai berikut:

63
64
Pengembangan Pembangunan Penataan Kolaborasi
Kepemimpinan Organisasi Komunitas antar-
Organisasi

Sinergisme
Menyuplai Menyuplai
LDF dengan
sistem kebutuhan
Memberikan memfasilitasi
pendukung dakwah LDF
Pendampingan pelatihan dalam
organisasi seperti
kepemimpinan bentuk
seperti dana suplai
forum rutin
dan jaringan mentor
LDF
Membuat
mekanisme
dakwah Menjalin
Menjadi tokoh yang sesuai silahturahim
Membangun dengan
penting/teladan rutin atau
Mandiri basis kader inti kebutuhan
dalam fakultas studi banding
dan massa objek
atau program antara
simpatisan dakwah di
studi lembaga
fakultas atau dakwah
program
studi
Dukungan
Menyuplai berupa
Memberikan
kader dari luar Adanya legitimasi
dukungan
fakultas atau bimbingan LDF/LDPS,
berupa bantuan
program studi berupa dengan itu
hukum untuk
untuk terlibat konsultasi mereka bisa
Advokasi melegalkan LDF
langsung pola melakukan
atau LDPS
dengan aktivitas manajemen hubungan
dengan bantuan
dakwah di dakwah dengan
lobi ke pihak
fakultas atau yang baik lembaga lain
terkait
program studi dengan
bebas



Sinergisme Dakwah Kampus


65
S etelah semua fakultas memiliki LDF dan semua program studi memilki
LDPS-nya masing-masing, maka selanjutnya dimulailah tahap
sinergisme dakwah. Pada dasarnya saya menawarkan dua cara yang perlu
dilakukan dalam waktu bersamaan, yakni kesamaan pedoman dakwah dan
pola hubungan antar lembaga. Menurut hemat saya, dua hal ini perlu
dipahami bersama agar dapat memberikan hasil yang optimal bagi dakwah
kita.

 Kesamaan Pedoman Dakwah


Sebuah organisasi membutuhkan suatu pedoman dalam bergerak,
apalagi bagi organisasi gabungan seperti lembaga dakwah kampus ini. Agar
bisa sinergis dengan LDF dan LDPS, LDP perlu membuat pedoman atau
kesepakatakan bersama yang terangkum dalam suatu pedoman lembaga
dakwah kampus. Pedoman ini berisikan nilai, norma dan kesepakatan yang
dibuat bersama dalam menjalankan dakwah. Selain itu pedoman dakwah ini
harus berisikan pula tujuan dan visi dakwah ke depan disertai dengan tahap-
tahap pencapaiannya yang didukung dengan parameter keberhasilan yang
jelas.
Dengan adanya pedoman yang jelas para kader di semua wilayah
dakwah kampus akan memiliki orientasi gerak yang jelas dan memahami
apa yang perlu dilakukan. Dengan demikian, dalam kondisi apapun semua
kader akan berpikir untuk memenuhi tujuan dan visi yang diharapkan oleh
LDK.
GAMAIS ITB membuat pedoman dakwah dengan mengadakan rapat
kerja selama satu pekan dan menghasilkan sebuah visi bersama yang telah
terinternalisasi pada diri kader, yakni: Satu keluarga menjadi model LDK
nasional berbasis pembinaan dan kompetensi melingkupi seluruh sayap
dakwah menuju Indonesia Islami.

 Pola Hubungan antarlembaga


Pola koordinasi dan komando dakwah diharapkan bisa dibentuk agar
agenda dakwah dapat berjalan bersama dengan memperhatikan
keseimbangan potensi antara lembaga dakwah pusat dan wilayah.
Pada hubungan hirarkinya, hal ini bisa dilihat sebagai berikut:

66
Lembaga
Dakwah
Kampus (LDK)

Secara garis besar bisa kita lihat bahwa ada dua hubungan, yaitu:
1) LDP mengkoordinasikan LDF, dan
2) LDF mengkoordinasikan LDPS.
Dalam kondisi ini saya mengusulkan agar dibentuk sebuah forum rutin
antara pimpinan lembaga dakwah. Bentuk forum ini secara teknis bebas,
akan tetapi mempunyai satu tujuan yakni agar orientasi dakwah tetap sama
dan suhu dakwah selalu baik. GAMAIS ITB menggunakan konsep
musyawarah pimpinan dan forum bidang sebagai sebuah pola koordinasi
rutin.



S inergisme lembaga dakwah kampus perlu dilakukan melalui beberapa


pendekatan. Misalnya, pertama, pendekatan melalui pimpinan tertinggi
yakni ketua LDK dan ketua LDF untuk menentukan kebijakan strategis, dan
kedua, pendekatan sinergisme pada pimpinan sektor untuk membahas hal
strategis-teknis serta melalui tim ad hoc kepanitiaan untuk kepantiaan besar
seperti penyambutan mahasiswa baru dan event bulan Ramadhan di
kampus.

67
a) Musyawarah Pimpinan, adalah sebuah musyawarah yang

68
mempertemukan semua ketua lembaga dakwah dalam satu forum.
Forum ini diadakan setiap bulan. Musyawarah pimpinan merupakan
y
s
u
in
p
a
M
F
P
S
D
A
K
h
trm
forum formal untuk pengambilan keputusan tertinggi di GAMAIS ITB.
Yang menghadiri forum ini adalah kepala LDK GAMAIS, kepala LDF dan
kepala LDPS.
b) Tim Ad Hoc Kepanitiaan, adalah bentuk koordinasi sementara untuk
setiap kepanitiaan gabungan. Misalkan seperti penyambutan
mahasiswa baru dan kegiatan syiar Ramadhan. Dibutuhkan tim Ad Hoc
kepanitiaan pada setiap skala lembaga dakwah agar setiap langkah
dapat berjalan sinergis sehingga terbentuk suatu harmonisasi dalam
gerak dakwah yang dilakukan. Adanya gelombang arus dakwah yang
w
k
o
H
d
e
saling bersinergi memang sangat penting untuk kegiatan sejenis ini.
c) Forum sektor dakwah merupakan sebuah forum rutin yang
dilaksanakan setiap dua pekan sekali oleh sektor dakwah yang ada.
GAMAIS ITB mengenal enam sektor dakwah, yakni: internal, jaringan,
syiar dan pelayanan kampus, dana, annisaa, dan akademik profesi.
Setiap dua pekan sekali ketua sektor di LDP bertemu dengan seluruh
ketua bidang dakwah yang sejenis di LDF dan LDPS.
Dengan bentuk koordinasi seperti ini, semua masalah yang ditemukan
di sektor dakwah yang ada di kampus bisa terselesaikan dengan cepat dan
solutif. Tentunya rentang waktu pertemuan bisa disesuaikan dengan
kesepakatan masing-masing LDK.



Pembagian Peran antara Pusat dan Wilayah

B erikut merupakan contoh bagaimana pembagian lingkup kerja antara


lembaga dakwah pusat (LDP) dan wilayah (LDF dan LDPS). Semua ini
perlu disinergikan dengan baik dengan komitmen bersama antara para
kader dakwah di keseluruhan LDK.
Hal yang paling sederhana dalam pembagian antara pusat dan wilayah
adalah bagaimana menjadikan lembaga dakwah pusat sebagai penjaga
kualitas kaderisasi, sehingga kapasitas kader dakwah di semua lini baik.
Dengan demikian lembaga dakwah wilayah bisa fokus pada syiar yang
bersifat lokal.
Pembagian Peran Antara LDP, LDF,
dan LDPS di GAMAIS ITB

LDP LDF LDPS


Lingkup Kampus, lokal, - Fakultas baik di Program studi baik di
Kerja regional, nasional, tingkat kampus, tingkat kampus,
dan internasional lokal, regional, lokal, regional,
nasional, maupun nasional, maupun
internasional internasional
- Untuk LDF yang
tidak memiliki
LDPS, lingkup
program studi
dihandle oleh LDF
ybs
Peran Wajah LDK Elemen LDK di tingkat Elemen LDK di tingkat
fakultas/sekolah program studi

69
LDP LDF LDPS
Fungsi - Mengelola - Mengelola dakwah di - Mengelola
dakwah di lingkup kerjanya dakwah di lingkup
lingkup kerjanya kerjanya
- Pusat koordinasi
semua elemen
LDK
Objek Khusus: Khusus: Khusus:
Civitas akademika Civitas akademika satu Civitas akademika
kampus lintas fakultas di tingkat satu program studi di
fakultas/ sekolah kampus, lokal, regional, tingkat kampus,
dan program studi nasional, maupun lokal, regional,
di tingkat kampus, internasional nasional, maupun
lokal, regional, internasional
nasional, maupun
internasional
Umum: Umum: Umum:
Masyarakat umum - Civitas akademika - Civitas akademika
di tingkat lokal, kampus lintas kampus lintas
regional, nasional, fakultas/ sekolah fakultas/ sekolah
maupun dan program studi dan program
internasional di tingkat kampus, studi di tingkat
lokal, regional, kampus, lokal,
nasional, maupun regional,
internasional nasional, maupun
- Masyarakat umum internasional
di tingkat lokal, - Masyarakat
regional, nasional, umum di tingkat
maupun lokal, regional,
internasional nasional, maupun
internasional

70
LDP LDF LDPS
Kekhasan - Heterogen - Dakwah fakultas - Kental akan
- Representasi keilmuan dan
LDK di kampus keprofesian
- Kultural
Potensi - Jaringan yang - Kesamaan kultur - Kesamaan kultur
luas objek dalam lingkup objek dalam
- Multi fakultas/ sekolah lingkup program
kompetensi - Memiliki posisi yang studi
- Massa yang strategis untuk - Kedekatan dengan
banyak dakwah di tingkat objek dakwah
fakultas - Mampu bersinergi
dengan himpunan
- Koordinasi lebih
mudah
Sumber: Pedoman Lembaga Dakwah Kampus GAMAIS ITB



D emikianlah sebuah penjelasan mengenai bagaimana kita membangun


LDF dan LDPS serta cara membangun sinergi antara LDP-LDF-LDPS.
Dengan adanya sinergisme dan harmoni ini diharapkan LDK bisa lebih
produktif dalam melayani massa kampus. Dengan sinergisme inilah,
gelombang dakwah bisa berkorbar tidak hanya di tingkat kampus, akan
tetapi juga bisa terasa hingga ke tiap-tiap bangku kuliah.

71
BAB 6


LEMBAGA DAKWAH KAMPUS


BERBASIS KOMPETENSI

P eran LDK yang semakin luas seiring dengan berjalannya perkembangan


dakwah menuntut LDK bergerak secara lebih moderat dan dinamis.
Pergerakan dakwah secara konvensional memang perlu diakui masih sangat
layak untuk digunakan, tetapi perlu ada pembaharuan gerak dakwah agar
LDK tidak jenuh dan dapat terus berinovasi. Sebuah konsep yang kini
berkembang adalah LDK berbasis kompetensi.
Kompetensi dalam hal ini, tidak lain adalah kekuatan akademik yang
didapatkan di bangku kuliah. Pola dakwah berbasis kompetensi bisa
berkembang pesat pada skala dakwah yang kecil lingkupnya, yakni lingkup
fakultas atau program studi. Jika dikemas dan dirangkai sedemikian rupa,
kompetensi ini bisa juga digunakan untuk dakwah skala kampus.
Dakwah berbasis kompetensi adalah dakwah yang menggunakan
pendekatan dari ilmu yang didapatkan di perkuliahan. Lebih dari itu,
pendekatan karakteristik di sebuah fakultas yang lebih homogen menjadi
pendekatan yang tepat dan lebih mengena sasaran. Dari penjelasan
tersebut, ada dua poin penting yang dapat kita gunakan sebagai metode
pendekatan dakwah di kampus, yakni pendekatan ilmu dan pendekatan
karakter mahasiswa.

72
fh
P
ti
p
g
b
m
s
irtd
k
u
ja
e
y
n
lA
B
M
w
o
K
I Daftar Profil Ideal Kader LDK


ertama, pendekatan ilmu untuk dakwah berbasis kompetensi. Berikut
saya akan langsung memberikan contoh yang terjadi di kampus ITB.
Program Studi Teknik Elektro dan Teknik Informatika membuat
sebuah agenda bernama Pesantren Insinyur, yang agenda utamanya adalah
hal-hal terkait ilmu yang akan diperoleh di bangku kuliah, seperti
programming, bedah CPU, dan sebagainya.
Fakultas MIPA ITB membuat agenda paket pembinaan mahasiswa baru
dengan branding “Muslim Scientist Institute”. Dengan pendekatan ke-
MIPA-an ini mahasiswa akan merasa lebih nyambung, karena materi yang
diberikan memang lebih mengarah kepada bagaimana membentuk muslim
scientist.
Pada Program Studi Teknik Planologi, ada satu kelompok mentoring
yang saya bina. di kelompok ini saya mencoba membuat kurikulum khusus

73
mahasiswa Teknik Planologi. Kurikulum tersebut memberikan materi
seperti perencanaan diri, peran Islam dalam planologi, bijak dalam
mengambil kebijakan, urgensi data (wawasan) dalam kehidupan, dan tema-
tema lain yang memang sesuai dengan pola pikir mahasiswa Teknik
Planologi. Dalam mentoring ini saya sesekali mengundang dosen untuk
mengisi materi tertentu.
Pada Fakultas Farmasi, diselenggarakan seminar khusus tentang
pengobatan ala Nabi. Dalam seminar ini dijelaskan bagaimana pengobatan
zaman Nabi yang masih relevan dengan zaman saat ini, dan dibandingkan
pula dengan obat-obatan kimia yang ada saat ini.
Lain lagi di Sekolah Bisnis Manajemen, sebuah fakultas yang
mempelajari tentang bisnis dan manajemen. Fakultas ini membawa agenda
“Talkshow Ekonomi Syariah” dan dikemas sedemikian rupa sehingga
menjadi sebuah agenda dakwah yang sangat baik.
Hal-hal di atas merupakan sebuah contoh sederhana dari penggunaan
pendekatan dakwah dengan basis kompetensi mahasiswa. Selain
memberikan kesempatan untuk berdakwah, konsep ini juga memberikan
kita kesempatan memahami dan mendalami ilmu yang kita miliki. Cara
pendekatan ilmu ini membuat objek dakwah dapat lebih mudah memahami
Islam karena sambil mengikuti kegiatan yang berhubungan dengan materi
yang ia dapat di perkuliahan.



P endekatan ilmu sebagai basis dakwah bisa pula diaplikasikan dalam


bentuk perangkat pendukung dakwah. Misalnya, kader yang berada di
Program Studi Teknik Planologi dan Matematika bisa menerapkan ilmu
sampling data dan statistik dalam aktivitas dakwahnya ketika sedang
mengumpulkan data.
Kader yang berada di Program Studi Teknik Informatika bisa
mengaplikasikan ilmu yang didapat di perkuliahan untuk membuat media
dakwah yang high-tech. Seperti database online, sistem autodebet kas LDK,
sistem pendeteksi IP kader, dan lain sebagainya.

74
Kader yang berada di Fakultas Seni Rupa dan Desain bisa
memanfaatkan bakatnya untuk mendesain media dakwah yang
komunikatif. Kader di Desain Interior bisa mendesain bentuk sekretariat
kader yang estetis. Kader di Kriya Tekstil bisa mengaplikasikan ilmunya
dalam mendesain busana LDK. Di GAMAIS sendiri sedang dibuat desain
batik GAMAIS oleh salah satu kader kami.
Dalam agenda bakti sosial contohnya, LDK diharapkan tidak
menyumbangkan hal-hal yang organisasi lain pun bisa menyumbangnya.
Karena LDK berbasis di kampus yang merupakan tempat berhimpunnya
mahasiswa, seharusnya bakti sosial yang dilakukan LDK juga berbasis
kompetensi, seperti membuat jembatan penghubung dua desa, membuat
instalasi air bersih, memberikan alat pengelolaan kotoran hewan menjadi
pupuk, pengadaan internet, penyuluhan pengelolaan pertanian, dan lain
sebagainya. Masih banyak lagi tentunya ide-ide yang bisa berkembang dari
kompetensi yang dimiliki. Semakin banyak kita mendalami ilmu di bangku
kuliah, tentunya ide-ide segar lainnya akan bermunculan.



K edua, dakwah kompetensi berbasiskan karakter mahasiswa. Setiap


fakultas atau program studi memiliki kekhasannya masing-masing
dilihat dari karakter mahasiswanya. LDK bisa menggunakan homogenitas ini
sebagai sebuah pendekatan yang tepat untuk berdakwah. Sebagai contoh,
mahasiswa di Program Studi Teknik Mesin di dominasi oleh pria, sehingga
pendekatan dakwah yang dilakukan harus “cowo banget”, seperti naik
gunung, olahraga, atau bermain arung jeram.
Mahasiswa di Program Studi Farmasi didominasi oleh perempuan,
maka dakwah yang dilakukan bisa dengan kegiatan memasak bersama dan
lainnya. Mahasiswa di Teknik Industri dikenal rapi dan elegan, maka
dakwah yang dilakukan harus sesuai seperti mengadakan agenda ta’lim di
ruang serba guna yang didukung oleh air conditioner. Mahasiswa di
Program Studi Teknik Geologi adalah mahasiswa yang keras dan
didominasi pula oleh pria. Pendekatan dakwah yang menguras fisik dan
keringat bisa jadi tepat untuk program studi ini.

75
Berbagai macam pendekatan yang ada dan sesuai dengan karakter
mahasiswa bisa menjadi sebuah cara dakwah yang tepat, oleh karena itu
penguatan lembaga dakwah di tingkat fakultas atau program studi menjadi
kebutuhan yang tidak bisa dielakkan.



D ari kader berbasis kompetensi menuju LDK berbasis kompetensi.


Inilah sebuah pola dan paradigma dakwah kampus baru yang akan
sesuai di masa yang akan datang. LDK harus mampu beradaptasi secara
dini, agar tetap menjadi terdepan dalam dakwah di kampus. Tidak ada
sesuatu yang ideal di dunia ini, akan tetapi setidaknya setiap kader dapat
menjadi kader yang hampir ideal. Gambar berikut merupakan suatu harapan
saya akan bagaimana profil kader LDK yang hampir ideal tersebut.

76
77
BAB 7


INDEPENDENSI FINANSIAL
LEMBAGA DAKWAH KAMPUS

T eringat sebuah buku tulisan Ustadz Abdullah Gymnastiar yang berjudul


“Saya Tidak Ingin Kaya, Tapi Saya Harus Kaya”. Sebuah buku yang
banyak menggugah diri saya untuk bisa berpenghasilan lebih dan membuat
pola pikir LDK GAMAIS menjadi produktif dalam menghasilkan uang. Dari
buku ini yang saya pahami adalah bagaimana seorang muslim harus
memiliki kemandirian atau bahkan keberlimpahan finansial, dengan
harapan bisa mencukupi kebutuhan dirinya dan membantu umat lainnya.
Seorang muslim yang kuat secara finansial tidak akan menyusahkan orang
lain. Dengan kekuatan finansial pula diri ini dan Islam akan menjadi
indepeden, bebas dari segala intervensi.
Dengan menjadi kaya pula kekuatan dakwah akan berkembang dan
bisa memberikan pengaruh lebih. Saya teringat sebuah peperangan di
zaman Rasulullah yang pastinya membutuhkan banyak biaya, namun hanya
dibiayai oleh 2 orang sahabat. Dari kisah ini diindikasikan bahwa Rasulullah
dan para sahabat adalah orang-orang kaya raya yang memiliki banyak
harta yang bisa digunakan di jalan dakwah. Maka, tidak heran jika pada
masa Sayyidina Umar sebagai khalifah, terjadi ekspansi besar-besaran
dalam penyebaran Islam.
Teringat pula saya pada buku “Financial Revolution” yang ditulis oleh
motivator handal, Tung Desem Waringin. Pada pelatihan yang beliau
selenggarakan—kebetulan saat itu saya mengikutinya—beliau mengatakan

78
bahwa kaya itu adalah bakat. Saat itu saya langsung bertanya kepada diri
saya, “Apakah saya punya bakat kaya?”. Lebih lanjut Mr. Tung (sapaan
beliau di luar negeri) mengatakan bahwa bakat orang kaya akan tampak
pada kerja keras, etos kerja yang kuat, disiplin serta pola hidup hemat
yang dijalankannya. Buktinya dapat kita lihat dari kehidupan di sekitar kita,
maupun dari kisah-kisah di buku yang banyak menceritakan kesuksesan
yang diperoleh orang-orang kecil karena memiliki sifat-sifat tersebut.
Memang kaya adalah bakat. Dalam sebuah LDK pun, bakat kaya ini
harus ditanamkan. Dimulai dengan hal yang sederhana tentunya, seperti
membuat kader bisa memproduktifkan semua bidang atau departemen di
LDK untuk menghasilkan uang. Agenda kaderisasi harus surplus, agenda
syiar harus jadi lumbung penghasil dana. Biasakanlah kader agar selalu
berorientasi pada profit saat melakukan setiap agenda dakwah. Begitu pula
dengan departemen ekonomi atau keuangan yang ada, harus bisa berpikir
bagaimana agar aset yang dimiliki bisa dibentuk menjadi mesin uang LDK,
bagaimana membangun jiwa entrepreneur pada semua diri kader, atau
sekedar bagaimana cara mengoptimalkan penggunaan dana dalam setiap
kegiatan. Jangan sampai dengan dana yang ada, kader berpikir untuk
memboroskan anggaran. Kader harus hemat. Pikirkan bahwa dengan dana
yang cukup harus bisa dihasilkan agenda dakwah yang semarak.
Life style kader LDK bisa mengikuti life style para sahabat, sebagaimana
Sayyidina Umar yang memiliki perkebunan yang luas, maupun Nabi
Muhammad yang aktif berwirausaha. Akan tetapi, kenapa dalam sirah
nabawiyah selalu dikisahkan betapa sederhananya kehidupan para sahabat?
Atau sabda Rasulullah di sebuah kisah, “Aku tidak bisa tenang tidur hingga
semua hartaku hari ini telah aku berikan kepada umat”? Dalam hal inilah
terdapat jiwa yang perlu dikembangkan bagi para kader dakwah, yaitu
menjadi seoserang yang kaya dengan life style sederhana. Rasulullah
berkata demikian dikarenakan ia sudah mempunyai aset yang bisa menjadi
mesin uang bagi dirinya, yang terus menghasilkan, dan dapat digunakan
kembali untuk berdakwah. Ketika kita meyakini bahwa semua nikmat ini
berasal dari Allah, maka kenapa kita harus takut menginfakannnya di jalan
Allah?


79
D alam perkembangan pergerakan dakwah kampus, kekuatan finansial
memegang peranan penting terhadap sukses atau gagalnya sebuah
agenda dakwah. Sebuah agenda dakwah bisa berjalan dengan baik
dikarenakan ada faktor dana. Tidak sedikit pula agenda dakwah gagal
karena keterbatasan dana. Maka, dengan ini kita bisa sepakat bahwa LDK
butuh dana, dan konsekuensinya adalah LDK harus kaya karena dengan
uang inilah gerak dakwah kita bisa semakin masif.
Lalu, sebuah pertanyaan muncul, bagaimana cara LDK mencari dana?
Dari pengamatan saya keliling Indonesia, saya menilai bahwa LDK saat
ini masih mengandalkan sponsorship ke perusahaan untuk penggalangan
dana. Jujur, saya kurang sepakat dengan proses pencarian dana yang
menggunakan bantuan sponsorship karena selain membunuh jiwa
entrepreneur kader, dan membuat LDK menjadi bergantung pada pihak lain,
saya berani berkata bahwa peminta bantuan sponsorship ini sama saja
dengan “pengemis elit”. Secara fakta kita sama saja dengan meminta-
minta, walaupun luarnya dikemas sedemikian rupa sehingga tampak elegan
dan profesional.
Membiasakan kader meminta ke perusahaan, sama saja dengan
menanamkan jiwa event organizer ke dalam diri kader, dan ini adalah
pembunuhan karakter seorang muslim. Islam mendidik umatnya untuk
menjadi pengusaha, menjadi pedagang. Bukan menjadi peminta-minta atau
pengemis. Seharusnya LDK-lah yang menjadi pembagi dan pemberi uang ke
pihak lain karena kekuatan finansial yang dimilikinya.
Lalu harus bagaimana?
Mulailah dengan membuat sistem mesin uang yang produktif. Lalu
mulai dengan membangun aset yang bisa menghasilkan uang di masa yang
akan datang. Sulit memang, tapi karena sulit itulah maka kita disebut aktivis
dakwah kampus. Membangun paradigma business man dimulai dari sebuah
kalimat: Uang ada dimana-mana.
Memang, uang itu ada dimana-mana, dan segala sesuatu yang kita lihat
dan berada di sekililing kita saat ini bisa menjadi penghasil uang. Manusia
hidup dengan berbagai masalah, maka mulailah mencari uang untuk LDK
dari masalah yang biasa dihadapi oleh mahasiswa di kampus Anda.

80
Misalnya, mahasiswa biasanya malas membaca buku yang tebal-tebal.
Mereka lebih senang membaca buku atau catatan yang tipis dan to the
point, atau bahkan belajar dengan hanya membaca soal dan pembahasan
soal tahun sebelumnya. LDK bila didukung dengan lembaga dakwah
program studi (jurusan), bisa membuat bundel soal ujian yang berisikan
soal serta pembahasan UTS dan UAS semua mata kuliah tahun-tahun
sebelumnya. Dengan ditambah pengemasan yang baik, bisnis ini akan
menghasilkan dana yang besar. GAMAIS ITB rutin membuat bundel soal
untuk mahasiswa tingkat pertama di ITB (mata kuliah tingkat pertama di ITB
sama di hampir semua jurusan). Saat ini bundel soal menjadi salah satu
usaha andalan kami dalam menghasilkan uang.
Mahasiswa sering kali telat bangun sehingga tidak sempat sarapan
sebelum berangkat ke kampus. LDK bisa berjualan sarapan ringan berupa
kue dan donat yang bisa dikonsumsi oleh mahasiswa di kelas. Jika jaringan
ini berjalan, maka akan dihasilkan dana yang cukup banyak. Sebutlah, di
sebuah kampus terdapat 30 kelas. Jika pada satu kelas saja bisa dihasilkan
Rp 5.000,00 maka dalam satu hari—dengan satu kali jualan—bisa diperoleh
omset sebesar Rp 150.000,00. Jika hal ini diteruskan secara rutin, maka
omset yang diperoleh LDK bisa mencapai Rp 3.000.000,00 dengan asumsi
berjualan selama 5 hari dalam sepekan. Jangan lupa juga untuk memberi
presentase keuntungan untuk para penjual—yang juga kader—supaya
kegiatan ini juga bisa menjadi sumber pemasukan buat mereka.
Ide bisnis lainnya adalah usaha fotokopi. Mahasiswa banyak pergi ke
tukang fotokopi untuk memfotokopi materi kuliah. LDK bisa pula bermain
dalam ranah ini. Buatlah suatu kerjasama dengan sebuah usaha fotokopi
agar bersedia memberikan harga yang murah, dan kita menjual jasa
fotokopi ini ke mahasiswa dengan keuntungan yang sedikit. Sebutlah harga
asli fotokopi adalah Rp 55,00 per halaman. Kita bisa menjual ke mahasiswa
Rp 70,00 per halaman. Harga tersebut sebetulnya juga masih cukup murah
bagi mahasiswa.
Mahasiswa juga sering malas membeli pulsa di tempat yang jauh.
Mereka ingin bisa mengisi pulsa kapan pun dan di mana pun berada. LDK
bisa bermain di ranah ini. Kami di GAMAIS mempunyai agen pulsa di setiap
kelas. Keuntungan satu kali transaksi pembelian pulsa dengan nominal

81

berapapun biasanya Rp 2.000,00.
Sebutlah kita mempunyai agen di 30
kelas. Setiap kelas terdiri dari 80 orang, Contoh produk dana usaha
dan setengahnya (40 orang) adalah yang dilakukan LDK GAMAIS
pelanggan kita. Maka LDK akan punya ITB:
1200 pelanggan. Dengan asumsi setiap  Bundel soal
pelanggan melakukan transaksi satu kali  Isi ulang pulsa
satu bulan, maka setiap bulan LDK akan  Jaket angkatan
menghasilkan dana Rp 2.400.000,00.  Rental infokus
Besar, bukan?  Penjualan buku kuliah
 Pembuatan suvenir LDK
Apalagi bagi LDK yang besar—
 Percetakan GAMAIS
sebutlah GAMAIS ITB yang punya 600-
PRESS
700 kader aktif—para kadernya bisa
 Donasi alumni
diberikan arahan untuk membeli pulsa di
 Kartu Tanda Anggota
counter LDK sehingga keuntungan yang
 Infaq/iuran rutin kader
diperoleh pun akan semakin tinggi.
 Kerjasama sponsorship
Untuk tahap yang lebih advance,  Penjualan kebutuhan
LDK bisa bermain dalam pembangunan mahasiswa


aset. Contohnya bisnis jasa penyewaan
LCD (infokus), memiliki mesin pencetak
pin, mesin percetakan konveksi, jasa
percetakan publikasi, kedai atau warung (di Universitas Hasanuddin
contohnya), penerbitan buku, atau aset-aset lainnya yang bisa jadi mesin
penghasil uang. Memang untuk tahap yang advance ini dibutuhkan dana
lebih. Akan tetapi jika kader LDK bisa membuat business plan yang baik,
saya yakin banyak pihak yang bersedia memberikan modal kepada kita.



L DK harus mampu menganalisis dan membuat varian metode untuk


menghasilkan uang. Dengan cara seperti ini, jiwa pengusaha bisa
dikembangkan di LDK, yang berarti juga mengembangkan “bakat” kaya.
Sebagai lembaga kaderisasi, LDK harus mampu membentuk karakter kader
yang sesuai dengan kecenderungannya di masa yang akan datang.

82
Saudaraku kader LDK yang disayangi Allah, kekuatan ekonomi saat ini
telah menjadi kebutuhan mutlak. LDK harus kaya bukanlah sebuah angan-
angan. Saya yakin kita semua bisa. Dimulai dari mengubah paradigma kita
dengan pandangan bahwa “uang ada dimana-mana”. Kemudian melihat
peluang yang ada di sekitar kita. Kekuatan finansial inilah yang akan
membuat LDK independen, mandiri, kuat, dan bisa melebarkan pengaruh
dakwah di kampus.

83
BAB 8


MENUJU LEMBAGA
DAKWAH KAMPUS MANDIRI
Satu keluarga menjadi model LDK nasional
berbasis pembinaan dan kompetensi, melingkupi seluruh
sayap dakwah, menuju Indonesia Islami

S ebuah kalimat visi dari GAMAIS ITB yang membuat saya bergetar ketika
membacanya pertama kali ... Menjadi Model LDK Nasional. Sebuah
legitimasi yang tentunya menjadi sebuah amanah tersendiri untuk sebuah
LDK. Saya tidak pernah berpikir seperti ini ketika pertama kali bergabung di
GAMAIS ITB. Saya hanya berpikir bagaimana GAMAIS ITB bisa melayani
masyarakat kampus ITB. Akan tetapi, paradigma saya berubah seketika saat
dimintai mengisi pelatihan di kampus lain. Saya melihat bahwa butuh ada
LDK yang bisa menjadi kiblat atau prototype LDK nasional, agar LDK lain
bisa belajar dan mengetahui tahapan-tahapan yang dilakukan oleh LDK
berskala nasional dalam mencapai kemapanan dakwah di kampus.
Ketika terpilih menjadi Kepala GAMAIS ITB, saya berpikir bagaimana
caranya agar GAMAIS ITB bisa memberikan lebih untuk pembangunan
dakwah di LDK lain. Saya pun mulai menggaungkan pemikiran “GAMAIS ITB
for Indonesia” dengan banyak men-sharing ide saya mengenai pentingnya
perbaikan LDK skala nasional.
Saat sedang dalam proses, seorang kawan bertanya pada saya, “Akh
Yusuf, GAMAIS sudah siap belum untuk memikirkan kampus lain? Apakah
kondisi dakwah di dalam kampus ITB udah stabil?”
Pertanyaan ini membuat saya berpikir dan mencoba merumuskan
strategi untuk mencapai model LDK skala nasional, tanpa menganggu
agenda dakwah saya di ITB. Mulailah saya memikirkannya bersama teman-

84
teman, hingga lagi-lagi kawan saya berkata, “Mungkin tidak akh Yusuf,
kalau dakwah di ITB dikendalikan oleh lembaga dakwah fakultas dan
lembaga dakwah program studi, sehingga GAMAIS ITB pusat bisa fokus
mengkoordinasi LDF dan melayani kampus lain?”
Sebuah ide yang akhirnya saya turunkan dalam konsep
“Restrukturisasi Lembaga Dakwah Kampus” yang telah saya paparkan
pada bab “Sinergisme Lembaga Dakwah Kampus”. Pada bab ini saya akan
coba paparkan secara bertahap, apa saja yang harus dipersiapkan untuk
menuju LDK mandiri berskala nasional.



Syarat Pertama: Keberlanjutan Perkembangan LDK

S yarat utama dan pertama dalam eskalasi ini adalah sebuah


pembangunan yang berkelanjutan. Dalam dakwah LDK, hal ini
ditunjukkan dengan beberapa kriteria, yakni:
1) Tidak ada masalah dalam regenerasi kepemimpinan. Maksudnya setiap
suksesi kepengurusan selalu tersedia calon pengganti yang berkualitas,
2) Memilki departemen/divisi yang telah memenuhi semua sektor LDK
(kaderisasi, syiar, dana, annisaa, jaringan, dan akademik profesi),
3) Perbandingan jumlah badan pengurus inti—di GAMAIS kami
menyebutnya BPH—dengan jumlah kader minimal 1:3 (jika jumlah BPH
15, maka jumlah kader non BPH minimal 45),
4) Keberjalanan program kerja mencapai 70%,
5) Tidak ada masalah keuangan,
6) Kaderisasi LDK berjalan dengan baik dan bisa membentuk banyak
kader yang punya karakter pemimpin di LDK. Minimal bisa mencetak 5
kader yang memiliki kapasitas yang setara dengan ketua LDK dalam
satu angkatan,
7) Memiliki agenda syiar rutin dengan skala medioker dan agenda syiar
eksidental dengan skala masif,
8) Adanya lembaga dakwah fakultas dan/atau lembaga dakwah program
studi.

85
Delapan kriteria ini diharapkan bisa dipenuhi sebagai syarat awal.
Karena memang tidak mungkin sebuah LDK memikirkan LDK lain, jika LDK
tersebut tidak memiliki kemapanan dan kemandirian. Biasanya memang
sebuah lembaga yang sudah mapan baru bisa memikirkan rencana yang
lebih besar dan jangka panjang. Oleh karena itu, saya mencoba membuat
standar yang tinggi agar sebuah LDK tidak terzalimi ketika mulai berbagi ke
kampus lain.



Syarat Kedua: Penguatan dan Sinergisme Lembaga


Dakwah Wilayah

S yarat kedua yang perlu dipenuhi adalah penguatan dakwah di wilayah


(fakultas dan program studi). Gerak dakwah yang diperlukan adalah
pengoptimalan setiap lembaga dakwah wilayah, agar mampu memberikan
pelayanan yang terbaik untuk perkembangan dakwah di kampus.
Lembaga dakwah wilayah diharapkan bisa meyentuh semua massa
kampus tanpa terkecuali. Pengembangan dakwah wilayah ini akan sangat
berkaitan dengan dakwah berbasiskan kompetensi dan kekhasan objek
dakwah.
Penguatan ini juga perlu memperhatikan beberapa kriteria yang perlu
dipenuhi oleh lembaga dakwah wilayah, antara lain:
1) Regenerasi kader yang baik,
2) Adanya agenda syiar rutin dan eksidental pada skala fakultas dan
program studi,
3) Adanya kemandirian kaderisasi dan keuangan,
4) Memiliki basis kader inti yang solid dan militan,
5) Semua ketua LDF dan LDPS bisa terkoordinasikan oleh Lembaga
dakwah pusat.
Selain adanya penguatan secara internal di LDF dan LDPS, diperlukan
pula gerak yang sinergis antara lembaga dakwah wilayah dengan lembaga
dakwah pusat. Gerak yang sinergis ini adalah bentuk usaha bersama untuk
mencapai tujuan yang telah disepakati. Dalam mekanismenya di lapangan,
memang sinergisme ini tidak bisa dibentuk sekejap mata. Ada tahapan-
86
tahapan yang perlu dipenuhi seperti kesamaan suhu dakwah, kesamaan
tujuan dakwah, rasa saling memahami serta saling menghargai antara LDF
dan LDPS. Dengan adanya sinergisme ini, akan terbentuk jalur komando
antarlembaga yang membutuhkan kesatuan gerak kader pusat dan wilayah
yang kuat.
Proses sinergisme ini perlu memenuhi beberapa kriteria, antara lain:
1) Adanya jalur koordinasi dan komando yang jelas antara lembaga
dakwah pusat-lembaga dakwah fakultas-lembaga dakwah program
studi
2) Adanya pembagian objek dakwah yang telah tersegmentasi dan
terpartisi dengan jelas agar tidak terjadi overlapping objek dakwah
3) Adanya sistem kaderisasi terpusat dan terpadu yang bisa menyentuh
semua kader baik di pusat maupun wilayah
4) Adanya sistem koordinasi sektoral dakwah yang jelas dan rutin
5) Adanya pembagian kekhasan dan karakter agenda syiar antara
lembaga dakwah pusat dan lembaga dakwah wilayah
6) Adanya sistem database terpadu yang bisa diakses oleh kader di semua
lini
7) Adanya pertemuan rutin untuk koordinasi antara BPH pusat dan BPH
wilayah
8) Adanya temu kader terpusat sebagai wahana untuk mempertemukan
seluruh kader
Kriteria di atas merupakan tools yang bisa digunakan sebagai sebuah
usaha untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas dakwah. Sinergi
dalam harmoni adalah sebuah tagline yang kami gunakan untuk
menggambarkan bagaimana kekuatan dakwah GAMAIS ITB di pusat dan
wilayah.



