Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH BIOLOGI UMUM

“EVOLUSI”

Oleh :

KELOMPOK 3

1. ANGGIE MARCHELLA PRATIWI (A1K122002)


2. DESI (A1K122004)
3. INDAH FEBRYANTI (A1K122006)
4. APRIL RAY (A1K122038)
5. ATRI AULYAH NINGSIH (A1K122040)

JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT Tuhan semesta alam
karena atas izin dan kehendakNya sehingga makalah yang berjudul “Evolusi”
dapat kami rampungkan tepat pada waktunya guna memenuhi tugas kelompok
untuk mata kuliah Biologi Umum.
Tidak
lupa kami mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari seluruh pihak yang
telah berkontribusi dengan memberikan arahan, motivasi dan partisipasi dalam
penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca
demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata kami berharap semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi pembaca baik saat ini maupun di masa yang akan datang.

Kendari, November 2022

Penyusun,
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................
DAFTAR ISI...................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................
1.1 Latar Belakang..............................................................................
1.2 Rumusan Masalah........................................................................
1.3 Tujuan Penulisan..........................................................................
1.4 Manfaat Penulisan........................................................................
BAB II KERANGKA BERFIKIR DALAM PENULISAN........................
2.1 Metode Penulisan...............................................................................
2.2 Ruang Lingkup dan Kajian Pembahasan.......................................
2.3 Sumber Data dan Informasi.............................................................
2.4 Teknik Pengumpulan dan Penyajian Data dan Informasi............
BAB III KAJIAN DAN PEMBAHASAN.....................................................
3.1 Pengertian Evolusi.............................................................................
3.2 Teori Evolusi Menurut Para Tokoh.................................................
3.3 Bukti Adanya Evolusi........................................................................
3.4 Mekanisme Evolusi............................................................................
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN........................................................
4.1 Kesimpulan..............................................................................................
4.2 Saran........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Evolusi merupakan salah satu teori maupun cabang dalam
khasanah ilmu pengetahuan. Teori ini sampai sekarang merupakan teori
yang masih menjadi perdebatan diantara para ilmuan di seluruh dunia
Teori tersebut menyatakan terjadinya sebuah perubahan pada makhluk
hidup atau spesies secara gradual (perlahan-lahan). Perubahan yang
dihasilkan membutuhkan waktu yang cukup lama dalam menghasilkan
spesies atau makhluk hidup yang baru . teori ini menjadi terkenal ketika di
populerkan oleh seorang ilmuan asal inggris Charles Darwin (1809-1882).
Sejumlah orang beranggapan bahwa gagasan Darwin sebagai “hanya
teori” akan tetapi, seperti yang telah di lihat pola evolusi – pengamatan
bahwa makhluk hidup berevolusi seiring waktu telah di dokumentasikan
secara langsung dan didukung oleh banyak bukti.
Teori evolusi menjelaskan mengapa jutaan spesies dapat eksis.
Prinsip ini mempersatukan keseluruhan sejarah kehidupan. Secara ringkas
evolusi menyatakan bahwa keanekaragaman bentuk kehidupan muncul
sebagai hasil perubahan susunan genetikanya.beberapa petunjuk yang
dapat digunakan untuk mengetahui adanya proses evolusi antara lain :
adanya variasi, fosil, homologi, analogi, embriologi, anatomi pembanding,
sisa tubuh dan petunjuk Biokimia.
Mekanisme proses evolusi tidak terlepas dari adanya variasi
genetic dan seleksi alam yang terjadi . Variasi ini muncul karena adanya
mutasi dan rekombinasi gen dalam satu garis keturunan . Frekuensi gen
dalam populasi akan tetap jika tidak ada mutasi dan begitu pula
sebaliknya.
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan Latar belakang diatas maka diperoleh rumusan masalah


adalah sebagai berikut.
1. Apa pengertian dari evolusi ?
2. Bagaimana pendapat Para ahli tentang Evolusi ?
3. Apa saja bukti dari adanya Evolusi?
4. Bagimana mekanisme dari evolusi?

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan dari makalah ini dapat dipaparkan adalah sebagai
berikut.
1. Untuk memahami makna dari Evolusi
2. Untuk mangetahui bagaimana pendapat para ahli tentang Evolusi yang
terjadi
3. Untuk mengetahui apa saja bukti dari adanya evolusi di alam
4. Untuk megetahui mekanisme evolusi.

1.4 Manfaat Penulisan


Berdasarkan makalah ini dapat diperoleh beberapa manfaat
diantaranya adalah sebagai berikut.
1. Bagi Mahasiswa, meningkatkan kemampuan dan wawasan mahasiswa
dalam pembelajaran Evolusi guna meningkatkan keterampilan dalam
memahami materi yang dibawakan
2. Bagi Dosen, sebagai bahan pertimbangan untuk mengetahui tingkat
kemampuan mahasiswa dalam memahami materi dalam pembelajaran
Evolusi
3. Bagi peneliti lain, dapat dijadikan acuan dan informasi untuk
melakukan penelitian lebih lanjut mengenai pembelajaran Evolusi
BAB II
KERANGKA BERFIKIR DALAM PENULISAN

2.1 Metode Penulisan


Adapun metode penulisan yang digunakan dalam penyusunan
makalah ini yaitu metode literatur atau pustaka. Metode Pustaka atau
literatur adalah metode yang dilakukan dengan mempelajari dan
mengumpulkan data dari pustaka yang berhubungan dangan alat, baik
berupa buku, jurnal, skripsi maupun informasi dari internet.

