Anda di halaman 1dari 9

BAKTIMAS Vol. 4, No.

3, eISSN 2685-113x
Jurnal Pengabdian pada Masyarakat September 2022 pISSN 2685-0303

Penyuluhan Tentang Penyakit Osteoporosis Pada Lansia


Di Kemukiman Gampong Mesjid Baro Kecamatan
Indrajaya Kabupaten Pidie
Novi Aklima, Ramadhani

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Medika Nurul Islam, Sigli


noviaklima19892020@gmail.com

ABSTRAK

Meningkatnya usia harapan hidup menyebabkan berbagai penyakit degeneratif


dan metabolik, termasuk osteoporosis akan menjadi permasalahan muskuloskletal
yang memerlukan perhatian khusus, terutama di negara-negara berkembang.
Upaya penyuluhan dan skrining pada masyarakat mengenai osteoporosis sangat
diperlukan dalam mengantisipasi peningkatan jumlah kasusnya dimasyarakat.
Untuk itu pemohon bermaksud untuk melakukan suatu kegiatan berupa
penyuluhan dan pemeriksaan osteoporosis serta melakukan konsultasi mengenai
hasil dari skrining tersebut di kecamatan Indrajaya sebagai salah satu bentuk
kepedulian pemohon sebagai dosen dan tenaga kesehatan yang ada di Pidie.
Kegiatan ini dilakukan dengan metode penyuluhan dan pemeriksaan langsung
peserta, memberikan edukasi kepada peserta sesuai dengan hasil pemeriksaan
kepadatan tulang. Pemeriksaan kepadatan tulang menggunakan alat densitometer
yang mempunyai sensitivitas yang akurat. Lokasi kegiatan dilakukan di Gampong
Mesjid Baro dan kegiatan ini diselenggarakan satu kali, pada bulan Agustus 2022.
Jumlah peserta 110 orang. Peserta berjenis kelamin perempuan sebanyak 60 orang
(82,25%), rerata usia 33 sampai 37 tahun dengan usia termuda 19 tahun dan usia
tertua 63 tahun. Hasil pemeriksaan kepadatan tulang dengan cara melihat T-Score
yang didapat. Hasil pengukuran kepadatan tulang berdasarkan usia, diketahui
bahwa 55 (44,35%) peserta mengalami kecenderungan osteoporosis yakni dengan
hasil T-Score yang didapat ≥ -2,5, 69 (55,64%) peserta mendapatkan T-Score < -
2,5. Hasil pemeriksaan kepadatan tulang berdasarkan jenis kelamin diketahui
bahwa perempuasn lebih cenderung terkena osteoporosis dibandingkan laki-laki.
Semua peserta baik yang tidak merasakan keluhan pada tulang tetap dilakukan
pemeriksaan kepadatan tulang dan berkonsultasi
Kata Kunci: Penyakit Osteoporosis, Lansia, Kepadatan Tulang, Gampong
Masjid

PENDAHULUAN
Osteoporosis merupakan penyakit yang menyebabkan tulang menjadi lemah dan
tidak tahan terhadap tekanan maupun fraktur (patah tulang). Gerakan ringan seperti
memutar tubuh ke belakang, menggeser kursi bahkan sekedar batuk saja dapat
berakibat keretakan atau patah tulang. Sekali terkena osteoporosis, gerakan menjadi
terbatas, sayangnya, osteoporosis tergolong silent desease, sehingga penderitanya
sering kali keliru dengan gejala penyakit yang lain seperti rematik atau nyeri sendi. Ciri
147
Novi Aklima, Ramadhani

