Dasar - Dasar - Ilmu - Hukum
Dasar - Dasar - Ilmu - Hukum
Teori hokum adalah: suatu keseluruhan pernyataan yang saling berkaitan berkenaan dengan
system konseptual dari aturan-aturan hokum dan putusan-putusan hokum dan system tersebut
sebagian yang penting yang dipositifkan atu diberlakukan
Teori hukum dalam arti sempit: berbicara keberlakuan formal atau normative dari hukum
Filsafat hukum adalah induk dari semua disiplin ilmu yuridis sebab filsafat hukum membahas
secara mendalam tentang hukum
Ada 2 pendekatan yang dapat dilakukan untuk menjelaskan hakekat ilmu hukum
Menurut Scholten ilmu hukum itu tidak hanya mengenal suatu dimensi memaparkan atau
deskriptif tetpi juga suatu dimensi mengkaidahi atau preskreptif atau bersifat normative.
Skema
Bruggink menggambarkan perbedaan antara ilmu hukum empiris dan ilmu hukum normative
Empiris Normative
Hubungan hukum Subjek-objek Subjek-subjek
Sikap ilmuan penonton Partisifan
perspektif External Internal
Teori kebenaran Teori kebenaran Teori kebenaran pragmatis
korespondensi
proposisi informatif Informative, normative dan
evaluatif
metode Hanya yang dapat dilihat oleh Menggunakan metode lain
panca indera
moral Kognitif Non kognitif
Hubungan antara hukum dan Pemisahan tegas Tidak
moral
ilmunya Sosiologi hukum Dogmatic hukum
Sejarah hukum Teori hukum
Antropologi hukum Filsafat hukum
Psikilogi hukum
Perbandingan hukum
FILSAFAT HUKUM
Asas hukum tidak dapat dipisahkan dari system Hukum oleh karena asas hukum sangat
berperan dalam menerapkan hukum positif.
Pengertian asas hukum
Pengertian secara umum, Asas:
Alas, pedoman, atau dasar
Suatu kebenaran yang menjadi pokok dasar/ tumpuan berfikir/ berpendapat .
Pengertian asas menurut C.W paton:
Asas yaitu suatu alam berfikir yang dirumuskan secara luas dan mendasari adanya suatu
norma hukum.
Pengertian asas hukum menurut Eikema Homme yaitu: dasar-dasar atau petunjuk arah dalam
pembentukan hukum positif.
Asas hukum dapat diartikan sebagai suatu yang melahirkan aturan-aturan hukum atau peraturan-
peraturan hukum sesuai dengan rasiologis/ sesuai dengan cita-cita, jiwa/ tujuan dari aturan
hukum itu.
Dengan demikian hukum itu lebih abstrak daripada peraturan hukum.
Asas hukum bukan peraturan namun tidak ada peraturan hukum yang dapat difahami tanpa ada
asas didalamnya
Asas hukum merupakan jantungnya peraturan hukum.
Menurut Peton: asas hukum tidak akan pernah habis kekuatannya hanya karena telah
melahirkan suatu aturan hukum. Asas hukum tetap saja ada dan terus mampu melahirkan aturan
hukum secara berkesinambungan sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Jadi asas hukum
melahirkan kaidah/ norma hukum atau kaidah hukum melahirkan aturan hukum.
Asas hukumkaidah normaaturan hukum
Pentingnya asas hukum, yaitu penting:
Bagi pembuat UU, sebagai asas hukum memberikan garis-garis besar dalam pembentukan
hukum positif
Bagi Hakim, karena memberikan bahan yang berguna dalam penafsiran UU
Bagi ilmu hukum, karena asas hukum merupakan hasil peningkatan berbagai peraturan-peraturan
hukum dari tingkatan yang rendah.
Unsur dan fungsi asas hukum terhadap system hukum
Unsu asas ada 6 yaitu:
Merupakan fikiran-fikiran dasar yang terdapat didalam dan dibelakang system hukum
Dirumuskan didalam peraturan perUUan dan keputusan hakim
Berkenaan dengan kebutuhan dan keputusan individual
Mengungkapkan nilai-nilai yang harus diperjuangkan untuk mewujudkannya melalui hukum
positif
Bersifat abstrak, abstrak dikonkritkan didalam peraturan hukum
Mengandung nilai dan tuntutan etis
Asas hukum ada 2
Asas hukum umum/ asas hukum universal
Asas khusus
Asas hukum umum: yang terdapat dalam berbagai bidang ilmu hukum/ lapangan hukum
Ex: ada asas yang menyatakan Lex Posteriori. Artinya apabila terjadi pertentangan antara
peraturan lama dengan yang baru maka yang digunakan peraturan yang baru. Ex: pemerkosaan
dibawa umur (UU perlindungan anak)
Asas hukum khusus: yaitu asas hukum yang berlaku terhadap lapangan-lapangan hukum tertentu.
Ex: lapangan Internasional, asas tacta Sunt Se Vand
Asas hukum umum terbagi lagi: yaitu
Asas kepribadian: yaitu asas manusia yang menginginkan adanya kebebasan individu sebagai
subyek hukum penyandang hak dan kewajiban
Asas persekutuan: yaitu menghendaki keutuhan masyarakat persatuan dan kesatuan
Asas persamaan: yaitu manusia menginginkan keadailan yang didepan hukum (equality before
the law)
Asas kewibawaan: yaitu memperkirakaan adanya ketidak samaan
Asas pemisahan: yaitu yang baik dan yang buruk
Asas objektifitas hakim: yaitu tidak ada hakim yang mengadili perkaranya sendiri
Asas Unus testis nulus testis: 1 saksi bukan saksi (sudah kehilangan keberlakuan), aturan hukum
berubah karena mengikuti perkembangan masyarakat.
Asas hukum itu abstrak tidak tertulis: ex: indobio Proreo. Artinya semua orang tau berlakunya
hukum.
Asas hukum yang tertulis: ex: presumption of innen cense artinya asas praduga tak bersalah.s
Positivisme Hukum
Ini memandang perlunya pemisahan secara tegas antara hukum dan moral, antra hukum yang
berlaku. Menurut kacamata positifisme tiada hukum lain kecuali perintah penguasa, bahwa
dengan aliran positifisme dikenal dengan nama logisme berpendapat lebih tegas bahwa hukum
itu identik dengan undang-undang. Menurutnya satu-satunya sumber hukum adalah undang-
undang, karena undang-undanglah sudah dianggap lengkap dan jelas dalam mengatur semua
peraturan hukum. Menurut aliran positive dibedakan dalam 2 corak:
Aliran hukum positive analitis
Menurut aliran hukum positive analitis: yang dipandang sebagai suatu system yang tetap logis
dan tertutup, hukum adalah perintah penguasa yang dapat saja bijaksana dan adil atau
sebaliknya. Hal ini dapat dibedakan dalam 2 jenis:
Hukum dari tuhan untuk manusia
Hukum yang dibuat oleh manusia, ada 2 yaitu:
Hukum yang sebenarnya
Hukum yang tidak sebenarnya
Aliran hukum murni
Menurut aliran hukum murni: hukum harus dibersihkan dari anasir-anasir yang non yuridis
seperti sosiologis, historys dan sebagainya. Pemikiran itulah dikenal dengan teori hukum murni.
Hal ini dipelopori oleh Hans Colsen yang ingin menerima hukum apa adanya yaitu berupa
peraturan-peraturan yang dibuat dan diakui oleh Negara.
ALIRAN HUKUM DAN KAIDAH HUKUM
- Pengertian kaidah
- Fungsi kaidah
- Jenis-jenis kaidah
- Proses lahirnya kaidah hukum
Asas: wajib secara moral ditaati
Hukum yang bai namanya bersumber dari asas
Kaidah dapat digambarkan oleh tingkah laku
Hukum : perintah dan larangan, hak dan kewajiban
Kaidah isinya hukum
Catatan: tidak ada hukum tanpa norma
Norma itu melekat pada UU
Perbedaan asas dan norma:
Asas: itu abstrak mengikat, tumbuh berkembang, ditaati
……..: filosofi dari aturan perUUan
Tugasnya: menyelesaikan konflik yang terjadi
Pengertian kaidah: dapat digambarkan sebagai aturan tingkah laku seharusnya dilakukan oleh
manusia dalam keadaan tertentu.
