Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

PERUBAHAN BIO-PISIKO-SOSIAL-CULTURAL-SPRITUAL YANG LASIM


TERJADI PADA PROSES MENUA

Dosen Pengajar :
Ns. Yosef Marsianus Karno, S.Kep., M.Kes
Mata Kuliah :
Keperawatan Gerontik
Disusun Oleh Kelompok II
Johan Paiter Borolla P.1911135
Melkianus Uir P.1911154
Sandi Walay P.1911172
Sarci Batlayery P.1911173
Novita S.A Kore P.1911156
Yuliana Dominggas Kubol P.1911184
Ramli Mangol P.1911159
Julia Onarloy P.1911137

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PASAPUA AMBON PROGRAM


STUDI ILMU KEPERAWATAN
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas rahmat penyertaan dan
bimbingan-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini sebagai tugas
pada mata kuliah Keperawatan Gerontik dengan judul makalah “Perubahan
Bio-Psiko-Spiritual-Cultural yang lazim pada proses menua”. Tujuan dari
penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas dari mata kuliah
Keperawatan Gerontik.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari
kesempurnaan. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak
untuk perbaikan makalah ini.

Ambon, 6 November 2022

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR .................................................................................ii

DAFTAR ISI ...............................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .................................................................................1

B. Rumusan Masalah ............................................................................3

C. Tujuan ..............................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN

1. Perubahan Biologis ..........................................................................4

2. Perubahan Psikologis ......................................................................11

3. Perubahan Sosial ............................................................................ 12

4. Perubahan Cultural ..........................................................................14

5. Perubahan Spritual ..........................................................................16

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan .....................................................................................17

B. Saran ...............................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Proses menua atau menjadi tua adalah proses alami yang terjadi dalam

kehidupan manusia, tahap yang paling krusial adalah tahap lansia. Tahapan ini

merupakan siklus terakhir pada kehidupan manusia. Menurut Harlock, menjadi

tua merupakan keadaan yang tidak dapat dihindari sebagai salah satu tahapan

perkembangan yang harus dilewati dalam rentang kehidupan manusia. Pada

masa ini manusia secara alamiah mengalami penurunan fungsi atau perubahan

pada biologis, psikologi, sosial budaya dan spiritual. Penurunan fisik atau

biologis biasanya ditandai dengan kulit yang mengendur, rambut memutih, gigi

mulai ompong, pendengaran kurang jelas, penglihatan semakin memburuk,

gerakan lambat, dan figur tubuh yang tidak proposional.

Menurut United States Bureau of the Cencus dalam Darmojo dan Martono

tahun 2011, populasi lanjut usia didunia akan bertambah dengan cepat

dibandingkan penduduk seluruhnya, maka relative akan lebih besar di

negaranegara sedang berkembang seperti Indonesia. Populasi lanjut usia di

Indonesia diproyeksikan antara tahun 1990-2025 akan naik 414% suatu angka

yang tertinggi diseluruh dunia. Penduduk di Indonesia usia 60 tahun ke atas

antara tahun 1971- 1980, serta antara 1980-1990 masih berkisar di bawah 1%.

Jika peningkatan presentase antara tahun 1990-2000 diperkirakan 0,9%, maka

presentase penduduk usia 60 tahun ke atas pada saat ini diproyeksikan sebesar

iv
7,2% dari total populasi atau sekitar 14,9 juta orang.

Semua orang akan mengalami proses menua, dimana pada masa ini orang

mengalami kemunduran fisik, mental dan sosial sedikit demi sedikit sehingga

tidak dapat melakukan tugasnya sehari-hari secara maksimal. Secara umum

manusia ingin hidup panjang, untuk itu berbagai upaya dilakukan, meskipun

demikian muncul kesadaran akan datangnya kematian sebagai tahap terakhir

kehidupannya didunia ini.

Meskipun demikian lansia sering mengalami kecemasan hingga depresi,

mereka mengatakan kekhawatiran tentang rasa takutnya terhadap kematian,

kehilangan keluarga, atau teman karib, kedudukan sosial, pensiun dari pekerjaan

atau kondisi fisik yang tidak memungkinkan lagi aktif dipekerjaan seperti dulu

membuat seorang lansia dibebani perasaan tidak berguna.

