Anda di halaman 1dari 22

Akuntansi Transaksi Pembiayaan Mudharabah

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

Akuntansi Sariah

Dosen pengampu: Eni Susilowati, M Pd

AKS-3D KELOMPOK 1

1. Putri Maysha Amadinda (126403202160)


2. Billa Nurdani Laela (126403202166)
3. Syafina Prima Ananda (126403202164)
4. Mohammad Rizal Hariri Y. A. A (126403202173)
5. Muhamad Dziki Taufiqurrohman (126403202128)

JURUSAN AKUNTANSI SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SAYYID ALI

RAHMATULLAH TULUNGAGUNG 2021/2022

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
kepada kami sehingga dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Akuntansi
Transaksi Pembiayaan Mudharabah ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas kuliah pada
mata kuliah Akuntansi Syariah. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan tentang Akuntansi Transaksi Pembiayaan Mudharabah bagi para pembaca dan juga
bagi penulis atau penyusun.

Kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Ibu Eni Susilowati, M Pd


selaku Dosen pada mata kuliah Akuntansi Syariah. Tugas yang telah diberikan ini dapat
menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang kami tekuni. kami juga
mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang membangun sangat kami butuhkan demi kesempurnaan makalah ini.

Tulungagung, 15 Oktober 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI :

KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii
DAFTAR ISI :..................................................................................................................iii
BAB I................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.............................................................................................................4
I. Latar Belakang.......................................................................................................4
II. Rumusan Masalah..................................................................................................4
III. Tujuan.................................................................................................................5
BAB II...............................................................................................................................6
PEMBAHASAN................................................................................................................6
1. Definisi dan Penggunaan........................................................................................6
A. Definisi Mudharabah..........................................................................................6
B. Penggunaan Mudharabah...................................................................................8
A. Ketentuan syar'i Mudharabah..........................................................................13
B. Rukun Mudharabah..........................................................................................13
C. Pengawasan Syariah Transaksi Mudharabah..................................................14
3. Alur Transaksi Mudharabah................................................................................15
4. Standard Akuntansi Mudharabah dalam perbankan syariah.............................16
5. Penyajian transaksi Mudharabah dalam LK.......................................................17
6. Pengungkapan Transaksi Mudharabah...............................................................17
BAB III............................................................................................................................20
Kesimpulan..................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................22

iii
BAB I

PENDAHULUAN

I. Latar Belakang
Akuntansi transaksi dalam Islam memiliki banyak macam, Salah satunya
akuntansi transaksi pembiayaan mudharabah. Mudharabah adalah akad kerja sama antara
dua belah pihak dimana pihak pertama sebagai penyedia modal dan pihak kedua sebagai
pengelola modal. Jika terjadi keuntungan, maka akan dibagi berdasarkan kesepakatan
diawal akad, dan jika terjadi kerugian maka yang menanggung adalah pihak pemilik
modal. dalam era modern saat ini, lembaga keuangan syariah telah berkembang di
indonesia. Ini tentunya membawa angin segar untuk seluruh masyarakat. Kemunculan
lembaga keuangan syariah memberikan dampak positif karena menyediakan bermacam
produk perbankan yang salah praktiknya dilandasi prinsip syariah.

Dalam ekonomi segala bentuk transaksi atau pembiayaan diperlukan suatu


kegiatan pencatatan dan pelaporan atau disebut dengan akuntansi. Akuntansi dalam
transaksi pembiayaan mudharabah akan dibahas secara khusus dalam makalah ini,
dengan bahasan detail tentang definisi, manfaat, ketentuan syari’i, alur transaksi sampai
pengungkapan transaksi mudharabah. Sehingga penting sekali bagi para mahasiswa
akuntansi syariah untuk mengetahui akuntansi transaksi pembiayaan mudharabah. Oleh
karena itu, dalam makalah ini akan menyajikan pembahasan mengenai hal tersebut secara
menyeluruh.1

II. Rumusan Masalah


1. Apa definisi dan kegunaan mudharabah?

2. Apa saja ketentuan syar’i, rukun transaksi, dan pengawasan syariah transaksi
mudharabah?

3. Bagaimana alur transaksi mudharabah?

1 Aassania, “Akuntansi Mudharabah” dalam http://aas-sv.blogspot.com/2013/04/akuntansi-


mudharabah.html, diakses 08 September 2013

4
4. Apa cakupan standar akuntansi mudharabah bagi bank syariah?

5. Bagaimana penyajian transaksi mudharabah dalam Lembaga Keuangan?

6. Bagaimana pengungkapan transaksi mudharabah?

III. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu pengertian dan kegunaan mudharabah

2. Untuk mengetahui ketentuan syar’i, rukun transaksi, dan pengawasan syariah transaksi
mudharabah

3. Untuk mengetahui alur transaksi mudharabah

4. Untuk mengetahui cakupan standar akuntansi mudharabah bagi bank syariah

5. Untuk mengetahui cara penyajian transaksi mudharabah dalam Lembaga Keuangan

6. Untuk mengetahui bagaimana pengungkapan transaksi mudharabah

5
BAB II

PEMBAHASAN

1. Definisi dan Penggunaan


A. Definisi Mudharabah
Dalam kamus Istilah Keuangan dan Perbankan Syariah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia
dijelaskan beberapa istilah yang terkait dengan mudharabah yaitu:

Mudharabah, usaha yang berisiko (risky business) adalah akad kerjasama usaha antara
pihak pemilik dana (shahib al-mal) dengan pihak pengelola dana (mudharib) dimana keuntungan
dibagi sesuai nisbah yang disepakati, sedangkan kerugian ditanggung pemilik dana (modal).
Istilah lain dari mudharabah adalah muqaradhah dan qiradh.