Kalangan yuris
Terdapat pandangan yang tersebar luas bahwa protipe dari kaidah hukum adalah perintah
(HET BEVEL)
Dalam hal ini ia tidak berkenaan dengan suatu perintah yang ditujukan kepada orang
tertentu. Tetapi berkenaan dengan perintah dengan jangkauan umum (bersifat umum) UU
Artinya: suatu perintah berlaku bagi semua kejadian yang tercakup dalam kaidah tersebut.
Norma: lahir dari asas yang baru.
Jenis kaidah
GUSTAV BADBRUCH
1. Kaidah alam, kaidah yang menyatakan tentang apa yang pasti akan terjadi
Ex: semua manusia pasti akan meninggal
2. Kaidah kesusilaan, kaidah yang menyatakan tentang sesuatu yang belum pasti terjadi.
Ex: manusia tidak seharusnya tidak membunuh, berarti ada 2 kemungkinan yaitu manusia bias
membunuh tetapi bias juga tidak.
…………….
1. Kepastian
2. Kemanfaatan
3. Keadilan
Jenis-jenis kaidah
PROF. DR. SUDIKNO MERTOKUSUMO
1. Kaidah agama/ kepercayaan
2. Kaidah kesusilaan
3. Kaidah kesopanan
4. Kaidah hukum
Beranda
11 Mei
BAB I
PENDAHULUAN
1. Metode Idealis ; bertitik tolak dari pandangan bahwa hukum sebagai perwujudan dari nilai-nilai
tertentu dalam masyarakat
2. Metode Normatif Analitis ; metode yg melihat hukum sebagai aturan yg abstrak. Metode ini
melihat hukum sebagai lembaga otonom dan dapat dibicarakan sebagai subjek tersendiri
terlepas dari hal2 lain yang berkaitan dengan peraturan2. Bersifat abstrak artinya kata-kata yang
digunakan di dalam setiap kalimat tidak mudah dipahami dan untuk dapat mengetahuinya perlu
peraturan-peraturan hukum itu diwujudkan. Perwujudan ini dapat berupa perbuatan-perbuatan
atau tulisan. Apabila ditulis, maka sangat penting adalah pilihan dan susunan kata-kata.
3. Metode Sosiologis; metode yang bertitik tolak dari pandangan bahwa hukum sebagai alat untuk
mengatur masyarakat.
4. Metode Historis ; metode yang mempelajari hukum dengan melihat sejarah hukumnya.
5. Metode sistematis; metode yang melihat hukum sebagai suatu sistem
6. Metode Komparatif; metode yang mempelajari hukum dengan membandingkan tata hukum
dalam berbagai sistem hukum dan perbandingan hukum di berbagai negara.
BAB II
MANUSIA, MASYARAKAT DAN KAIDAH SOSIAL
2. Kaidah/norma Sosial :
Adalah patokan-patokan atau pedoman-pedoman perihal tingkah laku dan perikelakuan yang
diharapkan.
Kaidah berasal dari bahasa Arab atau Norma berasal dari bahasa Latin
Kaidah/Norma berisi :
Perintah, yang merupakan keharusan bagi seseorang untuk berbuat sesuatu oleh karena
akibat2nya dipandang baik.
Larangan, yang merupakan keharusan bagi seseorang untuk tidak berbuat sesuatu oleh karena
akibat-akibatnya dipandang tidak baik.
Guna kaidah/norma tersebut adalah untuk memberi petunjuk kepada manusia bagaimana seorang
harus bertindak dalam masyarakat serta perbuatan-perbuatan mana yang harus dijalankan dan
perbuatan-perbuatan mana pula yang harus dihindari.
2. Kaidah yang mengatur kehidupan antara manusia atau pribadi yang dibagi lebih lanjut menjadi
:
a.Kaidah kesopanan, bertujuan agar pergaulan hidup berlangsung dengan menyenangkan. Kaidah
ini merupakan peraturan hidup yang timbul dari pergaulan segolongan manusia, misalnya :
– Orang muda harus menghormati orang yang lebih tua
– Janganlah meludah dilantai atau disembarang tempat.
– Berilah tempat terlebih dahulu kepada wanita di dalam kereta api, bis dll (terutama wanita tua,
hamil atau membawa bayi)
b. Kaidah hukum, bertujuan untuk mencapai kedamaian dalam pergaulan hidup antar manusia.
Kaidah ini adalah peraturan-peraturan yang timbul dari norma hukum, dibuat oleh penguasa
negara. Isinya mengikat setiap orang dan pelaksanaannya dapat dipertahankan dengan segala
paksaan oleh alat-alat negara misalnya “Dilarang mengambil milik orang lain tanpa seizin yang
punya”.
Mengapa kaidah hukum masih diperlukan, sementara dalam kehidupan masyarakat sudah ada
kaidah yang mengatur tingkah laku manusia dalam pergaulan hidupnya ?
Hal ini karena :
– Masih banyak kepentingan-kepentingan lain dari manusia dalam pergaulan hidup yang
memerlukan perlindungan karena belum mendapat perlindungan yang sepenuhnya dari kaidah
agama, kesusilaan dan kaidah sopan santun, kebiasaan maupun adat.
– Kepentingan-kepentingan manusia yang telah mendapat perlindungan dari kaidah-kaidah
tersebut diatas, dirasa belum cukup terlindungi karena apabila terjadi pelanggaran terhadap
kaidah tersebut akibat atau ancamannya dipandang belum cukup kuat.
BAB III
PENGERTIAN, UNSUR DAN SIFAT-SIFAT HUKUM
Begitu banyak definisi hukum dikemukakan oleh ilmuan hukum yang tentu saja sangat berguna
dalam hal berikut :
1. Berguna sebagai pegangan awal bagi orang yang ingin mempelajari hukum, khususnya bagi
kalangan pemula.
2. Berguna bagi kalangan yang ingin lebih jauh memperdalam teori hukum, ilmu hukum, filsafat
hukum dan sebagainya.
Arnold (Achmad Ali, 1996 : 27) salah seorang sosiolog, mengakui bahwa dalam kenyataan
hukum memang tidak akan pernah dapat didefinisikan secara lengkap, jelas dan tegas. Sehingga
sampai sekarang ini tidaka da kesepakatan bersama tentang definisi hukum. Namun Arnold juga
menyadari bahwa bagaimanapun para juris tetap akan terus berjuang mencari bagaimana hukum
didefinisikan sebab definisi hukum merupakan bagian yang substansial dalam meberi arti
keberadaan hukum sebagai ilmu. Hukum juga merupakan sesuatu yang rasional dan
dimungkinkan untuk dibuatkan definisi sebagai penghormatan para juris terhadap eksistensi
hukum.
Sebagai pegangan bagi mahasiswa atau bagi orang yang baru belajar hukum, perlu ada definisi
hukum sebagai pegangan dalam mencoba mengetahui dan memahami hukum baik secara praktis
maupun secara formil
Berikut beberapa definisi hukum yang dikemukakan para ahli hukum (juris) berdasarkan aliran
atau paham yang dianutnya :
1. Van Apeldoorn, hukum itu banyak seginya dan demikian luasnya sehingga tidak mungkin
menyatakanya dalam (satu) rumusan yang memuaskan.
2. I Kisch, oleh karena hukum itu tidak dapat ditangkap oleh panca indera maka sukarlah untuk
membuat definisi tentang hukum yang memuaskan.
3. Lemaire, hukum yang banyak seginya dan meliputi segala macam hal itu menyebabkan tak
mungkin orang membuat suatu definisi apapun hukum itu sebenarnya.
4. Grotius, hukum adalah aturan-aturan tingkah laku yang dibuat menjadi kewajiban melalui
sanksi-sanksi yang djatuhkan terhadap setiap pelanggaran dan kejahatan melalui suatu otoritas
pengendalian.
5. Aristoteles, hukum adalah sesuatu yang berbeda daripada sekadar mengatur dan
mengekpresikan bentuk dari kontitusi dan hukum berfungsi untuk mengatur tingkah laku hakim
dan putusannya di pengadilan untk menjatuhkan hukuman terhadap pelangggar.
6. Schapera, hukum adalah setiap aturan tingkah laku yang mungkin diselenggarakan oleh
pengadilan.
7. Paul Bohannan, hukum adalah merupakan himpunan kewajiban yang telah dilembagakan
kembali dalam pranata hukum.
