Penerbit
Anggota IKAPI
No. 370/JBA/2020
FISIKA DASAR BAGIAN MEKANIKA
Editor :
Rintho R. Rerung
Tata Letak :
Rizki R Pratama
Desain Cover :
Rintho R. Rerung
Ukuran :
B5: 18,2 x 25,7 cm
Halaman :
iv, 265
ISBN :
978-623-362-222-6
Terbit Pada :
November, 2021
i
Dibandingkan dengan diktat atau buku sejenis, dalam diktat ini
beberapa topik disajikan dengan tingkat kesulitan lebih tinggi yang
disesuaikan untuk alur berpikir mahasiswa tingkat pertama di
perguruan tinggi yang bertujuan untuk mengajak mahasiswa agar
lebih aktif berpikir dalam menyelesaikan permasalahan yang
terkait dengan ilmu fisika terutama untuk bidang keilmuan yang
diambilnya. Selain itu, untuk lebih memahami dan menguasai
setiap pokok bahasan disediakan pula berbagai contoh soal serta
pembahasannya.
Penulis menyadari tentu masih banyak kekurangan dalam
penulisan buku ajar ini, untuk itu kritik dan saran yang
membangun sangat diharapkan demi perbaikan selanjutnya.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................ i
DAFTAR ISI ..................................................................................iii
BAB 1 SISTEM SATUAN DAN BESARAN ...................................... 1
A. Besaran Pokok dan Besaran Turunan ........................... 3
B. Sistem Satuan ............................................................... 9
C. Besaran Fisika ............................................................. 11
BAB 2 KINEMATIKA ................................................................... 51
A. Jarak dan Perpindahan ............................................... 52
B. Kelajuan serta kecepatan rata-rata .............................. 56
C. Perlajuan dan Percepatan rata-rata ............................. 57
D. Gerak Lurus Beraturan (GLB) ...................................... 58
E. Gerak Lurus Berubah Beraturan (GLBB) ..................... 61
F. Contoh-contoh Gerak Lurus Berubah Beraturan (GLBB)
.................................................................................... 68
G. Gerak Parabola ............................................................ 76
H. Menganalisis Komponen Gerak Parabola secara terpisah
.................................................................................... 82
I. Pembuktian Matematis Gerak Peluru (Parabola) .......... 88
BAB 3 DINAMIKA PARTIKEL .....................................................103
A. Hukum Newton mengenai Gerak ................................104
B. Satuan Gaya ...............................................................116
C. Gaya-gaya kontak (Gaya Gesekan)..............................118
BAB 4 USAHA DAN ENERGI .....................................................127
A. Definisi Kerja ..............................................................128
B. Energi Kinetik (K) .......................................................133
C. Daya ...........................................................................136
D. Gaya Konservatif serta Energi Potensial ......................139
E. Gaya gravitasi dan Energi Potensial Gravitasi .............141
F. Gaya Pegas dan Energi Potensial Elastis.....................148
iii
BAB 5 GERAK MELINGKAR ......................................................155
A. Gerak Melingkar Beraturan ........................................156
B. Gerak Melingkar Berubah Beraturan ..........................160
C. Besaran Angular .........................................................161
D. Hubungan antara Besaran Angular dan Besaran
Tangensial ..................................................................162
E. Susunan Roda-roda ....................................................163
BAB 6 GERAK ROTASI ..............................................................177
A. Momen Inersia ............................................................180
B. Momen inersia untuk sistem partikel .........................181
C. Momen Kelembaman (momen inersia untuk benda
kontinu) ......................................................................183
D. Teori Sumbu Sejajar ...................................................189
E. Teori Sumbu Tegak Lurus ..........................................191
F. Penerapan Dinamika Rotasi........................................195
G. Gerak menggelinding ..................................................197
H. Usaha dan Daya pada Gerak Rotasi ...........................202
I. Momentum Sudut (L) ..................................................205
J. Hukum Kekekalan Momentum Sudut.........................205
BAB 7 STATIKA (KESETIMBANGAN) .........................................215
A. Kesetimbangan Translasi ............................................216
B. Kesetimbangan Rotasi ................................................216
C. Torsi (momen gaya) .....................................................217
BAB 8 MOMENTUM DAN TUMBUKAN ......................................235
A. Jenis-Jenis Tumbukan ...............................................236
B. Hukum Kekekalan Momentum ...................................246
C. Prinsip Kerja Roket .....................................................252
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................265
iv
BAB 1
SISTEM SATUAN DAN BESARAN
Standar Kompetensi
1. Dapat mengaplikasikan dasar ilmu mekanika untuk
mendukung ilmu perminyakan maupun panas bumi.
2. Dapat menerapkan ilmu pengetahuan serta teknologi
pada bidang perminyakan, gas bumi juga panas bumi
lewat teknologi informasi serta komputer.
3. Takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta dapat
memperlihatkan sikap religius.
4. Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan ketika
melaksanakan tugas berlandaskan agama, moral
maupun etika.
5. Berperan pada pengembangan nilai kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, bernegara, serta
pengembangan peradaban berlandaskan pancasila.
Kompetensi Dasar
Mahasiswa dapat memahami konsep satuan dan besaran
fisika serta memahami vektor dan operasi-operasi vektor
Indikator
1. Menjelaskan besaran, satuan, dan konversi satuan.
2. Menjelaskan dimensi dan analisis dimensi.
3. Menjelaskan notasi ilmiah dan angka penting.
4. Menjelaskan pengukuran yang benar.
5. Menjelaskan vektor dan operasi-operasi vektor
1
SISTEM SATUAN DAN BESARAN
2
SISTEM SATUAN DAN BESARAN
diikuti kata juta dan satuan km2, tentu itu bukan angka yang kecil
lagi.
3
SISTEM SATUAN DAN BESARAN
4
SISTEM SATUAN DAN BESARAN
5
SISTEM SATUAN DAN BESARAN
Besaran Turunan
7 Besaran Pokok
1. Kecepatan
𝑝𝑒𝑟𝑝𝑖𝑛𝑑𝑎ℎ𝑎𝑛
𝑘𝑒𝑐𝑒𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 =
𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢
𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔
=
𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢
𝐿
=
𝑇
= 𝐿. 𝑇 −1
2. Volume
=𝐿𝑥𝐿𝑥𝐿
= 𝐿3
6
SISTEM SATUAN DAN BESARAN
3. Percepatan
𝑘𝑒𝑐𝑒𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛
𝑝𝑒𝑟𝑐𝑒𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 =
𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢
𝑝𝑒𝑟𝑝𝑖𝑛𝑑𝑎ℎ𝑎𝑛
= 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢
𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢
𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔
= 𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢
𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢
𝐿
= 𝑇
𝑇
= 𝐿. 𝑇 −2
1
𝐸𝑘 = 𝑚𝑣 2
2
1
𝑑𝑖𝑚𝑎𝑛𝑎, 𝑚𝑒𝑟𝑢𝑝𝑎𝑘𝑎𝑛 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑡𝑎𝑛𝑡𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑖𝑑𝑎𝑘 𝑏𝑒𝑟𝑑𝑖𝑚𝑒𝑛𝑠𝑖
2
Maka,
𝐸𝑘 = 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑥 𝑘𝑒𝑐𝑒𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛
7
SISTEM SATUAN DAN BESARAN
= 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑥 𝑘𝑒𝑐𝑒𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛
= [𝑀]𝑥{[𝐿][𝑇 −1 ]}2
= [𝑀]𝑥[𝐿]2 𝑥[𝑇]−2
= [𝑀][𝐿]2 [𝑇]−2
𝑊 = 𝐺𝑎𝑦𝑎 𝑥 𝑝𝑒𝑟𝑝𝑖𝑛𝑑𝑎ℎ𝑎𝑛
= [𝑀]𝑥[𝐿][𝑇]−2 𝑥[𝐿]
= [𝑀][𝐿]2 [𝑇]−2
8
SISTEM SATUAN DAN BESARAN
Maka, 𝑠 = 𝑣. 𝑡
[𝐿] = [𝐿]
Dari sini dapat kita lihat bahwa ada kesamaan antara dimensi
ruas kiri dengan dimensi ruas kanan, maka dapat
disimpulkan bahwa persamaan di atas tepat dan benar
adanya.
(a) (b)
B. Sistem Satuan
9
SISTEM SATUAN DAN BESARAN
Sistem Dinamis
𝒄. 𝒈. 𝒔 = 𝑐𝑚 − 𝑔𝑟𝑎𝑚 − 𝑠𝑒𝑘𝑜𝑛
Sistem Statis
10
SISTEM SATUAN DAN BESARAN
C. Besaran Fisika
1. Besaran Skalar
Besaran skalar didefinisikan sebagai besaran yang tidak
mempunyai arah di mana hanya memiliki nilai,
misalnya volume, waktu, kerja, energi, massa.
Penjumlahan untuk besaran skalar dapat dioperasikan
dengan matematika sederhana, misalnya: 20 detik + 90
detik = 110 detik; 15 kg + 15 kg = 30 kg; 10 m3 + 20 m3
= 30 m3; 20 Joule – 10 Joule = 10 Joule.
2. Besaran Vektor
11
SISTEM SATUAN DAN BESARAN
𝐴̅=𝐴𝑒̅𝐴 (1 − 1)
12
SISTEM SATUAN DAN BESARAN
A
A
B
B
3. Komponen Vektor
Vektor dalam Ruang
dan besarnya
𝐴 = √𝐴𝑥 2 + 𝐴𝑦 2 + 𝐴𝑧 2 (1 − 3)
13
SISTEM SATUAN DAN BESARAN
di mana
𝐴̅y = 𝐴𝑦 𝑗̂ 𝐴𝑦 = 𝐴 cos 𝛽 (1 − 5)
𝐴̅z = 𝐴𝑧 𝑘̂ 𝐴𝑧 = 𝐴 cos 𝛾 (1 − 6)
𝐴𝑥
cos 𝛼 = (1 − 7)
𝐴
𝐴𝑦
cos 𝛽 = (1 − 8)
𝐴
𝐴𝑧
cos 𝛾 = (1 − 9)
𝐴
𝐴̅
𝐴̅
z
𝛾
𝛽 𝐴̅
y y
𝐴̅ 𝛼
x
𝑅̅
x
besarnya
14
SISTEM SATUAN DAN BESARAN
𝐴 = √𝐴𝑥 2 + 𝐴𝑦 2 (1 − 11)
Komponen vektornya:
𝐴𝑥
cos 𝛼 = (1 − 14)
𝐴
𝐴𝑦
cos 𝛽 = (1 − 15)
𝐴
𝐴̅
𝐴̅y
𝛼
x
𝐴̅x
15
SISTEM SATUAN DAN BESARAN
1) Metode Segitiga
16
SISTEM SATUAN DAN BESARAN
𝐴̅ 𝐵̅
Langkah 1:
𝐵̅ 𝐴̅
atau
𝐴̅ 𝐵̅
Langkah 2:
17
SISTEM SATUAN DAN BESARAN
𝐵̅ 𝐴̅
𝑅̅
𝑅̅
𝐴̅ 𝐵̅
atau
Gambar 1.7 Hasil penjumlahan 2 vektor 𝐴̅ dan 𝐵̅
Jika kita lihat, maka bentuk dari
penjumlahan ini sama seperti bentuk segitiga,
oleh sebab itu metode ini dinamakan sebagai
metode segitiga. Namun, metode ini cuma
bisa digunakan untuk menjumlahkan dua
vektor, untuk lebih dari dua vektor, kita bisa
menggunakan metode jajaran genjang
maupun poligon.
18
SISTEM SATUAN DAN BESARAN
𝐶̅
𝐴̅
𝐵̅
Langkah 1:
𝐴̅
𝜃
𝐵̅
Langkah 2:
19
SISTEM SATUAN DAN BESARAN
𝐴̅
𝐴̅ + 𝐵̅
𝐵̅
20
SISTEM SATUAN DAN BESARAN
𝐴̅
𝐴̅ + 𝐵̅
𝜃
𝐵̅
𝐶̅
𝐴̅
𝐴̅ + 𝐵̅
𝐴̅
+𝐵̅+𝐶̅
𝜃
𝐵̅
𝐶̅
21
SISTEM SATUAN DAN BESARAN
3) Metode Poligon
̅
𝐷
𝐴̅ 𝐶̅
𝐵̅
Langkah 1:
22
SISTEM SATUAN DAN BESARAN
̅ di mana
vektor 𝐷 ̅
pangkal (ekor) vektor 𝐷
terletak di ujung kepala vektor 𝐶̅ sebagaimana
yang terlihat seperti gambar berikut.