Mudharabah Mutlaqah, akad mudharabah tanpa pembatasan yaitu bentuk kerja sama
antara shahibul mal dan mudharib yang cakupannya sangat luas dan tidak dibatasi oleh
spesifikasi jenis usaha, waktu, dan daerah bisnis. Dalam fiqh seringkali dicontohkan dengan
ungkapan if’al ma syi’ta(lakukan sesukamu) dari shaibul mal kepada mudharib yang memberi
kewenangan penuh.

Mudharabah Muqayyadah, akad mudharabah dengan pembatasan yaitu bentuk kerja sama
antara shahibul mal dan mudharib yang cakupannya dibatasi oleh spesifikasi jenis usaha, waktu
dan daerah bisnis.

Dalam PSAK 105 tentang Akuntansi Mudharabah telah dibahas beberapa pengertian
istilah yang digunakan akuntansi mudharabah dalam transaksi syariah antara lain :
Mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama (pemilik
dana) menyediakan seluruh dana, sedangkan pihak kedua (pengelola dana) bertindak selaku
pengelola, dan keuntungan usaha dibagi di antara mereka sesuai kesepakatan sedangkan kerugian
finansial hanya ditanggung oleh pengelola dana.
Mudharabah muthlaqah adalah mudharabah dimana pemilik dana memberikan kebebasan
kepada pengelola dana dalam pengelolaan investasinya.

6
Mudharabah muqayyadah adalah mudharabah dimana pemilik dana memberikan batasan
kepada pengelola dana, antara lain mengenai tempat, cara dan atau obyek investasi. Mudharabah
musytarakah adalah bentuk mudharabah dimana pengelola dana menyertakan modal atau
dananya dalam kerjasama investasi.

Dalam Accounting and Auditing Standards for Islamic Institutions menjelaskan beberapa
pengertian yang berkaitan dengan mudharabah antara lain:
Mudharabah adalah perjanjian kerjasama untuk mencari keuntungan antara modal dan
kerja/usaha. Perjanjian tersebut bisa saja terjadi antara deposan (investment account) sebagai
penyedia dana (pemegang rekening investasi) dan bank syariah sendiri sebagai mudharib. Bank
syariah menjelaskan keinginannnya untuk menerima dana investasi dari sejumlah nasabah,
pembagian keuntungan disetujui antara kedua belah pihak sedangkan kerugian ditanggung oleh
penyedia dana, asalkan tidak terjadi kesalahan, atau pelanggaran syariah yang telah ditetapkan,
atau tidak terjadi kelalaian di pihak bank syariah. Kontrak Mudharabah dapat juga diadakan
antara bank syariah sebagai pemberi modal atas namanya sendiri atau khusus atas nama deposan,
pengusaha, para pengrajin lainnya termasuk petani, pedagang, dan sebagainya. Mudharabah
berbeda dengan spekulasi yang berunsur kepada perjudian (gambling) dalam pembelian dan
transaksi penjualan.
Mudharabah Mutlaqah (Unrestricted Investment/Investasi Tak Terbatas/Dana Syirkah
Temporer ) Jenis rekening ini, pemegang rekening investasi akan memberikan wewenang/kuasa
kepada bank syariah untuk mengelola dananya sesuai dengan apa yang dianggap tepat oleh bank
syariah tanpa membatasi mengenai, bagaimana dan untuk apa tujuan dari dana tersebut harus
dikelola (diinvestasikan). Dibawah naungan bank syariah, semua dana pemegang rekening
investasi akan disatupadu/dicampur dan dengan demikian pula, bank syariah mempunyai hak
untuk menggunakannya. Bagi pemegang rekening investasi dan bank syariah biasanya akan
berperan serta dalam dana imbal hasil investasi.
Mudharabah Muqayyadah (Restricted Investment/Dana Investasi Terbatas). Jenis rekening ini,
pemegang rekening investasi akan mewajibkan beberapa pembatasan mengenai dimana,
bagaimana, dan untuk apa tujuan dana ini diinvestasikan. Selanjutnya bank syariah dapat
membatasi penggabungan dengan dananya sendiri dengan dana rekening investasi yang terbatas
tersebut bagi tujuan investasi. Di samping itu terdapat pembatasan lainnya yang dapat diberikan
7
oleh pemegang rekening investasi, umpamanya pemegang rekening investasi dapat
mensyaratkan kepada bank syariah untuk tidak menanamkan dana mereka dalam transaksi
penjualan angsuran atau tanpa agunan (kolateral), atau mensyaratkan bahwa bank syariah itu
sendiri harus melaksanakan investasi lebih daripada melalui pihak ketiga.2

