Tugas Makalah Winda Sonia Lubis
Tugas Makalah Winda Sonia Lubis
TUBERKULOSIS (TBC)
DISUSUN OLEH :
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
dengan rahmat, dan anugerah-Nya kami dapat menyusun makalah ini dengan
judul “Tuberkulosis (TBC)” yang disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Gizi Keluarga. Tidak sedikit kesulitan yang saya alami dalam proses penyusunan
makalah ini. Namun berkat dorongan dan bantuan dari semua pihak yang terkait,
baik secara moril, maupun materil, akhirnya kesulitan tersebut dapat diatasi.
Tidak lupa pada kesempatan ini saya menyampaikan rasa terima kasih kepada
Dosen yang telah membimbing kami sehingga saya dapat menyelesaikantugas ini
dengan baik. Saya menyadari bahwa untuk meningkatkan kualitas makalah ini,
saya membutuhkan kritik dan saran demi perbaikan makalah diwaktu yang akan
datang. Akhir kata, besar harapan saya agar makalah ini bermanfaat bagi kita
semua.
i
DAFTAR ISI
Judul Halaman
KATA PENGANTAR ............................................................................... i
DAFTAR ISI .............................................................................................. ii
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Jumlah pasien TBC di Indonesia merupakan ke-3 terbanyak di dunia setelah India
dan Cina. Diperkirakan pada tahun 2004, setiap tahun ada 539.000 kasus baru dan
positif 0,22% (laporan WHO 1998), penyakit ini merupakan salah satu penyakit
yang setiap tahun mortalitasnya cukup tinggi. Kawasan Indonesia timur banyak
ditemukan terutama gizi makanannya tidak memadai dan hidup dalam keadaan
sosial ekonomi dan higiene dibawah normal (Tjay dan Rahardja, 2007).
sekitar 528.000. Laporan WHO pada tahun 2009, mencatat peringkat Indonesia
menurun ke posisi lima dengan jumlah penderita TBC sebanyak 429.000 orang.
Pada Global Report WHO 2010, didapat data TBC Indonesia, total seluruh kasus
TBC tahun 2009 sebanyak 294.731 kasus, dimana 169.213 adalah kasus TBC
baru BTA positif, 108.616 adalah kasus TBC BTA negatif, 11.215 adalah kasus
TBC ekstra paru, 3.709 adalah kasus TBC kambuh, dan 1.978 adalah kasus
Pada anak, TBC secara umum dikenal dengan istilah “flek paru-paru”.
1
dengan orang dewasa, baik dalam aspek diagnosis, pengobatan, pencegahan,
maupun TBC pada kasus khusus, misalnya pada anak dengan infeksi HIV
(Anonima, 2011). Selain itu, pemeriksaan TBC yang memerlukan sampel dahak
dari sang anak masih sulit diterapkan karena anak kecil sulit mengeluarkan dahak.
Perbedaan TBC anak dan TBC dewasa adalah TBC anak lokasinya pada
setiap bagian paru sedangkan pada dewasa di daerah apeks dan infra klavikuler.
perkapuran dan pada dewasa dengan fibriosis. Pada anak lebih banyak terjadi
Sumber utama penularan adalah orang dewasa dengan TBC paru dengan
sputum positif (Mycobacterium tuberculosis), dan susu dari hewan yang terinfeksi
tuberkulin positif. Sputum biasanya tidak ada, namun hasil tuberkulosis mungkin
pengenalan serta terapi tepat pada infeksi TBC dewasa, imunisasi BCG (Meadow
dan Newel, 2006). Sedangkan masalah perilaku tidak sehat antara lain akibat dari
2
1.2. Perumusan Masalah
1.3. Tujuan
3
BAB II
PEMBAHASAN
telah dikenal sejak berabad-abad yang lalu dan paling sering disebabkan oleh
85% dari seluruh kasus TBC adalah TBC paru, sisanya (15%) menyerang organ
tubuh lain mulai dari kulit, tulang, organ-organ dalam seperti ginjal, usus, otak,
dan lainnya (Icksan dan Luhur, 2008). Berdasarkan hasil pemeriksaan sputum,
TBC dibagi dalam: TBC paru BTA positif: sekurangnya 2 dari 3 spesimen sputum
BTA positif, TBC paru BTA negatif: dari 3 spesimen BTA negatif, foto toraks
positif (Rani, 2006). Infeksi pada paru-paru dan kadang-kadang pada struktur-
(Saputra, 2010).
dapat menimbulkan penyakit pada berbagai macam hewan misalnya sapi, anjing,
babi, unggas, biri-biri dan hewan primata, bahkan juga ikan (Soedarto, 2007).
tuberculosis paling sering menyerang pada organ paru dengan sumber penularan
adalah pasien TB BTA (Basil Tahan Asam) positif. Tuberkulosis masih menjadi
masalah kesehatan utama di berbagai negara di dunia dan setiap tahun tercatat 2-3
4
juta penduduk dunia meninggal akibat tuberkulosis (Bagiada & Primasari, 2010).
Depkes RI, 2010). Sampai saat ini terdapat sekitar 9,2 juta kasus baru TB dan
diperkirakan 1,7 juta kematian karena tuberkulosis. Insiden kasus BTA positif
tahun 2006 diperkirakan 105 kasus baru per 100.000 penduduk (240.000 kasus
baru setiap tahun), dan prevalensi 578.000 kasus untuk semua kasus (Depkes,
2008). Apabila penderita tuberkulosis paru tidak ditemukan dan diobati maka
akan menjadi kasus kronis yang tetap sebagai sumber penularan tuberkulosis
2.2. Patofisiologi
mengalami batuk, bersin, atau berbicara, maka secara tidak sengaja keluarlah
droplet nuklei dan jatuh ke tanah, lantai, atau tempat lainnya. Akibat terkena sinar
matahari atau suhu udara yang panas maka droplet nuklei tadi akan menguap.
