Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEBIDANAN PADA PERSALINAN


DI PUSKESMAS LUMBUNG

Disusun guna Memenuhi Persyaratan Praktik


Asuhan Kebidanan Pada Persalinan

Disusun oleh:
Nama : Tira Seyudhianti
NIM : 220911006
Kelas : Profesi Kebidanan

PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM PROFESI BIDAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN GUNA BANGSA YOGYAKARTA
2023
HALAMAN PERSETUJUAN

LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEBIDANAN PADA PERSALINAN
DI PUSKESMAS LUMBUNG

Disusun oleh:
Nama : Tira Seyudhianti
NIM : 220911006
Kelas : Profesi Kebidanan

Disetujui:
Pembimbing Lahan Pembimbing Akademik
Tanggal : ................................ Tanggal : ................................

(Lina Roslina, STr.Keb., Bd) (Chentia Misse Issabella,


S.ST.,M.Tr.Keb)

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
dengan karuniaNya Penulis dapat menyelesaikan tugas yang berjudul “Laporan
Pendahuluan Asuhan Kebidanan pada Persalinan di Puskesmas Lumbung” tepat
waktu. Selain itu laporan ini juga bertujuan supaya pembaca dapat mengetahui
dan memahami secara jelas mengenai asuhan kebidanan pada persalinan.
Terimakasih penulis ucapkan kepada pihak-pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan laporan pendahuluan ini, diantaranya :
1. Pembimbing Lapangan Ibu Lina Roslina, S.Tr.Keb., Bd
2. Pembimbing institusi Ibu Chentia Misse Issabella, S.ST., M.Tr.Keb
3. Teman-teman yang membantu dan mendukung makalah ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini tidak mungkin dapat
terselesaikan dengan baik tanpa adanya dorongan dan bimbingan dari beberapa
pihak.

TTD

Penulis

iii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL................................................................................................i
HALAMAN PERSETUJUAN................................................................................ii
KATA PENGANTAR............................................................................................iii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iv
A. KONSEP DASAR ASUHAN DAN MANAJEMEN KEBIDANAN..............1
1. Konsep Dasar Asuhan Kebidanan.............................................................1
2. Manajemen Kebidanan..............................................................................3
B. KONSEP DASAR PERSALINAN...................................................................7
1. Pengertian..................................................................................................7
2. Bentuk-bentuk Persalinan..........................................................................8
3. Tanda-tanda Persalinan..............................................................................9
4. Etiologi Persalinan..................................................................................10
5. Patofisiologi Persalinan...........................................................................11
6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persalinan........................................12
7. Tahapan Persalinan.................................................................................13
8. Mekanisme Persalinan denagn Presentasi Kepala...................................16
9. Tanda-tanda Bahaya Persalinan...............................................................17
C. MODEL DOKUMENTASI KEBIDANAN...................................................18
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................19

iv
LAPORAN PENDAHULUAN
RDS ( RESPIRATORY DISTRESS SYDROME )

A. KONSEP DASAR ASUHAN DAN MANAJEMEN KEBIDANAN


1. Konsep Dasar Asuhan Kebidanan
Asuhan adalah bantuan yang diberikan oleh bidan kepada individu,
klien. Kebidanan adalah bentuk pelayanan kesehatan yang komperhensif dan
karakteristik berdasarkan ilmu dan seni kebidanan yang ditujukan pada
wanita atau khususnya dalam masa prakonsepsi, masa kehamilan, masa nifas
dan bayi baru lahir, upaya masa interval dengan upaya promotif, preventative
dan rehabilitatif baik secara individu, keluaarga, kelompok masyarakat sesuai
wewenang, tanggung jawab dan kode etik profesi bidan (Mangkuji, 2017).
Asuhan kebidanan adalah penerapan fungsi dan kegiatan yang
menjadi tanggungjawab dalam memberikan pelayanan kepada klien yang
mempunyai kebutuhan masalah dalam bidang kesehatan ibu hamil, masa
persalinan, masa nifas, bayi setelah lahir serta keluarga berencana. (Depkes
RI, 2014).
Asuhan kebidanan adalah aktivitas atau intervensi yang dilaksanakan
oleh bidan kepada klien, yang mempunyai kebutuhan atau permasalahan,
khususnya dalam KIA atau KB. Asuhan kebidanan adalah penerapan fungsi,
kegiatan dan tanggungjawab bidan dalam memberikan pelayanan kepada
klien yang mempunyai kebutuhan dan/atau masalah kebidanan meliputi masa
kehamilan, persalinan, nifas, bayi dan keluarga berencana termasuk kesehatan
reproduksi perempuan serta pelayanan kesehatan masyarakat (Asrinah, 2017).
Dasar asuhan persalinan normal adalah asuhan yang bersih dan aman
selama persalinan dan setelah bayi baru lahir serta upaya pencegahan
komploikasi terutama perdarahan pasca persalinan, hipotermi dan asfiksia
bayi baru lahir. Asuhan paada ibu bersalin yaitu asuhan yang dibutuhkan ibu
saat proses persalinan (Rukiyah, Yulianti, Maemunah, & Susilawati, 2019).