khas osteoporosis yang dramatis adalah berkurangnya tinggi badan dan tulang belakang
yang membengkok akibat mengerutnya beberapa ruas tulang belakang yang disertai
nyeri.
Osteoporosis merupakan penyakit tulang yang umum pada orang dewasa.
Penyakit ini menyebabkan tulang lebih mudah keropos dan lebih mudah patah dari
pada tulang yang lebih normal. Patah tulang paling sering terjadi pada pergelangan
tangan, tulang belakang, serta pinggang, tetapi semua tulang juga bisa mengalaminya.
Perempuan kulit putih lebih mudah terkena, tetapi adapula faktor resiko lainnya
mencakup asupan kalsium yang rendah, aktifitas fisik yang berkurang, konsumsi obat-
obaatan tertentu, dan pewarisan riwayat penyakit pada keluarga.
Osteoporosis adalah masalah kesehatan utama di seluruh dunia. Pada orang
yang menderita penyakit ini, tulang menjadi tipis dan rapuh dan pada akhirnya patah.
Alaupun lebih banyak terjadipada wanita, pria juga tidak luput dari penyakit ini.
Osteoporosis merupakan akibat dari kombinasi berkurangnya masa puncak tulang dan
meningkatnya masa otot yang hilang. Masa puncak tulang biasanya di capai pada usia
20-an dan tergantung pada faktor keturunan pada masa anak-anak dan remaja. Tingkat
masa tulang yang hilang tergantung pada pemasukan kalsium dan olahraga, begitu juga
dengan keadaan biasa merokok dan penyakit –penyakit serta penggunaan obat-obatan
tertentu.
Penyakit osteoporosis lebih banyak menyerang wanita, pria tetap memilki risiko
terkena penyakit osteoporosis. Sama seperti pada wanita, penyakit osteoporosis pada
pria juga dipengaruhi estrogen. Bedanya laki-laki tidak mengalami menopause,
Sehingga osteoporosis datang lebih lambat. Jumlah usia lanjut di Indonesia di
perkirakan akan naik 41,4% dalam kurun waktu 1990-2025, sedangkan perempuan
menopause yang tahun 2000 di perhitungkan 15,5% juta akan naik menjadi 24 juta
pada tahun 2015 (Nasrullah,D. 2016).
Osteoporosis merupakan masalah yang berkaitan dengan proses penuaan, oleh
karena itu ancaman masalah osteoporosis terjadi tidak hanya di negara berkembang
tetapi juga di negara maju. Osteoporosis merupakan faktor utama keretakan pada paha,
tulang belakang dan pergelangan tangan. Osteoporosid di definisikan sebagai penyakit
kronik yang di tandai dengan rendahnya massa tulang yang di sertai mikroarsitektur
tulang dan penurunan kualitas jaringan tulang yang dapat menimbulkan kerapuhan
tulang. Akibatnya tulang mudah retak atau bahkan terjadi patah tulang. Penyebab
osteoporosis dipengaruhi oleh berbagai faktor dan pada individu bersifat multifaktoral
seperti gaya hidup tidak sehat, kurang gerak, tidak berolahraga serta pengetahuan
mencegah osteoporosis yang kurang akibat kurangnya aktivitas fisik yang dilakukan
sehari-hari mulai anak-anak sampai dewasa, serta kurangnya asupan kalsium. Maka
kepadatan tulang menjadi rendah sampai terjadinya osteoporosis. Konsumsi kalsium
yang rendah atau menurunnya kemampuan tubuh untuk menyerap kalsium yang
umumnya terjadi pada orang tua juga dapat menyebabkan osteoporosis. Kekurangan
magnesium juga dinyatakan sebagai salah satu penyebab osteoporosis. Magnesium
terlibat dalam 300 lebih fungsi tubuh, selain untuk membantu metabolisme kalsium dan
vitamin D, magnesium juga berperan langsung dalam mencegah pengeroposan tulang.
Seiring dengan bertambahnya usia, angka kejadian osteoporosis di indonesia
cenderung meningkat. Sesuai dengan siklus perkembangan tubuh, mulai usia 40 tahun
masa tulang mulai menurun. Perubahan demografis dalam 50 tahun mendatang akan
mengakibatkan terjadinya peningkatan jumlah penduduk lansia di negara berkembang,
148
BAKTIMAS Vol. 4, No. 3, eISSN 2685-113x
Jurnal Pengabdian pada Masyarakat September 2022 pISSN 2685-0303

dengan demikian jumlah penderita osteoporosis di perkirakan akan meningkat secara