87
Syarat Ketiga: Pembagian Kerja

S etelah Lembaga dakwah pusat dan lembaga dakwah wilayah kuat dan
saling bersinergi, kita perlu melakukan pembagian kerja di BPH
lembaga dakwah pusat agar semua aspek dakwah dapat terfasilitasi.
Saya akan berbicara tentang tugas pokok kepala LDK, yakni:
(1) Pemimpin seluruh umat muslim di kampus dan sebagai representatif
dari LDK
(2) Pemimpin diplomasi, ekpansi jaringan, dan politik bagi LDK
(3) Panglima dakwah untuk semua kader dakwah
(4) Pengkoordinir LDF dan LDPS
(5) Pemimpin Badan Pengurus Harian Lembaga Dakwah Pusat dan
memastikan program kerja lembaga dakwah pusat berjalan
Secara umum, lima hal inilah yang menjadi tugas pokok dari seorang
kepala LDK. Jika hanya dijalankan oleh seorang saja, saya melihat akan
terjadi ketidakoptimalan di semua lini. Oleh karena itu, pelaksanaan kelima
tugas ini saya pecah hingga diemban oleh tiga orang, sehingga terbentuklah
Trisula Kepemimpinan GAMAIS ITB.
Pembagian tugas ini saya paparkan sebagai berikut:
a) Kepala GAMAIS ITB
 Pemimpin seluruh umat muslim di kampus dan sebagai
representatif LDK
 Pemimpin diplomasi, ekpansi jaringan dan politik bagi LDK
 Ditempatkan sebagai tokoh mahasiswa skala nasional
b) SekJen GAMAIS ITB
 Panglima dakwah untuk semua kader dakwah
 Mengkoordinasikan LDF dan LDPS
c) Kepala Sektor Internal
 Memimpin Badan Pengurus Harian Lembaga Dakwah Pusat dan
memastikan program kerja lembaga dakwah pusat berjalan
Adanya pembagian kerja yang jelas, membuat ketiga pemimpin bisa
bekerja optimal pada tugas pokoknya masing-masing sehingga tidak ada

88
satu pun rencana kerja yang tidak terperhatikan. Agenda program kerja pun
dapat berjalan, LDF dan LDPS kuat dan sinergis, serta agenda pelayanan ke
kampus lain pun dapat terfasilitasi.



I nilah sebuah gambaran bagaimana LDK bisa bergerak mandiri pada skala
nasional dengan berbasiskan kekuatan internal yang kuat. Dengan
semakin banyaknya LDK berskala nasional maupun regional di Indonesia,
FSLDK akan memilki kutub-kutub perkembangan LDK di Indonesia yang
merata. Sebutlah di Sumatera kita sangat berharap UNAND dan UNILA
dapat menjadi kutub perkembangan LDK. Pulau Jawa, selain ITB yang
mungkin sedang akan fokus pada perbaikan skala nasional, diharapkan UI,
IPB, UNDIP, UGM, UNAIR, dan ITS bisa menjadi kutub perkembangan skala
regional. Di Kalimantan ada UNMUL yang memiliki kekuatan finansial yang
dapat menopang dakwah di sana. Sedangkan di Pulau Sulawesi dan Papua,
kita sangat berharap kepada UNHAS dan UNPATI agar bisa menjadi motor
dakwah di daerahnya.
Ketika banyak kutub-kutub LDK yang bisa menjadi kiblat atau prototipe
LDK lain di sekitarnya, diharapkan akan terjadi trickle down effect
perkembangan LDK di sebuah wilayah, sehingga harapan kita untuk
melakukan gerakan dakwah secara masif dan merata di seluruh kampus di
Indonesia dapat menjadi kenyataan.

89
BAB 9


MEMBANGUN JARINGAN
LEMBAGA DAKWAH KAMPUS

J aringan merupakan perangkat pendukung dari luar yang bisa


menunjang perkembangan LDK. Daya dukung eksternal ini membuat
LDK bisa bergerak lebih leluasa dan mengembangkan sayap dakwahnya ke
jangkauan yang sebelumnya belum bisa diraih. Seorang individu akan bisa
berkembang jika didukung oleh lingkungan. Begitu pula LDK, yang akan bisa
berkembang jika didukung oleh berbagai pihak.
Dalam konteks membangun kapasitas komunitas—dalam hal ini adalah
LDK—perlu adanya dukungan dan bantuan dari pihak eksternal yang
serumpun atau sepemahaman dengan komunitas yang dibangun. Dengan
adanya dukungan ini, diharapkan komunitas yang ada bisa berkembang,
dan bisa mandiri di kemudian hari.
FSLDK (Forum Silaturahim Lembaga Dakwah
Kampus) merupakan jaringan yang beranggotakan LDK
se-Indonesia. Sifat keanggotaan FSLDK cukup terbuka,
artinya setiap LDK berhak bergabung dengan FSLDK. Hal
ini dikarenakan salah satu visi FSLDK adalah
mengoptimalkan akselerasi da’wah kampus nasional.
Jaringan FSLDK sudah tersebar luas di seluruh nusantara.
Mulai dari ujung Sumatera hingga Papua.
Saya ingin menekankan bahwa perluasan jaringan LDK bukanlah
diadakan untuk mengekspansi dakwah. Perluasan jaringan ini adalah

90
sebuah usaha untuk menguatkan kondisi internal LDK. Adanya jaringan ini
bermanfaat pula bagi LDK yang sudah mandiri karena LDK tersebut dapat
berperan dengan membagi ilmu serta pengalaman yang dimilikinya dengan
komunitas LDK, sehingga LDK lainnya yang bernaung di bawah panji FSLDK
bisa berkembang dan tentunya bisa mandiri.
Dalam hal ini ada dua kisah yang ingin saya sampaikan. Kisah tentang
perbandingan dua LDK yang jauh berbeda kondisinya dalam memanfaatkan
jaringan yang ada. Kisah pertama, berasal dari sebuah LDK di pelosok Pulau
Sulawesi yang berada di sebuah kampus kecil yang jumlah mahasiswa dan
kadernya sedikit. LDK ini baru berdiri sekitar 1−2 tahun lamanya.
Perkembangannya pada awalnya cukup lambat karena memang daya
dukung internal dan eksternalnya masih kurang. Seiring berjalannya waktu,
LDK ini mulai mengenal keberadaan FSLDK. Sejak saat itu mulailah para
aktivis LDK ini membuka jaringan dakwahnya. Mereka mulai mengikuti
konsolidasi dan mengikuti beberapa pelatihan-pelatihan manajemen LDK.
Dalam hal penyediaan mentor mereka juga mendapat dukungan dari LDK
lain.
Suatu ketika, salah seorang kader dari LDK ini hadir di forum
silahturahim nasional di Bandar Lampung. Ia bertemu dengan banyak kader
LDK dari seluruh penjuru tanah air. Saya mencoba mengamati kader ini, ia
begitu antusias belajar dan berdiskusi dengan para kader LDK lain yang
hadir. Ketika bertemu dengan saya pun, ia tampak seperti ingin mengambil
semua pemahaman yang saya miliki. Semangat menuntut ilmu dan
memperluas relasi menjadi tujuannya datang ke Lampung. Pertemuan kami
tidak berlangsung lama. Bisa dikatakan saya kehilangan kontak beliau untuk
waktu yang cukup lama.
Hingga pada sebuah pagi, ada sebuah sms yang datang ke telepon
genggam saya, “Ass.wr.wb. Akh Yusuf apa kabarnya? Gimana keadaan
GAMAIS? Masih dahsyat, kah? Alhamdulillah akh, hari ini LDK kami akan
mengadakan daurah rekrutmen anggota, insya Allah yang daftar sekitar 50-
an orang, doakan ya akh, oh ya, syukron untuk ilmunya”. Pesan seperti ini
membuat saya mengucapkan syukur yang amat mendalam, ternyata beliau
bisa menjadi pionir dakwah di kampusnya.

91
Kisah kedua, saya akan bercerita tentang LDK kami, GAMAIS ITB. Pada
akhir kepengurusan kepala GAMAIS sebelum saya, Tri Aji Nugroho, kami
angkatan 2005 GAMAIS yang akan menggantikan kepengurusan
sebelumnya melakukan konsolidasi, yang salah satu hasilnya memutuskan
bahwa kami akan menyiapkan BPH (Badan Pengurus Harian) GAMAIS
sebelum adanya suksesi kepengurusan. Hal tersebut diputuskan dengan
asumsi sudah siapnya sistem dan tim BPH. Siapapun yang terpilih sebagai
kepala akan kami dukung.
Karena segala keterbatasan ilmu yang ada, kami mencoba belajar dari
luar kampus ITB. Saat itu wacana yang kami bangun adalah ingin
memperkuat basis fakultas dan program studi yang notabene adalah garda
terdepan dalam dakwah. Bukan hanya tidak punya lembaga dakwah
fakultas, hubungan GAMAIS sebelumnya dengan lembaga dakwah program
studi juga tidak erat. Oleh karena itu kami mencoba belajar ke beberapa
orang yang kami nilai kampusnya memiliki kekuatan dalam membuat
konsep lembaga dakwah fakultas. Kami menghubungi ketua LDK Salam UI,
kak Budi, dan ketua Insani UNDIP, kak Raka. Kami coba berdiskusi dan
mengambil banyak data dari mereka.
Selanjutnya informasi yang kami dapatkan kami bahas di Rapat
Angkatan 2005. Rapat ini menghasilkan sebuah pola gerak baru dalam
dakwah GAMAIS. Pola dakwah inilah yang saat ini kami gunakan dan
ternyata sangat bermanfaat memperkuat kondisi internal kami serta
menjadikan kami mampu memberikan kontribusi skala nasional. Gabungan
konsep LDK UI dan UNDIP kami satukan menjadi sebuah konsep Post-
modern Movement—saya menyebutnya seperti itu—di GAMAIS ITB.
Dari dua cerita diatas, bisa saya ambil sebuah pelajaran bahwa
kekuatan jaringanlah yang akan membuat sebuah komunitas kuat, baik
bagi LDK yang masih muda maupun LDK yang sudah mandiri.



B erikutnya saya akan uraikan jaringan apa saja yang perlu dimiliki oleh
LDK serta cara membangun dan menjaga jaringan tersebut agar bisa
bermanfaat untuk perkembangan LDK.

92
Jaringan Internal LDK
Dalam jaringan internal kampus terdapat dua elemen utama, yakni
pihak lembaga mahasiswa dan pihak birokrasi. Dua elemen ini tentu
membutuhkan cara pendekatan yang berbeda. Oleh karena itu kader harus
bisa bersikap dan bertindak secara tepat, agar tujuan dari pembangunan
jaringan ini bisa tercapai.

 Lembaga Mahasiswa
Setiap kampus biasanya memiliki banyak lembaga atau kelompok
kegiatan mahasiswa. Sering kita kenal adanya Badan Eksekutif Mahasiswa
(BEM), Unit Kegiatan Mahasiswa, himpunan mahasiswa program studi, dan
sebagainya. Setiap lembaga ini memiliki keunikan dan kelebihan tersendiri.
Sebutlah BEM yang kompeten di bidang sosial dan politik, unit kebudayaan
yang senantiasa melestarikan kebudayaan tradisional masing-masing
daerah, koperasi mahasiswa yang mendidik anggotanya untuk
berwirausaha, serta himpunan mahasiswa yang bergerak di bidang
keprofesian.
LDK dapat menjalin kerjasama dengan lembaga-lembaga mahasiswa
tersebut untuk membangun jaringan. Yang perlu dipahami, dalam
bekerjasama terdapat suatu kepentingan bersama atau hubungan yang
timbal balik. Hal inilah yang menjadi pegangan dasar kita dalam
membangun jaringan terutama ke lembaga mahasiswa yang erat dengan
hubungan perkawanan dan persahabatannya.
Oleh karena itu, untuk menjalin kerjasama dengan lembaga mahasiswa
mulailah dengan membentuk suatu kepentingan bersama antara kedua
belah pihak. Kepentingan bersama mengarahkan kita kepada sebuah tujuan
atau sebuah nilai yang sama-sama disepakati. Sebagai contohnya LDK dapat
bekerjasama dengan semua lembaga dakwah agama lain dalam rangka
meningkatkan moralitas mahasiswa di kampus. Bisa kita nilai bahwa
kepentingan bersama ini bisa melewati batas-batas ideologi yang dianut
oleh lembaga yang ada.
Contoh lainnya, dalam meningkatkan kesadaran ber-Islam mahasiswa
dengan bertema “Kebersihan sebagian dari Iman”, LDK bisa mengadakan

93
kerjasama dengan himpunan mahasiswa teknik lingkungan dan teknik
arsitektur dengan mengadakan tempat sampah yang baik serta
meningkatkan kesadaran mahasiswa untuk membuang sampah pada
tempatnya. Kepentingan bersama ini bisa dibentuk sedemikian rupa mulai
dari kepentingan yang kontemporer sampai kepentingan jangka panjang.
Dalam hubungan kerjasama akan muncul hubungan timbal-balik yang
biasa kita kenal dengan istilah simbiosis. Simbiosis yang boleh dibentuk
dalam kerjasama dengan lembaga mahasiswa ini adalah simbiosis
mutualisme yang menguntungkan kedua belah pihak, dan simbiosis
komensalisme yang menguntungkan hanya satu pihak namun tanpa
merugikan pihak lainnya.
Untuk hubungan simbiosis mutualisme, sebuah LDK bisa membuat
kerjasama dengan unit sosial masyarakat. Misalnya kerjasama untuk
program aksi bersama. Unit sosial masyarakat bertugas menyiapkan segala
kebutuhan untuk aksi, sedangkan LDK bertugas menyiapkan massa untuk
digerakkan.
Sedangkan dalam hubungan simbiosis komensalisme, sebisa mungkin
usahakan agar kita menjadi pihak yang membuat pihak lain untung, namun
kita sendiri tidak mengalami kerugian. Paradigma ini perlu dibangun karena
LDK tidak boleh membebani dan merugikan lembaga lain, LDK harus bisa
berperan dalam memberi dan melayani. Sebagai contoh, pada kerjasama
dalam membangun akhlak anggota di suatu lembaga sosial, LDK dapat
berperan sebagai penyuplai pemateri untuk mengisi acara-acara keagamaan
di lembaga tersebut. Contoh lainnya, dalam rangka membantu
memperkenalkan unit seni yang baru berdiri, LDK bisa berperan dengan
memberikan unit tersebut kesempatan untuk tampil di acara yang sedang
diselenggarakan.
Membangun jaringan di lembaga mahasiswa bisa menjadi langkah awal
bagi LDK dalam menguatkan eksistensinya di kampus. Ada sebuah pesan
yang sangat menarik dari salah seorang kawan saya, “Massa kampus hanya
butuh disapa”. Benar sekali pendapatnya menurut saya. Saya mencoba
mengimplementasikannya dengan menyempatkan diri datang ke unit dan
himpunan mahasiswa untuk menyapa dan bertemu ketua serta anggotanya
sejenak (sekitar 5−10 menit). Saya biasa melakukan hal ini secara rutin

94
sehingga GAMAIS ITB semakin dikenal dan dekat dengan masyarakat
kampus yang notabene adalah objek dakwah kami.

 Birokrat Kampus
Birokrat kampus yang saya maksud di sini meliputi rektorat kampus
berserta jajarannya hingga ke tingkat program studi. Untuk menghadapi
para birokrat kampus, kita perlu membangun paradigma bahwa mereka
adalah orang tua kita di kampus. Dengan demikian kita perlu bersikap
layaknya seorang anak yang patuh kepada orang tua dan mengingatkan
mereka ketika mereka salah. Dengan paradigma ini kita akan bisa
membangun jaringan melalui pendekatan personal yang berasaskan
manfaat.
Sebagai langkah awal tentunya dimulai dengan pendekatan personal.
Saya terkadang bersilaturahim ke birokrat tanpa sebuah tujuan atau agenda
khusus. Saya datang dan berdiskusi saja dengan mereka tentang apapun.
Karena kita berasal dari LDK, maka topik pembahasan bisa seputar
mahasiswa, moralitas, akademik, atau tentang Agama Islam. Silaturahim
tanpa agenda khusus ini diharapkan bisa menimbulkan kedekatan hati dan
kepercayaan satu sama lain sehingga ketika LDK melakukan sebuah
pengajuan bantuan tertentu di lain waktu, prosesnya dapat menjadi lebih
mudah. LDK harus mampu memberikan pandangan kepada semua birokrat
kampus bahwa dirinya terpercaya dan bertanggung jawab. Untuk
memberikan manfaat yang berkelanjutan, hubungan dengan pihak birokrat
kampus harus selalu kita jaga dengan mempertahankan citra positif ini.



Jaringan Eksternal LDK

M embangun jaringan di luar kampus sangat luas lingkupnya karena


pada hakikatnya LDK bisa bebas membuka jaringan kemana saja
tergantung kebutuhan yang dimiliki. Bahkan sebetulnya membuka jaringan
ke luar kampus tidak perlu berlandaskan kebutuhan kontemporer saja. Ada
kalanya dapat kita lakukan dengan tujuan memperluas tali silaturahim.
Dalam membangun jaringan keluar kampus, ada satu hal yang perlu
dipahami oleh kader dan LDK, yakni sikap profesional. Sikap profesional
95
dibutuhkan karena LDK akan bertemu langsung dengan pihak-pihak yang
memiliki kebiasaan yang berbeda sama sekali dengan kebiasaan yang
mungkin sudah menjadi karakter dari kader LDK. Kebiasaan positif yang
umum perlu disiapkan dengan baik, seperti berpakaian rapi, menghargai
waktu, terjadwal dalam melakukan aktivitas, bertanggung jawab terhadap
kesepakatan, dan selalu berpikiran terbuka.
Saya coba membagi jaringan eksternal kampus ini ke dalam lima bagian
yaitu media, perusahaan, tokoh publik, instansi lain, dan FSLDK. Pada
bagian selanjutnya akan saya paparkan beberapa tips dan pemanfaatan dari
jaringan yang dibangun.

 Media
Media merupakan corong opini publik. Medialah yang saat ini
menentukan dan membuat sugesti publik. Media bisa mengubah paradigma
negatif jadi positif, dan sebaliknya. Pembangunan jaringan ke media dapat
dimulai dari media lokal, seperti media cetak lokal, radio lokal, maupun
stasiun televisi lokal. Pembangunan jaringan ke media relatif mudah karena
pada dasarnya media pun memerlukan berita. Bentuk kerjasama yang bisa
dilakukan sangatlah bervariasi. Sebutlah pelatihan jurnalistik, pelatihan
media, kerjasama dalam mempromosikan sesuatu, publikasi kegiatan,
hingga aktif menulis di media lokal. Contohnya di Kota Banten, media cetak
lokalnya kerap kali diramaikan oleh tulisan-tulisan para kader dakwah.

 Perusahaan
Membangun jaringan ke perusahaan biasanya dimulai dari sebuah
kegiatan yang membutuhkan dana sponsorship. Terkadang memang butuh
momen untuk memulainya. Dalam pendekatan ke perusahaan hal yang
perlu dicatat adalah profesionalisme dari kader LDK. Kepercayaan yang
diberikan dari perusahaan kepada LDK harus dijaga sebaik mungkin.
Dengan menjaga kepercayaan dan hubungan ke perusahaan, LDK akan bisa
bekerja sama kembali di waktu yang akan datang.

96
 Tokoh Publik
Tokoh publik ialah orang yang memiliki kompetensi di bidang tertentu
dan diakui oleh masyarakat sekitarnya. LDK perlu melakukan pendekatan ke
tokoh publik karena selain dapat mengambil ilmu yang dimilikinya, LDK juga
bisa memanfaatkan pengaruh tokoh tersebut untuk memperlancar
agendanya. Pendekatan yang sering digunakan untuk membangun jaringan
tokoh adalah melalui kunjungan langsung.. Mulailah dengan bersilaturahim
biasa dan diskusi. Jangan lupa pula untuk memperkenalkan LDK agar tokoh
tersebut aware dengan keberadaan LDK kita.

 Instansi Lainnya
Instansi yang dimaksud di sini sangat beraneka ragam. Misalnya LSM,
yayasan, lembaga pemerintahan, partai politik, organisasi masyarakat, dan
sebagainya. Pendekatan umum dalam membangun jaringan ini dimulai dari
dua hal, yakni kunjungan silaturahim dan melakukan agenda bersama
seperti baksos atau aksi bersama. Pemanfaatan jaringan ini juga beragam,
tergantung dari jenis lembaganya.

 Forum Silaturahim Lembaga Dakwah Kampus (FSLDK)


FSLDK adalah tempat berhimpunnya LDK seluruh Indonesia. FSLDK
yang saat ini dikoordinir oleh PUSKOMNAS (Pusat Komunikasi Nasional)
Universitas Airlangga bergerak dalam memajukan gerak dakwah seluruh
LDK se-Indonesia dengan harapan agar kualitas LDK se-Indonesia bisa kuat
sehingga dapat menjalankan fungsinya dalam menyuplai alumni yang
berafiliasi terhadap Islam.
Sebuah LDK terutama yang baru berdiri sangat saya sarankan untuk
menginduk kepada FSLDK. Dengan menginduknya sebuah LDK pada FSLDK
biasanya LDK tersebut akan mengalami percepatan. Hal ini karena di FSLDK,
LDK dari berbagai kampus dapat bertemu dan saling berdiskusi sehingga
kita bisa memperoleh informasi dari LDK lain yang bisa kita terapkan di LDK
kita.
Di setiap daerah terdapat perpanjangan tangan FSLDK, yakni
PUSKOMDA (Pusat Komunikasi Daerah). LDK Anda bisa menghubungi

97
p
L
n
r
a
lf-g
PUSKOMDA untuk memudahkan jalur komunikasi ke jaringan LDK terbesar
ini.

e
t
is
Banyak sekali memang jaringan yang bisa dibangun oleh LDK dalam
rangka menguatkan barisan dakwah di kampus. Pada bagian selanjutnya
saya akan memberikan paparan bagaimana cara memperluas dan menjaga
jaringan yang ada.

Memperluas Jaringan LDK

A
 Targetting


da empat hal yang dapat dimanfaatkan sebagai sebuah prosedur


sederhana agar perluasan jaringan LDK bisa sesuai dan terarah.
x
T
tti
V
M
S
E
LDK perlu memiliki sasaran dalam membangun jaringan. Buatlah daftar
target jaringan, nomor kontak yang bisa dihubungi, serta pemanfaatan
jaringan tersebut. Daftar ini perlu ditambahkan juga dengan target deadline
waktu sehingga aktivis LDK akan termotivasi untuk mengembangkan
jaringannya dengan pesat. Mulailah dengan membangun jaringan dari yang
terdekat baik dari segi afiliasi maupun geografis, karena biasanya lebih
mudah dan mereka lebih mendukung agenda LDK kita. Kemudian barulah
LDK mengembangkan jaringan ke pihak yang lebih variatif seperti sesama

98
lembaga dakwah, media massa Islam, MUI, perusahaan Islam, ataupun
ormas Islam.

 Visiting
Kunjungilah langsung pihak tersebut. Kunjungan ini bertujuan untuk

Maksudnya adalah mengirimkan pesan dengan berbagai media baik


melalui sms, email, maupun surat. Bentuk pesan yang dikirim bisa bersifat

c
n
a
M
i
menjalin tali silaturahim. Melalui kunjungan ini pula kita bisa berdiskusi dan
menemukan persamaan antarlembaga agar mendapatkan pemahaman
bersama dan kerjasama dakwah ke depan bisa lebih mudah.

 Mailing

informal seperti pesan selamat idul fitri atau ucapan selamat ulang tahun.
Bisa pula berupa pesan formal seperti undangan untuk menghadiri acara
LDK atau penyampaian laporan dan dokumentasi agenda LDK untuk
pencitraan LDK kita.

 Self-Existence
Terkadang LDK perlu memperkenalkan diri ke masyarakat luas.
Lakukanlah perkenalan diri ini dengan membentuk citra yang positif. Hal ini
dapat dilakukan baik melalui media atau pun dengan kunjungan langsung.

Main


99
Menjaga Jaringan LDK

D alam menjaga jaringan dakwah LDK perlu melakukan empat hal


berikut secara berkala agar jaringan senantiasa terjaga.

 Database
Setelah membangun jaringan, sebuah LDK hendaknya memiliki sebuah
database. Database yang rapi akan memudahkan pemanfaatan dan transfer
data jaringan ke generasi penerus kita. Dengan demikian jaringan yang LDK
kita miliki akan senantiasa terjaga untuk waku yang lama. Tantangan dalam
menjaga jaringan adalah biasanya data mengenai jaringan tersebut melekat
pada orang, bukan lembaga. Jadi, menjadi tanggung jawab bagi pemilik
data untuk meneruskan dan memperkenalkannya kepada penerusnya.

 Contact
Dari database yang telah ada, LDK selanjutnya perlu berhubungan
secara rutin dengan jaringan yang telah dibangun. Dengan demikian LDK
kita pun akan senantiasa diingat oleh orang-orang di jaringan tersebut. Bisa
jadi kelak dalam kegiatan yang dijalankan, kita memberikan laporan atau
dokumentasi kegiatan agar orang dari jaringan LDK kita tersebut bisa
merasakan perkembangan yang terjadi pada LDK. Secara tidak langsung
kita mencoba mengajaknya menjadi bagian dari kemajuan LDK.

 Update
Selalu ada kemungkinan contact person pada jaringan LDK kita
merubah nomor telepon atau emailnya. Oleh karena itu perlu selalu
dilakukan update data agar jaringan yang telah kita bangun tetap terjaga
dan tidak saling kehilangan kontak.

 Feedback
Feedback bisa berbentuk pemanfaatan jaringan seperti kerjasama
kegiatan. Dengan feedback ini, akan terbentuk kedekatan dan kekuatan
jaringan yang lebih baik. Perlu kita ingat, dalam membangun jaringan
jadikanlah hasil seperti bantuan dana bukan sebagai tujuan utama, namun
sebagai dampak silaturahim yang kita jalankan. Tentunya sebuah LDK
100
memegang semangat dakwah yang mengutamakan semangat silaturahim
dalam rangka mengembangkan jaringan.



A nis Matta mengatakan, “Saat ini bukan lagi masanya tim yang kuat,
akan tetapi saat ini adalah masanya jaringan yang kuat”. Kekuatan
jaringanlah yang bisa membuat gerak LDK menjadi lebih masif dan kuat.
Membangun jaringan bukan lagi sebuah agenda prioritas nomor dua, akan
tetapi merupakan agenda utama yang perlu diprioritaskan demi kemajuan
LDK.

101


Glosarium


A:
 Akhawat: perempuan
 Al Amin: dipercaya
 Aqidah: keyakinan pada Islam
 Ashabiqunal awwalun: orang-orang pertama yang masuk Islam

F:
 Fiqih: hukum Islam

H:
 Halaqoh: mentoring

I:
 Ikhwan: pria

J:
 Jama’i: berjamaah/bersama-sama

102
L:
 Liqo’: mentoring

M:
 Mabit: malam bina iman dan taqwa

S:
 Syiar: menyampaikan ajaran Islam
 Syukron: terima kasih

U:
 Ulama: ahli agama
 Umara: pemimpin
 Usrah: mentoring / keluarga kecil

W:
 Wajihah: lembaga

103
Aktivis Dakwah yang Solid
danProduktif

Ketika satu pintu tertutup, pintu lain terbuka; namun terkadang kita melihat dan
menyesali pintu tertutup tersebut terlalu lama hingga kita tidak melihat pintu lain
yang telah terbuka. Alexander Graham Bell

104
BAB 10


PROFIL
AKTIVIS DAKWAH KAMPUS
MASA KINI

B erbicara tentang aktivis dakwah tentu tidak terlepas dari beban moral
yang melekat pada dirinya. Aktivis dakwah akan selalu menjadi profil
dan panutan bagi teman-temannya di kelas, program studi, bahkan di
tingkat kampus. Ketika menjadi seorang aktivis dakwah, maka hukum majas
sinekdok pars prototo akan melekat pada dirinya. Ketika seorang aktivis
memiliki profil baik, maka LDK akan tercitrakan baik pula, begitu pula
sebaliknya. Dengan demikian menjadi sebuah tuntutan tersendiri bagi
seorang aktivis dakwah untuk bisa berkata, bersikap dan berperilaku baik,
dan benar-benar menjadi teladan untuk massa kampus.
Pada bagian ini saya akan menguraikan profil aktivis dakwah kampus
masa kini yang diperlukan untuk menunjang proses dakwah yang dilakukan
oleh LDK. Dengan dukungan profil aktivis dakwah yang baik, citra dakwah
kampus akan meningkat sehingga berdampak pada semakin besarnya
jumlah mahasiswa dan mahasiswi yang berminat bergabung dalam LDK.
Profil tersebut adalah:

105
Enam profil ini diharapkan mampu menjadi profil bagi setiap aktivis
dakwah di setiap kampus. Setidaknya petinggi LDK diharapkan dapat
memenuhi profil di atas sehingga ia bisa menjadi tokoh teladan pada
tingkat kampus dan memberikan citra baik tersendiri bagi LDK di mata
mahasiswa lain.
Berikut penjelasan dari masing-masing profil:

1) Aktif dalam lembaga dakwah kampus


Profil ini menjadi sebuah kebutuhan mendasar. Seorang aktivis dakwah
diharapkan mampu mengaktualisasikan diri serta mengimplementasikan
daya inovasinya di LDK tempat ia beraktivitas. LDK pun diharapkan mampu
menjadi wadah yang memberikan kesempatan bagi para kadernya untuk
berkontribusi dengan optimal.

2) Peka dan tanggap terhadap perubahan kondisi sosial di kampus,


Indonesia, dan dunia
Cara untuk bisa mengenal dunia kampus adalah dengan menjadi
pribadi yang inklusif dan berbaur (tetapi tidak melebur) diantara para
mahasiswa yang ada. Seorang aktivis dakwah juga diharapkan bisa terbuka
terhadap perubahan dan kritik agar dapat menjadi pribadi yang semakin
dewasa dan matang.

106
Selain itu kepekaan terhadap isu nasional maupun internasional
adalah sebuah kebutuhan yang juga perlu dimiliki. Dengan kepekaan ini
seorang aktivis dakwah dapat berdialekta dan memahami Islam lebh
komprehensif. Ia pun akan mampu melihat terbukanya kesempatan
dakwah yang lebih lebar.

3) Memiliki kelompok binaan dan kapasitas Tarbiyah Dzatiyah


Profil ini adalah turunan dari surat Ali Imron ayat 79 yang berbunyi:
“Hendaklah kamu menjadi orang-orang rabbani, karena kamu selalu
mengajarkan al-Kitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya”.
Dalam ayat ini jelas Allah mengisyarakat dengan tegas, cara untuk
menjadi umat yang rabbani adalah dengan senantiasa mempelajari Al Kitab
(tarbiyah) dan menyampaikannya (berdakwah). Mentoring adalah sarana
dakwah yang tepat untuk para aktivis dakwah. Dengan mentoring ia bisa
belajar berdakwah secara bertahap. Sedangkan kebutuhan tarbiyah
dzatiyah adalah sebagai tameng penjaga kualitas profil aktivis dakwah
dimanapun ia beraktivitas. Dengan kapasitas tarbiyah dzatiyah yang baik,
seorang aktivis dakwah dapat tetap menjaga karakternya, bahkan saat ia
sedang berada jauh dari lingkungan dakwah kampus.

4) Menguasai kompetensi akademik di bidang masing-masing serta


memiliki rencana pasca kampus
Seorang aktivis dakwah kampus tentu membutuhkan kapasitas
kompetensi akademik yang baik karena memang ia beraktivitas di kampus
yang menjadikan kompetensi akademik sebagai sebuah nilai tambah
tersendiri. Selain itu, dakwah kampus tidak hanya mendidik seseorang
untuk memahami tentang Islam, akan tetapi juga mempersiapkan seorang
mahasiswa untuk menjadi orang yang Islami di bidang kompetensinya
masing-masing sebagai core competence dalam dakwah.

5) Hafal 1 juz Al Qur’an


Jumlah 1 juz Al Qur’an ini dirasa tepat untuk menjadi ambang minimal
bagi seorang aktivis dakwah agar memiliki kapasitas quraniyah yang baik.

107
6) Menguasai minimal satu bahasa asing
Saya merekomendasikan penguasaan bahasa Inggris dan Arab.
Penguasaan terhadap bahasa asing memberikan kesempatan agar para
aktivis dakwah kelak dapat bersaing dengan dunia internasional sehingga
dapat memberikan pengaruh yang lebih besar terhadap lingkungannya.



E nam profil tersebut akan menjadi kebutuhan primer bagi setiap aktivis
dakwah kampus yang akan menunjang keberlangsungan gerak dakwah
di kampus masing-masing. Dengan bermodalkan kualitas kader yang
potensial, LDK akan lebih cepat berkembang sehingga berdampak pada
semakin progresifnya LDK menebarkan nilai Islam di sebuah kampus.

108
BAB 11


KARAKTER
AKTIVIS DAKWAH KAMPUS
YANG KOMPREHENSIF

B erkembangnya dakwah kampus ditandai dengan berkembangnya


pengisian dan penyebaran kader dakwah dalam bidang akademik dan
dalam berbagai lembaga kemahasiswaan. Setelah LDK terkelola dengan
baik, mobilitas kader dakwah perlu ditingkatkan dengan mengarahkan
mereka untuk mengisi di lembaga-lembaga kemahasiswaan yang ada di
kampus, contohnya Badan Eksekutif Mahasiswa, Himpunan Mahasiswa
Program Studi, atau Unit Kegiatan Mahasiswa. Pengisian kader dalam
lembaga kemahasiswaan ini dapat membuka berbagai kesempatan baru
dalam rekayasa dakwah di sebuah kampus.
Keberadaan kader dakwah di lembaga kemahasiswaan tidak hanya
berguna sebagai kesempatan pembelajaran dakwah di lingkungan yang
heterogen, namun juga bisa menjadi sarana pemercepat berkembangnya
opini ketinggian Islam di kampus. Melalui lembaga kemahasiswaan ini kita
bisa berdakwah dengan memanfaatkan ketokohan kader dakwah, alias
menjadikan diri kader sebagai teladan bagi sesamanya, atau dengan
membuat kebijakan yang memberikan manfaat untuk masyarakat luas
mendorong penambahan jumlah beasiswa untuk mahasiswa.
Berbagai kesempatan yang bisa dilakukan ketika seorang kader
dakwah mengisi kepemimpinan di lembaga kemahasiswaan antara lain:
1) Melahirkan tokoh kampus baru dari kalangan aktivis dakwah,

109
2) Memberikan contoh teladan bagaimana seorang pemimpin muslim
mengayomi masyarakat kampus,
3) Membuat kebijakan yang mendukung terciptanya kampus madani,
4) Mengondisikan terbentuknya lingkungan kampus yang toleran dan
dapat menstimulus optimalnya pemanfaatan potensi pada setiap
individu di lingkungan kampus,
5) Menyusun kurikulum kaderisasi kemahasiswaan yang berkaitan dan
menunjang dengan visi dakwah kampus,
6) Memberikan kesempatan untuk belajar menjadi kader dakwah yang
terbuka dan siap berdakwah di lingkungan yang heterogen.



S etelah mengembangkan dakwah di kemahasiswaan, selanjutnya kita


perlu mengisi pula wilayah dakwah akademik. Pengisian wilayah
akademik ini dilakukan terutama oleh kader dakwah yang memiliki
kapasitas akademik yang baik. Berbagai kesempatan dakwah bisa
dilakukan, misalnya dengan membangun citra kader dakwah yang
kompeten secara akademik. Dakwah di wilayah akademik memiliki
keunggulan berupa adanya kesempatan untuk menyentuh mahasiswa-
mahasiswi secara masif dengan menjadi asisten akademik di kampus.
Kesempatan dakwah yang bisa dilakukan ketika seorang kader dakwah
mengisi wilayah akademik antara lain:
1) Memberikan citra bahwa kader dakwah prestatif dan berkompetensi di
bidang akademik,
2) Memungkinkan menjadi teladan ketika kader menjadi asisten akademik
yang dihormati dan dibutuhkan asistensinya oleh para mahasiswa lain,
terutama oleh angkatan di bawahnya,
3) Membuka akses ke dosen dan birokrat kampus dan memberikan
kesempatan dakwah baru,
4) Mempersiapkan kader dakwah yang berminat menjadi dosen di masa
yang akan dating,
5) Berdakwah ketika sedang memegang asistensi atau praktikum mata
kuliah, dengan membangun nuansa keislaman saat praktikum, dan
mengajak mahasiswa lain mentoring pada saat asistensi mata kuliah.

110


D ari contoh-contoh di atas, tergambar bahwa seorang aktivis dakwah


diharapkan mampu mempersiapkan dirinya untuk berdakwah di
segala wilayah. Setidaknya seorang kader dakwah dapat mendukung kader
yang beraktivitas di wilayah yang berbeda karena opini ketinggian Islam dan
persebaran nilai Islam di kampus dapat berkembang dengan baik ketika
ketiga wilayah dakwah ini (LDK, kemahasiswaan, dan akademik) dapat
dijalankan dengan berimbang.