𝐴̅
𝐵̅
𝐶̅
̅
𝐷
Langkah 2:
𝐴̅
𝐵̅
𝐶̅
̅
𝐷
𝐴̅ + 𝐵̅ + 𝐶̅ + 𝐷
̅
23
SISTEM SATUAN DAN BESARAN
𝐶̅
𝐴̅ 𝐵̅
24
SISTEM SATUAN DAN BESARAN
Langkah 1:
𝐵̅ 𝐴̅
𝐶̅
Langkah 2:
25
SISTEM SATUAN DAN BESARAN
𝐵̅𝑦
𝐴̅𝑦
̅ ̅
𝐴
𝐵
𝐶𝑥̅ 𝛼 𝑋
𝛽 𝐴̅𝑥
̅
𝐶
𝐶𝑦̅
𝐴̅𝑥
cos 𝛼 = ; 𝑚𝑎𝑘𝑎 𝐴̅𝑥 = 𝐴̅ cos 𝛼 (1 − 16)
𝐴̅
𝐴̅𝑦
sin 𝛼 = ; 𝑚𝑎𝑘𝑎 𝐴̅𝑦 = 𝐴̅ sin 𝛼 (1 − 17)
𝐴̅
𝐵̅𝑥 = 0 (1 − 18)
𝐵̅𝑦 = 𝐵̅ (1 − 19)
𝐶𝑥̅
cos 𝛽 = ; 𝑚𝑎𝑘𝑎 𝐶𝑥̅ = 𝐶̅ cos 𝛽 (1 − 20)
̅𝐶
𝐶𝑦̅
sin 𝛽 = ; 𝑚𝑎𝑘𝑎 𝐶𝑦̅ = 𝐶̅ sin 𝛽 (1 − 21)
𝐶̅
26
SISTEM SATUAN DAN BESARAN
Langkah 3:
2 2
𝑅 = √(∑ 𝑅𝑥 ) + (∑ 𝑅𝑦 ) (1 − 24)
∑ 𝑅𝑦
tan 𝜃 = (1 − 25)
∑ 𝑅𝑥
27
SISTEM SATUAN DAN BESARAN
𝐹̅2
𝐹̅1
𝐿
𝐹̅2 𝑀
𝑅̅
𝛼−𝛽
𝛼 𝛽
𝐾
𝑂 𝐹̅1
28
SISTEM SATUAN DAN BESARAN
𝐹̅2 𝐿 𝑀
𝑅̅
𝛼 𝐹̅2 𝑠𝑖𝑛 𝛼
𝐹̅2
−𝛽
𝛼 𝛽 𝛼
𝐾 𝑁
𝑂 𝐹̅1
𝐹̅2 cos 𝛼
KM = 𝐹̅2 (1 − 26)
29
SISTEM SATUAN DAN BESARAN
(1 − 33)
(1 − 34)
𝐿
𝐹̅2 𝑀
𝑅̅
𝛼 𝑎
−𝛽
𝛼 𝛽
𝛼
𝐾 𝑋
𝑂 𝐹̅1
30
SISTEM SATUAN DAN BESARAN
𝐹̅2 𝑅̅
= (1 − 40)
sin 𝛽 sin 𝛼
31
SISTEM SATUAN DAN BESARAN
𝐹̅2 𝐿 𝑀
𝑅̅
𝛼
−𝛽
𝛼 𝛽
𝐾
𝑂 𝐹̅1
𝑏
sin 𝛼 = (1 − 41)
̅
𝐹1
𝑏
sin(𝛼 − 𝛽) = (1 − 42)
𝑅̅
𝑏
sin 𝛼 𝐹̅ 𝑅̅
= 1 = (1 − 43)
sin(𝛼 − 𝛽) 𝑏 𝐹̅1
𝑅̅
𝐹̅1 𝑅̅
= (1 − 44)
sin(𝛼 − 𝛽) sin 𝛼
32
SISTEM SATUAN DAN BESARAN
𝐹̅1 𝐹̅2 𝑅̅
= = (1 − 45)
sin(𝛼 − 𝛽) sin 𝛽 sin 𝛼
𝐴̅ = 6cm
600
𝐵̅ = 4cm
33
SISTEM SATUAN DAN BESARAN
Jawaban:
a. Penjumlahan vektor
𝐴̅ 𝐶̅
600 C=A+B
𝐵̅
b. Pengurangan vektor
̅
𝐷
𝐴̅
−𝐵̅ 𝐵̅
D = A + (-B)
5. Perkalian Vektor
a. Perkalian vektor dengan skalar
34
SISTEM SATUAN DAN BESARAN
𝑠 = 𝑣𝑡 (1 − 46)
Di mana :
𝑠 = perpindahan (m)
𝑣 = kecepatan (m/s)
35
SISTEM SATUAN DAN BESARAN
𝐵̅ = 𝑘𝐴̅ (1 − 47)
36
SISTEM SATUAN DAN BESARAN
𝐴̅
Jawaban:
𝐵̅ = 2𝐴̅ 𝐴̅
𝐴̅
𝐵̅ = −2𝐴̅
𝐴̅
𝐴̅
𝐵̅ = −1/2𝐴̅
𝐵̅ = 1/2𝐴̅
̅ = ½𝑨
𝑩 ̅ , artinya panjang vektor 𝐵̅ ̅ = - ½𝑨
𝑩 ̅ , artinya panjang vektor 𝐵̅
adalah setengah kali panjang adalah setengah kali panjang vektor
vektor 𝐴̅ dan arahnya sama 𝐴̅ tetapi arahnya berlawanan
dengan arah vektor 𝑨 ̅ dengan arah vektor 𝑨 ̅
37
SISTEM SATUAN DAN BESARAN
𝐴̅ cos 𝛼
𝐵̅
𝛼
𝐴̅
𝐵̅ cos 𝛼
Di mana :
00 ≤ 𝛼 ≤ 1800
38
SISTEM SATUAN DAN BESARAN
900 𝑖
900
900
39
SISTEM SATUAN DAN BESARAN
𝐴̅. 𝐵̅ = 𝐴̅𝑥 𝑖. 𝐵̅𝑥 𝑖 + 𝐴̅𝑥 𝑖. 𝐵̅𝑦 𝑗 + 𝐴̅𝑥 𝑖. 𝐵̅𝑧 𝑘 + 𝐴̅𝑦 𝑗 . 𝐵̅𝑥 𝑖 + 𝐴̅𝑦 𝑗. 𝐵̅𝑦 𝑗
+ 𝐴̅𝑦 𝑗. 𝐵̅𝑧 𝑘 + 𝐴̅𝑧 𝑘. 𝐵̅𝑥 𝑖 + 𝐴̅𝑧 𝑘. 𝐵̅𝑦 𝑗
+ 𝐴̅𝑧 𝑘. 𝐵̅𝑧 𝑘
(1 − 55)
(1 − 56)
𝐴̅. 𝐵̅ = 𝐴𝑥 𝐵𝑥 + 𝐴𝑦 𝐵𝑦 + 𝐴𝑧 𝐵𝑧 (1 − 58)
40
SISTEM SATUAN DAN BESARAN
𝐴. (𝐵 + 𝐶) = 𝐴. 𝐵 + 𝐴. 𝐶
𝐴. 𝐵 = 𝐵. 𝐴
Jawaban:
𝑊 = 𝐹. 𝑠
𝑊 =8+9−6
𝑊 = 11
41
SISTEM SATUAN DAN BESARAN
𝐴̅ sin 𝛼
𝐵̅
𝐵̅ sin 𝛼
𝛼
𝐴̅
𝐴̅ 𝑥 𝐵̅ = 𝐶̅
Di mana :
00 ≤ 𝛼 ≤ 1800
42
SISTEM SATUAN DAN BESARAN
̅ dan 𝑩
terhadap bidang yang dibentuk oleh 𝑨 ̅
adalah hasil kali silang dua buah vektor. Simbol
bagi perkalian titik ini adalah (x) yang biasa disebut
juga sebagai perkalian silang (cross product).
Arah vektor 𝑪̅ tegak lurus dengan Begitu juga arah dari hasil
bidang yang terbentuk melalui ̅x𝑩
perkalian silang vektor 𝑨 ̅ . Juga
vektor 𝑨̅ serta 𝑩̅ . Untuk melihat bisa kita gunakan kaidah tangan
arah vektor 𝑪̅, kita bisa gunakan kanan, namun bedanya
kaidah tangan kanan yang mana genggaman tangan dibuat berbalik
ujung dari vektor 𝑨 ̅ mendekati arah yaitu ujung dari vektor 𝑩 ̅
arah ujung vektor 𝑩 ̅ mirip lipatan ̅
menuju ujung dari vektor 𝑨 seperti
empat jari di mana jempol arah lipatan empat jari dan jempol
menggambarkan arah vektor 𝑪 ̅. menggambarkan arah vektor 𝑪 ̅.
Gambar di atas menunjukkan Pada gambar di atas, vektor 𝑪 ̅
bahwa vektor 𝑪 ̅ merupakan hasil ̅
adalah hasil perkalian silang 𝑩 x 𝑨̅
̅ x 𝑩
kali silang 𝑨 ̅ yang arahnya yang arahnya menuju ke bawah
menuju ke atas tidak menembus menembus bidang.
bidang.
Gambar 1.13 https://www.fisikabc.com/2017/05/perkalian-vektor.html
𝐴𝑥𝐵 ≠ 𝐵𝑥𝐴
43
SISTEM SATUAN DAN BESARAN
Gambar 1.14
https://www.fisikabc.com/2017/05/perkalian-
vektor.html
44
SISTEM SATUAN DAN BESARAN
𝐴̅𝑥 𝐵̅ = 0 + 𝐴𝑥 𝑖 𝑥 𝐵𝑦 𝑗 + 𝐴𝑥 𝑖 𝑥 𝐵𝑧 𝑘 + 𝐴𝑦 𝑗 𝑥 𝐵𝑥 𝑖 + 0
+ 𝐴𝑦 𝑗 𝑥 𝐵𝑧 𝑘 + 𝐴𝑧 𝑘 𝑥 𝐵𝑥 𝑖 + 𝐴𝑧 𝑘 𝑥 𝐵𝑦 𝑗 + 0
𝐴̅𝑥𝐵̅ = 𝐴̅𝑥 𝐵̅𝑦 𝑘 − 𝐴̅𝑥 𝐵̅𝑧 𝑗 − 𝐴̅𝑦 𝐵̅𝑥 𝑘 + 𝐴̅𝑦 𝐵̅𝑧 𝑖 + 𝐴̅𝑧 𝐵̅𝑥 𝑗
− 𝐴̅𝑧 𝐵̅𝑦 𝑖
𝐴̅𝑥𝐵̅ = (𝐴̅𝑧 𝐵̅𝑧 − 𝐴̅𝑧 𝐵̅𝑦 )𝑖 + (𝐴̅𝑧 𝐵̅𝑥 − 𝐴̅𝑥 𝐵̅𝑧 )𝑗 + (𝐴̅𝑥 𝐵̅𝑦
− 𝐴̅𝑦 𝐵̅𝑥 )𝑘
45
SISTEM SATUAN DAN BESARAN
Gambar 1.15
https://www.fisikabc.com/2017/05/perkalian-
vektor.html
𝐴̅𝑥𝐵̅ = 𝑖𝐴̅𝑦 𝐵̅𝑧 + 𝑗𝐴̅𝑧 𝐵̅𝑥 + 𝑘𝐴̅𝑥 𝐵̅𝑦 − 𝑘𝐴̅𝑦 𝐵̅𝑥 − 𝑖𝐴̅𝑧 𝐵̅𝑦 − 𝑗𝐴̅𝑥 𝐵̅𝑧
𝐴𝑥𝐵 ≠ 𝐵𝑥𝐴
(𝐴 𝑥 (𝐵 + 𝐶) = (𝐴 𝑥 𝐵) + (𝐴 𝑥 𝐶)
(𝐴 + 𝐵) 𝑥 𝐶 = (𝐴 𝑥 𝐶) + (𝐵 𝑥 𝐶)
46
SISTEM SATUAN DAN BESARAN
Diketahui:
𝐹 = (𝑖 + 3𝑗 − 𝑘)𝑁
𝑟 = (0,8𝑖 + 0,2𝑗)𝑚
Jawaban:
𝜏=𝑟𝑥𝐹
47
SISTEM SATUAN DAN BESARAN
Pertanyaan
48
SISTEM SATUAN DAN BESARAN
9. Ditentukan 2 vektor.
𝑎̅ = 3𝑥̅ + 4𝑦̅ - 6𝑧̅
𝑏̅ = 𝑥̅ + 𝑦̅+ 2𝑧̅
49
SISTEM SATUAN DAN BESARAN
Carilah:
a. Besar serta arah resultannya
b. Besar serta arah 𝑎̅ - 𝑏̅
c. Sudut antara 𝑎̅ dan 𝑏̅
1
10. Vektor a dan vektor b membentuk sudut 𝛼 dengan sin 𝛼 = .
√7
(a) (b)
50
BAB 2
KINEMATIKA
Standar Kompetensi
1. Dapat mengaplikasikan dasar ilmu mekanika untuk
mendukung ilmu perminyakan maupun panas bumi.
2. Dapat menerapkan ilmu pengetahuan serta teknologi pada
bidang perminyakan, gas bumi juga panas bumi lewat
teknologi informasi serta komputer.
3. Takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta dapat
memperlihatkan sikap religius.
4. Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan ketika melaksanakan
tugas berlandaskan agama, moral maupun etika.
5. Berperan pada pengembangan nilai kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, bernegara, serta pengembangan
peradaban berlandaskan pancasila.
Kompetensi Dasar
Mahasiswa dapat melakukan analisis terhadap besaran fisika
dalam gerak yang kecepatan maupun percepatannya konstan
Indikator
1. Mendefinisikan besaran gerak.
2. Melakukan analisis Gerak Lurus Beraturan (GLB) di
kehidupan sehari-hari.
3. Melakukan analisis Gerak Lurus Berubah Beraturan (GLBB)
di kehidupan sehari-hari.
4. Menghitung besaran yang berhubungan dengan GLB, GLBB,
gerak vertikal dan gerak parabola.
5. Mampu menggambar grafik dari GLB.
6. Mampu menggambar grafik dari GLBB
7. Menganalisis perpindahan benda berdasarkan kurva
kecepatan-waktu.
