Tryout
1 Bacalah teks berikut untuk mengerjakan soal nomor 1-7 Jawaban: C. C
Hanya 6,5
persen dari
1,2 juta UMK
di Jakarta
yang pernah
menerima
kredit dari
lembaga
keuangan.
Pembahasan:
Berdasarkan
teks tersebut,
pernyataan
yang tepat
adalah hanya
6,5 persen
dari 1,2 juta
UMK di
Jakarta yang
Usaha mikro, kecil dan menengah yang tak lelah menopang pernah
perekonomian nasional, masih jauh dari perhatian industri keuangan. Tak menerima
sampai 20 persen usaha mikro dan kecil (UMK) yang tersentuh kredit.Data kredit dari
Sensus Ekonomi 2016, kegiatan pendataan sepuluh tahunan yang lembaga
dilakukan Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan, jumlah UMK tercatat keuangan..
ada 26 juta unit. Dari jumlah tersebut, hanya 12 persen yang pernah
menerima kredit dari lembaga keuangan, termasuk bank.
Sumber: lokadata.id
B. Hanya 1,2 persen UMK yang pernah menerima kredit dari lembaga
keuangan.
C. Hanya 6,5 persen dari 1,2 juta UMK di Jakarta yang pernah menerima
kredit dari lembaga keuangan.
Pembahasan:
Berdasarkan
teks tersebut,
hanya 12
persen dari 26
juta UMK yang
tercatat di
Indonesia
yang pernah
menerima
kredit dari
lembaga
keuangan.
Sumber: lokadata.id
A. 20 persen
B. 12 persen
C. 6,5 persen
D. 26 persen
E. 1,2 persen
Pembahasan:
Pernyataan 1 :
p⇒q
Pernyataan 2 :
p Kesimpulan
:q
Misalnya,
p: Usaha
mikro, kecil
dan
menengah
yang tak lelah
menopang
perekonomian
nasional,
masih jauh
dari perhatian
industri
keuangan.
q: Tak sampai
20 persen
usaha mikro
dan kecil
(UMK) yang
tersentuh
kredit.
Usaha mikro, kecil dan menengah yang tak lelah menopang
Kesimpulan:
perekonomian nasional, masih jauh dari perhatian industri keuangan. Tak
sampai 20 persen usaha mikro dan kecil (UMK) yang tersentuh kredit.Data q: Tak sampai
Sensus Ekonomi 2016, kegiatan pendataan sepuluh tahunan yang 20 persen
dilakukan Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan, jumlah UMK tercatat usaha mikro
ada 26 juta unit. Dari jumlah tersebut, hanya 12 persen yang pernah dan kecil
menerima kredit dari lembaga keuangan, termasuk bank. (UMK) yang
tersentuh
Bahkan di Jakarta misalnya, Sensus Ekonomi menemukan hanya 6,5
kredit.
persen dari 1,2 juta UMK yang pernah menerima kredit dari lembaga
keuangan. Sisanya, dengan beragam alasan seperti prosedur yang
berbelit hingga ketiadaan agunan, UMK tidak pernah berinteraksi dengan
lembaga keuangan dalam urusan pinjaman usaha.
Sumber: lokadata.id
Jika usaha mikro, kecil dan menengah yang tak lelah menopang
perekonomian nasional, masih jauh dari perhatian industri keuangan,
maka tak sampai 20 persen usaha mikro dan kecil (UMK) yang tersentuh
kredit.
A. Tak sampai 20 persen usaha mikro dan kecil (UMK) yang tersentuh
kredit syariah.
B. Tak sampai 20 persen usaha mikro dan kecil (UMK) yang tidak
tersentuh kredit.
C. Tak sampai 20 persen usaha mikro dan kecil (UMK) yang tersentuh
kredit.
D. Sebesar 20 persen usaha mikro dan kecil (UMK) yang tersentuh kredit.
E. Sebesar 20 persen usaha mikro dan kecil (UMK) yang tidak tersentuh
kredit.
Pembahasan:
Kesimpulan
untuk teks
tersebut
diambil
berdasarkan
paragraf
terakhir pada
teks tersebut.
Sumber: lokadata.id
D. UMK harus mencari modal sendiri dan tidak perlu bergantung pada
lembaga keuangan.
Pembahasan:
Berdasarkan
grafik
tersebut,
persentase
rumah tangga
yang pernah
memperoleh
kredit
tertinggi
sebesar 30,42
persen.
Sumber: lokadata.id
A. 30,42 persen
B. 31,42 persen
C. 32, 42 persen
D. 33, 42 persen
E. 34, 42 persen
Pembahasan:
Berdasarkan
grafik
tersebut,
persentase
rumah tangga
yang pernah
memperoleh
kredit
terendah
sebesar 19,55
persen.
Sumber: lokadata.id
A. 19,45 persen
B. 19,55 persen
C. 1,955 persen
D. 195,5 persen
E. 1955 persen
Pembahasan:
Jika
persentase
rumah tangga
pada grafik
tersebut
dihitung
berdasarkan
jumlah
persentase,
maka
persentase
terbesar
sebesar 30,42
persen.
Sumber: lokadata.id
Pembahasan:
Pernyataan
yang tepat
berdasarkan
teks tersebut
adalah
masalahnya,
campuran
tanah liat dan
air
merupakan
bahan berpori
Seiring dengan temuan material lain yang lebih kuat dan lebih awet, yang tidak
tembikar makin terdesak. Tembikar harus dibentuk dengan tangan, dan kedap air,
diolah satu demi satu, kalah cepat dan kalah produktif dengan material sehingga
dari logam atau plastik, misalnya, yang bisa dibuat secara masal, dicetak penggunaan
atau dipotong dengan bantuan mesin. Pembuatan tembikar atau gerabah tembikar
mungkin sudah setua peradaban manusia. Muncul sejak akhir zaman menjadi
batu, sekitar 20.000 sampai 25.000 tahun silam, tembikar dibuat dari terbatas.
bahan dan proses yang sangat sederhana: campuran tanah liat dengan
air, yang dibentuk dengan tangan, lalu dibakar dalam kobaran api.
