1
2
BAB 0
Makna Dakwah
3
Da’watunnaas ilallah bil hikmah wal maw ‘izhotil hasanah hatta
yakfuruu biththaaghuuti wa yu’minuu billaah wa yakhrojuu
minazulumati jahiliyyati ilaa nuuril islaam
Berdasarkan tulisan Ummu Yasmin dalam bukunya tersebut, pada
bagian pendahuluan ini saya akan menjelaskan bagaimana seorang aktivis
dakwah kampus mampu mengimplementasikan makna dakwah seoptimal
mungkin sesuai dengan kapasitas yang ia miliki. Buku ini akan mencoba
menerjemahkannya dalam bahasa aktivis dakwah kampus.
Da’watunnaas ...
4
Bisa jadi kita menemui seseorang yang terbuka hidayahnya ketika
sedang menafakuri alam.
Bisa jadi kita menemui seorang muslimah yang berniat untuk
memakai jilbab setelah diperdengarkan sebuah ayat Al Qur’an.
Bisa jadi seseorang menjadi rajin shalat karena menerima nikmat
tanpa disangka-sangka.
Semua orang punya alasan dan sebab untuk mendapatkan hidayah
sehingga mereka berubah dengan cara yang berbeda-beda. Inilah keunikan
dakwah yang kita lakukan.
Dalam bahasa psikologi kita mengenal istilah “manusiawi”. Manusiawi
dalam berdakwah berarti cara yang harus kita perhatikan agar dalam
berdakwah kita mampu memanusiakan manusia. Objek dakwah bukanlah
benda mati yang bisa diatur dan didakwahi sesuka hati kita. Alangkah
indahnya jika sebelum berdakwah kita telah mengenal terlebih dulu objek
dakwah kita dengan baik. Bagaimana karakternya, serta apa yang ia
inginkan dan ia butuhkan. Barulah kemudian kita mulai mencoba
memformulasikan metode serta konten dakwah yang tepat untuk
disampaikan kepadanya.
Dalam bukunya yang sangat fenomenal, “Bagaimana Menyentuh Hati”,
Abbas Asy Siisiy menyatakan bahwa: Memahami apa yang dirasakan dan
diharapkan orang lain membutuhkan hati yang selalu hidup, karena hanya
hati yang bisa membaca hati. Beliau mencoba mengingatkan bahwa
pendekatan personal dengan cara yang sederhana dan sangat manusiawi
amatlah dibutuhkan.
Sementara itu, tantangan kita saat ini adalah agar bagaimana kita tetap
bisa mengelola dakwah dengan cara yang tetap manusiawi, meski jumlah
simpatisan dan pendukung bertambah banyak. Jangan sampai dikarenakan
jumlah yang bertambah, kualitas dakwah kita justru berkurang.
Saya punya sebuah cerita tentang seorang aktivis dakwah kampus
yang berniat baik, yakni mengingatkan para temannya untuk mengenakan
jilbab. Sayangnya cara yang dia gunakan kurang tepat. Ia mengirim sebuah
SMS hadits ke banyak muslimah di jurusannya:
5
“Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda yang artinya,
"Ada dua golongan penghuni neraka yang aku belum pernah
melihatnya: Laki-laki yang tangan mereka menggenggam cambuk
yang mirip ekor sapi untuk memukuli orang lain dan wanita-
wanita yang berpakaian namun telanjang dan berlenggak-lenggok.
Kepalanya bergoyang-goyang bak punuk onta. Mereka itu tidak
masuk surga dan tidak pula mencium baunya. Padahal
sesungguhnya bau surga itu bisa tercium dari jarak sekian dan
sekian." (HR Muslim)
Tidak ada yang salah dengan mengirimkan SMS hadits ini ke sesama
teman, akan tetapi, tentu tidak semua orang bisa menerima pesan dari
hadits ini begitu saja. Beberapa dari mahasiswi yang belum mengenakan
jilbab menganggap bahwa pengirim SMS telah men-judge bahwa ia tidak
akan mencium bau surga. Tentu hal ini kontraproduktif dengan dakwah.
Akibatnya terbentuklah stigma negatif terhadap Lembaga Dakwah Kampus
karena dicap terlalu menghakimi.
Berdakwah membutuhkan hati yang bersih, karena dengan hati yang
bersih pulalah apa yang kita sampaikan akan mampu menyentuh dan
membuka hati objek dakwah kita. Sesungguhnya hanya Allah-lah yang
Maha-membolak-balikkan hati. Kedekatan kita dengan Allah-lah yang akan
mampu melapangkan hati kita untuk dapat memberikan yang terbaik, dan
menerima keindahan ajaran Islam dengan sempurna.
6
melakukan semua kegiatannya. Ia mengajak objek dakwah meyakini bahwa
Allahlah pemilik semesta alam, Allahlah yang mengatur masa depan, dan
Allah pula yang memberikan nikmat maupun azab. Berkat Allah semua
aktivitas manusia berjalan dengan mudah.
Cara pandang ini harus melekat pada setiap aktivis dakwah kampus.
Dengan inilah seorang aktivis dakwah mampu memiliki energi yang lebih
dalam melakukan segala aktivitasnya. Bukannya dengan membangun cara
pandang bahwa dakwah itu untuk lembaga dakwah, atau pun agar
sebanyak-banyaknya mahasiswa mengikuti mentoring dan citra lembaga
dakwah meningkat. Karena semuanya tiada arti tanpa cinta-Nya.
Perbedaan niat akan menentukan perbedaan daya tahan dan
keikhlasan aktivis dakwah. Ketika cara pandang yang dibangun adalah
berdakwah untuk lembaganya, maka jika suatu saat lembaga dakwah
mengecewakan dirinya atau lembaga dakwah tidak urung berkembang
meski ia sudah memberikan segala upaya, aktivis dakwah tersebut bisa saja
mundur dari jalan dakwah ini.
Namun jika cara pandang yang dibangun adalah berdakwah hanya
untuk Allah, seorang aktivis dakwah tidak akan memedulikan dimana ia
beraktivitas dan bagaimana kondisi lingkungan dakwahnya. Ia akan
memandang lembaga dakwah, mentoring, dan hal-hal sejenisnya hanyalah
sebagai sarana. Yaitu sarana untuk mendukung dan mempercepat
seseorang agar bisa lebih mengenal Allah.
Dalam salah satu ayat di Al Qur’an, Allah berfirman:
“Serulah (manusia) kepada jalan Rabb-mu dengan hikmah dan
nasehat yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik."
(QS. An Nahl: 125)
Dalam menjalankan tugas sebagai da’i, tentu sebagai aktivis dakwah
kita membutuhkan berbagai kebutuhan mendasar yang diharapkan dapat
menunjang kegiatan dakwah kita. Minimum threshold yang harus dimiliki
oleh seorang aktivis dakwah kampus antara lain:
Pertama, pemahaman Islam yang mendalam dan berlandaskan pada
kekuatan ilmu yang baik serta keyakinan yang kokoh. Ditopang pula dengan
penghayatan dan pendalaman terhadap Al Qur’an dan Sunnah.
7
Kedua, iman yang mendalam dan membuahkan rasa cinta kepada
Allah, rasa takut kepada-Nya, rasa mengharap kepada-Nya dan selanjutnya
mengikuti Rasulullah Muhammad dalam segala urusan kehidupannya.
Ketiga, menjadikan Allah sebagai landasan dalam segala hal,
menjadikan Allah sebagai satu-satunya cinta yang sejati. Aktivis dakwah
menjadikan Allah sebagai alasan untuk berikhtiar dan bertawakal serta
meminta petunjuk dan pertolongan.
Ketiga hal inilah yang menjadi penopang keikhlasan seorang aktivis
dakwah yang kuat dan tahan lama. Menjadikan Allah sebagai tujuan
berdakwah akan memberikan kita berkah dalam menjalankan peran kita
mentransformasi komunitas kita menjadi komunitas yang mencintai Allah
dan Allah pun mencintai kita.
8
yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.”
Allah menyiapkan rasul terakhirnya ini untuk bisa dijadikan teladan
ekstrim, atau sebaik-baiknya teladan. Beliau dijauhkan dari segala hal yang
bisa merusak dirinya maupun umat. Akan tetapi, biarpun sudah menjadi
sosok Al Amin di masyarakat Kota Mekkah, Nabi Muhammad tidak serta
merta mudah melakukan dakwah Islam. Penolakan yang beliau terima
sangatlah banyak, sampai-sampai memaksa beliau untuk memindahkan
basis dakwahnya ke Madinah.
Dalam surat Al Qalam ayat 3 dan 4 pun Allah menyampaikan firman-
Nya tentang keindahan teladan Rasulullah: “Dan sesungguhnya bagi kamu
(Muhammad) benar-benar pahala yang besar yang tidak putus-putusnya. Dan
sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.”
Dakwah bil hikmah juga bisa diartikan sebagai berdakwah dengan
keteladanan. Dengan konsep sederhana, yakni menjadi yang terbaik di
bidang yang menjadi perhatian di komunitas kita. Sebutlah untuk
berdakwah di lingkungan pengusaha, alangkah baiknya bila kita bisa
terlebih dahulu menjadi pengusaha yang sukses, baru bisa dengan mudah
berdakwah kepada sesama pengusaha lainnya. Sedangkan untuk
berdakwah di kalangan atlet, kita dituntut untuk dapat terlebih dahulu
berprestasi, barulah kita dapat berdakwah
dengan lebih mudah.
“Tugas da’i ibarat Dalam konteks dakwah kampus, maka salah
seorang dokter. satu kebutuhan keteladanan adalah dengan
Menghayati hati dan menjadi yang terbaik di bidang akademik.
cara pikir pasien Menjadi seorang aktivis dakwah kampus yang
dan menghapus berprestasi. Menyiapkan sebanyak-banyaknya
penderitaan pasien aktivis dakwah kampus yang “terancam” cum
dengan kata-kata laude. Dengan kapasitas akademik yang baik,
dan obat yang maka ia telah menjadi teladan di kelas atau di
sesuai.” jurusannya sehingga akan sangat
-Abbas Asy Siisiy- memudahkannya dalam berdakwah.
9
Kekuatan keteladanan ini seringkali dilupakan oleh para aktivis
dakwah, karena mungkin mereka merasa terlalu nyaman dengan aktivitas di
dunia lembaga dakwah. Para aktivis seringkali tidak banyak berinteraksi di
kelas, memiliki nilai kuliah yang tidak layak, dan kehadirannya pun tidak
dirasakan oleh teman-teman sejurusan, seangkatan, bahkan teman-teman
sekelas. Seringkali saya amati, aktivis dakwah suka sekali mengikuti rapat,
dan rapatnya diadakan jauh dari objek dakwah. Mereka tidak berpikir untuk
masuk ke dalam lingkaran pergaulan objek dakwah, menjadi teladan bagi
mereka, dan pada akhirnya berkemungkinan mengubah nuansa keislaman
di lingkungan tersebut.
Perlu dipahami oleh seluruh aktivis dakwah, bahwa ketika seseorang
telah mendedikasikan dirinya sebagai aktivis dakwah kampus, maka hukum
majas sinekdok pars prototo berlaku pada dirinya. Ketika ia baik, maka citra
dakwah kampus akan baik, dan ketika ia buruk, maka citra dakwah kampus
bahkan citra Islam itu sendiri akan buruk. Sebagai aktivis dakwah kampus,
kita tinggal memilih apakah akan menjadikan diri kita sebagai representatif
Islam yang baik, atau tidak sama sekali.
Dengan kekuatan keteladanan ini, akan terbentuk kepercayaan objek
dakwah terhadap para aktivis dan Lembaga Dakwah Kampus. Dengan
modal inilah lembaga dakwah dapat lebih mudah menyampaikan nilai-nilai
Islam. Oleh karena itu, jika kita tidak bisa memberikan keteladanan yang
baik, maka objek dakwah pun akan menjadi ragu untuk mengikuti ajakan
ajaran Islam yang kita sampaikan.
Mari kita pikir saja secara realistis, bagaimana mungkin seorang objek
dakwah dapat percaya pada sosok aktivis dakwah kampus, jika aktivis
tersebut selalu datang terlambat ke kelas, tidur saat kuliah berlangsung,
tidak pernah mencatat materi pelajaran, dan langsung menghilang begitu
kuliah berakhir sehingga ia mendapat nilai yang buruk? Jika sikap ini
menghinggapi mayoritas aktivis dakwah kampus, maka citra Lembaga
Dakwah Kampus jelas akan menjadi tempat berkumpulnya mahasiswa-
mahasiswi yang sudah hopeless dengan nilai dan masa depannya, sehingga
mereka mentawakalkan nasibnya kepada Allah ....
Mari kita bayangkan kondisi sebaliknya. Jika mayoritas aktivis dakwah
kampus adalah mahasiswa yang rajin kuliah, rajin mencatat di kelas serta
10
catatannya sering dipinjam oleh mahasiswa lain, juga aktif bertanya dan
berdiskusi sehingga nilainya pun memuaskan, maka Lembaga Dakwah
Kampus akan bercitrakan sebagai tempat berkumpulnya mahasiswa-
mahasiswi yang baik secara akademis, oleh karena itu mereka memasuki
lembaga dakwah karena ingin mensyukuri nikmat yang telah Allah berikan.
Silakan ditentukan sendiri oleh masing-masing Lembaga Dakwah
Kampus, akan seperti apakah citra dakwah Islam yang ingin kita bangun?
Diharapkan dengan kekuatan keteladanan ini, pergerakan dakwah fardiyah
secara masif dan variatif akan bisa lebih dikembangkan. Kekuatan dakwah
fardiyah dengan keteladanan adalah modal besar untuk membangun basis
kader dakwah yang solid dan militan.
11
“Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang
lemah lembut, Mudah-mudahan ia ingat atau takut.” (QS. Thaha:
44)
Dari kedua ayat ini sudah jelas bahwa memang dakwah itu harus
dilakukan dengan bahasa yang lemah lembut. Bisa juga diterjemahkan
dengan “bahasa yang tepat”. Pemilihan diksi, pemenggalan ayat, serta
media yang digunakan, haruslah benar-benar berdasarkan kebutuhan objek
dakwah, bukan berdasarkan keinginan mereka.
Proses dakwah itu pada dasarnya sama dengan proses komunikasi:
1
4 de
Enco Pesan Deco
de 3
Pengir Fasilit
Pener
2
im as ima
Pesan Pesan
Gambar tersebut mencoba memberikan gambaran bagaimana proses
dakwah berjalan, dan bagaimana cara yang baik yang dapat dilakukan
aktivis dakwah dalam melaksanakan setiap proses yang ada.
12
Apakah media dakwah yang digunakan berupa SMS, selebaran,
pamflet, baliho, poster, pemanfaatan jejaring sosial, ta’lim, outbound,
survival, travelling, atau permainan? Media dan penataan isi pesan dakwah
akan sangat menentukan keberterimaan pesan tersebut kepada objek
dakwah. Cobalah gunakan cara pandang seorang seller dan marketer yang
mampu berpikir dari sudut pandang consumer-nya (dalam hal ini objek
dakwah). Berikanlah apa yang objek dakwah butuhkan, bukan apa yang kita
—sebagai subjek dakwah—inginkan.
13
... hatta yakfuruu bithaghuti wa yu’minuu billah ...
14
bahwa ia telah lebih mencintai sesuatu yang ada di dunia ini sampai-sampai
“menyembah” benda itu dengan cara lebih memprioritaskannya, atau lebih
sering memikirkannya.
Dengan demikian, proses pendekatan yang perlu dilakukan dalam
aktivitas dakwah perlu menjadi semakin variatif. Aktivis dakwah kampus
harus mampu mengidentifikasi bentuk-bentuk thagut yang ada disekitar
objek dakwahnya dan membuat siasat anti-thagut yang bisa melawan
thagut semu yang merajalela itu.
Inilah tantangan dakwah kita di masa kini. Oleh karena itu dibutuhkan
pemahaman yang baik dari setiap aktivis dakwah untuk mampu
berdialektika dengan objek dakwah agar dapat memberikan pencerahan
untuk beriman kepada Allah.
16
Karena itu tindakan Rasulullah mengubah nama Yastrib menjadi
Madinah pada hakikatnya adalah sebagai sebuah pernyataan niat atau
proklamasi bahwa beliau bersama para pendukungnya yang terdiri dari
kaum Muhajirin dan Anshar hendak mendirikan dan membangun
mansyarakat yang beradab.
Oleh karena itu, bisa dikatakan bahwa masyarakat madani adalah
masyarakat berbudaya dan al-madaniyyah (tamaddun) yang maju, modern,
berakhlaq dan memiliki peradaban. Mereka melaksanakan ajaran agama
(syariah) dengan benar. Agama (Islam) tidak dibatasi oleh ruang semata,
seperti masjid, langgar, pesantren atau majelis ta’lim, namun agama juga
menata gerak kehidupan nyata berupa tatanan politik pemerintahan, sosial-
ekonomi, seni budaya, hak asasi manusia, ilmu pengetahuan, dan teknologi
untuk mewujudkan masyarakat yang hidup senang dan makmur dengan
aturan atau syariah yang melindungi hak-hak pribadi, kepemilikan, dan hak-
hak sipil masyarakatnya.
Maka dapat disimpulkan bahwa masyarakat madani adalah masyarakat
kuat, berpendidikan, dan berpandangan kota, meskipun mereka mendiami
daerah pedesaan.
17
tidak hanya ada di masjid, akan tetapi juga menjadi bagian menyeluruh
dalam civitas academica. Islam berkembang di kelas, lab, kantin, studio, dan
di seluruh penjuru kampus.
Selain itu rekayasa dakwah di kampus juga mewujudkan kampus yang
menempatkan Islam sebagai referensi utama dalam rujukan sains dan
teknologi karena masyarakat kampus telah yakin bahwa Islam adalah
sumber dari segala ilmu. Kampus menjadikan agama sebagai bagian dari
keberhasilan ilmu pengetahuan dan teknologi. Tidak lagi sekuler dalam
memandang Islam dan ilmu pengetahuan. Agama telah menjadi bagian
yang melekat dalam perkembangan riset yang dilakukan dalam kampus.
Dalam konteks kemahasiswaan, rekayasa dakwah kampus adalah
mewujudkan pemimpin Islam yang kuat serta memiliki karakter. Mereka
mengisi jabatan-jabatan strategis dalam kepemimpinan kemahasiswaan di
kampus. Mereka tidak lagi berjumlah sedikit dan bergerak secara sembunyi-
sembunyi, tetapi tampak jelas, menjadi inspirasi, serta menjadi orang-orang
terdepan dalam pergerakan di kampus. Sebuah masyarakat kampus yang
dipenuhi dengan toleransi dalam beragama dan pemikiran, yang bebas
berekspresi akan tetapi tetap dalam koridor syariah. Mereka bebas
berdebat dan tetap menghormati. Mereka cerdas dan tetap rendah hati.
18
Lembaga Dakwah
yang Harmonis dan Progresif
19
20
BAB 1
START UP
LEMBAGA DAKWAH KAMPUS
21
Membentuk Kelompok Inisiator Awal
22
langsung dilakukan oleh Rasulullah terhadap para sahabat. Dalam
penguatan awal kelompok kecil ini, proses saling menasehati atau
menyampaikan materi bisa dilakukan secara bergantian satu sama lain, atau
dengan mengundang pemateri dari luar kelompok.
23
setidaknya ia mengetahui ada sekelompok kecil mahasiswa yang peduli
pada Islam di kampus Anda. Jika proses pendekatan berjalan mulus, maka
langkah selanjutnya adalah mengajak beliau untuk bergabung atau menjadi
pengisi agenda dakwah yang diselenggarakan.
24
memperkenalkan diri ke FSLDK setempat agar dapat lebih cepat dalam
mengakselerasi dakwah di kampus anda.
25
Kesinambungan antara pembinaan dan syiar secara perlahan akan
membuat gerak dakwah kampus menemukan karakternya. Perlahan namun
pasti anda akan memahami karakter mahasiswa yang menjadi objek
dakwah di kampus Anda. Alhasil inovasi dan kreativitas baru dalam
mengembangkan dakwah kampus pun akan berkembang. Kegiatan
keislaman secara berkala ini akan memberikan sebuah pencitraan dan
pengopinian kepada masyarakat kampus tentang keberadaan lembaga
Islam dan urgensi adanya lembaga ini di sebuah kampus. Ini pula yang
dilakukan oleh Rasulullah ketika berdakwah. Beliau membangun opini
besarnya Islam terlebih dahulu pada era Mekkah. Lalu setelah 13 tahun
berdakwah di Mekkah barulah Beliau melanjutkannya dengan mendirikan
institusi Islam berupa lembaga pemerintahan saat berada di Madinah.
Mempersiapkan Legalisasi
26
BAB 2
DASAR-DASAR PERENCANAAN
DAKWAH KAMPUS
“Kejahatan yang terorganisir dapat mengalahkan kebaikan
yang tidak terorganisir.”
Ali bin Abi Thalib
27
dari tahun ke tahun. Sebuah LDK harus mampu mengalami eskalasi skala
dan kualitas dakwah setiap tahunnya.
Untuk itu semua, diperlukan sebuah perencanaan dakwah dalam skala
tertentu, mulai dari perencanaan tahunan, tiga tahunan, enam tahunan,
atau jika memungkinkan hingga satu dekade mendatang.
28
B agian berikut akan memaparkan bagaimana proses perencanaan
dakwah kampus yang baik berdasarkan literatur dan pengalaman yang
saya alami. Perencanaan yang baik akan menghasilkan keberhasilan dan
kegagalan akan sebuah tujuan selalu disebabkan oleh kegagalan dalam
perencanaan. Rasulullah selalu mengajarkan untuk melakukan perencanaan
yang matang sebelum menjalankan perjuangan, sebagaimana contoh yang
dikenal luas saat di Perang Uhud dan Perang Khandak saat pasukan Islam
berhasil membuat taktik perang yang jitu.
Data Akurat
Mengumpulkan Data
S eperti tampak pada skema di atas, data memiliki peran pada semua
tahapan perencanaan, sebab datalah yang membuat proses
pengambilan kebijakan menjadi ilmiah dan dapat dipertanggungjawabkan.
Namun di budaya kita data tampaknya belum dijadikan sebuah hal yang
berharga. Sering kali data hanya menjadi suatu dokumen lewat yang tidak
29
bermanfaat. Sebetulnya bukannya data itu tidak bermanfaat, kita sajalah
yang kurang mengerti akan arti dari data itu sendiri.
Keberadaan data sangat berguna dalam pengambilan kebijakan.
Ketiadaan data yang layak membuat rapat LDK sering kali memanfaatkan
asumsi yang salah. Pada sebuah contoh kasus, seorang pemimpin dakwah
mencetuskan bahwa banyak sekali mahasiswa muslim yang tidak suka pada
LDK. Akhirnya pembahasan rapat berkutat untuk menyelesaikan masalah
tersebut. Setelah diambil data beberapa waktu kemudian, ternyata yang
tidak suka pada LDK hanya 1% dari mahasiswa muslim. Jumlah yang sangat
sedikit jika dibandingkan dengan 99% mahasiswa muslim yang senang pada
LDK. Asumsi yang salah kerap kali membuat kebijakan dakwah kita kurang
tepat.
Oleh karena itu mulai dikembangkan di LDK saya suatu biro yang
khusus menangani data. Mengenai bentuk data yang dikumpulkan, akan
saya coba bagi menjadi dua jenis yakni data rutin dan data eksidental.
Data Rutin
Data rutin diperlukan LDK untuk mengetahui perkembangan sebuah
keadaan. Data rutin ini diperbaharui pada setiap periode yang telah
ditentukan. Isi data rutin bersifat pasti. Contohnya, jumlah mahasiswa
muslim yang ikut mentoring, peserta ta’lim rutin program studi, jumlah kas
lembaga dakwah, jumlah mahasiswi muslim yang berjilbab, dan lain
sebagainya. Hasilnya bisa dirangkum ke dalam buku data LDK. Data
tersebut dapat dimanfaatkan di rapat LDK agar proses pengambilan
kebijakan lebih tepat.
Data Eksidental
Data eksidental adalah data yang berbasiskan kebutuhan yang diambil
sesuai dengan momen tertentu. Data eksidental berperan dalam
pengambilan kebijakan jangka pendek. Contohnya, penentuan tema buletin
bulanan, tema ta’lim yang diharapkan, daya keberterimaan LDK di kampus,
dan lain sebagainya.
Setelah mengenal jenis data, berikut akan saya jelaskan dua metode
pengambilan data yang dapat kita lakukan, yakni metode sensus dan survei.
30
Sensus
Pada konsepnya sensus adalah pengambilan data secara menyeluruh,
dengan melibatkan semua populasi untuk memberikan datanya. Pada jenis
metode sensus ini, data yang dihasilkan berupa data kuantitatif. Sering kali
pula metode ini digunakan untuk mengumpulkan data rutin karena pihak
pengelola data harus memeriksa satu per satu kondisi responden.
Kerjasama semua lapisan dakwah dibutuhkan di metode jenis ini.
Di LDK saya, GAMAIS ITB, data sensus dirangkum dalam sebuah buku
data yang kemudian diberikan kepada pengurus lembaga dakwah program
studi. Selanjutnya mereka mengisi data tersebut secara detail. Pada proses
pengambilan data sensus ini, seluruh mahasiswa betul-betul terlibat di
dalamnya. Contohnya pada data jumlah mahasiswa muslim yang ikut
mentoring, tentunya kita harus mengidentifikasi siapa saja yang muslim, lalu
memeriksa mahasiswa mana yang ikut mentoring.
Survei
Survei adalah metode pengambilan data dengan menggunakan
sampel. Data eksidental biasanya didapat melalui metode survei karena
memang yang menjadi sasarannya adalah pengambilan sampel. Sampel
berarti sumber data atau responden yang hanya berasal dari sebagian
anggota populasi. Pada pelaksanaan survei ini ada dua hal penting yang
harus kita perhatikan, yakni jenis pertanyaan yang akan diajukan serta
teknik pengambilan sampelnya.
Penyusunan kata demi kata dalam kalimat pertanyaan adalah hal yang
utama. Kita perlu memberikan pertanyaan yang friendly dan mudah
dipahami agar jawaban yang diberikan juga tepat. Pemilihan jumlah
pertanyaan juga harus sesuai agar tidak ada pertanyaan yang mubazir atau
tidak berguna dalam pengelolaan data nantinya.
Sedangkan pada teknik pengambilan sampelnya, ada banyak metode
yang bisa digunakan. Untuk memahami dengan lebih komprehensif, saya
merekomendasikan buku “Statistical Analysis” karangan Sam Kash
Kachigan.
31
Pada dasarnya metode sampling ini sangat mudah konsepnya. Hanya
saja terkadang aplikasinya sering kali melanggar prinsip yang ada. Sebagai
contoh, pada sebuah program studi yang berjumlah 400 mahasiswa, Anda
bermaksud mengadakan sebuah ta’lim dengan sebelumnya mengambil
sampel untuk menentukan temanya. Anda telah membuat pertanyaan dan
akan melakukan sampling.
Bagaimana melakukannya?
Dalam sampling, angka 10% dari populasi sudah bisa menunjukkan
keterwakilan dan kelayakan data. Maka, 10% dari 400 adalah 40 orang. Anda
bagi 40 orang ini dengan jumah angkatan yang ada. Biasanya ada 4
angkatan yang masih aktif di sebuah program studi. Hasilnya akan
didapatkan angka 10 orang untuk setiap angkatan. Selanjutnya Anda bisa
menggunakan dua metode untuk menentukan siapa yang akan Anda mintai
mengisi kuesioner.
Pertama, Anda punya undian bertuliskan Nomor Induk Mahasiswa
(NIM). Undi saja 10 orang untuk setiap angkatan. Siapa yang NIM-nya
muncul akan jadi sampel untuk mengisi kuesioner Anda. Cara lain bisa pula
dengan menentukan mahasiswa dengan NIM kelipatan 10 (10, 20, 30, dst)
akan mendapatkan hak untuk mengisi kuesioner.
Dapat Anda nilai bahwa pada contoh tersebut setiap mahasiswa
memperoleh kesempatan yang sama untuk mengisi kuesioner. Jangan
sampai sampling itu hanya diberikan secara acak namun hanya kepada
orang-orang terdekat saja sehingga objektivitas tidak bisa
dipertanggungjawabkan.
32
Dalam tahapan ini kita harus mampu melihat potensi yang dimiliki LDK
kita, seperti jumlah kader yang banyak, LDK sudah legal, atau dana dakwah
yang mencukupi. Selain itu juga melihat kelemahan yang ada. Tentunya
dengan harapan bisa diperbaiki di masa yang akan datang, sehingga LDK
bisa membuat kebijakan yang lebih tepat. Sebagai contoh, kader banyak
yang belum memiliki pemahaman dakwah yang komprehensif, atau adanya
kelompok yang antipati terhadap LDK.
Setelah memperhatikan keadaan internal, maka LDK perlu
memperhatikan keadaan eksternal berupa daya dukung dari luar, misalnya
seperti adanya Forum Silaturahim Lembaga Dakwah Kampus (FSLDK) yang
siap mengakselerasi LDK. Selain itu juga dengan memperhatikan hambatan
dan tantangan dari luar, seperti tuntutan akademis yang semakin tinggi.
Perlu diingat kembali, bahwa semua tinjauan ini harus disertai dengan data
dan fakta yang jelas.
33
umum LDK dengan penentuan visi, misi, sistem, alur, dan sebagainya.
Kemudian dilanjutkan dengan penyusunan yang lebih bersifat khusus,
tergantung dengan sektor-sektor yang ada di LDK.
Yang saya ketahui, LDK yang sudah pernah membuat GDD belum
terbilang banyak. Sebutlah GAMAIS ITB yang memiliki Blue Print GAMAIS
ITB 2008-2013, serta SALAM UI yang memiliki Manajemen Mutu SALAM UI
(MMS SALAM UI). Perumusan GDD ini bertujuan agar ada pembangunan
yang berkelanjutan (sustainable development) dari LDK kita sehingga para
penerus di masa yang akan datang bisa melanjutkan perjuangan kader-
kader sebelumnya.
34
Aspek 2008 2009 2010
Kualitas dan d. 30% kader d. 35% kader d. 35% kader
Kuantitas Kader madya menjadi madya madya menjadi
kader purna menjadi kader kader purna
purna
35
Menetapkan Alternatif Program dan Proyek Dakwah
36
yang membutuhkan dana lebih besar dibandingkan proker lainnya. Dengan
adanya auditing ini, departemen bisa konsisten dalam mengelola dana.
Kedua, sinkronisasi timeline. Proker yang berjalan paralel di setiap
departemen terkadang membuat jadwal agenda kita bentrok satu sama
lain. Oleh karena itu diperlukan sinkronisasi timeline, agar semua kegiatan
dapat berjalan dengan baik, tidak bertubrukan dengan jadwal agenda
dakwah yang lain.
Setelah dua hal ini dilakukan, maka kita sudah bisa mengeksekusi
proker dakwah yang telah disusun.
K arena LDK mendidik kita untuk menjadi kader yang produktif dalam
beramal, maka tahap pelaksanaan ini adalah tahap yang paling penting
dalam dakwah.
Pada tahap ini terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu:
a) Keadaan ruhiyah kader. Jangan sampai karena beramal terlalu banyak,
dia semakin jauh dari Allah
b) Keadaan nuansa kekeluargaan di dalam LDK. Inilah yang membuat
kader bertahan lama di LDK. Nuansa kekeluargaan membuat kader
merasa nyaman dan produktif. Saya pernah berkata kepada mahasiswa
baru di masa awal mereka masuk ke GAMAIS ITB, “Selamat datang di
GAMAIS ITB. Selamat datang para putra-putri terbaik bangsa. Mulai
saat ini GAMAIS adalah keluarga baru untuk kalian. Teman Anda di
sebelah kanan dan kiri adalah anggota keluarga kita juga, dan saya
adalah kepala keluarga dakwah ini. Selamat datang di keluarga baru,
tempat kita akan senang dan sedih bersama.”
c) Kondisi akademik kader. Jangan sampai pula agenda dakwah yang
disusun membuat kondisi akademik kader menurun. Karena kuliah
merupakan tugas utama mahasiswa, maka memastikan IP kader baik-
baik saja adalah tugas seorang pemimpin.