8. Pospisil, hukum adalah aturan-aturan tingkah laku yang dibuat menjadi kewajiban melalui
sanksi-sanksi yang dijatuhkan terhadap setiap pelanggaran dan kejahatan melalui suatuotoritas
pengendalian.
9. Karl von savigny, hukum adalah aturan yang tebentuk melalui kebiasaan dan perasaan
kerakyatan, yaitu melalui pengoperasian kekuasaan secara diam-diam. Hukum berakar pada
sejarah manusia, dimana akarnya dihidupkan oleh kesadaran, keyakinan dan kebiasaan warga
masyarakat.
10. Marxist, hukum adalah suatu pencerminan dari hubungan umum ekonomis dalam
masyarakat pada suatu tahap perkembangan tertentu.
11. John Austin, melihat hukum sebagai perangkat perintah, baik langsung maupun tidak
langsung dari pihak yang berkuasa kepada warga rakyatnya yang merupakan masyarakat politik
yang independen, dimana otoritasnya (pihak yang berkuasa) meruipakan otoritas tertinggi.
1. Hukum dilihat semata-mata sebagai kaidah bersanksi yang dibuat dan diberlakukan oleh
negara, padahal di dalam kenyataannya kaidah tersebut belum tentu berlaku.
2. Undang-undang yang dibuat oleh negara, hanya salah satu sumber-sumber hukum
3. Hanya warga masyarakat yang dilihat sebagai subjek hukum, padahal dalam kenyataannya
dikenal pula adanya hukum tata negara, hukum administrasi negara, dsb.
12. Hans Kelsen, hukum adalah suatu perintah terhadap tingkah laku manusia. Hukum adalah
kaidah primer yang menetapkan sanksi-sanksi. 13 Paul 13. Scholten, hukum adalah suatu
petunjuk tentang apa yang layak dilakukan dan apa yang tidak layak untuk dilakukan yang
bersifat perintah.
14. van Kan, hukum adalah keseluruhan aturan hidup yang bersifat memaksa untuk melindungi
kepentingan manusia di dalam masyarakat.
15. Eugen Ehrlich (Jerman), sesuatu yang berkaitan denagan fungsi kemasyarakatan dan
memandang sumber hukum hanya dari legal history and jurisprudence dan living law (hukum
yang hidup didalam masyarakat).
16. Bellefroid, hukum adalah kaidah hukum yang berlaku dimasyarakat yang mengatur tata tertib
masyarakat dan didasarkan atas kekuasaan yang ada di dalam masyarakat.
17. Holmes (HakimAmerika Serikat), hukum adalah apa yang dikerjakan dan diputuskan oleh
pengadilan.
18. Salmond, hukum adalah kumpulan-kumpulan asas-asas yang diakui dan diterapkan oleh
negara di dalam pengadilan.
2. Hukum dalam arti kumpulan dasar-dasar kewenangan dari putusan-putusan pengadilan dan
tindakan administrasi. Pandangan Roscoe Pound tergolong dalam aliran sosiologis dan realis.
20. Liwellyn, hukum adalah apa yang diputuskan oleh seorang hakim tentang suatu
persengketaan adalah hukum itu sendiri.
21. Drs. E. Utrecht, SH, Hukum adalah himpunan peraturan-peraturan (perintah-perintah dan
larangan-larangan) yang mengurus tata tertib suatu masyarakat dan karena itu harus ditaati oleh
masyarakat itu.
22. SM. Amin, SH, Hukum adalah kumpulan peraturan-peraturan yang terdiri dari norma dan
sanksi-sanksi.
Hukum adalah semua aturan (norma yang harus diturut dalam tingkah laku tindakan-tindakan
dalam pergaulan hidup dengan ancaman mesti mengganti kerugian —- jika melanggar aturan-
aturan itu akan membahayakan diri sendiri atau harta, umpamanya orang akan kehilangan
kemerdekaannya, di denda dsb.
25. Van Vollenhoven (Het adatrecht van Nederlandsche Indie), Hukum adalah suatu gejala
dalam pergaulan hidup yang bergejolak terus menerus dalam keadaan bentur membentur tanpa
henti-hentinya dengan gejala lainnya.
26. Wirjono Prodjodikoro, hukum adalah rangkaian peraturan2 mengenai tingkah laku orang-
orang sebagai anggota suatu masyarakat.
27. Soerojo Wignjodipoero, hukum adalah himpunan peraturan2 hidup yang bersifat memaksa,
berisikan suatu perintah, larangan atau perizinan untuk bebruat tidak bebruat sesuatu serta
dengan maksud untuk mengatur tata tertib dalam kehidupan masyarakat.
Ditinjau dari segi isinya kaidah hukum dapat dibagi menjadi tiga :
1. Berisi tentang perintah, artinya kaidah hukum tersebut mau tidak mau harus dijalankan atau
ditaati, misalnya ketentuan syarat sahnya suatu perkawinan, ketentuan wajib pajak dsb.
2. Berisi larangan, yaitu ketentuan yang menghendaki suatu perbuatan tidak boleh dilakukan
misalnya dilarang mengambil barang milik orang lain, dilarang bersetubuh dengan wanita yang
belum dinikahi secara sah dsb.
3. Berisi perkenan, yaitu ketentuan yang tidak mengandung perintah dan larangan melainkan
suatu pilihan boleh digunakan atau tidak, namun bila digunakan akan mengikat bagi yang
menggunakannya, misalnya mengenai perjanjian perkawinan, pada waktu atau sebelum
perkawinan dilangsungkan kedua belah pihak atas persetujuan bersama dapat mengadakan
perjanjian tertulis yang disahkan oleh pegawai pencatat perkawinan. Ketentuan ini boleh
dilakukan boleh juga tidak dilaksanakan.
BAB IV
Teori ini mengajarkan bahwa hukum bertujuan semata-mata untuk mencapai keadilan. Menurut
teori ini, isi hukum semata-mata harus ditentukan oleh kesadaran etis kita mengenai apa yang
adil dan apa yang tidak adil. Teori ini pertama kali dikemukakan oleh Aristoteles filsuf Yunani
dalam bukunya Ethica Nicomachea dan Rhetorica yang menyatakan ”hukum mempunyai tugas
yang suci yaitu memberi kepada setiap orang yang berhak menerimanya”. Selanjutnya
Aristoteles membagi keadilan dalam 2 jenis, yaitu :
1. Keadilan distributif, yaitu keadilan yang memberikan kepada setiap orang jatah menurut
jasanya. Artinya, keadilan ini tidak menuntut supaya setiap orang mendapat bagian yang sama
banyaknya atau bukan persamaannya, melainkan kesebandingan berdasarkan prestasi dan jasa
seseorang.
2. Keadilan komutatif, yaitu keadilan yang memberikan kepada setiap orang jatah yang sama
banyaknya tanpa mengingat jasa masing-masing. Artinya hukum menuntut adanya suatu
persamaan dalam memperoleh prestasi atau sesuatu hal tanpa memperhitungkan jasa masing-
masing.
Keadilan menurut Aristoteles bukan berarti penyamarataan atau tiap-tiap orang memperoleh
bagian yg sama.
Menurut teori ini, tujuan hukum ialah menjamin adanya kemamfaatan atau kebahagiaan
sebanyak-banyaknya pada orang sebanyak-banyaknya. Pencetus teori ini adalah Jeremy Betham.
Dalam bukunya yang berjudul “introduction to the morals and legislation” berpendapat bahwa
hukum bertujuan untuk mewujudkan semata-mata apa yang berfaedah/mamfaat bagi orang.
Apa yang dirumuskan oleh Betham tersebut diatas hanyalah memperhatikan hal-hal yang
berfaedah dan tidak mempertimbangkan tentang hal-hal yang konkrit. Sulit bagi kita untuk
menerima anggapan Betham ini sebagaimana yang telah dikemukakan diatas, bahwa apa yang
berfaedah itu belum tentu memenuhi nilai keadilan atau dengan kata lain apabila yang berfaedah
lebih ditonjolkan maka dia akan menggeser nilai keadilan kesamping, dan jika kepastian oleh
karena hukum merupakan tujuan utama dari hukum itu, hal ini akan menggeser nilai kegunaan
atau faedah dan nilai keadilan.
3. Teori campuran
Teori ini dikemukakan oleh Muckhtar Kusmaatmadja bahwa tujuan pokok dan pertama dari
hukum adalah ketertiban. Di samping itu tujuan lain dari hukum adalah tercapainya keadilan
yang berbeda-beda isi dan ukurannya menurut masyarakat dan zamannya.