Aktivis dakwah kini diharapkan dapat memenuhi profil khusus pada


setiap wilayah dakwah di atas karena tak dapat dipungkiri, setiap wilayah
dakwah ini memiliki kebutuhan karakter aktivis dakwah tersendiri. Karakter
khusus ini bukan untuk membedakan aktivis dakwah. Pada akhirnya justru
setiap kader dakwah diharapkan dapat memenuhi profil khusus seluruh
wilayah dakwah tersebut agar nantinya siap ditempatkan di posisi manapun
sesuai dengan kebutuhan dakwah kampus.
Bukan saatnya lagi seorang kader dakwah memandang skeptis tentang
wilayah dakwah yang bukan menjadi wilayahnya. Misalnya LDK yang
memandang bahwa dakwah di BEM tidak memberikan manfaat langsung
terhadap mentoring, atau kader dakwah di BEM yang memandang bahwa
dakwah di wilayah akademik tidak progresif. Justru alangkah indahnya bila
111
jp
u
s
rg
to
n
a
d
ilk
m
e
Ic
T
h
S
b
K
y
Mv
ti
w
-,'fi
f
semua kader dakwah di semua wilayah ini dapat bahu-membahu
mewujudkan kampus madani dengan gerak dakwah yang harmonis
sehingga tercipta kesolidan ukhwah diantara mereka.

P

rofil khusus ini sejatinya dimiliki oleh setiap kader dakwah untuk
mendukung dakwah kampus yang harmonis dan progresif. Untuk itu
diperlukan adanya pembinaan terpadu di antara kader dakwah yang
berbeda wilayah untuk menciptakan karakter kader yang komprehensif.
Pembinaan terpadu ini bisa dilakukan dalam bentuk temu kader terpusat
atau diklat khusus dan berjenjang.
Menjadi harapan besar bagi saya di masa yang akan datang saat
seorang kader dakwah berhasil meninggalkan kampus dengan memiliki
keseluruhan profil di atas. Pada akhirnya perdaban Islam ini akan terwujud
dengan kader yang memandang dakwah secara integral dari segala aspek
dan memanfaatkan segala kesempatan dakwah yang bisa diambil.

112
113
BAB 12


STRATEGI SUKSES
DAKWAH PERSONAL
Sesungguhnya kamu tidak akan dapat
memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi
Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya,
dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang
mau menerima petunjuk.

(QS. Al-Qashash: 56)

S uatu hari saya dan teman mendatangi sebuah tempat makan yang
terkenal memiliki makanan yang lezat. Dengan sebuah harapan besar
bahwa saya akan mendapatkan makanan yang enak, kami pun masuk ke
sana. Setiba disana harapan yang ada itu tiba-tiba pudar. Kami sudah duduk
di bangku meja makan di sana, tetapi tidak ada satu pun pelayan yang
menghampiri kami.
“Kok gue dicuekin, sih?”, pikir saya dalam hati. Teman saya akhirnya
memanggil pelayan rumah makan tersebut. Seorang pelayan pun datang.
Namun tanpa disangka ia hanya memberikan kami daftar menu, kertas, dan
alat tulis tanpa berbasa-basi memberi penjelasan, ataupun sekedar
memperkenalkan diri. Hingga selesai makan, bisa dikatakan bahwa
pelayanan yang kami dapat sangatlah buruk. Makanan yang kabarnya lezat
tersebut jadi terasa hambar tanpa memiliki kelebihan apa pun.
Di hari lain saya pergi ke sebuah toko buku dan membeli buku berjudul
“Starbucks Experience”. Dalam waktu singkat buku tersebut mampu
membuat saya tertarik untuk datang ke Starbucks dan menikmati
“pengalaman” khas di sana. Dalam buku itu dijelaskan tentang sistem
staffing di Starbucks yang menuntut jiwa staf yang baik, ramah, dan murah

114
senyum. Starbucks yakin bahwa staf (dalam hal ini pelayan) adalah garda
terdepan yang akan memberikan pencitraan cafe-nya kepada pelanggan.
Akhirnya pada suatu siang, saya bermaksud mencoba merasakan
“pengalaman ala Starbucks” tersebut. Saya pun mendatangi cafe yang
ternyata cozy itu. Sejak tiba hingga berjalan sampai ke counter
pembeliannya, saya disambut oleh senyuman pelayan-pelayannya. Wajah
cerah dan ramah mereka membuat saya merasa semakin nyaman. Di
counter saya ditawarkan berbagai pilihan minuman kopi yang ada. Mungkin
pelayan di counter ini bisa melihat kalau saya bukanlah pelanggan biasa
Starbucks, melainkan baru pertama kali datang, sehingga bingung ingin
memilih minuman yang mana. Pelayan itu pun seketika membimbing saya
untuk memilih kopi yang tepat.
“Mau yang dingin atau yang panas?”, si pelayan bertanya.
“Hmhmh... kayaknya yang dingin, deh”, jawab saya.
Lalu si pelayan melanjutkan, “Kalo yang dingin kami ada yang ini... ini...
ini... (saya lupa nama pastinya). Tapi biasanya anak muda suka yang
frappucinno blended.”
“Yawda yang itu aja”, saya pun memutuskan.
Pelayanan yang mengesankan ini berlanjut. Si pelayan menunjukkan
saya counter additional ingredients, yaitu semacam tempat untuk
menambahkan gula, susu, atau coklat bubuk. Setelah itu saya mengambil
tempat duduk. Entah mengapa ramahnya pelayan-pelayan di Starbucks
membuat perasaan saya menjadi nyaman. Harga kopi yang mencapai Rp
40.000,00 itu terasa sebanding dengan experience yang saya dapatkan.



K isah di atas adalah perbandingan dua kisah yang pernah saya alami.
Saat menikmati kopi Starbucks, saya berpikir: Kalau semua kader LDK
punya jiwa ramah, murah senyum, bersikap positif dan selalu bahagia,
alangkah indah dan mudahnya bagi LDK untuk mengajak massa kampus lain
bergabung, dalam hal ini, tertarik untuk mengikuti agenda LDK. Semakin
saya sadari lagi bahwa kader adalah agen, sekaligus sales, sekaligus media
promosi, dan juga wajah yang akan memberikan pencitraan kepada LDK.

115
Seorang kader yang baik, ramah, dan berbudi pekerti akan
memberikan dampak positif dan pencitraan yang baik pula untuk LDK.
Seorang kader yang kemampuan akademiknya baik serta memiliki IP yang
tinggi akan membuat massa kampus melihat bahwa kader LDK adalah kader
yang pintar. Seorang kader yang bijak, murah senyum dan gemar menyapa
langsung objek dakwah, akan memberikan sebuah persepsi bahwa LDK
inklusif.
Memang perlu disadari bersama bahwa kader adalah media promosi
paling efektif. Kita perlu membiasakan kader terlibat secara personal dalam
mengajak mahasiswa untuk datang ke acara yang kita adakan—jangan
hanya mengandalkan poster atau pamflet. Kader LDK adalah wajah dari
LDK. Baik buruknya kader adalah cerminan dan persepsi massa kampus
terhadap LDK. Oleh karena itu pemimpin LDK perlu menjamin kualitas kader
sebagai seorang agen dakwah.
Dengan konsep bahwa LDK adalah lembaga berbasis kader, maka
kader kita harus kita siapkan dengan baik. Persiapan kader untuk dapat
berdakwah di mana pun dia berada ini memerlukan berbagai pembekalan.
Setelah ilmu yang mencukupi, hal selanjutnya yang harus dipersiapkan
adalah skill interpersonal kader yang supel, ramah, murah senyum dan
bijak. Pendekatan ini sangatlah penting. Semua kader diharuskan dapat
memahaminya dengan baik.
Berikut saya akan memberikan tips paradigma berpikir bagi kader
dakwah. Konsep ini bisa dijadikan nilai dasar kader dalam menyiarkan Islam
secara personal dan bisa digunakan untuk berbagai hal seperti pencitraan
LDK, dakwah fardiyah, mempromosikan kegiatan, atau bahkan untuk
pengajuan proposal sponsorship.

116
 Soul to Soul
Teori SS Marketing (Rendy Saputra, 2006)

Telinga hanya bisa disentuh dengan mulut, dan mulut hanya bisa

hati. Kebahagiaan seseorang akan terpancar dari senyumannya. Perasaan


seseorang yang memahami betul apa yang dilakukannya akan terpancar
dari tatapan matanya. Orang yang sungguh-sungguh melakukan suatu hal
a
S
le
u
p
o
r
t
m
d
in
S
Sh
h
diredam dengan telinga. Begitu pula, hati yang hanya bisa diluluhkan oleh

akan tampak dari raut wajahnya. Begitulah kurang lebih inti dari soul to
soul. Seorang kader yang memahami apa yang ia lakukan, akan meniatkan
perbuatan tersebut dengan ikhlas lalu melakukannya dengan sungguh-
sungguh sehingga kebahagiaan dan kepuasan akan tampak pada dirinya.
Jiwa seperti inilah yang dibutuhkan oleh seorang kader. Kekuatan ini
akan berdampak pada konsistensi perbuatannya karena ia menjalankan
segala sesuatu dalam dakwah dengan pehamaman yang kuat dan hati yang
ikhlas. Oleh sebab itu tantangan atau rintangan tidak menjadi alasannya
untuk mundur, tapi justru menjadi penambah semangatnya untuk bisa
berbuat lebih, karena Allahlah tujuannya semata.
Seorang dosen saya pernah mengatakan, “Kamu harus all out dalam
segala hal”. Penjiwaan dalam melakukan aktivitas dakwah akan
memberikan dampak kader sangat all out dalam berdakwah. Konsep

117
SS
S
ruhiyah yang saya pahami adalah adanya keterlibatan jiwa pada setiap
aktivitas yang kita lakukan, bukan hanya sekedar berapa banyak halaman Al
Qur’an yang dibaca atau berapa lama shalat malam yang dilaksanakan,
karena ibadah tersebut hanya akan jadi ibadah biasa jika tidak berdampak
pada semangat kita dalam bergerak.
Kekuatan soul to soul ini pula yang akan memberikan pencitraan pada
massa kampus. Orang luar LDK akan melihat kader kita bersungguh-
sungguh dan penuh kerja keras dalam melakukan setiap urusan. Pencitraan
ini memberikan dampak positif bagi LDK dalam mengembangkan sayap
dakwahnya.

 Spiritual and Strong


Seorang kader dakwah harus memiliki kedekatan dengan Allah yang
baik. Kedekatan ini terpancar dari perilaku. Seseorang yang dekat dengan
Allah biasanya mempunyai kharisma yang kuat. Kedekatan ini bisa diperoleh
melalui banyaknya interaksi kader dengan Al Qur’an serta ibadah kepada
Allah, terutama ibadah mahdah seperti shalat dan tilawah. Kekuatan
spiritual ini sangat berdampak pada baiknya ketenangan diri kita dalam
mengambil kebijakan.
Salah seorang mantan kepala GAMAIS ITB pernah berkata kepada saya
bahwa sejak menjadi kepala GAMAIS, jumlah tilawah beliau tidak pernah
kurang dari 3 juz setiap harinya. Seorang mantan kepala GAMAIS ITB lainnya
pernah juga bercerita bahwa ia tidak mau memimpin sebuah rapat jika di
malam harinya ia tidak melaksanakan shalat malam. Kedekatan ruhiyah
adalah paramater keberhasilan dakwah, dan keberkahan dakwah yang kita
lakukan sangatlah tergantung pada kedekatan kader kepada Allah.
Dampak langsung dari kekuatan spiritual ini adalah ketenangan dan
kedamaian dalam LDK. Allah senantiasa akan membukakan hati-hati kader
kita untuk terus bergerak. Bergerak tanpa diperintah. Bergerak dengan
sepenuh hati dalam naungan Islam karena sesungguhnya Allahlah yang
membukakan hati ini, dan Allah pulalah yang menyatukan hati ini—hati kita
dengan semua kader LDK, dan hati kader LDK dengan semua mahasiswa di
kampus.

118
Selain itu kader dakwah harus berjiwa ksatria, pantang menyerah dan
selalu optimis. Seorang kader dakwah tidak boleh berpikir negatif terhadap
LDK-nya. Anda harus menanamkan dalam pikiran Anda bahwa Andalah yang
terbaik, dan LDK Anda adalah yang terbaik. Dalam buku “The Secret” yang
pernah saya baca, hal ini dikenal dengan istilah law of attraction, yakni
sebuah pemikiran bahwa alam akan memantulkan apa yang kita pikirkan
dan alam akan mendukung apa yang kita inginkan.
Saya selalu mencoba menanamkan hal yang positif dalam benak saya.
Ketika awal saya menjadi kepala GAMAIS ITB, saya pernah memikirkan
bagaimana cara agar lembaga dakwah program studi dan lembaga dakwah
fakultas bisa berjalan beriringan dengan GAMAIS ITB. Saya selalu
memikirkan hal ini dan menyampaikan gagasan saya ke kawan-kawan yang
lain.
Alhasil, setelah 6 bulan kami mengemban amanah di GAMAIS ITB, cita-
cita itu terwujud dengan bukti suksesnya Muktamar GAMAIS ITB. Pada saat
itu pertama kali dalam sejarah GAMAIS ITB, visi misi serta rancangan
dakwah kami selama 6 tahun mendatang dipikirkan bersama antara
GAMAIS pusat (LDK), lembaga dakwah fakultas (LDF), dan lembaga dakwah
program studi (LDPS). Kata ganti “kita” juga mulai muncul sebagai
representatif dari GAMAIS pusat serta kedua lembaga dakwah wilayah di
ITB ini sehingga saat ini ketika disebutkan kata GAMAIS, maka semuanya
paham bahwa yang dimaksudkan adalah LDK, LDF, dan LDPS.
Seorang kader dakwah pun harus pantang menyerah dalam
kegagalan. Sudah menjadi hal yang lumrah jika manusia gagal. Seorang
manusia yang hebat bukanlah orang yang tidak pernah gagal, akan tetapi
orang yang cepat bangkit dari kegagalan. Jika gagal membuat sebuah
agenda, maka seorang kader dakwah harus cepat bangkit dan mulai
merencanakan agenda lain yang lebih baik. Jika gagal mengajak seseorang
untuk ikut mentoring, maka seorang kader dakwah harus cepat beralih ke
target lain untuk diajak mentoring.
Selain itu pandangan optimis harus terus ditanam dengan baik di
pikiran setiap kader dakwah. Optimis bahwa LDK akan terus berkembang
dan maju. Optimis bahwa semua masalah bisa diselesaikan. Seorang Arya
Sandhiyudha (mantan ketua SALAM UI) pernah berpesan pada saya,

119
“Ingat, masalah bukanlah problem, tapi priority. Jadi selesaikan, jangan
ditunda, apalagi dilimpahkan ke orang lain”. Seorang kader LDK harus
bersikap positif terhadap semua tantangan yang dihadapinya karena
dengan ujian dan tantanganlah diri ini akan menjadi semakin kuat dan
berpengalaman.

 Smile and Shining


Ada dua buah kisah yang ingin saya sampaikan. Pertama, kejadian yang
berlangsung di suatu siang. Saat itu sedang terjadi kemacetan yang sangat
hebat di wilayah pusat kota.
Ada seorang wanita yang membawa mobil seorang diri. Mungkin
karena cuaca yang panas dan kepenatan akibat macet, ia tidak sengaja
menabrak mobil di depannya. Dengan ekspresi marah, seorang pria
berbadan besar pemilik mobil yang tertabrak itu keluar dari mobilnya lalu
mendatangi wanita tersebut. Akan tetapi dengan kekuatan pengendalian
diri yang baik, perempuan itu bisa menghadapi kemarahan pemilik mobil
yang ditabraknya. Tidak dengan emosi, tapi dengan senyuman yang lebar,
wanita itu meminta maaf. Karena senyuman inilah, hati pria tersebut
melunak, dan ia memutuskan untuk tidak memperpanjang masalah.
Kisah kedua terjadi pada tahun lalu saat saya berkesempatan
mengunjungi Singapura. Saya teringat pada sebuah kejadian di sebuah
hotel di kota ini. Saat itu seorang resepsionis terlibat konflik kecil dengan
tamu hotel. Tampak tamu hotel tersebut komplain akibat miss
communication. Konflik akhirnya dapat ia tangani dengan tetap menerima
teguran keras dari tamu hotel. Hal yang membuat saya takjub adalah, saat
menghadapi tamu hotel selanjutnya, sang resepsionis bisa melayaninya
dengan tersenyum lebar, seakan-akan tidak terjadi apa-apa sebelumnya.
Menurut saya hal ini adalah hasil didikan yang sangat baik dari pihak
manajemen hotel kepada para karyawannya.
Dari dua kisah ini saya melihat ada kekuatan tersendiri pada senyuman
yang lebar dan bercahaya. Senyuman membuat hati kita senantiasa
berbahagia dalam keadaan tersulit sekalipun, sehingga kita dapat
memaksimalkan pelayanan yang kita berikan.

120
Kader dakwah butuh memiliki senyum yang ikhlas. Kekuatan senyuman
kadang lebih kuat ketimbang rangkaian kata berbobot yang disusun
semalaman. Dari diskusi yang saya lakukan belum lama ini dengan salah
seorang ketua himpunan, saya memperoleh masukan bahwa ternyata
massa kampus membutuhkan kader kita yang ramah, lembut dan kerap
menyapa dan mengajak mahasiswa lain untuk berbuat kebaikan. Mereka
butuh disapa, mereka butuh di datangi, dan mereka butuh diajak dengan
keramahan dan kelembutan dari seorang kader.



S ahabat aktivis LDK di seluruh Indonesia, sering kali LDK menjadi tidak
berkembang hanya karena pengurusnya bingung merangkai agenda.
Perlu dipahami bahwa berapa banyak agenda yang dibuat tidak menjadi
parameter utama dalam keberhasilan LDK. Kedekatan hati dan peningkatan
kapasitas serta jumlah kaderlah yang menjadi parameter utama
keberhasilan LDK. Sering kali pula kita terlalu mengandalkan media-media
mahal sebagai alat publikasi, padahal kita punya kader LDK yang bisa
digunakan sebagai media promosi yang paling baik untuk LDK.
Kader adalah wajah sebuah LDK. Bila baik citra kader, maka baiklah
citra LDK. Bila buruk citra kader, maka buruk pulalah citra LDK. Untuk itulah
pembinaan terhadap kader harus diprioritaskan karena kaderlah yang
mengendalikan kemajuan dan kemunduran sebuah LDK.



Tulisan ini terinspirasi oleh pelayanan Starbucks
dan pemikiran Rendy Saputra (entrepreneur muda-ketua majelis
syuro GAMAIS ITB 2007-2008) tentang Teori SS Marketing: Soul to
Soul, Spiritual and Strong, dan Smile and Shining



121
BAB 13


MENJADI KADER
PENUH PRESTASI

“Dakwah dinamis, akademik optimis”

J argon di atas menjadi sebuah keyakinan yang saya terapkan dalam


pikiran selama saya kuliah. Semua ini bermula pada tingkat pertama
kuliah. Saya diajarkan oleh mentor saya agar menjadi sosok teladan
ekstrim. Maksudnya adalah sosok seorang kader dakwah yang benar-benar
bisa menjadi teladan yang mendekati ideal karena dakwah kampus
membutuhkan banyak sosok seperti itu untuk menunjang pergerakanya.
Mulai saat itulah saya menetapkan niat dalam diri ini untuk menjadi sosok
teladan ekstrim.
Teladan ekstrim ini saya coba turunkan menjadi beberapa indikator,
antara lain:
 Bergerak berdakwah tiada henti (kader non-stop hits)
 Mendapatkan Indeks Pretasi (IP) terancam cumlaude
 Dipercaya sebagai pemimpin di antara massa kampus yang heterogen
 Memiliki pribadi yang baik dan diterima oleh semua kalangan
 Memiliki karya tulis yang bisa menjadi inspirasi banyak kader
 Membuka kesempatan untuk berbicara dan menginspirasi banyak
orang
Bisa jadi indikator ini bertambah tergantung dengan kapasitas setiap
individu. Tetapi bagi saya enam indikator inilah yang menjadi niat dalam hati
saya untuk bisa dijalankan selama menjalani kehidupan di dunia kampus.

122
Titik tekan yang saya coba berikan sesuai dengan jargon di awal, “Dakwah
dinamis, akademik optimis”. Saya ingin mematahkan pandangan bahwa
ketika seseorang bergelut dalam dunia dakwah kampus secara total maka ia
tidak bisa mendapatkan prestasi akademik yang baik.
Buat saya tentu sangat tidak masuk akal ketika seseorang harus
mendapatkan IP rendah agar ia bisa memberikan yang terbaik untuk
dakwah. Saya justru berpikir seharusnya dengan dakwah baik yang berkah,
Allah akan memberikan nikmatnya berupa kemudahan bagi aktivis dakwah
kampus tersebut menjalani aktivitas akademiknya. Karena saya sangat
yakin, jika dakwah ini memperoleh keberkahan dari Allah, tentulah
pertolongan-Nya akan selalu menemani perjuangan kita.
Alhamdulillah atas izin Allah pula enam indikator di atas berhasil saya
penuhi selama menjalankan kehidupan di kampus. Dalam tulisan ini saya
akan menekankan pada pembahasan indikator pertama dan kedua dengan
memberikan cara menjaga keseimbangan dalam aktivitas dakwah dan
aktivitas akademik.

 Manajemen Hati dan Pikiran


Orang bijak mengatakan “Life is about mindset”, atau pakar kesehatan
sering berpendapat “Akar dari penyakit adalah pikiran dan hati”, ahli
motivasi juga berkata “Anda adalah apa yang diri anda pandang tentang diri
Anda”.

123
Berbagai kata bijak sejenis pun telah menjadi hal yang tidak asing lagi di
telinga masyarakat. Dari semua kata-kata bijak ini bisa diambil sebuah
kesimpulan sederhana bahwa segala sesuatu tentang keberhasilan ataupun
kegagalan selalu bermula dari bagaimana kita menata hati dan pikiran
dengan bijak dan tenang.
Langkah sederhana yang selalu saya terapkan ke dalam diri saya adalah
meyakinkan diri bahwa saya bisa memberikan yang terbaik untuk setiap
hal yang saya lakukan. Meyakinkan diri bahwa saya bisa menjadi yang
terbaik dalam segala hal yang dikerjakan dan siap memberikan segala yang
bisa diberikan untuk mencapai keberhasilan. Secara tidak sadar, proses
meyakinkan diri ini memberikan sebuah pola pikir baru dan berbuah sebuah
karakter dalam diri saya agar menjadi pribadi yang selalu optimis
menghadapi segala sesuatu.
Khusus untuk akademik, saya meyakinkan diri saya bahwa hanya boleh
ada nilai A di dalam transkrip akademik. Keyakinan saya ini didukung pula
oleh sugesti diri yang saya tanamkan dengan menuliskan huruf A besar di
wallpaper komputer pribadi, menuliskan nilai A ketika sedang iseng, dan
sebagainya.
Dengan menata hati dan pikiran, diri ini akan memiliki landasan hati
yang kuat dalam berpikir dan bertindak. Kekuatan pikiran sangat
menentukan segalanya, kemampuan diri untuk bisa merekayasa hati dan
pikiran sehingga melahirkan sebuah sugesti positif terhadap diri merupakan
cara yang ampuh untuk bisa menggapai keberhasilan diri.

 Manajemen Fokus
Manajemen fokus adalah cara yang penting untuk aktivis dakwah
kampus yang dikenal memiliki banyak kesibukan di berbagai tempat
sehingga kekuatan fokus terhadap aktivitas yang dikerjakan menjadi sebuah
kebutuhan tersendiri untuk mengoptimalkan kinerjanya.
Saya memandang bahwa inti dari manajemen waktu adalah
manajemen fokus itu sendiri, karena waktu lebih mudah diatur ketimbang
fokus yang beredar di pikiran. Sering kali ditemui seorang aktivis dakwah
kampus yang tidak fokus dan melamun di kelas karena memikirkan
tanggung jawab dakwahnya. Begitu pula sebaliknya saat seorang aktivis

124
dakwah kampus tidak fokus memimpin rapat karena memikirkan tugas
kuliah yang belum selesai. Dua kejadian yang tidak produktif diatas adalah
hasil dari tidak fokusnya seorang aktivis dakwah. Oleh sebab itu,
manajemen fokus diperlukan untuk bisa menunjang dan mengoptimalkan
kinerja kita sebagai aktivis dakwah kampus.
Salah satu perangkat pendukung untuk menunjang manajemen fokus
adalah dengan memiliki buku catatan yang berbeda antara kuliah dan
aktivitas dakwah sehingga ketika mengerjakan salah satunya, seorang
aktivis dakwah tidak akan memikirkan yang lain. Selain itu biasakan pula
untuk memulai sesuatu dengan menjadi gelas kosong, yang tidak memiliki
beban pikiran akan aktivitas atau kegiatan lain ketika memulai sebuah
kegiatan baru. Biasakan mengambil wudhu dan membaca lafadz basmallah
ketika memulai sesuatu.

 Manajemen Diri
Inti dari manajemen diri adalah integritas dan disiplin. Kedua hal ini
akan membuat diri anda lebih yakin, tidak tegang, dan percaya diri dalam
menghadapi segala hal. Seseorang harus mampu menahan ego atau
keinginan sesaatnya dikala sedang berada dalam kesibukan tertentu.
Kebanyakan orang sangat sulit untuk menolak permintaan bantuan
atau ajakan dari orang lain dengan berbagai alasan. Meski demikian
terkadang anda perlu tegas dengan rencana yang sudah disusun. Intervensi
jadwal kegiatan di tengah aktivitas adalah suatu hal yang perlu
dipertimbangkan dengan masak sebelum menerimanya.
Manajemen diri juga sangat terkait dengan kebiasaan rutin yang
dijalankan dengan konsisten, seperti bangun pagi untuk ke mesjid atau
jadwal untuk istirahat dan belajar. Dengan konsisten terhadap jadwal rutin,
seseorang akan memiliki standar minimal kegiatan yang dilakukannya
setiap hari sehingga ia dapat selalu meningkatkan kualitas pekerjaannya.



T iga pola manajemen sederhana ini menjadi kunci agar aktivis dakwah
kampus dapat bergerak dinamis dalam berdakwah dan optimis melihat
hasil indeks prestasi. Dengannya seorang aktivis dakwah tidak lagi
125
memandang dakwah sebagai sebuah beban, melainkan sebagai sebuah
kebutuhan. Ia menjadi lebih tertantang untuk menyelesaikan tanggung
jawab dakwah yang lebih besar untuk mengharapkan keberkahan dari
Allah.

126
BAB 14


MENJADI
MENTOR IDAMAN

B agaimana agar saya bisa menjadi mentor yang baik? Apa saja yang harus
saya persiapkan dan harus saya pahami?
Mentoring adalah salah satu bentuk kaderisasi dua arah yang bisa
digunakan untuk meningkatkan kemampuan da’iyah seorang kader. Pada
saat seseorang menyampaikan materi, secara tidak langsung ia juga belajar
untuk memahami kembali materi yang ada. Orang bijak pernah berkata,
ketika Anda bisa mengajarkan suatu hal kepada orang lain, Anda berarti
telah memahami hal itu dengan baik. Saya sangat sepakat dengan
statement ini. Seseorang yang menjadi mentor tentunya sebelum
menyampaikan materi akan mempersiapkan dirinya dengan baik terlebih
dahulu.
Proses kaderisasi dua arah ini sangat diharapkan dapat dilakukan oleh
semua kader, bagaimana seorang kader dakwah bisa melakukan aktivitas
tarbiyah dan dakwah secara bersamaan. Oleh karenanya di LDK dibutuhkan
pelatihan dan kesempatan untuk mempraktikkan menjadi seorang mentor
sejak dini dan berkelanjutan.
Dalam beberapa kesempatan saya mengisi materi pada diklat mentor
di beberapa kampus atau SMU. Saya menemukan masalah yang kerap
ditemukan oleh para mentor pemula. Permasalahan ini seputar
ketidakpahaman materi, kemampuan komunikasi yang terbatas,
kepercayaan diri, serta kekhawatiran tidak bisa menjadi mentor yang

127
amanah. Yang paling membuat saya bingung adalah kenapa semua masalah
ini sering dijadikan alasan untuk menolak menjadi mentor. Karena urung
memulai, penundaan kesiapan ini justru membuat kita tidak akan menjadi
mentor untuk selama-lamanya.
Pada dasarnya alasan di atas bisa diselesaikan dengan cara yang sangat
sederhana. Ketidakpahaman akan materi bisa disolusikan dengan membaca
buku referensi yang tepat. Saya sangat kagum pada tulisan Satria Hadi
Lubis yang banyak membicarakan cara menjadi mentor yang baik. Selain
buku panduan menjadi mentor, buku-buku pemahaman diniyah dan
wawasan umum perlu juga kita baca. Permasalahan komunikasi bisa
diselesaikan dengan latihan berbicara dari lingkup yang kecil—mungkin
dimulai dari di hadapan satu orang, lalu lima orang, dan seterusnya—hingga
ada keyakinan pada diri kita untuk berani berbicara. rasa ketidakpercayaan
diri juga bisa diatasi dengan mencoba berpikir positif, dan memandang
kelebihan diri sebagai sebuah keunggulan.
Selain itu berlatih menjadi mentor dengan membina binaan yang lebih
muda bisa menjadi media latihan yang baik. Sebutlah Anda seorang
mahasiswa tingkat 2, maka bisa menggunakan siswa SMU sebagai latihan
untuk memberikan materi mentoring. Untuk menghadapi kekhawatiran
bahwa Anda tidak bisa amanah akan apa yang disampaikan, Anda bisa
mentekadkan dalam diri bahwa setelah Anda menyampaikan sesuatu,
maka Anda akan langsung menjalankannya.
Bisa saya coba memahami bahwa sebab mengapa ada kader yang
punya permasalahan di atas adalah dikarenakan ia tidak cukup memiliki
bekal yang layak untuk menjadi mentor. Selain berbekal ilmu, bekal
pengalaman atau jam terbang juga menjadi kebutuhan tersendiri. Jika hal
kedua ini yang ternyata menjadi sumber masalah, maka solusinya hanya
satu, yakni membiasakan diri kader untuk membina kelompok mentoring
agar ia semakin berpengalaman.



B erbagai teori tentang mentor ideal mungkin sudah banyak beredar dan
bisa kita dapati di berbagai media. Namun ternyata untuk
mengaplikasikannya secara utuh memiliki tantangan tersendiri. Hal ini selain

128
dikarenakan oleh adanya personal capacity yang berbeda pada setiap orang,
kondisi setiap anggota kelompok mentoring pun juga beragam. Dengan
demikian trik di lapangan akan lebih bermanfaat ketimbang pemahaman
materi saja.
Pada kasus ini saya akan menyampaikan beberapa tips untuk menjadi
seorang mentor yang memahami posisinya. Saya tidak akan berbicara
materi apa yang tepat atau bagaimana cara berkomunikasi. Akan tetapi jika
Anda memahami peran Anda sangat penting sebagai mentor ini, saya
berharap Anda bisa termotivasi untuk menjadi mentor yang terus belajar
menjadi lebih baik.
Dalam eskalasi tahapan pembinaan, kita mengenal beberapa tahapan,
yakni:

Peran mentoring dalam tahapan ini ada pada tahap kedua, yakni pada
proses pembentukan kader. Mentoring berperan dalam memperkuat kader
yang sudah baik, dan membentuk kader baru menjadi militan dan produktif.
Supplai kader ini akan menentukan keberhasilan pada tahapan selanjutnya.
Saya pernah menganalogikan mentoring ini sebagai tulang punggung
dakwah yang selalu mencetak darah (baca:kader) baru setiap tahunnya.
Jika dipersentasekan, maka kurang lebih komposisinya dalam hal
keberhasilan dakwah adalah:
Fase perkenalan : 30 %
Fase pembentukan : 30 %

129
Fase penataan : 20 %
Fase eksekusi : 20 %
Besarnya komposisi ini menggambarkan bahwa peran sentral mentor
dalam mengelola mentoring merupakan peran besar yang sangat strategis
dalam pembangunan dakwah kampus kita. Oleh sebab itu, pengelolaan
mentoring serta pemahaman mentor yang baik adalah sebuah kebutuhan
untuk menguatkan basis ekspansi lembaga maupun kader. Kader yang kuat
akan mampu merencanakan dan menjalankan sistem yang kuat, dan sistem
yang kuat juga akan menghasilkan kader yang kuat pula. Berikutnya akan
saya paparkan sedikit mengenai tips untuk menjadi mentor yang baik untuk
peserta mentoring.



Memiliki Ruhiyah yang Stabil


Kekuatan ruhiyah sering saya sebut dengan kekuatan “langit” yang
Allah berikan untuk kader dakwahnya yang dekat dengan-Nya. Kekuatan
ruhiyah-lah yang menjadi penunjang kader untuk selalu bertahan dalam
dakwah sehingga ia memiliki keyakinan dan keikhlasan bahwa setiap
aktivitas yang dilakukan adalah dengan tujuan mendapatkan ridho Allah
semata. Dengan demikian segala tantangan yang ia hadapi dapat dimaknai
sebagai sebuah ujian untuk meningkatkan kualitas keimanan atau sebuah
teguran atas kelalaian yang mungki terjadi.
Kekuatan ruhiyah dalam konteks mentoring berdampak pada
kemampuan diri untuk menyampaikan materi dan diresapi oleh peserta
mentoring. Dengan kekuatan ini pula Allah akan membalas cinta kita
dengan membukakan hati serta pikiran kita dan binaan kita untuk dapat
menerima apa yang disampaikan.
Saya pernah menemukan seorang mentor yang memiliki kelemahan
dalam hal berkomunikasi, namun memiliki keunggulan ruhiyah yang baik
yang dapat menunjang amanahnya sebagai seorang mentor. Allah pun
memudahkan aktivitas mentoringnya dengan membukakan hati binaannya,
yang saat itu masih jauh dari Allah, dan ternyata saat ini telah menjadi kader
yang sangat produktif. Kekuatan ini memberikan ketenangan dan emosi

130
yang menyatukan hati Anda dengan binaan dalam rajut tali kecintaan
kepada Allah semata.



Mengenal Pribadi Binaan


Mengenal dengan baik binaan atau peserta mentoring adalah hal yang
perlu dilakukan untuk menguasai medan kelompok dan mengenal secara
pribadi binaan sejak awal dengan harapan dapat segera “in” dengan
mereka sehingga terbentuklah kepercayaan di antara mentor dan binaan.
Kepercayaan ini adalah modal penting bagi seorang mentor agar sukses
menyampaikan materi. Oleh karena itu, perlu kiranya seorang mentor
mengetahui apa saja yang perlu ia pahami agar dapat berempati dengan
baik kepada para binaannya.

 Karakter
Mentor harus dapat mengetahui bagaimana karakter umum dari
binaan. Anda bisa menggunakan buku panduan “Personality Plus” untuk
mengidentifikasi karakter para adik binaan. Apakah ia seorang yang koleris,
melankolis, plegmatis, atau sanguinis. Dengan mengetahui bagaimana
karakternya Anda akan lebih mudah memahaminya.

 Kultur
Setiap orang punya kultur yang berbeda-beda. Orang dari Aceh atau
Medan, tentu berbeda dengan orang yang berasal dari Jawa atau Papua.
Setiap kultur ini punya kekhasannya masing-masing. Gunakan perbedaan
kultur yang ada sebagai kesempatan untuk lebih dekat dengan binaan.
Gunakan pula kesamaan kultur dengan binaan sebagai pendekatan untuk
menyampaikan materi.

 Latar belakang
Masa lalu atau latar keluarga yang berbeda akan berpengaruh
terhadap pola piker binaan. Seorang kader yang berasal dari keluarga yang
berkecukupan tentu akan punya taste dan preference yang khas. Seorang
kader yang mungkin punya masa lalu yang suram tentu akan berpikir beda
dengan seorang kader yang berasal dari keluarga ulama. Anda sebagai
131
mentor diharapkan dapat mengetahui latar belakang binaan dan dapat
mengemas materi sesuai dengan pola pikir binaan.

 Visi Personal
Setiap manusia mempunyai keinginan, tujuan hidup, dan masa depan
masing-masing. Anda sebagai mentor sangat dituntut untuk mengetahui
apa yang akan jadi keinginan binaan Anda di masa yang akan datang
sehingga Anda dapat membimbingnya untuk menuju masa depan yang
baik.

 Kompetensi
Maksud kompetensi disini adalah kemampuan pribadi binaan, apakah
itu kompetensi agama, kompetensi akademik, kompetensi seni, kompetensi
olahraga, kompetensi softskill, atau pun kompetensi lainnya. Jadikanlah
kompetensi ini sebagai sebuah kelebihan binaan. Gunakan pula
pengetahuan kita terhadap kompetensi binaan ini sebagai salah satu upaya
pendekatan materi mentoring. Misalnya seorang mahasiswa IT bisa kita
dekati dengan memberikan materi berisikan contoh-contoh istilah
programming, atau mahasiswa kedokteran bisa kita dekati dengan materi
tentang bedah mayat untuk lebih mengenal keagungan Allah.



Mengetahui Peran Mentor


Menjadi seorang mentor adalah sebuah tugas yang membutuhkan
kesiapan yang memadai. Artinya ketika seseorang sudah menyiapkan diri
menjadi mentor. Maka ia harus mengetahui peran apa yang bisa ia jalankan
sebagai seorang mentor agar kelompok binaanya menjadi dinamis dan
progresif. Secara umum ada empat peran yang bisa dijalankan sebagai
seorang mentor, yakni sebagai seorang kakak yang siap mendengar,
pelatih yang siap mendamping, petunjuk jalan untuk membimbing masa
depan, dan headhunter untuk menyiapkan mentor dimasa yang akan
datang.