2.2 Ruang Lingkup Kajian dan Pembahasan


Adapun ruang lingkup kajian pada makalah Evolusi Pada antara lain :
1. Mengetahui pengertian Evolusi
2. Mengetahui bagaimana pendapat para ahli tentang Evolusi yang terjadi
3. Mengetahui apa saja bukti dari adanya evolusi di alam
4. Megetehui mekaisme evolusi

2.3 Sumber Data dan Informasi


Dalam penyusunan makalah ini sumber data dan informasi
diperoleh melalui buku dan internet yang relefan dengan materi yang
menjadi permasalahan dalam makalah ini.

2.4 Teknik Pengumpulan dan Penyajian data dan Informasi


Teknik pengumpulan data pada makalah ini dengan studi
dokumenter yaitu teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan
menganalisis buku-buku, baik tertulis, jurnal-jurnal, dokumen atau buku yang
telah diperoleh kemudian diuraikan, dibandingkan dan dipadukan (sintesis)
guna membentuk satu hasil kajian yang sistematis.
BAB III
KAJIAN DAN PEMBAHASAN

3.1 Pengertian Evolusi


Para ahli bilogi berpendapat bahwa makhluk hidup selalu mengalami
perubahan secara perlahan-lahan dalam jangka waktu yang sangat lama.
Mungkin perubahan-perubahan itu berjalan jauh menyimpang dari struktur
aslinya, sehingga timbullah spesies baru. Hewan dan tumbuhan yang ada
sekarang ini bukanlah makhluk yang pertama kali menghuni bumi, tetapi
berasal dari makhluk hidup pada masa lampau yang beberapa diantaranya
mungkin sudah punah. Dari berbagai penelitian yang dilakukan akhirnya
muncullah teori Evolusi.
Evolusi biologi adalah perubahan dari waktu ke waktu pada satu atau
lebih sifat terwariskan yang dijumpai pada populasi organisme. Evolusi hanya
bisa terjadi bila ada variasi sifat yang diwariskan dalam populasi. Sumber
utama variasi adalah mutasi, rekomendasi genetic, dan aliran gen. evolusi telah
membentuk keanekaragaman makhluk hidup dari nenek moyang yang sama.
Evolusi dapat didefinisikan sebagai keturunan dengan modifikasi , istilah yang
digunakan Darwin dalam menjelaskan bahwa dari kejadian yang terjadi di
bumi ini, banyak spesies keturunan dari spesies leluhur yang dulu berbeda dari
spesies masa kini (Ferry, dkk. 2019 : 13).
Faktor faktor yang mempengaruhi evolusi adalah seleksi alam,mutasi
dan peran isolasi dalam pembentukan spesies baru .ada perjuangan untuk hidup
yaitu antara individu-individu dalam suatu spesies untuk mendapatkan
makanan, air, cahaya atau faktor-faktor lain yang penting dalam lingkungan
itu.meskipun mutase kecil peranannya dalam evolusi,pada dasarnya evolusi
bertumpu pada mutasi.dengan mutase dapat dihasilkan alat baru yang disusun
dalam berbagai kombinasi sebgsi bahan baku bagi seleksi alam.melalui
peristiwa isolasi dapat ditetapkan adanya perbedaan genetik.organisme yang
munculndisekitar kita telah mengalami tahap-tahap isolasi menuju
pembentukan spesies baru setiap hal yang merintangi arus gen beban dalam
suatu populasi,merupakan tahap dalam terbentuknya spesies baru.
Dikenal dua macam proses evolusi yaitu evolusi progresif dan evlusi
regresif. Evolusi progresif merupakan evolusi yang menuju pada kemungkinan
dapat bertahan hidup (survive), artinya suatu perubahan yang berlangsung
sedikit demi sedikit dan memakan waktu yang lama dan perubahannya menuju
kea rah semakin kompleksnya struktur dan fungsi makhluk dan semakin
banyak ragam jenis yang ada. Sedangkan evolusi regresif merupakan evolusi
yang menuju pada kemungkinan menjadi punah yang terjadi bukan hanya
karena semakin mundurnya struktur dan fungsi tetapi dapat juga karena
perkembangan struktur yang melebihi prosesnya. Alam mengadakan seleksi
terhadap individu-individu yang hidup di dalamnya. Hanya individu-individu
yang dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya yang akan terus hidup,
sedangkan individu yang tidak dapat menyesuaikan dengan lingkungannya
akan semakin berkurang, mati atau berpindah tempat (Purba. 2019 : 12).