Salah satu fenomena yang sangat sering kita jumpai di alam ini
adalah gerak, bahkan kita sendiri juga setiap saat melakukan
51
KINEMATIKA
52
KINEMATIKA
53
KINEMATIKA
𝐶 𝑂 𝐵
𝑠𝑢𝑚𝑏𝑢
𝑘𝑜𝑜𝑟𝑑𝑖𝑛𝑎𝑡
−5 −4 −3 −2 −1 0 1 2 3 4 5
54
KINEMATIKA
Untuk kasus lain, jika ada tiga bola bergerak dari titik O ke
kanan menuju titik D, kemudian setelah sampai di titik D bola
tersebut membalik arah bergerak ke kiri melewati titik O lalu
berhenti di titik E seperti yang terlihat sebagaimana Gambar
2.3.
𝐸 𝑂 𝐷
𝑠𝑢𝑚𝑏𝑢
𝑘𝑜𝑜𝑟𝑑𝑖𝑛𝑎𝑡
−5 −4 −3 −2 −1 0 1 2 3 4 5 6
Maka, ∆𝑠 = −5 𝑠𝑎𝑡𝑢𝑎𝑛.
55
KINEMATIKA
Di mana ,
56
KINEMATIKA
Jawaban:
Kelajuan rata-rata:
𝑠1 + 𝑠2
𝑣=
𝑡1 + 𝑡2
10 + 8 18
𝑣= = = 1,8 𝑚/𝑠
6+4 10
Kecepatan rata-rata:
∆𝑠
𝑣̅ =
∆𝑡
𝑠1 + 𝑠2
𝑣̅ =
𝑡1 + 𝑡2
10 − 8 2
𝑣̅ = = = 0,2 𝑚/𝑠
6+4 10
∆𝑣
𝑎= (2 − 2)
∆𝑡
atau
𝑣2 − 𝑣1
𝑎= (2 − 3)
∆𝑡
57
KINEMATIKA
di mana ,
∆𝑣̅
𝑎̅ = (2 − 4)
∆𝑡
atau
𝑣̅2 − 𝑣̅1
𝑎̅ = (2 − 5)
∆𝑡
di mana ,
58
KINEMATIKA
benda adalah tetap tiap satuan waktu. Pada gambar 2.4, P0,
P1, P2 menggambarkan letak titik P ketika t = t0, t1, serta t2 di
mana vektor posisi 𝑟̅ 0, 𝑟̅ 1, 𝑟̅ 2 serta perpindahan ∆𝑟̅ 1 dan ∆𝑟̅ 2.
∆𝑟1 ditempuh dalam ∆𝑡1 = 𝑡1 – 𝑡0 dan ∆𝑟2 dalam ∆𝑡2 = 𝑡2 – 𝑡1
𝑃0 ∆𝑟̅1 𝑃1 ∆𝑟̅2 𝑃2
𝑟̅0 𝑟̅1 𝑟2
Gambar 2.4
Bila ∆𝑡1 = ∆𝑡2 = ∆𝑡 dan ∆𝑟̅ 1 = ∆𝑟̅ 2 = ∆𝑟̅ = 𝑟 adalah konstan,
gerakan yang dilakukan benda merupakan gerak lurus
beraturan. Persamaan lintasan di P yaitu:
∆𝑟
𝑣= = 𝑡𝑒𝑡𝑎𝑝 (2 − 7)
∆𝑡
atau
∆𝑟 = 𝑣 ∆𝑡 (2 − 8)
𝑟̅ = 𝑟̅ 0 + 𝑣. 𝑡𝑒̂𝑟 (2 − 9)
59
KINEMATIKA
𝑥̅ = 𝑥̅ 0 + 𝑣 x𝑡𝑖̂ (2 − 10)
atau
dan
atau
𝑥 = 𝑣 x𝑡 (2 − 14)
atau
𝑦 = 𝑣 y𝑡 (2 − 15)
𝑑𝑣 𝑑
𝑎= = (𝑐) = 0 (2 − 16)
𝑑𝑡 𝑑𝑡
60
KINEMATIKA
𝑥 𝑣 𝑎
𝑥 = 𝑥 0 + 𝑣 0𝑡
𝑣 = 𝑣 0 + 𝑣 0𝑡
𝑡
𝑥0 𝑡
𝑎=0
𝑡 𝑡
𝜃 𝜃 𝜃
Jawaban:
61
KINEMATIKA
𝑣𝑡 = 𝑣0 + 𝑎𝑡 (2 − 17)
1
𝑠 = 𝑣0 𝑡 + 𝑎𝑡 2 (2 − 18)
2
3. Persamaan kecepatan-jarak
𝑣𝑡 2 = 𝑣0 2 + 2𝑎𝑠 (2 − 19)
62
KINEMATIKA
∆𝑣 = 𝑎𝑡 (2 − 20)
𝑣𝑡 − 𝑣0 = 𝑎𝑡 (2 − 21)
∆𝑠 = 𝑣̅ 𝑡 (2 − 22)
di mana
𝑣0 + 𝑣𝑡
𝑣̅ = (2 − 23)
2
Maka,
𝑣0 + 𝑣𝑡
𝑠 − 𝑠0 = 𝑡 (2 − 24)
2
63
KINEMATIKA
𝑣0 + 𝑣0 + 𝑎𝑡
𝑠 − 𝑠0 = 𝑡 (2 − 25)
2
1
𝑠 = 𝑠0 + 𝑣0 𝑡 + 𝑎𝑡 2 (2 − 26)
2
1
𝑠 = 𝑣0 𝑡 + 𝑎𝑡 2 (2 − 27)
2
1
𝑠 − 𝑠0 = 𝑣0 𝑡 + 𝑎𝑡 2 (2 − 29)
2
𝑣𝑡 − 𝑣0 1 𝑣𝑡 − 𝑣0 2
𝑠 − 𝑠0 = 𝑣0 ( )+ 𝑎( ) (2 − 30)
𝑎 2 𝑎
𝑣𝑡 𝑣0 𝑣0 2 𝑣𝑡 2 𝑣𝑡 𝑣0 𝑣0 2
∆𝑠 = − + − + (2 − 31)
𝑎 𝑎 2𝑎 𝑎 2𝑎
𝑣𝑡 2 𝑣0 2
∆𝑠 = − (2 − 32)
2𝑎 2𝑎
2𝑎∆𝑠 = 𝑣𝑡 2 − 𝑣0 2 (2 − 33)
𝑣𝑡 2 = 𝑣0 2 + 2𝑎∆𝑠 (2 − 34)
𝑣𝑡 2 = 𝑣0 2 + 2𝑎(𝑠 − 𝑠0 ) (2 − 35)
64
KINEMATIKA
𝑣𝑡 2 = 𝑣0 2 + 2𝑎𝑠 (2 − 36)
𝑑𝑣
𝑎= (2 − 37)
𝑑𝑡
𝑑𝑣 = 𝑎 𝑑𝑡 (2 − 38)
𝑣𝑡 𝑡
∫ 𝑑𝑣 = ∫ 𝑎 𝑑𝑡 (2 − 39)
𝑣0 𝑡0
𝑣𝑡 − 𝑣0 = 𝑎(𝑡 − 𝑡0 ) (2 − 41)
𝑣𝑡 − 𝑣0 = 𝑎 ∆𝑡 (2 − 42)
𝑣𝑡 = 𝑣0 + 𝑎 ∆𝑡 (2 − 43)
𝑑𝑟
𝑣= (2 − 44)
𝑑𝑡
𝑑𝑟 = 𝑣 𝑑𝑡 (2 − 45)
65
KINEMATIKA
𝑟 = ∫ 𝑣0 𝑑𝑡 + ∫ 𝑎𝑡 𝑑𝑡 (2 − 48)
𝑟 = 𝑣0 ∫ 𝑑𝑡 + 𝑎 ∫ 𝑡 𝑑𝑡 (2 − 49)
1
𝑟 = 𝑣0 𝑡 + 𝑎𝑡 2 (2 − 50)
2
1
𝑠 = 𝑣0 𝑡 + 𝑎𝑡 2 (2 − 51)
2
𝑣𝑡 − 𝑣0 1 𝑣𝑡 − 𝑣0 2
𝑠 = 𝑣0 ( )+ 𝑎( ) (2 − 53)
𝑎 2 𝑎
𝑣0 𝑣𝑡 − 𝑣0 2 1 𝑣𝑡 2 2𝑣𝑡 𝑣0 𝑣0 2
𝑠= + 𝑎( 2 − + 2) (2 − 54)
𝑎 2 𝑎 𝑎2 𝑎
𝑣0 𝑣𝑡 − 𝑣0 2 𝑣𝑡 2 − 2𝑣𝑡 𝑣0 + 𝑣0 2
𝑠= + (2 − 55)
𝑎 2𝑎
66
KINEMATIKA
2 𝑣0 𝑣𝑡 − 𝑣0 2 𝑣𝑡 2 − 2𝑣𝑡 𝑣0 + 𝑣0 2
𝑠= ( )+( ) (2 − 56)
2 𝑎 2𝑎
−𝑣0 2 + 𝑣𝑡 2
𝑠= (2 − 58)
2𝑎
𝑣𝑡 2 = 𝑣0 2 + 2𝑎𝑠 (2 − 60)
𝑥 𝑣 𝑎
𝑎 𝑎
>0 >0
𝑥0 𝑣0 𝑎
𝑎
<0
𝑡 𝑡 𝑡
𝜃 𝜃 𝜃
67
KINEMATIKA
𝑌 = 𝑐𝑡 2 (2 − 61)
𝑟̅ = 𝑟̅ 0 + ∆𝑟̅ = 𝑟̅ 0 + 𝑐𝑡 2 𝑗̂ (2 − 62)
atau
𝑦 = 𝑦0 + 𝑐𝑡 2 (2 − 65)
68
KINEMATIKA
𝑑𝑦
𝑣𝑦 = = 2𝐶𝑡 (2 − 66)
𝑑𝑡
𝑑𝑣𝑦
𝑎𝑦 = = 2𝐶 (2 − 67)
𝑑𝑡
𝑃0
·
𝜃 𝑦̅
0
𝑃0
𝜋̅ ∆𝜋̅
𝑃
𝑃0
𝜃
𝜋̅
(a) (b)
69
KINEMATIKA
𝑎𝑦 = 2𝑐 = 𝑔 (2 − 69)
atau
1
𝑐= 𝑔 (2 − 70)
2
1
𝑦 = 𝑦0 + 𝑔𝑡 2 (2 − 71)
2
𝑣𝑦 = 𝑔𝑡 (2 − 72)
1
𝑦 = 𝑔𝑡 2 (2 − 74)
2
dan
𝑣𝑦 = 𝑔𝑡 (2 − 75)
𝑣𝑦
𝑡= (2 − 76)
𝑔
𝑣𝑦 2 = 2𝑔𝑦 (2 − 77)
atau
𝑣𝑦 = √2𝑔𝑦 (2 − 78)
70
KINEMATIKA
1
ℎ = 𝑔𝑡 2 (2 − 79)
2
𝑣𝑡 = 𝑔𝑡 (2 − 80)
𝑣𝑡 2 = 2𝑔ℎ (2 − 81)
𝑣𝑡 = 𝑣0 + 𝑔𝑡 (2 − 82)
𝑣𝑡 2 = 𝑣0 2 + 2𝑎(ℎ − ℎ0 ) (2 − 83)
𝑣0 + 𝑣𝑡
𝑣𝑡 = (2 − 84)
2
71
KINEMATIKA
𝑣𝑡 = 𝑣0 − 𝑔𝑡 (2 − 85)
1
ℎ = 𝑣0 𝑡 − 𝑔𝑡 2 (2 − 86)
2
𝑣𝑡 2 = 𝑣0 2 − 2𝑔ℎ (2 − 87)
di mana ,
72
KINEMATIKA
𝑡 = 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 (𝑠)
ℎ = 𝑘𝑒𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖𝑎𝑛 (𝑚)
𝑣𝑡 = 𝑣0 + 𝑔𝑡 (2 − 88)
1
ℎ = 𝑣0 𝑡 + 𝑔𝑡 2 (2 − 89)
2
𝑣𝑡 2 = 𝑣0 2 + 2𝑔ℎ (2 − 90)
73
KINEMATIKA
Jawaban:
1. GLB :
𝑚
𝑠𝑡1 = 𝑣. 𝑡 = 6 𝑠
x 4 𝑠 = 24 𝑚
2. GLBB :
𝑣𝑡 2 = 𝑣0 2 + 2𝑎𝑠𝑡
0 = 62 + 2.3𝑠𝑡
𝑠𝑡2 = 6𝑚
𝑠𝑡 = 𝑠𝑡1 + 𝑠𝑡2 = 24 𝑚 + 6 𝑚 = 30 𝑚
𝑠𝑡2 = 𝑣0 𝑡2 − 1/2𝑎𝑡 2
1
𝑠𝑡2 = 6𝑡2 − ( )3𝑡2 2
2
74
KINEMATIKA
1
6 = 6. 𝑡2 − ( )3𝑡2 2
2
𝑡2 2 − 4𝑡2 + 4 = 0
(𝑡2 − 2) (𝑡2 − 2) = 0
𝑡2 = 2 𝑠
Jawaban:
1. 𝑣𝑡 = 𝑣0 − 𝑔𝑡
0 = 30 − 10𝑡
75
KINEMATIKA
30
𝑡 = (10) = 3 𝑠
3. 𝑣𝑡 = 𝑣0 + 𝑔𝑡 = 0 + (10)(30)𝑚/𝑠 = 30𝑚/𝑠
G. Gerak Parabola
Saat materi Gerak Lurus, yakni GLB, GLBB dan GJB, kita
sudah membicarakan benda yang bergerak pada ruang
berdimensi satu yang dilihat melalui perpindahan, kecepatan
serta percepatannya. Selanjutnya akan dibahas gerak dalam
ruang berdimensi dua pada permukaan bumi yaitu gerak
parabola. Adapun salah satu contoh dari gerak parabola
dapat kita lihat melalui pertandingan sepak bola di televisi,
suatu waktu kita akan melihat pemain sepak bola yang
menendang bola, lalu bola tersebut akan membentuk lintasan
melengkung, bentuk gerakan melengkung itulah salah satu
bentuk gerak parabola. Selain gerakan sepak bola, masih
banyak lagi contoh gerakan peluru/parabola yang dapat kita
temukan di kehidupan sehari-hari. Contohnya adalah gerak
bola pada permainan bola voli, gerakan bola basket, gerakan
bola tenis, bom yang dijatuhkan, peluru yang ditembakkan,
atlet yang melakukan gerakan lompat jauh dan lain
sebagainya. Lintasan berbentuk melengkung lalu seolah-olah
ditarik kembali ke permukaan bumi setelah mencapai titik
tertinggi akan selalu dimiliki oleh gerak parabola. Hal ini
terjadi akibat sejumlah faktor. Pertama, benda bergerak
76
KINEMATIKA
77
KINEMATIKA
78
KINEMATIKA
79
KINEMATIKA
Persamaan GLB:
𝑠
𝑣= (2 − 91)
𝑡
𝑠 = 𝑣. 𝑡 (2 − 92)
Persamaan GJB:
𝑣𝑦 = 𝑣0𝑦 − 𝑔𝑡 (2 − 93)
1
𝑦 = 𝑦0 + 𝑣0𝑦 𝑡 − 𝑔𝑡 2 (2 − 94)
2
80
KINEMATIKA
Gambar 2.12
Sumber : Effendi, Asnal. 2012
Kecepatan awal (𝑣0 ) disini disimbolkan oleh 𝑣0𝑥 serta 𝑣0𝑦 .
