Anda di halaman 1dari 17

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia hidup di dunia ini dalam keadaan buta, buta mata karena
meski terlihat dia membuka mata tapi tidak sama sekali faham apa yang
terjadi dengan kenyataan hidup, dengan itu kebutaan manusia di latih
untuk bisa melihat dan tahu dari mana, apa dan bagaimana sebenarnya
kenyataan hidup ini, untuk bisa mengetahui hakikat hidup yang
sebenarnya manusia membutuhkan banyak pengarahan, pendidikan mulai
dari lahir sampai dia mati karena pendidikan dalam kehidupan itu tidaklah
ada batasnya, maka dari itu pendidikan itu penting, untuk mengetahui apa
tujuan dan akan kemana nanti setelah hidup ini berakhir.
Dalam berpendidikan manusia tidaklah langsung bisa menangkap
apa itu pendidikan yang sebenarnya, tapi masih membutuhkan banyak
sistem, teori dan berbagai banyak macam sarana penting lainnya dalam
menuntaskan makna pendidikan dalam kehidupan. Maka dari itu kami
menyusun makalah ini dengan tujuan untuk memberikan sedikit
penjelasan tentang pendidikan islam.

B. Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud dengan pendidikan akidah?
b. Bagaimana penjelasan pendidikan akidah menurut hadits?
c. Apa yang dimaksud dengan pendidikan ibadah?
d. Bagaimana penjelasan pendidikan ibadah menurut hadits?
e. Apa yang dimaksud dengan pendidikan akhlak?
f. Bagaimana penjelasan pendidikan akhlak menurut hadits?
g. Apa yang dimaksud dengan pendidikan hati?
h. Bagaimana penjelasan pendidikan hati menurut hadits?

C. Tujuan
a. Untuk mengetahui pengertian pendidikan akidah.

1
b. Untuk mengetahui penjelasan pendidikan akidah menurut hadits.
c. Untuk mengetahui pengertian pendidikan ibadah.
d. Untuk mengetahui penjelasan pendidikan ibadah menurut hadits.
e. Untuk mengetahui pendidikan akhlak.
f. Untuk mengetahui penjelasan pendidikan akhlak menurut hadits.
g. Untuk mengetahui pendidikan hati.
h. Untuk mengetahui penjelasan pendidikan hati menurut hadits.

2
BAB 2

PEMBAHASAN

A. Pendidikan Akidah
Pendidikan adalah proses pembelajaran secara langsung maupun
tidak langsung antara seseorang mamupun golongan yang dengan sengaja
atau tidak sengaja melakukan kegiatan pembelajaran, baik di suatu
ruangan maupun secara terbuka untuk menambahkan ilmu pengetahuan
kepada seseorang yang belum paham akan pendidikan itu.1
Akidah dalam bahasa Arab berasal dari kata ‘aqada yang artinya
menyatukan ujung-ujung sesuatu. Makna akar kata “aqada” karena itu
berkisar pada makan hubungan yang kokoh antara dua perkara. Seperti
dalam firman Allah, “Kecuali jika isteri-isterimu itu mema’afkan atau
dima’afkan oleh orang yang memegang ikatan nikah (uqdatun an-
nikah)..” (al-Baqarah [2]: 237). Sedemikian kuat ikatan itu sehingga
disebut sebagai perjanjian yang kuat (mitsaqan ghalidhan) (An-Nisa [4]:
21). Sedemikian kokoh kebenaran dibidang akidah, sehingga kebenaranya
disebut dengan haq dan ketidakbenarannya disebut bathil.
Dalam arti lain, akidah adalah sekumpulan kebenaran yang
diterima oleh pendengaran, akal dan fitrah; diikat kuat dalam hati manusia,
tertancap dalam dadanya, yakin kebenarannya dan pasti adanya.
Pendidikan akidah adalah inti dari dasar keimanan seseorang yang
harus ditanamkan kepada anak-anak sejak dini. Karena dengan pendidikan
inilah anak akan mengenali siapa Tuhannya, bagaimana cara bersikap
kepada Tuhannya, dan apa saja yang meski mereka perbuat dalam hidup
ini.2
Pendidikan keimanan ini adalah untuk mengikat anak dengan
dasar-dasar iman, rukun iman, dan dasar-dasar syariah. Sejak anak mulai
mengerti dan dapat memahami sesuatu. Adapun tujuan mendasar dari
pendidikan ini adalah agar anak hanya mengenal islam mengenai dirinya.
1
Amos Neolaka dan Grace Amalia A. Neolaka, Landasan Pendidikan Dasar Pengenalan Diri Sendiri
Menuju Perubahan Hidup (Depok: Kencana, 2017) hal. 12
2
Abas Mansur Tamam, Islamic WorldView Paradigma Intelektual Muslim (Jakarta: Spirit Media
Press, 2017) hal. 34-35