Droplet bakteri akan menguap ke udara dibantu dengan angin kemudian akan
nuklei terbang ke udara. Apabila bakteri ini terhirup oleh orang sehat, maka orang
yang terisap akan melewati pertahanan mukosilier saluran pernapasan dan masuk
hingga alveoli. Pada titik lokasi dimana terjadi implantasi bakteri, bakteri akan
5
menggandakan diri (multiplying). Dalam waktu 3-6 minggu, inang yang baru
terkena infeksi akan menjadi sensitif terhadap protein yang dibuat bakteri
Mycobacterium tuberculosis dan bereaksi positif terhadap tes tuberkulin atau tes
lanjut.
arthropathy.
6
2. Komplikasi lanjut: obstruksi jalan napas -> SOFT (Sindrom Obstruksi Pasca
terjadi pada TBC milier dan kavitas TBC (Sudoyo, 2007). Komplikasi
penderita stadium lanjut adalah hemoptisis berat (perdarahan dari saluran napas
karena kerusakan jaringan paru, penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak,
yang mengandung basil dan dibatukkan oleh penderita TBC terbuka. Atau juga
karena adanya kontak antara tetes ludah/dahak tersebut dan luka di kulit. Untuk
membatasi penyebaran perlu sekali discreen semua anggota keluarga dekat yang
bertebaran sebagai aerosol. Lama kontak antara sumber dan calon kasus baru
besar resiko inhalasi. Mikobakteri memiliki dinding berminyak yang kuat. Dapat
terjadi infeksi tuberkulosis (primer) dengan atau tanpa manifestasi penuh penyakit
dalam bentuk droplet (percikan dahak). Orang dapat terinfeksi kalau droplet
7
dalam tubuh manusia melalui pernapasan, kuman TBC tersebut dapat menyebar
dari paru ke bagian tubuh lainnya, melalui sistem peredaran darah, sistem saluran
Daya penularan dari seorang penderita ditentukan oleh banyaknya kuman yang
dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat positif hasil pemeriksaan dahak,
makin menular penderita tersebut. Bila hasil pemeriksaan dahak negatif (tidak
terlihat kuman), maka penderita tersebut dianggap tidak menular (Zulkoni, 2010).
tuberculosis pada pasien nonsensitif yaitu mereka yang sebelumnya belum pernah
primer sering terjadi pada anak (Hidayat, 2006), tetapi bisa terjadi pada orang
dewasa dengan daya tahan tubuh yang lemah, seperti penderita HIV, DM, orang
tua, SLE, dan sebagainya (Icksan dan Luhur, 2008). TBC paru primer dimulai
yang mempunyai tekanan oksigen tinggi, atau melalui traktus digestivus (untuk
keterlibatan kelenjar limfe hilus (kompleks primer). Biasanya hanya timbul sedikit
8
gejala, dan pemulihan sering terjadi secara spontan. Individu yang bersangkutan
tidak menular bagi orang lain dan bereaksi negatif terhadap uji bakteriologis
walaupun uji kulit tuberkulinnya (Heaf test) mungkin sensitif (Gould dan
Brooker, 2003).
keterlibatan kelenjar limfe hilus (kompleks primer). Biasanya hanya timbul sedikit
gejala, dan pemulihan sering terjadi secara spontan. Individu yang bersangkutan
tidak menular bagi orang lain dan bereaksi negatif terhadap uji bakteriologis
walaupun uji kulit tuberkulinnya (Heaf test) mungkin sensitif (Gould dan
Brooker, 2003).
tuberculosis pada yang pernah terinfeksi dan oleh karenanya pasien sensitif
terhadap tuberkulin (Rubenstein dkk, 2008). TBC paru post primer biasanya
terjadi akibat dari infeksi laten sebelumnya. Infeksi ini dapat menimbulkan suatu
gejala TBC bila daya tahan tubuh host menurun. Mikroorganisme yang laten
dapat berubah menjadi aktif dan menimbulkan nekrosis. TBC sekunder progresif
menunjukkan gambaran yang sama dengan TBC primer progresif (Icksan dan
Luhur, 2008). Pemulihan spontan tidak dijumpai pada tuberkulosis post primer
dan pasien mungkin menular bagi orang lain sebelum diterapi secara efektif
(Gould dan Brooker, 2003). Tuberkulosis post primer biasanya terjadi setelah
beberapa bulan atau tahun sesudah infeksi primer, misalnya karena daya tahan
tubuh menurun akibat terinfeksi HIV atau status gizi yang buruk. Ciri khas
tuberkulosis post primer adalah kerusakan paru yang luas dan parah (Zulkoni,
9
2010).
2.7. Bakteriologi
Sputum BTA positif, bila dua kali pemeriksaan menunjukkan hasil BTA
positif, atau satu kali pemeriksaan dengan hasil BTA positif dan hasil
pemeriksaan radiologis sesuai dengan TBC paru, atau satu kali sputum BTA
positif dan hasil kultur positif. Sputum BTA negatif, bila dua kali pemeriksaan
dengan jarak 2 minggu dengan hasil BTA negatif. Pemeriksaan radiologis sesuai
dengan TBC paru dan gejala klinis tidak hilang dengan pemberian antibiotik
spektrum luas selama satu minggu dan dokter memutuskan untuk mengobati
10
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
perilaku adalah tidak ada tempat khusus untuk dahak dan kalau batuk tidak
menutup mulut.
3.2. Saran
obat, dosis yang digunakan, dan cara mengatasi penyakit dari TBC.
11
DAFTAR PUSTAKA
12