Anda di halaman 1dari 2

Proses formulasi kebijakan publik mempunyai korelasi dan kaitan yang kuat dengan proses

proses kebijakan yang lainnya. Inti kegiatan memformulasi kebijakan publik adalah proses
memilah dan memilih alternatif solusi masalah dari sekian banyak alternatif yang saling
bersaing.

Seiring dengan dinamika dan perkembagan kebutuhan manusia untuk meningkatkan kualitas
hidupnya . maka jenis dan kualitas masalah yang ada dalam masyarakat juga semakin
beragam dan tinggi. Hal ini juga ikut berpengaruh terhadap pendekatan / model yang dipakai
untuk merumuskan kebijakan publik. Para pakar kebijakan publik seperti Simmons dan Dvorin
mengkategorikan 5 macam model perumusan kebijakan publik , yaitu model deskriptif,
preskriptif , eksplanatoris, normatif dan evaluatif. Masing masing memiliki karakteristiknya
sendiri.

Bahkan beberapa pakar ilmu administrasi membagi model perumusan kebijakan publik hanya
menjadi 3 macam. Yaitu model rasional, inkremental dan sistem. Ketiga model ini banyak diteliti
dan di manfaatkan oleh para praktisi kebijakan publik.

Model Rasional adalah merupakan model yagn berasal dari proses pembuatan keputusan di
dunia bisnis yang kemudian diadaptasikan ke dalam dan diterapkan di sektor publik. Kebijakan
ini juga bisa disebut kebijakan komprehensif. Model ini mendasarkan diri pada asumsi bahwa
individu pembuat keputusan itu senantiasa akan membuat keputusan atas dasar
perhitungan/kalkulasi antara biaya yang dikeluarkan dengan keuntungan /manfaat yang bakal
diperoleh..
Model inkremental adalah kebijakan publik yang merupakan kebijakan lanjutan dari aktifitas
pemerintah di masa lalu dengan melakukan modifikasi secara inkremental ( sedikit demi
sedikit ).
Model sistem adalah perumusan kebijakan baru untuk menyempurnakan atau untuk
mendukung program yang telah ada.

Dilihat dari 3 model kebijakan publik diatas , dalam hal kasus kelangkaan minyak goreng di
indonesia, akan lebih tepat jika pemerintah mengambil kebijakan untuk mengatasi kelangkaan
minyak goreng ini dengan memakai model kebijakan rasional. Sebab, kelangkaan minyak
goreng ini adalah peristiwa baru dan belum pernah terjadi sebelumnya, sehingga memerlukan
kebijakan baru dan tidak ada hubungannya dengan kebiijakan yang telah lalu. Dan ini
memerlukan tingkat kebijakan yang sangat hati hati karena harus memperhitungkan manfaat
dan kerugian secara signifikan, dikarenakan minyak goreng adalah kebutuhan primer rumah
tangga dan industri makanan.

Dalam hal ini kebijakan mengatasi kelangkaan minyak goreng ini mencakup unsur :
Persoalan kelangkaan minyak goreng dinilai paling signifikan dari persoalan lainnya
Tujuan , sasaran dan nilai kebijakan telah ditetapkan sebagai persoalan yang urgen
Perbagai alternatif pemecahan masalah telah di nilai
Dampak dari kebijakan ini telah dievaluasi
Masing masing keputusan telah di bandingkan satu sama lain
Akhirnya pembuat keputusan telah menetapkan alternatif dengan seluruh konsekwensi yang
paling maksimal untuk mencapai tujuan.

Dilihat dari kebijakan ini beberapa pakar ekonomi menyarankan agar pemerintah melakukan
sedikitnya 3 hal dalam mengatasi kelangkaan minyak goreng ini :

a. Menaikkan Pajak Ekspor Minyak Goreng


Harga minyak goreng dunia mengalami kenaikan dari yang awalnya di harga $1100 menjadi
$1340. Untuk itu, pemerintah perlu menyeimbangkan kebutuhan dalam negeri dan luar negeri.

Harga minyak luar negeri saat ini memang cukup menjanjikan. Namun apabila dirasa kurang
efektif dalam mendorong kebutuhan pasar dalam negeri, pemerintah dapat menerapkan pajak
ekspor minyak goreng menjadi lebih tinggi.

b. Relaksasi Kebijakan Biodiesel 30 Persen (B30)


pemerintah dapat melakukan relaksasi atau pengenduran kewajiban produsen untuk memenuhi
kebutuhan biodiesel 30 persen. Persentase biodiesel bisa dikurangi menjadi 20 persen selama
masa gejolak kelangkaan minyak goreng terjadi.

c. Melakukan Operasi Pasar


Dalam jangka pendek, pemerintah bisa melakukan operasi pasar. Misalnya dengan melacak
dari produsen harus memiliki kewajiban untuk mensuplai kebutuhan dalam negeri terlebih
dahulu sebelum memenuhi kebutuhan ekspor. Pemerintah harus memastikan pasokan minyak
goreng dalam negeri terpenuhi dengan harga yang wajar dan terjangkau oleh masyarakat.

SUMBER : ADPU 4410 MODUL 6 KB 1

Anda mungkin juga menyukai