Anda di halaman 1dari 23

DETASEMEN KESEHATAN WILAYAH 14.04.

02
RUMAH SAKIT TK. IV 14.07.02 Dr. SUMANTRI

BAB I

DEFINISI

A. Definisi

Transfer pasien adalah proses memindahkan pasien dari satu


lokasi atau ruangan ke lokasi atau ruangan yang lain.

Transfer pasien terdiri dari :

1. Transfer pasien internal (intra hospital transfer)


Proses memindahkan pasien dari satu bagian/ unit/
ruanagan ke bagian/ unit/ ruanagan yang lain di dalam
rumah sakit.
2. Transfer pasien eksternal (inter hospital transfer)
Proses memindahkan pasien dari satu rumah sakit ke
rumah sakit lain atau suatu lokasi ke lokasi lain di luar
rumah sakit.

B. Tujuan
1. Agar pelayanan transfer pasien dilaksanakan secara
profesional dan berdedikasi tinggi.
2. Agar proses transfer pasien berlangsung dengan aman dan
lancar serta pelaksanaannya sangat memperhatikan
keselamatan pasien serta sesuai dengan prosedur yang telah
ditetapkan.
DETASEMEN KESEHATAN WILAYAH 14.04.02
RUMAH SAKIT TK. IV 14.07.02 Dr. SUMANTRI

BAB II

RUANG LINGKUP

A. Indikasi Transfer Internal


1. Transfer untuk tujuan diagnostik, misalnya pemeriksaan
laboratorium, pemeriksaan radiologi, pemeriksaan EEG,
dan lain-lain.
2. Transfer pasien untuk tujuan tindakan medis atau
tindakan operasi di Kamar Operasi.
3. Transfer pasien untuk tujuan perawatan selanjutnya,
yaitu ke ruang rawat inap dan ruang perawatan intensif
(ICU)

Jadi transfer internal (intra hospital transfer) meliputi :

a) Transfer pasien dari Instalasi Gawat Darurat (IGD) ke


Instalasi Radiologi, Instalasi Rawat Inap, Instalasi
Perawatan Intensif (ICU), dan Instalasi Bedah Sentral
(IBS)
b) Transfer pasien dari Instalasi Rawat Jalan ke Instalasi
Laboratorium, Instalasi Radiologi, Instalasi Rawat Inap,
Instalasi Perawatan Intensif (ICU), Instalasi Bedah Sentral
(IBS)
c) Transfer pasien dari Instalasi Rawat Inap ke Instalasi
Rawat Inap, Instalasi Radiologi, Instalasi Perawatan
Intensif (ICU), Instalasi Bedah Sentral (IBS).
d) Transfer pasien dari Instalasi Intensif (ICU) ke Instalasi
Radiologi, Instalasi Rawat Inap, Instalasi Bedah Sentral
(IBS).
e) Transfer pasien dari Instalasi Bedah Sentral (IBS) ke
Instalasi Radiologi, Instalasi Rawat Inap, Instalasi
Perawatan Intensif (ICU).
DETASEMEN KESEHATAN WILAYAH 14.04.02
RUMAH SAKIT TK. IV 14.07.02 Dr. SUMANTRI

B. Kriteria Pasien Transfer


Transfer pasien di RS Tk IV Dr Sumantri berdasarkan
kriteria pasien berikut ini:

Level Kriteria
Pasien
0 Pasien yang membutuhkan perawatan di ruang
rawat inap biasa
1  Pasien dengan risiko mengalami perburukan
kondisi, dirawat di ruang rawat inap biasa
dengan saran dan dukungan dari dokter jaga
bangsal dan atau case manager
 Pasien yang baru dipindahkan dari ruang
perawatan intensif (ICU) ke ruang rawat inap
biasa dengan saran dan dukungan dari
dokter jaga bangsal dan atau case manager
2  Pasien yang memerlukan observasi ketat atau
intervensi tindakan khusus
 Pasien yang mengalami kegagalan satu sistem
organ
 Pasien yang mebutuhkan perawatan pasca
operasi
3 Pasien yang mengalami kegagalan multi organ,
sehingga membutuhkan bantuan/ penunjang
kegagalan multi organ dalam jangka waktu lama
dan alat bantu pernafasan.
DETASEMEN KESEHATAN WILAYAH 14.04.02
RUMAH SAKIT TK. IV 14.07.02 Dr. SUMANTRI

