Anda di halaman 1dari 58

PROPOSAL SKRIPSI

PENGARUH LATIHAN SHUTTLE RUN DAN ZIG-ZAG RUN

TERHADAP KEMAMPUAN DRIBBLING BOLA PEMAIN SEPAKBOLA

GALESONG MUDA

SYULKIFLI

1932041043

PENDIDIKAN KEPELATIHAN OLAHRAGA

FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

2023
HALAMAN PENGESAHAN PROPOSAL PENELITIAN
JUDUL SKRIPSI

JENIS PENELITIAN : EKSPERIMEN


NAMA : SYULKIFLI
NIM : 1932041043
JURUSAN : PENDIDIKAN KEPELATIHAN OLAHRAGA
FAKULTAS : ILMU KEOLAHRAGAAN

Makassar, 17 Februari 2023

Disetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Ahmad Rum Bismar, M.Pd Dr. Muh. Said Hasan, S.Pd, M.Kes
NIP. 196610301992031003 NIP. 197511132005011002

Mengetahui,
Ketua Jurusan
Pendidikan Kepelatihan Olahraga

Dr. H. Nukhrawi Nawir., M.Kes., AIFO.


NIP. 1962061019870210

i
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN PROPOSAL PENELITIAN................................i


DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar belakang...............................................................................................1
B. Rumusan masalah.........................................................................................4
C. Tujuan penelitian...........................................................................................4
D. Manfaat penelitian.........................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................6
A. Kajian teori....................................................................................................6
B. Kerangka pikir............................................................................................33
C. Hipotesis......................................................................................................34
BAB III METODE PENELITIAN........................................................................35
A. Jenis penelitian............................................................................................35
B. Waktu dan Tempat Penelitian.....................................................................35
C. Desain Penelitian.........................................................................................36
D. Populasi dan Sampel...................................................................................37
E. Definisi Operasional Variabel.....................................................................38
F. Teknik Pengumpulan Data..........................................................................39
G. Program Latihan..........................................................................................44
H. Teknik Analisis Data...................................................................................50
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................52

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Sepak bola merupakan cabang olahraga yang sudah memasyarakat, baik

sebagai hiburan, mulai dari latihan peningkatan kondisi tubuh atau sebagai

prestasi untuk membela desa, daerah dan negara. Sepak bola yang sudah

memasyarakat itu merupakan gambaran persepakbolaan diindonesia khususnya

negara maju pada umumnya. Permainan sepakbola adalah suatu permainan yang

menuntut adanya kerja sama yang baik dan rapi. Sepakbola merupakan permainan

tim, oleh karena itu kerja sama tim merupakan kebutuhan permainan sepakbola

yang harus dipenuhi oleh setiap kesebelasan yang menginginkan kemenangan.

Kemenangan dalam permainan sepakbola hanya akan diraih dengan melalui kerja

sama dari tim tersebut. Kemenangan tidak dapat diraih secara perseorangan dalam

permainan tim, di samping itu setiap individu atau pemain harus memiliki kondisi

fisik yang bagus, teknik dasar yang baik dan mental bertanding yang baik pula.

Sepak bola modern dikembangkan oleh bangsa Inggris. Sehingga tak heran

jika ada istilah "football is coming home" di negara dengan ibu kota

London tersebut Secara teknik, dalam permainan sepak bola modern seorang

pemain harus dapat melakukan mengecoh lawan. Tidak sekadar umpan-

umpan belaka. Sepak bola modern terus berkembang hingga penggunaan

teknologi termasuk penggunaan sensor garis gawang, alat komunikasi wasit,

1
hingga video assistan referee (VAR). Kemajuan dan perkembangan tersebut

dapat dilihat dalam

2
2

siaran langsung pertandingan perebutan piala Eropa, penyisihan Pra Piala Dunia

oleh tim-tim kesebelasan Eropa maupun Amerika Latin.

Mengemukakan bahwa teknik dalam permainan sepakbola meliputi 2

macam teknik yaitu : teknik dengan bola dan tanpa bola. Dalam permainan

sepakbola terdapat beberapa teknik dasar yang harus dikuasai, di antaranya

menendang bola, menghentikan bola, mengontrol bola, gerak tipu, tackling,

lemparan ke dalam dan teknik menjaga gawang. Salah satu faktor yang

mempengaruhi tinggi rendahnya prestasi seseorang pemain sepakbola adalah

penguasaan teknik dasar sepakbola yang baik dan benar. Salah satu teknik dasar

teknik dasar sepakbola yang sangat penting untuk dikuasai oleh setiap pemain

sepakbola adalah teknik dribbling. Dribbling merupakan teknik dasar yang sangat

penting dan harus dikuasai oleh setiap pemain sepakbola. Dribbling sangat

penting dalam permainan sepakbola di mana dribbling merupakan lanjutan dari

suatu penyerangan ke pihak lawan.

Dalam upaya peningkatan prestasi para pemain sepakbola. Latihan adalah

salah satu faktor yang sangat menentukan dalam pencapaian prestasi. Bentuk

latihan yang di pilih juga akan sangat menentukan dalam mencapai target latihan

yang diinginkan. Seperti halnya untuk meningkatkan kemampuan dribbling

banyak latihan yang bisa dipergunakan seperti : shuttle run, zig-zag run, dogding

run, dan wind sprint. Dari sekian banyak bentuk latihan untuk meningkatkan

kemampuan dribbling terdapat dua bentuk latihan yang sangat sederhana yaitu

latihan shuttle run dan zig-zag. Shuttle run dan zig-zag run adalah suatu model

latihan atau bentuk latihan fisik untuk meningkatkan kemampuan dribbling.


3

Menurut Mielke (2007) “Dribbling merupakan keterampilan dasar dalam

sepakbola karena semua pemain harus mampu menguasai bola saat sedang

bergerak, berdiri atau bersiap melakukan operan dan tembakan. Menurut Zalfendi

(2010) dribbling merupakan teknik dalam usaha membawa bola dari satu daerah

ke daerah yang lain pada saat permainan sedang berlangsung. Adapun teknik

dasar yang digunakan dalam permainan sepakbola di antaranya adalah teknik

dasar menggiring bola.

Berdasarkan kenyataan di atas tersebut peneliti merasa pentingnya

meningkatkan kemampuan dribbling pemain Galesong muda. Karena sepanjang

peneliti dalam beberapa pertandingan pemain galesong muda sering mengalami

kekalahan. Hal ini dibuktikan dengan masih rendahnya kemampuan dribbling

pemain di saat melakukan dribbling. Selain itu bola sering hilang atau pemain

sering gagal menghadapi lawan yang menghadangnya. Lawan dapat menutup

daerah pertahanannya karena keterlambatan untuk melakukan penetrasi dan bola

sering hilang saat teman siap untuk menerima bola.

Bertolak dari hal di atas, perlu kiranya dicarikan solusi untuk mengatasi

permasalahan yang terjadi di Galesong muda dan salah satunya dapat dilakukan

melalui sebuah penelitian. Oleh sebab itu, peneliti tertarik melakukan penelitian

dengan judul “Pengaruh latihan shuttle run dan zig-zag run terhadap kemampuan

dribbling bola pemain sepakbola galesong muda”. Diharapkan dari hasil

penelitian ini bisa dilahirkan suatu simpulan yang dijadikan langkah antisipasi

bagi peningkatan prestasi olahraga sepakbola di Galesong muda untuk ke

depannya.
4

B. Rumusan masalah

Berdasarkan pembahasan masalah di atas, maka dalam penelitian ini dapat

di rumuskan sebagai berikut :

1. Apakah ada pengaruh latihan shuttle run terhadap kemampuan

dribbling bola pada pemain sepakbola Galesong Muda?

2. Apakah ada pengaruh latihan zig-zag run terhadap kemampuan

dribbling bola pada pemain sepakbola Galesong Muda?

3. Apakah ada perbedaan pengaruh antara latihan shuttle run dan zig-zag

run terhadap kemampuan dribbling bola pada pemain sepakbola

Gelsong Muda?

C. Tujuan penelitian

Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan di atas, penelitian ini

mempunyai tujuan untuk mengetahui :

1. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh latihan shuttle run terhadap

kemampuan dribbling bola pada pemain sepakbola Galesong Muda.

2. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh latihan zig-zag run terhadap

kemampuan dribbling bola pada pemain sepakbola Galesong Muda.

3. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan pengaruh antara latihan shuttle

run dan zig-zag run terhadap kemampuan dribbling bola pada pemain

sepakbola Galesong Muda.