37
Monitoring dan Evaluasi
38
T
t
ti
i
M
p
b
h
r
u
o
k
g
n
e
d
m
a
l
s
I
c TAHAPAN PENGEMBANGAN
LEMBAGA DAKWAH KAMPUS
Membangun
Membang
Membang
bangunan
kampus secara
un basis
keseluruhan
BAB 3
dengan konsep
kader
institusi
massainti
membuat segala yang kita lakukan menjadi terarah. Tahapan ini tidak
dibatasi oleh waktu, bisa saja dalam menyelesaikan salah satu tahapnya
setiap LDK membutuhkan waktu yang berbeda-beda. Namun tentunya
Islam
dalam menyelesaikan setiap tahap yang ada, LDK harus memenuhi kriteria-
kriteria yang diperlukan sebelum dapat mulai melangkah ke tahap
selanjutnya.
Apa saja tahapan dakwah yang ada?
Dalam tulisan ini saya akan mencoba memaparkan empat tahap yang
bisa dilalui.
39
Tahap Pertama: Membangun Basis Kader Inti
40
umat yang dipimpinnya menjadi lebih baik, bukan demi kekuasaan semata.
Oleh karena itu paradigma berdakwah dan paradigma memberikan cahaya
Islam di muka bumi harus tertanam dengan baik di hati kader inti.
Menjadi pemimpin adalah sebuah keniscayaan bagi seorang muslim.
Sehingga dalam tahap ini seorang kader inti harus dididik menjadi
pemimimpin yang kuat dan bertanggung jawab, seorang pemimpin yang
bisa mengayomi seluruh umatnya, maupun seorang pemimpin yang bisa
menjadi ulama sekaligus umara dalam waktu yang bersamaan.
Kemampuan khusus lainnya
Setiap manusia dilahirkan dengan potensi, minat, dan bakat yang
berbeda-beda. Ada seseorang yang ahli di bidang seni, ada yang mahir
berdagang—saat ini kita kenal sebagai entrepreneur—ada yang ahli
berolahraga, dan lain sebagainya. Kemampuan khusus ini haruslah
dikembangkan secara bijak dan tepat, karena mengasah potensi seseorang
akan menghasilkan perkembangan yang jauh lebih pesat ketimbang
memperbaiki kelemahannya.
Rasulullah pun mendidik para sahabat dengan cara memaksimalkan
kemampuan khusus mereka. Sebutlah Ali bin Abi Thalib yang cerdas dan
gemar menuntut ilmu, Umar bin Khattab yang ahli bermain pedang, Mushaf
bin Umair yang merupakan seorang pedagang sukses, serta sahabat-
sahabat lainnya. Potensi besar dalam diri mereka dimanfaatkan dengan baik
untuk kebutuhan dakwah Islam.
Para kader inti LDK juga memiliki kekhasannya masing-masing. Mereka
yang ahli di bidang seni bisa menjadi kekuatan dalam mengemas dakwah
menjadi lebih menarik dan komunikatif. Mereka yang gemar berolahraga
bisa dikembangkan potensinya untuk menjadi duta dakwah di kalangan
masyarakat yang gemar berolahraga. Mereka yang gemar berbisnis bisa
didukung kegiatan bisnisnya agar mampu menyokong aktivitas dakwah di
kampus.
Pendidikan kader inti ini menjadi tahapan pertama yang menjadi
fondasi penopang agenda dakwah ke depannya. Oleh karena itu perlu
dicermati dan ditelaah juga berapa banyak kader inti yang ada dan akan
dibina. Pembinaan yang akan dilakukan harus bersifat komprehensif dan
41
dilaksanakan pada waktu yang tepat, sehingga diharapkan bisa menjadi
core dalam membangun basis massa simpatisan.
Tahap Kedua: Membangun Basis Massa
42
Pelayanan ini bisa sangat variatif pula bentuknya, sehingga semakin
banyak yang memikirkan ini akan semakin banyak pula varian metode
dakwah yang bisa digunakan.
S etelah menjalani dua varian metode ini, dakwah juga butuh sebuah
wadah yang bisa menampung para simpatisan untuk mengikuti
43
pembinaan dan menjadi bagian dari massa kita. Wadah ini diharapkan bisa
menjadi media yang tepat dalam mengembangkan potensi simpatisan agar
selanjutnya bisa menjadi kader dakwah pula. Sistem permentoringan yang
dalam istilah lain dikenal dengan usrah atau liqo’ atau halaqoh menjadi
wadah yang sangat tepat untuk menampung dan membina para objek
dakwah ini.
Mentoring adalah proses transfer nilai antara mentor dan binaanya.
Dalam proses mentoring ini seorang mentor diharapkan bisa membina 7-10
orang adik mentor (binaanya) dan memberikan ilmunya serta pemikiran
yang ada untuk membuat frame berpikir yang Islami. Proses mentoring ini
tidak hanya sampai pada tahapan memberikan ilmu. Lebih lanjut, kelompok
mentoring ini bisa menjadi sebuah keluarga kecil bagi para anggotanya.
Oleh karena itu, seorang mentor diharapkan bisa memilki beberapa
fungsi, antara lain:
Guru, seorang guru yang memberikan ilmu kepada muridnya,
Pemimpin, seorang pemimpin yang bisa mengarahkan binaanya
menuju masa depan yang sesuai dengan koridor yang benar,
Kakak/sahabat, sebagai tempat mencurahkan isi hati dikala susah dan
butuh bantuan,
Da’i, seorang mentor tidak hanya memberikan ilmu, akan tetapi juga
menyiapkan binaanya untuk menjadi calon mentor di masa yang akan
datang.
Kader inti yang telah dibina sebelumnya sebisa mungkin disiapkan
menjadi mentor utama dan diharapkan bisa mengembangkan cabang dan
ranting kelompok mentoringnya hingga berjumlah tak terbatas. Dalam hal
inilah dibutuhkan penguatan basis massa. Basis massa yang kuat akan
menopang dakwah ini dan memudahkan langkah kita untuk membuat
gerakan dakwah lebih terbuka dan masif.
44
Tahap Ketiga: Membangun Basis Institusi
45
3) Bentuk Lembaga Dakwah Kampus
Berikut adalah beberapa bentuk yang bisa diajukan sebagai wadah
legal formal LDK. Keterangan lebih jelasnya bisa dilihat pada bab
selanjutnya.
LDK sebagai unit kerohanian pada unit kegiatan mahasiswa
LDK berbentuk Dewan Kesejahteraan Masjid
LDK di bawah departemen kerohanian Badan Eksekutif Mahasiswa
LDK berbasis di setiap fakultas
Infiltrasi ke LDK yang telah ada
Setelah lembaga ini terbentuk, perlu dipenuhi beberapa syarat
kelengkapan lembaga agar fungsi lembaga dakwah ini bisa optimal.
Kelengkapan lembaga ini antara lain:
Pertama, adanya tata organisasi yang sesuai, seperti ketua, sekretaris,
bendahara, dan ketua departemen. Untuk LDK mula, departemen yang
dibutuhkan antara lain: departemen kaderisasi, departemen syiar dan
pelayanan kampus, serta departemen dana. Tiga departemen ini bisa
dikatakan sebagai kebutuhan pokok sebuah LDK. Dengan
mempertimbangkan jumlah SDM yang terbatas, adanya tiga departemen ini
seharusnya sudah cukup untuk bisa menjalankan fungsi LDK dengan baik.
Dalam perkembangannya, sebuah LDK diharapkan bisa memenuhi
beberapa fungsi lainnya yang menjadi fungsi pokok yang diturunkan dari
sektor dakwah ke dalam bentuk departemen/divisi, yakni:
a. Sektor Internal (Kaderisasi, Mentoring, Rumah Tangga)
b. Sektor An Nisaa/Kemuslimahan
c. Sektor Syiar dan Pelayanan Kampus (Media, Event)
d. Sektor Keuangan
e. Sektor Jaringan (Humas)
f. Sektor Akademik dan Profesi
g. Sektor Kesekretariatan (Administrasi, Litbang)
Tujuh sektor ini adalah representasi dari bentuk serta fungsi yang harus
dipenuhi LDK dalam kondisi ideal. Memang butuh waktu dalam
membangun LDK hingga tahap ini, akan tetapi bisa saja dalam proses
46
perkembangan LDK, dua fungsi digabungkan ke dalam satu departemen.
Hal ini tergantung pada jumlah dan kapasitas kader yang ada.
Kedua, diperlukannya sebuah tata nilai dan tata hukum atau pedoman
dakwah yang diberlakukan di LDK. Pedoman yang dibutuhkan antara lain:
Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga, visi dan misi, serta
perangkat sederhana lainnya yang bisa mengarahkan gerak dakwah kader
kita.
Seiring berjalannya waktu, sebuah LDK juga perlu memiliki pedoman
dakwah yang lebih advance. Contohnya saudara kita di SALAM UI yang
mempunyai Manajemen Mutu SALAM UI (MMS UI) yang memuat berbagai
aturan dan norma, serta standardisasi yang digunakan dalam pengelolaan
LDK. Selain di UI, kawan-kawan di UNDIP memiliki sebuah komitmen
bersama antara lembaga dakwah pusat dan lembaga dakwah fakultasnya
sehingga gerak dakwah menjadi sinergis. Sedangkan di GAMAIS ITB, gerak
dakwah kami berpedoman pada Pedoman Lembaga Dakwah Kampus
GAMAIS ITB (PLDK GAMAIS ITB), yang memuat: blue print GAMAIS ITB
2007-2013, Rencana Strategis Jangka Panjang 2008-2010, dan Panduan Fiqih
Praktis Aktivis Dakwah.
Berbagai bentuk pedoman yang ada disesuaikan tergantung
kebutuhan dari LDK. Semakin besar LDK, semakin detail pula aturan yang
ada, karena dalam tahapan kemandirian LDK, sistemlah yang akan
dibangun. Sistem yang kuat akan menghasilkan kader yang kompeten di
masa yang akan datang.
Ketiga, adanya mekanisme kaderisasi berkelanjutan bagi kadernya.
LDK adalah sebuah lembaga kaderisasi. Fungsi kaderisasi atau membina
kader menjadi fungsi yang utama pada sebuah LDK. Kaderisasi ini harus
senantiasa menjadi dinamo yang berkelanjutan, tanpa henti. Sebagai
lembaga yang baik, kaderisasi di LDK haruslah dapat memberikan manfaat
bagi para kadernya dengan meningkatkan kapasitas dan keilmuan yang bisa
menunjang aktivitas mereka baik di LDK maupun di kehidupan sehari-hari.
Hal ini menjadi syarat yang mutlak agar LDK bisa memastikan sistem
regenerasinya berjalan, dan dakwah di kampus bisa bertahan lama.
47
Tahap
L
Keempat: Membangun Bangunan Kampus secara
Keseluruhan dengan Konsep Islam
w
k
a
D
je
b
O
egalitas LDK memudahkan gerak dakwah kita menjadi lebih dinamis
dan bebas. Kekuatan formal lembaga ini memberikan banyak
kemudahan bagi kita untuk dapat berbuat lebih di kampus. Pada tahap
keempat ini varian metode dan objek dakwah semakin luas, bisa dikatakan
tidak terbatas. Semua tergantung pada manajemen kreativitas dan inovasi
dari kader LDK.
Lingkup dakwah pertama yang harus dipenuhi adalah civitas academica
di kampus kita. Selanjutnya bisa meningkat menjadi lingkup kota, nasional,
dan akhirnya internasional. Pada proses pendekatan dakwah terhadap
komunitas di lingkup civitas academica ini terdapat beberapa pihak yang
bisa kita dekati.
48
Dengan adanya lembaga yang legal, agenda syiar pun seharusnya akan
mendapat respons lebih dari massa kampus. Akan tetapi walaupun sudah
ada lembaga yang formal, metode dakwah dengan pelayanan, dakwah
dengan memimpin, serta wadah mentoring yang ada harus tetap dijalankan
karena metode-metode ini merupakan metode klasik yang masih bisa
digunakan sampai kapanpun.
Dosen, dakwah ke dosen butuh pendekatan yang lebih persuasif. Cara
berdakwah ke dosen bukanlah dengan menceramahinya, tetapi dengan
memberikan kesempatan kepada beliau untuk menjadi pembicara di acara-
acara LDK sesuai dengan kompetensinya masing-masing. Dapat pula
dengan melibatkan dosen dalam kegiatan, seperti menjadi penasihat atau
tempat konsultasi. Selain itu, memberikan sedikit kenang-kenangan kepada
dosen berupa buku, bisa menjadi media dakwah yang tepat karena dosen
biasanya gemar membaca. Dengan adanya keterlibatan ini, dosen akan
mempunyai sense of belonging terhadap LDK dan akan lebih peduli
terhadap gerak dakwah kita dan LDK kita.
Birokrat kampus, pendekatan ke birokrat kampus hampir sama dengan
pendekatan ke dosen. Tetapi bisa ditambah dengan silaturahim rutin dalam
rangka meningkatkan kedekatan dan kepercayaan antara kader LDK dan
birokrat kampus. Dengan kedekatan dan kepercayaan yang dapat
ditimbulkan ini, gerak dakwah kita akan lebih didukung dan bisa lebih cepat
berkembang.
Karyawan kampus, karyawan kampus berasal dari berbagai elemen,
seperti bagian administrasi, satpam dan penjaga kantin. Mereka merupakan
bagian dari kampus yang juga perlu kita dakwahi. Keteladanan, budi
pekerti, akhlak yang baik, serta citra kita sebagai mahasiswa yang bermoral
dapat menjadi modal dakwah di sini. Dukungan dari para karyawan kampus
ini biasanya juga akan mendukung gerak dakwah secara umum dikarenakan
jumlah mereka yang banyak, dan adanya peran penting mereka di kampus.
Selain itu, pengadaan ta’lim khusus karyawan atau pemberian bingkisan
untuk mereka di momen tertentu bisa juga semakin mempererat kedekatan
kita dengan mereka.
49
S aya menilai bahwa tidak ada metode dakwah yang terbaik di antara
berbagai metode dakwah kampus. Yang ada hanyalah metode dakwah
yang tepat. Setiap kampus mempunyai kekhasan tersendiri, dan menjadi
tanggung jawab bagi kita untuk bisa memformulasikan metode dakwah
yang paling tepat untuk kampus kita. Berpegang pada tahapan ini, akan
sangat membantu paradigma berpikir kita dalam mengembangkan
Lembaga Dakwah Kampus.
50
O
it
n
jh
s
a
IT
P
R
r
U
D
M
S
B
K
ti
ld
g
k
.w
E
m
o
u
e
p PROSES LEGALISASI
LEMBAGA DAKWAH KAMPUS
BAB 4
Mahbub Fauzie
51
Pada tulisan ini saya akan mencoba memberikan sedikit gambaran
bagaimana cara melegalkan LDK. Tulisan ini saya coba paparkan setelah
diskusi dengan para kader LDK yang telah berhasil melegalkan LDK-nya.
Ada empat tahap yang akan kita lalui dalam pelegalan LDK, dan
keempat tahap ini tidak dibatasi oleh waktu. Lama tidaknya waktu yang
diperlukan untuk melegalkan LDK sangat ditentukan oleh kondisi internal
kampus masing-masing.
Tahap Persiapan
P ada tahap persiapan ini ada dua langkah yang perlu dilakukan, yakni
pembentukan tim inti dan penyaringan massa simpatisan. Tim inti
merupakan kelompok terkecil yang akan berperan sebagai founding fathers,
konseptor, dan berperan sebagai sumbu berputarnya roda dakwah.
Anggota tim inti berasal dari orang-orang yang peduli dan ingin melakukan
dakwah denagan perngorbanan maksimal. Pada kondisi dimana LDK belum
ada, mungkin akan sulit untuk menemukan banyak orang yang mau berpikir
tentang dakwah. Adanya tim inti yang kecil ini diharapkan bisa
memudahkan langkah awal dalam menyusun rencana dakwah.
Komposisi dari tim ini sebetulnya bebas jumlahnya, akan tetapi sebisa
mungkin diusahakan sesuai dengan komposisi mahasiswa di sebuah
kampus. Sebutlah di ITB yang didominasi oleh pria, jumlah tim inti LDK kami
adalah 3 ikhwan dan 2 akhawat. Pada kampus lain yang jumlah
perempuannya lebih banyak, bisa jadi komposisi tim inti ini terdiri dari 2
ikhwan dan 3 akhawat.
Selain mempertimbangkan jumlah, anggota tim inti diharapkan juga
bisa mewakili kompetensi-kompetensi tertentu. Sebutlah di tim ini ada
seorang yang ahli manajemen, ada seorang yang ahli Al Qur’an, ada yang
ahli dalam berdiplomasi dan sebagainya.
Komposisi berdasarkan karakter juga perlu diperhatikan. Menurut
buku “Personality Plus”, ada empat tipikal manusia, yaitu koleris,
melankolis, sanguinis, dan plegmatis. Jika memungkinkan, komposisi tim
inti sebaiknya terdiri dari orang-orang yang berbeda karakter agar
keseimbangan dan dinamisasi pemikiran dan kebijakan bisa berjalan.
52
Setelah tim inti ada dan telah aktif baik pembinaan maupun konsolidasi
dakwahnya, tim ini perlu melebarkan sayapnya dengan menghimpun orang-
orang yang sekiranya mau bergabung dengan barisan dakwah. Saya sering
menyebutnya dengan istilah “Ring Dua”. Ring Dua ini adalah orang-orang
yang akan mendukung pergerakan dakwah kita di kampus.
Karena dakwah ini masih dalam tahap awal dan belum stabil, namun
diyakini akan terus bergerak ke depan, maka Ring Dua dari barisan dakwah
ini perlulah terdiri dari orang-orang yang memiliki keahlian tertentu.
Sebagaimana di zaman Rasulullah, dalam barisan beliau ada seorang ahli
perang seperti Hamzah bin Abdul Muthalib, ada seorang pemimpin ulung
sekaliber Umar bin Khattab, ada seorang yang cerdas seperti Ali bin Abi
Thalib, dan ada seorang yang kaya raya seperti Mushaf bin Umair. Dalam
konteks saat ini, kita perlu orang yang pandai berorganisasi, cerdas dan
berwawasan, berbakat seni dan desain, dan menguasai softskill lainnya.
Selain kompetensi, diperlukan juga adanya orang-orang yang
berpengaruh di dalam barisan dakwah ini. Pada zaman Rasulullah, Abu
Bakar Ash-Shiddiq adalah seseorang yang ternama, Utsman bin Affan
adalah seseorang yang dikenal khalayak luas, dan Khalid bin Walid adalah
seorang jendral besar. Orang-orang yang berpengaruh ini akan menguatkan
barisan dakwah kita. Pengaruh yang mereka miliki akan bisa menarik
simpatisan objek dakwah yang lain.
Selain menyiapkan Ring Dua, kita juga perlu mendefinisikan orang-
orang yang sekiranya simpatik dengan apa yang kita lakukan. Maksud dari
simpatik ini adalah mendukung kegiatan kita, akan tetapi masih belum
bersedia aktif. Dakwah juga membutuhkan orang-orang yang siap
mendukung agenda dakwah kita, minimal dengan menghadiri agenda yang
kita adakan.
Tahap Eksistensi
53
Pertama, sebagai teladan di kampus. Teladan dan idola dalam banyak
hal. Biasanya yang mudah untuk dilakukan adalah menjadi teladan di bidang
akademik dengan menunjukkan bahwa kita bisa berprestasi dengan IP yang
sangat memuaskan. Dapat juga dengan prestasi memenangi kompetisi yang
bergengsi, atau berprestasi di bidang olahraga. Dengan banyaknya teladan
serta prestasi yang dilakukan, gerak dakwah ke depannya akan menjadi
lebih mudah karena citra positif dan inklusif dapat dibentuk dengan
memanfaatkan kader kita sebagai marketer dakwah kita.
Kedua, melalui agenda agenda kecil dan medioker yang bersifat rutin.
Hal yang paling mudah adalah menyelenggarakan kajian atau ta’lim serta
membuat media cetak seperti buletin atau mading. Agenda yang dilakukan
adalah agenda yang tidak memerlukan legalisasi dari kampus sehingga kita
bebas melaksanakannya dengen leluasa. Dengan agenda rutin ini massa
kampus yang juga adalah objek dakwah kita akan menyadari bahwa ada
sekelompok orang yang peduli dengan Islam di sekitarnya.
Dengan kedua metode pendekatan di atas, diharapkan kelompok
barisan dakwah kita bisa mulai dikenal dengan citra positif tentunya,
sehingga ketika tahap legalisasi melalui birokasi dimulai, kita sudah bisa
mendapatkan dukungan dari banyak orang.
“Islam Minhaj At-taghyiir.
Secara makro, eksistensi dakwah Islam senantiasa
bersentuhan dengan realitas sosio-kultural yang
melingkupinya. Ini berperan sangat signifikan
terhadap lingkungan masyarakatnya, yakni
memberikan dasar filosofis, arah, dorongan dan
pedoman perubahan masyarakat sampai terwujudnya
realitas sosial yang baru dan sangat maju di zamannya.
Fenomena inilah yang secara faktual pernah diaktualisasikan
oleh Nabi Muhammad saw.”
Didin Hafidhuddin
54
Tahap Birokrasi
S ecara umum ada dua pendekatan yang perlu dilakukan dalam tahap
akhir (legalisasi birokrasi), yakni pendekatan terhadap birokrasi kampus
dan birokrasi mahasiswa. Pada beberapa kampus, diperlukan legalisasi
kampus untuk mengesahkan sebuah LDK. Sedangkan pada kampus lain
cukup hanya dengan legalisasi dari badan legislatif mahasiswa sudah bisa
mengesahkan sebuah LDK. Pada bagian ini akan saya coba paparkan
mengenai keduanya.
55
sehingga kita bisa merencanakan langkah-langkah pendekatan selanjutnya
sesuai dengan pola pikir mereka
Melibatkan dalam agenda kita. Melibatkan dalam hal ini, tidak hanya
sebatas sebagai peserta, akan tetapi juga sebagai pemateri atau pengisi dari
agenda yang kita adakan. Dengan mengikuti agenda kita, harapannya beliau
bisa memperoleh manfaat serta merasakan rasa memiliki barisan dakwah
kita
Menunjukkan data dan fakta. Dalam kampus yang serba ilmiah,
diperlukan data penunjang yang bisa meyakinkan pihak birokrat bahwa
kampus kita butuh LDK. Data pendukung ini bisa berupa survei, seperti
survei tingkat ketepatan shalat wajib mahasiswa, angka moralitas
mahasiswa, dan sebagainya. Data yang valid, akan memudahkan proses
diplomasi kita dalam melegalkan LDK.
Melalui pendekatan ke birokrasi ini diharapkan pemegang kebijakan di
kampus bisa melegalkan LDK dan memberikan fasilitas yang layak serta
dukungan moril dan materil.
56
Tahap Penyesuaian Bentuk
57
Pada kondisi bisa memilih, bentuk LDK sebagai unit kegiatan
mahasiswa merupakan bentuk yang telah terbukti ideal. Akan tetapi pada
kondisi yang tidak memungkinkan untuk memilih, maka sebetulnya tidak
jadi masalah bagaimana posisi atau bentuk LDK kita. Tinggal bagaimana
nanti kita bisa mengoptimalkan peran LDK sebaik mungkin agar fungsinya
dalam melayani kebutuhan mahasiswa dapat terus berjalan.
58
BAB 5
SINERGISME INTERNAL
LEMBAGA DAKWAH KAMPUS
59
Oleh karena itu, kami memikirkan bagaimana agar dakwah yang
dilakukan bisa berbasis di program studi yang notabene lebih dekat dengan
massa kampus. Tambahan lagi, dengan berbasis di program studi kita bisa
mengenal lebih dalam karakteristik objek dakwah kita. Namun segala hal ini
perlu disinergikan dengan agenda dakwah di LDK. Maka muncullah istilah
LDP-LDF-LDPS yakni: Lembaga Dakwah Pusat, Lembaga Dakwah Fakultas
dan Lembaga Dakwah Program Studi. Ketiga elemen ini adalah sebuah
kesatuan yang disebut dengan LDK atau Lembaga Dakwah Kampus.
Sistematika pembagian yang dilakukan adalah: LDP sebagai sebuah
lembaga dakwah yang mencakupi keseluruhan kampus; LDF sebagai
sebuah lembaga dakwah yang mencakupi fakultas; LDPS sebagai sebuah
lembaga dakwah yang mencakupi program studi atau jurusan. Dengan
adanya pembagian dakwah yang jelas serta sinergisme gerak di dalamnya,
agenda dakwah ini dapat lebih mengena sasaran dan pada akhirnya sesuai
dengan tujuan.
Pengembangan Kepemimpinan
Pengembangan kepemimpinan berfokus pada keahlian, komitmen,
keikutsertaan, dan keefektifan individu dalam proses pengembangan
komunitas. Pada strategi ini kita mencoba membentuk kepemimpinan di
60
fakultas dan program studi yang kuat dan berpengaruh. Dengan adanya
pemimpin yang kuat dan dalam jumlah yang banyak, sebuah komunitas
akan punya kekuatan lebih untuk berkembang ke depannya. Strategi ini
bisa dengan membentuk pemimpin yang berasal dari fakultas atau program
studi, atau dengan menyuplai kader dari LDP yang pemahaman Islam dan
dakwahnya telah terbentuk.
Pengembangan Organisasi
Pengembangan organisasi bertujuan agar komunitas dapat bekerja
dengan lebih baik atau bekerja dengan aturan yang baru. Komunitas dalam
konteks ini adalah kumpulan para aktivis dakwah di sebuah program studi
atau fakultas. Proses pengembangan organisasi ini bisa diartikan sebagai
pendirian sebuah lembaga dakwah. Dengan adanya lembaga yang formal
dan legal, aktivitas dakwah akan lebih mudah dilakukan.
Bentuk dari lembaga dakwah ini bisa bermacam-macam, sebuah LDF
bisa saja berada di bawah senat mahasiswa fakultas, atau berada langsung
dibawah koordinasi LDP. Sedangkan LDPS biasanya berada di bawah
koordinasi LDF, atau dalam beberapa kasus, inheren dengan himpunan
mahasiswa program studi.
Dalam membangun sinergisme dakwah yang terpenting adalah pola
dan struktur terkoordinasi dengan LDP. Pada kampus ITB, LDF dan LDPS
berada dalam satu panji dakwah GAMAIS ITB.
Menata Komunitas
Strategi ketiga adalah dengan menata potensi dari individu yang ada
dalam sebuah wadah LDK agar gerak dakwah lebih terarah serta setiap
individu mampu mengaktualisasikan potensinya dengan baik untuk
dakwah kampus. Setelah sebuah lembaga dakwah didirikan, barulah
lembaga dakwah bisa melakukan aktivitas dakwah ke para objek dakwah
supaya bisa lebih mengenal Islam. Dalam tahapan ini, komunitas yang
dikembangkan tidak hanya sebatas komunitas para aktivis dakwah Islam,
melainkan juga sampai pada tahapan pengembangan massa fakultas dan
program studi.
61
Kolaborasi antar-Organisasi
Strategi terakhir ini bertujuan untuk membangun infrastruktur
komunitas yang meliputi pengembangan hubungan dan kerjasama dalam
level organisasi. Tahap ini merupakan tahap lanjut dalam proses
pengembangan dakwah wilayah. Lembaga dakwah diharapkan sudah
memiliki legitimasi di masyarakat kampus yang menjadi tanggung
jawabnya, dan mulai mengibarkan sayap dakwahnya ke luar fakultas atau
program studi.
Bentuk aplikasi dari tahap ini adalah adanya hubungan dan koordinasi
antara LDF dan LDPS yang dikomandoi oleh LDP. Dengan adanya gerak
yang sinergis dan harmonis antara lembaga dakwah ini, pergerakan
dakwah akan jadi lebih kuat dan tujuan dakwah akan lebih mudah tercapai.
Empat strategi di atas adalah sebuah tahapan umum dalam
membangun dakwah fakultas dan program studi. Penjelasan ini diharapkan
bisa dipahami bagi LDK yang ingin membangun LDF dan LDPS dengan
kondisi telah ada LDP terlebih dahulu.
Pengoptimalan Peran Lembaga Dakwah Pusat
62
internal fakultas atau program studi, akan tetapi jika menemui masalah LDP
dituntut untuk cepat tanggap memberikan solusi atas kendala yang
dihadapi di lapangan.
Proses pendampingan ini dilakukan dengan mengidentifikasi masalah,
mengenal medan dakwah, dan mendorong pihak internal fakultas untuk
menyelesaikan masalah secara mandiri dengan dukungan dari pihak LDP.
Sebagai contoh, sebuah LDF mengalami kendala dari segi supply mentor
untuk mengisi mentoring di fakultasnya. Maka, LDK diharapkan bisa
berkoordinasi dengan LDF lain yang memiliki jumlah mentor lebih banyak
untuk diamanahkan mengisi di LDF yang kekurangan mentor.
3) Advokasi.
Advokasi merupakan sebuah cara yang dilakukan oleh LDP untuk
membangun LDF dan LDPS dengan lebih mengedepakan proses hukum.
Biasanya hal ini dibutuhkan pada proses legalisasi dan legitimasi LDF dan
LDPS. Kita harus bisa mendukung dan memberikan alasan kuat yang bisa
meyakinkan bahwa sebuah LDF bisa terbentuk. Cara paling sederhana
untuk memberikan kekuatan hukum legal formal kepada LDF dan LDPS
adalah dengan menempatkan mereka sebagai bagian dari LDK sehingga
kekuatan payung hukum LDF dan LDPS bisa ditanggung oleh LDK.
63
64
Pengembangan Pembangunan Penataan Kolaborasi
Kepemimpinan Organisasi Komunitas antar-
Organisasi
Sinergisme
Menyuplai Menyuplai
LDF dengan
sistem kebutuhan
Memberikan memfasilitasi
pendukung dakwah LDF
Pendampingan pelatihan dalam
organisasi seperti
kepemimpinan bentuk
seperti dana suplai
forum rutin
dan jaringan mentor
LDF
Membuat
mekanisme
dakwah Menjalin
Menjadi tokoh yang sesuai silahturahim
Membangun dengan
penting/teladan rutin atau
Mandiri basis kader inti kebutuhan
dalam fakultas studi banding
dan massa objek
atau program antara
simpatisan dakwah di
studi lembaga
fakultas atau dakwah
program
studi
Dukungan
Menyuplai berupa
Memberikan
kader dari luar Adanya legitimasi
dukungan
fakultas atau bimbingan LDF/LDPS,
berupa bantuan
program studi berupa dengan itu
hukum untuk
untuk terlibat konsultasi mereka bisa
Advokasi melegalkan LDF
langsung pola melakukan
atau LDPS
dengan aktivitas manajemen hubungan
dengan bantuan
dakwah di dakwah dengan
lobi ke pihak
fakultas atau yang baik lembaga lain
terkait
program studi dengan
bebas
66
Lembaga
Dakwah
Kampus (LDK)
Secara garis besar bisa kita lihat bahwa ada dua hubungan, yaitu:
1) LDP mengkoordinasikan LDF, dan
2) LDF mengkoordinasikan LDPS.
Dalam kondisi ini saya mengusulkan agar dibentuk sebuah forum rutin
antara pimpinan lembaga dakwah. Bentuk forum ini secara teknis bebas,
akan tetapi mempunyai satu tujuan yakni agar orientasi dakwah tetap sama
dan suhu dakwah selalu baik. GAMAIS ITB menggunakan konsep
musyawarah pimpinan dan forum bidang sebagai sebuah pola koordinasi
rutin.