BAB III

TATA LAKSANA

A. Keputusan untuk dilakukan transfer internal


 Keputusan untuk dilakukan transfer internal berdasarkan
indikasi transfer internal dan kebutuhan pelayanan pasien
tersebut.
 Pengambil keputusan untuk melakukan transfer internal
dilakukan oleh DPJP atau oleh dokter jaga atau perawat
dengan sepengetahuan dan persetujuan DPJP.

B. Menyampaikan komunikasi, informasi, dan edukasi dengan


pasien dan atau keluarga pasien tentang transfer pasien
 Menyampaikan kepada pasien (jika kondisinya
memungkinkan) dan keluarga pasien mengenai perlunya
dilakukan transfer internal.
 Jika pasien dan atau keluarga pasien menyetujui dilakukan
transfer internal maka dokumentasikan dalam persetujuan
tindakan transfer internal. Jika menolak maka
dokumentasikan dalam penolakan tindakan transfer
internal.

C. Menghubungi bagian/ unit/ ruangan yang akan dituju


 Saat keputusan transfer interrnal telah diambil, maka DPJP
atau dokter jaga atau perawat harus menghubungi
bagian/unit/ruangan yang akan dituju.
 Jika untuk kepentingan diagnostik, maka DPJP atau dokter
jaga atau perawat menghubungi bagian penunjang medis
(radiologi, laboratorium, dan lain-lain) yang dituju dengan
DETASEMEN KESEHATAN WILAYAH 14.04.02
RUMAH SAKIT TK. IV 14.07.02 Dr. SUMANTRI

memberikan informasi tentang identitas pasien, diagnosa,


kondisi pasien, dan permintaan pemeriksaan penunjang
yang diminta.
 Untuk kepentingan tindakan medis/operasi, maka DPJP
atau dokter jaga atau perawat menghubungi kamar operasi
dengan memberikan informasi tentang identitas pasien, dan
rencana tindakan medis/operasi yang akan dilakukan.
 Untuk kepentingan perawatan selanjutnya, informasi yang
diberikan tentang identitas pasien, diagnosa, kondisi pasien,
indikasi rawat inap, dan kebutuhan pasien di ruangan rawat
inap tersebut.

D. Petugas transfer pasien


 Petugas transfer internal segera disiapkan sesuai dengan
kriteria/level pasien yang akan ditransfer
 Petugas transfer internal melakukan koordinasi dengan
DPJP atau dokter jaga yang mengambil keputusan
dilakukan transfer internal.
 Petugas transfer internal harus mempunyai kompetensi
tertentu, kompetensi ini didasarkan pada kriteria/ level
pasien yang akan ditransfer.
 Adapun petugas transfer dan kompetensinya dapat dilihat
dalam tabel di bawah ini :

Level Petugas Kompetensi


Pasien Transfer
0 Petugas  BLS (Basic Life Support)
Evakuasi
1 Petugas  Kompetensi Petugas Evakuasi
evakuasi dan sesuai kompetensi level 0
perawat
DETASEMEN KESEHATAN WILAYAH 14.04.02
RUMAH SAKIT TK. IV 14.07.02 Dr. SUMANTRI

