Moses
Moses
Originality Assessment
39%
Overall Similarity
v 8.0.7 - WML 4
FILE - MOSES.DOCX
SKRIPSI
MASYARAKAT MAKASSAR
OLEH :
MOSES.TAWUN
NIM : 120191823
TAHUN 2022
SKRIPSI
MASYARAKAT MAKASSAR
Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan Dalam Program Studi Ilmu
OLEH :
MOSES TAWUN
NIM : 120191823
2022
SURAT PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri dan belum pernah
dibuat dan dikumpulkan oleh orang lain untuk memperoleh gelar dari berbagai jenjang
Yang menyatakan
MOSES TAWUN
NIM : 120491811
HALAMAN PERSETUJUAN
SKRIPSI
MASYARAKAT MAKASSAR
MOSES TAWUN
NIM : 120191823
Dinyatakan telah memenuhi syarat dan disetujui untuk diajukan dalam ujian Skripsi.
Disetujui oleh :
PEMBIMBING I
PEMBIMBING II
NIDN : 0921058306
HALAMAN PENGESAHAN
SKRIPSI
MASYARAKAT MAKASSAR
MOSES TAWUN
NIM : 120191823
Dan dinyatakan telah memenuhi syarat dan disetujui sebagai tugas akhir (Proposal)
Tim Penguji :
Tim Pembimbing :
Mengetahui
NIDN : 0916096903
KETUA PRODI S1
Ns. AMBOANTO, S.Kep., M.MKep
NIDN : 99099132589
MOTTO
“Cinta Itu Indah Tetapi Yang Lebih Indah Dari Itu Adalah Masa Depanku Dan Masa
Depanmu”
“Hai Anakku, Janganlah Engkau Melupakan Ajaranku, Dan Biarlah Hatimu Memelihara
perintahku, Karena Panjang Umur Dan Lanjut Usia Serta Sejahtera Akan Ditambahkannya
Kepadamu, Janganlah Kiranya Kasih Dan Setia Itu Meninggalkan Engkau! Kalungkan Itu
Pada Lehermu, Dan Tuliskan 47 Itu Pada Loh Hatimu, Maka Engkau Akan Mendapat
(Amsal 3 : 1-4)
Tuhan Yesus, Mama Papa, Keluarga Besar Tawun, RahanSerang, Laiyan, Dan Sairatu,
Sahabat, dan Semua Orang Yang Mendukung Saya, Semua Orang Yang Mengasihi Saya
Bahkan menopang dan Ada Bersama-sama dengan Saya Sampai hari ini tiba.
By. M.T
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat TUHAN yang maha Esa, Yesus Kristus Sang
Juruselamat yang oleh cinta dan kasih sayang-Nya, melalui tuntunan Kuasa Roh Kudus
yang memberi hikmat, pengertian, dan pengetahuan serta kemampuan bagi penulis,
pelaksanaan Skripsi 55 ini dapat terselesaikan dengan baik. Skripsi ini berjudul
MASYARAKAT MAKASSAR TAHUN 2022”. Merupakan salah satu tugas yang disusun
dalam rangka memenuhi syarat untuk melakukan penelitian dan menempuh ujian akhir S-1
Penulis menyadari bahwa penulisan Skripsi ini dapat selesai karena adanya bantuan dan
kerja sama dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis
kedua orang tua tercinta Ayah Ruben Tawun dan Ibu Karolina Laiyan, Alamarhum/a Opa
dan Oma Terkasih, Opa Moses Tawun, dan Opa Melwat Laiyan dan Oma Agustina
Tawun, dan Oma Agustina Kudmasa serta kakak-kakak saya yang tersayang Bu Jen
Weradity serta Keluarga, Usi Agustina Weradity berserta Keluarga, Usi Ima Serbunan
serta Keluarga, Bu Gerson Tawun serta keluarga, Bu Melwat Tawun serta keluarga, Bu
Genes Masela serta keluarga, dan Adik Tika Tawun, dan keluarga besar Tawun, Masela
dan Rahanserang di Wunlah, dan Keluarga besar Laiyan, Huninhatu dan Sairatu di
Makatian, yang selama ini menjadi alasan terbesar dalam hidup saya untuk meraih cita-
cita dan telah menjadi panutan terbaik dan telah banyak memberikan dukungan berupa
nasihat dan materi untuk saya, memberikan yang terbaik sehingga penulis bisa sampai
2. Dr. Yudit Patiku, S.Si., S.Kep., Ns., M.Kes Selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu
Wahab, S.Kep selaku pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktu, tenaga dan
5. Dr. Yudit Patiku, S.Si., S.Kep., Ns., M.Kes selaku penguji l, dan Ns. Robertus Mashyuri,
S.Kep., M.MKep selaku penguji II, yang telah memberikan masukan dan saran demi
85 6. Bapak dan Ibu Dosen Serta Staf STIK FAMIKA Makassar yang telah membantu
7. Sahabat-sahabat saya Jek Elat, Neles, Rino, Titus, Helmi, Efri, Niko, Ayub, dan Ayu,
serta adik Nias yang telah mendoakan, meluangkan waktu untuk berbagi ilmu dan
memberikan motivasi bagi penulis 55 sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini
dengan baik.
Dalam penulisan Skripsi 26 ini penulis menyadari bahwa Skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati penulis bersedia menerima
kritikan dan saran yang konstruktif demi sempurnanya Skripsi ini. Akhirnya penulis
mengucapkan terima kasih atas segala Doa, dukungan dan bantuan yang diberikan
semoga Tuhan memberikan balasan yang setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa.
Penulis
MOSES TAWUN
NIM:120191823
DAFTAR ISI
SKRIPSI i
SURAT PERNYATAAN ii
HALAMAN PENGESAHAN iv
MOTTO v
KATA PENGANTAR vi
DAFTAR ISI ix
DAFTAR TABEL xi
ABSTRAK xiii
BAB I 1
PENDAHULUAN 1
A. LATAR BELAKANG 1
B. Rumusan Masalah 7
C. Tujuan Penelitian 8
D. Manfaat Penelitian 8
BAB II 10
TINJAUAN PUSTAKA 10
A. Tuberkulosis 10
BAB III 52
A. Kerangka Konsep 52
B. Varibel Penelitian 53
C. Hipotesis Penelitian 54
BAB IV 55
METODE PENELITIAN 55
A. Desain Penelitian 55
D. Etika Penelitian 60
BAB V 62
A. Hasil Penelitian 62
B. Pembahasan 70
BAB VI 75
PENUTUP 75
A. Kesimpulan 75
B. Saran 76
DAFTAR PUSTAKA 54
DAFTAR TABEL
Tabel 5.1 :
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Umur di BBKPM Makassar, Kota Makassar, Juli 2022
65
Tabel 5.2 :
66
Tabel 5.3 :
67
Tabel 5.4 :
2022
68
Tabel 5.5 :
2022
68
Tabel 5.6 :
Analisa mencari Hubungan Tingkat Pengetahuan Dan Kepatuhan Pasien Terhadap Minum
Obat Anti Tuberkulosis Paru 66 Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat Makassar, Kota
Makassar
69
DAFTAR LAMPIRAN
JULI, 2022
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dan
kepatuhan pasien terhadap minum obat anti tuberculosis paru di Balai Besar Kesehatan
Desai penelitian ini adalah kuantitatif dengan metode analitik melalui pendekatan Cross
Sectional. Sampel dalam penelitian ini adalah adala semua pasien TB paru yang tercatat
Juli 2022 di Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat Makassar dengan jumlah sampel 30
responden. Uji yang digunakan adalah uji Chi Square dengan Fisher Exact.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa dari 30 responden ada 10 (33,3%) responden yang
memiliki pengetahuan baik dan kepatuhan ialah patuh terhadap minum obat anti
tuberculosis paru, kemudian ada 3 (10,0%) responden yang memiliki pengetahuan baik
tetapi kepatuhan tidak patuh terhadap 8 minum obat anti tuberculosis paru, serta 2
(6,7%) responden yang memiliki pengetahuan kurang dan kepatuhan ialah patuh terhadap
minum obat anti tuberculosis paru, dan 15 (50,0%) responden yang memiliki pengetahuan
kurang dan kepatuhan tidak patuh terhadap minum obat anti tuberculosis paru.
Berdasarkan hasil uji statistic pada table 2 x 2 menggunakan uji chi square dengan
turunan Fisher Exact dengan tariff signifikan 0.05 Berdasarkan hasil uji statistiknya
didapatkan p-value = .001 atau p-value < 0,05. Dengan demikian dapat dikatakan Ho
Pasien Terhadap Minum Obat Anti Tuberkulosis Paru Balai Besar Kesehatan Paru
Penelitian ini disarankan kepada petugas kesehatan balai paru agar lebih aktif untuk
anti tuberculosis paru, dan memberikan penyuluhan terkait penyakit TB Paru dan
Kata kunci : Hubungan, Pengetahuan, Kepatuhan, Minum Obat Anti Tuberkulosis Paru
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Tuberkulosis (TB) 40 paru adalah suatu penyakit infeksi menular yang di sebabkan oleh
bakteri Mycobacterium tuberkulosis. Sumber penularan yaitu pasien TB Basil Tahan Asam
(BTA) positif melalui percik dahak yang dikeluarkannya. Penyakit ini apabila 48 tidak
segera diobati atau pengobatannya tidak tuntas dapat menimbulkan komplikasi berbahaya
hingga kematian (Kemenkes RI, 2015). Tuberkulosis merupakan masalah kesehatan yang
tahun terakhir. Global Tuberculosis Report 2018 melaporkan bahwa 2/3 kasus tuberkulosis
terdapat di 8 negara termasuk Indonesia yang berada di urutan ketiga (8%) setelah India
(27%) dan China (9%). Jumlah kasus baru TB di Indonesia mencapai angka 420.994
kasus pada tahun 2017. (Kemenkes RI, 2018 ; Global TB Report, 2018 ) dalam
Berbagai faktor yang mempengaruhi masih tingginya angka TB secara garis besar terbagi
atas faktor host (penderita), lingkungan dan agen (kuman MTB). Penelitian yang dilakukan
oleh
kejadian penyakit TB, baik dihubungkan dengan faktor penderita seperti usia, jenis
kelamin, penyakit komorbid, konsumsi rokok dan alkohol, kondisi sosioekonomi, dan
malnutrisi maupun faktor lingkungan diluar penderita seperti riwayat kontak dengan
penderita TB sebelumnya. Deteksi dini tentang faktor risiko tersebut diharapkan dapat
12 Dalam Global tubercolosis report dilaporkan Pada tahun 2018, diperkirakan 10 juta
orang jatuh sakit dengan tuberculosis (TB) di seluruh dunia. Sebanyak 5,7 juta pria, 3,2
juta wanita dan 1,1 juta anak-anak. Ditahun yang sama, 30 negara dengan beban TB
tinggi menyumbang 87% dari kasus TB baru. 62 Delapan negara menyumbang dua
pertiga dari total dimana India memimpin di urutan pertama diikuti oleh Cina, Indonesia,
Filipina, Pakistan, Nigeria, Bangladesh, dan Afrika Selatan. 12 Di Indonesia, notifikasi naik
dari 331.703 pada 2015 menjadi 563 879 pada 2018 (+ 70%), termasuk peningkatan
121.707 (+ 28%) antara 2017 dan 2018 (World Health Organization, 2019). Insidensi TB di
Indonesia pada tahun 2018 adalah 316 per 100.000 penduduk. Sementara itu berdasarkan
data Riskesdas Tahun 2018 estimasi kasus TB sekitar 845.000 penduduk menderita TB
pada tahun 2018 (Minitry of Health Indonesia, 2018). Berdasarkan 8 data (World Health
Organization, 2019), perkiraan angka kematian di Indonesia adalah 35 per 100.000
penduduk artinya sekitar 93.000 orang meninggal karena TB pada tahun 2018 (World
di Indonesia adalah 81,3%, yang belum mencapai target WHO sebesar 85% (Kemenkes,
2015). Potensi efek samping obat lebih sering disebabkan oleh pengobatan teratur,
kombinasi atau beberapa obat, dan penggunaan obat dalam jangka panjang. Paru-paru
merupakan organ pada sistem pernapasan pada dan berhubungan juga dengan system
peredaran darah, fungsi utama dari paru-paru yaitu menukar oksigen dari udara dengan
menduduki peringkat pertama dengan jumlah penderita TB Paru BTA Positif sebanyak
1.951 kasus, menyusul Kabupaten Wajo sebanyak 606 kasus dan Kabupaten Bone
sebanyak 458 kasus (Dinkes Provinsi Sulsel, 2018) dalam (MUHAMMAD ZAKI RAHMANI,
2020).