3
Al-Qur’an sebagai imannya dan Rasulullah sebagai pemimpin dan
teladannya. Seiring dengan hadits di atas bahwa iman; engkau percaya
kepada Allah SWT., malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para utusan-
Nya, hari akhir, dan Qadar baik maupun buruk.3

B. Penjelasan Pendidikan Akidah Menurut Hadits


‫ا ْعلَ ُم إِني‬Dَ‫ ي‬: ‫ا َل‬Dَ‫ا فَق‬D‫صلَّى هللا َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم يَوْ ًم‬
َ ‫ ُكنت خلف النبي‬: ‫عن ابن عباس رضي هللا َع ْنهُ َما قَا َل‬
‫ وإذا استعنت فَاستَين‬، ‫ إِ َذا َسأ َ ْلت فَ َسأل هللا‬، ‫ك‬ َ َ‫ اِحْ فَظ هللا تجده تُ َجاه‬، ‫ك‬ ِ ‫أَ ْعلَ ُمك َكلِ َما‬
َ ‫ت اِحفظ هللا يُ َحفَظ‬
، ‫ك‬DDَ‫ك إال بشيئ قَد َكتَبَهُ هللاُ ل‬ َ ‫ َوا ْعلَ ُم أَ َّن ْال َمةً لَ َوا َجتَ َم َعت َعلَى أَن يَ ْنفَعُوكَ بشي اجْ تَ َمعُوا لم يَ ْنفَعُو‬، ‫باهلل‬
َ Dْ‫هُ هللا َعلَي‬Dَ‫ ْد َكتَب‬Dَ‫ي ق‬D‫رُوك إال بش‬D‫ُص‬
ِ َ‫ َد َم َو َحف‬D‫ ُرفِ َعت األق‬، ‫ك‬
.‫ت‬ َ ‫ي لَ ْم ي‬D‫َوإِنِاجْ تَ َمعُوا َعلَى أَ ْن يَضروك بش‬
) ‫الحف‬
َ ‫ حديث حسن صحيح‬: ‫(رواه الترمذي وقال‬

Terjemahan
Dari Ibnu ‘Abbas r.a. Berkata: “Pada suatu hari saya
(membonceng) dibelakangi Nabi SAW kemudian beliau bersabda: “Wahai
pemuda sesungguhnya saya akan mnegajarkan beberapa kalimat (hal)
kepadamu: Peliharalah perintah Allah niscaya Allah akan memelihara
kamu, jagalah larangan Allah niscaya kamu akan mendapatkan Allah
selalu berada dihadapanmu. Apabila kamu meminta maka mintalah keoada
Allah. Apabila kamu memohon pertolongan maka mohonlah pertolongan
kepada Allah. Ketahuilah olehmu, bahwa seandainya umat manusia
berkumpul dan bersepakat untuk memberikan sesuatu pertolongan
kepadamu niscaya mereka tidak akan dapat memberikan pertolongan
kepadamu kecuali sesuatu yang telah ditetapkan oleh Allah atas kamu.
Dan seandainya mereka berkumpul untuk mencelakakanmu, maka mereka
tidak akan mampu mencelakakan kamu sedikitpun juga kecuali sesuatu
yang telah oleh Allah atas kamu.” Pena telah terangkat dan tulisan-tulisan
pada buku catatan telah kering.” (HR. AL-Turmudzi dan ia berkata Hadis
Hasan Shahih).

Penjelasan (Syarah Hadis)

3
Abdul Aziz, Materi Dasar Pendidikan Islam (Ponorogo: Uwais Inspirasi Indonesia, 2019) hal. 5-6

4
Hadis ini menjelaskan keindahan pengajaran yang diberikan Rasul
kepada seseorang anak yang masih usia muda belia atau usia anak-anak,
yaitu Ibn Abbas yang pada waktu itu sekitar berusia 10 tahun. Pergaulan
antara murid dan guru sangat akrab dan mesra, Nabi seorang guru
memboncengkan muridnya di sebuah kendaraan. Di situlah terjadi proses
pembelajaran atau kegiatan belajar mengajar. Jadi proses kegiatan belajar
terjadi dimana saja dapat dilaksanakan sekalipun dalam sebuah kendaraan,
tidak harus dalam kelas saja. Nabi seorang guru yang penuh kasih sayang
senang memanggil muridnya dengan ungkapan yang dicintai muridnya:
‫“ – ياغالم‬Wahai anakku!”
Sebelum Rasul menyampaikan materi pengajaran diberitahukan
kepada muridnya agar siap menerima pelajaran dengan ungkapan Beliau:
‫“ – اني أعَلّ ُمك كلمات‬Sesungguhnya aku akan mengajarkan beberapa kalimat
kepadamu”.
Kesiapan murid menerima pelajaran syarat mutlak tercapainya
suatu pengajaran. Oleh karena itu, guru harus mampu menenangkan murid
pada saat bercanda atau suara gaduh yang mengganggu kesiapan belajar
mengajar. Jika kedua belah pihak tidak ada kesiapan, tentu materi
pengajaran yang disampaikan kepadanya sia-sia, tidak akan berhasil
mengantar anak didik kepada tujuan yang ingin dicapai. Materi pelajaran
yang disampaikan menggunakan kalimat universal yang menyangkut
segala permasalahan, mulai dari ketaatan dalam beragama, akidah, dan
beriman kepada qada dan qadar.
Setelah murid siap menerima pelajaran baru dimulai pengajaran itu
yaitu:
‫“ – يحفظك احفظ هللا‬peliharalah perintah Allah niscaya Allah akan memelihara
kamu”.
Maknanya, peliharalah segala perintah Allah untuk dilaksanakan
dan peliharalah segala larangan Allah untuk dijauhi yaitu dengan selalu
takwa kepada-Nya di mana saja berada. Kalu seseorang sudah dapat
memelihara agamanya dengan baik, maka Allah pasti memeliharanya dari
segala bencana dan dari sesuatu yang tidak diinginkan. Perintah