67
a) Musyawarah Pimpinan, adalah sebuah musyawarah yang
68
mempertemukan semua ketua lembaga dakwah dalam satu forum.
Forum ini diadakan setiap bulan. Musyawarah pimpinan merupakan
y
s
u
in
p
a
M
F
P
S
D
A
K
h
trm
forum formal untuk pengambilan keputusan tertinggi di GAMAIS ITB.
Yang menghadiri forum ini adalah kepala LDK GAMAIS, kepala LDF dan
kepala LDPS.
b) Tim Ad Hoc Kepanitiaan, adalah bentuk koordinasi sementara untuk
setiap kepanitiaan gabungan. Misalkan seperti penyambutan
mahasiswa baru dan kegiatan syiar Ramadhan. Dibutuhkan tim Ad Hoc
kepanitiaan pada setiap skala lembaga dakwah agar setiap langkah
dapat berjalan sinergis sehingga terbentuk suatu harmonisasi dalam
gerak dakwah yang dilakukan. Adanya gelombang arus dakwah yang
w
k
o
H
d
e
saling bersinergi memang sangat penting untuk kegiatan sejenis ini.
c) Forum sektor dakwah merupakan sebuah forum rutin yang
dilaksanakan setiap dua pekan sekali oleh sektor dakwah yang ada.
GAMAIS ITB mengenal enam sektor dakwah, yakni: internal, jaringan,
syiar dan pelayanan kampus, dana, annisaa, dan akademik profesi.
Setiap dua pekan sekali ketua sektor di LDP bertemu dengan seluruh
ketua bidang dakwah yang sejenis di LDF dan LDPS.
Dengan bentuk koordinasi seperti ini, semua masalah yang ditemukan
di sektor dakwah yang ada di kampus bisa terselesaikan dengan cepat dan
solutif. Tentunya rentang waktu pertemuan bisa disesuaikan dengan
kesepakatan masing-masing LDK.
69
LDP LDF LDPS
Fungsi - Mengelola - Mengelola dakwah di - Mengelola
dakwah di lingkup kerjanya dakwah di lingkup
lingkup kerjanya kerjanya
- Pusat koordinasi
semua elemen
LDK
Objek Khusus: Khusus: Khusus:
Civitas akademika Civitas akademika satu Civitas akademika
kampus lintas fakultas di tingkat satu program studi di
fakultas/ sekolah kampus, lokal, regional, tingkat kampus,
dan program studi nasional, maupun lokal, regional,
di tingkat kampus, internasional nasional, maupun
lokal, regional, internasional
nasional, maupun
internasional
Umum: Umum: Umum:
Masyarakat umum - Civitas akademika - Civitas akademika
di tingkat lokal, kampus lintas kampus lintas
regional, nasional, fakultas/ sekolah fakultas/ sekolah
maupun dan program studi dan program
internasional di tingkat kampus, studi di tingkat
lokal, regional, kampus, lokal,
nasional, maupun regional,
internasional nasional, maupun
- Masyarakat umum internasional
di tingkat lokal, - Masyarakat
regional, nasional, umum di tingkat
maupun lokal, regional,
internasional nasional, maupun
internasional
70
LDP LDF LDPS
Kekhasan - Heterogen - Dakwah fakultas - Kental akan
- Representasi keilmuan dan
LDK di kampus keprofesian
- Kultural
Potensi - Jaringan yang - Kesamaan kultur - Kesamaan kultur
luas objek dalam lingkup objek dalam
- Multi fakultas/ sekolah lingkup program
kompetensi - Memiliki posisi yang studi
- Massa yang strategis untuk - Kedekatan dengan
banyak dakwah di tingkat objek dakwah
fakultas - Mampu bersinergi
dengan himpunan
- Koordinasi lebih
mudah
Sumber: Pedoman Lembaga Dakwah Kampus GAMAIS ITB
71
BAB 6
72
fh
P
ti
p
g
b
m
s
irtd
k
u
ja
e
y
n
lA
B
M
w
o
K
I Daftar Profil Ideal Kader LDK
ertama, pendekatan ilmu untuk dakwah berbasis kompetensi. Berikut
saya akan langsung memberikan contoh yang terjadi di kampus ITB.
Program Studi Teknik Elektro dan Teknik Informatika membuat
sebuah agenda bernama Pesantren Insinyur, yang agenda utamanya adalah
hal-hal terkait ilmu yang akan diperoleh di bangku kuliah, seperti
programming, bedah CPU, dan sebagainya.
Fakultas MIPA ITB membuat agenda paket pembinaan mahasiswa baru
dengan branding “Muslim Scientist Institute”. Dengan pendekatan ke-
MIPA-an ini mahasiswa akan merasa lebih nyambung, karena materi yang
diberikan memang lebih mengarah kepada bagaimana membentuk muslim
scientist.
Pada Program Studi Teknik Planologi, ada satu kelompok mentoring
yang saya bina. di kelompok ini saya mencoba membuat kurikulum khusus
73
mahasiswa Teknik Planologi. Kurikulum tersebut memberikan materi
seperti perencanaan diri, peran Islam dalam planologi, bijak dalam
mengambil kebijakan, urgensi data (wawasan) dalam kehidupan, dan tema-
tema lain yang memang sesuai dengan pola pikir mahasiswa Teknik
Planologi. Dalam mentoring ini saya sesekali mengundang dosen untuk
mengisi materi tertentu.
Pada Fakultas Farmasi, diselenggarakan seminar khusus tentang
pengobatan ala Nabi. Dalam seminar ini dijelaskan bagaimana pengobatan
zaman Nabi yang masih relevan dengan zaman saat ini, dan dibandingkan
pula dengan obat-obatan kimia yang ada saat ini.
Lain lagi di Sekolah Bisnis Manajemen, sebuah fakultas yang
mempelajari tentang bisnis dan manajemen. Fakultas ini membawa agenda
“Talkshow Ekonomi Syariah” dan dikemas sedemikian rupa sehingga
menjadi sebuah agenda dakwah yang sangat baik.
Hal-hal di atas merupakan sebuah contoh sederhana dari penggunaan
pendekatan dakwah dengan basis kompetensi mahasiswa. Selain
memberikan kesempatan untuk berdakwah, konsep ini juga memberikan
kita kesempatan memahami dan mendalami ilmu yang kita miliki. Cara
pendekatan ilmu ini membuat objek dakwah dapat lebih mudah memahami
Islam karena sambil mengikuti kegiatan yang berhubungan dengan materi
yang ia dapat di perkuliahan.
74
Kader yang berada di Fakultas Seni Rupa dan Desain bisa
memanfaatkan bakatnya untuk mendesain media dakwah yang
komunikatif. Kader di Desain Interior bisa mendesain bentuk sekretariat
kader yang estetis. Kader di Kriya Tekstil bisa mengaplikasikan ilmunya
dalam mendesain busana LDK. Di GAMAIS sendiri sedang dibuat desain
batik GAMAIS oleh salah satu kader kami.
Dalam agenda bakti sosial contohnya, LDK diharapkan tidak
menyumbangkan hal-hal yang organisasi lain pun bisa menyumbangnya.
Karena LDK berbasis di kampus yang merupakan tempat berhimpunnya
mahasiswa, seharusnya bakti sosial yang dilakukan LDK juga berbasis
kompetensi, seperti membuat jembatan penghubung dua desa, membuat
instalasi air bersih, memberikan alat pengelolaan kotoran hewan menjadi
pupuk, pengadaan internet, penyuluhan pengelolaan pertanian, dan lain
sebagainya. Masih banyak lagi tentunya ide-ide yang bisa berkembang dari
kompetensi yang dimiliki. Semakin banyak kita mendalami ilmu di bangku
kuliah, tentunya ide-ide segar lainnya akan bermunculan.
75
Berbagai macam pendekatan yang ada dan sesuai dengan karakter
mahasiswa bisa menjadi sebuah cara dakwah yang tepat, oleh karena itu
penguatan lembaga dakwah di tingkat fakultas atau program studi menjadi
kebutuhan yang tidak bisa dielakkan.
76
77
BAB 7
INDEPENDENSI FINANSIAL
LEMBAGA DAKWAH KAMPUS
78
bahwa kaya itu adalah bakat. Saat itu saya langsung bertanya kepada diri
saya, “Apakah saya punya bakat kaya?”. Lebih lanjut Mr. Tung (sapaan
beliau di luar negeri) mengatakan bahwa bakat orang kaya akan tampak
pada kerja keras, etos kerja yang kuat, disiplin serta pola hidup hemat
yang dijalankannya. Buktinya dapat kita lihat dari kehidupan di sekitar kita,
maupun dari kisah-kisah di buku yang banyak menceritakan kesuksesan
yang diperoleh orang-orang kecil karena memiliki sifat-sifat tersebut.
Memang kaya adalah bakat. Dalam sebuah LDK pun, bakat kaya ini
harus ditanamkan. Dimulai dengan hal yang sederhana tentunya, seperti
membuat kader bisa memproduktifkan semua bidang atau departemen di
LDK untuk menghasilkan uang. Agenda kaderisasi harus surplus, agenda
syiar harus jadi lumbung penghasil dana. Biasakanlah kader agar selalu
berorientasi pada profit saat melakukan setiap agenda dakwah. Begitu pula
dengan departemen ekonomi atau keuangan yang ada, harus bisa berpikir
bagaimana agar aset yang dimiliki bisa dibentuk menjadi mesin uang LDK,
bagaimana membangun jiwa entrepreneur pada semua diri kader, atau
sekedar bagaimana cara mengoptimalkan penggunaan dana dalam setiap
kegiatan. Jangan sampai dengan dana yang ada, kader berpikir untuk
memboroskan anggaran. Kader harus hemat. Pikirkan bahwa dengan dana
yang cukup harus bisa dihasilkan agenda dakwah yang semarak.
Life style kader LDK bisa mengikuti life style para sahabat, sebagaimana
Sayyidina Umar yang memiliki perkebunan yang luas, maupun Nabi
Muhammad yang aktif berwirausaha. Akan tetapi, kenapa dalam sirah
nabawiyah selalu dikisahkan betapa sederhananya kehidupan para sahabat?
Atau sabda Rasulullah di sebuah kisah, “Aku tidak bisa tenang tidur hingga
semua hartaku hari ini telah aku berikan kepada umat”? Dalam hal inilah
terdapat jiwa yang perlu dikembangkan bagi para kader dakwah, yaitu
menjadi seoserang yang kaya dengan life style sederhana. Rasulullah
berkata demikian dikarenakan ia sudah mempunyai aset yang bisa menjadi
mesin uang bagi dirinya, yang terus menghasilkan, dan dapat digunakan
kembali untuk berdakwah. Ketika kita meyakini bahwa semua nikmat ini
berasal dari Allah, maka kenapa kita harus takut menginfakannnya di jalan
Allah?
79
D alam perkembangan pergerakan dakwah kampus, kekuatan finansial
memegang peranan penting terhadap sukses atau gagalnya sebuah
agenda dakwah. Sebuah agenda dakwah bisa berjalan dengan baik
dikarenakan ada faktor dana. Tidak sedikit pula agenda dakwah gagal
karena keterbatasan dana. Maka, dengan ini kita bisa sepakat bahwa LDK
butuh dana, dan konsekuensinya adalah LDK harus kaya karena dengan
uang inilah gerak dakwah kita bisa semakin masif.
Lalu, sebuah pertanyaan muncul, bagaimana cara LDK mencari dana?
Dari pengamatan saya keliling Indonesia, saya menilai bahwa LDK saat
ini masih mengandalkan sponsorship ke perusahaan untuk penggalangan
dana. Jujur, saya kurang sepakat dengan proses pencarian dana yang
menggunakan bantuan sponsorship karena selain membunuh jiwa
entrepreneur kader, dan membuat LDK menjadi bergantung pada pihak lain,
saya berani berkata bahwa peminta bantuan sponsorship ini sama saja
dengan “pengemis elit”. Secara fakta kita sama saja dengan meminta-
minta, walaupun luarnya dikemas sedemikian rupa sehingga tampak elegan
dan profesional.
Membiasakan kader meminta ke perusahaan, sama saja dengan
menanamkan jiwa event organizer ke dalam diri kader, dan ini adalah
pembunuhan karakter seorang muslim. Islam mendidik umatnya untuk
menjadi pengusaha, menjadi pedagang. Bukan menjadi peminta-minta atau
pengemis. Seharusnya LDK-lah yang menjadi pembagi dan pemberi uang ke
pihak lain karena kekuatan finansial yang dimilikinya.
Lalu harus bagaimana?
Mulailah dengan membuat sistem mesin uang yang produktif. Lalu
mulai dengan membangun aset yang bisa menghasilkan uang di masa yang
akan datang. Sulit memang, tapi karena sulit itulah maka kita disebut aktivis
dakwah kampus. Membangun paradigma business man dimulai dari sebuah
kalimat: Uang ada dimana-mana.
Memang, uang itu ada dimana-mana, dan segala sesuatu yang kita lihat
dan berada di sekililing kita saat ini bisa menjadi penghasil uang. Manusia
hidup dengan berbagai masalah, maka mulailah mencari uang untuk LDK
dari masalah yang biasa dihadapi oleh mahasiswa di kampus Anda.
80
Misalnya, mahasiswa biasanya malas membaca buku yang tebal-tebal.
Mereka lebih senang membaca buku atau catatan yang tipis dan to the
point, atau bahkan belajar dengan hanya membaca soal dan pembahasan
soal tahun sebelumnya. LDK bila didukung dengan lembaga dakwah
program studi (jurusan), bisa membuat bundel soal ujian yang berisikan
soal serta pembahasan UTS dan UAS semua mata kuliah tahun-tahun
sebelumnya. Dengan ditambah pengemasan yang baik, bisnis ini akan
menghasilkan dana yang besar. GAMAIS ITB rutin membuat bundel soal
untuk mahasiswa tingkat pertama di ITB (mata kuliah tingkat pertama di ITB
sama di hampir semua jurusan). Saat ini bundel soal menjadi salah satu
usaha andalan kami dalam menghasilkan uang.
Mahasiswa sering kali telat bangun sehingga tidak sempat sarapan
sebelum berangkat ke kampus. LDK bisa berjualan sarapan ringan berupa
kue dan donat yang bisa dikonsumsi oleh mahasiswa di kelas. Jika jaringan
ini berjalan, maka akan dihasilkan dana yang cukup banyak. Sebutlah, di
sebuah kampus terdapat 30 kelas. Jika pada satu kelas saja bisa dihasilkan
Rp 5.000,00 maka dalam satu hari—dengan satu kali jualan—bisa diperoleh
omset sebesar Rp 150.000,00. Jika hal ini diteruskan secara rutin, maka
omset yang diperoleh LDK bisa mencapai Rp 3.000.000,00 dengan asumsi
berjualan selama 5 hari dalam sepekan. Jangan lupa juga untuk memberi
presentase keuntungan untuk para penjual—yang juga kader—supaya
kegiatan ini juga bisa menjadi sumber pemasukan buat mereka.
Ide bisnis lainnya adalah usaha fotokopi. Mahasiswa banyak pergi ke
tukang fotokopi untuk memfotokopi materi kuliah. LDK bisa pula bermain
dalam ranah ini. Buatlah suatu kerjasama dengan sebuah usaha fotokopi
agar bersedia memberikan harga yang murah, dan kita menjual jasa
fotokopi ini ke mahasiswa dengan keuntungan yang sedikit. Sebutlah harga
asli fotokopi adalah Rp 55,00 per halaman. Kita bisa menjual ke mahasiswa
Rp 70,00 per halaman. Harga tersebut sebetulnya juga masih cukup murah
bagi mahasiswa.
Mahasiswa juga sering malas membeli pulsa di tempat yang jauh.
Mereka ingin bisa mengisi pulsa kapan pun dan di mana pun berada. LDK
bisa bermain di ranah ini. Kami di GAMAIS mempunyai agen pulsa di setiap
kelas. Keuntungan satu kali transaksi pembelian pulsa dengan nominal
81
berapapun biasanya Rp 2.000,00.
Sebutlah kita mempunyai agen di 30
kelas. Setiap kelas terdiri dari 80 orang, Contoh produk dana usaha
dan setengahnya (40 orang) adalah yang dilakukan LDK GAMAIS
pelanggan kita. Maka LDK akan punya ITB:
1200 pelanggan. Dengan asumsi setiap Bundel soal
pelanggan melakukan transaksi satu kali Isi ulang pulsa
satu bulan, maka setiap bulan LDK akan Jaket angkatan
menghasilkan dana Rp 2.400.000,00. Rental infokus
Besar, bukan? Penjualan buku kuliah
Pembuatan suvenir LDK
Apalagi bagi LDK yang besar—
Percetakan GAMAIS
sebutlah GAMAIS ITB yang punya 600-
PRESS
700 kader aktif—para kadernya bisa
Donasi alumni
diberikan arahan untuk membeli pulsa di
Kartu Tanda Anggota
counter LDK sehingga keuntungan yang
Infaq/iuran rutin kader
diperoleh pun akan semakin tinggi.
Kerjasama sponsorship
Untuk tahap yang lebih advance, Penjualan kebutuhan
LDK bisa bermain dalam pembangunan mahasiswa
aset. Contohnya bisnis jasa penyewaan
LCD (infokus), memiliki mesin pencetak
pin, mesin percetakan konveksi, jasa
percetakan publikasi, kedai atau warung (di Universitas Hasanuddin
contohnya), penerbitan buku, atau aset-aset lainnya yang bisa jadi mesin
penghasil uang. Memang untuk tahap yang advance ini dibutuhkan dana
lebih. Akan tetapi jika kader LDK bisa membuat business plan yang baik,
saya yakin banyak pihak yang bersedia memberikan modal kepada kita.
82
Saudaraku kader LDK yang disayangi Allah, kekuatan ekonomi saat ini
telah menjadi kebutuhan mutlak. LDK harus kaya bukanlah sebuah angan-
angan. Saya yakin kita semua bisa. Dimulai dari mengubah paradigma kita
dengan pandangan bahwa “uang ada dimana-mana”. Kemudian melihat
peluang yang ada di sekitar kita. Kekuatan finansial inilah yang akan
membuat LDK independen, mandiri, kuat, dan bisa melebarkan pengaruh
dakwah di kampus.
83
BAB 8
MENUJU LEMBAGA
DAKWAH KAMPUS MANDIRI
Satu keluarga menjadi model LDK nasional
berbasis pembinaan dan kompetensi, melingkupi seluruh
sayap dakwah, menuju Indonesia Islami
S ebuah kalimat visi dari GAMAIS ITB yang membuat saya bergetar ketika
membacanya pertama kali ... Menjadi Model LDK Nasional. Sebuah
legitimasi yang tentunya menjadi sebuah amanah tersendiri untuk sebuah
LDK. Saya tidak pernah berpikir seperti ini ketika pertama kali bergabung di
GAMAIS ITB. Saya hanya berpikir bagaimana GAMAIS ITB bisa melayani
masyarakat kampus ITB. Akan tetapi, paradigma saya berubah seketika saat
dimintai mengisi pelatihan di kampus lain. Saya melihat bahwa butuh ada
LDK yang bisa menjadi kiblat atau prototype LDK nasional, agar LDK lain
bisa belajar dan mengetahui tahapan-tahapan yang dilakukan oleh LDK
berskala nasional dalam mencapai kemapanan dakwah di kampus.
Ketika terpilih menjadi Kepala GAMAIS ITB, saya berpikir bagaimana
caranya agar GAMAIS ITB bisa memberikan lebih untuk pembangunan
dakwah di LDK lain. Saya pun mulai menggaungkan pemikiran “GAMAIS ITB
for Indonesia” dengan banyak men-sharing ide saya mengenai pentingnya
perbaikan LDK skala nasional.
Saat sedang dalam proses, seorang kawan bertanya pada saya, “Akh
Yusuf, GAMAIS sudah siap belum untuk memikirkan kampus lain? Apakah
kondisi dakwah di dalam kampus ITB udah stabil?”
Pertanyaan ini membuat saya berpikir dan mencoba merumuskan
strategi untuk mencapai model LDK skala nasional, tanpa menganggu
agenda dakwah saya di ITB. Mulailah saya memikirkannya bersama teman-
84
teman, hingga lagi-lagi kawan saya berkata, “Mungkin tidak akh Yusuf,
kalau dakwah di ITB dikendalikan oleh lembaga dakwah fakultas dan
lembaga dakwah program studi, sehingga GAMAIS ITB pusat bisa fokus
mengkoordinasi LDF dan melayani kampus lain?”
Sebuah ide yang akhirnya saya turunkan dalam konsep
“Restrukturisasi Lembaga Dakwah Kampus” yang telah saya paparkan
pada bab “Sinergisme Lembaga Dakwah Kampus”. Pada bab ini saya akan
coba paparkan secara bertahap, apa saja yang harus dipersiapkan untuk
menuju LDK mandiri berskala nasional.
85
Delapan kriteria ini diharapkan bisa dipenuhi sebagai syarat awal.
Karena memang tidak mungkin sebuah LDK memikirkan LDK lain, jika LDK
tersebut tidak memiliki kemapanan dan kemandirian. Biasanya memang
sebuah lembaga yang sudah mapan baru bisa memikirkan rencana yang
lebih besar dan jangka panjang. Oleh karena itu, saya mencoba membuat
standar yang tinggi agar sebuah LDK tidak terzalimi ketika mulai berbagi ke
kampus lain.
87
Syarat Ketiga: Pembagian Kerja
S etelah Lembaga dakwah pusat dan lembaga dakwah wilayah kuat dan
saling bersinergi, kita perlu melakukan pembagian kerja di BPH
lembaga dakwah pusat agar semua aspek dakwah dapat terfasilitasi.
Saya akan berbicara tentang tugas pokok kepala LDK, yakni:
(1) Pemimpin seluruh umat muslim di kampus dan sebagai representatif
dari LDK
(2) Pemimpin diplomasi, ekpansi jaringan, dan politik bagi LDK
(3) Panglima dakwah untuk semua kader dakwah
(4) Pengkoordinir LDF dan LDPS
(5) Pemimpin Badan Pengurus Harian Lembaga Dakwah Pusat dan
memastikan program kerja lembaga dakwah pusat berjalan
Secara umum, lima hal inilah yang menjadi tugas pokok dari seorang
kepala LDK. Jika hanya dijalankan oleh seorang saja, saya melihat akan
terjadi ketidakoptimalan di semua lini. Oleh karena itu, pelaksanaan kelima
tugas ini saya pecah hingga diemban oleh tiga orang, sehingga terbentuklah
Trisula Kepemimpinan GAMAIS ITB.
Pembagian tugas ini saya paparkan sebagai berikut:
a) Kepala GAMAIS ITB
Pemimpin seluruh umat muslim di kampus dan sebagai
representatif LDK
Pemimpin diplomasi, ekpansi jaringan dan politik bagi LDK
Ditempatkan sebagai tokoh mahasiswa skala nasional
b) SekJen GAMAIS ITB
Panglima dakwah untuk semua kader dakwah
Mengkoordinasikan LDF dan LDPS
c) Kepala Sektor Internal
Memimpin Badan Pengurus Harian Lembaga Dakwah Pusat dan
memastikan program kerja lembaga dakwah pusat berjalan
Adanya pembagian kerja yang jelas, membuat ketiga pemimpin bisa
bekerja optimal pada tugas pokoknya masing-masing sehingga tidak ada
88
satu pun rencana kerja yang tidak terperhatikan. Agenda program kerja pun
dapat berjalan, LDF dan LDPS kuat dan sinergis, serta agenda pelayanan ke
kampus lain pun dapat terfasilitasi.
I nilah sebuah gambaran bagaimana LDK bisa bergerak mandiri pada skala
nasional dengan berbasiskan kekuatan internal yang kuat. Dengan
semakin banyaknya LDK berskala nasional maupun regional di Indonesia,
FSLDK akan memilki kutub-kutub perkembangan LDK di Indonesia yang
merata. Sebutlah di Sumatera kita sangat berharap UNAND dan UNILA
dapat menjadi kutub perkembangan LDK. Pulau Jawa, selain ITB yang
mungkin sedang akan fokus pada perbaikan skala nasional, diharapkan UI,
IPB, UNDIP, UGM, UNAIR, dan ITS bisa menjadi kutub perkembangan skala
regional. Di Kalimantan ada UNMUL yang memiliki kekuatan finansial yang
dapat menopang dakwah di sana. Sedangkan di Pulau Sulawesi dan Papua,
kita sangat berharap kepada UNHAS dan UNPATI agar bisa menjadi motor
dakwah di daerahnya.
Ketika banyak kutub-kutub LDK yang bisa menjadi kiblat atau prototipe
LDK lain di sekitarnya, diharapkan akan terjadi trickle down effect
perkembangan LDK di sebuah wilayah, sehingga harapan kita untuk
melakukan gerakan dakwah secara masif dan merata di seluruh kampus di
Indonesia dapat menjadi kenyataan.
89
BAB 9
MEMBANGUN JARINGAN
LEMBAGA DAKWAH KAMPUS
90
sebuah usaha untuk menguatkan kondisi internal LDK. Adanya jaringan ini
bermanfaat pula bagi LDK yang sudah mandiri karena LDK tersebut dapat
berperan dengan membagi ilmu serta pengalaman yang dimilikinya dengan
komunitas LDK, sehingga LDK lainnya yang bernaung di bawah panji FSLDK
bisa berkembang dan tentunya bisa mandiri.
Dalam hal ini ada dua kisah yang ingin saya sampaikan. Kisah tentang
perbandingan dua LDK yang jauh berbeda kondisinya dalam memanfaatkan
jaringan yang ada. Kisah pertama, berasal dari sebuah LDK di pelosok Pulau
Sulawesi yang berada di sebuah kampus kecil yang jumlah mahasiswa dan
kadernya sedikit. LDK ini baru berdiri sekitar 1−2 tahun lamanya.
Perkembangannya pada awalnya cukup lambat karena memang daya
dukung internal dan eksternalnya masih kurang. Seiring berjalannya waktu,
LDK ini mulai mengenal keberadaan FSLDK. Sejak saat itu mulailah para
aktivis LDK ini membuka jaringan dakwahnya. Mereka mulai mengikuti
konsolidasi dan mengikuti beberapa pelatihan-pelatihan manajemen LDK.
Dalam hal penyediaan mentor mereka juga mendapat dukungan dari LDK
lain.
Suatu ketika, salah seorang kader dari LDK ini hadir di forum
silahturahim nasional di Bandar Lampung. Ia bertemu dengan banyak kader
LDK dari seluruh penjuru tanah air. Saya mencoba mengamati kader ini, ia
begitu antusias belajar dan berdiskusi dengan para kader LDK lain yang
hadir. Ketika bertemu dengan saya pun, ia tampak seperti ingin mengambil
semua pemahaman yang saya miliki. Semangat menuntut ilmu dan
memperluas relasi menjadi tujuannya datang ke Lampung. Pertemuan kami
tidak berlangsung lama. Bisa dikatakan saya kehilangan kontak beliau untuk
waktu yang cukup lama.
Hingga pada sebuah pagi, ada sebuah sms yang datang ke telepon
genggam saya, “Ass.wr.wb. Akh Yusuf apa kabarnya? Gimana keadaan
GAMAIS? Masih dahsyat, kah? Alhamdulillah akh, hari ini LDK kami akan
mengadakan daurah rekrutmen anggota, insya Allah yang daftar sekitar 50-
an orang, doakan ya akh, oh ya, syukron untuk ilmunya”. Pesan seperti ini
membuat saya mengucapkan syukur yang amat mendalam, ternyata beliau
bisa menjadi pionir dakwah di kampusnya.
91
Kisah kedua, saya akan bercerita tentang LDK kami, GAMAIS ITB. Pada
akhir kepengurusan kepala GAMAIS sebelum saya, Tri Aji Nugroho, kami
angkatan 2005 GAMAIS yang akan menggantikan kepengurusan
sebelumnya melakukan konsolidasi, yang salah satu hasilnya memutuskan
bahwa kami akan menyiapkan BPH (Badan Pengurus Harian) GAMAIS
sebelum adanya suksesi kepengurusan. Hal tersebut diputuskan dengan
asumsi sudah siapnya sistem dan tim BPH. Siapapun yang terpilih sebagai
kepala akan kami dukung.
Karena segala keterbatasan ilmu yang ada, kami mencoba belajar dari
luar kampus ITB. Saat itu wacana yang kami bangun adalah ingin
memperkuat basis fakultas dan program studi yang notabene adalah garda
terdepan dalam dakwah. Bukan hanya tidak punya lembaga dakwah
fakultas, hubungan GAMAIS sebelumnya dengan lembaga dakwah program
studi juga tidak erat. Oleh karena itu kami mencoba belajar ke beberapa
orang yang kami nilai kampusnya memiliki kekuatan dalam membuat
konsep lembaga dakwah fakultas. Kami menghubungi ketua LDK Salam UI,
kak Budi, dan ketua Insani UNDIP, kak Raka. Kami coba berdiskusi dan
mengambil banyak data dari mereka.
Selanjutnya informasi yang kami dapatkan kami bahas di Rapat
Angkatan 2005. Rapat ini menghasilkan sebuah pola gerak baru dalam
dakwah GAMAIS. Pola dakwah inilah yang saat ini kami gunakan dan
ternyata sangat bermanfaat memperkuat kondisi internal kami serta
menjadikan kami mampu memberikan kontribusi skala nasional. Gabungan
konsep LDK UI dan UNDIP kami satukan menjadi sebuah konsep Post-
modern Movement—saya menyebutnya seperti itu—di GAMAIS ITB.
Dari dua cerita diatas, bisa saya ambil sebuah pelajaran bahwa
kekuatan jaringanlah yang akan membuat sebuah komunitas kuat, baik
bagi LDK yang masih muda maupun LDK yang sudah mandiri.
B erikutnya saya akan uraikan jaringan apa saja yang perlu dimiliki oleh
LDK serta cara membangun dan menjaga jaringan tersebut agar bisa
bermanfaat untuk perkembangan LDK.
92
Jaringan Internal LDK
Dalam jaringan internal kampus terdapat dua elemen utama, yakni
pihak lembaga mahasiswa dan pihak birokrasi. Dua elemen ini tentu
membutuhkan cara pendekatan yang berbeda. Oleh karena itu kader harus
bisa bersikap dan bertindak secara tepat, agar tujuan dari pembangunan
jaringan ini bisa tercapai.
Lembaga Mahasiswa
Setiap kampus biasanya memiliki banyak lembaga atau kelompok
kegiatan mahasiswa. Sering kita kenal adanya Badan Eksekutif Mahasiswa
(BEM), Unit Kegiatan Mahasiswa, himpunan mahasiswa program studi, dan
sebagainya. Setiap lembaga ini memiliki keunikan dan kelebihan tersendiri.
Sebutlah BEM yang kompeten di bidang sosial dan politik, unit kebudayaan
yang senantiasa melestarikan kebudayaan tradisional masing-masing
daerah, koperasi mahasiswa yang mendidik anggotanya untuk
berwirausaha, serta himpunan mahasiswa yang bergerak di bidang
keprofesian.
LDK dapat menjalin kerjasama dengan lembaga-lembaga mahasiswa
tersebut untuk membangun jaringan. Yang perlu dipahami, dalam
bekerjasama terdapat suatu kepentingan bersama atau hubungan yang
timbal balik. Hal inilah yang menjadi pegangan dasar kita dalam
membangun jaringan terutama ke lembaga mahasiswa yang erat dengan
hubungan perkawanan dan persahabatannya.
Oleh karena itu, untuk menjalin kerjasama dengan lembaga mahasiswa
mulailah dengan membentuk suatu kepentingan bersama antara kedua
belah pihak. Kepentingan bersama mengarahkan kita kepada sebuah tujuan
atau sebuah nilai yang sama-sama disepakati. Sebagai contohnya LDK dapat
bekerjasama dengan semua lembaga dakwah agama lain dalam rangka
meningkatkan moralitas mahasiswa di kampus. Bisa kita nilai bahwa
kepentingan bersama ini bisa melewati batas-batas ideologi yang dianut
oleh lembaga yang ada.