3.2 Teori Evolusi Menurut Para Tokoh

Evolusi makhluk hidup merupakan teori yang dipelajari sejak zaman


Romawi dan Yunani kuno meskipun secara ilmiah teori ini dikemukakan oleh
Darwin pada tahun 1859. Secara garis besar teori evolusi meyatakan bahwa
makhluk hidup yang ada di dunia sampai dengan saat ini merupakan hasil
perkembangan dari makhluk hidup yang telah ada sebelumnya baik berkaitan
dengan struktur maupun fungsi. Secara turun temurun dari generasi ke generasi
atau dengan kata lain berlangsung dalam waktu yang amat Panjang seiring
evolusi alam semesta. Secara komprehensif, kajiann teori evolusi meliputi
evolusi alam semesta, evolusi geologi, evolusi fisik, kimiawi,dan evolusi
biologis.
Evolusi sampai saat ini masih menjadi perdebatan di berbagai
kalangan. Pangkal teori evolusi adalah pengamatan fakta dan bukti berupa fosil
yang umumnya tidak utuh dengan jumlah yang sangat sedikit yang kemudian
direkonstruksi. Proses rekonstruksi harus dibantu dengan penentuan umur
geologis, yang kemudian diikuti penentuan kedudukan taksonomi dari individu
hasil rekonstruksi itu. Berbagai kendala dan perbedaan kemampuan para pakar
evolusi dalam merekonstruksi fosil sebagai bukti evolusi mengakibatkan
interprestasi yang berbeda-beda di kalangan para ahli dalam memahami fosil.
Perbedaan ini yang mengakibatkan terjadinya konflik opini tentang teori
evolusi.
Pandangan-pandangan pro dan kontra terhadap teori evolusi sampai
saat ini masih terjadi dan menyebar di kalangan ilmuwan, akademisi, pemuka
agama hingga masyarakay awam. Interpretasi yang berbeda-beda terhadap
teori evolusi muncul akibat perbedaan sudut pandang dalam memahami teori
evolusi. Penjelasan evolusi makhluk hidup dari sudut pandang filsafat dan
agama saat ini dipandang sebagai sesuatu hal yang bertentangan dengan teori
evolusi biologi (Saputra. 2017 : 2)
Teori evolusi sebenarnya sudah ada jauh sebelum dipopulerkan oleh
Darwin. Biologi evolusioner diketahui berakar dari pemikiran evolusi dan
transmutasi spesies yang digagas oleh filsuf Yunani, Anaximander. Pemikiran
tersebut kemudian berkembang di zaman Aristoteles. Berikut ada empat teori
evolusi dari masa sebelum Darwin Hingga setelahnya :

1. Teori Evolusi Zaman Aristoteles

Teori evolusi zaman Aristoteles dan rekan-rekannya ini seringkali


dikenal dengan masa fiksisme. Pemikiran mereka lebih bercorak pada fiksi
ilmiah yang berdekatan dengan mitos. Salah satu konsep yang berkembang
sampai abad ke-18 adalah anggapan bahwa organisme merupakan ciptaan
Tuhan yang kemudian dikenal sebagai teori ciptaan khusus.
Selain itu, mereka juga berpendapat bahwa cacat pada anggota
tubuh merupakan kutukan, bukan perubahan makhluk hidup akibat seleksi
alam maupun mutasi genetik. Demikian menurut penjelasan Victoria
Henuhili dkk dalam bahan ajarnya.
2. Teori Evolusi Lamarck

Teori evolusi Lamarck Naturalis besar Prancis Jean-Baptiste de


Monet, chevalier de Lamarck, berpendapat bahwa organisme hidup
mewakili suatu kemajuan, dengan manusia sebagai bentuk tertinggi.
Pandangan ini kemudian diusulkan sebagai teori evolusi kehidupan pada
awal abad ke-19. Menurutnya, organisme berevolusi selama ribuan tahun
dari bentuk yang lebih rendah ke bentuk yang lebih tinggi, sebuah proses
yang masih berlangsung dan puncaknya adalah manusia. Perbedaan antar
individu terjadi karena kebiasaan yang dilakukan oleh individu
tersebut.Menurut teori ini, karakteristik organisme akan diwariskan.
Gagasan ini kemudian dikenal sebagai Lamarckisme. Meskipun teorinya
tidak sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan, Lamarck
memberikan kontribusi penting dalam tahapan evolusi biologis dan
mendorong penelitian selanjutnya yang tak terhitung jumlahnya. Lamarck
menjelaskan bahwa dalam kehidupan dunia ini makhluk hidup tidak ada
yang identic atau sama (Sholichah. 2019 : 123).

Selain itu ada adapula sebuah teori yang ditulis oleh Campbell (2003 :
8) yang sejalan dengan penelitian di atas, tentang pendapat atau pemikiran
Lamarck yang menempatkan fosil dalam suattu konteks Evolusi dengan
cara membandingkan spesies masa kini dengfan bentuk-bentuk fosil
sehingga dapat melihat beberapa garis keturunan, Masing-masing
memberikan urutan kronologis dari fosil yang lebih tua hingga fosil yang
lebih muda yang menuju ke spesies modern .