Berdasarkan pengertian diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa mudharabah adalah


akad kerja sama anatara dua belah pihak dimana pihak pertama sebagai penyedia modal dan
pihak kedua sebagai pengelola modal. Jika terjadi keuntungan, maka akan dibagi berdasarkan
kesepakatan diawal akad, dan jika terjadi kerugian maka yang menanggung adalah pihak pemilik
modal. Selanjutnya Mudharabah Mutlaqaq adalah bentuk akad mudharabah dimana kerjasama
antara dua belah pihak yaitu shahibul mal dan mudharib dalam menjalankan cakupannya sangat
luas. Pemilik modal memberikan kebebasan pada pengelola modal menggunakan dananya untuk
bisnis tanpa ada batasan seperti spesifikasi jenis usaha, waktu, dan daerah bisnis. Kemudian
Mudharabah Muqayyadah adalah bentuk akad mudharabah dimana kerjasama antara dua
belah pihak yaitu shahibul mal dan mudharib yang cakupannya dibatasi. Pemilik modal
membatasi pengelola dana mengenai tempat, cara dan atau obyek investasinya.

B. Penggunaan Mudharabah
Penggunaan mudharabah bisa kita ketahui dalam lembaga keuangan seperti perbankan
syariah di Indonesia. Mudharabah biasanya diterapkan pada produk-produk pembiayaan dan
pendanaan. Pada sisi penghimpunan dana, al-Mudharabah diterapkan pada:
1) Tabungan berjangka, yaitu tabungan yang dimaksudkan untuk tujuan khusus, seperti
tabungan haji, tabungan qurban, dan sebagainya.
2) Deposito biasa
3) Deposito special (special Investment), dimana dana yang dititipkan nasabah khusus untuk
bisnis tertentu, misalnya murabahah saja atau ijarah saja.
Sedangkan pada sisi pembiayaan, mudharabah diterapkan untuk:
1) Pembiayaan modal kerja, seperti modal kerja perdagangan dan jasa.

2 Wiroso, Akuntansi Transaksi Syariah, (Jakarta: Ikatan Akuntansi Indonesia, 2011), hlm. 326—327

8
2) Investasi Khusus: disebut juga mudharabah muqayyadah, dimana sumber dana khusus
dengan penyaluran yang khusus dengan syarat-syarat yang telah ditetapkan oleh shahibul
maal.3
Penjelasan rincinya sebagai berikut: Dalam penghimpunan dana (LKS sebagai pengelola

Salah satu prinsip yang dilaksanakan oleh LKS pada transaksi penghimpunan
dana adalah dengan menggunakan prinsip mudharabah. Kedudukan LKS sebagai
pengelola dana (mudharib) sedangkan sebagai pemilik dana (shahibul maal) adalah
investor/deposan. Pembagian hasil usaha dilakukan antara investor dengan LKS
sebagai pengelola dana (mudharib). Perhitungan pembagian hasil usaha dilakukan
oleh LKS sebagai pengelola dana (mudharib), karena pekerjaan sepenuhnya
diserahkan kepada LKS sebagai pengelola dana sehingga yang mengetahui hasil usaha
adalah LKS sebagai pengelola dana, maka yang melakukan perhitungan pembagian
hasil usaha adalah LKS sebagai pengelola dana (mudharib).
Dalam perbankan syariah prinsip ini diaplikasikan pada Tabungan Mudharabah
dan Deposito Mudharabah. Fatwa Dewan Syariah Nasional nomor 02/DSN-
MUI/IV/2000 tentang Tabungan, khususnya tabungan mudharabah mengatur
sebagai berikut:
Pertama - Tabungan ada dua jenis:

1) Tabungan yang tidak dibenarkan secara syari’ah, yaitu tabungan yang


berdasarkan perhitungan bunga.
2) Tabungan yang dibenarkan, yaitu tabungan yang berdasarkan prinsip
Mudharabah dan Wadi’ah.
Kedua - Ketentuan Umum Tabungan berdasarkan Mudharabah:
1) Dalam transaksi ini nasabah bertindak sebagai shahibul mal atau pemilik dana,
dan bank bertindak sebagai mudharib atau pengelola dana.
2) Dalam kapasitasnya sebagai mudharib, bank dapat melakukan berbagai macam
3 Rudi Hermawan, “Analisis Akad Mudharabah dalam Lembaga Keuangan Syariah”, dalam
https://journal.trunojoyo.ac.id, diakses 08 September 2021

9
usaha yang tidak bertentangan dengan prinsip syari’ah dan
mengembangkannya, termasuk di dalamnya mudharabah dengan pihak lain.
1) Modal harus dinyatakan dengan jumlahnya, dalam bentuk tunai dan
bukan piutang.
2) Pembagian keuntungan harus dinyatakan dalam bentuk nisbah dan
dituangkan dalam akad pembukaan rekening.
3) Bank sebagai mudharib menutup biaya operasional tabungan dengan
menggunakan nisbah keuntungan yang menjadi haknya.
4) Bank tidak diperkenankan mengurangi nisbah keuntungan nasabah
tanpa persetujuan yang bersangkutan.
Sedangkan penghimpuan dana yang dilakukan oleh Lembaga Keuangan Syariah
dalam bentuk simpanan berjangka (deposito berjangka), Fatwa Dewan Syariah
Nasional 03/DSN-MUI/IV/2000 tentang Deposito mengatur sebagai berikut:
Pertama - Deposito ada dua jenis:

1. Deposito yang tidak dibenarkan secara syari’ah, yaitu Deposito yang


berdasarkan perhitungan bunga.
2. Deposito yang dibenarkan, yaitu Deposito yang berdasarkan
prinsip Mudharabah.

