Anda di halaman 1dari 5

I.

Pendahuluan
Salah satu sasaran pokok Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional (RPJNM) 2015-2019 adalah meningkatkan pengendalian penyakit
dan Penyehatan Lingkungan, ,Target tahun 2019 300 kab / kota sudah harus
tereliminasi malaria. ( website:www.litbang.depkes.go.id )

Pemerintah memandang malaria masih sebagai ancaman terhadap status


kesehatan masyarakat terutama pada rakyat yang hidup di daerah terpencil.
Hal ini tercermin dengan dikeluarkannya Peraturan Presiden Nomor: 5 tahun
2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional tahun 2010
- 2014 dimana malaria termasuk penyakit prioritas yang perlu ditanggulangi.

Salah satu tantangan terbesar dalam upaya pengobatan malaria di


Indonesia adalah terjadinya penurunan efikasi pada penggunaan beberapa
obat anti malaria, bahkan terdapat resistensi terhadap klorokuin. Hal ini
dapat disebabkan antara lain oleh karena penggunaan obat anti malaria yang
tidak rasional. Sejak tahun 2004 obat pilihan utama untuk malaria
falciparum adalah obat kombinasi derivat Artemisinin yang dikenal dengan
Artemisinin- based Combination Therapy (ACT). Kombinasi artemisinin
dipilih untuk meningkatkan mutu pengobatan malaria yang sudah resisten
terhadap klorokuin dimana artemisinin ini mempunyai efek terapeutik yang
lebih baik. ( DITJEN P2PL Kemenkes RI 2012 )

II. Latar Belakang


Malaria disebabkan oleh parasit plasmodium yang menginfeksi eritrosit
(sel darah merah). Parasit ini ditularkan dari satu orang ke orang lain melalui
gigitan nyamuk Anopheles betina. Penyebab malaria adalah parasit dari
genus Plasmodium, dan terdiri dari 4 spesies : Plasmodium falciparum,
Plasmodium vivax, Plasmodium malariae, dan Plasmodium ovale. Baru baru
ini melalui metode Polymerase Chain Reaction (PCR) ditemukan jenis
Plasmodium lain yaitu Plasmodium knowlesi.
Setiap tahunnya sebanyak 660 ribu orang meninggal dunia karena
malaria terutama anak balita (86%), 320 ribu diantaranya termasuk
Indonesia.Selama tahun 2005-2013, kejadian malaria diseluruh Indonesia
cenderung menurun, yaitu 4,10‰ (tahun 2005) menjadi 1,38‰ (tahun
2013). Jumlah pemeriksaan Sediaan Darah (SD) untuk uji diagnosis malaria
meningkat, dari 47 % (982.828 pemeriksaan SD dari 2.113.265 kasus klinis)
pada tahun 2005, menjadi 63% (1.164.405 pemeriksaan SD dari 1.849.062
kasus klinis) pada tahun 2011. Walaupun demikian selama tahun 2011
masih sering tejadi KLB malaria di 9 kabupaten/kota dari 7 Provinsi dengan
kasus mencapai 1.139 kasus dengan 14 kasus diantaranya meninggal (CFR =
1,22%) (Subdit Malaria, 2013).
Kecenderungan Kasus Malaria Positif di Kabupaten Aceh Timur,
Tahun 2016 jumlah kasus positif 1,API 0,0027 % (Sumber Dinkes Aceh
Timur 2016)
Data kasus malaria di Puskesmas Birem Bayeun jumlah suspek yang
diambil darah nya 738 (Laporan malaria Puskesmas Air Balui2016)
III. Tujuan
1. Tujuan Umum
Sebagai acuan penatalaksanaan kasus malaria bagi petugas kesehatan
diwilayah kerja Puskesmas Air Balui menuju eliminasi malaria tahun 2025
ini.
2. Tujuan Khusus
1). Meningkatkan ketepatan diagnosis dini malaria dengan komfirmasi
mikroskopis
2). Mencegah potensi munculnya kembali kasus malaria atau kasus import di
kabupaten Musi Banyuasin khususnya wilayah kerja Puskesmas Air
Balui
3). Menghilangkan fokus dan menghentikan penularan setempat ( kasus
indegioneus ).
4). Meningkatkan pengetahuan masyarakat dan kelompok resiko tentang
malaria

III. Kegiatan Pokok dan Rincian Kegiatan

Kegiatan Pokok Rincian Kegiatan


Melaksanakan pengambilan darah Mengambil sediaan darah malaria
untuk pemeriksaan laboratorium pada pada pasien yang mempunyai gejala
penderita suspek malaria dan klinis malaria
pengobatan pada semua penderita Mengobati pasien positif malaria
malaria Mengambil follow up pada pasien
yang positif malaria
Melaksanakan pengambilan darah Mengambil slide darah/test RDT
untuk pemeriksaan laboratorium pada mlaaria pada kehamilan trimester
kehamilan trimester pertama pertama / Screaning bumil
Memberantas vector malaria dengan Melakukan fogging pada daerah
melakukan penyemprotan / fogging yang terdapat positif malaria
Mengadakan penyuluhan tentang Mengadakan penyuluhan malaria
penyakit malaria pada masyarakat

