Anda di halaman 1dari 54

PROPOSAL PENELITIAN

IMPLEMENTASI SURAT KEPUTUSAN BERSAMA (SKB) EMPAT

MENTRI TAHUN 2021 TENTANG PANDUAN PENYELENGGARAAN

PEMBELAJARAN DI MASA PANDEMICOVID-19

(Studi Kasus Pada Dinas Pendidikan Kolaka Timur)

OLEH

MUHAMMAD PADLI

C1G118071

JURUSAN ILMU POLITIK DAN PEMERINTAHAN

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2022
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PERSETUJUAN.......................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................... iii
I. PENDAHULUAN..................................................................................... 1
1.1.Latar Belakang...................................................................................... 1
1.2.Rumusan Masalah................................................................................. 7
1.3.Tujuan Penelitian.................................................................................. 8
1.4.Manfaat Penelitian................................................................................ 8
1.5.Sistematika Penulisan........................................................................... 9
II. TINJAUAN PUSTAKA............................................................................10
2.1. Kajian Teori....................................................................................10
2.1.1. Konsep Implementasi..................................................................10
2.1.2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Implementasi....................15
2.1.3. Aktivitas Implementasi...............................................................18
2.1.4. Kebijakan Pemerintah.................................................................21
2.2. Penelitian Terdahulu.......................................................................35
2.3. Kerangka Pikir Penelitian...............................................................37
III. METODE PENELITIAN.........................................................................40
3.1. Jenis Peneltian.................................................................................40
3.2. Lokasi Penelitian.............................................................................40
3.3. Subjek dan Informan Penelitian......................................................41
3.3.1. Subjek Penelitian........................................................................41
3.3.2. Informan Penelitian.....................................................................41
3.4. Jenis dan Sumber Data....................................................................42
3.4.1. Jenis Data....................................................................................42
3.4.2. Sumber Data................................................................................42
3.5. Teknik Pengumpulan Data...................................................................43
3.6. Teknik Analisis Data............................................................................44
3.7.Definisi Operasional.............................................................................46
DAFTAR PUSTAKA

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar ` Halaman
Gambar 2.1. Kerangka Pikir Penelitian …............................................... 39

iii
DAFTAR TABEL

Tabel ` Halaman
Tabel 2.1. Ringkasan Penelitian Terdahulu .............................................. 35

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Wabah Coronavirus Disease 19 (Covid-19) sudah menyebar dan

menjangkiti lebih dari 200 negara di dunia. Penyebaran wabar Coronavirus

Disease 19 (Covid-19) ini sangat besar, cepat dan menyebabkan banyak korban

yang meninggal dunia, inilah yang menyebabkan Coronavirus Disease 19 (Covid-

19) ini ditetapkan sebagai pandemic dunia oleh pihak WHO (Shereen, M. A.,

Khan, S., Kazmi, A., Bashir, N., & Siddique, 2020). Konsekuensi atas terdapatnya

Covid-19 ini berakibatkan buruk untuk semua faktor kehidupan yang ada,

termasuk di dalamnya dalam bidang pendidikan (Wahyono, P., Husamah, H., dan

kawan-kawan, 2020). Guna mencegah penyebaran Covid-19 ini semakin luas,

dengan demikian aktivitas pembelajaran yang dilaksanakan ialah dengan aktivitas

jarak jauh, dengan mengoptimalkan penggunaan media daring yang sekarang ini

massif diterapkan secara menyeluruh.

Pandemi Covid-19 yang melanda Indonesia belakangan ini telah

membawa dampak besar terhadap praktik pembelajaran di berbagai level

pendidikan mulai tingkat dasar hingga pendidikan tinggi. Hal ini membuat seluruh

elemen pendidikan harus menyusun sebuah strategi di tengah keterbatasan yang

ada saat ini untuk memastikan keberlangsungan pembelajaran dapat berjalan

dengan baik. Pembelajaran daring (dalam jaringan) menjadi sebuah alternatif

solusi dalam upaya mencegah penyebaran virus Covid-19 di lingkungan sekolah

formal untuk meminimalkan interaksi sosial secara berlebihan. Pembelajaran di


sekolah yang semula dilaksanakan tatap muka secara langsung di ruang kelas

offline kini telah beralih menjadi pembelajaran yang dilaksanakan secara online

dan memungkinkan belajar tanpa batasan ruang dan waktu.

Sistem pembelajaran daring ini merupakan sistem yang memungkinkan

pembelajaran dapat dilaksanakan jarak jauh antara guru dan siswa melalui

jaringan internet. Meskipun siswa dan guru berada di tempat yang berbeda

pembelajaran tetap dapat dilaksanakan, sehingga interaksi pengajar dan siswa

dilakukan melalui jaringan komunikasi elektronik dengan desain pembelajaran

online (Moawad, 2020; Nicol, Minty, & Sinclair, 2003).Kemendikbud melalui

Surat Edaran Nomor 15 Tahun 2020 tentang pedoman penyelenggaraan belajar

dari rumah dalam masa darurat penyebaran Covid-19memberlakukan regulasi

untuk pemenuhan hak siswa untuk mendapatkan layanan pendidikan selama

pandemi Covid-19.

Hal ini bertujuan untuk melindungi warga satuan pendidikan dari dampak

buruk Covid-19, mencegah penyebaran dan penularan Covid-19 di satuan

pendidikan serta memastikan pemenuhan dukungan psikososial bagi guru, siswa,

dan orang tua. Pembelajaran daring ini pada dasarnya merupakan bentuk

pembelajaran yang dilakukan dengan bantuan jaringan internet yang secara teknis

dibantu dengan menggunakan beberapa alat perantara seperti laptop, komputer,

gadget(smartphone), dan media lainnya. Pembelajaran daring merupakan bagian

dari solusi mengatasi learning poverty di sekolah (Sadikin & Hamidah, 2020).

Lembaga pendidikan dapat menggunakan platform pendukung untuk

memudahkan pembelajaran yang dilaksanakan guru dan siswa, sehingga


walaupun pembelajaran dilaksanakan secara online diharapkan tidak mengurangi

penguasaan kompetensi yang harus dicapai oleh siswa (Kidd & Murray, 2020).

Pelaksanaan pembelajaran secara daring menjadi satu-satunya solusi

yang tepat di tengah Covid-19, hal ini sesuai dengan pendapat Nugroho dkk

(2020). Mengatakan bahwasanya pembelajaran daring merupakan salah satu

solusi adaptif di tengah masa pandemi dengan begbagai aspek penerapan

pelaksanaan kegiatan pembelajaran secara daring. Dalam prakteknya, pelaksanaan

pembelajaan secara daring dapat dikatakan belum siap. Karena didasari oleh

kulaitas elemen-elemen pendukung dalam pelaksanaan pembelajaran daring dapat

dikatakan cukup rendah.

Pembelajaran daring menuntut guru-guru mengajar dari rumah sehingga

tidak ada interaksi dengan baik yang akan berdampak pada mutu pendidikan.

Pemerintah melalui Kemdikbud (Kebudayaan, 2020) menerapkan kebijakan

belajar dari rumah (BDR) wilayah zona kuning, oranye, dan merah.

Sedangkan bagi satuan pendidikan yang berada di zona hijau, dapat

melaksanakan pembelajaran tatap muka terbatas dengan tetap memperhatikan

protokol kesehatan. Kebijakan Pemerintah tentang pembelajaran tatap muka

terbatas untuk seluruh satuan pendidikan atau sekolah yang akan mulai di

laksanakan kembali pada Juli 2021 mendatang. Hal ini berdasarkan surat

keputusan bersama empat mentri yaitu Mentri Pendidikan dan Kebudayaan,

Mentri Kesahatan, Mentri Agama dan Mentri Dalam Negeri tentang panduan

penyelenggraaan pembelajaran di masa pandemic coronavirus Disease 2019

(covid 19) (Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 05/KB/2021, Menteri


Agama Nomor 1347 Tahun 2021, Menteri Kesehatan Nomor

HK.01.08/Menkes/6678/2021, (2020), dan Mentri Dalam Negeri Nomor 443-

5847 Tahun 2021 (2020)).

Ada dua alasan mengapa kebijkan pembelajaran tatap muka di

berlakukan menurut Mentri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Anwar Makrim

yang pertama adalah para pendidik dan tenaga kependidikan telah di vaksinasi dan

yang kedua adalah mencegah lost of learning karena pendidikan di Indonesia

sudah tertinggal dari negara lain selama pandemi. Pembelajaran tatap muka

memang sangat mendukung bagi sebagian siswa karena kemampuan siswa

terbatas pada Online. Namun sebagian orang tua tidak setuju dengan adanya

pembelajaran tatap muka karena masih ada kluster Covid-19.

Orang tua siswa beralasan bahwa dikarenakan anak-anak tidak secara

utuh mematuhi dan bertindak berdasarkan pada protokol kesehatan yang ada.

Orang tua siswa khawatir pada saat di sekolah nanti, pebelajar tidak menjalankan

jaga jarak (social distancing) dengan semua temannya, tidak mengenakan masker,

tidak secara utuh mematuhi aturan kebersihan diri dengan lingkungan sekitarnya

(Sabiq, 2020).

Untuk dapat memanajemen pelaksanaan pembelajaran tatap muka yang

ideal selama masa pandemi, Pattanang dkk, (2021). Mengatakan bahwa sekolah

mulai harus mempersiapkan sarana dan prasarana yang jelas sesuai dengan

protokol kesehatan yang selama ini diberlakukan. Para guru dan tenaga pendidik

lainnya juga harus mau divaksinasi agar penyebaran virus dapat dihentikan. Selain

itu ijin dari orang tua peserta didik terhadap dilakukannya kembali pembelajaran
tatap muka harus ada (Pattanang, E., Limbong, M., & Tambunan, 2021). Maka

dari itu, perlu adanya persiapan matang dan manajemen yang solutif agar

pembelajaran tatap muka di sekolah berlangsung secara aman.