𝑣0𝑥 adalah kecepatan awal di sumbu 𝑥 dan 𝑣0𝑦 adalah
kecepatan awal di sumbu y. 𝑣𝑦 adalah komponen
kecepatan di sumbu 𝑦 dan 𝑣𝑥 adalah komponen
kecepatan di sumbu 𝑥. Di titik tertinggi lintasan gerak,
kecepatan benda pada arah vertikal (𝑣𝑦 ) adalah nol.
Kedua, gerak benda di ketinggian tertentu sesudah
diberi kecepatan awal yang arahnya sejajar horizontal.
81
KINEMATIKA
Gambar 2.13
Sumber : Effendi, Asnal. 2012
Maka kecepatan awalnya (𝑣0 ) disimbolkan dengan 𝑣0𝑥
juga 𝑣0𝑦 . 𝑣0𝑥 adalah kecepatan awal di sumbu 𝑥 dan
kecepatan awal di sumbu vertikal (𝑣0𝑦 ) = 0. 𝑣𝑦 adalah
kecepatan pada sumbu 𝑦 dan 𝑣𝑥 adalah kecepatan pada
sumbu 𝑥.
82
KINEMATIKA
𝐶 𝐶
𝐵 𝐵
𝜃 𝜃
𝐴 𝐴
𝐵
sin 𝜃 = (2 − 95)
𝐶
𝐴
cos 𝜃 = (2 − 96)
𝐶
𝐵
tan 𝜃 = (2 − 97)
𝐴
83
KINEMATIKA
Gambar 2.15
Sumber : Effendi, Asnal. 2012
𝑣0𝑥 = 𝑣0 cos 𝜃 (2 − 98)
di mana :
𝑚
𝑣0 = 𝑘𝑒𝑐𝑒𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑎𝑤𝑎𝑙 ( )
𝑠
𝑚
𝑣0𝑥 = 𝑘𝑒𝑐𝑒𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑎𝑤𝑎𝑙 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑠𝑢𝑚𝑏𝑢 𝑥 ( )
𝑠
𝑚
𝑣0𝑦 = 𝑘𝑒𝑐𝑒𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑎𝑤𝑎𝑙 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑠𝑢𝑚𝑏𝑢 𝑦 ( )
𝑠
84
KINEMATIKA
𝑣𝑥 = 𝑣0𝑥 (2 − 100)
𝑥 = 𝑥0 + 𝑣0𝑥 . 𝑡 (2 − 101)
Keterangan:
𝑣𝑦 = 𝑣0𝑦 − 𝑔𝑡 (2 − 102)
1
𝑦 = 𝑦0 + 𝑣0𝑦 𝑡 − 𝑔𝑡 2 (2 − 103)
2
85
KINEMATIKA
Keterangan:
𝑣𝑥 = 𝑣0 cos 𝜃 (2 − 105)
1
𝑦 = 𝑦0 + (𝑣0 sin 𝜃)𝑡 − 𝑔𝑡 2 (2 − 108)
2
86
KINEMATIKA
𝑠 = √𝑥 2 − 𝑦 2 (2 − 110)
𝑣 = √𝑣𝑥 2 + 𝑣𝑦 2 (2 − 111)
𝑣𝑦
tan 𝜃 = (2 − 112)
𝑣𝑥
87
KINEMATIKA
𝑥 = 𝑣0𝑥 𝑡 (2 − 113)
𝑥
𝑡= (2 − 114)
𝑣0𝑥
1
𝑦 = 𝑣0𝑦 𝑡 − 𝑔𝑡 2 (2 − 115)
2
𝑥 1 𝑥 2
𝑦 = 𝑣0𝑦 ( )− 𝑔( ) (2 − 116)
𝑣0𝑥 2 𝑣0𝑥
𝑣0𝑦 𝑔
𝑦=( )𝑥 − ( ) 𝑥2 (2 − 117)
𝑣0𝑥 2𝑣0𝑥 2
88
KINEMATIKA
Jawaban :
1
𝑣0𝑥 = 𝑣0 cos 300 = (20𝑚/𝑠) ( √3) = 10√3 𝑚/𝑠
2
89
KINEMATIKA
1
𝑣0𝑦 = 𝑣0 sin 300 = (20𝑚/𝑠) ( ) = 10𝑚/𝑠
2
1
𝑦 = 𝑦0 + (𝑣0 sin 𝜃)𝑡 − 𝑔𝑡 2
2
1
𝑦 = (𝑣0 sin 𝜃)𝑡 − 𝑔𝑡 2
2
𝑣𝑦 = (𝑣0 sin 𝜃) − 𝑔𝑡
(𝑣0 sin 𝜃) = 𝑔𝑡
𝑣0 sin 𝜃 10𝑚/𝑠
𝑡= = =1𝑠
𝑔 10𝑚/𝑠 2
1 10𝑚
𝑦 = (𝑣0 sin 𝜃)(1𝑠) − ( 2 ) (1𝑠)2
2 𝑠
90
KINEMATIKA
1
𝑦 = (10𝑚/𝑠)(1𝑠) − (10𝑚/𝑠 2 )(1𝑠)2 = 10𝑚 − 5𝑚
2
𝑦 = 5𝑚
1
𝑦 = 𝑦0 + (𝑣0 sin 𝜃)𝑡 − 𝑔𝑡 2
2
1
0 = 0 + (10𝑚/𝑠)(𝑡) − (10𝑚/𝑠 2 )𝑡 2
2
1
[(10𝑚/𝑠) − (10𝑚/𝑠 2 )𝑡] = 0
2
2(10𝑚/𝑠)
𝑡= = 2𝑠
10𝑚/𝑠 2
91
KINEMATIKA
92
KINEMATIKA
𝑚
𝑥 = 𝑣0𝑥 𝑡 = (10√3 ) (2𝑠)
𝑠
𝑥 = 20√3𝑚
93
KINEMATIKA
Jawaban :
𝑦 = −5𝑚
𝑠 = √𝑥 2 + 𝑦 2
𝑠 = √(10𝑚)2 + (−5𝑚)2
𝑠 = √125𝑚2
𝑠 = 11,2𝑚
94
KINEMATIKA
𝑣𝑥 = 𝑣0𝑥 = 10𝑚/𝑠
𝑣 = √𝑣𝑥 2 + 𝑣𝑦 2
𝑠 = √(10𝑚)2 + (−10𝑚)2
𝑠 = √200𝑚2
𝑣𝑦
tan 𝜃 =
𝑣𝑥
10𝑚/𝑠
tan 𝜃 =
10𝑚/𝑠
tan 𝜃 = 1
𝜃 = 𝑡𝑎𝑛−1
𝜃 = 450
Jawaban:
95
KINEMATIKA
Jawaban:
Gambar 𝑣0
𝐴 𝑣𝑥
𝐵
𝜃
𝑣𝑦 𝑣
96
KINEMATIKA
Pertanyaan
97
KINEMATIKA
98
KINEMATIKA
99
KINEMATIKA
18. Bola tenis dilempar dengan kecepatan awal 150 m/s yang
membentuk sudut 300 ke atas, seperti yang terlihat pada
gambar di bawah. Seberapa jauh bola dari lokasi awal berada
untuk mendapatkan kembali ketinggian awalnya?
100
KINEMATIKA
101
KINEMATIKA
102
BAB 3
DINAMIKA PARTIKEL
Standar Kompetensi
1. Dapat mengaplikasikan dasar ilmu mekanika untuk
mendukung ilmu perminyakan maupun panas bumi.
2. Dapat menerapkan ilmu pengetahuan serta teknologi
pada bidang perminyakan, gas bumi juga panas bumi
lewat teknologi informasi serta komputer.
3. Takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta dapat
memperlihatkan sikap religius.
4. Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan ketika
melaksanakan tugas berlandaskan agama, moral
maupun etika.
5. Berperan pada pengembangan nilai kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, bernegara, serta
pengembangan peradaban berlandaskan pancasila.
Kompetensi Dasar
Mahasiswa dapat menerapkan konsep dan prinsip dasar
kinematika dan dinamika benda titik.
Indikator
1. Melukiskan diagram gaya-gaya yang bekerja pada
suatu benda.
2. Mendeskripsikan berat dan gaya gesekan.
3. Menjelaskan dan memformulasikan hukum gerak
Newton.
4. Menggunakan prinsip hukum Newton untuk
memecahkan berbagai masalah fisika.
5. Menganalisa masalah-masalah dinamika sederhana
secara kuantitatif dan mengomunikasikannya.
103
DINAMIKA PARTIKEL
104
DINAMIKA PARTIKEL
𝑑
𝑣̅ = 0 (3 − 1)
𝑑𝑡
105
DINAMIKA PARTIKEL
106
DINAMIKA PARTIKEL
107
DINAMIKA PARTIKEL
𝐹2 𝐹1 = 20𝑁
Jawaban:
∑𝐹 = 0
𝐹1 − 𝐹2 = 0
𝐹2 = 𝐹1
𝐹2 = 20𝑁
108
DINAMIKA PARTIKEL
𝐹2 𝐹1
𝐹3
Jawaban:
∑𝐹 = 0
𝐹1 + 𝐹3 − 𝐹2 = 0
𝐹3 = 𝐹2 − 𝐹1
2. Hukum II Newton
109
DINAMIKA PARTIKEL
̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅
∆(𝑘𝑒𝑎𝑑𝑎𝑎𝑛 𝑔𝑒𝑟𝑎𝑘)
= ̅̅̅̅̅̅̅
𝐺𝑎𝑦𝑎
∆𝑡
𝑑𝑝̅
𝐹̅ = (3 − 2)
𝑑𝑡
dengan
𝑝̅ = 𝑚𝑣̅ (3 − 3)
𝑑𝑝̅ 𝑑(𝑚𝑣̅ )
= (3 − 4)
𝑑𝑡 𝑑𝑡
110
DINAMIKA PARTIKEL
𝑑𝑚 𝑑𝑣̅
= 𝑣̅ +𝑚 (3 − 5)
𝑑𝑡 𝑑𝑡
𝑑𝑚
= 𝑣̅ + 𝑚𝑎̅ (3 − 6)
𝑑𝑡
𝐹̅ = 𝑚𝑎̅ (3 − 7)
111
DINAMIKA PARTIKEL
Jawaban:
∑ F𝑥 = 𝑚. 𝑎
24 = 4. a
a = 6 m/s2
∑ F𝑦 = 0
𝑁 − 𝑤 − 𝐹𝑠𝑖𝑛 ∝ = 0
𝑁 − 40 − 18 = 0
112
DINAMIKA PARTIKEL
Maka, 𝑁 = 58 𝑁𝑒𝑤𝑡𝑜𝑛
Carilah:
Jawaban:
𝑚𝑔 sin∝
𝑚𝑔 cos∝
𝑚𝑔
∝
a. ∑ F𝑥 = 𝑚𝑎
mg sin ∝ = 𝑚𝑎
𝑎 = 𝑔 sin ∝
b. ∑ F𝑦 = 0
N − mg cos ∝ = 0
113
DINAMIKA PARTIKEL
𝑁 = mg cos ∝
𝐹̅12 = −𝐹̅12 (3 − 8)
Gaya aksi reaksi dapat kita lihat pada sebuah balok yang
digantung dengan tali lalu digantung ke atap (Gambar
3.2)
114
DINAMIKA PARTIKEL
𝐹𝑑𝑡
𝐹𝑡𝑑
𝑤𝑡
𝐹𝑡𝑏
𝐹𝑏𝑡
𝑤′
𝑤"
115
DINAMIKA PARTIKEL
B. Satuan Gaya
116
DINAMIKA PARTIKEL
Jawaban:
𝑤 dalam Newton
Maka:
117
DINAMIKA PARTIKEL
b. 𝑤 = (0,02𝑘𝑔)(9,8𝑚/𝑠 2 ) = 1,96𝑁
1. 25 Newton?