Berdasarkan data Dinas kesehatan Kota Makassar, peringkat Puskesmas yang memiliki
jumlah pasien TB terbanyak per tahun yaitu Puskesma Kaluku Bodoa (227 orang),
orang). Saat ini fakultas Kedokteran Unhas telah bekerjasama dengan beberapa
yang lebih baik di masyarakat (Dinkes kota Makassar 2018) dalam (MUHAMMAD ZAKI
RAHMAN, 2020)
Kemudian, 14 data Dinas Kesehatan Kabupaten Gowa, Pada tahun 2014 jumlah kasus
yang positif terkena penyakit Tuberkulosis ada sebanyak 1021 kasus. Mengalami
penurunan pada tahun 2015 jumlah kasus Positif Tuberkulosis sebanyak 1016 kasus dan
meningkat drastis menjadi 1229 8 kasus pada tahun 2016. 14 Pada tahun 2016 masih
Somba Opu yakni sebesar 19,95 persen, kemudian diikuti oleh Kecamatan Pallangga
sebesar 15,12 persen, Kecamatan Bajeng sebesar 9,55 persen, hal inilah yang menjadi
salah satu penyebab tingginya kejadian kasus penyakit Tuberkulosis di tiga kecamatan
tersebut yaitu pada tahun 2016 jumlah kasus kejadian penyakit Tuberkulosis adalah
sebanyak 194 kasus di kecamatan Somba Opu, disusul Kecamatan Palangga sebanyak
134 kasus dan di kecamatan Bajeng sebanyak 94 kasus (Dinas Kesehatan Kabupaten
dalam menelan obat. 31 Obat Anti Tuberkulosis (OAT) pada 1943 Streptomisin ditetapkan
sebagai anti tuberkulosis paru pertama yang efektif. Setelah itu ditemukan Thiacetazone
Acid Hydrazide; INH), diikuti dengan penemuan Pirazinamid (1952), Cycloserine (1952),
Tuberkulosis yang resisten terhadap OAT (Kemenkes RI, 2016) dalam Tri Retno
Widianingrum 2017).
pasien yang memiliki pengetahuan kurang memiliki peluang untuk tidak patuh minum
BKPM Surakarta yang menunjukkan bahwa adanya hubungan positif antara tingkat
pengetahuan tentang penyakit dan pengobatan tuberkulosis paru dengan tingkat ketaatan
al, 2019).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Dhewi (2011) yang mengatakan dimana 3 tingkat
kepatuhan pasien TB paru dalam meminum OAT hanya sebesar 26%. Penelitian Fauziyah
(2016) juga mengatakan prevalensi kepatuhan dalam meminum 34 OAT pada pasien TB
paru di salah satu Puskesmas Kabupaten Jember hanya sebesar 44,2%. Hasil yang tidak
jauh berbeda serupa dengan hasil penelitian Prasetya (2016) di mana prevalensi 3
kepatuhan pasien TB paru hanya sebesar 46,5% sehingga masih dianggap rendah.
Meningkatnya angka ketidakpatuhan pasien TB paru dalam meminum OAT ini adalah
disebabkan karena terapi pengobatan OAT yang membutuhkan waktu cukup lama untuk
terapi yaitu dengan kurun waktu minimal 6 bulan. Hal ini menyebabkan kejenuhan 5
penderita tuberkulosis paru yang cenderung berhenti berobat (Kemenkes RI, 2018) dalam
Berdasarkan data dari Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat (BBKPM) Makassar
Provinsi Sulawesi Selatan banyak di jumpai. Angka kejadian pada tahun 2020, penderita
penyakit tuberkulosis paru positif sebanyak 384 pasien dan penderita penyakit tuberkulosis
paru negatif sebanyak 6.342 pasien, jadi jumlah keseluruhan yang menderita penyakit
TB.Paru sebanyak 6.726 pasien dan di tahun 2021 telah mengalami peningkatan
kasus,penderita penyakit tuberkulosis paru positif sebanyak 442 pasien dan penderita
tuberkulosis paru negatif sebnayak 6.979 pasien jadi, jumlah keseluruhan yang menderita
penyakit TB.Paru sebanyak 7.421 pasein, Triwulan April sampai juni tahun 2022 penderita
penyakit tuberkulosis paru positif sebanyak 335 pasien dan penderita penyakit tuberkulosis
paru negatif sebanyak 1.998 pasien jadi jumlah keseluruhan yang menderita penyakit
TB.Paru sebanyak 2.333 pasien ( 66 Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat (BBKPM )
Berdasarkan hasil studi dan uraian dalam latar belakang diatas maka peneiti tertarik untuk
meneliti “ Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Kepatuhan Pasien Terhadap Minum Obat
B. Rumusan Masalah
Uraian ringkas dalam latar belakang diatas memberikan dasar bagi peneliti untuk
MAKASSAR ?”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan khusus
b. Terukurnya Kepatuhan pasien terhadap minum obat Anti TBC Paru di Balai Besar
anti tuberculosis paru di Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat Makassar Tahun 2022.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Dapat memberi dampak dan masukan berupa informasi dan pengalaman bagi para
professional keperawatan, perawat, peneliti, dan pasien agar dapat memberikan layanan
yang bermutu dengan pengetahuan yang cukup tentang penyakit tuberkulosis dalam
keperawatan, sehingga dapat meningkatkan rasa aman bagi perawat untuk melakukan
tindakan keperawatan.
2. Manfaat Praktis
a) Peneliti
Hasil peneltian ini dapat menjadikan pengalaman yang berharga dan special dalam
memperhatikan keselamatan perawat dalam bekerja, dan dapat dipakai sebagai referensi
b) Institusi
Sebagai acuan dan tolak ukur dalam mengetahui sejauh mana mahasiswa memahami
factor pendorong yang berhubungan dengan pengetahuan tentang perawatan pasien
c) Instansi Kesehatan
Hasil peneltian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi tenaga kesehatan,
khususnya perawat dalam meningkatkan motivasi pasien untuk patuh dalam minum obat
anti tuberkulosis, dan mengurangi rasa kecemasan dan rasa bosan bagi pasien, selama
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tuberkulosis
1. Definisi
Tuberkulosis adalah penyakit yang tidak dapat ditoleransi yang disebabkan oleh infeksi
tetes (percikan lendir) yang Ini masuk melalui mulut atau hidung, saluran pernapasan
bagian atas, dan bronkus dan mencapai alveoli. (Handayani. 2019) dalam (Nike Nur
Ahdiyah et al 2021).
1 Tuberkulosis paru (TBC) adalah penyakit infeksi kronik yang sudah lama dikenal pada
ini pada umumnya menyerang paru – paru dan dapat menyerang di luar paru – paru,
sepertu kelenjar getah bening (kelenjar), kulit, usus atau saluran pencernaan, selaput otak
2. Etiologi
dan tebal 0,3 – 0,6 mm. 1 struktur kuman ini terdiri atas lipid (lemak) yang membuat
kuman lebih tahan terhadap asam, serta dari berbagai gangguan kimia dan fisik
(Ardiansyah, 2012).
Bakteri Mycobacterium tuberculosis ini sering disebut Basil Tahan Asam (BTA). Kuman ini
akan mati dengan sinar langsung, akan tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam di
tempat yang gelap dan lembab. Dalam jaringan tubuh, kuman ini dapat dormant (tertidur
1 Kuman ini juga tahan berada di udara kering dan keadaan dingin (misalnya di dalam
lemari es) karena sifatnya yang dormant, yaitu dapat bangkit kembali menjadi lebih aktif.
Selain itu bakteri ini juga bersifat aerob. Tuberkulosis paru merupakan infeksi pada saluran
pernapasan yang vital. Bakteri Mycobacterium tuberculosis masuk ke dalam jaringan paru
– paru melalui saluran napas (droplet infection) sampai alveoli dan terjadilah infeksi primer.
tuberculosis primer. Dalam sebagian besar kasus, bagian yang terinfeksi ini dapat
1 Menurut Naga (2012), ada beberapa tanda saat seseorang terkena tuberkulosis paru,
diantaranya:
Menurut Laban (2012), tanda dan gejala Tuberkulosis dibedakan antara dewasa dan anak
1) Dewasa:
a) Batuk terus menerus hingga tiga minggu atau lebih dan kadang mengeluarkan darah
a) Berat badan turun selama tiga bulan berturut turut tanpa sebab yang jelas
4. Cara Penularan
1 Lingkungan hidup yang sangat padat dan pemukiman wilayah perkotaan kemungkinan
besar telah mempermudah proses penularan dan berperan sekali atas peningkatan jumlah
kasus TB. Proses terjadinya infeksi oleh Mycobacterium tuberculosis biasanya secara
inhalasi, sehingga tuberkulosis paru merupakan manifestasi klinis yang peling sering
disbanding organ lainnya. 56 Penularan penyakit ini sebagian besar melalui inhalasi basil
yang mengandung basil tahan asam (BTA). 1 Sudah dibuktikan bahwa lingkungan sosial
ekonomi yang baik, pengobatan teratur dan pengawasan minum obat yang ketat dapat
Kuman yang berada dalam paru – paru pederita 86 menjadi satu indikasi tercepat
penularan penyakit tuberkulosis kepada orang lain. 1 Penyebaran kuman tuberkulosis ini
terjadi di udara melalui dahak yang berupa droplet pada saat penderita batuk atau bersin,
kuman TB paru yang berbentuk droplet yang sangat kecil ini berterbangan melalui udara
dan bisa menyerang siapapun yang mengirupnya. Droplet yang tidak masuk ke tubuh yang
ditularkannya, masih bisa bertahan di udara selama beberapa jam dan ketika droplet ini
mengering, kuman yang ada di dalamnya masih bisa ditularkan kepada orang lain. Apabila
kuman ini terhirup dan masuk ke dalam paru – paru, kuman ini dapat membelah diri dan
berkembang biak. Dari sinilah terjadi infeksi dari suatu penderita ke penderita lainnya
(Ardiansyah, 2012).