Posisi peringkat pertama dalam pristiwa kehidupan yang paling tinggi yaitu

kecemasan kematian pada pasangan hidup, maka persoalan kematian merupakan

suatu hal yang ditakuti oleh lansia dan hal tersebut sangat mempengaruhi

psikologis lansia itu sendiri.3 Kematian secara umum dipandang sebagai hal

yang menakutkan karena dianggap sebagai lawan dari kehidupan dan tampak

sebagai kepunahan karena memisahkan individu dari orang-orang yang

disayanginya.

Masalah kesehatan mental juga dialami para lansia. Masalah kesehatan

mental berasal dari 4 aspek yaitu fisik, psikologik, sosial dan ekonomi. Masalah

tersebut dapat berupa emosi labil, mudah tersinggung, gampang merasa

v
dilecehkan, kecewa, tidak bahagia, perasaan kehilangan, dan tidak berguna. Para

lansia dengan problem tersebut menjadi rentan mengalami gangguan psikiatrik

seperti depresi, anxietas (kecemasan), psikosis (kegilaan) atau kecanduan obat.

Pada umumnya masalah kesehatan mental lansia adalah masalah penyesuaian.

Penyesuaian tersebut karena adanya perubahan dari keadaan sebelumnya (fisik

masih kuat, bekerja dan berpenghasilan) menjadi kemunduran.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas, dapat di merumuskan, rumusan masalah sebagai

berikut :

1. Bagaimana Perubahan Biologis ?

2. Bagaimana Perubahan Psikologis ?

3. Bagaimana Perubahan Sosial ?

4. Bagaimana Perubahan Cultural ?

5. Bagaimana Perubahan Spritual ?

C. Tujuan

1. Untuk Mengetahui Perubahan Biologis

2. Untuk Mengetahui Perubahan Psikologis

3. Untuk Mengetahui Perubahan Sosial

4. Untuk Mengetahui Perubahan Cultural

5. Untuk Mengetahui Perubahan Spritual

vi
BAB II

PEMBAHASAN

1. Perubahan Biologis

a. Sel

Lebih sedikit jumlahnya, lebih besar ukuranya, berkurangnya jumlah

cairan tubuh dan berkurangnya cairan tubuh dan berkurangnya cairan

intraseluler, menurunnya proporsi protein di otak, otot ginjal darah,

dan hati, jumlah sel otak menurun, terganggunya mekanisme

perbaikan sel, otak menjadi atrofi, beratnya berkurang 5 — 10%.

b. Sistem persarafan

Berat otak menurun 10 — 20% (setiap orang berkurang sel saraf

otaknya dalam setiap harinya), cepatnya menurun hubungan

persyarafan, lambat dalam responden waktu untuk bereaksi,

khususnya dengan stres, mengecilnya syaraf panca indra

(berkurangnya penglihatan, hilangnya pendengaran, mengecilnya

saraf pencium dan perasa, lebih sensitif terhadap perubahan suhu

dengan rendahnya ketahanan terhadap dingin), kurang sensitif

terhadap sentuhan.

vii
c. Presbiakusis (gangguan pada pendengaran)

Hilangnya kemampuan (daya) pendengaran pada telinga dalam

terutama terhadap bunyi suara atau nada—nada yang tinggi, suara

yang tidak jelas, sulit mengerti kata—kata, 50% terjadi pada usia

diatas umur 65 tahun, membrane timpani menjadi atrofi

menyebabkan otot seklerosis, terjadinya pengumpulan serumen

dapat mengeras karena meningkatnya keratin, pendengaran

bertambah menurun pada lanjut usia yang mengalami ketegangan

jiwa atau stres.

d. Sistem penglihatan

Sfingter pupil timbul sclerosis dan hilangnya respon terhadap

sinar kornea lebih terbentuk sferis (bola), lensa lebih suram

(kekeruhan pada lensa) menjadi katarak menyebabkan gangguan

penglihatan, meningkatnya ambang pengamatan sinar, daya

adaptasi terhadap kegelapan lebih lambat, dan susah melihat

dalam cahaya gelap, hilangnya daya akomodasi, menurunnya

lapang pandang (berkurang luas pandang), menurunya daya

membedakan warna biru atau hijau pada skala.