Contoh lainnya, dalam meningkatkan kesadaran ber-Islam mahasiswa
dengan bertema “Kebersihan sebagian dari Iman”, LDK bisa mengadakan
93
kerjasama dengan himpunan mahasiswa teknik lingkungan dan teknik
arsitektur dengan mengadakan tempat sampah yang baik serta
meningkatkan kesadaran mahasiswa untuk membuang sampah pada
tempatnya. Kepentingan bersama ini bisa dibentuk sedemikian rupa mulai
dari kepentingan yang kontemporer sampai kepentingan jangka panjang.
Dalam hubungan kerjasama akan muncul hubungan timbal-balik yang
biasa kita kenal dengan istilah simbiosis. Simbiosis yang boleh dibentuk
dalam kerjasama dengan lembaga mahasiswa ini adalah simbiosis
mutualisme yang menguntungkan kedua belah pihak, dan simbiosis
komensalisme yang menguntungkan hanya satu pihak namun tanpa
merugikan pihak lainnya.
Untuk hubungan simbiosis mutualisme, sebuah LDK bisa membuat
kerjasama dengan unit sosial masyarakat. Misalnya kerjasama untuk
program aksi bersama. Unit sosial masyarakat bertugas menyiapkan segala
kebutuhan untuk aksi, sedangkan LDK bertugas menyiapkan massa untuk
digerakkan.
Sedangkan dalam hubungan simbiosis komensalisme, sebisa mungkin
usahakan agar kita menjadi pihak yang membuat pihak lain untung, namun
kita sendiri tidak mengalami kerugian. Paradigma ini perlu dibangun karena
LDK tidak boleh membebani dan merugikan lembaga lain, LDK harus bisa
berperan dalam memberi dan melayani. Sebagai contoh, pada kerjasama
dalam membangun akhlak anggota di suatu lembaga sosial, LDK dapat
berperan sebagai penyuplai pemateri untuk mengisi acara-acara keagamaan
di lembaga tersebut. Contoh lainnya, dalam rangka membantu
memperkenalkan unit seni yang baru berdiri, LDK bisa berperan dengan
memberikan unit tersebut kesempatan untuk tampil di acara yang sedang
diselenggarakan.
Membangun jaringan di lembaga mahasiswa bisa menjadi langkah awal
bagi LDK dalam menguatkan eksistensinya di kampus. Ada sebuah pesan
yang sangat menarik dari salah seorang kawan saya, “Massa kampus hanya
butuh disapa”. Benar sekali pendapatnya menurut saya. Saya mencoba
mengimplementasikannya dengan menyempatkan diri datang ke unit dan
himpunan mahasiswa untuk menyapa dan bertemu ketua serta anggotanya
sejenak (sekitar 5−10 menit). Saya biasa melakukan hal ini secara rutin
94
sehingga GAMAIS ITB semakin dikenal dan dekat dengan masyarakat
kampus yang notabene adalah objek dakwah kami.
Birokrat Kampus
Birokrat kampus yang saya maksud di sini meliputi rektorat kampus
berserta jajarannya hingga ke tingkat program studi. Untuk menghadapi
para birokrat kampus, kita perlu membangun paradigma bahwa mereka
adalah orang tua kita di kampus. Dengan demikian kita perlu bersikap
layaknya seorang anak yang patuh kepada orang tua dan mengingatkan
mereka ketika mereka salah. Dengan paradigma ini kita akan bisa
membangun jaringan melalui pendekatan personal yang berasaskan
manfaat.
Sebagai langkah awal tentunya dimulai dengan pendekatan personal.
Saya terkadang bersilaturahim ke birokrat tanpa sebuah tujuan atau agenda
khusus. Saya datang dan berdiskusi saja dengan mereka tentang apapun.
Karena kita berasal dari LDK, maka topik pembahasan bisa seputar
mahasiswa, moralitas, akademik, atau tentang Agama Islam. Silaturahim
tanpa agenda khusus ini diharapkan bisa menimbulkan kedekatan hati dan
kepercayaan satu sama lain sehingga ketika LDK melakukan sebuah
pengajuan bantuan tertentu di lain waktu, prosesnya dapat menjadi lebih
mudah. LDK harus mampu memberikan pandangan kepada semua birokrat
kampus bahwa dirinya terpercaya dan bertanggung jawab. Untuk
memberikan manfaat yang berkelanjutan, hubungan dengan pihak birokrat
kampus harus selalu kita jaga dengan mempertahankan citra positif ini.
Media
Media merupakan corong opini publik. Medialah yang saat ini
menentukan dan membuat sugesti publik. Media bisa mengubah paradigma
negatif jadi positif, dan sebaliknya. Pembangunan jaringan ke media dapat
dimulai dari media lokal, seperti media cetak lokal, radio lokal, maupun
stasiun televisi lokal. Pembangunan jaringan ke media relatif mudah karena
pada dasarnya media pun memerlukan berita. Bentuk kerjasama yang bisa
dilakukan sangatlah bervariasi. Sebutlah pelatihan jurnalistik, pelatihan
media, kerjasama dalam mempromosikan sesuatu, publikasi kegiatan,
hingga aktif menulis di media lokal. Contohnya di Kota Banten, media cetak
lokalnya kerap kali diramaikan oleh tulisan-tulisan para kader dakwah.
Perusahaan
Membangun jaringan ke perusahaan biasanya dimulai dari sebuah
kegiatan yang membutuhkan dana sponsorship. Terkadang memang butuh
momen untuk memulainya. Dalam pendekatan ke perusahaan hal yang
perlu dicatat adalah profesionalisme dari kader LDK. Kepercayaan yang
diberikan dari perusahaan kepada LDK harus dijaga sebaik mungkin.
Dengan menjaga kepercayaan dan hubungan ke perusahaan, LDK akan bisa
bekerja sama kembali di waktu yang akan datang.
96
Tokoh Publik
Tokoh publik ialah orang yang memiliki kompetensi di bidang tertentu
dan diakui oleh masyarakat sekitarnya. LDK perlu melakukan pendekatan ke
tokoh publik karena selain dapat mengambil ilmu yang dimilikinya, LDK juga
bisa memanfaatkan pengaruh tokoh tersebut untuk memperlancar
agendanya. Pendekatan yang sering digunakan untuk membangun jaringan
tokoh adalah melalui kunjungan langsung.. Mulailah dengan bersilaturahim
biasa dan diskusi. Jangan lupa pula untuk memperkenalkan LDK agar tokoh
tersebut aware dengan keberadaan LDK kita.
Instansi Lainnya
Instansi yang dimaksud di sini sangat beraneka ragam. Misalnya LSM,
yayasan, lembaga pemerintahan, partai politik, organisasi masyarakat, dan
sebagainya. Pendekatan umum dalam membangun jaringan ini dimulai dari
dua hal, yakni kunjungan silaturahim dan melakukan agenda bersama
seperti baksos atau aksi bersama. Pemanfaatan jaringan ini juga beragam,
tergantung dari jenis lembaganya.
97
p
L
n
r
a
lf-g
PUSKOMDA untuk memudahkan jalur komunikasi ke jaringan LDK terbesar
ini.
e
t
is
Banyak sekali memang jaringan yang bisa dibangun oleh LDK dalam
rangka menguatkan barisan dakwah di kampus. Pada bagian selanjutnya
saya akan memberikan paparan bagaimana cara memperluas dan menjaga
jaringan yang ada.
A
Targetting
98
lembaga dakwah, media massa Islam, MUI, perusahaan Islam, ataupun
ormas Islam.
Visiting
Kunjungilah langsung pihak tersebut. Kunjungan ini bertujuan untuk
c
n
a
M
i
menjalin tali silaturahim. Melalui kunjungan ini pula kita bisa berdiskusi dan
menemukan persamaan antarlembaga agar mendapatkan pemahaman
bersama dan kerjasama dakwah ke depan bisa lebih mudah.
Mailing
informal seperti pesan selamat idul fitri atau ucapan selamat ulang tahun.
Bisa pula berupa pesan formal seperti undangan untuk menghadiri acara
LDK atau penyampaian laporan dan dokumentasi agenda LDK untuk
pencitraan LDK kita.
Self-Existence
Terkadang LDK perlu memperkenalkan diri ke masyarakat luas.
Lakukanlah perkenalan diri ini dengan membentuk citra yang positif. Hal ini
dapat dilakukan baik melalui media atau pun dengan kunjungan langsung.
Main
99
Menjaga Jaringan LDK
Database
Setelah membangun jaringan, sebuah LDK hendaknya memiliki sebuah
database. Database yang rapi akan memudahkan pemanfaatan dan transfer
data jaringan ke generasi penerus kita. Dengan demikian jaringan yang LDK
kita miliki akan senantiasa terjaga untuk waku yang lama. Tantangan dalam
menjaga jaringan adalah biasanya data mengenai jaringan tersebut melekat
pada orang, bukan lembaga. Jadi, menjadi tanggung jawab bagi pemilik
data untuk meneruskan dan memperkenalkannya kepada penerusnya.
Contact
Dari database yang telah ada, LDK selanjutnya perlu berhubungan
secara rutin dengan jaringan yang telah dibangun. Dengan demikian LDK
kita pun akan senantiasa diingat oleh orang-orang di jaringan tersebut. Bisa
jadi kelak dalam kegiatan yang dijalankan, kita memberikan laporan atau
dokumentasi kegiatan agar orang dari jaringan LDK kita tersebut bisa
merasakan perkembangan yang terjadi pada LDK. Secara tidak langsung
kita mencoba mengajaknya menjadi bagian dari kemajuan LDK.
Update
Selalu ada kemungkinan contact person pada jaringan LDK kita
merubah nomor telepon atau emailnya. Oleh karena itu perlu selalu
dilakukan update data agar jaringan yang telah kita bangun tetap terjaga
dan tidak saling kehilangan kontak.
Feedback
Feedback bisa berbentuk pemanfaatan jaringan seperti kerjasama
kegiatan. Dengan feedback ini, akan terbentuk kedekatan dan kekuatan
jaringan yang lebih baik. Perlu kita ingat, dalam membangun jaringan
jadikanlah hasil seperti bantuan dana bukan sebagai tujuan utama, namun
sebagai dampak silaturahim yang kita jalankan. Tentunya sebuah LDK
100
memegang semangat dakwah yang mengutamakan semangat silaturahim
dalam rangka mengembangkan jaringan.
A nis Matta mengatakan, “Saat ini bukan lagi masanya tim yang kuat,
akan tetapi saat ini adalah masanya jaringan yang kuat”. Kekuatan
jaringanlah yang bisa membuat gerak LDK menjadi lebih masif dan kuat.
Membangun jaringan bukan lagi sebuah agenda prioritas nomor dua, akan
tetapi merupakan agenda utama yang perlu diprioritaskan demi kemajuan
LDK.
101
Glosarium
A:
Akhawat: perempuan
Al Amin: dipercaya
Aqidah: keyakinan pada Islam
Ashabiqunal awwalun: orang-orang pertama yang masuk Islam
F:
Fiqih: hukum Islam
H:
Halaqoh: mentoring
I:
Ikhwan: pria
J:
Jama’i: berjamaah/bersama-sama
102
L:
Liqo’: mentoring
M:
Mabit: malam bina iman dan taqwa
S:
Syiar: menyampaikan ajaran Islam
Syukron: terima kasih
U:
Ulama: ahli agama
Umara: pemimpin
Usrah: mentoring / keluarga kecil
W:
Wajihah: lembaga
103
Aktivis Dakwah yang Solid
danProduktif
Ketika satu pintu tertutup, pintu lain terbuka; namun terkadang kita melihat dan
menyesali pintu tertutup tersebut terlalu lama hingga kita tidak melihat pintu lain
yang telah terbuka. Alexander Graham Bell
104
BAB 10
PROFIL
AKTIVIS DAKWAH KAMPUS
MASA KINI
B erbicara tentang aktivis dakwah tentu tidak terlepas dari beban moral
yang melekat pada dirinya. Aktivis dakwah akan selalu menjadi profil
dan panutan bagi teman-temannya di kelas, program studi, bahkan di
tingkat kampus. Ketika menjadi seorang aktivis dakwah, maka hukum majas
sinekdok pars prototo akan melekat pada dirinya. Ketika seorang aktivis
memiliki profil baik, maka LDK akan tercitrakan baik pula, begitu pula
sebaliknya. Dengan demikian menjadi sebuah tuntutan tersendiri bagi
seorang aktivis dakwah untuk bisa berkata, bersikap dan berperilaku baik,
dan benar-benar menjadi teladan untuk massa kampus.
Pada bagian ini saya akan menguraikan profil aktivis dakwah kampus
masa kini yang diperlukan untuk menunjang proses dakwah yang dilakukan
oleh LDK. Dengan dukungan profil aktivis dakwah yang baik, citra dakwah
kampus akan meningkat sehingga berdampak pada semakin besarnya
jumlah mahasiswa dan mahasiswi yang berminat bergabung dalam LDK.
Profil tersebut adalah:
105
Enam profil ini diharapkan mampu menjadi profil bagi setiap aktivis
dakwah di setiap kampus. Setidaknya petinggi LDK diharapkan dapat
memenuhi profil di atas sehingga ia bisa menjadi tokoh teladan pada
tingkat kampus dan memberikan citra baik tersendiri bagi LDK di mata
mahasiswa lain.
Berikut penjelasan dari masing-masing profil:
106
Selain itu kepekaan terhadap isu nasional maupun internasional
adalah sebuah kebutuhan yang juga perlu dimiliki. Dengan kepekaan ini
seorang aktivis dakwah dapat berdialekta dan memahami Islam lebh
komprehensif. Ia pun akan mampu melihat terbukanya kesempatan
dakwah yang lebih lebar.
107
6) Menguasai minimal satu bahasa asing
Saya merekomendasikan penguasaan bahasa Inggris dan Arab.
Penguasaan terhadap bahasa asing memberikan kesempatan agar para
aktivis dakwah kelak dapat bersaing dengan dunia internasional sehingga
dapat memberikan pengaruh yang lebih besar terhadap lingkungannya.
E nam profil tersebut akan menjadi kebutuhan primer bagi setiap aktivis
dakwah kampus yang akan menunjang keberlangsungan gerak dakwah
di kampus masing-masing. Dengan bermodalkan kualitas kader yang
potensial, LDK akan lebih cepat berkembang sehingga berdampak pada
semakin progresifnya LDK menebarkan nilai Islam di sebuah kampus.
108
BAB 11
KARAKTER
AKTIVIS DAKWAH KAMPUS
YANG KOMPREHENSIF
109
2) Memberikan contoh teladan bagaimana seorang pemimpin muslim
mengayomi masyarakat kampus,
3) Membuat kebijakan yang mendukung terciptanya kampus madani,
4) Mengondisikan terbentuknya lingkungan kampus yang toleran dan
dapat menstimulus optimalnya pemanfaatan potensi pada setiap
individu di lingkungan kampus,
5) Menyusun kurikulum kaderisasi kemahasiswaan yang berkaitan dan
menunjang dengan visi dakwah kampus,
6) Memberikan kesempatan untuk belajar menjadi kader dakwah yang
terbuka dan siap berdakwah di lingkungan yang heterogen.
110
P
rofil khusus ini sejatinya dimiliki oleh setiap kader dakwah untuk
mendukung dakwah kampus yang harmonis dan progresif. Untuk itu
diperlukan adanya pembinaan terpadu di antara kader dakwah yang
berbeda wilayah untuk menciptakan karakter kader yang komprehensif.
Pembinaan terpadu ini bisa dilakukan dalam bentuk temu kader terpusat
atau diklat khusus dan berjenjang.
Menjadi harapan besar bagi saya di masa yang akan datang saat
seorang kader dakwah berhasil meninggalkan kampus dengan memiliki
keseluruhan profil di atas. Pada akhirnya perdaban Islam ini akan terwujud
dengan kader yang memandang dakwah secara integral dari segala aspek
dan memanfaatkan segala kesempatan dakwah yang bisa diambil.
112
113
BAB 12
STRATEGI SUKSES
DAKWAH PERSONAL
Sesungguhnya kamu tidak akan dapat
memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi
Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya,
dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang
mau menerima petunjuk.
S uatu hari saya dan teman mendatangi sebuah tempat makan yang
terkenal memiliki makanan yang lezat. Dengan sebuah harapan besar
bahwa saya akan mendapatkan makanan yang enak, kami pun masuk ke
sana. Setiba disana harapan yang ada itu tiba-tiba pudar. Kami sudah duduk
di bangku meja makan di sana, tetapi tidak ada satu pun pelayan yang
menghampiri kami.
“Kok gue dicuekin, sih?”, pikir saya dalam hati. Teman saya akhirnya
memanggil pelayan rumah makan tersebut. Seorang pelayan pun datang.
Namun tanpa disangka ia hanya memberikan kami daftar menu, kertas, dan
alat tulis tanpa berbasa-basi memberi penjelasan, ataupun sekedar
memperkenalkan diri. Hingga selesai makan, bisa dikatakan bahwa
pelayanan yang kami dapat sangatlah buruk. Makanan yang kabarnya lezat
tersebut jadi terasa hambar tanpa memiliki kelebihan apa pun.
Di hari lain saya pergi ke sebuah toko buku dan membeli buku berjudul
“Starbucks Experience”. Dalam waktu singkat buku tersebut mampu
membuat saya tertarik untuk datang ke Starbucks dan menikmati
“pengalaman” khas di sana. Dalam buku itu dijelaskan tentang sistem
staffing di Starbucks yang menuntut jiwa staf yang baik, ramah, dan murah
114
senyum. Starbucks yakin bahwa staf (dalam hal ini pelayan) adalah garda
terdepan yang akan memberikan pencitraan cafe-nya kepada pelanggan.
Akhirnya pada suatu siang, saya bermaksud mencoba merasakan
“pengalaman ala Starbucks” tersebut. Saya pun mendatangi cafe yang
ternyata cozy itu. Sejak tiba hingga berjalan sampai ke counter
pembeliannya, saya disambut oleh senyuman pelayan-pelayannya. Wajah
cerah dan ramah mereka membuat saya merasa semakin nyaman. Di
counter saya ditawarkan berbagai pilihan minuman kopi yang ada. Mungkin
pelayan di counter ini bisa melihat kalau saya bukanlah pelanggan biasa
Starbucks, melainkan baru pertama kali datang, sehingga bingung ingin
memilih minuman yang mana. Pelayan itu pun seketika membimbing saya
untuk memilih kopi yang tepat.
“Mau yang dingin atau yang panas?”, si pelayan bertanya.
“Hmhmh... kayaknya yang dingin, deh”, jawab saya.
Lalu si pelayan melanjutkan, “Kalo yang dingin kami ada yang ini... ini...
ini... (saya lupa nama pastinya). Tapi biasanya anak muda suka yang
frappucinno blended.”
“Yawda yang itu aja”, saya pun memutuskan.
Pelayanan yang mengesankan ini berlanjut. Si pelayan menunjukkan
saya counter additional ingredients, yaitu semacam tempat untuk
menambahkan gula, susu, atau coklat bubuk. Setelah itu saya mengambil
tempat duduk. Entah mengapa ramahnya pelayan-pelayan di Starbucks
membuat perasaan saya menjadi nyaman. Harga kopi yang mencapai Rp
40.000,00 itu terasa sebanding dengan experience yang saya dapatkan.
K isah di atas adalah perbandingan dua kisah yang pernah saya alami.
Saat menikmati kopi Starbucks, saya berpikir: Kalau semua kader LDK
punya jiwa ramah, murah senyum, bersikap positif dan selalu bahagia,
alangkah indah dan mudahnya bagi LDK untuk mengajak massa kampus lain
bergabung, dalam hal ini, tertarik untuk mengikuti agenda LDK. Semakin
saya sadari lagi bahwa kader adalah agen, sekaligus sales, sekaligus media
promosi, dan juga wajah yang akan memberikan pencitraan kepada LDK.
115
Seorang kader yang baik, ramah, dan berbudi pekerti akan
memberikan dampak positif dan pencitraan yang baik pula untuk LDK.
Seorang kader yang kemampuan akademiknya baik serta memiliki IP yang
tinggi akan membuat massa kampus melihat bahwa kader LDK adalah kader
yang pintar. Seorang kader yang bijak, murah senyum dan gemar menyapa
langsung objek dakwah, akan memberikan sebuah persepsi bahwa LDK
inklusif.
Memang perlu disadari bersama bahwa kader adalah media promosi
paling efektif. Kita perlu membiasakan kader terlibat secara personal dalam
mengajak mahasiswa untuk datang ke acara yang kita adakan—jangan
hanya mengandalkan poster atau pamflet. Kader LDK adalah wajah dari
LDK. Baik buruknya kader adalah cerminan dan persepsi massa kampus
terhadap LDK. Oleh karena itu pemimpin LDK perlu menjamin kualitas kader
sebagai seorang agen dakwah.
Dengan konsep bahwa LDK adalah lembaga berbasis kader, maka
kader kita harus kita siapkan dengan baik. Persiapan kader untuk dapat
berdakwah di mana pun dia berada ini memerlukan berbagai pembekalan.
Setelah ilmu yang mencukupi, hal selanjutnya yang harus dipersiapkan
adalah skill interpersonal kader yang supel, ramah, murah senyum dan
bijak. Pendekatan ini sangatlah penting. Semua kader diharuskan dapat
memahaminya dengan baik.
Berikut saya akan memberikan tips paradigma berpikir bagi kader
dakwah. Konsep ini bisa dijadikan nilai dasar kader dalam menyiarkan Islam
secara personal dan bisa digunakan untuk berbagai hal seperti pencitraan
LDK, dakwah fardiyah, mempromosikan kegiatan, atau bahkan untuk
pengajuan proposal sponsorship.
116
Soul to Soul
Teori SS Marketing (Rendy Saputra, 2006)
Telinga hanya bisa disentuh dengan mulut, dan mulut hanya bisa
akan tampak dari raut wajahnya. Begitulah kurang lebih inti dari soul to
soul. Seorang kader yang memahami apa yang ia lakukan, akan meniatkan
perbuatan tersebut dengan ikhlas lalu melakukannya dengan sungguh-
sungguh sehingga kebahagiaan dan kepuasan akan tampak pada dirinya.
Jiwa seperti inilah yang dibutuhkan oleh seorang kader. Kekuatan ini
akan berdampak pada konsistensi perbuatannya karena ia menjalankan
segala sesuatu dalam dakwah dengan pehamaman yang kuat dan hati yang
ikhlas. Oleh sebab itu tantangan atau rintangan tidak menjadi alasannya
untuk mundur, tapi justru menjadi penambah semangatnya untuk bisa
berbuat lebih, karena Allahlah tujuannya semata.
Seorang dosen saya pernah mengatakan, “Kamu harus all out dalam
segala hal”. Penjiwaan dalam melakukan aktivitas dakwah akan
memberikan dampak kader sangat all out dalam berdakwah. Konsep
117
SS
S
ruhiyah yang saya pahami adalah adanya keterlibatan jiwa pada setiap
aktivitas yang kita lakukan, bukan hanya sekedar berapa banyak halaman Al
Qur’an yang dibaca atau berapa lama shalat malam yang dilaksanakan,
karena ibadah tersebut hanya akan jadi ibadah biasa jika tidak berdampak
pada semangat kita dalam bergerak.
Kekuatan soul to soul ini pula yang akan memberikan pencitraan pada
massa kampus. Orang luar LDK akan melihat kader kita bersungguh-
sungguh dan penuh kerja keras dalam melakukan setiap urusan. Pencitraan
ini memberikan dampak positif bagi LDK dalam mengembangkan sayap
dakwahnya.
118
Selain itu kader dakwah harus berjiwa ksatria, pantang menyerah dan
selalu optimis. Seorang kader dakwah tidak boleh berpikir negatif terhadap
LDK-nya. Anda harus menanamkan dalam pikiran Anda bahwa Andalah yang
terbaik, dan LDK Anda adalah yang terbaik. Dalam buku “The Secret” yang
pernah saya baca, hal ini dikenal dengan istilah law of attraction, yakni
sebuah pemikiran bahwa alam akan memantulkan apa yang kita pikirkan
dan alam akan mendukung apa yang kita inginkan.
Saya selalu mencoba menanamkan hal yang positif dalam benak saya.
Ketika awal saya menjadi kepala GAMAIS ITB, saya pernah memikirkan
bagaimana cara agar lembaga dakwah program studi dan lembaga dakwah
fakultas bisa berjalan beriringan dengan GAMAIS ITB. Saya selalu
memikirkan hal ini dan menyampaikan gagasan saya ke kawan-kawan yang
lain.
Alhasil, setelah 6 bulan kami mengemban amanah di GAMAIS ITB, cita-
cita itu terwujud dengan bukti suksesnya Muktamar GAMAIS ITB. Pada saat
itu pertama kali dalam sejarah GAMAIS ITB, visi misi serta rancangan
dakwah kami selama 6 tahun mendatang dipikirkan bersama antara
GAMAIS pusat (LDK), lembaga dakwah fakultas (LDF), dan lembaga dakwah
program studi (LDPS). Kata ganti “kita” juga mulai muncul sebagai
representatif dari GAMAIS pusat serta kedua lembaga dakwah wilayah di
ITB ini sehingga saat ini ketika disebutkan kata GAMAIS, maka semuanya
paham bahwa yang dimaksudkan adalah LDK, LDF, dan LDPS.
Seorang kader dakwah pun harus pantang menyerah dalam
kegagalan. Sudah menjadi hal yang lumrah jika manusia gagal. Seorang
manusia yang hebat bukanlah orang yang tidak pernah gagal, akan tetapi
orang yang cepat bangkit dari kegagalan. Jika gagal membuat sebuah
agenda, maka seorang kader dakwah harus cepat bangkit dan mulai
merencanakan agenda lain yang lebih baik. Jika gagal mengajak seseorang
untuk ikut mentoring, maka seorang kader dakwah harus cepat beralih ke
target lain untuk diajak mentoring.
Selain itu pandangan optimis harus terus ditanam dengan baik di
pikiran setiap kader dakwah. Optimis bahwa LDK akan terus berkembang
dan maju. Optimis bahwa semua masalah bisa diselesaikan. Seorang Arya
Sandhiyudha (mantan ketua SALAM UI) pernah berpesan pada saya,
119
“Ingat, masalah bukanlah problem, tapi priority. Jadi selesaikan, jangan
ditunda, apalagi dilimpahkan ke orang lain”. Seorang kader LDK harus
bersikap positif terhadap semua tantangan yang dihadapinya karena
dengan ujian dan tantanganlah diri ini akan menjadi semakin kuat dan
berpengalaman.
120
Kader dakwah butuh memiliki senyum yang ikhlas. Kekuatan senyuman
kadang lebih kuat ketimbang rangkaian kata berbobot yang disusun
semalaman. Dari diskusi yang saya lakukan belum lama ini dengan salah
seorang ketua himpunan, saya memperoleh masukan bahwa ternyata
massa kampus membutuhkan kader kita yang ramah, lembut dan kerap
menyapa dan mengajak mahasiswa lain untuk berbuat kebaikan. Mereka
butuh disapa, mereka butuh di datangi, dan mereka butuh diajak dengan
keramahan dan kelembutan dari seorang kader.
S ahabat aktivis LDK di seluruh Indonesia, sering kali LDK menjadi tidak
berkembang hanya karena pengurusnya bingung merangkai agenda.
Perlu dipahami bahwa berapa banyak agenda yang dibuat tidak menjadi
parameter utama dalam keberhasilan LDK. Kedekatan hati dan peningkatan
kapasitas serta jumlah kaderlah yang menjadi parameter utama
keberhasilan LDK. Sering kali pula kita terlalu mengandalkan media-media
mahal sebagai alat publikasi, padahal kita punya kader LDK yang bisa
digunakan sebagai media promosi yang paling baik untuk LDK.
Kader adalah wajah sebuah LDK. Bila baik citra kader, maka baiklah
citra LDK. Bila buruk citra kader, maka buruk pulalah citra LDK. Untuk itulah
pembinaan terhadap kader harus diprioritaskan karena kaderlah yang
mengendalikan kemajuan dan kemunduran sebuah LDK.
Tulisan ini terinspirasi oleh pelayanan Starbucks
dan pemikiran Rendy Saputra (entrepreneur muda-ketua majelis
syuro GAMAIS ITB 2007-2008) tentang Teori SS Marketing: Soul to
Soul, Spiritual and Strong, dan Smile and Shining
121
BAB 13
MENJADI KADER
PENUH PRESTASI
122
Titik tekan yang saya coba berikan sesuai dengan jargon di awal, “Dakwah
dinamis, akademik optimis”. Saya ingin mematahkan pandangan bahwa
ketika seseorang bergelut dalam dunia dakwah kampus secara total maka ia
tidak bisa mendapatkan prestasi akademik yang baik.
Buat saya tentu sangat tidak masuk akal ketika seseorang harus
mendapatkan IP rendah agar ia bisa memberikan yang terbaik untuk
dakwah. Saya justru berpikir seharusnya dengan dakwah baik yang berkah,
Allah akan memberikan nikmatnya berupa kemudahan bagi aktivis dakwah
kampus tersebut menjalani aktivitas akademiknya. Karena saya sangat
yakin, jika dakwah ini memperoleh keberkahan dari Allah, tentulah
pertolongan-Nya akan selalu menemani perjuangan kita.
Alhamdulillah atas izin Allah pula enam indikator di atas berhasil saya
penuhi selama menjalankan kehidupan di kampus. Dalam tulisan ini saya
akan menekankan pada pembahasan indikator pertama dan kedua dengan
memberikan cara menjaga keseimbangan dalam aktivitas dakwah dan
aktivitas akademik.
123
Berbagai kata bijak sejenis pun telah menjadi hal yang tidak asing lagi di
telinga masyarakat. Dari semua kata-kata bijak ini bisa diambil sebuah
kesimpulan sederhana bahwa segala sesuatu tentang keberhasilan ataupun
kegagalan selalu bermula dari bagaimana kita menata hati dan pikiran
dengan bijak dan tenang.
Langkah sederhana yang selalu saya terapkan ke dalam diri saya adalah
meyakinkan diri bahwa saya bisa memberikan yang terbaik untuk setiap
hal yang saya lakukan. Meyakinkan diri bahwa saya bisa menjadi yang
terbaik dalam segala hal yang dikerjakan dan siap memberikan segala yang
bisa diberikan untuk mencapai keberhasilan. Secara tidak sadar, proses
meyakinkan diri ini memberikan sebuah pola pikir baru dan berbuah sebuah
karakter dalam diri saya agar menjadi pribadi yang selalu optimis
menghadapi segala sesuatu.
Khusus untuk akademik, saya meyakinkan diri saya bahwa hanya boleh
ada nilai A di dalam transkrip akademik. Keyakinan saya ini didukung pula
oleh sugesti diri yang saya tanamkan dengan menuliskan huruf A besar di
wallpaper komputer pribadi, menuliskan nilai A ketika sedang iseng, dan
sebagainya.
Dengan menata hati dan pikiran, diri ini akan memiliki landasan hati
yang kuat dalam berpikir dan bertindak. Kekuatan pikiran sangat
menentukan segalanya, kemampuan diri untuk bisa merekayasa hati dan
pikiran sehingga melahirkan sebuah sugesti positif terhadap diri merupakan
cara yang ampuh untuk bisa menggapai keberhasilan diri.
Manajemen Fokus
Manajemen fokus adalah cara yang penting untuk aktivis dakwah
kampus yang dikenal memiliki banyak kesibukan di berbagai tempat
sehingga kekuatan fokus terhadap aktivitas yang dikerjakan menjadi sebuah
kebutuhan tersendiri untuk mengoptimalkan kinerjanya.