Setiap kali penderita tuberkulosis ini sedang batuk, penderita ini akan megeluarkan sekitar
kurang lebih 3000 droplet nuclei. Penularan umumnya terjadi di dalam ruangan dimana
droplet ini dapat tinggal di udara dalam waktu yang sangat lama. Setiap satu BTA positif
akan menularkan kepada 10 – 15 orang lainnya, sehingga resiko untuk tertular
Resiko 57 terinfeksi berhubungan dengan lama dan kualitas paparan dengan sumber
infeksi dan tidak berhubungan dengan factor genetik dan factor pejamu lainnya. 1 Risiko
tertinggi berkembangnya penyakit yaitu pada anak usia 3 tahun, risiko rendah pada masa
kanak – kanak, dan meningkat lagi pada masa remaja, dewasa muda dan usia lanjut.
Setiap penderita yang memiliki BTA (+) berpotensi tinggi untuk menularkan penyakitnya
ini. Sehingga memungkinkan untuk tertularkan kepada orang lain sebesar 17%.
5. Pengobatan Tuberkulosis
Menurut Laban (2012), pengobatan tuberkulosis dilakukan dengan beberapa tujuan, yaitu
sebagai berikut:
1) Menyembuhkan penderita
2) Mencegah kematian
3) Mencegah kekambuhan
Bagi penderita tuberkulosis, ada satu hal penting yang harus diperhatikan dan dilakukan,
yaitu keteraturan dalam meminum Obat Anti Tuberkulosis (OAT) sampai dinyatakan
sembuh. Biasanya penderita mengonsumsi OAT tersebut antara 1– 6 bulan. Apabila tidak
ada keteraturan dalam meminum obat, maka akan terjadi beberapa hal yaitu kuma
penyakit tuberkulosis akan kebal terhadap obat sehingga sulit untuk diobati, dan yang
paling parah adalah kuman dapat berkembang lebih banyak dan menyerang organ lain.
Sehingga,ketika kuman tersebur kebal obat akan membutuhkan waktu yang lebih lama
Pada umumnya, pengobatan penyakit tuberkulosis akan selesai dalam waktu 6 bulan,
yaitu 2 bulan pertama setiap hari (tahap intensif) dilanjutkan tiga kali dalam seminggu
selama 4 bulan (tahap lanjut). Pada kasus tertentu, penderita bisa minum obat setiap hari
selama 3 bulan lamanya. Dan dilanjutkan tiga kali dalam seminggu selama 4 bulan. Bila
pengobatan dilakukan, penderita tidak akan menularkan penyakitnya ke orang lain (Laban
2012).
6 Obat Anti Tuberkulosis (OAT) adalah komponen terpenting dalam pengobatan TB.
Pengobatan TB adalah merupakan salah satu upaya paling efisien untuk mencegah
penyebaran lebih lanjut dari kuman TB (KemenKes RI, 2014). Pengobatan yang adekuat
1) Pengobatan diberikan dalam bentuk panduan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) yang tepat
3) Ditelan secara teratur dan diawasi langsung oleh Pengawas Menelan Obat (PMO)
4) Pengobatan diberikan dalam jangka waktu yang cukup terbagi dalam tahap awal serta
Obat 1 Anti Tuberkulosis (OAT) bukanlah obat tunggal, melainkan kombinasi antara
beberapa jenis, yaitu isoniazid, rimfampisin, pirasinamid, dan etambutol pada tahap
intensif; dan isoniazid, rifampisin pada tahap lanjutan. Pada kasus tertentu, ditambahkan
Penderita dengan tuberkulosis pada dahulu hanya memakai satu macam obat saja.
Dengan hanya digunakannya satu macam obat itu, banyak terjadi resistensi karena
sebagian besar bakteri penyebab tuberkulosis bisa dimatikan, tetapi sebagian kecil bakteri
tidak dapat dimatikan. Bagian kecil ini dapat berkembang biak dengan cepat. Maka dari itu,
memakai panduan obat, sedikitnya diberikan dua macam obat yang bersifat bakterisid,
1) Kategori I (2 HRZE/4 H3R3) untuk pasien TBC paru BTA (+), BTA (-)
5) Kategori IV (OAT lini 2 atau H seumur hidup) untuk pasien MDR TB.
Nama Obat
Dosis Harian
Dosis Berkala
BB < 50 kg
BB > 50 kg
3 x seminggu
Isoniazid
300 mg
400 mg
600 mg
Rifampisin
450 mg
600 mg
600 mg
Pirazinamid
1000 mg
2000 mg
2–3g
Streptomisin
750 mg
1000 mg
1000 mg
Etambutol
750 mg
1000 mg
1-1,5 g
Etionamid
500 mg
750 mg
PAS
99 g
10 g
TB paru yang efektif merupakan hal yang penting untuk menyembuhkan pasien dan
Against Tuberculosis and Lung Disease (IUALTD) dan WHO menyarankan untuk
mengganti panduan obat tunggal dengan kombinasi dosis tetap berdasarkan WHO.
a) Definisi DOTS
Treatment Short course). DOTS (Directly Observed Treatment Short course) yang
pengobatan yang lebih murah namun mampu menghasilkan angka penyembuhan yang
lebih tinggi.
DOTS (Directly Observed Treatment Short course) diperkenalkan pada tahun 1990-an dan
menjadi landasan bagi The Stop TB Strategy yang diluncurkan bersamaan dengan The
Global Plan to Stop TB 2006 – 2015 untuk mengurangi prevalensi dan angka kematian
tahun 2015. Indonesia mengembangka strategi Directly Observed Treatment Succes Rate
(DOTS) tersebut menjadi Pengawas Menelan Obat (PMO) (Jordan & Davies, 2010).
DOTS (Directly Observed Treatment Short course) adalah strategi yang dilaksanakan
pada pelayanan dasar di dunia untuk mendeteksi dan menyembuhkan pasien tuberkulosis.
Strategi ini terdiri dari lima komponen menurut Kemenkes RI (2012), yaitu:
a. Komitmen Politis
Komitmen politis adalah suatu komitmen mulai dari pengambil keputusan termasuk dalam
81 paru pada orang dewasa ditegakkan dengan ditemukannya kuman tuberkulosis BTA
Pengobatan OAT jangka pendek yang tersandar agi semua kasus tuberkulosis dengan
tuberkulosis diberikan secara cuma – cuma dan dikelola dengan manajemen logistic yang
Sistem pencatatan dan pelaporan yang mampu memberikan penilaian terhadap hasil
Menelan Obat (PMO) adalah suatu hal yang penting bagi kesehatan penderita
bakteri dalam tubuh tidak aktif dan dapat mengurangi angka penularan Tuberkulosis itu
sendiri. Pengawas Minum Obat sendiri mempunyai peran yang sangat penting yaitu
mengawasi pasien Tuberkulosis agar menelan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) secara
teratur sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh dokter dan dinyatakan sembuh oleh dokter.
Penderita Tuberkulosis dapat dinyatakan sembuh apabila jika dilakukan pengecekkan BTA
Pengawas Menelan Obat (PMO) sendiri bisa berasal dari tenaga kesehatan maupun
anggota keluarga. Keluarga yang diberikan tugas sebagai Pengawas Menelan Obat (PMO)
harus dikenal, dipercaya dan disetujui, baik itu bagi petugas kesehatan maupun penderita.
(Jufrizal, 2016).
2) PMO terdiri dari petugas kesehatan, tetapi dapat juga kader kesehatan, kader
dasawisma, kader PPTI, PKK, atau anggota keluarga yang disegani pasien.
Menurut PPTI (2010), dalam memilih Pengawas Menalan Obat (PMO) untuk penderita
1) Seseorang yang dikenal, dipercaya disegani dan dihormati oleh penderita tuberkulosis,
tinggal dekat dengan pederita tuberkulosis 3 dan disetujui baik oleh petugas kesehatan
maupun penderita tuberkulosis. 1 Sebaiknya dipilih anggota keluarga terdekat atau kader
kesehatan yang telah dilatih atau petugas kesehatan yang bertempat tinggal tidak jauh dari
tuberkulosis. Sebelum menjadi PMO, setiap individu akan diberikan penjelasan atau
a) Cara menelan obat setiap haru secara teratur sampai selesai pengobatan
Cara pengisian buku kader untuk pencatatan dan pelaporan pelaksanaan PMO. Kartu
control disediakan dalam Buku Saku Pegangan untuk PMO agar dapat membantunya
untuk memberikan obat kepada penderita tuberkulosis pada waktu yang tepat dan rutin.
Sangat 11 penting bagi PMO untuk melihat langsung penderita tuberkulosis saat menelan
obatnya dan kemudian baru mencatatnya di kartu kontrol. Selanjutnya, PMO harus segera
membawa kartu tersebut ke fasilotas pelayanan kesehatan setelah perbekalan obat yang
Menurut PPTI (2010), seseorang yang telah ditunjuk untuk menjadi Pengawas Menelan
diminum 3 Obat Anti Tuberkulosis (OAT) harus dicek dahulu dan pada saat diminum,
PMO harus melihat langsung penderita menelan semua OAT. Repson secepatnya bila
penderita melewatkan jadwal pengobatan. Bila lebih dari 24 jam, segera kunjungi rumah
penderita untuk memberikan obat. Bila penderita menolak, hubungi petugas kesehatan
untuk membantu. Bila 11 PMO atau penderita akan bepergian maka buat kesepakatan
bulan. Tunjukkan kartu pengobatan penderita tuberkulosis. Review dan diskusi terkait
Tuberkulosis benar – benar menelan obat yang diberikan dari awal obat itu diberikan
penderita untuk teratur meminum obat, juga memiliki peran lain yaitu mengingatkan
penderita untuk mengambil obat di pelayanan kesehatan dan memeriksa dahak secara
continue sesuai jadwal. Pengawas Menelan Obat (PMO) juga harus memperhatikan
penderita apakah ada efek samping atau gejala dari Obat Anti Tuberkulosis (OAT) itu. Jika
Pengawas Menelan Obat (PMO) menjumpai efek samping atau gejala dari penderita
Menurut Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) (2009), peran Pengawas Menelan
3) Mengingatkan pasien untuk pemeriksaan 24 ulang dahak sesuai jadwal yang telah
ditentukan
4) Memberikan dorongan terhadap pasien untuk berobat secara teratur hingga selesai
5) Mengenali efek samping ringan obat, dan menasehati pasien agar tetap mau menelan
obat
1) Memastikan penderita 42 tuberkulosis menelan obat sesuai aturan dari awal sampai
selesai pengobatan
2) Membuat kesepakatan antara Pengawas Menelan Obat (PMO) dengan jadwal penderita
menelan obat
3) Pengawas Menelan Obat (PMO) menyaksikan langsung obat ditelan oleh penderita
8) Menjelaskan manfaat bila pasien menyelesaikan pegobatan agar pasien tidak putus
obat
9) Mengingatkan penderita tuberkulosis untuk mengambil obat dan periksa ulang dahak
sesuai jadwal
10) Mengingatkan pasien waktu untuk mengambil obat berdasarkan jadwal pada kartu
identitas pasien
12) Mengingatkan pasien waktu untuk periksa dahak ulang berdasarkan jadwal pada kartu
identitas pasien
14) Menemukan dan mengenali gejala-gejala efek samping OAT dan merujuk ke sarana
pelayanan kesehatan
serumah
19) TB disebabkan oleh kuman, tidak disebabkan oleh guna - guna atau kutukan dan
23) Pentingnya pengawasan agar pasien berobat secara lengkap dan teratur
24) Kemungkinan terjadinya efek samping obat dan perlunya segera meminta pertolongan
Selain itu, sebagai Pengawas Menelan Obat (PMO), pencatatan dan pelaporan
merupakan suatu hal yang tidak kalah penting dalam system informasi penanggulangan
klasifikasi dan tipe penderita serta menggunakan formulir yang sudah baku pula. Ada
yaitu:
3) Register laboratorium TB
1. Pengetahuan
2. Keperrcayaan
3. Keyakinan
4. Biaya
5. Sikap
1. Pengertian
35 Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap
objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan sebagainya). 46 Dengan
pendidikan yang tinggi maka orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya. 28
Akan tetapi perlu ditekankan, bukan berarti seseorang yang berpendidikan rendah mutlak
dua aspek, yaitu aspek positif dan negatif. Kedua aspek ini yang akan menentukan sikap
seseorang semakin banyak aspek positif dan objek yang diketahui, maka akan
menimbulkan sikap makin positif terhadap objek tertentu (Dewi & Wawan, 2010, p.12).
