Kelompok 6 - Makalah Kecakapan Komunikasi Interpersonal
Kelompok 6 - Makalah Kecakapan Komunikasi Interpersonal
Dosen Pengampu:
Prof. Dr. H. Edi Suryadi, M.Si
Abi Sopyan Febrianto, S.E., M.M
Oleh:
Kelompok 6
Natasya Jenia Mulyadi Putri NIM. 2005456
Neysa Ardhina NIM. 2001729
Shalsa Rahesania NIM. 2009845
Zaenal Arifin NIM. 2004406
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
limpahan rahmatnya penyusun dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu tanpa
ada halangan yang berarti dan sesuai dengan harapan.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada bapak Prof. Dr. H. Edi Suryadi,
M.Si. dan Bapak Abi Sopyan Febrianto, S.E., M.M. sebagai dosen pengampu mata
kuliah Komunikasi Interpersonal yang telah membantu memberikan arahan dan
pemahaman dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangan karena keterbatasan kami. Maka dari itu penyusun sangat mengharapkan
kritik dan saran untuk menyempurnakan makalah ini. Semoga apa yang ditulis dapat
bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.
Kelompok 6
2
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................................6
BAB IV PENUTUP...............................................................................................................19
4.1. Kesimpulan............................................................................................................19
4.2. Saran......................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................21
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
1.2 Tujuan Penulisan
a. Untuk mengetahui tentang komunikasi interpersonal positif dan negatif
b. Untuk memahami tentang keterampilan berbicara
c. Untuk memahami tentang kecakapan bertanya
d. Untuk memahami tentang kecakapan membuka pintu komunikasi
e. Untuk memahami tentang keterampilan menjaga sopan santun
f. Untuk memahami tentang cara meminta maaf pada saat merasa bersalah
g. Untuk memahami tentang apa itu cepat, tanggap, dan tanggung jawab
h. Untuk memahami tentang perhatian dan kepedulian
i. Untuk memahami tentang memiliki empati
5
BAB II
PEMBAHASAN
Biasanya kerja sama dapat terbentuk, ketika orang menyadari bahwa mereka
mempunyai kepentingan-kepentingan yang sama, sehingga merasa saling memperoleh
keuntungan apabila saling berbagi dan saling menolong. Dengan demikian, perekat
terpeliharanya kerjasama adalah karena adanya keyakinan saling memperoleh keuntungan
dalam hubungan tersebut. Sekurang-kurangnya ada lima bentuk kerja sama, yakni:
a. Persiapan fisik, dimana usaha yang dilakukan adalah mengaja fisik agar dalam
komdisi terbaik ketika berbicara. Dari hal tersebut maka akan memberikan
dorongan untuk memberikan kemampuan terbaik ketika menyampaikan ataupun
menerima pesan
b. Persiapan mental, dimana berusaha untuk meningkatkan keberanian dan juga rasa
percaya diri. Apabila sebelum berbicara tidak dibersamai dengan persiapan
mental, maka biasanya akan timbul beberapa hal yang terjadi seperti misalnya
bingung, ragu, gugup, kehilangan fokus, bahkan melupakan poin yang menjadi
inti atau materi pembicaraan
c. Persiapan materi, hal yang biasa dilakukan ketika ini adalah dengab membaca,
bertanya, mencari dan mengumpulkan informasi sesuai dengan tema atau topik
pembicaraan. Apabila menguasai materi atau topik yang akan disampaikan, maka
7
pembawaan yang dilakukan pun akan membuat pembicaraan menjadi sistematis,
lancar, mendalam, dan lebih bisa tersampaikan
8
"Siapa namamu?"
“Bolehkah saya tahu namamu?"
"Maaf, bolehkah saya tahu nama Anda?"
Tiga kalimat tersebut, pada hakikatnya menanyakan hal yang sama, yaitu nama
komunikan. Tetapi tingkatan kesopanannya, kalimat yang ketiga lebih unggul.
Secara empiris dalam pengalaman komunikasi interpersonal sehari-hari
menunjukkan gejala bahwa ketika kita bertanya dengan tenang dan sopan, maka
orang yang kita tanya juga akan bersikap tenang dan sopan. Sebaliknya apabila
kita bertanya dengan cara yang tidak sopan, maka orang yang kita tanyapun juga
berperilaku tidak bahkan kadang-kadang tidak menanggapi pertanyaan kita.
b. Ungkapkan pertanyaan dengan singkat dan jelas
Pertanyaan yang merujuk ke inti dengan penyampaian singkat dan jelas akan lebih
mudah dipahami ketika kita melakukan komunikasi, hindari basa-basi yang terlalu
berbelit agar poin atau inti dari pertanyaan dapat ditangkap lebih jelas
c. Jangan merusak suasana
Konteks merusak suasana disini adalah merujuk pada pertanyaan yang dilontarkan
dengan sesuka hati atau pada saat yang tidak tepat, jadi penyampaian pertanyaan
yang baik juga adalah dengan memperhatikan waktu yang tepat untuk bertanya
d. Jangan sungkan meminta maaf pada saat merasa bersalah
Apabila melakukan sebuah kesalahan dalam bertanya, maka sebaiknya kita
meminta maaf. Dengan begitu maka sebenarnya kita menaruh rasa hormat pada
komunikan, dan giliran berikutnya kita pun juga akan dihormatinya. Dalam
suasana hubungan yang saling menghargai, komunikasi menjadi lebih efektif.
