Anda di halaman 1dari 21

KECAKAPAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah


Komunikasi Interpersonal

Dosen Pengampu:
Prof. Dr. H. Edi Suryadi, M.Si
Abi Sopyan Febrianto, S.E., M.M

Oleh:
Kelompok 6
Natasya Jenia Mulyadi Putri NIM. 2005456
Neysa Ardhina NIM. 2001729
Shalsa Rahesania NIM. 2009845
Zaenal Arifin NIM. 2004406

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MANAJEMEN PERKANTORAN


FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
limpahan rahmatnya penyusun dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu tanpa
ada halangan yang berarti dan sesuai dengan harapan.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada bapak Prof. Dr. H. Edi Suryadi,
M.Si. dan Bapak Abi Sopyan Febrianto, S.E., M.M. sebagai dosen pengampu mata
kuliah Komunikasi Interpersonal yang telah membantu memberikan arahan dan
pemahaman dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangan karena keterbatasan kami. Maka dari itu penyusun sangat mengharapkan
kritik dan saran untuk menyempurnakan makalah ini. Semoga apa yang ditulis dapat
bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Bandung, 14 September 2022

Kelompok 6

2
DAFTAR ISI

KECAKAPAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL..............................................................1

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................4

1.1 Latar Belakang.........................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................................6

2.1. Komunikasi Interpersonal Positif dan Negatif..........................................................6

2.2. Keterampilan Berbicara............................................................................................7

2.3. Kecakapan Bertanya.................................................................................................8

2.4. Kecakapan Membuka Pintu Komunikasi.................................................................9

2.5. Keterampilan Menjaga Sopan Santun.....................................................................10

2.6. Meminta Maaf Pada Saat Merasa Bersalah............................................................10

2.7. Cepat, Tanggap, dan Bertanggung Jawab...............................................................11

2.8. Perhatian dan Kepedulian.......................................................................................11

2.9. Memiliki Empati....................................................................................................11

BAB III STUDI KASUS........................................................................................................14

BAB IV PENUTUP...............................................................................................................19

4.1. Kesimpulan............................................................................................................19

4.2. Saran......................................................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................21

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Salah satu bidang penelitian ilmu komunikasi adalah komunikasi
interpersonal. Jenis komunikasi ini mengandaikan interaksi individu dengan tujuan
dan keadaan yang berbeda. Hubungan interpersonal sering kali melibatkan ruang
lingkup yang terbatas, keakraban, kontak langsung, umpan balik langsung, dan
sebagainya. Interaksi sosial dan profesionalisme melingkupi lingkup pekerjaan ini
setiap hari. Banyak profesi yang membutuhkan kecerdasan dan keterampilan
interpersonal. Oleh karena itu, penting bagi semua orang dengan latar belakang
keilmuan yang berbeda untuk memahami dan menerapkan pengetahuan tentang
komunikasi interpersonal. Konselor, psikolog, guru, dan profesi yang berkaitan
dengan public relations lainnya membutuhkan pengetahuan dan keterampilan
komunikasi interpersonal. Namun tidak hanya itu, untuk membuat interaksi
interpersonal yang efektif dan harmonis, orang perlu benar-benar mengetahui dan
memahami apa itu komunikasi interpersonal.

1.1 Rumusan Masalah


a. Apa yang dimaksud dengan komunikasi interpersonal positif dan negatif?
b. Apa yang dimaksud dengan keterampilan berbicara?
c. Apa yang dimaksud dengan kecakapan bertanya?
d. Apa yang dimaksud dengan kecakapan membuka pintu komunikasi?
e. Apa yang dimaksud dengan kecakapan menjaga sopan santun?
f. Apa yang dimaksud dengan meminta maaf pada saat merasa bersalah?
g. Apa yang dimaksud dengan cepat, tanggap, dan bertanggung jawab?
h. Apa yang dimaksud dengan perhatian dan kepedulian?
i. Apa yang dimaksud dengan memiliki empati?

4
1.2 Tujuan Penulisan
a. Untuk mengetahui tentang komunikasi interpersonal positif dan negatif
b. Untuk memahami tentang keterampilan berbicara
c. Untuk memahami tentang kecakapan bertanya
d. Untuk memahami tentang kecakapan membuka pintu komunikasi
e. Untuk memahami tentang keterampilan menjaga sopan santun
f. Untuk memahami tentang cara meminta maaf pada saat merasa bersalah
g. Untuk memahami tentang apa itu cepat, tanggap, dan tanggung jawab
h. Untuk memahami tentang perhatian dan kepedulian
i. Untuk memahami tentang memiliki empati

5
BAB II
PEMBAHASAN

Komunikasi interpersonal adalah komunikasi dengan orang lain dan


merupakan metode komunikasi yang sering digunakan individu pada saat bekerja,
bersosialisasi, dan keseharian di masyarakat. Komunikasi sendiri bisa dilakukan
secara langsung dan tidak langsung. kemampuan berkomunikasi antar individu
(komunikasi interpersonal) merupakan salah satu keterampilan terpenting bagi setiap
individu, termasuk pemimpin dan bahkan orang biasa.