 Kompetensi perawat :
a) BLS (Basic Life Support)
b) Pelatihan tabung oksigen (dapat
memasang/ mengganti tabung
oksigen yang habis)
c) Prosedur pemberian obat-obatan
yang spesifik
d) Mengenal tanda-tanda
deteriorasi
e) Keterampilan perawatan alat
hisap (suction)
2 Perawat dan  Kompetensi Petugas Evakuasi
Petugas sesuai kompetensi level 0
Evakuasi  Perawat dengan kompetensi level 1,
ditambah dengan :
a) Menggunakan airway adjunts
(bag and mask/ BMV, CPAP,
Jaksoon reese)
b) Menggunakan alat defibrilator
c) Perawatan peralatan monitoring
invasive (kateter vena sentral)
3 Dokter,  Kompetensi dokter harus sesuai
Perawat, dan standar minimal atau di atas
Petugas standar minimal :
Evakuasi a) Keterampilan bantuan hidup
dasar dan lanjutan
b) Keterampilan advanced airway
management invasif (intubasi)
c) Pengetahuan dan keterampilan
tentang peralatan transfer
standar, seperti : ventilator,
DETASEMEN KESEHATAN WILAYAH 14.04.02
RUMAH SAKIT TK. IV 14.07.02 Dr. SUMANTRI

oksigen, syring pump (pompa


syiringe), infuse pump (pompa
infus), monitor
 Perawat :
a) Keterampilan bantuan hidup
dasar dan lanjutan
b) Pengetahuan tentang peralatan
transfer standar, sperti :
ventilator, oksigen, syring pump
(pompa syiringe), infuse pump
(pompa infus), monitor
 Petugas Evakuasi dengan
kompetensi level 0

E. Persiapan obat-obatan, dan peralatan


 Peralatan yang dibutuhkan saat transfer internal didasarkan
pada kriteria/ level pasien yang akan ditransfer adalah
sebagai berikut :

Level Perlengakapan dan Peralatan yang dibawa


Pasien
0 Status rekam medis, lembar transfer pasien
internal, surat permintaan pemeriksaan
penunjang atau hasil pemeriksaan penunjang
yang sudah dilakukan (misal : hasil
pemeriksaan laboratorium, hasil pemeriksaan
radiologi), kursi roda/ tempat tidur (brankart)
1 Peralatan level 0 ditambah dengan : oksigen
transport, suction (jika pasien dengan
DETASEMEN KESEHATAN WILAYAH 14.04.02
RUMAH SAKIT TK. IV 14.07.02 Dr. SUMANTRI

trakeostomi), portable iv stand, battery


operated infusors (infuse pump, syringe
pump), pulse oximetry
2 Peralatan level 1, ditambah dengan
Electrocardiography dan blood pressure
monitor, defiribilator (sesuai kebutuhan
pasien), bag valve mask
3 Peralatan level 2 ditambah dengan : monitor
ICU portable yang lengkap, ventilator dan
peralatan transfer yang memenuhi standar
minimal

 Seluruh peralatan dan obat-obatan harus dicek ulang oleh


petugas transfer sebelum dilakukan transfer pasien.

F. Stabilisasi sebelum transfer pasien


 Transfer internal dilakukan dalam kondisi pasien sudah
stabil
 Pasien kritis dari bangsal harus segera ditranfer sesuai
MEWS, kecuali dalam keadaan henti jantung dan atau nafas
(liat panduan code blue)
Tindakan yang dilakukan sebelum transfer internal, sebagai
berikut :
1) A = Airway adalah mempertahankan jalan napas dengan
teknik manual atau menggunakan alat bantu.
Tindakan ini mungkin akan banyak memanipulasi
leher sehingga harus diperhatikan untuk menjaga
stabilitas tulang leher (cervical spine control)
2) B = Breathing adalah menjaga pernapasan/ventilasi
dapat berjalan dengan baik
DETASEMEN KESEHATAN WILAYAH 14.04.02
RUMAH SAKIT TK. IV 14.07.02 Dr. SUMANTRI