Saya memandang bahwa inti dari manajemen waktu adalah
manajemen fokus itu sendiri, karena waktu lebih mudah diatur ketimbang
fokus yang beredar di pikiran. Sering kali ditemui seorang aktivis dakwah
kampus yang tidak fokus dan melamun di kelas karena memikirkan
tanggung jawab dakwahnya. Begitu pula sebaliknya saat seorang aktivis
124
dakwah kampus tidak fokus memimpin rapat karena memikirkan tugas
kuliah yang belum selesai. Dua kejadian yang tidak produktif diatas adalah
hasil dari tidak fokusnya seorang aktivis dakwah. Oleh sebab itu,
manajemen fokus diperlukan untuk bisa menunjang dan mengoptimalkan
kinerja kita sebagai aktivis dakwah kampus.
Salah satu perangkat pendukung untuk menunjang manajemen fokus
adalah dengan memiliki buku catatan yang berbeda antara kuliah dan
aktivitas dakwah sehingga ketika mengerjakan salah satunya, seorang
aktivis dakwah tidak akan memikirkan yang lain. Selain itu biasakan pula
untuk memulai sesuatu dengan menjadi gelas kosong, yang tidak memiliki
beban pikiran akan aktivitas atau kegiatan lain ketika memulai sebuah
kegiatan baru. Biasakan mengambil wudhu dan membaca lafadz basmallah
ketika memulai sesuatu.
Manajemen Diri
Inti dari manajemen diri adalah integritas dan disiplin. Kedua hal ini
akan membuat diri anda lebih yakin, tidak tegang, dan percaya diri dalam
menghadapi segala hal. Seseorang harus mampu menahan ego atau
keinginan sesaatnya dikala sedang berada dalam kesibukan tertentu.
Kebanyakan orang sangat sulit untuk menolak permintaan bantuan
atau ajakan dari orang lain dengan berbagai alasan. Meski demikian
terkadang anda perlu tegas dengan rencana yang sudah disusun. Intervensi
jadwal kegiatan di tengah aktivitas adalah suatu hal yang perlu
dipertimbangkan dengan masak sebelum menerimanya.
Manajemen diri juga sangat terkait dengan kebiasaan rutin yang
dijalankan dengan konsisten, seperti bangun pagi untuk ke mesjid atau
jadwal untuk istirahat dan belajar. Dengan konsisten terhadap jadwal rutin,
seseorang akan memiliki standar minimal kegiatan yang dilakukannya
setiap hari sehingga ia dapat selalu meningkatkan kualitas pekerjaannya.
T iga pola manajemen sederhana ini menjadi kunci agar aktivis dakwah
kampus dapat bergerak dinamis dalam berdakwah dan optimis melihat
hasil indeks prestasi. Dengannya seorang aktivis dakwah tidak lagi
125
memandang dakwah sebagai sebuah beban, melainkan sebagai sebuah
kebutuhan. Ia menjadi lebih tertantang untuk menyelesaikan tanggung
jawab dakwah yang lebih besar untuk mengharapkan keberkahan dari
Allah.
126
BAB 14
MENJADI
MENTOR IDAMAN
B agaimana agar saya bisa menjadi mentor yang baik? Apa saja yang harus
saya persiapkan dan harus saya pahami?
Mentoring adalah salah satu bentuk kaderisasi dua arah yang bisa
digunakan untuk meningkatkan kemampuan da’iyah seorang kader. Pada
saat seseorang menyampaikan materi, secara tidak langsung ia juga belajar
untuk memahami kembali materi yang ada. Orang bijak pernah berkata,
ketika Anda bisa mengajarkan suatu hal kepada orang lain, Anda berarti
telah memahami hal itu dengan baik. Saya sangat sepakat dengan
statement ini. Seseorang yang menjadi mentor tentunya sebelum
menyampaikan materi akan mempersiapkan dirinya dengan baik terlebih
dahulu.
Proses kaderisasi dua arah ini sangat diharapkan dapat dilakukan oleh
semua kader, bagaimana seorang kader dakwah bisa melakukan aktivitas
tarbiyah dan dakwah secara bersamaan. Oleh karenanya di LDK dibutuhkan
pelatihan dan kesempatan untuk mempraktikkan menjadi seorang mentor
sejak dini dan berkelanjutan.
Dalam beberapa kesempatan saya mengisi materi pada diklat mentor
di beberapa kampus atau SMU. Saya menemukan masalah yang kerap
ditemukan oleh para mentor pemula. Permasalahan ini seputar
ketidakpahaman materi, kemampuan komunikasi yang terbatas,
kepercayaan diri, serta kekhawatiran tidak bisa menjadi mentor yang
127
amanah. Yang paling membuat saya bingung adalah kenapa semua masalah
ini sering dijadikan alasan untuk menolak menjadi mentor. Karena urung
memulai, penundaan kesiapan ini justru membuat kita tidak akan menjadi
mentor untuk selama-lamanya.
Pada dasarnya alasan di atas bisa diselesaikan dengan cara yang sangat
sederhana. Ketidakpahaman akan materi bisa disolusikan dengan membaca
buku referensi yang tepat. Saya sangat kagum pada tulisan Satria Hadi
Lubis yang banyak membicarakan cara menjadi mentor yang baik. Selain
buku panduan menjadi mentor, buku-buku pemahaman diniyah dan
wawasan umum perlu juga kita baca. Permasalahan komunikasi bisa
diselesaikan dengan latihan berbicara dari lingkup yang kecil—mungkin
dimulai dari di hadapan satu orang, lalu lima orang, dan seterusnya—hingga
ada keyakinan pada diri kita untuk berani berbicara. rasa ketidakpercayaan
diri juga bisa diatasi dengan mencoba berpikir positif, dan memandang
kelebihan diri sebagai sebuah keunggulan.
Selain itu berlatih menjadi mentor dengan membina binaan yang lebih
muda bisa menjadi media latihan yang baik. Sebutlah Anda seorang
mahasiswa tingkat 2, maka bisa menggunakan siswa SMU sebagai latihan
untuk memberikan materi mentoring. Untuk menghadapi kekhawatiran
bahwa Anda tidak bisa amanah akan apa yang disampaikan, Anda bisa
mentekadkan dalam diri bahwa setelah Anda menyampaikan sesuatu,
maka Anda akan langsung menjalankannya.
Bisa saya coba memahami bahwa sebab mengapa ada kader yang
punya permasalahan di atas adalah dikarenakan ia tidak cukup memiliki
bekal yang layak untuk menjadi mentor. Selain berbekal ilmu, bekal
pengalaman atau jam terbang juga menjadi kebutuhan tersendiri. Jika hal
kedua ini yang ternyata menjadi sumber masalah, maka solusinya hanya
satu, yakni membiasakan diri kader untuk membina kelompok mentoring
agar ia semakin berpengalaman.
B erbagai teori tentang mentor ideal mungkin sudah banyak beredar dan
bisa kita dapati di berbagai media. Namun ternyata untuk
mengaplikasikannya secara utuh memiliki tantangan tersendiri. Hal ini selain
128
dikarenakan oleh adanya personal capacity yang berbeda pada setiap orang,
kondisi setiap anggota kelompok mentoring pun juga beragam. Dengan
demikian trik di lapangan akan lebih bermanfaat ketimbang pemahaman
materi saja.
Pada kasus ini saya akan menyampaikan beberapa tips untuk menjadi
seorang mentor yang memahami posisinya. Saya tidak akan berbicara
materi apa yang tepat atau bagaimana cara berkomunikasi. Akan tetapi jika
Anda memahami peran Anda sangat penting sebagai mentor ini, saya
berharap Anda bisa termotivasi untuk menjadi mentor yang terus belajar
menjadi lebih baik.
Dalam eskalasi tahapan pembinaan, kita mengenal beberapa tahapan,
yakni:
Peran mentoring dalam tahapan ini ada pada tahap kedua, yakni pada
proses pembentukan kader. Mentoring berperan dalam memperkuat kader
yang sudah baik, dan membentuk kader baru menjadi militan dan produktif.
Supplai kader ini akan menentukan keberhasilan pada tahapan selanjutnya.
Saya pernah menganalogikan mentoring ini sebagai tulang punggung
dakwah yang selalu mencetak darah (baca:kader) baru setiap tahunnya.
Jika dipersentasekan, maka kurang lebih komposisinya dalam hal
keberhasilan dakwah adalah:
Fase perkenalan : 30 %
Fase pembentukan : 30 %
129
Fase penataan : 20 %
Fase eksekusi : 20 %
Besarnya komposisi ini menggambarkan bahwa peran sentral mentor
dalam mengelola mentoring merupakan peran besar yang sangat strategis
dalam pembangunan dakwah kampus kita. Oleh sebab itu, pengelolaan
mentoring serta pemahaman mentor yang baik adalah sebuah kebutuhan
untuk menguatkan basis ekspansi lembaga maupun kader. Kader yang kuat
akan mampu merencanakan dan menjalankan sistem yang kuat, dan sistem
yang kuat juga akan menghasilkan kader yang kuat pula. Berikutnya akan
saya paparkan sedikit mengenai tips untuk menjadi mentor yang baik untuk
peserta mentoring.
130
yang menyatukan hati Anda dengan binaan dalam rajut tali kecintaan
kepada Allah semata.
Karakter
Mentor harus dapat mengetahui bagaimana karakter umum dari
binaan. Anda bisa menggunakan buku panduan “Personality Plus” untuk
mengidentifikasi karakter para adik binaan. Apakah ia seorang yang koleris,
melankolis, plegmatis, atau sanguinis. Dengan mengetahui bagaimana
karakternya Anda akan lebih mudah memahaminya.
Kultur
Setiap orang punya kultur yang berbeda-beda. Orang dari Aceh atau
Medan, tentu berbeda dengan orang yang berasal dari Jawa atau Papua.
Setiap kultur ini punya kekhasannya masing-masing. Gunakan perbedaan
kultur yang ada sebagai kesempatan untuk lebih dekat dengan binaan.
Gunakan pula kesamaan kultur dengan binaan sebagai pendekatan untuk
menyampaikan materi.
Latar belakang
Masa lalu atau latar keluarga yang berbeda akan berpengaruh
terhadap pola piker binaan. Seorang kader yang berasal dari keluarga yang
berkecukupan tentu akan punya taste dan preference yang khas. Seorang
kader yang mungkin punya masa lalu yang suram tentu akan berpikir beda
dengan seorang kader yang berasal dari keluarga ulama. Anda sebagai
131
mentor diharapkan dapat mengetahui latar belakang binaan dan dapat
mengemas materi sesuai dengan pola pikir binaan.
Visi Personal
Setiap manusia mempunyai keinginan, tujuan hidup, dan masa depan
masing-masing. Anda sebagai mentor sangat dituntut untuk mengetahui
apa yang akan jadi keinginan binaan Anda di masa yang akan datang
sehingga Anda dapat membimbingnya untuk menuju masa depan yang
baik.
Kompetensi
Maksud kompetensi disini adalah kemampuan pribadi binaan, apakah
itu kompetensi agama, kompetensi akademik, kompetensi seni, kompetensi
olahraga, kompetensi softskill, atau pun kompetensi lainnya. Jadikanlah
kompetensi ini sebagai sebuah kelebihan binaan. Gunakan pula
pengetahuan kita terhadap kompetensi binaan ini sebagai salah satu upaya
pendekatan materi mentoring. Misalnya seorang mahasiswa IT bisa kita
dekati dengan memberikan materi berisikan contoh-contoh istilah
programming, atau mahasiswa kedokteran bisa kita dekati dengan materi
tentang bedah mayat untuk lebih mengenal keagungan Allah.
Brother/sister
132
Seorang mentor berperan sebagai seorang kakak atau saudara bagi
peserta mentoring sebagai tempat berdiskusi dan menceritakan isi hati atau
masalah yang mungkin dihadapi. Oleh karena itu seorang mentor perlu
memiliki karakter empatik dengan harapan dapat menyentuh hati para adik
binaannya sehingga terjadi keterbukaan satu sama lain dan terbentuk
nuansa kekeluargaan dalam kelompok mentoring tersebut.
Coach
Pelatih adalah sosok yang memberikan arahan, mengajarkan cara
melakukan sesuatu, mencontohkan, mengawasi peserta latihan,
memotivasi ketika gagal, memberi selamat ketika berhasil, dan setia
mendampingi agar peserta dapat melakukan suatu hal. Untuk itu diperlukan
karakter pengkader yang ulung bagi seorang mentor. Karena ialah yang
akan senantiasa berinteraksi dengan para peserta mentoring. Untuk ini
seorang mentor membutuhkan pula kemampuan merangkul dan
mempengaruhi orang-orang di sekitarnya.
Pathfinder
Seorang mentor diharapkan dapat menjadi pembimbing bagi
binaannya dalam menapaki masa depannya. Dalam hal ini mentor perlu
memahami potensi tiap binaan dan member mereka alternatif pilihan untuk
masa depannya. Sebagai contoh kecil, dalam hal memilih sub-jurusan pada
sebuah program studi, seorang mentor dituntut untuk bisa memberikan
gambaran yang jelas mengenai pilihan-pilihan yang ada dan memberikan
rekomendasi kepada peserta mentoring. Oleh karena itu seorang mentor
diharapkan juga dapat memiliki karakter pemimpin yang bisa mengarahkan
peserta mentoring.
Headhunter
Kebutuhan dakwah kampus akan mentor atau mentor senantiasa
bertambah, oleh karena itu seorang mentor diharapkan dapat
mempersiapkan dan membentuk karakter binaan untuk dapat menjadi
mentor di masa yang akan datang.
133
Variasi Metode
Metode penyampaian materi divariasikan sebanyak mungkin, jika
memungkinkan, usahakan cara penyampaian berbeda setiap pekannya.
Minimal siapkan 4 variasi metode sehingga setiap variasi bisa ditemui setiap
bulan. Sebutlah, pertemuan olahraga bersama, bedah buku, kunjungan ke
ustadz/tokoh, rihlah, memasak bersama, skill pendukung untuk persiapan
berkeluarga (membetulkan mobil, membetulkan listrik, menjahit), makan
bareng, simulasi, dan sebagainya. Variasi ini bertujuan untuk menghindari
kejenuhan binaan. Penyampaian materi pun juga sebaiknya disesuaikan
dengan kebutuhan agar binaan siap menerima.
134
BAB 15
KADER ADALAH
AGEN MARKETING
Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, maka
Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mu'min akan melihat
pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada Yang
Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-
Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan
(QS. At Taubah: 105)
S audara saya yang juga merupakan kepala syiar dan pelayanan kampus
GAMAIS ITB, Albaz Rosada, menerjemahkan kata “syiar” dalam bahasa
Inggris dengan “marketing”. Awalnya saya sempat bingung, kenapa harus
“marketing”? Padahal kata tersebut lebih cocok diterjemahkan menjadi
“pemasaran”. Kemudian lebih jauh saya melihat bahwa memang yang
dilakukan oleh lembaga dakwah adalah memasarkan produk dakwah,
mempromosikan Islam, atau menyebarluaskan jaringan Islam. Untuk itu
semua, maka dibutuhkan pemasaran yang baik dalam LDK.
Marketing atau proses syiar dalam LDK adalah hal yang sangat penting,
karena memang tugas utama LDK adalah ber-syiar. LDK adalah lembaga
dakwah yang tugasnya men-syiar-kan Islam. Poin penting dalam tulisan ini
adalah bagaimana kader kita bisa mempunyai karakter syiar yang kuat—
bisa dikonotasikan sebagai kader yang berkarakter da’i—sehingga
dimanapun dan kapanpun seorang kader berada, jiwanya akan selalu
berorientasi syiar.
Kader bagi sebuah LDK adalah garda terdepan. Perlu diingat juga,
kader LDK berarti semuanya, dari low sampai top management. Jiwa da’i ini
harus ditanam sejak masa awal seorang kader bergabung dalam LDK.
Penanaman jiwa ini sejak awal pelan-pelan akan menghapus paradigma
135
bahwa LDK adalah EO, yang cukup marak beredar beberapa tahun
belakangan ini. Karena itulah pembekalan terhadap kader harus terpadu
dan berkelanjutan.
Seorang kader harus dibina agar ia memiliki kekuatan Qur’aniyah yang
kuat, dimulai dari belajar membaca, tahsin yang baik, membaca tafsir,
menghafal hingga mengamalkannya. Selain itu seorang kader harus
mempunyai kredibilitas seorang pemimpin. Ia harus mampu menjadi yang
terbaik di kelas, memimpin lab, menjadi asisten mata kuliah, dan memiliki
keunggulan di bidang akademik lainnya. Kita sangat mengharapkan seorang
kader dakwah punya kemampuan untuk menjadi teladan di tempat-tempat
ia berhimpun.
Kader adalah agen promosi bagi LDK dan media paling tepat untuk
mengajak orang lain untuk bergabung dalam barisan dakwah ini.
Masyarakat kampus akan melihat dengan positif, seorang kader kita yang
memiliki budi pekerti yang baik, maka dengan itu mereka bisa jadi simpati
dan tertarik untuk mendalami Islam.
S aya pernah suatu waktu ditanya oleh kawan sekelas saya, “Cup, apa sih
yang bisa buat lo berubah, lo tampak tenang dan excited banget
dengan hidup lo?” Saya pun menjawab, “Gue gabung di Gamais. Bukan
karena gue udah soleh, tapi gue tau bakat maksiat gue tinggi, makanya gue
banyak belajar di Gamais, dan gue dapet apa yang gue ingingkan. At least
gue bisa tenang dan selalu berpikir positif dalam setiap langkah gue”.
Diskusi pun berlanjut, dan saat ini beliau telah bergabung dengan kelompok
mentoring.
Kader pula yang akan memberi contoh kepada masyarakat kampus,
bagaimana seorang muslim yang baik memimpin. Seorang muslim
memimpin dengan sepenuh hati dan raga, melayani anggota yang
dipimpinnya, dan mau berkorban tanpa pamrih. Itulah seorang pemimpin
muslim yang akan disenangi oleh masyarakat kampus. Kader LDK harus bisa
mengisi pos-pos kepemimpinan di semua wilayah, dari yang terkecil—
ketua kelas atau ketua kelompok tugas—hingga pos-pos yang lebih besar
dan berpengaruh—ketua unit mahasiswa, ketua himpunan mahasiswa, atau
136
ketua BEM. Lagi-lagi dengan sebuah harapan agar kader kita dapat
mencontohkan bagaimana Islam mengajarkan umatnya memimpin, dan
bagaimana Islam bisa betul-betul menjadi rahmat bagi semua manusia.
Saya punya saudara bernama Muhammad Iqbal. Beliau Ketua
Angkatan Mahasiswa Fisika Teknik angkatan 2005. Ada sebuah kisah yang
saya ingat tentangnya. Saat itu dalam prosesi orientasi mahasiswa, beliau
dicabut amanahnya oleh pengkader. Namun karena tuntutan berbagai
pihak dan karena beliau juga disenangi dan disayangi oleh anggotanya,
beliau terpilih kembali sebagai ketua angkatan. Menurut kabar pula, beliau
adalah ketua angkatan Fisika Teknik pertama yang gagal diturunkan oleh
para pengkader saat masa orientasi mahasiswa. Subhanallah... kader
dakwah inilah yang kemudian berperan besar dalam menegakkan kekuatan
Islam di kampus. Iqbal yang saya ceritakan saat ini diamanahkan sebagai
kepala Departemen Manajemen Sumber Daya Anggota GAMAIS ITB.
D i lain pihak, kader LDK dituntut pula untuk memiliki IP yang tinggi dan
aktif dalam perkuliahan. Kampus berisikan masyarakat yang
berpendidikan, jadi seseorang akan dipandang di kampus karena
kepandaiannya dalam bidang akademik. Semakin tinggi IP kader, akan
semakin banyak pula orang yang mendengarkannya. Untuk itulah LDK
harus mampu menjaga stabilitas IP kader. Adanya Departemen Akademik
dan Profesi di GAMAIS ITB mulai sejak saya memimpin juga ditujukan untuk
mem-back up hal tersebut.
Ada sebuah contoh di kampus saya mengenai saudara saya Anggit
Saputra, seorang Ketua Lembaga Dakwah di Program Studi Teknik Kimia
(GAMISTEK). Beliau dikenal sebagai seseorang yang bersahaja dan luar
biasa dalam bidang akademik. Beliau sempat mendapat IP 4,00 dengan IPK
saat ini seingat saya masih diatas 3,5. Kekuatan ini beliau jadikan sebagai
keunggulan pribadi yang dimanfaatkannya untuk berdakwah. Kepintaran
beliau membuat banyak teman-temannya simpati. Satu tahun kiprah beliau
menjadi ketua GAMISTEK telah membuahkan hasil yang sangat signifikan,
terutama dalam semakin rutinnya agenda syiar dan semakin baiknya
137
produktivitas kader. Saat ini beliau diamanahkan sebagai Ketua Lembaga
Dakwah Fakultas Teknologi Industri.
138
Glosarium
D:
Da’iyah : berjiwa seorang pendakwah
Dakwah Fardiyah : dakwah personal
Diniyah : ilmu agama
Dzatiyah : seorang diri
L:
Lafadz : pengucapan
M:
Mahdah : (ibadah) langsung
Q:
Qur’aniyah : berjiwa Qur’an
R:
Rabbani : Panghamba Allah
Rihlah : Perjalanan
Ruhiyah : kedekatan dengan Allah (jiwa)
139
S:
Syiar : menyampaikan ajaran Islam
T:
Tahsin : tata cara membaca Al Qur’an
Tarbiyah : pembinaan
U:
Ukhwah : persaudaraan
140
Membangun Kapasitas
dan Pengaruh
Kader
141
142
BAB 16
TAHAPAN KADERISASI
Kepada anakku Al Walid,di kegelapan yang hitam pekat ini,
aku menatapmu dengan mata hatiku.
Aku datang dari jauh menuju fajar baru dengan cita-cita
yang mengharu biru kalbu.
Untuk mengangkat panji Islam kembali seperti dahulu.
Abbas As Syisi
143
Tahapan dalam Kaderisasi LDK
Perkenalan (Ta’rif)
P andangan pertama begitu menggoda, selanjutnya terserah Anda. Pada
tahap awal ini, alangkah baiknya bila LDK mampu memberikan kesan
pertama yang baik kepada mahasiswa. LDK berperan penting untuk
membuat mahasiswa mengetahui apa-apa yang belum diketahuinya
mengenai Islam. Dengan kata lain, merubah mereka dari bodoh menjadi
pintar; Membuat mahasiswa berkata “Oh!” pada hal-hal yang ia dapatkan.
Karena tahapan perkenalan ini sangat berpengaruh terhadap pemahaman
dan kontribusi mahasiswa ketika bergabung kelak, maka berikanlah
gambaran umum yang jelas tentang LDK kita. Dengan demikian calon kader
akan memiliki orientasi yang jelas saat mengikuti pembinaan Islam.
Lakukanlah pendekatan dengan agenda syiar dan pelayanan
kampus. Ta’lim dan tabligh bisa dijadikan pilihan. Perlu diingat
bahwa tidak ada parameter keberhasilan yang berlebihan di sini.
Cukuplah bagi mahasiswa yang sebelumnya belum mengetahui
bahwa sholat itu wajib, menjadi tahu bahwa sholat itu wajib.
Mahasiswa yang belum tahu bahwa puasa itu wajib, menjadi tahu
bahwa puasa itu wajib. Belum perlu langsung sampai pada tahap
melaksanakan. Dengan ini diharapkan setelah mahasiswa
mengetahui urgensi dari beberapa hal tentang Islam, mereka
tertarik untuk mendalaminya dengan mengikuti kegiatan
pembinaan.
144
Poin penting dalam tahapan ini adalah tindak lanjut dari
agenda syiar yang dilakukan. Keberadaan data sangat diperlukan di
sini. LDK bisa mempunyai absensi peserta ta’lim atau agenda syiar
lainnya lalu menindaklanjuti data tersebut dengan mengarahkan
pesertanya untuk mengikuti mentoring sebagai agenda pembinaan
rutin LDK. Selain itu pembuatan stand pendaftaran kegiatan
mentoring di setiap event dakwah juga akan sangat membantu.
Cara baik lainnya adalah dengan menjadikan dakwah fardiyah
sebagai kebiasaan kader. Dengan demikian setiap kader LDK kita
bisa berperan aktif mengajak mahasiswa muslim mengikuti
mentoring. Sedangkan bagi mahasiswa yang sudah memiliki
pengaruh di kampus atau sudah punya landasan pemikiran yang
kuat, lakukanlah pendekatan dengan diskusi langsung.
Pembentukan (Takwin)
I nilah tahap yang membutuhkan waktu yang cukup lama dan usaha yang
berkelanjutan. Pada tahap ini LDK berperan sebagai pembentuk kader-
kader yang seimbang kemampuan dirinya. Membuat mekanisme dan
sistem pembentukan yang jelas, bertahap dan terpadu akan menghasilkan
kader yang kompeten dan produktif. Oleh karena itu pelaku kaderisasi—
dalam hal ini tim kaderisasi LDK—diharapkan bisa memberikan asupan ilmu
yang luas dan tidak terbatas. Seimbangkan pula anjuran untuk berilmu dan
beramal. Berikut akan dijelaskan berbagai dimensi yang perlu dipahami dan
dibina dalam tahap pembentukan pribadi kader.
Diniyah
Maksud diniyah adalah pemahaman ajaran dasar Islam seperti
pengajaran tentang aqidah yang bersih dan lurus, dan bagaimana
ibadah yang benar. Diutamakan ibadah wajib dijalankan dengan
konsisten terlebih dulu, barulah meningkat ke pembiasaan ibadah
sunnah. Selanjutnya bisa dikaitkan dengan dasar-dasar fiqih Islam
dan berbagai hukum kontemporer yang ada. Penguatan akhlak
yang baik bagi kader perlu dibiasakan juga sehingga diharapkan
pembentukan kader yang berkepribadian Islam yang komprehensif
bisa dipenuhi di dimensi ini.
Qur’aniyah
145
Maksudnya adalah memberikan pengajaran dasar-dasar Al
Qur’an yang disesuaikan dengan keadaan dan kebutuhan kader.
Tahapan pengajaran ini bisa dimulai dari tahap pra-tahsin, tahsin,
dan tahfidz. Bila keadaan memungkinkan, tafsir Al Qur’an juga bisa
dilaksanakan. Besar harapan saya agar kader LDK sangat dekat
dengan Al Qur’an karena memang semua hal yang disampaikan saat
berdakwah bersumber pada Al Qur’an. Kedekatan kader pada Al
Qur’an pula yang akan membuat dakwah ini diberkahi dan dirahmati
Allah. Kader diharapkan bisa mengaji atau membaca Al Qur’an
dengan tajwid yang benar. Jika bacaannya sudah baik, selanjutnya
diharapkan kader bisa mulai menghafalkannya.
Manajemen Organisasi
LDK adalah lembaga dinamis yang memerlukan kader yang bisa
selalu produktif. Kader LDK haruslah kader yang baik dalam
memanajemen diri dan organisasi. Penanaman dasar-dasar
organisasi sejak dini dilakukan dengan harapan supaya kader tidak
bingung ketika sedang menjalankan amal dakwah. Isi dari dimensi
ini seperti dasar-dasar kaderisasi, manajemen waktu, manajemen
konflik, manajemen rapat, syiar efektif, fund rising, pengelolaan
organisasi dan lainnya. Diharapkan materi tersebut tidak hanya bisa
menjadi bekal untuk lembaga dakwah, tapi juga untuk diri kader
sendiri.
Softskills
Kader LDK dituntut memiliki keahlian khusus yang tidak hanya
bisa menunjang pergerakan dakwah, tetapi juga berguna bagi
dirinya di masa yang akan datang. Contoh penerapan pembentukan
softskill untuk kader adalah pelatihan membawa mobil dan motor,
cara desain dengan Corel Draw atau Adobe Photoshop, public
speaking, training manajemen, aksi, memasak, memasang spanduk
dan umbul-umbul, pelatihan multimedia seperti web dan blog,
olahraga dan bela diri, bahasa Inggris dan bahasa Arab, serta
kemampuan pendukung lainnya yang sekiranya dibutuhkan untuk
kader.
146
Kepemimpinan
Manusia diciptakan Allah sebagai pemimpin, begitupula kader
LDK yang nantinya akan memimpin pos-pos dakwah di mana pun.
Seorang kader dakwah harus siap memimpin jika kondisi
menghendaki beliau sebagai pemimpin. Jiwa seorang pemimpin ini
tidak bisa dibangun secara instan. Seorang pemimpin perlu memiliki
visi yang kuat dan komprehensif dalam melihat sesuatu. Pemimpin
juga butuh kekuatan komunikasi dan karisma serta memiliki jiwa
empati dan bisa berkerja sama. Pemimpin juga harus bijak dalam
mengambil keputusan. LDK harus bisa mencetak banyak pemimpin
karena kader LDK tidak hanya akan memimpin di LDK. Kita juga
perlu menyiapkan kader yang akan memimpin di wilayah dakwah
lain.
Wawasan
Seseorang yang berilmu lebih baik ketimbang yang tidak
berilmu. Ilmu dalam hal ini tidak dibatasi dalam hal ilmu agama saja.
Kader LDK perlu memahami dasar-dasar ilmu politik, sosial, hukum,
budaya dan ekonomi. Kekuatan dan luasnya wawasan yang dimiliki
oleh kader dakwah akan memudahkan proses keberterimaan
seorang kader di masyarakat dan memudahkan amal dakwah yang
dilakukan oleh kader. Kekuatan wawasan ini pula yang akan
membuat kader lebih bijak dan tepat dalam mengambil keputusan.
D imensi-dimensi pembinaan ini perlu diberikan secara jelas, bertahap
dan terpadu. Dengan memberikan banyak wawasan bagi kader LDK,
sama juga dengan membangun aset dalam suatu bisnis. Aset terbesar LDK
adalah kader yang produktif. Flow dari rangkaian pembinaan ini harus bisa
disusun dengan tepat agar memberikan sebuah formulasi kaderisasi yang
terbaik.
Mekanisme pendukung dari tahapan ini adalah form evaluasi
rutin per kader. Dengan form ini kita bisa mengetahui tingkat
partisipasi kader dalam pembinaan serta menguatkan basis
penjagaan dalam kelompok kecil yang sering kita kenal dengan
mentoring.
147
Nama: Program Studi/Angkatan:
Bulan Mentoring
Kehadiran
150
Eksekusi dan Peralihan Objek Kaderisasi Menjadi Seorang
Kader (Tanfidzh)
T ahap ini adalah tahapan terakhir dalam siklus kaderisasi. Pada tahap ini
seorang kader dakwah sudah bisa berkontribusi secara berkelanjutan
dan sudah siap untuk menjadi pengkader bagi objek dakwah yang lain. Fase
eksekusi ini diisi dengan monitoring kader dan evaluasi berkala agar sistem
kaderisasi yang dijalankan di LDK semakin baik. Dengan monitoring dan
evaluasi diharapkan bisa timbul ide-ide masukan dan perbaikan bagi
perencanaan siklus kaderisasi selanjutnya. Variasi dan inovasi metode,
kurikulum, flow materi, perangkat pendukung dan kebijakan manajemen
SDM lainnya bisa berkembang pesat di tahapan ini.
Fase eksekusi ini juga sudah menghasilkan kader yang memiliki
dorongan untuk berkerja. Perlu diingat, karena seorang kader saat
ini sudah memegang peran sebagai pengkader, maka kader pun
perlu dibina dengan siklus yang baru. Pada dasarnya seorang kader
akan dibina sesuai dengan siklus ini, yang membedakan adalah pola
dan isi dari setiap tahapannya. Seringkali LDK tidak membina kader
tahap lanjut. Bisa dikatakan pembinaan untuk pengurus harian lebih
sedikit ketimbang kader mula. Oleh karena itu pada LDK yang sudah
cukup stabil diharapkan mempunyai alur dan kurikulum serta
metode kaderisasi yang berbeda untuk setiap tingkatan (angkatan)
kader. Dengan membuat sistem kaderisasi seperti ini, maka LDK
dapat menjadi mesin pencetak kader yang solid dan militan secara
terus-menerus. Membangun sistem kaderisasi yang kuat adalah
aset berharga bagi sebuah LDK.