e. Sistem kardiovaskuler

viii
Elastisitas dinding aorta menurun, katup jatung menebal dan

menjadi kaku kemampuan jantung memompa darah menurun 1%

setiap tahun seudah berumur 20 tahun, hal ini menyebkan

merunnya kontraksi dan volumenya, kehilangan elastisitas

pembuluh darah, kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer

untuk oksigenasi, perubahan posisi dari tidur ke duduk (duduk

keberdiri) bisa menyebabkan tekanan darah menurun menjadi

65 mmHg (mengakibatkan pusing mendadak ± 170 mmHg,

diastolis normal ± 90 mmHg ( Fajemiroye et al, 2018) .

f. Sistem pengaturan temperatur tubuh

Pada pengaturan suhu hipotalamus dianggap bekerja sebagai

suatu thermostat, yaitu menetapkan suatu suhu tertentu,

kemunduran terjadi berbagai faktor yang mempengaruhinya.

Sebagai akibat sering ditemui temperatur tubuh menurun

(hipotermia) secara fisiologik ± 35°C ini akibat metabolisme

yang menurun, keterbatasan refleks menggigil dan tidak

memproduksi panas yang banyak sehingga terjadi rendahnya

aktifitas otot.

g. Sistem respirasi

Otot—otot pernafasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku

ix
menurunya aktifitas dari sillia, paru—paru kehilangan elastisitas,

kapasitas residu meningkat, menarik nafas lebih berat, kapasitas

pernafasan maksimum menurun, dan kedalaman bernafas

menurun, alveoli ukurannya melebar dari biasa dan jumlahnya

berkurang, O² pada arteri menurun menjadi 75 mmHg, CO² pada

arteri tidak terganti, kemampuan pegas dinding dada dan

kekuatan otot pernafasan akan menurun seiring dengan

pertambahan usia.

h. Sistem gastrointestinal

Kehilangan gigi penyebab utama adanya periodontal diase yang

biasa terjadi setelah umur 30 tahun, penyebab lain meliputi

kesehatan gigi yang buruk dan gizi yang buruk, indera pengecap

menurun adanya iritasi yang kronis dari selaput lendir, atropi

indra pengecap (±80%) hilangnya sensitifitas dari saraf pengecap

dilidah terutama rasa manis dan asin, hiangnya sensitifitas dari

saraf pengecap tentang rasa asin, asam dan pahit, esophagus

melebar, rasa lapar menurun (sensitifitas lapar menurun), asam

lambung menurun, waktu mengosongkan menurun, peristaltik

lemah dan biasanya timbul konstipasi, fungsi absorpsi melemah

(daya absorpsi terganggu), liver (hati) makin mengecil dan

merunnya tempat penyimpanan, berkurangnya aliran darah.

x
i. Sistem reproduksi

Menciutnya ovari dan uterus, atrovi payudara, pada laki—

laki testis masih dapat memproduksi spermatozoa, meskipun

adanya penurunan secara berangsur—angsur, dorongan seksual

menetap sampai usia diatas 70 tahun (asal kondisi kesehatan

baik) yaitu kehidupan seksual dapat diupayakan sampai masa

lanjut usia, hubungan seksual secara teratur membantu

mempertahankan kemampuan seksual, tidak perlu cemas karena

merupakan perubahan alami, selaput lendir vagina menurun,

permukaan menjadi halus, sekresi menjadi berkurang, reaksi

sifatnya menjadi alkali dan terjadi perubahan—perubahan warna.

j. Sistem gastourinaria

Ginjal merupakan alat untuk mengeluarkan sisa metabolisme

tubuh, melalui urine darah ke ginjal, disaring oleh satuan

(unit) terkecil dari ginjal yang disebut nefron (tepatnya di

glomerulus), kemudian mengecil dan nefron menjadi atrofi,

aliran darah ke ginjal menurun sampai 50%, fungsi tubulus

akibatnya berkurannya kemampuan mengkonsentrasikan urin,

berat jenis urin menurun proteinuria (biasanya +1), BUN (Blood

Urea Nitrogen) meningkatkan sampai 21 mg%, nilai ambang

xi
ginjal terhadap glukosa meningkat, vesika urinaria (kandung

kemih) ototnya menjadi lemah, kapasitasnya menurun sampai

200 ml atau menyebabkan frekuensi buang air seni meningkat,

vesika urinaria sudah dikosongkan pada pria lanjut usia sehingga

mengakibatkan meningkatkan retensi urin, pembesaran prostat

±75% dialami oleh pria usia di atas 65 tahun, atrovi vulva dan

vagina, orang— orang yang makin menua sexual intercourse

cenderung secara bertahap tiap tahun tetapi kapasitas untuk

melakukan dan menikmati berjalan terus sampai tua.