5

D. Manfaat penelitian

Secara umum penelitian ini di harapkan dapat memberikan manfaat bagi

pengembangan ilmu pengetahuan. Adapun kegunaan dari penulisan penelitian ini

adalah :

a. Secara Teoritis

Metode latihan shuttle run dan zig-zag run dapat dibuktikan secara ilmiah

untuk meningkatkan kelincahan menggiring bola (dribbling) pemain sepak bola,

sehingga dari kedua metode latihan tersebut dapat diketahui metode latihan mana

yang lebih efektif digunakan untuk meningkatkan kelincahan menggiring bola

(dribbling).

b. Secara Praktis

Dapat digunakan sebagai bahan masukan dan referensi bagi para pelatih

sepak bola untuk lebih teliti dan selektif dalam menentukan metode latihan yang

digunakan untuk meningkatkan kualitas fisik dan teknik pemain sepak bola

khususnya kelincahan menggiring bola (dribbling).


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian teori

1. Sepakbola

Olahraga sepakbola dalam waktu beberapa puluh tahun belakangan ini

menjadi sangat populer sekali baik di luar negeri maupun di tanah air. Teknik dan

taktik sepak bola di pelajari secara mendalam dan cermat sehingga orang sudah

menyebut “ilmiah sepak bola”

Ini memang benar, kita sering melihat pemain-pemain sepak bola dari luar

negeri yang bermain dengan sangat mahir dengan teknik yang tinggi dan

sempurna, pengoperan bola dengan cara matematika, sehingga kata-kata ilmiah

sepak bola itu pada tempatnya dan juga di tanah air permainan sepakbola telah

menjadi sangat terkenal sekali. Di kota-kota besar, di desa-desa, di kampung-

kampung dan tidak jarang di lapangan-lapangan yang kecil, di sawah-sawah kita

bisa melihat anak-anak, remaja dan bahkan orang tua yang tekun bermain sepak

bola. Teknik permainan sepak bola di Indonesia sedang meningkat sejalan dengan

kemajuan persepakbolaan dunia. Sepak bola di Indonesia sudah di akui sebagai

olahraga “Nasional”.

Persepakbolaan Indonesia mulai berkembang atau modern dibawa oleh

bangsa belanda pada waktu menjajah Indonesia pada tahun 1920. Perkembangan

awalnya, terbatas pada orang-orang belanda saja, terutama di kota-kota besar.

Lambat laun berkembang dan dimainkan bangsa pribumi hingga ke kota kecil.

6
7

Organisasi pertama sepak bola Indonesia adalah Nederland Indisce voetbal Bond

[(NIVB) yang didirikan oleh orang-orang Belanda.

Pada tanggal 19 April 1930 berkumpulah utusan-utusan masing-masing

Bond untuk mendirikan organisasi seluruh Indonesia, maka berdirilah Persatuan

Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI), dan yang menjadi ketua pertamanya adalah

Ir. Suratin pada tahun 1931. Untuk menghormati jasa-jasa Ir. Suratin terhadap

persepakbolaan di tanah air, maka pada tahun 1966 hingga sekarang diadakan

kejuaraan tingkat remaja-remaja (yunior) untuk memperebutkan piala Suratin.

Dalam permainan sepak bola ada aturan-aturan resmi yang sudah di

tetapkan oleh induk organisasi sepak bola dunia (FIFA). Beberapa di antaranya

menurut (Lukman Yudianto 2009:7) yaitu :

a) Ukuran lapangan

- Panjang lapangan : 100 m -110 m

- Lebar lapangan : 64 m – 75 m

- Panjang daerah kotak penalti : 40,32 m

- Lebar daerah kotak penalti : 16,5 m

- Panjang daerah gawang :18,32 m

- Lebar daerah gawang : 5,5 m

- Tinggi mistar gawang :2,44 m

- Lebar mistar gawang :7,32 m

- Garis lingkaran tengah lapangan :9,15 m

- Titik penalti :11 m


8

- Berat bola :396-453 gram

Gambar 1. Lapangan sepak bola

(sumber Lukman Yudianto, 2009:9)

b) Istilah-istilah umum permainan sepak bola

Menurut Lukman Yudianto (2009:10) sebagai berikut:

- Jumlah pemain

- Waktu/lama pertandingan

- Permulaan permainan

- Offside

- Tendangan bebas

- Tendangan penalti

- HandbBall

- Lemparan kedalam (throw in)

- Pemilihan tempat pertandingan

- Pelanggaran

- Fairplay
9

- Wasit

- Hukuman atau kartu

c) Bentuk-bentuk pelanggaran

Dalam permainan sepak bola ini ada beberapa hal yang dikategorikan

sebagai pelanggaran yang berisiko (mengandung hukuman). Di antara bentuk-

bentuk pelanggaran yang ada hukumannya ialah sebagai berikut:

- Menyepak atau mencoba menyepak seorang lawan

- Menjegal seorang lawan yang menjatuhkan atau mencoba

menjatuhkannya dengan mempergunakan kaki dengan membengkokkan

badan di depan atau belakang.

- Melompat pada seorang lawan

- Menyerang seorang lawan secara kasar atau berbahaya

- Menyerang seorang lawan dari belakang jika ia menghalangi.

- Memukul atau mencoba memukul seorang lawan dan meludahi

- Memegang seorang lawan.

- Memegang bola, yakni membawa, memukul atau mendorong bola

dengan tangan atau lengan ( hal ini tidak berlaku untuk penjaga gawang

yang ada di dalam daerah kotak penalti).

a. Teknik umum permainan sepak bola

Ada beberapa teknik yang harus dikuasai oleh seseorang jika ingin menjadi

pemain sepak bola yang terampil. Secara khusus mengenai teknik permainan

sepak bola dikemukakan oleh Ismail Tola (2007:38) bahwa “yang dimaksud
10

dalam teknik permainan sepak bola adalah semua gerakan dengan atau tanpa bola

yang berguna dalam permainan”.

Teknik tanpa bola bertujuan untuk meningkatkan kemampuan fisik atau

kondisi fisik secara optimal dan mendasar agar dapat lebih cepat menguasai teknik

dasar lainnya. Teknik ini meliputi unsur-unsur teknik gerak badan, sebagaimana

yang dikemukakan (Ismail Tola 2007:39) ada tiga macam yaitu:

1) Lari

a. Langkah pendek, tidak seperti atletik melangkah sejauh mungkin

b. Titik berat badan selalu dekat pada tangan

c. Gerakan tangan tidak seperti pelari cepat (sprinter)

d. Otot-otot ketika sedang lari tidak serileks seperti seorang sprinter.

e. Pada permulaan lari (start) sudah lari dengan kecepatan maksimum

untuk dapat mencapai bola secepatnya.

2) Melompat

Untuk mendapatkan/memperebutkan bola tinggi pemain harus

dapat melompat sedang awalan atau tanpa lawan. Melompat dengan

satu atau dua kaki tergantung pada situasi dalam permainan.

Melompat dengan dua kaki, tetap pada waktu berlari bertumpu dengan

satu kaki (pakai awalan)

3) Gerak tipu

Dilakukan tanpa bola, misalnya gerak tipu dengan mengubah arah

lari, gerak tipu yang dilakukan pemain belakang yang merebut bola
11

dengan kaki lawan, gerak tipu yang dilakukan oleh penjaga gawang

yang akan menangkap tendangan lawan.

Mengenai teknik dengan bola dalam permainan sepak bola merupakan hal

yang pokok karena seorang pemain sepak bola dituntut untuk menguasai bola,

baik secara individu maupun dalam kerja sama tim. Mengenai teknik dengan bola,

menurut Ismail Tola (2007:40) terbagi dalam delapan macam bagian yaitu:

1) Menendang (kicking)

Menendang bola adalah salah satu bagian teknik yang terpenting di dalam

permainan sepak bola. Dengan tendangan kerja sama dapat dilakukan oleh

penyerang dan pertahanan.

Gambar Menendang bola


(sumber : opikteles.blogspot.co.id/2015/11/))
2) Menahan bola (ballcontrol)

Yang dimaksud dengan menahan bola adalah untuk teknik yang digunakan

pemain untuk menahan bola, baik bola menggelinding maupun bola melayang.

Dengan ball kontrol yang baik, tempo permainan dapat di percepat dan di
12

perlambat, untuk teknik ini di perlukan dari pemain penguasaan bola (ball felling)

dam kecepatan gerak fisik.

Gambar menahan bola


(sumber : opikteles.blogspot.co.id/2015/11/)

3) Menggiring bola (dribbling)

Menggiring (dribbling) ialah membawa bola dalam kontrol sambil berlari.

Berarti bola tetap berada dalam penguasaan (bola berada di depan kaki) dan dalam

penguasaan untuk dimainkan.

Gambar menggiring bola


(sumber : opikteles.blogspot.co.id/2015/11/ )
13

4) Menyundul bola (heading)

Dilakukan awalan atau tanpa awalan. Jika dengan awalan sebaiknya

dilakukan dengan satu kaki, tanpa awalan sebaiknya dilakukan dengan dua kaki

untuk tumpuan. Dengan demikian pemain dapat menyundul bola ke samping, ke

depan dan ke belakang. Kadang menyundul bola dilakukan dengan terbang

(melayang di udara) apabila bola datangnya rendah harus melihat situasi karena

resikonya berbahaya.