5
memelihara segala perintah dan segala larangan diulangi dua kali untuk
memperkuat perintah, perintah kedua dengan balasan yang berbeda yakni
Allah di hadapanmu atau Allah bersamamu. Menurut Al-Thibiy dalam
kitab Tuhfadz al-Ahwadziy: Makna memelihara Allah adalah memelihara
hak Allah dan mencari ridha-Nya sehingga Allah di hadapanmu. Artinya
Allah memelihara kamu dari segala yang tidak diinginkan baik urusan
duniawi maupun urusan ukhrawi.
Selanjutnya, Rasulullah juga memberikan bimbingan agar
senantiasa minta sesuatu hanya kepada Allah dan minta pertolongan hanya
kepada Allah.
‫هللا إ َذا َسأ َ ْلت فسأل‬,‫وإذا استعنت فاستين باهلل‬
“Jika kamu minta (berdoa), mintalah kepada Allah dan jika kamu minta
pertolongan, mintalah kepada Allah.”
Hadis ini perintah berdoa atau bermohon kepada Allah sama
dengan QS. Al-Mu’min (40): 60:
‫ال َربُّ ُك ُم ا ْدعُونِي أَ ْستَ ِجبْ لَ ُك ْم‬
َ َ‫َوق‬
Dan Tuhanmu berfirman: "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan
Kuperkenankan bagimu.
Dan sebagaimana pengakuan manusia setiap shalat Qs. Al-Fatihah
(1): 5:
َ ‫د َوإِيَّا‬Dُ ُ‫ك نَ ْعب‬
‫ك نَ ْستَ ِعين‬ َ ‫إِيَّا‬
Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah kami
meminta pertolongan.

Hadis dan ayat diatas mendidik manusia agar mengesakan Allah


dalam berdoa. Tentunya dalam hal-hal yang tidak ada kemampuan selain
Dia seperti masalah rezeki, penyembuhan, pengampunan, dan
kemenangan. Adapun dalam masalah yang berlaku dimasyarakat seperti
pengobatan, bisnis, dan pinjam-meminjam tidak mengapa tidak ada
larangan saling minta pertolongan dan saling membantu.
Kemudian beliau menegaskan bahwa segala yang terjadi ini sesuai
dengan keputusan (qada) dan ketentuan-Nya (qadar). Qada adalah segala

6
keputusan Allah terhadap makhluk sejak zaman azali (zaman sebelum
menciptakan alam). Sedang qadar adalah ketentuan sesuatu pada makhluk
yang sesuai dengan qada. Tidak ada sesuatu yang terjadi di dunia ini selain
telah diputuskan Allah sejak zaman azali sekalipun manusia, telah
berusaha semaksimal mungkin untuk memberi manfaat atau menghindar
dan mudarat.
ّ ‫األقالهُ َو َج ْمت ال‬
‫ص َحف رُفعت‬
“Pena terangkat dan tulisan-tulisan pada buku catatan telah kering.”

Hadis diatas memberi pelajaran keimanan kepada Allah SWT dan


konsistensi dalam beragama. Dalam pendidikan islam faktor keimanan
sangat penting ditanamkan kepada anak didik, misalnya mengajarkan
bahwa Allah Maha Melihat, Maha Mengawasi makhluk-Nya di mana saja
berada, tidak ada seorang makhluk yang terlepas dari pengawasan Tuhan
dan Allah Maha Penolong dan mencakupi segala yang dibutuhkan
manusia dan sebagainya. Demikian juga, seseorang dididik meyakini
segala yang terjadi baik dan buruk adalah sudah dikehendaki tuhan.4

