Anda di halaman 1dari 10

DATA BASE

Database adalah tempat semua data dapat tersimpan dengan sistem yang efektif
dan efisien, sehingga Anda bisa mengakses data tersebut dengan mudah.
Database penting untuk mengatur data yang jumlahnya banyak, dan selalu
bertambah. Sebagai contoh, program website, aplikasi, dan lainnya.
Tanpa database, data tersebut hanya akan tersimpan di komputer Anda, dan
tidak bisa diakses oleh konsumen. Atau, konsumen harus mengakses data dari
komputer Anda dulu secara langsung. Selain berbahaya, aksesnya juga akan
berat, bukan?

Komponen Data Base


1. Data

Data adalah file-file yang berisi informasi, baik teks, log, gambar, dan lainnya.
Di dalam database, data akan disimpan dengan struktur tertentu, sehingga
mudah dikenali. 

struktur tersebut terdiri dari:

 Field – Satuan informasi yang rinci, seperti nama produk, harga, stok, dan
lainnya.
 Record – Kumpulan dari field, yang membentuk satu informasi unik.
Seperti, harga dari suatu produk.
 Table – Kumpulan dari record, isi dari sebuah file.
 Database – Kumpulan dari tabel atau file.

2. Hardware

Hardware adalah perangkat keras yang digunakan untuk menyimpan dan


mengelola data. 

Kalau untuk penyimpanan secara lokal atau di jaringan tertentu, hardware yang
digunakan adalah komputer, disk, memori, dan lainnya. Sedangkan, untuk
penyimpanan data online seperti website, server hosting-lah yang digunakan.

3. Sistem Operasi
Sistem operasi bertanggung jawab atas semua sistem yang ada di komputer atau
server. Bisa menggunakan Windows atau Linux.

4. Database Management System (DBMS)

DBMS adalah aplikasi pengelolaan database. Dengan DBMS, Anda bisa lebih


mudah ketika  menginput dan mengupdate data. 

Contoh DBMS MySQL.

5. Database Access Language

Database Access Language adalah bahasa yang digunakan untuk menulis


perintah, seperti mengakses, menambah, memperbarui, dan menghapus data di
dalam database. 

Fungsi Database
1. Mempercepat dan Mempermudah Identifikasi Data

Dengan database, Anda bisa membuat sebuah sistem yang dapat 


mengelompokkan data dan menyimpannya secara terstruktur. 

Ketika ada permintaan akses sebuah data, informasinya bisa diberikan dengan
cepat sesuai kategori yang sudah ditentukan sebelumnya.

2. Mengontrol Data Secara Terpusat

Tanpa database, data akan terpencar di berbagai penyimpanan secara lokal


sesuai dengan pihak yang memiliki data tersebut. 

Dengan adanya database, semua data bisa dikumpulkan dalam satu tempat,
misalnya di server hosting. Jadi, Anda pun bisa mengelola berbagai data dari
pusat secara lebih efisien.

3. Menghindari Duplikasi Data

Setiap data yang tersimpan dalam database dapat diatur agar terhindar dari data
ganda. 
Sistem database dapat dirancang untuk mengidentifikasi data yang sama,
sehingga dapat memberikan warning atau notifikasi ke pengelola database.
Misalnya, dengan menerapkan sistem kata kunci atau primary key. 

4. Menyimpan Data dengan Lebih Aman

Mengumpulkan data ke dalam satu database, artinya fokus perlindungan


keamanannya menjadi lebih baik. 

Jika data masih tersebar di beberapa perangkat, maka setiap perangkat perlu
diamankan. Tapi kalau sudah terpusat di database. Hanya mengamankan server
dengan perlindungan berlapis.

Sebagai contoh, kalau menggunakan hosting Niagahoster yang


memanfaatkan data center Tier 4 sebagai data center dengan kualitas terbaik,
perlindungan data Anda lebih optimal.

Selain itu, Anda bisa menyimpan database website dengan


proteksi Imunify360 yang melindungi website dari DDoS dan Malware.

5. Menghemat Biaya

Dengan database, Anda tidak memerlukan banyak tempat untuk menyimpan


data. Cukup satu server untuk berbagai kebutuhan data. Secara biaya tentu jauh
lebih murah dibanding menyediakan beberapa tempat penyimpanan sendiri.

6. Dapat Diakses Multi-User

Jika data disimpan secara offline di perangkat berbeda, untuk mengakses sebuah
file tentu harus menghubungi pemiliknya dulu. Bagaimana kalau Anda
memerlukan data bersamaan dari berbagai perangkat? Sangat tidak praktis,
bukan?

Database menyimpan semua data dalam satu sistem. Maka, siapapun bisa
mengaksesnya dengan mudah, asalkan memiliki hak akses. Mulai dari
programmer, administrator, hingga pengunjung pada umumnya. 

Jenis-Jenis Database
1. Operational Database
Operational database atau database OLTP (On Line Transaction Processing)
adalah jenis database yang dapat mengelola data dinamis secara real-time. 

Jadi, Anda bisa mengakses dan memodifikasi database secara langsung dari
perangkat keras Anda. Database jenis ini sering digunakan karena dapat
mengelola database berbasis SQL maupun NoSQL. 

Selain itu, operational database juga dapat dikolaborasikan dengan distributed


database. Sehingga bisa meningkatkan performa database, seperti skalabilitas
data, ketersediaan data, hingga fault tolerance. Jadi, sistem tetap berjalan
meski terdapat komponen yang rusak.

Contoh Operational Database: Microsoft SQL Server, AWS Dynamo, Apache


Cassandra, dan MongoDB.