k. Sistem endokrin

Produksi dari hampir semua hormon menurun, fungsi paratiroid

dan sekresinya tidak berubah, pertumbuhan hormon ada tetapi

tidak rendah dan hanya ada didalam pembuluh darah,

berkurangnya produksi dari ACTH, TSH, FSH, dan LH,

menurunya aktifitas tiroid, menurunnya BMR (basal metabolic

rate), dan menurunnya daya pertukaran zat, menurunnya

produksi aldosteron, menurunnya sekresi hormon kelamin,

misalnya progesteron, estrogen, dan testeron.

l. Sistem kulit (integumentary system)

Kulit mengerut atau keriput akibat kehilangan

xii
jaringan lemak, permukaan kulit kasar dan bersisik (karena

kehilangan proses kratinasi serta perubahan ukuran dan bentuk

—bentuk sel epidermis), menurunya respon terhadap trauma,

mekanisme proteksi kulit menurun yaitu produksi serum

menurun, gangguan pegmentasi kulit, kulit kepala dan rambut

menipis berwarna kelabu, rambut dalam hidung dan telingga

menebal, bekurangnya elastisitas akibat dari menurunnya cairan

dan vaskularisasi, pertumbuha kuku lebih lambat, kuku jari

menjadi lebiih keras dan rapuh, kuku kaki bertumbuh secara

berlebihan dan seperti tanduk, kelenjar keringat berkurang

jumlah dan fungsinya, kuku menjadi pudar, kurang bercahaya.

m. Sistem muskuluskeletal (musculoskeletal system)

Dewasa lansia yang melakukan aktifitas secara teratur tidak

kehilangan massa atau tonus otot dan tulang sebanyak lansia

yang tidak aktif. Serat otot berkurang ukuranya. Dan kekuatan

otot berkurang sebanding penurunan massa otot. Penurunan

massa dan kekuatan otot, demeneralisasi tulang, pemendekan

fosa akibat penyempitan rongga intravertebral, penurunan

mobilitas sendi, tonjolan tulang lebih meninggi (terlihat). Tulang

kehilangan density (cairan) dan makin rapuh, kifosis pinggang,

pergerakan lutut dan jari— jari pergelangan terbatas, discus

xiii
intervertebralis menipis dan menjadi pendek (tingginya

berkurang), persendian membesar dan menjadi rapuh, tendon

mengerut dan mengalami sclerosis, atrofin serabut otot

sehingga seseorang bergerak menjadi lamban, otot—otot kram

menjadi tremor, otot—otot polos tidak begitu berpengaruh.

2. Perubahan psikologis

a. Kesepian

Terjadi pada saat pasangan hidup atau teman dekat meninggal

terutama jika lansia mengalami penurunan kesehatan, seperti

menderita penyakit fisik berat, gangguan mobilitas atau gangguan

sensorik terutama pendengaran.

b. Duka cita (Bereavement)

Meninggalnya pasangan hidup, teman dekat, atau bahkan hewan

kesayangan dapat meruntuhkan pertahanan jiwa yang telah rapuh pada

lansia. Hal tersebut dapat memicu terjadinya gangguan fisik dan

kesehatan.

c. Depresi

Duka cita yang berlanjut akan menimbulkan perasaan kosong, lalu

diikuti dengan keinginan untuk menangis yang berlanjut menjadi

suatu episode depresi. Depresi juga dapat disebabkan karena stres

xiv
lingkungan dan menurunnya kemampuan adaptasi.

d. Suatu kelainan dimana lansia menunjukkan penampilan perilaku

sangat mengganggu. Rumah atau kamar kotor dan bau

Gangguan cemas

Dibagi dalam beberapa golongan: fobia, panik, gangguan cemas

umum, gangguan stres setelah trauma dan gangguan obsesif

kompulsif, gangguan-gangguan tersebut merupakan kelanjutan dari

dewasa muda dan berhubungan dengan sekunder akibat

penyakit medis, depresi, efek samping obat, atau gejala penghentian

mendadak dari suatu obat.

e. Parafrenia

Suatu bentuk skizofrenia pada lansia, ditandai dengan waham (curiga),

lansia sering merasa tetangganya mencuri barang-barangnya atau

berniat membunuhnya. Biasanya terjadi pada lansia yang

terisolasi/diisolasi atau menarik diri dari kegiatan sosial.

f. Sindroma Diogenes

karena lansia bermain-main dengan feses dan urin nya, sering

menumpuk barang dengan tidak teratur.