Gambar menyundul bola


(sumber : opikteles.blogspot.co.id/2015/11/))
5) Gerak tipu (feint)

Gerak tipu adalah sangatlah penting dalam pertandingan, disebabkan

penjagaan satu lawan satu. Artinya satu penyerang dijaga ketak oleh seorang

pemain belakang kemampuan baliknya. Dengan demikian daerah dimuka gawang

semakin sempit, sebab itu pemain-pemain depan harus mahir melakukan gerak

tipu dan yang lebih penting lagi adalah teknik dan taktik harus selalu dihubungkan
14

dengan gerak tipu. Perkiraan gerak tipu dapat membawa lawan pada gerakan atau

posisi yang salah.

6) Merebut bola (tackling)

Tackling atau tackle adalah salah satu istilah yang sangat populer dalam

permainan sepak bola. Tackle atau disebut dengan tekel dalam bahasa Indonesia

termasuk ke dalam teknik dasar lanjutan sepakbola.

Dalam sebuah pertandingan sepak bola, tim yang sedang bertahan akan

berupaya mencegah lawan mencetak gol. Cara yang dapat digunakan untuk

mencegah pemain mencetak gol adalah merebut bola. Merampas atau merebut

bola merupakan salah satu teknik dasar dalam permainan sepak bola. Istilah

merampas bola dalam permainan sepak bola adalah tackling atau tekel.

Gambar merebut bola


(sumber : opikteles.blogspot.co.id/2015/11/))

7) Lemparan ke dalam (throw-in)

Lemparan ke dalam (throw-in) dilakukan pada saat bola meninggalkan garis

pinggir lapangan jadi seorang pemain melempar bola masuk lapangan dengan cara
15

badan tegak tidak miring dan tidak mengangkat kaki atau melompat pada saat

melakukan lemparan.

Gambar throw-in
(sumber : opikteles.blogspot.co.id/2015/11/))
8) Penjaga gawang (goalkeeper)

Tugas utama penjaga gawang adalah menangkap bola yang ditendang ke

gawang dan memimpin pemain belakang lainnya.

Gambar penjaga gawang


(sumber : opikteles.blogspot.co.id/2015/11/))

2. Hakikat Menggiring Bola (Dribbling)

A. pengertian dribbling dalam permainan sepakbola

Permainan sepakbola merupakan permainan yang dilakukan dalam lapangan

yang cukup luas. Cara menjelajahi lapangan dengan membawa bola adalah
16

dengan cara melakukan teknik menggiring. Nugraha (2016:93) menjelaskan

menggiring atau menggocek bola yang baik adalah mempertahankan bola tetap

berada di kaki dan tetap dalam kendali ketika melewati lawan. Gunakan kedua sisi

kaki untuk membawa bola atau memperlambat laju bola dengan menggunakan sol

sepatu. Menggocek bola bukan hanya soal kecepatan saja namun harus mengubah

kecepatan dan arahnya.

Dribbling memerlukan keterampilan dan dukungan dari unsur-unsur kondisi

fisik yang baik, seperti kecepatan dapat memberikan kemampuan gerak lebih

cepat (kurniawan,2016).

Menurut Joseph (2012:47) dribbling bola dalam sepak bola memiliki fungsi

yang sama dengan bola basket yaitu memungkinkan anda untuk mempertahankan

bola saat berlari melintasi lawan atau maju ke ruang yang terbuka.

Miekel (2003:1) Menggiring bola/dribbling adalah suatu keterampilan dasar

dalam sepak bola karena semua pemain harus mampu menguasai bola saat sedang

bergerak, berdiri, atau bersiap melakukan operan atau tembakan. Ketika pemain

telah menguasai kemampuan menggiring bola dengan baik, sumbangan mereka di

dalam pertandingan akan sangat besar.

Menurut Sukatamsi (1995:158) menggiring bola diartikan sebagai gerakan

lari menggunakan kaki dan mendorong bola agar bergulir terus-menerus di atas

tanah.
17

Menurut Gilford, (2007) Pemain sepak bola menggiring bola untuk

memindahkan bola ke bawah lapangan untuk umpan atau tembakan, untuk

menjaga bola dari tim lawan, dan untuk mengubah arah.

Robert dalam (Effendi, 2020:224) Dribbling adalah metode menggerakkan

bola dari satu ke titik yang lain di lapangan menggunakan kaki bola harus selalu

dekat dengan kaki agar mudah dikontrol. Menurut Hidayat (2017: 30)

“menggiring bola merupakan kegiatan mengontrol pergerakan bola dengan

menggunakan kaki.”

Menurut Jusran, S (2018) menggiring bola adalah gerakan dan aksi unik

dalam permainan sepakbola yang di dalamnya mengandung unsur seni, sebab

adanya penggunaan kaki yang menyentuh bola dan sanggup mengubah arah dan

kelentukan menggiring secara tiba-tiba dengan cara menggulingkan bola ketanah

sambil berlari.

Menurut Luxbacher (2012:47) “penggiring bola dalam sepakbola memiliki

fungsi yang sama dengan bola basket yaitu memungkinkan pemain untuk

memperankan bola saat berlari melintasi lawan atau maju keruang yang terbuka.

Pemain dapat menggunakan berbagai bagian kaki inside, outside, instep, telapak

kaki untuk mengontrol bola sambil terus menggiring.

Menurut Malcom (2013:23) mengemukakan bahwa menggiring bola dan

berlari sambil tetap menguasai bola adalah hal yang tampaknya tidak

mengasyikkan namun memiliki tujuan penting, aktivitas ini membutuhkan


18

penelitian dan keputusan kapan harus menggiring atau berlari sambil tetap

menguasai bola dan kapan tidak melakukannya.

Menurut Husni (2018:4) menggiring bola adalah “gerak membawa bola

dengan menggunakan kaki atau bagian dari kaki. Pada saat melakukan gerak

menggiring antara bola dan kaki jaraknya harus terkontrol, hingga memudahkan

untuk menjangkau bola. Dengan demikian jelas bahwa menggiring dimaksudkan

untuk menguasai bola agar ada dalam penguasaan kakinya, yang ditujukan agar

bola tidak lepas dari sergapan lawan, mudah untuk dioperkan atau ditendang.

Dribbling dapat diartikan sebagai suatu teknik penguasaan bola. Hal itu

dikatakan oleh Soedjono (2013, hlm. 20) “menggiring bola adalah membawa bola

dengan kaki untuk melewati lawan”.(2017:169) pada dasarnya menggiring bola

adalah menendang terputus-putus atau pelan-pelan, oleh karena itu bagian kaki

yang dipergunakan dalam menggiring bola sama dengan bagian kaki yang

dipergunakan untuk menendang bola.

Adapun tujuan menggiring bola menurut Sukatamsi (1995:158) adalah: (1)

melewati lawan, (2) mencari kesempatan memberikan bola umpan kepada teman

dengan cepat dan (3) menahan bola tetap dalam penguasaan, menyelamatkan bola

apabila tidak terdapat kemungkinan atau kesempatan untuk segera memberikan

operan kepada teman. Untuk dapat menggiring bola dengan baik diperlukan

latihan secara terus-menerus sehingga akhirnya akan menjadi gerakan yang

otomatis.

Adapun prinsip-prinsip teknik menggiring bola adalah sebagai berikut:


19

1. Bola dalam penguasaan pemain, bola selalu dekat dengan kaki, badan

pemain terletak antara bola supaya lawan tidak mudah merebut bola,

bola selalu terkontrol.

2. Di depan pemain terdapat daerah yang kosong, bebas dari lawan.

3. Bola digiring dengan kaki kanan atau kiri, tipa langkah mendorong ke

depan, jadi bola didorong bukan ditendang.

4. Pandangan mata tidak selalu memandang bola, akan tetapi harus

memperhatikan atau mengamati posisi lawan atau kawan.

5. Badan agak condong ke depan, irama gerakan tangan bebas seperti

saat leri biasa.

Menurut Miekel (2003 : 2) dalam menggiring bola itu ada beberapa teknik

dalam menggiring bola yaitu yang pertama.

1. Menggiring bola menggunakan kaki luar

Sama halnya ketika Anda menendang bola, ada teknik menggiring bola

yang menggunakan bagian atau sisi luar kaki. Gerakan dalam menggiring sepak

bola menggunakan kaki bagian luar sebetulnya juga tak jauh beda dengan

penggunaan bagian kaki dalam. Namun, tetap saja keduanya berbeda dan titik

perkenaan kaki pada bola-lah yang menjadi pembeda ini merupakan beberapa

langkah yang bisa diintip dan juga dipraktikkan, mulai dari posisi awal, gerakan

saat proses menggiring, hingga posisi akhir setelah menggiring bola menggunakan

sisi luar kaki Anda. Dengan latihan yang intensif, maka menggiring bola adalah

teknik yang bakal cukup cepat dikuasai secara baik.


