PENDAHULUAN
Pendidikan aqidah dalam tulisan ini difokuskan pada kajian hadits yang
berkaitan dengan pendidikan aqidah serta usaha yang dilakukan oleh
tenaga pendidik untuk menumbuhkan potensi kodrati anak melalui
metode-metode tertentu, agar mereka menjadi manusia muslim yang
meyakini keesaan Allah, serta dapat mengamalkan aqidah yang dimiliki
dalam rangka mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.
B. Rumusan Masalah
1
Muhaimin, Nuansa Baru Pendidikan Islam Mengurai Benang Kusut Dunia
Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Press, 2006) hal 15.
3
3
PEMBAHASAN
A. Pengertian Aqidah
2
Al-Munjid fi al-Lughah wa al-A’lam, (Beirut: al-Maktabah al-Syarqiyyah,
1986), h. 97. Lihat juga Ibnu Mandzur, Lisanul Arab, (Beirut: Dar Beirut li al-
Thaba’ah wa al-Nasyr, 1968), h. 296.
3
Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu
Tauhid/Kalam, Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2009, h. 32.
4
Ismail Raji al-Faruqi, Tauhid, terj. Astuti, (Bandung: Pustaka, 1982), h. 3. Baca
juga, Syahminan Zaini, Kuliah Aqidah Islam, Al-Ikhlas, Surabaya: 1983, h. 25.
5
Kata “‘aqidah” diambil dari kata dasar “al-‘aqdu” yaitu ar-rabth(ikatan),
al-Ibraam (pengesahan), al-ihkam (penguatan), at-tawatstsuq (menjadi kokoh, kuat),
asy-syaddu biquwwah(pengikatan dengan kuat), at-tamaasuk(pengokohan) dan al-
itsbaatu(penetapan). Di antaranya juga mempunyai arti al-yaqiin (keyakinan) dan al-
jazmu (penetapan). Bentuk jamak dari aqidah adalah aqa-id. (Lihat kamus bahasa:
Lisanul ‘Arab, al-Qamus Muhiith dan al-Mu'jamul Wasiith: (bab: ‘Aqada).
4
4
Aqidah artinya ketetapan yang tidak ada keraguan pada orang yang
mengambil keputusan. Sedang pengertian aqidah dalam agama maksudnya
adalah berkaitan dengan keyakinan bukan perbuatan. Seperti aqidah
dengan adanya Allah dan diutusnya pada teoritis yang dituntut pertama-
tama dan terdahulu dari segala sesuatu untuk dipercayai dengan suatu
keimanan yang tidak boleh dicampuri oleh syak wasangka dan tidak
dipengaruhi oleh keragu-raguan.6
Ibnu Taimiyah menjelaskan makna aqidah sebagai ‘suatu perkara
yang harus dibenarkan dalam hati, dengannya jiwa menjadi tenang,
sehingga jiwa itu menjadi yakin serta mantap tanpa ada keraguan,
kebimbangan dan keraguan.7 Dengan kata lain, keimanan yang pasti tidak
terkandung suatu keraguan apapun pada orang yang menyakininya. Jika
hal tersebut tidak sampai pada tingkat keyakinan yang kokoh, maka tidak
dinamakan aqidah. Dinamakan aqidah, karena orang itu mengikat hatinya
di atas hal tersebut. Yunahar Ilyas menegaskan keterkaitan yang tak
terpisahkan antara aqidah, iman, dan tauhid,. Tauhid merupakan tema
sentral aqidah dan iman. Jadi teoritis aqidah juga diartikan dengan iman,
kepercayaan dan keyakinan.8
B. Pengertian Pendidikan
6
Syaikh Mahmoud Syaltout, Islam sebagai Aqidah dan Syari’ah (1) (Jakarta: Bulan
Bintang, 1967) Hlm. 28-29
7
Ibnu Taimiyah, Aqidah Islam Menurut Ibnu Taimiyah, Terj. (Bandung: Al-Ma’arif,
sementara Hasan al-Bana mendefinisikan aqidah adalah sesuatu yang seharusnya hati
membenarkannya, sehingga menimbulkan ketenangan jiwa dan menjadikan kepercayaan bersih
dari kebimbangan dan keraguan. Lihat, Hasan Al-Bana, Aqidah Islam, Terj. (Bandung: Al-
Ma’arif, 1983), h.65.