T ahapan kaderisasi ini dibuat sebagai skema langkah-langkah yang bisa
dilakukan oleh sebuah LDK dalam mengembangkan karakter kadernya.
Dengan pentahapan yang jelas dan terstruktur, pengembangan kapasitas
dapat lebih mudah diserap oleh para kader. Pada dasarnya pengembangan
kapasitas sangat dipengaruhi juga oleh lingkungan yang dibangun. Melalui
tahapan yang ada dalam kaderisasi, LDK akan lebih bisa merencanakan
peningkatkan kualitas kader-kadernya.
151
BAB 17
MEMBENTUK KADER
BERBASIS KOMPETENSI
Tabel Daftar IPK Alumni LDK
Nama IPK Lama Lulus
T abel Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) di atas mungkin tampak biasa jika
kita tidak memperhatikan judulnya: Tabel Daftar IPK Alumni LDK.
Bukan hal yang tidak mungkin bila tabel ini merupakan cerminan dari LDK
tempat kita beramal saat ini. Terkadang terbesit dalam benak saya,
pantaskah ini menjadi tabel hasil IPK alumni LDK?
Sebenarnya tidak ada yang perlu disesalkan dan
dipermasalahkan karena Allah memang telah menciptakan manusia
dengan takdir masing-masing, dan manusia patut bersyukur atas
segala sesuatu yang terjadi pada dirinya. Kegagalan bukan akhir dari
segalannya. Kegagalan hanya merupakan persimpangan dari
sebuah jalan keberhasilan.
Namun jika saya mengingat kembali, kalimat terakhir yang
diucapkan ibu saya ketika melepas saya kuliah di ITB, “Belajar yang
rajin ya nak, supaya cepat lulus dengan nilai baik”. Ucapan ini adalah
sebuah do’a dan harapan dari seorang orang tua yang mendidik
saya sejak lahir hingga saya berumur 17 tahun, sebelum saya
memasuki dunia kampus. Ini adalah sebuah harapan dari seorang
bunda yang selalu saya pegang dengan sebaik-baiknya, karena
bagaimana pun ini adalah amanah dari orang tua. Sejauh yang saya
152
pahami, kita wajib mematuhi orang tua selama ia tidak mengajak
kita menyekutukan Allah.
Setelah menanyakan hal yang sama kepada beberapa
mahasiswa lain di LDK kami, ternyata memang 100% orang tua
mengharapkan anaknya menjadi pribadi yang sukses dengan
parameter lulus cepat dan IP memuaskan. Tanggung jawab yang
orang tua berikan ini perlu kita sempurnakan dengan
mewujudkannya.
Saya teringat kata-kata Kepala GAMAIS terdahulu, Romzy Rio
Wibawa, bahwa kompetensi sangat penting dalam dakwah.
Kompetensi yang dimaksud adalah kompetensi akademik. Menurut
beliau, LDK seharusnya bisa membentuk alumni yang kuat
pemikiran dakwahnya dan baik pemahaman akademiknya. Karena
pada hakekatnya, peran kita sebagai da’i akan terus berlanjut
hingga masa pascakampus. Jika apa yang dijalankan di dakwah
kampus diharmonikan dengan rencana dakwah pascakampus, maka
kader yang memilki kompetensi inilah yang kelak bisa banyak
“bicara” di dunia luar.
Kader LDK perlu ditempa dan dibina secara berkelanjutan
dalam bidang kompetensi akademiknya. Pengembangan manusia
yang ada di LDK harus menyesuaikan dengan keadaan akademik.
Kondisi kampus yang kian fluktuatif dan menuntut kita untuk
memiliki IP tinggi dan lulus cepat perlu segera diadaptasikan ke
dalam LDK. Selain itu kader yang baik secara akademik juga bisa
berperan sebagai media dakwah yang andal. Kader bisa menjadi
teladan yang baik, dan menjadi cerminan Islam yang positif di mata
mahasiswa dan dosen.
Ketika diamanahkan sebagai Kepala GAMAIS ITB. Orang tua
saya yang berprofesi sebagai seorang dosen pernah mengeluh:
“Mama sering kali kecewa dengan tampilan anak masjid di
kampus mama. Mereka sering kali datang kuliah telat dengan
alasan sholat, datang dengan pakaian tidak rapi dan memakai
sendal jepit, lalu duduk di belakang dan tidak memperhatikan
perkualiahan, dan setelah selesai kuliah langsung pulang.”
Jika profil kebanyakan kader dakwah seperti ini, maka LDK akan
tercitrakan sebagai lembaga yang berisikan kumpulan mahasiswa
153
dan mahasiswi yang tidak baik secara akademik, sehingga mereka
masuk ke LDK untuk bertawakal kepada Allah.
Tentu saya kaget dengan hal ini, dan mulai saat itu saya
mendambakan agar kader dakwah memiliki profil: Datang ke kuliah
tepat waktu, membantu dosen menyiapkan perlengkapan
perkuliahan, duduk paling depan, di kelas aktif bertanya dan
mencatat, dan ketika meninggalkan kelas ia tidak bisa langsung
pulang karena teman-temannya ingin memfotokopi catatannya.
Jika profil seperti ini menjadi profil dominan kader dakwah,
maka LDK akan tercitrakan sebagai kumpulan mahasiswa terbaik
dan mereka masuk LDK untuk mensyukuri nikmat kepada Allah.
Citra seperti apa yang LDK Anda Inginkan?
Peran LDK dalam Meningkatkan Kompetensi Akademik
Kader
154
kata “tidak bisa” dalam hidup ini karena sudah default setting-nya
manusia diciptakan sebagai umat yang terbaik.
Poin kedua adalah percepatan masa kepengurusan LDK. Masih
banyak LDK yang saya amati memiliki ketua LDK yang sudah tingkat
5 yang seharusnya mereka sudah lulus, atau tingkat 4 yang
seharusnya mereka sudah memikirkan tugas akhir agar cepat lulus.
Percepatan LDK diperlukan untuk menyesuaikan kondisi ini.
Menurut hemat saya, untuk kampus yang standar lulusnya adalah 4
tahun, maka ketua LDK baiknya adalah yang duduk di tingkat 3
sehingga ia punya waktu yang cukup untuk segera mempersiapkan
tugas akhir dan lulus dengan nilai yang memuaskan.
Program Pendukung Peningkatan Kualitas Akademik
Kader
S alah satu hal yang sering dikeluhkan oleh para kader adalah
bertambahnya beban dakwah yang membuat waktu yang mereka
berikan untuk akademik menjadi berkurang. Idealnya antara dakwah dan
perhatian akademik haruslah berimbang. Oleh karena itu LDK diharapkan
juga mampu mengakomodasi setiap kadernya untuk tetap dapat
berdedikasi secara akademik dengan tanpa perlu mengurangi intensitas
dalam melakukan aktvitas dakwah. Beberapa hal yang bisa dilakukan LDK
dalam meningkatkan kemampuan kader dalam bidang akademik antara
lain:
Tutorial Akademik
Tutorial akademik adalah salah satu bentuk bimbingan
akademik kepada seorang mahasiswa oleh mahasiswa yang lebih
senior agar ia lebih memahami mata kuliah di program studi masing-
masing. Tutorial ini diberikan kepada semua kader yang
membutuhkan bimbingan akademik. Di kampus kami tutorial ini
bahkan menjadi agenda syiar yang menarik perhatian banyak
mahasiswa. Tutorial diberikan secara masif atau individual atau pun
kelompok kecil dengan harapan bisa meningkatkan pemahaman
kader akan ilmu di bangku kuliah sehingga berdampak pada
peningkatan IP. Tutorial ini diberikan oleh kader yang lebih senior
kepada kader yang lebih junior.
156
Inkubasi Kader dengan IP Bermasalah
Seorang kader yang IP-nya menurun karena beban dakwah
yang berat perlu diinkubasi atau diberhentikan sementara dari
tanggung jawab dakwah. Sebagai seorang pimpinan dakwah,
merupakan sebuah tindakan yang zalim jika memberikan tanggung
jawab yang mengakibatkan kader harus mengorbankan dirinya.
Pemberikan masa inkubasi pada kader yang disertai dengan
pemberian beberapa treatment tertentu, akan memungkinakn
kenaikan IP kader di semester selanjutnya.
Sistem Pemantauan IP
Karena menurut sebagian orang membicarakan IP adalah hal
yang tabu, maka LDK perlu membuat mekanisme yang bijak untuk
mengetahui IP kader. Data hasil akademik kader perlu dimiliki oleh
pimpinan LDK sebagai landasan menentukan program dakwah
selanjutnya. data ini bisa juga berguna untuk memberikan
penanganan khusus kepada kader yang memerlukan dukungan.
Informasi Beasiswa
LDK bisa memfasilitasi pemberian informasi mengenai
beasiswa pascasarjana, karena paradigma dakwah kita adalah
melayani. Terkadang, dikarenakan oleh aktivitas yang terlalu
banyak, seorang kader sulit mendapat akses informasi mengenai
bidang studinya. Dengan memberikan informasi ini berarti LDK telah
berperan dalam memberikan jasa pelayanan.
157
Career Sharing
Dengan wawasan yang luas kader akan menjadi lebih bijak
dalam menentukan masa depannya. Biasanya sebuah kampus sudah
memiliki alumni yang terhimpun dalam sebuah wadah. LDK bisa
menghubungi alumni tersebut untuk men-sharing pengalamannya
dalam meniti karir. LDK bisa memanfaatkan agenda career sharing
ini untuk meningkatkan wawasan kader tentang kehidupan
pascakampus. Di lain pihak kader pun akan memperoleh gambaran
karir yang cocok untuk dirinya, apakah sebagai profesional,
pengusaha, dosen atau politikus.
Kelompok Kompetensi
Pada tahap akhir kuliah, sebutlah tingkat 3 dan tingkat 4, perlu
dibentuk semacam kelompok kompetensi. Kelompok kompetensi
ini bisa saja dibagi menjadi beberapa bidang utama, seperti
kelompok dosen, kelompok pengusaha, kelompok politikus, dan
kelompok profesional. Kelompok ini berisikan kader-kader yang
memiliki minat akan rencana pascakampus yang sama.
Sebagai contoh, kelompok dosen adalah sekelompok kader
yang berminat untuk menjadi dosen. Di kelompok ini kader bisa
bertukar informasi mengenai beasiswa pascasarjana, mengikuti
TOEFL course bersama serta menyiapkan diri agar bisa mengikuti
program pascasarjana dan doktoral yang akan memudahkan jalan
untuk menjadi dosen. Contoh kedua, kelompok pengusaha. Di
kelompok ini kader bisa belajar bagaimana memulai bisnis. Jika
perlu langsung membuat bisnis sendiri. Di kelompok ini pula kader
bisa saling sharing pengalaman dengan sesamanya atau dengan
pengusaha yang sudah sukses.
159
BAB 18
PENGELOLAAN
MENTORING
Dan hendaklah takut kepada
Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di
belakangmereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir
terhadap mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa
kepada Allahdan hendaklah mereka mengucapkan
perkataan yang benar
(QS. An Nisaa: 9)
161
mentoring, yakni pengelompokkan berbasis program studi atau
fakultas, dan pengelompokkan dengan tabulasi jadwal mentor.
162
karakteristik dan kelebihan yang dimiliki oleh mentor. Dengan
demikian peserta bisa leluasa memilih kelompok mentoring yang
mentornya sesuai dengan kebutuhan mereka masing-masing, serta
jadwalnya sesuai dengan waktu yang mereka miliki. Contoh output
dari tabulasi jadwal adalah sebagai berikut:
Hari/
Senin Selasa Rabu Kamis Jum’at
Waktu
Yusuf Anggit Yunus Arvi Alfian
08.00- (koleris/ (IPK 4) (PPSDMS/ (ketua (juara
09.30 kepala ketua unit lomba
LDK) himpunan) kesenian) mapres)
Aaf Bobby Fauzi Alam Luthfi
09.30- (melankoli (Calon (sanguinis/ (alumni (pemain
11.00 s/hafidz Presiden melankolis, Wanadri) sepakbola
Qur’an) BEM) S2 Elektro) klub lokal)
Gumilar Gamma Adhi Albaz Yuda
12.30- (business- (sanguinis, (koordinator (asisten (designer,
14.00 man) empatik) Lab TI) trainer seniman)
ESQ)
Abdur- Iqbal Verry Adit Gesa (Ketua
rahman (pengajar (koleris, (program Kaderisasi
15.30-
(pengajar tahfidz business- -mer) himpunan
17.00
tahsin) /kaderisasi man) mahasiswa)
GAMAIS)
Rendy Aisar Aji Cecep Ilham
Saputra (program- (mahasiswa (santri (aktivis
19.30-
(business- mer) berprestasi) Daarut LSM)
21.00
man, Tauhid)
trainer)
164
Struktur Tim Pengelola
Selain itu diperlukan juga adanya struktur pendukung dari tim
pengelola mentoring. Tim pengelola ini memerlukan struktur yang
efisien dan sesuai dengan kebutuhan lapangan. Secara umum, tidak
ada strukur yang terbaik, akan tetapi di sini saya akan mengusulkan
beberapa bidang atau divisi yang sekiranya dibutuhkan dalam tim
pengelolaan mentoring.
165
diasah sejak dini, tim ini diharapkan bisa membentuk calon mentor
yang diprioritaskan dari peserta mentoring itu sendiri
Dinamisasi dan Metode Alternatif. Terkadang tidak semua mentor bisa
menyampaikan semua materi dengan komprehensif. Bagi sebagian
peserta mentoring juga bisa jadi jika terus-terusan hanya melakukan
mentoring saja, mereka akan merasakan kejenuhan. Untuk itu
diperlukan beberapa improvisasi dan dinamisasi agar peserta
mentoring lebih bersemangat menjalankan agenda mentoring. Bentuk
agenda yang dilakukan bisa dengan mentoring gabungan, mabit yang
diisi dengan tausiyah khusus yang tidak bisa disampaikan di mentoring
biasa, beberapa training seperti training shalat khusyuk, pelatihan
memandikan jenazah, atau agenda outbound dan olahraga bersama.
Saya menilai bahwa fungsi-fungsi di atas diharapkan ada untuk
menghasilkan kinerja mentoring yang ideal. Namun bentuk struktur
di atas tidaklah mutlak. Tetap diperlukan penyesuaian dengan
kondisi SDM dan objek dakwah yang ada karena penyesuaian
bentuk struktur ini akan sangat berpengaruh terhadap kinerja tim.
166
Pengemasan konten
Secara umum memang bentuk permentoringan akan tetap
sama, akan tetapi kita bisa membuat nilai tambah. Misalnya dengan
mengikuti mentoring peserta akan mendapatkan notebook
mahasiswa muslim, CD interaktif, kartu perdana GSM, training
softskills, tutorial akademik, dan lain sebagainya. Intinya kita
membuat added value yang kita yakini atraktif dan membuat
semakin banyak mahasiswa berminat mengikuti mentoring.
Membentuk Tim Mentor
P ada bagian ini saya akan menyinggung mengenai dua hal, yakni
kebutuhan akan mentor ideal, dan bagaimana rekomendasi proses
seleksi untuk penentuan mentor yang layak mendapat lisensi mengisi
kelompok mentoring.
Mentor Ideal
Ustadz Satria Hadi Lubis banyak menulis tentang karakter
mentor yang ideal yang secara umum akan saya coba rangkumkan
dalam empat poin berikut:
Seleksi Mentor
Kualitas seorang mentor sangat menentukan kualitas peserta
mentoring. Seleksi ketat mengenai siapa saja yang berhak menjadi
mentor perlu dilaksanakan dalam rangka mencapai tujuan tersebut.
Pada bagian sebelumnya saya sudah memaparkan mengenai
karakter mentor ideal. Tetapi ada satu hal yang perlu dimiliki oleh
semua mentor dan menjadi syarat mutlak, yakni integritas.
Integritas di sini tidak sekedar kejujuran, akan tetapi juga bentuk
komitmen seseorang untuk melakukan sesuatu dan mengerjakan
apa yang telah ia katakan. Kebutuhan integritas bagi seorang
mentor sangat diperlukan untuk menunjang optimalisasi kinerja
pengelolaan permentoringan.
Mengenai seleksi terkait kelayakan mentor ini akan saya
paparkan dengan uraian proses transformasi seorang peserta
mentoring menjadi seorang mentor.
168
Pertama, seorang mentor mengidentifikasi kondisi binaannya
yang akan diikutkan pembinaan calon mentor yang akrab saya
sebut dengan istilah sekolah mentor. Syarat pertama yang
diperlukan adalah ia harus sehat keberjalanan permentoringannya,
alias rajin mengikuti mentoring.
Kedua, ia pun harus mengikuti dengan seksama dan memiliki
tingkat kehadiran yang tinggi dalam sekolah mentor.
Ketiga, mengikuti tes atau seleksi formal yang diadakan oleh
tim pengelolaan mentoring. Seleksi ini meliputi tes kapasitas pribadi
seorang calon mentor (seperti kualitas dan kuantitas amalan ibadah
harian), kemampuan pemahaman materi, dan seleksi lainnya yang
diperlukan untuk menjadi seorang mentor.
Keempat, seorang calon mentor diharapkan dapat mengikuti
proses magang atau belajar menjadi mentor, proses ini diharapkan
dapat mengasah sense seorang mentor.
Kelima, jika secara kapasitas seseorang telah memilki
kecapakan sebagai seorang mentor, ia diharapkan dapat mengisi
lembar perjanjian komitmen diri sebagai seorang mentor. Adanya
kontrak sosial ini diharapkan dapat meningkatkan tanggung jawab
mentor dalam menjalankan amanahnya. Kontrak sosial ini berisikan
hal-hal yang menunjang agenda permentoringan, seperti siap
meluangkan waktu untuk mengisi mentoring setiap pekannya, siap
untuk mengikuti pembinaan mentor, dan siap melaporkan data
keberjalanan mentoring secara rutin.
Mekanisme Pengelolaan Data
S alah satu parameter yang bisa dinilai untuk mengevaluasi keberjalanan
permentoringan adalah pendataan yang baik, yakni bagaimana data
yang berasal dari mentor dapat sampai kepada pengelola mentoring
secara berkala dan tepat waktu. Saya akan memaparkan sedikit mengenai
sistem pengelolaan data ini agar pengelolaan data permentoringan dapat
berjalan dengan baik. Pemaparan akan saya bagi menjadi tiga sub-bagian,
yakni sistem jaringan pengumpul data, pola pengumpulan data, dan
database terpusat.
169
Jaringan Pengumpul Data
Pada kondisi dimana jumlah mentor semakin banyak dan
tersebar di seluruh penjuru kampus, sistem jaringan pengumpul
data diperlukan untuk mempermudah arus tersampainya informasi.
Konsep dari sistem ini adalah mengestafetkan data dari mentor ke
pengelola mentoring dengan perantara pengelola mentoring di
tingkat tertentu. Dengan adanya jaringan ini diharapkan dapat
terbentuk hirarki data dan informasi. Data yang dimaksud adalah
data yang terkait presensi keberjalanan mentoring, atau
rekomendasi tertentu. Jika digambarkan dalam bentuk bagan, akan
tampak seperti gambar berikut:
Aru
Arus
s
Infor
Dat masi
a
170
memberikan variasi pilihan kepada para mentor untuk
mengumpulkan data. Bentuk variasi pengumpulan data antara lain:
Via sms, pengumpulan data keberjalanan via sms ini sebetulnya
merupakan cara yang paling mudah, yakni hanya dengan SMS ke
nomor tertentu saja dengan ketentuan yang disepakati.
Contoh:
Ketik: “Nama mentor <spasi> tanggal mentoring <spasi> materi <spasi>
Izin: nama-1, nama-2, nama-3, dst <spasi> Sakit: nama-1, nama-2, nama-
3, dst <spasi> Alpha: nama-1, nama-2, nama-3, dst ....”
Kemudian kirim ke nomor hotline mentoring
Via e-mail, cukup dengan membuat template yang harus diisi dan
dikirimkan melalui e-mail setelah menjalankan agenda permentoringan
Via data box, pihak pengelola menyediakan kotak data khusus di
sekretariat LDK, dan pihak mentor cukup mengisi kertas ber-template
khusus yang sudah tersedia dan memasukkannya ke dalam kotak
Via database online, pada tahap yang lebih advance, LDK bisa
menyediakan perangkat IT pendukung, sehingga mentor cukup
mengakses situs tertentu dan mengisi form yang telah tersedia di layar
komputer.
Membuat Kurikulum
Sekolah Mentor
173
Perangkat Pembinaan Pendukung
M entoring memang merupakan tulang punggung pembinaan bagi
lembaga dakwah kampus karena merupakan metode pembinaan
yang efektif dan andal. Mentoring memberikan kesempatan bagi seorang
pengkader untuk bisa memberikan nilai secara rutin dan berkala terhadap
jumlah objek kaderisasi yang kecil (5-10 orang per kelompok). Akan tetapi
pada perjalanannya ternyata mentoring saja dinilai tidak cukup untuk
memenuhi kebutuhan pembinaan kader.
Mengapa hal ini bisa terjadi? Bagaimanapun mentoring
memiliki keterbatasan, salah satunya adalah kapasitas dari mentor
yang tidak merata, serta kompetensi mentor yang berbeda-beda.
Bagi mentor yang memiliki kompetensi di bidang Al Qur’an, maka
pola ia membina tentu akan banyak menekankan pada pengenalan
dan pemahaman Al Qur’an. Ada pula mentor yang memiliki
kecenderungan aktif beramal, maka binaannya akan diarahkan
untuk terus beramal. Sedangkan mentor yang study oriented bisa
jadi akan cenderung mengarahkan binaannya untuk menjadi asisten
atau koordinator praktikum sebagai sarana untuk berdakwah.
Oleh karena itu diperlukan adanya perangkat pembinaan
tambahan yang dikelola secara terpusat dengan sasaran seluruh
peserta mentoring (seluruh kader). Tujuannya adalah untuk
memberikan kompetensi dan kesamaan pemahaman kader
dakwah. Perangkat pembinaan ini dapat menjadi additional tools
bagi kader, dan diadakan secara eksidental dalam keberjalanan
pembinaannya. Perangkat pembinaan tambahan ini biasanya
menjadi back up untuk meningkatkan pemahaman dan kompetensi
terkait:
Tsaqofah Islamiah lanjut
Manajemen dakwah
Latihan fisik
Wawasan umum dan kompetensi khusus
Ruh dakwah
Kelima hal di atas terkadang tidak bisa diberikan oleh mentor di
mentoring, sehingga LDK perlu menyerahkan kepada ahlinya agar
dapat menyampaikan materi ini kepada binaan dengan baik.
174
Berikut adalah alternatif perangkat pembinaan yang bisa kita
selenggarakan untuk mendukung kegiatan permentoringan.
Diklat
Diklat merupakan pola pembinaan berbentuk rangkaian
pelatihan dan simulasi dalam satu jangka waktu tertentu (biasanya
3-5 hari). Dalam diklat peserta diharuskan menginap dengan
harapan bisa fokus pada materi yang akan diberikan. Keunggulan
dari diklat adalah peserta terkondisikan dan memungkinkan bagi
penyelenggaranya untuk mengadakan variasi metode dalam satu
diklat, seperti training, outbound, muhasabah, qiyamulail berjamaah,
simulasi, workshop, dan lain sebagainya.
Diklat sebaiknya diadakan di tempat yang jauh dari lingkungan
kampus, dengan tujuan ada nuansa dan lingkungan baru yang
membuat peserta lebih nyaman dan siap untuk menerima materi.
Diklat biasanya dibuat dalam satu tema seperti diklat calon
pengurus, diklat inisasi struktur, diklat Al Qur’an, diklat manajemen
dakwah kampus, diklat kepemimpinan, dan lain sebagainya. Dengan
membawa satu tema besar, maka materi yang diberikan akan
membahas seputar tema tersebut. Varian yang akan diberikan pun
dapat lebih menunjang.
Contoh:
Diklat Manajemen Dakwah Kampus
Materi : Sistem Kaderisasi, Pengelolaan Syiar dan Pelayanan
Kampus, Pemasaran Dakwah Kampus, Be a Strong
Leader, Fiqih Prioritas Kader Dakwah Kampus, Rekayasa
Sosial
Varian metode : Training, workshop, bedah buku, membuat tulisan,
focus group discussion, dan team building.
Tafakur Alam
Merupakan metode pembinaan yang bertujuan untuk lebih
mendekatkan diri kepada Allah melalui metode mengenal alam.
Kebanyakan dari kita mengenal tafakur alam hanya sebatas pergi ke
tempat alam bebas dan mencoba memaknainya dengan kemegahan
ciptaan Allah yang ada di muka bumi. Akan tetapi tafakur alam
sebetulnya merupakan media yang sangat sains jika kita bisa
mengembangkannya dengan variasi kegiatan seperti berikut:
175
(1) Meneropong bintang, melihat kemegahan galaksi bimasakti. Kita bisa
melihat keagungan Allah dengan melihat ciptaannya di angkasa.
(2) Kunjungan ke suku pedalaman yang memberikan kesempatan pada
kita untuk mensyukuri nikmat yang telah Allah berikan serta
menumbuhkan empati.
(3) Olahraga ekstrem seperti bungee jumping¸ paralayang, terjun parasut
dan arum jeram. Media ini memungkinkan kita mendekatkan diri pada
Allah dengan mencoba merasakan bagaimana rasanya ketika nyawa
terancam.
(4) Scuba diving, mencoba mengenal ciptaan Allah yang Mahakaya dan
unik di dalam laut. Biasanya ketika manusia sudah melihat “kerumitan”
ciptaan Allah, maka ia akan semakin yakin bahwa Allah memang Maha
Agung.
Kunjungan
Mengunjungi tokoh atau tempat tertentu memberikan kita
banyak ilmu dan hikmah. Kunjungan bisa bertujuan untuk
mengambil ilmu langsung dari ahlinya, sebutlah untuk belajar
tentang ilmu tasawuf ke ulama di pesantren tertentu, belajar
tentang entrepreneurship ke pengusaha, atau belajar dasar politik
ke pejabat politik. Biasanya setiap tokoh punya pengalaman yang
“hanya” dia yang memiliki. Oleh karena itu sebagai seorang kader
yang haus ilmu, sangat diharapkan dapat mendapat ilmu dan
pengalaman berharga dari orang-orang yang telah sukses secara
langsung.
Dalam konteks kelembagaan, kunjungan juga bisa dilakukan ke
lembaga dakwah di kampus lain, dengan tujuan studi banding ke
LDK (yang lebih berpengalaman) atau berbagi ilmu untuk
menambah feel dakwah skala nasional dengan mengunjungi LDK
lain (khususnya ke LDK yang muda).
Malam Bina Iman dan Taqwa (Mabit)
Mabit merupakan perangkat pembinaan yang berfokus pada
peningkatan kekuatan ruhiyah dan maknawiyah kader. Mabit yang
baik biasanya diisi dengan metode yang mendekatkan diri kepada Al
Qur’an seperti menghafalkannya, qiyamulail berjamaah, dan
ceramah tentang Al Qur’an. Selain itu mabit juga bisa berfungsi
sebagai sarana konsolidasi LDK yang mungkin sedang memiliki
176
masalah besar yang perlu diselesaikan bersama. Mabit juga
berperan sebagai media perekat ukhuwah karena kader
memperoleh kesempatan untuk mengenal lebih dalam sesama
rekan dakwahnya dengan bermalam bersama. Pada kegiatan ini
akan tampak sifat asli kader, dan dengan inilah kader akan mencoba
memahami satu sama lain dengan baik.
Outbound dan Kemah
Untuk membina fisik dan kesehatan (terkadang mental juga)
dari seorang kader dapat dilakukan pembinaan melalui kegiatan
outbound dan kemah. Varian outbound sangat banyak, mulai dari
yang bersifat “aman”, alias diadakan pada tempat khusus outbound
dengan alat-alat pendukung seperti tracking, flying fox, paint ball
dan lain-lain, hingga outbound yang lebih menantang seperti
survival di hutan atau berkemah alias camping. Bagaimanapun
bentuk outbound dan kemah yang diadakan tentu harus
menyesuaikan dengan kondisi peserta, apakah peserta lebih
nyaman dengan kondisi tempat yang menantang atau yang “pasti-
pasti saja”.
Selain itu outbound dan kemah bisa bermanfaat juga untuk
melatih nyali kader dan melatih untuk berani melawan ketakutan
terhadap tantangan dunia. Terkadang media seperti ini butuh
diadakan sesekali karena bermanfaat pula untuk memicu ruhul
istijabah (baca: kesigapan dan ketaatan) dari kader yang mungkin
melemah karena berbagai sebab.
Tempo yang tinggi biasanya diterapkan dalam outbound dan
kemah, sehingga nilai disiplin bisa menjadi titik tekan kejaran dari
media pembinaan ini. Agenda ini biasanya memakan waktu lebih
dari satu hari sehingga dapat memberikan kesempatan kepada
sesama kader untuk saling mengenal dan berlatih saling tolong
menolong.
Latihan Olahraga
Latihan olahraga secara rutin bertujuan untuk melatih
kesehatan fisik kader yang bisa jadi terjebak dalam rutinitas dakwah
dan akademik yang membuat tubuh tidak banyak bergerak. Kader
biasanya sering meninggalkan olahraga karena menilai bahwa
olahraga tidak penting. Padahal kesehatan kader yang bermasalah
177
akan berdampak pada dakwah itu sendiri. Sakitnya seorang da’i
tidak hanya berpengaruh pada dirinya, tetapi juga pada umat
sekitarnya. Oleh karena itu, membiasakan kader berolahraga rutin
bisa menjadi solusi. Mulailah dengan hal yang sederhana seperti
jogging, latihan sepak bola rutin, renang atau olahraga aerob
lainnya. Bagi kader yang berlebih kemampuan finansialnya, fitness
bisa dijadikan olahraga pilihan. Tim kaderisasi lembaga dakwah bisa
pula memberikan kebijakan khusus untuk mewajibkan kader
berolahraga minimal 30 menit setiap harinya.
Malam Agitasi
Malam agitasi adalah sebuah metode dakwah yang selama saya
di GAMAIS baru dua kali di lakukan. Sebuah malam dinamisasi dan
agitasi kepada kader jika para pemimpin dakwah menilai kondisi
kader dari segi militansi dan soliditas sedang bermasalah.
Pembinaan malam ini biasanya diadakan secara mendadak dan
diinformasikan kepada kader hanya beberapa saat sebelum
diadakan dengan pesan yang membuat kader tergugah untuk
menghadirinya.
Pada kegiatan ini, kader akan diminta hadir di suatu tempat
tertentu. Pilihlah tempat yang mempunyai makna terhadap kader
atau dakwah kampus Anda. Setelah itu barulah dimulai malam
agitasi yang berisikan pembinaan semi-militer dengan tempo yang
sangat keras. Berbagai dinamisasi dan agitasi bisa dilakukan. Malam
ini berlanjut dengan muhasabah sebagai bagian dari introspeksi diri
kader, dan diharapkan kader dapat mengorientasikan kembali
niatnya dalam berdakwah dan membangun kembali kekuatan
ukhuwahnya dengan sesama kader.
Pelatihan
Pelatihan atau sering dikenal dengan training ini merupakan
media pembinaan yang cukup sering dilakukan. Pelatihan biasanya
memiliki berbagai macam tema seperti diniyah, manajemen
dakwah, dan Qur’aniyah. Beri kesempatan kepada pemateri yang
berpengalaman dan inspiratif untuk menjelaskan dengan baik nilai
dan ilmu tertentu agar kader mudah menerimanya. Saat ini
pelatihan juga telah memiliki banyak varian. Salah satunya dengan
pengadaan simulasi.