Penyelenggaraan pembelajaran di masa pandemi Corona Virus disase

2019 (COVID - 1 9) dilakukan dengan :

a. Pembelajaran tatap muka terbatas dengan tetap menerapkan protokol

kesehatan; dan/ atau

b. Pembelajaran jarak jauh.

Penyelenggaraan pembelajaran di masa pandemi COVID-l9 sebagaimana

dimaksud dalam Diktum Kesatu, dilakukan berdasarkan level Pemberlakuan

Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) yang ditetapkan pemerintah dan

capaiannva vaksinasi pendidik, tenaga kependidikan, dan warga masyarakat lanjut

usia. Satuan Pendidikan yang berada pada daerah khusus berdasarkan kondisi

geogralis sesuai dengan Keputusan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan

Teknologi Nomor l60/P202l tentang Daerah Khusus Berdasarkan Kondisi

Geografis dapat melaksanakan pembelajaran tatap mukasecara penuh dengan

kapasitas peserta didik 100% (seratus persen). Setiap satuan pendidikan pada

daerah khusus sebagaimana dimaksud dalam Diktum Ketiga paling sedikit 50%

(lima puluh persen) pendidik dan tenaga kependidikannya telah divaksin COVID-

19 pada akhir Januari 2022.

Dalam menyelenggarakan pembelajaran di masa pandemic COVID-19,

Pemerintah Daerah harus mengacu pada ketentuan dalam Keputusan Bersama ini

dan tidak diperkenankan menambahkan pengaturan atau persyaratan


penyelenggaraan pembelajaran. Pandemi COVID-19 telah memengaruhi

penutupan sekolah, dimana kegiatan pembelajaran menjadi pembelajaran jarak

jauh. Pandemi COVID-19 mengakibatkan hilangnya kesempatan belajar (learning

loss) yang berakibat pada penurunan penguasaan kompetensi peserta didik. Oleh

karena itu, dibutuhkan strategi pembelajaran yang berdasar pada kemampuan

dasar anak untuk dikembangkan sesuai kontinum perkembangan kompetensi.

Pemerintah mengkaji kebijakan pembelajaran yang mengacu pada prinsip

penyelenggaraan pendidikan selama pandemi COVID-19 yaitu kesehatan dan

keselamatan serta mempertimbangkan tumbuh kembang dan hak anak selama

pandemi COVID-19. Adanya penyesuaian Surat Keputusan Bersama (SKB) 4

Menteri yang mendorong dan mengatur pertemuan tatap muka terbatas.

Pembelajaran tatap muka merupakan pembelajaran klasikal dimana guru

dan siswa bertemu secara langsung face-to-face dalam suatu ruangan atau forum

ditempat yang sama, dan setiap sekolah di Kabupaten Kolaka Timur mulai

dibatasi melakukan kegiatan belajar mengajar secara tatap muka. Dalam

pelaksanaanya, dan para guru sekolah menghadapi beberapa masalah yang

dialamai diantaranya ; keterbatasan waktu pembelajaran, dan teknis pelaksanaan

pembelajaran yang masih rancu. kegiatan pembelajaran tatap muka dimusim

pandemi Covid-19 ini, memang berbeda dengan tatap muka seperti biasanya

sesuai dengan aturan dan arahan dari pemerintah. Salah satu solusi alternatif yang

dapat dilakukan yaitu dengan perumusan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

(RPP) yang dibuat sesuai dengan kondisi sekolah serta situasi pandemi Covid-19.
Dengan demikian, guru dapat mengatasi masalah keterbatasan waktu serta teknis

dalam pelaksanaan pembelajaran.

Berkenaan dengan hal tersebut, maka penulis ingin mengkaji lebih dalam

dengan mengambil judul ; “Implementasi Surat Keputusan Bersama (SKB)

Empat Menteri Tahun 2021 Tentang Panduan Penyelenggaraan

Pembelajaran Di Masa Pandemi Covid-19 (Studi Pada Dinas Pendidikan

Kolaka Timur)“

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, maka dalam penelitian ini dapat

dirumuskan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimanakah Implementasi Surat Keputusan Bersama (SKB) Empat

Menteri Tahun 2021 Tentang Panduan Penyelenggaraan Pembelajaran Di

Masa Pandemi Covid-19 Pada Dinas Pendidikan Kolaka Timur.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk :

1. Untuk mengetahui dan menganalisis pelaksanaan Implementasi Surat

Keputusan Bersama (SKB) Empat Menteri Tahun 2021 Tentang Panduan

Penyelenggaraan Pembelajaran Di Masa Pandemi Covid-19 Pada Dinas

Pendidikan Kolaka Timur.

D. Manfaat Teknis dan Praktis

Penelitian ini diharapkan mampu bermanfaat secara teknis dan praktis:

1. Manfaat teknis :
a. Bagi penulis, menambah pengetahuan dan wawasan penulis dalam

kejelasan pelaksanaan Implementasi Surat Keputusan Bersama (SKB)

Empat Menteri Tahun 2021 Tentang Panduan Penyelenggaraan

Pembelajaran Di Masa Pandemi Covid-19 Pada Dina Pendidikan

Kolaka Timur.

b. Bagi Dinas Pendidikan Kolaka Timur, diharapkan penelitian ini dapat

membantu dinas pendidikan dan lembaga pendidikan di Kolaka Timur

dalam pelaksanaan Pembelajaran Di Masa Pandemi Covid-19

1. Manfaat praktis

a. Bagi pemerintah Kolaka Timur dapat memeberikan arahan dalam

pelaksanaan Pembelajaran Di Masa Pandemi Covid-19

b. Bagi lembaga pendidikan di Kolaka Timur, dapat menerapkan arahan

pelaksanaan Implementasi Surat Keputusan Bersama (SKB) Empat

Menteri Tahun 2021 Tentang Panduan Penyelenggaraan Pembelajaran

Di Masa Pandemi Covid-19.

A. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan pada penelitian ini, adalah sebagai berikut :

1. BAB I

Dalam bab ini menguraikan mengenai latar belakang masalah pada

penelitian, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta

sistematika penulisan.

2. BAB II
Dalam bab ini akan mengemukakan tentang teori-teori yang

melandasi pada penelitian ini, yaitu beberapa konsep diantaranya

sebagai berikut: konsep implementasi: pengertian implementasi,

faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi, aktivitas

implementasi, kebijakan pemerintah, surat keputusan bersama

(SKB) empat Mentri tahun 2021.

3. BAB III

Dalam bab ini akan berisikan jenis penelitian, lokasi penelitian,

subjek dan informan penelitian, jenis dan sumber data, teknik

pengumpulan data, dan teknik analisis data, dan konseptualisasi.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori


2.1.1 Konsep Implementasi

Menurut Mulyasa (2010:173).Implementasi merupakan suatu proses

penerapan ide, konsep, kebijakan atau inovasi dalam suatu tindakan praktis

sehingga memberikan dampak baik berupa perubahan pengetahuan, keterampilan

maupun nilai dan sikap. Pengertian implementasi menurut Mclaughlin dan

Schubert yang dikutip oleh Nurdin & Basyiruddin (2003:70) secara sederhana

implementasi diartikan sebagai pelaksanaan atau penerapan. Implementasi

merupakan aktivitas yang saling menyesuaikan. Implementasi merupakan sistem

rekayasa. Pengertian-pengertian tersebut memperlihatkan bahwa kata

implementasi bermuara pada aktivitas, adanya aksi, tindakan atau mekanisme

suatu sistem. Ungkapan mekanisme mengandung arti bahwa implementasi bukan

sekedar aktivitas tetapi suatu kegiatan yang terencana dan dilakukan secara

sungguh-sungguh berdasarkan acuan norma tertentu untuk mencapai tujuan

kegiatan.

Implementasi adalah suatu tindakan atau pelaksanaan dari sebuah

rencana yang sudah disusun secara matang dan terperinci. Implementasi biasanya

dilakukan setelah perencanaan sudah dianggap sempurna. Menurut Nurdin

Usman, (2004) implementasi adalah bermuara pada aktivitas, aksi, tindakan atau

adanya mekanisme suatu sistem, implementasi bukan sekedar aktivitas, tapi suatu

kegiatan yang terencana dan untuk mencapai tujuan kegiatan.


Menurut pendapat Mulyadi (2015:12), proses implementasi mengacu

pada tindakan untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dalam suatu

keputusan. Tindakan ini berusaha untuk mengubah keputusan-keputusan tersebut

menjadi pola-pola operasional serta berusaha mencapai perubahan-perubahan

besar atau kecil sebagaimana yang telah diputuskan sebelumnya. Implementasi

pada hakikatnya juga merupakan upaya pemahaman apa yang seharusnya terjadi

setelah program dilaksanakan.

Menurut Purwanto dan Sulistyastuti (2012:05), Implementasi intinya

adalah kegiatan untuk mendistribusikan keluaran kebijakan (to deliver policy

output) yang dilakukan oleh para implementor kepada kelompok sasaran (target

group) sebagai upaya untuk mewujudkan kebijakan.

