Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

“PERAN BIDAN DALAM PROMOSI KESEHATAN JIWA”

Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi


Perkembangan

Dosen Pengampu:
Ibu Ika Pratiwi Wibawanti, M.Psi, Psikologi

DISUSUN OLEH :

TIRA SEYUDHIANTI (NIM. 220911006)

PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA DAN


PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI BIDAN PROGRAM PROFESI
STIKES GUNA BANGSA YOGYAKARTA
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun haturkan kehadirat illahi Robbi atas Taufik,

Rahmat dan hidayah-Nya. Sehingga penyusun dapat menyelesaikan

tugas ini mengenai judul “Peran Bidan dalam Promosi Kesehatan Jiwa”.

Pada kesempatan yang baik ini, penyusun mengucapkan terima

kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat :

1. Ibu Ika Pratiwi Wibawanti, M.Psi, selaku dosen pengampu mata kuliah

psikologi yang telah memberikan arahan dan bimbingan dalam

penyusunan makalah ini.

Penyusun berharap makalah ini selain dapat menambah pengetahuan,

dapat menjadi bahan bacaan bisa meningkatkan kualitas pelayanan

kebidanan berdasarkan perkembangan ilmu pengetahuan mengenai

promosi kesehatan, khususnya dalam promosi Kesehatan jiwa.

Penyusun menyadari kekurangan yang ada, untuk itu demi perbaikan

makalah ini saran dan kritik yang membangun akan penyusun

pertimbangkan sebagai masukan. Semoga apa yang kita cita-citakan

bersama di kabulkan Allah SWT, Amiin.

Ciamis, November 2022


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
1. Pengertian Promosi Kesehatan
2. Penerapan Self efficacy dalam Promosi Kesehatan Jiwa
3. Peran Bidan dalam Promosi Kesehatan Jiwa
3. Promosi kesehatan Pencegahan Depresi
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan jiwa menurut seorang ahli kesehatan Merriam

Webster, merupakan suatu keadaan emosional dan psikologis yang

baik, dimana individu dapat memanfaatkan kemampuan kognisi dan

emosi, berfungsi dalam komunitasnya, dan memenuhi kebutuhan

hidupnya sehari-hari. Inti dari kesehatan mental sendiri adalah lebih

pada keberadaan dan pemeliharaan mental yang sehat (Kartika Sari,

2012)

Berdasarkan Word Health Organization (2020) melaporkan

bahwa berkisar 10% wanita hamil dan 15% wanita yang baru saja

melahirkan mengalami masalah mental, terutama depresi. Angka

kejadian di negara berkembang bahkan lebih tinggi, yaitu 15,6%

selama kehamilan dan 19,8% setelah melahirkan anak (Rahman et

al., 2013). Kondisi ini melatarbelakangi pentingnya upaya untuk

mencegah permasalahan mental pada saat kehamilan. Beberapa

penelitian menunjukkan bahwa peningkatan pengetahuan,

pemberdayaan, self-efficacy dan self-esteem pada saat Ante Natal

Care perlu dioptimalkan. Self esteem adalah penilaian seseorang

terhadap dirinya sendiri, menjadikan diri sendiri sebagai pusat diri dan

berperan penting dalam konstruksi identitas (Santos, 2016). Studi


menunjukkan bahwa self esteem pada ibu hamil menjadu predictor

luaran persalinan seperti panjang badan, berat badan, skor Apgar

serta kualitas hubungan antara ibu dan bayi. Self esteem yang rendah

secara bermakna menjadi faktor risiko kesehatan fisik dan mental

(seperti depresi) (Santos, 2016).

Selain itu menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor

18 Tahun 2014 Tentang Kesehatan Jiwa Pasal 1 menyebbutkan

bahwa Kesehatan jiwa adalah kondisi dimana seorang individu dapat

berkembang secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga

individu tersebut menyadari kemampuan sendiri, dapat mengatasi

tekanan, dapat bekerja secara produktif, dan mampu memberikan

konstribusi untuk komunitasnya.