178
Penugasan
Media pembinaan dapat pula dengan memberikan penugasan
langsung kepada kader. Contohnya dengan meminta kader
membaca buku tertentu, membuat resume, membuat tulisan
tentang sesuatu, kunjungan ke suatu tempat, belajar langsung dari
seorang pakar, atau tugas lainnya. Selain dapat menambah ilmu dan
pemahaman akan suatu hal, penugasan ini juga melatih ketaatan
dan kesetiaan kader.
Latihan Beramal
Latihan beramal merupakan pola pembinaan yang memberikan
kesempatan kepada kader untuk memahami langsung cara
berdakwah dengan baik dan benar. Pembelajaran paling berbekas
adalah dari pengalaman. Pembinaan jenis ini memberikan
kesempatan kader untuk beramal, baik dengan menjadi mentor,
pembicara, mengisi pelatihan, maupun terlibat dalam proyek atau
kepanitiaan dakwah. Biasanya seorang kader akan mendapat banyak
hal dengan belajar dari pengalaman. Semakin kader berpengalaman
dalam agenda dakwah, maka akan semakin dewasalah dirinya dalam
berdakwah dan berjamaah.
180
181
BAB 19
MEMBANGUN
RASA KEKELUARGAAN
DAN PIKIRAN POSITIF
K arena kita keluarga. Buat kami di GAMAIS tiga rangkaian kata ini
memiliki makna yang mendalam. Lebih dari itu tiga kata ini adalah
sebuah kekuatan yang menjadi landasan kami membangun organisasi
dakwah ini. Bukan organisasi sepertinya, akan tetapi kami lebih memilih
menyebutnya sebagai keluarga dakwah yang Allah berikan kepada kami.
Allah mempertemukan kami di GAMAIS untuk berkeluarga dan merajut
sebuah cita-cita dakwah yang mulia. Kekeluargaan menjadi sebuah hal yang
sangat berharga dalam sebuah organisasi dakwah. Mengingat bahwa
organisasi bersifat non-profit dan mungkin bisa dianggap non-benefit dunia
juga untuk beberapa orang.
Peran kekeluargaan ini sangat diharapkan dapat menyatukan
hati para kader dakwah. Perlu diingat dengan semakin
berkembangnya sebuah LDK, kader yang tergabung dalam barisan
ini semakin variatif. Pada awalnya bisa jadi yang masuk ke LDK
adalah seseorang yang telah terbina dan mampu membina dengan
baik. Akan tetapi kemudian di kala era semakin terbuka, kader yang
masih jauh pemahamannya dari Islam pun semakin banyak yang
masuk ke LDK. Contohnya kami masih memiliki kader yang belum
berjilbab, masih merokok, dan banyak melakukan maksiat.
Namun ini bukanlah hal yang harus diperdebatkan. Justru inilah
hal yang harus kita syukuri. Kenapa? Karena ini menunjukkan dua
hal. Pertama, LDK kita telah terbuka dan tidak tampak eksklusif
sehingga semakin banyak orang yang bersedia belajar di LDK kita.
Kedua, kita masih harus bersyukur bahwa Allah masih membukakan
182
hati mahasiswa di kampus kita untuk bergabung di LDK. Perlu
diingat kembali bahwa LDK bukan tempat orang yang sudah sholeh,
akan tetapi LDK adalah tempat orang yang ingin belajar supaya
lebih dekat kepada Allah.
M embentuk nuansa keluarga. Itulah sebuah langkah awal untuk
membuat kader nyaman berada di LDK. Jika kader telah merasa
nyaman, mereka akan menjadikan LDK sebagai rumah tempat ia
berhimpun, tempat bersantai, tempat kembali, tempat mengadu, tempat
tertawa dan tempat berjuang bersama. Ketika nuansa nyaman ini bisa
dibentuk, peningkatan produktivitas kader pun akan menyusul. Nuansa
keluarga bisa dibentuk dari hal yang sangat sederhana, atau lebih tepatnya,
membentuk nuansa keluarga memang harus menggunakan cara yang
sederhana.
GAMAIS ITB memulai itu semua dari nama LDK kami, Keluarga
Mahasiswa Islam. Juga dengan sebutan pemimpin di LDK, yakni
kepala GAMAIS. Keluarga dengan seorang kepala, sehingga
perasaan bersahabat muncul sejak awal pada semua kader kita.
Proses kekeluargaan di sini terus berlanjut dengan berbagai cara
seperti senantiasa menyebut nama panggilan atau bahkan
panggilan akrab kepada sesama kader. Seperti saya punya banyak
nama panggilan, ada yang memanggil saya Yusuf, Ridwan, Uchup,
bahkan sampai Cuppy, buat saya hal ini menunjukan sebuah
kedekatan emosional antara kader dakwah. Dalam kondisi dimana
usia pemimpin dan kader yang hanya terpaut satu sampai dua
tahun, maka cara kharismatik sulit dilakukan, cara yang paling tepat
untuk menyentuh hati kader adalah dengan keakraban dan
kedekatan emosional.
Terkadang—atau mungkin sering—saya memanggil rekan
dakwah saya dengan sebutan “my bro”, atau “my lovely BPH” atau
“my man” atau “BPH-ku tercinta”. Mungkin Anda akan tertawa
mendengarnya, akan tetapi dari hal inilah rasa kekeluargaan itu bisa
terbentuk.
Cara sederhana lainnya adalah dengan saling mengucapkan dan
mendo’akan saat milad salah seorang kader. Di sekre LDK kami,
dipasang jadwal milad kader setiap bulan. Ketika hari-H milad, kami
183
saling memberitahukan bahwa salah seorang kader kita milad.
Akhirnya banyak kader kami yang mengirimkan sms, menelepon
atau mengucapkan langsung do’a maupun pesan selamat kepada
kader yang milad di hari tersebut. Hal ini membuat beliau merasa
senang dan dihargai karena banyak yang memberikan perhatian.
B iasanya di LDK ada departemen rumah tangga dan kekeluargaan. Bisa
jadi departemen ini melakukan banyak manuver untuk mendekatkan
sesama kader. Dalam hal ini, saya berpesan kepada kepala departemen
rumah tangga dan kekeluargaan GAMAIS, “Tugas kamu cuma satu, yakni
memastikan bahwa semua kader kita bahagia”.
Ingat bahwa LDK adalah lembaga non-profit. Yang bisa kita
berikan adalah memberikan sebanyak-sebanyaknya penghargaan,
mulai dari hal sederhana hingga yang besar kepada kader agar ia
senantiasa merasa nyaman dalam berdakwah.
Cara selanjutnya, makan bersama. Cara ini adalah cara yang
paling sering kami lakukan. Biasanya kami shalat maghrib bersama
di Masjid Salman ITB, kemudian kami pergi makan bersama ke
tempat makan yang unik dan enak. Bisa dikatakan setiap hari kami
makan bersama setelah maghrib. Jika keadaan tidak memungkinkan
untuk mencari tempat makan yang jauh, kami biasanya makan di
tempat makan dekat Masjid Salman ITB.
Memang jika dilihat, ini merupakan cara yang sangat
sederhana. Tetapi ketika kegiatan makan bersama ini berlangsung,
kita jadi bisa saling mengenal satu sama lain, memahami sifat
masing-masing, bahkan saling memberikan kepercayaan dengan
meminjamkan uang untuk membayar makan—maklum mahasiswa,
kadang sedang tidak ada uang di dompet—Dalam beberapa
momen, proses makan bersama ini juga bisa menjadi momen untuk
membuat ide-ide dahsyat untuk strategi dakwah.
Dalam kesempatan lain, aktivitas kelompok seperti olahraga
bersama seringkali kami lakukan untuk meningkatkan kegembiraan
dan rasa kekeluargaan. Selain itu pada pekan lalu, kami di BPH
GAMAIS mencoba meningkatkan rasa kekeluargaan ini dengan
jalan-jalan ke kawah putih, Ciwidey. Perjalanan ini memang hanya
untuk BPH (maklum kami menjabat 1,5 tahun, jadi butuh di-charge
184
ulang). Perjalanan ini direncanakan secara mendadak. Kami
memang tidak membuat agenda tertentu di sana. Kami hanya
berniat jalan-jalan, tertawa bersama dan bersenang-senang
bersama.
Alhasil, perjalanan ini sangat berkesan. Dimulai dari saat
berangkat, kami harus menunggu angkot hingga 2 jam sehingga
kami belajar untuk saling bertoleransi. Selama perjalanan kami
saling bercerita tentang diri masing masing. Ada yang melawak, ada
yang curhat tentang kuliah, ada juga yang hanya sekedar
“nyampah”. Kami sama sekali tidak membahas tentang GAMAIS.
Sesampainya disana, rasa kekeluargaan ini semakin terasa ketika
kami menghabiskan waktu dengan makan bersama, berfoto-foto di
tengah kawah putih, sehingga kami pulang dalam keadaan sangat
bahagia. Apa yang kami lakukan ini membuat BPH ini semakin dekat
dan dekat. Kami berharap kami bisa menjadi lebih produktif dalam
beramal.
P roses saling mengenal satu sama lain perlu dilakukan untuk
menciptakan rasa kekeluargaan. Tidak hanya dengan saling
mengetahui nama dan nomor telepon, tetapi juga melakukan perkenalan
yang lebih mendalam. Saya terbiasa mengawali pembicaraan di sebuah tim
dengan perkenalan yang lebih mendalam, yakni dengan mengetahui asal
kota, tanggal lahir, kisah dibalik nama atau makna nama, ukuran sepatu,
makanan kesukaan, pengalaman unik di masa lalu, dan hal-hal pribadi
seseorang yang sekiranya bisa disampaikan. Dengan mengenal siapa rekan
dakwah kita, perasaan dan prasangka yang ada akan selalu positif karena
kita sangat memahami pola pikir saudara kita itu. Akhirnya akan
terbentuklah chemistry antara sesama kader dakwah.
Masih banyak lagi sebetulnya cara-cara sederhana untuk
membentuk rasa kekeluargaan di LDK kita. Bisa dengan mengirim
sms untuk membangunkan shalat tahajud, sms berisikan nasihat,
atau mungkin sms yang hanya sekedar menanyakan keadaan
seperti apakah kawan kita sudah makan siang? Sangat sederhana
sekali. Apa pun hal yang kita lakukan, tentunya dilakukan untuk
mencapai sebuah tujuan, yakni memberikan kenyamanan bagi kader
untuk beramal.
185
Hasil dari eratnya ikatan kekeluargaan adalah perasaan bahagia
dari kader di LDK. Perasaan bahagia dalam menjalankan amanah
dakwah adalah bekal yang sangat penting dalam beramal karena ini
bisa menjadi sebuah kekuatan yang akan membuat dakwah kader
penuh semangat dan bertahan lama di LDK. Pendekatan dengan
cara kekeluargaan saya nilai sangat efektif untuk kader dakwah
yang baru mulai melakukan amalan dakwah karena cara ini lebih
manusiawi dan tidak abstrak. Terkadang pemimpin LDK mencoba
mengembalikan semangat kader dengan nasihat dan ceramah dari
seorang ustadz. Memang bagus, tapi biasanya berhasil hanya untuk
kalangan kader yang sudah sangat paham akan dakwah. Bagi kader
awal, ceramah dari ustadz justru akan membuatnya jenuh.
S elanjutnya setelah nuansa kekeluargaan ini terbentuk, kita perlu
membangun sebuah perasaan positif dari kader dakwah. Terinspirasi
oleh buku “Quantum Ikhlas”, menurut saya kader dakwah perlu memiliki
keyakinan yang mendalam akan sebuah cita-cita dakwah agar terbentuk
sebuah perasaan positif. Perasaan positif merupakan sebuah perasaan
bahagia dari diri ini ketika memikirkan atau menjalankan sesuatu. Berbeda
dengan berpikir positif yang hanya berkutat di pikiran, namun belum tentu
sesuai dengan perasaan kita.
Manusia diciptakan dengan perasaan, manusia juga diciptakan
dengan default setting yang sama, dan manusia selalu melangkah
tergantung pada apa yang hatinya katakan atau yang ia fokuskan.
Sebagai contoh dalam buku “Quantum Ikhlas”, seseorang yang
sedang melaksanakan program diet senantiasa berpikiran
bagaimana ia bisa langsing, bagaimana ia bisa melakukan diet
dengan teratur. Padahal sebetulnya hatinya sedang berfokus pada
kenyataan bahwa ia adalah seorang yang gemuk. Menurut buku
tersebut, hal ini justru tidak akan membuatnya kurus karena yang
difokuskan oleh pikirannya adalah kata “gemuk”.
Kita perlu menata pikiran dan hati kader kita dengan kata-kata:
“LDK kita sudah baik, dan kita ingin LDK kita jadi lebih baik”.
Maksudnya hati kita berkata dan bersyukur bahwa LDK sudah baik,
dan kita juga menginginkan LDK kita menjadi lebih baik lagi. Dengan
demikian terjadilah sinkronisasi antara hati dan otak, atau istilahnya
186
connection between mind and soul. Hal inilah yang akan membuat
sebuah LDK menjadi besar. Keyakinan bahwa LDK kita baik akan
membuat LDK baik. Keyakinan bahwa LDK kita buruk akan
membuat LDK kita menjadi buruk. Hal terakhir inilah yang mungkin
terjadi pada dunia ke-LDK-an di Indonesia kini. Kader pada LDK yang
masih mula senantiasa mengatakan bahwa LDK-nya masih kacau,
sehingga ia akan fokus pada kata “kacau”. Akibatnya LDK-nya sulit
mengalami perkembangan. Sedangkan kader pada LDK yang sudah
mapan senantiasa mengatakan bahwa LDK-nya sudah “baik”,
sehingga hati mereka akan tergerak untuk menjadikan LDK-nya
lebih baik lagi. Anda adalah apa yang Anda pikirkan tentang diri
Anda. LDK Anda adalah apa yang Anda pikirkan tentang LDK Anda.
Sedikit bercerita, ketika awal menjadi kepala GAMAIS, LDK
kami memang sudah baik, akan tetapi kontribusi ke nasional masih
jauh dari harapan. Ketika saya memimpin, saya punya pikiran bahwa
GAMAIS adalah LDK yang akan menjadi pionir pergerakan LDK
nasional, dan GAMAIS akan menjadi kiblat LDK nasional. Perlu
diingat bahwa saat itu kami belum ada apa-apanya di dunia FSLDK.
Akan tetapi keyakinan ini senantiasa saya pegang dan saya
sampaikan ke kader lainnya bahwa GAMAIS adalah LDK nasional.
Alhasil, saat ini kader kami punya tanggung jawab lebih untuk
berkontribusi secara nasional. Dalam waktu sekitar 6 bulan setelah
saya memimpin, GAMAIS ITB juga telah menjadi rujukan untuk
pengelolaan LDK se-Indonesia. Semua hasil ini dimulai hanya dari
sebuah keyakinan serta perasaan positif dan bahagia ketika
memikirkannya.
Kader dakwah perlu ditata dan diajak untuk berpikir dan
berperasaan positif. Ketika kader dakwah kita bisa memiliki
keyakinan yang mendalam bahwa ia mampu melakukan perubahan,
bahwa LDK kita mampu berkarya, niscaya akan ada dorongan dari
dalam berupa kekuatan dari hati dan bantuan dari Allah untuk
memajukan dakwah ini. Karena orang besar dimulai dari pikiran dan
jiwa yang besar. LDK besar juga dimulai dari kader yang senantiasa
berpikir dan berjiwa besar.
187
Glosarium
A:
Aqidah: keyakinan pada Islam
D:
Diniyah: agama
M:
Mahad: pesantren/pemusatan
Maknawiyah: kedekatan pada Allah
Manhaj: pedoman
Marhalah: tahapan
Milad: syukuran hari lahir
Muhasabah: kontemplasi/evaluasi diri
Q:
Qiyamul lail: Sholat malam
R:
Rabbaniyah: jiwa penghamba Allah
Ruhiyah: kedekatan dengan Allah
188
Ruhul istijabah: kesigapan
S:
Syiar: menyampaikan ajaran Islam
Syura: rapat
T:
Ta'aruf: perkenalan
Ta'lim: ceramah Islam
Ta'rif: perkenalan (lingkup sedang)
Tabligh: ceramah Islam (lingkup besar)
Tadhribul amal: latihan beramal
Tafakur alam: menghayati ayat Allah di alam
Tahfidz: program menghafal Qur’an
Tahsin: program membaca Qur’an dengan baik
Talaqqi: diskusi Islam
Tanfidzh: tahap eksekusi
Tajwid: tata cara membaca Qur’an
Takwin: tahap pembentukan
Tandzhim: tahap penataan
Tasawuf: ahli sufi
Tausiyah: nasehat
189
Menginspirasi Kampus dengan
Syiar dan Pelayanan
190
191
BAB 20
STRATEGI SYIAR
Sebagaimana Kami telah mengutus kepadamu
Rasul di antara kamu yang membacakan ayat-ayat Kami kepada
kamu dan mensucikan kamu dan mengajarkan kepadamu
Al Kitab dan Al Hikmah, serta mengajarkan kepadakamu
apa yang belum kamu ketahui
Al Baqarah: 151
193
Pengemasan
Pengemasan terkait
bagaimana pencitraan yang akan
timbul kepada masyarakat
kampus.
GAMAIS ITB mencoba
mencitrakan LDK yang ramah dan
lembut. Hal ini diimplementasikan
dalam berbagai bentuk, salah
satunya melalui publikasi kami
yang selalu tampak lucu. Selain itu
penamaan kegiatan yang tampak
“ramah di mata dan telinga”
seperti Metamorphosis, Look
Inside My Environment, GAMAIS
PEDULI, A-Day, BBQ, dan lain-lain.
Pemasaran
Pemasaran paling efektif adalah penjualan yang dilakukan oleh
kader LDK itu sendiri karena dialah yang paling memahami LDK-nya.
Pembelajaran agar seorang kader
mampu berkomunikasi dan
menjual agenda dakwah inilah
yang menjadi sebuah tadhrib amal
tersendiri bagi dirinya. Ia akan
belajar menjadi da’i dalam arti
sesungguhnya, yakni sebagai
seorang penyeru dan pengajak.
Selain itu pemasaran bisa di
optimalkan pula dengan desain
dari publikasi yang ditampilkan.
Coba sesuaikan gaya publikasi
dengan karakter objek dakwah
yang menjadi segmentasi dakwah.
194
Closing
Closing dilakukan saat telah adanya kesamaan pemahaman
antara da’i dan mad’u atau objek dakwah yang telah bersedia
menerima nilai yang kita sampaikan. Dalam konteks kegiatan LDK,
hal ini berarti seorang mad’u sepakat untuk mengikuti acara yang
kita rencanakan.
Pendekatan akhir dari tahap pemasaran ini adalah bagaimana
objek dakwah bersedia mengikuti pembinaan rutin yang dijalankan
oleh LDK. Mentoring menjadi metode yang seringkali digunakan
pada tahap ini. Para da’i kampus diharapkan nantinya mampu
mengajak objek dakwah untuk bisa mengikuti kegiatan mentoring.
Komunikasi dalam Dakwah
Karena kader adalah salesman dakwah kita di kampus, maka
penanaman jiwa marketing pada semua kader sangat diperlukan.
Dengan memperhatikan pola berpikir seorang salesman, saya
mencoba mengajak seluruh kader dakwah untuk menganggap
bahwa berdakwah adalah sama dengan ”berjualan”. Dengan
demikian diharapkan akan ada perubahan tampilan dakwah dengan
menggunakan cara berpikir “content samawi, pengemasan ardhi”
atau “isi dari Allah, namun penyampaiannya dengan bahasa
manusia”.
Oleh karena itu, kunci dalam dakwah adalah komunikasi. Allah
mengajarkan kepada kita untuk berdakwah dengan hikmah dan
dengan cara yang baik supaya bisa diterima oleh masyarakat.
Pesan
encode decode
Pengiri Peneri
Metode
m ma
tepat
Pesan Pesan
195
Gambar di atas mencoba memberikan gambaran bagaimana
proses dakwah berjalan, dan bagaimana cara yang baik yang dapat
dilakukan dalam setiap tahap proses yang ada.
196
Penerima pesan
Perhatikan pemahaman serta kondisi objek dakwah sebelum
kita melaksanakan agenda dakwah. Pastikan mereka berada dalam
keadaan siap menerima pesan. Jika mereka sedang tidak ingin
diganggu atau tidak siap untuk menerima pesan Islam, bisa jadi
tindakan kita justru akan menimbulkan masalah. Sebutlah, kita
memaksa mengadakan ta’lim sebelum waktu ujian, atau
mengadakan diklat panjang di waktu perkuliahan. Saat-saat seperti
ini tentunya tidak tepat dimanfaatkan untuk melakukan agenda
dakwah. Terkadang bisa juga kita memanfaatkan momen seperti
Ramadhan sebagai penunjang pembentuk suasana dakwah.
Penyampai pesan
Sebagai seorang penyampai pesan, seorang aktivis dakwah
perlu menunjukkan i’tikad dan niatan yang tulus dalam berdakwah.
Merujuk kembali ke buku “Bagaimana Menyentuh Hati”, cara yang
paling baik agar seorang aktivis dakwah juga bisa menjalan peran
dakwah adalah dengan memastikan bahwa ia memiliki kebersihan
hati. Dengan kebersihan hati, maka seseorang akan lebih mudah
berkomunikasi dengan hati objek dakwah. Di situlah pintu hidayah
akan lebih mudah dibuka.
B ila berbicara tentang metode dakwah yang paling baik di sebuah
kampus, maka orang yang paling tepat menjawabnya adalah Anda
sendiri sebagai pelaku dakwah di kampus Anda sendiri. Membandingkan
dengan dakwah kampus lain bukanlah untuk mengikuti seutuhnya, tetapi
untuk mengambil bagian yang bisa diadaptasi lalu dikembangkan sesuai
dengan keunikan gerak dakwah di kampus masing-masing.
Pada akhirnya dakwah akan bisa berkembang bila kita sebagai
seorang da’i menggunakan bahasa kaum tempat kita berdakwah.
Atau dalam bahasa lain, bagaimana cara kita bisa memformulasikan
metode dakwah yang paling sesuai dengan objek dakwah di
kampus.
197
BAB 21
PROPAGANDA DAN
CORONG OPINI
198
Indikator Keberhasilan
A da indikator yang mempengaruhi keberhasilan sebuah rekayasa opini,
yakni konten yang di bawa dan bagaimana pengemasan yang
diberikan terhadap konten yang ada. Kedua hal ini sangat penting untuk
diperhatikan secara seimbang. Karena, jika satu saja tidak diperhatikan akan
berdampak pada kurang optimalnya rekasaya opini yang dilakukan oleh
LDK.
Konten
Adalah isi dari pesan yang akan dibawa. Tentu kita akan
membawa sesuatu yang ada dalam kandungan Al Qur’an yang tidak
pernah akan basi hingga hari kiamat. Akan tetapi, kita juga perlu
memperhatikan tema apa yang tepat untuk waktu tertentu
,sehingga pesan yang disampaikan bisa tersampaikan dengan baik.
Konten dari pesan perlu dikaji secara mendalam dengan
menyesuaikan dengan kondisi masyarakat di kampus. LDK tidak bisa
menyampaikan sesuatu yang terlalu berat untuk masyarakat
kampus karena akan kontraproduktif terhadap propaganda yang
akan dilakukan.
Sebagai contoh, saat pekan ujian akhir, LDK membuat opini
untuk UAS jujur dengan berbagai media yang ada, seperti baliho
besar bertuliskan pesan-pesan yang mengajak untuk tidak
mencontek (contoh: “Tuhan ada dimana-mana”, “Cheating is
stealing, stealing is criminality”, atau “Hargai hak paten jawaban
ujian teman Anda!”) dan ditambah pula dengan gambar-gambar
199
yang menarik. Bisa juga dengan membuat buletin berisikan artikel
atau komik kecil yang menyampaikan pesan yang sama.
Dengan menaruh semua propaganda ini di seluruh pelosok
kampus, maka masyarakat kampus akan selalu teringat akan isi
pesan ini. Tugas kita sebagai kader LDK adalah memastikan pesan
kita tersampaikan dengan baik ke dalam gagasan massa kampus.
Ketika gagasan itu sudah ada, maka keinginan untuk
menjalankannya akan lebih mudah untuk dilakukan.
200
Penentuan isu yang akan dibawa perlu diperhatikan dengan
matang. Sekali saja salah langkah dalam menentukan isu yang akan
digagas, bisa berdampak besar pada beberapa hal, seperti
menciptakan citra negatif pada LDK, kontraproduktif terhadap
agenda syiar, atau bahkan hilangnya kepercayaan objek dakwah
terhadap LDK. Oleh karena itu dibutuhkan penentuan topik yang
tepat dan sesuai kebutuhan agar isu yang diangkat lebih kena
sasaran.
Pengemasan
Manusia menilai dari apa yang
dilihatnya. Mata adalah pintu masuk
informasi terbanyak bagi manusia.
Ketika mata mengatakan “oke” pada
suatu hal, biasanya hati pun juga akan
berkata demikian. Inilah yang menjadi
poin penting dalam memasarkan
sebuah hal. Banyak sekali contoh-
contoh yang menunjukkan pentingnya
pengemasan. Pengemasan yang baik
akan memberikan added value pada hal
yang akan disampaikan.
Pada konteks propaganda dan opini, maksud dari pengemasan
ini terkait pada permainan kata-kata dan media visual. Setiap kata
yang keluar dalam penyampaian opini perlu diseleksi sedemikian
rupa agar memberikan dampak yang sesuai dengan harapan.
Jangan sampai kita mengeluarkan kata-kata yang tidak sesuai
dengan kondisi objek dakwah atau “terlalu tinggi” untuk dicerna
oleh mereka.
Sebagai contoh, “Semangat ukhuwah dalam Islam”, atau
“Menata bangsa dengan menata fikroh”, atau kalimat panjang nan
berbobot seperti, “Pemuda masa depan bangsa yang ber-izzah dan
memilki kafaah Islam yang syumul”. Beberapa contoh propaganda
ini sering kali muncul baik dalam bentuk spanduk, poster, atau
ceramah yang ditujukan untuk masyarak luas. Berdakwahlah
dengan bahasa kaumnya. Ini adalah sebuah konsep marketing yang
201
sangat sederhana. Maksudnya kita bukanlah hanya sekedar
menyesuaikan bahasa saja, tetapi juga pemilihan kata serta cara
penyampaian yang tepat.
203
BAB 22
DAKWAH
DI DUNIA MAYA
D unia maya kini bukan lagi sekedar media untuk mencari informasi,
tetapi telah berkembang menjadi sebuah komunitas besar tanpa
batas. Seseorang dapat mengenal orang lain lintas batas negara, geografis,
suku, agama dan sebagainya. Dunia maya telah tumbuh menjadi dunia yang
membuat seseorang lebih banyak menghabiskan waktu di dalamnya
ketimbang hidup di dunia nyata.
Berbicara tentang dunia maya tentu tidak hanya berbicara
tentang internet saja, melainkan mobile phone dan MP3/iPod. Ulama
berpendapat bahwa teknologi ini bagaikan dua mata pedang,
dimana dapat menjadi baik bila digunakan oleh seorang yang baik
dan dapat menjadi buruk jika digunakan untuk hal yang tidak baik.
Perkembangan teknologi yang berpacu setiap harinya memberikan
sebuah kesempatan inovasi dakwah bagi para pelaku dakwah di
dunia.
Jika Anda melakukan pencarian situs di internet, bisa dilihat
bahwa situs yang negatif lebih banyak ketimbang situs Islami.
Google bahkan mengeluarkan data bahwa kata kunci yang paling
sering digunakan di Indonesia adalah kata “porno atau sex”. Data ini
tentu menyedihkan bagi diri kita, para pelaku dakwah kampus, yang
memiliki tanggung jawab untuk membuat perubahan di masyarakat.
Cara untuk melawan fenomena ini bukanlah hanya dengan
menuntut pemerintah untuk memblokir situs yang berbau
pornografi, akan tetapi juga dengan menambah situs yang berisikan
nilai Islam. Kuncinya adalah menjadikan pengetahuan dan informasi
sebagai kekuatan. Pelaku dakwah masa kini perlu mengadaptasi
204
teknologi dunia maya untuk keperluan dakwah Islam. Dengan
demikian internet atau dunia maya akan semakin bersih dari
kontaminasi situs buruk dan tercerahkan oleh cahaya Islam.
Dakwah di dunia maya memiliki banyak keunggulan yang bisa
melengkapi dakwah kita di dunia nyata. Keunggulan-keunggulan
tersebut antara lain:
a) Hemat biaya
b) Optimasi desain pada publikasi
c) Pendekatan masif
d) Mudah digunakan
e) Penyebaran cepat dan bersifat personal
f) Menyentuh objek dakwah yang apatis (malas menghadiri acara
dakwah)
Keunggulan ini seharusnya dapat dimanfaatkan dengan baik
oleh LDK untuk mengembangkan area dakwahnya di kampus dan
mengajak lebih banyak lagi mahasiswa untuk bergabung dalam
pembinaan yang telah disiapkan.
Meski demikian bukan berarti dakwah di dunia maya tidak
memiliki kekurangan yang perlu diantisipasi oleh para pelaku
dakwah. Dakwah di dunia maya tidak memungkinkan adanya tatap
muka yang membuat kita tidak bisa mengetahui dengan persis
ekspresi dari objek dakwah. Terkadang juga ada spam atau hacker
yang membuat citra dakwah yang kita lakukan rusak. Namun
demikian segala kekurangan ini bisa diselesaikan jika telah kita
antisipasi sejak awal.
K euntungan besar dari dakwah di dunia maya adalah hampir semua
fasilitas media yang ada bersifat gratis, sehingga daripada media
tersebut digunakan untuk hal yang tidak bermanfaat, maka lebih baik
digunakan untuk kebutuhan dakwah. Berikut akan saya paparkan beberapa
metode yang bisa dilakukan oleh para aktivis dakwah kampus untuk
mengembangkan dakwahnya di dunia maya.
205
Jejaring Sosial
Jejaring sosial di dunia maya semakin pesat perkembangannya.
Pada akhir bulan Juni 2010 bahkan situs jejaring sosial terbesar
facebook telah mengklaim bahwa ia memiliki 500 juta pengguna
yang tersebar di seluruh penjuru dunia. Selain itu masih ada pula
twitter, plurk atau situs jejaring sosial lama seperti friendster.
Ada empat langkah sederhana yang bisa kita lakukan untuk
memanfaatkan jejaring sosial ini untuk berdakwah, yakni:
1) Memperkuat identitas diri
2) Memperbanyak teman/pengikut
3) Membangun komunitas
4) Menyebarkan nilai Islam
Tahapan ini berlaku untuk semua jenis jejaring sosial yang ada.
Dengan cara sederhana ini seorang aktivis dakwah bisa berdakwah
di depan komputer di rumah masing-masing. Metode dakwah ini
juga bisa memberikan kesempatan berdakwah yang besar bagi
para aktivis dakwah yang cenderung introvert atau pemalu karena
dakwah di dunia maya tidak menuntut seseorang untuk bertatap
muka.
Contoh: Implementasi dengan menggunakan facebook.
206
Langkah pertama adalah
dengan memperkuat identitas
diri. Meski di dunia maya Anda
bisa menjadi siapapun yang
Anda inginkan bahkan dengan
karakter yang bertentangan
dengan diri, tetapi untuk
menjalankan kegiatan dakwah di
dunia maya, Anda perlu menjadi sosok dengan karakter yang Islami.
Dengan itu teman-teman dunia maya Anda akan mengenali Anda
dengan karakter tersebut. Memperkuat identitas diri ini akan sangat
menentukan tipe teman-teman yang mendominasi jaringan
pertemanan kita di jejaring sosial.
Bentuk penguatan identitas diri dapat dilakukan dengan
penyesuaian foto profil, kata-kata yang terucap di jejaring sosial,
serta rekaman kegiatan yang dilakukan. Sebutlah anda menamakan
diri anda Aktivis Dakwah Facebook dengan foto profil Al Qur’an, dan
memiliki interest dalam membaca Qur’an, mentoring, dan
sebagainya.
