Mega Press
i
PENGANTAR ANALISIS UNTUK BAHAN PANGAN
Alamat Redaksi :
Komplek Perumahan Janatipark III, Cluster Copernicus Blok D-
07, Cibeusi, Jatinangor, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat
45363
ii
Sanksi Pelanggaran
Undang-Undang Republik Indonesia No 28 Tahun 2014
Tentang Hak Cipta
Pasal 113
1. Setiap orang yang dengan tanpa hak melakukan
pelanggaran hak ekonomi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk Penggunaan Secara
Komersial dipidana dengan pidana pen-jara paling lama 1
(satu) tahun dan/atau pidana denda paling ban-yak Rp
100.000.000 (seratus juta rupiah).
2. Setiap orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin
Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan
pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f,
dan/atau huruf h untuk Penggunaan Secara Komersial
dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) ta-hun
dan/atau pidana denda paling banyak Rp 500.000.000,00
(lima ratus juta rupiah).
3. Setiap orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin
Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan
pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf
e, dan/atau huruf g untuk Penggunaan Secara Komersial
dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun
dan/atau pidana denda paling banyak Rp 1.000.000.000,00
(satu miliar rupiah).
4. Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) yang dilakukan dalam bentuk pembajakan,
dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh)
tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp
4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah)
iii
PENGANTAR
Bismillahirrohmanirrohim,
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas
barakah-Nya maka telah berhasil diselesaikan penyusunan
sebuah buku tentang Pengantar Analisis untuk Bahan
Pangan yang akan digunakan bagi mahasiswa program
studi Teknologi Pangan di Semester II maupun bidang
keilmuan lain yang relevan.
Analisis pangan merupakan mata kuliah keahlian
pada program studi Teknologi Pangan. Analisis pangan
adalah salah satu subbidang ilmu pangan yang
berhubungan dengan cara-cara atau metode analitik dalam
mendeteksi dan menetapkan komponen-komponen yang
terdapat dalam bahan pangan baik segar maupun produk
pangan olahan. Adapun tujuan umum yang akan dicapai
setelah mahasiswa selesai mengikuti mata kuliah ini adalah:
1. Memahami aspek dan ruang lingkup analisis pangan dan
bahan pertanian.
2. Menguasai metoda-metoda analisis yang dapat
digunakan bagi bahan makanan dan pertanian.
3. Memiliki kompetensi untuk melakukan analisis terhadap
bahan pangan dan pertanian.
Berdasarkan kompetensi yang akan inginkan tersebut
maka penguasaan terhadap teori pendukungnya juga
sangatlah diperlukan. Ucapan terima kasih kami tujukan bagi
semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan buku
pengantar analisis untuk bahan pangan ini. Kritik dan saran
akan terus kami harapkan demi perbaikan dimasa
mendatang. Semoga tulisan yang sederhana ini dapat
menjadi pedoman bagi setiap mahaiswa dalam mengikuti
perkuliahan analisis pangan sehingga akan lebih berhasil
lagi dalam mengikuti perkuliahan analisis pangan.
Penulis
iv
DAFTAR ISI
PENGANTAR ................................................................................. iv
DAFTAR ISI ..................................................................................... v
DAFTAR TABEL ............................................................................. vii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................... viii
BAB 1 PENGANTAR ................................................................... 1
1.1 Pengertian Analisis Pangan ....................................... 2
1.2 Ruang Lingkup Analisis Pangan ................................. 3
1.3 Pengetahuan Bahan Kimia......................................... 4
1.4 Keselmatan Kerja di Laboratorium ............................ 7
Latihan Soal ........................................................................... 9
BAB 2 ANALISIS KIMIA ............................................................ 11
2.1 Penggolongan Metoda Analisis Kimia ........................... 11
2.2 Analisis Volumetri .......................................................... 13
2.3 Larutan Indikator ........................................................... 15
Latihan soal.......................................................................... 17
BAB 3 ANALISIS FISIKA ............................................................ 18
3.1 Pengertian ..................................................................... 18
3.2 Viskositas ....................................................................... 19
3.3 Konsistensi dan Kekerasan ............................................ 20
3.4 Berat Jenis ..................................................................... 21
3.5 Refraktomeri ................................................................. 24
3.6 Polarimetri ..................................................................... 26
v
Latihan Soal ......................................................................... 28
BAB 4 ANALISIS PROKSIMAT ................................................... 30
4.1 Pengertian ..................................................................... 30
4.2. Analisis Kadar Air dan Abu ............................................ 31
4.3. Analisis Protein ............................................................. 32
4.4 Analisis Lemak................................................................ 34
4.5.Analisis Karbohidrat....................................................... 35
Latihan Soal ......................................................................... 43
BAB 5 INSTRUMENTASI ANALISIS ........................................... 44
5.1 Jenis Metoda Analisis Instrumentasi ............................. 44
5.2 Spektrofotometri ........................................................... 46
5.3. Kromatografi ................................................................. 49
Latihan Soal ......................................................................... 53
BAB 6 ANALISIS MIKROBIOLOGI ............................................. 55
6.1 Pengertian ..................................................................... 55
6.2 Tujuan Analisis Mikrobiologi terhadap Bahan Pangan .. 56
6.3 Pertumbuhan Mikroba .................................................. 56
6.4 Jenis Metoda Analisis Mikrobiologi ............................... 58
Latihan Soal ......................................................................... 62
DAFTAR PUSTAKA .................................................................... 64
TENTANG PENULIS ................................................................... 66
vi
DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR GAMBAR
viii
BAB 1
PENGANTAR
Bahan pangan merupakan salah satu bentuk bahan
alam yang kompleks karena terdiri dari campuran berbagai
senyawa yang secara alamiah ada sebagai hasil dari
metabolisme sel tanaman dan hewan. Senyawa-senyawa
dalam bahan pangan tersebut akan dimanfaatkan oleh
manusia sebagai bahan dasar untuk pertumbuhan dan
perkembangan hidupnya. Bahan pangan sangat erat sekali
hubungannya dengan hidup manusia. Kecukupan akan
bahan pangan berpengaruh terhadap kesejahteraan
kehidupan manusia.
Kualitas suatu bahan pangan akan dipengaruhi oleh
senyawa-senyawa yang terkandung didalamnya. Semakin
banyak senyawa dalam bahan pangan yang akan dioleh dan
dimanfaatkan oleh tubuh maka bahan pangan tersebut akan
makin baik untuk dikonsumsi, atau dengan kata lain disebut
bahan pangan yang bergizi Fardias et all (1989).
Secara umum, senyawa yang ada dalam suatu
bahan pangan dibedakan menjadi beberapa kelompok
senyawa yaitu :
a. Senyawa makromolekul
Kelompok senyawa ini merupakan komponen
terbesar dalam suatu bahan pangan. Senyawa
makromolekul diartikan sebagai senyawa yang
mempunyai ukuran molekul yang relatif lebih
besar/kompleks dan terdiri dari rangkaian molekul yang
lebih sederhana. Senyawa ini antara lain adalah
karbohidrat, protein dan lemak. Senyawa kelompok ini
sering disebut juga sebagai makronutrien dalam bahan
pangan.
b. Senyawa mikromolekul
Dalam bahan pangan, senyawa yang disebut dengan
mikromolekul merupakan senyawa yang membantu
proses metabolisme tubuh. Kelompok senyawa ini
adalah jenis vitamin dan mineral. Dalam ilmu pangan,
senyawa ini disebut dengan mikronutrien.