3) C = Circulation adalah mempertahankan sirkulasi


bersama dengan tindakan untuk menghentikan
perdarahan (hemorrhage control)
4) D = Disability adalah pemeriksaan untuk menilai
kemungkinan adanya gangguan neurologis
5) E = Exposure/enviromental control adalah pemeriksaan
pada seluruh tubuh penderita untuk melihat jejas
atau tanda-tanda kegawatan yang mungkin tidak
terlihat dengan menjaga supaya tidak terjadi hipotermi
 Keadaan yang mengancam nyawa harus dikenali dan
resusitasinya dilakukan pada saat itu juga
 Dokumentasikan dalam rekam medis dan lembar observasi
pasien tentang kondisi pasien, tindakan stabilisasi,
pemberian cairan, pemberian obat-obatan, dan observasi
pasien.
 Setelah pasien dalam kondisi se-stabil mungkin, maka dapat
dilakukan transfer pasien sesuai dengan kriteria/ level
pasien.
G. Monitoring selama transfer pasien
Monitoring yang dilakukan selama transfer internal adalah
sebagai berikut :
 Keluhan pasien
 Keadaan umum pasien
 Tanda-tanda vital pasien : Nadi, Tekanan Darah,
Pernapasan, Saturasi Oksigen, Kesadaran, Skala Nyeri
 Mempertahankan dan mengamankan jalan napas dan
pernapasan/ventilasi
 Hasil monitoring ini didokumentasikan dalam formulir
transfer
H. Serah terima pasien dengan ruangan atau bagian/unit/
ruangan yang dituju
DETASEMEN KESEHATAN WILAYAH 14.04.02
RUMAH SAKIT TK. IV 14.07.02 Dr. SUMANTRI

 Petugas transfer pasien melakukan serah terima dengan


petugas di bagian/ unit/ ruangan yang dituju
 Transfer internal untuk kepentingan perawatan selanjutnya,
petugas transfer memberikan informasi :
1. Identitas pasien
2. Dokter yang merawat atau DPJP
3. Riwayat penyakit dan diagnosis medis
4. Keadaan umum, kesadaran, dan hasil observasi tanda-
tanda vital pasien
5. Pemeriksaan penunjang yang telah dilakukan
(laboratorium, radiologi, dan lain-lain) serta untuk follow
up hasil pemeriksaan yang belum selesai.
6. Terapi yang telah diberikan (cairan infus, transfusi, obat-
obatan)
7. Alergi obat
8. Rencana tindakan, pemeriksaan penunjang, terapi yang
akan dilakukan/ dilanjutkan.
9. Status rekam medis pasien
10. Formulir transfer pasien
11. Lembar observasi pasien
12. Daftar barang pasien (bila pasien tidak ada keluarga)
13. Informasi lain yang dianggap perlu
 Untuk kepentingan tindakan medis/ operasi, maka petugas
transfer melakukan serah terima dengan menginformasikan
hal-hal sebagai berikut:
1. Identitas pasien
2. Dokter operator
3. Diagnosis pra bedah
4. Keadaan umum, kesadaran dan hasil observasi tanda-
tanda vital pasien
5. Alergi obat
DETASEMEN KESEHATAN WILAYAH 14.04.02
RUMAH SAKIT TK. IV 14.07.02 Dr. SUMANTRI

6. Informed consent
7. Penandaan lokasi operasi
8. Hasil pemeriksaan penunjang (laboratorium, radiologi,
dan lain-lain)
9. Hasil konsultasi dokter anestesi/ pemeriksaan pra
anestesi atau sedasi
10. Persiapan pasien : perhiasan sudah dilepas, skiren
lokasi operasi, gigi palsu sudah dilepas, puasa, obat
premedikasi (antibiotik profilaksis), lavemen, personal
hygiene, oral hygiene, persediaan darah (bila diperlukan)
11. Informasi lain yang dianggap perlu
12. Status rekam medis pasien
13. Formulir transfer pasien
14. Lampiran pengecekan persiapan operasi
 Untuk kepentingan terapi hemodialisis, petugas transfer
menyerahkan surat pengantar untuk hemodialisis dan
informasi tentang identitas pasien, keadaan umum,
kesadaran, tanda-tanda vital, hasil pemeriksaan
laboratorium (ureum, creatinin, elektrolit, HbsAg, golongan
darah), informed consent, status rekam medis
pasien,formulir transfer pasien dan kebutuhan pasien di
instalasi hemodialisis
 Untuk kepentingan diagnostik, petugas transfer
menyerahkan surat permintaan pemeriksaan penunjang dan
informasi tentang identitas pasien, diagnosa, kondisi pasien,
dan permintaan pemeriksaan penunjang yang diminta.