20

a) Posisi awal dari menggiring bola dengan kaki bagian luar adalah dengan

mengawalinya menggunakan sikap berdiri dengan tubuh menghadap arah

gerakan dan pandangan tetap fokuskan ke depan.

b) Sikap kedua lengan pada sisi tubuh tapi juga buat terentang sedikit.

Jangan lupa untuk memutar kaki ke dalam, lalu menguncinya.

c) Pada proses menggiring bolanya, Anda perlu mendorong bola

menggunakan bagian luar kaki ke arah depan.

d) Posisi kaki bisa sedikit diangkat dari permukaan tanah sambil kaki tumpu

juga ikut digerakkan.

e) Pastikan bahwa Anda menumpukan berat badan pada kaki yang tak

dipakai untuk menggiring bola.

f) Pergerakan bola dengan gerakan menggiring tadi akan menuju depan tak

jauh dari kaki di permukaan tanah.

g) Sebagai akhir gerakan, Anda bisa menghentikan bola memakai telapak

kaki di bagian atas bola.

h) Berat badan ditumpukan jelas pada sisi kaki yang tidak Anda pakai untuk

menggiring.
21

Gambar teknik menggiring bola kaki luar


(sumber : opikteles.blogspot.co.id/2015/11/))

2. Menggiring bola menggunakan kaki bagian dalam

Cara melakukannya adalah sentuhlah bola dengan menggunakan sisi kaki

bagian dalam dan posisikan kaki secara tegak lurus terhadap bola, tendanglah

dengan pelan untuk mempertahankan kontrol bola, pusatkan kekuatan tendangan

pada bagian tengah bola sehingga memudahkan mengontrol bola dan sesuaikan

irama langkah dengan bola Luxbacher, (2004:16).

Sama halnya dengan penggunaan teknik menggiring memakai kaki bagian

luar, pada teknik dengan kaki bagian dalam ada juga posisi awal, tengah dan akhir

yang perlu untuk dilatih dan dikuasai, seperti:

a) Pandangan harus tetap fokus ke arah depan sambil melakukan gerakan

tadi. Awali dengan sikap berdiri yang menghadap ke arah gerakan sambil

memfokuskan pandangan terus ke depan.

b) Rilekskan kedua lengan di mana sikap kedua lengan tersebut dapat

berada di sisi tubuh

c) Sementara itu, untuk pergelangan kaki bisa Anda putar ke luar dan

kuncilah di sana.

d) Pada proses menggiring bola, yang perlu dilakukan adalah mendorong

bola memakai bagian dalam kaki ke arah depan sambil posisi kaki sedikit

dibuka ke depan bersama-sama dengan kaki tumpu yang turut

digerakkan.
22

e) Gerakan bola nantinya akan meluncur ke depan bergulir di permukaan

tanah dan sebaiknya juga bergulir secara lurus karena itulah gerakan bola

yang benar dan sempurna.

f) Sebagai akhir gerakan, Anda dapat menghentikan bola menggunakan

telapak kaki tepat di bagian atas bola.

g) Berat badan ditumpukan di bagian atas sisi kaki yang tidak Anda pakai

untuk menggiring.

h) Pandangan tetap harus lurus ke depan selama melakukan gerakan

tersebut.

i) Melatih gerakan menggiring bola dalam sepak bola baik itu dengan kaki

bagian luar pun harus dilakukan secara intensif agar bola saat digiring

tidak melenceng ke mana-mana sementara pandangan mata pemain tetap

fokus ke depan.

Gambar teknik menggiring bola kaki bagian dalam


(sumber : opikteles.blogspot.co.id/2015/11/)

3. Menggiring bola menggunakan punggung kaki

Dribbling menggunakan kaki bagian luar adalah menggiring bola dengan

menggunakan sisi kaki bagian luar. Cara melakukannya adalah berdiri posisi
23

melangkah (kaki kanan di depan), berat tubuh bertumpu pada kaki belakang (kaki

kiri) dengan lutut agak di tekuk, letakkan bola di depan dan kedua lengan menjaga

keseimbangan, dorong bola ke depan secara perlahan menggunakan punggung

kaki bagian luar, usahakan kaki selalu dekat dengan bola dan sesuaikan irama

langkah dengan bola Luxbacher, (2004:14). Dribbling menggunakan kura-kura

kaki adalah menggiring bola dengan menggunakan sisi kaki bagian punggung

kaki. Cara melakukannya adalah posisi badan dengan tegak lurus ke depan,

sentuhlah bola dengan menggunakan punggung kaki, dorong bola dengan

perlahan, usahakan kaki selalu dekat dengan bola dan sesuaikan iram langkah

dengan bola Luxbacher, (2004:14).

Cara menggiring bola di sini memang hampir sama dengan teknik

menendang bola di mana menggiring bola dengan punggung kaki bisa dilakukan

dengan langkah:

a) Dari awal, sikap yang diambil adalah sikap berdiri dengan arah

menghadap gerakan sambil pandangan terus difokuskan ke depan.

b) Pastikan kedua lengan dalam posisi yang rileks di sisi tubuh sambil agak

direntangkan.

c) Untuk pergelangan kaki, silakan putar ke bawah dan kunci di sana.

d) Pada prosesnya, Anda mendorong bola menggunakan bagian punggung

kaki ke arah depan di mana kaki juga akan sedikit diangkat dari

permukaan tanah sambil berat badan juga dibawa ke depan.

e) Bola pastikan bergerak secara lurus ke arah depan dan tidak melenceng

ke sana-sini.
24

f) Berat badan tumpukan pada kaki yang tidak dipakai untuk menggiring.

g) Pandangan sampai akhir tetap harus fokus ke depan.

Gambar menggiring bola punggung kaki


(sumber : www.pakmono.com/wp-content/uploads/2018/04/Teknik-
menggiring-bola-dengan-kaki-bagian-tengah.jpg)

3. Shuttle Run

Shuttle run merupakan salah satu latihan untuk meningkatkan kelincahan.

Menurut Harsono dalam Udam (2017) Shuttle Run merupakan bentuk latihan

kelincahan umum, latihan ini terdiri dari dua titik yang masing-masing berjarak 4-

5 meter. Hal tersebut dikarenakan kalau jarak terlalu jauh dikhawatirkan pemain

atau atlet setelah beberapa kali melakukan lari bolak-balik tidak mampu lagi

mengembalikan tubuhnya dengan cepat disebabkan oleh faktor kelelahan.

Marjana dkk., (2014) Shuttle run merupakan suatu latihan dengan

mengubah gerakan tubuh dari arah lurus yang dilakukan secepat mungkin dengan

teknik lari secara bolak-balik. Shuttle run adalah bentuk latihan dalam

meningkatkan agility (Ardianda & Arwadi, 2018). Menurut (Dwi Satriaputri &

Widodo, 2019) kelincahan adalah kemampuan seseorang dalam mengubah arah

dalam posisi-posisi arena tertentu.


25

Menurut Harsono (2018, hlm. 172) “atlet lari bolak-balik secepatnya dari

titik yang satu ke titik yang lain sebanyak kira-kira 10 titik. Setiap kali sampai

pada suatu titik, dia harus berusaha untuk secepatnya membalikkan diri untuk lari

menuju titik yang lainnya.

Cara melakukannya yaitu bolak-balik dilakukan secepat mungkin sebanyak

8 kali dalam jarak 5 meter. Setiap kali sampai pada suatu titik sebagai batas, maka

secepatnya berusaha mengubah arah menuju titik lainnya. Perlu diperhatikan

bahwa jarak antara kedua titik tidak terlalu jauh serta jumlah ulangan tidak terlalu

banyak sehingga tidak menyebabkan kelelahan bagi si pelaku. Kelincahan

merupakan kemampuan untuk mengubah posisi tubuh atau gerakan tubuh dengan

cepat ketika sedang bergerak tanpa kehilangan keseimbangan seperti pada lari zig-

zag akan menimbulkan kontraksi secara bergantian pada kelompok otot tertentu.

Dalam hal ini perlu diperhatikan adalah kemampuan mengubah arah secepat

mungkin pada saat bergerak. Menurut Mappaompo (2011) kelincahan adalah

suatu bentuk gerakan yang mengharuskan seorang atau pemain untuk bergerak

dengan cepat dan mengubah arah serta tangkas. Pemain yang lincah adalah

pemain yang bergerak tanpa kehilangan keseimbangan dan kesadaran akan posisi

tubuhnya. Shuttle Run adalah suatu macam bentuk latihan yang dilakukan dengan

lari bolak-balik pada titik atau jarak tertentu yang digunakan untuk meningkatkan

koordinasi mata dan kaki untuk mengubah arah. Lari dilakukan dengan

menggunakan kecepatan dan menempuh jarak yang pendek.

