Anda di halaman 1dari 15

BAB I

DEFINISI

I. Latar Belakang
Transfer pasien dapat dilakukan apabila kondisi pasien layak untuk di transfer.
Prinsip dalam melakukan transfer pasien adalah memastikan keselamatan
dan keamanan pasien saat menjalani transfer. Pelaksanaan transfer pasien
dapat dilakukan intra rumah sakit atau antar rumah sakit.
Transfer pasien dimulai dengan melakukan koordinasi dan komunikasi pra
transportasi pasien, menentukan SDM yang akan mendampingi pasien,
menyiapkan peralatan yang disertakan saat transfer dan monitoring pasien
selama transfer. Transfer pasien hanya boleh dilakukan oleh staf medis dan
staf keperawatan yang kompeten serta petugas profesional lainnya yang
sudah terlatih.

II. Pengertian Transfer


Transfer pasien adalah memindahkan pasien dari satu ruangan keruang
perawatan / ruang tindakan lain didalam rumah sakit (intra rumah sakit) atau
memindahkan pasien dari satu rumah sakit ke rumah sakit lain (antar rumah
sakit).

Pasien rujukan adalah pasien yang memerlukan pemeriksaan, pengobatan


atau fasilitas khusus yang tidak tersedia di rumah sakit.

Pasien pindah rawat adalah pasien yang dikirim ke rumah sakit lain, karena
permintaan pasien atau keluarga atau karena tempat rawat inap penuh
atau karena indikasi medis.

III. Tujuan
Tujuan dari manajemen transfer pasien dan rujukan adalah :
- Agar pelayanan transfer pasien dilaksanakan secara profesional dan
berdedikasi tinggi.
- Agar proses transfer / pemindahan pasien serta rujukan berlangsung
dengan aman dan lancar serta pelaksanaanya sangat memperhatikan
keselamatan pasien serta sesuai dengan prosedur yang ditetapkan.
- Mengirim pasien yang dirujuk atau pindah rawat ke rumah sakit lain
secara cermat dan aman bagi pasien.
- Menjalin kerjasama yang baik dan efisien dengan rumah sakit lain.

1
BAB II

RUANG LINGKUP

Rumah sakit memiliki beberapa ruang perawatan dan ruang tindakan. Pasien
masuk dan mendapat pelayanan kesehatan di RSKG Rasyida melalui Instalasi
Gawat Darurat (IGD) atau Poli Rawat Jalan selanjutnya pasien di trasnfer ke
ruangan perawatan seperti Rawat Inap, HD, OK, Unit Perawatan Intensif (UPI)
sesuai dengan kebutuhan pasien. Pasien dapat pula langsung ditransfer ke ruang
tindakan seperti OK atau ruang radiologi.

1. Kriteria Transfer Pasien :


- Transfer untuk tujuan diagnostik, misalnya pemeriksaan laboratorium,
pemeriksaan radiologi, dan lain – lain.
- Transfer pasien untuk tujuan tindakan medis atau tindakan operasi di
Kamar Operasi.
- Transfer pasien untuk tujuan terapi yaitu ke ruang Haemodialisis (HD)
- Transfer pasien untuk tujuan perawatan selanjutnya, yaitu ke ruang rawat
inap dan Unit Perawatan Intensif (UPI).

Jadi transfer meliputi :


a. Transfer pasien dari Instalasi Gawat Darurat (IGD) ke Instalasi Radiologi,
Instalasi Rawat Inap, Unit Perawatan Intensif (UPI) dan Ruang OK
b. Tranfer pasien dari Poli Rawat Jalan ke Laboratorium, Radiologi, Rawat
Inap, Unit Perawatan Intensif (UPI), Haemodialisis (HD) dan Ruang OK
c. Transfer pasien dari Rawat Inap ke Radiologi, Unit Perawatan Intensif
(UPI), Haemodialisis (HD) dan Ruang OK
d. Transfer pasien dari Unit Perawatan Intensif (UPI) ke Radiologi, Rawat
Inap dan Ruang OK
e. Transfer pasien dari Ruang OK ke Radiologi, Rawat Inap, Unit
Perawatan Intensif (UPI)
f. Transfer –pasien darI HD ke Instalasi Gawat Darurat (IGD), Rawat Inap,
Laboratorium, Radiologi, Unit Perawatan Intensif (UPI).