2. 5000 dyne?
3. 80 pound?
Jawaban:
𝐹=0
118
DINAMIKA PARTIKEL
𝐹1
𝐹=0
𝑓𝑠
𝑓𝑠 = 𝐹1
𝑤
= 𝑚𝑔
𝐹2
𝐹=0
𝑓𝑠
𝑓𝑠 = 𝐹2
𝐹3
𝐹=0
𝑓𝑠
𝑓𝑠 = 3
119
DINAMIKA PARTIKEL
𝑓𝑠 ≤ 𝜇𝑠 𝑁
di mana :
N = gaya Normal
𝐹 = 𝑚𝑎
𝑓𝑘 = 𝜇𝑘 𝑁 (3 − 9)
di mana :
0 ≤ 𝜇𝑘 < 𝜇𝑠 ≤ 1
120
DINAMIKA PARTIKEL
𝑁 = 𝑤 = 𝑚𝑔
𝐹
𝑓 = gaya gesekan
𝑓𝑘 (statik/kinetik)
𝑤 = mg 𝑁 = gaya Normal
Pertanyaan
a. 25 Newton
b. 50 Newton
c. 75 Newton
d. 100 Newton
2. Sebuah gaya tunggal diterapkan pada benda 5 kilogram di
mana komponen Fx = 30 N dan Fy = 40 N. Hitunglah
percepatan benda tersebut!
121
DINAMIKA PARTIKEL
122
DINAMIKA PARTIKEL
123
DINAMIKA PARTIKEL
𝑚 = 5 kg
𝑚𝑔 sin∝
𝑚𝑔 cos∝
300 𝑚𝑔
Carilah:
124
DINAMIKA PARTIKEL
125
DINAMIKA PARTIKEL
126
BAB 4
USAHA DAN ENERGI
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
Mahasiswa dapat nenganalisis hubungan antara usaha,
perubahan energi dengan hukum kekekalan energi
mekanik.
Indikator
127
USAHA DAN ENERGI
A. Definisi Kerja
𝑑𝑊 = 𝐹̅ . 𝑑𝑟̅ (4 − 1)
dengan
𝑊 𝑎𝑑𝑎𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎
128
USAHA DAN ENERGI
𝑑𝑊 = 𝐹𝑑𝑟𝑐𝑜𝑠𝜃 (4 − 2)
129
USAHA DAN ENERGI
130
USAHA DAN ENERGI
di mana
𝐹𝑠 = 𝐹 cos 𝜃 adalah komponen gaya 𝐹̅ dalam arah lintasannya.
karena
𝑑𝑆̅ = 𝑑𝑥. 𝑖̂ + 𝑑𝑦. 𝑗̂ + 𝑑𝑧. 𝑘̂ (4 − 4)
𝑑𝑊 = 𝐹̅ . 𝑑𝑆̅ = 𝐹𝑥 𝑑𝑥 + 𝐹𝑦 𝑑𝑦 + 𝐹𝑧 𝑑𝑧 (4 − 5)
𝑧
∙
𝑑𝑠
𝑘̂
∙ ∙ 𝜃
𝑦
𝑖̂መ 𝑗̂
131
USAHA DAN ENERGI
Satuan Kerja
1 N.m = 1 kg m2.S-2 = 1 J
Maka,
1 J = 107 erg
Jawaban:
Gambar 4.4
Sumber: Abdullah, M. (2016)
132
USAHA DAN ENERGI
𝐹 = 10 𝑥 9,8 = 98𝑁
𝑊 = 𝐹𝑠 cos 𝜃
Jawaban :
𝑈𝑠𝑎ℎ𝑎 𝑊 = 𝐹 𝑠 = (𝐹 cos ∝) 𝑆
133
USAHA DAN ENERGI
𝑣22 − 𝑣12
𝑎= (4 − 7)
2𝑥
Jika ruas kiri dan ruas kanan keduanya dikali dengan 𝑚 dan
𝑚𝑎 sama dengan gaya total (𝐹), maka dapat ditulis,
𝑣22 − 𝑣12
𝐹 = 𝑚𝑎 = 𝑚 ( ) (4 − 8)
2𝑥
Selanjutnya,
𝑣22 − 𝑣12 1 1
𝐹𝑥 = 𝑚 ( ) = 𝑚𝑣22 − 𝑚𝑣12 (4 − 9)
2 2 2
1
𝐾 = 𝑚𝑣 2 (4 − 10)
2
134
USAHA DAN ENERGI
1
𝐾2 = 𝑚𝑣22 (4 − 11)
2
1
𝐾1 = 𝑚𝑣12 (4 − 12)
2
𝑊𝑡𝑜𝑡 = 𝐾2 − 𝐾1 = ∆𝐾 (4 − 13)
135
USAHA DAN ENERGI
1 1
𝑊 = 𝑚𝑣22 − 𝑚𝑣12 (4 − 18)
2 2
Jawaban:
Usaha oleh gaya besarnya sebanding dengan perubahan
energi kinetik
𝑊 = 𝐸𝑘2 − 𝐸𝑘1 = 1/2𝑚𝑣2 2 − 1/2𝑚𝑣1 2
𝐹. 𝑠 = 1/2𝑚𝑣2 2 − 0
𝑣2 2 = 2𝐹𝑠/𝑚 = 2 𝑥 30 𝑁 𝑥 5 𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟/3𝑘𝑔 = 100 𝑚2 /𝑠 2
𝑣2 = 10 𝑚/𝑠
Maka, besar kecepatan balok sesudah bergerak 5 meter
adalah 10 m/s
C. Daya
136
USAHA DAN ENERGI
∆𝑊
𝑃𝑟𝑡 = (4 − 19)
∆𝑡
∆𝑊
𝑃 = lim (4 − 20)
∆𝑡→0 ∆𝑡
d𝑊
𝑃= (4 − 21)
d𝑡
Dalam sistem SI, satuan daya adalah joule per detik yang
direpresentasikan sebagai watt. Selanjutnya lewat hasil
substitusi usaha 𝑊 = 𝐹𝑥, maka daya bisa diungkapkan
sebagai gaya yang bekerja serta kecepatannya.
137
USAHA DAN ENERGI
d𝑊 d(𝐹̅ . 𝑥̅ )
𝑃= = (4 − 22)
d𝑡 d𝑡
d𝑥̅
𝑃 = 𝐹̅ = 𝐹̅ . 𝑣̅ (4 − 23)
d𝑡
𝑃 = 𝐹𝑣𝑐𝑜𝑠𝜃 (4 − 24)
𝜃
𝑣
Jawaban:
1 1
𝑊 = ∆𝐾 = 𝑚𝑣22 − 𝑚𝑣12
2 2
1 1
𝑊 = 𝑚(𝑣22 − 0) = (1500 𝑘𝑔)(25 𝑚/𝑠)2
2 2
138
USAHA DAN ENERGI
𝑊 1/2(1500)(25)2
𝑃= = = 46,875 𝑘𝑊
𝑡 10
139
USAHA DAN ENERGI
140
USAHA DAN ENERGI
141
USAHA DAN ENERGI
𝑈 = 𝑚𝑔𝑦 (4 − 26)
142
USAHA DAN ENERGI
𝑊𝑡𝑜𝑡 = 𝐾2 − 𝐾1 (4 − 29)
143
USAHA DAN ENERGI
𝐾1 + 𝑈1 = 𝐾2 + 𝑈2 (4 − 31)
Atau,
1 1
𝑚𝑣12 + 𝑚𝑔𝑦1 = 𝑚𝑣22 + 𝑚𝑔𝑦2 (4 − 32)
2 2
𝐸 = 𝐾 + 𝑈 = 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑡𝑎𝑛 (4 − 33)
Jawaban:
1 1
𝑚𝑣22 − 𝑚𝑣12 + 𝑚𝑔𝑦2 − 𝑚𝑔𝑦1 = 0
2 2
144
USAHA DAN ENERGI
1 1
𝑚𝑣22 − 𝑚𝑣12 + 𝑚𝑔(𝑦2 − 𝑦1 ) = 0
2 2
Bila pada sebuah benda juga bekerja gaya luar (𝐹𝑙𝑎𝑖𝑛 ),ini
artinya ada usaha lain (𝑊𝑙𝑎𝑖𝑛 ) oleh gaya luar tersebut
terhadap benda. Maka usaha total yang bekerja pada
benda,
𝑊𝑙𝑎𝑖𝑛 + 𝐾1 + 𝑈1 = 𝐾2 + 𝑈2 (4 − 37)
1 1
𝑊𝑙𝑎𝑖𝑛 + 𝑚𝑣12 + 𝑚𝑔𝑦1 = 𝑚𝑣22 + 𝑚𝑔𝑦2 (4 − 38)
2 2
145
USAHA DAN ENERGI
𝑤
̅ = 𝑚𝑔̅ = −𝑚𝑔𝑗̂ (4 − 39)
146
USAHA DAN ENERGI
Jawaban:
147
USAHA DAN ENERGI
1 1
𝑚𝑣22 − 𝑚𝑣12 + 𝑚𝑔(𝑦2 − 𝑦1 ) = 0
2 2
Sehingga,
2𝑚
a. 𝑣1 = , 𝑦1 = 0,8 𝑚 𝑑𝑎𝑛 𝑦2 = 0, 𝑚𝑎𝑘𝑎 𝑣2 = 4,44 𝑚/𝑠
𝑠
2𝑚
b. 𝑣1 = , 𝑦1 = 0,8 𝑚 𝑑𝑎𝑛 𝑦2 = 0,5 𝑚𝑎𝑘𝑎 𝑣2 = 3,14 𝑚/𝑠
𝑠
148
USAHA DAN ENERGI
Pertanyaan
149
USAHA DAN ENERGI
150
USAHA DAN ENERGI
151
USAHA DAN ENERGI
meter. Tentukanlah:
a. gaya-gaya yang bekerja pada balok
b. usaha masing-masing gaya pada balok
c. usaha total
Gunakan g = 10 m/s2, sin 530 = 0,8, cos 530 = 0,6
152
USAHA DAN ENERGI
153
USAHA DAN ENERGI
20. Sebuah alat rias 1 kg terletak di atas meja setinggi 0,8 meter.
Energi potensial alat make up tersebut adalah .... (J), g = 10
m/s2
21. Selama 15 menit lampu 15 Watt dinyalakan. Energi listrik
yang diperlukan untuk menyalakan lampu tersebut
adalah...(J).
154
BAB 5
GERAK MELINGKAR
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
Mahasiswa dapat menganalisis besaran fisika pada gerak
melingkar dengan laju konstan.
Indikator
155
GERAK MELINGKAR
156
GERAK MELINGKAR
𝑣̅
𝑎̅
𝑎̅
𝑣̅
∆𝑣 𝑑𝑣
𝑎̅ = lim = (5 − 1)
∆𝑡→0 ∆𝑡 𝑑𝑡
157
GERAK MELINGKAR
𝑣̅ − 𝑣̅0 = ∆𝑣̅ (5 − 2)
𝑣̅ = 𝑣̅0 + ∆𝑣̅ (5 − 3)
Gambar 5.3
158
GERAK MELINGKAR
Pada segitiga ABC serta segitiga yang dibuat oleh vektor 𝑣̅0 , 𝑣̅
dan ∆𝑣̅ pada Gambar 5.3. Diman segitiga tersebut merupakan
segitiga sebangun, maka:
∆𝑣 ∆𝑙
≈ (5 − 4)
𝑣 𝑟
∆𝑣 𝑣 ∆𝑙
𝑎𝑐 = lim = lim (5 − 6)
∆𝑡→0 ∆𝑡 ∆𝑡→0 𝑟 ∆𝑡
𝑣 ∆𝑙
𝑎 = lim (5 − 7)
∆𝑡→0 𝑟 ∆𝑡
dan karena
∆𝑙
𝑣 = lim (5 − 8)
∆𝑡→0 ∆𝑡
maka,
𝑣2
𝑎𝑐 = (5 − 9)
𝑟
159
GERAK MELINGKAR
𝑑𝑣
𝑎̅𝑇 = (5 − 10)
𝑑𝑡
𝑣2
𝑎̅𝑐 = (5 − 11)
𝑟
𝑎 = 𝑎̅ 𝑇 + 𝑎̅𝑐 (5 − 12)
𝑎 = √𝑎𝑟 2 + 𝑎𝑐 2 (5 − 13)
160
GERAK MELINGKAR
𝑎̅
. 𝑎̅𝑟
𝑎̅𝑐
C. Besaran Angular
𝑆 = 𝑟𝜃 (5 − 14)
𝜃𝑡− 𝜃0
𝜔𝑟 = (5 − 15)
𝑡
161
GERAK MELINGKAR
𝜔𝑡− 𝜔0 𝑑𝜔
∝= = (5 − 17)
𝑡 𝑡
𝑎𝑐 = 𝑣 2 /𝑟 (5 − 18)
𝑣2
𝐹𝑐 = 𝑚 (5 − 19)
𝑟
162
GERAK MELINGKAR
𝑠= 𝑟𝜃 (5 − 20)
𝑣=𝜔𝑟 (5 − 21)
𝑎𝑇 = 𝑟 ∝ (5 − 22)
E. Susunan Roda-roda
1. Sepusat
a. Roda-roda yang tersusun sepusat, maka besar
kecepatan sudutnya adalah sama (𝜔2 = 𝜔1 )
b. Besar 𝑅2 > 𝑅1 , sehingga, 𝑣2 > 𝑣1
163
GERAK MELINGKAR
𝑅1 𝑅2
.