Tujuan shuttle run untuk melatih mengubah gerak tubuh arah lurus. Atlet

lari bolak-balik secepatnya dari titik yang satu ke titik yang lain. Setiap kali
26

sampai pada suatu titik dia harus berusaha secepatnya membalikkan badan untuk

lari menuju titik yang lain.

gambar shuttle run

(Sumber: Latihan Kelincahan | alfian jaya)

4. Zig-zag run

Dalam kamus lengkap bahasa Indonesia yang ditulis oleh Aditia (2008)

yaitu berbelok-belok atau kata lainnya zig-zag run merupakan gerak dari satu

tempat lain yang dilakukan berkelok-kelok. Dapat disimpulkan latihan zig-zag

run merupakan bentuk latihan kelincahan dengan menggunakan tonggak atau

patok. Dimana dalam pelaksanaan atlet berlari secepat mungkin dengan berkelok-

kelok dari satu daerah ke daerah lain melewati beberapa patok yang ada dengan

tidak melupakan prinsip-prinsip latihan zig-zag run adalah berlari secepat

mungkin diantara dua batas yang berjarak kira-kira 2,4 meter untuk memberikan

tantangan, latihan ini dapat dilakukan dengan adu cepat.

Menurut Harsono (2018, hlm. 173) “latihan ini hampir sama dengan lari

bolak-balik, kecuali atlet harus lari melalui beberapa titik.” Bentuk latihan

kelincahan lari zig-zag run ini hampir sama dengan lari bolak-balik, dan tujuannya
27

juga sama yaitu melatih kelincahan, yang membedakannya adalah penempatan

titik.

Menurut Saputra dalam Sukma (2015) lari zig-zag run adalah sebagai suatu

metode latihan yang dilakukan dengan gerakan berkelok-kelok melewati

rintangan yang telah disiapkan, dengan tujuan untuk melatih kemampuan atlet

berubah arah dengan cepat. Lari zig-zag run adalah metode latihan yang dilakukan

dengan perubahan posisi secara langsung dengan berlari zig-zag run. Lari zig-zag

run sangat diperlukan dalam permainan sepakbola karena kelincahan dalam

permainan sepakbola khususnya dalam menggiring bola (Larkins, 2012 dalam

Yahya, 2014).

Menurut Nur Iqsan Wahyudi (2018), lari zig-zag run merupakan bentuk

latihan lari dua arah atau lebih dengan kecepatan maksimal. Tujuannya : untuk

melatih mengubah arah gerakan tubuh yang berkelok-kelok. Menurut Susnandi

(2012) zig-zag run atau lari berkelok-kelok yaitu lari yang dilakukan dengan zig-

zag run diantara beberapa titik (jarak titik 1- 2 meter).

Menurut Malasari (2019) latihan zig-zag run merupakan bentuk latihan

kelincahan dengan menggunakan tonggak atau patok, dimana pelaksanaannya

atlet berlari secepat mungkin dengan berkelok-kelok dari suatu daerah ke daerah

yang lain. Menurut Razbiet (2018) lari zig-zag run adalah suatu latihan dalam

keterampilan mengubah arah gerak tubuh dengan cara berkelok-kelok dengan

waktu yang sesingkat-singkatnya, cara melakukan latihan ini tersebut dengan

teknik berlari secepat-cepatnya dengan lintasan berkelok-kelok , latihan ini

termasuk ke dalam latihan kelincahan.


28

Menurut Siswanto dalam (Hamdani 2015) zig-zag run adalah gerakan lari

berkelok-kelok mengikuti lintasan lari zig-zag run dapat digunakan untuk

meningkatkan kelincahan, karena unsur gerak yang terkandung dalam latihan lari

zig-zag run merupakan komponen gerak kelincahan yaitu lari dengan mengubah

arah dan posisi tubuh, kecepatan, keseimbangan yang juga merupakan komponen

gerak kelincahan

Kelincahan adalah komponen penting yang dibutuhkan oleh hampir seluruh

cabang olahraga Widiastuti (2017:137) Agility atau kelincahan adalah kemampuan

untuk mengubah arah atau posisi tubuh dengan cepat yang dilakukan bersama-

sama dengan gerakan lainnya. Bagi anak, kelincahan merupakan komponen

kesegaran jasmani yang harus dimiliki. Tanpa kelincahan, anak dikatakan tidak

dalam keadaan normal atau mungkin sedang sakit. Kelincahan bagi mereka adalah

sesuatu yang khas sesuai dengan kodratnya. Jadi, kelincahan harus menempati

prioritas utama dalam melatih kesegaran jasmani setiap anak. Untuk para atlet

kelincahan memiliki peran yang penting demi tercapainya kemampuan

penampilan secara baik, seorang atlet sangat perlu untuk memiliki, memelihara

dan menjaganya agar kemampuan Agility tetap menjadi satu kesatuan dengan

kemampuan fisik lainnya.

Ismaryati (2009:41) kelincahan merupakan salah satu komponen kesegaran

jasmani yang sangat diperlukan pada semua aktivitas yang membutuhkan

kecepatan perubahan posisi tubuh dan bagian-bagiannya. Kelincahan adalah suatu

bentuk gerakan yang mengharuskan seorang atau pemain untuk bergerak dengan

cepat dan mengubah arah serta tangkas, pemain yang lincah adalah pemain yang
29

bergerak tanpa kehilangan keseimbangan dan kesadaran akan posisi tubuhnya,

kelincahan juga sangat penting untuk bergerak dengan cepat pada saat pemain

melakukan penyerangan dan ketahanan (Mappaompo, 2011). Seseorang dapat

meningkatkan kelincahan dengan meningkatkan kekuatan otot-ototnya.

Gambar zig-zag run


(sumber: kumpulan-olahraga.blogspot.co.id, 2019)

5. Hakikat latihan

a. Pengertian Latihan

Menurut Bompa (1994: 4) latihan adalah upaya seseorang mempersiapkan

dirinya untuk tujuan tertentu. Menurut Nossek (1995:3) latihan adalah suatu

proses atau periode waktu yang berlangsung selama beberapa tahun, sampai siswa

tersebut mencapai standar penampilan tinggi. Menurut Tohar (1992 : 112) latihan

suatu proses kerja yang harus dilakukan secara sistematik, berulang-ulang,

berkesinambungan dan makin lama jumlah beban yang diberikan semakin

meningkat.
30

Menurut Junusul Hairi (1989:67) latihan adalah proses yang sistematis dari

berlatih atau bekerja, yang dilakukan dengan kian hari kian meningkat jumlah

beban latihan atau pekerjaannya. Lebih lanjut Junusul Hairi (1989:67)

menjelaskan bahwa salah satu yang paling penting dari latihan, harus dilakukan

secara berulang-ulang, dan meningkatkan kekuatan dan daya tahan otot yang perlu

diperlukan untuk pekerjaannya.

Menurut Harsono (1988 : 101) yang dimaksud dengan sistematika adalah

berencana, menurut jadwal, menurut pola dan standar tertentu metodis, dari

mudah ke sukar, latihan yang teratur, dari yang sederhana ke yang lebih

kompleks. Berulang-ulang maksudnya ialah agar gerakan-gerakan yang semula

sukar dilakukan menjadi semakin mudah, otomatis, dan relektif pelaksanaannya

sehingga semakin menghemat energi. Kian hari maksudnya ialah setiap kali

secara periodik, segera setelah tiba saatnya untuk ditambah bebannya, jika bukan

berarti setiap hari.

Menurut Sukadiyanto (2005:6) latihan adalah proses penyempurnaan

kemampuan berolahraga yang berisikan materi teori dan praktik, menggunakan

metode, dan aturan, sehingga tujuannya dapat tercapai tepat pada waktunya.

Sukadiyanto (2005:7) menjelaskan beberapa ciri-ciri dari latihan adalah

sebagai berikut: (a) Suatu proses untuk mencapai tingkat kemampuan yang lebih

baik dalam berolahraga, yang memerlukan waktu, serta memerlukan perencanaan

yang tepat dan cermat, (b) Proses latihan harus teratur dan progresif. Teratur

maksudnya latihan harus dilakukan dengan maju, dan berkelanjutan (kontinu).

Sedangkan bersifat progresif maksudnya materi latihan diberikan dari yang


31

mudah ke yang sukar, dari yang sederhana ke yang lebih sulit (kompleks), dari

yang ringan ke yang berat, (c) Pada setiap kali tatap muka (satu sesi/satu unit

latihan) harus memiliki tujuan dan sasaran, (d) Materi latihan harus berisikan

materi teori dan praktik, agar pemahaman dan penguasaan keterampilan menjadi

relatif permanen, (e) Menggunakan metode tertentu, yaitu cara yang paling efektif

yang direncanakan secara bertahap dengan memperhitungkan faktor kesulitan,

kompleksitas gerak, dan penekanan pada sasaran latihan. Dari beberapa sumber di

atas maka dapat disimpulkan bahwa latihan adalah kegiatan yang terencana dan

terprogram yang dilakukan secara rutin untuk mencapai sesuatu yang telah

ditetapkan.

b. Prinsip-prinsip latihan

Prinsip-prinsip latihan memiliki peranan penting terhadap aspek fisiologis

dan psikologis olahragawan. Dengan memahami prinsip-prinsip latihan, maka

mendukung upaya dalam meningkatkan kualitas latihan. Menurut Bompa

(1994:29) prinsip latihan adalah suatu petunjuk/pedoman dan peraturan yang

sistematis dan seluruhnya berlangsung dalam proses latihan. Prinsip-prinsip

latihan menurut Bompa (1994: 29-48) adalah sebagai berikut: (1) prinsip

partisipasi aktif mengikuti latihan, (2) prinsip perkembangan menyeluruh, (3)

prinsip spesialisasi, (4) prinsip individual, (5) prinsip bervariasi, (6) model dalam

proses latihan, (7) prinsip peningkatan beban.