1
c. Senyawa Metabolit
Senyawa ini terdapat dalam bahan pangan secara
alamiah sebagai hasil metabolisme sel. Senyawa-
senyawa ini juga akan ikut masuk kedalam tubuh
manusia melalui makanan.
Senyawa metabolit bisa dikelompokkan menjadi :
1) Jenis food adjunct / bahan ikutan.
Langsung ada dalam bahan makanan dari bahan
dasarnya seperti zat warna alami, kafein dalam kopi
dan asam fitat dalam kedelai.
2) Jenis metabolit yang sengaja ditambahkan.
Seperti asam laktat untuk pengolahan susu dan
asam asetat untuk pembuatan cuka.
3) Jenis metabolit yang tidak disengaja dan bersifat
toksik.
Seperti asam bongkrek pada tempe, dan aflatoksin
yang ada dalam serealia.
d. Senyawa Yang Sengaja Ditambahkan dalam Bahan
Makanan
Senyawa ini disebut dengan Food Additive dan
jenisnya sesuai dengan tujuan penggunaannya, seperti ;
1) Bahan pengawet : seperti asam benzoat.
2) Bahan penstabil : seperti gum dan lesitin.
3) Bahan penyedap rasa dan aroma : seperti MSG,
sakarin, garam.
4) Bahan penyegar : seperti CO2 pada minuman
berkarbonasi.
Jadi dalam suatu bahan pangan akan banyak sekali
senyawa didalamnya dengan jumlah dan sifat yang
berbeda.
Rangkuman :
1. Analisis pangan merupakan pengetahuan tentang
cara pemeriksaan dan pengujian terhadap sampel
untuk mengetahui jenis dan jumlah/kadar suatu
senyawa dalam sampel bahan pangan dan makanan
sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan.
2. Bahan pangan merupakan segala bahan alam baik
hewani maupun nabati yang bisa dioleh menjadi
produk makanan karena mengandung senywa-
senyawa kimia yang bernilai gizi bagi manusia.
3. Aspek analisis pangan meliputia:
a. analisis komponen kimia
b. analisis fisika
c. analisis organoleptik
d. analisis mikrobiologi
4. Saat bekerja di laboratorium, perlu diperhatikan sifat-
sifat bahan kimia dan teknik keselamatan kerja di
laboratorium sehingga tidak membahayakan
kesehatan dan keselamatan kita.
5. Sifat bahan kimia yang harus diwaspadai antara lain
sifat menguap dan korosif.
Latihan Soal
1. Apa yang dimaksud dengan bahan pangan dan bahan
makanan ?
2. Jelaskan tujuan dilakukannya analisis terhadap bahan
pangan ?
3. Jelaskan, ruang lingkup analisis bahan pangan !
4. Jelaskan komponen senyawa yang bisa terdapat dalam
suatu bahan pangan !
9
5. Apa yang dimaksud dengan food additives ? Mengapa
food additives perlu dianalisis ?
6. Jelaskan 3 (tiga) sifat bahan kimia beserta contohnya !
7. Jelaskan, apa yang akan Anda lakukan jika terjadi
a. keracunan bahan kimia
b. terkena bahan kimia pada kulit
c. terhirup bahan kimia
10
BAB 2
ANALISIS KIMIA
Tahap awal dalam melakukan analisis terhadap
bahan pangan adalah melakukan pengujian secara fisik dan
komponen kimia yang terkandung didalam sampel tersebut.
Setiap senyawa mempunyai karakteristik yang berbeda
sehingga pengujiannya pun akan dilakukan sesuai dengan
prosedur tertentu.
Dasar pengujian komponen kimia dalam suatu bahan
pangan adalah terjadinya reaksi kimia antara senyawa
dalam sampel (analit) dengan pereaksi yang digunakan.
Adapun reaksi kimia yang terjadi bisa berprinsip pada :
a. Reaksi penetralan ( reaksi asam dengan basa ).
b. Reaksi oksidasi dan reduksi
c. Reaksi pembentukan senyawa kompleks berwarna
d. Reaksi pembentukan endapan
Berdasarkan reaksi-reaksi tersebutlah maka ditemukan
prosedur-prosedur analisis terhadap senyawa kimia dalam
suatu sampel termasuk dalam bahan pangan.
Rangkuman :
1. Analisis komponen kimia dalam suatu sampel bahan
pangan dilakukan menurut metoda tertentu sesuai
dengan jenis reaksi kimia yang terjadi pada analit.
2. Reaksi kimia pada suatu metoda analisis bisa terjadi
menurut reaksi penetralan/reaksi asam basa, reaksi
pengendapan, reaksi penggumpalan dan reaksi
pembentukan senyawa kompleks.
3. Ada beberapa metoda analisis yang dilakukan dengan
peralatan instrumentasi khusus, namun pengukuran
tetap berdasarkan gejala dan reaksi kimia yang terjadi
pada analit.
4. Analisis volumetri merupakan analisis kimia yang cukup
sederhana dengan menggunakan satu set alat titrasi
sehingga sering juga disebut dengan analisis secara
titrimetri
5. Jenis titrasi juga dibedakan berdasarkan dasar reaksi
kimia yang terjadi selama proses analisis. Dan ada 4
(empat) jenis titrasi yaitu :
a. titrasi netralisasi
b. titrasi reduksi oksidasi
c. titrasi pengendapan
d. titrasi kompleksometri
6. Ketelitian analisis secara volumetri dipengaruhi oleh cara
penentuan titik akhir titrasi.
7. Penentuan titik akhir titrasi dilakukan dengan adanya
bantuan larutan indikator yang akan bekerja sesuai
dengan kondisi larutan saat tercapainya titik ekivalen.
16
Latihan soal
1. Jelaskan, apa yang dimaksud dengan analisis secara
kimia ?
2. Jelaskan tujuan dilakukannya analisis secara kimia ?
3. Apa yang dimaksud dengan :
a. Volumetri
b. Kromatografi
c. Gravimetri
d. Spektrofotometri
dan jelaskan prinsip analisis dengan metoda-metoda
tersebut !
4. Jelaskan, dasar reaksi yang bisa terjadi dalam suatu
analisis volumetri !
5. Apa yang dimaksud dengan :
a. titik ekivalen
b. titik akhir titrasi
c. larutan indikator
6. Jelaskan, cara penentuan larutan indikator pada suatu
titrasi !
7. Jelaskan, jenis-jenis larutan indikator !
8. Mengapa larutan phenol pthalein bisa digunakan
sebagai larutan indikator pada titrasi asam basa ?
9. Apa yang dimaksud dengan titrasi kompleksometri ?
10. Jelaskan, analisis volumetri yang akan Anda lakukan
untuk menentukan konsentrasi ion logam dalam suatu
bahan pangan !
11. Mengapa dalam titrasi kompleksometri diperlukan
larutan bufer ?