Pada dasarnya masalah kesehatan mental selama kehamilan

merupakan masalah kesehatan masyarakat utama yang perlu

ditangani dengan serius. Sebanyak 10%- 20% wanita mengalami

penyakit mental selama kehamilan dan pasca melahirkan di seluruh

dunia. Di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah,

prevalensi masalah kesehatan mental selama kehamilan masih cukup

tinggi dengan prevalensi rata-rata mencapai 15,6% (Spedding, Stein,

Naledi, & Sorsdahl, 2018).

Di antara masalah mental selama kehamilan tersebut, depresi

dan kecemasan adalah masalah yang paling sering dilaporkan selama

kehamilan. Gangguan mental lainnya yang memiliki prevalensi cukup


tinggi adalah gangguan kecemasan (23%) yang mayoritas muncul

karena berkurangnya rasa percaya diri akibat perubahan bentuk tubuh

saat kehamilan (Bayrampour, McDonald, & Tough, 2015). Sementara

itu, pasca melahirkan gangguan kecemasan (15%) timbul karena

adanya perasaan tidak berharga (low self-esteem) (Fairbrother,

Janssen, Antony, Tucker, & Young, 2016), sedangkan prevalensi

depresi pada ibu hamil sebesar 6% untuk depresi mayor dan

prevalensi depresi minor sebanyak 17% (Ashley, Harper, Arms-

Chavez, & LoBello, 2016).

Peran bidan sebagai petugas pertama yang menjadi tempat

periksa awal ibu hamil memiliki tanggung jawab atas penurunan

angka kematian Ibu dan tentu saja kehamilan yang sehat. Dari hasil

kajian bahwa di Jawa Barat sebesar 86.1% ibu hamil periksa kepada

Bidan, dilihat dari proporsi fasiltas pelayanan kesehatan tempat

pertama mengalami kompliksi kehamilan 64,3% datang ke Praktik

Tenaga Kesehatan salah satunya Bidan (Kemenkes, 2018)

B. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian promosi kesehatan
2. Untuk mengetahui proses self efficacy dalam promosi Kesehatan
jiwa pada Ibu Hamil
3. Untuk mengetahui peran bidan sebagai advocator, educator,
fasilitator dan motivator dalam promosi Kesehatan jiwa.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Promosi Kesehatan


Promosi kesehatan adalah upaya untuk meningkatkan
kemampuan masyarakat melalui pembelajaran diri oleh dan untuk
masyarakat agar dapat menolong dirinya sendiri, serta
mengembangkan kegiatan yang bersumber daya masyarakat sesuai
sosial budaya setempat dan didukung oleh kebijakan publik yang
berwawasan kesehatan (Kemenkes, 2012).
Selain itu, promosi kesehatan dalam arti pendidikan, secara
umum adalah segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi
orang lain, baik individu, kelompok atau masyarakat, sehingga mereka
melakukan apa 21 yang diharapkan oleh pelaku pendidikan atau
promosi kesehatan. (Notoadmodjo, 2014;21).
Promosi kesehatan bertujuan memungkinkan individu
meningkatkan kontrol terhadap kesehatan dan meningkatkan
kesehatannya berbasis filosofi yang jelas mengenai pemberdayaan
diri sendiri. Proses pemberdayaan tersebut dilakukan dari, oleh, untuk
dan bersama masyarakat serta sesuai dengan sosial budaya
setempat. Demi mencapai derajat kesehatan yang sempurna, baik
dari fisik, mental maupun sosial, masyarakat harus mampu mengenal
dan mewujudkan 9 aspirasi dan kebutuhannya, serta mampu
mengubah atau mengatasi lingkungannya (Kemenkes, 2012).