C. Pendidikan Ibadah
Ibadah adalah buah dari ilmu, faedah dari umur, hasil usaha
hamba-hamba Allah yang kuat, barang berharga dari para aulia, jalan yang
ditempuh oleh orang-orang yang bertakwa, bagian untuk mereka yang
mulia, tujuan dari orang-orang yang berhimmah, syi’ar dari golongan
terhormat, pekerjaan orang-orang yang berani berkata jujur, pilihan orang-
orang yang waspada, dan jalan menujun surga.
Pendidikan ibadah secara menyeluruh oleh para ulama telah
dikemas dalam sebuah disipilin ilmu, yang dinamakan ilmu fiqh dan fiqh
islam. Karena seluruh tata peribadatan telah dijelaskan didalamnya,
sehingga perlu dikenalkan sejak dini dan sedikit demi sedikit dibiasakan
dalam diri anak, agar kelak mereka tumbuh menjadi insan-insan yang
bertakwa. Pranata-pranata (aturan) ibadah di dalam islam, termasuk sholat,

4
Abdul Majid Khon, Hadis Tarbawi: Hadis-hadis Pendidikan (Jakarta: Kencana, 2012) hal. 3-9

7
merealisasikan tujuan umum pendidikan islam, yaitu menanamkan jiwa
takwa. Pemdidikan ibadah disini, khususnya pada pendidikan shalat
merupakan tiang dari segala amal ibadah dan shalat tidak hanya terbatas
pada konteks fi’liyah, melainkan menanamkan niali-nilai dibalik ibadah
shalat, sehingga mampu tampil sebagai pelopor amar ma’ruf nahi mungkar
serta jiawanya teruji menjadi orang yang sabar.5

D. Penjelasan Pendidikan Ibadah Menurut Hadits


Hadits yang diriwayatkan Imam Ahmad, At-Tirmidzi, Ibnu Majah
dan Al-Hakim dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam beliau bersabda.
َ‫ َوإِ ْن ال‬،َ‫رك‬DDD َ ‫ َّد فَ ْق‬DDD‫ َوأَ ُس‬،‫ك ِغنًى‬ َ ‫ ْد َر‬DDD‫ص‬ ْ ‫ أَ ْم‬،‫ا َدتِ ْي‬DDDَ‫ َّر ْغ لِ ِعب‬DDDَ‫ا ا ْبنَ آ َد َم! تَف‬DDDَ‫ ي‬: ‫وْ ُل‬DDDُ‫الَى يَق‬DDD‫إِ َّن هَّللا َ تَ َع‬
َ ‫أل‬
ْ ‫تَ ْف َع ْل َم‬
‫ َولَ ْمأ َ ُس َّدفَ ْق َر ْك‬،ً‫ألتُيَ َد َك ُش ْغال‬

Terjemahan
“Sesungguhnya Alloh Ta’laa berfirman,”Wahai anak Adam.
Beribadahlah sepenuhnya kepada-Ku ! Niscaya Aku penuhi di dalam dada
dengan kekayaan dan aku penuhi kebutuhanmu. Jika tidak kalian lakukan,
niscaya aku penuhi tanganmu dengan kesibukan dan tidak aku penuhi
kebutuhanmu.”(HR.IbnuMajah)

Penjelasan (Syarah Hadis)


Al Mulla Ali Al Qori menjelaskan makna hadits- ‫د تئ‬DD‫رغ لعب‬DD‫تف‬
“beribadahlah sepenuhnya kepada-Ku.”, Beliau berkata,”Makna-nya,
jadikanlah hatimu benar-benar sepenuhnya (konsentrasi) untuk beribadah
kepada Robb-mu.” (Murqotul Mafatih, 9 / 26) Hendaknya seseorang tidak
mengira bahwa yang dimaksud beribadah sepenuhnya adalah dengan
meninggalkan usaha untuk mendapatkan penghidupan dan duduk di
masjid sepanjang siang 18 dan malam. Hendaknya seorang hamba
beribadah dengan hati dan jasadnya, khusyu’ dan merendahkan diri

5
Abdul Aziz, op. cit, hal. 6

8
dihadapan Alloh Maha Esa. Menghadirkan hati, betapa besar keagungan
Alloh Subhanahu wa Ta’laa.
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits tersebut
menjelaskan, bahwasanya Allah menjanjikan kepada orang yang beribadah
kepadaNya sepenuhnya dengan dua hadiah sebaliknya mengancam bagi
yang tidak beribadah kepadaNya dengan sepenuhnya dengan dua siksa.
Adapun dua hadiah itu adalah Allah mengisi hati orang yang beribadah
kepadaNya sepenuhnya dengan kekayaan serta memenuhi kebutuhannya.
Sedang dua siksa itu adalah Allah memenuhi kedua tangan orang yang
tidak beribadah kepadaNya sepenuhnya dengan berbagai kesibukan, dan ia
tidak mampu memenuhi kebutuhannya, sehingga ia tetap membutuhkan
kepada manusia.

Hadits riwayat Imam Al-Hakim dari Ma’qil bin Yasar


Radhiyallahu ‘anhu ia berkata, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda.