Menurut Rogers (1974) yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003), perilaku adalah semua
kegiatan atau aktifitas manusia baik yang dapat diamati langsung dari maupun tidak dapat
diamati oleh pihak luar (Dewi & Wawan, 2010, p.15). 7 Sedangkan sebelum mengadopsi
perilaku baru didalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni :
a) Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih
b) Interest(merasa tertarik) dimana individu mulai menaruh perhatian dan tertarik pada
stimulus.
tindakan terhadap stimulus tersebut bagi dirinya, hal ini berarti sikap responden sudah baik
lagi.
e) Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan
(Notoatmodjo, 2003) :
a. 9 Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah pelajari sebelumnya. Termasuk
ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik
dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu
tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. 21 Kata kerja untuk
mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan,
b. Memahami (Comprehention)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang
objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. 13
Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan,
dipelajari.
c. 9 Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari
pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). 25 Aplikasi disini dapat diartikan sebagai
aplikasi atau penggunaan hukumhukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam
d. Analisis (Analysis)
Analisis adalah 13 kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam
komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi, dan masih ada
kaitannya satu sama lain. 43 Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata
e. Sintesis (Synthesis)
bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. 7 Dengan kata lain sintesis
adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang
ada.
f. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian
terhadap suatu materi atau objek. Penilaian penilaian itu didasarkan pada suatu kreteria
Dari berbagai macam cara yang telah digunakan untuk memperoleh kebenaran
Cara memperoleh kebenaran non ilmiah, yang pernah digunakan oleh manusia dalam
memperoleh pengetahuan adalah melalui cara coba coba atau dengan kata yang lebih
dikenal “trial and error”. Metode ini telah digunakan oleh orang dalam waktu yang cukup
lama untuk memecahkan berbagai masalah. Bahkan sampai sekarang pun metode ini
masih sering digunakan, terutama oleh mereka yang belum atau tidak mengetahui suatu
cara tertentu dalam memecahkan suatu masalah yang dihadapi. Metode ini telah banyak
2) Secara Kebetulan
Penemuan kebenaran secara kebetulan terjadi karena tidak disengaja oleh orang yang
bersangkutan. Salah satu contoh adalah penemuan enzim urease oleh Summers pada
tahun 1926.
tradisi yang dilakukan oleh orang, tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan tersebut
baik atau tidak kebiasaan seperti ini tidak hanya terjadi pada masyarakat tradisional saja,
melainkan juga terjadi pada masyarakat modern. 38 Para pemegang otoritas, baik
pemimpin pemerintah, tokoh agama, maupun ahli ilmu pengetahuan pada prinsipnya
Pengalaman adalah guru yang baik, demikian bunyi pepatah. Pepatah ini mengandung
maksud bahwa pengalaman itu merupakan sumber pengetahuan, atau pengalaman itu
merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Oleh karena itu
pengalaman pribadi pun dapat digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan. Hal
ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam
Akal sehat atau common sense kadang-kadang dapat menemukan teori atau kebenaran.
Sebelum ilmu pendidikan ini berkembang, para orang tua zaman dahulu agar anaknya
mau menuruti nasihat orang tuanya,atau agar anak disiplin menggunakan cara hukuman
fisik bila anaknya berbuat salah, misalnya dijewer telinganya atau dicubit. Ternyata cara
menghukum anak ini sampai sekarang berkembang menjadi teori atau kebenaran, bahwa
hukuman adalah merupakan metode (meskipun bukan yang paling baik) bagi pendidikan
anak. Pemberian hadiah dan hukuman (reward and punishment) merupakan cara yang
masih dianut oleh banyak orang untuk mendisiplinkan anak dalam konteks pendidikan.
6) 9 Kebenaran
Melalui Wahyu Ajaran dan dogma agama adalah suatu kebenaran yang diwahyukan dari
Tuhan melalui para Nabi. 2 Kebenaran ini harus diterima dan diyakini oleh pengikut-
pengikut agama yang bersangkutan, terlepas dari apakah kebenaran tersebut rasional
atau tidak.
Kebenaran secara insiatif diperoleh manusia cepat sekali melalui proses diluar kesadaran
dan tanpa melalui proses penalaran atau berpikir. Kebenaran yang diperoleh melalui insiitif
sukar dipercaya karena kebenaran ini tidak menggunakan cara-cara yang rasional dan
yang sisitematis. Kebenaran ini diperoleh seseorang hanya berdasarkan insiatif atau suara
Sejalan dengan perkembangan kebudayaan umat manusia, cara berfikir manusia pun ikut
pengetahuan manusia telah menggunakan jalan pikirannya, baik melalui induksi maupun
deduksi.
2 9) Induksi
khusus ke pertanyaan yang bersifat umum. Proses berpikir induksi berasal dari hasil
pengamatan indra atau halhal yang nyata, maka dapat dikatakan bahwa induksi beranjak
10) Deduksi
Aristoteles (384-322SM) mengembangkan cara berpikir deduksi ini ke dalam suatu cara
yang disebut “silogisme”. Silogisme merupakan suatu bentuk deduksi berlaku bahwa
sesuatu yang dianggap benar secara umumpada kelas tertentu, berlaku juga
kebenarannya pada semua peristiwa yang terjadi pada setiap yang termasuk dalam kelas
itu.
Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini lebih sistimatis,
logis dan ilmiah. Cara ini disebut „metode penelitian ilmiah‟, atau lebih popular disebut
terhadap semua fakta sehubungan dengan objek yang diamati. Pencatatan ini mencakup
1. Segala sesuatu yang positif, yakni gejala tertentu yang muncul pada saat dilakukan
pengamatan.
2. Segala sesuatu yang negatif, yakni gejala tertentu yang tidak muncul pada saat
dilakukan pengamatan.
Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini lebih sistimatis,
logis dan ilmiah. Cara ini disebut „metode penelitian ilmiah‟, atau lebih popular disebut
terhadap semua fakta sehubungan dengan objek yang diamati. Pencatatan ini mencakup
1. Segala sesuatu yang positif, yakni gejala tertentu yang muncul pada saat dilakukan
pengamatan.
2. Segala sesuatu yang negatif, yakni gejala tertentu yang tidak muncul pada saat
dilakukan pengamatan.
a. Faktor Internal
perilaku seseorang akan pola hidup terutama dalam memotivasi untuk sikap berperan
serta dalam pembangunan (Nursalam, 2003) pada umumnya makin 2 tinggi pendidikan
Pekerjaan Menurut Thomas yang dikutip oleh Nursalam (2003), pekerjaan adalha
kebutuhan yang harus dilakukan terutama untuk menunjang kehidupannya dan kehidupan
keluarga.
7 Umur Menurut Elisabeth BH yang dikutip Nursalam (2003), usia adalah umur individu
yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang tahun. 2 Sedangkan menurut
Hurlock (1998) semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan
7 b. Faktor Eksternal
1) Faktor lingkungan Menurut Ann.Mariner yang dikutip dari Nursalam (2003) lingkungan
merupakan suatu kondisi yang ada disekitar manusia dan pengaruhnya yang dapat
2) Sosial Budaya Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat mempengaruhi
1) 16 Pengertian Kepatuhan
Kepatuhan berasal dari kata dasar patuh yang berarti taat, suka menurut perintah.
Kepatuhan adalah tingkat pasien melaksanakan cara pengobatan dan perilaku yang
disarankan dokter atau oleh orang lain (Santoso, 2005). Menurut Notoatmodjo (2003) 50
kepatuhan merupakan suatu perubahan perilaku dari perilaku yang tidak mentaati
20 Menurut Kozier (2010) kepatuhan adalah perilaku individu (misalnya: minum obat,
mematuhi diet, atau melakukan perubahan gaya hidup) sesuai anjuran terapi dan
kesehatan. Tingkat kepatuhan dapat dimulai dari tindak mengindahkan setiap aspek
(compliance atau adherence) sebagai: “tingkat pasien melaksanakan cara pengobatan dan
Pendapat lain dikemukakan oleh Sacket (Dalam Neil Niven, 2000) mendefinisikan
kepatuhan pasien sebagai “sejauh mana perilaku pasien sesuai dengan ketentuan yang
diberikan oleh professional kesehatan”. Pasien mungkin 58 tidak mematuhi tujuan atau
mungkin melupakan begitu saja atau salah mengerti instruksi yang diberikan.
Menurut penelitian yang di lakukan oleh Lestari dan Chairil pada tahun 2017, kepatuhan
kesembuhan pada penyakitnya. Hal tersebut yang menjadi motivasi dan mendorong
penderita untuk patuh minum obat dan menyelesaikan program pengobatan.
2. Dukungan Keluarga
Keluarga memiliki peran penting untuk kesembuhan penderita karena keluarga mampu
informasi yang adekuat. Dengan adanya keluarga, pasien memiliki perasaan memiliki
sebuah tempat yang aman dan damai untuk istirahat dan pemulihan serta membantu
Pengawas Minum Obat (PMO) adalah seseorang yang dengan sukarela membantu pasien
TB paru selama dalam masa pengobatan. PMO biasanya adalah orang yang dekat
dengan pasien dan lebih baik apabila tinggal satu rumah bersama dengan pasien. Tugas
dari seorang PMO adalah mengawasi dan memastikan pasien agar pasien menelan obat
secara rutin hingga masa pengobatan karena pasien sering lupa minum obat pada tahap
awal pengobatan. Namun, dengan adanya PMO pasien dapat minum obat secara teratur
sampai selesai pengobatan dan berobat secara teratur sehingga program pengobatan
4. Pekerjaan
Status pekerjaan berkaitan dengan kepatuhan dan mendorong individu untuk lebih
percaya diri dan bertanggung jawab dalam menyelesaikan masalah kesehatan sehingga
kemampuan untuk mengubah gaya hidup dan memiliki pengalaman untuk mengetahui
tanda dan gejala penyakit. Pekerjaan membuat pasien TB lebih bisa memanfaatkan dan
mengelola waktu yang dimiliki untuk dapat mengambil OAT sesuai jadwal di tengah waktu
kerja.
5. Tingkat Pendidikan
merupakan pendidikan yang aktif dan dapat juga dilakukan dengan penggunaan buku-
buku oleh pasien secara mandiri. Usaha-usaha ini sedikit berhasil dan membuat seorang
dapat menjadi taat dan patuh dalam proses pengo Keluarga memiliki peran penting untuk
keluarga, pasien memiliki perasaan memiliki sebuah tempat yang aman dan damai untuk
istirahat dan pemulihan serta membantu penguasaaan diri terhadap emosi pasien.
Menurut Feist (2014) setidaknya terdapat lima cara yang dapat digunakan untuk mengukur
Metode ini adalah metode yang hampir selalu menjadi pilihan terakhir untuk digunakan
karena keakuratan atas estimasi yang diberikan oleh dokter pada umumnya salah.