B. Self Efficacy
Self-efficacy merupakan keyakinan bahwa seseorang dapat
menguasai situasi dan mendapatkan hasil positif (Stanley M, 2013).
Hal ini ditujukan pada Kesehatan mental atau jiwa ibu hamil, ibu
bersalin serta ibu nifas, dimana dengan penerapan self efficacy
mampu memberikan dampak yang positif bagi kondisi pikiran serta
mental ibu sepanjang daur hidupnya. Selain itu Self-efficacy
merupakan salah satu potensi yang ada pada faktor kognitif manusia
yang merupakan bagian dari penentu tindakan manusia selain
lingkungan dan dorongan internal. Sehingga dukungan yang
didapatkan ibu hamil tidak hanya dari suami dan keluarga, tapi juga
mendapat dukungan dari lingkungan masyarakat, khsusunya kita
sebagai seorang bidan.
Dengan self efficacy seseorang dengan efikasi diri tinggi
percaya bahwa mereka mampu melakukan sesuatu untuk mengubah
kejadian-kejadian di sekitarnya, sedangkan seseorang dengan efikasi
diri rendah menganggap dirinya pada dasarnya tidak mampu
mengerjakan segala sesuatu yang ada di sekitarnya. Dalam situasi
yang sulit, orang dengan efikasi diri yang rendah cenderung akan
mudah menyerah. Sementara orang dengan efikasi diri yang tinggi
akan berusaha lebih keras untuk mengatasi tantangan yang ada. Hal
senada juga diungkapkan oleh Gist, yang menunjukkan bukti bahwa
perasaan efikasi diri memainkan satu peran penting dalam memotivasi
pekerja untuk menyelesaikan pekerjaan yang menantang dalam
kaitannya dengan pencapaian tujuan tertentu (Ghufron & Rini, 2011:
76).
Berdasarkan suatu kasus diperoleh bahwa berkisar 10%
wanita hamil dan 15% wanita yang baru saja melahirkan mengalami
masalah mental, terutama depresi. Angka kejadian di negara
berkembang bahkan lebih tinggi, yaitu 15,6% selama kehamilan dan
19,8% setelah melahirkan anak (Rahman et al., 2013). Kondisi ini
melatarbelakangi pentingnya upaya untuk mencegah permasalahan
mental pada saat kehamilan. Beberapa penelitian menunjukkan
bahwa peningkatan pengetahuan, pemberdayaan, self-efficacy dan
self-esteem pada saat Ante Natal Care perlu dioptimalkan. Self
esteem adalah penilaian seseorang terhadap dirinya sendiri,
menjadikan diri sendiri sebagai pusat diri dan berperan penting dalam
konstruksi identitas (Santos, 2016). Berikut ini merupakan beberapa
proses self efficacy, diantaranya:
1. Proses kognitif (cognitive processes) Bandura menjelaskan bahwa
serangkaian tindakan yang dilakukan manusia awalnya dikonstruk
dalam pikirannya.
2. Proses motivasi (motivational processes) Self-efficacy keyakinan
memainkan peran kunci dalam pengaturan motivasi diri. Sebagian
besar motivasi manusia dihasilkan oleh kognitifnya. Orang-orang
memotivasi diri dan membimbing tindakan mereka melalui latihan
pemikiran. Mereka membentuk keyakinan tentang apa yang bisa
mereka lakukan. Mereka mengantisipasi kemungkinan hasil dari
tindakan yang akan dilakukan. Mereka menetapkan tujuan untuk
diri mereka sendiri dan program rencana aksi yang dirancang
untuk mewujudkan masa depan dihargai.
3. Proses afeksi (affective processes) Self-efficacy mempengaruhi
seberapa banyak tekanan yang dialami ketika menghadapi suatu
tugas. Orang yang percaya bahwa dirinya dapat mengatasi situasi
akan merasa tenang dan tidak cemas. Sebaliknya orang yang
tidak yakin akan kemampuannya dalam mengatasi situasi akan
mengalami kecemasan.
4. Proses seleksi (selection processes) Keyakinan terhadap efikasi
diri berperan dalam rangka menentukan tindakan dan lingkungan
yang akan dipilih individu untuk menghadapi suatu tugas tertentu.