Kedua - Ketentuan Umum Deposito berdasarkan Mudharabah:

1. Dalam transaksi ini nasabah bertindak sebagai shahibul maal atau


pemilik dana, dan bank bertindak sebagai mudharib atau pengelola
dana.
2. Dalam kapasitasnya sebagai mudharib, bank dapat melakukan
berbagai macam usaha yang tidak bertentangan dengan prinsip
syari’ah dan mengembangkannya, termasuk di dalamnya
mudharabah dengan pihak lain.
3. Modal harus dinyatakan dengan jumlahnya, dalam bentuk tunai dan
bukan piutang.

10
4. Pembagian keuntungan harus dinyatakan dalam bentuk nisbah dan
dituangkan dalam akad pembukaan rekening.
5. Bank sebagai mudharib menutup biaya operasional deposito
dengan menggunakan nisbah keuntungan yang menjadi haknya.
6. Bank tidak diperkenankan untuk mengurangi nisbah keuntungan
nasabah tanpa persetujuan yang bersangkutan.4

Dalam penyaluran dana (LKS sebagai pemilik dana)

Prinsip bagi hasil merupakan salah satu pola penyaluran dana Lembaga
Keuangan Syariah, dimana dalam pola bagi hasil ini dapat dilakukan dengan prinsip
mudharabah atau prinsip musyarakah. Dalam hal Lembaga Keuangan Syariah
menyalurkan dana dengan prinsip mudharabah, maka pada gambar di atas kedudukan
LKS adalah sebagai pemilik dana (shahibul maal) sedangkan sebagai pengelola dananya
(mudharib) adalah nasabah debitur. LKS hanya diperkenankan untuk melakukan
pengawasan, pembinaan dan tidak diperkenankan ikut campur dalam pengelolaan
dana tersebut. Oleh karena pekerjaan sepenuhnya diserahkan mudharib, maka yang
mengetahui besar hasil usaha tersebut adalah mudharib, oleh karena itu yang
melakukan perhitungan pembagian hasil usaha juga mudharib. Dalam perbankan
syariah prinsip ini diaplikasikan pada Investasi (pembiayaan) Mudharabah. Dalam
Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 07/DSN-MUI/IV/2000 Tentang Pembiayaan
Mudharabah (Qiradh), diatur hal-hal yang berkaitan dengan pembiayaan mudharabah
(penyaluran dana yang dilakukan oleh LKS) sebagai berikut:
Pertama - Ketentuan Pembiayaan:

1) Pembiayaan Mudharabah adalah pembiayaan yang disalurkan oleh LKS kepada pihak
lain untuk suatu usaha yang produktif.
2) Dalam pembiayaan ini LKS sebagai shahibul maal (pemilik dana) membiayai 100%
kebutuhan suatu proyek (usaha), sedangkan pengusaha (nasabah) bertindak sebagai
mudharib atau pengelola usaha.

4 Wiroso, Akuntansi Transaksi...., hlm. 328—329

11
3) Jangka waktu usaha, tatacara pengembalian dana, dan pembagian keuntungan
ditentukan berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak (LKS dengan pengusaha.
4) Mudharib boleh melakukan berbagai macam usaha yang telah disepakati bersama dan
sesuai dengan syari’ah; dan LKS tidak ikut serta dalam managemen perusahaan atau
proyek tetapi mempunyai hak untuk melakukan pembinaan dan pengawasan.
5) Jumlah dana pembiayaan harus dinyatakan dengan jelas dalam bentuk tunai dan
bukan piutang..
6) LKS sebagai penyedia dana menanggung semua kerugian akibat dari mudharabah
kecuali jika mudharib (nasabah) melakukan kesalahan yang disengaja, lalai, atau
menyalahi perjanjian.
7) Pada prinsipnya, dalam Pembiayaan Mudharabah tidak ada jaminan, namun agar
mudharib tidak melakukan penyimpangan, LKS dapat meminta jaminan dari
mudharib atau pihak ketiga. Jaminan ini hanya dapat dicairkan apabila mudharib
terbukti melakukan pelanggaran terhadap hal-hal yang telah disepakati bersama
dalam akad.
8) Kriteria pengusaha, prosedur pembiayaan, dan mekanisme pembagian keuntungan
diatur oleh LKS dengan memperhatikan fatwa DSN.
9) Biaya operasional dibebankan kepada mudharib.
10) Dalam hal penyandang dana (LKS) tidak melakukan kewajiban atau melakukan
pelanggaran terhadap kesepakatan, mudharib berhak mendapat ganti rugi atau biaya
yang telah dikeluarkan.5

2. Ketentuan Syar’i, Rukun Transaksi, dan Pengawasan Syariah Transaksi


Mudharabah

A. Ketentuan syar'i Mudharabah


Menurut PSAK no. 105 ketentuan syar’i mudharabah sebagai berikut:

5 Ibid., hlm, 329—331

12
Mudharabah muthlaqah adalah Shohibul maal memberikan kebebasan penuh kepada mudharib
dalam pengelolaannya

Mudharabah muqayyadah adalah Shohibul maal memberikan batasan kepada mudharib


mengenai tempat, cara dan obyek investasinya.