2. Kriteria Rujuk Pasien :


- Pengobatan atau tindakan tertentu yang diperlukan tidak bisa dilakukan
di RSKG Rasyida.
- Fasilitas, baik peralatan maupun tenaga professional (ahli) yang tidak
dimiliki RSKG Rasyida.
- Peralatan yang dimiliki sedang dalam keadaan rusak.
- Ruang rawat inap penuh.

2
- Atas permintaan pasien atau keluarga untuk pindah rawat ke rumah sakit
yang lain.

Jadi rujuk meliputi :


1. Rujukan pasien dari RSKG Rasyida ke RS lain atau sebaliknya
2. Rujukan pasien dari RSKG Rasyida ke rumah pasien atau sebaliknya

3
BAB III
TATA LAKSANA

1. Rumah Sakit Khusus Ginjal Rasyida memiliki suatu tim transfer yang terdiri dari
Dokter Anestesi Unit Perawatan Intensif (UPI), DPJP, dokter UGD dan petugas
ambulans. Tim ini yang berwenang untuk memutuskan metode transfer mana
yang akan dipilih.
2. Berikut adalah metode transfer dan rujukan yang ada di Rumah Sakit Khusus
Ginjal Rasyida :
- Layanan Antar – Jemput Pasien : merupakan layanan / jasa umum khusus
untuk pasien Rumah Sakit Khusus Ginjal Rasyida dengan tim transfer dari
petugas UGD/ perawat haemodialisis, di mana tim tersebut akan
mengambil / menjemput pasien dari rumah / rumah sakit jejaring untuk
dibawa ke Rumah Sakit Khusus Ginjal Rasyida.
- Transfer : yang akan melakukan transfer merupakan perawat dan atau
dokter dari unit terkait yang akan mentransfer pasiennya ke unit yang
akan dituju.
- Rujukan : yang akan melakukan rujukan merupakan perawat UGD dan
atau dokter UGD. Dimana yang melakukan pencarian rumah sakit yang
dituju adalah dokter UGD/ dokter rawat inap/ dokter HD. Tergantung dari
unit mana pasien berasal
3. Rumah Sakit Khusus Ginjal Rasyida mempunyai sistem resusitasi, stabilisasi dan
transfer untuk pasien – pasien dengan sakit berat / kritis.
4. Dokter DPJP yang bertanggung jawab dalam tim transfer pasien harus siap
sedia 24 jam untuk mengatur dan mengawasi seluruh kegiatan transfer pasien
sakit berat / kristis antar rumah sakit.

I. Keputusan Melakukan Transfer


a. Keputusan untuk dilakukan transfer berdasarkan indikasi transfer dan
kebutuhan pelayanan pasien tersebut.
b. Pengambil keputusan untuk melakukan transfer dilakukan oleh DPJP atau
jika oleh dokter jaga atau perawat maka harus sepengetahuan dan
persetujuan DPJP.

Adapun langkah – langkah yang akan dilakukan untuk melakukan


transfer pasien sebagai berikut :
1. Menyampaikan komunikasi, informasi, dan edukasi dengan pasien
dan atau keluarga pasien tentang transfer pasien
o Menyampaikan kepada pasien ( jika kondisinya memungkinkan)
dan keluarga pasien mengenai perlunya dilakukan transfer.
o Jika pasien dan atau keluarga pasien menyetujui dilakukan transfer
maka dokumentasikan dalam penolakan tindakan transfer.

4
Berikut adalah panduan perlu atau tidaknya dilakukan transfer
berdasarkan tingkat/ derajat kebutuhan perawatan pasien
(keputusan harus dibuat oleh DPJP).