Menurut Sukadiyanto (2005: 12) prinsip latihan merupakan hal-hal yang

harus ditaati, dilakukan atau dihindari agar tujuan latihan dapat tercapai sesuai
32

dengan yang diharapkan. Selanjutnya sukadiyanto (2005:12-13) menjelaskan

prinsip-prinsip latihan yang menjadi pedoman agar tujuan latihan dapat tercapai,

antara lain: prinsip kesiapan, individual, adaptasi, beban lebih, progersif, spesifik,

variasi, pemanasan dan pendinginan, latihan jangka panjang, prinsip berkebalikan,

tidak berlebihan, dan sistematik. Harsono (1988: 102) menyatakan bahwa dengan

pengetahuan tentang prinsip-prinsip training tersebut atlet akan dapat lebih cepat

meningkatkan prestasinya oleh karena akan lebih memperkuat keyakinannya akan

tujuan-tujuan sebenarnya dari tugas-tugas serta latihan-latihannya. Harsono

(1988:15) menyatakan bahwa prinsip-prinsip tersebut antara lain: (1) prinsip

beban lebih (overload principle); (2) prinsip perkembangan multilateral; (3)

prinsip spesialisasi; (4) prinsip individualisme; (5) prinsip intesitas latihan; (6)

prinsip kualitas latihan; (7) prinsip variasi dalam latihan; (8) prinsip relaksasi; dan

(9) prinsip perencana tes-tes uji coba

Menurut Harsono, dkk (2005 : 52) kekeliuran kebanyakan dari pelatih atau

atlet adalah bahwa mereka lebih menekankan pada lamanya latihan daripada mutu

dan penambahan beban latihannya. Karena itu sebaiknya waktu latihan jangan

terlalu lama, tetapi sebaiknya lebih singkat dan berisi padat dengan kegiatan-

kegiatan yang bermanfaat.

c. Komponen latihan

Secara aktifitas fisik dalam setiap proses latihan selalu mengakibatkan

terjadinya perubahan antara lain: keadaan anatomi, fisiologi, biokimia, dan

psikologis bagi pelakunya. Oleh karena itu dalam penyusunan latihan seorang

pelatih harus memperhatikan faktor-faktor yang disebut komponen latihan.


33

Komponen-komponen tersebut antara lain intensitas latihan, volume latihan,

recovery interval dan repitisi.

1. Intensitas latihan

Menurut Sukadiyanto (2005: 24) intensitas latihan adalah ukuran yang

menunjukkan kualitas (mutu) suatu rangsang atau pembeban. Untuk menentukan

besarnya intensitas suatu latihan dapat ditentukan dengan daya tahan aerobik,

denyut jantung per menit, kecepatan, dan volume latihan.

Menurut Bompa, intensitas adalah fungsi dari kekuatan rangsangan saraf

yang dilakukan dalam latihan dan kekuatan rangsangan tergantung dari beban

kecepatan gerakannya variasi atau istirahat diantara tiap ulangan. Elemen yang

tidak kalah pentingnya adalah tekanan kejiwaan sewaktu latihan.

2. Volume latihan

Volume latihan adalah ukuran yang menunjukkan kuantitas suatu rangsang

atau pembebanan (Sukadiyanto, 2005:26). Cara yang digunakan untuk

meningkatkan volume latihan yaitu dengan cara latihan: (1) diperberat, (2)

diperlama, (3) dipercepat, (4) diperbanyak. Menurut Bompa volume adalah

prasaraf yang sangat penting untuk mendapatkan teknik yang tinggi, taktik dan

khususnya pencapaian fisik. Volume latihan disebut dengan jangka waktu yang

dipakai selama session latihan atau durasi.

3. Recovery interval

Dalam komponen latihan juga sangat penting dan harus diperhatikan adalah

recovery dan interval. Recovery dan interval mempunyai arti yang sama yaitu

pemberian istirahat. Perbedaan antara recovery dan interval adalah waktu istirahat
34

atau repetisi, sedangkan interval adalah waktu istirahat antar seri. Semakin singkat

waktu pemberian recovery dan interval maka latihan tersebut dikatakan tinggi dan

sebaliknya jika istirahat lama dikatakan latihan tersebut rendah (Sukadiyanto,

2005: 26-27).

4. Repetisi (ulangan)

Menurut Sukadiyanto (2005: 27) repetisi adalah jumlah ulangan yang

dilakukan untuk setiap butir item latihan, dalam satu seri atau sirkuit biasanya

terdapat butir atau item latihan yang harus dilakukan dan setiap butirnya

dilaksanakan berkali-kali.

B. Kerangka pikir

Mengacu pada referensi yang telah dikemukakan pada tinjauan pustaka

telah diuraikan teori-teori yang berkaitan dengan pelaksanaan penelitian sekaligus

dijadikan sebagai landasan dalam melakukan penelitian diharapkan untuk

mengetahui pengaruh latihan shuttle run dan zig-zag run terhadap kemampuan

dribbling bola pemain sepakbola Galesong Muda. Oleh karena itu dengan

memiliki berbagai uraian pada tinjauan pustaka maka menarik kerangka berpikir

sebagai berikut.

Pemain Galesong
muda

Latihan

Shuttle run Zig-zag


35

Kemampuan
menggiring bola

C. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah

penelitian. Adapun hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah :

1. Ada pengaruh latihan shuttle run terhadap kemampuan dribbling bola

pemain sepakbola Galesong Muda.

2. Ada pengaruh latihan zig-zag run terhadap kemampuan dribbling bola

pemain sepakbola Galesong Muda.

3. Ada perbedaan pengaruh antara latihan shuttle run dan zig-zag run terhadap

kemampuan dribbling bola pemain sepakbola Galesong Muda.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis penelitian

Menurut Suharsimi Arikunto (2002: 272) penelitian eksperimen merupakan

penelitian yang dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya akibat dari suatu

yang dikenakan pada subyek selidik. Penelitian ini menggunakan metode

penelitian semu.

Menurut Nazir (2003), “ Penelitian eksperimen semu adalah penelitian yang

mendekati percobaan sesungguhnya dimana tidak mungkin mengadakan kontrol

memanipulasi semua variabel yang relevan” dilihat dari lokasi penelitian maka

penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimen lapangan. Penelitian ini

menggunakan eksperimen semu, dengan membagi dua kelompok, yaitu kelompok

A dan kelompok B. Kelompok eksperimen A dengan perlakuan shuttle run dan

kelompok eksperimen B dengan perlakuan zig-zag run.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

1. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama 5 minggu dengan frekuensi pertemuan

tiga kali seminggu. Dan jumlah pertemuan 16 kali dengan 2 kali pertemuan

digunakan tes awal dan tes akhir. Sedangkan tiap minggunya dilakukan latihan 3

kali latihan. Adapun waktu yang dibutuhkan dalam satu kali latihan adalah 60-90

menit.

35
36

2. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di lapangan sepak bola Bauru Dg Gau Galesong

Utara, tepatnya di Kel. Bontolebang, Kec. Galesong Utara, Kab, Takalar

C. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen lapangan dan desain

penelitian ini menggunakan Two Group Pretest – Posttest Design. Dengan

membagi menjadi dua kelompok yakni satu kelompok diberi perlakuan

latihan shuttle run dan kelompok kedua diberi perlakuan latihan zig-zag

run. Kelompok dalam penelitian ini diberi pre-test dan post-test.

Kelompok 1 diberi perlakuan (treatment) shuttle run dan kelompok 2

diberi perlakuan (treatment) zig-zag run. Adapun desain penelitian

dituangkan dalam bentuk gambar sebagai berikut :

T1 Posttest

P S Pretest

T2 Posttest

Gambar : Desain Penelitian

Keterangan :

P : Populasi

S : Sampel
37

Pre-test : Test awal dengan pemain berdiri dibelakang garis start dengan

bola penguasaan kakinya menggiring bola di garis start dengan

menggiring melewati kunc sampai memasuki garis finish yang

dilakukan sebelum subyek mendapatkan perlakuan (treatment)

T1 : Perlakuan (treatment) pertama yang menggunakan metode

latihan shuttle run.

T2 : Perlakuan (treatment) kedua yang menggunakan metode latihan

zig-zag run.