Mudharabah musytarakah adalah bentuk Mudharabah dimana pengelola dana menyertakan


modal dalam kerjasama investasi. Akad ini merupakan solusi sekiranya dalam perjalanan usaha,
pengelola dana memiliki modal yang dapat dikontribusikan dalam investasi.6

B. Rukun Mudharabah
Adapun rukun Mudharabah adalah sebagai berikut:

1) Orang yang berakad :


a. Pemilik modal / Shahibul maal atau Rabbul maal
b. Pelaksanaan atau usahawan / Mudharib
2) Modal/ maal
3) Kerja atau usaha/ Dharabah
4) Keuntungan/ ribh
5) Shighat/ Ijab Qabul

Rukun-rukun mudhorobah dalam pandangan jumhur ulama ada tiga pelaku akad:
(pemberi dan penerima harta), ma`qud `alaih (modal, usaha keuntungan) dan sighat (ijab dan
qabul). Imam syafi`i membaginya menjadi lima bagian harta, usaha, keuntungan, sighat dan
pelaku akad. Para ulama sepakat bahwa akad mudhorobah tidak wajib sebelum si pelaksana
memulai usahanya, karena pemilik dan pelaksana bisa membatalkannya. Adapun jika pelaksana
telah memulai usahanya apakah antara pelaksana dan pemilik modal wajib menulis akad
mudhorobah? Imam Malik berpendapat wajib dan merupakan akad yang diwarisi. Jika pelaksana
mempunyai anak-anak yang amanah, mereka mewarisi mudhorobah tersebut dan mempunyai

6 Slideshare, “Materi Mudharabah”,dalam https://www.slideshare.net/buchelee/materi-mudharabah, diakses


07 September 2021

13
hak dan kewajiban seperti bapak mereka. jika mereka tidak amanah mereka wajib mencari
seorang yang amanah.Abu Hanifah, Syafi`i dan Ahmad mengatakan bahwa akad mudhorobah
tidak wajib karena pemberi dan penerima modal, salah seorang dari keduanya boleh
membatalkan akad tersebut kapan ia inginkan dan akad mudhorobah tidak dapat diwarisi.

Alasan perbedaan pendapat kedua belah pihak adalah, Imam Malik berpendapat akad
mudorobah itu wajib karena jika akad itu dibatalkan setelah beroperasi akan membawa
mudhorot, baik terhadap pemberi atau penerima modal. Sedangkan pendapat Imam Abu Hanifah,
Syafi`i dan Ahmad bahwa akad tersebut tidak wajib, karena akad mudhorobah sebelum dan
sesudahnya sama saja. Juga karena mudhorobah itu sendiri artinya mempergunakan harta orang
lain dengan izinnya, maka kedua belah pihak mempunyai hak untuk membatalkan akad tersebut,
sebagaimana boleh membatalkan akad dalam masalah wadi`ah dan wakalah. Hanafiyah
menambahkan syarat sahnya pembatalan itu, yaitu memberi tahu salah seorang dari kedua belah
pihak pada pihak lain tentang pembatalan tersebut, sebagaimana terjadi dalam banyak jenis
syarikat perkongsian. Pada saat pemberitahuan pembatalan tersebut, modal dasar harus berupa
uang, jika tidak berupa uang maka pembatalan kerja sama tidak sah. Adapun pendapat Syafi`iyah
dan Hanabilah jika mudhorobah batal sedangkan modal dan untung masih berupa barang maka
kedua belah pihak boleh menjual atau membaginya. Jika pelaksana meminta semua barang dijual
dan pemilik modal tidak setuju, maka hakim mesti memaksa pemilik modal untuk menjualnya,
karena pelaksana mempunyai hak dari keuntungan tersebut dan haknya itu tidak akan didapatnya
melainkan dengan cara dijual.7

C. Pengawasan Syariah Transaksi Mudharabah


Pengawasan tersebut berdasarkan pedoman ditetapkan oleh Bank Indonesia dilakukan untuk hal-
hal sebagai berikut :

1) Meneliti apakah pemberian informasi secara lengkap telah disampaikan oleh bank kepada
nasabah, baik secara tertulis maupun lisan tentang persyaratan investasi mudharabah
telah dilakukan.
2) Menguji apakah perhitungan bagi hasil telah dilakukan sesuai prinsip syariah.
3) Memastikan adanya persetujuan para pihak dalam perjanjian investasi mudharabah.

7 Wiroso, Akuntansi Transaksi, hlm. 327


14
4) Memastikan terpenuhinya rukun dan syarat mudharabah.
5) Memastikan bahwa kegiatan investasi yang dibiayai tidak termasuk jenis kegiatan usaha
yang bertentangan dengan syariah.8

3. Alur Transaksi Mudharabah


1) Pengelola dana (mudharib) memiliki usaha atau proyek yang fisibel untuk dipergunakan
sebagai obyek dalam mudharabah. Berdasarkan proyek tersebut, nasabah sebagai
mudharib mengajukan permohonan kepada shahibul maal untuk dapat membiayai
proyek atau usaha tersebut

2) Pemilik dana (shahibul maal) berdasarkan prinsip-prinsip kehati-hatian, analisa dan


pertimbangan kelayakan proyek tersebut dapat membiayai usaha atau proyek yang
diajukan oleh mudharib (memberikan modal mudharabah). Pada prinsipnya modal yang
harus diserahkan kepada mudharib sebesar 100% (seratus persen) dari kebutuhan dana
proyek yang akan dijalankan. Shahibul maal hanya dapat melakukan pengawasan, tidak
diperkenankan untuk ikut campur dalam pengelolaan dana tersebut.