 Brother/sister

132
Seorang mentor berperan sebagai seorang kakak atau saudara bagi
peserta mentoring sebagai tempat berdiskusi dan menceritakan isi hati atau
masalah yang mungkin dihadapi. Oleh karena itu seorang mentor perlu
memiliki karakter empatik dengan harapan dapat menyentuh hati para adik
binaannya sehingga terjadi keterbukaan satu sama lain dan terbentuk
nuansa kekeluargaan dalam kelompok mentoring tersebut.

 Coach
Pelatih adalah sosok yang memberikan arahan, mengajarkan cara
melakukan sesuatu, mencontohkan, mengawasi peserta latihan,
memotivasi ketika gagal, memberi selamat ketika berhasil, dan setia
mendampingi agar peserta dapat melakukan suatu hal. Untuk itu diperlukan
karakter pengkader yang ulung bagi seorang mentor. Karena ialah yang
akan senantiasa berinteraksi dengan para peserta mentoring. Untuk ini
seorang mentor membutuhkan pula kemampuan merangkul dan
mempengaruhi orang-orang di sekitarnya.

 Pathfinder
Seorang mentor diharapkan dapat menjadi pembimbing bagi
binaannya dalam menapaki masa depannya. Dalam hal ini mentor perlu
memahami potensi tiap binaan dan member mereka alternatif pilihan untuk
masa depannya. Sebagai contoh kecil, dalam hal memilih sub-jurusan pada
sebuah program studi, seorang mentor dituntut untuk bisa memberikan
gambaran yang jelas mengenai pilihan-pilihan yang ada dan memberikan
rekomendasi kepada peserta mentoring. Oleh karena itu seorang mentor
diharapkan juga dapat memiliki karakter pemimpin yang bisa mengarahkan
peserta mentoring.

 Headhunter
Kebutuhan dakwah kampus akan mentor atau mentor senantiasa
bertambah, oleh karena itu seorang mentor diharapkan dapat
mempersiapkan dan membentuk karakter binaan untuk dapat menjadi
mentor di masa yang akan datang.



133
Variasi Metode
Metode penyampaian materi divariasikan sebanyak mungkin, jika
memungkinkan, usahakan cara penyampaian berbeda setiap pekannya.
Minimal siapkan 4 variasi metode sehingga setiap variasi bisa ditemui setiap
bulan. Sebutlah, pertemuan olahraga bersama, bedah buku, kunjungan ke
ustadz/tokoh, rihlah, memasak bersama, skill pendukung untuk persiapan
berkeluarga (membetulkan mobil, membetulkan listrik, menjahit), makan
bareng, simulasi, dan sebagainya. Variasi ini bertujuan untuk menghindari
kejenuhan binaan. Penyampaian materi pun juga sebaiknya disesuaikan
dengan kebutuhan agar binaan siap menerima.



S ejatinya semua mentor adalah idaman bagi setiap binaannya. Karena


kehadiran mentor yang baik akan berdampak kepada nyamannya
anggota kelompok binaan tersebut dalam menjalankan kegiatan
permentoringan. Mentor yang idaman akan menjadi inspirasi bagi
binaannya dan akan membuat mereka semakin bersemangat untuk
mendalami Islam.
Menjadi mentor yang baik diperlukan pengalaman yang cukup
panjang. Semakin banyak karakter binaan yang pernah ditemui, semakin
matang pula seseorang untuk bisa membentuk sebuah kelompok yang
dinamis. Meski demikian, bukan berarti kita harus menunggu matang dulu
untuk menjadi mentor. Pada akhirnya , kita harus berani memulai untuk
menjadi mentor. Dengan memulai sejak dini akan berdampak kepada
semakin cepat matangnya seseorang untuk menjadi mentor idaman.

134
BAB 15


KADER ADALAH
AGEN MARKETING
Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, maka
Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mu'min akan melihat
pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada Yang
Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-
Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan
(QS. At Taubah: 105)

S audara saya yang juga merupakan kepala syiar dan pelayanan kampus
GAMAIS ITB, Albaz Rosada, menerjemahkan kata “syiar” dalam bahasa
Inggris dengan “marketing”. Awalnya saya sempat bingung, kenapa harus
“marketing”? Padahal kata tersebut lebih cocok diterjemahkan menjadi
“pemasaran”. Kemudian lebih jauh saya melihat bahwa memang yang
dilakukan oleh lembaga dakwah adalah memasarkan produk dakwah,
mempromosikan Islam, atau menyebarluaskan jaringan Islam. Untuk itu
semua, maka dibutuhkan pemasaran yang baik dalam LDK.
Marketing atau proses syiar dalam LDK adalah hal yang sangat penting,
karena memang tugas utama LDK adalah ber-syiar. LDK adalah lembaga
dakwah yang tugasnya men-syiar-kan Islam. Poin penting dalam tulisan ini
adalah bagaimana kader kita bisa mempunyai karakter syiar yang kuat—
bisa dikonotasikan sebagai kader yang berkarakter da’i—sehingga
dimanapun dan kapanpun seorang kader berada, jiwanya akan selalu
berorientasi syiar.
Kader bagi sebuah LDK adalah garda terdepan. Perlu diingat juga,
kader LDK berarti semuanya, dari low sampai top management. Jiwa da’i ini
harus ditanam sejak masa awal seorang kader bergabung dalam LDK.
Penanaman jiwa ini sejak awal pelan-pelan akan menghapus paradigma

135
bahwa LDK adalah EO, yang cukup marak beredar beberapa tahun
belakangan ini. Karena itulah pembekalan terhadap kader harus terpadu
dan berkelanjutan.
Seorang kader harus dibina agar ia memiliki kekuatan Qur’aniyah yang
kuat, dimulai dari belajar membaca, tahsin yang baik, membaca tafsir,
menghafal hingga mengamalkannya. Selain itu seorang kader harus
mempunyai kredibilitas seorang pemimpin. Ia harus mampu menjadi yang
terbaik di kelas, memimpin lab, menjadi asisten mata kuliah, dan memiliki
keunggulan di bidang akademik lainnya. Kita sangat mengharapkan seorang
kader dakwah punya kemampuan untuk menjadi teladan di tempat-tempat
ia berhimpun.
Kader adalah agen promosi bagi LDK dan media paling tepat untuk
mengajak orang lain untuk bergabung dalam barisan dakwah ini.
Masyarakat kampus akan melihat dengan positif, seorang kader kita yang
memiliki budi pekerti yang baik, maka dengan itu mereka bisa jadi simpati
dan tertarik untuk mendalami Islam.



S aya pernah suatu waktu ditanya oleh kawan sekelas saya, “Cup, apa sih
yang bisa buat lo berubah, lo tampak tenang dan excited banget
dengan hidup lo?” Saya pun menjawab, “Gue gabung di Gamais. Bukan
karena gue udah soleh, tapi gue tau bakat maksiat gue tinggi, makanya gue
banyak belajar di Gamais, dan gue dapet apa yang gue ingingkan. At least
gue bisa tenang dan selalu berpikir positif dalam setiap langkah gue”.
Diskusi pun berlanjut, dan saat ini beliau telah bergabung dengan kelompok
mentoring.
Kader pula yang akan memberi contoh kepada masyarakat kampus,
bagaimana seorang muslim yang baik memimpin. Seorang muslim
memimpin dengan sepenuh hati dan raga, melayani anggota yang
dipimpinnya, dan mau berkorban tanpa pamrih. Itulah seorang pemimpin
muslim yang akan disenangi oleh masyarakat kampus. Kader LDK harus bisa
mengisi pos-pos kepemimpinan di semua wilayah, dari yang terkecil—
ketua kelas atau ketua kelompok tugas—hingga pos-pos yang lebih besar
dan berpengaruh—ketua unit mahasiswa, ketua himpunan mahasiswa, atau

136
ketua BEM. Lagi-lagi dengan sebuah harapan agar kader kita dapat
mencontohkan bagaimana Islam mengajarkan umatnya memimpin, dan
bagaimana Islam bisa betul-betul menjadi rahmat bagi semua manusia.
Saya punya saudara bernama Muhammad Iqbal. Beliau Ketua
Angkatan Mahasiswa Fisika Teknik angkatan 2005. Ada sebuah kisah yang
saya ingat tentangnya. Saat itu dalam prosesi orientasi mahasiswa, beliau
dicabut amanahnya oleh pengkader. Namun karena tuntutan berbagai
pihak dan karena beliau juga disenangi dan disayangi oleh anggotanya,
beliau terpilih kembali sebagai ketua angkatan. Menurut kabar pula, beliau
adalah ketua angkatan Fisika Teknik pertama yang gagal diturunkan oleh
para pengkader saat masa orientasi mahasiswa. Subhanallah... kader
dakwah inilah yang kemudian berperan besar dalam menegakkan kekuatan
Islam di kampus. Iqbal yang saya ceritakan saat ini diamanahkan sebagai
kepala Departemen Manajemen Sumber Daya Anggota GAMAIS ITB.



D i lain pihak, kader LDK dituntut pula untuk memiliki IP yang tinggi dan
aktif dalam perkuliahan. Kampus berisikan masyarakat yang
berpendidikan, jadi seseorang akan dipandang di kampus karena
kepandaiannya dalam bidang akademik. Semakin tinggi IP kader, akan
semakin banyak pula orang yang mendengarkannya. Untuk itulah LDK
harus mampu menjaga stabilitas IP kader. Adanya Departemen Akademik
dan Profesi di GAMAIS ITB mulai sejak saya memimpin juga ditujukan untuk
mem-back up hal tersebut.
Ada sebuah contoh di kampus saya mengenai saudara saya Anggit
Saputra, seorang Ketua Lembaga Dakwah di Program Studi Teknik Kimia
(GAMISTEK). Beliau dikenal sebagai seseorang yang bersahaja dan luar
biasa dalam bidang akademik. Beliau sempat mendapat IP 4,00 dengan IPK
saat ini seingat saya masih diatas 3,5. Kekuatan ini beliau jadikan sebagai
keunggulan pribadi yang dimanfaatkannya untuk berdakwah. Kepintaran
beliau membuat banyak teman-temannya simpati. Satu tahun kiprah beliau
menjadi ketua GAMISTEK telah membuahkan hasil yang sangat signifikan,
terutama dalam semakin rutinnya agenda syiar dan semakin baiknya

137
produktivitas kader. Saat ini beliau diamanahkan sebagai Ketua Lembaga
Dakwah Fakultas Teknologi Industri.



S ahabat-sahabat kader LDK yang saya sayangi karena Allah, memberi


peran lebih kepada kader, terutama sebagai agen terdepan syiar
(marketing) adalah sebuah keniscayaan. LDK mendidik kadernya untuk
menjadi da’i dan untuk menjadi teladan, serta untuk menjadi pemimpin di
masyarakat. Dengan membangun paradigma bahwa kader adalah agen
terdepan dalam memasarkan Islam di kampus, mudah-mudahan bisa
terbentuk LDK yang berfondasikan kader-kader yang berkarakter, kuat, dan
produktif.

138


Glosarium


D:
 Da’iyah : berjiwa seorang pendakwah
 Dakwah Fardiyah : dakwah personal
 Diniyah : ilmu agama
 Dzatiyah : seorang diri

L:
 Lafadz : pengucapan

M:
 Mahdah : (ibadah) langsung

Q:
 Qur’aniyah : berjiwa Qur’an

R:
 Rabbani : Panghamba Allah
 Rihlah : Perjalanan
 Ruhiyah : kedekatan dengan Allah (jiwa)

139
S:
 Syiar : menyampaikan ajaran Islam

T:
 Tahsin : tata cara membaca Al Qur’an

 Tarbiyah : pembinaan

 Tilawah : membaca Qur’an

U:
 Ukhwah : persaudaraan

140
Membangun Kapasitas
dan Pengaruh
Kader

141
142
BAB 16

TAHAPAN KADERISASI
Kepada anakku Al Walid,di kegelapan yang hitam pekat ini,
aku menatapmu dengan mata hatiku.
Aku datang dari jauh menuju fajar baru dengan cita-cita
yang mengharu biru kalbu.
Untuk mengangkat panji Islam kembali seperti dahulu.

Abbas As Syisi

L DK sangat erat kaitannya dengan lembaga kaderisasi karena memang


pada mulanya LDK didirikan untuk mengkader para mahasiswa agar
memiliki pemikiran dan kapasitas seorang muslim yang komprehensif.
Dalam perkembangannya LDK beralih peran menjadi lembaga syiar Islam
yang melaksanakan berbagai agenda syiar. Terkadang peralihan peran ini
menyebabkan beberapa segi menjadi “kebablasan”. Roda syiar berjalan,
namun basis pembinaan tidak terperhatikan.
Inilah yang menjadi sebab mengapa beberapa LDK mengalami
krisis kepemimpinan pada tahun-tahun tertentu. Sejatinya LDK bisa
memastikan sistem kaderisasi berjalan dengan baik dalam keadaan
apapun karena kaderisasi yang baik akan berperan besar sebagai
dinamo dakwah kita.
Mengapa saya berbicara sistem? Sistemlah yang membantu
LDK membentuk kader-kader yang solid dan militan setiap saat. LDK
tidak boleh berorientasi pada pribadi atau ketokohan. LDK tidak
boleh punya tokoh sentral yang diibaratkan “pahlawan” bagi LDK
tersebut. LDK harus mampu membentuk banyak kader hebat di
setiap waktu.
Bagaimana LDK melakukan sistem kaderisasi? Pada dasarnya
ada empat tahap kaderisasi, yakni perkenalan, pembentukan,
pengorganisasian, dan eksekusi. Empat tahapan kaderisasi ini
adalah sebuah siklus yang membentuk seorang objek dakwah agar
siap menjadi aktivis dakwah.

143
Tahapan dalam Kaderisasi LDK

Perkenalan (Ta’rif)
P andangan pertama begitu menggoda, selanjutnya terserah Anda. Pada
tahap awal ini, alangkah baiknya bila LDK mampu memberikan kesan
pertama yang baik kepada mahasiswa. LDK berperan penting untuk
membuat mahasiswa mengetahui apa-apa yang belum diketahuinya
mengenai Islam. Dengan kata lain, merubah mereka dari bodoh menjadi
pintar; Membuat mahasiswa berkata “Oh!” pada hal-hal yang ia dapatkan.
Karena tahapan perkenalan ini sangat berpengaruh terhadap pemahaman
dan kontribusi mahasiswa ketika bergabung kelak, maka berikanlah
gambaran umum yang jelas tentang LDK kita. Dengan demikian calon kader
akan memiliki orientasi yang jelas saat mengikuti pembinaan Islam.
Lakukanlah pendekatan dengan agenda syiar dan pelayanan
kampus. Ta’lim dan tabligh bisa dijadikan pilihan. Perlu diingat
bahwa tidak ada parameter keberhasilan yang berlebihan di sini.
Cukuplah bagi mahasiswa yang sebelumnya belum mengetahui
bahwa sholat itu wajib, menjadi tahu bahwa sholat itu wajib.
Mahasiswa yang belum tahu bahwa puasa itu wajib, menjadi tahu
bahwa puasa itu wajib. Belum perlu langsung sampai pada tahap
melaksanakan. Dengan ini diharapkan setelah mahasiswa
mengetahui urgensi dari beberapa hal tentang Islam, mereka
tertarik untuk mendalaminya dengan mengikuti kegiatan
pembinaan.

144
Poin penting dalam tahapan ini adalah tindak lanjut dari
agenda syiar yang dilakukan. Keberadaan data sangat diperlukan di
sini. LDK bisa mempunyai absensi peserta ta’lim atau agenda syiar
lainnya lalu menindaklanjuti data tersebut dengan mengarahkan
pesertanya untuk mengikuti mentoring sebagai agenda pembinaan
rutin LDK. Selain itu pembuatan stand pendaftaran kegiatan
mentoring di setiap event dakwah juga akan sangat membantu.
Cara baik lainnya adalah dengan menjadikan dakwah fardiyah
sebagai kebiasaan kader. Dengan demikian setiap kader LDK kita
bisa berperan aktif mengajak mahasiswa muslim mengikuti
mentoring. Sedangkan bagi mahasiswa yang sudah memiliki
pengaruh di kampus atau sudah punya landasan pemikiran yang
kuat, lakukanlah pendekatan dengan diskusi langsung.

Pembentukan (Takwin)
I nilah tahap yang membutuhkan waktu yang cukup lama dan usaha yang
berkelanjutan. Pada tahap ini LDK berperan sebagai pembentuk kader-
kader yang seimbang kemampuan dirinya. Membuat mekanisme dan
sistem pembentukan yang jelas, bertahap dan terpadu akan menghasilkan
kader yang kompeten dan produktif. Oleh karena itu pelaku kaderisasi—
dalam hal ini tim kaderisasi LDK—diharapkan bisa memberikan asupan ilmu
yang luas dan tidak terbatas. Seimbangkan pula anjuran untuk berilmu dan
beramal. Berikut akan dijelaskan berbagai dimensi yang perlu dipahami dan
dibina dalam tahap pembentukan pribadi kader.
 Diniyah
Maksud diniyah adalah pemahaman ajaran dasar Islam seperti
pengajaran tentang aqidah yang bersih dan lurus, dan bagaimana
ibadah yang benar. Diutamakan ibadah wajib dijalankan dengan
konsisten terlebih dulu, barulah meningkat ke pembiasaan ibadah
sunnah. Selanjutnya bisa dikaitkan dengan dasar-dasar fiqih Islam
dan berbagai hukum kontemporer yang ada. Penguatan akhlak
yang baik bagi kader perlu dibiasakan juga sehingga diharapkan
pembentukan kader yang berkepribadian Islam yang komprehensif
bisa dipenuhi di dimensi ini.
 Qur’aniyah
145
Maksudnya adalah memberikan pengajaran dasar-dasar Al
Qur’an yang disesuaikan dengan keadaan dan kebutuhan kader.
Tahapan pengajaran ini bisa dimulai dari tahap pra-tahsin, tahsin,
dan tahfidz. Bila keadaan memungkinkan, tafsir Al Qur’an juga bisa
dilaksanakan. Besar harapan saya agar kader LDK sangat dekat
dengan Al Qur’an karena memang semua hal yang disampaikan saat
berdakwah bersumber pada Al Qur’an. Kedekatan kader pada Al
Qur’an pula yang akan membuat dakwah ini diberkahi dan dirahmati
Allah. Kader diharapkan bisa mengaji atau membaca Al Qur’an
dengan tajwid yang benar. Jika bacaannya sudah baik, selanjutnya
diharapkan kader bisa mulai menghafalkannya.
 Manajemen Organisasi
LDK adalah lembaga dinamis yang memerlukan kader yang bisa
selalu produktif. Kader LDK haruslah kader yang baik dalam
memanajemen diri dan organisasi. Penanaman dasar-dasar
organisasi sejak dini dilakukan dengan harapan supaya kader tidak
bingung ketika sedang menjalankan amal dakwah. Isi dari dimensi
ini seperti dasar-dasar kaderisasi, manajemen waktu, manajemen
konflik, manajemen rapat, syiar efektif, fund rising, pengelolaan
organisasi dan lainnya. Diharapkan materi tersebut tidak hanya bisa
menjadi bekal untuk lembaga dakwah, tapi juga untuk diri kader
sendiri.
 Softskills
Kader LDK dituntut memiliki keahlian khusus yang tidak hanya
bisa menunjang pergerakan dakwah, tetapi juga berguna bagi
dirinya di masa yang akan datang. Contoh penerapan pembentukan
softskill untuk kader adalah pelatihan membawa mobil dan motor,
cara desain dengan Corel Draw atau Adobe Photoshop, public
speaking, training manajemen, aksi, memasak, memasang spanduk
dan umbul-umbul, pelatihan multimedia seperti web dan blog,
olahraga dan bela diri, bahasa Inggris dan bahasa Arab, serta
kemampuan pendukung lainnya yang sekiranya dibutuhkan untuk
kader.

146
 Kepemimpinan
Manusia diciptakan Allah sebagai pemimpin, begitupula kader
LDK yang nantinya akan memimpin pos-pos dakwah di mana pun.
Seorang kader dakwah harus siap memimpin jika kondisi
menghendaki beliau sebagai pemimpin. Jiwa seorang pemimpin ini
tidak bisa dibangun secara instan. Seorang pemimpin perlu memiliki
visi yang kuat dan komprehensif dalam melihat sesuatu. Pemimpin
juga butuh kekuatan komunikasi dan karisma serta memiliki jiwa
empati dan bisa berkerja sama. Pemimpin juga harus bijak dalam
mengambil keputusan. LDK harus bisa mencetak banyak pemimpin
karena kader LDK tidak hanya akan memimpin di LDK. Kita juga
perlu menyiapkan kader yang akan memimpin di wilayah dakwah
lain.
 Wawasan
Seseorang yang berilmu lebih baik ketimbang yang tidak
berilmu. Ilmu dalam hal ini tidak dibatasi dalam hal ilmu agama saja.
Kader LDK perlu memahami dasar-dasar ilmu politik, sosial, hukum,
budaya dan ekonomi. Kekuatan dan luasnya wawasan yang dimiliki
oleh kader dakwah akan memudahkan proses keberterimaan
seorang kader di masyarakat dan memudahkan amal dakwah yang
dilakukan oleh kader. Kekuatan wawasan ini pula yang akan
membuat kader lebih bijak dan tepat dalam mengambil keputusan.

D imensi-dimensi pembinaan ini perlu diberikan secara jelas, bertahap
dan terpadu. Dengan memberikan banyak wawasan bagi kader LDK,
sama juga dengan membangun aset dalam suatu bisnis. Aset terbesar LDK
adalah kader yang produktif. Flow dari rangkaian pembinaan ini harus bisa
disusun dengan tepat agar memberikan sebuah formulasi kaderisasi yang
terbaik.
Mekanisme pendukung dari tahapan ini adalah form evaluasi
rutin per kader. Dengan form ini kita bisa mengetahui tingkat
partisipasi kader dalam pembinaan serta menguatkan basis
penjagaan dalam kelompok kecil yang sering kita kenal dengan
mentoring.

147
Nama: Program Studi/Angkatan:

Nama Mentor: Kode Kelompok:

Bulan Mentoring

Tanggal Pekan I Pekan II Pekan III Pekan IV

Materi Materi I Materi II Materi III Materi IV

Kehadiran

Contoh Form Evaluasi Rutin


Mentoring akan berfungsi sebagai kelompok penjagaan terkecil
dari sebuah LDK. Pada tahapan pembentukan ini, ilmu yang
didapatkan diharapkan sudah bisa menjadi pemikiran dan gagasan
yang kuat bagi kader dan mereka siap untuk mengamalkannya.

Penataan/Pengorganisasian (Tandzhim)
S etelah kader dibina, mulailah LDK menata potensi-potensi kader
menjadi sebuah untaian tali pergerakan yang harmonis. Setiap kader
mempunyai kelebihannya masing-masing. Ada kader yang pandai
menghafal Al Qur’an, maka jadikanlah ia sebagai pengajar tahsin dan
tahfidz. Ada kader yang gemar aksi atau demonstrasi, maka tempatkanlah ia
di garda politik. Ada kader yang gemar mengadakan kegiatan, maka
tempatkanlah ia di kepanitiaan. Ada kader yang hanya gemar belajar, maka
proyeksikan ia agar menjadi asisten dosen dan ketua lab di masa yang akan
datang. Ada kader yang suka bertualang, maka tempatkanlah ia sebagai
relawan sosial LDK. Ada kader yang senang berpikir, maka tempatkanlah ia
sebagai tim strategis. Ada kader yang gemar menggambar, maka
tempatkanlah ia sebagai tim desain LDK. Tempatkanlah kader sesuai
dengan potensi yang dimilikinya.
Walaupun seorang pimpinan LDK punya wewenang untuk
menempatkan kader sesuai dengan keinginannya, namun
148
menempatkan mereka sesuai minat dan potensi yang mereka miliki
akan menghasilkan hasil yang lebih baik. Akan tercipta sebuah
kesinambungan dakwah yang harmonis.
Hubungan kader dengan amanah seperti hubungan tumbuhan
dengan habitatnya. Kaktus tidak mungkin hidup di pantai, dan
rumput laut tidak mungkin hidup di padang pasir. Begitulah analogi
kader. Jika pimpinan memaksakan seorang kader ditempatkan di
tempat yang tidak sesuai, maka akan terjadi pembunuhan karakter
kader.
Oleh karena itu, hal ini perlu sekali dipahami oleh pimpinan LDK
karena kader kita adalah manusia, bukan mesin yang bisa diatur-atur
sesuai dengan keinginan penggunanya. LDK harus mampu
memanusiakan manusia. Kalau memang harus ada yang berkorban,
maka pimpinan LDK-lah orang yang paling tepat. Sedangkan kader
hanyalah objek dakwah bagi pimpinan LDK.
Penyediaan ladang beramal dari LDK pun harus ditambah
seiring dengan bertambahnya jumlah kader. Ada beberapa LDK
yang menyesuaikan komposisi dan bentuk struktur organisasinya
dengan jumlah kader. Bisa juga dengan memberikan kader tempat
beramal di lembaga lain seperti mahad kampus, BEM, himpunan,
unit mahasiswa dan sebagainya.
Poin yang paling penting untuk diperhatikan adalah bagaimana
kader bisa memiliki amanah di mana pun, namun dengan catatan, ia
selalu beraktivitas dengan mengguankan paradigma dakwah yang
baik? Dimanapun Anda berada, frame dakwah haruslah tetap
terinternalisasi karena LDK harus mampu menyediakan kader yang
bisa mengisi berbagai pos di masa yang mendatang.

D
yakni:
alam tahap yang lebih lanjut, terutama untuk LDK yang sudah stabil,
kader diharapkan selalu memiliki empat peran dalam satu waktu,

 Peran Kader sebagai Seorang Mentor (Pembina)


Seorang kader LDK harus aktif membina dan dibina. Misalnya
dengan membina kelompok mentoring rutin atau mengisi ta’lim
rutin. Peran ini adalah peran murni seorang da’i yang diharapkan
bisa menjadi peran utama kader dakwah.
149
 Peran Kader sebagai Penentu Kebijakan Strategis (Syura)
Kader dididik untuk bisa memimpin dan berpikir. Oleh karena
itu kader harus mempunyai tanggung jawab sebagai anggota syura
(rapat strategis) di lini yang sesuai dengan kapasitas kader saat itu.
Dengan menjadi anggota syura diharapkan kader akan terbiasa
berpikir strategis dan komprehensif, sekaligus mampu
menumbuhkan jiwa pemimpinnya.
 Peran Kader sebagai Pelaksana Operasional (Teknis)
Selain sebagai pemegang kebijakan di suatu tingkatan LDK,
kader juga diharapkan bisa berperan dalam tatanan operasional
atau pekerjaan teknis. Dengan demikian kader akan selalu berada
dalam peran sebagai atasan dan bawahan dalam waktu bersamaan.
Keseimbangan ini akan membentuk jiwa kerjasama yang baik.
Contoh dalam kasus ini adalah, seorang kader berperan sebagai tim
inti panitia kegiatan (dalam hal ini dia sebagai anggota syura) dan
juga sebagai pelaksana operasional di tatanan LDK (berkoordinasi
dengan pengurus inti LDK).
 Peran Kader di Bidang Akademik
Kader dakwah pun perlu memiliki kompetensi akademis yang
baik. Oleh karena itu, peran terakhir yang tak kalah pentingnya
adalah kader bisa berperan dalam bidang akademik baik di bangku
kuliah maupun di lab. Peran yang bisa diambil antara lain sebagai
ketua kelas, ketua kelompok tugas, koordinator lab, ketua
praktikum, asisten dosen, atau aktif dalam penelitian dan lomba
ilmiah. Memiliki kader yang memiliki IP baik adalah harapan besar
bagi LDK. IP yang baik sebetulnya akan memudahkan pergerakan
dakwah kita di dunia kampus.


150
Eksekusi dan Peralihan Objek Kaderisasi Menjadi Seorang
Kader (Tanfidzh)

T ahap ini adalah tahapan terakhir dalam siklus kaderisasi. Pada tahap ini
seorang kader dakwah sudah bisa berkontribusi secara berkelanjutan
dan sudah siap untuk menjadi pengkader bagi objek dakwah yang lain. Fase
eksekusi ini diisi dengan monitoring kader dan evaluasi berkala agar sistem
kaderisasi yang dijalankan di LDK semakin baik. Dengan monitoring dan
evaluasi diharapkan bisa timbul ide-ide masukan dan perbaikan bagi
perencanaan siklus kaderisasi selanjutnya. Variasi dan inovasi metode,
kurikulum, flow materi, perangkat pendukung dan kebijakan manajemen
SDM lainnya bisa berkembang pesat di tahapan ini.
Fase eksekusi ini juga sudah menghasilkan kader yang memiliki
dorongan untuk berkerja. Perlu diingat, karena seorang kader saat
ini sudah memegang peran sebagai pengkader, maka kader pun
perlu dibina dengan siklus yang baru. Pada dasarnya seorang kader
akan dibina sesuai dengan siklus ini, yang membedakan adalah pola
dan isi dari setiap tahapannya. Seringkali LDK tidak membina kader
tahap lanjut. Bisa dikatakan pembinaan untuk pengurus harian lebih
sedikit ketimbang kader mula. Oleh karena itu pada LDK yang sudah
cukup stabil diharapkan mempunyai alur dan kurikulum serta
metode kaderisasi yang berbeda untuk setiap tingkatan (angkatan)
kader. Dengan membuat sistem kaderisasi seperti ini, maka LDK
dapat menjadi mesin pencetak kader yang solid dan militan secara
terus-menerus. Membangun sistem kaderisasi yang kuat adalah
aset berharga bagi sebuah LDK.

T ahapan kaderisasi ini dibuat sebagai skema langkah-langkah yang bisa
dilakukan oleh sebuah LDK dalam mengembangkan karakter kadernya.
Dengan pentahapan yang jelas dan terstruktur, pengembangan kapasitas
dapat lebih mudah diserap oleh para kader. Pada dasarnya pengembangan
kapasitas sangat dipengaruhi juga oleh lingkungan yang dibangun. Melalui
tahapan yang ada dalam kaderisasi, LDK akan lebih bisa merencanakan
peningkatkan kualitas kader-kadernya.

151
BAB 17

MEMBENTUK KADER
BERBASIS KOMPETENSI
Tabel Daftar IPK Alumni LDK
Nama IPK Lama Lulus

Iyan 2,4 5 tahun


Dani 3,01 5,5 tahun
Eko 2,99 4,5 tahun
Wawan 2,75 6 tahun
Herman 2,67 7 tahun
Syahban 2,86 6,5 tahun
Raka 3,13 5 tahun
Rozi 2,23 5,5 tahun

T abel Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) di atas mungkin tampak biasa jika
kita tidak memperhatikan judulnya: Tabel Daftar IPK Alumni LDK.
Bukan hal yang tidak mungkin bila tabel ini merupakan cerminan dari LDK
tempat kita beramal saat ini. Terkadang terbesit dalam benak saya,
pantaskah ini menjadi tabel hasil IPK alumni LDK?
Sebenarnya tidak ada yang perlu disesalkan dan
dipermasalahkan karena Allah memang telah menciptakan manusia
dengan takdir masing-masing, dan manusia patut bersyukur atas
segala sesuatu yang terjadi pada dirinya. Kegagalan bukan akhir dari
segalannya. Kegagalan hanya merupakan persimpangan dari
sebuah jalan keberhasilan.
Namun jika saya mengingat kembali, kalimat terakhir yang
diucapkan ibu saya ketika melepas saya kuliah di ITB, “Belajar yang
rajin ya nak, supaya cepat lulus dengan nilai baik”. Ucapan ini adalah
sebuah do’a dan harapan dari seorang orang tua yang mendidik
saya sejak lahir hingga saya berumur 17 tahun, sebelum saya
memasuki dunia kampus. Ini adalah sebuah harapan dari seorang
bunda yang selalu saya pegang dengan sebaik-baiknya, karena
bagaimana pun ini adalah amanah dari orang tua. Sejauh yang saya

152
pahami, kita wajib mematuhi orang tua selama ia tidak mengajak
kita menyekutukan Allah.
Setelah menanyakan hal yang sama kepada beberapa
mahasiswa lain di LDK kami, ternyata memang 100% orang tua
mengharapkan anaknya menjadi pribadi yang sukses dengan
parameter lulus cepat dan IP memuaskan. Tanggung jawab yang
orang tua berikan ini perlu kita sempurnakan dengan
mewujudkannya.
Saya teringat kata-kata Kepala GAMAIS terdahulu, Romzy Rio
Wibawa, bahwa kompetensi sangat penting dalam dakwah.
Kompetensi yang dimaksud adalah kompetensi akademik. Menurut
beliau, LDK seharusnya bisa membentuk alumni yang kuat
pemikiran dakwahnya dan baik pemahaman akademiknya. Karena
pada hakekatnya, peran kita sebagai da’i akan terus berlanjut
hingga masa pascakampus. Jika apa yang dijalankan di dakwah
kampus diharmonikan dengan rencana dakwah pascakampus, maka
kader yang memilki kompetensi inilah yang kelak bisa banyak
“bicara” di dunia luar.
Kader LDK perlu ditempa dan dibina secara berkelanjutan
dalam bidang kompetensi akademiknya. Pengembangan manusia
yang ada di LDK harus menyesuaikan dengan keadaan akademik.
Kondisi kampus yang kian fluktuatif dan menuntut kita untuk
memiliki IP tinggi dan lulus cepat perlu segera diadaptasikan ke
dalam LDK. Selain itu kader yang baik secara akademik juga bisa
berperan sebagai media dakwah yang andal. Kader bisa menjadi
teladan yang baik, dan menjadi cerminan Islam yang positif di mata
mahasiswa dan dosen.
Ketika diamanahkan sebagai Kepala GAMAIS ITB. Orang tua
saya yang berprofesi sebagai seorang dosen pernah mengeluh:
“Mama sering kali kecewa dengan tampilan anak masjid di
kampus mama. Mereka sering kali datang kuliah telat dengan
alasan sholat, datang dengan pakaian tidak rapi dan memakai
sendal jepit, lalu duduk di belakang dan tidak memperhatikan
perkualiahan, dan setelah selesai kuliah langsung pulang.”
Jika profil kebanyakan kader dakwah seperti ini, maka LDK akan
tercitrakan sebagai lembaga yang berisikan kumpulan mahasiswa

153
dan mahasiswi yang tidak baik secara akademik, sehingga mereka
masuk ke LDK untuk bertawakal kepada Allah.
Tentu saya kaget dengan hal ini, dan mulai saat itu saya
mendambakan agar kader dakwah memiliki profil: Datang ke kuliah
tepat waktu, membantu dosen menyiapkan perlengkapan
perkuliahan, duduk paling depan, di kelas aktif bertanya dan
mencatat, dan ketika meninggalkan kelas ia tidak bisa langsung
pulang karena teman-temannya ingin memfotokopi catatannya.
Jika profil seperti ini menjadi profil dominan kader dakwah,
maka LDK akan tercitrakan sebagai kumpulan mahasiswa terbaik
dan mereka masuk LDK untuk mensyukuri nikmat kepada Allah.
Citra seperti apa yang LDK Anda Inginkan?

Peran LDK dalam Meningkatkan Kompetensi Akademik
Kader

P embentukan jiwa peduli pada akademik adalah poin pertama yang


perlu ditanamkan. Ada sebuah anekdot pada masa dahulu: “Kader
yang IP-nya dibawah 2,00 adalah mujahid, dan kader yang IP nya diatas 3,00
adalah pengkhianat”. Sebuah anekdot yang menurut saya sudah tidak
relevan lagi saat ini. Perlu ada perubahan paradigma menjadi: “Kader yang
IP-nya dibawah 2,00 adalah kader yang tidak amanah, dan kader yang IP
nya di atas 3,00 adalah kader yang produktif”. Saya berani mengatakan
demikian karena memang ketika IP kita bermasalah, ada sesuatu yang salah
pada manajemen diri kita, yang juga berarti kita tidak optimal dalam
merencanakan hidup.
Cecep Pratama, seorang sahabat seperjuangan saya yang kini
menjadi seorang dosen di UNTIRTA Banten, pernah mengatakan
sebuah kalimat yang bijak kepada saya, “Kita perlu mengevaluasi
diri kita, apakah sudah optimal dalam memanfaatkan potensi serta
kesempatan yang Allah berikan? Apakah tidur kita masih di atas 4
jam, ataukah masih banyak waktu yang tersita untuk hal sia-sia?
Apakah rapat kita masih belum efektif dan terlalu lama? Apakah
pikiran kita sudah fokus dalam melakukan segala sesuatu?” Menjadi
sebuah renungan untuk saya pribadi, bahwa sebetulnya tidak ada

154
kata “tidak bisa” dalam hidup ini karena sudah default setting-nya
manusia diciptakan sebagai umat yang terbaik.
Poin kedua adalah percepatan masa kepengurusan LDK. Masih
banyak LDK yang saya amati memiliki ketua LDK yang sudah tingkat
5 yang seharusnya mereka sudah lulus, atau tingkat 4 yang
seharusnya mereka sudah memikirkan tugas akhir agar cepat lulus.
Percepatan LDK diperlukan untuk menyesuaikan kondisi ini.
Menurut hemat saya, untuk kampus yang standar lulusnya adalah 4
tahun, maka ketua LDK baiknya adalah yang duduk di tingkat 3
sehingga ia punya waktu yang cukup untuk segera mempersiapkan
tugas akhir dan lulus dengan nilai yang memuaskan.