3. Teori Evolusi Darwin

Selama hampir 150 tahun, konsep evolusi di hubungankan dengan


satu tokoh yaitu Charles Darwin (1809-1882), Darwin atau dengan nama
asli Charles Robert Darwin, memperkenalkan teori evolusi melalui seleksi
alam. Teori ini pertama kali dirumuskan dalam buku Charles Darwin yang
berjudul "On the Origin of Species" pada tahun 1859, yang menjelaskan
bagaimana organisme berevolusi dari generasi ke generasi melalui
pewarisan sifat fisik atau perilaku. Dalam pandangan Darwin, individu
dengan sifat yang memungkinkan mereka untuk beradaptasi dengan
lingkungannya akan membantu mereka bertahan hidup dan memiliki lebih
banyak keturunan, yang akan mewarisi sifat-sifat tersebut dn pada abad
ke-20 seiring dengan di temukannya mekanisme hereditas , gagasan
Darwin barulah diakui kebenarannya (Burnie. 2005 ꞉ 6 -7).

Selain itu adapula penelitian yang menuliskan tentang pemikiran


Darwin penelitian itu dituliskan oleh Helmi (2017 ꞉ 83 – 93) yang
mengatakan bahwa Darwin memahami asal mula spesies dengan adaptasi
terhadap lingkungan ada keterikatan yang erat dan juga mengemukakan
bahwa manusia memiliki nenek moyang yang sama dengan binatang lain
karena memiliki ciri atau homolog yang sama sebeb berasal dari leluhur
yang sama dan evolusi menjadikan mereka berlainan pada saat ini.

Teori dan pemikiran Charles Darwin mengenai evolusi makhluk


hidup menggunakan kajian secara ontology dan epistemology, karena hasil
pemikiran Charles Darwin berdasarkan pengamatan-pengamatan yang ia
lakukan lalu dianalisa dan muncullah konsep adaptasi dan seleksi alam.
Darwin menggunakan paradigma positivistic karena teori evolsi makhluk
hidup berlandaskan data-data empiris, dapat diobservasi secara nyata, dan
dibuktikan secara ilmiah. Dimensi dinamis dalam sains digambarkan oleh
lahirnya teori evolusi makhluk hidup melalui teori ilmiah yang
menggambarkan sains sebagai sebuah proses. Hal ini memberikan produk
berupa teori evolusi Darwin sebagai produk dari pengkajian fenomena
alam secara ilmiah. Sesuai dengan pernyataan Firman (2019) bahwa sains
merupakan proses dan produk dimana produk sains adalah hasil dari
proses sains itu sendiri.
Biologi mengenal kata evolusi yang berarti bahwa makhluk hidup
mengalami perubahan atau modifikasi dari makhluk hidup sebelumnya.
Implikasi hadirnya teori evolusi tidak memperkenankan keanekaragaman
hayati terjadi melalui proses evolusi. Teori evolusi sejalan dengan asal
usul kehidupan yaitu teori biogenesis dimana makhluk hidup berasal dari
makhluk hidup sebelumnya. Walaupun demikian, teori evolusi memiliki
keterbatasan dalam menjelaskan asal usul kehidupan. Teori inipun sejalan
dengan hukum mendel yang dikemukakan pada tahun 1920an mengenai
sifat yang diturunkan kepada generasi berikutnya melalui substansi
tertentu yang akhirnya dikenal dengan sebutan gen. pengurutan gen pada
DNA pada akhir abad ke 20 melahirkan filogenetik molekuler dan
merombak pohon kehidupan menjadi tiga system domain. Seiring
perkembangan zaman, pandangan saintis mengenai evolusi terpusat pada
gen sebagai kode kehidupan.

Teori evolusi Darwin membantu dalam menerangkan pemikiran


mengenai evolusi yang terjadi di dunia saat ini dan merupakan tonggak
berkembangnya berbagai disiplin ilmu melalui inferensi berdasarkan bukti
empiris. Teori evolusi Darwin ditunjang dengan berbagai bukti empiris
dan diperkuat dengan teori lain sehingga mengukuhkan teori Darwin
sebagai teori evolusi yang diyakini hingga saat ini. Berdasarkan teori
Darwin, maka kata evolusi lebih tepat digunakan dalam menjelaskan
keberagaman makhluk hidup daripada kata revolusi karena menurut teori
Darwin, terdapat keterikatan antara generasi sebelumnya dan generasi
setelahnya melalui proses reproduksi. Proses evolusi makhluk hidup masih
terus berlanjut hingga saat ini dan sejalan dengan seleksi alam yang terjadi.
Pada dasarnya teori Darwin menitikberatkan pada proses seleksi alam dan
adaptasi makhluk hidup, bukan pada perubahan morfologis manusia
(Taufik. 2019. 101).

Meskipun posisi Darwin telah dianggap berjasa dalam


perkembangan ilmu mengenai asal usul kehidupan di bumi akan tetapi
penyangkalan dan pencarian bukti-bukti ilmiah akan kadang kala teori
yang dicetuskan Darwin bermunculan dari berbagai penjuru dunia.
Meskipun demikian, berdiri pada posisi sebaliknya, begitu banyak
ilmuwan yang mendukung dan mengajarkan kebenaran teori Darwin.
Namun seiring dengan perjalanan waktu teori evolusi mengalami
penyempurnaan atau modifikasi hingga saat ini. Seperti halnya teori
evolusi Darwin menjadi teori evolusi sintesis modern. Teori tersebut
hingga saat ini menjadi popular di kalangan masyarakat umum (Pariyanto,
dkk. 2020 : 51).