I. Audit dan jaminan mutu


 Audit dilakukan untuk mengevaluasi dan memastikan
bahwa panduan berjalan dengan lancar dan diterapkan oleh
staf rumah sakit
DETASEMEN KESEHATAN WILAYAH 14.04.02
RUMAH SAKIT TK. IV 14.07.02 Dr. SUMANTRI

 Dokumentasi transfer internal harus jelas dan lengkap


sehingga dapat digunakan sebagai acuan data dasar dan
sarana audit
 Jika terjadi insiden keselamatan pasien selama proses
transfer internal maka harsu dilaporkan ke Tim
Keselamatan Pasien Rumah Sakit sesuai panduan yang
berlaku
DETASEMEN KESEHATAN WILAYAH 14.04.02
RUMAH SAKIT TK. IV 14.07.02 Dr. SUMANTRI

BAB IV
DOKUMENTASI

 Proses transfer didokumentasikan di lembar transfer pasien


dalam rekam medis
 Dokumentasi yang dilakukan meliputi :
1. Tujuan transfer, dengan pilihan sebagai berikut :
a) Ruang rawat inap
b) Ruang Intensif
c) Kamar operasi
d) Ruang hemodialisis
e) Ruang pemeriksaan
2. Atas permintaan, dengan pilihan sebagai berikut :
a) Dokter
b) Pasien/ keluarga
c) Lainnya
3. Kategori pasien transfer, dengan pilihan sebagai berikut :
a) Level 0
b) Level 1
c) Level 2
d) Level 3
4. Indikasi pasien dirawat
5. Ringakasan riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan diagnostik
6. Diagnosis saat transfer
7. Pengobatan dan tindakan yang telah dilakukan
8. Kondisi pasien saat transfer
9. Temuan penting saat transfer/ perubahan kondisi saat
transfer
10. Konfirmasi melalui telepon, meliputi :
a) Kebutuhan medis
b) Kebutuhan keperawatan
DETASEMEN KESEHATAN WILAYAH 14.04.02
RUMAH SAKIT TK. IV 14.07.02 Dr. SUMANTRI

c) Kebutuhan lainnya
11. Nama petugas yang dihubungi melalui telepon
12. Ceklist transfer pasien, meliputi :
a) Dokumen rekam medis
b) Formulir permintaan pemeriksaan/ tindakan
c) Lainnya
13. Nama dan tanda tangan dokter yang merawat
14. Tanggal dan jam berangkat transfer pasien
15. Tanggal dan jam tiba di tempat tujuan transfer
16. Nama dan tanda tangan petugas saat serah terima
transfer yaitu petugas transfer dan petugas penerima
DETASEMEN KESEHATAN WILAYAH 14.04.02
RUMAH SAKIT TK. IV 14.07.02 Dr. SUMANTRI

BAB V

PENUTUP

Panduan transfer pasien dibuat dengan tujuan sebagai


pedoman para tenaga kesehatan RS Tk IV Dr Sumantri agar
proses transfer pemindahan pasien berlangsung dengan aman dan
lancar serta pelaksanaannya sangat memperhatikan keselamatan
pasien serta sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan.
DETASEMEN KESEHATAN WILAYAH 14.04.02
RUMAH SAKIT TK. IV 14.07.02 Dr. SUMANTRI

KEPUSTAKAAN

Advanced Healthcare for Advanced Healthcare Professionals. Internal


Patient Transport. http://www.eadvancedhealthcare.com/healthcare-
resourches/internal-patient-transport/

American College of Critical Care Medicine. (2004). Guidlines for the Inter-
anad Intrahospital Transport of Critically III Patients.
http://aitt.deoec.hu/upload/deoecaneszt/document/intrahospital_transpor
t.pdf

Amaerican College of Emergency Physicians. (2009). Appropiate


Interhospital Patient Transfer . http://www.acep.org/content.aspx?
id=29114

American College of Surgeons Committe on Trauma. (2008). Advanced


Trauma Life Support for Doctors. Student Course Manual. Diterjemahkan &
dicetak oleh komisi trauma “IKABI”. Eighth Edition.