3) Pembagian hasil usaha dilakukan antara mudharib dengan shahibul maal sesuai nisbah
yang disepakati pada awal akad, dan dilakukan dengan cara negosiasi. Perhitungan
pembagian hasil usaha dilakukan oleh mudharib. Dalam pembagian hasil usaha ini dapat
mempergunakan salah satu dari dua prinsip yang ada yaitu Prinsip Hasil (Revenue
Sharing) atau Prinsip Bagi Laba (Profit Sharing). Hasil usaha yang dibagi adalah hasil
usaha yang nyata-nyata diterima (cash basis). Apabila kerugian disebabkan kesalahan
dari mudharib maka kerugian tersebut ditanggung oleh mudharib, tetapi jika kerugian
disebabkan bukan kesalahan mudharib ditanggung oleh pemilik dana.

8 My Word, “Akuntansi Trsansaksi Mudharabah”, dalam https://datakata-wordpress-


com.cdn.ampproject.org/v/s/datakata.wordpress.com/2014/12/07/akuntansi-transaksi-mudharabah-akuntansi-
syariah/amp/?amp_js_v=a6&amp_gsa=1&usqp=mq331AQKKAFQArABIIACAw%3D
%3D#aoh=16309329948293&referrer=https%3A%2F%2Fwww.google.com&amp_tf=Dari
%20%251%24s&ampshare=https%3A%2F%2Fdatakata.wordpress.com%2F2014%2F12%2F07%2Fakuntansi-
transaksi-mudharabah-akuntansi-syariah%2F, diakses 07 September 2021

15
4) Mudharib mengembalikan sisa modal. Mudharib tidak dapat menjamin pengembalian
dana pemilik dana (shahibul maal) sebesar modal awal (100%), karena ada kemungkinan
pengurangan modal sebagai akibat kerugian yang disebabkan karena bukan kesalahan
pengelola modal (mudharib), sehingga kerugian tersebut ditanggung oleh pemilik dana
(shahibul maal).9

4. Standard Akuntansi Mudharabah dalam perbankan syariah


PSAK 105 mengatur pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan transaksi
mudharabah. Pernyataan ini diterapkan untuk entitas yang melakukan transaksi mudharabah
baik sebagai pemilik dana (shahibul maal) maupun pengelola dana (mudharib).

Pernyataan ini tidak mencakup pengaturan perlakuan akuntansi atas obligasi syariah
(sukuk) yang menggunakan akad mudharabah. Mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara
dua pihak di mana pihak pertama (pemilik dana) menyediakan seluruh dana, sedangkan pihak
kedua (pengelola dana) bertindak selaku pengelola, dan keuntungan dibagi di antara mereka
sesuai kesepakatan sedangkan kerugian finansial hanya ditanggung oleh pemilik dana.

Dana mudharabah yang disalurkan oleh pemilik dana diakui sebagai investasi
mudharabah pada saat pembayaran kas atau penyerahan aset nonkas kepada pengelola dana.

Dana yang diterima dari pemilik dana dalam akad mudharabah diakui sebagai dana
syirkah temporer sebesar jumlah kas atau nilai wajar aset nonkas yang diterima. Pada akhir
periode akuntansi, dana syirkah temporer diukur sebesar nilai tercatatnya.

PSAK 105 juga memberikan ketentuan penyajian dan pengungkapan bagi pemilik dana
dan pengelola dana mudharabah.10

5. Penyajian transaksi Mudharabah dalam LK


Dalam PSAK No. 105, penyajian Mudharabah dalam paragraf 36 dan 37 sebagai berikut :
hal 384

9 Wiroso, Akuntansi Transaksi.., hlm. 333

10 Ikatan Akuntan Indonesia, “PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN 105: AKUNTANSI


MUDHARABAH” dalam http://iaiglobal.or.id/v03/standar-akuntansi-keuangan/pernyataan-sas-68-psak-105-
akuntansi-mudharabah, diakses dalam 7 September 2021
16
1)Pemilik dana menyajikan investasi mudharabah dalam laporan keuangan sebesar nilai tercatat.
2)Pengelola dana menyajikan transaksi mudharabah dalam laporan keuangan:
(a) Dana syirkah temporer dari pemilik dana disajikan sebesar nilai tercatatnya untuk
setiap jenis mudharabah;
(b) Bagi hasil dana syirkah temporer yang sudah diperhitungkan tetapi belum diserahkan
kepada pemilik dana disajikan sebagai pos bagi hasil yang belum dibagikan di kewajiban.
(c) Bagi hasil dana syirkah temporer yang sudah di perhitungkan tetapi belum jatuh
tempo disajikan dalam pos bagi hasil yang belum dibagikan.11