2.1. Komunikasi Interpersonal Positif dan Negatif


Komunikasi interpersonal dikatakan positif apabila hal tersebut merujuk pada suatu
kerjasama (cooperation), sedangkan apabila merujuk pada suatu konflik maka komunikasi
interpersonal tersebut dikatakan negatif. Konteks kerjasama disini adalah ketika terciptanya
suatu kesepakatan antara kedua belah pihak mengambil langkah untuk mencapai tujuan
bersama.

Biasanya kerja sama dapat terbentuk, ketika orang menyadari bahwa mereka
mempunyai kepentingan-kepentingan yang sama, sehingga merasa saling memperoleh
keuntungan apabila saling berbagi dan saling menolong. Dengan demikian, perekat
terpeliharanya kerjasama adalah karena adanya keyakinan saling memperoleh keuntungan
dalam hubungan tersebut. Sekurang-kurangnya ada lima bentuk kerja sama, yakni:

1. Kerukunan yang mencakup gotong-royong dan tolong menolong dalam kehidupan


bermasyarakat. Aktivitas yang dapat dijadikan sebagai contoh kerukunan, ialah
berkumpulnya masyarakat ke tempat warga yang sedang tertimpa kesedihan, misalnya
salah seorang anggota keluarga meninggal dunia. Masyarakat sekitar langsung
berdatangan tanpa diberi undangan. Mereka memberikan bantuan secara ikhlas tanpa
mengharapkan imbalan.
2. Bargaining, yaitu pelaksanaan perjanjian mengenai pertukaran barang- barang dan jasa-
jasa antara dua individu atau organisasi. Misalnya di masyarakat, ada warga yang
memiliki tanah cukup luas namun tidak tersedia waktu dan tenaga untuk menggarap
tanah tersebut. Sementara warga yang lain tidak mempunyai tanah, tetapi mempunyai
waktu dan tenaga yang memadai. Dua pihak ini mengadakan bargaining pertukaran jasa,
di mana pemilik sawah mendapatkan keuntungan berupa terkelolanya tanah yang
6
dimilikinya, sementara pihak penggarap memperoleh keuntungan berupa separo hasil
panen dari tanah yang dia kerjakan.
3. Ko-optasi (Co-optation), yakni suatu proses penerimaan unsur-unsur baru dalam suatu
organisasi, sebagai salah satu cara untuk menghindari terjadinya kegoncangan dalam
stabilisasi organisasi yang bersangkutan. Misalnya saja sebuah organisasi mulai
mengadopsi dan menerapkan sistem administrasi berbasis komputer untuk menggantikan
sistem sama-sama perlu menyesuaikan dengan sistem yang baru tersebut. administrasi
manual. Baik organisasi perusahaan maupun para pegawai Tujuannya adalah sama
memperoleh keuntungan. Di satu pihak, perusahaan memperoleh keuntungan
peningkatan produksi, sementara pihak pegawai memperoleh keuntungan bekerja lebih
efisien.
4. Koalisi (Coalition), yakni kombinasi antara dua organisasi atau lebih yang mempunyai
tujuan-tujuan yang sama. Koalisi dapat menghasilkan keadaan yang tidak stabil untuk
sementara waktu, karena dua organisasi atau lebih tersebut kemungkinan mempunyai
struktur yang tidak sama antara satu dengan lainnya.
5. Joint-Venture, yaitu kerja sama dalam pengusahaan proyek-proyek ter- tentu, misalnya,
pemboran minyak, pertambangan batu-bara, perfilman, perhotelan, dan seterusnya.

Komunikasi interpersonal yang baik dapat berujung kepada terciptanya kerjasama


sinergis. Artinya bahwa komunikasi interpersonal dapat mengan- tarkan terbentuknya
kerjasama, dan pada giliran berikutnya dapat berfungsi untuk memelihara kualitas kerjasama
tersebut. Tentu saja untuk dapat meran- cang dan melaksanakan komunikasi interpersonal
menuntut adanya kecaka- pan atau keterampilan berkomunikasi.