Program Pendukung Peningkatan Kualitas Akademik
Kader

S alah satu hal yang sering dikeluhkan oleh para kader adalah
bertambahnya beban dakwah yang membuat waktu yang mereka
berikan untuk akademik menjadi berkurang. Idealnya antara dakwah dan
perhatian akademik haruslah berimbang. Oleh karena itu LDK diharapkan
juga mampu mengakomodasi setiap kadernya untuk tetap dapat
berdedikasi secara akademik dengan tanpa perlu mengurangi intensitas
dalam melakukan aktvitas dakwah. Beberapa hal yang bisa dilakukan LDK
dalam meningkatkan kemampuan kader dalam bidang akademik antara
lain:

 Orientasi Awal Kader


LDK perlu menanamkan paradigma berikut sejak dini: SO atau
“study-oriented” bukanlah hal yang salah, akan tetapi “study-
oriented-only” barulah merupakan hal yang salah. Orientasi
akademik diperlukan agar di masa yang akan datang kader bisa
menjadi seorang ahli yang cakap dalam bidangnya (baca:
profesional). Orientasi ini juga akan berdampak pada masa depan
yang akan dipilih. Kader memiliki kebebasan untuk memilih ingin
menjadi apa di masa yang akan datang, dan kaderisasi LDK perlu
mengarahkan kemana saja arah-arah profesi yang bisa dipilih oleh
para kadernya sejak dini. Maka dari itu, LDK perlu mengingatkan
155
kadernya untuk membuat perencanaan hidup jangka panjang dan
menentukan profesi apa yang sebaiknya ia pilih. Selanjutnya LDK
perlu membekali kader agar betul-betul memahami bidang yang
digeluti dengan berbagai program yang mendukung.

 Tutorial Akademik
Tutorial akademik adalah salah satu bentuk bimbingan
akademik kepada seorang mahasiswa oleh mahasiswa yang lebih
senior agar ia lebih memahami mata kuliah di program studi masing-
masing. Tutorial ini diberikan kepada semua kader yang
membutuhkan bimbingan akademik. Di kampus kami tutorial ini
bahkan menjadi agenda syiar yang menarik perhatian banyak
mahasiswa. Tutorial diberikan secara masif atau individual atau pun
kelompok kecil dengan harapan bisa meningkatkan pemahaman
kader akan ilmu di bangku kuliah sehingga berdampak pada
peningkatan IP. Tutorial ini diberikan oleh kader yang lebih senior
kepada kader yang lebih junior.

 Bundel Catatan dan Bundel Soal


Kader perlu dibantu akademisnya dengan menggunakan
referensi soal-soal terdahulu agar ia dapat belajar dengan lebih
mudah. Bundel catatan dan bundel soal adalah salah satu bentuk
perangkat pendukung untuk kader yang berisikan catatan kuliah
secara lengkap dari semester pertama hingga semester akhir.
Bundel ini sangat berguna untuk memudahkan kader belajar
dengan maksimal. Pengelolaan bundel ini bisa dieksekusi oleh
lembaga dakwah program studi, dan bisa pula menjadi lahan
penghasil uang bagi LDK.

156
 Inkubasi Kader dengan IP Bermasalah
Seorang kader yang IP-nya menurun karena beban dakwah
yang berat perlu diinkubasi atau diberhentikan sementara dari
tanggung jawab dakwah. Sebagai seorang pimpinan dakwah,
merupakan sebuah tindakan yang zalim jika memberikan tanggung
jawab yang mengakibatkan kader harus mengorbankan dirinya.
Pemberikan masa inkubasi pada kader yang disertai dengan
pemberian beberapa treatment tertentu, akan memungkinakn
kenaikan IP kader di semester selanjutnya.

 Sistem Pemantauan IP
Karena menurut sebagian orang membicarakan IP adalah hal
yang tabu, maka LDK perlu membuat mekanisme yang bijak untuk
mengetahui IP kader. Data hasil akademik kader perlu dimiliki oleh
pimpinan LDK sebagai landasan menentukan program dakwah
selanjutnya. data ini bisa juga berguna untuk memberikan
penanganan khusus kepada kader yang memerlukan dukungan.

 Informasi Lomba Penelitian Ilmiah


Kader dakwah perlu berkontribusi lebih pada lomba-lomba
ilmiah dan teknologi. LDK perlu memfasilitasi lomba-lomba yang
akan diadakan dalam bentuk memberikan informasi terkait,
sehingga kader bisa termotivasi untuk bisa berkarya. Lomba-lomba
ini bisa juga menjadi wadah untuk menyalurkan kreativitas kader
yang kurang cocok beramal dengan cara konvensional.

 Informasi Beasiswa
LDK bisa memfasilitasi pemberian informasi mengenai
beasiswa pascasarjana, karena paradigma dakwah kita adalah
melayani. Terkadang, dikarenakan oleh aktivitas yang terlalu
banyak, seorang kader sulit mendapat akses informasi mengenai
bidang studinya. Dengan memberikan informasi ini berarti LDK telah
berperan dalam memberikan jasa pelayanan.

157
 Career Sharing
Dengan wawasan yang luas kader akan menjadi lebih bijak
dalam menentukan masa depannya. Biasanya sebuah kampus sudah
memiliki alumni yang terhimpun dalam sebuah wadah. LDK bisa
menghubungi alumni tersebut untuk men-sharing pengalamannya
dalam meniti karir. LDK bisa memanfaatkan agenda career sharing
ini untuk meningkatkan wawasan kader tentang kehidupan
pascakampus. Di lain pihak kader pun akan memperoleh gambaran
karir yang cocok untuk dirinya, apakah sebagai profesional,
pengusaha, dosen atau politikus.

 Kelompok Kompetensi
Pada tahap akhir kuliah, sebutlah tingkat 3 dan tingkat 4, perlu
dibentuk semacam kelompok kompetensi. Kelompok kompetensi
ini bisa saja dibagi menjadi beberapa bidang utama, seperti
kelompok dosen, kelompok pengusaha, kelompok politikus, dan
kelompok profesional. Kelompok ini berisikan kader-kader yang
memiliki minat akan rencana pascakampus yang sama.
Sebagai contoh, kelompok dosen adalah sekelompok kader
yang berminat untuk menjadi dosen. Di kelompok ini kader bisa
bertukar informasi mengenai beasiswa pascasarjana, mengikuti
TOEFL course bersama serta menyiapkan diri agar bisa mengikuti
program pascasarjana dan doktoral yang akan memudahkan jalan
untuk menjadi dosen. Contoh kedua, kelompok pengusaha. Di
kelompok ini kader bisa belajar bagaimana memulai bisnis. Jika
perlu langsung membuat bisnis sendiri. Di kelompok ini pula kader
bisa saling sharing pengalaman dengan sesamanya atau dengan
pengusaha yang sudah sukses.

 Departemen Akademik dan Profesi


Sebagai wadah formal agar semua rencana di atas bisa
berjalan, maka perlu didirikan departemen khusus yang menangani
masalah akademik dan profesi kader LDK. Di GAMAIS ITB ada
wilayah akademik dan profesi yang bertujuan sebagai wadah
penguatan akademik kader dan wadah syiar akademik. Dengan
158
adanya departemen ini, kegiatan LDK kian seimbang antara dakwah
dan akademiknya. Saya sangat meyakini adanya kekuatan akademik
yang menunjang dakwah membuat LDK semakin diakui sebagai
lembaga kaderisasi yang baik dan produktif, karena LDK akan bisa
membentuk cendekiawan-cendekiawan muslim yang andal.

D akwah kampus di masa mendatang sangat membutuhkan kader
dakwah yang baik secara kapasitas dakwah, dan memiliki dedikasi
akademik yang baik pula. Untuk itu LDK perlu menjadi wadah yang mampu
mengakomodasi kebutuhan kader dakwah yang notabenenya adalah
seorang mahasiswa. Dengan pemberian perhatian yang baik dalam
pengembangan akademiknya, kader akan lebih merasakan kebermanfaatan
LDK terhadap dirinya.

159
BAB 18

PENGELOLAAN
MENTORING
Dan hendaklah takut kepada
Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di
belakangmereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir
terhadap mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa
kepada Allahdan hendaklah mereka mengucapkan
perkataan yang benar

(QS. An Nisaa: 9)

M entoring bukanlah hal baru di dunia ke-LDK-an. Tulisan, artikel, atau


buku tentang permentoringan seperti menjadi mentor yang baik
dan pengelolaan mentoring sudah cukup mudah bisa kita temui di hampir
semua toko buku. Pada bagian ini hal yang akan saya bahas bukanlah
mengenai konsep dasar mentoring. Saya akan mencoba lebih menyentuh
sisi teknis lapangan yang bisa jadi akan memberikan suatu cara baru bagi
LDK dalam mengelola mentoring.
Seperti yang telah kita pahami bersama, mentoring seringkali
diibaratkan sebagai sumsum tulang belakang LDK. Kegiatan
mentoringlah yang menghasilkan dan mencetak darah baru atau
kader baru. Jika sumsum tulang belakang seseorang baik, maka
darah yang diproduksi akan baik. Sebaliknya jika sumsum tulang
belakang seseorang rusak atau terkena virus, maka darah yang
bervirus atau berpenyakit pulalah yang akan diproduksi. Begitu pula
dengan mentoring, jika dikelola dengan baik, kegiatan mentoring
akan mampu mencetak kader yang baik. Sedangkan jika mentoring
gagal dikelola, maka yang dihasilkan adalah kader yang buruk pula.
Begitu pentingnya peran mentoring dalam dunia dakwah
kampus. Jadi sudah sewajarnya jika kegiatan mentoring diberi
perhatian khusus. Perhatian khusus ini tidak bisa sekedar dengan
adanya program kerja yang baik, diperlukan juga adanya orang-
160
m
s
g
iP
r
u
K
a
lD
o
k
tS
n
e
M
h
orang terbaik dalam tim pengelolaan mentoring, serta supply dana
yang kuat untuk menunjang keberjalanan agenda pengelolaan
mentoring.
Pada bab ini yang akan saya uraikan adalah penjelasan
mengenai pengelolaan mentoring dilihat dari sudut pandang tim
pengelolanya. Secara garis besar ada 5 aspek yang perlu kita
bangun bersama dalam mengelola mentoring ini, yaitu:

Aspek Pengelolaan Mentoring

Membangun Sistem Pengelolaan Mentoring


 Bentuk Pengelompokkan Mentoring
Dalam pengalaman saya selama mengikuti mentoring di ITB,
seringkali ada masalah yang senantiasa berulang-ulang terkait
dengan kecocokan antara adik binaan dengan kelompok mentoring
yang ia ikuti. Ketidakcocokan ini biasanya berkisar seputar
ketidakcocokan jadwal, ketidakcocokan dengan mentor, dan
ketidakcocokan dengan teman satu kelompok. Ketiga
permasalahan ini seringkali mengakibatkan keberjalanan kegiatan
permentoringan tidak optimal. Oleh karena itu diperlukan adanya
solusi yang tepat.
Secara mendasar saya melihat ada dua metode yang seringkali
dilakukan dalam sistem umum pengelolaan pengelompokkan

161
mentoring, yakni pengelompokkan berbasis program studi atau
fakultas, dan pengelompokkan dengan tabulasi jadwal mentor.

 Pengelompokkan berbasis program studi atau fakultas


Pengelompokkan ini dilakukan dengan mengelompokkan para
peserta mentoring yang berada dalam satu program studi atau
fakultas. Biasanya setiap program studi memiliki kesamaan dan
kekhasan tersendiri. Mahasiswa Teknik Mesin tentu akan berpikir
dengan mechanical way-nya, mahasiswa MIPA biasanya lebih
realistis dan matematis, mahasiswa Teknik Planologi biasanya lebih
gemar ngomong, mahasiswa Seni Rupa biasanya mempunya fantasi
yang tidak bisa diduga. Dengan mengelompokkan peserta
mentoring ini dalam satu kelompok dan dibina juga oleh mentor
yang berasal dari program studi atau fakultas yang sama, tentunya
akan terjadi chemistry dalam kelompok tersebut.
Selain kelebihan dalam hal nyambung dalam berdiskusi,
biasanya dalam satu program studi atau fakultas memiliki
homogenitas jadwal. Jadi untuk menyesuaikan jadwal pertemuan
tentunya akan lebih mudah. Pengelolaan dengan metode ini sangat
cocok dilaksanakan oleh lembaga dakwah tingkat fakultas atau
program studi, dengan berkoordinasi kepada lembaga dakwah
pusat.

 Pengelompokkan berbasis tabulasi jadwal mentor


Pada beberapa kampus yang secara geografis tidak besar dan
belum memiliki lembaga dakwah di tingkat fakultas, maka
pengelolaan mentoring biasanya dilakukan oleh lembaga dakwah
pusat. Dalam konteks ini tentunya akan ada banyak mahasiswa yang
berasal dari berbagai macam program studi dan fakultas. Tentunya
juga mereka memiliki keberagaman karakteristik dan jadwal kuliah.
Untuk itu, diperlukan metode berbasis tabulasi jadwal untuk
menyelesaikan perbedaan-perbedaan ini.
Tabulasi jadwal adalah sebuah konsep pengelolaan mentoring
terpusat dengan mengumpulkan jadwal kosong setiap mentor dan
merangkumnya ke dalam sebuah tabel. Jadwal ini tidak hanya
berisikan jadwal kosong saja, akan tetapi juga menampilkan

162
karakteristik dan kelebihan yang dimiliki oleh mentor. Dengan
demikian peserta bisa leluasa memilih kelompok mentoring yang
mentornya sesuai dengan kebutuhan mereka masing-masing, serta
jadwalnya sesuai dengan waktu yang mereka miliki. Contoh output
dari tabulasi jadwal adalah sebagai berikut:

Rooster Jadwal Mentor GAMAIS ITB

Hari/
Senin Selasa Rabu Kamis Jum’at
Waktu
Yusuf Anggit Yunus Arvi Alfian
08.00- (koleris/ (IPK 4) (PPSDMS/ (ketua (juara
09.30 kepala ketua unit lomba
LDK) himpunan) kesenian) mapres)
Aaf Bobby Fauzi Alam Luthfi
09.30- (melankoli (Calon (sanguinis/ (alumni (pemain
11.00 s/hafidz Presiden melankolis, Wanadri) sepakbola
Qur’an) BEM) S2 Elektro) klub lokal)
Gumilar Gamma Adhi Albaz Yuda
12.30- (business- (sanguinis, (koordinator (asisten (designer,
14.00 man) empatik) Lab TI) trainer seniman)
ESQ)
Abdur- Iqbal Verry Adit Gesa (Ketua
rahman (pengajar (koleris, (program Kaderisasi
15.30-
(pengajar tahfidz business- -mer) himpunan
17.00
tahsin) /kaderisasi man) mahasiswa)
GAMAIS)
Rendy Aisar Aji Cecep Ilham
Saputra (program- (mahasiswa (santri (aktivis
19.30-
(business- mer) berprestasi) Daarut LSM)
21.00
man, Tauhid)
trainer)

Tabel di atas adalah contoh sederhana dari tabulasi jadwal


mentor. Idealnya memang setiap jam selalu ada jadwal mentoring
dengan pilihan lebih dari satu mentor sehingga peserta dapat
memilih mentor sesuai dengan kebutuhan. Agar menarik, bentuk
tampilan yang diberikan dapat disesuaikan, apakah hanya nama dan
jurusan mentor saja, ataukah beberapa kekhasan dari mentor,
seperti karakteristik, minat khusus, serta amanah. Selanjutnya
tabulasi mentor ini bisa dijadikan pegangan pengelola mentoring
dalam pengelompokkan peserta sehingga ketika ada peserta yang
163
hendak mengikuti mentoring, ia tinggal memilih jadwal dan
langsung bisa masuk ke database pengelola.

 Seleksi Tim Pengelola Mentoring


Sistem pengelolaan mentoring selanjutnya adalah seleksi tim
pengelola terkait kompetensi dan pemahaman mereka dalam hal
kaderisasi, dakwah, dan pengelolaan mentoring.
Pemahaman kaderisasi diperlukan agar pengelola benar-benar
paham tentang bagaimana kedudukan mentoring dalam tahapan
kaderisasi, dan bagaimana hubungannya dengan tadhribul amal
peserta. Dengan pemahaman kaderisasi yang kuat, biasanya akan
terbentuk karakter pembina atau karakter pendidik yang ulung.
Karakter ini sangat diperlukan karena pengelolaan mentoring
memang bukan sekedar pengelolaan data dan mentor saja, akan
tetapi juga berkaitan dengan bagaimana pembentukan karakter
mentor dan binaannya.
Selanjutnya adalah pemahaman dakwah yang komprehensif.
Seringkali saya melihat pengelola mentoring belum memahami
bagaimana peran mentoring ini dalam skematik dakwah yang luas.
Memang, saya sepakat bahwa baik atau buruknya mentoring adalah
akar dari problematika dakwah di kampus. Akan tetapi, pengelola
mentoring pun harus mengetahui bagaimana tuntutan dakwah
serta kebutuhan karakter kader untuk menunjang dakwah saat ini.
Dengan pemahaman ini, diharapkan pengelola dapat melakukan
inovasi dan dinamisasi dalam permentoringan.
Terakhir, pemahaman pengelolaan mentoring itu sendiri. Perlu
kita sadari bersama bahwa mentoring bukanlah sebuah sistem
komputer yang bisa diubah dan diatur sesuka kita. Mentoring
adalah sebuah pengelolaan manajemen dakwah yang berhubungan
langsung dengan manusia. Oleh karena itu diperlukan adanya
pendekatan yang manusiawi dalam pengelolaannya. Saya
merekomendasikan seseorang yang memiliki empati dan
memahami dengan baik psikologi manusia untuk mengelola
permentoringan ini. Karena ia akan memikirkan “Bagaimana jika
saya jadi peserta?”, bukan “Seharusnya peserta menjadi seperti
yang saya mau!”

164
 Struktur Tim Pengelola
Selain itu diperlukan juga adanya struktur pendukung dari tim
pengelola mentoring. Tim pengelola ini memerlukan struktur yang
efisien dan sesuai dengan kebutuhan lapangan. Secara umum, tidak
ada strukur yang terbaik, akan tetapi di sini saya akan mengusulkan
beberapa bidang atau divisi yang sekiranya dibutuhkan dalam tim
pengelolaan mentoring.

Struktur Tim Pengelola Mentoring


Deskripsi kerja dari setiap divisi adalah sebagai berikut :
 Koordinator memastikan semua agenda permentoringan berjalan
 Administrasi berfungsi sebagai sekretaris dan bendahara tim pengelola
mentoring
 Tim Penelitian dan Pengembangan melakukan evaluasi berkala
terhadap performa mentoring dan melakukan inovasi untuk perbaikan.
Dalam tim ini pula akan disusun kurikulum mentoring yang sesuai.
 Tim Pengembangan Kapasitas Mentor melakukan pembinaan rutin
untuk para mentor terkait pemahaman dakwah, softskills yang
menunjang permentoringan, sistem informasi data absensi
keberjalanan mentoring, dan talaqqi materi mentoring, dengan tujuan
supaya mentor bisa memahami tugasnya dan memiliki pemahaman
ilmu yang memadai. Tim ini juga mempunyai hak untuk memberikan
lisensi kualitas mentor.
 Tim Database dan Informasi berurusan dengan data keberjalanan
mentoring, dan berperan sebagai pintu informasi antara tim pengelola
mentoring dengan para mentor
 Tim Sekolah Mentor fokus pada pembentukan calon mentor di masa
yang akan datang. Oleh karena pembinaan untuk para mentor perlu

165
diasah sejak dini, tim ini diharapkan bisa membentuk calon mentor
yang diprioritaskan dari peserta mentoring itu sendiri
 Dinamisasi dan Metode Alternatif. Terkadang tidak semua mentor bisa
menyampaikan semua materi dengan komprehensif. Bagi sebagian
peserta mentoring juga bisa jadi jika terus-terusan hanya melakukan
mentoring saja, mereka akan merasakan kejenuhan. Untuk itu
diperlukan beberapa improvisasi dan dinamisasi agar peserta
mentoring lebih bersemangat menjalankan agenda mentoring. Bentuk
agenda yang dilakukan bisa dengan mentoring gabungan, mabit yang
diisi dengan tausiyah khusus yang tidak bisa disampaikan di mentoring
biasa, beberapa training seperti training shalat khusyuk, pelatihan
memandikan jenazah, atau agenda outbound dan olahraga bersama.
Saya menilai bahwa fungsi-fungsi di atas diharapkan ada untuk
menghasilkan kinerja mentoring yang ideal. Namun bentuk struktur
di atas tidaklah mutlak. Tetap diperlukan penyesuaian dengan
kondisi SDM dan objek dakwah yang ada karena penyesuaian
bentuk struktur ini akan sangat berpengaruh terhadap kinerja tim.

 Branding dan Packaging


Saya seringkali berbicara mengenai pentingnya pengemasan
dakwah dengan harapan agar dakwah ini bisa diterima dengan baik
oleh objek dakwah kita. Termasuk dalam hal ini, perlu ada
pengemasan agar mentoring bisa diterima. Terkadang di beberapa
kampus kata “mentoring” sudah tidak diterima lagi di kalangan
mahasiswanya. Dalam bab ini saya akan mengusulkan dua bentuk
pengemasan agenda mentoring berupa branding nama dan
penunjukkan kelebihan dari agenda LDK kita ini.
 Pengemasan nama
Maksudnya adalah mengganti istilah mentoring dengan istilah
lain yang lebih familiar dan humble di telinga objek dakwah. Sebagai
contoh, setelah rilisnya film ayat-ayat cinta, istilah talaqqi menjadi
lebih dikenal. Bisa saja kita mengganti istilah mentoring kita dengan
istilah tersebut. Bisa pula menggunakan istilah lain seperti islamic
learning group, students character building program, atau islamic
weekly education club.

166
 Pengemasan konten
Secara umum memang bentuk permentoringan akan tetap
sama, akan tetapi kita bisa membuat nilai tambah. Misalnya dengan
mengikuti mentoring peserta akan mendapatkan notebook
mahasiswa muslim, CD interaktif, kartu perdana GSM, training
softskills, tutorial akademik, dan lain sebagainya. Intinya kita
membuat added value yang kita yakini atraktif dan membuat
semakin banyak mahasiswa berminat mengikuti mentoring.

Membentuk Tim Mentor
P ada bagian ini saya akan menyinggung mengenai dua hal, yakni
kebutuhan akan mentor ideal, dan bagaimana rekomendasi proses
seleksi untuk penentuan mentor yang layak mendapat lisensi mengisi
kelompok mentoring.

 Mentor Ideal
Ustadz Satria Hadi Lubis banyak menulis tentang karakter
mentor yang ideal yang secara umum akan saya coba rangkumkan
dalam empat poin berikut:

1) Mentor sebagai seorang kakak/saudara


Dalam berdiskusi dan menceritakan isi hati atau masalah yang
mungkin dihadapi, seorang mentor idealnya mampu berperan
sebagai seorang kakak atau saudara bagi peserta mentoring. Oleh
karena itu seorang mentor perlu memiliki karakter empatik dengan
harapan dapat menyentuh hati binaannya sehingga terjadi
keterbukaan, dan terbentuk nuansa kekeluargaan dalam kelompok
tersebut.

2) Mentor sebagai seorang pelatih


Pelatih adalah sosok yang memberikan arahan, mengajarkan
cara melakukan sesuatu, mencontohkan, mengawasi peserta
latihan melakukan sesuatu, memotivasi ketika gagal, memberi
selamat ketika berhasil, dan setia mendampingi. Untuk itu
diperlukan karakter pengkader yang ulung bagi seorang mentor
167
karena ialah yang akan senantiasa berinteraksi dengan para peserta
mentoring.

3) Mentor sebagai pemberi petunjuk jalan


Seorang mentor diharapkan dapat menjadi pembimbing bagi
para peserta mentoring untuk menapaki masa depannya. Dalam hal
ini seorang mentor perlu memahami potensi binaannya dan
member mereka alternatif pilihan untuk masa depannya. Sebagai
contoh kecil, dalam hal memilih sub-jurusan pada sebuah program
studi seorang mentor dituntut untuk bisa memberikan gambaran
yang jelas mengenai pilihan-pilihan yang ada dan memberikan
rekomendasi kepada adik-adik binaannya. Oleh karena itu seorang
mentor diharapkan dapat memiliki karakter pemimpin yang bisa
mengarahkan binaannya.

4) Mentor sebagai pembentuk mentor baru


Karena kebutuhan dakwah kampus akan mentor yang
senantiasa bertambah, maka seorang mentor diharapkan dapat
membentuk binaannya menjadi mentor baru di masa yang akan
datang.

 Seleksi Mentor
Kualitas seorang mentor sangat menentukan kualitas peserta
mentoring. Seleksi ketat mengenai siapa saja yang berhak menjadi
mentor perlu dilaksanakan dalam rangka mencapai tujuan tersebut.
Pada bagian sebelumnya saya sudah memaparkan mengenai
karakter mentor ideal. Tetapi ada satu hal yang perlu dimiliki oleh
semua mentor dan menjadi syarat mutlak, yakni integritas.
Integritas di sini tidak sekedar kejujuran, akan tetapi juga bentuk
komitmen seseorang untuk melakukan sesuatu dan mengerjakan
apa yang telah ia katakan. Kebutuhan integritas bagi seorang
mentor sangat diperlukan untuk menunjang optimalisasi kinerja
pengelolaan permentoringan.
Mengenai seleksi terkait kelayakan mentor ini akan saya
paparkan dengan uraian proses transformasi seorang peserta
mentoring menjadi seorang mentor.

168
Pertama, seorang mentor mengidentifikasi kondisi binaannya
yang akan diikutkan pembinaan calon mentor yang akrab saya
sebut dengan istilah sekolah mentor. Syarat pertama yang
diperlukan adalah ia harus sehat keberjalanan permentoringannya,
alias rajin mengikuti mentoring.
Kedua, ia pun harus mengikuti dengan seksama dan memiliki
tingkat kehadiran yang tinggi dalam sekolah mentor.
Ketiga, mengikuti tes atau seleksi formal yang diadakan oleh
tim pengelolaan mentoring. Seleksi ini meliputi tes kapasitas pribadi
seorang calon mentor (seperti kualitas dan kuantitas amalan ibadah
harian), kemampuan pemahaman materi, dan seleksi lainnya yang
diperlukan untuk menjadi seorang mentor.
Keempat, seorang calon mentor diharapkan dapat mengikuti
proses magang atau belajar menjadi mentor, proses ini diharapkan
dapat mengasah sense seorang mentor.
Kelima, jika secara kapasitas seseorang telah memilki
kecapakan sebagai seorang mentor, ia diharapkan dapat mengisi
lembar perjanjian komitmen diri sebagai seorang mentor. Adanya
kontrak sosial ini diharapkan dapat meningkatkan tanggung jawab
mentor dalam menjalankan amanahnya. Kontrak sosial ini berisikan
hal-hal yang menunjang agenda permentoringan, seperti siap
meluangkan waktu untuk mengisi mentoring setiap pekannya, siap
untuk mengikuti pembinaan mentor, dan siap melaporkan data
keberjalanan mentoring secara rutin.

Mekanisme Pengelolaan Data
S alah satu parameter yang bisa dinilai untuk mengevaluasi keberjalanan
permentoringan adalah pendataan yang baik, yakni bagaimana data
yang berasal dari mentor dapat sampai kepada pengelola mentoring
secara berkala dan tepat waktu. Saya akan memaparkan sedikit mengenai
sistem pengelolaan data ini agar pengelolaan data permentoringan dapat
berjalan dengan baik. Pemaparan akan saya bagi menjadi tiga sub-bagian,
yakni sistem jaringan pengumpul data, pola pengumpulan data, dan
database terpusat.

169
 Jaringan Pengumpul Data
Pada kondisi dimana jumlah mentor semakin banyak dan
tersebar di seluruh penjuru kampus, sistem jaringan pengumpul
data diperlukan untuk mempermudah arus tersampainya informasi.
Konsep dari sistem ini adalah mengestafetkan data dari mentor ke
pengelola mentoring dengan perantara pengelola mentoring di
tingkat tertentu. Dengan adanya jaringan ini diharapkan dapat
terbentuk hirarki data dan informasi. Data yang dimaksud adalah
data yang terkait presensi keberjalanan mentoring, atau
rekomendasi tertentu. Jika digambarkan dalam bentuk bagan, akan
tampak seperti gambar berikut:

Aru
Arus
s
Infor
Dat masi
a

Alur Data dan Informasi


Dalam Tim Pengelolaan Data Mentoring

 Pola Pengumpulan Data


Pola pengumpulan data adalah metode untuk melaporkan
data keberjalanan mentoring. Banyak sekali cara yang dapat kita
gunakan untuk mengumpulkan data ini. Namun untuk memudahkan
mentor, sekiranya pengelola mentoring diharapkan dapat

170
memberikan variasi pilihan kepada para mentor untuk
mengumpulkan data. Bentuk variasi pengumpulan data antara lain:
 Via sms, pengumpulan data keberjalanan via sms ini sebetulnya
merupakan cara yang paling mudah, yakni hanya dengan SMS ke
nomor tertentu saja dengan ketentuan yang disepakati.
Contoh:
Ketik: “Nama mentor <spasi> tanggal mentoring <spasi> materi <spasi>
Izin: nama-1, nama-2, nama-3, dst <spasi> Sakit: nama-1, nama-2, nama-
3, dst <spasi> Alpha: nama-1, nama-2, nama-3, dst ....”
Kemudian kirim ke nomor hotline mentoring
 Via e-mail, cukup dengan membuat template yang harus diisi dan
dikirimkan melalui e-mail setelah menjalankan agenda permentoringan
 Via data box, pihak pengelola menyediakan kotak data khusus di
sekretariat LDK, dan pihak mentor cukup mengisi kertas ber-template
khusus yang sudah tersedia dan memasukkannya ke dalam kotak
 Via database online, pada tahap yang lebih advance, LDK bisa
menyediakan perangkat IT pendukung, sehingga mentor cukup
mengakses situs tertentu dan mengisi form yang telah tersedia di layar
komputer.

 Sistem Database Terpusat


Sistem database terpusat adalah bentuk one-sheet database
yang berisikan data keberjalanan mentoring dalam jangka waktu
tertentu. Bentuk dari database ini bisa dalam bentuk microsoft
excel atau lainnya. Akan tetapi hal terpenting dalam database ini
adalah kesanggupan data ini untuk diakses oleh seluruh pemegang
kebijakan dakwah kampus yang juga berhak melihat data untuk
menentukan sebuah kebijakan tertentu.


Membuat Kurikulum

M entor biasanya akan menyampaikan materi berdasarkan kurikulum


yang tersedia. Kurikulum dalam proses pendidikan adalah hal yang
penting karena selain akan berfungsi sebagai manhaj dalam menyampaikan
materi, kurikulum biasanya juga dibuat dengan marhalah (tahapan) yang
171
menyesuaikan dengan kondisi peserta mentoring. Untuk itu diperlukan
adanya penyusunan kurikulum yang sesuai dengan kondisi kekinian dan
kesinian.
Kurikulum untuk permentoringan tahap awal perlu
menekankan pada tiga hal, yakni aqidah, akhlak, dan ibadah.
Penekanan pada tiga hal ini bukan tanpa alasan, memang tiga hal
inilah yang diyakini sebagai fondasi awal seorang kader dakwah
bahkan fondasi seorang muslim.
Berikutnya pada tahap yang lebih lanjut barulah peserta
diberikan penekanan pada hal yang bersifat fiqih dan dakwah.
Adanya penyesuaian ini diharapkan dapat memberikan dampak
positif terhadap keberterimaan materi oleh peserta mentoring.
Saya akan memberi beberapa contoh tema materi untuk
mentoring tahap awal. Sebetulnya ini bukanlah materi yang baru,
namun agar lebih menarik dibutuhkan adanya pengemasan seperti:
Thank You Allah, Muhammad is The Real Idol, Insan Akademis,
Ungkapan Cinta untuk Ayah dan Bunda, Life Excellent; The Miracles
of Holy Qur’an, Hidupku Ibadahku, dan Gue Bangga Menjadi Seorang
Muslim.
Buku-buku mengenai materi mentoring saat ini sudah bisa kita
dapatkan di berbagai tempat. Yang terpenting bagi pengelola
mentoring adalah bagaimana merangkai materi yang ada agar
terbentuk suatu tahapan pembelajaran yang tepat dan bisa
dipahami oleh mentor dan diterima oleh binaanya.


Sekolah Mentor

A spek kelima yang harus disiapkan adalah sekolah mentor. Sekolah


mentor adalah sebuah sarana yang digunakan oleh pengelola LDK
untuk membentuk calon-calon mentor di masa yang akan datang. Sekolah
mentor ini diharapkan dapat berjalan rutin sepanjang tahun, sehingga
proses regenerasi dapat senantiasa berjalan.
Sekolah mentor diikuti oleh peserta mentoring yang aktif hadir
dan direkomendasikan oleh mentor yang membinanya. Walau
memang, seharusnya semua peserta mentoring mengikuti sekolah
172
mentor, akan tetapi adanya rekomendasi dapat memberikan
jaminan komitmen dari peserta untuk mengikuti sekolah mentor ini.
Secara umum ada tiga konten yang perlu disampaikan dalam
sekolah mentor seputar segala hal yang diperlukan agar seseorang
siap menjadi seorang mentor, yakni:
1) Pemahaman dakwah dan kaderisasi, yang terkait dasar-dasar
pemahaman dakwah yang diperlukan, sehingga mentor melakukan
aktivitas mengisi mentoring dengan berfondasikan paradigma dakwah
yang kokoh
2) Penguasaan materi dasar, yang ini akan menjadi bekal awal dalam
menyampaikan materi di awal-awal mengisi mentoring
3) Kemampuan komunikasi dan penguasaan peserta mentoring,
kemampuan mendinamisasikan kelompok, serta cara menyampaikan
materi yang tepat agar menarik untuk didengar dan dipahami peserta.
Selain itu, diperlukan pula adanya latihan mengisi mentoring
dalam bentuk simulasi dengan sesama peserta, agar peserta bisa
mulai belajar untuk menjadi mentor yang baik. Pemberian tips dan
trick khusus dari para pementor senior pun perlu diberikan, agar
peserta sekolah mentor bisa memahami medan mentoring dengan
baik.
Materi pendukung lainnya di sekolah mentor adalah
meningkatkan kualitas dan kuantitas amalan ibadah harian peserta.
Perlu kita pahami bahwa seorang mentor memerlukan kekuatan
maknawiyah yang kuat agar dapat memberikan materi secara
optimal, karena kekuatan rabbaniyah-lah yang akan bisa menopang
aktivitas dakwah seorang kader. Peningkatan amalan ibadah harian
ini bisa dilakukan dengan memberi motivasi dan mengecek secara
rutin ibadah harian calon mentor pada setiap pertemuan sekolah
mentor.


