Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN KEGIATAN MEMBACA

Nama : Nur Ismayanti

Niss : 7824

Kelas : XI IIS 3

A. Identitas Buku
1. Judul Buku : Laskar Pelangi
2. Pengarang : Andrea Hirata
3. Penerbit : Bentang Pustaka (Yogyakarta)
4. Tahun Terbit : 2005
5. Jenis Buku : Fiksi
6. Tebal Buku : 169

B. Hasil Kegiatan Membaca

No Bab/Bagian/Hal Informasi penting Tanggapan/Penilaian


.
1. Sepuluh Murid Baru/ 9-12 SD Muhammadiyah penuh Bu Muslimah dan pak Harfan
dengan kerisauan dan yang merupakan guru yang amat
paling risau adalah Bu Mus dan peduli dengan anak-anak di
Pak Harfan.Guru-guru yang sekolah Muhammadiyah,
sederhana ini berada dalam mereka memikirkan jika sekolah
situasi genting karena itu di tutup maka Anak-anak
Pengawas Sekolah dari tidak bisa mendapatkan
Depdikbud Sumsel telah pendidikan.
memperingatkan bahwa jika SD
Muhammadiyah hanya
mendapat murid baru kurang
dari sepuluh orang maka
sekolah paling tua di Belitong ini
harus ditutup.
2. Antediluvium/13-16 selama turun temurun keluarga Kemiskinan bukankah alasan
laki-laki cemara angin itu tak kita tidak bisa mendapatkan
mampu terangkat dari endemik sebuah Pendidikan tak mesti
kemiskinan komunitas Melayu orang kaya yang Bisa
yang menjadi nelayan. Tahun ini mendapatkannya selama kita
beliau menginginkan perubahan berniat dan ingin Berusaha
dan ia memutuskan anak laki- maka masih banyak Cara kita
laki tertuanya Lintang, tak akan bisa menempuh pendidikan.
menjadi seperti dirinya. Lintang Kita juga bisa merubah
akan duduk di samping pria kehidupan dan mengangkat
kecil berambut ikal yaitu derajat orang tua yang berharap
aku,dan ia akan sekolah di sini kita bisa menjadi Orang yang
lalu pulang pergi setiap hari naik sukses.Kita harus tetap
sepeda. Jika panggilan nasibnya semangat meski apapun
memang harus menjadi nelayan jalannya.
maka biarkan jalan kerikil batu
merah empat puluh kilometer
mematahkan semangatnya.
3. Inisiasi/ 17-22 Sekolah Muhammadiyah tak Seharusnya para pejabat,
pernah dikunjungi pejabat, pengawas sekolah dan anggota
penjual kaligrafi, Pengawas dewan harus berkunjung ke
sekolah, apalagi anggota sekolah Muhammadiyah untuk
dewan. Yang rutin berkunjung melihat bagaimana seharusnya
hanyalah seorang pria Yang ilmu pengetahuan ditransfer
berpakaian seperti ninja. Di dan bagaimana anak-anak kecil
punggungnya tergantung dididik secara ilmiah dan juga
sebuah tabung aluminium Besar bisa mengetahui keadaan
dengan selang yang menjalar ke sekolah itu yang sangat mirip
sana kemari. Ia seperti akan dengan gudang Kopra.Tiang-
berangkat ke bulan.Pria ini tiang kayunya yang sudah tua
adalah utusan dari dinas tak tegak menahan atap sirap
kesehatan yang menyemprot yang berat.Sekiranya para
sarang nyamuk dengan DDT. pejabat dan anggota dewan
Ketika asap putih tebal bisa membantu fasilitas sekolah
mengepul seperti kebakaran tersebut terutama alat-alat
hebat, kami pun bersorak-Sorak bangunan agar sekolah itu
kegirangan. bisa kelihatan lebih layak
ditempati.
4. Perempuan-Perempuan Bu Mus, hanya memiliki Bu Mus, memang benar-benar
Perkasa/23-24 selembar ijazah SKP namun perempuan yang perkasa yang
beliau bertekad melanjutkan patut ditiru perjuangan yang
cita-cita ayahnya,pelopor begitu besar yang dilakukan Dia
sekolah Muhammadiyah di yang rela mengalami kesulitan
Belitong untuk terus dalam hidupnya demi
mengobarkan pendidikan Islam. mengobarkan pendidikan Islam
Tekad itu memberinya kesulitan yang rela diupah beras 15 kilo
hidup yang tak terkira, karena perbulan dan dia juga sebagai
kami kekurangan guru lagi pula tulang punggung untuk
siapa yang rela diupah beras 15 menopang hidupnya beserta
kilo setiap bulan? Maka selama adiknya.
enam tahun di SD
Muhammadiyah, beliau sendiri
yang mengajar semua mata
pelajaran setelah seharian
mengajar, beliau melanjutkan
bekerja menerima jahitan
sampai malam untuk mencari
nafkah,menopang hidup dirinya
dan adik-adinya.
5. The tower of Babel /24-30 Belitong dalam batas kuasa Ditanah milik mereka sendiri
eksklusif PN Timah adalah kota Rakyat harus hidup miskin
praja Konstantinopel yang Ditanah yang kaya akan timah,
makmur. PN adalah penguasa Malah perusahaan yang
tunggal Pulau Belitong yang mengelola menjadi kaya yang
termasyhur di seluruh negeri menikmati hasilnya hanya
sebagai Pulau Timah. Nama itu kaum yang tinggal di gedong.
tercetak di setiap buku geografi Sedangkan para buruh tidak
atau buku Himpunan Menikmati pada masa
Pengetahuan Umum pustaka penjajahan Belanda.
wajib sekolah dasar PN amat
kaya. Ia punya jalan raya,
jembatan, pelabuhan, real
estate, bendungan, dok kapal,
sarana telekomunikasi, air,
listrik, rumah sakit, sarana
olahraga termasuk beberapa
padang golf, kelengkapan
sarana hiburan, dan sekolah-
sekolah. PN menjadikan
Belitong sebuah pulau kecil
seumpama desa perusahaan
dengan aset triliunan rupiah.
6. Gedong 31-34 Gedong lebih seperti sebuah penulis menggambarkan
kota satelit yang dijaga ketat tentang Gedong. Gedong
oleh para Polsus (Polisi Khusus) merupakan kawasan ekslusif,
Timah. Jika ada yang lancang tempat tinggal petinggi PN yang
masuk maka koboi-koboi tengik disebut orang staf.
itu akan menyergap,
mengintergoasi, lalu interogasi
akan ditutup dengan
mengingatkan sang tangkapan
pada tulisan “DILARANG MASUK
BAGI YANG TIDAK MEMILIKI
HAK” yang bertaburan secara
mencolok pada berbagai akses
dan fasilitas di sana, sebuah
power statement tipikal
kompeni.
7. Zoom out /35-38 jika di-zoom out, kampung kami penulis menggambarkan
adalah kampung terkaya di tentang -tentang kehidupan
Indonesia.Inilah kampung komunitas Melayu Belitong.
tambang yang menghasilkan
timah dengan harga segenggam
lebih mahal puluhan kali lipat
dibanding segantang padi.
Triliunan rupiah aset tertanam
di sana,miliaran rupiah uang
berputar sangat cepat seperti
putaran mesin parut, dan
miliaran dolar devisa mengalir
deras seperti kawanan tikus
terpanggil pemain seruling ajaib
Der Rattenfanger von Hameln.
Namun jika di-zoom in,
kekayaan itu terperangkap di
satu tempat, ia tertimbun di
dalam batas tembok-tembok
tinggi Gedong.
8. Center of excellence/39-41 Sekolah PN merupakan center Diperlihatkan kepada pembaca
of excellence atau tempat bagi bagaimana mewahnya
semua hal yang terbaik. Sekolah pendidikan ditempat tersebut.
ini demikian kaya raya karena
didukung sepenuhnya oleh PN
Timah, sebuah korporasi yang
kelebihan duit. Institusi
pendidikan yang sangat modern
ini lebih tepat disebut
percontohan bagaimana
seharusnya generasi muda
dibina. Gedung-gedung sekolah
PN didesain dengan arsitektur
yang tak kalah indahnya dengan
rumah bergaya Victoria di
sekitarnya.
9. Penyakit Gila No.5/42-57 Pohon filicium itu Ia saksi bagi Dalam mendeskripsikan tentang
drama masa kecil kami. Di masa kecil anak-anak, Penulis
dahannya kami membuat bisa membuat para pembaca
rumah-rumahan. Di balik menikmati buku tersebut.
daunnya kami bersembunyi jika
bolos pelajaran
kewarganegaraan. Di batang
pohonnya kami menuliskan janji
setia persahabatan dan
mengukir nama-nama kecil
kami dengan pisau lipat. Di
akarnya yang menonjol kami
duduk berkeliling mendengar
kisah Bu Mus tentang
petualangan Hang Jebat, dan di
bawah keteduhan daunnya
yang rindang kami bermain
lompat kodok, berlatih
sandiwara Romeo dan Juliet,
tertawa, menangis, bernyanyi,
belajar, dan bertengkar.
10. Bodenga/58-67 Lintang memang tak memiliki Lintang adalah seorang anak
pengalaman emosional dengan pemberani, perjuangannya yang
Bodenga seperti yang aku alami, begitu besar yang rela dihadang
tapi bukan baru sekali itu ia buaya dalam perjalanan ke
dihadang buaya dalam sekolah dapat dikatakan dia
perjalanan ke sekolah. Dapat mempertaruhkan nyawanya
dikatakan tak jarang Lintang Demi menempuh pendidikan
mempertaruhkan nyawa demi dan dia tidak pernah mengeluh
menempuh pendidikan, namun jalan yang tergenang air,ban
tak sehari pun ia pernah bolos. sepeda yang bocor, dengan
Delapan puluh kilometer pulang petir yang menyambar-nyambar
pergi ditempuhnya dengan .Karena dia tau bertapa
sepeda setiap hari. Tak pernah pentingnya pendidikan sosok
mengeluh. Jika kegiatan sekolah seperti lintang yang patut
berlangsung sampai sore, ia dicontoh yang tak pernah
akan tiba malam hari di mengenal lelah ataupun
rumahnya. Sering aku merasa mengeluh melainkan dia tetap
ngeri membayangkan semangat meskipun keadaan
perjalanannya. menghantam habis-habisan.