2.2. Keterampilan Berbicara


Agar pembicaraan berhasil mencapai hasil sesuai yang diharapkan, maka disinilah skill
atau keterampilan dibutuhkan, seperti misalnya:

a. Persiapan fisik, dimana usaha yang dilakukan adalah mengaja fisik agar dalam
komdisi terbaik ketika berbicara. Dari hal tersebut maka akan memberikan
dorongan untuk memberikan kemampuan terbaik ketika menyampaikan ataupun
menerima pesan
b. Persiapan mental, dimana berusaha untuk meningkatkan keberanian dan juga rasa
percaya diri. Apabila sebelum berbicara tidak dibersamai dengan persiapan
mental, maka biasanya akan timbul beberapa hal yang terjadi seperti misalnya
bingung, ragu, gugup, kehilangan fokus, bahkan melupakan poin yang menjadi
inti atau materi pembicaraan
c. Persiapan materi, hal yang biasa dilakukan ketika ini adalah dengab membaca,
bertanya, mencari dan mengumpulkan informasi sesuai dengan tema atau topik
pembicaraan. Apabila menguasai materi atau topik yang akan disampaikan, maka

7
pembawaan yang dilakukan pun akan membuat pembicaraan menjadi sistematis,
lancar, mendalam, dan lebih bisa tersampaikan

Berikut prinsip-prinsip teknik berbicara yang perlu diperhatikan:

a) Prinsip motivasi, ialah prinsip memberi dorongan dan membangkitkan minat


komunikan sasaran untuk mengikuti pembicaraan dengan sungguh- sungguh.
Caranya adalah dengan meyakinkan pihak komunikan bahwa isi pembicaraan
penting bagi kedua belah pihak.
b) Prinsip perhatian, ialah pemusatan perhatian audience pada materi
pembicaraan. Cara menarik perhatian di antaranya dengan mengetengahkan:
 Hal-hal aneh
 Hal-hal lucu
 Hal-hal aktual
c) Prinsip ulangan, dalam hal ini khusus untuk informasi yang dianggap lebih
penting perlu diulang sehingga mudah tertanam dalam pemahaman pendengar.
d) Prinsip kegunaan, pesan atau materi yang dibicarakan hanyalah hal-hal yang
berguna bagi pendengar. Informasi yang dirasa besar manfaatnya, akan tetap
diingat oleh pendengar.
e) Prinsip efisiensi, pembicaraan hanya menyangkut substansi yang penting.
Terutama apabila pembicaraan dilakukan dengan perantaraan media, misalnya
dengan telepon seluler, maka harus di setting sedemikian rupa sehingga
pembicaraan berlangsung efisien. Singkat dan jelas. Hal ini disebabkan,
apabila terlalu banyak basa-basi maupun sendau-gurau yang tidak perlu,
berkonsekuensi pada tarif pulsa yang bertambah.

2.3. Kecakapan Bertanya


Dalam komunikasi interpersonal, kita perlu memperhatikan teknik bertanya bagaimana
yang membuat hal tersebut menjadi efektif. Karena dari pertanyaan yang terarah, kita bisa
membuat dan mengembangkan hal tersebbut menjadi komunikasi dua arah. Berikut adalah
teknik bertanya yang efektif:

a. Ungkapkan pertanyaan dengan tenang dan sopan


Pertanyaan yang dikemukakan dengan tenang dan sopan akan membuat kita lebih
aman dalam memulai berkomunikasi interpersonal ketimbang penuh emosi,
curiga, dan marah-marah. Partner komunikasi akan lebih senang mendengarkan
pertanyaan yang disampaikan dengan sopan dibanding mendengarkan pertanyaan
yang disampaikan dengan cara berteriak-teriak. Contoh berikut ini
menggambarkan cara bertanya yang memiliki tingkatan kesopanan yang berbeda-
beda.

8
"Siapa namamu?"
“Bolehkah saya tahu namamu?"
"Maaf, bolehkah saya tahu nama Anda?"