173
Perangkat Pembinaan Pendukung
M entoring memang merupakan tulang punggung pembinaan bagi
lembaga dakwah kampus karena merupakan metode pembinaan
yang efektif dan andal. Mentoring memberikan kesempatan bagi seorang
pengkader untuk bisa memberikan nilai secara rutin dan berkala terhadap
jumlah objek kaderisasi yang kecil (5-10 orang per kelompok). Akan tetapi
pada perjalanannya ternyata mentoring saja dinilai tidak cukup untuk
memenuhi kebutuhan pembinaan kader.
Mengapa hal ini bisa terjadi? Bagaimanapun mentoring
memiliki keterbatasan, salah satunya adalah kapasitas dari mentor
yang tidak merata, serta kompetensi mentor yang berbeda-beda.
Bagi mentor yang memiliki kompetensi di bidang Al Qur’an, maka
pola ia membina tentu akan banyak menekankan pada pengenalan
dan pemahaman Al Qur’an. Ada pula mentor yang memiliki
kecenderungan aktif beramal, maka binaannya akan diarahkan
untuk terus beramal. Sedangkan mentor yang study oriented bisa
jadi akan cenderung mengarahkan binaannya untuk menjadi asisten
atau koordinator praktikum sebagai sarana untuk berdakwah.
Oleh karena itu diperlukan adanya perangkat pembinaan
tambahan yang dikelola secara terpusat dengan sasaran seluruh
peserta mentoring (seluruh kader). Tujuannya adalah untuk
memberikan kompetensi dan kesamaan pemahaman kader
dakwah. Perangkat pembinaan ini dapat menjadi additional tools
bagi kader, dan diadakan secara eksidental dalam keberjalanan
pembinaannya. Perangkat pembinaan tambahan ini biasanya
menjadi back up untuk meningkatkan pemahaman dan kompetensi
terkait:
 Tsaqofah Islamiah lanjut
 Manajemen dakwah
 Latihan fisik
 Wawasan umum dan kompetensi khusus
 Ruh dakwah
Kelima hal di atas terkadang tidak bisa diberikan oleh mentor di
mentoring, sehingga LDK perlu menyerahkan kepada ahlinya agar
dapat menyampaikan materi ini kepada binaan dengan baik.
174
Berikut adalah alternatif perangkat pembinaan yang bisa kita
selenggarakan untuk mendukung kegiatan permentoringan.
 Diklat
Diklat merupakan pola pembinaan berbentuk rangkaian
pelatihan dan simulasi dalam satu jangka waktu tertentu (biasanya
3-5 hari). Dalam diklat peserta diharuskan menginap dengan
harapan bisa fokus pada materi yang akan diberikan. Keunggulan
dari diklat adalah peserta terkondisikan dan memungkinkan bagi
penyelenggaranya untuk mengadakan variasi metode dalam satu
diklat, seperti training, outbound, muhasabah, qiyamulail berjamaah,
simulasi, workshop, dan lain sebagainya.
Diklat sebaiknya diadakan di tempat yang jauh dari lingkungan
kampus, dengan tujuan ada nuansa dan lingkungan baru yang
membuat peserta lebih nyaman dan siap untuk menerima materi.
Diklat biasanya dibuat dalam satu tema seperti diklat calon
pengurus, diklat inisasi struktur, diklat Al Qur’an, diklat manajemen
dakwah kampus, diklat kepemimpinan, dan lain sebagainya. Dengan
membawa satu tema besar, maka materi yang diberikan akan
membahas seputar tema tersebut. Varian yang akan diberikan pun
dapat lebih menunjang.
Contoh:
Diklat Manajemen Dakwah Kampus
Materi : Sistem Kaderisasi, Pengelolaan Syiar dan Pelayanan
Kampus, Pemasaran Dakwah Kampus, Be a Strong
Leader, Fiqih Prioritas Kader Dakwah Kampus, Rekayasa
Sosial
Varian metode : Training, workshop, bedah buku, membuat tulisan,
focus group discussion, dan team building.
 Tafakur Alam
Merupakan metode pembinaan yang bertujuan untuk lebih
mendekatkan diri kepada Allah melalui metode mengenal alam.
Kebanyakan dari kita mengenal tafakur alam hanya sebatas pergi ke
tempat alam bebas dan mencoba memaknainya dengan kemegahan
ciptaan Allah yang ada di muka bumi. Akan tetapi tafakur alam
sebetulnya merupakan media yang sangat sains jika kita bisa
mengembangkannya dengan variasi kegiatan seperti berikut:
175
(1) Meneropong bintang, melihat kemegahan galaksi bimasakti. Kita bisa
melihat keagungan Allah dengan melihat ciptaannya di angkasa.
(2) Kunjungan ke suku pedalaman yang memberikan kesempatan pada
kita untuk mensyukuri nikmat yang telah Allah berikan serta
menumbuhkan empati.
(3) Olahraga ekstrem seperti bungee jumping¸ paralayang, terjun parasut
dan arum jeram. Media ini memungkinkan kita mendekatkan diri pada
Allah dengan mencoba merasakan bagaimana rasanya ketika nyawa
terancam.
(4) Scuba diving, mencoba mengenal ciptaan Allah yang Mahakaya dan
unik di dalam laut. Biasanya ketika manusia sudah melihat “kerumitan”
ciptaan Allah, maka ia akan semakin yakin bahwa Allah memang Maha
Agung.
 Kunjungan
Mengunjungi tokoh atau tempat tertentu memberikan kita
banyak ilmu dan hikmah. Kunjungan bisa bertujuan untuk
mengambil ilmu langsung dari ahlinya, sebutlah untuk belajar
tentang ilmu tasawuf ke ulama di pesantren tertentu, belajar
tentang entrepreneurship ke pengusaha, atau belajar dasar politik
ke pejabat politik. Biasanya setiap tokoh punya pengalaman yang
“hanya” dia yang memiliki. Oleh karena itu sebagai seorang kader
yang haus ilmu, sangat diharapkan dapat mendapat ilmu dan
pengalaman berharga dari orang-orang yang telah sukses secara
langsung.
Dalam konteks kelembagaan, kunjungan juga bisa dilakukan ke
lembaga dakwah di kampus lain, dengan tujuan studi banding ke
LDK (yang lebih berpengalaman) atau berbagi ilmu untuk
menambah feel dakwah skala nasional dengan mengunjungi LDK
lain (khususnya ke LDK yang muda).
 Malam Bina Iman dan Taqwa (Mabit)
Mabit merupakan perangkat pembinaan yang berfokus pada
peningkatan kekuatan ruhiyah dan maknawiyah kader. Mabit yang
baik biasanya diisi dengan metode yang mendekatkan diri kepada Al
Qur’an seperti menghafalkannya, qiyamulail berjamaah, dan
ceramah tentang Al Qur’an. Selain itu mabit juga bisa berfungsi
sebagai sarana konsolidasi LDK yang mungkin sedang memiliki
176
masalah besar yang perlu diselesaikan bersama. Mabit juga
berperan sebagai media perekat ukhuwah karena kader
memperoleh kesempatan untuk mengenal lebih dalam sesama
rekan dakwahnya dengan bermalam bersama. Pada kegiatan ini
akan tampak sifat asli kader, dan dengan inilah kader akan mencoba
memahami satu sama lain dengan baik.
 Outbound dan Kemah
Untuk membina fisik dan kesehatan (terkadang mental juga)
dari seorang kader dapat dilakukan pembinaan melalui kegiatan
outbound dan kemah. Varian outbound sangat banyak, mulai dari
yang bersifat “aman”, alias diadakan pada tempat khusus outbound
dengan alat-alat pendukung seperti tracking, flying fox, paint ball
dan lain-lain, hingga outbound yang lebih menantang seperti
survival di hutan atau berkemah alias camping. Bagaimanapun
bentuk outbound dan kemah yang diadakan tentu harus
menyesuaikan dengan kondisi peserta, apakah peserta lebih
nyaman dengan kondisi tempat yang menantang atau yang “pasti-
pasti saja”.
Selain itu outbound dan kemah bisa bermanfaat juga untuk
melatih nyali kader dan melatih untuk berani melawan ketakutan
terhadap tantangan dunia. Terkadang media seperti ini butuh
diadakan sesekali karena bermanfaat pula untuk memicu ruhul
istijabah (baca: kesigapan dan ketaatan) dari kader yang mungkin
melemah karena berbagai sebab.
Tempo yang tinggi biasanya diterapkan dalam outbound dan
kemah, sehingga nilai disiplin bisa menjadi titik tekan kejaran dari
media pembinaan ini. Agenda ini biasanya memakan waktu lebih
dari satu hari sehingga dapat memberikan kesempatan kepada
sesama kader untuk saling mengenal dan berlatih saling tolong
menolong.
 Latihan Olahraga
Latihan olahraga secara rutin bertujuan untuk melatih
kesehatan fisik kader yang bisa jadi terjebak dalam rutinitas dakwah
dan akademik yang membuat tubuh tidak banyak bergerak. Kader
biasanya sering meninggalkan olahraga karena menilai bahwa
olahraga tidak penting. Padahal kesehatan kader yang bermasalah
177
akan berdampak pada dakwah itu sendiri. Sakitnya seorang da’i
tidak hanya berpengaruh pada dirinya, tetapi juga pada umat
sekitarnya. Oleh karena itu, membiasakan kader berolahraga rutin
bisa menjadi solusi. Mulailah dengan hal yang sederhana seperti
jogging, latihan sepak bola rutin, renang atau olahraga aerob
lainnya. Bagi kader yang berlebih kemampuan finansialnya, fitness
bisa dijadikan olahraga pilihan. Tim kaderisasi lembaga dakwah bisa
pula memberikan kebijakan khusus untuk mewajibkan kader
berolahraga minimal 30 menit setiap harinya.
 Malam Agitasi
Malam agitasi adalah sebuah metode dakwah yang selama saya
di GAMAIS baru dua kali di lakukan. Sebuah malam dinamisasi dan
agitasi kepada kader jika para pemimpin dakwah menilai kondisi
kader dari segi militansi dan soliditas sedang bermasalah.
Pembinaan malam ini biasanya diadakan secara mendadak dan
diinformasikan kepada kader hanya beberapa saat sebelum
diadakan dengan pesan yang membuat kader tergugah untuk
menghadirinya.
Pada kegiatan ini, kader akan diminta hadir di suatu tempat
tertentu. Pilihlah tempat yang mempunyai makna terhadap kader
atau dakwah kampus Anda. Setelah itu barulah dimulai malam
agitasi yang berisikan pembinaan semi-militer dengan tempo yang
sangat keras. Berbagai dinamisasi dan agitasi bisa dilakukan. Malam
ini berlanjut dengan muhasabah sebagai bagian dari introspeksi diri
kader, dan diharapkan kader dapat mengorientasikan kembali
niatnya dalam berdakwah dan membangun kembali kekuatan
ukhuwahnya dengan sesama kader.
 Pelatihan
Pelatihan atau sering dikenal dengan training ini merupakan
media pembinaan yang cukup sering dilakukan. Pelatihan biasanya
memiliki berbagai macam tema seperti diniyah, manajemen
dakwah, dan Qur’aniyah. Beri kesempatan kepada pemateri yang
berpengalaman dan inspiratif untuk menjelaskan dengan baik nilai
dan ilmu tertentu agar kader mudah menerimanya. Saat ini
pelatihan juga telah memiliki banyak varian. Salah satunya dengan
pengadaan simulasi.
178
 Penugasan
Media pembinaan dapat pula dengan memberikan penugasan
langsung kepada kader. Contohnya dengan meminta kader
membaca buku tertentu, membuat resume, membuat tulisan
tentang sesuatu, kunjungan ke suatu tempat, belajar langsung dari
seorang pakar, atau tugas lainnya. Selain dapat menambah ilmu dan
pemahaman akan suatu hal, penugasan ini juga melatih ketaatan
dan kesetiaan kader.
 Latihan Beramal
Latihan beramal merupakan pola pembinaan yang memberikan
kesempatan kepada kader untuk memahami langsung cara
berdakwah dengan baik dan benar. Pembelajaran paling berbekas
adalah dari pengalaman. Pembinaan jenis ini memberikan
kesempatan kader untuk beramal, baik dengan menjadi mentor,
pembicara, mengisi pelatihan, maupun terlibat dalam proyek atau
kepanitiaan dakwah. Biasanya seorang kader akan mendapat banyak
hal dengan belajar dari pengalaman. Semakin kader berpengalaman
dalam agenda dakwah, maka akan semakin dewasalah dirinya dalam
berdakwah dan berjamaah.



K aderisasi merupakan bagian penting dalam kegiatan LDK. Dengan


kaderisasi dakwah akan berkembang dengan baik karena didukung oleh
kader yang memiliki kapasitas yang baik dalam segala aspek. Sejatinya
memang kader disiapkan tidak hanya dengan kapasitas yang bersifat spiritual
saja, perlu pula disiapkan kapasitas akademik dan softskill untuk mendukung
ekspansi dakwah kampus kedepannya.
Berbagai perangkat kaderisasi perlu di formulasikan dengan baik
dengan menyesuaikan dengan kapasitas kader pada umumnya di
sebuah kampus. Salah satu cara untuk membuat kaderisasi bisa
diterima adalah dengan penjenjangan kader agar kader mendapatkan
materi yang sesuai dengan kemampuan dirinya untuk menerima
materi serta memudahkan LDK khususnya sektor kaderisasi untuk
membuat kelompok pembinaan
Mentoring merupakan cara yang paling tepat untuk memantau
kader dan memberikan materi kaderisasi yang sesuai. Untuk itu
179
penguatan pengelolaan mentoring perlu menjadi prioritas bagi LDK.
Para alumni LDK selalu mengatakan bahwa mentoring adalah tulang
punggung dakwah. Bukan hal berlebihan jika mereka mengatakan
seperti itu karena memang dengan adanya mentoring gerak dakwah
ini bisa berjalan bertahap dan terarah
Pada akhirnya dengan adanya kaderisasi, nilai-nilai dan
pembelajaran yang didapatkan oleh para pendahulu dapat
disampaikan dengan baik kepada generasi selanjutnya. Dengan
kaderisasi yang kuat, sebuah LDK akan dapat melakukan
pengembangan berkelanjutan terhadap dakwah di sebuah kampus.

180
181
BAB 19

MEMBANGUN
RASA KEKELUARGAAN
DAN PIKIRAN POSITIF

K arena kita keluarga. Buat kami di GAMAIS tiga rangkaian kata ini
memiliki makna yang mendalam. Lebih dari itu tiga kata ini adalah
sebuah kekuatan yang menjadi landasan kami membangun organisasi
dakwah ini. Bukan organisasi sepertinya, akan tetapi kami lebih memilih
menyebutnya sebagai keluarga dakwah yang Allah berikan kepada kami.
Allah mempertemukan kami di GAMAIS untuk berkeluarga dan merajut
sebuah cita-cita dakwah yang mulia. Kekeluargaan menjadi sebuah hal yang
sangat berharga dalam sebuah organisasi dakwah. Mengingat bahwa
organisasi bersifat non-profit dan mungkin bisa dianggap non-benefit dunia
juga untuk beberapa orang.
Peran kekeluargaan ini sangat diharapkan dapat menyatukan
hati para kader dakwah. Perlu diingat dengan semakin
berkembangnya sebuah LDK, kader yang tergabung dalam barisan
ini semakin variatif. Pada awalnya bisa jadi yang masuk ke LDK
adalah seseorang yang telah terbina dan mampu membina dengan
baik. Akan tetapi kemudian di kala era semakin terbuka, kader yang
masih jauh pemahamannya dari Islam pun semakin banyak yang
masuk ke LDK. Contohnya kami masih memiliki kader yang belum
berjilbab, masih merokok, dan banyak melakukan maksiat.
Namun ini bukanlah hal yang harus diperdebatkan. Justru inilah
hal yang harus kita syukuri. Kenapa? Karena ini menunjukkan dua
hal. Pertama, LDK kita telah terbuka dan tidak tampak eksklusif
sehingga semakin banyak orang yang bersedia belajar di LDK kita.
Kedua, kita masih harus bersyukur bahwa Allah masih membukakan

182
hati mahasiswa di kampus kita untuk bergabung di LDK. Perlu
diingat kembali bahwa LDK bukan tempat orang yang sudah sholeh,
akan tetapi LDK adalah tempat orang yang ingin belajar supaya
lebih dekat kepada Allah.

M embentuk nuansa keluarga. Itulah sebuah langkah awal untuk
membuat kader nyaman berada di LDK. Jika kader telah merasa
nyaman, mereka akan menjadikan LDK sebagai rumah tempat ia
berhimpun, tempat bersantai, tempat kembali, tempat mengadu, tempat
tertawa dan tempat berjuang bersama. Ketika nuansa nyaman ini bisa
dibentuk, peningkatan produktivitas kader pun akan menyusul. Nuansa
keluarga bisa dibentuk dari hal yang sangat sederhana, atau lebih tepatnya,
membentuk nuansa keluarga memang harus menggunakan cara yang
sederhana.
GAMAIS ITB memulai itu semua dari nama LDK kami, Keluarga
Mahasiswa Islam. Juga dengan sebutan pemimpin di LDK, yakni
kepala GAMAIS. Keluarga dengan seorang kepala, sehingga
perasaan bersahabat muncul sejak awal pada semua kader kita.
Proses kekeluargaan di sini terus berlanjut dengan berbagai cara
seperti senantiasa menyebut nama panggilan atau bahkan
panggilan akrab kepada sesama kader. Seperti saya punya banyak
nama panggilan, ada yang memanggil saya Yusuf, Ridwan, Uchup,
bahkan sampai Cuppy, buat saya hal ini menunjukan sebuah
kedekatan emosional antara kader dakwah. Dalam kondisi dimana
usia pemimpin dan kader yang hanya terpaut satu sampai dua
tahun, maka cara kharismatik sulit dilakukan, cara yang paling tepat
untuk menyentuh hati kader adalah dengan keakraban dan
kedekatan emosional.
Terkadang—atau mungkin sering—saya memanggil rekan
dakwah saya dengan sebutan “my bro”, atau “my lovely BPH” atau
“my man” atau “BPH-ku tercinta”. Mungkin Anda akan tertawa
mendengarnya, akan tetapi dari hal inilah rasa kekeluargaan itu bisa
terbentuk.
Cara sederhana lainnya adalah dengan saling mengucapkan dan
mendo’akan saat milad salah seorang kader. Di sekre LDK kami,
dipasang jadwal milad kader setiap bulan. Ketika hari-H milad, kami
183
saling memberitahukan bahwa salah seorang kader kita milad.
Akhirnya banyak kader kami yang mengirimkan sms, menelepon
atau mengucapkan langsung do’a maupun pesan selamat kepada
kader yang milad di hari tersebut. Hal ini membuat beliau merasa
senang dan dihargai karena banyak yang memberikan perhatian.

B iasanya di LDK ada departemen rumah tangga dan kekeluargaan. Bisa
jadi departemen ini melakukan banyak manuver untuk mendekatkan
sesama kader. Dalam hal ini, saya berpesan kepada kepala departemen
rumah tangga dan kekeluargaan GAMAIS, “Tugas kamu cuma satu, yakni
memastikan bahwa semua kader kita bahagia”.
Ingat bahwa LDK adalah lembaga non-profit. Yang bisa kita
berikan adalah memberikan sebanyak-sebanyaknya penghargaan,
mulai dari hal sederhana hingga yang besar kepada kader agar ia
senantiasa merasa nyaman dalam berdakwah.
Cara selanjutnya, makan bersama. Cara ini adalah cara yang
paling sering kami lakukan. Biasanya kami shalat maghrib bersama
di Masjid Salman ITB, kemudian kami pergi makan bersama ke
tempat makan yang unik dan enak. Bisa dikatakan setiap hari kami
makan bersama setelah maghrib. Jika keadaan tidak memungkinkan
untuk mencari tempat makan yang jauh, kami biasanya makan di
tempat makan dekat Masjid Salman ITB.
Memang jika dilihat, ini merupakan cara yang sangat
sederhana. Tetapi ketika kegiatan makan bersama ini berlangsung,
kita jadi bisa saling mengenal satu sama lain, memahami sifat
masing-masing, bahkan saling memberikan kepercayaan dengan
meminjamkan uang untuk membayar makan—maklum mahasiswa,
kadang sedang tidak ada uang di dompet—Dalam beberapa
momen, proses makan bersama ini juga bisa menjadi momen untuk
membuat ide-ide dahsyat untuk strategi dakwah.
Dalam kesempatan lain, aktivitas kelompok seperti olahraga
bersama seringkali kami lakukan untuk meningkatkan kegembiraan
dan rasa kekeluargaan. Selain itu pada pekan lalu, kami di BPH
GAMAIS mencoba meningkatkan rasa kekeluargaan ini dengan
jalan-jalan ke kawah putih, Ciwidey. Perjalanan ini memang hanya
untuk BPH (maklum kami menjabat 1,5 tahun, jadi butuh di-charge
184
ulang). Perjalanan ini direncanakan secara mendadak. Kami
memang tidak membuat agenda tertentu di sana. Kami hanya
berniat jalan-jalan, tertawa bersama dan bersenang-senang
bersama.
Alhasil, perjalanan ini sangat berkesan. Dimulai dari saat
berangkat, kami harus menunggu angkot hingga 2 jam sehingga
kami belajar untuk saling bertoleransi. Selama perjalanan kami
saling bercerita tentang diri masing masing. Ada yang melawak, ada
yang curhat tentang kuliah, ada juga yang hanya sekedar
“nyampah”. Kami sama sekali tidak membahas tentang GAMAIS.
Sesampainya disana, rasa kekeluargaan ini semakin terasa ketika
kami menghabiskan waktu dengan makan bersama, berfoto-foto di
tengah kawah putih, sehingga kami pulang dalam keadaan sangat
bahagia. Apa yang kami lakukan ini membuat BPH ini semakin dekat
dan dekat. Kami berharap kami bisa menjadi lebih produktif dalam
beramal.

P roses saling mengenal satu sama lain perlu dilakukan untuk
menciptakan rasa kekeluargaan. Tidak hanya dengan saling
mengetahui nama dan nomor telepon, tetapi juga melakukan perkenalan
yang lebih mendalam. Saya terbiasa mengawali pembicaraan di sebuah tim
dengan perkenalan yang lebih mendalam, yakni dengan mengetahui asal
kota, tanggal lahir, kisah dibalik nama atau makna nama, ukuran sepatu,
makanan kesukaan, pengalaman unik di masa lalu, dan hal-hal pribadi
seseorang yang sekiranya bisa disampaikan. Dengan mengenal siapa rekan
dakwah kita, perasaan dan prasangka yang ada akan selalu positif karena
kita sangat memahami pola pikir saudara kita itu. Akhirnya akan
terbentuklah chemistry antara sesama kader dakwah.
Masih banyak lagi sebetulnya cara-cara sederhana untuk
membentuk rasa kekeluargaan di LDK kita. Bisa dengan mengirim
sms untuk membangunkan shalat tahajud, sms berisikan nasihat,
atau mungkin sms yang hanya sekedar menanyakan keadaan
seperti apakah kawan kita sudah makan siang? Sangat sederhana
sekali. Apa pun hal yang kita lakukan, tentunya dilakukan untuk
mencapai sebuah tujuan, yakni memberikan kenyamanan bagi kader
untuk beramal.
185
Hasil dari eratnya ikatan kekeluargaan adalah perasaan bahagia
dari kader di LDK. Perasaan bahagia dalam menjalankan amanah
dakwah adalah bekal yang sangat penting dalam beramal karena ini
bisa menjadi sebuah kekuatan yang akan membuat dakwah kader
penuh semangat dan bertahan lama di LDK. Pendekatan dengan
cara kekeluargaan saya nilai sangat efektif untuk kader dakwah
yang baru mulai melakukan amalan dakwah karena cara ini lebih
manusiawi dan tidak abstrak. Terkadang pemimpin LDK mencoba
mengembalikan semangat kader dengan nasihat dan ceramah dari
seorang ustadz. Memang bagus, tapi biasanya berhasil hanya untuk
kalangan kader yang sudah sangat paham akan dakwah. Bagi kader
awal, ceramah dari ustadz justru akan membuatnya jenuh.

S elanjutnya setelah nuansa kekeluargaan ini terbentuk, kita perlu
membangun sebuah perasaan positif dari kader dakwah. Terinspirasi
oleh buku “Quantum Ikhlas”, menurut saya kader dakwah perlu memiliki
keyakinan yang mendalam akan sebuah cita-cita dakwah agar terbentuk
sebuah perasaan positif. Perasaan positif merupakan sebuah perasaan
bahagia dari diri ini ketika memikirkan atau menjalankan sesuatu. Berbeda
dengan berpikir positif yang hanya berkutat di pikiran, namun belum tentu
sesuai dengan perasaan kita.
Manusia diciptakan dengan perasaan, manusia juga diciptakan
dengan default setting yang sama, dan manusia selalu melangkah
tergantung pada apa yang hatinya katakan atau yang ia fokuskan.
Sebagai contoh dalam buku “Quantum Ikhlas”, seseorang yang
sedang melaksanakan program diet senantiasa berpikiran
bagaimana ia bisa langsing, bagaimana ia bisa melakukan diet
dengan teratur. Padahal sebetulnya hatinya sedang berfokus pada
kenyataan bahwa ia adalah seorang yang gemuk. Menurut buku
tersebut, hal ini justru tidak akan membuatnya kurus karena yang
difokuskan oleh pikirannya adalah kata “gemuk”.
Kita perlu menata pikiran dan hati kader kita dengan kata-kata:
“LDK kita sudah baik, dan kita ingin LDK kita jadi lebih baik”.
Maksudnya hati kita berkata dan bersyukur bahwa LDK sudah baik,
dan kita juga menginginkan LDK kita menjadi lebih baik lagi. Dengan
demikian terjadilah sinkronisasi antara hati dan otak, atau istilahnya
186
connection between mind and soul. Hal inilah yang akan membuat
sebuah LDK menjadi besar. Keyakinan bahwa LDK kita baik akan
membuat LDK baik. Keyakinan bahwa LDK kita buruk akan
membuat LDK kita menjadi buruk. Hal terakhir inilah yang mungkin
terjadi pada dunia ke-LDK-an di Indonesia kini. Kader pada LDK yang
masih mula senantiasa mengatakan bahwa LDK-nya masih kacau,
sehingga ia akan fokus pada kata “kacau”. Akibatnya LDK-nya sulit
mengalami perkembangan. Sedangkan kader pada LDK yang sudah
mapan senantiasa mengatakan bahwa LDK-nya sudah “baik”,
sehingga hati mereka akan tergerak untuk menjadikan LDK-nya
lebih baik lagi. Anda adalah apa yang Anda pikirkan tentang diri
Anda. LDK Anda adalah apa yang Anda pikirkan tentang LDK Anda.
Sedikit bercerita, ketika awal menjadi kepala GAMAIS, LDK
kami memang sudah baik, akan tetapi kontribusi ke nasional masih
jauh dari harapan. Ketika saya memimpin, saya punya pikiran bahwa
GAMAIS adalah LDK yang akan menjadi pionir pergerakan LDK
nasional, dan GAMAIS akan menjadi kiblat LDK nasional. Perlu
diingat bahwa saat itu kami belum ada apa-apanya di dunia FSLDK.
Akan tetapi keyakinan ini senantiasa saya pegang dan saya
sampaikan ke kader lainnya bahwa GAMAIS adalah LDK nasional.
Alhasil, saat ini kader kami punya tanggung jawab lebih untuk
berkontribusi secara nasional. Dalam waktu sekitar 6 bulan setelah
saya memimpin, GAMAIS ITB juga telah menjadi rujukan untuk
pengelolaan LDK se-Indonesia. Semua hasil ini dimulai hanya dari
sebuah keyakinan serta perasaan positif dan bahagia ketika
memikirkannya.
Kader dakwah perlu ditata dan diajak untuk berpikir dan
berperasaan positif. Ketika kader dakwah kita bisa memiliki
keyakinan yang mendalam bahwa ia mampu melakukan perubahan,
bahwa LDK kita mampu berkarya, niscaya akan ada dorongan dari
dalam berupa kekuatan dari hati dan bantuan dari Allah untuk
memajukan dakwah ini. Karena orang besar dimulai dari pikiran dan
jiwa yang besar. LDK besar juga dimulai dari kader yang senantiasa
berpikir dan berjiwa besar.

187


Glosarium


A:
 Aqidah: keyakinan pada Islam

D:
 Diniyah: agama

M:
 Mahad: pesantren/pemusatan
 Maknawiyah: kedekatan pada Allah
 Manhaj: pedoman
 Marhalah: tahapan
 Milad: syukuran hari lahir
 Muhasabah: kontemplasi/evaluasi diri

Q:
 Qiyamul lail: Sholat malam

R:
 Rabbaniyah: jiwa penghamba Allah
 Ruhiyah: kedekatan dengan Allah

188
 Ruhul istijabah: kesigapan

S:
 Syiar: menyampaikan ajaran Islam
 Syura: rapat

T:
 Ta'aruf: perkenalan
 Ta'lim: ceramah Islam
 Ta'rif: perkenalan (lingkup sedang)
 Tabligh: ceramah Islam (lingkup besar)
 Tadhribul amal: latihan beramal
 Tafakur alam: menghayati ayat Allah di alam
 Tahfidz: program menghafal Qur’an
 Tahsin: program membaca Qur’an dengan baik
 Talaqqi: diskusi Islam
 Tanfidzh: tahap eksekusi
 Tajwid: tata cara membaca Qur’an
 Takwin: tahap pembentukan
 Tandzhim: tahap penataan
 Tasawuf: ahli sufi
 Tausiyah: nasehat

189
Menginspirasi Kampus dengan
Syiar dan Pelayanan

190
191
BAB 20

STRATEGI SYIAR
Sebagaimana Kami telah mengutus kepadamu
Rasul di antara kamu yang membacakan ayat-ayat Kami kepada
kamu dan mensucikan kamu dan mengajarkan kepadamu
Al Kitab dan Al Hikmah, serta mengajarkan kepadakamu
apa yang belum kamu ketahui

Al Baqarah: 151

D alam skematik dakwah masyarakat, syiar atau proses penyampaian


nilai Islam menjadi bagian yang sangat penting karena berperan besar
dalam memberikan gagasan tentang Islam kepada masyarakat. Dengan
syiar, masyarakat yang belum mengenal Islam dengan baik, dapat menjadi
masyarakat yang ber-semi-afiliasi terhadap dakwah Islam. Tentu, jika
melihat urgensinya maka syiar itu sendiri menjadi bagian yang tidak
terpisahkan dalam gerakan dakwah di kampus.
Pertanyaannya, agar dakwah kita efisien dan efektif, apakah
syiar kita sudah memenuhi kaidah manajemen yang baik?
Pada dasarnya dalam menentukan arah gerak syiar, sebaiknya
kita berpedoman pada sirah nabawiyah dengan melihat dan
memahami bagaimana langkah Rasul melakukan manuver dakwah
hingga Islam bisa berada di seluruh pelosok dunia seperti sekarang
ini.
Seringkali kita melihat dakwah hanya sebatas sesuatu yang
sudah terbakukan dalam Al Qur’an dan Sunnah, yang akan
disampaikan kepada banyak orang. Namun saya memaknai dakwah
sebagai marketing karena pada dasarnya dakwah ini adalah
menjual, mempromosikan, dan memperkenalkan produk berupa
nilai Islam yang kita yakini kebenarannya kepada orang lain.
Jika melihat dalam kacamata umum, seseorang tidak mungkin
mau melihat sesuatu dengan lebih mendalam ketika ia tidak merasa
tertarik dengan tampilan luarnya. Apalagi bila melihat karakter
192
masyarakat kini yang semakin venus, sebagaimana yang
dikemukakan oleh pakar marketing Indonesia, Hermawan Kertajaya,
dalam bukunya “Marketing in Venus”. Artinya manusia sangat
memperhatikan apa yang dilihat dan apa yang dirasakannya
pertama kali.
Oleh karena itu dalam memasarkan LDK dan nilai Islam, kita
perlu memperhatikan beberapa hal, antara lain:
1) Isi dari dari dakwah
2) Sasaran/segmentasi objek dakwah
3) Pengemasan
4) Pemasaran/promosi
5) Closing/transaksi/kesepakatan
 Isi
Pemasaran LDK terkait kepada value yang akan disampaikan.
Kita perlu memahami kebutuhan objek dakwah, kemudian
menyesuaikan isi yang akan disampaikan dengan daya
keberterimaan mereka.
Jika kita sebagai da’i adalah siswa SMU dan objek dakwah
adalah siswa SMP, maka akan lebih mudah mana, siswa SMU
menggunakan bahasa siswa SMP, atau sebaliknya? Sesuaikan
dengan tepat isi dari pesan dakwah yang akan disampaikan dengan
kondisi objek dakwah.
 Sasaran
Yakni target market yang menjadi penerima agenda dakwah
kita. Objek dakwah haruslah terklasifikasi dan tersegmentasi agar
tepat sasaran.
Contohnya, agenda tabligh diselenggarakan untuk semua
mahasiswa, agenda tasyakuran akbar untuk mahasiswa tingkat satu,
agenda diklat mahasiswa muslim untuk mahasiswa tingkat dua,
agenda survival untuk mahasiswa tingkat tiga dan career sharing
untuk mahasiswa tingkat empat.

193
 Pengemasan
Pengemasan terkait
bagaimana pencitraan yang akan
timbul kepada masyarakat
kampus.
GAMAIS ITB mencoba
mencitrakan LDK yang ramah dan
lembut. Hal ini diimplementasikan
dalam berbagai bentuk, salah
satunya melalui publikasi kami
yang selalu tampak lucu. Selain itu
penamaan kegiatan yang tampak
“ramah di mata dan telinga”
seperti Metamorphosis, Look
Inside My Environment, GAMAIS
PEDULI, A-Day, BBQ, dan lain-lain.
 Pemasaran
Pemasaran paling efektif adalah penjualan yang dilakukan oleh
kader LDK itu sendiri karena dialah yang paling memahami LDK-nya.
Pembelajaran agar seorang kader
mampu berkomunikasi dan
menjual agenda dakwah inilah
yang menjadi sebuah tadhrib amal
tersendiri bagi dirinya. Ia akan
belajar menjadi da’i dalam arti
sesungguhnya, yakni sebagai
seorang penyeru dan pengajak.
Selain itu pemasaran bisa di
optimalkan pula dengan desain
dari publikasi yang ditampilkan.
Coba sesuaikan gaya publikasi
dengan karakter objek dakwah
yang menjadi segmentasi dakwah.

194
 Closing
Closing dilakukan saat telah adanya kesamaan pemahaman
antara da’i dan mad’u atau objek dakwah yang telah bersedia
menerima nilai yang kita sampaikan. Dalam konteks kegiatan LDK,
hal ini berarti seorang mad’u sepakat untuk mengikuti acara yang
kita rencanakan.
Pendekatan akhir dari tahap pemasaran ini adalah bagaimana
objek dakwah bersedia mengikuti pembinaan rutin yang dijalankan
oleh LDK. Mentoring menjadi metode yang seringkali digunakan
pada tahap ini. Para da’i kampus diharapkan nantinya mampu
mengajak objek dakwah untuk bisa mengikuti kegiatan mentoring.

Komunikasi dalam Dakwah
Karena kader adalah salesman dakwah kita di kampus, maka
penanaman jiwa marketing pada semua kader sangat diperlukan.
Dengan memperhatikan pola berpikir seorang salesman, saya
mencoba mengajak seluruh kader dakwah untuk menganggap
bahwa berdakwah adalah sama dengan ”berjualan”. Dengan
demikian diharapkan akan ada perubahan tampilan dakwah dengan
menggunakan cara berpikir “content samawi, pengemasan ardhi”
atau “isi dari Allah, namun penyampaiannya dengan bahasa
manusia”.
Oleh karena itu, kunci dalam dakwah adalah komunikasi. Allah
mengajarkan kepada kita untuk berdakwah dengan hikmah dan
dengan cara yang baik supaya bisa diterima oleh masyarakat.

Pesan
encode decode
Pengiri Peneri
Metode
m ma
tepat
Pesan Pesan
195
Gambar di atas mencoba memberikan gambaran bagaimana
proses dakwah berjalan, dan bagaimana cara yang baik yang dapat
dilakukan dalam setiap tahap proses yang ada.

 Pesan yang akan disampaikan


Seorang pengirim pesan perlu
memahami isi pesan yang akan
disampaikan. Pemahaman yang baik
akan berdampak pada penjiwaan
dalam bergerak dan efektivitas
tingkat ketersampaian pesan.
Coba betul-betul selektif dalam
menentukan pesan apa yang akan
disampaikan kepada objek dakwah.
Seringkali aktivis dakwah
memberikan konten atau pesan
dakwah yang terlalu tinggi atau
tidak cocok dengan kebutuhan objek dakwah saat ini. Penyesuaian
pesan haruslah benar-benar tepat. Penggunaan survei atau
kuesioner sederhana untuk melihat bagaimana kebutuhan dari
objek dakwah bisa digunakan sebagai landasan untuk menentukan
tema atau isi pesan yang akan di sampaikan.

 Metode yang digunakan


Apakah media dakwah yang akan digunakan berupa sms,
selebaran, pamflet, baliho, poster, pemanfaatan jejaring sosial,
ta’lim, outbound, survival, travelling, permainan, ataukah media
lainnya? Kita harus pandai memilih metode dakwah. Salah memilih
akan berdampak besar pada keberlanjutan gerak dakwah kita.
Media yang tepat dan penataan isi yang baik akan sangat
menentukan keberterimaan pesan dakwah kepada objek dakwah.
Coba gunakan cara pandang seorang seller atau marketer yang
mampu berpikir sesuai dengan kebutuhan buyer (dalam hal ini
pembelinya adalah objek dakwah). Berikan apa yang objek dakwah
butuhkan, bukan apa yang kita—sebagai subjek dakwah—inginkan.

196
 Penerima pesan
Perhatikan pemahaman serta kondisi objek dakwah sebelum
kita melaksanakan agenda dakwah. Pastikan mereka berada dalam
keadaan siap menerima pesan. Jika mereka sedang tidak ingin
diganggu atau tidak siap untuk menerima pesan Islam, bisa jadi
tindakan kita justru akan menimbulkan masalah. Sebutlah, kita
memaksa mengadakan ta’lim sebelum waktu ujian, atau
mengadakan diklat panjang di waktu perkuliahan. Saat-saat seperti
ini tentunya tidak tepat dimanfaatkan untuk melakukan agenda
dakwah. Terkadang bisa juga kita memanfaatkan momen seperti
Ramadhan sebagai penunjang pembentuk suasana dakwah.

 Penyampai pesan
Sebagai seorang penyampai pesan, seorang aktivis dakwah
perlu menunjukkan i’tikad dan niatan yang tulus dalam berdakwah.
Merujuk kembali ke buku “Bagaimana Menyentuh Hati”, cara yang
paling baik agar seorang aktivis dakwah juga bisa menjalan peran
dakwah adalah dengan memastikan bahwa ia memiliki kebersihan
hati. Dengan kebersihan hati, maka seseorang akan lebih mudah
berkomunikasi dengan hati objek dakwah. Di situlah pintu hidayah
akan lebih mudah dibuka.

B ila berbicara tentang metode dakwah yang paling baik di sebuah
kampus, maka orang yang paling tepat menjawabnya adalah Anda
sendiri sebagai pelaku dakwah di kampus Anda sendiri. Membandingkan
dengan dakwah kampus lain bukanlah untuk mengikuti seutuhnya, tetapi
untuk mengambil bagian yang bisa diadaptasi lalu dikembangkan sesuai
dengan keunikan gerak dakwah di kampus masing-masing.
Pada akhirnya dakwah akan bisa berkembang bila kita sebagai
seorang da’i menggunakan bahasa kaum tempat kita berdakwah.
Atau dalam bahasa lain, bagaimana cara kita bisa memformulasikan
metode dakwah yang paling sesuai dengan objek dakwah di
kampus.

