Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI

PERCOBAAN 4

RADIX

Disusun oleh:

Salma Nisrina Nurhabibah (10060321011)

Haura Syabihah (10060321012)

Lutfi Anggita (10060321013)

Trisha Marizcha Anindita (10060321016)

Shift / Kelompok :A/2

Tanggal Praktikum : Rabu, 12 Oktober 2022

Tanggal Laporan : Rabu, 19 Oktober 2022

Asisten : Trully Nouval Larasati,. S.Farm

LABORATORIUM FARMASI TERPADU UNIT B

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG

1444H / 2022 M
PERCOBAAN 4

RADIX

I. TUJUAN PERCOBAAN
1.1 Mengamati dan mengetahui fragmen khas dari berbagai jenis radix secara
mikroskopik dengan menggunakan berbagai macam reagen.
1.2 Mengetahui organoleptis dari berbagai macam jenis radix secara
mikroskopik.

II. TEORI DASAR


2.1 Pengertian Akar

Akar merupakan salah satu bagian dari tumbuhan yang umumnya terdapat
didalam tanah, dengan arah tumbuh ke pusat bumi dan meninggalkan cahaya serta
mempunyai tugas untuk menyerap air. Akar mempunyai bagian-bagian tertentu dan
juga memiliki macam-macam bentuk sistem perakaran (Pravianti, 2021).

Akar (radix) adalah bagian pokok yang nomor tiga (di samping batang dan
daun) bagi tumbuhan yang tubuhnya telah merupakan kormus. Akar mempunyai
sifat- sifat diantaranya merupakan bagian tumbuhan yang biasanya terdapat di
dalam tanah, dengan arah tumbuh ke pusat bumi (geotrop) atau menuju ke air
(hidrotrop), meninggalkan udara dan cahaya. Tidak berbuku-buku, tidak beruas dan
tidak mendukung daun-daun atau sisik-sisik maupun bagian-bagian lainnya.
Warnanya tidak hijau, biasanya keputih-putihan atau kekuning-kuningan. Tumbuh
terus pada ujungnya, tetapi umunnya pertumbuhannya masih kalah jika
dibandingkan dengan batang. Dan bentuknya seringkali meruncing, hingga lebih
mudah untuk menembus tanah (Tjitosoepomo, 2011).

2.2 Morfologi Akar

Morfologi struktur luar akar tersusun atas leher akar, ujung akar, batang
akar, cabang akar, rambut akar, dan tudung akar.
a. Leher akar atau pangkal akar (collum), yaitu bagian akar yang
bersambungan dengan pangkal batang.

b. Ujung akar (apex radix) yaitu bagian akar yang paling muda, terdiri atas
jaringan yang masih dapat melakukan pertumbuhan.

c. Batang akar (corpus radix) yaitu bagian akar yang terdapat antara leher akar
dan ujungnya.

d. Cabang-cabang akar (radix lateralis), yaitu bagian-bagian akar yang tidak


langsung bersambungan dengan pangkal batang, tetapi keluar dari batang
akar, dan masing-masing dapat mengadakan pertumbuhan lagi.

e. Rambut-rambut akar (pilus radicalis), yaitu bagian akar yang sesungguhnya


hanyalah penonjolan dinding luar sel-sel epidermis yang panjang,
bentuknya seperti rambut. Rambut-rambut akar ini berfungsi memperluas
bidang penyerapan akar sehingga lebih banyak air dan zat terlarut dalam
tanah yang dapat dihisap.

f. Tudung akar (calyptra), yaitu bagian akar yang letaknya pada ujung, terdiri
atas jaringan yang berguna untuk melindungi ujung akar yang masih muda
dan lemah.

(Tjitosoepomo, 2011)

2.3 Anatomi Akar

Morfologi struktur luar akar tersusun atas leher akar, ujung akar, batang
akar, cabang akar, rambut akar, dan tudung akar.

a. Leher akar atau pangkal akar (collum), yaitu bagian akar yang
bersambungan dengan pangkal batang.
b. Ujung akar (apex radix) yaitu bagian akar yang paling muda, terdiri atas
jaringan yang masih dapat melakukan pertumbuhan.
c. Batang akar (corpus radix) yaitu bagian akar yang terdapat antara leher akar
dan ujungnya.
d. Cabang-cabang akar (radix lateralis), yaitu bagian-bagian akar yang tidak
langsung bersambungan dengan pangkal batang, tetapi keluar dari batang
akar, dan masing-masing dapat mengadakan pertumbuhan lagi.
e. Rambut-rambut akar (pilus radicalis), yaitu bagian akar yang sesungguhnya
hanyalah penonjolan dinding luar sel-sel epidermis yang panjang,
bentuknya seperti rambut. Rambut-rambut akar ini berfungsi memperluas
bidang penyerapan akar sehingga lebih banyak air dan zat terlarut dalam
tanah yang dapat dihisap.
f. Tudung akar (calyptra), yaitu bagian akar yang letaknya pada ujung, terdiri
atas jaringan yang berguna untuk melindungi ujung akar yang masih muda
dan lemah.

(Tjitosoepomo, 2011)

Secara umum bagian-bagian anatomi akar tersusun atas jaringan epidermis,


system jaringan dasar berupa korteks, endodermis dan empulur, serta sistem berkas
pembuluh. Pada akar sistem berkas pembuluh terdiri atas xilem dan floem yang
tersusun berselang-seling. Struktur anatomi akar tumbuhan monokotil dan dikotil
berbeda (Lestari et al., 2017).

Anatomi akar terbentuk oleh jaringan epidermis, korteks, endodermis, dan stele
(silinder pusat). Bagian-bagian akar tersebut tersusun berurutan dari luar ke dalam.
Anatomi akar di antaranya:

a. Epidermis, merupakan lapisan yang hanya terdiri dari satu lapisan sel.
b. Korteks, merupakan bagian dalam akar yang tersusun oleh berbagai sel yang
membentuk beberapa lapisan.
c. Endodermis, merupakan bagian dari jaringan akar yang terdiri atas satu lapisan
sel.
d. Stele (Silinder Pusat), terbentuk oleh berkas-berkas pengangkut dan beberapa
jaringan lain

(Syukriah, 2016)
Anatomi akar tanaman ini terdiri atas sel gabus, korteks, perisikel, floem,
floem intraselular, sel inti, dan kanal laticiferous. Struktur anatomi akarnya
mengikuti garis dan membentuk floem intrasirkular. Sel gabusnya selalu tumbuh
hanya sampai permukaan saja tidak mendalam tapi melebar dan dinding selnya
tipis. Sel gabus diisi dengan kristal. Korteksnya sangat kuat atau masuk grup sel
batu. Perisikel umumnya seperti papan, berwarna putih, seperti getah dan tidak
berserat. Floemnya termasuk sel batu (Fahn, 1991).

2.4 Fungsi Akar

Akar tumbuh kedalam tanah sehingga memperkuat berdirinya tumbuhan.


Akar berfungsi untuk mengambil air dan garam mineral dari dalam tanah. Seperti
halnya beberapa organ lain pada tumbuhan, akar juga berfungsi untuk menyimpan
makanan. Adapun beberapa fungsi akar secara umum antara lain:

1) Jangkar serta dukungan tanaman


2) Menyerap dan mengalirkan air dan mineral
3) Produk toko fotosintesis (karbohidrat, gula, protein)
4) Musim dingin kelangsungan hidup tanaman keras
5) Makanan dan pakan
6) Perambatan
7) Pengendalian erosi tanah
(Syukriah, 2016)

Akar sangat penting dalam bidang farmasi, karena akar memiliki banyak
manfaat. Contohnya pada akar kelembak yang dapat mengatasi sembelit
dikarenakan mempunyai kemampuan sebagai obat pencahar alami, mencegah
penggumpalan darah, mengeluarkan dan mengencerkan nanah. Akar tapak dara
juga memiliki banyak manfaat dalam bidang farmasi karena dapat digunakan
sebagai obat herbal dan sering dimanfaatkan untuk mengobati penyakit diabetes,
kanker, sakit tenggorokan, batuk, gigitan serangga, dan kondisi medis lainnya
(Irwan, 2015).
III. ALAT DAN BAHAN

Alat yang digunakan pada percobaan kali ini adalah gelas kimia, jarum
preparat, kaca objek, kaca penutup pipet tetes, dan mikroskop. Sedangkan, bahan
yang digunakan adalah yaitu Acalyphae indicae radix, Catharanti radix,
Elephantopi radix, Rhei officinalis radix, Vetiveriae zizanioidi radix, I2KI,
Klorohidrat, dan Florogucinol + HCL.

IV. PROSEDUR KERJA

Pada uji mikroskopik radix, akan diamati 5 preparat radix yang berbeda
yaitu Catharanti radix, Elephantopi radix, Rhei officinalis radix, Vetiveriae
zizanioidi radix, Acalyphae indicae radix. Pada pengamatan uji mikroskpik ini
dilakukan dengan menggunakan 3 reagen yang berbeda yaitu I2KI, Klorohidrat, dan
Florogucinol+ HCL. Disiapkan kaca objek, kemudian dibersihkan dan dikeringkan
menggunakan tisu. Setelah itu, diambil sedikit preparat amilum menggunakan
jarum preparat. lalu, ditetesi reagen masing masing sebanyak 2 tetes, campurkan
atau aduk hingga merata. Kemudian tutup menggunakan kaca penutup. Lalu letakan
diatas meja mikroskop dan jepit. Setelah itu diamati apakah didalam preparat
tersebut ditemukan fragmen-fragmen penyusunnya.
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil pengamatan

Gambar Keterangan

1. Catharanti Radix Nama simplisia: Catharanti Radix


Mikroskopik Nama umum: Akar tapak dara
Nama latin: Catharanthus Roseus
Perbesaran: 40x
Jaringan Reagen: I2KI, Klorahidrat,
gabus
Florogucinol + Hcl
(100x)
Parenkim
xilem Serbuk: Kekuningan, kasar
Parenkim Mikroskopik: jaringan gabus,
floem
parenkim xylem,
Makroskopik
parenkim floem
Makroskopik: Warna kecoklatan,
akarnya
berbentuk seperti
tabung, tidak
berbau, rasa pahit.
2. Elephantopi Radix Nama simplisia: Elephanthopi
Mikroskopik Radix
Nama umum: Akar tapak liman
Nama latin: Elephanthopus
Rambut
Scaber
Perbesaran: 40x
Sel batu
Reagen: I2KI (10x), Klorahidrat,
Florogucinol(40x) +
Pembuluh
Hcl (40x)
kayu
Hablur kalsium parenkim Serbuk: Halus, berwarna hijau
oksalat bentuk
roset &prisma kecoklatan.
Makroskopik Mikroskopik: Terdapat serabut,
rambut,pembuluh
kayu, parenkim,
sel abu, hablur
kalsium oksalat
bentuk roset &
prisma.
Makroskopik: Bau lemah, tidak
khas rasa tawar.
3. Rhei officinalis Radix Nama simplisia: Rhei officinalis
Makroskopik Radix
Nama umum: Akar kelembak
Parenkim
dengan Nama latin: Rheum officinale
trakea baillon
Perbesaran: 40x
Kristal
Reagen: I2KI (10x), Klorahidrat
Butir pati
(4x), Florogucinol + Hcl
(100x)
Mikroskopik
Serbuk: Kecoklatan, halus
Mikroskopik: Parenkim dengan
trakea, butir pati,
kristal kalsium
oksalat bentuk
bintang besar
Makroskopik: Warna kecoklatan,
akarnya cukup
besar
4. Vetiveriae zizanioidi Radix Nama simplisia: Vetiveriae
Mikroskopik zizanioide
Radix
sklerenkim Nama umum: Akar wangi
trakea Nama latin: Vetiveria zizanioide
Parenkim Perbesaran: 40x
Reagen: I2KI, Klorahidrat,
Epidermis
Florogucinol+ Hcl
Serbuk: Berwarna kecoklatan
Makroskopik
kekuningan berserat,
kasar.
Mikroskopik: Sklerenkim, trakea,
parenkim dengan
sel minyak,
epidermis
Makroskopik: Berbentuk benang-
benang silindris
Panjang, tidak
lurus, bekas
patahan tidak rata.
5. Acalyphae indicae Radix Nama simplisia: Acalyphae
Mikroskopik indica Radix
skleren Nama umum: Akar Kucing
kim Nama latin: Acalypha indica
Perbesaran: 40x
parenkim
Reagen: I2KI, Klorahidrat,
Jaringan Florogucinol + Hcl
gabus Serbuk: Putih kekuningan, halus
Unsur- Mikroskopik: Sklerenkim,
unsur
xylem jaringan gabus,
noktah unsur-unsur xylem
Makroskopik noklat parenkim
dengan kristal
oksalat bentuk
roset
Makroskopik: Akar seperti
tombak,
meruncing, akar
kasar, tidak berbau,
rasa agak pahit
6. Amylum Manihot Nama simplisia: Amylum
Mikroskopik Manihot
Nama umum: Pati singkong
Nama latin: Manihot Utilissima
hilus pohl
Perbesaran: 100x
Reagen: I2KI
Mikroskopik: Terdapat hilus,
lamela tidak
Makroskopik terlihat, bentuknya
butir bulat
Makroskopik: Serbuk halus putih
5.2 Pembahasan

5.2.1 Akar tapak dara

Simpilia pertama yang diamati adalah akar tapak dara. Tumbuhan tapak dara
(Catharanthus roseus) merupakan tumbuhan yang berasal dari Amerika tengah,
umumnya ditanam sebagai tanaman hias (Dalimartha, 2008). Tumbuhan ini
memiliki nama yang beraneka ragam dari berbagai daerah seperti: Tapak dara
(Indonesia), Perwinkle (Inggris), Chang Chun Hua (Cina), Keminting Cina dan
Rumput Jalang (Malaysia). Tapak dara dapat tumbuh di tempat terbuka dengan
berbagai macam iklim, serta ditemukan mulai dataran rendah hingga ketinggian 800
m dpl (Dalimartha, 2008).

Menurut Badan POM RI (2008), berikut merupakan klasifikasi tanaman


tapak dara (Catharanthus roseus) adalah sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Subkingdom : Tracheobionta

Super Divisi : Spermatophyta

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Sub Kelas : Asteridae

Ordo : Gentianales

Famili : Apocynaceae

Genus : Catharanthus

Spesies : Catharanthus roseus (L.) G.Don

Nama umum : Akar tapak dara


Habitus tapak dara berupa tumbuhan semak, termasuk tumbuhan tahunan,
tingginya sekitar 1-2 m, memiliki batang berkayu, bulat, bercabang, beruas-ruas
dan berwarna hijau. Daun tapak dara tergolong daun tunggal dengan letaknya silang
berhadapan, mempunyai morfologi bulat telur dengan ujungnya terdapat getah dan
pangkal tumpul, tepi rata, mengkilat, memiliki tangkai dengan panjang 2-6 cm,
lebar daun 1-3 cm, pertulangan menyirip, serta berwarna hijau. Bunga tapak dara
ialah jenis bunga tunggal, terletak di ketiak daun, memiliki mahkota berbentuk
terompet, panjang tangkai 2,5-3 cm, memiliki kelopak bertajuk lima, berbentuk
runcing, benang sari berjumlah lima, kepala sari berwarna kuning,dan tangkai putik
putih. Buahnya kotak dengan bentuk pipih, ketika masih muda berwarna hijau
setelah tua maka akan berwarna coklat. Biji kecil, keras dan berwarna coklat. Akar
berupa akar tunggang dan berwarna putih (Badan POM Republik Indonesia, 2008).

Pemanfaatan tapak dara digunakan untuk meredakan nyeri otot, obat


depresi, obat sistem pusat, menghilangkan bengkak akibat sengatan tawon, obat
mimisan, gusi berdarah, bisul, dan sakit tenggorokan. Berbagai macam
pemanfaatan tersebut disebabkan oleh metabolit sekunder yang dihasilkan tapak
dara yaitu alkaloid. Selain itu, tapak dara digunakan untuk menghilangkan panas,
bahan racun, menghentikan pendarahan, penenang dan menurunkan tekanan darah
manusia. Daun tapak dara mengandung lebih dari 70 jenis alkaloid, diantaranya
ialah vinkristin dan vinblastin. Alkaloid memiliki rasa yang pahit dan dingin Saat
ini penggunaan tapak dara mengalami kemajuan, salah satunya ialah penemuan
obat antikanker, komponen aktif antikanker yang dihasilkan ialah vinkristin dan
vinblastin (Wijayakusuma, 2005).

Pada percobaan ini akar tapak dara diamati secara makroskopik dan
mikroskopik. Dari hasil pengamatan secara makroskopik akar tapak dara memiliki
warna kekuningan, termasuk akar serabut, memiliki bau khas yang menyengat, dan
memiliki tekstur kasar.
Pada pengamatan mikroskopik yang dilakukan pada serbuk simplisia akar
tapak dara digunakan beberapa reagen seperti I2KI, Klorohidrat, Florogucinol+
HCL. Tetapi data pengamatan yang paling jelas didapatkan yaitu serbuk simplisia
akar tapak dara yang menggunakan reagen kloral hidrat dan pada perbesaran 40x.
Pengamatan mikroskopik dilakukan terhadap serbuk simplisia akar tapak dara
dengan cara menaburkan sedikit serbuk simplisia tapak liman diatas kaca objek,
setelah itu ditetesi reagen kloral hidrat dan ditutup dengan kaca penutup, kemudian
dilihat dibawah mikroskop. Didapatkan data mikroskopik terdapat jaringan gabus,
parenkim xylem, dan parenkim floem. Sedangkan menurut literatur terdapat
fragmen jaringan gabus terpotong paradermal berbentuk polygonal, dengan dinding
tebal, fragmen jaringan gabus dengan sel-sel berbentuk emapt persegi Panjang,
warna coklat. Fragmen parenkim xylem berbentuk polygonal, dinding tebal dengan
noktah kecil-kecil, fragmen parenkim korteks bentuk hamper bulat, berdinding
tipis, fragmen parenkim floem bentuk bulat Panjang dengan dinding tidak
beraturan.

5.2.2 Akar tapak liman

Elephantopus scaber dikenal di Indonesia sebagai Tapak Liman, di


Sumatera: Tutup Bumi, di Jawa: Balangaduk, Jukut cancan, tapak liman, di
Madura: tapak liman, tapak tana (Wijayakusuma, 1995).

Tapak liman adalah tumbuhan herbal yang mempunyai nama latin


elephantopus Scaber L. Daun tapak liman salah satu jenis kelas dari tumbuhan
asteracease dan sub asteridae. Secara empiris daun dan akar dari tanaman E.scaber
memiliki banyak kegunaan seperti mengobati demam,malaria,batuk,sariawan di
mulut dan anemia (Djarot, Rahmadini and Utami, 2019).

Manfaat lain yang dapat ditemukan dari E.scaber ini yaitu sebagai
antimikroba yang dapat menghambat pertumbuhan dari bakteri gram positif dan
bakteri gram negatif karena tumbuhan ini mengandung senyawa flavonoid yang
tinggi,fenol dan saponin yang dilaporkan memiliki antioksidan, antibakteri,
antivirus, anti radang (Fitriani, 2018).

Tanaman tapak liman (Elephantopus scaber L) dilaporkan mengandung


empat senyawa sesquiterpen lakton yaitu scabertopin (ES-2), isoscabertopin (ES3),
deoxyelephantopin (ES-4), isodeoxyelephantopin (ES-5) yang potensial sebagai
antitumor (Xu et al. 2006). Kandungan lain yang berpotensi sebagai antikanker
adalah deoxyelephantopin. elephantin, epifridelinol, stigmasterol, triacontan-1-ol,
dotriacontan-1-ol, lupeol, lupeol acetat (Than et al. 2005). Isodeoksielephantopin
juga dilaporkan memiliki efek menghambat siklus sel 7 (Kabeer et al. 2014). Tapak
liman juga telah diketahui mempunyai efek terhadap sel-sel kanker payudara (Ho
et al. 2011; Huang et al. 2010), sel kanker paru-paru (Farha et al. 2013), turunan sel
kanker serviks (Listyowati & Nurkhasanah 2014) dan limfosit (Geetha et al. 2012).

Klasifikasi Elephantopi radix

Nama lain : Akar tapak liman

Kerajaan : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Bangsa : Asterales

Suku : Asteraceae

Marga : Elephantopus

Jenis : Elephantopus scaber L.


Penggunaan: Sebagai penurun panas, antibiotic, anti radang, peluruh air seni,
menghilangkan pembengkakan serta menetralkan racun.

Organoleptis: Bau lemah, tidak khas, rasa tawar, serbuk berwarna coklat
kekuningan, tidak berbau, dan tidak berasa.

Manfaat: Obat malaria, demam, hepatitis, perut kembung, influenza, radang ginjal
yang akut dan kronis.

Pada pengamatan mikroskopik yang dilakukan pada serbuk simplisia akar


tapak liman digunakan beberapa reagen seperti I2KI, Klorohidrat, Florogucinol+
HCL. Tetapi data pengamatan yang paling jelas didapatkan yaitu serbuk simplisia
akar tapak liman yang menggunakan reagen florogucinol+HCL dan pada
perbesaran 40x. Pengamatan mikroskopik dilakukan terhadap serbuk simplisia akar
tapak liman dengan cara menaburkan sedikit serbuk simplisia tapak liman diatas
kaca objek, setelah itu ditetesi reagen Florogucinol+ HCL dan ditutup dengan kaca
penutup, kemudian dilihat dibawah mikroskop. Didapatkan data mikroskopik
terdapat fragmen rambut, parenkim, sel batu, hablur kalsium oksalat, serabut.
Sedangkan menurut literature terdapat fragmen serabut, fragmen rambut penutup,
pembuluh kayu, parenkim, sel batu berasal dari batang tua, dan hablur kalsium
oksalat dengan bentuk roset dan prisma.
5.2.3 Akar kelembak

Simplisia berikutnya yang diamati pada percobaan kali ini adalah Rhei
Officinalis Radix atau sering disebut akar kelembak. Rhei Officinalis Radix
merupakan simplisia dari Rheum officinale Baillon. Tanaman kelembak (Rheum
officinale Baill.) merupakan salah satu tanaman dari Polygonaceae dikenal sebagai
Rhubarb. Tumbuhan ini berasal dari daratan Tengah Cina dan menyebar ke wilayah
sub tropik lainnya (Kuhl dan DeBoer, 2008). Tanaman ini merupakan semak
tahunan dengan pertumbuhan tanaman 25-80 cm. Kelembak memiliki karakter akar
tunggang, lunak, bulat berwarna coklat. Batang berwarna coklat pendek beralur
melintang.Daun tunggal, bertangkai dengan helaian daun berbentuk bulat telur.
Perbungaan majemuk, berkelamin 2 atau 1. Buah berbentuk seperti padi, bulat telur
berwarna merah (Adriyanti 2014).

Taksonomi tumbuhan kelembak yaitu sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Subkingdom : Tracheobionta

Super Divisi : Spermatophyta

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Sub Kelas : Hamamelidae

Ordo : Polygonales

Famili : Polygonaceae

Genus : Rheum

Spesies : Rheum officinale Baill

Nama umum : Kelembak

(Kartasapoetra, 1992)
Akar kelembak terdiri atas bagian dibawah tanah (rimpang dan akar) dari
tanaman Rheum officinale Baillon atau R.palmatum familia polygonaceae.
Memiliki warna kuning kecoklatan. Potongan padat, keras, berat, bentuk hampir
silindris, serupa kerucut atau bentuk kubus cekung, pipih, atau tidak beraturan,
kadang berlubang, panjang 5 cm sampai 15 cm, lebar 3 cm sampai 10 cm;
permukaan yang terkupas agak tersudut sudut, umumnya diliputi serbuk berwarna
kuning kecoklatan terang, bagian dalam berwarna putih keabuan dengan garis-garis
coklat kemerahan (Depkes RI, 2000).

Akar kelembak telah dimanfaatkan sebagai obat tradisional. Tercantum


dalam Farmakope Herbal Indonesia sebagai tanaman obat berkhasiat, kelembak
merupakan salah satu tanaman yang sering digunakan untuk pengobatan di
Indonesia. Persebaran jenis ini di Indonesia meliputi seluruh Nusantara, seperti
Sumatera, Kalimantan, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Sulawesi, Ambon, dan Maluku.
Tanaman ini banyak ditanam orang di kebun daerah pegunungan, serta tempat
terbuka lainnya, dari dataran rendah hingga 1000 m di atas permukaan laut. Jenis
ini tumbuh dengan baik pada daerah beriklim kering hingga sedang, biasanya
menyukai tanah berpasir yang tidak begitu lembab (Adriyanti, 2014). Akarnya
mengandung flavonoid, dis amping itu akarnya juga mengandung glikosida;
krisofanol, rein-emodin, dan saponin (Departemen Kesehatan, 2010).

Akar kelembak telah terbukti efektif melawan bakteri Staphylococcus


aureus, bakteri yang menyebabkan sariawan. Dalam pengobatan China, Kelembak
telah digunakan selama berabad-abad sebagai anti diare dan pencahar dan untuk
mengobati konjungtivitis, pendarahan, gangguan pencernaan, sakit kuning,
gangguan menstruasi, dan cedera traumatik. Akar kelembak juga dimanfaatkan
untuk gangguan pencernaan serta masalah haid. Penggunaannya dengan cara akar
ditumbuk kemudian direbus (Rokaya et al., 2010). Selain itu digunakan untuk
pengobatan patah tulang dengan cara menumbuk akar sampai halus hingga menjadi
bentukan pasta, kemudian diolesi pada bagian yang sakit (Shrestha & Shivcharn
2003). Di Indonesia kelembak banyak digunakan masyarakat lokal sebagai obat
tradisional untuk campuran jamu serta ramuan parem (Widyastuti et al. 2014).
Masyarakat menengah ke bawah di Yogyakarta dan Jawa Tengah menggunakan
tanaman ini sebagai bahan campuran rokok atau disebut “klembak menyan”
(Departemen Kesehatan RI 2010).

Pada percobaan ini akar kelembak diamati secara makroskopik dan


mikroskopik. Dari hasil pengamatan secara makroskopik akar kelembak memiliki
warna coklat kekuningan, termasuk akar tunggang, memiliki bau khas yang
menyengat, dan memiliki tekstur kasar dan keras seperti kayu.

Menurut Farmakope Herbal Indonesia, akar kelembak berupa potongan


akar, padat, keras, bentuk hampir silindris, serupa kerucut atau bentuk kubus yang
melekuk, pipih atau tidak beraturan, kadang berongga, permukaan yang terkelupas
agak bersudut-sudut, umumnya diliputi serbuk berwarna kuning kecokelatan
terang; bagian dalam berwarna kuning putih keabuan dengan garis-garis cokelat
kemerahan; bau khas; rasa agak pahit, agak kelat (Depkes, 2017).

Pada pengamatan secara mikroskopik diamati fragmen-fragmen pengenal


pada akar. Fragmen pengenal adalah jaringan gabus parenkim dengan kristal
kalsium oksalat berbentuk roset besar, parenkim dengan jari-jari empulur, trakhea
dengan pembelahan bentuk Y, kristal kalsium oksalat besar dan butir pati (Depkes,
1995). Alat yang digunakan untuk pengamatan ini adalah mikroskop cahaya dengan
perbesaran 40x yang berarti digunakan lensa okuler 10x dah lensa objektif 4x
(Pramudita, 2013). Reagen yang digunakan untuk pengamatan ini, yaitu reagen
I2KI, floroglusinol HCl, dan kloral hidrat. Namun, reagen yang paling jelas dalam
memperlihatkan fragmen pengenal pada Rhei Officinalis Radix adalah kloralhidrat.
Fragmen-fragmen pengenal yang didapatkan yaitu butir pati dan kristal
kalium oksalat. Fragmen tersebut terdeteksi karena kloralhidrat berfungsi untuk
menghilangkan kandungan sel seperti amilum dan protein sehingga akan dapat
terlihat jelas di bawah mikroskop (Djauhari, 2012). Menurut literatur, pada
penampang melintang akar kelembak terdapat jaringan gabus, berdinding tipis,
bentuk segi empat memanjang letaknya teratur. Sel parenkim korteks berdinding
tipis, berisi butir pati, bentuk bundar atau setengah bundar mempunyai hilus,
tunggal atau berkelompok, terdapat kristal kalsium oksalat berbentuk roset besar
dan tersebar pada parenkim floem. Floem terdiri dari sel parenkim floem dan lebih
kecil daropada sel parenkim korteks, jari-jari empulur terdiri dari 1-2 lapisan sel.
Endodermis terdiri dari 1 sampai beberapa lapis sel berdinding tipis. Xylem terdiri
dari sel parenkim xylem berdinding tipis, berisi butir pati dan kristal kalsium oksalat
besar, trakhea besar bernoktah (Depkes, 1995). Hasil yang didapatkan tidak
spesifik, dimana hanya ada dua fragmen saja yang dapat diamati. Hal yang
memungkinkan ketidaksesuain ini terjadi, yaitu kurangnya jumlah radix yang
diamati pada preparat, reagen yang ditambahkan terlalu pekat atau tidak sesuai, dan
perbesaran mikroskop yang digunakan tidak sesuai.
5.2.4 Akar wangi

Kerajaan : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Sub divisi : Monocotyledone

Ordo : Graminales

Keluarga : Poaceae

Genus : Vetiveria

Species : Vetiveria zizaniode

Nama lain : Akar wangi, Larasetu

Nama tanaman asal : Vetiveria zizanoides (Stapf)

Pada penelitian mikroskopik yang dilakukan pada simplisia akar wangi


digunakan beberapa reagen seperti I2KI, Klorohidrat, dan florogutinol + Hcl. Tetapi
data penelitian yang paling jelas didapatkan yaitu simplisia akar wangi yang
menggunakan reagen clorohidrat dan pada perbesaran 40x. Pemeriksaan
mikroskopik dilakukan terhadap serbuk simplisia akar wangi dengan cara
menaburkan serbuk simplisia akar wangi di atas kaca objek yang telah ditetesi
dengan raagen kloralhidrat dan ditutupi dengan cover glass kaca penutup kemudian
dilihat di bawah mikroskop. Didapatkan data makroskopik yaitu berbentuk seperti
benang-benang silindris Panjang, tidak lurus, bekas patahan tidak rata, dan
didapatkan juga data mikroskopik dari akar wangi yaitu fragmen sklerenkim,
trakea, parenkim dengan sel minyak dan epidermis.

Dengan perbesaran 40x pada miskroskop sudah dapat dilihat data yang
didapatkan pada pengamatan secara miskroskopik dan sudah sesuai dengan
literatur, yaitu adanya fragmen pengenal sklerenkim, trakea, epidermis terdiri dari
1 lapis sel yang berbentuk segi empat, dan parenkim yang memiliki sel minyak.
Dan alasan kenapa pada penelitian pada akar wangi dibawah mikroskop
menggunakan reagen klorohidrat lebih jelas hasilnya dibanding reagen yang
lainnya. Hal ini desebabkan klorohidrat yang memiliki tujuan menghilangkan
kandungan sel seperti amilum dan protein, sehingga sel-sel fragmen-fragmen pada
akar wangi dapat terlihat dengan jelas dibawah mikroskop.

Zat ber khasiat utama pada akar wangi yaitu Minyak atsiri, hars dan zat
pahit. Memiliki kegunaan sebagai Bahan pewangi. (dalam oleum), Diaforetika,
mencegah infeksi kandidiasis, mengobati iritasi lambunng, antioksidan, dan
meningkatkan fungsi kerja otak. Pemerian nya berupa bau khas aromatik

5.2.5 Akar Kucing

Divisi : Spermatophyta

Sub divisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledonae

Bangsa : Euphorbiales

Suku : Euphorbiaceae

Marga : Acalypha

Jenis : Acalypha Indica Linn

Nama umum : Akar kucing

Kandungan dari senyawa kimia dalam suatu tanaman karena memiliki


khasiat yang terdapat di dalamnya. A. Indica mengandung beberapa senyawa kimia
yaitu fkavonoid, saponin, tanin, minyak atsiri, alkaloid, dan steroid. Acalypha
Indica merupakan obat tradisional di berbagai negara dan memiliki khasiat diuretic,
sebagai obat pencahar, obat cacing, digunakan juga untuk bronchitis, kudis dan
penyakit lainnya (Rahman et all, 2010).

Pada percobaan ini akar kucing diamati secara makroskopik dan mikroskopik.
Dari hasil pengamatan secara makroskopik akar kucing memiliki warna putih
kekuningan, halus, akarnya sperti tombak, meruncing, tidak berbau dan rasa agak
pahit.

Pada pengamatan mikroskopik yang dilakukan pada serbuk simplisia akar


kucing digunakan beberapa reagen seperti I2KI, Klorohidrat, Florogucinol+ HCL.
Tetapi data pengamatan yang paling jelas didapatkan yaitu serbuk simplisia akar
kucing yang menggunakan reagen kloral hidrat dan pada perbesaran 40x.
Pengamatan mikroskopik dilakukan terhadap serbuk simplisia akar kucing dengan
cara menaburkan sedikit serbuk simplisia akar kucing diatas kaca objek, setelah itu
ditetesi reagen kloral hidrat dan ditutup dengan kaca penutup, kemudian dilihat
dibawah mikroskop. Didapatkan data mikroskopik terdapat sklerenkim, jaringan
gabus, unsur-unsur xylem noklat parenkim parenkim dengan kristal oksalat bentuk
roset.

5.2.6 Amylum Manihot

Amylum Manihot merupakan simplisia yang diperoleh dari umbi akar yaitu
singkong (Manihot utilisima Pohl). Berdasarkan hasil identifikasi tumbuhan oleh
Herbarium Medanense (2016), klasifikasi tanaman singkong adalah sebagai
berikut:

Kingdom : Plantae

Sub kingdom : Tracheobionta

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Euphorbiales

Famili : Euphorbiaceae

Genus : Manihot

Spesies : Manihot utilissima Pohl

Pada percobaan ini dilakukan pengamatan terhadap Amylum Manihot yang


dihasilkan dari tepung singkong dengan melihat fragmen yang ada yaitu hilus dan
lamela. Setelah pembuatan amilum dari tepung singkong selesai, amilum kemudian
diamati dengan menggunakan reagen I2KI pada preparate menggunakan
mikrosokop cahaya dengan perbesaran 100x.

Setelah diamati, secara mikroskopik Amylum Manihot yang berasal dari


tepung singkong memiliki bentuk butiran bulat, terdapat hilus di bagian tengah, dan
lamela yang tidak terlihat dengan jelas.

Ukuran butir amilum singkong rata-rata sekitar 16 ± 7,4 μm dan 16 ± 7,3 μm.
Lamela pada setiap jenis tepung singkong belum bisa terlihat secara jelas pada
perbesaran 400x, di bagian dalam butir amilum terdapat lamela yang mengelilingi
hilus. Lamela singkong termasuk lamela konsentris yang terletak di tengah amilum.
Bentuk butiran amilum singkong yang secara khas turun temurun dari beberapa
bentuk dimulai dari bentuk seperti kapsul yang terpotong, oval ke poligonal dan
bulat. Morfologi permukaan yang berbeda diamati pada butiran yang berbeda dan
berkisar dari beberapa permukaan kasar hingga butiran permukaan yang dominan
halus. Sebagian butir amilum memiliki permukaan yang berpori maupun bercelah.
Hal tersebut sangat penting dalam proses hidrolisis amilum karena membantu
pelepasan 28 amilosa dalam sifat larutan amilum. permukaan atas butiran terpotong
biasanya berbentuk cembung (Firdani, 2019). Ukuran butir amilum memiliki tiga
kisaran, yaitu butiran kecil dengan kisaran yang dimulai dari 2-6 μm, butiran yang
berukuran menengah dimulai dari 7-12 μm dan butiran yang berukuran besar
dimulai dari 13-20 μm. Masing-masing tiga kisaran dapat dikaitkan dengan waktu
panen dan kondisi pertumbuhan singkong. Butiran amilum yang diperoleh dari
tanaman yang ditanam pada musim kemarau memiliki butiran yang lebih kecil
(Nuwamanya dkk., 2010).

Menurut Farmakope Indonesia edisi IV, pati singkong berbentuk butir


tunggal, agak bulat atau bersegi banyak, butir kecil diameter 5 µm sampai 10 µm,
butir besar bergaris tengah 20 µm sampai 35 µm, hilus di tengah berupa titik, garis
lurus atau bercabang tiga, lamela tidak jelas, konsentris, butir majemuk sedikit,
terdiri atas dua atau tiga butir tunggal tidak sama bentuknya (Depkes RI, 1995).
Hasil yang didapatkan saat pengamatan hampir sama dengan hasil yang ada pada
literatur. Hanya saja, hasil yang didapatkan pada pengamatan kurang spesifik. Hal
yang memungkinkan hal ini terjadi, yaitu kurangnya jumlah amilum yang di amati,
reagen I2KI yang digunakan terlalu pekat, dan perbesaran mikroskop yang
digunakan tidak sesuai. Sedangkan secara makroskopik, pati singkong berbentuk
serbuk halus yang berwarna putih. Hal ini sesuai dengan persyaratan amilum pada
Farmakope Indonesia IV (1995).
VI. KESIMPULAN
6.1 Pada pengamatan mikroskopik semua akar ditetesi reagen, yang jelas
terllihat pada akar yang ditetesi kloral hidrat dimana terdapat fragmen
fragmen didalamnya meskipun tidak semua fragmen terlihat.
6.2 Pada pengamatan secara mikroskopik setiap akar terlihat fragmen yang
menjadi ciri khas masing-masing. Biasa terdapat jaringan gabus, parenkim,
sklerenkim, kristal kalsium oksalat, butir pati
VII. DAFTAR PUSTAKA

Adriyanti, D. R. (2014). Buku Acuan Umum Tumbuhan Obat Indonesia Jilid III.
Jakarta: Dian Rakyat.

Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia (BPOM RI). 2008.
Informasi Obat Nasional Indonesia (IONI). Jakarta: BPOM RI, KOPER
POM dan CV SagungSeto.

Dalimartha, S. (2008). Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. Jilid I. Cetakan XI. Jakarta:
Trubus Agriwidya.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1995). Materia Medika Indonesia


Jilid VI. Jakarta: Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan RI.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2000). Acuan Sediaan Herbal.


Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2010). Suplemen I Farmakope Herbal


Indonesia. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

Depkes RI. (1995). Farmakope Indonesia, Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.

Djarot, P., Rahmadini, A. and Utami, N. F. (2019) ‘UJI ANTIBAKTERI


EKSTRAK DAUN SAMBUNG NYAWA (Gynura procumbens (Lour.) Merr.)
DAN DAUN TAPAK LIMAN (Elephantopus scaber L.) TERHADAP
Salmonella thypi’, Jurnal Ilmiah Ilmu Dasar dan Lingkungan Hidup, 19(1),
pp. 1–11.

Fahn, A. (1991). Anatomi Tumbuhan. Yogyakarta: UGM Press.

Firdani, S. A. (2019). Perbandingan Bentuk, Ukuran, dan Struktur Butir Amilum


Pada Jenis Tepung (Buatan Pabrik dan Buatan Sendiri) dari Tanaman Umbi
dan Sereal. Skripsi. Malang: Fakultas MIPA Universitas Brawijaya.
Fitriani, I. and P. R. (2018) ‘THE ANTIBACTERIAL MOUTHWASH OF TAPAK
LIMAN LEAVES EXTRACT (Elephantopus scaber L) AGAINST
Streptococcus mutans’, 3(May), pp. 48– 59

Ho WY, Yeap SK, Ho CL, Raha AR, Suraini AA, Alitheen NB. Elephantopus
scaber induces cytotoxicity in MCF-7 human breast cancer cells via p53-
induced apoptosis. J Med Plants Res. (2011)5(24):5741–5749.

Irwan. (2015). Manfaat dan Fungsi Akar. Bogor: IPB.

Kartasapoetra. (1992). Budidaya Tanaman Berkhasiat Obat. Jakarta: Rineka Cipta.

Kementerian Kesehatan RI. (2017). Farmakope Herbal Indonesia Edisi II. Jakarta:
Kementrian Kesehatan RI.

Kabeer FA, Sreedevi GB, Nair MS. Isodeoxyelephantopin from Elephantopus


scaber ( Didancao ) induces cell cycle arrest and caspase-3-mediated
apoptosis in breast carcinoma T47D cells and lung carcinoma. Chin Med.
(2014) 9 (14): 1–9.

Kuhl, J. C., & DeBoer, V. L. (2008). Genetic Diversity of Rhubarb Cultivars.


Journal of the American Society for American Society for Horticultural
Science, 133(4), 587-592.

Lestari, P., Arif, W., & Murti, W. (2017). Isolasi dan Identifikasi Bakteri Rhizobium
dari Akar Tanaman Alfalfa (Medicago sativa L.). Malang: Universitas Islam
Negeri Maulana Malik Ibrahim.

Nuwamanya, E., Baguma, Y., Emmambux, N., Taylor, J., & Patrick, R. (2010).
Physicochemical and Fungctional Characteristics of Cassava Starch in
Ugadan Varieties and Their Progenies. Journal of Plant Breeding and Crop
Science, Vol. 2, 1-11.

Pramudita, S. D. (2013). Jurnal Mikroskop. Jakarta: Universitas Muhammadiyah


Prof. Dr. Hamka.
Pravianti, D. A. (2021). Modul Akar pada Tumbuhan. Lampung: Universitas Islam
Negeri Raden Intan.

Rokaya, M. B., Zuzana, M., & Binu, T. (2010). Ethnobotanical Study of Medicinal
Plants from the Humla District of Western Nepal. Journal of
Ethnopharmacology, 130(3), 484-504.

Shrestha, P. M., & Shivcharn, S. D. (2003). Medicinal Plant Diversity and Use in
the Highlands of Dolakha District, Nepal. Journal of Ethnopharmacology,
83(1), 81-96.

Syukriah, F., & Pranggarani, L. (2016). Implementasi Teknologi Augmented


Reality 3D Pada Pembuatan Organologi Tumbuhan. Jurnal Ilmiah Fifo, 23-
32.

Tjitosoepomo, G. (2011). Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta: Gadjah Mada


University Press.

Wijayakusuma. (2005). Buku ajar fisiologi kedokteran. Jakarta: EGC

Xu G, Liang Q, Gong Z, Yu W, He S, Xi L. antitumor activities of the four


sesquiterpene lactones from Elephantopus scaber L . Exp Oncol. (2006) 28
(2): 106–9

Anda mungkin juga menyukai