4. Teori Evolusi Weismann

August Friedrich Leopold Weismann mempelajari bagaimana ciri-


ciri organisme berkembang dan berevolusi dalam berbagai organisme,
kebanyakan serangga dan hewan air, di Jerman pada akhir abad ke-19 dan
awal abad ke-20. Weismann mengajukan teori kontinuitas plasma nutfah,
sebuah teori hereditas. Dia berpendapat bahwa hanya perubahan pada sel
germinal saja yang dapat diwariskan, bukan sel tubuh.Pada tahun 1896,
berdasarkan teori plasma nutfahnya, Weismann mengusulkan teori seleksi
germinal sebagai perluasan teori evolusi melalui seleksi alam.

3.3 Bukti Adanya Evolusi

Beberapa jenis evolusi, misalnya fosil dan kesamaan antara


organisme, telah digunakan oleh Darwin untuk membangun teorinya tentang
seleksi alam dan masih digunakan sampai sekarang. Bukti lainnya, misalnya
uji DNA belum tersedia pada zaman Darwin, tetapi di gunakan oleh ilmuan
sekarang untuk mempelajari lebih banyak tentang evolusi. Berikut beberapa
contoh dari adanya evolusi di alam.

1. Distribusi geografis spesies (Biografi)


Bukti yang digunakan untuk menunjukan garis keturunan
evolusioner adalah distribusi geografis dari spesies. Sebagai contoh,
hewan monotremata dan kebanyakan marsuapilla (binatang berkantung)
di temukan hanya dibenua Australia. Hal ini menunjukan bahwa nenek
moyang umum mereka, yaitu mamalia berplasenta hidup sebelum
tenggelamnya jembatan daratan masa lampau antara Australia dan Asia.

2. Anatomi perbandingan
Teori evolusi memprediksikan bahwa keterkaitan organisme yang
ditujukkan dengan adanya kesamaan organisme yang berasal dari nenek
moyang umum. Bagian tubuh dengan struktur homologi. Struktur
homologi ditentukan pada organisme-organisme yang berbeda namun
memili nenek moyang umum yang sama. Homologi dapat dijelaskan
dengan membandingkan anatomi dari makhluk hidup yang berbeda, yang
terlihat dari kesamaan dan perbedaan sel, mempelajari perbandingan
embrio, dan mempelajari struktur sisa pada individu organisme.

3. Embriologi perbandingan
Embriologi erbandingan merupakan salah satu bukti evolusi yang
dapat digunakan untuk mengetahui kekerabatan suatu organisme dengan
organisme lain dengan membandingkan proses perkembangan embrio dari
organisme tersebut. Perkembangan suatu organisme, atau ontogeni,
mungkin berisi petunjuk tentang sejarah yang dapat digunakan ahli biologi
untuk membangun pohon evolusioner.

4. Sisa Organisme Masa Lalu


Fosil, bersama-sama dengan anatomi perbandingan dari hewan dan
tumbuhan yang ada sekarang, merupakan catatan morfologi atau anatomi
dari suatu spesies. Darwin dan ilmuwam-ilmuwan lainnya sudah
menemukan bahwa sisa organisme-organisme masa lampau yang mereka
temukan kelihatan seperti organisme-organisme sekarang.
Tidak seperti zaman Darwin, sekarang para ilmuan dapat
mengetahui umur fosil dan sisa-sisa organisme masa lalu ini untuk
mendapatkan suatu gambaran yang lebih tepat ketika organisme-
organisme yang berbeda berkembang. Kita masih belajar beberapa hal dari
suatu sumber berharga yang secara harfiah berumur jutaan tahun.
Fosil-fosil yang ditemukan sering kali dimanfaatkan sebagai
material untuk memperkirakan bentuk fisik suatu organisme maupun
untuk memperkirakan kondisi alam pada saat organisme tersebut hidup.
Penemuan fosil juga menjadi material yang penting untuk mengetahui
hubungan kekerabatan antar makhluk hidup maupun untuk mempelajari
proses evolusi yang terjadi (Arbi. 2016. 42).

3.4 Mekanisme evolusi


Menurut pemikiran Darwin menyadari bahwa adaptasi berkembang
seiring berjalannya waktu sehingga Darwin perlu menjelaskan mekanisme
evolusi. Darwin mengajukan kata “seleksi alam” sebagai mekanisme
perubahan evolusioner. Beberapa langkah mekanisme seleksi alam sebagai
mekanisme perubahan evolusioner adalah sebagai berikut.
1. Anggota populasi memiliki variasi sifat yang akan melewati proses
seleksi alam (keadaan lingkungan yang tidak menunjang).
2. Anggota populasi yang mampu bertahan hidup (beradaptasi) akan
mampu melakukan reproduksi dengan membawa sifat unggul daripada
individu lain.
3. Seiring berjalan waktu, proporsi sifat yang menguntungkan (mampu
beradaptasi) akan meningkat dalam populasi dan yang tidak memiliki
sifat tersebut akan musnah. Seleksi alam merupakan proses yang terus
berlangsung karena lingkungan terus berubah. Kepunahan dapat terjadi
bila proses adaptasi tidak sejalan dengan perubahan lingkungan.