197
BAB 21

PROPAGANDA DAN
CORONG OPINI

S yiar Islam mempunyai peran dalam menyampaikan, menyebarluaskan,


serta menginternalisasikan nilai-nilai Islam kepada masyarakat. Sebagai
sebuah instansi dakwah, LDK harus bisa berperan lebih dengan
memberikan sebuah informasi yang valid dan atraktif kepada masyarakat
kampus sehingga dapat membimbing mereka ke arah yang lebih baik.
Salah satu peran LDK adalah sebagai corong opini, yakni
menjadi pusat informasi yang akan dijadikan sebuah kesepakatan
bersama bagi masyarakat kampus. Permainan corong opini ini
menjadi sebuah poin unik tersendiri, karena perang pemikiran akan
sangat mungkin terjadi di sini.
Trendsetter atau pembuat trend di kampus. Jika LDK
melakukan suatu hal, maka massa kampus akan mengikutinya.
Mungkin inilah istilah yang tepat untuk merepresentasikan
keberhasilan propaganda yang dilakukan oleh LDK. Sebagai contoh,
dengan kader LDK yang banyak, dan banyak pula yang ikut
mentoring, LDK bisa menciptakan sebuah sugesti publik: “Kalau
tidak ikut mentoring berarti belum mahasiswa”. Tentunya dengan
demikian massa kampus akan tergerak untuk segera bergabung
dalam kegiatan mentoring. Dalam hal inilah LDK dapat berperan
sebagai penebar pemikiran di kampus.
Dalam menggerakan roda mesin propaganda, ada beberapa hal
yang perlu diperhatikan. Memang kita tidak bisa hanya sekedar
menyampaikan dakwah melalui media yang biasa-biasa saja untuk
mempermainkan sugesti dan justifikasi publik. Oleh karena itu kita
butuh sedikit rekayasa sehingga dakwah ini tampak berseni.

198

Indikator Keberhasilan
A da indikator yang mempengaruhi keberhasilan sebuah rekayasa opini,
yakni konten yang di bawa dan bagaimana pengemasan yang
diberikan terhadap konten yang ada. Kedua hal ini sangat penting untuk
diperhatikan secara seimbang. Karena, jika satu saja tidak diperhatikan akan
berdampak pada kurang optimalnya rekasaya opini yang dilakukan oleh
LDK.

 Konten
Adalah isi dari pesan yang akan dibawa. Tentu kita akan
membawa sesuatu yang ada dalam kandungan Al Qur’an yang tidak
pernah akan basi hingga hari kiamat. Akan tetapi, kita juga perlu
memperhatikan tema apa yang tepat untuk waktu tertentu
,sehingga pesan yang disampaikan bisa tersampaikan dengan baik.
Konten dari pesan perlu dikaji secara mendalam dengan
menyesuaikan dengan kondisi masyarakat di kampus. LDK tidak bisa
menyampaikan sesuatu yang terlalu berat untuk masyarakat
kampus karena akan kontraproduktif terhadap propaganda yang
akan dilakukan.
Sebagai contoh, saat pekan ujian akhir, LDK membuat opini
untuk UAS jujur dengan berbagai media yang ada, seperti baliho
besar bertuliskan pesan-pesan yang mengajak untuk tidak
mencontek (contoh: “Tuhan ada dimana-mana”, “Cheating is
stealing, stealing is criminality”, atau “Hargai hak paten jawaban
ujian teman Anda!”) dan ditambah pula dengan gambar-gambar
199
yang menarik. Bisa juga dengan membuat buletin berisikan artikel
atau komik kecil yang menyampaikan pesan yang sama.
Dengan menaruh semua propaganda ini di seluruh pelosok
kampus, maka masyarakat kampus akan selalu teringat akan isi
pesan ini. Tugas kita sebagai kader LDK adalah memastikan pesan
kita tersampaikan dengan baik ke dalam gagasan massa kampus.
Ketika gagasan itu sudah ada, maka keinginan untuk
menjalankannya akan lebih mudah untuk dilakukan.

Contoh Pamflet untuk Mengajak Berjilbab


Untuk menentukan konten, kita bisa memperhatikan dua hal.
Pertama, preventif, yakni menyampaikan sebuah pesan sebelum
sebuah momen ada, atau sebelum muncul isu yang berlawanan
dengan isu yang akan kita bawa. Sebagai contoh, propaganda
“Ramadhan penuh ibadah”, atau “UAS jujur”. Kedua, reaktif, yakni
menyampaikan sebuah pesan ketika sebuah isu lain merebak.
Sebutlah di sebuah kampus muncul isu bahwa seks bebas itu boleh-
boleh saja asal aman. Maka LDK wajib memberikan isu baru untuk
meng-counter isu yang ada. Melawan isu negatif dengan cara
membuat isu positifnya. Untuk isu seks bebas ini kita bisa bermain
dengan isu “Jaga dirimu hingga malam pertama”, atau “Jomblo itu
mulia” dan sebagainya dengan harapan masyarakat bisa
menjauhkan diri dari seks bebas tersebut.

200
Penentuan isu yang akan dibawa perlu diperhatikan dengan
matang. Sekali saja salah langkah dalam menentukan isu yang akan
digagas, bisa berdampak besar pada beberapa hal, seperti
menciptakan citra negatif pada LDK, kontraproduktif terhadap
agenda syiar, atau bahkan hilangnya kepercayaan objek dakwah
terhadap LDK. Oleh karena itu dibutuhkan penentuan topik yang
tepat dan sesuai kebutuhan agar isu yang diangkat lebih kena
sasaran.

 Pengemasan
Manusia menilai dari apa yang
dilihatnya. Mata adalah pintu masuk
informasi terbanyak bagi manusia.
Ketika mata mengatakan “oke” pada
suatu hal, biasanya hati pun juga akan
berkata demikian. Inilah yang menjadi
poin penting dalam memasarkan
sebuah hal. Banyak sekali contoh-
contoh yang menunjukkan pentingnya
pengemasan. Pengemasan yang baik
akan memberikan added value pada hal
yang akan disampaikan.
Pada konteks propaganda dan opini, maksud dari pengemasan
ini terkait pada permainan kata-kata dan media visual. Setiap kata
yang keluar dalam penyampaian opini perlu diseleksi sedemikian
rupa agar memberikan dampak yang sesuai dengan harapan.
Jangan sampai kita mengeluarkan kata-kata yang tidak sesuai
dengan kondisi objek dakwah atau “terlalu tinggi” untuk dicerna
oleh mereka.
Sebagai contoh, “Semangat ukhuwah dalam Islam”, atau
“Menata bangsa dengan menata fikroh”, atau kalimat panjang nan
berbobot seperti, “Pemuda masa depan bangsa yang ber-izzah dan
memilki kafaah Islam yang syumul”. Beberapa contoh propaganda
ini sering kali muncul baik dalam bentuk spanduk, poster, atau
ceramah yang ditujukan untuk masyarak luas. Berdakwahlah
dengan bahasa kaumnya. Ini adalah sebuah konsep marketing yang
201
sangat sederhana. Maksudnya kita bukanlah hanya sekedar
menyesuaikan bahasa saja, tetapi juga pemilihan kata serta cara
penyampaian yang tepat.

Contoh Pin GAMAIS ITB


Ada contoh cukup menarik dari beberapa propaganda di
Indonesia, yang ternyata berdampak sangat baik terhadap para
sasarannya. Mungkin Anda semua pernah mendengar “Yang muda
yang tidak dipercaya”. Sejatinya dampak dari tulsan ini adalah
memicu para kaum muda untuk lebih berkarya dan lebih
bertanggung jawab. Atau contoh lainnya, “Connecting people”,
jargon sebuah produsen telepon seluler ini menggambarkan betapa
pentingnya komunikasi dengan sesama manusia.
Propaganda juga bisa dilakukan dengan membuat urban
spread, yakni penyebarluasan isu melalui “mouth to mouth”, mulut
ke mulut. Ini bisa menjadi metode yang mulai dikenal
keefektifannya karena memanfaatkan karakter dasar manusia yang
ingin selalu berkomunikasi. Penyebaran pesan dengan cara ini juga
sangat cepat. Kita bisa memulainya dari mengadakan diskusi kecil
dengan simpul-simpul massa. Selanjutnya, isu yang kita bawa akan
tersebar secara alamiah melalui orang-orang yang telah kita ajak
berdiskusi.

P eran strategis lembaga dakwah adalah sebagai corong opini ketinggian
Islam di kampus. Dengan strategi dan taktik dakwah yang sistematis
dan berkelanjutan, cepat atau lambat nilai Islam akan tersebar di kampus.
Dengan tersebarnya nilai Islam ini diharapkan dapat menjadi gagasan
202
pikiran dalam setiap individu muslim di kampus sehingga pendekatan
dakwah personal lebih mudah dilakukan oleh para kader dakwah.
Berbagai metode dakwah untuk corong opini ini hanya akan
berbuah kegagalan bila tidak didukung semangat para kader
dakwah sebagai corong opini itu sendiri. Lembaga dakwah kampus
adalah organisasi berbasis kader sehingga para kaderlah yang
menghidupkan nuansa dakwah di kampus itu sendiri.
Perkembangan dakwah di masa datang sangat membutuhkan
kekuatan dari rekayasa corong opini ini. Dengan tantangan arus
informasi yang semakin tak terkendali, konten Islam tidak boleh
tenggelam dalam informasi kemaksiatan atau kebathilan. Tugas
para pelaku dakwahlah untuk memastikan bahwa opini Islam terus
berkembang dan mengisi hati para muslim khususnya di dalam
lingkungan kampus.

203
BAB 22

DAKWAH
DI DUNIA MAYA

D unia maya kini bukan lagi sekedar media untuk mencari informasi,
tetapi telah berkembang menjadi sebuah komunitas besar tanpa
batas. Seseorang dapat mengenal orang lain lintas batas negara, geografis,
suku, agama dan sebagainya. Dunia maya telah tumbuh menjadi dunia yang
membuat seseorang lebih banyak menghabiskan waktu di dalamnya
ketimbang hidup di dunia nyata.
Berbicara tentang dunia maya tentu tidak hanya berbicara
tentang internet saja, melainkan mobile phone dan MP3/iPod. Ulama
berpendapat bahwa teknologi ini bagaikan dua mata pedang,
dimana dapat menjadi baik bila digunakan oleh seorang yang baik
dan dapat menjadi buruk jika digunakan untuk hal yang tidak baik.
Perkembangan teknologi yang berpacu setiap harinya memberikan
sebuah kesempatan inovasi dakwah bagi para pelaku dakwah di
dunia.
Jika Anda melakukan pencarian situs di internet, bisa dilihat
bahwa situs yang negatif lebih banyak ketimbang situs Islami.
Google bahkan mengeluarkan data bahwa kata kunci yang paling
sering digunakan di Indonesia adalah kata “porno atau sex”. Data ini
tentu menyedihkan bagi diri kita, para pelaku dakwah kampus, yang
memiliki tanggung jawab untuk membuat perubahan di masyarakat.
Cara untuk melawan fenomena ini bukanlah hanya dengan
menuntut pemerintah untuk memblokir situs yang berbau
pornografi, akan tetapi juga dengan menambah situs yang berisikan
nilai Islam. Kuncinya adalah menjadikan pengetahuan dan informasi
sebagai kekuatan. Pelaku dakwah masa kini perlu mengadaptasi
204
teknologi dunia maya untuk keperluan dakwah Islam. Dengan
demikian internet atau dunia maya akan semakin bersih dari
kontaminasi situs buruk dan tercerahkan oleh cahaya Islam.
Dakwah di dunia maya memiliki banyak keunggulan yang bisa
melengkapi dakwah kita di dunia nyata. Keunggulan-keunggulan
tersebut antara lain:
a) Hemat biaya
b) Optimasi desain pada publikasi
c) Pendekatan masif
d) Mudah digunakan
e) Penyebaran cepat dan bersifat personal
f) Menyentuh objek dakwah yang apatis (malas menghadiri acara
dakwah)
Keunggulan ini seharusnya dapat dimanfaatkan dengan baik
oleh LDK untuk mengembangkan area dakwahnya di kampus dan
mengajak lebih banyak lagi mahasiswa untuk bergabung dalam
pembinaan yang telah disiapkan.
Meski demikian bukan berarti dakwah di dunia maya tidak
memiliki kekurangan yang perlu diantisipasi oleh para pelaku
dakwah. Dakwah di dunia maya tidak memungkinkan adanya tatap
muka yang membuat kita tidak bisa mengetahui dengan persis
ekspresi dari objek dakwah. Terkadang juga ada spam atau hacker
yang membuat citra dakwah yang kita lakukan rusak. Namun
demikian segala kekurangan ini bisa diselesaikan jika telah kita
antisipasi sejak awal.

K euntungan besar dari dakwah di dunia maya adalah hampir semua
fasilitas media yang ada bersifat gratis, sehingga daripada media
tersebut digunakan untuk hal yang tidak bermanfaat, maka lebih baik
digunakan untuk kebutuhan dakwah. Berikut akan saya paparkan beberapa
metode yang bisa dilakukan oleh para aktivis dakwah kampus untuk
mengembangkan dakwahnya di dunia maya.

205
 Jejaring Sosial
Jejaring sosial di dunia maya semakin pesat perkembangannya.
Pada akhir bulan Juni 2010 bahkan situs jejaring sosial terbesar
facebook telah mengklaim bahwa ia memiliki 500 juta pengguna
yang tersebar di seluruh penjuru dunia. Selain itu masih ada pula
twitter, plurk atau situs jejaring sosial lama seperti friendster.
Ada empat langkah sederhana yang bisa kita lakukan untuk
memanfaatkan jejaring sosial ini untuk berdakwah, yakni:
1) Memperkuat identitas diri
2) Memperbanyak teman/pengikut
3) Membangun komunitas
4) Menyebarkan nilai Islam
Tahapan ini berlaku untuk semua jenis jejaring sosial yang ada.
Dengan cara sederhana ini seorang aktivis dakwah bisa berdakwah
di depan komputer di rumah masing-masing. Metode dakwah ini
juga bisa memberikan kesempatan berdakwah yang besar bagi
para aktivis dakwah yang cenderung introvert atau pemalu karena
dakwah di dunia maya tidak menuntut seseorang untuk bertatap
muka.
Contoh: Implementasi dengan menggunakan facebook.

206
Langkah pertama adalah
dengan memperkuat identitas
diri. Meski di dunia maya Anda
bisa menjadi siapapun yang
Anda inginkan bahkan dengan
karakter yang bertentangan
dengan diri, tetapi untuk
menjalankan kegiatan dakwah di
dunia maya, Anda perlu menjadi sosok dengan karakter yang Islami.
Dengan itu teman-teman dunia maya Anda akan mengenali Anda
dengan karakter tersebut. Memperkuat identitas diri ini akan sangat
menentukan tipe teman-teman yang mendominasi jaringan
pertemanan kita di jejaring sosial.
Bentuk penguatan identitas diri dapat dilakukan dengan
penyesuaian foto profil, kata-kata yang terucap di jejaring sosial,
serta rekaman kegiatan yang dilakukan. Sebutlah anda menamakan
diri anda Aktivis Dakwah Facebook dengan foto profil Al Qur’an, dan
memiliki interest dalam membaca Qur’an, mentoring, dan
sebagainya.
Langkah kedua adalah memperbanyak teman. Teman pun
alangkah baiknya jika dipilih dengan baik agar yang menjadi teman
Anda dalam situs jejaring sosial adalah mereka yang memang tepat
untuk menjadi objek dakwah di dunia maya. Karena Anda memiliki
kesempatan untuk memilih teman, maka gunakan kesempatan ini
agar dakwah Anda lebih optimal. Pastikan pula bahwa teman anda
adalah orang yang anda kenal untuk memudahkan tindak lanjut.
Namun bila tujuan dari dakwah dunia maya yang Anda lakukan
adalah untuk hal yang bersifat masif, maka tidak masalah jika teman
Anda di jejaring sosial tidak Anda kenal secara pribadi di dunia
nyata.
Langkah ketiga adalah dengan
membuat komunitas dalam bentuk
groups, atau fanpage. Dengan fasilitas
ini Anda bisa membuat komunitas yang
akan menjadi tempat menyampaikan
syiar Islam dengan terfokus pada

207
teman yang sudah bersedia untuk didakwahi. Contoh-contoh grup
yang telah ada antara lain: “1 Juz 1 Hari”, “Ayo Mengaji”, atau
“Perjalanan Qur’an”. LDK sebagai sebuah lembaga juga bisa
membuat grup sendiri agar memudahkan syiar yang dilakukan.
Langkah keempat adalah menebar nilai Islam itu sendiri
dengan berbagai cara, dari cara sederhana seperti mengubah status
dengan kalimat yang baik, menyebar tausiyah panjang melalui pesan
yang dikirim secara personal ke setiap teman, maupun dengan men-
tag catatan dan foto yang memiliki nilai Islami kepada teman-teman
Anda.
Dakwah dengan jejaring sosial merupakan sebuah trend baru
dalam dunia dakwah kampus. Dengan cara ini pula setiap kader
dapat melakukan dakwah secara mandiri di depan komputer
masing-masing. Selain itu dakwah dengan jejaring sosial ini juga
memberikan kesempatan kepada para aktivis dakwah untuk belajar
menulis dan menginspirasi dengan kata.

 Blog/Website
Blog dan website memiliki
keunggulan lain ketimbang
jejaring sosial yaitu
kemampuannya untuk bisa
masuk dalam search engine
sehingga tulisan kita dapat
dinikmati tidak hanya dalam
waktu pendek akan tetapi dalam
jangka waktu yang lebih lama.
Dakwah di blog/website bersifat lebih masif walau cenderung tidak
personal.
Dakwah dengan blog/website membutuhkan keahlian khusus
di bidang desain dan menulis. Dari blog/website ini seseorang atau
suatu kelompok aktivis dakwah kampus dapat menuliskan segala
hal dengan bebas dan menjadi bagian dari kontributor opini Islam
dalam persaingan mesin pencarian google, yahoo! atau bing.
Pengguna internet bisa mengakses situs yang Anda buat hanya

208
dengan mengetk kata kunci tertentu seperti: dakwah, Islam dan
sebagainya.
Dakwah dengan blog/website juga memberikan kesempatan
untuk menerbitkan sebuah buku. Pengalaman saya menulis buku
selalu bermula dari kumpulan tulisan di blog yang nantinya
dikumpulkan dan diedit sesuai kebutuhan kemudian dicetak
menjadi sebuah buku. Meski demikian, salah satu syarat yang perlu
anda pahami bahwa dengan menulis di blog/website, semua tulisan
yang anda telah sampaikan telah menjadi milik bersama yang bisa
disebar luaskan dan dikembangkan oleh siapapun.

 Email/Mailing List
Dakwah dengan email dan mailing list yang juga sering disebut
milis ini merupakan sebuah cara dakwah di dunia maya yang
sederhana dan sangat personal. Anda hanya perlu menyiapkan
konten dan menyebarkannya melalui email pribadi atau melalui
portal mailing list yang memungkinan disebar kepada kelompok
yang lebih besar.
Perhatian yang perlu diberikan adalah menindaklanjuti tulisan
balasan dari orang yang merespon tulisan Anda. Tindak lanjut bisa
dilakukan secara personal melalui diskusi singkat atau mengajak
untuk menghadiri acara keislaman di dunia nyata. Selain itu
perhatikan juga ritme atau tempo pengiriman pesan agar tidak
jenuh dan bosan. Kebanyakan aktivis dakwah terlalu bernafsu untuk
menyebar tulisan hingga justru membuat tulisannya dihapus bahkan
sebelum dibaca oleh objek dakwah.

 Layanan SMS/MMS
Dengan persaingan operator yang semakin menghangat, tarif
untuk melakukan SMS menjadi sangat murah. Sebagai seorang
aktivis dakwah kita bisa memanfaatkan hal ini dengan seksama
melalui pengiriman SMS secara personal kepada banyak orang.
Jaringan SMS tausiyah, jaringan SMS tahajud wake up call, jaringan
SMS inspirasi, dan sebagainya bisa dikembangkan dengan pesat.
Meski demikian ada tata cara serta etika yang perlu diperhatikan.
Salah satunya adalah memastikan bahwa orang yang Anda SMS
209
adalah mereka yang sudah menyatakan diri siap menerima SMS.
Jika tidak, maka Anda hanya akan menganggu kenyamanan
seseorang dan justru kontraproduktif terhadap dakwah.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyebaran SMS
untuk syiar ini antara lain:
1) Buat mekanisme pendaftaran yang sederhana seperti:
sms_nama_nomor HP dan dikirim ke nomor tertentu,
2) Tentukan nomor khusus untuk menyebar SMS syiar ini,
3) Tentukan waktu rutin untuk pengiriman, jangan terlalu sering,
4) Variasikan isi SMS seperti ayat Al Qur’an, hadis, atau kata-kata bijak,
5) Isi SMS jangan terlalu panjang, maksimal 2 halaman SMS.
Dengan memperhatikan hal-hal di atas, diharapkan layanan
SMS ini dapat nyaman diterima oleh objek dakwah dan diresapi
isinya dengan baik..

S ebagai seorang aktivis dakwah kampus, tentunya penggunaan media
dunia maya ini bukanlah hal yang asing. Justru menjadi sebuah
tanggung jawab bagi seorang aktivis dakwah kampus untuk bisa
menyediakan waktunya berkontribusi di dakwah dunia maya. LDK bisa saja
mengeluarkan kebijakan kepada para kadernya untuk mewajibkan
menyediakan waktu untuk berdakwah di dunia maya. Dengan demikian
dakwah Islam akan kian terasa di dunia nyata dan dunia maya.

210
BAB 23

PARAMETER
KEBERHASILAN SYIAR
Pengemasan Produk
Dakwah
Barang
Objek
Da’i
Dakwah
Penjual Pembeli
Uanguntuk
Kerelaan
bergabung dalam
Dakwah
Alur Komunikasi Dakwah

M enganalogikan da’i sebagai penjual dan objek dakwah sebagai


pembeli merupakan analogi yang tepat. Ketika produk dakwah kita
tidak diterima oleh kalangan objek dakwah, maka janganlah menyalahkan
mereka. Justru ini adalah kesempatan bagi kita untuk mengevaluasi dan
memperbaiki produk dan pengemasan dakwah kita. Pada bab ini saya akan
menyampaikan 5 parameter yang bisa digunakan dalam menilai apakah
syiar kita sudah efektif, efisien serta handal.

 Cash Flow
Dalam melakukan perencanaan keuangan pada agenda syiar,
LDK harus berpedoman pada nilai balance cashflow atau bahkan
surplus cashflow. Dakwah butuh jihad, dan jihad butuh dana.
Pendanaan yang baik akan membuat syiar kita optimal dan tidak
terkesan dipaksakan. Syiar yang baik tidak harus mahal, namun
haruslah cocok dan sesuai dengan kebutuhan objek dakwah. Pada
situasi inilah LDK harus mempertimbangkan masalah dana, jangan
211
sampai dana yang dibutuhkan terlalu besar, karena hanya akan
menjadi beban yang membuat inovasi syiar menjadi terbatas
Sepatutnya sebuah LDK bisa menghasilkan sendiri uang dalam
jumlah besar karena kebebasan finansial membuat LDK bisa mandiri
serta independen dari pihak luar.

 Appreciation
Apresiasi ini adalah tanggapan atau respon dari semua
stakeholder yang berkaitan dengan agenda yang diadakan. Apresiasi
pertama tentu dilihat dari peserta agenda. Apakah mereka puas dan
senang dengan agenda yang diselenggarakan. Sebab, tujuan syiar
adalah mentransformasi objek dakwah yang masih belum tahu
menjadi tahu. Penilaian termudah dalam menilai apresiasi adalah
dengan melihat respon mahasiswa lain yang sering mengikuti
kegiatan syiar. Dalam hal ini peran data sangat penting untuk
digunakan dalam mengevaluasi agenda dakwah.
Apresiasi lainnya dilihat dari stakeholder lain seperti pengisi
acara, pihak yang diajak kerjasama, dana, donatur, dan lain
sebagainya. Apresiasi dari mereka sangat penting karena tanpa
mereka agenda dakwah ini tidak akan dapat berjalan dengan lancar.

 Participation
Ada dua pihak dalam hal partisipasi, pihak panitia dan pihak
objek dakwah itu sendiri. Partisipasi pihak panitia sangat penting.
Kita ini jamaah dakwah sehingga keberhasilan dakwah ini tampak
pada kebertambahan keimanan para subjek dakwah. Pada
hakikatnya setelah agenda dakwah berhasil dilaksanakan sesuai
dengan sirah, seharusnya terjadi pertambahan subjek. Partisipasi
dari massa kampus atau objek dakwah akan agenda kita bisa dilihat
dari cara mereka merespon dan mendukung keberlangsungan
agenda kita, apakah hanya sebagai pengunjung saja, ataukah turut
serta memberikan dukungan-dukungan lainnya.

212
 Value
Selalu ada fikroh atau pemikiran yang akan disampaikan dalam
setiap pelaksanaan syiar. Penyebaran fikroh ini menjadi sebuah misi
dalam dakwah kita. Nilai yang kita sampaikan sejatinya bisa menjadi
corong opini dan mengubah pola pikir dari objek dakwah kita.
Dengan selalu berpegang pada value yang akan disampaikan,
dakwah akan senantiasa selalu berada pada asholah-nya.
Pentingnya penentuan value juga harus diperhatikan. Jangan
sampai nilai atau pesan yang disampaikan kontraproduktif dan
tidak sesuai dengan kebutuhan objek.

 Documentation
Dokumentasi menjadi hal yang sangat mahal. Biasanya kita
semua seringkali melupakan dokumentasi sehingga tidak ada hal
yang bisa diturunkan ke penerus kita kelak. Ada dua hal yang harus
terdokumentasi dengan baik. Pertama, dokumentasi data seperti
notulensi rapat, proposal, ide-ide, dan lain sebagainya. Kedua,
dokumentasi foto dan film kegiatan. Penyimpanan data ini juga
harus terorganisir dengan baik sehingga bisa jadi warisan penting
bagi penerus gerak dakwah kita di masa yang akan datang.

P arameter tersebut dibuat untuk memastikan bahwa kegiatan syiar
yang dilakukan sesuai dengan standar minimal, dan ada
keberlanjutannya. Penting untuk diperhatikan oleh LDK bahwa dengan
menjadikan parameter ini sebagai indikator keberhasilan, maka akan
terbentuk sebuah standar kualitas minimal yang akan dicapai oleh lembaga
dakwah dalam menjalankan aktivitasnya. Tentunya dengan bermodalkan
keikhlasan serta totalitas dalam berdakwah, syiar kita akan berhasil secara
kasat mata dan memperoleh berkah.

213
214
BAB 24

INTERNALISASI SEMANGAT
DAKWAH FARDIYAH
Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah
kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya
kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah
mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu.

(QS. Al-Imran: 159)

J ika berbicara tentang bagaimana pemasaran LDK yang terbaik, saya


akan langsung mengatakan bahwa pemasaran terbaik adalah ketika kita
sebagai kader dakwah secara terus-menerus melakuakan direct selling atau
dakwah fardiyah, yaitu dakwah secara langsung dengan lisan, mengajak
objek dakwah untuk bergabung dalam barisan dakwah kita. Sebagai
contoh, seorang aktivis dakwah yang berdakwah dengan keteladanannya di
kelas berkat kemampuan akademisnya yang baik, seorang aktivis dakwah
yang menjadi seorang asisten di perkuliahan, dan sebagainya. Aktivis
dakwah kampus ini bisa memanfaatkan perannya dengan sesekali
mengadakan ta’lim kecil di laboratorium, mengajak para peserta praktikum
mengikuti mentoring, atau dengan mendekati mahasiswa-mahasiswa yang
memiliki kelebihan yang dirasa bisa menunjang gerak dakwah kampus
Perjalanan dakwah kampus di Indonesia yang telah mencapai
usia dua dekade semakin kehilangan khitah da’i yang seharusnya
dicita-citakan sejak awal. Karakter seorang da’i yang seharusnya
melekat pada jiwa kader atau aktivis dakwah semakin memudar
ditelan arus perubahan massa. Perubahan ini terjadi terlalu cepat
sehingga tuntutan untuk berubah pun menjadi sebuah keharusan.
Sayangnya fungsi da’i yang fundamental justru tidak dapat
dipertahankan pada perubahan ini.
Kata “dakwah” dan “da’i” secara harfiah bermakna
menyampaikan. Pada hakikatnya kita sangat memahami bahwa
menyampaikan adalah sesuatu yang berasal dari diri dan
215
disampaikan melalui lisan maupun tindakan. Berdasarkan
pemahaman tersebut, fungsi utama seorang kader dakwah adalah
menjadi da’i yang mengajak mad’u (objek dakwah) mengenal Islam
lebih mendalam. Hal ini juga dicontohkan oleh Rasulullah. Beliau
menyampaikan firman Allah di depan umum serta berkunjung
langsung ke tempat-tempat tertentu dalam rangka menjalankan
tugasnya sebagai da’i.
Begitu pula bagi kita para kader dakwah. Kita ternyata dituntut
untuk tidak hanya pandai menyusun sebuah agenda dakwah, tidak
hanya cepat dalam menghafal Al Qur’an, atau tidak hanya baik
dalam hal manajemen sebuah organisasi, akan tetapi kita dituntut
untuk bisa menjadi da’i dimanapun kita berada.
Berdakwahlah dengan berkata. Pengaruhilah masyarakat
sekitar kita dengan perkataan dan keteladanan, agar objek dakwah
bersedia belajar Islam lebih mendalam.
Perjalanan dakwah Islam yang sudah memasuki abad ke-15 ini
adalah sebuah metode dakwah yang tidak pernah usang, sebuah
metode dakwah yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW, sebuah
metode dakwah yang juga dilakukan oleh para Khulafaur Rasyidin,
bahkan oleh Adam AS, Ibrahim AS, Musa AS hingga Isa AS. Semoga
Allah SWT senantiasa memberkahi mereka.
Dakwah fardiyah adalah dakwah secara personal. Sesuai
dengan namanya, metode dakwah ini dilakukan secara personal,
man to man, woman to woman. Dapat pula dilakukan kepada
beberapa orang dalam jumlah kecil dan terbatas. Biasanya dakwah
fardiyah terjadi tanpa persiapan yang matang dan tersusun secara
tertib. Misalnya dengan menasehati teman, menegur, memberi
anjuran, serta memberi contoh. Termasuk juga saat mengunjungi
orang sakit, atau sekedar memberikan ucapan selamat.
Dakwah fardiyah dalam konteks ke-LDK-an mengerucut pada
sebuah tujuan, yaitu mengajak objek dakwah agar ikut bergabung
dalam pembinaan yang dilakukan oleh LDK. Berbeda dengan zaman
Rasul yang objek dakwahnya adalah kaum non-muslim atau orang
yang masih kafir, pada medan dakwah kampus objek dakwahnya
adalah seorang muslim yang akan kita ajak mempelajari Islam secara
mendalam. Berbagai metode pembinaan yang ada bisa kita gunakan

216
sebagai wadah untuk mem-follow up hasil pendekatan personal
kita. Biasanya wadah yang paling cocok untuk ini adalah kelompok
mentoring. Metode lain seperti ta’lim dan mabit juga bisa digunakan
sebagai wadah follow up masif.
Berikut saya akan menguraikan lima tahapan untuk melakukan
dakwah fardiyah yang disebut dengan 5M.

5M, Lima Tahap Dakwah Fardiyah


 Mengenali
M pertama dalam tahapan dakwah fardiyah adalah mengenali
calon mad’u. Perlu diingat, mengenali calon mad’u tidak cukup
hanya dengan sebatas tahu nama dan nomor handphone-nya saja,
tapi juga betul-betul mengenalinya secara mendalam. Dimulai dari
mengetahui kebiasaanya, di mana tempat tinggalnya, apa aktivitas
kesehariannya, kesukaan dan ketidaksukaanya, dan lain sebagainya.
Proses mengenali mad’u ini sangat penting karena akan
mempengaruhi metode pendekatan yang akan kita lakukan
selanjutnya.
Dalam buku “Personality Plus” karya Florence Littaeur, ada 4
tipikal manusia, yakni sanguinis, melankolis, koleris, dan phlegmatis.
Buku ini bisa menjadi sebuah pedoman sederhana dalam melakukan
pendekatan terhadap mad’u. Disamping itu, buku “Bagaimana
Menyentuh Hati” karangan Abbas Assyisi juga bisa digunakan
sebagai pedoman fundamental dalam melakukan pendekatan
personal.

217
 Mendekati
M kedua, yaitu mendekati mad’u. Pendekatan yang dilakukan
erbeda-beda untuk setiap mad’u. Ada kalanya kita terlebih dulu
harus menyesuaikan dengan kondisi kedekatan kita dan mad’u.
Pada dasarnya kita tidak perlu mengubah cara kita berkomunikasi
atau bersikap kepada mereka karena justru bisa berakibat pada
ketidakproduktifan dakwah yang kita lakukan. Jadilah diri Anda
sendiri, dan tentukan pola pendekatan yang paling tepat dengan
tipikal diri Anda.
Seorang mad’u selalu memiliki kekhasan tersendiri. Seseorang
yang gemar membaca bisa didekati dengan membelikan atau
meminjaminya buku yang menurut kita bisa mengubah paradigma
dirinya tentang Islam. Sebutlah buku “Sirah Nabawiyah” atau “Al
islam” karangan Sayyid Qutb, atau mungkin buku umum seperti
“The Secret”, “The World is Flat”, atau “Berpikir dan Berjiwa
Besar”.
Adapun kadang kala kita bisa bertemu dengan seseorang yang
kritis dan gemar bertanya. Bisa saja sesekali kita ajak ia
bersilaturahim ke tempat seorang ustadz untuk mendiskusikan
persoalan agama, menghadiri ta’lim dengan tema pentingnya
pembinaan, dan lain sebagainya.
Untuk seseorang yang keras kepala, harus bisa kita patahkan
kekerasan pendapatnya lalu dicairkan dengan memberikannya
pemahaman dan penjelasan yang logis dan realistis. Oleh karena itu,
memiliki pemahaman Islam yang baik juga menjadi suatu tuntutan
bagi seorang da’i.
Lain halnya dengan tipikal mad’u yang melankolis-phlegmatis.
Pendekatan intrapersonal, rasa empatik, dan perhatian dari kita bisa
menjadi metode yang tepat baginya. Berbagai metode lainnya bisa
kita kembangkan tergantung tipikal mad’u dan diri kita sendiri.
Tujuan dari tahapan pendekatan ini yakni untuk membentuk
kepercayaan antara diri kita dan mad’u, mengikatkan dan
mendekatkan hati, serta menumbuhkan perasaan ingin mempelajari
Islam secara mendalam dan konsisten, atau dengan bahasa lain,
menimbulkan keinginan untuk mengubah diri sendiri.

218
 Mengajak
Setelah mendapatkan kepercayaan dan kedekatan, tugas kita
selanjutnya adalah masuk pada tahap M ketiga, yaitu mengajak
mad’u mengikuti pembinaan Islam secara konsisten. Bagaimana
menentukan cara dan waktu yang tepat, tergantung pada situasi
dan kondisi yang ada. Bisa jadi perlu ada diskusi panjang hingga
beliau bersedia ikut pembinaan, atau ada pula yang tipikalnya harus
di-“tembak” langsung. Tipikal terakhir ini bisa dilakukan pada mad’u
yang sudah dekat secara personal dengan kita. Untuk mad’u yang
agak sulit mengambil keputusan, bisa langsung saja kita undang
untuk mengikuti agenda pembinaan yang ada.
Meskipun mad’u menolak mengikuti pembinaan, proses
pengajakan ini tidaklah berhenti sampai di sini. Proses fardiyah
harus tetap selalu berjalan. Jika kita sudah merasa tidak ada
prospek di salah seorang mad’u, maka mengganti calon mad’u bisa
menjadi solusi yang tepat.

 Mendo’akan

Dan jika mereka bermaksud menipumu,


maka sesungguhnya cukuplah Allah. Dialah yang
memperkuatmu dengan pertolongan-Nya dan dengan
paramu'min, dan yang mempersatukan hati mereka. Walaupun
kamu membelanjakan semua yang berada di bumi, niscaya
kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi
Allah telah mempersatukan hati mereka. Sesungguhnya
Dia Mahagagah lagi Mahabijaksana

(QS. Al Anfaal: 62-63)


Kekuatan do’alah yang bisa menyatukan hati-hati ini, karena
sesungguhnya do’a kita kepada sesama muslim akan menjadi amal
yang yang sangat bernilai. Kekuatan do’a ini pula yang akan
membukakan hati kita semua, memudahkan masuknya hidayah, dan
menjauhi godaan syetan. M keempat yakni mendo’akan mad’u
menjadi sebuah kewajiban bagi seorang da’i.

219
 Menjaga 
M yang terakhir adalah Katakanlah,
menjaga mad’u. Jika kita “Inilah jalan (agamaku,
membina langsung mad’u yang aku dan orang-orang
adalah hasil dari dakwah fardiyah yang mengikutiku mengajak
kita sendiri, proses penjagaan (kalian) kepada Allah
akan lebih mudah karena kita dengan hujjah yang nyata.
dapat bertemu dengannya secara Mahasuci Allah, dan
rutin. Akan tetapi terkadang aku tidak termasuk orang-
proses follow up ini tidak selalu di- orang yang musyrik.
handle oleh kita sendiri. Bisa jadi (QS. Yusuf: 108)


ada orang lain yang akan
membina mad’u kita. Oleh karena
itu, kita perlu tetap selalu menjaga
hubungan dengannya. Sesekali bisa kita coba menanyakannya
bagaimana pendapatnya terhadap pembinaan yang ia dapat, apa
kesannya, serta ajaklah ia berdiskusi jika perlu.