Level Pasien Kriteria


Derajat 0 Pasien yang membutuhkan perawatan di ruang
rawat inap biasa
Derajat 1 - Pasien dengan risiko mengalami perburukan
kondisi, dirawat di ruang rawat inap biasa
dengan saran dan dukungan dari dokter
jaga
- Pasien yang baru dipindahkan dari ruang
perawatan intensif (UPI) ke ruang rawat inap
dengan saran dan dukungan dari dokter
jaga
Derajat 2 - Pasien yang memerlukan observasi ketat
atau intervensi tindakan khusus
- Pasien yang mengalami kegagalan satu
sistem organ
- Pasien yang membutuhkan perawatan
pasca operasi.
Derajat 3 Pasien yang mengalami kegagalan multi organ,
sehingga membutuhkan bantuan / penunjang
kegagalan multi organ dalam jangka waktu
lama dan alat bantu pernafasan.

2. Menghubungi bagian / unit/ ruangan yang akan dituju


o Saat keputusan transfer telah diambil, maka DPJP atau dokter jaga
atau perawat harus menghubungi unit/ruangan yang akan dituju.
o Jika untuk kepentingan diagnostik, maka DPJP atau dokter jaga
atau perawat menghubungi bagian penunjang medis ( radiologi,
laboratorium, dan lain-lain) yang dituju dengan memberikan
informasi tentang identitas pasien, diagnosa, kondisi pasien dan
permintaan pemeriksaan penunjang yang diminta.
o Untuk kepentingan tindakan medis / operasi, maka DPJP atau
dokter jaga atau perawat menghubungi kamar operasi dengan
memberikan informasi tentang identitas pasien dan rencana
tindakan medis / operasi yang akan dilakukan.
o Untuk kepentingan terapi haemodialisa, maka DPJP atau dokter
jaga atau perawat menghubungi unit haemodialis dengan
memberikan informasi tentang identitas pasien dan kebutuhan
pasien di unit haemodialisa.
o Untuk kepentingan perawatan selanjutnya dan perawatan intensif,
informasi yang diberikan tentang identitas pasien, diagnosa, kondisi
pasien, indikasi rawat inap dan kebutuhan pasien di ruangan rawat
inap atau unit perawatan intensif (UPI).

5
3. Petugas Transfer Pasien
o Petugas transfer segera disiapkan sesuai dengan kriteria / level
pasien yang akan ditransfer.
o Petugas transfer melakukan koordinasi dengan DPJP atau dokter
jaga yang mengambil keputusan dilakukan transfer.
o Petugas transfer harus mempunyai kompetensi tertentu,
kompetensi ini didasarkan pada kriteria / level pasien yang akan
ditransfer.

Adapun petugas transfer dan kompetensinya serta peralatan yang


dibutuhkan adalah sebagai berikut :

Level Petugas Ketrampilan yang Perlengkapan


Pasien Transfer Dibutuhkan & Peralatan
yang Dibawa
Derajat TPK/ - Pelatihan transfer pasien Status rekam
0 Perawat/ - Bantuan Hidup Dasar medis, form
Petugas (Basic Life Support) transfer
Kemanan pasien, surat
(bila perlu) permintaan
pemeriksaan
penunjang
atau hasil
pemeriksaan
penunjang
yang sudah
dilakukan
(hasil
pemeriksaan
laboratorium,
hasil
radiologi),
kursi roda /
tempat tidur
(brankart)
Perawat - Kompetensi dokter sesuai Peralatan
Derajat atau kompetensi level 0 level 0,
1 dokter - Kompetensi perawat : ditambah
a. Pelatihan transfer dengan :
pasien oksigen
b. Basic Life Support transport,
c. Pelatihan tabung suction,
oksigen (dapat portable IV
memasang/ mengganti stand, battery
tabung oksigen yang operated
habis) infusors (infuse
d. Prosedur pemberian pump, syringe
obat – obatan yang pump),
spesifik oximetry.

