1. Objective
Praktikum ini membahas mengenai master production scheduling pada
perusahaan suku cadang aftermarket. Tujuan dari praktikum ini adalah:
1. Menjelaskan hubungan antara forecast, aggregate planning, dan Master
Production Scheduling (MPS).
2. Menjelaskan manfaat pengaplikasian Master Production Scheduling (MPS)
dalam produksi suku cadang aftermarket.
2. Data
Sebuah perusahaan memiliki demand forecasting, forecasting akan
digunakan sebagai dasar untuk proses perencanaan produksi berikutnya dalam
membuat Master Production Scheduling (MPS). Dalam mendukung proses
perencanaan produksi akhir dan komponen yang diperlukan dalam pembuatan suku
cadang aftermarket sepeda motor, perusahaan mendapatkan beberapa pesanan
pelanggan yang tertera pada Tabel 2.1 Data Pesanan Suku Cadang Aftermarket.
Data pesanan suku cadang aftermarket setiap bulan akan dijumlahkan dengan
2 digits terakhir dari NIM setiap anggota kelompok.
Contoh: aaa 2101657892
bbb 2101981257
ccc 2101825643
Jumlah 2 digits terakhir adalah 92+57+43 = 192,00
Sehingga, data pesanan di bulan Januari menjadi:
2.787,00 + 192.00 = 2.979,00
*Berlaku untuk semua data pesanan.
Perhitungan total 2 digits terakhir dari NIM anggota POA 26 adalah sebagai
berikut:
Total 2 digits terakhir NIM = 22+46+13+42 = 123,00
Sehingga, data pesanan di bulan Januari menjadi:
2.787,00 + 123,00 = 2.910,00
*Berlaku untuk semua data pesanan.
Total 2 digits terakhir dari NIM seluruh anggota POA 26 adalah 123,
sehingga seluruh data pesanan ditambahkan dengan 123. Data pesanan baru setelah
ditambahkan dengan 123 tertera pada tabel 2.3 Data Pesanan Baru Suku Cadang
Aftermarket.
Tabel 2.3 Data Pesanan Baru Suku Cadang Aftermarket
Month Number of Order Number of Order + NIM
Jan-20 2.787,00 2.910,00
Feb-20 3.072,00 3.195,00
Mar-20 2.989,00 3.112,00
Apr-20 3.274,00 3.397,00
Mei-20 3.236,00 3.359,00
Jun-20 3.431,00 3.554,00
Jul-20 3.438,00 3.561,00
Ags-20 3.653,00 3.776,00
Sep-20 3.754,00 3.877,00
Okt-20 3.721,00 3.844,00
Nov-20 3.866,00 3.989,00
Des-20 4.001,00 4.124,00
Sumber: (Diolah oleh Penulis)
Perhitungan total 2 digits ke-4 dari NIM anggota POA 26 adalah sebagai
berikut:
Total 2 digits ke-4 NIM = 16+17+16+16 = 65,00
Sehingga, data on hand menjadi:
102,00 + 65,00 = 167,00
Data safety stock pada informasi industri suku cadang aftermarket akan
dijumlahkan dengan satu digit pertama dan satu digit terakhir dari NIM setiap
anggota kelompok.
Contoh: aaa 2101657892
bbb 2101981257
ccc 2101825643
Jumlah satu digit pertama dan satu digit terakhir adalah 22+27+23 = 72,00
Sehingga, data safety stock menjadi:
2.134,00 + 72.00 = 2.206,00
Data safety stock pada informasi industri suku cadang aftermarket kemudian
ditambahkan dengan satu digit pertama dan satu digit terakhir dari NIM setiap
anggota POA 26. NIM anggota POA 26 tertera pada Tabel 2.6 Daftar NIM Anggota
POA 26.
Perhitungan total satu digit pertama dan satu digit terakhir dari NIM anggota
POA 26 adalah sebagai berikut:
Total satu digit pertama dan satu digit terakhir NIM = 22+26+23+22 = 93,00
Sehingga, data safety stock menjadi:
2.134,00 + 93,00 = 2.227,00
Data forecast untuk pesanan suku cadang aftermarket tertera pada Tabel 2.7
Data Forecast Pesanan Suku Cadang Aftermarket.
Perhitungan total 2 digits di tengah dari NIM anggota POA 26 adalah sebagai
berikut:
Total 2 digits di tengah NIM = 66+70+68+64 = 268,00
Sehingga, data forecast di bulan Januari menjadi:
2.879,00 + 268,00 = 3.147,00
*Berlaku untuk semua data forecast.