12. Carilah dari literatur, 10 ( sepuluh ) indikator asam basa,
beserta range pH dan perubahan warnanya !
17
BAB 3
ANALISIS FISIKA
Analisis secara fisika merupakan analisis yang akan
berkaitan dengan beberapa sifat-sifat dan besaran fisika.
Sifat-sifat fisika suatu zat akan mempengaruhi kondisi suatu
bahan pangan. Sifat-sifat fisika juga berkaitan dengan
perubahan wujud suatu zat contohnya mendidih/menguap,
mencair/melebur dan membeku. Perubahan wujud akan
dipengaruhi oleh suhu Vogel (1989).
Besaran fisika lain yang berkaitan dengan analisis
fisika adalah kekentalan/viskositas, indeks bias dan putaran
optik suatu senyawa. Beberapa besaran fisika tersebut akan
dipengaruhi juga oleh suhu dan berkaitan erat dengan
jumlah zat dalam suatu sampel (konsentrasinya) Day
Underwood (1989).
3.1 Pengertian
Analisis fisika adalah pengujian dan penentuan
besaran fisika suatu zat dalam sampel berdasarkan
sifat-sifat fisika zat tersebut. Pengerjaan analisis fisika
suatu sampel akan membutuhkan peralatan yang
spesifik karena dirancang sesuai dengan sifat fisikanya
Harjadi (1986). Contohnya pengukuran suhu akan
menggunakan alat termometer yang berfungsi untuk
mendeteksi besaran fisika panas suatu sampel
berdasarkan skala derajat pada alat.
Beberapa besaran fisika lainnya ditentukan dengan
alat dan metoda yang tertentu pula, yaitu :
a. Kekentalan ( viskositas ) ditentukan dengan metoda
viskosimteri dengan alat viskosimeter.
b. Konsistensi dan kekerasan ditentukan dengan
konsistometer dan penetrometer.
c. Berat jenis cairan ditentukan dengan piknometer.
d. Indeks bias dengan refraktometer.
e. Putaran optik dengan polarimeter.
18
3.2 Viskositas
Viskositas merupakan besaran fisika suatu
cairan/larutan yang berhubungan erat dengan fase dan
konsentrasi zat didalamnya. Viskositas sering disebut
juga dengan kekentalan suatu cairan/larutan karena
besarnya viskositas akan mempengaruhi penampilan
fisik suatu sampel Mustafa (1987).
Viskositas menyatakan adanya suatu koefisien
gesekan aliran dalam suatu larutan dan sering diartikan
dengan kekentalan cairan. Viskositas diberi simbol
dan mempunyai satuan poise, dimana 1 poise = 1
g/cm.s atau 0,1 Pa.s.
Secara ilmu fisika, setiap cairan memiliki 2 (dua) jenis
viskositas, yaitu :
a. Viskositas absolut
Viskositas absolut atau viskositas dinamik
menyatakan jumlah gaya tangens 1 dyne untuk 2
bidang paralel yang berukuran 1 cm2 dengan jarak
1 cm yang mengalir dengan kecepatan 1 cm/s.
Satuannya menurut Sistem Internasional ( SI )
adalah milipascal.detik (mPa.s).
b. Viskositas kinematik
Dapat diartikan sebagai koefisien viskositas
dinamik dan kerapatan. Menurut SI , satuannya
adalah cm2/s atau mm2/s, dan sering disetarakan
dengan 1 Stokes ( 1 St = 1 cm2/s ).
Pengukuran viskositas suatu cairan memerlukan
peralatan khusus yang disebut dengan viskosimeter.
Alat ini di disain khusus oleh beberapa ahli fisika
sehingga bisa dipakai untuk menentukan kecepatan
aliran suatu cairan/larutan sampel yang berhubungan
dengan nilai kekentalannya. Namun, alat ini hanya bisa
digunakan untuk cairan saja sedangkan bahan semi
padat tidak bisa Roth (1988). Berikut ini adalah gambar
jenis viskosimeter :
19
Gambar 3. 1 Jenis Viskosimeter
21
a. Pignometer Botol b. Pignometer Terpasang
Indikator Suhu
Gambar 3. 2 Bentuk alat piknometer, a) piknometer botol,
b) piknometer pipet
Contoh soal :
Berat awal pignometer kosong = 31,5052 g dan berat setelah
diisi air dan alkohol masing-masing adalah 83,2922 g dan
80,8749 g. Tentukan berat jenis sampel alkohol tersebut !
Jawab :
BJ zat = berat bahan/zat
berat air
BJ zat = 0,953
G = S – Vx d + m
Keterangan :
G : Berat jenis cairan
S : Skala yang terbaca pada benda yang dicelupkan
V : Volume benda yang dicelupkan
d : kerapatan
Dalam cairan
udara, neraca akan setimbang jika
m memenuhi
: massa beban yang dipasang
persamaan : pada balok timbangan
23
G = S - V x 0,0012
V adalah volume benda yang dicelupkan
0,0012 adalah faktor koreksi untuk adanya udara
24
Medium 1
Medium 1
N= C1 = sin
C2 sin
3.6 Polarimetri
Jika cairan yang mengandung senyawa optik aktif
disinari langsung oleh cahaya linier yang terpolarisasi
maka arah getaran cahaya akan diputar sebesar sudut
dan sudut ini dinyatakan sebagai rotasi optik atau
sudut rotasi. Pengukuran sudut ini berdasarkan metoda
polarimetri dan alatnya disebut dengan polarimeter.
Setiap senyawa mempunyai tetapan optik aktif yang
dihitung sebagai rotasi spesifik 20
senyawa pada
suhu 20oC dengan rumus :
20 = 100 x
l x C
Keterangan :
= rotasi optik yang diukur pada suhu 20oC
l = panjang tabung polarimeter ( dalam dm )
C = konsentrasi senyawa ( dalam % atau g / 100 mL )
26
Penggunaan polarimeter adalah :
1. pada penentuan konsentrasi dan kemurnian
larutan senyawa optik aktif seperti larutan gula.
2. pada senyawa yang tidak optik aktif tapi yang tidak
menggangu pengukuran seperti adanya zat
pencemar dalam produk.
Contoh soal :
1. Larutan glukosa yang dibuat dengan konsentrasi 25%
dianalisis dengan polarimeter, dalam tabung sepanjang
10 dm pada suhu 20oC dan rotasi optik yang terukur
adalah 25,98. Berapakah tetapan optik aktif / rotasi
spesifik dari larutan glukosa tersebut ?
Jawab : 20 = 100 x
l x C
= 100 x 25,98
10 x 25%
= 10,392
C = 100 x15,35
10 x 16,99
C = 9,035%
27
Rangkuman :
Latihan Soal
1. Jelaskan, apa yang dimaksud dengan analisis fisika
bahan pangan ?
2. Mengapa sifat fisika zat dalam bahan pangan perlu
dianalisis ?
28
3. Jelaskan beberapa parameter fisika yang dapat
mempengaruhi kualitas bahan pangan !
4. Apa yang dimaksud dengan :
a. viskositas
b. konsistensi
c. kekerasan
d. berat jenis
e. indeks bias
f. putaran optik
5. Jelaskan, prinsip kerja viskosimeter !
6. Jelaskan cara menentukan viskositas untuk sampel yang
berbentuk semi padat seperti jeli atau jam !