11. Langit ketujuh/68-80 Tuhan menakdirkan orang- Lintang adalah murid yang
orang tertentu untuk memiliki dianugerahi bakat jenius tidak
hati yang terang agar dapat hanya dalam berhitung, namun
memberi pencerahan pada juga kemampuan verbal dan
sekelilingnya. Dan di malam linguistik yang bagus,cara
yang tua dulu ketika Copernicus berpikir yang berwawasan luas.
dan Lucretius duduk di samping Meskipun begitu dia tetap
Lintang, ketika angka-angka dan rendah hati dan senang
huruf menjelma menjadi membagi ilmunya.
kunang-kunang yang berkelap-
kelip, saat itu Tuhan
menyemaikan biji zarah
kecerdasan, zarah yang jatuh
dari langit dan menghantam
kening Lintang. Sejak hari
perkenalan dulu aku sudah
terkagum-kagum pada Lintang.
Anak pengumpul kerang ini
pintar sekali. Matanya menyala-
nyala memancarkan inteligensi,
keingintahuan menguasai
dirinya seperti orang
kesurupan. Jarinya tak pernah
berhenti mengacung tanda ia
bisa menjawab.
12. Mahar/81-88 di siang yang panas Bakat adalah hal yang
menggelegak ini, ketika misterius,tidak otomatis timbul
pelajaran seni suara, di salah namun harus ditemukan.
satu sudut kumuh perguran
miskin Muhammadiyah, kami
menjadi saksi bagaimana nasib
menemukan bakat Mahar.
Mulanya Bu Mus meminta A
Kiong maju ke depan kelas
untuk menyanyikan sebuah
lagu, dan seperti diduga hal ini
sudah delapan belas kali
terjadi ia akan membawakan
lagu yang sama yaitu
Berkibarlah Benderaku karya
Ibu Sud.
13. Jam Tangan Plastik Lintang dan Mahar seperti Mahar adalah penyeimbang
Murahan/89-98 Faraday kecil dan Warhol Kejeniusan lintang dikelas,
mungil dalam satu kelas, atau lintang dengan otak kirinya dan
laksana Thomas Alva Edison mahar dengan otak
muda dan Rabindranath Tagore kanannya.Lintang dan mahar
junior yang berkumpul. bergantian memukau temannya
Keduanya penuh inovasi dan dengan ajaran mereka,dan
kejutan-kejutan kreativitas penemuan mereka serta
dalam bidangnya masing- pertunjukan
masing. Tanpa mereka, kelas Yang mereka sajikan.
kami tak lebih dari sekumpulan
kuli tambang melarat yang
mencoba belajar tulis rangkai
indah di atas kertas bergaris
tiga.