Association of Critical Care Transport. The Critical Care Transport


Standards Project.
http://www.nasemso.org/Projects/GovermentAffairs/documents/AACTMed
PACSept2012.pdf

Intensive Care Foundation. Patient Transfers.


http://www.ics.ac.uk/icf/patients-and-relatives/information/about-critical-
care/patient-transfers/

Intensive Care Foundation. Transfer to the ward.


http://www.ics.ac.uk/icf/patients-and-relatives/information/about-critical-
care/transfer-to-the-ward/

National Highway Traffic Safety Administration. (2006). Guide for


Interfacility Patient Transfer.
http://www.nhtsa.gov/people/injury/ems/interfacility/images/interfacility.
pdf
DETASEMEN KESEHATAN WILAYAH 14.04.02
RUMAH SAKIT TK. IV 14.07.02 Dr. SUMANTRI

Ambulance Service of New South Wales. Patient Transport Service.


http://www.ambulance.nsw.gov.au/about-us/Patient-Transport-
Service.html

Tim Materi GELS-Brigae Siaga Bencana-Unit Diklat IGD (2013). Materi


Pelatihan General Emergency Life Support. Kemenkes RI-Direktoat Jenderal
Bina Upaya Kesehatan-RSUP dr.Sardjito Yogyakarta
DETASEMEN KESEHATAN WILAYAH 14.04.02
RUMAH SAKIT TK. IV 14.07.02 Dr. SUMANTRI

LAMPIRAN 1

STABILISASI PASIEN SEBELUM TRANSFER

1. Airway, menjaga airway dengan kontrol servical (cervical spine


control)
Step 1 : Penilaian
a. Mengenal patensi airway
Yang pertama harus dinilai adalah kelancaran jalan napas
b. Penilaian cepat akan adanya obstruksi
Ini meliputi pemeriksaan adanya obstruksi jalan napas yang dapat
disebabkan bend a asing, fraktur tulang wajah, fraktur mandibula
atau maksilaris, fraktur laring atau trakea.

Step 2 : Pengelolaan – mengusahakan airway

a. Melakukan chin lift atau jaw thrust


b. Membersihkan airway dari benda asing
c. Memasang pipa nasofaringeal atau orofaringeal
d. Memasang airway definitif
o Intubasi oro- atau naso-trakeal
o Krikotiroidektomi dengan pembedahan
e. Melakukan jet insufflation dari airway dan mengetahui bahwa
tindakan ini bersifat sementara

Step 3 : Menjaga leher dalam posisi netral, bila perlu secara


manual, bila melakukan tindakan untuk membebaskan airway

Step 4 : Fiksasi leher dengan berbagai cara, setelah memasang


airway
INGAT : Anggaplah ada fraktur servikal pada setiap pasien multi-
trauma, terlebih bila ada gangguan kesadaran atau perlukaan di atas
klavikula
Harus dilakukan segala usaha untuk menjaga jalan napas dan
memasang airway definitif bila diperlukan. Tidak kalah pentingnya
DETASEMEN KESEHATAN WILAYAH 14.04.02
RUMAH SAKIT TK. IV 14.07.02 Dr. SUMANTRI

adalah mengenali kemungkinan gangguan airway yang dapat terjadi


kemudian, dan ini hanya dapat dikenali dengan reevaluasi berulang
terhadap airway

2. Breathing dan Ventilasi


Airway yang baik tidak menjamin ventilasi yang baik. Pertukaran gas
yang terjadi pada saat bernapas, mutlak untuk pertukaran oksigen
dan mengeluarkan karbondioksida dari tubuh. Ventilasi yang baik
meliputi fungsi yang baik dari paru, dinding dada dan diafragma.
Setiap komponen ini harus di evaluasi secara cepat.
Step 1 : Penilaian
a. Buka leher dan dada sambil menjaga immobilisasi leher dan
kepala
b. Tentukan laju dan dalamnya pernapasan
c. Inspeksi dan palpasi leher dan thoraks untuk adanya deviasi
trakea, ekspansi toraks simetris atau tidak simetris, pemakaian
otot tambahan, dan tanda-tanda cedera lainnya
d. Perkusi toraks untuk menentukan redup atau hipersonor
e. Auskultasi : toraks bilateral