Metode ini lebih valid dibandingkan dengan metode yang sebelumnya. 4 Metode ini juga
ketidaksukaan dari pihak tenaga kesehatan, dan mungkin pasien tidak mengetahui
seberapa besar tingkat kepatuhan mereka sendiri. Jika dibandingkan dengan beberapa
pengukuran objektif atas konsumsi obat pasien, penelitian yang dilakukan cenderung
menunjukkan bahwa para pasien lebih jujur saat mereka menyatakan bahwa mereka tidak
mengkonsumsi obat.
Metode ini juga memiliki beberapa kekurangan. Pertama, observasi tidak mungkin dapat
selalu dilakukan secara konstan, terutama pada hal-hal tertentu seperti diet makanan dan
konsumsi alkohol. Kedua, pengamatan yang terus menerus menciptakan situasi buatan
dan seringkali menjadikan tingkat kepatuhan yang lebih besar dari pengukuran kepatuhan
yang lainnya. Tingkat kepatuhan yang lebih besar ini memang sesuatu yang diinginkan,
tetapi hal ini tidak sesuai dengan tujuan pengukuran kepatuhan itu sendiri dan
mungkin adalah prosedur yang paling ideal karena hanya sedikit saja kesalahan yang
dapat dilakukan dalam hal menghitung jumlah obat yang berkurang dari botolnya. Tetapi,
metode ini juga dapat menjadi sebuah metode yang tidak akurat karena setidaknya ada
dua masalah dalam hal menghitung jumlah pil yang seharusnya dikonsumsi. 4 Pertama,
pasien mungkin saja, dengan berbagai alasan, dengan sengaja tidak mengkonsumsi
beberapa jenis obat. Kedua, pasien mungkin mengkonsumsi semua pil, tetapi dengan cara
Metode ini mungkin dapat mengatasi kelemahan-kelemahan yang ada pada metode-
metode sebelumnya. Metode ini berusaha untuk menemukan bukti-bukti biokimia, seperti
analisis sampel darah dan urin. 4 Hal ini memang lebih reliabel dibandingkan dengan
metode penghitungan pil atau obat diatas, tetapi metode ini lebih mahal dan terkadang
tidak terlalu ‘berharga’ dibandingkan dengan jumlah biaya yang dikeluarkan. Lima cara
untuk melakukan pengukuran pada kepatuhan pasien yaitu menanyakan langsung kepada
pasien, menanyakan pada petugas medis, menanyakan pada orang terdekat pasien,
menghitung jumlah obat dan memeriksa bukti-bukti biokimia. Pada kelima cara
Menurut 15 Dinicola dan Dimatteo (dalam Neil, 2000) ada berbagai cara untuk mengatasi
a. 19 Mengembangkan tujuan dari kepatuhan itu sendiri, banyak dari pasien yang tidak
patuh yang memiliki tujuan untuk mematuhi nasihat-nasihat pada awalnya. Pemicu
ketidakpatuhan dikarenakan jangka waktu yang cukup lama serta paksaan dari tenaga
kesehatan yang menghasilkan efek negatif pada penderita sehingga awal mula pasien
b. Perilaku sehat, hal ini 16 sangat dipengaruhi oleh kebiasaan, sehingga perlu
dikembangkan suatu strategi yang bukan hanya untuk mengubah perilaku, tetapi juga
mempertahankan perubahan tersebut. Kontrol diri, evaluasi diri dan penghargaan terhadap
diri sendiri harus dilakukan dengan kesadaran diri. Modifikasi perilaku harus dilakukan
antara pasien dengan pemberi pelayanan kesehatan agar terciptanya perilaku sehat.
c. Dukungan sosial, dukungan sosial dari anggota keluarga dan sahabat merupakan
Menurut Smet (1994) ada berbagai cara untuk meningkatkan kepatuhan, diantaranya :
a) Segi Penderita
Usaha yang dapat dilakukan penderita untuk meningkatkan kepatuhan dalam menjalani
pengobatan yaitu:
menjalani pengobatan, karena dengan adanya kontrol diri yang baik dari penderita akan
Efikasi diri dipercaya muncul sebagai prediktor yang penting dari kepatuhan. Seseorang
yang mempercayai diri mereka sendiri untuk dapat mematuhi pengobatan yang kompleks
dari penderita untuk mencari informasi mengenai penyakitnya dan terapi medisnya,
informasi tersebut biasanya didapat dari berbagai sumber seperti media cetak, elektronik
dokter dengan pasien. Ada banyak cara dari dokter untuk menanamkan kepatuhan dengan
Tenaga kesehatan, khususnya dokter adalah orang yang berstatus tinggi bagi kebanyakan
pasien dan apa yang ia katakan secara umum diterima sebagai sesuatu yang sah atau
benar.
87 Tenaga kesehatan harus mampu mempertinggi dukungan sosial. 51 Selain itu keluarga
juga dilibatkan dalam memberikan dukungan kepada pasien, karena hal tersebut juga
akan meningkatkan kepatuhan, Smet (1994) menjelaskan bahwa dukungan tersebut bisa
diberikan dengan bentuk perhatian dan memberikan nasehatnya yang bermanfaat bagi
kesehatannya.
15 4) Pendekatan perilaku.
Pengelolaan diri yaitu bagaimana pasien diarahkan agar dapat mengelola dirinya dalam
usaha meningkatkan perilaku kepatuhan. 18 Dokter dapat bekerja sama dengan keluarga
BAB III
A. Kerangka Konsep
Pengetahuan merupakan suatu kajian atau hasil tahu dalam diri seseorang terhadap objek
penting dalam pengobatan Tuberkulosis, karena pengetahuan sangat penting bagi proses
Kepatuhan merupakan perilaku seseorang dalam melakukan aturan atau kewajiban yang
harus dipenuhi, dan Kepatuhan sangat penting dalam pengobatan pasien penderita
Tuberkulosis, karena kepatuhan merupakan hal dasar bagi penderita tuberkulosis dalam
menjalani pengobatan khususnya kepatuhan dalam 8 minum obat anti tuberkulosis paru.
Berdasarkan hal diatas, maka kerangka konsep dapat digambarkan sebagai berikut :
Keterangan:
: Variabel Independen
: Variabel Dependen
: Garis Penghubung
B. Varibel Penelitian
a) 5 Pengetahuan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pengetahuan klien atau
b) 8 Kepatuhan Minum Obat Anti Tuberkulosis Paru dalam penelitian ini adalah disiplin
dan kebiasaan merupakan aturan atau anjuran yang harus ditaati oleh pasien/klien sesuai
Kriteria Objektif:
C. Hipotesis Penelitian
Ada hubungan tingkat pengetahuan dan kepatuhan pasien terhadap minum obat anti
68 BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Desain penelitian adalah rencana penelitian yang disususn sedemikian rupa sehingga
peneliti dapat memperoleh jawaban terhadap pertanyaan penelitian (Agus Riyanto, 2011).
Desain penelitian yang di gunakan 5 dalam penelitian ini adalah analitik melalui
pendekatan Cross Sectional yang merupakan suatu penelitian yang semua variabelnya
baik dependen maupun independen diobservasi atau dikumpulkan sekaligus dalam waktu
pengetahuan dan kepatuhan pasien terhadap minum obat anti tuberkulosis paru di Balai
1. Populasi
Populasi merupakan seluruh subjek atau objek, total penderita Tuberkulosis yang akan di
teliti dan memenuhi karakteristik yang telah ditentukan (Agus Riyanto, 2011).
Pada penelitian ini populasinya adalah semua pasien Tuberkulosis Paru yang tercatat di
2. Sampel
Sampel merupakan bagian 69 dari populasi yang akan diteliti atau sebagian dari jumlah
70 Sampel dalam penelitian ini adalah semua pasien Tuberkulosis Paru yang tercatat di
Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat Makassar. Dengan teknik pengambilan sampel
secara 63 kebetulan yaitu siapa saja yang bertemu dengan peneliti dapat digunakan
Dalam penelitian ini untuk pengambilan sampel digunakan kriteria inklusi dan eksklusi.
a) Kiteria inklusi
1) Pasien Tuberkulosis Paru yang tercatat di Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat
Makassar
3) Pasien yang sedang dalam pengobatan Tuberkulosis Paru dalam rentang waktu 1-6
bulan
b) Kiteria Eksklusi
Instrumen 37 yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar penilaian untuk
variable Pengetahuan, kepatuhan pasien, dan obat anti tuberkulosis. Lembar koesioner di
a. Lokasi Penelitian
b. Waktu Penelitian
1) Data primer, yaitu 8 data yang diperoleh dari hasil lembar koesioner
2) Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari tempat instansi terkait dengan prosedur
sebagai berikut:
a. Peneliti mengajukan permohonan izin dari institusi yaitu STIK FAMIKA MAKASSAR
kepada kepala BMKPD sehingga didapatkan surat pengantar ke Balai Besar Kesehatan
b. Setelah mendapat izin maka peneliti meminta data-data pasien responden dari petugas
4. Pengolahan Data
Data sekunder yang dikumpulkan dalam penilaian akan diolah melalui prosedur
1) Editing
Pengecekan, pengkoreksian data untuk melengkapi data yang masih kurang atau kurang
lengkap.
2) Koding
Pengkodean lembar penilaian, pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah memberikan
3) Tabulasi
Setelah pemberian kode, selanjutnya dengan pengolahan data kedalam tabel menurut
sifat yang dimilikinya.
4) Analisa Data
76 Data dianalisa melalui persentase dan perhitungan jumlah dengan cara sebagai
berikut:
a) Analisa Univariat
Analisa univariat dilakukan untuk mendapatkan gambaran dari tiap-tiap variabel yang
diteliti.
b) Analisa Bivariat
Analisa bivariat dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel independen dan
variabel dependen dalam bentuk tabulasi silang atara kedua variabel tersebut.
Yaitu:
Keterangan:
X2 = Chi-square
O = Nilai observasi
Penilaian:
a. Apabila x2 hitung > dari x2 tabel, Ho ditolak atau Ha diterima, artinya ada hubungan
b. Apabila x2 hitung ≤ dari x2 tabel, H0 diterima atau Ha ditolak, artinya 21 tidak ada
D. 52 Etika Penelitian
dengan mengajukan permohonan izin kepada instasi atau lembaga tempat penelitian.
Setelah mendapat persetujuan, maka kegiatan penelitian ini dimulai dengan menekankan
Lembar persetujuan ini berikan kepada responden yang akan diteliti 34 yang memenuhi
kriteria inklusi dan disertai judul penelitian dan manfaat penelitian. Bila responden
menolak, maka penelitian 77 tidak akan memaksa dan tetap menghormati hak-hak
responden.
