A - 2 - Laporan 4 - Radix
A - 2 - Laporan 4 - Radix
PERCOBAAN 4
RADIX
Disusun oleh:
1444H / 2022 M
PERCOBAAN 4
RADIX
I. TUJUAN PERCOBAAN
1.1 Mengamati dan mengetahui fragmen khas dari berbagai jenis radix secara
mikroskopik dengan menggunakan berbagai macam reagen.
1.2 Mengetahui organoleptis dari berbagai macam jenis radix secara
mikroskopik.
Akar merupakan salah satu bagian dari tumbuhan yang umumnya terdapat
didalam tanah, dengan arah tumbuh ke pusat bumi dan meninggalkan cahaya serta
mempunyai tugas untuk menyerap air. Akar mempunyai bagian-bagian tertentu dan
juga memiliki macam-macam bentuk sistem perakaran (Pravianti, 2021).
Akar (radix) adalah bagian pokok yang nomor tiga (di samping batang dan
daun) bagi tumbuhan yang tubuhnya telah merupakan kormus. Akar mempunyai
sifat- sifat diantaranya merupakan bagian tumbuhan yang biasanya terdapat di
dalam tanah, dengan arah tumbuh ke pusat bumi (geotrop) atau menuju ke air
(hidrotrop), meninggalkan udara dan cahaya. Tidak berbuku-buku, tidak beruas dan
tidak mendukung daun-daun atau sisik-sisik maupun bagian-bagian lainnya.
Warnanya tidak hijau, biasanya keputih-putihan atau kekuning-kuningan. Tumbuh
terus pada ujungnya, tetapi umunnya pertumbuhannya masih kalah jika
dibandingkan dengan batang. Dan bentuknya seringkali meruncing, hingga lebih
mudah untuk menembus tanah (Tjitosoepomo, 2011).
Morfologi struktur luar akar tersusun atas leher akar, ujung akar, batang
akar, cabang akar, rambut akar, dan tudung akar.
a. Leher akar atau pangkal akar (collum), yaitu bagian akar yang
bersambungan dengan pangkal batang.
b. Ujung akar (apex radix) yaitu bagian akar yang paling muda, terdiri atas
jaringan yang masih dapat melakukan pertumbuhan.
c. Batang akar (corpus radix) yaitu bagian akar yang terdapat antara leher akar
dan ujungnya.
f. Tudung akar (calyptra), yaitu bagian akar yang letaknya pada ujung, terdiri
atas jaringan yang berguna untuk melindungi ujung akar yang masih muda
dan lemah.
(Tjitosoepomo, 2011)
Morfologi struktur luar akar tersusun atas leher akar, ujung akar, batang
akar, cabang akar, rambut akar, dan tudung akar.
a. Leher akar atau pangkal akar (collum), yaitu bagian akar yang
bersambungan dengan pangkal batang.
b. Ujung akar (apex radix) yaitu bagian akar yang paling muda, terdiri atas
jaringan yang masih dapat melakukan pertumbuhan.
c. Batang akar (corpus radix) yaitu bagian akar yang terdapat antara leher akar
dan ujungnya.
d. Cabang-cabang akar (radix lateralis), yaitu bagian-bagian akar yang tidak
langsung bersambungan dengan pangkal batang, tetapi keluar dari batang
akar, dan masing-masing dapat mengadakan pertumbuhan lagi.
e. Rambut-rambut akar (pilus radicalis), yaitu bagian akar yang sesungguhnya
hanyalah penonjolan dinding luar sel-sel epidermis yang panjang,
bentuknya seperti rambut. Rambut-rambut akar ini berfungsi memperluas
bidang penyerapan akar sehingga lebih banyak air dan zat terlarut dalam
tanah yang dapat dihisap.
f. Tudung akar (calyptra), yaitu bagian akar yang letaknya pada ujung, terdiri
atas jaringan yang berguna untuk melindungi ujung akar yang masih muda
dan lemah.
(Tjitosoepomo, 2011)
Anatomi akar terbentuk oleh jaringan epidermis, korteks, endodermis, dan stele
(silinder pusat). Bagian-bagian akar tersebut tersusun berurutan dari luar ke dalam.