7. Jelaskan, prinsip kerja pada penentuan berat jenis suatu
cairan !
8. Mengapa, pada sampel buah yang matang akan
mempunyai nilai kekerasan yang kecil ?
9. Mengapa, ketelitian penimbangan sangat
mempengaruhi hasil analisis berat jenis suatu cairan ?
10. Jelaskan teori yang mendasari kerja alat refraktometer !
11. Jelaskan, hal yang dapat mempengaruhi nilai kekentalan
( viskositas ) suatu cairan !
12. Berikan contoh penggunaan polarimeter !
29
BAB 4
ANALISIS PROKSIMAT
Analisis terhadap komponen kimia dalam bahan
pangan dilakukan untuk mengetahui jenis dan jumlah
senyawa yang terkandung didalamnya. Berkaitan dengan
manfaat suatu bahan alam yang akan diolah sebagai bahan
makanan maka analisis tersebut akan ditujukan pada
komponen makromolekul yang ada didalamnya karena
senyawa-senyawa ini akan menentukan efektifitas
penggunaan bahan pangan tersebut sebagai penghasil
energi dan digunakan untuk pertumbuhan tubuh manusia.
Komponen makromolekul tersebut meliputi
karbohidrat, lemak, protein serta vitamin dan mineral. Selain
itu, secara alamiah air merupakan senyawa yang ada dalam
setiap sel makhluk hidup sehingga perlu juga diketahui
berapa kandungan air dalam bahan pangan tersebut.
4.1 Pengertian
Analisis proksimat (proximate analysis) adalah
analisis komponen makromolekul dalam suatu bahan
pangan yang ditentukan secara perhitungan kasar atau
perkiraan untuk menentukan kadar karbohidrat
didalamnya. Hal ini bisa dilakukan karena karbohidrat
merupakan jenis senyawa kompleks yang relatif lebih
variatif jenisnya dan mempengaruhi nilai kalori suatu
bahan pangan sehingga jumlah kadarnya ditentukan
secara perhitungan kasar berdasarkan nilai kadar dari
senyawa-senyawa lain. Perhitungan ini sering disebut
dengan perhitungan Carbohydrate by Difference.
Jumlah karbohidrat yang ada dalam sampel termasuk
juga kadar pati dan serat kasar dalam bahan tersebut.
Jadi perhitungan analisis proksimat terhadap
karbohidrat dalam suatu bahan pangan adalah :
30
% karbohidrat = 100 % - ( % air + % abu + % protein +
% lemak )
33
Tabel 4. 1 Faktor konversi beberapa bahan
34
makanan pokok. Senyawa ini juga dianggap sumber
kalori yang cukup potensial karena jumlah kalori yang
dihasilkan dari metabolisme lemak lebih besar dari
karbohidrat.
Lemak juga merupakan senyawa polimer karena
dapat dihidrolisis menjadi senyawa sederhana yaitu
asam-asam lemak dan gliserol. Dialam, senyawa lemak
bisa berbentuk lemak sederhana dan lemak kompleks.
Secara kimiawi, senyawa lemak ini bersifat non polar
sehingga bisa homogen dengan senyawa yang bersifat
non polar juga seperti petroleum eter, kloroform, aseton
dan benzena.
Analisis kadar lemak kasar dalam suatu bahan
pangan bisa dilakukan dengan cara memisahkan
senyawa lemak tersebut dari bahan. Cara yang
dilakukan antara lain berdasarkan sifat kelarutan
senyawa lemak dalam suatu pelarut dengan kepolaran
yang sama. Secara fisika, senyawa yang bersifat non
polar akan homogen dengan senyawa non polar juga,
termasuk senyawa lemak. Untuk itu, penentuan kadar
lemak maka dilakukan cara pelarutan dengan
menggunakan pelarut yang sesuai sampai seluruh
lemak keluar dari bahan pangan. Metoda ini sering
disebut dengan Ekstraksi lemak.
a. Analisis pati
Pati merupakan polisakarida yang kompleks
karena berupa makromolekul yang besar dan
tersusun dari rangkaian monosakarida dengan
struktur yang rumit. Bahan makanan pokok biasanya
mengandung pati yang cukup tinggi karena
karbohidrat merupakan senyawa penghasil energi
bagi tubuh kita.
Pati merupakan senyawa karbohidrat jenis
homopolimer dari glukosa yang terikat secara ikatan
-glikosidik. Jumlah glukosa akan mempengaruhi
panjang rantaimolekulnya dan adanya struktur ikatan
lurus dan bercabang antar glukosa juga akan
membedakan jenis pati dalam bahan pangan. Hal
inilah yang akan membedakan rasa beras dari tiap-
tiap daerah.
Secara kimianya, ada 2 (dua) jenis molekul
pati yang dibedakan secara fisika berdasarkan daya
larutnya dalam air panas karena ada yang dapat larut
dalam air panas dan ada yang tidak. Fraksi yang larut
air panas adalah jenis amilosa yang mempunyai
struktur rantai lurus dengan ikatan -(1,4)-D-glukosa.
Jenis pati yang tidak dapat larut dalam air panas
adalah amilopektin dan senyawa ini merupakan
polimer glukosa yang mempunyai cabang dengan
36
ikatan -(1,4)-D-glukosa. Biasanya dalam bahan
makanan, amilopektin hampir terdapat sebanyak 4-
5% dari berat total pati (F.G.Winarno,2002).
Perbandingan kadar amilosa dan amilopektin
dalam bahan pangan seperti beras akan
mempengaruhi rasa/kepulenan nasi yang dihasilkan.
Semakin tinggi kadar amilosa dari amilopektin maka
nasi tersebut makin lekat. Hal ini menendakan bahwa
pada beras ketan hampir tidak ada amilosanya
karena hanya mengandung 1-2% amilosa.
Penentuan kadar pati dalam bahan pangan
dapat dilakukan dengan cara menentukan jumlah
senyawa gula sederhana yang dihasilkan setelah pati
dalam bahan tersebut dihidrolisis baik dalam
suasana asam maupun basa. Adanya sifat pereduksi
dari senyawa gula bisa direaksikan dengan larutan
ion cupro dalam suasana basa. Metoda ini ditemukan
pertama kali oleh Luff Schoorl sehingga metoda
penentuan pati bisa dilakukan dengan cara Luff
Schoorl.
Metoda penentuannya pun cukup sederhana
yaitu dengan cara titrasi larutan tembaga dengan
natrium tiosulfat. Prinsip reaksinya adalah reaksi
oksidasi dan reduksi. Larutan indikator yang
digunakan adalah larutan amilum yang akan
memberikan perubahan warna menjadi biru karena
membentuk senyawa kompleks teradsorbsi
dengan I2 yang dibebaskan . Adapun reaksinya dapat
dilihat sebagai berikut :
37
Jumlah titran yang terpakai akan
dikonversikan dengan nilai yang tertera dalam tabel
konversi menurut metoda Luff Schoorl, yaitu :
mL mg glukosa, mL mg glukosa,
Tiosulfa fruktosa dan Tiosulf fruktosa dan gula
t 0,1 N gula invert at 0,1 invert
N
38
mL mg glukosa, mL mg glukosa,
Tiosulfa fruktosa dan Tiosulf fruktosa dan gula
t 0,1 N gula invert at 0,1 invert
N
12 30,3 2,7 24 - -
b. Analisis serat
Serat dalam bahan pangan masih termasuk
jenis senyawa polisakarida yang berfungsi sebagai
penguat tekstur. Contoh senyawa jenis ini adalah
selulosa dan lignin. Serat merupakan komponen
selulosa dan lignin yang menyusun dinding sel
tanaman sehingga banyak terdapat dalam bahan
nabati. Fungsi utama serat dalam makanan kita
adalah pada proses pencernaan akhir karena
komponen ini bersifat memperlancar pencernaan
karena senyawa jenis ini justru tidak dapat dicerna
oleh tubuh manusia dan dianggap serat (dietary fiber
) yang akan menstimulasi enzim-enzim pencernaan.
39
Ada pula cara kerja serat makanan dalam
membantu proses pencernaan karena kemampuan
senyawa ini untuk menyerap molekul air sehingga
akan menghasilkan massa yang besar dan
menyebabkan gerakan usus besar untuk mendorong
feses.
Penentuan serat dalam bahan makanan
dilakukan dengan cara menghidrolisis bahan
makanan dan pertanian dalam suasana asam atau
basa dan bantuan pemanasan/mendidih sampai
semua komponen makromolekulnya terurai dan
membentuk residu. Berat residu yang diperoleh dari
perlakuan merupakan berat serat dalam bahan
makanan tersebut.
Kadar serat ditentukan dengan cara :
Berat residu
Kadar serat = x 100 %
Berat sampel
Contoh soal :
Jika pada analisis kadar serat dan pati dalam sampel buah
sukun sebanyak 1,0 g diperoleh data sebagai berikut :
Berat residu = 12,5 mg
Volume larutan titran untuk sampel = 11,5 mL
Volume titran untuk larutan blanko = 20,0 mL
40
Tentukan :
a. Berapa kadar pati ?
b. Berapa kadar serat ?
Penyelesaian :
a. Selisih volume titran = 20,0 mL – 11,5 mL = 8,5 mL
1g
b. Kadar serat = 12,5 mg x 100 % = 1,25 % (b/b)
1,0 g
41
Rangkuman :
1. Analisis proksimat (proximate analysis) merupakan cara
penentuan kadar karbohidrat dalam bahan pangan
dengan perhitungan pendekatan berdasarkan
komposisi komponen senyawa makromolekul lainnya.
2. Penentuan karbohidrat secara analisis proksimat sering
disebut juga dengan istilah Carbohydrate by Difference.
3. Komposisi senyawa yang termasuk dalam analisis
proksimat adalah air, abu, protein, lemak dan
karbohidrat.
4. Penentuan air dengan thermogravimetri dilakukan
dengan cara penentukan berat air yang diuapkan dari
bahan pangan melalui proses pemanasan. Metoda ini
kurang akurat untuk bahan pangan yang banyak
mengandung senyawa volatil ( mudah menguap )
seperti golongan minyak atsiri.
5. Abu merupakan istilah sisa hasil proses pembakaran
bahan pangan yang dianalisis dan mengandung unsur-
unsur murni yang tergolong dalam kelompok mineral.
Penentuan kadar abu dilakukan dengan alat tunggu
pengabuan khusus dan penimbangan hasilnya secara
teliti.
6. Penentuan kadar protein kasar bisa dilakukan dengan
metoda Kjeldahl, yang terdiri proses destruksi, distilasi
dan titrasi.
7. Penentuan kadar lemak bisa dilakukan dengan cara
sokletasi, dengan menggunakan pelarut-pelarut non
polar yang bisa melarutkan lemak dari bahan pangan.
8. Pelarut yang bisa melarutkan lemak antara lain
petroleum eter, petroleum benzena, eter, aseton dan
kloroform.
9. Analisa beberapa senyawa karbohidrat bisa dilakukan
dengan metoda Luff Schoorl yang berprinsip pada
reduksi komponen Cu2+ oleh senyawa gula.
42
Latihan Soal
1. Apa yang dimaksud dengan analisis proksimat ?
2. Jelaskan tujuan dilakukannya analisis proksimat dalam
suatu bahan pangan !
3. Komponen kimia apa saja yang termasuk dalam analisis
proksimat ?
4. Apa yang dmaksud dengan istilah carbohydrate by
difference ?
5. Jelaskan cara penentuan kadar air secara
thermogravimetri !
6. Apa yang dimaksud dengan “abu” dalam bahan pangan!
7. Jelaskan prinsip kerja alat soklet dalam menentukan
kadar lemak !
8. Sebutkan, jenis pelarut apa yang bisa digunakan untuk
menentukan kadar lemak secara sokletasi !
9. Mengapa, analisis protein dalam bahan pangan secara
metoda Kjeldahl disebut juga dengan penentuan kadar
protein kasar ?
10. Jelaskan, kekurangan dan kelebihan metoda Kjeldahl
untuk menentukan kadar protein !
11. Jelaskan prosedur kerja penentuan kadar serat dalam
bahan pangan dan makanan !
12. Apa yang menjadi prinsip reaksi senyawa gula dengan
pereaksi Luff Schoorl pada penentuan karbohidrat ?
43
BAB 5
INSTRUMENTASI ANALISIS
Perkembangan ilmu dan pengetahuan juga akan
memicu ditemukannya metoda-metoda baru dengan
peralatan yang lebih sensitif dalam menentukan jenis dan
jumlah senyawa-senyawa dalam suatu sampel. Apalagi
dalam suatu bahan pangan yang mengandung banyak
senyawa yang lebih kompleks sehingga membutuhkan
metoda dengan peralatan yang selektif dan sensitif.
Selain itu, kalibrasi terhadap peralatan analisis perlu
dilakukan agar peralatan instrumentasi yang digunakan bisa
mempunyai pengukuran dengan ketelitian yang baik dan
prosedur kerja yang sesuai. Kalibrasi bisa dilakukan pada
peralatan gelas dan peralatan instrumentasi, biasanya
dilakukan dengan alat pembanding. Cara melakukan
kalibrasi disesuaikan dengan jenis peralatannya juga.
44
Tabel 5. 1 Penggolongan metoda analisis instrumentasi
1. Teknik Spektroskopik
• Spektrofotometri UV-Vis
• Spektrofotometri Infra merah
• Spektrofotometri Fluoresensi dan Fosforisensi
• Spektrometri Raman
• Spektrometri Resonansi Magnet Inti (RMI)
• Spektroskopi Radio Kimia
• Spektroskopi sinar-X
• Spektroskopi Resonansi putaran elektron
2. Teknik Kromatografi
• Kromatografi planar (KLT dan KK )
• Kromatografi Gas Cair dan Padat ( KGC dan KGP )
• Kromatografi Cair Kinerja Tinggi ( KCKT )
• Kromatografi elusi CO2 pada temperatur superktitik
atau “Super Critical Fluid Chromatography-SFP “
3. Teknik Elektrokimia
• Potensiometri
• Voltametri
• Elektrogravimetri
• Coulometri
• Amperometri dan biamperometri
4. Teknik Berbagai Fenomena Ilmiah
• Analisis termik
• Spektrometri Massa
5. Teknik Terpadu
• kombinasi beberapa metoda analisis seperti GC / FT
- IR dan MS
45
5.2 Spektrofotometri
Spektrofotometri dianggap metoda analisis yang
termasuk instrumentasi karena telah menggunakan
peralatan khusus yang terdiri dari komponen tertentu.
Setiap komponen memiliki fungsi tertentu yang akan
saling mendukung daya analisis alat tersebut. Secara
umum, komponen utama dalam alat spektrofotometer
terdiri dari :
1. Sumber cahaya
Sumber cahaya merupakan cahaya yang
akan berinteraksi dengan senyawa analit. Interaksi
yang terjadi bisa dalam bentuk
absorbsi/penyerapan cahaya tersebut. Cahaya
yang digunakan dalam range panjang gelombang
UV-Visible yang panjang gelombang 200 nm - 220
nm dan 400 nm -750 nm.
Teori yang mendasari peralatan
spektrofotometer adalah Hukum Lamber-Beer.
Menurut Lambert, jumlah cahaya yang diserap oleh
suatu senyawa akan sebanding dengan panjang
jalan sinar yang melewatinya.
Sedangkan menurut Beer, jumlah cahaya
yang diserap oleh suatu senyawa akan sebanding
dengan jumlah senyawa tersebut.
Penggabungan kedua teroi ini akan
menghasilkan suatu rumus untuk menyatakan
proses absorbsi cahaya oleh senyawa dalam
sampel, yaitu jumlah cahaya yang diserap akan
sebanding dengan jumlah zat dan panjang jalan
sinar. Persamaan tersebut adalah :
46
A ~ b xC
A = axbxC
Keterangan :
A = absorbsi
a = absorbtivitas molar ( cm/molar )
b = tebal kuvet ( cm / dm )
C = konsentrasi analit ( molar )
2. Monokromator
Monokromator merupakan alat untuk memilih
panjang gelombang yang sesuai dengan analit
sehingga terjadi absorbsi yang maksimal. Setiap
senyawa mempunyai panjang gelombang
maksimum tertentu, hal ini berkaitan dengan tingkat
eksitasi elektron dalam senyawa tersebut saat
berinteraksi dengan cahaya tertentu. Untuk
pengukuran yang teliti akan lebih baik dilakukan
pada panjang gelombang maksimumnya sehingga
datanya lebih valid.
3. Tempat sampel (kuvet)
Interaksi antara senyawa dengan cahaya
terjadi pada suatu tempat yang sering disebut
dengan kuvet. Kuvet terbuat dari bahan kaca
khusus, biasanya dari bahan silika atau kuarsa.
Syarat kuvet adalah :
• tidak menyerap cahaya
• tidak bereaksi dengan senyawa maupun
larutannya
4. Penguat sinyal
Hasil interaksi antara cahaya dan analit akan
berbentuk sinyal lemah sehingga perlu diperkuat
47
dengan suatu amplifier khusus sehingga bisa
terbaca oleh alat.
5.3. Kromatografi
Kromatografi termasuk metoda instrumentasi dengan
peralatan tertentu. Dasar analisis dengan peralatan ini
adalah separasi (pemisahan) senyawa dalam sampel
berdasarkan daya adsorbsi bahan (fase diam ) terhadap
senyawa. Jadi pada prinsipnya, semua teknik
kromatografi berdasarkan pada adanya distribusi
komponen-komponen dalam sampel pada fase diam
dan fase geraknya dengan memanfaatkan perbedaan
sifat-sifat fisik komponen senyawa yang dipisahkan.
Ada beberapa pertimbangan keuntungan teknik
analisis secara metoda kromatografi, antara lain :
1. Ketelitian dan ketepatan yang baik.
2. Jangkauan analisis secara kualitatif dan kuantitatif
yang luas dari konsentrasi tinggi sampai sangat
rendah.
3. Hasilnya reproduksibel
4. Hasil analisisnya relatif cepat terutama untuk
metoda yang sudah menggunakan instrumentasi
khusus seperti HPLC dan GC.
Namun, teknik analisis dengan metoda ini relatif
mahal dan membutuhkan tenaga operator yang memiliki
49
ketrampilan, berpengalaman dengan dasar teori yang
memadai.
Sejalan dengan perkembangan teknik kromatografi
maka jenis kromatografi juga bertambah. Namun,
penggolongan teknik kromatografi berdasarkan pada
mekanisme pemisahannya adalah adsorbsi, partisi,
filtrasi dan suhu kritis. Berikut ini penggolongan metoda
analisis kromatografi menurut mekanisme
pemisahannya :
1. Kromatografi adsorbsi
Metoda ini menggunakan fase diamnya padat
dan fase geraknya cair atu gas. Prinsip pemisahan
komponennya adalah kepolaran senyawa sehingga
akan sangat dipengaruhi oleh perbedaan polaritas
senyawa yang dipisahkan. Jenis kromatografi ini
adalah :
a. Kromatografi Lapis Tipis
b. Kromatografi penukar ion
c. Kromatografi gas padat
d. Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT)
2. Kromatografi partisi
Metoda ini menggunakan fase diam cair dan
fase gerak juga cair. Prinsip pemisahannya adalah
perbedaan konstanta distribusi molekul yang
dipisahkan. Nilai Konstanta distribusi ( Kd ) ini juga
dipengaruhi oleh daya adsorbsi fase diam terhadap
senyawa. Contoh kromatografi jenis ini adalah :
a. Kromatografi kolom
b. Kromatografi kertas
c. Kromatografo gas cair
d. Kromatografi Cair Kinerja Tinggi ( KCKT)
3. Kromatografi filtrasi
Metoda ini menggunakan fase diam bahan
padat yang mempunyai sifat filtrasi terhadap
komponen dengan massa molekul relatif besar dan
biasanya adalah bahan gel sedangkan fase
geraknya adalah cairan. Metoda ini masih
50
dianggap khusus untuk sampel tertentu. Namun,
akan dipengaruhi oleh perbedaan struktur dan
ukuran molekul analitnya.
4. Kromatografi suhu kritis
Metoda ini dianggap hasil pengembangan
metoda kromatografi gas dengan KCKT dengan
menggunakan gas CO2 dalam keadaan superkritis
sebagai fase geraknya.
Berdasarkan pelaksanaannya maka kromatografi
lapis tipis merupakan metoda kromatografi yang relatif
lebih sederhana dalam teknik pengerjaannya. Kelebihan
metoda ini adalah dari segi alat yang sederhana dan
relatif lebih muraj dengan pemisahan yang cepat dan
baik. Namun ketelitian dan ketepatannya kurang
memadai.
Teori dasar metoda kromatografi lapis tipis ini adalah
pemisahan campuran komponen dalam sampel yang di
adsorbsi oleh fase diam dan dibawa oleh fase gerak
dalam waktu tertentu. Setiap komponen akan bergerak
sesuai dengan kesesuaian sifatnya dengan fase
geraknya. Penentuan komponen berdasarkan fakrot
penghambatan ( retardation factor ) yang disingkat
dengan Rf dan ditentukan berdasarkan :
Rf =
jarak gerakan pelarut
51
kalsium sulfat. Bahn penyerap ini akan digunakan
sesuai dengan sifat senyawa yang akan dipisahkan.
Fase diam ini dibuat seperti lempengan tipis dengan
teknik khusus.
Silika gel dianggap fase diam yang lebih umum
dipakai untuk banyak senyawa, mulai dari asam amino,
alkaloid, gula, asam lemak, lipid, mnyakatsiri, anion dan
kation organik serta senyawa golongan terpenoid.
Sedangkan alumina dipakai untuk jenis zat pewarna,
golongan senyawa fenol, steroid, vitamin, karatenoid,
serta alkaloid dan asam amino. Sephadex, dan
poliamida dan sellulosa lebih banyak digunakan untuk
pemisahan asam amino. Jenis Kiezelguhr merupakan
fase diam untuk pemisahan gula, oligosakarida, asam
lemak dan steroid.
Fase gerak yang digunakan dalam kromatografi lapis
tipis adalah cairan yang mempunyai viskositas rendah
pada suhu 20oC karena viskositas akan mempengaruhi
kecepatan alir fase geraknya. Selain itu perlu
diperhatikan juga sifat kepolarannya karena kepolaran
yang tinggi akan merusak ikatan pada fase diamnya.
Pelarut yang bisa digunakan antara lain n-heksana,
heptana, CCl4, benzena, kloroform, eter, etil asetat,
aseton, etanol, metanol, piridine dan siklo heksan. Bisa
juga digunakan campuran beberapa pelarut untuk
senyawa tertentu sehingga pemisahan akan lebih baik.
Namun untuk pemisahan analit yang sangat sedikit
maka akan lebih baik digunakan pelarut denga
kemurnian yang tinggi.
Cara kerja metoda kromatografi lapis tipis ini adalah
dengan meletakkan cairan sampel dengan
menggunakan pipa kapiler/jarum mikro pada jarak 1,5 –
2,0 cm dari tepi lapisan bagian bawah dan 0,5 cm dari
sisi bagian samping. Jarak antar noda tidak boleh terlalu
dekat, kira-kira 2 cm. Identifikasi harga Rf dilakukan
dengan penampakan bercak setelah disinari dengan
lapu UV sehingga akan terjadi fluoresensi senyawa
52
tersebut. Harga Rf yang diperoleh akan spesifik untuk
pelarut dan fase diam tertentu sehingga akan
diandingkan terhadap Rf senyawa murninya.
Rangkuman :
1. Metoda analisis dikelompokkan menurut prinsip
kerja dan reaksinya.
2. Setiap metoda analisis mempunyai kelebihan dan
kekurangan masing-masing, namun yang utama
harus diperhatikan saat memilih suatu metoda
analisis adalah kesahihan dan ketelitiannya.
3. Metoda analisis yang sudah mempunyai alat
instrumentasi khusus dianggap lebih sensitif dan
selektif sehingga akan menghasilkan data yang
lebih akurat.
4. Spektrofotometri merupakan metoda analisis
fisikokimia yang berprinsip pada adanya interaksi
senyawa dengan cahaya sehingga cahaya tersebut
bisa diserap ( absorbsi ), diemisikan ( dipancarkan
) atau dipendarkan ( light scaterring ).
5. Jenis spektrofotometri dibedakan dari prinsip
interaksi dan daerah oanjang gelombang cahaya
yang digunakan.
6. Kromatografi merupakan metoda analisis yang
memisahkan komponen senyawa dalam sampel
berdasarkan adanya daya sorbsi fase geraknya
terhadap analit. Setiap jenis kromatografi akan
mempunyai instrumentasi khusus yang akan
memberikan daya analisis lebih baik lagi.
Latihan Soal
1. Jelaskan, apa yang dimaksud dengan :
a. spektrofotometri
b. kromatografi
53
2. Apa yang membedakan jenis spektrometer ?
3. Apa kelebihan dan kekurangan jika kita melakukan
analisis bahan pangan dengan spektrofotometri ?
4. Mengapa, pengukuran serapan senyawa dengan
spektrofotometri harus dilakukan pada panjang
gelombang maksimumnya ?
5. Jelaskan, jenis kromatografi berdasarkan interaksi fase
gerak dengan fase diamnya !
6. Apa kelebihan dan kekurangan metoda kromatografi
kertas ?
7. Jelaskan contoh penggunaan kromatografi kertas untuk
analisis bahan pangan/makanan ?
54
BAB 6
ANALISIS MIKROBIOLOGI
6.1 Pengertian
Analisis mikrobiologi merupakan pemeriksaan
terhadap jenis dan jumlah mikroba yang ada dalam
suatu bahan pangan dan produk olahannya sehingga
dapat dikatakan aman untuk dikonsumsi oleh manusia.
Kehidupan mikroba juga dipengaruhi oleh beberapa
faktor antara lain :
a. Kelengkapan zat makanan yang terdapat di dalam
media pertumbuhannya
b. pH medium pertumbuhannya
c. Kadar air dalam medium
d. Temperatur / suhu lingkungannya
e. Cahaya
f. Sirkulasi oksigen terutama untuk mikroba yang
bersifat aerob
g. Kelembaban
Apabila faktor lingkungan abiotik tersebut ada dalam
suatu bahan pangan maka pertumbuhan mikroba akan
makin cepat. Untuk itulah, dilakukan pula beberapa
tindakan pencegahan terhadap kontaminasi mikroba
dalam bahan pangan dengan cara meminimumkan atau
mengatur kondisi lingkungan tersebut sehingga mikroba
tidak akan mencemari bahan pangan.
Keamanan bahan pangan yang sudah diolah
menjadi suatu produk makanan atau minuman biasanya
diawali dengan tindakan sterilisasi yang menjadi salah
satu tahap dalam proses pengolahan makanan. Namun,
ada beberapa mikroba yang cukup resisten terhadap
panas selama proses sterilisasi. Sehingga mikroba tetap
hidup meskipun sudah mengalami proses pemasakan.
55
6.2 Tujuan Analisis Mikrobiologi terhadap Bahan
Pangan
Cemaran mikroba dalam bahan pangan juga sangat
membahayakan karena banyak mikroba yang bersifat
menghasilkan toksin maupun adanya sifat parasit dari
mikroba tersebut. Sehingga keamanan bahan pangan
dari kontaminasi mikroba juga harus diperhatikan.
Adapun tujuan analisis mikrobiologi antara lain :
a. Mengetahui jenis mikroba yang ada dalam suatu
bahan makanan.
b. Mengetahui jumlah koloni mikroba yang bisa
tumbuh dalam suatu produk makanan.
c. Mengetahui ada atau tidaknya senyawa toksik
sebagai hasil metabolisme mikroba dalam bahan
makanan sehingga dapat membahayakan
kesehatan manusia yang mengkonsumsinya.