Masalahnya, campuran tanah liat dan air merupakan bahan berpori yang
tidak kedap air, sehingga penggunaan tembikar menjadi terbatas. Pada
perkembangan selanjutnya ditemukan teknologi pelapisan (glasir),
pembakaran (dengan tungku suhu tinggi), dan ornamen sehingga
tembikar tidak lagi sekadar gerabah tanah liat tapi sudah menjadi keramik
yang lebih kuat, kedap air, dan lebih indah.
Bersamaan dengan pergeseran produk dan fungsi itu, gerabah tidak lagi
menjadi "usaha kecil" tapi berubah menjadi bisnis yang perlu modal kuat.
Pengrajin keramik perlu membangun tanur suhu tinggi yang kedap panas
(dan mahal), plus campuran bahan baku yang kerap kali harus diimpor --
tidak cukup hanya sekadar menggali tanah liat dari tepian sawah.
Sumber: lokadata.id
A. Tembikar harus dibentuk dengan tangan, dan diolah satu demi satu,
kalah cepat dan kalah produktif dengan material dari logam atau plastik
B. Seiring dengan temuan material lain yang lebih kuat dan lebih awet,
tembikar makin terdesak.
E. Muncul sejak akhir zaman batu, sekitar 20.000 sampai 25.000 tahun
silam, tembikar dibuat dari bahan dan proses yang sangat sederhana
Pembahasan:
Berdasarkan
teks tersebut,
tembikar atau
gerabah
dibuat dengan
bahan
campuran
tanah liat dan
air.
Seiring dengan temuan material lain yang lebih kuat dan lebih awet,
tembikar makin terdesak. Tembikar harus dibentuk dengan tangan, dan
diolah satu demi satu, kalah cepat dan kalah produktif dengan material
dari logam atau plastik, misalnya, yang bisa dibuat secara masal, dicetak
atau dipotong dengan bantuan mesin. Pembuatan tembikar atau gerabah
mungkin sudah setua peradaban manusia. Muncul sejak akhir zaman
batu, sekitar 20.000 sampai 25.000 tahun silam, tembikar dibuat dari
bahan dan proses yang sangat sederhana: campuran tanah liat dengan
air, yang dibentuk dengan tangan, lalu dibakar dalam kobaran api.
Masalahnya, campuran tanah liat dan air merupakan bahan berpori yang
tidak kedap air, sehingga penggunaan tembikar menjadi terbatas. Pada
perkembangan selanjutnya ditemukan teknologi pelapisan (glasir),
pembakaran (dengan tungku suhu tinggi), dan ornamen sehingga
tembikar tidak lagi sekadar gerabah tanah liat tapi sudah menjadi keramik
yang lebih kuat, kedap air, dan lebih indah.
Bersamaan dengan pergeseran produk dan fungsi itu, gerabah tidak lagi
menjadi "usaha kecil" tapi berubah menjadi bisnis yang perlu modal kuat.
Pengrajin keramik perlu membangun tanur suhu tinggi yang kedap panas
(dan mahal), plus campuran bahan baku yang kerap kali harus diimpor --
tidak cukup hanya sekadar menggali tanah liat dari tepian sawah.
Sumber: lokadata.id
Pembahasan:
Berdasarkan
grafik
tersebut,
daerah mana
yang memiliki
UMK gerabah
paling sedikit
adalah
Kabupaten
Timor Tengah
Seiring dengan temuan material lain yang lebih kuat dan lebih awet,
Utara
tembikar makin terdesak. Tembikar harus dibentuk dengan tangan, dan
diolah satu demi satu, kalah cepat dan kalah produktif dengan material
dari logam atau plastik, misalnya, yang bisa dibuat secara masal, dicetak
atau dipotong dengan bantuan mesin. Pembuatan tembikar atau gerabah
mungkin sudah setua peradaban manusia. Muncul sejak akhir zaman
batu, sekitar 20.000 sampai 25.000 tahun silam, tembikar dibuat dari
bahan dan proses yang sangat sederhana: campuran tanah liat dengan
air, yang dibentuk dengan tangan, lalu dibakar dalam kobaran api.
Masalahnya, campuran tanah liat dan air merupakan bahan berpori yang
tidak kedap air, sehingga penggunaan tembikar menjadi terbatas. Pada
perkembangan selanjutnya ditemukan teknologi pelapisan (glasir),
pembakaran (dengan tungku suhu tinggi), dan ornamen sehingga
tembikar tidak lagi sekadar gerabah tanah liat tapi sudah menjadi keramik
yang lebih kuat, kedap air, dan lebih indah.
Bersamaan dengan pergeseran produk dan fungsi itu, gerabah tidak lagi
menjadi "usaha kecil" tapi berubah menjadi bisnis yang perlu modal kuat.
Pengrajin keramik perlu membangun tanur suhu tinggi yang kedap panas
(dan mahal), plus campuran bahan baku yang kerap kali harus diimpor --
tidak cukup hanya sekadar menggali tanah liat dari tepian sawah.
Sumber: lokadata.id
A. Kabupaten Nganjuk
D. Kabupaten Gowa
E. Kabupaten Ngawi