e. Ucapkan terima kasih
Setiap komunikasi tanya jawab selesai, harus mengucapkan terima kasih sebagai
bentuk menghargai dan memberikan penghargaan terhadap lawan bicara, hal
tersebut menunjukkan bahwa kita menghargai dan bersikap baik
f. Bersiaplah mendengarkan jawaban secara positif
Setelah menjadi penanya yang baik, harus juga menjadi pendengar dan penerima
informasi yang baik. Jangan memonopolio pembicaraan dan jangan lupa
memberikan kesempatan untuk yang lain menyampaikan pendapat atau jawaban
atas pertanyaan yang telah diberikan, setelahnya kita bisa memberikan respon
positif atas jawaban dan informasi yang telah disampaikan
9
terbukanya pintu komunikasi maka kita memiliki komitmen dalam menjalin hubungan atau
relasi dengan individu lainnya.
Contoh kecil yang bisa diambil adalah ketika kita bertemu dengan teman maka jalinlah
komunikasi dengan teman tersebut, ataupun ketika jaraknya berjauhan maka bisa dilakukan
dengan memanfaatkan gestur tubuh seperti melambaikan tangan untuk menyapa, hal tersebut
menujukkan bahwa kita memberikan atensi atau rasa peduli kepada teman. Gestur lainnya
adalah dengan memberi senyuman, kemudian dilanjut dengan kalimat sapaan. Bahkan bisa
juga dengan berjabat tangan dan menanyakan kabar. Apabila belum saling mengenal maka
kita bisa memulai perkenalan dengan memperkenalkan diri secara sopan dan ramah.
Di Jepang pada umumnya orang yang berkenalan atau berjumpa tidak saling berjabat
tangan, melainkan saling membungkukkan badan. Pada beberapa negara ada yang biasa
saling memeluk dan menempelkan pipi atau saling mencium. Ada yang saling merapatkan
tangan dan menaruhnya di dada. Ada yang saling menyentuhkan ujung jari kemudian
menariknya ke arah hidung, dan sebagainya. Ada banyak kebiasaan, tetapi tujuannya sama,
membuka komunikasi. Kita dapat memilih cara berjabat tangan yang sesuai dengan orang
yang kita hadapi. Berjabat tangan dengan teman dapat kita lakukan sambil menepuk bahu.
Kalau dengan teman yang sangat akrab kita dapat meniru "salam komando" yang sering
dipakai di kalangan militer.Kalau berjabat tangan dengan guru, disertai dengan
membungkukkan badan.Dengan orang tua, disertai cium tangan.Tanyakan keadaannya: “Apa
kabar? Di mana sekolahmu? Sehat bukan?” Jadilah orang yang perhatian, jangan bersikap
cuek. Pertanyaan sederhana tentang diri teman kita, sekolahnya, orang tuanya, dan
sebagainya. Seperti itu dapat membuka pintu komunikasi. Demikianlah, ada berbagai cara
untuk mengawali komunikasi interpersonal. Memang kelihatannya sepele, tetapi manfaatnya
sungguh sangat besar. Kita akan mendapat penilaian yang baik dari orang lain dalam
masyarakat kita.
11
empati itu dapat kita implementasikan dalam contoh komunikasi interpersonal seperti
misalnya antara seorang leader (pemimpin) dengan follower (karyawan).
Level Sikap
12
karyawan, artinya pimpinan tersebut secara
terbuka menerima
argumen/pendapat/pandangan yang
diberikan oleh karyawan.
Catatan:
Empati pada level 0-2 menunjukkan empati level rendah dimana pengakuan hanya
terjadi secara implisit atau tersembunyi.
Empati pada level 3-5 merupakan pengenalan atau respon seorang pemimpin terhadap
sudut pandang karyawan terhadap kinerja karyawan tentang kinerja perusahaan yang
diungkapkan secara eksplisit (terbuka).
13
BAB III
STUDI KASUS
Suatu survey yang dijalankan di Amerika oleh seorang ahli komunikasi yang
termuka Deborah (2006:14) memperlihatkan bahwa banyak pegawai merasa sangat
sulit sekali untuk mendapatkan perhatian dari pihak manajemen. Survey
menunjukkan sejumah penghalang besar dalam komunikasi ke atas, sehingga
karyawan tidak dapat berkomunikasi efektif dengan manajer. atau atasan. Para
karyawan umumnya mempunyai ketakutan untuk mengungkapkan perasaan yang
sebenarnya. Adanya komunikasi yang kurang baik menimbulkan kerugian.