Post test : Tes akhir dilakukan dengan pemain berdiri dibelakang garis start

dengan bola penguasaan kakinya menggiring bola di garis start

dengan menggiring melewati kuns sampai memasuki garis finish

yang dilakukan setelah subyek mendapatkan perlakuan

eksperimen

D. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan dari individu yang dijadikan objek penelitian.

Populasi dari suatu penelitian harus memiliki karakteristik yang sama atau hampir

sama. Sugiyono (2014:363) menjabarkan bahwa populasi merupakan wilayah

generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan

karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian

ditarik kesimpulannya.
38

Berdasarkan pada penjelasan di atas, maka populasi adalah keseluruhan

individu atau objek yang akan diteliti. Populasi menjadi salah satu faktor yang

menentukan kelancaran untuk memperoleh data dalam proses penelitian. Adapun

populasi pada penelitian ini adalah seluruh pemain Galesong Muda yang

berjumlah 20 orang.

2. Sampel

Menurut Sugiyono (2013:81) menyatakan bahwa sampel pada bagian dari

jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut dengan demikian

sampel dalam penelitian ini adalah sebagian dari individu yang mewakili pemain

Galesong Muda, oleh karena jumlah populasi ini cukup banyak, maka peneliti

membatasi dengan melakukan pemilihan sampel menggunakan Total Sampling.

Total sampling adalah teknik pengambilan sampel dimana jumlah sampel sama

dengan populasi.

E. Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional adalah definisi yang didasarkan atas sifat-sifat

hal yang didefinisikan yang dapat diamati. Dalam penelitian ini ada

beberapa variabel yang akan diteliti, yaitu pengaruh latihan shuttle run dan

zig-zag run terhadap kemampuan dribbling bola pemain sepakbola

Galesong Muda.

Menurut Sugiyono, (2008 : 39) Variabel adalah segala sesuatu yang

berbentuk apa saja yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga

diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulan.

Variabel juga dapat digolongkan menjadi variabel bebas (independent


39

variablel) dan variabel terikat (dependent variable). Variabel bebas adalah

variabel yang mempengaruhi, sementara variabel terikat adalah variabel

yang dipengaruhi.

Adapun variabel dalam penelitian ini seperti variabel bebas

(independent variable) meliputi latihan shuttle run dan latihan zig-zag run

serta variabel terikat (dependent variable) meliputi kemampuan dribbling.

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan tes dan

pengukuran. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian

ini adalah menggunakan tes. Tes sebuah prosedur yang sistematis dan

objektif untuk memperoleh data atau keterangan yang diinginkan dengan

cara relatif tepat (Ali Maksun, 2012: 111). Teknik pengumpulan data

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut;

1. Pengambilan Data untuk Tes kelincahan (Tes Shuttle run /lari bolak-

balik)

a. Tujuan : untuk mengukur kelincahan seseorang

b. Alat dan perlengkapan :

1) Stopwatch
2) kuns/ marka
3) Formulir dan alat tulis
4) Lapangan
5) Peluit
c. Pelaksanaan tes:

1) Testee berdiri di belakang garis start


40

2) Pada aba-aba “Bersedia” testee berdiri dengan salah satu ujung

kakinya sedekat mungkin dengan garis start

3) Pada aba-aba “Ya” testee segera mengambil dan memindahkan balik

satu demi satu yang berada digaris start hingga selesai

d. Pencatat hasil:

1) Bersamaan dengan aba-aba “Ya” stopwatch dijalankan dan pada saat

balok terakhir diletakkan stopwatch di matikan.

2) Hasil yang dicatat adalah waktu yang dicapai oleh testee untuk

menempuh jarak 4 x 10 m.

e. Gambar tes shuttle run

Gambar tes shuttle run

(sumber: Latihan Kelincahan | alfian jaya)

2. Pengambilan data untuk tes kelincahan (Tes zig-zag/ berkelok-kelok)

a. Tujuan : untuk mengukur kelincahan seseorang

b. Alat dan perlengkapan:

1) Stopwatch
2) kuns/ marka
3) Formulir dan alat tulis
4) Lapangan
41

5) Peluit
c. Pelaksanaan tes :

1) Testee berdiri di belakang garis start

2) Pada aba-aba “Bersedia” testee berdiri dengan salah satu ujung

kakinya sedekat mungkin dengan garis start.

3) Pada aba-aba “Ya” testee segera berlari secara berkelok-kelok dan

kembali ke posisi start .

d. Pencatat hasil :

1) Bersamaan dengan aba-aba “Ya” stopwatch dijalankan dan pada saat

testee kembali ke garis start stopwatch di matikan.

2) Hasil yang dicatat adalah waktu yang ditempuh peserta. Diambil nilai

tes yang tercepat dari 2-3 kali kesempatan dalam satuan detik

e. Gambar tes

Gambar tes zig-zag

(sumber : kumpulan-olahraga.blogspot.co.id, 2019)


42

3. Pengambilan data untuk tes kemampuan menggiring bola

a. Tujuan : untuk mengukur kemampuan menggiring bola

b. Alat dan perlengkapan :

1) Stopwatch
2) 7 buah kuns/ marka
3) Lapangan
4) Bola
5) Formulir dan alat tes
6) Meteran
7) Peluit
c. Pelaksanaan tes :

1) Pada aba-aba “siap” pemain berdiri dibelakang garis start dengan bola

penguasaan kaki.

2) Pada aba-aba “ya” pemain mulai menggiring bola ke arah kiri

melewati rintangan pertama dan berikutnya menuju rintangan

berikutnya sesuai dengan arah panah yang telah ditetapkan sampai

melewati garis finish.

3) Jika salah arah dalam menggiring bola, maka pemain harus

memperbaiknya tanpa menggunakan anggota badan selain kaki,

dimana kesalahan itu dilakukan dan selama itu pula stopwatch tetap

jalan

4) Menggiring bola dilakukan dengan kaki kanan dan kaki kiri

bergantian atau minimal salah satu kaki pernah menyentuh bola satu

kali sentuh.

d. Pencatat hasil :
43

1) Waktu yang ditempuh oleh testee dari aba-aba “ya” sampai ia

melewati garis finish.

2) Catatan : apabila disaat melakukan tes, bola menjauh dari kuns yang

disediakan testee (tidak terjangkau lagi) maka testee dianggap gagal.

3) Diambil nilai tes yang tercepat dari 2 kali kesempatan menggiring

bola, yang di catat sampai persepuluh detik

e. Gambar tes menggiring bola :

Gambar tes menggiring bola


(Sumber: Nurhasan (2001: 14)
44

G. Program Latihan

1. Latihan Shuttle Run

Shuttle run adalah lari bolak-balik secepat-cepatnya dimulai dari satu titik

ke titik lainnya menempuh jarak tertentu. Dalam penelitian ini shuttle run

dilakukan dengan jarak 5 meter. Adapun dosis latihan shuttle run dalam penelitian

ini, yaitu:

a. Sesi 1-3

Dosis Keterangan

a. Warming up  Berdo’a
 Jogging ringan
 Statis dan dinamis
b. Latihan inti Latihan shuttle run dilakukan dengan
Intensitas : 50% lari bolak-balik secepat-cepatnya
Set : 3 set dimulai dari satu titik ke titik lainnya.
Repetisi : 2 x Dalam penelitian ini shuttle run
Recovery : 25 detik dilakukan dengan jarak 5 meter.
Interval : 1.5 menit
c. Penutup  Coolling down
 Berdo’a

b. Sesi 4-6
45

Dosis Keterangan c.
a. Warming up  Berdo’a c.
 Jogging ringan c.
 Statis dan dinamis c.
b. Latihan inti Latihan shuttle run dilakukan dengan c.
Intensitas : 50% lari bolak-balik secepat-cepatnya c.
Set : 3 set dimulai dari satu titik ke titik lainnya. c.
Repetisi : 2 x Dalam penelitian ini shuttle run c.
Recovery : 25 detik dilakukan dengan jarak 5 meter. c.
Interval : 1.5 menit c.
c. Penutup  Coolling down c.
 Berdo’a c.
c.
Sesi 7-9

Dosis Keterangan

a. Warming up  Berdo’a
 Jogging ringan
 Statis dan dinamis
b. Latihan inti Latihan shuttle run dilakukan dengan
Intensitas : 50% lari bolak-balik secepat-cepatnya
Set : 3 set dimulai dari satu titik ke titik lainnya.
Repetisi : 2 x Dalam penelitian ini shuttle run
Recovery : 25 detik dilakukan dengan jarak 5 meter.
Interval : 1.5 menit
c. Penutup  Coolling down
 Berdo’a
46

a. Sesi 10-12

Dosis Keterangan
a. Warming up  Berdo’a
e.
 Jogging ringan
Dosis Keterangan
 Statis dan dinamis
a. Latihan
b. Warming intiup  Berdo’a
Latihan shuttle run dilakukan dengan
Intensitas : 50% lari bolak-balik
 Jogging secepat-cepatnya
ringan
Set : 3 set dimulai
 Statis dari satu titik ke titik lainnya.
dan dinamis
b. Repetisi :2x
Latihan inti Dalam
Latihanpenelitian inidilakukan
shuttle run shuttle rundengan
Intensitas :: 25
Recovery 50%detik dilakukan dengansecepat-cepatnya
lari bolak-balik jarak 5 meter.
Set : 3 set
Interval : 1.5 menit dimulai dari satu titik ke titik lainnya.
Repetisi : 2 x
c. Penutup
Recovery : 25 detik Dalam
Coolling down ini shuttle run
penelitian
Interval : 1.5 menit dilakukan
Berdo’a dengan jarak 5 meter.
c. Penutup  Coolling down
 Berdo’a
Sesi 13-14

2. Latihan zig-zag

Latihan zig-zag run adalah lari berkelok-kelok melewati titik atau rintangan.