Tiga kalimat tersebut, pada hakikatnya menanyakan hal yang sama, yaitu nama
komunikan. Tetapi tingkatan kesopanannya, kalimat yang ketiga lebih unggul.
Secara empiris dalam pengalaman komunikasi interpersonal sehari-hari
menunjukkan gejala bahwa ketika kita bertanya dengan tenang dan sopan, maka
orang yang kita tanya juga akan bersikap tenang dan sopan. Sebaliknya apabila
kita bertanya dengan cara yang tidak sopan, maka orang yang kita tanyapun juga
berperilaku tidak bahkan kadang-kadang tidak menanggapi pertanyaan kita.
b. Ungkapkan pertanyaan dengan singkat dan jelas
Pertanyaan yang merujuk ke inti dengan penyampaian singkat dan jelas akan lebih
mudah dipahami ketika kita melakukan komunikasi, hindari basa-basi yang terlalu
berbelit agar poin atau inti dari pertanyaan dapat ditangkap lebih jelas
c. Jangan merusak suasana
Konteks merusak suasana disini adalah merujuk pada pertanyaan yang dilontarkan
dengan sesuka hati atau pada saat yang tidak tepat, jadi penyampaian pertanyaan
yang baik juga adalah dengan memperhatikan waktu yang tepat untuk bertanya
d. Jangan sungkan meminta maaf pada saat merasa bersalah
Apabila melakukan sebuah kesalahan dalam bertanya, maka sebaiknya kita
meminta maaf. Dengan begitu maka sebenarnya kita menaruh rasa hormat pada
komunikan, dan giliran berikutnya kita pun juga akan dihormatinya. Dalam
suasana hubungan yang saling menghargai, komunikasi menjadi lebih efektif.
e. Ucapkan terima kasih
Setiap komunikasi tanya jawab selesai, harus mengucapkan terima kasih sebagai
bentuk menghargai dan memberikan penghargaan terhadap lawan bicara, hal
tersebut menunjukkan bahwa kita menghargai dan bersikap baik
f. Bersiaplah mendengarkan jawaban secara positif
Setelah menjadi penanya yang baik, harus juga menjadi pendengar dan penerima
informasi yang baik. Jangan memonopolio pembicaraan dan jangan lupa
memberikan kesempatan untuk yang lain menyampaikan pendapat atau jawaban
atas pertanyaan yang telah diberikan, setelahnya kita bisa memberikan respon
positif atas jawaban dan informasi yang telah disampaikan

2.4. Kecakapan Membuka Pintu Komunikasi


Hubungan antar individu diciptakan atas hal-hal kecil yang mempererat hubungan,
salah satunya adalah membuka atau terbukanya pintu komunikasi. Jangan melewatkan pintu
komuniaksi yang ada dengan bersikap arogan atau menyikapinya dengan negatif. Dengan

9
terbukanya pintu komunikasi maka kita memiliki komitmen dalam menjalin hubungan atau
relasi dengan individu lainnya.

Contoh kecil yang bisa diambil adalah ketika kita bertemu dengan teman maka jalinlah
komunikasi dengan teman tersebut, ataupun ketika jaraknya berjauhan maka bisa dilakukan
dengan memanfaatkan gestur tubuh seperti melambaikan tangan untuk menyapa, hal tersebut
menujukkan bahwa kita memberikan atensi atau rasa peduli kepada teman. Gestur lainnya
adalah dengan memberi senyuman, kemudian dilanjut dengan kalimat sapaan. Bahkan bisa
juga dengan berjabat tangan dan menanyakan kabar. Apabila belum saling mengenal maka
kita bisa memulai perkenalan dengan memperkenalkan diri secara sopan dan ramah.

Di Jepang pada umumnya orang yang berkenalan atau berjumpa tidak saling berjabat
tangan, melainkan saling membungkukkan badan. Pada beberapa negara ada yang biasa
saling memeluk dan menempelkan pipi atau saling mencium. Ada yang saling merapatkan
tangan dan menaruhnya di dada. Ada yang saling menyentuhkan ujung jari kemudian
menariknya ke arah hidung, dan sebagainya. Ada banyak kebiasaan, tetapi tujuannya sama,
membuka komunikasi. Kita dapat memilih cara berjabat tangan yang sesuai dengan orang
yang kita hadapi. Berjabat tangan dengan teman dapat kita lakukan sambil menepuk bahu.
Kalau dengan teman yang sangat akrab kita dapat meniru "salam komando" yang sering
dipakai di kalangan militer.Kalau berjabat tangan dengan guru, disertai dengan
membungkukkan badan.Dengan orang tua, disertai cium tangan.Tanyakan keadaannya: “Apa
kabar? Di mana sekolahmu? Sehat bukan?” Jadilah orang yang perhatian, jangan bersikap
cuek. Pertanyaan sederhana tentang diri teman kita, sekolahnya, orang tuanya, dan
sebagainya. Seperti itu dapat membuka pintu komunikasi. Demikianlah, ada berbagai cara
untuk mengawali komunikasi interpersonal. Memang kelihatannya sepele, tetapi manfaatnya
sungguh sangat besar. Kita akan mendapat penilaian yang baik dari orang lain dalam
masyarakat kita.

2.5. Keterampilan Menjaga Sopan Santun


Menjaga sopan santun bisa meliputi penampilan, sikap, dan juga pembicaraan.
Penampilan yang sopan serta pembawaan yang ramah akan membuat kita merasa nyaman
dalam berkomunikasi. Pun dengan lawan bicara yang akan merasa senang dan merespon
positif ketika mendengar argumentasi atau kalimat yang disampaikan dengan pembawaan
tersebut. Jadi, kita perlu membiasakan diri untuk bersikap sopan dan ramah sehingga
feedback yang didapat pun sama baiknya dengan saling menghargai.