Implementasi biasanya dilakukan setelah perencanaan sudah dianggap

baik. Implementasi juga bisa berarti pelaksanaan yang berasal dari kata bahasa

Inggris Implement yang berarti melaksanakan. Guntur Setiawan berpendapat,

implementasi adalah perluasan aktivitas yang saling menyesuaikan proses

interaksi antara tujuan dan tindakan untuk mencapainya serta memerlukan

jaringan pelaksana birokrasi yang efektif. Bahwa dapat disimpulkan implementasi

ialah suatu kegiatan yang terencana, bukan hanya suatu aktifitas dan dilakukan

secara sungguh-sungguh berdasarkan acuan norma-norma tertentu untuk

mencapai tujuan kegiatan. Oleh karena itu, impelementasi tidak berdiri sendiri

tetapi dipengaruhi oleh objek berikutnya yaitu kurikulum. Implementasi

kurikulum merupakan proses pelaksanaan ide, program atau aktivitas baru dengan
harapan orang lain dapat menerima dan melakukan perubahan terhadap suatu

pembelajaran dan memperoleh hasil yang diharapkan.

Menurut Guntur Setiawan (2004) Implementasi adalah perluasan

aktivitas yang saling menyesuaikan proses interaksi antara tujuan dan tindakan

untuk mencapainya, serta memerlakukan jaringan pelaksana dan birokrasi yang

efektif.Menurut Oemar Hamalik (R. Sri Widianingsih, 2014) bahwa Implementasi

merupakan suatu penerapan ide, konsep, kebijakan, atau inovasi dalam bentuk

tindakan praktis sehingga memberikan dampak, baik perubahan pengetahuan,

keterampilan, maupun nilai dan sikap.

Implementasi menurut Jones (1991:290) adalah proses mewujudkan

program hingga memperlihatkan hasilnya. Aktifitas-aktifitas yang merupakan

pilar dari proses implementasi kebijakan menurut Jones (1991:293) adalah:

1. Pengorganisasian; yaitu pembentukan atau penataan kembali sumberdaya,

unit-unit yang terkait serta metode untuk menjalankan program,

2. Interpretasi; yaitu aktifitas menafsirkan suatu program agar menjadi

rencana dan arahan yang tepat dan dapat diterima serta dilaksanakan;

3. Aplikasi; yaitu penyediaan perangkat pelayanan, pembayaran atau rutinitas

lainnya sesuai dengan tujuan program.

Pendapat Jones menunjukkan bahwa aparat pelaksana, yang berada pada

wilayah birokratis atau administratif, terlebih dahulu mengorganisasikan

personalia dan sumber daya yang dibutuhkan, serta menafsirkan bahasa kebijakan

ke dalam bahasa program dan kegiatan serta pengarahan operasional yang tepat,
kemudian menerapkannya sesuai mekanisme dan prosedur yang ada agar supaya

dapat mencapai hasil yang diharapkan.

Putra (2003:81) menyatakan bahwa proses implementasi setidaknya

memiliki empat elemen, sebagai berikut: (1) Penjabaran kebijakan ke dalam

berbagai aktifitas pelaksanaan; (2) Pembentukan unit organisasi baru dan staf

pelaksana (pengorganisasian aparat pelaksana); (3) Pengalokasian sumber-sumber

untuk mencapai tujuan; (4) Koordinasi berbagai sumber dan pengeluaran kepada

kelompok sasaran, pembagian tugas di dalam dan diantara dinas-dinas/badan

pelaksana.

Kedua pendapat di atas memandang aktifitas implementasi semata-mata

sebagai proses internal organisasi pelaksana, yaitu birokrasi pemerintah. Lain

halnya dengan pendapat Edwards III (Namsa, 2011:31) yang menyatakan bahwa

wujud tindakan yang termasuk implementasi adalah: (1) Menerbitkan surat

perintah dan melaksanakannya; (2) Membelanjakan uang, melakukan pinjaman

dan menandatangani kontrak; (3) Mengumpulkan data, diseminasi informasi, dan

analisa masalah; (4) Menugaskan personil, dan membentuk organisasi; (5)

Melakukan negosiasi dengan warga masyarakat, kelompok pengusaha, kelompok

kepentingan, panitia/fraksi di legislatif, unit-unit birokrasi, dan bahkan dengan

negara lain.

Konsep Implementasi menurut Van Meter dan Van Horn (dalam Wahab,

2004:65) adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh individu/pejabat maupun

kelompok-kelompok pemerintah atau swasta yang diarahkan pada tercapainya

tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dalam keputusan kebijaksanaan. Implementasi


diartikan sebagai perbuatan untuk mempraktekkan teori, metode, dan hal lain

guna mencapai tujuan tertentu dan untuk suatu kepentingan yang diinginkan oleh

kelompok atau golongan yang telah terencana dan tersusun sebelumnya.

Implementasi merupakan tahapan dari proses kebijakan segera setelah penetapan

undang-undang. Hal ini didukung oleh Handoyo (2012:116) yang menyatakan

bahwa implementasi kebijakan merupakan tahapan dari proses kebijakan segera

setelah penetapan undang-undang atau apa yang terjadi setelah undang-undang

ditetapkan oleh pihak pemberi otoritas program, kebijakan, keuntungan (benefit),

atau jenis keluaran yang nyata (tangible output). Implementasikan kebijakan

publik dapat dilakukan dengan dua langkah yaitu (1) langsung

mengimplementasikan dalam bentuk program, (2) melalui formulasi kebijakan

derivat atau turunan dari kebijakan publik tersebut (Handoyo, 2012:101).

Brian W. Hogwood dan Lewis A. Gunn (dalam Wahab, 2015:167)

mengemukakan bahwa implementasi suatu kebijakan publik setidaknya meliputi

tiga tahapan utama yaitu sebagai berikut:

1. Tahap Persiapan Kebijakan

Tahap persiapan ini secara umum meliputi proses penggambaran rencana

program dan penetapan tujuan, proses penentuan standar pelaksanaan

kebijakan, dan proses menentukan anggaran yang akan digunakan serta

waktu pelaksanaan.

2. Tahap Pelaksanaan Kebijakan

Tahap ini berisi pelaksanaan suatu program dengan melibatkan dan

memanfaatkan struktur staf instansi pemerintah terkait, sumber daya,


prosedur pelaksanaan, anggaran yang telah ditetapkan dan metode yang

digunakan untuk menjalankan program.

3. Tahap Evaluasi Kebijakan

Tahap evaluasi meliputi tahapan ketiga dalam implementasi keijakan yang

meliputi kegiatan (a) menentukan jadwal; (b) melaksanakan pemantauan;

dan (c) melakukan pengawasan guna menjamin kelancaran program

sekaligus mengambil tindakan yang sesuai apabila terapat penyimpangan

atau pelanggaran dalam pelaksanaan program.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa implementasi

pada hakekatnya adalah rangkaian aktifitas yang dimaksudkan agar suatu

keputusan dapat sampai pada tujuan-tujuan yang dinyatakan di dalam keputusan

tersebut. Aktifitas yang tercakup di dalam proses implementasi meliputi

penyusunan organisasi, penafsiran dan penjabaran kebijakan menjadi program dan

kegiatan operasional, serta aplikasinya. Untuk meletakkan program/kebijakan ke

dalam efek atau dampak positif yang diharapkan, aparat pelaksana harus

melakukan tindakan-tindakan tertentu, atau tidak melakukan tindakan lainnya,

yang telah ditetapkan dalam keputusan kebijakan.Sebenarnya kata implementasi

bermuara pada aktivitas, adanya aksi,tindakan, atau mekanisme suatu sistem.

2.1.2Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Implementasi

Dalam sebuah implementasi program tentu ada faktor yang

mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan dalam sebuah

pelaksanaan.Keberhasilan suatu implementasi program tidak terlepas dari faktor-

faktor yang mempengaruhi baik dari tahap perencanaan, tahap pelaksanaan


maupun tahap evaluasi kebijakan. Edward III dalam Winarno (2012:177)

mengidentifikasikan faktor-faktor yang mempengaruhi suatu Implementasi

kebijakan yaitu sebagai berikut:

1. Komunikasi

Komunikasi yaitu alat atau sarana dalam suatu kebijakan yang digunakan

untuk menyampaikan perintah dan arahan dari sumber pembuat kebijakan

kepada pelaksana kebijakan. Komunikasi menurut Edward III (dalam

Handoyo 2012:113) berkaitan dengan bagaimana kebijakan tersebut

dikomunikasikan kepada publik, ketersediaan sumber daya, sikap dan

respon pihak yang terlibat dan struktur organisasi pelaksana kebijakan.

2. Sumber Daya

Sumber daya menjadi faktor penting dalam implementasi suatu kebijakan

atau program tertentu. Unsur penting sumber daya dalam hal ini yaitu

kecakapan pelaksana kebijakan untuk mengimplementasikan kebijakan

secara efektif dan efisien (Handoyo, 2012: 113). Sumber daya dalam

kebijakan meliputi pelaksana kebijakan dan fasilitas pendukung lainnya.

3. Disposisi

Disposisi diartikan sebagai sikap para pelaksana yang dilihat dari kemauan

dan niat untuk melaksanakan suatu kebijakan serta menjadi motivasi

psikologi bagi pelaksana dalam melaksanakan kebijakan. Disposisi

menurut Edward III (dalam Handoyo 2012:113) diartikan sebagai

kesediaan dan komitmen para implementator dalam mengimplementasikan

suatu kebijakan secara efektif.


4. Struktur Birokrasi

Struktur birokrasi dalam implementasi kebijakan berkenaan dengan

kesesuaian organisasi birokrasi sebagai pelaksana kebijakan publik. Hal

penting dalam struktur birokrasi yaitu bagaimana suatu kebijakan dalam

implementasinya tidak terjadi pecahnya birokrasi karena hal tersebut akan

menghambat pelaksanaan suatu kebijakan publik (Handoyo, 2013:113).