3. Perubahan Sosial

Akibat berkurangnya fungsi indera pendengaran, pengelihatan, gerak fisik dan

xv
sebagainya maka muncul gangguan fungsional bahkan kecacatan pada lansia.

Misalnya badannya menjadi bungkuk, pendengaran sangat berkurang, pengelihatan

kabur dan sebagainya sehingga sering menimbulkan keterasingan. Hal itu

sebaiknya dicegah dengan selalu mengajak mereka melakukan aktivitas, selama

yang bersangkutan masih sanggup, agar tidak merasa terasing dan diasingkan.

Karena jika keterasingan terjadi akan semakin menolak untuk

berkomunikasi dengan orang lain dan kadang-kadang terus muncul perilaku regresi

seperti mudah menangis, mengurung diri, mengumpulkan barang-barang tak

berguna serta merengek-rengek dan menangis bila bertemu orang lain sehingga

perilakunya seperti anak kecil.

Menghadapi berbagai permasalahan di atas pada umumnya lansia yang

memiliki keluarga masih sangat beruntung karena anggota keluarga seperti anak,

cucu, cicit, sanak saudara bahkan kerabat umumnya ikut membantu memelihara

dengan penuh kesabaran dan pengorbanan. Namun bagi lansia yang tidak punya

keluarga atau sanak saudara karena hidup membujang, atau punya pasangan hidup

tetapi tidak mempunyai anak dan pasangannya sudah meninggal, apalagi hidup

sendiri di perantauan, seringkali menjadi terlantar.

4. Perubahan Cultural

a. Kolektifitas Etnis

Adalah kelompok dengan asal yang umum, perasaan identitas danmemiliki

xvi
standart perilaku yang sama. Individu yang bedasarkandalam kelompok

seperti itu mengikuti budaya oleh norma-normayang menentukan jalan ikiran

dan perilaku mereka. (Harwood,1981)

b. Shok Budaya

Adalah salah satu sebab karena bekerja dengan individu yang

latar belakang kulturnya berbeda. Shock budaya sebagai perasaan yangtidak

ada yang menolong ketidaknyamanan dan kondisi disoirentasiyang dialami

oleh orang luar yang berusaha beradaptasi secarakomprehensif atau secara

efektif dengan kelompok yang berbedaakibat akibat paraktek nilai-nilai dan

kepercayaan. ( Leininger, 1976)Perawat dapat mengurangi shock budaya

dengan mempelajaritentang perpedaan kelompok budaya dimana ia terlibat.

Pemtinguntuk perawat mengembangkan hormat kepada orang lain

yang berbeda budaya sambil menghargai perasaan dirinya. Praktik perawat

kesehatan memerlukan toleransi kepercayaaan yang bertentangan dengan

perawat.

c. Pola komunikasi

Kendala yang paling nyata timbul bila kediua orang berbicara dngan bahasa

yang berbeda. Kebiasaan berbahasa dari klien adalah salah satu cara untuk

melihat isi dari budaya. Menurut Kluckhohn

xvii
1972, bahwa tiap bahasa adalah merupakan jalan khusus untuk meneropong

dan interprestasi pengalaman tiap bahasa membuat tatanan seluruhnya dari

asumsi yang tidak didasari dengan dunia dan penghuninya.