2.6. Meminta Maaf Pada Saat Merasa Bersalah


Ketika kita sadar bahwa kita telah melakukan kesalahan saat melakukan komunikasi,
maka kita harus meminta maaf secara terbuka dan menyadari kesalahan yang dilakukan
sepenuhnya. Itu adalah bentuk atau cara kita dalam menghormati orang lain dan menghormati
diri sendiri. Berkomunikasi tidak selamanya mudah, apalagi kalau kita tidak mengetahui jati
10
diri mereka yang kita hadapi, tentu kita akan menebak-nebak dan merancang persiapan
komunikasi yang sesuai dengan tuntutan etis kedua belah pihak. Ketika kita paham tentang
karakter orang yang kita hadapi kita akan lebih mudah berusaha menampilkan diri sebaik-
baiknya dalam berkomunikasi

2.7. Cepat, Tanggap, dan Bertanggung Jawab


Tanggap dalam memberi respon dan cepat memberi jawaban atau feedback atau
balasan saat berkomunikasi adalah hal yang sangat diperlukan. Menjadi responsif adalah hal
yang sangat penting ketika kita menjalin komunikasi.

Keterampilan komunikasi interpersonal berikutnya ialah kecepatan dalam merespon


stimuli dari orang lain. Misalnya apabila mendapatkan pertanyaan, segera memberikan
jawaban yang baik. Untuk memecahkankasi. persoalan, segera memberi saran sebagai
alternatif solusi. Tanggap, artinya peka atau sensitif terhadap situasi dan kondisi, serta
berperilaku secara kondusif sesuai dengan situasi tersebut. Sebagai contoh apabila kita
sedang berbicara dengan orang lain, kita harus memahami situasi yang ada. Sekiranya orang
yang mendengarkan pembicaraan kita nampak sudah gelisah dan tidak lagi fokus pada
pembicaraan, maka kita harus tanggap dengan suasana itu dan lebih bijaksana mengakhiri
pembicaraan. Tanggung jawab, artinya bahwa kita sebagai pelaku komunikasi inter- personal
harus bertanggung jawab terhadap dampak atau akibat dari aktivitas pelaksanaan komunikasi,
serta hasil proses komunikasi interpersonal tersebut dapat memberikan manfaat dan berguna
baik bagi diri sendiri maupun orang lain.

2.8. Perhatian dan Kepedulian


Perhatian dan kepedulian adalah hal yang sangat penting dan bermanfaat, terutama
dalam hal komunikasi. Dari hal tersebut kita dapat memberi dan juga mendapatkan perhatian
ataupun kepedulian. Sekarang cobalah renungkan. Berapa orang yang dapat digolongkan
sebagai sahabat karib Anda dalam pergaulan Anda, baik di kampus maupun di masyarakat.
Sebutkan nama-nama mereka. Apakah Anda tahu di mana tempat tinggal mereka? Berapa
jumlah saudara mereka? Di mana orang tuanya bekerja? Tanggal berapa ulang tahunnya?
Apa kegemarannya? Apa yang paling tidak disukainya? Baiklah, Anda tentu dapat
menambah daftar pertanyaan tersebut. Tujuannya adalah menguji sejauhmana perhatian dan
kepedulian Anda terhadap teman karib Anda itu. Apabila Anda memiliki perhatian yang baik,
maka Anda akan memahami karakteristiknya, dan dengan demikian Anda dapat
mengusahakan proses komunikasi interpersonal yang menyenangkan kedua belah pihak,
tanpa melanggar etika dan tata krama.

2.9. Memiliki Empati


Bylund & Makuol (2002) mengembangkan enam tingkat empati yang diuraikan dalam
suatu sistem The Empathy Communication Coding System (ECCS) Levels. Keenam tingkatan

11
empati itu dapat kita implementasikan dalam contoh komunikasi interpersonal seperti
misalnya antara seorang leader (pemimpin) dengan follower (karyawan).

Level Sikap

0 Tidak ada empati pada pimpinan, dimana


bisa diindikasikan dengan berbagai sikap
yang ditunjukkan, seperti:

1. Menolak pendapat berdasarkan


sudut pandang karyawan
2. Tidak menghiraukan usulan yang
diberikan
3. Memberi pernyataan yang
berlawanan dengan aspirasi yang
diberikan karyawan
4. Menolak untuk berdiskusi dan
menekankan untuk mengikuti apa
yang sudah ia katakan

1 Pimpinan mendengarkan karyawan dengan


acuh tak acuh, tidak memberikan atensi, dan
tidak memberi respon positif ketika
berkomunikasi. Contoh: memberi tanggapan
“Ya, terserah Anda” dibarengi dengan
aktivitas lain yang dilakukan sehingga
terlihat tidak tertarik untuk berkomunikasi.

2 Pimpinan memahami secara implisit cara


berpikir dan arah pembicaraan karyawan.
Kualitas dan pendapat dari karyawan
tersebut diakui, hanya saja seorang pimpinan
tidak mengungkapkan hal tersebut.

3 Kondisi dimana pimpinan menghargai


pendapat/argumen/pandangan dari
karyawannya, sehingga ada pengakuan
secara eksplisit bahwa karyawan tersebut
memiliki nilai penting untuk perusahaan
atau organisasi.

4 Pada level ini karyawan mengkonfirmasi

12
karyawan, artinya pimpinan tersebut secara
terbuka menerima
argumen/pendapat/pandangan yang
diberikan oleh karyawan.

5 Pada level teratas, seorang pimpinan


melakukan sharing feeling and experience
dengan karyawan.Terdapat sikap yang
menunjukkan karyawan tersebut memiliki
peran penting dalam organisasi atau
perusahaan.

Catatan:

Empati pada level 0-2 menunjukkan empati level rendah dimana pengakuan hanya
terjadi secara implisit atau tersembunyi.

Empati pada level 3-5 merupakan pengenalan atau respon seorang pemimpin terhadap
sudut pandang karyawan terhadap kinerja karyawan tentang kinerja perusahaan yang
diungkapkan secara eksplisit (terbuka).

13
BAB III
STUDI KASUS

Manusia berkomunikasi untuk melaporkan sesuatu, menjual, memenangkan,


mengkritik, memperbaiki, memberi perintah, meningkatkan diri sendiri,
mengalahkan, atau mempermalukan pihak lain, mengatur sebuah perjanjian tertulis,
menarik pehatian atau penghargaan. arakat, atau di mana saja manusia berada.
Pentingnya komunikasi bagi manusia tidaklah dapat dipungkiri demikian juga halnya
bagi suatu organisasi atau perusahaan.

Suatu survey yang dijalankan di Amerika oleh seorang ahli komunikasi yang
termuka Deborah (2006:14) memperlihatkan bahwa banyak pegawai merasa sangat
sulit sekali untuk mendapatkan perhatian dari pihak manajemen. Survey
menunjukkan sejumah penghalang besar dalam komunikasi ke atas, sehingga
karyawan tidak dapat berkomunikasi efektif dengan manajer. atau atasan. Para
karyawan umumnya mempunyai ketakutan untuk mengungkapkan perasaan yang
sebenarnya. Adanya komunikasi yang kurang baik menimbulkan kerugian.

PT BCI adalah perusahaan yang bergerak dibidang jasa konsultan teknologi


informasi.Kompetensi inti dari perusahaan ini adalah mendesain. Sistem Informasi
yang handal bagisuatu perusahaan baik dari sisi keamanan, kecepatan dan kapasitas
serta kemudahan pengoperasiannya. PT BCI memiliki keunggulan produknya
dibanding perusahaan yangbergerak dibidang yang sejenis atau biasa disebut pesaing.
Dalam mengelola perusahaannya, PT BCI mempekerjakan karyawan yang
berkompeten dibidangnya baik mulai dari Programer, Marketer, Trainer, serta
System Analis.

Di Indonesia khususnya kota Jakarta memiliki aktivitas bisnis yang sangat


kompleks. Begitu banyaknya perusahaan yang melakukan kegiatan bisnisnya di kota
14
Jakarta. Perusahaan-perusahaan ini memiliki kegiatan bisnis yang beragam, mulai
dari profit maupun non-profit. Namun dari sekian banyaknya perusahaan tersebut,
baru sedikit perusahaan yang benar-benar memanfaatkan teknologi komunikasi
secara optimal. Akibatnya terkadang teknologi canggih yang mereka gunakan justru
menjadi beban biaya tersendiri bagi operasional perusahaan mereka. Kurang
optimalnya penggunaan database yang terpisah serta tidak memiliki suatu sistem
yang terintegrasi merupakan kendala bagi perusahaan-perusahan yang ada di Jakarta
tersebut. Para pimpinan perusahaan dari perusahaan tersebut melakukan pengambilan
keputusan bisnisnya dengan proses-proses komunikasi antar bagian dengan waktu
yang relatif lambat. Hal ini tentunya dapat mengurangi produktivitas mereka dalam
menjalankan proses bisnisnya. Fenomena ini tentu merupakan peluang yang besar
bagi PT BCI untuk memasarkan produknya berupa suatu software yang dapat
mengintegrasikan berbagai data base setiap unit di suatu perusahaan agar menjadi
sebuah aplikasi yang langsung dapat dijadikan sumber pengambilan keputusan bagi
pimpinan perusahaan. Software ini merupakan software aplikasi yang dapat
mendukung Sistem Informasi Manajemen suatu perusahaan yang memanfaatkan
teknologi komunikasi yang terkini. Software Aplikasi ini dapat dipasang pada
smartphone atau gadget yang dapat digunakan sehari hari dengan mudah oleh
pimpinan perusahaan tanpa terhambat oleh batasan ruang, jarak dan waktu. PT BCI
minggu lalu mengadakan seminar sehari dengan tema Sistem Informasi Perusahaan
Kecil dan Menegah yang diselenggarakan di Hotel Sahid Jakarta Pusat. Tujuan utama
seminar tersebut adalah agar bagaimana caranya perusahaan kecil dan menengah di
Jakarta dapatlebih maju dan berkembang dengan memanfaatkan secara optimal MIS
dalam mengelola perusahaannya. Dalam seminar tersebut telah dipungut biaya
pendaftaran bagi para pesertasebesar Rp 550.000, -/peserta dan diikuti oleh 40 orang
direktur dan Manajer Perusahaan Menengah/Kecil. Ternyata dalam seminar tersebut
selain memperoleh popularitas perusahaan juga memperoleh keuntungan materi yang
lumayan. Lima hari kemudian telah berdatangan surat-surat tanggapan atas

15
penyelanggaraan seminar tersebut. Dari sekian banyak surat yang masuk, ada salah
satu sampul surat yang logo perusahaannya cukup menyolok dan menarik. Ternyata
surat tersebut berasal dari PT XYZ yang berisikan pernyataan apresiasi serta ingin
mengundang PT BCI untuk mempresentasikanlebih lanjut di perusahaannya. Hal ini
dilakukannya untuk lebih memahami tentang SIM dan berniat untuk menerapkan
SIM pada perusahaan yang dipimpinnya. Namun PT BCI belum memiliki cara yang
paling efektif untuk mempromosikan produknya agar dapat diminati oleh pelaku
bisnis yang ada diseluruh Jakarta..Demi mengembangkan bisnisnya, PT BCI perlu
mengkomunikasikan produknya bagi pasar yang potensial ini.

Identifikasi kasus:

Biasanya didalam mengidentifikasi masalah yang ada pada perusahaan ditemukan hal
sebagai berikut:

a. Sedikitnya tenaga ahli perusahaan yang dapat langsung memberikan konsultansi


padacalon palanggan dengan ritme permintaan yang tinggi

b. Belum maksimalnya penerapan teknik komunikasi yang baik dari staff marketing
perusahaan.

c. Kurangnya tenaga marketing yang handal untuk menganalisa peluang pasar bagi
perusahaan.

d. Banyaknya minat yang merupakan peluang pasar bagi perusahaan namun belum
dapat terpenuhi oleh perusahaan akibat hambatan-hambatan pada komunikasi.

e. Minimnya informasi bagi calon pelanggan tentang jasa yang ditawarkan.

f. Belum adanya brand image yang kuat dalam bentuk logo untuk memperkenalkan
perusahaan sehingga melekat dipikiran dan hati para pelanggan.

g. Kurangnya dana promosi bagi jasa yang akan dijual kepada pelanggan

16
Penyelesaian Kasus:

a. Perusahaan dapat membangun komunikasi yang efektif dengan pelanggan


dengan cara melakukan interaksi sertamendengarkan keluhan pelanggan
sehingga masukan-masukan tersebut dapatdijadikan sumber informasi bagi
pemimpin dalam membuat perencanaan strategi perusahaan dan dapat
mendorong proses operasional serta tenaga kerja untuk lebih fokus menghasilkan
produk yang sesuai keinginan dan harapan pelanggan.
b. Perusahaan dapat mengkomunikasikan produknya kepada calon pelanggannya
tidakhanya melalui media promosi dengan menggunakan iklan yang gencar.
Ternyata ada cara yang sangat efektif dalam mengkomunikasikan produk atau
jasa yaitu seminar. Dengan seminar akan ada interaksi antara audiens dengan
presenter yang dapat mengefektifkan proses penyampaian pesan dengan
meminimalisir gangguan atauhambatan dalam berkomunikasi. Hal ini terjadi
karena komunikasi yang dilakukan berlangsung secara 2 arah sehingga umpan
balik dapat selalu diterima dan langsung dievaluasidan kemudian dilakukan
perbaikan dalam proses komunikasi selanjutnya secara terus-menerus.
c. Komunikasi Internal dan Eksternal yang harus dibangun perusahaan adalah
komunikasi yang 2 arah dengan bantuan perangkat teknologi canggih yang
berguna menghilangkan potensi kesalahan persepsi akibat noise. Dengan
kemajuan teknologi, hal ini telah dapat diatasi dengan mudah.
d. Dengan penerapan teknologi komunikasi serta Sistem Informasi Manajemen
secaraoptimal dapat mengurangi sejumlah potensial konflik bagi karyawan dan
dapat menghilangkan berbagai hambatan dalam menyampaikan pesan baik dalam
bentuk informasi maupun laporan hasil analisa bahkan sampai kepada kehidupan
pribadi para karyawan tersebut