Perlukaan yang mengakibatkan gangguan ventilasi yang berat adalah


tension pneumothoraks, flail chest dengan kontusio paru, dan open
pneumotoraks. Keadaan-keadaan ini harus dikenali pada saat
dilakukan primery survey

Hematotoraks, simple pneumotoraks, patahnya tulang iga dan


kontusio paru mengganggu ventilasi dalam derajat yang lebih ringan
dan harus dikenali pada saat melakukan secondary survey

Step 2 : Pengelolaan

a. Pemberian oksigen konsentrasi tinggi


b. Ventilasi dengan alat Bag-Valve-Mask
c. Menghilangkan tension pneumotoraks
d. Menutup open pneumotoraks
DETASEMEN KESEHATAN WILAYAH 14.04.02
RUMAH SAKIT TK. IV 14.07.02 Dr. SUMANTRI

e. Memasang sensor CO2 dari kapnograp pada ETT


f. Memasang pulse oxymeter

3. Circulation dengan kontrol perdarahan


Yang dibicarakan adalah volume darah dan cardiac output, serta
perdarahan.
Step 1 : Penilaian
a. Dapat mengetahui sumber perdarahan eksternal yang fatal
b. Mengetahui sumber perdarahan internal
c. Nadi : kecepatan, kualitas, keteraturan, pulsus paradoxus
Periksalah pada nadi yang besar seperti a.femoralis atau a.carotis
(kiri-kanan), untuk kekuatan nadi, kecepatan, dan irama. Nadi
yang tidak cepat, kuat, dan teratur biasanya merupakan tanda
normovolumia (bila pasien tidak minum obat beta blocker). Nadi
yang cepat dan kecil merupakan tanda hipovolumia, walaupun
dapat disebabkan keadaan yang lain. Kecepatan nadi yang normal
bukan jaminan bahwa normovolumia. Nadi yang tidak teratur
biasanya merupakan tanda gangguan jantung. Tidak
ditemukannya pulsasi dari arteri besar merupakan pertanda
diperlukannya resusitasi untuk memperbaiki volume dan cardiac
output.
d. Warna kulit
Warna kulit dapat membantu diagnosis hipovolumia. Pasien
trauma yang kulitnya kemerahan, terutama pada wajah dan
ekstremitas, jarang yang dalam keadaan hipovolumia. Sebaliknya,
wajah pucat keabu-abuan, dan kulit ekstremitas yang pucat
merupakan tanda hipovolumia
e. Tekanan darah (bila ada waktu)
Penilaian tekanan darah merupakan indikator yang kurang baik
guna menilai perfusi jaringan.

Step 2 : Pengelolaan

a. Tekanan langsung pada tempat perdarahan eksternal


DETASEMEN KESEHATAN WILAYAH 14.04.02
RUMAH SAKIT TK. IV 14.07.02 Dr. SUMANTRI

Perdarahan eksternal dihentikan dengan penekanan pada luka.


Spalk udara (pneumatic splinting device) juga dapat digunakan
untuk mengontrol perdarahan. Spalk jenis ini harus tembus
cahaya untuk dapat dilakukan pengawasan perdarahan.
Torniquet sebaiknya jangan dipakai karena merusak jaringan
dan menyebabkan iskemia distal, sehingga torniquet hanya
diapaki bila ada amputasi traumatik. Pemakaian hemostat
dapat merusak jaringan saraf dan pembuluh darah.
b. Mengenal adanya perdarahan internal, kebutuhan untuk
intervensi bedah, serta konsultasi bedah.
Sumber perdarahan internal (tidak terlihat) adalah perdarahan
dalam rongga toraks, abdomen, sekitar fraktur dari tulang
panjang, retro-peritoneal, atau fraktur pelvis.
c. Memasang 2 kateter IV ukuran besar
d. Mengambil sampel darah untuk pemeriksaan darah rutin,
analisis kimia, tes kehamilan, golongan darah dan cross-match,
dan analisis gas darah.
e. Memberikan cairan dengan cairan Ringer Laktat yang
dihangatkan dan pemberian darah.
f. Cegah hipotermi.