Berbeda dengan Edward III, Van Metter Van Horn (dalam Winarno

2012:158), mengemukakan enam faktor yang mempengaruhi implementasi suatu

kebijakan atau program yaitu (1) ukuran-ukuran dasar dan tujuan-tujuan

kebijakan, (2) sumber-sumber, (3) komunikasi antar organisasi dan kegiatan-

kegiatan pelaksanaa, (4) karakteristik-karakteristik badan-badan pelaksana, (5)

kondisi ekonomi, sosial, dan politik, dan (6) kecenderungan para pelaksana.

Selanjutnya Gogin Dalam Riyanto (2010:36) mengemukakan bahwa

untuk mengimplementasikan terdapat variabel-variabel yang mempengarui

implementasi, sebagai berikut : (a) bentuk dan isi kebiajakan, termasuk

didalamnya kemampuan kebijakan menstruktur proses implementasi, (b)

Kemampuan Organisasi, dengan segala sumberdaya berupa dana maupun insentif

lainnya yang akan mendukung implementasi secara efektif. (c) Pengaruh

Lingkungan, dari masyarakat dapat berupa karakteristik, motivasi, kecenderungan

hubungan antar warga masyarakat, termasuk pola komunikasinya.


2.1.3 Aktivitas Implementasi

Sebenarnya kata implementasi bermuara pada aktifitas, adanya

aksi,tindakan, atau mekanisme suatu sistem. Mekanisme mengandung arti

bahwaimplementasi bukan sekedar aktifitas, tetapi suatu kegiatan yang terencana

dandilakukan secara sungguh-sungguh berdasarkan acuan atau norma tertentu

untukmencapai tujuan kegiatan tertentu. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia

(KBBI)Implementasi diartikan sebagai pelaksanaan atau Implementasi. Itu artinya

bahwa setiap kegiatan yang akan dilaksanakan merupakan implementasi yang

sungguhsungguh untuk mencapai tujuan.

Implementasi menurut Jones (1991:290) adalah proses mewujudkan

program hingga memperlihatkan hasilnya. Aktifitas-aktifitas yang merupakan

pilar dari proses implementasi kebijakan menurut Jones (1991:293) adalah:

1) Pengorganisasian; yaitu pembentukan atau penataan kembali sumberdaya,

unit-unit yang terkait serta metode untuk menjalankan program,

2) Interpretasi; yaitu aktifitas menafsirkan suatu program agar menjadi

rencana dan arahan yang tepat dan dapat diterima serta dilaksanakan;

3) Aplikasi; yaitu penyediaan perangkat pelayanan, pembayaran atau rutinitas

lainnya sesuai dengan tujuan program.

Pendapat Jones menunjukkan bahwa aparat pelaksana, yang berada pada

wilayah birokratis atau administratif, terlebih dahulu mengorganisasikan

personalia dan sumber daya yang dibutuhkan, serta menafsirkan bahasa kebijakan

ke dalam bahasa program dan kegiatan serta pengarahan operasional yang tepat,
kemudian menerapkannya sesuai mekanisme dan prosedur yang ada agar supaya

dapat mencapai hasil yang diharapkan.

Putra (2003:81) menyatakan bahwa proses implementasi setidaknya

memiliki empat elemen, sebagai berikut: (1) Penjabaran kebijakan ke dalam

berbagai aktifitas pelaksanaan; (2) Pembentukan unit organisasi baru dan staf

pelaksana (pengorganisasian aparat pelaksana); (3) Pengalokasian sumber-sumber

untuk mencapai tujuan; (4) Koordinasi berbagai sumber dan pengeluaran kepada

kelompok sasaran, pembagian tugas di dalam dan diantara dinas-dinas/badan

pelaksana.

Kedua pendapat di atas memandang aktifitas implementasi semata-mata

sebagai proses internal organisasi pelaksana, yaitu birokrasi pemerintah. Lain

halnya dengan pendapat Edwards III (dikutip dalam Namsa, 2011:31) yang

menyatakan bahwa wujud tindakan yang termasuk implementasi adalah: (1)

Menerbitkan surat perintah dan melaksanakannya; (2) Membelanjakan uang,

melakukan pinjaman dan menandatangani kontrak; (3) Mengumpulkan data,

diseminasi informasi, dan analisa masalah; (4) Menugaskan personil, dan

membentuk organisasi; (5) Melakukan negosiasi dengan warga masyarakat,

kelompok pengusaha, kelompok kepentingan, panitia/fraksi di legislatif, unit-unit

birokrasi, dan bahkan dengan negara lain.

Konsep Implementasi menurut Van Meter dan Van Horn (dalam Wahab,

2004:65) adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh individu/pejabat maupun

kelompok-kelompok pemerintah atau swasta yang diarahkan pada tercapainya

tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dalam keputusan kebijaksanaan. Implementasi


diartikan sebagai perbuatan untuk mempraktekkan teori, metode, dan hal lain

guna mencapai tujuan tertentu dan untuk suatu kepentingan yang diinginkan oleh

kelompok atau golongan yang telah terencana dan tersusun sebelumnya.

Implementasi merupakan tahapan dari proses kebijakan segera setelah penetapan

undang-undang. Hal ini didukung oleh Handoyo (2012:116) yang menyatakan

bahwa implementasi kebijakan merupakan tahapan dari proses kebijakan segera

setelah penetapan undang-undang atau apa yang terjadi setelah undang-undang

ditetapkan oleh pihak pemberi otoritas program, kebijakan, keuntungan (benefit),

atau jenis keluaran yang nyata (tangible output). Implementasikan kebijakan

publik dapat dilakukan dengan dua langkah yaitu (1) langsung

mengimplementasikan dalam bentuk program, (2) melalui formulasi kebijakan

derivat atau turunan dari kebijakan publik tersebut (Handoyo, 2012:101).

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa implementasi

pada hakekatnya adalah rangkaian aktifitas yang dimaksudkan agar suatu

keputusan dapat sampai pada tujuan-tujuan yang dinyatakan di dalam keputusan

tersebut. Aktifitas yang tercakup di dalam proses implementasi meliputi

penyusunan organisasi, penafsiran dan penjabaran kebijakan menjadi program dan

kegiatan operasional, serta aplikasinya. Untuk meletakkan program/kebijakan ke

dalam efek atau dampak positif yang diharapkan, aparat pelaksana harus

melakukan tindakan-tindakan tertentu, atau tidak melakukan tindakan lainnya,

yang telah ditetapkan dalam keputusan kebijakan.Sebenarnya kata implementasi

bermuara pada aktivitas, adanya aksi,tindakan, atau mekanisme suatu sistem


2.1.4 Kebijakan Pemerintah

Kebijakan Pemerintah tentang, pengaturan pembelajaran tatap muka

berdasarkan Surat Keputusan Bersama Elmpat Menteri Tentang Pembelajar di

Masa Pandemi Covid-19. Mulai Januari 2022 semua satuan Pendidikan pada level

1, 2 dan 3 PPKM wajib melaksanakan PTM terbatas, pemda tidak boleh melarang

PTM terbatas bagi yang memenuhi kriteria dan tidak boleh menambahkan kriteria

yang lebih berat. Pengaturan kapasitas peserta didik, dan durasi pembelajaran

dalam penyelenggaraan PTM terbatas diatur berdasarkan cakupan vaksinasi dosis

2 pendidik dan tenaga kependidikan serta vaksinasi warga masyarakat lansia di

tingkat Kabupaten/Kota, dikecualikan bagi satuan Pendidikan pada daerah khusus

karena kondisi geografis sesuai kemendikbud 160/p/2021.

Pembelajaran tatap muka terbatas harus dilakukan dengan protokol

kesehatan yang ketat dengan menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat dan

terpantau oleh pemerintah daerah provinsi/kabupaten/kota sesuai kewenangannya,

kantor wilayah Kementerian Agama provinsi, dan/ atau kantor Kementerian

Agama kabupaten/kota sesuai kewenangannya.

1) Lama belajar paling banyak 6 (enam) Jampelajaran per hari.

a. satuan pendidikan dengan capaian vaksinasi dosis2 pada pendidik

dan tenaga kependidikansebanyak 50% (lima puluh persen)

sampai dengan80% (delapan puluh persen) dan capaian

vaksinasidosis 2 pada warga masyarakat lansia sebanyak40%

(empat puluh persen) sampai dengan 50%(lima puluh persen) dan


peserta didik sesuaiketentuan peraturan perundang-undangan

ditingkat kabupaten/kota, pembelajaran tatapmuka dilaksanakan:

1) Setiap hari secara bergantian;

2) Jumlah peserta didik 50% (lima puluhpersen) dari kapasitas

ruang kelas; dan

3) Lama belajar paling banyak 6 (enam) Jampelajaran per hari.

b. satuan pendidikan dengan capruan vaksinasidosis 2 pada pendidik

dan tenaga kependidikandi bawah 50% (lima puluh persen) dan

capaianvaksinasi dosis 2 pada warga masyarakat lansiadi bawah

40% (empat puluh persen) di tingkatkabupaten/kota, pembelajaran

tatap mukadilaksanakan:

1) setiap hari secara bergantian;

2) jumlah peserta didik 50% (lima puluh persen) dari kapasitas

ruang kelas; dan

3) lama belajar paling banyak 4 (empat) jampelajaran per hari.

2) satuan pendidikan yang berada pada PPKM level 3,dilaksanakan

pembelajaran tatap muka terbatas alat pembelajaran jarak jauh dengan

ketentuan sebagaiberikut:

a. satuan pendidikan dengan capaian vaksinasidosis 2 pada pendidik

dan tenaga kependidikanpaling sedikit 40% (empat puluh persen)

dancapaian vaksinasi dosis 2 pada wargamasyarakat lansia paling

sedikit 10% (sepuluhpersen) di tingkat kabupaten/kota,

pembelajarantatap muka terbatas dilaksanakan:


1) setiap hari secara bergantian;

2) jumlah peserta didik 50% (lima puluhpersen) dari kapasitas

ruang kelas; dan

3) lama belajar paling banyak 4 (empat) jampelajaran per hari.

b. bagi satuan pendidikan dengan capaianvaksinasi dosis 2 pada pendidik

dan tenagakependidikan di bawah 40% (empat puluhpersen) dan

capaian vaksinasi dosis 2 padawarga masyarakat lansia di bawah 10%

(sepuluhpersen) di tingkat kabupaten/kota, dilaksanakanpembelajaran

j arak jauh.