signifikan.selain itu, rendahnya pengetahuan dan pemahaman masyarakat mengenai
cara pencegahan osteoporosisjuga menjadi pemicu meningkatnya penderita
osteoporosis (Candra widyanto,F. 2013).
Sekarang terdapat beberapa kesempatan untuk mencegah dan merawat
osteoporosis. Untuk mencegah osteoporosis dibutuhkan pemasukan kalsium dan
vitamin D yang memadai, menghindari merokok, melakukan olahraga angkat berat
yang teratur, dan untuk wanita pasca-menopause, menggunakan terapi pengganti
hormon kecuali jika terapi ini bersifat kontra-indikasi karena alasan medis. Berbagai
obat-obatan juga tersedia dan diizinkan oleh Food and Drug Administration untuk
mencegah dan merawat osteoporosis. Selain terapi-terapi tersebut di atas terdapat pula
terapi yang dapat menjadi salah satu alternatif pengobatan osteoporosis yang kerap
sekali terjadi pada lansia yaitu senam osteoporosis (Nasrullah,D.2016).
Berdasarkan paparan diatas dapat disimpulkan bahwa perempuan lebih berisiko
terkena osteoporosis, dengan demikian masyarakat terutama lansi perlu mengetahui
pencegahan osteoporosis untuk mendeteksi terjadinya osteoporosis. Adapun beberapa
upaya untuk menghindari osteoporosis yang paling murah dan mudah adalah dengan
mengkonsumsi makanan yang mengandung kalsium, (seperti sayuran hijau, jeruk,
citrun, makanan laut), melakukan latihan fisik (seperti jalan kaki, jogging, aerobic);
hindari yag menghambat penyerapan kalsium (seperti merokok, minum alcohol.
Disamping itu, masyarakat terutama lansia sangat berperan penting dalam upaya
pencegahan dan faktor-faktor terjadinya osteoporosis. Hal ini di karenakan perempuan
lebih mendominasi terjadinya osteoporosis dibandingkan dengan pria. Serta beberapa
faktor penting yang dapat mempengaruhi pengetahuan masyarakat tentang pencegahan
osteoporosis dan faktor-faktor terjadinya osteoporosis.
Sementara itu, data untuk kasus osteoporosis di Aceh, setelah penulis lakukan
penelusuran dari berbagai referensi, baik dari koran, buku, majalah, ataupun dari
internet, penulis tidak menemukan data yang akurat mengenai oesteoporosis, tetapi
penulis meyakini ini ada hubungannya, dan tidak terungkap ke publik secara terang-
terangan karna dianggap biasa saja. Sedangkan untuk Kabupaten Pidie, menurut
informasi yang penulis peroleh masih dalam pendataan, dan untuk Kecamatan Pidie
khusus nya Kemukiman Gampong Mesjid Baro didapatkan data masyarakat yang
menderita osteoporosis sebanyak 69 orang (Data Puskesmas Pidie, Maret 2021 ).
Berdasarkan survey awal yang penulis lakukan di Kemukiman Gampong
Mesjid Baro Kec. Indrajaya Kabupaten Pidie yang terdiri dari 8 (delapan) Desa dengan
jumlah lansia 219 jiwa. Oleh penulis telah mewawancarai 16 lansia, 10 diantaranya
masih kurang mengerti tentang seberapa pentingnya pencegahan osteoporosis dan
faktor-faktor terjadinya osteoporosis. Maka dari itu, penulis tertarik ingin melakukan
penelitian yang berjudul “Gambaran Pengetahuan Tentang Penyakit Osteoporosis pada
Lansia di Kemukiman Gampong Mesjid Baro Kec. Indrajaya Kabupaten Pidie”.
Kemukiman Gampong Mesjid Baro Kec. Indrajaya Kabupaten Pidie merupakan
suatu gampong yang sumber pendapatan masyarakatnya bertumpu dari asil pertanian
dan perkebungan, dimana tanaman padi merupakan komoditi andalan untuk gampong
ini. Selain Bertani Sebagian masyarakat bekerja sebagai tukang dan PNS. Meskipun
demikian tingkat kesejahtraan rata-rata keluarga yang ada di Gampong Mesjid Baro
masih kurang mampu, dari tahun ketahun keluarga kurang mampu semakin meningkat.
149
Novi Aklima, Ramadhani

Peningkatan tertinggi ditunjukkan oleh keluarga yang kurang mampu dengan


persentase peningkatan sebesar 70% dari 48 keluarga pada tahun 2019 menjadi 70
keluarga pada tahun 2020. Sedangkan persentase peningkatan terendah ditunjukkan
pada keluarga kaya sebesar 15% dari 5 keluarga ditahun 2019 menjadi 12 keluarga
ditahun 2020. Hal ini dikarenakan kebutuhan hidup yang semakin meningkat, jumlah
anggota keluarga yang semakin bertambah dan tingkat pendapatan yang masih rendah.
Berikut peta wilayah Gampong Mesjid Baro Kec. Indrajaya Kabupaten Pidie.
Berdasarkan luas wilayah Gampong Mesjid Baro Kecamatan Indrajaya merupakan
salah satu gampong yang terletak di Kabupaten Aceh Pidie yang berjarak 2 meter dari
Ibu Kota Kecamatan. Luas Wilayah 90 Ha, dengan jumlah penduduk + 392 jiwa.
Dengan jumlah penduduk tersebut dapat di lihat dari segi social ekonomi bahwa rata-
rata keluarga yang ada di Gampong tersebut masih kurang mampu, dari tahun ke tahun
keluarga kurang mampu semakin meningkat.penghasilan yang di peroleh rata-rata
kurang dari Rp. 1.000.000. peningkatan tertingi di tunjukkan oleh keluarga yang
kurang mampu dengan presentase sebesar 70% dari 48 keluarga pada tahun 2015
menjadi 75% pada tahun 2019. Sedangkan presentase peningkatan terendah di
tunjukkan pada keluarga kaya sebesar 15% dari 6 keluarga di tahun 2015 menjadi 10
keluarga di tahun 2019. Hal ini dikarenakan kebutuhan hidup yang semakin meningkat,
jumlah anggota keluarga yang semakin bertambah dan tingkat pendapatan yang asih
rendah.

Sebagai pusat pendidikan kesehatan, STIKes Medika Nurul Islam dan Desa
Gampong Mesjid Baro Kecamatan Indrajaya Kabupaten Pidie memiliki tanggung
jawab sosial untuk memberikan edukasi, yang bersifat promotif dan preventif kepada
masyarakat sekitar. dari kegiatan penyuluhan ini diharapkan STIKes Medika Nurul
Islam dan Gampong Mesjid Baro Kecamatan IndraJaya Kabupaten Pidie dapat
memberikan edukasi kesehatan kepada masyarakat untuk menjaga dan meningkatan
derajat kesehatan nya. Adapun tema kegiatan ini adalah “Penyuluhan Kesehatan
Tentang Penyakit Osteoporosis pada Lansia di Kemukiman Gampong Mesjid Baro
Kec. Indrajaya Kabupaten Pidie”.

150
BAKTIMAS Vol. 4, No. 3, eISSN 2685-113x
Jurnal Pengabdian pada Masyarakat September 2022 pISSN 2685-0303

METODE PELAKSANAAN
Adapun metode pelaksanaan kegiatan penyuluhan Osteoporosis Pada Lansia,
pada masyarakat Gampong Mesjid Baro Kec. Indrajaya Kabupaten Pidie dengan
jumlah peserta 110 orang. Tahapan yang dilakukan penulis agar pelaksanaan
penyuluhan ini berjalan dengan baik adalah sebagai berikut:
1. Tahap persiapan membentuk kepanitiaan kegiatan
a. Melakukan koordinasi untuk menetukan waktu pelaksanaan pertemuan.
b. Menyusun proposal (pre planning).
c. Melakukan proses bimbingan pelaksanaan kegiatan.
2. Tahap- tahap pelaksanaan.
a. Tempat : Desa Gampong Mesjid Baro Indrajaya Kecamatan Pidie
Kabupaten pidie
b. Pelaksana :
Dosen Kebidanan STIKes Medika Nurul Islam Sigli
c. Strategi atau langkah pelaksanaan
1) Kegiatan:
a) Kegiatan pendahuluan: Perkenalan dan penjelasan tujuan
pelaksanaan kegiatan penyuluhan Program pencegahan osteoporosis
b) Kegiatan inti: Penyampaian materi, tanya jawab dan praktek langsung
tentang Program skrening osteoporosis .
c) Kegiatan penutup: Penarikan kesimpulan tentang penggunaan alat
kontrasepsi dan Penutupan
2) Metode : ceramah, LCD dan tanya jawab.
3) Media : Laptop, infokus, dan leaflet materi penyuluhan.
Pelaksanaan penyuluhan kesehatan ini bertujuan adalah menurunkan angka
kematian Ibu (AKI) dengan cara meningkatkan pelayanan kesehatan yang optimal.
Agar masyarakat sadar sepenuhnya terhadap pentingnya masalah kesehatan terutama
kesehatan rerpoduksi wanita. Menurunkan Angka Kematian Bayi (AKB) yaitu dengan
memberikan penjelasan dengan asuhan pada neonatal dan memberikan pelayanan yang
sesuai dengan profesinya.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Osteoporosis
Menurut Departemen Kesehatan RI pada tahun 2009, dampak osteoporosis di
Indonesia sudah dalam tingkat yang harus diwaspadai, yaitu mencapai 19,7% dari
populasi. Data WHO, pada tahun 2009 osteoporosis menduduki peringkat kedua
dibawah penyakit jantung sebagai masalah kesehatan utama dunia. Menurut data
Internasional Osteoporosis Foundation lebih dari 30% wanita diseluruh dunia
mengalami resiko seumur hidup untuk patah tulang akibat osteoporosis, bahkan
mendekati 40%, sedangkan pada pria, resikonya berada pada angka 13%.