6
e. Mengenal tanda –
tanda deteriorasi
f. Ketrampilan perawatan
trakeostomi dan alat
hisap (suction)
Perawat/ - Kompetensi petugas Peralatan
Derajat Dokter kemanan sesuai level 1,
2 dan kompetensi level 0 ditambah
Petugas - Perawat dengan dengan
Keamana kompetensi level 1, Electrocardio
n (bila ditambah dengan : graphy (EKG)
perlu) a. Mempunyai dan blood
pengalaman min 1 pressure
tahun dalam”critical monitor,
care” defibrilator
b. Menggunakan airway (sesuai
adjunts kebutuhan
c. Menggunakan pasien).
defibrilator
d. Perawatan peralatan
monitoring invasive
Dokter, - Kompetensi dokter harus Peralatan
Derajat perawat, sesuai standar minimal level 2,
3 dan atau di atas standar ditambah
petugas minimal : dengan :
keamana a. Mempunyai monitor
n (bila pengalaman 6 bulan portable yang
perlu) di bidang “critical lengkap,
care” dan bekerja di ventilator dan
intensive care unit peralatan
b. Ketrampilan bantuan transfer yang
hidup dasar dan memenuhi
lanjutan. standar
c. Ketrampilan minimal.
advanced airway
management invasif
(intubasi)
d. Pengetahuan dan
ketrampilan tentang
peralan transfer
standar, seperti :
ventilator, oksigen,
syring pump, infuse
pump, monitor
e. Pelatihan transfer
pasien dengan sakit
berat / kritis.

4. Seluruh peralatan dan obat-obatan harus dicek ulang oleh petugas


transfer.

7
5. Stabilisasi sebelum transfer pasien
o Transfer dilakukan dalam kondisi pasien sudah stabil
o Pasien kritis dari UGD, HD, rawat inap harus segera ditransfer sesuai
MEWS, kecuali dalam keadaan henti jantung dan atau nafas (lihat
panduan code blue). Tindakan yang dilakukan sebelum transfer
sebagai berikut :
 A = Airway adalah mempertahankan jalan napas dengan
teknik manual atau menggunakan alat bantu. Tindakan ini
mungkin akan banyak memanipulasi leher sehingga harus
diperhatikan untuk menjaga stabilitas tulang leher (cervical
spine control)
 B = Breathing adalah menjaga pernapasan / ventilasi dapat
berlangsung dengan baik
 C = Circulation adalah mempertahanakn sirkulasi bersama
dengan tindakan untuk menghentikan perdarahan
(haemorrhage control)
 D = Disability adalah pemeriksaan untuk mendapatkan
kemungkinan adanya gangguan neurologis
 E = Exposure / enviromental control adalah pemeriksaan
pada seluruh tubuh penderita untuk melihat jejas atau
tanda-tanda kegawatan yang mungkin tidak terlihat
dengan menjaga supaya tidak terjadi hipotermi.
o Keadaan yang mengancam nyawa harus dikenali dan
resusitasinya dilakukan pada saat itu juga.
o Dokumentasikan dalam rekam medis dan lembar observasi pasien
tentang kondisi pasien, tindakan stabilisasi, pemberian cairan, obat
–obatan, dan observasi pasien.
o Setelah pasien dalam kondisi se- stabil mungkin, maka dapat
dilakukan transfer pasien sesuai dengan kriteria / level pasien.
6. Monitoring selama transfer pasien
Monitoring yang dilakukan selama transfer internal adalah sebagai
berikut :
o Keluhan pasien
o Keadaan umum pasien
o Tanda – tanda vital pasien : Nadi, tekanan darah, Pernafasan,
Saturasi Oksigen, Kesadaran, Skala Nyeri
o Mempertahankan dan mengamankan jalan napas dan
pernapasan/ ventilasi
o Hasil monitoring ini didokumentasikan dalam formulir transfer.
7. Serah terima pasien dengan ruangan atau bagian / unit/ ruangan
yang dituju
o Petugas transfer pasien melakukan serah terima dengan petugas di
unit yang dituju