3) satuan pendidikan yang berada pada PPKM level 4,dilaksanakan

pembelajaran jarak jauh;

4) pendidik dan tenaga kependidikan yang melaksanakantugas

pembelajaran/bimbingan pada pembelajarantatap muka terbatas wajib

telah menerima vaksinCOVID-19;

5) pendidik yang tidak diperbolehkan atau ditundamenerima vaksin COVID-

19 karena memiliki komorbidtidak terkontrol atau kondisi medis

tertentuberdasarkan keterangan dokter, pelaksanaan

tugaspembelajaran/bimbingan pendidik dilakukan melaluipembelajaran

jarak jauh;

6) pembelajaran tatap muka terbatas di dalam kelasdilaksanakan dengan tetap

menerapkan protocol kesehatan, meliputi:

a) menggunakan masker sesuai ketentuan yaitumenutupi hidung, mulutdan

dagu;
b) menerapkan jaga jarak antar orang dan/atauantar kursi/meja paling

sedikit 1 (satu) meter;

c) menghindari kontak fisik;

d) tidak saling meminjam peralatan atauperlengkapan belajar;

e) tidak berbagi makanan dan minuman, serta tidakmakan dan minum

bersama secara berhadapandan berdekatan;

f) menerapkan etika batuk dan bersin; dan

g) rutin membersihkan tangan;

b. Kondisi Medis Warga Satuan Pendidikan

Kondisi medis warga satuan pendidikan yang mengikutipembelajaran tatap

muka terbatas:

1) tidak terkonfirmasi COVID-19 maupun tidak menjadikontak erat COVID-

19;

2) sehat dan jika mengidap penyakit penyerta(komorbid) harus dalam kondisi

terkontrol; dan

3) tidak merniliki gejala COVID-19, terrnasuk orangyang serumah dengan

warga satuan pendidikan.

c. Kantin dan Pedagang

Kantin dan pedagang ditentr-rkan sebagai berikut:

1) kantin di dalam lingkungan satuan Pendidikan belum diperbolehkan

dibuka selarna pelaksanaanpernbelajaran tatap mr.ka terbatas;

2) pedagang yang berada di luar gerbang di sekitarlingkungan satuan

pendidikan diatur oleh satuantugas penanganan COVID-19 wilayah


seternpatbekerja sarna dengan satuan tugas penangananCOVID-19 pada

satuan Pendidikan

d. Kegiatan Ekstrakurikuler dan Olahraga

Kegiatan ekstrakurikuler dan olahraga di dalam dan diluar ruangan

dilaksanakan sesuai dengan pengaturanpembelajaran di ruang kelas

sebagairnana dimaksud dalarn huruf a dengan rnenerapkan protokol

kesehatansecara ketat.

e. Kegiatan Pembelajaran di Luar Lingkungan SatuanPendidikan

Kegiatan Pembelajaran di luar lingkungan satuanpendidikan diperbolehkan

sesuai dengan ketentuanpengaturan PPKM.

f. Pengantaran dan Penjemputan

Pengantaran dan penjemputan dilakukan di tempat yangtelah ditentukan,

dengan ketentuan sebagai berikut:

1) tempat pengantaran dan penjemputan dilaksanakan ditempat terbuka dan

cukup luas sehinggamemungkinkan penerapan protokol kesehatan

secaraketat; dan

2) jadwal kedatangan dan kepulangan peserta didik padamasing-masing

kelompok belajar diatur untukmenghindari kerumunan pada saat

pengantaran danpenjemputan.

g. Tempat Parkir

Tempat parkir terutama untuk kendaraan roda 2 (dua)diatur agar

memungkinkan penerapan jaga jarak.


1. Tanggung Jawab

a. Pemerintah Daerah, Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi,

dan/atauKantor Kementerian Agama Kabupaten/KotaDalam

penyelenggaraan pembelajaran tatap mukaterbatas, pemerintah daerah,

kantor wilayah KementerianAgama provinsi, dan/atau kantor Kementerian

Agamakabupaten/kota sesuai kewenangannya bertanggungjawab untuk:

1) wajib membantu satuan pendidikan dalammemenuhi daftar periksa dan

menyiapkan protocol kesehatan;

2) wajib memastikan seluruh kepala satuan Pendidikan mengisi daftar

periksa pada laman Data PokokPendidikan (DAPODIK) atau EMIS

untukmenentukan kesiapan satuan pendidikan dalammelaksanakan

pembelajaran tatap muka terbatas;

3) tidak memperbolehkan pembelajaran tatap mukaterbatas di satlran

pendidikan bagi satuanpendidikan yang belum memenuhi semua

daftarperiksa;

4) melaksanakan vaksinasi COVID-19 bagi seluruhpendidik, tenaga

kependidikan, dan peserta didikyang memenuhi kriteria penerima

vaksin COVID-19;

5) wajib memantau dan memastikan penerapanprotokol kesehatan dalam

pembelajaran tatap mukaterbatas;

6) menugaskan satuan tugas penanganan COVID-l9mulai dari tingkat

kelurahan/ desa, kecamatan dankabupaten/kota dan/ atau tim pembina

usahakesehatan sekolah/ madrasah (UKS/M) tingkatkabupaten/ kota/


provinsi sesuai dengankewenangannya untuk membina dan

memantaupenerapan protokol kesehatan pada saatpenyelenggaraan

pembelajaran tatap muka terbatas;

7) mengatur pedagang kaki lima di sekitar satuanpendidikan agar

mematuhi protokol kesehatan dantidak menimbulkan kerumunan;

8) melakukan pengecekan terhadap semua satuanpendidikan dalam

pemanfaatan aplikasiPedulilindungi untuk pengunjung atau tamu,

danwarga satuan pendidikan yang belum terdaftar dalamDAPODIK

atau EMIS yang hadir maupun yang pulangdari satuan pendidikan;

9) dapat memfasilitasi tes usap (suabl untuk wargasatuan pendidikan

sebelum melakukanpembelajaran tatap muka terbatas;

10) menyelenggarakan surveilans epidemiologis padasatuan pendidikan

yang sudah melaksanakanpembelajaran tatap muka terbatas;

11) hasil surveilans epidemiologis sebagaimanadimaksud pada angka 10)

digunakan untuk:

a) asesmen ulang kesiapan pembelajaran tatapmuka terbatas;

b) perbaikan penerapan protokol kesehatan disatuan pendidikan;

c) menentukan terjadinya klaster penularanCOVID- 19 terkait

pembelajaran tatap mukaterbatas; dan/ atau

d) menentukan kelanjutan penyelenggaraanpembelajaran tatap muka

terbatas;
12) menghentikan sementara penyelenggaraanpembelajaran tatap muka

terbatas pada tingkatatuan pendidikan dan dialihkan

menjadipembelajaran jarak jauh selama 14 (empat belas)hari, apabila:

a) terjadi klaster penularan COVID- 19 di satuanpendidikan;

b) hasil surveilans epidemiologis menunjukkanangka positiuity rate

warga satuan Pendidikan terkonfirmasi COVID-19 sebanyak syo

(limapersen) atau lebih; dan/atau

c) warga satuan pendidikan yang masuk dalamnotifikasi hitam (kasus

konfirmasi dan kontakerat COVID-19) pada aplikasi

Pedulilindungisebanyak 5% (lima persen) atau lebih;

13) penghentian sementara penyelenggaraanpembelajaran tatap muka

terbatas pada tingkatsatuan pendidikan sebagaimana dimaksud

padaangka 12) berdasarkan informasi dari:

a) satuan tugas penanganan COVID-19 setempat;

b) dinas kesehatan; dan atau

c) dashboardhttps://sekolahaman.kemkes.go.id/danhttps://

madrasahaman.kemkes.go.id/ ;

14) menghentikan sementara penyelenggaraanpembelajaran tatap muka

terbatas pada rombonganbelajar yang terdapat kasus COVID-19 dan

dialihkanmenjadi pembelajaran jarak jauh seiama 5 (lima) hariapabila:

a) terbukti bukan merupakan klaster penularan

COVID-19 di satuan pendidikan; atau


b) hasil surveilans epidemiologis menunjukkanangka positiuity rate

warga satuan Pendidikan terkonfirmasi COVID- 19 di bawah sok

(limapersen);

15) membuka kembali pembelajaran tatap muka terbatasyang dihentikan

sementara sebagaimana dimaksudpada angka 12) dan angka 14) dengan

memastikanbahwa:

a) penerapan protokol kesehatan dan daftarperiksa siap untuk

dilaksanakan oleh satuanpendidikan bersangkutan; dan

b) warga satuan pendidikan yang terkonfirmasidan kontak erat

COVID- 19 sudah tertangani;

16) melakukan asesmen ulang kesiapan daftar periksadan penerapan

protokol kesehatan pada satuanpendidikan yang terbukti melakukan

pelanggaranprotokol kesehatan.

b. Kepala Dinas Pendidikan, Kepala Kantor WiiayahKementerian Agama

Provinsi, dan Kepala KantorKementerian Agama Kabupaten/ KotaDalam

penyelenggaraan pembelajaran tatap mukaterbatas, kepaia dinas

pendidikan provinsi ataukabupaten/kota, kepala kantor wilayah

KementerianAgama provinsi, dan kepala kantor Kementerian

Agamakabupaten/kota sesuai kewenangannya bertanggung jawab untuk:

1) memastikan kesiapan satuan pendidikan untukpembelajaran tatap

muka terbatas dengan aman;


2) berkoordinasi dengan satuan tugas penangananCOVID- 19 dan/atau

dinas kesehatan dan/ataudinas perhubungan setempat atau pihak lain

terkait,dalam hal:

a) kondisi warga satuan pendidikan yangterdampak COVID-19 (kasus

suspek, kasusprobable, kasus konfirmasi, atau kontak erat);

b) pembinaan dan pengawasan penerapan protocol kesehatan di

satuan pendidikan yangmelaksanakan pembelajaran tatap

mukaterbatas;

c) tindak lanjut temuan kasus konfirmasi dankontak erat COVID-19

di satuan pendidikan;

d) memastikan akses transportasi yang aman daridan ke satuan

pendidikan; dan

e) pengaturan kegiatan di sekitar satuanpendidikan yang berpotensi

menimbulkankemmunan, seperti pedagang kali lima;

3) memberikan peningkatan kapasitas kepadapengawas satuan

pendidikan, kepala satuanpendidikan, dan pendidik mengenai

penerapanprotokol kesehatan, dukungan psikososial,pemanfaatan

teknologi informasi dalampembelajaran, mekanisme pembelajaran

jarak jauh,dan mekanisme pelaporan, dengan tetap

menerapkanprotokol kesehatan;

4) melakukan simulasi pembelajaran tatap mukaterbatas di satuan

pendidikan sebelum memulaipembelqjaran tatap muka terbatas


secaramenyeluruh untuk melihat kesiapan satuanpendidikan dalam

melaksanakan pembelajaran tatapmuka terbatas;

5) melakukan pemantauan tingkat kepatuhan satuanpendidikan terhadap

prosedur pembelajaran tatapmuka terbatas dan protokol kesehatan

Bersama dengan satuan tugas penanganan COVID-19setempat

berdasarkan informasi dari:

a. dashboard bersatu lawan covid-19 pada lamanhttp://covid-

19.go.id; dan

b. hasil observasi pemantauan protokol kesehatansecara langsung di

satuan pendidikan;

6) melakukan asesmen ulang kesiapan dan pembinaanterhadap satuan

pendidikan yang terbuktimelakukan pelanggaran protokol kesehatan;

7) memantau dan menindaklanjuti notifikasi hitam(kasus konfirmasi dan

kontak erat COVID-19) wargasatuan pendidikan berdasarkan

informasi dariaplikasi PeduliLindungi baik melalui

notifikasiWhatsApp maupun informasi yang disajikan padalaman

https://sekolahaman.kemkes.go.id/danhttps:// madrasahaman.kemkes.

go.id/ ;

8) tindak lanjut notifikasi hitam sebagaimana dimaksudpada angka 7)

dilaksanakan dengan:

a) melakukan konfirmasi kepada kepala satuanpendidikan terkait

dengan kondisi warga satuanpendidikan yang masuk dalam

notifikasi hitam;
b) memastikan warga satuan pendidikan yangmasuk dalam notifikasi

hitam sudahmendapatkan penanganan dari satuan

tugaspenanganan COVID-19 setempat atau fasilitaspelayanan

kesehatan; dan

c) melakukan koordinasi dengan dinas kesehatanatau satuan tugas

penanganan COVID- 19setempat r..rntuk penanganan lebih lanjut

sesuaidengan ketentuan peraturan perundangundangan terkait

standar tatalaksana kontakerat dan kasus konfirmasi COVID-19;

9) dapat menugaskan sementara pendidik dari suatusatuan pendidikan ke

satuan pendidikan yang lainyang telah melalui proses skrining sesuai

denganketentuan penanganan COVID-19 apabila terdapatkekurangan

pendidik pada satuan Pendidikan sebagai akibat terdampak COVID-

19;

10) melaporkan pelaksanaan pembelajaran tatap mukaterbatas pada

lamanhttp://sekolah. data. kemdikbud.go.id / kesiapanbelajar/atau

https: / /siapbelajar.kemenag.go.id/ ;

11) pelaporan sebagaimana dimaksud pada angka 10)terkait dengan:

a) kebijakan pembelajaran yang berlaku didaerahnya sesuai dengan

kewenangan;

b) verifikasi kesiapan belajar sesuai dengan daftarperiksa;

c) evaluasi dan validasi pelaksanaan pembelajarantatap muka

terbatas sesuai dengan input datakesiapan belajar, informasi


status vaksinasi,kasus konfirmasi, kontak erat, dan

perilakukepatuhan terhadap protokol kesehatan;

d) satuan pendidikan yang pembelajaran tatapmuka terbatasnya

dihentikan sementara; dan

e) tata cara validasi pembelajaran tatap mukaterbatas sebagaimana

dimaksr-rd dalam huruf c)tercantum pada angka II Lampiran

KeputusanBersama ini;

12) menyiapkan mekanisme pelaporan dan pengaduanuntuk masyarakat

atas praktik pelanggaranpembelajaran tatap muka terbatas di tingkat

daerah;

13) menugaskan 1 (satu) orang yang bertanggungjawabterhadap proses

input dan pembaruan datapelaksanaan pembelajaran tatap muka

terbatas dimasing-masing daerah yang didaftarkan pada

lamanhttp://sdm.data.kemdikbud.go.id/

atauhttps:/siapbelajar.kemenag.go.id/.

c. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi atau Kabupaten/

KotaDalampenyelenggaraan pembelajaran tatap mukaterbatas, kepala

dinas kesehatan provinsi ataukabupaten/kota bertanggung jawab untuk:

1) berkoordinasi dengan dinas pendidikan provinsidinas pendidikan

kabupaten/kota, kantor wilayahKementerian Agama provinsi, atau

kantorKementerian Agama kabupaten/kota untuk:

a) mendapatkan data satuan pendidikan yangsudah melakukan

pembelajaran tatap mukaterbatas secara berkala;


b) melakukan surveilans epidemiologis pada satuanpendidikan yang

sudah melaksanakanpembelajaran tatap muka terbatas;

c) memberi rekomendasi terkait satuan Pendidikan yang harus

dilakukan penghentianpembelajaran tatap muka terbatas

berdasarkanhasil surveilans epidemiologis; dan

d) menindaklanjuti penanganan kontak erat dankasus konfirmasi

COVID-l9 sesuai ketentuanperaturan perundang-undangan terkait

standartatalaksana penanganan COVID- 19;

2) memastikan Pusat Kesehatan Masyarakat(Puskesmas) setempat

melakukan pengawasan danpembinaan mengenai pencegahan dan

pengendalianCOVID-19 kepada satuan pendidikan di wilayahkerj

anya;

3) memastikan Puskesmas menindaklanjuti laporanhasil pengamatan

kasus suspek, kontak erat,dan/atau kasus konfirmasi COVID-l9 di

satuanpendidikan sesuai dengan ketentuan peraturanpenrndang-

undangan terkait standar tatalaksanapenanganan COVID-19.


2.2. Penelitian Terdahulu

Adapun penelitian terdahulu untuk mendukung penelitian ini adalah

sebagai berikut:

Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu


Nama Peneliti & Judul Relevansi Penelitiam
No
Penelitian Persamaan Perbedaan
Perbedaan pada
penelitain ini
adalah pada SKB
Persamaan dengan
yang teruskan
penelitian ini
Nesi Anti Andini, et., al kepada Dinas
adalah pada
(2021).Judul; Implementasi Pendidikan Kolaka
Implementasi
1. Manajemen Pembelajaran Tatap Timur untuk
manajemen
Muka di Masa Pandemi Covid- disosialisasikan
Pembelajaran tatap
19. serta di terapkan di
muka pada masa
lingkungan
pandemic Covid-19
sekolah pada
Kabupaten Kolaka
Timur
2.
Bagus Cahyanto. et., al (2021), Persamaan dengan Perbedaan pada
Judul; Implementasi penelitian ini penelitain ini
pembelajaran online pada masa adalah pada adalah pada
pandemic Covid-19. Implementasi ,Pandemi Covid-
pmbelajaran online 19 membawa
pada pandemic dampak besar
Covid-19. terhadap praktik
pembelajaran yang
beralih
menggunakan
metode online.
Penelitian ini
bertujuan untuk
mendeskripsikan
pelaksanaan,
kendala, dan
strategi sekolah
dalam mengatasi
kendala
pembelajaran
Persamaan dengan Perbedaan pada
penelitian ini penelitain ini
adalah terletak pada
Poncojari Wahyono. et., al
Implementasi difokuskan pada
(2020),Judul; guru professional
pembelajaran aspek
3. di masa pandemic Covid-19:
daring pada masa pembelajaran
review implementasi tantangan
pandemic Covid-19 daring
dan solusi pembelajaran daring.
(pelaksanaan,
tantangan, dan
solusi)
Perbedaannya
terletak pada
pembelajaran tatap
muka dimusim
Covid-19 dapat
dilaksanakan
dengan:
perencanaan
pembelajaran RPP
Persamaan dalam
yang disesuaikan
penelitian ini
dengan kondisi
Siti Faizatun Nisa. et., al (2020). adalah pada
pandemi;
Judul;Implementasi Implementasi
4. pelaksanaan
pembelajaran tatap muka di pembelajaran tatap
pembelajaran
masa pandemic Covid-19. muka di masa
dengan
pandemic Covid-
menitikberatkan
19.
pada penyampaian
materi; penilian/
evaluasi yang
dilaksanakan
sesuai dengan
kondisi yang ada;
dan menataati
protokol
kesehatan.
5. Ending Kartini, et., al (2021), Persamaan pada Perbedaan pada
Judul; Tantangan dalam penelitian ini penelitian ini
pembelajaran perguruan tinggi adalah pada terletak pada
Pembelajaran
daring adalah
pembelajaran yang
menggunakan
model interaktif
berbasis internet
dan Learning
Manajemen
implementasi
dan implementasi merdeka System (LMS)
merdeka belajar di
belajar di masa pandemic covid- Kemampuan dosen
masa pandemic
19. dan mahasiswa
covid-19.
dalam
pembelajaran
daring beragam,
ada yang telah
terbiasa, tak lepas
masih ada juga
yang terpaksa dan
tidak siap

2.3. Kerangka Pikir Penelitian

Melalui, Surat Keputusan Bersama Elmpat Menteri Tentang Pembelajar

di Masa Pandemi Covid-19. Pengaturan kapasitas peserta didik, dan durasi

pembelajaran dalam penyelenggaraan PTM terbatas diatur berdasarkan cakupan

vaksinasi dosis 2 pendidik dan tenaga kependidikan serta vaksinasi warga

masyarakat lansia di tingkat Kabupaten/Kota, dikecualikan bagi satuan

Pendidikan pada daerah khusus karena kondisi geografis sesuai kemendikbud

160/p/2021.