151
Novi Aklima, Ramadhani

Gambar 1. Pelaksaan Kegiatan


Penyebab osteoporosis dipengaruhi oleh berbagai faktor dan pada individu
bersifat multifaktoral seperti gaya hidup tidak sehat, kurang gerak, tidak berolahraga
serta pengetahuan mencegah osteoporosis yang kurang akibat kurangnya aktivitas fisik
yang dilakukan sehari-hari mulai anak-anak sampai dewasa, serta kurangnya asupan
kalsium. Maka kepadatan tulang menjadi rendah sampai terjadinya osteoporosis.
Konsumsi kalsium yang rendah atau menurunnya kemampuan tubuh untuk menyerap
kalsium yang umumnya terjadi pada orang tua juga dapat menyebabkan osteoporosis.
Kekurangan magnesium juga dinyatakan sebagai salah satu penyebab osteoporosis.
Magnesium terlibat dalam 300 lebih fungsi tubuh, selain untuk membantu
metabolisme kalsium dan vitamin D, magnesium juga berperan langsung dalam
mencegah pengeroposan tulang.
Osteoporosis adalah kondisi terjadinya penurunan densitas / matriks / massa
tulang, peningkatan porositas tulang dan penurunan proses mineralisasi di sertai dengan
kerusakan arsitektur mikro jaringan tulang yang mengakibatkan penurunan kekokohan
tulang sehingga tulang menjadi mudah patah. Osteoporosis merupakan hasil interaksi
kompleks yang menahun antara faktor genetik dan faktor lingkungan.
Lokasi kegiatan dilakukan di Gampong Mesjid Baro dan kegiatan ini
diselenggarakan satu kali, pada bulan Agustus 2022. Jumlah peserta 124 orang. Peserta
berjenis kelamin perempuan sebanyak 102 orang (82,25%), rerata usia 33 sampai 37
tahun dengan usia termuda 19 tahun dan usia tertua 63 tahun. Hasil pemeriksaan
kepadatan tulang dengan cara melihat T-Score yang didapat. Hasil pengukuran
kepadatan tulang berdasarkan usia, diketahui bahwa 55 (44,35%) peserta mengalami
kecenderungan osteoporosis yakni dengan hasil T-Score yang didapat ≥ -2,5, 69
(55,64%) peserta mendapatkan T-Score < -2,5. Hasil pemeriksaan kepadatan tulang
berdasarkan jenis kelamin diketahui bahwa perempuasn lebih cenderung terkena
osteoporosis dibandingkan laki-laki. Semua peserta baik yang tidak merasakan keluhan
pada tulang tetap dilakukan pemeriksaan kepadatan tulang dan berkonsultasi.

Konsep Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil “Tahu”, dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindra
manusia, yakni : indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian
besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau
152
BAKTIMAS Vol. 4, No. 3, eISSN 2685-113x
Jurnal Pengabdian pada Masyarakat September 2022 pISSN 2685-0303

kognitif merupakan dominan yang sangat penting untuk bentuknya tindakan seseorang
(Notoatmodjo, 2010).
Dalam pengertian lain, pengetahuan adalah berbagai gejala yang ditemui dan
diperoleh manusia melalui pengamatan akal. Pengetahuan muncul ketika seseorang
mengggunakan akal budinya untuk mengenali benda atau kejadian tertentu yang belum
pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya. Misalnya ketika seseorang mecicipi masakan
yang baru dikenanlnya, ia akan mendapatkan pengetahuan tentang bentuk, rasa, dan
aroma masakan tersebut (Fariyah, 2011).
Pengetahuan dan pendidikan sangat erat kaitannya, dan diharapkan masyarakat
yang berpendidikan lebih tinggi akan memiliki wawasan yang lebih luas. Namun perlu
ditekankan bahwa ini tidak berarti bahwa orang yang berpendidikan rendah pasti
berpengetahuan rendah. Pengetahuan seseorang tentang suatu objek mengandung dua
aspek, yaitu aspek positif dan aspek negatif. Kedua aspek ini akan menentukan sikap
seseorang, dan semakin banyak aspek positif dan objek yang diketahui akan
menimbulkan sikap positif terhadap objek tertentu. Menurut teori Organisasi Kesehatan
Dunia (WHO), benda sehat dapat digambarkan dengan pengetahuan yang dipelajari
dari pengalaman sendiri (Notoatmodjo, 2010).