Langkah kedua adalah memperbanyak teman. Teman pun
alangkah baiknya jika dipilih dengan baik agar yang menjadi teman
Anda dalam situs jejaring sosial adalah mereka yang memang tepat
untuk menjadi objek dakwah di dunia maya. Karena Anda memiliki
kesempatan untuk memilih teman, maka gunakan kesempatan ini
agar dakwah Anda lebih optimal. Pastikan pula bahwa teman anda
adalah orang yang anda kenal untuk memudahkan tindak lanjut.
Namun bila tujuan dari dakwah dunia maya yang Anda lakukan
adalah untuk hal yang bersifat masif, maka tidak masalah jika teman
Anda di jejaring sosial tidak Anda kenal secara pribadi di dunia
nyata.
Langkah ketiga adalah dengan
membuat komunitas dalam bentuk
groups, atau fanpage. Dengan fasilitas
ini Anda bisa membuat komunitas yang
akan menjadi tempat menyampaikan
syiar Islam dengan terfokus pada
207
teman yang sudah bersedia untuk didakwahi. Contoh-contoh grup
yang telah ada antara lain: “1 Juz 1 Hari”, “Ayo Mengaji”, atau
“Perjalanan Qur’an”. LDK sebagai sebuah lembaga juga bisa
membuat grup sendiri agar memudahkan syiar yang dilakukan.
Langkah keempat adalah menebar nilai Islam itu sendiri
dengan berbagai cara, dari cara sederhana seperti mengubah status
dengan kalimat yang baik, menyebar tausiyah panjang melalui pesan
yang dikirim secara personal ke setiap teman, maupun dengan men-
tag catatan dan foto yang memiliki nilai Islami kepada teman-teman
Anda.
Dakwah dengan jejaring sosial merupakan sebuah trend baru
dalam dunia dakwah kampus. Dengan cara ini pula setiap kader
dapat melakukan dakwah secara mandiri di depan komputer
masing-masing. Selain itu dakwah dengan jejaring sosial ini juga
memberikan kesempatan kepada para aktivis dakwah untuk belajar
menulis dan menginspirasi dengan kata.
Blog/Website
Blog dan website memiliki
keunggulan lain ketimbang
jejaring sosial yaitu
kemampuannya untuk bisa
masuk dalam search engine
sehingga tulisan kita dapat
dinikmati tidak hanya dalam
waktu pendek akan tetapi dalam
jangka waktu yang lebih lama.
Dakwah di blog/website bersifat lebih masif walau cenderung tidak
personal.
Dakwah dengan blog/website membutuhkan keahlian khusus
di bidang desain dan menulis. Dari blog/website ini seseorang atau
suatu kelompok aktivis dakwah kampus dapat menuliskan segala
hal dengan bebas dan menjadi bagian dari kontributor opini Islam
dalam persaingan mesin pencarian google, yahoo! atau bing.
Pengguna internet bisa mengakses situs yang Anda buat hanya
208
dengan mengetk kata kunci tertentu seperti: dakwah, Islam dan
sebagainya.
Dakwah dengan blog/website juga memberikan kesempatan
untuk menerbitkan sebuah buku. Pengalaman saya menulis buku
selalu bermula dari kumpulan tulisan di blog yang nantinya
dikumpulkan dan diedit sesuai kebutuhan kemudian dicetak
menjadi sebuah buku. Meski demikian, salah satu syarat yang perlu
anda pahami bahwa dengan menulis di blog/website, semua tulisan
yang anda telah sampaikan telah menjadi milik bersama yang bisa
disebar luaskan dan dikembangkan oleh siapapun.
Email/Mailing List
Dakwah dengan email dan mailing list yang juga sering disebut
milis ini merupakan sebuah cara dakwah di dunia maya yang
sederhana dan sangat personal. Anda hanya perlu menyiapkan
konten dan menyebarkannya melalui email pribadi atau melalui
portal mailing list yang memungkinan disebar kepada kelompok
yang lebih besar.
Perhatian yang perlu diberikan adalah menindaklanjuti tulisan
balasan dari orang yang merespon tulisan Anda. Tindak lanjut bisa
dilakukan secara personal melalui diskusi singkat atau mengajak
untuk menghadiri acara keislaman di dunia nyata. Selain itu
perhatikan juga ritme atau tempo pengiriman pesan agar tidak
jenuh dan bosan. Kebanyakan aktivis dakwah terlalu bernafsu untuk
menyebar tulisan hingga justru membuat tulisannya dihapus bahkan
sebelum dibaca oleh objek dakwah.
Layanan SMS/MMS
Dengan persaingan operator yang semakin menghangat, tarif
untuk melakukan SMS menjadi sangat murah. Sebagai seorang
aktivis dakwah kita bisa memanfaatkan hal ini dengan seksama
melalui pengiriman SMS secara personal kepada banyak orang.
Jaringan SMS tausiyah, jaringan SMS tahajud wake up call, jaringan
SMS inspirasi, dan sebagainya bisa dikembangkan dengan pesat.
Meski demikian ada tata cara serta etika yang perlu diperhatikan.
Salah satunya adalah memastikan bahwa orang yang Anda SMS
209
adalah mereka yang sudah menyatakan diri siap menerima SMS.
Jika tidak, maka Anda hanya akan menganggu kenyamanan
seseorang dan justru kontraproduktif terhadap dakwah.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyebaran SMS
untuk syiar ini antara lain:
1) Buat mekanisme pendaftaran yang sederhana seperti:
sms_nama_nomor HP dan dikirim ke nomor tertentu,
2) Tentukan nomor khusus untuk menyebar SMS syiar ini,
3) Tentukan waktu rutin untuk pengiriman, jangan terlalu sering,
4) Variasikan isi SMS seperti ayat Al Qur’an, hadis, atau kata-kata bijak,
5) Isi SMS jangan terlalu panjang, maksimal 2 halaman SMS.
Dengan memperhatikan hal-hal di atas, diharapkan layanan
SMS ini dapat nyaman diterima oleh objek dakwah dan diresapi
isinya dengan baik..
S ebagai seorang aktivis dakwah kampus, tentunya penggunaan media
dunia maya ini bukanlah hal yang asing. Justru menjadi sebuah
tanggung jawab bagi seorang aktivis dakwah kampus untuk bisa
menyediakan waktunya berkontribusi di dakwah dunia maya. LDK bisa saja
mengeluarkan kebijakan kepada para kadernya untuk mewajibkan
menyediakan waktu untuk berdakwah di dunia maya. Dengan demikian
dakwah Islam akan kian terasa di dunia nyata dan dunia maya.
210
BAB 23
PARAMETER
KEBERHASILAN SYIAR
Pengemasan Produk
Dakwah
Barang
Objek
Da’i
Dakwah
Penjual Pembeli
Uanguntuk
Kerelaan
bergabung dalam
Dakwah
Alur Komunikasi Dakwah
Cash Flow
Dalam melakukan perencanaan keuangan pada agenda syiar,
LDK harus berpedoman pada nilai balance cashflow atau bahkan
surplus cashflow. Dakwah butuh jihad, dan jihad butuh dana.
Pendanaan yang baik akan membuat syiar kita optimal dan tidak
terkesan dipaksakan. Syiar yang baik tidak harus mahal, namun
haruslah cocok dan sesuai dengan kebutuhan objek dakwah. Pada
situasi inilah LDK harus mempertimbangkan masalah dana, jangan
211
sampai dana yang dibutuhkan terlalu besar, karena hanya akan
menjadi beban yang membuat inovasi syiar menjadi terbatas
Sepatutnya sebuah LDK bisa menghasilkan sendiri uang dalam
jumlah besar karena kebebasan finansial membuat LDK bisa mandiri
serta independen dari pihak luar.
Appreciation
Apresiasi ini adalah tanggapan atau respon dari semua
stakeholder yang berkaitan dengan agenda yang diadakan. Apresiasi
pertama tentu dilihat dari peserta agenda. Apakah mereka puas dan
senang dengan agenda yang diselenggarakan. Sebab, tujuan syiar
adalah mentransformasi objek dakwah yang masih belum tahu
menjadi tahu. Penilaian termudah dalam menilai apresiasi adalah
dengan melihat respon mahasiswa lain yang sering mengikuti
kegiatan syiar. Dalam hal ini peran data sangat penting untuk
digunakan dalam mengevaluasi agenda dakwah.
Apresiasi lainnya dilihat dari stakeholder lain seperti pengisi
acara, pihak yang diajak kerjasama, dana, donatur, dan lain
sebagainya. Apresiasi dari mereka sangat penting karena tanpa
mereka agenda dakwah ini tidak akan dapat berjalan dengan lancar.
Participation
Ada dua pihak dalam hal partisipasi, pihak panitia dan pihak
objek dakwah itu sendiri. Partisipasi pihak panitia sangat penting.
Kita ini jamaah dakwah sehingga keberhasilan dakwah ini tampak
pada kebertambahan keimanan para subjek dakwah. Pada
hakikatnya setelah agenda dakwah berhasil dilaksanakan sesuai
dengan sirah, seharusnya terjadi pertambahan subjek. Partisipasi
dari massa kampus atau objek dakwah akan agenda kita bisa dilihat
dari cara mereka merespon dan mendukung keberlangsungan
agenda kita, apakah hanya sebagai pengunjung saja, ataukah turut
serta memberikan dukungan-dukungan lainnya.
212
Value
Selalu ada fikroh atau pemikiran yang akan disampaikan dalam
setiap pelaksanaan syiar. Penyebaran fikroh ini menjadi sebuah misi
dalam dakwah kita. Nilai yang kita sampaikan sejatinya bisa menjadi
corong opini dan mengubah pola pikir dari objek dakwah kita.
Dengan selalu berpegang pada value yang akan disampaikan,
dakwah akan senantiasa selalu berada pada asholah-nya.
Pentingnya penentuan value juga harus diperhatikan. Jangan
sampai nilai atau pesan yang disampaikan kontraproduktif dan
tidak sesuai dengan kebutuhan objek.
Documentation
Dokumentasi menjadi hal yang sangat mahal. Biasanya kita
semua seringkali melupakan dokumentasi sehingga tidak ada hal
yang bisa diturunkan ke penerus kita kelak. Ada dua hal yang harus
terdokumentasi dengan baik. Pertama, dokumentasi data seperti
notulensi rapat, proposal, ide-ide, dan lain sebagainya. Kedua,
dokumentasi foto dan film kegiatan. Penyimpanan data ini juga
harus terorganisir dengan baik sehingga bisa jadi warisan penting
bagi penerus gerak dakwah kita di masa yang akan datang.
P arameter tersebut dibuat untuk memastikan bahwa kegiatan syiar
yang dilakukan sesuai dengan standar minimal, dan ada
keberlanjutannya. Penting untuk diperhatikan oleh LDK bahwa dengan
menjadikan parameter ini sebagai indikator keberhasilan, maka akan
terbentuk sebuah standar kualitas minimal yang akan dicapai oleh lembaga
dakwah dalam menjalankan aktivitasnya. Tentunya dengan bermodalkan
keikhlasan serta totalitas dalam berdakwah, syiar kita akan berhasil secara
kasat mata dan memperoleh berkah.
213
214
BAB 24
INTERNALISASI SEMANGAT
DAKWAH FARDIYAH
Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah
kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya
kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah
mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu.
216
sebagai wadah untuk mem-follow up hasil pendekatan personal
kita. Biasanya wadah yang paling cocok untuk ini adalah kelompok
mentoring. Metode lain seperti ta’lim dan mabit juga bisa digunakan
sebagai wadah follow up masif.
Berikut saya akan menguraikan lima tahapan untuk melakukan
dakwah fardiyah yang disebut dengan 5M.
217
Mendekati
M kedua, yaitu mendekati mad’u. Pendekatan yang dilakukan
erbeda-beda untuk setiap mad’u. Ada kalanya kita terlebih dulu
harus menyesuaikan dengan kondisi kedekatan kita dan mad’u.
Pada dasarnya kita tidak perlu mengubah cara kita berkomunikasi
atau bersikap kepada mereka karena justru bisa berakibat pada
ketidakproduktifan dakwah yang kita lakukan. Jadilah diri Anda
sendiri, dan tentukan pola pendekatan yang paling tepat dengan
tipikal diri Anda.
Seorang mad’u selalu memiliki kekhasan tersendiri. Seseorang
yang gemar membaca bisa didekati dengan membelikan atau
meminjaminya buku yang menurut kita bisa mengubah paradigma
dirinya tentang Islam. Sebutlah buku “Sirah Nabawiyah” atau “Al
islam” karangan Sayyid Qutb, atau mungkin buku umum seperti
“The Secret”, “The World is Flat”, atau “Berpikir dan Berjiwa
Besar”.
Adapun kadang kala kita bisa bertemu dengan seseorang yang
kritis dan gemar bertanya. Bisa saja sesekali kita ajak ia
bersilaturahim ke tempat seorang ustadz untuk mendiskusikan
persoalan agama, menghadiri ta’lim dengan tema pentingnya
pembinaan, dan lain sebagainya.
Untuk seseorang yang keras kepala, harus bisa kita patahkan
kekerasan pendapatnya lalu dicairkan dengan memberikannya
pemahaman dan penjelasan yang logis dan realistis. Oleh karena itu,
memiliki pemahaman Islam yang baik juga menjadi suatu tuntutan
bagi seorang da’i.
Lain halnya dengan tipikal mad’u yang melankolis-phlegmatis.
Pendekatan intrapersonal, rasa empatik, dan perhatian dari kita bisa
menjadi metode yang tepat baginya. Berbagai metode lainnya bisa
kita kembangkan tergantung tipikal mad’u dan diri kita sendiri.
Tujuan dari tahapan pendekatan ini yakni untuk membentuk
kepercayaan antara diri kita dan mad’u, mengikatkan dan
mendekatkan hati, serta menumbuhkan perasaan ingin mempelajari
Islam secara mendalam dan konsisten, atau dengan bahasa lain,
menimbulkan keinginan untuk mengubah diri sendiri.
218
Mengajak
Setelah mendapatkan kepercayaan dan kedekatan, tugas kita
selanjutnya adalah masuk pada tahap M ketiga, yaitu mengajak
mad’u mengikuti pembinaan Islam secara konsisten. Bagaimana
menentukan cara dan waktu yang tepat, tergantung pada situasi
dan kondisi yang ada. Bisa jadi perlu ada diskusi panjang hingga
beliau bersedia ikut pembinaan, atau ada pula yang tipikalnya harus
di-“tembak” langsung. Tipikal terakhir ini bisa dilakukan pada mad’u
yang sudah dekat secara personal dengan kita. Untuk mad’u yang
agak sulit mengambil keputusan, bisa langsung saja kita undang
untuk mengikuti agenda pembinaan yang ada.
Meskipun mad’u menolak mengikuti pembinaan, proses
pengajakan ini tidaklah berhenti sampai di sini. Proses fardiyah
harus tetap selalu berjalan. Jika kita sudah merasa tidak ada
prospek di salah seorang mad’u, maka mengganti calon mad’u bisa
menjadi solusi yang tepat.
Mendo’akan
219
Menjaga
M yang terakhir adalah Katakanlah,
menjaga mad’u. Jika kita “Inilah jalan (agamaku,
membina langsung mad’u yang aku dan orang-orang
adalah hasil dari dakwah fardiyah yang mengikutiku mengajak
kita sendiri, proses penjagaan (kalian) kepada Allah
akan lebih mudah karena kita dengan hujjah yang nyata.
dapat bertemu dengannya secara Mahasuci Allah, dan
rutin. Akan tetapi terkadang aku tidak termasuk orang-
proses follow up ini tidak selalu di- orang yang musyrik.
handle oleh kita sendiri. Bisa jadi (QS. Yusuf: 108)
ada orang lain yang akan
membina mad’u kita. Oleh karena
itu, kita perlu tetap selalu menjaga
hubungan dengannya. Sesekali bisa kita coba menanyakannya
bagaimana pendapatnya terhadap pembinaan yang ia dapat, apa
kesannya, serta ajaklah ia berdiskusi jika perlu.
M elihat perkembangan event syiar yang semakin semarak dan
menghabiskan dana yang banyak, dakwah fardiyah bisa kita
manfaatkan sebagai media persiapan massa sebelum event, ataupun
sebagai media follow up seusai event.
Sebagai media persiapan sebelum event, dakwah fardiyah bisa
menjadi metode yang digunakan untuk mengajak peserta mengikuti
event tersebut. Dalam dakwah fardiyah, pengajakan mad’u untuk
mengikuti agenda dakwah bisa mempercepat tahap pendekatan
karena mad’u bisa merasakan nuansa Islam dalam agenda yang
diadakan. Jika dilihat dari sisi jumlah peserta, pengajakan mad’u ke
agenda dakwah juga turut mendukung keberlangsungan agenda
tersebut.
Pada setiap event yang dilakukan oleh LDK, sebaiknya ada
presensi atau buku tamu dari pengunjung atau peserta event.
Pendataan ini sangat penting karena dengan data ini kita bisa
menghitung berapa massa simpatisan kita yang berpotensi menjadi
220
kader. Dengan demikian proses follow up dapat dilakukan dengan
lebih mudah.
Salah satu metode follow up yang bisa digunakan yakni dengan
dakwah fardiyah. Seorang kader kita yang dekat dengan peserta
agenda dakwah bisa mendekatinya sehingga proses follow up
simpatisan untuk menjadi kader dapat berlangsung semakin cepat.
Dalam pandangan saya, perkembangan agenda dakwah
berbasis event seakan-akan telah menjadi keharusan pada sebuah
LDK. Memang betul bahwa ketika lembaga sudah formal, agenda
yang masif harus dijalankan karena massa juga semakin banyak.
Akan tetapi, janganlah hal ini menjadi satu-satunya tipikal agenda
LDK untuk merangkul massa. Jika ini terjadi, maka label LDK yang
identik dengan event organizer menjadi layak kita sandangkan.
Sungguh sangat zalim bagi kita para pemimpin LDK, jika mendidik
kader hanya untuk menjadi ahli dalam manajemen organisasi. LDK
adalah lembaga kaderisasi. Maka LDK haruslah dapat mendidik
kadernya untuk menjadi da’i—dalam konteks mengajak objek
dakwah mengikuti kegiatan pembinaan, lalu melakukan pembinaan
tersebut dengan seksama—agar para objek dakwah bisa menjadi
orang-orang yang memiliki kepribadian Islam. Dengan demikian,
dakwah fardiyah dapat dijadikan kebiasaan di antara kader. Kita pun
dapat menstimulus kader kita untuk memilki karakter seorang da’i.
Prospek Dakwah Fardiyah
P rospek cerah sangat tampak pada aktivitas dakwah fardiyah karena
ada mulitple effect yang sangat baik jika proyek ini bisa dijalankan
secara konsisten untuk jangka waktu yang lama. Kita dapat menggerilyakan
kader kita untuk terus menerus “menjual” dan mempromosikan produk
pembinaan kita setiap saat.
Coba kita hitung bagaimana potensi penambahan kader yang
mungkin bisa terjadi dalam perkembangan proyek ini.
221
Tabel Prospek Dakwah Fardiyah
222
Menyiasati Pola Pikir Manusia dalam Dakwah Fardiyah
M anusia selalu memulai sesuatu dari sugesti. Sugesti ini bermula dari
sebuah lintasan informasi yang melewati pikirannya. Dalam konteks
ini, seorang da’i akan mencoba mengisi lintasan pikiran objek dakwah
misalnya dengan: pembinaan itu sangat penting, saatnya berubah ke arah
lebih baik, dan sebagainya, dengan cara mengingatkan objek dakwah baik
melalui sms, telepon atau pun saat bertemu. Cara lain adalah dengan
menggunakan banyak simbol atau pengumuman reklame dan iklan di
kampus, agar objek dakwah senantiasa melihat lalu menjadikan informasi
yang bertebaran di sekelilingnya sebagai sugesti.
Kita kemudian dapat menstimulus lintasan pikiran yang telah
dimiliki oleh objek dakwah dengan mengajaknya berdiskusi,
meminjamkan buku, atau mengajak menghadiri pertemuan kader
dan ta’lim. Melalui hal-hal tersebut akan timbul sebuah memori
(ingatan) yang membekas pada objek dakwah.
Selanjutnya adalah proses kontemplasi pribadi objek dakwah
untuk menyalurkan ingatan ini menjadi sebuah gagasan bahwa
“Saya harus mengikuti pembinaan Islam untuk berubah!”. Saat
tekad objek dakwah sudah timbul inilah maka tiba saatnya bagi kita
untuk mengajaknya bergabung dalam aktivitas dakwah kampus.
223
Pada proses perkenalan dan pengajakan ini kita harus bisa
menjelaskan apa keuntungannya mengikuti pembinaan, apa
perubahan yang terjadi pada diri setelah ikut pembinaan,
kesempatan apa yang bisa didapatkan, dan segala hal positif
lainnya. Kita harus bisa mengubah paradigma yang ada pada mad’u.
Karena sesungguhnya alasan mereka tidak mau bergabung
bukanlah karena memang mereka tidak mau, akan tetapi karena
mereka belum mengetahui apa yang bisa mereka dapatkan dengan
mengikuti pembinaan ini.
Perangkat Pendukung Dakwah Fardiyah
M ekanisme kerja dakwah fardiyah pada sebuah LDK berpusat pada
dua departemen yakni departemen kaderisasi dan manajemen
sumber daya anggota serta departemen koordinasi mentoring. Kedua
departemen ini harus bergerak sinergis satu sama lain.
226
.
3
0
1 Ir Dipta Zukruf Unggul E Anggit A
3 fa l g
. n r u
0 i n
0 g
-
1
4
.
3
0
1 A Fahmi Lukman Bambang D Husni I
5 ri i f
. f m t
3 a i
0 s t
- a
1 h
7
.
0
0
1 R Azis Thomas Wahyu R Diaz A
9 ul a n
. ly t d
3 n r
0 o i
-
2
1
.
0
0
227
Tabel di atas merupakan contoh tabulasi sederhana. Dengan
pilihan jadwal ini ada banyak keuntungan bagi proses dakwah
fardiyah yang dilakukan, yakni:
Membuat jadwal antara mentor dan binaannya sesuai sehingga tidak
perlu memakan waktu untuk menyamakan jadwal,
Memberikan kesempatan kepada objek dakwah untuk memilih mentor
yang akan membina dirinya,
Memberi kesempatan seorang objek dakwah untuk memilih teman
satu kelompoknya.
Untuk mekanisme input data objek dakwah, kita bisa
menggunakan SMS. Objek dakwah yang ingin mengikuti mentoring
cukup mengirimkan SMS ke service centre dengan mencantumkan
identitas diri dan waktu mentoring yang diinginkan. Data yang
dikirim via SMS akan diteruskan ke sistem data mentoring dan ke
mentor yang bersangkutan sehingga maksimal objek dakwah hanya
perlu menunggu selama satu pekan setelah mendaftar untuk dapat
mulai mengikuti proses pembinaan.
Mulai dari sekarang!
U ntuk memulai sesuatu memang butuh waktu. Akan tetapi, semakin
cepat kita memulai akan lebih baik. Karena semakin lama kita
menunda akan semakin banyak pula pertimbangan yang mungkin bisa
membuat kita tidak jadi menjalankan sesuatu. Hal yang menjadi langkah
awal—dan bisa jadi cukup berat—adalah menimbulkan kesadaran dan
habit dari kader dakwah kita agar senantiasa mengajak sebanyak-
banyaknya mahasiswa di kampus untuk mengikuti pembinaan. Adanya
pertemuan kader terpusat bisa menjadi sebuah metode yang diharapkan
bisa memberikan pemahaman dan semangat secara masif agar kader bisa
bergerak dan menjalankan dakwah fardiyah.
Mungkin Anda bertanya sudahkah saya sebagai penulis
menjalankan dakwah fardiyah? Semester silam saya mencoba
mempraktekkan secara mini konsep ini. Saya coba lakukan pada
kelompok binaan saya di jurusan. Pada awalnya di bulan September,
anggota kelompok binaan saya hanya terdiri dari delapan orang
saja. Setiap SMS yang saya kirimkan ke binaan untuk mengingatkan
228
jadwal mentoring selalu saya beri tambahan, “Ajak yang lain yah!
^_^”. Pada setiap mengisi ta’lim di jurusan saya juga selalu
mengajak pesertanya untuk mengikuti mentoring. Alhasil dengan
usaha saya dan binaan saya, pada awal bulan Desember (sekitar 3
bulan setelah pertemuan pertama), jumlah anggota mentoring ini
bertambah menjadi 20 orang.
Kita akan membangun sistem di sini. Sistem yang memiliki
perangkat pendukung berupa tools untuk promosi, media
pencitraan lintasan pikiran, pertemuan-pertemuan untuk sharing
dan berbagi ilmu, sel-sel kecil untuk penjagaan dan pengecekkan,
serta wadah mentoring yang siap menampung hasil dakwah
fardiyah. Dengan pembangunan sistem, semua kader kita dengan
segala tipikal kepribadian dan varian kompetensi akan bisa
menjalankan amanah ini dengan baik.
229
BAB 25
DAKWAH FARDIYAH
BERDASARKAN
KARAKTER MAHASISWA
230
secara mendalam sehingga dapat meramukan cara pendekatan
yang paling tepat untuknya. Langkah awal yang perlu dibangun
adalah memulai komunikasi dengan objek dakwah dengan berbagai
cara. Perlu diingat bahwa komunikasi bukanlah sekedar berbicara
secara oral saja. Komunikasi yang baik melibatkan seluruh sistem
yang ada dalam tubuh kita. Saat Anda berkomunikasi dengan orang
yang Anda senangi, tubuh Anda akan merespon baik. Bibir secara
spontan tersenyum, mata berbinar, hati senang, gerak tangan dan
kaki rileks, dan perasaan nyaman menjalar dalam diri Anda.
Respon seperti ini pun berlaku untuk objek dakwah yang bisa
menangkap perasaan Anda ketika Anda melakukan komunikasi
dengan tulus dan ikhlas. Sebagaimana Abbas As-Siisiy dalam
bukunya “Bagaimana Menyentuh Hati” menyatakan bahwa “Hati
hanya bisa disentuh oleh hati yang bersih”. Dengan demikian
pendekatan hati dalam komunikasi, khususnya untuk aktivitas
dakwah fardiyah, sangat diperlukan dan dipahami oleh setiap aktivis
dakwah.
Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan
Kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan
dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku
supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling
mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling
bertaqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah
Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal
(QS. Al Hujurat: 13)
Menarik bila melihat dan mengamati keberagaman karakter
mahasiswa dengan berbagai keunikan kepribadiannya. Keberagaman
karakter ini melahirkan nuansa tersendiri dalam interaksi
antarmanusian. Namun jangan sampai nikmat Allah yang berupa
keberagaman ini justru menjadi musibah yang memicu konflik atau
hambatan dakwah. Sebagai aktivis dakwah diharapkan kita mampu
menjadikan keberagaman sebagai potensi dan kesempatan besar
untuk melakukan aktivitas dakwah dengan optimal.
Sebuah buku yang sangat bagus untuk memahami karakter
manusia, ditulis oleh Florence Littaeur dengan judul “Personality
Plus”. Buku ini menjelaskan secara rinci ciri khas dari empat karakter
231
manusia dengan perspektif yang sangat baik: karakter koleris,
melankolis, sanguinis dan phlegmatis. Karakter-karakter ini memiliki
kelebihan dan kelemahannya masing-masing. Tentunya cara
berdakwah terhadap tiap karakter akan berbeda. Ilmu ini bisa
dimanfaatkan oleh para aktivis dakwah, khususnya saat melakukan
dakwah fardiyah.
233
berorientasi pada tujuan dan mempunyai kualitas kepemimpinan
bawaan. Dia biasanya menanjak ke puncak pada karir apa pun yang
ia pilih. Mayoritas pemimpin dunia berasal dari karakter koleris kuat.
Florence Littaeur dalam bukunya menuliskan bahwa tipe
koleris ini memiliki beberapa kekhasan, antara lain:
Dilahirkan sebagai pemimpin; Sangat memerlukan perubahan;
Berkemauan kuat dan tegas; Bisa menjalankan apa saja;
Berorientasi tujuan; Mengorganisasi dengan baik; Mendelegasikan
pekerjaan; Berkembang karena tantangan; Tidak terlalu perlu
teman; Biasanya selalu benar; dan unggul dalam keadaan darurat.
Pendekatan dakwah yang dilakukan untuk tipe koleris adalah
dengan mengakui bahwa memang dia sosok yang memiliki bakat
untuk menjadi pemimpin. Pengakuan kepada dirinya bahwa dia
adalah orang yang memiliki kapasitas menjadi sebuah kebanggaan
tersendiri.
Berkomunikasi dengan koleris perlu kesabaran yang ekstra.
Perlu diyakini walau kebanyakan koleris merasa selalu benar,
mereka sebenarnya juga adalah pendengar yang baik. Buatlah
dirinya terbawa pada komunikasi dua arah yang kita bangun. Dari
sinilah proses dakwah bisa dimulai. Koleris yang cenderung rasional
bisa kita dekati dengan rasionalisasi yang masuk akal dan cenderung
menguntungkan karena mereka melihat segala sesuatu dari sisi
untung-rugi.
Selain itu seorang koleris cenderung selalu menjadi pribadi
yang terbaik. Maka berikan keyakinan kepada dirinya bahwa dengan
memahami Islam lebih mendalam, ia tidak hanya akan mendapatkan
kebaikan, tetapi juga menjadi lebih komprehensif.
Dalam pemberian tanggung jawab, berilah seorang koleris
tantangan terberat karena baginya itu merupakan sebuah
kebanggaan tersendiri. Dia cenderung siap pada tantangan
tanggung jawab yang lebih besar di waktu lain. Pendekatan ini bisa
juga sekaligus digunakan untuk mempersiapkan kader yang militan
dalam bergerak.
234
Dakwah dengan Hati kepada Melankolis
237
Glosarium
A:
Ardhi: bumi, membumi
Asholah: keaslian, kemurnian
D:
Dakwah fardiyah: dakwah personal
F:
Fikroh: pemikiran, gagasan
H:
Hujjah: alasan kuat, bargain position
I:
Izzah: harga diri, kehormatan
K:
Kafaah: kemampuan, kapasitas, pemahaman
Khitah: keaslian, kemurnian
238
M:
Mad'u: objek dakwah
Muhasabah: kontemplasi, perenungan, evaluasi
S:
Samawi: langit, dari Allah
Sirah nabawiyah: sejarah para nabi
Syumul: komprehensif
T:
Ta'lim: diskusi agama kecil
Tabligh: diskusi agama besar
Tadhrib amal: latihan beramal
Tasyakuran akbar: syukuran bersama
Tausiyah: nasehat
239
Epilog
Seretas Mimpi
Kampus Madani
S emua insan manusia mempunyai mimpi dan mimpi pula yang membuat
perbedaan di antara manusia. Mimpi untuk menjadi pribadi yang lebih
baik, mimpi meraih keberhasilan, dan mimpi tentang keadaan di masa
depan. Dari mimpi pula manusia mendapatkan kekuatan untuk terus
memperjuangkan yang terbaik bagi kehidupan dan penghidupannya. Mimpi
mimpi dan mimpi, alangkah indahnya mimpi.
240
berbagai agama. Saat itu kepemimpinan Rasul menjadi idola bagi
setiap penduduk Madinah, tidak peduli ia berasal dari suku atau
agama tertentu. Saat itu Islam menjadi sebuah tata nilai yang telah
meresap di hati setiap orang yang telah mengenalnya.
241
Referensi
Lubis, Satria Hadi. 2006. Buku Pintar Mengelola Halaqoh. Jakarta: Fatahillah
Bina Alfikri
Tim SPMN FSLDK. 2007. Risalah Manajemen Dakwah Kampus edisi Revisi.
Bandung: Gamais Press
243
Tentang Penulis
245