Model penerpannya pada organisasi pemerintah daerah khusunya dinas

Pendidikan Kabupaten Kolaka Timur, yang dalam ini sebagai Lembaga

pemerintah yang mewadahai dan menginpretasikan Surat Keputusan Bersama


Empat Menteri Tentang Pembelajar di Masa Pandemi Covid-19. Serta

memberikan pemahaman dan penggunaan aplikasi belajar tatap muka yang lebih

efektif tanpa melanggar pembatsan sosial. Kondisi ini bisa terjadi jika terjalin

komunikasi pemerintah pusat dan daerah serta pemda dapat langsung

memeberikan disposisi serta sumberdaya di kalangan birokrasi sekolah untuk

menjalankan, , Surat Keputusan Bersama Elmpat Menteri Tentang Pembelajar di

Masa Pandemi Covid-19.

Mulai Januari 2022 semua satuan Pendidikan pada level 1, 2 dan 3

PPKM wajib melaksanakan PTM terbatas, pemda tidak boleh melarang PTM

terbatas bagi yang memenuhi kriteria dan tidak boleh menambahkan kriteria yang

lebih berat. Pengaturan kapasitas peserta didik, dan durasi pembelajaran dalam

penyelenggaraan PTM terbatas diatur berdasarkan cakupan vaksinasi dosis 2

pendidik dan tenaga kependidikan serta vaksinasi warga masyarakat lansia di

tingkat Kabupaten/Kota, dikecualikan bagi satuan Pendidikan pada daerah khusus

karena kondisi geografis sesuai kemendikbud 160/p/2021.

Pembelajaran tatap muka terbatas harus dilakukan dengan protokol

kesehatan yang ketat dengan menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat dan

terpantau oleh pemerintah daerah provinsi/kabupaten/kota sesuai kewenangannya,

kantor wilayah Kementerian Agama provinsi, dan/ atau kantor Kementerian

Agama kabupaten/kota sesuai kewenangannya. Dinas Pendidikan Kabupaten

Kolaka Timur, harus segera melaksanakan aturan dari surat keputusan Bersama

tersebut dalam rangka memberi pandauan penyelenggaraan Pendidikan pada


setiap sekolah di Kabupaten Kolaka Timur, dengan atura pembelajaran tatap muka

tanpa mengindahkan pembatasan sosial pada para siswa dan guru di sekolah.
Berdasarkan pada berbagai uraian diatas, maka kerangka konseptual

yangdibangun dalam peneitian ini adalah seperti pada Gambar 2.1.

IMPLEMENTASI SURAT KEPUTUSAN BERSAMA (SKB) EMPAT


MENTERI TAHUN 2021

1. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan


Nomor 05/KB/2021
2. Menteri Agama Nomor 1347 Tahun 2021
3. Menteri Kesehatan Nomor
HK.01.08/Menkes/6678/2021
4. Menteri Dalam Negeri Nomor 443-5847
Tahun 2021

IMPLEMENTASI
1. Pengorganisasian
2. Interpretasi
3. Aplikasi
(Jones, 1993)
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif karena data yang telah

terkumpul melalui wawancara, observasi dan dokumentasi akan digambarkan

dalam bentuk kata-kata dengan terlebih dahulu menganalisis secara tajam

terhadap data yang dikumpulkan. Penelitian kualitatif menurut pandangan Miles

dan Huberman, (2014). adalah data yang muncul berwujud kata-kata dan bukan

rangkaian angka.

Data yang telah dikumpulkan melalui berbagai macam cara (wawancara,

observasi, intisari dokumen, pita rekaman) dan biasanya diproses sebelum data

tersebut siap digunakan melalui pencatatan, pengetikan, penyuntingan dan alih

tulis. Analisis data kualitatif tetap menggunakan kata-kata yang biasanya disusun

kedalam teks yang diperluas.

3.1. Lokasi Penelitian


Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Kolaka Timur pada

Dinas Pendidikan pada Kolaka Timur. Lokasi tersebut dipilih karena, Dinas

Pendidikan Kabupaten Kolaka Timur adalah Insatansi Pemerintah yang secara

lansung meimplementasikan kebikana SKB empat mentri olehnya itu

Implementasi Surat Keputusan Bersama (SKB) Empat Menteri Tahun 2021

Tentang Panduan Penyelenggaraan Pembelajaran Di Masa Pandemi Covid-19 di

daerah ini perlu di teliti lebih jauh.


3.3. Subjek dan Informan Penelitian

3.3.1 Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah perangkat pelaksana padaDinas

Pendidikan Kabuapten Kolaka Timurserta para sekolah yang dihimbau untuk

menerapkan,Surat Keputusan Bersama (SKB) Empat Menteri Tahun 2021

Tentang Panduan Penyelenggaraan Pembelajaran Di Masa Pandemi Covid-19

3.3.2 Informan Penelitian

Penentuan informan pada penelitian ini dilakukan dengan teknik

purposive, yaitu memilih Informan yang memiliki pemahaman yang jelas

tentang,Implementasi Surat Keputusan Bersama (SKB) Empat Menteri Tahun

2021 Tentang Panduan Penyelenggaraan Pembelajaran Di Masa Pandemi Covid-

19 , yang dapat di percaya sebagai sumber data yang baik, serta mau dan mampu

menyampaikan pendapat secara benar tentang Implementasi Surat Keputusan

Bersama (SKB) Empat Menteri Tahun 2021 Tentang Panduan Penyelenggaraan

Pembelajaran Di Masa Pandemi Covid-19 .

Berdasarkan uraian diatas, maka yang menjadi informan dalam proses

wawancara adalah sebagai berikut:

1. Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Kolaka Timur.

2. Sekertaris Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Kolaka Timur.

3. Kabid SMP, SMA, Dan SMK Dinas Pendidikan Kabupaten Kolaka Timur.

4. SMAN 1 Ladongi Kabupaten Kolaka Timur.

5. SMAN 1 Dangia Kabupaten Kolaka Timur

6. SMAN 2 Lambandia Kolaka Timur


3.4 Jenis dan Sumber Data

3.4.1 Jenis Data

Adapun jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis data

kualitatif dan Kuantitatif.

3.4.2 Sumber Data

1. Data Primer

Sumber data primer menurut Sugiyono (2017:308) adalah sumber data

yang langsung memberikan data kepada pengumpul data. Sumber data

primer dalam penelitian ini adalah wawancara, observasi di lapangan

penelitian dan dokumen-dokumen terkait. Adapun sumber data primer

dalam penelitian ini diperoleh melalui cara wawancara langsung dengan

pihak-pihak terkait yaituKepala Dinas Pendidikan Kabupaten Kolaka

Timur.Para pegawai lingkup Dinas Pendidikan Kabupaten Kolaka

Timur.Para kepala sekolah lingkup sekolah pada Kabupaten Kolaka

Timur.

Data primer dalam penelitian ini juga diperoleh melalui pengamatan

peneliti dalam proses tentang Implementasi Surat Keputusan Bersama (SKB)

Empat Menteri Tahun 2021 Tentang Panduan Penyelenggaraan Pembelajaran Di

Masa Pandemi Covid-19 .


2. Data Sekunder

Sumber data sekunder dalam pernyataan Sugiyono (2017:309)

merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul

data. Sumber data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber

data tertulis. Peneliti mengambil data sekunder berupa dokumen Surat Keputusan

Bersama (SKB) Empat Menteri Tahun 2021 Tentang Panduan Penyelenggaraan

Pembelajaran Di Masa Pandemi Covid-19 .

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik penggumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut :

1. Wawancara

Wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara tidak

terstruktur, dimana pertanyaan yang diajukan tidak terstruktur namun tetap

mengarah pada fokus permasalahan dalam penelitian. Peneliti akan

menggunakan teknik wawancara face to face, sehingga dapat menangkap

keterangan dan informasi dari informan secara langsung. Wawancara tidak

terstruktur digunakan dengan harapan dapat memperoleh informasi yang

lebih mendalam terkait fokus penelitian.

2. Dokumentasi

Adapun dokumentasi dalam penelitian ini berupa, Jurnal, Dokumen dan

Pustaka.
3.6 Teknik Analisis Data

Penelitian kualitatif menurut pandangan Miles dan Huberman, (2014).

adalah data yang muncul berwujud kata-kata dan bukan rangkaian angka.Data

yang telah dikumpulkan melalui berbagai macam cara (wawancara, observasi,

intisari dokumen, pita rekaman) dan biasanya diproses sebelum data tersebut siap

digunakan melalui pencatatan, pengetikan, penyuntingan dan alih tulis. Analisis

data kualitatif tetap menggunakan kata-kata yang biasanya disusun kedalam teks

yang diperluas.