Van Kan berpendapat tujuan hukum adalah menjaga setiap kepentingan manusia agar tidak
diganggu dan terjaminnya kepastiannya.
Menurut teori ini dalam keadaan damai sejahtera (peace) terdapat kelimpahan, yang kuat tidak
menindas yang lemah, yang berhak benar-benar mendapatkan haknya dan adanya perlindungan
bagi rakyat. Hukum harus dapat menciptakan damai dan sejahtera bukan sekedar ketertiban.
7. Roscoe Pound, hukum bertujuan untuk merekayasa masyarakat artinya hukum sebagai alat
perubahan sosial (as a tool of social engeneering), Intinya adalah hukum disini sebagai sarana
atau alat untuk mengubah masyarakat ke arah yang lebih baik, baik secara pribadi maupun dalam
hidup masyarakat.
8.Bellefroid, tujuan hukum adalah menambah kesejahteraan umum atau kepentingan umum yaitu
kesejahteraan atau kepentingan semua anggota2 suatu masyarakat.
9.Van Kant, hukum bertujuan menjaga kepentingan tiap2 manusia supaya kepentingan itu tidak
dapat diganggu
10.Suharjo (mantan menteri kehakiman), tujuan hukum adalah untuk mengayomi manusia baik
secara aktif maupun secara pasif. Secara aktif dimaksudkan sebagai upaya untuk menciptakan
suatu kondisi kemasyarakatan yang manusia dalam proses yang berlangsung secara wajar.
Sedangkan yang dimaksud secara pasif adalah mengupayakan pencegahan atas upaya yang
sewenang-wenang dan penyalahgunaan hak secara tidak adil.
Usaha mewujudkan pengayoman ini termasuk di dalamnya diantaranya :
– mewujudkan ketertiban dan keteraturan
– mewujudkan kedamaian sejati
– mewujudkan keadilan bagi seluruh masyarakat
– mewujudkan kesejahteraan seluruh rakyat
C. Fungsi Hukum
1. Hukum berfungsi sebagai alat ketertiban dan keteraturan masyarakat. Hukum sbg petunjuk
bertingkah laku untuk itu masyarakat harus menyadari adanya perintah dan larangan dalam
hukum sehingga fungsi hukum sebagai alat ketertiban masyarakat dapat direalisir.
2. Hukum sebagai sarana untuk mewujudkan keadilan sosial lahir batin. Hukum yg bersifat
mengikat, memaksa dan dipaksakan oleh alat negara yang berwenang membuat orang takut
untuk melakukan pelanggaran karena ada ancaman hukumanya (penjara, dll) dan dapat
diterapkan kepada siapa saja. Dengan demikian keadilan akan tercapai.
3. Hukum berfungsi sebagai alat penggerak pembangunan karena ia mempunyai daya mengikat
dan memaksa dapat dimamfaatkan sebagai alat otoritas untuk mengarahkan masyarakat ke arah
yg maju.
4. Hukum berfungsi sebagai alat kritik. Fungsi ini berarti bahwa hukum tidak hanya mengawasi
masyarakat semata-mata tetapi berperan juga untuk mengawasi pejabat pemerintah, para
penegak hukum, maupun aparatur pengawasan sendiri. Dengan demikian semuanya harus
bertingkah laku menurut ketentuan yg berlaku dan masyarakt pun akan merasakan keadilan.
5. Hukum berfungsi sebagai sarana untuk menyelesaikan pertingkaian. Contoh kasus tanah.
D. Sumber-sumber hukum :
1.Pengertian sumber hukum
Sumber hukum adalah segala apa saja (sesuatu) yang menimbulkan aturan-aturan yg mempunyai
kekuatan mengikat dan bersifat memaksa, yakni aturan-aturan yang kalau dilanggar
mengakibatkan sanksi yang tegas dan nyata bagi pelanggarnya.
Yang dimaksud dengan segala apa saja (sesuatu) yakni faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
timbulnya hukum, faktor-faktor yang merupakan sumber kekuatan berlakunya hukum secara
formal, darimana hukum itu dapat ditemukan. dsb.
Kansil , SH sumber hukum adalah segala apa saja yang menimbulkan aturan-aturan yang
mempunyai kekuatan yang bersifat memaksa yakni aturan2 yang kalau dilanggar mengakibatkan
sanksi yang tegas dan nyata.
Meskipun pengertian sumber hukum dipahami secara beragam, sejalan dengan pendekatan yang
digunakan dan sesuaio dengan latar belakang dan pendidikannya, secara umum dapat disebutkan
bahwa sumber hukum dipakai orang dalam dua arti. Arti yang pertama untuk menjawab
pertanyaan “mengapa hukum itu mengikat ?” Pertanyaan ini bisa juga dirumuskan “apa sumber
(kekuatan) hukum hingga mengikat atau dipatuhi manusia”. Pengertian sumber dalam arti ini
dinamakan sumbe hukum dalam arti materiil. Kata sumber juga dipakai dalam arti lain, yaitu
menjawab pertanyaan “dimanakah kita dapatkan atau temukakan aturan-aturan hukum yanmg
mengatur kehidupan kita itu ?” Sumber dalam arti kata ini dinamakan sumber hukum dalam arti
formal”. Secara sederhana, sumbe rhukum adalah segala ssuatu yangd apat menimbulkan aturan
hukum serta tempat ditemukakannya aturan-aturan hukum.
A. Undang-undang, yaitu suatu peraturan negara yang mempunyai kekuatan hukum yang
mengikat diadakan dan dipelihara oleh penguasa negara
Dalam arti formil, yaitu setiap keputusan pemerintah yang merupakan UU karena cara
pembuatannya (misalnya, dibuat oleh pemerintah bersama-sama dengan parlemen)
Dalam arti material, yaitu setiap keputusan pemerintah yang menurut isinya mengikat setiap
penduduk.
Menurut UU No. 10 tahun 2004 yang dimaksud dengan UU adalah peraturan perundang-
undangan yang dibentuk oleh DPR dengan persetujuan bersama Presiden (pasal 1 angka 3)
Syarat berlakunya ialah diundangkannya dalam lembaran negara (LN = staatsblad) dulu oleh
Menteri/Sekretaris negara. Sekarang oleh Menkuhham (UU No. 10 tahun 2004). Tujuannya agar
setiap orang dapat mengetahui UU tersebut (fictie=setiap orang dianggap tahu akan UU =
iedereen wordt geacht de wet te kennen, nemo ius ignorare consetur= in dubio proreo, latin).
Konsekuensinya adalah ketika seseorang melanggar ketentuan hukum tidak boleh beralasan
bahwa ketentuan hukum itu tidak diketahuinya. Artinya apabila suatu ketentuan perundang-
undangan itu sudah diberlakukan (diundangkan) maka dianggap (difiksikan) bahwa semua orang
telah mengetahuinya dan untuk itu harus ditaati.
Jenis dan hierarki Peraturan Perundang-undangan adalah sebagai berikut (Pasal 7 UU No.
10/2004) :
1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang;
3. Peraturan Pemerintah;
4. Peraturan Presiden;
5. Peraturan Daerah (propinsi, kabupaten, desa)
B. Kebiasaan (custom)
Kebiasaan adalah perbuatan manusia yang tetap dilakukan berulang-ulang dalam hal yang sama.
Apabila suatu kebiasaan tertentu diterima oleh masyarakat dan kebiasaan itu selalu berulang-
ulang dilakukan sedemikan rupa, sehingga tindakan yang berlawanan dengan kebiasaan itu
dirasakan sebagai pelanggaran perasaan hukum, maka dengan demikian timbullah suatu
kebiasaan hukum, yang oleh pergaulan hidup dipandang sebagai hukum.
Contoh apabila seorang komisioner sekali menerima 10 % dari hsil penjualan atau pembelian
sebagai upah dan hal ini terjadi berulang dan juga komisioner yg lainpun menerima upah yang
sama yaitu 10 % maka oleh karena itu timbul suatu kebiasaan yg lambat laun berkembang
menjadi hukum kebiasaan.
Namun demikian tdk semua kebiasaan itu pasti mengandung hukum yg baik dan adil oleh sebab
itu belum tentu kebiasaan atau adat istiadat itu pasti menjadi sumber hukum formal.