15
penyelanggaraan seminar tersebut. Dari sekian banyak surat yang masuk, ada salah
satu sampul surat yang logo perusahaannya cukup menyolok dan menarik. Ternyata
surat tersebut berasal dari PT XYZ yang berisikan pernyataan apresiasi serta ingin
mengundang PT BCI untuk mempresentasikanlebih lanjut di perusahaannya. Hal ini
dilakukannya untuk lebih memahami tentang SIM dan berniat untuk menerapkan
SIM pada perusahaan yang dipimpinnya. Namun PT BCI belum memiliki cara yang
paling efektif untuk mempromosikan produknya agar dapat diminati oleh pelaku
bisnis yang ada diseluruh Jakarta..Demi mengembangkan bisnisnya, PT BCI perlu
mengkomunikasikan produknya bagi pasar yang potensial ini.
Identifikasi kasus:
Biasanya didalam mengidentifikasi masalah yang ada pada perusahaan ditemukan hal
sebagai berikut:
b. Belum maksimalnya penerapan teknik komunikasi yang baik dari staff marketing
perusahaan.
c. Kurangnya tenaga marketing yang handal untuk menganalisa peluang pasar bagi
perusahaan.
d. Banyaknya minat yang merupakan peluang pasar bagi perusahaan namun belum
dapat terpenuhi oleh perusahaan akibat hambatan-hambatan pada komunikasi.
f. Belum adanya brand image yang kuat dalam bentuk logo untuk memperkenalkan
perusahaan sehingga melekat dipikiran dan hati para pelanggan.
g. Kurangnya dana promosi bagi jasa yang akan dijual kepada pelanggan
16
Penyelesaian Kasus:
17
Untuk lebih optimal dalam meningkatkan kinerja perusahaan, kita perlu
menghilangkan hambatan-hambatan dalam berkomunikasi. Penyampaian pesan
secara langsung menggunakan media teknologi komunikasi yang kian canggih dapat
membantu meningkatkan efektivitas dari proses komunikasi tersebut. Untuk lebih
memiliki tingkat keyakinan terhadap kepastian penyampaian makna pada pesan
sebaiknya menggunakan media yang telah terjamin kualitasnya. Hal ini dapat
mengurangi resiko noise bagi kiriman pesan yang akan diterima oleh komunikan.
Penggunaan Video Conference untuk rapat koordinasi serta komunikasi lainnyasangat
membantu proses tersebut. Dengan Video Conference dapat dilakukan komunikasi 2
(dua) arah face to face yang menurut hasil kajian penelitian merupakan komunikasi
yang paling efektif dibandingkan komunikasi yang hanya satu arah. Kemampuan dan
keterampilan karyawan serta keinginan belajar dan beradaptasi terhadap teknologi
terkini perlu diciptakan sebagai salah satu budaya dalam organisasi perusahaan. Hal
ini sangat diperlukan dalam meningkatkan produktivitas serta mampu mengatasi
perubahan lingkungan eksternal yang dapat mempengaruhi daya saing perusahaan.
Sehingga nantinya perusahaan selalu siap dalam menghadapi perubahan situasi
persaingan baik yang berpengaruh pada aspek eksternal maupun internal perusahaan
18
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Komunikasi interpersonal adalah komunikasi antar individu yang
memungkinkan setiap individunya untuk mendapatkan feedback secara lagsung, baik
itu verbal maupun non-verbal yang bisa meliputi semua aspek komunikasi seperti:
mendengarkan, membujuk, menegaskan, bercerita, mengajak (persuasif), dan lain
sebagainya. Komunikasi interpersonal juga merupakan kegiatan atau aktivitas aktif,
karena dalam komunikasi interpersonal tidak hanya sekedar komunikasi dari
pengirim pada penerima ataupun sebaliknya, tapi komunikasi timbal balik atau
feedback antara pengirim dan penerima pesan. Komunikasi interpersonal dapat
dikatakan efektif apabila memiliki keterbukaan, empati, sikap mendukung atau
support, sikap positif, dan juga kesetaraan yang ditandai dengan hubungan
interpersonal yang baik juga. Komunikasi interpersonal dapat dikatakan gagal apabila
terdapat turunnya kadar hubungan interpersonal itu sendiri yang disebabkan oleh
adanya konflik sehingga terjadinya pemutusan relasi. Dalam berkomunikasi secara
interpersonal, kita harus memperhatikan berbagai aspek dengan maksud agar tidak
terjadi atau meminimalisir kesalahan penafsiran, ketidaknyamanan, dan munculnya
feedback negatif selama berkomunikasi.
4.2. Saran
Penyusun berharap dari makalah ini, mahasiswa yang khususnya mahasiswa
Program Studi Pendidikan Manajemen Perkantoran dapat menggunakan komunikasi
interpersonal dan mengimplementasikannya secara efektif dalam aktivitas dan
19
kehidupan sehari-hari sehingga hubungan atau relasi yang terjalin dapat tercipta
dengan baik dan dapat membantu serta mempermudah pencapaian tujuan.
20
DAFTAR PUSTAKA
Fajar, M. 2009. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek Edisi Pertama. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Silfia, Hanani. 2017. Komunikasi Antarpribadi: Teori dan Praktik. Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media.
21