1
Tujuan dari asuhan persalinan adalah memberikan asuhan yang
memadai selama persalinan dalam upaya mencapai pertolongan yang bersih
dan aman, dengan memperhatikan aspek sayang ibu dan sayang bayi
(Saifuddin, 2010).
Tujuan dari asuhan persalinan normal adalah menjaga kelangsungan
hidup dan memberikan derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya,
melalui upaya yang terintegrasi dan lengkap serta intervensi minimal agar
prinsip keamanan dan kualitas pelayanan dapat terjaga pada tingkat yang
optimal, dengan pendekatan seperti ini, berarti bahwa setiap intervensi yang
akan dilakukan diapliklasikan dalam asuhan persalinan normal harus
mempunyai bukti ilmiah yang kuat tentang manfaat intervensi tersebut bagi
kemajuan dan keberhasilan proses persalinan (Rukiyah et al., 2019).
Dalam menangani persalinan seorang tenaga kesehatan harus dapat
menjelaskan kepada klien bahwa keamanan dalam pertolongan persalinan
ditunjang oleh beberapa hal, dimana syarat-syarat harus diperhatikan yaitu
semua persalinan harus dihadiri dan dipantau oleh petugas kesehatan terlatih.
Rumah sakit dan tempat rujukan dengan fasilitas memadai untuk menangani
kegawatdaruratan obstetri dan neonatal harus tersedia 24 jam. Obat-obatan
esensial, bahan dan perlengkapan harus tersedia bagi seluruh petugas terlatih.
Untuk mendukung dilaksanakannay kebijakan tentang pelayanan asuhan
persalinan, maka selanjutnya pemerintah merekomendasikan tentang
kebijakan tersebut (Rukiyah et al., 2019).
Adapun rekomendasi yang dimaksud adalah (Rukiyah et al., 2019) :
a. Asuhan sayang ibu dan sayang bayi harus dimasukan sebagai bagian dari
persalinan bersih dan aman, termasuk hadirnya keluarga atau orang-
orang yang memberi dukungan bagi ibu. Partograf harus digunakan
untuk memantau persalinan dan berfungsi sebagai suatu catatan atau
rekam medik untuk persalinan.
b. Selama persalinan normal, intervensi hanya dilaksanakan jika benar-
benar dibutuhkan. Prosedur ini hanya dilakukan jika ada indikasi atau
penyulit.

2
c. Manajeman aktif kala III, termasuk penjepitan dan pemotongan tali pusat
secara dini, memberikan suntikan oksitosin secara intra musculer (IM),
melakukan penegangan tali pusat terkendali (PTT) dan segera melakukan
massase fundus, harus dilakukan pasa semua persalinan normal.
d. Penolong persalinan harus tetap tinggal bersama ibu dan bayi setidak-
tidaknya 2 jam pertama setelah kelahiran, atau sampai ibu sudah dalam
keadaan stabil. Fundus harus diperiksa setiap 15 menit selama 1 jam
pertama dan setiap 30 menit pada jam ke dua. Massase fundus harus
dilakukan sesuai kebutuhan untuk memastikan tonus uterus tetepa baik,
perdarahan minimal dan mencegah pendarahan.
e. Selama 24 jam pertama setelah persalinan, fundus harus sering diperiksa
dan dimassasae sampai tonus otot baik. Ibu atau anggota keluarga dapat
diajarkan melakukan hal ini.
f. Segera setelah lahir, seluruh tubuh terutama kepala bayi harus segera
diselimuti dan bayi segera dikeringkan serta dijaga kehangatannya untuk
mencegah terjadinya hipotermi. Obat-obatan esensial, bahan dan
perlengkapan harus disediakan oleh petugas dan keluarga.

2. Manajemen Kebidanan
a. Definisi
Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang
digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan
tindakan berdasarkan teori ilmiah, temuan, keterampilan, dalam
rangkaian tahapan logis untuk pengambilan keputusan yang berfokus
pada klien (Mangkuji, 2017).
Manajemen kebidanan merupakan proses pemecahan masalah
yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan
tindakan dengan urutan logis dan menguntungkan, menguraikan
perilaku yang diharapkan dari pemberi asuhan yang berdasarkan teori
ilmiah, penemuan, keterampilan dalam rangkaian/tahapan yang logis
untuk pengambilan keputusan yang berfokus pada klien (Mangkuji,
2017).

3
b. Langkah-langkah Manajemen Kebidanan
Langkah-langkah manajemen kebidanan 7 langkah Varney adalah
sebagai berikut:
1) Langkah I : Pengumpulan Data Dasar
Pada langkah pertama ini dilakukan pengkajian dengan
mengumpulkan semua data yang diperlukan untuk mengevaluasi
keadaan klien secara lengkap, yaitu:
a) Riwayat kesehatan.
b) Pemeriksaan fisik pada kesehatan.
c) Meninjau catatan terbaru atau catatan sebelumnya.
d) Meninjau data laboratorium dan membandingkan dengan hasil
studi.
Pada langkah pertama ini dikumpulkan semua informasi yang
akurat dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien.
Bidan mengumpulkan data dasar awal yang lengkap. Bila klien
mengalami komplikasi yang perlu dikonsultasikan kepada dokter
dalam manajemen kolaborasi bidan akan melakukan konsultasi.
2) Langkah II : Interpretasi Data
Interpretasi data merupakan metode identifikasi terhadap
diagnosis atau masalah berdasarkan interpretasi yang benar atas
data-data yang telah dikumpulkan.
Data dasar tersebut kemudian diinterpretasikan sehingga dapat
dirumuskan diagnosis dan masalah yang spesifik. Baik rumusan
diagnosis maupun masalah, keduanya harus ditangani. Meskipun
masalah tidak dapat diartikan sebagai diagnosis, tetapi tetap
membutuhkan penanganan. Masalah sering berkaitan dengan hal-
hal yang sedang dialami wanita yang diidentifikasi oleh bidan
sesuai dengan hasil pengkajian. Masalah juga sering menyertai
diagnosis. Interpretasi data terdiri dari masalah atau diagnosa dan
kebutuhan.
Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap

4
diagnosa atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi
yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan. Data dasar yang
telah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga ditemukan masalah
atau diagnosa yang spesifik. Kata masalah dan diagnosa keduanya
digunakan karena beberapa masalah tidak dapat diselesaikan seperti
diagnosa tetapi sungguh membutuhkan penanganan yang
dituangkan ke dalam sebuah rencana asuhan terhadap klien.
3) Langkah III : Diagnosa Potensial
Diagnosa potensial merupakan identifikasi yang dilakukan
berdasarkan diagnosis atau masalah yang sudah diidentifikasi.
Langkah ini membutuhkan antisipasi bila memungkinkan dilakukan
pencegahan agar tidak terjadi kegawatdaruratan. Pada langkah ini
penting sekali melakukan asuhan yang aman.
Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnosa
potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosis yang
sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila
memungkinkan dilakukan pencegahan, sambil mengamati klien,
Bidan dapat diharapkan bersiap-siap bila diagnosa/masalah
potensial ini benar-benar terjadi. Pada langkah ini penting sekali
melakukan asuhan yang aman.
4) Langkah IV: Identifikasi perlunya penanganan segera
Tindakan segera merupakan tindakan yang dilakukan dengan
cara menetapkan kebutuhan tentang perlunya tindakan segera oleh
bidan/dokter untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan
anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien.
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau
dokter untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan
anggota tim kesehatan yang lain dengan kondisi klien. Langkah
keempat ini mencerminkan kesinambungan dari proses manajemen
kebidanan.
5) Langkah V: Perencanaan

5
Perencanaan merupakan rencana asuhan menyeluruh yang
ditentukan berdasarkan langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini
merupakan kelanjutan manajemen untuk masalah atau diagnosis
yang telah diidentifikasi atau diantisipasi. Pada langkah ini
informasi data tidak lengkap dapat dilengkapi.
Rencana asuhan kebidanan dibuat berdasarkan diagnosa
kebidanan. Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh
yang ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini
merupakan kelanjutan manajemen terhadap diagnosa atau masalah
yang telah diidentifikasi atau diantisipasi, pada langkah ini
informasi/data dasar yang tidak lengkap dapat dilengkapi. Setiap
rencana asuhan haruslah disetujui oleh kedua belah pihak, yaitu
oleh bidan dan klien agar dapat dilaksanakan dengan efektif
karena klien merupakan bagian dari pelaksanaan rencana tersebut.
6) Langkah VI: Penatalaksanaan
Pelaksanaan merupakan rencana asuhan menyeluruh dan
dilakukan dengan efisien dan aman. Pada langkah ini rencana
asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan pada langkah
sebelumnya dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan ini
dapat dilakukan seluruhnya oleh bian atau sebagian oleh klien atau
anggota tim kesehatan lainnya. Dalam situasi ketika Bidan
berkolaborasi dengan Dokter untuk menangani klien yang
mengalami komplikasi, keterlibatan Bidan dalam manajemen
asuhan bagi klien adalah bertanggung jawab terhadap terlaksananya
rencana asuhan bersama yang menyeluruh tersebut. Manajemen
yang efisien akan menyingkat waktu dan menghemat biaya serta
meningkatkan mutu asuhan klien.
7) Langkah VII: Evaluasi
Evaluasi dilakukan secara siklus dan dengan mengkaji ulang
aspek asuhan yang tidak efektif untuk mengetahui faktor mana yang
menguntungkan atau menghambat keberhasilan asuhan yang

6
diberikan.
Langkah ini merupakan mengevaluasi keefektifan dari asuhan
yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan pada klien
apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan
sebagaimana telah diidentifikasi di dalam diagnosa dan masalah
rencana tersebut.

B. KONSEP DASAR PERSALINAN


1. Pengertian
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan
uteri) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan
melalui jalan lahir atau melalui jalan lahir lain, dengan atau tanpa
bantuan (Prawirohardjo, 2014).
Persalinan adalah serangkaian kejadian yang berakhir dengan
pengeluaran bayi cukup bulan atau hampir cukup bulan,disusul dengan
pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu. Persalinan normal
adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan
(37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang
berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada
janin (Purwoastuti & Walyani, 2015).
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan
plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan
melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa
bantuan (kekuatan sendiri,). Proses ini dimulai dengan adanya kontraksi
persalinan sejati, yang ditandai dengan perubahan serviks secara
progresif dan diakhiri dengan kelahiran plasenta (Nugrahaeny, 2012).
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan
uri) yang telah cukup bulan (setelah 37 minggu) atau dapat hidup di luar
kandungan melalui jalan lahir atau jalan lain, dengan bantuan atau tanpa
bantuan (kekuatan sendiri). Pertolongan persalinan merupakan salah satu
bagian dari pelayanan antenatal care. Persalinan bersih dan aman dan

7
meningkatan pelayanan obstetric esensial dan darurat yang merupakan
pelayanan kesehatan primer. Persalinan yang aman memastikan bahwa
semua penolong persalinan mempunyai keterampilan dan alat untuk
memberikan pertolongan yang aman dan bersih (Munthe, Adethia,
Simbolon, & Damanik, 2019).
Persalinan normal adalah proses perngeluaran hasil konsepsi yang
hidup dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar dengan presentasi
belakang kepala tanpa memakai alat-alat atau pertolongan istimewa serta
tidak melukai ibu dan bayi dan umumnya berlangsung kurang dari 24
jam (Rukiyah et al., 2019).
2. Bentuk-bentuk Persalinan
Bentuk-bentuk Persalinan (Rukiyah et al., 2019).
a. Bentuk persalinan berdasarkan teknik:
Bentuk persalinan berdasarkan teknik terdiri dari :
1) Persalinan spontan, yaitu persalinan berlangsung dengan
kekuatan ibu sendiri dan melalui jalan lahir.
2) Persalinan buatan, yaitu persalinan dengan tenaga dari luar
dengan ekstraksi forceps, ekstraksi vakum dan secsio sesaria.
3) Persalinan anjuran yaitu bila kekuatan yang diperlukan
untuk persalinan ditimbulkan dari luar dengan jalan pemberian
rangsang.
b. Bentuk persalinan berdasarkan umur kehamilan:
Bentuk persalinan berdasarkan umur kehamilan terdiri dari:
1) Abortus adalah terhentinya proses kehamilan sebelum janin
dapat hidup (viable), berat janin di bawah 1.000 gram atau usia
kehamilan dibawah 28 minggu.
2) Partus prematurus adalah persalinan dari hasil konsepsi pada
umur kehamilan 28-36 minggu. Janin dapat hidup, tetapi
prematur; berat janin antara 1.000-2.500 gram.
3) Partus maturus/aterm (cukup bulan) adalah partus pada umur
kehamilan 37-40 minggu, janin matur, berat badan di atas 2.500