َ ‫ َوأَ ْمأل َي َد ْي‬، َّ‫ك غِ ن‬


‫ك ِر ْز َقا َيااب َْن آ َد َم! الَ ُتبَاعِ ْدنِي‬ َ ‫ أَمْ أَل َق ْل َب‬، ْ‫ َيا اب َْن آدَ َم! َت َفرَّ ْغ ِلع ِِبادَ تِي‬: ‫ك َو َت َعالَى‬ َ ‫َيقُ ْو ُل َر َّب ُك ْم َت َب‬
َ ‫ار‬

Terjemahan

“Rabb kalian Yang Mahasuci laga Mahatinggi berfirman, ‘Wahai


anak Adam!, fokuslah beribadah kepadaKu , niscaya Aku penuhi hatimu
dengan kekayaan dan Aku penuhi kedua tanganmu dengan rizki. Wahai
anak Adam!, Jangan jauhi Aku, sehingga Aku penuhi hatimu dengan
kefakiran dan Aku penuhi kedua tanganmu dengan kesibukan”

Penjelasan (Syarah Hadis)


Dalam hadits yang mulia ini, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
yang mulia, yang berbicara berdasarkan wahyu mengabarkan tentang janji
Allah, yang tak satu pun lebih memenuhi janji daripadaNya, berapa dua
jenis pahala bagi orang yang benar-benar beribadah kepada Allah
sepenuhnya. Yaitu, Allah pasti memenuhi hatinya dengan kekayaan dan
kedua tangannya dengan rizki.

9
Sebagaimana Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga
memperingatkan akan ancaman Allah kepada orang yang menjauhiNya
dengan dua jenis siksa. Yaitu Allah pasti memenuhi hatinya dengan
kefakiran dan kedua tangannya dengan kesibukan.
Dan semua mengetahui, siapa yang hatinya dikayakan oleh Yang
Maha Memberi kekayaan, niscaya tidak akan didekati oleh kemiskinan
selama-lamanya. Dan siapa yang kedua tangannya dipenuhi rizki oleh
Yang Maha Memberi rizki dan Mahaperkasa, niscaya ia tidak akan pernah
pailit selama-lamanya. Sebaliknya, siapa yang hatinya dipenuhi dengan
kefakiran oleh Yang Mahakuasa dan Maha Menentukan, niscaya tak
seorangpun mampu membuatnya kaya. Dan siapa yang disibukkan oleh
Yang Mahaperkasa dan Maha Memaksa, niscaya tak seorangpun yang
mampu memberinya waktu luang.6

E. Pendidikan Akhlak
Zaqzouq mendefiniskan akhlak sebagai ilmu yang menjelaskan
kehidupan yang berhubungan dengan perilaku (al-akhlaqiyah), membantu
untuk mengetahui tujuan akhir hidup, menjelaskan standar hukum perilaku
dalam perbuatan. Ahmad Amin juga kurang lebih mendefinisikan akhlak
sebagai perbuatan baik dan buruk (al-khair wa al-syarr) dan gambaran
perilaku yang bisa dicontoh oleh manusia untuk bergaul. Iman Abdul
Mu’min Sa’d al-Din menyebutkan secara bahasa akhlak itu adalah tabiat
dan kebiasaan. Dari uraian Zaqzouq, Ahmad Amin, dan Iman al-Mu’min
Sa’d al-Din dapat dipahami akhlak itu sendiri bisa disebut perbuatan baik
dan buruk. Akhlak yang baik itu sebagai panduan untuk bisa dicontoh oleh
manusia. Secara spesifik, akhlak itu perbuatan baik lahir dan batin.7
Pendidikan akhlak adalah pendidikan mengenai dasar-dasar moral
dan keutamaan perangai, tabiat yang harus dimiliki dan dijadikan
kebiasaan oleh anak masa analisa sehingga menjadi seorang mukallaf,
seseorang yang telah siap mengarungi lautan kehidupan. Tujuan dari

6
Fadhl Ilahi Dzahir, Kunci-Kunci Rizki Menurut Al-Qur’an Dan As-Sunnah (Jakarta: IslamHouse,
2015)hal. 17-19
7
Sehat Sultoni Dalimunthe, Filsafat Pendidikan Akhlak (Yogyakarta: Deepublish, 2016) hal. 24

10
pendidikan akhlak ini adalah untuk membentuk benteng religious yang
berakar pada hati sanubari. Benteng tersebut akan memisahkan anak dari
sifat-sifat negatif, kebiasaan dosa, dan tradisi jahiliyah.8