Adat kebiasaan tertentu di daerah hukum adat tertentu yg justru sekarang ini dilarang untuk
diberlakukan karena dirasakan tidak adil dan tidak berperikemanusiaan sehingga bertentangan
denagan Pancasila yang merupakan sumber dari segala sumber hukum, misalnya jika berbuat
susila/zinah, perlakunya ditelanjangi kekeliling kampung.
1. Yurisprudensi tetap keputusan hakim yg terjadi karena rangkaian keputusan yang serupa dan
dijadikan dasar atau patokanuntuk memutuskan suatu perkara (standart arresten)
2. Yurisprudensi tidak tetap, ialah keputusan hakim terdahulu yang bukan standart arresten.
D.Traktat (treaty)
Traktat adalah perjanjian yang diadakan oleh 2 negara atau lebih yang mengikat tidak saja
kepada masing-masing negara itu melainkan mengikat pula warga negara-negara dari negara-
negara yang berkepentingan.
Macam-macam Traktat :
a. Traktat bilateral, yaitu traktat yang diadakan hanya oleh 2 negara, misalnya perjanjian
internasional yang diadakan diadakan antara pemerintah RI dengan pemerintah RRC tentang
“Dwikewarganegaraan”.
b.Traktat multilateral, yaitu perjanjian internaisonal yang diikuti oleh beberapa negara, misalnya
perjanjian tentang pertahanan negara bersama negara-negara Eropa (NATO) yang diikuti oleh
beberapa negara Eropa.
E. Perjanjian (overeenkomst) adalah suatu peristiwa dimana dua orang atau lebih saling
berjanji untuk melakukan atau tidak melakukan perbuatan tertentu. Para pihak yang telah saling
sepakat mengenai hal-hal yang diperjanjikan, berkewajiban untuk mentaati dan
melaksanakannya (asas (pact sunt servanda).
F. Pendapat sarjana hukum (doktrin)
Pendapat sarjanan hukum (doktrin) adalah pendapat seseorang atau beberapa orang sarjana
hukum yang terkenal dalam ilmu pengetahuan hukum. Doktrin ini dapat menjadi dasar
pertimbangan hakim dalam menjatuhkan putusannya.
BAB V
PENGERTIAN DASAR / KONSEP DALAM HUKUM
- segala sesuatu yang dapat mempunyai hak dan kewajiban menurut hukum
Ad. 1. Manusia
Manusia sebagai subyek hukum berarti manusia adalah pembawa hak dan kewajiban sehingga
dapat melakukan sesuatu tindakan hukum; ia dapat mengadakan persetujuan-persetujuan,
menikah, membuat wasiat, dan sebagainya.
Berlakunya manusia sebagai pembawa hak, mulai dari saat ia dilahirkan dan berakhir pada saat
ia meningal dunia, malah seorang anak yang masih dalam kandungan ibunya dapat dianggap
sebagai pembawa hak (dianggap telah lahir) jika kepentingannya memerlukan (untuk menjadi
ahli waris).
Jadi pada hakikatnya setiap manusia sejak ia lahir mempeoleh hak dan kewajiban. Apabila ia
meninggal dunia maka hak dan kewajibannya akan beralih kepada ahli warisnya. Bahkan oleh
hukum anak yang ada dalam kandungan seorang perempuanpun sudah mempunyai hak, karena
dianggap telah dilahirkan dengan catatan jika kepentingannya menghendaki (hak waris). Hal
diatur dalam pasal 2 ayat 1 KUHPerdata berbunyi “anak yg ada dalam kandungan seorang
perempuan, dianggap sebagai telah dilahirkan, bilaman juga kepentingan si anak
menghendakinya”. Pada ayat 2 berbunyi “mati sewaktu dilahirkan dianggap ia tak pernah ada”.
Ketentuan ini menegaskan bahwa hak dan kewajiban si anak baru dianggap ada jika ia dilahirkan
hidup, apabila ia dilahirkan mati maka haknya dianggap tidak ada, misalnya kepentingan si anak
untuk menjadi ahli waris dari orang tuanya, walaupun ia masih berada dalam kandungan ia
dianggap telah dilahirkan dan oleh karena itu harus diperhitungkan hak-haknya sebagai ahli
waris. Tetapi jika ia dilahirkan mati maka hak si anak dianggap tidak pernah ada.
Disamping itu juga berdasarkan undang-undang seseorang dianggap telah meninggal dunia jika
hilang atau tidak diketahui dimana ia berada dan tidak ada kepastian apakah ia masih hidup
dalam tenggang waktu setelah lewat 5 tahun sejak ia meninggalkan tempat kediamannya (Pasal
467, 468, 469 KUHPerdata).
Berdasarkan ketentuan undang-undang tersebut maka hak dan kewajiban orang yang telah
dinyatakan menurut hukum meninggal dunia itu telah berakhir dan segala hak dan kewajibannya
beralih kepada ahli warisnya
Cakap melakukan perbuatan hukum artinya subyek itu dapat melakukan atau bertindak baik
sendiri maupun bersama orang lain di dalam menjalankan hak dan kewajibannya. Pada
prinsipnya setiap orang tidak kecuali dapat memiliki dan melaksanakan hak-hak akan tetapi tidak
semua orang dinyatakan cakap di dalam melaksanakan hak-haknya itu, namun untuk dapat
dikatakan itu harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
Pengertian dewasa
Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUPerdata) seseorang yang dikatakan sudah
dewasa adalah saat berusia 21 tahun bagi laki-laki dan 19 tahun bagi wanita. Sedangkan menurut
Undang-undang Nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan, kedewasaan seseorang adalah saat
berusia 19 tahun bagi laki-laki dan 16 tahun bagi wanita. Lain hal pula menurut hukum adat
kedewasaan seseorang apabila sudah mampu bekerja atau mencari nafkah sendiri.
Lalu acuan apa yang kita pakai dalam hal ini. Acuan yang dipakai adalah berdasarkan Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata karena ketentuan ini masih berlaku secara umum. Sedangkan
ketentuan lainnya hanaya berlaku secara khusus.
Pentingnya arti kecakapan menurut hukum tentunya mempunyai 2 (dua) maksud, yaitu pertama
maksud yang dilihat dari sudut keadilan yaitu perlunya orang yang membuat perjanjian
mempunyai cukup kemampuan untuk menginsyafi/menyadari secara benar akan tanggung jawab
yang dipikulnya dengan perbuatan tersebut. Dan kedua, maksud yang dilihat dari sudut
ketertiban hukum, yang berarti orang yang membuat perjanjian itu berarti mempertaruhkan
kekayaannya.
Tidak cakap melakukan perbuatan hukum, artinya subyek hukum sekalipun pendukung hak dan
kewajiban, namun dinyatakan subyek tersebut dinyatakan tidak dapat bertindak sendiri di dalam
melaksanakan hak dan kewajibannya dalam berbagai perbuatan-perbuatan hukum
(handelingsonbekwaam). Adapun orang tersebut adalah :
1. Orang yang masih dibawah umur (belum mencapai usia 21 tahun = belum dewasa)
2. Orang yang tidak sehat pikirannya (gila), pemabuk dan pemboros, mereka ditaruh dibawah
pengampuan (curatele)
3. Orang yang dilarang oleh UU untuk melakukan perbuatan hukum tertentu, misalnya orang yang
dinyatakan pailit (Pasal 1330 BW jo UU Kepailitan)
Catatan : Dalam ketentuan KUHPerdata kecakapan adalah merupakan salah satu syarat untuk
sahnya suatu perikatan/perjanjian yang berarti bahwa segala perikatan yg dilakukan oleh orang
yang tidak cakap dapat dibatalkan atau diminta pembatalannya melalui hakim. Tetapi sebaliknya
dalam hal perbuatan melawan hukum (onrechtmatige daad, ketidakcakapan seseorang tidak
mempengaruhi timbul atau tidaknya “akibat hukum” dari perbuatan itu.
Badan hukum adalah bukan orang tapi merupakan badan-badan (kumpulan manusia) yang oleh
hukum diberi status “persoon” yang mempunyai hak dan kewajiban seperti manusia.