.
𝑅1
𝑅2
.
164
GERAK MELINGKAR
𝑅2
𝑅1
.
.
Jawaban:
Dalam radian:
𝑠
𝜃=
𝑅
6 𝑐𝑚
𝜃=
80 𝑐𝑚
𝜃 = 0,075 𝑟𝑎𝑑
Dalam derajat:
𝜃 = (0,075)(57,30 )
𝜃 = 4,300
165
GERAK MELINGKAR
Jawaban:
Jawaban:
𝜔𝑓− 𝜔0 (20−30)𝑝𝑢𝑡𝑎𝑟𝑎𝑛/𝑑𝑒𝑡
a. 𝛼= 𝑡
= 3 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
= −3,33 putaran/det2
166
GERAK MELINGKAR
1 1
b. 𝜃 = 𝜔 𝑡 = 2 (𝜔𝑓− 𝜔0 )𝑡 = 2
(50)(3 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘) = 75 putaran
Maka:
Jawaban:
Diketahui:
𝑅 = 0,4 𝑚
𝜔0 = 20 𝑟𝑎𝑑/𝑠
𝜔 = 50 𝑟𝑎𝑑/𝑠
𝑡 = 15 𝑠
Maka,
Kecepatan linear awal (𝑣0 ) adalah
𝑣0 = 𝜔0 𝑥 𝑅
𝑣0 = 20 𝑥 0,4
𝑣0 = 8 𝑚/𝑠
𝑣=𝜔𝑥𝑅
167
GERAK MELINGKAR
𝑣 = 50 𝑥 0,4
𝑣 = 20 𝑚/𝑠
Jari-jari dari ban mobil yaitu 30 cm. Jika mobil bisa bergerak
dari yang mulanya diam dengan kecepatan mencapai 15 m/s
selama 10 detik. Hitunglah percepatan sudut dari ban mobil
dan selama waktu tersebut berapa kali ban mobil telah
berputar?
Jawaban:
𝑣𝑓 −𝑣0
Kita tahu 𝑎 = 𝑡
, maka
15𝑚/𝑠
𝑎= = 1,5 𝑚/𝑠 2
10𝑠
𝑎 1,5𝑚/𝑠 2
∝= = = 5 𝑟𝑎𝑑/𝑠 2
𝑟 0,30 𝑚
1
Selanjutnya dari 𝜃 = 𝜔0 𝑡 = 2 ∝ 𝑡 2 diperoleh
1 𝑟𝑎𝑑
𝜃 = 0 + (5 2 ) (10 𝑠)2 = 250 𝑟𝑎𝑑
2 𝑠
1 𝑝𝑢𝑡𝑎𝑟𝑎𝑛
𝜃 = (250 𝑟𝑎𝑑) ( 2𝜋 𝑟𝑎𝑑
) = 40 putaran
Jawaban:
𝑅 = 4 𝑐𝑚 = 0,04 𝑐𝑚
168
GERAK MELINGKAR
𝜔 = 3 𝑟𝑎𝑑/𝑠
𝑎𝑐 = 𝜔2 𝑅
𝑎𝑐 = 32 𝑥 0,04
Jawaban:
Jawaban:
169
GERAK MELINGKAR
Diketahui:
𝑣0 = 0 (benda diam)
∆𝑡 = 5 𝑠
1 1
𝑅= 𝑥 𝑑𝑖𝑎𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 = 𝑥 10 𝑐𝑚 = 5 𝑐𝑚 = 0,05 𝑚
2 2
𝑎𝑡 = ∆𝑣/∆𝑡
𝑎𝑡 = 𝑣 − 𝑣0 /∆𝑡
𝑎𝑡 = (0,25 − 0)/5
𝑎𝑡 = 0,05 𝑚/𝑠
Jari-jari balok kecil yang terletak di tepi meja putar adalah 0,4
m. Kecepatan sudut awal meja saat berputar adalah 20 rad/s.
Selanjutnya setelah bergerak selama 15 detik, kecepatan
sudut berubah menjadi 50 rad/s karena percepatan. Hitung
percepatan tangensial balok!
Jawaban:
𝛼 = (𝜔 − 𝜔0 )/∆𝑡
𝛼 = (50 − 20)/15
170
GERAK MELINGKAR
𝛼 = 2 𝑟𝑎𝑑/𝑠 2
𝑎𝑡 = 𝛼𝑅
𝜔 = 0,4 𝜋𝑟𝑎𝑑/𝑠?
Jawaban:
171
GERAK MELINGKAR
172
GERAK MELINGKAR
Pertanyaan
173
GERAK MELINGKAR
174
GERAK MELINGKAR
175
176
BAB 6
GERAK ROTASI
Standar Kompetensi
1. Dapat mengaplikasikan dasar ilmu mekanika untuk
mendukung ilmu perminyakan maupun panas bumi.
2. Dapat menerapkan ilmu pengetahuan serta teknologi
pada bidang perminyakan, gas bumi juga panas bumi
lewat teknologi informasi serta komputer.
3. Takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta mampu
menunjukkan sikap religius.
4. Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan ketika
melaksanakan tugas berlandaskan agama, moral
maupun etika.
5. Berperan pada pengembangan nilai kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, bernegara, serta
pengembangan peradaban berdasarkan pancasila.
Kompetensi Dasar
Mahasiswa dapat menganalisis gerak translasi dan rotasi
serta menerapkan konsep kesetimbangan benda tegar.
Indikator
1. Mempelajari gerak rotasi dan gerak translasi.
2. Menerapkan prinsip keseimbangan benda tegar.
3. Menyajikan temuan analisis gerak benda dengan
menggunakan prinsip translasi dan rotasi.
4. Menyelesaikan masalah keseimbangan benda tegar.
177
GERAK ROTASI
𝑟1
𝐹3
0
𝑟2
𝐹1 𝐹2
𝜏 = 𝑟𝐹 ∝ (6 − 1)
Di mana :
178
GERAK ROTASI
𝜏̅ = 𝑟̅ 𝑥 𝐹̅⊥ = 𝑟𝐹 sin 𝜃 (6 − 2)
𝑟 =2𝑚
O
370
𝐹 = 10 𝑁
Gambar 6.2 Ilustrasi gaya yang bekerja pada tongkat dan membentuk
sudut
Selanjutnya kita akan menentukan nilai momen gaya juga
arahnya. Disebabkan 𝐹 membentuk sudut 370 terhadap horizontal,
akibatnya komponen gaya tegak lurus terhadap lengannya
menjadi,
179
GERAK ROTASI
𝜏 = 𝑟 𝐹 sin 370 = 2 . 6 = 12 𝑁𝑚 (6 − 4)
A. Momen Inersia
𝜏 =𝑟𝐹 (6 − 5)
𝐹 = 𝑚 𝑎⊥ (6 − 6)
𝑎⊥ =∝ 𝑟 (6 − 7)
𝑟 𝑚
180
GERAK ROTASI
Sehingga diperoleh,
𝜏 = 𝑟 𝐹 = 𝑟𝑚𝑎𝑟 (6 − 8)
𝜏 = 𝑚𝑟 2 𝑎(𝑁𝑚) (6 − 9)
∑ 𝜏 = (∑ 𝑚𝑟 2 ) ∝ (6 − 10)
𝐼 = ∑ 𝑚𝑟 2 = 𝑚1 𝑟1 2 + 𝑚2 𝑟2 2 + ⋯ (6 − 11)
∑𝜏 = 𝐼 ∝ (6 − 12)
181
GERAK ROTASI
Jawaban:
182
GERAK ROTASI
𝑣=𝜔𝑟 (6 − 13)
Energi kinetiknya:
1
𝐸𝑘 = 𝑚𝑣 2 𝑟 (6 − 14)
2
1
𝐸𝑘 = 𝑚(𝜔2 𝑟 2 )𝑟 (6 − 15)
2
1 1 1 1
𝐸𝑘 = 𝑚1 𝑣1 2 + 𝑚2 𝑣2 2 + ⋯ + 𝑚𝑛 𝑣𝑛 2 = ∑ ( 𝑚𝑛 𝑣𝑛 2 ) 𝑟 (6 − 16)
2 2 2 2
1 1 1
𝐸𝑘 = 𝑚1 𝜔1 2 𝑟1 2 + 𝑚2 𝜔2 2 𝑟2 2 + ⋯ + 𝑚𝑛 𝜔𝑛 2 𝑟𝑛 2 (6 − 17)
2 2 2
1
𝐸𝑘 = ∑ (𝑚𝑖 𝑟𝑖 2 ) 𝜔2 (6 − 18)
2
183
GERAK ROTASI
(𝑧)
(𝑥)
𝐼 = ∑(𝑚𝑖 𝑟𝑖 2 ) (6 − 19)
𝐼 = ∑ 𝑚𝑟 2 (6 − 20)
𝐼 = ∫ 𝑟 2 𝑑𝑚 (6 − 21)
184
GERAK ROTASI
Jawaban:
𝑑𝑚
𝑥
𝑑𝑥
∆𝑚 = (∆𝑥/𝑙)𝑚
∆𝑚 ≈ 𝑑𝑚 sehingga:
𝑑𝑚 = (𝑚/𝑙)𝑑𝑥
𝐼 = ∫ 𝑟 2 𝑑𝑚
𝑙
𝑚
𝐼 = ∫ (𝑥 2 ) ( ) 𝑑𝑥
0 𝑙
𝑙
𝐼 = (𝑚/𝑙) ∫ 𝑥 2 𝑑𝑥
0
𝐼 = (𝑚/𝑙)(1/3)𝑥 3 ]𝑙0
𝐼 = (1/3)𝑚𝑙 2
185
GERAK ROTASI
Jawaban:
𝑑𝐿 = 2𝜋 𝑑𝑟>>>𝑑𝑉 = ℎ 𝑑𝐿 = 2𝜋 ℎ 𝑑𝑟
𝐼 = ∫ 𝑟 2 𝑑𝑀
𝑅
𝐼 = ∫ 𝑟 2 𝜌ℎ(2𝜋𝑟𝑑𝑟)
0
𝑅
𝐼 = 2𝜋𝜌ℎ ∫ 𝑟 2 𝑑𝑟
0
𝑅
1
𝐼 = 2𝜋𝜌ℎ( 𝑟 4 )]
4 0
186
GERAK ROTASI
𝐼 = (𝜋ℎ𝑅 4 /2)(𝑀/𝑉)
𝐼 = 1/2𝑀𝑅 2
187
GERAK ROTASI
Jawaban:
9 𝐽𝑜𝑢𝑙𝑒
1
Momen inersia silinder = I = 2 𝑚𝑟 2 = (1/2)(2 𝑘𝑔)(0,2 𝑚)2 =
0,04 𝑘𝑔. 𝑚2
𝑣 𝑚
Kecepatan sudut silinder berotasi = ω = ( ) = (3 ) (0,2)𝑚 =
𝑟 𝑠
15 𝑟𝑎𝑑/𝑠
1 1
𝐸𝑘𝑡 + 𝐸𝑘𝑟 = 2
+ = 9 𝑗𝑜𝑢𝑙𝑒 + 4,5 𝑗𝑜𝑢𝑙𝑒 = 13,5 𝐽𝑜𝑢𝑙𝑒
2 𝑚𝑣 2𝐼ω2
188
GERAK ROTASI
Pada suatu bidang yang datar, terlihat sebuah bola yang pejal
bermassa 1 kg menggelinding dengan kecepatan linear 3 m/s.
Berapakah energi kinetik bola pejal tersebut?