Total 2 digits di tengah dari NIM seluruh anggota POA 26 adalah 268,
sehingga seluruh data forecast ditambahkan dengan 268. Data forecast baru setelah
ditambahkan dengan 268 tertera pada tabel 2.9 Data Forecast Pesanan Baru Suku
Cadang Aftermarket.
BINUS University
Tabel 3.1 Master Production Scheduling (MPS) dari Pesanan Suku Cadang Aftermarket
Item No : Description :
Period Past Due Jan-20 Feb-20 Mar-20 Apr-20 May-20 Jun-20 Jul-20 Aug-20 Sep-20 Oct-20 Nov-20 Dec-20
6
Forecast 3.147,00 3.248,00 3.349,00 3.450,00 3.551,00 3.652,00 3.753,00 3.854,00 3.955,00 4.056,00 4.157,00 4.246,00
Customer Order 2.910,00 3.195,00 3.112,00 3.397,00 3.359,00 3.554,00 3.561,00 3.776,00 3.877,00 3.844,00 3.989,00 4.124,00
Projected Available Balance 167,00 2.227,00 2.227,00 1.990,00 2.174,00 2.035,00 2.129,00 2.035,00 2.149,00 2.149,00 2.015,00 2.059,00 2.105,00
Available to Promise 167,00 2.227,00 2.227,00 2.227,00 2.464,00 2.517,00 2.709,00 2.807,00 2.999,00 3.077,00 3.155,00 3.367,00 3.535,00
Scheduling (MPS) dari Pesanan Suku Cadang Aftermarket.
Master Schedule 4.970,00 3.195,00 3.112,00 3.634,00 3.412,00 3.746,00 3.659,00 3.968,00 3.955,00 3.922,00 4.201,00 4.292,00
|PABt-1 − COt | + SS
MSt = ( ) × LS
LS
Keterangan :
MSt = Master schedule pada periode t
PABt = Projected available balance pada periode t
COt = Customer order pada periode t
SS = Safety stock
LS = Lot size
Keterangan :
MSt = Master schedule pada periode t
PABt = Projected available balance pada periode t
COt = Customer order pada periode t
Ft = Forecast pada periode t
DTF = Demand time fences
Keterangan :
ATPt = Available to promise pada periode t
MSt = Master schedule pada periode t
COt = Customer order pada periode t
4. Analysis
Master Production Schedule (MPS) merupakan perencanaan untuk
menjadwalkan produksi suatu produk pada satu periode. Master Production
Scheduling (MPS) menunjukkan kapan dan berapa banyak permintaan suatu
produk yang harus dipenuhi. Master Production Scheduling (MPS) mengukur
proses, parts, dan sumber daya yang lain untuk mengoptimalkan produksi,
mengidentifikasi bottlenecks dan mengantisipasi barang yang diperlukan dan
jumlah barang jadi. Master Production Scheduling (MPS) diperlukan dalam
aktivitas produksi suatu perusahaan, oleh karena itu Master Production Scheduling
(MPS) sangat mempengaruhi profit yang diperoleh perusahaan. Data yang
diperlukan untuk menentukan Master Production Scheduling (MPS) adalah
customer order, forecast permintaan barang, lead time, on hand, lot size, safety
stock, demand time fences, dan planning time fences. Data tersebut dapat dihitung
Projected Available Balance (PAB), Available to Promise (ATP) dan Master
Schedule (MS).
Perencanaan dan perhitungan PAB, ATP, dan MS dilakukan dari bulan
Januari hingga Desember 2020. Nilai Master Schedule (MS) adalah jumlah produk
yang harus diproduksi pada tiap periode untuk memenuhi permintaan pelanggan.
Jumlah produk yang harus diproduksi pada bulan Januari adalah 4.970,00, jumlah
produk yang harus diproduksi pada bulan Februari adalah 3.195,00, jumlah produk
yang harus diproduksi pada bulan Maret adalah 3.112,00, jumlah produk yang harus
diproduksi pada bulan April adalah 3.634,00, jumlah produk yang harus diproduksi
pada bulan Mei adalah 3.412,00, jumlah produk yang harus diproduksi pada bulan
Juni adalah 3.746,00, jumlah produk yang harus diproduksi pada bulan Juli adalah
3.659, jumlah produk yang harus diproduksi pada bulan Agustus adalah 3.968,00,
jumlah produk yang harus diproduksi pada bulan September adalah 3.955,00,
jumlah produk yang harus diproduksi pada bulan Oktober adalah 3.922,00, jumlah
Industrial Engineering Laboratory
Industrial Engineering Department 8
BINUS University
Practicum Report
Production and Operation Analysis
produk yang harus diproduksi pada bulan November adalah 4.201,00, dan jumlah
produk yang harus diproduksi pada bulan Desember adalah 4.292,00.