6. Pengungkapan Transaksi Mudharabah


Sesuai dengan PSAK 105, pengungkapan Mudharabah dalam paragraf 38 dan 39 sebagai
berikut :
1) Pemilik dana mengungkapkan hal-hal terkait transaksi mudharabah, tetapi tidak terbatas,
pada:
(a) Isi kesepakatan utama usaha mudharabah, seperti porsi dana, pembagian hasil usaha,
aktivitas usaha mudharabah, dan lain-lain;
(b) Rincian jumlah investasi mudharabah berdasarkan jenisnya;
(c) Penyisihan kerugian investasi mudharabah selama periode berjalan; dan
(d) Pengungkapan yang diperlukan sesuai PSAK 101: Penyajian Laporan Keuangan
Syariah.
2) Pengelola dana mengungkapkan hal-hal terkait transaksi mudharabah, tetapi tidak
terbatas, pada:
(a) Isi kesepakatan utama usaha mudharabah, seperti porsi dana, pembagian hasil usaha,
aktivitas usaha mudharabah, dan lain-lain;
(b) Rincian dana syirkah temporer yang diterima berdasarkan jenisnya;
(c) Penyaluran dana yang berasal dari mudharabah muqayadah; dan

11Ikatan Akuntansi Indonesia, PSAK No. 105 Akuntansi…, (Jakarta : Ikatan Akuntan Indonesia, 2007),
hlm.105.8
17
(d) Pengungkapan yang diperlukan sesuai PSAK 101: Penyajian Laporan Keuangan
Syariah.12
Penyajian laporan keuangan syariah dalam PSAK 101 :
a) Laporan keuangan harus menyajikan secara wajar posisi keuangan, kinerja keuangan, dan
arus kas entitas syariah dengan menerapkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
secara benar disertai pengungkapan yang diharuskan Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan dalam Catatan atas Laporan Keuangan. Informasi lain tetap diungkapkan
untuk menghasilkan penyajian yang wajar walaupun pengungkapkan tersebut tidak
diharuskan oleh Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan.
b) Apabila Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan belum mengatur masalah pengakuan,
pengukuran, penyajian atau pengungkapan dari suatu transaksi atau peristiwa, maka
penyajian secara wajar dapat dicapai melalui pemilihan dan penerapan kebijakan
akuntansi sesuai dengan paragraf 20 serta menyajikan jumlah yang dihasilkan sedemikian
rupa sehingga memberikan informasi yang relevan, andal, dapat dibandingkan, dan dapat
dipahami.
c) PSAK dimaksudkan agar laporan keuangan menyajikan secara wajar posisi keuangan,
kinerja, dan arus kas sehingga tujuan laporan keuangan tersebut dapat tercapai. PSAK
mungkin tidak mengatur pengungkapan informasi tertentu padahal pengungkapan
informasi tersebut diperlukan guna menyajikan laporan keuangan secara wajar. Dalam
hal tersebut maka entitas syariah harus memberikan tambahan pengungkapan informasi
yang relevan sehingga laporan keuangan dapat disajikan secara wajar.
d) Kecepatan inovasi dalam dunia bisnis sering mengakibatkan belum diaturnya suatu
transaksi atau peristiwa dalam PSAK. Dalam kondisi tersebut, penyajian secara wajar
laporan keuangan dapat dicapai dengan memilih dan menerapkan kebijakan akuntansi
sesuai dengan paragraf 20 serta menyajikan informasi menggunakan konsep yang
terdapat dalam Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan.13

12 Ikatan Akuntansi Indonesia, PSAK No. 105 Akuntansi Mudharabah, (Jakarta : Ikatan Akuntan Indonesia,
2007), hlmn.105.8-105.9

13 Ikatan Akuntansi Indonesia, PSAK No. 101 Akuntansi Mudharabah, (Jakarta : Ikatan Akuntan Indonesia, 2007),
hal.101.5
18
BAB III

Kesimpulan

Berdasarkan PSAK 105 mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara dua pihak di
mana pihak pertama (pemilik dana) menyediakan seluruh dana, sedangkan pihak kedua
(pengelola dana) bertindak selaku pengelola, dan keuntungan dibagi di antara mereka sesuai
kesepakatan sedangkan kerugian finansial hanya ditanggung oleh pemilik dana. Sehingga

19
epercayaan itu penting karena dalam akad mudharabah, pemilik dana tidak boleh ikut campur di
dalam manajemen perusahaan atau proyek yang dibiayai dengan dana pemilik dana tersebut.

Dari beberapa penjelasan di atas dapat kita tarik kesimpulan bahwa mudharabah adalah
akad kerja sama antara pemilik dana dan pengelola dana dalam mendirikan usaha tertentu untuk
saling menguntungkan. Adapun hal spesifik dalam akad mudharabah antara lain kesepakatan
tentang dasar bagi hasil (revenue sharing atau profit sharing), besar nisbah bagi hasil, pernyataan
bank sebagai shahibul mal untuk menanggung kerugian kecuali yang disebabkan oleh kelalaian
mudharib, pernyataan hak bank untuk memasuki tempat usaha dan tempat lainnya untuk
mengadakan pengawasan terhadap pembukuan, catatan- catatan, transaksi mudharib yang
berhubungan dengan pembiayaan mudharabah, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Berdasarkan proyek tersebut, nasabah sebagai mudharib mengajukan permohonan kepada


shahibul maal untuk dapat membiayai proyek atau usaha tersebut 2) Pemilik dana (shahibul
maal) berdasarkan prinsip-prinsip kehati-hatian, analisa dan pertimbangan kelayakan proyek
tersebut dapat membiayai usaha atau proyek yang diajukan oleh mudharib (memberikan modal
mudharabah).