4. Disability (Neurologic Evaluation)


Menjelang akhir primary survey dilakukan evaluasi terhadap keadaan
neurologis secara cepat.
Step 1 : Tentukan tingkat kesadaran memakai skor GCS
GCS (Glasgow Coma Scale) adalah sistem scoring yang sederhana dan
dapat meramal kesudahan (outcome) pasien terutama motorik
terbaiknya. Skor GCS : skor 14-15= ringan; skor 9-13=sedang; skor 3-
8= berat.
Pemeriksaan GCS tidak bisa dipakai untuk menilai tingkat kesadaran
pada anak berumur kurang dari 5 tahun. Tingkat kesadaran adalah
ukuran dari kesadaran dan respon seseorang terhadap rangsangan
dari lingkungan. Tingkat kesadaran dibedakan menjadi :
DETASEMEN KESEHATAN WILAYAH 14.04.02
RUMAH SAKIT TK. IV 14.07.02 Dr. SUMANTRI

I. Compos mentis (conscious) yaitu kesadaran normal, sadar


sepenuhnya, dapat menjawab semua pertanyaan tentang
keadaan sekelilingnya.
II. Apatis yaitu keadaan kesadaran yang segan untuk
berhubungan dengan sekitarnya, sikapnya acuh tak acuh.
III. Delirium yaitu gelisah, disorientasi (orang, tempat, waktu),
memberontak, berteriak-teriak, behalusinasi, kadang
berkhayal.
IV. Somolen (Obtundasi, Letargi) yaitu kesadaran menurun, respon
psikomotor yang lambat, mudah tertidur namun kesadaran
dapat pulih bila dirangsang (mudah dibangunkan) tetapi jatuh
tertidur lagi, mampu memberi jawaban verbal.
V. Stupor (soporo koma) yaitu keadaan seperti tertidur lelap,
tetapi ada respon terhadap nyeri.
VI. Coma (comatose0 yaitu tidak bisa dibangunkan, tidak ada
respon terhadap rangsangan apapun (tidak ada respon kornea
maupun refleks muntah, mungkin juga tidak ada respon pupil
terhadap cahaya)

Penurunan kesadaran dapat disebabkan penurunan oksigenasi


atau disebabkan trauma langsung pada otak. Penurunan
kesadaran menuntut dilakukannya reevaluasi terhadap keadaan
oksigenasi, ventilasi, dan perfusi. Alkohol dan obat-obatan dapat
mengganggu tingkat kesadaran pasien. Walaupun demikian, bila
sudah disingkirkan kemungkinan hipoksia atau hipovolemia
sebagai sebab penurunan kesadaran, maka trauma kapitis
dianggap sebagai penyebab penurunan kesadaran dan bukan
alkoholisme, sampai terbukti sebaliknya.

Step 2 : nilai pupil untuk besarnya isokor dan reaksi

5. Exposure/ Kontrol Lingkungan


Pasien harus dibuka keseluruhan pakaiannya, sering dengan cara
menggunting guna memeriksa dan evaluasi pasien. Setelah pakaian
DETASEMEN KESEHATAN WILAYAH 14.04.02
RUMAH SAKIT TK. IV 14.07.02 Dr. SUMANTRI

dibuka, penting bahwa pasien diselimuti agar pasien tidak


hipotermia. Harus dipakaikan selimut hangat, ruangan cukup hangat
dan diberikan cairan intra vena yang dihangatkan. Yang penting
adalah suhu tubuh pasien, bukan rasa nyaman petugas kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai