Sungguh lelah sudah menjalari Tangan gemetar melawan hasrat Kaki mencoba bergerak namun ternyata masih terbebat
Susah, susah membisikkanku
Lelah, lelah merayu manisku Darah ku hilang di telan bumi Bawa hanyut tubuhku yang tak berpenghuni
Aku kehilangan kewarasanku
Tertawa terhadap setiap kegagalanku Aku terluka dan menderita Oleh karena kejamnya dunia yang mendera
Aku hampir hilang pengharapan
Atas dunia yang penuh kepalsuan Rasanya aku ingin terus tertidur Tak sanggup melihat kenyataan yang begitu hancur
Namun, sesaat sebelum dingin memenuhiku
Aku mendengar suara kecil yang membisikkan kata tunggu Akupun mencari tahu dan membuka mata perlahan Mencoba mengenali sumber yang beriku kekuatan
Samar namun aku mengenalnya dengan pasti
Menjalar hingga ke tiap serat daging dalam tubuh ini Membuat darahku mengalir kembali Dan beri satu sentuhan semangat membara dalam api
“Bangun, bangun, dan bangun”
Suara itu semakin jelas menghampiriku yang telah lama tertegun Menusuk ketiap sisi permukaan kulitku Hendak buatku sadar dari keterpurukan yang membelenggu Banting, kata tetua Memantul lah lebih tinggi dari sebelumnya Sudahi tangis air mata yang mendera Saatnya menjadi pribadi baru yang perkasa
“Bangun, bangun, dan bangun”
Kenakan jubahmu dan buang segala sesal yang selama ini menimbun Sudahi perundungan atas diri di masa lalu Saatnya kibarkan panji untuk hidup yang baru