Jawaban:
𝐸𝑘 = 1/2𝑚𝑣 2 + 1/2𝐼ω2
𝑣𝑖 = 𝜔𝑟𝑖 (6 − 22)
189
GERAK ROTASI
𝑟𝑖 = 𝑟𝑐 + 𝑟𝑖 ′ (6 − 23)
(𝑧)
𝐼 = IC + mh2 (6 − 25)
𝐸𝑘 = 1/2𝐼𝜔2 (6 − 26)
190
GERAK ROTASI
ℎ = 1/2
𝐼 Ic
Jawaban:
1
𝐼 = ( ) 𝑚𝑙 2
3
𝐼 = 𝐼𝑐 + 𝑚ℎ2
1 𝑙 2 1
𝐼𝑐 = 𝐼 − 𝑚ℎ2 = ( ) 𝑚𝑙 2 − 𝑚 ( ) = ( ) 𝑚𝑙 2
3 2 12
Maka,
1
𝐼𝑐 = 𝑚𝑙 2
12
191
GERAK ROTASI
I = Ix + Iy (6 − 27)
Di mana :
Ix = ∑ 𝑚𝑖 𝑦𝑖 2 (6 − 28)
dan
Iy = ∑ 𝑚𝑖 𝑥𝑖 2 (6 − 29)
Maka,
Ix + Iy = ∑ 𝑚𝑖 𝑦𝑖 2 + ∑ 𝑚𝑖 𝑥𝑖 2 (6 − 30)
Ix + Iy = ∑ 𝑚𝑖 (𝑦𝑖 2 + 𝑥𝑖 2 ) (6 − 31)
Ix + Iy = ∑ 𝑚𝑖 𝑟𝑖 2 (6 − 32)
(𝑧)
Ih 𝑥 ICM
Jawaban:
Iz = 𝑚𝑅 2
Dengan,
192
GERAK ROTASI
Iz = Ix + Iy
dan
Ix = Iy
Maka,
Ix = Iy = 1/2Iz = 1/2𝑚𝑅 2
Ih = ICM + 𝑚𝑅 2
Ih = Ix + 𝑚𝑅 2
Ih = 1/2𝑚𝑅 2 + 𝑚𝑅 2
Ih = 3/2𝑚𝑅 2
193
GERAK ROTASI
194
GERAK ROTASI
𝑣 = 𝑅𝜔
̅ (6 − 33)
Di mana ,
𝑅 = jari-jari katrol
𝑑𝜔
𝑎= =𝑅∝ (6 − 34)
𝑑𝑡
195
GERAK ROTASI
Jawaban:
∑ 𝐹 = 𝑚𝑎
𝑇1 − 𝑚1 𝑔 = 𝑚1 𝑎
𝑇1 = 𝑚1 𝑎 + 𝑚1 𝑔
∑ 𝐹 = 𝑚𝑎
𝑚2 𝑔 − 𝑇2 = 𝑚2 𝑎
𝑇2 = 𝑚2 𝑔 − 𝑚2 𝑎
196
GERAK ROTASI
∑ 𝜏 = ∑ 𝐹𝑅 = 𝐼 ∝
1
(𝑇2 − 𝑇1 )𝑅 = 𝑀𝑅 2 ∝
2
1 ∝
((𝑚2 𝑔 − 𝑚2 𝑎) − (𝑚1 𝑎 + 𝑚1 𝑔))𝑅 = 𝑀𝑅 2
2 𝑅
1
𝑚2 𝑔 − 𝑚1 𝑔 = 𝑀𝑎 + 𝑚1 𝑎 + 𝑚2 𝑎
2
1
(𝑚2 − 𝑚1 )𝑔 = ( 𝑀 + 𝑚1 + 𝑚2 )𝑎
2
(𝑚2 − 𝑚1 )𝑔
𝑎=
1
( 𝑀 + 𝑚1 + 𝑚2 )
2
(2 − 1)10 10
𝑎= = = 2,5 𝑚/𝑠 2
1 4
( 2 + 1 + 2)
2
G. Gerak menggelinding
197
GERAK ROTASI
1 1
𝐸𝑘 = 𝐸𝑘𝑟𝑜𝑡𝑎𝑠𝑖 + 𝐸𝑘𝑡𝑟𝑎𝑛𝑠𝑙𝑎𝑠𝑖 = 𝐼𝜔2 + 𝑚𝑣 2 (6 − 35)
2 2
Jawaban:
2
𝐼 = 𝑀𝑅 2
5
Kecepatan sudutnya,
𝑣
𝜔=
𝑅
1 1 12 𝑣 2 1
𝐸𝑘 = 𝐼𝜔2 + 𝑚𝑣 2 = 𝑀𝑅 2 ( ) + 𝑀𝑣 2
2 2 25 𝑅 2
1 1 7
𝐸𝑘 = 𝑀𝑣 2 + 𝑀𝑣 2 = 𝑀𝑣 2
5 2 10
198
GERAK ROTASI
7
𝐸𝑘 = 1. 22 = 2,8 𝐽
10
Jawaban:
𝑓𝑔 = 𝜇𝑁
199
GERAK ROTASI
Diperoleh:
𝑓𝑔 = 𝜇. 𝑁 = 𝜇 𝑚𝑔𝑐𝑜𝑠𝜃
∑ 𝜏 = 𝐼𝛼
1 𝑎
𝑓𝑔 𝑅 = 𝑀𝑅 2
2 𝑅
1
𝑓𝑔 = 𝑚𝑎
2
1
𝑚𝑔𝑠𝑖𝑛𝜃 − 𝑚𝑎 = 𝑚𝑎
2
2
𝑎 = 𝑔 sin 𝜃
3
200
GERAK ROTASI
Jawaban:
1 1
0 + 𝑚𝑔ℎ = 𝑚𝑣 2 + 𝐼𝜔2 + 0
2 2
1 11 𝑣
𝑚𝑔ℎ = 𝑚𝑣 2 + 𝑚𝑅 2 ( )2
2 22 𝑅
1 1
𝑔ℎ = 𝑣 2 + 𝑣 2
2 4
3
𝑔ℎ = 𝑣 2
4
4 𝑔ℎ
𝑣 = √ 𝑔ℎ = 2√
3 3
201
GERAK ROTASI
𝑑𝑠
𝑑𝜃
𝑅
𝐹
O
Gambar 6.6
Asumsikan bahwa gaya tangensial 𝐹̅ bekerja pada tepi cakram
saat berputar di sumbu rotasinya. Dalam waktu 𝑑𝑡 cakram
berputar sejauh 𝑑𝜃. Usaha 𝑑𝑊 yang dilakukan oleh gaya 𝐹̅𝑡𝑎𝑛
untuk memutar cakram tersebut sejauh 𝑑𝑠 adalah 𝑑𝑊 =
𝐹𝑡𝑎𝑛 𝑅𝑑𝜃. Hasil kali 𝐹𝑡𝑎𝑛 𝑅 tak lain adalah momen gaya 𝜏,
sehingga,
𝜃2
𝑊 = ∫ 𝜏𝑑𝜃 (6 − 36)
𝜃1
Dari persamaan,
𝜏 = 𝐼𝛼 (6 − 38)
202
GERAK ROTASI
𝑑𝜔
𝜏=𝐼 (6 − 39)
𝑑𝑡
Sehingga,
𝑑𝜔 𝑑𝜃
𝜏 𝑑𝜃 = 𝐼 𝑑𝜃 = 𝐼 𝑑𝜔 (6 − 40)
𝑑𝑡 𝑑𝑡
Akibatnya,
𝜏 𝑑𝜃 = 𝐼𝜔𝑑𝜔 (6 − 41)
𝜃2 𝜔2
𝑊 = ∫ 𝜏 𝑑𝜃 = ∫ 𝐼𝜔𝑑𝜔 (6 − 42)
𝜃1 𝜔1
1 1
𝑊 = 𝐼𝜔22 − 𝐼𝜔12 (6 − 43)
2 2
𝑊 = 𝜏 ∆𝜃 (6 − 44)
𝑊 ∆𝜃
=𝜏 (6 − 45)
∆𝑡 ∆𝑡
𝑃 = 𝜏𝜔 (𝑤𝑎𝑡𝑡) (6 − 46)
203
GERAK ROTASI
Jawaban:
𝜏 = 6 𝑁𝑚
𝜔1 = 0
𝑡 = 10 𝑠
𝐼 = 2 𝑘𝑔. 𝑚⁄ 2
𝑠
𝜏
Maka dari sini didapat percepatan sudut 𝛼 = .
𝐼
1
∆𝜃 = 𝜔1 𝑡 + 𝛼𝑡 2
2
1
∆𝜃 = 0 + . 3. 102
2
∆𝜃 = 150 𝑟𝑎𝑑
Maka diperoleh:
204
GERAK ROTASI
𝑊 900
𝑃= = = 90 𝑊𝑎𝑡𝑡
𝑡 10
𝐿=𝑟𝑥𝑝 (6 − 47)
𝑝 = 𝑚𝑣 (6 − 48)
𝐿 = 𝑟 𝑥 𝑚𝑣 (6 − 49)
𝑣 = 𝜔𝑟 (6 − 50)
Maka,
𝐿 = 𝑟 𝑥 𝑚𝜔𝑟 = 𝑚𝑟 2 𝜔 = 𝐼𝜔 (6 − 51)
205
GERAK ROTASI
𝑑𝐿
=0 (6 − 52)
𝑑𝑡
Jawaban:
𝐿𝑎𝑤𝑎𝑙 = 𝐿𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟
𝐼1 𝜔1 + 𝐼2 𝜔2 = (𝐼1 + 𝐼2 )𝜔
𝐼1 𝜔1 + 𝐼2 𝜔2
𝜔=
𝐼1 + 𝐼2
206
GERAK ROTASI
207
GERAK ROTASI
Pertanyaan
208
GERAK ROTASI
209
GERAK ROTASI
210
GERAK ROTASI
211
GERAK ROTASI
14. Sebuah roda pejal homogen seperti yang terlihat pada gambar
di bawah, pada tepinya dililitkan sebuah tali yang mana pada
ujung tali ditarik gaya 𝐹 = 6 𝑁. Jika diketahui massa roda 5
kg dan jari-jarinya 30 cm. Berapakah besar percepatan sudut
roda tersebut?
15. Percepatan sudut katrol (𝛼) yang dialami sistem jika beban
dilepaskan diilustrasikan pada gambar di bawah ini. Salah
satu ujung tali yang massanya diabaikan dililitkan pada
katrol dan ujung tali lainnya digantung dengan beban 𝑚 kg.
Jika katrol ditempelkan plastisin A yang bermassa ½ 𝑀.
Berapa massa beban yang harus dibuat untuk mencapai
percepatan sudut yang sama?
16. Sebuah katrol pejal dengan tali dililitkan pada sisi bagian
luarnya seperti yang terlihat pada gambar di bawah. Gesekan
sumbu putar dan gesekan katrol dengan tali diabaikan.
212
GERAK ROTASI
17. Pada sebuah katrol yang pejal dililitkan tali di sisi bagian
luarnya seperti yang terlihat pada gambar di bawah di mana
gesekan katrol dianggap tidak ada. Berapakah nilai 𝐹, bila
momen inersia dari katrol 𝐼 = 𝛽 lalu tali ditarik lewat gaya
tetap 𝐹?
213
214
BAB 7
STATIKA (KESETIMBANGAN)
Standar Kompetensi
1. Dapat mengaplikasikan dasar ilmu mekanika untuk
mendukung ilmu perminyakan maupun panas bumi.
2. Dapat menerapkan ilmu pengetahuan serta teknologi
pada bidang perminyakan, gas bumi juga panas bumi
lewat teknologi informasi serta komputer.
3. Takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta dapat
memperlihatkan sikap religius.
4. Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan ketika
melaksanakan tugas berlandaskan agama, moral
maupun etika.
5. Berperan pada pengembangan nilai kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, bernegara, serta
pengembangan peradaban berlandaskan pancasila.
Kompetensi Dasar
Mahasiswa dapat menerapkan konsep torsi, momen inersia,
titik berat, dan momentum sudut pada benda tegar (statis
dan dinamis) dalam kehidupan sehari-hari.
Indikator
1. Menganalisis momentum sudut pada benda berotasi.
2. Merumuskan hukum kekekalan momentum sudut.
3. Menganalisis titik berat pada benda homogen dan tidak
homogen.
4. Menganalisis jenis-jenis kesetimbangan benda.
Jika pada benda bekerja gaya, maka gaya tersebut akan cenderung
menyebabkan perubahan dimensi maupun bentuk benda yang
akan berpengaruh pada gerak benda itu sendiri. Jika benda
215
STATIKA (KESETIMBANGAN)
A. Kesetimbangan Translasi
∑ 𝐹𝑥 = 0 (7 − 1)
dan
∑ 𝐹𝑦 = 0 (7 − 2)
B. Kesetimbangan Rotasi
216
STATIKA (KESETIMBANGAN)
∑ 𝐹𝑥 = 0 (7 − 3)
dan
∑ 𝐹𝑦 = 0 (7 − 4)
𝜏 = 𝐹. 𝑑 (7 − 5)
sumbu
217
STATIKA (KESETIMBANGAN)
60 cm 40 cm
𝐴 𝐵
Jawaban:
𝑚
𝑤1 = 𝑚1 . 𝑔 = 5 𝑘𝑔 𝑥 10 = 50𝑁
𝑠2
∑𝜏 = 0
𝑤1 𝑙1 − 𝑤2 𝑙2 = 0
𝑤1 𝑙1 = 𝑤2 𝑙2
𝑤2 = 𝑤1 ( 𝑙1 / 𝑙2 )
218
STATIKA (KESETIMBANGAN)
0,6𝑚
𝑤2 = 50𝑁 ( ) = 75 𝑁
0,4𝑚
T
600
F
m = 2kg
Jawaban:
𝑇 cos 600 = 𝑊
𝑇 cos 600 = 20
20
𝑇= = 40𝑁
cos 600
219
STATIKA (KESETIMBANGAN)
𝐹 = 𝑇 sin 600
Jawaban:
Kesetimbangan translasi:
∑ 𝐹𝑦 = 0
−𝐹𝑅 − 𝐹𝑠 + 𝐹 + 𝑊𝑏 = 0
−𝐹𝑅 − 𝐹𝑠 + 𝐹 + 150 = 0
𝐹𝑅 = 0
Sehingga didapat:
𝐹𝑠 = 150 + 𝐹
220
STATIKA (KESETIMBANGAN)
∑𝜏 = 0
(1)(−𝐹𝑠 ) + (2)(𝐹) = 0
Karena: 𝐹𝑠 = 150 + 𝐹
Sehingga: 𝐹 = 150𝑁
Jawaban:
221
STATIKA (KESETIMBANGAN)
𝑊𝐵 = 30𝑁 ; 𝑊𝑏 = 18𝑁
𝐴𝐶 = 0,6𝑚 ; 𝐴𝐵 = 0,8𝑚
∑𝜏 = 0
𝑇𝑠𝑖𝑛𝜃 = 39
39
𝑇=
𝑠𝑖𝑛𝜃
39
𝑇=
0,6
𝑇 = 65𝑁
222
STATIKA (KESETIMBANGAN)
Jawaban:
𝑊 𝑐𝑜𝑠𝛼
𝑇1 =
sin(𝛼 + 𝛽)
8.10 𝑐𝑜𝑠 30
𝑇1 =
sin(30 + 60)
1
(80)( 2 √3)
𝑇1 =
1
𝑇1 = 40√3𝑁
𝑊 𝑐𝑜𝑠𝛽
𝑇2 =
sin(𝛼 + 𝛽)
8.10 cos 60
𝑇1 =
sin(30 + 60)
1
(80)( 2)
𝑇1 =
1
𝑇1 = 40𝑁
223
STATIKA (KESETIMBANGAN)
Jawaban:
𝑇2 = 𝑊
224
STATIKA (KESETIMBANGAN)
𝑇2 = 𝑚. 𝑔
𝑇2 = 600𝑁
Sumbu 𝑥:
∑ 𝐹𝑥 = 0
𝑇2𝑥 − 𝑇1𝑥 = 0
𝑇2 𝑠𝑖𝑛60 = 𝑇1 𝑠𝑖𝑛30
1 1
𝑇2 . √3 = 𝑇1 .