8
Sayid Sabiq, Aqidah Islam: Suatu Kajian yang Memposisikan Akal Sebagai Mitra
Wahyu, (Al-Ikhlas,Surabaya:1996),h.4
5
9
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
(Jakarta: Balai Pustaka, 2005), h. 263.
10
Ahmad Warson Munawwir, Kamus al-Munawwir, (Yogyakarta: PP. Al Munawwir,
1989), h. 504.
11
Ahmad Warson Munawwir, Kamus al-Munawwir, h. 461 dan 1526.
12
Abdul Halim, Filsafat Pendidikan Islam: Pendekatan Historis, Teoritis dan Praktis,
(Jakarta: Ciputat Press, 2002), h. 25
6
13
M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoretis dan Praktis, (Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 1995), h.11.
14
Abidin Ibnu Rusn, Pemikiran al-Ghazali tentang Pendidikan, (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 1998), h. 56
15
Syed Naquib al-Attas, The Concept Of Education In Islam (A Framework for an
Islamic Philosophy of Education), (Malaysia: International Institute Of Islamic Thought
and Civilization International Islamic University, 1991), h. 13
16
Suparlan Suhartono, Filsafat Pendidikan, (Yogyakarta: Ar Ruzz Media, 2009),
h.80.
7
17
TimPenyusunKamusPusatPembinaanBahasa,KamusBesarBahasaIndonesia,h.
263.
18
Ngainun Naim dan Achmad Sauqi, Pendidikan Multicultural Konsep dan
Aplikasi,(Yogyakarta: ar-Ruzz Media , 2008)h, 31
19
Darmaningtyas, Pendidikan yang Memiskinkan, (Yogyakarta: Galang Press
2004), h,
20
Jalaluddin, Teologi Pendidikan (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001), h. 51.
8
Hal yang paling mendasar adalah akhlak (perilaku) seorang muslim yang
orang lain. Akhlak yang baik menjadi barometer untuk menjadi sebaik-baik
manusia. Bahkan, Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam diutus ke bumi ini pun
لَّ َم َعلَى النَّبِ ِّيp فَ َس،ار َ فَ َجا َءهُ َر ُج ٌل ِمنَ اَأْل ْن،صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم
ِ pص َ ِ ُول هَّللا ُ ُك ْن: َأنَّهُ قَا َل،ع َِن ا ْب ِن ُع َم َر
ِ ت َم َع َرس
َ ْؤ ِمنِينp فََأيُّ ْال ُم: قَا َل، » «َأحْ َسنُهُ ْم ُخلُقًا:ضلُ؟ قَا َل
َ هَّللا ِ َأيُّ ْال ُمْؤ ِمنِينَ َأ ْف يَا َرسُو َل: ثُ َّم قَا َل،صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم
َ
paling afdal?’ Rasulullah bersabda: “Yang paling baik akhlaknya.” Dia berkata
lagi, ‘Mukmin mana yang paling cerdas?’ Rasulullah bersaba: “Yang paling
banyak mengingat kematian, dan yang paling baik mempersiapkan untuk setelah
kematian, mereka itulah yang paling cerdas.” (HR. Ibnu Majah. No. 4259)
9
‘anhuma. Sahabat yang mulia, salah satu yang menjadi icon dalam ilmu dan
amal. Beliau masuk islam di usia muda bersama ayahnya Umar bin Al-Khattab.
Peperangan yang pertama kali beliau ikuti adalah perang khondaq, karena pada
peperangan sebelumnya dia masih kecil. Beliau dikenal sebagai ulama yang
memiliki keilmuan yang luas, bahkan ketika Nabi wafat banyak orang-orang
yang bertemu beliau untuk belajar. Beliau sangat berhati-hati dalam berfatwa.