Badan hukum sebagai pembawa hak dan tidak berjiwa dapat melakukan sebagai pembawa hak
manusia, misalnya; dapat melakukan persetujuan-persetujuan, memiliki kekayaan yang sama
sekali terlepas dari kekayaan anggota-anggotanya.
a. Badan hukum publik yaitu badan hukum yang didirikan oleh pemerintah/negara yang
lapangan pekerjaannya adalah untuk kepentingan umum, misalnya negara RI, daerah tingkat I,
II/kotamadya, Bank-Bank Negara dsb.
b. Badan hukum privat, yaitu badan hukum yang bentuk dan susunannya diatur oleh hukum
privat dan menurut tujuannya yang dikejar dapat dibeda-bedakan dalam :
Disamping penggolongan tersebut dapat pula dibagi-bagi badan hukum itu menjadi 2 jenis
yaitu :
1) Korporasi ialah suatu gabungan orang yang dalam pergaulan hukum bertindak bersama-sama
sebagai satu subyek hukum tersendiri (personifikasi), misalnya PT, Dati-Dati, Koperasi dsb.
2) Yayasan ialah tiap kekayaan yang tidak merupakan kekayaan orang atau kekayaan badan dan
yang diberi tujuan tertentu, misalnya Yayasan Badan Wakaf UII dsb.
Obyek hukum adalah segala sesuatu yang berguna bagi subyek hukum (manusia atau badan
hukum) dan yang dapat menjadi pokok (obyek) suatu hubungan hukum, karena hal itu dapat
dikuasai oleh subyek hukum. Biasanya obyek hukum disebut benda.
Benda menurut Pasal 499 KUHPerdata ialah semua barang, semua hak yang dapat dimiliki
subyek hukum.
Macam-macam benda :
1. Benda berwujud (bertubuh), yaitu yang dapat diraba oleh panca indera (buku, rumah, meja, dsb)
2. Benda tidak berwujud (tak bertubuh) yaitu segala macam hak, seperti hak cipta, hak mereka,
paten, piutang, dll.
1) Karena sifatnya (tanah dan semua yang didirikan diatasnya seperti rumah dsb) dan yang
ada di dalam tanah (kekayaan alam yang terpendam).
2) Karena maksud tujuan (yaitu benda-benda yang oleh pemilik dihubungkan dengan benda
tersebut di (1) diatas), misalnya gambar-gambar atau kaca-kaca yang dipasang dalam gedung
percetakan.
3) Karena penetapan undang-undang (hak-hak atas benda tersebut 1 dan 2 diatas), misalnya
Hak Guna Usaha.
1. Hak
Hak adalah izin dan wewenang yang diberikan oleh hukum terhadap setiap subyek hukum.
Hak mutlak ialah hak yang memberikan wewenang kepada seseorang untuk melakukan sesuatu
perbuatan, hak mana dapat dipertahankan terhadap siapapun juga, sebaiknya setiap orang juga
harus menghormati hak tersebut.
a. Hak asasi manusia, misalnya hak seseorang untuk dengan bebas bergerak dan tinggal dalam
suatu negara.
b. Hak publik mutlak, misalnya hak negara untuk memungut pajak dari rakyatnya
1. Hak marital, yaitu hak seorang suami untuk menguasai istrinya dan harta benda istrinya
Hak nisbi ialah hak yang memberikan wewenang kepada seorang tertentu atau beberapa orang
tertentu untuk menuntut agar supaya seseorang atau beberapa orang lain tertentu memberikan
sesuatu, melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu.
Hak nisbi sebagian besar terdapat dalam hukum perikatan yang timbul berdasarkan persetujuan-
persetujuan dari pihak-pihak yang bersangkutan. Contoh dari persetujuan jual beli terdapat hak
nisbi/ralatif seperti :
a. Hak penjual untuk menerima pembayaran dan kewajibannya untuk menyerahkan barang
kepada pembeli.
b. Hak pembeli untuk menerima barang dan kewajibannya untuk melakukan pembayaran kepada
penjual.
2. Kewajiban:
Kewajiban adalah suatu beban yang ditanggung oleh seseorang yang bersifat kontraktual (asas
pact sunt servanda). Hak dan kewajiban itu timbul apabila terjadi hubungan antara 2 pihak yang
berdasarkan pada suatu kontrak atau perjanjian. Jadi selama hubungan hukum yang lahir dari
perjanjian itu belum berakhir, maka pada salah satu pihak ada beban kontraktual, ada keharusan
atau kewajiban untuk memenuhinya.
Kewajiban tidak selalu muncul sebagai akibat adanya kontrak, melainkan dapat pula muncul dari
peraturan hukum yang ditentukan oleh lembaga yang berwenang. Kewajiban disini merupakan
keharusan untuk mentaati hukum yang disebut wajib hukum (rechtsplicht) misalnya mempunyai
sepeda motor wajib membayar pajak sepeda motor.
a. Perbuatan hukum yaitu segala perbuatan manusia yang secara sengaja dilakukan oleh
seseorang untuk menimbulkan hak dan kewajiban-kewajiban. Suatu perbuatan merupakan
perbuatan hukum kalau perbuatan itu oleh hukum diberi akibat (mempunyai akibat hukum) dan
akibat itu dikehendaki oleh yang bertindak.
1) Perbuatan hukum sepihak yaitu perbuatan hukum yang dilakukan oleh satu pihak saja dan
menimbulkan hak dan kewajiban pada satu pihak pula misalnya pembuatan surat wasiat,
pemberian hadiah sesuatu benda (hibah), dsb.
2) Perbuatan hukum dua pihak ialah perbuatan hukum yang dilakukan oleh dua pihak dan
menimbulkan hak-hak dan kewajiban-kewajiban bagi kedua belah pihak (timbal balik) misalnya
membuat persetujuan jual beli, sewa menyewa, dll
Menurut Pasal 1354 KUHPerdata, pengertian Zaakwarneming adalah mengambil alih tanggung
jawab dari sesorang sampai yang bersangkutan sanggup lagi untuk mengurus dirinya sendiri.
Pasal 1354 KUHPerdata menyebutkan,” jika seseorang dengan sukarela, dengan tidak mendapat
perintah untuk itu, mewakili orang lain dengan atau tanpa pengetahuan orang tersebut, maka dia
secara diam-diam telah mengikatkan dirinya untuk meneruskan serta menyelesaikan urusan
tersebut, hingga orang yang diwakili kepentingannya itu dapat mengerjakan sendiri urusan
tersebut. Ia diwajibkan pula mengerjakan segala kewajiban yang harus dipikulnya, seandainya ia
dikuasakan dengan suatu pemberian kuasa yang dinyatakan dengan tegas.
2) Onrechtmatige daad (perbuatan yang bertentangan dengan hukum). Akibat suatu perbuatan
yang bertentangan dengan hukum diatur juga oleh hukum, meskipun akibat itu itu memang tidak
dikehendaki oleh yang melakukan perbuatan tersebut. Dalam hal ini siapa yang melakukan suatu
perbuatan yang bertentangan dengan hukum harus mengganti kerugian yang diderita oleh yang
dirugikan karena perbuatan itu. Jadi, karena suatu perbuatan bertentangan dengan hukum
timbulah suatu perikatan untuk mengganti kerugian yang diderita oleh yang dirugikan. Asas ini
terdapat dalam Pasal 1365 KUHPerdata.
Peristiwa hukum yang bukan perbuatan subyek hukum atau peristiwa hukum lainnya yaitu
peristiwa hukum yang terjadi dalam masyarakat yang tidak merupakan akibat dari perbuatan
subyek hukum, misalnya kelahiran seorang bayi, kematian seseorang , lewat waktu (kadaluarsa).
1. Kadaluarsa aquisitief adalah kadaluarsa atau lewat waktu yang menimbulkan hak.
2. Kadaluarsa extincief adalah kadaluarsa yang melenyapkan kewajiban.
Kelahiran langsung menimbulkan hak anak yang dilahirkan untuk mendapat pemeliharaan dari
roang tuanya dan menimbulkan kewajiban bagi orang tuanya untuk memelihara anaknya.
Kematian juga merupakan peristiwa hukum karena dengan adanya kematian seseorang
menimbulkan hak dan kewajiban para ahli warisnya. Kemudian, lewat waktu dapat
mengakibatkan seseorang memperoleh suatu hak (acquisitieve verjaring) atau dibebaskan dari
suatu tanggung jawab/kewajiban (extinctieve verjaring) setelah habis masa tertentu dan syarat-
syarat yang ditentukan oleh undang-undang terpenuhi.