F. Penjelasan Pendidikan Akhlak Menurut Hadits


Berikut ini, dikemukakan hadis yang menjelaskan tentang orang
mukmin yang sempurna karena memiliki moral yang terpuji serta
mempunyai hati yang lembut terhadap keluarganya. Hal ini seperti
diriwayatkan oleh Tirmidzi sebagai berikut:
َ‫ة‬D ‫ة ع َْن عَائِ َش‬DD‫يت ابنَ َعلَيّة َح َدتُنا َخالِ ُد ْال َح َراء ع َْن أبي قالب‬
ُ ‫َح َدتُنا أحمد بن منيع ْالبَ َعدَا ِدي َح َدتَنَا إ َم ِه‬
‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ِإ َّن ِم ْن َع َم ِل ْال ُمؤ ِمنين إيمانا أحسنَهُم خلقاوألطفهم بأهله‬ َ ِ‫قَالَت قَا َل َرسُو ُل هللا‬

Terjemahan
“Dari Aisyah R.A. beliau berkata: Rasulullah SAW. bersabda: Di
antara orang mukmin yang terolong lebih sempurna imannya adalah
mereka yang paling baik akhlaknya dan yang paling lemah lembut
terhadap keluaraganya”.9

Penjelasan (Syarah Hadis)


Hadis di atas menggambarkan tentang kesempurnaan iman. Salah
satu unsur keimanan yang harus dimiliki seseorang adalah mempunyai
akhlak (budi pekerti) yang baik disamping juga memiliki sikap lemah-
lembut terhadap keluarganya.
Dalam memahami hadis diatas, al-Mubarakfuri menyatakan bahwa
kadar keimanan antara seseorang dengan orang lain saling berlainan.
Tinggi rendahnya iman tergantung banyak tidaknya amalan-amalan yang
dikerjakan. Tentang dua hal yang disebutkan dalam hadis diatas,
merupakan puncak ketinggian iman seseorang, karena ia mencakup
didalamnya kebaikan secara umum (untuk masyarakat umum) yang
dipraktekkan melalui akhlak. Sedangkan satu hal lagi adalah kelembutan

8
Abdul Aziz, op. cit, hal. 6
9
Abdul Wahid, Hadits-Hadits Fenomenal Seputar Akhlak Dari Sanad Hingga Matan (Aceh: Yayasan
Pena Banda Aceh, 2013) hal. 16-17

11
terhadap keluarga yang mencakup istri dan anak-anaknya. Dengan kata
lain, belum tercapai keimanan yang sempurna bagi seseorang kalau ia
belum mempraktekkan moral yang mulia dan berlaku lemah lembut
terhadap keluargnya.
Beradasarkan hadis tersebut dapat dipahami bahwa berlaku lemah
lembut terhadap keliarga merupakan salah satu hal yang juga diatur oleh
agama islam. Adapun kandungan hukum yang dapat disimpulkan dari
hadis tersebut adalah: setiap muslim diwajibkan memiliki moral yang baik.
Di samping itu, setiap muslim diwajibkan bersikap lemah lembut dan
kasih sayang kepada keluarganya.10

Dalam hadis berikut dijelaskan bahwa, sebaik-baik orang adalah


mereka yang baik perangainya. Hal ini jelas bahwa islam sangat
menghargai orang yang memiliki akhlak mulia. Sebagaimana dijelaskan
dalam hadis riwayat Bukhari berikut ini:
‫َح ّدتَنَا َعبَدَانَ ع َْن أبي َح َم َرةً عَن األعمش عن أبي َوائِ ِل عَن مسوق ع َْن َع ْب ِد هللاِ بن عمرو رضي هللا‬
‫نَ ُكم‬D‫ار ُك ْم أ َح َس‬D ّ ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم فَا ِح َشا َوالً ُمتَفَ َح َشا َو َكانَ يَقُو ُل‬
ِ Dَ‫إن من خي‬ َّ ِ‫َع ْنهُ َما قَا َل لَ ْم يَ ُكن النَّب‬
َ ‫ي‬
‫أخالقا‬

Terjemahan
“Dari Abdullah ibn ‘Amru Ra. Ia berkata: “Nabi Saw. tidak pernah
berkata keji dan tidak pernah berusaha berkata keji, beliau bersabda:
Sesungguhnya sebaik-baik kalian adalah yang terbaik akhlaknya”11

Penjelasan (Syarah Hadis)


Hadis di atas menggambarkan betapa tinggi penghargaan islam
terhadap orang yang mempunyai moral yang mulia, yaitu menjadi orang
terbaik. Baik daro bentuk redaksi maupun dari kandungan isinya, hadis
tersebut tidak mempunyai sesuatu yang dapat mencegahnya untuk
dijadikan hujjah. Dengan kata lain, dapat dikatakan matan hadis tersebut
adalah shahih.
10
Ibid, hal. 23-24
11
Ibid, hal. 44-45