Dan beliau sangat bersemangat dalam mengikuti sunah-sunah Nabi, beliau wafat
Hadis ini diriwayatkan oleh Imam Ibnu Majah dalam sunannya, nomor
Hadits ini merupakan salah satu dari sekian banyak hadits yang
menunjukan keutamaan akhlak yang mulia, dalam hadis ini Nabi menjawab
pertanyaan salah seorang sahabat tentang siapakah yang paling mulia di kalangan
orang-orang mukmin maka beliau bersabda, mukmin terbaik adalah yang paling
seseorang, semakin baik akhlak seseorang maka semakin baik pula imannya.
mulia” (Al-Qalam: 4)
Bahkan tujuan Nabi diutus adalah untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.
kebajikan adalah akhlak yang mulia. Dalam hadits An-Nawwas bin Sam’an, saat
Muslim no. 2553). Dari semua kebajikan dan kebaikan yang ada, Rasulullah
Maka tak heran banyak sekali dalil syariat yang menunjukkan akan
bahwa salah satu yang paling berat timbangan kebaikan seseorang adalah akhlak
yang mulia.
Artinya: “Tidak ada sesuatu pun yang lebih berat pada timbangan (kebaikan)
akhlaknya, dan tentunya hal ini butuh akan kesungguhan dan kesabaran. Lebih
lanjut Ustadz Andirja (2021), memberikan nasihat bahwa hendaknya kita jangan
sekali-kali menjadikan tabiat dan watak yang kita miliki sebagai alasan untuk
11
tidak berakhlak mulia. Seperti perkataan “Saya memang begini orangnya, suka
marah, jarang senyum dll” perkataan ini menyiratkan seolah-olah semua itu tidak
Wasallam pernah bersabda:
berubah atas izin Allah menjadi penyabar dengan usaha dan kesungguhan. Oleh
yang mulia adalah mudah berbuat baik, menahan diri untuk tidak mengganggu
orang lain, serta menampakkan wajah yang ceria.” Maka dari perkataan beliau
kita bisa menumpulkan tiga rukun akhlak yang mulia, yaitu ringan tangan,
mudah membantu orang lain, menahan diri untuk tidak mengganggu orang lain,
menampakkan wajah yang ceria, berseri-seri, murah senyum kepada orang lain,
Maka, aqidah yang benar merupakan landasan (asas) bagi tegak agama (din)
dan diterimanya suatu amal.
Melalui pengertian-pengertian yang telah dijabarkan di atas, maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa hadist tentang aqidah adalah segala sesuatu yang
disandarkan kepada Rasulullah yang berbicara tentang konsep keimanan.
Sedangkan yang dimaksud pendidikan aqidah adalah upaya pendidikan aqidah
yang dilakukan baik oleh orang tua maupun guru terhadap anak-anak ataupun
murid-muridnya dengan menyampaikan materi-materi ketauhidan dengan
metode- metode tertentu, sesuai kapasitas dan kemampuan nalar anak pada
setiap jenjang pendidikan yang ditempuh. Sehingga diharapkan anak menjadi
seorang muslim sejati dengan keyakinan aqidah yang benar sebagai jalan untuk
menjadi hamba Allah yang bertakwa.
ِال َأ ْن تُْؤ ِمنَ ِباهلل ِ فََأ ْخبِرْ نِي ع َِن اِإل ْي َم: ال
َ َان ق َ ص َد ْقتَ فَ َع ِج ْبنَا لَهُ يَ ْسَألُهُ َوي
َ َُص ِّدقُهُ ق َ َق
َ : ال
ِ َو َمالَِئ َكتِ ِه َو ُكتُبِ ِه َو ُر ُسلِ ِه َواليَوْ ِم
ِ اآلخ ِر َوتُْؤ ِمنَ بِالقَد
َر خَ ي ِْر ِه َو َشرِّ ِه
Orang itu berkata, “Engkau benar.” Kami pun heran, ia bertanya lalu
membenarkannya. Orang itu berkata lagi, “Beritahukan kepadaku tentang Iman.”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Engkau beriman kepada
Allah, kepada para Malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, kepada para rasul-Nya,
kepada hari Kiamat dan kepada takdir yang baik maupun yang buruk.” Orang tadi
berkata, “Engkau benar.” (HR. Muslim, no. 8)22
Syarh Al-Arba’in An-Nawawiyah. Cetakan ketiga, Tahun 1425 H. Syaikh Muhammad bin Shalih
22
kebaikan yang ada dalam diri manusia, sedangkan setan adalah kiasan
untuk kekuatan kejahatan.