Pemahaman Masyarakat Tentang Osteoporosis


Osteoporosis adalah penyakit tulang sistemik yang ditandai dengan penurunan
densitas atau kepadatan massa tulang yang mengakibatkan tulang menjadi rapuh atau
mudah patah. Penyakit ini biasanya dialami oleh wanita dan umumnya dimulai sejak
memasuki masa menopause. Jadi, bagi wanita yang memasuki masa menopause, satu
lagi hal yang tak boleh luput dari perhatian adalah kepadatan massa tulang. Informasi
mengenai tingkat kepadatan massa tulang dapat menjadi deteksi terjadi-tidaknya
osteoporosis. Terlebih, masa pasca (post) menopause dan senilis (penuaan atau usia)
adalah penyebab primer dari osteoporosis. Selain itu, ada juga penyebab sekunder,
yaitu penyakit yang diderita oleh seseorang. Penyakit-penyakit yang dimaksud adalah
yang menyebabkan berkurangnya penyerapan kalsium atau sebaliknya output menjadi
terlalu banyak sehingga kebutuhan akan kalsium meningkat. Selain itu, penyakit
hormonal yang menyebabkan terganggunya hormon estrogen dan progesteron juga bisa
jadi penyebab. Untuk penyebab sekunder, meski tidak setinggi penyebab primer, tapi
dapat dialami sejak usia dini. (Silitonga, 2012).
Ada beberapa pemahaman di masyarakat yang selama ini keliru bahwa dengan
meminum susu saja osteoporosis dapat di cegah. Sampai saaat ini osteoporosis masih
menjadi masalah dalam kesehatan masyarakat. Banyak masyarakat belum memahami
bagaimana cara modifikasi gaya hidup untuk bisa hidup berdampingan dengan penyakit
yang di derita. Hal ini pun dapat terjadi karena kurangnya program maupun system
pendukung dari tenaga Kesehatan di Gampong tersebut. Perilaku kesadaran dan
pengetahuan masyarakat mengenai pencegahan penyakit osteoporosis masih kurang.
Factor yang mempengaruhi kurangnya pemahaman masyarakat akan pengetahuan
peningkatan dan pencegahan tersebut adalah kurangnya informasi dari tenaga
Kesehatan.
Minimnya pengetahuan lansia tentang osteoporosis dan upaya pencegahannya
mengakibatkan banyak lansia di Gampong Mesjid Baro Kecamatan Indrajaya Kabupate
Pidie yang mengalami patah tulang. Kejadian ini sebenarnya dapat dicegah dengan cara
153
Novi Aklima, Ramadhani

skrining dan pengaturan diet dan suplementasi yang menjadi salah satu alternative
untuk mencegah dan memperbaiki kepadatan tulang. Sebagian besar masyarakat
enggan untuk melakukan skrining osteoporosis. Penyebab keengganan tersebut
beragam, mulai dari aspek ketidaktahuan, aspek biaya, keterjangkauan ke lokasi
pemeriksaan, keterbatasan sarana prasarana maupun aspek waktu

Partisipasi Masyarakat

Upaya penyuluhan dan skrining osteoporosis diperlukan partisipasi dari semua


pihak, baik dokter pemerintah, swasta maupun masyarakat diperlukan agar
osteoporosis dapat dicegah. Kegiatan penyuluhan ini dapat berjalan dengan baik
dibuktikan antusiasme lansia dalam mengikuti penyuluhan dan pengisian Angket
tingkat pengetahuan lansia tentang osteoporosis. Dari angket tersebut di dapat hasil
tentang tingkat pengetahuan lansia dari nilai rata-rata prete dan postes sebesar 23,86
dari nilai rata-rata postes sebesar 21,16.