Untuk menjaga kerahasiaan peneliti tidak akan mencantumkan nama, tetapi lembar
3. Kerahasiaan (Confidentiality )
Kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti dan 88 hanya kelompok data
A. Hasil Penelitian
1. Pengantar
78 Penelitian ini dilakukan di Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat Makassar, kota
Makassar mulai dari 21 Juni – 21 Juli 2022. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik
kriteria untuk diteliti. Hasil penelitian ini diperoleh melalui pembagian kuesioner. Lembar
kuesioner tersebut dibagikan kepada responden dan peneliti mendampingi responden saat
mengisi kuesioner. Hasil pengolahan data pada variabel penelitian ini disajikan secara 5
analitik dengan pendekatan Cross Sectional Study yang bertujuan untuk mencari
hubungan pengetahuan dan kepatuhan pasien dalam minum obat anti tuberculosis paru
Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat Makassar, Kota Makassar. Hasil pengolahan
data ini digunakan dengan tujuan penyederhanaan atau meringkas kumpulan data yang
telah diolah dari hasil penelitian yang sedemikian rupa sehingga kumpulan data tersebut
Sejarah Singkat Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat (BBKPM) Makassar, Balai Besar
Selatan dikenal Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4), didirikan pada tanggal 27
Juni 1959, beralamat di Jl.HOS. Cokroaminoto. Pada tanggal 30 April 1960 oleh Gubernur
dibantu secara sukarela oleh Dr Med WJ Meyer (Kebangsaan Jerman). Dengan adanya
oleh Menteri Kesehatan pada tanggal 13 November 1993. Sejak tanggal 14 September
dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis di Bidang Kesehatan Paru Masyarakat sebagai Unit
Pelaksana Teknis milik Kementrian Kesehatan RI dan berubah nama menjadi Balai Besar
Makassar sebagai UPT Departemen Kesehatan dengan tingkat eselon IIb dan selanjutnya
propinsi, yang meliputi Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Barat, Sulawesi
Tengah, Sulawesi Utara, Gorontola, Maluku, Maluku Utara, Papua dan Papua Barat.
Rawat Jalan terdiri dari Poliklinik TB dan Non TB, Poliklinik Khusus oleh dokter ahli Paru,
Pelayanan Rujukan, IGD, Pemeriksaan Laboratorium (darah, urine, kimia darah dan
Promosi Kesehatan paru Masyarakat serta Pelayanan Pendidikan Pelatihan dan penelitian
b. Keadaan Geografis
Penelitian yang telah dilaksanakan di Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat yang
Letak geografis Kota Makassar terletak antara 119024’17’38’ BT dan 508’6’19” LS. Luas
wilayah Kota Makassar adalah 175,77 km2, secara administrasi pemerintahan, kota
Makassar terbagi menjadi 14 kecamatan, 143 kelurahan 971 RW dan 4.789 RT. Kota
Makassar :
a. Analisa Univariat
1) Karakteristik Responden
27 Tabel 5.1
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Umur di BBKPM Makassar, Kota Makassar, Juli 2022
UMUR (TAHUN)
FREKUENSI
(f)
PERSENTASE (%)
19-24 Tahun
23.3
25-30 Tahun
14
46.7
31-35 Tahun
6.7
36-40 Tahun
3.3
41-48 Tahun
20.0
Jumlah (n)
30
100
(46,7%) responden dan kelompok terendah adalah umur 36 – 40 tahun sebanyak 1 (3,3%)
responden.
27 Tabel 5.2
Pendidkan Terakhir
Frekuensi (f)
Persentase (%)
SMP
16.7
SMA
15
50.0
S1
10
33.3
Jumlah (n)
30
100
(50,0%) responden dan kelompok terendah adalah SMP sebanyak 5 (16,7%) responden.
Tabel 5.3
2022
Pekerjaan
Frekuensi (f)
Persentase (%)
PNS
11
36.7
TNI
6.7
SUPIR MOBIL
13.3
IRT
13
43.3
Jumlah (n)
30
100
a) Pengetahuan
27 Tabel 5.4
2022
Pengetahuan
Frekuensi (f)
Persentase (%)
Baik
13
43.3
Kurang
17
56.7
Jumlah (n)
30
100
b) Kepatuhan
Tabel 5.5
2022
Kepatuhan
Frekuensi (f)
Persentase (%)
Patuh
12
40.0
Tidak Patuh
18
60.0
Jumlah (n)
30
5 100
Dari hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa distribusi frekuensi berdasarkan
Kepatuhan bahwa responden dengan Patuh sebanyak 12 (40,0%) dan tidak patuh
b. Analisa Bivariat
Tabel 5.6
Minum Obat Anti Tuberkulosis Paru Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat Makassar,
Kota Makassar
Pengetahuan
Kepatuhan
Total
Patuh
Tidak Patuh
F
5 %
Baik
10
33.3%
10.0%
13
43.3%
Kurang
6.7%
15
50.0%
17
56.7%
Jumlah (n)
12
40.0%
18
60.0%
30
100%
Hasil analisa Hubungan Tingkat Pengetahuan Dan Kepatuhan Pasien Terhadap Minum
Obat Anti Tuberkulosis Paru Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat Makassar, Kota
kemudian ada 3 (10,0%) responden yang memiliki pengetahuan baik tetapi kepatuhan
tidak patuh terhadap 8 minum obat anti tuberculosis paru, serta 2 (6,7%) responden yang
memiliki pengetahuan kurang dan kepatuhan ialah patuh terhadap minum obat anti
tuberculosis paru, dan 15 (50,0%) responden yang memiliki pengetahuan kurang dan
Hasil uji statistic pada table 2 x 2 menggunakan uji chi square dengan turunan Fisher
Exact dengan tariff signifikan 0.05. Berdasarkan hasil uji statistiknya didapatkan p-value =
.001 atau p-value < 0,05. Dengan demikian dapat dikatakan Ho ditolak 67 Ha diterima,
artinya ada Hubungan Tingkat Pengetahuan Dan Kepatuhan Pasien Terhadap Minum
Obat Anti Tuberkulosis Paru Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat Makassar, Kota
Makassar.
B. Pembahasan
Hasil penelitian yand diperoleh dari 30 responden ada 10 (33,3%) responden 5 yang
memiliki pengetahuan baik dan kepatuhan pasien dalam minum obat anti tuberculosis
paru, menurut asumsi peneliti dengan pengetahuan yang baik maka akan baik pula
kepatuhan pasien dalam minum obat, hal ini dikarenakan dari hasil yang didapatkan
keatas selain itu pengetahuan juga dapat dipengaruhi oleh adanya informasi mengenai
tuberkolisis paru yang didapatkan oleh responden itu sendiri. 53 Pengetahuan merupakan
hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu
obyek tertentu. Penginderaan ini 13 terjadi melalui panca indera manusia, yaitu indera
manusia diperoleh melalui mata dan telinga. 7 Pengetahuan atau kognitif merupakan
domain yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku seseorang ( Notoatmodjo, 2003).
17 Hal ini sesuai dengan penelitian Muhlisi (2004) didalam Dian Novita Kumalasri (2009)
yang mengatakan bahwa, Tingkat pengetahuan yang rendah akan mempunyai peluang
untuk tidak patuh terhadap pengobatan dibanding yang mempunyai pengetahuan yang
tinggi. Hasil analisis menunjukkan adanya hubungan antara 8 pengetahuan dengan
kepatuhan minum obat anti tuberkulosis, hal ini sesuai dengan hasil penelitian Fitria &
Mutia, (2016) didalam Tri Retno Widianingrum (2017) bahwa terdapat hubungan antara
pengetahuan dengan kepatuhan minum obat anti tuberkulosis. Hal ini juga didukung oleh
hasil penelitian dari Purwanto, (2010) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang
signifikan antara pengetahuan dengan kepatuhan minum obat anti tuberkulosis pada
pasien TB. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan pada pasien TB antara lain
faktor internal yang meliputi pendidikan, pekerjaan dan umur, sedangkan faktor eksternal
Kemudian ada 3 (10,0%) 5 yang memiliki pengetahuan baik tetapi tidak patuh dalam
minum obat anti tuberculosis paru, menurut asumsi peneliti seseorang memiliki
pengetahuan yang baik akan tetapi tidak patuh dalam minum obat anti tuberculosis paru,
hal ini dikarenakan pasien tidak ada keinginan dan tidak patuh dalam berobat.
Serta 2 (6,7%) responden yang memiliki pengetahuan kurang dan patuh dalam minum
obat anti tuberculosis paru, menurut asumsi peneliti ada responden yang memiliki
pengetahuan yang kurang namun responden tersebut memiliki niat dan keinginan yang
tinggi untuk sembuh sehingga membuat responden 5 patuh dalam minum obat anti
memiliki pengetahuan kurang dan tidak patuh dalam minum obat anti tuberculosis paru.
dipengaruhi oleh pengetahuan dan perilaku responden dalam menjalani pengobatan, dan
kurangnya dukungan keluarga bagi responden sehingga membuat responden niat dan
Reinforcing) dan non perilaku. Sedangkan menurut asumsi peneliti dalam penelitian ini,
pengobatan, dan semakin kurang pengetahuan pasien tentang kepatuhan minum obat
maka semakin tidak patuh pasien dalam minum obat anti tuberculosis paru. Hal ini
dipengaruhi oleh pengetahuan pasien yang masih minim soal pengetahuan tentang
penyakit serta pengobatan tuberkulosis. Selain itu, kemampuan akan adanya reaksi dari
obat yang dikonsumsi. Efek samping obat seperti gatal-gatal, mual, muntah, nyeri tulang
dan sakit kepala dapat menjadi pencetus dimana pasien merasa kondisi kesehatannya
tidak membaik, sehingga pasien tidak lagi patuh dalam menelan obat tuberkulosis.
Hasil uji statistic pada table 2 x 2 menggunakan uji chi square dengan turunan Fisher
Exact dengan tarif signifikan 0,05. Berdasarkan hasil uji statistiknya di dapatkan p-value =
0,000 atau p-value < 0,05. Dengan demikian dapat dikatakan Ho ditolak Ha diterima,
artinya ada hubungan tingkat pengetahuan terhadap kepatuhan pasien dalam minum obat
anti tuberculosis paru di Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat (BBKPM) Makassar.
dukungan orang terdekat, yang membuat responden tidak patuh dalam pengobatan
tuberculosis. Kepatuhan merupakan dorongan dalam diri seseorang orang untuk bertindak
dalam suatu aturan yang dibuat, sedangkan pengetahuan merupakan dominan 13 yang
sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Kepatuhan dapat timbul dari
pengetahuan, kepercayaan, manfaat, sarana yang ada dan adanya kebutuhan. Sehingga
pengetahuhan yang baik akan menimbulkan kepatuhan yang tinggi. Hal ini sejalan
penelitian Dian Novita Kumalasri (2009) didalam Muhlisi (2004) yang mengatakan bahwa,
Tingkat pengetahuan yang rendah akan mempunyai peluang untuk tidak patuh terhadap
Crofton, et.al.(2002), yang menyatakan kesadaran dan kepatuhan ini sangat penting sebab
jika tidak penyakit TB akan kembali dan jangka waktu pengobatan harus dimulai dari awal
lagi. Menurut Depkes RI (2009), yang menyatakan pengawasan dan penyuluhan untuk
mendorong pasien TBC bertahan pada pengobatan yang diberikan (tingkat kepatuhan)
dilaksanakan oleh seorang "Pengawas obat" atau juru TBC. Menurut hasil penelitian yang
dilakukan oleh Iin Nurhidayah yang mengatakan bahwa kepatuhan responden dalam
minum obat disebabkan karena motivasi penderita yaitu peran keluarga yang baik dan
pendidikan yang relatif tinggi.
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
29 Hasil penelitian yang dilakukan di Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat (BBKPM)
Makassar pada bulan juli dengan jumlah sampel 30 responden . berdasarkan analisis
karakteristik responden, analisis univariat dan analisa bivariate dapat disimpulkan sebagai
berikut:
2. Reponden dengan kepatuhan patuh 12 (40,5%) responden dan kepatuhan tidak patuh
18 (60,0%) responden.