C. Peran Bidan Sebagai Advocator, Educator, Fasilitator Dan


Motivator Dalam Promosi Kesehatan Jiwa
a) Bidan sebagai advocator Tujuan advokasi adalah diperolehnya
komitmen dan dukungan dalam upaya kesehatan, baik berupa
kebijakan, tenaga, sarana, kemudahan, keikutsertaan dalam
kegiatan, maupun bentuk lainnya sesuai dengan keadaan dan
suasana. Salah satu tantangan yang terus menerus dihadapi bidan
yang mengupayakan safe motherhood adalah bagaimana
menangani isu-isu dalam masyarakat dengan lebih baik. Bidan
harus menguasai keterampilan advokasi, menggerakkan massa,
dan metodologi pembelajaran yang meningkatkan partisipasi
anggota, serta pendekatan penyimpangan positif (positive
deviance).
Peran bidan sebagai advokator adalah melakukan advokasi
terhadap pengambil keputusan dari kategori program ataupun
sektor yang terkait dengan kesehatan maternal dan neonatal.
Melakukan advokasi bearti melakukan upaya-upaya agar pembuat
keputusan atau penentu kebijakan tersebut mempercayai dan
meyakini bahwa 19 program yang ditawarkan perlu mendapat
dukungan melalui kebijakan-kebijakan atau keputusan-keputusan
politik. Metode yang digunakan oleh bidan harus mampu
meyakinkan bahwa program membawa perbaikan ataupun
perubahan positif bagi pertumbuhan bangsa yang pada akhirnya
dalah pertumbuhan negara (menyangkut nasib banyak orang).
(Franciska & Novita, 2013; 138).
b) Bidan sebagai edukator Bidan sebagai seorang pendidik harus
memastikan bahwa informasi yang diberikan mudah dipahami,
memberikan waktu untuk bertanya, dan peka terhadap tanda-
tanda non verbal dari pasien (contoh: raut wajah yang
menggambarkan bahwa klien masih 20 kurang paham dengan
penjelasan yang diberikan oleh bidan, atau gerakan-gerakan
(bahasa tubuh) klien yang menyatakan agar bidan tidak terburu-
buru dalam memberikan penjelasan, dan bahasa tubuh yang
lainnya yang diungkapkan oleh klien). (Franciska & Novita, 2013;
139).
Bidan mampu memberikan pendidikan dan penyuluhan kesehatan
kepada individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat tentang
penanggulangan masalah kesehatan khususnya yang
berhubungan dengan pihak terkait kesehatan ibu, anak, dan
keluarga berencana. Kegiatannya antara lain:
1) Bersama pasien mengkaji kebutuhan akan pendidikan dan
penyuluhan kesehatan masyarakat, khususnya dalam bidang
kesehatan ibu, anak, dan keluarga berencana.
2) Bersama pasien dan pihak terkait menyusun rencana
penyuluhan kesehatan masyarakat sesuai kebutuhan yang telah
dikaji, baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang.
3) Menyiapkan alat dan bahan pendidikan atau penyuluhan yang
sesuai dengan rencana.
4) Melaksanakan program/ rencana pendidikan dan penyuluhan
kesehatan masyarakat dan menggunakannya untuk
memperbaiki atau meningkatkan program di masa yang akan
datang.