8
gram.
4) Partus postmaturus (serotinus) adalah persalinan yang terjadi 2
minggu atau lebih dari waktu partus yang ditaksir, janin disebut
postmatur.
5) Partus presipitatus adalah partus yang berlangsung cepat,
mungkin di kamar mandi, di atas kendaraan, dan sebagainya.
6) Partus percobaan adalah suatu penilaian kemajuan persalinan
untuk memperoleh bukti tentang ada atau tidaknya
Cephalopelvic Disproportion (CPD).
3. Tanda-tanda Persalinan
Sebelum terjadinya persalinan, didahului dengan tanda-tanda
sebagai berikut: kekuatan his semakin sering terjadi dan teratur dengan
jarak kontraksi yang semakin pendek. Dapat terjadi pengeluaran
pervaginam yaitu pengeluaran lendir atau pengeluaran lendir bercmpur
darah. Dapat juga disertai ketuban pecah. Pada pemeriksaan dalam
terdapat perubahan serviks yaitu pelunakan serviks, pendataran serviks
dan terjadinya pembukaan serviks (Manuaba, 2010).
Tanda dan gejala inpartu adalah sebagai berikut: (Rukiyah et al.,
2019).
a. Timbul rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering,
dan teratur.
b. Keluar lendir bercampur darah (bloody show) yang lebih banyak
karena robekan kecil pada serviks. Sumbatan mukus yang berasal
dari sekresi servikal dari proliferasi kelenjar mukus servikal pada
awal kehamilan, berperan sebagai barier protektif dan menutup
servikal selama kehamilan. Bloody show adalah pengeluaran dari
mukus.
c. Kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya. Pemecahan
membran yang normal terjadi pada kala I persalinan. Hal ini terjadi
pada 12% wanita, dan lebih dari 80% wanita akan memulai
persalinan secara spontan dalam 24 jam.

9
d. Pada pemeriksaan dalam: serviks mendatar dan pembukaan telah
ada. Berikut ini adalah perbedaan penipisan dan dilatasi serviks
antara nulipara dan multipara
1) Nulipara
Biasanya sebelum persalinan, serviks menipis sekitar 50-60%
dan pembukaan sampai 1 cm dan dengan dimulainya persalinan,
biasanya ibu nulipara mengalami penipisan serviks 50-100%,
kemudian terjadi pembukaan.
2) Multipara
Pada multipara sering kali serviks tidak menipis pada awal
persalinan, tetapi hanya membuka 1-2 cm. Biasanya pada
multipara serviks akan membuka, kemudian diteruskan dengan
penipisan. Kontraksi uterus mengakibatkan perubahan pada
serviks (frekuensi minimal 2 kali dalam 10 menit).
4. Etiologi Persalinan
Sebab yang mendasari terjadinya partus secara teoritis masih
merupakan kumpulan teoritis yang komplek steori yang turut
memberikan andil dalam proses terjadinya persalinan antara lain teori
hormonal, prostagladin, struktur uterus, sirkulasi uterus, pengaruh saraf
da nnutrisi yang hal inilah diduga memberikan pengaruh sehingga partus
dimulai (Rukiyah et al., 2019).
Berlangsungnya persalinan, antara lain: (Rukiyah et al., 2019).
a. Teori penurunan hormone
Penurunan kadar hormon estrogen dan progesteron yang
terjadi kira-kira 1-2 minggu sebelum partus dimulai. Progesteron
bekerja sebagai penenang bagi otot-otot uterus dan akan
menyebabkan kekejangan pembuluh darah sehingga timbul his bila
kadar progesteron turun.
b. Teori plasenta menjadi tua
Villi korialis mengalami perubahan-perubahan, sehingga
kadar estrogen dan progesteron menurun yang menyebabkan

10
kekejangan pembuluh darah, hal ini akan menimbulkan kontraksi
rahim.

c. Teori berkurangnya nutrisi pada janin


Jika nutrisi pada janin berkurang maka hasil konsepsi akan
segera dikeluarkan.
d. Teori distensi rahim
Keadaan uterus yang terus menerus membesar dan menjadi
tegang mengakibatkan iskemia otot-otot uterus. Hal ini mungkin
merupakan faktor yang dapat mengganggu sirkulasi uteroplasenter
sehingga plasenta menjadi degenerasi.
e. Teori iritasi mekanik
Tekanan pada ganglion servikale dari pleksus frankenhauser
yang terletak di belakang serviks. Bila ganglion ini tertekan,
kontraksi uterus akan timbul.
f. Induksi partus (induction of labour)
Partus dapat ditimbulkan dengan jalan:
1) Gagang laminaria: beberapa laminaria dimasukkan dalam
kanalis servikalis dengan tujuan merangsang pleksus
frankenhauser.
2) Amniotomi: pemecahan ketuban.
3) Oksitosin drips: pemberian oksitosin menurut tetesan infus.
5. Patofisiologi Persalinan
a. Tanda-tanda permulaan persalinan
Tanda-tanda permulaan persalinan: (Manuaba, 2010)
1) Lightening atau settling atau dropping yaitu kepala turun
memasuki pintu atas panggul terutama pada primigravida. Pada
multipara tidak begitu kentara.
2) Perut kelihatan lebih melebar, fundus uterus turun.
3) Perasaan sering-sering atau susah kencing (polakisuria) karena

11
kandung kemih tertekan oleh bagian terbawah janin.
4) Perasaan sakit di perut dan di pegang oleh adanya kontraksi.
Kontraksi lemah di uterus, kadang-kadang disebut “ triase labor
pains”.
5) Serviks menjadi lembek, mulai mendatar dan sekresinya
bertambah juga bercampur darah (bloody show).
b. Tanda-tanda inpartu.
Menurut (Manuaba, 2010), tanda-tanda inpartu:
1) Kekuatan his makin sering terjadi dan teratur dengan jarak
kontraksi yang semakin pendek.
2) Dapat terjadi pengeluaran pembawa tanda (pengeluaran lendir,
lendir bercampur darah).
3) Dapat disertai ketuban pecah.
4) Pemeriksaan dalam, dijumpai perubahan serviks (perlunakan,
pendataran, dan pembukaan serviks).
6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persalinan
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi persalinan,
diantaranya: (Rukiyah et al., 2019).
a. Power (tenaga/kekuatan)
Kekuatan yang mendorong janin dalam persalinan adalah
his, kontraksi otot-otot perut, kontraksi diafragma, aksi dari
ligamen. Kekuatan yang diperlukan pada persalinan adalah his,
sedangkan sebagai kekuatan sekundernya adalah tenaga.
b. Passage (Jalan Lahir)
Jalan lahir terdiri atas panggul ibu, yakni bagian tulang yang
padat, dasar panggul yang relatif kaku oleh karena itu bentuk dan
ukuran panggul harus ditentukan sebelum persalinan dimulai.
c. Passenger (Janin dan Plasenta)
Cara penumpang passenger atau janin bergerak di sepanjang
jalan lahir merupakan akibat interaksi beberapa faktor yaitu ukuran
kepala janin, presentasi letak, sikap dan posisi janin.

12
d. Psikis Ibu
Penerimaan klien atas jalannya perawatan antenatal
(petunjuk dan persiapan untuk menghadapi persalinan),
Kemampuan klien untuk bekerja sama dengan penolong, dan
adaptasi terhadap rasa nyeri persalinan.
e. Penolong
Meliputi ilmu pengetahuan, keterampilan, pengalaman,
kesabaran, pengertiannya dalam menghadapi klien baik primipara
dan multipara
7. Tahapan Persalinan
Tahapan persalinan (Rukiyah et al., 2019)
a. Kala I (Kala Pembukaan)
Inpartu ditandai dengan keluarnya lendir bercampur darah
karena serviks mulai membuka dan mendatar. Darah berasal
dari pecahnya pembuluh darah kapiler sekitar kanalis servikalis
karena pergeseran-pergeseran, ketika serviks mendatar dan
membuka.
Kala I persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus
dan pembukaan serviks, hingga mencapai pembukaan lengkap (10
cm). Persalinan kala I dibagi menjadi 2 fase, yaitu fase laten dan
fase aktif.
1) Fase laten, dimana pembukaan serviks berlangsung lambat
dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan dan
pembukaan secara bertahap sampai pembukaan 3 cm,
berlangsung dalam 7-8 jam.
2) Fase aktif (pembukaan serviks 4-10 cm), berlangsung selama 6
jam dan dibagi dalam 3 subfase.
a) Periode akselerasi: berlangsung selama 2 jam,
pembukaan menjadi 4 cm.
b) Periode dilatasi maksimal: berlangsung selama 2 jam,
pembukaan berlangsung cepat menjadi 9 cm.

13
c) Periode deselerasi: berlangsung lambat, dalam 2 jam
pembukaan jadi 10 cm atau lengkap.
Pada fase aktif persalinan, frekuensi dan lama kontraksi
uterus umumnya meningkat (kontraksi dianggap adekuat jika terjadi
tiga kali atau lebih dalam waktu 10 menit dan berlangsung selama
40 detik atau lebih) dan terjadi penurunan bagian terbawah janin.
Berdasarkan kurva Friedman, diperhitungkan pembukaan pada
primigravida 1 cm/jam dan pembukaan multigravida 2 cm/ jam.
Mekanisme membukanya serviks berbeda antara
primigravida dan multigravida. Pada primigravida, ostium uteri
internum akan membuka lebih dulu, sehingga serviks akan
mendatar dan menipis, kemudian ostium internum sudah sedikit
terbuka. Ostium uteri internum dan eksternum serta penipisan dan
pendataran serviks terjadi dalam waktu yang sama
b. Kala II (Kala Pengeluaran Janin)
Kala II persalinan dimulai ketika pembukaan serviks sudah
lengkap (10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi. Kala II
pada primipara berlangsung selama 2 jam dan pada multipara 1 jam.
Tanda dan gejala kala II:
1) His semakin kuat, dengan interval 2 sampai 3 menit.
2) Ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya
kontraksi.
3) Ibu merasakan makin meningkatnya tekanan pada rektum
dan/atau vagina.
4) Perineum terlihat menonjol.
5) Vulva-vagina dan sfingter ani terlihat membuka.
6) Peningkatan pengeluaran lendir dan darah.
Diagnosis kala II ditegakkan atas dasar pemeriksaan dalam
yang menunjukkan:
1) Pembukaan serviks telah lengkap.
2) Terlihat bagian kepala bayi pada introitus vagina