Salah satu hukum yang berperan penting dalam mekanisme evolusi


adalah Hukum Hardy-Weinberg yang sering disebut dengan hukum ketetapan
Hardy-Weinberg, menyatakan bahwa frekuensi alel dan frekuensi genotip
dalam suatu populasi akan tetap konstan, yaitu berada dalam kesetimbangan
dari satu generasi ke generasi berikutnya apabila terdapat pengaruh-pengaruh
tertentu yang mengganggu kesetimbangan tersebut. Pengaruh-pengaruh yang
dapat mengganggu kesetimbangan antara lain seleksi alam,
hanjutan/pergeseran genetic, aliran gen, mutase dan perkawinan tak acak.

Syarat berlakunya asas Hardy-Weinberg :


 Setiap gen mempunyai viabilitas dan fertilitas yang sama.
 Perkawinan terjadi secara acak.
 Tidak terjadi mutase gen atau frekuensi terjadinya mutasi, sama besar.
 Tidak terjadi migrasi.
 Jumlah individu dari suatu populasi selalu besar.

Hukum ini berfungsi sebagai parameter evolusi dalam suatu populasi.


Bila frekuensi gen dalam suatu populasi selalu konstan dari generasi ke
generasi, maka populasi tersebut tidak mengalami evolusi. Bila salah satu saja
syarat tidak dipenuhi maka frekuensi gen berubah, artinya populasi tersebut
telah dan sedang mengalami evolusi (Panggabean. 2016 : 14).

Berikut ini akan dikemukakan penjelasan mekanisme evolusi oleh


masing-masing agen penyebab evolusi :
a. Seleksi Alam
Jika kita lihat populasi-populasi makhluk hidup di alam, maka kita
akan menemukan bahwa setiap populasi terdiri atas individu-individu yang
bervariasi. Beberapa varian mungkin menghasilkan lebih banyak
keturunan dibanding yang lain. Keberhasilan yang berbeda dalam
reproduksi ini adalah seleksi alam. Tentunya hal ini dipengaruhi oleh
kemampuan individu yang tidak sama untuk bertahan hidup dan
berproduksi. Menurut The American Heritage Science Dictionary, seleksi
alam adalah suatu proses di mana organisme-organisme yang lebih baik
penyesuaiannya terhadap lingkungan akan menghasilkan keturunan yang
lebih banyak dibanding yang lain. Sebagai hasil dari seleksi alam, proporsi
organisme suatu spesies dengan karakteristik yang bersifat adaptif
terhadap lingkungan akan meningkat pada masing-masing generasi. Oleh
karena itu, seleksi alam secara acak memodifikasi variasi asal dari ciri-ciri
genetik suatu spesies sehingga alel-alel yang bersifat menguntungkan
karena survive akan mendominasi, sedangkan alel-alel yang tidak
menguntungkan akan berkurang. Menurut Merriam-Webster’s Medical
Dictionary, seleksi alam adalah suatu proses alami yang akan
menghasilkan individu yang survive atau kelompok terbaik yang sesuai
dengan kondisi di mana mereka hidup dan ini sama pentingnya untuk
mengabadikan kualitas genetik yang diinginkan dan untuk menghapus gen
yang tidak diinginkan sebagai hasil dari rekombinasi atau mutasi gen.
Seleksi alam mengakibatkan alel diturunkan ke generasi berikutnya dalam
jumlah yang tidak proporsional dengan frekuensi relatif generasi saat itu,
sehingga mengubah kumpulan gen. Seleksi alam mengakumulasi dan
mempertahankan genotip yang menguntungkan dalam suatu populasi.
Pengaruh seleksi alam dalam penurunan frekuensi suatu sifat dalam suatu
populasi berlangsung dengan tiga cara sebagai berikut: 1) Seleksi
penstabilan (stabilizing selection), bekerja terhadap fenotip ekstrim dan
menyukai varian antara yang lebih umum. Seleksi ini mengurangi variasi
dan mempertahankan keadaan yang tetap pada suatu waktu tertentu untuk
suatu fenotip khusus. Sebagai contoh bayangkan populasi kelinci yang
panjang kakinya bervariasi. Pada lingkungan yang di dalamnya terdapat
anjing hutan, kelinci yang kakinya panjang akan tereliminasi karena
mereka tidak dapat melintasi lubang-lubang kecil untuk melarikan diri dari
anjing hutan. Kelinci yang kakinya pendek juga akan tereliminasi, karena
mereka tidak dapat berlari cepat untuk menghindarkan diri dari anjing
hutan. Hasilnya adalah populasi kelinci yang panjang kakinya sedang
relatif lebih bertahan. Variasi kelinci akan berkurang dan populasi akan
stabil. 2) Seleksi langsung (directional selection), seleksi ini menggeser
keseluruhan susunan populasi dengan cara lebih menyukai salah satu
varian yang ekstrim. Sebagai contoh jika di sebuah hutan terdapat populasi
jerapah. Misalkan makanan jerapah adalah daun-daun sejenis pohon yang
ukurannya cukup tinggi. Proses seleksi tentu saja ke arah leher yang lebih
panjang. 3) Seleksi penganekaragaman (diversifying selection),
menyeleksi sifat rata-rata dan lebih menyukai sifat yang ekstrim.
Perhatikan ukuran biji populasi pohon oak, yang berkisar dari yang kecil
hingga yang besar. Umpamakan suatu spesies tupai pemakan biji oak
menyerbu hutan. Tupai-tupai itu tidak akan memakan biji yang kecil,
sebab terlalu sulit untuk di tempatkan. Mereka juga tidak akan memakan
biji yang besar sebab terlalu besar untuk dibawa. Setelah beberapa tahun,
biji oak yang ukurannya sedang akan menghilang, tetapi biji yang
ukurannya kecil dan besar akan survive dan berkecambah. Selanjutnya
hutan oak tersebut akan memiliki pohon dengan dua ukuran biji yang
berbeda.