3. Hasil uji statistic pada table 2 x 2 meggunakan uji chi square dengan turunan Fisher
Exact dengan tarif signifikan 0,05. Berdasarkan hasil uji statisticnya didapatkan p-value =
.001 atau p-value < 0,05. Dengan demikian dapat dikatakan Ho di tolak Ha diterima,
artinya ada hubungan tingkat pengetahuan dan kepatuhan pasien terhadap minum obat
anti tuberculosis paru di Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat (BBKPM) Makassar.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian ini, peneliti memberikan saran sebagai berikut :
Disarankan kepada petugas kesehatan balai paru agar lebih aktif untuk menyampaikan
informasi tentang kesehatan khususnya mengenai penting minum obat anti tuberculosis
paru
2. Bagi Masyarakat
Disarankan agar lebih banyak mencari tahu informasi tentang pengobatan tuberculosis
paru, khususnya hal-hal yang mempengaruhi kepatuhan dalam 8 minum obat anti
tuberculosis paru.
Peneliti berharap agar Skripsi ini dapat dijadikan bahan referensi selanjutnya dan dapat
meniliti dengan judul yang sama dengan variabel dan uji statistic yang berbeda.
Lampiran 1.
No
Jenis Kegiatan
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
23 1
4
1
Menenal Masalah
2
Pengajuan Judul
3
Mengumpulkan Referensi
Menyusun Proosal
Asistensi Proposal
6
Seminar Proposal
7
Revisis Proposal
8
Uji Validitas
9
Pelaksanaan Riset
10
Seminar Skripsi
12
Perbaikan Skripsi
Lampiran 2.
Kepada Yth
Bpak/Ibu/Sudara(i)
Di –
Tempat
Dengan hormat,
Nama : Moses.Tawun
Nim : 120191823
MASYARAKAT MAKASSAR”
demi kelancaran pelaksanaan penelitian, dan saya akan menjamin kerahasiaan dan
segala bentuk informasi yang Bapak/Ibu/Saudara/Saudar(I) berikan, dan apabila ada hal-
hal yang masih ingin ditanyakan, saya akan memberikan kesempatan yang sebesar-
79 Demikian Penyampaian dari saya, atas perhatian dan kerja samanya saya ucapkan
terima kasih.
Makassar,...........2022
Peneliti
Ttd
Moses.Tawun
NIM. 120191823
Lampiran 3.
Saya bertanda tangan dibawah ini menyatakan untuk berpartisipasi sebagai responden
pada penelitian yang dilaksanakan oleh Mahasiswa STIK FAMIKA Makassar atas nama
Nama : Moses.Tawun
NIM : 120191823
Saya menyadari bahwa saya menjadi bagian dari penelitian ini dan akan memberikan
informasi yang sebenar-benarnya yang dibutuhkan oleh peneliti, dan saya mengerti bahwa
penelitian ini tidak merugikan saya dan telah diberikan kesempatan oleh peneliti untuk
Saya mengerti bahwa hasil peneitian ini akan menjadi bahan masukan bagi pihak Balai
Besar Kesehatan Paru Masyarakat Makassar, sebagai upaya dalam meni gkatkan
Makassar, 2022
Responden
(.............................)
Lampiran 4
INSTRUMEN PENELITIAN
(LEMBAR KOISIONER)
A. Pentujun 64 Pengisian
1. Isilah terlebih dahulu biodata anda pada tempat yang telah disediakan
B. Data Responden
1. No. Responden :
2. Nama (Inisial) : :
3. Umur :
4. Jenis Kelamin : :
5. Pendidikan :
6. Pekerjaan :
Alternative jawaban
Ya :1
Tidak : 0
NO
PERTANYAAN
JAWABAN
YA
TIDAK
1.
3.
Tuberkulosis paru 84 adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri
Mikrobakterium tuberkulosa.
4.
tuberkulosis paru.
5.
Gejala yang dirasakan penderita tuberculosis paru adalah batuk lebih dari 3 minggu,
6.
Nyeri dada, sesak nafas dan batuk berdarah adalah gejala yang dirasakan penderita
tuberkulosis paru.
7.
65 Badan lemah, nafsu makan menurun, berat badan turun dan rasa kurang enak badan
paru.
8.
Penyakit ini tidak dapat ditularkan melalui percikan dahak dan bersin
9.
tuberkulosis paru
10.
Menutup mulut pada waktu batuk dan bersin termasuk dalam pencegahan tuberkulosis
paru.
11.
Pencegahan penyakit tuberkulosis paru dengan cara tidak meludah sembarang tempat.
12.
Meningkatkan daya tahan tubuh dengan makan makanan yang bergizi termasuk kedalam
pencegahan penyakit tuberkulosis paru.
Alternative jawaban
Ya :1
Tidak : 0
NO
PERTANYAAN
JAWABAN
YA
TIDAK
1.
2.
Apakah anda 10 mengkonsumsi obat tuberkulosis sesuai dengan jumlah dan dosis yang
3.
Apakah obat tuberkulosis yang diberikan oleh dokter habis anda minum secara teratur
4.
5.
6.
Apakah anda pernah 73 mengurangi atau berhenti minum obat tanpa memberitahu dokter
7.
5 Minum obat setiap hari adalah ketidaknyamanan untuk beberapa orang, apakah anda
Ketika anda merasa seperti gejala efek samping, apakah anda berhenti
9.
Apakah anda tidak menghabiskan obat yang dianjurkan oleh dokter karena merasa mual.
10.
11.
Ketika anda berpergian atau meninggalkan rumah, apakah anda pernah lupa untuk
12.
10 Apabila obat sudah habis saya tidak segera datang buat mengambil obat karena malas
datangnya.
13.
Apakah anda sering mengalami kesulitan mengingat untuk mengambil seluruh obat ?
14.
Apakah anda sering ke Puskesmas untuk mengambil di Puskesmas jika obatnya telah
habis
15.
Apakah anda minum obat sesuai dengan jenis obat yang yang diberikan dokter kepada
anda
16.
10 Selain obat tuberkulosis yang diberikan oleh dokter, kadang-kadang saya meminum
cepat sembuh.
17.
Petugas selalu menjelaskan mengenai bagaimana cara meminum obat yang baik dan
benar
18.
Petugas tidak pernah menjelaskan secara rinci mengenai bagaimana cara meminum obat
19.
Apakah petugas TB menjelaskan tentang frekuensi menelan obat (tiap hari atau 3 kali
seminggu)
20.
TINGKAT_PENGETAHUAN
KEPATUHAN_MINUM_OBAT_ANTI_TUBERKULOSIS_PARU
/BARCHART FREQ
/ORDER=ANALYSIS.
Frequencies
Statistics
UMUR
74 JENIS KELAMIN
PEKERJAAN
PENDIDIKAN
TINGKAT PENGETAHUAN
Valid
30
30
30
30
30
30
Missing
Frequency Table
UMUR
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid
19-24 Tahun
23.3
23.3
23.3
25-30 Tahun
14
46.7
46.7
70.0
31-35 Tahun
6.7
6.7
76.7
36-40 Tahun
3.3
3.3
80.0
41-48 Tahun
6
20.0
20.0
100.0
Total
30
100.0
100.0
JENIS KELAMIN
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid
Perempuan
17
56.7
56.7
56.7
Laki-Laki
13
43.3
43.3
100.0
Total
30
100.0
100.0
PEKERJAAN
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid
PNS
11
36.7
36.7
36.7
TNI
6.7
6.7
43.3
SUPIR MOBIL
13.3
13.3
56.7
IRT
13
43.3
43.3
100.0
Total
30
100.0
100.0
54 PENDIDIKAN
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid
SMP
16.7
16.7
16.7
SMA
15
50.0
50.0
66.7
S1
10
33.3
33.3
100.0
Total
30
100.0
100.0
TINGKAT PENGETAHUAN
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid
BAIK
13
43.3
43.3
43.3
KURANG
17
56.7
56.7
100.0
Total
30
100.0
100.0
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid
PATUH
12
40.0
40.0
40.0
TIDAK PATUH
18
60.0
60.0
100.0
Total
30
100.0
100.0
Bar Chart
CROSSTABS
/TABLES=TINGKAT_PENGETAHUAN BY
KEPATUHAN_MINUM_OBAT_ANTI_TUBERKULOSIS_PARU
/FORMAT=AVALUE TABLES
/STATISTICS=CHISQ
59 Crosstabs
Cases
Valid
Missing
Total
Percent
Percent
Percent
30
100.0%
0.0%
30
100.0%
TINGKAT PENGETAHUAN * KEPATUHAN MINUM OBAT ANTI TUBERKULOSIS PARU
Crosstabulation
Total
PATUH
TIDAK PATUH
TINGKAT PENGETAHUAN
BAIK
Count
10
13
Expected Count
5.2
7.8
13.0
23.1%
100.0%
83.3%
16.7%
43.3%
% of Total
33.3%
10.0%
43.3%
KURANG
Count
15
17
Expected Count
6.8
10.2
17.0
11.8%
88.2%
100.0%
16.7%
83.3%
56.7%
% of Total
6.7%
50.0%
56.7%
Total
Count
12
18
30
Expected Count
12.0
18.0
30.0
40.0%
60.0%
100.0%
100.0%
100.0%
100.0%
% of Total
40.0%
60.0%
100.0%
Chi-Square Tests
Value
df
Pearson Chi-Square
13.032a
.000
Continuity Correctionb
10.458
.001
Likelihood Ratio
14.020
1
.000
.001
.000
Linear-by-Linear Association
12.597
.000
N of Valid Cases
30
a. 0 cells (,0%) 44 have expected count less than 5. The minimum expected count is 5,20.
x
1
10
51
76
Sources
http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/3581/3/BAB II.pdf
1 INTERNET
7%
https://text-id.123dok.com/document/6qme58o7z-cara-memperoleh-kebenaran-nonilmiah.html
2 INTERNET
6%
https://id.123dok.com/article/obat-anti-tuberkulosis-oat-pengobatan-tb-paru.ye3jv91q
3 INTERNET
3%
http://digilib.uinsby.ac.id/18566/5/Bab 2.pdf
4 INTERNET
2%
https://www.researchgate.net/publication/348043372_PENGETAHUAN_PENDERITA_TUBERKULOSIS_PARU_TERH
5 ADAP_KEPATUHAN_MINUM_OBAT_ANTI_TUBERKULOSIS
INTERNET
2%
https://synersia.org/tuberkulosis/
6 INTERNET
2%
https://suryadun.blogspot.com/2016/01/teori-perilaku-dan-teori-pengetahuan.html
7 INTERNET
1%
https://www.researchgate.net/publication/344716081_HUBUNGAN_PENGETAHUAN_DAN_SIKAP_DENGAN_KEP
ATUHAN_MINUM_OBAT_ANTI_TUBERKULOSIS_PADA_PASIEN_TB_PARU_DI_PUSKESMAS_TELADAN_MEDAN_TA
8 HUN_2019
INTERNET
1%
https://123dok.com/article/pengetahuan-knowledge-pengertian-pengetahuan.y6pep14q
9 INTERNET
1%
https://adoc.pub/kuesioner-penelitian-skripsi-hubungan-pengetahuan-penderita-.html
10 INTERNET
1%
https://kesmas-id.com/ingin-sembuh-ini-lho-peran-penting-pmo-buat-pasien-tb/
11 INTERNET
1%
http://repository.unhas.ac.id/id/eprint/14827/2/R012191004_tesis_bab 1-2.pdf
12 INTERNET
1%
http://www.definisi-pengertian.com/2015/04/definisi-dan-pengertian-pengetahuan.html#:~:text=Pengetahuan
“merupakan hasil tahu setelah melakukan penginderaan terhadap,besar pengetahuan manusia diperoleh
13 melalui mata dan telinga.