8
o Transfer untuk kepentingan perawatan selanjutnya, petugas
memberikan informasi :
 Identitas pasien
 DPJP
 Riwayat penyakit dan diagnosis medis
 Keadaan umum, kesadaran, dan hasil observasi tanda-
tanda vital pasien
 Pemeriksaan penunjang yang telah dilakukan (laboratorium,
radiologi, dan lain-lain) serta untuk follow up hasil
pemeriksaan yang belum selesai.
 Terapi yang telah diberikan (cairan infus, tranfusi, obat-
obatan)
 Alergi obat
 Rencana tindakan, pemeriksaan penunjang, terapi yang
akan dilakukan/ dilanjutkan.
 Status rekam medis pasien
 Formulir transfer pasien
 Lembar observasi pasien
 Informasi lain yang dianggap perlu
o Untuk kepentingan tindakan medis / operasi, maka petugas
transfer melakukan serah terima dengan menginformasikan
tentang identitas pasien, diagnosa, kondisi pasien, dan rencana
tindakan medis / operasi yang akan dilakukan
 Identitas pasien
 Dokter operator
 Diagnosa pra bedah
 Keadaan umum, kesadaran dan hasil observasi tanda-
tanda vital pasien
 Alergi obat
 Informed consent yang sudah diisi serta ditanda tangani
oleh dokter dan pasien atau keluarga pasien
 Penandaan lokasi operasi
 Hasil pemeriksaan penunjang (lab, radiologi)
 Status rekam medis pasien
 Formulir transfer pasien
 Informasi lain yang dianggap perlu
o Untuk kepentingan terapi haemodialisa, jika pasien baru pertama
kali haemodialisa maka petugas memberikan informasi :
 Identitas pasien
 Lembar Assesmen awal pasien dari UGD
 DPJP
 Hasil pemeriksaan lab (Darah lengkap, RFT, KGD, urinalisa,
serologi,dll)
 Alergi obat

9
 Informed consent yang sudah diisi serta ditanda tangani
oleh dokter dan pasien atau keluarga pasien
 Status rekam medis pasien
 Formulir transfer pasien
 Kebutuhan pasien di unit Haemodilisis(HD)

Jika pasien merupakan pasien regular, maka petugas


memberikan informasi :

 Identitas pasien
 Lembar Assesmen awal pasien dari UGD
 DPJP
 Hasil pemeriksaan lab (Darah lengkap, KGD, serologi,dll)
 Alergi obat
 Informed consent yang sudah diisi serta ditanda tangani
oleh dokter dan pasien atau keluarga pasien
 Status rekam medis pasien
 Formulir transfer pasien
 Kebutuhan pasien di unit Haemodilisis(HD)
 Informasi lain yang dibutuhkan
o Untuk kepentingan diagnostik, petugas transfer menyerahkan surat
permintaan pemeriksaan penunjang dan informasi tentang
identitas pasien, diagnosa, kondisi pasien dan permintaan
penunjang yang diminta.

II. Keputusan Melakukan Rujukan


Keputusan melakukan rujukan pasien keluar Rumah Sakit Khusus Ginjal
Rasyida karena alasan sebagai berikut :
a. Pengobatan atau tindakan tertentu yang diperlukan tidak bisa dilakukan
di RSKG Rasyida.
b. Fasilitas, baik peralatan maupun tenaga professional (ahli) yang tidak
dimiliki rumah sakit.
c. Peralatan yang dimilki sedang dalam keadaan rusak.
d. Ruang rawat inap penuh.
e. Atas permintaan pasien atau keluarga untuk pindah rawat ke rumah
sakit yang lain.

Adapun langkah – langkah yang akan dilakukan untuk melakukan rujuk


pasien sebagai berikut :
1. Menyampaikan komunikasi, informasi, dan edukasi dengan pasien
dan atau keluarga pasien tentang rujuk pasien
o Menyampaikan kepada pasien ( jika kondisinya memungkinkan)
dan keluarga pasien mengenai perlunya dilakukan rujukan.