IV. Cara Melaksanakan Kegiatan

Kegiatan Pokok Rincian Kegiatan Cara Pelaksanaan


Kegiatan
Melaksanakan pengambilan Mengambil sediaan Mengambil Sediaan
darah atau test RDT untuk darah darah malaria
pemeriksaan laboratorium Mengobati pasien Mengobati pasien
pada positif malaria positif malaria
penderita suspek malaria Mengambil follow up Mengambil darah
dan pengobatan pada semua follow uppada pasien
penderita malaria positif
Melaksanakan pengambilan Screaning bumil Pengambilan darah
darah untuk pemeriksaan Screaning Bumil
laboratorium pada
kehamilan trimester
pertama
Memberantas vector Melakukan fogging Melakukan
malaria dengan melakukan penyemprotan fogging
penyemprotan / fogging
Mengadakan penyuluhan Penyuluhan malaria Memberikan
tentang penyakit malaria penyuluhan tentang
pada masyarakat penyakit malaria

V. Sasaran
1. Semua penderita malaria klinis baik akut maupun kronis
2. Semua ibu hamil pada kehamilan trimester pertama

VI. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan

Sesuai dengan RUK yang terlampir

VII. Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan

Evaluasi pelaksanaan kegiatan dilakukan secara bertahap , yang selanjutnya


dilaporkan ke kepala puskesmas

VIII. Pencatatan , Pelaporan dan Evaluasi

Catatan Pelaporan dan Evaluasi dilakukan setiap bulan diakhir bulan


pembukaan
PEDOMAN KERJA PROGRAM MALARIA

BAB I : PENDAHULUAN

A : LATAR BELAKANG

Pemerintah memandang malaria masih sebagai ancaman terhadap status


kesehatan masyarakat terutama pada rakyat yang hidup di daerah terpencil. Hal
ini tercermin dengan dikeluarkannya Peraturan Presiden Nomor: 5 tahun 2010
tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Naional tahun 2010 - 2014
dimana malaria termasuk penyakit prioritas yang perlu ditanggulangi.
Selama tahun 2005-2013, kejadian malaria diseluruh Indonesia cenderung
menurun, yaitu 4,10‰ (tahun 2005) menjadi 1,38‰ (tahun 2013). Jumlah
pemeriksaan Sediaan Darah (SD) untuk uji diagnosis malaria meningkat, dari
47% (982.828 pemeriksaan SD dari 2.113.265 kasus klinis) pada tahun 2005,
menjadi 63% (1.164.405 pemeriksaan SD dari 1.849.062 kasus klinis) pada tahun
2011. Walaupun demikian selama tahun 2011 masih sering tejadi KLB malaria di
9 kabupaten/kota dari 7 Provinsi dengan kasus mencapai 1.139 kasus dengan 14
kasus diantaranya meninggal (CFR = 1,22%) (Subdit Malaria, 2011).
Salah satu tantangan terbesar dalam upaya pengobatan malaria di Indonesia
adalah terjadinya penurunan efikasi pada penggunaan beberapa obat anti malaria,
bahkan terdapat resistensi terhadap klorokuin. Hal ini dapat disebabkan antara
lain oleh karena penggunaan obat anti malaria yang tidak rasional. Sejak tahun
2004 obat pilihan utama untuk malaria falciparum adalah obat kombinasi derivat
Artemisinin yang dikenal dengan Artemisinin- based Combination Therapy
(ACT). Kombinasi artemisinin dipilih untuk meningkatkan mutu pengobatan
malaria yang sudah resisten terhadap klorokuin dimana artemisinin ini
mempunyai efek terapeutik yang lebih baik.

B : TUJUAN PEDOMAN
Sebagai pedoman dalam upaya pengendalian malaria menuju eliminasi
malaria di wilayah kerja Puskesmas Air Balui.

C : SASARAN PEDOMAN
Sasaran disusunnya pedoman ini adalah kepala puskesmas, upaya administrasi,
penanggung jawab program malaria, bidan desa.

D : RUANG LINGKUP

Pedoman ini mencakup kebijakan manajemen dan teknis program dalam


upaya pengendalian malaria menuju eliminasi, bagi penanggung jawab program
malaria di Puskesmas Air Balui Kabupaten Musi Banyuasin.

B: BATAS OPERASIONAL
Seluruh masyarakat desa di wilayah kerja Puskesmas Air Balui

BAB III : TATA LAKSANA PELAYANAN


A : LINGKUP KEGIATAN

Anda mungkin juga menyukai