Anatomi akar di antaranya:
a. Epidermis, merupakan lapisan yang hanya terdiri dari satu lapisan sel.
b. Korteks, merupakan bagian dalam akar yang tersusun oleh berbagai sel yang
membentuk beberapa lapisan.
c. Endodermis, merupakan bagian dari jaringan akar yang terdiri atas satu lapisan
sel.
d. Stele (Silinder Pusat), terbentuk oleh berkas-berkas pengangkut dan beberapa
jaringan lain
(Syukriah, 2016)
Anatomi akar tanaman ini terdiri atas sel gabus, korteks, perisikel, floem,
floem intraselular, sel inti, dan kanal laticiferous. Struktur anatomi akarnya
mengikuti garis dan membentuk floem intrasirkular. Sel gabusnya selalu tumbuh
hanya sampai permukaan saja tidak mendalam tapi melebar dan dinding selnya
tipis. Sel gabus diisi dengan kristal. Korteksnya sangat kuat atau masuk grup sel
batu. Perisikel umumnya seperti papan, berwarna putih, seperti getah dan tidak
berserat. Floemnya termasuk sel batu (Fahn, 1991).
Akar sangat penting dalam bidang farmasi, karena akar memiliki banyak
manfaat. Contohnya pada akar kelembak yang dapat mengatasi sembelit
dikarenakan mempunyai kemampuan sebagai obat pencahar alami, mencegah
penggumpalan darah, mengeluarkan dan mengencerkan nanah. Akar tapak dara
juga memiliki banyak manfaat dalam bidang farmasi karena dapat digunakan
sebagai obat herbal dan sering dimanfaatkan untuk mengobati penyakit diabetes,
kanker, sakit tenggorokan, batuk, gigitan serangga, dan kondisi medis lainnya
(Irwan, 2015).
III. ALAT DAN BAHAN
Alat yang digunakan pada percobaan kali ini adalah gelas kimia, jarum
preparat, kaca objek, kaca penutup pipet tetes, dan mikroskop. Sedangkan, bahan
yang digunakan adalah yaitu Acalyphae indicae radix, Catharanti radix,
Elephantopi radix, Rhei officinalis radix, Vetiveriae zizanioidi radix, I2KI,
Klorohidrat, dan Florogucinol + HCL.
Pada uji mikroskopik radix, akan diamati 5 preparat radix yang berbeda
yaitu Catharanti radix, Elephantopi radix, Rhei officinalis radix, Vetiveriae
zizanioidi radix, Acalyphae indicae radix. Pada pengamatan uji mikroskpik ini
dilakukan dengan menggunakan 3 reagen yang berbeda yaitu I2KI, Klorohidrat, dan
Florogucinol+ HCL. Disiapkan kaca objek, kemudian dibersihkan dan dikeringkan
menggunakan tisu. Setelah itu, diambil sedikit preparat amilum menggunakan
jarum preparat. lalu, ditetesi reagen masing masing sebanyak 2 tetes, campurkan
atau aduk hingga merata. Kemudian tutup menggunakan kaca penutup. Lalu letakan
diatas meja mikroskop dan jepit. Setelah itu diamati apakah didalam preparat
tersebut ditemukan fragmen-fragmen penyusunnya.
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil pengamatan
Gambar Keterangan
Simpilia pertama yang diamati adalah akar tapak dara. Tumbuhan tapak dara
(Catharanthus roseus) merupakan tumbuhan yang berasal dari Amerika tengah,
umumnya ditanam sebagai tanaman hias (Dalimartha, 2008). Tumbuhan ini
memiliki nama yang beraneka ragam dari berbagai daerah seperti: Tapak dara
(Indonesia), Perwinkle (Inggris), Chang Chun Hua (Cina), Keminting Cina dan
Rumput Jalang (Malaysia). Tapak dara dapat tumbuh di tempat terbuka dengan
berbagai macam iklim, serta ditemukan mulai dataran rendah hingga ketinggian 800
m dpl (Dalimartha, 2008).
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Gentianales
Famili : Apocynaceae
Genus : Catharanthus
Pada percobaan ini akar tapak dara diamati secara makroskopik dan
mikroskopik. Dari hasil pengamatan secara makroskopik akar tapak dara memiliki
warna kekuningan, termasuk akar serabut, memiliki bau khas yang menyengat, dan
memiliki tekstur kasar.
Pada pengamatan mikroskopik yang dilakukan pada serbuk simplisia akar
tapak dara digunakan beberapa reagen seperti I2KI, Klorohidrat, Florogucinol+
HCL. Tetapi data pengamatan yang paling jelas didapatkan yaitu serbuk simplisia
akar tapak dara yang menggunakan reagen kloral hidrat dan pada perbesaran 40x.