Dalam penelitian ini lari zig-zag run akan dilakukan dengan menggunakan 10

rintangan (kuns). Jarak antar rintangan yaitu 50 centimeter dengan panjang

lintasan 5 meter.

Tabel program latihan zig-zag run


47

a. Sesi 1-3
Dosis Keterangan

a. Warming up  Berdo’a
 Jogging ringan
 Statis dan dinamis
b. Latihan inti Latihan zig-zag run dilakukan dengan
Intensitas : 50% lari berkelok-kelok melewati titik atau
Set : 3 set rintangan. Dalam penelitian ini lari
Repetisi : 2 x zig-zag run akan dilakukan dengan
Recovery : 25 detik menggunakan 10 rintangan (kuns).
Interval : 1.5 menit Jarak antar rintangan yaitu 50
centimeter dengan panjang lintasan 5
meter.
c. Penutup  Coolling down
 Berdo’a

b. Sesi 4-6
48

Dosis Keterangan

c. a. Warming up  Berdo’a
 Jogging ringan
 Statis dan dinamis
b. Latihan inti Latihan zig-zag run dilakukan dengan
Intensitas : 50% lari berkelok-kelok melewati titik atau
Set : 3 set rintangan. Dalam penelitian ini lari
Repetisi : 2 x zig-zag run akan dilakukan dengan
Recovery : 25 detik menggunakan 10 rintangan (kuns).
Interval : 1.5 menit Jarak antar rintangan yaitu 50
centimeter dengan panjang lintasan 5
meter.

c. Penutup  Coolling down


 Berdo’a
Sesi 7-9

Dosis Keterangan

a. Warming up  Berdo’a
 Jogging ringan
 Statis dan dinamis
b. Latihan inti Latihan zig-zag run dilakukan dengan
Intensitas : 50% lari berkelok-kelok melewati titik atau
Set : 3 set rintangan. Dalam penelitian ini lari
Repetisi : 2 x zig-zag run akan dilakukan dengan
Recovery : 25 detik menggunakan 10 rintangan (kuns).
Interval : 1.5 menit Jarak antar rintangan yaitu 50
centimeter dengan panjang lintasan 5
meter.

c. Penutup  Coolling down


 Berdo’a

d. Sesi 10-12
49

Dosis Keterangan

e. a. Warming up  Berdo’a
 Jogging ringan
 Statis dan dinamis
b. Latihan inti Latihan zig-zag run dilakukan dengan
Intensitas : 50% lari berkelok-kelok melewati titik atau
Set : 3 set rintangan. Dalam penelitian ini lari
Repetisi : 2 x zig-zag run akan dilakukan dengan
Recovery : 25 detik menggunakan 10 rintangan (kuns).
Interval : 1.5 menit Jarak antar rintangan yaitu 50
centimeter dengan panjang lintasan 5
meter.

c. Penutup  Coolling down


 Berdo’a
Sesi 13-14

Dosis Keterangan

a. Warming up  Berdo’a
H. T
 Jogging ringan
 Statis dan dinamis e
b. Latihan inti
Intensitas : 50% Latihan zig-zag run dilakukan dengan k
Set : 3 set lari berkelok-kelok melewati titik atau
rintangan. Dalam penelitian ini lari n
Repetisi : 2 x
Recovery : 25 detik zig-zag run akan dilakukan dengan
i
Interval : 1.5 menit menggunakan 10 rintangan (kuns).
Jarak antar rintangan yaitu 50 k
centimeter dengan panjang lintasan 5
meter.

c. Penutup  Coolling down


 Berdo’a
Analisis Data

i. Analisis Deskriptif
50

Pendeskripsian data dan pengujian hipotesis dalam penelitian ini dapat

diolah dengan memakai statistik deskriptif dan inferensial dengan rumus uji t

sampel terikat. Sebelum analisis uji t digunakan lebih dahulu dilakukan uji

normalitas data, karena uji t hanya dapat digunakan untuk menguji perbedaan

mean dari dua sampel yang diambil dari populasi yang normal.

ii. Uji persyaratan Analisis Data

a. UJi Normalitas

Uji normalitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah distribusi skor

variabel berkurva normal atau tidak. Untuk menguji normalitas data digunakan uji

Kolmogorov Smirnov dengan bantuan seri program statistik (SPSS). Untuk

mengetahui normal tidaknya distribusi data masing-masing variabel dengan

melihat hasil dari signifikasi, apabila signifikasi hitung >0,05, maka data

dinyatakan berdistribusi normal.

b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas berfungsi untuk menunjukkan bahwa sampel penelitian

memang homogen (sama, sejenis) atau tidak homogen. Setelah data-data

dinyatakan normal, maka langkah selanjutnya adalah melakukan uji homogenitas

varian. Ini dilakukan untuk menguji kesamaan beberapa sampel. Apabila hasil

pengujian homogenitas tidak sama dengan keseluruhan dengan responden

penelitian (terdiri satu unsur saja, atau terdiri dari beberapa unsur), maka

pengolahan data tidak bisa dilanjutkan ke dalam pengukuran pengaruh atau

hubungan dan pengujian hipotesis. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan

teknik analisis Levene Statistic menggunakan SPSS.


51

c. Uji Hipotesis

Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan membandingkan data

pretest dan posttest setelah perlakuan. Apabila nilai t hitung lebih kecil dari nilai

tabel maka Ho (hipotesis 0) diterima dan jika nilai t hitung lebih besar dari nilai t

tabel maka Ho ditolak. Dalam penelitian ini uji-t menggunakan SPSS.


DAFTAR PUSTAKA

Bompa Tudor O. & G. Gregory Haff. 2009. Periodization Theory and


Methodology of Training. Australia: Human Kinetics.Harsono. 1988.
Coaching dan Aspek-Aspek Psikologi Dalam Coaching. Jakarta: C.V.
Tambak Kusuma
Bompa, Tudor O. 1994. Theory and Metodology of Training.Dubuque: Kendall/
Hunt Publishing Company.
Danny Mielke. (2007). “Dasar-dasar Sepakbola”. Bandung: Pakar Raya.
Harsono. 1988. Coaching dan Aspek-Aspek Psikologi Dalam Coaching. Jakarta:
C.V. Tambak Kusuma.
Maksum, A. 2009. Metodologi Penelitian Dalam Olahraga. Surabaya : UNESA
Mappaompo, Adam. 2011. -Kontribusi Koordinasi Mata-Kaki Dan Kelincahan
Terhadap Keterampilan Menggiring Bola Dalam Permainan Sepak Bola
Club Bilopa Kabupaten Sinjai. Jurnal Ilara
Nazir, Moh. (2003). Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia.
Nurhasan. 2007. Tes dan Pengukuran Dalam Pendidikan Jasmani. Jakarta Pusat :
Praktek”. Edisi Revisi VII. Jakarta: Rieneka Cipta
Sugiyono 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
CV “Alfabeta”
Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta

Suharsimi Arikunto. (2002). “Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan


Suharsimi Arikunto. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta: Rineka Cipta
Sukadiyanto.2005. Pengantar Teori dan Metodologi Melatih Fisik. Yogyakarta:
Pendidikan Kepelatihan Olahraga Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas
Negeri Yogyakarta.
Tola, Ismail. 2007. Sepakbola
Tola, Ismail., Saharullah. 2007. Sepak bola. FOK IKIP Ujung Pandang: Makassar.
53

Udam, M. (2007). Pengaruh Latihan Shuttle-Run dan Zig-Zag Terhadap


Kemampuan Dribbling Bola pada siswa Sekolah Sepakbola (SSB) Imanuel
Usia 13-15 Di Kabupaten. Jurnal PJOK. 3(1), 58-71.
Yudianto, Lukman. 2009. Teknik Bermain Sepak bola dan Futsal. Visi 7.
Yudianto,Lukman. 2009. Teknik Bermain Sepakbola dan Futsal, Visi 7. (Halaman
1)
Zalfendi dkk. 2010. Buku Ajar Sepakbola. Padang. FIK UNP.
Widiastuti. (2007). Tes dan Pengukuran Olahraga. Jakarta: Rajawali Pers.

Anda mungkin juga menyukai