2 2
𝑇1 = 600√3N
𝑇1 = 𝑇2 √3
Sumbu 𝑦:
∑ 𝐹𝑦 = 0
𝑇1𝑦 − 𝑇2𝑦 − 𝐹 = 0
𝑇1 𝑐𝑜𝑠30 + 𝑇2 𝑐𝑜𝑠60 = 𝐹
1 1
√3𝑇1 + 𝑇2 = 𝐹
2 2
1 1
𝐹 = √3𝑇1 + 𝑇2
2 2
𝐹 = 3.600 + 600
𝐹 = 2400𝑁
225
STATIKA (KESETIMBANGAN)
Pertanyaan
400
tali 2
500
P
40N
tali 1
berat benda = w
100 50
226
STATIKA (KESETIMBANGAN)
227
STATIKA (KESETIMBANGAN)
228
STATIKA (KESETIMBANGAN)
229
STATIKA (KESETIMBANGAN)
230
STATIKA (KESETIMBANGAN)
231
STATIKA (KESETIMBANGAN)
232
STATIKA (KESETIMBANGAN)
233
234
BAB 8
MOMENTUM DAN TUMBUKAN
Standar Kompetensi
1. Dapat mengaplikasikan dasar ilmu mekanika untuk
mendukung ilmu perminyakan maupun panas bumi.
2. Dapat menerapkan ilmu pengetahuan serta teknologi
pada bidang perminyakan, gas bumi juga panas bumi
lewat teknologi informasi serta komputer.
3. Takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta dapat
memperlihatkan sikap religius.
4. Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan ketika
melaksanakan tugas berlandaskan agama, moral
maupun etika.
5. Berperan pada pengembangan nilai kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, bernegara, serta
pengembangan peradaban berlandaskan pancasila.
Kompetensi Dasar
Mahasiswa dapat menunjukkan hubungan antara konsep
impuls dan momentum untuk menyelesaikan masalah
tumbukan.
Indikator
1. Menjelaskan dan memformulasikan momentum.
2. Menjelaskan dan memformulasikan impuls.
3. Memberikan contoh penerapan konsep momentum dan
impuls dalam kehidupan sehari-hari.
4. Mendeskripsikan hubungan momentum dan impuls.
5. Secara kreatif menyelesaikan masalah yang berkaitan
dengan tumbukan secara kuantitatif
235
MOMENTUM DAN TUMBUKAN
A. Jenis-Jenis Tumbukan
236
MOMENTUM DAN TUMBUKAN
237
MOMENTUM DAN TUMBUKAN
238
MOMENTUM DAN TUMBUKAN
𝑚1 𝑣1 + 𝑚2 𝑣2 = 𝑚1 𝑣 ′1 + 𝑚2 𝑣 ′ 2 (8 − 1)
Keterangan:
𝑚1 = massa benda 1
𝑚2 = massa benda 2
239
MOMENTUM DAN TUMBUKAN
1 1 1 2 1 2
𝑚1 𝑣1 2 + 𝑚2 𝑣2 2 = 𝑚1 𝑣 ′1 + 𝑚2 𝑣 ′ 2 (8 − 2)
2 2 2 2
Keterangan:
1
𝑚 𝑣 2
2 1 1
= EK dari benda ke-1 sebelum mengalami
tumbukan
1
𝑚 𝑣 2
2 2 2
= EK dari benda ke-2 sebelum mengalami
tumbukan
1 2
𝑚 𝑣′
2 1 1
= EK dari benda ke-1 sesudah mengalami
tumbukan
1 2
𝑚 𝑣′
2 2 2
= EK dari benda ke-2 sesudah mengalami
tumbukan
240
MOMENTUM DAN TUMBUKAN
𝑚1 𝑣1 + 𝑚2 𝑣2 = 𝑚1 𝑣 ′1 + 𝑚2 𝑣 ′ 2
𝑚1 𝑣1 − 𝑚1 𝑣 ′1 = 𝑚1 𝑣 ′1 − 𝑚2 𝑣2 (8 − 3)
𝑚1 (𝑣1 − 𝑣 ′1 ) = 𝑚2 (𝑣 ′ 2 − 𝑣2 ) (8 − 4)
1 1 1 2 1 2
𝑚1 𝑣1 2 + 𝑚2 𝑣2 2 = 𝑚1 𝑣 ′1 + 𝑚2 𝑣 ′ 2
2 2 2 2
1 1 2 1 2 1
𝑚1 𝑣1 2 − 𝑚1 𝑣 ′1 = 𝑚2 𝑣 ′ 2 − 𝑚2 𝑣2 2 (8 − 5)
2 2 2 2
2 2
𝑚1 𝑣1 2 − 𝑚1 𝑣 ′1 = 𝑚2 𝑣 ′ 2 − 𝑚2 𝑣2 2 (8 − 6)
2 2
𝑚1 (𝑣1 2 − 𝑣 ′1 ) = 𝑚2 (𝑣 ′ 2 − 𝑣2 2 ) (8 − 7)
𝑚1 (𝑣1 + 𝑣 ′1 )(𝑣1 − 𝑣 ′1 ) = 𝑚2 (𝑣 ′ 2 − 𝑣2 ) (8 − 8)
𝑚1 (𝑣1 − 𝑣 ′1 ) = 𝑚2 (𝑣 ′ 2 − 𝑣2 ) (8 − 9)
𝑣1 − 𝑣2 = 𝑣 ′ 2 − 𝑣 ′1 (8 − 11)
241
MOMENTUM DAN TUMBUKAN
𝑣1 − 𝑣2 = −(−𝑣 ′1 − 𝑣 ′ 2 ) (8 − 12)
v1 − v2 = −(−v ′1 − v ′ 2 )
(v ′1 − v ′ 2 )
− =1 (8 − 13)
(v1 − v2 )
242
MOMENTUM DAN TUMBUKAN
(v ′1 − v ′ 2 )
e=− =1 (8 − 14)
(v1 − v2 )
0≤𝑒≤1 (8 − 15)
243
MOMENTUM DAN TUMBUKAN
(𝑣 ′1 − 𝑣 ′ 2 )
𝑒=− (8 − 16)
(𝑣1 − 𝑣2 )
244
MOMENTUM DAN TUMBUKAN
𝑚1 𝑣1 + 𝑚2 𝑣2 = 𝑚1 𝑣 ′1 + 𝑚2 𝑣 ′ 2 (8 − 17)
𝑚1 𝑣1 = (𝑚1 + 𝑚2 )𝑣 ′ (8 − 19)
245
MOMENTUM DAN TUMBUKAN
1
(𝑚 + 𝑚2 )𝑣 ′2 = (𝑚1 + 𝑚2 )𝑔ℎ (8 − 23)
2 1
246
MOMENTUM DAN TUMBUKAN
247
MOMENTUM DAN TUMBUKAN
248
MOMENTUM DAN TUMBUKAN
Keterangan:
𝑚1 = massa benda 1,
𝑚2 = massa benda 2,
∆𝑝
∑𝐹 = (8 − 24)
∆𝑡
∑ 𝐹 ∆𝑡 = ∆𝑝 (8 − 25)
249
MOMENTUM DAN TUMBUKAN
1 2
𝐹12 𝐹21
𝑚2 𝑣 ′ 2 − 𝑚2 𝑣2 = 𝐹21 ∆𝑡 (8 − 28)
𝑚1 𝑣 ′1 − 𝑚1 𝑣1 = (𝑚2 𝑣 ′ 2 − 𝑚2 𝑣2 ) (8 − 32)
𝑚1 𝑣 ′1 − 𝑚1 𝑣1 = −𝑚2 𝑣 ′ 2 − 𝑚2 𝑣2 (8 − 33)
𝑚1 𝑣 ′1 + 𝑚2 𝑣 ′ 2 = 𝑚1 𝑣1 + 𝑚2 𝑣2 (8 − 34)
250
MOMENTUM DAN TUMBUKAN
𝑚1 𝑣1 + 𝑚2 𝑣2 = 𝑚1 𝑣 ′1 + 𝑚2 𝑣 ′ 2 (8 − 35)
∆𝑝 = ∑ 𝐹∆𝑡 (8 − 36)
∆𝑝 = 0 (8 − 38)
251
MOMENTUM DAN TUMBUKAN
252
MOMENTUM DAN TUMBUKAN
Jawaban:
Diketahui:
𝑓. 𝑡 = 𝑚𝑣2 − 𝑚𝑣1
𝑣0 = −1 𝑚/𝑠
𝑣𝑝 = 2 𝑚/𝑠
253
MOMENTUM DAN TUMBUKAN
(𝑚0 + 𝑚𝑝 )𝑣 = 𝑚0 𝑣0 + 𝑚𝑝 𝑣𝑝
𝑣0 = −1 𝑚/𝑠
𝑣𝑝 = 2 𝑚/𝑠
(𝑚0 + 𝑚𝑝 )𝑣 = 𝑚0 𝑣0 + 𝑚𝑝 𝑣𝑝
Jawaban:
𝑒 = −(𝑣2 − 𝑣1 )/(𝑣2 − 𝑣1 )
𝑒 = (ℎ2 − ℎ1 )1/2
254
MOMENTUM DAN TUMBUKAN
𝑒 = (1,5/2)1/2
𝑒 = 0,87
𝑠𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = ℎ0 + 2(𝑎/(1 − 𝑝)
di mana :
ℎ0 = tinggi mula-mula
𝑎 = pantulan pertama
𝑝 = faktor pengali
Jawaban:
mpeluru = 0,01 kg
mbalastik = 1 kg
h = 0,2 m
255
MOMENTUM DAN TUMBUKAN
g = 10 m/s2
Ditanyakan:
1
𝑚𝑣 2 = 𝑚𝑔ℎ
2
𝑣 = √2𝑔ℎ
𝑣 = √2(10)(0,2)
𝑣 = 2 𝑚/𝑠
0,01vp + 0 = (1,01) 2
256
MOMENTUM DAN TUMBUKAN
Jawaban:
𝑚𝐴 𝑣𝐴 + 𝑚𝐵 𝑣𝐵 = 𝑚𝐴 𝑣𝐴 ′ + 𝑚𝐵 𝑣𝐵 ′
(𝑚)(15𝑖 + 30𝑗) + 𝑚(−10𝑖 + 5𝑗) = (𝑚)(−5𝑖 + 20𝑗) + 𝑚𝑣𝐵 ′
𝑣𝐵 = 10𝑖 + 5𝑗
Energi kinetik sebelum terjadinya tumbukan:
𝐸𝑘 = 𝐸𝑘𝐴 + 𝐸𝑘𝐵
1 1
𝐸𝑘 = 𝑚𝑣𝐴 2 + 𝑚𝑣𝐵 2
2 2
1
𝐸𝑘 = (2)(152 + 302 ) + (102 + 52 ) = 1250𝐽
2
Energi kinetik setelah terjadinya tumbukan:
𝐸𝑘 = 𝐸𝑘𝐴 + 𝐸𝑘𝐵
1 1
𝐸𝑘 = 𝑚𝑣𝐴 2 + 𝑚𝑣𝐵 2
2 2
1
𝐸𝑘 = 𝑚(𝑣𝐴 2 + 𝑣𝐵 2 )
2
1
𝐸𝑘 = (2)(52 + 202 ) + (102 + 152 ) = 750𝐽
2
Maka persentase energi yang hilang adalah:
257
MOMENTUM DAN TUMBUKAN
Pertanyaan
258
MOMENTUM DAN TUMBUKAN
259
MOMENTUM DAN TUMBUKAN
260
MOMENTUM DAN TUMBUKAN
261
MOMENTUM DAN TUMBUKAN
15. Dua bola benda dengan massa sama bergerak pada suatu
garis lurus dan saling mendekati seperti yang terlihat pada
gambar di bawah. Jika v2’ merupakan kecepatan bola 2
setelah tumbukan ke kanan dengan laju 5 m.s -1. Hitunglah
besar kecepatan v2’ setelah tumbukan!
262
MOMENTUM DAN TUMBUKAN
263
MOMENTUM DAN TUMBUKAN
264
DAFTAR PUSTAKA
265
Tim Penulis