2. Relational Database
Jenis database ini paling sering digunakan. Dinamakan relational, karena data
disimpan dalam beberapa tabel yang saling terkait atau berhubungan
(membentuk relasi).

Relational database juga memiliki empat sifat yang dikenal sebagai ACID,


yaitu:

 Atomicity – Memastikan data sukses dioperasikan atau tidak sama sekali.


Jadi, jika satu data gagal dioperasikan, maka semua data juga akan gagal.
 Consistency – Data dapat dikembalikan dalam keadaan sebelumnya, jika
proses data gagal.
 Isolation – Data yang sedang diproses akan terisolasi dari proses-proses
lainnya.
 Durability – Memastikan data tersimpan di dalam sistem dan tetap aman,
bahkan dalam keadaan restart system.

Dengan sifat seperti ini, pemeliharaan data dapat dilakukan dengan mudah dan
aman. 

Untuk penyimpanan database jenis ini, Anda memerlukan RDBMS


atau Relational Database Management System. Biasanya, RDBMS ini
menggunakan bahasa SQL atau Structured Query Language.
SQL adalah bahasa pemrograman yang paling umum digunakan untuk
membaca, membuat, memperbarui, dan menghapus data.

Contoh Relational Database: MySQL, PostgreSQL, MongoDB, MariaDB,


Oracle Database, IBM DB2, SAP HANA, MemSQL, Interbase, dan Firebird.

3. NoSQL

NoSQL atau Not Only SQL adalah database non-relational. Artinya, data yang
dapat tersimpan bukan hanya berbentuk tabel, melainkan juga data tipe lainnya. 

Database ini biasa digunakan oleh website atau aplikasi yang membutuhkan
pemakaian fleksibel, seperti Google dan Facebook. Salah satu contoh database
jenis ini adalah MongoDB.

Fleksibilitas itulah yang menjadikan NoSQL sebagai database yang


dapat ditingkatkan skalanya dan mengikuti perkembangan kebutuhan data.

Jenis dan Contoh NoSQL Database:

 Key-Value Database -Menyimpan setiap data sebagai kunci yang


memiliki nilai. Database ini memiliki skalabilitas tinggi dan dapat
menangani volume lalu lintas data yang masif. Biasa digunakan
untuk web app, game online, dan keranjang belanja online. Contoh:
Amazon DynamoDB dan Redis.
 Document-Oriented Database – Menyimpan dan mengelola data
sebagai dokumen, biasa digunakan untuk aplikasi seluler dengan
kebutuhan akses ulang data yang cepat. Contoh: MongoDB, Amazon
DocumentDB, Apache CouchDB.
 Graph Database – Menyimpan data yang didominasi gambar atau grafik,
seperti pada media sosial. Contoh: Datastax Enterprise Graph dan Neo4J.
 Wide-Column Database – Menyimpan data dalam kelompok kolom
besar, bukan dalam baris dan kolom (relational database). Wide-Column
dapat menangani petabyte data, sehingga cocok untuk mendukung
aplikasi real-time big data. Contoh: BigTable, Apache Cassandra, dan
Scylla.

4. Distributed Database

Sesuai namanya, distributed database merupakan sistem penyimpanan yang


terdistribusi. Artinya, data disimpan dalam beberapa komputer di tempat
yang sama dan dihubungkan melalui jaringan.

Misalnya, data di satu perusahaan dapat tetap terhubung dan terorganisir dengan
baik, walaupun data tersebar di beberapa komputer. 
Sistem ini menguntungkan pengguna, karena dapat memproses data yang
berbeda oleh beberapa perangkat sekaligus. 

Jika ingin memperluas sistem database, Anda hanya perlu menambahkan


perangkat baru dan menghubungkannya ke sistem. 

Karena penyimpanan data terdistribusi, jika satu server gagal memproses data,
maka tidak akan mempengaruhi keseluruhan data.

Contoh Distributed Database: Apache Ignite, Apache Cassandra, Apache


HBase, Couchbase Server, Amazon SimpleDB, Clusterpoint, dan Foundation
DB.

5. Database Warehouse

Database warehouse adalah sistem database yang sering kali digunakan untuk
pelaporan dan analisis data. Biasanya, bidang business
intelligence menggunakan database ini sebagai pusat data sebelum diolah.

Hal itu karena database warehouse dapat menyimpan data dari sumber yang
berbeda-beda dan dapat diupload dari sistem operasi. Itu mengapa dinamakan
warehouse atau “gudang”.

Contoh Database Warehouse: Microsoft Access (Office), Oracle.


6. End-User Database

End-User Database artinya semua data dapat diakses, dikelola, dan


dikembangkan oleh pengguna. Nah, pengguna akhir yang berhubungan
langsung dengan database inilah yang disebut end-user database. 

Data yang sudah berinteraksi dengan end-user biasanya data siap pakai. Artinya,
data bisa dibaca oleh manusia, sudah bukan berupa data pemrograman lagi.
Misalnya, spreadsheet, dokumen, dan lainnya.

Contoh End-User Database: SQLite

7. Cloud Database
Cloud database merupakan sistem yang menyimpan data secara virtual, bukan
disimpan dalam server fisik.

Karena tidak membutuhkan server fisik, maka data yang disimpan pun dapat
dikembangkan atau ditingkatkan skalanya. Selain itu, pemeliharaannya pun
tidak serumit server fisik, karena database dapat dijalankan melalui cloud
computing platform.

Contoh Cloud Database: Amazon Web Service (AWS), Oracle Database,


Microsoft Azure, Google Cloud Platform, IBM DB2, MongoDB
Atlas, OpenStack.

Anda mungkin juga menyukai