12
Al-Nawawi memberikan apresiasi tentang mengapa akhlak mulia
menjadi sifat yang terbaik. Menurutnya, hal ini disebabkan sifat moral
tersebut merupakan salah satu sifat yang dimiliki oleh para Rasul dan
waliyullah. Mengutip iman Hasan al-Bashri, Imam Nawawi juga
mengatakan bahwa moral yang baik akan membuahkan sifat ma’ruf.
Sedangkan Qadhi Iyadh, sebagaimana juga Imam Nawawi mengutipnya
mengatakan bahwa akhlak mulia mencakup berbagai sifat-sifat dan
tingkah laku yang baik, seperti sabar, kasih sayang dan lemah lembut dan
sifat-sifat terpuji lainnya. Di samping itu mencakup di dalamnya
meninggalkan perbuatan-perbuatan tercela, yang dapat mengganggu
ketertiban orang banyak serta hal-hal yang tidak bermanfaat.
Banyak sekali hadis Nabi dengan Redaksi seperti di atas, berupa
ungkapan pemberian penghargaan terhadap suatu perbuatan tertentu.
Pemahaman terhadap hadis semacam ini harus disertai dengan penjelasan
tentang konteks dan latar belakang yang memadai sekitar hadis tersebut.
Hal ini bertujuan untuk mereduksi dugaan bahwa hadis-hadis semacam itu
tidak dapat diamalkan, karena secara umum saling bertentangan.12

G. Pendidikan Hati
Akhlak itu sesungguhnya adalah perpaduan antara lahir dan batin.
Seseorang dikatakan berakhlak apabila seirama antara perilaku lahirnya
dan batinnya. Karena akhlak itu juga terkait dengan hati, maka penyucian
hati adalah salah satunjalan untuk mecapai akhlak mulia. Dalam
pandangan islam hati yang kotor akan menghalangi seseorang mecapai
akhlak mulia, boleh jadi ia melakukan kebajikan tetapi kebajikan yang dia
lakukan itu bukanlah tergolong akhlak mulia, karena tidak dilandasi oleh
hati yang mulia pula.13
H. Penjelasan Pendidikan Hati Menurut Hadits
Hadits dari Abu Musa Abdurrahman bin Qais, Rasulullah SAW
pernah ditanya tentang orang-orang yang gugur dalam pertempuran,

12
Ibid, hal. 48-49
13
Haidar Putra Daulay, Pendidikan Islam Dalam Sistem Pendidikan Nasional Di Indonesia (Jakarta:
Kencana Prenada Media Group, 2012) hal. 197

13
dengan tegas beliau menjelaskan bahwa hanya orang yang gugur karena
inigin menegakkan kalimah Allah SWT lah yang gugur sebagai syahid.
Inilah makna sabda Rasulullah SAW bahwa Allah SWT tidak melihat
bentuk luar dan fisik seseorang namun dia melihat hati (qalbu) nya dan apa
yang dilakukan (amal)-nya.
، ‫ َو ِر ُكم‬D‫ص‬
ّ ‫ َوالً إلى‬، ‫ا ِم ُك ْم‬D‫أجس‬ ّ َ‫ َرة‬D‫ول هللا َوع َْن أَبِي هُ َر ْي‬D‫ا َل َر ُس‬DDَ‫ ق‬: ‫ا َل‬DDَ‫ ق‬، : ‫ه‬DD‫ل‬
َ ‫ر إلى‬DD‫إن هللا ال ينظ‬
‫َولَ ِكن يُنظر إلى قلوبكم‬

Terjemahan
“Dari Abu Hurairah RA., Rasulullah SAW bersabda
“Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada bentuk fisik mu dan juga tidak
rupa mu, akan tetapi Dia melihat pada hati mu”14

Rasulullah saw. bersabda,


“Siapakah yang ingin mengambil dariku kalimat-kalimat lalu ia
mengamalkannya atau mengajarkannya kepada orang yang akan
mengamalkannya?” Abu Hurairah berkata: maka aku mengatakan: “Saya
wahai Rasulullah.” Ia mengatakan: Maka beliau memegang tanganku lalu
menyebutkan kelimanya (satu persatu). Beliau bersabda: “[1] Jauhkan diri
dari perkara yang diharamkan, niscaya kamu menjadi manusia yang paling
tekun beribadah; [2] relalah atas [segala] yang telah Allah berikan
kepadamu, niscaya kamu menjadi manusia yang sangat kaya; [3] berbuat
baiklah kepada tetanggamu, niscaya kamu menjadi seorang mu’min; [4]
cintailah manusia sebagaimana engkau mencintai dirimu sendiri, niscaya
kamu menjadi seorang muslim, dan [5] jangan banyaklah tertawa, [karena]
sesungguhnya banyak tertawa itu memarikan hati.”
Abu Isa mengatakan, hadits tersebut hadits gharib. [Hadits gharib
adalah hadits yang salah seorang periwayatnya menyampaikan tambahan
teks atau sanad hadits yang diriwayatkan oleh orang lain.]