10
o Jika pasien dan atau keluarga pasien menyetujui dilakukan rujuk
maka dokumentasikan dalam penolakan tindakan rujuk.
2. Saat keputusan rujukan telah diambil, maka dokter ruangan/dokter
UGD / dokter HD akan menghubungi rumah sakit yang dituju. Rumah
sakit yang dihubungi didahulukan rumah sakit yang memiliki PKS
dengan RSKG Rasyida, jika tidak bisa merujuk ke rumah sakit tersebut
maka dokter dapat menghubungi rumah sakit lain.
3. Rumah Sakit yang dituju untuk transfer harus memastikan bahwa ada
prosedur/pengaturan rujukan pasien yang memadai dan setuju untuk
menerima pasien sebelum dilakukan transfer.
4. Pusat layanan ambulan harus diberitahu sesegera mungkin jika
keputusan melakukan rujukan telah dibuat, bahkan bila waktu
pastinya belum diputuskan. Hal ini memungkinkan layanan ambulan
untuk merencanakan pengerahan petugas dengan lebih efisien.
5. Petugas Rujukan Pasien
o Petugas rujuk segera disiapkan sesuai dengan kriteria / level pasien
yang akan dirujuk.
o Adapun petugas yang melakukan rujukan adalah perawat UGD
dan dokter UGD.
o Petugas rujuk melakukan koordinasi dengan DPJP atau dokter jaga
yang mengambil keputusan dilakukan rujuk.
o Petugas rujuk harus mempunyai kompetensi tertentu, kompetensi ini
didasarkan pada kriteria / level pasien yang akan dirujuk.

Adapun petugas rujuk dan kompetensinya serta peralatan yang


dibutuhkan adalah sebagai berikut :

Level Petugas Ketrampilan yang Perlengkapan


Pasien Transfer Dibutuhkan & Peralatan
yang Dibawa
0 Pengemudi - Pelatihan transfer pasien Kendaraan
Ambulans - Bantuan Hidup Dasar High
dan (Basic Life Support) Dependency
perawat Service (HDS)
/ Ambulans
1 Pengemudi - Kompetensi dokter sesuai Peralatan
Ambulans kompetensi level 0 level 0,
dan - Kompetensi perawat : ditambah
perawat g. Pelatihan transfer dengan :
dan atau pasien oksigen
dokter h. Basic Life Support transport,
i. Pelatihan tabung suction,
oksigen (dapat portable IV
memasang/ mengganti stand, battery
tabung oksigen yang operated
habis) infusors (infuse
j. Prosedur pemberian pump, syringe

11
obat – obatan yang pump),
spesifik oximetry.
k. Mengenal tanda –
tanda deteriorasi
l. Ketrampilan perawatan
trakeostomi dan alat
hisap (suction)
2 Dokter, - Kompetensi petugas Peralatan
perawat kemanan sesuai level 1,
dan kompetensi level 0 ditambah
pengemudi - Perawat dengan dengan
ambulans kompetensi level 1, Electrocardio
ditambah dengan : graphy (EKG)
e. Mempunyai dan blood
pengalaman min 1 pressure
tahun dalam”critical monitor,
care” defibrilator
f. Menggunakan airway (sesuai
adjunts kebutuhan
g. Menggunakan pasien).
defibrilator
h. Perawatan peralatan
monitoring invasive
3 Dokter, - Kompetensi dokter harus Peralatan
perawat, sesuai standar minimal level 2,
dan atau di atas standar ditambah
pengemudi minimal : dengan :
ambulans. f. Mempunyai monitor
pengalaman 6 bulan portable yang
di bidang “critical lengkap,
care” dan bekerja di ventilator dan
intensive care unit peralatan
g. Ketrampilan bantuan transfer yang
hidup dasar dan memenuhi
lanjutan. standar
h. Ketrampilan minimal.
advanced airway
management invasif
(intubasi)
i. Pengetahuan dan
ketrampilan tentang
peralan transfer
standar, seperti :
ventilator, oksigen,
syring pump, infuse
pump, monitor
j. Pelatihan transfer
pasien dengan sakit
berat / kritis.