c) Peran sebagai motivator Bidan sebagai seorang motivator


memberikan dukungan, motivasi bagi klien baik segi
emosi/perasaan ataupun fisik klien. (Franciska & Novita, 2013;
153).
Sebagai motivator, bidan memiliki tiga kategori tugas, yaitu tugas
mandiri, tugas kolaborasi, dan tugas ketergantungan.
1. Tugas mandiri
Tugas-tugas mandiri bidan, yaitu:
1) Menetapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan
kebidanan yang diberikan.
2) Memberi pelayanan dasar pranikah pada anak remaja dan
dengan melibatkan mereka sebagai klien.
3) Memberi asuhan kebidanan kepada klien selama
kehamilan normal.
4) Memberi asuhan kebidanan kepada klien dalam masa
persalinan dengan melibatkan klien/keluarga.
5) Memberi asuhan kebidanan pada bayi baru lahir.
6) Memberi asuhan kebidanan pada klien dalam masa nifas
dengan melibatkan klien/keluarga.
7) Memberi asuhan kebidanan pada wanita usia subur yang
membutuhkan pelayanan keluarga berencana.
8) Memberi asuhan kebidanan pada wanita dengan gangguan
sistem reproduksi dan wanita dalam masa klimakterium
serta menopause.
9) Memberi asuhan kebidanan pada bayi dan balita dengan
melibatkan keluarga
d) Peran bidan sebagai fasilitator Bidan sebagai fasilitator menjadi
penghubung antar masyarakat, memfasilitasi kemungkinan
terjadinya penyulit dari klien. Bidan memberikan bimbingan teknis
dan memberdayakan pihak yang sedang didampingi (dukun bayi,
kader, tokoh masyarakat) untuk tumbuh kembang ke arah
pencapaian tujuan yang diinginkan. (Franciska & Novita, 2013;
156).
D. Promosi Kesehatan Mencegah Depresi
1. Pada Ibu Hamil
a. Bekali ibu hamil pengetahuan tentang Kesehatan tmental post
partum dan pengaruhnya pada produksi ASI dan kualitas
pengasuhan.
b. Bentuk kelompok pendukung utama, terutama suami, bekali
suami tentang peran dalam kesehartan mental dan peran ayah
dalam pengasuhan
c. Hindari alcohol dan rokok
d. Membuat skala prioritas dan menetapkan target yang realistis
e. Manfaatkan waktu luang untuk rileks
2. Pada Ibu pasca Bersalin
a. Meminta bantuan suami, orang tua serta kerabat dalam
mengurus bayi ibu
b. Menganjurkan tidur apabila ada kesempatan
c. Menganjurkan klien untuk menceritakan berbagai kesulitan
kepada suami
d. Menganjurkan ibu untuk memanfaatkan waktu luang untuk rileks
e. Penyuluhan mengenai pola nutrisi bergizi dan seimbang
BAB III
PENUTUP

B. KESIMPULAN

Peran bidan sebagai petugas pertama yang menjadi tempat


periksa awal ibu hamil memiliki tanggung jawab atas penurunan angka
kematian Ibu dan tentu saja kehamilan yang seha. Asuhan dan
pelayanan yang diberikan salah satunya adalah promosi Kesehatan
jiwa, promosi kesehatan bertujuan memungkinkan individu
meningkatkan kontrol terhadap kesehatan dan meningkatkan
kesehatannya berbasis filosofi yang jelas mengenai pemberdayaan diri
sendiri. Proses pemberdayaan tersebut dilakukan dari, oleh, untuk dan
bersama masyarakat serta sesuai dengan sosial budaya setempat.
Demi mencapai derajat kesehatan yang sempurna, baik dari fisik,
mental maupun sosial, Bidan yang profesional dituntut mampu
memberikan pelayanan yang terbaik bagi masyrakat. Bidan sebagai
advocator, peran ini dilakukan bidan dalam membantu pasien dan
keluarga dalam menginterprestasikan berbagai informasi dari pemberi
pelayanan atau informasi lain, khususnya dalam pengambilan
persetujuan atas tindakan kebidanan yang diberikan kepada pasien.

C. SARAN
Diharapkan tenaga Kesehatan tetap meningkatkan kualitas
pelayanan dalam bidang promosi Kesehatan, khususnya Kesehatan
jiwa, selain itu dengan penyusunan makalah ini semoga senantiasa
menjadi referensi, menjadi media baca bagi masyarakat mengenai
peran bidan sebagai pelaksana promosi Kesehatan jiwa.
DAFTAR PUSTAKA

Dewi, Kartika Sari. 2012. Buku Ajar Kesehatan Mental. UPT


UNDIPPressSemarang.

Abdul, Rahman. (2013). Psikologi Sosial: Integrasi Pengetahuan Wahyu


Dan Pengetahuan Empirik. Jakarta: rajawali pers.

Spedding, M. F., Stein, D. J., Naledi, T., & Sorsdahl, K. (2018). Pregnant
women's mental health literacy and perceptions of perinatal mental
disorders in the Western Cape, South Africa. Mental Health & Prevention,
11, 16-23.

Santos, P. C. (2016). Physical activity and self-esteem during pregnancy.


Diss. University of Porto, Porto, Portugal.

Kemenkes, R. (2018). Laporan Nasional Riskesdas 2018. Jakarta:


Kemenkes RI, 154-166.

Notoatmodjo, S. 2014. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Novita & Franciska (2011). Promosi Kesehatan Dalam Pelayanan


Kebidanan. Salemba Medika; Jakarta

Anda mungkin juga menyukai