14. Orang-orang Sawang/99-103 Kami sangat menyukai pelangi. Mahar bercerita bahwa pelangi
Bagi kami pelangi adalah lukisan adalah lorong waktu dan
alam, sketsa Tuhan yang mereka senang memandangi
mengandung daya tarik pelangi karena kekaguman
mencengangkan. Tak tahu siapa mereka bersepuluh maka bu
di antara kami yang pertama mus menamai Mereka sebagai
kali memulai hobi ini, tapi jika laskar pelangi.
musim hujan tiba kami tak
sabar menunggu kehadiran
lukisan langit menakjubkan itu.
Karena kegemaran kolektif
terhadap pelangi maka Bu Mus
menamai kelompok kami Laskar
Pelangi.
15. Euforia Musim hujan/104-108 Hujan di Belitong selalu lama Penulis sangat memberikan
dan sejadi-jadinya seperti air kesan kepada pembaca,
bah tumpah ruah dari langit, mengingatkan kembali akan
dan semakin lebat hujan itu, masa kecil tatkala hujan datang,
semakin gempar guruh dan bermain dengan teman-
menggelegar, semakin kencang teman dibawah air hujan.
angin mengaduk-aduk
kampung, semakin dahsyat
petir sambar-menyambar,
semakin giranglah hati kami.
Kami biarkan hujan yang deras
mengguyur tubuh kami yang
kumal. Ancaman dibabat rotan
oleh orangtua kami anggap sepi
16. Puisi Surga Dan Rawanan Nama burung pelintang pulau Masing-masing daerah memiliki
Burung pelintang Pulau/109- selalu menarik perhatian siapa mitos tersendiri yang diyakini
117 saja, di mana saja,terutama di oleh orang-orang. Walaupun
pesisir. Sebagian orang malah terdengar aneh dan sulit
menganggap burung ini dimengerti tetapi sangat
semacam makhluk gaib. Nama penting bagi masyarakat.
burung ini mampu
menggetarkan nurani orang-
orang pesisir sehubungan
dengan nilai-nilai mitos dan
pesan yang dibawanya.
17. Ada Cinta Di Toko Kelontong Tubuh Syahdan yang kecil Tokoh Syahdan sangat lucu juga
Bobrok itu/118-133 terlonjak-lonjak di atas batang membuat pembaca merasa
sepeda laki punya Pak Harfan kasihan karena sepeda
saat ia bersusah payah kebesaran dengan bebannya
mengayuh pedal. Sepeda itu yang berat. Sedikitnya
terlalu besar untuknya sehingga mengingatkan akan masa kecil
tampak seperti kendaraana sewaktu pertama kali bisa naik
yang tak bisa ia kuasai, apalagi sepeda.
dibebani tubuhku di tempat
duduk belakang. Namun, ia
bertekad terus mengayuh
sekuat tenaga. Siapa pun yang
melihat pemandangan itu pasti
prihatin sekaligus tertawa. Tapi
suasana hatiku sedang tidak
peka untuk segala bentuk
komedi. Aku duduk di belakang,
tak acuh pada
kesusahannya.
18. Moran/134-142 Pak Harfan, yang berjiwa Apa yang dikatakan oleh tokoh
demokratis, mengadakan rapat Pak Harfan sangat benar, anak-
terbuka di bawah pohon anak serta pengajar haruslah
fillicium. Rapat ini melibatkan bangga dengan sekolah yang
seluruh guru dan murid dan mengedepankan nilai religi
Mujis.Beliau diserang bertubi- tersebut.
tubi oleh para guru yang tak
setuju ikut karnaval, tapi beliau
dan Bu Mus berpendirian
sebaliknya. Suasana memanas.
Kami terjebak di tengah.
“Karnaval ini adalah satu-
satunya cara untuk
menunjukkan kepada dunia
bahwa sekolah kita ini masih
eksis di muka bumi ini. Sekolah
kita ini adalah sekolah Islam
yang mengedepankan
pengajaran nilai-nilai religi, kita
harus bangga dengan hal itu!”
19. Sebuah Kejahatan Demikianlah karnaval kami Setiap anak haruslah memiliki
terencana/143-153 seetiap tahun. Tak cita-cita agar mereka dapat
melambangkan cita-cita. semangat dalam belajar,
Mungkin karena kami tak berani walaupun keadaan ekonomi
bercita-cita. Setiap siswa yang tak memadai dalam
disarankan memakai pakaian melanjutkan pendidikan juga
profesi orang tua karena kami profesi orang tua yang hanyalah
tak punya biaya untuk petani atau bahkan
membuat atau menyewa baju pengangguran bukan alasan
karnaval. untuk memadamkan semangat
Semuanya adalah wakil profesi dalam mengubah kehidupan
kaum marginal. Maka dalam hal menjadi lebih baik.
ini Kucai juga berpakaian rapi
seperti Harun dan ia melambai-
lambaikan sepucuk kartu
pensiun kepada para penonton
sebab ayahnya adalah
pensiunan. Sedangkan
beberapa adik kelasku
terpaksa tidak bisa mengikuti
karnaval karena ayahnya
pengangguran.
20. Miang sui/154-169 Aku tak dapat menggambarkan penulis menggambarkan
perasaanku bahwa A Ling seseorang yang suasana hatinya
adalah sepupu A Kiong yang sangat rindu. Ia
membuatku bersemangat merindukan gadis penjual kapur
sekaligus waswas. Kami giring A tulis yang sangat dikaguminya.
Kiong menuju kebun bunga
sekolah dan kami duduk di
bangku kecil. A Kiong menyimak
dengan saksama ceritaku tapi ia
tak bereaksi apa-apun, tak ada
sedikit pun perubahan air
mukanya, ia tidak mengerti apa
maksud pembicaraan kami. Ia
mengernyitkan dahinya.

Senin,07 November 2022

Siswa Guru Mapel

Karmila Baharuddin, S.pd. M.pd

Anda mungkin juga menyukai