D. Hubungan Hukum :
Hubungan hukum adalah hubungan antara 2 subyek hukum atau lebih dimana hak dan kewajiban
disatu pihak berhadapan dengan hak dan kewajiban dipihak yang lain. Atau dalam kata lain isi
adanya hubungan tersebut adalah hak dan kewajiban pihak-pihak. Hubungan tersebut diatur oleh
hukum.
2. Obyek terhadap nama hak/kewajiban diatas tadi berlaku (dalam contoh tersebut : terhadap
rumah)
3. Hubungan antara pemilik hak dan pengemban kewajiban atau hubungan terhadap obyek yang
bersangkutan, contoh A dan B sewa menyewa rumah Tiap hubungan hukum mempunyai 2 segi
yakni : kekuasaan/hak (bevoegheid) dan kewajiban (plicht).
1. Adanya dasar hukumnya, yaitu peraturan hukum yang mengatur hubungan itu
2. Timbul Peristiwa hukum
Contoh :
1. Hubungan hukum sepihak yaitu hubungan hukum yang menimbulkan hak dan kewajiban bagi
masing-masing pihak secara berlawanan. Contoh kasus penghibahan atas tanah dari orang tua
angkat kepada anak angkatnya.
2. Hubungan hukum timbal balik yaitu hubungan hukum yang dapat menimbulkan hak dan
kewajiban bagi masing-masing pihak yang bersangkutan. Contoh perjanjian jual beli sebidang
tanah Dalam hal ini timbul hak dan kewajiban bagi penjual dan pembeli tanah
E. Akibat hukum
Akibat hukum yaitu akibat sesuatu tindakan hukum. Tindakan hukum adalah tindakan yang
dilakukan guna memperoleh sesuatu akibat yang dikehendaki dan yang diatur oleh hukum. Atau
akibat hukum adalah akibat yang ditimbulkan oleh peristiwa hukum
Contoh :
b. Lahirnya—ubahnya atau lenyapnya sesuatu hubungan hukum (hubungan antara dua subyek
hukum atau lebih dimana hak dan kewajiban disatu pihak berhadapan dengan hak dan kewajiban
dipihak yg lain. Contoh A mengadakan perjanjian jual beli dengan B lahir hubungan hukum A/B.
Sesudah dibayar lunas lenyap hubungan itu.
F. Asas Hukum
a. Bellefroid, menyebutkan bahwa asas hukum adalah norma dasar yang dijabarkan dari hukum
positif dan yang ilmu hukum tidak dianggap berasal dari aturan-aturan yang lebih umum. Asas
hukum itu merupakan pengendapan hukum positif dalam suatu masyarakat.
b. Van Eikama Hommes, menyebutkan asas hukum itu tidak boleh dianggap sebagai norma-
norma hukum yang konkrit akan tetapi perlu dipandang sebagai dasar-dasar atau petunjuk-
petunjuk bagi hukum yang berlaku. Dengan kata lain asas hukum adalah dasar-dasar atau
petunjuk arah dalam pembentukan hukum positif.
d. Sudikno Mertokusumo, menyimpulkan bahwa asas hukum atau prinsip hukum bukanlah
peraturan hukum konkrit, melainkan merupakan pikiran dasar yang umum sifatnya atau
merupakan latar belakang dari peraturan yang konkrit yang terdapat dalam dan dibelakang setiap
sistem hukum yang menjelma dalam peraturan peraturan perundang-undangan dan putusan
hakim yang merupakan hukum positif dan dapat diketemukan dengan mencari sifat-sifat umum
dalam peraturan konkrit tersebut.
Kesimpulan asas hukum :
Pada dasarnya apa yang disebut dengan asas hukum adalah dasar-dasar umum yang terkandung
dalam peraturan hukum dan dasar-dasar umum tersebut adalah merupakan sesuatu yang
mengandung nilai-nilai etis. Peraturan hukum adalah ketentuan konkrit tentang cara berperilaku
di dalam masyarakat. Ia merupakan konkritisasi dari asas hukum.
Asas hukum bukanlah norma hukum konkrit karena asas hukum adalah jiwanya norma hukum
itu. Norma hukum merupakan penjabaran secara konkrit dari asas hukum. Dikatakan asas hukum
sebagai jiwanya norma hukum atau peraturan hukum karena ia merupakan dasar lahirnya
peraturan hukum. Asas hukum merupakan petunjuk arah arah bagi pembentuk hukum dan
pengambil keputusan. Asas hukum tidak mempunyai sanksi sedangkan norma hukum
mempunyai sanksi. Pada umumnya asas hukum tidak dituangkan dalam bentuk peraturan yang
konkrit atau pasal-pasal misalnya asas fictie hukum, asas pact sunt servanda. Akan tetapi tidak
jarang asas hukum itu dituangkan dalam peraturan konkrit seperti asas presumption of innocence,
dll.
a. Asas hukum umum, ialah asas yang berhubungan dengan bidang hukum dan berlaku untuk
semua bidang hukum itu, seperti asas equality before the law, asas lex posteriore derogate legi
priori, asas bahwa apa yang lahirnya tanpak benar, untuk sementara harus dianggap demikian
sampai diputus (lain) oleh pengadilan.
Dalam asas kepribadian manusia menginginkan adanya kebebasan individu. Dalam asas ini
menunjuk pada pengakuan kepribadian manusia bahwa manusia adalah obyek hukum,
penyandang hak dan kewajiban. Dalam asas persekutuan yang dikehendaki adalah persatuan,
kesatuan dan cinta kasih, keutuhan masyarakat.
Asas kesamaan menghendaki adanya keadilan dalam arti setiap orang adalah sama di dalam
hukum (equality before the law), setiap orang diperlakukan sama. Sedangkan asas kewibawaan
memperlihatkan adanya ketidaksamaan.
b. Asas hukum khusus, ialah asas yang berfungsi dalam bidang yang lebih sempit seperti dalam
bidang hukum perdata, hukum pidana dsb.
a. Fungsi dalam hukum, mendasarkan eksistensinya pada rumusan oleh pembentuk undang-
undang dan hakim (ini merupakan fungsi yang bersifat mengesahkan) serta mempunyai
pengaruh yang normatif dan mengikat para pihak.
b. Fungsi dalam ilmu hukum, hanya bersifat mengatur dan eksplikatif (menjelaskan). Tujuan
adalah memberi ikhtiar, tidak normatif sifatnya dan tidak termasuk dalam hukum positif
a. Asas legalitas “tiada suatu perbuatanpun dapat dihukum, kecuali atas kekuatan undang-
undang yang telah ada sebelum perbuatan itu dilakukan (Pasal 1 ayat 1 KUHPidana = asas
undang-undang tidak berlaku surut) = Nullum delictum sine praevia lege poenali”Asas
Presumption Of Innocence (asas praduga tidak bersalah), bahwa seseorang dianggap tidak
bersalah sebelum ada keputusan hakim yang menyatakan bahwa ia bersalah dan keputusan
tersebut telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap (inkracht)
b. Asas In Dubio Pro Reo ialah dalam keraguan diberlakukan ketentuan yang paling
menguntungkan bagi si terdakwa.
c. Asas Similia Similibus ialah bahwa perkara yang sama (sejenis) harus diputus sama (serupa).
d. Asas Pact Sunt Servanda yaitu bahwa perjanjian yang sudah disepakati berlaku sebagai
undang-undang bagi para pihak yang bersangkutan.
e. Asas Geen Straft Zonder Schuld ialah asas tiada hukuman tanpa kesalahan.
f. Asas Lex Posterior Derogat Legi Priori yaitu asas undang-undang yang berlaku kemudian
membatalkan undnag-undang terdahulu, sejauh undnag-undang itu mengatur objek yang sama.
g. Asas Lex Superior Derogat Legi Inferiori yakni suatu asas undang-undang dimana jika ada 2
undang-undang yang mengatur objek yang sama maka undang-undang yang lebih tinggi yang
berlaku sedangaka undang-undang yang lebih rendah tidak mengikat.
h. Asas Lex Specialis Derogat Legi Generali yakni undang-undang yang khusus
mengenyampingkan yang umum.
,,,BERSAMBUNG ke VI
SISTEM, KLASIFIKASI DAN PENAFSIRAN HUKUM
PENGANTAR ILMU HUKUM
I. Pengertian hukum
Pengertian Hukum dapat dilihat dari 2 cara yaitu : secara etimologis dan dari para ahli.