14
c. Kala III (Kala Pengeluaran Plasenta)
Kala III persalinan dimulai setelah lahirnya bayi dan
berakhir dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban. Seluruh
proses biasanya berlangsung 5-30 menit setelah bayi lahir.
Perubahan psikologis kala III
1) Ibu ingin melihat, menyentuh, dan memeluk bayinya.
2) Merasa gembira, lega, dan bangga akan dirinya; juga merasa
sangat lelah.
3) Memusatkan diri dan kerap bertanya apakah vagina perlu
dijahit.
4) Menaruh perhatian terhadap plasenta
Manajemen aktif kala III (tiga) sangat penting dilakukan
pada setiap asuhan persalinan normal dengan tujuan untuk
menurunkan angka kematian ibu. Saat ini, manajemen aktif kala
III (tiga) telah menjadi prosedur tetap pada asuhan persalinan
normal dan menjadi salah satu kompetensi dasar yang harus
dimiliki setiap tenaga kesehatan penolong persalinan (dokter dan
bidan)
d. Kala IV (Kala Pengawasan)
Kala IV dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir 2 jam
setelah proses tersebut. Observasi yang harus dilakukan pada kala
IV:
1) Tingkat kesadaran.
2) Pemeriksaan tanda-tanda vital: tekanan darah, nadi dan
pernapasan.
3) Kontraksi uterus.
4) Terjadinya perdarahan. Perdarahan dianggap masih normal jika
jumlahnya tidak melebihi 400 sampai 500 cc.
Asuhan dan pemantauan pada kala IV
1) Lakukan rangsangan taktil (seperti pemijatan) pada uterus,
untuk merangsang uterus berkontraksi.

15
2) Evaluasi tinggi fundus dengan meletakkan jari tangan secara
melintang antara pusat dan fundus uteri.
3) Perkirakan kehilangan darah secara keseluruhan.
4) Periksa perineum dari perdarahan aktif (misalnya apakah ada
laserasi atau episiotomi).
5) Evaluasi kondisi ibu secara umum
Dokumentasikan semua asuhan dan temuan selama kala IV
persalinan di halaman belakang partograf segera setelah asuhan
diberikan atau setelah penilaian dilakukan.
8. Mekanisme Persalinan denagn Presentasi Kepala
Mekanisme persalinan sebenarnya mengacu pada bagaimana
janin menyesuaikan dan meloloskan dari pangul ibu yang meliputi:
(Rukiyah et al., 2019).
a. Turunnya kepala janin
Sebetulnya janin mengalami penurunan terus menerus dalam jalan
lahir sejak kehamilan trimester III, antara lain masuknya bagian
terbesar janin ke dalam pintu atas panggul (PAP) yang pada
primigravida 38 minggu atau selambat-lambatnya awal kala II.
b. Fleksi
Pada permulaan persalinan kepala janin biasanya berada dalam sikap
fleksi. Dengan adanya his dan tahan dari dasar panggul yang
semakin besar, maka kepala janain makin turun dan semakin fleksi
sehingga dagu janin menekan pada dada dan belakang kepala
(oksiput) mejadi bagian bawah. Keadaan ini dinamakan fleksi
maksimal.
Dengan fleksi maksimal kepala janin dapat menyesuaikan diri
dengan ukuran panggul ibu terutama bidan sempit panggul yang
ukuran panggul ibu terutama bidang sempit panggul yang ukur
melintang 10 cm. Untuk dapat melewatinya, maka kepala janin yang
awalnya masuk dengan ukuran diameter Oksipito Frontalis (11,5 cm)
harus fleksi secara maksimal menjadi diameter oksipito bregmatik