10. Kita harus beriman kepada seluruh Rasul. Jika seseorang beriman kepada
Rasulnya saja dan mengingkari Rasul selainnya, maka berarti ia belum
beriman kepada Rasulnya, bahkan dia termasuk orang kafir.
11. Kita harus beriman pada hari Akhir yang disebut hari kiamat, di mana
manusia dibangkitkan dari kubur mereka untuk dilakukannya hisab
(perhitungan) dan diberi balasan, yang berakhir dengan tinggalnya
penduduk surga di tempat mereka dan juga penduduk neraka di tempatnya.
12. Wajib kita beriman pada takdir yang baik dan yang buruk.
13. Takdir itu tidak berisi sesuatu yang buruk, yang buruk hanya pada yang
telah ditakdirkan (maqdur). Penjelasan hal ini adalah bahwa perkara takdir
yang berkaitan dengan perbuatan Allah seluruhnya baik.
14. Mengapa Allah menakdirkan kejelekan? Karena ada hikmah di balik itu
seperti: (1) agar kebaikan dapat dikenal; (2) supaya manusia menyandarkan
diri pada Allah; (3) supaya manusia bertaubat kepada-Nya setelah ia
berbuat dosa; (4) banyak meminta perlindungan kepada Allah dari
keburukan dengan berdzikir dan berdoa; (5) ada maslahat besar di balik
kesulitan atau musibah yang menimpa.
15. Keburukan disandarkan pada makhluk, bukan disandarkan pada Allah.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Kejelekan tidaklah
disandarkan kepada-Mu.” (HR. Muslim)
16. Kita tidak boleh menjadikan qadha dan qadar Allah sebagai alasan untuk
meninggalkan perintah dan melakukan larangan-Nya. Allah telah memiliki
hujjah atas kita melalui kitab-kitab yang diturunkan dan rasul yang
diutusnya. Dalam ayat disebutkan (yang artiya), “Allah tidak ditanya
tentang apa yang diperbuat-Nya dan merekalah yang akan ditanyai.” (QS.
Al-Anbiya’: 23)
17. Allah tidaklah memaksa seorang pun untuk mengerjakan kemaksiatan atau
meninggalkan ketaatan, manusia tetap punya pilihan.
18. Ada dua macam iradah (kehendak), yaitu iradah kauniyyah dan iradah
syar’iyyah. Iradah kauniyyah adalah iradah yang semakna dengan
15
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari dua pengertian antara akidah dan pendidikan dapat ditarik
kesimpulan bahwa pendidikan akidah adalah suatu proses usaha yang
berupa pengajaran, bimbingan, pengarahan, pembinaan kepada manusia
agar nantinya dapat memahami, menghayati, dan mengamalkan akidah
Islam yang telah diyakini secara menyeluruh, mengembangkan dan
memantapkan kemampuannya dalam mengenal Allah, serta menjadikan
akidah Islam itu sebagai suatu pandangan hidupnya dalam berbagai
kehidupan baik pribadi, keluarga, maupun kehidupan masyarakat demi
keselamatan dan kesejahteraan hidup di dunia dan akhirat dengan
dilandasi oleh keyakinan kepada Allah semata.
Rukun Iman dapat diartikan sebagai pilar keyakinan, yakni pilar-
pilar keyakinan seorang muslim, dalam hal ini terdapat enam pilar
keyakinan atau rukun iman dalam ajaran Islam, yaitu:man kepada Allah,
Iman kepada Malaikat-malaikat Allah, Iman kepada Kitab-kitab Allah,
Iman kepada Rasul-rasul Allah, Iman kepada hari Kiamat, Iman
kepada Qada danQadar.