b. Hanjutan/pergeseran genetik (genetic drift)


Hanjutan/pergeseran genetik adalah perubahan dalam frekuensi
gen pada suatu populasi berukuran kecil akibat kejadian acak. Secara ideal
suatu populasi harus berukuran besar agar hanjutan/pergeseran genetik
tidak mempengaruhi kumpulan gennya. Pada umumnya
hanjutan/pergeseran genetik disebabkan oleh bencana besar dan
pembentukan koloni baru oleh sejumlah kecil individu. Bencana besar
misalnya letusan gunung berapi dan tsunami dapat mengurangi ukuran
populasi secara drastis. Akibatnya, struktur genetik populasi kecil yang
selamat mungkin tidak mewakili struktur populasi semula, situasi ini
biasanya disebut sebagai efek leher botol (bottleneck effect). Dengan
hilangnya sebagian besar alel dari kumpulan gen, maka efek leher botol
dan hanjutan/pergeseran genetik yang diakibatkannya, akan mengurangi
keanekaragaman genetik dalam suatu populasi. Efek leher botol dapat
menjelaskan mengapa populasi cheetah memperlihatkan variasi genetik
yang sangat sedikit. Hanjutan/pergeseran genetik juga dapat terjadi ketika
pembentukan koloni baru oleh beberapa individu yang menempati suatu
habitat yang terisolasi. Semakin kecil ukuran populasi koloni baru, maka
semakin kecil kemungkinan susunan genetiknya akan mewakili kumpulan
gen populasi asalnya. Hanjutan/pergeseran genetik dalam suatu koloni
baru dikenal sebagai efek pendiri (founder effect).

c. Aliran gen (gene flow)


Aliran gen (juga disebut campuran gen atau migrasi gen) adalah
pertukaran dari variasi genetik antar populasi, ketika faktor geografi dan
habitat bukan rintangan. Ernst Mayr berpendapat bahwa aliran gen seperti
homogenizing (penyamaan gen), dapat menetralkan adaptasi selektip.
Pendapat ini didukung oleh Campbell (2003) yang menyatakan bahwa
aliran gen cenderung mengurangi perbedaan antara populasi yang telah
terakumulasi akibat seleksi alam atau hanjutan/pergeseran genetik. Jika hal
ini terjadi cukup luas, aliran gen akhirnya dapat menyatukan populasi yang
berdekatan menjadi sebuah populasi tunggal dengan struktur genetik yang
sama. Dengan demikian, aliran gen dapat menyebabkan perubahan pada
frekuensi alel suatu populasi, kita tahu jika frekuensi alel suatu populasi
berubah maka disana telah terjadi proses mikroevolusi. Ketika ada
rintangan ke aliran gen, situasi ini dimasukkan ke dalam istilah isolasi
reproduksi dan merupakan hal yang penting untuk terjadinya spesiasi.
Gerak bebas alel melalui suatu populasi mungkin juga dirintangi oleh
struktur populasi. Sebagai contoh, kebanyakan populasi di dunia nyata
tidaklah benar-benar secara penuh dapat saling berbiak silang. Jarak
geografi mempunyai pengaruh yang kuat terhadap pergerakan alel di
dalam populasi.

d. Mutasi
Mutasi adalah perubahan dalam DNA suatu organisme. Suatu
mutasi baru yang diturunkan melalui gamet dapat dengan segera
mengubah kumpulan gen suatu populasi. Mutasi selalu terjadi. Hampir
semua gen mungkin mengalami mutasi sekali pada saat pembelahan yang
ke 50.000 hingga 100.000 (Sastrodihardjo, 1980). Kecepatan mutasi dari
berbagai gen bervariasi. Alel yang lebih stabil, frekuensinya akan
cenderung bertambah banyak, sedangkan alel yang mudah bermutasi akan
cenderung untuk berkurang frekuensinya. Meskipun mutasi pada suatu
lokus gen tertentu jarang terjadi, dampak kumulatif mutasi tersebut pada
semua lokus bisa signifikan. Hal ini disebabkan oleh setiap individu
memiliki ribuan gen, dan banyak populasi memiliki ribuan atau jutaan
individu. Dengan begitu, dalam jangka panjang mutasi sangat penting bagi
evolusi karena mutasi mempertinggi variabilitas yang berfungsi sebagai
bahan mentah untuk seleksi alam.