17
Untuk lebih optimal dalam meningkatkan kinerja perusahaan, kita perlu
menghilangkan hambatan-hambatan dalam berkomunikasi. Penyampaian pesan
secara langsung menggunakan media teknologi komunikasi yang kian canggih dapat
membantu meningkatkan efektivitas dari proses komunikasi tersebut. Untuk lebih
memiliki tingkat keyakinan terhadap kepastian penyampaian makna pada pesan
sebaiknya menggunakan media yang telah terjamin kualitasnya. Hal ini dapat
mengurangi resiko noise bagi kiriman pesan yang akan diterima oleh komunikan.
Penggunaan Video Conference untuk rapat koordinasi serta komunikasi lainnyasangat
membantu proses tersebut. Dengan Video Conference dapat dilakukan komunikasi 2
(dua) arah face to face yang menurut hasil kajian penelitian merupakan komunikasi
yang paling efektif dibandingkan komunikasi yang hanya satu arah. Kemampuan dan
keterampilan karyawan serta keinginan belajar dan beradaptasi terhadap teknologi
terkini perlu diciptakan sebagai salah satu budaya dalam organisasi perusahaan. Hal
ini sangat diperlukan dalam meningkatkan produktivitas serta mampu mengatasi
perubahan lingkungan eksternal yang dapat mempengaruhi daya saing perusahaan.
Sehingga nantinya perusahaan selalu siap dalam menghadapi perubahan situasi
persaingan baik yang berpengaruh pada aspek eksternal maupun internal perusahaan

18
BAB IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Komunikasi interpersonal adalah komunikasi antar individu yang
memungkinkan setiap individunya untuk mendapatkan feedback secara lagsung, baik
itu verbal maupun non-verbal yang bisa meliputi semua aspek komunikasi seperti:
mendengarkan, membujuk, menegaskan, bercerita, mengajak (persuasif), dan lain
sebagainya. Komunikasi interpersonal juga merupakan kegiatan atau aktivitas aktif,
karena dalam komunikasi interpersonal tidak hanya sekedar komunikasi dari
pengirim pada penerima ataupun sebaliknya, tapi komunikasi timbal balik atau
feedback antara pengirim dan penerima pesan. Komunikasi interpersonal dapat
dikatakan efektif apabila memiliki keterbukaan, empati, sikap mendukung atau
support, sikap positif, dan juga kesetaraan yang ditandai dengan hubungan
interpersonal yang baik juga. Komunikasi interpersonal dapat dikatakan gagal apabila
terdapat turunnya kadar hubungan interpersonal itu sendiri yang disebabkan oleh
adanya konflik sehingga terjadinya pemutusan relasi. Dalam berkomunikasi secara
interpersonal, kita harus memperhatikan berbagai aspek dengan maksud agar tidak
terjadi atau meminimalisir kesalahan penafsiran, ketidaknyamanan, dan munculnya
feedback negatif selama berkomunikasi.

4.2. Saran
Penyusun berharap dari makalah ini, mahasiswa yang khususnya mahasiswa
Program Studi Pendidikan Manajemen Perkantoran dapat menggunakan komunikasi
interpersonal dan mengimplementasikannya secara efektif dalam aktivitas dan

19
kehidupan sehari-hari sehingga hubungan atau relasi yang terjalin dapat tercipta
dengan baik dan dapat membantu serta mempermudah pencapaian tujuan.

20
DAFTAR PUSTAKA

AW, Suranto. 2011. Komunikasi Interpersonal. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Cangara, H. 2007. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Devito, J. A. 1997. Human Communication. Jakarta: Professional Books.

Fajar, M. 2009. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek Edisi Pertama. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Hermawan, Acep. 2014. Metodelogi Pembelajaran Bahasa Arab. Bandung: Remaha


Rosdakarya.

Mulyana, D. 2000. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Musaba, Zulkifli. 2012. Terampil Berbicara. Yogyakarta: Aswaja Pressindo.

Silfia, Hanani. 2017. Komunikasi Antarpribadi: Teori dan Praktik. Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media.

21

Anda mungkin juga menyukai