1. Reduksi data adalah proses penyempurnaan data, baik pengurangan data

yang dianggap kurang perlu maupun penambahan data yang dianggap

masih kurang. Reduksi data merupakan proses untuk menentukan data

yang relevan dan memfokuskan data untuk pemecahan masalah,

penemuan, pemaknaan atau untuk menjawab pertanyaan dalam penelitian.

Pada tahap ini, laporan lapangan direduksi, dirangkum, dipilih dan dipilah

hal-hal pokok, difokuskan pada hal-hal penting kemudian dicari tema atau

polanya. Langkah selanjutnya adalah penyederhanaan dan penyusunan

data secara sistematis serta penjabaran hal-hal penting dalam penelitian.

Proses reduksi data terus berjalan sesudah penelitian lapangan sampai

laporan akhir tersusun dengan lengkap. Adapun reduksi data dalam

penelitian ini dilakukan dengan memilah dan memusatkan data hasil

wawancara dari beberapa informan terkait, kemudian peneliti

membandingkan dan memeriksa kesesuaian data hasil wawancara dari

informan satu dan informan yang lain untuk memperoleh data yang valid.
2. Penyajian Data

Penyajian data dalam bentuk tulisan, gambar dan tabel yang bertujuan

untuk menggabungkan informasi sehingga dapat menggambarkan keadaan

yang terjadi. Penyajian data dilakukan agar peneliti mampu menguasai

data dan tidak hanya terpaku pada kesimpulan informasi yang ada.

Adapun penyajian data dalam penelitian ini disesuaikan dengan bentuk

informasi yang didapat peneliti di lapangan untuk mendukung kejelasan

informasi dalam menyajikan data seperti bentuk-bentuk Implementasi

Surat Keputusan Bersama (SKB) Empat Menteri Tahun 2021 Tentang

Panduan Penyelenggaraan Pembelajaran Di Masa Pandemi Covid-19 pada

dinas Pendidikan Kolaka Timur., tahapan-tahapan Surat Keputusan

Bersama (SKB) Empat Menteri Tahun 2021 Tentang Panduan

Penyelenggaraan Pembelajaran Di Masa Pandemi Covid-19, disajikan

dalam bentuk deskriptif dengan menyertakan kutipan langsung hasil

wawancara untuk memperoleh informasi yang valid, kemudian pembagian

dan penanganan daerah kumuh disajikan dalam bentuk tabel untuk

memudahkan peneliti dalam menyajikan data yang valid.

3. Verifikasasi/Kesimpulan Penarikan kesimpulan yaitu melakukan verifikasi

(pemeriksaan tentang kebenaran laporan) secara terus menerus, sejak awal

memasuki lokasi penelitian dan selama proses pengumpulan data.

Penarikan kesimpulan dilakukan selama proses penelitian berlangsung.

Ketika data yang terkumpul sudah memadai, maka diperoleh kesimpulan

sementara dan setelah data lengkap sudah terkumpul maka diperoleh


kesimpulan akhir untuk menjawab rumusan masalah mengenai

implementasi Surat Keputusan Bersama (SKB) Empat Menteri Tahun

2021 Tentang Panduan Penyelenggaraan Pembelajaran Di Masa Pandemi

Covid-19,Penarikan kesimpulan dalam penelitian ini dilakukan dengan

memverifikasi kebenaran data yang diperoleh dari hasil wawancara,

observasi dan dokumentasi dimulai dari awal penelitian hingga semua data

yang dibutuhkan sudah terkumpul. Kemudian dari seluruh data yang

diperoleh tersebut ditarik kesimpulan untuk menjawab rumusan masalah

dalam penelitian ini.

3.7 Definisi Konseptual

Implementasi adalah proses mewujudkan program hingga memperlihatkan

hasilnya. Aktifitas-aktifitas yang merupakan pilar dari proses implementasi

kebijakan menurut Jones (1991:293) adalah:

4. Pengorganisasian; yaitu pembentukan atau penataan kembali sumberdaya,

unit-unit yang terkait serta metode untuk menjalankan program,

5. Interpretasi; yaitu aktifitas menafsirkan suatu program agar menjadi

rencana dan arahan yang tepat dan dapat diterima serta dilaksanakan;

6. Aplikasi; yaitu penyediaan perangkat pelayanan, pembayaran atau rutinitas

lainnya sesuai dengan tujuan program.


DAFTAR PUSTAKA

Nurdin, Basyiruddin (2003)Implementasi KebijakanInovasi Ilmu Sosial dan


Politik70

Nurhasanah. 2019. Implementasi Kebijakan Program KOTAKU (Kota Tanpa


Kumuh) Dalam Upaya Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat. Jurnal
Inovasi Ilmu Sosial dan Politik . No.1. Hal: 58-70.
Pattanang, E., Limbong, M., & Tambunan, W. (2021). Perencanaan Pelaksanaan
Pembelajaran Tatap Muka Di Masa Pandemi Pada Smk Kristen Tagari.
Jurnal Manajemen Pendidikan, 10(2), 112–120.
Sugiyono. (2018). Sugiyono Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif. Metode
Penelitian Kuantitatif Kualitatif.
Taufik, Mhd. dan Isril. 2013. Implementasi Peraturan Daerah Badan
Permusyawaratan Desa. Jurnal Keb
A.Kurniawati, dkk. (2013). Implementasi Metode Penugasan Analisis Video pada
Materi Perkembangan Kognitif, Sosial dan Moral. Jurnal Pendidikan IPA
Indonesia, Volume 2, Nomor 2.
Abdul Majid. 2014. Implementasi Kurikulum (2013). Bandung: Interes Media.

Agus, Erwan Purwanto dan Dyah Ratih Sulistyastuti. (2012). Implementasi


Kebijakan Publik. Konsep dan Aplikasinya di Indonesia. Yogyakarta :
Gava Media

Daryanto dan Raharjo Muljo. (2012). Model Pembelajaran Inovatif. Yogyakarta:


Gava Media
Dasar. Kata Pengantar oleh Mappa Nasrun. Jakarta: Orbit Publishing.
Fathurrohman, Muhammad dan Sulistyorini. (2012). Implementasi Manajemen
Peningkatan Lembaga Pendidikan Islam Secara Holistik. Yogyakarta:
Teras.
Firman, F., & Rahayu, S. (2020). Pembelajaran Online di Tengah Pandemi
Covid19. Indonesian Journal of Educational Science (IJES), 2(2), 81-89.
Firman, F., & Rahayu, S. (2020). Pembelajaran Online di Tengah Pandemi
Covid19. Indonesian Journal of Educational Science (IJES), 2(2), 81-89.
Hamdani. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: CV Pustaka Setia.
Hasrianti, "Selama Pandemi Covid-19, Disiplin Tenaga Pengajar Menjadi Perhatian
Dinas Pendidikan Kolaka Timur'. Gatenews.co
Jamaluddin, D., Ratnasih, T., Gunawan, H., & Paujiah, E. (2020). Pembelajaran
daring masa pandemik Covid-19 pada calon guru: hambatan, solusi dan
proyeksi. LP2M
Jones, Proses Implementasi Kebijakan, Implementasi Kebijakan Organisasi
(1991) 290

Namsa, M. Yunus, 2011. Model Implementasi Kebijakan Pelayanan Pendidikan


Nissa, S. F., & Haryanto, A. (2020). Implementasi Pembelajaran Tatap Muka Di
Masa Pandemi Covid-19. Jurnal IKA PGSD (Ikatan Alumni PGSD)
UNARS, 8(2), 402–409.

Kidd, W., & Murray, J. (2020). The Covid-19 pandemic and its effects on teacher
education in England: how teacher educators moved practicum learning
online. European Journal of Teacher Education, 43(4), 542–558.
https://doi.org/10.1080/02619768.2020.1820480
Martono, Nanang. (2015). Metode Penelitian Sosial. Jakarta: Rajawali Pers.
Moawad, R. A. (2020). Online Learning during the COVID- 19 Pandemic and
Academic Stress in University Students.
Miles,M.B, Huberman,A.M, dan Saldana,J. 2014. Qualitative Data Analysis, A.
Methods Sourcebook, Edition 3. USA: Sage Publications.
Revista Romaneasca pentru Educatie Multidimensionala, 12 (1Sup2), 100–107.
https://doi.org/10.18662/rrem/12.1sup2/252
Nugroho, Muhammad Marshal, Syamsua, Amarrakhaisya, Syamsuar, A.,
Muhammad Hafizh, Yunaryo Anfasha, Pramesti Lintang Ambar, M. N.,
Muhammad Alif Darmamulia, Rachiny Anantridha Fasya, S. H. H., &
Sanjika Ilham Putra Lumban Gaol, E. (2020). ANALISIS KESIAPAN
PELAKSANAAN KEGIATAN PEMBELAJARAN TATAP MUKA DI
INDONESIA PADA TAHUN 2021. Journal Publicuho, 3(3), 523–542.
https://doi.org/10.35817/jpu.v3i4.15522
Keputusan Bersama Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Risbt, Dan
Teknologi,Menteri Agama, Menteri Kesehatan, Dan Menteri Dalam
Negeri Republik Indonesia Nomor 05/Kb/2021 Nomor 1347 tahun 2021
Nomor Hk.0 1.08/ Menkes 6678/2021 Nomor 443-5847 Tahun 2021
Tentang Panduan Penyelenggaraan Pembelajaran Di Masa Pandemi
Coronavirus Disease 2019 (Covid-19)

Anda mungkin juga menyukai