14
Hardisman, Tuntunan Akhlak Dalam Al-Qur’an dan Sunnah Membentuk Pribadi Muslim
Berkarakter Dan Penerapannya Pada Etika Kedokteran (Padang: Andalas University Press, 2017)
hal. 19-20

14
‫ر هللا‬DD‫ير ذك‬DD‫ثرة الكالم بغ‬DD‫إ ِ ّن ك‬Dَ‫ر هللا ف‬DD‫ير ذك‬DD‫ال َرسُو ُل هللا صلّى هللا َعلَيه َو َسلَّ َم اَل تُكثروا ْال َح َك َم بغ‬
َ َ‫ق‬
‫وإن أبعد الناس من هللا القلب القاسي‬ ْ ‫فَ َس َوةً للقلب‬

Terjemahan
“Janganlah kalian memperbanyak berbicara, selain mengingat
Allah SWT. Sesungguhnya banyak berbicara, selain mengingat Allah,
mengeraskan hati. Sesungguhnya manusia yang paling jauh dari Allah
ialah orang yang memiliki hati yang keras.”15

BAB 3

PENUTUP

15
Said Abdul Azhim, Rahasia Kesucian Hati Menurut Al-Qur’an, Hadits, dan Pendapat Ulama
(Depok: Qultum Media, 2006) hal. 23-24

15
A. Kesimpulan
Pendidikan akidah adalah inti dari dasar keimanan seseorang yang
harus ditanamkan kepada anak-anak sejak dini. Ibadah adalah buah dari
ilmu, faedah dari umur, hasil usaha hamba-hamba Allah yang kuat, barang
berharga dari para aulia, jalan yang ditempuh oleh orang-orang yang
bertakwa, bagian untuk mereka yang mulia, tujuan dari orang-orang yang
berhimmah, syi’ar dari golongan terhormat, pekerjaan orang-orang yang
berani berkata jujur, pilihan orang-orang yang waspada, dan jalan menujun
surga. Pendidikan akhlak adalah pendidikan mengenai dasar-dasar moral
dan keutamaan perangai, tabiat yang harus dimiliki dan dijadikan
kebiasaan oleh anak masa analisa sehingga menjadi seorang mukallaf,
seseorang yang telah siap mengarungi lautan kehidupan. penyucian hati
adalah salah satunjalan untuk mecapai akhlak mulia.
Pendidikan akidah, pendidikan ibadah, pendidikan akhlak dan
pendidikan hati saling berkaitan. Sejak kecil manusia pasti diajarkan yang
paling utama yaitu pendidikan akidah, agar manusia paham berperilaku
baik kepada Allah dan mengetahui Allah sejak dini, setelah sedikit demi
sediki umurnya bertambah dari hanya pendidikan akidah jadi berkembang
ke pendidikan ibadah, jika manusia sudah tahu siapa tuhannya, maka
setelahnya manusia akan menjalankan kewajibannya seperti ibadah,
selanjutnya pendidikan akhlak, manusia sudah memahami pendidikan
akidah dan ibadah, maka dari kedua ilmu tersebut manusia akan
mempelajari akhlak yang baik perilaku yang baik untuk kehidupannya dan
yang terakhir akhlak baik sudah pasti melibatkan hati yang suci.

DAFTAR PUSTAKA

16
Neolaka, Amos dan Grace Amalia A. Neolaka. 2017. Landasan Pendidikan
Dasar Pengenalan Diri Sendiri Menuju Perubahan Hidup. Depok: Kencana.

Tamam, Abas Mansur. 2017. Islamic WorldView Paradigma Intelektual Muslim.


Jakarta: Spirit Media Press.

Aziz, Abdul. 2019. Materi Dasar Pendidikan islam. Ponorogo: Uwais Inspirasi
Indonesia.

Khon, Abdul Majid. 2012. Hadis Tarbawi: Hadis-hadis Pendidikan. Jakarta:


Kencana.

Dzahir, Fadhl Ilahi. 2015. Kunci-kunci Rizki Menurut Al-Qur’an Dan As-Sunnah.
Jakarta: Islam House.

Dalimunthe, Sehat Sultoni. 2016. Filsafat Pendidikan Akhlak. Yogyakarta:


Deepublish.

Wahid, Abdul. 2013. Hadits-Hadits Fenomenal Seputar Akhlak Dari Sanad


Hingga Matan. Aceh: Yayasan Pena Banda Aceh.

Daulay, Haidar Putra. 2012. Pendidikan Islam Dalam Sistem Pendidikan


Nasional Di Indonesia. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Hardisman. 2017. Tuntunan Akhlak Dalam Al-Qur’an dan Sunnah Membentuk


Pribadi Muslim Berkarakter Dan Penerapannya Pada Etika Kedokteran. Padang:
Andalas University Press.

Azhim, Said Abdul. 2006. Rahasia Kesucian Hati Menurut Al-Qur’an, Hadits,
dan Pendapat Ulama. Depok: Qultum Media.

17

Anda mungkin juga menyukai