Dukungan Penyuluhan Dari Gampong


Dalam kegiatan pengabdian masyarakat tentang osteoporosis ini mendapat
dukungan yang positif dari masyarakat dan stakeholder yang ada di gampong masjid
baro Kecamatan Indrajaya Kabupaten Pidie. Di tandai dengan banyaknya masyarakat
dan tokoh pemangku kebijakan di gampong tersebut yang turut hadir dalam acara
penyuluhan. Mereka sangat mendukung kegiatan ini di lakukan dan mereka juga
menyarankan untuk membuat agenda skrining khusus pencegahan osteoporosis secara
gratis pada lansia tentunya dengan kolaborasi petugas Kesehatan secara continue.

PENUTUP
Kesimpulan
Penyuluhan dan pemeriksaan kepadatan tulang merupakan penapisan awal untuk
mencegah komplikasi lebih lanjut dari seseorang yang apabila terjadi komplikasi dapat
menurunkan kualitas hidup. Dari kegiatan ini, peserta akan mendapat informasi yang
berharga dalam rangka mengatur pola hidup dan pola makan yang baik sehingga dapat
mempertahankan nilai kepadatan tulang dalam batas normal. Kegiatan ini diikuti 124
peserta, 44,35% peserta kemungkinan mengalami gejala osteoporosis. Kondisi
pendidikan masyarakat Gampong Mesjid Baro masih tergolong rendah, hal ini terlihat
dari banyaknya masyarakat yang rata-rata hanya tamat SMP. Sarana dan prasarana
yang tersedia di Gampong Mesjid Baro masih belum lengkap sehingga menghambat
laju pertumbuhan dan pembangunan Desa dalam meningkatkan sumber daya manusia
yang berkualitas. Kondisi kesehatan masyarakat Gampong Mesjid Baro dalam
pemenuhan gizi di masih tergolong rendah, hal ini disebabkan pendapatan yang tidak
memadai dalam mencukupi kebutuhan gizi keluarga.Namun dalam fasilitas kesehatan
di Desa Gampong Mesjid Baro sudah tergolong cukup baik. Kondisi pendapatan
masyarakat Gampong Mesjid Baro masih rendah dan ditambah dengan tanggungan
anggota keluarga yang banyak. Hal ini dapat dilihat dari pekerjaan masyarakat yang
sebagian besar adalah petani.

154
BAKTIMAS Vol. 4, No. 3, eISSN 2685-113x
Jurnal Pengabdian pada Masyarakat September 2022 pISSN 2685-0303

DAFTAR PUSTAKA

Azwar, 2005, Badan Pusat Statistic, Jakarta.


BKKBN, 2014. Alat Kontrasepsi Bawah Kulit (Implant/Susuk KB). Jakarta : BKKBN
Budiarto. 2005. Biostatistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat, EGC,
Jakarta
Everett, Suzanne. 2007. Buku Saku Kontrasepsi dan Kesehatan Seksual reproduktif,
Ed.2. Penerjemah Nike Budhi Subekti. Jakarta: EGC
Ginting, Rosnani. 2010. Sistem Produksi. Yogyakarta: GRAHA ILMU.
Glasier, A., dan Gebbie, A. (2005). Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi,
Jakarta : EGC
Handayani, Sri. 2010. Buku Ajar Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta:
Pustaka
Heffner, L dan Schust, D, 2006. At a Glance Sistem Reproduksi, Edisi 2, Alih Bahasa
Vidhia Umami. Jakarta: Erlangga
Hurlock, E. 2004. Psikologi Perkembangan. Jakarta : PT Gramedia Pustaka
Silitonga.J, 2019. Deteksi dan Cegah Osteoporosis. Pondok Indah.
Manuaba. 2010. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan KB Untuk Pendidikan
Bidan. Jakarta: EGC
Mochtar Rustam, 2008, Sinopsis Obstetri, Jakarta: EGC.
Notoatmodjo, S. 2007. Ilmu Kesehatan Masyarakat, Edisi Revisi, Jakarta: Rineka
Cipta.
Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan,
Salemba Medika, Jakarta
Saifuddin. 2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: PT Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Sarwono. 2010. Ilmu Kebidanan. Edisi 4. Jakarta : P.T Bina Pustaka.
Prawihardjo. 2010. Ilmu Kandungan. Jakarta: YBP-SP
Varder, 2006. Buku ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4. Jakarta: EGC
Widyastuti, Yani dkk. 2009. Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta: Fitramaya.
Wiknjosastro, Hanifa. 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka

155

Anda mungkin juga menyukai