Iman kepada Allah serta iman kepada sifat-sifatnya akan mempengaruhi
perilaku seorang muslim, sebab keyakinan yang ada dalam dirinya akan
dibuktikan pada dampak perilakunya. Jika seseorang telah beriman
bahwa Allah itu ada, Maha Melihat dan Maha Mendengar, maka dalam
perilakunya akan senantiasa berhati-hati dan waspada, ia tidak akan
merasa sendirian, kendati tidak ada seorang manusiapun di sekitarnya.
Keyakinan terhadap adanya malaikat akan berpengaruh terhadap
perilaku manusia. Jika kita yakin ada malaikat yang mencatat semua
amal baik dan buruk kita, maka seorang muslim akan senantiasa berhati-
hati dalam setiap perbuatannya karena ia akan menyadari bahwa semua
perilakunya tersebut akan dicatat oleh malaikat.
Iman kepada kitab Allah bagi manusia dapat memberikan
keyakinan yang kuat akan kebenaran jalan yang ditempuhnya, karena
jalan yang harus ditempuh manusia telah diberitahukan Allah dalam kitab
17
suci.
Iman kepada rasul merupakan kebutuhan manusia, karena dengan
adanya rasul maka manusia dapat melihat contoh-contoh perilaku dan
teladan terbaik yang sesuai dengan apa yang diharapkan Allah.
Beriman kepada hari akhir atau hari kiamat adalah keyakinan akan
datangnya hari akhir sebagai ujung perjalanan umat manusia. Keimanan
tersebut akan melahirkan sikap optimis, yakni bahwa tidak akan ada
yang sia-sia dalam kehidupan manusia, karena semuanya akan
dipertanggungjawabkan amal ibadah dan balasannya.
Beriman kepada takdir akan melahirkan sikap optimis, tidak
mudah kecewa dan putus asa, sebab yang menimpanya ia yakini sebagai
ketentuan yang telah Allah takdirkan kepadanya dan Allah akan
memberikan yang terbaik kepada seorang muslim, sesuai dengan sifatnya
yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.
B. Saran
Keimanan seseorang akan berpengaruh terhadap perilakunya
sehari-hari, oleha karena itu penulis menyarankan agar kita senantiasa
meningkatkan iman dan taqwa kita kepada Allah SWT agar hidup kita
senantiasa berhasil menurut pandangan Allah SWT. Juga keyakinan kita
terhadap malaikat, kitab, rasul, hari akhir dan takdir senantiasa harus
ditingkat demi meningkatkan amal ibadah kita.
18
DAFTAR PUSTAKA
Muhaimin, Nuansa Baru Pendidikan Islam Mengurai Benang Kusut Dunia Pendidikan,
(Jakarta: Rajawali Press, 2006)
TimPenyusunKamusPusatPembinaanBahasa,KamusBesarBahasaIndonesia,
Ngainun Naim dan Achmad Sauqi, Pendidikan Multicultural Konsep dan Aplikasi,
(Yogyakarta: ar-Ruzz Media , 2008)
Al-Munjid fi al-Lughah wa al-A’lam, (Beirut: al-Maktabah al-Syarqiyyah, 1986), h. 97. Lihat juga
Ibnu Mandzur, Lisanul Arab, (Beirut: Dar Beirut li al-Thaba’ah wa al-Nasyr, 1968), h. 296.
Abdul Halim, Filsafat Pendidikan Islam: Pendekatan Historis, Teoritis dan Praktis,
(Jakarta: Ciputat Press, 2002),
M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoretis dan Praktis, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 1995),
19
Syed Naquib al-Attas, The Concept Of Education In Islam (A Framework for an Islamic
Philosophy of Education), (Malaysia: International Institute Of Islamic Thought and
Civilization International Islamic University, 1991),
https://kuncikebaikan.com/mukmin-yang-terbaik-adalah-yang-paling-baik-akhlaknya/