M elihat perkembangan event syiar yang semakin semarak dan
menghabiskan dana yang banyak, dakwah fardiyah bisa kita
manfaatkan sebagai media persiapan massa sebelum event, ataupun
sebagai media follow up seusai event.
Sebagai media persiapan sebelum event, dakwah fardiyah bisa
menjadi metode yang digunakan untuk mengajak peserta mengikuti
event tersebut. Dalam dakwah fardiyah, pengajakan mad’u untuk
mengikuti agenda dakwah bisa mempercepat tahap pendekatan
karena mad’u bisa merasakan nuansa Islam dalam agenda yang
diadakan. Jika dilihat dari sisi jumlah peserta, pengajakan mad’u ke
agenda dakwah juga turut mendukung keberlangsungan agenda
tersebut.
Pada setiap event yang dilakukan oleh LDK, sebaiknya ada
presensi atau buku tamu dari pengunjung atau peserta event.
Pendataan ini sangat penting karena dengan data ini kita bisa
menghitung berapa massa simpatisan kita yang berpotensi menjadi

220
kader. Dengan demikian proses follow up dapat dilakukan dengan
lebih mudah.
Salah satu metode follow up yang bisa digunakan yakni dengan
dakwah fardiyah. Seorang kader kita yang dekat dengan peserta
agenda dakwah bisa mendekatinya sehingga proses follow up
simpatisan untuk menjadi kader dapat berlangsung semakin cepat.
Dalam pandangan saya, perkembangan agenda dakwah
berbasis event seakan-akan telah menjadi keharusan pada sebuah
LDK. Memang betul bahwa ketika lembaga sudah formal, agenda
yang masif harus dijalankan karena massa juga semakin banyak.
Akan tetapi, janganlah hal ini menjadi satu-satunya tipikal agenda
LDK untuk merangkul massa. Jika ini terjadi, maka label LDK yang
identik dengan event organizer menjadi layak kita sandangkan.
Sungguh sangat zalim bagi kita para pemimpin LDK, jika mendidik
kader hanya untuk menjadi ahli dalam manajemen organisasi. LDK
adalah lembaga kaderisasi. Maka LDK haruslah dapat mendidik
kadernya untuk menjadi da’i—dalam konteks mengajak objek
dakwah mengikuti kegiatan pembinaan, lalu melakukan pembinaan
tersebut dengan seksama—agar para objek dakwah bisa menjadi
orang-orang yang memiliki kepribadian Islam. Dengan demikian,
dakwah fardiyah dapat dijadikan kebiasaan di antara kader. Kita pun
dapat menstimulus kader kita untuk memilki karakter seorang da’i.

Prospek Dakwah Fardiyah
P rospek cerah sangat tampak pada aktivitas dakwah fardiyah karena
ada mulitple effect yang sangat baik jika proyek ini bisa dijalankan
secara konsisten untuk jangka waktu yang lama. Kita dapat menggerilyakan
kader kita untuk terus menerus “menjual” dan mempromosikan produk
pembinaan kita setiap saat.
Coba kita hitung bagaimana potensi penambahan kader yang
mungkin bisa terjadi dalam perkembangan proyek ini.

221
Tabel Prospek Dakwah Fardiyah

Bulan Jumlah Kader


Pertama 50
Kedua 100
Ketiga 200
Keempat 400
Kelima 800
Keenam
(1 1600
semester)

Dilihat dari tabel di atas hanya dalam 1 semester peningkatan


kader kita akan meningkat hingga 32x lipat. Ini jumlah yang sangat
fantastis. Angka 50 kader di awal ini hanya merupakan
perumpamaan. Jika jumlah kader real yang ada pada kampus kita
lebih banyak, maka multiply effect yang terjadi bisa lebih besar.
Perlu dicermati pula bahwa contoh di atas menggunakan asumsi:
Setiap kader hanya perlu mengajak satu orang objek dakwah dalam
waktu satu bulan. Hanya satu orang bukanlah jumlah yang besar
dalam waktu satu bulan.
Untuk membiasakan dakwah fardiyah kepada kader, pada
dasarnya kita bisa menggunakan sistem yang sederhana. Dakwah
fardiyah cukup hanya didukung oleh perangkat promosi dan wadah
untuk memfasilitasi objek dakwah dalam pembinaan lanjutan.


222
Menyiasati Pola Pikir Manusia dalam Dakwah Fardiyah

Alur Pikiran Manusia

M anusia selalu memulai sesuatu dari sugesti. Sugesti ini bermula dari
sebuah lintasan informasi yang melewati pikirannya. Dalam konteks
ini, seorang da’i akan mencoba mengisi lintasan pikiran objek dakwah
misalnya dengan: pembinaan itu sangat penting, saatnya berubah ke arah
lebih baik, dan sebagainya, dengan cara mengingatkan objek dakwah baik
melalui sms, telepon atau pun saat bertemu. Cara lain adalah dengan
menggunakan banyak simbol atau pengumuman reklame dan iklan di
kampus, agar objek dakwah senantiasa melihat lalu menjadikan informasi
yang bertebaran di sekelilingnya sebagai sugesti.
Kita kemudian dapat menstimulus lintasan pikiran yang telah
dimiliki oleh objek dakwah dengan mengajaknya berdiskusi,
meminjamkan buku, atau mengajak menghadiri pertemuan kader
dan ta’lim. Melalui hal-hal tersebut akan timbul sebuah memori
(ingatan) yang membekas pada objek dakwah.
Selanjutnya adalah proses kontemplasi pribadi objek dakwah
untuk menyalurkan ingatan ini menjadi sebuah gagasan bahwa
“Saya harus mengikuti pembinaan Islam untuk berubah!”. Saat
tekad objek dakwah sudah timbul inilah maka tiba saatnya bagi kita
untuk mengajaknya bergabung dalam aktivitas dakwah kampus.
223
Pada proses perkenalan dan pengajakan ini kita harus bisa
menjelaskan apa keuntungannya mengikuti pembinaan, apa
perubahan yang terjadi pada diri setelah ikut pembinaan,
kesempatan apa yang bisa didapatkan, dan segala hal positif
lainnya. Kita harus bisa mengubah paradigma yang ada pada mad’u.
Karena sesungguhnya alasan mereka tidak mau bergabung
bukanlah karena memang mereka tidak mau, akan tetapi karena
mereka belum mengetahui apa yang bisa mereka dapatkan dengan
mengikuti pembinaan ini.

Perangkat Pendukung Dakwah Fardiyah
M ekanisme kerja dakwah fardiyah pada sebuah LDK berpusat pada
dua departemen yakni departemen kaderisasi dan manajemen
sumber daya anggota serta departemen koordinasi mentoring. Kedua
departemen ini harus bergerak sinergis satu sama lain.

 Kaderisasi dan Manajemen Sumber Daya Anggota


Departemen ini akan berfungsi pada satu hal, yakni penjagaan
dan pemantauan proses dakwah fardiyah dengan membuat sel-sel
atau kelompok yang bertujuan untuk mengecek keberjalanan yang
ada. Sel-sel ini tidak ubahnya seperti kelompok mentoring. Bedanya,
kelompok ini tidak diisi dengan majelis ilmu, akan tetapi diisi oleh
proses pengecekkan keberjalanan dakwah fardiyah.

Pola Koordinasi Jaringan Dakwah Fardiyah


Kelompok ini dipimpin oleh seorang mentor yang lebih tua dan
diusahakan berada di program studi atau fakultas yang sama
224
dengan objek dakwah agar transfer ilmu bisa berjalan dengan lebih
baik. Dalam pengelompokkan jaringan dakwah fardiyah ini,
sebaiknya tempatkan seorang kader yang memang sudah
berpengalaman dan bijak sebagai koordinator.
Pada kondisi lain, bisa saja fungsi pemantauan digabung
dengan kelompok mentoring yang telah ada. Sebetulnya cara ini
lebih efektif sehingga ketika ada objek dakwah yang baru
bergabung akan lebih mudah dipantau dan di-follow up.

 Tim Koordinasi Mentoring


Tim pada departemen ini menyiapkan dua hal, yakni peralatan
pendukung dan tabulasi jadwal mentoring.
 Peralatan pendukung
Peralatan ini adalah sarana yang digunakan oleh kader kita
dalam mempromosikan mentoring. Sarananya bisa berupa pamflet
yang berisikan tentang segala informasi terkait pembinaan dan
mentoring LDK, serta slide powerpoint yang bisa digunakan di
laptop untuk “menjual” mentoring. Sarana publikasi lain seperti
poster atau leaflet yang bisa ditempel dan dibagikan juga berguna
dalam mencitrakan mentoring di lintasan pikiran objek dakwah.
Kita juga bisa menggunakan merchandise pendukung seperti kaos
untuk mentor kita yang bertuliskan ”Bukan Mentor Biasa” atau
”Supermentor”, atau pin yang dibagikan ke semua kader yang
bertuliskan kata-kata persuasif. Selain itu tim mentoring sebaiknya
juga membuka stand pendaftaran mentoring di setiap event yang
diadakan oleh LDK sehingga LDK bisa menampung mahasiswa
muslim setiap saat.

 Tabulasi jadwal mentor


Kita akan memakai sistem buka kelas pada permentoringan.
Setiap mentor diminta menyediakan waktu 1 sesi setiap pekannya
dengan lama waktu 1,5 jam per sesi. Jadwal semua mentor akan
digabung sehingga dapat ditabulasikan menjadi jadwal kelas
mentoring. Semakin banyak mentor yang ada, pilihan yang tersedia
bagi objek dakwah akan semakin banyak.
Rooster Jadwal Mentoring
225
GAMAIS ITB

W S Selasa Rabu Kamis J Sabtu A


a e u h
k n m a
t i ’ d
u n a
t
0 Y Gamma Adit Iqbal A Luthfi A
7 u l i
. s b s
0 u a a
0 f z r
-
0
8
.
3
0
0 N Dimas Ardhesa Gesa I Ahmad T
8 u l o
. r h n
3 di a i
0 n m
-
1
0
.
0
0
1 A Yuda Totoh Gumilar C Fikri V
0 m e e
. in c r
0 e r
0 p y
-
1
1

226
.
3
0
1 Ir Dipta Zukruf Unggul E Anggit A
3 fa l g
. n r u
0 i n
0 g
-
1
4
.
3
0
1 A Fahmi Lukman Bambang D Husni I
5 ri i f
. f m t
3 a i
0 s t
- a
1 h
7
.
0
0
1 R Azis Thomas Wahyu R Diaz A
9 ul a n
. ly t d
3 n r
0 o i
-
2
1
.
0
0

227
Tabel di atas merupakan contoh tabulasi sederhana. Dengan
pilihan jadwal ini ada banyak keuntungan bagi proses dakwah
fardiyah yang dilakukan, yakni:
 Membuat jadwal antara mentor dan binaannya sesuai sehingga tidak
perlu memakan waktu untuk menyamakan jadwal,
 Memberikan kesempatan kepada objek dakwah untuk memilih mentor
yang akan membina dirinya,
 Memberi kesempatan seorang objek dakwah untuk memilih teman
satu kelompoknya.
Untuk mekanisme input data objek dakwah, kita bisa
menggunakan SMS. Objek dakwah yang ingin mengikuti mentoring
cukup mengirimkan SMS ke service centre dengan mencantumkan
identitas diri dan waktu mentoring yang diinginkan. Data yang
dikirim via SMS akan diteruskan ke sistem data mentoring dan ke
mentor yang bersangkutan sehingga maksimal objek dakwah hanya
perlu menunggu selama satu pekan setelah mendaftar untuk dapat
mulai mengikuti proses pembinaan.

Mulai dari sekarang!
U ntuk memulai sesuatu memang butuh waktu. Akan tetapi, semakin
cepat kita memulai akan lebih baik. Karena semakin lama kita
menunda akan semakin banyak pula pertimbangan yang mungkin bisa
membuat kita tidak jadi menjalankan sesuatu. Hal yang menjadi langkah
awal—dan bisa jadi cukup berat—adalah menimbulkan kesadaran dan
habit dari kader dakwah kita agar senantiasa mengajak sebanyak-
banyaknya mahasiswa di kampus untuk mengikuti pembinaan. Adanya
pertemuan kader terpusat bisa menjadi sebuah metode yang diharapkan
bisa memberikan pemahaman dan semangat secara masif agar kader bisa
bergerak dan menjalankan dakwah fardiyah.
Mungkin Anda bertanya sudahkah saya sebagai penulis
menjalankan dakwah fardiyah? Semester silam saya mencoba
mempraktekkan secara mini konsep ini. Saya coba lakukan pada
kelompok binaan saya di jurusan. Pada awalnya di bulan September,
anggota kelompok binaan saya hanya terdiri dari delapan orang
saja. Setiap SMS yang saya kirimkan ke binaan untuk mengingatkan
228
jadwal mentoring selalu saya beri tambahan, “Ajak yang lain yah!
^_^”. Pada setiap mengisi ta’lim di jurusan saya juga selalu
mengajak pesertanya untuk mengikuti mentoring. Alhasil dengan
usaha saya dan binaan saya, pada awal bulan Desember (sekitar 3
bulan setelah pertemuan pertama), jumlah anggota mentoring ini
bertambah menjadi 20 orang.
Kita akan membangun sistem di sini. Sistem yang memiliki
perangkat pendukung berupa tools untuk promosi, media
pencitraan lintasan pikiran, pertemuan-pertemuan untuk sharing
dan berbagi ilmu, sel-sel kecil untuk penjagaan dan pengecekkan,
serta wadah mentoring yang siap menampung hasil dakwah
fardiyah. Dengan pembangunan sistem, semua kader kita dengan
segala tipikal kepribadian dan varian kompetensi akan bisa
menjalankan amanah ini dengan baik.

229
BAB 25

DAKWAH FARDIYAH
BERDASARKAN
KARAKTER MAHASISWA

K ita sering mendengar keluhan dari sahabat sesama aktivis dakwah


tentang objek dakwah yang tidak “menerima” dan cenderung
“berprasangka”. Di lain pihak, para objek dakwah yang agak awam sering
pula berpendapat bahwa para aktivis dakwah eksklusif, suka
mengelompok, tertutup, dan mudah menghakimi ketika melihat mereka
berbuat “dosa”, tanpa mencoba mengklarifikasi dan memberikan nasehat
dengan cara yang baik.
Bagaimana bisa aktivitas dakwah di kampus berjalan dengan
harmonis bila antara subjek dan objek dakwahnya memiliki cara
pandang yang bertolak belakang dan saling berprasangka?
Hermawan Kertajaya dalam bukunya “Marketing in Venus”
menyatakan “Orang Mars bicara dengan bahasa Mars, dan orang
Venus bicara dengan bahasa Venus. Tetapi ada satu lagi bahasa
yang universal dan bisa diterima oleh semua orang yakni bahasa
understanding”. Meski konteks yang disampaikan dalam buku ini
tidak berhubungan langsung dengan dakwah, tetapi kita bisa
mengambil benang merah bahwa understanding atau kesepahaman
ini tidak akan pernah terbentuk jika tidak ada komunikasi.
Sedangkan komunikasi tidak akan pernah terjadi bila tidak ada
usaha dari masing-masing pihak untuk membuka diri dan memulai
memahami.
Begitu pula dalam aktivitas dakwah fardiyah di kampus.
Seorang aktivis dakwah diharapkan mau membuka diri dan
mencoba memahami karakter setiap individu dari objek dakwahnya

230
secara mendalam sehingga dapat meramukan cara pendekatan
yang paling tepat untuknya. Langkah awal yang perlu dibangun
adalah memulai komunikasi dengan objek dakwah dengan berbagai
cara. Perlu diingat bahwa komunikasi bukanlah sekedar berbicara
secara oral saja. Komunikasi yang baik melibatkan seluruh sistem
yang ada dalam tubuh kita. Saat Anda berkomunikasi dengan orang
yang Anda senangi, tubuh Anda akan merespon baik. Bibir secara
spontan tersenyum, mata berbinar, hati senang, gerak tangan dan
kaki rileks, dan perasaan nyaman menjalar dalam diri Anda.
Respon seperti ini pun berlaku untuk objek dakwah yang bisa
menangkap perasaan Anda ketika Anda melakukan komunikasi
dengan tulus dan ikhlas. Sebagaimana Abbas As-Siisiy dalam
bukunya “Bagaimana Menyentuh Hati” menyatakan bahwa “Hati
hanya bisa disentuh oleh hati yang bersih”. Dengan demikian
pendekatan hati dalam komunikasi, khususnya untuk aktivitas
dakwah fardiyah, sangat diperlukan dan dipahami oleh setiap aktivis
dakwah.
Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan
Kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan
dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku
supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling
mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling
bertaqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah
Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal
(QS. Al Hujurat: 13)
Menarik bila melihat dan mengamati keberagaman karakter
mahasiswa dengan berbagai keunikan kepribadiannya. Keberagaman
karakter ini melahirkan nuansa tersendiri dalam interaksi
antarmanusian. Namun jangan sampai nikmat Allah yang berupa
keberagaman ini justru menjadi musibah yang memicu konflik atau
hambatan dakwah. Sebagai aktivis dakwah diharapkan kita mampu
menjadikan keberagaman sebagai potensi dan kesempatan besar
untuk melakukan aktivitas dakwah dengan optimal.
Sebuah buku yang sangat bagus untuk memahami karakter
manusia, ditulis oleh Florence Littaeur dengan judul “Personality
Plus”. Buku ini menjelaskan secara rinci ciri khas dari empat karakter

231
manusia dengan perspektif yang sangat baik: karakter koleris,
melankolis, sanguinis dan phlegmatis. Karakter-karakter ini memiliki
kelebihan dan kelemahannya masing-masing. Tentunya cara
berdakwah terhadap tiap karakter akan berbeda. Ilmu ini bisa
dimanfaatkan oleh para aktivis dakwah, khususnya saat melakukan
dakwah fardiyah.


Dakwah Riang bersama Sanguinis

S anguinis membawa karakter menyenangkan, kesenangan permainan,


periang, dan penuh rasa ingin tahu. Ia laksana sang pangeran yang
setiap kali merasa bahagia saat akan mendapatkan kekuatannya dan
merasa kehilangan kekuatannya saat kesedihan menerpa. Di dalam forum
yang besar, sosok sanguinis adalah orang yang bisa membuat tertawa, aktif
bertanya, menyapa, dan berkawan. (Littaeur)
Florence Littaeur dalam bukunya menuliskan bahwa tipe
sanguinis ini memiliki beberapa kekhasan, antara lain:
Kepribadian menyenangkan; Suka bicara dan bercerita;
Menghidupkan suasana pesta; Ingatan yang kuat akan warna;
Memukau pendengar; Baik di panggung; Lugu dan polos; Antusias
dan ekspresif; Penuh rasa ingin tahu; Selamanya menjadi kanak-
kanak; Sukarelawan untuk tugas; Kreatif dan inovatif;
Mempersona orang lain; dan mudah berteman.
Pendekatan dakwah untuk objek dakwah dengan tipe ini
adalah dengan menjadi bagian dari lingkaran pertemanan objek
dakwah. Buatlah dia merasa nyaman untuk tertawa lepas atau
menyampaikan humor jenaka kepada diri Anda. Langkah awal ini
sangat diperlukan, karena orang sanguinis sangat gemar berteman
dan menyukai suasana yang menyenangkan. Setelah itu cobalah
untuk banyak mendengar apa yang ia sampaikan. Buat ia percaya
pada diri Anda dan meyakini bahwa Anda adalah sosok yang juga
menyenangkan dan bersedia menjadi pendengar yang baik bagi
dirinya.
Tipe sanguinis biasanya senang akan hal baru, hadiah baru,
petualangan baru, dan tantangan baru. Mereka memandang semua
232
hal baru ini sebagai suatu kebahagiaan tersendiri. Cobalah sesekali
membawakannya sebuah kejutan kecil yang berkesan atau hadiah
saat ia berulang tahun. Selain itu cobalah juga memberikannya
pengalaman baru seperti mengajaknya mengerjakan sesuatu yang
baru.
Sangat menyenangkan bila berdakwah dengan orang sanguinis
karena suasana menyenangkan akan sangat Anda rasakan meski
Anda harus siap dijahili atau sedikit dibuat malu, karena orang
sanguinis mendapat kesenangan dengan menjahili dan memalukan
orang lain.
Karakter sanguinis umumnya juga senang dipuji dan diberi
kebebasan. Cobalah memberikannya pujian kecil saat ia menggapai
sebuah keberhasilan. Sedangkan dalam memberikan tanggung
jawab kepadanya, cobalah memberikan ia kebebasan dalam
berekspresi, karena dengan itu ia akan merasa nyaman beraktivitas.
Setelah menjadi bagian dari lingkaran pertemanan dari objek
dakwah yang sanguinis dan Anda dipercaya olehnya dengan baik,
langkah selanjutnya adalah mengajaknya bergabung dengan
aktivitas dakwah dengan cara yang menyenangkan. Berikan peran
yang membuatnya bisa berekspresi seperti MC kegiatan atau bagian
syiar yang sarat akan inovasi. Fasilitasi pula dirinya dengan mentor
yang bisa memahami dirinya sebagai seseorang yang periang.


Dakwah Serius bersama Koleris

O rang koleris adalah sosok yang kuat dan dinamis, mampu


memimpikan hal-hal mustahil dan bertujuan meraih bintang yang ada
di luar jangkauannya. Koleris kuat selalu mengincar, meraih, dan berhasil.
Dia punya karakter yang paling mudah dipahami dan mudah diajak bergaul
selama Anda hidup dengan mengikuti peraturan emasnya, ‘Lakukan
dengan cara saya, SEKARANG!’. (Littaeur)
Tipikal koleris sangat cocok untuk menjadi pemimpin dengan
kemampuannya dalam berkomunikasi secara terbuka dan
keingintahuannya bahwa segala selalu akan selesai dan beres
selama ia memegang kepemimpinan. Orang koleris yang kuat

233
berorientasi pada tujuan dan mempunyai kualitas kepemimpinan
bawaan. Dia biasanya menanjak ke puncak pada karir apa pun yang
ia pilih. Mayoritas pemimpin dunia berasal dari karakter koleris kuat.
Florence Littaeur dalam bukunya menuliskan bahwa tipe
koleris ini memiliki beberapa kekhasan, antara lain:
Dilahirkan sebagai pemimpin; Sangat memerlukan perubahan;
Berkemauan kuat dan tegas; Bisa menjalankan apa saja;
Berorientasi tujuan; Mengorganisasi dengan baik; Mendelegasikan
pekerjaan; Berkembang karena tantangan; Tidak terlalu perlu
teman; Biasanya selalu benar; dan unggul dalam keadaan darurat.
Pendekatan dakwah yang dilakukan untuk tipe koleris adalah
dengan mengakui bahwa memang dia sosok yang memiliki bakat
untuk menjadi pemimpin. Pengakuan kepada dirinya bahwa dia
adalah orang yang memiliki kapasitas menjadi sebuah kebanggaan
tersendiri.
Berkomunikasi dengan koleris perlu kesabaran yang ekstra.
Perlu diyakini walau kebanyakan koleris merasa selalu benar,
mereka sebenarnya juga adalah pendengar yang baik. Buatlah
dirinya terbawa pada komunikasi dua arah yang kita bangun. Dari
sinilah proses dakwah bisa dimulai. Koleris yang cenderung rasional
bisa kita dekati dengan rasionalisasi yang masuk akal dan cenderung
menguntungkan karena mereka melihat segala sesuatu dari sisi
untung-rugi.
Selain itu seorang koleris cenderung selalu menjadi pribadi
yang terbaik. Maka berikan keyakinan kepada dirinya bahwa dengan
memahami Islam lebih mendalam, ia tidak hanya akan mendapatkan
kebaikan, tetapi juga menjadi lebih komprehensif.
Dalam pemberian tanggung jawab, berilah seorang koleris
tantangan terberat karena baginya itu merupakan sebuah
kebanggaan tersendiri. Dia cenderung siap pada tantangan
tanggung jawab yang lebih besar di waktu lain. Pendekatan ini bisa
juga sekaligus digunakan untuk mempersiapkan kader yang militan
dalam bergerak.


234
Dakwah dengan Hati kepada Melankolis

M elankolis adalah seorang pemikir sempurna, mereka adalah orang-


orang yang serius terhadap tujuan, mengabdi kepada ketertiban dan
keteraturan, serta sangat menghargai kecerdasan dan keindahan. Melakolis
yang sempurna adalah jiwa dari kemanusiaan, mereka benar-benar
menjalani kegiatan kemanusiaan dengan tulus dan keikhlasan penuh,
kecenderungan ini terjadi karena perasaan sensitif yang melekat pada diri
seorang melankolis. (Littaeur)
Aristoteles pernah mengatakan, “Semua orang jenius punya
watak melankolis”. Penulis, pelukis, dan musikus biasanya adalah
seorang melankolis karena mereka dilahirkan dengan potensi jenius
yang jika dimotivasi dan dikembangkan secara semestinya, mereka
dapat menghasilkan karya-karya yang hebat.
Florence Littaeur dalam bukunya menuliskan bahwa tipe
melankolis ini memiliki beberapa kekhasan, antara lain:
Serius dan tekun; Jenius dan intelek; Berbakat dan kreatif; Sadar
perincian; Tertib dan terorganisir; Teratur dan rapi; Perfeksionis;
Ekonomis; Perhatian dan belas kasih yang mendalam; dan
mencari teman hidup yang ideal.
Pendekatan dakwah dengan seorang melankolis
membutuhkan hati yang bersih dan harus penuh perasaan. Seorang
melankolis sangat mudah tersentuh. Biasanya muhasabah atau
kontemplasi bisa menjadi metode yang tepat untuknya. Bawalah
pembicaraan pada sisi kemanusiaan, atau sosial sehingga dirinya
merasa butuh menjadi bagian dari dakwah untuk bisa lebih
bermanfaat bagi masyarakat. Dengan membawa seorang
melankolis pada titik emosional yang membuat hatinya tersentuh
dan tergerak, ia akan meyakinkan dirinya sendiri untuk mendalami
Islam dengan lebih baik lagi.
Melankolis terkadang cenderung pesimis. Cobalah berikan ia
semangat dan motivasi untuk terus bergerak dan berkontribusi
secara konsisten. Ciptakan pula rasa optimis pada diri melankolis
untuk bisa meyakini bahwa dakwahnya bisa berkembang.
Setelah menyentuh hati seorang melankolis, cobalah berikan ia
waktu untuk berpikir karena seorang melankolis sangat
235
membutuhkan perenungan dan kesunyian sebelum mengambil
keputusan. Pendekatan secara Qur’ani dengan tahsin misalnya, akan
sangat cocok untuk melankolis karena memberikannya suasana
untuk merenung.

Dakwah Tenang bersama Phlegmatis

A llah menciptakan karakter phlegmatis yang damai sebagai orang


istimewa untuk menjadi bantal bagi emosi ketiga watak lainnya, untuk
memberikan kestabilan dan keseimbangan. Seorang phlegmatis meredakan
rencana gila sanguinis, tidak terlalu terkesan dengan keputusan cemerlang
koleris, dan tidak terlalu menanggapi serius rencana rumit melankolis.
(Littaeur)
Florence Littaeur dalam bukunya menuliskan bahwa tipe
phlegmatis ini memiliki beberapa kekhasan, antara lain:
Serba guna; Kepribadian yang rendah hati; Selalu santai; Sabar;
Baik keseimbangannya; Berbahagia menerima kehidupan; Punya
kemampuan administrasi; Menengahi masalah; Mudah diajak
bergaul; dan menjadi pendengar yang baik.
Dalam berdakwah kepada seorang phlegmatis, kita tidak perlu
memberikan janji atau angan-angan yang berlebihan. Cukuplah
berikan ia pendekatan sederhana namun logis dan menyentuh.
Phlegmatis suka sesuatu yang konsisten, sehingga sebagai da’i
kita diharapkan bisa mendekati seorang phlegmatis dengan
konsisten hingga ia merasa nyaman dan bersedia menjadi bagian
dari dakwah kampus.
Seorang phlegmatis juga membutuhkan motivasi langsung dari
aktivis dakwah. Maka berilah dia semangat untuk mempelajari Islam
dengan baik.
Seorang phlegmatis terkadang memberikan respon yang
seadanya. Jadi jangan mengharapkan antusias lebih dari dirinya.
Meski begitu kita tetap harus bisa bersabar dalam melakukan
pendekatan kepada seseorang yang phlegmatis.
Ia juga sulit mengambil keputusan, sehingga kita diharapkan
bisa memberikan dukungan kepadanya dalam pengambilan
236
keputusan. Demikian pula dalam pemberikan tanggung jawab.
Seorang phlegmatis perlu didorong untuk berani mengambil
sebuah tanggung jawab.

P endekatan dakwah berdasarkan karakter ini bisa diaplikasikan ketika
anda menjadi mentor bagi sebuah kelompok mentoring. Setiap binaan
memiliki karakter tersendiri yang membutuhkan pendekatan khusus
sehingga ia merasa nyaman dan mau mengembangkan kapasitasnya dalam
dakwah kampus. Walau tak bisa dipungkiri bahwa untuk memahami
karakter seseorang tidaklah mudah. Meski begitu bukan tidak mungkin
untuk dipahami. Dengan pengalaman yang cukup Anda akan bisa
memahami karakter seseorang dan memberikannya metode dakwah
personal yang tepat.

237


Glosarium


A:
 Ardhi: bumi, membumi
 Asholah: keaslian, kemurnian

D:
 Dakwah fardiyah: dakwah personal

F:
 Fikroh: pemikiran, gagasan

H:
 Hujjah: alasan kuat, bargain position

I:
 Izzah: harga diri, kehormatan

K:
 Kafaah: kemampuan, kapasitas, pemahaman
 Khitah: keaslian, kemurnian

238
M:
 Mad'u: objek dakwah
 Muhasabah: kontemplasi, perenungan, evaluasi

S:
 Samawi: langit, dari Allah
 Sirah nabawiyah: sejarah para nabi
 Syumul: komprehensif

T:
 Ta'lim: diskusi agama kecil
 Tabligh: diskusi agama besar
 Tadhrib amal: latihan beramal
 Tasyakuran akbar: syukuran bersama
 Tausiyah: nasehat

239
Epilog
Seretas Mimpi
Kampus Madani

S emua insan manusia mempunyai mimpi dan mimpi pula yang membuat
perbedaan di antara manusia. Mimpi untuk menjadi pribadi yang lebih
baik, mimpi meraih keberhasilan, dan mimpi tentang keadaan di masa
depan. Dari mimpi pula manusia mendapatkan kekuatan untuk terus
memperjuangkan yang terbaik bagi kehidupan dan penghidupannya. Mimpi
mimpi dan mimpi, alangkah indahnya mimpi.

Saya punya mimpi tentang kampus hijau yang menjadi hijau


bukan karena pohon-pohon atau rumput yang bertebaran. Tetapi
menjadi hijau karena rasa nyaman dan tenang yang terasa pada
setiap langkah yang dipijakkan pada setiap jengkal kampus
tersebut. Kampus yang nyaman dengan alunan Qur’an dan
senyuman ikhlas. Kampus yang menjadi tenang karena nilai Islam
sudah menjadi jiwa bagi setiap insan manusia. Kampus di mana
toleransi menjadi benang untuk merajut persaudaraan, nilai
profesionalitas menjadi katalis setiap kegiatan, dan semangat saling
memberi menjadi ornamen yang membuat kampus hijau itu
semakin indah.

Kampus Madani, sebuah pilihan diksi yang sangat tepat untuk


mengekspresikan tentang keberadaan kampus di masa yang akan
datang. Sebagaimana konsep madaniyah yang telah dibangun oleh
Rasulullah ketika perkembangan dakwah Islam. Saat itu nilai Islam
bisa dirasakan oleh semua penduduk Madinah yang terdiri dari

240
berbagai agama. Saat itu kepemimpinan Rasul menjadi idola bagi
setiap penduduk Madinah, tidak peduli ia berasal dari suku atau
agama tertentu. Saat itu Islam menjadi sebuah tata nilai yang telah
meresap di hati setiap orang yang telah mengenalnya.

Keberadaan dakwah kampus adalah solusi atas berbagai


problematika umat, bukan menjadi sumber masalah. Dakwah
kampus hadir sebagai bagian dari jawaban kegelisahan masyarakat,
bukan menjadi beban baginya. Dakwah kampus haruslah
menghasilkan pemimpin besar yang mampu menginspirasi dunia,
bukan menghasilkan pribadi yang bahkan tidak bisa bersosialisasi
dengan orang lain. Dakwah kampus kini, esok, dan seterusnya
adalah kesinambungan yang tiada henti meretaskan mimpi-mimpi
indah tentang dunia yang lebih baik dan tiada bosan meninggalkan
jenak-jenak karya besar yang bisa merangkai senyum dunia.

Karena kita berada di dunia bukan sebagai penonton, tetapi


kita adalah katalis peradaban yang akan mengubah dunia dengan
inspirasi Islam.

241
Referensi

Achmad, Ridwansyah Yusuf. 2008. Rekayasa Lembaga Dakwah Kampus.


Bandung: Gamais Press

Achmad, Ridwansyah Yusuf. 2009. Analisis Instan Problematik Dakwah


Kampus. Bandung: Gamais Press

Achmad, Ridwansyah Yusuf.,dkk. 2008. Pedoman Lembaga Dakwah Kampus


GAMAIS ITB. Bandung: Gamais Press

Al-Bilali, Abdul Hamid. 2005. Profil Murabbi Ideal. Jakarta: Penerbit An


Nadwah

Aminuddin, Hilmi. 2003. Strategi Dakwah Gerakan Islam. Jakarta: Pustaka


Tarbiatuna

As-Siisiy, Abbas. 2005. Bagaimana Menyentuh Hati. Solo: Era Intermedia

Chaskin,Robert J..2001. Building Community Capacity. New York: Walter de


Gruyter,Inc.
Kertajaya,Hermawan. 2004. Marketing in Venus. Jakarta: Penerbit Gramedia

Kurnia, Kafi. 2007. Anti Marketing. Jakarta: AKOER

Lajnah Ilmiyyah bi Ma’had al Aimmah wa al Khuthaba. 1998. Al Sirah Al


Nabawiyah Al Da’wah. Jakarta: WAMY
242
Littauer, Florence. 1994. Personality Plus. Jakarta: Binarupa Aksara

Lubis, Satria Hadi. 2002. 77 Problematika Halaqoh. Jakarta: Kreasi Cerdas


Utama

Lubis, Satria Hadi. 2006. Buku Pintar Mengelola Halaqoh. Jakarta: Fatahillah
Bina Alfikri

Mahmud, Ali Abdul Halim. 1999. Perangkat-perangkat Tarbiyah Ikhwanul


Muslimin. Solo: Era Intermedia

Michelli, Joseph A. The Starbucks Experience. Jakarta: Penerbit Erlangga

Okviasanti, Fanni, dkk. 2008. Menjadi Muslimah Pembangun Peradaban.


Bandung: Gamais Press

Qutb, Sayyid. 1986. Fiqh Dakwah. Jakarta: Pustaka Amani

Sandhiyudha, Arya. 2006. Renovasi Dakwah Kampus. Jakarta: KAF

Siddiq, Mahfudz. 2001. Risalah Dakwah Thulabiyah. Jakarta: Pustaka


Tarbiatuna

Tim SPMN FSLDK. 2007. Risalah Manajemen Dakwah Kampus edisi Revisi.
Bandung: Gamais Press

Yasmin, Ummu. 2003. Materi Tarbiyah. Solo: Media Insani Press

243
Tentang Penulis

Ridwansyah Yusuf Achmad, yang biasa disapa Yusuf, ialah


seorang mahasiswa tingkat akhir di Program Studi Perencanaan
Wilayah dan Kota, Institut Teknologi Bandung. Ia berkecimpung di
dunia dakwah pelajar sejak SMP, dengan turut mendirikan ROHIS
SMP 85 Jakarta. Pada tingkat SMU ia pun aktif di ROHIS SMU 34
Jakarta, dan diamanahkan pula sebagai Ketua MPK di SMU
tersebut.

Kiprahnya di dunia Dakwah Kampus dimulai saat ia mulai


beraktivitas di LDK GAMAIS ITB. Ia menerima amanah sebagai
Kepala GAMAIS ITB selama 1,5 tahun pada periode 2007-2008.
Bersamaan pula dengan amanahnya sebagai Koordinator
PUSKOMDA FSLDK Bandung Raya dan Direktur Pelatihan
Manajemen LDK Nasional.

Setelah selesai amanah di dunia LDK, Yusuf dicalonkan sebagai


Presiden Keluarga Mahasiswa ITB dan terpilih sebagai Presiden KM
ITB untuk periode 2009-2010. Selama hampir 5 tahun perjalanan
dakwahnya di dunia kampus, ia telah menuliskan beberapa buku,
antara lain:

1. Risalah Manajemen Dakwah Kampus (edisi revisi), 2007


2. Pedoman LDK GAMAIS ITB, 2008
3. Rekayasa LDK, 2008
244
4. Analisis Instan Problematika Dakwah Kampus, 2009

Selain sebagai pemilik Penerbit Ideasphere books, saat ini


Yusuf banyak berperan sebagai penulis lepas dengan berbagai
tema, serta pemateri dalam berbagai pelatihan manajemen dakwah
kampus di Indonesia. Yusuf juga kini sedang menjadi asisten peneliti
di Lab. Perencanaan Wilayah dan Perdesaan di ITB.

Untuk berdiskusi lebih lanjut tentang dunia dakwah kampus,


silahkan kunjungi blog penulis di
http://ridwansyahyusufachmad.wordpress.com atau bisa juga
dengan mengirimkan email ke ridwansyahyusuf@gmail.com.

245

Anda mungkin juga menyukai