Secara etimologis Hukum dapat di bagi menjadi 4 yaitu : Hukum , Recht,Lex, Ius.
a) Hukum berasal dari bahasa Arab dan bentuk tunggal, jamaknya dari istilah Alkas yang
diambil alih dalam bahasa Indonesia menjadi hukum.
b) Recht berasal dari bahasa Latin Rechtum yang mempunyai arti tuntunan,bimbingan ,
pemerintahan. Selalu didukung oleh kewibawaan. Menimbulkan istilah Bahasa Belanda
Gerechtigdheid dan Gerechtigkeit dari Bahasa Jerman yang berarti keadilan.
c) Lex berasal dari bahasa Latin berasal dari kata Lesere artinya mengumpulkan orang-
orang yang diberi perintah.
d) Ius berasal dari bahasa latin yang berarti hukum. Dari kata Lubere yang berarti
mengatur / memerintah. Secara Etimologis disimpulkan ius yang berarti hukum bertalian
erat dengan keadilan yang mempunyai 3 unsur : wibawa, keadilan, dan tata kedamaian.
Mazhab hukum Alam adalah suatu aliran yang menelaah hukum dengan bertitik tolak
dari keadilan yang mutlak artinya bahwa keadilan tidak boleh digangggu.
Hukum Alam adalah hukum yang memiliki sifat-sifat sebagai berikut :
1. Terlepas dari kehendak manusia, atau tidak bergantung pada pandangan manusia.
2. Berlaku tidak mengenal batas waktu, artinya berlaku kapan saja.
3. Bersifat universal artinya berlaku bagi semua orang.
4. Berlaku di semua tempat atau berlaku dimana saja tidak mengenal batas tempat.
5. Bersifat jelas bagi manusia.
B. Mazhab Sejarah
Mazhab sejarah dipelopori oleh Friedrich Carl von Savigny. Mazhab ini merupakan
reaksi terhadap para pemuja hukam alam atau hukum kodrat yang berpendapat bahwa
hukum alam itu bersifat rasionalistis dan berlaku bagi segala bangsa, untuk semua tempat
dan waktu.Mazhab sejarah berpendapat bahwa tiap-tiap hukum itu ditentukan secara
historis, selalu berubah menurut waktu dan tempat.
C. Teori Theokrasi
Teori ini menganggap bahwa hukum itu kemauan Tuhan. Dasar kekuatan hukum dari
teori ini adalah kepercayaan kepada Tuhan.
D. Teori Kedaulatan Rakyat (Perjanjian Masyarakat)
Pada zaman Renaissance timbul teori yang mengajarkan bahwa dasar hukum itu adalah
“akal atau rasio“ manusia (aliran Rasionalisme rakyat). Menurut aliran Rasionalisme ini
bahwa Raja dan penguasa negara lainnya memperoleh kekuasaanya itu bukanlah dari
Tuhan , tetapi dari rakyatnya.
Teori ini timbul pada abad 19 pada waktu memuncaknya ilmu pengetahuan alam. Teori
ini menentang teori perjanjian masyarakat. Menurut teori ini :
1. Hukum adalah kehendak negara.
2. Hukum ditaati orang karena negara menghendakinya.
Teori ini merupakan penentang teori kedaulatan negara, teori ini berpendapat :
1. Hukum berasal dari perasan hukum yang ada pada sebagian besar anggota masyarakat.
2. Hukum mewujudkan perasaan hukum sebagian besar anggota masyarakat.
3. Oleh karena itu hukum ditaati oleh anggota masyarakat.
Kodifikasi dan Perkembangan hukum
Pengertian Kodifikasi hukum adalah : pembukuan hukum dalam suatu himpunan
Undang-Undang dalam materi yang sama. Tujuan kodifikasi hukum adalah agar didapat
suatu rechtseenheid (kesatuan hukum) dan suatu rechts-zakerheid ( kepastian hukum).
Metode Penafsiran
• Penafsiran gramatikal / tata bahasa : Penafsiran menurut bahasa atau kata-kata.
• Penafsiran Historis : Meneliti sejarah daripada Undang – Undang yang bersangkutan .
• Penafsiran Sistematis : Suatu penafsiran yang menghubungkan pasal yang satu
dengan yang lain.
Dalam suatu perundang-undangan yang bersangkutan / pada perundang-undangan hukum
yang lainnya atau membaca penjelasan suatu perundang-undangan sehingga kita
mengerti apa yang dimaksud.
• Penafsiran Sosiologis : Penafsiran yang disesuaikan dengan keadaan masyarakat agar
penerapan hukum dapat sesuai dengan tujuannya yaitu kepastian hukum berdasarkan asas
keadilan masyarakat.
• Penafsiran Otentik : Penafsiran secara resmi yang dilakukan oleh pembuat Undang-
Undang itu sendiri atau oleh instansi yang ditentukan oleh peraturan perundang-
undangan. Dan tidak boleh oleh siapapun dan pihak manapun.
Penafsiran daripada peraturan hukum dengan memberi ibarat pada kata –kata tersebut
sesuai dengan asas hukumnya. Sehingga suatu peristiwa yang sebenarnya tidak dapat
dimasukkan dianggap sesuai dengan peraturan tersebut.
• Penghalusan Hukum ( Rechtsvertjining )
Memperlakukan hukum sedemikian rupa ,sehingga seolah –olah tidak ada pihak yang
disalahkan.
• Argumentum a Contrario
Pengungkapan secara berlawanan, yaitu penafsiran Undang-undang yang didasarkan atas
pengingkaran. Artinya berlawanan pengertian antara soal yang dihadapi dengan soal yang
diatur dalam suatu pasal dalam Undang-Undang. Penafsiran ini mempersempit
perumusan hukum/ perundang- undangan lebih mempertegas kepastian hukum sehingga
tidak menimbulkan keraguan.
Undang – Undang
Undang –undang adalah : Suatu peraturan negara yang mempunyai kekuatan hukum yang
mengikat diadakan dan dipelihara oleh penguasa negara. Undang undang adalah produk
daripada pembentukan Undang- Undang yang terdiri dari Presisen dan DPR. Sistem
pembuatan Undang-Undang yaitu sistem umum dan sistem lengkap. Sistem Umum
adalah sistem penyusunan daripada Undang-Undang dengan mengisi pokok-pokoknya
saja. Sistem lengkap adalah Undand- Undang oleh pembuatnya diisi oleh pasal yang
lengkap, terperinci, jelas dan lebih banyak mengarah ke hukum dalam bentuk kodifikasi.
Undang- Undang dalam arti Formil dan Materil :
Dalam arti Formil :
Keputusan penguasa yang diberi nama Undang- Undang / UU yang dilihat dari segi
bentuknya. Undang-Undangnya ini dibuat serta dikeluarkan oleh Badan Perundang-
undangan yang berwenang dan dari segi bentuknya dapat disebut undang-undang.
Dalam arti Materil :
• Penetapan yang diikuti penetapan kaidah hukum yang disebutkan dengan tegas.
• Semua peraturan perundangan bersifat mengatur/ berlaku untuk umum.
• Keputusan penguasa yang dilihat dari segi isi mempunyai kekuatan mengikat untuk
umum.
Hukum kebiasaan
Kebiasaan adalah: Tindakan menurut pola tingkah laku yang tetap, lazim, normal, /adat
dalam masyarakat atau pergaulan hidup tertentu.
Kebiasaan juga dapat diartikan : Suatu perbuatan manusia yang dilakukan berulang-ulang
mengenai hal tingkah laku kebiasaan yang diterima oleh suatu masyarakat yang selalu
dilakukan oleh orang lain sedemikian rupa sehingga masyarakat beranggapan bahwa
memang harus berlaku demikian.
Hukum Kebiasaan adalah : Himpunan kaidah-kaidah yang biarpun tidak ditentukan oleh
badan-badan perundand-undangan dalam kenyataannya ditaati juga. Karena orang
sanggup menerima kaidah-kaidah itu sebagai hukum dan ternyata kaidah-kaidah tersebut
dipertahankan oleh penguasa-penguasa masyarakat yang tidak termasuk hubungan badan-
badan perundang-undangan.
Supaya hukum kebiasaan ditaati ada 2 syarat yaitu :
• Suatu perbuatan yang tetap dilakukan orang.
• Keyakinan bahwa perbuatan itu harus dilakukan karena telah merupakan kewajiban.