57
Berdasarkan adanya pengetahuan terhadap fase
pertumbuhan mikroba maka kita bisa melakukan suatu
perkiraan kondisi bahan pangan jika terjadi kontaminasi
mikroba selama waktu tertentu. Namun untuk
keamanan bahan pangan maka diharapkan adanya
mikroba harus minimum bahkan tidak ada terutama
mikroba yang patogen.
Jumlah sel = A x B x C x P
Keterangan :
A = jumlah sel yang terhitung dari pengamatan
dengan mikroskop
B = jumlah kotak pada hemositometer
59
C = konstanta sel alat dan merupakan volume tiap
kotak, nilainya 50
P = pengenceran sampel
Contoh soal :
Pada pengamatan jumlah sel Aspergillus niger
dengan hemositometer terhitung 12 sel, jumlah
kotak pada alat adalah 25, dan volume tiap kotak
adalah 50. Berapakah jumlah sel dalam inokulum
yang dianalisis jika sampel merupakan hasil
pengenceran 1000 kali ?
Jawab :
Jumlah sel = 12 x 25 x 50 x 1000
= 1,5 x 107 sel/ml
60
Gambar 6. 2 Perhitungan Dengan Cara Pengenceran
Sederhana
61
Rangkuman :
1. Keamanan bahan pangan terhadap cemaran mikroba
sangatlah diperlukan karena banyak mikroba yang
dapat membahayakan kesehatan manusia baik
terhadap aktivitasnya maupun toksin yang
dihasilkannya.
2. Analisis mikroba dalam bahan pangan perlu dilakukan
untuk melihat keamanan bahan pangan dan makanan
tersebut dari aktivitas mikroba yang membahayakan
kesehatan manusia.
3. Uji mikrobiologi perlu dilakukan secara khusus dengan
metoda dan alat tertentu karena setiap mikroba
mempunyai karakteristik dan kehidupan yang berbeda.
4. Pengamatan secara mikrobiologi dapat dilakukan
secara mikroskopis dan makroskopis.
5. Pertumbuhan mikroba terjadi secara fase logaritmik
yaitu pertumbuhan dan penambahan jumlah sel yang
terjadi dalam waktu singkat dengan jumlah yang sangat
banyak.
6. Cara perhitungan jumlah sel mikroba dapat dilakukan
dengan 3 ( tiga ) cara yaitu :
a. perhitungan dan cara pengamatan mikroskopis
dengan alat hemositometer.
b. perhitungan dan cara pengamatan makroskopis
dengan metoda pengenceran bertingkat.
c. Perhitungan dengan menggunakan alat
turbidimeter
Latihan Soal
1. Mengapa bahan pangan perlu dianalisis secara
mikrobiologi ?
2. Mengapa suatu bahan pangan bisa mengandung
mikroba ?
62
3. Jelaskan, cara yang dapat Anda lakukan untuk
melakukan analisis mikrobiologi terhadap suatu bahan
pangan ?
4. Jelaskan, apa pengaruh adanya aktivitas mikroba dalam
bahan pangan dan makanan kita ?
5. Jika dalam sampel yang diamati dengan hemositometer
terhitung jumlah sel/spora sebanyak 25 sel dari sampel
yang diencerkan 10-3. Maka tentukan jumlah mikroba
dalam sampel tersebut !
6. Apa kelebihan dan kekurangan alat hemositometer
dalam menentukan jumlah mikroba dalam bahan pangan
?
7. Mengapa, pengenceran perlu dilakukan untuk
pengamatan secara mikroskopis?
8. Jelaskan prinsip penentuan jumlah sel mikroba dengan
alat turbidimeter !
63
DAFTAR PUSTAKA
Fardias..D. dkk.1989. Penuntun Praktikum Analisa Pangan.
IPB. Bogor.
Sudarmadji. S. 1989. Analisa Makanan dan Bahan
Pertanian. Erlangga. Jakarta.
Sudarmadji. S.dkk. 1990. Prosedur Analisa Makanan dan
Pertanian. Erlangga. Jakarta.
Sumari. Keselamatan Kerja di Laboratorium Kimia. Jurnal
Ilmu Kimia dan Pembelajarannya. Media Komunikasi
Kimia. No.2. Tahun 5. Agustus 2001.
Day Underwood. AL. 1989. Kimia Analisis Kuantitatif. Edisi
ke-4. Erlangga. Jakarta.
Mustafa A. dkk. 1987. Volumetri dan Gravimetri. Seri
Pengantar Kimia Farmasi. UGM. Yogyakarta.
Vogel. 1989. Analisa Kuantitatif. Edisi ke-5. Erlangga.
Jakarta.
Vogel. 1989. Kimia Kualitatif Makro dan Semi Mikro. Edisi
ke-4. Erlangga. Jakarta.
Day Underwood. AL.1989. Kimia Analisis Kuantitatif. Edisi
ke-4. Erlangga. Jakarta.
Harjadi. W. 1986. Ilmu Kimia dan Analitik Dasar. PT.
Gramedia. Jakarta.
Mustafa A. dkk. 1987. Volumetri dan Gravimetri. Seri
Pengantar Kimia Farmasi. UGM. Yogyakarta.
Vogel. 1989. Analisa Kuantitatif. Edisi ke-5. Erlangga.
Jakarta
Roth. J. Hermann dan Gothfried. B. 1988. Analisis Farmasi.
Gajah Mada University Press. Yogyakarta.
Fardias D. dkk. 1989. Penuntun Praktikum Analisa Pangan.
IPB. Bogor.
Sudarmadji. S. 1996. Analisa Makanan dan Bahan
Pertanian. Erlangga. Jakarta.
64
Sudarmadji S. dkk. 1997. Prosedur Analisa Makanan dan
Pertanian. Erlangga. Jakarta.
Winarno. F. G. 1989. Kimia Pangan dan Gizi. Erlangga.
Jakarta.
Day Underwood, 1989, Kimia Analisis Kuantitatif, Edisi ke-4,
Erlangga, Jakarta.
Mulja. M, 1998, Instrumentasi Analisis, Airlangga University
Press, Surabaya.
Roth. J. Hermann, Gothfried. B, 1988, Analisis Farmasi,
Gajah Mada University Press, Yogyakarta.
Sudarmadji. S, 1989, Analisa Makanan dan Bahan
Pertanian, Erlangga, Jakarta.
Fardias Srikandi, 1987, Mikrobiologi Pangan, Penuntun
Praktikum, IPB, Bogor.
Suriawiria Unus, 1995, Pengantar Mikrobiologi Umum,
Penerbit Angkasa, Bandung.
65
TENTANG PENULIS
66
5. Induksi pembentukan senyawa akrilamida dengan
ekstrak kayu secang (Caesalpinia sappan.L)
6. Isolasi enzim glukoamilase dari Aspergillus niger untuk
memproduksi gula cair dari tepung singkong
7. Teknik kristalisasi pada pengolahan air nira aren untuk
memproduksi gula semut
8. Karakterisasi komponen senyawa volatil dalam cuka
bambu (vinegar bamboo)
Semoga buku ini bermanfaat bagi pembaca dan menjadi
motivasi bagi penulis untuk dapat berkarya lebih baik lagi.
Food is not everything but food is the most important things.
67
68
69