Kendala untuk komunkasi bisa saja terjadi walaupun individu berbicara

dengan Bahasa yang sama Perawat kadang kesulitan untuk menjelaskan

sesuatu dengan bahasayang sederhana, bebas dari bahasa yang jlimet

yang klien bisamenagkap. Sangat penting untuk menentukan ahwa

pesan kita bisaditerima dan dimengerti maksudnya.

d. Jarak Pribadi dan Kontak

jarak pribadi adalah ikatan yang tidak terlihat dan feksibel. Pengertian jarak

pribadi bagi perawat kesehatan masyarakat memungkinkan proses pengkajian

dan peningkatan Profesional kesehatan merasa bahwa mereka mempunyai ijin

keseluruh daerah badan klien. Kontak yang dekatsering diperlukan perawat saat

pemeriksaan fisik, perawathendaknya berusaha untuk mengurangi kecemasan

dengan mengenal kebutuhan individu akan jarak dan berbuat yang sesuai untuk

melindungi hak privasi.

e. Pandangan Sosiokultural tentang Penyakit dan Sakit

xviii
Budaya mempengaruhi harapan dan persepsi orang mengenai gejalacra

memberi etika kepada penyakit, juga mempengaruhi bilamana,dan kepada siapa

mereka harus mengkomunikasikan masalah-masalah kesehatan dan berapa lama

mereka berada dalam pelayanan.Karena kesehatan dibentuk oleh faktor-faktor

budaya, maka terdapatvariasi dari perilaku pelayanan kesehatan, status

kesehatan, dan pola-pola sakit dan pelayanan didalam dan diantara budaya yang

berbeda- beda. Perilaku pelayanan kesehatan merujuk kepada kegiatan-kegiatan

sosial dan biologis individu yang disertai penghormatan dan

mempertahankan akseptabilitas status kesehatan atau perubaha kondisi yang

tidak bisa diterima. Perilaku pelayanan kesehatan dan status kesehatan saling

keterkaitkan dan sistem kesehatan. (Elling,1977)

5. Perubahan Spiritual

Perubahan spiritual pada lansia ditandai dengan semakin matangnya

kehidupan keagamaan lansia. Agama dan kepercayaan terintegrasi dalam

kehidupan yang terlihat dalam pola berfikir dan bertindak sehari-hari.

Perkembangan spiritual yang matang akan membantu lansia untuk menghadapi

kenyataan, berperan aktif dalam kehidupan, maupun merumuskan arti dan tujuan

keberadaannya dalam kehidupan.

xix
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Penuaan atau proses terjadinya tua adalah suatu proses menghilangnya secara

perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti dan

mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap

infeksi serta memperbaiki kerusakan yang diderita.

Semakin bertambahnya umur manusia, terjadi proses penuaan secara degenerative

yang akan berdampak pada perubahan-perubahan pada diri manusia, tidak hanya

perubahan fisik, tetapi juga kognitif, perasaan, sosial dan spiritual.

xx
B. Saran

Hendaknya institusi pelayanan dan pemerintah melakukan peningkatan berbagai

upaya dalam menggalakkan program CERDIK GERMAS seperti diaktifkannya

posyandu lansia dan pemberdayaan lansia, agar lansia dapat tetap sehat dan

mandir, dan aktif. Dan juga Diharapkan dapat memanfaatkan fasilitas kesehatan

untuk menambah wawasan, mengatasi berbagai pengaruh dan deteksi dini

berbagai gangguan akibat proses penuaan, lebih meningkat pola hidup sehat yaitu

program CERDIK GERMAS untuk memperlambat proses penuaan.

DAFTAR PUSTAKA

Azizah & Lilik Ma'rifatul, (2011). Keperawatan Lanjut Usia. Edisi 1.


Yogyakarta : Graha Ilmu.

Kuntjoro Z, (2002). Dukungan Sosial Pada Lansia.http://www.e-


psikologi.co.id diakses pada tanggal 1 Desember 2018

Nugroho, Wahjudi. (2000). Keperawatan Gerontik. Jakarta : Penerbit


Buku Kedokteran EGC.

Rabe, J.H., Mamelak, A.J., Mc Elgunn, P.J.S. and Morison, W.L.,


2006. Photoaging Mechamism and Repair . J.Am.Acad oƒ Dermatol.
Vol 55: 1-19.
Sudirman, S. 2011. Psikologi Lanjut Usia. Yogyakarta: Universitas Gajah
Mada Press Undang-Undang No 13 (1998). Undang-Undang Republik
Indonesia. Nomor 13 Tahun 1998 Tentang Kesejahteraan Lanjut Usia.

xxi
Yaar, M., 2006. Clinical and Histological Features of Intrinsic versus Extrinsic
Skin Aging.
Dalam : Gilchrest, B.A., Krutmann, J., editors. Skin Aging. Berlin :
Springer. P. 10-52.

xxii

Anda mungkin juga menyukai