INTERNET
<1%
http://repositori.uin-alauddin.ac.id/14808/1/Kurniawan Jamaluddin 70100114051.pdf
14 INTERNET
<1%
https://text-id.123dok.com/document/y9g6levq-hubungan-kontrol-diri-dengan-perilaku-kepatuhan-
15 pengobatan-pada-penderita-diabetes-mellitus-di-puskesmas-rangkah-surabaya.html
INTERNET
<1%
https://adoc.pub/bab-ii-tinjauan-pustaka-kepatuhan-berasal-dari-kata-dasar-pa.html
16 INTERNET
<1%
https://123dok.com/document/qog53wkz-pengetahuan-tuberkulosis-kepatuhan-tuberkulosis-puskesmas-
17 publikasi-pengetahuan-tuberkulosis.html
INTERNET
<1%
https://www.kajianpustaka.com/2019/06/pengertian-jenis-dan-meningkatkan-kepatuhan-pengobatan.html
18 INTERNET
<1%
https://www.farmasiexperience.com/kepatuhan-penderita-diabetes-militus-dalam-menjalani-terapi/
19 INTERNET
<1%
http://repo.poltekkesdepkes-sby.ac.id/4569/11/MANUSKRIP.pdf
20 INTERNET
<1%
https://123dok.com/document/qm0mkj4y-pengetahuan-pengertian-pengetahuan-efektivitas-komunikasi-
21 informasi-pengetahuan-padangsidimpuan.html
INTERNET
<1%
http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/2744/1/3. BAB II (TINJAUAN PUSTAKA).pdf
22 INTERNET
<1%
https://adoc.pub/iii-metodologi-penelitian-ini-dilaksanakan-pada-tanggal-1-sa.html
23 INTERNET
<1%
https://kurniakhairunisa030493.blogspot.com/2013/12/tb.html
24 INTERNET
<1%
https://adoc.pub/bab-ii-tinjauan-pustaka-sebagian-besar-manusia-diperoleh-mel.html
25 INTERNET
<1%
https://academia.co.id/kata-pengantar/
26 INTERNET
<1%
https://text-id.123dok.com/document/ky67ergq0-karakteristik-individu-distribusi-frekuensi-berdasarkan-usia-
tabel-5-2-distribusi-frekuensi-berdasarkan-pekerjaan-tabel-5-3-distribusi-frekuensi-berdasarkan-keluhan-
27 utama-pada-penderita-knf-distribusi-frekuensi-keluhan-utama-pada-penderita-knf.html
INTERNET
<1%
https://freehary.blogspot.com/2009/08/teori-pengetahuan.html
28 INTERNET
<1%
https://adoc.pub/artikel-ini-adalah-hasil-karya-saya-sendiri-dan-semua-sumber.html
29 INTERNET
<1%
https://core.ac.uk/download/pdf/323116001.pdf
30 INTERNET
<1%
https://www.researchgate.net/publication/348043372_PENGETAHUAN_PENDERITA_TUBERKULOSIS_PARU_TERH
ADAP_KEPATUHAN_MINUM_OBAT_ANTI_TUBERKULOSIS/fulltext/5ff2b06892851c13fee77475/PENGETAHUAN-
31 PENDERITA-TUBERKULOSIS-PARU-TERHADAP-KEPATUHAN-MINUM-OBAT-ANTI-TUBERKULOSIS.pdf
INTERNET
<1%
https://123dok.com/article/pencatatan-dan-pelaporan-referat-tb-paru.z1314edq
32 INTERNET
<1%
https://id.wikipedia.org/wiki/Sekolah_Tinggi_Ilmu_Keperawatan_Famika
33 INTERNET
<1%
https://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/48061
34 INTERNET
<1%
http://repositori.unsil.ac.id/3507/3/BAB II.pdf
35 INTERNET
<1%
https://id.123dok.com/article/pencapaian-target-kegiatan-dan-pendapatan.qoovwxkq
36 INTERNET
<1%
https://adoc.pub/artikel-disusun-dan-diajukan-oleh-lestika-dewi-nim-telah-div.html
37 INTERNET
<1%
https://jsvarna.blogspot.com/2014/10/pengertian-pengetahuan.html
38 INTERNET
<1%
https://repositori.stikes-ppni.ac.id/bitstream/handle/123456789/199/BAB II_201907004.pdf?sequence=6
39 INTERNET
<1%
http://eprints.ums.ac.id/57377/3/BAB I.pdf
40 INTERNET
<1%
http://eprints.umpo.ac.id/6101/3/BAB 2.pdf
41 INTERNET
<1%
http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/3581/4/BAB I.pdf
42 INTERNET
<1%
https://lib.ui.ac.id/file?file=digital/122941-S-5402-Faktor-faktor yang-Literatur.pdf
43 INTERNET
<1%
https://study.sagepub.com/sites/default/files/09_Lee_Peters_ Q&A Answers chapter 9-read.pdf
44 INTERNET
<1%
https://uit.e-journal.id/JKKM/article/download/284/154/
45 INTERNET
<1%
http://www.indonesian-publichealth.com/faktor-yang-mempengaruhi-perilaku/#:~:text=Dengan sendirinya,
pada waktu penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan,setelah orang melakukan penginderaan terhadap
46 suatu objek tertentu.
INTERNET
<1%
https://rhk.uksw.edu/index.php/kasih-dan-setia/#:~:text=“Janganlah kiranya kasih dan setia meninggalkan
47 engkau! Kalungkanlah,penghargaan dalam pandangan Allah serta manusia.” (Ams. 3:3-4)
INTERNET
<1%
http://eprints.umpo.ac.id/6156/3/BAB 2.pdf
48 INTERNET
<1%
http://repository.unhas.ac.id/1740/2/C011171566_skripsi 1-2.pdf
49 INTERNET
<1%
https://eprints.umm.ac.id/47532/3/BAB II.pdf
50 INTERNET
<1%
https://www.farmasiexperience.com/kepatuhan-penggunaan-obat-dan-keberhasilan-terapi-pada-pasien-
51 diabetes-melitus-tipe-2/
INTERNET
<1%
http://eprints.undip.ac.id/43148/4/5._BAB_III_tesis_revisi.pdf
52 INTERNET
<1%
http://thesis.umy.ac.id/datapublik/t12554.pdf
53 INTERNET
<1%
https://www.coursehero.com/file/p1oc1fk/Pendidikan-Frequency-Percent-Valid-Percent-Cumulative-Percent-
54 Valid-SD-1-50-50/
INTERNET
<1%
https://adoc.pub/persetujuan-disetujui-untuk-dipertahankan-di-hadapan-tim-pen.html
55 INTERNET
<1%
https://onioktavia.wordpress.com/#:~:text=Penularan penyakit ini sebagian besar melalui inhalasi basil,yang
56 mengandung Basil Tahan Asam (BTA) (Zulkifli, 2007).
INTERNET
<1%
http://repositori.unsil.ac.id/5077/5/Bab II.pdf
57 INTERNET
<1%
https://adoc.pub/hubungan-pengetahuan-pasien-tbc-tentang-penyakit-tbc-dengan-.html
58 INTERNET
<1%
https://www.academia.edu/32452704/Crosstabs_Case_Processing_Summary_Cases_Valid_Missing_Total_N_Perce
59 nt_N_Percent_N_Percent
INTERNET
<1%
https://www.gramedia.com/literasi/contoh-kata-pengantar-skripsi/
60 INTERNET
<1%
http://repository.pkr.ac.id/1253/1/KTI JULIANCE.pdf
61 INTERNET
<1%
https://repository.unair.ac.id/104667/4/4. BAB 1 PENDAHULUAN.pdf
62 INTERNET
<1%
https://www.statistikian.com/2017/06/teknik-sampling-dalam-penelitian.html
63 INTERNET
<1%
http://perpustakaan.poltekkes-malang.ac.id/assets/file/kti/P17311185086/Lampiran3.pdf
64 INTERNET
<1%
https://repository.unair.ac.id/97115/5/5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA.pdf
65 INTERNET
<1%
https://rsparumakassar.com/
66 INTERNET
<1%
http://digilib.uinsby.ac.id/3054/7/Bab 4.pdf
67 INTERNET
<1%
https://eprints.umm.ac.id/62538/5/BAB IV.pdf
68 INTERNET
<1%
https://serupa.id/populasi-dan-sampel-penelitian-serta-teknik-sampling/
69 INTERNET
<1%
http://eprints.umpo.ac.id/6289/1/2a-Prediksi Kejadian Penyakit Tuberkulosis Paru Berdasarkan Jenis Kelamin.pdf
70 INTERNET
<1%
https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/138651/permenkes-no-61-tahun-2019
71 INTERNET
<1%
https://e-renggar.kemkes.go.id/file2018/e-performance/2-415401-4tahunan-172.pdf
72 INTERNET
<1%
https://idoc.pub/documents/329310013-kuesioner-kepatuhan-mmaspdf-on230m2r6ml0
73 INTERNET
<1%
https://www.coursehero.com/file/128890832/demografi-hasil-worddoc/
74 INTERNET
<1%
https://www.coursehero.com/file/p2j3sf0/sided-Exact-Sig-2-sided-Exact-Sig-1-sided-Pearson-Chi-
75 Square-95666-a-1-000/
INTERNET
<1%
https://repository.unair.ac.id/94376/7/7. BAB 4 METODE PENELITIAN.pdf
76 INTERNET
<1%
http://perpustakaan.poltekkes-malang.ac.id/assets/file/kti/1503410004/8._BAB_3_.pdf
77 INTERNET
<1%
http://eprints.ums.ac.id/40540/1/Naskah Publikasi.pdf
78 INTERNET
<1%
https://123dok.com/article/pengukuran-pengetahuan-tinjauan-pustaka.yd74920l
79 INTERNET
<1%
https://repository.usd.ac.id/42294/2/181213020_full.pdf
80 INTERNET
<1%
https://mlengsee.wordpress.com/2010/11/07/diagnosis-tuberkulosis-tb/#:~:text=Diagnosis TB Paru pada orang
81 dewasa ditegakkan dengan,digunakan sebagai penunjang diagnosis sepanjang sesuai dengan indikasinya.
INTERNET
<1%
https://kodeposresmi.com/kabupaten-kota/kota-makassar
82 INTERNET
<1%
https://adoc.pub/lembar-persetujuan-responden-saya-telah-mendapat-penjelasan-.html
83 INTERNET
<1%
https://www.honestdocs.id/tuberkulosis
84 INTERNET
<1%
http://lib.unnes.ac.id/27949/1/6411410032.pdf
85 INTERNET
<1%
http://repository.um-surabaya.ac.id/5732/3/BAB_2.pdf
86 INTERNET
<1%
https://www.kajianpustaka.com/2019/06/pengertian-jenis-dan-meningkatkan-kepatuhan-
pengobatan.html#:~:text=Tenaga kesehatan harus mampu mempertinggi dukungan sosial. Selain,pasien,
87 karena hal tersebut juga akan meningkatkan kepatuhan.
INTERNET
<1%
http://repository.um-surabaya.ac.id/2450/4/BAB_III.pdf
88 INTERNET
<1%
EXCLUDE QUOTES ON
EXCLUDE BIBLIOGRAPHY ON