16
(9,5 cm).
c. Rotasi dalam atau putaran paksi dalam
Makin turunnya kepala janin dalam jalan lahir, kepala janin akan
berputar sedemikian rupa sehingga diameter terpanjang rongga
panggul atau diameter anterior posterior kepala janin akan
bersesuaian dengan diameter terkecil antero posterior pintu bawah
panggul (PBP). Hal ini mungkin karena kepala janin tergerak spiral
atau seperti sekrup sewaktu turun dalam jalan lahir. Bahu tidak
berputar bersama-sama dengan kepala akan memberntuk sudut 45.
Keadaan demikian disebut putaran paksi dalam dan ubun-ubun kecul
berada dibawah simfisis.
d. Ekstensi
Setelah putaran paksi selesai dan kepala sampai di dasar pangul,.
Terjadilah ekstensi atau depleksi dari kepala. Hal ini disebabkan
karena sumbu jalan lahir pada PBP mengarah ke depan dan ke atas,
sehingga kepala harus mengadakan ekstensi untuk melaluinya kalau
tidak terjadi ekstensi maka kepala akan tertekan pada pertemuan dan
menembusnya. Dengan ekstensi ini maka sub oksiput bertindak
sebagai hipomochilion (sumbu putar). Kemudian larilah berturut-
turut sinisiput (puncak kepala), dahi, hidung, mulut dan akhir dagu.
e. Rotasi luar atau putaran paksi luar
Setelah ekstensi kemudian diikuti dengan putaran paksi luar yang
pada hakikatnya kepala janin menyesuaikan kembali dengan sumbu
panjang bahu, sehingga sumbuh panjang bahu dengan sumbu
panjang kepala janin berada pada satu garis lurus.
f. Eksplusi
Setelah putaran paksi luar, bahu depan sampai di bawah sympisis
dan menjadi hipomochilion untuk kelahiran bahu belakang.
Kemudian bahu belakang menyusul dan selanjutnya seluruh tubuh
bayi lahir searah dengan paksi jalkan lahir.

17
9. Tanda-tanda Bahaya Persalinan
Ada beberapa tanda-tanda bahaya ibu bersalin yang akan
mengancam jiwa diantaranya: syok pada saat peraslinan, perdarahan pada
saat persalinan, nyeri kepala, gangguan penglihatan, kejang atau koma,
tekanan darah tinggi, persalinan yang lama, gawat janin dalam
persalinan, demam dalam persalinan, nyeri perut hebat dan sukar
bernafas (Rukiyah et al., 2019).

C. MODEL DOKUMENTASI KEBIDANAN


Dalam melakukan pencatatan asuhan kebidanan ada beberapa metode
pendokumentasian yang dapat dilakukan oleh bidan, salah satunya yaitu dengan
model SOAP. SOAP merupakan catatan yang bersifat sederhana, jelas, logis dan
tertulis. Bidan hendaknya menggunakan dokumentasi SOAP setiap kali bertemu
pasien. Alasan catatan SOAP dipakai dalam pendokumentasian adalah karena
metoda SOAP merupakan kemajuan informasi yang sistematis yang
mengorganisirpenemuan dan kesimpulan dalam rencana asuhan, metoda SOAP
dapat dipakai sebagai penyaring inti sari proses penatalaksanaan kebidanan dalam
tujuannya penyediaan dan pendokumentasian asuhan, dan dengan SOAP dapat
membantu bidan dalam mengorganisir pikiran dan asuhan yang menyeluruh.
a. S= Subjektif
Data subjektif adalah data yang diperoleh dari sudut pandang pasien atau
segala bentuk pernyataan atau keluhan dari pasien. Pada pasien bisu maka
dibagian data belakang “S” diberi kode”0” atau “X”.
b. O=Objektif
Data objektif merupakan data yag diperoleh dari hasil pemeriksaan /
observasi bidan atau tenaga kesehatan lain. Yang termasuk dalam data
objektif meliputi pemeriksaan fisik pasien, pemeriksaan laboratorium, atapu
pemeriksaan diagnostik lainnya.
c. A=Assesment
Assesment merupakan pendokumentasian dari hasil analisa data subjektif dan
data objektif. Analisa yang cepat dan akurat sangat diperlukan guna

18
pengambilan keputusan / tindakan yang tepat.
d. P=Planning
Planning (Perencanaan) adalah rencana yang dibuat berdasarkan hasil analisa.
Rencana asuhan ini meliputi rencana saat ini dan akan datang.

19
DAFTAR PUSTAKA

Asrinah, dkk. (2017). Asuhan Kebidanan Masa Kehamilan. Yogyakarta: Graha


Ilmu.
Mangkuji, B. (2017). Asuhan Kebidanan 7 langkah SOAP. Jakarta: EGC.
Manuaba. (2010). Ilmu Kebidanan dan Keluarga Berencana untuk Pendidikan
Bidan. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Munthe, J., Adethia, K., Simbolon, L. M., & Damanik, L. P. U. (2019). Buku Ajar
Asuhan Kebidanan Berkesinambungan (Continuity of Care). Jakarta: CV.
Trans Info Media.
Nugrahaeny, E. (2012). Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin. Jakarta: Salemba
Medika.
Prawirohardjo, S. (2014). Ilmu Kebidanan. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Purwoastuti, E., & Walyani, E. S. (2015). Mutu Pelayanan Kesehatan dan
Kebidanan. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
Rukiyah, A. Y., Yulianti, L., Maemunah, & Susilawati, L. (2019). Asuhan
Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir. Jakarta: CV. Trans Info Media.
Saifuddin, A. . (2010). Asuhan Kebidanan Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohadjo.

20

Anda mungkin juga menyukai