e. Perkawinan Tidak Acak


Perkawinan tak acak dapat merubah frekuensi alel dari suatu
populasi karena salah satu alel akan menjadi lebih besar. Hukum Hardy-
Weinberg menyatakan bahwa frekuensi alel dari satu populasi selalu tetap
dari generasi ke generasi. Tetapi pada kenyataannya, individu lebih sering
kawin dengan anggota populasi yang lebih dekat dibandingkan dengan
yang lebih jauh jaraknya, terutama pada spesies yang penyebarannya
dekat. Hal ini akan mendorong perkawinan antarkerabat (inbreeding).
Perkawinan tidak acak lainnya adalah perkawinan asortatif atau
perkawinan berdasarkan pilihan, di mana individu memilih pasangan yang
sama dengan dirinya dalam fenotip tertentu. Sebagai contoh, beberapa
kodok (Bufo sp.) paling sering mengawini kodok yang ukurannya sama.
Perkawinan yang tidak acak akan meningkatkan jumlah genotif
homozygot dari lokus gen pada individu. Setiap perubahan dalam perilaku
kawin asortatif atau 248 kawin antar kerabat populasi akan menggeser
frekuensi genotif yang berlainan.
BAB III

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

1. Evolusi biologi adalah perubahan dari waktu ke waktu pada satu atau lebih
sifat terwariskan yang dijumpai pada populasi organisme. Evolusi hanya
bisa terjadi bila ada variasi sifat yang diwariskan dalam populasi. Sumber
utama variasi adalah mutasi, rekomendasi genetic, dan aliran gen.
2. Teori evolusi sebagai penjelasan tentang bagaimana evolusi itu terjadi
(mekanisme evolusi). Selain sebagai penjelasan tentang evolusi, teori
evolusi bisa juga dimaksudkan sebagai teori yang menyatakanperubahan
dan diversifikasi makhluk hidup. Tokoh yang mengemukakan gagasan
mengenai teori evolusi sendiri ada beberapa diantaranya, menurut
Aristoteles, menurut Lamarck, menurut Darwin, dan menurut Weismann.
3. Beberapa bukti adanya evolusi antara lain distribusi geografis spesies
(biografi), anatomi perbandingan, embriologi perbandingan, dan sisa
organisme masa lalu.
4. Salah satu hukum yang berperan penting dalam mekanisme evolusi adalah
Hukum Hardy-Weinberg yang menyatakan bahwa frekuensi alel dan
frekuensi genotip dalam suatu populasi akan tetap konstan, yaitu berada
dalam kesetimbangan dari satu generasi ke generasi berikutnya apabila
terdapat pengaruh-pengaruh tertentu yang mengganggu kesetimbangan
tersebut, antara lain seleksi alam, hanjutan/pergeseran genetic, aliran gen,
mutase dan perkawinan tak acak.
4.2 Saran

Malalui makalah ini penulis berharap agar pembaca dapat


mengembangkan maksud dari evolusi dan ikut berperan dalam menggali
evolusi dimuka bumi karena seperti yang kita tahu bahwa evolusi adalah suatu
hal yang belum jelas dan dapat dibuktikan secara langsung, namun janganlah
dijadikan sebuah momen untuk berperang dalam memikirkan karena akan
menimbulkan perpecahan.

Yang tidak mengerjakan : Mirna Ahmad (A1K122056)


DAFTAR PUSTAKA

Arbi, Ucu Yanu. 2016. Sejarah dan Bukti Evolusi pada Gastropoda. Oseana
Journal. 37(2). 42-51.

Burnie, David. 2005. Evolusi. Semarang : Penerbit Erlangga.

Campbell,N.A . 2003. Biologi edisi ke lima jilid II. Jakarta : Erlangga.

Ferry, Dharma., Tomi Apra Santosa, dan Dairabi Kamil. 2019. Pengetahuan
Mahasiswa Institut Agama Islam Negeri Kerinci tentang Teori Asal
Usul Manusia. Journal of Biology Education. 1(1). 12-17.

Helmi. 2017. Evolusi Antar Species (Leluhur Sama dalam Perspektif Para
Penentang). Jurnal Ilmiah Multi Sciences. 9(2). 83-93.

Panggabean, Terry Noviar. 2016. Analisis Tingkat Optimasi


Algoritma Genetika dalam Hukum Ketetapan
Hardy-Weinberg pada Bin Packing Problem.
Journal of Computer Engineering, System and
Science. 1(2). 12-18.

Pariyanto, dan Tomi Hidayat. 2020. Konsep Missing Link Menstimulasi


Pandangan Generasi Alpha (Asal Usul Manusia). Jurnal Pendidikan
Biologi dan Sains. 3(1). 50-58.

Purba. Ika Rosenta. 2019. Mekanisme Isolasi dan Peranannya terhadap


Mekanisme Evolusi. Jurnal Biologi. 1(2). 10-17.

Saputra, Alanindra. 2017. Persepsi Mahasiswa Calon Guru Biologi tentang


Pembelajaran Materi Evolusi di SMA : Studi Kasus Mahasiswa
Pendidikan Biologi FKIP Universitas Sebelas Maret. Bioeducation
Journal. 1(1). 1-9.

Sholichah. 2019. Teori Evolusi Manusia dalam Perspektif Al-Quran. Journal


UIN Mataram. 2(2). 109-132.

Taufik, Leo Muhammad. 2019. Teori Evolusi Darwin : Dulu,


Kini dan Nanti. Jurnal Filsafat Indonesia. 2(3). 98-
102.

Anda mungkin juga menyukai