Mudharib tidak dapat menjamin pengembalian dana pemilik dana (shahibul maal) sebesar
modal awal (100%), karena ada kemungkinan pengurangan modal sebagai akibat kerugian yang
disebabkan karena bukan kesalahan pengelola modal (mudharib), sehingga kerugian tersebut
ditanggung oleh pemilik dana (shahibul maal).Pernyataan ini diterapkan untuk entitas yang
melakukan transaksi mudharabah baik sebagai pemilik dana (shahibul maal) maupun pengelola
dana (mudharib).

Mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara dua pihak di mana pihak pertama
(pemilik dana) menyediakan seluruh dana, sedangkan pihak kedua (pengelola dana) bertindak
selaku pengelola, dan keuntungan dibagi di antara mereka sesuai kesepakatan sedangkan
kerugian finansial hanya ditanggung oleh pemilik dana. Dana mudharabah yang disalurkan oleh
pemilik dana diakui sebagai investasi mudharabah pada saat pembayaran kas atau penyerahan
aset nonkas kepada pengelola dana. Dana yang diterima dari pemilik dana dalam akad
mudharabah diakui sebagai dana syirkah temporer sebesar jumlah kas atau nilai wajar aset
nonkas yang diterima.
20
Pengelola dana menyajikan transaksi mudharabah dalam laporan keuangan:
(a) Dana syirkah temporer dari pemilik dana disajikan sebesar nilai tercatatnya untuk setiap jenis
mudharabah;
(b) Bagi hasil dana syirkah temporer yang sudah diperhitungkan tetapi belum diserahkan kepada
pemilik dana disajikan sebagai pos bagi hasil yang belum dibagikan di kewajiban.

Pengungkapan Transaksi Mudharabah Sesuai dengan PSAK 105, pengungkapan Mudharabah


sebagai berikut : Pemilik dana mengungkapkan hal-hal terkait transaksi mudharabah, tetapi tidak
terbatas, pada:

(a) Isi kesepakatan utama usaha mudharabah, seperti porsi dana, pembagian hasil usaha, aktivitas
usaha mudharabah, dan lain-lain;
(b) Rincian jumlah investasi mudharabah berdasarkan jenisnya;
(c) Penyisihan kerugian investasi mudharabah selama periode berjalan; dan
(d) Pengungkapan yang diperlukan sesuai PSAK 101: Penyajian Laporan Keuangan Syariah.
Penyajian laporan keuangan syariah dalam PSAK 101 : a) Laporan keuangan harus
menyajikan secara wajar posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas entitas syariah dengan
menerapkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan secara benar disertai pengungkapan yang
diharuskan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan dalam Catatan atas Laporan Keuangan.

DAFTAR PUSTAKA

Aassania. 2013. “Akuntansi Mudharabah”, dalam http://aas-sv.blogspot.com/2013/04/akuntansi-


mudharabah.html, diakses 09 September 2021

Hermawan, Rudi. 2014. “Analisis Akad Mudharabah dalam Lembaga Keuangan Syariah”, dalam
https://journal.trunojoyo.ac.id, diakses 08 September 2021
21
Ikatan Akuntan Indonesia. 2007. “PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN
105: AKUNTANSI MUDHARABAH”, dalam http://iaiglobal.or.id/v03/standar-
akuntansi-keuangan/pernyataan-sas-68-psak-105-akuntansi-mudharabah, diakses dalam
7 September 2021

Ikatan Akuntansi Indonesia. 2007. PSAK No. 105 Akuntansi Mudharabah. Jakarta: Ikatan
Akuntan Indonesia.

Ikatan Akuntansi Indonesia. 2007. PSAK No. 101 Akuntansi Mudharabah. Jakarta: Ikatan
Akuntan Indonesia..

Slideshare. 2011. “Materi Mudharabah”, dalam https://www.slideshare.net/buchelee/materi-


mudharabah, diakses 07 September 2021

Wiroso. 2011. Akuntansi Transaksi Syariah. Jakarta: Ikatan Akuntansi Indonesia.

Word, My. 2014. “Akuntansi Transaksi Mudharabah”, dalam https://datakata-wordpress-


com.cdn.ampproject.org/v/s/datakata.wordpress.com/2014/12/07/akuntansi-transaksi-
mudharabah-akuntansi-syariah/amp/?
amp_js_v=a6&amp_gsa=1&usqp=mq331AQKKAFQArABIIACAw%3D
%3D#aoh=16309329948293&referrer=https%3A%2F
%2Fwww.google.com&amp_tf=Dari%20%251%24s&ampshare=https%3A%2F
%2Fdatakata.wordpress.com%2F2014%2F12%2F07%2Fakuntansi-transaksi-
mudharabah-akuntansi-syariah%2F, diakses 07 September 2021

22

Anda mungkin juga menyukai