Anda di halaman 1dari 22

EFEKTIVITAS E-LKPD BERBASIS PENDEKATAN INVESTIGASI KELOMPOK

TERHADAP KEMAMPUAN BERFIKIR KRITIS PADA SISWA


SMP N 15 KOTA BENGKULU

Disusun oleh :

Okta Rahma Putri


A1M019007

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

JURUSAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS BENGKULU

2022
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pendidikan merupakan persoalan yang sangat penting bagi kemajuan suatu


bangsa. Pendidikan harus mampu menghasilkan manusia yang berkualitas dan mampu
bersaing dengan negara-negara lain disamping harus memiliki ilmu pengetahuan, budi
pekerti luhur dan moral yang baik. Berbagai upaya dilakukan untuk meningkatkan
kualitas pendidikan nasional. Sekolah sebagai salah satu lembaga pendidikan formal
berupaya meningkatkan kualitas pendidikan, melalui pengembangan dan perbaikan
kurikulum, perbaikan sarana dan prasarana pendidikan, pengembangan materi
pembelajaran, serta pelatihan bagi guru. Banyak faktor yang mempengaruhi kualitas
pendidikan, diantaranya yaitu guru, siswa, pendekatan, maupun model pembelajaran
yang digunakan. Guru memiliki peran yang besar dalam proses belajar mengajar.
Selain memberikan pengetahuan guru juga membimbing siswa, mendorong potensi
siswa membangun kepribadian siswa, serta memberikan motivasi siswa dalam belajar.
Oleh karena itu guru harus memiliki kreativitas yang tinggi dalam menyampaikan
materi pembelajaran agar siswa tertarik dan aktif dalam mengikuti pembelajaran yang
disajikan guru.

Mutu pendidikan perlu diperhatikan untuk mencapai tujuan pendidikan,


sedangkan mutu sendiri dapat dilihat dari keberhasilan yang diraih oleh seorang siswa
selama mengikuti kegiatan belajar mengajar. Hal penting dalam proses pembelajaran
adalah kegiatan menanamkan makna belajar bagi pembelajar agar hasil belajar
bermanfaat untuk kehidupannya pada masa sekarang dan masa yang akan datang.
Salah satu faktor yang menentukan adalah bagaimana proses belajar dan mengajar
dapat berjalan 2 sebagaimana yang diharapkan. Pembelajaran yang bermakna
merupakan proses belajar mengajar yang diharapkan bagi siswa dimana siswa dapat
terlibat langsung dalam proses pembelajaran serta menemukan langsung pengetahuan
tersebut.

Ilmu Pengetahuan Alam merupakan mata pelajaran yang mempermudah siswa


untuk terlibat langsung dan menemukan sendiri pengetahuan mengenai sesuatu karena
hakikat IPA secara garis besar mempunyai tiga komponen, yaitu proses ilmiah,
produk ilmiah, dan sikap ilmiah. Proses ilmiah meliputi mengamati, mengklasifikasi,
memprediksi, merancang, dan melaksanakan eksperimen. Produk ilmiah berupa fakta,
prinsip, konsep, hukum dan teori. Sikap ilmiah berupa rasa ingin tahu, hatihati,
objektif, dan jujur. Maka siswa harus memiliki keterampilan untuk mengkaji
peristiwa-peristiwa alam yang ada dengan cara-cara ilmiah untuk memperoleh
pengetahuan.

Kemampuan berpikir secara kritis merupakan salah satu kecakapan hidup yang
perlu dipelajari dan dikembangkan. Glaser (Fisher, 2008) menjelaskan berfikir kritis
sebagai suatu sikap berfikir mendalam terhadap masalah serta menerapkannya dalam
metode pemeriksaan dan penalaran yang logis. (Sukmadinata, 2012) berpikir kritis
merupakan kecakapan dalam bernalar secara teratur. Artinya memiliki berfikir secara
sistematis dalam menilai, memecahkan masalah, menarik keputusan, dan menyatakan
keyakinan dengan bukti yang jelas. berpikir Kritis adalah aktivitas kognitif, yang
terkait dengan penggunaan pikiran, Belajar untuk berpikir dengan cara kritis analitis
dan evaluatif berarti menggunakan proses mental seperti perhatian, kategorisasi,
seleksi, dan penilaian. (Cottrell, 2005).

Implementasi berfikir kritis menggunakan pendekatan investigasi dilakukan


dalam bentuk ELKPD. Menurut (Trianto, 2013) Lembar Kerja Peserta Didik
Elektronik (E-LKPD) merupakan rangkaian kegiatan yang digunakan siswa dalam
melakukan penyelidikan dan penyelesaian masalah. sedangkan (Putriyana et al., 2020)
Menjelaskan E-LKPD berupa panduan kerja peserta didik untuk mempermudah siswa
dalam memahami materi pembelajaran dalam bentuk elektronik yang
pengaplikasiannya menggunakan desktop komputer, notebook, smartphone, maupun
handphone. sekumpulan kegiatan mendasar yang harus dilakukan oleh siswa untuk
memaksimalkan pemahaman dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran. (Susilowati
et al., 2017) menjelaskan temuan penelitian di sekolah dasar terkait rendahnya
keterampilan siswa dalam mengerjakan soal berpikir kritis, oleh karenanya
direkomendasikan untuk melakukan penelitian yang dapat meningkatkan
keterampilan berpikir kritis siswa khususnya di sekolah dasar. Keterampilan berpikir
kritis sangat baik digunakan dalam pembelajaran di kelas V, karena dengan kegiatan
berfikir kritis siswa akan mampu memecahkan masalah dengan langkah-langkah yang
dapat melatih berfikir secara terstruktur.
A. IDENTIFIKASI MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan, maka identifikasi masalah dalam
penelitian ini adalah
1. Rendahnya kemampuan berfikir kritis pada siswa SMP
2. Penggunaan pendekatan pembelajaran yang sudah membosankan
3. Kurangnya pemahaman siswa mengenai proses pelajaran IPA dalam lingkungan
sekitar.

B. RUANG LINGKUP PENELITIAN


Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan, maka ruang lingkup dalam
penelitian ini adalah
1. LKPD yang pakai berbasis pedekatan investigasi kelompok
2. Pelaksanaan di lakukan di SMPN 15 kota bengkulu
3. Pengujian efektifitas penggunaan LKPD berbasis investigasi

C. RUMUSAN MASALAH PENELITIAN


Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah apakah efektif penggunaan LKPD berbasis pendekatan investigasi ini
dalam peningkatan berfikir kritis pada siswa SMP

D. TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan, maka tujuan dalam penelitian ini
adalah mengetahui efektifitas penggunaan LKPD berbasis pendekatan investigasi ini
dalam peningkatan berfikir kritis pada siswa SMP.

E. MANFAAT PENELITIAN
1. Manfaat Teoritis
Sebagai bahan referensi atau pendukung penelitan selanjutnya
2. Manfaat Praktis
1) Bagi Guru
1. Dapat menambah wawasan guru dalam penggunaan sumber belajar yang
digunakan dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah.
2. Sebagai bahan pertimbangan guru untuk memilih model dan media pembelajaran
serta sumber belajar yang tepat agar dapat meningkatkan kualitas pembelajaran
IPA
2) Bagi Siswa
Dapat meningkatkan cara berfikir kritis siswa
3) Bagi Peneliti
efektifitas penggunaan LKPD berbasis pendekatan investigasi ini dalam
peningkatan berfikir kritis pada siswa SMP
F. Hipotesis
Menurut Erwan Agus Purwanto dan Dyah Ratih Sulistyastuti (2007:137), hipotesis
adalah pernyataan atau dugaan yang bersifat sementara terhadap suatu masalah penelitian
yang kebenarannya masih lemah (belum tentu kebenarannya) sehingga harus diuji secara
empiris. Hipotesis dirumuskan berdasarakan teori, dugaan, pengalaman pribadi/orang
lain, kesan umum, kesimpulan yang masih sangat sementara. Menurut Kerlinger (1973)
hipotesis adalah pernyataan yang bersifat terkaan dari hubungan antara dua atau lebih
variabel. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini sebagai berikut:
Ha: Ada keefektifan e-lkpd berbasis pendekatan investigasi terhadap Kemampuan
berfikir kritis pada siswa Smp n 15 kota bengkulu
Ho: Tidak ada keefektifan e-lkpd berbasis pendekatan investigasi terhadap Kemampuan
berfikir kritis pada siswa Smp n 15 kota bengkulu
BAB II
KAJIAN TEORI
A. KAJIAN TEORI
1. Efektifitas
Pembelajaran efektif adalah jantungnya sekolah efektif. Efektifitas
pembelajaran merujuk pada berdaya dan berhasil guna seluruh komponen pembelajaran
yang diorganisir untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran efektif mencakup
keseluruhan tujuan pembelajaran baik yang berdimensi mental fisik, maupun sosial.
Pembelajaran efektif memudahkan peserta didik belajar sesuatu yang bermanfaat
(Suprijono, 2009).
Efektifitas menurut Sudarmayanti (2009) dalam Bukunya yang berjudul Sumber
Daya Manusia dan Produktivitas Kerja merupakan suatu ukuran yang memberikan
gambaran seberapa jauh target dapat dicapai. Pengertian efektivitas ini lebih
berorientasi kepada keluaran atau output, sedangkan masalah penggunaan masukan
kurang menjadi perhatian utama. Apabila efisiensi dikaitkan dengan efektivitas maka
walaupun terjadi peningkatan efektivitas belum tentu efisiensi meningkat.
Wahidin (Ahmatika, 2017) menjelaskan beberapa manfaat yang diperoleh dari
pembelajaran yang menekankan pada proses keterampilan berpikir kritis, yaitu: pertama
Belajar lebih ekonomis, yakni bahwa apa yang diperoleh dan pengajarannya akan tahan
lama dalam pikiran siswa. Kedua Cenderung menambah semangat belajar dan antusias
belajar siswa. Dengan berfikir kritis diharapkan siswa dapat memiliki sikap ilmiah, dan
siswa memiliki kemampuan memecahkan masalah baik pada saat proses belajar
mengajar di kelas maupun dalam menghadapi permasalahan nyata yang akan
dialaminya.
2. Bahan ajar
Widodo dan Jasmadi (dalam Lestari, 2013:1) mengemukakan bahwa bahan ajar
adalah seperangkat sarana atau alat pembelajaran yang berisikan materi pembelajaran,
metode, batasan-batasan, dan cara mengevaluasi yang didesain secara sistematis dan
menarik dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan, yaitu mencapai kompetensi atau
subkompetensi dengan segala kompleksitasnya. Dari pengertian tersebut menggambarkan
pentingnya bahan ajar untuk membantu proses kegiatan belajar mengajar untuk
membantu guru dalam menyampaikan materi kepada siswa menjadi lebih runtut serta
tercapai semua kompetensi sesuai dengan tujuan pembelajaran.
Dampak positif dari bahan ajar adalah guru akan mempunyai lebih banyak waktu
untuk membimbing siswa dalam proses pembelajaran, membantu siswa untuk
memperoleh pengetahuan baru dari segala sumber atau referensi yang digunakan dalam
bahan ajar, dan peranan guru sebagai satu-satunya sumber pengetahuan menjadi
berkurang. Bahan ajar sangat membantu guru dalam menunjang proses pembelajaran
karena peran guru sebagai pusat dalam kegiatan belajar mengajar akan berkurang, dalam
hal ini berdasarkan kemampuan guru merancang proses kegiatan belajar mengajar
didalam kelas menjadi lebih menarik serta tidak membosankan, sehingga siswa akan
menjadi lebih aktif dan tidak terlalu terpusat pada guru, peran guru hanya akan menjadi
fasilitator dalam proses kegiatan belajar mengajar.

B. Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)


1. Lembar Kerja Peserta Didik
Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) merupakan bahan ajar cetak yang
berisikan lembaran-lembaran kegiatan yang akan dilakukan dalam proses
pembelajaran. Keberadaan LKPD kini menjadi pedoman siswa dalam memudahkan
pemahaman terhadap mata pelajaran. LKPD merupakan hand out yang ditujukan bagi
siswa untuk mencapai belajar secara terarah (Surachman yang dikutip oleh Sumarni:
2004).
Prastowo (2015: 204) menyatakan bahwa Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)
merupakan bahan ajar cetak yang berisikan materi, ringkasan dan 23 petunjuk
pelaksanaan tugas dalam pembelajaran, yang mengacu pada kompetensi dasar yang
harus dicapai. Sedangkan menurut Fannie dan Rohati (2014), Lembar Kerja Peserta
Didik (LKPD) merupakan bahan ajar berbasis media grafis sebagai media visual
untuk menarik perhatian siswa, sehingga stimulus atau bimbingan guru dalam
pembelajaran yang akan disajikan secara tertulis sesuai dengan kompetensi yang akan
dicapai. Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan, bahwa Lembar Kerja
Peserta Didik (LKPD) merupakan bahan ajar cetak yang berisikan materi, ringkasan
dan petunjuk pelaksanaan tugas dengan memperhatikan keunikan desain visual untuk
menarik perhatian siswa. Selain itu Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) juga
memiliki fungsi pokok sebagai bahan ajar cetak dalam proses pembelajaran.
2. Fungsi Lembar Kerja Peserta Didik
Setiap bahan ajar memiliki fungsi yang berbeda-beda tergantung dengan pera
yang dimiliki. Fungsi inilah yang dapat dijadikan pedoman bagi guru untuk mimilih
penggunaan bahan ajar di dalam proses pembelajaran. Keberadaan Lembar Kerja
Peserta Didik (LKPD) sebagai bahan ajar cetak membawa fungsi tersendiri dalam
proses pembelajaran. Menurut Pratowo (2012: 205) menjelaskan bahwa LKPD
memiliki fungsi antara lain, (1) mengaktifkan peran siswa, (2) mempermudah
memahami materi yang diberikan, (3) ringkas dan kaya tugas, (4) mempermudah
pelaksanaan pembelajaran. hal ini sejalan dengan Widjajanti (2008:2), menjelaskan
beberapa fungsi LKPD antara lain:
1) Jika LKPD disusun secara rapih dan sistematis, maka akan menarik perhatian
siswa untuk membacanya.
2) Membantu siswa untuk lebih efektif dalam proses pembelajaran.
3) 24 Mengoptimalkan alat bantu pengajaran yang terbatas.
4) Menumbuhkan motivasi siswa, rasa ingin tahu dan kepercayaan dalam diri siswa.
5) Sebagai pengukuran pengetahuan siswa terhadap materi pembelajaran.
6) Dapat membantu dalam pengerjaan dalam bentuk klasikal, individual maupun
kelompok, karena siswa menyelesaikan tugas berdasarkan kemampuannya.
7) Menghemat waktu belajar, sehingga sisa waktu dapat digunakan untuk program
remedial, pengayaan dan lain-lain.
8) Alternatif guru untuk mengenalkan suatu materi tertentu.
9) Meningkatkan kemampuan memecahkan masalah pada siswa.
10) Mengajarkan siswa untuk memenejemen waktu seefeketif mungkin.

Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan, bahwa fungsi LKPD adalah


untuk memaksimalkan waktu dalam pembelajaran dan mempermudah guru dalam
megavaluasi kemampuan siswa saat proses pembelajaran. Setiap fungsi bahan ajar
juga memiliki tujuan dalam pembuatannya. Tujuan tersebut merupakan tolak ukur
guru dalam menggunakan bahan ajar dalam pembelajaran agar bahan ajar digunakan
sesuai dengan tujuan dibuatnya bahan ajar.

3. Tujuan Lembar Kerja Peserta Didik


Suatu bahan ajar akan menjadi sangat penting untuk digunakan dalam proses
pembelajaran apabila telah diketahui tujuan bahan ajar itu sendiri. Sehingga guru
dapat menimbang pentingnya penggunaan bahan ajar tersebut dalam proses
pembelajaran dengan tetap memperhatikan kebutuhan peserta didik. Prastowo (2014),
menyatakan bahwa tujuan LKPD ada lima antara lain, (a) LKPD berfungsi sebagai
penuntun belajar, (b) LKPD berfungsi sebagai petunjuk praktikum, (c) LKPD
berfungsi sebagai penguatan, (d) LKPD membantu siswa menemukan konsep. (e)
LKPD membantu siswa mengintegrasikan konsep-konsep yang telah ditemukan.
Sejalan dengan 25 pemaparan tersebut, Zahary memiliki pendapat mengenai
penetapan tujuan LKPD.
Zahary (2017:15), menjelaskan bahwa tujuan LKPD antara lain, (a) memberi
pengetahuan mengenai aspek kognitif, afektif dan psikomotor siswa, (b) mengkaji
pemahaman siswa terhadap pembelajaran yang telah dilakukan, (c) menerapkan dan
mengembangkan materi pelajaran yang sulit apabila disampaikan secara lisan, (d)
menyediakan ruang bagi siswa dalam mencatat materi yang telah dipelajari dalam
proses pembelajaran.
Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan, bahwa tujuan dibuatnya
LKPD adalah untuk mengatasi kesulitan dalam pembelajaran. Kesulitan yang
dimaksud seperti, pengukuran hasil belajar siswa, pedoman dalam pembelajaran dan
bahan yang dapat dijadikan siswa belajardi luar sekolah. Untuk mencapai tujuan
tersebut, maka LKPD harus memiliki struktur yang runtut dan sesuai dengan
kompetensi yang akan dicapai dalam pembelajaran. maka dalam proses pembuatan
LKPD dibutuhkan prosedur penyusunan.
C. LKPD Berbasis investigasi kelompok
1. Model investigasi
Model pembelajaran investigasi kelompok dirancang oleh Herbert Thelen,
selanjutnya diperluas dan diperbaiki tahun 1970 oleh Sholomo Sharan dan Yael
Sharan dari Universitas Tel aviv, Israel. Model pembelajaran investigasi kelompok
merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang menempatkan siswa ke
dalam kelompok-kelompok kecil yang beranggotakan 5- 6 orang siswa yang
heterogen. Kelompok dengan anggota yang tidak terlalu banyak akan mendinamiskan
kegiatan dalam belajar sehingga setiap anggota akan merasa menjadi bagian dari
kelompok yang bertanggung jawab. Penyusunan kelompok oleh guru dilakukan
sebagai upaya antisipasi adanya masalah kesenjangan dalam kemampuan antar
kelompok. Model investigasi kelompok menuntut siswa untuk belajar dalam
kelompok dan mampu berkoordinasi dengan anggota kelompok lainnya dalam
pemecahan masalah. Model pembelajaran ini, siswa diberikan kuasa penuh untuk
memilih sendiri topik dari pembelajaran sehingga tahu gambaran yang akan dipelajari
dan cara menjalankan investigasinya. Dalam menerapkan model investigasi kelompok
pada pembelajaran diperlukan keterampilan berkomunikasi yang baik antar siswa
untuk memperlancar jalannya proses kelompok sehingga sebelum melakukan
investigasi kelompok guru diharapkan memberikan pelatihan-pelatihan berkomunikasi
kepada siswa. Keberhasilan pelaksanaan investigasi kelompok sangat tergantung
dengan latihan-latihan berkomunikasi dan berbagai keterampilan sosial lain yang
dilakukan sebelumnya .
2. LKPD berbasis investigasi
Bentuk topik yang disajikan dalam LKPD ini adalah topik secara
tekstual/konseptual dan topik kontekstual. Topik yang disajikan dalam bentuk
permasalahan ini kemudian dicari, ditemukan, dan dipresentasikan hasil yang
diperoleh. Jadi singkatnya bahwa prinsip kerja peserta didik melalui LKPD berbasis
investigasi ini adalah mencari, menemukan, dan melaporkan hasilnya di kelas untuk
selanjutnya divalidasi kebenarannya berdasarkan sumber belajar misalnya melalui
buku, pebelajar, dan guru. Berdasarkan uraian di atas, maka tujuan yang ingin dicapai
setelah kegiatan pelaksanaan PKM ini dilakukan adalah guru memahami tentang
prinsip dan langkahlangkah teknis penyusunan LKPD berbasis investigasi, memahami
komponen-komponen LKPD berbasis investigasi sebagaimana tuntutan konsep
kurikulum 2013, terampil menyusun LKPD berbasis investigasi hingga berwujud
produk LKPD yang dapat menjadi pedoman dan sarana pembelajaran bagi guru di
kelas/sekolah mitra, dan minimal 90% peserta workshop mampu melakukan praktik
penyusunan LKPD berbasis investigasi dengan benar.

D. Konsep Berfikir kritis


Setiap manusia telah dikaruniai potensi untuk berpikir. Melalui pembinaan yang
tepat, pendidikan, pembelajaran, dan pengamatan yang baik, kemampuan berpikir manusia
juga akan dapat berkembang dengan baik. Salah satu berpikir yang menuntut kemampuan
berpikir tingkat tinggi adalah berpikir kritis, karena dalam berpikir kritis siswa dituntut
untuk berpikir secara beralasan dan reflektif dengan menggunakan penalarannya serta
membuat keputusan tentang apa yang harus dilakukannya. Sehingga berpikir kritis itu
berbeda dengan berpikir biasa.
Berpikir kritis menurut Edgen dan Kauchak, (2012:120) “Berpikir kritis adalah
kemampuan dan kecenderungan untuk membuat dan melakukan asesmen terhadap
kesimpulan yang didasarkan pada bukti.” Sedangkan menurut Fisher, (1997:10) definisi
dari berpikir kritis adalah “Interpretasi dan evaluasi yang terampil dan aktif terhadap
observasi dan komunikasi, informasi dan argumentasi”. Ia mendefinisikan berpikir kritis
sebagai proses aktif, karena ia melibatkan tanya jawab dan berpikir tentang pemikiran diri
sendiri. Hampir setiap siswa memiliki kemampuan atau ketrampilan berpikir. Kemampuan
berpikir akan mengarahkan pada pola bertindak setiap individunya 10 dalam praktek di
lingkungan masyarakat kelak. Kemampuan seseorang untuk berhasil dalam hidupnya
ditentukan oleh kemampuan berpikirnya. Ada banyak jenis kemampuan berpikir, salah
satu diantaranya yaitu kemampuan berpikir kritis. Kemampuan berpikir kritis merupakan
ketrampilan seseorang dalam menggunakan proses berpikirnya untuk menganalisis
argumen dan memberikan interpretasi berdasarkan persepsi melalui logical reasoning,
analisis asumsi dan interpretasi logis (Hamzah, 2008:134). Dari pengertian tersebut, dapat
disimpulkan bahwa seorang pemikir kritis akan menggunakan akal pikirannya untuk
menelaah sesuatu dengan hati-hati.
Dengan kemampuan berpikir kritis, siswa akan dapat menganalisis ide atau
gagasan ke arah yang lebih spesifik, mengklasifikasi dan membedakan secara tajam,
memilih, mengidentifikasi, mengkaji serta mengembangkannya ke arah yang lebih
sempurna. Selain itu, siswa juga mampu mengembangkan diri dalam membuat keputusan
serta menyelesaikan masalah. Seseorang yang mampu berpikir kritis akan dapat
mengajukan pertanyaan-pertanyaan secara tepat, mengumpulkan berbagai informasi yang
dibutuhkan, mampu secara kreatif dan efisien memilahmilah informasi sehingga sampai
pada kesimpulan dan keputusan yang dapat dipercaya serta dapat dipertanggungjawabkan.
Pengembangan dari kemampuan berpikir kristis yang berkaitan dengan kehidupan siswa
itu sangat penting. Hal tersebut dapat dilatih dengan mengasah pemahaman pikiran dan
kemampuan siswa dalam memecahkan masalah, yang dapat menuntun siswa untuk
berpikir logis dan rasional. Kemampuan dalam berpikir kritis memberikan arahan yang
tepat dalam berpikir dan bekerja, dan membantu dalam menentukan keterkaitan sesuatu
dengan yang lainnya dengan lebih akurat. Oleh sebab itu kemampuan berpikir kritis sangat
dibutuhkan dalam pemecahan masalah/pencarian solusi.
Pengembangan kemampuan berpikir kritis merupakan integrasi beberapa bagian
pengembangan kemampuan, seperti pengamatan (observasi), analisis, penalaran, penilaian,
pengambilan keputusan, dan persuasi. Semakin baik pengembangan
kemampuankemampuan ini, maka kita akan semakin dapat mengatasi
masalah-masalah/proyek 12 komplek dan dengan hasil yang memuaskan.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Pendekatan penelitian
Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini merupakan penelitian eksperimen,
variabel bebas pada penelitian ini adalah E-LKPD berbasis Investigasi. sedangkan
variabel terikatnya adalah kemampuan berfikir kritis siswa. Pada pelaksanaannya satu
kelas menggunakan E-LKPD (kelas eksperimen) dan kelas dengan pembelajaran yang
digunakan di sekolah pada umumnya (control). Penelitian eksperimen memberikan
perlakuan (treatment) yang hasilnya digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu
terhadap hal lain dalam kondisi yang terkendalikan.

3.2. Tempat dan waktu penelitian


Pada penelitian ini dilakukan di SMP 15 Kota Bengkulu tepatnya di SMPN 15
Bengkulu, Jl. Cemp. X, Kebun Beler, Kec. Ratu Agung, Kota Bengkulu, Bengkulu
38222. Waktu pelaksanaan penelitian ini pada 26 november 2022.

3.3. Variabel penelitian


Variabel yang diteliti dalam penelitian tindakan kelas ini adalah kemampuan
berpikir kritis siswa. Kemampuan berpikir kritis merupakan kemampuan seseorang
dalam menggunakan proses berpikirnya untuk menganalisis argumen berdasarkan
keyakinannya dalam menyikapi suatu permasalahan. Indikator dari kemampuan berpikir
kritis siswa meliputi ketrampilan siswa dalam mengklasifikasi, memecahkan masalah,
membuat kesimpulan, merancang, mengamati, mensintesis, mengevaluasi, dan
menganalisis. Penelitian ini bertujuan agar siswa dapat mencapai kriteria dari beberapa
indikator kemampuan berpikir kritis tersebut.

3.4. Prosedur penelitian


Penelitian ini meliputi tiga tahap, yaitu tahap persiapan penelitian, tahap
pelaksanaan penelitian, dan tahap akhir penelitian.
1) Tahap Persiapan Penelitian
a. Studi pendahuluan
a. Melakukan studi literatur terhadap teori yang relevan mengenai model
pembelajaran yang akan digunakan.
b. Analisis penggunaan lkpd yang digunakan diSMP tersebut .
2. Konsultasi dengan pihak sekolah dan guru mengenai waktu penelitian, populasi
dan sampel yang akan dijadikan subyek penelitian.
3. Penyusunan perangkat pembelajaran yaitu berupa LKPD.
4. Pembuatan instrumen penelitian yaitu berupa tes dan lembar observasi yang
digunakan untuk mengukur keterlaksanaan model yang digunakan.
5. Melakukan uji coba instrumen tes.
6. Menganalisis hasil uji coba instrumen penelitian untuk mengetahui layak atau
tidaknya soal tersebut digunakan sebagai instrumen penelitian.
2) Tahap Pelaksanaan Penelitian
1. Memberikan tes awal untuk mengukur hasiil belajar siswa sebelum diberi
perlakuan (treatment).
2. Memberikan perlakuan yaitu menggunakan LKPD berbasis investigasi dalam
pelajaran IPA
3. Memberikan tes akhir untuk mengukur peningkatan hasil belajar siswa setelah
diberi perlakuan.
3) Tahap Akhir Penelitian
1. Mengolah data hasil pretest dan postest serta menganalisis instrumen yang lain
seperti lembar observasi.
2. Menganalisis data hasil penelitian dan membahas temuan penelitian.
3. Memberikan simpulan berdasarkan pengolahan data.
4. Memberikan rekomendasi berdasarkan hasil penelitian

3.5. Populasi dan sampel penelitian


1. Populasi Penelitian
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2011:80). Populasi
dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII di SMP 15 kota bengkulu, kelas VIII
A bejumlah 30 dan siswa kelas VIII B berjumlah 30 siswa.
2. Sampel Penelitian
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut (Sugiyono, 2011:81). Dalam penentuan sampel penelitian ini
dilakukan dengan menggunakan teknik random sampling yaitu pengambilan
sampel yang memberikan kesempatan sama kepada anggota populasi untuk
menjadi sampel penelitian (Sugiyono, 2011:122).
3.6. Teknik pengumpulan data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini ada 4 :
1) Observasi
Observasi merupakan teknik pengumpulan data, dimana peneliti
melakukan pengamatan secara langsung ke objek penelitian untuk melihat dari
dekat kegiatan yang dilakukan (Riduwan, 2004 : 104). Observasi dalam penelitian
ini digunakan untuk mengamati keterampilan guru dalam mengelola pembelajaran
dan aktivitas siswa sesuai dengan skenario.
Observasi dalam penelitian ini digunakan untuk mengamati aktivitas
siswa selama proses pembelajaran menggunakan media LKDP berbasis investigasi
pada pelajaran IPA, Supaya pengamatan lebih valid, maka peneliti menggunakan
alat bantu yaitu kamera untuk merekam kejadian yang kompleks selama
pembelajaran.
2) Wawancara
Pada penelitian, wawancara dapat berfungsi sebagai metode primer,
pelengkap atau sebagai kriterium (Hadi, 1992). Sebagai metode primer, data yang
diperoleh dari wawancara merupakan data yang utama guna menjawab
pemasalahan penelitian. Sebagai metode pelengkap, wawancara berfungsi sebagai
sebagai pelengkap metode lainnya yang digunakan untuk mengumpulkan data pada
suatu penelitian. Sebagai kriterium, wawancara digunakan untuk menguji
kebenaran dan kemantapan data yang diperoleh dengan metode lain.
3) Catatan Lapangan
Sumber informasi yang sangat penting dalam penelitian adalah catatan
lapangan (field notes) yang dibuat oleh peneliti yang melakukan pengamatan atau
observasi, (Wiriaatmadja, 2008:125). Kekayaan data dalam catatan lapangan ini ,
yang memuat secara deskriptif berbagai kegiatan, suasana kelas, iklim sekolah,
kepemimpinan, dan berbagai bentuk interaksi sosial. Catatan lapangan dalam
penelitian ini digunakan untuk mengetahui keadaan lapangan ketika dilakukan
pembelajaran menggunakan LKPD berbasis investigasi pada pelajaran IPA.
4) Tes
Menurut Poerwanti, dkk, (2008:5) tes merupakan seperangkat tugas
yang harus dikerjakan atau sejumlah pertanyaan yang harus dijawab oleh peserta
didik untuk mengukur tingkat pemahaman dan penguasaannya terhadap cakupan
materi yang dipersyaratkan dan sesuai dengan tujuan pengajaran. Metode tes
dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui hasil belajar pada penggunaan
lkpd berbasis investigasi.

3.7. Validitas, Reliabilitas dan Uji coba Instrumen


Menurut Nana Syaodih Sukmadinata, (2009:228) dalam penelitian diperlukan
instrumen-instrumen penelitian yang telah memenuhi persyaratan tertentu. Persyaratan
yang harus dipenuhi oleh suatu instrumen penelitian yaitu validitas dan reliabilitas.
3.7.1. Validitas
Menurut Arikunto (2008:76) sebuah item dikatakan valid apabila
mempunyai dukungan yang besar terhadap skor total. Skor pada item
menyebabkan skor total menjadi tinggi atau rendah. Untuk mengetahui apakah
tes itu valid atau tidak harus dilakukan melalui penelaahan kisi-kisi tes untuk
memastikan bahwa soal-soal tes itu sudah mewakili atau mencerminkan
keseluruhan konten atau materi yang seharusnya dikuasai secara proporsional.
Oleh karena itu, validitas isi suatu tes tidak memiliki besaran tertentu yang
dihitung secara statistika, tetapi dipahami bahwa tes itu sudah valid
berdasarkan telaah kisi-kisi tes. Instrumen berupa tes tertulis dibandingkan
dengan kompetensi dasar, indikator, dan materi yang akan diajarkan.
Jika butir tes secara jelas dimaksudkan mengukur kompetensi dasar
dan indikator tertentu dan juga mewakili bahan ajar yang dibelajarkan, tes
tersebut di katakan memiliki derajat validitas isi yang tinggi (Nurgiyantoro,
2013:155). Oleh karena itu, untuk menguji validitas soal tes tertulis digunakan
validitas isi.
Pedoman observasi diuji validitasnya dengan validitas isi dan
konsultasi dengan pakar. Validitas lembar observasi diuji dengan
menggunakan validitas isi dan konsultasi dengan pakar dalam hal ini
adalah dosen bidang IPS. Lembar observasi digunakan untuk mengetahui
aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung. Jika deskriptor-
deskriptor yang terkandung dalam lembar observasi sudah sesuai dengan
indikator, maka dapat dikatakan bahwa lembar observasi tersebut valid.
Untuk menghitung validitas digunakan rumus korelasi product
moment sebagai berikut.
N ∑ XY −( ∑ X )( ∑ Y )
r xy =
√ {N ∑ X −(∑ X ) }{ N ∑ Y −(∑ Y ) }
2 2 2 2

(Arikunto, 2002:72)
Keterangan:
rXY : koefisien korelasi
N : banyaknya subjek
X : skor butir soal yang dicari validitasnya
Y : skor total
XY : perkalian antara skor butir soal dengan skor total
Jika rXY> rtabeldan α = 5% maka alat ukur dikatakan valid.
Menurut Arikunto (2008:75) korelasi koefisien selalu terdapat antara
-1,00 sampai +1,00. Koefisien (-) menunjukkan hubungan kebalikan,
sedangkan koefisien (+) menunjukkan adanya kesejajaran. Untuk
mengadakan interprestasi besarnya koefisien korelasi adalah sebagai
berikut.
Antara 0,800 – 1,00 validitas sangat tinggi
Antara 0,600 – 0,800 validitas tinggi
Antara 0,400 – 0,600 validitas cukup
Antara 0,200 – 0,400 validitas rendah
Antara 0,000 – 0,200 validitas sangat rendah

3.7.2. Reliabilitas
Menurut Arikunto (2008:86) realibilitas adalah tingkat keajegan
(konsistensi) suatu tes yakni sejauh mana sebuah tes bisa dipercaya untuk
menghasilkan skor yang ajeg/tidak berubah. Suatu tes dikatakan reliabel
jika ia dapat memberikan hasil yang tetap apabila diteskan berkali-kali,
atau dengan kata lain tes dikatakan reliabel jika hasil tes tersebut
menunjukkan ketetapan.
a. Instrumen Tes
Uji reliabilitas yang digunakan untuk menguji kehandalan tes
unjuk kerja adalah melalui reliabilitas internal dengan Spearman
Brown (Sugiyono, 2009:278) dengan rumus sebagai berikut:
r11 = reliabilitas internal seluruh instrumen
rb = korelasi product moment antara belahan pertama dan kedua
Korelasi Product Moment

r = koeisien korelasi product moment


N = jumlah responden
X = skor variabel X
Y = skor variabel Y
b.Instrumen Non Tes (Lembar Observasi)
Reliabilitas lembar observasi menunjukkan bahwa lembar
observasi benar-benar dapat digunakan untuk mengumpulkan data
berupa aktivitas siswa. Uji reliabilitas lembar observasi menggunakan
uji reliabilitas antar-rater (interrater reliability) dengan formulasi Ebel.
Formulasi Ebel (dalam Azwar, 2008:106) untuk mengestimasi
reliabilitas hasil yang dilakukan oleh sebanyak k orang raters terhadap
sebanyak n orang subjek, dirumuskan dengan rumus sebagai berikut.
s s −s e
2 2
rxx = '
s s +k −1 s e
2 2

ss = varian antar subjek yang dikenai rating


2

se = varians error, varians interaksi antara subjek (s) dan rater (r)
2

k = banyaknya rater yang memberikan rating


3.8. Analisis Data
3.8.1. Analisis Data Awal
1) Uji Normalitas
Uji normalitas berguna untuk menentukan data yang telah
dikumpulkan berdistribusi normal atau diambil dari populasi normal. Uji
normalitas yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah Chi Kuadrat.
Hipotesis yang akan diujikan adalah :
Ho : Data berdistribusi normal
Ha : Data tidak berdistribusi normal
Analisis yang digunakan untuk menguji hipotesis di atas adalah Chi-
Kuadrat , dengan rumus :

X2 : Chi-kuadrat
Oi : Frekuensi pengamatan
Ei : Frekuensi yang diharapkan
Jika x 2hitung < x2tabel dengan dk= k-3 dan α = 5% maka data yang
diperoleh berdistribusi normal .
2) Uji Homogenitas
Uji homogenitas merupakan uji perbedan antara dua atau lebih
populasi. Semua karakteristik populasi dapat bervariasi antara satu populasi
dengan yang lain. Dua di antaranya adalah mean dan varian (selain itu masih
ada bentuk distribusi, median, modus, range, dll). Sebelum dilakukan
penelitian populasi harus dalam keadaan homogen agar dalam pengambilan
sampel dapat dilakukan teknik random samping. Penelitian sampel boleh
dilaksanakan apabila keadaan subyek di dalam populasi benar-benar homogen.
Untuk mengetahui homogenitas populasi berdistribusi normal dilakukan uji
Bartlett yaitu dengan menggunakan statistik Chi-kuadrat dengan rumus :
2 = (In 10) (B-∑(n1-1)(log s12)
∑(n1−1)s12
2
Dengan B = (log s ) ∑(n1-1) dan S =
2
∑(n1−1)

Keterangan :
S2 : varians gabungan dari semua sampel
N1 : banyaknya siswa pada kelas V
B : harga satuan bartlett
3.9. Analisis Data Akhir
3.9.1. Teknik Analisis Data Kuantitatif
Data ini berupa hasil belajar yang mengukur tingkat kognitif siswa.
Jika penilaian menggunakan skor tertinggi (maksimal) 100, maka dapat
diketahui rumus untuk menentukan skor pada siswa. Menurut Poerwanti
(2008: 6.15) skala 100 berangkat dari persentase yang menggantikan skor
prestasi sebagai proporsi penguasaan peserta didik pada suatu perangkat tes
dengan batas minimal angka 0 – 100 persen (%). Adapun langkah-langkah
PAP sebagai berikut:
1) Data hasil belajar siswa di analisis dengan menggunakan rumus:
B
N= x 100 (skala 0-100)
St

Keterangan:
N = Nilai
B = Skor yang diperoleh
St = Skor maksimal
(Poerwanti 2008: 6.15)
2) Menghitung mean atau rerata kelas
Menghitung mean untuk mencari rata-rata hasil belajar siswa
menggunakan rumus:
ΣX
Me= x = ∑ N

Keterangan:
x = nilai rata-rata
∑X = jumlah semua nilai siswa
∑N = jumlah siswa
(Awalludin, 2008:2.5)
3) Menghitung presentase ketuntasan belajar klasikal, dengan rumus
sebagai berikut:
jumlah siswa yang tuntas
% ketuntasan belajar= x 100 %
juml ah seluruh siswa

Data hasil belajar siswa dapat dianalisis secara kuantitatif untuk


memperoleh simpulan dengan menggunakan tabel sebagai berikut.
Kriteria Tingkat Keberhasilan Belajar Siswa dalam Persen (%)
Tingkat Keberhasilan % Kualifikasi
> 80% Sangat Tinggi
60-79% Tinggi
40-59% Sedang
20-39% Rendah
<20% Sangat Rendah
(Aqib, 2011:41)

4)Menentukan batas minimal skor ketuntasan


Hasil perhitungan dikonsultasikan melalui kriteria ketuntasan
belajar siswa yang dikelompokkan ke dalam kategori tuntas dan tidak
tuntas.
3.9.2. Teknik Analisis Data Kualitatif
Dalam penelitian ini data kualitatif berupa data hasil pengamatan
aktivitas siswa, observasi yang berupa catatan lapangan dan dokumentasi.
Untuk data kualitatif berupa hasil pengamatan aktivitas siswa dipaparkan
dengan menggunakan kategori/kriteria sangat baik, baik, cukup dan kurang
berdasarkan skor yang telah ditetapkan.
Lembar observasi aktivitas siswa dalam muatan pembelajaran
IPS memiliki beberapa indikator. Dalam setiap indikator terdapat 4
deskriptor pengamatan. Kriteria penilaian yang digunakan menurut Rusman
(2012: 98) adalah sebagai berikut ini:
a. Skor 0 jika tidak ada deskriptor yang tampak
b. Skor 1 jika 1 deskriptor yang tampak
c. Skor 2 jika 2 deskriptor yang tampak
d. Skor 3 jika 3 deskriptor yang tampak
e. Skor 4 jika 4 deskriptor yang tampak
Sedangkan untuk menentukan jarak pengukuran (Awalluddin
dkk 2008: 1.44 – 1.45), dilakukan dengan cara sebagai berikut:

R = nilai tertinggi – nilai terendah

Keterangan:
R = jarak pengukuran
Nilai tertinggi = skor tertinggi
Nilai terendah = skor terendah
Setelah R diketahui dan jumlah interval kelas sudah ditentukan 4,
maka akan dicari lebar intervalnya dengan menggunakan rumus:

jarak pengukuran (R)


i=
jumlah kelas
Keterangan:
i = interval
R = jarak pengukuran
Dari perhitungan tersebut, maka dapat dibuat tabel klasifikasi tingkatan
nilai untuk menentukan kategori nilai pada aktivitas siswa.
Jumlah indikator aktivitas siswa adalah 8 dengan setiap
indikator terdiri atas 4 deskriptor. Sehingga diperoleh hasil sebagai berikut:
Skor Tertinggi : 32
Skor Terendah : 0
R = jarak pengukuran = skor tertinggi – skor terendah
= 32 – 0
= 32
jarak pengukuran ( R )
i = interval =
jumlah kelas
32
= 4

=8
Berdasarkan perhitungan tersebut diperoleh klasifikasi aktivitas siswa
sebagai berikut.
Kriteria Ketuntasan Aktivitas Siswa

Skor Kategori
24 ≤ skor ≤ 32 Sangat Baik
18 ≤ skor < 24 Baik
8 ≤ skor < 16 Cukup
0 ≤ skor < 8 Kurang
8
Efektifitas E-LKPD berbasisJurnal
Pendekatan
Cendekia:
Investigasi
Jurnal Pendidikan
terhadap Kemampuan
Matematika, Berfikir
Volume 05,
Kritis
No.Siswa
01, Maret
Sekolah
2021,Dasar,
hal. 86-96
Vivi
9
Puspita, Ika Parma Dewi 8
9

DAFTAR PUSTAKA

Ahmatika, D. (2017). Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Dengan Pendekatan

Inquiry/Discovery. Euclid, 3(1), 394–403.

Febriyanti, E., Dewi, F., & Afrida. (2017). Pengembangan E-LKPD Berbasis Problem
Solving

Pada Materi Kesetimbangan Kimia. Universitas Jambi.

Febriyanti, E., Dewi, F., & Afrida. (2017). Pengembangan E-LKPD Berbasis Problem
Solving

Pada Materi Kesetimbangan Kimia. Universitas Jambi.

Putriyana, A. W., Kholillah, K., & Auliandari, L. (2020). Kelayakan Lembar Kerja Peserta

Didik Berbasis Model Pembelajaran Search, Solve, Create and Share pada Praktikum

Materi Fungi. Biodik, 6(2), 1–12.

Sukmadinata. (2012). Kurikulum dan Pembelajaran Kompetensi. Refika Aditama

Umriani, F. S. (2020). Studi Pendahuluan: E-LKPD Berbasis PBL untuk Meningkatkan

Kemampuan Literasi Matematis Peserta Didik. JKPM (Jurnal Kajian …, 2682(1),

Anda mungkin juga menyukai