12
6. Tim rujukan yang terlibat harus memastikan ketersediaan obat-obatan
yang diperlukan, antara lain : (sebaiknya obat-obatan ini sudah
disiapkan di dalam jarum suntik).
o Obat resusitasi dasar : Epinefrin, anti aritmia
o Obat sedasi
o Analgesik
o Relaksasi otot
o Obat inotropic
7. Hindari penggunaan tiang dengan selang infus yang terlalu banyak
agar akses terhadap pasien tidak terhalang dan stabilitas brankar
terjaga dengan baik.
8. Penggunaan tabung oksigen tambahan harus aman dan terpasang
dengan baik.
9. Petugas rujuk harus familiar dengan seluruh peralatan yang ada di
ambulans.
10. Alat transportasi yang digunakan untuk merujuk pasien adalah mobil
ambulans RSKG Rasyida.
o Gunakan mobil ambulans RSKG Rasyida untuk merujuk pasien.
Mobil dilengkapi soket listrik 12 V, suplai oksigen, monitor dan
peralatan lainnya.
o Sebelum melakukan transfer, pastikan kebutuhan – kebutuhan
untuk mentransfer pasien terpeuhi (suplai oksigen, baterai
cadangan, dll)
o Standar peralatan di ambulans
 Suplai oksigen
 Jarum suntik
 Suction
 Syringe / infusion pumps (tinggi pompa sebaiknya tidak
melebihi posisi pasien)
o Tim rujuk dapat memberi saran mengenai kecepatan ambulans
yang diperlukan, dengan mempertimbangkan kondisi klinis pasien.
o Keputusan untuk menggunakan sirene diserahkan kepada supir
ambulans. Tujuannya adalah untuk memfasilitasi transfer yang
lancar dan segera dengan akselerasi dan deselerasi yang minimal.
o Petugas tetap duduk selama rujukan dan menggunakan sabuik
pengaman.
o Jika terdapat kegawat daruratan medis dan pasien membutuhkan
intervensi segera, berhentikan ambulans di tempat yang aman dan
lakukan tindakan yang diperlukan.
11. Lakukan pencatatan yang jelas dan lengkap dalam semua tahapan
rujuk dan mencakup :
o Detail kondisi pasien
o Alasan melakukan rujuk
o Nama DPJP yang merujuk
o Status klinis pre-transfer

13
o Detail tanda vital, pemeriksaan fisik, dan terapi yang diberikan
selama proses rujukan berlangsung.
12. Tim rujuk harus memperoleh informasi yang jelas mengenai lokasi
rumah sakit yang dituju sebelum meruujuk pasien.
13. Saat tiba di rumah sakit tujuan, harus ada proses serah terima pasien
antara tim rujukan dengan pihak rumah sakit yang menerima
(paramedis dan perawat) yang akan bertanggung jawab terhadap
perawatan pasien selanjutnya.
14. Proses serah terima pasein harus mencakup pemberian informasi (baik
secara verbal maupun tertulis) mengenai riwayat penyakit pasien,
tanda vital, hasil pemeriksaan penunjang (lab dan radiologi), terapi
dan kondisi klinis pasien selama rujukan berlangsung.
15. Hasil pemeriksaan lab dan radiologi dan yang lain harus dideskripsikan
dan diserahikan kepada petuugas rumah sakit tujuan.
16. Setelah menyerahkan pasien, tim rujukan dibebas tugaskan dari
kewajiban merawat pasien.

14
BAB IV
DOKUMENTASI

1. Proses transfer didokumentasikan di lembar transfer (serah terima)


pasien dalam rekam medis
2. Proses rujukan didokumentasikan di lembar rujukan di dalam
rekam medis.

15

Anda mungkin juga menyukai