Pengamatan mikroskopik dilakukan terhadap serbuk simplisia akar tapak dara
dengan cara menaburkan sedikit serbuk simplisia tapak liman diatas kaca objek,
setelah itu ditetesi reagen kloral hidrat dan ditutup dengan kaca penutup, kemudian
dilihat dibawah mikroskop. Didapatkan data mikroskopik terdapat jaringan gabus,
parenkim xylem, dan parenkim floem. Sedangkan menurut literatur terdapat
fragmen jaringan gabus terpotong paradermal berbentuk polygonal, dengan dinding
tebal, fragmen jaringan gabus dengan sel-sel berbentuk emapt persegi Panjang,
warna coklat. Fragmen parenkim xylem berbentuk polygonal, dinding tebal dengan
noktah kecil-kecil, fragmen parenkim korteks bentuk hamper bulat, berdinding
tipis, fragmen parenkim floem bentuk bulat Panjang dengan dinding tidak
beraturan.
Manfaat lain yang dapat ditemukan dari E.scaber ini yaitu sebagai
antimikroba yang dapat menghambat pertumbuhan dari bakteri gram positif dan
bakteri gram negatif karena tumbuhan ini mengandung senyawa flavonoid yang
tinggi,fenol dan saponin yang dilaporkan memiliki antioksidan, antibakteri,
antivirus, anti radang (Fitriani, 2018).
Kerajaan : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Bangsa : Asterales
Suku : Asteraceae
Marga : Elephantopus
Organoleptis: Bau lemah, tidak khas, rasa tawar, serbuk berwarna coklat
kekuningan, tidak berbau, dan tidak berasa.
Manfaat: Obat malaria, demam, hepatitis, perut kembung, influenza, radang ginjal
yang akut dan kronis.
Simplisia berikutnya yang diamati pada percobaan kali ini adalah Rhei
Officinalis Radix atau sering disebut akar kelembak. Rhei Officinalis Radix
merupakan simplisia dari Rheum officinale Baillon. Tanaman kelembak (Rheum
officinale Baill.) merupakan salah satu tanaman dari Polygonaceae dikenal sebagai
Rhubarb. Tumbuhan ini berasal dari daratan Tengah Cina dan menyebar ke wilayah
sub tropik lainnya (Kuhl dan DeBoer, 2008). Tanaman ini merupakan semak
tahunan dengan pertumbuhan tanaman 25-80 cm. Kelembak memiliki karakter akar
tunggang, lunak, bulat berwarna coklat. Batang berwarna coklat pendek beralur
melintang.Daun tunggal, bertangkai dengan helaian daun berbentuk bulat telur.
Perbungaan majemuk, berkelamin 2 atau 1. Buah berbentuk seperti padi, bulat telur
berwarna merah (Adriyanti 2014).
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Polygonales
Famili : Polygonaceae
Genus : Rheum
(Kartasapoetra, 1992)
Akar kelembak terdiri atas bagian dibawah tanah (rimpang dan akar) dari
tanaman Rheum officinale Baillon atau R.palmatum familia polygonaceae.
Memiliki warna kuning kecoklatan. Potongan padat, keras, berat, bentuk hampir
silindris, serupa kerucut atau bentuk kubus cekung, pipih, atau tidak beraturan,
kadang berlubang, panjang 5 cm sampai 15 cm, lebar 3 cm sampai 10 cm;
permukaan yang terkupas agak tersudut sudut, umumnya diliputi serbuk berwarna
kuning kecoklatan terang, bagian dalam berwarna putih keabuan dengan garis-garis
coklat kemerahan (Depkes RI, 2000).
Kerajaan : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Ordo : Graminales
Keluarga : Poaceae
Genus : Vetiveria
Dengan perbesaran 40x pada miskroskop sudah dapat dilihat data yang
didapatkan pada pengamatan secara miskroskopik dan sudah sesuai dengan
literatur, yaitu adanya fragmen pengenal sklerenkim, trakea, epidermis terdiri dari
1 lapis sel yang berbentuk segi empat, dan parenkim yang memiliki sel minyak.
Dan alasan kenapa pada penelitian pada akar wangi dibawah mikroskop
menggunakan reagen klorohidrat lebih jelas hasilnya dibanding reagen yang
lainnya. Hal ini desebabkan klorohidrat yang memiliki tujuan menghilangkan
kandungan sel seperti amilum dan protein, sehingga sel-sel fragmen-fragmen pada
akar wangi dapat terlihat dengan jelas dibawah mikroskop.
Zat ber khasiat utama pada akar wangi yaitu Minyak atsiri, hars dan zat
pahit. Memiliki kegunaan sebagai Bahan pewangi. (dalam oleum), Diaforetika,
mencegah infeksi kandidiasis, mengobati iritasi lambunng, antioksidan, dan
meningkatkan fungsi kerja otak. Pemerian nya berupa bau khas aromatik
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledonae
Bangsa : Euphorbiales
Suku : Euphorbiaceae
Marga : Acalypha
Pada percobaan ini akar kucing diamati secara makroskopik dan mikroskopik.
Dari hasil pengamatan secara makroskopik akar kucing memiliki warna putih
kekuningan, halus, akarnya sperti tombak, meruncing, tidak berbau dan rasa agak
pahit.
Amylum Manihot merupakan simplisia yang diperoleh dari umbi akar yaitu
singkong (Manihot utilisima Pohl). Berdasarkan hasil identifikasi tumbuhan oleh
Herbarium Medanense (2016), klasifikasi tanaman singkong adalah sebagai
berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Euphorbiales
Famili : Euphorbiaceae
Genus : Manihot
Ukuran butir amilum singkong rata-rata sekitar 16 ± 7,4 μm dan 16 ± 7,3 μm.
Lamela pada setiap jenis tepung singkong belum bisa terlihat secara jelas pada
perbesaran 400x, di bagian dalam butir amilum terdapat lamela yang mengelilingi
hilus. Lamela singkong termasuk lamela konsentris yang terletak di tengah amilum.
Bentuk butiran amilum singkong yang secara khas turun temurun dari beberapa
bentuk dimulai dari bentuk seperti kapsul yang terpotong, oval ke poligonal dan
bulat. Morfologi permukaan yang berbeda diamati pada butiran yang berbeda dan
berkisar dari beberapa permukaan kasar hingga butiran permukaan yang dominan
halus. Sebagian butir amilum memiliki permukaan yang berpori maupun bercelah.
Hal tersebut sangat penting dalam proses hidrolisis amilum karena membantu
pelepasan 28 amilosa dalam sifat larutan amilum. permukaan atas butiran terpotong
biasanya berbentuk cembung (Firdani, 2019). Ukuran butir amilum memiliki tiga
kisaran, yaitu butiran kecil dengan kisaran yang dimulai dari 2-6 μm, butiran yang
berukuran menengah dimulai dari 7-12 μm dan butiran yang berukuran besar
dimulai dari 13-20 μm. Masing-masing tiga kisaran dapat dikaitkan dengan waktu
panen dan kondisi pertumbuhan singkong. Butiran amilum yang diperoleh dari
tanaman yang ditanam pada musim kemarau memiliki butiran yang lebih kecil
(Nuwamanya dkk., 2010).
Adriyanti, D. R. (2014). Buku Acuan Umum Tumbuhan Obat Indonesia Jilid III.
Jakarta: Dian Rakyat.
Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia (BPOM RI). 2008.
Informasi Obat Nasional Indonesia (IONI). Jakarta: BPOM RI, KOPER
POM dan CV SagungSeto.
Dalimartha, S. (2008). Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. Jilid I. Cetakan XI. Jakarta:
Trubus Agriwidya.
Depkes RI. (1995). Farmakope Indonesia, Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.
Ho WY, Yeap SK, Ho CL, Raha AR, Suraini AA, Alitheen NB. Elephantopus
scaber induces cytotoxicity in MCF-7 human breast cancer cells via p53-
induced apoptosis. J Med Plants Res. (2011)5(24):5741–5749.
Kementerian Kesehatan RI. (2017). Farmakope Herbal Indonesia Edisi II. Jakarta:
Kementrian Kesehatan RI.
Lestari, P., Arif, W., & Murti, W. (2017). Isolasi dan Identifikasi Bakteri Rhizobium
dari Akar Tanaman Alfalfa (Medicago sativa L.). Malang: Universitas Islam
Negeri Maulana Malik Ibrahim.
Nuwamanya, E., Baguma, Y., Emmambux, N., Taylor, J., & Patrick, R. (2010).
Physicochemical and Fungctional Characteristics of Cassava Starch in
Ugadan Varieties and Their Progenies. Journal of Plant Breeding and Crop
Science, Vol. 2, 1-11.
Rokaya, M. B., Zuzana, M., & Binu, T. (2010). Ethnobotanical Study of Medicinal
Plants from the Humla District of Western Nepal. Journal of
Ethnopharmacology, 130(3), 484-504.
Shrestha, P. M., & Shivcharn, S. D. (2003). Medicinal Plant Diversity and Use in
the Highlands of Dolakha District, Nepal. Journal of Ethnopharmacology,
83(1), 81-96.