Nilai Available to Promise (ATP) adalah jumlah produk yang dapat
disediakan oleh perusahaan dalam satu periode untuk dipesan oleh pelanggan. Nilai
Available to Promise (ATP) pada periode sebelum perencanaan adalah sebesar
167,00, jumlah produk yang tersedia untuk dipesan oleh pelanggan pada bulan
Januari hingga Maret adalah 2.227,00, jumlah produk yang tersedia untuk dipesan
oleh pelanggan pada bulan April adalah 2.464,00, jumlah produk yang tersedia
untuk dipesan oleh pelanggan pada bulan Mei adalah 2.517,00, jumlah produk yang
tersedia untuk dipesan oleh pelanggan pada bulan Juni adalah 2.709,00, jumlah
produk yang tersedia untuk dipesan oleh pelanggan pada bulan Juli adalah 2.807,00,
jumlah produk yang tersedia untuk dipesan oleh pelanggan pada bulan Agustus
adalah 2.999,00, jumlah produk yang tersedia untuk dipesan oleh pelanggan pada
bulan September adalah 3.077,00, jumlah produk yang tersedia untuk dipesan oleh
pelanggan pada bulan Oktober adalah 3.155,00, jumlah produk yang tersedia untuk
dipesan oleh pelanggan pada bulan November adalah 3.367,00, dan jumlah produk
yang tersedia untuk dipesan oleh pelanggan pada bulan Desember adalah 3.535,00.
Langkah terkahir dari MPS adalah mencari Projected Available Balance
(PAB), yaitu jumlah produk yang tersisa pada setiap akhir periode. Nilai PAB pada
periode sebelum perencanaan adalah sebesar 167,00, pada periode bulan Januari
dan Februari jumlah sisa produk adalah 2.227,00, jumlah sisa produk pada bulan
Maret adalah 1.990,00, jumlah sisa produk pada bulan April adalah 2.174,00,
jumlah sisa produk pada bulan Mei adalah 2.035,00, jumlah sisa produk pada bulan
Juni adalah 2.129,00, jumlah sisa produk pada bulan Juli adalah 2.035,00, jumlah
sisa produk pada bulan Agustus dan September adalah 2.149,00, jumlah sisa
produk pada bulan Oktober adalah 2.015,00, jumlah sisa produk pada bulan
November adalah 2.059,00, dan jumlah sisa produk pada bulan Desember adalah
2.105,00.
5. Conclusion
Berdasarkan objective yang telah ditentukan, maka dapat disimpulkan
sebagai berikut.
1. Master Production Schedule (MPS) merupakan perencanaan untuk
menjadwalkan produksi suatu produk pada satu periode. MPS mengukur
proses, parts, dan sumber daya yang lain untuk mengoptimalkan produksi,
mengidentifikasi bottlenecks menggunakan data yang diperoleh dari aggregate
planning seperti berapa jumlah safety stock yang diperlukan dan untuk
mengantisipasi jumlah barang yang diperlukan dan jumlah barang jadi yang
telah ada dan untuk membuat rencana seasonal digunakan metode forecasting
agar error atau kelebihan dan kekurangan produksi dapat diminimalisir.
2. Master Production Scheduling (MPS) dapat dimanfaatkan perusahaan dalam
membuat jadwal produksi dan jumlah produk yang harus diproduksi untuk
memenuhi permintaan suku cadang aftermarket. Perusahaan dapat mengetahui
jumlah produk yang harus diproduksi pada tiap periode untuk memenuhi
permintaan pelanggan dengan data Master Schedule (MS). Perusahaan dapat
mengetahui jumlah produk yang mampu disediakan oleh perusahaan dalam
satu periode untuk dipesan oleh pelanggan dengan data Available to Promise
(ATP). Perusahaan dapat mengetahui jumlah produk yang tersisa pada setiap
akhir periode dengan data Projected Available Balance (PAB) sehingga dapat